Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 14
Sore itu, Hanako pergi bersama Kimi untuk mengagumi kebun yang ditanami Goro. Selain sayur-mayur biasa, kata Kirrii, Goro menanam bunga-bungaan yang bisa dimakan. Dia belajar tentang itu dengan mengamati bunga-bunga liar yang dikumpulkan rahib asing Jimbo.
"Hari yang indah," kata Emily. "Aku ingin berjalan-jalan ke padang rumput di sana itu."
Dia berjalan memasuki daerah pepohonan tak jauh di luar benteng biara. Dua samurai BUKU KEDUA
44 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR yang ditugasi Taro untuk mengawalnya mengikutinya pada jarak aman. Bagian ini tidak menjadi arena pertempuran. Meskipun enam tahun telah berlalu, Emily tidak ingin menginjak tanah yang telah menjadi arena kematian begitu banyak orang. Kenangan itu masih menyakitkannya. Teralihkan oleh pemikiran-pemikiran itu, dia hampir melewati deretan pinus ketika dia melihat wanita itu dalam bayang-bayang pohon, sedang mengawasinya. Perbedaan kontras antara tempat Emily berdiri yang terang dan baying-bayang yang menutupi wanita itu membuat sosoknya tampak samar. Ditambah lagi, dia berdiri begitu tenang, membuatnya tidak mudah terlihat.
Wanita itu masih sangat muda karena rambutnya tidak ditata dalam gaya orang dewasa, tetapi dibuntut kuda panjang seperti gadis cilik. Dia juga sangat cantik, dengan wajah halus dikombinasi dengan mata yang tidak begitu sipit sebagaimana umumnya orang Jepang. Emily mengira dia ternyata salah seorang wanita yang kembali dari Yokohama bersama Kimi dan Goro. Wanita muda itu menatapnya dengan ekspresi riang. Barangkali, dia tak pernah berternu orang asing dalam jarak dekat sebelummy. Ini kesempatan bagus bagi Emily untuk berbicara bahasa Jepang dengan seseorang yang tidak akan memaklumi aksennya.
"Selamat sore," kata Emily, dan mengikuti kata-katanya dengan penghormatan yang pantas. Dia tidak mendapatkan tanggapan yang diharapkannya. Alih-alih membalas penghormatan dan salamnya, wanita itu tidak berkata apa-apa, sementara wajahnya tiba-tiba berubah ketakutan.
"Aku pendatang dari jauh," kata Emily "Namaku Emily."
"Lady Emily," dia mendengar suara Taro di belakangnya. "Ada sesuatu yang salah?"
"Sama sekali tidak," sahut Emily. "Aku hanya melatih bahasa Jepangku. Tanpa hasil memuaskan." Dia berbalik ke arah wanita muda itu lagi dan mendapati bahwa dia telah melarikan diri. "Tampaknya bahasa Jepangku begitu buruk, membuat takut orang yang tidak mengenalku. Kau sangat baik tidak bereaksi seperti itu. Kautahu ke mana dia pergi?"
Taro menatap dua samurai yang mengikuti Emily Mereka mengangkat bahu.
"Tidak," kata Taro. "Maafkan aku."
"Barangkali dia kembali ke kuil," kata Emily. "Aku akan meminta Kimi memperkenalkan kami secara resmi, dan menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak perlu ditakuti."
Taro berkata kepada kedua samurai, "Kalian melihat wanita itu?"
"Tidak, Lord Taro."
BUKU KEDUA 45 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kalian harus 1ebih awas memperhatikan," kata Taro. "Apa gunanya pengawal yang gagal melihat pembunuh potensial?"
"Kami tidak melihat siapa pun, Tuan," samurai satu lagi berkata. Dia memandang temannya dengan bingung.
"Itulah yang kumaksud, bukan?" kata Taro tajam. Dia tidak suka mendengar alasan.
Emily melangkah dan sepatunya menyandung sesuatu yang tertutup rumput. Dia harus bersandar pada sebatang pinus agar tidak jatuh. Dia membungkuk untuk memeriksanya.
Ternyata sebuah batu datar lebar, separuh terkubur di dalam tanah.
"Batu fondasi," kata Taro.
"I beg your pardon?" Emily, karena bingung, kembali berbahasa Inggris dan meminta Taro mengulangi ucapannya.
Taro bukan ahli bahasa, tetapi bahasa Inggrisnya telah meningkat hampir sebanyak bahasa Jepang Emily Dia berkata, "Ini batu fondasi lama. Dahulu, barangkali ada bangunan di sini.
Dengan penghancuran dan pembangun kembali, bangunan-bangunan terkadang berpindah tempat. Dengan sengaja, untuk mengubah karma sebuah tempat. Dan tidak sengaja karena tak ada yang ingat di mana bangunan lama berdiri."
"Bangunan?" kata Emily
"Ya," kata Taro, memeriksa rerumputan. "Bukan hangunan besar. Lihat" Ini ada batu fondasi lain. Bangunan yang sangat kecil."
"Sebuah sel?" kata Emily, dan jatuh tak sadarkan liri.
Ketika dia membuka matanya lagi, dia melihat Hanako menatapnya dengan sangat khawatir, dan Kimi ada di belakangnya.
"Lady Emily sudah sadar," kata Kimi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Hanako.
"Ya, ya," kata Emily, bangkit untuk duduk. "Aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Tidak serius." Dia memandang sekeliling dan melihat hampir selusin wanita mengerumuni mereka. Dia tidak melihat wanita cantik dari hutan pinus itu. "Apakah sudah semua penghuni biara ada di sini?"
"Kecuali satu," kata Kimi. "Dia pergi ke desa untuk satu urusan. Terkadang, dia mengambil jalan memutar, tetapi tersesat di hutan karenanya."
Emily mengembuskan napas lega. "Jadi, dialah yang kulihat tadi." Dia tersenyum kepada BUKU KEDUA
46 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Hanako. "Imajinasiku berkeliaran terlalu jauh. Aku melihat gadis itu, kemudian aku tidak melihatnya. Aku tersandung batu. Aku memikirkan perkamen, kupikir dia adalah?" Dia ingat permintaan Hanako agar dia tidak menyebutkan namanya. ?"orang yang kuharapkan akan kutemui." Dia berkata kepada Kimi. "Apakah dia sangat pemalu?"
"Ya," sahut Kimi, "sangat, sangat pemalu."
"Gadis paling cantik biasanya begitu," kata Emily.
"Paling cantik?" Kimi tampak bingung.
"Itu dia datang," salah seorang wanita berkata "Yasuko! Kemarilah! Lady Emily ingin bertemu denganmu. Kau seharusnya tidak melarikan diri."
Emily mengamati wanita muda gemuk bertulang besar itu mendekat. Dia sudah kelihatan cukup kikuk seandainya lehernya tidak terkulai begitu aneh, di satu sisi, cacat yang semakin jelas kelihatan karena rambutnya diikat ketat. Penampilannya sama sekali tidak anggun, cantik, apalagi terlihat halus.
"Di Yokohama, dia mencederai lehernya sendiri," kata Kimi. "Sekarang, kepalanya tidak bisa tegak. "
Emily merasa pusing lagi, tetapi kali ini tidak pingsan. "Biara Mushindo," bisiknya.
"Dia mengigau," kata Taro.
"Aku khawatir bukan," kara Hanako.
BUKU KEDUA 47 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 7 Anak Rahasia 1867 Reruntuhan Kuil Mushindo Kedua pengawal yang ditugasi Taro untuk
menjaga Emily berjalan-jalan sore itu merupakan
samurai yang paling tidak bisa diandalkan dalam
pasukannya. Taro telah membawa mereka dari
Edo justru karena ketidakbecusan mereka. Mereka
bisa diharapkan untuk gagal dalam tugas mereka,
dan itulah yang mereka lakukan, lebih suka
mengobrol ke sana kemari ketimbang mengawasi
Emily. Tak seorang pun dari mereka melihatnya bersembunyi di antara pepohonan meskipun ilmu siluman tidak termasuk dalam keahlian militernya.
Seperti semua samurai sejati, dia membenci tindakan sembunyi-sembunyi, dan lebih memilih berdiri di tempat terbuka dalam postur yang menyatakan tujuannya. Caranya melaksanakan pengkhianatan ini menyakitkan dirinya hampir sama besar dengan
pengkhianatan itu sendiri. Akan tetapi, Lord Saemon telah meyakinkan dirinya bahwa sekarang bukan waktunya untuk pamer keberanian tradisional. Penting bagi Taro untuk menutupi perubahan kesetiaannya sampai waktu yang tepat. Jadi, dia tidak hanya membunuh seorang wanita dan mehii dungi wanita lainnya sesuai sumpahnya, tetapi dia akan membunuh wanita itu dari tempat tersembunyi, dan aib yang dirasakannya akan tiga kali lebih besar. Dia bertindak untuk melindungi tradisi kehormatan dan keberanian leluhur yang hampir di tinggalkan Lord Genji. Tidakkah ini aneh bahwa tindakan terbukanya karena alasan itu harus begitu luar biasa pengecut" Namun, ini konsisten dengan semua kontradiksi lain yang disebabkan oleh kehadiran orang asing. Kalau saja dia laki-laki yang mampu menghargai dengan lebih baik BUKU KEDUA
1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR betapa menggelikannya hidup ini, pasti dia akan menertawakan dirinya saat ini juga.
Dia adalah salah satu dari dua orang kepercayaan Lord Genji. Dia adalah wakil komandan pasukan klan Okumichi, seorang samurai yang pada beberapa peristiwa mempertaruhkan jiwanya sendiri Lmtuk menyelamatkan Genji. Sebagai putra samurai rendahan, dia telah ditinggikan derajatnya oleh Genji, menjadi seorang bangsawan yang mempunyai tanah. Tak seorang pun telah menghormatinya lebih dari Genji. Tak ada orang lain yang lebih layak mendapatkan kesetiaannya, rasa terima kasihnya, dan pengabdiannya. Namun, Taro memunggungi (janji untuk mengabdi kepada Lord Saemon, seorang pria yang barangkali lebih busuk ketimbang mendiang ayahnya, Kawakami si Mata Licik, yang lernah menjadi Kepala Polisi Rahasia Shogun.
Si Mata Licik telah menerima balasan yang setimpal"pemenggalan kepala"di sebuah pertempuran di tempat ini juga. Taro dan Emily termasuk di antara beberapa gelintir yang selamat di pihak Lord Genji. Veteran Mushindo. Dia telah mendengar julukan itu dibicarakan dengan kekaguman berkali-kali selama bertahun-tahun, dan itu selalu membuatnya bangga.
Dalam beberapa saat lagi, julukan itu akan mempunyai makna sangat berbeda. Lebih baik dia mati dengan kehormatan saat ini juga. Meskipun alasannya benar, dia tahu penyesalan telah berkhianat akan merenggut kebahagiaan dari sisa umurnya, panjang ataupun pendek.
Lady Hanako, yang juga dikhianatinya, telah kehilangan lengan kirinya dalam pertempuran mclindungi suaminya, Hide, sahabat Taro, yang sekarang menjadi seorang bangsawan dan jenderal senior klan Okumichi karena jasa-jasanya. Dia berharap tak terjadi konsekuensi fatal dalam hal ini. Dia tidak ingin melukai Hanako. Dia hanya akan rnenyanderanya sampai dia berhasil meyakinkan Hide untuk bergabung dengannya. Tentunya, seseorang bahkan yang begitu keras kepala dan setia membuta seperti Hide akan menerima alasan perlunya tindakan ini dilakukan setelah dia dipaksa untuk berpikir dan mempertimbangkannya.
Dia berdiri dalam bayang-bayang, di dalarn kelebatan hutan, dengan cahaya menerobos dari pepohonan di belakangnya. Sudut matahari sedemikian rupa sehingga siapa pun yang memandan ke arahnya akan dibutakan oleh sinarnya. Emily berjalan-jalan santai menuju gerombolan pinus. Ketika dia sampai di sana, dia akan berjarak kira-kira lima puluh batang panah jauhnya. Bahkan, seorang pemanah yang tidak begitu ulung seperti dirinya bisa mengenai target yang bergerak begitu pelan dengan jarak sedekat itu. Senapan akan lebih pasti, tetapi itu tidak bisa digunakan karena alasan praktis dan politis. Bunyi tembakan dan asap akan BUKU KEDUA
2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR langsung menandai posisinya dengan terlalu jelas. Untuk alasan kedua, penggunaan busur dan panah"senjata tradisional yang tidak berkaitan dengan orang asing"menunjukkan maksud dengan sepdirinya.
Kematian Emily akan membuahkan hasil yang bagus dengan segera. Bangsa-bangsa asing akan terpicu untuk bereaksi keras. Dan, jika respons mereka seperti yang pernah mereka lakukan dahulu, yaitu bertindak membabi buta dan berlebihan, bara sentimen antiorang asing akan berkobar. Dan pada akhirnya, perhatian akan tertuju pada persahabatan yang tak pantas antara Lord Genji dan seorangwanita asing. Posisi Lord Genji akan semakin lemah, yang memang pada awalnya juga sudah tidak begitu kuat. Kemudian, eksekusi wajib terhadap dua pengawal yang gagal melindungi Emily akan memperparah perpecahan di antara samurai klan Okumichi, yang memperbesar kemungkinan berkurangnya samurai yang setia kepada Lord Genji pada saat krisis memburuk. Akhirnya, kemisteriusan si pembunuh, yang lolos tanpa terlihat, akan mempertajam rasa takta dan kecurigaan. Dan, orang-orang yang ketakutan dan curiga cenderung membuat lebih banyak kesalahan ketimbang mereka yang bebas dari perasaan-perasaan itu.
Keadaan sekarang ini persis seperti yang dibayangkannya. Dua pengawal itu tidak melihatnya karena terlalu asyik mengobrol sendiri. Emily berjalan begitu pelan, gerakan yang tidak akan menimbulkan kesulitan untuknya. Taro menarik busurnya. Tali busur dalam jepitan jemarinya hampir dilepaskannya ketika Emily berhenti dan mulai berbicara dalam bahasa Jepangnya yang beraksen nyata. Siapa di sana" Dia tidak bisa memanah tanpa mengetahuinya: Orang itu pasti berada di belakang pepohonan karena, setelah berusaha pun, dia tidak bisa melihat siapa-siapa.
Detik-detik berlalu. Dia tahu tidak mungkin melanjutkan rencananya tanpa kondisi yang menguntungkan. Peluang lain akan datang. Dia meletakkan busurnya di semak-semak dan berjalan keluar ke arah Emily. Meskipun dia sebentar lagi sampai di sampingnya, dia masih belum melihat orang lain itu. Emily tampak seakan-akan beramah tamah dengan sebatang pinus.
"Lady Emily," sapa Taro. "Ada yang tidak beres?"
Tampaknya segala sesuatunya memang tidak beres karena, setelah mereka bercakap-cakap tentang sepasang batu fondasi kuno yang separuh terkubur di rumput, Emily tiba-tiba jatuh pingsan. Bukankah sudah cukup buruk bahwa tuannya berhubungan akrab dengan seorang BUKU KEDUA
3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR wanita asing" Apalagi dengan seseorang yang juga cenderung berhalusinasi dan mudah pingsan" Namun, itu justru menjadi indikasi lain bagi Taro bahwa dia telah mengambil keputusan yang benar meskipun sulit dan penuh keculasan. Dia sepenuhnya menerima tanggung jawab untuk tindakan yang dilakukannya sendiri. Pada saat bersamaan, bukankah sudah sangat jelas bahwa Lord Genji telah membuatnya mustahil melakukan sebaliknya"
Bulan lalu, dalam pertemuan dengan Hide dan Taro, Lord Genji sudah bersikap sangat keterlaluan.
"Semua samurai kita sekarang akan membawa senjata api," kata Genji. "Segera, setiap pasukan juga akan mempunyai meriam beroda yang bisa dibawa ke mana-mana."
"Ya, Tuan," sahut Hide, "dan tak banyak yang senang karenanya."
"Karena meriam?" tanya Genji.
"Senjata api juga, Tuanku."
"Mereka tidak senang dengan senjata api?" Genji tampak terkejut. "Tentunya mereka tidak berharap akan bertempur di masa depan dengan pedang, kan?"
Hide menjawab, "Bukan masalah praktisnya. Mereka tidak percaya senjata api mengekspresikan semangat samurai dengan tepat."
"Mereka bisa mengekspresikan semangat mereka sebanyak yang mereka mau," kata Genji,
"tetapi di medan perang, ekspresi spiritual tak banyak berpengaruh tanpa kekuatan fisik."
Taro berkata, "Ada aspek perjuangan juga, Tuanku. Para prajurit menunjuk pertempuran di Kuil Mushindo sebagai contoh keabadian nilai pedang."
"Bagaimana bisa begitu" Hasil perang ditentukan oleh senjata api. Apa yang dilakukan pedang kecuali menunjukkan ketidakefisienan total?"
"Ketika musuh menyerbu posisi kita," kata Taro, "kita melawan mereka dengan pedang kita, dan kita mengalahkan mereka."
"Ingatanmu tampaknya sudah sepenuhnya meninggalkanmu. Ingatkah kau, kita menggali lumpur berdarah untuk menghindari peluru" Ingatkah kau, kita bersembunyi di belakang perut terburai kuda-kuda kita?"
Hide berkata, "Taro tidak sepenuhnya salah, Tuan."
"Aku pasti mengingat pertempuran yang berbeda. Tolong, gambarkan perang yang kalian maksud."
BUKU KEDUA 4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Ribuan peluru yang mereka tembakkan tidak membunuh kita," kata Hide. "Pada akhirnya, mereka harus mendatangi kita dengan pedang."
"Kau ada di sana, tetapi kaubisa mengeluarkan omong kosong itu dari mulutmu" Kau menunjukkan dengan tepat mengapa waktu bagi samurai sudah lewat. Bukan pedang di pinggangmu yang menjadi masalah, melainkan pedang di kepalamu."
"Samurai sudah melindungi Jepang selama seratus tahun," kata Taro.
"Aku akan menyebutnya menghancurkan, bukan melindungi."
"Tuan," kata Taro, "itu lelucon yang buruk."
"Lelucon" Bukan. Selama seratus tahun, kita telah menunjukkan keunggulan dalam membantai dan memperbudak mereka yang seharusnya kita ayomi. Jika orang-orang yang dibunuh itu bisa berdiri berhadapan dengan pembunuhnya, siapa yang akan lebih banyak?"
"Kita telah berperang melawan bangsa kita sendiri," kata Taro. "Kita tidak membebankan perang pada rakyat jelata."
"Oh, benarkah" Untuk setiap samurai yang jatuh dalam pertempuran, berapa banyak rakyat jelata yang telah diinjak-injak, kelaparan, ditombak, ditinggal, atau hanya disuruh bekerja sampai mati" Lima" Sepuluh" Pasti lebih dari seratus, atau dua ratus. Kitalah yang telah melakukan semua jurus pedang. Tetapi, merekalah yang paling banyak mati."
"Itulah nasib rakyat jelata," kata Hide. "Mereka harus menerimanya sebagaimana kita menerima nasib kita."
"Aku heran. Rakyat Perancis tidak seperti itu. Mereka bangkit dan memenggal bangsawan-bangsawan mereka." Genji tersenyum seolah-olah menikmati pemikiran itu.
"Itu tidak bisa terjadi di sini," kata Taro. "Kita adalah bangsa beradab. Bahkan, rakyat kita berderajat lebih tinggi. Mereka bahkan tidak akan memikirkan tindakan seperti itu."
"Ya, kurasa kau benar. Agak menyedihkan, bukan?"
"Ini perlu dibanggakan, bukan disesali," kata Taro.
"Barangkali begitu. Barangkali juga tidak. Alih-alih menunggu Rezim Teror kita sendiri, betapa bijaknya jika kita berani berinovasi. Hancurkan saja diri sendiri, wilayah kita, dan seluruh tatanan kuno para bangsawan agung dan abdinya."
"Tuan!" Hide dan Taro berseru serempak.
Genji tertawa. "Ada sebuah istilah asing. 'Makanan untuk Pikiran'. Mengurangi kecemasan dan memperbanyak gizi akan membuat kalian lebih baik."
BUKU KEDUA 5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Kata-katanya itu racun, bukan gizi. Genji memang tertawa, tetapi Taro tahu dia sungguh-sungguh dengan ucapannya.
Sekarang, ketika dia mengingat-ingat kejadian itu, Taro tahu pada saat itulah dia berhenti menjadi abdi setia Lord Genji.
Usaha pertamanya membunuh Emily telah gagal. Yang kedua pasti tidak.
"Kau yakin sudah cukup sehat untuk duduk?" tanya Hanako.
"Ya tentu," sahut Emily. Kini, setelah dia kembali berada di dalam pondok rahib, dia merasa konyol telah pingsan seperti itu. Tak ada alasan untuk reaksi seperti itu. Hanya karena gadis cantik yang dilihatnya di hutan bukan salah seorang dari mereka yang tinggal di kuil, tidak berarti dia telah melihat sesosok hantu. Wanita muda itu mungkin saja dari desa meskipun dia tampak berpakaian terlalu mewah untuk seorang petani. Barangkali dia hanya lewat, terpisah sesaat dari rombongannya.
"Terima kasih." Emily mengambil teh yang disodorkan Hanako. "Seperti yang kukatakan tadi, dia luar biasa cantik," kata Emily. "Matanya terutama yang sangat menarik. Bentuknya lebih menyerupai mata Barat ketimbang Oriental. Kukira itu tidak terlalu luar biasa.
Bagaimanapun, kita semua manusia, dan tidak sangat berbeda."
"Kau bilang rambutnya sangat panjang," kata Hanako, "sampai menyentuh tanah."
"Ya, sejauh yang bisa kulihat. Dia berdiri dalam bayang-bayang dan aku di daerah terang.
Sulit untuk melihatnya."
"Dia tampak?" Hanako mencari-cari kata yang tepat. "Dia tampak samar?"
"Bukan samar, tepatnya. Bayangan sering membuat tipuan terhadap mata. Dan pola kimononya membuat dia semakin sulit dilihat."
"Pola kimononya?"
"Ya." Emily menghargai perhatian Hanako terhadap kesehatannya. Namun, arah pertanyaannya dan hal-hal kecil yang dikejarnya terasa agak aneh. "Pola kimononya sangat serupa dengan pepohonan tempat dia berdiri. Ketiadaan kontras itu membuat dia mudah menyatu dengan latar belakang."
Hanako menjadi pucat. Matanya kehilangan fokusnya, dan tubuhnya bergetar. Untuk sesaat, Emily mengira Hanako hampir pingsan pula. Hanako tidak pingsan, tetapi dia meletakkan tangannya di lantai di depannya untuk mencegah dirinya jatuh.
BUKU KEDUA 6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Ada apa?" tanya Emily.
Hanako tidak menjawab segera. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Apakah lebih baik Emily tahu atau tidak" Hanako yakin Emily telah melihat Lady Shizuka, putri sihir yang telah menyelamatkan klan pada masa-masa awalnya, atau memberinya kutukan yang
berlangsung hingga sekarang. Atau barangkali, keduanya benar. Mata besar, rambut panjang, tubuh yang tembus pandang"karena itulah Emily keliru mengiranya sebagai pola kimono.
Emily melihat menembus sosoknya. Kejadian itu tepat seperti yang diramalkan dalam perkamendi Biara Mushindo, di sel lama yang pernah menjadi rumahnya ketika masih kecil.
Jika demikian, barangkali semua ramalan lain di dalamnya juga benar.
Hanya mereka yang berdarah Okumichi yang pernah melihat Lady Shizuka. Jika Emily telah melihatnya, hanya ada satu kemungkinan betapapun mustahil tampaknya.
"Pada hari Lady Heiko pergi," kata Hanako. "Enam tahun yang lalu."
"Aku ingat betul," kata Emily Itulah terakhir kalinya dia melihat Heiko dan Matthew Stark.
Kapal mereka telah berlayar menuju California ketika pasang naik.
"Lady Heiko mengatakan sesuatu yang tidak kupercaya." Hanako terbata-bata. "Aku percaya sekarang."
Saat itu adalah Hari Tahun Baru menurut kalender Jepang, bulan baru pertama setelah musim dingin dengan matahari berada pada jarak terjauh dari khatulistiwa, pada tahun ke-16 Kaisar Komei. Heiko ragu dia akan bisa melihatnya lagi di kampung halamannya.
"Semoga arus keberanian mendorong kalian maju," kata Genji, "dan arus kenangan membawa kalian pulang." Dia menatap langsung ke dalam matanya selagi berbicara.
Enam sahabat berkumpul sebelum Bintang Bethlehem berlayar. Genji, Heiko, Hide, Hanako, Emily, dan Stark membungkuk dan mengosongkan sake dalam cawan-cawan kecil seremonial itu. Banyak yang telah berubah dalam satu tahun yang begitu cepat berlalu.
Hide, pengangguran, penjudi, lelaki tak berguna, telah menjadi kepala pengawal Lord Genji. Dia telah menunjukkan keberaniannya, dalam pertempuran-pertempuran yang sulit di Mie Pass dan di luar benteng Kuil Mushindo. Tak ada seorang pun yang melihat potensi tersembunyi dalam diri pria biasa-biasa saja yang malas itu dahulu. Tak ada seorang pun kecuali Lord Genji, yang secara tak terduga mengangkat Hide dari derajatnya.
"Lord Hide," kata Genji. "Kedengarannya enak, bukan?" Kenaikan pangkat Hide menjadi BUKU KEDUA
7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR kepala pengawal sekaligus telah menaikkannya ke status tuan tanah. Dengan demikian, sekarang dia harus disapa dengan gelar bangsawan.
Wajah Hide menjadi merah seperti pantat kera gunung. "Saya tidak bisa terbiasa dengan sebutan itu, Tuan. Saya merasa seperti bangsawan gadungan."
Yang lain tertawa geli, tetapi Genji tidak. Dia berbicara dengan suara tenang yang semakin menekankan keseriusan kata-katanya. "Kau sama sekali bukan gadungan. Aku tidak pernah mengenal seorang pun dalam hidup ini yang lebih asli ketimbang dirimu, Lord Hide. Dalam kehidupan lain kelak, aku yakin tidak akan menemukan orang lain yang melebihimu dalam hal itu, kecuali barangkali Buddha dan para dewa."
Warna pada wajah Hide seketika menghilang ketika matanya basah dan bahunya turun.
Meskipun berdarah dingin dan tak kenal takut di pertempuran, dia begitu mudah terharu dalam situasi emosional sehingga dijuluki "Kapten Kabuki" oleh anak buahnya.
Hanako dengan cepat menengahi untuk mencegah banjir air mata. Dahulu dia hanya pelayan, sekarang dia adalah istri Hide dan ibu dari putra mereka yang masih bayi, Iwao. Dia telah kehilangan satu lengan di Mushindo, tetapi tidak keanggunan dan pesonanya. Jika sang putra tumbuh dewasa dengan mewarisi bagian yang adil dari kekuatan ayahnya dan kebijakan ibunya, dia pasti menjadi lelaki yang istimewa. Siapa yang telah melihat betapa sempurnanya pasangan itu" Siapa lagi kalau bukan Genji, yang telah mengatur sendiri pernikahan itu.
Heiko tidak bisa mencegah dirinya melihat ironi yang pahit dalam hal ini. Genji dapat menyatukan dua orang yang tak pernah memikirkan satu sama lain, tetapi dengan Heiko, yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah menyuruhnya pergi.
Hanako berkata, "Daripada memberinya gelar, Lord Genji, Anda seharusnya memberinya teater. Suami saya yang berbakat lebih mudah menangis ketimbang pemeran wanita paling ahli di panggung." Semua aktor kabuki adalah pria. Jadi, peran wanita dimainkan oleh pria yang menyamar menjadi wanita, dan mereka dianggap pemain paling ahli dalam seni itu.
"Hide menjadi geisha!" kata Genji. "Bagaimana menurutmu, Heiko?"
Sekarang semua orang tertawa, termasuk Hide, air matanya terlupakan dalam kelucuan gambaran yang ditimbulkan oleh ucapan junjungan mereka.
"Kau sahabat yang baik, Hide." kata Matthew Stark, "tetapi aku harus memberitahukan-mu, aku sudah pernah melihat sapi di Panhandle yang akan lebih cantik didandani ketimbang dirimu."
BUKU KEDUA 8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Stark adalah seorang misionaris Kristen yang datang ke Jepang untuk membunuh, telah membunuh, dan sekarang kembali ke kampung halamannya dengan kapal yang juga akan menjauhkan Heiko dari kampung halamannya. Apakah pembalasan dendam menyembuhkan luka kehilangan yang dirasakannya" Apakah tindakannya itu membawanya kedamaian"
Jawabannya tidak, karena penderitaan masih tampak pada matanya setiap kali dia mendengar anak tertawa atau melihat anak tersenyum. Rasa kehilangannya, apa pun itu, begitu besar sehingga dia mendengar suara-suara orang mati, dan melihat wajah mereka, lebih jelas ketimbang suara dan wajah orang hidup. Bahkan ketika dia tertawa, seperti sekarang ini, Heiko bisa melihat seorang pria yang lebih suka mati ketimbang hidup meskipun jantungnya tetap berkeras untuk berdetak di dadanya. Laki-laki seperti itu tidak akan hidup lama. Setiap orang bisa melihatnya. Setiap orang kecuali Genji, yang memercayakan kepada Stark tugas melindungi kekayaan dalam bentuk emas yang dikirimnya ke Amerika dan dengan komisi sebagai perwakilan dagangnya di sana.
Ada keseimbangan sempurna dan menyedihkan dalam hubungan Heiko dengan Stark,
bukan" Stark telah kehilangan segalanya yang sangat penting baginya, dan Heiko sesaat lagi akan mengalami hal yang sama.
"Kalau ada pasar untuk sapi-sapi cantik," kata Genji, "barangkali kau harus mempertimbangkannya."
"Barangkali sebaiknya begitu," kata Stark, "jika waktuku masih ada."
Genji berkata, "Kita akan bermitra selama bertahun-tahun mendatang. Kita akan punya waktu untuk banyak hal. Barangkali suatu hari nanti, kita bahkan akan bercakap-cakap dalam bahasa lawan bicara semudah kita menggunakan bahasa sendiri." Bibir Stark menyunggingkan senyum di bawah matanya yang penuh duka. "Sejujurnya, aku tidak bisa menggunakan bahasaku sendiri dengan sebaik itu. Terlalu lama di atas pelana, jarang ada yang masih mampu berbicara dengan baik dan benar."
Dan, bagaimana dengan Heiko sendiri" Dalam usianya yang kedua puluh, dia lebih cantik dari sebelumnya, ketika masih menjadi geisha ternama di Ibu Kota Shogun, Edo. Dia adalah seorang wanita yang banyak dibicarakan orang dengan cara yang sama seperti mereka mengisahkan wanita penghibur, para putri, dan wanita bangsawan dalam legenda. Reputasinya untuk keberanian, bukti nyata kesempurnaan tubuhnya yang luar biasa, kehalusan dan kelembutan perilakunya, keanggunannya dalam gerakan paling biasa sekalipun, dan barangkali, yang BUKU KEDUA
9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR paling mengejutkan, ketiadaan kesombongan palsu yang ditimbulkan oleh berkurangnya kecantikan, semua itu bergabung untuk membuat dirinya tak tertahankan hampir bagi semua orang. Semua orang, kecuali Genji, yang mengirimnya jauh ke Amerika bersama Stark, dengan alasan untuk membangun basis di sana bagi wilayahnya, tetapi dalam kenyataannya, hanya untuk menjauhkan dirinya.
Mengapa" Heiko tidak tahu. Heiko tahu Genji mencintainya. Dia menunjukkannya dalam
kelembutan setiap pandangannya, setiap sentuhannya, belaian dalam nada suaranya, hasrat menggebu ketika dia menyerahkan diri kepadanya dalam setiap kemesraan mereka. Namun, dia menyuruhnya pergi.
Sesuatu telah berubah di Mushindo. Ketika Genji kembali dari pertemuan terakhir dengan Kawakami si Mata Licik, ada perubahan dalam sikapnya terhadap Heiko. Dia tidak menjadi dingin atau menjauh. Perubahan itu bukan sesuatu yang begitu besar sehingga dengan mudah dideteksi dan diberi nama. Tidak, perubahan itu nyaris mustahil dirasakan. Hanya karena Heiko begitu ahli dalam seni tentang hal-hal yang samar, dia mampu merasakannya. Perubahan itu bukan berupa berkurangnya cinta, karena justru sebaliknya, cinta mereka semakin besar selama setahun lalu. Arusnya semakin kuat, tetapi tidak menghanyutkan mereka bersama. Alih-alih, memisahkan mereka.
Mengapa" Genji tahu. Dia tahu begitu banyak yang tidak diketahui orang lain. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Setiap kali Heiko bertanya, dia menjawab bahwa tak ada yang perlu dikatakan.
Pembohong. Bangsawan Agung, pahlawan, yang terberkati, kekasih, pembohong.
Pembohong yang terutama. Kita akan bersama lagi di Amerika, katanya.
Pembohong. Dunia berubah dengan cepat, dan Heiko dapat membayangkan banyak hal yang tak
terbayangkan hanya sesaat yang lalu, tetapi dia tidak bisa membayangkan Genji di Amerika.
Dia adalah Bangsawan Agung wilayah ini. Lebih dari itu, dia adalah Bangsawan Agung yang berdiri di ambang kemenangan bersejarah, menanti jatuhnya musuh bebuyutannya, Shogun Tokugawa, yang semakin lemah setiap harinya. Tak seorang pun tahu siapa yang akan BUKU KEDUA
10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR mengambil alih kekuasaan, tetapi kemungkinannya banyak, dan Genji ada di antara mereka.
Tak ada Bangsawan Agung yang memilih waktu ini untuk meninggalkan Jepang dan pergi ke Amerika.
Heiko yang pergi. Genji tidak, tidak sekarang, tidak juga nanti. Heiko akan pergi dan dia tak akan pemah melihatnya lagi.
Mengapa" Heiko tidak tahu. Dia telah menyelidiki masalah ini sedapat mungkin, tetapi tidak menemukan informasi apa pun. Beberapa minggu setelah Mushindo, Genji telah rnemimpin penggeledahan di wilayah Kawakami yang lama, Hino. Dia dikatakan sedang mencari sesuatu"sebuah jimat, selembar perkamen, seseorang"kemungkinannya sangat banyak. Lalu, terdengar isu bahwa sebuah desa petani terpencil telah dibantai, tetapi itu tampaknya mustahil.
Barangkali, Genji hanya menyerang persembunyian sisa-sisa anak buah Kawakami yang tidak mau menyerah, yang berarti itu tindakan bijaksana. Di luar itu, tak ada kejadian lain yang luar biasa. Jadi, pada akhirnya, pengetahuannya tidak lebih hanyak ketimbang yang dimilikinya di permulaan. Kawakami telah mengatakan sesuatu, sesuatu yang destruktif, dan karena alasan tertentu, Genji mempercayainya.
"Setelah seumur hidup diatur dengan kewajiban-kewajiban," kata Genji, "kau akan mendapati kebebasan Amerika melegakanmu, aku yakin."
Heiko membungkuk. "Aku lega bahwa salah satu dari kita memiliki keyakinan itu, Tuanku." Dia menyatakan komentarnya dengan riang, dengan senyum yang tidak dirasakannya.
Kalaupun Genji bisa melihat perasaannya yang sesungguhnya, dia tidak menunjukkan tanda-tanda. Dia tersenyum pula. Mereka memainkan permainan itu untuk terakhir kalinya.
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika pesta berakhir, Heiko pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya.
Hanako menyusulnya segera. "Lady Heiko, Anda memanggilku?"
"Terima kasih, Hanako. Silakan masuk." Dia menutup pintu setelah Hanako masuk. Heiko sudah lama memikirkan ini. Dia tidak mempunyai hak untuk memberi tahu Hanako apa pun, karena rahasia ini milik Genji, bukan miliknya. Namun karena dia akan pergi, dan kemungkinan besar tidak kembali seseorang harus tahu sehingga dapat melakukan tindakan jaga jaga.
"Musim semi lalu," kata Heiko, "kau akan ingat bahwa Lord Genji jatuh tak sadarkan diri di taman mawar di Kastel Awan Burung Gereja."
BUKU KEDUA 11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Ya, aku ingat betul. Lord Genji belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya, tetapi telah memaki dirinya bekerja terlalu keras."
"Cedera bukan penyebabnya. Dia mendapatkan pertanda."
"Ah," kata Hanako. Dia tahu itu, tentu saja. Semua orang juga tahu. Para pelayan lebih ahli dalam mendapatkan informasi ketimbang sistem mata-mata yang pernah dibangun Shogun.
Pernah menjadi salah seorang dari mereka sampai baru-baru ini, Hanako masih berhak menjadi penerima gosip paling menarik. Namun, apa pertandanya, tentu saja tak seorang pun pelayan tahu.
"Lord Genji menceritakan pertandanya kepadaku," kata Heiko. "Emily akan mengandung anakny:"
Hanako terpukul. "Lord Genji meramalkannya?"
"Tidak dengan kata-kata sebanyak itu. Pertandanya sangat jelas."
"Barangkali tidak sejelas itu," kata Hanako. "Jika Lord Genji tidak benar-benar meramalkannya, Anda telah keliru mengartikan apa yang dikatakannya. Emily itu orang asing."
Emily seorang wanita," kata Heiko, "sama dengan yang lain. Dia bisa melahirkan anakanak seperti kau atau aku."
"Seorang bangsawan agung tidak boleh mempunyai anak dari orang asing. Pendukungnya tidak akan menerima itu. Itu pun kalau dia masih mempunyai pendukung yang tersisa."
"Tampaknya begitu. Tetapi, inilah yang digambarkan oleh pertanda yang dia lihat. Apakah kau akan mengabaikannya?"
Hanako menenangkan dirinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya terganggu oleh
pemikirannya sendiri. Heiko pasti salah tentang pertanda itu. Namun, bagaimana kalau dia benar"
"Tidak," kata Hanako, "pertanda tidak boleh diabaikan."
"Bagus. Kalau begitu, bisakah aku memercayaimu untuk menjaga Emily?"
"Akan sangat membantu jika aku boleh meminta bantuan orang lain."
"Dan orang lain mana yang kautahu bisa menerima pengetahuan ini dengan tenang?"
Ada suaminya, Hide, pria yang sepenuhnya bisa diandalkan. Akan tetapi, biasanya dia mudah bingung jika dihadapkan pada keadaan luar biasa. Ketika dia bingung, dia jauh dari penampilan terbaiknya. Memberitahukan sesuatu yang begitu mengejutkan kepadanya akan lebih membahayakan ketimbang menguntungkan.
BUKU KEDUA 12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Taro, teman terdekat suaminya, mempunyai kekuatan dan kelemahan serupa. Dan, jika dia tidak memberi tahu suaminya, bagaimana bisa dia memberi tahu laki-laki lain"
Semua wanita yang dekat dengan Hanako adalah pelayan di istana di Edo dan kastel di wilayah Akaoka. Yang terbaik dari mereka bisa diandalkam untuk menjaga Emily dengan sebaik-baiknya. Namun, para pelayan bergosip tiada henti. Begitu satu orang tahu, semua akan tahu, dan jika semua tahu, hanya soal waktu sebelum yang lain juga tahu, termasuk musuh-musuh Lord Genji.
Tak ada orang lain untuk membantunya.
Hanako membungkuk. "Aku akan menjaganya sebaik mungkin."
"Terima kasih. Sekarang, aku bisa pergi dengan hati tenang."
"Kami semua menunggu Anda kembali segera."
"Aku tak akan kembali," kata Heiko.
"Tentu saja Anda akan kembali, Lady Heiko. Lord Genji tidak akan tahan berpisah dengan Anda lama-lama. Perasaannya terhadap Anda sangat jelas."
Mata Heiko basah. Sikap duduknya yang resmi pun runtuh dan dia menjatuhkan tangannya di tikar untuk menyokong tubuhnya ke satu sisi.
"Aku telah melakukan sesuatu yang tidak disukainya," kata Heiko, "dan aku tidak tahu apa itu. Barangkali kautahu?"
"Tidak, Nona," kata Hanako. "Anda pasti salah sangka."
"Kau tidak mendengar apa-apa dari para pelayan?"
"Tentang Anda, hanya pujian. Bahkan, banyak pelayan yang berspekulasi tentang kapan Lord Genji secara resmi akan membawa Anda ke dalam rumah tangganya. Sungguh, Lady Heiko, Anda pasti kembali. Kebanyakan menduga Anda kembali pada musim semi karena itu musim untuk segala permulaan. Aku sendiri percaya Anda akan kembali pada musim gugur karena ketika cuaca semakin dingin, gairah membakar dengan panas membara."
Heiko tertawa, sebagaimana yang diharapkan Hanako.
"Apakah para pelayan benar-benar membicarakan itu?"
"Ya, Nona. Yang tidak pasti hanya waktunya. Mereka menebak-nebak segalanya. Tahun Anda akan melahirkan, misalnya. Setiap orang memilih tahun yang sama ketika Anda kembali.
Itu berarti dua tahun dari sekarang karena tak ada yang percaya Lord Genji bisa tahan lebih dari setahun tanpa Anda. Lalu, banyak juga spekulasi tentang nama ahli waris itu."
BUKU KEDUA 13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Ya ampun, ahli waris" Apakah gosipnya sejauh itu?" Nada bahagia sudah kembali pada suara Heiko.
"Oh, ya. Salah seorang pelayan"Mitsuko, Anda kenal dia?"bahkan berkonsultasi dengan soernag peramal di Yokohama."
Kedua sahabat itu menutup mulut mereka dan tertawa. Sungguh menggelikan dan konyol berkonsultasi dengan penipu di sudut jalan tentang takdir seorang bangsawan agung yang mampu melihat masa depannya sendiri.
"Dan apa kata si peramal itu?" tanya Heiko
"Dia sebetulnya sama sekali tidak berkata apa apa," kata Hanako, berusaha keras agar tawa tidak menghentikan kata-katanya. "Dia orang asing yang tidak bisa berbahasa Jepang. Dia menggunakan kartu-kartu aneh bergambar. Mistuko bilang peramal itu menunjuk dua kartu dan menganggukkan kepalanya. Seorang pangeran tampan dan putri cantik yang ditafsirkan Mitsuko sebagai Lord Genji dan Anda sendiri. Kemudian, peramal itu memejamkan mata dan kesurupan?"
"Kesurupan!" Heiko tertawa begitu keras sampai-sampai dia tidak bisa duduk tegak lagi.
Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
?"lalu membuka buku kanji, dan menunjuk pertama pada huruf ko, untuk "anak", kemudian makoto, untuk 'kebenaran'."
Ketika kedua wanita itu akhirnya berhenti tertawa, mereka memanggil pelayan yang membawakan teh. Pijar dalam mata pelayan itu memberi tahu mereka bahwa dia tanpa sengaja mendengar bagian terakhir percakapan mereka dan ikut tertawa pula.
"Kalau orang asing pembaca kartu itu saja sepakat," kata Hanako, "maka perpisahan kalian pasti hanya sementara. Lord Genji akan memanggil Anda pulang segera setelah tugas Anda selesai. Anda pergi bukan karena dia ingin menyingkirkan Anda, melainkan karena dia mempercayai Anda seperti dia mempercayai beberapa gelintir orang lain."
"Senang rasanya bisa mempercayai itu, bukan?" kata Heiko, menghirup tehnya.
"Lebih mudah mempercayai Anda akan kembali segera," kata Hanako, "ketimbang mempercayai Emily akan mengandung anak junjungan kita."
"Bagaimanapun kau akan menjaganya, kan?"
"Tanpa lengah sedikit pun." Namun bahkan, selagi Hanako mengucapkan janjinya, pemikirannya tertuju pada calon putra Heiko, bukan Emily. Meskipun dia menertawakan BUKU KEDUA
14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR ramalan peramal itu, dia tidak meragukan ketepatannya. Mereka yang diberi bakat oleh para dewa tidak selalu seperti yang dibayangkan orang. Lord Genji sendiri contohnya. Dan, bisa saja pembaca kartu di Yokohama itu juga salah seorang di antaranya. Hanako yakin dia akan menyambut kepulangan temannya ke Jepang sebelum terlalu banyak musim berlalu. Setelah itu, kehadiran ahli waris yang ditunggu setiap orang pasti tak akan lama lagi. Jika itu lebih dari setahun, Hanako malah akan sangat terkejut.
Setelah Hanako selesai berbicara, Emily terdiam lama.
Akhirnya, dia berkata, "Aku tidak muncul dalam mimpi Genji."
Dia tidak sanggup mengatakan "pertanda" karena itu sangat mengarah pada penghujatan terhadap Tuhan. Tak seorang pun sejak Para Nabi dari Perjanjian Lama telah melihat bentuk masa depan. Dengan mempercayai bahwa Genji mampu melakukannya, Hanako telah
melakukan dosa menyekutukan Tuhan. Namun sekarang, bukan waktunya untuk meluruskan masalah kepercayaan betapapun pentingnya. Itu harus menunggu.
"Ya," kata Hanako.
"Lantas bagaimana semua orang melompat pada kesimpulan bahwa aku terlibat dalam hal ini?"
"Karena liontin berloket yang kaupakai di lehermu. Yang ada gambar fleur-de-lis, bunga lili.
Dalam pertanda itu, Genji melihatnya melingkari leher anaknya."
"Itu sama sekali bukan bukti." Emily menyentuh loket yang tertutup di bawah blusnya.
"Mungkin itu liontin yang berbeda. Dan kalaupun sama, banyak cara liontinku bisa sampai ke tangan seorang anak yang bukan anakku."
"Cara apa?" tanya Hanako.
"Yah, misalnya saja, aku mungkin memberikan benda ini kepada Genji, dan dia kemudian akan memberikannya kepada anaknya."
"Apakah kau akan memberikannya kepadanya?"
"Harus kuakui, aku belum merencanakannya."
"Tetapi, mungkinkah itu terjadi?"
Di dalam liontin kecil dari emas yang berbentuk hati itu ada potret kecil gadis cantik dengan rambut ikal keemasan. Dia adalah nenek Emily. Emily tidak pernah bertemu dengannya. Semua orang yang melihatnya menganggap wajahnya sangat mirip dengan Emily BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR sendiri meskipun setiap kali Emily melihatnya"dan dia memandanginya setidaknya sekali sehari ketika dia berdoa malam"wajahnya mengigatkannya akan ibunya. Ibunya meninggal dengan tragis ketika Emily berusia empat belas tahun. Hanya ada dua benda yang disimpannya setelah kematian ihunya. Sebuah buku kesukaan ibunya, Ivanhoe, dan loket dengan potret di dalam hati emas itu. Hanya itu yang dimilikinya untuk mengenang ibunya.
"Tidak," Emily mengakui. "Ini sangat berharga bagiku. Aku tidak bisa membayangkan memberikannya kepada siapa pun. Lagi pula, benda ini kurang kuat untuk dijadikan dasar bagi kesimpulan mutlak."
"Bukan hanya loket itu," kata Hanako. "Loket itu ditambah pertanda lain."
"Pertanda lain?"
"Ya," kata Hanako. "Pertanda tentang dirimu,
"Itu bukan pertanda," kata Emily "Wanita muda itu benar ada di sana."
"Dan, secara kebetulan, cara kemunculannya persis seperti yang diramalkan dalam perkamen?" Hanako membuka perkamen itu dan membacanya keras-keras. "Kita akan bertemu di Biara Mushindo, ketika kau memasuhi selku. Kau akan berbicara, dan aku tidak. Ketika kau mencarihu, kau tidak ahan menemuhan aku. Bukankah kejadiannya tepat seperti itu ?"
"Kita belum menemukan gadis itu," kata Emily. "Lagi pula, kita belum mencarinya dengan serius. Besok, kita akan meminta Taro membantu kita mencarinya di desa."
Hanako terus membaca. "Ketika kau mencarihu, kau tidak ahan menemukan ahu.
Bagaimana ini mungkin" Kau tidak akan tahu sampai anak itu terlahir saat itulah kau akan tahu tanpa keraguan."
Emily menggelengkan kepala. "Itu tidak masuk akal. Dia pasti merujuk pada dua peristiwa yang tidak berkaitan."
"Aku tidak setuju," kata Hanako. "Dia berkata, 'Bagaimana mungkin bahwa kalian berdua akan bertemu"' Dan dia menjawab, "Kau akan tahu bahwa itu mungkin terjadi ketika anak itu terlahir."'
"Dari kalimat itu, kapan aku akan melahirkan menurutmu?"
"Tak lama lagi, kukira. Kau mengukur usia anak dari waktu kelahiran. Kami menganggap anak telah berusia setahun ketika dilahirkan karena masa dalam kandungan ibu juga dihitung."
"Oh. Tetapi, bagaimana aku bisa melihat apa yang tidak ada hanya dengan mengandung?"
"Selama berabad-abad, wanita itu dikabarkan telah muncul berkali-kali. Tetapi, hanya di BUKU KEDUA
16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR hadapan keturunannya."
"Nah," kata Emily. "Kau baru saja membantah dirimu sendiri. Kalau memang begitu, mustahil aku melihatnya hari ini, atau akan melihatnya kapan pun. Tak peduli apa pun yang terjadi di masa depan, aku tidak pernah akan menjadi keturunannya. Aku hidup dan mati sebagai seorang Gibson."
Emily merasa sangat lega. Meskipun dia berkeras bahwa yang dilihatnya adalah seseorang yang nyata, dia sampai saat ini tidak merasa sangat yakin. Rasanya meresahkan melihat seorang wanita dengan cara yang begitu menyerupai ramalan perkamen itu.
Namun, dia terkejut karena Hanako tidak ikut merasa lega. Alih-alih, dia tampak semakin khawatir.
"Jika anak itu adalah anak Lord Genji," kata I Ianako, "maka berarti darahnya darah Okumichi.
Ketika kau mengandung anak itu, darah wanita ada di dalam dirimu."
Pipi Emily bersemu merah. "Aku tidak sedang mengandung, anak Genji atau siapa pun."
"Tidak, memang tidak sekarang," kata Hanako, "Tetapi tak lama lagi."
Kimi begitu bergairah karena apa yang didengarnya dia ingin pergi dan menceritakannya kepada teman-temannya segera. Posisi pengawal membuatnya tak mungkin pergi saat itu juga.
Dia harus menunggu di tempat sampai mereka berlalu. Lantai pondok rahib berderit di atasnya ketika dua wanita itu bergerak ke sana kemari. Dia dapat mendengar kasur digelarar. Mereka telah mengalami hari yang melelahkan. Tak heran, mereka memutuskan untuk tidur lebih awal.
Kecuali ketika dalam keadaan gugup, Lady Emily berbicara dalam bahasa Jepang. Tata bahasa dan kosakatanya sempurna, jauh lebih baik ketimbang Kimi, yang sudah bisa diduga.
Kimi berbicara bahasa Jepang seperti petani tak berpendidikan karena memang begitulah dia.
Lady Emily mempelajari bahasa Jepang di istana-istana dan kastel-kastel melalui percakapan dengan para bangsawan. Aksen Amerikanya masih terasa, tetapi tidak parah. Untungnya, hanya sebagian kecil dari kata-katanya yang tidak bisa dipahami.
Akhirnya. Para penjaga melanjutkan patroli mereka di sepanjang benteng bagian dalam.
Kimi menunggu satu menit lagi setelah mereka hilang dari pandangan, kemudian dia merangkak keluar dari kosong pondok, mengendap-endap dengan hati-hati sampai dia cukup jauh, lalu berlari mendapati teman-temannya di pondok tempat mereka tidur bersama.
BUKU KEDUA 17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kau yakin mereka berkata Lady Emily akan mengandung anak Lord Genji?" salah seorang gadis bertanya.
"Ya," sahut Kimi, "aku yakin."
"Karena Shizuka meramalkannya?"
"Ssttt!" desis beberapa gadis serempak. "Kalau kau menyebutkan namanya, dia akan mengira kau memanggilnya, dan dia akan datang!" Semua orang menggeser duduknya lebih merapat satu sama lain.
"Tidak, dia tidak akan datang," kata Kimi, mendorong gadis terdekat menjauh darinya.
"Kecuali kalian seorang Okumichi, tetapi kalau kalian Okuinichi, apa yang kalian lakukan di kampung kumuh ini" Pulanglah ke Kastel Awan Burung Gereja tempat kalian berasal."
"Kimi benar. Semua orang juga tahu dia hanya muncul di depan keturunannya."
"Aku mendengar si Sinting Odo sering melihat wanita itu, itu sebabnya dia menjadi gila. Si Sinting Odo bukan wanita bangsawan."
"Kalau kalian besar di desa ini seperti aku," kata Kimi, "kalian akan tahu mengapa si Sinting Odo melihat apa yang dilihatnya. Ibunya dirayu oleh salah seorang leluhur Lord Genji.
Kakek buyutnya, kalau tidak salah. Nenekku tahu, atau dahulunya tahu. Dia sudah pikun sekarang dan bahkan tidak tahu lagi siapa dirinya."
"Jadi, si Odo itu Okumichi juga."
"Aku tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang samurai yang bisa tidur dengan putri cantik menginginkan petani kecil kumal?"
Kimi berkata, "Apa yang membuatmu mengira, samurai lebih baik ketimbang petani dalam menjaga bajak kecilnya tetap pada jalur yang benar?"
Gadis-gadis itu tertawa berderai.
"Ssstt," kata Kimi. "Para penjaga akan mendengar kita."
"Kalau si Sinting Odo itu seorang Okumichi, bisa jadi kita juga. Kita sebaiknya tidak menyebutkan namanya."
"Shizuka, Shizuka, Shizuka." seru Kimi. "Shizuka, Shizuka, Shizuka?"
"Hentikan, Kimi!"
"Shizuka, Shizuka, Shizuka." kata Kimi. "Shizuka, Shizuka, Shizuka?"
Setiap orang menahan napasnya.
"Kalian lihat?" kata Kimi. "Asyik sekali bermimpi menjadi seorang lady alih-alih gadis BUKU KEDUA
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR petani, tetapi kita adalah kita, bukan" Lord Genji tidak akan datang dan membawa kita bersamanya karena kita adalah sepupunya."
"Kataku juga apa," salah seorang gadis berkata, mendapatkan keberaniannya kembali.
"Ha! Kau juga takut menyebutkan nama penyihir itu tadi."
Kimi berkata, "Jadi kalian mau mendengar lanjutan ceritaku tidak?"
"Mau, mau!" Setelah Kimi selesai menceritakan semua yang didengarnya, salah seorang temannya berkata, "Aku tidak mengerti. Jadi, Lady Emily sedang hamil atau tidak?"
"Ya ampun, kau tadi mendengarkan tidak sih" Dia baru akan tidur dengan Lord Genji.
Dia belum melakukannya."
"Jadi, tak ada bayi di perutnya?"
"Begitulah artinya kalau kau tidak hamil. Tak Ada bayi di perutnya."
"Tetapi kalau tidak ada bayi, tak ada darah Okumichi pula di dalam dirinya. Kalau hanya mereka yang berdarah Okumichi yang bisa melihat wanita itu, bagaimana Lady Emily melihatnya?"
"Bagi Shizuka, di mana akan ada darahnya," kata Kimi, "berarti sudah ada."
"Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa sesuatu yang akan terjadi di masa depan sudah terjadi enam ratus tahun lalu, dan juga terjadi sekarang" Sama sekali tidak masuk akal."
Kata Kimi, "Hanya karena kau tidak mengerti sesuatu tidak berarti itu tidak masuk akal.
Apa kau memahami semua ajaran Buddha" Semua ajaran para Tetua Zen" Atau bahkan satu kata saja di antaranya?"
Gadis-gadis itu tertawa. Salah seorang berkata, "Para Tetua Zen selalu berbicara dalam teka-teki. Bagaimana kita bisa memahami apa yang mereka katakan?"
"Memang harus begitu," kata Kimi, "hidup itu sendiri sebuah teka-teki bagi kita di bawah sini. Hanya mereka yang di atas, seperti Lord Genji, yang memahami segalanya." Dia mendapatkan perhatian semua orang sekarang. Dia berhenti secara dramatis kemudian melanjutkan, "Waktu adalah penjara bagi kita. Tidak bagi Shizuka. Masa lalu dan masa depan semua sama baginya. Jadi, jika sesuatu akan terjadi itu berarti sudah terjadi baginya."
"Sudah kubilang dia seorang penenung!"
"Dia bukan penenung," kata Kimi. "Dia seorang putri. Putri cantik dari kerajaan di seberang Cina. Dia kenal sihir seperti juga semua putri di sana." Dia ingat tempat yang BUKU KEDUA
19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR disebutkan Lady Emily dan Lady Hanako. Tempat itu kedengarannya begitu indah dan jauh.
"Kerajaan Pegunungan Es Biru dan Sungai Naga Merah," kata Kimi.
1308, Biara Mushindo Shizuka berlari keluar dari selnya secepat mungkin. Sejak dia berperilaku kurang lebih seperti orang normal selama lebih dari sebulan, Suku, Biarawati Kepala, telah memerintahkan agar pintunya tidak perlu dikunci. Itu sangat menguntungkan karena jika dia tidak dapat melarikan diri dari ruh jahat yang berbicara kepadanya, dia pasti akan kembali pada kegilaan semula. Oh, tidak Bagaimana kalau ruh itu mengikutinya" Dia takut untuk menoleh.
Dia lebih takut lagi jika tidak menoleh. Dia menoleh. Dan, dia merasa lega tidak melihat siapa pun.
Setan ini, seperti kebanyakan bayangan yang muncul, mempunyai mata dan rambut
berbeda dengan biarawati di sekelilingnya, dan memiliki garis-garis wajah dan bentuk jauh lebih besar. Dia mulai mengerti bahwa ini adalah kunjungan dari waktu yang jauh, baik lampau maupun masa depan, tetapi bukan masa kini. Orang-orang seperti itu tidak ada lagi di sini sekarang. Dia telah belajar untuk memilah yang nyata dari yang tidak pasti. Dia mengira telah belajar melakukannya dengan sempurna.
Namun, yang satu ini telah melihatnya!
Yang satu ini telah berbicara kepadanya!
Apa artinya ini" Pikiran dan emosinya terlalu kacau-balau untuk memunculkan kejelasan.
Dia perlu menenangkan diri sepenuhnya dalam meditasi.
Selnya terlalu menakutkannya. Dia terus belari ke bangsal meditasi dan mengambil tempat di dekat altar, di mana perlindungan Buddha dianggap paling kuat."
BUKU KEDUA 20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 8 Pasukan Kebajikan 1867, Istana Lord Saemon di Edo
Saemon yang selalu memandang tinggi
dirinya, kini merasa lebih puas terhadap dirinya
ketimbang biasanya. Keberhasilannya menyimpangkan Taro akan melumpuhkan Genji, tak
peduli apakah Emily terbunuh atau tidak.
Kuncinya adalah pengkhianatan Taro sendiri.
Tentu saja, Taro tidak menyadari ini. Dia seorang
tradisionalis yang begitu primitif sehingga mempercayai bahwa kematian wanita asing itu sangat penting. Taro dan samurai lain seperti dirinya, yang terperangkap dalam mitologi masa lalu yang tak berguna, percaya bahwa dengan menghentikan modernisator seperti Genji, mereka dapat melestarikan Jepang yang mereka kenal selama ini. Padahal, Jepang yang itu sudah terluka parah, ia akan terseok-seok menuju kematiannya dalam satu atau dua tahun ke depan, dan Jepang yang baru, sesuai dengan yang dibayangkan Genji, akan mengambil alih tempatnya. Jepang lama mustahil bertahan.
Bangsa-bangsa Inggris, Amerika, Rusia, Prancis, Spanyol, Portugis, dan Belanda, telah menjelajah ke mana-mana, dan di mana-mana hasilnya sama. Apa yang telah terjadi pada bangsa-bangsa Afrika" Mereka telah dijadikan budak. Khan-khan agung Asia Tengah kini berada di bawah sepatu Czar. Raja-raja India bertekuk lutut kepada penguasa Inggris, seorang wanita! Apakah ada alasan untuk mempercayai bahwa bangsa-bangsa asing yang sama ini tidak akan menencoba mengubah Jepang tepat seperti yang berhasil mereka lakukan di tempat lain"
Tentu saja tidak. Bukankah mereka sudah memulai pembantaian dan penjarahan di Cina"
Tekad Genji untuk memodernisasikan Jepang sepenuhnya masuk akal. Saemon tahu betul seperti Genji bahwa tak ada cara lain bagi Jepang untuk menyelamatkan diri dari serangan yang BUKU KEDUA
1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR akan dilancarkan bangsa-bangsa asing cepat atau lambat. Namun, dia tidak akan pernah mengakuinya. Biarkan Genji dan orang-orang lain yang mendukungnya mengambil langkah-langkah penting dan menerima semua kebencian. Ketika para idealis seperti mereka sudah lenyap maka para realis seperti dirinya akan maju dan mengambil alih. Tradisi sudah hancur, tetapi untuk sementara, Saemon melihat manfaat yang besar dalam diri mereka yang masih setia mendukungnya.
Ini benar-benar lucu. Kebanggaan samurai terhadap tradisi mereka tentang kesetiaan dan kehormatan tak ada bedanya dengan dongeng, dan sama saja dengan dongeng orang asing tentang kebajikan Kristen. Perintah Utama Tuhan mereka adalah, "Janganlah engkau membunuh". Dengan panji itu, mereka telah membantai dan menghancurkan apa saja di seantero lima benua selama seribu tahun. Dia tidak mengutuk orang asing untuk itu.
Kemunafikan merupakan sifat esensial semua mode kendali manusia. Beberapa gelintir orang dengan otak cemerlang melakukan apa yang mereka kehendaki, sambil meyakinkan banyak orang bodoh untuk mematuhi aturan yang mereka sendiri membencinya. Sama seperti fungsi Perintah Tuhan bagi para raja dan bangsawan Kristen, mitos bushido dan harakiri menutupi tradisi tua perluasan kekuasaan diri dan pengkhianatan bagi samurai.
Samurai sejati tidak setia membuta, berkorban penuh semangat, dan terikat oleh kehormatan atas segalanya. Alih-alih, samurai sejati merupakan genius yang pragmatis, manipulatif, dan politis licin"dengan kata lain, seseorang yang menyerupai Saemon sendiri.
Taro hanyalah satu bagian dari kampanye rahasia Saemon melawan Genji. Ada juga masalah hukum yang diajukan Genji, pernyataan persamaan derajat untuk semua, termasuk apa yang disebutnya "burakumin", yang disebut "eta" oleh orang lain. Hukum itu sendiri diperlukan karena Jepang diharuskan setidaknya mendemonstrasikan penerapan kepercayaan aneh bangsa asing tentang "kebebasan" dan "persamaan". Akan tetapi, banyak laporan muncul tentang partisipasi aktif Genji dalam penghancuran desa eta di Wilayah Hino beberapa tahun lalu Bukankah itu suatu kebetulan yang aneh" Saemon percaya Taro mengetahui sesuatu tentangnya. Dia belum mengungkapkan apa pun. Pasti ada jalan untuk: membujuk Taro untuk membuka rahasia. Masalahnya, seperti biasa, adalah bagaimana.
Tak perlu terburu-buru. Saemon adalah seorang pakar dalam menemukan cara yang tepat untuk orang yang tepat. Dia akan menemukari cara yang sesuai untuk Taro. Untuk sementara, dia telah mengirim agen-agen ke California untuk menyelidiki satu lagi laporan aneh yang telah BUKU KEDUA
2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR diterimanya. Lebih berupa gosip ketimbang informasi, tetapi gosip yang menggoda.
Dikatakan bahwa geisha terkenal Mayonaka no Heiko, si cantik yang diketahui telah menjadi kekasih Genji pada waktu pertempuran Mushindo, telah dikirim ke California tak lama sesudahnya, dan telah melahirkan seorang putra beberapa bulan kemudian. Berapa bulan tepatnya belum diketahui. Sumbernya juga tidak bisa memastikan identitas sang bapak.
Matthew Stark, sahabat setia Genji dahulu, dan mitra bisnisnya sekarang, dianggap yang paling mungkin. Namun"dan ini bagian yang paling menggoda"Genji juga tidak mustahil.
Jika Genji adalah ayah anak itu, untuk apa anak itu masih di California" Sekalipun dia anak seorang geisha, dia adalah ahli waris laki-laki yang sah, apalagi Genji tidak punya putra lain saat ini. Hal ini sangat membingungkan terutama mengingat latar belakang Heiko. Seorang wanita dengan bakat dan kecantikan luar biasa seperti Heiko sangat pantas menjadi ibunda ahli waris.
Dia tidak harus menjadi istri Genji, tetapi tentunya dia akan menjadi selir yang sempurna. Ini tidak terjadi. Mengapa"
Apakah ada suatu kaitan antara proposal Genji mengenai penghapusan wilayah-wilayah, hukum mengenai orang-orang buangan, dan pengasingan seorang geisha cantik yang mungkin merupakan ibu dari putra satu-satunya" Saemon tidak dapat menemukan kemungkinan hubungan yang masuk akal. Namun, pengalaman telah mengajarinya bahwa ketidakmampuannya untuk segera menemukan hubungan antara unsur-unsur berbeda tidak berarti hubungan itu tidak ada.
Spekulasi berkepanjangan tidak ada gunanya. Satu-satunya cara untuk menemukan
kebenaran adalah dengan menyelidiki secara menyeluruh-dalam hal ini, menyelidiki masa lalu.
Geisha Heiko tidak pemah kembali. Jika ada sesuatu yang ditutup-tutupi, itu berarti telah dilakukan di Amerika, dan di sanalah rahasia itu akan diungkap. Saemon telah mengirim dua agen terbaiknya ke San Francisco. Sambil menunggu, dia telah menyuruh Taro bergerak. Salah satu pendekatan itu, atau barangkali bahkan keduanya, pada akhirnya akan menghasilkan buah yang pahit bagi Lord Genji.
Kuil Mushindo "Lord Taro, sebaiknya kita tidak menunda-nunda lagi."
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita tidak menunda-nunda," kata Taro. "Kita sedang menemani Lady Hanako dan Lady Emily. Selama mereka memilih untuk tinggal, kita juga tinggal."
BUKU KEDUA 3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Asistennya Asistennya mendekatinya dan berbicara dengan suara rendah. "Pasukan mulai gugup, dan orang yang gugup tidak punya tekad. Tuan, mari kita selesaikan tugas ini dan kita lakukan misi kita yang sesungguhnya."
"Apa yang membuat kalian gugup?"
Taro merasa sangat kesal hanya oleh kenyataan bahwa percakapan ini sampai terjadi. Ke mana perginya sifat samurai sejati berupa kepatuhan mutlak" Para samurai muda ini tidak seperti samurai pada masa muda Taro dahulu. Betapa berbedanya dia dan Hide dahulu ketika seusia asistennya itu! Tak ada berondongan pertanyaan, tak ada saran tanpa diminta, tak ada ketaksabaran dan kegugupan. Ya, Tuan, saya dengar dan saya patuh. Hanya itu, tak lebih, tak kurang. Apa yang akan dilakukan Lord Chamberlain Saiki seandainya Taro atau Hide memberitahunya apa yang harus dilakukan" Memenggal mereka dengan pedangnya, sudah pasti. Tak akan pernah terpikirkan oleh Taro sendiri untuk melakukan itu terhadap asistennya sendiri. Itu saja sudah menunjukkan betapa mereka semua sudah melunak dalam beberapa tahun yang singkat.
"Mushindo itu sendiri, Tuan, yang membuat mereka gelisah."
"Gelisah" Mereka seharusnya merasa terhormat berdiri di tempat klan kita memperoleh kemenangan terbesarnya."
"Mereka merasa terhormat, Lord Taro. Saya tidak bermaksud mengatakan sebaliknya.
Masalahnya hanyalah desas-desus lama itu."
"Desas-desus apa?"
"Tentang hantu dan setan."
Taro memejamkan matanya. Dia menarik napas dalam-dalam dan pelan, menghirup dan mengembuskannya, dan diulanginya lagi, untuk mencegah dirinya berteriak marah, sebelum dia membuka matanya lagi. Dia berbicara dengan sangat lembut, seperti yang biasa dilakukannya ketika dia murka.
"Jika kita kembali ke Edo," kata Taro, "ingatkan aku untuk merekrut samurai sejati, dan menyuruh anak-anak perempuan yang menyamar ini pulang ke ibu mereka."
"Tuan," kata sang asisten. Dia membungkuk meminta maaf, yang sedikit menutupi geseran lututnya ke belakang, menjauhkan jarak di antara mereka. "Memang bodoh, saya tahu. Tetapi, ini lebih dari sekadar desas-desus. Bunyi-bunyian aneh terdengar dari bangunan itu, dari hutan, dan bahkan dari tanah sendiri. Sulit untuk menyalahkan anak buah saya."
BUKU KEDUA 4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Bunyi-bunyian itu berasal dari aliran air di bawah tanah," kata Taro. "Lord Shigeru pernah bercerita padaku, terkadang air berkumpul dalam sumber air panas. Katanya, air itu sangat menyegarkan."
"Lord Shigeru," kata sang asisten.
Taro menarik napas dalam-dalam lagi. Dengan tenang dia berkata, "Aku yakin kau tidak akan mengatakan padaku bahwa mereka takut kepada Lord Shigeru juga."
"Orang-orang desa bilang dia terlihat di hutan dari waktu ke waktu. Ditemani seorang anak laki-laki. Dengan sebuah layang-layang berbentuk burung gereja."
"Apakah kita hidup pada zaman yang begitu bobrok sehingga samurai mendengarkan ocehan petani bodoh" Lord Shigeru sudah tiada. Aku melihat kepalanya dengan mataku sendiri, enam tahun lalu, kurang dari seratus langkah dari tempat kita duduk sekarang. Aku menghadiri upacara kremasinya. Ketika abunya disimpan di sebuah altar di Kastel Awan Burung Gereja, aku ada di sana."
"Ya, Tuan. Saya seharusnya berbicara dengan lebih jelas. Bukan Lord Shigeru yang masih hidup yang dilihat penduduk desa."
"Ah," kata Taro, kemarahan membuatnya menghembuskan napas dari paru-parunya.
"Hantunya." "Ya, Tuan." "Tinggalkan aku," kata Taro, kesabarannya mencapai batasnya. Dia terus memejamkan mata sampai pintu ditutup di belakang asistennya. Jika mereka merupakan prajurit terkuat yang bisa ditemukannya"dan memang demikian"bagaimana samurai bisa melawan pasukan
musuh" Hantu, setan, suara tanpa wujud. Betapa tololnya.
Ada satu hal yang dikatakan asistennya yang membuat dia resah meskipun hanya sedikit.
Katanya, penduduk desa melihat hantu Shigeru ditemani anak laki-laki dengan layang-layang burung gereja. Terakhir kali Taro melihat Shigeru dengan putranya, anak itu sedang menerbangkan layang-layang yang dibuatkan Lord Genji untuknya.
Layang-layang berbentuk burung gereja.
Bagaimana orang-orang desa tahu tentang itu" Putra Shigeru tidak pernah mengunjungi Mushindo Tak diragukan lagi, gosip apa pun jenisnya bisa menyebar jauh dan luas secara misterius. Tak jadi masalah. Yang penting adalah misinya. Sang asisten benar tentang hal itu.
Taro perlu rencana baru, dan dia harus melaksanakannya segera. Sebelum anak buahnya panik, BUKU KEDUA
5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR dan sebelum kedua wanita itu memutuskan untuk kembali ke Edo.
Besok. Dia akan bertindak besok. Malam ini dia akan memikirkan apa yang harus
dilakukan. Emili menyatakan sama sekali tidak mempercayai ramalani yang tertulis dalam perkamen, tetapi perlu waktu lama baginya untuk tertidur meskipun dia lelah. Hanako tidak akan membebaninya dengan kekhawatiran kalau saja itu akan membuat Emily aman. Namun, tidak demikian. Lebih baik Emily tahu kebenaran itu, dan menerimanya. Ketika pernapasan Emily melambat dan teratur, Hanako pergi ke pintu dan membukanya untuk melihat secelah kecil malam di luar. Dia dapat melihat salah seorang yang disebut penjaga itu dalam bayangan benteng. Dia mendengar seorang lagi terbatuk-batuk di sisi lain pondok. Mereka pasti samurai yang lebih baik ketimbang yang ditugasi Taro mengawal Emily sore tadi karena tugas mereka kini nyata. Dia akan melewati mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Kimi, gadis nakal itu.
Bulan dalam fase akhirnya hanyalah bayangan samar berujung melengkung di langit, cahayanya lemah, bayangan yang diciptakannya pucat. Ketika awan menutupinya, Hanako menyelinap keluar dari pintu dan masuk ke dalam kolong rendah pondok mereka. Di sini dia menunggu, seperti Kimi telah menunggu sebelumnya. Pemikiran tentang gadis itu membuat Hanako tersenyum. Gadis itu benar-benar terlalu berani. Sifat itu bagus untuk seorang laki-laki karena laki-laki memang seharusnya berani. Namun, untuk kebaikannya sendiri, anak gadis perlu lebih membatasi diri. Yin dan yang. Keseimbangan antara pria dan wanita.
Kimi telah menguping sebagian besar percakapannya dengan Emily. Itu hal yang bukan sepenuhnya tidak berbahaya. Dia tidak akan mampu menahan lidahnya untuk membagi informasi menggoda itu dengan teman-temannya, dan kisahnya akan dengan cepat memasuki dunia gosip dan mitos yang selalu mengelilingi setiap Bangsawan Agung Akaoka. Akan tetapi, kehadirannya di kolong pondok juga memberikan manfaat. Dia memastikan bahwa tak ada orang lain di sana pada waktu yang sama. Apa yang Hanako dan Emily harus bicarakan bisa didengar tanpa ancaman serius oleh gadis-gadis yang suka bergosip, tetapi bukan oleh musuh Lord Genji, dan mereka ada di mana saja. Bahkan, di antara pasukan pengawal pribadinya.
Atau, begitulah yang dicurigainya.
Melarikan diri akan sulit. Dia bisa menyelinap kabur. Emily tidak; padahal, Emilylah yang BUKU KEDUA
6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR penting. Betapa anehnya. Heiko ternyata benar. Emily dan Lord Genji ditakdirkan bagi satu sama lain, sementara, berlawanan dengan setiap indikasi, Heiko dan Genji tidak. Heiko tidak kembali ke Jepang dari California. Putranya juga tidak. Itu pasti berarti, anak itu bukan putra Genji karena kalau dia memang putranya, Genji pasti akan memanggilnya pulang ke sisinya, sekalipun, karena alasan yang hanya diketahui olehnya, dia bermaksud untuk menyingkirkan Heiko. Apakah itu yang telah terjadi" Apakah kelak Hanako akan pernah tahu"
Hanako tentu saja tahu bahwa Emily jatuh cinta kepada Genji, dan sudah bertahun-tahun lamanya sekarang. Itu tampak jelas bagi semua orang. Emily buta terhadap kenyataan bahwa cinta rahasianya menjadi rahasia hanya untuk dirinya. Caranya memandang Genji, pergeseran samar tetapi konsisten dalam posturnya ke arah Genji setiap kali Genji ada di dekatnya, perubahan dalam nada suaranya, tidak hanya ketika dia berbicara dengannya, tetapi juga setiap kali dia menyebutkan namanya. Jika semua orang asing setransparan itu, setiap urusan mereka tentu dilaksanakan seperti pertunjukan di atas panggung umum. Bagaimana rasanya hidup dalam pameran emosi yang begitu pribadi seperti itu"
Tak ada apa-apa dalam perilaku Lord Genji yang memberikan petunjuk kecil sekalipun tentang perasaan di luar persahabatan. Namun karena Lord Genji adalah pakar dalam menyembunyikan isi hatinya, hal itu belum pasti. Bagaimanapun, kecil kemungkinan dia membalas perasaan Emily. Dia memiliki selera yang sangat tinggi, bahkan untuk seorang bangsawan, dan wanita asing seperti Emily, yang mempunyai pemahaman terbatas tentang keintiman, tidak akan menarik baginya. Jika ramalan perkamen itu harus menjadi kenyataan, kejadiannya pasti dengan cara yang paling tak terduga.
Sayup-sayup, Hanako mendengar suara-suara, Kedua penjaga itu berkumpul di satu tempat sekarang. Dia merangkak menjauh ke sisi lain pondok dan berhasil memasuki hutan tanpa ketahuan.
Dia menemukan dua batu fondasi tanpa kesulitan. Dia tidak pernah bisa mengingat puisi-puist terkenal yang dilantunkan wanita lain dengan begitu mudah. Akan tetapi, ingatannya tentang tempat yang pernah dilihatnya sangat sempurna. Dia meraba sepanjang sisi batu pertama, tidak menemukan apa-apa, dan beralih ke batu kedua. Dia tidak tahu apa yang sedang dicarinya, tetapi apa pun itu, dia yakin pasti ada di sini. Dalam perkamen itu, Shizuka telah menyatakan bahwa dia akan meninggalkan tanda kehadirannya bagi Emily. Awalnya, Hanako mengira bahwa dia merujuk pada batu-batu fondasi itu sendiri. Namuri, apa yang mereka BUKU KEDUA
7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR tunjukkan kecuali keberadaan sebuah sel pada masa lampau" Itu sudah dibicarakan di dalam perkamen. Pasti ada sesuatu yang lain. Batu kedua persis seperti yang pertama, tak lebih dari batu datar berat yang terkubur di dalam tanah. Dia melangkah pelan menyisir rumput menuju tempat perkiraannya untuk batu ketiga. Dan batu itu ada di sana. Namun lagi-lagi, tak ada apa-apa. Mengikuti garis dinding yang dibayangkannya, dia menemukan batu keempat. Tidak seperti yang lain, batu ini longgar. Enam ratus tahun lalu, tanah ini semula datar. Sejak saat itu, pergeseran tanah di lereng gunung telah menyebabkan arus salju mengalir ke sini, dan mengikis tanah.
Dia menjangkau ke bawah batu itu. Tak ada apa-apa yang bisa disentuhnya kecuali tanah dan batu-batu kecil. Dia terus meraba-raba di bawah batu itu dan tidak menemukan apa pun.
Terlalu gelap bagi matanya untuk membantu.
Hanako membeku ketika dia mendengar langkah-langkah menyelinap tak jauh dari
tempatnya. Seseorang sedang bergerak di daerah pepohonan lebat sekitar seratus langkah jauhnya. Samurai itu"dia bisa memastikan orang itu samurai dari bentuk ikatan rambut pada bayangan kepalanya"membungkuk dan memungut sesuatu dari semak-semak. Ketika laki-laki itu berdiri, profilnya menghadap Hanako. Dia telah mengambil busur dan pariah. Hanako tidak bisa melihatnya dengan cukup baik untuk rnengenalinya. Ketika laki-laki itu berbalik ke arah Mushindo, Hanako membuntutinya. Malam sudah larut, hanya beberapa lilin yang masih menyala di dalam kuil. Hanya ada lentera di gardu jaga di pintu gerbang. Laki-laki itu menghindari tempat itu dan memanjat dengan cepat di bagian benteng yang gelap. Ketika dia melakukannya, wajahnya untuk sesaat tersinari.
Taro. Hanako memikirkan kembali sore itu. Emily telah melihat Shizuka di tanah terbuka tak jauh darinya. Taro baru saja mengambil senjatanya dari tempat yang akan memberinya perlindungan sekaligus jarak tembak yang mudah, bahkan untuk 40 orang pemanah dengan kemampuan terbatas. Taro tidak jadi membunuh Emily hanya karena perilakunya yang membingungkan.
Hanako bergegas kembali ke pondok tempat Emily tidur. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mencemaskan pesan-pesan dari hantu. Jika Taro pernah mencoba, dia akan mencoba lagi, dan hampir pasti sebelum mereka meninggalkan Mushindo. Dia memainkan peran pembunuh tanpa nama, yang memberi keuntungan kecil bagi kedua wanita itu. Bagaimana BUKU KEDUA
8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Hanako bisa memanfaatkan situasi ini"
Menjelang pagi, Taro memutuskan dia akan bertindak segera setelah mereka mencapai jalan menuju Edo. Anak buahnya akan menyergap dan mengikat Hanako lebih dahulu untuk mencegahnya melindungi Emily. Jika mereka membunuh Hanako, Hide tak akan pernah bergabung dengan mereka melawan Lord Genji, tak peduli apa pun yang dipikirkannya tentang kebenaran alasan mereka. Taro menyerah, tak mau mencoba melakukannya dengan rahasia lagi. Dia akan membunuh Emily secara terbuka, dengan tangannya.
"Lady Hanako, Lady Emily." Dia berdiri di luar pintu pondok rahib. "Kami siap berangkat segera setelah Anda?"
Dia merasakan sebutir peluru menyerempet alisnya sebelum dia mendengar ledakan mesiu.
"Pengkhianat!" Hanako berteriak dari balik pintu tertutup. Dia telah menggunakan suara Taro sebagai acuan dan menargetkan tembakannya ke tempat perkiraan kepalanya berada. Dia ragu berhasil mengeainya. Itu keberuntungan yang nyaris mustahil.
Taro merangkak mundur secepat yang dia bisa, darah yang tumpah setengah membutakan-ya. Apakah Hanako telah menembak matanya" Dia bahkan tdak tahu wanita itu memiliki pistol.
"Lady Hanako!" serunya. "Apa yang Anda lakukan" Ini aku, Taro."
"Aku tahu siapa kau," sahut Hanako, "dan aku tahu kau itu apa." Sebelum fajar, dia telah pergi ke pondok para gadis dan menyuruh Kimi mengirim pesan ke Edo secepat mungkin.
Mereka dikepung oleh pengkhianat.
"Saya akan pergi sendiri," kata Kimi. "Saya pelari tercepat di sini."
"Kau tidak akan mampu lari terus-menerus sampai ke Edo," kata Hanako.
"Saya tidak perlu ke sana. Lord Hiromitsu adalah teman Lord Genji. Salah seorang samurai seniornya mempunyai rumah tak jauh dari sini. Dia akan mbantu."
Gadis cerdik itu kini satu-satunya harapan mereka. Jika dia gagal membawa bala bantuan segera, Taro dan anak buahnya akan menyerbu pondok dan membunuh Emily. Di samping pistol"revolver kaliber 32 dengan pelat perak yang datang dari California sebagai hadiah dari Stark"dia mempunyai tipuan lain yang bisa digunakannya. Namun, risikonya besar dan dia memilih untuk tidak menggunakannya kecuali dalam keadaan terpaksa.
"Hanako, apa kau yakin benar?" kata Emily. "Taro telah berkali-kali mempertaruhkan BUKU KEDUA
9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR nyawanya demi keselamatanku. Aku tidak bisa memercayai dia akan menyakitiku."
"Tak ada penjelasan lain untuk busur dan panah itu." Dia mulai menggeser salah satu tikar dari lantai. Emily membantu memberdirikannya untuk menahan pintu. "Ini tidak akan menghentikan mereka, tetapi bisa memperlambat sedikit. Barangkali, cukup membantu."
"Dia mungkin sedang berburu," kata Emily.
"Pada malam hari" Berburu apa" Burung hantu?"
"Barangkali dia berburu pada siang hari, lalu teralihkan karena aku pingsan, dan dia melupakan busur dan panahnya di sana."
"Seorang samurai melupakan senjatanya?" kata Hanako. Itu tidak masuk akal. Mereka memindahkan tikar lain dan menyandarkannya di atas yang pertama.
Sang asisten berkata kepada Taro, "Anda telah kehilangan sebagian alis Anda."
Taro menepiskan tangan asistennya dan menempelkan kain itu pada lukanya sendiri.
"Bawa gadis itu."
Dia dan anak buahnya telah mundur lima puluh langkah dari pondok rahib. Akan lebih baik jika Hanako dapat diyakinkan untuk menyerah. Kalau tidak, mereka harus menyerbu pondok itu. Dia tidak tahu seberapa baik Hanako bisa menembak. Dia tidak pernah melihatnya berlatih. Jadi, barangkali dia tidak begitu bagus meskipun telah membuatnya berdarah dengan tembakan pertamanya. Namun, pada jarak dekat, dalam ruang terkurung, dengan tekad yang dimiliki Hanako, situasinya akan sangat berbahaya. Dia tidak khawatir tentang korban di antara anak buahnya, atau bahkan jika dirinya terbunuh. Yang ditakutkannya adalah bahwa Hanako akan melawan sampai mati untuk melindungi Emily. Itu harus dihindari dan justru karena itu dia berencana melakukan serangan kejutan setelah mereka dalam perjalanan lagi. Sayangnya, entah bagaimana Hanako sudah mengantisipasi bahaya.
"Ini dia!" dengan kasar si letnan mendorong Kimi maju. Kedua tangannya diikat erat di belakang punggungnya.
"Kalian akan dihukum mati," kata Kimi. "Menyerahlah sekarang, mungkin kalian akan diampuni.
"Diam!" Si letnan menamparnya keras dengan punggung tangannya, merubuhkannya ke tanah. Dia menarik tali yang mengikat Kimi sampai dia berdiri kembali dan hendak memukulnya lagi.
Taro mengangkat tangannya. Gadis itu sudah limbung karena pukulan, dan darah menetes BUKU KEDUA
10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR dari hidung dan mulutnya, tetapi tampaknya dia sama sekali tidak ketakutan. Entah dia sangat berani ataukah sepenuhnya idiot, seperti rahib raksasa yang berkeliaran tanpa bersuara di sekitar Mushindo, yang selalu tersenyum.
"Apakah kau seorang putri yang menyamar," k:iia Taro, "sehingga kaupunya kekuasaan untuk memberi kami pengampunan?"
"Tentu saja, pengampunan akan datang dari Lord Genji," kata Kimi. "Dia terkenal berhati lembut."
"Kau bangsat tak tahu malu!" Sang letnan menarik pedangnya.
"Jangan," kata Taro. "Kepalanya lebih berguna jika masih di tempatnya. Untuk sementara ini." Dia akan menunjukkan kepada Hanako bahwa harapannya akan penyelamatan adalah kosong belaka. Gadis ini telah gagal melewati penjagaannya.
"Kalian tidak akan berhasil," kata Kimi.
"Oh begitu," kata Taro. "Kau bukan seorang puteri, melainkan peramal rupanya."
"Bukan aku," kata Kimi, mengangkat dagunya mcnantang. "Lady Shizuka."
Suara-suara mengejek di antara para prajurit itu mendadak menguap. Bunyi-bunyi malam yang aneh di Mushindo telah menunjukkan pengaruhnya. Seperti yang dikatakan asistennya, pasukannya gugup, dan menyebutkan nama penyihir itu sudah pasti tidak membantu.
"Dia sudah lama mati," kata Taro, "dan yang mati tidak akan hidup lagi."
"Mungkin," kata Kimi, "tetapi, ramalannya hidup. Atau kau belum pernah dengar tentang Jembatan Musim Gugur?"
"Itu omong kosong," kata Taro. "Dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak, cuma itu."
"Kalau begitu, perkamen apa yang dibaca Lady Hanako dan Lady Emily?"
Taro tertawa. "Emily menerjemahkan sejarah klan. Atau kau belum mendengar Awan Burung Gereja?"
"Apakah sejarahmu meramalkan pertemuan Lady Emily dengan Lady Shizuka" Apakah sejarahmu mengatakan, Kita akan bertemu di Mushindo, di tempat rumahku pernah berdiri. Hanya kau yang akan melihatku. Ketika yang lain mencari, mereka tidak akan menemukanku. Tetapi aku akan ada di sana."
Kimi tidak ingat kata-katanya dengan tepat. Namun, itu cukup mirip. Bahkan lebih dari mirip, melihat cara beberapa samurai itu menoleh ke belakang mereka. "Bukankah kau sendiri menemukan fondasi tua itu?"
BUKU KEDUA 11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Bagaimana kautahu kata-katanya" Memangnya kaubisa membaca?"
"Aku punya telinga," kata KiMi. "Aku mendengarkan pembicaraan mereka."
"Cukup!" Si letnan menarik tali, membuat Kimi terjengkang. Dia menyeret gadis itu ke tanah terbuka dan menuju pondok rahib. "Lady Hanako! Kurir Anda gagal! Menyerah adalah satu-satunya pilihan Anda! Anda tidak akan disakiti! Saya berjanji!"
"Apa artinya janji pengkhianat?" sahut Hanako, "Tak lebih dari segenggam asap." dan dia menembak untuk kedua kalinya. Taro tidak pernah melihatnya berlatih. Tampaknya, dia melakukannya dengan diam-diam. Noda darah cemerlang merebak di tengah punggung si letnan sesaat sebelum dia jatuh dan mati. Kimi bangun dan berlari ke arah pondok, tali terulur di belakangnya.
"Tangkap Lady Hanako tanpa melukainya," kata Taro. "Serahkan Emily padaku." Mereka menghunus pedang dan menyerbu ke pondok. Empat tembakan meletus lagi. Dua prajuritnya jatuh. Taro melemparkan dirinya ke pintu.
Dan, mendapati dirinya di tengah ledakan dahsyat. Hanako telah membakar pondok. Taro melompat keluar dan bergulingan di tanah untuk memadamkan api yang membakar
pakaiannya. "Jangan cuma berdiri menonton!" serunya kepada anak buahnya. "Temukan mereka!"
Beberapa orang maju ke pintu pondok yang terbakar. "Tidak di sana, goblok!" Hanako mungkin membakar dirinya sendiri. Namun, dia tidak akan pernah membiarkan Emily mati.
"Di belakang pondok!"
"Lewat sini!" Kimi berkata kepada Hanako dan Emily, "Cepat!" Setelah mereka sampai di hutan, mereka bisa mengambil salah satu dari ratusan jalan setapak tersembunyi, menjauh dari Mushindo dan masuk ke lembah-lembah dan pegunungan di sekitarnya. Mereka akan selamat.
Akan tetapi, Emily terlalu memperlambat mereka. Pasukan Taro berhasil mengejar bahkan sebelum mereka sampai di pohon terdekat. Hanako mengeluarkan pedang pendeknya dan berdiri di depan temannya.
"Tolol," katanya kepada Taro. "Kau seharusnya tahu lebih baik ketimbang orang lain."
"Masa depan bangsa kita lebih penting dari nyawa satu orang," kata Taro. Bisakah dia merebut senjata Hanako tanpa membunuhnya" Pasti sulit. Dia telah melihat Hanako dalam pertempuran di tempat ini juga. Hanako lebih baik dengan pedangnya ketimbang sebagian BUKU KEDUA
12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR besar anak buahnya dengan pedang mereka.
"Masa depan itu misteri," kata Hanako, "bagimu, bagiku, bagi semua orang. Semua orang kecuali Lord Genji. Bagaimana mungkin kau berani bertindak melawannya?"
"Waktunya sudah tiba untuk membuat sejarah," kata Taro, "bukan untuk membacakan dongeng." Dia membuat gerakan tipuan ke kiri, kemudian ke kanan. Jika dia dapat membunuh Emily lebih dahulu sehingga tak ada alasan bagi Hanako untuk terus melawan, dia mungkin akan menyerah.
Hanako mengabaikan tipuan Taro yang pertama, tetapi bergerak menyambut tipuan kedua, seakan-akan dia berpikir Taro melakukan serangan sesungguhnya. Dua anak buah Taro, yang melihat peluang, seperti yang diinginkannya, menyerbu dari belakang untuk menangkapnya.
Hanako langsung berbalik ke arah mereka. Pedangnya berkelebat naik membabat yang pertama, dan turun membunuh yang kedua. Hanako tidak mungkin mengalahkan dua samurai yang berniat menggunakan pedang mereka. Dua orang yang berusaha menangkapnya alih-alih membunuhnya merupakan tantangan lebilh kecil. Namun, ini memberikan peluang kepada Taro, Hanako memunggungi Taro sekarang. Taro melompat ke depan dan melingkarkan lengannya ke tubuh Hanako.
"Berhentilah melawan," kata Taro kepadanya. "Sudah berakhir."
Anak buahnya mengepung Emily, tetapi hanya untuk menangkapnya. Perintah Taro
kepada mereka adalah menangkap Hanako tanpa melukainya dan menyerahkan Emily
kepadanya. Karena Taro sendiri telah menangkap Hanako dan tidak melakukan apa pun terhadap Emily, anak buahnya tidak bisa melaksanakan apa yang telah diperintahkannya. Tanpa perintah spesifik, mereka menjadi bingung karena perubahan kondisi. Mereka telah dilatih sejak kecil untuk patuh tanpa bertanya. Mengambil inisiatif sangat tidak dianjurkan karena memberi implikasi ketidakcakapan sang pemimpin yang telah mengeluarkan perintah yang tidak bisa dipenuhi.
Keraguan mereka diperbesar oleh status Emily. Sehingga beberapa menit lalu, mereka telah memperlakukannya dengan penghormatan tinggi karena hubungannya dengan Lord Genji dan peran yang telah dimainkannya dalam pemenuhan ramalan sebelumnya. Untuk menganggapnya sebagai orang asing yang harus dikorbankan sekarang merupakan perubahan yang terlalu mendadak bagi mereka. Malam yang meresahkan yang mereka lalui di Mushindo tidak membantu. Bunyi-bunyian menakutkan, ditambah banyaknya desas-desus dan legenda yang BUKU KEDUA
13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR dihubungkan dengan tempat ini, telah membuat sebagian besar dari mereka melihat dan mendengar macam-macam yang sesungguhnya tidak ada. Tak satu pun mau menjadi orang pertama yang menghabisi Emily. Itu tugas Taro.
Taro berkata, "Ini, pegang Lady Hanako." Selagi anak buahnya mendekat untuk mematuhinya, sebuah batu besar menghantam kaki kanan Taro. Rasa nyeri yang tiba-tiba membuatnya kehilangan keseimbangan tepat pada saat Hanako meronta mencoba melepaskan diri dari pegangannya. Taro jatuh, masih dengan memeluk Hanako. Gadis lancang itu, Kimi, mengangkat batu untuk menyerangnya lagi, tetapi harus berguling menjauh ketika salah seorang prajurit menebaskan pedang ke arahnya. Tebasan itu nyaris mengenainya. Untuk kedua kalinya pedang menyambar lagi, tetapi hanya memotong rumput-rumput yang tinggi. Kimi sudah menghilang.
Ketika terjatuh, pegangan Taro melonggar sedikit. Pedang Hanako masih di tangannya. Dia menggeser posisinya sedikit dan menghunjamkan pedangnya ke belakang sekeras mungkin ke dalam tubuh Taro. Bilah pedangnya menancap dalam di bawah rusuknya.
"Ah!" Taro terkapar, pegangannya terlepas.
Hanako mencabut pedangnya dari tubuh Taro, menusukkannya kepada seorang samurai terdekat, dan menebaskannya ke sana kemari sambil mendekati Emily. Karena pasukan diperintahkan untuk tidak melukai Hanako, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali mundur memberi jalan.
"Tuanku!" Anak buahnya maju untuk menolongnya.
"Mundur!" seru Taro.
Darah membasahi pakaiannya. Dia menekankan tangan kuat-kuat pada lukanya. Luka dalam yang dialaminya serius, tetapi dia mampu menghentikan aliran darah keluar. Mereka kembali ke titik semula, mengepung Emily dan Hanako, dengan Hanako, pedang di tangan, siap untuk membunuh dan mati. Kecuali bahwa dalam beberapa menit, dia telah kehilangan enam anak buahnya. Menghadapi lawan yang terdiri dari seorang wanita asing, gadis brengsek, dan istri sahabatnya yang berlengan tunggal.
Cukup. Taro berdiri. Dia mengabaikan rasa sakit yang teramat sangat. Lukanya bisa mematikan. Jika dia jatuh tanpa membunuh Emily, seluruh rencananya akan gagal sebelum dimulai. Emily harus mati, BUKU KEDUA
14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR apa pun bayarannya. Dia melangkah ke arah kedua wanita itu.
"Lady Hanako," katanya, "jangan mengorbankan dirimu dengan sia-sia. Bagaimana putramu nanti tanpa ibunya?" Dia berharap kata-katanya akan mengganggu konsentrasi Hanako agar anak buahnya dapat sekadar mengejutkan Hanako. Taro tahu apa pun yang dikatakannya tidak akan melemahkan tekad Hanako.
Hanako memegang pedangnya dengan ujung diarahkan lurus ke mata Taro. Katanya, "Dia akan menjadi samurai yang setia, seperti ayahnya, dan dia akan mati terhormat. Imbalan yang telah kautolak sendiri." Emily tidak boleh disakiti! Lady Shizuka telah meramalkan bahwa dia akan melahirkan anak Lord Genji. Jika ini tidak terjadi dengan cara yang benar, siapa yang tahu konsekuensi tragis apa yang akan terjadi" Hanako bergeser terus dari kiri ke kanan, mencoba menjaga semua musuhnya dalam jangkauan pandangannya.
Dengan jeritan terkejut, salah seorang anak buah Taro jatuh berlutut. Dia memegangi kepalanya. Darah mengalir melalui jemarinya. Dia sulit memfokuskan matanya.
Lemparan batu kedua merobek daging pipi samurai kedua.
Yang ketiga nyaris mengenai Taro sendiri.
"Bagus sekali, Goro," kata Kimi, "bagus sekali."
"Kimi," kata Goro, memungut sebutir batu lagi
"Ingat, jika mereka mengejar kita, lari secepat mungkin ke Sumber Air Panas Jamur,"
katanya, "Jangan cemaskan aku. Aku kecil. Aku bisa bersembunyi di rumput."
"Kimi," kata Goro.
"Goro," kata Kimi.
Goro melontarkan batu itu. Dia luar biasa akurat pada jarak lima puluh langkah. Pada masa-masa sebelum dia mulai menirukan cara hidup rahib, dia perkasa membunuh kelinci untuk ibunya. Ibunya idiot juga, seperti Goro. Itulah satu-satunya alasan kaum Buddhis yang taat di desa tidak mengucilkan mereka karena melanggar larangan Buddha, yaitu membunuh sesama makhluk berperasaan. Karena mereka idiot, dengan sendirinya mereka telah terkucil-kan. Namun, ada satu hal yang bisa dilakukan ibu Goro lebih baik ketimbang orang normal.
Memasak. Sup kelincinya terutama sangat lezat. Sekarang, setelah Goro berpura-pura menjadi rahib, dia tidak membunuh apa pun lagi. Sejak ibunya meninggal, tak ada yang membuat sup kelinci pula. Meskipun begitu, masih ada orang yang membawa kelinci ke desa sejak Goro BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR berhenti melempari mereka dengan batu.
Karena para samurai pengkhianat itu telah melihat mereka, mereka merunduk
bersembunyi. Melempar batu itu masih merupakan taktik yang bagus karena mencegah mereka meneruskan serangan terhadap kedua wanita itu. Bagaimana mereka bisa berbalik melawan Lord Genji" Ketika Kimi masih kecil, dia dan semua anak di desa menyaksikan pertempuran yang terkenal itu. Ratusan prajurit bersenapan mengepungnya dan menembakkan beratus-ratus peluru ke arahnya, peluru yang masih bisa ditemukan dalam jumlah banyak di sekitar reruntuhan Mushindo. Tak satu pun mengenainya. Tentu saja tidak. Bagaimana sebutir peluru bisa mengenai seorang bangsawan yang tahu masa depan" Dia tinggal menghindari tempat yang akan didatangi peluru.
Kimi biasanya tidak pernah berani mendebat samurai, apalagi menghantam mereka dengan batu. Namun, kali ini berbeda. Dia sedang membela Lord Genji. Lord Genji selalu menang.
Dia bisa melihai masa depan. Jadi, tak pernah ada yang bisa mengalahkannya. Pasti dia sudah meramalkan pengkhianatan ini dan telah mengambil langkah-langkah untuk menghancurkan para pengkhianat. Dia akan datang sewaktu-waktu, berdiri di depan barisan kavalerinya yang terkenal, bendera-bendera berkibar, tombak-tombak panjang berkilauan, para samurai yang setia menyerukan namanya sebagai teriakan perang. Betapa pemandangan itu akan sangat menakjubkan.
Tentu saja, kemenangan Lord Genji mungkin terjadi dengan cara yang sepenuhnya
berbeda, cara yang tak pernah bisa dibayangkannya. Bagaimana bunyi pepatahnya yang terkenal itu" Orang-orang tua di desa selalu mengutipnya ketika mereka mencoba kelihatan bijak. Ah, ya.
Lord Genji berhata, " Yang diramalkan selalu terjadi dengan cara yang tidak diramalkan."
Orang-orang tua itu mengaku telah mendengar I.ord Genji mengatakannya setelah
pertempuran itu, ketika pihaknya yang hanya beberapa gelintir mengalahkan pasukan besar si Mata Licik, Kawakami, Kimi mempertanyakan kebenarannya. Tidak seperti kebanyakan orang desanya, Kimi benar-benar pernah melihat Lord Genji dari dekat, dan dia mendengarnya berbicara. Sebetulnya dia menguping pembicaraan biasa saja, tak ada yang mendalam dan berat.
Namun, pengalaman pribadi memberinya wawasan tentang karakter Lord Genji. Kimi berpikir lebih mungkin bahwa Lord Genji akan menyunggingkan senyum kecil anehnya itu dan mengatakan sesuatu yang lucu, bukan yang berat-berat dan sok tua sebagaimana yang BUKU KEDUA
16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR diatributkan kalimat itu kepadanya.
"Lempari orang yang memegang pinggangnya itu," kata Kimi.
"Kimi," kata Goro.
"Goro," kata Kimi.
"Kimi," kata Goro lagi, dan melontarkan batunya.
"Berhenti mengelak ke sana kemari seperti orang tolol," seru Taro. "Gunakan busur kalian.
Kau"tembak idiot pelempar batu itu. Dan si lancang itu. Kau"bunuh wanita asing itu." Dia tentu akan membunuh sendiri Emily, seandainya luka di pinggangnya tidak membuatnya mustahil. "Hati-hati, jangan sampai salah mengenai Lady Hanako."
"Ya, Tuanku," sahut kedua samurainya. Mereka menarik panah dari tabungnya, memasang-nya pada busur mereka, dan menarik talinya.
Istana Bangau yang Tenang, Edo
Beberapa samurai sedang menunggu di luar gerbang ketika Charles Smith tiba. Dia datang dengan menunggang kuda karena Genji telah mengusulkan untuk melancong berkuda pagi ini.
Semua samurai membungkuk dalam-dalam kepadanya ketika dia turun. Salah seorang dari mereka mengambil alih tali kekangnya dan, masih sambil membungkuk, mengatakan sesuatu dalam bahasa Jepang, yang diperkirakan Smith kata-kata untuk meyakinkan dirinya bahwa kudanya akan dirawat dengan baik.
"Terima kasih," kata Smith, balas membungkuk. Dia tidak tahu banyak tentang Jepang atau bahasanya, tetapi dia menganggap sikap sopan selalu dipahami sekalipun kata-kata tidak.
Gerbang sekunder dibukakan dan para samurai membungkuk lagi, pemimpin mereka memberi isyarat kepada Smith agar dia masuk lebih dahulu. Gerbang utama digunakan hanya ketika Lord Genji datang dan berangkat, atau ketika bangsawan tinggi mengunjunginya. Smith tidak merasa tersinggung. Kebudayaan kuno cenderung diterapkan dengan kaku pada praktik-praktik tradisional mereka. Ketika praktik-praktik itu dihancurkan atau ditinggalkan, kebudayaannya tak urung akan mati pula.
Itu sudah terjadi pada suku Aztek di Meksiko dan Inca di Peru ketika Spanyol datang.
Ketika Inggris dan Prancis mencapai Amerika Utara, itu juga terjadi pada suku Huron, Mohegan, dan Cherokee, dan bahkan sedang terjadi sekarang pada suku Sioux, Cheyenne, dan BUKU KEDUA
17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Apache. Ketika leluhumya sendiri tiba di Kepulauan Hawaii pada pergantian abad lalu, di sana ada jutaan penduduk Hawaii memanen kentang berlimpah, memancing di lautan yang kaya, dan mempraktikkan agama dewa-dewa dan menjauhi segala tabu yang mendiktekan
keseimbangan dan keselarasan antara alam dan manusia. Hari ini, jumlah mereka kurang dari sepersepuluhnya, dihancurkan oleh penyakit yang dibawa orang-orang Amerika dan Eropa, dikecewakan oleh kegagalan para dewa mereka, dan mendekati kepunahan serta dijadikan bagian dari negara yang lebih besar. Apa yang terjadi di Dunia Baru terjadi pula di Dunia Lama.
Tentara Rusia menghancurkan suku Tartar dan Khazak, sisa-sisa Kekaisaran Mongol yang pernah menguasai sebagian besar wilayah di dua benua, dari Samudra Pasifik ke Laut Baltik dan Laut Hitam. Bangsa Inggris dan Prancis, dan bahkan Belanda, membagi-bagi Afrika menjadi kekuasaan kerajaan mereka. Di Asia, tanpa dapat dicegah lagi India terserap ke dalam Kerajaan Inggris. Inggris, Perancis, dan Rusia, semua mengarahkan pandangan mereka ke Cina.
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan setelah Cina, bisakah Jepang menunda waktunya" Bangsa Jepang merupakan masyarakat kesatria, tetapi demikian pula Inca dan Aztek, dan mereka sudah jatuh. Jepang memiliki populasi yang besar, mencapai empat puluh juta, tetapi India dan Cina jauh lebih besar, dan mereka sedang menghadapi kejatuhan. Bangsa Jepang tidak mudah terserang penyakit tak dikenal sebagaimana yang dialami rakyat Hawaii, tetapi mereka bersenjata pedang dan tombak dan beberapa senapan tua, sementara Kekuatan Barat memiliki persenjataan berlimpah dan paling mematikan yang bisa dihasilkan ilmu pengetahuan. Bagi Jepang, persenjataan modern sama mematikannya dengan wabah penyakit yang mereka tidak memiliki kekebalan
terhadapnya. Hukum alam yang telah ditemukan Charles Darwin berlaku juga untuk manusia dan bangsa di samping binatang-binatang hutan. Hanya yang terkuat yang akan bertahan.
Smith tahu ini. Dia tahu Jepang berada di ambang kehancuran. Jadi, dia tidak tersinggung oleh kebanggaan berlebihan atau kebencian mereka yang tidak ditutup-tutupi. Sikap seperti itu tidak jauh berbeda dengan kebodohan dan kesombongan hantu yang tidak menyadari bahwa mereka sudah mati.
Kematian mereka tidak terelakkan sebagaimana terbitnya matahari. Peradaban Timur memang pernah berjaya pada masanya. Untuk mengetahui ini orang hanya perlu melihat Taj Mahal, atau Tembok Besar Cina, atau patung raksasa Buddha Emas di Kamakura. Smith telah menyaksikan semua tempat itu dengan matanya sendiri, jadi dia tahu. Naimun, masa kejayaan BUKU KEDUA
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Timur sudah lama berlalu. India, Cina, Jepang, dan bangsa-bangsa lainnya di Asia merupakan masyarakat yang statis, mempertankan stabilitas yang tidak berubah, tradisi Timur yang agung.
Mereka tidak memiliki konsep kemajuan, dan karena itu akan tersapu olehnya. Ini bukan masalah tenaga uap, meriam, pasukan bersenjata, maupun armada. Seperti dalam semua hal yang berkaitan dengan manusia, ini adalah masalah kepercayaan. Barat percaya bahwa zaman keemasan bagi umat manusia terbentang di depan. Timur percaya itu ada pada masa lalu. Itu saja sudah membuat segalanya berbeda.
Dia tidak merasakan kebencian terhadap orang-orang Jepang meskipun sikap anti-Barat begitu dalam tertanam pada kebanyakan pemimpin mereka. Mereka tidak bisa lari dari pelukan stagnasi dan degenerasi yang semakin erat selama berabad-abad. Sebaliknya, akan lebih tepat jika dikatakan, selain perasaan superioritas yang wajar, dia merasakan simpati, sebagaimana mestinya perasaan manusia beradab terhadap mereka yang menghadapi kepunahan.
Dan tentu saja, dia tidak membenci Genji secara pribadi. Bahkan, dia menyukai pria itu.
Dia tidak menyukai kenyataan bahwa Genji akan hancur pada akhimya. Dia hanya melihat kenyataan dan menerimanya. Perasaannya tersentuh karena Genji sesungguhnya sangat progresif. Genji termasuk di antara beberapa gelintir saja orangJepang yang mendukung penerapan pengetahuan dan metode Barat pada skala besar. Akan tetapi itu terlalu sedikit, terlalu terlambat. Dalam banyak hal, Jepang berada di posisi Eropa lima ratus tahun lalu. Lima abad tidak bisa dikejar dalam sisa waktu yang dimiliki Jepang sebelum ia tenggelam. Menjelang abad ke-20, sekitar tiga dekade lagi sejak sekarang, Jepang, seperti bangsa-bangsa Timur lainnya, akan bertekuk lutut di bawah kekuasaan Barat. Satu-satunya yang dipertanyakan adalah kekuasaan Barat yang mana. Dengan pengelolaan yang baik di Washington, bisa jadi pemenangnya adalah Amerika Serikat. Mengapa tidak" Siapa bilang bahwa ekspansi yang didoktrinkan oleh Manifest Destiny harus berhenti di ujung barat Benua Amerika Utara" Laut Mediterania pemah menjadi danau Roma pada zaman keemasan para Caesar. Mengapa
Samudra Pasifik tidak menjadi danau Amerika pada zaman sekarang" Smith tidak bisa melihat alasannya
Samurai itu mengantarkannya melintasi jalan setapak yang baru dibangun menuju taman di dalam istana. Di sana dia terkejut melihat Genji duduk di atas kursi di ruang utama yang dia amati dengan lebih terkejut lagi, telah sepenuhnya diubah menjadi ruang tamu bergaya Barat.
Genji mengenakan pakaian tradisional samurai seperti biasanya, kecuali dalam kesempatan ini, BUKU KEDUA
19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR dia mengenakan sepatu bot Inggris untuk berkuda alih-alih sandal tradisional.
"Wah, Lord Genji," kata Smith, "kulihat akhirnya Anda telah memutuskan untuk memulai peralihan Anda ke cara-cara Barat."
Genji tertawa. "Aku tidak akan menyebutnya peralihan. Ini sekadar percontohan." Dia mengembangkan tangannya menunjuk seisi ruangan. "Apakah ini sesuai dengan selera Anda?"
"Bagaimana tidak" Ini tak jauh berbeda dengan ruang keluargaku sendiri di Honolulu."
Genji tersenyum. "Memang begitu. Aku menggunakan gambaran Anda sebagai pedoman.
Dari kata-kata Anda, kuperkirakan cuaca di Hawaii tidak berbeda dengan cuaca Jepang pada musim-musim yang hangat dan cerah."
"Ya, itu benar. Tetapi, pada musim dingin lain lagi ceritanya."
"Pada musim dingin," kata Genji, "barangkali aku akan mendekorasi ulang mengikuti gambaran Letnan Farrington tentang rumahnya di Ohio."
Keriangan Smith langsung menguap ketika nama Farrington disebutkan.
"Kedengarannya lebih banyak merepotkan ketimbang manfaatnya," katanya. "Anda disarankan sebaiknya memilih satu rancangan saja dan mempertahankannya."
Smith bereaksi seperti itu karena dia curiga Emily lebih menyukai Farrington ketimbang dirinya. Dia tidak pernah menangkap pertukaran sesuatu yang intim atau romantis di antara keduanya dalam waktu-waktu singkat ketika dia melihat mereka berdua. Namun, sikap Emily terhadap Smith sendiri tidak bisa dikatakan hangat. Karena Emily menegaskan bahwa dia akan memilih salah seorang di antara mereka, kesimpulannya menjadi jelas hagi Smith. Dia belum menarik lamarannya karena dia bukan orang yang mudah menyerah. Selama keputusan belum diumumkan, berarti masih ada kesempatan.
Smith menunggu kesempatan itu, bukan karena dia mencintai Emily, melainkan karena dia menginginkan wanita itu melebihi apa pun yang pernah diinginkannya dalam hidup ini. Emily, tak diragukan lagi, adalah wanita tercantik yang pernah dilihatnya dalam kehidupan maupun dalam lukisan, atau bahkan yang berani dibayangkannya. Kenyataan bahwa dia tidak mencintai Emily sama sekali tidak mengganggunya. Cinta itu untuk wanita dan anak-anak, bukan pria.
Wanita itu lemah dan penuh kasih, sementara pria kuat dan menguasai. Ini juga mengikuti Darwin. Pria yang sehat dan dinamis"seperti hangsa yang sehat dan dinamis"selalu berjuang untuk memperbesar kekuasaan dan kepemilikannya.
"Ada sesuatu yang tak kupahami tentang arsitektur Barat," kata Genji.
BUKU KEDUA 20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Apa itu?" tanya Smith.
"Kekakuannya. Satu ruang hanya memiliki satu fungsi. Perabotan, sekali diletakkan, selamanya tetap di situ. Apakah menurut Anda ini logis?"
"Tentu saja," kata Smith. "Ruang-ruang kami tetap seperti semula karena kami memiliki banyak perabotan dan dinding-dinding solid dan kuat. Ruang-ruang Anda diubah sesuai dengan keperluan karena Anda memiliki sedikit perabotan, dan alih-alih dinding, Anda mempunyai panel yang bisa dipindahkan."
"Aku melihat keduanya sama-sama logis. Yang ingin kutanyakan sebetulnya, apakah menurut Anda, cara Anda itu lebih logis ketimbang cara kami?"
"Kalau aku boleh berterus terang tanpa menyinggung perasaan," kata Smith, kemudian terdiam.
"Aku tidak pemah tersinggung oleh kejujuran," kata Genji. Dia tersenyum dan menambahkan, "Bahkan, aku berusaha agar tidak tersinggung oleh penghinaan yang disengaja, pula."
"Maafkan aku, Sir, tetapi selama ini yang kuketahui adalah bahwa samurai selalu siap menjawab hinaan kecil sekalipun dengan pedang mereka."
"Ya, dan bodoh sekali menyia-nyiakan waktu, energi, dan jiwa seperti itu. Seolah-olah memberikan kendali pemicu pistol Anda pada siapa pun yang mau menariknya. Akankah Anda melakukannya?"
"Tidak, tentu saja tidak."
"Aku juga, lebih baik tidak." Genji membungkuk sedikit. "Silakan teruskan."
"Ruang-ruang Barat lebih logis ketimbang ruang-ruang Jepang karena meja dan kursi lebih logis ketimbang jika perabotan itu tidak ada. Perabotan gaya Barat memungkinkan tubuh manusia duduk beristirahat dengan postur yang lebih sehat dan wajar dibandingkan duduk di lantai yang menyebabkan kram otot dan terganggunya aliran darah. Sama halnya, dinding dengan konstruksi padat merupakan perlindungan yang jauh lebih efektif terhadap perubahan cuaca, serangga, dan binatang-binatang berbahaya, serta memberikan pengamanan yang lebih besar ketimbang panel kertas yang bisa dipindah-pindah. Kupikir aspek terakhir ini sangat menarik bagi Anda karena Anda seorang samurai."
"Keamanan tidak datang dari kepadatan dinding," kata Genji, "tetapi dari kesetiaan anak buah. Tanpa mereka, dinding dari baja antitembus pun tidak bisa melindungiku."
BUKU KEDUA 21 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Tuanku." Hide, kepala pengawal pribadi dan jenderal senior Lord Genji, muncul di halaman. Bersamanya tampak Letnan Robert Farrington, atase angkatan laut Amerika dan saingan Smith dalam memperebutkan tangan Emily Gibson.
"Mohon maaf aku telah mengganggu," kata Farrington. Dia membelalakkan matanya dengan penuh kebencian kepada Smith. "Aku pasti telah keliru tentang undangan Anda."
"Sama sekali tidak," kata Genji. "Silakan masuk."
"Maafkan aku, Lord Genji, tetapi aku lebih suka berada di tempat lain ketimbang berada di dekat tamu Anda itu."
"Memang kita akan pergi ke tempat lain. Silakan. Bergabunglah bersama kami."
Smith berdiri, membungkuk kepada Genji, dan membalas pelototan Farrington.
"Jangan merepotkan diri sendiri, Laksamana. Aku selalu siap mengalah kepada pahlawan perang Uninon." Cara Smith memuntahkan kata-katanya menyatakan maksudnya dengan lebih jelas ketimbang apa yang dikatakannya.
Genji melihat Hide bergerak sedikit mencari sudut yang lebih baik untuk menarik pedangnya dan memenggal Farrington dalam gerakan tunggal. Kedua samurai yang duduk di koridor di luar ruangan memusatkan perhatian mereka kepada Smith. Kedua pria Amerika itu bersenjatakan revolver. Karena Genji menganggap mereka teman, dia tidak mengharuskan mereka melucuti senjata sebelum menemuinya. Ini bertentangan dengan saran anak buahnya, dan membuat mereka khawatir. Setiap kali Farrington atau Smith berkunjung, para samurainya siaga tempur. Terlalu siaga sehingga mereka tidak merasa nyaman. Orang Amerika berpindah-pindah lebih sering ketimbang orang Jepang, dan banyak menggerakkan lengan mereka sambil berbicara. Gerakan tak terduga ini sering membuat para pengawalnya menjangkau pedang mereka. Jika Genji bisa mengulang dari awal, dia akan meminta teman-teman Amerikanya ini untuk meninggalkan senjata mereka di pintu masuk, demi para samurai itu sendiri ketimbang dirinya.
Petualangan Manusia Harimau 5 Venus Karya Phoebe Bentrok Rimba Persilatan 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama