Ceritasilat Novel Online

Kucing Ditengah Burung Dara 3

Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie Bagian 3 seorang yang benar-benar mengerikan. Demikian angkuh dan pesoleknya dia hingga kami tak tahu apa yang sedang diajarkannya." Ibu guru yang kemudian muncul adalah Eileen Rich. Kesan Inspektur Kelsey yang pertama tentang dia adalah bahwa dia jelek sekali. Kemudian diperlembutnya kesannya itu, ada juga sedikit daya tariknya. Dia mulai menanyakan pertanyaanpertanyaan rutinnya, tapi jawabnya tidak serutin 150 yang diharapkannya. Setelah mengatakan bahwa dia tidak mendengar atau melihat sesuatu yang khusus yang telah dikatakan seseorang tentang Bu Springer atau yang telah dikatakan Bu Springer sendiri, jawaban Eileen Rich berikutnya adalah sesuatu yang sama sekali tidak diharapkannya. Inspektur berkata, "Sepanjang pengetahuan Anda, apakah tak ada seorang pun yang benci padanya?" "Oh, tak ada," kata Eileen Rich cepat-cepat. "Tak mungkin. Saya rasa itulah yang menyedihkan mengenai almarhum. Bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa membuat orang membencinya." "Ah, apa maksud Anda dengan kata-kata itu, Bu Rich?" "Maksud saya, dia bukanlah seseorang yang bisa membuat orang ingin menghancurkannya. Semua perbuatannya adalah sah. Dia membuat orang jengkel memang. Orang sering harus mengucapkan kata-kata tajam terhadapnya, tapi itu tak berarti apa-apa. Tak ada sesuatu yang mendalam. Saya rasa dia telah dibunuh bukan karena dirinya sendiri, mengertikah Anda maksud saya?" "Saya tak yakin apakah saya betul-betul mengerti, Bu Rich." "Maksud saya begini, dalam suatu perampokan bank umpamanya, dia bisa diumpamakan kasirnya yang tertembak. Tapi itu adalah karena dia seorang kasir bukan karena dia Grace Springer pribadi. Tak ada seorang pun yang begitu cinta atau begitu benci padanya hingga ingin membunuhnya. Saya pikir mungkin dia merasakan hal itu tanpa menyadarinya, dan itulah yang membuatnya suka bersikap seenaknya. Juga suka mencari-cari kesalahan orang lain umpamanya, dan memaksakan peraturanperaturan 151 serta mencari tahu apa yang sebenarnya sedang dilakukan orang, lalu membeberkan kesalahan itu." "Memata-matai?" tanya Kelsey. "Bukan, tidak tepat memata-matai," kata Eileen Rich. "Dia bukan modelnya orang yang memakai sepatu karet, mengendap-endap, dan mengintip orang. Tapi jika dia menemukan sesuatu yang menurut pendapatnya tak wajar, dia akan berusaha mengusutnya sampai tuntas. Dan dia akan membongkarnya." "Oh, begitu." Inspektur itu diam sebentar. "Anda tidak begitu suka padanya kan, Bu Rich?" "Saya rasa saya tak pernah memikirkan dia. Dia hanya guru olahraga. Ah! Jahat sekali rasanya harus berkata begitu tentang seseorang! Hanya ini hanya itu! ?Tapi begitulah anggapan dia tentang pekerjaannya. Pekerjaannya itu adalah kebanggaannya dan tugasnya dilakukannya dengan baik. Dia tidak menganggapnya menyenangkan. Dia tidak terlalu menaruh perhatian bila dia menemukan seorang gadis yang pandai sekali main tenis, atau pandai sekali dalam salah satu cabang atletik. Dia tidak ikut gembira, tidak pula merasa telah berhasil melatih." Kelsey memandanginya penuh rasa ingin tahu. Aneh benar wanita muda ini, pikirnya. "Kelihatannya Anda punya gagasan sendiri mengenai semua soal, Bu Rich," katanya. "Ya, ya, saya rasa memang begitu." "Sudah berapa lama Anda berada di Meadowbank ini?" "Satu setengah tahun lebih sedikit." "Apakah sebelum ini tak pernah ada kesulitan apa-apa?" "Di Meadowbank?" Bu Rich kedengaran terkejut. 152 "Ya." "Oh, tidak. Segala-galanya baik-baik saja sampai semester ini." Kelsey menangkap kesempatan itu. "Apa yang tak beres dalam semester ini" Maksud Anda bukan pembunuhan itu, bukan" Maksud Anda sesuatu yang lain...." "Tidak..." dia berhenti. "Ya, mungkin tapi semuanya begitu kabur."?"Tolong lanjutkan." "Bu Bulstrode akhir-akhir ini kurang senang," kata Eileen lambat-lambat. "Itu salah satu di antaranya. Memang tak kelihatan jelas. Saya rasa tak ada orang lain yang melihatnya. Tapi saya melihatnya. Padahal tak biasa dia tak senang. Tapi bukan itu yang Anda ingin tahu, bukan" Itu pikiran manusia biasa. Itulah kalau kita terkurung bersama dan terlalu banyak berpikir tentang satu hal. Yang ingin Anda ketahui adalah apakah ada sesuatu yang tak beres dalam semester ini" Begitu, bukan?" "Ya," kata Kelsey, sambil melihat kepadanya dengan rasa ingin tahu, "ya, memang itu. Nah, bagaimana tentang hal itu?" "Saya rasa memang ada sesuatu yang tak beres di sini," kata Eileen Rich lambatlambat. "Rasanya seolah-olah ada seseorang yang tak pantas berada di antara kami." Dia memandang Inspektur, tersenyum, hampir-hampir tertawa, lalu berkata. "Perasaan saya seolah-olah ada kucing di tengah-tengah burung dara, begitulah. Kami ini burung daranya, kami semuanya, dan kucing itu ada di tengah-tengah kami. Tapi kami tak bisa melihat kucing itu." "Itu sama sekali tak jelas, Bu Rich." 153 "Begitu, ya" Kedengarannya bodoh sekali, ya" Saya sendiri pun menyadarinya. Saya rasa, maksud saya adalah bahwa ada sesuatu, ada sesuatu yang kecil yang saya lihat tapi saya tak tahu apa yang saya lihat itu." "Khusus mengenai seseorang?" "Tidak. Sudah saya katakan, itulah soalnya. Saya tak tahu siapa dia. Satusatunya yang dapat saya simpulkan adalah saya bisa mengatakan bahwa ada seseorang di sini, yang entah bagaimana tidak pada tempatnya berada di ?sini entah siapa dia yang telah membuat saya merasa tak tenang. Bukan kalau ? ?saya sedang melihat kepadanya, tapi kalau dia sedang melihat kepada saya, karena kalau dia yang sedang melihat kepada saya hal itu kelihatan, entah apa itu. Ah, saya jadi makin bingung. Dan bagaimanapun juga, itu hanya perasaan saya saja. Bukan itu yang Anda inginkan. Itu bukan barang bukti." "Bukan," kata Kelsey, "itu memang bukan barang bukti. Belum. Tapi itu menarik, dan bila perasaan Anda menjadi lebih pasti, Bu Rich, saya akan senang mendengarnya." Bu Rich mengangguk. "Ya," katanya, "karena itu serius, bukan" Maksud saya, seseorang telah terbunuh kita tak tahu mengapa dan pembunuhnya mungkin berada ? ?di tempat yang bermil-mil jauhnya, atau sebaliknya, pembunuhnya ada dalam gedung sekolah ini. Dan kalau demikian halnya maka pistol itu atau revolver itu atau entah apa lagi, tentu ada di sini pula. Itu suatu pikiran yang tidak terlalu menyenangkan, bukan?" Dia keluar setelah mengangguk sedikit. Sersan Bond berkata, "Dia agak miring atau salahkah dugaan saya?" ?154 "Tidak," kata Kelsey, "kurasa otaknya tidak miring. Saya rasa dia tergolong pada orang-orang yang boleh disebut peka. Seperti orang-orang yang tahu bahwa dalam suatu ruangan ada seekor kucing lama sebelum dia melihatnya. Seandainya dia lahir dalam suatu suku Afrika mungkin dia akan menjadi dukun sihir." "Mereka pergi kian kemari mencium-cium kejahatan, bukan?" kata Sersan Bond. "Benar, Percy," kata Kelsey. "Dan itu pulalah yang akan kucoba lakukan sendiri. Tak seorang pun datang dengan fakta-fakta nyata, maka aku akan harus kian kemari mencium-cium apa-apa. Berikutnya wanita Prancis itu yang akan kita tanyai." 155 10. Kisah yang Fantastis Mademoiselle Angele Blanche diduga berumur tiga puluh lima tahun. Dia tidak memakai make-up, rambutnya yang berwarna cokelat tua ditata dengan rapi tapi kurang pantas. Dia mengenakan jas dan rok yang kolot. Baru semester itulah Mademoiselle Blanche mengajar di Meadowbank, dia menjelaskan. Dia tak yakin apakah dia mau bertahan sampai semester berikutnya. "Tak enak mengajar di suatu sekolah di mana terjadi pembunuhan," katanya dengan nada mencela. Apalagi, agaknya di seluruh bangunan itu tak ada alarem pencegah pencuri itu ?berbahaya sekali. "Di sini tak ada satu pun yang berharga yang menarik para pencuri, Mademoiselle Blanche." Mademoiselle Blanche mengangkat bahunya. "Mana kita tahu" Gadis-gadis yang datang bersekolah kemari, beberapa diantaranya ayahnya kaya sekali. Mungkin mereka memiliki sesuatu yang sangat berharga. Mungkin seorang pencuri tahu akan hal itu, lalu dia datang kemari karena sangkanya ini merupakan tempat yang mudah untuk mencurinya." "Bila seorang gadis memiliki sesuatu yang berharga tentu tak disimpannya dalam ruang olahraga." 156 "Mana Anda tahu?" kata Mademoiselle. "Gadis-gadis itu masing-masing punya lemari kecil, bukan?" "Hanya untuk menyimpan peralatan olahraga mereka, atau barang-barang semacam itu." "Ya, memang itu gunanya. Tapi seorang gadis bisa saja menyembunyikan sesuatu di ujung sepatunya, atau membungkusnya dalam sehelai jas wol yang tebal atau dalam sehelai scarf." "Benda seperti apa umpamanya, Mademoiselle?" Mademoiselle Blanche sendiri tak tahu benda apa. "Seorang ayah yang paling memanjakan sekalipun tidak akan memberikan kalungkalung berlian pada putrinya untuk dibawa ke sekolah," kata Inspektur. Mademoiselle Blanche lagi-lagi mengangkat bahunya. "Mungkin sesuatu yang lain nilainya semacam permata, umpamanya, atau sesuatu ? yang disukai oleh seorang kolektor hingga dia akan mau membayar banyak untuk itu. Salah seorang gadis itu ayahnya seorang arkeolog." Kelsey tersenyum. "Saya rasa itu tak mungkin, Mademoiselle Blanche." Wanita itu mengangkat bahunya. "Yah, sudahlah, saya hanya mengemukakan suatu kemungkinan." "Pernahkah Anda mengajar di sebuah sekolah Inggris sebelum di sini, Mademoiselle Blanche?" "Pernah. Di sebuah sekolah di Inggris Utara beberapa waktu yang lalu. Saya lebih sering mengajar di Swiss dan di Prancis. Juga di Jerman. Saya datang ke Inggris ini terutama untuk meningkatkan bahasa Inggris saya. Saya punya seorang sahabat di sini. Sahabat saya itu sakit dan dikatakannya bahwa saya boleh menggantikannya, karena Bu Bulstrode ingin mendapatkan penggantinya secepatnya. Jadi saya 157 datang. Tapi saya tidak begitu senang. Seperti telah saya katakan, saya rasa saya tidak akan menetap." "Mengapa Anda tak senang?" desak Kelsey terus. "Saya tak suka tempat-tempat di mana telah terjadi penembakan," kata Mademoiselle Blanche. "Dan anak-anak di sini tak sopan." "Mereka tak bisa disebut anak lagi, bukan?" "Beberapa di antara mereka perangainya masih seperti bayi, beberapa di antaranya berkelakuan seolah-olah mereka sudah berumur dua puluh lima tahun. Banyak macam mereka di sini. Mereka punya banyak kebebasan di sini. Saya lebih suka tempat yang lebih ketat disiplinnya." "Apakah Anda kenal baik pada Bu Springer?" "Boleh dikatakan saya tak kenal padanya. Dia berpembawaan jahat dan saya berbicara dengan dia sesedikit mungkin. Tulangnya besar-besar dan mukanya penuh bintik-bintik hitam serta suaranya jelek lagi nyaring. Dia persis dengan gambaran karikatur tentang wanita-wanita Inggris. Dia sering kasar pada saya dan saya tak suka itu." "Mengenai apa dia kasar terhadap Anda?" "Dia tak suka saya pergi ke Pavilyun Olahraga-nya itu. Agaknya begitulah perasaannya maksud saya tentu sebelum dia meninggal dia merasa bahwa Pavilyun ? ?Olahraga itu adalah miliknya* Pada suatu hari saya pergi ke sana karena saya merasa tertarik. Saya belum pernah memasukinya, apalagi itu bangunan baru. Bangunan itu telah diatur dan direncanakan dengan baik sekali, dan saya hanya melihat-lihat saja. Lalu Bu Springer datang dan berkata, 'Apa yang Anda lakukan di sini" Tak ada urusan Anda datang kemari.' Begitu katanya pada 158 saya saya seorang guru di sekolah ini! Apa pikirnya saya ini, seorang murid?" ?"Ya, ya, menjengkelkan sekali tentu," kata Kelsey menenangkan. "Adat babi, itulah yang dimilikinya. Lalu dia berteriak lagi, 'Jangan pergi membawa anak kunci itu.' Dia membuat saya marah sekali. Waktu saya menarik pintu itu untuk membukanya anak kuncinya terjatuh dan saya memungutnya. Saya sampai lupa mengembalikannya, karena dia telah menghina saya. Lalu dia berteriak pada saya dari belakang, seolah-olah disangkanya saya akan mencurinya. Saya pikir dia merasa itu kunci-"_y^, sebagaimana bangunan itu adalah Pavilyun 01ahraga->ry" kata Eleanor Vansittart dengan suara terperanjat. "Soalnya anak itu memang pernah berkata," kata Chaddy, "bahwa mungkin ada seseorang yang akan mencoba menculiknya." "Menculiknya" Omong kosong!" kata Bu Vansittart tajam. "Apakah menurut kau tak mungkin...." kata Bu Chadwick bertahan. "Bu Bulstrode telah menugaskan aku untuk bertanggungjawab di sini," kata Eleanor Vansittart, "dan aku tidak akan mendukung anggapan semacam itu. Jangan sampai kita mendapat kesulitan lagi dari polisi." Bu Chadwick memandangnya dengan tak senang. Bu Vansittart dianggapnya picik dan bodoh. Dia masuk kembali ke gedung dan menelepon rumah Duchess of Welsham. Malangnya, semua orang sedang keluar. 209 14. Bu Chadwick Tak Bisa Tidur Bu Chadwick gelisah sekali. Dia membalik-balikkan tubuhnya di tempat tidur. Digunakannya berbagai macam cara yang bisa membuatnya mengantuk, tapi sia-sia. Pukul delapan malam, waktu Shaista belum juga kembali dan tak ada berita mengenai dia, Bu Chadwick lalu mengambil alih persoalan itu sendiri dan dia menelepon Inspektur Kelsey. Dia merasa lega karena ternyata Inspektur tidak menganggap persoalan itu terlalu serius. Diberikannya keyakinan pada Bu Chadwick bahwa dia bisa menyerahkan persoalan itu kepadanya. Akan mudah sekali mencek kemungkinan adanya kecelakaan. Setelah itu dia akan menghubungi London. Semua yang perlu akan dilaksanakannya. Mungkin gadis itu sendiri yang ingin membolos. Dinasihatinya Bu Chadwick untuk membicarakan hal itu sesedikit mungkin di sekolah. Biarkan anak-anak menyangka bahwa Shaista menginap di Hotel Claridge bersama pamannya. "Yang paling tidak Anda ingini, atau yang tidak diingini Bu Bulstrode, adalah tersiarnya berita lebih banyak, bukan?" kata Kelsey. "Sangatlah tak mungkin bahwa gadis itu telah diculik. Jadi jangan kuatir, Bu Chadwick. Serahkan semuanya kepada kami." Tetapi Bu Chadwick tetap merasa kuatir. 210 Sambil berbaring di tempat tidur tanpa bisa tidur, pikirannya berputar-putar dari kemungkinan penculikan sampai pada pembunuhan. Pembunuhan di Meadowbank. Mengerikan sekali! Tak masuk akal! Meadowbank. Bu Chadwick mencintai Meadowbank. Bahkan dia mungkin lebih mencintainya daripada Bu Bulstrode, meskipun dengan cara yang agak lain. Pengelolaan sekolah itu merupakan usaha yang penuh risiko dan penuh pengabdian. Dalam mengikuti langkahlangkah Bu Bulstrode yang penuh bahaya dengan setia, bukan hanya sekali dia mengalami panik. Bagaimana kalau semuanya gagal. Mereka sebenarnya tak punya modal banyak. Bila mereka tak berhasil bila dukungan terhadap mereka ditarik ?kembali Bu Chadwick punya pikiran yang mudah kuatir dan suka sekali membuat ?banyak 'pengandaian'. Bu Bulstrode menyukai petualangan dan bahaya lengkap dengan risikonya, tetapi Chaddy tidak. Kadang-kadang, bila dia dalam keadaan tersiksa karena rasa kuatirnya, dimintanya supaya Meadowbank dikelola dengan cara yang umum saja. Itu akan lebih aman, desaknya. Tetapi Bu Bulstrode tidak tertarik pada rasa aman itu. Dia sudah punya bayangan bagaimana sebuah sekolah seharusnya dan dia mengejar bayangan itu tanpa rasa takut. Dan keberaniannya itu kelihatan hasilnya. Dan oh, betapa leganya Chaddy ketika keberhasilan sudah berada di tangan, ketika Meadowbank sudah kokoh, kokoh dan aman, sebagai suatu badan pendidikan yang besar di Inggris. Waktu itu cintanya pada Meadowbank makin bertambah besar. Kedamaian dan kesejahteraan. Keraguan, rasa takut, dan rasa kuatir, semuanya hilang dari dirinya. Kedamaian dan kesejahteraan 211 telah dimilikinya. Dia menikmati kesejahteraan di Meadowbank, seperti seekor kucing yang sedang menikmati hangatnya matahari. Dia sedih sekali waktu Bu Bulstrode mulai berbicara tentang pengunduran dirinya. Mengundurkan diri sekarang pada saat semuanya sudah mantap" Sungguh gila! Bu ?Bulstrode berbicara tentang rencananya untuk bepergian, tentang semua yang ingin dilihatnya di dunia. Chaddy tak tertarik. Tak ada satu pun, di mana pun juga, yang bisa menyamai kehebatan Meadowbank! Selama ini dilihatnya bahwa tak satu pun bisa mengganggu kedudukan Meadowbank tapi kini pembunuhan! ? ?Seperti kata-kata kasar dan jorok yang menyusup dari dunia luar bagaikan angin ?topan yang jahat. Pembunuhan sepatah kata yang oleh Bu Chadwick selalu ?dikaitkan dengan anak-anak yang luar biasa nakalnya, dengan pisau lipatnya, atau dokter-dokter yang punya niat jahat yang meracuni istri mereka. Tetapi pembunuhan di sini di sebuah sekolah dan bukan pula di sembarang sekolah ? ? ?melainkan di Meadowbank. Sungguh tak masuk akal. Apalagi Bu Springer Bu Springer yang malang, itu pasti bukan ?kesalahannya tapi, entah mengapa, Chaddy merasa bahwa bagaimanapun juga itu ?adalah kesalahannya. Dia tak tahu tradisi di Meadowbank ini. Dia seorang wanita yang tak bijaksana. Entah dengan cara bagaimana dia pasti telah mengundang pembunuhan itu. Bu Chadwick berbalik, dia membalikkan bantalnya, lalu berkata sendiri, "Aku tak boleh memikirkan itu semuanya terus-menerus. Mungkin sebaiknya aku bangun dan minum aspirin. Akan kucoba saja menghitung sampai lima puluh...." 212 Sebelum dia sampai pada hitungan lima puluh, pikirannya sudah menyimpang lagi ke soal yang sama. Dia merasa kuatir. Apakah semuanya ini dan penculikan itu ?juga akan muncul di surat-surat kabar" Apakah setelah membacanya, para orang ?tua lalu cepat-cepat mengambil anak-anak mereka.... Aduh, dia harus menenangkan dirinya dan tidur. Pukul berapa sekarang" Dinyalakannya lampunya lalu melihat ke arlojinya baru pukul satu kurang ?seperempat. Kira-kira bertepatan dengan waktu Bu Springer yang malang.... Tidak, dia tidak akan memikirkan hal itu lagi. Betapa bodohnya Bu Springer pergi seorang diri begitu saja tanpa membangunkan siapa-siapa. "Aduh," kata Bu Chadwick. "Aku tetap harus minum aspirin." Dia bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan ke arah wastafel. Ditelannya dua butir aspirin lalu minum. Dalam perjalanannya kembali ke tempat tidurnya, disingkapkannya gorden jendelanya lalu mengintip ke luar. Dia berbuat demikian bukan dengan alasan apa-apa, melainkan semata-mata untuk meyakinkan dirinya. Dia ingin merasa yakin bahwa tidak akan pernah lagi ada cahaya di Pavilyun Olahraga di tengah malam. Tetapi cahaya itu ternyata ada. Chaddy langsung mengambil tindakan. Dimasukkannya kakinya ke sepatu karet, dikenakannya sehelai mantel yang tebal, diambilnya lampu senternya lalu dia belari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Tadi dia mempersalahkan Bu Springer karena tidak mencari bantuan sebelum keluar mengadakan penyelidikan, tetapi kini dia sendiri pun tak ingat untuk berbuat demikian. Dia 213 hanya ingin sekali pergi ke luar ke Pavilyun Olahraga dan melihat siapa yang masuk ke sana. Dia memang berhenti sebentar untuk mengambil suatu senjata ?mungkin bukan suatu senjata yang cukup baik, tetapi pokoknya semacam senjata, lalu dia keluar dari pintu samping dan cepat-cepat berjalan di sepanjang jalan setapak melalui semak-semak. Dia terengah-engah, tetapi penuh keyakinan. Ketika akhirnya dia tiba di depan pintu, dia mengurangi kecepatannya dan bergerak dengan hati-hati tanpa mengeluarkan suara. Pintu agak terbuka. Dia mendorongnya lebih lebar dan melihat ke dalam.... II Kira-kira pada saat yang sama dengan waktu Bu Chadwick bangkit dari tempat tidurnya untuk mencari aspirin, Ann Shapland, yang kelihatan sangat menarik dalam gaun tari berwarna hitam, sedang duduk di kelab malam Le Nid Sauvage. Dia sedang makan ayam yang enak sekali dan tersenyum pada pria muda yang duduk di seberangnya. Dennis tersayang, pikir Ann, dia tidak berubah. Itulah justru yang tidak akan tertahan olehku bila aku menikah dengannya. Dia lebih mirip seperti binatang kesayanganku saja. Dia berkata, "Aku senang sekali, Dennis. Ini benar-benar suatu perubahan yang menyenangkan." "Bagaimana pekerjaanmu yang baru?" tanya Dennis. "Yah, sebenarnya aku menyenanginya." "Menurutku, kelihatannya kurang cocok untukmu." 214 Ann tertawa. "Aku akan merasa sulit sekali kalau harus mengatakan apa yang cocok bagiku. Aku suka pergantian, Dennis." "Aku tak pernah mengerti mengapa kau meninggalkan pekerjaanmu dengan Sir Mervyn Todhunter itu.". "Yah, terutama karena Sir Mervyn Todhunter sendiri. Perhatian yang dicurahkannya padaku mulai membuat istrinva jengkel. Dan sudah menjadi niatku untuk tak pernah membuat para istri jengkel. Soalnya hal itu akan bisa menyusahkan kita sendiri." "Kucing-kucing cemburu," kata Dennis. "Oh, bukan, bukan begitu," kata Ann. "Aku sebenarnya berada di pihak para istri itu. Bagaimanapun juga, aku jauh lebih suka pada Lady Todhunter daripada Pak Mervyn tua sendiri. Mengapa kau merasa heran akan pekerjaanku yang sekarang?" "Karena itu sebuah sekolah. Kurasa kau sama sekali tidak berjiwa sekolah." "Aku memang benci kalau disuruh mengajar di sekolah. Aku tak suka terpaku pada buku-buku. Beramai-ramai bersama banyak gadis. Tapi pekerjaan sebagai sekretaris suatu sekolah seperti Meadowbank itu cukup menyenangkan. Tempat itu benar-benar lain daripada yang lain, tahu. Dan Bu Bulstrode juga lain daripada yang lain. Boleh kukatakan bahwa dia itu benar-benar istimewa. Matanya yang berwarna abuabu baja rasanya bisa menembusi diri kita dan melihat rahasia-rahasia hati kita yang paling dalam. Kehadirannya membuat kita selalu waspada. Aku tak mau membuat satu kesalahan pun kalau ia mendiktekan surat-surat. Sungguh, dia benar-benar hebat." 215 "Aku ingin kau merasa bosan akan semua pekerjaan itu," kata Dennis. "Tahukah kau, Ann, sebenarnya sudah tiba waktunya kau berhenti berpindah-pindah pekerjaan ke sana kemari dan dan hidup tenang."?"Kau manis sekali, Dennis," kata Ann dengan datar. "Kita akan bisa bersenang-senang," kata Dennis. "Aku berani mengatakan," kata Ann, "bahwa aku belum siap untuk itu. Lalu, bukankah kau tahu keadaan ibuku?" "Ya, aku memang ingin membicarakan soal itu denganmu." ?"Mengenai ibuku" Apa yang akan kaukatakan?" "Yah, Ann, tahukah kau, kurasa kau ini hebat. Kaudapatkan suatu pekerjaan yang menarik, lalu kautinggalkan begitu saja untuk pulang menengok ibumu." "Ya, kadang-kadang aku memang harus pulang bila dia mendapat serangan yang hebat." "Aku tahu itu. Dan seperti kukatakan, kau memang hebat sekali. Padahal kau tahu zaman sekarang sudah banyak tempat-tempat yang baik sekali, di mana di mana ?orang-orang seperti ibumu bisa dirawat. Bukan, bukan rumah sakit jiwa." "Dan yang bayarannya selangit," kata Ann. "Tidak, tidak, tidak terlalu mahal. Bahkan dengan adanya Rencana Kesehatan..." Nada suara Ann menjadi getii waktu dia berkata, "Ya, aku tahu, memang pada akhirnya harus ke situlah ibuku. Tapi sementara ini aku punya seorang perawat tua yang baik yang hidup bersama ibuku dan bisa menyesuaikan dirinya dengan wajar. Pada 216 umumnya keadaan ibuku baik-baik saja. Dan bila tidak maka aku pulang dan ?membantu." "Apakah dia dia kan tidak dia tak pernah...?" ? ?"Kau ingin mengatakan mengamuk, Dennis" Bayanganmu terlalu mengerikan. Tidak. Ibuku tersayang tak pernah mengamuk. Dia hanya menjadi kacau. Dia lupa di mana dia berada dan siapa dia, dan dia ingin berjalan jauh-jauh, lalu kemudian dia melompat saja ke sebuah kereta api atau bis dan turun di suatu tempat dan itu ?semua menyusahkan, bukan" Kadang-kadang satu orang saja tak mampu menanganinya. Tapi dia selalu senang, meskipun di dalam keadaan kacau. Dan kadang-kadang dia sendiri merasa geli. Aku ingat dia pernah berkata, 'Ann sayang, sungguh memalukan sekali. Aku yakin aku akan pergi ke Tibet, eh, tahu-tahu aku sudah duduk di hotel di Dover itu tanpa menyadari bagaimana aku bisa sampai ke sana. Lalu pikirku, mengapa aku akan pergi ke Tibet" Dan kupikir sebaiknya aku pulang saja. Dan aku tak ingat sudah berapa lama aku meninggalkan rumah. Sungguh memalukan sekali ya, Sayang, bila kita tak bisa mengingat apa-apa.' Ibu merasa geli mengenang itu semua. Maksudku dia bisa melihat sendiri segi lucunya." "Aku belum pernah bertemu dengan beliau," kata Dennis. "Aku tak mau menganjurkan orang-orang untuk bertemu dengannya," kata Ann. "Kurasa itulah salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk orang tua kita. Kita lindungi mereka dari rasa ingin tahu dan belas kasihan orang-orang." "Aku bukan sekadar ingin tahu, Ann." "Ya, kurasa bagimu memang bukan itu soalnya, melainkan belas kasihan. Aku tak mau itu." 217 "Aku mengerti apa maksudmu." "Tapi jangan kaukira bahwa aku sebenarnya merasa keberatan untuk sewaktu-waktu meninggalkan pekerjaan-pekerjaan dan pulang untuk waktu yang tak tentu," kata Ann. "Aku tak pernah punya keinginan untuk tenggelam dalam sesuatu. Bahkan waktu pertama kalinya aku bekerja setelah menamatkan pendidikan sekretarisku pun, aku tak punya niat untuk itu. Kupikir yang penting adalah kita harus terampil sekali dalam pekerjaan ini. Dan bila kita sudah pandai bekerja kita tinggal memilih pekerjaan yang kita sukai. Kita akan bisa melihat tempat-tempat yang lain dan bisa melihat bermacam-macam kehidupan yang berbeda-beda. Pada saat ini aku sedang melihat kehidupan di sekolah. Sekolah yang terbaik di Inggris dilihat dari dalam! Kurasa aku akan tinggal di sana selama satu setengah tahun." "Kau tidak akan pernah mau menetap dan mengerjakan satu hal saja ya, Ann?" "Tidak," kata Ann sambil merenung, "kurasa tidak. Kurasa aku ini memang terlahir untuk menjadi seorang penyelidik. Seperti seorang komentator di radio, begitulah." "Kau begitu menyendiri," kata Dennis dengan murung. "Kau tak pernah benar-benar menyukai sesuatu atau seseorang." "Kuharap suatu hari kelak akan bisa," kata Ann membesarkan hati. "Kurasa, aku dapat memahami pikiran dan perasaanmu." "Aku tak yakin itu," kata Ann. "Bagaimanapun juga, kurasa kau tidak akan bisa bertahan setahun. Kau akan merasa bosan dengan semua perempuan itu," kata Dennis. 218 "Di sana ada seorang tukang kebun yang tampan sekali," kata Ann. Dia tertawa melihat air muka Dennis. "Jangan kuatir, aku hanya mencoba membuatmu cemburu." "Bagaimana mengenai ibu guru yang terbunuh?" " Oh, itu," wajah Ann menjadi serius dan tegang.?"Itu aneh, Dennis. Sungguh-sungguh aneh. Dia adalah guru olahraga. Kau kan tahu bagaimana mereka itu. Dia selalu bersikap 'aku hanya guru olahraga biasa'. Kucing Di Tengah Burung Dara Cat Among The Pigeons Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kurasa lebih banyak yang tersembunyi di balik kejadian itu daripada yang sudah terungkap." "Pokoknya kau jangan sampai terlibat dalam sesuatu yang tidak menyenangkan." "Mengatakannya sih mudah. Aku tak pernah punya kesempatan untuk memperlihatkan bakatku sebagai detektif. Kurasa aku mampu dalam hal itu." "Ah, Ann." "Sayang, aku tidak akan membuntuti penjahat-penjahat yang berbahaya. Aku hanya akan yah, membuat pemecahan-pemecahan persoalan yang logis. Mengapa dan siapa" ?Dan untuk apa" Yang semacam itulah. Aku telah mendapatkan suatu informasi yang agak menarik." "Ann!" "Jangan memandangku seperti itu. Apa yang kuketahui itu kelihatannya tak ada hubungannya sama sekali," kata Ann merenung. "Sampai pada titik tertentu semuanya sesuai benar. Lalu tiba-tiba tidak lagi." Ditambahkannya dengan ceria, "Mungkin akan ada pembunuhan yang kedua, dan kalau itu terjadi akan menjadi agak jelaslah persoalannya." Kira-kira tepat pada saat itulah Bu Chadwick mendorong pintu Pavilyun Olahraga hingga terbuka. 219 15. Pembunuhan Terulang Lagi "Mari ikut," kata Inspektur Kelsey, sambil memasuki kamar itu dengan wajah masam. "Ada satu lagi." "Satu apa lagi?" Adam menengadah mendadak. "Pembunuhan lagi," kata Inspektur Kelsey. Dia mendahului keluar dari kamar itu dan Adam menyusulnya. Mereka sedang duduk-duduk di kamar Adam minum bir sambil membahas beberapa kemungkinan ketika Kelsey dipanggil karena ada telepon. "Siapa yang terbunuh?" tanya Adam, sambil mengikuti Inspektur Kelsey menuruni tangga. "Seorang ibu guru lagi Bu Vansittart." "Di mana?" ? "Di Pavilyun Olahraga." "Di Pavilyun Olahraga lagi?" kata Adam. "Ada apa dengan Pavilyun Olahraga itu, ya?" "Sebaiknya kau yang menggeledah tempat itu kali ini," kata Inspektur Kelsey. "Mungkin teknikmu menggeledah lebih berhasil daripada cara kami. Pasti ada sesuatu dengan Pavilyun Olahraga itu. Kalau tidak, mengapa semua orang terbunuh di situ?" Berdua dengan Adam, inspektur itu memasuki mobilnya. "Kurasa dokter sudah ada di sana lebih dulu daripada kita. Rumahnya tidak terlalu jauh dari situ." 220 Sambil memasuki Pavilyun Olahraga yang terang-benderang, Kelsey berpikir, ini seperti mimpi buruk yang terulang lagi. Di situ sekali lagi terbaring sesosok tubuh dengan dokter yang berlutut di sebelahnva. Sekali lagi dokter itu bangkit. "Dia terbunuh kira-kira setengah jam yang lalu," katanya. "Paling lama empat puluh menit." "Siapa yang menemukannya?" tanya Kelsey. Salah seorang anak buahnya menjawab, "Bu Chadwick." "Yang tua itu, bukan?" "Ya. Dia melihat cahaya, dia keluar lalu kemari, dan menemukannya sudah meninggal. Dengan terhuyung-huyung dia kembali ke gedung sekolah, dan boleh dikatakan menjadi histeris. Kepala urusan rumah tangga yang menelepon, namanya Bu Johnson." "Baik," kata Kelsey. "Bagaimana dia terbunuh" Tertembak lagi?" Dokter menggeleng. "Tidak. Kali ini dihantam di bagian belakang kepalanya. Mungkin dengan sebuah tabung karet besar atau dengan karung pasir. Benda semacam itulah." Sebuah alat pemukul golf yang berkepala baja tergeletak dekat pintu. Itulah satu-satunya barang yang kelihatannya tak wajar ada dalam ruangan itu. "Bagaimana dengan itu?" tanya Kelsey sambil menunjuk. "Mungkinkah dia dipukul dengan benda itu?" Dokter menggeleng. "Tak mungkin. Tak ada bekasnya. Bukan, pasti sebuah tabung karet yang besar atau sebuah karung pasir atau yang semacamnya." 221 "Apakah itu dilakukan oleh orang yang berpengalaman?"?"Mungkin. Siapa pun pembunuhnya, ia tak mau menimbulkan suara. Dia mendatangi Perantauan Ke Tanah India 3 Pendekar Pendekar Negeri Tayli Thian Liong Pat Poh Karya Jin Yong Tiga Maha Besar 18

Cari Blog Ini