Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Bagian 14
berkelana dan jika saja Suhu mau mengajak tecu untuk pergi berkelana didalam
rimba persilatan tentu tecu akan ikut serta dengan senang hati, mengenai Thiathia biarlah nanti saja tecu.. tecu akan berusaha membujuknya, ibu tentu akan
dapat membantu tecu membujuk Thia.!"
Sang guru tersenyum, dia menggelengkan kepalanya perlahan-lahan.
"Tidak mudah untuk melemahkan hatinya sehingga ia mengijinkan engkau pergi
berkelana." "Bukan kah pergi berkelana bersama2 dengan Suhu" Dengan adanya Suhu,
tentu Thia tidak perlu kuatir akan
keselamatan diri tecu,karena tecu tentu akan terlindung oleh Suhu, dimana
didalam rimba persilatan tentu akan jarang sekali ada orang yang bisa menandingi
kepandaian Suhu. Thia tadipun telah memuji bahwa kepandaian Suhu memang sangat
luar biasa dan Thia sangat kagum sekali !"
Sang Guru tetap saja menggelengkan kepalanya, sampai akhirnya dia bilang: "Jika
memang begitu, semakin sulit sekali aku mengajak engkau berkelana, ayahmu tentu
telah mengetahui bahwa aku seorang tokoh rimba persilatan,
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dengan demikian, jelas akan membuat ia semakin
berkuatir saja melepaskan puterinya buat berkelana bersama-sama denganku.
Engkau ketahuilah bahwa orang yang berkelana didalam rimba persilatan, tentu
acapkali harus bentrok dan bertempur dengan orang2 rimba persilatan yang
memiliki urusan dengannya, dan tentu saja banyak musuhnya yang selalu
mengincarnya. Hemmm, ayahmu sendiri memiliki kepandaian yang tinggi, Dia seorang
Kaisar, tetapi sebelum menjadi Kaisar, dia telah mempelajari ilmu silat Siauw
Lim Sie. Hingga sekarang, dia masih tetap memiliki kepandaian yang tinggi! jika harus
bertempur menghadapi ayahmu itu saja, belum tentu aku bisa menandinginya......!
Jika seandainya memang ayahmu itu mengijinkan engkau ikut bersama denganku guna
pergi berkelana, tentu saja, kita harus disertai pengawalan yang ketat dari para
pahlawan istana ! Akh, dan itu merupakan suatu impian yang tidak mungkin terjadi.Karena
dari itulah, kita tidak usah membicarakan lagi !" Setelah berkata begitu, tampak
guru tersebut menghela napas dalam2.
Selama gurunya berbicara, Ho Tiat lelah memperhatikan muka gurunya, dihatinya
memang telah terdapat banyak pertanyaan yang belum lagi berani ditanyakan sampai
akhirnya dia telah bilang dengan hati2:
"Suhu... suhu jangan sampai marah, dapatkah suhu memberitahukan siapakah suhu
sebenarnya?" Sang guru balas menatap kepada Ho Tiat kemudian katanya: "Hal itu ada baiknya
jika namaku tidak diketahui olehmu !"
"Mengapa begitu Suhu?" tanya Ho Tiat yang jadi semakin penasaran. "sebagai murid
sah dari Suhu, tentu saja selayaknya tecu mengetahui nama besar Suhu dan juga
gelaran suhu..." Tetapi sang guru telah menggelengkan kepalanya berulang kali, dimana dia
tersenyum saja, Diapun telah bilang: "Jika memang aku memberitahukan hal itu
akan memancing urusan yang tidak akan ada habisnya !"
Mendengar jawaban gurunya seperti itu, maka Ho Tiat telah berdiam diri, Sampai
akhirnya dia menggumam sendiri: "Jika memang demikian sudahlah! Mungkin nanti
Suhu akan mau menerangkan siapa namanya Suhu yang sebenarnya...!"
Sang guru telah mengangguk saja.
Ho Tiat kemudian memandang kepada gurunya, katanya: "Suhu, ada seseorang yang
hendak kutanyakan kepada suhu, entah Suhu kenal dengan orang itu atau tidak..."
"Apakah seseorang dari rimba persilatan?" tanya sang guru yang balas menatap
muridnya. "Ya," mengangguk Ho Tiat, "Dia seorang rimba persilatan malah menjadi
orang penting yang tentu sangat terkenal sekali, dia she Thio dan bernama Bu
Kie..." "Thio Bu Kie?" berseru sang guru dengan wajah yang berobah.
"Ya," mengangguk Ho Tiat.
"Hemmm, dia dialah seorang yang sangat luar biasa...dia adalah Kauwcu dari
Bengkauw..." kata sang guru itu kemudian. "Darimana engkau mengetahui prihal
orang luar biasa itu?"
"Dari ibu. ..!" menyahuti Ho Tiat, "Tadi ibu telah menceritakan bahwa Thio Bu
Kie tengah menghimpun orang2 gagah, dimana dia telah menggerakkan Bengkauw buat menggulingkan Thia
dari takhtanya..." Muka guru Ho Tiat berobah lagi mendengar keterangan seperti itu, kemudian dia
telah bilang dengan suara raguragu: "Apakah Thio Bu Kie masih memimpin
Bengkauw..." Apa yang kuketahui, belum lama yang lalu memang dia telah mengundurkan diri dan
tidak mencampuri lagi urusan Bengkauw namun sekarang mengapa ia bisa muncul
kembali dan menggerakkan Bengkauw "!"
"Siapakah Thio Bu Kie sebetulnya, Suhu?" tanya Ho Tiat kemudian dengan sikap
ingin mengetahui. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sesungguhnya, dia seorang yang sangat luar biasa sekali, jika memang bukan
peruntungan ayahmu memang sangat besar, tentu ayahmu tidak memiliki kesempatan
buat menjadi seorang Kaisar, karena diwaktu dulu, ayahmu bekerja dibawah
perintah Thio Bu Kie, Dan Thio Bu Kie diwaktu itu telah dicalonkan sebagai
Kaisar. Dengan demikian, tidak ada orang yang akan dapat menggantikan kedudukannya.
Entah mengapa, akhirnya Thio Bu Kie telah menghilang, sehingga ayahmu. yang
waktu itu memang memiliki kekuasaan besar, telah naik takhta dan menjadi
Kaisar.!" "Ohhhh !" Ho Tiat telah mendengarkan cerita gurunya dengan sepasang mata
terpentang lebar2. "Dan juga Thio Bu Kie memiliki ilmu silat yang sangat tinggi
sekali, karena dia memang memiliki sinkang yang luar biasa, Di-samping itu,
diapun memang memiliki otak
yang sangat cerdik! Ada yang lebih cerdas dari dia, yaitu isterinya, yang
bernama Tio Beng seorang puteri bangsawan dari kerajaan Kim."
Setelah bercerita sampai disitu, tampak guru Ho Tiat menghela napas beberapa
kali, sedangkan sang guru telah meneruskan ceritanya: "Dan juga jika sekarang
Thio Bu Kie memang menggerakkan Bengkauw lagi, inilah urusan yang benar2 sangat
menguatirkan buat ayahmu, karena sekali saja dia membuka mulut maka seluruh
orang2 rimba persilatan, orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi
akan patuh pada setiap perintahnya, mereka akan berhimpun dan merupakan suatu kekuatan yang bukan main
dahsyatnya, yang tentu saja akan sulit sekali dibendung dan digempur hancur oleh
ayahmu..! Memang benar, ayahmu merupakan Kaisar yang
berkuasa penuh di daratan Tionggoan ini, dan juga memang dia memiliki pasukan
perang yang sangat besar. Namun untuk menghadapi Thio Bu Kie dengan orang2nya,
tentu saja bukan merupakan urusan yang sangat mudah.
Dalam keadaan sekarang, ayahmu memang harus mulai bersiap-siap, jika saja telah
kebobolan, jangan harap ayahmu dapat mempertahankan takhta kerajaan."
Bercerita sampai disitu, guru Ho Tiat telah menghela napas berulang kali, dia
memperhatikan muridnya, katanya lagi.
"Jika memang apa yang engkau bahwa Thio Bu Kie
tengah menggerakkan Bengkauw lagi, inilah katakan itu benar, menghimpun dan
merupakan urusan yang tidak bisa diremehkan, karena dari itu, hasratku buat mengajak engkau
meninggalkan istana, untuk berkelana didalam rimba persilatan semakin besar
juga! Tetapi sulitnya, ayahmu tentu tidak akan mengijinkan !"
Dan setelah berkata begitu, dengan sikap kecewa dan murung, guru Ho Tiat telah
menghela napas berulang kali. Ho Tiat sendiri jadi bingung, "Jadi menurut Suhu,
jika memang Thio Bu Kie telah menggerakkan Bengkauw, maka kedudukan ayah akan terancam "!" tanya Ho Tiat
kemudian. Gurunya mengangguk. "Ya, karena sekali saja Thio Bu Kie menggerakkan Bengkauw, dia akan berhasil
menghimpun semua kekuatan dari segala lapisan Rakyat, para hohan dan juga para
pejuang Bengkauw! Dengan demikian, ayahmu akan menghadapi urusan yang tidak
kecil, jika memang menghadapi pemberontakan kecil2an saja, ayahmu masih bisa
menindas dengan mengerahkan kekuatan pasukan
angkatan perangnya, juga mengerahkan para pahlawan istananya, tetapi semua itu tidak bisa dilakukan pada
Thio Bu Kie. Bukan aku memandang rendah kepada para pahlawan istana tetapi
memang kenyataannya jika saja mereka yang di kirim, tentu akan membuat mereka
menghadapi kesulitan, semua orang2 Bengkauw terdiri dari orang2 yang
memiliki kepandaian yang tinggi, tidak mudah mereka hadapi, kemungkinan mereka
itu akan menemui ajalnya."
Karena telah berkata seperti itu, guru Ho Tiat kemudian menyambunginya: "Dan
jika memang engkau menginginkannya, aku bisa mengajakmu keluar dari istana
ini, tetapi justeru kita harus meninggalkan istana dengan cara diam-diam..!"
Ho Tiat mengawasi gurunya, dia memandangi dengan wajah yang memperlihatkan
keragu2an. Matanya terbuka lebar-lebar.
"Tetapi nanti ayah akan murka....!" kata Ho Tiat kemudian.
"Jelas, ayahmu akan murka, Yang terpenting adalah diriku sendiri, yang akan
dijatuhi hukuman mati, yang telah mengajak engkau secara diam2 meninggalkan
istana.... karena dari itu, jika memang engkau tidak keberatan aku bersedia
mengajakmu buat pergi meninggalkan istana, paling tidak ayahmu akan mengirim
para pahlawannya buat mencari kita !"
Setelah berkata begitu, tampak guru Ho Tiat telah memandang kepada Ho Tiat
dengan mata yang bersinar sangat tajam, tampaknya dia tengah menantikan
keputusan dari muridnya itu.
HoTiat akhirnya menghela napas.
"Suhu, jika memang kita ingin meninggalkan istana, kita harus meminta ijin
kepada ibu !" katanya kemudian. "Dengan meminta ijin kepada ibumu, tentu saja
hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin, karena akan membuat engkau
dilarang dan juga tidak mungkin diijinkan buat ikut bersama denganku berkelana
didalam rimba persilatan dan jika memang engkau bersedia ikut denganku meninggalkan istana
dengan cara diam-diam, aku akan melindungi dirimu dan kau jangan kuatir, orangorang yang akan dikirim oleh ayahmu tidak mungkin dapat mencari jejak kita! jika
tokh mereka berhasil mencari jejak kita, tentu mereka tidak bisa berbuat
banyak !" Setelah berkata begitu, guru Ho Tiat mengibarkan tangan kanannya, katanya: Ho
Tiat, aku adalah gurumu dan kau sebelum mengangkat aku sebagai gurumu, telah
bersumpah bahwa engkau akan mematuhi semua perintahku ! Dan engkau masih ingat
akan sumpahmu itu ?"
Muka Ho Tiat berobah, Memang waktu pengangkatan guru dan murid, Ho Tiat telah
bersumpah, bahwa ia selalu akan patuh terhadap perintah dari gurunya tersebut.
Tetapi sekarang ini justeru tidak dapat dia memenuhi keinginan gurunya itu,
karena dia tidak mau jika harus meninggalkan istana secara diam-diam diluar tahu
ayah dan ibunya. Tentu mereka akan berkuatir sekali dan menjadi panik.
Guru Ho Tiat telah berkata lagi, dengan sikap yang berwibawa dan angker, malah
mukanya yang memang agak bengis, bertambah angker mengerikan, katanya: "Ho Tiat,
kau boleh memikirkan hal ini selama tiga hari. Dalam tiga hari aku ingin
mendengar keputusanmu...!"
Ho Tiat segera berlutut, menyatakan bahwa ia akan mempertimbangkan ajakan
gurunya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi ingat!" pesan gurunya lagi, "Eng kau tidak boleh mengatakan hal ini
kepada siapapun juga, termasuk ibu maupun ayahmu! Hanya engkau dan aku berdua
saja yang mengetahui urusan ini, dan aku tidak akan mengampuni dirimu, kalau
urusan ini jadi bocor!"
Ho Tiat mengiyakan sambil menganggukkan kepalanya tiga kali, kemudian dia telah
bangun dari berlututnya. Diwaktu itu gurunya telah berkata lagi, "Selama tiga
hari kau tidak usah datang kemari. Dihari ketiga, kau baru datang menghadap
untuk menyatakan keputusanmu...!"
Ho Tiat hanya mengiyakan, karena waktu itu dia jadi bingung sekali. Dan ketika
rebah diatas pembaringan didalam kamarnya, dia jadi rebah dengan pikiran yang
pusing dan bingung, karena dia tidak mengetahui keputusan apa yang harus
diambinya, atas ajakan gurunya meninggalkan istananya
secara diam-diam. Tetapi memang hati kecilnya Ho Tiat ingin sekali keluar dari istana, untuk
berkelana. Terlebih lagi memang berkelana dengan gurunya, tentu dia bisa berkelana dengan
aman dimana gurunya akan dapat melindunginya.
Hanya saja justeru yang membuat dia jadi tidak tenang, gurunya melarang dia
menyampaikan hal itu kepada ayah maupun ibunya! Dengan demikian, kalau saja dia
meninggalkan istana dengan cara diam2 tentu akan membuat ayah dan ibunya itu
berkuatir dan panik. Sedangkan Ho Tiat sangat mencintai ayah dan ibunya, yang selalu memanjakannya.
Juga dia tidak tega berpisah dengan ketiga orang kakaknya.
Karena dari itulah, dia telah rebah dengan hati yang bingung, dia tidak
mengetahui keputusan apa yang harus diambinya.
Sebagai seorang puteri Kaisar, setiap-harinya dia hidup dalam lingkungan mewah
dan serba kecukupan, Tetapi juga timbul perasaan ingin tahunya untuk melihat
keadaan diluar istananya, dimana ia pernah mendengar dari gurunya itu, banyak terjadi penduduk dan rakyat dari
tempat yang kering dan tandus, kelaparan. Untuk dapat makan satu kali satu
harinya saja yang sudah sulit.
Dorongan untuk mengetahui keadaan diluar istananya demikian kuat, membuat Ho
Tiat benar-benar ingin sekali ikut bersama gurunya. Hanya saja, dia masih berat
buat berpisah dengan ayah ibu dan ketiga orang kakaknya.
Malam itu dilewatkan Ho Tiat dengan hati gelisah. Dan dia gulak-gulik di
pembaringannya dengan hati yang resah
sekali. Sampai akhirnya karena terlalu bingung, dia menangis.
Hari kedua telah lewat lagi.
Sejauh itu Ho Tiat masih belum bisa mengambil keputusan, dia belum lagi bisa
menentukan apakah dia ingin ikut gurunya atau memang menolak ajakan gurunya buat
meninggalkan istana secara diam2....
Hari ketigapun telah tiba.
Malam itu Ho Tiat telah datang keistana tempat berdiam gurunya, Waktu sampai di
hadapan gurunya, dia telah berlutut memberi hormat dengan menganggukan kepala
sebanyak tujuh kali. Kemudian dia berkata dengan suara yang penuh ragu: "Suhu,
sampai sekarang ini Tecu belum bisa lagi untuk memutuskan, apakah tecu ingin
ikat serta dengan suhu atau... atau....!"
Berkata sampai disitu, Ho Tiat tidak bisa meneruskan perkataannya, karena dia
telah berlutut saja. "Kau bermaksud hendak menolak ajakan ku?" tanya gurunya, suaranya biasa saja.
Ho Tiat mengangkat kepalanya dia bertambah ragu, "Suhu..."
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Sesungguhnya tecu ingin sekali berkelana." kata Ho Tiat kemudian.
"Lalu mengapa engkau masih ragu2"!" "Karena... karena tecu harus pergi tanpa
pamit pada ayah ibu dan ketiga orang kakak tecu....!" kata Ho Tiat dengan
sejujurnya. "Hemm... jika memang kita pergi meninggalkan istana dengan berpamitan, tentu
akan memancing banyak persoalan ! Engkau tidak mengerti urusanku, karena itu,
engkau tidak mengetahui betapa kita akan memperoleh banyak kesulitan jika saja
kita pergi meninggalkan istana ini dengan berterus terang, dimana selain ayahmu
maupun Honghauw keberatan buat melepaskan engkau, dan seandainya mereka itu mengijinkan
itupun tentu akan memancing urusan lainnya !
Engkau belum mendengar riwayatku, engkau belum lagi mengetahui siapa adanya aku
ini. karena dari itu muridku,
jika memang engkau bersedia buat meninggalkan istana dengan cara diam-diam tanpa
pamitan kepada ayah dan ibumu, barulah aku akan mengajakmu keluar dari istana,
tetapi jika memang engkau tidak mau tentu saja akupun tidak bisa memaksanya...!"
Setelah berkata begitu guru Ho Tiat menghela napas berulang kali, sampai
akhirnya perkataannya waktu melihat Ho
dia meneruskan Tiat masih berlutut berdiam diri saja:
"Sebetulnya, didalam urusan ini memang engkau masih terlalu kecil buat mengambil
keputusan seperti itu, dan aku memaklumi juga perasaan beratmu buat berpisah
dengan kedua orang tuamu, disamping itu dengan ketiga orang saudaramu!
Tetapi tahukah engkau Ho Tiat, bahwa seseorang yang mempelajari ilmu silat,
harus memiliki hati yang keras membaja dan juga harus memiliki ketegasan ?"
Setelah berkata begitu, tampak guru Ho Tiat telah mengawasi Ho Tiat dengan sorot
mata yang sangat tajam sekali, memandang dengan penuh tanda tanya dan sikap
mendesak, membuat Ho Tiat yang telah mengangkat
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepalanya buat memandang kepada gurunya, tidak berani bentrok mata dengan
gurunya dan telah menundukkan kepalanya lagi, dia hanya tetap berlutut dengan
berdiam diri saja, Waktu itu gurunya telah bertanya lagi:
"Bagaimana Ho Tiat, apakah memang engkau tetap mau berdiam didalam istana ini"
Aku hanya bisa mendampingimu untuk satu tahun lagi, setelah lewat satu tahun,
gurumu harus pergi dari sini..!"
"Mengapa begitu Suhu"!" tanya Ho Tiat kemudian dengan sikap terkejut. Sang guru
tidak segera menyahuti, kemudian katanya. "Hemm, jika memang engkau perlu
kuceritakan mengenai riwayat hidupku tentu engkau baru mengerti akan duduk
persoalan yang sebenarnya! Baiklah! Aku akan memberitahukan siapa adanya diriku
ini! Tahukah engkau siapa adanya diriku"!"
Ho Tiat menggeleng. "Suhu belum pernah menceritakan riwayat Suhu ! kata Ho Tiat segera, "Mana
mungkin tecu bisa mengetahui riwayat suhu..."
"Benar!" guru Ho Tiat telah mengangguk "Memang aku belum pernah menceritakan
riwayatku....,.tetapi sekarang ini aku akan memberitahukan siapa adanya aku! Aku
adalah Ban Tok Kui!"
"Ban Tok Kui?" tanya Ho Tiat dengan hati agak tergetar oleh perasaan ngeri,
Hebat sekali nama gurunya itu. Laksaan Setan Beracun!
"Ya, memang namaku Ban Tok Kui!" dalam rimba persilatan semua orang merasa
gentar padaku, mereka umumnya menaruh hormat dan jeri. Aku telah malang
melintang, aku telah membuat mereka tidak berani mengangkat kepala jika
berhadapan denganku! Tidak perduli tokoh mana saja! Namun disamping itu juga memang terdapat suatu
kelemahanku, yaitu yaitu belum mewarisi seluruh kepandaian dan ilmu guruku,
dengan demikian ketika guruku mengetahui bahwa aku
telah malang melintang tanpa tanding.
Dan juga telah membinasakan banyak sekali orang-orang yang tidak kusenangi, maka
guruku telah menerima seorang murid lagi, sebagai Suteku! Dan suteku itu masih
berusia muda. Sekarang saja mungkin dia baru berusia tujuh belas tahun!
Hemm, beberapa waktu yang lalu Suteku ini turun gunung mencariku, berusaha
menasehatiku dengan kurang ajar, kami telah bertempur! Namun sayang, aku telah
dirubuhkannya! Hal itu bukan disebabkan Suteku ini
memiliki ilmu silat yang jauh lebih tinggi dari ilmu silatku, namun memang dia
telah memiliki kepandaian khusus yang diwarisi oleh guruku ilmu yang khusus itu,
sama sekali tidak tahu-menahu, dan suteku itu justeru diajarkan ilmu pukulan
yang khusus memang dapat dipergunakan buat menindih dan juga merubuhkan diriku."
Ilmu silatku yang beraneka ragam seperti juga tidak bisa dipergunakan menghadapi
ilmu pukulan khusus suteku itu! inilah yang membuat hatiku jadi gusar dan
penasaran sekali karena aku telah mengetahui bahwa guruku itu telah memilih
kasih! Aku telah melarikan diri dalam keadaan terluka cukup parah! Dan luka itu malah
membuat otot2 penting ditubuh sebagian telah terputuskan. Dan aku membutuhkan
tempat yang tenang untuk dapat menyembuhkan lukaku!
Siapa tahu, kita bertemu! Aku telah pingsan didepan istana, dan juga kau telah
melihatku, sehingga engkau telah
perintahkan pengawal istana buat membawaku ke ruangan dalam, dalam rawatannya,
sehingga aku memperoleh ijin juga dari Kaisar, untuk berdiam didalam istana ini,
dengan demikian, aku telah sembuh, akupun telah berlatih diri
dengan giat, karena aku masih ingat benar akan ilmu silat suteku yang khusus
itu, dan aku berusaha untuk menciptakan ilmu yang bisa menindih kelemahannya.
Siapa tahu, aku telah didesak oleh ayahmu untuk menerima engkau sebagai muridku!
Sebetulnya! aku ingin menolak, namun mengingat akan budi kebaikan kalian,
ayah dan anak, juga aku menghormati ayahmu sebagai Kaisar, maka aku menerima
juga menjadi gurumu !"
"Jadi jika memang telah hendak mencari sute suhu gurunya sambil mengawasi
gurunya dengan penuh tanda tanya.
keluar dari istana ini suhu
itu." tanya Ho Tiat kepada "Ya....!" mengangguk Ban Tok Kui.
"Mengapa Suhu tidak bersedia jika kita berangkat meninggalkan istana dengan
berterang, meminta ijin kepada ayah dan ibuku, juga kepada kakak2ku "!" tanya Ho
Tiat semakin tidak mengerti.
Ban Tok Kui menghela napas dalam-dalam kemudian dengan wajah yang murung dia
berkata: "Aku bukan jeri pada suteku itu, tetapi dulu memang aku banyak sekali
mencelakai orang, jumlahnya bukan ratusan orang saja tetapi ribuan orang, yang
semuanya telah kulukai dengan mempergunakan racun.
Dengan demikian, tentu saja telah membuat sanak ataupun kawan mereka semuanya
memusuhi diriku dan setiap saat mereka akan menantikan kesempatan yang baik,
untuk dapat membinasakan diriku, membalas sakit hati mereka!
Karena dari itu pula, memperlihatkan diri secara persilatan! Sebelum aku aku
sengaja tidak mau berterang didalam rimba bisa membunuh dan membinasakan suteku itu, untuk memuasi
hatiku, hemmm, aku akan menghindar dari orang2 dan musuh2ku yang lain,
jika kelak memang aku telah berhasil membunuh sute ku itu, barulah aku
membereskan orang2 itu!"
"Hemmmm, suteku itu telah menerima warisan ilmu pengobatan dari guruku, dimana
dia pandai sekali mengobati luka terkena racun yang bagaimana hebat sekalipun Sampai diapun telah
menggantikan kedudukan guru kami, dengan gelaran Tabib Dewa! Dan jika memang aku
melayani musuh2ku yang lain, hanya akan mempersulit diriku sendiri....
Hemmmm, biarpun aku melukai mereka dengan racun2ku yang terhebat, sekali saja
mereka mencari suteku itu, tentu mereka akan disembuhkan dengan mudah, maka
dalam keadaan seperti sekarang ini, aku hanya ingin mencurahkan seluruh
perhatianku untuk membinasakan suteku dan aku juga bermaksud untuk menghadapi
dia seorang saja...... karena itu pula, aku tidak mau berterang untuk berkelana
didalam rimba persilatan, aku hanya ingin
menyelidiki dimana jejak suteku itu, dan kelak jika memang aku telah berhasil
membinasakannya, barulah aku memberantas musuh2ku yang lainnya. Di waktu itu aku
akan mengumumkan bahwa aku adalah satu2nya jago tanpa tanding, Tee It Eng
Hiong!" Waktu terucap seperti itu, tampak Ban Tok Kui bersemangat sekali,
matanya memancarkan sinar yang tajam bersinar2.
Ho Tiat memandang gurunya dengan mata tidak berkedip, dia melihat semangat
gurunya yang menyala2 dan tampaknya memang gurunya memiliki cita2 untuk menjadi
seorang jago tanpa tanding didalam rimba persilatan.
Ban Tek Kui setelah berkata dengan bersemangat seperti itu, jadi menghela napas,
tampak semangatnya menurun lagi, dia menggumam perlahan: "Akan tetapi sulitnya,
sebelum aku berhasil membinasakan Suteku, tentu engkau menghadapi kesukaran yang
tidak kecil !" Sedangkan ketika itu tampak Ho Tiat tidak mau berdiam diri lebih lama lagi, dia
telah berkata. "Suhu, jika tecu menyampaikan sesuatu, apakah Suhu tidak marah?"
"Katakanlah!" kata Ban Tok Kui, "Sebenarnya,....apakah
tidak lebih baik jika Suhu meminta bantuan ayah... dengan didukung oleh ayah,
tentu Suhu akan lebih mudah menguasai rimba persilatan Jika memang ayah
menginginkan agar Suhu duduk sebagai panglima perang, yang memimpin pasukannya
dalam jumlah yang besar tentu Suhu akan mudah mempergunakan kekuasaan yang ada, untuk membujuk orang2
rimba persilatan itu tunduk dan berlutut di hadapan Suhu ...!"
Muka Ban Tok Kui berobah, dia bilang dengan suara yang tawar: "Engkau
menghendaki agar aku menjadi boneka ayahmu ?" tanyanya.
"Bukan begitu Suhu... bukan begitu Suhu !" kata Ho Tiat cepat, "sesungguhnya
memang hal ini, tecu menyatakan dari yang sebenarnya! Jika saja Suhu mengijinkan
tentu ayah dapat memberikan kedudukan dan pangkat yang pantas buat Suhu, dan
dengan demikian, bukan seorang diri saja Suhu menguasai rimba persilatan!
Bukankah bekerja seorang diri lebih sulit dibandingkan jika memang Suhu dibantu oleh para
pembantu yang bisa diandalkan" Dengan demikian tentu Suhu akan dapat menghadapi
Sute dan musuh2 Suhu !"
Setelah berkata begitu, Ho Tiat menunduk karena dia tidak berani membalas
tatapan mata dari gurunya, yang memancarkan sinar sangat tajam sekali memandang
kepadanya. "Tiat jie, apakah engkau memang bermaksud aku terikat seumur hidupku pada
ayahmu" Hemmm, terus terang saja kukatakan, jika memang kau harus tunduk dan
juga selalu menghormat pada ayahmu, itulah yang tidak dapat dilakukan! Aku
selalu ingin bebas dan melakukan sesuatu yang menurut caraku"
Hmmm, jika saja seandainya aku menjadi panglima
kerajaan, berada di bawah kekuasaan ayahmu, tentu ini akan mengekang diriku
malah yang tak kuinginkan, jika memang begitu dan terjadi aku menerima pangkat
dari ayahmu, seumur hidupku tidak dapat melepaskan diri lagi, aku harus tetap
bersetia dan juga selalu berjuang untuk
kepentingan ayahmu... sekali saja aku
membuat suatu kesalahan, tentu aku-akan dijatuhi hukuman oleh ayahmu, dengan cap
sebagai penghianat! Hemmm, seorang Kaisar dengan kekuasaan penuh atas rakyatnya,
merupakan seorang yang tidak baik! Dan aku pun memang bukan seorang yang baik!
Malahan aku didalam rimba persilatan dicap sebagai iblis yang sangat
ganas. Akan tetapi justeru seorang Kaisar, dengan kedudukannya yang mulia, lebih
ganas dan bengis dibandingkan dengan seorang iblis besar seperti diriku ini!"
"Dengan senyumnya ia akan dapat mematahkan batang leherku ini..." "Suhu jangan
salah mengerti." kata Ho Tiat dengan segera, "Percayalah, ayah tidak akan
melakukan sesuatu yang bisa melukai hati Suhu !"
"Ho Tiat!" kata Ban Tok Kui kemudian "Engkau belum lagi mengenal dan mengetahui
pergolakan yang ada didalam rimba persilatan. Terlebih lagi sekarang ini, disana
Thio Bu Kie telah menghimpun kekuatan yang dapat digerakkannya bersatu dalam
Bengkauw, tentu saja keadaan didalam kalangan Kang-ouw akan bergolak hebat
sekali. Dan juga ayahmu tidak akan ditariknya dengan pancingan
harta dan pangkat. Karena dari itu banyak sekali orang yang berlomba untuk
mengambil muka kepada ayahmu! itulah yang kuinginkan karena aku tidak mau jika
aku harus menjilat ditelapak kaki ayahmu itu."
"Tetapi jika memang suhu menghendaki, dapat nanti tecu memberitahukan kepada
kedudukan sebagai Kunsu atau
ayah agar Suhu diberi juga kedudukan sebagai panglima Besar angkatan perang !" Ban Tok Kui menggeleng.
"Tidak! Aku hendak mencari suteku itu dengan seorang diri belaka, aku akan
berusaha membinasakannya, dan setelah itu baru aku akan menundukkan semua jago2
rimba persilatan diseluruh daratan Tionggoan !" kata Ban Tok Kui kemudian,
"sudahlah Tiat-jie.jika memang engkau tidak mau ikut denganku pergi berkelana
akupun tidak akan memaksa.
Mungkin aku hanya memiliki waktu satu tahun lagi berdiam disini Setelah latihan,
sinkangku ini benar2 rampung, aku harus berpisah denganmu..!"
Ho Tiat memandang gurunya dengan wajah yang muram.
"Suhu.... apakah Suhu tega meninggalkan tecu "!" tanya Ho Tiat.
"Ya, aku telah mewarisi kepandaian yang cukup kepadamu, Jika memang
engkau rajin-rajin dan tekun belajar, tentu engkau akan memiliki kepandaian yang
tinggi! Dan selama setahun itu engkau dapat berlatih diri dengan giat dan
bersungguh2, aku akan mengajari engkau seluruh kepandaianku itu, dan engkau
hanya membutuhkan latihan yang tekun. Hasil yang akan engkau peroleh, tergantung dari ketekunan engkau
mempelajari ilmu silat itu.!" Ho Tiat tidak bisa mengatakan apa-apa lagi,
terlebih lagi setelah gurunya itu perintahkan dia pergi meninggalkan
tempat tersebut. Dengan hati yang resah, gadis kecil ini telah kembali ke
kamarnya. Sampai menjelang tengah malam, dia masih tidak bisa tertidur, akhirnya dia
melompat turun dan pembaringan dan bersilat.
Setiap kali tangannya digerakkan berkesiuran angin yang kuat. Memang ia baru
berlatih selama setahun lebih dibawah bimbingan Ban Tok Kui, akan tetapi memang
Ho Tiat cepat sekali memperoleh kemajuan. Dia sangat cerdas dan telah dapat
menguasai setiap jurus ilmu silat yang diwarisi gurunya.
Dengan demikian, iapun telah mulai dapat menguasai hawa murni didalam tubuhnya
karena diapun telah diwarisi latihan sinkang dari gurunya.
Malah, setelah bersilat, pada malam itu Ho Tiat duduk diatas pembaringannya. Dia
telah bersila dengan mengatur
pernapasannya. Dari atas kepalanya tampak mengepul asap yang sangat tebal
sekali, asap itu membumbung naik tinggi, dan kemudian buyar.
Namun dari kepala Ho Tiat terus juga mengepul asap tidak hentinya, Hal ini
memperlihatkan lwekang dari gadis
cilik ini telah memperoleh kemajuan pada tingkat yang sudah boleh diandalkan.
Memang jarang sekali ada seseorang yang mempelajari ilmu silat baru setahun
lebih, sudah memiliki lwekang dan kemahiran seperti yang dimiliki Ho Tiat pada
saat itu, karena hal ini disebabkan Ho Tiat memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga
dia telah dapat menerima setiap pelajaran yang diwarisi gurunya dengan se
baik2nya dan sangat cepat sekali.
Juga Ho Tiat selalu berlatih dengan bersungguh2. Dengan demikian, dia telah
memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Ada satu faktor lainnya yang perlu diingat Bahwa Ho Tiat adalah puteri Kaisar,
yang setiap hari tidak pernah melakukan suatu apapun juga.
Semua kebutuhan Ho Tiat telah dilayani oleh para dayang istana. Karena dari itu,
Ho Tiat memiliki waktu yang berlebihan, dan waktunya yang berlebihan itu, dimana
sepanjang hari dia hanya berdiam diri saja tidak melakukan suatu apapun juga,
dipergunakan Ho menerus ilmu silat yang diwarisi Tiat melatih terus gurunya, dengan demikian, membuat Ho Tiat dapat
memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Cara berlatih diri yang dilakukan oleh Ho Tiat memang menggembirakan hati Ban
Tok Kui, sehingga dia semakin bersemangat saja untuk mewarisi kepandaian dan
ilmunya. Dan sesungguhnya, Ban Tok Kui menyukai gadis kecil ini, Kuncu, si tuan puteri,
tetapi justeru diapun memiliki urusan pribadi, sehingga dia tidak bisa mendidik
lebih lama lagi. Dia memperkirakan, dalam satu tahun lagi tentu didalam Kalangan Kangouw diluar
dinding istana, akan terjadi pergolakan yang hebat, dimana Bengkauw tentunya
telah dikerahkan oleh Bu Kie. Karena dari itu, dia telah menemukannya, jika
memang terjadi demikian, barulah dia akan keluar mencari jejak sutenya.
Disaat itu, diapun telah merencanakan, sekali saja dia berhasil dengan usahanya,
untuk membinasakan sutenya, barulah dia akan menanamkan kewibawaan dan
keangkerannya, untuk menaklukan seluruh tokoh2 rimba persilatan.
Dan setelah menjadi Tee It Eng Hiong, dia baru akan meminta pangkat dan
kedudukan pada Kaisar Cu Goan Ciang, Tentu saja bukan pangkat dan kedudukan
biasa saja, dia menghendaki setidak-tidaknya sebagai orang yang sangat
diandalkan oleh Kaisar Cu Goan Ciang. Sebagai Tee
It Eng Hiong, tentu saja ia akan dapat mengerahkan seluruh jago2 rimba
persilatan yang telah ditundukkannya, buat bergerak menghantam dan Bengkauwnya,
semua itu gemilang dan Cu Goan Ciang juga akan menghormatinya.
Malah, Ban Tok Kui telah berpikir juga, jika kelak memiliki kesempatan, bahkan
ingin merampas kedudukan dari tangan Kaisar yang seorang itu, membunuh Cu Goan
Ciang dan memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar.
Itulah cita2 yang sangat muluk, memang merupakan sesuatu khayalan yang rasanya
sulit dicapai oleh seseorang seperti Ban Tok Kui. Namun dia memiliki keyakinan
bahwa dia akan berhasil dengan usahanya itu, dia akan dapat memperoleh hasil
yang rencananya. Justeru sengaja dia membujuk bersama2 dia berkelana didalam rimba persilatan.
Karena dengan membawa Ho Tiat bersamanya, dia bisa memperalat tuan puteri itu
untuk maksud2nya, dengan mengendalikan orang2 kerajaan, atau para pembesar di
kota2 yang disinggahinya.
Sebagai seorang yang telah berpengalaman, Ban Tok Kui menyadari, sekali saja
muridnya meminta ijin kepada ayah dan ibunya, maka pasti Ho Tiat akan di
"pingit" dengan ketat dikawal dan kemungkinan, dilarang belajar silat lagi pada
Ban Tok Kui. Dan ia yakin, permintaan muridnya, untuk ikut dia berkelana didalam rimba
persilatan akan ditolak oleh Kaisar.
Itu pula sebabnya mengijinkan muridnya mengapa Ban Tok Kui tidak meminta ijin dulu kepada ayah
ibunya, Dan ia lebih senang jika muridnya itu ikut begitu saja meninggalkan
istana secara diam2. menggempur Bu Kie dengan akan berhasil dengan sukses
memuaskan dalam Ho Tiat buat ikut
Memang Ban Tok Kui juga telah memperhitungkan dengan cara seperti itu dia
menempuh bahaya yang tidak terlalu kecil, Yaitu Kaisar tentu akan mengerahkan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
para pahlawannya buat mencari puteri tunggal tersayangnya tersebut.
Namun dia yakin, tentu dia bisa mempengaruhi Ho Tiat, dimana gadis itu akan
membelanya, dan dia tidak mungkin dijatuhi hukuman terlalu berat oleh Kaisar Cu
Goan Ciang, jika memang usahanya itu gagal.
Tetapi justeru Ho Tiat memang keberatan jika harus pergi secara diam-diam
seperti itu. Dia bermaksud untuk meminta ijin dulu kepada ayah dan ibunya, juga
berpamitan kepada ketiga orang saudaranya, Dengan demikian gadis kecil itu akan
dapat berangkat dengan hati yang tenang.
Memang Ho Tiat setiap hari diliputi oleh perasaan ingin tahu keadaan diluar
istana di sana setiap saat dia hanya terkurung didalam istana, walaupun dia
hidup dalam kemewahan dan segala hormat yang diberikan oleh dayang dayang
istana, tokh memang dia tetap merasa tidak puas. Itulah sebabnya, dia selalu
bermaksud untuk melihat keadaan diluar istana.
Cuma saja, justeru gurunya menghadapi ia menempuh jalan yang kurang baik, yaitu
meninggalkan istana secara diam-diam, membuat gadis kecil itu menjadi pusing dan
bingung sendirinya. Jika ia menolak seperti tadi, hal itu hatinya tidak tenang, karena ia kuatir
Bukankah waktu upacara pengangkatan guru dan murid itu dia telah bersumpah,
bahwa ia akan mematuhi setiap perintah yang diberikan gurunya.
hanya membuat gurunya murka.
Tetapi sekarang justeru dia telah menolak ajakan gurunya, yang sama saja dengan
menolak perintah gurunya, karena Ban Tok Kui sendiri telah mengingatkan dia akan
sumpahnya itu. Dasarnya memang Ho Tiat masih berusia kecil dan jalan pemikirannya belum dewasa,
akhirnya tokh dia memutuskan juga, akan ikut dengan gurunya.
Dia telah merasakan, pergi keluar istana, dengan didampingi gurunya, pasti
merupakan hal yang sangat menggembirakan, perasaan seperti itulah yang jauh
lebih kuat tumbuh dihatinya, sehingga besok paginya dia telah
menemui gurunya dan menyatakan kesanggupannya untuk pergi berkelana bersama-sama
gurunya. Bukan main girangnya Ban Tok Kui.
"Kita berangkat malam ini !" kata Ban Tok Kui kemudian "Kita persiapkan dulu
barang2 yang perlu kita bawa, kita harus hati2, jangan sampai ada seorangpun
yang mengetahui maksud kepergian kita....!"
Ho Tiat mengangguk mengiyakan, Dan di waktu itu, dia telah mempersiapkan segala
sesuatunya, sampai akhirnya,
menjelang tengah malam, dengan digendong gurunya, mereka telah keluar dari
istana. Biarpun istana dijaga ketat oleh para pengawal istana, namun mereka mana bisa
mengetahui kepergian Ban Tok Kui yang ilmunya sudah mencapai tingkat yang hebat
itu. Mudah sekali Ban Tok Kui membawa muridnya itu keluar dari istana, Dan mereka
telah melakukan perjalanan malam.
Ho Tiat ketika berada berada diluar istana, telah menyaksikan bangunan rumah2
penduduk dan dia telah memandang sepuas hati, karena baru pertama kali ini dia
melihat keadaan diluar istana.
Terlebih lagi setelah guru nya mengajak meninggalkan kotaraja, sehingga dia
melihat keindahan yang menarik sekali, yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya.
Diwaktu itu, Ban Tok Kui mengajak muridnya melakukan perjalanan secepat mungkin.
Dia telah menggendong Ho Tiat, yang dibawa lari dengan pesat sekali. semalaman
itu mereka lelah melakukan perjalanan hampir seratus lie.
Sedangkan Ho Tiat memejamkan matanya rapat2, dia telah berdiam diri menggemblok
dipunggung gurunya. Sampai akhirnya dia merasakan gurunya sudah tidak berlari
lagi, dia membuka matanya.
Waktu menyinari itu sinar matahari fajar telah menyingsing bumi, dan keadaan disekitar tempat
mereka berada itu sangat terang benderang.
"Kita berada dimana Suhu "!" tanya Ho Tiat ketika gurunya menuruninya.
"Kita telah meninggalkan kota raja cukup jauh, kita perlu beristirahat dulu
disini, hanya sejenak saja, kita harus melakukan perjalanan lagi, karena jika
kita terlambat dan membuang waktu, begitu pagi ini ibu dan ayahmu mengetahui
engkau telah hilang dari istana, akan mengirim orang-orangnya buat melakukan
pencarian !" Ho Tiat hanya mengangguk.
Ban Tok Kui mengeluarkan makanan kering yang dibawanya, mereka berdua telah
memakannya. Diwaktu itu Ho Tiat makan dengan wajah yang murung, karena gadis kecil ini dalam
keadaan bimbang bukan main. Ia telah meninggalkan istana, ia merindukan ayah dan
ibunya, juga saudara2 nya.
Ban Tok Kiu bukannya tidak melihat sikap muridnya tersebut, dia tertawa.
"Tiat-jie, engkau jangan bimbang, untuk sementara ini kau tidak usah memikirkan
tentang kedua orang tuamu, juga saudara2mu ! Bukankah kita hendak berkelana, dan
dengan demikian disamping engkau akan bertambah pengalaman juga akan dapat
melihat apa yang selama ini belum engkau ketahui!
Dengan berkelana seperti sekarang, engkau akan menyaksikan orang2 rimba
persilatan juga engkau akan melihatnya betapa ilmu silat mereka yang beraneka
ragam. Yang terpenting lagi, justeru engkaupun dapat melihat berapa jauh kemajuan yang
telah engkau peroleh dengan
berlatih diri selama ini,
karena engkau akan dapat bertempur dengan lawanmu dan juga engkau dapat
mempergunakan ilmu silatmu buat bertanding dengan orang2 yang nanti kutunjuk!"
Dan setelah berkata begitu, tampak Ban Tok Kui menghabisi seluruh makanannya.
Dia juga telah beberapa kali berusaha untuk meyakinkan muridnya tersebut agar
muridnya itu tidak berbimbang lebih jauh, karena jika saja ia berbimbang juga,
maka murid itu akan mengalami banyak kesukaran."
Sedangkan Ho Tiat disaat itu sama sekali berdiam diri saja. ia menghabisi juga
makanannya, sampai akhirnya dia telah melihatnya bahwa apa yang dikatakan
gurunya memang benar. Bukankah setelah ia ikut gurunya berkelana selama satu tahun atau dua tahun atau
tiga tahun, ia akan dapat kembali keistana dan hidup didalam istananya" Ayah dan
ibu tentu akan memaafkannya.
Diwaktu itu terlihat betapapun juga, Ban Tok Kui berusaha agar muridnya ini
dapat melihat kedepan, dimana dia akan berkelana didalam rimba persilatan. Dan
juga dengan begitu, akan membuat muridnya ini bertambah
pengalaman. Dia berusaha juga untuk memperlihatkan apa yang dilakukannya memang
untuk kepentingan muridnya itu.
Sedangkan dibalik dari semua itu, Ban Tok Kui memang tengah gembira, karena ia
yakin akan dan dapat memanfaatkan puteri Kaisar ini untuk tujuan dan
citacitanya. Selesai makan ia mengajak Ho Tiat untuk melanjutkan perjalanan mereka, Dan juga
diwaktu itu tampak jelas, bahwa Ban Tok Kui telah berusaha untuk dapat melakukan
perjalanan yang secepat mungkin.
Setelah melakukuan perjalanan selama beberapa bulan mereka memang telah
meninggalkan kota raja cukup jauh, Dan juga setelah berada dalam jarak yang
terpisah begitu jauh, tentu saja orang2 Kaisar tidak akan dapat mengejar dan
mencari jejaknya. Perjalanan menuju Sucoan tidak jauh lagi, tujuan dari Ban Tok Kui adalah salah
satu kota yang terletak di Sucoan. Dimana ia memperkirakan tentu para orang
gagah akan berkumpul dan juga akan mengadakan pertemuan
disana, demi membela Bengkauw.
Karena memang ia mengetahui digerakkannya Bengkauw oleh Thio Bu Kie, tentu hal
ini akan membuat para orang2 gagah berkumpul untuk berhimpun dengan
Bengkauw, Dan juga Ban Tok Kui telah memperhitungkannya, dengan demikian sutenya pun tentu akan
bergaul dengan orang2 Bengkauw itu.
Selama dalam perjalanan, Ban Tok Kui tetap menurunkan dan mewarisi kepandaian
kepada muridnya, hanya saja, ia selalu berusaha mengelakkan pertempuran dengan
siapapun juga, karena dia tidak mau jika sutenya
mendengar perihal dirinya, niscaya sutenya itu akan melakukan pengejaran lagi
kepadanya. Dan inilah yang tidak diinginkannya, karena memang dia bermaksud untuk mencari
jejak sutenya itu, kemudian mencari kelemahan sute-nya, barulah dia akan tampil
memperlihatkan diri. Selama dalam perjalanan, diapun telah banyak memberikan keterangan kepada murid
nya. Ho Tiat telah berulang kali mengatakan kagumnya menyaksikan pemandangan yang
sebelumnya tidak pernah dilihatnya, karena memang ia selamanya terkurung didalam
istana. Sekarang dia bisa bebas berkelana bersama gurunya diluar istana, dengan demikian
membuat dia jadi girang dan juga berkurang akan kebimbangannya.
Dia yakin, suatu saat kelak jika ia kembali keistana, tentu dia akan dapat
diterima dengan gembira dan rindu oleh ayah dan ibunya. sedangkan ayahnya
sebagai Kaisar, tentu saja akan melakukan penyambutan besar-besaran padanya
penuh penghormatan. oooOdwOooo KWANG TAN yang telah menjadi tabib Bengkauw secara resmi dan juga selalu
mendampingi Thio Bu Kie, memperoleh kenyataan Thio Bu Kie memang benar2 seorang
yang luar biasa. Karena dia melihat bagaimana cara dari Thio Bu Kie mengatur orang2 nya, memupuk
orang2 yang resmi menjadi anggota Bengkauw dengan nasehat dan pelajaran ilmu
silat kelas tinggi. Sengaja Thio Bu Kie mengajarkan semua anggota resmi Bengkauw untuk mempelajari
ilmu silat, karena memang ia menghendaki semua anggota Bengkauw bisa memiliki
kepandaian yang lebih tinggi. Dengan memiliki kepandaian yang tinggi, tentu
orang2 Bengkauw akan dapat melakukan pekerjaan besar yang lebih baik lagi.
Diwaktu itu Kwang Tan juga telah banyak sekali menerima petunjuk dari Thio Bu
Kie. Ia memperbandingkan antara petunjuk yang diberikan Thio Sam Hong padanya,
Memang secara tidak langsung, Thio
Sam Hong sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, telah menurunkan seluruh
inti dari ilmu silat Bu Tong Pay.
Dan sekarang, memperoleh petunjuk langsung dari Bu Kie, kepandaian Kwang Tan
memperoleh kemajuan yang pesat.
Sebagai Tabib resmi dari Bengkauw, tentu saja Kwang Tan tidak terlalu sibuk, dia
hanya mengobati anggota Bengkauw yang menderita sakit.
Pertempuran tidak pernah terjadi, dengan demikian dia tidak perlu bersusah payah
mengobati orang2 yang terluka, Dan juga diapun hanya mengikuti Thio Bu Kie,
sepanjang hari untuk menilik anggota2 Bengkauw yang menderita sakit.
Penyerangan kepada beberapa kota disekitar kaki gunung Bu Tong San memang
menyebabkan jatuhnya cukup banyak korban2 yang terluka dan Kwang Tan dengan
keakhliannya, telah berhasil mengobati mereka dengan baik.
Semua orang memuji akan keberhasilan dari Kwang Tan, yang selalu dapat mengobati
orang2 yang terluka itu cepat dan mempergunakan obat yang manjur sekali.
Sedangkan Bu Kie sendiri telah memuji itu juga, bahwa Kwang Tan benar2 berhasil,
tabib yang dapat diandalkan. Dan dia memang pantas memakai gelarnya sebagai
tabib Dewa karena setiap orang yang terluka, selalu dapat diobatinya dengan baik,
biarpun orang yang terluka itu sangat parah, tokh dia bisa mengobatinya dengan
mudah, sehingga orang itu memperoleh kesembuhannya dalam waktu yang singkat.
Kwang Tan bekerja bersungguh2, dimana dia telah bekerja sebaik mungkin, untuk
menyembuhkan orang Bengkauw yang terluka.
Dan juga, orang-orang Bengkauw yang gugur dalam pertempuran itu, telah
dikebumikan dengan pantas, dengan upacara Bengkauw.
Kwang Tan setiap hari mempergunakan waktu luangnya untuk berlatih diri, sehingga
dia memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali.
Sebagai seorang yang sangat cerdas, dan dia telah menerima petunjuk dari Thio
Sam Hong. disamping telah memperoleh petunjuk langsung dari Thio Bu Kie, cepat
luar biasa dia memperoleh kemajuan yang benar-benar sangat menakjubkan, Bu Kie
sendiri menyaksikan kemajuan yang telah dicapai oleh Kwang Tao jadi kagum bukan
main. "Jika anak itu berlatih dengan tekun lima tahun lagi, sulit mencari tandingan
buatnya...!" memuji Bu Kie, waktu suatu kesempatan menyaksikan Kwang Tan
berlatih diri. Kata2 pujiannya itu ditujukan kepada Tio Beng, isterinya.
Tio Beng juga telah membenarkan pujian dari suaminya. dia bilang, memang dalam
keadaan seperti sekarang, sulit mencari orang yang sehebat Kwang Tan, yang
memiliki kecerdasan luar biasa, dimana dia telah berhasil untuk berlatih diri
dalam waktu yang singkat untuk memperoleh kemajuan yang begitu pesat.
"Bu Kie Koko, jika memang Kwang Tan berlatih diri selama beberapa tahun lagi
dengan tekun, tentu engkau sendiri sulit buat menandinginya !" kata Tio Beng.
Bu Kie mengangguk. "Ya benar, memang apa yang kau katakan Bengmoay sangat tepat ! Tetapi ini
merupakan suatu urusan yang sangat menakjubkan sekali, karena anak itu telah
bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi dalam usia demikian muda! Dulu aku
saja, walaupun aku telah memperoleh bimbingan dari pada suhu dan guru2 lain2nya,
dalam usia seperti dia, belum bisa memiliki kehebatan seperti itu."
"Tetapi Bu Kie Koko, orang secerdas Kwang Tan harus diperhitungkan matang2. Dia
bisa memiliki kepandaian yang begitu tinggi, jika saja dia tidak dibimbing
dengan baik untuk jalan dijalan yang lurus dan murni, demi kebaikan,
tentu dia jadi merupakan bibit yang sangat berbahaya didalam rimba persilatan
kalau saja dia memang melakukan hal-hal kurang terpuji.
Karena sekarang saja dia telah memiliki kepandaian yang begitu tinggi dan juga
kelak dia niscaya akan memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi
lagi...karenanya sekali saja dia bermaksud untuk menyeleweng, akan sulit sekali
membendung dan mengatasinya!"
Bu Kie tersenyum. "Engkau berpikir terlalu jauh, kukira Kwang Tan tidak akan berbuat sejauh itu!
Kita telah melihatnya bahwa dia seorang anak yang sangat baik sekali!"
"Tetapi, ini juga belum tentu, Bu Kie Ko ko jika memang kelak dia bergaul dengan
orang-orang yang tidak beres dari kalangan hitam, sehingga dia dapat
dipengaruhi, tentu sifatnya yang sekarang ini dapat berobah, dan waktu itu,
tentu sulit sekali mencari orang sekiranya dapat menandingi kepandaiannya itu."
Bu Kie hanya mengangguk2 saja. Didalam hatinya dia membenarkan apa yang
dikatakan oleh istrinya memang tepat.
Kwang Tan sendiri memang memperoleh kemajuan yang sangat pesat dan juga didalam
waktu yang sangat singkat sekali dia berhasil untuk dapat memiliki kemampuan
yang seimbang dengan Bu Kie.
Hanya ada satu kekurangannya, yaitu latihan dan Kwang Tan memang untuk
memperoleh pengalamannya, karena dari itu, masih membutuhkan waktu kesempurnaan
kepandaiannya. Biarpun sekarang ini Kwang Tan telah memiliki kepandaian kelas satu dari ilmu
silat tingkat tinggi, tokh dia masih membutuhkan waktu beberapa tahun untuk
menambah pengalaman dan juga latihannya.
Dan diwaktu itu, jika memang sejak sekarang Kwang Tan telah berlatih diri dengan
tekun, niscaya dia bisa memiliki kepandaian yang sutit memperoleh tandingan.
Begitulah, Kwang Tan melewati hari2nya dengan berlatih terus. Karena, telah
berhasilnya Bengkauw merebut beberapa kota yang letaknya paling dekat dengan Bu
Tong San, membuat Kwang Tan selalu harus berada didekat Bu Kie, dimana Bu Kie
setiap harinya selalu berpindah2 dari kota yang satu ke kota yang lainnya.
Dengan demikian telah membuat Kwang Tan juga selalu dikejar kesibukan untuk
mengobati orang-orang Bengkauw yang terluka.
Dan kesibukan yang ada sekarang ini memang jauh lebih banyak dibandingkan dengan
beberapa waktu yang lalu. Dan juga, dalam hal ini Kwang Tan harus mengeluarkan
seluruh kemampuan ilmu Bengkauw yang terluka disamping itu juga terkena racun
yang daya kerjanya sangat cepat dan dahsyat sekali.
pengobatannya, banyak orang
dengan luka yang aneh-aneh Namun memang pada dasarnya Kwang Tan memiliki ilmu
pengobatan yang sangat tinggi warisan dari gurunya, dia bisa mengobati semua
orang Bengkauw yang terluka itu. Dan juga dia bisa menambah kesegaran mereka,
hanya dalam beberapa hari saja.
Bu Kie telah memberikan perintah juga kepada Kwang Tan, agar sering2 pergi ke
medan bagian depan, untuk melihat apakah ada orang-orang penting Bengkauw yang
terluka dan membutuhkan pertolongannya.
Karena memang Kwang Tan akhir ini seringkali pergi kegaris depan, dia telah
diliputi kesibukan yang bukan main. Digaris depan dari pasukan Bengkauw yang
telah maju terus keselatan, membuat Kwang Tan selalu bertemu dengan orang-orang
Bengkauw yang terluka, ada yang
sebagian tengah melakukan perjalanan untuk kembali kemarkas besar untuk
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperoleh pertolongannya.
Cuma saja, disebabkan Kwang Tan sendiri yang telah meninjau garis depan
membuatnya jadi dapat mengobati langsung disitu.
Ribuan orang Bengkauw yang telah ditolongnya, dan selama itu, Kwang Tan tetap
tidak melupakan latihan ilmu silatnya. Setiap ada waktu senggang tentu dia akan
melatih diri. Cuma saja, belakangan ini dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Suma Lin
Liang, sehingga dia tidak pernah melihat Suma Lin Liang yang entah telah
diperintah bertugas dimana.
Pasukan Bengkauw yang telah berhasil merebut empat kota, yaitu Shia King Kwan,
Ciu-yen, Cin-kang dan Ciu
ling, telah menempatkan kekuatan mereka pada keempat kota itu. Sebagian dari
pasukan Bengkauw maju terus.
Mereka menuju kepropinsi Sucoan dan memang mereka bermaksud untuk merebut semua
kota dibilangan propinsi itu, dengan demikian tentu mereka akan dapat mendesak
pasukan Kaisar Cu Goan Ciang menuju ke kota-raja.
Kwang Tan waktu itu tengah bersiap-siap hendak ikut bersama pasukan yang akan
meninggalkan Ciu-ling, untuk pergi menyerbu ke-kota berikutnya yaitu Kang-wie.
-ooo0dw0ooo Jilid 23 KOTA Kang-wi sebuah kota yang sangat besar dan juga diperlengkapi oleh penjagaan
pasukan tentara kerajaan yang sangat kuat. Karena Cu Goan Ciang yang telah
menerima laporan mengenai majunya tentara Beng-kauw, segera menempatkan pasukan
yang besar jumlahnya dikota Kangwi, untuk membendung majunya pasukan Bengkauw
tersebut. Namun Bu Kie yakin, bahwa Bengkauw akan dapat merebut kota tersebut. Jika saja
Kang-wie dapat direbut, tentu lebih mudah untuk maju terus kedepan. Kota2
selanjutnya merupakan kota2 kecil belaka dan kurang baik letaknya bagi
peperangan buat kerajaan, karenanya, jika memang Kang-wi jatuh kedalam tangan
Bengkauw, niscaya Cu Goan Ciang lebih terdesak lagi.
Cu Goan Ciang telah menempatkan orang2 nya di Kang Wi yang dijadikan benteng
pertahanan mereka. Dan walaupun bagaimana Kang wi dipertahankan sebaik mungkin,
agar pasukan Bengkauw tidak bisa menerobos melewati kota itu.
Disamping pasukannya, menggempur itu, panglima Kie Yen telah mengirim
sebagian menyerbu kekota Ciu-ling untuk Beng-kauw, Dengan demikian, sengaja
panglima itu hendak memecah perhatian Bengkauw.
Ternyata perhitungan Bu Kie lebih tajam dan lebih cermat, karena begitu pasukan
Beng-kauw telah menyerbu, dalam waktu setengah bulan saja, Kang-wi telah jatuh
kedalam tangan orang2 Bengkauw, dengan demikian membuat pasukan kerajaan mundur
kekota berikutnya. Akan tetapi penjagaan dari pasukan kerajaan tidak sekuat di Kang-wi dan Bu Kie
yakin, begitu dia mengerahkan orangnya niscaya kota demi kota berikutnva dapat
direbutnya. Dikala itu terlihat jelas sekali, Bu Kie dengan pasukannya memperoleh kemenangan
yang gemilang. Bahkan mereka didukung oleh rakyat, sehingga kekuatan dari Bengkauw kian
bertambah juga. Dengan didukung oleh penduduk setiap kota yang telah berhasil diduduki Bengkauw,
yang mereka semuanya, kaum laki-laki, tua muda, telah ikut memanggul senjata,
dan kaum wanitanya membantu dibagian dapur, membuat
bengkauw kian besar juga kekuatannya.
Ancaman dari pasukan Bengkauw ini memang menguatirkan juga pada Cu Goan Ciang.
Memang sejak pertama kali dia telah memperhitungkan begitu Bengkauw bergerak dan
tidak berhasil ditumpas, maka kerajaannya sangat terancam dan dia mungkin bisa
turun dari takhta kerajaan.
Tanpa memperdulikan berapa besar anggaran yang harus dikeluarkannya, Cu Goan
Ciang telah memusatkan kekuatan angkatan perangnya buat membendung pasukan
Bengkauw dan dia telah mengerahkan kekuatan yang ada, sebagian besar buat
menghadapi pasukan Beng kauw.
Dari beberapa daerah telah didatangkan bala bantuan, hanya saja, disebabkan kota
demi kota telah berhasil direbut
oleh Bengkauw, sehingga ransum dari kerajaan dapat dirampas juga, membuat
Bengkauw malah semakin kuat saja.
Diwaktu itu, Kwang Tan yang memang telah bersiapsiap untuk pergi ke medan
perjuangan dibagian garis depan,
menyaksikan perjuangan yang begitu gigih dari para orang gagah, pasukan tentara
kerajaan seperti juga sudah tidak memiliki arti, Pasukan Bengkauw yang maju
terus seperti gelombang yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
Bu Kie memang telah berhasil untuk mengatur segalanya dengan baik, membuat
Bengkauw memperoleh kemenangan yang gilang gemilang.
Pada hari itu, Kwang Tan tengah duduk2 dimuka sebuah warung arak dikota Kang-wi,
Kota ini telah direbut oleh Bengkauw, dan kemudian kepada penduduk kota tersebut
diperintahkan membuka usaha mereka seperti biasa.
Juga diatur sedemikian rupa, sehingga tampak tidak seperti tengah dalam
peperangan. Apa yang telah rusak diperbaiki sehingga keadaan didalam kota tampak
tetap hidup dan ramai. Terutama sekali orang2 Bengkauw, mereka telah memenuhi kota tersebut, sebagian
berdiam diluar kota, karena mereka kuatir dengan berkumpulnya mereka didalam
kota akan menyebabkan rakyat menjadi panik.
Perekonomian dikota itu berlangsung dan berjalan dengan baik dan tetap lancar,
Yang membuka rumah makan, toko, warung arak dan lainnya telah berusaha dagang
seperti sebelumnya, mereka malah merasa lebih aman dengan adanya pasukan
Bengkauw disekitar kota mereka, karena memperoleh kenyataan pasukan tentara
Bengkauw sama sekali tidak mengganggu rakyat.
Berbeda dengan tentara kerajaan, yang selalu mengganggu rakyat, dengan
mempergunakan kesempatan dalam keadaan peperangan seperti itu, mereka bertindak
sewenang-wenang, memperkosa dan rakyat.
merampas harta Dan sekarang setelah pasukan Bengkauw yang menguasai kota mereka, semua penduduk
malah merasa lebih aman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwang Tan duduk termenung didepan warung arak itu karena teringat kepada Suma
Lin Liang. Entah dimana beradanya Suma Lin Liang, karena memang dia sendiri
tidak pernah mendengar perihal kawannya itu.
Dikala Kwang Tan tengah duduk termenung seperti itu, tiba-tiba sekali dari arah
pintu kota sebelah barat telah
mendatangi seekor kuda yang mencongklang cepat sekali, dan telah menimbulkan
debu yang mengebul sangat tinggi.
Penunggang kuda itu adalah seorang lelaki yang tidak terlihat jelas mukanya,
karena dia menunggang kuda itu dengan menengkurap dan juga
kudanya, seperti juga orang itu terluka yang parah.
terlungkup dipunggung tengah dalam keadaan
Kwang Tan cepat2 melompat bangun dari duduknya, dia menghampiri kearah datang
nya kuda itu. Dengan gerakan yang lincah sekali Kwang Tan telah mengulurkan tangannya, dia
menyambar pelana kuda, dan memegang juga lesnya, kemudian mengerahkan tenaga
dalamnya. Seperti juga ditahan secara mendadak oleh suatu kekuatan yang sangat besar, kuda
itu tiba2 saja telah berhenti berlari, dan juga telah mandek diam, hanya
meringkik dengan mengangkat kedua kaki depannya.
Karena gerakan kuda itu, membuat penunggangnya yang tertelungkup itu terlempar
dari atas punggung kuda. Cuma saja Kwang Tan dapat bergerak sangat cepat dan gesit sekali waktu tubuh
orang itu terpental dari kudanya, dan sebelum terbanting diatas tanah, dia telah
menyambut orang itu. Dengan demikian orang tersebut tidak sampai jatuh terbanting diatas tanah. Kwang
Tan lantas membawa orang itu ke tepi jalan. Telah datang beberapa orang Beng
kauw, yang ingin mengetahui apa yang terjadi. Dan mereka melihat bahwa orang
yang terluka itu adalah seorang laki2 setengah baya.
"Toan Kie !" Seru beberapa orang diantara mereka yang segera mengenali orang
setengah baya itu, yang tidak lain dari salah seorang anggota Bengkauw juga.
Kwang Tan juga segera mengetahui, bahwa orang yang terluka ini adalah anggota
Beng-kauw, karena pada pergelangan tangan kanannya terdapat secuil secarik kain
merah yang berukuran segi tiga.
Segera Kwang Tan memeriksa lukanya.
Tetapi setelah memeriksa luka orang itu, wajah Kwang Tan jadi berobah.
Ternyata orang itu, telah terluka oleh sejenis racun yang hebat sekali. Yang
membuat Kwang Tan kaget justeru bukan hebatnya racun tersebut, tetapi dia
seperti mengetahui siapa orangnya yang biasa mempergunakan racun tersebut.
Setelah termenung sejenak, Kwang Tan cepat-cepat mengeluarkan obatnya. Dia telah
mengobati luka orang itu. Pertama-tama dengan mempergunakan pedang pendek dia
membelek luka orang itu, mengeluarkan darah yang telah hitam, dan juga
menyiarkan bau yang tidak sedap, barulah setelah darah yang mengalir keluar itu
memerah bening, Kwang Tan memborehkan obat tersebut pada lukanya, Dan kemudian dia
membungkusnya. Orang tua itu masih dalam keadaan pingsan, ketika
tersadar, dia telah memandang dengan sorot mata yang redup tidak bersinar. Dia
telah memandang kepada Kwang Tan dengan bibir yang bergerak2.
Namun tidak ada sepatah perkataanpun juga yang meluncur dari bibirnya. Kwang Tan
membiarkan orang itu beristirahat, dia tidak menanyakan sesuatu, Malah kemudian
Kwang Tan memerintahkan anggota Bengkauw lainnya pergi jangan berkerumun di
situ. Kwang Tan sendiri yang telah mengangkat orang tersebut ke tempat
Bengkauw, Kwang kediamannya, dimarkas orang-orang
Tan memang memperoleh tempat disebuah rumah yang sangat besar, dimana dia
mendiami sebuah kamar yang paling depan.
Maka orang itu telah diletakkan diatas pembaringan, dia membiarkan orang
tersebut beristirahat tanpa ditanya, Dan orang itu memejamkan matanya beberapa
saat. Namun akhirnya karena luka yang dideritanya menimbulkan rasa sakit yang
bukan main, orang itu telah merintih tidak hentinya.
Kwang Tan memeriksa lagi luka orang itu, dan dia segera memberikan obat pula.
Setelah ditambah dengan obat makan, orang itu tidak merintih pula, dia jauh
lebih tenang, walaupun wajahnya memang masih pucat pias. Rupanya rasa sakit yang
dideritanya telah berkurang.
Sedangkan Kwang Tan duduk di tepi pembaringan menunggui orang tersebut. Dan
dilihatnya bahwa orang itu per-lahan2 membuka matanya.
"Bagaimana, apakah rasa rasa sakit telah berkurang?" tanya Kwang Tan. "Ya terima
kasih." kata orang itu mengucapkan kata2 terlalu banyak, dirasakan masih keluh
dan kaku. pada lukamu itu
yang belum bisa karena lidahnya Kwang Tan menghela napas dalam2. Dia seperti
juga dapat menduga orang yang melukai orang itu, tentunya seseorang yang tengah
dicarinya. "Siapa yang telah melukai kau dengan mempergunakan racun itu?" tanya Kwang Tan
beberapa saat berselang, walaupun dia telah menduga seseorang, tokh dia masih bertanya seperti itu,
karena dia masih ragu-ragu.
"Orang itu... orang itu... orang itu... sangat ganas sekali, dia bersama seorang
gadis kecil, orang itu bertangan telengas sekali." Suara orang itu tegagap dan
belum bisa bicara dengan lancar.
"Jadi engkau tidak mengetahui siapa adanya orang yang telah melukai dirimu ini?"
tanya Kwang Tan kemudian. "Dan juga, siapa-siapa saja kawannya, berapa jumlah
kekuatan mereka?" Orang yang terluka itu telah mengerang perlahan, baru kemudian berkata:
"Dia...dia mengatakan bahwa dirinya adalah Ban Tok Kui !"
"Ban Tok Kui !" berseru Kwang Tan dengan suara yang nyaring, dia kaget tidak
terkira, namun juga terselip
perasaan girang, karena memang telah sekian lama dia mencari jejak Ban Tok Kui
dan selama itu tidak pernah didengarnya.
Siapa tahu, sekarang dia telah memperoleh petunjuk dari orang ini, bahwa Ban Tok
Kui berada disekitar tempat tersebut.
Orang itu mengangguk perlahan, kepalanya itu tampak bergerak perlahan, gerakan
pada kepalanya itu justeru telah mendatangkan rasa sakit yang tidak terkira pada
lukanya, karena gerakan itu telah menggerakkan lukanya.
Dengan demikian perasaan sakit yang dideritanya membuat orang tersebut jadi
mengerang. Sedangkan Kwang Tan dengan sikap yang jadi tidak sabar bertanya: "sekarang dia
berada dimana "!"
Orang itu menggeleng perlahan, katanya dengan suara yang susah payah: "Dia...
dia berada diluar kota... entah dimana, bersama dengan gadis kecil itu, gadis
kecil yang sangat lincah sekali gerakannya, gadis kecil itu memangginya dengan
sebutan Suhu, tentu dia murid Ban Tok Kui...!"
"Hemmmm, mengapa engkau bisa bentrok dengan dia "!" tanya Kwang Tan lagi. "Kami
tengah mengadakan pemeriksaan pada semua penduduk diluar kota karena memang kami
ingin mengadakan pengecekan apakah ada orang2 Cu Goan
Ciang yang telah menyelusup kedaerah ini.
Dan ketika tiba giliran pada Ban Tok Kui, justeru dia tidak bersedia diperiksa,
Dia malah marah dan telah mengamuk. Dia melukai diriku. Dengan hanya
menyentilkan kaku pada ibu
jarinya belaka, aku telah terluka demikian hebat, menderita kesakitan yang
dahsyat, sehingga aku berusaha melarikan diri, entah bagaimana dengan kawan2
lainnya, aku sudah tidak mengetahuinya!"
"Terpisah jauhkah tempat peristiwa itu terjadi dari sini ?" tanya Kwang Tan.
"Hanya belasan Lie disebelah tenggara!" kata orang tersebut "Baiklah, engkau
boleh beristirahat dengan tenang, engkau telah kuberikan obat, dan kau dapat
beristirahat dengan tenang, karena dari itu,
sebelum aku kembali, lukamu itu
engkau jangan turun tidak boleh tergerak2 dulu, aku akan pergi melihat kesana
dan engkau jangan kuatir, lukamu itu telah kuberikan obat !"
Orang itu mengangguk saja sambil merintih perlahan. Kemudian tubuh Kwang Tan
telah melesat keluar dari kamarnya, dia telah menaiki seekor kuda berbulu hitam,
yang dibedalnya menuju keluar kota.
Menurut keterangan orang Bengkauw yang telah dilukai Ban Tok Kui, tempat
terjadinya peristiwa itu hanya terpisah belasan lie, dan dengan menaiki kuda,
tentu dia bisa tiba ditempat itu dengan cepat, pasti Ban Tok Kui belum lagi
pergi terlalu jauh. Dan benar saja, setelah dia telah melarikan kudanya belasan lie, ketika tiba
didepan sebuah permukaan hutan, dilihatnya beberapa sosok tubuh menggeletak
tidak bernapas lagi, itulah beberapa orang anggota Bengkauw.
Bukan main gusarnya Kwang Tan, dia dapat menduga tentu yang membunuh orang-orang
Bengkauw itu tidak lain dari Ban Tok Kui.
Waktu Kwang Tan melompat turun dari kudanya, dia memeriksa beberapa sosok mayat
itu, dilihatnya mereka semuanya terluka dan luka mereka memang mengandung racun, sehingga membuat
mereka terbinasa. Karena dari itu, Kwang Tan telah melompat keatas punggung kudanya, dia telah
melarikan kudanya segera, memeriksa keadaan disekitar tempat itu. Dia yakin Ban
Tok Kui pasti belum pergi.
Akan tetapi walaupun Kwang Tan telah berputar2 disekitar tempat itu, sejauh
belasan lie, tetap saja dia tidak bisa bertemu dengan Ban Tok Kui, orang itu
seperti telah lenyap, entah kemana.
Dan menurut keterangan dari orang yang terluka itu, justeru Ban Tok Kui
melakukan perjalanan dengan seorang gadis kecil. Cuma saja yang membuat Kwang
Tan jadi heran, Ban Tok Kui dalam waktu yang singkat itu telah dapat menghilang
tanpa meninggalkan jejak.
Sampai menjelang sore, barulah Kwang Tan kembali kedalam kota dengan tangan
kosong, dia tidak berhasil mencari jejak Ban Tok Kui dan gadis kecil itu yang
diduga adalah muridnya. Malamnya dia memeriksa keadaan luka orang itu, dan dia memberikan obat lagi.
Dengan demikian, cepat sekali
orang tersebut memperoleh kesembuhannya, dan juga telah dilihatnya, bahwa wajah
orang itu tidak terlalu pucat pula.
Sedangkan saat itu memang Kwang Tan tengah tidak tenang, Dan sedang memikirkan
Ban Tok Kui. Dia yakin, tentunya memusuhi seorang yang rendah dan hina dina,
yang merupakan orang yang tidak tahu malu, tentu dia telah menerima harta dan
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pangkat dari kerajaan, dan kemudian bekerja untuk kepentingan kerajaan.
Terbukti dengan dibinasakannya beberapa orang anggota Bengkauw, Karena dari itu,
Kwang Tan bertekad untuk mencari Ban Tok Kui secepat mungkin, karena jika
terlambat, tentu akan membuat Ban Tok Kui melakukan tindakan yang lebih jauh
lagi mencelakai orang2 Bengkauw lebih banyak jumlahnya.
Setelah makan malam, Kwang Tan dengan menunggangi kudanya itu telah mengelilingi
kota tersebut. Setiap pos penjagaan orang mereka berhati2 bengis bersama seorang
gadis kecil. Ban Tok Kui bekerja buat tentara kerajaan
Bengkauw, karena memang Ban Tok Kui Bengkauw jika bertemu telah diberitahukan agar dengan
seorang bermuka sekali, karena disaat tidak mungkin dapat ternyata dia telah bertemu dengan
orang yang tengah dicarinya.
Dilihatnya dipunggung Ban Tok Kui menggemblok seorang gadis berusia lima belas
tahun yang mungkin dalam keadaan tertidur, Dia melompat turun dari kudanya.
Dan memesan agar mereka berlaku lebih waspada, menghindarkan pertempuran dengan
orang itu, dan berusaha untuk melaporkan kepada Kwang Tan.
Setelah meninggalkan pesan kepada semua pos orang Bengkauw, Kwang Tan
mempergunakan kudanya untuk mengelilingi tempat diluar kota itu.
Dan diwaktu itu. tampak bahwa Kwang Tan berusaha untuk mencari jejak Ban Tok Kui
dan gadis kecil itu, Dia telah mengelilingi dengan garis lingkar sejauh dua
puluh lie lebih, namun Ban Tok Kui tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Akhirnya Kwang Tan orang2 Bengkauw buat tengah melarikan kuda hitam nya buat
kembali kedalam kota, justeru diwaktu itulah dia melihat didepannya berkelebat
sesosok bayangan. Sosok bayangan itu memakai baju kuning dan dipunggungnya menggemblok sesosok
tubuh lainnya, Segera Kwang Tan mengejarnya.
Mendengar suara derap kaki kuda, tampak orang itu telah menghentikan larinya,
dia menantikan Kwang Tan. Segera Kwang Tan tiba dihadapan orang itu, dan diapun
jadi girang, karena dia mengenali orang tersebut tidak lain dari Ban Tok Kui !
inilah hal yang terjadi secara kebetulan
dia tengah berputus asa dan yakin
mencari jejak dari Ban Tok Kui,
memutuskan untuk menyebar bantu menyelidiki. Ketika dia "Suheng... apa khabar?"
tegur Kwang Tan sambil tersenyum. Ban Tok Kui yang mendengar dirinya dipanggil
dengan sebutan suheng (kakak seperguruan), dan juga melihat orang yang melompat
turun dan kuda itu, jadi terkejut, mukanya berobah hebat.
Namun segera dia dapat mengendalikan perasaan dan goncangan hatinya, dia berkata
dengan sikap yang angkuh: "Hem rupanya engkau" Apakah engkau memang hendak
mencari urusan lagi denganku?"
Kwang Tan telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. "Mana berani aku
berlaku kurang ajar terhadap suheng" Hanya saja, yang sute ingin tanyakan,
apakah memang suheng telah memikirkan apa yang dipesan oleh suhu?" tanya Kwang
Tan. Muka Ban Tok Kui berobah pula, dia memperdengarkan suara tertawa engkau terlalu
mengadu kekuatan lagi."
Kwan Tan tertawa. "Suheng jangan berkata begitu, bukankah kita berdua saudara seperguruan! jika
memang suheng mau insyaf dan juga menuruti pesan terakhir dari suhu, tentu
suheng akan dapat bergaul dengan baik bersamaku, dan juga kembali kejalan yang
lurus !" "Kau terlalu banyak bicara!" kata Ban Tok Kui, yang kemudian membangunkan Ho
Tiat yang tertidur menggemblok dipunggungnya, katanya: "Tiat jie turunlah dulu,
aku ingin membereskan dia!"
Ho Tiat yang sebenarnya tengah layap2 tertidur, segera melompat turun, sedangkan
Ban Tok Kui dengan sikap dingin, kemudian mendesak diriku! katanya: "Hemmmm,
Baiklah! Mari kita mengancam telah menghadapi Kwang Tan. Diwaktu itu tampak Ban
Tok Kui dengan sorot mata yang sangat tajam telah menegur Kwang Tan:
"Mari mulai, jangan kau kira dengan diberikan jurus ilmu silat yang lebih banyak
oleh suhu, maka engkau bisa berkepala besar dihadapanku... Majulah, aku akan
memperlihatkan kepadamu, bahwa aku Ban Tok Kui akan membuat engkau bertekuk
lutut..!" Dan setelah berkata cepat sekali tangannya, dari kibasan tangannya dia
mengebaskan lelah menyambar
segulung angin serangan yang sangat dahsyat pada diri Kwang Tan. Malah Kwang Tan
merasakan dalam kesiuran angin kibasan tangan itu mengandung hawa yang amis
sekali, yang menunjukkan bahwa kibasan tangan dari Ban Tok Kui sangat beracun
sekali. Diwaktu itu Kwang Tan juga tidak mau tinggal diam, Walaupun sekarang dia telah
memperoleh kemajuan yang pesat sekali pada ilmu silatnya, namun dia tidak berani
memandang rendah kepada kakak seperguruannya.
Biarpun bagaimana, tentunya Ban Tok Kui telah berlatih diri terus, dan telah
memperoleh kemajuan juga selama belakangan ini.
Cepat sekali Kwang Tan telah berkelit ke samping, dan dia masih berseru "Suheng,
dengarlah dulu perkataanku!"
teriakannya itu disusul dengan tubuhnya yang melesat kesamping mengelakan diri
lagi, karena dia berusaha untuk menghindar dari serangan susulan yang dilakukan
Ban Tok Kui. Gerakan yang dilakukan Kwang Tan sangat gesit sekali, dia telah bergerak dengan
lincah sekali. Biarpun kemudian Ban Tok Kui telah menyerangnya selama enam jurus
secara beruntun, tokh kenyataannya tidak ada serangan yang berhasil mengenai
sasarannya. Dalam keadaan seperti itu, terlihat jelas sekali, bahwa memang Ban Tok Kui
bernafsu sekali untuk membinasakan Kwang Tan, dia tidak setengah hati, setiap
kali menyerang, dia menghantam dengan mempergunakan ilmu pukulan andalannya. Dan setiap
serangannya, jika saja mengenai sasarannya, niscaya akan membuat Kwang Tan
terbinasa disaat itu juga.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan rupanya telah habis sabar, Setelah berkelit kesana
kemari beberapa kali, tubuhnya telah melompat ketengah udara, kemudian sepasang
tangannya dirangkapkan, dibarengi dengan seruan nyaring waktu tubuhnya tengah
tangannya dikepalkan dan dia dahsyat.
meluncur turun, kedua menghantam dengan "Bukkk !" angin serangan itu telah membuat tubuh Ban Tok Kui
jadi terhuyung, karena dia menangkisnya, dan tangkisan itu malah membuat dia
kaget tidak terkira, karena dia merasakan tangannya itu jadi panas sekali,
sangat pedih, dan kemudian diapun telah melihatnya, bahwa Kwang Tan telah melompat untuk menghantam lagi.
Didalam keadaan seperti itu, segera juga Ban Tok Kui teringat akan sutenya ini
telah mempergunakan ilmu pukulan khususnya, karenanya dia telah melompat dengan
pesat kesamping, kemudian membarengi waktu tubuh Kwang Tan tengah meluncur
turun, dia telah menghantam dengan hebat sekali, mempergunakan delapan bagian
tenaga dalamnya. Sebetulnya jarang sekali Ban Tok Kui menyerang lawannya dengan mempergunakan
delapan bagian tenaga dalamnya, karena dia jarang sekali bertemu dengan lawan
yang bisa menandingi enam bagian dari tenaga dalamnya, sekarang dia telah
mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya, sehingga membuat Kwang Tan pun
tidak berani memandang ringan.
Ban Tok Kui tidak mau memberikan sedikitpun juga, dengan beruntun dia telah
kesempatan menyerang puluhan jurus. Setiap serangannya itu saling susul,
sehingga berulang kali Kwang Tan harus berkelit kesana-kemari.
Begitulah, selama puluhan jurus mereka berdua telah mengadu kekuatan tenaga
dalam mereka. Dan setelah lewat lagi beberapa jurus, dilihatnya Ban Tok Kui
masih juga mendesak dan menyerang dia dengan serangan yang tidak hentinya, maka
Kwang Tan telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, lalu menyerang dengan
salah satu jurus dari ilmu Pukulan Gunturnya.
Belum lagi angin serangan itu tiba pada sasarannya, Ban Tok Kui telah merasakan
betapa kulitnya seperti terbakar. Dia sampai berseru dengan suara yang perlahan
karena kagetnya, lalu menghindar dengan membuang dirinya bergulingan diatas
tanah. Justeru angin serangan dan pukulan Guntur yang dilakukan Kwang Tan telah
menghantam tempat dimana tadi Ban Tok Kui berada, sehingga terdengar suara
menggelegar yang sangat dahsyat, dan tanah tempat dimana tadi dia berada menjadi
hangus. Ho Tiat menyaksikan hebatnya tenaga pukulan Kwang Tan, kaget tak terkira,
gurunya, dia berseru tinggalkan orang itu !"
Dia menguatirkan keselamatan dengan suara nyaring. "Suhu, Tetapi Ban Tok Kui
seperti tidak mendengar seruan muridnya, dia telah bergerak dengan lincah
sekali, balas menyerang juga kepada Kwang Tan.
Dengan demikian mereka berdua, dua orang bersaudara seperguruan telah terlibat
dalam pertempuran yang hebat, dan keduanya juga telah mengerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalam yang mereka miliki.
Sekarang Kwang Tan pun sudah tidak banyak bicara, dia tidak berlaku sungkan2
lagi, dia telah menyaksikan, betapapun juga Ban Tok Kui selalu berusaha untuk
membinasakannya, karena dari itu diapun balas menyerang
dengan pukulan gunturnya yang telah menghanguskan beberapa tempat disekitar
pertempuran mereka. Ban Tok Kui merasakan dari sekujur tubuhnya telah mengalir keringat yang deras
sekali. Kwang Tin sendiri merasakan tenaganya mulai berkurang, karena dalam menyerang
dan mendesak kakek seperguruannya itu, dia telah mengempos dan mempergunakan
seluruh kekuatan sinkangnya.
Hanya saja disebabkan lawannya itu memang bukan
seorang yang lemah, dengan sendirinya tidak dapat dia mendesak terlalu hebat dan
setiap serangannya selalu dapat digagalkan dan dia tidak bisa merubuhkan
lawannya dalam waktu yang singkat.
Maka Kwang Tan telah berusaha mencari kelemahan dari suhengnya itu. Diam2
didalam hatinya dia mengakui bahwa kepandaian suhengnya memang mengagumkan,
karena biarpun dia tidak menerima seluruh warisan kepandaian dari gurunya, tokh
kenyataannya kepandaian dari Ban Tok Kui demikian tangguh.
Terlebih lagi jika dia menerima seluruh warisan dari guru mereka, niscaya akan
membuat dia bertambah liehay juga. Dalam keadaan seperti itulah Kwang Tan
beberapa kali mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring dia telah mengempos
semangat untuk pada kedua tangannya yang menyalurkan lwekangnya
menyerang Ban Tok Kui dengan jurus2 pukulan Gunturnya. Angin serangan itu
seperti juga menyambarnya kilat dan petir menggelegar dan waktu Ban Tok Kui
menghindar dengan segera, terdengar suara menggelegar yang lebih dahsyat, dimana
tempat berpijaknya itu telah menjadi
hangus dan juga mengeluarkan asap yang tebal.
Hal itu memperlihatkan bahwa memang angin pukulan guntur yang dipergunakan Kwang
Tan luar biasa dahsyatnya, Ban Tok Kui sendiri sampai menggidik, dia
membayangkan, kalau saja dia terkena serangan itu dengan
jitu, niscaya akan membuat tubuhnya menjadi hangus dan terbakar, berarti akan
terbinasa disaat itu juga.
Biar bagaimana Ban Tok Kui menang pengalaman dia menyadari dirinya terdesak,
jika mereka bertempur lebih
lama lagi, akhirnya dia yang akan runtuh dan jatuh ditangan sutenya itu. Karenanya dia telah
mengeluarkan suara siulan nyaring, tahu2 tubuhnya telah melompat kebelakang,
disusul dengan bentakannya: "Tahan !"
Kwang Tan memang tidak menyerang lebih jauh, karena dia telah menahan tangan
kanannya yang hendak dipergunakan menghantam itu, Memang luar biasa sekali,
disaat dia tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, diwaktu itulah
dia harus menahannya biarpun sebetulnya, kalau hal itu dilakukan dengan cara
yang salah, berarti akan membahayakan dirinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tersenyum lebar, Kwang Tan telah berkata: "Apa yang hendak dikatakan oleh
Su heng !" "Aku memang menerima ilmu yang tidak sepenuhnya dari Suhu, karena
suhu memang memilih kasih dan engkau telah memperoleh kelebihan dari berbagai
ilmu, hemmm, dengan demikian tidak terlalu mengherankan kalau engkau
lebih tangguh diriku! Lalu apa yang engkau inginkan dariku "!"
"Hanya meminta Suheng mematuhi pesan terakhir dari Suhu, yaitu mematuhinya untuk
kembali kejalan yang lurus dan benar !" menyahuti Kwang Tan.
"Hemmmm, suhu telah memilih kasih, dengan demikian telah memperlihatkan bahwa
suhu tidak menyayangi diriku! Dan engkau, yang telah menerima sepenuhnya ilmu
silat dan kepandaian suhu, engkau masih berusaha mendesak diriku sebagai
suhengmu, apakah hal itu memang pantas "!"
Ditegur begitu, Kwang Tan tersenyum. "Tentu saja aku tidak berani berlaku tidak
hormat kepada suheng, karena biar bagaimanapun juga, aku tidak berani untuk
memaksa suheng melakukan sesuatu. Dan justeru
sekarang ini, dalam keadaan demikian aku hanya menyampaikan amanat dari suhu. Maka kalau memang
suheng mau mematuhi perintah suhu yang terakhir berarti suheng masih memandang
muka kepada suhu almarhum, dan juga sute tidak akan keberatan jika harus
memberitahukan kauwhoat dari ilmu silat perguruan kita
yang belum lagi diperoleh suheng !"
Mendengar perkataan Kwang Tan seperti itu, bola mata Ban Tok Kui jadi memain
tiada hentinya, dia telah menegasi dengan segera "Benarkah itu?"
Kwang Tan melihat sikap kakak seperguruannya, telah mengangguk. "Mana berani aku
mendustai dan mempermainkan suheng" jika memang benar2 suheng bermaksud mematuhi
pesan terakhir suhu, dengan sendirinya aku harus menghormati suheng dan harus
patuh terhadap semua perintah suheng !" menyahuti Kwang Tan dengan segera.
Ban Tok Kui berdiam diri sejenak, sampai akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah, aku tidak akan melakukan kejahatan lagi! Jika memang aku melakukan
kejahatan lagi, biarlah tubuhku kelak hancur dan tidak akan diterima oleh langit
dan bumi." Sambil berkata begitu, tampak Ban Tok Kui melirik Kwang Tan.
Girang hati Kwang Tan, dia tersenyum sambil merangkapkan kedua tangannya.
"Selamat...!" katanya kepada Ban Tok Kui.
"Nah Sute, sekarang kau beritahukan semua kauwhoat dari ilmu khusus yang kau
pahami itu, yang dapat menghanguskan orang yang dijadikan sasaran !" minta Ban
Tok Kui. Sesungguhnya Kwang Tan tengah gembira begitu mendengar
melengak, permintaan suhengnya tersebut, dia jadi
karena biar bagaimana memang tampaknya keadaan seperti
ini tidak seperguruannya tentu hanya
sewajarnya, dan kakak berpura2 berjanji hendak
kembali ke-jalan yang benar, dia begitu bernafsu untuk memperoleh kauwhoat dari
ilmu silat yang belum diperolehnya.
Dengan begitu jelas hal ini akan menimbulkan bahaya yang tidak kecil di kemudian
hari, kalau saja suhengnya itu tetap melakukan kejahatan, dan pasti sulit sekali
dibendung. Karena berpikir begitu. sambil tetap tersenyum, Kwang Tan telah bilang: "Jika
memang demikian, nanti Sute akan memberitahukan semua Kauwhoat yang dikehendaki
Suheng. Tetapi tentu saja dalam kesempatan yang tepat."
Mendengar jawaban Kwang Tan seperti itu, muka Ban Tok Kui jadi berobah, dia
telah berkata dengan sikap tidak senang: "Jadi... jadi memang engkau hendak
mempermainkan aku, engkau hendak mendustai aku, dimana engkau sengaja hendak mengulur2kan waktu
belaka" Bukankah sekarang pun dapat engkau beritahukan kauwhoat dari ilmu silat
itu "!" Kwang Tan merangkapkan sepasang tangannya, katanya. "Mana berani Sute
mempermainkan Suheng... memang sesungguhnya, Sute akan memenuhi permintaan Suheng, tetapi tidak
sekarang! Tentu saja Sute harus melihat lebih jauh, apakah benar2 Suheng telah
meninggalkan jalan yang lama dan kini mengambil jalan yang baru dan lurus ?"
"Jika tidak ?""
"Tentu saja Sute tak bisa menurunkan ilmu itu" menyahut Kwang Tan tegas. "Hemmm,
jadi dengan cara seperti itu, engkau hendak mempergunakan kauw-hoat itu buat
mengendalikan diriku "!" kata Ban Tok Kui marah.
"Bukan mengendalikan..." menyambung Kwang Tan segera. "Tetapi yang jelas memang
suheng harus membuktikan dulu, bahwa suheng memang benar2 telah kembali ke jalan
yang lurus, seperti bunyinya pesan terakhir dari suhu ?"
Bola mata Ban Tok Kui memain tidak hentinya, sampai akhirnya dia mengibaskan
tangannya. "Baiklah! Kau pergilah! Nanti engkau akan mendengar sepak terjangku.
Dan diwaktu itu engkau boleh membuktikan apakah aku telah merobah cara bertindak
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan berbuatku, aku akan kembali kejalan yang benar dan jika
telah tiba waktunya nanti, aku meminta kauwhoat ilmu yang akan mencari mu buat
belum diajarkan suhu kepadaku."
Kwang Tan mengangguk. "Begitupun baik !" kata Kwang Tan. "Dan juga, memang aku mengharapkan sekali,
suheng dapat membantu Bengkauw dalam menghadapi Cu Goan Ciang !"
"Apa"!" Ban Tok Kui seperti terkejut,
"Ya, Bengkauw kini tengah bergerak untuk meruntuhkan raja lalim itu, dan sute
telah membantu Bengkauw, untuk keadilan dan perikemanusian, karenanya jika
memang suheng tidak keberatan, sudi kiranya suheng pun membantu anggota2
Bengkauw yang bertemu dengan suheng kelak dikemudian hari...!" kata Kwang Tan.
Ban Tok Kui terdiam sejenak, sampai akhirnya dia telah mengibaskan tangannya:
"Sudahlah, aku tidak mencampuri urusan begituan...!" Dan dia telah menghampiri
Ho Tiat. Ho Tiat mendengar perkataan Kwang Tan yang terakhir, ketika Ban Tok Kui telah
menghampirinya, dia bertanya:
"Apakah dia orang Bengkauw, suhu" Apakah dia musuh ayah "!"
"Jangan banyak bertanya!" sahut Ban Tok Kui singkat, dan dia telah perintahkan
murid nya buat naik kepundaknya.
Ho Tiat tidak berani banyak bertanya, diwaktu itu dia telah menggemblok lagi
dipunggung gurunya. Sedangkan Kwang Tan hanya mengawasi saja kepergian suhengnya.
Setelah bayangan suhengnya lenyap, dia menghela napas, sesungguhnya Kwang Tan
sendiri belum lagi yakin bahwa suhengnya akan kembali kejalan yang benar,
seperti perintah suhu mereka pada pesan terakhirnya itu.
Namun Kwang Tan tidak memiliki pilihan lainnya, terpaksa dia telah menerima saja
syarat dari kakak seperguruannya, karena dia memang hendak menilai dulu sepak terjang dari
suhengnya selama belakangan ini.
Jika terbukti bahwa suhengnya itu telah kembali kejalan yang benar, dia akan
memberikan kauwhoat yang dikehendaki suheng itu.
Tetapi jika memang kelak ternyata suheng nya masih tetap melakukan sepak terjang
yang tidak terpuji, maka dia akan menahan kauwhoat itu malah jika tetap
suhengnya melakukan kejahatan, dia yang akan membasminya.
Dengan langkah kaki per-lahan2 dia telah menghampiri kuda hitamnya, dia melompat
ringan sekali kepunggung kudanya dan melarikan kembali kedalam kota.
Ketika dia kembali didalam kota dan tiba didepan rumah besar tempat dia berdiam
bersama anggota Bengkauw lainnya, Kwang Tam kaget tidak terkira, karena
dilihatnya beberapa sosok tubuh menggeletak diam didepan rumah itu, sudah tidak bernapas
dan digelimangi oleh darah merah yang mulai mengering.
Kwang Tan mengeluarkan seruan tertahan dia lantas melompat turun dari kudanya.
Setelah memeriksa sosok2 tubuh yang diam menggeletak tidak bernapas lagi, dia
bertambah anggota2 Beng-kauw, Bukan main kaget, karena itulah gusar dan herannya
Kwang Tan, cepat dia melompat kedalam.
Didalam rumah itu juga menggeletak banyak sekali mayat yang malang melintang.
Semuanya adalah anggota Bengkauw, Dengan demikian membuat Kwang Tan sejenak
lamanya telah berdiri ditempatnya mengawasi mematung.
Entah siapa yang telah melakukan pembunuhan sekeji ini" Dilihat dari korban yang
berjatuhan begitu banyak, tentu orang yang datang membinasakan orang2 Bengkauw
tersebut bukanlah seorang diri, mereka tentu datang
berombongan. Diwaktu itu tampak Kwang Tan memeriksa lagi keadaan dibelakang rumah.
Sama seperti didepan dan ruangan tengah rumah itu, mayat2 telah menggeletak
tidak bernapas. Dan orang yang tadi telah dilukai oleh Ban Tok Kui dan telah
diobati oleh Kwang Tan sehingga mendekati kesembuhannya, ternyata menggeletak di
pembaringannya tidak bernapas lagi, Hal ini membuat darah Kwang Tan meluap.
Dia berlari keluar, dan memanggil pengawal yang terdekat posnya. Berduyun-duyun
mereka datang kegedung itu, tetapi mereka tidak seorangpun yang mengetahui apa
yang terjadi. Kwang Tan seperti buntu akal, sesungguhnya dia seorang yang sangat cerdas
sekali, Dia menduga tentunya orang2 Cu Goan Ciang yang telah datang melakukan
pembunuhan besar2an seperti itu.
Hanya saja dilihat cara pembunuhan seperti itu, pasti orang2 Cu Goan Ciang yang
datang memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Kwang Tan segera berlari keluar, "Cepat lakukan penyelidikan dan memberikan
laporan!" teriaknya kepada belasan orang anggota Bengkauw.
Mereka menyatakan terima perintah dan semua memencarkan diri kesegala penjuru,
Namun satu jam kemudian mereka telah berkumpul tidak ada yang berhasil untuk
menemui jejak si pembunuhnya.
Kwang Tan benar2 tidak mengerti, mengapa orang2
Bengkauw yang demikian banyak jumlahnya dan juga rata2
mereka memiliki ilmu silat yang tinggi, dapat dibinasakan sedemikian rupa oleh
sipembunuh gelap. Tengah Kwang Tan termenung berusaha memecahkan persoalan tersebut, tiba2 ada
seorang Bengkauw yang melaporkan, dari sekian banyak mayat, belasan mayat, ada
seorang yang masih hidup.
Hanya saja, orang itu sudah tidak bisa bicara, dan ia tampaknya terluka sangat
parah sekali, tidak lama lagi tentu akan menghembuskan napasnya yang terakhir.
Bagaikan terbang, cepat sekali Kwang Tan telah menerobos masuk. Dan juga telah
dilihatnya apa yang dilaporkan tidak salah, seorang diantara korban2 itu masih
bernapas. Hanya saja keadaannya sangat gawat dan juga
parah sekali, luka pada batang lehernya, tenggorokan dan dadanya, membuat dia
tidak bisa bersuara. Kwang Tan telah dijuluki sebagai Tabib Dewa, dengan sendirinya dia mengetahui
apa yang harus dilakukannya. Dia telah mengeluarkan obat selaksa Tahun, dimana
dia segera mencekoki kepada orang itu.
Tidak lama kemudian orang tersebut tersadar kembali dan keadaannya lebih segar,
karena obat yang diberikannya itu benar2 mujarab, seseorang yang berada di ujung
rambut mendekati kematiannya, jika memang diberikan obat ini, tentu sedikitnya
dapat bertahan sampai tiga hari.
Dan orang itu telah bicara dengan bibir yang bergerak perlahan-lahan, Cuma saja,
suaranya tidak bisa ditangkap, karena hanya ha-ha-hu-hu belaka. Dan juga tidak ada
katakata yang dapat ditangkap dengan baik.
Kwang Tan dengan sabar telah duduk di samping orang itu, dia menotok dan
menguruti beberapa jalan darah ditubuh orang itu, guna menambah tenaga orang
tersebut. Sampai akhirnya orang itu memang memperoleh kembali kesegarannya.
"Siapa yang menyerbu waktu melihat orang itu kemari...?" tanya Kwang Tan membuka
matanya, namun berdiam diri saja dengan muka meringis.
"Mereka... mereka....!" dan tidak jelas lagi kata katanya. Dengan sabar Kwang
Tan menanti dan juga bertanya terus menerus, sampai akhirnya orang itu dapat
bicara lebih banyak dari semula: "Sesungguhnya.... orang... orang itu.... orang itu
adalah.... orang Cu Goan Ciang.... kita telah kebobolan.... mereka menyelusup
masuk kedalam Bengkauw kita.... dan mereka.... mereka.... mereka tersebar
diseluruh tempat.... mereka semuanya telah diterima resmi sebagai anggota
Bengkauw... dan harus hati-hati mereka
mereka akan bergerak disembarang waktu dan jika memperoleh kesempatan....!"
Kemudian kata-kata orang itu sudah tidak jelas lagi terdengar, karena suaranya
semakin lirih. Kwang Tan telah menguruti jalan darah ditubuh orang tersebut juga dia telah
memberikan lagi obat Selaksa Tahun, dimana dia telah memberikannya lebih banyak,
sehingga orang itu memiliki daya tahan lebih kuat.
Melihat luka yang dideritanya, memang orang itu sudah tidak memiliki harapan
hidup terus, karena dia telah terluka parah sekali, tentu orang ini tidak lama
lagi akan menghembuskan napas terakhirnya.
Kwang Tan sebagai Tabib Dewa, hanya berusaha mempertahankan jiwa orang itu
beberapa saat, karena dia membutuhkan keterangan orang ini.
Dan apa yang telah diberitahukan oleh orang itu, walaupun kata2nya itu tidak
lancar dan susunan kata2nya tidak baik, namun telah dapat ditangkap artinya,
membuat Kwang Tan dan orang2 Bengkauw lainnya kaget tidak terkira.
Karena mereka baru menyadari bahwa orang2 Cu Goan Ciang ternyata telah berhasil
menyelusup kedalam tubuh Bengkauw, dimana mereka telah menyamar sebagai anggota
Beng kauw, dengan demikian, mereka bekerja jika memang benar2 memiliki
kesempatan yang baik! Dilihat dari apa yang terjadi pada waktu itu, telah jatuh korban belasan orang
yang sangat segera Kwang Tan dapat menarik mengenaskan sekali,
kesimpulan bahwa orang2 Cu Goan Ciang yang menyelusup kedalam Bengkauw bukan
hanya satu atau dua orang belaka. Karena biar
bagaimana, tentu jumlah mereka sangat banyak sekali.
Maka Kwang Tan telah memperhatikan semua orang Bengkauw yang berkumpul ditempat
itu, seorang demi seorang diperhatikannya dengan seksama. Dan semua
anggota Bengkauw yang berkumpul disitu hanya menundukkan kepala belaka. Bagaimana mungkin buat mencari
orang2 Cu Goan Ciang yang berhasil menyamar sebagai anak buah Bengkauw, malah
kata dari orang yang telah terluka begitu parah, orang2 Cu Goan Ciang itu
justeru telah diterima sebagai anggota resmi Bengkauw.
Inilah merupakan musuh dalam selimut yang sangat berbahaya sekali, karenanya
telan membuat Kwang Tan merasa perlu harus segera mengirimkan kurir kepada Thio
Bu Kie, untuk meminta pertimbangannya, apa yang harus dilakukannya.
Namun mengirim kurirpun tidak mudah jika saja orang yang ditunjuk sebagai kurir
adalah salah seorang musuh yang telah menyelusup menjadi anggota Bengkauw,
bukankah pemberitahuan Kwang Tan tidak akan tiba pada alamat yang tepat "!
Kwang Tan berdiam diri beberapa saat, Kemudian dia telah mengumpulkan semua
komandan regu, dan berpesan karena telah berhasilnya orang2 Cu Goan Ciang
menyelusup kedalam tubuh Bengkauw, mereka dipesan untuk selalu berwaspada,
sedangkan Kwang Tan sendiri akan memberikan laporan kepada Bu Kie, dimana dia
akan pergi sendiri buat melaporkan peristiwa yang baru saja terjadi itu. Dan memang
diwaktu itu terlihat Kwang Tan tidak bisa menyerahkan persoalan tersebut kepada
anggota Bengkauw lainnya, dia telah bertindak sendiri untuk pergi melaporkannya
langsung kepada Bu Kie dan meminta
kepada para komandan pos yang berada ditempat itu harus berhati-hati.
Sedangkan tersebut telah mereka sendiri ngeri jika sampai dijagal. Sebab mereka
tidak mengetahui yang mana kawan dan yang mana lawan. orang2 Bengkauw yang
berada di kota berlaku waspada sekali, biar bagaimana Kwang Tan melakukan perjalanan kekota Ciu-ling,
dimana Bu Kie berada. Dia menceritakan apa yang terjadi. Segera juga Bu Kie
perintahkan seluruh pimpinan Bengkauw untuk mengadakan pemeriksaan yang lebih
teliti, penyaringan yang lebih hebat.
Diwaktu itu, juga telah diketahui tentunya orang-orang Cu Goan Ciang yang
menyelusup kedalam tubuh Bengkauw tidak sedikit jumlahnya. Karenanya, dengan
menyaring mereka lagi, menyelidiki asal usul mereka, dapat diketahui mereka itu
memiliki sangkut pautnya dengan Cu Goan Ciang atau tidak.
Jika memang tidak dapat diketahui keseluruhannya, akan tetapi sebagian dari
mereka dapat ditangkap. Dan dari mereka akan diperoleh keterangan lebih jauh.
Begitulah, Bengkauw jadi sibuk buat mengurusi persoalan tersebut. Lima kota yang
telah mereka kuasai, segera diadakan pembersihan. Seluruh anggota Bengkauw
diperintahkan menghadap sepuluh orang demi sepuluh orang. Dan mereka diperiksa
Tetapi sejauh itu tetap saja belum berhasil dibongkar orang2 Cu Goan Ciang yang
berhasil menyelusup kedalam Bengkauw.
Hanya saja pada sore harinya dihari ke-dua, terlihat Kwang Tan tengah memeriksa
seorang anak buah Bengkauw yang dicurigainya, Dia seorang tua bertubuh kurus
kering, dengan muka berpotongan tikus.
Dia berusia antara empat puluh tahun lebih, tertawanya sinis dan juga selalu
memandang dengan lirikan mata yang sangat licik.
"Dimana kau sebelumnya !" tanya Kwang Tan kepada orang itu, "Ketika terjadi
pembunuhan gelap pada orang2 Bengkauw beberapa saat yang lalu kau berada dikota
mana "!" Orang itu tersenyum sinis, dia bilang: "Waktu itu berada di Ciu-ling, dan baru
beberapa hari ini dikirim ke Kang-wi!" "Siapa namamu "!"
"Tung Kiang San."
"Hemmm, apakah engkau bukan orang yang diutus oleh Cu Goan Ciang !" tanya Kwang
Tan. Orang itu jadi tertawa geli. Dia beranggapan bahwa pertanyaan Kwang Tan
merupakan pertanyaan yang lucu dan tidak masuk akal. Mana ada maling yang mau
mengaku maling jika ditanya langsung seperti itu.
"Tentu saja bukan !" katanya setelah puas tertawa.
Tetapi sesungguhnya Kwang Tan memang sengaja mengajukan pertanyaan yang biasabiasa saja yang bisa memancing rasa humor, jika seorang anggota Bengkauw yang
resmi dan bukan mata-mata musuh, tentu dia akan ketakutan sekali memperoleh
pemeriksaan seperti itu, tidak seperti orang ini yang tertawa geli.
Dan sekarang Kwang Tan melihat lagak orang ini, dia telah dapat memastikan orang
ini tentunya mata2 musuh, orang Cu Goan Ciang yang menyelusup masuk.
Memang Kwang Tan pura2 mengajukan pertanyaan tolol, sehingga disebabkan orang
ini mungkin mata2 musuh, jadi tertawa geli seperti itu menertawai kebodohannya.
Padahal disinilah letak dari ketrampilan dan kecerdikan Kwang Tan.
Setelah orang itu berkata demikian dan selesai tertawa, tahu2 Kwang Tan
mengulurkan tangan kanannya, dia telah mencengkeram pergelangan tangan orang
itu. Tung Kiang San kaget ketika pergelangan tangannya kena dicengkeram. Dia berusaha
berkelit, namun gagal, pergelangan tangannya kena dicengkeram.
Diwaktu itu Tung Kiang San berusaha mengerahkan tenaganya, juga gagal,
cengkeraman jari-jari tangan Kwang Tan ternyata sangat kuat sekali sehingga Tung
Kiang San tidak dapat berkutik.
"Sedikit saja aku mengerahkan tenaga dalamku, maka lengan tanganmu ini akan
hancur...!" mengancam Kwang Tan. "Lebih baik engkau mengakui terus terang saja,
bahwa engkau orang Cu Goan Ciang yang memang menyelusup kedalam Bengkauw kami !"
Tung Kiang San telah meringis menahan sakit. katanya: "Mana boleh begitu.... aku
benar2 anggota resmi Bengkauw, sekarang mana mungkin aku yang memangnya bukan
orang Cu Goan Ciang engkau paksa agar mengakui diriku sebagai orang Cu Goan
Ciang "!" Tetapi Kwang Tan tidak mau banyak bicara, begitu tangan kanannya digerakkan,
seketika tubuh orang yang kurus kerempeng itu terbanting.
"Brakk !" tubuhnya telah terbanting keras, orang itu mengeluarkan jeritan.
Kwang Tan mengawasi orang tersebut dengan tajam. "Kau berasal dari pintu
perguruan mana?" tanyanya dengan suara yang tawar.
Tung Kiang San tidak segera menyahuti, dia memandang kepada Kwang Tan dengan
sorot mata yang mengandung kebencian. Dan itu saja sudah cukup buat Kwang Tan
mengetahui dan merasa yakin bahwa orang ini tentunya bukan anggota Bengkauw yang
sebenarnya, Tetapi orang itupun rupanya segera dapat menguasai dirinya, dia
menyahuti: "Aku... aku murid Siauw Lim Sie !"
"Bohong !" bentak Kwang Tan.
"Mengapa bohong "!" tanya Tung Kiang San berani sekali sambil merangsek bangun.
"Hemmm, engkau orang Cu Goan Ciang yang memang menyamar dan menyelusup kedalam
tubuh Bengkauw!" kau Kwang Tan dengan penuh keyakinan, "jika engkau tidak mau mengakui terus
terang, maka aku akan menyiksa dirimu...!"
Orang tersebut berdiri dengan muka yang merah padam. "Engkau jangan se-wenang2,
biarpun engkau memiliki kepandaian tinggi, aku tidak jeri denganmu! Apakah
engkau beranggapan Beng kauw merupakan perkumpulan yang sangat baik dan agung
sehingga orang akan merasa bangga jika menjadi anggota Bengkauw ?"
Meledak kemarahan Kwang Tan, dan dia semakin yakin bahwa orang itu bukanlah
anggota Bengkauw. Justeru dalam keadaan marah seperti itu, rupanya Tung Kiang
San lupa bahwa dirinya tengah menyamar sebagai anggota Bengkauw, sehingga dia
mengucapkan kata-katanya seperti itu.
"Bagus," kata Kwang Tan kemudian, "Memang Bengkauw tidak mengharapkan anggotanya
seperti engkau...." Sambil membarengi dengan kata2nya tersebut, tubuhnya telah melesat kearah orang
she Tung itu, tangan kanan Kwan Tan bergerak sebat sekali, tahu2 dia telah
mencengkeram lagi lengan orang itu, begitu dia menggentaknya, tubuh Tung Kiang
San terlempar ketengah udara, kemudian terbanting keras sekali, dan juga diwaktu
itu dia mengeluarkan suara jerit kesakitan.
Dia telah merangkak bangun, akan tetapi begitu dia berdiri tegak, sehingga
tangan Kwang Tan menyambar lagi, menghantam dada orang itu.
"Bukkkk !" tubuhnya seketika bergulingan dilantai. Dan dia juga Sambil melompat
Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan kalap, terjungkel rubuh
menjerit kesakitan. dia menggerakkan sepasang tangannya buat menyerang kepada
Kwang Tan. Namun Kwang Tan bergerak gesit sekali dia menghantam lagi, pundak
dari Tung Kiang San telah kena dihantamnya, seketika tubuh orang itu terjungkel
dengan tulang pundaknya menjadi patah. Dia meraung kesakitan, dan bergulingan
dilantai. Dikala itu Kwang Tan menghampiri. "Jika engkau tidak mau mengaku, hemm aku akan
menghantam kau terus menerus, sehingga engkau tidak bisa mati, hiduppun tidak
dapat, engkau akan menderita sekali!
Terlebih bijaksana jika engkau mengakui yang sebenarnya!"
"Aku anggota Bengkauw... engkau berbuat se-wenang2 kepadaku !" teriak Tung Kiang
San dengan suara yang nyaring dan kalap.
Kwang Tan tidak memperdulikan sikap protes dari Tung Kiang San tersebut, Dia
telah berusaha untuk menghajar orang itu dengan pukulan yang kuat, sehingga
tubuh Tung Kiang San bergulingan dilantai, selama beberapa kali dia jatuh bangun
jungkir balik. Dengan begitu membuat Tung Kiang San berulang kali menjerit kesakitan Kwang Tan
memang sengaja menghantamnya mempergunakan tenaga yang diperhitungkan benar2,
sehingga walaupun Tung Kiang San terhantam dengan keras, tokh tetap saja tidak
menderita luka didalam yang membuat dia terbinasa.
Cuma saja, Tung Kiang San sendiri yang merasakan kesakitan bukan main, telah
menjerit2 tidak hentinya. Dia masih terus juga protes bahwa dirinya adalah
anggota dari Beng-kauw dengan demikian dia tetap bersikeras bahwa Kwang Tan
tidak berhak untuk menganiayanya.
Namun Kwang Tan tidak memperdulikannya, setiap kali tangannya bergerak, maka
tubuh Tung Kiang San telah jungkir balik berulang kali, ketika meraba mulutnya
yang berdarah, dia sudah tidak bisa mempertahankan perasaan takutnya, dia telah
berseru "Hentikan! Hentikan! Engkau hendak membunuh-ku!"
Tetapi Kwang Tan tidak memperdulikan nya, terus juga dia maju menghampiri dan
mengayunkan tangan kanannya, maka tubuh dari Tung Kiang San telah kena
dihantamnya lagi, membuat dia jungkir balik, dalam keadaan seperti itu,
hidungnya juga telah menyemburkan darah.
Tung Kiang San dalam keadaan kesakitan dan juga melihat darah yang menyembur
begitu banyak, jadi tambah ketakutan, akhirnya dia berseru: "Hentikan ! Hentikan
! jangan memukul terus....!"
Dan dia juga telah menekuk kedua kaki-nya, berlutut dihadapan Kwang Tan,
katanya: "Aku mengaku ! Aku mengaku ! Aku mengaku ! Aku bukan orang BengKauw !"
sesambatan Tung Kiang San dengan suara tergagap ketakutan.
Diwaktu itu tampak Kwang Tan mengangkat tangan kanannya, dia mengancam akan
menghantam lagi, namun mendengar perkataan Tung Kiang San, dia menghentikan dan
menahan tangannya ditengah udara, dia mengawasi tajam sekali kepada Tung Kiang
San, katanya dengan sikap yang tawar: "Engkau mengakui bahwa dirimu memang bukan
orang Bengkauw, bukan " Hemmm, sekarang engkau akui, siapa dirimu sebenarnya "!"
Dan setelah berkata begitu, dengan segera dia telah menghantam lagi dengan
tangan kanannya, dia mengerti, jika saja dia tidak menghajar dengan cara seperti
ini, tentu Tung Kiang San tidak akan mengaku keadaan yang sebenarnya.
Sedangkan Tung Kiang San yang dihantam dengan kuat oleh Kwang Tan, seketika
tubuhnya terpental lagi, dia merasakan dadanya yang dihantam sakit bukan main,
dia sampai menjerit-jerit.
"Aku akan mengaku ! Aku akan menceritakan !" teriaknya dengan ketakutan dan
kesakitan. "Katakanlah segera !" bentak Kwang Tan dengan suara yang tawar,
"Hemmm, jika memang engkau tidak mau mengatakan yang sebenarnya, aku akan
menghantam lagi kepadamu !"
"Aku.... aku... aku diutus oleh.... oleh.... kerajaan....!" mengaku Tung Kiang
San pada akhirnya, dan kemudian telah berlutut dihadapan Kwang Tan. "Ampunilah
jiwaku.... bebaskanlah aku,... aku akan memberitahukan segalanya kepadamu, dan
aku akan memberitahukan siapa
saja berada didalam pasukan Bengkauw,
Tetapi engkau harus berjanji bahwa engkau akan membebaskan diriku, aku akan
pergi ketempat yang jauh, dan tidak akan kembali kepasukanku, karena jika aku
kembali kepasukanku, tentu aku akan dijatuhi hukuman!
Aku berjanji, apa yang kuketahui disini tidak akan kulaporkan kepada
kerajaan..!" "Hemmm, berapa banyak orang yang menyelusup kedalam pasukan Bengkauw"!" tanya
Kwang Tan. "Tetapi... kau berjanji akan membebaskan diriku jika memang aku membuka rahasia
itu, bukan"!" tanya Tung Kiang San dengan sikap memohon belas kasihannya.
Kwang Tan mengangguk. "Ya, aku akan membebaskan kau....!" dia memberikan janjinya.
"Apakah janjimu ini dapat dipegang"!" tanya Tung Kiang San. "Tidak perlu kau
ragu-ragu..,.. aku akan menepati janjiku... aku tidak akan menyalahi janjiku....
aku akan membebaskan dirimu... sekarang engkau mengakulah terus terang, dari mana kalian
dikerahkan, dan panglima mana yang telah menangani persoalan ini, berapa
kekuatan kalian yang telah menyelusup kedalam pasukan Bengkauw lalu apa rencana
kalian?" Sambil bertanya begitu, dia telah memandang tajam sekali kepada Tung Kiang San.
Sedangkan rahasia apa pasukan yang diselusupkan menyelundup kedalam barisan
pasukan Beng-kauw berjumlah tiga ratus orang lebih.
Mereka semuanya mengerti ilmu silat. Dan juga mereka diperintahkan untuk bekerja
sendiri-sendiri diberbagai sektor.
"Jika memang mereka itu dikumpulkan, tentu engkau mengenali mereka?" tanya Kwang
Tan. Tung Kiang San telah mulai membuka yang diketahuinya, Dia memberitahukan, "Ya,
diantara kami terdapat tanda pengenal." menyahuti Tung Kiang San, "Karena dari
itu, kami saling mengenali dan tahu satu dengan yang lainnya."
"Baiklah jika demikian! sekarang beritahukan, tanda2 apa yang kalian
pergunakan?" tanya Kwang Tan kemudian. "Kami semuanya membawa secarik kain putih
berukuran patkwa, segi delapan, dan juga kami pergunakan dipinggang...!" Sambil
berkata begitu, Tung Kiang San telah memperlihatkan pinggangnya, pada ikat
pinggangnya memang benar terdapat secarik kain putih dengan bentuk potongan segi
delapan. Sedangkan Kwang Tan setelah melihat bentuk kain itu, mengingatnya dengan baik.
Dia telah berdiam diri sejenak, katanya: "Jika demikian baiklah! Engkau belum
lagi bisa dipercaya sepenuhnya jika memang apa yang kau terangkan ini benar,
maka engkau akan dibebaskan.,., dan juga,
sekarang engkau beristirahat dulu disini!"
Setelah berkata begitu, Kwang Tan merogoh sakunya, dia mengibaskan tangannya.
Waktu itu Tung Kiang mengatakan sesuatu,
tetapi San sesungguhnya hendak tiba2 sekali dia mencium sesuatu bau harum, dan
selanjutnya dia tidak ingat diri, karena tubuhnya telah terguling dan pingsan
terkena pengaruh obat tidur yang dilepaskan Kwang Tan.
Kwang Tan bekerja cepat sekali, dia telah keluar dari tempat itu, dan
mengumpulkan orang2 Bengkauw, Lalu dia perintahkan orang2 Bengkauw itu
berkumpul. Kepada para komandan pasukan Bengkauw dibisikannya sesuatu. Waktu
orang2 Bengkauw berkumpul, mereka memeriksanya.
Maka mudah sekali Kwang Tan menangkapi mereka seorang demi seorang, Dan selesai
menangkap sebanyak tiga puluh enam orang pasukan kerajaan yang telah menyelundup
kedalam pasukan Bengkauw, maka dia berangkat menemui Bu Kie, memberitahukan yang
diketahuinya In Lie Heng, Song Wan Kiauw dan juga tokoh Bengkauw lainnya murka
bukan main. Tetapi merekapun sangat girang sebab telah mengetahui rahasia
musuh. dimana memang dengan mudah mereka dapat menangkapnya.
Cara Bu Kie menangkap mereka berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Kwang Tan,
Bu Kie menerima sepuluh orang demi sepuluh orang dari pasukannya, dia
memperhatikan apakah diantara mereka ada yang mengenakan kain putih berpotongan segi delapan itu.
Maka dengan demikian jika memang diantara sepuluh orang itu terdapat orang yang
dicarinya segera ditangkapnya.
Dan sebentar saja telah dapat ditangkap lebih dari lima puluh orang, Kepada anak
buahnya Bu Kie pun telah perintahkan buat menyampaikan kepada komandan dari
pasukan Bengkauw ditempat2 lainnya, untuk mengadakan pembersihan.
Dengan diketahuinya rahasia lawan, maka dengan mudah, semua anak buah dari Cu
Goan Ciang yang menyelusup kedalam Bengkauw dapat disapu bersih dan ditangkap.
Dan juga, Bu Kie segera menurunkan hukuman dengan menotok jalan darah tertentu
mereka, untuk memusnahkan
tenaga dan kepandaian mereka, Dengan demikian, telah membuat mereka yang
tertangkap itu menjadi manusiamanusia bercacad.
Sedangkan Kwang Tan telah kembali kekota dimana dia memang bertugas, digaris
depan, yaitu kota Kang-wi, dan
juga dia telah bekerja dengan bersungguh2, mengobati orang yang terluka ringan
maupun berat dalam pertempuran yang acap kali terjadi.
Pasukan Cu Goan Ciang juga telah berulang kali melakukan penyerbuan berusaha
menerobos masuk kedalam kota Kang-wi lagi, namun mereka selalu gagal. Dengan
demikian, kemenangan yang telah dicapai oleh
Bengkauw memang sangat memuaskan sekali.
Dan jika diwaktu itu, pasukan Bengkauw telah dikerahkan lebih jauh, buat
menyerbu terus. Kota demi kota telah berhasil direbut dan telah membuat pasukan kerajaan selalu
main mundur dan meninggalkan kota yang mereka pertahankan.
Cu Goan Ciang mengetahui apa yang terjadi belakangan itu, dimana pasukan
kerajaan selalu dapat dipukul mundur dan rusak oleh pasukan Bengkauw, disamping
kuatir, juga sangat gusar sekali.
Diwaktu itu, dia juga jengah bingung bukan main, karena justeru puteri
kesayangannya telah pergi entah kemana meninggalkan istana bersama gurunya.
Sehingga membuat Cu Goan Ciang disamping memikirkan untuk
mengatur pasukannya yang selalu kalah dalam medan pertempuran juga dia telah
memerintahkan beberapa orang pahlawan istana untuk pergi mencari jejak
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 7 Pohon Kramat Karya Khu Lung Perawan Lembah Wilis 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama