Ceritasilat Novel Online

Pendekar Pedang Sakti 2

Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen Bagian 2


Bwee San Bin ini, tapi dimukanya tidak diperlihatkannya,
ia mengangguk terpaksa saja.
Bwee San Bin sampai begitu jauh menyelami apa yang
terkandung dihati pemuda itu, lalu dia berkata :
"Aku tahu yang kau amat menyesalkan aku mengapa
aku inginkan kau tinggal dalam kamar ini, tapi kau harus
tahu, bila orang lain ingin tinggal dalam beberapa kamar
lainnya itu masih terbitung mudah, tapi bila mereka ingin
tinggal dalam kamar yang ini, yang kuuntukkan buat kau,
hmmm....., lebih sulit rasanya bila dibandingkan dengan
naik kelangit." Lie Siauw Hiong lalu memandang pada pedang yang
tergantung diatas tembok itu, kemudian ia menjawab
pandangan tajam Hauw Jie-siok dengan kata2 :
"Aku sangat senang tinggal dikamar ini."
Bwee San Bin tersenyum, matanya lalu memandang
kesekitar kamar ini, lalu dengan suara yang menghibur dia
berkata : "Sejak hari ini, kau dengan batu ini ternyata sudah
berjodoh satu sama lain. Sekalipun kau mempunyai bakat2
yang luar biasa, tapi bisakah aku menurunkan ilmu yang
'Tujuh' itu kepadamu " Hal itu masih tergantung dengan
latiban kerasmu kelak."
Dengan perasaan heran sekali Lie Siauw Hiong lalu
bertanya : "Chit-gee "."
Sambil tertawa Bwee San Bin menjawab : "Benar, Chitgee, bila kau dapat mempelajari semuanya ilmu yang
'Tujuh' itu, masakan sakit hatimu tidak bisa terbalas ?"
Sehabis mengucapkan perkataan tersebut, matanya lalu
memandang pada rumah beratap genteng diseberangnya,
sambil menarik napas dia berkata : "Bukan saja sakit hatimu
akan terbalas himpas, juga sakit hatiku akan terbalas
sendirinya." Lie Siauw Hiong lalu memandang pada Bwee San Bin
dengan penuh perhatian setelah ia mendengarkan perkataan
itu, ia baru sadar bahwa Bwee Siok-siok orang yang
tampaknya begitu lemah yang kini berdiri dibadapannya,
adalah justeru seorang aneh dikalangan Kang-ouw.
Semenjak dia mengikuti Bwee San Bin kembali
kerumahnya, banyak hal2 yang sangat aneh2 telah
dialaminya dan telah mengetahui pula bahwa Bwee San Bin
adalah seorang yang luar biasa adatnya. Sejak hari itu pula
telah ditunjukkan sebuah kamar batu untuknya, yang
letaknya dibawah tanah, yang perabotnya terbikin dari batu
pula dan berhawa sangat sejuk. Diwaktu malam saat ia mau
tidur, Lie Siauw Hiong merasakan hawa dingin itu sukar
dilawannya. Setelah beberapa lama, Lie Siauw Hiong dapat
menyesuaikan dirinya dengan hawa dingin tersebut. Selama
berada disitu setiap hari, dia tak pernah menjumpai orang
lain, selain orang yang selalu mengantarkan makanan dan
minuman untuknya. Sampai pada Bwee San Bin sendiri
hampir tidak pernah dilihatnya lagi.
Waktu senggangnya dipergunakannya untuk membaca
sembarang buku2 tebal yang ada didalam peti kamar itu
yang diberikan Bwee San Bin padanya, sekalipun dibanyak
bagian dia tidak begitu mengerti, tapi dia terus membacanya
dengan penuh ketelitian. Buku2 tersebut dalam waktu singkat hampir habis
seluruhnya dibacanya. Bwee San Bin sendiri se-waktu2
memberikan penjelasan yang mana dia tidak mengerti.
Hari2 yang dilewatinya cepat sekali berganti hari, tanpa
merasa Lie Siauw Hiong telah membaca banyak sekali
buku2 tersebut. Ia adalah seorang anak yang berotak sangat cerdas,
ditambah pula dengan banyak bacaan yang telah dibacanya,
akhirnya dia telah menjadi seorang yang pintar dalam ilmu
surat. Pada suatu hari sewaktu dia habis membaca sebuab
buku, tidak ada lagi buku lainnya yang diberikan
kepadanya, kecuali satu buku yang sangat tipis sekali. Lie
Siauw Hiong melihat dikulit buku itu tertulis huruf2 'Am
Gin Pu Hiang', menyatakan bahwa isi buku tersebut
mengandung pelajaran dasar dari orang yang harus melatih
dirinya dalam ilmu tenaga dalam. Oleh karena itu dia sadar
yang dia sudah mulai belajar pelajaran Bwee San Bin yang
paling banyak memakan tenaga yaitu ilmu,'Am Eng Pu
Hiang'. Lie Siauw Hiong sendiri tidak mengetahui sampai
dimana kemajuan yang telah dicapainya, kecuali Bwee San
Bin tak ada yang mengetahuinya dengan jelas. Lie Siauw
Hiong yang berbakat lagi cerdas otaknya itu, telah belajar
didalam kamar batu tersebut dengan sepenuh hati. Tidak
berapa lama kemudian dia sudah merasakan yang hawa
yang mengalir dalam tubuhnya se-akan2 telah berbentuk
sesuatu, seperti yang dia inginkan, tambahan pula badannya
dirasakan sangat ringan sekali, seringkali asal saja dia
menghempos semangatnya lantas dia rasakan seperti ada
semacam tenaga yang mendorongnya keatas. Sampai
akhirnya dia telah membaca ilmu 'Am Eng Pu Hiang' pada
bagian 'Kiu Cie Kiam Kiap'. Sinar didalam kamar itu seakan2 tambah hari tambah gelap. Hingga pada saat itu, Lie
Siauw Hiong telah berdiam dalam kamar batu itu tepat lima
tahun lamanya. Dalam jangka lima tahun ini, Lie Siauw Hiong telah
menjadi pemuda dewasa yang berumur tujuh belas tahun,
perasaan hatinya sudah mulai ber-golak2, akhirnya dia
menjadi seorang yang luar biasa tenangnya. Dari seorang
biasa ia telah berubah menjadi seorang yang luar biasa.
Tapi Bwee San Bin sendiri selama beberapa tahun ini,
dia telah banyak berubah, menjadi lebib tua, rambutnyapun
telah memutih semua, tapi hatinya tetap bergembira ria.
Kalau dia yang melihat Lie Siauw Hiong telah mencapai
dewasa, se-akan2 dia merasakan dia sendirilah yang telah
berganti jiwanya. Dia merasa segalanya itu telah ada yang
menggantikannya. Enam tahun, tujuh tahun ...... hari
lewatnya pesat sekali, Lie Siauw Hiong yang telah menjadi
seorang pemuda yang dewasa. se-akan2 sudah lupa pada
dunia luar. Kini ia sudah dapat mengetahui sampai dimana
kemajuannya dalam ilmu silat.
Dalam gaya apapun badannya dapat dia kendalikan
dengan sempurna untuk melompat dan lain2, diatas tembok
dan batu yang licin sekalipun dia juga dapat menancapkan
kakinya sesuka hatinya dimana dia inginkan. Dikamarnya
bila keadaan sudah gelap, diapun masih dapat membuat
gambar, hanya yang dia tidak ketahui adalah ilmu
pedangnya dan tenaga kepalannya sudah sampai pada
tingkat mana, sebab selama dia masih berada dalam kamar
batu itu, dia tidak dapat membuktikan sampai dimana
tenaga kekuatan ilmu pedangnya dan kepalannya. Ia tak
menyangka waktu sepuluh tahun telah berlalu demikian
cepatnya, hanya dia menyangka belum berapa lama berada
dikamar batu itu, lalu dia berpikir, mungkin karena
kesibukannya belajar setiap hari tanpa istirahat itu, maka ia
merasa demikian, sehingga pengharapan dan kegembiraannya terangsang. Yang paling penting dan yang
merupakan pengharapannya adalah, dia bakal menjadi
seorang yang sangat luar biasa. Karena banyak sekali
pekerjaan yang meminta penyelesaiannya, hal itu membutubkan seorang yang luar biasa, karena jika orang
biasa saja tak mungkin kiranya ia dapat melaksanakan hal
tersebut dengan tabah. Akhirnya, Bwee San Bin mengakui bahwa Lie Siauw
Hiong sudah sampai dipuncaknya dalam pelajaran silatnya,
karena untuk itu dia sudah tidak sanggup lagi untuk
mengajari Lie Siauw Hiong lebih lanjut. Beberapa bagian
sewaktu mudanya tidak dapat dicapainya, tapi Lie Siauw
Hiong telah berhasil mencapainya. Oleh sebab itu, lalu dia
bawa Lie Siauw Hiong keluar dari kamar batu dimana
selama sepuluh tahun dia berdiam didalamnya.
Sewaktu Lie Siauw Hiong telah keluar dari dasar tanah
tersebut, untuk pertama kalinya pula dia telah melihat sinar
matahari, perasaan hatinya tak terperikan, yaitu perasaan
antara sedih, girang, asing, dan heran.
Bwee San Bin lalu menunjuk kearah sebuah kursi yang
berlengan untuk Lie Siauw Hiong duduk, yang memang
berada didalam kamar buku tersebut, kemudian sambil
tertawa dia berkata : "Selama tahun2 belakangan ini, aku
kira perasaan sengsara yang kau alami tidak terbuang
dengan percuma saja, bukan ?"
Dengan perasaan terharu sekali Lie Siauw Hiong hanya
dapat menundukkan kepalanya saja, dan dengan suara yang
perlahan sekali dia menjawab : "Kesemuanya itu adalah
berkat hasil didikan jerih payah Bwee Siok-siok."
Sambil tertawa Bwee San Bin berkata lagi : "Bagus,
bagus, bila kau sudah mengetahui hal itu, baiklah." Berkata
sampai disitu lalu dia memiringkan tubuhnya untuk berkaca
pada kaca tembaga yang ada disitu dan lalu berkata lagi :
"Kau bandingkanlah aku sewaktu berjumpa denganmu
dilembah gunung itu dengan sekarang, tampak kini aku
jauh lebih tua." Lie Siauw Hiong lalu memandang pada rambut Bwee
San Bin yang telah memutih itu, mukanyapun sudah pada
kisut2. Benar nian bila dibandingkan serasa sewaktu dia
berjumpa dengan gurunya dilembah gunung dengan
keadaannya sekarang berbeda jauh sekali, maka dengan
hati2 sekali dia menjawab : "Siok-siok benar nampak lebih
tua, tapi aku lihat badanmu bila dibandingkan dengan
dahulu, sekarang jauh lebih segar."
Bwee San Bin lalu meraba kulitnya yang sudah keriput
itu. Dengan menghela napas lalu dia berkata :
"Ayah ibumupun termasuk salah satu dari sembilan jago
dari Kwan-tiong, pernahkah kau mendengarnya " Jago2 di
Kwan-tiong berjumlah sembilan orang, di Ho Liok hanya
terdapat sebatang pedang, di Hay-lwee ada Chit-biauw,
diluar langit ada tiga dewa! Pernahkah kau mendengar
kata2 itu ?" Lie Siauw Hiong berpikir sebentar, lalu menggelengkan
kepalanya. Bwee San Bin melanjutkan perkataannya :
"Hal inipun sukar disalahkan padamu, waktu itu kau
masih kecil, sekalipun kau pernah mendengarnya, cepat kau
sudah melupakannya kembali, cuma sekarang baik aku
beritahukan kepadamu, kata2 tadi berarti didaerah Kwantiong ada sembilan jagoan, dibagian Ho-liok ada seorang
jago pedang tunggal yaitu Tan-kiam-toan-hun Gouw Ciauw
In, sedangkan didaerah Hay-lwee orang harus menghormati
seseorang, yaitu Bwee San Bin, kesemuanya itu adalah
nama2 yang sangat tenar sekali dikalangan Kang-ouw pada
saat itu, disamping mana masih ada tiga makhluk yang luar
biasa lagi, dikalangan rimba persilatan orang hanya
mendengar namanya saja, siapapun belum pernah
menjumpainya, semua orang menyebut mereka 'Tiga Dewa
Diluar Dunia', untuk menjuluki ketiga manusia yang luar
biasa itu." Sinar matanya yang tajam menatap muka Lie Siauw
Hiong yang menunjukkan muka yang luar biasa, agaknya
dia tengah meng-ingat2 kejadian masa lampau. Lie Siauw
Hiong tidak berani mengganggunya, hanya dengan tenang
mendengarkan ceritanya. "Sekarang kesembilan jago Kwan-tiong telah pada bubar,
Tan-kiam-toan-hun Gouw Ciauw In pun telah binasa
dibawah tangan keji dari kaum rimba persilatan yang sangat
hina sekali, orang yang patut dihormati didaerah Hay-lwee,
yaitu Chit-biauw-sian-kun, orang yang sekarang sedang
duduk dihadapanmu, yaitu aku."
Dengan mata yang dipentang lebar2 lalu dia menatap
muka orang yang berada dihadapannya itu, dia tidak
pernah berpikir bahwa orang yang demikian lemahnya
seperti anak sekolah itu, yaitu Bwee Siok-siok, seorang yang
sedemikian hebatnya itu. Bwee San Bin dengan tenang meng-usap2 janggutnya,
Sambil menghela napas lalu berkata :
"Setahuku dikalangan Kang-ouw ini, orang yang tidak
pernah jatuh adalah hanya Tiga Dewa luar Dunia saja, tapi
aku menganggap, sekalipun demikian, kepandaiannya yang
begitu tinggi itu hanya dipendam digunung, bukankah itu
sayang sekali ?" Dengan cermat Lie Siauw Hiong mendengarkan cerita
orang tua itu. Dalam hatinya banyak sekali yang dia
pikirkan, hingga kejadian sepuluh tahun yang lalu, dalam
waktu yang sekejap lalu muncul kembali. Kini terpikir
olehnya bahwa ia sudah berhasil mempelajari ilmu silat dan
dalam ilmu silatnya ia sudah boleh menerjunkan dirinya
dalam kalangan rimba persilatan.
Pikirannya yang timbul dalam hati ini, yaitu bagaimana
dia bersusah-payah selama sepuluh tahun meyakinkan
ilmunya dibawah tanah dalam kamarnya itu, sudah
membeku se-akan2 mukanya sangat pucat sekali, tapi mata
Bwee San Bin yang sangat tajam itu, dapat menerka apa
yang tengah dipikirkan oleh anak muda ini.
Bwee San Bin lalu berkata pula : "Kau harus ketahui, aku
yang telah mengajakmu datang kemari selainnya disebabkan yang aku sangat simpati atas kejadian yang kau
telah alami, adalah juga untuk membantumu dalam
usahamu membalas sakit hati orang tuamu, tapi yang paling
penting adalah karena aku melihat kau mempunyai bakat


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang baik sekali, yang terbukti dengan tulangmu yang
sangat baik ini, bila kau mendapat didikan yang baik, pasti
kau akan menjadi seorang yang berguna sekali dikemudian
hari. Dan hal ini kau tentu tidak akan mengecewakan
pengharapanku. Dengan kepandaian yang kau miliki
sekarang ini, kau sudah boleh disebut jagoan didalam
kalangan rimba persilatan dan kau adalah Chit-biauw-sinkun yang kedua, pekerjaan yang belum sempat aku
selesaikan dahulu, kau harus mewakilkan aku menyelesaikannya satu per satu, dan mulai hari ini pula,
Chit-biauw-sin-kun sekali lagi akan muncul dalam rimba
persilatan." Berkata sampai disitu, tiba2 dalam pekarangan tersebut
terdengar suara langkah kaki yang perlahan sekali, langkah
itu menunjukkan bahwa orang itu tentu sangat tinggi ilmu
tenaga dalamnya, tapi kesemuanya itu tidak dapat
menggentarkan Lie Siauw Hiong yang telah belajar selama
sepuluh tahun dalam kamar batu itu. Begitu dia mendengar
suara yang sangat perlahan itu, dengan membangkitkan
semangatnya dengan cepat sekali seperti ikan yang
melompat tubuhnya melayang keluar melalui jendela, tapi
dalam pekarangan tersebut ternyata kosong melompong,
tidak satu bayanganpun tampak.
Dengan cepat Lie Siauw Hiong mengelilingi pekarangan
itu satu kali, tapi dia tidak berhasil menemukan hal2 yang
mencurigakan, maka dengan perasaan putus asa dia lalu
kembali kedalam kamar buku tadi, maka begitu dia masuk
kembali dalam kamar buku itu, dia melibat ditempat
dimana dia duduk tadi, telah diduduki oleh orang lain.
Waktu dia masuk kembali melalui jendela itu, orang yang
menduduki kursinya tidak memandang padanya, maka
dengan tenang dia duduk kembali ditempatnya.
Dengan perasaan heran lalu dia mengeluarkan suara
'....ihhh', tapi sewaktu dia perhatikan orang itu ternyata
adalah orang yang pertama kali dia jumpai sewaktu dia
datang ketempat itu, yaitu Hauw Jie-siok, diam2 dia
menyesalkan kegugupannya sendiri. Sambil membungkukkan diri dia berseru :
"Hauw Jie-siok."
Muka Hauw Jie-siok yang senantiasa nampaknya dingin
itu akhirnya menunjukkan senyuman juga dan lalu berkata :
"Sekali berpisah sudah sepuluh tahun lamanya, ternyata
kepandaian Hiantit sudah luar biasa. Hal itu sungguh tepat
dikatakan, bahwa ombak belakang mendorong ombak
dimukanya (maksudnya kurang lebih sama dengan murid
sudah melampaui kepandaian gurunya), kaum yang tua,
sudah digantikan oleh angkatan muda."
Lie Siauw Hiong tadi dengan pesat sekali melesatkan
badannya melompat keluar melalui jendela, tapi orang lain
dengan tenang saja sudah berduduk didalam kamar, saking
merasa malu lalu dia hanya dapat menundukkan kepalanya
saja. Bwee San Bin pun berkata : "Ah, biar bagaimanapun
yang tua jauh lebih menang dari yang muda, sebab yang
muda pengalamannya masih dangkal." Sehabis berkata
begitu, lalu dia bertanya pada Hauw Jie-siok : "Keadaan
sekarang bagaimana perkembangannya ?"
Hauw Jie-siok menyahut : "Se-gala2nya sudah aku atur
dengan beres dan sempurna, didaerah Bu-han dan didaerah
pantai sekitar kota besar di Tiang-kang, aku sudah pasang
merek toko San Bwee Cu Poo Hoo, disamping itu aku
sudah pergi pada ketigabelas tempat, asal saja sudah dapat
perintah, Hiong Jie boleh pergi mengurusnya."
Bwee San Bin manggut2, lalu dia berkata pada Lie Siauw
Hiong : "Sekali ini aku mengirimkan kau untuk pergi
mengembara dikalangan Kang-ouw. Aku tidak inginkan
kau untuk saling memperebutkan nama didalam dunia
rimba persilatan itu. Aku sudah membuat suatu dasar untuk
kau laksanakan, Hauw Jie-siok didaerah Kang-lam, sudah
mewakilkan kau membuka beberapa toko, sekarang kau
boleh menjadi tauwkee dari toko2 tersebut. Aku berbuat
demikian ini, adalah untuk pertama meringankan penderitaanmu, disamping itu hal yang harus kau kerjakan
dalam kalangan Kang-ouw banyaknya bukan buatan. Hal
itu bukan dengan uang saja dapat dikerjakan bila kau
mempunyai uang, aku akan menyuruh kau mewakilkan aku
membuat suatu pekerjaan, hal itu banyak lebih menguntungkan. Kepergianmu sekali ini, pekerjaan apapun
kau boleh kerjakan, asal saja kau jangan se-kali2 melukakan
rakyat jelata, kecuali Hay-thian-siang-sat yang kau harus
hadapi, lima jago dikalangan Bu-lim (rimba persilatan)
kaupun boleh menantangnya dengan keras."
Berkata sampai disitu, lalu dia memukulkan tangannya
pada meja, sambil berkata dengan penuh kemarahan :
"Orang2 macam mereka ini hanya pandai ber-pura2 saja
untuk berlaku baik, dengan memakai nama 'Keturunan asli
dari kaum Bu-lim', mereka khusus melakukan segala
pekerjaan yang hina dina dan busuk, terhadap mereka kau
harus berlaku sangat hati2."
Dengan penuh semangat Lie Siauw Hiong membenarkan
perkataan gurunya. Disamping itu, Hauw Jie-siokpun tidak
ketinggalan memberikan wewenangnya : "Itu ahli pedang
Li Gok, sekarang adalah pemimpin dari kalangan rimba
persilatan di Tiong-goan. Didalam kalangan Kang-ouw bila
ada undangan dari 'Ahli pedang nomor wahid didunia',
maka pekerjaan yang bagaimana besarpun dapat diselesaikannya dengan segera. Ai,... aku bila tidak terluka
berat tempo hari, sehingga sepasang tanganku ini tidak
bertenaga sama sekali, aku sungguh ingin sekali menempur
mereka, untuk menetapkan siapa antaranya yang lebih
jantan. Sekarang hal ini aku serahkan saja pada Hiong Jie
untuk mengurusnya." Mendengar hal itu, Lie Siauw Hiong hanya ter-heran2
saja. Sambil tertawa Bwee San Bin berkata : "Kau sekarang
akan memulai pengembaraanmu dikalangan rimba persilatan, ternyata kau masih terlampau hijau sekali dalam
pengalaman, disamping itu dengan segala toko2 yang
menjual maupun yang membeli barang2 berharga seperti
mas, intan, mutiara dan sebagainya, kaupun tidak
mempunyai hubungan sama sekali. Untuk lebih melancarkan hubungan ini, aku sudah menyuruh Hauw Jiesiok menemanimu, hal itu dapat juga dianggap yang dia
telah menjadi penanggungjawab darimu, dia akan
memanggil kau dengan sebutan Siauw-ya (majikan muda)
dan dia tentu saja tidak boleh memanggilmu dengan
panggilan Hiong Jie bukan ?"
Dengan perasaan amat ragu2 Lie Siauw Hiong
menjawab : "Hal ini ......"
Hauw Jie-siok lalu menyahut : "Aku minta kau jangan
terlampau memusingkan dirimu tentang hal itu. Mulai
sekarang kau boleh panggil aku dengan panggilan Hauw Jie
saja." Pada hari itu dijalan besar dipesisir kota Han-kouw, sejak
pagi buta sudah banyak sekali kaum pedagang yang
memakai baju dari sutera dengan celana panjang yang
bersih sekali mulai melakukan pekerjaannya se-hari2.
Mereka ini bila diperhatikan, orang akan menduga bahwa
mereka sedikitnya adalah majikan dari toko2 yang mereka
buka, masing2 memakai pakaian yang mahal2 sekali
harganya, sedangkan semangat merekapun tampak dengan
gagahnya. Kesemuanya ini adalah orang yang mendengar
bahwa didaerah mereka akan dibuka satu toko barang
permata baru dengan nama "San Bwee Hoo", mereka ini
datang ber-bondong2 karena ingin menyambut majikan
mereka. Sesudah lewat satu jam antaranya, dari sungai tampak
mendatangi satu kapal besar, bukan saja kapal itu catnya
masih baru, bahkan diperlengkapi dengan alat2 mentereng
sekali. Dikepala kapal diatas teng-loleng (semacam pelita
yang dibungkus dengan kertas) tertulis huruf 'San Bwee'
dua huruf. Orang banyakpun sudah maklum, itu menandakan
bahwa majikan dari toko San Bwee Cu Poo Hoo sudah
datang, orang2 yang bersangkutan yang menantikan
dikedua pinggiran jalan, lebih2 hormat sekali tampaknya
menunggu kedatangan dari majikan toko tersebut. Sesudah
kapal itu merapat dipelabuhan, tangga lalu dipasangkan,
sedang orang2 diatas kapal itu lalu mulai turun kedarat.
Yang mendatangi ini tampak dua orang. Satu diantaranya
adalah seorang yang berusia kurang lebih lima puluh tahun
dengan tubuhnya yang kurus kering, mereka mengenali
yang dia adalah majikan lama dari toko tersebut, sedangkan
orang yang lainnya adalah pemuda tampan yang berusia
kurang lebih dua puluh tahun, dia ini memakai pakaian
yang mentereng dan semangatnyapun tampak luar biasa
sekali, kelihatannya dia sangat gagah. Orang banyak
mengetahui yang dia ini tentunya adalah majikan dari toko
tersebut, juga mereka berpendapat bahwa dia ini tentunya
pedagang muda yang kaya raya, melihat orang yang masih
muda belia ini, lalu mereka mulai berunding dipesisir itu,
Kedua orang ini tanpa dikatakan pun sudah diketahui, ialah
orang yang untuk pertama kali menerjunkan dirinya
didalam kalangan Kang-ouw, yaitu Lie Siauw Hiong dan
Hauw Jie-siok yang menyamar sebagai pelayannya.
Begitu naik kedarat, kedua orang ini dengan cermat
sekali lalu dijemput oleh tamu2 yang menyambutnya, lalu
mereka naik kekereta yang sudah disediakan terlebih
dahulu, untuk kemudian memasuki kota.
Pada sore hari itu, Lie Siauw Hiong sebagai majikan dari
toko San Bwee Cu Poo Hoo yang baru saja datang kesitu,
lalu mengirimkan surat undangan kepada para Poo-piauw
(pendekar2 yang pekerjaan se-hari2nya mengantarkan
barang2 berharga yang menjadi tanggungjawab mereka)
dari kota Bu Han Sam Cin, yang dia undang ini
kebanyakan adalah orang2 yang ternama didaerah itu. Pada
malam keesokannya, dirumah makan Gak-yang-lauw,
satu2nya rumah makan terbesar dikota tersebut, para
pendekar diundang makan disitu, malahan merekapun
diwajibkan, bila tidak ada halangan yang sangat penting
sifatnya, datang kesitu untuk makan malam.
Sebagai majikan dari tokonya, Lie Siauw Hiong boleh
dikatakan dengan kaum Bu-lim tidak mempunyai hubungan
apa2. Pada hari pertama sejak kedatangannya, dia tidak
mengundang para pemilik dari toko2 yang menjual barang2
berharga, tapi malahan mengundang orang2 dikalangan
rimba persilatan. Hal ini benar2 sangat luar biasa dan aneh
sekali. Orang2 yang menerima surat undangan, semuanya
tidak kenal pada pihak yang mengundang mereka, setelah
mereka menyelidiki, barulah mereka tahu bahwa orang
yang mengundang mereka adalah seorang pedagang, tidak
ayal lagi kalau mereka merasa amat heran sekali waktu
mereka saling menanyakan pada kawan2 mereka. Mereka
inipun menyatakan keheranannya pula, malahan ada
diantara pemimpin kaum Bu-lim dan poo-piauw semuanya
sudah pada datang. Orang2 yang membuka, pekerjaan poopiauw dengan para pedagang barang2 berharga memang
mempunyai hubungan. Mereka ini mempunyai hubungan
disebabkan yang pedagang2 itu ingin mengirimkan
barangnya, tapi terhadap kejadian seperti hari itu adalah
untuk pertama kalinya. Dari jalan pikiran yang sehatpun
dapat diduga, bukan "
Kemudian yang biasanya dengan para poo-piauw tidak
mempunyai hubungan apa2, malahan ada diantara para
pendekar dikalangan Bu-lim yang sudah setengah mengundurkan diri, sama sekali tidak dapat menduga apa
maksud sebenarnya dari undangan itu. Diantara mereka
yang saling berkenalanpun hanya dapat saling menduga
saja, tapi biar bagaimanapun mereka tidak dapat
menduganya, setelah mereka saling berunding, akhirnya
mereka mengambil keputusan untuk pergi saja melihat
keadaan. Pada malam hari keduanya, dirumah makan Gak-yang

Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lauw pedagang2 kaki lima dan kereta pada berkumpul
ramai sekali, sedangkan orang2 yang pada datang
memenuhi undangan tersebut rata2 orang yang sudah
ternama, malahan ada beberapa orang yang paling
terkemuka yang biasanya menganggap dirinya luar biasa,
seperti pemimpin kantor angkutan Bu Wie Piauw Kiok,
yaitu Kim-kiong-sin-tan Hwan Tie Seng, pemimpin Sin
Yang Piauw Kiok Gin-chio Beng Pek Kie dan lain2,
semuanya datang kesitu. Diatas loteng dari rumah makan Gak-yang-lauw sudah
diatur beberapa puluh meja kursi, mereka yang datang itu
rata2 pada waktunya yang sudah ditetapkan, tapi sampai
saat itu mereka belum melihat bayangan dari majikan dari
toko yang baru dibuka itu, hanya tampak beberapa
pedagang dari barang2 berharga yang tampak melayani
mereka. Hal mana, membuat para pendekar dari kalangan Kangouw pada tidak sabar lagi menantikan orang yang
mengundang mereka, yang sampai pada saat ini masih
belum menampakkan batang hidungnya, maka dengan
susah payah sekali para pedagang itu akhirnya pada berseru
: "Tuan rumah sudah datang, Tuan rumah sudah datang !"
Pada saat itu dianak tangga terdengar suara tindakan
kaki orang yang mendatang, pada sinar mata para pendekar
tampak ke-heran2an, karena mereka tidak pernah mengira
yang Tuan rumah yang mengundang mereka ini adalah
pemuda tampan yang masih berusia sangat muda sekali,
dalam keheranan, kemarahan mereka karena lama
menantikan itu akhirnya sudah banyak berkurang.
Begitu Lie Siauw Hiong naik tangga, dengan muka berseri2 sambil merangkapkan sepasang tangannya dia berkata:
"Para hadirin yang terhormat sudah lama menantikan
kedatangan saya, hal itu saya minta maaf se-banyak2nya
dari para hadirin, Siauw-tee (membahasakan diri sendiri)
karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sendiri,
maka baru dapat datang pada saat ini, maka untuk itu,
sekali lagi saya minta maaf." Sehabis berkata begitu, lalu
dia menghampiri satu per satu para hadirin sambil
memperkenalkan dirinya, mereka berkenalan sambil
berjabatan tangan dengan penuh kemesraan.
Setelah segala diatur beres, pestapun segera dimulai, Lie
Siauw Hiong mempersilahkan para hadirin duduk
ditempatnya masing2, setelah tiga kali arak diedarkan
orang, dengan suara yang nyaring dia tampak berkata :
"Walaupun Siauw-tee adalah seorang pedagang kecil
yang masih belum berpengalaman sama sekali, tapi sejak
kecil Siauw-tee sudah sering bergaul dengan para pendekar
dikalangan Kang-ouw. Pada kali ini Siauw-tee membuka
toko Siauw-tee yang baru, maksudnyapun ingin saling
memperluas pergaulan antara Siauw-tee dengan saudara2
sekalian, kali ini tanpa mempertimbangkan diri Siauw-tee
sendiri, Siauw-tee telah mengundang datang para saudaraa
sekalian kemari. Sebenarnya Siauw-tee sudah lama
mendengar nama saudara2 sekalian yang terkenai
dikalangan Kang-ouw, apa lagi murid2 dari partai Bu-tong,
masing2 murid2 dari partai tersebut mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, Siauw-tee sudah lama sekali
ingin berkenalan dengan orang2 macam demikian"
Sehabis berkata begitu, matanya disapukan pada para
hadirin yang hadir dalam perjamuan tersebut, waktu dia
melihat ada diantara para hadirin yang bukan keluaran dari
partai Bu-tong, orang2 tersebut menunjukkan muka yang
kurang puas, dalam hatinya merasa girang sekali, sambil
tertawa lalu dia berkata : "Siauw-tee sekalipun tidak bisa bugee (ilmu silat), tapi sedikit2 mengerti juga, kemudian bila
memang kita berjodoh, Siauw-tee hanya ingin minta
petunjuk2 dari saudara2 sekalian, apa lagi mengenai ilmu
pedang dari partai Bu-tong, Siauw-tee sudah lama
mendengarnya." Siauw Hiong sudah dua kali me-nyinggung2 partai Butong, hal itu memang disengaja olehnya untuk membuat
kemarahan orang2 yang bersangkutan, yang mempunyai
dendam dengan partai tersebut, sampai saat itu, dia belum
me-nyinggung2 empat ketua dari Tiong Goan, para
pendekar yang menghadiri perjamuan tersebut, memang
merasa tidak puas, sambil mengangkat cangkir araknya, Lie
Siauw Hiong berkata lagi : "Hari ini arakku yang pertama
ini, adalah khusus untuk disuguhkan pada murid Bu-tong,
Kiu-kiong-kiam Thio Tay-hiap. Mari, mari, mari, Thio Tayhiap, kita mengeringkan cangkir arak kita ini."
Orang yang dipanggil Kiu-kiong-kiam Thio Tie Hoa,
memang benar anak murid dari partai Bu-tong, tapi
didaerah Bu Han Sam Cin dia tidak termasuk salah seorang
yang terkemuka, maka waktu dia melihat Lie Siauw Hiong
per-tama2 sudah memberi penghormatan dengan jalan
memberikan cangkir arak itu padanya, tidak terasa lagi dia
menjadi kaget sekali. Sambil mengangkat cangkir araknya, dia segera berdiri
dan berkata : "Melihat saudara Lie memandang tinggi sekali
terhadap partai kami Bu-tong, aku Thio Tie Hoa
sebenarnya merasa terharu sekali. Aku Thio Tie Hoa
sekalipun tidak mempunyai kepandaian yang berarti sama
sekali, tapi partai kami Bu-tong, adalah sebenarnya sebagai
pemimpin dari kalangan rimba persilatan. Siauw-tee
terpaksa, dengan menebalkan muka, tidak ada jalan lain
daripada mengiringi permintaan saudara Lie, yaitu sama2
mengeringkan secangkir arak ini." Baru saja perkataannya
itu habis diucapkan, tiba2 terdengar suara 'trang', ternyata
cangkir arak yang berada dalam tangan Thio Tie Hoa sudah
terpukul hancur. Sebenarnya Thio Tie Hoa pada saat itu sedang merasa
bangga sekali, cangkir arak yang ada ditangannya sekonyong2 terdengar 'trang' lalu hancur, sedangkan arak
yang ada dalam cangkir itu sudah tumpah membasahi
sebagian besar baju birunya, para pendekar yang ada dalam
meja perjamuan tersebut matanya sangat awas sekali,
siang2 mereka sudah tahu orang yang memukul pecah
cangkir arak itu adalah orang muka kuning yang duduk
disamping pemimpin Piauw Kiok Gin-chio Beng Pek Kie,
dia menggunakan kesempatannya sedang Thio Tie Hoa
dengan perasaan bangganya yang memuncak tengah
memuji partai Bu-tong, tampak tangannya berkelebat,
sebatang sumpit gading yang ada dalam tangannya sekonyong2 melesat dan memukul hancur cangkir arak itu.
Tenaga melesatnya sumpit gading itu bukan buatan
kencangnya, setelah ia menghancurkan cangkir itu terus ia
terbang dan 'teng' terdengar satu suara, ternyata sumpit
gading itu sudah masuk kedalam tembok. Thio Tie Hoa
yang cangkir araknya kena dipukul hancur oleh orang lain,
mukanya tampak berubah, lalu dia memandang keempat
penjuru. Dia melihat mata orang banyak yang sedang
dengan perasaan heran memandang pada wajah yang
berkulit kuning tersebut.
Dalam hatinya merasa heran sekali, waktu dia ketahui
bahwa cangkir araknya itu kena dipukul hancur oleh orang
ini, tapi dia sendiri belum pernah rasanya berkenalan
dengan dia, dia yang sudah ber-tahun2 tinggal di Bu Han
merasa sangsi bahwa orang tersebut bukan jago dari
daerahnya, oleh karena itu, dia bertambah heran mengapa
orang tersebut mengeluarkan tangan yang jail untuk
mempersulit keadaan dengan memecahkan cangkir arak itu,
maka harus diketahui, bahwa urusan tersebut sangat
memalukan orang, urusan yang paling disegani dalam
kalangan Kang-ouw justeru adalah hal ini, karena bila
terjadi urusan seperti sekarang ini, penyelesaiannya pasti
tidak ada jalan lain daripada harus turun tangan untuk
mengukur tenaga siapa yang lebih jantan.
Muka Thio Tie Hoa menjadi pucat bagaikan salju, dan
dengan penuh kemarahan dia lalu berkata : "Hai, saudara,
apakah artinya ini " Bukankah itu berarti yang saudara
terang2an menantang pada aku, orang she Thio, bila
demikian halnya, silahkan kau keluar dan sebutkan cara2
kita bertempur, aku orang she Thio pasti akan
menyambutnya dengan tanpa bersyarat."
Lie Siauw Hiong yang melihat orang tersebut sekali
turun tangan saja sudah berhasil menghancurkan cangkir
arak Thin Tie Hoa, diam2 dia merasa girang sekali, dalam
hatinya berpikir : 'benar saja tidak meleset dari dugaanku
semula, malahan terjadinya lebih cepat lagi, sebenarnya aku
sendiripun telah menduga sedikit meleset'. Tapi dengan
muka yang pura2 berlaku gugup sekali tampaknya, lalu dia
mengulapkan sepasang tangannya sambil berkata : "Bila
ada apa2 yang hendak dibicarakan, jangan se-kali2 lekas
naik darah, hal itu hanya membuat Siauw-tee merasa tidak
enak saja." Pemuda muka kuning itu dengan sepasang tangannya
lalu memberi hormat pada Lie Siauw Hiong sambil berdiri.
Waktu dia melakukan hal ini, matanya sedikitpun tidak
dilirikkan kepada Thin Tie Hoa, se-olah2 terhadapnya dia
tidak memandang sebelah mata sama sekali. Melihat
kejadian tersebut, kemarahan Thio Tie Hoa semakin
memuncak, walaupun dikalangan Kang-ouw dia bukan
seorang yang ternama, tapi dimuka orang banyak tentu saja
dia merasa terhina sekali, malahan dia dipandang demikian
ringannya oleh lawannya. Dengan kemarahan dan kebencian yang ber-golak2 dia
memandang muka orang itu, tapi orang tersebut tampaknya
sedikitpun tidak melihat padanya Tampak dia bicara
dengan Lie Siauw Hiong : "Aku yang rendah bernama Ie It
Hui, dan aku tengah jalan2 didaerah Bu Han, sewaktu
mendengar orang2 mempercakapkan tentang saudara,
hatiku merasa sangat tertarik sekali, jika sekiranya aku telah
mengganggu tamu2 lainnya, aku mohon dimaafkan saja
hendaknya." Lie Siauw Hiong begitu mendengar jawaban orang
tersebut, hatinya bertambah girang, diam2 dia berkata pada
dirinya sendiri, 'Ie It Hui ini barangkali satu diantara tiga
jago pedang dari partai Kong-tong yang pernah dituturkan
oleh Hauw Jie-siok yaitu Tee-coat-kiam. Bila hari ini dialah
yang per-tama2 memulai melakukan pertempuran itu lebih
bagus'. Sewaktu hatinya sedang berpikir ini, mulutnya lekas
menjawab : "Hari ini Siauw-tee mengundang saudara2
sekalian maksud yang sebenarnya adalah untuk mengikat
tali persaudaraan dengan saudara2 sekalian dari daerah Bu
Han. Ie Tay-hiap yang sudah sudi datang memenuhi
undangan Siauw-tee, sebenarnya telah membuat Siauw-tee
girang bukan kepalang." Berkata sampai disitu, ekor
matanya dilirikkannya pada Thio Tie Hoa, ternyata muka
Thio Tie Hoa nampaknya tidak sedap dipandang, bahkan
tampaknya dia merasa tidak tenteram sekali. Sewaktu
diketahuinya bahwa lawannya itu adalah Ie It Hui, dia
merasa kaget bukan kepalang, begitu dia takut berurusan,
se-konyong2 secara diam2 dihatinya sudah merencanakan
sesuatu. Oleh karena itu, Siauw Hiong pun berkata : "Thio Tayhiap ini, adalah jago dari partai Bu-tong. Mungkinkah
diantara Ie Tay-hiap dengan Thio Tay-hiap terdapat sesuatu
ganjalan hati " Menurut pandangan Siauw-tee yang picik,
lebih baik hal ini disudahi disini saja hendaknya." Dalam
perkataannya itu, sedikit banyaknya mengandung pembelaan terhadap Bu-tong.
Mendengar itu Ie It Hui tertawa besar, kemudian dengan
perasaan bangga sekali dia berkata : "Aku orang she Ie
sekalipun tidak mempunyai kepandaian yang berarti,
tambahan lagi bila dikatakan aku orang she Ie ada menaruh
dendam terhadap orang she Thio tersebut, adalah tidak
benar. Mendengar omong besarnya itu membuat aku
merasa tidak puas, karenanya maka aku terpaksa keluar
untuk memberi pelajaran kepadanya."
Para hadirin yang duduk dalam perjamuan itu,
mengetahui bahwa urusan ini tidak dapat didamaikan lagi.
Tee-coat-kiam Ie It Hui adalah salah satu ahli pedang
dalam kalangan Kang-ouw, dia adalah murid nomor dua
dari Kiam-sin Li Gok, bersama dengan Thian-coat-kiam
Cu-kat Beng dan Jin-coat-kiam Souw Eng Swat adalah tiga
jago pedang dari partai Kong-tong, yang namanya sudah
menggetarkan kalangan rimba persilatan.
Thio Tie Hoa walaupun dikalangan Kang-ouw namanya
tidak begitu tenar, tapi dia adalah salah seorang murid dari
partai Bu-tong yang sudah terkenal, salah satu partai nomor
wahid dalam kalangan Kang-ouw. Murid2 dari partai
tersebut sebagian ada juga yang sudah ternama, oleh karena
itu, mana ia mau dimuka orang banyak menerima
penghinaan semacam itu. Tanpa memikirkan apa yang
akan terjadi, orang banyak dengan mata yang tajam tengah
menantikan perkembangan lebih lanjut dari persoalan ini,
tidak seorangpun yang ingin mendamaikan urusan tersebut.
Thio Tie Hoa yang berdiri disatu pihak, mukanya
tampak sebentar biru sebentar pucat, karena ia tahu bahwa
tenaga dalamnya bukanlah lawan yang setimpal dari Ie It
Hui, tapi dia sendiri didaerah Bu Han sedikit banyak
mempunyai juga sedikit kepintaran, oleh karena itu, walau
bagaimanapun dia harus berdayaupaya untuk menjaga
jangan sampai dia kehilangan muka alias mendapat malu.
Setelah berpikir se-matang2nya, akhirnya Thio Tie Hoa
dapat satu akal yang baik, kemudian dengan laku yang
marah sekali, dia menggebrak meja sambil berteriak :
"Orang she Ie, kau jangan terlampau bertingkah, orang
lain mungkin akan takut pada 'tiga jago pedang', tapi aku
Thio Tie Hoa ingin menguji kepandaianmu, bagaimana
sebenarnya keistimewaan kepandaianmu itu, maka kau


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu sombong sekali ?" Berkata sampai disitu, para
hadiriri memperlihatkan muka yang ke-heran2an, karena
mereka sama tahu betul, menurut biasa, dia seringkali
berlaku pura2 jago, tapi apabila menghadapi satu perkara,
lantas dia menyembunyikan dirinya, tidak disangka hari ini
sewaktu berhadapan dengan Ie It Hui, tampaknya
sedikitpun dia tidak takut sama sekali.
Orang tidak tahu yang Thio Tie Hoa mempunyai
rencananya sendiri. Sebetulnya Thio Tie Hoa ini sangat
takut terhadap Ie It Hui, tapi baginya sendiri, bila sampai ia
kalah, itu berarti yang antara partai Bu-tong dan Kong-tong
akan terjadi satu pertempuran yang sengit, sebab walau
bagaimanapun juga, partainya, Bu-tong, pasti akan keluar
membelanya, sedang terhadap pribadinya, sedikitpun tidak
mendapat kerugian apa2. Begitulah dia memperhitungkan persoalannya. Hal itu
memang yang diinginkan oleh Lie Siauw Hiong, tapi Lie
Siauw Hiong dengan tenang sekali lalu pura2 memisahkan
sambil berkata : "Buat apa kita berbuat demikian, Thio Tayhiap ......" Thio Tie Hoa mendorong Lie Siauw Hiong yang
menghalanginya sambil berkata : "Saudara Lie tidak usah
banyak bicara, aku Thio Tie Hoa, persoalan yang sulit ini
bisa kuselesaikan sendiri. Orang she Ie, jika kau benar2
seorang jantan, kelak sesudah tiga hari, tepat seperti waktu
ini, kau dan aku boleh melakukan pertempuran dibawah
loteng Oey-hok-lauw."
Ie It Hui lalu mendelikkan matanya, kemudian sinar
matanya yang sangat tajam memandang pada Thio Tie
Hoa. Hati Thio Tie Hoa menjadi kecut sekali, karena dia
insyaf, bila Ie It Hui sekali saja turun tangan, dirinya pasti
menderita cedera besar sekali, oleh karena itu, dengan laku
yang sangat geram sekali dan ter-gopoh2 dia turun kebawah
loteng. Sambil tertawa dingin Ie It Hui berkata : "Tidak disangka
murid Bu-tong yang namanya terkenal itu, tidak lebih dari
seorang pengecut yang memalukan sekali !"
Lie Siauw Hiong yang melihat Thio Tie Hoa sudah
pergi, dalam hatinya merasa lucu sekali, tapi sambil menggeleng2kan kepala seperti orang yang merasa menyesal
tampak dia berkata pada Ie It Hui : "Ai, aku tidak sangka
aku masih mengira ......" Berkata sampai disitu, sengaja dia
tidak teruskan, lalu sambil mengalihkan perkataannya dia
berkata : "Ie Tay-hiap begitu gagah sekali. Ie Tay-hiap
murid dari partai mana gerangan ?"
Mendengar perkataan Lie Siauw Hiong ini, Ie It Hui
merasa bangga sekali, dengan segala senang hati dia
menjawab : "Ah, saudara Lie terlampau memuja sekali,
Siauw-tee tidak pandai, guru Siauw-tee adalah seorang yang
sangat dihormati orang sampai pada saat ini. Sebagai
seorang yang gemar akan ilmu silat, pernahkah saudara Lie
mendengar sebutan 'ahli pedang nomor satu' ?"
Lie Siauw Hiong lalu menepuk dahinya seperti orang
yang baru sadar tampaknya dan lalu berkata : "Siauw-tee
sungguh bodoh, mendengar nama besar Ie Tay-hiap, siang2
aku sudah menduga yang saudara pasti murid dari ahli
pedang nomor satu didunia Li Tay-hiap, yang menggetarkan dunia Kang-ouw dengan sebutan 'Tiga
Pendekar Pedang' dari Kong-tong." Sehabis berkata, dia
lalu mengangkat cangkir arak kemulutnya, kemudian
melanjutkan sambil tertawa : "Tidak mengetahui ini, Siauwtee harus dihukum satu cangkir arak."
Lalu dia mengangkat poci arak sambil menuangkan satu
cangkir arak lagi, dia memandang pada keempat penjuru
sambil berkata : "Saudara2, jangan karena disebabkan
urusan kecil ini, merasa kehilangan kegembiraan untuk
minum arak, hari ini tidak diizinkan siapapun juga akan
pulang, bila tidak minum sampai mabok. Silahkan saudara
sekalian minum secangkir arak ini."
Pesta pada kali ini membuat semua hadirin merasa puas.
Kemudian dengan penuh kepuasan mereka pada bubaran.
Hanya ada beberapa orang yang masih belum bubar.
Setelah itu, Lie Siauw Hiong lalu memandang pada Hwan
Tie Seng, Beng Pek Kie dan Ie It Hui, sambil diam2 dia
berkata pada dirinya sendiri : "Hasilku malam ini tidak
sedikit membawa manfaat bagiku, bila Bwee Siok-siok
mengetahuinya, diapun pasti girang bukan kepaiang."
Beng Pek Kie lalu berkata : "Hari ini kita dapat
berkenalan dengan orang macam saudara Lie ini, aku
sungguh girang sekali, dikemudian hari bila saudara Lie
tinggal ditempat ini, Siauw-tee pasti akan datang
mengunjunginya." Hwan Tie Sengpun tidak mau ketinggalan lalu berkata :
"Hal ini sudah barang tentu, sekalipun saudara Lie tidak
mengundangpun, Siauw-tee pasti menebalkan muka akan
bertandang pada saudara."
Dengan tertawa Lie Siauw Hiong berkata : "Hari ini
saudara mungkin merasa kurang puas, setelah lewat dua
hari Siauw-tee pasti akan mengundang lagi pada saudara2
untuk menikmati kepuasan yang sempurna."
Dengan penuh ramah-tamah Lie Siauw Hiong mengantarkan dua tamunya ini sampai dibawah loteng,
kemudian sambil membalikkan badannya dia berkata pada
Ie It Hui : "Bila Ie Heng tidak merasa keberatan, sudi
apalah kiranya menginap ditempat Siauw-tee saja."
Ie It Hui lalu menjawab : "Siauw-tee hanya secara
kebetulan lewat ditempat ini, maksud Siauw-tee ialah ingin
pergi ke Bu-tong untuk mengambil sesuatu, malam ini juga
Siauw-tee harus pergi, tidak disangka yang Siauw-tee dapat
saling berkenalan dengan Lie Heng."
Berkata sampai disitu, tampak ia mengerutkan keningnya, mukanya tampak berangasan, lalu berkata lagi :
"Apa lagi tiga hari lagi Siauw-teepun masih mempunyai
urusan yang belum diselesaikan, untuk tidak mengecewakan Lie Heng terpaksa Siauw-tee memenuhi
permintaan Lie Heng barang tiga atau lima malam saja."
Lie Siauw Hiong segera berkata : "Ie Heng sudah sudi
tinggal ber-sama2 Siauw-tee, Siauw-tee sungguh merasa
girang sekali, selama tiga hari ini Siauw-tee pasti akan
melayani keperluan Ie Heng dengan se-baik2nya, hanya
sesudah tiga hari ini, Ie Heng harus berlaku sangat hati2,
orang she Thio itu pasti akan mengundang kawannya
banyak2. Ai, Siauw-tee merasa malu sekali karena diri
Siauw-tee tidak berguna, sehingga tenaga untuk mengikat
ayampun Siauw-tee tidak punyai. Siauw-tee menyesal sekali
tidak dapat membantu Ie Heng dalam hal ini."
Sambil tertawa dan me-nepuk2 pundak Lie Siauw Hiong
kemudian Ie It Hui berkata lagi : "Lie Heng, tenteramkan
saja hatimu, Siauw-tee sesedikitpun tidak memandang
sebelah matapun pada orang2 semacam mereka."
Lie Siauw Hiong berkata pula : "Aku dengar bahwa
partai Bu-tong dan Kong-tong sebenarnya saling bekerjasama, hanya tindakan Ie Heng sekali ini,
bukankah...." Sambil mengeluarkan suara 'Hmm' dari lobang
hidungnya, Ie It Hui berkata selanjutnya : "Siauw-tee bila
bukannya sebab partai Bu-tong pada sepuluh tahun yang
lalu masih terdapat sedikit perhubungan dengan guru
Siauw-tee, malam ini tentu Siauw-tee tidak membiarkan
orang she Thio itu pergi begitu saja."
"Lie Heng masakan tidak tahu," ia melanjutkan, "bahwa
partai Bu-tong dengan julukan 'ahli nomor satu dari
kalangan Kang-ouw' hanya terlampau di-besar2kan saja,
sedangkan sebenarnya murid2 mereka adalah bakul nasi
semuanya. Guru Siauw-tee pernah berpesan pada Siauwtee, dimusim rontok sewaktu akan diadakan pertempuran
perebutan pedang dipuncak gunung Thay-san, ia mengatakan jangan se-kali2 membuat permusuhan dengan
murid2nya. Tapi setelah terjadinya peristiwa hari ini,
Siauw-tee justeru ingin per-tama2 menggempur mereka,
sekalipun guru Siauw-tee akan menyesalkan dan menghukum Siauw-tee."
Lie Siauw Hiong lalu bertanya pula : "Pertempuran
perebutan pedang dipuncak Thay-san adalah dikepalai oleh
kelima jago dari masing2 partai. Orang2 yang diundang
untuk menghadiri pertempuran itu adalah orang2 yang
sudah ternama. Bila demikian halnya, bukankah lebih baik
tidak diadakan pertempuran saja, karena seperti diketahui,
saat ini siapa yang dapat memenangkan guru Ie Heng ?"
Dengan perasaan bangga Ie It Hui lalu tertawa dan
berkata : "Hal itu sudah barang tentu, pertemuan digunung
Thay-san diadakan dalam sepuluh tahun sekali. Sepuluh
tahun yang lampau guruku dengan sebatang pedangnya
pernah mengalahkan pendekar2 didunia, dengan demikian
dia memperoleh gelaran 'Ahli pedang nomor wahid
didunia', hingga Kouw-am-siang-jin dari Go-bie dan Cek
Yang Too-tiang dari partai Bu-tong tidak dapat menimpalinya. Hanya pertemuan digunung Thay-san sekali
ini sudah ditetapkan satu peraturan, yaitu : barang siapa
yang pernah turut dalam pertemuan sepuluh tahun yang
lampau, sekali ini tidak diizinkan turut serta. Oleh karena
itu, pertemuan sekali ini, adalah golongan kita yang akan
menjagoinya." Diam2 Lie Siauw Hiong menjengekinya, tapi dimulutnya dengan sopan-santunnya dia berkata : "Tiga
jago pedang dari Kong-tong, namanya sudah terkenal sekali
dikalangan Kang-ouw, tampaknya gelar 'ahli pedang nomor
satu didunia' ini sekali lagi mungkin akan jatuh kedalam
tangan partai Kong-tong."
Ie It Hui tertawa besar, se-akan2 dia membenarkan
perkataan Lie Siauw Hiong ini, tapi diam2 didalam hati Lie
Siauw Hiong- mengejeknya. Matanya memperlihatkan satu
sinar yang cemerlang sekali. Tapi Ie It Hui tidak
memperhatikan hal ini, sambil mengikuti kereta Lie Siauw
Hiong ia tampak girang bukan buatan, se-akan2 dia sedang
memegang pedang, berdiri dipuncak gunung Thay-san
setelah mendapat gelar 'ahli pedang nomor wahid didunia'.
Didalam kereta Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui, sedang
memikirkan persoalannya masing2, yang terdengar hanyalah roda kereta yang berputar. Se-konyong2 diatas
kereta terdengar satu suara yang gemuruh sekali, se-akan2
ada barang yang berat jatuh dari atas. Lie Siauw Hiong dan
Ie It Hui terperanjat sekali.
Tiba2 dari atas kereta terdengar satu suara yang merdu
dari seorang wanita, dengan napas yang ter-sengal2
kedengarannya ia berkata :
"Lekas jalan, lekas jalan, tidak boleh berhenti !"
Kemudian disusul dengan melesatnya kereta maju
kedepan dengan cepat, se-akan2 kusir kereta itu telah
dipengaruhi oleh wanita itu, hingga menyebabkan dia tidak
boleh tidak mempercepat larinya kereta tersebut.
Kedua orang yang berada didalam kereta, masing2
adalah orang2 yang berkepandaian sangat tinggi. Lie Siauw
Hiong yang pura2 tidak mengetahui silat, pada saat itu
tidak terasa lagi dia mengerutkan keningnya. Dalam hati
dia sangat heran sekali atas terjadinya peristiwa ini, maka
dia berpikir : "Mungkinkah orang ini sedang mencegat jalan untuk
melakukan perampokan, tapi demi mendengar suara
jatuhnya badan wanita

Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diatas kereta itu, terang menunjukkan bahwa wanita itu kepandaiannya hanya biasa
saja. Kedengaran napasnya yang ter-engah2 ini, se-olah2
sedang dikejar orang."
Ie Ht Hui lalu menarik tubuh Lie Siauw Hiong kesuatu
sudut, dengan suara yang perlahan dia berkata : "Lie Heng,
wanita ini tentu tidak mengetahui siapa yang berada
dikereta sebenarnya, karena tampaknya ia ingin berbuat
sesuatu atas kereta kita. Bila terjadi sesuatu, Siauw-tee akan
mempermainkan wanita ini, untuk memberi kesenangan
kepada Lie Heng." Begitu perkataannya habis diucapkan,
lalu sebelah tangannya menekan jendela kereta tersebut,
dengan mengeluarkan sedikit tenaga sadia, seperti ikan
yang sedang berenang tubuhnya melayang keluar melalui
jendela kereta. Pergerakan tangan yang begitu cepat, nyata
tidak memalukan dia sebagai seorang yang sudah
mempunyai nama yang terkenal juga dikalangan Kangouw. Lie Siauw Hiong lalu mendengar suara teriakan kaget
dari wanita itu, sambil membentak terdengar ia berkata :
"Kau ini manusia busuk ......" Sebelum habis perkataannya
diucapkan, lantas terdiam. Lie Siauw Hiong tahu bahwa
wanita itu telah dibekuk Ie It Hui.
Benar saja dari luar jendela kereta itu kedengaran Ie It
Hui melemparkan tubuh wanita itu masuk melalui jendela
kereta. Lie Siauw Hiong sudah ingin mengulurkan
tangannya untuk menyambut tubuh wanita itu, tapi tiba2 ia
teringat yang dirinya tengah bersandiwara pura2 tidak bisa
silat, oleh karena itu, dengan mengikuti jatuhnya tubuh
wanita itu, ia turut sama2 jatuh kelantai kereta.
Setelah Lie Siauw Hiong me-raba2, kini ia baru yakin
dan pasti, bahwa tubuh tersebut benar2 tubuh seorang
wanita. Secara kebetulan sekali kini muka mereka saling
berhadapan. Dalam cahaya yang remang2 itu, ternyata
wanita itu sangat cantik sekali. Lie Siauw Hiong merasa
papas mukanya, setelah diketahuinya bahwa wanita itu
pasti sudah ditotok jalan darahnya oleh Ie It Hui, tapi
semangat wanita itu tampak me-nyala2, waktu ia melihat
dirinya, menempel pada badan seorang laki2, dan muka
mereka saling beradu, karena ia tidak dapat bergerak
sedikitpun, saking malunya ia hanya dapat merapatkan
matanya saja. Ie It Hui kemudian dengan gesit sekali tampak masuk
kekereta. Waktu dia melihat kedua orang itu tengah berhempit2an disuatu pojok yang sempit, tidak terasa lagi dia
tertawa besar, dengan gerak yang cepat seperti kera, lalu dia
mengangkat tuhuh wanita itu.
Pada saat itu, barulah Lie Siauw Hiong me-ronta2 untuk
bangun, sambil menghela napas dia berkata : "Apakah
barangkali Ie Heng tidak mengetahui yang tenaga Siauw-tee
sangat lemah, Siauw-tee mana dapat menyambutinya ?"
Dengan matanya yang tajam, dilihatnya bahwa wanita
itu sudah didudukkan dikursi oleh Ie It Hui, dan sambil
tertawa kedengaran Ie It Hui berkata : "Lie Heng harus
merasa berterima kasih terhadap Siauw-tee barulah tepat,
wanita yang begini cantik sudah diberikan kepada Lie
Heng, masalah kau sebaliknya menyesalkan kepadaku ?"
Siauw Hiong melihat sekalipun rambut wanita itu
awut2an, dan bajunya kusut sekali, tapi tampaknya tetap
cantik. Pada saat ia memejamkan matanya tadi, Lie Siauw
Hiong membayangkan Peristiwa itu, tidak terasa lagi
mukanya terasa sedikit panas.
Lie Siauw Hiong setelah menelan ludah dan pura2
berlaku sangat sopan sekali dia bertanya :
"Nona ini bagaimana dimalam hari dapat melompat
keatas kereta kita " Cobalah mohon nona terangkan."
Wanita muda itu sewaktu mendengar dirinya ditanya,
segera ia membuka matanya. Pandangannya diarahkannya
pada diri Lie Siauw Hiong dan Ie It Hui, se-akan2 ia merasa
kedua orang yang didepannya itu bukanlah seperti orang
yang dibayangkannya, hatinya merasa sedikit lega,
sedangkan mukanya tampak tersenyum sedikit. Baru saja ia
ingin membuka mulutnya untuk bicara, seluruh badannya
tidak bertenaga dan untuk bicara saja ia tidak mampu
lakukan. Lie Siauw Hiong melihat Ie It Hui telah menotok wanita
itu, sehingga keadaannya seperti itu, tapi wanita itu tidak
terluka sama sekali. Tidak terasa lagi dia mempunyai kesan
yang baik terhadap Ie It Hui ini, karena diketahuinya
bahwa kawannya ini dapat mengerjakan sesuatu berdasarkan keperluannya.
Ie It Hui lalu tertawa, sambil mengulurkan tangannya
kepunggung wanita itu, yang kemudian ditepuknya sekali,
lantas terlihat wanita itu dapat menghembuskan napasnya
dengan lancar kembali, sedangkan tangannyapun dapat
diangkat sesuka hatinya, badannya kini sudah dapat
bergerak pula. Pada saat itu kereta tersebut jalannya sangat perlahan
sekali, jalanan tampak sepi sekali, pedagang2 sudah pada
menutup tokonya masing2, sebagian lampu sudah pada
dipadamkan. Se-konyong2 terdengar suara yang kaku dan kasar yang
berteriak.: "Kawan, lekas naik, tawanan kita ada didalam kereta !"
Ie It Hui merasa terkejut juga, mendengar suara teriakan
itu, wanita muda yang duduk berlutut diatas lantai kereta
memohon : "Tuan berdua walau bagaimanapun harus menolongku.
Mereka adalah orang2 jahat, mereka ......" Mukanya
wanita itu tampak merah, sedangkan perkataannyapun
tidak dapat diteruskannya. Tapi Lie Siauw Hiong dan Ie It
Hui sudah maklumi apa yang terkandung dalam perkataan
yang hendak dikatakannya itu. Ie It Hui biar bagaimanapun
adalah seorang ksatria sejati, mendengar hal itu, dia
menjadi marah sekali dan lalu berkata : "Orang2 kejam
seperti mereka sangat keterlaluan, sekalipun dikota mereka
masih saja berani melakukan perbuatan biadab dan liar."
Berkata sampai disitu, lalu dia bertanya pada wanita itu :
"Mereka itu siapa, apakah kau mengenal mereka ?"
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Baru saja wanita
muda itu menggelengkan kepalanya, diluar jendela kereta
dijalanan terdengar suara "ser, ser !" beberapa kali, laksana
orang2 yang lompat turun dari atas rumah saja dan
kemudian melompat kekereta. Kusir kereta kemudian
berseru kaget, lalu disusul dengan suara orang yang serak
lagi kasar membentak : "Hei, keretamu ini lekas2
diberhentikan !" Walaupun Lie Siauw Hiong sendiri tidak bisa turun
tangan, tapi dia cukup mengetahui sampai dimana
kepandaian Ie It Hui ini, bila harus menghadapi beberapa
perampok kasar seperti mereka ini, ia merasa gampang
sekali, oleh karena itu, tampaknya dia tenang2 saja. Dia
ingin lihat Ie It Hui bagaimana harus menghadapi mereka
ini, juga dia ingin menyaksikan
sampai dimana kelihayannya permainan pedang Ie It Hui ini.
(Oo-dwkz-oO) Jilid 4 Kereta itu berhenti, sedangkan wanita muda itu dengan
gugup dan ketakutan bersembunyi dipojok kereta, matanya
dengan penuh kecemasan memandang keluar kereta. Lie
Siauw Hiongpun lalu mengulurkan kepalanya untuk
memandang keluar jendela. Didepan kereta dilihatnya
berdiri tujuh atau delapan orang yang masing2 memegang
senjata tajam yang ber-kilau2an sinarnya.
Salah satu diantara orang yang memegang golok Tanto
(golok tunggal) berseru : "Hei, orang yang ada didalam
kereta, dengarlah ! Kami adalah saudara dari pemimpin
perairan dan daratan Siauw-liong-sin Ho Sin, yang
berkedudukan didaerah sebelah bawah sungai Tiang-kang,
hari ini kami lewat disini, dan kami tidak bermaksud
mencelakai rakyat jelata, hanya tadi ada seorang wanita
muda yang telah melarikan diri dari kapal kami, ia sudah
lari masuk kedalam kereta ini, harap lekas kalian keluarkan
dia, agar tidak mendatangkan sengketa."
Dengan mengeluarkan suara "hm" dari hidungnya, Ie It
Hui lalu membuka pintu kereta dan kemudian lalu turun
dari kereta dan membentak : "Tidak ada wanita dalam
kereta ini, sekalipun ada, pasti tidak akan kuserahkan pada
kalian !" Ketika itu Ie It Hui keluar dari kereta dengan memegang
sebatang pedang. Orang yang bersuara kasar tadi tampak
sedang berunding dengan kawan2nya, tidak tahu apa yang
sedang mereka percakapkan. Orang yang mula2 berbicara
tadi, mungkin juga pemimpin mereka, kemudian tampak ia
datang, tiba2 sambil merangkapkan kepalannya dia berkata
: "Tuan tampaknya satu golongan dengan kami, dari itu aku
harap Tuan sudi mengeluarkan orang tawanan kami. Jika
permintaanku kali ini tuan kabulkan, dibelakang hari kami
pasti akan membalas kebaikan budi tuan."
Dengan tertawa dingin Ie It Hui berkata : "Apa yang kau
katakan ini, perhubungan " Aku tak mempan dengan bujuk
rayumu yang keji itu !"
Mula2 orang itu mengira bahwa perkataannya itu akan
ditaati oleh Ie It Hui. Sangkanya semua orang akan dapat
digertaknya, dan disentaknya dengan sifat angkuhnya.
Mendengarkan kata2 Ie It Hui ini, saking marahnya dia
berteriak : "Tampaknya tuan sudah bosan hidup
barangkali." Kemudian sehabis teriaknya, ia melangkah
maju dan berkelebat dengan goloknya, lalu ia membacokkan goloknya dari atas kebawah.
Ie It Hui yang melihat kedatangan golok itu, lalu
mengulurkan tangan. Dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanannya, ia menjepit ujung golok
lawannya tersehut, sedang tangan kirinya dikibaskannya
keorang itu sambil berseru : "Rebahlah !"
Sehabis Ie It Hui berkata demikian, orang itu benar saja
mengikuti kibasan tangan Ie It Hui, tubuhnya jatuh
terguling ditanah. Lie Siauw Hiong yang berada dalam kereta, melihat
orang itu begitu tidak berguna, hingga ia merasa agak
kecewa. Sebenarnya ia mengharapkan agar terjadi satu
pertempuran yang seru untuk melihat kepandaian pedang
kawannya ini, tapi sekali Ie It Hui turun tangan, membuat
lawannya tak berdaya lagi.
Mereka ini hanya mengerti tiga jurus silat saja,
sedikitpun mereka belum dapat dikatakan pandai silat,
hanya dengan mengandalkan jumlah mereka yang banyak,
maka mereka gampang saja menghina orang yang lemah,
tapi jika menghadapi lawan berat seperti Ie It Hui ini,
mereka menjadi kecele. Mereka lalu melakukan pengeroyokam. Dengan tujuh atau delapan orang yang
bersenjatakan golok mereka mengeroyok dan hendak
membunuh Ie It Hui, tapi sekali gebrak saja mereka sudah
terpukul sampai tunggang-langgang. Jangankan Ie It Hui
hendak dijatuhkannya, bajunya saja tidak dapat mereka
menyentuhnya. Orang yang pertama kalinya jatuh tadi,
merayap bangun kembali, kemudian se-konyong2 berseru :
"Sudahlah, sudahlah ! Kedua pemimpin kita sudah
datang, kawa2 berhentilah ! Kini kita ingin melihat apakah
bocah ini dapat mempertunjukkan keganasannya pada
kedua pemimpin kita itu !"
Kemudian setelah orang2 itu mendengar seruan
kawannya itu, lalu menghentikan penyerangan mereka.
Tiba2 tampak seorang yang jangkung ber-lari2 bagaikan
terbang cepatnya ketempat pertarungan itu. Waktu
dilihatnya kawan2nya pada bergulingan ditanah, maka ia
berdiri disebelah pinggiran tempat pertarungan itu sambil
memandang pada Ie It Hui yang berdiri dipinggir kereta
dengan tenangnya. Sambil mengerutkan keningnya orang jangkung itu lalu
berjalan menghampiri Ie It Hui dan berkata : "Kawan, kami
tak ubahnya laksana air sumur yang tidak pernah
mengganggu air kali. Bersangkut-pautkah sandara dengan
wanita itu, sehingga saudara ingin bertentangan dengan
kami, dan membalaskan sakit hatinya " Jikalau memang
benar saudara ada sangkut-paut dengannya, aku Kang-liepek-liong akan segera mengangkat kaki dan wanita itupun
terserah pada saudara !"
Ie It Hui begitu mendengar nama Kang-lie-pek-liong,
diapun sudah maklum bahwa orang ini juga sangat ternama
dalam kalangan rimba persilatan. Didaerah Tiang-kang,
kaum Liok-lim dibagian air (kaum perampok disungai dan
telaga, artinya termasuk pendekar busuk) walaupun
semuanya mengangkat Siauw-liong-sing Ho Sin sebagai
pemimpin mereka, tapi tiap perkara baik besar maupun
kecil semuanya diurus oleh Kang-lie-pek-liong Sun Tiauw
Wan sebagai kepalanya. Su Tiauw Wan bukan saja mempunyai kepandaian yang


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi baik didarat maupun diair, iapun sangat pintar sekali.
Namanya sangat tenar sekali didaerah Tiang-kang,
sedangkan Ie It Hui juga sudah pernah mendengar nama
tersebut. Sewaktu Ie It Hui melihat pada Sun Tiauw Wan, yang
orangnya bertubuh tinggi kurus dan matanya bersinar
terang sekali, tampaknya memang mempunyai kepandaian
yang tinggi, maka dia lalu menyahut :
"Terus terang kukatakan, wanita muda itu tidak
mempunyai sangkut-paut apapun dengan aku orang she Ie,
hanya aku orang she Ie paling tidak senang melihat seorang
wanita diperlakukan demikian rupa. Dalam hati aku
menganggap Sun Tong-kee sebagai seorang pemimpin yang
mempunyai nama terkenal, tapi mengapakah dengan gigih
sekali me-ngejar2 seorang wanita muda ?"
Ie It Hui sendiri sebenarnya bukan ingin secara sungguh2
menolong wanita itu. Kata2nya yang keras dan baru
diucapkannya pada Sun Tiauw Wan adalah karena
terdorong rasa kemarahanya, maka ia hendak membela
wanita itu. Tapi kemudian setelah direnungkannya sejenak,
kata2nya yang telah terhambur keluar itu, ia agak menyesal
juga. Karena mengurus soal2 remeh itu, dengan sendirinya
ia telah menanam bibit permusuban dengan orang she Sun
itu. Hal mana, sangat tidak menguntungkan sekali baginya.
Oleh karena itu, timbul pengharapannya agar supaya orang
she Sun itu tidak memperpanjang persoalan wanita itu,
hingga mereka segera pergi agar tidak sampai terjadi hal2
yang tak diingini. Dengan penuh keheranan Sun Tiauw Wan lalu
memandang pada Ie It Hui dan lalu berkata :
"Oh, ternyata tuan ini adalah salah seorang Kong Tong
Sam Coat Kiam (tiga ahli pedang dari partai Kong Tong)
yang bernama Ie Jie-ya Ie It Hui. Jika Ie Jie-ya meminta,
kitapun tidak berhalangan untuk melepaskan perempuan
itu." Ie It Hui mendengar perkataan Sun Tiauw Wan ini,
merasa girang sekali, didalam hatinya dia pikir, bahwa
orang she Sun ini ternyata mempunyai pengalaman yang
sudah sangat luas sekali.
Sun Tiauw Wan melanjutkan perkataannya : "Hanya
harus diketahui, bahwa wanita muda itu bukan barang yang
begitu berharga, tapi sungguhpun demikian wanita itu ada
orang lain yang ingin menjaganya. Aku yang rendah tidak
berani mengganggu kegembiraan orang itu. Aku kira Ie Jieya pun pasti mengenali orang yang kumaksudkan itu. Oleh
karena itu, aku yakin kaupun tidak akan membuat sesuatu
yang dapat mengganggu perhubungan baik antara kita sama
kita bukan ?" Dengan lekas Ie It Hui bertanya : "Siapakah gerangan
orang yang kau maksudkan itu ?"
Sun Tiauw Wan sambil tertawa lalu memandang
ketempat yang jauh sekali, sambil menudingkan jerijinya
kesana ia berkata : "Nah, dialah orangnya !"
Ie It Hui setelah melihat kearah yang ditunjukkan
padanya, se-konyong2 mukanya berubah. Setelah berdiam
diri sejurus lamanya, Ie It Hui berkata :
"Bila memang wanita itu adalah kepunyaan orang
tersebut, sudah tentu aku tidak akan menahannya."
Kemudian Ie It Hui menunjuk kedalam kereta seraya
berkata lagi : "Nah, wanita itu ada dalam kereta, kau boleh
berurusan sendiri dengannya."
Lie Siauw Hiong yang mendengar percakapan diantara
kedua orang itu dari dalam kereta, lebih2 merasa terkejut
sekali. Diam2 dia berpikir : 'Tee-coat-kiam Ie It Hui ini,
namanya cukup terkenal, kepandaiannyapun tidak lemah,
apalagi diapun mempunyai pendukung yang dapat
diandalkan, yaitu Kiam-sin Li Gok, sifatnya suka
membanggakan diri, sekarang mengapa hanya dengan
tudingan jari Sun Tiauw Wan kearah orang yang jauh itu,
ia jadi menurut saja akan permintaan orang she Sun itu "
Mungkinkah orang itu mempunyai kepandaian yang lihay
dan luar biasa " Dan siapakah gerangan orang itu "' Wanita
muda itu waktu melihat Ie It Hui dengan gampang
menakluk kepada lawannya, ia menjadi sangat terkejut,
karena tadinya ia mengira bahwa le It Hui pasti akan
menolong dirinya. Tapi siapa menyangka suatu perubahan
mendadak telah terjadi, dengan mata yang penuh
permohonan dipandangnya muka Lie Siauw Hiong. Si
pemuda yang melihat pandangan wanita muda itu bagaikan
menembus jantungnya, tanpa menghiraukan sesuatu lagi
dia harus pergi keluar untuk menolongnya, tapi tiba2 dia
terpikir dengan perintahnya sendiri yang belum sempat lagi
dijalankan, disamping itu terhadap pekerjaannya sendiri
dikemudian hari belum lagi dapat dipastikan, bagaimana
perkembangannya kelak, terasa padanya adanya satu tenaga
kuat sekali mengekang perasaan yang tengah ber-golak2 itu.
Dalam sekejap saja Sun Tiauw Wan sudah menghampiri
kereta tersebut. Ia menjengukkan kepalanya masuk kedalam
kereta lalu tertawa haha hihi kepada wanita muda itu dan
berkata : "Phui Kho-nio (nona Phui) lebih baik kau ikut saja
dengan kami, karena tak ada gunanya melarikan diri.
Dengan mengandalkan kepandaian yang kau miliki itu, kau
ingin melarikan diri, tapi itu agaknya takkan berhasil."
Wanita muda itu semakin menyurukkan badannya
kepojok kereta itu. Melihatnya hati Lie Siauw Hiong sangat
sedih, tetapi setelah berpikir sejurus ia berkata : "Pergilah
lekas mengikuti orang itu, bila tidak ......" Wanita muda itu
ketika mendengar Lie Siauw Hiong bicara demikian,
dengan penuh perasaan benci, ia memandang pada Lie
Siauw Hiong. Pandangannya betul2 mengandung kebencian dan kedongkolan yang amat memuncak. Dalam
hati Lie Siauw Hiong tak sampai hati melepaskan wanita
ketangan manusia biadab itu. Tapi dalam saat perjalanannya kali ini, ia harus menekan se-keras2nya
perasaan hatinya itu, agar rahasianya tidak diketahui oleh
Ie It Hui. Sun Tiauw Wan mengulurkan tangannya memegang
pinggang wanita muda itu untuk ditarik keluar, sambil
mengibaskan tangannya dengan menguatkan hatinya
supaya jangan sampai wanita muda itu menangis. Dengan
penuh kebencian ia berkata :
"Jalan, ya, jalan, bila kau memaksa aku, maka tanpa
segan2 lagi aku akan memakimu !"
Ia berdiri lalu berjalan keluar tanpa memandang lagi
pada Lie Siauw Hiong. Sun Tiauw Wan memberi isyarat
pada kawan2nya, sesudah itu dua orang pemuda yang kasar
dari kiri dan kanan lalu memegang sebelah seorang tangan
wanita muda itu. Ia me-ronta2, tapi tentu ia tak dapat
melawan tenaga yang besar dan kuat kedua pemuda kasar
itu. Sun Tiauw Wan kemudian merangkapkan kedua
tangannya dan berkata pada Ie It Hui : "Ie Tay-hiap yang
mempunyai kepandaian tinggi, bukan saja aku orang she
Sun merasa terharu tidak habis2nya, begitu pula Cee-cu
(pemimpin pasanggerahan) dan pemimpin kami pasti
takkan lupa akan kebaikan Ie Tay-hiap untuk hal itu, aku
berani memastikan yang mereka akan berusaha membalasnya. Nah, sampai disini saja dulu dan sampai
ketemu lagi." Begitu dia habis mengucapkan perkataannya,
lalu dia pergi sambil me-lambai2kan tangannya.
Ie It Hui sendiri lalu naik kereta kembali, dengan
memaksakan dirinya tertawa pada Lie Siauw Hiong dan
berkata : "Hari ini benar kita menemui kesialan, tanpa sebab
kita mencari penyakit sendiri. Ai, jika bukannya pemimpin
tersebut, masih tidak mengapa, tidak tahunya adalah dia
sendiri !" Lie Siauw Hiong lalu bertanya : "Sebenarnya dia itu
siapa, Siauw-tee sangat ingin sekali mengetahuinya."
Ie It Hui tampak menggelengkan kepalanya sambil
berkata : "Segala urusan yang ditimbulkan dalam kalangan
Kang-ouw, Lie Heng pasti tidak dapat memahaminya.
Kelak bila kita dapat berjumpa kembali, barulah kita
mempercakapkan soal itu."
Lie Siauw Hiong tahu yang dia tidak suka memberitahukan soal itu, karena tentu dia sudah
mempunyai rencana sendiri, diapun tidak ingin banyak
bertanya lagi. Kereta itu dengan cepat sekali sudah sampai ditoko
dimana Lie Siauw Hiong bertugas, yaitu ditoko San Bwee
Cu Poo Hoo. Tampaknya toko tersebut sangat besar sekali.
Kusir kereta itu yang baru saja menjumpai peristiwa
yang tidak diinginkannya itu, merasa sangat jengkel, bila
mungkin sudah tadi2 ia memecut kudanya supaya lekas2
sampai ditempat tujuannya, karena matanya sudah sangat
mengantuk. Tak lama antaranya sampailah mereka, buru2
kusir itu melompat turun dari keretanya dan lalu mengetuk
pintu. Saat ia mengetuk pintu toko itu, pelayan toko
tersebut tengah tidur nyenyak. Maka waktu ia mendengar
pintu diketuk orang, dengan suara mengandung kemarahan
dia bertanya : "Siapakah tengah malam buta kesini
mengetuk pintu orang ?"
Sambil tertawa kusir itu menjawab : "Majikan sudah
kembali." Suara itu lantas berubah menjadi lembut lalu menyahut :
"Ya, tunggu, saya bukakan."
Ie It Hui setelah mengalami peristiwa tadi, mukanya
tampak redup dengan kelesuan, dia lalu masuk kedalam
rumah. Lie Siauw Hiong lalu menyuruhnya pergi tidur.
Malam semakin larut, dari dalam toko San Bwee Cu Poo
Hoo se-konyong2 tampak berkelebat sesosok tubuh
manusia, yang lari dengan gesitnya menuju kepantai. Ilmu
kepandaian mengentengkan tubuh yang demikian sempurnanya, sesungguhnya jarang sekali dapat dijumpai,
karena dengan mengenjotkan kakinya beberapa kali saja,
dia sudah melesat jauh sekali, sehingga bila dipandang
tampak seperti segulungan sinar saja, tapi kita tidak dapat
melihatnya dengan jelas. Dalam waktu yang sekejap mata
saja, bayangan orang itu sudah sampai dipantai, tapi waktu
itu tampaknya dia ragu2, kemana dia harus pergi.
Tujuannya belum pasti, hanya dengan pesatnya dia pulang
balik ber-kali2 didaerah pantai untuk men-cari2 sesuatu
agaknya. Disana beberapa kapal yang sedang berlabuh dipantai
sudah mematikan lampunya, hanya yang tampak lampu
sebuah kapal penangkap ikan yang berada di-tengah2
sungai itu, yang memancarkan sinar yang berkelap-kelip
dimalam hari itu. Dalam gelap kelihatan lampu kapal itu
menyinarkan cahaya yang kuning suram.
Orang ini agak sedikit kecewa. Setelah berdiam sejurus
lamanya, se-konyong2 bagaikan elang cepatnya dia
meloncat dan hinggap diatas salah satu kapal dagang yang
agak besar, dengan mempergunakan ilmu kepandaian
meringankan tubuh yang sangat tinggi. Dengan cermatnya
dia memeriksa keempat penjuru kapal dagang itu.
Kemudian dia melanjutkan pemeriksaannya pada kapal
dagang itu. Kemudian dia melanjutkan pemeriksaannya
pada kapal dagang yang kedua dan yang ketiga, tapi apakah
yang sebenarnya sedang dicarinya "
Kemudian dia meloncat pada dua buah kapal besar
lainnya yang agak jauh jaraknya dengan pantai, ketika itu
pada saat yang berbareng salah satu diantara kapal itu
lampunya secara tiba2 menyala terang. Dari jauh kelihatan
dari jendela kaca kapal beberapa bayangan orang yang
sedang ber-gerak2 tak henti2nya.
Jarak kedua kapal tersebut dari pantai kurang lebih ada
dua puluh tombak. Jarak tersebut memang cukup jauh.
Angin disungai itu bertiup dengan kerasnya, menyebabkan lampu yang tergantung diatas tiang kapal bergoyang2. Orang itu tiba2 mengulurkan tangannya dan
mengambil sebuah lampu yang tergantung itu, setelah dia
memeriksa sesaat lamanya se-akan2 dia mendapat ilham
dengan per-lahan2 dia turun kebawah, sambil memegang
tali lampu itu yang kemudian diikatkannya pada kakinya
lalu dia menghembus semangatnya. Tampak badannya
melompat cepat sekali menuju ke-tengah2 sungai itu.
Lompatannya itu paling sedikit ada lima atau enam
tombak jauhnya. Sewaktu tubuhnya hendak jatuh keair, lalu lampu yang
tergantung dikakinya ditepukkan kepermukaan air sungai


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, sehingga tubuhnya mumbul dan berhasil melompat
kembali kemuka sejauh tiga atau empat tombak jauhnya,
kemudian sewaktu tubuhnya berada di-tengah2 udara dia
menghempos semangatnya sekali lagi dan dengan sekali
jungkir balik saja ia sudah berhasil melepaskan lampu yang
tergantung pada kakinya. Pada saat ia melayang kekapal yang sebuah lagi yang
berjarak kira2 lima atau enam tombak itu, kelihatan
tubuhnya maju dengan pesat sekali. Kemudian sewaktu
tubuhnya tampak hendak jatuh diatas air, segera ia buru2
meringankan tubuhnya dan pada saat itu pula tangannya
ditepukkannya keatas air. Sesudah itu kelihatan badannya
bagaikan capung yang menotol air, kemudian melesat
kedepan dan jatuh persis diatas kapal itu tanpa menerbitkan
suara berisik. Lalu dia membetulkan pedangnya yang berbentuk agak
kuno itu dan tergantung dipunggungnya. Dengan membungkuk ia berjalan menuju kejendela kapal itu yang
masih terdapat cahaya lampunya, kemudian dari celah2
jendela itu dia mengintip. Di-dalam kapal itu terlihat sebuah
Pat-sian-toh (media yang berisi delapan), sedang dipinggir
media tersebut duduk dua orang yang sedang minum arak.
Dia masih kenal satu diantara kedua orang itu, yaitu Sun
Tiauw Wan, kemudian dalam hatinya dia berkata pada
dirinya sendiri : 'Orang yang satu lagi ini tentulah Siauwliong-sin Ho Sin adanya'. Kemudian dia pergi mengintp
kejendela berikutnya, tapi disitu tidak terdapat sedikit sinar
lampupun yang menyala, tapi berkat sorotan sinar lampu
dari kamar lainnya yang menembus kekamar yang tak
berlampu itu, ia dengan nyata dapat melihat segala apa
yang berada dalam kamar yang gelap itu. Tiba2 matanya
terbentur pada seorang wanita yang sedang berbaring
miring diatas sebuah ranjang. Matanya yang besar itu tanpa
berkesip memandang pada papan jendela. Tampaknya ia
sedang berpikir. Kemudian dia menempelkan tangannya pada kaca
jendela itu, hingga sebentar saja kaca jendela itu yang kena
hawa panas dari tangan orang tersebut, menjadi pecah
sebagian besar. Wanita yang berbaring itu masih saja
berpikir, sehingga apa yang terjadi saat itu tidak
diketahuinya. Tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi
atas perbuatannya ini, ia lalu mendobrak pinta jendela itu
hingga hancur. Dengan gesit sekali ia lalu melompat masuk
kedalam. Setibanya diranjang, lalu dia menotok jalan darah
Yong-coan-hiat pada tubuh wanita itu, sehingga wanita itu
tidak dapat bergerak maupun bersuara.
Pada saat itu kedua orang yang sedang duduk minum
arak dikamar sebelah tadi, tiba2 berlari masuk kedalam
kamar sambil berseru : "Siapa ?" Orang yang memegang wanita itu dengan bergerak
sedikit saja, ternyata sudah berhasil lobos lewat diantara
kedua orang itu, dan dengan tenang sekali dia lalu duduk
diatas sebuah kursi, sedangkan tubuh wanita itu
disenderkan dipinggir meja itu digeladak kapal.
Kedua orang itu memang benar pemimpin perairan dan
daratan dari sungai Tiang-kang, yaitu yang bernama Ho Sin
dan Sun Tiauw Wan. Kedua orang ini juga mempunyai
kepandaian silat yang tinggi sekali, tapi dalam waktu
sekejap itu ternyata ada orang lain yang dapat
mengelabuinya. Setelah diketahuinya hal ini, alangkah
terperanjatnya mereka itu. Dengan lebih hati2 lagi kedua
orang jago itu men-cari2 orang yang dicurigainya itu,
kemudian tampak oleh mereka orang tadi duduk digeladak
kapal. Keadaan orang ini sedikitpun tidak tampak tanda2
bahwa dia hendak melarikan diri, setelah diketahuinya
orang telah menampaknya. Ho Sin merasa gemas sekali melihatnya dan lalu
membentak : "Siapakah kau " Dan apakah pula maksudmu
datang kemari ?" Orang yang dibentak menengadahkan kepalanya sambil
terawa dengan geramnya, kemudian sambil menunjuk
kearah kain penutup mukanya yang terlukiskan bunga Bwee
itu dia berkata : "Apakah kalian tidak mengenal ini ?"
Sewaktu mereka memperhatikan kain penutup muka
orang itu, ternyata diatasnya bersulamkan gambar tujuh
batang bunga Bwee, Ho Sin dan Sun Tiauw Wan yang
sudah mengembara dikalangan Kang-ouw sepuluh tahun
lamanya, tiba2 mereka mencoba memutar otak untuk
memikirkannya. Tapi orang itu sudah melenyapkan dirinya kurang lebih
sudah ada sepuluh tahun lamanya, malahan menurut kabar
angin yang tersiar, mengatakan bahwa Bwee San Bin sudah
mati dibawah tangan empat jago pantai2 yang ahliwaris
bersangkutan (baca arangan dimuka), mengapa pada saat
ini dia serta-merta muncul kembali "
Ho Sin merasa ragu2 dan lalu berkata : "Mungkinkah
kau ini ......?" Orang itu tertawa lagi, dan sambil memutuskan
omongan Ho Sin dengan suaranya yang nyaring ia berkata :
"Hay Lwee Cun Chit Biauw (Dalam lingkungan lautan
menjunjung Tujuh Ilmu Kepandaian)."
Belum lagi habis perkataannya diucapkannya, tiba2 dari
punggungnya ia mencabut sebuah pedang yang panjang lalu
di-putar2kannya. Sinar pedang itu berkeredepan. Terlihatlah pada sinar2 itu merupakan tujuh Lingkaran dari
bunga Bwee. Setelah itu secara tiba2 dia telah menarik
pedangnya itu. Semenjak ia mencabut pedangnya sampai ia
habis memainkan pedangnya, se-akan2 hanya memakan
waktu sedetik saja. Ho Sin dan Sun Tiauw Wan yang melihatnya, hanya
merasakan tujuh kuntum sinar dari bunga Bwee itu
menyilau dimukanya, kemudian hilang tak berkesan. Maka
tanpa ragu2 pula mereka berseru :
"Chit-biauw-sin-kun !"
Seketika itu mereka merasa tubuh mereka telah menjadi
lemas dan tak berdaya. Menurut kenyataan, Ho Sin dan Sun Tiauw Wan sebagai
pemimpin dari kaum Liok-lim didaerah sungai Tiang-kang
dan juga dikalangan Bu-lim, nama mereka sudah terkenal
sekali, mengapa sewaktu disebutkannya 'Chit-biauw-sinkun' saja, mereka lantas menjadi kaget demikian rupa "
Harus diketahui, bahwa nama 'Chit-biauw-sin-kun' itu
sangat kesohor sekali, baik kedudukan maupun kepandaiannya, boleh dikatakan jarang ada tandingannya.
Chit-biauw-sin-kun telah meninggalkan kalangan Kangouw sepuluh tahun lamanya, pada detik itu secara sekonyong2 muncul diatas kapal kedua orang ini. Hal itu,
cara bagaimana tidak membuat kaget sekali kedua orang
itu" Pada saat itu muka Chit-biauw-sin-kun ditutupi dengan
sapu-tangan. Sun Tiauw Wan dan Ho Sin hanya
mendengar dia tertawa dingin, tapi mereka tidak dapat
melihat wajahnya, maka tidak terasa lagi keringat dingin
telah keluar membasahi dahi mereka.
Biasanya Sun Tiauw Wan sangat cerdik sekali, setelah
berdiam sejurus lamanya, ia melihat pada wanita she Phui
yang ada disamping tubuh Chit-biauw-sin-kun itu, maka
hatinya sudah mengetahui, bahwa orang aneh ini datang
adalah disebabkan soal ini, hingga dalam hatinya dia
berpikir : "Aku sudah lama mendengar Chit-biau-sin-kun
mempunyai 'chit gee', (tujuh keahlian istimewa), keahlian
yang terakhir ini ialah 'seek', dan sekarang dia datang untuk
mengambil wanita ini. Kini biarlah aku lepas tangan dan
tidak mau campur lagi urusan ini. Aku tunggu sampai
orang itu datang menanyakan wanita itu."
Setelah berpikir demikian, hatinya mulai tenteram,
sambil memberi hormat, dia berkata : "Sin-kun sudah lama
berpisah dengan kalangan Kang-ouw, tidak disangka hari
ini Boan-pwee (merendahkan nama sendiri terhadap orang
yang lebih tua tingkatannya) dapat bertemu dengan Sin-kun
disini, maka Boan-pwee memberanikan diri untuk menerka,
kalau2 kedatangan Sin-kun sekali ini, bukanlah disebabkan
karena wanita ini ?"
Dengan tertawa dingin Chit-biauw-sin-kun lalu berkata :
"Kau ini memang pintar sekali !"
Dengan tertawa getir Sun Tiauw Wan lalu menyahut :
"Sekalipun Sin-kun mempunyai maksud demikian, Boanpwee mana berani menghalang-halanginya " Mengenai
wanita ini, Boan-pwee disuruh oleh orang lain ......"
Sambil mengeluarkan suara jengekan dari lobang
hidungnya tampak Chit-biauw-sin-kun lalu melanjutkan
kata2nya : "Orang lain menyerahkan wanita ini kepadamu
untuk maksud apa " Apakah barangkali kau anggap aku
tidak mampu membawa pergi wanita ini dari sini ?"
Sun Tiauw Wan segera menjawab : "Boan-pwee pikir,
bila Cian-pwee (orang yang tingkatannya lebih tinggi
daripada orang yang sedang dibicarakan dengannya) dapat
meninggalkan sesuatu barang sebagai bukti kami disini
dapat menunjukkan itu pada orang yang bersangkutan, bila
orang itu menanyakan pada Boan-pwee tentang orang
perempuan ini." Sambil berkata begitu, Sun Tiauw Wan mengeluarkan
keringat dingin saking takutnya, karena dia tahu tabiat Chitbiauw-sin-kun yang sangat aneh sekali, khawatir kalau2
perkataannya itu akan menyinggung perasaan orang. Hal
mana, diapun telah melakukan itu karena sangat terpaksa.
Dengan begitu, dia dapat melepaskan tanggungjawabnya,
bila nanti orang lain menanyakan tentang orang perempuan
tersebut. Siapa sangka setelah berdiam sejurus lamanya,
dari dalam dadanya Chit-biauw-sin-kun mengeluarkan
sebuah tanda dari emas yang kemudian dilemparkannya
diatas meja sambil berkata : "Tanda ini adalah barang yang
paling kusayangi, bila nanti ada orang yang merasa tidak
puas terhadap aku Chit-biauw-sin-kun, kau boleh keluarkan
tanda itu, bila dia tidak mau mencari aku, maka akulah
yang akan mencarinya !"
Sun Tiauw Wan dan Ho Sin hanya mengharapkan
demikian, tapi mereka tidak pernah menduga bahwa dia
dapat meluluskan demikian mudahnya, maka dalam hati
mereka tidak terasa lagi timbul suatu pertanyaan, yaitu
orang2 dikalangan Kang-ouw pernah mengatakan, bahwa
Chit-biauw-sin-kun ini sangat aneh dan ditakuti sekali, tapi
kenyataannya tidaklah tepat seperti apa yang dikatakan
orang, hingga dalam hal ini tentunya dia mempunyai
maksud lain. Tapi mungkinkah Chit-biauw-sin-kun ini
sudah bersalin rupa dengan yang sepuluh tahun yang
lampau itu. Dengan kegirangan mereka memandang pada
tanda emas diatas meja itu, yang ternayta diatas sepotong
emas itu terdapat ukiran gambar tujuh kuntum bunga Bwee.
Sehabis berkata begitu, lalu Chit-biauw-sin-kun mengempit wanita itu untuk dibawanya pergi.
Mula2 Chit-biauw-sin-kun memandang pada air sungai
didepannya, dalam hatinya ia merasa ragu2, karena pada
saat itu ditangannya mengempit seseorang. Cara bagaimana
dia bisa meringankan tubuhnya seperti tadi, melampaui
jarak sungai yang jauhnya dua puluh tombak lebih itu "
Kemudian dia memandang ketengah sungai itu, dia
melihat lampu yang dia gunakan tadi dalam usahanya
melompati sungai itu kini sudah mengapung terpisah dari
kapal kira2 enam tombak jauhnya, ia lalu berpikir : "Bila
aku menggunakan tipu 'Hiang-bun-sip-lie' dari jurus 'Am
Eng Pu Hiang' untuk menyeberangi sungai ini, yang baru
saja aku pelajarinya sewaktu berada dalam kamar batu,
ilmu itu sebenarnya belum pernah aku coba lakukan dalam
praktek. Oleh karena itu, apakah aku dapat mempergunakannya dengan sempurna ?"
Harus diketahui, bahwa ilmu 'Am Eng Pu Hiang' dari
Chit-biauw-sin-kun sekalipun latihan itu mengandalkan
tenaga-dalam, suatu cara yang termasuk juga ilmu
meringankan tubuh yang paling tinggi dan tersulit, tapi tak
mungkin dapat dicapai hingga puncak yang paling
sempurna, tanpa melakukan teori dan praktek dengan
secara berbareng. Maka walaupun ia mahir dalam teorinya,
apakah ia dapat juga mempraktekkannya dengan sesempurna2nya " Pikiran itu terlintas dikepalanya, pada saat Sun Tiauw
Wan dan Ho Sin datang mendekatinya.
Sambil membungkukkan diri Ho Sin merangkapkan
tangannya dan berkata : "Sin-kun datang dan pergi dengan
ter-gesa2, hingga Boan-pwee belum lagi mengunjuk hormat
kepada Sin-kun sebagaimana mestinya, tapi diharap saja
dikemudian hari kita bertemu kembali. Pada waktu itu,
kami akan meminta petunjuk2 lebih jauh dari Sin-kun."
Chit-biauw-sin-kun lalu melambaikan tangannya sedang
didalam hatinya dia berkata : "Melihat mereka begitu
menghormati aku, hal itu sudah jelas membuktikan bahwa


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Chit biauw sin-kun' mempunyai kedudukan yang hebat
sekali dalam kalangan Kang-ouw. Oleh karena itu, sejak
hari ini baiklah aku perkembangkan pula keagungan nama
julukan itu selanjutnya." Kemudian tanpa me-nimbang2
lagi, tangannya lantas mendorong pergi tubuh wanita itu
lurus kedepan. Tenaga dalamnya memang mengejutkan orang, apa lagi
sekarang dia melakukan dengan sepenuh tenaga, maka
tubuh wanita muda itu dengan pesat sekali meluncur
kemuka bagaikan anak panah cepatnya.
Sun Tiauw Wan dan Ho Sin merasa tercengang sekali,
tidak tahu mengapa dia melakukan tindakan tersebut.
Mereka melihat tubuh wanita itu terbang kemuka,
kemudian disusul oleh orang yang mendorongnya.
Pergerakannya jauh lebih gesit daripada yang pertama.
Kakinya tampak menutul pada lampu yang mengambang
dipermukaan air sungai, pada saat tubuh wanita tersebut
maju lagi kedepan. Sepasang tangannya lantas mendorong
tubuh wanita itu kembali, sedangkan tubuhnya sendiri
sambil menotol lampu tersebut, sekali lagi tubuhnya maju
kemuka dengan gerakan yang terlebih pesat.
Sun dan Ho berdua memandang dari kejauhan dengan
perasaan amat kagum. Begitulah, dengan gerakan secepat kilat, Chit-biauw-sinkun meluncur dipermukaan air sungai yang jauhnya kurang
lebih sepuluh tombak itu, hingga sekejap saja dapat
dilampauinya, dan sekarang terpisah dari daratan hanya
tinggal enam atau tujun tombak lagi saja jauhnya. Oleh
sebab ini, tidak terasa lagi hatinya menjadi sangat girang,
karena ia telah dapat laksanakan peryakinan ilmu yang
termasuk paling tinggi dari kaum ahli silat. Sewaktu ilmu
ini dipergunakan, perhatian orang yang menggunakannya
sedikitpun tidak boleh bercabang. Dalam kegirangan yang
tiba2 itu, kakinya menjadi berat dan tubuhnya berat seperti
juga hendak tenggelam, hingga dia insyaf bahwa
perhatiannya sudah bercabang, maka tiba2 pula hatinya
menjadi kecut sekali. Sesaat itu juga, dia merasa lampu yang kian tenggelam
itu mumbul kembali keatas. Ternyata orang yang sudah
mencapai ilmu meringankan tubuh yang paling sempurna,
hanya dengan pertolongan tenaga yang kecil saja dapat
membuat badannya melompat keatas pula. Badannya lalu
mengikuti mumbulnya lampu itu, kemudian dengan
badannya yang separuh melengkung seperti busur panah,
lalu melayang kemuka sambil mengempit wanita itu. Ketika
tubuhnya berada ditengah udara, badannya begitu kukuh
dan sempurna tampaknya. Bajunya yang lebar itu ketika
ditiup oleh angin sungai, ber-kibar2, menambah indah
dipandang mata. Sejurus kemudian tubuhnya jatuh kembali kebawah,
ternyata dia sudah sampai didaratan. Tampaknya ia sudah
agak kecapaian. Tapi setelah mengaso sebentar dan
mengatur pernapasannya sehingga teratur kembali, lalu dia
menyekal tangan wanita itu, lalu lari menuju kedalam kota.
Dalam beberapa kali lompat saja bayangannya sudah
lenyap ditelan oleh kegelapan malam. Sewaktu wanita itu
siuman kembali, ia sudah berada didalam sebuah kamar
yang indah dan mentereng. Seumurnya belum pernah ia
melihat kemewahan seperti yang terdapat dalam kamar itu.
Ranjang yang ditidurinya, terasa begitu empuk dan hangat.
Pada ranjang terpasang kelambu yang indah pula,
sepreinyapun terbikin dari kain yang mahal. Pendeknya
segala perabotan yang berada dalam kamar itu, orang biasa
takkan dapat memiliki karena barang2 tersebut terhitung
sebagai barang2 mewah yang sangat mahal harganya.
Dengan perasaan yang segar sekali, lalu ia menggerakkan
kaki dan tangannya. Dan dalam waktu ia siuman ini, segala
sesuatunya se-akan2 berada dalam impian saja. Kemudian
se-konyong2 ia ingat yang dirinya baru saja dibekuk dalam
kapal, kemudian muncul seseorang dikamar dimana ia
ditawan. Orang itu serta-merta menotok jalan darahnya, hingga
selanjutnya ia tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas
dirinya. Tapi mengapa kini ia berada dan telah berbaring
dalam kamar mewah ini "
Lalu ia meng-ingat2 peristiwa yang dialaminya selama
dua bulan ini. Jika dibandngkan keadaannya kini dengan
hari2 yang telah dilewatinya selama hidupnya, jauh berbeda
sekali. Kemudian pikirannya melayang jauh pada 'rumahnya'.
Sebenarnya ia pernah menuntut penghidupan yang aman
dan damai, ayahnya bernama Phui In Kie, yang membuka
sebuah rumah perguruan silat. Muridnya tiga sampai empat
puluh orang. Sekalipun keluarganya tidak tergolong sebagai
keluarga yang kaya, tapi hidupnya serba cukup. Penduduk
di-kota2 kecil terhadap mereka sangat hormat sekali. Tapi
pada suatu hari, datang seorang pemuda yang berpakaian
mentereng ke-tengah2 kepenghidupannya, hingga akhirnya
ia kehilangan penghidupan yang tenteram, dan damai itu.
Tapi walaupun demikian, Phui In Kie sendiri sangat
girang sekali menerima pemuda tersebut. Dia menyuruh
anak perempuannya panggil Koko (kakak) si pemuda itu,
kemudian menyuruhnya memanggil dia Ie Ko. Phui In Kie
memberitahukan, bahwa dia bernama Kim Ie dan adalah
anak laki2 ayahnya yang telah lenyap sepuluh tahun
lamanya. Phui In Kie memberitahukannya, anaknya ini selama
sepuluh tahun, mengalami ber-macam2 hal yang aneh2,
hingga dia mempunyai kepandaian yang sangat tinggi
sekali, yang mana sudah berhasil dimilikinya.
Akhirnya entah bagaimana si nona menjadi jemu dan
benci sekali pada Ie Ko itu, yang wajahnya selalu tampak
dingin, kedua matanya tampak beringas dan garang sekali.
Bila dia memandang pada orang lain, maka matanya itu
tampak se-akan2 ingin menelan orang saja layaknya.
Tapi kesemuanya ini belum dapat dikatakan suatu hal
yang sangat buruk. Pada suatu hari, se-konyong2 Phui In
Kie memberitahukan kepada si nona, bahwa ia harus
mengawini Ie Ko. Mendengar hal ini, ia menjadi kaget
bukan kepalang. Masakan seorang adik perempuan
dibolehkan kawin dengan kakaknya sendiri " Kemudian
barulah Phui In Kie memberitahukan kepada si nona,
bahwa nona itu bukanlah anak perempuannya sendiri.
Diberitahukannya pula, bahwa Ie Ko-nya ini mempunyai
kepandaian yang sangat tinggi dan dibeberapa tempat dia
mempunyai kedudukan yang tinggi pula.
Si nona tidak mau mengabulkan permintaannya itu,
walau bagaimanapun ia tidak mau, hingga Phui In Kie
menjadi marah dan berkata : "Tidak, kau harus kawin juga
!" Waktu itu sikapnya se-olah2 sudah berubah terhadapnya,
begitu benci dan kejam terhadapnya, dan karena dalam
gugupnya ia menangis ter-sedu2.
Pada waktu itu si nona sangat benci sekali terhadapnya,
dan benci juga terhadap ayahnya, yang telah memaksa ia
supaya mau kawin dengan kakaknya sendiri. Dengan
perasaan marah sekali ia lalu berkata : "Kalau kau dapat
membunuh ayah dan ibuku, aku baru mau kawin
denganmu !" Ie Ko itu lalu berdiri sejurus, kemudian dia pergi keluar.
Perkataan yang ia ucapkan tadi sebenarnya diucapkannya
karena ia sedang marah sekali, siapa tahu setelah sejurus
lamanya, ternyata Ie Ko menenteng kepala ayah dan ibunya
berjalan masuk kekamarnya, sambil dilemparkannya kepala
ibu dan ayahnya keatas tanah. Si nona buru2 pergi melihat.
Ternyata benar2 dia sudah membunuh ayah dan ibunya!
Begitu kagetnya ia sampai tidak bisa bicara, ia tidak pernah
menduga yang dia dapat berlaku demikian kejamnya serta
tak berperikemanusiaan sama sekali. Lalu dia menangis dan
memaki, tapi Ie Ko tetap berdiri disitu dengan dinginnya,
sepatah katapun tidak diucapkannya.
Sekarang si nona tahu, kecuali mati, tidak ada jalan lain
baginya untuk melarikan diri. Oleh karena itu, lalu
diambilnya sebilah golok hendak membunuh diri, tapi
tanpa diketahuinya, sekali bergerak saja, goloknya itu sudah
berpindah kedalam tangan Ie Ko.
Begitulah walaupun ia ingin mati tapi tak dapat
dilaksanakan, tapi walaupun demikian, ia sudah mengambil
keputusan yang pasti meski bagaimanapun juga, ia tidak
sudi kawin dengan pemuda itu. Pada suatu hari Ie Ko
berkata kepadanya : "Kau jangan mengira yang aku tidak
berdaya menghadapimu, sesungguhnya, bila aku menotokmu sekali saja, aku akan dapat berbuat sesuka
hatiku, tapi karena aku terlampau mencintaimu, sehingga
aku tidak mau mengambil tindakan kekerasan serupa itu!"
Setiap hari Ie Ko menilik tingkah lakunya, pada suatu
hari dimalam hari, dia mendengar suara yang aneh, seperti
suara burung, tapi mirip seperti pekikan monyet, sewaktu
mendengar suara itu mukanya berubah jelek sekali,
sehingga tidak sedap dipandang orang.
Pada malam hari itu, se-malam2an Ie Ko tidak dapat
tidur, dia terus berpikir, keesokan harinya dia mengajak si
nona pergi. Ia tahu si nona tidak mau turut, ia lalu
mengambil tindakan kekerasan, hingga dengan sangat
terpaksa nona itupun turut juga. Mereka berjalan setengah
hari lamanya, sesampai ditepi sungai Tiang-kang, lalu Ie Ko
pergi kesana-kemari mencari sebuah kapal kecil. Sejurus
kemudian dari pinggir sungai itu datang dua buah kapal
besar. Belum lagi kapal itu rapat betul, tetapi Ie Ko sudah
mengempit nona itu meloncat kekapal tersebut. Orang
diatas kapal sewaktu melihat Ie Ko ini, tampaknya mereka
kaget dan bergidik. Sesampainya dikapal, Ie Ko
meninggalkan si nona diatas kapal itu, sambil menyuruh
beberapa orang untuk menjaganya. Mereka semua berlaku
sopan-santun, kemudian Ie Ko sendiri berlalu entah kemana
perginya. Setelah dua hari berada dikapal itu, baru diketahui
bahwa kapal itu adalah milik perampok. Salah seorang
pemimpinnya dipanggil Siauw-liong-sin, dan yang seorang
lagi dipanggil she Sun. Mereka ini memperlakukan si nona
dengan hormat sekali, mereka menyuruh seorang perampok
yang penuh berewokkan siang malam menjaganya, sambil
dipesan jangan berlaku kurang ajar.
Pada suatu malam, siberewok karena terlampau banyak
minum susu macan, dengan secara se-konyong2 lalu
menubruk dan hendak memperkosa si nona. Justeru orang
she Sun itu pun datang, hingga ia mengutuk siberewok,
yang kesudahannya disusul dengan perkelahian. Dan selagi
orang she Sun dan siberewok bertempur dengan hebatnya,
si nona segera mengambil kesempatan itu melarikan diri
dari kapal tersebut. Tapi akhirnya iapun tertangkap juga, setelah ditengah
jalan berjumpa dengan dua orang yang kelihatannya seperti
pendekar2 yang gagah perkasa tapi tidak tahunya mereka
tidak berguna sama sekali, lebih2 yang satunya itu.
Selama si nona dalam tangkapan dan berada kembali
diatas kapal, kawanan perampok lalu membuang sauh tepat
ditengah sungai itu, hingga si nona yang ketahui hal itu,
tidak berdaya sama sekali. Apa lagi sekarang orang she Sun
itu sendiri yang menjaganya. Tapi mengapa sekarang ia
berada ditempat ini " Mungkinkah tempat ini sarang
perampok tersebut " Sekarang si nona terbaring diatas ranjang. Peristiwa yang
sudah lewat dirasakannya seperti mimpi saja, satu per satu
terlintas dikepalanya. Wanita muda sebatang kara itu pada
saat ini sedang merasa putus asa dan pedih memikirkan
nasibnya, hingga tanpa terasa lagi ia menangis diatas
ranjang itu. Se-konyong2 dari belakangnya terdengar suara orang
batuk2, begitu kagetnya sehingga ia berloncat dan duduk
diatas ranjang untuk melihat orang yang mendatangi itu.
Ternyata orang itu yang ia pernah menjumpai didalam
kereta, malahan ia kenali dia sebagai orang yang ia sangka
paling tidak berguna sama sekali. Dia itu bukan lain
daripada Lie Siauw Hiong !
Sambil tertawa si pemuda berkata padanya : "Kho-nio
(nona), kau sudah bangun ?"
Keheranannya bertambah, karena mengapa secara tiba2
pemuda ini bisa muncul disitu. Mungkinkah rumah ini
adalah rumahnya " Mungkinkah pemuda ini yang telah
menolongnya " Sesaat ia tercengang, sehingga ia tidak dapat
mengeluarkan sepatah katapun.
Sambil tertawa lagi pemuda itu berkata: "Kho-nio jangan
curiga, sekalipun aku tidak berguna, namun aku dapat
melakukan sesuatu demi kepentingan sahabatku. Dari atas
kapal aku sudah berhasil menolong nona. Sekarang baiklah
nona beristirahat disini barang beberapa hari. Disini adalah
tempat yang tenang sekali, hingga cocok untuk nona
mengasoh. Aku berani pastikan tidak ada orang yang akan
berani mengganggu nona."
Sehabis berkata demikian, Lie Siauw Hiong tidak
menunggu lagi jawaban nona itu, lalu membalikkan
badannya dan berjalan pergi. Setelah melalui beberapa
kamar dan satu ruangan besar, dilihatnya Ie It Hui tengah
duduk minum teh. Sewaktu melihat pemuda itu, buru2 dia
berdiri dan berkata seraya tertawa : "Mengapa Lie Heng
datangnya begitu terlambat sekali " Siauw-tee sudah
mundar-mandir diruangan depan satu kali, malahan sudah
dengar pelayan toko membicarakan suatu kejadian yang
sangat aneh sekali."
Sambil tertawa, Lie Siauw Hiong pun berkata : "Siauwtee mana dapat dibandingkan dengan Ie Heng " Hari ini aku
bangun pagi2 sekali." Kemudian ia bertanya pula : "Perkara
aneh apa itu yang Ie Heng dengar tadi ?"
Ie It Hui lalu berkata : "Semalam dipantai ada beberapa
penangkap ikan mengatakan, bahwa dari tengah2 sungai
keluar Liong Ong (raja naga), kedatangannya diatas


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permukaan air, pagi ini sudah tersiar luas keseluruh kota Bu
Han." Lie Siauw Hiong hanya berkata : "Oh," tapi dalam
hatinya diam2 ia merasa geli sekali, karena dia tahu bahwa
dia sendirilah yang semalam timbul diatas permukaan
sungai tengah mengeluarkan kepandaiannya.
Ie It Hui lalu berkata pula : "Menurut pandangan Siauwtee, hal itu mungkin hanya orang biasa saja yang tengah
mengeluarkan kepandaian meringankan tubuh dan lalu
berjalan diatas permukaan sungai itu, hanya tidak tahu dari
mana datangnya orang itu. Juga apa perlunya tengah
malam buta dia mengeluarkan kepandaiannya itu ?"
Dengan sengaja Lie Siauw Hiong berkata : "Bila ada
orang yang dapat berjalan diatas permukaan sungai,
kepandaiannya untuk meringankan tubuh sudah mencapai
tingkat seperti terbang saja."
Dan sambil tertawa Ie It Hui berkata : "Apakah Lie Heng
percaya, bahwa orang itu dapat berjalan sesuka hatinya
diatas sungai " Siauw-tee kira hal itu adalah ceritera
dongeng penangkap2 ikan belaka ! Tetapi biar bagaimanapun, orang itu memang mempunyai kepandaian
yang tinggi, tapi apa maksudnya orang itu muncul secara
se-konyong2 dikota Bu Han. Apakah barangkali sengaja
ingin menantangku ?"
Sambil menaban tertawanya, Lie Siauw Hiong lalu
berkata : "Ie Heng terlampau banyak pikir, sekalipun orang she
Thio itu mendatangkan bala bantuanpun, dikuatirkan dia
tidak dapat mendatangkannya secara cepat."
Muka Ie It Hui berubah merah, dengan cepat dia berkata
: "Aku bukannya takut terhadap bala bantuannya, cuma
aku merasa aneh." Lie Siauw Hiong karena kuatir telah banyak ber-tanya2,
buru2 mengalihkan percakapannya sambil berkata : "Siauwtee baru untuk pertama kali sampai dikota Bu Han, Ie Heng
sudah lama mengembara dikalangan Kang-ouw, aku kira
pengalamanmu sangat banyak, tapi belum tahu, apakah
sekiranya Siauw-tee boleh turut ber-sama2 Ie Heng ?"
Ie It Hui menjawab : "Hal itu sudah tentu saja boleh
sekali." Kedua orang ini lalu keluar dari toko itu. Mereka tidak
menggunakan kereta lagi, tapi berjalan kaki per-lahan2
dijalanan Bu Han, yang termasuk sebagai kota yang
penting. Juga daerah Tiang-kang, bila ingin mengirim
barang, selalu memusatkan pada kota ini. Di-jalan2 bukan
main ramainya, namun hal itu lumrah saja. Lie Siauw
Hiong yang berdiam dalam kamar batu selama sepuluh
tahun, kagum sekal melihat keramaian tersebut, dan
sekalipun dia mempunyai kepandaian bagaimana tinggipun, pasti merasa girang sekali melihat suasana
demikian. Kedua orang ini pergi minum disalah satu rumah makan,
lalu mereka berjalan pulang. Sewaktu pelayannya melihat
majikan mereka sudah kembali, lekas2 pergi menyambutnya sambil berkata : "Loo-ya (tuan majikan)
sudah pulang ?" Lie Siauw Hiong manggutkan kepalanya. Pelayan toko
itu berkata pula : "Tadi ada dua Tuan2 datang mencari Looya, yang satu she Hwan, sedangkan yang satu lagi she Beng,
hamba yang rendah mengenali dan mereka adalah
pemimpin Piauw Kiok yang terkenal dikota ini, hamba lalu
mempersilahkan mereka masuk. Sekarang mereka masih
berada didalam." Lie Siauw Hiong tertawa lalu membalikkan badannya
dan berkata pada Ie It Hui : "Tidak disangka yang hari ini
Beng Piauw-thauw (orang she Beng yang memimpin Piauw
Kiok) dan Hwan Piauw-thauw datang bertandang kemari."
Sehabis berkata demikian, dia bersama Ie It Hui lalu
berjalan masuk. Ketika Hwan Tie Seng melihat kedua orang itu berjalan
masuk, ia tertawa besar sambil berkata : "Kalian berdua
ternyata gemar sekali jalan2, hari masih pagi sekali telah
menuju ke Hong Lim Pang."
Lie Siauw Hiong berkata : "Hwan-heng jangan
tertawakan kami. Hanya kalian sudah lama menunggu,
Siauw-tee sungguh merasa tidak enak sekali."
Mendengar hal itu, keempat orang tersebut lalu pada
tertawa gembira. Se-konyong2 Beng Pek Kie berkata
kepada Ie It Hui : "Kedatangan kami kemari hari ini adalah
kecuali untuk membalas kunjungan Lie Heng tempo hari,
kami masih ada satu perkara besar yang hendak
diberitahukan kepada Ie Heng."
Kemudian Beng Pek Kie berkata pula : "Manusia aneh
Chit-biauw-sin-kun yang sepuluh tahun yang lampau
namanya sangat terkenal sekali dikalangan Kang-ouw, Sekonyong2 sudah muncul kembali kemarin malam dikota Bu
Han !" Mendengar hal itu, muka Ie It Hui tampak berubah,
kemudian dia berkata : "Ah, aku kira hal itu tidak mungkin
terjadi. Menurut penuturan guruku tempo hari, pada
sepuluh tahun yang lalu digunung Ngo-hoa-san, Chitbiauw-sin-kun sudah kena pukulan guruku satu kali,
disamping itu diapun sudah tertotok dua jalan darahnya
yang paling berbahaya oleh ahli waris tingkat ketujuh dari
murid partai Tiam-cong. Oleh karena itu, mustahil amat dia
masih dapat hidup sampai sekarang ?"
Beng Pek Kie segera berkata pula : "Tetapi omongan ini
sungguh merupakan satu kenyataan yang tak mungkin
dapat dipungkiri lagi oleh siapapun. Siauw-tee mempunyai
seorang kawan karib, kawan karib Siauw-tee itu bernama
Kang-lie-pek-liong Sun Tiauw Wan, aku kira Ie Heng pun
pernah juga mendengar nama orang tersebut, bukan "
Kemarin malam justeru dia sendiri dengan mata kepala
sendiri telah menyaksikan munculnya Chit-biauw-sin-kun
tersebut." Muka Ie It Hui berubah menjadi tak sedap dipandang
mata, sebaliknya Lie Siauw Hiong yang duduk disampingnya, hanya bersikap pura2 saja mendengarkan
pembicaraan mereka berdua.
Beng Pek Kie lalu berkata pula : "Hari ini pagi2 sekali
Sun Tiauw Wan datang mengunjungi aku, kedatangannya
sekali ini khusus untuk memberitahukan soal tersebut
kepadaku, dan sekalian memberi peringatan terhadapku,
supaya aku ber-hati2, karena menurut perhitungannya,
tidak lama lagi dikalangan Kang-ouw pasti akan terbit
kegemparan besar." Dari samping Hwan Tie Seng turut berkata :
"Sebenarnya Sun Heng terlampau banyak memikir yang
bukan2 saja, sekalipun terbit kegemparan yang bagaimana
besarpun, pasti sekali hal itu tidak akan sampai
membenturmu maupun aku. Biarkan saja mereka berebutan
mempertahankan kejantanan mereka, hal itu mana ada
sangkut-pautnya dengan diri kita ?"
Pada saat itu Lie Siauw Hiong pura2 bingung dan lalu
berkata : "Dikalangan Bu-lim Siauw-teepun pernah
mendengar orang mengatakan, tentang terdapatnya seorang
yang berjulukan Chit-biauw-sin-kun. Kepandaiannya tak
ada tandingannya didunia Kang-ouw ini, oleh karena itu,
mana ada orang lain yang bisa memenangkannya?"
Hwan Tie Seng lalu berkata : "Mengenai orang tersebut,
beberapa hari ini orang2 dikalangan Kang-ouw kuatir
sekali. Mendengar namanya saja orang2 pada berubah
mukanya. Orang hanya mengetahui bahwa dia she Kim,
namanya Ie, julukannya ialah Thian-mo (setan laknat), tapi
orang tidak mengetahui asal-usulnya, begitu pula tidak tahu
siapa gurunya. Dia baru saja beberapa tahun ini muncul
dalam kalangan Kang-ouw, tapi beberapa tindakannya
mengejutkan sekali. Menurut ceritera, bukan saja kepandaiannya sangat tinggi, tetapi tabiatnyapun sangat
kejam sekali dan tamak, dan segala tindak-tanduknya sulit
diduga. Beng-cu (kepala persekutuan) Pat-kwa-yu-sin-ciang
Ouw Toa Cie yang berkuasa di Holam dan Hopak, entah
telah berbuat salah apa terhadapnya, sehingga menimbulkan murkahnya, yang disusul dengan pembunuhan terhadapnya berikut anak buahnya. Pada saat
itu dimedan pertempuran masih terdapat ahli pedang yang
sangat ternama dibagian utara, yaitu Pat-pouw-kan-sian
Kouw Jie Kong bersama Ngo-houw-toan-bun-to Pheng
Thian Kie, tapi ketiga orang yang sangat ternama ini tidak
berdaya sama sekali terhadapnya, malahan mereka kena
dicelakakan juga. Dan meskipun Chit-biauw-sin-kun kini
telah merampas orang perempuannya, dia sendiri mustahil
terima kejadian ini dengan berpeluk tangan saja ?"
(Oo-dwkz-oO) Jilid 05 Dengan mengeluarkan suara "Oh", Ie It Hui berkata
pada Lie Siauw Hiong : "Tak disangka kemarin malam
disebabkan wanita muda itu, Chit-biau-sin-kun telah turun
tangan sendiri !" Setelah berdiam diri sejurus lamanya, dia lalu berkata
lagi : "Rupanya Chit-biauw-sin-kun telah menerjunkan
dirinya kembali kedalam kalangan Kang-ouw. Hal yang tak
diduga-duga ini, menarik perhatianku kembali. Siauw-tee
setelah menyelesaikan perkara ini, segera akan kembali ke
Kong-tong, untuk memberitahukan hal ini pada guruku,
bahwa pertempuran seru yang akan berlangsung antara
Kim Ie dan Chit-biauw-sin-kun, tidak menjadi suatu
kegembiraan dihati Siauw-tee untuk menyaksikannya."
Dalam hatinya diam-diam Lie Siauw Hiong memaki
pada Ie It Hui, sambil berkata pada dirinya sendiri : "Kau
ingin melihat pertarunganku, yang kalau dibandingkan
denganmu, pasti akan lebih ramai."
Sambil menarik napas panjang lalu Beng Pek Kie berkata
: "Dikalangan Bu-lim beberapa puluh tahun belakangan ini,
suasananya sudah mulai tenang, dan disamping ketenangan
itu, aku berkeyakinan pada suatu hari pasti akan terbit suatu
peristiwa besar. Dugaanku ternyata tidak meleset barang
sedikitpun juga. Begitu pula kemarin dikalangan Kang-ouw
juga telah terbit satu perselisihan yang besar pula. Peristiwa
diantara kelima ahli waris belum lagi reda, atau sekarang
bertambah pula dengan Chit-biauw-sin-kun yang telah
menampakkan dirinya kembali dikalangan Kang-ouw,
ditambah lagi dengan Kim Ie !"
Hwan Tie Seng dengan menunjukkan muka yang kesal
sekali lalu berkata : "Kekalutan didalam kalangan Kangouw tak gampang diselesaikannya. Tahun yang lalu Haythian-siang-sat sebagai pemimpin dari sembilan jago dari
Kwan Tiong, yaitu Thian-can dan Thian-hui kakak beradik,
menurut kabar angin mengatakan bahwa mereka sudah
ingin menjagoi didunia Kang-ouw. Kita yang membuka
Piauw Kiok dan hidup dari pekerjaan tersebut sesungguhnya sangat berbahaya sekali. Bila demikian
kejadiannya, hal kita ini rasanya sukar dipertahankan
terlebih lama lagi."
Lie Siauw Hiong yang mendengar nama Hay-thiansiang-sat, tidak terasa lagi badannya menjadi agak bergidik.
Syukur juga ketiga kawannya tengah memikirkan persoalan
mereka masing-masing, sehingga mereka tidak begitu
memperhatikan gerak-gerik kawan mereka ini.
Dalam pada itu Lie Siauw Hiong dengan tiba-tiba
bertanya : "Hay-thian-siang-sat itu apakah sesungguhnya
ingin memasuki dunia Kang-ouw kembali ?"
Dengan perasaan yang terheran-heran Hwan Tie Seng
lalu memandang kepadanya, kemudian barulah menjawab :
"Lie Heng terhadap tokoh-tokoh dalam kalangan persilatan,
kenapa saudara ingin mengetahuinya begitu mendalam "
Syukur juga Lie Heng sendiri bukan seorang dari golongan
Kang-ouw, hingga meski peristiwa didalam kalangan Kangouw bagaimana hebat sekalipun, pasti tidak akan
mengakibatkan diri Lie Heng tersangkut didalamnya."
Lie Siauw Hiong kemudian tertawa, dengan Hwan Tie


Pendekar Pedang Sakti Munculnya Seorang Pendekar Bwee Hoa Kiam Hiap Karya Liong Pei Yen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seng sama sekali tidak menduga apakah arti tertawaan
kawannya ini. Setelah berselang pula tiga hari, begitu hari menjelang
malam, Ie It Hui lalu duduk dikamarnya untuk mengatur
pernapasannya. Lie Siauw Hiong yang melihatnya, tidak terasa lagi
dengan diam-diam mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu
dia berkata didalam hatinya : "Tidak heran nama Ie It Hui
ini begitu terkenal didunia Kang-ouw. Sekalipun dia bersifat
angkuh, tapi sewaktu menghadapi lawan-lawannya yang
tangguh, sedikitpun dia tidak gugup atau berlaku lengah."
Tidak sampai setengah jam kemudian, Ie It Hui telah
dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna,
yaitu menaruh dengan hati-hati dipunggungnya sebilah
pedang panjangnya. Sebelumnya dia telah mencoba-coba
terlebih dahulu, apakah pedangnya itu tidak menghambat
kelancaran gerakannya. Setelah merasakan segala sesuatunya sudah beres, lalu dia berjalan keluar dari dalam
kamarnya. Sementara itu dibawah sinar bulan purnama Lie Siauw
Hiong berjalan mondar-mandir dipekarangan menantikan
kedatangan Ie It Hui. Sebelumnya Ie It Hui dari dalam
kamarnya melihat Lie Siauw Hiong berjalan mondarmandir dipekarangan, lalu dia bertanya : "Lie Heng
mengapa tidak siang-siang pergi beristirahat " Kepergian
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan 5 Satria Gendeng 02 Geger Pesisir Jawa Cermin Pemburu Nyawa 3

Cari Blog Ini