" Chapter 1 NAMAKU Tobias. Anggota Animorphs yang lain tak bisa cerita banyak tentang
diri mereka kepadamu, tapi aku bisa. Soalnya, aku tak punya alamat.
Aku tak bisa ditemukan. Aku tinggal di hutan di sebelah padang
rumput. Itulah teritoriku.
Teritoriku mencakup padang rumput, yang terhampar kira-kira
seratus meter ke satu arah, dan lima puluh meter ke arah yang
berlawanan. Teritoriku juga mencakup pepohonan yang mengitari
padang rumput, dan hutan yang terbentang ke arah utara sekitar
seratus meter juga. Tentu saja teritoriku itu juga teritori binatang-binatang lain.
Burung hantu, gagak, rubah, rakun, sampai ke semut dan labah-labah.
Tapi tidak elang ekor merah.
Jadi akulah satu-satunya elang ekor merah yang tinggal di situ.
Namaku Tobias, dan aku manusia. Sebagian. Sebagian besar
pikiranku manusia. Paling tidak aku berpendapat begitu. Maksudku,
aku ingat hal-hal yang manusiawi. Aku bisa membaca dan berbahasa.
Sebagian besar teman dekatku adalah manusia. Dan aku dilahirkan
sebagai manusia, dengan tubuh manusia, lengkap dengan tangan, kaki,
dan mulut. Meski demikian, sekarang aku punya sayap dan cakar, dan bulu.
Dan alih-alih mulut, aku punya paruh bengkok.
Aku bisa mengeluarkan suara dengan paruhku. Tapi bunyinya
sama sekali bukan suara manusia. Untuk bicara dengan manusia biasa,
aku menggunakan bahasa-pikiran.
Tapi di pagi hari begini tak ada orang di dekatku, sementara aku
menunggu dengan sabar di cabang pohon elm yang hampir mati.
Kuarahkan pandanganku ke padang rumput. Aku tahu jalan dan
sarang tikus, tikus besar, dan kelinci yang tinggal di sana. Dan aku
tahu apa artinya kalau rumput kering yang tinggi itu bergoyang sedikit
saja. Dengan mata elangku aku bisa melihat apa yang tak bisa dilihat
mata manusia. Aku bisa melihat helai demi helai rumput yang
bergetar sedikit saat ada tikus lewat.
Dan dengan telinga elangku aku mendengar derik samar gigi
tikus yang sedang mengerat biji-bijian.
Tikus itu berjarak dua sampai dua setengah meter dari
tempatku. Target empuk. Kubentangkan sayapku pelan-pelan, aku tak ingin membuat
suara. Kulepaskan cengkeraman cakarku di dahan dan aku meluncur
turun. Sayapku menangkap bantal udara dan aku melayang, nyaris
tanpa suara, menuju mangsaku.
Rumput bergoyang sedikit.
Di antara rerumputan itu kulihat kilatan cokelat. Tikus itu
berlari. Terlalu pelan. Kujulurkan cakarku ke depan. Kusapukan sayapku ke depan
untuk mengerem kecepatanku, kuturunkan sebelah sayap untuk
berbelok, dan aku meluncur turun dari ketinggian tiga puluh senti
terakhir seperti batu yang jatuh.
Segalanya berakhir sangat cepat.
Tetapi kali ini, saat aku menyeret tikus itu ke tempat yang lebih
aman, aku tersandung majalah kumal yang rupanya dibuang orang.
Angin meniup terbuka halaman-halamannya. Iklan, gambar. Foto
Presiden dengan tokoh negara asing.
Kemudian berhenti di satu halaman. Foto ruangan kelas. Anakanak seumurku. Beberapa anak tampak bercanda di bagian belakang.
Beberapa tampak bosan. Sebagian besar tampak memperhatikan, dan
tiga di antaranya nyaris berdiri dari tempat duduk mereka,
mengacungkan tangan kepada guru. Semua adegan itu terekam dalam
foto bisu. Kelas seperti kelas-kelas lain. Seperti kelasku dulu. Aku
termasuk anak yang memperhatikan, tetapi terlalu pemalu untuk
mengacungkan tangan. Aku tak pernah pemberani atau agresif. Terus
terang saja aku sasaran empuk anak-anak jail. Anak yang dengan
mudah dijadikan kambing hitam. Anak dari keluarga amat berantakan,
sehingga akhirnya aku diping-pong dari satu bibi ke paman yang lain
yang bahkan kadang-kadang tak ingat lagi siapa namaku.
Tapi aku tak lagi begitu.
Chapter 2 BEGINILAH hidupku sekarang. Aku terima dengan pasrah.
Dan jadi burung ada enaknya juga kok. Sangat enak.
Kenyang dan penuh tenaga, aku terbang di atas padang rumput,
melayang semakin tinggi dengan cara sulitmenggunakan kekuatan
ototku. Aku melayang di atas pepohonan dan berusaha naik lebih tinggi
lagi. Melintasi batas teritoriku. Makin tinggi dan makin tinggi. Dan
kemudian kurasakan gelombang udara di bawahku.
Bagus, ada angin termal. Pilar udara dari daratan yang menjadi
hangat dan naik karena kena panas matahari. Aku meluncur masuk ke
dalamnya dan udara hangat mengangkatku ke atas seperti lift.
Aku berputar berkali-kali dalam udara panas itu, naik terus,
sampai akhirnya aku hanya titik hitam bagi manusia-manusia yang
juga tampak kecil bagiku, sampai akhirnya bunyi yang kudengar
hanyalah angin yang menyapu buku-buluku.
Aku menoleh ke belakang, ke bawah. Tampak kelebatan
makhluk aneh yang sekilas seperti rusa biru. Sampai kau melihat
kepalanya, dengan mata tambahannya di atas tanduk. Dan ekor
kalajengkingnya yang tajam.
Aximilli-Esgarrouth-Ishtill. Satu-satunya Andalite hidup di
Bumi. Temanku. Atau sejauh bisa disebut teman, kalau salah satu di
antaranya adalah Bird-boyCowok-burungdan satunya lagi alien.
caranya makan. Ia berlari di atas rumput dan dedaunan, dan tanaman
yang lumat terinjak itu diserap lewat telapak kakinya.
< Tobias! Sedang berburu nih" >
Kukepakkan sayap dan aku melayang dan meluncur sampai tiba
di atas rumah-rumah. Rumah-rumah itu cuma tampak bagai kotakkotak atap abu-abu, jingga, dan cokelat. Kolam-kolam renang mini
berkilau, warna birunya tak wajar. Kulihat halaman berumput hijau
terpangkas rapi, mobil-mobil berderet di tempat parkir, dan jalan raya
dengan garis putih putus-putus di tengahnya.
Aku terbang terus, melewati rumah-rumah, melintasi jalan-jalan
raya, menuju ke sekolah. Mungkin gara-gara foto di majalah tadi.
Mungkin itulah sebabnya aku ingin ke sana.
Matahari sudah merayap naik sekarang. Sinarnya tajam dan
bersih. Aku bisa melihat ke dalam lewat jendela-jendela kelas.
Itu dia Jake, pimpinan tak resmi Animorphs, tampilannya
seperti anak ABG biasa. Ia duduk santai, kakinya terjulur ke depan. Ia
mengantuk dan berusaha agar matanya tetap terbuka.
Selagi aku mengawasinya, ia terangguk-angguk dua kali, lalu
tertelungkup di atas mejanya. Cewek yang duduk di belakangnya
menjulurkan tubuh ke depan dan menyodok bahu Jake pelan.
Cewek itu Cassie. Anggota lain grup kecil kami. Cassie belum
pernah bertemu binatang yang tidak ia sukai. Tubuhnya kecil, ringkas,
tapi kuat. Bukannya ia berotot sih. Kesannya ia adalah bagian dari
sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Seakan ia perpanjangan
kehidupan di bumi ini. Paling tidak, begitulah kesanku tentangnya. Seperti serdadu
lemah lembut yang melindungi alam. Sok tinggi, ya" Sori, deh, tapi
aku punya banyak waktu untuk berpikir. Dan kurasa itu membuatku
terlalu serius, kadang-kadang.
Aku melayang tinggi, dan berbelok. Di kelas lain kulihat
Marco. Ia sedang bicara. Tidak aneh. Teman-temannya mulai tertawa.
Gurunya juga tertawa, lalu kelihatan putus asa, seakan ia sebetulnya
tidak mau tertawa. Ini juga tidak aneh. Begitulah memang Marco.
Anak itu suka jadi pusat perhatian.
Perlu sedikit waktu sebelum aku melihat anggota terakhir
Animorphs yang manusia. Ia tidak berada di kelasnya. Aku mula-mula
cuma melihatnya sekilas, sedang berjalan di koridor.
Kemudian ia melangkah keluar. Ke lapangan kosong yang
memisahkan gedung utama dari gedung olahraga dan gedung-gedung
sementara lainnya. Ia melangkah ke bawah sinar matahari, dan rambut pirangnya
berkilau bagai kilatan emas murni.
Rachel. Pernahkah kau kenal orang yang kelihatannya menjalani hidup
ini dengan lampu sorot pribadinya menyinarinya selalu" Itulah
Rachel.
Andalite). Meskipun kau bisa mendengarnya dengan jelas.
Rachel berhenti dan menaungi matanya dengan tangan,
menjelajah angkasa mencariku. Kemudian ia melempar lambaian
kecil, hanya gerakan dua jari.
Ia mengedikkan kepalanya ke arah gedung olahraga. Ke situlah
ia menuju. Ia membuka mapnya, memperlihatkan sehelai kertas
kuning yang dijepitkan di dalamnya. Ah, jadi ia mengantar surat buat
guru. Tapi Rachel pastilah lupa bahwa aku bisa melihat hal-hal yang
tak bisa dilihat mata manusia. Di bawah kertas kuning itu ada kertas
fancy. Rupanya surat, ditujukan kepada Rachel. Begini bunyinya:
"Selamat! Anda terpilih menjadi Pelajar Teladan Yayasan Packard."
Nyaris saja aku mengucapkan selamat. Untung aku keburu
melihat tanggalnya. Akan ada upacara penyerahan hadiah pada hari
Senin. Hari ini Jumat. Rachel akan mengundang semua temannya
untuk menghadiri acara semacam itu.
Semua, kecuali aku. Aku kan tak bisa menghadiri acara
penyerahan hadiah. Rachel bahkan sama sekali tak cerita padaku soal
ini. Dan aku tahu kenapa.
sesudah jam terakhir nanti">
Kulihat ia tersenyum. Ia mengangguk lagi, cuma gerakan kecil
yang pasti luput dari perhatian orang lain.
olahraga. Sungguh asyik memang jadi elang. Dan terbang bersama
Rachel mungkin salah satu yang terasyik. Tapi menyaksikannya
menerima penghargaan Packard sebetulnya asyik juga.
Kadang-kadang aku bertanya-tanya sendiri, kalau aku bisa
mengulang semua kejadian ini.... Kalau aku boleh memilih antara jadi
Tobias si elang, dan sekadar Tobias si anak ABG, apakah aku akan
memilih jadi elang saja"
Aku jarang memikirkan hal itu. Mungkin aku tak ingin tahu
jawabannya. Chapter 3 AKU melewatkan waktu dengan terbang melayang-layang
mengikuti angin sepoi dan mengecek segala sesuatu yang berhasil
kuketahui dalam dua minggu terakhir ini.
Begini, kami tahu bahwa kolam Yeerk adalah kompleks bawah
tanah raksasa yang terletak di bawah sekolah kami. Kami tahu kolam
itu terbentang paling tidak sampai mall. Tapi kami belum bisa
menebak di mana saja jalan masuk dan keluarnya.
Itulah yang kulakukan setiap harimengikuti orang-orang yang
kami tahu adalah Pengendali-Manusia, mengawasi dari mana mereka
datang, ke mana mereka pergi. Dari mereka aku mengetahui luasnya
bentangau kolam Yeerk. Mungkin aku harus mundur dulu dan menjelaskan. Aku tahu
kau mungkin anak yang hidupnya normal dan bahagia. Kau ke
sekolah, kumpul-kumpul dengan teman-temanmu, makan malam
bersama keluargamu, nonton TV. Normal.
Dan kalau aku bilang padamu bahwa mungkin gurumu
sebetulnya bukan gurumu lagi; dan mungkin sohib-sohibmu sama
sekali bukan sohibmu; dan mungkin bahkan orangtuamu sudah
menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda, wah, kau mungkin berpikir
aku ini sudah gila. Aku mengerti. Kau tak akan percaya deh, betapa seringnya aku
mengalami mimpi-mimpi yang mungkin tak satu pun riil. Bahwa
serbuan bangsa Yeerk itu tidak terjadi. Bahwa siput Yeerk tidak
bercokol di dalam begitu banyak kepala manusia. Bahwa mungkin aku
memiliki tangan dan kakiku....
Semua ini terjadi ketika Jake, Cassie, Marco, Rachel, dan aku
melewati jalan yang tidak biasa sepulang dari mall. Di kompleks
bangunan terbengkalai yang gelap dan mengerikan, kami
menyaksikan pesawat ruang angkasa mendarat. Dan kami bertemu
mahkluk aneh yang sebagian-rusa, sebagian-kalajengking, sebagianmanusia, yang disebut Andalite.
Namanya Elfangor. Belakangan kami tahu bahwa ia kakak Ax.
Ia memberitahu kami tentang Yeerk, bangsa parasit berwujud
siput. Bangsa Yeerk, yang seperti wabah galaksi, menyebar diamdiam dari planet ke planet.
Mereka mencuri tubuh. Mereka menjadikan makhluk lain
menjadi Pengendalibudak total. Setelah menguasai bangsa lain
seperti Hork-Bajir dan Taxxon, sekarang tiba giliran manusia.
Pangeran Andalite Elfangor memperingatkan kami. Dan ia
memberi kami senjatakemampuan untuk morf. Untuk
bermetamorfosis menjadi binatang apa pun yang bisa kami sentuh dan
kami serap DNA-nya. Hanya ada satu kelemahan besar. Kau tak bisa berada dalam
morf lebih dari dua jam. Jika lewat, kau akan jadi binatang selamanya.
Itulah yang terjadi padaku.
Bangsa Yeerk juga punya kelemahan. Tiga hari sekali mereka
harus kembali ke kolam Yeerk. Mereka meninggalkan kepala induk
semang mereka dan berenang-renang dalam cairan lumpur kolam
mereka. Di kolam itu mereka menyerap sinar Kandrona. Sinar itu
nutrisi mereka. Tanpa sinar itu mereka mati.
Kami sudah pernah ke kolam Yeerk. Percaya deh, itu bukan
tempat yang ingin kaukunjungi. Jeritan-jeritan yang terdengar di
tempat itu akan menghantuiku selamanya.
Di kolam Yeerk itulah aku melewati batas dua jam yang
mengubah nasibku. Suatu hari nanti, entah bagaimana caranya, kami
akan menghancurkan tempat itu. Tetapi sebelumnya, kami harus
mengenalnya lebih baik. Itulah yang kulakukan. Itulah sebabnya kulewatkan hari-hariku
untuk mengetahui jalan mana saja untuk bisa masuk dan keluar dari
kolam. Aku sedang terbang di atas mall kira-kira pukul setengah tiga
sore itu ketika aku melihat rajawali bondol besar yang anggun dan
gagah, melayang di atas termal. Tubuhnya yang cokelat kelihatan
Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencolok sekali di tengah awan, sementara kepalanya yang putih
nyaris tak kelihatan. Ini memang tempat tak umum bagi rajawali bondol. Mereka
biasanya lebih suka pantai.
Kukepakkan sayap kuat-kuat untuk berganti haluan dan
meluncur mendekati si rajawali. Aku kenal rajawali bondol ini.
lebar, dan mendahuluinya, kemudian berbalik dan melayang di
depannya. Aku sedang pamer. Di angkasa aku lebih lincah dibanding
rajawali bondol. Meskipun rajawali bondol lebih gagah dan lebih
besar dariku. Seperti membandingkan kalkun dengan ayam, deh.
Rachel mendesah di dalam kepalaku.
mulai dengan Mr. Chapman dan istrinya, serta si wartawan dan polisi
wanita yang sudah kita ketahui itu. Dan Tom, tentu saja.>
Mr. Chapman adalah wakil kepala sekolah kami. Ia Pengendali
rangking tinggi. Tom itu kakak Jake. Ia juga Pengendali.
kita ketahui, yang lewat dalam mall.>
Rachel kedengarannya kagum. Meskipun yang telah kulakukan
hanyalah terbang ke sana kemari dan membuka mataku lebar-lebar.
bilang begitu. Tapi sudah meluncur begitu saja tanpa bisa kucegah.
Beberapa detik Rachel diam saja.
catatanku.>
Marco cuma akan menyindir-nyindir, dan Jake akan berusaha tidak
tertawa.>
Aku tak tahan kalau kau merasa kasihan padaku.>
Aduh, apa sih mauku" Rachel kan manusia. Manusia sejati. Aku
elang. Kaupikir nasib Romeo dan Juliet tragis, hanya karena mereka
berasal dari keluarga yang saling membenci" Nah, bayangkan betapa
tragisnya dong aku yang naksir seseorang yang bahkan spesiesnya
saja berbeda dariku!
mobil.>
tertawa.
Kami terbang. Tidak bersebelahan, sebab itu akan kelihatan
mencurigakan. Rajawali dan elang tidak terbang beriringan seperti
angsa. Kami menjaga jarak kira-kira seratus meter. Tapi dengan
penglihatan kami yang tajam dan kemampuan berbahasa-pikiran,
rasanya seakan kami berdampingan saja.
Kami mengangkasa makin lama makin tinggi naik termal,
kemudian melakukan loncatan termal. Itu istilah jika kau naik ke
puncak pilar udara hangat dan meluncur ke pilar berikutnya.
Kemudian kau naik lagi dan pindah lagi ke pilar lain. Ini model
terbang yang gampang dan santai. Kau memang tidak bisa cepat
sampai ke tempat tujuan, tapi kau juga tidak lelah.
Asyik sekali terbang di bawah perut-perut awan bersama
Rachel. Aku memang telah kehilangan tubuh manusiaku, tapi aku kini
punya sayap. Dan terbang rasanya... ah, aku yakin kau pernah
melamunkan bagaimana rasanya terbang. Aku dulu begitu. Aku duduk
di kelas, memandang langit lewat jendela, atau berbaring di
rerumputan, menengadah, membayangkan bagaimana rasanya punya
sayap. Bagaimana rasanya bisa terbang tinggi dan meninggalkan
problem-problem ruwet kehidupan.
Terbang sama asyiknya seperti yang kaubayangkan. Tapi ada
masalahnya juga, seperti semua hal lain di dunia ini. Tapi, wow, pada
hari yang cerah dengan gumpalan awan putih empuk yang
menunjukkan jalan ke pilar angin termal, bukan main rasanya.
Rachel mempertanyakan. Aku langsung waspada. Aku menunduk memandang daratan,
melihat jalur jalan-jalan dan bangunan-bangunan yang kukenal betul
dari sudut ini. Kami berada di area yang membatasi hutan. Tidak jauh
dari tanah pertanian Cassie.
Aku berbelok tajam ke kiri dan kukepakkan sayap untuk bisa
terbang lebih cepat. Rachel harus menghadapi batas waktu dua jam.
Kami telah menyia-nyiakan cukup banyak waktu dari yang dua jam
itu. Tak bisa kupercaya aku bisa melenceng begitu jauh.
Kami mengepakkan sayap kuat-kuat beberapa waktu lamanya.
Aku memandang ke bawah. Ia betul. Kami berada kembali di
area di tepian hutan. Badanku terasa dingin.
Tapi ini bukan tempat yang kutuju.>
itulah aku melihatnya terjadi.
Kami sedang melayang di tepi hutan. Di satu sisi tanah
pertanian, menghijau berbentuk persegi. Kemudian sederet semak
berduri dan pagar kawat berduri yang sudah roboh. Kemudian
pepohonanelm, ek, berjenis cemara.
Pepohonan itu terhampar luas ke arah kanan, dari tanah
pertanian ke pegunungan di kejauhan. Dengan mata elangku, aku
bahkan bisa melihat salju di puncak-puncak gunung di kejauhan itu.
Tapi bukan itu yang kulihat. Yang menarik perhatianku saat itu
adalah ada sebatang pohon ek yang sangat besar meluncur ke arah
samping. Meluncur begitu saja, seakan pohon itu tidak punya akar.
Seakan pohon itu berada di atas skateboard. Pohon ek raksasa tiba-tiba
saja meluncur. Dan di bawah pohon ek itu muncul lubang di tanah.
Rachel bertanya.
melihat apa yang muncul dari bawah tanah itu.
Kulihat kepala seperti kepala ular dengan tanduk besar
mengarah ke depan. Kulihat bahu dan lengan kekar yang dipersenjatai dengan mata
pisau di siku dan pergelangan tangannya.
Kulihat kaki Tyrannosaurus besar itu, dan ekor berdurinya yang
pendek, dan mata pisau di lututnya.
Kulihat maut bermata pisau setinggi dua meter lebih.
Chapter 5 < HORK-BAJIR! > timpal Rachel geram.
Setahun lalu nama itu tak berarti apa-apa bagiku. Hanya
semacam kata aneh yang tak masuk akal.
Tapi kini aku tahu apa itu Hork-Bajir. Andalite yang memberi
kami kekuatan telah memberitahu kami bahwa dulunya Hork-Bajir
adalah spesies terhormat yang suka damai. Tetapi kemudian mereka
berhasil diperbudak bangsa Yeerk. Seluruh bangsa Hork-Bajir sudah
menjadi Pengendali sekarang. Seluruh spesies membawa siput Yeerk
di dalam kepala mereka. Dan dengan Yeerk mengontrol semua tindakan mereka, HorkBajir menjadi mesin pembunuh berjalan.
Luar biasa cepat. Bukan main kuat. Bersenjata lengkap, bermata
pisau, nyaris tak kenal takut. Mereka pasukan penggempur kekaisaran
Yeerk. Hork-Bajir sudah hampir membunuh Rachel beberapa kali. Dan
kami semua pernah merasakan ketajaman mata pisau Hork-Bajir,
paling tidak satu kali.
Aku memandang lebih tajam lagi. Hork-Bajir itu memanjat,
semacam tangga. Setelah mencapai mulut lubang, ia mengejapkan
matanya yang seperti mata reptil, seolah silau. Ia memanjat keluar dan
berdiri gagah, seperti setan mengerikan. Kemudian kulihat ada HorkBajir lain yang ikut naik.
itu... NGOEEEENG! NGOEEEENG! NGOEEEENG!
Sirene tanda bahaya meraung-raung memekakkan telinga
elangku. Bunyi itu datangnya dari dalam lubang di tanah. Kedua
Hork-Bajir itu terperanjat ketakutan. Salah satu meraih yang lain dan
memeluknya erat sesaat. Dalam sekejap mereka berlari menembus
hutan. Berlari begitu cepat seakan hidup mereka bergantung pada
kecepatan lari mereka. Hork-Bajir bisa bergerak cepat kalau mereka mau. Kaki besar
dan panjang itu langkahnya besar dan panjang-panjang. Mereka
menembus semak, menebas-nebas liar dengan lengan pisau mereka,
memangkas semak dan duri dan pepohonan kecil seperti mesin
pemanen yang melintasi padang gandum.
< Oh, yeah.> Kami mengepakkan sayap untuk bisa memperoleh ketinggian
kembali dan siap mengikuti kedua Hork-Bajir itu. Tak ada tantangan
sebetulnya. Babatan mereka membentuk jalan lurus menembus hutan.
Orang buta pun dengan mudah bisa mengikutinya.
Dan saat itulah kegaduhan terjadi. Dari dalam lubang di tanah
itu manusia bermunculan. Manusia-manusia bersenjata. Laki-laki dan
perempuan, berpakaian normal seperti manusia biasa lainnya.
Mereka Pengendali, tentu saja. Dengan melihat saja sih kau
takkan bisa membedakan. Tapi aku sekarang tahu bahwa lubang itu
menuju ke kolam Yeerk. Dan tak ada keraguan dalam benakku
mereka ini Pengendali-Manusia. Budak para Yeerk.
Mereka membawa senjata manusiasenapan mesin, pistol,
senapan berburu. Para Yeerk mengejar kedua Hork-Bajir itu. Tetapi mereka
berhati-hati. Mereka hanya mengeluarkan Pengendali-Manusia.
Mereka tidak mau mengambil risiko lebih banyak lagi Hork-Bajir
dilihat manusia normal. Dua puluh... tiga puluh Pengendali-Manusia memanjat keluar
dari lubang.
Rachel.
Dari dalam lubang sekarang mulai bermunculan peralatan.
Seakan melayang. Aku nyaris tertawa ketika melihatnya.
malah. Bangsa Yeerk punya pesawat ruang angkasa yang
kecepatannya lebih tinggi dari cahaya. Dan sekarang mereka memakai
motor"
Para Pengendali-Manusia menstarter motor mereka. Kudengar
deru mesinnya. Semuanya ada lima belas Yamaha dan Kawasaki yang
muncul dari dalam lubang itu.
BrrrrRRRRUUUM! NgOOOeeeengng-ngOOOeeeengngngOOOeeeengng! Sepeda-sepeda motor itu meluncur. Ada yang pengendaranya
cuma satu. Ada yang berboncengansatu mengendarai, satunya lagi
siap menembak. Kedua Hork-Bajir sudah sekitar beberapa ratus meter di depan,
tapi mereka pasti akan tersusul pasukan kecil ini. Sementara aku
menonton dari ketinggian, motor-motor itu meraung menembus hutan.
Meninggalkan debu dan dedaunan dan mengoyak keheningan.
Dan dengan cepat mereka sudah berhasil mendekati kedua
Hork-Bajir. DOR! DOR! DOR! DOR! Senapan-senapan menembak. Motor meraung-raung! Kedua
Hork-Bajir terus berlari, tetapi motor-motor itu meloncat dan
membelok dan meluncur mendekati mereka.
DOR! DOR! DOR! DORDORDORDORDORDORDORDOR!
Senapan berburu, senapan mesin, pistol, semua mencabik-cabik
batang pepohonan. Para Pengendali-Manusia itu menembak membabi
buta. Menembaki apa saja yang bergerak. Di tanah mereka belum bisa
melihat Hork-Bajir. Tetapi mereka bisa melihat kelebatan keduanya,
Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mereka terus menembak.
cukup baik buatku.>
Aku pasti sudah tersenyum kalau aku punya mulut. Rachel ini
berani sekali, sehingga kadang-kadang kelihatannya sembrono.
Aku menyukai sikapnya itu.
Kulihat mereka berdua terperanjat. Kaget mendengar bahasapikiran. Padahal bukan itu masalah besar mereka.
Chapter 6 < PERTAMA-tama berhentilah menebasi pakis. Mereka
mengikuti jejak yang kalian buat. Dan kedua... meloncatlah ke kiri!
Sekarang! Loncat!> Kedua Hork-Bajir meloncat ke kiri, tepat ketika sepasang motor
meraung lewat, cuma berjarak sekitar setengah meter dari mereka.
DUAR! DUAR! Salah satu dari Pengendali itu menembak dengan senapan laras
ganda. Aku bisa melihat pelurunya merobek batang pohon dan
menghancurkannya menjadi serbuk basah.
kepada siapa saja, atau kau bisa menujukannya kepada satu orang
tertentu saja. Kedengarannya rumit, tapi lama-lama kau akan terbiasa.
terdengar kedua Hork-Bajir.
Kukorek ingatanku. Aku harus berpikir seperti manusia, tidak
seperti burung. Mana bisa sih Hork-Bajir sembunyi di pepohonan.
Kedua Hork-Bajir berlari sekuat tenaga. Tetapi sekarang kulihat
dua truk pikap besar datang dari arah berlawanan. Dua truk itu
menderu di atas jalan setapak, menghalangi jalan kedua Hork-Bajir
pelarian. Yeerk menutup semua jalan.
kanan dan ke kiri. Ya. Aku memang mengenal hutan ini. Aku tahu
kami berada di mana. Aku kenal setiap pohon dan setiap jurang dan
setiap sungai kecil.
melewati tumpukan karang di sana itu, lari terus di sebelah kanan
karang.> Kedua Hork-Bajir ragu-ragu, berhenti dan memandang
berkeliling kebingungan.
memandang berkeliling untuk memastikan aku tahu persis aku berada
di mana. Kemudian kukepakkan sayap sedikit, kucoba sebisa mungkin
menyimpan kecepatanku, dan aku meluncur turun ke pepohonan.
Aku meluncur di atas kepala mereka.
mengejarku. Pernahkah kau terbang dengan kecepatan penuh menembus
hutan lebat" Mungkin tidak. Jadi, biar kuceritakan dehasyiknya
bukan main. Sama seperti main video game yang diputar dengan
kecepatan penuh. Satu langkah saja keliru, berarti kau akan menjadi
gundukan tulang dan sayap burung yang lumat.
melesat di antara dua pohon yang begitu berdekatan sehingga
kurasakan ujung-ujung sayapku bergesekan dengan kulit pohon yang
kasar. Aku menukik ke kanan dengan begitu tajam dan tiba-tiba,
sampai-sampai aku nyaris menabrak pohon ek. Dan kemudian
kukepakkan sayap kuat-kuat untuk bisa meluncur lebih cepat, sebelum
kedua Hork-Bajir yang tak-terlalu-pintar itu menabrakku.
Tinggi di atasku, Rachel memberi laporan pandangan mata.
DOOR! DOOR! Peluru berdesingan di sekitarku dan merontokkan daun-daun
dari dahannya. Otot terbangku sudah pegal-pegal, tapi adrenalinku sedang
tinggi, aku jadi tak mempedulikannya. Gila benar! Aku meluncur
secepat roket menembus hutan, nyaris menabrak-nabrak batangbatang pohon, melintasi pucuk pohon-pohon kecil, merambah teritori
burung-burung lain yang pasti akan langsung membunuhku jika aku
memelankan terbangku sedikit saja.
Aku adalah kelinci dan kedua Hork-Bajir mengerikan itu anjing
yang mengejarku menerobos hutan. Dan aku harus bilang ini tentang
Hork Bajirmereka mungkin tidak terlalu hebat dalam menangkap
petunjuk, tapi mereka tahu persis bagaimana mencapai sasaran.
ZOOM! Menembus pepohonan.
ZOOM! Melesat naik, nyaris menabrak karang yang menonjol.
ZOOM! Kiri! ZOOM! Kanan! ZOOM! Lurus, setiap helai ototku sudah menjerit.
"Tseeeeeeer!" aku berteriak dalam kombinasi ketakutan dan
keasyikan kekuatan penuh elang ekor merah. Wow, ini baru namanya
terbang. Tapi aku masih jauh dari sasaranku. Dan motor serta truk itu
masih terus mengejarku.
Kaupikir rnonster-monster ini bisa berenang">
Kras! Sebatang anak pohon tiba-tiba jadi lebih pendek.
Chapter 7 AKU membelok ke kanan dengan tajam, sampai perutku
tergesek dahan. Aku menerobos ranting-ranting dan dedaunan dan
melesat terus.
membawa senjata cuma perkara kecil saja.
Aku menjauh dan dengan sekuat tenaga naik, naik, naik terus,
sampai jauh di atas pucuk-pucuk pepohonan. Di atasku Rachel
melayang anggun dengan sayap rajawalinya yang amat besar. Aku
butuh ketinggian supaya nanti bisa kuubah jadi kecepatan.
Di depan, dari antara celah-celah pohon, aku bisa melihat kedua
truk pikap. Kedua truk itu masih maju meloncat-loncat, meninggalkan
gulungan debu, sementara berusaha bergegas untuk memotong jalan
Hork-Bajir. Di bak masing-masing truk ada satu orang yang memegang
senapan. Kedua orang ini berpegang erat-erat agar tidak terlontar,
maka paling tidak kami masih punya kesempatan tidak ditembak.
Tujuan kami mencegat truk itu. Seperti sepasang peluru kami
melesat menuju sasaran kami. Titik di mana truk akan tiba lima detik
lagi. Empat detik. Tiga detik.
Aku bisa melihat sasaranku dengan jelas. Laki-laki usia paruhbaya. Kelihatannya seperti pegawai toko besi. Tapi ia sebetulnya
bukan manusia. Yeerk dalam kepalanya sedang mengarahkan
senapannya. Dua detik! Pengendali itu melihatku. Dahinya mengernyit. Kemudian ia
sadar.... Satu detik! Senapannya terangkat. Laras gandanya kelihatan besar sekali.
Kujulurkan cakarku ke depan.
DOOR! Peluru berdesing hanya beberapa milimeter di atas kepalaku.
Desir anginnya bahkan kurasakan. "Tseeeeeer!"
Kulancarkan seranganku! Si Pengendali jatuh terjengkang,
memegangi wajahnya dan menjerit-jerit.
Sedetik kemudian, Rachel mencakar sasarannya.
Pada detik itu juga kedua Hork-Bajir muncul dari dalam hutan,
tepat menuju truk yang melaju. Yang satu meloncat. Ia melayang
melewati atas truk dan mendarat di sisi yang aman.
Hork-Bajir satunya terlalu lambat.
GUBRAAAK! Truk menabrak Hork-Bajir itu. Si Hork-Bajir melayang dan
terkapar di parit penuh semak.
DOOR! DOOR! Korban Rachel menembak membabi buta.
Hork-Bajir yang satu bangkit, tapi tidak berlari. Aku berada
cukup dekat hingga bisa mendengarnya melenguh dengan suara penuh
keputusasaan. "Kalashi! Kalashi!"
Dua truk itu berzigzag gila-gilaan di jalan tanah setapak, lalu
mengerem menghamburkan kepulan debu tebal. Orang-orang
berloncatan turun dari dalamnya, bersenjata lengkap sampai ke gigi.
Dari tepi hutan, di ujung jalan, tiga motor meraung muncul.
DOOR! DOOR! DUARDUARDUAR! Si Hork-Bajir membeku. Ia mendongak memandangku saat aku
melesat melewatinya. Dan ia berkata, "Tidak! Kalashi-ku! Istriku!"
Itu kata yang paling tidak kuduga diucapkan Hork-Bajir.
kagetku.
Ia berlari. Aku membimbingnya ke sungai kecil yang setengah
tersembunyi di balik gerombolan pepohonan. Mengherankan, ia jatuh
ke air dengan cipratan sedikit sekali dan menghilang di bawah
permukaan.
Chapter 8 "ISTRI" Maaf, kau bilang istri?" Marco bertanya tidak percaya.
"Maksudmu ada Hork Bajir yang cewek"!"
di gudang jerami Cassie. Tepatnya aku bertengger di usuk, atau palang
langit-langit, di gudang jerami Cassie. Aku memandang ke bawah, ke
para anggota Animorph yang lainJake, Cassie, Marco, Ax, dan
Rachel yang sudah kembali ke wujud manusianya.
Ax tampil dalam wujud Andalite-nya yang asli. Sebetulnya
berbahaya ia ikut di sana, karena tak boleh ada orang yang melihat si
Ax. Maksudku, sekali pandang saja, Aximili-Esgarrouth-Isthill,
dengan dua mata tambahan di atas tanduk yang berputar, ekor
kalajengking, dan tubuh centaurusnya, kau akan langsung tahu ia
bukan anak sini. Tapi risiko patut diambil, mengingat ia tahu lebih banyak
tentang Hork-Bajir dibanding kami semua. Di samping itu, aku kan
bertugas sebagai pengawas. Dari tempatku di atas sini, aku bisa
melihat ke luar sampai ke rumah Cassie. Dan karena bukan hanya
penglihatanku saja, melainkan pendengaranku juga luar biasa tajam,
aku akan segera tahu kalau ada orang mendekati gudang.
Gudang jerami, Cassie ini sebetulnya adalah Klinik Perawatan
Satwa Liar. Penuh dengan berbagai jenis binatang liar setempat.
Kandang-kandang kawatnya bertumpuk tinggi sepanjang dinding.
Kedua orangtua Cassie dokter hewan. Ibunya bekerja di The
Gardens, kompleks taman hiburan merangkap kebun binatang.
Ayahnya menjalankan klinik dengan banyak bantuan dari
Cassie. Mereka merawat binatang liar yang sakit atau terluka. Dan
saat ini, di bawahku, di dalam kandang-kandang, ada contoh semua
binatang yang hidup di sekitar sinioposum, tikus tanah, kelinci,
sigung, rubah, rakun, bajing, dan sebagainya. Sebagian besar dari
mereka bisa jadi cemilan lezat bagiku, tapi Cassie dan aku punya
perjanjian khususaku tidak boleh memangsa pasiennya.
Selain bintang-binatang darat, ada juga kelelawar dan burungburung. Cassie memang menyelamatkan merpati dan gagak dan
bahkan ekek. Merpati aku tak keberatan, tapi aku tidak suka gagak,
gagak koraks, dan ekek. Mereka itu boleh dibilang preman di dunia
perburungan. Lagipula, mereka cerdik. Mereka bisa bekerja sama
mengeroyok raptorburung pemangsa suka damai macam aku ini.
Kadang-kadang gerombolan mereka mencoba mencuri mangsa dariku.
Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan percaya deh, kalau diserang enam atau delapan gagak atau
ekek besar dan gemuk sungguh sangat menyebalkan. Tapi itu cerita
lain. "Bagaimana persisnya kau membedakan Hork-Bajir cowok dari
yang cewek?" tanya Marco. "Apa yang cewek pakai makeup di mata
pisau yang ada di pergelangan tangannya" Apa mereka pakai kuteks di
jari kaki mereka yang besar-besar mengerikan?"
Rachel memainkan mata. "Kami tidak sempat menyelidiki itu,
oke" Kami cuma punya cukup waktu untuk membawa satu Hork-Bajir
ke gua. Itu pun nyaris terlambat."
"Maksudku, apakah Hork-Bajir cewek nangis kalau lihat film
sedih?" Marco nekat ngomong terus sendiri. "Apakah mereka jadi
norak kalau melihat bayi?"
"Bagaimana dengan yang cewek?" Jake menanyai Rachel dan
aku. Rachel mengangkat bahu dan membuang pandang.
jebakan," kata Marco. "Tapi kurasa pertanyaan yang penting adalah,
apakah Hork-Bajir cewek jijik dan ketakutan pada serangga dan ular?"
"Jijik dan ketakutan pada serangga dan ular?" tanya Cassie
dengan alis terangkat. "Begitukah cewek-cewek menurutmu, Marco?"
Sambil berkata begitu tangannya meraih ke dalam laci di bawah
deretan rak yang paling bawah. Sedetik kemudian, seekor ular
dilemparkan dengan enteng ke arah Marco.
"Ahhh! Ahhhh! Ahhhh! Singkirkan cepat!"
Cassie mengambil kembali ular kebun yang tak berbahaya itu
dan mengembalikannya ke dalam laci.
Semua tertawa. Kecuali Ax, yang tak selalu bisa memahami
humor manusia. Bahkan Marco sendiri tertawa. "Oh, sungguh tidak adil. Lucu
sih iya. Adil, tidak. Apa kita tidak bisa bersikap lebih dewasa sedikit?"
"Tentu bisa, Marco," kata Rachel. "Kenapa kau tidak pergi saja
supaya kami otomatis jadi lebih dewasa?"
"Bisakah kita kembali ke masalah utama?" tanya Jake. Tetapi ia
juga masih tersenyum teringat soal ular tadi, jadi yang lain juga tidak
menanggapinya dengan serius-serius amat.
"Kenapa Yeerk... bahkan Yeerk yang ada dalam kepala HorkBajir, ingin kabur?" tanya Marco. "Cepat atau lambat ia toh harus
kembali ke kolam Yeerk. Sungguh tidak masuk akal."
Rachel menghela napas. "Marco, kau ini bego benar sih" Kau
belum ngerti juga" Mereka bukan Pengendali. Tak ada Yeerk dalam
kepala mereka. Entah bagaimana caranya, kedua Hork-Bajir ini
merdeka." Cassie berpikir-pikir. "Kelihatannya kok kebetulan benar kau
ada di tempat Hork-Bajir itu kabur, ya?"
Kulihat kedua mata tanduk di kepala Ax bergerak ke atas dan
menatapku dengan penuh perhatian. Mata utamanya tetap menatap
Jake. Cassie menelengkan kepala menatapku dengan bingung.
"Maksudmu..." Tapi Rachel keburu memotong. "Kita harus memutuskan apa
yang harus kita lakukan. Kita berhasil membawa Hork-Bajir cowok
ini ke dalam gua. Tapi para Yeerk akan terus mencarinya. Dan aku
terpaksa mengatakan ini, Hork-Bajir yang satu ini bukanlah Stephen
Hawking." "Siapa?" tanya Cassie.
Jake mengangkat tangan dengan putus asa. "Apakah ada
kemungkinan kita kembali ke masalah utama?"
"Aku ingat ketika Jake masih teman yang asyik," kata Marco
berbisik keras. "Sekarang dia sok dewasa banget deh."
"Dari dulu aku tak pernah jadi teman yang asyik," kata Jake
dengan senyum penuh toleransi.
"Betul, kau memang tak pernah cerdik, tapi kau selalu
mengasyikkan," Marco menggoda.
"Pertanyaannya adalah, apa yang akan kita lakukan dengan
Hork-Bajir ini?" tanya Rachel. "Dia duduk sendirian dalam gua di
dalam hutan, meratapi kalashi-nya. Enaknya kita apakan dia?"
Kami semua memandang Ax, seakan ia punya jawabannya.
Ax.
di kolam, si Hork-Bajir berhasil kabur. Ini mungkin lho. Istrinya juga.
Dalam hal ini, hanya mereka berdualah Hork-Bajir merdeka di seluruh
galaksi. Dua anggota merdeka dari seluruh spesies mereka.>
"Bayangkan..." bisik Cassie. "Bayangkan menjadi hanya dua
manusia merdeka di seluruh dunia...."
Tak seorang pun kini ingin bergurau lagi. Bahkan Marco
kelihatan berpikir-pikir. Kalau Yeerk menang, manusia tak akan
berbeda nasibnya dengan Hork-Bajirbudak total kekaisaran Yeerk.
"Jadi apa yang kita lakukan dengan satu-satunya Hork-Bajir
merdeka di seluruh galaksi?" tanya Marco.
dan Rachel. Rachel dan aku berpandangan bengong.
mengakui,
"Kalau begitu kurasa itu langkah pertama," kata Jake. "Kita cari
tahu apa yang diinginkan si Hork-Bajir."
Semua setuju. Tapi kulihat Cassie masih ragu-ragu. Kudengar ia
bergumam sendiri, "Dan kemudian kita cari tahu kenapa Tobias
berada di tempat yang bukan tujuannya."
Kurasa yang lain tak ada yang mendengarnya. Tapi aku dengar.
Kenapa aku bisa berada di sana"
Chapter 9 PERLU waktu untuk merundingkan bagaimana kami akan
menangani Hork-Bajir ini. Akhirnya kami memutuskan aku dan Ax
yang akan menemuinya. Yang lain akan bermetamorfosis dan berada
dekat-dekat gua untuk memantau apa yang terjadi.
Yang jadi masalah, kami takut bersikap terbuka pada si HorkBajir. Siapa tahu ini memang semacam jebakan.Takkan kami biarkan
ada orang yang tahu siapa sebetulnya kami. Atau apa sebetulnya kami.
Soalnya, bangsa Yeerk tahu ada yang mengacaukan rencana
mereka. Mereka tahu mereka diserang oleh makhluk yang
menggunakan metamorfosis binatang. Karena hanya Andalite yang
punya kemampuan ber-metamorfosis, para Yeerk mengira kami
semua ini tentunya Andalite. Mereka menduga kami gerombolan
gerilya Andalite. Kami ingin mereka tetap berpikir begitu. Jangan sampai mereka
menyadari bahwa Animorphs hanyalah serombongan anak ABG.
Kalau sampai mereka tahu di mana Jake dan Cassie dan Rachel dan
Marco tinggal... wah, habis deh riwayat kami.
Gua tempat Rachel dan aku meninggalkan si Hork-Bajir bisa
dibilang kecil untuk makhluk seukuran dia. Gua itu tersembunyi di
balik semak dan ranting-ranting patah. Dalamnya kira-kira enam
meter, tapi tingginya cuma satu setengah meter.
Aku mendarat pada dahan patah di depan pintu masuk gua. Aku
menunggu sampai yang lain sudah mengambil posisinya masingmasing. Kemudian aku berkata,
Susah bagi burung untuk menerobos semak berduri, jadi Ax
melangkah maju, keempat kaki rusanya bergerak anggun. Ia
mendorong semak ke samping dengan tangannya yang lemah.
Kepalanya dijulurkannya ke dalam gua.
Reaksinya sungguh luar biasa.
"Hruthin! Andalite!"
Lengan bermata pisau menebas, hanya beberapa senti saja dari
kepala Ax. Ax menyentak mundur dan mengangkat ekornya, siap
menyabet. < JANGAN!> aku menjerit.
Lengan bermata pisau ditarik ke dalam pelan-pelan, dan Ax
melemaskan ekornya. Beberapa detik kemudian baru hatiku tenang kembali. Kalau
burung kaget, ia ingin terbang. Naluri alami. Aku harus melawan
naluri ini dan tetap bertahan.
Aku mendongak ke langit. Rachel dan Cassie berada di atas
sana dalam morf burung. Rachel sebagai rajawali bondolnya yang
biasa dan Cassie sebagai burung hantu. Matahari baru saja terbenam.
Dan saat kegelapan menyelimuti, burung hantu jauh lebih berguna
daripada elang. Mereka berdua melayang-layang untuk berjaga-jaga.
Agar kami tidak terganggu.
Aku menarik napas dalam-dalam dua kali dan berusaha
menenangkan sarafku. Baik Ax maupun aku tak ada yang mau masuk
lagi ke dalam gua. Lebih baik berhati-hati kalau berhadapan dengan
Hork-Bajir. Satu sabetan saja dan kau bisa bingung sendiri kenapa
kepalamu tiba-tiba menggelinding di atas rumput.
Perlahan makhluk besar itu merangkak keluar. Ia berdiri tegak
dan mengejapkan matanya yang masih silau kena cahaya temaram
senja hari. "Bukan Hork-Bajir," katanya. "Jara Hamee. Namaku. Jara
Hamee."
kekuningan sepanjang sepuluh senti. Jake, dalam morf harimaunya. Ia
mendekam di karang di atas mulut gua. Jika Hork-Bajir mau berbuat
yang tidak-tidak, Jake akan langsung menerkamnya.
sebaiknya ngomong pada alien lain dibanding aku.
Ax menjulurkan kedua tangan dengan telapak terbuka sebagai
isyarat damai. Ekornya lebih diturunkan lagi. Bisa kulihat ia
melakukannya dengan terpaksa. Suasana amat tegang.
"Kau Hruthin. Andalite."
"Hruthin bunuh Hork-Bajir," kata si Hork-Bajir yang bernama
Jara Hamee. "Hork-Bajir bunuh Hruthin."
menyanyikan lagu Barney dengan mengubah kata-katanya. you, you kill me, we're an alien family....>
Kulihat Marco berjaga di balik gerumbul pohon di sebelah kiri.
Ia kelihatan seperti orang tinggi besar berbulu. Gorila, sebetulnya.
Kami memang memutuskan lebih baik bersiap-siap dengan pasukan
yang kuat, siapa tahu si Hork-Bajir nanti bikin repot.
Si Hork-Bajir memandang wajah Ax. "Kalian darkap. Kalian
gagal."
Kepala si Hork-Bajir seperti menyentak dan dari
kerongkongannya terdengar suara serak. Kedengarannya sih seperti
tawa mengejek. Tapi siapa tahu" Aku kan tak tahu, tawa Hork-Bajir
itu seperti apa. Atau apakah mereka tertawa. Jangan-jangan tidak.
BLEG! Si Hork-Bajir menepuk dada dengan tangan kirinya. Aku cukup
kaget sehingga aku sudah langsung terbang, sebelum bisa menguasai
diri lagi. Si Hork-Bajir menjulurkan tangan dan berkata, "Jara Hamee
kabur dari Yeerk! Jara Hamee merdeka! Jara Hamee menguasai
kepala sendiri." Ditekankannya kedua tangannya lembut ke kepalanya
yang berbentuk kepala ular.
Si Hork-Bajir kelihatan bingung. Kemudian, betapa kagetnya
aku, tangannya bergerak cepat.
Lebih cepat daripada yang bisa diikuti mata manusia. Tetapi
aku melihatnya. Kulihat mata pisau di pergelangan tangannya membacok
kepalanya sendiri, membelahnya. Ia membacok kepalanya sendiri!
Luka sedalam lima belas senti menganga di kepala si HorkBajir. Tangannya yang seperti cakar diangkatnya dan
direnggangkannya luka di kepalanya itu. Ia membuka kepalanya! Dan
ia bukannya tidak kesakitan. Bisa kulihat kesakitan yang terpancar
dari wajahnya. Darahatau semacamnyamengalir. Warnanya merah tua dan
biru-kehijauan. Ia terus merenggangkan kepalanya dan kamiAx dan
akuterbelalak menatap langsung ke otak si Hork-Bajir. Kurasa Jake
dan Marco bisa melihatnya dengan cukup jelas juga.
Jara Hamee melekatkan lagi kedua belahan kepalanya.
Dipeganginya selama beberapa detik. Dengan kecepatan yang luar
biasa, darahnya membeku, lalu berhenti.
Keropeng panjang segera terbentuk menutupi bekas bacokan
itu. Saat itulah aku baru bisa bernapas lagi. Tadi aku berhenti
bernapas. Kemudian jantungku mulai berdenyut lagi. Sumpah deh,
tadi jantungku juga sampai berhenti berdenyut.
suara gemetar kutanya Ax.
Wajahnyasejauh itu bisa dibilang wajahmasih mengernyit
kesakitan. Napasnya terengah dan ia berkeringat cairan biru-kehijauan
seperti yang kulihat dalam kepalanya tadi.
"Perlu," gerutunya di antara kesakitannya. "Jara Hamee kuat.
Tapi Jara Hamee perlu bantuan."
Si Hork-Bajir menatap Ax,kemudian mengalihkan pandangan
Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadaku. "Binatang terbang melihat kalashi-ku. Jara Hamee harus
menemukan dia. Jara Hamee..." Ia bergulat mencari kata yang tepat.
Kemudian membuat isyarat dengan gerakan tangannya, seakan ada
orang yang merenggut sesuatu dari tubuhnya. Seakan ada orang yang
membetot jantungnya. Tak ada keraguan lagi apa arti gerakannya. Bahkan dengan
adanya jurang yang begitu lebar dan dalam di antara spesies kami, aku
bisa mengenali emosi itu.
"Jara Hamee cinta," kata si Hork-Bajir. "Kalashi, Jara Hamee
bebas. Ingin merdeka."
Ax memutar mata tanduknya ke arahku.
dikepung. Lima menit lagi mereka merapat dan menyerang.>
Marco mengingatkan.
makan malam.> Jake tertawa. Aku juga. Konyol benar mencemaskan dimarahi
ayah, padahal kami sudah dikepung Yeerk.
kelihatan mereka.>
Tapi aku punya ide lain. Sayangnya ide yang akan kuusulkan
ini berbahaya. Sangat berbahaya. Dan bahayanya akan menimpa orang
lain. Bukan aku. Aku ragu-ragu. Aku sebetulnya putus asa kalau orang lain harus
menanggung risiko yang tak bisa kuambil.
keberadaan dirinya.>
Mendadak kulihat ia melayang turun melewati pepohonan dengan
sayapnya yang besar.
prioritas.>
Ax menyerah dan memfokuskan mata utamanya pada si HorkBajir.
"Jara Hamee benci Yeerk," kata Hork Bajir tinggi besar itu.
Seakan cukup ia menjawab begitu.
memerintahkan.
Aridaliteakan merajangmu. Paham" Mata harus meram.>
Si Hork-Bajir berbalik dengan patuh. Aku pasti sudah tertawa
kalau aku tidak sedang cemas setengah mati memikirkan Rachel.
Maksudku, monster setinggi dua meter lebih ini mematuhi perintah
burung yang cuma setengah meter panjangnya. Konyol, kan.
Tapi selera humorku sedang rendah saat itu. Rachel akan
bermetamorfosis menjadi Hork-Bajir. Dan kemudian ia akan
memancing Yeerk. Ia akan membuat para Yeerk mengejarnya.
Pusing aku memikirkannya. Ini ideku. Ide brilianku. Dan ia
yang harus menanggung risikonya.
Rachel mulai muncul dari tubuh rajawalinya. Ia mencuat cepat
dari tumpukan daun cemara dan dedaunan busuk di tanah. Makin lama
makin tinggi, makhluk ajaib terdiri atas campuran kulit manusia yang
putih dan bulu cokelat, paruh kuning cerah, dan kaki yang semakin
memanjang. Aku bersedia mengorbankan apa saja untuk bisa
menggantikannya. Tetapi aku tak bisa morf. Aku akan aman berada di
angkasa atau bertengger di atas pohon sementara ia berusaha lari
mendahului musuh. Begitulah kisah hidupku belakangan ini. Teman-temanku
menempuh bahaya, dan aku tetap aman-aman saja. Hanya karena aku
tidak bisa bermetamorfosis.
Semenit kemudian Rachel sudah bukan burung lagi, tapi gadis.
Gadis yangbahkan ketika kami semua sedang ketakutan
penampilannya masih seperti gadis sampul yang tersenyum.
Rachel melempar pandang padaku yang menyatakan, "Jangan
kuatir, Tobias." Tapi ia tidak berkata apa-apa, karena ia kini sudah jadi
manusia sepenuhnya. Kami masih tak ingin si Hork Bajir tahu bahwa
kami ini manusia. Kami tak ingin ia mendengar suara manusia.
Si Hork-Bajir berdiri tenang sementara Rachel menjulurkan
jarinya yang ramping menyentuh punggungnya. Si Hork-Bajir jadi
sedikit lemas ketika Rachel mulai "menyerapnya". Menyerap DNAnya dan menjadikannya bagian dari tubuhnya.
berat, mengentak dan menabrak-nabrak kikuk menembus hutan. Aku
mendengar dentang senjata yang beradu dengan ikat pinggang dan
gumam perintah-perintah antara Pengendali-Manusia dan Hork-Bajir.
memejamkan matanya dan berkonsentrasi pada morf barunya.
Dan kemudian... Rachel mulai berubah. Ingin aku memalingkan
kepala, tapi rasanya aku berutang harus menyaksikan perubahan
wujudnya ini. Gara-gara akulah semua ini terjadi padanya.
Tak bisa kuceritakan padamu betapa ajaibnya kejadian ini.
Hutan sudah semakin gelap. Bayangan gelap mengitari kami, dan
bahkan dengan mata elangku aku tak bisa melihat menembus
bayangan gelap itu. Di atas, langit terbentang biru gelap dengan
sapuan merah dan jingga, belum lagi hitam. Malam yang
sesungguhnya baru akan datang sejam lagi. Tetapi di bawah naungan
bayangan pepohonan, hari sudah malam.
Kami berdiri di sana, kumpulan makhluk-makhluk aneh
Hork-Bajir, dengan mata terpejam rapat; Andalite, ekor mautnya
bergerak-gerak siap berperang; harimau loreng jingga-dan-hitam yang
turun dengan anggun dari karang, geraknya memancarkan
kekuatannya; gorila yang berjalan tegak, menggunakan kepalan
tangannya yang besar sebagai kaki tambahan; dan aku... si Cowokburung. Dan di tengah kerumunan ini ada Rachel. Ia sudah semakin
tinggi sekarang. Sebagai cewek ia sudah cukup tinggi, tapi sekarang ia
sudah hampir menyusul Shaq, jago basket jangkung itu.
Kulitnya berubah. Jadi lebih gelap, nyaris hitam kehijauan.
Kakinya berubah dari kaki manusia yang langsing menjadi kaki kuat
Hork-Bajir berjari tiga. Jadi kaki yang mirip cakarku, hanya saja jauh
lebih besar. Wajahnya memanjang. Rahangnya mencuat ke depan dan
menjadi semulus peluru. Matanya jadi celah sempit kemerahan. Dan
kemudian mata pisaunya mulai bermunculan.
SHWUUP! Tanduk mata pisau meletup di dahinya. SHWUUP!
Mata pisau muncul di pergelangan tangan dan sikunya.
SHWUUP! Mata pisau tumbuh di lututnya.
Rachel sudah berubah jadi mesin cincang berjalan. Makhluk
gesit berotot setinggi lebih dari dua meter. < Ah,> kata Rachel.
Chapter 11
Hamee. Ia membuka mata. Dan berbalik, berhadapan dengan... dirinya
sendiri. Rachel betul-betul kembaran identik si Hork-Bajir, tumbuh
dari DNA-nya. Aku tak tahu apa yang kuharapkan. Tapi yang jelas
bukan yang terjadi berikutnya.
"HeeeeRRRROOOWW!" Rachel menggerung dengan suara
yang membuat daun-daun bergetar.
"HeeeeRRRROOOWW-Unh!" Jara Hamee menjawab.
SSSSEEEWW! Rachel menebas ganas! Cuma dua senti dari
Jara Hamee! Dua senti! Jara Hamee langsung membalas membacok dengan salah satu
kakinya. Kalau kena, perut Rachel pasti sudah robek terbuka. Tapi
bacokan itu masih berjarak sesenti dari perutnya.
Rachel menebas dan Jara Hamee menebas, tapi semua tebasan
itu tidak ada yang kena. Nyaris-nyaris sih, tapi tidak kena.
melompat melerai mereka. Bisa gawat deh, pertempuran segitiga
Bara Diatas Singgasana 22 Pedang Siluman Darah 18 Munculnya Ratu Siluman Darah Manusia Harimau Marah 2