Ceritasilat Novel Online

Eksperimen The Experiment 1

Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment Bagian 1


K.A. Aplegate Eksperimen (Animorph #28) Judul asli: The Experiment Terbit Maret 1999, ghostwriter Amy Gavey Quote sampul depan : "Perubahan merupakan hal yang sangat baik. Sangat baik."
Translated by Nat. 2009 ginger_shive@yahoo.com Re edited by: Farid ZE Blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Bab 1 Namaku adalah Aximili-Esgarrouth-Isthill.
Itu bukan nama manusia. Itu adalah nama Andalite. Bukan berarti manusia yang
membaca ini benar-benar tahu Andalite itu apa. Aku adalah satu-satunya Andalite
di Bumi. Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Ada satu lagi. Tapi dia bukan Andalite yang
sama seperti dirinya yang dulu. Dia sekarang adalah induk semang bagi Yeerk
yang menyandang gelar Visser Three.
Para Andalite memanggilnya Yang Terbenci.
Merupakan tanggung jawabku untuk menghancurkannya suatu hari.
Aku hanyalah seorang aristh, seorang kadet. Tapi, seperti yang diketahui oleh
semua Andalite yang membaca ini, norma Andalite mengharuskanku untuk
membalaskan kematian kakakku. Elfangor adalah seorang prajurit dan pangeran.
Visser Three membunuhnya.
Sepertinya dulu kupikir Elfangor akan hidup sampai selamanya. Dia tak kenal
takut. Penuh kehormatan. Sempurna. Dia penuh dengan kriteria seorang kakak
yang harus diteladani karena aku tidak memiliki semua kriteria itu.
Tapi kenangan dari kakakku adalah alasan mengapa aku menunggu-nunggu saat
dimana aku dapat menghancurkan VIsser Three. Bukan hanya karena masalah
tanggung jawab. Aku sangat peduli pada kakakku.
Dan aku bukanlah satu-satunya yang ingin menghancurkannya beserta semua
Yeerk yang telah menyerang Bumi. Sebelum dia meninggal, Elfangor memberikan
kekuatan morf kepada lima anak manusia. Sekaligus alasan mengapa mereka
membutuhkan kekuatan tersebut.
Sekarang kelima manusia ini adalah satu-satunya kelompok yang menentang
serangan Yeerk. Berjuang menghentikan Yeerk memperbudak seantero umat manusia. Berjuang
menghentikan mereka merangkak menuju otak manusia dan mengambil alih semua
pikiran, tindakan dan memori mereka.
Mereka juga satu-satunya manusia yang mengetahui keberadaanku.
Mereka orang-orangku sekarang - satu-satunya yang kupunya disini, sebegitu
jauhnya dari rumah. Aku bersyukur atas kesetiakawanan mereka. Lebih penting
lagi, aku juga menghormati mereka.
Tapi mungkin hanya Tobias yang dapat kuakui sebagai shorm sejatiku.
Shorm adalah sahabat terdalammu, seseorang yang mengetahui apapun yang ada
untuk diketahui darimu. Asal katanya dari pisau ekor Andalite, yang sejauh
pengetahuanmu mungkin kelihatannya seperti ekor kalajengking. Shorm adalah
orang yang bisa kamu percayai untuk menempelkan pisau ekornya di lehermu.
Walaupun Tobias tidak mempunyai pisau ekor - atau kuku kuda, mata pengintai,
dan bulu, seperti Andalite - dia hampir merupakan salah satu dari kami. Elfangor
adalah ayahnya, dan, seaneh-anehnya hal ini kalau dipikirkan, aku adalah, dalam
kosakata Bumi, paman Tobias.
Tapi kupikir kenyataan bahwa dia hampir seunik aku di planet ini adalah alasan
mengapa kami sangat dekat. Memilih menjalani hidup sebagai seekor elang ekor
merah telah memisahkannya dari segala sesuatu yang dulu dia kenal.
Kami sama-sama unik di planet ini, dan sama-sama sendirian.
Ada waktu-waktu di malam hari dimana aku, saat sedang meneliti langit yang
gelap untuk mencari bintang kampung halamanku, merenung akan orang-orangku
yang sebenarnya, keluargaku. Aku merenung tentang kehidupan yang mungkin
jauh sekali berbeda dari yang kuhidupi sekarang, di planet yang jauh ini, jauh dari
segala hal yang kukenal. Yang lainnya, Pangeran Jake, Cassie, Rachel, dan Marco, semua punya rumah dan
keluarga. Hanya Tobias dan aku yang tidak. Tobias tinggal di padang rumput yang
merupakan teritorinya. Dan aku, sampai beberapa waktu yang lalu, tidak punya
area terbatas seperti itu untuk dijadikan milik.
Tapi aku sekarang sudah membuat hidupku menjadi lebih nyaman. Aku telah
membangun semacam scoopku sendiri - apa yang kami, Andalite, namakan rumah.
Seperti semua scoop yang lain, dia terbuka, dengan area kecil yang ditudungi oleh
atap berbentuk kubah. Dan dalam kasusku scoop ini harus benar-benar kecil
sehingga aku dapat melipat atapnya dan menghapus segala bukti keberadaan yang
tampak. Aku hanya memiliki sedikit barang di scoop-ku. Almanak Dunia yang diberikan
teman-temanku. Beberapa foto roti kayu manis lezat. Beberapa pakaian manusia.
Dan satu barang lain yang baru kudapat. Satu barang sangat penting yang telah
mengubah hidupku. Sebuah televisi. Bab 2 Televisi. Atau seperti yang manusia bilang, TV.
Oh, ya : TV! Tak pernah kukira benda itu begitu menggoda. Pertamanya kupikir hanya akan
berguna secara fungsional. Aku dapat mengamati tingkah laku manusia di layar
yang datar dan kotak dan mendengarkan mereka berbicara. Kalau aku dalam morf
manusia, aku harus bisa terlihat sangat manusiawi.
Tapi benda itu lebih dari berfungsi saja. Itu adalah jendela menuju jiwa manusia.
Teknologinya bisa ditertawakan, tentu saja, tapi kalau kamu perhitungkan isi
program-programnya yang mencengangkan, benda itu merupakan saingan roti
kayu manis sebagai kreasi terbaik umat manusia.
Tobias juga suka TV. Dia datang tiap hari untuk menonton acara bersamaku.
Judulnya The Young and the Restless - Yang Muda dan Gelisah. Sangat mendidik,
walaupun aku tetap bingung akan alasan dari begitu banyak kegelisahan.
(The Young and the Restless : Opera sabun Amerika, pertama tayang tahun 1973,
sampai sekarang masih ada. Ceritanya tentang konflik dalam beberapa keluarga,
meliputi cinta, karir, persahabatan, yang begitu-begitulah. - Nat)
TV membuatku meneliti lebih banyak tingkah laku manusia daripada yang kulihat
di mall. Aku masih bertanya-tanya mengapa manusia menempelkan mulut mereka
bersama. Dan mengapa mereka kelihatannya menyukainya. Pikiran pertamaku
adalah mereka sedang mentransfer makanan. Tapi sepertinya bukan itu alasannya.
Aku menunjuk ke layar.

Mata elangnya terarah ke layar sementara Victor mengeratkan
lengannya di sekeliling Nikki. kemarin. Dan kemarinnya lagi. Ciuman. Semua orang melakukanya. Tentu kamu
juga butuh bibir.> itu dilakukan.> Tobias merapikan sayapnya dengan berisik. tujuannya. Ngomong-ngomong Marco sedang jalan kesini.>
kataku. berusaha tidak terlihat.>
kata
Tobias. Tobias itu kompetitif dalam urusan indra. Pendengaran dan penglihatannya lebih
baik dariku. Tapi aku dapat melihat ke semua arah secara bersamaan, sesuatu yang tidak dapat
ia lakukan. kataku. Tobias membalas.
"Tak ada yang menandingi kebahagiaan menonton TV di siang hari, huh?" kata
Marco, menyibakkan semak-semak.
kataku ke Tobias.
Marco nyengir ke aku. "Kamu kaget, kan?"
kata Tobias toleran.
Marco tertawa. Dia tahu dia tidak mengejutkan kami. Pernyataan bahwa dia telah
berhasil mengendap-endap ke arah kami merupakan humor manusia. Hal tersebut
tak dapat dijelaskan, dan para pembaca Andalite cukup menyerah saja dalam
mencoba memahami.
"Hei, aku nggak bisa dikontrol oleh peraturan semena-mena. Aku datang dan pergi
sesukaku. Aku bebas. Nggak ada yang bisa menahanku."
kata Tobias.
"Yeah, mereka memulangkan kami lebih awal. Jadi. Ada berita dari TV" Apa
ini.... Whoa! Siapa tuh cewek" Dan kenapa dia jalan-jalan pakai handuk?"

kata Tobias, lalu dia melebarkan sayapnya dan hilang dari pandangan.
"Nonton opera sabun, huh?" kata Marco, mengangguk-angguk.
aku bingung. gelisah.> Marco menghela nafas. "Terserah apa namanya, itu biasanya busuk. Kupikir sudah
waktunya kamu diperkenalkan ke program TV yang lebih baik, Ax. Buffy. Party of
Five, mungkin. Cops. South Park. Apapun, apapun yang lebih baik daripada ini.
Walaupun cewek itu hot."

"Yeah, well, kupikir kamu bisa meninggalkan filosofi sebab-akibatmu di sekitarsekitar situ saja. Hei, kamu tahu apa yang kamu butuhkan" Panduan TV."
Aku kesal. sangat- > "Santai, santai!" Marco mengangkat kedua tangannya. "Berurusan denganmu harus
sangat harfiah, ya. Panduan TV itu buku kecil yang isinya program-program TV
apa saja yang sedang mengudara, dan kapan. Ayo, aku bosan. Jalan-jalan, yuk."
Pemikiran mendapatkan panduan untuk mengetahui apa saja yang TV bisa
tawarkan sangat menarik. Tapi aku harus morf jadi manusia untuk pergi ke kota.
usulku.
"Kenapa nggak" Mungkin kita bisa ketemu Jake di mall. Dia bisa beli."
Setiap morf merupakan kejutan. Saat terakhir aku morf jadi manusia, bagianbagian paling manusia dari diriku, kepala dan lengan, berubah terakhir. Kali ini
mereka yang pertama. Aku merasakan gigi tumbuh di dalam muka bagian bawahku. Seisi mulut manusia,
sebenarnya, terdiri dari rahang yang menggantung, gigi, lidah dan kelenjar
penghasil air liur, semuanya terbentuk sebelum bibir muncul.
Bibir merupakan sebuah lubang di bagian sepertiga bawah muka manusia. Lubang
tersebut digunakan untuk makan dan membentuk bunyi-bunyian mulut. Juga untuk
ciuman, meludah, muntah dan bersendawa.
Manusia melakukan banyak hal dengan mulut mereka, sebagian besar tidak jelas
tujuannya apa. Jari-jariku yang banyak menghilang, lebur kedalam sepuluh jari manusia yang
lebih tebal. Mata pengintaiku tertarik kedalam kepalaku, menjadikanku tidak bisa
melihat kebelakang tanpa memutar kepala atau seluruh tubuhku.
Kaki depanku mengkerut lenyap, membuatku berdiri dengan tidak aman diatas
kedua kaki belakangku. Tentu saja, manusia hanya memiliki dua kaki dan sama
sekali tak ada ekor. Jadi mereka selalu hidup dengan ancaman jatuh.
Buluku yang biru adalah yang terakhir berubah, tergantikan oleh satu gradasi
warna kulit manusia. Kulit manusia punya banyak warna, semuanya tidak menarik.
Setidaknya tidak menarik untukku. Kalu kamu manusia, kamu harus menemukan
sesuatu yang menarik dari jenismu sendiri. Manusia yang muda dan gelisah selalu
berada dalam lingkup ketertarikan antar sesama manusia.
Setelah aku menjadi manusia seutuhnya - merasa aneh, lambat, dan tidak punya
senjata alami - aku menggunakan kulit buatanku. Manusia menamakannya
pakaian. "Aku siap," kataku, membuat bunyi-bunyian mulut. "Ss-s-s-siap. Si. Ap. Sia-ph."
"Gimana kalau kamu pakai baju?" pinta Marco. "Orang yang muda dan gelisah
tidak memakai baju. Aku muda. Dan kadang-kadang aku gelisah."
"Ax?" "Ya, Marco?" "Pakai baju." Aku melakukannya. Lalu aku melipat scoopku kebawah sehingga tidak ada,
termasuk TV, yang dapat terlihat. Bahkan tidak akan terlihat oleh manusia yang
berjalan ke titik tersebut.
Aku berjalan bersama Marco keluar dari hutan. Melewati lahan terjauh dari
peternakan Cassie ke arah mall. Perjalanan yang panjang. Manusia berjalan sangat
lambat, karena mereka hanya punya dua kaki tanpa ekor.
Kami melintasi lahan-lahan dan berjalan sepanjang jalanan, sebuah lintasan bagi
mobil. Lalu... seseorang memanggil.
Marco berhenti dan melihat sekeliling, memutar seluruh kepalanya untuk melihat
ke segala arah. "Siapa yang bicara?"
Aku memutar kepala manusiaku untuk mengikuti suara tersebut. Sebuah truk
dengan tulisan FedEx. Truk itu bicara pada kami.
Bab 3 "Apaan ini, Candid Camera?" kata Marco.
"Bukan. Aku percaya itu adalah hologram," kataku. Itu merupakan penjelasan
logisnya. Truk - yang merupakan kendaraan beroda besar yang digunakan
manusia untuk memindahkan sesuatu yang mereka sebut 'barang' tidak memiliki
kemampuan untuk berbicara.
Dan di kasus apapun, aku mengenali ciri khas suara tersebut.
Marco terlihat jijik. "Hologram" Apa itu kamu, Erek?"

"Ada wanita di seberang jalan memperhatikan kami!"
Kata Erek.
Marco dan aku berjalan kedalam salah satu sisi truk. Aku melangkah melewati
huruf-huruf biru dan merah untuk melihat Erek King.
Dia tidak sedang dalam samaran manusianya sebagai anak laki-laki, karena dia
memakai hologramnya untuk membuat truk. Dia tampil dalam wujud aslinya,
sebuah android Chee. Chee adalah android super canggih yang dibuat oleh ras Pemalite. Pembuat mereka
sudah punah. Hanya hasil karya mereka yang tersisa, menyamar sebagai manusia.
Chee diprogram dengan beberapa sifat spesifik. Anti-kekerasan adalah salah
satunya. Dan sebenci apapun Erek terhadap Yeerk, sehebat apapun kekuatannya,
dia harus membatasi aktivitas anti-Yeerknya sebatas pekerjaan mata-mata.
Dia dan teman-teman Cheenya cukup efektif di bidang tersebut.
"Truk Federal Express?" Tanya Marco. "Bukannya ini namanya plagiat?"
Erek membentuk senyum-metaliknya. profesor hukumnya Musa.>
Chee juga bisa hidup sangat, sangat lama.
kata Erek, sekarang serius.
"Well, aku juga nggak berpikir kalau kamu bersusah-susah seperti ini hanya untuk
mengundang kami makan pizza," gumam Marco.
"Biarkan dia bicara, Marco," kataku dengan serius, sambil menyentuh lengannya.
Jack, salah satu dari yang paling muda dan paling gelisah, sering melakukan hal ini
ketika dia mencoba untuk jadi pengertian. Marco dan Erek terbelalak menatapku.
kata Erek akhirnya. kedok untuk membeli laboratorium uji coba binatang dan tempat pemrosesan
daging.> ulangku.
"Giiiing" Mroses dagiiiiiing?"
disembelih dan dikemas lalu dijual di supermarket,> Erek menjelaskan.
"Apa kamu mau memberitahuku untuk khawatir dari mana Big Macku nanti
datang?" dengan fasilitas-fasilitas itu. Tapi kami tahu mereka membelinya pada saat yang
bersamaan, jadi kami yakin kedua fasilitas itu saling berhubungan.>
"Kapan mereka mendapatkan fasilitas-fasilitas ini?" Tanyaku. 'Fa-silll-lit-asss.'
Kata yang bagus untuk bunyi-mulut. Sangat banyak suku kata.


Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Erek menggelengkan kepala androidnya.

Marco mengehla nafas. "Tahu nggak, Erek, ketemu denganmu itu nggak pernah
berarti piknik. Kenapa kita harus peduli kalau Yeerk mau membuat burger buat
mencari nafkah?" aku Erek. sehati-hati ini kalau memang tidak ada yang harus dikhawatirkan.>
"Kamu juga bilang mereka punya laboratorium," kataku cepat. "Untuk apa?"
"Coba kutanya : Gimana kalau kita lupakan saja semua ini dan jangan beri tahu
Jake, lalu kita pergi ke mall dan lihat seberapa banyak roti kayu manis yang Ax
bisa makan sebelum dia meledak?"
"Aku sudah pernah melakukan eksperimen tersebut," kataku.
"Oke, kalau begitu. Kukira kita sekarang pergi beritahu Jake dan yang lainnya, lalu
berangkat ke salah satu misi bodoh yang akan berakhir dengan aku menjerit-jerit
dan kabur agar bisa tetap hidup. Kedengaran bagus?"
kata Erek ceria.
Marco menggelengkan kepalanya. "Mereka main-main dengan burger, man.
Sekarang sudah jelas : Para Yeerk harus dihancurkan."
Bab 4 Aku sudah berencana menghabiskan siang dan sore itu menonton TV. Tapi Rachel
meyakinkanku hari Selasa tidak ada acara yang bagus.
"Nggak ada apa-apa kecuali tayangan ulang sinetron," dia bilang. "Kamu nggak
kelewatan apapun." kataku.
"Pesan-Pesan apa?"
Pesan-Pesan Berikut Ini. Mereka favoritku kadang-kadang. 'Zestfully clean!
Zestfully clean! You're not fully clean unless you're Zestfully clean!' Sangat
banyak informasi dikompres ke dalam satu format singkat. Sangat banyak
intensitas emosi.> (Zestfully clean! Zestfully clean! You're not fully clean unless you're Zestfully
clean : Iklan sabun tahun 1993. Ceritanya ada ayah dan ibu dan anak kecil cewek,
anaknya mandi pake sabun Zest, ibunya bilang mereka suka kalau kulit anaknya
lembut gara-gara pake sabun itu. Adegan selanjutnya ayahnya handukan pake
handuk yang dibelakangnya ada lambang Zest juga. Yang Ax nyanyikan itu
kalimat terakhir di jingle iklan - Nat )
"Kamu mulai bikin aku ngeri, Ax."
Walaupun begitu, Pangeran Jake sudah memutuskan bahwa kami harus segera
bertindak untuk mengetahui apapun, kalau ada, yang mau dilakukan para Yeerk di
laboratorium uji coba binatang dan tempat pemrosesan daging.
Kami semua sudah berkumpul di gudang jerami Cassie untuk mempersiapkan misi
ini. Gudang jerami Cassie dinamakan Klinik Rehabilitasi Satwa Liar. Dia dan ayahnya
bekerja untuk mengobati binatang bukan-manusia yang terluka. Binatang bukanmanusia memenuhi seluruh sangkar dan kandang di sekitar kami. Banyak dari
antara mereka merupakan binatang yang pernah ku-morf.
Waktu kubilang kami 'semua', yang kumaksud tentu saja Pangeran Jake,
pemimpin kami, laki-laki yang lebih tinggi daripada anggota kami yang lain;
Rachel, perempuan yang menurut manusia cantik dan dikagumi oleh anggota
Animorphs karena keberaniannya; Cassie, yang paling banyak tahu dan yang
paling baik hati di grup; dan Tobias, Marco, dan aku.
Enam dari kami. Semua dengan kekuatan morf tetapi sangat sedikit untuk melawan
invasi Yeerk di Bumi. Situasi yang tidak penuh harapan, tantu saja. Tapi memang sudah seperti itu dari
awalnya. Dan kami masih belum mati. Kalau aku sudah mati, tidak akan ada yang
menuntutku berkomunikasi.
Itu humor. Sepertinya. tuntut Tobias dari tempat
bertenggernya di kasau. "Kamu tanya aku?" kata Marco. "Kayak aku tahu saja" Erek hanya bilang mereka
punya laboratorium dimana mereka melakukan tes dengan binatang dan peralatan
kemas daging. Itu saja yang aku tahu."
"Well, sangat tidak jelas," komentar Rachel. "Daging" Tes binatang" Kenapa?"
"Mereka dengan pintar menginfiltrasi McD untuk mempelajari rahasia 'saus
spesial'," kata Marco.
"Mayones, saus tomat dan nafsu makan," Rachel menggerutu. "Benar-benar
rahasia besar." "Meracuni stok makanan?" Cassie mengusulkan sambil mendorong obat ke dalam
kerongkongan seekor angsa. "Bunuh banyak orang?"
kataku. tinggal menggunakan sinar Dracon dari orbit untuk membakar atmosfer dan
menghanguskan seluruh kehidupan di planet ini jadi abu.>
Semuanya menoleh untuk menatapku.
"Well. Pemikiran yang menyenangkan," kata Marco dengan nada suara yang
kupercaya merupakan bentuk 'sarkasme'.
"Kita nggak akan mendapat jawaban kalau kita cuma duduk disini dan menebaknebak," kata Pangeran Jake. Dia menghela nafas. "Rachel" Aku nggak perhatikan
apapun di kelasnya Bu Chamber. Kamu nyatet nggak?"
"Yeah. Nanti ku e-mail setelah kita kembali. Tapi catatannya panjang loh."
Pangeran Jake menghela nafas lagi. "Oke, ayo selesaikan ini cepat-cepat atau aku
akan menghabiskan sisa minggu ini membuat tugas tambahan nilai, yang bakal
benar-benar jelek." "Sebenarnya kita mau ngapain?" Tanya Cassie.
"Kita cuma akan mengamati lab uji coba binatang ini. Lihat ada apa."
tanyaku
"Mereka mengumpulkan binatang dan memberi mereka kuis seperti yang di
majalah-majalah," kata Marco."Tahu lah, seperti 'Seberapa Pemalukah Kamu"'
dan 'Apa Dia Benar-Benar si Doi"'"
Aku ragu-ragu sebelum merespons. Mungkin itu hanya humor.

"Nggak ada yang pernah yakin," kata Rachel sambil tertawa.
"Lab uji coba binatang itu tempat dimana manusia menggunakan spesies yang
mirip kami untuk mengetes efek obat atau apalah," kata Cassie. "Mereka harus
tahu apa efeknya aman bagi manusia, jadi mereka lihat dulu pada binatang aman
atau nggak." kataku memulai. Tapi Cassie belum selesai.
"Tempat itu mirip neraka," kata Cassie.
"Uh-oh. Mulai lagi deh." Marco mengerang. "Cepat! Semuanya cari pohon untuk
dipeluk." "Dengar, aku bukan fanatik," kata Cassie. "Aku nggak anti obat AIDS baru atau
penyembuh kanker. Tapi ada beberapa lab yang kalau uji coba make-up, mereka
melakukannya sebegitu rupa sehingga binatang yang dites jadi buta. Walaupun
mereka uji coba untuk hal baik, setidaknya mereka bisa berusaha agar hidup
binatang-binatang itu nggak jadi mengerikan."
"Yeah, kasih mereka TV," kata Marco. "Eh, tunggu, kayaknya itu kejam."
Mata Cassie berkilat dan dia menggigit bibir bawahnya. Cassie jarang marah. Tapi
aku percaya dia sedang marah.
Rachel menyadari hal yang sama. "Marco" Coba ini: Tutup mulut. Cassie" Aku
sayang kamu, tapi ini bukan soal menyelamatkan tikus-tikus laboratorium. Kita
punya misi disini. Jadi ayo pergi dan selesaikan saja."
"Rachel benar, kita bisa berdebat tentang tes binatang lain waktu," kata Pangeran
Jake. "Ayo lakukan ini. Masuk, keluar dan kembali."

Bab 5 Kami morf menjadi burung pemangsa. Punyaku disebut Northern harrier. Burung
pemangsa sangat baik untuk pengamatan karena mereka memiliki penglihatan dan
pendengaran yang sangat tajam.
Setelah morf, kami terbang ke laboratorium uji coba binatang.
Matahari mulai terbenam, menciptakan curahan warna-warna yang liar, paling
dominan merah dan emas, biasanya terjadi di saat senja dan matahari terbit.
Aku agak takut akan apa yang mungkin kutemukan di tempat itu. Kadang-kadang,
kalau dihadapkan pada apa yang disebut ilmu pengetahuan manusia, aku tidak
sengaja menyinggung perasaan teman-temanku. Aku sering terdorong untuk
menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dibuat manusia.
Kami terbang melewati jalan besar yang bernama Broad, diatas taman bernama
Willow, dan seterusnya, ke area dimana banyak bangunan dengan jendela
transparan diganti oleh lembaran-lembaran kayu yang suram.
Tidak banyak manusia yang terlihat. Tapi kami melihat banyak sampah. Sampah
adalah produk manusia yang penting.
Marco terus menggerutu tentang chatting online dengan pemain The X-Files yang
harus dia lewatkan. 'Online' adalah metode komunikasi primitif manusia dengan
kalimat-kalimat pendek, dan terpotong-potong yang dilakukan bersama berbagai
individu tidak dikenal. Manusia memiliki berbagai cara untuk berkomunikasi secara lancar dengan orangorang yang dikenal, tapi banyak yang memilih cara 'online'.
Seperti berbagai teknologi manusia, hal ini tak bisa kupahami.
kuadrat,> jawab Cassie.
Tanya Rachel. Dia berada diatasku, sebelah kiri.
kata Tobias.
kata
Pangeran Jake.
Kami terbang ke tepi area besar dimana manusia memarkir mobil mereka. Tidak
ada mobil. Itu adalah waktu dimana manusia meninggalkan pekerjaan mereka dan
pergi ke rumah untuk mengkonsumsi makanan.
Beberapa pohon-pohon kecil tertanam di sekeliling lapangan tersebut jadi kami
bertengger diantara cabang-cabangnya.
Sebagian besar bangunan kelihatan kosong. Tapi ada satu bangunan, terpisah dari
yang lain, dikelilingi oleh pagar setinggi sepuluh kaki yang terbuat dari helaian
metal yang saling berkaitan satu sama lain dengan bagian atas dibatasi oleh kawat
spiral yang tajam. Di seberang lapangan parkir terdapat bangunan bata dua lantai, tertutup bayangan
dari sinar matahari yang condong rendah. Dibelakangnya, teletak paralel dengan
jalan Broad, ada lahan terlantar yang penuh dengan pohon-pohon tua.
Jendela-jendela bangunan itu semuanya tertutup dan dilindungi oleh jeruji vertikal.
Pintunya berupa besi berat. Penjaga bersenjata duduk di dalam sebuah struktur
yang terlihat seperti miniatur rumah manusia, tepat dibelakang sebuah gerbang
yang diposisikan diantara pagar.
kata Rachel, tertawa mengejek.
kata Pangeran Jake. lalat pun tidak bisa melewati pintu besi yang terkunci.>
binatang,> tambah Cassie.
Aku stop untuk beberapa waktu, seperti yang dilakukan
Victor Newman. Setiap kali dia melakukan ini, kamera TV men-zoom mukanya.
<... binatang seperti apa yang diuji coba didalam sini.>
Lima burung pemangsa menoleh untuk menatapku. Mereka terbelalak sama seperti
Marco dan Erek kemarin.

Marco menjelaskan.
kata Rachel.
seperti membeku dan melotot dan menunggu... yah, 'pesan-pesan berikut ini'">
kataku.
ZAAP! Kami semua tersentak kaget.
Kata Tobias,
Binatang itu mati. Aku dapat melihat nafasnya yang terhenti.
kata Cassie.
aku tertawa. oleh Yeerk, tentu itu adalah medan gaya kejut. Pagar itu hanya tipu muslihat.
Medan gayanya sendiri sebenarnya melebar membentuk kubah, melingkupi
seluruh bangunan. Sangat boros energi.>
ujar Tobias. Tikus. Terlalu banyak kecelakaan.>
gumam Rachel.
Dan aku nggak tahu bagaimana caranya melakukan itu.>
Kata Cassie. Truk putih besar, mungkin tiga puluh kaki manusia
panjangnya, lewat diantara pohon-pohon dimana kami bersembunyi dan melambat
di gerbang. (1 kaki = 0,3 meter. Nanti kalau ada pengukuran dalam kaki lagi hitung sendiri ya
- Nat ) Aku tidak bisa melihat isinya, walaupun aku yakin pasti ada 'barang' didalamnya.
Tobias melebarkan sayapnya dan terbang ke satu pohon
diluar pagar. Supir truk menurunkan jendelanya dan memperlihatkan sebuah papan persegi
dengan kertas diatasnya kepada satpam. Satpam itu memeriksanya dengan cermat
sebelum menekan sebuah tombol di dalam bangunan tempat dia duduk. Gerbang
terbuka diiringi suara besi berkarat digesek.
Truk itu melaju lagi dan menghilang dari pandangan di belakang bangunan.
usul Rachel.
Tobias kembali, mendarat di cabang terdekat dan menatap kami
dengan mata elangnya yang tajam. diantara tempat pengemudi dan boks belakangnya jadi aku nggak benar-benar bisa
lihat, tapi aku dengar supirnya bilang dia membawa enam simps yang sudah
dipesan.> Pangeran Jake heran.
kata Cassie.

Tanyaku
polos. kata Pangeran Jake.
Kata Cassie suram.
Tanya Marco.

tambah Tobias. Rachel bertanya-tanya.
kata Cassie dengan penuh
pertimbangan.
Tanya Pangeran Jake.
dari spesies tertentu. Maksudku, supirnya bukan benar-benar ahli primata, kan"
Bisa jadi itu isinya monyet rhesus, monyet howler, simpanse bonobo atau berbagai
subspesies yang lain jadi - >
Rachel mengunci pandangannya ke sana. stiker parkir dari universitas. Mungkin datangnya dari situ.>
ke jalan Broad, kan"< kata Pangeran Jake. Dia diam sesaat, tenggelam dalam
pikirannya sendiri. Lalu,

Tanya Marco ceria. Bab 6 Yang lain mengabiskan setengah hari di sekolah manusia mereka. Tobias dan aku
menonton TV, lalu mengamati mobil-mobil melaju di jalanan, masuk dan keluar
terowongan. Terowongan adalah jalan bawah tanah. Manusia membangunnya untuk melewati
sungai, atau untuk melewati jalan dan bangunan yang menghalangi.
Merencanakan jauh ke depan bukan merupakan keahlian manusia.
Jalanan dihiasi oleh restoran-restoran bernama Wendy's, Taco Bell, dan
Fuddruckers. Ada juga area dimana mobil-mobil otomatis dipajang untuk dijual.
Dan ada juga toko dimana kamu bisa membeli jaket dengan harga murah.
Pangeran Jake dan yang lainnya bertemu dengan kami dalam morf bangau, turun


Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari atas. Mereka hampir tak terlihat dilatarbelakangi awan. Putih dengan putih.
Aku sudah berada dalam morf yang sama selama siang itu, demorf sesekali. Tobias
berada dalam tubuh elang ekor-merahnya, beristirahat diatas pohon gondul
terdekat yang digantungi kawat.
Tobias tidak bisa bertengger di kawatnya.
Hari itu merupakan hari yang panjang. Pangeran Jake telah merencanakan segalagalanya dengan sangat mendetail. Dan aksiku morf serta demorf terus-menerus di
Dumpster, kotak besar berisi barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi oleh
manusia, memang dibutuhkan.
(Dumpster : Sebenarnya artinya itu tong sampah besar. Beberapa orang muat
didalamnya. Di Indonesia gw nggak pernah lihat, jadi nggak gw terjemahin. Yang
sering noton film Hollywood pasti tahu bentuknya kayak apa. - Nat)
Tanya Pangeran Jake ketika dia mendarat didekatku.
kata Tobias.yang sudah Ax gunakan.>

dulu, pantau situasi.>
Tobias mengepakkan sayapnya, terbang diatas jalanan, melewati lampu-lampu
neon restoran yang terang-benderang, restoran yang menawarkan berbagai olahan
lemak dan garam yang enak.
Morf bangau sangat efektif karena dia spesies yang umum. Seperti burung yang
namanya merpati, bangau bisa pergi ke tempat apapun tanpa dicurigai.
Tapi bangau punya kelemahannya sendiri : mereka punya ketertarikan luar biasa
terhadap makanan yang sudah dibuang orang. Hampir sama mengganggunya
seperti kalau jadi manusia.
Tanya Pangeran Jake.
jawab Marco.
kata Rachel.
Kami menunggu di dekat Dumpster sampai kami mendengar bahasa-pikiran yang
agak lemah ditembakkan dari atas. Church.> Tanya
Pangeran Jake. kataku. menghitung waktunya terus-menerus. Dengan status jalanan yang sekarang, kami
perkirakan waktu transit melewati terowongan akan lebih dekat ke tujuh menit.>

Kata Cassie.
Truk tampak melaju ke arah kami.
Pangeran Jake mengingatkan kami.

kata Cassie. lampu, jadi merah! Merah!>
perkirakan lampu lalu-lintas tidak bisa merespons perintah bahasa-pikiran.>
Kendaraan melambat ketika lampu di perempatan berubah menjadi kuning.
Kuning itu warna hati-hati. Aku tidak tahu kenapa.
Truk pengirim barang yang kami lihat kemarin berada dibelakang truk lain yang
lebih kecil, warnanya hijau. Aku mendengar bunyi yang menandakan bahwa
supirnya sudah mengaktifkan sistem rem yang menyedihkan sekali primitifnya.
Kata Pangeran Jake.
Satu demi satu kami mengepakkan sayap dan naik ke arus udara.
Kakiku kutekuk dibawah, sayapku kulebarkan dan aku menanjak setelah udara
kencang menerpa. Bahkan di tengah misi berbahaya seperti ini, aku sadar bahwa
aku merasa lebih bebas sewaktu terbang daripada waktu berlari di padang yang
luas. Aku mendengar Rachel berteriak.
Aku memiringkan badan ke satu sisi untuk mendapat dorongan, dan melihat
pertama-tama Pangeran Jake lalu Cassie, membawa sayapnya ke depan untuk
memperlambat gerakan. Marco, Rachel dan aku berada tepat dibelakang mereka,
ikut melambat setelah kami menuju ke arah truk tersebut.
Tobias meluncur dari atas sana, siap untuk mengikuti. Atapnya halus. Aku
terpeleset menubruk Rachel setelah lampu lalu-lintas berganti dan truknya mulai
menambah kecepatan. Aku merasakan getaran tidak beraturan dari mesin saat truk itu melaju melewati
perempatan. Aku bisa merasakan tekanan udara setelah truknya jadi makin cepat.
Tiba-tiba, misi yang seharusnya cukup sederhana mulai terasa bermasalah.
kata Pangeran Jake, membungkuk
untuk mempertahankan keseimbangan.
Rachel menjerit kegirangan, menyipitkan mata bangaunya yang mirip
kelereng saat debu truk berterbangan ke arah kami.
kataku.
Marco mengeluh.
Kaki burungku benar-benar tidak berguna untuk bertahan dari angin kencang. Aku
menjatuhkan badan, membuka sayap, dan membentuknya sedemikian rupa untuk
mengubah aliran udara. Tekanannya berubah menekanku kebawah, tapi aku masih tergelincir ke arah
belakang truk. Aku harus morf. Cassie sudah mulai melakukannya, dan berat tambahan
membantunya untuk tetap stabil.
Aku fokus untuk demorf. Bulu-buluku meleleh menjadi lapisan mirip gelatin yang
mulai mengeluarkan bulu-bulu asliku. Mata pengintaiku tumbuh dari atas kepala
kecil si burung. Paruhku menyusut dan menghilang sama sekali. Aku tidak
tergelincir lagi. Aku melihat ke belakang untuk meyadari tepian truk sudah sangat dekat. Satu
mobil kecil berada di belakang truk. Pengemudinya sepertinya sudah menyaksikan
seluruh perubahan berantakan dari bulu-bulu, dan kulitku. Mulutnya ternganga
lebar dan dia mencondongkan badan untuk menonton.
Di saat yang bersamaan ekorku tumbuh ke panjangnya yang sesungguhnya.
WHAM! Mobil kecil itu menyerempet pohon abu-abu tak bercabang yang digunakan untuk
meninggikan posisi kawat-kawat hitam.
Screeee! Cuh-RUNCH! Mobil itu langsung berhenti setelah berbenturan dengan satu mobil yang tak
bergerak. Aku memutar mata pengintaiku ke depan lagi. Aku bisa melihat lengkungan gelap
terowongan di depan. Cassie sudah benar-benar manusia sekarang. Yang lainnya
sudah sebagian besar manusia, dengan sedikit tambahan bulu burung disana-sini.
Tobias juga hampir manusia, walaupun untuknya itu bukan tubuh aslinya.
Tiba-tiba kami berada di dalam terowongan. Kegelapan melingkupiku. Langitlangit kuning hanya beberapa inci diatasku!
Aku tidak tahu atapnya begitu dekat. Tidak ada tempat! Kalau aku mengangkat
tangan, tanganku akan terseret menggesek langit-langit yang menghitam karena
debu itu. Dan kalau aku mengangkat kepalaku"
Woosh! Woosh! Woosh! Woosh!
Langit-langit berdesir ketika kami lewat dibawahnya.
Aku melawan klaustrofobia yang sudah turun temurun di darah setiap generasi
Andalite. Ada cukup ruangan, aku memberitahu diriku sendiri. Ada cukup udara.
Dan aku tetap tidak merasa ada cukup udara atau tempat. Aku bisa merasakan
berat berton-ton tanah diatasku. Kami berada dibawah tanah. Nanti kami bisa
sampai ke bawah permukaan air!
Aku berbaring diam disana, kaki-kakiku tertekuk dibawah badanku, ekor
mendatar, bagian atas tubuh kutekan kebawah, dan aku menatap lampu-lampu
yang bersinar diatasku. Dan bisingnya! Kepalaku berputar-putar dari kumpulan suara yang bergema dari
mesin, dan rem, dan radio, dan klakson.
Aku berbaring diam dan berkonsentrasi untuk bernafas. Ada banyak udara. Banyak
ruangan. Banyak. Tapi aku tidak bisa berbaring saja. Kami harus masuk ke dalam truk. Aku harus
bergerak. "Oke, waktunya membuat rantai manusia!" Cassie berteriak mengatasi bunyibunyian yang ada. Hanya itulah satu-satunya cara yang bisa kami pikirkan untuk masuk kedalam
bagian belakang truk : dengan cara mengaitkan tangan dan tangan, lutut ke lutut.
Itu adalah cara, yang hanya manusia, dengan tangan mereka yang lebih kuat dan
tubuh mereka yang lurus, bisa lakukan.
"Pegang kakiku dan trurunkan aku agar aku bisa membuka pintunya!" Teriak
Cassie. "Aku akan pergi duluan," kata Pangeran Jake.
"Nggak bisa begitu, Jake. Beratmu dua kali beratku," kata Cassie. "Jangan ganggu
aku kalau aku lagi mencoba berani."
Cassie merayap ke pinggir belakang atap sementara Pangeran Jake dan Tobias
memegangi pergelangan kakinya. Marco memegangi pinggang Pangeran Jake, dan
Rachel memegangi pinggang Marco. Berada disamping rantai manusia ini, aku
membawa keempat kaki kudaku diatas atap yang licin dan memegang pergelangan
kaki Pangeran Jake. Kami tidak benar-benar berpegangan pada apapun. Kami hanya bisa berharap
tubuh kami, yang kami baringkan, bisa membuat gesekan yang cukup untuk
mengatasi desakan angin. "Kebawah lagi!" Teriak Cassie. "Aku nggak sampai!"
Dengan hati-hati, rantai manusia-Andalite yang kami buat merangkak ke depan
sampai bagian yang terlihat dari tubuh Cassie hanya kakinya saja.
"Aku sampai!" Teriaknya. Lalu, "Nggak dikunci!"
"Nggak di kunci?"
"Nggak dikunci!" Katanya lebih keras, lalu terdengar suara berdesir saat pintu
truknya naik ke langit-langit.
Kami menarik Cassie kembali ke atas. Cassie membalik badannya. Masih dalam
posisi tertelengkup, dia mengayunkan kakinya kedalam bagian belakang truk dan
berpegangan ke pinggiran atap sementara kami memegangi pergelangan
tangannya. "Astaga!" Cassie mengerang.
"Apa?" Tuntut Pangeran Jake.
"Cuma, 'astaga'!" Kata Cassie.
Dari dalam truk terdengar jeritan-jeritan kencang. "EYAH! EYAH! EYAH! Hoo
hoo hoo!" Aku tidak tahu persis artinya apa, tapi kukira bunyi-bunyian itu
dikeluarkan oleh simpanse yang ada didalamnya. Mungkin mereka kaget. Karena
aku iya. Cassie berayun ke depan dan belakang. Dan satu mobil lain melaju mendekati
kami. Terowongan itu gelap, tapi cukup terang bagi manusia di dalam mobil untuk
melihat dengan jelas usaha kami untuk masuk ke dalam truk.
Mobil itu juga cukup dekat sehingga kalau Cassie terpeleset, mobil itu akan
menabraknya dan langsung membunuhnya.
"Oke, lepaskan pegangan kalian!" Teriak Cassie.
Kami melepaskan pegangan kami.
"Aaaaaah!" Thump! "Owww! Aku nggap apa-apa. Tapi, owwww!"
Cassie sudah berada di dalam truk. Marco menyusulnya. Lebih mudah kalau ada
satu orang di dalam untuk membantu.
Pengemudi mobil di belakang tidak bisa melihatku, tapi dia pasti bisa melihat yang
lainnya ketika mereka semua berayun kedalam truk. Dia tersenyum, membuat
semacam gerakan meninju udara dengan kepalan tangannya dan berteriak-teriak.
Aku percaya yang dia teriakkan itu adalah, Hoo!> Aku tidak tahu persis artinya apa. Tapi kukira bunyi-bunyian itu pertanda
persetujuan. Dia tidak mungkin tahu misi kami sebenarnya apa, tentu saja, jadi
kusimpulkan dia setuju atas tindakan kami menyusup kedalam truk. Atau dia
hanya suka menonton pertunjukkan akrobatik.
Pengemudi itu melewati kami. Dan sekarang sampailah giliranku. Hanya, ada satu
masalah : Aku tidak mungkin menopang seluruh badanku dengan lengan dan jarijariku. Aku harus morf jadi manusia. Dan ujung terowongan sudah terlihat di depan.
Kami sudah menggunakan lebih banyak waktu dari yang seharusnya. Aku tinggal
memiliki dua menit. Bab 7 Aku morf menjadi manusia. Dengan cepat.
Di morf manusia aku hanya mempunyai dua mata. Jadi lebih mudah untuk
mengacuhkan cahaya yang berkelebatan dari langit-langit. Setelah aku memiliki
tangan manusia aku membawa bagian bawah tubuhku ke pinggiran truk. Tapi ada
yang salah! Terlalu berat! Aku tidak bisa berpegangan!
Beberapa pasang tangan memegangiku, tergelincir, memegang lagi.
"Ax! Morfmu belum selesai!"
Setengah bagian bawah badanku masih Andalite. Terlalu besar! Terlalu berat!
Aku merasakan tanganku melemah. Jari-jariku tercungkil satu persatu. Aku akan
jatuh ke jalanan. Manusia akan melindas tubuhku dengan mobil mereka. Mungkin
truk-truk mereka yang berisi 'barang' juga.
Aku tidak lagi memperhatikan langit-langit di atas kepalaku. Aku lebih tertarik
pada jalanan di bawah. "Pegang ekornya!"
"Aku pegang satu kaki! Dia sedang morf kaki! Ax, aku..."
"EYAH! EYAH! EYAH! Ooog! Ooog!"
"Pegang dia, pegang dia, dia mulai menggelincir!"
"Dia masih morf!"
"Hoo hoo hoo hoo hah ah HAH HAH HAH HAH!"
Aku memelas.
"Oke, aku sekarang pegang kaki manusia disini," kata Rachel.
Sesaat kemudian, aku diayun masuk kedalam truk. Terpaan angin langsung lenyap.
Truk itu keluar dari terowongan. Aku mulai tertawa.
"Kamu nggak apa-apa, Ax-man?" Tanya Tobias.
"Aku baik- baik saja. Sangat, sangat baik-baik saja. Ba-ik." Tak ada yang lucu dari
menyerempet maut, tapi pasti ada rasa bahagia. Dan lega.
"'Tolong usahakan segala cara untuk tidak menjatuhkanku'." Marco mengulang
permohonanku, dan sekarang semuanya tertawa.
Rachel menurunkan pintunya. Tidak ada banyak cahaya, tapi cukup untuk melihat.
Dan kesunyian yang ada terasa sangat menyenangkan.
Aku melihat ke sekeliling. Di setiap sisinya, kandang-kandang dengan lebar
delapan kaki dan tinggi empat kaki berisikan makhluk berbulu coklat kehitaman
dengan muka mulus yang mirip sekali manusia. Dua dari makhluk tersebut
membungkuk ke depan, menggenggam erat jeruji kandang mereka dan memekikmekik. Yang lainnya merepet ke dinding belakang kandang, kelihatan ketakutan
sambil menghentak-hentakkan kaki mereka.
"Nggak ada pisang," Marco membuka tangannya dengan kesan minta maaf. Salah
satu dari simpanse itu meludah kearahnya.
"Kita harus menyerap DNAnya sekarang. Pegang kakinya kalau kamu bisa," usul
Pangeran Jake. "Coba saja pegang kakinya," kata Marco. "Aku sudah pernah jadi gorilla. Aku tahu
apa yang kakek buyut kami disini bisa lakukan kalau mereka ngambek."
"Ini." Cassie membuka wadah plastik keras dari lantai. "Ini akan membantu."
Aku mulai demorf jadi Andalite saat Cassie dengan waspada menawari salah satu
simpanse dengan segenggam butiran abu-abu coklat. Simpanse itu berhenti,
wajahnya kelihatan seperti menyindir. Tiba-tiba truk tersentak. Cassie terlonjak ke
depan dan simpanse itu langsung mundur.
"Nggak apa-apa," dia menggumam. "Ini buatmu."
Simpanse itu menatapnya dengan serius. Seakan-akan memperhitungkan apakah
makanan itu merupakan trik atau bukan.
Satu jari besar keluar dari jeruji kandang dan menunjuk makanan di telapak tangan
Cassie. Kulit binatang itu kelihatan seperti kulit yang terbakar matahari. Aku
mendengar Rachel menahan napas.
Marco mundur satu inci. Disebelahnya, Tobias demorf kembali jadi elang,
mengamati simpanse itu dengan penuh perhatian.
"Nggak apa-apa," Cassie mengulang perkataannya. "Dia nggak bakal menyakiti
aku. Ini, ini." Dia melangkah maju perlahan.


Animorphs - 28 Eksperimen The Experiment di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Rachel" Siap-siap, siapa tahu kita butuh tenaga," kata Pangeran Jake waspada.
"Nggak perlu," kata Cassie. "Dia cuma anak kecil. Dia akan baik-baik saja. Iya,
kan" Nggak perlu marah. Nggak perlu."
Simpanse itu berhenti lagi, mempertimbangkan, mengatupkan bibirnya dan
menggeram. Tanpa peringatan dia menggenggam pergelangan tangan Cassie.
Tapi Cassie tidak gampang dibuat kaget oleh binatang bukan-manusia. Tangannya
yang lain langsung menangkap tangan simpanse yang besar itu. Cassie
berkonsentrasi, dan efek trance proses penyerapan DNA membuat binatang itu
tenang. Tapi Cassie sendiri tidak kelihatan tenang. Dia sepertinya gelisah. Aku tidak tahu
kenapa. Aku hanya menyadari dalam beberapa detik dia sepertinya berdebat
dengan dirinya sendiri. Tapi lalu dia berkonsentrasi lagi dan kelopak mata simpanse itu langsung tertutup.
Otot-ototnya mengendur. Makanan di tangannya tumpah ke lantai saat tubuhnya
jatuh ke jeruji kandang. Kami yang tersisa menyerap DNAnya selagi sempat. Simpanse adalah spesies
yang berhubungan dekat dengan manusia tetapi sedikit lebih menarik, dan mereka
memiliki metode berpindah tempat yang lebih superior, mereka bisa menggunakan
dua kaki atau dua kaki dan tangan mereka.
"Oke, tiktok. Kita seharusnya sudah dekat. Kunci?" Tanya Rachel.
"Ini dia," kata Marco, mengambil serenteng kunci dari gantungan di dinding. "Ayo
berharap para simps ini nggak menyerang sebagai tanda salam perpisahan." Dia
tersenyum pada salah satu simpanse yang sebentar lagi akan dibebaskan. "Aku
suka kalian semua di film-film lama Tarzan."
"Ini nggak benar," kata Cassie. "Kita seharusnya nggak melepaskan mereka begitu
saja di lingkungan yang asing. Kita seharusnya... ya, sudahlah."
"Ah, aku baru mau bertanya pidatomu mau jalan berapa lama," kata Marco dengan
cengiran mengejek. "Cassie, sehari berlarian di jalanan pasti lebih baik daripada apapun yang Yeerk
sudah persiapkan bagi mereka," kata Tobias.
Pangeran Jake mencondongkan badan ke depan kandang yang pertama, siap
membuka pintu. "Nah, ini dia," dia menghela nafas, lalu memasukkan kunci di lubangnya.
"Kebebasan. Setidaknya sampai seseorang menangkapmu."
Aku merasakan truk itu berhenti.
"Sekarang," kata Pangeran Jake. "Ax" Jangan sampai terlihat. Mungkin ada
beberapa mobil dibelakang kami."
Cassie dan Marco mengangkat pintu truk keatas.
Dan simpanse yang kami morf, dihadapkan kepada kebebasan, memutuskan untuk
buang air kecil. Bab 8 "Keluar dong!" Teriak Marco.
Sebuah truk melambat dibelakang kami. Mobil-mobil disebelahnya. Dua anak
kecil di salah satu mobil menunjuk-nunjuk ke arah kami sambil berlompatan di
tempat duduk mereka. "Cassie, usir mereka!" Pinta Marco.
Cassie meraup makanan di kedua tangannya dan melemparkannya ke arah truk di
belakang kami. Simpanse-simpanse itu hanya melihat saja. Pengemudi truk itu
menjulurkan badannya keluar jendela dan mengatakan kata-kata yang temantemanku bilang tidak sopan.
kata Tobias. Dia mengepakkan sayapnya gila-gilaan dan
meluncur ke arah simpanse yang paling besar.
Pekiknya.
Simpanse itu melompat pergi. Yang lain mengikuti jejaknya. Dan sekarang
pengemudi truk di belakang kami mulai mengeluarkan kata-kata yang lebih dari
tidak sopan. kata Tobias puas diri.
Degan satu sentakan yang hampir membuatku terlempar, truk kami bergerak lagi.
Pangeran Jake menurunkan pintunya, tetapi sebelum itu aku melihat salah satu
simps memanjat jendela truk sementara supirnya keluar dari pintu yang
berlawanan secepat mungkin. Simps yang lain meloncat-loncat di atas atap mobil
kedua anak kecil tadi. Anak-anak itu menjerit-jerit kegirangan. Ibu mereka juga
menjerit, tapi mungkin bukan jeritan bahagia.
"Oke, masuk ke kandang dan morf," kata Pangeran Jake. "Ax" Waktu?"
"Kuperkirakan kita akan sampai di laboratorium dalam tiga menitmu."
"Ax, jangan buat aku memberitahumu lagi : itu juga menit kita," kata Marco.
"Menit semua orang. Cuma menit-menit yang biasa dan... oh jijiiik,"
Marco mengerutkan hidungnya sat dia memanjat masuk ke salah satu kandang
terdekat. "Seseorang panggil manajernya, dong. Kandangnya kotor."
"Kalian duluan," kata Cassie. " Aku akan mengunci kalian didalam."
Logis. Cassie adalah morpher paling cepat. Dan seseorang harus mengunci
kandangnya dari luar. Aku menutup mata utamaku, mencoba berkonsentrasi walaupun truknya
bergoyang-goyang dan ada fakta bahwa kami sangat kekurangan waktu. Lalu
perubahannya mulai terjadi.
Kaki depanku meleleh kedalam tubuh bagian atasku sementara kaki belakangku
membengkak menjadi kaki-kaki kuat simpanse. Kuku kudaku terpisah menjadi
kaki dengan lima jari. Lengan Andaliteku berubah berotot. Tanganku meledak
menjadi daging dengan kulit dan jari-jari tebal.
Aku merasakan dua detakan yang melemah saat kedua jantungku berhenti bedetak,
diserap kedalam jantung simpanse yang berdentum kencang. Didalam tubuhku tulang bergerak, darah terpompa, dan sejumlah organ serta sistem tubuh diubah
dari Andalite ke primata.
Mata pengintaiku sudah tergulung masuk, menghilang diatas kepala simpanse.
Dibawah hidung datar yang hampir mirip dengan hidungku sendiri, mulut
simpanse muncul. Besar dan mudah digerakkan dan penuh dengan gigi.
Aku memutar kepalaku untuk memandang yang lain di tengah cahaya redup
berbarengan saat bulu-bulu cokelat yang kaku muncul melapisi sebagian besar
tubuhku. "Urrgghh," aku menggeram lewat mulut simps itu, menggenggam jeruji kandang.
Aku mencoba bicara lagi. kataku. tidak mampu melafalkan satu kata pun.>
presiden. Mereka cukup pintar. Mereka hanya nggak bisa pidato.>
Marco, tentu saja. Humor, hampir pasti. Walaupun sempat terlintas di pikiranku
untuk mengecek apakah simpanse diberikan kartu tanda penduduk.
Aku mengedipkan mata primataku dan meregangkan jari-jariku yang besar dan
kuat. Aku merasa... seperti manusia. Seperti manusia setinggi empat kaki, hampir
berbobot dua ratus pound -5-, dan super berotot.
(1 pound = sekitar setengah kilo. Tepatnya 0,45 kilo. - Nat)
Dan otak mereka" Tidak terlalu manusiawi, tetapi mirip. Benang-benang
keingintahuan, pengertian dan emosi disulam menjadi sebuah peta yang kompleks.
Sama sekali tidak seperti insting lapar hiu, atau aliran membabi-buta masukan
sensor indra yang menjadi ciri khas kelelawar, contohnya.
Punya perasaan" Sadar akan keberadaan" Mampu membentuk pemikiran abstrak di
kepalanya" Mustahil untuk benar-benar yakin. Dalam morf kami mendapatkan insting, tetapi
insting menjadi tidak begitu penting setelah kemampuan intelektual diasah.
Pikiran ini memiliki sedikit sekali dorongan insting. Dan aku merasakan
Kilas Balik Merah Salju 1 Perang Bangsa Naga War Of The Dragons Karya Junaidi Tengkorak Maut 28

Cari Blog Ini