Ceritasilat Novel Online

Cula Naga Pendekar Sakti 14

Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe Bagian 14


Cu Lie Seng terdiri orang-orang lihai, termasuk Tang
San Siansu. Mereka yakin, jika mereka berterang menghadapi
rombongan Cu Lie Seng, kemungkinan gagal akan
besar sekali. Karenanya mereka memikirkan cara
yang paling baik dan aman, yaitu dengan
mempergunakan bahan peledak yang mengeluarkan
asap air mata, dan secara nekad akan merampas
daftar nama orang-orang kangouw dari tangan Cu
Lie Seng. Dan pengemis yang berhasil mencopet daftar
nama orang-orang kangouw dari saku Cu Lie Seng
memang berlaku sangat nekad, membiarkan
tubuhnya dihantam oleh Cu Lie Seng dengan "Liongbengkun" nya, asal dia bisa mencopet daftar nama
orang-orang kangouw. 1119 Dia cuma memasang punggungnya terhantam
telak oleh tangan Cu-Lie Seng, tangannya bekerja
merogoh saku pemuda itu, dan dia untung memilki
lwekang yang tinggi sehingga punggungnya
dilindungi oleh hawa murninya kalau tidak, kontan
di-situ juga si pengemis akan mati.
"Giau-hio-cu, jasamu sangat besar sekali, tanpa
perduli keselamatanmu telah berhasil melaksanakan
tugas ini dengan sebaik-baiknya." menghibur
pemimpinnya, setelah mendengar cerita Giau-hiocu
cara dia bisa mencopet daftar nama orang-orang
kangouw tersebut. "Ini memiliki arti yang sebesarbesarnya
untuk kepentingan sahabat-sahabat
kangouw lainnya, karena dengan daftar ini kita bisa
mengetahui siapa-siapa saja yang berkhianat dan
bekerja untuk raja lalim itu!"
Semua mata mengawasi pangcu kaipang, waktu
pemimpin mereka membuka lipatan kertas yang
berisikan nama-nama orang kangouw.
Lama pangcu kaipang itu membacanya mendadak
mukanya berobah pucat, dia juga mengeluarkan
seruan tertahan. Semua pengemis mengawasi
dengan hati tak tenang. Pangcu kaipang itu
menghela napas, sikapnya jadi lesu.
"Sia-sia pengorbanan kalian," menggumam
pangcu kapang itu pada akhirnya, perlahan
suaranya. Dia meremas daftar nama orang-orang
kangouw dan katanya:"Inilah daftar nama palsu !"
1120 Semua pengemis berseru tertahan, mereka gusar
bukan main telah dipermainkan oleh Cu Lie Seng.
Tapi merekapun heran, mengapa pangcu mereka
bisa ketahui bahwa daftar nama itu adalah palsu"
Setelah terdiam sejenak dan kemarahannya
berkurang, pangcu kaipang itu menyodorkan kertas
daftar nama orang-orang kangouw kepada Giau
hiocu, katanya: "Bacalah ....."
Giau-hiocu dan pengemis-pengemis lainnya
segera melihat isi daftar nama orang-orang
kangouw. Tapi mereka tak mengetahui dimana letak
kepalsuan daftar itu. Pada barisan pertama terlihat
nama Huan su-to-jin dari Kun lun-san, kemudian
Cing Siang Hu, diri Ceng-sia pai. Ada ratusan nama
orang-orang kangouw yang tercatat disitu.
Giou hiocu tidak membaca terus daftar nama itu.
Dia menoleh kepada pangcunya, dengan kecewa dia
bertanya. "Benarkah daftar ini daftar palsu pangcu?"
Pangcunya mengangguk. "Ya, coba kau baca pada baris keenam belas."
menyahuti pangcu itu dengan suara tawar.
Gihou-hiou segera membaca baris keenam belas.
Dia jadi berseru kaget dan mukanya berobah merah
padam, Di situ tertulis nama Toan Yok, dari kaipang.
1121 Toan Yok adalah pangcu Kaipang ! Dan ini mana
mungkin bisa terjadi"
Jelaslah kini bahwa daftar yang dipegangnya
memang daftar palsu. Tak mungkin nama Toan Yok,
tertulis disitu jika daftar iiu daftar nama yang asli.Sedangkan Toan Yok mati-matian berusaha merebut
daftar nama-nama orang kangouw, untuk
mengetahui siapa-siapa saja yang sudah jadi
pengkhianat dan mau bekerja pada Kaisar penjajah.
"Sekarang kau sudah mengerti, bukan?" tanya
pangcu kaipang, Toan Yok, dengan muka yang
murung. "inilah liciknya pemuda she Cu itu. Dia
telah membuat daftar palsu dan membiarkan daftar
ini diambil oleh kita untuk mengadu domba satu
dengan yang lainnya diantara sesama kita!
Dia rupanya tahu dalam perjalanan pulang ke
kotaraja pasti akan mengalami rintangan yang tidak
sedikit, maka dipersiapkan daftar palsu ini, Sia-sia
penyelidikan yang kita lakukan selama ini. karena
biarpun kita berhasil merampas daftar nama orangorang
kangouw, inilah daftar palsu!" Dan Toan Yok
menghela napas dalam-dalam kecewa sekali. Tapi
mendadak dia menepuk pahanya.
"Dengarlah!" katanya pada pengemis-pengemis
lain yang duduk dengan murka, penasaran dan
kecewa bercampur aduk menjadi satu. "Ada
untungnya kita memperoleh- daftar nama ini!
Biarpun Cu Lie Seng sangat licik, tapi dia sudah
1122 melakukan suatu kekeliruan ! Nama-nama yang
tercatat di sini semuanya pasti bukan orang-orang
yang bekerja untuk pihaknya, dia sengaja
memfitnah orang kangouw yang tak mau tunduk
padanya. Karenanya, sekarang kita sudah memiliki
pegangan, bahwa orang-orang yang tertulis
namanya di sini adalah sahabat kita dalam
menghadapi kerajaan penjahat ! Sebab itu, daftar
palsu inipun memiliki kegunaan yang cukup besar
buat kita!" Muka pengemis-pengemis lainnya juga jadi
girang, mereka segera bisa tersenyum-senyum lagi.
Jadi tidak terlalu sia-sia apa yang telah mereka
lakukan belum lama itu dengan penuh kenekadan.
sedikitnya mereka bisa memiliki pegangan bahwa
orang-orang yang tercatat dalam daftar palsu ini
adalah orang-orang yang tak mau bekerja pada
pemerintah penjahat itu !
Toan Yok menghela napas. "Tadi kalian sudah berjuang demikian gagah dan
terhormat," kata Toan Yok kemudian. "Ini membuat
aku terharu atas kesetiaan kalian. Kalian juga telah
melarang aku sementara ini tidak memperlihatkan
diri, karena kalian kuatirkan keselamatanku ! Melihat
keadaan demikian tampaknya sulit aku berdiam diri
saja, bagaimanapun aku harus tampil untuk
mengurusnya." 1123 "Tapi pangcu... mereka semuanya merupakan
iblis-iblis tangguh, jumlah mereka banyak. Kalau
cuma menghadapi Tang San si keparat, tentu kami
akan menyetujui pangcu mengurusnya, sekarang
keadaannya tidak cocok dan kurang bermanfaat jika
pangcu sendiri yang mengurusnya.
Bukan berarti kami mengartikan bahwa
kepandaian pangcu belum cukup mengatasi mereka,
namun kita harus mempertimbangkan sebaikbaiknya,
agar kerugian kita tidak terlalu besar. Kalau
pangcu lerluka, tentu kami seperti si buta kehilangan
tongkat. Keadaan demikian lebih berat dan
berbahaya, sebab kami tak tahu lagi apa yang harus
dilakukan tanpa memperoleh petunjuk pangcu," kata
Giau-hiocu. "Sebab itu pangcu, biarlah kami-kami saja dulu
yang mengurusnya. Kalau keadaan sudah terlalu
parah, barulah pangcu yang tampil."
Toan Yok seorang berilmu tinggi dan
berpengalaman. Dia seorang tokoh persilatan
ternama, dengan kaipangnya yang disegani semua
orang kangouw. Tetapi diapun bisa memaklumi
perasaan hiocu-hiocunya ini. lawan berjumlah sangat
banyak, terdiri dari tokoh-tokoh hitam rimba
persilatan, jika dia sendiri yang menghadapinya, ini
sangat berbahaya. Menghadapi Tang San Siansu seorang saja,
belum tentu Toan Yok bisa merobohkan pendeta itu,
1124 biarpun Tang San Siansu belum tentu bisa
mengalahkannya. Tapi ini merupakan resiko yang
sangat besar, dimana dia harus menghadapi Tang
San Siansu yang didampingi oleh Ban It Say, Cu Lie
Seng, Thio Yu Liang. Bwee-sim-mo-li, Pak-mo, See
mo dan yang lain-lainnya....
"Laporan buat pangcu," kata pengemis yang
duduk disebelah kanan Toan Yok. "Tadi di antara
orang-orangnya si pemuda she Cu ini terdapat Ho
Beng Su." Toan Yok mengangguk dengan muka muram.
"Ya, kitapun harus menangkapnya, untuk
dihukum atas pengkhianatan yang dilakukannya,"
kata ketua Kaipang. "Dia berkhianat meninggalkan
pintu perguruan kita serta kini menjadi budak raja
lalim itu. Dosanya sangat besar. Walaupun
bagaimana dia harus dapat kita tangkap, untuk
dibawa pulang ke pusat dan menjatuhkan hukuman
sesuai dengan dosanya itu"
"Apakah tak perlu dinasehati satu kali lagi
padanya, pangcu?" tanya pengemis itu.
"Ciang-hiocu, sudah terbukti dia berkhianat dan
menjadi budak raja lalim itu, melanggar pantangan
terbesar dari partai kita. Jika iapun dalam keadaan
terdesak nanti dan tak bisa mengadakan
perlawanan, jatuh ketangan kita dan tahu akan
menerima hukuman berat, kemudian menyatakan ia
1125 menyesal atas jalannya yang keliru itu, lalu apa
yang hendak dipertimbangkan lagi " Coba jika kita
gagal nanti menangkapnya, jangan berharap dia bisa
menyesali kesesatannya itu!"
Ciang hiocu, pengemis yang duduk di sebelan
kanan itu mengangguk-angguk, demikian juga
pengemis-pengemis yang lainnya.
"Sekarang," kata Toan Yok lebih jauh, "kita harus
mengawasi terus rombongan Tang San si pendeta
busuk, jika ada kesempatan kita akan turun tangan.
Akupun akan perintahkan pada semua Tianglo
berkumpul dan nanti membantu kita menghadapi
pihak Tang San si pendeta jahat !"
Kemudian Toan Yok memberikan berbagai
petunjuk kepada semua pengemis itu, apa yang
harus mereka lakukan lebih jauh. Setelah selesai,
penemuan tersebut bubar, mereka berpencar, tapi
mempunyai tujuan satu, yaitu akan terus mengawasi
rombongan Tang San Siansu, mereka tak akan turun
tangan sebelum ada kesempatan baik.
Mereka menyadari, betapapun Tang San Siansu
dan rombongannya merupakan tokoh lihai rimba
persilatan, karenanya mereka tak dapat turun
tangan secara ceroboh dan sembarangan. Ini bukan
berarti mereka gentar berurusan dengan Tang San
Siansu dan rombongannya, tapi mereka hendak
mencegah jatuh korban dipihak kaipang, kalau bisa
sedikit mungkin dan tujuan mereka tercapai, yaitu
1126 merampas daftar nama orang-orang kangouw yang
asli. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- SINAR matahari pagi mulai menghanga-ti sekitar
lembah di kaki gunung Cu-san, burung-burung mulai
berkicau. Tang San Siansu dan rombongannya
bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka selalu berwaspada terhadap kemungkinan
adanya serangan mendadak dari pihak lawan.
Mereka yakin, di samping pihak kaipang yang
hendak mengganggu dan menyerang mereka, pasti
banyak orang-orang kangouw berbagai aliran yang
tengah mengincar mereka. Karena itu, walaupun mereka tidak gentar
menghadapi pihak mana pun yang hendak
merampas daftar, tapi setidak-tidaknya rombongan
Tang San Siansu bersikap waspada dan hati-hati.
Inilah yang menyebabkan mengapa Tang San Siansu
memilih perjalanan mereka dengan berjalan kaki,
sebab menurut Tang San Siansu jika mereka
mempergunakan kuda, tentu binatang itu bisa panik
dan lari sembrawut sulit dikendalikan, yang akhirnya
memisahkan mereka satu dengan yang lainnya pada
jarak yang cukup jauh, jika di serangan mendadak
dari pihak lawan. 1127 Sedangkan melakukan perjalanan dengan jalan
kaki menyebabkan mereka selalu bisa tetap bersama
jika ada serangan lawan, sehingga kekuatan mereka
tidak terpecahkan. Melakukan perjalanan di lembah pada kaki
gunung Cu-san ternyata tidak begitu mudah, karena
selain cukup banyak tempat-tempat yang curam dan
semak-belukar tumbuh liar sekali. Menjelang tengah


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari, mereka berada disebelah lainnya dari lembah
itu, tapi belum berhasil keluar dari lembah tersebut.
Bwee sim-mo-li tampak jengkel dan sering
menggerutu, tapi Tang San Siausu tak mengacuhkan
sikap iblis-wanita ini. "Kita istirahat disini," kata Tang San Siansu dan
duduk disebongkah batu gunung, menghapus
keringat yang mengucur deras di mukanya.
Yang lainnya segera mencari tempat yang sejuk
dan teduh terhindar dari sinar matahari yang
memancar begitu terik. Tapi, belum lagi mereka
sempat membuka buntalan masing-untuk
mengeluarkan bekal makanan, mendadak terdengar
suara gemuruh yang deras sekali, berisik disertai
jatuhnya batu-batu kerikil. Semua orang menoleh ke
atas dan jadi kaget. Sebungkah batu gunung berukiran besar
menggelundung turun ke arah mereka.
"Menyingkir!" Teriak Tang San Siansu, dia sendiri
sudah melesat ketempat yang sekiranya aman dari
1128 sambaran batu yang tengah meluncur turun dengan
cepat. Yang lainnya juga cepat cepat menyingkir.
Diiringi suara berisik, batu besar itu ambruk di
bawah tebing, menyebabkan debu bertebaran
kemana-mana, diiringi juga dengan batu-batu kerikil
yang ikut berjatuhan akibat tebing kena benturan
bongkahan batu tersebut. Gusar bukan main Tang San Siansu menoleh ke
atas, karena pendeta ini menduga pasti ada
seseorang yang sengaja mendorong jatuh batu di
atas tebing itu, untuk mencelakai rombongannya.
Sedangkan Cu Lie Seng dan yang lainnya juga telah
mengawasi ke atas. Tebing itu cukup tinggi, mungkin hampir seratus
tombak, di tepi tebing itu, berdiri sesosok tubuh,
bahkan terdengar suara tertawa yang nyaring
bergema di sekitar lembah tersebut.
Tidak kepalang marahnya Tang San siansu
darahnya meluap. Dia mengibaskan tangannya,
tubuhnya meloncat gesit dan ringan sekali,
maksudnya hendak mendaki tebing itu buat
mengejar orang yang telah menyerang
rombongannya dengan bongkahan batu besar itu.
Namun, dia membatalkan maksudnya, karena orang
di atas tebing itu justru sambil terus tertawa tengah
meluncur menuruni tebing !
1129 Yang mengejutkan, orang itu tampaknya tak
mengalami kesulitan apa-apa menuruni tebing itu,
tubuhnya berlari-lari dengan telapak kaki setiap
menginjak tebing seperti melekat sehingga tubuhnya
tidak jatuh ke bawah. Itulah ilmu yang sangat menakjubkan, karena
tebing itu sendiri hampir berada dalam posisi tegak
menjulang ke atas, walau pun ginkang seseorang
sudah mahir, namun berlari-lari menuruni tebing
yang posisinya maupun letak kedudukannya tegak
ke atas seperti tebing ini, merupakan pekerjaan
yang tidak mudah. Namun kenyataannya orang itu dapat berlari
dengan cepat, bahkan dalam waktu singkat telah
sampai di bawah tebing di dalam lembah.
Sekarang Tang San Siansu dan yang lainnya baru
bisa melihat jelas, dialah seorang nenek-nenek tua
yang mungkin usianya sudah mencapai tujuh puluh
tahun, karena badannyapun sudah agak
membungkuk! Entah siapa nenek tua ini, Tang San
Siansu dan yang lainnya jadi benanya-tanya, karena
nenek tua ini tampaknya sudah makan nyali macan
sehingga berani membentur rombongan pendeta
tersebut. "Kalian kaget, heh ?" tanya si nenek dengan
suara nyaring, bergema disekitar lembah itu,
sikapnya sinis sekali. "Aku tahu batu itu tak mungkin
bisa mencelakai kalian, tapi yang kuinginkan kalian
1130 menjadi kaget. Nah, kalian tadi kaget, bukan?"
Sambil bertanya begitu- si nenek tua tersebut
memperlihatkan sikap serius sekali, matanya
terbuka lebar-lebar, kemudian tertawa nyaring lagi,
seakan juga apa yang telah dilakukannya
menyebabkannya merasa Iucu.
Ban It Say sejak tadi sudah mendongkol apa lagi
sekarang melihat kelakuan nenek tua seperti
mengejek dan tidak memandang sebelah mata,
sudah tak bisa menahan diri. Tahu-tahu dia
meloncat ke depan, ke dekat si nenek tua, tangan
kanannya menyambar ke pundak nenek tua
tersebut, diiringi bentakannya- "Kau rupanya sudah
tak sabar ingin pergi ke neraka, siluman tua!"
"Ih,ih,ih, ihi. ihi, jangan galak-galak begitu dong!"
menyahuti nenek tua itu, tahu-tahu tubuhnya sudah
melejit ke samping dia sudah terhindar dari
sambaran tangan Ban-It Say.
Congkoan Gi-lim-kun bukan orang sembarangan,
kepandaiannya tinggi, karena itu, dia tambah
penasaran karena nenek tua tersebut bisa
menghindari tangannya, apa lagi peristiwa ini
disaksikan oleh Tang San Siansu dan kawankawannya
yang lain, jelas ini menyebabkan dia
menjadi malu kehilangan muka terang setengah
kalap dia lompat lagi ke dekat nenek tua tersebut,
sekali ini dia menyerang dahsyat dengan kedua
tangannya. 1131 Angin pukulan kedua tangannya menimbulkan
suara kesiutan keras sekali. Sekaligus dia
menyerang empat bagian mematikan dan berbahaya
di tubuh nenek tua itu, dia juga tak tanggungtanggung
mempergunakan tenaga dalam pada
kedua telapak tangannya. Dalam gusarnya, dia tak peduli bahwa lawannya
ini adalah seorang nenek tua yang karena sudah
tuanya sampai badannya agak membungkuk. Dia
menghendaki kematian si nenek.
Tapi nenek tua itu tetap tenang, bahkan sekali ini
dia tak memperlihat usaha untuk menghindar, cuma
berdiri di tempatnya dengan bibir tersenyum
mengejek, tangan kanannya saja yang terangkat,
jari telunjuk dengan ibu jarinya menjentik, meluncur
benda putih berkilauan tertimpa matahari.
"Serrrr...!" kuat sekali benda putih kecil itu
menyambar ke dada Ban It Say.
Ban It Say kaget sebagai orang berpengalaman
dia menyadari benda ini tak boleh diremehkan. Tapi
dia tak mau menghentikan sambaran tangan
kanannya, yang tetap menyambar ke arah leher si
nenek, sedangkan tangan kirinya menyampok benda
putih itu. Benda putih itu kena disampok oleh Ban It Say,
tapi tidak terpental, melainkan meledak dan hancur
tanpa bekas. 1132 Kaget Ban It Say, dia menyangka bahwa si nenek
sudah mempergunakan bahan peledak yang
mungkin saja beracun. Tapi yang membuat Ban It
Say lebih kaget lagi, tubuhnya menggigil, sampai
tangan kanannya yang menyambar ke leher si nenek
seperti tergetar keras, memaksa dia menarik pulang
tangan kanannya itu membatalkan serangannya.
Cepat-cepat Ban It Say mengempos hawa murni
tubuhnya, karena dirasakan pecahan benda putih itu
mendatangkan hawa dingin luar biasa pada dirinya,
yang membuat dia jadi menggigil. Dengan
mengerahkan lwekangnya dia bermaksud mengusir
hawa dingin tersebut, tapi gagal. Tubuhnya tetap
menggigil, hawa dingin yang berasal dari ledakan
benda putih sinenek begitu dingin, seakan menusuk
ke tulang-tulang tubuhnya, bahkan kedua kakinya
ikut menggigil. Menyadari bahaya yang mengancam dirinya, Ban
It Say tidak buang-buang waktu lagi segera
meloncat ke belakang buat menjauhi si nenek.
Dengan keadaan seperti itu, waktu tubuhnya
menggigil kedinginan, si nenek bisa saja
membarengi menyerang dirinya, itulah sebabnya
Ban It Say meloncat mundur.
Semua orang yang menyaksikan kejadian ini jadi
heran bukan main. Mereka melihat tangan kanan
Ban It Say hampir mengenai sasarannya, yaitu leher
si nenek, tapi mendadak mereka melihat Ban It Say
menarik pulang tangan kanannya, bahkan kemudian
1133 berdiri menggigil, dibarengi lagi dengan loncat ke
belakang menjauhi si nenek. Entah apa yang terjadi
" "Siluman tua, kau gunakan ilmu siluman apa,
heh?" Teriak Ban It Say bertambah kalap, dia sudah
berusaha mengendalikan hawa dingin yang
menyerang dirinya, dia berhasil hatinya dirasakan
ulu hatinya jadi dingin sekali. "Kau harus membayar
semua ini dengan jiwamu!"
Dengan gesit Ban It Say sudah meloncat lagi
kepada si nenek bermaksud untuk membinasakan si
nenek tua. Sekarang dia sudah bersiap-siap, dengan
lwekang yang disalurkan melindungi sekujur
tubuhnya, karena kuatir nenek tua itu
mempergunakan benda putih yang bisa
mendatangkan rasa dingin luar biasa itu.
Sekarang, biarpun si nenek mempergunakan lagi
benda putihnya yang sangat dingin itu, jangan harap
bisa membuat Ban It Say menggigil seperti tadi.
Kalau tadi dia kena dibikin gemetar oleh si-nenek
akibat hawa dingin dari benda putih itu, karena
sebelumnya Ban It Say memandang rendah si nenek
yang sudah tua ini, dia pikir satu atau duakali
serangan sudah bisa merobohkan si nenek.
Sekarang Ban It Say tidak berani meremehkan
lagi, dia mempergunakan delapan bagian tenaganya
untuk menerjang si nenek.
1134 Si nenek tua bungkuk itu tetap tenang, dia sama
sekali tak bermaksud untuk menghindar dari
terjangan Ban It Say, hanya tangannya menjentik
dua kali. Kini dua butir benda putih berkilauan
menyambar pada dada dan perut Ban It Say.
Karena tadi sudah mengalami akibat menyampok
benda nutih itu tubuhnya jadi menggigil kedinginan,
sekarang Ban It Say tidak pedulikan kedua benda
putih itu, yang seperti kristal atau kaca bening, dia
membiarkan saja benda itu menyambar ke dadanya
dan perutnya, sedangkan kedua tangannya telah
diulurkan untuk mencengkeram pundak dan dada si
nenek tua. Tubuh Ban It Say sendiri menyambar terapung
dari tengah udara, sikapnya seperti seekor elang
yang hendak menyambar arak kelinci.
"Tukkk . . . ! Tukkkk . .. . ! Dua benda putih yang
dijentik si nenek mengenai dada dan perut Ban It
Say. Bukan main akibatnya Ban It Say, congkoan Gilimkun dari kota-raja yang berkepandaian tangguh,
ternyata begitu kesambar dua benda kecil berwarna
putih dan sebesar biji lengkeng itu, terpental keras
sekali terbanting di tanah dengan tubuh menggigil
keras. Karena waktu dia kena disambar kedua benda
tersebut, tubuhnya seperti diguyur air yang sangat
dingin, dadanya seperti beku dan dinginnya bukan
1135 main, membuat tubuhnya menggigil dan tenaganya
seperti lenyap. Jauh lebih dingin dari yang pertama tadi,
sehingga tak ampun lagi tubuhnya meluncur
terbantihg ditanah! Semua kawan-kawannya jadi
kaget, Tang San Siansu sudah meloncat ke depan si
nenek untuk mencegah nenek itu mempergunakan
kesempatan tersebut menyerang Ban It Say lebih
jauh. Sedangkan Thio Yu Liang berdua Cu Lie Seng
loncat ke dekat Ban It Say, untuk memberikan
pertolongan. Muka Ban It Say pucat pias, dia rebah di tanah
dengan badan menggigil keras, giginya sampai
bercatrukan dan bibirnya gemetar tak bisa bicara !
"Ban-taijin, kenapa kau?" tanya Cu Lie Seng
kuatir dan campur heran menyaksikan keadaan Ban
It Say seperti itu. Ban It Say menggigil keras tak sanggup bicara,
dia cuma menunjuk kearah si nenek tua yang waktu
itu tengah berhadapan dengan Tang San Siansu.
Cepat-cepat Thio Yu Liang memeriksa keadaan
kawannya, alisnya jadi mengkerut dalam-dalam.
Dia tidak menemukan kelainan pada peredaran
darah kawannya ini, tak ada yang tertotok, atau
1136 juga tak ada tubuhnya yang terluka. Tapi mengapa
Ban It Say menggigil keras seperti ini"
Untuk menolongi kawannya, Thio Yu Liang segera
menotok jalan darah Ciu-ma-hiat dan Yui-si-hiat,


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menenangkan Ban It Say. Tapi siapa sangka,
begitu kedua jalan darah ini ditotok oleh Thio Yu
Liang seketika Ban It Say menjerit-jerit: "Dingin...!
Dingin..!" Tubuhnya menggigil semakin keras.
"Aduhh... dingin sekali...!"
Thio Yu Liang terkesiap, mukanya pucat. Apakan
dia telah melakukan sesuatu kekeliruan pada
totokannya. Tapi setelah memeriksanya, totokannya
tepat pada tempatnya. Ini memang untuk
pertolongan pertama pada orang yang
keseimbangan dirinya tak terkuasai lagi. Tapi
mengapa begitu Ban It Say tertotok malah bukannya
jadi lebih baik dan lebih tenang, seb-ahtnya jidi
menjerit-jerit karena penderitaannya rupanya
bertambah besar juga. "Ban-toako... kenapa kau sebenarnya...?" Tanya
Thio Yu Liang sambil menggoncang-goncang badan
Ban It Say dengan kedua tangannya. "Bagian
manamu yang terserang ?"
"Aduhhh...! Dingin... Dinginnn.... Sangat
dinginnnn . . .!" merintih Ban It Say menggigil keras
sekali, giginya tetap bercatrukan.
1137 Ban It Say seorang berkepandaian tinggi di
kotaraja dia merupakan salah seorang jago istana
yang paling diandalkan oleh Kaisar. Tapi sekarang,
tanpa melalui pertempuran seru dengan si nenek
belum lagi berhasil menyerang nenek bungkuk itu,
dia sudah rubuh dan keadaannya jadi seperti ini.
Thio Yu Liang berdua Cu Lie Seng benar-benar
heran dan tidak mengerti, mereka sampai saling
tatap keheranan, akhirnya Cu Lie Seng berkata
sambil mengerutkan alisnya : "Entah ilmu siluman
apa yang dipergunakan nenek tua itu ?"
Cepat-cepat Thio Yu Liang menotok beberapa
jalan darah yang berhubungan dengan jantung yang
bisa mendatangkan hawa hangat pada tubuh jika
jalan darah itu ditotok. Dan begitu Thio Yu Liang menotok kembali Ban It
Say kelojotan menggigil keras kedinginan, disertai
jeritan-jeritan nyaring. Thio Yu Liang tak peduli, dia
menotok Iagi dua jalan darah, tetap saja dia gagal.
Setiap kali ditotok bukannya lebih tenang dan lebih
baik keadaannya. Ban It Say malah menjerit-jerit
seperti babi hendak dipotong, selalu menyebutnyebut
"Dingin .... Aduhhh dingin... dingin sekali ....
Aduhhh, dingin. Thio Yu Liang mengerutkan alisnya. Dia berdiri
dengan gusar, Katanya pada Cu Lie Seng. "Cu
kongcu, kita harus membekuk siluman tua itu buat
1138 memaksanya agar menyembuhkan Ban toako. Entah
ilmu siluman apa yang sudah dipergunakannya"!"
Dia segera memutar mbuhnya, tapi dilihatnya
Tang San Sian-su tengah berhadapan dengan nenek
tua bungkuk itu, sedang bicara. Maka Thio Yu Liang
menahan langkah kakinya, dia berdiri diam saja
karena Thio Yu Liang tahu kalau dia maju
mencampuri urusan ini Tang San Sian su pasti
menjadi tak senang dan tersinggung.
Tang San Siansu waktu itu sudah berhadapan
dengan nenek bungkuk sedangkan nenek bungkuk
iiu sama sekali tidak gentar.
"Siapa kau mengapa mengganggu kami?" tegur si
pendeta dengan suara tawar.
Si nenek tertawa nyaring, kemudian mengawasi
tajam Tang San Siansu. "Siapa aku" Huh-huh-huh
apakah kau tak kenal lagi kepadaku ! Kita pernah
ketemu, tak mungkin kau lupa padaku!"
Tang San Siansu mengawasi tajam si nenek tua,
mengurutkan alisnya dan berpikir keras untuk
mengingat-ingat siapa sebenarnya nenek bungkuk
ini. tapi tetap saju gagal untuk mengingatnya.
"Jangan berbelit-belit, perkenalkan siapa dirimu,
aku paling tak mau membunuh orang yang tak
bernama...!" 1139 "Kalau kau memang tak biasa membunuh orang
yang tak mau memberitahukan namanya kepadamu,
ya kau menggelinding pergi-saja tak usah berdiri
didepanku, karena aku tak mungkin
memberitahukan namaku padamu."
Muka Tang San Siansu jadi berobah, matanya
bersinar tajam, dia gusar mendengar jawaban si
nenek tua yang seakan mengejek dan
meremehkannya, si nenek sama sekali tak
memperlihatkan perasaan gentar dan malah
menantang sekali. Biasanya, jika seseorang berhadapan dengan
Tang San Siansu, tentu akan gentar dan belum apaapa
sudah menjadi gugup. Tapi nenek tua ini bahkan
seperti sengaja hendak memancing kemurkaan Tang
San Siansu. "Hemm. kalau kau tak mau memberitahukan
namamu secara baik baik, biarlah aku yang akan
memaksa engkau memberitahukan namamu !"
Sambil berkata begitu Tang San Siansu menyampok
dengan tangan kanannya ke dada si nenek tua,
maksudnya hendak memaksa nenek tua itu
meloncat mundur ke belakang dan nanti dia akan
menyusuli dengan pukulan tangan kirinya pada si
nenek tua, pukulan yang menutup jalan keluar si
nenek dari jaring pengaruh lingkungan pukulannya
tersebut. Biasanya, jika Tang San Siansu menyerang
seperti itu, sulit buat lawannya menghindarkan.
1140 Tapi nenek tua ini benar-benar berani di samping
juga sangat lihai, sebab sama sekali dia tidak gentar
menghadapi pukulan-pukulan yang dilakukan Tang
San Siansu. Dia menghindarkan cepat sekali tangan
kanan si pendeta, waktu tangan kiri Tang San Siansu
menyambar menutup jalan keluar baginya, si nenek
juga tidak jadi gugup, cuma jari telunjuknya
menjentil dua kali. Segera tampak dua butir benda putih masing
masing sebesar biji lengkeng menyambar ke dada
Tang San Siansu. Tang San Siansu kaget, karena dia merasakan
hawa dingin menyambar pada dada di jurusan ulu
hati. Hawa dingin itu bukan hawa dingin biasa,
karena dinginnya luar-biasa. "Ihhh . . . !" Tang San
Siansu cepat-cepat meugempos sinkangnya, dia
menutup semua jalan darahnya, menahan napasnya
juga. Dia tidak sampai roboh seperti Ban It Say, karena
sinkangnya memang lebih tinggi dari Congkoan Gi
lim kun itu, dia cuma tergetar duakali, kemudian
bisa membendung hawa dingin yang menyerang
dirinya. Kedua tangannya sudah menyerang lagi
mempergunakan pukulan mematikan yang
mengandung tenaga dalam yang dahsyat !
Muka si nenek berobah, rupanya dia kaget
melihat ketangguhan Tang San Siansu, yang tidak
1141 roboh walaupun dihantam oleh dua butir peluru es
yang dingin luar biasa. Tadi, Ban It Say waktu menyampok hancur
peluru esnya, congkoan Gi-lim-kun itu sudah
menggigil sekujur badannya, dan waktu dihantam
oleh dua butir peluru, dia roboh dengan menderita
kedinginan yang dahsyat. Tapi, Tang San Siansu yang menyambuti dua
butir peluru esnya dengan badannya, ternyata tak
menderita apa-apa, dia cuma merasa hawa dingin
yang menyusup kedalam jantungnya, waktu dia
mengempos sinkangnya si pendeta sudah bisa
mengendalikan diri menghalau hawa dingin dan
justru sekarang menyerang dengan kedua
tangannya memakai ilmu pukulan "Liong beng-kun"
yang dahsyat luar biasa !
Angin pukulan "Liong beng kun" menyambar ke
arah badan si nenek kuat sekali, membuat bajunya
berkibar. Tapi nenek ini juga lihai, dia tak percuma
sudah dapat merobohkan Ban It Say dengan
serangan peluru esnya. sebab tubuhnya juga bisa
bergerak sangat gesit, dia tak mau membiarkan
badannya dijadikan sasaran kedua tangan si
pendeta, badannya seperti bayangan melesat ke
samping, tapi kedua tangan Tang San Siansu seperti
tumbuh mata yang bisa mengikuti gerak badan sinenek,
diiringi ejekannya: "Mau kemana kau" "
1142 Kaget si nenek, karena pendeta ini benar-benar
lihai sekali. Tangannya juga mengandung maut. Si
nenek rupanya menyadari kalau dia tak bisa
menghindarkan diri dari ke dua tangan si pendeta,
dia akan mengalami luka yang tidak ringan, bahkan
kemungkinan dia bisa terbinasa di waktu itu juga
dengan badan melotot ! Tidak buang waktu lagi tangan si nenek bergerak,
jari telunjuknya menjentik, badannya juga bergerak
lincah untuk menjauhi lagi.
Tiga peluru esnya meluncur pesat menyambar
dada Tang San Siansu. Tapi tiga butir peluru es itu tak berhasil mencapai
dada si pendeta, tenaga pukulan tangan si pendeta
membuat peluru es itu seperti terbendung di tengah
udara, bahkan meledak. Memancar hawa dingin
yang luar biasa, bahkan Tang San Siansu merasakan
hawa dingin menyusup kedalam pernapasannya.
Namun dia sudah mengerahkan sinkangnya, dia
tidak gentar pada hawa dingin itu, yang tidak
membuat dia sampai menggigil, biarpun badannya
seperti dibungkus hawa dingin itu. Badannya seperti
bayangan sudah melayang pula menyambar pada si
nenek, disusul dengan pukulan "Liong-beng-kun"
lagi. 1143 Sekali ini si nenek tidak mengelak dari pukulan si
pendeta, melainkan menangkis dengan tangan
kanannya, maka terdengar suara
?"Dessss... Dukkkkk!" Tangannya saling bentur
dengan tangan si pendeta, keras dilawan keras,
karena tenaga serangan si pendeta ditangkis oleh
kekuatan yang tidak kalah kuatnya dari tangan si
nenek. Cuma saja yang membuat si nenek harus
kagum dan mengakui kelihaian Tang San Siansu.
justeru dia merasakan tenaga mendesak dari Tang
San Siansu mendadak saja berobah menjadi lunak,
dari keras menjadi lembek seakan kekuatan itu
lenyap dengan tiba-tiba dan berusaha menyelusup
ke dalam badan si nenek dengan hawa sinkang yang
mematikan! Tak ayal lagi sinenek juga menarik tangan
kanannya, dia mengibas, untuk menghalau tenaga
lunak sinkang lawan, berbareng tangan kirinya
melontarkan empat butir peluru esnya. Dia yakin
sekuat-kuatnya sinkang Tang SanSiansu, tak
mungkin sanggup menyambuti empat butir peiuru
esnya sekaligus seperti itu.
Dua butir saja sudah bisa merobohkan Ban It
Say, maka empat butir pasti jauh lebih dahsyat dari
tadi. Tang San Siansu benar-benar lihai dan tangguh,
biarpun dia merasakan sambaran angin yang sangat
dingin, luar biasa, dia tidak gentar pada peluru es
1144 lawannya, dia menyampok dengan tangannya dan
tubuhnya mengejar lagi ke tempat si nenek.
Keempat butir peluru itu meledak, hawa dingin
yang terpancar tersebar di sekitar tempat itu. Sekali
ini hawa dingin itu seperti membungkus kepala dan
tubuhnya, dinginnya menyusup sampai ketulang
sumsum. Badan Tang San Siansu menggigil kedinginan,
sedangkan jago-jago lainnya yang berdiri cukup jauh
menggigil juga terkena sambaran hawa dingin
tersebut. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya daya
perlawanan yang diberikan Tang San Siansu
menghadapi hawa dingin yang terpancar dari enpat
butir peluru yang meledak itu.
Tan San Siansu sebetulnya tidak memandang
sebelah mata pada si nenek, tadi benturan
tangannya dengan tangan nenek itu sudah membuat
dia bisa menakar kekuatan sinkang si nenek
bungkuk yang masih satu tingkat bawah sinkangnya.
Dia ingin cepat cepat membekuk nenek tua
tersebut, tapi hawa dingin sekali ini benar-benar
mengganggunya. Jika tadi dia menyampok pecah
keempat butir peluru es, dikiranya paling tidak dia
akan diserang hawa dingin seperti sebelumnya dan
dia masih sanggup menghadapi dan membendung
hawa dingin itu dengan kekuatan sinkangnya. Siapa
tahu hawa dingin tersebut hebat sekali, sampai
tubuhnya menggigil juga. 1145 Sebagai orang yang berpengalaman Tang San
Siansu tahu jika dia menderita kedinginan yang luar
biasa dahsyatnya, setidak tidaknya sinkangnya akan
terganggu, dia bisa terluka di dalam. Biarpun sangat


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penasaran dan mendongkol, tak urung Tang San
Siansu membatalkan pukulan berikutnya si nenek,
dia telah loncat ke belakang menjauhi diri, dan pada
keningnya butir-butir keringat tampak mengucur
deras! Biarpun dia kedinginan, tapi hawa panas dari
sinkangnya karena dikerahkan terlalu berlebihan,
membuatnya berkeringat seperti itu! Dan inilah yang
bisa membuatnya terluka di dalam jika Tang San
Siansu masih bersikeras hendak menerobos si nenek
dengan pukulannya disertai pengerahan tenaga
sinkang berlebihan. Semua orang yang menyaksikan peristiwa ini jadi
memandang heran dengan hati bertanya-tanya,
entah siapa nenek lihai ini"
Tang San Siansu merupakan satu-satunya orang
yang paling lihai diantara mereka semua dan
sekarang ternyata tidak sanggup untuk membekuk
nenek tua itu, benar-benar mereka jadi heran dan
kagum pada si nenek yang pasti memiliki
kepandaian luar biasa. Ban It Say sendiri yang berkepandaian tinggi
paling tidak cuma setingkat dibawali Tang San
1146 Siansu, dapat dirobohkan mudah seperti itu oleh si
nenek. Semua orang yang berkumpul disitu adalah jagojago
kelas satu dan juga datuk-datuk iblis yang
kejam dan ganas, karena itu, mereka jadi berpikir
siapa nenek bungkuk ini, mengapa kepandaiannya
begitu tinggi, sedangkan sebelumnya mereka belum
pernah mendengar tentang nenek tua ini.
Tang San Siansu berdiri, dengan mata terbuka
lebar-lebar karena gusar campur penasaran, dia
sudah dapat menghalau hawa dingin yang tadi
mempengaruhi dirinya, karena sekarang si pendeta
terpisah cukup jauh. Dengan suara bengis dia
menegur: "Bukankah kau Toat-beng-sin-ciang Khu
Cian?" Si nenek bungkuk tertawa dingin.
"Tadinya kukira otakmu sudah kering dan jadi
pendeta tolol, karena tak kenal lagi padaku. Tak
tahunya kau masih bisa mengenali siapa diriku !
Benar ! Aku Khu Cian. aku hendak memberitahukan
kepadamu, kalau tak menyerahkan daftar nama
orang orang kangouw kepadaku, jangan harap kau
dan yang lainnya bisa meninggalkan tempat ini!"
Tang San bisa menduga nenek tua itu Toat bengsinciang karena tadi waktu sinenek menghindar dari
pukulannya dan jurus yang dipakai menangkis
pukulannya. Dulu, diapun pernah menerima
1147 tangkisan seperti itu, waktu Liong-beng-kunnya
belum mahir seperti sekarang, dan orang itu tak lain
Toat-beng-sm-ciang Khu Cian yang pernah
membantui keluarga Cang. Dan akhirnya Toat-ben-sin-kiang Khu Cian
menghilang dengan membawa lari puteri keluarga
Cang. Dan ingatan ini membuat Tang San Siansu
jadi heran campur kaget, sebab dia tidak menyangka
si nenek tua bungkuk ini dalam sekian tahun saja
sudah mendapat kemajuan yang sangat luar biasa
pada kungfunya dibandingkan dulu waktu dia
membantui keluarga Cang. Yang tidak dimengerti Tang San Siansu, entah
dari mana diperolehnya peluru-peluru es yang luar
biasa itu, sehingga merupakan senjata rahasia yang
ampuh. Tang San Siansu tertawa dingin. "Jadi kau
mengharapkan daftar nama orang-orang kangouw "
Kukira kau bermimpi, Toat-beng-sin-ciang ! Kau
jangan harap bisa memperoleh apa yang kau
inginkan !" Dan penasaran sekali pendeta tangguh
ini sudah loncat menerjang pada nenek bungkuk itu
lagi. Si nenek sendiri tahu bahwa si pendeta sangat
tangguh, kepandaiannya juga berada di atasnya,
kalau memang mereka bertempur secara biasa,
lama kelamaan si nenek pasti jatuh di bawah angin.
1148 Hal inilah yang tidak diinginkan olehnya. Melihat
si pendeta sudah menerjang padanya, dia
menjentikkan jari telunjuknya, beruntun enam butir
peluru es-nya menyambar Tang San Siansu.
Sekarang pendeta ini pintar, dia tidak mau
menangkis atau menyampok peluru-peluru es itu,
juga tak mau membiarkan peluru-peluru es itu
mengenai tubuhnya, dia cuma berkelit mengelakkan
sambaran dari enam butir peluru es itu, sehingga
keenam peluru itu melesat terus lewat di sisi
tubuhnya, masih menyebabkan Tang San Siansu
merasakan napasnya dingin sekali, namun dia bisa
loncat maju terus kepada si nenek, untuk didesak
oleh pukulan-pukulan Liong-beng- kun, sekarang
malah dia menyerang dengan jurus-jurus yang
paling ampuh, membuat si nenek terdesak juga.
Berkali-kali nenek bungkuk itu mempergunakan
berbagai kesempatan untuk menjentik peluru-peluru
esnya, sehingga biarpun ia mulai terdesak oleh si
pendeta, Tang San Siansu tak bisa terlalu menerjang
dekat padanya. Semakin lama membuat si pendeta
semakin penasaran. Jika dia tengah merangsek, maka peluru es si
nenek menyambar padanya, dan dia harus
menghindarkannya, ini membuat dia terpaksa
menunda desakannya dan dimanfaatkan si nenek
untuk memperbaiki posisi dirinya.
1149 Pertempuran itu berlangsung terus, sampai
akhirnya Tang San Siansu karena murka tanpa bisa
melampiaskannya, telah berjingkrak- jingkrak
marah, pukulan-pukulan Liong-beng kunnya semakin
dahsyat saja, dia telah mengempos sinkangnya.
Angin pukulannya membuat daun-daun dari pohon
jadi rontok dan batu-batu kerikil kecil beterbangan di
sekitar pertempuran itu !
Diam-diam si nenek berpikir: "Si keledai gundul
keparat ini ternyata sudah memperoleh kemajuan
yang pesat dibandingkan dengan dulu ketika dia
merusak keluarga Cang, kalau keadaan ini
berlangsung terus tentu tak membawa keuntungan
buat diriku!" Dan berpikir begitu, si nenek
berulangkali menjentik lebih sering dengan peluru
esnya, yang menyambar berbagai tubuh si pendeta.
Mendadak saja Tang San Siansu meraung
dahsyat, mukanya merah hitam, dia rupanya sudah
mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu jurus "Liangbeng
kun" yang paling dahsyat, yang tak akan
dipergunakan jika menghadapi lawan yang
kepandaiannya tak begitu tinggi.
Liong beng-kun terdiri 8 jurus, dan jurus ke
delapan inilah yang paling dahsyat dan sekarang
dipergunakan oleh Tang San Siansu untuk
merobohkan si nenek. Si nenek terkejut, peluru esnya sudak tak
dipeduiikan Tang San Siansu, menyambar pada
1150 tubuhnya dan empat butir mengenai badannya tanpa
si pendeta menggigil. Sepasang tangannya
menyambar-nyambar gencar sekali diiringi kekuatan
yang mematikan! Nenek bungkuk itu jadi sibuk sekali mengelakkan
diri dari kedua tangan Tang San Siansu. dia
berusaha menjauhi diri tapi Tang San Siangsu sudah
mendesaknya dengan perkelahian dari jarak dekat,
dia tidak memberikan kesempatan kepada si nenek
mempergunakan peluru esnya.
Jika tokh ada peluru es si nenek yang mengenai
badan si pendeta, itupun tak membuat si pendeta
menggigil, karena dia telah mengempos lwekang
yang tertinggi, yang membuat tubuhnya seperti
kebal terhadap serangan hawa dingin tersebut.
Itulah waktu yang sangat menentukan, sebab Tan
San Siansu sudah memakai jurus pukulan yang
paling dahsyat dan dia tidak mau membiarkan si
nenek selalu main kucing-kucingan dengannya,
sedangkan si nenek juga sudah memusatkan seluruh
kekuatan sinkangnya pada kedua tangannya
mengadakan perlawanan, dengan bergerak cepat
berkelebat ke sana ke mari.
Tubuh kedua orang yang tengah bertempur itu
berkelebat-kelebat seperti bayangan, sulit diikuti
oleh pandangan mata biasa. Cu Lie Seng
mengerutkan alisnya, dia menoleh kepada Pak-mo,
bisiknya: 1151 "Kita harus membekuk nenek bungkuk itu...
siluman tua itu harus dapat ditangkap hidup-hidup.
Kalian pergi berempat dengan See-mo, Lammo dan
Tong-mo membantui guruku."
Pak-mo bimbang, dia bilang: "bagaimana kalau
nanti Tang San Siansu tersinggung."
"Aku yang bertanggung jawab!" menyahuti Cu Lie
Seng," "Yang terpenting siluman tua itu harus dibekuk."
Pak-mo mengangguk. Segera dia
memberitahukan ketiga datuk iblis lainnya, Lammo,
See-mo dan Tong-mo, kemudian berempat mereka
tahu-tahu sudah meloncat ke tengah gelanggang.
Mereka juga berseru: "Tang San Taisu, maafkan
kami diperintahkan Cu-kongcu untuk membantumu
membekuk siluman tua ini, agar dia tidak bisa
melarikan diri!" Sebetulnya sebagai jago nomor satu Tang San
Siansu paling pantang menerima bantuan dari
siapapun dalam setiap pertempuran, karena dia bisa
tersinggung jika ada orang yang mau ikut campur
dalam pertempurannya. Tetapi sekarang biarpun dia telah mengempos
sinkangnya dan juga mempergunakan jurus pukulan
yang paling tangguh tapi belum bisa merobohkan
nenek tua itu, maka diapun diam-diam girang
1152 menerima bantuan Tong-mo berempat, tapi untuk
harga dirinya dia pura-pura tak mendengar dan
membiarkan Tong mo berempat membantunya.
Si nenek mengeluh, karena menghadapi Tang
San Siansu saja sudah payah dan kewalahan, apa
lagi sekarang di tambah keem-pat datuk iblis
tersebut, yang biarpun kepandaiannya tidak sehebat
Tang San Siansu, tapi mereka merupakan datukdatuk
iblis yang tangguh dan kepandaiannya tidak
bolen dipandang remeb. Tapi, si nenek tidak memperlihatkan perasaan
kagetnya, dia malah mengejek. "Bagus! Memang
ada baiknya kalian maju semua ! Mengapa cuma
berempat saja untuk menotongi si pendeta yang
sudah mau mampus ini" Mengapa tidak semua saja
turun tangan, agar si pendeta ini bisa diselamatkan".
"Jangan rewel !" Bentak Pak-mo. tangannya
sudah menyerang ke pinggang si nenek, demikian
juga Tong-mo, See-mo dan Lam-mo sudah ikut
menyerang juga. Sekarang si nenek dikepung olen
lima oiang lawan yang semua nya berkepandaian
sangat tinggi, tapi dia sudah tak bisa mundur lagi,
dia harus menghadapinya. Mati-matian dia berusaha mempergunakan
peluru-peluru esnya, tapi usahanya tetap gagal,
setiapkali ia menjentik dengan jari telunjuknya,
selalu lawannya yang disambar peluru esnya akan
mengelak tanpa menyampok dan tak mau
1153 menyambuti sambaran peluru es itu, dengan
demikian lawan-lawannya tak perlu menderita
kedinginan seperti yang diharapkan.
Satu kali, si nenek berseru keras karena
pundaknya kena diserempet oleh tangan kiri Tang
San Siansu. Biarpun cuma keserempet saja, tapi
akibatnya sudah cukup membuat si nenek bungkuk
terhuyung dengan muka berobah pucat, karena dia
sudah menderita lula tak ringan, luka akibat pukulan
Liong beng-kun! " Kesempatan itu dipergunakan oleh Pak-mo dan
See mo buat menghamam si nenek bungkuk. Tapi
Toat-beng-sin ciang masih sempat mengelakan
pukulan tersebut, biarpun kakinya terserimpet dan
hampir saja dia roboh terguling.
Tang San Siansu tak mau membuang
kesempatan yang ada, dia tertawa dingin, badannya
menerjang sambil melakukan serangan kedua
tangannya berkesiutan dahsyat, angin pukulannya
mengandung maut. Si nenek bungkuk mengeluh, sekali ini, jiwanya
benar-benar terancam bahaya maut, jika sampai
terserang oleh Tang San-Siansu. Tadi saja cuma
kena terserempet dia sudah terluka di dalam,
apalagi kalau terpukul telak. Tapi sebagai orang
yang berkepandaian tinggi, tentu saja Toat-beng sinciang
tidak mau manda begitu saja, mati-matian dia
masih mengelakkan dengan meloncat ke belakang.


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1154 Dia memang berhasil menjauhi Tang San Siansu,
tapi punggungnya disambut oleh telapak tangan
Lam-mo yang telak sekali menghantam pundaknya,
sehingga mengeluarkan suara nyaring. Badan si
nenek bungkuk bergoyang goyang seperti mau
rubuh, dia memuntahkan darah segar, mukanya
pucat. "Sekali ini jangan harap kau lolos dari kematian,
siluman tua!" Tang San Siansu mengejek sambil
loncat menyerang lagi. "Menyerahlah siluman tua !" mengejek Tong-mo
ikut menyerang. Mata si nenek berkunang-kunang, dia gusar dan
penasaran. Mati matian dia mengempos seluruh sisa
tenaganya, dia berusaha menangkis serangan Tang
San Siansu dan Tong-mo. Waktu itu See-mo. Lammo
dan Pak-mo juga tengah loncat menyerang
kepadanya, ke-berbagai bagian di tubuhnya yang
bisa mematikan. Si nenek bungkuk benar benar kejepit, sulit buat
dia menghindar. Dan benturan tangannya dengan
tangan Tang San Siansu membuat badannya seperti
diterjang angin topan sampai terbang sejauh dua
tombak lebih. Belum lagi badannya turun ke tanah,
Lam mo menyambuti tubuh si nenek bungkuk
deman telapak tanyannya menghantam iganya,
nyaring pukulan itu, dan tubuh si nenek bungkuk
benar-benar rubuh terguling di tanah!
1155 Tang San Sainsu tidak puas, dia loncat hendak
menghantam lagi, tiba tiba terdengar orang
mengejek dengan suara gusar: "Sungguh manusiamanusia
tidak tahu malu dan hanya pandai main
keroyok saja!" Disusul berkelebat sesosok bayangan dan
sambaran tongkat yang berkelebar ke sana kemari,
diiringi kekuatan sinkang yang tangguh sekali,
sehingga ujung tongkat itu mengandung tenaga
yang bisa menghancurkan batu gunung, apa lagi
kalau mengenai badan manusia tentu bisa
mematikan! Pak mo. See-mo. Lam-mo, Tong-mo maupun
Tang San Siansu lompat mundur, untuk melihat
orang yang baru muncul itu. Segera mereka
mengenali, orang yang muncul dengan pakaian
penuh tambalan tidak lain dari Toan Yok, pangcu
Kaipang ! "Kiranya kau, anjing kudisan ?" Teriak Tang San
Siansu gusar, karena dia anggap munculnya Toan
Yok merupakan rintangan yang menjemukan dan
menjengkelkan, tadi dia bersama Lam-mo berempat
hampir berhasil untuk menjatuhkan pukulan yang
sangat menentukan pada Toat beng-sin ciang siapa
tahu muncul pemimpin pengemis ini, sehingga Toatbengsin-ciang waktu itu sudah dapat berdiri lagi
biarpun dengan muka pucat, tapi dia sudah bisa
menguasai posisi kuda2 kakinya.
1156 Cuma saja, dia dalam keadaan terluka di dalam
yang tidak ringan ini membuatnya biarpun dapat
berdiri kembali mengatur posisi dirinya, tetap saja
sulit buat dia melakukan pertempuran yang
menentukan, dia sementara ini tak dapat
mengerahkan terlalu besar kekuatan sinkangnya,
karena bisa membahayakan kesalamatan dirinya.
Toan Yok tertawa mengejek, sikapnya menghina :
"Tidak tahunya Tang San si pendeta gundul cuma
pandai main keroyok ! Cissssss, aku tak pernah
menyangka sebelumnya, sahabat-sahabat kangouw
jika mengetahui hal ini pasti akan tertawa terbahakbahak
sampai mati!" Muka Tang San Siansu merah padam karena
gusar, tubuhnya melesat disusul tangannya
menyambar hebat sekali pada Toan Yok karena dia
mempergunakan "Liong beng-kun", ancamnya:
"Kau harus mampus, jembel busuk ! Jangan
harap kau bisa meninggalkan tempat ini dalam
keadaan bernapas." Memang Tang San Siansu bermaksud membunuh
pengemis ini, yang sempat menyaksikan dia
bersama Lam-mo berempat mengeroyok Toat beng
sin ciang. Apa yang dikatakan Toan Yok bahwa
sahabat-sahabat kangouw akan tertawa dan
mengejek Tang-San, hal ini tidak keliru, berarti
Tang-San Siansu akan kehilangan muka terangnya.
1157 Karena itu dia bertekad walaupun bagaimana
Toan Yok harus dibinasakan, juga Toat-beng sin
ciang, dia menyerang tak tanggung-tanggung.
Toan Yok tidak gentar, dia menghadapi serangan
Tang San Siansu dengan tongkatnya, yang
menyambar-nyambar cepat dan mengandung tenaga
sinkang yang dahsyat dia bertempur melayani si
pendeta dengan jarak terpisah cukup jauh.
Tentu saja hal ini membuat Tang San Siansu
tambah murka "sebab "Liong beng kun" ampuh
kalau dipergunakan berkelahi jarak dekat, dan hilang
sebagian keampuhannya jika bertempur jarak jauh.
Beberapa kali dia berusaha merampas tongkat
sipengemis, sebab tanpa tongkatnya Toan-Yok akan
terpaksa melayani setiap pukulan si pendeta deigan
kedua tangannya. Lam-mo berempat dengan Pak mo, See-mo dsnToiig mo saling pandang, akhirnya mereka saling
mengangguk dan kemudian menerjang maju untuk
mengeroyok Toan-Yok. Karena menginginkan kematian pengemis ini,
maka sekali inipun Tang San Siansu sudah tak
menghiraukan lagi tata krama pertempuran, sudah
tak memperdulikan harga diri lagi, dia tak mencegah
keempat orang kawannya ikut maju untuk
mengepung Toan-Yok. 1158 Toan Yok tertawa tergelak-gelak dikepung kelima
orang lawannya yang semuanya tangguh dan
tangannya mengandung maut. Sedikitpun dia tidak
jeri, biarpun Toat-beng-sin-cisng sementara itu
tengah duduk bersila mengatur pernapasannya dan
tak bisa membantunya. Sambil memutar tongkatnya, dia bersiul nyaring,
terdengar suara teriakan ramai, dari beberapa
penjuru tampak bermunculan puluhan orang
pengemis, yang semuanya memakai baju dan celana
penuh tambalan. Puluhan orang pengemis itu menyerbu buat
menyerang Tang San Siansu dan yang lainnya. Cu
Lie Seng dan Bwee-sim-mo-li maupun Ho Beng Su
harus turun tangan juga melayani pengemispengemis
itu, sebab mereka diserang oleh enam
orang pengemis. Bahkan yang melayani Ho Beng Su adalah Giauhiocu
dan seorang kawannya, bengis Giau-biocu
membentak: "Pengkhianat, apakah kau tidak mau
menyerahkan diri secara baik-baik ?"
Ho Beng Su tertawa dingin. "Aku bukan murid
Kaipang lagi, mengapa aku harus tunduk pada kalian
" Majulah, marilah kita buktikan siapa sebenarnya
yang memiliki kepandaian!"
1159 Dan dia menyerang bertubi-tubi dengan kedua
tangannya. Giau hiocu tambah gusar, bersama
temannya gencar sekali menyerang Ho Beng Su.
Cu Lie Seng menghadapi lima orang pengemis,
dia tertawa dingin dan berulangkali tangannya
menghantam mempergunakan "Liong-beng- kun".
Biarpun tenaga dalam Cu Lie Seng belum setinggi
Tang San Siansu, tapi jurus pukulan yang
dilakukannya dahsyat sekali, juga memang
pengemis-pengemis itu tak selihai Toan Yok,
karenanya mereka selama itu tak bisa merangsek Cu
Lie Seng. Bwee-sim mo li terkikik genit, dia menjentikkan
jari telunjuknya menyerang dengan jarum-jarum
beracun, namun para pengemis itu rupanya
mengetahui berbahayanya jarum beracun si iblis
wanita ini, mereka selalu menghindarkannya.
Thio Yu Liang yang waktu itu sedang coba
menolong Ban It Say, jadi agak panik juga. Dia tahu
jumlah pengemis cukup banyak juga mereka adalah
hiocu hiocu dari Kaipang yang kepandaiannya juga
tidak rendah, karenanya mereka merupakan lawan
yang tidak ringan. Thio Yu Liang tidak jeri, dia telah menghunus
pedangnya, kalau ada pengemis yang
menyerangnya, dia akan menghadapi dengan
pedangnya. Sedangkan Ban It Say sekarang sudah
tidak menggigil keras seperti tadi, biarpun seluruh
1160 hawa dingin yang menguasai dirinya belum lenyap,
dan juga tubuhnya menjadi lemas akibat menggigil
kedinginan terus menerus. Napasnya masih lemah
dengan demikian dia belum bisa untuk ikut
bertempur. Tidak kepalang besarnya penasaran Tang San
Siansu, dia berulangkali berjingkrak murka sambil
menyerang, tapi Toan Yok benar-benar lihai, dia bisa
menghadapinya dengan sama baiknya, tanpa gentar
sedikitpun juga. Lam-mo berempat telah menghadapi belasan
orang pengemis yang mengepung mereka. Benar
kepandaian keempat datuk iblis ini sangat tangguh
tapi penyerang mereka berjumlah banyak, biarpun
para pengemis itu tak bisa merobohkan mereka,
namun mereka pun sulit untuk merobohkan
pengemis-pengemis itu. Suara pertempuran jadi ramai sekali di-lembah
tersebut, suaranya menggema. Juga ada satu dua
orang pengemis yang terdesak oleh Bwee-sim-moli
atau lawan lainnya, mempergunakan peluru asapnya
yang meledak nyaring dan menebarkan asap yang
tebal sekali. Dengan cara demikian pengemis-pengemis itu
selalu dapat meloloskan diri dari tekanan dan
ancaman tangan maut lawannya.
1161 Toan Yok berulangkali menghalau pukulanpukulan
tangan Tang San Siansu, sampai akhirnya
dia juga balas menyerang dengan jurus jurus Kouwkouw
pang hoat" (ilmu tongkat penggebuk anjing)
yang merupakan ilmu andalan Kaipang. Tongkat
bambu hijau seperti juga menjema jadi seekor naga
perkasa yang meliuk-liuk menyambar-nyambar
bagian mematikan di tubuh lawan.
Hal ini membuat Tang San Siansu buat sementara
waktu tak bisa mendesak Toan Yok. biarpun dia
selalu coba menerjang dengan "Liong-beng-kun"
nya. Toat-beng-sin-ciang rupanya berhasil menguasai
luka di dalam tubuhnya, tenaganya pulih sebagian.
Dia tiba-tiba menjentikan jari telunjuknya,
menyerang Cu Lie Seng dengan burir-butir puluru
esnya. Cu Lie Seng terkesiap, hawa dingin luar biasa
menyambar ke tengkuk dan pinggangnya. Dia tahu
lihainya butir-butir peluru es Toat beng-sin ciang,
karena itu tak mau dia menyan.poknya, dia cuma
berkelit. Berulang-kali dia harus menghindar dari peluru es
itu, sebab Toa-beng sin-ciang selalu menyerangnya
dengan peluru es itu. ini sangat mengganggu
perhatian Cu Lie Seng menghadapi pengemispengemis
yang jadi lawannya. 1162 Toan Yok rupanya mengetahui bahwa Toat bengsinciang
dalam keadaan terluka di dalam, dia
kuatirkan kalau orang ini memakai tenaga dalam
berlebihan sehingga si nenek bungkuk bisa terluka di
dalam yang lebih parah, maka dia berteriak:
"Khu bungkuk, mengapa kau tak pergi angkat
kaki " Kami akan melindungimu, pergilah !"
Toat-beng-sin ciang tidak gusar biarpun dipanggil
dengan sebutan Khu bungkuk, dia malah tertawa.
"Apakah aku manusia yang benar-benar tidak
kenal budi, sehingga di saat orang Iain mati matian
ingin menolongi diriku dan aku sendiri melarikan diri
?" Jilid ke 26 Jangan bicara lagi soal budi-kebaikan, cepat
angkat kaki, kami bisa mengurus diri kami sendiri.
Kau sudah terpukul jurus "Liong-bengkun" pendeta
busuk ini, jika tidak cepat-cerat diobati, tentu kau
menghadapi saat-saat sulit di waktu mendatang . . .
sedikitnya kau akan cacad jika terlambat mengobati
luka itu !" Sebetulnya Toat-beng-sin-ciang sudah bertekad
hendak mengadu jiwa, tapi mendengar kemungkinan
dia bercacad kalau terlambat mengobati lukanya, di
1163 mana dia telah terpukul "Liong-bengkun"- nya Tang


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

San Siansu, alisnya jadi mengkerut. Dia mendengar
juga bahwa pengemis-pengemis ini mempunyai jalan
sendiri untuk meninggalkan musuh dari tempat itu,
maka dia jadi ragu-ragu. Betapapun besar keinginannya untuk ambil
bagian dalam pertempuran tersebut, namun dengan
luka yang dideritanya cukup parah seperti itu, apa
yang bisa dilakukannya. "Ayo cepat .... jika terlambat, kukira biarpun
datang obat dewa tak mungkin lukamu itu bisa
disembuhkan !" Berseru Toan Yok, kuatir sekali,
sebab dia melihat Toat-beng-sin ciang bimbang dan
kalau membandel tak mau angkat kaki, mereka akan
mengalami kesulitan lebih lama.
Benar mereka selama ini bisa menghadapi Tang
San Siansu dan orang-orangnya, tapi lewat satu dua
jam lagi pasti akan terdesak dan sulit buat
rombongan pengemis ini merebut kemenangan,
itulah sebabnya Toan Yok mendesak agar Toat-beng
sin-ciang mau cepat cepat meninggalkan tempat itu
lebih dulu. Toat-beng sin-ciang akhirnya menyadari maksud
baik para penolongnya ini, dia juga tahu jika dia
cepat-cepat angkat kaki hanya akan menambahkan
kesulitan para pengemis itu, maka keputusannya
jadi bulat tanpa bilang apa-apadia memutar
1164 tubuhnya dan berlari cepat sekali meninggalkan
tempat itu. Tang San Siansu gusar bukan main, dia menjerit
sambil menghantam Toan Yok. Bagaimanapun ia tak
mau Toat-bengsin-ciang lolos dari tangannya. Tapi
justeru dia dihalangi Toan Yok, yang selalu dapat
memunahkan setiap pukulannya.
Serangannya sekali inipun dapat dipunahkan oleh
pengemis tersebut, yang menghindar ke samping.
Kesempatan ini dipergunakan Tang San Siansu buat
meninggalkan Toan Yok untuk mengejar Toat-bengsinci-ang,akan tetapi Toan Yok sudah melesat
menghadang di depan sambil mengayun tongkatnya.
Bertambah penasaran saja Tang San Siansu,
kalau dia tak pedulikan serangan tongkat si
pengemis, niscaya akan membuat dia terluka,
karena pukulan tongkat Toan Yok disertai tenaga
sinkang yang dahsyat, berkesiutan nyaring
memecah udara. Terpaksa Tang San Siansu harus menghadapi
tongkat si pengemis, karena itu Toat-beng-sin-ciang
dilihatnya telah sempat berlari cukup jauh.
Bwee sim mo li, Cu Lie Seng maupun yang
lainnya terkejut melihat Toat-beng-sin-ciang hendak
meninggalkan lembah itu, tapi merekapun tak
berdaya untuk mengejar, karena waktu itu justeru
mereka telah dikepung oleh pengemis-pengemis
1165 yang jumlahnya sangat banyak dan
kepandaiannyapun tidak lemah.
Toan Yok tertawa bergelak-gelak. "Pendeta
busuk, hari ini kau ketemu batu sebetulnya hari ini
adalah hari kematianmu, tapi tuan pengemismu
ingin mengampuni dulu jiwa anjingmu pada
badanmu ! Nah jika ada kesempatan tentu aku akan
menagih jiwamu lagi!" Sambil berkata begitu Toan
Yok memutar tongkatnya gencar sekali menyerang
bertubi-tubi Tang San Siansu, sehingga si pendeta
biarpun tengah kalap dan penasaran campur murka,
tak urung harus melompat duakali menjauhi diri dari
sambaran tongkat si pengemis.
Waktu itu Toan Yok mengayunkan tangan kirinya,
menimpuk dengan beberapa peluru yang meledak di
kaki Tang San Siansu dan mengeluarkan gumpalan
asap yang sangat tebal. Menyusuli dengan itu, ketika
Tang San Siansu mencak-mencak kalap Toan Yok
sudah menimpukkan tiga butir peluru asapnya yang
meledak menggelegar dan gumpalan asap ditempat
itu semakin tebal saja. Pengemis-pengemis lainnya juga sudah mengikuti
perbuatan pemimpin mereka, masing-masing
melemparkan peluru asap kepada lawan-Iawan
mereka, seketika terdengar suara le dakan di sanasini
nyaring sekali, gumpalan asap tebal juga
memenuhi lembah tersebut.
1166 Tang San Siansu serabutan menyerang ditengahtengah
gumpalan asap dengan kedua tangannya,
seperti kalap, dia benar-benar merasa hari ini
pamornya runtuh bisa dipermainkan rombongan
pengemis tersebut. Tapi para pengemis itu sudah nyingkir dari
lembah, karena tak lama kemudian setelah
gumpalan asap itu menipis, di lempat itu sudah tak
terlihat seorang pengemispun juga. Sedangkan Cu
Lie Sang dan yang lainnya berdiri dengan muka
merah padam karena gusar dan mata merah berair,
akibat asap yang membuat mata mereka pedih dan
keluarkan air mata ! "Terkutuk !" Teriak Tang San Siansu, "Pengemis
busuk itu harus kucari dan ku-mampusi !"
Cu Lie Seng sambil menghapus air matanya,
karena masih terasa matanya sangat pedih,
menghampiri gurunya. "Sudahlah suhu, bukankah mereka tak berhasil
mendapatkan apapun dari kita " Nantipun mereka
akan memperlihatkan diri lagi untuk coba-coba
mendapatkan daftar nama orang kangouw ini !"
sambil bilang begitu Cu Lie Seng menepuk-nepuk
sakunya. Tang San Siansu tersadar, kemarahannya reda
sebagian, tapi dia masih memaki bengis: "Kalau lain
kesempatan bisa kutemukan pengemis busuk itu,
1167 akan kuhancurkan tubuhnya jadi ratusan potong !
Tak akan kubiarkan dia mati dengan enak !"
Tang San Siansu dengan rombongannya akhirnya
meninggalkan lembah tersebut buat melanjutkan
perjalanan mereka. Sikap mereka sekarang semakin
hati-hati dan waspada. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- DUA orang Persia tampak mengiringi seorang
gadis tengah mendaki di sebuah bukit yang ada di
sebelah pintu kota, daerah itu cukup lebat oleh
pohon-pohon yang tumbuh tinggi, juga tidak begitu
ramai, karena jarang orang mengambil jalan
melewati bukit tersebut, yang disebut oleh para
pedagang keliling sebagai bukit-iblis (Mo Gai) dan
angker sekali. Gadis itu berusia masih muda tapi sangat lincan,
daoat mendaki bukit itu dengan mudah. Sedangkan
kedua orang Persia itu bertubuh tinggi besar dan
mukanya bengis. Tapi dari sikap mereka tampak
jelas mereka menghormati gadis ini, mata mereka
tidak menatap kedepan saja, sebab selalu
memandang liar sekeliling, penuh waspada, kalaukaiau
ditempat itu ada bahaya yang bisa
mengancam gadis yang tengah mereka kawal.
1168 Sedangkan gadis didepan kedua laki laki Persia
itu sama sekali tak kuatirkan sesuatu, dia seenaknya
saja berlari-lari mendaki bukit riang sikap dan
wajahnya, bahkan sebentar-sebentar dia meloncat
cukup tinggi memetik bunga yang tumbuh di pohon
liar yang dilewatinya. Melihat cara berlari ketiga orang itu, jelas mereka
memiliki ginkang dan ilmu silat yang cukup tinggi,
biarpun kedua tubuh orang Persia itu besar kekar,
namun mereka bisa berlari ringan sekali seperti juga
kedua kaki mereka masing-masing tak menginjak
tanah. Siapakah gadis itu dan kedua orang Persia
tersebut" Benar mereka tak lain dari Cu Siauw Hoa
dan kedua orang pengawal pribadinya. la tengah
melakukan perjalanan buat menyusul kakaknya, Cu
Lie Seng, yang sudah melakukan perjalanan lebih
dulu pulang ke-kotaraja. Biarpun mendongkol ditinggal oleh kakaknya, tapi
Cu Siauw Hoa seorang gadis periang, karena itu
dalam setengah hari saja, kemendongkolannya
hatinya sudah lenyap, dia bisa melakukan perjalanan
dengan riang. Sebetulnya dia bersama kedua
pengawalnya tadi mempergunakan kuda dalam
perjalanan tersebut, ketika lewat dikaki bukit Mo-gai
ini, dan turun dari kudanya mendaki bukit itu.
Tentu saja kedua pengawalnya terpaksa harus
mengikuti nona majikan mereka kuatir kalau-kalau
1169 diatas bukit ada ancaman bahaya. Kuda mereka
ditinggal di kaki bukit. Siauw Hoa senang sekali melihat pohon-pohon
yang tumbuh lebat, burung-burung yang terbang
karena kaget atas kehadiran ketiga orang manusia
ini. Siauw Hoa juga terkadang mengejar kupu-kupu,
yang ditangkap dan kemudian dilepaskannya lagi.
Tertawanya yang renyai seringkali bergema di bukit
tersebut. Mendadak, Siauw Hoa berhenti berlari. Tangan
kirinya diangkat, mengisyaratkan agar kedua orang
Persia itu juga berhenti dan jangan bersuara.
Apa yang dilihat Siauw Hoa. Terpisah kurang
lebih duapuluh tombak lebih, di bawah sebatang
pohon, dekat susunan bongkahan batu gunung,
tampak duduk dua sosok tubuh. Siauw Hoa malah
bisa mengenalinya dengan segera, yang seorang
adalah pemuda yang pernah ditraktir makan
olehnya, yaitu Giok Han !
Dan yang membuat darah Siauw Hoa mendidih
marah, dia melihat Giok Han duduk berendeng
mesra dengan seorang gadis cantik jelita !
Benar Siauw Hoa selalu bersikap yang kekanakkanakan
manja dan jail, tapi sejak pertemuan
dengan Giok Han timbul perasaan aneh, ia menyukai
pemuda itu, sampai pemuda tersebut akhirnya
1170 meninggalkan dia karena ingin menyusul "sahabat"nya. yaitu si pengemis kotor mesum.
Sejak saat itu Siauw Hoa tergoda terus menerus
perasaannya, sering kali dia teringat pada Giok Kan
yang gagah dan tampan. Tapi dia tak tahu kemana
harus mencari pemuda itu.
Sekarang dia kebetulan sekali bisa bertemu
dengan pemuda itu, yang sebetulnya merupakan
pertemuan yang menggembirakan tapi
kenyataannya malah kebalikannya, pertemuan ini
membuat Siauw Hoa menjadi marah campur duka !
Pemuda yang selama ini dikenang dan dipikiri
siang dan malam, tak tahunya sedang asyik duduk
berdua-duaan dengan seorang gadis cantik di
tempat demikian sunyi sepi pada bukit Mo-gai !
Lama Siauw Hoa berdiri dengan muka merah
padam, dan dia jadi tambah mendongkol mendengar
si gadis cantik di sebelah Giok Han tengah bicara
manja: "Giok Han Koko... sebetulnya aku sudah
tahu, sejak pertemuan kita yang pertama, bahwa
kau seorang yang baik !"
"Akupun begitu, karena aku segera merasakan
bahwa kau adalah sahabatku yang terdekat, biarpun
sebelumnya kita belum berkenalan !" menyahuti
Giok Han. 1171 "Sahabat " Sampai sekarang kau masih
menganggap aku sebagai sahabatmu?" tanya gadis
itu, yang tidak lain Cang In Bwee.
Giok Han menggeleng. "Tentu saja tidak. Aku sudah mengetahui isi
hatimu. Akupun harus mengakuinya bahwa
perasaanku sama dengan perasaanmu. Sebelumnya
aku kuatir kau akan mentertawakan aku. karenanya
aku maun membatasi diri dan tak pernah berani
bersikap lebih manis padamu, nanti kau bilang aku
ceriwis Bweemoay " "Ihhh, siapa bilang kau pemuda alim " Memang
kau ceriwis! Sejak pertemuan kita yang pertama kali
saja kau sudah tak mau berpisah denganku,
Bukankah benar begitu ?"
Giok Han tertawa. "Ya.. sampai sekarang akupun tak pernah mau
berpisah dengan kau, Bwee-moay! Kalau kau
meninggalkan aku pasti dunia ini lenyap
keindahannya.." "Ihhhhh. merayu nih ?" tertawa In Bwee, tapi dia
menyenderkan kepala di dada Giok Han, pemuda
itupun merangkulnya lembut.
1172 Selanjutnya cuma terdengar suara bisik-bisik
mereka saja, Siauw Hoa tidak bisa mendengar jelas
lagi. Semakin lama darah Siauw Hoa semakin
mendidih, hatinya hancur berkeping-keping, Dia
sudah terlanjur menyukai Giok Han, siapa tahu


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang harus menyaksikan pemuda yang
disenanginya itu tengah bermesra-mesraan dengan
seorang gadis lain. Penasaran, sakit hati, cemburu
dan marah bercampur jadi satu.
Karena dalam keadaan sedih dan marah, Siauw
Hoa lupa bahwa dia sedang diam-diam mengintai
Giok Han dan In Bwee, dia berdiri tanpa
mempergunakan ginkangnya, sehingga sebuah
ranting terinjak patah dan mengeluarkan suara
nyaring. Suara patahnya ranting ini membuat Giok Han
dan Cang In Bwee yang sedang asyik masyuk
pacaran, jadi kaget bukan main, mereka sampai
meloncat berdiri dengan muka berobah merah,
karena menyangka ada orang yang menyaksikan
mereka tengah berkasih-kasihan.
Tetapi Giok Han tambah kaget campur heran,
ketika mengenali orang yang berdiri terpisah tak
terlalu jauh dannya tidak lain dari Cu Siauw Hoa,
gadis yang pernah mentraktir makan padanya belum
lama yang lalu In Bwee juga mengenali Siauw Hoa,
gadis yang dulu pernah menbuatnya cemburu
1173 karena mentraktir Giok Han, yang membuat dia cari
gara-gara pada kedua orang Persia yang menjadi
pengawal itu, yang dianggap sebagai saingannya.
Siauw Hoa sebetulnya hendak memutar
tubuhnya, untuk berlari sejauh mungkin, karena
matanya sudah merah dan hampir saja air matanya
menitik turun. Penasaran, sakit hati, cemburu dan
marah campur aduk jadi satu, tapi Giok Han dan In
Bwee berdua keburu melihatnya, maka dia cuma
berdiri dengan muka yang cemberut masam dan
mulut dimonyongkan. Justeru dengan keadaannya
seperti itu wajah gadis ini tambah cantik saja.
"Nona Cu, kau di sini?" menyapa Giok Han yang
kemudian jadi girang bertemu dengan orang yang
pernah mentraktirnya, sedangkan In Bwee
sebaliknya mengawasi Cu Siauw Hoa dengan mata
mendelik dan muka yang cemberut memperlihatkan
perasaan tak senang atas kehadiran gadis ini, yang
pernah dianggap sebagai saingannya.
"Mari kuperkenalkan kau dengan .... dengan nona
Cang !" Tetapi Siauw Hoa mengawasi dengan sorot mata
dingin, kemudian ketus dia bilang: "Aku tak perlu
kenal dengan nona Cang-mu itu! Silahkan kalian
meneruskan acara kalian, aku mau pergi...!" Dia
memutar tubuhnya mau mengajak kedua
pengawalnya untuk berlalu meninggalkan tempat
itu. 1174 Giok Han tertegun mendengar kata-kata Cu
Siauw Hoa begitu ketus. Dulu, Siauw Hoa gadis yang
manis dan ramah, yang sikapnya sangat
menyenangkan sekali. Tapi mengapa sekarang jadi
ketus demikian " Cang In Bwee lain lagi, jika tadi dia berdiam diri
saja, sekarang ssulah mendengar perkataan Siauw
Hoa, jadi meluap kemarahannya, dia bilang tanpa
mengawasi Siauw Hoa, seakan-akan sedang
mengawasi langit: "Hu! Hu ! Aku tak sangka di dunia
ada gadis yang tak tahu malu yang kerjanya tukang
ngintip." Siauw Hoa tahu kata kata sendirian itu ditujukan
kepadanya. kemarahan campur cemburu telah
meledak membuat dia batal pergi, dengan galak dau
mata melotot dia membentak: "Apa kau bilang?"
In Bwee tertawa tawar mengejek, dia tak
menyahuti. Siauw Hoa tambah penasaran dia
melangkah empat langkah menghampiri, bentaknya
lagi galak, karena hatinya tengah sakit dan
mendongkol betapa pria yang disukainya ternyata
tengah berkasih-kasihan mesra dengan wanita lain,
dan sekarang gadis saingannya itu ikut
mengejeknya. "Coba kau ulangi lagi kata-katamu
tadi !" In Bwee tertawa tawar, sedikitpun tidak takut
pada sikap Siauw Hoa yang galak. Memang, seorang
wanita yang sedang jatuh cinta tentu tak akan takut
1175 mati biarpun menghadapi bahaya yang bagaimana
besarpun juga, jika pria yang dicintainya itu diincar
oleh wanita lain. "Tadi kubilang benar-benar mengherankan di
dunia ada gadis yang; tak tahu malu yang kerjanya
tukang ngintip . . . ! Mengapa aku tak berani
mengucapkannya " Ada urusan apa dengan kau ?"
Muka Siauw Hoa merah padam dibakar marah,
tahu-tahu tangan kanannya yang sejak tadi telah
dialiri oleh tenaga dalamnya, terayun hendak
memukul kepala In Bwee. Maksudnya sekali pukul
hendak merubuhkan gadis yang dibencinya setengah
mati ini, yang jadi saingannya.
Kalau bisa dia ingin membunuh In Bwee, sebab
gadis inilah yang telah bermesraan deagan Giok
Han, jika tidak ada gadis ini tentu Giok Han akan
memperhatikannya dan membalas pancaran
kasihnya. In Bwee juga bukan gadis sembarangan, dia
memiliki kepandaian tinggi, merupakan wanita
gemblengan, melihat datangnya pukulan Siauw Hoa,
sama sekali ia tidak berusaha menghindar, cuma
mengawasi dengan sorot mata berkeredep tajam
sekali, waktu pukulan Siauw Hoa hampir sampai dia
baru menangkis dengan mempergunakan jari
telunjuk dan jari tengah yang dijadikan satu untuk
menyampok pergelangan tangan Siauw Hoa,
sedangkan tangan kirinya sudah nyelonong masuk
1176 hendak menghantam dada Siauw Hoa. Angin
pukulan itu bercuitan nyaring, menunjukkan tenaga
pukulan In Bwee hebat sekali.
Siauw Hoa segera mengetahui gadis ini
mempunyai kepandaian cukup berarti, pergelangan
tangannya yang kena disampok oleh kedua jari
tangan In Bwee terpental ke samping, karena
sampokan kedua jari tangan In Bwee bukan
sampokan biasa saja, walaupun cuma dua jari
tangan namun mengandung tenaga Lwekang yang
kuat. Dan sekarang malah tangan kiri In Bwee
mengancam dadanya. Siauw Hoa tentu saja tak mau tinggal diam
menerima pukulan itu, sambit berseru nyaring
tubuhnya tahu-tahu berputar ke samping, dibarengi
oleh kedua tangannya yang menyambar
berulangkali, selain memunahkan pukulan tangan
kiri In Bwee, juga disusuli oleh serangan balasan
yang dahsyat mematikan ! Turun tangannya sekali ini bukan cuma sekedar
untuk suatu pertandingan saja bagi Siauw Hoa. dia
tengah dibakar cemburu dan marah, maka dia
bermaksud untuk membunuh saingannya ini. Setiap
pukulan yang dilakukannya semuanya berbahaya,
karena selain kuat juga mengandung tenaga sinkang
yang dahsyat. In Bwee diam-diam juga kaget, dia tidak
menyangka gadis yang demikian cantik, yang
1177 pernah dilihatnya waktu Siau Hoa mentraktir Giok
Han makan dan pernah membuat dia cemburu
setengah mati, ternyata memiliki kepandaian yang
tangguh. Maka selanjutnya In-Bwee semakin
berhati-hati penuh kewaspadaan.
Dia menghadapi setiap pukulan-pukulan Siauw
Hoa dengan tangkisan yang sama dahsyatnya, selalu
disusul dengan balas menyerang pada tempattempat
mematikan dianggota tubuh Siauw Hoa.
Kedua gadis ini mati-matian mengerahkan seluruh
kepandaian dan sinkang mereka untuk saling
merobohkan, biarpun mereka baru bertempur, tapi
sudah mempergunakan kepandaian masing-masing
yang terhebat, jika sekali terpukul bisa membuat
lawan mati atau sedikitnya terluka berat !
Yang jadi sibuk justeru Giok Han melihat kedua
gadis yang dikenalnya dan juga In-Bwee yang
dikasihinya, bertempur dengan pukulan-pukulan
mematikan itu. Berulangkali dia tak kalah hebatnya
menyerang dahsyat mendesak Siauw Hoa, keduanya
seperti nekad dan kalap, bertempur tanpa
memperdulikan keselamatan dirinya, mati matian
berusaha untuk merobohkan lawannya, sehingga
jalannya pertempuran itu seperti juga kedua gadis
ini sedang mengadu jiwa! Perkelahian yang membuat Giok Han semakin
bingung, sampai dia maju ke-arah perkelahian,
untuk memisahkan, sebab setelah berteriak-teriak
1178 puluhan kali meminta agar kedua gadis itu berhenti
berkelahi tetap tak diladeni oleh kedua gadis itu.
"Berhenti... ayo berhenti!" Teriak Giok-Han
sambil berusaha menyelip di tengah-tengah kedua
gadis yang sedang bertempur. "Marilah kita bicara
baik-baik..." Tapi belum lagi selesai perkataannya, kepalan
tangan Siauw Hoa telah singgah di dadanya,
sakitnya bukan main, sebab pukulan itu bukan
pukulan main-main, justru disertai oleh tenaga
dalam yang kuat sekali, sampai tubuh Giok Han
terhuyung mundur. Dia tidak menyangka akan
terpukul seperti itu, di mana Siauw Hoa tak
menahan kepalan tangannya ketika dia menyelinap
di tengah-tengah kedua gadis itu.
Belum lagi lenyap rasa kaget dan kesakitan yang
diderita Giok Han, perutnya jaga tertendang kuat
sekali oleh kaki In Bwee, yang sebetulnya hendak
menendang pinggang Siauw Hoa. Sebetulnya Giok
Han bisa saja berkelit, kalau memang dalam
keadaan biasa. Justeru disebabkan bingung kedua
orang gadis yang sama menarik hatinya berkelahi
nekad seperti itu, dia sama sekali tak terpikir
bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan dirinya
terserang. Itulah sebabnya duakali beruntun dia telah
terpukul dan tertendang oleh Siauw Hoa maupun In
Bwee, bahkan tendangan dan pukulan itu dilakukan
1179 kedua gadis tersebut dengan tenaga yang hebat, tak
mengherankan menyebabkan rasa sakit yang bukan
main. Karena dia terhuyung mundur beberapa langkah,
Giok Han sudah berada di luar gelanggang karena
perkelahian mereka tanpa memperdulikan Giok Han
yang berdiri dengan muka meringis. Kedua orang
gadis itu semakin kalap dan berkelahi dengan
semakin dahsyat, pukulan-pukulan mereka semakin
kuat dan tangguh, sehingga menimbulkan kesiuran
angin yang bercuitan keras, tubuh mereka juga
seperti menjadi rapat satu dengan yang lain, tidak
peduli apakah mereka sekali-sekali terserang oleh
pihak lawan. Rambut Siauw Hoa sudah tidak rapi seperti tadi,
karena duakali terkena pukulan tangan In Bwee.
In Bwe juga tidak luput dari pukulan tangan
Siauw Hoa, yang tigakali telah menghantam pundak,
leher dan dadanya, ketiga pukulan itu sebetulnya
kuat dan berbahaya, tapi dalam keadaan nekad In
Bwee seperti tidak merasa sakit oleh pukulan Siauw
Hoa dan selalu membalas menyerang dengan sama
hebatnya, justeru terpukul oleh lawannya membuat
In Bwee semakin kalap, pakaiannya sudah tidak rapi
lagi, tapi tak dipedulikan.
Kedua orang Persia yang jadi pengawal Siauw
Hoa berdiri di pinggir dengan sikap bersiap-siap, jika
majikan mereka terdesak atau terancam, mereka
1180 akan menyerbu untuk membantui majikan mereka.
Kedua orang Persia itu mengawasi tajam sekali.
Giok Han benar-benar bingung, dia selalu bersera
nyaring: "Berhentilah ! Dengar
dulu kata kaiaku ! Oooo. kalian apa untungnya
berkelahi seperti itu . . . ayo berhenti ! Aku mohon,
berhentilah . . . !"
Tapi usaha Giok Han untuk menghentikan
perkelahian di antara kedua gadis itu tetap saja
gagal. Kedua gadis itu tidak mengacuhkannya,
mereka tetap berkelahi dengan seru.
Suatu kali dengan menjerit gusar Siauw Hoa
menghantam sekaligus mempergunakan kedua
tangannya ke dada In Bwee. sedangkan In Bwee tak
berusaha menangkis, malah balas membarengi
dengan pukulan kedua tangannya pada leher dan
pinggang Siauw Hoa tangan kanannya dengan sikap
membacok memakai tepian telapak tangan memukul
leher Siauw Hoa, sedangkan tangan kirinya telah
menghantam pinggang Siauw Hoa.
"Dukkkk . . . ! Bukkkk . . . !
Siauw Hoa meloncat mundur, In Bwee juga
terhuyung mundur. Mereka berdua sama-sama
terserang oleh pukulan lawan, In Bwee terpukul


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dadanya, sedangkan Siauw Hoa terpukul leher dan
1181 pinggangnya, sehingga mereka terhuyung mundur
akibat kuatnya pukulan tersebut.
Namun kedua gadis ini sama-sama wanita
gemblengan sehingga mereka tidak roboh, cuma
muka mereka berobah agak pucat dan merah
bergantian karena marah dan sakit
Tidak membuang waktu lagi Giok Han
mempergunakan kesempatan tersebut melompat
menyelak ditengah-tengah kedua wanita tersebut
sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.
"Berhenti . . . dengarkanlah dulu kata-kataku !"
Siauw Hoa mengawasi mendelik, pada pemuda
yang pernah menarik hatinya, pemuda yang tampan
dan sempat mencuri hatinya, yang selalu
dipikirkannya, tapi sekarang entah mengapa dia
melihat Giok Han dengan perasaan benci dan marah.
Dia tidak meladeni Giok Han, cuma mendengus
dan meloncat mundur ke dekat kedua orang
pengawalnya. "Tangkap kedua pemberontak itu !"
perintahnya kepada kedua orang Persia itu sambil
menunjuk Giok Han dan In Bwee.
Kedua orang Persia itu memiliki tubuh tinggi
besar, mereka membentak bengis sambil meloncat
kedepan Giok Han dan In Bwee tangan mereka juga
bekerja, menghantam kepada In Bwee dan Giok
Han. Masing-masing melakukan penyerangan yang
bisa mematikan. 1182 Giok Han mengerutkan alisnya, mendongkol
melihat kedua orang Persia menyerangnya dan In
Bwee dengan pukulan ganas dan mematikan. Dia
berseru nyaring, tubuhnya tahu-tahu berkelebat ke
samping kiri, dia sudah berada di belakang orang
Persia yang ada di sebelah kiri, berbareng telapak
tangannya menghantam pundak orang Persia itu.
Tapi, orang Persia ini tidak percuma jadi
pengawal Siauw Hoa, karena kepandaiannya bukan
sembarangan, dia mengetahui ancaman bahaya dari
arah belakangnya, tangannya yang gagal menyerang
Giok Han tidak ditarik pulang, melainkan disapukan
ke belakang sambil berteriak, karena dia memakai
tenaga yang jauh lebih besar dikerahkan kepada
tangannya. Hebat bukan main, angin pukulannya itu
bercuitan nyaring, sehingga orang segera bisa
mengetahui jika pukulan ini mengenai sasaran,
niscaya akan menyebabkan Giok Han sedikitnya
terluka parah ! Tapi Giok Han tidak membatalkan pukulannya
biarpun melihat lawannya balas menyerang begini
dahsyat padanya. Tangannya rurua terus dengan
tenaga kuat dan beradu dengan tangan orang Persia
tersebut. Terjadi benturan dahsyat, Giok Han
terkejut juga, karena dirasakan pergelangan
tangannya tergetar, rupanya tenaga pukulan orang
Persia itu benar-benar kuat.
1183 Sedangkan orang Persia itu tidah kurang
kagetnya, tangannya jadi lumpuh tak bisa
digerakkan sesaat lamanya, saking kagetnya dia
sampai menjerit dan mukanya berobah
memperlihatkan dia terheran-heran.
Orang Persia yang seorangnya lagi sudah
meloncat kedekat In Bwee dan menyerang bertubiiubi.
Keduanya jadi bertempur sengit sekali, sebab
In Bwee telah melayaninya dengan mempergunakan
ginkangnya, sebentar-sebentar gadis ini meloncat ke
sana-sini lincah bukan main, seperti
mempermainkan orang Persia itu.
Tubuh orang Persia yang jadi lawannya tinggi
besar, memiliki tenaga sangat kuat, karena itu In
Bwee tidak mau melayaninya dengan kekerasan, dia
bertempur dengan mengandalkan kelincahannya.
Beberapakali hampir saja pukulan orang Persia itu
mengenai dirinya, tapi dia bisa menyelamatkan
dirinya. Sebetulnya In Bwee hendak mempergunakan
peluru asapnya, tapi akhirnya dia membatalkan
keinginannya tersebut, sebab dia tahu jika
mempergunakan peluru asapnya, biarpun dia
berhasil merubuhkan lawannya, tentu Siauw Hoa
akan mengejeknya. Karena itu, dia ingin memperlihatkan
kepandaiannya bahwa dia bisa merobohkan
pengawal Siauw Hoa ini dengan mempergunakan
1184 ilmu silatnya, tanpa bantuan peluru asapnya.
Beberapa kali setiap ada kesempatan dia balas
menyerang, dengan pukulan-pukulan yang dahsyat.
Cuma saja, karena kuatnya tubuh lawan tersebut,
sehingga biarpun beberapakali dadanya terkena
pukulan tangan In Bwee yang terisi tenaga dalam
yang kuat tetap saja dia tidak roboh
Orang Persia itu sendiri semakin lama semakin
penasaran karena beberapa pukulannya selalu
mengenai tempat kosong, dielakkan oleh In Bwee.
Dia yakin, kalau gadis itu coba menangkis
pukulannya, tentu dia bisa merobohkan gadis ini.
Tapi justeru In Bwee seperti main kucing-kucmgan,
sehingga dia selama itu tidak bisa mendesak terlalu
hebat kepada lawannya yang selalu melejit ke kiri
maupun ke kanan. Saking penasarannya, beberapakali orang Persia
tersebut meloncat berjingkrak dan meraung sambil
mendesak semakin hebat. Untuk merobohkan orang Persia itu bukan
kesulitan yang berarti buat Giok Han. Tapi dia sudah
mengetahui kedua orang Persia ini adalah pengawal
Siauw Hoa, karenanya dia sungkan turunkan tangan
keras pada lawannya. Tapi, setelah orang Persia itu mendesak semakin
kalap, di samping itu Giok Han melihat In Bwee juga
1185 didesak oleh rangsekan hebat orang Persia yang
satunya, maka akhirnya Giok Han memutuskan
untuk merobohkan dulu kedua orang Persia itu.
"Sahabat, jika kau tak mau berhenti menyerang
untuk membiarkan majikanmu mendengarkan
keteranganku, akan merugikan dirimu sendiri!"
bilang Giok Han dengan suara yang nyaring.
Orang Persia itu tidak peduli dengan ancaman
Giok Han, karena badannya sudah meloncat ke
depan lebih dekat pada Giok Han, dibarengi
teriakannya yang bengis kedua tangannya diulurkan
hendak mencekik lerer Giok Han.
Habislah kesabaran Giok Han. Dia tidak bergerak
lebih jauh untuk mengelakkan kedua tangan
lawannya, dia menunggu sampai kedua tangan
lawannya sudah dekat, barulah dia membentak
diiringi kedua tangannya menyelusup naik ke atas di
antara sela-sela kedua tangan orang Persia itu,
kemudian Giok Han membentangkan kedua
tangannya, sehingga kedua tangan orang Persia itu
tertolak ke kiri-kanan, dadanya jadi lowong terbuka
tanpa penjagaan. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Giok Han,
tahu tahu tangannya sudah menjadi satu,
menghantam kedepan, ke ulu hati orang Persia itu
"Dukkkkkk .... !"
1186 "tangan Giok Han telah menghantam ulu hati
orang Persia itu, badan yang tinggi besar itu
terhuyung ke belakang dengan diiringi teriakan
kesakitan, mukanya juga pucat.
Giok Han bertindak cepat, dia meloncat ke dekat
In Bwee, tangannya juga bekerja mencengkeram
baju dipundak orang Persia yang jadi lawan si gadis.
Berbareng dengan itu ia memusatkan tenaga
dalamnya, membentak nyaring, melontarkan tubuh
yang tinggi besar itu. Orang Persia yang satu tersebut, yang sedang
mendesak In Bwee, kaget ketika baju
dipunggungnya dicengkeram Giok Han, bahkan
tahu-tahu tubuhnya sudah terbang di tengah udara,
mati-matian dia berusaha untuk mengendalikan
tubuhnya supaya tidak terbanting ditanah, dia
berusaha mengimbangi badannya. Tapi usahanya itu
gagal, sebab badannya terbanting jatuh di tanah,
kepalanya pusing bukan main.
Tidak kepalang marah dan mendongkol Siauw
Hoa menyaksikan peristiwa ini, karena dua orarg
pengawalnya dirobohkan oleh Giok Han. Dia menjerit
nyaring, tubuhnya meloncat kedepan sambil
tangannya merabah pinggangnya.
"Sreengggg...!" tahu-tahu berkelebat sinar yang
berkilauan putih gemerlapan, ditangan Siauw Hoa
sudah tercekal sebatang pedang, yang menikam
lurus ke leher Giok-Han! 1187 Giok Han menghindari tikaman itu, dia-heran
mengapa Siauw Hoa yang sebelumnya begitu ramah
dan baik hati, sekarang tampak jadi demikian
telengas, pedangnya meluncur dengan tikamantikaman
yang mematikan tanpa memberikan
kesempatan kepada Giok Han untuk balas
menyerang. In Bwee mendongkol melihat Siauw Hoa
menyerang Giok Han dengan gencar dia ce-patcepat
berseru. "Perempuan tidak tahu malu, akulah
lawanmu ! Mari kita bertanding 10 jurus lagi!"
Memang Siauw Hoa membenci In Bwee setengah
mati, karena menganggap In Bwee sebagai
saingannya. Sekarang mendengar tantangan In
Bwee tidak perlu sampai dua kali, pedangnya tahutahu
berobah arah, sasarannya jadi diganti, bukan
Giok Han lagi, melainkan In Bwee.
Pedang menyambar-nyambar dengan ujungnya
yang bergetar, sehingga tampaknya pedang itu bisa
berobah menjadi belasan mata pedang yang
memusingkan kepala. In Bwee juga tidak tinggal diam, cepat luar biasa
tangannya menghunus senjata, sebatang pedang
pendek, dia menghadapi serangan Siauw Hoa
dengan tak hentinya mengejek.
"Perempuan tidak tahu malu mengapa engkau
seperti perempuan sinting yang tidak hujan tidak
1188 angin menyerang kami" Hmmm, apa kekuasaanmu
sehingga menyebut kami berdua sebagai
pemberontak?" Siauw Hoa mendengus, dia tidak melayani ejekan
In Bwee melainkan pedangnya seperti hujan telah
menikam dan menabas In-Bwee, sedetik juga dia
tidak memberikan kesempatan pada ln Bwee untuk
balas menyerang padanya. Yang luar biasa justeru
cara menyerangnya itu selalu datang beruntun
seperti sambung menyambung tidak berkeputusan.
Benar Cang ln Bwee memiliki kepandaian tinggi
merupakan wanita gemblengan namun menghadapi
serangan pedang yang datangnya seperti kalap dan
nekad, membuat dia harus main mundur dan selalu
berusaha mengelakkan dulu tanpa memperoleh
kesempatan untuk balas menikam pada lawannya.
Pedang pendeknya berkelebat-kelebat dan
terkadang diputar unluk menutupi dirinya dengan
sinar pedangnya tersebut, sehingga semua serangan
Siauw Hoa dapat dibendung-nya dengan baik.
Waktu itu Giok Han tambah bingung. Jika
sebelumnya Siauw Hoa dan In Bwee bertempur
dengan tangan kosong, tapi sekarang memakai
pedang. Perkelahian dengan senjata tajam sangat
berbahaya, sedikit saja lengah tentu salah seorang,
diantara mereka akan terluka atau terbinasa.
1189 Karena itu berulangkali Giok Han berseru agar
kedua gadis itu berhenti bertanding. Sampai
akhirnya setelah berseru-seru terus tanpa diladeni
oleh kedua gadis tersebut, Giok Han tidak sabar lagi,
apa lagi melihat serangan-serangan kedua gadis itu
dalam perkelahian dengan pedang berlangsung
semakin cepat dan mematikan.
Dengan cepat Giok Han meloncat ke tengah
gelanggang. Sekarang dia bersiap-siap untuk
menghadapi segala kemungkinan. Tubuhnya
menyelinap diantara kedua pedang yang sedang
rnenyambar-nyambar itu, kedua tangannya bergerak
dan dengan gerakan sangat manis dia berhasil
menjepit pedang Siauw Hoa maupun pedang pendek
In Bwee. Kedua pedang itu terjepit kuat sekali, sehingga
tak bisa bergerak lebih jiuh. Sungguh kepandaian
yang sangat mengagumkan, karena sekaligus Giok
Han bisa menjepit kedua pedang itu, apa yang
dilakukannya sebenarnya sangat berbahaya karena
jika dia melakukan suatu kekeliruan, bagaimana
kecilnya sekalipun, niscaya jari tangannya buntung
terbabat oleh pedang. Begitu juga kalau sinkangnya
kurang kuat, niscaya berbahaya sekali melakukan


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tindakan seperti itu. In Bwee dan Siauw Hoa terkejut karena tahutahu
pedang mereka terjepit di kedua tangan Giok
Han dan tidak bisa digerakkan lebih jauh. Kalau In
Bwee berdiam diri dan tidak berusaha menarik
1190 pedangnya dari jepitan Giok Han, lain dengan Siauw
Hoa yang mati-matian mengerahkan tenaga
dalamnya buat menarik terlepas pedangnya dari
jepitan tangan Giok Han. Namun usahanya itu tidak
berhasil, jepitan Giok Han kuat sekali.
"Nona, sabar, tenanglah, dengarkan dulu
keteranganku...!" Giok Han coba membujuk.
Muka Siauw Hoa merah padam, dia marah dan
penasaran bukan main. "Laki-laki mata keranjang,
genit dan tidak tahu malu!" Teriak Siauw Hoa sambil
menarik sekuat tenaga pedangnya agar terlepas dari
jepitan tangan Giok Han. Dimaki seperti itu tentu
saja Giok Han jadi bengong.
Dia mata keranjang " Genit " Tidak tahu malu "
Kenapa " Benar-benar membuat Giok Han tidak
mengerti. Waktu dia bengong seperti itulah tenaga menjepit
jari tangannya pada pedang Siauw Hoa jadi
mengendur tanpa disadarinya, Siauw Hoa telah
menarik pedangnya sekuat tenaga sehingga pedang
lolos dari jepitan jari tangan.
Dia malah membarengi dengan menikam dan
tangan kirinya menghantam sekuat tenaga pakai
telapak tangan pada dada Giok Han, angin pukulan
itu menderu deru menerbangkan baju Giok Han yang
jadi berkibar-kibar. Rupanya Siauw Hoa benar-benar
1191 telah kalap dan hendak menyerang untuk
mematikan Giok Han maupun In Bwee.
Giok Han cepat sadar, dia berseru nyaring, kedua
tangannya tampak menyambar lagi hendak menjepit
pedang Siauw Hoa. Namun sekali ini Siauw Hoa
benar-benar telah waspada, tadi pedangnya telah
terjepit oleh jari tangan Giok Han. merupakan
pelajaran pahit untuknya, membuat dia berhati-hati
waktu menyerang. Kini, melihat jari tangan Giok Han hendak
menjepit pedangnya lagi, dia segera menggetarkan
pedangnya, mau tak mau Giok Han harus
membatalkan maksudnya mejjepit pedang lawan,
menarik pulang tangannya dengan segera, sebab
jika dia meneruskan usahanya untuk menjepit
pedang gadis ini, pasti jari tangannya terbabat putus
oleh pedang itu ! "Nona !" berseru Giok Han sambil mengelakkan
pukulan tangan kiri Siauw Hoa. "Apakah benar-benar
kau tidak bisa diajak bicara baik-baik ?"
Siauw Hoa gagal dengan dua serangannya itu,
tikaman pedang dan pukulan telapak tangan kirinya,
dia tidak melanjutkan penyerangan lainnya,
badannya ringan meloncat ke belakang, mukanya
merah padam dan pucat bergantian, mendelik pada
Giok Han dan In Bwee berganti-gantian.
1192 "Ingatlah, kemanapun kalian pergi, aku akan
tetap mengejar kalian, kalian akan menerima
pembalasan yang jauh lebih hebat dari penghinaan
yang kalian lakukan padaku hari ini !" mengancam
Siauw Hoa dengan suara tersendat-sendat, karena
gadis ini berusaha menahan isak tangisnya, dia tidak
mau menangis di depan Giok Han dan In Bwee,
gadis yang jadi saingannya itu.
Heran dan tertegun Giok Han mendengar
ancaman Siauw Hoa. Penghinaan apa yang telah
dilakukannya terhadap Siauw Hoa " Mengapa gadis
ini tampaknya demikian membenci dan sakit hati
begitu besar padanya dan In Bwee.
"Dengar dulu Siauw Hoa kau keliru dan salah
paham...!" Giok Han hendak menjelaskan.
Tapi Siauw Hoa sudah memutar tubuhnya dengan
pedang masih tercekal di tangannya, dia memberi
isyarat kepada kedua orang Persia yang tengah
merangkak bangun untuk pergi meninggalkan
tempat itu. Tangan kirinya memperbaiki baju di
pundaknya yang robek, agar kulit pundaknya yang
putih itu tidak kelihatan.
Luka baju bisa ditambal, tapi luka di hati mana
bisa ditambal " Pukulan-pukulan yang tadi jatuh
ditubuhnya waktu bertempur dengan In Bwee tidak
dirasakan sakit, karena yang sakit adalah hatinya.
Dia penasaran sekali mengetahui pemuda yang
dipikirkannya siang malam ini ternyata mencintai
1193 gadis lain, musnah harapannya yang semula telah
tumbuh semakin lama semakin subur. Seperti pohon
yang mendadak disiram oleh guyuran air panas,
sehingga seketika pohon yang baru mau tumbuh itu
jadi mati ! Cinta dan Benci sebetulnya terpisah tidak terlalu
jauh," tidak lebih dari selembar rambut dibelah
tujuh. Perbatasan yang ada di antara dua perasaan
itu memang sangat tipis sekali. Seseorang yang
gagal dalam cinta, bisa mendadak jadi membenci
kepada orang yang pernah dicintainya.Bahkan
bencinya itu hebat sekali, perasaan benci yang
seperti merasuk tulang maupun daging di sekujur
tubuhnya. Demikian juga halnya dengan Siauw Hoa dia
pergi dengan menahan isak tangisnya dan
menenteng pedangnya, meninggalkan tempat
tersebut, meninggalkan Giok Han yang berdiri
tertegun karena bingung disamping In Bwee.
Sedangkan In Bwee tersenyum mengejek, senang
hatinya bisa melayani Siauw Hoa, sehingga wanita
itu akhirnya pergi sendirinya. Yang membuat In
Bwee puas dia tidak sampai roboh di tangan Siauw
Hoa. Benar kepandaian In Bwee tinggi dan dia
merupakan wanita gemblengan namun ilmu pedang
Siauw Hoa tampaknya merupakan ilmu pukulan dan
pedang yang lihai, karena setiap jurusnya
1194 mengandung hawa pukulan dan tikaman yang
mematikan! Setelah bertempur dengan Siauw Hoa sekian
banyak jurus, In Bwee di dalam hati harus mengakui
bahwa sebenarnya kepandaian Siauw Hoa lebih
tinggi satu tingkat darinya. Cuma yang membuat In
Bwee heran, mengapa gadis secantik dan sehalus
Siauw Hoa bisa memiliki kepandaian begiiu tinggi
dan aneh pula perangainya.
Dia tahu bahwa Siauw Hoa juga menaruh hati
pada Giok Han, tapi adatnya yang angkuh dan
sombong membuat Siauw Hoa tidak bisa diajak
bicara baik-baik, malah tadi saja dia memperlihatkan
kebencian yang berlebih-lebihan kepada Giok Han
dan In Bwee. Sikapnya itu seperti sikap seorang pembesar
kerajaan yang perintahnya tidak diindahkan, atau
maksud hatinya ditentang Sambil memasukkan pedang pendek ke dalam
sarungnya. In Bwee tertawa.
"Giok Han koko . . . dia sangat mencintaimu!"
katanya dengan suara halus.
Muka Giok Han berobah merah, dia tersadar dari
tertegunnya menoleh mengawasi In Bwee, yang
waktu itu juga sedang memandanginya dengan pipi
yang merah dan bibir tersenyum.
1195 "Kau jangan bergurau, Bwee-moay... kau telah
mengetahui isi hatiku, jangan menggodaku !" kata
Giok Han hati-hati, karena dia kuatir nanti timbul
salah paham lagi antara dia dengan In Bwee.
Senang mendengar perkataan Giok Han seperti
itu, la Bwee maju mendekati, memegang tangan
Giok Han. Matanya memandang terang sekali
kepada orang muda yang jadi pujaan hatinya ini,
"Benarkah Han koko . . " Apakah nanti kau tidak
akan mengkhianatiku " Mengkhianati cinta kita?"
tanyanya dengan suara tergetar, walaupun dia
merasa malu untuk bertanya begitu, namun katakata
itu meluncur sendirinya dari mulutnya. Cuma
saja, setelah bertanya seperti itu dia akhirnya
menunduk malu dengan pipi yang berobah merah.
Giok Han tersenyum, dia memegang dagu In
Bwee, mengangkat dagu si gadis sehingga
kepalanya menengadah, mata mereka jadi bertemu.
"In Bwee. kau adalah gadis yang membuat
hidupku jadi terang benderang, membuat hidupku
menjadi ada artinya !" bilang Giok Han. "Bagaimana
mungkin aku bisa mengkhianati cinta kita ?"
"Benarkah, Han ko ?" lirih sekali suara In Bwee,
dia bertanya sambil melirik.
Giok Han mengangguk dan si gadis menjatuhkan
kepalanya di dada si pemuda, menjatuhkan dirinya
dalam pelukan Giok Han. 1196 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Cinta memang seringkali membuat seseorang
berada dalam keadaan yang lain dari sebelumnya.
Begitu juga halnya dengan Siauw-Hoa. Gadis yang
memang semula begitu polos dan periang, sekarang
sejak jatuh hati pada Giok Han, setelah berhari-hari
memikirkan pemuda itu, membayangkan wajahnya
penuh kerinduan, sampai akhirnya harus menerima
kenyataan yang begitu pahit bahwa pemuda yang
dipujanya itu mencintai gadis lain, telah
menghancurkan sifat sifatnya yang semula.
Jika sebelumnya dia begitu periang dan polos,
sekarang justeru hatinya dibakar oleh dendam dan
sakit hati yang dalam. Cintanya terasa dicampakkan
dan hancur jadi puing-puing. Rasa bencinya
membakar hati dan semakin membesar juga.
Memang, jika seseorang yang mengejar cinta,
waktu-waktunya dirasakan sangat manis. Tapi
begitu mengetahui bahwa dia hanya bertepuk
sebelah tangan saja, niscaya timbul kekecewaan
yang sangat besar, bahkan kekecewaan itu bisa
membakar jiwanya, dari cinta menjadi benci yang
besar dan dahsyat. Sambil berlari-lari menenteng pedangnya, di
belakangnya mengikuti kedua orang pengawalnya,
Siauw Hoa menahan isak tangisnya, air matanya
1197 bercucuran membasahi pipinya, dia seperti hendak
menjerit sekuat suaranya, untuk melampiaskan
tekanan yang terasa begitu berat membebani
hatinya maupun perasaannya.
Sebelumnya Siauw Hoa senang sekali
menyaksikan panorama yang indah, pemandangan
alam yang menarik hati, tapi sekarang sedikitpun dia
tidak memiliki selera untuk melihat pemandangan
alam di sekelilingnya. Setelah berlari sekian lama, akhirnya gadis ini
berhenti, memasukkan pedang kedalam sarung,
berdiri tegak, tangannya menghapus matanya,
menyusut air mata. Kedua pengawalnya juga ikut berhenti, mereka
saling pandang dan tak tahu bagaimana harus
menghibur majikan mereka. Padahal mereka tahu
Siauw Hoa sebetulnya jatuh hati dan mencintai Giok
Han, dan kejadian tadi membuat majikan mereka
jadi patah hati. Tapi mereka tidak berani sembarangan bicara,
hanya berdiam diri terpisah cukup jauh dan prajurit
tidak memperhatikan kelakuan majikan mereka..
Siauw Hoa berdiri tegak cukup lama, mukanya
jadi keras dan akhirnya terdengar gumamnya yang
perlahan: "Tunggulah Giok Han.... nanti kau akan
tahu siapa aku... aku mau lihat jika sudah sampai
saatnya, apa yang akan kau lakukan terhadapku,
1198 apakah kau akan mengemis-ngemis pengampunan
dariku atau tetap mencintai kambing jelek itu"!"
Dia sudah bertekad, untuk memounuh Giok Han
dan In Bwee. Ya, membunuh kedua orang yang
telah melukai perasaan dan hatinya. Merusak
jiwanya. Menbuat dia menderita kesedihan dan ikian
berat. Dia sebagai puteri Cu-kongkong, sekarang
serasa menerima penghinaan yang sangat besar.
Biasanya dia dimanjakan dan setiap keinginannya
di turuti, baik oleh ayahnya maupun oleh yang lainlainnya.
Tapi sekarang di saat dia jatuh cinta,
cintanya itu telah terbentur kegagalan... dia jadi
patah hati. Timbul tekadnya, bagaimanapun juga dia akan
membuat kedua orang itu merangkak-rangkak di
bawah kakinya, menghiba-hiba pengampunan
darinya. Dia tersenyum sinis dan bibirnya itu
memperlihatkan betapa hatinya sangat membenci
kedua orang itu. Dan tekadnya itu sudah bulat,
bagaimanapun juga memang dia ingin membunuh


Cula Naga Pendekar Sakti Liong Kak Sin Hiap Karya Boe Beng Tjoe di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Han dan In Bwee. Jika nanti Giok Han memohon pengampunan
darinya dan menyatakan bahwa ia sebelumnya
mencintai Siauw Hoa, tetap gadis ini tak akan
melayani lagi. Hatinya telah luka, dia benci, benci
sekali pada Giok Han. Ya. benci sekali juga pada In
Bwee, gadis saingannya itu, tidak kepalang
bencinya! 1199 Tetapi, setelah hatinya dibakar oleh rasa panas
dan marah yang seperti itu, dia jadi mengucurkan
air mata menangis lagi. Mengapa nasibnya demikian
buruk. Dia yakin dirinya lebih cantik dari ln Bwee.
Jauh lebih kaya dari ln Bwee, segala apa dia punya,
ayahnya orang kedua yang paling berkuasa di
seluruh kerajaan. Tapi mengapa justeru Giok Han memilih ln Bwee.
Justeru dia juga telah memperlakukan Giok Han
dengan manis, tapi tokh pemuda itu masih
menyatakan cintanya pada ln Bwee. Bahkan ia
mendengar sendiri dengan kedua telinganya
pernyataan cinta Giok Han pada In Bwee. Benar
benar melukai hatinya, menyayat perasaannya.
Setelah menangis cukup lama, Siauw Hoa
akhirnya berlari lagi dengan cepat, seperti orang
kalap. Kedua pengawalnya kaget dan cepat-cepat
menyusul. Siauw Hoa bertekad hendak cepat-cepat
pulang ke kotaraja, kemudian mengatur rencananya
untuk mencelakai Giok Han dan In Bwe. Dia akan
mengerahkan orang-orang ayahnya yang semuanya
berkepandaian tinggi, untuk menyeret Giok Han dan
In Bwee ke depan kakinya, dia mau lihat nanti apa
yang akan dilakukan dan dikatakan Giok Han...
Rasanya Siauw Hoa tidak sabar ingin sampai di
kota raja. Semula dia tak mau ikut kakaknya, Cu Lie
Seng, pulang ke kota raja, karena dia hendak
mengambil jalan sendiri, melakukan perjalanan
sambil menikmati pemandangan alam yang indah
1200 serta menarik hati, justeru sekarang dia tidak sabar
ingin cepat cepat bertemu dengan kakaknya itu.
Untuk menceritakan padanya bahwa ada dua
orang pemberontak, yang masing-masing bernama
Giok Han dan Cang In Bwee.... Berbagai cara dia
akan pergunakan, untuk memberikan hajaran
kepada Giok Han dan In Bwee yang telah melukai
perasaan maupun hatinya, kalau kedua orang itu
sudah merangkak-rangkak di depan kakinya seperti
dua ekor anjing, barulah hati Siauw Hoa puas.
Dan hati gadis yang puteri bangsawan ini sudah
semakin keras membatu, tekadnya telah berkarat di
hatinya! ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Burung kulik memperdengarkan suaranya yang
panjang dan kepak sayapnya juga seringkali
terdengar. "Kelepak... kelepak...." di antara
suaranya angin yang mempermainkan daun-daun
dari pohon-pohon yang bertumbuhan di hutan kecil
itu. Bunyi dari suara binatang-binatang hutan itu
merupakan keadaan yang tetap setiap hari di hutan
tersebut. Manusia boleh tua dan mati, pohon boleh
tua dan mati, burung dan binatang lainnya boleh
mati, tapi keadaan di hutan itu tak akan berobah.
1201 Selalu diisi oleh suara binatang penghuni hutan
tersebut. Tapi di antara suara-suara binatang penghuni
hutan tersebut, justeru sore itu ditambah juga oleh
suara desah manusia yang memburu keras.
Rupanya, di dalam hutan kecil itu, dibalik pohonpohon
yang rimbun dan tersembunyi, duduk seorang
manusia. Dia seorang nenek tua yang mukanya pucat dan
tubuhnya menggigil, napasnya memburu keras
sekali, tampaknya tengah menderita sesuatu yang
kurang beres puda tubuhnya. Beberap kali nenek tua
itu berusaha mengempos semangat dan tenaga
dalamnya untuk bertahan agar tidak menggigil
seperti itu, namun usahanya gagal.
Tubuhnya menggigil semakin keras, mukanya
yang pucat memperlihatkan dia sangat menderita,
meringis seperti sedang menahan rasi sakit yang
hebat. Nenek tua itu tidak lain dari Toat Beng Sin ciang
Khu Cian. Dia waktu melarikan diri dari lembah
dalam keadaan terluka parah, akibat tangan maut
Tang San Siansu yang mempergunakan pukulan
"Liong beng-kun"nya.
Sebetulnya, kalau waktu itu Toat-beng-sin-ciang
memperoleh kesempatan untuk beristirahat dan
mempergunakan tenaga dalamnya untuk
1202 menyembuhkan diri, lukanya tidak terlalu parah,
setidak-tidaknya dia bisa mengendalikan tubuhnya
tidak menderita rasa sakit di dalam tubuh yang
hebat seperti sekarang, di mana seluruh isi perutnya
seakan terbalik-balik dan sangat menyiksanya.
Tapi justeru tadi Toan Yok telah minta agar dia
meloloskan diri lebih dulu, dengan terpaksa dia
menuruti permintaan Toan Yok, dia berlari-lari
dengan mempergunakan ginkangnya untuk
menjauhi lembah dan mencari tempat
persembunyian. Setelah berlari-lari sekian lama, dia sampai di
hutan kecil ini. Sebetulnya Toat-beng sin-ciang
masih hendak menyingkir lebih jauh, tapi mendadak
napasnya sesak, tenggorokannya kering, napasnya
seperti tertutup dan sesak sekali dadanya.
Seluruh isi perutnya seperti jungkir balik
berantakan, mendatangkan rasa sakit tidak terkira.
Karenanya, dia membatalkan keinginannya untuk
menyingkir lebih jauh, dia duduk di bawah sebatang
pohon di balik kerimbunan pohon, sehingga dia
tersembunyi dari pandangan orang yang lewat di
hutan kecil tersebut. Cepat-cepat dia memusatkan tenaga dalamnya
dan menghirup hawa udara dalam-dalam. Hatinya
tercekat. 1203 Dia merasakan jantungnya sakit dan perih sekali,
seperti disiram oleh cuka disusul kemudian seluruh
isi perutnya seperti jungkir balik, membuat dia
mandi keringat dingin menahan rasa sakit yang tak
terkira. Saat itulah Toat-beng-sin ciang Khu-Ci an
menyadari dirinya sudah terluka parah oleh "Liong
beng-kun''nya Tang San Siansu. Hatinya jadi dingin.
Biasanya, jika seseorang jadi korban pukulan "Liong
beng-kun" Tang San Siansu, tipis harapan bisa hidup
terus. Yang membuat Toat-beng-sin-ciang
penasaran justeru dia kemungkinan tak memiliki
kesempatan untuk membalas sakit hatinya ini.
Ada lagi yang memberatkan hatinya, muridnya
sekarang tidak berada didekatnya, jika dia harus
mati di tempat ini, tentu muridnya tak mengetahui.
Yang terpenting muridnya juga tak mengetahui
bahwa yang menyebabkan kematiannya adalah Tang
San Siansu sehingga muridnya itu tak bisa
membalaskan sakit hatinya.
Mati-matian Toat-beng-sin-ciang mengerahkan
tenaga dalamnya, dia juga sudah menelan beberapa
pil obat, Kemudian duduk bersemedhi guna
mencurahkan seluruh konsentrasi pengerahan
sinkangnya. Perlahan-lahan rasa sakit di perutnya
Pendekar Bayangan Setan 6 Pendekar Naga Putih 54 Racun Ular Karang Pisau Terbang Li 10

Cari Blog Ini