Ceritasilat Novel Online

Cincin Maut 7

Cincin Maut Karya Tjan Id Bagian 7


"Buru-buru Liong Tian im mempersiapkan senjata patung
Kim mo sin jin nya sambil dia latar ditengah udara, lalu
bentaknya dengan suara dalam:
"Siapa di situ ?"
N&ea pinto . . ."
Dari balik kabut pagi yang tebal menyelusup keluar seorang
tosu setengah umur yang membawa pedang, dengan sorot
mata yang tajam bagaikan kilat dia awasi wajah Liong Tian im
lekat lekat. "LaIu setelah tertawa dingin serunya:
"Berhenti didepan sana adalah telaga pasir bila tiada
urusan disini, lebih baik cepat cepat enyah keluar dan lembah
Tay gan kwan ini . . ."
"Huh, kau ini manusia macam apa ?" jengek Liong Tian Im
sambil menggetarkan senjata patung Kim mo sin jinnya
"berani benar mengucapkan kata kata semacam itu di
hadapanku !" Tosu itu hanya merasa berkilauannya cahaya emas dari
balik senjata yang digetarkan Liong Tian im, berhubung kabut
496 putih terlampau tebal, ia tak berdaya untuk melihat jelas
senjata apakah yang berada ditangan anak muda itu.
Menanti jarak diantara mereka berdua bertambah dekat,
dua tombak itu mengetahui kalau senjata yang dipergunakan
Liong Tian im adalah senjata patung Kim mo sin jin dengan
segera dia baru mundur dua langkah kebelakang.
"Kau adalah iblis emas berjari darah?" cegahnya dengan
perasaan terkejut bercampur ngeri.
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi dengan
suara gemetar: "Apakah kau juga yang telah membunuh puluhan orang
anggota perguruan Hud bun sewaktu berada dibukit Thay san
tempo hari?" "Benar" sahut Liong Tian im sambil mempersiapkan
senjatanya "jika kau tahu diri lebih baik jangan menghadang
jalan pergiku, aku harap kau jangan mencoba-coba lagi."
"Aku It Oh cu sudah lama mendengar nama sicu." kata tosu
itu dengan suara dalam dan sepasang mata yang berkilat
tajam, "beruntung pagi ini aku bisa bersua dengan iblis maut
berjari darah yang berhati hitam dan bertangan keji, dengan
begitupun aku dapat pembalaskan dendam bagi kematian
anggota hud bun di tanganmu .."
Dengan perasaan berat dia mundur selangkah, lalu seluruh
jubah pendetanya menggelembung besar, pedangnya dengan
memancarkan cahaya tajam sepanjang tiga inci langsung
mengancam tubuh Liong Tian im.
497 Agak tertesiap juga Liong Tian-im setelah menyaksikan It
Oh cu dari To~keh su sian, segera mempersiapkan posisi
suatu serangan ilmu pedang tingkat tinggi terhadapnya, satu
ingatan dengan cepat melintas di dalam benaknya.
"Tojin ini bisa berada dalam deretan To bum su-sian, hal ini
berarti dia memiliki suatu kepandaian yang maha dahsyat, kini
mati hidup Bok toako belum diketahui, aku tak boleh mengulur
waktu kelewat lama . . ." demikian dia berpikir.
Sambil membentak tubuhnya segera melejit ke tengah
udara, senjata patung Kim mo sin jin digetarkan ditengah
udara lalu menghantam tubuh It Oh cu keras keras.
Buru buru It Oh cu memutar pedangnya, dengan jurus San
ya ctan pat huan (San Ya berkerudung mtUwia delapan
sampan), tampak cahaya pedang berputar, lapisan cahaya
pedang yang menyilaukan mata secara berIapis lapis
menyambuti lapisan patung Kim mo sin jin dan menyusup
kedalam tubuh Liong Tian im.
Liong Tian-lm segera membalikkan senjata patung Kim mo
sin jinnya seraya membentak nyaring: "sambut pula sebuah
seranganku ini !" Jurus serangan tersebut dilancarkan dengan sepenuh
tenaga, selain cepat juga ganasnya bukan kepalang.
Im Oh-cu amat terperanjat setelah menyaksikan datangnya
ancaman tersebut. 498 "Traaang . . . !" ditengah udara berkumandang suara
bentrokan senjata yang amat nyaring mengakibatkan bunga
api memercik ke empat penjuru.
Secara beruntun It Oh cu mundur berapa Iangkah
kebelakang, sementara pedangnya sudah dihajar sampai
bengkok oleh senjata patung Kim mo sin jin tersebut.
Selain lengan menjadi kaku dan kesemutan
relepsfc tangannya juga pecah serasa fnhetS, buru buru dia
mengayunkan pedangnya dengan gugup, kuatir Liong Tian-im
mempergunakan kesempatan tersebut untuk melancarkan
serangan lagi. Liong Tian-im tertawa hambar, segera jengeknya:
"Huhu., . rupanya yang dinamakan To-keh su sian tak lebih
cuma begitu saja. . .."
It-oh cu menjadi amat gusar, dia segera menengadah
sambil tertawa seram. "Haahh . .haahh. . .haha . . bocah keparat, kau betul-betul
menghina orang!" Begitu menarik kembali senyumannya, hawa pembunuhan
yang amat tebal tiba tiba saja menyelimuti seluruh wajahnya,
dia maju kedepan dengan langkah lebar sementara dari
seluruh tulang belulang tubuhnya bergema suara
gemerutukan nyaring. Kemudian sesudah meraung penuh kegusaran pedangnya
digetarkan keras menciptakan enam buah gelombang pedang
499 yang tiada tara cepatnya langsung membabat ke tubuh Liong
Tian im. Traaang . traang. . ." secara beruntun bergema enam kali
benturan nyaring, ke enam buah serangan pedang itu
dilepaskan dalam waktu singkat dan sekaligus.
Liong Tian im harus mengucurkan keringat dingin sehabis
menahan ke enam buah serangan berantai lawan, diam diam
dia dibuat terkejut juga oleh kelihayan ilmu pedang lawan.
"Hmm!" Liong Tian im mendengus dingin, tampaknya kau
cukup perkasa juga. ."
Dia tak sudi menunjukkan kelemahannya, senjata patung
Kim mo sin jin tersebut segera diputar menciptakan selapis
bayangan keemas-emasan. Tampak senjata patung mestika itu dengan kecepatan yang
mengerikan langsung meIabrak ke muka secara lurus.
"Aduuuh!" Di mana patung mestika itu menyambar cepat, terpancar
keluar kekuatan yang tiada taranya.
It oh cu segera merasakan dadanya menjadi kencang, tak
kuasa lagi dia menjerit kesakitan tubuhnya tiba tiba saja
berjumpalitan kedepan. "Kau, kau benar-benar seorang iblis haus darah yang
membunuh orang tak berkedip." serunya dengan suara
gemetar. Liong Tian im sama sekali tidak memandang It Oh cu yang
tergeletak terluka dalam barang sekejappun, setelah
500 mendengus dingin sekulum senyuman hambar menghiasi
bibirnya. "Perduli siapakah dia." serunya dengan lantang "asal dia
berani bermusuhan dengan si iblis emas berjari darah, tiada
seorang pun yang bisa berakhir dengan selamat."
Berbicara sampai disitu, tubuhnya secepat sambaran kilat
menembusi kabut yang tebal dan berlalu dari situ sembari
tertawa terbahak bahak. Mendadak dihadapan Liong Tian im terbentang sebuah
pasir putih yang luas, disisi sebelah kiri pantai berpasir itu
merupakan sebuah sungai, air mengalir dengan tenangnya di
sana. Dengan termangu mangu dia berhenti disini, tampak diatas
pantai pasir berwarna putih ini si jago pedang buta Bok Ci
sedang berdiri disana sambil memutar pedangnya seperti
titiran air hujan, sementara Leng Hongya terdesak mundur
tiada hentinya. Tapi Leng Hongya tak mau mengelak dia memutar
pedangnya dan menghadapi pula si jago pedang buta Bok Ci
dengan serius, tampaknya kedua belah pihak sama-sama
bertahan dan menyerang dengan rapatnya.
Dihadapan kedua orang itu tampak seorang tojin sedang
memandang kedua orang itu dengan wajah kaget bercampur
tercengang, seakan akan tidak percaya kalau jago pedang
buta Bok Ci bisa bertarung seimbang dengan Leng Hongya.
Liong Tian im segera melayang maju ke depan dengan
berteriak keras keras, "Bok toako, siaute Liong Tian im telah
datang. 501 "Jangan kemari, pasir itu merupakan jebakan!" seru si jago
pedang buta Bok Ci kaget.
Sayang peringatan itu diberikan sangat terlambat, baru saja
sepasang kaki Liong Tian im menginjak permukaan tanah,
mendadak pasir yang diinjaknya itu menghisap tubuhnya ke
dalam. Dengan perasaan terkejut dia lantas berseru:
"Toako, apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Tempat itu merupakan pasir berawa yang akan
menenggelamkan setiap benda, kau keliwat tidak berhati-hati
!" seru Jago pedang buta Bok Ci sambil menarik kembali
pedangnya. Baru saja ia melayang turun Leng Hongya yang berada di
belakangnya telah menyusul tiba. Buru buru Jago pedang buta
Bok Ci mengayunkan pedangnya melancarkan sebuah
bacokan, setelah itu sambil menarik tangan Liong Tian-im,
serunya keras-keras: "Jangan takut !"
Pedangnya diayun ke muka memaksa Leo Hongya harus
mundur untuk menghindar diri, diatas wajahnya terlintas
sekulum senyuman dan akhirnya tak tahan lagi dia tertawa
tergelagak: "Haah, haaah, haaah, Bok ci, aku menginginkan benar
kalian berdua bersama-sama mampus terkubur di tempat ini."
Sementara itu, Liong Tian im merasakan dari dalam pasir
berwarna itu memancar ke Iuar suatu tenaga hisapan yang
502 amat besar. buru-buru dia meronta beberapa saat mencoba
untuk meloloskan diri, tapi usahanya selalu gagal, akhirnya
dengan putus asa dia berseru:
"Toako, kau jangan mengurusi aku, cepat bunuh Leng
Hong ya.,." Dalam pada itu, jago pedang buta Bok ci selain harus
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk
mengambang diatas pasir, dia pun harus mengerahkan tenaga
umuk melawan serangan serangan dari Leng Hong ya, mana
harus menahan pergelangan Liong Tian im pula agar tubuhnya
jangan sampai tenggelam. Bayangkan saja satu kekuatan harus terbagi tiga bagian,
seketika itu juga dia menjadi kepayahan.
"Hehehe.." Leng Hong ya tertawa seram, "aku
menginginkan kalian mampus."
Serentetan cahaya pedang memenuhi angkasa serangan
angin pedang segera menderu deru.
Kabut yang tebal lambat laun semakin menipis, cahaya
matahari yang berwarna keemas emasan telah memancar
masuk membuat pasir tersebut nampak berkilauan
menyiarkan cahaya emas. Makin lama tubuh Liong Tian im tenggelam semakin dalam,
kini sebatas pinggangnya sudah terbenam ke dalam pasir
berlumpur. Peluh telah membasahi jidat jago pedang buta Bok di
wajahnya mengejang keras hawa murni yang terhimpun
dalam pusarnya hampir saja sudah membuyar ..
503 Dengan penuh penderitaan dia berseru: "Adik Liong, kau
harus menyabarkan diri. ."
"Heeh .. heeh . . heeh ..." Leng Hongya memperdengarkan
suara tertawa dingin yang menyeramkan, pedangnya
diayunkan ke tengah udara keras teras, desingan hawa
pedang menderu deru, seluruh angkasa segera diliputi
bayangan pedang yang berkilauan.
Hujan pedang yang rapat dan deras segera menimpa dan
menyelimuti sekujur tubuh jago pedang buta. .
Waktu itu jago pedang buta harus membagi tenaganya
menjadi tiga bagian, sepasang bibirnya segera dikatupkan
rapat-rapat lalu menarik napas panjang, tubuhnya bergeser di
atas pasir berlumpur dan pedangnya meluncur ke muka
secepat kilat. "Traang . .. ! benturan nyaring menggeletar ditengah
angkasa sehingga menimbulkan percikan bunga api.
Akibat dari bentrokan itu Leng Hongya terhentak berhenti
mundur lima langkah dengan sempoyongan.
Dengan wajah tercengang dia berseru:
"Hei, gerakan keberapakah dari ilmu pedang Thian yang
kiam hoat yang kau pergunakan?"
Jago pedang buta Bok Ci berkedip, dia menarik napas
dalam dalam, satu ingatan dengan cepat melintas dalam
benaknya, lalu pikirnya: 504 "Leng Hongya adalah seorang tokoh persilatan yang lihay,
bila jurus pedang dari perguruan lain berhasil diIihat sekejap
saja olehnya. niscaya jurus pedang itu pun akan
^mm " "dttW k " o" I a iImu pedang Tee- ciok jit-kiam bisa
berbeda dengan Thian yang kian hoat lantaran didalam setiap
jurus serangan ilmu Thian yang kiam hoat terdiri dari tiga
perubahan yang berbeda, setiap perubahan merupakan
kamuflase dan memiliki perubahan yang tak terduga . . . .
jangan jangan dia berniat menyadap ilmu silatku sewaktu
kugunakan jurus serangan yang ampuh tadi . . ."
Berpikir sampai disitu, Bok Ci segera mendengus dingin,
tegurnya: "Buat apa kau menanyakan persoalan itu ?"
Saat itu Leng Hongya tidaa terlampau terburu napsu untuk
melancarkan serangan, sambil tertawa dingin katanya:
"Kau anggap aku tidak kenal dengan jurus Bong bong bu


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

vang (kosong melompong tiada tepian) tersebut" Hmm" . ..
akan kutunjukkan sebuah jurus serangan pula kepadamu !"
Sembari berkata pedangnya menciptakan gelombang
pedang ditengah udara Ialu menciptakan tujuh buah bunga
pedang yang perubahannya bagaikan sekuntum bunga besar
berwarna perak saji berbarerg dengan hembusan hawa
pedang semuanya tahu tahu sudah berlalu. Tak terlukiskan
rasa kaget jago pedang buta mendengar desingan tersebut,
katanya dengan gemetar: "Mengapa kau bisa mainkan jurus Jit sat siau jiao (tujuh
iblis menubruk sukma) tersebut ?"
505 Sambil menggigit bibir dia menundukkan kepala dan
termenung sebentar, kemudian sambungnya:
"Sudah pasti enci yang mewariskan jurus ini kepadamu. . ."
Walaupun dia tak dapat menyaksikan betapa seram dan
hebatnya Leng Hongya melancarkan serangan dengan jurus
Jit sat sian hun di, namun didengar dari ke tujuh desingan
angin pedang yang terpancar keluar, dengan cepat ia dapat
kenali jurus serangan itu sebagai salah satu jurus yang pa'iug
tangguh dari leIuhurnya. Terkesiap hatinya setelah mengetahui hal tersebut, karena
dia tahu tidak ada harapan lagi baginya untuk dapat meraih
kemenangan usil Leng Hongya, scuii'g^n lairpn tcimo rm
dsh dan murung segera menyelimuti setan wajahnya.
"Hmm, ilmu pedang Thian yang kiam hoat tak ada sesuatu
yang aneh" dengus Leng Hongya dingin, "jika kau tidak
percaya, silahkan saja melancarkan sebuah serangan
kepadaku." Padahal ucapan mana hanya suatu gertak sambal belaka,
maksudnya dia hendak menekan perasaan seram dan ngeri
lebih dulu dalam hati Manusia buta itu agar dia sangsi dan
kehilangan rasa percayanya pada diri serdiri.
Jago pedang buta merasakan hatinya bergetar keras,
serunya kemudian dengan suara dingi dan hambar.
506 "Betul betul kau mencuri belajar jurus serangan dari
perguruan lain, hmm, akan kuberitahukan perbuatan
munafikmu itu keseluruh perguruan besar didunia ini, . ."
Leng Hongya meludah dengan sinis.
"Huuuh, perguruan manakah didunia persilatan dewasa ini
yang bisa menangkan serangkaian dari ilmu pedang Iangit
serta pedang bumiku, Leng Hongya adalah ketua dari selaksa
pedang akan berbuat demikian?"
"Hmm, ketua dari selaksa pedang" Sungguh tak tahu
malu..." jengek jago pedang buta sambil mendamprat sepedas
itu" Berkobar juga hawa marah dalam hati Leng Hong ya, dia
segera melompat keudara, pedangnya diayunkan kedepan dan
langsung membabat bahu jago pedang buta.
Liong Tian im menjadi amat terkesiap, buru-buru serunya:
"Toako, hati hati!" Setelah meraba datangnya serangan
pedang lawan, jago pedang buta segera membetot tubuh
Liong Tian im dengan tangan kirinya, sementara pedang
ditangan kanannya dilintangkan didepan dada.
Menanti serangan lawan sudah dihaeirkan tepat ditengah
jalan, mendadak dia memutar pedangnya sambil membacok
lengan Leng Hong ya. Siapa tahu, baru saja tubuhnya menginjak tanah, kuda
kudanya tergempur ia menjadi amat terkesiap, buru buru
hawa murninya dihimpun untuk menahan gerak tubuhnya
yang tenggelam ke bawah. 507 Siapa tahu pada saat itulah, sebagian besar tubuh Liong
Tian-lm sudah terbenam kedalam pasir berlumpur sehingga
tinggal kepalanya saja yang masih berada diluar.
Secara beruntun Leng Hongya melancarkan tujuh buah
serangan yang semuanya itu memaksa jsgo pedang buta
bermandikan keringat dingin, berhubung Liong Tian im masih
terbawa didalam pasir berlumpur, hal mana membuat dia tak
sanggup uatuk menyerang Leng Hongya.
Sekuat tenaga Liong Tian im meronta, kemudian teriaknya
keras keras: "Toako, cepat lepaskan aku, dengan begitu kau baru dapat
menghadapinya dengan sepenuh tenaga . .. "
"Adik Liong" ujar jago pedang buta dengan sedih, "bila
harus mati, kita akan mati bersama!"
Mencorong sinar buas dari balik mata Leng Hoogya, dia
tertawa seram. "Heeehh . . . heeehh . . . heeehh , . . bagus sekali, kalian
bisa mati bersama sama, hal ini sudah terhitung sesuatu yang
tidak gampang!" Belum habis dia berkata, selapis hawa pembunuhan yang
sangat tebal dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya,
tampak dia berpekik nyaring, selapis hawa pedang dengan
menciptakan cahaya berkilauan menerjang tiba dengan
hebatnya. Jago padang buta Bok Ci segera menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya sambil membetot tubuh Liong
Tian im keatas bentaknya keras keras:
508 "Adik Liong, bangun !"
Tampak tubuh Liong Tian im melejit ke tengah udara,
tatkala jago pedang buta Bok Ci menggetarkan pergelangan
tangannya, seluruh tubuh Liong Tian im segera melayang
turun toh diluar pantai pasir tersebut . . .
Membetot orang, mengayunkan badan dan mengegos
kesamping, tiga macam perkerjaan itu dilakukan jago pedang
Bok Ci pada saat yang bersamaan, ketika serangan sebuah
pedang dari Leng Hongya meluncur tiba, Jago pedang buta
telah menggerakkan pedangnya untuk membendung.
Tapi, oleh karena tenaga yang dipergunakan untuk
membetot Liong Tian im tadi kelewat besar, mendadak ujung
kaki kirinya menjadi terjerumus ke depan hingga badannya
turut condong kemuka. Buru buru dia menggunakan tiga macam ancaman yang
mengarah tiga arah yang berbeda untuk memaksa Leng
Hongya sehingga tak berani kelewat mendekati tubuhnya.
Jago pedang buta Bok Ci berpekik nyaring, mendadak pasir
berlumpur itu membelah ke samping, tubuhnya melesat
keluar. Leng Hongya tertawa dingin, sambil mengayunkan
pedangnya dia mengejar dari belakang.
Sementara itu rasa kaget yang menyelimuti hati Liong Tian
im telah berhasil diatasi, melihat Leng hongya memburu
datang, hawa amarah segera menerjang naik keatas dadanya,
dia mendengus dingin. 509 "Hm. toako !" serunya dengan ssnBFTVJi ftktf, "biar aku
yang membereskan dia . ." serentetan cahaya emas yang
amat menyilaukan mata tiba-tiba melesat keluar dari
genggamannya, senjata patung Kim mo-sio jin telah diangkat
ke udara siap melancarkan serangan mematikan sementara
anak muda itu mengawasi lawannya dengan pandangan
penuh kegusaran. Leng Hongya amat terkesiap, gumamnya tanpa sadar:
"Senjata patung Kim mo sin-jin! senjata patung Kim mosinjin!"
Dengan perasaan tercengang dia menghentikan gerakan
tubuhnya, lalu menarik napas dalam dalam, dengan sorot
mata yang tajam dia awasi Liong Tian im lekat lekat.
Tatkala sepasang mata mereka saling bertetmu, kedua
belah pihak sama sama tidak mengucapkan sepatah katapun.
Selang berapa saat kemudian, Leng Hongya baru tertawa
seram sembari menegur: "Siapakah kau sebenarnya " Darimana kau dapatkan
senjata patung Kim mo sin jin tersebut ?"
"Hmm, asal kau bisa menangkan senjata Kim mo sio jin
ditanganku ini, aku akan memberitahukan kepadamu," ujar
Liong Tian im dengan suara dingin.
"Hmm," Leng Hongya mendengus penuh penghinaan,
"manusia yang benar benar tak berpendidikan, lohu tak akan
pandang sebelah mata pun terhadap manusia semacam kau .
." 510 Liong Tian im merasa gusar sekali setelah mendengar
ucapan itu, sambil memutar senjata patung Kim mo sin jin, dia
maju selangkah ke depan dan langsung menerjang kearah
Leng Hongya. Terjangan mana paling tidak disertai tenaga sebesar seribu
kati, deruan angin terjangannya amat menusuk pendengaran.
Terkesiap juga Leng Hongya setelah menyaksikan betapa
dahsyatnya tenaga terjangan itu, dia tak berani menyambut
serangan patung Kim mo sin jin tersebut dengan pedangnya,
buru buru dia menarik senjatanya sambil mengundurkan diri.
Mencorong sinar tajam dari balik mataj Liong Tian im,
serunya dengan suara dalam:
"Leng Yok peng, beranikah kau menyambut serangan
patung Kim mo sin-jin ini?" sebagai seorang tokoh persilatan
dalam dunia persilatan entah berapa banyak pertempuran
besar atau kecil yang pernah dialami Leng Hongya, namun
belum pernah dia jumpai orang yang berani menantang
dirinya untuk berduel."
Tak heran kalau dia naik pitam sesudah mendengar
tantangan tersebut, akan tetapi tatkala sepasang matanya
memandang sekejap wajah Liong Tian-im, tiba tiba hatinya
terkesiap dan menjadi termangu mangu.
Sesudah tertegun sekian waktu, satu ingatan terlintas
didalam benaknya, dia lantas berpikir: "Heran, kenapa raut
wajah anak muda itu seperti kukenal dengan sangat " Tapi
anehnya aku tak bisa mengingat-ingat dimanakah kami
pernah berjumpa muka dengannya. . ."
511 Sesudah termenung lagi beberapa waktu, mendadak dia
bertanya: "Apakah kau adalah putranya Liong Siau thian?"
Liong Tian im menghentikan gerakan tubuhnya dan
menjawab dengan dingin: "Benar, aku datang ke lembah Tee ong kok ini untuk
menyelidiki kematian ayahku!"
Paras muka Leng Hongya berubah dengan cepat dia
menegur: "Siapa yang memberitahukan kepadamu kalau aku
mengetahui persoalan ini?"
"Kau tidak tahu?" Liong Tian im tertegun "Hui Ko jelas
memberi tahukan kepadaku " Dari mana dia bisa menduga,
lantaran persoalan itu menyangkut suatu masalah yang
kompleks, banyak orang enggan melibatkan di dalam peristiwa
itu dan banyak orang berusaha menghindarkan diri atau
menjawab tidak tahu."
Leng Hongya sendiripun cukup mengetahui kalau persoalan
ini menyangkut banyak jiwa manusia, menyangkut
keselamatan dunia persilatan, itulah sebabnya meski dia
mengetahui peristiwa itu amat jelas, namun diapun enggan
untuk mengutarakan keluar dari pada dia ketimpa banyak
kesulitan yang tak diinginkan .."
Leng Hong ya segera mendengus lalu ujarnya:
512 "Ternyata Hui ko yang ngaco belo tak karuan, aku sudah
menduga kalau dialah yang memberitahukan persoalan ini
kepadamu..." Sementara dalam hati kecilnya dia berpikir ingan eeTiai, dia
msia mencari akal bagaimana caranya untuk menghadapi
kejadian tersebut, pikir punya pikir namun tiada juga suatu
siasat bagus yang bisa dilaksanakan.
Akhirnya dengan perasaan agak tertegun pikirnya:
"Bocah muda itu berusaha menyelidiki persoalan ini sampai
jelas, dikemudian hari dia pasti akan merupakan suatu bibit
bencana yang paling besar, peristiwa tentang pembunuhan
berdarah yang tercipta dalam dunia persilatan akibat genta
emas itu melibatkan pula diriku dikemudian hari paling tidak
aku pasti akan bermusuhan dengan bocah keparat ini.
mengapa tidak kumanfaatkan kesempatan yang sangat baik
ini untuk melenyapkan dirinya.
Begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, sekulum
senyuman aneh segera menghiasi bibirnya, dia memandang
Liong Tian im yang kurang percaya itu dengan pandangan
dingin, sementara benaknya menyusun rencana-rencana
selanjutnya. Tatkala Liong Tian im mendengar Le Hongya menyangkal
kalau dia mengetahui duduk peristiwa tersebut, hatinya
langsung dingin separoh, setelah termenung sebentar dengan
perasaan ragu, tegasnya: "Kau benar benar tidak tahu?"
"Aku bukannya sama sekali tak jelas tentang kematian
ayahmu dimasa lampau, banyak hal yang tidak jelas bagiku,
513 sehingga rasanya terlampau sulit untuk memberitahukanmu
jawaban dengan pasti untukmu . ."
Waktu itu niat jahatnya sudah timbul, dia ingin membunuh
Liong Tian im guna menghilangkan bibit bencana dikemudian
hari, dia ingin menggunakan tangan pemuda itu untuk
melenyapkan beberapa orang rekannya, oIeh sebab itu dia
memberikan suatu jawaban yang mengambang untuk Liong
Tian im. Disinilah letak kecerdasannnya, siasat yang halus manis
tapi telak lebih mudah membuat lawan terjebak dan
menggiringnya untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Betul juga, tindakannya itu segera mendatangkan hasil
yang sama sekali tak terduga, karena bagaimanapun Liong
Tian im masih belum berpengalaman hingga dia telah
memberikan suatu posisi yang menguntungkan lawannya.
Dengan perasaan gelisah dia bertanya:
"Kalau begitu katakan saja hal hal yang kau ketahui saja
kepadaku?" Paras muka Leng Hongya berubah menjadi dingin seperti
es, sesudah tertawa dingin serunya.
"Kalau bicara jangan seenaknya, Hm, bila aku dapat
mengisahkan kejadian itu dengan begitu saja, mana mungkin
kisah itu akan disebut rahasia dunia persilatan" Aku rasa


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelum datang ke Lembah Tee ong kok kau juga sudah
mendapat tahu kalau persoalan ini kelewat kompleks tiada
orang yang berani menyerempet bahaya dengan menyalahi
rekan rekan persilatan, merekapun belum tentu bersedia
mengungkapkan rahasia tersebut kepadamu."
514 -------------------- EH^^lafn ia menghela napas, pikirnya:
"Mengapa aku tak pernah berhasil menghilangkan
bayangan wajahnya dari dalam benakku.. walau pun dia
begitu dingin tak berperasaan, tepi bagiku hal mana
merupakan sesuatu yang amat merindukan diriku, apakah aku
betul betul sudah terperosok ke dalam lembah cinta tanpa
kusadari. . ." "Toako, kita jangan bicarakan soal dia lagi!"
Pikirannya saat ini sangat kalut, dia tidak ingin
membicarakan masalah yang membuat orang jadi kesal maka
sambil mengempit perut kudanya, ia melarikan binatang
tersebut cepat cepat menuju kedepan.
Tiba tiba tampak sesosok bayangan putih berkelebat lewat,
tahu-tahu seekor kuda putih sudah muncul di depan matanya.
Orang yang berada diatas pelana kuda itu menggembol
senjata dan berpakaian ringkas ketika berpapasan dengan
mereka berdua mendadak orang itu mendengus dingin.
Memandang bayangan tubuh orang itu, Liong Tian im
tertegun, kemudian tatapnya:
"Kuda itu betul betul merupakan seekor kuda jempolan,
entah enghiong siapakah yang berada diatasnya ?"
Belum habis dia berkata, kuda putih ke perak perakan itu
sudah berjalan balik, lalu terdengar orang yang berada diatas
kuda itu berteriak keras:
515 "Harap saudara berdua suka menunggu sebentar".
Tanpa berpaling jago pedang buta menegur dingin.
"Siapakah saudara " Ada urusan apa memanggil kami
berdua. ." Lelaki bermata besar beralis tebal dan menunggang kuda
jempolan itu segera melayang turun ke atas tanah, kemudian
sambil mencorongkan sorot mata yang tajam menggidikkan, ia
bertanya dengan nada dingin:
"Siapakah diantara kalian adalah Hlat-ci kim-mo?"
Liong Tian im tertegun, dia tak menyangka kalau dalam
wilayah Cing shia san masih terdapat orang yang
mengenalinya, dia tak tahu orang itu musuh atau teman,
maka sambil menjura katanya:
"Akulah orangnya, siapakah nama saudara?"
Dengan pandangan dingin lelaki itu memandang sekejap ke
arah Liong Tian im, hawa pembunuhan yang dingin
menyelimuti seluruh wajahnya sesudah tertawa tergelak
dengan angkuhnya, ia berkata:
"Aku bernama Lee Hong, murid angkatan ke tiga dari
Khong leng bun, Sin-yong-bu tek (Panglima sakti tanpa
tandingan) tak lain adalah julukanku ..."
(Bersambung jilid ke 13) 516 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 13 "OOOH KAU ADALAH MURID Khong Leng bun?" Jago
pedang buta tercengang, "tapi kita tidak saling mengenal, ada
urusan apakah saudara memanggil kami berdua?"
"Sepanjang perjalanan kemarin kehadiran kalian berdua
telah menggemparkan anak murid perguruan kami. Suteku
telah mati terbunuh di tangan Iblis emas berjari darah, pihak
Khong leng bun ingin menuntut suatu keadilan darimu."
Sinar matanya tak pernah beralih dari tubuh Liong Tian im,
hal ini membuat Liong Tian im merasa amarah segera
berkobar, setelah mendengus dingin katanya sinis:
"Selama hidup aku telah membunuh orang tak terhitung
jumlahnya, aku tidak tahu siapakah nama adik seperguruanmu
yang telah mati itu?"
517 Ucapan mana diutarakan dengan suara dingin, bagaikan
angin badai yang berhembus di musim dingin, membuat hati
Lee Hong tercekat dan penuh rasa terkejut.
"Hmm besar betul bacotmu!" seru Lee Hong dengan gusar.
Kemudian setelah tertawa seram, lanjutnya:
"Apa hubungan dendam atau sakit hati yang terjalin antara
adik seperguruanku Lee Bun yang denganmu, sehingga ia kau
bunuh dengan keadaan remuk benak berceceran" Dia
merupakan calon ketua dari perguruan Khong leng bun, kau
membunuhnya berarti kau jadi musuh bebuyutannya Khong
leng bun, bukan cuma kami saja benteng Cong liong poo di
Selatan serta Sin cian bun dari Kwan liong juga tak akan
melepaskan dirimu dengan begitu saja..."
"Oooh... rupanya tiga manusia yang tak berpendidikan itu"
kata Liong Tian im sambil ter tawa dingin, "maaf, maaf
kematian Lee Tang yang menang sudah sepantasnya dia
terima." indah laras fcuoaatlkai keiatangan kain . , ."
Mendadak dia menghentikan pembicaraannya sambil
mengalihkan sorot matanya kedepan.
Tampak sebuah kereta berwarna hitam pelan pelan sedang
bergerak mendek&t, sekeliling kereta tersebut mengiringi
empat orang lelaki kekar yang menunggang kuda.
Orang orang itu mempunyai perawakan tubuh yang tinggi
besar dengan menunggang kuda yang tinggi besar pula,
pedangnya tersoren dipinggang dengan pita berwarna kuning
yang berkibar terhembus angin, mereka nampak keren sekali.
518 Liong Tian im menjadi tertegun segera pikirnya:
"Siapakah orang ini " Mengapa dia menunjukkan sikap
semacam ini" Kalau dilihat dari gaya dan gerak gerik mereka,
tampaknya orang yang berada didalam kereta itu kalau bukan
seorang saudagar kaya raya, sudah pasti seorang pembesar."
Sementara itu, semangat Lee Hong nampak berkobar lagi
setelah menyaksikan kemunculan rombongan kereta itu, dari
sakunya ia mengeluarkan sebuah seruling kecil berwarna
emas dan ditiup berulang kali.
Terdengar serentetan suara seruling yang merdu merayu
berkumandang memecah keheningan.
Dari hadapan sana segera bergema pula suara balasan, itu
menunjukkan kalau orang orang tersebut adalah kawanan
jago yang berasal dari satu kelompok dengan Lee Hong,
hanya tidak diketahui siapakah yang duduk di dalam kereta
tersebut ?" Pada saat itulah dari dalam kereta berkumandang suara
teguran yang dalam dan berat.
"Hong ji kah disitu ?"
"Tecu ada disini !" sahut Lee Hong lantang dengan sikap
hormat. Kereta itu segera berhenti dan delapan orang lelaki kekar
yang mengiringi kereta itu pun segera berlompatan turun dari
kuda masing masing dengan cekatan. kemudian mereka
berdiri disekitar arena dan mengurung Liong Tian im serta
jago pedang buta di tengah arena.
519 Lelaki bermata tunggal yang menjadi kusir kereta itu segera
membuka tirai dinas kereta itu, seorang kakek berambut putih
pelan pelan berjalan keluar, dia menggandeng perempuan
setengah umur yang berwajah amat cantik.
Cuma waktu itu bekas air mata masih menghiasi wajah
perempuan setengah umur itu, rasa sedih nampak jelas
menyelimuti wajahnya. Setelah maju selangkah, dia lantas menegur:
"Siapakah diantara kalian yang bernama iblis emas berjari
darah ?" Di dalam bayangannya manusia yang bernama Hiat ci kim
mo tersebut sudah pasti seorang manusia bengis yang amat
berbahaya, maka sinar matanya tanpa terasa dialihkan ke
wajah Jago pedang buta Bok Ci.
Jago pedang buta segera menengadah tanpa menggubris
pertanyaannya itu, sikap mana kontan membuat perempuan
itu gemetar keras menahan kemarahan didalam hatinya.
Pelan pelan Liong Tian im menarik kembali sorot matanya
dari ujung langit sana, kemudian menyahut dingin:
"Akulah orangnya!"
Perempuan setengah umur itu berseru tertahan, dia hampir
tak percaya dengan pandangan mata sendiri mungkinkah
seorang pemuda yang begitu tampan dan berwajah halus bisa
merupakan seorang jago lihay yang namanya penuh
berlumuran darah. 520 "Aku lihat usiamu hampir sebaya dengan usia putraku"
ujarnya dengan sedih, "tapi mengapa kau membunuh anakku"
dendam sakit hati apakah yang telah terjalin antara keluarga
Lee kami dari perguruan Khong leng bun dengan dirimu."
Kakek berambut putih yang berdiri disampingnya segera
menepuk bahu perempuan itu pelan, ujarnya dengan sangat
lembut. "Hujin, kau jangan kelewat bersedih hati, hati hati dengan
kesehatan badanmu." Sesudah melirik sekejap ke arah Liong Tian im dengan
penuh kegetiran, ia mengulapkan tangannya seraya berseru:
"Gotong keluar meja sembahyangan, pasang lilin dan hio !"
"Baik!" jawab Lee Hong sambil memberi hormat dan
mengundurkan diri dari sana.
Dia memberi tanda kepada dua orang lelaki yang berdiri
dekat kereta, dua orang lelaki itu segera maju dengan langkah
lebar, mereka menggotong keluar sebuah meja sembahyang
berbentuk persegi panjang dari dalam kereta, disitu selain
terdapat secawan air putih dan sebuah tempat dupa, tampak
pula sn pasang lilin putih.
Pelan pelan mereka letakkan meja itu ke atas tanah,
setelah memasang lilin, mereka pun menyulut tiga batang
hio... 521 Liong Tian-im tidak mengetahui permainan setan apakah
yang sedang dipersiapkan pihak Khong leng-bun, ditatapnya
orang orang itu dengan termangu . . .
Pelan pelan kakek berambut putih itu menggandeng tangan
nyonya setengah umur tersebut ke depan meja sembahyang,
kemudian setelah berdoa sebentar dengan mulut kemak kemik
terdengar ia berkata sedih:
"Sukma putraku di alam baka harap mendapat tahu, hari ini
ayah dan ibumu telah berhasil menemukan musuh besarmu,
kami akan mengorek keluar jantung dan hatinya untuk
membalaskan dendam bagi kematianmu."
"Hay, permainan macam apakah yang sedang kalian
selenggarakan" tiba tiba jago pedang buta meraung gusar.
Paras muka Lee Hong berubah hebat, ujarnya dingin:
"Lebih baik kau tak usah mencampuri urusan kami, inilah
upacara pemanggilan pulang roh yang telah tiada dari
perguruan Khong leng bun kami, sebentar bila Hiat ci Kim mo
telah terbunuh, kau pasti akan kulepaskan pergi dari sini."
"Membunuh aku?" dengan sinis Liong Tian im tertawa
terbahak-bahak, "apakah kau tidak merasa ucapanmu itu
kelewatan sederhana?"
Dalam gusarnya mencorong sinar buas dari matanya yang
tajam dan menggidikkan itu, Le Hong yang menyaksikan sorot
mata buas tersebut kontan saja hatinya bergetar keras karena
takut, dengan cepat dia mundur dua langkah dengan
sempoyongan, serunya : "Kau .. . " 522 "Hmm, siapa berani mengusik aku Hiat ci-kim mo, siapa
pula akan ku bunuh secara keji . . ." ucap Liong Tian im dingin
dan tanpa perasaan. Beberapa patah kata itu diucapkan dengan nada tegas dan
penuh bertenaga, sehingga setiap orang yang berada
disekeliling tempat itu dapat mendengarkan dengan jelas.
Buru buru Lee Hong menghimpun segenap tenaga dalam
yang dimilikinya kedalam sepasang lengannya, diam diam dia
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak di
inginkan. Tiba-tiba jago pedang buta itu mengulapkan tangannya
sambil berkata: "Enyah kau dari sini!"
Segulung hawa pukulan yang sangat kuat dengan cepat
menyambar kedepan dan menghantam meja sembahyang
tersebut. "Blamm.!" kedua batang lilin raksasa yang berada di meja
tersebut segera terhajar sehingga hancur berantakan.
"Kau berani .. ." seru Lee Hong sambil menubruk maju
kedepan. Dalam perguruan Khong leng bun dia terhitung seorang
jago lihay yang berilmu silat amat tinggi, begitu melompat
kedepan, teIapak tangan kirinya segera melancarkan sebuah
bacokan secara tiba tiba, segulung tenaga pukulan yang amat
dasyat dengan cepatnya menghantam tubuh jago pedang
buta . . . 523 "Kau benar benar seorang manusia yang tak tahu diri!"
seru jago pedang buta Bok Ci dengan suara dalam.
Sambil tertawa dingin dia segera mengayunkan telapak
tangannya menyongsong datangnya serangan tersebut.
"Blaaamm. . ." Sebuah ledakan keras yang memekikkan telinga segera
berkumandang memecahkan keheningan, Jago pedang buta
masih tetap terdiri di posisi semula, sebaliknya Leng Hong
kena terhajar sampai terpental sejauh tujuh delapan depa
dengan sempoyongan."
Tetapi begitu bergulingan diatas tanah, dia segera
meloloskan pedangnya sambil melancarkan tubrukan kembali.
"Tahan!" Suatu bentakan keras menggelegar memecahkan
keheningan. Kakek berambut putih itu berdiri termangu sambil
memandang meja sembahyang yang ter hajar hancur oleh
serangan Jago pedang buta tadi, dengan air mata


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengembang dalam kelopak matanya pelan pelan dia
membalikkan tubuhnya. Setelah mendengus dingin, hawa kebuasan segera
menyelimuti seluruh wajahnya, dia berkata dingin:
"Tenaga dalam yang dimiliki engkoh cilik ini betul betul
amat sempurna, Lohu adalah ketua perguruan Khong leng
bun, Lee Sam lay, Ada beberapa persoalan ingin kutanyakan
kepada engkoh cilik ini."
524 Seumpama berada dalam kesepian yang mencekam,
namun dia masih tetap menjaga kedudukannya, ucapan yang
diutarakan tidak kasar tak pula merendahkan kedudukan
sendiri begitu luwesnya sehingga membuat jago pedang bata
menjadi tertegun. Sesudah termangu sejenak, jago pedang buta menyahut:
"Mana. mana . harap lo sianseng jangan sungkan sungkan,
bila ada pertanyaan ucapkan saja berterus terang!"
Lee Sam tay memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian ujarnya dengan nada sedih bercampur gusar:
"Lohu hanya mempunyai seorang putra tunggal saja yang
selama ini kami anggap sebagai penyambnng keturunan kami,
tapi sayang nasib buruk telah menimpanya, dia telah di bunuh
oleh Hiat ci kim mo ketika berada dalam lembah Tee ong kok,
coba katakan, pantaskah kutuntut balas bagi kematiannya. . .
." Menghadapi persoalan tersebut jago pedang buta
tergagap: "Tentang soal ini. ."
Perlu diketahui tidak punya anak diusia tua merupakan
suatu tragedi yang sangat mengenaskan, jika Lee Sam tay
amat sakit hati karena kematian putranya ditangan orang lain,
kemudian sekarang berusaha untuk membalaskan dendam
bagi kematiannya, hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan
sudah seharusnya. 525 Tak heran kalau Jago pedang buta terbungkam dalam
seribu bahasa setelah menghadapi kenyataan seperti ini,
untuk sesaat dia tergagap dan tak tahu apa yang harus
dilakukan. Lee Sam tay segera mendengus dingin. kata nya lagi:
"seandainya engkoh cilik segan menjawab pertanyaan ini,
silahkan saja menyingkir ke samping dan jangan mencampuri
urusan ini lagi, Sedang mengenai perbuatanmu yang telah
menghancurkan tempat abu putraku, lohu pun tak akan
mempersoalkan Iebih jauh. . ."
Sudah setengah abad dia berkelana dalam dunia persilatan,
tak sedikit manusia yang pernah dijumpai, ketika ia melihat
sebuah pukulan yang dilepaskan jago pedang buta Bok Ci
telah melukai muridnya Lee Hong, segera sadarlah dia kalau
jago muda ini merupakan seorang manusia yang sangat
tangguh. Seandainya jago muda ini tidak ditaklukkan lebih dulu
dengan mempergunakan kata kata, mustahil dia bisa
memusatkan perhatiannya untuk menghadapi Hiat-ci kim-mo,
menanti saat membahas dendam pun menjadi semakin sulit
terlaksana. Dengan suara dingin jago pedang buta berkata:
"Peristiwa tersebut kualami sendiri, akupun mengetahui
kalau putramu bersama dua orang pemuda dari benteng Cong
liong poo dan Kho ciam bun berusaha keras untuk membunuh
adik angkatku, bila berbicara soal kenyataan maka aku pikir
tidak perlu bila kau lakukan pembalasan dendam terhadap
peristiwa mana .. .. Lee Sam tay mendengus dingin.
526 "Hmmm, aku tidak ambil perduli terhadap persoalan itu,
pokoknya aku cuma berkata siapa berani melukai seujung jari
putraku, maka lengannya harus dikutungi sebagai hukuman.
Aku tak ambil perduli !terhadap perkataan orang lain . . ."
Tampaknya orang ini terlampau membelai kepentingan
putranya, dia tak mau tahu soal Cengli, dia pun hanya tahu
mencari menangnya sendiri, sehingga terlihat jelas oetapa
ketusnya sikap orang tersebut.
Ketika jago pedang buta Bok Ci menyaksikan kakek itu tak
pakai aturan, kemarahan berkobar juga dalam benaknya,
tanpa sadar dia mendengus dingin sambil mendamprat:
"Kau benar benar seorang telur busuk !"
"Siapa yang kau maki ?" teriak Lee Sam tay dengan wajah
berubah hebat, "kalau memang bernyali coba makilah sekali
lagi!" "Memangnya aku takut memakimu" Telur busuk tua "
Bangsat keparat!" Saking gemasnya Lee Sam-tay segera melepaskan sebuah
sodokan ke arah ulu hati jago pedang buta, serangan tersebut
nampaknya sama sekali tak bertenaga, padahal disertai
dengan inti pukulan yang luar biasa.
Paras muka Jago pedang buta berubah hebat, dengan
cekatan dia segera melompat turun dari atas kudanya.
Kemudian dengan perasaan bergetar keras pikirnya:
"Sungguh tak kusangka tua bangka ini memiliki tenaga
dalam yang begitu sempurna, orang ini bisa memimpin
527 perguruan Khong leng bun dan merebut suatu posisi dalam
dunia persilatan, tentu saja dia bukan seorang manusia
sembarangan . ." Setelah berhasil mengendalikan gejolak emosi dalam
dadanya, dia pun berseru:
"Hmmm .. . pukulan Khong leng sin ciang yang hebat, Li
sianseng, tampaknya kau telah berhasil menguasahi intisari
dari ilmu pukulan ini..."
Sewaktu tahu kalau serangannya gagal, Lee Sam tay turut
terperanjat, apalagi sesudah mendengar sindiran Iawan yang
ringan tapi sangat mengena itu, kesedihannya melebihi
dibunuh orang. Sambil meraung gusar, dia lantas mengayunkan telapak
tangannya dan melepaskan sebuah pukulan dahsyat,
sementara kaki kanannya melancarkan sebuah tendangan ke
arah selangkangan. Makin bertarung, jago pedang buta semakin terkejut, dia
tak menduga kalau ilmu pukulan dan ilmu tendangan yang di
miliki kakek ini begitu sempurnanya..
Sambil berpekik nyaring, telapak tangannya pelan pelan
didorong ke depan. Tampaknya perempuan setengah umur itu dapat melihat
betapa dahsyatnya tenaga pukulan yang di sertakan jago
pedang buta Bok ci didalam serangannya, cepat dia
melangkah masuk ke arah sambil membentak "Tua bangka,
aku lihat makin lama kau semakin pikun, melepaskan urusan
serius, buat apa mesti ribut dengannya" Lebih baik kau
528 membalas dendam lebih dahulu baru membuat perhitungan
dengannya." Terhadap istrinya yang muda ini, bagi Lee Sam tay yang
sudah kakek, istrinya dianggap sangat muda, tampaknya Lee
Sam tay menaruh perasaan segan dan hormat, dia segera
mengayunkan sebuah pukulan sambil melompat mundur
kebelakang. "Perkataan hujin memang benar!" katanya sadar.
Dia mengayunkan tangannya memberi tanda, delapan
orang lelaki yang semula berdiri kaku disekitar tempat itu,
serentak maju ke depan sambil mencabut keluar pedang
masing masing mereka mendesak ke arah Loog Tian im.
Menyaksikan situasi yang semakin gawat, Liong Tian im tak
berani bertindak gegabah dengan cepat dia meloloskan
senjata patung Kim mo sin-jin nya lalu mengawasi kawanan
jago lihay dan perguruan Kbonglengbun yang menerjang tiba
itu dengan pandangan dingin, sekulum senyuman sinis sempat
menghiasi bibirnya .. . .
Paras muka Lee Sam-tay sempat berubah hebat, serunya
dengan suara gemetar: "Aaah... senjata patung kim mo sin jin! Senjata patung Kim
mo sin jin !" "Tentunya kau belum melupakan kedahsyatan dari patung
emas ini bukan" jengek Liong Tian im dingin, "sewaktu suhuku
membunuh jago jago dari delapan perguruan tiga partai dulu,
529 kau adalah satu satunya orang yang berani menyambut
serangan patung ini dengan kekerasan. . ."
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Walaupun kau pernah bersumpah dihadapan guruku tak
akan bertarung lagi dengan orang yang membawa patung
Kim-mo sin-jin, tapi peristiwa yang terjadi hari ini terlampau
diluar dugaammu, maka kau boleh mengingkari sumpahmu itu
untuk bertarung melawanku "
"Tidak, lohu tak akan melangsungkan pertarungan
denganmu." buru-buru Lee Sam tay menggeleng, "dulu,
gurumu tidak membunuh lohu karena aku sanggup menerima
serangan dari patung Kim mo sin jin dengan kekerasan,
walaupun demikian, aku sempat terluka luaran dan terkapar di
tanah, aai, meski kejadian itu sudah berlangsung lama namun
seakan-akan masih segar dalam ingatan, lohu..."
Mendadak perempuan setengah umur itu gemetar keras,
sambil maju kedepan serunya:
?"Tua bangka, kalau toh kau terikat oleh sumpahmu,
biarlah aku Bwee Siau tiap yang membunuhnya!"
Sekuat tenaga Lee Sam tay mengendalikan perasaan
mangkel dan murung yang membawa dalam dadanya, dengan
mulut membungkam dia mengundurkan diri dari situ.
Kemudian setelah melirik, sekejap ke arah Liong Tian im
dengan penuh kegemasan dia menghela napas panjang
pikirnya. "Putraku memang kelewat tak tahu diri, mengapa dia
sampai mengusik gembong iblis semacam ini " Aai andaikata
530 rahasia tersebut terungkap satu per satu, entah orang she
Liong ini bersedia melepaskan aku tidak."
Walaupun Bwee Siau tiap adalah seorang perempuan
ternyata kelihayan ilmu silatnya yang dimiliki jarang sekali
dijumpai di dunia ini, tampak tangannya digetarkan kemudian
melancarkan sebuah pukulan ke depan.
Liong Tian im enggan berkelahi dengan seorang
perempuan, dia segera mengegos kesan ping sejauh tiga depa
lebih, sambil menarik kembali senjata patung Kim mo sin jin
nya dia melepaskan pukulan sambil berseru:
"Lebih baik kau mengundurkan diri saja, aku tidak bersedia
bertarung melawanmu."
Dengan air mata bercucuran amat deras, Bwee Siau-tiap
berseru dengan suara lantang:
"Kau telah membunuh putraku, aku pun tak ingin hidup
Iagi, bila kau memang bernyali hayo bunuhlah aku juga, dari
pada aku akan mencarimu untuk membuat perhitungan . . ."
Secara beruntun dia melancarkan tiga macam jurus
serangan yang berbeda untuk meneter lawannya, tapi semua
serangan tersebut berhasil dihindari pihak lawan secara
mudah. Kenyataan tersebut kontan saja membuat hatinya
makin gelisah dan gusar, serangan yang dilancarkan pun
semakin tak mengenal belas kasihan.
Lee Hong turut gelisah setelah menyaksikan berapa puluh
jurus serangan dari sunionya gagal melukai lawan, cepat dia
meloloskan pedangnya sambil menyerbu ke muka.
531 Ketika tubuhnya masih berada ditengah udara, dia telah
membentak dengan suara menggeledek:
"Untuk menghadapi manusia buas semacam ini, kita tak
usah membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi, mari
kita menyerbu bersama-sama. ."
Begitu seruan tersebut diutarakan, kawanan lelaki
berpedang yang semenjak tadi sudah bersiap sedia itu
serentak membentak keras, sambil memutar senjata masing
masing mereka menyerbu kemuka dengan dahsyatnya.
Jago pedang buta Bok Ci segera memijit pedang kayunya
sambil mencaci maki: "Manusia-manusia tak tahu malu!"
Pedangnya menciptakan selapis cahaya tajam yang
membuat orang lain tak dapat melihat jelas kearah manakah
serangan tersebut tertuju, hanya terdengar Lee Sam-tay
berseru tertahan, lalu menjerit dengan wajah aneh di
tercengang: "Dia adalah. . ."
"Aduuh. . . .!"
Seorang lelaki kekar tak sempat menghindarkan diri lagi,
dadanya kena terhajar oleh sodokan pedang kayu itu secara
telak. Diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati mayatnya
terlempar sejauh berapa kaki dari tempat semula, sementara
darah segar seperti pancuran menyembur keluar.
532 Dengan kalap Lee Sam-tay menubruk kebelakang tubuh
jago pedang buta, bentaknya keras-keras:
"Walaupun lohu telah berjanji tak akan bertarung melawan
orang yang membawa senjata patung Kim mo sin jin, bukan
berarti melarang aku beradu jiwa dengan orang lain, kini kau
telah melukai anak muridku, jangan salahkan lohu. . ."
Kemarahannya ketika itu benar benar telah memuncak,
sambil membentak dia meloloskan sebilah pedang sepanjang
tiga depa, setelah digetarkan ditengah udara membentuk
keperak perakan, tiba tiba dia mengayunkan pedangnya
sambil melancarkan sebuah bacokan.
Saat itu, kendatipun jago pedang buta belum bisa melihat
orang, namun ketajaman pendengarannya luar biasa sekali,
tubuhnya segera berputar satu lingkaran busur ditengah
udara, mendadak pedang kayunya ditekan tiga inci kebawah,
lalu secara kilat ujung pedangnya menerbitkan tiga gulung
bayangan pedang. "Triiiing . ." sepasang pedang segera saling beradu
menimbulkan suara dentingan nyaring.
Lee Sam tay segera merasakan lengannya bergetar keras,
pedangnya hampir saja terlepas dari cekalan, dalam
terperanjatnya pedangnya kembali digetarkan menciptakan
serentetan cahaya pedang.


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jago pelang buta menggerakkan pedangnya dan mengetuk
ujung pedang lawan dengan kekerasan, terdengar suara
dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya, dalam waktu
singkat kedua orang itu sudah bertarung tujuh delapan jurus
banyaknya. 533 Ditengah pertarungan sengit yang sedang berlangsung
secara beruntun terdengar lagi empat kali jeritan ngeri yang
memilukan hati. 000 ooo 000 TIBA TIBA terdengar suara orang perempuan seperti orang
gila saja berteriak keras: "Tahan !" Bersama dengan
menggemanya bentakan itu, semua pertarungan yang sedang
berlangsung segera berhenti.
Bwee Siau-tiap dengan mata merah membara dan rambut
terurai kalut sedang memandang murid muridnya yang
terkapar di tanah dalam keadaan tak bernyawa iiu, kemudian
bentak nya keras keras : "Hiat ci kim mo, dendam kesumat yang terikat diantara kita
tak pernah akan berakhir.."
"Aku tahu dan setiap saat kau boleh mencari aku. . ." sahut
Liong Tian im hambar. Setelah memperdengarkan gelak tertawa yang amat
nyaring serunya kepada jago pedang buta:
"Toako, mari kita pergi . . ."
Dua ekor kuda berjalan lewat amat pelan ketika menyentuh
tanah memperdengarkan suara derapan kaki yang nyaring,
orang orang yang berada disekitar sana hanya memandang
kearah mereka berdua dengan pandangan penuh kebencian
namun tak seorang pun yang mengeluarkan suara.
534 Lee Hong berdiri dengan pedang disilangkan didepan dada,
dia menghadang jalan pergi lawannya dengan wajah penuh
kegusaran. "Kau tidak segera menyingikir?" bentak Liong Tian im
dengan suara menggeledek. Tampaknya Lee Hong dibikin
tergetar hatinya oleh kewibawaan orang, setelah sangsi
sebentar, akhirnya dia mengayunkan pedangnya ditengah
udara dan menyingkir kesamping sambil menghela napas
sedih. Bayangan kuda makin lama semakin mengecil dan akhirnya
bersamaan dengan hilangnya suara derap kaki kuda yang
mengetuk hati masing-masing ikut lenyap pula dari
pandangan. oowoo BUKIT CING SHIA. Sejak dahulu kala, bukit besar yang
amat misterius ini selalu diliputi awan putih yang tebal. Konon
dibukit tersebut seringkali bermunculan para dewa dan
malaikat, oleh karena itu para penduduk yang tinggal dikaki
bukit tersebut selalu menaruh hormat dan segan terhadap
bukit tersebut. Tapi ada satu kenyataan yang tak terbantahkan,
belakangan ini dari atas puncak bukit tersebut seringkali
muncuI setitik cahaya merah setiap kali menjelang malam,
disaat kegelapan mulai menyelimuti angkasa, cahaya merah
itu mulai melejit ditengah udara seperti pelangi yang sangat
indah. Kemudian tak lama lagi akan muncul hujan keemas emasan
yang menyilaukan mata sebelum cahaya merah tadi lenyap
dan tak muncul lagi, kecuali pada terjadi keesokan harinya...
535 Tak seorang manusiapun yang tahu benda apakah itu" Pun
tiada orang yang tahu apakah hujan keemas-emasan itu "
Hanya seorang manusia yang sedikit mengetahui akan
keajaiban tersebut, dia adalah seorang penebang kayu yang
telah lanjut usia, konon dia pergi berkunjung ke puncak bukit
itu, hanya ia tak pernah membicarakan persoalan itu dengan
orang lain. Tapi ada satu hal dapat dibuktikan, setelahnya penebang
kayu dirumah dan sakit sakitan, namun semenjak kembali dari
sana, tubuhnya malah semakin lama semakin bertambah
hebat, seperti seorang pemuda kekar saja.
Ada orang mengatakan dia pernah mendapat petunjuk dari
dewa bagaimana caranya memelihara kesehatan badan,
sehingga ia tetap segar, ada pula yang mengatakan dia telah
memperoleh sebutir pil Hwe le wan yang berusia seribu tahun
sehingga tubuhnya tetap keren.
Cerita cerita semacam itu tentu saja semakin bertambah
misteriusnya bukit tersebut, tapi bagaimanakah kenyataannya
tak seorangpun yang tahu.
Pada saat itulah ada dua orang sedang bergerak menuju ke
puncak bukit Cing shia untuk membongkar teka teki tersebut,
mereka adalah si iblis emas berjari darah Liong Tian im serta
Jago pedang buta Bok Ci. Dibawah cahaya matahari senja, bukit Cing shia kelihatan
bertambah misterius, nepmi di Japls o'ehsel pi" suara tipis
saja, membuat orang lain tak dapat mengetahui benda
didalamnya secara jelas. 536 Jalanan bukit yang berliku liku semakin sukar dilalui setelah
becek karena hujan, di tambah pula jalan bukit itu kelewat
sempit, terpaksa jago pedang buta dan Liong Tian im harus
meninggalkan kudanya untuk melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki. Dengan gerakan tubuh yang amat cepat seperti sambaran
kilat kedua orang itu bergerak naik ke atas bukit, tampak
empat penjuru penuh dengan pepohonan yang rindang dan
hijau, kecuali itu hanya angin bukit saja yang berhembus
menderu-deru. "Aneh" seru Liong Tian im eetelah memandang sekejap
sekeliling tempat itu, "dengan jelas para petani itu
mengatakan kalau si tukang pencari kayu tersebut terdiam di
sini, mengapa kita tidak menemukannya meski telah mencari
setengah harian " Jangan-jangan penebang kayu itu tahu kalau sedang kita
cari maka dia sengaja menyembunyikan diri.
"Aaaah tidak mungkin, tidak mungkin" sahut jago pedang
buta Bok Ci sambil menggeleng "coba carilah sekali lagi, siapa
tahu kalau akan kau temukan. . ."
Walaupun Liong Tiang im merasa keheranan, namun
diapun tak berani mengendorkan usaha pencariannya disekitar
tempat itu. Namun sejauh mata memandang segala sesuatunya
tampak jelas, kecuali pepohonan dan batuan karang, disitu
tidak nampak apapun jua. Akhirnya sambil bersandar diatas sebuah batu besar dia
berkata: 537 "Habis sudah! habis sudah, sekalipun kita mencari selama
hidup juga tak akan menemukan.!"
"Coba tenangkanlah hatimu, siapa tahu kalau kita akan
menemukan sesuatu" ucap jago pedang buta tenang.
Tiba tiba Liong Tian im tertawa, katanya:
"Toako, buat apa kita mesti membuang waktu dengan
percuma" Lebih baik kita berlarian saja ke sana kemari, aku
percaya ketua Cing shia san tak mungkin bisa
menyembunyikan diri terus menerus."
"Adik Liong, kau kelewat terburu napsu" kata jago pedang
buta Bok Ci sambil menggelengkan kepalanya berulang kali
"Apakah tidak kau bayangkan kalau bukit Cing shia ini
mencapai berapa ratus li jauhnya" Bila kita mencari tanpa
aturan sekalipun dicari sampai delapan atau sepuluh hari juga
belum tentu akan ditemukan, lebih baik kita mencari
keterangan dari si penebang kayu ini saja. .."
"Apa yang diucapkan memang masuk di akal, bayangkan
saja betapa besar dan luasnya bukit Cing-shia, kalau ingin
menemukan satu dua orang diatas kukit tersebut
sesungguhnya hal ini bukan suatu pekerjaan yang gampang. .
." Dengan perasaan apa boleh buat, Liong Tian im tertawa,
kemudian ujarnya: "Kalau begitu, terpaksa kita harus melihat bagaimanakah
nasib kita nanti." 538 Mendadak Jago pedang buta Bok Ci berseru dengan wajah
tercengang: "Adik Liong, coba kau lihat, apakah ini?"
Dengan wajah tertegun Liong Tian im segera berpaling,
tampak jago pedang buta Bok Ci sedang meraba sebuah batu
besar, batu itu putih seperti cermin, seakan akan dipapas oleh
senjata atau kampak saja.
Dengan keheranan Liong Tian-im berseru "Aneh, mengapa
batu ini bisa begitu datar dan halus ?"
Jago pedang buta Bok Ct menggelengkan kepalanya sambil
tertawa. katanya: "Seandainya dugaanku tidak salah, batu itu dipapas orang
secara terpaksa dengan mempergunakan sebangsa pedang
atau kapak, dan orang yang melakukan bacokan tersebut
sudah past memiliki daya kekuatan yang luar biasa sekali,
sebab cukup dilihat dari tenaga bacokan yang dimilikinya,
sudah dapat diketahui kalau dia adalah seorang yang luar
biasa . . ." Liong Tian im merasa kagum sekali atas dugaan toakonya
jago pedang buta Bok Ci yang begitu tepat, dia manggutmanggut.
"Yaa, perkataan toako memang benar . . ."
"Sreeet, sreeet, sreeet!"
Pada saat itulah mendadak terdengar suara gesekan lirih
berkumandang dari balik hutan disisi jalan.
Dengan wajah serius Liong Tian-im memasang telinga baik
baik, kemudian berseru: "Suara apakah ini?"
539 Paras muka jago pedang buta Bok Ci makin lama berubah
semakin serius, setelah memasang telinga dan mendengarkan
sebentar dia nampak termenung memikirkan sesuatu,
kemudian dengan wajah serius katanya:
"Kalau didengar dari suaranya jelas dia bukan manusia. . .
adik Liong, kau harus perhatikan baik baik, siapa tahu kita
akan berjumpa dengan binatang buas atau sebangsanya,
Begitu berada disini, kita harus berhati hati dan waspada. . .
Sreeet, sreeet, sreeet...!"
Suara yang berkumandang ini makin lama semakin keras,
tampaknya sedang bergerak mendekat ke arah mereka.
Liong Tiam im segera mempersiapkan sen jata patung Kim
mo sin jinnya sambil bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan sementara sepasang
matanya mengawasi ke arah depan lekat lekat.
Mendadak terdengar suara dengusan aneh berkumandang
dari dalam hutan, kemudian muncul sekelompok babi hutan
yang muncul berbondong bondong, walaupun babi babi hutan
itu berkaki kecil dan bertaring, namun mereka dapat bergerak
secara beraturan: Hampir saja Liong Tian im tertawa tergelak karena geli,
segera serunya tertahan: "Oooh, rupanya sekawanan babi hutan . .."
Tapi perkataan itu te'ffifepsu cepat diutari kBD, karena
suatu peristiwa aneh pun segera terjadi pada saat itu., ?".:"."
540 Ternyata kawanan babi hutan itu selain bisa berbaris
dengan sangat teratur, ternyata di punggung masing masing
babi itu menarik sebatang kayu besar.
Walaupun sudah banyak kejadian aneh yang pernah
didengar oleh Liong Tian im, namun belum pernah ia dengar
ada babi bisa bekerja, untuk sesaat lamanya dia sampai
berdiri tertegun ditempat.
"Aai .. . masa bisa terjadi peristiwa semacam ini ?" serunya
kemudian. Dengan perasaan tak habis mengerti jago pedang buta Bok
Ci bertanya: "Ada apa ?"
"Sekawanan babi mengangkuti kayu, toako, apahkah kau
dengar kisah kejadian seperti ini ?" kata Liong Tian im
tercengang. Jago pedang buta Bok Ci segera menghantam batu besar
itu keras keras, kemudian serunya:
"Jika ada babi berarti ada manusia, mungkin sekali orang
itu adalah orang yang sedang kita cari."
Tapi mereka merasa sangat kecewa, sebab setelah
kawanan babi hutan itu lewat, ternyata tidak nampak sesosok
bayangan manusia pun yang menampakkan diri.
Yang lebih aneh lagi, tatkala kawanan babi lautan itu
berbelok ke balik sebuah dinding batu, jangankan bayangan
tubuhnya, suara mereka pua sama sekali tak terdengar lagi.
Liong Tian im menjadi tak sabar, segera serunya:
541 "Marikita berangkat, coba kita lihat apa gerangan yang
telah terjadi .. . !"
"Tunggu sebentar" seru jawo pedang buta Bok Ci sambil
mengulapkan tangannya, "aku merasa seperti ada orang yang
datang." Betul juga, dari balik hutan segera berkumandang suara
langkah kaki manusia yang amat berat, kemudian dari balik
semak muncul seorang pemuda bertelanjang dada yang
menggotong seekor kijang dan berjalan mendekat sambil
membawakan lagu senandung.
Pemuda ini berkulit hitam pekat dan bersinar ketika
menyaksikan kehadiran Liong Tian im dan jago pedang buta,
wajahnya segera menunjukkan sikap tercengang.
Tapi kemudian, seakan akan tidak menyaksikan apa pun,
dia meneruskan perjalanan lagi.
Buru buru jago pedang buta Bok Ci berseru:
"Eeeh, saudara, harap tunggu sebentar !"
Akan tetapi anak muda tersebut seperti tidak mendengar
apa apa, dia malah berjalan semakin cepat lagi, seakan akan
kalau bisa hendak menghindarkan diri dari kedua orang itu.
Terlihat langkahnya amat kuat dan cepat seperti terbang
tidak mirip dengan langkah manusia biasa.
Liong Tian im segera melompat ke depan dan menghadang
jalan pergi, dia menegur:
"Aoakah kau tidak mendengar perkataan toako kami ?"
542 "Kau mengajak siapa berbicara ?" kata pemuda hitam itu


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dingin. "Tentu saja dengan kau !" Kemudian sambil menuding
sekeliling tempat itu, katanya lagi:
"Disekitar tempat ini tiada orang lain, kalau bukan bertanya
denganmu, aku sedang bertanya dengan siapa ?"
"Mengapa aku harus menjawab pertanyaanmu " Kau toh
tak berhak untuk memaksaku menjawab." kata pemuda hitam
itu dingin. Ketika jago pedang buta Bok Ci menyaksikan suasana
dikedua belah pihak hampir menjadi kaku, buru buru dia maju
beberapa langkah ke depan dan menarik ujung baju Liong
Tian im sembari berkata: "Adik Liong, kau tak boleh bertindak gegabah."
Kemudian sambil menjura kepada pemuda hitam itu,
katanya lebih lanjut: "Kami dua bersaudara ada urusan hendak naik ke gunung.
bilamana mengganggu ketenanganmu, harap sudi dimaafkan,
aku ingin sekali mencari tahu alamat seseorang kepada
saudara, apakah saudara bersedia untuk menjawabnya."
Kemudian setelah berhenti sejenak. katanya lagi:
"Tolong tanya saudara, tahukah kau akan seorang lo
sianseng dari marga Cui ?"
543 Paras muka pemuda itu berubah hebat, buru-buru dia
menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru:
"Tidak tahu, tidak tahu !"
Sehabis berkata, dia berlalu dari situ, Liong Tian im menjadi
mendongkol sekali sambil mendengus dingin serunya dengan
gusar: "Besar amat lagaknya, kau tidak mau memberitahukan
kepada kami apakah dianggapnya kami tak bisa mencari
sendiri." Tampaknya pemuda itu telah berganti tujuan, kali ini dia
bergerak melalui jalanan berbatu karang yang sukar dilalui
sekalipun diantara semak berduri dan berbatu licin, ternyata
dia dapat berjalan dengan kecepatan bagaikan hembusan
angin. Sambil mendepakkan kakinya ke tanah dan menghela
napas, Jago pedang buta berkata:
"Bila orang itu dibiarkan pergi, kita akan semakin sukar
untuk mencari mereka !"
Liong Tian-im tidak percaya.
"Aku siUaiyi "t ifiK i i" Aku tidak percaya kalau si tua bhe di
itu bisa menyembunyikan diri ke langit, sekaIipun seluruh
bukit Cing-shia harus dibongkar, kita harus mencarinya sampai
ketemu." Jago pedang buta Bok Ci menundukkan kepalanya sambil
termenung sebentar kemudian ujarnya:
544 "Adik Liong, mari kita menyembunyikan diri lebih dulu
disini, bila dugaannku tak salah orang itu masih akan kembali
lagi, dia sengaja berjalan masuk hutan karena ingin
memancingkan kita kesitu, kemudian secara diam-diam, balik
lagi kemari dan melalu jalan yang sebenarnya."
"Toako, tampaknya kau seperti amat tertarik dengan orang
itu." kata Liong Tian im.
"Perkataanmu itu tidak benar." kata Jago pedang buta Bok
Ci sambil mengge!eng. "kau tidak tahu betapa pentingnya
orang ini buat kita, paling tidak dari tubuhnya kita bisa
menemukan dua buah titik terang "
Setelah tertawa paksa, lanjutnya:
"Menurut dugaanku, orang itu kalau bukan putranya Cui
sianseng pastilah anak buah Cing shia siancu, bili dia adalah
salah satu diantara dugaan kita, maka urusan akan lebih
gampang untuk diselesaikan."
Walaupun Liong Tian im agak terburu napsu, namun ia
dapat merasakan kalau apa yang dikatakan Toakonya ini
memang benar. buru-buru dia bersama jago pedang buta Bok
Ci menyembunyikan diri ke belakang batu besar tersebut.
Tak lama setelah kedua orang itu menyembunyikan diri,
pemuda berkulit hitam itu muncul kembali dari dalam hutan
diikuti seorang lelaki yang berperawakan kekar.
Terdengar pemuda berkulit hitam itu berbicara:
"Entah kemana perginya kedua orang keparat tersebut"
Barusan, andaikata tiada pesan dari ayah, ingin sekali kuberi
pelajaran kepada mereka . . ."
545 Ucapan tersebut di tujukan kepada lelaki lainnya.
Lelaki itu membawa kapak raksasa dan bertelanjang dada,
sehingga nampak sepasang lengannya yang besar dan
berotot. Dia segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh, ha, ha, haa. . . majikan tua memang sedikit
kebangetan, semenjak peristiwa itu, nyalinya semakin lama
semakin kecil masih mendingan kau, coba jikalau aku Gan Lok
Iiok yang berjumpa dengan kejadian ini, niscaya akan aku
hadiahkan sebuah bacokan kampak kepadanya. . ."
Pemuda berkulit hitam itu tertawa.
"Tampaknya tempat ini tak bakal bisa tenang, asal kedua
orang bocah keparat itu berani mencari ayahku, kami harus
rrtaiuaahkan mereka kendatipun harus menanggung resiko
ditegur, saat itu, kan Gan Lo liok tak boleh menjadi seorang
cucu kura kura . . ."
"Tak usah kuatir... tak usah kuatir." seru Gan Lo-hok sambil
menepuk dada dan tertawa tergelak, "kalau aku Gan Lo-tiok
tidak turun tangan masih mendingan kalau sampai turun
tangan, niscaya aku akan memberi suatu pelajaran yang
setimpal untuk mereka berdua, teringat aku ketika dulu
seorang diri aku membacok enam ekor harimau dan
menendang mati seekor beruang hitam, waktu itu kau masih
belum lahir. . ." "Haahh . . . haaahh . . . haaahh. . . cukup cukup, tak usah
menyinggung kegagahanmu dulu lagi" tukas pemuda berkulit
hitam itu sambil tertawa tergelak, "sudah hampir tiga ratus
546 kali mendengar ceritamu itu, cerita kuno itu sudah begini basi.
kau masih tiap hari membicarakannya saja."
"Aaai., kau selalu saja tidak memberi muka kepadaku." Gan
Lo liok tertawa getir. Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak berhasil
menemukan tempat persembunyian Jago pedang buta dan
Liong Tian im, sambil berbicara sambil bergurau, tanpa terasa
sampai jauh mereka di tempat tikungan sana.
Pemnda berkulit hitam itu segera melejit keudara dan tiba
tiba melompat naik keatas dinding batu itu kemudian dia
menggape dan Gan Lo liok turut naik pula keatas.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka berdua
sudah lenyap dari pandangan mata.
"Adik Liong, apakah kau telah melihat jelas arah mereka
berdua berlalu...?" " bisik jago pedang buta lirih.
"Kali ini kau tak usah kuatir." Liong Tian im tertawa,
"mereka berdua tak bakal lenyap."
Dia segera menarik tangan jago pedang buta Bok Ci dan
melompat naik keatas dinding tebing dimana pemuda hitam
itu tadi pergi. Tapi begitu tiba disitu, Liong Tian im segera berdiri
tertegun, dia tidak menyangka kalau diatas puncak dinding
batu itu terdapat sebuah lembah yang penuh dengan
pepohonan bwee yang harum semerbak.
547 Diantara pepohonan bwee yang indah dan harum itu,
terdapat sebuah rumah gubuk Gan Lo liok sedang duduk
didepan pintu, sebuab kapak raksasa tergeletak diatas kedua
lututnya dia sedang tidur nyenyak, agaknya tidak tahu kalau
ada orang munculkan diri disitu.
Sebaliknya pemuda berkulit hitam itu sudah tak nampak
lagi, mungkin dia telah masuk kedalam rumah.
Liong Tian im dan jago pedang buta telah bersama sama
melayang kedepan dan meluncur turun disamping Gan Lo liok.
Liong Tian im segera mendorong tubuh Gan Lo liok
membangunkan dia dari tidurnya.
Sambil mengulapkan tangannya, Gan Lo-liok berseru.
"Majikan kecil, kau lagi lagi datang mengacau, kapankah
aku Lo liok tak pernah tidur diluar seperti ini " Sudahlah, harap
kau jangan mengusik diriku lagi!"
Orang ini betul betul bodoh sekali. selesai berkata tanpa
membuka matanya lagi kembali dia tertidur nyenyak, seakan
akan kejadian ini sudah seringkali dia jumpai.
Liong Tian im tertawa ringan, mendadak ia menyaksikan
ada seekor ular kecil merambat keluar dari ujung rumah,
karena dilihatnya kepala ular itu berbentuk segi tiga dan tahu
kalau amat beracun, dia kuatir Jago pedang buta sambil
berseru: "Hati hati toako, ada ular "
"Ular. . !" seperti orang yang kehilangan sukma, Gan Lo liok
berteriak keras, dia segera melompat bangun lalu berseru
548 dengan ketakutan. "Dimana..." Ularnya berada dimana "
Cepat usir dia pergi .. . cepat usir pergi.!"
Tetapi sewaktu dia dapat melihat jelas ada orang yang
berdiri dihadapannya, tak kuasa dia lantas menggosok gosok
matanya berulang kali, begitu tahu kalau bukan majikan
sendiri, dengan cepatnya dia meraung keras:
"Dari mana kau bisa tahu kalau aku takut ular" Bocah
keparat, kau berani mempergunakan ular untuk menakut
nakuti aku?" Sekali lagi dia membuat posisi seperti hendak melakukan
tubrukan kapak raksasanya diayunkan ke atas.
Liong Tian im tahu kalau orang itu adaIah seorang yang
kasar, maka sambil menuding ke ujung dinding rumah katanya
sambil tertawa ringan, "Itu dia, bukankah itu adalah ular?"
Walaupun Gan Lo liok tidak percaya, bagai manapun juga
dia tak bisa menghilangkan rasa ngeri dan takut yang
mencekam dadanya, begitu berpaling ke samping dia betul
betul ketakutan sampai pecah nyalinya.
Sambil kabur kemuka teriaknya keras keras.
"Aduuh mak, majikan kecil kau cepat datang, rikrus itu
ktleev lia,il" Liong Tian-im segera menyentilkan ujung jarinya kedepan,
seketika itu juga ular terpental saj"at jial dan tepat terjatuh
disisi kaki Gan Lo liok. Kontan saja dia makin ketakutan sehingga sambil berteriak
teriak kabur meninggal tempat itu.
549 "Bocah keparat . . kau berani mempermainkan aku?"
teriaknya penuh kemarahan, kampak besarnya diayunkan
berulang kali ditengah udara.
Sungguh hebat kekuatan yang dimiliki orang itu, dalam
ayunan kampaknya terasa desingan ingin tajam menderu
deru, sebuah bacokan dahsyat langsung ditujukan ke atas
batok kepala Liong Tian im.
Menghadapi tindakan lawannya itu, Liong Tian im tertawa
terbahak bahak. "Haa. . .haah. . .haaaah . . bocah bodoh, apa gunanya
kalau cuma berkaok kaok belaka" Kalau memang punya
kepandaian, mari dipraktekkan saja."
Dengan suatu gerakan dia bergeser ke samping
menghindarkan diri dari bacokan maut tersebut, begitu
menyelinap ke belakang Gan lo liok, dia maju ke depan sambil
menyambit ular kecil yang tergeletak ditanah itu.
Walaupun si ular kecil itu sudah mati terhajar serangan jari,
saat itu ekornya masih sempat bergoyang goyang, begitu di
ambil Liong Tian lm segera menggoyang goyangkan bangkai
ular itu kian kemari. Dasarnya bangkai ular itu empuk dan lemas, ekornya masih
bergoyang goyang maka beoioK nya tampak lebih menjijikkan.
"Hei orang bodoh, coba kau lihat benda apakah ini!"
serunya sambil tertawa tergelak.
Waktu itu Gan Lo liok sedang tertegun karena bacokannya
kehilangan sasaran, mendengar perkataan itu dia segera
berpaling. 550 Tapi begitu melihat Liong Tian-im memegang seekor ular,
dia menjerit kaget lalu mundur tiga langkah dengan cepat.
"Eeeh . . . eeeh .. , jangan kau lemparkan kemari . .. aku
Lo liok tak ingin berkelahi denganmu." teriaknya penuh
ketakutan. Walaupun orang ini bodoh, ada kalanya juga pintar, begitu
dipikir dia merasa keadaan tak beres, maka sambil mengayun
kampak besarnya, ia berteriak dengan perasaan tak puas:
"Kalau cuma bisanya menggunakan ular untuk menakuti
orang, terhitung enghiong macam apakah kau ini " Kalau
memang bernyali hayolah beradu kekerasan dengan aku Lo
liok, jika aku memang kalah, aku akan berlutut dihadapanmu
sambil memanggil yaya kepadamu bagaimana .."
"Baik..." Liong Tian im memang bermaksud unuk
mengajaknya bergurau, "aku memang senang sekali punya
cucu seperti kau." Tapi sebelum pertarungan itu dilangsungkan dari dalam
rumah telah terdengar seseorang berkata dengan kasar:
"Cau ji kau cepat gantikan kedudukan lo liok, jangan
membuatnya mendapat malu !"
Dari dalam rumah melompat keluar pemuda berkulit hitam
itu, sekarang ia membawa sebilah pedang yang memancarkan
cahaya berkilauan, dengan pandangan dingin ia memandang
sekejap kearah Liong Tian im, kemudian serunya:
"Lag-lagi kau!"
551 Liong Tian im tertawa hambar.
"Betul, kita bersua kembali..."
Begitu melihat pemuda berkulit hitam itu munculkan diri,
Gan Lo liok seperti menemukan bintang penolong saja, dia
segera memutar kampak besarnya sambil berteriak keras:
"Majikan kecil kau harus membalaskan dendam bagi aku si
Lo liok, keparat ini tak bernyali, dia cuma pandainya menakut
nakuti orang dengan menggunakan ular, bila tak ada ular
tersebut, aneh jika aku tidak membacoknya sampai mati"
Pemuda berkulit hitam itu mengiakan "Ehmmm, aku tahu,
keparat ini memang keterlaluan..."
Buru buru Jago bermata buta maju ke muka sambil


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata: "Saudara, harap kau jangan salah sangka. Kami ada urusan
dan in|in menyambangi Cui lo sianseng."
"Salah paham?" pemuda itu segera tertawa dingin, "kalian
telah datang mencari gara-gara, begitu masih bilang salah
paham?" Agaknya watak orang ini pun berangasan pedangnya
segera diluruskan sejajar dada, ujung pedang di getarkan
kehadapan Liong Tian im, sementara sorot matanya berkilat
tajam, katanya dingin: "Turun tanganlah, bila kau berhasil mengalahkan aku,
orang yang kalian cari akan menjumpai dimu, seandainya kau
bukan tandinganku, maaf, terpaksa aku mempersilahkan
552 kalian untuk menggelinding pergi dari bukit Cing-shia ini dan
jangan menginjak sekali lagi kemari. . ."
Liong Tian im merasa gusar sekali, dia berkata dingin:
"Sungguh besar amat bacotmu, kalau begitu mungkin kita
harus bertarung dengan sebaiknya."
"Tetap saja harus begitu." kata pemuda berkulit hitam itu
tegas, "apalagi pertarungan ini sangat mempengaruhi dirimu,
kuatirkan kepadamu lebih baik berhati hatilah nanti"
Sebuah tusukan yang sejajar dengan dada segera
dilontarkan ke depan, suatu gerakan yang untuk sesaat
membuat orang sangsi bercampur ragu karena tak ada yang
talu ke arah manakah serangan tersebut ditujukan.
Betul Liong Tian im berilmu tinggi tetapi hatinya bergidik
juga sesudah menyaksikan ancaman mana, dengan
pandangan serius dia awasi ujung pedang lawan tanpa
berkedip." Rupanya dibalik serangan pedang itu terkandung suatu
perubahan yang amat besar, sewaktu ancaman sampai
diseparuh jalan, tiba-tiba saja dari sebuah tusukan berubah
menjadi bacokan diantara serangan yang membalik sebuah
bacokan dilepaskan dari arah samping.
Liong Tian-im seperti agak tertegun, sebab serangan mana
meski nampaknya sederhana dan tiada sesuatu keanehan,
namun perubahan justru memiliki suatu kedahsyatan yang
sangat menguasai keadaan apalagi ayunan telapak tangannya
membawa segulung tenaga dahsyat ibaratnya amukan arus
disungai besar... 553 Jago pedang buta kuatir kalau pertarungan bisa semakin
merunyamkan keadaan, buru-buru bentaknya: "Adik Liong,
jangan melukai orang."
"Huuuh, kau tak usah bermimpi disiang hari bolong." Gan lo
liok segera mendengus, "majikan kecilku memiliki kepandaian
silat yang tiada taranya, mana mungkin dia akan terluka oleh
cakar setannya " Wahai temanku yang bercodet diwajah, tidak
salah bukan perkataanku ini ?"
Jago pedang buta hanya tertawa, dia tidak menjawab
pertanyaan tersebut . . . .
Dalam pada itu, agak tercekat juga perasaan sang pemuda
berkulit hitam itu sewaktu merasakan datangnya tenaga
pukulan yang maha dahsyat dibalik ayunan telapak tangan
lawan, buru-buru pedangnya melancarkan serangan secepat
angin, secara beruntun dia melepaskan tujuh buah bacokan
berantai yang semuanya disertai dengan tenaga besar.
Cuma sayang pengalamannya menghadapi musuh kelewat
sedikit, sehingga tampak banyak sekali titik titik kelemahan.
"Silahkan beristirahat dulu" seru Liong Tian im tiba tiba
sambil tertawa nyaring. Dia menyergap dengan mempergunakan ilmu tangan
kosong merebut senjata yang maha lihai dalam perubahan
jurus Soh cian jiu (tangan tak tl mengunci Kuntingan) yang
maha capat, tiba-tiba dia lepaskan sebuah pukulan yang
secara telak menghantam punggung tangan sang pemuda
berkulit hitam yang menggenggam pedang.
"Traang . . .!" pedang di tangan pemuda berkulit hitam itu
segera terhajar lepas dari genggaman, sementara orangnya
554 berdiri kaku di tempat dengan wajah memucat, tubuh kaku
dan tak sepatah kata pun yang di ucapkan keluar . . .
Sesudah tertegun beberapa waktu, akhirnya dia bertanya:
"Waahh. . . ilmu silat apaan itu?"
"Soh cian jiu! Semacam ilmu merampas senjata dengan
tangan kosong." Liong Tian im tertawa ringan.
Gan Lo liok turut terbelalak dengan mulut melongo,
rupanya dia tak mengira kalau kepandaian silat musuhnya
sangat ampuh sehingga pedang ditangan majikan mudanya
ikut terhajar lepas. Dengan membayangkan gerakan tangan dan gerakan
langkah yang telah dilakukan Liong Tian im tadi, ia mencoba
untuk menirukan berapa kali, namun selalu gagal, akhirnya dia
bertanya keheranan: "Aneh betul, kenapa aku tak sanggup menggunakan jurus
itu?" Entah sedari kapan seorang kakek berdandan seperti
seorang penebang kayu telah muncul di hadapan Liong Tian
im, dengan nada permusuhan ia tertawa dingin tiada hentinya,
kemudian berkata: "Saudara cilik, sungguh hebat kepandaian silat yang kau
miliki." "Aaaah, mana, mana" kata Liong Tian im sembari menjura,
"dihadapan lo sianseng aku mah tak terhitung seberapa !"
555 Seperti teringat akan sesuatu secara tiba tiba, buru buru
tanyanya lagi: "Lo sianseng, apakah kau dari marga Cui."
"Betul !" sahut penebang kayu tua itu dingin. "Ada urusan
apa kalian berdua datang mencari aku si penebang kayu tua
?" Jago pedang buta menarik napas panjang-panjang, lalu
menjawab: "Mungkin lo sianseng telah menaruh salah paham dengan
menganggap kami sebagai orang jahat padahal yang benar,
kedatangan Kami ke Cing shia san kali ini adalah disebabkan
ada seorang teman yeng telah menitipkan suatu benda untuk
diserahkan kepada Cing shia sancu."
Mendengar nama Cing shia sancu disebat jago pedang buta
Bok Ci, paras muka Cui Lo sianseng segera berubah hebat,
ditatapnya jago pedang buta dengan suatu pandangan
tercengang, kemudian katanya:
"Lohu memang berdiam dibukit Cing shia dan hidup dengan
menebang kayu, tapi aneh, belam pernah kudengar kalau
dibukit Cing shia ini terdapat seorang Sancu, jangan jangan
kalian berdua telah salah tempat . . ."
"Tak mungkin salah." jago pedang buta menggelengkan
kepalanya berulang kali, kedua orang sahabatku itu sudah
menerangkan dengan jelas, atau mungkin lo sianseng merasa
kuatir akan sesuatu sehingga enggan untuk mengutarakannya
keluar" padahal kami ber dua juga sadar, kehadiran kami
disini sudah pasti akan menimbulkan kecurigaan atau
kesalahan paham dari orang lain.."
556 "Mungkin kalian berdua benar benar akan merasakan
kecewa," tukas Cui lo sianseng dingin, "aku sipenebang kayu
tua betul betul tidak tahu Cing shia sancu yang kau
maksudkan itu, apa lagi dibukit Cing shia ini toh bukan cuma
aku seorang yang berdiam, silahkan mencari kabar ditempat
lain saja, siapa tahu kalau kau akan mendapat suatu hasil
yang sama sekali di luar dugaan."
Jago pedang buta menghela napas sedih, dia berkata:
"Lo sian seng seandainya kau enggan berbicara tentu saja
kamipun tak berani memaksa, aku hanya ingin mencari
keterangan akan sesuatu, entah boleh atau tidak..."
"Soal apa " Coba katakan dulu !" Cui lo sianseng tertawa
tanpa perasaan. "Aku hanya ingin tahu, benarkah lo-sianseng pernah
menyelidiki puncak bukit Cing shia ditengah malam buta ?"
Sekali lagi paras muka Cui lo sianseng berubah hebat .
"Aku hanya pernah berkunjung ke atas bukit itu saja,
sedang soal melakukan penyelidikan " Oooh . . . harap kalian
berdua jangan mempercayai dongengan orang orang bawah
gunung sana, mustahil aku bisa berbuat demikian."
"Lo sianseng, buat apa kau merahasiakan soal itu ?" tukas
Liong Tian im sambil tertawa dingin, "orang bilang, tiada angin
air tak akan bergelombang, tanpa sebab tak mungkin bigi
timbul, seperti lo sianseng katakan tadi, Cing shia san bukan
didiami kalian saja, tapi anehnya mengapa rakyat dibawah
bukit sana tidak menuduh orang lain, sebaliknya mengatakan
dirimu. . ." 557 Paras muka Cui lo sianseng berubah menjadi amat tak
sedap, segera bentaknya: "Sobat cilik, kau betul betul menyinggnng perasaan aku si
penebang kayu tua." "Itu mah tidak, aku hanya merasa tidak pada tempatnya
bila lo sianseng menampik permintaan orang, jauh jauh kami
datang ke bukit Cing shia bukannya tiada urusan, di samping
menghantar semacam barang buat Cing shia sancu, kamipun
ingin menyembuhkan mata yang diderita toakoku..."
"Hmm..." Cui Lo sianseng segera mendengus dingin,
"seandainya kalian tidak mencari sampai disini, aku si
penebang kayu tak akan memperdulikan kalian, sekarang tak
usah banyak berbicara lagi, asal kalian berdua sanggup
merobohkan aku si penebang kayu tua, aku pasti akan
mengajak kalian untuk pergi menjumpai Cing shia sancu.
Dengan diutarakannya perkataan tersebut, bukankah sama
artinya dengan Cui lo sianseng menerangkan kalau dia tahu
siapakah Cing shia sancu tersebut, tapi sengaja menyusahkan
mereka, atau mungkin dia ingin mempergunakan kesempatan
itu untuk membalaskan dendam bagi kekalahan yang diderita
putranya. Tetapi si pedang buta menjadi ragu ragu, tanyanya
kemudian: "Apakah kita harus bertarung bila urusan ingin
diselesaikan?" "Yaa, hanya itulah satu satunya jalan yang bisa membawa
kalian menuju penyelesaian, nah siapa yang akan maju
duluan?" 558 Jago pedang buta Bok Ci segera mengambi ketetapan,
sahutnya dengan cepat: "Baik, akulah yang akan menjajal lebil dulu kepandaian silat
yang lo sianseng miliki."
Pelan pelan dia meloloskan pedang kayunya dan digetarkan
ke tengah udara. Mendadak sekujur tubuh penebang kayu tua itu gemetar
keras setelah menyaksikan pihak lawan meloloskan pedang
kayunya. Mencorong sinar kegirangan yang sukar di temukan bila
tidak diperhatikan dengan seksama dari balik mata Cui Io
sianseng, cuma saja kegembiraan tersebut bercampar baur
pula dengan perasaan curiga sangsi dan tidak percaya.
"Aaaah Thian ftioi bok kim ,. pedang kayu inti langit."
Kemudian sambil mencorongkan serentetan sinar tajam
yang menggidikkan hati dia bertanya dengan wajah
keheranan: "Apakah kau she Bok ?"
"Ya, aku Bok Ci, darimana lo-sianseng kenal dengan
pedang ini ?" tanya Bok Ci.
Ditatapnya jago pedang buta lekat-lekat dengan sorot mata
yang tajam, kemudian tanyanya Iagi "Apa hubunganmu
dengan si pedang langit Bok Keng jin ?"
Agak tergetar perasaan jago pedang buta, sahutnya
dengan cepat, "Dia adalah ayahku !"
559 Kontan saja Cui lo sianseng tertawa dingin.
"Omong kosong, Bok Keng jin hanya mempunyai seorang
puteri yang menikah dengan Leng Hongya dari lembah Tee
ong kok, seandainya kau berani mencatut nama Pedang langit
Bok Keng jin untuk menggertak aku, hati hati dengan
selembar nyawamu." Jago pedang buta segera tertawa dan menggelengkan
kepalanya berulang kali, ujarnya:
"Lo sianseng mungkin kau pernah mendengar kalau ayahku
telah kawin Iagi, mungkin juga kau tidak percaya, tapi yang
pasti ibuku adalah istri muda ayahku. . ."
Paras muka Cui lo sianseng masih tetap dingin seperti baja,
katanya dengan nada ketus:
"Kau datang dari mana?"
"Bukit Toa pousat nia . ."
Cui lo sianseng menghela napas berulang katanya
kemudian: "Sudahlah, aku akan mengajak kalian untuk menjumpai
Sancu, aku pun tidak ingin beradu kepandaian lagi denganmu"
Sesudah tertawa ringan, lanjutnya:
(Bersambung jilid : 14) 560 CINCIN MAUT Oleh: Tjan. ID Jilid 14 "Waktu itu aku pernah punya jodoh dan berjumpa satu kali
dengan ayahmu, tentu saja diantara kami berdua pun
mempunyai sedikit hubungan persahabatan, memandang
diatas wajah ayah mu, sekalipun aku bakal di tegur Sancu
juga akan mengajak kalian ke sana..."
Liong Tian im menjadi tertegun, "Lo sianseog, jadi kau
benar bonar menjumpai cahaya merah dan hujan ke emasamasan
yang terjadi di puncak bukit itu ?" serunya.
Cui Lo sianseng segera menengadah dan tertawa terbahak
bahak. "Hahhh... haaahh, peristiwa itu berlangsung pada lima
tahun berselang, waktu itu aku merasa kalau kepandaian silat
yang kumiliki lumayan, maka kudaki puncak bukit itu untuk
561 mengintip apa gerangan yang telah terjadi saat itu, tapi justru
karena gara garaku ini hampir saja selembar nyawaku lenyap
disitu, seandainya Cing shia sancu tidak memberi kesempatan


Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagiku, mungkin sekarang sukmaku sudah berada dialam
baka." "Cui lo sianseng, dapatkah kau mengisahkan cerita tersebut
untuk kami semua." kata jago pedang buta kemudian dengan
wajah tertarik. Sekali lagi Cui lo sianseng tertawa terbahak bahak.
"Haahh... haaahhh... lebih baik kita berbincang bincang
sambil melakukan perjalanan, sebab perjalanan yang bakal
kita tempuh masih jauh."
"Ayah, aku ikut." seru pemuda berkulit hitam itu tiba tiba.
Cui lo sianseng memandang sekejap keara putra
kesayangannya, lalu berkata sambil tertawa.
"Aku kelewat memanjakan kau, baiklah jika kau memang
ingin menambah pengetahuanmu. Bila kita berdua tak boleh
turut masuk, sebab kalau tidak maka kita berdua pun tas bisa
pulang lagi dengan selamat."
Dipimpin oleh Cui lo sianseng, segala sesuatunya dapat
dilalui dengan aman dan lancar.
Saking hapalnya dia dengan daerah disekitar tempat itu,
sampai sampai sekalipun harus memejamkan mata juga dapat
melaluinya secara tepat. Akan tetapi berhubung perjalanan yang mereka tempuh
amat sulit, maka mereka harus ke lewat berhati hati, bukit
562 yang tinggi dengan tebing yang curam terbentang jauh
didepan mata, jurang yang menganga dan dalam tak
terkiranya membentang dibagian bawah, seandainya kurang
berhati hati sehingga tercebur ke bawah, niscaya tubuh akan
terbanting hancur berantakan . . .
Diantara sekian orang, hanya Cui lo sianseng seorang yang
pernah mengunjungi tempat itu.
Bukit karang yang tinggi dan tertutup awan, dengan
pepohonan siong yang hijau dan segar, semuanya masih
seperti sedia kala, lumut nan hijau dan tebal menyelimuti
permukaan batu-batuan disana, menambah seramnya suasana
disitu. Cui lo sianseng nampak amat gembira dan terharu,
pengalaman lamanya terlintas kembali dalam benaknya.
-------------- sambungan dr jilid sebelumnya ----------------"Asal kau bersedia mengutarakannya keluar" ujar Liong
Tian im dengan tegas, "bila dikemudian hari terjadi pelbagai
kesulitan dalam lembah Tee ong kok, aku Liong Tian im
seorang yang akan menanggungnya, sekalipun harus mati
juga rela..." Leng Hongya menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tak ingin merubah suatu tempat yang aman tenteram
menjadi suatu tempat pembantaian .. ."
"Hmm, sungguh tak kusangka kau Leng Hongya juga tahu
merasa takut . .." ajak jago pedang buta sinis.
563 "Siapa bilang aku takut urusan . . ." bentak Leng Hongya
dengan mata melotot. Jago pedang buta tertawa terbahak bahak.
"Hahahaha . . . jika tidak takut, mengapa tidak berani kau
utarakan?" Di dalam anggapannya Leng Hoogya pasti akan
menuturkan rahasia tersebut setelah di ejek olehnya, siapa
sangka Leng Hongya yang dihari hari biasa selalu
mementingkan soal nama dan kedudukan itu tiba tiba saja
merubah sikapnya. Ia hanya tertawa dingin, dan kemudian berkata hambar:
"Jangan harap aku termakan oleh siasatmu itu..."
Liong Tian im melangkah maju dengan tindakan lebar lalu
berkata: "Aku tidak takut bermusuhan dengan segenap manusia
didunia ini, katakan saja padaku." Tiba tiba berkumandang
suara tawa dingin, lalu terdengar seseorang berseru dengan
suara yang tua tapi nyaring:
"Hmmm , . . besar amat bacotmu!"
Baru selesai ucapan tersebut berkumandang sesosok
bayangan hijau telah meluncur tiba dengan kecepatan luar
biasa, seperti angin yang berhembus lewat saja, tahu tahu ia
sudah munculkan diri ditengah arena.
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna
itu membuat Liong Tian menjulurkan lidahnya secara diam
564 diam, tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki orang
ini sudah mencapai tingkatan yang demikian sempurna.
Jago pedang buta memasang telinga, memperhatikan
setiap saat, kemudian ujar:
"Adik Liong, beritahu kepadaku macam apakah manusia
yang baru tiba itu . . ."
Lione Tian im memperhatikan sekejap orang yang baru tiba
itu, lalu menjawab: "Orang itu mengenakan jubah hijau, telanjang kaki,
membawa sebuah toya besi besar, bermata besar dia
bermulut lebar." "Ehmm, dugaanku tak meleset, bahkan Im cu (si Bayangan
hijau) pun telah datang."
Sementara itu Uk In cu atau si Bayangan hijau itu sudah
tertawa terkekeh kekeh dengan seramnya.
"Hehehehe. . . tak nyana kau si mata buta masib teringat
akan diriku, hehehehe . . . . aku mengira kau sudah mampus
didalam peti lemparan itu, siapa tahu ternyata kau masih bisa
berjalan masuk kedalam lembah Tee ong kok dalam keadaan
hidup . . . ." Sesudah tertawa selain lagu ujarnya kepada Leng Hongya:
"Saudara Leng, sukma gentayangan yang nyaris mampus di
ujung pedang kita empat be)at subuh berselang ternyata
565 berani datang tapi ia lembah Tee ong kok nyali orang ini
terhitung tidak kecil. . ."
"Tiba tiba jago pedang buta maju ke muka, kemudian
serunya dengan suara dingin:
"Sepasang mataku ini hancur ditangan kalian, aku telah
merasakan siksaan dan penderitaan karena tak punya mata,
seandainya tiada semangat membalas dendam yang
menunjang hidupku, mungkin aku sudah mati sejak dahulu..."
Kemudian setelah berteriak keras penuh kemarahan dan
penderitaan serunya lagi dengan lantang:
"Bayangan hijau, kau adalah salah seorang yang turut
memegang peranan penting, hari ini aku akan pergunakan
batok kepalaku untuk mencuci bersih dendam dan sakit hati
yang telah tertanam selama empat belas tahun di dalam
hatiku . . ." "Hehehehe. . . belum pernah kudengar seorang manusia
buta masih berani bertingkah tekebur dihadapanku. . ." jengek
Bayangan hijau dengan suara dalam.
Di dalam anggapannya, seseorang yang telah kehilangan
sepasang matanya tak mungkin bisa memiliki kepandaian silat
yang luar biasa, kendatipun ilmu silat tersebut dilatih dengan
bagaimanapun tekunnya, sambil tertawa dingin segera ujarnya
lagi dengan sinis: "Seandainya kau menganggap tusukan pedang ku yang lalu
masih karang cukup, hari ini aku akan menghadiahkan sebuah
tusukan lagi. ." 566 Jago pedang buta Bok Ci merasakan darah panas di dalam
tubuhnya mendidih keras, hawa pembunuhan yang tebal
segera menyelimuti wajahnya, ia meraba codet di pipinya
sebentar lalu serunya dengan gemas:
"Aku tak akan memberi kesempatan kepadamu untuk
melancarkan serangan bala balasan."
"Sreeeet!" Segulung cahaya pedang berkelebat lewat, serentetan sinar
tajam yang menyilaukan mata pun segera memenuhi tengah
udara. Lik Im Cu berpekik keras, tubuhnya melesat maju ke
depan, telapak tangannya diayunkan kemuka melepaskan
sebuah pukulan. . Jago pedang buta menarik kembali pedangnya sambil
mundur, lalu ujarnya sinis:
"Kau sudah mampus satu kali, tapi untuk sementara tidak
kurenggut nyawamu karena aku ingin membuktikan
kepadamu bahwa orang buta belum tentu lebih rendah
daripada orang yang berbiji mata."
Omong kosong !" bentak Lik Im-cu. "pandai amat kau
mengibul." Tapi saat itu pula segumpal alis mata yang hitam dan tebal
jauh rontoh dari atas wajahnya, dia segera menjerit keras
karena kaget, bahkan mulutnya tak bisa dirapatkan kembali.
Seandainya Jago pedang buta memutar pedangnya pelan,
maka batok kepala Lik Im cu niscaya akan tersayat menjadi
567 dua bagian oleh kecepatan pedang lawan, namun jago pedang
buta seperti sengaja mengajaknya bergurau, hanya sepasang
alis matanya saja yang dipapas...
Setelah Lik Im cu meraba bulu matanya dan merasa alisnya
itu sudah gundul, paras mukanya baru berubah hebat lantaran
takut hampir saja dia tak percaya kalau didunia ini terdapat
ilmu pedang yang begitu hebat.
Dengan suara gemetar segera tanyanya:
"llmu pedang apakah ini?"
"Hmm, sekarang tentunya kau sudah tahu bukan bahwa
seorang buta belum tentu lebih rendah dari padamu! Huuh,
kau telah menghadiahkan sebuah tusukan diatas wajahku,
sekarang akupun akan menyuruh kau merasakan bagaimana
enaknya ditusuk pedang."
Dengan ketakutan Lik Im cu mundur bera pa langkah ke
belakang, toya bajanya segera diputar diangkasa menciptakan
selapis bayangan cahaya yang amat menyilaukan mata.
Rupanya demontrasi kepandaian ilmu pedang yang
dilakukan Jago pedang buta tadi telah membuat nyalinya
pecah, pikirnya, "Bila kulakukan pertahanan seketat ini, tak
nanti ilmu pedangmu dapat melukai aku."
Dia berpendapat demikian, keberaniannya segera timbul
kembali, ujarnya kemudian dengan lantang:
"Si buta sialan, silahkan kau rasakan pula kehebatan dari
permainan toya bajaku."
568 Ia disebut orang sebagai bayangan hijau, karena ilmu
meringankan tubuh yang di milikinya lihay sekali, tapi kalau
berbicara soal kepandaian yang sesungguhnya, dia sebetulnya
tidak memiliki apa apa. Namun orang ini memiliki otak yang cerdas, dengan akal
muslihat yang amat licik tak sedikit ide bagusnya yang berhasil
membuat Leng Hongya sukses dalam melakukan beberapa
usaha, itulah sebabnya Leng Hongya menaruh pandangan lain
terhadap orang lain. Sebaliknya dia pun mendompleng nama besar Leng Hongya
untuk memperbesar nama serta kedudukan sendiri. Bila
berjumpa dengan orang, dia pun berkata:
"Leng Hongya paling akrab hubungannya dengan diriku,
urusanku berarti urusannya !"
DaIam kenyataan memang kebanyakan jago persilatan
bersikap hormat kepadanya karena memandang diatas wajah
Leng Hongya, tapi lama kelmaan hal ini menimbulkan watak
angkuh dan tinggi hatinya.
Dalam pada itu toya baja tersebut telah meluncur ke bawah
dengan membentuk sekilas cahaya bnsir.
Jago pedang buta segera mendengus dingin:
"Hmm, kau masih seperti empat belas tahun berselang,
begitu enteng dan sama sekali tiada yang cepat!"
Cahaya pedang memancar turun mengenai bayangan toya
yang rapat langsung menyergap wajah Lik Im-cu.
569 Tampak bayangan darah memercik keempat penjuru,
bayangan pedang segera lenyap kembali tak berbekas.
"Aduuh . . !" Selama ini Lik Im-cu sangat bangga dan percaya penuh
atas kemampuan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna,
siapa tahu mesti dia sudah mencoba untuk berkelit
kesamping, namun dia tak berhasil menghindarkan diri dari
bacokan pedang lawan, sambil menjerit kesakitan, dia mundur
kebelakang sembari menutupi wajahnya.
Percikan darah segar meleleh keluar dari jari tangannya
dengan geram bercampur marah dia berpekik nyaring, sebuah
bekas bacokan berdarah yang panjang dan dalam telah
pembelah mukanya. "Saudara Leng !" teriaknya keras keras, "wajahku telah
robek, cepat balaskan dendam bagiku. . ."
Leng Hongya tak mengira kalau Lik Im cu begitu bodoh dan
tak becus, belum lagi satu gebrakan, da sudah dikalahkan
dengan mengenaskan. Setelah tertawa dingin, serunya: "Bok Ci, kau berani
melukai orang dalam lembah Tee ong kok ku ini ?"
"Huuh, lembah Tee ong kok itu macam apa" Kau tak usah
menggunakan asap Tee ong kok untuk menakut-nakuti orang.
Leng Hongya tertawa seram.
570 "Heeh. . heeh . . heeh .. meskipun Tee ong kok bukan
terhitung apa apa, namun dalam pandangan sementara
sahabat persilatan tempat ini merupakan suatu tempat yang
amat misterius, hehe heeh, lohu tidak butuh kau banyak
berbicara, perhatikan saja tempat penjara disekeliling tempat
ini, kau akan segera mengetahui dengan sendirinya."
Walaupun Jago pedang buta Bok Ci tak bisa melihat apa
apa, namun dia memiliki daya pendengaran serta daya
penciuman yang amat tajam, setelah memperhatikan sejenak
ketengah udara, dengan paras muka serius dia menyentuh
tubuh Liong Tian im, lalu bisiknya:
"Adik Liong, apa yang telah kau temukan?"
Liong Tian im turut memperhatikan sekeliling tempat itu
kontan saja hatinya terkesiap.
Ternyata dari atas tebing batu yang berada disekeliling
tempat itu, kini telah bermunculan berapa puluh orang lelaki
berbaju hitam yang membawa sebuah tabung panjang!
Tabung tabung panjang tersebut semuanya ditujukan ke
arah Liong Tian im dan jago pegang buta yang berada
dibawahnya.

Cincin Maut Karya Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Asal Leng Hongya mengulapkan tangannya niscaya senjata
rahasia yang tersimpan di dalam tabung panjang itu akan
menyembur keluar. "Isi tabung itu adalah jarum perak yang amat tajam" Leng
Hongya menerangkan, "kini kalian berdua telah terkepung !"
Liong Tian im berpaling ke arah jago pedang buta,
kemudian berbisik: 571 "Kita telah terkurung sekarang, toako, bagaimana baiknya
menurut pendapatmu?"
Jago pedang buta termenung sebentar, kemudian ujarnya:
"Leng Hongya seorang yang licik dan banyak tipu muslihat,
tak nanti dia akan mau bunuh kita dengan begitu saja, coba
perhatikan baik baik, disekitar tempat ini pasti ada hal hal
yang mencurigakan" Liong Tian im melihat sekejap ke sudut Barat daya,
kemudian berkata: "Sudut barat daya kosong melompong tanpa manusia, bila
kita menyerbu keluar dengan begitu saja, niscaya senjata
rahasia lelaki lelaki itu tak akan mengena tubuh kita, cuma
pikirnya mengapa Leng Hongya bersikap begitu gegabah
tanpa mengirim penjaga untuk mempertahankan sudut barat
daya. ." Begitu timbul kecurigaan di dalam hatinya, dia segera
berpaling ke arah Leng Hongya.
Tampak orang itu berdiri dengan senyuman dikulum, wajah
tetap menyeramkan terhadap pembicaraan ke dua orang itu
seakan akan tidak mendengarnya sama sekali.
Sekujur badan Jago pedang buta Bok Ci gemetar keras,
segera serunya: "Sudut barat daya merupakan tempat yang sangat
berbahaya dalam lembah ini, Hmm Leng hongya belut betul
berhati busuk dan bahaya, rupanya dia berharap kita berdua
bisa mati karena terserang kabut beracun. . ."
572 Setelah termenung sebentar dengan kepada tertunduk, dia
berkata: "Adik Liong tak urung berdua bakal mati pada hari ini, mari
kita beradu nasib, biar aku yang berada dibarisan belakang,
mari kita menyerbu kesudut barat daya. . ."
Begitu selesai berkata pedang ditangannya segera
digetarkan keras keras menciptakan berkuntum kuntum bunga
pedang yang berkilauan, dengan disertai beribu ribu jalur
bayangan pedang, ia membacok tubuh Leng Hongya keras
keras. Dengan suatu gerakan yang cekatan Leng Hongya bergeser
kesamping, kemudian pedangnya diayunkan ke muka
melancarkan tusukan. Ayunan pedangnya ini menyerupai suatu sasaran nyata
seperti juga sebuah serangan tipuan, membuat orang merasa
sukar untuk menduga datangnya ancaman tersebut, tapi ada
satu hal yang membuat orang keheranan, yakni serangan
mana dilakukan pada saat yang amal tepat, bahkan
menyerang sambil menolong diri.
Hal mana memaksa Jago pedang buta Bok Ci harus
membubarkan serangannya bilamana ingin selamat.
Liong Tian im bergerak maju, kemudian sambil memutar
senjata patung Kim-mo sin jin nya dia berseru:
"Toako, cepat pergi!"
Begitu senjata patung Kim mo sin jio memperlihatkan
kelihayannya, beribu ribu jalur cahaya keemasan memancar
573 keluar, seguIung tenaga serangan yang amat kuat pun
meluncur keluar. Serta mata Leng Hongya menggeserkan tempat
berpijaknya dan mengigos ke samping.
Jago pedang buta segara mendorong tubuh Liong Tian im
dengan telapak tangan kirinya kemudian berseru:
"Blla kau tidak menuruti perkataan toako aku akan marah!"
Liong Tian im kena didorong sampai mundur lima enam
langkah dengan sempoyongan, setelah tertegun sesaat
katanya: "Baiklah toako, akan kutunggu didepan sana."
Dia lantas melejit kedepan dan siap meninggalkan tempat
itu. Mendadak Lik lm cu membisikkan sesuatu kesisi telinga
lojin yang berada disampingnya.
Paras muka lojin itu berubah hebat, serunya dengan wajah
tercengang dan tidak habis mengerti:
"Aaah, benarkah telah terjadi peristiwa ini?"
"Aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, masa akan
membohongi dirimu . . .?" seru Lik lm cu dengan suara
lantang. 574 Tojin itu segera melejit dan menghadang jalan pergi Liong
Tian im, tanyanya. "Sicu, harap tunggu sebentar, pinto lm Tiong cu ingin
menanyakan sesuatu kepadamu"
"Apa yang hendak kau katakan ?" kata Liong Tian im
dingin. In Tiong-cu segera mendengus dingin.
"Tuyu ku ln Oh-cu apa benar terluka di tanganmu."
"Huuh, To keh su sian (empat dewa dari golongan To) tak
lebih hanya begitu saja, In Oh cu berani membohongi umat
persilatan dengan nama kosong, ia pantas untuk mampus,
pertanyaanmu ini benar benar tak tahu diri . ."
Paras muka Im Tiong cu berubah bebat, bentaknya dengan
gusar. "Kau si pembunuh cilik berani benar tidak pandang sebelah
matapun terhadap empat dewa dari golongan To, ini
menunjukkan kalau kau memang seorang yang tinggi hati.
Baiklah, aku Im Tiong cu memang manusia yang tak tahu diri,
pertama tama aku ingin minta beberapa petunjuk jurus
serangan lebih dulu dirimu?"
Begitu mengetahui kalau It Oh cu yang termashur dalam
dunia persilatan benar benar terluka ditangan lawan, tercekat
hatinya, dengan cepat dia mendapat tahu kalau pemuda ini
memiliki kepandaian silat yang luar biasa.
Sebab itu dia baru begitu berani memandang rendah
lawan-Iawannya. 575 Akan tetapi, kalau diingat kepandaian silat yang dimiliki It
Oh cu amat luar biasa, hampir saja dia tak percaya kalau
seorang jago lihay dari golongan kaum lurus bisa terluka
ditangan seorang anak muda seperti ini. .
Dengan gemas bercampur gusar dia meloloskan pedangnya
yang tersoren dipunggung, sekilas cahaya pedang menyambar
lewat bagaikan kilat, setelah bergetar diangkasa segera
memancar bagaikan serentetan suara pekikan naga yang
memekakkan telinga. Setelah itu diawasinya Liong Tian im amat serius,
pedangnya pelan-pelan disilangkan di depan dada, kemudian
katanya: "Berhati hatilah saudara pinto akan turun tangan!"
Liong Tian im mengangkat senjata patung kim mo sin
jinnya tinggi tinggi talu berkata sinis.
"Tak usah munafik dan bergalak sok suci dan bijaksana,
kepandaian silat yang kau miliki itu masih belum kupandang
sebelah matapun." "Hmm..." Im Tiong cu mendengus marah, dengan jurus
Han lun cit im (Putik bunga memanah bayangan) ia
melancarkan sebuah tusukan kedepan.
Tampak cahaya pedang berkelebat lewat dan segera
menotok keatas iga kiri Liong Tian im.
Liong Tian im segera membalikkan badannya, tiba tiba
senjata patung Kim mo sin jin yang dimilikinya itu diayunkan
dari atas kebawah, kemudian disodokan separuh depan,
576 bukan saja dia berhasil membendung serangan kilat lawan,
malah sempat mengena pergelangan tangan lawan.
Serangan yang cepat lagi ganas ini kontan saja membuat
Im Tiong cu amat terperat.
Dalam kejutnya Im Tiong cu berseru tertahan kemudian
pikirnya: "Tak kusangka pemuda seperti dia sudah dapat mainkan
senjatanya seperti apa yang dikehendaki, tak heran kalau dia
sanggup mengalahkan It Oh cu, rupanya dia benar benar
memiliki ilmu silat yang luar biasa.
Dalam terkesiapnya dia segera menarik kembali sikap
latahnya, seluruh tenaga dan pikirannya dipusatkan diujung
pedang tersebut sementara serangan dilancarkan jauh lebih
dahsyat daripada serangan yang pertama kali tadi.
Secara beruntun Liong Tian im melancarkan tiga buah
serangan beruntun yang memaksa In Tiong cu mundur sejauh
tiga langkah, ketika ia sempat melirik sekejap ke artih jago
jpedang buta dan Leng Hongya, nampak pedang yang di
pergunakan ke dua orang itu bergetar secepat angin, masing
masing berusaha untuk merebut posisi yang lebih
menguntungkan, apa daya kepandaian yang dimiliki kedua
belah pihak sama sama lihaynya sehingga nampaknya cukup
sulit untuk menentukan siapa menang siapa kalah.
Pada saat itulah jago pedang buta berpaling sambil
berseru: "Adik Liong, mengapa kau tidak cepat-cepat pergi !"
577 Untuk memberi jawaban atas pertanyaan rekannya,
terpaksa Liong Tian im memecahkan perhatiannya.
Padahal jago lihay yang sedang bertarung hanya
memanfaatkan kesempatan baik yang berlangsung hanya
sedetik, sudah barang tentu In Tiong-cu tidak menyia nyiakan
kesempatan tersebut dengan begitu saja, sambil membentak
keras pedangnya diayunkan ke depan sambil melancarkan
serangan serangan berang.
Serangan yang dilancarkan secara beruntun ini kontan saja
mendesak Liong Tian im mundur sejauh tujuh delapan
langkah, belum sempat dia memperbaiki posisinya yang jelek,
mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara
tertawa dingin, menyusul kemudian segulung tenaga serangan
yang amat dahsyat menekan kepalanya.
Liong Tian im mendengus dingin, serunya: "Tampaknya kau
sudah bosan hidup !"
Tanpa berpaling telapak tangan kirinya ia lancarkan sebuah
serangan ke arah Im tiong cu, sementara senjata patung Kim
mo sin jin yang berada ditangan kanannya di ayunkan
kebelakang. "Traaaang!" Lik Iim-cu menjerit kesakitan lalu mundur
dengan perasaan terperanjat, toya bajanya kena terhajar
sampai melengkung seperti busur.
"Ako paling benci dengan cara menyergap yang tak tahu
malu semacam ini." ujar Liong Tian-im dingin.
Dengan gusar Im Tiong-cu melotot sekejap ke arah Lik In
cu, dia merasa gusar sekali atas sergapan yang dilakukan
orang ini. 578 Sebagai seorang ahli, tentu saja ia enggan dan rikuh untuk
turun tangan memanfaatkan kesempatan tersebut, teriaknya
tiba tiba: "Sambutlah seranganku lagi !"
Liong Tian-im tertegun, lalu sambil tertawa serunya:
"Mengapa kau tidak mencoba-coba untuk melancarkan
sergapan ?" Seperti meadapat penghinaan yang amat besar Im Tiong
Cu membentak amat gusar, secara beruntun dia lancarkan
tiga buah bacokan pula, setiap serangannya ditujukan ke
bagian bagian yang mematikan ditubuh Liong Tian-im.
Dengan cepat Liong Tian im mengeluarkan jurus Thay-san
kheng (bukit Tay san menindih kepala) sambil berseru keras:
"Bok toako, aku akan menunggu didepan sana !"
Bagaikan sambaran petir dia melejit keudara, senjata
patung Kim mo sin jinnya dihantamkan keatas pedang In
Tiong cu. . . "Traang . !" pedang tersebut bergetar keras lalu
patah menjadi dua bagian.
Dengan perasaan terkesiap In Tiong cu mundur kebelakang
kemudian memandang Liong Tian im yang kabur kearah barat
daya itu dengan wajah termangu mangu.
Begitu Liong Tian im bergerak meninggalkan tempat itu,
jago pedang buta Bok Ci segeramenyusul dari belakang,
Pendekar Sadis 2 Gento Guyon 11 Bidadari Biru Ratu Intan Kumala 2

Cari Blog Ini