Bara Maharani 5
Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 5 jangan terburu napsu. terutama mulut jangan banyak bicara sebab salah-salah bisa mengundang datangnya mara bahaya bagi diri sendiri" Hong-po Seng mengucapkan banyak terima kasihnya berulang kali kemudian baru alihkan sinar matanya ke arah dermaga, tampaklah serombongan jago-jago bersenjata lengkap menyebarkan diri di sekitar tepi sungai, wajah mereka semuanya menghadap ke arah sungai, seakan-akan sedang mengawasi permukaan su?ngai itu untuk menghindari ada orang yang menyusup keluar. Kurang lebih sepenanak nasi lamanya sudah lewat namun belum nampak suatu gerak gerik apapun juga, ratusan orang banyaknya sama-sama menunggu giliran untuk menyeberang, suasana hiruk-pikuk memenuhi angkasa namun tak seorangpun bisa meninggalkan tempat itu. Sementara sang surya perlahan-lahan mulai condong ke arah barat, haripun mulai menjadi gelap. Dalam hati diam-diam Hong-po Seng berpikir: ,,Kalau ditinjau keadaan ini jelas peristiwa berdarah yang terjadi di perkampungan Liok Soat San-cung sudah diketahui oleh mereka, sedang Teratai Racun Empedu Api saat ini berada di dalam sakuku, apa yang harus aku lakukan dalam keadaan begini?""........." Si Harimau Pelarian Tiong Liauw tiba-tiba maju menghampiri sambil bisiknya lirih: ,,Kongcu-ya. Kalau harus menunggu dan menunggu terus entah sampai kapan kita baru bisa menyebrang, aku lihat lebih baik kita menyebrang dengan jalan berenang saja" ,,Setelah tempat ini ditutup bagi penyeberangan aku pikir di tempat lain pun keadaannya tidak akan jauh berbedaa, daripada bergerak lebih baik bersikap tenang daripada memancing perhatian orang terhadap kita" Si Harimau Pelarian Tiong Liauw melirik sekejap ke arah sungai sebelah depan, kemudian ia berbisik kembali: "Pantai seberang berada di bawah kekuasaan perkumpulan Sin Kee Pang, asal kita bisa merampas perahu ......" Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang gemuruh keras berkumandang datang, tiga puluhan ekor kuda yang tinggi besar secara serentak munculkan diri di tepi sungai, debu mengepul memenuhi angkasa... begitu tiba di situ dengan sigapnya ketiga puluh orang tadi segera meloncat turun dari atas punggung tunggungannya. Gerak getik serombongan orang ini cekatan dan gesit semua, gerakan tubuh mereka enteng dan cepat. Sekilas memandang siapapun tahu kalau mereka memiliki llmu silat yang sangat lihay. Hong-po Seng yang dapat melihat pula kehadiran orang-orang itu, dalam hati segera merasa amat kesal, pikirnya: ,,Aliran air sungai teramat deras, permukaan sungai ini pun sangat luas, aku sama sekali buta di dalam kepandaian memegang kemudi perahu ditambah pula ilmu berenang di air tak kupahami . . . aaaai ! kalau suruh aku merampas perahu untuk menyebrangi sungai ini, jelas di dalam sepuluh ada sembilan bagian akan mengalami kegagalan total" Berpikir demikian otaknya lantas berputar kencang untuk mencari akal yang lain, di samping itu kepada si Harimau Pelarian Tiong Liauw bisiknya pula: ,,Mari kita jalan secara terpisah, perduli peristiwa apa yang bakal terjadi dan menimpa diriku, kalian barus berlagak seolah-olah tidak pernah kenal dengan diriku, janganlah sekali kali menyapa atau menunjukkan sikap ingin menolong" Si Harimau Pelarian Tiong Liauw merasa tertegun setelah mendengar ucapan itu, tapi ia tidak membantah, perlahan-lahan badannya meninggalkan tempat itu dan mengabarkan kepada ketiga orang lainnya. Kembali beberapa saat telah lewat, dari ujung sungai mulai terjadi kegaduhan yang sangat berisik, dalam suasana yang remang-remang karena senja telah menjelang tiba, berpuluh-puluh batang obor dipasang di sekitar dermaga tersebut. Hong po Seng dengan cepat alihkan sinar matanya ke arah permukaan sungai, ia temukan beberapa buah perabu sudah mulai bergerak meninggalkan dermaga rupanya orang-orang yang baru datang dengan menunggang kuda tadi mulai melakukan pemeriksaan yang ketat terbadap setiap penyeberang yang melewati tempat itu. Dengan seksama si anak muda itu memeriksa lebih jauh, atau secara mendadak ia jadi amat terperanjat sebab dilihatnya setiap orang yang mendapat pemeriksaan bukan saja harus menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada mereka bahkan sekujur badannya harus di geledah dan diraba dengan teliti prosedurnya amat rumit dan sulit untuk ke atas perahu penyeberang seseorang harus melewati pemeriksaan secara berulang kali dengan ketatnya. Diam-diam ia jadi merasa amat geilsah pikirnya: ,,Teratai Racun Empedu Api berada di dalam sakunya, seandainya sampai digeledah dan tertangkap sudah pasti aku tak bisa meloloskan diri dari tempat ini dalam keadaan selamat, padahal teratai racun ini sangat mempengaruhi sembuh atau sakitnya ibuku" dengan susah payah aku berhasil mendapatkannya dan kini akupun tak boleh membuang dengan begitu saja..!" Sementara hatinya sedang gelisab dan berusaha karena mencari akal untuk meloloskan diri dari tempat itu, mendadak dirasakannya si Hanmau Pelarian Tiong Liauw telah berjalan menghampiri dirinya lagi, tanpa terasa sepasang alisnya berkerut kencang, sembari berpaling serunya: "Jalan mondar mandir ke sana ke mari gampang memancing kecurigaan orang ..." "Keparat cilik, pentang matamu lebar-lebar dan libatlah siapakah aku! ...." serentetan tertawa riang berkumandang dari sisi telinganya. Ternyata orang yang menghampiri dirinya dari belakaug itu bukanlah si Harimau Pelarian Tiong Liauw seperti apa yang diduganya semula. Hong po Seng jadi amat terperanjat, ia merasa amat kenal dengan suara tersebut, ketika kepalanya hendak berpaling ke betakang mendadak jalan darah "Leng Sioe hiat" di atas pinggangnya jadi kaku, disusul urat nadi di atas pergelangan kirinya dicengkeram orang. Perubahan yang terjadi secara mendadak ini sama sekali tidak memberi kesempatan bagi Hong po Seng untuk berkutik ataupun menunjukkan suatu reaksi, sebelum ia sempat berbuat sesuatu mendadak di hadapan wajahnya telah muncul seraut wajah putih yang halus dan sangat dikenal olehnya, sambil tetawa rendah terdengar ia menegur: ,,Hey, bangsat cilik! rupanya nasibmu masih mujur dan umurmu masih panjang, masihkah kau kenali diri kongcu-ya mu ?"?" Hong po Seng mempehatikan wajah orang itu lebih seksama, dan dengan cepat diapun kenali orang itu sebagai Kok See Piauw anak murid dari Boe Liang Sin Koen, mereka berdua pernah saling berjumpa muka di rumah kediaman keluarga Chin Pek Cuan di kota Keng Chiu, bahkan pernah melangsungkan pertempuran sengit pula di sana, setelah berpisah selama beberapa bulan sungguh tak nyana mereka berjumpa muka lagi di sini. Hong po Seng pernah termakan pukulan maut Kioe Pit Sin Ciang-nya sehingga hampir saja selembar jiwa melayang, kini setelah berjumpa muka lagi dengan musuh besarnya hawa amarah kontan berkobar, sambil tertawa dingin jengeknya: ,,Membokong dari belakang, kau terhitung enghiong hoohan macam apa?" Hmm....!" Kok See Piaow tersenyum, mendadak dengan wajah membesi hardiknya lirih terhadap orang di depan yang kebetulan sedang menoleh ke belakang: ,,Hey kalau kau pingin hidup, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain !" Hong po Seng merasa amat gelisah, tiba-tiba ia teringat babwa tangan lembut halus yang mencengkram pergelangan kirinya saat ini bukanlah tangan dari Kok See Piauw, ingin sekali ia menoleh untuk melihat lebih jelas tetapi apa daya Kok See Piauw telah menotok jalan darah kakunya sehingga membuat batok kepalanya sama sekali tak mampu berputar. Sebaliknya orang itu menyembunyikan diri di belakangnya, dengan demikian ia tak sanggup untuk melihat jelas raut wajah orang tadi. Diam-diam pikirnya di dalam hati: ,,Nona Chin serta tiga Orang harimau ganas dari keluarga Tiong berada di sekitar sini dan hingga kini tidak nampak gerak-gerik mereka, jangan-jangan keempat orang itupun sudah tertangkap oleh pihak lawan?" ...." Belum habis dia berpikir mendadak terasalah sebuah tangan yang kecil dan lembut menerobos masuk ke dalam sakunya lewat bawah iganya, diikuti lubang hidungnya mencium bau harum semerbak yang menyegarkan badan. Hong Po Seng merasa makin gelisah, begitu dirasakannya sebuah tangan yang lembut halus merogoh ke dalam sakunya dan meraba Teratai Racun Empedu Api yang disimpan di sana, ia jadi kaget dan segera menegur dengan setengah merengek: ,,Siapa kau?" apa gunanya kau ambil teratai racun itu?"" 0000O0000 11 TERDENGAR suara sahutan yang merdu dan enak didengar menggema masuk ke sisi telinganya : ,,Aku! kalau tahu diri tenang dan janganlah banyak berkutik!" Dari nada suara tersebut Hong-po Seng segera kenali sebagai nada suara Pek Koen Gie yang ketus dan dingin, terpaksa ia memperendah nada suaranya seraya menjawab: ,,Teratai racun itu tiada kegunaannya sama sekali bagimu, harap nona suka mengembalikannya kepadaku!" "Hmm ! kalau memang tiada kegunaannya sama sekali, buat apa kau menyimpannya di dalam saku?"" Sembari berkata tangannya kembali menggeledah saku pemuda itu. Selama ini Kok See Piauw selalu berada di sisi mereka, tatkala dilihatnya Pek Koen Gie dengan tangan kiri mencengkeram pergelangan kiri Hong Po Seng, sedangkan tangan kanannya sedang melewati di bawah iga pemuda itu sedang menggeledah saku Hong Po Seng sehingga tubuh kedua orang itu hampir saja menempel antara yang satu dengan lainnya, timbul rasa cemburu iri dan gusar dalam hati kecilnya. Semenjak perkenalannya dengan diri Pek Koen Gie, anak murid dari Boe Liang Sin Koen ini selalu berusaha untuk mendekati dara tersebut, ia berdaya upaya untuk menarik perhatian gadis itu serta suka membalas cintanya, apa lacur tabiat Pek Koen Gie memang sangat kukoay, terhadap cinta kasih muda mudi seakan-akan tidak menaruh minat sama sekali, oleh sebab itu hubungan cinta di antara mereka selalu tidak memperoleh kemajuan seperti apa yang diinginkan, dan kini setelah dilihatnya sang gadis idamannya saling berdempetan begitu rapatnya dengan lelaki lain, sudah tentu hatinya jadi panas. Tapi ia tidak berani terlalu memperlihatkan rasa cemburunya, sambil tersenyum katanya lirih. ,,Hian moay, kau tak usah repot-repot musti turun tangan sendiri biarlah Siauw-heng yang menggeledahkan saku keparat cilik ini!" ,,Terima kasih atas perhatian Kok heng kau tak usah turut campur dalam persoalan ini" tukas Pek Koen Gie ketus sambil berbicara tangan meneruskan pengeledahannya memeriksa seluruh isi saku pemuda she Hong po itu tapi dengan cepat ia jadi kecewa, sebab benda yang diharapkan ternyata tidak berbasil ditemukan. Hong Seng sendiri setelah dilihatnya gadis itu sesudah mengambil teratai racun Empedu Api masih juga menggeledah sakunya, dalam hati segera memahami maksud hati lawannya, dalam hati iapun berpikir, ,,Pastilah ia sedang menggeledah sakuku untuk menemukan pedang Emas tersebut Kalau begitu sudah jelas sekarang perbuatan Poei Che Giok dengan kecantikan wajahnya mimikat hati Jien Bong, delapan bagian ada sangkut pautnya dengan persoalan ini. Mendadak terdengar Pek Koen Gie membentak dengan suara lirih: ,,Cepat mengaku sejujurnya barang itu kau sembunyikan dimana ?"" "Terus terang saja kukatakan, kedatangan cayhe ke perkampungan Liok Soat San cung adalah bertujuan untuk mengambil Teratai Racun Empedu Api itu, aku sama sekali tiada bermaksud hendak mencuri pedang!" ,,Kurangajar!" maki Pek Koen Gie sambil tertawa dingin, "Kalau hanya mencuri sebatang Teratai Racun Empedu Api saja, masa keadaan bisa berubah jadi begini tegang dan pihak mereka sampai mengerahkan kekuatan intinya untuk melakukan penggeladahan" Perkumpulan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hong Im Hwie tak nanti unjukkan kerepotan dan kebingungan semacam ini" ,,Oooh ..... - kiranya kabar berita mengenai terbunuhnya Jien Bong belum sampai bocor di tempat luaran...." pikir Hong po Seng, mendadak siatu ingatan berkelebat di dalam benaknya. Diam-diam ia berseru: ,,Aduuuh! Andaikata secara diam-diam ia menghancurkan Teratai Racun Empedu Api itu, apa yang harus aku lakukan?"" Saking gelisah dan gugupnya, tanpa berpikir panjang lagi segera serunya: "Nona! Harap kau buang teratai racun itu ke dalam sungai, sedang aku akan membantumu untuk menemukan pedang emas itu kalau tidak, maafkanlah daku kalau tidak sudi memberitahukan kepadamu !" Pek Koen Gie sendiripun telah menduga selain lenyapnya Teratai Racun Empedu Api ini pastilah sudah terjadi peristiwa lain, karena takut jejaknya ketahuan sehingga rahasianya terbongkar dia memang ada maksud hen?dak melenyapkan teratai racun empedu api itu dari muka bumi, tetapi setelah saat ini Hong-po Seng terus terang mengancam bahkan mcnggunakan pedang emas itu sebagai ancaman, ia jadi serba salah dan untuk beberapa saat lamanya tidak tahu musti menjawab apa. Hingga saat itu belum nampak sebuah perahupun yang membawa penumpang menyeberangi sungai tersebut, berhubung pemeriksaan dan penggeledahan dilakukan sangat lambat, sementara orang yang menunggu di tepi pantai amat banyak, terutama sekali para jago perkumpulan Hong Im Hwie yang sebagian besar telah berkumpul semua di tepi dermaga, membuat suasana di sekitar situ terasa bertambah tegang dan seram. Di bawah sorot cahaya api, kilapan senjata bergemerlapan di tengah kegelapan, deru angin kencang serta gulungan ombak yang menghantam tepian menambah seramnya suasana di situ. Dalam ada itu ketika Kok See Piauw menyaksikan Pek Koen Gie termenung dan tidak mengucapkan sepatah katapun, seakan-akan gadis itu merasa serba salah dibuatnya segera bertindak cepat, jari tangannya berulang kali berkelebat melancarkan beberapa totokan yang kesemuanya bersarang di bawah iga Hong-po Seng, kemudian jengeknya sambil tertawa: ,,Barang itu kau sembunyikan di mana" bangsat cilik! Kau suka mengaku tidak?" JILID KE 8: Siapa Pembunuh Jien Bong" Ilmu totok memisah urat dan penembus ulu hati yang digunakan anak murid Boe Liang Sin Koen ini benarbenar merupakan suatu ilmu penyiksaan yang paling keji, siapapun yang termakan serangan ini tidak akan kuat menahan diri, Dalam waktu singkat sekujur badan Hong Po Seng serasa bagaikan digigit oleh berjuta-juta ekor semut, seluruh urat nadi dalam tubuhnya mengerut kencang, jantungnya mengembang besar, darah mengalir keatas semakin deras sementara tubuh bagian bawahnya mengerut kecil, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh badan, sambil merintih tubuhnya bergulingan diatas tanah. Sekali cengkeram Kok See Piauw menarik lengan Hong Po Seng sehingga tidak sampai roboh diatas tanah, sedangkan tangan yang lain mendekap mulutnya agar suara rintihan tidak sampai kedengaran oleh orang lain. Sembari menyeringai seram bisiknya sinis: "Bangsat! ayoh cepat mengaku, barang itu kau sembunyikan dimana?" kalau tidak mau mengaku lagi...Hmm! Hmm!,.. kongcumu segera akan memunahkan ilmu silat terlebih dahulu!". Haruslah diketahui mereka bertiga berada diantara gerombolan manusia yang terletak dipaling belakang, jaraknya dari penyebrangan sungai masih terpaut dua puluh tombak lebih, kendati orang-orang yang berjejeran dibelakang mereka dapat melihat tingkah laku ketiga orang itu, tetapi sebagian besar yang terdiri dari kaum pedagang, kaum pekerja kasar yang sudah sering kali menjumpai keonaran serta peristiwa2 aneh semacam itu pada berlagak pilon semua, siapapun tidak berani mencampuri urusan tersebut sehingga mengakibatkan dirinyapun terjerumus dalam perisiwa tadi. Kalau Kok See Piauw masih bersikap tenang saja menyiksa diri Hong Po Seng, sebaliknya Pek Koen Gie jadi gelisah dan tidak tenang. Dengan wajah memberat serunya: "Kok heng, cara ini tak bisa digunakan" Melihat gadis itu menunjukkan sikap gusar dan tidak senang hati, buru buru Kok See Piauw menjulurkan tangannya dan memijat beberapa kali dibawah iga Hong po Seng untuk membebaskan ilmu totokan pembuyar urat nadinya, kemudian setelah menotok jalan darah kakunya ia berkata sambil tertawa. "Hian-moay ! harap kau suka menyerahkan Teratai Racun Empedu Api itu kepada siauw-heng ,sekalipun Jien Hian datang sendiripun, tanggung ia tak berani menggeladah saku siauw-heng ". "Walaupun aku tidak takut kalau sampai ada anggota perkumpulan Hong Im Hwie yang menggeladah tubuhku" pikir Pek Koen Gie dalam hati. "Tapi terang-terangan bohong pun rasanya bukan suatu keadaan yang sedap dinikmati ". Karena berpikir demikian, ia lantas angsurkan Teratai Racun Empedu Api itu ke tangannya sambil pesannya lirih : "Benda ini merupakan suatu benda yang sangat langka didalam dunia persilatan, harap Kok-heng suka menyimpannya secara baik2, setelah menyebrangi sungai nanti harap segera serahkan kembali kepada siauwmoay!" "Hian-moay. harap kau jangan kuatir "sahut Kok-See Piauw sambil tertawa, ia segera masukkan Teratai Racun Empedu Api itu kedalam sakunya. "Paling banter aku bakal bentrok sama orang2 dari perkumpulan Hong Im Hwie, tak usah bingung, tanggung aku tak akan membuat kapiran urusan Hian moay!" Pada saat itulah dari atas permukaan sungai berkumandang datang suara senandung panjang yang amat nyaring: "Thong Thian It Coe Hiang.. Thong Thian It Coe Hiang ". "Aaah.. dari pihak sekte agama Thong Thian Kauw pun ada orang yang datang ke mari! "seru Kok See Piauw tercengang. Terdengar suara seseorang yang nyaring dan lantang segera menyahut: "Hong Im Kie Hwie,... Hong Im Kie Hwie sahabat dari Thong Thian Kauw silahkan ". Suaranya keras, nyaring dan lantang. lama sekali baru membuyar diangkasa.. dari permukaan sungai terdengar suara dayung yang membentur air berkumandang datang. Hong po Seng yang baru saja mendapat siksaan, waktu itu pikirannya masih bergolak keras, dengan mata melotot bulat awasi permukaan sungai. Tampaklah sebuah perahu dengan tiga batang tiang layar yang terbentang lebar menerjang ombak melaju datang. puluhan buah lampu 1entera tergantung diujung perahu itu membuat suasana disekelilngnya jadi terang benderang. "Hian-moay, siapakah orang itu ?" mendadak terdengar Kok See Piauw bertanya. "Hmmm ! siluman rase dari sekte agama Thong Thian Kauw, orang kangouw menyebutnya sebagai Giok-Theng Hujien nyonya hioolo kumala! ". Hong-po Seng yang ikut mendengar pembicaraan itu segera alihkan sinar matanya kearah ujung perahu, tampaklah diatas sebuah kursi kebesaran berlapis emas duduklah seorang perempuan cantik berbaju hijau, bersanggul tinggi, bergaun panjang dan berwajah sangat agung. Perempuan itu tampak sangat angker dan berwibawa, terlihatlah pada tangan kanannya mencekal sebuah Huttim bergagang kumala, ditangan kirinya membopong seekor makhluk aneh yang menyerupai rase, berbulu putih salju dan bermata merah tajam, kakinya menginjak sebuah bangku berlapis kain sutra, disisi bangku terletak sebuah hioolo kumala yang tingginya mencapai beberapa depa, asap hijau yang menyiarkan bau harum mengepul keluar dari hioolo tadi. Disisi hioloo tadi berdiri seorang dara bergaun ungu, berwajah cantik dan berusia lima enam belas tahun sedangkan dibelakangnya berdirilah sebaris toojien bejubah abu2 bersoren pedang dan usianya diantara tiga puluhan tahunan. Dalam pada itu perahu tadi sudah merapat ditepi pantai, mendadak tampaklah dari rombongan perkumpulan Hong Im Hwie muncul seorang pria berwajah putih bersih berjenggot hijau maju menyongsong kedatangan mereka, sembari menjura serunya: "Ooooh ! kiranya Giok Theng Hujien yang telah datang, apabila kami tidak sempat menyambut kedatangan hujien dari tempat jauh, harap suka memberi maaf yang sebesar besarnya" Per-lahan2 Giok Thing Hujien turun dari tempat duduknya dan bergerak menuju ke ujung perahu, sahutnya sambil tertawa. "Haaah haaah . haaaah . Sam Tang-Kee baik2kah kau " 0oow . . . sudah terjadi jual beli apa sih sehingga kau harus turun tangan sendiri untuk mengatasinya ?" "Tidak aneh kalau Pek Koen Gie bersem bunyi diantara gerombolan manusia banyak" diam2 Hong-po Seng membatin. "dan tak berani sembarangan berkutik, kiranya Sam Tang-Kee dari perkumpulan Hong Im Hwie pun telah hadir disini ". Pria berbaju perlente itu she-Cie bernama Kiam dengan julukan "Pat pit Sioe Loo" malaikat berlengan delapan, dialah si majikan nomor tiga dari perkumpulan Hong Im Hwie, salah satu diantara orang2 kepercayaan Jien Hian. Pada waktu itu, orang2 yang hendak menyebrang sungai sama2 mengundurkan diri kebelakang, ada diantara yang jeri atau takut diam2 telah ngeloyor pergi dari situ. Pek Koen Gie mengerti bahwa Hong Po Seng mempunyai kemampuan untuk melepaskan diri dari pengaruh totokan, oleh sebab itu cekalannya pada pergelangan orang sama sekali tidak dikendorkan, melihat semua orang mundur kebelakang diapun sambil menarik tangan pemuda itu ikut mundut kebelakang, meski demikian mereka tetap berada diantara gerombolan manusia. Ditengah jalan mendadak Hong Po Seng menemukan Oh Sam serta seorang pria lainnya masing2 mencengkeram dua orang, mereka bukan lain adalah tiga ekor harimau dari keluarga Tiong serta Chin Wan Hong tanpa terasa pemuda kita menghela napas panjang, dengan pikiran yang kalut pandangan mata segera dialihkan kembali kearah permukaan sungai. Terdengar si malaikat berlengan delapan Cie Kim dengan suara dingin sedang berkata. "Dalam tubuh perkumpulan kami sedang tertimpa suatu peristiwa maha besar, hingga kini duduk perkara yang sebenarnya masih belum jelas. Hujien kalian toh selama ini berkeliaran didaerah tenggara, kali ini berkunjung ke-Barat entah karena urusan apa?" Dengan wajah berseri seri dan senyum di kulum Giok Theng hujien berdiri diujung perahunya, sehabis mendengar pembicaraan orang ia lantas menjawab: "Berhubung ada sedikit persoalan yang harus diselesaikan dikota Thong Kwan aku telah melakukan perjalanan datang kemari, dari pada merepotkan sahabat sahabat dari perkumpulan Hong Im Hwie, maafkan kalau aku tidak turun kedarat" Berbicara sampai disini, dengan sepasang biji matanya yang jeli ia menyapu sekejap kearah gerombolan manusia yang saling berdesak desakan diatas darat. Jarak antara Hong po Seng dengan perempuan itu masih terpaut sangat jauh, tetapi entah apa sebabnya ketika menyaksikan sinar mata perempuan itu menyapu datang hatinya mendadak terasa jaii bergidik. Terasalah lengannya jadi kencang dan ia sudah ditarik Pek Koen Gie bersembunyi dibelakang punggung orang. Mendadak dari tepi seberang berkumandang lagi suara dayung memecah ombak, disusul suara manusia berteriak keras: "Sin Kie Hoei yang.... Sin Kie Hoei yang." "Hmm! orang2 dari perkumpulan Sin Kie Pang pun turut berdatangan... "batin Hong po Seng dengan alis berkerut. "Huuuh kawanan serigala dan harimau semuanya..: sedikitpun tak berguna bagi aku orang she Hong po.... ". Suatu perasaan begidik secara mondadak muncul dari dasar lubuk hatinya ia merasa suatu peristiwa tragis yang tidak menguntungkan bakal meninipa dirinya, pengalaman semacam ini selamanya belum pernah dirasakan barang satu kalipun, untuk sesaat tangan dan kakinya jadi dingin saking tegangnya, sekujur badan terasa seolah-olah gemetar keras. Pek Koen Gie yang sedang mencengkram pergelangannya ketika secara tiba tiba merasakan tangan Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo slanak muda itu berubah jadi dingin, ia nampak tertegun, kemudian bisiknya lirih. "Hong Po Seng, katakanlah sipedang emas itu telah kau sembunyikan dimana! aku tanggung jiwamu tidak akan mendapat rintangan ataupun terancam marabahaya, bahkan mulai detik ini aku tidak akan memusuhi dirimu lagi" Terhadap diri Hong-po Seng, perempuan ini boleh dibilang mempunyai suatu pandangan serta perasaan yang aneh, ia merasa kagum juga merasa mendongkol dan mangkel. Ia merasa sianak mucla ini berbeda dengan pemuda lain, tetapi iapun merasa bahwa kegagahan serta keangkeran pemuda ini jauh melebihi dirinya, setiap tingkah lakunya se-olah2 menyinggung gengsi serta martabat baiknya membuat timbulnya suatu pandangan yang aneh dalam hati kecil gadis ini. Dia ingin cepat2 menghukum mati Hong po Seng, tetapi iapun merasa tidak rela kalau dia mati ditangan orang lain. Hong-po Seng sendiri tatkala mendengar gadis itu bersikeras menuduh dia telah mendapatkan "Pedang Emas" sadarlah ia bahwa banyak bicara tiada berguna sinar matanya segera dialihkan kearah permukaan sungai. Tampaklah tiga buah perahu besar meluncur datang dari tepi seberang, pada ujung perahu yang ada diposisi tengah berdiri seorang lelaki berjubah lebar. dialah koen su perkumpulan Sin Kie Pang yang julukan Tok Coe kat si Coe kat beracun Yauw Soet. "Huaaah - hahh, bagus sekali!" mendadak terdengar Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa nyaring."Coe kat Cay-siang siperdana menteri Coe kat membawa tentara hendak menaklukan wilayah Tionggoan utara!". "Haaah",haah..?"Coe kat beracun Yauw Soet takut mendongak dan tertawa terbahak2 "Hujien! selamat bertemu kembali" selamat bertemu kembali, ternyata kecantikanmu kian lama kian bertambah segar. kiong hie.... kiong hie!". Sinar mata perlahan-lahan dialihkan kearah Malaikat berlengan delapan Cie Kim lalu sambungnya sambil tertawa: "Sam Tang Kee, sejak berpisah apakah selama ini kau berada dalam keadaan baik"' Yauw Soet disini memberi hormat kepadamu". "0ooh.. Yauw heng, baik-baikah kau" Pat Pit sioe Loo Gie Kim mendongak dan menjura. Setelah merandek sejenak, mendadak ia tertawa dingin dan melanjutkan: " Yauw heng! tiada urusan kau tak akan mengunjungi istana Som Tian, kunjunganmu kewilayah utara entah disebabkan karena persoalan apa?"...". ,.Haah...haah... Sam Tang Kee! terus terang saja kukatakan bahwa putri kesayangan pangcu kami nona Koen Gie karena sedang mengejar musuh besarnya kini telah memasuki wilayah kalian, oleh sebab itulah aku buru2 tinggalkan kota Lok yang untuk menyusul kemari. Berhubung aku dengan di pantai utara suasana sedang tegang dan nampaknya ada tanda2 hendak menggunakan kekerasan, maka sengaja aku menyebrang kemari untuk menyambut pulang nona Koen Gie kami.". "Oooh. kiranya begitul"per lahan2 Pat Pit Sioe Loo Cie Kim mengangguk. Ia berpaling kebelakang dan segera serunya lantang: "Diatas dermaga apakah terdapat nona Pek Koen Gie dari perkumpulan Sin Kie Pang?". Ketika Hong Po Seng menyaksikan sepasang matanya dengan langsung memandang kearah mereka, walaupun jaraknya jauh tetapi ketajaman matanya menggidikkan hati, diam2 merasa terkesiap pikirnya: "Orang ini sendiri tadi tak pernah munculkan diri, setelah tampil kedepan tak pernah juga menoleh kebelakang, darimana ia bisa tahu kalau Pek Koen Gie berada disini?"". Pek Koen Gie sendiripun merasa agak terkejut. kepada Kok See Piauw segera serunya: "Kok heng, harap kau suka membawa orang ini!" sembari berkata ia segera turun kearah tepi sungai. Kok See Piauw tidak bicara, setelah mengampit tubuh sianak muda itu dibawah ketiaknya, ia mengancam sambil tertawa; "Hey bajingan she Hong Po, bila kau tidak ingin modar, aku harap kau bisa sedikit tahu diri dan jangan banyak bertingkah." Orang2 yang berkumpul ditepi pantai sama2 menyingkir kesamping membuka jalan, dengan dipimpin oleh Pek Koen Gie disusul oleh Kok See Piauw sambil mengepit Hong po Seng dan Oh Sam serta seorang pria berbaju hijau mengepit Tiong-si Sam-Hauw dan Chin Wan Hong mereka berjalan menuju ke dermaga. Coe-kat beracun Yauw Soet yang berdiri diujung perahu segera menuding kearah Cie Kim dan ujarnya sambil tertawa : "Nona Koen Gie, dia adalah Cie Cienpwee majikan ketiga dari perkumpulan Hong Im Hwie, dalam pertemuan Pak-Beng-Hwie tempo dulu dengan kedelapan puluh satu jurus ilmu pukulan Koei-Goan-Cieng-hoat-nya ia berhasil membinasakan Huang-san It-To, membelah Hoo-Pak It Sioe, sampai2 si Ciong Kian-Khek jagoan berambut gondrong yang amat tersohor namanya dimasa itu pun harus mengorbankan lengannya ditangan Cie Tang-kee !". Pek Koen Gie alihkan sinar matanya kearah Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim, setelah memandang sekejap kearahnya ia segera menjura. "Sudah lama aku mengagumi akan kehebatan serta nama besar dari Sam Tang kee". Pat Pit Sioe-Loo Cie Kim mendengus dingin,dengan pandangan tajam ia awasi wajah Pek Koen Gie tanpa berkedip, lalu katanya: "Aku telah memperoleh laporan yang mengatakan bahwa pagi tadi nona Pek telah menyebrangi sungai memasuki wilayah kekuasaan kami, apakah musuh2 yang sedang kau kejar telah berhasil ditangkap semua"." Berbicara sampai disitu ia melirik sekejap kearah orang2 yang berada dibelakang. "Atas berkah dari Sam Tang kee boanpwee telah berhasil menangkap semua kelima orang itu!". Setelah merandek sejenak, tanyanya lagi: "Entah kejadian apakah yang menimpa dalam tubuh perkumpulan kalian" sehingga Sam Tang kee harus repot2 turun tangan sendiri datang kemari?". Sepasang alis malaikat berlengan delapan Cie kim berkerut kencang, mendadak dengan sorot mata yang tajam ia tatap wajah Pek Koen Gie tanpa berkedip kemudian serunya ketus: "Nona Pek, peristiwa yang terjadi teramat besar sekali....". Tatkala dilihatnya orang itu menatap wajahnya dengan tajam tanpa berkedip, air muka Pek Koen Gie seketika berubah hebat, dengan penuh kegusaran tukasnya: "Kalau memang kejadian itu teramat besar sekali, harap Sam Tang Kee segera menerangkan sejelas jelasnya, entah peristiwa itu terjadi dimana dan pada saat kapan?" "Hehh...helahl...hehhh...nona Pek, pintar amat otakmu, hanya didalam sepatah dua patah kata saja pertanyaanmu kau telah ajukan persis kedalam pokok persoalan" "Ayah harimau mana mungkin melahirkan anak anjing "timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil tertawa, "Hey Sam Tang Kee, apakah kau sudah lupa akan kemampuan dari Pek pangcu?". Pat Pit Sioe Loo simalaikat berlengau delapan Cie Kim mendengus dingin, ia tidak menanggapi ucapan tersebut. Sebaliknya si Coe kat beracun Yaw Soet segera tertawa dan berkata. "Hujien!. kau bukannya menikmati Sorga hidup didalam kamar pribadimu yang harum, jauh datang kemari mau apa atau jangan2 kau memang tersangkut didalam peristiwa besar yang terjadi didalam tubuh Hong Im Hwie ini?" Giok Theng Hujien memutar biji matahya yang jeli lalu tersenyum. "Coe kat Cay siang! biasanya dugaan serta perhitungan sangat tepat tak pernah meleset, tapi kali ini dugaanmu telah Salah besar, aku hanya secara kebetulan saja hadir ditempat ini bahkan sampai sekarang aku masih belum tahu kejadian apakah yang telah menimpa perkumpulan Hong im Hwie!". Pat Pit Sin Loo Cie Kim segera mendongak dan tertawa seram. "Haaah....haaah!....kalau memang kalian berdua tidak tahu akan duduknya perkara, dus berarti hanya aku orang she Cie seorang yang tahu akan peristiwa ini". Ia merandek sejenak, lalu dengan dua rentetan sorot mata yang tajam bagaikan pisau ia menyapu sekejap wajah Pek Koen Gie serta Kok See Piauw sekalian, sambungnya: "Dari perkampungan Liok Soat San Chung telah kehilangan dua macam benda mustika dan selembar jiwa manusia melayang, saudara berdua harus tahu dunia persilatan yahg tenang selama sepuluh tahun, mulai detik ini tidak bakal akan tenang kembali" Hong-po Seng dikempit dibawah ketiak Kok See Piauw tak dapat melihat perubahan wajah orang, tapi ketika mendengar bahwa ada dua macam benda mustika yang hilang suatu ingatan dengan cepat berkelebat didalam benaknya. pemuda itu segera berpikir: "Jangan jangan persoalan itu tersangkut didalam masalah "Pedang emas" andaikata demikian adanya, maka pastilah perbuatan itu adalah hasil karya dad Poei Che Giok! ". Sehabis perkataan tadi diutarakan keluar Si Coe kat beracun Yauw Soet sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, dengan sikap yang tenang ia mendengarkan perkataan Cie Kim selanjutnya. Sebaliknya Giok Theng Hujien segera berseru tercengang, katanya: "Sudah lama aku dengar orang berkata bahwa perkampungan Liok soat san cung. telah dijadikan Pesanggrahan oleh Jien Tang kee, entah jiwa siapa yang telah melayang dan dua macam benda mustika apakah yang ikut lenyap?". Air muka Pat Pit Sioe Loo Cie berubah jadi dingin membesi, dengan ketus sahutnya. "Dua macam benda mustika itu sih bukan urusan besar, justru jiwa yang melayang itulah merupakan peristiwa yang maha hebat" "Aduuh celaka" diam2 Coat kat beracun Yauw Soet berpikir dengan hati bergetar keras,' Hong po Seng betul2 bernyali besar dan tidak tahu lihay, mungkin orang yang telah dibunuh olehnya adalah sanak keluarga dari Jien Loo jie!", Dalam hati berpikir demikian, diluar ia segera menimbrung: "Sam Tang kee, entah siapakah yang telah jatuh korban?". Pat Pit Sioe Loo si malaikat berlengan delapan Cie Kim tertawa dingin, dengan suara keras teriaknya: -Kami sudah kehilangan jiwa putra tunggal kesayangan _Jien Tang kee kami, Siauw Thian Seng Jien Bong adanya, coba cuwi sekalian pikir, apakah sejak kini dunia persilatan bisa aman tenteram lagi" Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, air muka semua orang yang hadir dikalangan sama2 berubah hebat, termasuk juga segenap anak buah yang tergabung didalam perkumpulan Hong Im Hwie, rata2 mereka menunjukkan rasa kaget dan tercengang yang tak terhingga. Jelas sebelum ucapan barusan diutarakan, mereka sendiripun tidak tahu duduk perkara yang sebetulnya..... Diam2 Pek Koen Gie merasa amat terperanjat, pikirnya: "Bangsat cilik ini kenapa bertindak begitu goblok?" masa mau bikin onarpun sampai memancing meledaknya bencana begitu besar?". Makin dipikir ia semakin gemas sehingga akhirnya sepasang giginya bargemerutukkan menahan rasa mangkel yang tak terkirakan, ingin sekali satu kali tabok ia cabut jiwa pemuda she Hong Po itu. Dalam pada itu terdengarlah Coe kat beracun Yauw Soet dengan wajah serius berkata: "Peristiwa ini memang sangat menyedihkan sekali, setelah Jien Tang kee mengalami musibah yang tak terduga ini pasti ia rasa amat sedih hati" Setelah merandek dan termenung beberapa saat lamanya., ia berkata kembali: "Sam Tang kee, perkampungan Liok Soat San Chung terletak ditengah bukit Im Tiong San yang jaraknya ada ribuan li dari tempat ini, entah peristiwa tragis itu kapan terjadinya?" "Kejadian ini berlangsung pada tiga hari berselang, Yauw-heng! kau tersohor sebagai seorang Koen-su yang memiliki banyak akal cerdik, entah apa petunjukmu mengenai peristiwa ini ?" Diam2 Si Coe-kat beracun Yauw Soet berpikir dalam hatinya "Andai kata Pedang Emas itu belum terjatuh Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ketangan pihak kami, untuk lolos dari ternpat ini rasanya tidak terlalu sulit, sebaliknya kalau pedang emas itu sudah berada didalam saku Koen Gie . waaah ! urusan jadi radaan repot, entah benda apa yang di maksudkan sebagai mustika kedua itu" ". Berpikir sampai disitu, ia segera melayang turun keatas daratan, kepada Cie Kim ajarnya. "Kematian dari Jien kongcu pastilah ada hubungannya dengan kedua macam mustika itu, apabila perkumpulan kalian ada maksud mencari tahu siapakah pembunuhnya, maka satu2nya jalan adalah berusaha untuk menemukan kembali kedua macam benda tersebut." Berbicara demikian sinar matanya segera dialihkan kearah Pek Koe Gie sebagai tanda pertanyaan. Pek Koen Gie adalah seorang gadis yang cerdik dan banyak akal, melihat urusan amat kritis dan sangat tegang buru2 ia memberi hormat kepada Cie Kim, katanya : "Kalau memang peristiwa berdarah itu terjadi pada tiga hari berselang, itu berarti persoalan tersebut sama sekali tiada sangkut pautnya dengan diriku sebab baru pagi tadi boanpwee menyebrangi sungai Huang-Hoo. Cie Cienpwee ! urusan ini mempunyai sangkut paut yang besar dengan ketenteraman Bu-lim, kami dari pihak perkumpulan Sin Kie-Pang tidak ingin melibatkan diri didalam kancah air keruh itu, maaf kalau boanpwee akan mohon diri terlebih dahulu!" Habis berkata ia segera putar badan dan berjalan menuju kearah perahu perkumpulannya. "Tunggu sebentar " hardik Pat-Pit Sioe Loo Cie Kim dengan suara keras, tangannya bergerak dan segera mengirim satu cengkeraman kearah depan. Sejak tadi si Coe-kat beracun Yauw Soet sudah bersiap siaga menghadapi serangan orang ini, melihat dilancarkannya serangan sang badan segera meloncat kedepan menghadang jalannya serangan tersebut. Seraya menjura dan tertawa lantang,"Sang Tang kee, harap didengarkan dulu". Seraya berkata sepasang tangannya yang sedang menjura segera didorong kemuka menghantam dada Cie Kim. Dalam keadaan begini seandainya Pat Pit Soen Loo Cie Kim tidak menarik kembali tangannya yang hendak mengancam tangan Pek Koen Gie, niscaya lengan kanannya bakal terhajar patah. Malaikat berlengan delapan Cie Kim bukanlah lampu lantera yang kekurangan minyak, terdengar ia mendengus dingin, tangan kanannya segera ditarik kembali kemudian dengan sikap menjura ia tembus sepasang tangan Coe kat beracun Yauw Sect yang sedang meluncur datang. Diantara bergelombangnya ujung jubah yang lebar, segulung hawa pukulan berhawa lm yang lunak tanpa menimbulkan sedikit suarapun segera menerjang kearah tubuh Pek Koen Gie. Diam2 Coe kat beracun Yauw Soet merasa terperanjat, tapi diluaran ia berlagak se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu urusan apapun, dengan langkah yang enteng dan seenaknya ia mundur setengah langkah kabelakang, sepasang lengan ditarik kembali dan menggunakan kesempatan dikala segulung angin serangan menyapu tiba itulah ia segera menahadang dibelakang tubuh Pek Koen Gie. Sementara itu putri kesayangan dari Pek Siauw Thian pangcu perkumpulan Sin Kie Pang itu sedang berjalan satu tindak kedepan, dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat telah saling bertumbukan dibelakang tubuhnya. "Blaaaam" ditengah ledakan keras, desiran angin tajam menyambar keempat penjuru membuat tubuhnya bergetar keras dan maju dengan sempoyongan kemuka. Dalam waktu singkat.... Sreeet ! Sreeet ! Sreeeet ! para anggota perkumpulan Sin Kie Pang yang berada diatas ketiga buah perahu itu bagaikan jangkrik2 segera berloncatan naik keatas darat, sekeliling tubuh Pek Koen Gie dengan cepat telah terlindung dibawah kurungan jago2 lihaynya. "Haah . . . haah . . haaah . . . nama besar Coe-kat Cay-siang ternyata bukan nama kosong belaka" terdengar Giok Theng Hujien berseru sambil tertawa riang. "Bukan saja ilmu silatnya sangat lihay, bahkan anak buahnyapun sama2 cekatan semua. inilah yang dikatakan orang kuno sebagai dibawah asuhan panglima kenamaan tiada prajurit yang lemah, anggota sekte agama Thong Thian Kauw tak terdapat anak murid yang cekatan dan gesit seperti kalian ". Sementara itu kegusaran yang berkobar dalam dada Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim belum sirap, sehabis mendengar ucapan itu bagaikan minyak yang kena api hawa amarahnya semakin berkobar hebat. mendadak ia berpaling kearah para anggota perkumpulan Hong Im Hwie yang berkumpul disitu, lalu bentaknya : "Sebelum digeladah dengan teliti siapapun dilarang naik keatas perahu, barang siapa yang berani membangkang segera bunuh, kalau sampai ada satu orang saja yang berhasil lobos, kalian semua harus bunuh diri untuk menebus dosa itu !". Terdengar seluruh anak buah Hong Im Hwie berseru mengiakan, kemudian tampaklah bayangan manusia saling berkelebat, dalam waktu singkat jalan mundur Pek Koen Gie telah terputus, suasana jadi tegang dan kedua belah pihak sama2 mempersiapkan diri untuk melangsungkan suatu pertarungan sengit. Coe kat beracun Yauw Soet berotak tajam dan banyak akal. meski ia merasa suasana meruncing dan setiap saat kemungkinan besar bisa terjadi pertempuran sengit, tetapi sikapnya masih tetap tenang2 saja seakan2 tidak pernah terjadi suatu kejadian apapun, pikirnya. "Siluman rise itu sengaja memancing kobarnya api pertempuran diantara dua perkumpulan. Hmm! dia pingin perkumpulan Sin Kie Pang saling bertarung dengan perkumpulan Hong Im Hwie bagaikan burung bangau yang berebut makanan, sedangkan sekte agama Thong Thian Kauw hanya tinggal menanti hasilnya bagaikan nelayan mujur. dianggapnya urusan bisa berlangsung begitu gampang?" Berpikir demikian ia lantas berpaling kearah Pek Koen Gie sambil tegurnya: "Tit li. apakah kau terluka?". Dari lirikan matanya yang tajam Pek Koen Gie dapat mengetahui bahwa sanya Si Coe Kat beracun Yauw Soet sedang bertanya kepada dirinya apakah "Pedang emas" itu berhasil didapatkan, ia pun segeta gelengkan kepalanya tanda belum mendapatkannya, tetapi berhubung "Tetatai Racun empedu Api" berada disaku Kok See Piauw maka sinar matanya melirik sekejap kearah sianak muda itu. Jawabnya. "Terima kasih atas perhatian paman, untung Tit li tidak sampai menderita !" Si Coe kat beracun Yanw Soet sendiri ketika melihat dara itu gelengkan kepalanya lalu melirik sekejap kearah Kok See Piauw, dalam hatinya segera timbul perasaan ragu dan sangsi, pikirnya. "Apa artinya sikap itu?" apakah Pedang emas itu sudah didapatkan tapi telah diambil oleh Kok See Piauw?" Karena belum tahu dnduk perkara yang sebetulnya, untuk beberapa saat lamanya ia tak berani mengambil keputusan ataupun merencanakun siasat, maka dari itu sembari tertawa terbahak-bahak katanya: "Kok hian tit, mari aku perkenalkan dirimu kepada orang ini",. Samil menuding kearah Cie Kim sambungnya: "Saudara ini adalah Sam Tang kee diapun merupakan salah seorang sahabat karib suhumu. Hian tit, ayoh cepat maju mengunjuk hormat kepada Sam Tang kee" Dengan tangan kiri mengempit tubuh Hong Po Seng, Kok See Piauw maju melangkah kedepan lalu berkata: "Cayhe Kok See Piauw anak murid perguruan Boe Liang Bun, menghunjuk hormat buat Sam Tang kee" Dengan pandangan mata yang tajam "Pat Pit Sioe Loo" malaikat berlengan delapan Cie Kim menyapu seluruh tubuh Kok See Piauw dari atas hingga kebawab, lalu ejeknya: "Kok See heng, rupanya kau sudah menggabungkan diri menjadi anggota perkumpulan Sin Kie Pang?"". "Hmm!"dari nada ucapan Cie Kim barusan, Kok See Piauw rupanya dapat menangkap arti sindiran tersebut, hawa pitam kontan memuncak keatas kepala, dengan dingin ia mendengus. "Cayhe selamanya malang melintang seorang diri, belum pernah aku menjadi anggota sebuah Kauw atau sebuah Pang."' Habis berkata ia putar badan dan berlalu dengan sikap angkuh. Selama hidupnya ia selalu bersikap jumawa dan tinggi hati, kecuali terpikat oleh kecantikan Pek Koen Gie sehingga rela takluk dibawah gaunnya dan mendengarkan perintahnya, terhadap orang lain ia tak pernah bersikap ramah ataupun besikap mengalah sepatah dua patah kata tidak cocok pertempuran sengit segera akan terjadi. Dengan pandangan tajam Pat Pit Sioe loo Cie Kim mengawasi bayangan punggung pemuda itu sambil tertawa dingin, belum sampai satu tombak Kok See Piauw berlalu mendadak dari balik semak meloncat keluar seseorang sambil membentak keras: "Kembali ketempat asalmu." Sambil membentak orang itu segera melancarkan sebuah babatan maut kedepan. Kok See Piauw tentu saja tak mau mengalah dengan begitu saja, melihat datangnya ancaman ia segera ayunkan tangannya pula menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras. "Blamm...! terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang diangkasa, ditengah ledakan keras itu masing2 pihak sama2 tergetar mundur tiga langkah, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan mereka berdua adalah seimbang. Terdengar Pat-Pit Sioe-Loo Cie Kim tertawa dingin "Kok See Piauw " jengeknya. " Andaikata aku orang she-Cie harus turun tangan sendiri, maka orang akan menganggap aku menganiaya orang muda. dan kini kau tentu bisa sedikit tenang bukan ! ". Kok See Piauw yang harus mengepit tubuh Hong-po Seng dibawah ketiak dan menyambut serangan tadi dengan hanya menggunakan tangan sebelah saja tidak Sempat mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimiliki, setelah mendengar ucapan tersebut ia segera mendongak dan memperhatikan orang yang turun tangan menghalangi dirinya barusan. Segera terlihatlah orang itu adalah seorang pemuda berpakaian ringkas yang berusia dua puluh tahunan. bisa dibayangkan betapa..mangkel dan jengkelnya perasaan anak murid Boe-Liang Sin-Koen ini, tangannya segera diayun melemparkan Hong-po Seng kesamping kemudian dengan langkah lebar berjalan mendekati pemuda berpakaian ringkas. Hong Po Seng yang dilemparkan kesisi jalan segera bergelindingan kesamping, mendadak ia menjejakkan kakinya keatas tanah dan meloncat bangun. Orang yang hadir ditengah kalangan dewasa ini sebagian besar adalah para jago lihay dari dunia persilatan, mereka semua telah mengetahui bahwa jalan darah Hong Po Seng adalah tertotok tetapi setelah menyaksikan sianak muda itu mendadak meloncat bangun, tanpa terasa semua orang jadi tertegun dibuatnya. Kok See Piauw sendiripun segera merasakan keadaan sedikit tidak beres, dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan berpaling. Terdengar si Coe kat beracun Yauw Soet tertawa enteng serunya. "Bangsat keparat, ternyata kau memiliki banyak ragam ilmu setan!" Tanpa diketahui segera tubuh apakah yang telah digunakan. tahu2 ia sudah menyusup kebelakang punggung Hong Po Sung dan menempelkan telapak diatas punggungnya. Deagan pandangan tajam bagaikan pisau Pat Pit Sioe Loo Cie Kim menyapu sekejap wajah Hong Po Seng, mendadak kepada Kok See Piauw serunya: "Saudara saudara dari Perkumpulan Hong lm Hwie memang mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan Boe Liang Sin Koen. seandainya berada di-hari2 biasa aku orang she-Cie tidak nanti akan menyusahkan dirimu, tetapi situasi pada hari ini jauh berbeda, berhubung kejadiannya luar biasa maka mau tak mau terpaksa kita musti menyalahi gurumu" "Enak betul ucapan dari Sam Tang-kee" jengek Kok See Piauw ketus. " Pertama cayhe tidak membunuh orang. kedua, akupun tidak mencuri barang mustika milik kalian; barang siapa berani menahan ataupun menghalangi jatan pergiku, cayhe nomor satu yang merasa tidak puas dan tak mau takluk" Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa nyaring lalu timbrungnya dari samping. "Anak murid pergiruan dari Boe-Liang Sin Koen biasanya bilang satu tidak akan jadi dua, Sam Tang kee Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo kau sebagai seorang Cian pwee lebih baik berilah satu jalan keluar baginya" Entah sedari kapan ia telah kembali ke tempat duduk kebesarannya, sambil menonton ketegangan yang mencekam ditepi pantai, senyum masih selalu menghiasi bibirnya. sikap yang enteng dan ringan menujukkan betapa senangnya hati perempuan itu. Pada saat itulah seorang kakek berbaju hijau berjalan menghampiri Cie Kim lalu membisikkan sesuatu kesisi telinganya. Selesai mendengar bisikan dengan sorot mata tajam Pat Pit Sioe Loo Cie Kim menatap wajah Hong Po Seng tajam2 tegurnya: "Yauw hong, apakah pemuda itu adalah anak buah dari perkumpulan Sin Kie Pang kalian?"". "Haah...haah...orang ini meskipun usianya masih muda tetapi akal liciknya sangat banyak, ia pernah masuk menjadi anggota perkumpulan kami kemudian berkhianat dan melarikan diri. Kegagalan anak murid Boe Liang Sin Koen didalam melakukan tuntutan balasnya dikota Keng Chiu pun sebagai besar disebabkan keparat cilik ini". "Hmm! beberapa hari berselang, ada orang pernah menjumpai pemuda itu melakukan perjalanan disekitar Tay Goan, karena itu siauw te ada suatu pemintaan yang mungkin tidak pantas diucapkan keluar". "Haaah.., haaah,.. haaah... Sam Tang kee, kalau ada perkataan, silahkan diutarakan keluar, masa terhadap teman karib banyak tahunpun kau besikap sungkan sungkan" "Pat Pit Sioe Loo "Malaikat berlengan delapan Cie Kim tertawa dingin. "Heeh.. heeeh kalau memang begitu, tolong Yauw heng suka serahkan orang itu kepada aku orang she Cie, aku hendak menanyakan beberapa persoalan kepadanya" "Rahasia yang diketahui keparat cilik ini terlalu banyak" diam diam Coe kat beracun Yauw Soet berpikir, "Membiarkan ia tetap hidup dikolong langit bagaimanapun juga merupakan suatu bibit bencana yang sangat berbahaya, lebih baik aku lenyapkan dirinya saja dari muka bumi, daripada dikemudian hari merepotkan sendirl" Ia dijuluki "Si Cioe kat beracun", kekejamn hatinya sudah amat tersohor dikolong tangit, Kini setelah menduga bahwa "Padang emas" telah terjatuh ketangan Kok See Piauw maka timbullah pikiran bahwa Hong po Seng sudah tak berguna bagi mereka. Karena tetapak tangannya yang menempel diatas pinggang sianak muda itu perlahan lantas didorong kedepan, ujarnya sambil tertawa: "Sam tong kee ada petanyaan hendak diajukan kepadamu kesanalah untuk menjawab! Tapi..Sam Tong Kee! kau musti hati2, takutnya kalau ia tak bisa menguasai diri sehingga sepatah2 katapun tak sanggup diutarakan keluar" Hong Po Seng sama sekali tidak merasakan suatu perubahan yang dirasakan aneh, sambil melangkah maju kedepan tindak depan katanya: "Cie Tong kee, kau ada persoalan apa yang hendak ditanyakan kepadaku, silahkan diutarakan keluar" Pat Pit Sine Lon Cie Kim tidak langsung buka suara, dalam hati pikirnya: "Kalau dikatakan Jien Bong menemui ajalnya ditangan keparat cilik yang hitam lagi kurus ini, aku merasa sedikitpun rada kurang percaya, kalau memang perempuan yang jejaknya amat misterius itu bukanlah budak sialan she Pek lalu siapakah dia?" Berpikir demikian, ia lantas bertanya: "Apa she-mu" dan siapa namamu?" kau belajar kepandaian dari siapa ?"" "Cayhe bernama Hong-po...Aduuh ...". Mendadak ia menjerit kesakitan lalu roboh terjengkang keatas tanah. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim adalah seorang jago kawakan, menghadapi perubahan secara mendadak ini reaksinya cukup cekatan. dengan cepat ia tangkap pergelangan tangan Hong-po Seng kemudian salurkan hawa murninya menembusi urat diatas pergelangan. Kejadian ini berlangsung diluar dugaan siapapun juga, semua orang yang hadir ditengah kalangan dewasa itu sama2 terperanjat dibuatnye Air muka Pek Koen Gie berubah hebat, kepada Coe-kat berancun Yauw Soet ia melirik sekejap kearahnya, diantara sorot matanya yang tajam secara lapat2 terkandung hawa amarah yang bergelora. Sebaliknya Kok See Piauw berdiri tertegun air mukaaya berubah tidak menentu. Sedang kan Giok Theng Hujien yang duduk diatas perahu justru malah amat gembira setelah menyaksikan kejadian itu sebab ia memang berkeinginan demikan, sambil membelai mahluk aneh berbulu Salju ia tersenyum dan membungkamkan diri. Pat Pit Sioe Loo Cie Kim dengan air muka berubah jadi hijau membesi menatap wajah Yauw Soet tajam tajam. "Hmmemm, kalau kau sanggup menolong orang itu sehingga lolos dari kematin, aku Yauw Soet tidak akan disebut Coe kat beracun lagi..."pikir Si Coe kat beracun Yauw Soet didalam hati, Ia segera tertawa lantang dan berkata: "Haah..haaah...haaah.,.. Sam Tong kee. kau keliru, orang itu sudah diberi hadiah jarum sakti Sun Hoen Sin Ciam oleh pangcu kami, besok pagi daya kerja racun keji itu akan mulai bereaksi, entah apa sebabnya ternyata kerja racun itu mulai menunjukkan tanda2-nya mulai sekarang ...haah...haaah." aku orang She Yauw sih tidak mempunyai kepandaian selihay itu" Diam diam simalaikat berlengan delapan Cie Kim dibuat terperanjat juga setelah mendengar ucapan itu, pikirnya: "Kalau ia benar2 terkena jarum beracun Soe Hoen Tok Ciam dari Pek Loo jie, jelas selembar jiwanya sukar diselamatkan lagi!". Berpikir sampai disitu dengan sorot mata yang tajam ia segera berpaling kearah Pek Koen Gie, "Aku tidak memiiiki obat penawarnya" jawab dara she Pek itu dengan wajah ketus dan suara hambar. Mendadak terdengar Giok Theng Hujien tertawa dan menimbrung kembali dari atas perahunya: "Pek kongcu betul-betul orang yang lihay.. sampai waktunyapun bisa dihitung dengan demikian tepatnya" "Ha..hah...Hujien, bukankah kau sangat lihay dan memiliki kepandaian ampuh ?" seru si Coe kat beracun Yauw Soet sambil tertawa nyaring." Apa salahnya kalau kau unjukkan kesaktianmu untuk menyelamatkan selembar jiwa dari Hong Po Seng?" Giok Theng Hujien tersenyurrn. "Aku sih memang memiliki sebatang Leng ci berusia seribu tahun; tapi sayang benda mustika itu tidak sempat kubawa dalam kunjunganku kali ini kalau tidak, untuk menolong selembar jiwanya aku rasa bukan satu persoalan yang sulit" Disaat semua orang sedang saling menimbrung itulah mendadak terdengar Hong po Seng merintih lalu berbisik lirih: "Hie Sim.. Hie Lek.. Hie Pi..." Mendengar disebutkannya nama2 jalan darah penting itu semua orang sama-sama dibikin terkesiap. si Malaikat berlengan delapan Cie Kim karena takut Yauw Soet turun tangan kembali untuk melenyapkan sianak muda itu dari muka bumi, badannya segera bergerak cepat dan membawa tubuh Hong Po Seng melayang mundur beberapa tombak jauhnya dari tempat semula, tangan kanannya bergerak berulang kali. dalam sekejap mata seluruh jalan darah "Tok Meh" yang disebutkan tadi sudah tertotok semua. Segulung angin berbau harum menghembus lewat Giok Theng Hujien sambil membopong makhluk aneh berbulu saljunya melayang naik keatas daratan, kepada Coe kat beracun Yauw Soet ia tersenyum dan berseru: "Betulkah orang itu bernama Hong-Po Seng ?" banyak amat kepandaian aneh yang ia miliki !" Kiranya Hoa Hujien terlalu sayang terhadap putranya ini, karena itu selama sepuluh tahun menyembuyikan diri dari kejaran musuh2 besarnya ia telah wariskan segenap kepandaian untuk menjaga serta melindungi dirinya kepada sang putra. Tapi sayang jarum beracun Soh Hoen Tok Ciam terlalu lihay, ditambah pula serangan keji dari Yauw Soet dilancarkan tanpa bekas dan tanpa terasa oleh karena ia itu meski Hong-po Seng sudah kerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya ia hanya bisa memperlambat datangnya kematian belaka, untuk melanjutkan hidup masih terlalu sulit baginya. Dalam pada itu suasana ditengah kalangan telah berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, semua pandangan mata sama2 ditujukan keatas tubuh Hong Po Seng. Si Coe-kat beracun Yauw Soet sendiri walaupun ada maksud hendak mencabut jiwa Hong-po Seng, tapi pada saat ini diapun berkeinginan agar pemuda itu bisa sadar kembali hingga dapat dilihat apa yang akan dilakukannya. Lama....lama sekali... ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagat perlahan lahan Hong po Seng membuka matanya kembali, lengannya ber-gerak2 seperti sedang berusaha untuk melepaskan diri dari cekalan Cie Kim. Terhadap pemuda kurus hitam yang berada dihadapannya ini simalaikat berlengan delapan Cie Kim mempunyai pandangan yang aneh, ia segera mengendorkan cekalannya sambil bertanya: "Hong po Seng apakah kau masih sanggup untuk mempertahankan diri ?"" Hong po Seng mengangguk. "Apakah kau ingin mengetahui jejak tentang "Pedang emas" dan menuntut balas bagi kematian Jien Bong ?" Ucapan ini begitu diutarakah keluar, sekujur tubuh simalaikat berlengan delapan Cie Kim bergetar keras, dengan cepat mengangguk. "Tentu saja " "Baik! aku akan memberi petunjuk satu jalan terang bagimu" ia merandek sejenak, setelah mengatur napasnya yang tersengkal sambungnya kembali. "Paling banter aku hanya bisa hidup setengah jam lagi, apa yang bisa kuucapkan tidak selalu banyak tapi kau harus membinasakan aku maka dengan sendirinya, aku tidak ingin menemui ajalku ditangan orang lain". "Aku orang she Cie menyanggupi permintaanmu itu" sahut malaikat berlengan delapan Cie Kim dengan tegas."Barang siapa berani turun tangan melukai dirimu, aku orang she Cie meskipun harus berjuang hingga darah berceceran tidak nanti akan membiarkan orang itu tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat" "Jien Tong kee dari perkumpulan kalian apakah malam ini bisa tiba disini?" Pat Pit Sioe Loo Cie Kim tertegun. "Lima propinsi yang terletak dalam wilayah Hoo pak sudah tertutup semua bagi lalu lintas, Tong kee kami harus melakukan inspeksi disemua daerah, mungkin besok malam ia baru akan tiba ditempat ini" Hong Po Deng mengangguk, sambil menjura katanya: "Sam Tong kee harap tunggu sejenak, cayhe ada sedikit urusan yang hendak kuselesaikan dahulu" Suasana ditengah kalangan kembali dicekam dalam kesunyian, segulung angin malam berhembus lewat membuat para jago kalangan Hek to yang membunuh orang tanpa berkedip itu secara tiba2 merasa hatinya jadi bergidik, banyak diantara mereka yang merinding dibuatnya. 00000000o 12 PERLAHAN2 Hong Po Seng memutar tubuhnya, mendadak kepada Pek Koen Gie ia berseru: "Nona Pek diantara kita bukankah pernah membicarakan tentang sesuatu ?". "Membicatakan soal apa?""tanya Pek Keen Gie tertegun. Hong Po Sang tertawa hambar. "Aku berlutut dihadapanmu dan masuk menjadi anggota perkumpulan Sin Kie Pang kalian. kemudian kau sekali tabok menggampar mulutku sehingga tiga buah gigiku copot. apakah kau telah melupakannya?" Air muka Pek Koen Gie kontan berubah jadi merah jengah, ia segera berpaling dan serunya kepada Oh Sam "Lepaskan beberapa orang itu." Oh Sam serta pria berbaju hitam itu segera mengiakan. buru2 mereka melepaskan Tong si Sam Hauw serta Chin Wan Hong dari cekalan dan membebaskan jalan darah mereka berempat. Ketika jalan darahnya masih tertotok tadi, keempat orang itu merasa banyak persoalan hendak diutarakan, tapi sekarang setelah berada didekat pemuda itu mereka semua malah berdiri menjublak tanpa sanggup mengucapkan sepatah katapun. Melihat wajah keempat orang itu Hong Po Seng menghela papas panjang: ,Aaai..! kekuatan kalian berempat terlalu lemah, lebih baik janganlah berkelana lagi didalam dunia persilatan" Setelah rnerandek sejenak untuk mengatur napas Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo ujarnya kembali. "Setelah aku mati nanti, para enghiong dari Sin Kie Pang meski tidak punya malu menyusahkan kalian lagi, lebih baik kalian pulanglah kekampung desa kelahiran kalian masing2!". "Kongcu..."terdengar Chin Wan Hong berseru sambil menahan isak tangis ditenggorokan. Hong Po Seng tersenyum. "Aku tidak lebih hanya berangkat satu langkah lebih duluan. tiada sesuatu yang terlalu luar biasa, nona Chinkau tak usah bersedih hati" Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan menambahkan: "Sam Tong kee. ilmu silat yang dimiliki empat orang ini sangat cetek lagi pula mereka tidak tersangkut dalam peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Liok Soat San cung. cayhe berharap agar Sam Tong kee bisa berbuat bijaksana terhadap mereka berempat " Suasana yang penuh diliputi kesedihan serta kepedihan memenuhi seluruh kalangan saat itu, semua orang ikut merasa beriba hati menyaksikan kejadian tersebut. Simalaikat berlengan delapan Cie Kim segera anggukkan kepalanya. "Baiklah!" dia menyanggupi. "Seandainya keempat orang itu ada maksud untuk berdiam disini, maka orang2 dari perkumpulan Hong Im Hwie tidak akan mengganggu atau mencelakai mereka ". "Semoga Sam Tong kee bisa pegang janji, cayhe disini banyak ucapkan terima kasih terlebih dulu" kata Hong po Seng, sambil sagera menjura member hormat, sinar matanya perlahan lahan dialihkan keatas wajah Kok See Piauw, dan serunya: "Sahabat Kok, bawa kemari!". Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua sinar mata segera dialihkan kearah kok See Piauw. Mendengar teguran itu anak murid dari Boe Liang Sin koen ini nampak terperanjat, sinar matanya dengan cepat melirik sekejap kearah Pek Koen Gie yang berada dihadapannya. Terdengar si Coe-kat beracun Yauw Soet tertawa keras, lalu menegur: "Hey Hong po Seng, apa yang kau inginkan?" Si Malaikat berlengan delapan Cie kim pun ikut maju kedepan, sambil melototi wajah Kok See Piauw dengan sorot mata tajam ia tertawa dingin tiada hentinya. "Kenapa" apakah kau hendak paksa aku untuk turun tangan" ". "Sam Tong kee, harap jangan gusar dulu, cayhe ada alasan untuk memaksanya agar menyerahkan diri" kata Hong po song sambil ulapkan tangannya, sinar matapun segera dialihkan kearah Kok See Piauw ujarnya. "Sahabat Kok. apabiia kau tidak mau serahkan kembali Teratai Racun Empedu Api itu kepadaku, maka Jien Sauw-ya akan kuanggap sebagai mati ditanganmu!" Malaikat berlengan delapan Cie Kim adalah salah seorang anggota yang ikut mendirikan perkumpulan Hong Im Hwie, separuh hidupnya boleh dibilang berkecimpungan didalam dunia persilatan, tetapi saat ini ia dibuat keder juga oleh kegagahan Hong Po Seng yang tidak jeri menghadapi kematian, kebengisan serta kebuasannya di hari2 biasa saat ini tak sanggup diperlihatkan. Ia segera mundur satu langkah kebelakang dan dengan tenang menyaksikan Hong Po Seng menyelesaikan masalah tersebut, Sebaliknya si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri, sehabis mendengar bahwa benda yang digembol Kok See Piauw bukanlah "Pedang Emas" dia pun tidak ikut banyak berbicara lagi. Mendadak terdengar Pek Koen Gie berkata hambar. "Kok heng.,serahkan Teratai Racun kepadanya!" Kok See piauw tertawa kering,, ia ambil keluar teratai racun empedu api itu dari sakunya dan melemparkannya kedepan. Setelah menerima kembali teratai racun itu. Hong po Seng mengatur napasnya yang tersengkal sengkal sedang dalam hati pikirnya: "Ibu memerintahkan aku bertukar nama untuk menghindari marabahaya yang mungkin akan mengancam diriku setiap saat, siapa tahu Thian telah berkehendak demikian Aaaai...! ini hari urusan telah berlangsung jadi begini dan aku telah berada diambang kematian. kalau memang harus mati, aku harus mati dalam keadaan yang tenang dan terbuka!" Sesudah mengambil keputusan didalam hati. ia segera angkat kepalanya. dengan sorot matanya yang tajam ia sapu semua wajah orang dan akhirnya berhenti diatas wajah Cie Kim. ujarnya dengan nada serius: "Sam Tong Kee, cayhe she Hoa bernama Hoa Thian Hong. aku tidak bernama Hong po Seng. Perkampungan Liok Soat san cung adalah harta peninggalan milik keluargaku, sedang teratai racun empedu api merupakan mustika milik keluarga Hoa kami. dan ini hari aku Hoa Thian Hong telah mengambil kembali barang milik keluargaku, rasanya orang tidak akan menganggap bahwa aku telah melakukan pencurian didalam perkampungan Liok-Soat San-cung bukan ?" Semua orang terkejut dan tercengang sehabis mendengar ucapan ini. Haruslah diketahui pada sepuluh tahun berselang nama besar Hoa Goan Sioe amat tersohor dikolong langit, setiap jago kalangan Pek-to sama2 menaruh hormat kepadanya, jago2 kalangan Hekto tunduk kepadanya. ia bagaikan sang surya ditengah hari.. Dan yang ia tinggalkan dalam dunia adalah tegaknya kebenaran di dunia serta ilmu silat yang maha dahsyat. Sepuluh tahun kemudian, ternyata keturunan dari Hoa Goan Sioe, telah muncul kembali didalam dunia persilatan, tentu saja semua orang jadi terkejut dan tercengang dibuatnya. Keheningan mencekam seluruh kalangan untuk beberapa saat tamanya, tiba2 terdengar si Harimau Pelarian Tiong Liauw berteriak keras. "Kongcu-ya. kiranya kau adalah Sauw-ya dari Hoa tayhiap, dimanakah Hoa hujien?" Dalam hati diam diam Hoa Thian Hong merasa sedih, tapi diluaran ia paksakan diri untuk tersenyum, sahutnya. "Ibuku telah mengasingkan diri ditengah pegunungan yang sunyi, sedari dulu beliau sudah tak berminat untuk mencamputi urusan keduniawian lagi.." Sedangkan Chin Wan Hong dengan air mata bercucuran segera berseru memanggil: "Hoa. kongcu...". Hoa Thian Hong tersenyum. "Aaaaii nona. ayahku almarhum pun bisa mati, kenapa cayhe tak bisa mati pula?"". Si Coe kat beracun Yauw Soet sendiri diam2 merasa terperanjat, ia merasa perhitungannya yang selalu jitu ternyata kali ini meleset sama sekali ia tak pernah berpikir sampai kesitu. hal ini membuat hatinya jadi sangsi dan ragu, ia tak tahu tindakan yang telah dilakukan ini sebenarnya benar atau tidak. Sedangkan si malaikat berlengan delapan Cie Kim serta Giok Theng Hujien diam diam merasa girang hati, mereka meaduga bahwa ibu Hoan Thian Hong pasti akan munculkan diri kembali didalam dunia parsilatan untuk membalaskan dendam bagi kematian putranya, dus berarti perkumpulan Sin Kie Pang telah mengundang satu bencana besar bagi mereka. Pek Koen Gie dan Kok See Piauw sekalian kecuali merasa terkejut bercampur tercengang mereka tidak sempat berpikir lebih jauh. Mendadak terdengar Hoa Thian Hong berkata kembali. "Sam Tong kee aku akan menceritakan kisah yang sebenarnya mengenai kematian dari Jien Bong. cuma. saja dibalik kisah tersebut masih tercekam pula oleh beberapa teka teki. tetapi asal kau sampaikan kepada Jien Tong kee dan dipikirkan dengan seksama, rasanya tidak sulit untuk menemukan jawabannya" "Hoa kongcu, silahkan katakan saja. aku orang she Cie akan mandengarkannya dengan seksama" sahut malaikat berlengan delapan Cie Kim dengan wajah serius. Persoalan ini mempunyai sangkut paut yang amat besar atas ketenteraman dunia persilatan, penyelesaian yang tidak benar bisa mengakibatkan terjadinya pertarungan sengit antara perkumpulan Sin Kie Pang, Hong Im Hwie serta perkumpulan Thong Thian Kauw. Mayat yang sudah bergelimpangan dimana2, darah yang berceceran bagaikan air selokan sudah bisa dibayangkan pasti akan terjadi. Oleb sebab itu semua orang yang hadir di tengah kalangan sama2 pasang telinga dan pusatkan perhatiannya untuk mendengarkan perkataan pemuda itu. Hoa Thian Hong sendiri diam2 pun berpikir dalam hatinya. "Seandainya aku menambah-nambahi kisah yang sebenarnya dengan cerita bohong mungkin pernyataanku malah akan disangsikan orang dan memancing ditingkatkannya kewaspadaan mereka terhadap masing2 pihak. Bagaimanapun juga peristiwa berdarah ini kalau bukan hasil karya dari Thong Thian Kauw pastilah perbuatan dari Sin Kie Pang, lebih baik aku mengatakan seadanya saja agar mereka menyesali sendiri persoalan itu !". Berpikir demikian, dengan wajah serius ia lantas berkata. "Didalam perjalananku pulang kedalam perkampungan untuk mengambil teratai racun Empedu Api, secara kebetulan aku telah memergoki pertemuan rahasia yang ditakukan Jien Bong dengan seorang perempuan berkerudung hitam, suatu ketika tempat persembunyian ketahuan maka cayhe dipaksa untuk turun tangan bergebrak melawan Jien Bong: Tatkala cayhe sedang bertarung mengadu tenaga lwekang dengan Jien Bong itulah gadis tadi bukannya membantu dia sebaliknya malah mencabut pisau belatinya dan menusuk punggung Jien Bong." "Setelah peristiwa itu cayhe sambil melarikan diri bertempur tiada hentinya dengan gadis tadi, sampai keesokan harinya kita baru saling berpisah. Sedangkan mengenai persoalan "Pedang emas" cayhe sama sekali tidak tahu menahu". Mendadak terdengar si Coe kat Beracun Yauw Soet menimbrung: ,,Terang2an kau tahu kalaub "Pedang emas" itu sudah terjatuh ketangan Jien Tong kee. kenapa pada waktu itu.." Mertabat serta kedudukan Hoa Goan Sioe didalam dunia persilatan sangat tinggi dan terhormat, hal ini tak dapat memaksa dia untuk menaruh curiga kepada Hoa Thian Hong bahwa sanya ia sedang berbohong, kata2 yang sudah meluncur keluar dari tenggorokannya segera ditelan kembali mentah2.... Hoa Thian Hong mengerti apa yang ingin ia katakan. sambil melirik sekejap kearah Cie Kim ujarnya hambar: "Cayhe belum pernah menyaksikan " Pedang emas" tersebut, percaya atau tidak terserah pada kebijaksanaan Sam Tong-kee !" "Aku orang she Cie percaya akan perkataanmu ini" ia merandek sejenak, lalu tanyanya lagi: "Hoa Kongcu, dari mana kau tabu kalau "Pedang emas " itu telah terjatuh ketangan Jien Tong-kee dari perkumpulan kami ?"". "Oooh, soal ini ?" pemilik dari "Pedang emas" tersebut dewasa ini masih dipenjarakan didalam perkumpulan Sin Kie Pang, aku tahu akan persoalan ini karena dia yang mengatakannya sendiri kepada cayhe!" "Haaah..haaah.haaah.. bagus ! bagus sekali" Timbrung Giok Theng Hujien secara tiba2 sambil tertawa. "Pek Pang cu benar2 lihay dan punya kepandaian luar biasa. aku masih mengira Cioe It Bong telah berhasil memecahkan rahasia "Pedang emas' itu dan bersembunyi ditengah pegunungan yang sunyi untuk berlatih silat, rupanya ia sudah terjatuh ketangan Pek pangcu dan sampai sekarang masih menjadi tamu terhormat didalam penjaranya ! " Gelak tertawa serta sindirannya benar-benar mempunyai ciri khas tertentu, begitu buka suara cukup membuat orang dari perkumpulan Sin Kie Pang jadi jengah dan riku. Sajak tadi Pek Koen Gie sudah mangkel dan mendongkol sekali, tetapi diapun tahu kalau perempuan tersebut merupakan seorang manusia yang paling menakutkan, setelah sabar dia harus sabar terus hingga akhirnya ia tak tahan dan melotot kearahnya dengan sinar mata berapi-api. Si Coe kat beracun Yauw Soet cepat mengikuti perubahan air muka Pek Koen Gie dengan sangat jelas, melihat ia mulai gusar dan takut dara itu mengambil tindakan sembrono, buru2 ia tertawa panjang dan berkata: "Hujien, kau keliru besar, meskipun Cie It Bong berada didalam markas besar- perkumpulan kami, tetapi ia kami layani sebagai tamu agung dan bukannya tawanan didalam penjara. Ha..hah..kapan saja bila kita berhasil mengundang kehadiran Hujien, kau akan tahu akan kelihayan dari pangcu kami" "Aaahh....rupanya sikakek telaga dingin bernama Cie It Bong" batin Hoa Thian Hong didalam hati. "Coe-kat Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo beracun Yauw Soet sungguh seorang manusia licik yang bermuka tebal, pandai amat ia memutar balikkan keadaan tanpa merasa jengah, diapun termasuk manusia yang lihay" Dalam lamunannya mendadak ia rasakan daya kerja racun keji yang bersarang didalam nadi " Tok-Meh " nya per-lahan2 merembes keatas dan kian lama tekanan itu kian bertambah kencang, agaknya dua buah jalan darah pentingnya telah tertembus. Secara lapat2 ia mulai merasa amat sakit dan sukar ditahan iebih lanjut. Si Malaikat bertangan delapan Cie Kim yang menyaksikan air muka sianak muda itu sudah berubah jadi pucat ke-abu2an, sikapnya lesu dan lemah. ia segera sadar bahwa kematian pemuda itu sudah hampir tiba. Buru buru tanyanya : "Hoa kongcu, siapakah nama dari perempuan berkerudung hitam itu ?" "Ia mengaku dirinya she-Poei bernama Che Giok dan berasal dari Sekte Agama Thong Thian Kauw, benar atau tidak cayhe tidak berani yakin seratus persen ". Malaikat berlengan delapan Cie Kim segera berpaling hardiknya : "Hujien, apakah didalam perkumpulan agama kalian terdapat seorang gadis yang bernama Poei Che Giok?" "Ada!" sahut Giok Theng Hujien sambil tertawa cekikikan. ia segera berpaling dan menggape kearah dalam ruang perahunya. "Giok jie! ayoh cepat kemari" teriaknya." Bagus sekali. diluar sepengetahuanku kau telah melakukan perbuatan bagus!". Semua orang merasa terperanjat dan sama2 berpaling kearah perahu, terlihatlah sesosok bayangan manusia berkelebat lewat. gadis yang sendiri tadi berdiri disisi kursi kebesaran Giok Theng Hujien itu segera melompat ketengah lapangan, serunya: "Aku tidak pernah meninggalkan sisi tubuh hujien, apakah aku pernah membunuh orang dan mencuri benda mustika?". "Hong Po Seng..."seru Giok Theng Hujien dengan alis berkerut." Ooh.... Hoa Thian Hong, dialah Poei Che Giok, orang yang kenali dirinya diwilayah timur ataupun selatan tidak sedikit. coba lihatlah apakah dia adalah gadis yang membunuh orang dan mencuri mustika itu?"". Meskipun gadis ini mempunyai kecantikan wajah yang menggiurkan dan pakaian yang dikenakan juga berwarna ungu tetapi usianya cuma enam belas tahunan, raut wajahnya sama sekali tidak mirip dengan gadis pembunuh serta pencuri benda mustika itu. Setelah dipandangnya beberapa saat Hoa Thian Hong segera gelengkan kepalanya berulang kali. "Bukan. bukan nona ini! ". Ia merandek sejenak, kemudian kepada Cie Kim sambungnya. "Sedari permulaan tadi aku sudah menerangkan bahwa dibalik kejadian ini masih terdapat pula teka teki yang belum terpecahkan, pergerakan ini jelas sudah diatur oleh suatu rencana yang amat sempurna, lebih baik kau selidiki dan bicarakan lagi dengan Tong kee kemudian baru mengambil keputusan ". Malaikat berlengan delapan Cie Kim mengerutkan alisnya rapat2. "Hoa kongcu. kenapa kau tidak sekalian tuliskan bagaimanakah potongan serta raut wajah dari gadis yang mengaku bernama Poei Che Giok tersebut?"... Hoa Thian Hong mengangguk, ia menoleh kesamping dan katanya: "Nona Pek, setelah cayhe mengatakannya nanti harap kau jangan marah ataupun salahkan diriku ". Pek Koen Gie tertegun tapi ia segara mengangguk. "Katakantah, salahkan dirimu pun tak berguna ! ". Hoa Thian Hong tertawa hambar. "Gadis yang membunuh orang dan mencuri benda mustika itu mempunyai raut wajah yang hampir mirip dengan dirimu, ilmu silatnya tidak lemah dan ilmu meringankan tubuhnya jarang sekali ditemui dalam dunia persilatan ! ". "Hong-po Seng kau jangan memfitnah orang semaunya sendiri ! "teriak Kok See Piauw dengan gusar. "Aku bernama Hoa Thian Hong dan bukan Hong-po Seng, apa yang telah aku orang she-Hoa katakan mau tidak mau kau harus mempercayainya" Tiba2 sianak muda itu merasakan ulu hatinya teramat sakit, tubuhnya sempoyongan kebelakang dan hampir saja jatuh terjenkang keatas permukaan tanah. Chin Wan Hong serta si Harimau Pelarian Tiong Liauw buru-buru maju kedepan, satu dari kiri yang lain dari kanan segera memayang tubuhnya hingga tak sampai terjatuh ketanah. Harimau ompong si nenek tua she-Tiong mendadak mendepakan kakinya ketanah sambil putar badan ia menangis terisak. "Hmmm..apanya yang mirip" sementara itu malaikat berlengan delapan Cie Kim berpikir didalam hatinya,"Mungkin saja Poei Che Giok adalah Pek Koen Gie, dan Pek Koen Gie adalah Poei Che Giok! ", Tiba tiba terdengar Giok Theng Hujien berkata: "Yauw heng, dalam kolong langit dewasa ini hanya Hoa Thian Hong seorang yang pernah menjumpai gadis pembunuh dan pencuri benda mustika itu, memandang diatas wajah Jien Tong kee aku harap kau sukalah mempertahankan selembar jiwanya" "Siluman rase sialan" diam2 Coe kat beracun Yauw Soet memaki didalam hatinya, "Kau berulang kali memojokkan posisi aku orang she Yauw, hmmm kalau aku tidak membiarkan dirimu untuk merasakan kelihayanku, percuma aku dijuluki orang sebagai si Coe kat beracun" Dengan langkah lebar si Malaikat lengan delapan Cie Kim maju menghampiri diri Yauw Soet, seraya menjulurkan tangannya kedepan ia berkata dengan wajah menyeringai: "Yauw heng, kalau kau punya obat penawar harap serahkan kepada diri siauw te" "Haah....haah Sam Tong kee, masa kau suka mempercayai perkataan dari Giok Theng Hujien?"". Terdengar Giok Theng Hujien tertawa terkekeh-kekeh sambil goyang pinggul menghampiri kehadapan Yauw Soet katanya: "Yauw heng, dihadapanku kau berani menyumpahi diriku. jangan salahkan kalau aku tidak akan bersikap hormat terhadap dirimu lagi". JILID 9 Teratai racun Empedu Api TATKALA dilihatnya perempuan itu berjalan menghampiri kehadapannya seakan-akan berhadapan dengan musuh tangguh si Cukat beracun Yauw Sut segera mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam telapak untuk mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan, sepasang matanya dengan tajam mengawasi perempuan itu tanpa berkedip. "Orang ini adalah lengan kanan dari Pek Siauw-thian," pikir malaikat berlengan delapan Cia Kim di dalam hati "Andaikata aku berhasil melenyapkan dirinya saat ini juga, itu berarti bahwa aku berhasil menyingkirkan sabuah tiang tonggak penyanggah dari perkumpulan Sinkiepang, kemudian bilamana perkumpulan Hong Im Hwat serta Thong Thian Kauw biasa bekerja sama, rasanya tidak sulit untuk melenyapkan segenap kekuatan dari perkumpulan Sin-kie-pang dan membagi rata ketujuh daerah propinsi di Selatan menjadi kekuasaan dua perkumpulan." Berpikir demikian, ia lantas berkata dengan nada ketus, "Yauw-heng andaikata kau tidak suka menyerahkan obat penawar itu kepadaku untuk menyelamatkan selembar jiwa Hoa Thian-hong sehingga pembunuh yang sebetulnya sukar ditemukan, maka itu berarti Thong Thian Kauw pun tidak akan luput dari kecurigaan, sekalipun Giok Theng Hujien bisa mengampuni dirimu, belum tentu siauwte bisa bersikap sungkan-sungkan terhadap dirimu!" "Ucapan dari Sam Tang-kee Sedikitpun tidak meleset," sambung Giok Theng Hujien sambil tertawa merdu. "Yauw-heng! apabila kau tidak mau menyerahkan obat penawar itu lagi, kami segera akan turun tangan!!...." Perempuan inipun tahu bahwa Yauw Sut tidak bakal memiliki obat penawar tersebut separti apa yang dikehendaki Cia Kim, di dalam hati kecil diapun berhasrat untuk mengajak pihak perkumpulan Hong-im-hwie untuk bekerja sama melenyapkan si Cukat beracun Yauw Sut terlebih dahulu. Si Harimau pelariain Tiong Liauw sedang merasa sedih karena keadaan dari Hoa Thian-hong, kini setelah mendengar ada orang menantang Yauw Sut untuk menyerahkan obat penawarnya, seketika itu juga dengan langkah lebar ia maju ke depan. Serunya, "Hey orang she-Yauw, apabila hari ini kau tidak serahkan obat penawar itu, sekalipun aku Tiong Liauw tidak mampu menghajar dirimu, paling sedikit aku akan menggigit badanmu." Si Harimau ompong nenek tua shek-Tiong serta putranya si Harimau Bisu Tiong Long yang melihat kejadian itu segera ikut mengerubut ke depan, dalam keadaan gusar dan di liputi emosi ketiga orang itu telah melupakan kelihayan dari Si Cukat beracun Yauw Sut. Tiong Luo-tiang! Ayoh Segera kembali terdengar Hoa Thian-hong berseru. "Apakah kalian sudah lupa akan perkataanku di saat mewariskan ilmu silat tersebut kepada kalian?" Daya kerja racun keji yang bersarang di dalam badannya mungkin sudah bereaksi hingga sekujur tubuhnya terasa amat sakit dan tersiksa, di dalam mengutarakan kata-katanya itu terdengar suara Hoa Thian-hong sudah berubah jadi serak, lirih dan gemetar.... Cukat beracun Yauw Sut mendongak dan tertawa lantang, "Haaah............... haaah.............. haaa....kalian benar-benar tidak memahami keadaan yang benar. Hmm! Kamu anggap Hoa Hujien adalah seorang manusia yang gampang dilayani" Seandainya ia munculkan diri lagi di dalam dunia persilatan dan berseru kepada umat Bulim, maka komplotan-komplotannya di masa silam pasti akan berduyun-duyun munculkan diri. Coba bayangkan apakah manusia-manusia lihay itu bukan merupakan satu ancaman bahaya bagi kekuasaan kita semua" Kini kami dari pihak perkumpulan Sin-kie-pang dengan pelbagai akal berusaha hendak menyingkirkan musuh tangguh ini dari muka bumi, sebaliknya kalian malah memaksa aku orang she-Yauw untuk menyerahkan obat penawar guna manyelamatkan jiwa putranya, bukankah tindakan kilian ini justru malah terbalik dan tidak mempertimbangkan berat entengnya persoalan" Aku takut apabila Thian Ie Kauwcu serta Jien Tang-kee mengetahui urusan ini, dalam hati kecil mereka akan merasa tidak senang hati!" Malaikat berlengan delapan Cia Kim terkesiap sehabis mendengar ucapan itu, pikir nya, "Perkataan bangsat itu sedikitpun tidak salah, perduli dia mempunyai obat penawar atau tidak, asal Hoa Thian-hong mati maka hal ini berarti akan mendapatkan ketidak beruntungan bagi pihak Sin-kie-pang!" Karena berpendapat demikian ia segera mengundurkan diri ke samping dan menanti tiga Hoa Thian-hong mati karema keracunan. Giok Theng Hujien memutar biji matanya mendadak ia tertawa mengejek. "Tok Cukat benar-benar luar biasa, hanya mengucapkan dua tiga patah kata saja telah berhasil melenyapkan ancaman kematian yang bakal menimpa dirinya. Aaaai ketajaman lidah ternyata memang jauh lebih hebat daripada kekuatan sepuluh laksa prajurit bersenjata lengkap." Dalam hati Cukat beracun Yauw Sut menaruh kebencian yang amat sangat, tetapi tidak ia perlihatkan di luaran, sinar matanya segera dialihkan ke arah Hoa Thian-hong. "Sam Tang-kee" terdengar Hoa Thian-Hong berkata sambil mengangkat Teratai Racun Empedu Api itu ke atas. "Teratai racun ini kecuali mengandung racun yang amat keji sama sekali tiada kegunaan lain, aku akan memintanya kembali." "Hmmm! apakah kau hendak membawanya pulang ke akhirat?" pikir Cia Kim si malaikat berlengan delapan dalam hati. Hoa Thian-hong sendiripun tidak menantikan jawabannya, ia alihkan sinar matanya menyapu sekejap ke sekeliling tempat itu, tatkala dilihatnya Tiong-si Sam Houww serta Chin Wan Hong pada menangis terisak, ia segera menghela napas panjang. "Aaaai....! cuwi sekalian..............." Tiba-tiba ia merasa bahwa banyak bicara tiada kegunaannya, sebelum pemuda itu sempat berbuat sesuatu badannya terasa tak kuat menahan diri, mulutnya segera ditutup dan hawa murni diempos keluar dari pusar untuk melindungi denyutan jantung. Setelah menentukan arah ia jatuhkan diri berlutut menghadap ke Barat-laut. "Hoa kongcu......" terdengar Chin Wan Hong menjerit sambil menahan isak tangisnya. "Kau............ apakah kau ada pesan-pesan terakhir yang hendak kau sampaikan?" Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hoa Thian-hong yang berlutut di atas tanah berpikir di dalam hati. "Sebetulnya aku hendak titip kabar kepada seseorang untuk disampaikan kepada ibuku, tapi aku takut memancing setan masuk pintu hingga rahasia tempat persembunyian ibuku ketahuan. Aaaai....! setelah aku mati ibupun tak dapat hidup lebih jauh, lebih baik kita anak dan ibu berjumpa di alam baka saja!" Karena berpikir hegitu ia lantas gelengkan kepala dan mulai kemak-kemik mencoba doa. Suasana di kalangan pada saat itu hening..... sunyi...... tak kedengaran seorang manusiapun yang buka suara, Tiong-si Sam Houww serta Chin Wan Hong pun hanya menangis terisak, seakan-akan semua orang tidak ingin mengganggu doanya yang terakhir. Angin malam berhembus lewat menerbitkan bunyi lirih yang memilukan hati, perasaan sedih dan iba hampir menyelimuti sebagian orang yang hadir di situ. Beberapa saat kemudian Hoa Thian-hong telah selesai berdoa, tampak ia menjalankan penghormatan beberapa kali kemudian memasukkan Teratai Racun Empedu api itu ke dalam mulutnya, setelah dikunyah-kunyah segera di telan ke dalam perut. Tampaklah si harimau ompong nenek tua she Tiong mendepak-depakan kakinya ke atas tanah, jeritnya keras, "Yaaan ampuh.. Oooh Thian, habis sudah." Ia duduk mendeprok di atas tanah dan menangis tersedu-sedu. Beberapa saat kemudian sekujur badan Hoa Thianhong mengejang keras, sambil berbaring di atas tanah ia berguling ke sana ke mari mulutnya merintih kesakitan dan beberapa gumpal darah kental berwarna hitam muntah keluar dari mulutnya. Dalam waktu singkat sernua orang yang hadir dibikin saling berpandangan dengan wajah muram, si harimau pelarian Tiong Liauw, si harimau bisu Tiong Long serta Chin Wan Hong sama sama jatuhkan diri berlutut di atas tanah dan menangis pilu. Pemandangan itu benar benar menyedihkan hati setiap orang, kendati sekawanan orang orang hek-to yang biasanya membunuh orang tanpa berkedip saat itu ikut merasa beriba hati. Pek Kun-gie pertama-tama yang putar badan masuk ke dalam ruang perahunya dengan kepala tertunduk, Giok Theng Hujien serta dara berbaju Ungu itu saling berpandangan sekejap lalu meloncat kembali ke atas perahunya, sedangkan Cukat beracun Yauw Sut yang merasa uringin segera menjura ke arah malaikat berlengan delapan Cia Kim lalu dengan membawa anak buahnya kembali ke atas perahu. Malaikat berlengan delapan Cia Kim tahu bahwa Hoa Thian-hong pasti akan menemui ajalnya, melihat pemuda itu mengerang kesakitan di atas tanah sambil bergulinggulingan dalam hati timbul perasaan tidak tega ia segera maju ke depan sambil mengirim satu pukulan. Chin Wan Hong yang berlutut di sisinya jadi kaget dan berseru tertahan ketika menyaksikan kejadian itu, ia menubruk ke depan menutupi badan Hoa Thian-hong dengan tubuhnya lalu jeritnya keras-keras, "Jangan lukai dirinya!" Si Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertegun, setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya ia berkata, "Aku berbuat demikian karena bermaksud baik!" Setelah merandek ia menghela napas panjang, tambahnya, "Sayang di sini bukanlah wilayah Biauw, kalau tidak kita bisa mohon bantuan diri Kioe Tok Sian Cie ...." Sikap serta keadaan diri Chin wan Hong sama sekali berubah, seakan-akan telah berubah jadi seseorang yang lain, ia mendongak dan bertanya dengan wajah termangu-mangu. "Kenapa kalau ada Mioe Tok Sian cie?" Malaikat berlengan delapan Cia Kim tertawa kering. "Kioe Tok Sian Cie adalah seorang ahli di dalam menggunakan racun, tapi kalau ia harus menjumpai korban karena makan Teratai Racun Empedu Api.... aku rasa walaupun dewa turun dari kahyanganpun tidak nanti bisa menyelamatkan jiwanya." Lama sekali Chin Wan Hong berdiri termangu-mangu, mendadak selintas keteguhan hati berkelebat di atas wajahnya. "Aku akan coba pergi mencari dirinya!" ia berseru. Dengan sepasang tangannya ia membopong tubuh Hoa Thian-hong kemudian berjalan menuju tepi sungai. Menyaksikan tingkah laku dara ayu itu, di dalam hati kecilnya si malaikat berlengan delapan lantas berpikir, "Rupanya si gadis ini menaruh rasa cinta terhadap diri Hoa Thian-hong, cuma saja merasa pemuda itu masih dalam keadaan sehat ia tidak sampai perlihatkan perasaannya itu." Melihat sinar matanya kabur dan tidak tenang, dengan sikap yang limbung dara itu berjalan menuju ketepi sungai, sepasang alisnya kontan berkerut, teriaknya, "Nona, jarak dari tempat ini menuju ke wilayah Biauw amat jauh sekali, kalau aku ingin berjalan menuju ke situ sampai di tengah hutanpun belum tentu tiba di tempat tujuan, lebih baik urungkan saja niatmu itu!" "Aku akan pergi mencobanya!" jawab Chin Wan Hong singkat. Jelas kesadaran otaknya telah kabur dan separuh hilang, tanpa memandang atau melirik ia langsung meloncat naik ke atas perahu besar di mana si Cukat beracun Yauw Sut berada. Tiong-si Sam Houww yang semalam ini selalu dirundung kesedihan dan menangis tiada hentinya kini baru mendusin dari kepedihan hatinya, mereka terperanjat dan buru-buru mengejar ke depan ikut meloncat naik ke atas perahu besar. Tok-Cukat Yauw Sut serta Pek Kun-gie sekalian melirik sekejap ke arah Chin Wan Hong kemudian memandang pula ke arah Hoa Thian-hong yang berada di dalam bopongannya. Tampaklah si anak muda itu berada dalam keadaan meram dan tak berkutik, darah kental berwarna hitam masih mengucur keluar tiada hentinya, sepintas lalu kelihatannya ia sudah putus nyawa. Karena itu setelah melirik sekejap ke arah mereka, orang-orang itu segera alihkan pandangannya ke arah lain dan tidak memperdulikan keempat orang itu lagi. Beberapa saat kemudian perahu mulai bergerak tinggalkan tepian, sementara perahu besar yang ditumpangi Giok Theng Hujien berlayar menjauhi tempat kejadian, ketiga buah perahu dari perkumpulan Sin-kiepang bergerak menuju ke tepi seberang. Si harimau pelarian Tiong Liauw yang menjumpai Chin Wan Hong sambil membopong tubuh Hoa Thian-hong berdiri di ujung perahu, di mana tubuhnya bergoncang dan sempoyongan tiada hentinya, seakan akan setiap saat kemungkinan besar bisa tercebur ke dalam sungai, hatinya jadi tidak tega, ia segera maju menghampiri sambil katanya. "Nona, biarlah aku yang membopong tubuh Hoa sauw ya!" "Tidak usah!" sahut Chin Wan Hong sambil menggeserkan tubuhnya satu langkah ke samping. Si harimau pelarian Tiong Liauw terperanjat, karena takut gadis itu tercebur ke dalam sungai terpaksa diamdiam ia memperhatikan dan mengawasi gerak-geriknya di samping dara tersebut, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Perahu dengan cepatnya merapat di tepi pantai, semua orang telah berloncatan naik ke darat tapi Chin Wan Houg masih berdiri termangu-mangu di ujung perahu, menanti Tiong-si Sam Houw menegur dirinya ia baru membopong tubuh Hoa Thian-hong dan melangkah turun dari atas perahu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong jadi kelabakan dibuatnya, terpaksa mereka menguntil terus di belakangnya. Pemuda yang dahulu bernama Hong-po Seng dan kini bernama Hoan Thian-hong itu, setelah menelan Teratai Racun Empedu Api seluruh darah segar di dalam tubuhnya telah berubah jadi cairan beracun, daya kerja racun jarum sakti penembus tulang yang dihadiahkan Pek Siauw-thian di atas bahunya sudah tidak menunjukkan arti yang dalam lagi, racun tersebut bagaikan tetesan air di tengah samudra lenyap kegunaannya. Meski demikian jantung Hoa Thian-hong masih berdetak dan badannya masih terasa hangat, seakanakan Thian tidak tega untuk mencabut kembali jiwanya dan memberi kesempatan kepada si anak muda ini untuk meronta dan berjuang untuk menentang maut. Meskipun Chin Wan Hong hanya sempat bertemu sebanyak tiga kali dengan si anak muda itu dan saat berkumpul mereka hanya beberapa hari saja, tetapi berhubung watak yang sama dan di antara mereka terasa ada kecocokan, maka dalam hati kecilnya yang ramah, halus dan penuh welas itu telah tumbuh benih cinta yang mendalam, cuma saja ia tak herani mengutarakan rasa cintanya itu di luaran. Tetapi benih cinta yang telah tumbuh dalam hatinya kian lama kian bertambah besar, ia merasa tak dapat membendung perasaan hatinya itu. Hingga akhirnya Hoa Thian-hong berada di ambang maut, dalam keadaan begini semua halangan dan rintangan yang mengganjal hatinya lenyap dan tersingkirkan dengan sendirinya, tanpa ia sadari rasa cinta yang terpendam selama inipun terutarakan keluar. Sepanjang pejalanan Chin Wan Hong serta Tiong-si Sam Houww berada di depan sedangkan Cukat beracun Yauw Sut dengan memimpin anak buah perkumpulan Sin-kie-pangnya membuntut di belakang, memandang bayangan punggung beberapa orang itu entah bagaimana secara tiba-tiba Pek Kun-gie merasakan dirinya seolah-olah telah kehilangan sesuatu. Sesudah termangu-mangu sesaat lamanya, mendadak Oh Sam yang mengikuti di belakangnya ia berseru, "Bawa kereta dan hantar mereka menuju ke tempat tujuan, setelah mengubur Hong-po............ Hoa Thianhong nanti, coba kau bereskan dan aturlah diri mereka sehingga beberapa orang itu terhindar dari pelbagai kesulitan!" Oh Sam mengiakan, dengan cepat ia berlalu dari situ. Tatkala Chin Wan Hong sekalian telah melakukan perjalanan sejauh beberapa li, Oh Sam dengan keretanya telah menyusul tiba segera ujarnya, "Nona Chin! kalian mau pergi kemana" mari cayhe hantar kalian sampai di tempat tujuan." Kegagahan serta kehebatan yang ditinggalkan Hoa Thian-hong telah membuat orang ini bersikap sangat hormat terhadap diri Chin Wan Hong. Terdengar Chin Wan Hong menjawab dengan sikap bimbang, "Kami akan menuju ke wilayah Biauw, perjalanan yang amat jauh sekali!" "Aaaai.....nona ini tentu sudah gila karena rasa sedih yang kelewat batas" pikir Oh Sam dalam hati Sesudah tertegun sejenak ia lantas berseru, "Naiklah dulu ke atas kereta, setibanya di kota Keng-Chiu nanti boleh kau lanjutkan kembali perjalanan!" Pikiran Chin Wan Hong pada saat ini telah kalut dan kacau balau, ia cuma tahu secepatnya pergi ke wilayah Biauw, oleh sebab itu sehabis mendengar tawaran tadi tanpa berpikir panjang ia segera menerobos masuk ke dalam ruang kereta. Si Harimau pelarian Tiong Liauw yang menyaksikan kejadian itu, tanpa berpikir panjangpun ikut meloncat masuk ke dalam ruang kereta. Si nenek tua she-Tiong serta putranya Tiong Long pun terpaksa ikut masuk ke dalam kereta. Perjalanan menuju ke arah Selatan dilakukan dengan sangat cepat, sepanjang perjalanan Oh Sam selalu menyediakan makanan dan minuman yang cukup pelayanannya terhadap beberapa orang ini ternyata baik dan sangat ramah. Setelah lewat beberapa hari rasa sedih yang mencekam Tiong-si Sam Houww mulai berkurang, kejernihan otak merekapun sudah pulih kembali seperti sedia kala, hanya Chin Wan Hong seorang yang pikirannya tetap kabur dan tidak beres, setiap hari baik siang maupun malam ia selalu mendampingi Hoa Thianhong, tak sepatah katapun diucapkan dan sikapnya tetap termangu-mangu terus. Dalam pikiran Oh Sam semula, setelah ia menghantar mereka sampai di kota Keng-chiu maka pikiran serta kejernihan otak Chin Wan Hong telah pulih kembali seperti sedia kala, sehabis mengubur jenazah Hoa Thianhong maka tugasnyapun akan selesai. Siapa tahu setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, ia temukan bahwasanya Hoa Thian-hong yang nampaknya sudah mati itu ternyata napasnya belum putus dan jantungnya masih berdetak meski amat lemah sekali, ia jadi terkejut bercampur keheranan. Dalam keragu-raguannya kereta dilarikan semakin cepat lagi langsung menuju ke dalam wilayah Biauw. Haruslah diketahui letak wilayah Biauw amat terpencil sekali dan berada di arah Barat daya, jaraknya dari Tionggoan kira-kira ada satu dua laksa li, begitulah dengan tanpa banyak komentar dan banyak bicara kelima orang itu sambil mengawal Hoa Thian-hong yang Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo hampir sekarat meneruskan perjalanan siang dan malam, kurang lebih satu bulan kemudian akhirnya sampailah mereka di tempat tujuan. Siang itu kereta memasuki wilayah Hek Hong Tong, Oh Sam pun segera menghentikan lari kudanya dan membuka pintu kereta, kepada Chin Wan Hong ujarnya, "Nona, antara perkumpulan Sin-kie-pang dengan Kioe Tok Sian Cie pernah mengadakan perjanjian bahwa orang-orang dari perkumpulan kami tidak diperkenankan melewati wilayah Hek Hong Tong, karena itu maafkanlah diri cayhe apabila tak bisa menghindar perjalanan kalian lebih lanjut!....." Mendengar perkataan itu Chin Wan Hong segera membopong tubuh Hoa Thian-hong dan meloncat keluar dari dalam kereta. "Terima kasih atas pertolonganmu!" serunya dengan sinar mata liar menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian tambah nya, "Di manakah Kioe Tok Sian Cie itu?" "Aaai..... penyakit yang diderita nona ini entah bisa sembuh atau tidak?" batin Oh Sam di dalam hati. Ia segera mjnuding ke arah gua-gua suku Siauw yang berada di bagian depan sahutnya, "Setelah melewafi gua-gua itu berangkatlah menuju ke arah Selatan dan carilah letak sebuah selat yang disebut selat Hoe-HiangKok, di situlah Kioe-Tok Stan-Cie berdiam!" "Terima kasih atas bantuanmu," Chin Wan Hong mengangguk. "Setelah penyakit yang diderita Hoa Kongcu sembuh, aku pasti akan suruh dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepadamu." Rupanya gadis ini merasa amat gelisah dan tergesagesa, sehabis mengucapkan kata-kata itu ia segera berjalan menuju ke daerah perumahan suku Biauw, kepala tidak di paling dan ia sama sekali tidak memperdulikan apakah Tiong-si Sam Houww mengikuti dibelakangnya atau tidak. Nenek tua she-Tiong merasa tidak tega, cepat-cepat ia memburu ke depan dan mengikuti di belakangnya. Oh Sam menghela napas panjang dan alihkan sinar mata ke arah si Harimau Pelarian Tiong Liauw. Seorang tua itu segera menjura dan mengucapkan rasa terima kasihnya atas jerih payah Oh Sam dalam menghantar mereka selama ini, kemudian dengan membawa putranya mengejar sang istri serta Chin Wan Hong yang telah menjauh, Pergaulan yang lama di antara mereka berempat ditambah pula rasa terima kasih serta hutang budi dari Tiong-si Sam Houw terhadap Hoa Thian-hong, membuat ketiga orang itu tanpa sudah telah menganggap Chin Wan Hong sebagai majikan mereka, sepanjang perjalanan si harimau ompong nenek tua she Tiong itu tak pernah berpisah sejengkalpun dari gadis tersebut, pelayanannya amat baik dan teliti. Setelah mencari keterangan mengenai letak selat Hoe Hiang Kok, berangkatlah ke-empat orang itu menerobosi Hek Hong Tong dan menuju ke arah selatan... Kiranya selat Hoe Hiang Kok letaknya berada di tengah-tengah wilayah Biauw, sesudah melakukan perjalanan siang malam selama tiga hari, akhirnya tempat tujuanpun berada di depan mata. Tampaklah di hadapan mereka terbentang samudra bunga yang amat luas, bunga yang beraneka warna menyiarkan bau harum yang semerbak, di tengah tumbuhan bunga tampak sebuah jalan kecil menghubungkan tempat itu dengan selat Hoe Hiang Kok, selain itu tidak nampak jalan lain lagi. Tiong-si Sam Houw jadi sangat kegirangan, sebaliknya Chin Wan Hong tetap bersikap kaku dan murung, perjalanan siang malam yang dilakukan dengan susah payah selama ini ditempuhnya dengan gigih tanpa melepaskan tubuh Hoa Thian-hong barang sekejappun, ia tidak membiarkan tubuh pemuda itu dibopong oleh siapapun. Kini gadis itupun tidak berdiam terlalu lama di sana, setelah merandek sejenak ia segera lanjutkan perjalanannya memasuki hutan bunga tersebut. Siapa tahu belum sampai beberapa ratus tombak mereka berjalan, mendadak keempat orang itu merasakan badannya jadi limbung dan tak terhindar lagi secara beruntun mereka roboh terjengkang ke atas tanah dan jatuh tak sadarkan diri. Kiranya sepuluh li di sekitar samudra bunga ini disebut barisan Hoe-Hiang-Tin, semua jago lihay yang bagaimana dahsyatpun ilmu silatnya setelah melewati daerah tersebut pasti akan keracunan dan jatuh tidak sadarkan diri. Chin Wan Hong sekalian berada dalam keadaan sedih dan punya pikiran yang mengganjal di dalam hati, ditambah pula tenaga lwekangnya amat cetek, hal ini tentu saja semakin memperlemah keadaan mereka, oleh sebab itu belum jauh mereka berjalan beberapa orang itu sudah roboh tak sadarkan diri. Kurang lebih setengah jam kemudian, dari balik pepohonan yang lebat muncul beberapa orang gadis suku Biauw dengan gerakan cepat bagaikan kilat.... Sungguh cepat gerakan tubuh mereka, dalam sekejap mata mereka sudah berdiri di sisi Chin Wan Hong. Terdengar ucapan Kukulala-kukulala yang tidak dimengerti bergema memecahkan kesunyian, diikuti orang-orang itu membopong mereka berempat dan bergerak masuk ke dalam selat. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki beberapa orang gadis muda itu sangat lihay, belum sampai seperminum teh samudra bunga sudah dilewati dan mereka langsung menuju ke dalam selat yang terkurung bukit. Di dalam selat terdapat sebuah tanah lapang yang luas, bagian yang dekat dengan pintu luar penuh ditanami bunga-bungaan yang aneh dan beraneka ragam, setelah memasuki sebuah tebing terlihatlah sebuah lapangan berbentuk lingkaran bulan yang berdempetan dengan dinding tebing yang terjal, di bawah dinding terdapat sebuah pintu gua berbentuk bulat, di sisi pintu besar tadi terdapat pula empat buah gua bulat yang jauh lebih kecil dan teratur rapi. Sementara itu sekelompok perempuan-perempuan berwajah cantik sedang berkumpul di tengah lapangan, di tengah kebun terdapat pula sekelompok gadis sedang menyirami bunga, ketika menyaksikan ada orang asing dibawa masuk mereka segera berseru nyaring dan samasama meninggalkan pekerjaannya untuk berkerumun, beberapa saat kemudian mereka membawa Chin Wan Hong sekalian yang tak sadarkan diri itu masuk ke dalam gua besar. Ruangan di dalam gua itu tinggi dan luas, udara terasa amat dingin, tepat berhadapan dengan pintu masuk terletak sebuah pembaringan terbuat dari batu pualam yang luas, di sisi pembaringan batu itu berderet dua belas buah bantalan bulat yang terbuat dari batu pualam juga. Pada saat itu di atas pembaringan duduk seorang perempuan muda suku Biauw yang berwajah amat cantik, bertangan telanjang, berdada terbuka sehingga nampak buah dadanya dan berpakaian sangat minim, sedang di atas bantalan yang berjumlah dua betas buah itu duduk beberapa orang gadis. Begitu tubuh Chin Wan Hong sekalian dibaringkan ke atas tanah, perempuan muda suku Biauw yang duduk di atas pembaringan itu segera membuka matanya dan menatap wajah Hoa Thian-hong tajam-tajam, kemudian ia loncat turun dari pembaringan dan mengucapkan sepatah kata bahasa Biauw. Setelah itu dengan tangannya yang putih mulus dan halus itu ia membuka kelopak mata Hoa Thian-hong untuk diperiksa sejenak kemudian memegang pula denyutan nadi si anak muda itu. Beberapa saat kemudian seorang gadis dengan membopong sebuah guci yang penuh berisikan cairan air obat berwarna merah tawar berjalan masuk ke dalam gua, dengan menggunakan sebuah cawan kecil dara tadi menyedu air obat kemudian diguyurkan ke dalam mulut Chin Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw. Suasana di dalam gua berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, berpasang-pasang biji mata yang jeli sama-sama diarahkan ke atas wajah beberapa orang yang belum sadarkan diri itu. Di antara mereka hanya sepasang mata perempuan muda itu saja yang ditujukan ke atas wajah Hoa Thianhong, sambil memeriksa denyutan nadinya air muka perempuan itu tampak berubah hebat dan menundukkan rasa terkejut bercampur tercengang. Lewat seperminum kemudian secara beruntun Chin Wan Hong serta Tiong-si Sam Houw telah siuman kembali, Seakan-akan otaknya secara mendadak berubah jadi tajam dan pandai, begitu membuka matanya gadis she Chin itu segera menuju sekejap sekeliling tubuhnya kemudian meloncat bangun dan jatuhnya diri berlutut di hadapan perempuan muda suku Biauw itu. Tiong-si Sam Houw yang menyaksikan perbuatan dari iru tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka juga meloncat bangun dan jatuhnya dari berlutut di atas tanah. Perempuan muda suku Biauw alihkan sinar matanya menyapu sekejap ke arah empat orang itu, kemudian melepaskan cekalannya pada nadi Hoa Thian-hong dan kembali duduk di atas pembaringannya. Chin Wan Hong segera maju ke depan dan berlutut kembali di hadapan perempuan itu tak sepatah katapun yang diucapkan keluar. Mendadak tampaklah perempuan muda itu mengerutkan alisnya, lalu menegur, "Hey bocah perempuan, kenapa kau berlutut dan angguk-anggukkan kepalamu tiada hentinya?" Bahasa Han yang digunakan ternyata lancar dan amat jelas sekali untuk didengar. Chin Wan Hong tertegun, diikuti dengan air mata bercucuran dan menahan isak tangis yang makin menjadi sahutnya, "Siauw-li bernama Chin Wan Hong, kami datang untuk menyambangi Kioe Tok Sian...... untuk menyambangi Kioe Tok Sian Nio!" Perempuan muda suku Biauw itu tersenyum "Akulah Kioe-Tok Sian-Ci! kedatanganmu kemari apakah disebabkan karena hendak menolong jiwa bocah itu?" Sambil berkata ia tuding ke arah tubuh Hoa Thianhong. Begitu mendengar bahwasanya perempuan yang berada di hadapannya adalah Kioe-Tok Sian-Cie, gadis she-Chin itu segera anggukkan kepalanya berulang kali. "Sian-Nio! tolonglah selembar jiwanya, sekalipun siauw-li harus menyeberangi samudra api dan mendaki gunung golok, aku pasti akan membalas budi kebaikan dari Sian-Nio!" Tiong-si Sam Houww berlutut di sisinya, si harimau pelarian Tiong Liauw serta si harimau ompong nenek tua she-Tiong mengucurkan air mata tiada hentinya, bibir mereka berkemak-kemik seperti mau ikut berbicara tapi tak sepatah katapun yang meluncur keluar kegelisahan serta kecemasan yang tertera di atas wajah mereka sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Air muka Kioe-Tok Stan-Ci berubah jadi amat murung dan membesi, seolah-olah dia pun telah menjumpai suatu masalah yang amat menyulitkan dirinya, setelah tundukan kepala termenung beberapa saat lamanya tibatiba ia gelengkan kepalanya berulang kali. "Sian Niol" seru Chin Wan Hong dengan air mata bercucuran. "Ia sudah terkena ja rum beracun pengunci sukma milik Sin-kie-pangcu, kemudian menelan pula Teratai Racun Empedu Api. Tolonglah selembar jiwanya Sian-Nio! Berbuatlah welas dan usahakanlah penyembuhan baginya." "Aaah! Ternyata benar, disebabkan karena benda itu," bisik Kioe-Tok Sian-Cie sambil alihkan sinar matanya dan melirik sekejap ke arah Hoa Thian-hong yang berbaring di atas tanah. Bibirnya kembali bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi setelah lama sekali termenung akhirnya dengan wajah serius ia baru berkata, "Terus terang saja kukatakan kepadamu, dewasa ini pemuda ini masih berada dalam keadaan hidup atau telah mati, aku sendiri pun tidak jelas. Aku tak bisa menyelamatkan jiwanya, darimana bisa kukabulkan permintaanmu itu?" "Sian-Nio! Kau pasti bisa menyelamatkan jiwanya, tolonglah......" seru Chin Wan Hong lagi dengan air mata bercucuran. Kioe-Tok Sian-Cie segera tersenyum. "Kau si bocah perempuan benar-benar amat bodoh, andaikata suku bisa menyelamatkan jiwa rekanmu itu, maka aku tak akan disebut Kioe Tok Sian Cie si Dewi cantik sembilan Bisa!" "Kenapa?" dara she Chin itu dengan mata melotot bulat. "Bukankah aku lebih baik disebut Sip Tok Sian Cie si dewi cantik sepuluh Basa?" Para gadis muda yang duduk di atas bantalan batu pualam itu kesemuanya adalah anak murid Kioe Tok Sian Cie, mereka semua mengerti akan bahasa Han karena itu sehabis mendengar perkataan gurunya tak tertahan mereka semua tertawa geli. Tiba-tiba terdengar gadis yang duduk di atas batubatu bantalan batu pualam dekat dengan pembaringan itu berseru, "Hay, Chin Wan Hong, apakah pemuda itu adalah kekasihmu?" Bara Maharani Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Gadis suku Biauw biasanya polos dan tidak pemandang terlalu ketat akan hubungan antara pria dan wanita, pertanyaan ini musti diutarakan amat terbuka dan bukan dibuat tapi segera membuat Chin Wan Hong jadi tersipu, wajahnya berubah jadi merah padam, kepalanya tertunduk rendah-rendah dan tak sepatah katapun yang sanggup diutarakan keluar!" "Lan Hoa! jangan banyak bicara," tukas Kioe Tok SianCie dengan cepat. "Aku tak sanggup menyelamatkan orang, banyak bertanya malah terasa rada tidak enak!" "Suhu, tecu amat senang dengan Chin Wan Hong ini!" seru gadis yang bernama Lan Hoa itu sambil tertawa. "Kita tak sanggup menyelamatkan jiwa orang, senangpun tak ada gunanya!" Pembicaraan tersebut dilakukan dengan bahasa Han, dengan sendirinya Tiong-si Sam Houw dapat menangkap artinya dengan jelas. Si nenek tua she Tiong yang berjulukan harimau ompong adalah seorang yang berjiwa terbuka, apa yang ia pikirkan selalu diutarakan tanpa dipikir lagi. Kini ia tak kuasa menahan diri segera serunya, "Sian-Nio! kau toh belum turun tangan untuk mencoba darimana bisa tahu kalau jiwa Hoa sauw-ya tak bisa tertolong lagi" bilamana kau tak sudi untuk menolong jiwanya, kamipun tak bisa banyak bicara, sebaliknya kalau kau mengatakan tak sanggup untuk menolong.... julukan Sian-Nio sebagai Kioe Tok kenapa tidak dikurangi satu menjadi Pat-Tok Sian-cie saja"....." Pat-Tok Sian-Cie adalah dewi cantik delapan bisa. Pada dasarnya nenek tua ini memang seorang yang berbuat mengikuti emosi belaka, otaknya sama sekali tak pernah digunakan. Kini setelah hatinya jadi gelisah karena jiwa Hoa Thian-hong tak tertolong, ucapan yang diutarakan keluarpun kedengarannya amat menusuk perasaan. Chin Wan Hong jadi gelisah bercampur cemas, ia takut di dalam gusarnya Kioe-Tok Sian-Cie akan mengusir mereka keluar dari wilayahnya, karena itu dengan air mata berlinang kembali menganggukkan kepalanya berulang kali. Sebetulnya Kioe-Tok Sian-Cie serta anak muridnya merasa amat terharu oleh kesedihan hati Chin Wan Hong, apa daya racun Teratai Empeau Api itu memang sulit di tolong, maka dalam keadaan serba salahnya iapun tak mengerti harus berbuat apa. Mendadak terdengar si Harimau Pelarian Tiong Liauw berkata, "Sian Nio! kongcu ini bernama Hoa Thian-hong, dia adalah putra tunggal dari Hoa Goan Sioe yang amat Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 Pendekar Rajawali Sakti 204 Titah Sang Ratu Undangan Berdarah 1