Ceritasilat Novel Online

Asmara Si Pedang Tumpul 8

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 8 musik yang merdu dan tari-tarian kehormatan untuk mengeluelukan mereka. Sin Wan yang duduk di antara para pemain musik, dengan jantung berdebar penuh ketegangan, kegembiraan dan kerinduan, melihat betapa Raja Muda Yung Lo dikawal oleh seorang gadis cantik yang bukan lain adalah Liem Kui Siang! Hatinya menjerit memanggil nama sumoinya itu, namun mulutnya dikatupkan dan dia mengamati sumoinya itu dengan sepasang mata yang tak pernah berkedip. Sumoinya kini nampak lebih dewasa, wajahnya yang bulat telur dengan dagu runcing dan tahi lalat di dagu kanan, nampak cantik jelita dan manis sekali. Akan tetapi, mata yang biasanya lembut dan mencorong itu kini nampak redup membayangkan hati yang tidak bahagia, dan tubuh yang biasanya padat ramping itu kini nampak agak kurus. Pakaian Kui Siang tidak terlalu mewah, namun gagah, pakaian yang serba hijau dengan pedang tergantung di pinggang kiri. Sin Wan masih mengenal pedang itu. Jit-kongkiam (Pedang Sinar Matahari), dan di pinggangnya bagian depan terselip sebatang suling perak yang terukir indah. Semua pasukan pengawal tidak ikut masuk ke perahu dan yang mengiringkan Raja Muda Yung Lo memasuki perahu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pesta yang besar hanyalah Kui Siang. Adapun Pangeran Mahkota dikawal oleh seorang saja pula, yaitu Yauw Siucai yang dicurigai oleh Sin Wan akan tetapi ternyata tidak terbukti melakukan suatu kesalahan dan yang agaknya telah mendapat kepercayaan besar Pangeran Mahkota sehingga tidak ada yang berani mengganggunya. Musik semakin meriah mengikuti suara para penyanyi dan gerakan para penari, sedangkan pelayan-pelayan wanita yang muda dan cantik, yang sengaja didatangkan oleh Pangeran Mahkota khusus untuk melayani mereka berpesta, mulai berdatangan seperti sekawanan kupu-kupu terbang membawa hidangan. Kedua orang pangeran itu bercakap-cakap sambil tertawa-tawa gembira karena suasana pesta memang meriah dan membuat mereka merasa akrab dan gembira. Sementara itu, di luar tahunya mereka yang berpesta dan semua yang berada di perahu besar itu, perahu yang dipasangi banyak lentera yang beraneka warna dan indah terang sehingga malam itu seperti siang saja, di luar sana terjadi peristiwa yang amat hebat. Entah siapa yang memulai lebih dahulu, terjadilah bentrokan dan pertempuran antara pasukan penjaga keamanan dari kota raja yang dipimpin Jenderal Yauw Ti dan pasukan yang diam-diam dikerahkan oleh Raja Muda Yung Lo untuk menjaga keamanannya. Mula-mula, tersiar desas-desus di kalangan pasukan keamanan dari kota raja bahwa ada pasukan asing yang mengepung tempat itu dalam jumlah besar. Ada pula desasdesus yang membisikkan bahwa pasukan itu adalah pasukan dari utara, pasukan dari Raja Muda Yung Lo yang hendak memberontak dan sengaja hendak membunuh Sang Pangeran Mahkota dari kota raja! Desas-desus yang semula membingungkan para perwira itu akhirnya pecah menjadi bentrokan dan dilanjutkan dengan pertempuran yang semakin berkobar di antara kedua pasukan! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ini memang merupakan siasat yang sudah diatur terlebih dulu oleh jaringan mata-mata Mongol yang hendak mengadu domba di antara kedua pasukan itu agar pengawalan menjadi lengah dan terbuka kesempatan bagi jaringan mata-mata itu untuk memberi pukulan terakhir yang akan mengakibatkan kelemahan Kerajaan Beng, yaitu mereka akan membunuh kedua orang bangsawan tinggi itu! Sin Wan dan Lili yang menumpahkan seluruh perhatian ke dalam perahu itu, diam-diam mereka berdua melakukan penjagaan dan siap siaga untuk melindungi keselamatan Pangeran Mahkota, biar pun mereka merasa tidak enak dan menduga ada apa-apa melihat kesibukan perahu-perahu di luar perahu besar, mereka tidak berani meninggalkan tempat mereka dan bersikap lebih waspada. Tiba-tiba, hal yang mereka khawatirkan tiba! Terdengar teriakan-teriakan dan enam orang pengawal yang berdiri di tangga perahu besar, mendadak diserang oleh belasan orang dan merekapun roboh dan tercebur ke dalam air. Kemudian, tujuhbelas orang yang berpakaian seragam pasukan pengawal dari kota raja, berloncatan naik ke perahu besar dengan pedang terhunus. Jelas bahwa mereka bermaksud buruk. "Bunuh kedua pangeran itu!" terdengar teriakan mereka dan kalau Pangeran Mahkota dengan muka pucat bersembunyi di belakang Yauw Siucai, Raja Muda Yung Lo mencabut pedangnya dan berdiri berdampingan dengan Kui Siang yang juga sudah mencabut pedang, siap melindungi Raja Muda Yung Lo dengan taruhan nyawa! Tiba-tiba, nampak dua bayangan orang berkelebat dan seorang laki-laki setengah tua, dan seorang gadis penari, telah menghadang belasan orang itu dengan pedang di tangan. Melihat laki-laki setengah tua yang memegang sebatang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pedang buruk, Kui Siang terbelalak dan mengamati lebih teliti. Hatinya menjerit, memanggil suhengnya, satu-satunya pria yang dicintanya dan selama ini dirindukannya, akan tetapi mulutnya tidak mengeluarkan suara. Apalagi saat itu, Sin Wan dan Lili sudah menerjang maju dikeroyok oleh belasan orang yang nampaknya ganas dan kejam itu. Sin Wan dan Lili maklum bahwa mereka terdiri dari duabelas orang Bu-tek Cap-sha-kwi, yaitu rekan-rekan Bu-tek Kiam-mo yang telah mereka tangkap, dan Hek I Ngo-liong. Tujuhbelas orang itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian yang cukup tinggi sehingga keadaannya berbahaya, maka mereka berdua tidak mau membuang waktu lagi, mengamuk dengan pedang mereka. Akan tetapi mereka tidak mampu mencegah beberapa orang di antara para penyerbu itu kini menyerbu dan menyerang kedua orang bangsawan. Kui-Siang dan Raja Muda Yung Lo menyambut mereka dengan pedang mereka, sedangkan Pangeran Mahkota masih bersembunyi di belakang Yauw Siucai yang kini menggunakan kipasnya yang lebar untuk melindungi sang pangeran dan menangkis setiap serangan yang ditujukan kepada pangeran itu. Perhitungan para mata-mata Mongol itu sekali ini keliru sama sekali. Mereka memang berhasil menghasut dan mengadu domba sehingga kedua pasukan itu saling serang sehingga pengawalan terhadap perahu pesta itu menjadi lengah, mereka berhasil pula menyelundupkan tujuhbelas orang penjahat itu untuk membunuh kedua orang pangeran. Akan tetapi, mereka tidak tahu bahwa di antara anggauta rombongan musik terdapat Sin Wan dan Lili! Andaikata kedua orang muda ini tidak berada di situ, tentu tenaga Kui Siang saja tidak akan cukup untuk menahan serbuan tujuhbelas orang, walaupun Raja Muda Yung Lo juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan orang lemah, dan di situ terdapat pula Yauw Siucai yang lihai. Akan tetapi, kalau tidak ada Sin Wan dan Lili, tentu Yauw Siucai akan berganti bulu dan nampaklah musangnya yang kini berbulu ayam itu. Tentu Yauw Siucai akan berubah menjadi Pangeran Yaluta, yaitu pangeran Mongol yang memimpin jaringan mata-mata dibantu oleh Si Kedok Hitam yang lihai. Melihat betapa tiba-tiba muncul dua orang yang amat lihai, apa lagi setelah dia mengenal bahwa gadis penari itu bukan lain adalah Lili, Yauw Siucai tidak berani mengubah diri menjadi Pangeran Yaluta. Bahkan terpaksa diapun harus melindungi Pangeran Mahkota agar tidak ketahuan belangnya. Melihat munculnya kedua orang itu, Yauw Siucai seketika maklum bahwa semua siasat yang diaturnya telah gagal sama sekali! Oleh karena diapun tetap menjadi Yauw Siucai yang setia kepada Pangeran Mahkota, melindungi pangeran itu dan menghalau serangan setiap orang yang hendak membunuhnya. Memang tepat seperti yang diperhitungkan Yauw Siaucai. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Sin Wan dan Lili, Kui Siang dan juga Raja Muda Yung Lo telah mampu merobohkan tujuhbelas orang pengacau yang hendak membunuh kedua orang bangsawan tinggi itu. Sementara itu, Jenderal Yauw Ti yang melihat adanya pertempuran antara anak buahnya dengan pasukan yang mengepung tempat itu, mula-mula menjadi marah dan memerintahkan anak buahnya untuk menggempur pasukan musuh. Akan tetapi, ketika dia mendengar dari para penyelidiknya bahwa pasukan itu adalah pasukan yang membuat barisan pendam mengawal Raja Muda Yung Lo, dia terkejut dan cepat memerintahkan pasukannya untuk menghentikan pertempuran. Diapun segera menemui para perwira pasukan dari utara itu. Setelah mendapatkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penjelasan tentang desas-desus yang saling mengadu domba, Jenderal Yauw Ti memarahi para perwira, baik para perwira anak buahnya sendiri maupun para perwira dari utara. Kemudian dia cepat-cepat pergi ke perahu besar untuk menghadap kedua orang bangsawan. Pada saat Jenderal Yauw Ti dan beberapa orang perwiranya naik ke perahu pesta, pertempuran di perahu itu telah selesai. Tujuhbelas orang penyerbu itu sudah roboh semua, ada yang tewas, dan hanya ada tujuh orang yang masih hidup, yaitu mereka yang dirobohkan Sin Wan karena pemuda ini tidak mau membunuh orang. Melihat orang-orang berpakaian seragam pasukannya malang melintang di situ, tentu saja Jenderal Yauw Ti terkejut bukan main. Setelah memberi hormat kepada Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota, diapun bertanya. "Apa yang telah terjadi di sini" Mengapa para perajurit yang tewas dan terluka ini?" Lalu dia melihat Lili dan Sin Wan yang masih dalam penyamaran mereka. "Dan siapa pula dua orang ini?" Pertanyaan ini diucapkan begitu saja tanpa ditujukan kepada orang tertentu saking kaget dan herannya. Sebelum ada yang menjawab, Raja Muda Yung Lo melangkah maju, memandang kepada Jenderal itu dengan sinar mata mencorong penuh selidik, lalu katanya dengan suara mengejek. "Hemm, Paman Jenderal Yauw Ti, engkau yang bertugas menjaga keamanan di sini dan mereka ini adalah anak buahmu, tidak terbalikkah pertanyaanmu itu" Sepatutnya aku yang bertanya kepadamu, mengapa anak buahmu ini menyerbu ke sini dan berusaha membunuh aku dan kakanda pangeran!" Jenderal itu terbelalak dan nampak bingung, menoleh dan mengamati tujuhbelas orang yang malang melintang itu. Dia melihat pula ke arah rombongan kesenian yang semua Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berlutut dan bergerombol di sudut, saling rangkul dengan wajah pucat dan tubuh gemetar, seolah dari mereka dia mengharapkan jawaban. Tiba-tiba Pangeran Mahkota mengeluh dan dia tentu roboh terguling kalau saja tidak dengan cepat Yauw Siucai merangkulnya dan memondongnya, lalu merebahkan tubuh pangeran itu ke atas bangku panjang. Semua orang menjadi bingung dan khawatir, dan Raja Muda Yung Lo bersama Kui Siang cepat melakukan pemeriksaan. Sebagai murid mendiang Pek-mau-sian yang ahli pengobatan, Kui Siang sedikit banyak mengerti akan ilmu pengobatan, maka setelah memeriksa tubuh Pangeran Mahkota, ia lalu menerangkan kepada Raja Muda Yung Lo bahwa sang pangeran itu lemah sekali dan tadi menerima guncangan batin yang menakutkan sehingga dia jatuh pingsan. Setelah semua orang merasa lega bahwa sang pangeran hanya pingsan karena takut, Yauw Siucai lalu memberi keterangan kepada Jenderal Yauw Ti. "Hendaknya paduka ketahui, Jenderal, bahwa belasan orang ini tadi menyerbu ke perahu dan berusaha membunuh kedua orang pangeran. Untung di sini terdapat dua orang anggauta rombongan kesenian yang lihai, ditambah lagi perlawanan Raja Muda Yung Lo dan gadis pengawalnya, juga saya sendiri melindungi sang pangeran maka tujuhbelas orang itu berhasil dirobohkan. Mereka adalah perajurit-perajurit paduka sendiri, mungkin mereka hendak memberontak, ciangkun." "Ah, tidak mungkin!" Jenderal Yauw Ti menggapai seorang perwira yang tadi datang bersamanya. "Coba periksa, mereka ini perajurit dari pasukan mana dan siapa pula perwira yang menjadi atasan mereka. Cepat!" Jelas bahwa Jenderal itu marah bukan main karena tentu saja dia merasa terkejut, malu dan penasaran mendengar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahwa belasan orang perajurit anak buahnya melakukan pemberontakan dan berusaha membunuh dua orang pangeran. Tentu saja hal itu menjadi tanggung jawabnya karena memang dia yang memimpin pasukan melakukan penjagaan keamanan dalam pertemuan antara dua orang bangsawan itu. Perwira itu, dibantu dua orang rekannya yang lain, cepat melakukan pemeriksaan dan sebentar saja mereka melapor dengan suara lantang bahwa tujuh belas orang ini bukan perajurit pasukan kerajaan, melainkan penyelundup yang mengenakan pakaian seragam palsu. Pada saat para perwira itu memberi keterangan ini, Pangeran Mahkota sudah sadar kembali dan dibantu oleh Yauw Siucai, dia sudah bangkit duduk dan ikut mendengarkan. Bukan main marahnya Jenderal Yauw Ti mendengar keterangan itu, dan dia melangkah lebar ke arah para penjahat yang masih belum tewas, lalu tangannya bergerak beberapa kali dan terdengar suara kepala pecah ketika tangan itu memukuli mereka yang belum tewas. Dalam waktu singkat, lima orang tewas dengan kepala retak-retak, akan tetapi tibatiba Raja Muda Yung Lo berseru nyaring. "Tahan! Jangan bunuh mereka, paman!" Mendengar bentakan yang merupakan perintah ini, Jenderal Yauw Ti menahan diri dan membiarkan dua orang yang masih hidup dan yang memandang dengan ketakutan. "Maaf, Yang Mulia. Hamba tidak dapat menahan kemarahan mendengar bahwa mereka adalah penjahat yang menyelundup dan hampir melakukan pembunuhan keji." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jangan bunuh dulu, mereka harus ditanya siapa yang berdiri di belakang usaha pembunuhan itu," kata Raja Muda Yung Lo. "Ah, paduka benar, Yang Mulia," kata Jenderal yang bertubuh tinggi besar dan gagah itu. "Seret yang dua orang itu ke sini!" teriaknya kepada para perwira pembantunya. Dua orang yang masih hidup di antara tujuhbelas orang itu adalah mereka yang dirobohkan Sin Wan, dengan tulang kaki patah disambar pedang tumpul, akan tetapi tidak terluka berat. Mereka ketakutan sekali karena maklum bahwa tidak mungkin lagi mereka dapat meloloskan diri dari ancaman maut. Mereka hanya dapat mengharapkan agar pimpinan mereka dapat menolong mereka. Ketika mereka diseret dengan kasar dan dilemparkan ke depan kaki Jenderal Yauw Ti dan Raja Muda Yung Lo, Jenderal itu membentak dengan suara keren. "Hayo mengaku, kalian siapa, dan siapa pula teman-teman kalian ini! Mengapa atau kalian akan disiksa!" Orang yang bermuka hitam dan bertubuh sedang menjawab, mewakili temannya yang berwajah tampan dan usianya sebaya dengannya, kurang lebih empatpuluh tahun. "Hamba ...... bernama Kwan Su dan dia adalah rekan hamba bernama Bhe Siu. Kami berdua bersama tiga orang bersaudara yang lain ......" dia menunjuk ke arah mayat-mayat yang malang melintang, "kami disebut Hek I Ngo-liong ........" "Hek I Ngo-liong?" Jenderal Yauw Ti berseru. "Kiranya tokoh-tokoh sesat jahanam melakukan pemberontakan! Dan siapa lagi belasan orang yang lain itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duabelas orang yang lain adalah Bu-tek Cap-sha-kwi (Tiga Belas Setan Tanpa Tanding), yang seorang lagi entah ke mana ........" "Hayo cepat katakan, siapa pemimpin kalian" Jawab yang tepat!" Kini Raja Muda Yung Lo yang membentak mereka. "Hamba ........ hamba tidak mengenalnya, hanya tahu bahwa dia disebut Yang Mulia, berkedok hitam dia pemimpin jaringan mata-mata Mongol ........" "Jahanam!" Jenderal Yauw Ti berseru marah. "Di mana dia" Di mana sarang kedok hitam itu" Jawab!!" "Hamba .... tidak tahu ..... tidak pernah mempunyai tempat tinggal tertentu, hamba .... hamba ...." Tiba-tiba saja ada angin menyambar dari luar perahu besar dan dua orang tawanan itu menjerit dan terkulai roboh, tewas seketika, dengan tubuh berubah kehitaman! Jenderal Yauw Ti dan yang lain-lain terkejut, cepat memburu ke tepi perahu, akan tetapi di kegelapan malam itu mereka hanya melihat bayangan sebuah perahu kecil meluncur dan lenyap ditelan kegelapan. Dibantu oleh Kui Siang, Raja Muda Yung Lo memeriksa mayat kedua orang itu, dan Kui Siang menggeleng kepala. "Pukulan jarak jauh yang mengandung racun, amat jahat sekali dan dilakukan oleh orang yang berbahaya dan sakti," katanya. "Siapakah kiranya yang dapat melakukan pembunuhan jarak jauh seperti itu?" tanya Raja Muda Yung Lo kepada Kui Siang, akan tetapi gadis itu menggeleng kepala tanda bahwa iapun tidak tahu dan tidak menduga siapa orang yang amat lihai itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau saja tidak salah duga, pembunuh itu adalah Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli karena pukulan itu mirip Toat-beng Tok-ciang (Tangan Beracun Pencabut Nyawa)," kata Sin Wan. Mendengar ucapan itu, Raja Muda Yung Lo mengamati wajah pria setengah tua itu dan mengerutkan alisnya. "Siapakah engkau yang tadi telah merobohkan para penyerbu dan kini tahu pula siapa yang melakukan pembunuhan dengan pukulan beracun jarak jauh?" Sin Wan belum menjawab, didahului Kui Siang, "Yang Mulia, dia adalah suheng yang menyamar ......." Suara gadis itu terdengar penuh perasaan dan terharu. Raja Muda Yung Lo terbelalak, memandang pula pria setengah tua itu. Sungguh penyamaran yang sempurna karena sama sekali tidak nampak bahwa rambut ubanan dan kumis jenggot itu adalah buatan. Sama sekali dia tidak dapat mengenal wajah Sin Wan yang pernah dijumpai dan dikenalnya. "Sin Wan ......?" tanyanya dan Sin Wan cepat memberi hormat kepada raja muda itu. "Sin Wan ......?"" Jenderal Yauw Ti juga berseru ketika mengetahui bahwa pria setengah tua itu adalah Sin Wan. "Yang Mulia, dia adalah orang Uighur yang patut dicurigai! Hamba sudah menangkap dan menahannya, kiranya dia dapat meloloskan diri. Dia berbahaya dan mungkin sekali dia bekerja sama dengan jaringan mata-mata pemberontak! Sin Wan, menyerahlah engkau!" Jenderal itu sudah mencabut pedangnya. "Jenderal galak, engkau sungguh tak tahu diri! Berani memberontak terhadap Sribaginda Kaisar di depan Yang Mulia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Raja Muda Yung Lo pula!" Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dan yang berseru itu bukan lain adalah Lili. "Sln Wan adalah utusan Sribaginda Kaisar yang mempunyai tanda kuasa leng-ki, menyerang dia sama dengan menyerang Sribaginda Kaisar. Dan kau hendak menyerangnya di depan Yang Mulia kedua pangeran putera Sribaginda Kaisar?" "Eh, kiranya engkau, gadis berandal! Engkaupun harus kutangkap!" teriak Jenderal Yauw Ti yang galak itu. "Paman Jenderal, hentikan semua ini!" bentak Raja Muda Yung Lo. "Sin Wan adalah seorang pendekar sahabatku, dan gadis ini tadi membantunya merobohkan semua penyerbu. Engkau tidak berterima kasih bahkan hendak menangkap mereka" Paman, sepatutnya engkau malu kepada mereka. Kalau tidak ada dua orang pendekar ini, mungkin kami celaka oleh para penyerbu dan engkaulah yang bertanggung-jawab! Ingin kami mengetahui, apa saja yang kau jaga sehingga ada begini banyak orang dapat menyelundup masuk dan menyerang kami tanpa kau ketahui sama sekali" Hayo jawab!" Raja Muda Yung Lo sudah marah sekali kepada Jenderal besar itu. Biarpun dia tahu bahwa Jenderal ini, di samping Jenderal Shu Ta, sudah banyak berjasa kepada ayahnya, namun kelengahannya sekali ini sungguh membuat dia marah karena dianggapnya sudah keterlaluan. Wajah Jenderal itu berubah merah. "Harap paduka maafkan dan maklumi bahwa tadi hamba sibuk menghentikan pertempuran yang berkobar di luar dan hampir saja mengorbankan banyak perajurit, Yang Mulia." "Pertempuran?" Pangeran Mahkota terkejut juga seperti Raja Muda Yung Lo. "Apa yang terjadi, paman" Siapa yang bertempur?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa yang terjadi" Ceritakan!" kata pula Raja Muda Yung Lo tegas. "Yang bertempur adalah pasukan kerajaan dari selatan melawan pasukan paduka yang melakukan baris pendam, Yang Mulia," kata Jenderal itu kepada Raja Muda Yung Lo. "Apa" Bagaimana mungkin dua pasukan itu saling tempur sendiri?" "Hamba meredakan dan menghentikan pertempuran itu dan melakukan penyelidikan yang menjadi sebabnya. Kiranya kedua pihak termakan desas-desus yang mengadu domba, Yang Mulia. Desas-desus yang diterima pasukan hamba adalah bahwa mereka dikepung oleh pasukan asing yang akan menyerbu ke dalam, sebaliknya desas-desus yang diterima pasukan paduka mengatakan bahwa mereka akan diserang oleh pasukan kerajaan dari dalam. Dimulai dengan bentrokan kecil yang menjalar semakin besar. Nah, agaknya pada saat hamba sibuk meredakan pertempuran itulah, para penjahat ini datang menyerbu, menggunakan saat terjadi keributan dan kekacauan." Mendengar keterangan ini, kemarahan Raja Muda Yung Lo terhadap Jenderal itu mereda karena tidak bisa terlalu disalahkan kalau ada penyelundupan pada saat terjadi pertempuran seperti itu. Dia memandang Sin Wan dan bertanya, "Sin Wan, bagaimana pendapatmu dengan terjadinya peristiwa pertempuran itu, dihubungkan dengan penyerbuan tujuhbelas orang ini?" Sin Wan memandang kepada para perajurit yang sedang mengangkuti mayat-mayat itu keluar perahu, "Yang Mulia, tidak dapat diragukan lagi bahwa kedua peristiwa itu ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hubungannya erat sekali. Saya hampir yakin bahwa pihak musuh sengaja merencanakan "Nanti dulu, Sin Wan!'" Tiba-tiba Lili berseru dan mengangkat tangan ke atas menyetop perkataan Sin Wan. "Saya kira sebaiknya kalau pembicaraan mengenai hal ini dilakukan di ruangan tertutup, bukan di tempat terbuka seperti ini. Siapa tahu di sini terdapat telinga musuh yang ikut mendengarkan!" Berkata demikian, terang-terangan Lili mengerling dengan matanya yang lebar dan tajam ke arah Jenderal Yauw Ti! Tentu saja ia tidak mencurigai Jenderal itu, akan tetapi hal ini ia sengaja lakukan untuk menggoda Jenderal galak yang tidak disukainya itu. Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan tersenyum, memandang kagum kepada Lili, lalu menoleh ke arah pengawalnya, Kui Siang. Pada saat itu, Kui Siang sedang saling pandang dengan Sin Wan. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan kedua orang ini setelah kini bertemu dan saling berhadapan kembali, namun sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk saling bicara, apalagi saling menumpahkan perasaan rindu mereka. Hanya pandang mata mereka saja yang saling bertemu dengan tautan ketat dan mesra penuh kerinduan. Melihat ini, Raja Muda Yung Lo tersenyum. "Kui Siang, bagaimana pendapatmu dengan usul nona penari ini?" Kui Siang mengangguk. "Hamba setuju, Yang Mulia. Memang usul itu baik sekali." Raja Muda Yung Lo lalu mengajak Pangeran Mahkota untuk masuk ke dalam ruangan dalam, yang diperkenankan masuk hanyalah Kui Siang sebagai pengawal raja muda itu, Yauw Siucai sebagai pengawal sang pangeran mahkota sebagai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepercayaannya, kemudian Sin Wan dan Lili. Mereka duduk mengelilingi sebuah meja dan Sang Pangeran Mahkota yang masih nampak lemas dan lemah, duduk bersandar di kursinya, dijaga oleh Yauw Siucai. Karena pangeran itu seperti tidak bersemangat, maka Raja Muda Yung Lo yang mengambil alih pimpinan dalam percakapan itu. "Sebelum kami mendengar pendapatmu, Sin Wan, ingin kami mengetahui dan mengenal siapa nona yang perkasa ini, dan harap kalian suka menanggalkan penyamaran kalian agar kami dapat mengenal wajah asli kalian." Sin Wan dan Lili segera menanggalkan penyamaran pada muka dan rambut mereka. Sin Wan melepaskan kumis dan jenggot palsu, juga mengosok rambutnya sehingga berubah hitam kembali, menggosok kulit mukanya sehingga semua alat penyamarannya terlepas. Demikian pula Lili, ia menggosokgosok mukanya dengan kain sehingga kini nampaklah wajah aslinya yang manis, mukanya yang bulat nampak putih kemerahan, matanya yang lebar memiliki sinar yang tajam, mulutnya yang manis selalu mengembangkan senyum dengan dihias lesung pipit di kanan kiri, hidungnya kecil mancung dan cupingnya dapat bergerak lucu. "Yang Mulia, gadis ini bernama Lili, eh, nama lengkapnya Bwe Li, Bhok Bwe Li dan ia adalah puteri dari panglima Bhok Cun Ki di kota raja." "Ahhh .....! Kiranya ayahmu adalah pendekar Bhok Cun Ki yang menjadi panglima terkenal di kota raja itu, nona" Senang sekali dapat bertemu dan berkenalan denganmu." "Hamba merasa terhormat sekali, Yang Mulia," kata Lili dan pandang matanya tanpa disembunyikan lagi memandang wajah raja muda yang ganteng dan gagah perkasa itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nah, sekarang lanjutkan pendapatmu tadi," kata Raja Muda Yung Lo setelah tadi memandang penuh kagum kepada Lili, sambil menatap tajam wajah Sin Wan yang ditanyainya. "Begini, Yang Mulia. Menurut pendapat hamba, hubungan antara dua peristiwa itu erat sekali. Kita boleh yakin bahwa pihak musuh memang sengaja merencanakan semua ini, dengan mengadu domba kedua pasukan agar perhatian ditujukan kepada pertempuran itu dan mereka dapat menyelundupkan para pembunuh dengan mudah ke atas perahu setelah mereka merobohkan beberapa orang penjaga di tangga perahu." "Maaf, bolehkah hamba mengajukan pendapat hamba, Yang Mulia?" tiba-tiba Yauw Siucai yang sejak tadi menjaga Pangeran Mahkota, berkata dengan sikapnya yang hormat. Mengingat bahwa sastrawan ini tadi juga mati-matian melindungi kakaknya, Raja Muda Yung Lo mengangguk. "Bicaralah." 27. Dua Buah Hati Bersatu Kembali "MENGINGAT keadaan Pangeran Mahkota yang lemah dan agaknya perlu dirawat setelah mengalami kekagetan tadi, hamba mohon agar beliau ini dapat hamba antar kembali ke kota raja lebih dahulu. Membiarkan beliau mendengarkan tentang usaha pembunuhan itu yang menimbulkan kenangan menakutkan, hamba kira tidak baik untuk kesehatan beliau." Raja Muda Yung Lo memandang kepada kakaknya yang masih nampak pucat, dan lemah, diapun mengangguk-angguk membenarkan. "Memang sebaiknya begitu. Aturlah saja dengan Jenderal Yauw Ti agar kakanda pangeran dapat dikawal dengan ketat kembali lebih dahulu ke kota raja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bukankah kakanda berpendapat lebih baik kalau kakanda pulang lebih dulu?" Pangeran Mahkota itu mengangguk. "Kurasa lebih baik begitu, aku masih bingung dan terkejut membayangkan peristiwa tadi." Pangeran ini memang merasa rikuh sekali bertemu dengan Lili di situ, teringat akan sikapnya yang hendak memaksa gadis itu menjadi selirnya. "Kalau begitu, silakan, kakanda pangeran. Lain hari saya akan menjenguk kakanda di kota raja." Pangeran Mahkota lalu dibantu oleh Yauw Siucai keluar dari Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dalam kamar itu, dan setelah menghubungi Jenderal Yauw Ti, sang pangeran dikawal ketat, kembali ke selatan menggunakan kereta besar. Sementara itu, Raja Muda Yung Lo minta agar Sin Wan dan Lili jangan pergi dulu. "Kami ingin membicarakan hal ini dengan kalian berdua," katanya. Setelah mereka keluar dari perahu pesta dan kembali ke perkemahan pasukan Yung Lo, Raja muda itu mengajak Kui Siang, Sin Wan, dan Lili bicara dalam kemahnya. Mula-mula dia minta kepada Sin Wan dan Lili menceritakan tentang keadaan di kota raja. Dua orang muda itu bergantian menceritakan pengalaman mereka di kota raja, tentang jaringan mata-mata Mongol yang agaknya dipimpin oleh Si Kedok Hitam. Raja Muda Yung Lo mendengarkan dengan hati tertarik sekali. "Kalau begitu, sungguh berbahaya sekali dan jaringan itu harus ditumpas segera. Apakah Pamanda Jenderal Shu Ta sudah tahu akan hal ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tentu saja, Yang Mulia. Jenderal Shu Ta mengutus Paman Bhok Cun Ki untuk menangani penyelidikan dan pengejaran terhadap jaringan mata-mata musuh ini, dan saya sendiri mewakili suhu Ciu-sian untuk melakukan penyelidikan membantunya. Nona Lili ini juga mewakili ayahnya untuk melakukan penyelidikan," kata Sin Wan yang tentu saja tidak menceritakan peristiwa pribadinya atau peristiwa keluarga Bhok Cun Ki. "Akan tetapi Si Kedok Hitam itu memang licin sekali, Yang Mulia. Ilmu kepandaiannya juga amat tinggi sehingga beberapa kali saya bentrok dengan dia, belum juga mampu menangkapnya atau membuka kedoknya." "Hemm, saya berpendapat bahwa Jenderal galak itu perlu dicurigai, Yang Mulia!" tiba-tiba Lili berkata. Raja Muda Yung Lo terbelalak dan mulutnya tersenyum. Gadis ini demikian bebas dan terus terang, juga pemberani, sungguh amat mengagumkan hatinya. "Akan tetapi, nona. Jenderal Yauw Ti adalah seorang jenderal yang setia dan banyak jasanya terhadap ayahanda Sribaginda Kaisar. Dia tidak layak dicurigai! Bukankah tadipun sikapnya sudah jelas bahwa dia melindungi kakanda pangeran dan menentang para pembunuh?" "Akan tetapi sikapnya sejak dahulu di kota raja amatlah mencurigakan, Yang Mulia," bantah Lili tanpa sungkan lagi. "Sejak semula dia sudah memusuhi Sin Wan, bahkan hendak menangkap Sin Wan, pada hal dia tahu bahwa Sin Wan sedang melakukan penyelidikan dan mengejar-ngejar Si Kedok Hitam. Sikapnya itu jelas menunjukkan bahwa dia seperti melindungi Si Kedok Hitam. Tadipun, melihat betapa Sin Wan dan saya menentang para pembunuh, dia bersikap memusuhi kami. Saya sungguh curiga ke?padanya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lili, kalau dia memusuhiku, hal itu adalah karena dia membenci orang Uighur," kata Sin Wan terus terang. "Aih, benar juga!" tiba-tiba Raja Muda Yung Lo berseru. "Dahulu, ketika dia membantu Jenderal Shu Ta yang memimpin pasukan mengejar orang-orang Mongol ke utara dengan berhasil, pada suatu hari Jenderal Yauw Ti tertawan oleh sekelompok orang Uighur. Dia mengalami penghinaan dan agaknya peristiwa itulah yang membuat dia membenci orang Uighur. Kalau dia tahu bahwa engkau keturunan Uighur dan membencimu, hal itu tidaklah terlalu mengherankan." "Lili, kalau aku lebih condong mencurigai Yauw Siucai itu. Bagiku, dia penuh rahasia dan aneh, apalagi kalau aku teringat akan pengalamanku dahulu di kota raja ketika aku membayanginya, kemudian bertemu dengan Si Kedok Hitam ............" "Sepanjang yang kuketahui, dia tidak berbahaya walaupun memang aneh dan penuh rahasia," kata Lili. "Yang jelas, engkau memiliki tugas yang amat penting, Sin Wan. Oleh karena itu, engkau harus cepat kembali ke kota raja dan melanjutkan usaha melakukan penyelidikan sampai engkau dapat membongkar jaringan mata-mata Mongol yang berbahaya itu. Sebaiknya, beri laporan selengkapnya kepada Paman Jenderal Shu Ta tentang apa yang terjadi di sini." "Baik, Yang Mulia. Memang saya tidak akan berhenti sebelum berhasil membongkar jaringan mata-mata itu, sebagai pelaksanaan tugas yang diberikan suhu kepada saya." Sin Wan sudah bangkit dan hendak pamit. Hatinya merasa tidak enak sekali. Sudah sejak tadi dia bertemu Kui Siang dan seringkali bertukar pandang, namun tidak sepatah katapun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keluar dari mulut sumoinya itu. Sumoinya itu agaknya masih membencinya, atau setidaknya, tidak mau berhubungan atau bahkan bicara dengan dia. Kenyataan ini amat pahit baginya, amat menyakitkan hati sehingga dia tidak tahan untuk tinggal di situ lebih lama lagi, berdekatan dengan sumoinya, akan tetapi sama sekali tidak diajak bicara. "Nanti dulu, Sin Wan, masih banyak sekali hal yang perlu kami bicarakan dengan kalian bertiga. Akan tetapi sebelum itu, kami menghendaki Kui Siang menemani ke kota raja dan membantumu melakukan penyelidikan." Sin Wan terbelalak dan dia memandang kepada sumoinya, akan tetapi gadis itu bahkan menundukkan muka tidak memandang kepadanya. Dia merasa kasihan kepada sumoinya. "Akan tetapi, Yang Mulia, saya tidak .... tidak ingin merepotkan sumoi ....." Raja muda itu tersenyum lebar. "Aku mengerti, memang usul kami ini terlalu tiba-tiba dan mengejutkan datangnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kalau kalian berdua membicarakan lebih dulu. Kui Siang, Sin Wan, keluarlah kalian dari sini dan kalian bicaralah dulu tentang kerja sama itu, dan kami ingin bicara dengan nona Lili. Setelah selesai bicara, harap kalian masuk lagi karena percakapan kita belum selesai." Kini Kui Siang mengangkat muka memandang. Dua pasang mata bertemu pandang, sesaat bertaut, kemudian Sin Wan memberi hormat kepada raja muda itu. "Baiklah, Yang Mulia. Mari sumoi, kita bicara di luar." Tanpa menjawab, Kui Siang bangkit, memberi hormat kepada raja muda itu lalu bersama Sin Wan ia keluar dari dalam tenda. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Para penjaga di luar menghormat ketika Kui Siang yang mereka kenal sebagai pengawal pribadi raja muda yang amat mereka kagumi dan hormati, keluar bersama Sin Wan. Lili mengikuti mereka dengan pandang mata dan mulut tersenyum, bahkan terang-terangan gadis ini menganggukangguk. Melihat ini, Raja Muda Yung Lo menegur, "Nona, kenapa engkau mengangguk-angguk?" "Saya senang melihat mereka berdua," kata Lili terus terang. "Hemm, sejauh manakah hubunganmu dengan Sin Wan, nona?" Lili mengangkat muka memandang dan pandang mata gadis itu sungguh terbuka dan jujur, penuh keberanian dan semangat sehingga kembali raja muda itu merasa kagum. "Apa yang paduka maksudkan dengan kata-kata sejauh mana itu, Pangeran ...... eh, paduka seorang raja muda dan ........" Yung Lo menggerakkan tangan. "Tidak mengapa, sebut saja pangeran karena akupun seorang pangeran, adik tiri Pangeran Mahkota Chu Hui San, namaku Pangeran Yen. Nah, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Yang kumaksud dengan sejauh mana hubunganmu dengan Sin Wan, apakah di antara kalian ada hubungan yang lebih erat, misalnya ........ kalian saling mencinta?" Lili terbelalak dan tersenyum sehingga lesung pipitnya nampak jelas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aih, saya senang sekali mendengar pertanyaan yang langsung dan jujur itu, Pangeran. Saya akan menjawab sejujurnya pula. Tidak saya sangkal bahwa pernah saya mengharapkan menjadi jodoh Sin Wan, akan tetapi ternyata dia tidak dapat mencinta gadis lain karena dia sudah jatuh cinta kepada seorang gadis. Sayapun mundur karena tak mungkin mencinta sebelah pihak, bukan" Dan sekarang saya tahu siapa gadis yang dicintanya itu. Tentu sumoinya itu." Kini pangeran yang menjadi raja muda itu yang kagum. Benar-benar seorang gadis yang jujur dan terbuka, sikap yang amat disukainya karena dia sendiripun suka akan kejujuran. "Dugaanmu benar. Mereka saling mencinta, akan tetapi karena kesalahpahaman mereka berpisah. Aku ingin agar mereka bersatu kembali maka aku sengaja menyuruh Kui Siang menemaninya ke kota raja. Akan tetapi, setelah Kui Siang pergi, aku akan merasa kehilangan sekali karena dia merupakan pengawal pribadiku yang gagah perkasa dan baik. Dan melihat engkau, timbul keinginanku untuk minta engkau menjadi pengganti Kui Siang, menjadi pengawal pribadiku. Maukah engkau, Lili?" Kembali Lili tertegun dan memandang kepada raja muda itu dengan mata bulat dan mulut agak terbuka. Kemudian ia teringat ketika ia menjadi pengawal pribadi Pangeran Mahkota, maka ia memejamkan mata, menutup mulut dan menarik napas panjang melalui hidung sehingga cuping hidungnya berkembang kempis. Geli juga hati raja muda itu melihat wajah yang manis dan lucu itu. "Kenapa engkau menghela napas panjang, Lili" Kalau engkau tidak suka menerima, katakan saja terus terang, tak perlu berpura-pura." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pangeran, penawaran paduka agar saya menjadi pengawal pribadi paduka ini mengingatkan saya akan pengalaman saya ketika menjadi pengawal pribadi Sang Pangeran Mahkota." Kini pangeran atau raja muda itu yang tertegun. "Ehh" Engkau pernah menjadi pengawal pribadi kakanda Pangeran Mahkota?" Dia mengerutkan alisnya lalu menyambung. "Akan tetapi ....... kenapa sekarang tidak lagi dan pengawalnya adalah Yauw Siucai yang penuh rahasia itu" Apa yang telah terjadi?" Dengan sejujurnya, tanpa ada yang disembunyikan, Lili menceritakan tentang pertemuan dan perkenalannya dengan Yauw Siucai, dan betapa ia dan Yauw Siucai kemudian bekerja pada Pangeran Mahkota. "Oleh Pangeran Mahkota, saya ditarik menjadi pengawal pribadinya. Semula saya menyukai pekerjaan itu karena sang pangeran mahkota bersikap halus dan baik akan tetapi kemudian, pada suatu hari dia hendak memaksa saya menjadi selirnya. Saya tidak mau dan ketika hendak dipaksa, saya melarikan diri, bahkan pernah menjadi buronan yang dikejarkejar. Untung, akhirnya Jenderal Shu Ta dapat menolong dan membujuk Pangeran Mahkota sehingga saya tidak dikejarkejar lagi. Nah, itulah pengalaman yang membuat saya tadi ragu-ragu ketika paduka menawarkan pekerjaan pengawal kepada saya." Mendengar ini, Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo menghela napas panjang. "Sudah lama aku mendengar akan prilaku kakanda pangeran yang tidak pantas itu. Akan tetapi, nona Lili, apakah engkau mengira aku akan bersikap seperti dia" Aku belum pernah selama hidupku memaksa seorang wanita!" Dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tertawa dan tawanya demikian bebas sehingga Lili juga ikut tertawa. "Saya percaya, Pangeran. Biarpun paduka merupakan adik dari Pangeran Mahkota, akan tetapi saya telah mendengar banyak tentang paduka dari ayah." "Berarti engkau suka menerima tawaranku untuk menjadi pengawal pribadiku menggantikan Kui Siang?" Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Saya mau, Pangeran, akan tetapi saya harus memberitahu kepada ayah dan ibu." "Jangan khawatir, aku mengenal baik ayahmu itu. Aku akan mengirim surat kepada ayahmu, minta persetujuannya, sementara engkau ikut bersama ke utara, karena aku yakin bahwa Kui Siang tentu setuju untuk membantu Sin Wan sehingga aku tidak mempunyai seorang pengawal pribadi." Lili tersenyum. "Pangeran, paduka sendiri memiliki ilmu bela diri yang cukup tangguh, dan paduka merupakan raja muda yang mempunyai pasukan besar. Siapa berani mengganggu paduka" Tanpa pengawal pribadi sekalipun, paduka akan selalu dalam keadaan aman." "Wah, engkau keliru, Lili. Buktinya, baru saja aku dan kakanda pangeran diserang dan hendak dibunuh musuh! Selain menjaga keselamatan, juga seorang pengawal pribadi kubutuhkan sebagai seorang sahabat yang setia dan baik, yang tidak segan-segan untuk menegur dan mengeritik kalau aku melakukan kesalahan." Raja Muda Yung Lo lalu menceritakan keadaan dirinya dan penghuni istananya, juga tentang para pembantunya di utara untuk memperkenalkan keadaan di Peking kepada Lili yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelas nampak perbedaan yang amat menyolok antara raja muda ini dan kakaknya, sang pangeran mahkota. Memang ada persamaan bentuk wajah, keduanya sama tampan dan berwibawa. Namun kalau pangeran mahkota nampak lemah dan kurang semangat, sebaliknya raja muda ini nampak kokoh kuat, gagah dan penuh semangat. JJJ Mereka berdua meninggalkan perkemahan dan berjalan seiring tanpa bicara sedikitpun, namun keduanya seperti bersepakat saja, berjalan menuju ke tepi sungai yang sunyi dan akhirnya, masih tanpa bicara, mereka berdiri berhadapan di atas rumput tebal di tepi sungai, dalam cuaca yang remangremang karena fajar mulai menyingsing dan malam itu terlewat tanpa terasa karena banyaknya peristiwa menegangkan terjadi. Sudah terdengar bunyi kokok ayam di kejauhan, akan tetapi di tepi sungai itu masih terdengar pula sisa bunyi binatang malam kerik jengkerik dan koak katak. Mereka hanya saling pandang, kemudian terdengar Sin Wan Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo dahulu berkata. "Sumoi ........" akan tetapi dia hanya mengeluarkan sepatah kata panggilan itu, tidak tahu harus bicara apa. "Suheng ......" Kui Siang juga memanggil, suaranya lirih dan jelas bahwa suara itu gemetar. Kembali hening karena keduanya hanya saling pandang. Sin Wan tidak berani lancang bicara karena dia belum tahu akan isi hati sumoinya, masih mengira bahwa sumoinya tetap membencinya dan enggan bicara dengannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sebaliknya, Kui Siang juga merasa sulit untuk bicara. Selama ini ia merindukan suhengnya dan merasa bersalah kepada pemuda itu. Ingin ia minta maaf atas semua sikapnya yang tidak adil dan membenci suhengnya, satu-satunya pria yang selama ini dicintanya, akan tetapi setelah berhadapan, ia merasa sukar untuk mengeluarkan kata-kata. Hatinya dicekam keharuan yang membuat lehernya seperti dicekik rasanya. "Sumoi, sudah bertahun-tahun kita tidak saling jumpa ...." Suara Sin Wan tersendat. "Ya, sudah lama sekali, suheng ....." Kui Siang menyambung. "Sumoi, bagaimana keadaanmu selama ini" Baik-baik sajakah" Suara Sin Wan mulai lancar ketika mendengar nada suara sumoinya tidak seperti orang marah. Kui Siang menarik napas panjang dengan hati lega. Agaknya suhengnya ini tidak mendendam sakit hati oleh sikapnya dahulu. "Aku baik-baik saja, suheng. Dan bagaimana dengan engkau?" "Akupun dalam lindungan Allah Yang Maha Kasih, sumoi. Bagaimana pendapatmu dengan perintah Raja Muda Yung Lo tadi, sumoi" Aku ..... aku tidak ingin melihat engkau repot dan tidak senang dengan pekerjaan itu .........." Hening sejenak, kemudian terdengar suara Kui Siang, suara yang lirih dan sukar sekali keluarnya, seperti bercampur isak. "Suheng ........ apakah engkau tidak marah kepadaku ......" "Marah" Aku" Kenapa aku harus marah kepadamu, sumoi?" Kui Siang menundukkan mukanya. "Suheng...., dahulu aku telah menghinamu, aku memakimu anak penjahat, aku mengatakan .... bahwa aku membencimu ...... suheng, aku .... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ aku ......." Kui Siang menangis, suaranya terputus, terganti suara isak tangisnya. Sin Wan tertegun, hampir ia melonjak kegirangan dan tanpa disadarinya, kedua kakinya bergerak menghampiri gadis itu sampai mereka berdiri dekat sekali. "Sumoi, kalau begitu .......... engkau tidak lagi menganggap aku anak penjahat, engkau tidak lagi ....... membenciku?" Dia memegang kedua pundak gadis itu, mendorong gadis itu tegak dan memandangnya. Kui Siang mengangkat mukanya dan air matanya bercucuran membasahi kedua pipinya. "Suheng, kau ..... maafkan aku, suheng ......" Gadis itu berkata di antara isak tangisnya. "Sumoi ........" Sin Wan merangkul dan mendekap kepala itu yang kini bersandar ke dadanya "Ya Allah, terima kasih atas karuniaMu ...... ah, sumoi, betapa rinduku kepadamu, betapa cintaku kepadamu ......." "Suheng, maafkan aku ......." Gadis itu mengulang. Sin Wan mendorong dengan lembut pundak gadis itu sehingga dia dapat melihat mukanya, muka yang basah air mata, mata yang mengandung penuh penyesalan dan diapun menggunakan jari-jari tangannya mengusap air mata yang membasahi kedua pipi itu. "Sumoi, engkau tidak bersalah apa-apa kepadaku. Memang aku pernah menjadi anak tiri penjahat yang telah menghancurkan keluarga ayahmu. Sudah sepatutnya engkau membencinya, dan karena aku anak tlrinya, sudah sepantasnya pula engkau membenci aku. Jangan minta maaf Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepadaku. Tuhan Allah Maha Pengampun, sumoi, marilah kita mohon ampun atas segala kesalahan kita kepadaNya." "Suheng ......," Kui Siang kembali merebahkan mukanya di dada pria yang selama ini dirindukannya, pria yang lebih dipilihnya dari pada Raja Muda Yung Lo! Sampai beberapa lamanya mereka terbenam dalam suasana yang asyik masyuk ini, lupa diri lupa keadaan, seolah menjadi satu. Bersatunya dua buah hati yang saling mencinta. Setelah keharuan yang tadi melanda hati keduanya lewat, barulah Sin Wan melepaskan rangkulannya dan berkatalah dia dengan suara yang lembut. "Sumoi, kita mengucap syukur kepada Tuhan Maha Pengasih yang mempertemukan kita dalam keadaan seperti ini. Aku merasa berbahagia sekali, sumoi. Sekarang, bagaimana pendapatmu tentang perintah Raja Muda Yung Lo agar engkau membantuku melakukan penyelidikan ke selatan?" "Beliau mengeluarkan perintah itu memang sengaja agar kita dapat bersatu suheng." "Ehh" Apa maksudmu?" "Suheng, beliau pernah menyatakan cinta kepadaku dan ingin memperisteriku. Akan tetapi aku menolaknya dan mengatakan bahwa cintaku hanya kepadamu. Beliau dengan bijaksana dapat menerima alasan itu dan beliau berjanji untuk mempersatukan kita. Ternyata beliau memegang janjinya, suheng." Sin Wan kembali mendekap gadis itu dengan penuh kasih sayang. Bukan main sumoinya ini, pikirnya. Menolak pinangan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Raja Muda Yung Lo dan memilih dia! Betapa bangga dan besar rasa hatinya. "Kalau begitu, engkau menerima perintah itu" Kita melakukan perjalanan bersama ke selatan?" "Tentu saja, suheng. Mulai detik ini, aku tidak sudi lagi berpisah darimu, biar seharipun! Kita hidup dan mati bersama. Aku tidak ingin engkau melakukan perjalanan didampingi gadis lain seperti yang terjadi dengan Lili itu. Rasanya masih panas dadaku kalau mengingat betapa akrabnya engkau dengannya." Sin Wan tertawa. "Ihh, engkau cemburu" Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak mencintanya, walaupun ia seorang gadis yang baik pula" Kautahu, sumoi, Lili adalah puteri kandung panglima Bhok Cun Ki." Dengan singkat Sin Wan lalu bercerita tentang Lili dan Bhok Cun Ki. Kui Siang senang mendengarnya dan ia percaya sepenuhnya bahwa kekasihnya ini tidak pernah mencinta gadis lain kecuali ia seorang. Sambil bergandeng tangan, akhirnya mereka kembali ke perkemahan di mana Raja Muda Yung Lo masih nampak bercakap-cakap dengan Lili. Melihat dua orang muda itu masuk ke dalam perkemahan sambil bergandeng tangan, Raja Muda Yung Lo tersenyum lebar dan bangkit menyambut mereka dengan sinar mata gembira. "Selamat, selamat. Perpisahan telah berakhir, dua hati yang saling mencinta telah bertemu dan berkumpul kembali!" kata bangsawan itu dengan kegembiraan yang wajar. "Akupun ikut bergembira, Sin Wan. Ternyata penolakanmu terhadap adikku Ci Hwa bukan alasan kosong karena memang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau sudah mempunyai pilihan hati sendiri. Kionghi (selamat)!" kata pula Lili. Sin Wan dan Kui Siang merasa terharu dan kagum bukan main. Sin Wan merasa kagum kepada Lili yang demikian jujur dan dapat menerima kenyataan, sedangkan Kui Siang juga kagum terhadap Raja Muda Yung Lo. Dua orang itu benarbenar merupakan orang-orang yang mempunyai pandangan luas dan kejujuran yang terbuka, bukan hanya membuta karena nafsu mementingkan diri sendiri belaka. Sin Wan dan Kui Siang cepat memberi hormat dan mengucapkan terima kasih mereka. "Yang Mulia, saja mohon diri untuk segera kembali ke kota raja dan melaksanakan tugas penyelidikan yang penting itu." "Dan sayapun dengan senang hati mematuhi perintah paduka untuk membantu suheng membongkar rahasia jaringan mata-mata Mongol di kota raja, Yang Mulia." Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk dan tersenyum ramah. "Berita ini sungguh amat menggembirakan hati kami, dan memang sebaiknya kalau kalian cepat pergi ke selatan melaksanakan tugas itu. Akan tetapi ada berita lain yang juga amat menggembirakan, yaitu bahwa nona Lili telah menerima permintaanku untuk menggantikan kedudukan Kui Siang, menjadi pengawal pribadiku." Sin Wan dan Kui Siang saling pandang dan tersenyum gembira. "Sungguh, kiranya tidak ada lain orang yang lebih cocok untuk menjadi pengawal pribadi paduka kecuali Lili, Yang Mulia!" kata Sin Wan. "Ucapan suheng benar sekali! Sayapun merasa gembira karena saya sudah mendengar dari suheng tentang adik Lili Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan memang ia cocok sekali untuk menjadi pengawal pribadi paduka!" sambung Kui Siang. "Nah, mengenai Lili, kami akan menitipkan surat ini kepadamu, Sin Wan, agar kau serahkan kepada Panglima Bhok Cun Ki, di mana kami minta persetujuannya agar puterinya bekerja sebagai pengawal pribadiku." "Ada sebuah hal lagi yang amat menggelisahkan hati kami, dan hanya kepada kalian bertigalah aku mau membicarakannya karena aku percaya kepada kalian. Duduklah dan dengarkan baik-baik, akan tetapi jangan sampai kalian membocorkan kepada orang lain apa yang kalian dengar dari mulutku ini," kata Raja Muda Yung Lo dan melihat kesungguhan sikap, pandang mata dan suara raja muda itu, Sin Wan, Lili dan Kui Siang segera mengambil tempat duduk dan mendengarkan penuh perhatian. "Telah terjadi perubahan besar sekali di kota raja, terutama perubahan atas diri ayahanda Sribaginda Kaisar dan Kakanda Pangeran Mahkota." Dia mulai bicara dengan pandang mata sedih. "Sribaginda Kaisar yang dahulu dikenal sebagai seorang pemimpin besar, pendiri Kerajaan Beng dan pengusir penjajah Mongol, sekarang telah berubah dalam usia tuanya. Dahulu beliau seorang ayah yang mencinta putera-puteranya, akan tetapi sekarang" Beliau menjadi orang yang selalu gelisah, selalu curiga, bahkan terhadap para putera sendiri beliau tidak percaya. Beliau merasa seolah dikepung musuh-musuh dan hampir tidak ada orang yang beliau percaya lagi. Dan kecurigaan ini membuat beliau suka berbuat kejam dan tidak adil. Entah berapa banyaknya panglima dan pejabat yang dihukum mati hanya karena beliau menaruh curiga." "Sesungguhnya, Paman Bhok Cun Ki pernah menyinggung keadaan itu dalam percakapannya berdua dengan saya, Yang Mulia. Ketika Sribaginda menghukum mati tiga orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ panglimanya yang setia, kemudian menghukum mati pula seorang menteri yang mencoba mengingatkan beliau dan memprotes, maka para pejabat lainnya mundur dan tidak berani mencampuri. Juga Paman Bhok Cun Ki sendiri tidak berdaya. Bahkan dua orang Jenderal besar yang dipercaya Sribaginda, yaitu Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti, tidak mampu mengingatkan beliau," kata Sin Wan. Raja Muda Yung Lo menghela napas panjang. "Memang beliau telah berubah sama sekali. Aku ingat benar ketika aku masih kecil, ayahanda sering bercerita tentang masa lalunya. Beliau merasa bangga menceritakan ketika beliau masih muda, pernah menjadi penggembala kerbau, pernah menjadi kacung di kuil, pernah pula menjadi gelandangan yang tak berumah, menjadi anggauta kai-pang (perkumpulan pengemis) dan memimpin orang-orang kangouw. Semua itu diceritakan dengan gembira. Beliau bangga bahwa dari rakyat kecil biasa, beliau berhasil menjadi pemimpin besar menghalau penjajah dan mendirikan kerajaan baru. Akan tetapi sekarang menjadi sebaliknya, kalau ada yang bicara sedikit saja tentang masa lalu beliau, dianggap penghinaan dan orang itu akan dihukum mati!" "Saya kira paduka tidak perlu terlalu menyusahkan keadaan Sribaginda itu, Pangeran. Mungkin beliau mempunyai alasan kuat untuk menjatuhkan hukuman," kata Lili. Raja Muda Yung Lo tersenyum dan mengangguk. "Engkau benar, Lili. Akupun sudah seringkali menghibur diri. Bagaimanapun juga, Sribaginda Kaisar adalah orang yang paling berjasa bagi tanah air dan bangsa." "Dan perubahan apa yang terjadi pada diri Pangeran Mahkota, Pangeran?" Lili bertanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lili, tentu engkau tahu sendiri bagaimana sekarang ini kakanda pangeran hanya mengejar kesenangan, hanya mengumbar nafsu tidak memperdulikan akan pemerintahan. Padahal, beliau adalah pangeran mahkota yang kelak menggantikan ayahanda Kaisar. Engkau mengalami sendiri betapa untuk menuruti nafsunya, beliau sampai lupa diri dan melakukan hal-hal yang tidak patut, seperti yang coba beliau lakukan terhadap dirimu. Sungguh memprihatinkan sekali kalau aku ingat kepada ayahanda dan kakanda di kota raja." "Lalu apa yang paduka ingin kami perbuat sehubungan dengan dua hal itu, Yang Mulia?" kata Kui Siang yang merasa kasihan kepada raja muda itu. "Aku ingin agar kalian dalam penyelidikan kalian di kota raja, menyelidiki pula apa hubungan perubahan pada ayahanda dan kakanda itu dengan kegiatan jaringan matamata Mongol. Kami khawatir kalau-kalau perubahan itu akibat ulah para mata-mata yang tentu ingin menghancurkan Kerajaan Beng." Sin Wan dan Kui Siang mengerti dan setelah menyanggupi, mereka lalu berangkat meninggalkan tempat itu. Pada hari itu juga, Raja Muda Yung Lo kembali pula di Peking bersama pasukannya. 28. Ancaman Terhadap Bhok-Ciangkun "Aku harus membuat perhitungan dengan Si Kedok Hitam si jahanam itu!" Tung-hai-liong Ouwyang Cin mengepal tinju. "Tidak saja dia hendak memperalat aku dengan menawanmu, akan tetapi juga dia kurang ajar sekali, menguasai orangorang kangouw yang dahulu tunduk kepadaku. Kita harus menyelidiki dan menangkap dia!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Datuk para bajak laut di timur ini marah bukan main karena hampir saja dia, muridnya, dan puterinya yang sudah tertawan Si Kedok Hitam, celaka di tangan pemimpin mata-mata Mongol itu. "Akan tetapi, suhu. Bukankah mereka itu menjanjikan kedudukan raja muda kepada suhu kalau perjuangan mereka berhasil?" Maniyoko bertanya. "Persetan! Belum apa-apa, dia hendak memaksa kita untuk melakukan pembunuhan terhadap dua orang pangeran, seolah kita ini anak buahnya saja. Lebih lagi, dia menawan Akim, itu bukan kerja-sama namanya. Siapa sih dia itu hendak memperalat aku?" "Kita memang harus mencarinya dan menghajarnya, ayah," kata Akim marah. "Kalau saja tidak ada Sin Wan, tentu kita celaka." "Hemm, pemuda itu" Akim, bagaimana engkau bisa mengenal pemuda itu dan siapa dia?" "Namanya Sin Wan, ayah. Memang aku telah mengenal dia sebelumnya, dia murid Sam-sian dan menjadi wakil gurunya melaksanakan tugas dari Kaisar untuk memerangi jaringan mata-mata Mongol." "Hemm, agaknya sumoi akrab sekali dengan pemuda itu!" Maniyoko berkata dengan nada suara dingin. Sepasang mata yang indah itu mencorong. "Aku mau akrab dengan dia ataupun dengan siapa juga, apa sangkut pautnya denganmu!" bentaknya. Dibentak begitu, Maniyoko terdiam dan mukanya berubah merah. Diam-diam dia merasa marah dan cemburu sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Teringat dia betapa dahulu pernah dia menawan Lili, akan tetapi pemuda itu pula yang menentangnya, merampas Lili yang telah ditawannya dan mengalahkan dia. Sekarang, pemuda itu agaknya akan merebut Akim darinya. Mendengar ucapan puterinya itu, Tung-hai-liong bertanya, "Akim, apakah engkau dan pemuda murid Sam-sian itu saling mencinta?" "Kalau aku dan dia saling mencinta, apakah ayah hendak melarang?" Akim balas bertanya, sikapnya menantang. Tung-hai-liong tertawa. "Sebetulnya aku ingin melihat engkau menjadi isteri suhengmu, akan tetapi kalau engkau dan murid Sam-sian itu saling mencinta, akupun tidak keberatan engkau menjadi jodohnya asal Sam-sian sendiri yang mengajukan pinangan kepadaku." "Tidak, ayah! Aku tidak mau menjadi isteri suheng, juga aku tidak sudi menjadi isteri laki-laki yang tidak mencintaku melainkan mencinta wanita lain seperti Sin Wan. Aku benci! Aku benci dia!" Gadis itu lalu lari meninggalkan ayahnya dan suhengnya. Melihat muridnya seperti orang yang kecewa dan agaknya perasaannya terpukul oleh sikap Akim, Tung-hai-liong Ouwyang Cin menghiburnya. "Maniyoko, engkau beruntung bahwa Akim tidak sudi menjadi jodoh Sin Wan, berarti ia masih bebas dan kelak dapat kubujuk untuk mau menjadi jodohmu. Sekarang, biarkan ia bertualang. Kita harus pulang karena setelah anak itu pergi, di rumah tidak ada orang." "Kalau suhu mengijinkan, teecu (murid) ingin mencari sumoi dan diam-diam membayangi dan melindunginya. Jaringan mata-mata Mongol itu berbahaya, teecu khawatir Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sumoi akan terjebak dan tertawan lagi. Kalau suhu hendak pulang lebih dahulu, silakan." Kakek itu mengangguk. "Begitupun baik. Aku tidak sudi menjadi hamba dari orang-orang Mongol." Guru dan murid inipun berpisah. Tung-hai-liong Ouwyang Cin kembali ke timur, sedangkan Maniyoko mencari sumoinya yang tadi lari ke selatan, tentu menuju ke kota raja. Biarpun dia berhasil menyusul sumoinya, Maniyoko tetap tidak mau memperlihatkan diri. Sumoinya sedang kesal hatinya dan dia mengenal benar watak sumoinya. Kalau sedang dalam keadaan seperti itu, sumoinya amat sukar didekati dan kalau dia memperlihatkan diri, besar kemungkinan sumoinya akan menjadi semakin kesal dan marah. Maka diapun membayangi saja dari jauh sampai akhirnya mereka tiba di luar pintu gerbang kota raja Nan-king. Di Jalan raya itu, dia melihat rombongan Pangeran Mahkota yang dikawal ketat memasuki kota raja, dan nampak jelas Jenderal Yauw Ti dalam sebuah kereta yang mengiringkan di belakang, dikawal oleh pasukan berkuda. Tiba-tiba, seorang yang mengenakan kedok biru menghampirinya. Maniyoko sudah siap siaga untuk menyerang orang itu, akan tetapi si kedok biru memberi isyarat kepadanya, lalu berkata singkat, "Yang Mulia mengundang saudara Maniyoko untuk bertemu. Mari!" Maniyoko tertarik. Dia teringat akan kunjungan utusan yang menyerahkan hadiah kepada gurunya dan utusan itupun mengatakan bahwa pimpinan mereka hanya dikenal dengan sebutan Yang Mulia. Dia masih kecewa akan penolakan gurunya bersekutu dengan orang-orang Mongol yang menjanjikan kedudukan mulia, maka kini dia ingin tahu apa yang akan dikatakan pimpinan mata-mata Mongol itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepadanya. Dia mengikuti bayangan itu yang bergerak amat cepat memasuki hutan kecil di sebelah timur jalan. Setelah tiba di tengah hutan, si kedok biru berhenti dan Maniyoko berhenti pula di belakangnya. Ternyata di situ telah berdiri dua orang yang aneh dan juga menyeramkan. Yang seorang adalah seorang pria yang usianya sudah enampuluh tahun akan tetapi masih nampak muda dan tampan, bertubuh tinggi tegap dengan muka yang merah sekali, seolah muka itu dilumuri darah. Pakaiannya dari sutera putih yang halus mengkilap dan di punggungnya tergantung sebatang golok gergaji. Adapun orang ke dua, juga sedikit lebih muda namun masih ramping dan cantik, hanya warna kulit mukanya yang mengerikan karena pucat seperti muka mayat. Juga pakaian wanita ini terbuat dari sutera putih halus dan di pinggang yang ramping melingkar seekor ular yang sebetulnya senjata sabuk ular yang sudah mati. Maniyoko tidak tahu bahwa dia berhadapan dengan dua orang datuk sakti yang lihai sekaii, yaitu Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, sepasang iblis yang amat lihai dan kejam, yang kini telah menjadi kaki tangan Si Kedok Hitam, membantu gerakan para mata-mata Mongol. Akan tetapi karena di situ dia tidak melihat adanya Si Kedok Hitam, dia menduga bahwa dua orang ini tentulah pembantu pimpinan mata-mata itu, maka dia tidak berani bersikap angkuh dan tetap waspada karena dia belum tahu apa maksud mereka mengundangnya, padahal belum lama ini dia dan suhunya serta sumoinya menentang mereka dan bertempur dengan mereka di atas perahu. "Apa maksudnya aku diundang ke sini?" tanya Maniyoko sambil menoleh kepada si kedok biru yang tadi mengajaknya ke tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ang-bin Moko tertawa. "Engkau murid Tung-hai-liong dan namamu Maniyoko" Ingin tahu mengapa kami mengundangmu atas nama Yang Mulia" Lihatlah di sana itu!" Dia menuding ke arah belakangnya dan Maniyoko mengangkat muka memandang dan terkejutlah dia. Di sana, sekira seratus meter dari situ, nampak Ouwyang Kim berdiri terikat pada sebatang pohon dan melihat betapa kepala gadis itu terkulai, dia dapat menduga bahwa sumoinya tentu dalam keadaan pingsan atau tertotok lemas. "Apa yang kalian lakukan kepada sumoi" Hayo cepat bebaskan sumoi!" katanya dan diapun sudah mencabut pedang samurainya dari punggung, siap untuk menerjang mereka. "Tenanglah, orang muda dan simpan kembali pedangmu. Sejak semula, Yang Mulia menawarkan kerja sama dengan Tung-hai-liong, namun karena dia keras kepala, maka kerja sama itu gagal." "Tapi kalian telah menawan sumoi di perahu itu, tentu saja kami menentang kalian! Dan sekarang, kalian kembali menawan sumoi!" kata Maniyoko marah. Pria dan wanita yang aneh itu tertawa. "Hi..hik, orang muda yang tampan. Kalau kami menawan puteri Tung-hailiong, hal itu kami lakukan karena ia yang menyerang kami. Akan tetapi kami masih ingat akan persahabatan, maka kami tidak membunuhnya. Lihat, kami sekarang menawannyapun dengan maksud baik, agar ia berhutang budi kepadamu, agar engkau meningkat dalam pandangan sumoimu. Bukankah engkau menghendaki agar sumoimu itu kelak dapat membalas cintamu dan menjadi isterimu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maniyoko terkejut. Kiranya wanita yang mukanya seperti mayat itu telah mengetahui isi hatinya. Tentu mereka itu telah mengintai dan mendengar percakapan antara dia dan gurunya. "Apa maksud kalian" Sebenarnya, mau apa kalian menawan sumoi?" Pek-bin Moli mendekati pemuda itu dan berbisik-bisik. Maniyoko mengangguk-angguk. Tak lama kemudian, sepasang iblis itu memberi isyarat dan muncullah enam orang laki-laki yang berpakaian seragam seperti perajurit kerajaan yang memang sudah menerima perintah dari sepasang iblis itu. Enam orang itu lalu menghampiri Akim yang terbelenggu pada pohon, sedangkan sepasang iblis itu menghilang di balik pohon-pohon. Maniyoko juga menyelinap di balik semak belukar dan mengintai. Enam orang itu mengambil air dan menyiram kepala dan muka Akim dengan air. Gadis itu akhirnya siuman dan melihat betapa ia terbelenggu pada pohon dan ada enam orang perajurit kerajaan berdiri di depannya, ia berusaha meronta untuk melepaskan diri. Akan tetapi, enam orang itu sudah mencabut pedang dan menodongkan senjata mereka kepadanya. "Aihhh, jangan mencoba untuk melepaskan diri, nona, atau pedang kami akan melumatkan tubuhmu." Akim berhenti dan memandang kepada mereka dengan mata mendelik penuh kemarahan. Tadi, ketika ia berjalan hendak menuju ke pintu gerbang kota raja, ia mendengar suara orang memanggilnya dari hutan itu. Ia memasuki hutan dan diserang dua orang kakek dan nenek yang amat lihai. Ia melakukan perlawanan namun akhirnya ia roboh tertotok dan tidak sadar lagi, pingsan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa kalian dan mau apa kalian menangkapku" Lepaskan aku!" Seorang di antara mereka yang berkumis tebal menjawab sembar? tertawa, "Ha..ha, engkau masih bertanya lagi" Lihat pakaian seragam kami. Kami adalah anak buah Panglima Bhok Cun Ki. Kami mendapat tugas menangkapmu dan menghukummu karena engkau telah berani menggoda calon mantu Bhok-ciangkun." "Menggoda calon mantu Bhok-ciangkun" Kalian gila! Aku tidak mengenal calon mantu Bhok-ciangkun!" Akim membentak marah. Brarpun ia sudah terbelenggu dan ditodong pedang dalam keadaan tidak berdaya, namun sedikitpun ia tidak memperlihatkan rasa takut. "Lepaskan aku!" "Ha..ha..ha, Bhok-ciangkun telah mengijinkan kami untuk berbuat apa saja terhadap dirimu dan kami tidak akan melepaskanmu begitu saja, manis! Jangan berpura-pura. Calon mantu Bhok-ciangkun bernama Sin Wan, apakah engkau hendak menyangkal lagi?" Sepasang mata itu terbelalak. Sin Wan" Dan dia calon mantu Bhok Cun Ki" Tentu saja ia tidak dapat menyangkal bahwa ia mencinta Sin Wan walau kini cintanya berubah menjadi perasaan sedih dan marah karena pemuda itu tidak membalas cintanya. Akan tetapi baru sekarang ia tahu bahwa Sin Wan adalah calon mantu Bhok Cun Ki. Ia teringat akan pembelaan pemuda itu terhadap keluarga Bhok. "Nah, engkau tidak akan menyangkal, bukan" Itulah sebabnya maka kami disuruh menangkapmu dan membunuhmu. Akan tetapi kami akan mengajakmu bersenang-senang dulu sebelum membunuhmu. Ha..ha..ha!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Enam pasang tangan itu bergerak, agaknya hendak meraba tubuh Akim yang terbelenggu. "Jahanam, jangan ganggu sumoi!" terdengar bentakan nyaring dan Maniyoko datang menyerbu dengan pedang samurai di tangan. Enam orang itu terkejut, menggerakkan pedang untuk mengeroyok Maniyoko. Akan tetapi pemuda itu mengamuk dengan pedang samurainya sehingga para pengeroyoknya menjadi gentar, apalagi setelah tiga orang dirobohkan oleh tendangan-tendangan Maniyoko dan yang tiga orang lagi terpaksa melepaskan pedangnya yang patahpatah ketika bertemu pedang samurai. Mereka berenam lalu melarikan diri dan Maniyoko tidak mengejarnya, melainkan cepat menghampiri sumoinya dan melepaskan tali pengikatnya. Tentu saja Akim girang bukan main. Baru saja ia terlepas dari pada ancaman bahaya yang lebih mengerikan dari pada maut sendiri. "Terima kasih, suheng. Syukur engkau datang, kalau tidak ........" "Sudahlah, sumoi. Siapakah mereka itu dan bagaimana engkau sampai dapat tertawan oleh orang-orang itu?" Akim memungut pedangnya yang oleh para penawannya dilempar ke atas tanah, lalu mengikatkan lagi pedangnya di punggung dan iapun mengepal tinju. "Kalau hanya mereka itu yang mengeroyokku, tak mungkin aku dapat mereka tawan. Akan tetapi yang mengeroyokku adalah dua orang kakek dan nenek yang lihai bukan main. Dan yang lebih menggemaskan, mereka itu disuruh oleh Bhok Cun Ki untuk menangkap, menghina dan membunuhku. Keparat Bhok Cun Ki! Aku harus membuat perhitungan dengan dia!" "Siapakah Bhok Cun Ki dan mengapa pula dia menyuruh anak buahnya menawanmu, sumoi?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dia seorang panglima di kota raja. Sombongnya bukan main! Baru aku ketahui bahwa dia adalah calon mertua Sin Wan, dan dia menangkapku karena aku dianggap menggoda Sin Wan. Keparat! Siapa ingin merebut mantu orang" Aku harus membuat perhitungan, sekarang juga!" Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tenanglah, sumoi. Memang penghinaan ini harus dibalas, akan tetapi mengingat dia seorang panglima, kita harus berhati-hati dan menyerbu ke sana dengan diam-diam, jangan sampai kita dikepung ratusan orang perajurit. Aku akan membantumu, Akim." "Baik, terima kasih suheng. Dan bagaimana suheng dapat berada di sini" Di mana ayah?". "Suhu telah pulang dan suhu yang mengutus aku untuk menyusulmu dan agar dapat membantu dan menemanimu! Dua orang kakak beradik seperguruan ini dengan hati penuh dendam lalu melanjutkan perjalanan memasuki kota raja. Tentu saja Maniyoko tidak menceritakan kepada sumoinya tentang pertemuannya dengan Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli, tidak menceritakan betapa dia kini telah bergabung dan bekerja sama dengan anak buah Yang Mulia dan bahwa tugasnya yang pertama adalah membantu Akim untuk membunuh Panglima Bhok Cun Ki yang dianggap berbahaya dan musuh besar Yang Mulia! JJJ Bhok Cun Ki pulang dengan wajah pucat dan tubuh lesu. Baru saja dia dipanggil oleh Sribaginda Kaisar dan di persidangan itu, di mana hadir pula Jenderal Shu Ta dan para menteri, Kaisar marah-marah dan memaki-maki Bhok Cun Ki yang dianggap tidak mampu menjaga keamanan sehingga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jaringan mata-mata semakin mengganas. Bahkan hampir saja Pangeran Yen atau Raja Muda Yung Lo dan Putera Mahkota terbunuh oleh penyerbuan anak buah jaringan mata-mata musuh. Berita yang sampai kepada Kaisar adalah berkat ketangkasan Jenderal Yauw Ti dan pasukannya, maka usaha pembunuhan itu dapat digagalkan! "Bagaimana sih usahamu menghancurkan jaringan matamata di kota raja" Uhh, sampai kami tidak dapat tidur karena siapa lagi yang dapat kami percaya" Seolah-olah diri kami dikurung oleh mata-mata musuh, tidak tahu lagi kami siapa kawan siapa lawan!" demikian antara lain Sribaginda Kaisar Thai-cu yang kini selalu nampak gelisah itu memarahi Bhok Cun Ki. "Bhok-ciangkun, kalau dalam waktu sebulan engkau belum juga mampu menghancurkan jaringan mata-mata di sini, kami mulai curiga jangan jangan engkau telah diperalat pula oleh mereka. Sebulan engkau harus mampu menghancurkan mereka, atau kau kami anggap pemberontak dan pengkhianat dan sekeluargamu akan kami suruh jatuhi hukuman mati!" Ucapan Kaisar ini terasa bagaikan kilat menyambar di hari panas, amat mengejutkan, akan tetapi juga bagaikan ujung pedang menusuk jantung. Selama puluhan tahun dia mengabdi dengan penuh kesetiaan dan kesungguhan, sudah tak terhitung banyaknya jasa yang disumbangkan untuk negara dan sekarang dia menerima hadiah ancaman seberat itu dari Kaisar! Memang dia tahu bahwa selama beberapa tahun ini terjadi perubahan hebat atas diri Kaisar, sikapnya dan perangainya berubah sama sekali. Pejuang besar Chu Goan Ciang yang kini menjadi Kaisar itu, yang pada mulanya memerintah dengan bijaksana dan baik, akhir-akhir ini berubah menjadi pemarah, selalu curiga, tidak mempercayai lagi orang-orang yang tadinya setia kepadanya, dan juga kejam bukan main, mudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjatuhkan hukuman mati kepada orang-orang yang tadinya amat dekat dengannya, yang tadinya amat setia kepadanya. Setelah tiba di rumah, Bhok Cun Ki tidak menceritakan ancaman Kaisar itu kepada keluarganya. Dia tahu bahwa terutama, sekali Cu Sui In yang baru saja menjadi isterinya yang sah dan tinggal di rumahnya sebagai isteri terkasih, tentu akan penasaran dan marah sekali kalau mendengar akan peristiwa di istana tadi. Cu Sui In tentu akan marah dan mungkin melakukan hal-hal yang bahkan akan membuat Kaisar semakin curiga kepadanya. Oleh karena itu, dia hanya menceritakan tentang peristiwa di luar kota Cin-an ketika Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota mengadakan pesta pertemuan, tentang penyerbuan mata-mata yang dapat digagalkan. "Kita tinggal menunggu pulangnya Lili. Pasti ia akan membawa keterangan yang lebih lengkap mengenai peristiwa itu," kata Bhok Cun Ki. "Sebaiknya kalau mulai hari ini kalian berdua ikut waspada dan berjaga-jaga, karena agaknya gerombolan mata-mata semakin nekat dan mengganas," pesannya kepada Ci Han dan Ci Hwa. Entah mengapa, setelah kembali dari istana, hati Bhok Cun Kl merasa tidak tenang dan tidak enak, seolah sikap Kaisar itu ada kaitannya dengan kegiatan jaringan mata-mata. Timbul kekhawatirannya bahwa mungkin saja semua ini sengaja diatur oleh musuh, dan bukan tidak mungkin musuh mengirim pembunuh ke rumahnya! Tentu saja dia tidak khawatir, karena selain dia sendiri dan dua orang anaknya yang memiliki kepandaian cukup untuk membela diri, di sampingnya kini terdapat pula isterinya, Cu Sui In yang boleh diandalkan, bahkan lebih lihai darinya. Pada malam berikutnya, lewat tengah malam, Ci Han yang melakukan perondaan di sekitar rumah keluarganya, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggantikan adiknya, Ci Hwa yang bertugas jaga sejak sore sampai tengah malam. Mereka hanya berjaga-jaga dan kadang meronda, kalau-kalau ada musuh yang menyusup ke dalam karena di luar pekarangan rumah mereka sudah terdapat pasukan penjaga yang siang malam menjaga keamanan rumah keluarga panglima itu. Ketika Ci Han berkeliling sampai di taman keluarga yang berada di belakang rumah, tiba-tiba dia berhenti melangkah karena dia melihat bayangan orang berkelebat. Akan tetapi tidak terdengar suara apapun, maka dia meragu, mengira bahwa mungkin itu permainan bayangan pohon yang digerakkan angin malam. Biarpun demikian, dia memasuki taman untuk memeriksa. Taman itu cukup terang karena di sana sini terdapat lampu gantung. Akan tetapi udaranya dingin bukan main. Dengan tangan kanan di gagang pedang yang tergantung di pinggang kiri, Ci Han melangkah dengan hati-hati ke dalam taman bunga itu. Tiba-tiba dia terkejut karena dari balik rumpun bunga yang tebal muncul dua bayangan orang yang gerakannya gesit sekali. Di bawah sinar lampu dia sempat melihat bahwa dua orang itu adalah seorang pemuda tampan dan seorang gadis cantik. Dia merasa pernah mengenal wajah gadis cantik itu, akan tetapi belum sempat dia menegur, dua orang itu telah menyerangnya dengan gerakan yang amat cepat. Ci Han mencabut pedangnya, akan tetapi baru saja pedangnya tercabut, gadis itu telah berhasil menotok pundaknya dan diapun terpelanting. Pemuda itu menyambar tubuhnya, lalu memanggul tubuhnya yang lemas tak berdaya. "Kita bawa dia keluar. Cepat!" kata si gadis dan pemuda itu lalu meloncat, mengikuti gadis itu yang bergerak cepat dan ringan seperti burung terbang saja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mereka adalah Ouwyang Kim dan suhengnya, Maniyoko. Seperti kita ketahui, Akim telah terkena siasat yang dilakukan secara cerdik oleh para pemberontak, yang menyamar perajurit anak buah Bhok Cun Ki yang menawannya dan mengancamnya hendak memperkosanya lalu membunuhnya. Sudah diatur oleh mereka yang berhasil memperalat Maniyoko sehingga pemuda inilah yang menyelamatkan sumoinya. Tentu saja Akim marah dan mendendam kepada Bhok Cun Ki dan Maniyoko beraksi membantunya, pada hal memang telah diatur agar Ouwyang Kim membunuh Bhok-ciangkun dibantu Maniyoko. Kalau sampai usaha ini berhasil, tentu saja pihak musuh untung karena Bhok Cun Ki merupakan lawan dan penghalang yang berbahaya. Andaikata terbalik dan Ouwyang Kim dan Maniyoko yang tewas di tangan panglima yang lihai itu, pihak pemberontak juga untung karena tentu akan terjadi permusuhan antara Bhok-ciangkun dan Tung-hai-liong Ouwyang Cin! Ci Han yang tak mampu bergerak lagi itu dilarikan ke dalam sebuah pondok di dalam hutan, di luar kota raja. Agaknya memang telah diatur sehingga Akim dan suhengnya, dengan Maniyoko sebagai penunjuk jalan, dapat lolos keluar dari kota raja dengan mudahnya. Mereka meloncati pagar tembok dan seolah-olah sengaja dibiarkan saja oleh para penjaga, atau memang mereka itu tidak melihat gerakan dua orang yang amat cepat itu. Maniyoko melemparkan tubuh Ci Han ke atas sebuah dipan dan sekali dia menotok, Ci Han dapat bergerak. Pemuda ini menggosok-gosok kedua lengannya yang terasa masih lemas, matanya mencorong memandang kepada kedua orang itu di bawah sinar lampu yang cukup terang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapakah kalian dan mengapa pula kalian menawanku?" tanya Ci Han, sikapnya tenang dan gagah, sedikitpun tidak memperlihatkan perasaan takut. "Keparat, sudah menjadi tawanan kami masih bersikap sombong" Engkau perlu dihajar sedikit agar tidak bersikap angkuh!" kata Maniyoko dan diapun menampar ke arah pipi Ci Han. Ci Han yang sudah terbebas dari totokan tentu saja tidak membiarkan dirinya di tampar begitu saja. Dia telah mempelajari ilmu dari ayahnya sejak kecil, maka cepat diapun menangkis dengan pengerahan tenaganya. "Dukk!" Dua lengan bertemu dan akibatnya, Ci Han terjengkang saking kuatnya lengan lawannya sehingga dia terkejut bukan main. Kiranya kedua orang penawannya itu lihai bukan main. Tadipun demikian cepatnya gadis itu menotoknya roboh dan kini, sekali mengadu tenaga, diapun terjengkang oleh pemuda itu. "Suheng, hentikan itu!" tiba-tiba gadis itu berseru dan Maniyoko yang sudah siap menghajar, menarik kembali tangannya dan hanya berdiri bersungut-sungut. "Sumoi, menghadapi bocah bangsawan sombong ini tidak perlu memberi hati!" Maniyoko mengomel. Akan tetapi dia tidak bergerak lagi karena dia tidak berani menentang kehendak sumoinya. Setelah Ci Han bangkit lagi dan berdiri tegak, biarpun terkejut namun dia sama sekali tidak takut, Ouwyang Kim menghampirinya dan sejenak mereka saling pandang dengan sinar mata penuh perhatian. "Engkau tentu yang bernama. Bhok Ci Han, bukan?" tanyanya dengan sikap angkuh dan dingin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar, dan siapa engkau, nona" Apa pula artinya semua ini?" "Hemm, aku menawanmu sehubungan dengan maksudku untuk membunuh Bhok Cun Ki." Ci Han tidak merasa heran kalau ada orang-orang memusuhi ayahnya. Ayahnya, sebagai seorang panglima petugas keamanan yang telah membasmi banyak sekali gerombolan penjahat, tentu saja dimusuhi banyak orang kangouw. Akan tetapi kalau yang memusuhi seorang gadis secantik ini dan suhengnya yang juga gagah dan tampan, dia sungguh merasa amat heran. "Nona, ayahku adalah seorang panglima pembasmi kejahatan, dia bukan orang jahat ......" Dia memancing untuk mengetahui keadaan gadis itu. "Tentu saja engkau sebagai anaknya tidak mengatakan dia jahat. Akan tetapi, baru kemarin dulu dia telah menghinaku, mengutus orang-orang untuk menangkapku dan membunuhku! Kau bilang perbuatan itu tidak jahat" Aku harus membalasnya, dan aku menangkapmu untuk memaksanya datang ke sini menyerahkan nyawanya kepadaku! Ayahmu seorang pengecut, mengirim orang-orang untuk mengeroyokku, menawanku, bahkan menyuruh orang-orang itu memperkosaku sebelum membunuhku!" "Tidak mungkin! Tidak mungkin ayah berbuat seperti itu! Kalau dia menangkap gerombolan penjahat, tentu akan diadili dulu, dan tidak mungkin sama sama sekali dia menyuruh anak buahnya membunuh orang, apalagi memperkosa wanita, aku tidak percaya!" Ci Han membantah keras dan merasa penasaran sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Huh, ayahnya anjing, anaknya tentu anjing pula!" Maniyoko membentak. "Tutup mulutmu yang kotor!" Ci Han balas membentak. "Kami adalah keluarga terhormat, orang-orang yang setia kepada pemerintah, juga selalu menentang kejahatan, tidak mungkin kami sudi berbuat jahat. Ini tentu fitnah!" "Bhok Ci Han, bagaimanapun engkau menyangkal, aku sendiri yang mengalaminya. Engkau percaya atau tidak terserah. Sekarang, engkau harus menulis surat kepada ayahmu, minta agar dia datang ke sini seorang diri. Kalau dia tidak mau datang, engkau akan kubunuh!" "Aku tidak sudi!" bentak Ci Han dengan berani. "Nona, pikir baik-baik. Apa yang kaulakukan ini adalah suatu kejahatan! Engkau telah ditipu orang, ayahku, kena difitnah. Aku berani bertaruh dengan nyawaku bahwa bukan ayah yang menyuruh orang-orang menawanmu." "Mereka berpakaian seragam perajurit, mengaku disuruh ayahmu ......." "Bisa saja penjahat memalsukannya. Buktinya, di Cin-an, para penyerbu yang hendak membunuh Pangeran Mahkota dan Raja Muda Yung Lo juga menyamar sebagai perajurit! Ingatlah, nona, sekali ini mungkin nona ditipu orang. Seorang yang berilmu tinggi seperti nona, sebaiknya waspada dan jangan sampai melakukan perbuatan jahat yang kelak hanya akan menimbulkan penyesalan dalam kehidupanmu." "Sumoi, biar kuhajar mulut orang ini!" Maniyoko sudah bangkit berdiri dan menghampiri Ci Han yang masih berdiri tegak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan, suheng!" Akim juga membentak suhengnya. Diam-diam Akim mulai mempertimbangkan ucapan pemuda yang tampan dan gagah itu. Rasanya tidak mungkin seorang yang bersalah bersikap seberani itu. Dan kemungkinan Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo pemalsuan dan fitnah itu memang ada. "Bhok Ci Han, katakan, bukankah Sin Wan merupakan calon mantu ayahmu?" Mendengar pertanyaan ini, Ci Han tertegun dan tiba-tiba mendengar disebutnya nama Sin Wan, diapun teringat siapa gadis ini. "Ah, sekarang aku ingat. Engkau tentu nona Ouwyang Kim yang dulu pernah datang ke rumah kami bersama Sin Wan!" Akim tersenyum mengejek, hatinya semakin panas diingatkan peristiwa itu karena pada waktu itu, ia masih mencinta Sin Wan dan mengharapkan pemuda itu membalas cintanya. "Memang aku Ouwyang Kim. Nah, jawablah pertanyaanku tadi. Bukankah Sin Wan calon mantu ayahmu?" "Ya, dulunya memang begitu, akan tetapi...." Ci Han merasa ragu-ragu karena tidak perlu dia menceritakan urusan keluarganya kepada orang luar. "Sumoi, sudah jelas bahwa para perajurit itu adalah anak buah Bhok Cun Ki. Perlu apa lagi bertanya-tanya" Paksa dia menulis surat. Biar aku yang menyiksanya dan memaksanya!" Maniyoko berkata. Mendengar jawaban sepotong tadi, Akim merasa yakin bahwa tentu Bhok Cun Ki yang menyuruh anak buahnya menangkapnya karena mengira ia hendak menggoda Sin Wan. Hatinya menjadi panas sekali dan ia menatap wajah Ci Han dengan sinar mata mencorong. "Katakan kepada ayahmu, aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tidak sudi menggoda calon suami orang! Aku tidak serendah itu. Tunggu saja, kuberi waktu sampai besok pagi. Kalau engkau belum juga mau menulis surat kepada ayahmu, aku akan menyerahkan engkau kepada suhengku ini dan jangan katakan bahwa aku kejam!" Setelah berkata demikian, ia menoleh kepada suhengnya. "Suheng, aku pusing dan hendak beristirahat. Jaga dia baik-baik, akan tetapi jangan ganggu, tunggu sampai besok pagi." Gadis itu lalu memasuki ruangan dalam pondok itu dan merebahkan diri di dipan yang sederhana. Maniyoko memandang kepada Ci Han dan senyumnya membayangkan kekejaman. "Aku akan senang sekali kalau engkau mencoba untuk melarikan diri agar aku mendapat alasan untuk menyiksa dan membunuhmu sekarang juga." Setelah berkata demikian, Maniyoko duduk bersila dan memejamkan mata, seolah memberi kesempatan kepada Ci Han untuk mencoba melarikan diri. Ci Han bukan pemuda bodoh. Dari pertemuan tenaga tadi dia tahu bahwa pemuda ini kuat dan lihai sekali. Kalau dia nekat melarikan diri, berarti dia membunuh diri. Apalagi gadis yang lihai itupun berada dekat. Gadis itu adalah puteri Tunghai-liong Ouwyang Cin, demikian keterangan yang pernah dia dengar dari Sin Wan. Dan tentu pemuda pendek ini murid datuk itu. Sungguh berbahaya, dan diapun menjadi gelisah memikirkan ayahnya. Ayahnya difitnah, ataukah kedua orang ini sengaja berpura-pura agar dapat memancing ayahnya di situ untuk mereka bunuh" Sayang, dia menghela napas panjang. Gadis ini kelihatan demikian manis, bahkan dari sikapnya ketika melarang suhengnya bersikap kasar terhadap dirinya, dia tidak percaya bahwa gadis seperti itu berhati jahat. Dia maklum bahwa melarikan diri tidak ada gunanya, maka diapun duduk pula Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersila untuk menghimpun tenaga yang mungkin dia perlukan pada hari esok. Karena menderita tekanan batin, Akim gelisah di atas dipan. Diam-diam harus diakuinya bahwa pemuda tawanan itu amat menarik hatinya. Pemuda itu demikian tabah, pemberani dan gagah, terutama sekali pandang matanya yang demikian lembut namun mengandung keberanian luar biasa. Seorang yang jantan, pikirnya, dan hal ini membuat ia semakin gelisah. Andaikata benar Bhok Cun Ki yang menyuruh anak buahnya menawannya karena panglima itu marah kepadanya, mengira ia menggoda Sin Wan, hal itu tidak ada sangkutpautnya dengan Bhok Ci Han. Akhirnya, ia dapat jatuh pulas pula dan diganggu mimpi tentang seorang pemuda yang wajahnya berubah-ubah, seperti wajah Maniyoko, kemudian Sin Wan, dan akhirnya wajah Bhok Ci Han. Tiba-tiba ia dikejutkan dan dibangunkan oleh suara ributribut. Ketika ia membuka matanya, ia mendengar suara orang berkelahi di ruangan depan. Cepat ia meloncat turun dan keluar dari ruangan dalam. Dilihatnya Maniyoko sedang mendesak Bhok Ci Han dengan serangan-serangan maut yang membuat Ci Han repot sekali melindungi dirinya. 29. Penculik .. Ya Pelindung "Dukk!" Akhirnya, sebuah pukulan mengenai dada kanan Ci Han, membuat pemuda itu terpelanting. "Suheng, tahan!" Akim membentak dan meloncat ke depan, melerai. "Sumoi, biar kubunuh jahanam ini! Dia tetap tidak mau menulis surat. Biar kusiksa dia sampai dia mau menulisnya!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maniyoko melompat ke depan lagi hendak menghajar Ci Han yang sudah bangkit duduk sambil menekan dada kanannya yang terasa nyeri. Tangan Maniyoko sudah menyambar hendak mencengkeram rambut Ci Han, akan tetapi Akim cepat bergerak ke depan. "Plakk!" tangan Maniyoko terpental oleh tangkisan Akim. "Suheng, engkau hendak melawanku?" bentak Akim marah sekali. Maniyoko mengendur. "Aihh, sumoi, bagaimana engkau masih mau melindungi pemuda ini" Dia adalah putera Bhok Cun Ki yang telah menghinamu!" "Cukup, suheng! Ini adalah urusanku, engkau tidak berhak mencampuri. Kalau engkau tidak suka, pergilah dan biar kuselesaikan sendiri urusan ini!" Akim menantang dan Maniyoko bersungut-sungut. "Baiklah, baiklah ...... aku tidak akan mencampuri, sumoi ......" katanya dan diapun berdiri di sudut sambil memandang kepada Ci Han dengan sinar mata penuh kemarahan. Melihat Ci Han menyeringai kesakitan, Akim segera menghampiri dan membantunya bangkit, lalu membawanya duduk ke atas bangku. "Parahkah lukamu?" tanyanya lembut sehingga membuat Ci Han merasa heran bukan main. Dia menggeleng kepalanya. "Nah, Bhok Ci Han, engkau akan rugi sendiri kalau tidak mau memenuhi permintaanku. Aku tidak akan memusuhimu, aku hanya ingin berhadapan dengan Bhok Cun Ki untuk minta pertanggung jawabnya atas perbuatan anak buahnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepadaku kemarin dulu. Tulislah surat itu, undang dia ke sini dan engkau tidak akan kuganggu lagi." Melihat betapa kembali nona penawannya itu menyelamatkannya dari ancaman penyiksaan dan pembunuhan suheng nona itu, dan mendengar kata-katanya yang lembut, Ci Han menghela napas panjang. "Nona Ouwyang, kalau aku disuruh menulis surat kepada ayah untuk memancing dan menjebaknya ke sini, biar aku disiksa sampai matipun tidak akan kulakukan. Kalau aku diharuskan menulis surat kepada ayah, akan kuceritakan semua yang telah kualami, dan kuperingatkan agar dia berhati-hati. Jadi, percuma saja. Kalau memang engkau hendak membunuhku, silakan, akan tetapi aku tidak mau mencelakai ayah." "Bhok Ci Han, jangan dikira bahwa aku seorang pengecut yang curang! Aku ingin berhadapan dengan ayahmu sendiri, bukan menjebaknya." "Sumoi, kalau kaubiarkan dia menulis surat seperti itu, tentu ayahnya akan datang membawa pasukan besar dan kita akan celaka," kata Maniyoko. "Bhok Ci Han, aku tidak menjebaknya, hanya ingin dia datang seorang diri agar aku dan dia membuat perhitungan atas perbuatan anak buahnya!" kata lagi Akim. Pada saat itu terdengar suara dari luar rumah. "Nona, aku sudah datang seorang diri. Keluarlah kalau ingin bicara denganku!" "Ayah ......! sudah datang!" kata Ci Han, gembira akan tetapi juga khawatir. Dia bangkit dan hendak keluar. Maniyoko bergerak hendak menangkapnya, akan tetapi dicegah Akim. Gadis ini lalu memegang lengan Ci Han dan berkata, "Mari kita keluar, aku hanya tidak ingin ayahmu berbuat curang!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika mereka bertiga keluar, benar saja yang berdiri di situ adalah Bhok Cun Ki, seorang diri. Kiranya ketika Ci Han ditawan dan dilarikan Maniyoko dan Akim, ada seorang penjaga yang melihat bayangan mereka dan penjaga ini yang tidak sempat mengejar, segera melapor ke dalam. Mendengar ini, Bhok Cun Ki cepat melakukan pengejaran sendiri, demikian pula Cu Sui In. Ci Hwa dilarang melakukan pengejaran, disuruh menjaga dan melindungi ibunya di rumah. Bhok Cun Ki dan Cu Sui In melakukan pengejaran secara berpencar. Setelah semalam itu berputar-putar mencari jejak orangorang yang menculik puteranya, akhirnya Bhok Cun Ki pada keesokan harinya, melihat pondok di dalam hutan itu dan dia merasa curiga. Ketika dia menghampiri dan mengintai, dia sempat mendengarkan percakapan antara seorang gadis dan puteranya yang menjadi tawanan, maka diapun segera berteriak memanggil. Melihat Ci Han keluar digandeng seorang gadis cantik dan diiringkan seorang pemuda tampan yang pendek, Bhok?ciangkun merasa lega melihat puteranya dalam keadaan selamat. "Nona muda, aku Bhok Cun Ki telah datang dan berhadapan denganmu, kenapa engkau tidak segera melepaskan puteraku?" tanya Bhok Cun Ki, suaranya tenang dan berwibawa. "Bhok Cun Ki, aku tidak akan melanggar janji. Setelah engkau berhadapan seorang diri denganku, tentu Bhok Ci Han ini akan kubebaskan. Akan tetapi aku belum yakin apakah orang seperti engkau ini dapat dipercaya. Siapa tahu engkau datang bersama pasukanmu dan begitu puteramu kubebaskan, pasukanmu akan datang menyerbu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nona," Ci Han memprotes, "kenapa nona memandang rendah ayahku seperti ini" Ayahku adalah seorang panglima, seorang pendekar, seorang gagah yang tidak sudi melakukan kecurangan!" "Hemm, kita lihat saja nanti," kata Akim tanpa melepaskan tangannya yang memegang lengan pemuda itu sehingga nampaknya mereka seperti bergandengan dengan mesra. "Bhok Cun Ki, kenapa engkau kemarin dulu mengutus seorang kakek dan seorang nenek berpakaian putih, dan enam orang perajurit, menangkap aku dan menyuruh mereka membunuhku setelah menghina dan menyiksaku lebih dahulu" Kalau tidak ada suhengku ini yang datang menolong, tentu sekarang aku telah menjadi korban kekejianmu!" Bhok Cun Ki mengerutkan alisnya dan matanya mencorong. "Nona, omongan apa yang kaukeluarkan ini" Aku Bhok Cun Ki selamanya tidak pernah melakukan perbuatan sehina itu! Aku selamanya tidak mengenalmu, mengapa aku harus melakukan hal seperti itu?" "Ayah, ia adalah nona Ouwyang Kim, puteri Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan dia itu murid Tung-hai-liong," kata Ci Han. Bhok Cun Ki tertegun. "Aih, kiranya puteri Ouwyang Cin. Sudah lama aku mengenal nama besar Ouwyang Cin dan biarpun dia seorang datuk sesat, namun belum pernah aku mendengar dia melakukan hal-hal yang kurang patut, apalagi menentang pemerintah. Di antara kami tidak pernah bermusuhan, kenapa aku harus melakukan perbuatan hina seperti itu kepada puterinya" Nona Ouwyang, tuduhanmu itu tidak berdasar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tapi .... orang-orang yang menawanku itu, mereka berpakaian perajurit dan mengaku anak buahmu, suruhanmu ......." "Semua orang bisa saja mengaku demikian, nona." "Sumoi, jangan percaya padanya! Mana ada maling teriak maling! Bhok Cun Ki, menyerahlah engkau kalau engkau tidak ingin melihat puteramu mati di ujung pedangku!" Maniyoko sudah mencabut samurainya dan menodongkan senjata itu di punggung Ci Han. "Suheng, jangan .........!" "Sumoi, jangan lemah. Mereka adalah musuh-musuh kita. Ingat betapa mereka telah menghinamu. Kalau tidak ada aku yang datang menolong, tentu engkau sudah diperkosa mereka beramai-ramai sebelum dibunuh!" "Tapi.... tapi...." Akim menjadi bingung dan ragu. Kalau teringat akan apa yang dialaminya kemarin dulu, hatinya panas bukan main, akan tetapi melihat sikap Ci Han dan Bhok Cun Ki, timbul keraguan di dalam hatinya. Sikap ayah dan anak itu bukan sikap orang yang bersalah. Maniyoko yang maklum sepenuhnya akan kelihaian Bhokciangkun, merasa khawatir sekali melihat keraguan sumoinya. Kalau sampai sumoinya tidak berpihak kepadanya dan panglima itu turun tangan, dia akan celaka. Dia sudah mendengar betapa panglima Bhok ini memiliki tingkat kepandaian yang seimbang dengan gurunya! "Bhok Cun Ki, sekarang saatnya maut menjemputmu!" bentaknya dan ini merupakan isyarat kepada sekutunya untuk turun tangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terdengar suara tawa ha..ha..ha..hi..hi dan muncullah Angbin Moko dan Pek-bin Moli, juga enam orang yang pernah menyamar sebagai perajurit anak buah Bhok Cun Ki. Melihat sepasang iblis itu, Bhok Cun Ki terkejut. Ang-bin Moko tertawa dan menudingkan golok gergajinya ke arah muka panglima itu. "Bhok Cun Ki, saatnya tiba bagimu untuk membayar hutangmu kepada kami, ha..ha..ha!" "Hem, kiranya Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli yang berdiri di belakang layar. Dua orang datuk besar, sepasang iblis yang pernah mengguncang dunia kang-ouw, kini agaknya telah menjadi anjing penjilat orang-orang Mongol! Betapa menjijikkan!" Akim terbelalak memandang kepada delapan orang itu. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Akan tetapi ...... kalian.... kalian yang menawan aku dan mengaku disuruh Bhok Cun Ki ........" Pek-bin Moli, wanita bermuka pucat itu terkekeh genit. "Maniyoko, pemuda ganteng, cepat kaubunuh dulu putera panglima itu!" Maniyoko menggerakkan pedang samurainya, membacok tubuh Ci Han dari belakang. Pemuda ini menggeser kaki mengelak dan Akim menggerakkan pedangnya. "Trang ......!!" Pedang itu menangkis pedang samurai suhengnya dan sepasang mata Akim mencorong penuh kemarahan. "Suheng! Kau .... kau bersekongkol dengan mereka?"" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sumoi, aku hanya melanjutkan usaha suhu untuk bekerja sama dengan mereka!" Maniyoko membantah. "Biarkan aku membunuh dia!" Maniyoko menyerang lagi ke arah Ci Han, akan tetapi pedang Akim menyambar dan terpaksa Maniyoko menyambut dan terjadilah perkelahian seru antara suheng dan sumoi ini. "Bantu aku menangkapnya!" Maniyoko berteriak kepada sekutunya karena dia kewalahan menghadapi Goat-im-kiam yang mendatangkan hawa dingin itu. Enam orang anak buah sepasang iblis itu segera membantunya dan mengeroyok Akim "Jangan bunuh, tangkap ia hidup-hidup!" seru Maniyoko yang merasa sayang kalau gadis yang membuatnya selama ini tergila-gila itu sampai terbunuh. Melihat Akim dikeroyok, Ci Han lalu membantu Akim. "Ci Han, kau pergunakan pedang ini!" kata ayahnya dan Ci Han meloncat ke dekat ayahnya, menerima sebatang pedang. Kiranya Bhok Cun Ki telah dipancing oleh sepasang iblis yang telah menduga bahwa Ci Han tentu tidak dapat dipaksa menulis surat. Oleh karena itu, mereka membuat surat kepada Bhok Cun Ki dan minta agar panglima itu datang sendiri ke situ. Akan tetapi malam itu, mereka melihat Bhok Cun Ki berkeliaran di hutan, maka mereka hanya mengintai dan menanti, untuk membantu Akim dan Maniyoko. Ketika melakukan pengejaran terhadap para penculik puteranya, Bhok Cun Ki sengaja membawa pedang cadangan. Dia dapat menduga bahwa setelah dapat diculik, tentu puteranya itu tidak membawa senjata lagi, maka dia sengaja membawakan sebatang pedang untuk puteranya dan sekarang, benar saja puteranya membutuhkannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan pedang di tangan, kini Ci Han membantu Akim mengamuk. Karena tingkat kepandaiannya masih jauh dibandingkan Maniyoko dan Akim, maka diapun hanya membendung pengeroyokan enam orang anak buah sepasang iblis sehingga Akim dapat mencurahkan tenaga untuk menghadapi suhengnya. Sementara itu, melihat betapa Akim dan Ci Han sudah dikeroyok, sepasang iblis itu tertawa lagi. "Bhok Cun Ki, belasan tahun yang lalu, kami pernah kalah olehmu, akan tetapi sekarang tibalah saat pembalasan kami. Juga, engkau harus mati karena engkau merupakan gangguan bagi gerakan Yang Mulia," kata Ang-bin Moko. "Anjing penjilat Mongol!" Bhok Cun Ki membentak dan diapun sudah mencabut Ceng-kong-kiam. Nampak sinar kehijauan menyilaukan mata ketika pedangnya tercabut. Bhok Cun Ki adalah seorang ahli pedang Butong-pai yang telah memiliki tingkat tinggi. Selain mahir pedang Butong-pai, juga dia merupakan seorang ahli yang telah memiliki banyak sekali pengalaman bertanding sehingga gerakannya telah matang dan tangguh. Akan tetapi, yang dihadapi sekarang adalah sepasang iblis yang amat berbahaya. Tingkat kepandaian seorang di antara dua iblis itu saja sudah setingkat dengan dia, maka kini dikeroyok dua, apalagi kini sepasang iblis telah melatih diri dengan ilmu-ilmu keji, maka dia tahu bahwa dia terancam bahaya dan harus mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaian untuk dapat mengimbangi mereka. "Sing..sing..sing .....!" Golok gergaji di tangan Ang-bin Moko mulai menyerang bertubi-tubi, menyambar-nyambar bagaikan seekor burung elang mencari mangsa. Namun, Bhok Cun Ki pernah dijuluki Sin-kiam-eng (Pendekar Pedang Sakti), maka diapun mengelebatkan pedangnya, sambil mengelak pedangnya membabat ke arah pergelangan tangan yang memegang golok sehingga terpaksa lawannya menarik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kembali serangannya dan mulai menyerang dengan jurus baru. Sementara itu, bagaikan seekor ular yang hidup, sabuk ular di tangan Pek-bin Moli sudah menyambar-nyambar dan tercium bau amis ketika sabuk itu menyambar lewat dekat kepala Bhok Cun Ki. Seperti juga tadi, Bhok Cun Ki mengelak dan membalas dengan serangan ke arah lengan lawan. "Syuuuuuuttt ........!" Angin yang aneh menyambar dan cepat Bhok Cun Ki melempar tubuh ke samping, maklum bahwa yang menyambarnya adalah hawa pukulan beracun yang amat jahat. Itulah Toat-beng-tok-ciang, pukulan beracun jarak jauh yang amat berbahaya. Dan kini, sepasang iblis itu sambil menggerakkan senjata menyerang, juga menyelingi dengan pukulan tangan beracun jarak jauh, juga jari tangan kiri mereka kadang-kadang menyerang dengan totokan Touwkut-ci (Jari Penembus Tulang). Diam-diam Bhok Cun Ki terkejut. Pukulan beracun dan totokan jari itu tidak kalah bahayanya dibanding golok gergaji dan sabuk ular. Diapun memutar pedangnya sehingga terbentuklah gulungan sinar yang melingkar-lingkar melindungi tubuhnya dan kadang-kadang saja dari gulungan sinar itu mencuat ujung pedangnya untuk membalas. Namun, dia hanya mendapatkan kesempatan sedikit saja untuk dapat membalas hujan serangan lawan. Sementara itu, Akim dan Ci Han terdesak hebat oleh Maniyoko dan enam orang anak buah sepasang iblis yang juga memiliki ilmu kepandaian yang cukup kuat. Akim sebetulnya lebih lihai dibanding suhengnya dan andaikata Maniyoko maju seorang diri, dia pasti akan kalah oleh sumoinya itu. Akan tetapi, Maniyoko dibantu dua orang yang cukup lihai, sedahgkan Ci Han dikeroyok empat orang yang membuat dia, terdesak pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Biarpun dirinya terdesak oleh suhengnya dan dua orang pengeroyok, namun Akim selalu memperhatikan keadaan Ci Han. Ketika ia melihat Ci Han terdesak hebat dan pemuda itu hanya dapat memutar pedang melindungi tubuhnya dari hujan senjata yang digerakkan empat orang pengeroyoknya, Akim merasa khawatir sekali dan beberapa kali ia menengok. Perhatiannya terpecah sehingga ketika sebatang pedang pengeroyoknya menyambar leher, ia terlambat mengelak sehingga ujung pedang itu masih melukai pundak kirinya. Ia terkejut, akan tetapi bukan karena pundaknya terluka, melainkan melihat Ci Han terkena tendangan sehingga tubuh pemuda itu terpelanting. Tanpa memperdulikan keadaan diri sendiri, Akim meloncat dan pedangnya bergerak cepat menerjang empat orang yang sudah hendak mengirim serangan susulan yang akan mematikan Ci Han. "Trang-trang ......!?" Seorang pengeroyok terjungkal dengan dada terluka pedang Gwat-im-kiam. Ci Han yang sudah mengeluarkan keringat dingin karena tadi nyawanya terancam, kini meloncat lagi. "Terima kasih ........!" Ci Han berkata dan Akim merasa terharu. Ia sekarang melihat bahwa ia telah tertipu oleh Maniyoko yang bersekongkol dengan mata-mata Mongol. Tahulah ia bahwa ketika ia ditawan, lalu ditolong Maniyoko dan pengakuan para penculiknya bahwa mereka disuruh oleh Bhok Cun Ki, semua itu bohong belaka. Semua itu merupakan siasat yang sudah diatur Maniyoko dengan sekutunya sehingga ia kena dikelabui dan ia memusuhi keluarga Bhok. Ia bahkan telah bersama suhengnya itu menculik Ci Han! Dan pemuda itu agaknya sama sekali tidak, mendendam kepadanya! "Cepat ke sini, kita saling melindungi!" katanya kepada Ci Han. Pemuda itu mengerti dan dia khawatir melihat pundak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kiri gadis itu terluka. Bajunya telah berlumuran darah! Cepat dia meloncat dan berdiri saling membelakangi dengan Akim, dengan demikian, mereka dapat saling melindungi dan tidak dapat dibokong dari belakang. Mereka berdiri sambil memasang kuda-kuda, sedangkan Maniyoko bersama sisa anak buah sepasang iblis, yaitu tinggal lima orang karena yang seorang telah roboh oleh Akim, mengepung sambil bergerak perlahan mengitari dua orang muda itu. "Bunuh pemuda ini, tangkap gadisnya," kata pula Maniyoko yang membuat Akim marah bukan main. Sejak kecil suhengnya ini dipelihara ayahnya, dididik dan disayang. Kiranya sekarang telah menjadi pengkhianat yang berniat buruk terhadap dirinya. "Maniyoko, engkau manusia berhati binatang, tak mengenal budi!" bentak Akim akan tetapi segera ia bersama Ci Han harus memutar senjata untuk melindungi diri dan menangkis sambaran senjata enam orang pengeroyok itu. Pada saat itu, terdengar bentakan nyaring dan serangkum hawa menyambar ke arah enam orang pengeroyok. Lima orang anak buah itu terjengkang, sedangkan Maniyoko sendiri terhuyung kebelakang. Bukan main kagetnya ketika pemuda Jepang ini melihat bahwa yang muncul dan menyerang dengan dorongan jarak jauh itu bukan lain adalah gurunya sendiri, Tung-hai-liong Ouwyang Cin! Sebaliknya, Akim girang bukan main melihat ayahnya. Tak disangkanya bahwa ayahnya akan muncul, dan tahulah ia bahwa diam-diam ayahnya agaknya merasa tidak enak dan menyusulnya ke kota raja. Iapun teringat akan keadaan Bhok Cun Ki yang kini didesak hebat oleh kakek dan nenek mengerikan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ayah, Ang-bin Moko dan Pek-bin Moli itu hampir saja berhasil menyiksa dan membunuhku. Ayah, aku telah dihina mereka, balaskan, ayah. Mereka bahkan menghina dan mencemooh ayah, menganggap ayah takut kepadanya. Dan Maniyoko binatang tak mengenal budi ini bersekongkol dengan mereka!" Mendengar ucapan puterinya itu, merah wajah kakek gendut itu. Takut merupakan pantangan baginya dan dikatakan takut merupakan penghinaan yang paling besar. Maka, mendengar ucapan Akim, mukanya merah dan seluruh tubuhnya gemetar, tanda bahwa ia sedang mengerahkan tenaga sin-kang, siap untuk bertempur. Kemudian, setelah mengeluarkan pekik seperti para pendekar samurai Jepang kalau berlagak, Tung-hai-liong Ouwyang Cin menyerbu ke dalam pertempuran antara Bhok Cun Ki yang dikeroyok dua. "Ouwyang Cin, bajak Jepang rendah, jangan banyak lagak di sini!" bentak Ang-bin Moko yang cepat menyambut kakek gendut itu. Pada saat itu, Ouwyang Cin menyambar dengan pukulan tamparan yang amat kuat, dan Ang-bin Moko cepat mengerahkan Toat-beng-tok-ciang untuk menyambut. "Dessss .......!!" Dua telapak tangan bertemu dan akibatnya, tubuh Ang-bin Moko terdorong mundur sampai tujuh langkah. Ouwyang Cin sendiri terkejut karena biarpun dia lebih kuat dan tubuhnya tetap tegak, namun telapak tangannya yang tadi bertemu dengan telapak tangan Ang-bin Moko terasa panas dan gatal! Tahulah dia bahwa lawan menggunakan pukulan beracun yang amat berbahaya sehingga telapak tangannya yang sudah kebal terhadap senjata tajam dan terhadap racun itu kini tetap saja tertembus. Setelah mengerahkan sin-kang untuk menahan pengaruh hawa beracun yang menyusup ke telapak tangan kanannya itu. Tung-hai-liong Ouwyang Cin mencabut pedangnya dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ nampak sinar yang menyilaukan mata. Pedang Jit-ong-kiam (Raja Matahari) telah tercabut dan pedang ini memang mengkilat dengan cahaya yang berkilauan. Akan tetapi Angbin Moko juga sudah memegang golok gergajinya, maka tanpa banyak cakap lagi, kedua orang datuk ini sudah saling terjang dengan ganasnya. Karena kini Ang-bin Moko mendapat lawan tangguh, Bhok Cun Ki terbebas dari pengeroyokan dan pertandingan antara dia dan Pek-bin Moli berjalan dengan seru dan seimbang. Sabuk ular di tangan Pek-bin Moli menyambar-nyambar, namun dapat diimbangi gulungan sinar pedang di tangan Bhok Cun Ki. Tingkat kepandaian mereka memang seimbang maka masing-masing harus mengerahkan seluruh tenaga dan menguras semua kepandaian untuk dapat mengalahkan lawan. Yang paling hebat adalah perkelahian antara Tung-hai-liong Ouwyang Cin melawan Ang-bin Moko. Keduanya mengeluarkan jurus-jurus paling ampuh dan keduanya bernafsu besar untuk saling membunuh. Karena maklum bahwa lawan amat berbahaya, maka keduanya ingin saling mendahului. Berkali-kali Jit-kong-kiam beradu dengan golok gergaji. Demikian kerasnya pertemuan kedua senjata ini sehingga nampak bunga api berpijar dan berhamburan, disertai suara nyaring yang menusuk telinga. Namun, kedua senjata itu tidak menjadi rusak. Agaknya kedua senjata itu memang merupakan senjata ampuh yang kuat dan keras. "Singgg ........!" Kembali kedua senjata itu menyambar dengan gerakan amat kuat, didorong tenaga sin-kang yang memenuhi kedua tangan yang memegangnya. Di udara, kedua senjata itu bertemu lagi untuk ke sekian puluh kalinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Trakkkk!!" Sekali ini, pertemuan kedua senjata itu sedemikian kuatnya seolah terjadi ledakan kilat dan keduanya terkejut karena melihat betapa senjata andalan masingmasing telah patah-patah! Dua buah senjata itu akhirnya tidak kuat menahan hantaman yang dilandasi tenaga sin-kang itu dan patah. Keduanya terkejut dan marah bukan main. "Keparat!" bentak Tung-hai Liong Ouwyang Cin. "Jahanam!" Ang-bin Moko juga membentak dan keduanya lalu menggerakkan kaki maju dan saling terjang dengan nekat. Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Plakk .........!!" Kedua telapak tangan mereka saling bertemu dengan kuatnya dan seperti melekat! Kini mereka, dua orang datuk itu, mengadu tenaga dengan nekat, cara bertanding yang hanya diakhiri dengan salah seorang di antara mereka putus nyawa! Mereka saling serang melalui penyaluran tenaga lewat tangan mereka, saling dorong. Keduanya saling tatap dengan mata mendelik, seluruh tenaga dari pusar mendorong lawan melalui kedua telapak tangan. Demikian hebat mereka mengerahkan tenaga sampai uap perlahan mengepul keluar dari kepala mereka! Setelah kini mengadu sin-kang, Ouwyang Cin kembali merasa betapa hawa beracun yang amat kuat menyerangnya melalui telapak tangan. Dia tahu akan bahayanya hal ini, namun kini dia tidak dapat mundur lagi. Siapa mundur tentu akan binasa! Dalam keadaan seperti itu, tidak ada seorangpun yang akan mampu memisahkan mereka tanpa menghadapi bahaya maut bagi dirinya sendiri. Maka, tidak ada jalan lain kecuali mengerahkan lagi seluruh tenaganya untuk merobohkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lawan sebelum hawa beracun itu menyusup semakin dalam ke tubuhnya. Dia melihat betapa kedua tangannya, sampai ke pergelangan, mulai berubah menghitam. Itu tandanya bahwa dia telah keracunan secara hebat! Dan hawa beracun yang menimbulkan panas dan gatal itu dengan kuatnya hendak menyusup terus ke dalam. Hanya dengan sinkangnya yang kuat saja maka hawa beracun itu dapat tertahan. Sementara itu, Ang-bin Moko juga terkejut bukan main. Tak disangkanya ada orang di dunia ini yang sanggup menerima Toat-beng-tok-ciang, ilmunya yang mengandung racun mematikan itu. Bahkan dia mulai terdorong dan ketika dia mempertahankan, perlahan-lahan, senti demi senti, kedua kakinya amblas ke dalam tanah yang diinjaknya. Demikian kuatnya tenaga lawan mendorongnya! Dia mencoba untuk mempertahankan, namun dia kalah kuat. Uap putih semakin tebal mengepul di atas kepalanya, napasnya mulai memburu dan matanya mendelik, mukanya yang biasanya berwarna merah itu kini mulai berkurang merahnya, berubah pucat. Dia berusaha mengerahkan lagi tenaganya, akan tetapi seperti bendungan pecah, dia muntahkan darah segar dan kedua kakinya kini amblas sampai sebatas lututnya. Akhirnya, dia mengeluarkan teriakan melengking dan tubuhnya seperti terjengkang, roboh telentang di atas tanah dengan kedua kaki terjepit tanah sampai di lutut. Akan tetapi, ketika dua pasang telapak tangan itu terlepas, tubuh Ouwyang Cin juga terhuyung ke belakang dan hampir saja dia roboh. Dia masih mampu bertahan, dan memandang kepada kedua lengannya yang sudah menghitam sampai ke atas siku! Sebagai seorang datuk yang berilmu tinggi, maklumlah Ouwyang Cin bahwa maut sudah berada di ambang pintu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka, diapun menguatkan dirinya, lalu memandang ke arah puterinya yang bersama seorang pemuda yang gagah Pedang Bayangan Panji Sakti 4 Pendekar Hina Kelana 20 Banjir Darah Di Bukit Siluman Kisah Si Pedang Kilat 11

Cari Blog Ini