Ceritasilat Novel Online

Samurai 4

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 4


tanden, pusat dirinya Dengan satu embusan napas, dia melepaskan
semua ketakutan, kebencian, dan keinginan.
"Hamba melarikan diri," kata Jimbo
"Dari siapa?" "Dari diri sendiri."
"Usaha yang sulit," kata Genji. "Banyak yang telah mencobanya.
Tak seorang pun yang aku tahu bisa berhasil. Kalau kamu?"
"Ya, Tuanku," kata Jimbo. "Hamba berhasil."
Tom, Peck, dan Haylow telah berkuda bersamanya sebelumnya.
Mereka bisa ditoleransi dan tak pernah membuat masalah di setiap
pekerjaan yang mereka lakukan, tetapi Ethan tak menyukai mereka
karena dia tak percaya mereka. Itu adalah kebiasaan yang dipelajari
Ethan dari Manual Cruz. Itu kebiasaan bagus, terutama dalam dunianya
yang terkait dengan perampokan, pencurian, dan mencuri ternak.
Jangan pernah menyukai orang yang tak bisa dipercaya, kata Cruz.
Kita bisa saja menganggap diri kita pintar, kita bisa menyukai
seseorang tetapi tetaplah waspada. Tetapi, dalam rasa suka, ada sesuatu
yang akan melemahkan perhatian kita. Cruz sendiri tidak tahu. Jika kita
PDF by Kang Zusi menyukai orang yang tak bisa kita percayai, maka suatu malam,
mungkin kita akan bangun dan menemukan sebuah kampak telah
membelah tengkorak kita. Dan penyesalan kita akan sangat sia-sia.
Ethan mengira Cruz mengatakan itu dari pengalaman pribadi,
karena lekukan berbentuk kapak di tengkorak belakang kepalanya
ditandai dengan bekas luka putih panjang hingga rambutnya tak bisa
tumbuh lagi. "Menyukai orang yang tak bisa dipercaya saja sudah berbahaya,"
kata Cruz, "apalagi mencintai mereka. Yang aku maksudkan adalah
wanita. Jangan pernah mencintai wanita yang tak bisa kaupercaya.
Jangan hanya duduk dan mengangguk-angguk. Aku tahu pasti kamu
akan melakukan itu. Kita semua melakukannya. Kamu tahu mengapa"
Karena tak ada seorang pun wanita yang bisa dipercaya. Setiap wanita,
mulai yang pertama hingga terakhir, adalah sundal penipu, tukang
curang, dan pengkhianat."
Orang-orang di sekitar Cruz pasti memengaruhi cara berpikirnya.
Sebagai seorang germo yang menghabiskan sebagian besar waktunya
dengan para pelacur, dia tak asing dengan tipuan, kecurangan, dan
pengkhianatan yang biasa dilakukan pelacur, selain hal yang lain
tentunya. Ethan tak pernah tahu, pria ataukah wanita yang memberikan luka
bekas kapak di kepala Cruz. Menurutnya, seorang wanita pasti terlibat,
kemudian juga ada seorang pria. Biasanya memang begitu. Cruz
menyalahkan luka di kepalanya itu untuk pusing yang dideritanya, sifat
pemarahnya, sifat pelupanya, dan kecanduan alkoholnya.
Cruz mengatakan bahwa dia tak ingat bagaimana hal itu bisa
terjadi. Tulang tengkorak itu sembuh dan tertekan ke dalam seperti
bentuk kapak. "Tulang itu menekan ke dalam menusuk-nusuk otak di
kepalaku, mengingatkanku selalu dan selamanya, jangan pernah
menyukai apalagi mencintai siapa pun yang tak bisa kaupercaya.
Kaudengar aku, Nak" Yang kumaksud biasanya wanita, tetapi kamu
harus mewaspadai pria juga, terutama jika wanita dan uang terlibat.
Dan, kamu tahu" Wanita dan uang selalu terlibat. Karena itulah dunia
PDF by Kang Zusi adalah sebuah lembah penuh pencuri. Karena cinta wanita terhadap
uang." Begitu yang dikatakan Cruz kepada Ethan.
Bukan cinta wanita terhadap uang atau sebuah kapak yang akhirnya
menghancurkan Cruz. Tetapi, seorang pelacur bernama Mary Anne.
Wanita itu tidak istimewa, bahkan lebih tua daripada pelacur lain, dan
punya dua anak perempuan kecil yang harus diurus. Anak
perempuannya terlalu muda untuk berkecimpung dalam dunia itu,
karena Cruz membenci penyuka anak kecil. "Tak seorang pun boleh
meniduri siapa pun yang belum berusia dua belas tahun di tempat
usahaku," katanya. Dia benar-benar melaksanakan kata-katanya. Dia
bahkan menembak mati dua pria yang mencoba memerkosa anak-anak
pada hari Ethan bertemu dengannya. Dua pria itu, saat itu akan
memerkosa Ethan. Mereka tidak melakukannya di tempat pelacuran
milik Cruz, tetapi Ethan masih di bawah dua belas tahun, bahkan di
bawah sepuluh tahun, dan kebetulan Cruz sedang berjalan-jalan di
dekat kandang kuda. Teriakan Ethan menarik perhatiannya, dan ketika
dia melihat apa yang terjadi, Cruz meluaskan lingkup peraturannya dan
menembak mati dua pemerkosa itu.
"Orangtuamu tidak membesarkanmu dengan baik, Nak," kata Cruz.
"Kamu butuh sedikit lebih banyak perhatian daripada yang mereka
berikan sekarang. Mungkin sebaiknya aku pergi dan berbicara kepada
orangtuamu." Ethan mengatakan kepadanya, agar Cruz memberi tahu dia kalau
berhasil menemukan orangtuanya.
"Jadi, kamu yatim piatu, ya?"
"Apa itu yatim piatu?"
Cruz juga seorang yatim piatu. Dia membawa Ethan ke tempat
pelacurannya, menyuruh Betsy memandikan Ethan dan memberi
pekerjaan membersihkan kamar, mengepel lantai, menuangkan wiski,
dan memberikan sampah untuk makan babi di belakang. Entah
bagaimana, bau babi dapat membangkitkan nafsu pria sehingga akan
terus menggunakan pelacurnya, kata Cruz. Babi baik untuk bisnis ini.
Ethan berkata, dia tak suka bau babi. "Kamu akan mengubah
pikiranmu itu, setelah kamu tinggal di sini beberapa waktu, Nak. Dunia
PDF by Kang Zusi macam apa tempat seorang anak lebih aman bekerja di tempat
pelacuran daripada di kandang kuda" Tetapi, memang begitu
kenyataannya, bukan?" begitu kata Cruz kepadanya dulu.
"Siapa namamu, Nak?"
"Ethan." "Ethan apa?" "Ethan saja. Anda?"
"Manual Cruz." "Manuel Cruz." "Bukan, bangsat. Manual, seperti kerja manual. Bukan Manuel
seperti gelandangan Meksiko yang kelaparan. Memangnya aku terlihat
seperti gelandangan?" Cruz menunjuk ke pakaiannya yang rapi. "Apa
aku kelihatan kelaparan?" Dia menepuk perutnya yang buncit. "Apa
aku kelihatan seperti seorang Meksiko sialan?"
Itu adalah pertanyaan yang susah dicari jawabannya karena Cruz
memang seorang Meksiko. Tetapi, bertahan pada jawaban yang
berhasil menyenangkan Cruz selama ini, Ethan menggelengkan
kepalanya lagi. Cruz tertawa dan dengan riang menepuk punggungnya. "Aku
sebaiknya terlihat sebagai seorang Meksiko sialan karena memang
itulah aku. Tetapi, aku tidak kelaparan dan aku tidak menggelandang.
Orangtuaku kelaparan dan menggelandang selama hidupnya dan
mereka mati sebelum waktunya."
Cruz juga mati sebelum waktunya. Itulah sebab mengapa Ethan
Cruz duduk di depan api unggun di perbukitan Austin Utara bersama
Tom dan Peck, menunggu Haylow kembali membawa kabar. Dan,
kabar yang dibawanya adalah dia menemukan tempat persembunyian
Matthew Stark. "Peternakan kecil, sekitar tiga puluh lima sampai empat puluh
kilometer ke utara. Tetapi, dia tidak ada di sana ." Haylow turun dari
kudanya yang kelelahan. Dia perlu mencuri yang baru segera. Kuda
tidak bertahan lama jika dinaiki pria seberat 150 kilogram. "Kabarnya,
dia pergi ke Arizona , untuk mendapatkan jabatan Arizona Ranger dari
gubernur. Apa makanan kita kali ini?"
PDF by Kang Zusi Tom berkata, "Kupikir satu-satunya ranger hanyalah Texas
Ranger." "Kupikir juga begitu," kata Haylow, menyendok kacang polong
langsung dari panci. "Tetapi, begitulah kabarnya di kota."
"Mereka menyewa pembunuh untuk menjadi ranger di Arizona ?"
tanya Peck. "Memang, akhir-akhir ini pemerintah menyewa kriminal untuk
menjadi petugas hukum," kata Haylow, menghabiskan kacang polong
di panci dan mencari daging kering dari bungkusan bekal. "Mereka
membutuhkan orang yang berpengalaman untuk pekerjaan itu."
"Nah, kalau begitu, ayo kita ke sana dan menjadi petugas hukum
juga," kata Tom. "Kita juga pembunuh."
"Hanya karena kebetulan," kata Haylow "Mereka ingin pengalaman
pembunuh sebenarnya."
"Siapa yang ada di peternakan itu?" tanya Ethan. "Hanya si pelacur
dan dua anaknya," jawab Haylow.
Ethan berdiri dan meletakkan pelana di punggung kudanya. Tiga
temannya menyusul-nya tepat sebelum fajar di bukit di atas peternakan
Stark. "Apa kita mau menunggu dia?" tanya Peck. "Menyergapnya kalau
dia kembali?" "Katanya, dia bakal kembali setiap saat," kata Haylow. "Itu
gagasan bagus." "Apa dia mencintai pelacur itu?" tanya Ethan. "Dia datang dan
membawanya," kata Haylow. "Pasti ada rasa suka."
"Apa dia mencintainya?" tanya Ethan lagi.
"Siapa yang tahu kecuali dia?" kata Haylow.
Segumpal asap muncul dari cerobong asap di rumah peternakan itu.
Seseorang sudah terbangun. Ethan menyepakkan tumit sepatunya ke
perut kudanya dan memacunya menuruni bukit.
Ketika mereka sudah selesai, Ethan tak ingin menunggu
kedatangan Stark. Dia tidak merasakan apa pun kecuali mual di
perutnya. Tidak ada artinya kembali ke El Paso . Tempat pelacuran itu
PDF by Kang Zusi masih di sana . Tetapi dengan kematian Cruz, itu hanyalah tempat
pelacuran, dan Ethan tak pernah terbiasa dengan bau babinya.
Mereka menggiring ternak Stark yang sedikit itu, ke perbatasan dan
menjualnya di Juarez dengan harga setengah dari harga sebenarnya.
Mereka tidak tahu pasti apakah Stark akan mengejar mereka, tetapi
mereka menganggap dia pasti mengejar.
"Kalau aku jadi dia, aku pasti mengejar," kata Peck, "berani
taruhan." "Aku tidak," kata Tom. "Tidak kalau hanya gara-gara seorang
pelacur." "Bagaimana dengan dua anak kecil itu?" kata Haylow. Selera
makannya naik sejak mereka pergi dari peternakan Stark. Kini,
beratnya hampir dua ratus kilogram. Kudanya, yang baru dia beli di
Juarez, mulai mengeluh kesakitan setiap kali dinaiki.
Tom dan Peck tidak mengatakan apa-apa, tetapi keduanya selalu
menoleh ke belakang bahu mereka, menunjukkan bahwa mereka
merasa dikejar. Haylow juga sering menoleh ke belakang.
Akhirnya, mereka tahu pasti Stark mengejar karena kadang mereka
memasuki sebuah kota sehari atau dua hari setelah Stark berada di sana
. Mereka maupun Stark tidak bepergian di garis lurus. Berputar-putar,
suatu saat mereka pasti akan bertemu.
"Aku capai dengan semua ini," kata Haylow. "Aku akan pulang."
"Buat apa?" tanya Peck. "Kamu pikir dia takkan menemukanmu di
El Paso?" "Bukan El Paso . Hawaii ." Nama Haylow yang sebenarnya dimulai
dengan He'eloa dan nama itu terus berubah bunyinya.
"Apa yang kamu punya di sana ?" kata Tom. "Kamu bilang
keluargamu, kotamu, seluruh bangsamu mati karena cacar."
"Gunungnya masih di sana . Sungai. Dan laut. Aku sering
kehilangan semua itu akhir-akhir ini."
Mereka tetap bersama hingga mereka sampai di la Ciudad de los
Angeles . Di sana Peck berkata, biarkan, kalau dia mau menemukanku,
biar dia menemukanku di sini. Tom berhenti di Sacramento , tempat
pamannya punya bar, dan menawari Tom pekerjaan menjaga para
PDF by Kang Zusi pelacur. "Apa yang kulakukan tidak begitu buruk," kata Tom.
"Mungkin dia akan puas dengan permintaan maafku dan hanya
memukuliku sedikit." Haylow tetap bersama Ethan ke San Francisco,
di sana dia akan naik kapal ke Hawaii , tetapi dia berubah pikiran
begitu melihat laut. Pria besar itu-hampir 250 kilogram sekarang
sehingga harus naik kereta dengan dua kuda, terduduk di sana dan
menangis saat ombak berdebur di dermaga. Terlalu banyak makam di
kampung halaman, katanya.
Ethan juga berhenti di San Francisco . Hingga suatu hari, saat akan
menuju bar, dia mendengar khotbah seorang pendeta di pinggir jalan.
Aku tidak datang untuk memanggil orang-orang baik, kata sang pengkhotbah, tetapi aku memanggil para pendosa untuk bertobat. Ketika
seseorang yang berdiri di dekatnya berkata amin, sesuatu yang
menekan dada Ethan terangkat lepas dan dia jatuh berlutut menangis
tersedu-sedu. Malam itu, dia diterima di rumah misi Cahaya Firman
Sejati Para Rasul Kristus Tuhan Kita. Sebulan kemudian, misionaris
yang baru, James Bohannon, dalam perjalanan ke Jepang.
Ethan memakai nama baru karena dia merasa dirinya dilahirkan
sebagai orang baru. Tetapi, kelahiran itu tidak benar-benar terjadi
hingga dia dan selusin misionaris lainnya sampai ke Desa Kobayasho
wilayah Yamakawa, tempat rumah misi mereka yang baru. Saat
mereka tiba, wabah kolera mengganas. Hanya dalam satu bulan, satusatunya misionaris yang masih bertahan hidup hanyalah Ethan. Para
penduduk desa juga banyak yang mati akibat wabah itu dan mereka
menyalahkan para misionaris sebagai penyebab wabah. Ethan berhasil
bertahan, karena rahib kepala di Kuil Mushindo, seorang pria tua
bernama Zengen, menolong dan merawatnya. Rahib itu pasti punya
pengaruh karena penduduk desa mengubah sikap mereka. Mereka
mulai membawa makanan untuknya, mengganti bajunya, dan
memandikannya. Di antara para pengunjungnya, anak-anaklah yang
paling sering datang. Keingintahuan mereka timbul karena penampilan
Ethan yang asing. Anak-anak itu belum pemah melihat orang asing.
Entah bagaimana, dalam kondisi sakit dan setengah sadar,
penghalang berjatuhan. Ketika demamnya mereda, Ethan menemukan
PDF by Kang Zusi bahwa dirinya bisa memahami kata-kata anak-anak itu dan juga bisa
berbicara beberapa patah kata bahasa Jepang. Saat dia akhirnya bisa
berdiri, dia bisa berbicara lancar dengan Zengen dalam bahasa Jepang.
Satu hari, Zengen bertanya. Seperti apa wajah Ethan sebelum
orangtuanya lahir" Ethan baru akan mengatakan kepada Zengen bahwa dia tak pernah
kenal orangtuanya ketika dia sadar bahwa atas bawah, dalam dan luar
menghilang, yang ada hanyalah kekosongan.
Sejak itu, Jimbo mengenakan jubah rahib Buddha, bukan pakaian
misionaris Kristen. Dia melakukan itu lebih karena rasa hormat
terhadap Zengen. Jubah rahib seperti baju. Tak ada makna sejati di
dalamnya. Jimbo dahulu adalah James Bohannon dan sebelumnya Ethan Cruz,
dan dia masih orang yang sama. Tetapi, pada saat yang sama, dia juga
bukan ketiganya. Jimbo tak menceritakan semua ini kepada Genji. Dia baru saja akan
mengatakan kepada Genji ketika bangsawan itu tersenyum dan berkata,
"Benarkah" Kau berhasil lari dari dirimu sendiri" Pasti kau telah mendapatkan
pencerahan seperti Buddha Gautama.
"Pencerahan adalah kata yang tak hamba pahami artinya," kata
Jimbo. "Seiring semakin banyak napas yang hamba hirup, semakin


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit makna kata yang hamba tahu. Tak berapa lama lagi, hal paling
masuk akal yang bisa hamba katakan adalah jika hamba tak berkata
apa-apa." Genji tertawa dan menengok kepada Sohaku. "Dia lebih cocok
menggantikan Zengen daripada kamu. Jadi, memang cocok kalau kamu
meninggalkan kuil ini dan dia tetap tinggal."
"Apakah dia bukan orang asing yang telah Anda tunggu-tunggu,
Tuanku?" "Kurasa bukan. Orang asing yang kutunggu itu sekarang ada di
Istana Bangau yang Tenang."
PDF by Kang Zusi "Anda telah menerima orang asing lain?" Sohaku merengut, tak
bisa menyembunyikan ketidaksukaannya.
"Kebijakan junjungan kita yang lama adalah menerima misionaris
Firman Sejati dengan tangan terbuka. Aku hanya melanjutkan
kebijakannya." Genji kembali berbicara ke Jimbo. "Karena itu kamu di
sini, bukan?" "Ya, Tuanku." "Kamu akan bertemu dengan para misionaris itu sebentar lagi,"
lanjut Genji. "Mereka datang untuk membangun rumah misi. Itu
pekerjaan berat. Teman-temanmu di sini telah meninggal semua, dan
dari tiga orang yang datang kini, kemungkinan hanya dua yang masih
hidup." "Apa salah satunya sakit, Tuanku?"
"Dengan sangat menyesal kukatakan dia tak sengaja tertembak
peluru pembunuh yang seharusnya ditujukan kepadaku. Kamu
mungkin kenal. Namanya Zephaniah Cromwell."
"Hamba tak kenal, Tuanku. Dia pasti datang ke San Francisco
setelah hamba berangkat ke sini."
"Menyedihkan sekali datang begitu jauh hanya untuk mati sia-sia.
Apa ada yang kau perlukan, Jimbo?"
"Tidak, Tuanku. Rahib Kepala Sohaku telah melengkapi persediaan
di kuil." "Ketika teman-teman yang dulu seagama denganmu datang, apa
yang akan kau lakukan?"
"Hamba akan membantu mereka membangun rumah misi," jawab
Jimbo. "Mereka yang tidak menerima kata-kata Buddha mungkin mau
menerima kata-kata Kristus dan mendapatkan keselamatan yang sama."
"Sikap yang sehat. Kuharap kau berhasil, Jimbo. Atau, kamu lebih
suka James" Atau Ethan?"
"Sebuah nama hanyalah sebutan. Satu nama tak ada bedanya
dengan tanpa nama." Genji tertawa. "Jika lebih banyak orang yang merasa seperti itu,
sejarah Jepang tak akan berdarah seperti sekarang. Dan di masa
depan." PDF by Kang Zusi Genji berdiri. Semua samurai yang hadir membungkuk hingga
Lord Genji meninggalkan tenda, dikawal oleh Shigeru, untuk
menyiapkan perjalanan kembali ke Edo.
Sohaku berkata, "Apa kamu akan baik-baik saja sendirian?"
"Ya, Rahib Kepala, saya akan baik-baik saja," kata Jimbo. "Dan
hamba tak akan selalu sendirian. Anak-anak tak akan membiarkan saya
sendiri." "Aku bukan rahib kepala lagi," kata Sohaku. "Kamu sekarang yang
rahib kepala. Jalankan ritual. Pertahankan jadwal meditasi. Penuhi
kebutuhan spiritual penduduk desa, kelahiran dan kematian, saat
mereka berduka dan bergembira. Apa kamu dapat melakukan itu?"
"Ya, Tuan. Hamba bisa."
"Masuknya kamu ke sini dan menjadi dirimu yang sekarang benarbenar menguntung-kan. Kalau tidak, dengan kematian Zengen dan
kepergianku, kuil ini akan telantar. Tidak baik menelantarkan kuil.
Karma buruk akan selalu mengikuti."
Sohaku dan Jimbo saling membungkuk, dan komandan kavaleri itu
berdiri. "Nyanyikan sutra untukku juga. Aku memasuki masa yang
penuh bahaya dan aku sepertinya akan gagal dan mati daripada sukses
dan bertahan hidup."
"Mereka yang sukses dan mereka yang gagal tetap ditakdirkan
untuk mati," kata Jimbo. "Meski begitu, hamba akan menyanyikan
sutra untuk Anda tiap hari."
"Terima kasih," kata Sohaku, "atas kata-katamu yang penuh
kebenaran." dia membungkuk lagi dan pergi.
Jimbo tetap duduk di tempatnya. Dia pasti masuk ke tahap meditasi
tanpa sadar, karena begitu dia sadar, tahu-tahu dia sendiri diselimuti
kekelaman malam. Teriakan tunggal burung malam terdengar olehnya.
Di atas, bintang-bintang musim dingin bergerak di orbitnya.
Meski pintu-pintu dibuka, angin yang masuk tetap tidak bisa
menghalau bau busuk di kamar itu. Dua pelayan, Hanako dan Yukiko
duduk diam di pinggir ruangan. Dua hari lalu, mereka meminta izin
PDF by Kang Zusi untuk memakai penutup hidung yang diberi parfum, tetapi Saiki
menolak. "Jika wanita asing itu bisa tahan, kalian harus tahan. Memalukan
jika kalian terlihat lebih lemah dari dia."
"Ya, Tuanku." Tetapi, kapan terakhir kali Saiki mengunjungi mayat hidup ini"
Hanako dan Yukiko melihat si wanita asing berbicara kepada pria
yang terbaring tak sadar itu. Dia duduk di dekat sumber bau busuk,
tetapi tidak menunjukkan tanda mual. Apakah mereka harus mengagumi kontrol dirinya, atau mengasihani dia atas keputusasaannya"
Wanita itu sungguh jelek, Hanako dan Yukiko menduga pasti dia akan
kesulitan menemukan suami yang lain. Siapa yang bisa menyangkal
kalau ketakutan wanita itu memang beralasan Karena itulah dia matimatian mempertahankan pria yang bisa dibilang sudah menjadi mayat.
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Hanako sebelumnya. "Apa
dia tak mau menggantikan posisinya apabila yang sakit ini mati?"
"Tidak," jawab Yukiko. "Dia tidak berminat pada wanita."
"Dia berminat pada jenisnya sendiri?"
"Dia juga kelihatan tak tertarik pada pria atau anak laki-laki. Tidak
secara seksual. Aku yakin dialah biarawan sejati agama mereka. Dia
hanya mencari jiwa untuk diselamatkan, bukan kesenangan jasmani.
Pria asing satunya baru saja masuk dan menengok keadaan si
wanita asing dan tunangannya yang sekarat. Hanako memang tidak
melihat gairah di matanya. Yukiko benar. Dia terpaku pada tujuan lain.
Setelah beberapa saat, pria itu keluar, mungkin untuk berdoa atau
mempelajari kitab suci mereka.
Heiko berlutut di samping dua pelayan itu. "Cckk, Cck. Bau ini
benar-benar ujian berat, bukan?"
"Ya, Nona Heiko," kata Hanako. "Benar-benar mengganggu."
"Kupikir, seharusnya beberapa samurai paling berani di klan kita
ikut menunggui di sini, untuk menguatkan tekad mereka," kata Heiko,
"sayangnya hanya wanita-wanita lemah yang ada di sini."
Dua pelayan itu terkikik geli sembari menutup mulut dengan
tangan. PDF by Kang Zusi "Tepat sekali," kata Yukiko.
"Kalian boleh pergi sekarang," kata Heiko. "Kembalilah satu jam
lagi." "Lord Saiki memerintahkan kami untuk tinggal," kata Hanako
enggan. "Jika dia menegur, katakan saja aku yang meminta kalian pergi
sehingga aku bisa melaksanakan perintah Lord Genji untuk membuat
para orang asing ini nyaman."
"Ya, Nona Heiko." Dua pelayan itu membungkuk penuh rasa
terima kasih dan mundur. Heiko menutup indra penciumannya. Dia bisa melakukan ini
karena sejak kecil telah terlatih untuk menyeimbangkan semua
indranya. Dia heran, bagaimana Emily bisa bertahan terhadap bau ini"
Heiko membungkuk kepadanya dan duduk di kursi sebelahnya. Jika
Heiko duduk tegak di pinggir kursi. dia bisa menyentuh lantai dengan
ujung jari kakinya "Bagaimana keadaannya?"
"Menurut Saudara Matthew, kapan saja Zephaniah bisa tertidur dan
tak akan bangun lagi."
"Saya ikut sedih."
"Terima kasih," kata Emily.
"Aku juga sedih."
Mata Cromwell tiba-tiba terbuka. Pandangannya melewati Emily,
melewati atap kamar, menatap suatu tempat yang jauh. Dia menarik
napas panjang dan setengah bangun dari ranjang.
"Malaikat kebangkitan dan kutukan telah datang," katanya, sebuah
senyum bahagia mencerahkan wajahnya. "Pada siapa kamu akan minta
pertolongan" Dan di mana kamu akan meninggalkan kejayaan
duniamu?" "Amin." Emily condong ke depan untuk menenangkannya.
Dan, kamar pun tiba-tiba meledak dalam kilatan cahaya putih dan
guntur. Kekuatan ledakan itu mengangkat Cromwell dari ranjang dan
melemparkannya melewati atap yang hancur.
PDF by Kang Zusi Sebagaimana yang dia ramalkan, dia memang tidak mati akibat
luka tembakan. Dia terlihat benar-benar normal sekarang," kata Taro.
"Tiga hari ketenangan tak membuktikan apa:.ppa," kata Sohaku.
"Bahkan, seorang gila pun mampu menahan diri selama tiga hari."
Rombongan kecil itu meneruskan perjalanan melewati Edo menuju
Istana Bangau yang Tenang. Taro dan Sohaku berkuda di belakang.
Hide dan Shimoda di depan, sementara Genji dan Shigeru di tengah.
Mereka tidak mengenakan lambang klan dan tidak mengibarkan panjipanji, serta menyamarkan wajah mereka dengan topi keranjang yang
disulam dari alang-alang. Sesuai aturan bepergian secara incognito, ini
berarti mereka tak dikenali, sehingga orang-orang di jalan tidak wajib
berlutut dan membungkuk sesuai tuntutan yang berlaku jika seorang
bangsawan agung lewat. Orang-orang di jalan hanya membungkuk seperti jika bertemu samurai biasa.
"Aku belum pernah melihat dia sediam ini," kata Taro. "Mungkin
keberadaan Lord Genji mempunyai efek menyembuhkan terhadapnya."
"Kamu tak percaya cerita-cerita itu kan?" kata Sohaku.
"Cerita yang mana?" kata Taro.
"Ada begitu banyak cerita."
Sohaku mendengus. "Cerita tentang kemampuan magis junjungan
kita. Kemam-puannya mengontrol pikiran orang lain."
"Mungkin bukan pikiran setiap orang," kata Taro "tetapi lihat
Shigeru. Anda tak bisa menyangkal dia telah banyak berubah semenjak
bersama Genji." "Tiga hari ketenangan tidak membuktikan apa apa," kata Sohaku
lagi. Dia menatap ke depan. Genji dan Shigeru sedang berkuda
bersama, cukup terpisah dari yang lain untuk berbicara secara pribadi.
Seakan-akan pembicaraan mereka itu penting. Paling hanya celotehan
tak berarti, pikir Sohaku.
"Seperti yang kau perkirakan, Hide memilih Shimoda sebagai
asisten pertamanya," kata Shigeru. "Dan apakah Taro yang akan
terpilih selanjutnya."
PDF by Kang Zusi "Itu bukan perkiraan seperti yang Paman duga." kata Genji. "Hide
adalah orang yang paling tidak imajinatif dan mudah ditebak. Bukan
berarti itu kelemahan dia sebagai pengawal. Aku hanya menebak dia
akan melakukan hal yang paling wajar, yaitu memilih teman-teman
baiknya sebagai pembantunya.
"Kamu seharusnya tidak membolehkan dia memilih Taro. Dia
bawahan langsung Sohaku. Ayah Taro dan Sohaku adalah teman
seperjuangan di masa pemberontakan petani. Dia bahkan belajar bela
diri dari Sohaku. Kamu tak bisa memercayainya."
"Jika Hide percaya padanya, aku juga percaya, kata Genji. "Sangat
penting bagi kita untuk tahu kapan harus mendelegasikan kekuasaan."
"Suatu kesalahan jika kamu merasa aman hanya karena ramalan
pertama," kata Shigeru. "Bisa saja, kamu koma selama sepuluh tahun
ke depan akibat serangan Taro, dan kemudian bangun hanya untuk
dibunuh tempat yang kaulihat dalam ramalanmu itu."
"Aku tahu itu."
"Benarkah" Lalu, mengapa kamu dengan mudah mengabaikan
kemungkinan bahwa Jimbo merupakan orang asing seperti yang
diperingatkan Lord Kiyori. Dia mungkin saja menjadi orang yang
menyelamatkan hidupmu."
"Seorang asing yang kutemui di Tahun Baru, baru saja
menyelamatkan nyawaku."
"Hanya jika memang kamu yang menjadi sasaran serangan itu,"
kata Shigeru. "Lagi pula, sekarang belum Tahun Baru."
"Sudah bagi para orang asing. Apa Paman meragukan kalau akulah
sasaran serangan itu?"
"Aku yakin bukan kamu sasarannya."
"Oh" Paman tidak di sana, tapi Paman tahu. Melalui pertanda dan
ramalan, ya?" "Tidak, Tuanku," Shigeru merespons kegusaran Genji dengan
bersikap lebih resmi. "Hamba yakin Anda bukan sasaran karena sifat
serangan itu sendiri. Anda berjalan di depan, terlihat jelas, tetapi justru
joli yang tertembak, bukan orang-orang yang berjalan di dekat Anda."
PDF by Kang Zusi "Kita orang Jepang belum menguasai benar penggunaan senjata
api, tetapi kita tetap memaksa menggunakannya, meski busur dan
panah mungkin menjadi senjata yang lebih efektif. Kita selalu menjadi
korban mode orang asing."
"Penyerang itu tidak hanya berhasil lari, tetapi menghilang tanpa
terlihat." "Dia berada cukup jauh. Pada saat para pengawal sampai di sana,
dia telah pergi. Tidak ada yang aneh tentang itu."
"Semua itu menunjukkan tanda-tanda ulah seorang ninja," kata
Shigeru. "Pembunuh itu memang menembak sasaran yang dia
inginkan, pemimpin misionaris."
"Untuk menimbulkan kerusuhan dan menimbulkan kecurigaan?"
"Tepat sekali."
"Mungkin juga. Aku akan menyelidikinya."
Pembicaraan itu terhenti oleh suara-suara keras dari arah Teluk
Edo. Suaranya seperti batang pohon besar terbelah dua. Kemudian,
garis pantai di depan mereka meledak.
"Meriam!" teriak Shigeru. "Kapal-kapal perang itu menembaki
istana-istana." Genji memacu kudanya melewati orang-orang yang berlarian panik
dan melaju ke arah Istana Bangau yang Tenang dengan kecepatan
penuh. "Tunggu!" "Tuanku!" Genji mengabaikan mereka. Shigeru, Hide, dan Shimoda
menendang kuda mereka dan mengejar Genji.
Taro memandang Sohaku, menanti perintah.
"Apa ini hal terbaik yang bisa kita lakukan?" tanya Sohaku.
"Berlari langsung ke arah tembakan meriam kapal asing?"
"Tuan!" Taro berusaha keras menahan kudanya yang bersemangat
untuk mengejar kuda-kuda lainnya yang lebih dahulu melaju.
"Para pemimpin kita pergi ke arah yang salah," kata Sohaku.
PDF by Kang Zusi

Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tuan, perintah Anda!" Taro tak sabar untuk pergi seperti juga
kudanya. Enam bulan berada di kuil ternyata tak membuatnya benarbenar menjadi seorang rahib.
Sohaku mengangguk. Taro melepaskan kekang dan kudanya melompat lari ke depan.
Taro, seorang rahib dengan dua pedang di pinggang, duduk di pelana
seperti seorang prajurit kavaleri.
Sohaku menderap sendirian di jalan. Orang-orang telah berlarian ke
dalam rumah-rumah. Reaksi yang bijaksana jika perangnya
menggunakan pedang dan panah. Tetapi, kini justru sama dengan
membunuh diri sendiri. Hampir sama saja dengan berkuda menuju arah
tembakan meriam. Sohaku menendang kudanya dan mengejar
junjungannya. Stark tidak pernah lagi menembakkan pistol selama lebih dari setahun.
Setelah dia bergabung dengan Misi Firman Sejati di San Francisco, dia
mengatakan kepada Emily dan Cromwell kalau dia telah membuang
senjatanya ke Laut Pasifik. Itu berarti mengakhiri latihan menembak
sasaran. Karena tak bisa lagi menembak, Stark berkonsentrasi pada
cara mencabut pistol secepat dia bisa. Dia melakukan itu di kamarnya
di rumah misi dan selama pelayaran di kabinnya di kapal Bintang
Bethlehem. Keahliannya menembak mungkin menurun sekarang.
Hanya ada satu cara untuk mempertahankan keahliannya menembak,
dan itu adalah dengan berlatih menembak. Merasakan hentakan pistol
saat bubuk mesiunya meledak dan timahnya meluncur terbang. Tidak
membiarkan gerakan atau suara atau kilatan atau bau atau asap
mengganggu konsentrasinya. Stark yakin dia masih bisa menembak
tepat dada seseorang dari jarak sepuluh langkah. Mungkin sampai dua
puluh langkah. Tetapi, kecepatannya mencabut pistol justru semakin
meningkat. Dia sedetik atau dua detik lebih cepat dari sebelumnya,
ketika dia menjadi jago tembak terkenal di Texas Barat.
Selama lima hari mereka di istana Lord Genji, Stark sama sekali
tak menyentuh senjatanya. Setengah dari dinding istana ini terbuat dari
kertas, dan orang selalu mondar-mandir. Satu-satunya tempat yang dia
PDF by Kang Zusi yakin bisa menjadi tempat pribadinya jalah dalam pikiran. Jadi, di
sanalah dia berlatih. Cabut. Kokang saat memutarnya ke atas.
Bidik jantung. Tekan pelatuk. Kokang senjata lagi. Bidik jantung. Tekan pelatuk. Ada juga untungnya berlatih dengan cara ini. Pikirannya bisa
dibawa ke mana-mana. Jadi, dia bisa berlatih kapan saja dan di mana
saja dia mau. Samurai yang menjaganya berpikir, Stark sedang berdoa atau
bermeditasi, berkomunikasi dengan Tuhannya atau membiarkan
kesadarannya melepaskan semua beban pikiran, dan dalam hening
mengulang-ulang mantra seperti pengikut Buddha Amida, atau menjadi
satu dengan kekosongan seperti penganut Zen. Apa pun yang dia
lakukan, membuat Stark diam dalam waktu lama. Samurai itu belum
pernah melihat orang asing yang pendiam seperti dia. Stark hampir
sediam bebatuan tempatnya duduk di halaman dalam.
Cabut, kokang, bidik, tembak. Lagi, lagi, dan lagi. Stark sedang
berkonsentrasi penuh pada latihannya ketika dia mendengar suara
siulan keras menuju arahnya. Dia tak mendengar ledakannya.
Ketika membuka mata, Stark berada dalam keheningan total. Saat
itu malam hari. Dia berdiri di pintu dan melongok ke kamar tidur.
Mary Anne memeluk anak-anak di lengannya. Becky dan Louise masih
gadis-gadis kecil, tetapi sudah lebih besar dari pertemuan sebelumnya.
Sudah waktunya anak-anak itu tidur di ranjang mereka sehingga dia
bisa tidur di ranjangnya. Tetapi, ibu dan anak-anaknya itu terlihat
begitu damai dalam tidurnya sehingga Stark tak tega
membangunkannya. Mereka adalah para pemimpi indahnya.
Bulu mata Mary Anne bergetar membuka. Dia melihat Stark dan
tersenyum. Lembut, dia berkata,
"Aku cinta padamu."
PDF by Kang Zusi Sebelum dia dapat menjawab, ledakan selanjutnya membangunkan
Stark. Dia terbaring telentang. Lebih banyak suara siulan, diikuti ledakan. Pecahan meriam dan puing beterbangan di udara.
Hujan darah tiba-tiba menyiram tanah di sebelahnya. Stark
menengadah. Badan bagian atas samurai yang tadi menjaganya
tersangkut di dahan pohon willow Sementara tubuh bagian bawahnya
masih dalam posisi berlutut di teras kayu.
Tindakan yang paling tepat dalam keadaan seperti ini adalah
mencari perlindungan dan diam di sana. Tak ada gunanya berusaha
melarikan diri. Ke mana arah agar dia bisa selamat" Tetapi, Stark tidak
memikirkan hal itu. Dia melompat dan lari ke arah kamar Cromwell.
Dia baru saja mengantarkan Emily ke sana beberapa saat lalu, dan ke
situlah arah Heiko pergi ketika dia berpapasan dengannya di lorong.
Emily adalah satu-satunya orang di dunia yang bisa dibilang temannya.
Tanpa dia, Stark benar-benar sendirian. Mengapa Heiko juga menjadi
pikirannya, dia tak tahu.
Satu dari empat bangunan yang mengelilingi halaman dalam telah
hancur, dan bangunan kedua mulai terbakar api. Serpih-serpih kayu
beterbangan saat Stark lari melewatinya.
Stark menemukan seluruh sayap bangunan yang diperuntukkan
untuk tamu runtuh dan terbakar. Seseorang telah sampai di sana
sebelum dia, seorang pria besar terlihat mencari orang-orang yang
selamat dengan penuh konsentrasi.
Kuma, pria yang dilihat Stark di bangunan runtuh itu, hanya
tertarik pada empat orang. Heiko, untuk menyelamatkannya jika dia
bisa. Dan ketiga orang asing, untuk dibunuh. Pengeboman itu
memberinya kesempatan masuk ke istana tanpa diketahui. Dia tak tahu
meriam siapa yang telah menghantam istana ini, tetapi dia yakin itu
bukan meriam Shogun. Si Mata Licik, Kawakami, pasti telah
memperingatkannya terlebih dahulu jika dia akan mengebom istana
Genji. Jadi, siapa yang lancang melakukan serangan tanpa
sepengetahuan atau izin Shogun" Kuma bertanya-tanya sembari
mencari-cari di reruntuhan. Mungkin perang saudara yang diperkirakan
setiap orang akan terjadi akhirnya pecah. Namun, aneh jika perang itu
PDF by Kang Zusi pecah di sini, di istana-istana bangsawan agung di Edo, bukan dengan
serangan di benteng-benteng di jalan utama dan dua jalan raya besar,
jalan raya Tokaido di sepanjang pantai dan jalan raya Nakasendo di
pedalaman. Ledakan yang terjadi mulai bergeser ke timur,
menghancurkan istana pendukung maupun penentang Shogun. Benarbenar zaman yang membingungkan.
Kuma mengangkat sebuah balok yang runtuh. Ah, di sini rupanya
dia. "Hei-chan," panggil Kuma. Heiko membuka matanya dan berkedip.
Warna wajahnya bagus. Pemeriksaan singkat menunjukkan tak ada
tulang patah, retak, atau bergeser, dan tidak ada pendarahan. Dia
mungkin hanya terkejut. "Kamu tidak terluka kan?"
"Kurasa tidak," kata Heiko.
Kuma tidak sadar betapa besar ketegangan yang dia alami hingga
otot-otot bahunya melemas mendengar suara Heiko. Dia telah menjaga
gadis itu atas perintah si Mata Licik sejak Heiko dibawa ke desanya
pada usia tiga tahun. Saat itu dia menganggap tugasnya merupakan
kewajiban. Kini, setelah bertahun-tahun tugas itu telah berubah. Sejak
beberapa waktu lalu, Kuma memutuskan jika dia disuruh inembunuh
Heiko oleh si Mata Licik, dia justru akan membunuh si Mata Licik.
Bahkan, Kuma akan membunuh siapa pun yang mengancam
keselamatan Hciko. Baik itu Genji, Kudo, bahkan Shogun sendiri.
Kuma mengakui itu bukan sikap yang profesional melainkan setia,
tetapi apa yang bisa dia lakukan" Dia mencintai gadis itu seperti
anaknya sendiri meski dia tak lain hanya sebuah alat yang juga
dibentuk oleh Kuma. "Apa kamu meledakkan bom di tempat ini?" tanya Heiko.
"Tidak. Meriam, kurasa datang dari arah laut."
"Mengapa" Apa perang sudah mulai?"
"Aku tak tahu. Jangan bergerak. Aku akan mengeluarkanmu."
Dengan hati-hati, Kuma menggeser balok itu dari atas Heiko. Ketika
dia melakukan itu, dia melihat sejumput rambut pirang asing terhampar
di salah satu lengan Heiko. Si wanita asing. Kuma mencabut belatinya.
PDF by Kang Zusi Sebuah torehan di pinggir lehernya yang tak mencurigakan dan dia
akan mati. Stark masih dua puluh langkah jauhnya ketika dia melihat belati
itu. Pria yang dilihatnya sepertinya siap untuk memotong suatu
penghalang. Tetapi, dia menoleh ke arah Stark dan mata mereka
bertemu Stark mengenali pandangan itu. Itu adalah pandangan mata
saat berfokus membidik untuk menembak
Kuma menjatuhkan belatinya saat dia meliha Stark. Dia mencabut
shuriken, pisau lempar berbentuk bintang, yang tersembunyi di ikat
pinggangnya. Dua puluh langkah terlalu jauh untuk lemparan tepat,
tetapi jika dia gagal dengan lemparan pertama dia akan melumpuhkan
Stark dengan yang kedua. Kuma berlari ke arah Stark, mendekatkan
jarak mereka saat dia melempar.
Pada saat yang sama, Stark meraih revolver kaliber 32 yang
tersembunyi di balik kemeja di bagian pinggang kiri. Latihan
menembak imajiner yang selalu dia lakukan telah membentuk pola di
tubuhnya sehingga gerakannya telah menjadi refleks. Dia mencabut
pistol dengan tangan kanan dan menembak sedetik sebelum shuriken
terbang dari tangan Kuma. Kurangnya latihan menembak target
membuat bidikan Stark tidak sejitu dahulu. Pelurunya memantul di
batu sebelah kanan Kuma. Suara tembakan dari pistol rupanya cukup mengganggu konsentrasi
Kuma sehingga dia juga meleset. Lemparan shuriken pertamanya
hampir menyerempet bahu kiri Stark. Masih berlari menuju
sasarannya, Kuma mencabut shuriken keduanya.
Kuma jauh lebih terlatih dalam membidik sasarannya daripada
Stark. Tetapi, dia membutuhkan waktu satu detik penuh untuk menarik
tangannya dari lemparan pertama, mencabut shuriken kedua dari ikat
pinggangnya, dan melemparkannya kepada Stark, Sementara Stark
hanya butuh setengah detik untuk mengokang kembali pistolnya dan
menarik pelatuk untuk kedua kalinya.
Peluru itu merobek dada Kuma dan membantingnya ke tanah.
Shuriken yang dia lemparkan terlontar tinggi di udara dan jatuh ke
reruntuhan taman. PDF by Kang Zusi Stark berjalan menuju orang yang baru dia tembak itu, siap untuk
menembak lagi. Tetapi ketika dia dekat, Stark melihat bahwa dia tak
perlu menembakkan satu peluru lagi. Dia memasukkan kembali
pistolnya dan mulai menolong Heiko dan Emily.
Sekarang, ledakan terhenti. Dalam keheningan Stark mendengar
langkah-langkah mendekat. Di hampir menembak dua samurai itu
sebelum akhirnya tahu siapa mereka.
Genji memacu kudanya melewati reruntuhan gerbang depan. Dia
melompat turun dari pelana dan berlari menuju pusat istana. Pendeta
Cromwell ditempatkan di kamar yang dekat dengan taman di halaman
dalam. Heiko kemungkinan besar ada di dek situ.
Genji terkejut mengetahui kekhawatiran utamanya adalah Heiko.
Dia seharusnya berpikir tentang strategi bertahan atau evakuasi.
Pengeboman singkat itu bisa saja diikuti dengan pendaratan pasukan
invasi. Atau, seharusnya dia berpikir tentang para orang asing yang
menjadi tamunya, terutama Matthew Stark. Sebelumnya, Genji
mengatakan kepada Sohaku bahwa Pendeta Cromwell yang sekarat
adalah orang yang kedatangannya telah diramalkan oleh kakeknya.
Tetapi, saat ini Genji tidak memikir-kannya. Begitu melihat Stark,
Genji langsung tahu bahwa pria itu bukan seorang misionaris. Dia pasti
orang asing yang dimaksudkan kakeknya. Tetapi, mencari-cari di
antara puing-puing Istana Bangau yang tenang, Genji tak memikirkan
siapa pun kecuali Heiko. Betapa membosankan hidupnya tanpa Heiko.
Terpisah dari ramalan kakeknya dan dirinya sendiri itu bahwa dia
bisa melihat masa depan, Genji merasa orang-orang di sekitarnya
terlalu mudah tebak. Tiga penasihat yang dia warisi dari kakeknya,
Saiki, Kudo, dan Sohaku bisa dipastikan selalu memilih tindakan yang
paling aman. Yang tertua, Saiki, belum mencapai empat puluh tahun,
tetapi mereka bertiga berperilaku seperti orang tua. Dan, jika seorang
pria dinilai berdasarkan musuh sekaligus temannya, betapa tidak
sepadan jika musuh bebuyutannya adalah si Mata Licik, Kawakami,
kepala mata-mata Shogun yang tak bisa apa-apa. Apa Kawakami
mengira Heiko bisa dengan mudah naik ranjang Genji tanpa
menimbulkan kecurigaan sekalgus gairah" Genji tak perlu membuntuti
PDF by Kang Zusi Heiko untul tahu siapa yang mempekerjakan gadis itu. Tak mungkin
orang lain selain Kawakami. Tak mungkin geisha tercantik di Edo
membiarkan dirinya jatuh cinta pada Genji kecuali dia memang punya
pamrih tertentu. Dari enam puluh bangsawan agung di Jepang, lima
puluh di antaranya lebih kaya dan berkuasa daripada Genji.
Tetapi, di tengah reruntuhan istananya, tetap saja Genji merasa
napasnya tersengal-sengal. Hatinya mendingin, badannya mati rasa,
mengkhawatirkan kemunginan terburuk terjadi, dunia tanpa Heiko.
Bagaiman dan kapan itu terjadi" Genji tak tahu. Wanita paling penting
dalam hidupnya adalah seorang mata-mata dan hampir dipastikan
seorang calon pembunuh yang dikirim untuknya.
"Tuanku!" Saiki tersandung-sandung keluar dari bangunan yang
setengah runtuh, dahinya berdarah akibat luka gores. "Anda tak
seharusnya ada di sini. Musuh bisa menembak lagi kapan saja."
"Di mana Heiko?" kata Genji. Detak jantungnya terdengar
bagaikan tembakan meriam di telinganya. Dia
berlari menuju bangunan sayap untuk tamu yang hancur dan memanjat melewati
tangga yang runtuh. Tepat saat itu, dia melihat seorang pria gemuk
yang tidak dia kenal melemparkan dua pisau bintang kepada Stark.
Stark mencabut pistolnya yang tersembunyi, dan menembak lebih
cepat dari lemparan pisau ninja itu, dan menjatuhkan pria gemuk itu
pada tembakan kedua. "Apa itu tadi suara tembakan?" Saiki berdiri di sebelahnya.
"Ayo," kata Genji. "Kurasa Stark telah menemukannya."
"Hei-chan." Heiko mendengar namanya dipanggil dan membuka
mata. Dia melihat wajah Kuma yang khawatir melihat ke bawah, ke
arah dirinya. Di belakang punggung lelaki itu terlihat langit yang terbuka. "Kamu tidak terluka, kan?"
"Kurasa tidak," kata Heiko.
Kuma tersenyum dan mulai menggeser reruntuhan bangunan yang
menimpa Heiko. "Apa kamu meledakkan bom?" tanya Heiko.
Kelembutan hilang dari mata Kuma. Senyumnya menghilang dan
dia mencabut sebilah belati.
PDF by Kang Zusi Heiko langsung tahu maksudnya. Dia bisa merasakan kepala Emily
yang terbaring di bahunya.
"Jangan, Kuma, jangan."
Kuma tiba-tiba berpaling, menjatuhkan pisaunya dan melompat
menjauh dari pandangan Heiko. Dua suara tembakan terjadi susulmenyusul dengan cepat, lalu hening, hingga Heiko melihat Matthew


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Stark berdiri di tempat Kuma tadi berdiri. Stark mulai mengeluarkan
Heiko tanpa sepatah kata pun. Lalu, diapun tiba-tiba berhenti,
tangannya meraih ke pinggang kirinya. Melihat itu, Heiko sadar bahwa
Starklah tadi yang menembakkan pistol yang kini tersembunyi di balik
pakaiannya. Stark pasti mengenali siapa yang datang karena dia tidak
jadi mencabut pistol dan meneruskan usaha penyelamatannya.
"Jangan gerakkan dia," kata Genji. "Dia mungkin terluka. Tunggu
sampai Dokter Ozawa datang."
Heiko langsung duduk. "Hamba hanya memar-memar Tuanku, tak
lebih. Kalau dokter datang, dia lebih diperlukan untuk yang lain." Dia
bisa mendengar jerit kesakitan dari sekitarnya dekat maupun jauh.
Kuma pasti meledakkan lebih dari satu bom. Mengapa dia tidak bilang
sebelumnya" Itu tidak sesuai dengan kebiasaannya. Benar-benar bukan
kebiasaan Kuma, pasti orang lain yang melakukannya. Kuma pasti tak
akan membahayakan nyawa Heiko. Meski kelihatannya mustahil,
kehancuran ini memang disebabkan tembakan meriam. Heiko akan
menanyai Kuma lain kali kalau mereka bertemu untuk mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi. Kuma adalah penipu ulung, tetapi dia tak bisa
membohongi Heiko. Heiko berdiri dan berusaha memijakkan kakinya.
"Hati-hatilah." Genji melingkarkan lengan di sekeliling pinggang
Heiko untuk mendukungnya. "Kamu bisa saja terluka parah dan tidak
menyadarinya." Wajahnya yang biasanya tetap tenang meski dalam
situasi sulit sekalipun, kini terlihat tegang karena khawatir. Keningnya
berkerut. Alisnya bertemu. Senyum tipis mengejek yang biasa
menghiasi bibirnya kini menghilang.
Kekhawatiran Genii yang nyata mengejutkan Heiko lebih dari
ledakan yang telah menghancurkan kamar tempatnya tadi berada. Rasa
bahagia tiba-tiba membanjiri dadanya dan dia tersenyum spontan. Lalu,
PDF by Kang Zusi Genji lebih mengejutkan dia lagi. Tangannya melingkari Heiko dan
memeluk wanita itu erat-erat.
Tindakan junjungannya yang menunjukkan emosi dengan terbuka
membuat Saiki terkejut. Merasa malu, dia memalingkan wajahnya dan
melihat Hide dan Shimoda ternganga memandang Genji dan Heiko.
"Kenapa kalian berdiri saja di sana seperti orang bodoh?" kata
Saiki. "Periksa sekeliling. Bersiap-siaplah menghadapi serangan."
"Kapal-kapal sudah berlayar pergi," kata Hide. "Tidak ada pasukan
yang datang." "Kapal?" "Ya, Pak. Di teluk. Tiga kapal perang uap dengan bendera merah,
putih, biru. Mereka menembaki seluruh distrik Tsukiji dengan
meriam." "Orang asing yang melakukan ini?" Suara Saiki bergetar karena
marah. "Ya, Pak," jawab Hide.
"Apa pola warna benderanya" Belanda, Prancis, Inggris, dan
Amerika semuanya menggunakan bendera dengan warna merah, putih,
dan biru." "Ada lebih dari tiga warna hamba rasa," kata Hide, "iya kan?"
Shimoda menyentuh dahinya tak yakin. "Kurasa ya, mungkin."
"Benar-benar pengamatan yang bagus," sindir Saiki. "Setidaknya
kita semua tahu bahwa Rusia dan Jerman tidak terlibat. Tidak mungkin
Belanda. Jadi, kemungkinannya Prancis, Inggris, atau Amerika."
"Atau mungkin ketiganya," kata Shimoda. "Mungkin memang ada
lebih dari satu bendera."
"Bantu," kata Stark.
Hide dan Shimoda tahu maksudnya tanpa memahami kata-katanya.
Mereka berdua membungkuk kepada Saiki dan membantu pria asing
itu. "Pelan-pelan," kata Stark. Dia dan dua samurai itu memindahkan
balok yang menindih punggung Emily. Sebagian besar berat balok itu
tertahan oleh dinding yang setengah hancur. Jika balok itu
menghantam dinding terlebih dahulu sebelum menghantam Emily, dia
PDF by Kang Zusi mungkin tak terluka parah. Stark tak bisa memastikannya sekarang
karena Emily terbaring telungkup dan pingsan. Dia belum bergerak
sejak Stark menemukannya. Stark berlutut dan menekan-nekankan
tangan ke punggung Emily untuk memeriksa apakah ada tulang yang
patah. Ketika tangan Stark hampir mendekati tulang punggung bagian
bawah, mata Emily tiba-tiba terbuka kaget. Gadis itu terengah dan
langsung berbalik, menendang perut Stark sehingga pria itu jatuh
telentang. Emily berdiri secepat kilat, matanya liar dan bingung
mencari tempat untuk lari.
"Emily, kita selamat." Heiko melepaskan rangkulan Genji. Dia
pelan-pelan mendekati gadis yang ketakutan itu. "Lord Genji dan para
samurainya ada di sini. Tak seorang pun yang bisa melukai kita."
"Heiko." Pandangan liar di mata Emily meredup Ketegangan yang
menekan tubuhnya mereda dan dia luluh ke pelukan Heiko. Dia
tersedu. "Kupikir...." Emily tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi
Heiko mengerti. Gadis itu trauma dengan masa lalunya. Seperti juga
banyak wanita lainnya. Masa lampau, selalu masa lampau. Dan, tak
dapat diulang lagi. . "Semoga Buddha dan para dewa menyelamatkan kita," gumam
Saiki. Dia kembali berpaling dari penunjukan emosi di depan publik
yang tidak pantas. Tindakan wanita asing itu tidak menjadi masalah
baginya. Dia seorang barbar seperti orang asing lainnya. Tetapi, Heiko
seharusnya lebih tahu. Ekspresi yang sempurna dari tingkah laku yang
pantas adalah inti dari diri seorang geisha. Kini, jelas bagi Saiki;
Orang-orang asing itu adalah polusi mematikan yang harus segera
dihilangkan, dan semakin cepat semakin baik. Keberadaan mereka
membuat tradisi kuno Jepang menurun dengan cepat. Buktinya kini
terpampang di depan mnatanya. Junjungannya sendiri, ahli waris salah
satu klan yang paling mulia di negara ini, memeluk wanita seperti
pemabuk di distrik remang-remang Yoshiwara. Geisha paling terkenal
di Edo memeluk wanita asing seakan-akan mereka adalah sepasang
kekasih aneh. Buddha dan semua dewa mungkin tak bisa lagi menyelamatkan
kita, pikir Saiki. Kita seharusnya menjadi bangsa pejuang. Tetapi, kini
PDF by Kang Zusi kita membiarkan diri menjadi lemah sehingga orang asing dengan
mudah menghancurkan istana para bangsawan agung di ibu kota
Shogun dan kita tak bisa melakukan apa-apa untuk membela diri.
Tangan Saiki menyentuh pedangnya, dalam kemarahan dan
keputusasaan. Tetapi, dia tidak meng-hunusnya karena tak seorang pun
yang bisa dilawannya. Sambil tersenyum, Stark berkata, "Tak kusangka kamu bisa
menendang begitu keras, Emily"
"Maafkan aku, Matthew. Aku bingung."
"Tak masalah." Stark menunduk dan mengambil belati yang tadi
dijatuhkan Kuma. Saiki spontan menghunus pedangnya.
"Tak perlu," cegah Genji. Kemudian, dia bertanya kepada Stark,
"Siapa yang akan dibunuhnya" Heiko atau Emily?"
Stark dan Genji melihat ke tubuh Kuma yang diam tak bergerak.
Stark menggelengkan kepalanya. "Kamu kenal dia?"
"Tidak," kata Genji. Dia berpaling kepada Heiko. "Kamu kenal?"
Ketika Heiko mendengar dua tembakan tadi. dia mengira Kuma
telah berhasil lari. Selama hidup Heiko, Kuma selalu berhasil lolos.
Kini melihat mayatnya, Heiko merasa tubuhnya bergoyang. Dia
menutup matanya dan bersandar kepada Genji, pura-pura akan pingsan
melihat mayat untuk menutupi kekagetan lain yang membuat kakinya
lemas. Kuma telah mati! "Tidak, Tuanku," kata Heiko.
Saiki berkata, "Tentu meski keadaan mereka sekarang lemah, para
penasihat Shogun tak membiarkan penghinaan ini lewat begitu saja."
Genji memandang sekeliling, ke reruntuhan Istana Bangau yang
Tenang. "Tidak ada penghinaan di sini," katanya. "Kita telah tertidur selama
tiga abad, memimpikan perang masa lampau. Kini, kita telah
terbangun, itu saja."
PDF by Kang Zusi 8. Makkyo Saiki berkata, "Anda lalai, Rahib Kepala. Anda seharusnya
membawa orang asing yang satunya bersama Anda. Menurut ramalan,
seorang asing akan menyelamatkan nyawa junjungan kita di Tahun Baru.
Kita belum tahu yang mana."
Sohaku mengabaikan nada sarkastik di perkataan Saiki ketika dia
memanggilnya dengan jabatan kependetaannya. "Aku telah meminta Lord
Genji untuk membawanya. Beliau menolak, katanya orang asing di
ramalan itu telah bertemu dengannya, dan nyawanya telah diselamatkan."
"Kita bertiga dipercayai Lord Kiyori untuk menjaga cucunya," kata
Kudo. "Itu berarti kadang kita harus tegas, meski harus menentang
pendapat junjungan muda kita. Hidupnya lebih penting daripada keinginan
kita untuk disenangi olehnya."
"Aku sadar itu," balas Sohaku, "tetapi, aku tak bisa mengeluarkan
perintah yang langsung bertentangan dengan perintahnya."
"Argumen yang lemah," tukas Saiki. "Kamu bisa saja mengatur agar
orang asing itu pergi ke Edo sendiri, sebagai sebuah `kesalahpahaman'.
Junjungan kita pasti mengerti."
"Terima kasih atas instruksi Anda," kata Sohaku. Darahnya mulai
panas, dia membungkuk berlebih-lebihan. "Tolong bimbing saya lebih
jauh. 'Kesalahpahaman seperti apa' yang bisa saya gunakan untuk
mencegah junjungan kita menugasi kembali Lord Shigeru?"
"Terima kasih karena mengingatkan pada masalah penting yang lain,"
kata Saiki ikut-ikutan membungkuk resmi untuk membalas bungkukan
Sohaku. "Mungkin Anda mau berbesar hati menceritakan kepada kami
secara terperinci bagaimana itu bisa terjadi. Pikiran saya yang dangkal
gagal mengerti bagaimana rangkaian peristiwa yang ber-bahaya dan tak
masuk akal itu bisa terjadi."
"Sebaiknya kita berbicara dengan nada yang lebih rendah," kata Kudo.
"Orang lain bisa mendengar suara kita dari tempat kita duduk sekarang
ini." Padahal, baik Saiki maupun Sohaku berbicara dengan nada rendah
PDF by Kang Zusi dan sopan. Hanya tingkat kesopanan yang semakin tinggi menunjukkan
tanda bahaya. Hal itu bisaanya merupakan awalan terjadinya duel tiba-tiba.
Peringatan Kudo hanyalah cara dia untuk mencairkan situasi.
Tiga pria itu duduk di salah satu reruntuhan kamar yang menghadap ke
taman halaman dalam. Menakjubkan, taman itu berhasil bertahan utuh dari
pengeboman. Tak satu pun pola yang diukir di pasir terusik. Tetapi,
kondisi itu sangat berkebalikan dengan ruangan tempat mereka duduk.
Atap, dinding, dan sebagian besar lantai telah hancur. Saiki, Sohaku, dan
Kudo duduk di pojok ruangan yang masih tersisa, para ajudan mereka
berjaga di tempat dahulu pintu terletak. Perubahan situasi itu sama sekali
tak berpengaruh pada postur, sikap, atau formalitas setiap orang.
"Kini terjadi kebingungan, ketakutan, dan spekulasi," kata Kudo. "Tak
seorang pun tahu siapa yang melakukan serangan atau mengapa. Kita
adalah pemimpin. Setiap orang kini pasti mengharapkan jawaban dari kita.
Bukankah lebih baik kita mencari jawaban dari pertanyaan mereka
daripada mencari siapa yang salah?"
"Jawaban tidak penting," kata Saiki. "Yang penting adalah sikap kita.
Jika kita percaya diri, mereka yang mengikuti kita juga akan percaya diri,
tak peduli apakah mereka-atau kita-tahu atau tidak tahu."
Sohaku mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kita tak boleh
bertengkar tentang detail-detail tak bermakna tentang para orang asing atau
Shigeru. Pertanyaan yang sebenarya jauh lebih serius."
"Aku setuju," kata Kudo. "Kita harus segera menentukan keputusan."
"Aku tak percaya sudah ada kesimpulan jelas dari masalah ini," kata
Saiki. Sohaku dan Kudo saling berpandangan terkejut.
"Apa aku ketinggalan berita?" kata Sohaku. "Terakhir kali kita
bertemu, kamu adalah orang yang paling keras mengusulkan pengangkatan
seorang wali untuk memegang kekuasaan di wilayah Akaoka. Jika Aku tak
salah, waktu itu kamu bilang junjungan muda kita adalah seorang pesolek
yang akan membawa klan kita pada kehancuran."
"Mungkin seharusnya aku mengatakan dia sebagai seorang yang peduli
penampilan, bukan pesolek."
PDF by Kang Zusi "Bagaimana dengan obsesinya terhadap misionaris Kristen?" tanya
Kudo. "Tentu kamu tak berubah pikiran tentang itu, kan?"
"Tidak, aku tetap melihat ada bahaya di sana," kata Saiki. Dia ingat
penunjukan emosi tak pantas yang baru saja disaksikannya tadi. "Bahkan,
bahayanya lebih besar dari dulu. Tindakan terhadap para misionaris itu
mungkin harus dilakukan nanti, secara rahasia dan tanpa sepengetahuan
Lord muda jika memang diperlukan."
Kudo mengangguk, yakin. "Jika dilihat dengan yang lain, sikap Lord
muda terhadap sang paman membuat kita lebih yakin."
"Aku ragu apa memang benar begitu," kata Saiki. "Memang tindakan
itu kelihatan membingungkan, aku setuju. Tetapi, jika kita melihatnya dari
konteks pertanda ramalan, tindakan itu bisa saja menjadi keputusan yang
bijak." "Pertanda ramalan?" Sohaku marah. "Sejak kapan kamu percaya pada
dongeng anak-anak itu" Aku tak pernah melihat bukti Lord Kiyori bisa
melihat masa depan, dan aku melayaninya selama dua puluh tahun.
Sedangkan Lord Genji, satu-satunya minat yang dia punyai di masa depan
adalah dengan geisha mana dia akan tidur malam ini dan sake apa yang dia
inginkan untuk pesta bulan purnama mendatang."
"Shigeru benar-benar gila," kata Kudo. "Aku adalah salah satu dari
mereka yang menangkapnya. Kalau kamu ada di sana, kamu tak akan
setenang ini. Dia duduk di sana tertawa, berlumuran darah keluarganya
sendiri, mayat istri, anak-anak perempuannya, dan penerusnya yang dia
bunuh tergeletak di depannya. Aku tak bisa melupakan pemandangan itu,
meski aku berharap bisa melupakannya."
"Aku mendengarmu dan aku mengerti," kata Saiki.
Sohaku dan Kudo saling berpandangan lagi kali ini dengan pasrah.
Saiki telah mengucapkan kalimat favoritnya, kalimat yang menandakan
bahwa dia telah menentukan pilihan dan tak mungkin diubah.
Saiki melanjutkan. "Tetapi, meski aku mengakui pengamatan kalian
yang meyakinkan, pandanganku tentang junjungan kita telah mengalami
perubahan. Meski aku belum yakin akan kemampuannya meramal, aku
kini terbuka menerima kemungkinan itu." Dia lalu menunjuk ke bangunan
yang ada di sisi timur taman, tempat yang menjadi pusat istana.
PDF by Kang Zusi Sohaku menoleh ke arah itu. "Aku tak melihat apa pun kecuali
reruntuhan. Bukti tak terelakkan tentang perlunya segera dilakukan
perubahan." "Aku juga melihat reruntuhan," kata Saiki, "tetapi, aku melihat sesuatu
yang tak terlihat olehmu."
"Yaitu?" "Itu adalah reruntuhan bekas kediaman Lord Genji."
"Ya, aku tahu. Lalu?"
"Kalau saja dia tidak pergi ke Kuil Mushindo, dia pasti ada di sana saat
terjadi pengeboman." Saiki lega melihat ekspresi pemahaman muncul di
wajah rekan-rekannya. "Tak mungkin dia tahu," kata Kudo. Tetapi, suaranya bergetar tak
yakin. "Tetapi kelihatannya dia tahu," kata Saiki.
"Tak ada bukti apa-apa," kata Sohaku.
"Tetapi juga tak ada bukti yang menyangkal," balas Saiki.
"Kalau dia tahu, mengapa dia tak memperingatkan kita?" tanya


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sohaku. "Aku tidak akan sok mengerti cara kerja sebuah ramalan," kata Saiki.
"Sudah jelas bagiku bahwa kita tak harus mengambil keputusan tentang
hal ini sekarang. Sementara itu, bersiap-siaplah untuk berangkat. Tempat
ini tak lagi aman." "Maksudmu, kita akan mengungsi ke Kastel Awan Burung Gereja?"
"Secara logistik, itu sangat sulit dilakukan," kata Sohaku. "Sebagian
besar wilayah antara Edo dan Akaoka adalah wilayah musuh kita. Laut
Dalam sendiri juga bukan perbatasan yang aman. Angkatan Laut Shogun
berpatroli di daerah itu. Menyeberangi Laut Dalam ke wilayah kepulauan
kita dalam kondisi seperti itu sangat berbahaya."
"Aku lebih memilih berbahaya daripada fatal," kita Saiki. "Kita tak
bisa tinggal di sini."
"Selain itu, ada satu hal lagi," kata Kudo. "Shogun belum memberi izin
kepada siapa pun untuk pergi dari Edo."
PDF by Kang Zusi "Kesetiaanku adalah pada Okumichi no kami Genji, Bangsawan Agung
Akaoka," kata Saiki, "bukan perampas kekuasaan yang menyombongkan
gelar Shogun dan menduduki Istana Shogun." Dia membungkuk dan
berdiri. "Jika tuanku memerintahkanku untuk mematuhi orang itu, aku
akan patuh. Jika ia memerintahkanku untuk membunuh orang itu, hanya
kematianku yang dapat mencegahku melaksanakan tugas itu. Aku tahu
siapa diriku. Aku yakin kalian juga tahu siapa diri kalian."
"Orang tua yang keras kepala," kata Kudo.
Sohaku mendengus. "Waktu muda dia juga keras kepala. Mengapa
tahun-tahun yang berlalu harus mengubah sifatnya itu?"
"Jelas kalau dia tak akan setuju pengangkatan wali sekarang. Dia
percaya kalau Genji bisa melihat masa depan."
Tak ada lagi kata yang terucap. Setelah diam Cukup lama, Sohaku dan
Kudo saling berpandang an, mata bertemu mata, membungkuk, dan berdiri
berbarengan. "Maafkan aku Emily," kata Stark. "Aku sama sekali tak bisa menemukan
jejak Saudara Zephaniah."
"Mungkin para malaikat langsung mengangkatnya ke surga seperti
yang dia bilang," kata Emily tersenyum sedih, menunjukkan kalau dia tak
percaya dengan kata-katanya itu.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Stark.
"Apa yang memang harus aku lakukan. Aku akan mengumpulkan
barang-barang kami yang masih tersisa, mengepaknya, dan menunggu
kapal berikutnya yang kembali ke Amerika." Pikiran kembali ke Amerika
membuat dadanya sesak dan air mata menggenang di matanya. Emily
duduk di tanah di dekat reruntuhan kamar dan menangis tersedu-sedu. Dia
telah menemukan tempat berlindung yang bahkan dahulu tak berani dia
bayangkan, sebuah surga tempat dia bisa lari dari kecantikannya. Bahkan,
dia dianggap sebagai wanita yang mengerikan. Dia telah menemukannya
dan hanya dengan satu tembakan, dia kehilangan tempat berlindung yang
didambakannya. Ini terlalu berat baginya. Dia adalah gadis yang kuat,
tetapi tidak sekuat itu. PDF by Kang Zusi Stark berlutut dan memeluknya, menyandarkan kepala Emily di
dadanya. Salah paham akan penyebab kesedihan Emily, dia berkata.
"Kamu akan merasa lebih baik jika kamu sudah kembali ke rumah," yang
malah meningkatkan kesedihan Emily. Tak berdaya, Stark memeluknya
sementara Emily bergantung erat-erat kepadanya dan menangis tersedusedu. "Kau masih muda, Emily. Hidupmu baru saja mulai. Surga akan
tersenyum padamu. Kau akan menemukan cinta yang baru. Aku tahu itu."
Emily ingin mengatakan kepadanya bahwa bukan cinta yang dia
inginkan, melainkan kedamaian. Tetapi, kata-kata tak bisa keluar akibat
kesedihannya yang begitu mendalam.
Segera setelah tembakan meriam berhenti, Shigeru pergi ke bagian luar
istana, di daerah dinding luar dan berdiri berjaga. Tidak ada bahaya di
dalam. Tetapi, jika ada orang yang ingin memanfaatkan keadaan kacau ini
untuk mencoba membunuh Genji, mereka pasti melakukannya sekarang,
saat-saat setelah serangan. Shigeru yakin Sohaku belum akan melakukan
aksinya. Dia masih harus berunding dengan Saiki dan Kudo. Jadi, satusatunya bahaya adalah dari luar. Shigeru berharap mereka akan datang
karena itu akan menjadi latihan yang bagus untuknya. Dia akan
mengkhawatirkan Sohaku nanti, dan tentang Saiki dan Kudo juga jika
perlu. Sayang memang, dalam suasana penuh bahaya seperti sekarang, ada
kemungkinan dia harus membunuh tiga komandan senior klan. Bahkan,
jika Saiki dan Kudo tetap setia, kehilangan Sohaku akan menjadi pukulan
berat. Sohaku adalah ahli strategi terbaik dari ketiganya dan pemain
pedang yang paling ahli di klan setelah Shigeru.
Suara derap kuda yang mendekat membuat Shigeru berkonsentrasi
penuh. Dua kuda. Diikuti oleh sekitar empat puluh hingga lima puluh
orang berlari. Langkah tegap dan teratur para pelari menunjukkan bahwa
mereka adalah para samurai. Shigeru merasakan bahunya menjadi rileks
dan napasnya semakin perlahan. Dia.sudah siap.
Beberapa saat kemudian, si Mata Licik Kawakami, Kepala Polisi
Rahasia Shogun, memasuki jalan menuju istaria di atas seekor kuda hitam.
Ajudannya, Mukai, berkuda di sebelahnya di atas kuda betina abu-abu. Di
belakang mereka, berlari satu brigade samurai yang terdiri dari empat
PDF by Kang Zusi puluh orang. Kawakami menarik kekang kudanya hingga berhenti, ekspresi terkejut tampak di wajahnya saat dia mengenali Shigeru.
"Lord Shigeru, saya tak tahu Anda ada di Edo."
"Saya baru saja tiba, Lord Kawakami, dan belumnya kesempatan
memberi tahu Anda tentang keberadaan saya."
"Memang belum, tetapi saya juga tak tahu di mana Anda berada
sebelum ke Edo." "Oh" Kelalaian besar dari para anak buah saya." Shigeru membungkuk
tanpa melepaskan matanya dari Kawakami. "Saya yakinkan Anda bahwa
saya pasti akan meng-hukum mereka yang telah lalai."
"Saya yakin Anda akan melakukannya," kata Kawakami. "Sementara
itu, perbolehkan saya masuk dan melakukan inspeksi."
"Kami tidak diberi tahu bahwa akan ada inspeksi. Karena itu, dengan
menyesal saya harus menolak permintaan Anda."
"Saya tidak meminta," Kawakami memacu kudanya ke depan diikuti
oleh para anak buahnya. "Atas perintah Shogun, saya harus menginspeksi
setiap istana yang rusak dan mewawancarai para bangsawan yang selamat.
Mohon Anda minggir, Lord Shigeru."
Shigeru menarik pedang dari sarungnya dengan halus seperti seekor
burung bangau yang melebarkan sayapnya. Satu detik sebelumnya, dia
berdiri dengan tangan kosong. Di detik selanjutnya, pedang panjang katana
sudah ada di tangan kanannya dan pedang pendek wakizashi di tangan
kirinya. Dia memegang dua pedang itu lurus di sisi badan nya, dalam
posisi yang tidak menunjukkan kudakuda bertahan maupun menyeang.
Bagi mata yang tak terlatih, Shigeru kelihatannya siap untuk menyerah, tak
siap untuk berperang. Tetapi, Kawakami tentu saja tahu Shigeru tak bermaksud begitu.
Seperti samurai yang terlatih lainnya, dia telah mempelajari keahlian
pedang klasik karya Miyamoto Musashi, Go-rin-no-sho. Kuda-kuda
Shigeru saat ini adalah kuda-kuda persiapan terakhir sebelum
pertempuran"Ku , kekosongan. Dia bukannya tidak siap bertempur,
malah sebaliknya dia terbuka terhadap apa pun, tidak mengantisipasi apa
pun, dan menerima semuanya. Hanya satu orang pada masa lalu yang
berani menggunakan kuda-kuda ini dan orang itu adalah Musashi sendiri.
PDF by Kang Zusi Sejak itu, hanya ada satu orang yang berani menggunakannya, yaitu
Shigeru. Kawakami memberi isyarat dan empat puluh pedang serentak terhunus.
Anak buahnya dengan cepat membentuk posisi menyerang Shigeru dari
tiga arah. Mereka tidak bergerak ke belakang Shigeru karena itu berani
mereka harus menyeleberangi jalan dan masuk ke kawasan Istana
Okumichi. Kawakami belum memerintah mereka untuk masuk.
Kawakami sendiri tidak mencabut pedangnya. Dia menjaga agar
kudanya berada dalam yang aman terhindar dari konfrontasl yang akan
terjadi. "Apakah Anda sudah benar-benar lupa realitas sehingga berani
menentang perintah langsung Shogun?"
"Sebagaimana Anda tahu, saya tak mendapat kehormatan melayani
Shogun," kata Shigeru. "Kecuali jika junjungan saya sendiri meneruskan
perintah itu kepada saya, maka perintah itu tak ada." Dari cara Kawakami
duduk di pelana, Shigeru tahu kalau dia bukan penunggang yang ahli. Itu
berarti Shigeru bisa mencapainya sebelum dia membalikkan kudanya dan
lari. Menurut perkiraannya, jarak antara dirinya dan Kawakami adalah
lima detakan jantung. Mungkin dia perlu membunuh sekitar selusin
samurai yang menghalanginya, tetapi itu bukan masalah. Semua calon
musuhnya tegang karena takut, mereka sama saja dengan mati.
"Lord Kawakami, benar-benar sebuah kejutan." Saiki mendekati dua
pihak yang saling siap perang itu dengan santai. Dia sepertinya tak sadar
akan pedang-pedang yang terhunus. "Hamba akan senang sekali
mengundang Anda untuk minum. Tetapi, seperti Anda ketahui,
kemampuan kami menawarkan keramahan kepada Anda agak terhalang
saat ini. Mungkin lain waktu?"
"Saiki, tolong beri pengertian kepada Lord Shigeru kalau bisa."
Kawakami mengelus surai kudanya yang gugup. "Dia menolak
membiarkanku masuk, padahal aku membawa perintah Shogun."
"Maafkan atas kontradiksi yang akan hamba bicarakan, Lord
Kawakami," kata Saiki berjalan langsung ke tengah medan. "Menurut
hamba, Lord Shigeru benar tidak membiarkan Anda masuk."
"Apa?" PDF by Kang Zusi "Menurut Protokol Osaka, Shogun harus memberi tahu akan adanya
inspeksi kepada seorang Bangsawan Agung setidaknya dua minggu
sebelumnya. Sebagai Kepala Administrasi Akaoka, hamba menyatakan
kepada Anda bahwa junjungan kami belum menerima pemberitahuan itu."
"Protokol Osaka usianya sudah 250 tahun."
"Bagaimanapun," kata Saiki membungkuk dalam-dalam dan
tersenyum, "perjanjian itu masih berlaku."
Senyum cerdik muncul di wajah Kawakami. "Seingatku, protokol itu
membuat perkecualian di masa perang."
"Itu benar. Tetapi, kita tidak sedang berperang."
Sebuah bangunan yang terbakar runtuh di belakang Kawakami.
Kudanya panik meringkik dan mengangkat kedua kaki depannya. Butuh
beberapa saat sebelum akhirnya Kawakami berhasil mengontrol kudanya
lagi. "Jika ini bukan perang, berarti ini benar-benar peniruan yang bagus,"
kata Kawakami. "Maksud saya dalam hal deklarasi resmi," kata Saiki, "Protokol Osaka
dengan tegas mensyaratkan adanya deklarasi perang secara resmi. Apakah
Shogun telah menyatakan perang kepada seseorang?"
Kawakami merengut sebal. "Belum."
Dia lalu membalikkan kudanya dan menderap pergi, meninggalkan
Mukai untuk memerintah anak buahnya supaya menyarungkan pedang
kembali dan mundur. "Tetap diplomatis seperti dulu," sindir Shigeru menyarungkan kembali
pedang-nya. "Terima kasih," kata Saiki, meski dia tahu Shigeru tidak bermaksud
memujinya. "Anda terlihat sehat seperti dulu, Lord Shigeru, dan tepat pada
waktunya pula." "Tuanku," kata Hide, "Stark membawa pistol yang disembunyikannya."
"Ya, aku tahu," kata Genji. "Jangan khawatir. Dia tidak berbahaya
bagiku." "Apa Anda yakin, Tuanku?"
"Ya." PDF by Kang Zusi Hide tenang. Jika ini masalah yang terkait dengan ramalan, itu di luar
tanggung jawabnya. Genji tersenyum. Sungguh menyenangkan mempunyai kepala
pengawal yang pikirannya dapat dia baca dengan mudah seakan-akan dia
memang bisa membaca pikiran orang. "Apakah Hanako baik-baik saja?"
tanyanya. "Hamba tak tahu, Tuanku."
"Apa kamu belum menemukannya?"
"Hamba belum mencari."
"Kenapa tidak?"
"Tanggung jawab hamba adalah menjaga keselamnatan Anda. Saya
tidak bisa begitu saja pergi karena kekhawatiran pribadi."
"Hide, kamu itu berbicara tentang tunanganmu, ibu dari anak-anak dan
ahli warismu nanti, teman hidupmu."
"Ya, Tuanku." "Pergi cari dia. Shimoda akan melindungiku selama kamu pergi. Iya
kan, Shimoda?" "Ya, Tuanku." Hide membungkuk rendah ke tanah. "Hamba akan segera kembali."
"Kamu akan kembali besok pagi," kata Genji, "setelah sarapan pagi.
Dan satu lagi. Kurangi kerendahan bungkukanmu. Sebagai kepala
pengawal, tidak benar kalau kamu membungkuk terlalu rendah sehingga
mengalihkan perhatianmu dari sekitar, meski hanya sebentar."
"Hamba mendengar dan patuh, Tuanku."
"Bagus. Pergi dan cari mempelaimu."
Heiko menunggu hingga Hide pergi dan Shimoda mundur ke jarak
yang cukup jauh. Mereka berdua duduk di bantal yang ditata di bawah
tenda besar yang didirikan di dinding dekat pantai, satu-satunya dinding
yang utuh, selamat dari pengeboman. Angin sepoi-sepoi membawa aroma
laut. "Anda sudah berubah banyak dalam waktu singkat," kata Heiko. Dia
menyentuh sisi botol sake. Setelah yakin suhu botol itu kekontrasannya
sesuai dengan suhu sekitar, dia mengisi cangkir Genji.
"Apa maksudmu?"
PDF by Kang Zusi "Seminggu lalu, Anda hanya sekadar simbol. Seorang junjungan yang
hanya ditoleransi dan kurang dianggap oleh para pengikut Anda. Sekarang,
Anda benar-benar menjadi junjungan mereka. Benar-benar perubahan yang
luar bisaa." "Krisis mengubah orang," kata Genji, mengisi cangkir Heiko, untuk
membalasnya. "Jika mereka beri beruntung, krisis menunjukkan pada
orang-orang apa yang hcnar-benar penting."
Heiko memalingkan wajahnya, merasa malu terhindar pandangan
Genji yang terus terang. Betapa sulitnya, jatuh cinta kepadanya. Kini,
ternyata lebih sulit lagi setelah dia tahu Genji juga mencintainya. Jika
mereka hanyalah petani atau penjaga toko atau nelayan, mereka dengan
mudah bisa menunjukkan perasaan itu tanpa takut akan konsekuensinya.
"Anda terlalu dikuasai oleh emosi yang ditimbulkan uleh kondisi ini,"
kata Heiko. "Hamba tak akan mengingat apa yang Anda katakan hari ini."
"Kamu akan selalu ingat," kata Genji, "dan aku juga. Bukan
suasananya yang membuatku terlalu dikuasai emosi. Karena kamu, Heiko,
hanya kamu." "Tidak perlu mengatakan kata-kata manis kepadaku," kata Heiko. Air
mata menetes di pipinya, tetapi senyum lembut menghias bibirnya dan
napasnya tetap tenang. "Aku mencintaimu. Aku mencintaimu sejak saat
kita pertama kali bertemu. Dan aku akan mencintaimu hingga napas
terakhir. Anda tak perlu membalas cinta saya."
Genji tersenyum santai, senyum yang selalu melumerkan hati Heiko.
"Bagiku, mencintaimu dengan gairah yang sama besarnya mungkin
membosankan, aku tahu. Mungkin, seiring waktu aku akan belajar untuk
tidak terlalu mencintaimu. Apakah kamu senang mendengarnya?"
Dengan tawa bahagia, Heiko menjatuhkan diri ke pelukan Genji.
"Dengan kecantikan-ku ini" Aku takut kau dikutuk untuk semakin
mencintaiku bukannya semakin berkurang."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmm, percaya diri juga kamu?"
"Tidak, Gen-chan," kata Heiko, "aku sama sekali tidak percaya diri.
Cinta adalah kelemahan wanita, bukan kekuatannya. Dan tak peduli betapa
cantiknya seorang wanita, masa mekar dan kejayaannya sangat singkat.
PDF by Kang Zusi Aku tak mengharapkanmu mencintaiku selamanya. Tetapi aku mohon,
kalau engkau bisa, bersikaplah baik kepadaku."
Genji berniat menyelipkan tangannya ke dalam lengan kimono Heiko
yang lebar untuk membelainya. Tetapi hari itu dingin dan tangannya juga
dingin. Pasti tidak menyenangkan baginya, jadi Genji menahan diri. Tetapi,
saat Genji berpikir begitu, Heiko bergerak sedemikian rupa sehingga
tangannya dan tangan Genji secara bersamaan terulur ke lengan kimono
masing-masing. Saat Genji merasakan tangannya menyentuh kehangatan
Heiko, dia juga merasakan jari-jari dingin Heiko menyentuh dadanya.
Panas dan dingin menjadi satu. Genji bertanya-tanya, siapa sebenarnya
yang bisa membaca pikiran orang di sini"
"Bagaimana aku bisa tidak bersikap baik kepadamu" Saat bersamamu,
bahkan saat aku memikirkanmu, semua kekerasan di dunia menghilang,
dan hatiku, seluruh diriku menjadi lemah."
"Tidak seluruh dirimu."
"Hmm, tidak. Mungkin tidak seluruh diriku."
Mereka tidak berpikir untuk membuka pakaian. Bahkan, jika mereka
berada di kamar pribadi Genji. Mereka juga tidak akan membuka pakaian
jika bercinta pada siang hari. Pakaian mereka terlalu rumit, terutama
pakaian Heiko. Kimononya terbuat dari sutra, dengan gaya omeshi dengan helaian
sutra yang berat. Di atasnya, dia mengenakan mantel luar haori, dengan
busa untuk menahan dingin. Kimononya diikat dengan obi bersulam yang
lebar, yang diikat dengan ikatan fukura suzume dan dihiasi dengan
bantalan obi-age yang dimasukkan ke bagian belakang obi.
Ada tiga ratus jenis ikatan obi dan setiap hari Heiko menghabiskan
waktu lumayan lama untuk menentukan ikatan apa yang akan dia kenakan.
Hari ini dia memilih ikatan fukura suzume"Ikatan burung gereja-karena
dia berpikir hari ini Genji akan pulang, dan ingin merayakan kepulangan
itu dengan memakai ikatan yang ada hubungannya dengan lambang klan
Okumichi. Ternyata, dia memang memperkirakan kedatangan Genji
dengan tepat. Kalau salah dia tak akan mengenakan ikatan fukura suzume
PDF by Kang Zusi lagi di lain hari. Itu tidak anggun. Jika memang perkiraannya salah, dia
akan kehilangan kesempatan itu dan pasrah menerimanya.
Tali obi jime menahan obi itu di pinggang Heiko Di antara kimono dan
obi, dia mengenakan penahan obi-ita sehingga kimononya di sekitar obi
tidak berkerut. Busa makura di bawah ikatan membantu agar bentuk obi
terjaga. Bros obi-dome yang diikat tali yang lebih kecil dari tali obi-jime
menghiasi bagian depan obi.
Di bawah kimono, obi, makura, obi-age, obi jime, dan obi-dome,
Heiko mengenakan kimono dalam nagajuban sepanjang tubuh juga terbuat
dari sutra. Tali yang terkait pada kerah kimono dalamnya dimasukkan ke
lubang kerah chikara nuno dan diikat sedemikian rupa sehingga bagian
kerah belakang terbuka sekepalan tangan. Ikat pinggang dalam date-maki
diikatkan melingkari nagajuban.
Di bawah nagajuban adalah pakaian dalam hadajuban dan celana
dalam susoyoke. Di bawah baju dalam itu, ada berbagai bantalan busa di
tulang bahu, perut, dan pinggang. Karena kimono dipotong dalam garis
lurus, bantalan-bantalan busa itu diperlukan untuk membantu tubuh
menyesuaikan dengan model alami kimono yang lurus. Bisaanya, Heiko
juga mengenakan ikat kain di dadanya untuk menekan payudaranya.
Tetapi, karena dia mengharapkan kedatangan Genji hari ini, dia tidak
mengenakan kain itu di dadanya.
Meski Genji dan Heiko tetap berpakaian lengkap, ada cukup bukaan di
baju mereka sehingga memungkinkan terjadinya keintiman yang paling
tinggi dan paling dalam. Seperti panas dan dingin yang sebenarnya satu,
memakai pakaian dan ketelanjangan juga tak ada bedanya.
Dengan napas terengah, Genji berkata, "Jika cinta adalah
kelemahanmu, aku gemetar membayangkan apa yang menjadi
kekuatanmu." Berusaha keras agar tetap tenang, Heiko berkata, "Hamba rasa, Anda
akan gemetar juga nantinya, Tuanku."
Shimoda, yang berusaha menjaga pandangannyaa, tetapi tak bisa
menahan senyum di wajahnya, diam-diam menurunkan kain penutup pintu
tenda. PDF by Kang Zusi Setelah Hide mulai mencari Hanako, dampak kerusakan pengeboman baru
dia sadari sepenuhnya. Sebuah gempa besar sempat menghancurkan Edo
saat dia masih kanak-kanak, diikuti dengan kebakaran besar yang
menghanguskan setengah kota. Kini, Istana Bangau yang Tenang, menjadi
seperti reruntuhan saat gempa itu. Mayat dan anggota badan yang terputus
berserakan di mana-mana dan udara berbau daging hangus yang menusuk.
Perut Hide bergolak saat membayangkan apa arti bau menusuk yang menyiksa lubang hidungnya. Dia berusaha keras mengatasi rasa mual dan air
mata. Di reruntuhan tempat kediaman para orang asing, dia melihat seberkas
kain kimono wanita berwarna terang di bawah balok yang jatuh. Hide
berlutut, mengambil kain itu dan memegangnya dengan kedua tangan.
Apakah ini miliknya" Kalau tak salah wanita itu mengenakan kimono yang
seperti ini di saat terakhir Hide melihatnya, tetapi dia tak begitu yakin.
Mengapa dia tidak memperhatikan dengan baik. Bagaimana mungkin dia
menjadi kepala pengawal kalau dia bahkan tidak bisa mengidentifikasi
kimono calon istrinya"
Tetapi, Hide tak bisa membiarkan dirinya hanyut oleh pikiran seperti
itu. Dia tak boleh meragukan diri sendiri. Junjungannya telah
menganugerahinya jabatan itu. Meragukan kemampuannya melaksanakan
tugas sama saja dengan meragukan keputusan junjungannya. Kesetiaan
menuntut dirinya untuk selalu percaya diri karena junjungannya telah
mempercayai dirinya. Ketika dia melakukan kesalahan, dia harus berusaha
memperbaiki diri, untuk menjadi orang yang diharapkan junjungannya. Itu
adalah kewajibannya. Hide berdiri. Tegap dan percaya diri.
Tetapi, sobekan kain kimono itu masih ditangannya dan air mata
menggenang di matanya. Apa gunanya status dan penghormatan kalau dia
tak punya orang untuk berbagi" Di manakah manisnya kemenangan,
hiburan saat mengalami kekalahan, perayaan, dan kedukaan bahkan dalam
kematian sempurna seorang samurai.
Hide berusia enam belas tahun dan baru mengenakan pedang panjang
katananya yang pertama ketika bertemu Hanako. Dia adalah seorang anak
yatim piatu berusia sembilan tahun, yang baru saja dibawa ke istana oleh
PDF by Kang Zusi Lord Kiyori atas rekomendasi Rahib Zengen. Wajah Hide memerah ketika
ingat kata-kata pertama yang dia ucapkan kepada gadis itu.
"Kamu, ambilkan aku secangkir teh."
Gadis kecil dengan kimono yang warnanya mulai pudar itu
mengangkat dagunya dan berkata, "Ambil saja sendiri."
"Kamu harus mengambilkan aku teh, bocah kecil."
"Nggak mau." "Kamu seorang pelayan. Aku samurai. Kamu harus melakukan apa
yang kuperintah-kan."
Gadis kecil itu tertawa. "Bangsawan Agung Kiyori adalah seorang samurai," katanya. "Lord
Shigeru, Lord Saiki, Lord Kudo, Lord Tanaka, mereka samurai sejati.
Kamu, kamu hanya seorang anak bandel dengan pedang baru yang belum
bau darah." Hide berdiri, malu dan marah membawa tangannya ke gagang pedang.
"Aku seorang samurai. Aku bisa memotongmu jadi dua sekarang."
"Kamu nggak mungkin bisa."
"Apa?" Hide kembali tertegun mendengar jawaban gadis itu yang
berani dan tak terduga. "Seorang samurai mempunyai kekuasaan atas
hidup mati seorang petani seperti kamu."
"Kamu nggak akan bisa."
"Kenapa aku nggak bisa?"
"Karena aku adalah pelayan rumah tangga klanmu. Kamu
berkewajiban melindungiku. Bahkan dengan nyawamu jika diperlukan."
Dengan kata-kata itu, si gadis kecil Hanako berjalan pergi,
meninggalkan Hide yang merasa malu dengan mulut ternganga tak bisa
berkata apa-apa Hide memandang reruntuhan istana di sekelilingnya. Ya, kalau tak salah
persis di tempat ini pertemuannya dengan Hanako terjadi bertahun-tahun
lalu. Dia memandangi tanah sebagaimana dia memandanginya dahulu.
Saat itu Hanako hanyalah seorang anak kecil, tetapi dia berani
mengingatkan Hide akan hal yang tak akan pernah dia lupakan. Seorang
samurai adalah seorang pelindung, bukan tukang gertak yang sombong.
PDF by Kang Zusi Gadis kecil pemberani itu kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa
yang baik dan penuh kebajikan. Selama ini Hide menghindarinya, menghabiskan waktu dengan minum-minum dan berjudi.
Sungguh seorang istri sempurna yang dipilihkan Lord Genji untuknya,
dan kini dia kehilangan untuk selamanya.
"Hide!" Dia berpaling kepada arah suara Hanako.
Hanako tampak terkejut. Dia berdiri di bekas jalan setapak, membawa
nampan dengan teh di atasnya. Dikuasai kebahagiaan, Hide bergerak untuk
memeluknya, tetapi dia berhasil menguasai diri tepat pada saatnya. Dan,
dia membungkuk kepada Hanako.
"Aku lega melihatmu tak terluka."
Hanako membungkuk kepadanya. "Aku merasa terhormat karena kamu
mempunyai perhatian terhadap orang yang tak penting seperti aku."
"Kamu bukannya tidak penting," kata Hide, "paling tidak untukku."
Susah untuk menentukan siapa yang lebih terkejut mendengar katakata itu, Hanako atau Hide sendiri, tetapi reaksi Hanako lebih dramatis.
Terkejut oleh keterusterangan Hide, Hanako terhuyung dan hampir
menjatuhkan nampan yang dibawanya. Hanya gerakan Hide yang cepat
mencegah Hanako terjatuh. Ketika Hide memegangi nampan agar tak
terjatuh, tak sengaja tangannya menyentuh salah satu tangan Hanako. Tak
diduga, Hanako merasa dirinya melunak terhadap sentuhan pertama Hide.
Hide berkata, "Lord Genji telah memerintahkanku untuk tidak kembali
hingga pagi besok. Setelah sarapan."
Wajah Hanako memerah, mengerti apa yang dimaksudkan Hide. "Tuan
kita benar-benar murah hati," katanya sambil tetap menundukkan
pandangan. Banyak yang ingin diceritakan Hide dan dia tak bisa menahan diri lagi.
"Hanako, kami bertempur melawan pasukan Lord Gaiho saat menuju Kuil
Mushindo. Karena tindakanku dalam pertempuran itu, Lord Genji telah
mengangkatku sebagai kepala pengawalnya."
"Aku ikut bahagia," kata Hanako. "Tak diragukan lagi kamu akan bisa
membawa diri penuh keberanian dan kehormatan." Kembali dia
membungkuk rendah. "Sekarang, kalau boleh aku permisi beberapa saat.
PDF by Kang Zusi Aku harus mengantar nampan ini kepada Lord Shigeru dan Lord Saiki.
Saya akan kembali kepada Anda, Tuanku, jika tugasku telah selesai."
Baru setelah Hide mengamati Hanako berjalan pergi"tidak
mengambil jalan pintas menyeberangi reruntuhan tetapi tetap berjalan di
bekas koridor, seakan-akan tak satu pun yang berubah"baru dia sadar
bahwa Hanako tadi memanggilnya "tuanku" dan sekarang dia memang
berhak menyandang gelar itu. Kepala pengawal adalah jabatan dengan
status. Meski I.ord Genji belum secara resmi menganugerahinya gelar itu,
dia pasti akan melakukannya saat pengumuman Tahun Baru nanti.
Hide mengingat rasa hangat yang dia rasakan ketika tangannya
bersentuhan dengan tangan Hanako beberapa saat lalu. Itu adalah sentuhan
fisik pertiama mereka. Baru dia tahu kalau dia telah mencintai Hanako
sejak lama tanpa menyadarinya. Tetapi, ternyata Lord Genji tahu. Sekali
lagi Hide merasa sangat terharu dan bersyukur. Betapa beruntung-nya dia
dan mereka semua, dapat melayani junjungan yang tahu apa yang akan
terjadi. Hide pergi memeriksa kamarnya, untuk melihat apakah kamarnya
masih ada. Dia berharap setidaknya masih ada dinding yang berdiri
sehingga dia dan mempelainya bisa mempunyai privasi malam ini.
Hanako mencoba memusatkan perhatiannya ke langkahnya.
Reruntuhan di sekitarnya bisa membuatnya terpeleset. Alangkah
cerobohnya jika dia terpeleset dan terjatuh di depan mata bakal suaminya
menjelang malam pertama mereka, betapa sangat memalukan. Tetapi,
usaha Hanako untuk berkonsentrasi sia-sia saja. Pikirannya melayang ke
sekitar dua belas tahun lalu, pada suaraLord Kiyori.
"Hanako." "Tuanku." Hanako jatuh berlutut dan menempelkan dahinya ke tanah.
Tubuhnya gemetar ketakutan. Dia baru saja berjalan.dengan bangga dan
dagu terangkat karena merasa telah mengalahkan anak laki-laki sok jago
dan tampan sehingga dia tak mengetahui keberadaan sang Bangsawan
Agung sendiri. "Ikut aku." PDF by Kang Zusi Dengan badan gemetaran meski saat itu mata hari musim semi bersinar
cerah, Hanako dengan kepala tertunduk mengikuti Lord Kiyori, yakin
bahwa dia akan mati. Untuk apa lagi seorang Bangsawan Agung berkenan
berbicara kepadanya, seorang anak yatim piatu yang ada di istana indah ini
hanya karena kebaikan si tua Zengen, sang rahib desa"
Apakah anak laki-laki tadi kerabat junjungannya, keponakan favoritnya
mungkin" Apakah dia dengan ceroboh telah menghina orang yang salah,
padahal dia baru saja datang" Air mata menggenang dan menetes di
pipinya. Betapa memalukan, dia telah mengecewakan Zengen. Padahal,
rahib itu telah bersusah payah membantu Hanako setelah kematian kedua
orangtuanya, dan dia telah menyia-nyiakan kesempatan yang didapatnya.
Semua itu karena keangkuhannya. Bukankah Zengen sering kali
mengatakan kepadanya berkali-kali. Jangan terlalu tinggi menganggap
dirimu, Hanako, diri sendiri tak lain hanyalah ilusi. Ya, Rahib Zengen,
jawab Hanako berkali-kali. Tetapi, dia tak pernah menghayati pelIajaran
itu dalam hatinya sehingga kini semua sudah terlambat.
Di depan, Hanako mendengar suara para satmurai yang sedang berlatih
di ruang latihan. Tak diragukan lagi, dia pasti akan dipenggal. Bagaimana
Hanako dapat menghadapi orangtuanya di Tanah Murni nanti" Tidak, dia
tak perlu khawatir tentang itu. Dia tak patut diselamatkan oleh Buddha
Amida. Dia akan masuk neraka untuk membayar karma jahatnya dengan
Kichi, sang penyihir hermafrodit, Gonbe si pemerkosa, dan Iso sang
penderita lepra. Mungkin di tempat yang mengerikan itu dia akan menjadi
budak Kichi dan diperistri Iso.
"Eeeeeeehhhh!" Teriakan pertempuran yang keras sangat mengagetkan Hanako
sehingga dia tak mampu mengangkat pandangannya dan akibatnya dia
menabrak Lord Kiyori yang berhenti tepat di depan ruang latihan. Hanako
mundur ketakutan, tetapi Lord Kiyori tidak memerhatikannya.
"Tuanku!" Samurai yang memakai baju besi menjatuhkan diri di atas
satu lutut dan membungkukkan tubuhnya 45 derajat, bungkukan yang
bisaa dilakukan di medan pertempuran. Samurai yang lain segera
mengikutinya. "Teruskan," kata Lord Kiyori.
PDF by Kang Zusi Mereka berdiri dan melanjutkan latihan perang. Pada awalnya, Hanako
tidak mengerti mengapa para samurai itu tidak ada yang mati. Kemudian,
dia melihat bahwa mereka menggunakan pedang dari kayu oak bukan dari
baja. "Klan lain menggunakan pedang bambu untuk latihan," kata Lord
Kiyori. "Pedang bambu tidak menimbulkan rasa sakit, jadi tidak berguna.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi, di tangan ahli pedang yang baik, pedang kayu oak dapo,
mematahkan tulang dan kadang membunuh, meski sang samurai sudah
mengenakan baju besi. Kami berlatih dengan pedang kayu oak sehingga
ada unsur bahayanya. Berlatih tanpa bahaya sama saja dengan tidak
berlatih." Lord Kiyori memandangnya. "Kenapa kami berlatih?"
"Karena Anda semua adalah samurai, Tuanku."
"Apa itu samurai?"
Hanako terkejut karena junjungannya menanyakan pertanyaanpertanyaan dan tidak langsung memerintahkan samurai untuk segera
memenggalnya. Ia bersyukur karena itu berarti menunda pemenggalan
dirinya sedikit lebih lama. Perutnya mual membayangkan dirinya diseret
ke ranjang perkawin si lepra, Iso.
"Seorang prajurit, Tuanku."
"Dan kapan terakhir kali perang terjadi?"
"Lebih dari 250 tahun yang lalu, Tuanku."
"Lalu, apa gunanya berlatih seni bela diri yang penuh kekerasan ini"
Kita hidup dalam damai?"
"Karena perang bisa terjadi kapan saja, Tuanku. Seorang samurai harus
siap." "Siap untuk apa?"
Itu dia, akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu sampai ke tujuan. Tak akan
ada lagi pertanyaan, dia akan mati. Hanako menundukkan kepalanya dan
berkata, "Siap untuk membunuh, Tuanku," dan menunggu pedang tajam
memisahkan kepalanya dari leher.
Tetapi, Lord Kiyori mengejutkannya lagi. Katanya, "Bukan Hanako,
bukan itu. Membunuh tak perlu banyak latihan. Lihat baik-baik."
Hanako mengangkat kepalanya dan melihat. Para samurai itu saling
menyerang. Itu yang dia lihat, awalnya. Tetapi, semakin lama dia
PDF by Kang Zusi mengamati, dia melihat ada perbedaan sikap tiap-tiap samurai yang sedang
berlatih bertempur. Beberapa orang tetap menyerang dengan penuh tekad
meski serangan menghujani mereka. Sementara yang lain bergeser dan
melompat untuk menghindari serangan, tetapi tetap saja kena. Dalam
situasi ketika banyak orang saling bertempur di ruang yang sempit,
mustahil untuk menghindari pukulan dan serangan, apa pun yang mereka
lakukan untuk menghindarinya. Jika pedang-pedang yang mereka gunakan
adalah pedang baja, seperti dalam pertempuran sebenarnya, pasti hanya
sedikit yang bisa bertahan hidup. Saat itulah sebuah kesadaran masuk ke
otak Hanako. Katanya, "Mereka harus siap mati, Tuanku."
Lord Kiyori tersenyum kepadanya. "Itulah takdir seorang samurai,
Hanako. Tak mudah hidup dengan ketakutan terus-menerus."
"Tetapi, bukankah seorang samurai sejati tak punya rasa takut,
Tuanku?" Hanako tak bisa membayangkan junjungannya yang agung ini
punya rasa takut terhadap sesuatu.
. "Tak punya rasa takut bukanlah tanda keberanian. Itu adalah tanda
kebodohan. Keberanian adalah mengakui ketakutan dan mengatasinya."
Lord Kiyori menepuk kepala Hanako. "Kadang, saat masih muda, seorang
samurai menutupi ketakutannya dengan keangkuhan. Seorang wanita yang
bijak akan memaafkannya. Dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk
membuat samurai itu menjadi lebih kuat. Dia tak akan melakukan apa pun
yang bisa melemahkannya. Kamu mengerti?"
"Ya, Tuanku." "Kau boleh pergi."
Segera setelah meninggalkan Lord Kiyori, Hanako pergi ke dapur. Dari
sana, dia kembali ke halaman tempat dia berbantah dengan samurai muda
tadi. Betapa leganya Hanako melihat samurai itu masih duduk di sana,
persis seperti saat dia tinggalkan tadi. Apakah hanya khayalannya atau
memang bahu samurai itu kini membungkuk kecewa" Hanako merasa
pipinya memerah karena malu atas perbuatannya tadi.
Dia mendekat, membungkuk, dan berlutut di depan samurai itu. "Teh
Anda, Tuan Samurai."
"Oh," samurai muda itu terkejut dan salah tingkah. "Terima kasih."
PDF by Kang Zusi Saat samurai itu mengambil cangkir teh, Hanako melihat seakan-akan
bahu sang samurai kembali tegak. Dia senang. Hanako sangat, sangat
senang. Shigeru dan Saiki duduk di atas tatami dari anyaman jerami yang
diletakkan di bekas ruangan Shigeru dahulu. Tatami yang ada di situ telah
hancur oleh tembakan meriam, sedangkan tatami yang mereka duduki
sekarang adalah tatami dari tempat lain yang tidak rusak karena
pengeboman. Shigeru duduk diam, matanya setengah terpejam. Dia tak
bergerak ketika Hanako muncul, berlutut di depan tempat yang dahulunya
adalah pintu, membungkuk, dan maju seakan-akan masuk ruangan yang
rapi dan tertata. Saiki dengan sopan menyapanya. "Aku senang kamu selamat,
Hanako." "Terima kasih, Tuan." Hanako mendekati Shigeru dengan khawatir
karena dia telah mendengar gosip-gosip mengerikan tentang pria itu, tetapi
Hanako tidak memperlihatkan ekspresi apa pun dan dengan sopan dia
menuangkan teh untuk Shigeru.
"Apa kamu sudah berbicara dengan Hide?" tanya Saiki.
"Sudah Tuanku."
"Jadi, kamu pasti sudah tahu berita baik yang dia bawa. Dia benarbenar telah mem-buktikan dirinya dalam waktu singkat, ya?"
Hanako membungkuk rendah. "Memang benar dan itu semua karena
kemurah-hatian Lord Genji." Karena tunangannya tidak hadir, Hanako
berkewajiban bersikap rendah hati untuknya.
"Junjungan kita memang baik hati. Tetapi, jika dia mempercayai Hide,
aku juga percaya kepadanya." Saiki tidak memandang Shigeru meski
sebenarnya kata-kata tadi lebih ditujukan kepada Shigeru daripada
Hanako. "Apa kamu sudah memutuskan di mana kalian akan membangun
rumah tangga?" "Belum, Tuan. Hamba baru saja mendengar tentang kenaikan
pangkatnya." Sebenar-nya, Hanako sudah membayangkan membangun
rumah tangganya di Sayap perwira di bagian barat istana yang perlengkapannya sederhana, tetapi ditata dengan bagus. Di sana juga tersedia ruangan
PDF by Kang Zusi untuk kamar bayi. Tetapi, tentu saja karena bagian istana itu telah hancur
beberapa jam sebelumnya, kepindahan mereka harus menunggu hngga
istana dibangun kembali. Ada tindakan penting yang tidak bisa menunggu.
Karena Hide kini menjabat kepala pengawal sekaligus menjadi suaminya,
Hanako berketetapan hati untuk memberikan seorang ahli waris untuknya
secepat mungkin. "Pasti banyak yang ingin kau bicarakan dengannya. Kau tidak harus
melayani kami. Pergilah ke suamimu. Dia pasti lebih menghargai
kehadiranmu lebih daripada kami."
"Terima kasih, Tuan." Dengan penuh terima kasih, Hanako
mengundurkan diri. Saiki tersenyum. Betapa indahnya hidup ketika kita masih muda dan
sedang jatuh cinta. Tak ada krisis dan tragedi yang dapat menghapusnya.
Bahkan, mungkin krisis dan tragedi memperkuat rasa cinta itu. Untuk
beberapa saat, ketika dengan sabar Saiki menunggu Shigeru untuk
memulai percakapan, dia terhanyut dalam kenangan tentang masa
mudanya dan hari-hari yang telah berlalu.
"Jika dia percaya kepada Hide, aku juga percaya kepadanya," kata
Shigeru menirukan kata-kata Saiki.
Saiki membungkuk. "Hamba pikir Anda terlalu berkonsentrasi dalam
meditasi sehingga tidak mendengar saya."
"Aku bermeditasi Saiki, bukan koma."
"Hamba senang karenanya, Lord Shigeru, karena sekarang bukan
saatnya untuk koma."
"Setuju." Shigeru menghirup tehnya. "Babak terakhir peperangan
Sekigahara sudah dekat."
Saiki memikirkan makna tersirat dari kata-kata itu. Selama 261 tahun,
pihak yang kalah dalam peperangan itu dengan keras kepala berpendapat
bahwa hasil akhir perang itu belum tuntas. Belum tuntas, meski daerah
Perwalian Barat sudah runtuh, pemusnahan klan Toyotomi yang berkuasa
saat itu, kematian hampir seratus ribu prajurit dalam satu hari dan naiknya
klan Tokugawa menjadi Shogun selama lebih dari dua ratus tahun. Belum
tuntas karena ketidakrelaan para samurai yang masih hidup untuk
menerima kekalahan. Tetapi, sayangnya itu merupakan pandangan yang
PDF by Kang Zusi juga dianut Saiki, meski dia mengakui itu tidak rasional. Lagi pula, apa
yang dapat dia lakukan" Dia juga seorang samurai.
Saiki berkata, "Hamba sangat bersyukur bahwa akhir pertempuran itu
terjadi di masa hidup saya." Kedalaman emosi yang dirasakannya
membuat matanya berkaca-kaca. Ayah dan kakeknya, yang merupakan
pejuang lebih baik daripada mereka, hidup dan meninggal dalam
kedamaian. Dirinyalah yang mendapat kesempatan menebus kehormatan
para leluhurnya. "Aku juga," kata Shigeru.
Untuk beberapa menit, tak terdengar kata-kata. Saiki menuangkan teh
untuk Shigeru. Shigeru menuangkan teh untuk Saiki.
Hari itu cukup hangat untuk musim dingin. Saiki memandang langit.
Angin stratosfer, yang tidak dapat dia rasakan embusannya, goresan awan
putih dengan latar belakang ladang membiru. Pada momen yang terasa
abadi itu, seluruh sel tubuh Saiki bergetar dengan semangat hidup.
Sementara itu, Shigeru mengingat rasa saat dia menghunus pedang
warisan leluhur. Kemunculan Saiki membuatnya tidak dapat mengetes
ketajaman pedang itu terhadap si Mata Licik bodoh, Kawakami. Tetapi,
menghunus kedua pedang itu sudah merupakan suatu pengalaman yang
mencerahkan baginya. Saat dia menarik keduanya dari sarung, Shigeru
tahu bahwa dia akan menjadi Okumichi terakhir yang menggunakan
pedang leluhur itu dalam pertempuran. Dia tak tahu kapan itu akan terjadi.
Dia tak dapat melihatnya dengan jelas. Dan, dia juga tak tahu siapa yang
akan menjadi musuh terakhirnya, juga akhir dari pertempuran itu. Yang dia
tahu hanyalah dia akan menjadi yang terakhir menggunakannya dan hal
itu membuat hatinya terasa berat.
Dalam masa damai yang melenakan setelah Sekigahara, Shogun
Tokugawa telah mengeluarkan perintah untuk mengumpulkan dan
memiliki pedang-pedang yang terkenal dari kalangan keluarga bangsawan
yang disebut meito. Dua pedang yang kini di sandang Shigeru, "Cakar
Burung Gereja", tidak masuk dalam koleksi itu karena Pemimpin Klan
Akaoka saat itu, Uenomatsu, menolak berpartisipasi dalam proyek
Tokugawa yang melibatkan pedang, yang merupakan jiwa seorang
PDF by Kang Zusi samurai. Pemyataan Uenomatsu tentang itu, yang tercatat dalam dokumen
rahasia klan, diketahui oleh setiap anggota klan Okumichi.
Kata sang Bangsawan Agung Uenomatsu, biarkan mereka yang lebih
memilih minum teh daripada bertempur, mengoleksi daftar cangkir teh
yang paling terkenal. Meski tak ada hal konkret yang didiskusikan, inti pertemuan itu telah
terwujud. Shigeru dan Saiki telah menegaskan komitmen mereka terhadap
Genji sebagai Bangsawan Agung Akaoka; mereka berjanji untuk
membantunya menurunkan Keshogunan Tokugawa meski harus
mengorbankan nyawa; mereka setuju untuk mengesampingkan semua
perbedaan"misalnya tentang para misionaris"hingga hal-hal penting
diselesaikan terlebih dahulu. Tak satupun dari hal ini dikemukakan dengan
jelas. Tetapi, mereka berdua telah saling mencapai pengertian.
"Situasi di Kuil Mushindo tidak seperti yang seharusnya," kata
Shigeru. Saiki tahu Shigeru tidak bicara tentang pengurungan dirinya beberapa
waktu lalu, tetapi tentang kesetiaan Sohaku sebagai salah satu pembantu
kunci Lord Genji "Begitu juga situasi di Istana Bangau yang Tenang."
Shigeru mengangguk. Jadi, Kudo juga harus dibunuh seperti juga
Sohaku. Tidak perlu lagi memperbincangkan tentang itu. Memang saat ini
belum waktunya untuk beraksi. Waktu yang akan berbicara. Ketika
saatnya tiba, rangkaian peristiwa akan terjadi sendiri seperti yang
seharusnya. Untuk kasus ini, tidak perlu mengkhawatirkan akan terjadi
pembunuhan diam-diam. Baik Sohaku maupun Kudo tak dapat berharap
mendapat kesetiaan dari para pengikutnya jika mereka menggunakan caracara licik untuk membunuh Genji. Pengkhianatan seperti itu akan
merupakan kesalahan yang tak terampuni. Mereka hanya dapat menang
melalui pemberontakan terbuka dan kemenangan di medan tempur. Tentu
saja, mereka akan memilih waktu dan tempat yang paling menguntungkan
bagi mereka. Dan, kesempatan itu akan terjadi tak lama lagi.
"Apa kamu mengusulkan agar kita mundur dari Edo?"
"Tidak ada pilihan lain," jawab Saiki.
Shigeru mempertimbangkan rute yang aman dilewati. Melalui laut tak
mungkin. Armada asing yang baru saja membombardir Edo dengan mudah
PDF by Kang Zusi dapat meneng-gelamkan armada Jepang tanpa bertanya-tanya. Bahkan,
tanpa ancaman itu pun, masih ada angkatan laut Shogun yang harus
dikhawatirkan. Memang, tak bisa dibandingkan dengan kekuatan armada
asing, tetapi angkatan laut Shogun cukup kuat untuk mengalahkan apa pun
yang dapat dimunculkan oleh armada Akaoka di laut. Rute tercepat adalah
lewat Laut Dalam. Sayangnya, wilayah-wilayah di sana adalah wilayah
yang setia kepada Shogun. Yang tersisa adalah jalan melewati
pegunungan. "Jalan menuju rumah sangat panjang dan penuh bahaya," kata Shigeru.
Saiki berkata, "Hamba telah mengirim seorang pembawa pesan ke
Kastel Awan Burung Gereja satu jam setelah serangan tadi. Lima ratus
orang pasukan kita akan siap di perbatasan timur wilayah Akaoka dalam
dua minggu, siap untuk membantu kita jika diperlukan."
"Itu artinya perang."
"Ya." Shigeru mengangguk. "Bagus. Aku rasa kita bisa berangkat besok
pagi." "Dengan persetujuan Tuan kita."
Menurut Heiko, para misionaris dari Firman Sejati yang datang
sebelumnya ada di tempat yang bernama Mushindo, sebuah kuil di
provinsi lain yang ada di utara kota. Setahun lalu, tak lama setelah para
misionaris itu tiba, di sana terjadi wabah. Heiko tak tahu apakah ada di
antara misionaris itu yang selamat, dan siapa yang selamat.
"Ada temanmu di antara mereka?" tanya Heiko.
"Ada seseorang yang harus aku temui." jawab Stark.
"Kalau begitu, kuharap dia berhasil selamat dari wabah itu."
"Kuharap juga begitu."
"Jika dia tidak selamat, bagaimana menurut agamamu?"
"Aku tidak mengerti maksudmu."
"Jika seseorang yang kau sayangi meninggal, apa kamu akan dapat
melihatnya lagi" Menurut agamamu?"
PDF by Kang Zusi "Agama Kristen mengajarkan kematian adalah kehidupan yang abadi.
Orang-orang yang baik masuk surga, yang jahat ke neraka. Siapa yang
akan kau temui bergantung ke mana kau pergi nanti."
Stark berpikir untuk mencuri kuda dan berkuda sendiri ke Mushindo.
Heiko mengatakan kepadanya, Lord Genji perlu waktu tiga hari untuk
sampai ke sana. Itu memang wilayahnya, dia sudah tahu jalannya, dan dia
adalah seorang bangsawan. Namun, dengan keuntungan itu dia tetap saja
bertemu dengan lawan dan harus bertempur untuk lewat. Stark menyadari
kesempatannya pergi sendiri ke Kuil Mushindo sangat kecil.
Dia telah menunggu begitu lama. Dia harus menunggu sedikit lebih
lama lagi. Kecuali, jika serangan armada asing itu membuat Shogun
memerintahkan pengusiran bagi orang asing. Kalau kondisinya begitu,
kesempatan yang kecil lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Stark
seharusnya lebih memperhatikan ketika Cromwell memberikan kuliah
tentang geografi Jepang saat mereka di kapal. Dia ingat ada empat pulau


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

utama, dan tempat mereka tinggal saat ini adalah pulau terbesar, bernama
Honshu. Honshu adalah tempat rumah misi Firman Sejati akan dibangun.
Setidaknya, dia ada di pulau yang benar. Dan, itu permulaan yang baik.
Heiko permisi beberapa saat lalu untuk menemanl Lord Genji sehingga
Stark dapat memeriksa reruntulian istana untuk mencari miliknya yang
paling berharga. Dia baru saja menemukan revolver caliber 44-nya di
bawah Injil-Injil yang berserakan ketika Emily tiba-tiba muncul.
Untunglah pistol itu tidak rusak. Stark segera menyelipkan pistol itu di
bawah Kitab Suci. Mungkin Emily telanjur melihat pistol itu, tetapi wanita
itu diam saja. "Apakah kita bisa bicara terus terang, Matthew?"
"Tentu." Stark memandang sekeliling. Tidak ada kursi untuk
ditawarkan kepada Emily. "Aku cukup nyaman berdiri, kok. Terima kasih."
Emily berhenti bicara dan menunduk. Tangannya saling menggenggam
dengan erat. Cemas membuat bibirnya mengerut rapat. Emily menarik
napas panjang dan kemudian berkata dengan cepat. "Aku harus tetap
tinggal di Jepang. Aku harus terus, seperti rencanamu dan aku dan
Zephaniah sebelumnya, dan menyelesaikan pembangunan rumah misi kita
PDF by Kang Zusi di sini. Aku harus, Matthew, harus. Dan satu-satunya cara adalah jika
kamu di sini membantuku."
Semangat yang ditunjukkan Emily membuat Stark terkesan. Wanita itu
mempunyai tekad sekuat dirinya Tetapi, tekadnya berdasarkan keyakinan,
sementara tekadnya bukan berdasarkan itu.
"Aku selalu siap membantumu, Emily, sekuat yang aku bisa. Tetapi,
yang kau minta tak mungkin dilakukan sekarang. Pengeboman itu dapat
dipastikan menimbulkan kemarahan kepada kita, karena kita orang asing,
seperti kapal yang melakukannya. Ini tidak aman. Dan kita tidak punya
pilihan lain dalam masalah ini. Pemerintah Jepang mungkin akan mengusir
kita." "Jika itu terjadi, apakah kamu akan pergi?"
"Tidak," kata Stark. "Aku tak akan pergi. Aku datang ke Jepang
dengan satu tujuan, dan aku tidak akan pergi sebelum tujuan itu selesai
kulakukan." "Maka kau pasti memahamiku karena aku merasa seperti dirimu."
Stark menggeleng. Bagaimana dia dapat menjelaskan kepadanya" Dia
tidak bisa. Yang bisa dia katanya hanyalah, "Aku rasa aku akan mati di
sini." "Aku siap mati juga."
Tidak, Stark ingin mengatakan bahwa mereka tidak sama. Kau datang
untuk menyebarkan firman Tuhan. Aku datang untuk membunuh.
Stark menyuruh kudanya berhenti sebelum dia meneruskan perjalanan
melewati bukit terakhir menuju peternakan dan memasang bintang tanda
pangkatnya yang baru, bersegi lima, dengan tulisan "Arizona Ranger" di
tengahnya. Komisi dari gubernur ada di pelananya, sepuluh keping uang
emas yang menurut gubernur adalah bonus pengangkatannya. Dia tidak
mengerti mengapa gubernur mau membayar orang padahal dia baru
mendaftar, belum bekerja sama sekali. Tetapi Stark tidak menolak, berterima kasih, dan menerima uang itu bersama bintang dan komisinya.
Mungkin masalah yang mereka hadapi di sana dengan para Indian Apache,
pelarian, bandit, dan para pengacau lebih buruk dari yang dia dengar.
PDF by Kang Zusi Padahal, yang dia dengar sudah cukup buruk. Tetapi, bagaimana pun itu
adalah kesempatan baik dan dia akan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Stark memasang bintang itu di jaketnya sebelum berkuda melewati
bukit karena kadang, terutama ketika cuaca cerah seperti hari ini, Becky
dan Louise akan bermain-main hingga jauh dari peternakan dan Stark ingin
mereka melihat bintang itu saat mereka melihatnya. Mereka sangat senang
ketika dia pergi, ayah tiri mereka akan menjadi seorang ranger. Memang,
bukan Texas Ranger yang terkenal, melainkan seorang ranger tetap
seorang ranger . Anak-anak itu sudah sampai usia saat mereka perlu teman bermain
sebaya mereka, dan sekolah, dan Tucson punya semua itu. Mereka dapat
hidup lumayan di peternakan, lebih dari lumayan, apalagi tahun ini dia
bersama Mary Anne dan kedua anak perempuannya. Tetapi, sudah
waktunya mereka pindah, dan tiba saatnya mereka berempat memulai
hidup baru yang lebih baik di Arizona.
Sesuatu membuatnya berhenti di tengah jalan di bukit itu. Dia tidak
tahu apa yang salah, hanya hatinya tidak enak. Stark menarik karabin dari
tempa penyimpanan di belakangnya dan mendengarkan. Itulah yang salah.
Dia tidak mendengar apa-apa. Ternaknya memang sedikit, tidak seperti
ribuan ternak yang ada di peternakan di luar Dallas dan Houston. Tetapi,
seperti peternakan lainnya, ternak-ternak itu membuat suara yang
terdengar hingga jauh, suara gumaman memamah biak dari perut binatangbinatang itu. Dia tahu dari kesunyian itu bahwa temaknya telah hilang.
Jadi, dia tidak terkejut ketika dia melewati bukit dia tidak melihat mereka.
Apa yang tidak dia lihat selanjutnya, membuat tubuhnya mendingin
dan matanya berkunang-kunang. Dia tidak melihat sesuatu yang bergerak,
kecuali debu, semak-semak, dan gesekan daun tertiup angin, tidak ada
suara yang datang dari arah kabin.
Stark menderapkan kudanya menuju ke bawah bukit, pikirannya
kosong, jantungnya berhenti berdetak. Di tengah jalan menuruni bukit, dia
melihat dua anjing mereka terbaring di luar pagar, tertembak di perut dan
bangkainya membengkak. Hanya ada satu penjelasan. Dan, penjelasan itu
sudah dekat. PDF by Kang Zusi Stark melompat turun, menggeser senapan karabinnya ke tangan kiri,
dan tangan kanannya menarik pistol kaliber 44 dari sarungnya. Dia berdiri
diam cukup lama sebelum akhirnya dia melangkahkan kaki menuju rumah.
Stark memegang kedua pistol itu setinggi bahu, siap untuk ditembakkan.
Dia tahu kedua pistol itu takkan berguna terhadap apa yang akan
dilihatnya. Dia melakukan itu karena tak ada lagi yang dapat dia lakukan.
Sekitar dua belas langkah dari rumah, arah angin berubah dan bau
busuk langsung menyerangnya. Tetapi, dia tetap memaksa dirinya untuk
fokus dan mempertahankan pistol itu ke arah tembakan yang benar. Stark
hampir-hampir tak memerhatikan perutnya yang menegang, dan rasa mual
yang naik ke tenggorokan dan mulutnya, sendi-sendi tubuhnya melemas
dan ototnya mengendur. "Mary Anne." Stark berpikir ada orang lain di sana yang memanggil Mary Anne
sebelum akhirnya dia menyadari bahwa itu adalah suaranya sendiri.
Stark melangkah ke depan, melewati pintu, dan apa yang dilihatnya tak
bisa masuk ke pikirannya. Mereka bertiga pasti masih hidup, seharusnya
begitu, karena mereka bergerak, atau selimut yang menyelimuti mereka
setidaknya. Mary Anne pasti membeli selimut-selimut itu dari pedagang
Meksiko ketika dia pergi. Selimut-selimut itu berpola geometris seperti
yang bisaa terdapat di selatan perbatasan. Tetapi, cuaca musim semi
seharusnya tak membuat mereka membutuhkan begitu banyak selimut,
Bocah Sakti 9 Salad Days Karya Shelly Salfatira Golok Maut 11

Cari Blog Ini