Ceritasilat Novel Online

Tobias Beraksi Kembali 2

Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali Bagian 2


antara dua Hork-Bajir dan harimau.
kataku. kan biasa melihat hal semacam ini di alam. Ini cuma ritual.>
Kedua Hork-Bajir sudah berhenti menebas-nebas. Mereka
kelihatan puas. Sekarang mereka saling mengitari, berjingkat-jingkat
untuk melihat siapa yang lebih tinggi.

kata Marco. Marco betul. Aku sudah melihat sorot cahaya senter di antara
pepohonan. Jara Hamee dan Rachel menundukkan dan mengajukan kepala
ke depan, dan saling menyentuhkan tanduk mereka yang seperti sabit
besar dengan kelembutan yang mengherankan.
aku menanyainya.
ia balik bertanya. Ia bingung.
Bermetamorfosis menjadi makhluk baru memang membingungkan.
Kadang-kadang dampaknya besar sekali. Naluri si makhluk baru
mendadak muncul dan bahkan bisa menguasai untuk beberapa saat.
Itulah yang kudengar dari yang lain. Soalnya sudah lama aku
sendiri tidak bermetamorfosis.
kata Jake lembut.

Aku tidak mendapatkan pikiran atau memorinya, tapi jelas aku
memperoleh segebung besar naluri Hork-Bajir.>
kata Jake. Semua bersiap. Kita cuma ingin menyesatkan Yeerk. Kita tidak mau
berkelahi. Rachel, kau dengar" Kita tidak mau berkelahi.>
kata Rachel, seraya menebas
udara, mencoba mata pisau Hork-Bajir.
aku menganjurkan.
lakukan,"> kata Marco cepat.
Rachel menolehkan kepalanya yang berbentuk kepala ular ke
arah Marco dan nyengirkupikir itu cengiran Hork-Bajir. kita... jalankan.> Marco mengeluh. kata.> Dan kemudian musuh tiba. Mendadak empat PengendaliManusia bersenjata muncul dengan kikuk. Bersama mereka ada dua
Hork-Bajir. Mereka melihat Jake, Rachel, dan aku.
Mereka tidak melihat Marco. Marco melangkah berat dan
lambat ke belakang salah satu Hork-Bajir, mengetuk bahunya, dan
begitu si Hork-Bajir menoleh, Marco menghunjamkan tinjunya yang
bisa mematahkan tiang telepon.
Ka-BUUM! Si Hork-Bajir langsung terjengkang.
"Whoa!" salah satu dari manusia itu menjerit.
Dan tiba-tiba saja para Pengendali itu tidak mengejar kami.
Kami yang mengejar mereka.
Kukepakkan sayapku kuat-kuat dan aku mendarat ke mata pisau
tanduk Rachel yang menyapu ke muka. Kucengkeram tanduk tulang
tajam itu dengan cakarku.
tanya Rachel.
kataku. ini.>
aku berseru pura-pura antusias.
Kami menerobos hutan. Tubuh Hork-Bajir Rachel yang semula
kelihatannya kaku, ternyata bisa berlari dengan gesit.
Aku berpegangan kuat-kuat. Aku tegang dan ketakutan, dan
siap menghadapi bahaya. Tapi paling tidak aku ikut, kan" Paling tidak
aku tidak berada di tempat yang aman, sementara teman-temanku
menempuh bahaya. Cassie memanggil dari atas. mengejar Pengendali! Mereka memasang perangkap. Mereka
membawa kalian ke tengah kepungan dua rombongan orang-orang
jahat!> kataku pada Rachel.
Ia berbalik dan mulai berlari ke jurusan lain. Ia seperti tank
besar dan aku hiasan kapnya.
Kemudian... Rachel menjerit. Ia terhuyung dan terjerembap.
Aku ikut terjerembap. Kami menghantam tanah cukup keras, dan
terguling ke semak tumbuhan jintan saru.


Aku tersangkut ranting-ranting semak. Aku tak bisa berkutat
melepaskan diri, karena bulu-buluku bisa rusak.
Kras! Kras! Mendadak saja ranting-ranting jintan itu lenyap.
kata Rachel.
Kukepakkan sayapku dan aku melompat untuk kembali
bertengger di tanduk Rachel. Tapi pastilah aku mengerahkan tenaga
terlalu besar, karena tiba-tiba saja aku sudah melayang di angkasa.
Tidak, tunggu! Tahan! Aku sudah terbang di atas pepohonan!
Tak masuk akal. Bagaimana mungkin" Aku sama sekali tidak terbang. Aku cuma
melompat sedikit dan sekarang aku sudah di angkasa" Apa sih
yang..." Cepat-cepat aku berputar, mencoba mengira-ngira aku berada di
mana. Matahari terbenam dengan pesat dan sisa cahayanya sudah tak
cukup lagi bagiku untuk menggunakan penglihatanku sepenuhnya.
Tetapi aku juga tidak buta. Aku melihat burung hantu bertanduk
melayang tepat di atas pucuk pepohonan. Cassie. Tapi jaraknya jauh
sekali. Mungkin sekitar empat ratus meter!
kataku kebingungan.
Kemudian kudengar letusan senapan. Cukup dekat. Persis di
bawahku malah. DOR! DOR! Ada orang berteriak, "Berhenti! Kalau tidak tembakan berikut
ini kuarahkan ke jantungmu."
Di bawahku ada lapangan terbuka kecil. Aku kenal padang
rumput ini. Ini teritori alap-alap Swainson. Tidak senyaman teritoriku,
tapi toh teritori yang cukup nyaman juga.
Tapi aku tidak mencari tikus di padang ini. Aku melihat tiga
manusia, semua bersenjata, mengepung satu Hork-Bajir.
Rachel" Bukan. Tidak mungkin. Rachel berada jauh di... di tempat aku
seharusnya berada. Apakah itu Jara Hamee" Apa yang terjadi"
Kuperhatikan salah satu dari Pengendali-Manusia itu
kelihatannya sakit. Ia terbungkuk, seperti sedang kejang. Tidak, ia
sedang morf! Beberapa detik kemudian aku yakin. Tapi ketika kulihat mata
tambahan di ujung tanduk muncul dan kemudian ekor kalajengking
yang berujung tajam, aku tahu. Itu Andalite.
Hanya ada dua Andalite di planet Bumi ini. Yang satu adalah
Ax. Yang lain sebetulnya sama sekali bukan Andalite. Ia Yeerk yang
memakai tubuh Andalite. Satu-satunya Pengendali-Andalite di seluruh galaksi.
Satu-satunya Yeerk yang punya kekuatan untuk
bermetamorfosis. Musuh besar kami, pemimpin penyerbuan Yeerk ke Bumi,
pembunuh kakak Ax, Elfangor. Visser Three.
Chapter 12 ANDALITE selalu berpenampilan di batas antara imut dan
berbahaya. Tapi pada Visser Three, batas ini bahkan tak ada.
Bukannya penampilan luarnya beda. Maksudku, tampangnya ya
memang seperti Andalite dewasa. Tapi ada aura gelap dan jahat yang
terpancar dari dalam dirinya. Dan saat kau bertemu dengannya, kau
tidak akan ragu-ragu lagi... tidak ragu-ragu bahwa ia berbahaya.
Sangat berbahaya. aku memanggil dengan bahasa-pikiran.

Tidak ada jawaban. Aku terlalu jauh dari mereka. Tubuh
manusianya sudah berubah penuh menjadi tubuh Andalite.
kata Visser Three. namamu" Nama asli Hork-Bajir-mu" Kau sudah cukup merepotkan
kami, sudah waktunya kita berhenti kejar-kejaran dan kau pulang.>
Visser Three jarang cuma berbisik kalau sedang menggunakan
bahasa-pikiran. Kurasa jika kau sekuat itu, kau memang tak perlu
cemas kalau-kalau ada orang lain yang mendengarmu.
Ket Halpak, begitu ia memanggil si Hork-Bajir. Jadi, ia bukan
Jara Hamee. Ini kalashi-nya. Istrinya.
Mereka mengepungnya. Dua manusia membawa senapan dan
Visser Three, dengan kecepatan kilat Andalite. Belum lagi
kemampuannya bermetamorfosis segala bentuk dari seluruh sudut
gelap galaksi. Tak ada cara menyelamatkan Hork-Bajir cewek ini. Aku harus
menyingkirkan Visser Three, dan ini mana mungkin. Soalnya,
Andalitebahkan Andalite palsutak mungkin diserang dari
belakang. Mata tambahan di atas tanduknya itu bergerak ke mana-mana,
memandang ke segala arah. Tak mungkin menyerangnya diam-diam.
Kecuali... Kecuali ada sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya. Aku
tahu si alap-alap Swainson biasa bersarang di pohon elm tertentu.
Cahaya sudah terlalu suram untuk bisa melihatnya. Mungkin ia
bahkan tidak ada di sana. Tapi kalau ada...
Kukepakkan sayap kuat-kuat agar bisa naik. Tak usah terlalu
tinggi, tak ada waktu lagi. Secukupnya saja. Dua belas meter. Lima
belas meter. Dua puluh meter. Kemudian kulipat sayapku dan aku
meluncur menukik ke bawah.
"Tseeeeeeeeer!" aku menjerit.
"Tseeeeeeeeer!" sekali lagi aku menjerit, biar yakin si alap-alap.
Swainson mendengarku. Dan aku meluncur cepat, sayap terlipat ke belakang dan ekor
menguncup agar bisa menggunakan kecepatan maksimumku.
Sasaranku Visser Three. Kalau si alap-alap Swainson tidak berada di rumah, habislah
aku. Kemudian, terdengar geresek dari pohon elm! Dari sudut
mataku kulihat sayap mengepak. Si Swainson keluar untuk
mempertahankan teritorinya dari si buntut merah yang nekat.
Belum pernah aku selega ini melihat rekan alap-alap. itu! Jangan-jangan salah satu dari mereka!> Visser Three berteriak,
menunjuk si Swainson. Kedua Pengendali-Manusia itu berputar dan mengangkat
senapan mereka ke atas bahu. Dan Visser Three, syukurlah,
mengalihkan pandangan mata tanduknya ke burung yang ia pikir
musuh berbahayanya. kataku kepada si Hork-Bajir.
Cakar terjulur ke muka! Paruh mencuat ke depan! Kepakan
sayap mendadak untuk mencari sudut yang tepat dan...
Serang! Cakarku mencakar mata tanduk Visser Three yang mencuat dari
belakang. Visser Three menggerung kesakitan.
kataku pada si Hork-Bajir.
DOR! DOR! DOR! Senapan-senapan memuntahkan peluru.
Dan kami kabur dari tempat itu! Kabur! Dari! Tempat! Itu!
Si Hork-Bajir lari secepat. kilat. Aku mengepakkan sayap
seakan nyawaku tergantung dari kepakan itu. Memang sih
kenyataannya begitu. Si alap-alap Swainson membelok tajam, begitu tiba-tiba, sampai
tadinya kukira ia tertembak. Tapi kemudian ternyata ia juga kabur.
kudengar Visser Three memaki dalam
kepalaku. Tapi saat itu aku sudah terbang di atas pepohonan dan si HorkBajir berlari di bawahku, dan aku menjerit-jerit seperti idiot saking
gilanya situasi saat itu.
Chapter 13 JARA HAMEE dan Ket Halpak dipertemukan kembali di dalam
gua. Kami semua lelah, takut, dan bingung. Tetapi kami juga
merasakan ketegangan memuaskan yang muncul setelah berhasil
mengalahkan maut. Marco dan Cassie dua-duanya cemas kalau sampai telat pulang.
Dan semua sudah nyaris habis batas waktu dua jamnya.
Bagaimanapun juga, mengharukan sekali melihat kedua Hork-Bajir itu
bisa berkumpul. Mereka tidak berpelukan sih. Kurasa pelukan memang susah,
kalau tubuhmu penuh mata pisau. Tapi Ket Halpak menyentuh bekas
luka di kepala Jara Hamee.
kata. Rachel. Ia
masih dalam wujud Hork-Bajirnya. keluar rumah selama akhir pekan kalau aku tidak pulang sekarang.
Dan perasaanku mengatakan kita akan sibuk sekali akhir minggu ini,
jadi jangan sampai deh aku dikurung.>
Packard, kan"> tanyaku.
Mendadak sunyi, dan suasananya tidak enak. Seharusnya aku
tidak tahu soal Rachel yang terpilih jadi pelajar teladan ini.
kata Rachel. Ia menunduk menatap
tanah. tanya Jake. Ia masih
dalam wujud harimaunya. Ada cakaran dan luka-luka di tubuhnya
yang loreng-loreng jingga-dan-hitam. Sementara aku menyelamatkan
Ket Halpak, terjadi pertempuran kecil antara teman-temanku dan
beberapa Pengendali. Tak ada yang terluka sih. Tapi sekali lagi, aku tidak berada di
sana ketika pertempuran terjadi.
kataku pada yang lain. menjaga kedua Hork-Bajir teman kita ini.>
Rachel memprotes.
di pohon dekat mulut gua. Tak ada masalah.>
Ax nimbrung.
kata Jake. Kepada
kedua Hork-Bajir ia berkata, dalam gua ini sampai kami datang lagi menjemput kalian. Besok
pagi.>

Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akan kauapakan Ket Halpak dan Jara Hamee?" tanya Jara.
jawab Jake jujur.
"Kami akan menunggu..Di sini."
"Kami fellana... berterima kasih pada kalian," kata Ket.
Di luar hari benar-benar sudah gelap sekarang. Bintang-bintang
belum tampak di langit, tapi beberapa menit lagi pasti muncul. Semua
demorph, kembali ke wujud asli, sementara Ax dan aku berjaga-jaga
dengan cemas. "Oke, jadi apa yang akan kita lakukan?" Jake melontarkan
pertanyaan begitu semuakecuali akusudah normal lagi.
Untuk mengiringi mereka aku melompat dari dahan ke dahan.
Kubiarkan mereka mendahuluiku, kemudian aku terbang beberapa
meter mendahului mereka, dan menunggu sampai mereka menyusul.
"Kita punya dua alien asli, hidup," kata Rachel. "Kita bisa bikin
konferensi pers. Kalau kau sudah melihat dua makhluk itu, pasti
percaya dong bahwa penyerbuan Yeerk itu memang terjadi."
Ax
mengingatkan. manusia. Manusia menciptakan banyak hal yang tidak benar. Aku
sudah melihat foto-foto alien di koran-koran manusia. Apakah
sebagian besar orang mempercayainya">
"Itu bukan koran benar-benar," kata Marco. "Kalau orang punya
otak setengah saja, dia tidak akan percaya pada berita tabloid-tabloid
gosip itu." "Dan bagaimana kita bisa tahu koran mana atau stasiun TV
mana yang sudah disusupi Yeerk?" kata Cassie. "Jangan-jangan kita
malah mengembalikan kedua Hork-Bajir itu ke Yeerk sendiri."
"Nah, kalau begitu kita apakan enaknya Romeo dan Juliet di
gua itu?" tanya Marco sarkastis. "Sewain apartemen" Beliin rumah"
Cariin pekerjaan" Maksudku, mereka itu kan cukup mencolok mata.
Orang-orang mungkin akan langsung tertarik kalau mereka mulai
belanja ke mall." Kami semua tertawa. Tapi tawa yang singkat. Kenyataannya
adalah, kami tak tahu apa yang harus kami lakukan.
seluruh galaksi,> kata Ax. yang ada.> "Seperti anggota spesies yang terancam punah," kata Cassie
berpikir-pikir. "Dua Hork-Bajir terakhir yang merdeka. Mungkin
harapan terakhir bangsa mereka."
"Oh, man," Marco mengeluh. "Cassie, jangan mulai dengan
kampanye ekologimu, oke" Mereka kan bukan sepasangburung hantu
berbintik atau ikan paus bungkuk."
kata Ax. sampai di tepi hutan.>
Semua berhenti. Meskipun mereka sudah cemas ingin segera
tiba di rumah dan dimarahi orangtua masing-masing, tak seorang pun
beranjak. "Apa yang dikatakan Cassie mungkin benar," Jake menjelaskan.
"Mereka berdua spesies yang terancam punah. Apa yang kaulakukan
dengan spesies yang terancam punah?"
Cassie mengangkat bahu. "Kaucarikan tempat tinggal yang
aman dan terlindungi untuk mereka. Dan kemudian kau berharap
mereka akan menghasilkan banyak Hork-Bajir kecil, dan dengan
demikian spesies ini terselamatkan."
"Ehm, halo. Ini Bumi," kata Marco. "Tak ada tempat aman bagi
alien yang tampilannya campuran antara monster dan mesin pemotong
rumput." kataku.
Empat kepala manusia dan satu set mata Andalite menoleh
menatapku. "Di mana?" tanya Rachel.
gua-gua dan sungai-sungai kecil dengan air jernih segar. Tempat ini
tersembunyi.> Gambaran tempat itu nyata sekali terpeta dalam benakku. Aku
bisa melihatnya dengan jelas. Kulihat air terjun yang indah. Kulihat
pohon-pohon tinggi yang di beberapa area bahkan menutupi langit.
Dan padang rumput luas dipenuhi bunga-bunga liar. Dalam pikiranku
aku bahkan bisa membayangkan tempat itu bisa menjadi tempat
tinggal Hork-Bajir. aku mengusulkan.
Jake mengangkat bahu. "Kita tidak punya rencana yang lebih
baik. Iya, kan?" "Sekarang ini aku perlu memikirkan cerita apa yang harus
kusodorkan pada ayahku di rumah nanti," kata Marco. "Besok pagi
saja kita merencanakan memindahkan Adam dan Hawa ke Taman
Firdaus Tobias." Bukan deskripsi jelek, pikirku. Lembah itu memang sedikit
mirip Taman Firdaus. Aku bisa melihat tempat itu sangat jelas dalam
pikiranku seperti tempat lain mana pun yang pernah kukunjungi.
Hanya ada satu masalah kecil. Aku belum pernah ke sana. Aku
bahkan belum pernah melihatnya.
Dan aku sama sekali tak tahu darimana datangnya gambaran
lembah cantik-asri dalam pikiranku itu.
Chapter 15 AKU biasanya melewatkan malam di tempat bertengger
favoritku. Di dahan tinggi, tepat di tengah pohon ek tua yang luar
biasa. Aku suka kulit pohon ek yang kasar, karena mudah untuk
berpegangan. Aku bisa mencengkeramkan cakarku dalam-dalam dan
terhanyut ke alam mimpi dengan tenang.
Tempat bertenggerku yang biasa tersembunyi di tengah
rimbunnya pohon itu, sebab bisa melindungiku dari pemangsa malam
hari. Rakun, rubah, dan serigala beraksi pada malam hari. Mereka
tidak begitu mengkhawatirkan sih. Serigala dan rubah tidak begitu
bisa memanjat pohon. Aku memang harus berhati-hati pada rakun, karena rakun bisa
memanjat kalau mereka mau. Dan mereka musuh berbahaya yang
menyebalkan. Tapi pastilah rakun itu istimewa kalau ia bisa memanjat
pohon tanpa terdengar olehku.
Aku lebih cemas terhadap burung hantu. Bukan karena mereka
memangsa binatang sebesar dan sekuat elang ekor merah. Biasanya
mereka makan tikus, sama seperti aku. Tapi tetap saja mereka
membuatku takut, karena mereka punya kekuatan yang tidak
kupunyai. Dulunya aku cemas terhadap semua binatang lain. Pada siang
hari pendengaranku lebih tajam daripada sebagian besar binatang lain,
dan penglihatanku juga lebih baik. Penglihatanku berlipat kali lebih
tajam daripada penglihatan manusia. Jika aku berada di satu sisi
lapangan bola dan kau memegang buku terbuka di sisi lain, aku bisa
membaca buku itu. Jika kau berjalan di seberang jalan, aku akan bisa
melihat kutu yang merambat di rambutmu. Tapi itu semua pada siang
hari. Pada malam hari penglihatanku lebih tajam sedikit daripada
manusia... Maksudku, lebih tajam daripada manusia normal. Tapi
tidak banyak. Itulah sebabnya burung hantu menakutkanku. Mereka bisa
melihat menembus kegelapan seperti aku melihat benda-benda pada
siang hari. Bagi burung hantu aku sama jelasnya seperti neon merah
yang menyala terang. Dan burung hantu tidak mengeluarkan suara
kalau ia terbang mencari mangsa. Tidak bersuara. Sama sekali.
Ini membuatku cemas. Tapi apa yang bisa kulakukan" Kurasa
semua orang punya masalah, kan"
Tetapi pada malam hari, saat aku mendengarkan bunyi rakun
yang berkeliaran mencari mangsa dan membuka mata lebar-lebar
menyelidiki burung hantu menyeramkan yang membunuhi
mangsanya, ingin sekali rasanya aku punya rumah.
Jika kau bertanya padaku bagaimana rasanya menjadi elang
ekor, merah, aku akan memberimu dua jawaban yang berbeda,
tergantung kapan kau bertanya. Jika matahari sedang tinggi dan angin
termal memenuhi awan-awan di atas dan aku melayang mengikuti
angin seribu kilometer di atas manusia-manusia yang merangkak di
bawahku... yah, aku akan bilang asyik luar biasa.
Tetapi pada malam hari, ketika aku meringkuk di dahanku dan
memandang bulan pucat dengan mata setengah-buta melalui celahcelah dedaunan, dan hanya bisa mendengar pemangsa-pemangsa
malam berkeliaran mencari mangsanya, nah, kalau itu lain lagi
jawabku. Malam ini berbeda karena beberapa alasan. Aku tidak berada di
dahanku yang biasa. Aku bertengger di atas pohon cemara yang
tumbuh dekat gua itu. Aku sedang berjaga untuk kedua Hork-Bajir,
mendengarkan kalau-kalau ada ancaman untuk mereka. Ini bukan
teritori normalku, aku berada di atas pohon yang belum kukenal. Dan
aku gampang kaget. Sementara aku bertengger di sana, dengan cakar terbenam di
kulit pohon, kudengar cicit nyaring tikus.
Kucoba tidur lagi. Kucoba membayangkan bagaimana rasanya
tidur di tempat tidur pada malam hari. Tapi aku tidak bisa ingat benar.
Aku hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya bagi kawankawanku. Cassie, Jake, Marco, Rachel, semuanya tidur di tempat tidur
masing-masing. Dengan bantal empuk dan tubuh diselubungi selimut
hangat. Jam weker menyala dalam gelap di atas meja di samping
tempat tidur. Aku mendengar bunyi. Mataku terbuka. Kusipitkan mata agar
bisa melihat dari antara dahan-dahan, dan kulihat sosok seperti rusa
yang aneh, pucat di bawah cahaya bulan yang suram.
sapaku.
berkaki empat, bertangan dua, bermata empat, dengan ekor
kalajengking.> Ax tertawa.
perutku.> Ax bertanya, kedengarannya panik.

kata Ax, meskipun jelas sekali ia sama sekali
tidak mengerti. Malam hari di hutan jadi sedikit lebih menyenangkan sejak Ax
bergabung dengan grup kecil kami. Ada Ax di dekatku tidak sama
nyamannya seperti berada di tempat tidur berkasur empuk. Tapi enak
rasanya punya teman bicara. Binatang-binatang hutan lainnya tidak
banyak bicara. kataku
pada Ax. sendiri. Tapi mereka menggunakan kata-kata bahasa manusia juga.
Kenapa begitu"> kata Ax
sedikit pongah. lima ratus kata. Begitulah yang kami pelajari di sekolah. Kurasa ada
benarnya juga. Kurasa untuk bertugas di planet Bumi ini, bangsa
Yeerk berpendapat para Hork-Bajir harus bisa bicara sedikit bahasa
manusia.> kataku. mudah bagiku untuk mendengar mereka. Mereka berulang-ulang
menggunakan kata Hork-Bajir yang sama. Kedengarannya seperti
kawatnoj. Yah, seperti begitulah.>
Ax mengakui. Hork-Bajir. Besok kutanyakan kepada mereka apa artinya.>
menyukai Andalite.>
kata Ax tiba-tiba marah. mencoba. Kenapa mereka membenci kami" >
dikuasai Yeerk begitu lamanya, sehingga mereka menyerap kebencian
Yeerk terhadap Andalite.>
Andalite, pada akhirnya akan mengalahkan mereka! Dan tentu saja,
kalian manusia akan membantu juga.>
Diam-diam aku tertawa. Aku menyukai Ax, tapi ia agak
menyombongkan spesiesnya.
kata Ax. atau mendengar sesuatu yang aneh sih. Apakah menurutmu kita bisa
mengantar kedua Hork-Bajir ini dengan selamat ke lembah dikelilingi
pegunungan, yang kausebut-sebut tadi">
Aku tidak menjawab. Mendengar lembah itu disebut-sebut, aku
jadi ingat. saja muncul dalam kepalamu dan kau tak tahu dari mana datangnya">
kemudian kuingat lagi.>
seperti...> aku membeku.
Taxxon! Mereka merayap menembus hutan. Aku bisa melihat mereka
dalam benakkuulat raksasa, masing-masing sebesar pohon beringin.
Mereka bergerak dengan deretan puluhan kaki setajam jarum. Bagian
depan tubuh mereka tegak, sehingga deretan kaki depannya yang
lemah tidak menyentuh tanah.
Aku bisa melihat mereka dalam benakku! Aku bisa melihat
mulutnya yang menganga dikitari gigi tajam. Aku bisa melihat mata
bulat mereka yang seperti gumpalan jeli.
Ax bertanya, kedengarannya cemas.
kataku.
tanya Ax waspada. Ekornya langsung mencuat, siap
berperang. Aku memandang berkeliling
hutan yang gelap. Tak ada tanda-tanda yang aneh. Apalagi Taxxon.
Tapi entah bagaimana aku yakin mereka sedang datang.
selusin Taxxon sedang berjalan kemari. Mereka bisa membaui HorkBajir. Seperti anjing pelacak.>
Keempat mata Ax menatapku. Ia kelihatan muram. pelacak bisa merasakan daging hangat sejauh beribu-ribu meter,
sejauh mereka punya sampelnya. Mereka jenis Taxxon istimewa.
Bagaimana kau bisa tahu" Bagaimana kau bisa tahu Taxxon pelacak
berburu dengan membaui">
kataku jengkel.

Ax mengabaikan kejengkelanku. Taxxon, mereka akan mendukungnya dengan Hork-Bajir atau
manusia. Berapa pun jumlah Taxxon mereka, tak mungkin
mengalahkan sepasang Hork-Bajir. Jara Hamee dan Ket Halpak
dengan mudah bisa mengiris-iris Taxxon sepanjang hari.>
tanyaku.


Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bisa membelokkan mereka.>
Sekarang. Taxxon kan tidak bisa bergerak cepat. Tapi kita harus
bertindak sekarang. Ax" Aku bisa membawa dulu Hork-Bajir. Kau
harus segera menemui Jake. Ceritakan apa yang terjadi.>
menemukan kalian, jika kalian sibuk menyembunyikan diri dari
Yeerk"> pemangsa, kanrajawali, elang laut, falkon. Nah, jadilah burung. Tak
ada yang tak bisa ditangkap mata burung pemangsa. Aku akan menuju
ke pegunungan.> Menuju ke pegunungan dengan sepasang Hork-Bajir, sementara
seseorang atau sesuatu memperalatku seakan aku ini wayang golek
saja. Nah, semua itu akan berubah. Aku predator. Aku si pemburu.
Tak ada yang bisa memperalatku.
Chapter 15 < JARA HAMEE, kita harus pergi. Sekarang,> aku
memberitahu si Hork-Bajir sementara Ax berlari menembus
kegelapan malam. Jara menjulurkan kepalanya yang berbentuk kepala ular
bermata pisau menembus semak-semak. "Ada apa?"

Sumpah deh, ia jadi pucat. Matanya yang sipit melebar
ketakutan. "Taxxon," katanya, seakan kata itu saja membuatnya ingin
meludah. Tetapi setelah itu ia bereaksi sangat cepat. Ia masuk kembali ke
dalam gua dan keluar bersama Ket. Aku masih belum bisa
membedakan mereka berdua. Paling tidak kalau dalam gelap.
"Gelap," kata Ket, seraya memandang berkeliling.
Taxxon. Jadi, ayo kita berangkat.>
Tapi bagaimana caranya kami bergerak dalam hutan yang
gelap,gulita ini" Aku bingung benar. Aku tak bisa melihat. Dan
sayangnya Hork-Bajir juga tidak bisa melihat jelas dalam gelap.
Sungguh perjalanan yang sulit. Aku tak mungkin menabrak
semak-semak berduri. Sayapku bisa robek. Sedangkan Hork-Bajir tak
bisa terbang. Dan suasana benar-benar gelap pekat. Gelap yang hanya
bisa dialami kalau kau berada jauh dari lampu-lampu rumah, lampu
mobil, dan lampu jalanan. Begitu gelapnya hingga kau tak bisa
melihat pohon sampai kau menabraknya. Seperti buta deh.
Aku bertengger di tanduk Jara Hamee, seperti waktu dengan
Rachel. Hanya saja kami bergerak jauh lebih lambat dan berusaha
tidak meninggalkan jejak.
"Ke mana?" tanya Jara Hamee. "Pergi ke mana?"
aku menggerutu.

Si Hork-Bajir mendengkur setuju, seakan jawabanku itu sangat
masuk akal. "Suara kepalaku menyuruhku lari."

Aku tak bisa melihat wajahnya, jadi aku tak bisa melihat
ekspresinya. Kalau bisa pun, aku takkan bisa menafsirkan ekspresi
Hork-Bajir. "Ket Halpak dan Jara Hamee di kolam Yeerk. Yeerk
keluar. Yeerk kolam. Suara kepala bilang, 'Lari. Ke arah sana!'"
Aku menghela napas dan menghindarkan wajahku dari
tamparan ranting. Bicara dengan Hork-Bajir sungguh membuat
frustrasi. dari kolam Yeerk"> tanyaku.
"Kepala bilang, 'Lari, Jara Hamee. Ajak Ket Halpak. Lari dan
bebas. Kabur dari Yeerk.' Aku bertanya bagaimana" Bagaimana Jara
Hamee dan Ket Halpak bisa bebas" Kepala bilang, 'Aku akan
mengirim penunjuk jalan.'"
"Kepala bilang, 'Lari, Jara Hamee...'"

"Suara kepala bilang, 'Aku akan mengirim penunjuk jalan.'"

Si Hork-Bajir tidak menjawab. Segera kusadari bahwa HorkBajir sebetulnya tidak memahami banyak hal. Berbicara kelihatannya
tidak alami untuknya. Dan ternyata benar, mereka bukan para genius
dunia ini. Bagus sih begitu.
Tapi makin lama aku makin jengkel dengan situasi ini. Aku
sudah dipindah-pindah, ditaruh di tempat ini atau itu. Hal-hal yang tak
mungkin bisa kuketahui, muncul begitu saja dalam pikiranku. Aku
sedang diperalat. Dan aku tidak suka itu.
Aku sama sekali tidak suka.
kataku kepada kedua
Hork-Bajir. Mereka berhenti. Kedua monster besar itu berdiri saja di dalam
kegelapan di antara pepohonan dan menunggu.
"Kita pergi sekarang?"
"Taxxon datang."
kataku.
"Kita pergi sekarang?"
kataku bandel.

Saat aku mengucapkan aku sudah tak lagi berada
dalam hutan. Aku tak berada di mana-mana. Dalam arti tidak di manamana yang bisa kupahami. Kurasakan diriku melayang. Mengambang di udara, hanya saja
tak ada udara. Aku tidak terbang, hanya melayang.
Ada cahaya, cahaya indah berwarna hijau kebiruan. Cahaya itu
tidak datang dari tempat tertentu. Rasanya datang dari segala arah
sekaligus. Satu hal sudah jelasaku tak lagi berada di hutan. HALO,
TOBIAS. KITA KETEMU LAGI.
Suara itu besar, tapi tidak kasar. Memenuhi otakku dan serasa
beresonansi ke sekujur tubuhku. Bulu-buluku bergetar. Jari-jariku
seperti kesemutan. Jari-jari" Saat itu barulah kusadari bahwa aku sudah berubah.
Aku menunduk memandang tubuhku. Dan entah bagaimana, tak
bisa kujelaskan, rasanya aku melihat menembus tubuhku. Seakan aku
bisa melihat segalanya, dari segala sudut, sekaligus. Seakan aku
melihat diriku melalui sejuta mata yang berbeda.
Aku bukan lagi elang ekor merah. Tapi aku juga bukan
manusia. Paling tidak, tidak seperti waktu aku masih manusia.
Aku punya lengan yang juga sayap. Aku punya kaki yang
ujungnya berupa cakar. Aku punya mulut, tapi sekaligus paruh juga.
Aku tahu penjelasanku ini kedengarannya tak masuk akal. Aku
tahu ini tak mungkin dibayangkan. Tapi memang aku sekaligus
manusia dan burung dan makhluk ketiga yang antara dua makhluk itu.
Kami sudah melihat berbagai hal luar biasa sejak kami pertama
kali bertemu pangeran Andalite yang sekarat di kompleks bangunan
yang terbengkalai itu. Aku sudah melihat Yeerk dan semua budak merekaTaxxon,
Hork-Bajir. Aku sudah melihat Andalite dan bertemu Chee, android
dalam bentuk manusia. Aku sudah bertualang menembus waktu, ke
kolam Yeerk, dan ke orbit dalam pesawat ruang angkasa.
Tapi hanya ada satu spesies yang bisa melakukan ini. Hanya
satu spesies yang memiliki suara besar yang memenuhi kepala ini.
"Ellimist," kataku dengan suara asli yang keluar dari mulutku
sendiri. Kemudian, dari kabut hijau kebiruan yang mengelilingiku, aku
melihatnya terbang ke arahku. Burung. Burung pemangsa. Bentuknya
tidak jelas, sebagian falkon, sebagian rajawali, sebagian elang.
Perutnya seputih salju, punggungnya cokelat kemerahan, dan ekornya
mengembang memamerkan warna-warna pelangi.
Burung itu terbang ke arahku, kemudian berhenti dan melayang
di udara. YA, TOBIAS. ELLIMIST. Ia tertawa dan seluruh alam berkabut hijau kebiruan ikut
tertawa. "Jadi, kau-lah dalang semua ini," kataku. "Seharusnya aku tahu.
Tapi penampilanmu tidak begini waktu terakhir kali kami melihatmu."
Makhluk berbentuk burung itu tersenyum. Jangan tanya
bagaimana caranya tersenyum dengan paruh. Pokoknya ia tersenyum.
AKU MEMILIH BENTUK YANG SERUPA DENGANMU.
"Omong kosong. Kau kan tahu aku manusia."
BETULKAH" KAU TIDAK TAMPAK SEPERTI MANUSIA
BAGIKU. Perutku mual. Kupandang tubuhku. Tubuh yang setengah anak
laki-laki setengah burung.
"Kau mau apa" Kenapa kaupaksa aku melakukan hal-hal yang
tidak ingin kulakukan?"
AKU MEMAKSAMU MELAKUKAN APA, TOBIAS"
"Kau menempatkan aku di tempat-tempat yang tidak
kuinginkan. Kau menyeretku dalam urusan ruwet dengan dua HorkBajir ini." Si Ellimist berubah dari burung ke manusia. Tapi tidak
sepenuhnya manusia. Ia manusia yang punya sayap. Penampilannya
sama dengan penampilanku saat itu. Dan ketika ia bicara lagi, ia
bicara dengan suara manusia biasa.
"Aku pernah memberi kesempatan hebat padamu dan temantemanmu. Aku melihat jauh ke masa depan, dan menemukan cara
untuk membantumutanpa menggunakan kekuatanku secara
langsung. Dan sekarang, kau dalam posisi yang bisa membantu HorkBajir. Bukankah mereka juga berhak punya kesempatan yang sama
seperti manusia?" "Kau mencoba menyelamatkan ras Hork-Bajir dari Yeerk?"
Si Ellimist tersenyum lagi dan menggeleng. "Kami tidak ikut
campur. Kami tidak menggunakan kekuatan kami untuk mengadu
domba antar-spesies."
"Ember," kataku.
Si Ellimist cuma tersenyum tipis mendengar umpatanku. "Aku
tidak akan memaksamu, Tobias. Dan aku bahkan tidak menjamin kau
akan berhasil. Ada kemungkinan kau akan mati, dan kedua Hork-Bajir
juga mati, dan semua ini sia-sia belaka."
"Terima kasih. Sungguh berita menyenangkan," kataku.
"Kenapa aku" Kenapa aku dibebani tugas seperti ini" Memangnya apa
aku ini" Pahlawan?"
Si Ellimist tidak tertawa. "Tobias, kau ini awal sesuatu. Kau
titik yang bisa jadi tumpuan perputaran garis waktu."
Kurasa seharusnya aku merasa penting. Tapi tidak. Aku tak
berminat pada pujian. "Kau ingin bantuanku?" tanyaku pada si Ellimist. "Baik. Kalau
begitu, sesudah itu aku juga perlu bantuanmu. Kau hebat sekali,
menurut Ax. Kau bisa melenyapkan seluruh galaksi, kalau kau mau.
Aku tak tahu kenapa kau tidak melakukan sendiri saja keinginanmu.
Tapi terserah kau deh." Aku menatap matanya dalam-dalam. Mata
yangsungguh membingungkanternyata cerminan mataku sendiri.
"Kau ingin aku mengantar kedua Hork-Bajir ini ke tempat yang
telah kaumasukkan ke dalam kepalaku" Baik. Tapi aku ingin diberi
imbalan untuk jasaku ini."
"Dan apa yang kauinginkan, Tobias?"
"Kau tahu apa yang kuinginkan," kataku, nyaris tersedak. "Kau
tahu." "Ya. Tapi tahukah kau apa yang kauinginkan, Tobias?" tanya si
Ellimist. "Dan jika nanti terkabul, masihkah kau tahu?"
Dan mendadak saja, tanpa sensasi gerak apa pun, aku sudah
kembali berada dalam hutan yang gelap gulita.
Chapter 16 MALAM itu sungguh malam panjang. Betul. Terasa lama
sekali, Bahkan Hork-Bajir pun kelelahan saat semburat pudar subuh
mulai muncul di langit. Sepanjang waktu aku cemas kalau-kalau Taxxon tiba-tiba
muncul, diikuti oleh pasukan Hork-Bajir bersenjata lengkap. Atau
malah Visser Three sendiri dalam salah satu morf-nya yang
mengerikan. Setiap bayang-bayang kelihatan seperti calon musuh.
Dan banyak musuh lain dalam hutan itu yang bikin aku cemas.
Aku sadar benar bahwa sejumlah burung dan berbagai mamalia lapar
mengawasiku dan mungkin berpikir aku ini camilan yang lezat.
Tetapi aku bertengger di atas Hork-Bajir. Dan tak ada satu
predator pun yang tahu bagaimana menghadapi Hork-Bajir. Pada
suatu saat ada sepasang serigala, yang mungkin sedang mencari
kelompoknya, berdiri beberapa puluh meter dari kami dan mengawasi
kami lewat. Serigala binatang yang amat cerdik. Mereka tidak tahu HorkBajir itu makhluk apa. Tetapi mereka tahu sebaiknya tak usah
berurusan dengan Hork-Bajir. Rusa ngacir menjauhi kami. Burung
hantu tak mengacuhkan kami. Kami jelas bukan tikus, dan hanya
kepada tikuslah burung hantu tertarik. Rubah menyelinap pergi.
Rakun membeku. Hanya makhluk-makhluk hutan tak kenal takutlah
yang mengabaikan kami dan melakukan kegiatan mereka seperti
biasa. Aku malah harus menyetop Ket Halpak yang nyaris menginjak
salah satunya. teriakku, ketika
kulihat bulu belang binatang paling mengerikan ini.
"Yeerk?" Jara Hamee menimpali.
"Taxxon?" Ket Halpak bertanya ketakutan.
ada yang bergerak sedikit pun sampai dia pergi.>
"Hah! Binatang kecil! Tidak bunuh Jara Hamee!"
membuatmu berharap kau mati saja. Dengan baunya yang minta
ampun itu.> Aku tak tahu berapa jauh jarak yang telah kami tempuh, saat
kami akhirnya beristirahat. Aku tak lagi bisa memperkirakan jarak di
darat dengan baik. Yang kutahu hanyalah langit sudah sedikit lebih
terang, tak lagi gelap pekat. Dan kedua Hork-Bajir sudah berkali-kali
terhuyung. Mereka kelelahan. Dan aku kelaparan.
aku menanyai kedua
Hork-Bajir. "Kami makan," Jara Hamee setuju. Tanpa menunda lagi ia
berjalan ke sebatang pohon. Sejenis pohon cemara. Ia mengangkat
tangan dan menoreh batang pohon dengan mata pisau di sikunya.
CRAAAASS! Ia menoreh lurus, membuat torehan sepanjang kira-kira satu
meter. Dengan pisau di pergelangan tangannya, ia mulai menguliti
batang pohon itu. Ukuran kelupasannya bervariasi dari sepuluh senti
sampai satu meter persegi.
Dilontarkannya segebung kulit pohon kepada istrinya dan ia
sendiri mengambil beberapa.

"Ya."


Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jara Hamee mengunyah dan kelihatan melamun. "Waktu Jara
Hamee kecil, Jara Hamee makan Kanver. Makan Lewhak. Makan Fit
Fit yang tinggi." seperti pohon-pohon ini">
"Lebih enak," kata Ket Halpak.
"Lebih enak," Jara Hamee menyetujui.
Mungkin Jara Hamee merasa telah menyinggung perasaanku
karena telah menyepelekan pohon-pohon Bumi. "Pohon Bumi enak,"
ia menambahkan. "Pohon Bumi enak," Ket Halpak setuju.
Aku tersenyum dalam hati. Ada saat-saat ketika hidupku ini
rasanya gila benar, sehingga aku hanya bisa tertawa. Sepasang
monster dari planet yang jauh cemas mereka melukai perasaanku
karena mereka tak suka makan kulit pohon cemara.
Kemudian, seakan ada lampu menyala dalam kepalaku, aku
menyadari sesuatu. mata pisau" Untuk menguliti batang pohon">
Ket Halpak berdiri. Aku duduk di bonggol pohon yang
membusuk, maka ia menjulang di depanku seperti pencakar langit. Ia
menunjuk ke mata pisau di sikunya. "Untuk potongan lurus."
Memperlihatkan pisau di pergelangan tangannya, ia berkata, "Untuk
mengelupas." Menonjolkan lututnya, ia menjelaskan. "Untuk bawah dekat
tanah." kataku. punya kegunaan khusus. Masing-masing untuk memanen kulit
pohon.> "Ya." Ia duduk lagi dan meraih selembar kulit pohon.
untuk mempertahankan diri dari musuh" Untuk membunuh mangsa">
Jara Hamee memandangku lurus-lurus. "Hork-Bajir tidak punya
musuh. Tidak ada mangsa. Hork-Bajir tidak membunuh. Yeerk
membunuh. Yeerk membunuh Andalite. Andalite membunuh Yeerk.
Hork-Bajir mati." Yeerk menguasai bangsa kaliankarena mata pisau itu. Pisau-pisau
itu membuat kalian mematikan, begitu Yeerk jahat itu merasuki
kepala kalian. Kalian menjadi serdadu ampuh. Hanya karena kalian
diciptakan untuk makan kulit pohon.>
Kedua Hork-Bajir tidak menanggapi lagi. Mereka meneruskan
makan. makanan.> Ket Halpak mengulurkan selembar kulit pohon. "Makanan kami
buatmu," Tidak
kuceritakan kepada mereka apa yang kumakan atau bagaimana aku
mendapatkannya. Tahu tidak, aneh benar. Aku tak pernah merasa bersalah
menjadi predator saat aku berada bersama manusia. Bagaimanapun
juga Homo sapiens terhormat itu kan sebetulnya raja segala predator.
Tetapi Hork-Bajir bertampang maut ini sama sekali bukan
predator. Walaupun berpenampilan monster seram begitu, mereka tak
lebih berbahaya daripada rusa dengan tanduk bercabangnya.
Mereka cuma korban. Hanya spesies yang bernasib malang
bertampang mengerikan. Dan sekarang mereka terperangkap dalam
perang antara Yeerk dan spesies-spesies lain yang masih bebas di
galaksi. Aku teringat akan semua pertempuran kami dengan Hork-Bajir.
Sudah lebih dari sekali mereka nyaris membunuhku. Selama ini aku
membenci dan takut kepada mereka. Sekarang aku cuma kasihan
kepada mereka. Dan aku makin kasihan lagi karena aku tahu bahwa aku dan
teman-temanku akan berperang melawan Hork-Bajir lagi di masa
yang akan datang. kataku sambil
mengepakkan sayap. kalian.> Chapter 17 SAAT aku terbang ke atas menembus pepohonan, kulihat
matahari baru saja muncul mengintip di kaki langit di timur. Sinarnya
langsung membuat pucuk-pucuk pohon menyala keemasan. Sungguh
pemandangan yang indah. Daun-daun keemasan dan bayangan gelap
di bawah, dan awan merah jingga di satu sisi dan masih abu-abu gelap
di sisi lain. Asyik sekali berada jauh dari tanah. Nyaman sekali merasakan
kesiuran udara di bawah sayapku dan terpaan angin segar pada
wajahku. Aku telah melewatkan sepanjang malam dengan berpegang
erat pada tanduk Hork-Bajir dan bersusah payah menembus semak.
Bukan tempat yang cocok untuk burung. Bahkan untuk manusia
berwujud burung sekalipun.
Udara masih datar, belum ada udara hangat yang terangkat naik,
belum ada angin termal, maka aku bekerja keras. Tapi nyaman
rasanya mengepakkan sayap dan merentangkan otot-ototku yang kaku.
Aku akan merindukan ini semua waktu aku kembali jadi
manusia kelak. Maukah si Ellimist mengembalikan tubuh manusiaku
dan membiarkanku tetap memiliki kemampuan untuk
bermetamorfosis" Kuharap saja begitu. Betapa sedihnya memikirkan
aku tak akan pernah terbang lagi.
Di bawahku aku melihat tempat terbuka. Bukan padang rumput
sih, hanya lapangan kecil, dengan rumput-rumput tinggi dan lubanglubang tikus besar dan tikus padang rumput, serta berbagai santapan
lezat lainnya. Tetapi aku harus berhati-hati. Padang ini mungkin ada yang
punya. Elang lain, mungkin. Belum lagi kalau ini milik spesies lain.
Aku harus masuk dan keluar dengan cepat. Masuk, sambar, dan
kabur. Kujelajah tanah dengan mataku yang setajam laser, mencaricari gerakan kecil yang menunjukkan adanya tikus atau tikus besar.
Kadang-kadang, jika cahayanya pas dan aku sangat lapar, rasanya aku
bisa melihat menembus tanah. Seakan aku bisa melihat tikus-tikus di
dalam sarang mereka yang hangat.
Mungkin itulah sebabnya aku tidak menyadari adanya bahaya.
Mungkin karena yang ada dalam pikiranku cuma makan melulu.
Aku memang melihat seekor tikus besar. Tikus gemuk, segar,
yang berjalan bergoyang menuju sarapannya sendiri. Aku menukik
dari atas. Tiba-tiba aku menabrak kantong udara! Aku kehilangan
keseimbangan dan nyaris terbanting ke tanah. Untung aku masih
sempat menyentak, dan kehilangan tikus besarku.
aku mengeluh. indah, waktu sarapan adalah semangkuk cereal yang mudah didapat">
Yah, tak lama lagi akan kembali begitu. Segera setelah si
Ellimist menepati janjinya kepadaku. Tempat tidur hangat di malam
hari, dan sarapan yang enak dan mudah didapat di pagi hari.
Walaupun waktu aku masih manusia dulu tidak persis begitu.
Aku tidak memiliki keluarga normal yang menyenangkan. Kedua
orangtuaku sudah lama sekali meninggalkanku. Semenjak itu aku
dipingpong dari satu bibi ke satu paman ke bibi dan paman yang lain.
Ketika aku terperangkap dalam morf dan menghilang dari dunia
manusia, aku bahkan tak tahu apakah salah satu dari mereka
mencariku. Kusisihkan pikiran-pikiran itu. Kukepakkan sayapku, siap lepas
landas. Tapi baru saja aku melayang di atas pucuk-pucuk rumput, tibatiba... BLUG! Aku dihantam! Rasanya ada yang melemparku dengan batu.
Aku jatuh, terkapar di tanah, mengepak-ngepakkan sayap dengan amat
ketakutan. Apa yang menghantamku" Apa yang... apa gerangan yang
terjadi" Baru saat itu aku melihatnya, mengintip dari antara
rerumputanwajah cerdas, penuh keingintahuan, bulu kuning
kecokelatan, empat cakar besar, dan tubuh yang panjangnya semeter,
kalau diukur dari moncong sampai ke ujung ekornya yang
melengkung aneh. Kucing liar! Aku benar-benar kaget dan hilang harapan melihat kucing besar
itu. Ia berputar mengelilingku, menatapku penuh ingin tahu.
Menunggu kalau-kalau aku akan balas menyerang.
Mata cokelat yang tenang mengawasiku, seperti kalau aku
mengawasi tikus yang terluka.
Elang dalam diriku ingin mengepakkan sayap dan mencoba
menakut-nakuti si kucing agar pergi. Tetapi sisi manusiaku tahu aku
hanya punya satu kali kesempatan. Gerakanku cepat, tetapi gerakan si
kucing secepat kilat. Dan ia kuat sekali. Ia telah memukulku dengan
satu cakarnya yang besar dan aku langsung terkapar. Pukulan yang
begitu anggun sehingga seperti dalam gerak pelan atau slow motion.
Tapi sekaligus juga cepat sekali sampai aku tak punya kesempatan
untuk berpikir menghindar.
Bagaimana mungkin aku bisa seceroboh itu" Bagaimana
mungkin aku bisa tidak melihat kucing liar di dalam semak" Sekarang
aku akan mati gara-gara keteledoranku.
Aku berdiri di atas kakiku, canggung dan tak berdaya di tanah.
Tapi sementara aku bertahan, satu cakarku mencengkeram potongan
dahan. Bukan kayu besar sih, panjangnya cuma kira-kira setengah
meter. Kupandang tajam-tajam si kucing. Ia sudah serasa mengecap
daging elang. Jika aku bergerak, ia akan menerkam. Jika aku tidak
bergerak, ia tetap akan menerkam.
Satu kesempatan... kesempatan kecil, tindakan nekat. Aku harus
bisa memukul matanya sebelum ia menghunjamkan gigi-giginya ke
tubuhku. Elang di dalam kepalaku berteriak Terbang! Terbang!Terbang!
Tetapi manusia dalam diriku berkata tidak. Si elang tidak akan
memenangkan pertarungan ini. Hanya manusia yang bisa.
Kucengkeram kayu itu kuat-kuat.
Terkam! Si kucing menyambarku.
Aku mengentak mundur, membuat kayu itu mencuat.
"NGEEEOOONG!" si kucing meraung saat kayu tajam itu
menusuk mata kirinya. Aku mengepakkan sayap
dan kustarter kaki kecilku di atas tanah dan aku kabur secepat kilat.
Belum pernah aku kabur secepat itu.
Tetapi si kucing mengejarku. Satu langkah. Dua langkah, dan ia
berhasil mengejarku! Kemudian ia berhenti. Ia menoleh. Aku
melihatnya terbelalak. Kulihat bulu-bulu di punggungnya berdiri
ketakutan. Di atas si kucing menjulang makhruk sebesar batang pohon
beringin. Tiga deret cakar kecil lemah mengatup mencengkeram
udara. Kepala lipan raksasa itu tertarik ke belakang dan aku bisa
melihat dua dari kerumunan mata jeli-merahnya.
Taxxon! Mulut merahnya turun! Menyambar si kucing! Dan si Taxxon melahap si kucing
dengan sekali telan, sebelum kucing malang yang shock itu sempat
berpikir harus berbuat apa.
Aku sudah mulai mengepakkan sayap meninggalkan tanah.
Duri-duri dan ranting-ranting dan rumput kasar menggoresku, menarik
bulu-buluku, tetapi saat itu mana aku peduli dengan beberapa bulu
yang rontok. Aku ketemu angin dan aku berterima kasih pada Ibu Bumi yang
telah memberiku sayap. Aku melesat naik makin lama makin tinggi
sampai setinggi pucuk-pucuk pohon. Baru saat itulah aku berani
menoleh. Mereka merayap di padang terbuka itu dan di antara pepohonan.
Ada selusin. Taxxon! Berkeliaran di siang bolong. Di tempat terbuka.
Bagaimana paniknya nanti kalau ada orang yang bernasib sial melihat
mereka. Sungguh sinting! Benar-benar sinting!
Di belakang pasukan Taxxon ini berbaris sepasukan serdadu
Hork-Bajir. Dan bersama pasukan Hork-Bajir itu juga ada selusin
Pengendali-Manusia, semuanya bersenjata lengkap.
Baru saat itu aku sadar betul. Yeerk sudah bermasa bodoh dan
tidak berhati-hati lagi. Mereka akan menangkap dua Hork-Bajir yang
kabur. Tak peduli risikonya. Tak peduli siapa korbannya.
Benar-benar kekejian Yeerk yang diumbar.
Ini pasukan tempur. Pasukan besar melawan aku dan dua HorkBajir terhormat yang sederhana dan tidak-begitu-pintar.
Dan aku tetap belum sarapan.
Chapter 18 AKU gemetar habis saat aku mencapai langit biru. Dan
kemudian yang pertama kali kulihat adalah falkon peregrinealapalap macan. Alap-alap biasanya tidak berkawan dengan elang, tapi saat itu
perasaanku sedang kacau. Aku tak butuh gangguan lain. Aku hanya
ingin kembali ke kedua Hork-Bajir-ku dan meninggalkan tempat ini
bersama mereka.
Aku mengembuskan napas lega. Rupanya Jake.

kataku.
Belum lagi kucing besar kelaparan, aku menambahkan dalam
hati. kata Jake. menerabas dua laki-laki yang sedang memancing di salah satu sungai
kecil. Untung kami berhasil menakut-nakuti kedua pernancing itu.
Kalau tidak, mereka sudah di perut Taxxon sekarang.>
Pandanganku menjelajah
angkasa. Ya. Rajawali bondol. Elang laut. entah Cassie atau Marco,> kataku. sini. Oh, itu dia! Di atasmu!>
Aku mendongak dan masih sempat melihat seekor elang laut
meluncur turun dari gumpalan awan tipis.
teriak Marco riang gembira. kan!> aku
berteriak. aku capek dan aku marah.>
kata Jake menghibur. sekarang. Kami semua ada di sini untuk membantumu.>
Kudengar suara bahasa-pikiran Cassie yang datang dari jarak
cukup jauh. berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat">


Animorphs - 13 Tobias Beraksi Kembali di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandangnya,> aku bergumam.
memanfaatkanmu. Semacam memanipulasimu.>
Kalau yang ngomong orang lain dan bukan Cassie, mungkin
aku sudah menjawab sarkatismengejek. Seperti, yawww!> Tapi tak mungkin bersikap sarkastis pada Cassie. memang ada yang memanfaatkan aku,> .kataku.
Dia sih tidak mau mengaku.>
kata Cassie. kerjaan si Ellimist.> Rachel sekarang sudah berada cukup dekat untuk
berkomunikasi. terhadap orang itu. Atau makhluk itu. Atau entah apa sebutannya si
Ellimist itu. Ax bilang kau harus hati-hati. Ellimist kerjanya
mempermainkan orang.> Aku teringat janji Ellimist kepadaku. Untuk memberiku apa
yang paling kuinginkan. Tapi ketika kuingat-ingat percakapan kami,
aku tak bisa ingat janji yang sebenarnya.
Rasa dingin menjalari tulangku. Betulkah si Ellimist berjanji
untuk menjadikan aku manusia lagi"
tanya Rachel. Dari nadanya aku
tahu ini pesan pribadi. Hanya aku yang bisa mendengarnya.
kataku. akan... kau tahu. Membuatku jadi manusia lagi.>
Entah bagaimana, menyebutkan itu dalam kata-kata kok rasanya
tidak benar. Tapi itulah memang yang kuinginkan. Menjadi manusia
lagi. Hidup seperti yang lain. Makan cereal dingin dan telur goreng
untuk sarapan alih-alih berburu dan membunuh mangsa. Berjalan.
Melewatkan malam hari di dalam rumah, di tempat tidur. Duduk dan
menonton TV. Atau cuma sekadar duduk saja.
kata Rachel.
Dan kita masih harus menyelamatkan Hork-Bajir tanpa
membahayakan diri kita sendiri.>
Dengan bahasa-pikiran yang juga bisa didengar Jake, Cassie,
dan Marco, aku berkata, tempat dua sobat alien kita.>
Aku berbelok pada sudut tertentu, menyesuaikan diri dengan
angin. Angin bertiup tepat di belakang sayap kananku. Susah terbang
begitu jika anginnya terlalu keras. Kau harus berkali-kali
membetulkan arah, karena anginnya seperti menyeruduk begitu saja
dan mendorongmu keluar jalur.
Kami terbang cepat dan segera saja meninggalkan pasukan
Yeerk. Aku melihat dua Hork-Bajir itu di antara pepohonan.
Kelihatannya mereka sedang ngobrol. Setelah semakin dekat, kusadari
mereka berpegangan tangan.
Aku jadi merasa tidak enak, tiba-tiba muncul begitu di udara,
mengganggu mereka. kataku. Membawa beberapa teman.>
Kami mendarat di pepohonan. Dan sekarang kami menghadapi
masalah serius. Kami harus mengambil keputusan hidup-atau-mati.
Yang lain semua sudah hampir melewati batas morf yang dua jam.
Mereka harus demorph. Tapi sejauh ini kami belum membuka identitas kami kepada
kedua Hork-Bajir. Jika mereka kelak berhasil ditangkap kembali oleh
Yeerk, Yeerk akan mendapat akses ke semua yang ada dalam kepala
mereka. Semua memori. tanyaku.
kita ini siapa,> ia menjawab.
kata
Marco. ditangkap lagi oleh Yeerk. Maksudku...>
aku menukas.
kan" > kata Marco.
kata Rachel.

kataku. Marco meledek. ini, dua mesin pemotong rumput setinggi dua meter lebih, dua
kumpulan silet hidup ini temanmu">
Tak kupedulikan Marco. Kutatap Jara Hamee. Aku perlu tahu sesuatu. Jika kau tertangkap Yeerk...>
Ia tidak menunggu sampai aku selesai. Ia mengangkat lengan
bermata pisau dan menebas udara. Kemudian, dengan lebih hati-hati,
ia menunjuk kepalanya sendiri. Tepat pada bekas luka yang dibuatnya.
"Tak ada lagi Yeerk di sini. Bebas! Merdeka! Kalau tidak, tak ada Jara
Hamee. Tak ada Ket Halpak. Pokoknya merdeka!"
"Merdeka atau mati," kata Ket Halpak tegas.
kata
Rachel. Ia melayang turun dari pohon. Ia mulai demorph.
Kudengar Jake menghela napas. ini.> Beberapa menit kemudian, semua sudah jadi manusia lagi.
Kecuali aku, tentunya. Kurasa kami mengagetkan kedua Hork-Bajir itu. Aku tak tahu,
mereka menduga kami ini apa, tapi yang jelas bukan manusia. Kedua
alien raksasa itu cuma berdiri melongo. Dan kemudian, ketika mereka
menyadari sepenuhnya bahwa Jake, Rachel, Cassie, dan Marco
sebetulnya memang manusia, mereka tertawa.
"KeeeRAW! KeeeRAW!"
Paling tidak, kuanggap itu tawa. Siapa sih yang tahu bagaimana
Hork-Bajir tertawa" "Manusia!" kata Ket Halpak, kedengarannya kagum dan
mungkin juga senang. Jara Hamee memandangku. "Kau manusia?"
kataku. yang dulu. Aku sudah berubah.>
"Jara Hamee juga berubah. Dulu tidak merdeka. Sekarang
merdeka." Saat itulah Ax meluncur menembus pepohonan dan meloncat ke
tengah kami. Ia membawa tas. Tas itu berisi sepatu teman-temanku.
Kau sudah tahu, kan, waktu bermetamorfosis, pakaian ketat bisa ikut,
tapi sepatu tidak. Ax menaruh tas itu dan memandang dengan cara yang hanya
bisa dilakukan Andaliteke segala jurusan sekaligus.
kalian,> kata Ax panas. Jangan sampai mereka tertawan hidup-hidup!>
kataku.
"Merdeka atau mati!" Jara Hamee berteriak.
"Oke, aku benar-benar menyukai mereka," kata Rachel. Ia
menelengkan kepala dan mendongak menatap Jara Hamee. "Merdeka
atau mati!" ia berteriak sama kerasnya.
Cassie dan Jake dan aku juga ikut berteriak, tapi tidak
seantusias mereka. Aku sendiri kan sudah nyaris mati beberapa menit
sebelumnya. "Berani taruhan dua banding satu, kalian 'mati' deh," kata
Marco sewot. "Dan kalau kalian teriak-teriak terus padahal Taxxon
hanya berjarak kurang dari satu kilometer dari kita, taruhannya jadi
sepuluh banding satu."
Rachel berlari, mencengkeram bahu Marco dan
mengguncangnya. "Ayolah, anak manja, bilang dongmerdeka atau
mati!" "Ya, ya, merdeka atau mati," kata Marco. Kemudian ia tertawa.
"Rachel, kau tahu, kan, kau ini sinting?"
"Ya, tapi biar sinting dia Pelajar Teladan Yayasan Packard,"
Cassie nimbrung. "Aku yakin para Yeerk akan terkesan," kata Marco. Jake
tersenyum misterius padaku. "Nah" Ayo kita berangkat,"
Chapter 19 "JADI ke mana sebetulnya kita pergi?" tanya Marco.
Ellimist padaku,> kataku.
"Apa kita perlu nyanyi Naik, Naik ke Puncak Gunung?" tanya
Marco. "Maksudku, kita kan memang ke pegunungan.
"Marco, kau tidak boleh nyanyi apa-apa," kata Rachel. "Aku
pernah mendengar kau nyanyi."
Kami rombongan kecil yang aneh. Satu jam kemudian kami tiba
di perbukitan di kaki gunung. Dan dua jam berikutnya kami mendaki
bukit-bukit itu. Naik, terus naik.
Jake, Rachel, Cassie, dan Marco dalam wujud asli manusia
mereka. Mereka berjalan beriringan, diikuti kedua Hork-Bajir.
Ax jauh berada di depan, membuka jalan. Ia jauh lebih cepat
daripada manusia, bahkan lebih cepat daripada Hork-Bajir. Dan Ax
akan bisa menangani jika kebetulan bertemu Hork-Bajir musuh.
Aku terbang, berjaga dari atas. Aku terbang pelan melingkar,
sampai di tempat Ax. Kemudian berkeliling area itu. Ini berat, sebab
ada angin sakal bergulung turun dari pegunungan. Selesai berkeliling
aku akan mengapung terus sampai melihat baris pertama Taxxon yang
mengejar kami. Dengan adanya Ax dan aku, kurasa tidak akan ada yang bisa
tiba-tiba menyergap kami.
Tetapi semakin lama, semakin tinggi kami mendaki, semakin
cemas aku. Apa gunanya membawa Jara Hamee dan Ket Halpak ke
lembah terpencil jika kami juga membawa pasukan besar Yeerk
bersama kami" Apakah si Ellimist punya rencana cerdik" Mungkin tidak. Si
Ellimist kelihatannya memutuskan ia hanya akan bertindak seminim
mungkin. Ia tidak keberatan mencelupkan kelingkingnya ke aliran
waktu, tetapi ia tidak terjun sepenuhnya. Aku punya perasaan kami
ditinggalkan sendiri. Aku sedang melayang di atas kawan-kawanku ketika
mendengar Marco mengeluh, "Aku cuma berkata, hei, apa ada alasan
tertentu sehingga si Ellimist tidak bisa langsung membawa kita ke
tempat tujuan" Mendaki gunung begini membuat kakiku pegal banget.
Naik, naik, naik, naik terus."
"Kau mau mengeluh sepanjang jalan?" tanya Rachel.
"Ya," Marco menjawab. "Begitulah rencananya. Mengeluh
sepanjang jalan." "Kurasa ini asyik," kata Cassie. "Maksudku, kita berada di alam
bebas. Menghirup udara segar. Tak ada bunyi atau gangguan apa pun.
Tak ada TV atau stereo yang meraung memekakkan telinga. Tak ada
mobil. Cuma alam. Pohon-pohon dan binatang-binatang."
"Yah, kurasa kau benar, Cassie," kata Marco. "Apa lagi yang
lebih santai daripada naik gunung bersama sepasang pelarian jin dari
planet lain, dikejar oleh ulat raksasa dan mungkin bahkan Visser
Three sendiri" Dan sementara itu kita tahu persis bahwa kita
menjalankan rencana makhluk galaksi sok-tahu yang sangat berkuasa
yang membuat kita melaksanakan semua pekerjaan kasarnya?"
Cassie nyengir. "Yah, tapi sementara kabur dari ulat raksasa,
kita kan menghirup udara segar pegunungan. Ngaku saja deh, Marco,
olahraga begini kan bermanfaat untukmu." Ia berjalan ke belakang
Marco dan mulai mendorongnya naik. "Bilang saja pada dirimu
berulang-ulangkita bersantai di alam bebas, kita bersantai di alam
bebas." "Bagaimana kalau begini sajaaku lapar," kata Marco
sementara aku melayang keluar dari batas pendengaran.
Ia lapar, aku lapar. Semua lapar, bahkan si Hork-Bajir juga,
karena kami tidak mengizinkan mereka menguliti pohon. Soalnya itu
akan membuat Yeerk dengan mudah mengikuti jejak kami.
Kemudian aku melihat sarapan pagi. Meskipun lebih tepat
disebut makan siang sekarang. Seekor tikus, duduk di alam terbuka. Ia
sedang mengorek-ngorek biji dari kerucut pohon cemara.
Kisah Pedang Di Sungai Es 10 Pendekar Baju Putih Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bodoh 8

Cari Blog Ini