Chapter 1 KUKETIK "Bball24".
Lalu kuketik kata sandiku, yang terdiri atas sederet huruf dan
angka. Kugerakkan mouse dan kuletakkan anak panah pada kata "Sign
On". Kuklik mouse-nya, dan kutunggu sementara modem
menyambungkan komputerku ke luar.
Namaku Jake. Cuma Jake. Aku tak bisa bilang nama belakangku.
Nama online-ku Bball24. Setidaknya itu nyaris mirip nama
online-ku yang sebenarnya. Aku harus berhati-hati, bahkan tentang hal
itu. Kau tahu, tak ada yang luput dari para Yeerk. Kalau kuberikan
nama screen-ku yang sebenarnya, mereka pasti bisa menemukanku.
Dan itu akan menjadi akhir riwayat Jake dan Bball24. Juga
semua temanku. Dan, bisa saja, juga riwayat seluruh manusia.
Kau ingin tahu apa arti nama screen-ku" Yah, dulu aku benarbenar tergila-gila
basket. Aku pernah ikut penyisihan anggota tim regu
sekolah, tapi tidak lolos seleksi. Namun pada pertandingan terbaikku,
aku mencetak 24 poin. Jadi itulah sebabnya aku memilih nama
Bball24: karena basket dan skor 24 poin itu.
Sekarang semua itu rasanya konyol sekali, pikirku. Arti basket
bagiku tidak sepenting itu lagi. Bukan karena aku tidak berhasil
masuk tim lho. Tapi karena sekarang aku memainkan permainan yang
jauh lebih penting. Aku salah satu anggota Animorphs. Itu cuma kata karangan
belaka. Kau takkan menemukannya di kamus mana pun juga.
Sahabatku, Marco, yang mengarangnya. Kata itu singkatan dari
Animal Morpher. Itulah kami sekarang. Terima kasih pada alien yang mati karena
mencoba menyelamatkan manusia di Bumi. Alien itu memberi kami
kemampuan untuk bermetamorfosis menjadi binatang apa pun yang
telah kami serap DNA-nya lewat sentuhan. Kami menggunakan
kemampuan ini untuk melawan invasi Yeerk terhadap Bumi.
Itu kata lain lagi yang takkan kautemukan di kamus: Yeerk.
Tapi kata itu punya makna yang amat mengerikan. Para Yeerk adalah
spesies parasit. Para Yeerk hidup di otak spesies lain. Mereka hidup di
dalam otak Taxxon, Hork-Bajir, Gedd, beberapa bangsa Leeran, dan
di dalam otak salah satu Andalite.
Mereka juga hidup di dalam otak manusia. Kalau sudah begitu,
mereka disebut Pengendali-Manusia. Mereka tidak benar-benar
manusia lagi. Seorang Pengendali-Manusia adalah budak Yeerk yang
bersemayam di otaknya. Berapa banyak manusia telah diduduki oleh bangsa Yeerk"
Kami tak tahu berapa tepatnya. Pokoknya banyak deh. Kakak
lelakiku, Tom, adalah salah satu di antaranya. Lalu ibu Marco. Dan
wakil kepala sekolah kami juga. Kami sudah pernah melihat polisipolisi
Pengendali, guru-guru Pengendali, dan bahkan seorang bintang
TV yang bersedia menjadi Pengendali-Manusia - sampai
semengerikan itulah keadaannya.
Mereka ada di mana-mana. Mereka bisa siapa saja.
Dan karena itulah kami melawan mereka. Karena itulah kami
tak henti-hentinya rela melewati transformasi demi transformasi
mengerikan menjadi binatang. Karena satu-satunya senjata yang kami
miliki adalah dengan menjadi binatang-binatang itu.
Komputerku tersambung pada 38.400 bps - bit - per detik. Aku
sih sebenarnya ingin punya modem yang lebih cepat lagi, tapi
setidaknya ini lebih baik daripada modem lamaku yang kecepatan
aksesnya cuma 14.400 bps.
Beberapa tawaran bermunculan di layar monitor. Apakah aku
ingin mendaftarkan diri untuk mendapatkan kartu Visa Web Access
America" Tidak. Apakah aku ingin membeli program antivirus yang
baru" Tidak. "Kau dapat mail - surat," ujar komputer itu. Seolah-olah ia
sungguh-sungguh gembira karena aku dapat E-mail.
Kuklik tanda mail. Tiga E-mail. Yang satu surat berantai.
Langsung kubuang. Yang satu lagi dari seseorang yang pasti
menyangka aku suka politik. Isinya tentang teori konspirasi yang
konyol. Kubuang juga. Yang ketiga dari "Cassie98". Kubuka dan kubaca.
"Jake, oh pujaan hatiku, kau benar-benar pria idamanku. Aku
kagum pada bahumu yang lebar. Aku mencintai mata cokelatmu yang
tajam. (Warnanya cokelat, ya kan") Tapi aku paling tergila-gila pada
caramu yang macho dan tegas waktu mengatur dan memerintah kami.
Kau seperti Clint Eastwood masa kini. Aku harus memilikimu
seutuhnya. Salam manis, Cassie. XXX."
Aku mendesah. Pasti Marco. Cassie jarang sekali online, dan
tak pernah mengirim E-mail. Tak mungkin ia mengirimiku E-mail
konyol seperti itu. Sayang sekali, sebenarnya. Tapi yang ini jelas
perbuatan Marco, yang menggunakan salah satu nama screen
palsunya. Kuklik perintah "Create Mail" untuk menulis E-mail balasan.
Setelah berpikir sebentar, aku mulai mengetik.
"Cassie, kau tahu aku menyukaimu juga. Tapi aku sudah
bersumpah tidak akan menjalin hubungan dengan cewek mana pun
sampai ada cewek yang menyukai sahabatku, Marco. Dan karena kita
menyadari hal itu takkan pernah terjadi, kurasa kita takkan pernah
pacaran. Salam, Jake."
Kukirim E-mail itu, dalam hati merasa senang. Marco pasti
tertawa lebar membacanya. Marco selalu bisa menemukan sisi lucu
pada setiap situasi dan ia tidak keberatan bila dirinya menjadi korban
lelucon itu. Selama itu lucu.
Aku baru saja mau sign off - mengundurkan diri - sebab,
seperti biasa, aku tak benar-benar tahu apa saja yang bisa kulakukan
bila sedang online. Tapi kemudian aku merasakan dorongan yang
aneh. Tidak tahu kenapa. Kuklik tanda Internet dan mengeluarkan
browser Web - program untuk menjelajah atau mencari sesuatu.
Pada kolom search - cari - kuketik kata "Yeerk".
Lalu kuklik "Search Now" - Cari Sekarang.
Butuh beberapa detik untuk mendapatkan jawabannya. Aku tak
mengharapkan jawaban apa-apa. Tak ada alasan mengapa harus ada
suatu Web site yang menggunakan kata kunci "Yeerk". Seperti kataku,
kata itu tak ada di kamus mana pun.
Tapi kemudian, aku benar-benar terkejut, saat sebuah daftar
muncul. Dan ternyata ada satu yang cocok.
Kuklik alamat Web site itu.
Dan sekonyong-konyong aku tersadar bahwa kami, para
Animorphs, tidak sendirian seperti yang kami sangka selama ini.
Chapter 2 "HOME PAGE Yeerk itu benar-benar ada?" tanya Marco tak
percaya. "Apa isinya" Gambar siput Yeerk dalam file JPEG"
Menghubungkan kita ke Web site alien penyerang lainnya" Iklan
Yahoo untuk menyeleksi alien parasit?"
Aku telah mengumpulkan semua anggota Animorphs. Tidak di
tempat kami biasa bertemu, seperti di gudang rumah Cassie atau di
tepi hutan. Aku memerlukan akses ke sebuah komputer. Dan
komputer Marco lebih bagus dariku, jadi kami semua berkumpul di
rumahnya. Ayah Marco bekerja dengan komputer, jadi Marco punya
perlengkapan paling canggih dan up-to-date. Setidaknya menurut
standar manusia. Ax bersama kami, dalam morf manusianya yang
amat menarik. Nama asli Ax adalah Aximili-Esgarrouth-Isthill. Dia
Andalite, yang berarti tubuhnya merupakan gabungan antara rusa,
manusia, dan kalajengking berbulu kebiruan dengan sepasang mata
ekstra di ujung tanduknya.
"Kenapa sih komputer ini kerjanya lambat sekali"
Laaaambaaat?" Ax bertanya.
Aku lupa mengatakan bahwa Ax yang asli tak bermulut. Bila ia
sedang bermetamorfosis menjadi manusia dan punya mulut manusia,
ia suka sekali bereksperimen dengan bunyi-bunyian. Perbuatannya itu
jelas amat mengganggu, tapi, yah, kita masing-masing kan punya
kekurangan. "Dengar, Space-boy, ini modem paling cepat di seluruh muka
Bumi, oke?" tukas Marco membela diri. "Lima puluh enam ribu bit
per detik." "Lima puluh enam ribu" Bukan juta, setidaknya" Jut-taaa. Juttaaa." Ia tertawa.
"Aku suka kata itu. Menciptakan bunyi-bunyian
yang indah di mulut manusiaku."
Rachel memutar bola matanya. "Yeah. Memang hebat. Kadangkadang aku cuma
berbaring di tempat tidurku selama enam atau tujuh
jam tanpa melakukan apa pun selain mengucapkan kata 'juta'."
Ax sama sekali tak terusik. "Itu sarkasme, betul kan?"
"Sarkasme. Asme. Kasme. Yeah, itu memang sarkasme, Ax,"
ujar Rachel. Namun ia tertawa tanpa nada sinis sambil menggelengkan
kepala, sehingga rambut pirangnya ikut bergoyang-goyang.
Rachel sepupuku, jadi aku tak menganggapnya cantik; namun
semua orang berkata begitu. Ia tidak cuma cantik; ia salah satu dari
sekian banyak orang yang sepertinya selalu menyerap perhatian
khusus ke mana pun ia pergi.
Namun Rachel tak pernah memedulikan penampilannya. Aku
tahu ini kedengarannya kacangan, seperti permainan pedang-dan-ilmu
sihir, tapi Rachel seorang warrior. Aku tak tahu apa yang akan
dilakukannya dalam hidupnya jika perang dengan Yeerk ini tak
pernah terjadi. Tapi tahukah kau, begitu perang ini pecah, Rachel
langsung menemukan tempatnya di alam semesta" Seakan-akan
semua itu bagian yang tak terelakkan dari takdirnya.
Secara pribadi, aku tak merasa seperti itu. Aku akan senang
sekali bisa kembali menjadi manusia normal. Tapi aku tak begitu
yakin Rachel berperasaan seperti itu juga. Ada sesuatu yang buas
dalam dirinya. "Jadi, mari kita lihat Web page terkenal itu," Tobias berkata.
"Soalnya aku harus buru-buru pulang. Ada yang mencoba pindah ke
padang rumputku. Aku harus ada di sana untuk menyatakan hakku."
"Burung elang ekor merah lagi?" Cassie bertanya padanya.
Tobias menyentakkan kepalanya ke arah Cassie. Benar-benar
gerakan khas burung. "Ya. Dan dia benar-benar kuat."
Tobias yang kutatap itu Tobias yang sama dengan yang
kujumpai pertama kali dulu. Waktu itu dua anak berandalan sedang
memegangi tubuhnya, sementara kepala Tobias berada di dalam
wastafel. Tapi kini itu cuma ilusiku. Tobias telah melanggar peraturan
nomor satu tentang morf. Yaitu jangan berada dalam satu morf selama
lebih dari dua jam, sebab jika tidak, kau akan terperangkap dalam
bentuk morf itu untuk selama-lamanya. Tobias sekarang telah menjadi
elang ekor merah. Ia hidup sebagai elang, berburu layaknya elang, dan
makan seperti elang. Namun ia berhasil memperbaiki kemampuannya
untuk bermetamorfosis. Ia masih berbentuk elang. Tapi ia bisa
bermetamorfosis menjadi wujud manusianya selama dua jam.
Jika ia tetap dalam morf manusianya selama lebih dari dua jam,
ia akan kembali berwujud manusia. Namun ia akan kehilangan
kemampuan morfnya untuk selamanya. Padahal Tobias ingin tetap
ikut bertempur. Semua ini telah mengubah Tobias lebih dari kami semua.
Bukan cuma secara fisik. Ia telah kehilangan lebih banyak. Berkorban
lebih banyak. "Baiklah, ini dia," ujarku saat Web page itu memenuhi layar
monitor. Cassie mencondongkan tubuhnya di atasku agar bisa melihat
lebih jelas. Ia menumpukan tangannya di bahuku.
"Page ini ingin memberitahu seluruh dunia tentang ancaman
Yeerk! Ini bukan lelucon. Atau omong kosong Internet yang biasa. Ini
serius. Amat sangat serius."
Aku menoleh untuk memandang Cassie. "Tuh, kan" Yeerk.
Web page tentang Yeerk. Gila, ya?"
Cassie menggelengkan kepala. "Bukan gila. Aneh."
Page itu punya empat icon. "Fakta-fakta mengenai Yeerk",
"Para Tersangka Manusia-Yeerk", "Tipe-tipe Yeerk", dan "Ngobrol
tentang Yeerk". "Sudah kauperiksa semua ini?" Tobias bertanya.
Sebelum kujawab pertanyaannya, Marco mencengkeram
bahuku. "Kau menonaktifkan cookie-mu - kuemu - ya kan?"
"Kuenya?" Cassie bertanya. "Menonaktifkan kuenya" Apa sih
maksudmu?" Marco memutar bola matanya. "Kau benar-benar perlu
bergabung dengan abad ini, Cassie. Cookie adalah Web browser tag
yang bisa memberikan semua informasi tentang dirimu kepada suatu
Web site. Bukan dirimu yang sebenarnya. Tapi nama screen-mu."
"Aku menonaktifkannya," ujarku sambil mengedip pada Cassie.
"Menonaktifkan kue," ujar Cassie dengan dengus mengejek.
"Para pecinta komputer yang kuper-kuper itu kayaknya punya
kebutuhan aneh untuk menciptakan istilah-istilah konyol bagi segala
hal. Mereka cuma ingin membuat manusia normal merasa..."
Ia masih meneruskan ucapannya selama beberapa saat. Cassie
percaya pada hal-hal nyata seperti manusia dan binatang. Ia tak terlalu
menyukai teknologi. "Jadi, apa yang kaulihat, Jake?" Marco bertanya padaku sambil
menatap Cassie dengan pandangan menghina dan mengasihani, yang
tentu saja tak dipedulikan Cassie.
"Yah, aku telah membuka 'Tipe-tipe Yeerk'. Ada gambar
sesuatu yang mirip Hork-Bajir. Tapi ada dua gambar lagi yang tidak
mirip apa pun yang pernah kita saksikan."
Kuklik mouse-ku. Muncul gambar Hork-Bajir itu. "Lumayan,"
Rachel berkata. "Jelas, siapa pun yang menggambarnya punya imajinasi yang
cukup baik tentang tampang Hork-Bajir," Marco berkata.
Gambar-gambar yang lain tiba-tiba muncul di layar monitor.
Yang satu seperti alien di film Close Encounters of the Third Kind.
Yang dua lagi mirip Cardassian di Deep Space Nine dan Narn di film
Babylon Five. "Ada yang terlalu banyak nonton TV nih," ujar Marco dengan
tawa mengejek. "Ax, pernahkah kau melihat alien sungguhan yang
mirip tiga gambar terakhir itu?"
"Aku pernah lihat yang seperti itu," ia menudingkan jarinya
pada alien Close Encounters yang mirip janin. "Mirip dengan fase
dewasa suatu spesies bernama Skrit Na. Skrit, fase pradewasanya,
bentuknya seperti kecoak raksasa. Nah, yang itu bisa jadi adalah Na.
Bedanya, Na biasanya merangkak seperti makhluk-makhluk berakal
lainnya. Kakakku, Elfangor, pernah mengalami petualangan seru
dengan Skrit Na. Tapi dia tidak cerita terlalu banyak tentang hal itu.
Spesies-spesies lainnya tak pernah kukenal."
"Jadi, apa artinya semua ini?" aku bertanya.
"Gambar Hork-Bajir itu bisa saja cuma kebetulan," kata Marco,
"atau mungkin itu gabungan informasi yang sebenarnya dengan yang
palsu. Atau mungkin di luar sana ada yang tahu lebih banyak daripada
yang diketahui Ax tentang Yeerk dan spesies-spesies lain yang telah
mereka taklukkan." Cassie mengangguk setuju. "Kalau bukan gabungan antara
kebenaran dengan kebohongan, ya cuma kebetulan semata."
"Gabungan antara kebenaran dengan kebohongan itu seperti
definisi Internet saja, ya," Rachel berkomentar. "Realitas dan delusi
Animorphs - 16 Memburu Yeerk Kembar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang seimbang." "Begitu juga yang ada dalam 'Fakta-fakta Mengenai Yeerk' dan
bagian tentang Pengendali-Manusia. Mereka memang tidak
menggunakan istilah 'Pengendali'," aku berkata. "Sebagian isinya bisa
saja benar. Tapi hampir semuanya cuma omong kosong. Maksudku,
kalau membaca isinya, kesannya seolah-olah semua politikus di
negara kita ini adalah Pengendali. Kalau itu benar, Yeerk tentu sudah
menang dong." Tapi kuklik juga daftar yang ada di situ. Yang lain merubungiku
supaya bisa membacanya dari balik bahuku.
"Sang Presiden," baca Cassie. "Yeah, benar. Dan Wakil
Presiden. Juru Bicara Gedung Putih. Kepala Mahkamah Agung. Ya,
ampun." "Hei, tunggu," ujar Marco. "John Tesh masuk dalam daftar.
Kalau dia sih aku percaya. Snoop Dogg" Kurasa tidak mungkin. The
Spice Girls" Mereka memang tolol, tapi aku tak yakin mereka
Pengendali." "Ini sih konyol," timpal Rachel. "Kita cuma buang-buang
waktu. Ada orang gila Internet tanpa sengaja memilih kata 'Yeerk' dan
memutuskan untuk membuat Web page. Itu saja. Tak ada arti khusus."
"Reaksiku pun tadinya begitu," sahutku. "Sampai kemudian aku
melihat nama ini." Kugunakan mouse untuk menunjukkan nama yang
kumaksud. "Chapman!" seru Rachel. "Hah!"
Chapman adalah wakil kepala sekolah kami. Ia Yeerk yang
menduduki peringkat atas dan seorang pengawas penting The Sharing.
The Sharing itu organisasi gadungan yang pura-pura tampil seperti
gerakan Pramuka, tapi sebenarnya itu organisasi Yeerk.
Yang kemudian membuatku berpikir lagi. "Jadi, bila orang yang
membuat page ini benar-benar tahu tentang Yeerk, mengapa tak ada
satu informasi pun mengenai The Sharing?"
Cassie mengangguk. "Pertanyaan bagus. Mungkin mereka tak
tahu mengenai The Sharing."
"Atau mungkin semua ini cuma perangkap Yeerk semata,"
tukas Tobias. "Tepat,"Rachel setuju. "Dan mereka tak mau ada yang tahu
organisasi apakah The Sharing itu, ya kan?"
"Lalu mengapa mereka menyebut nama Chapman?"
"Nama itu kan cukup umum," tukas Marco. "Bisa saja dipilih
tanpa sengaja. Cuma kebetulan."
Aku berpaling dari komputer dan memandangi teman-temanku.
"Jika semua ini bukan isapan jempol semata, itu berarti kita mungkin
punya sekutu di luar sana yang akan membantu kita."
"Tapi kalau itu cuma perangkap Yeerk, kita bisa menjadi
tikusnya dan Web page tolol ini yang jadi kejunya," tukas Rachel.
Kami cuma berpandang-pandangan sebentar sambil
mengangkat bahu. Lalu Cassie berkata, "Bagaimana dengan chat room?"
"Kurasa ada jadwal chat yang dimulai tepat pada saat ini,"
kataku. "Tapi aku tak yakin amankah bila salah satu dari kita terjun ke
dalamnya. Chat room itu lebih dari sekadar masalah menonaktifkan
cookie. Sejauh mana nama screen itu aman?"
Marco menyeringai. "Jauh lebih aman setelah aku selesai
melakukan ini. Begini, aku punya kode akses sistem itu di ruang kerja
ayahku. Jadi aku bisa masuk..."
"Sebentar, Pangeran Jake," potong Ax. "Kalau kau suka, aku
bisa menyandikan software Marco hingga tak seorang pun bisa
menelusuri jejakmu. Kenapa sih kalian menyebutnya software?"
Aku menatap Marco sekilas. Ia amat bangga dengan
kemampuannya. Tapi nyatanya Ax lebih maju sekitar tiga abad dari
kita kalau menyangkut komputer.
Marco mengangkat tangan. "Terserah. Silakan."
"Banyak yang bisa kulakukan dengan sistem primitif ini, tapi
tidak sebanyak yang sebenarnya bisa kulakukan," Ax berkata. "Layar
dua dimensi, keyboard dan bukan alat pembaca pikiran yang canggih,
kode-kode yang kaku... Aku ini bukan ahli arkeologi. Aku tak tahu
banyak tentang tipe-tipe komputer zaman kuno begini."
Tapi tetap saja ia duduk dan dalam tiga menit ia telah
mengetikkan sebuah kode yang membuat sistem komputer Marco bisa
masuk. "Baiklah. Nah. Apakah kita akan mengobrol tentang Yeerk?"
Cassie bertanya. "Yap. Ayo, kita lakukan."
Chapter 3 KALAU kau belum pernah melihat chat room komputer, kau
pasti bakal bingung. Chat room adalah percakapan di antara beberapa
orang dengan menggunakan media komputer.
Selain itu, setiap orang hanya dapat mengetikkan sekitar
sepuluh kata sekali mendapat giliran, hingga jadinya membingungkan.
Tapi setelah beberapa waktu, kau bakal terbiasa dan bisa
mengikutinya kok. Kami berenam memperhatikan layar komputer, dengan
terkagum-kagum melihat percakapan itu mengalir di layar. Sebuah
percakapan tentang hal-hal yang kami pikir hanya kami saja yang
tahu. YEERKILLER9 : NGGAK MUNGKIN!
GOVIKES : KAU HARUS MENCINCANG MEREKA
UNTUK MEYAKINKAN BAHWA MEREKA SUDAH
CHAZZ : AYOLAH KALIAN SEMUA, YANG
SERIUS DONG! PARA YEERK ITU SUDAH
GOVIKES : MATI. YEERKILLER9 : DENGARKAN AKU, TUBUHKU
PERNAH DIKUASAI YEERK. DAN HANYA KARENA
CHAZZ : SEMAKIN KUAT SAJA. DAN BUKANNYA MENGGUNAKAN CHAT INI UNTUK MERENCANAKAN
YRKH8ER : TUMPAS SEMUA YEERK! GUMP8293 : KURASA AYAHKU SALAH SATU
DARI MEREKA. APA YANG BISA KULAKUKAN"
CHAZZ : SUATU AKSI, EH KITA MALAH TIDAK
MELAKUKAN APA-APA. YEERKILLER9 : SUATU MUKJIZATLAH MAKA AKU
BISA BEBAS. GUMP8293 : MAKSUDKU, RASANYA ANEH,
SEBAB AYAHKU SEPERTINYA TAK BERUBAH. HANYA SAJA
GOVIKES : YEERK ITU SEPERTI CACING. JIKA
KAU MEMOTONGNYA JADI DUA BAGIAN
CKDSWEET : BISAKAH SESEORANG MEMBANTUKU" AKU DENGAR ADA ORGANISASI YANG
DISEBUT GOVIKES : MEREKA TIDAK AKAN MATI, MALAH
BERTAMBAH BANYAK. GUMP8293 : DIA JADI TERLALU BAIK. TIBA-TIBA
SAJA DIA PUNYA TEMAN-TEMAN BARU
YRKH8ER : TUMPAS SEMUA YEERK! CKDSWEET : THE SHARING, DAN KURASA SEMUA
ANGGOTANYA ADALAH YEERK. Aku memandang Marco. Ia mengangguk.
"The Sharing," gumamnya. "Menarik sekali. Kita lihat saja
apakah ada yang menyambut umpan itu."
Tentu saja, ada yang terpancing. Seseorang yang pasti pembenci
Yeerk yang penuh semangat.
YRKH8ER : THE SHARING CUKUP OKE. AKU TELAH
MENGECEKNYA. CHAZZ : KELIRU. THE SHARING ITU ORGANISASI
YEERK GADUNGAN. YRKH8ER MIRIP PRAMUKA. : NGGAK MUNGKIN. ORGANISASI ITU
"Wow," cetus Rachel.
"Si Chazz ini kayaknya cukup serius," Tobias berkata.
"YrkH8er bisa jadi seorang Pengendali," ujarku.
"Atau dia cuma keliru saja," usul Cassie.
GUMP8293 : DAN DIA SELALU BERSAMA MEREKA.
BEBERAPA HARI YANG LALU AKU
CARLITO : AKU TAHU PARA YEERK HARUS PERGI KE
SUATU TEMPAT RAHASIA GUMP8293 : MENDENGAR AYAHKU DAN TEMANTEMANNYA YANG BARU BERBISIK-BISIK TENTANG
CARLITO : UNTUK MAKAN ATAU MENGISI
TUBUHNYA. SETIAP TIGA HARI SEKALI. KURASA
GUMP8293 : SESEORANG BERNAMA "VISHER" ATAU
"VISTER" ATAU MIRIP ITU.
CARLITO : MEREKA HARUS KELUAR DARI TUBUH
MANUSIA YANG DIHUNINYA UNTUK MELAKUKANNYA.
MEGMOM : GUMP, KURASA MAKSUDMU "VISSER".
KURASA VISSER ITU SEPERTI
GOVIKES : MEREKA SEPERTI-SIPUT, HANYA SAJA
MEREKA TIDAK PUNYA CANGKANG.
MEGMOM : JENDERAL ATAU SEJENISNYA. KURASA
VISSER ITU ADALAH PANGKAT.
GOVIKES : PANGKAT. CUMA PANGKAT SEMATA.
"GoVikes cuma si tolol dalam chat room-mu itu," Marco
berkata. "Tapi Chazz dan Meg dan Carlito kayaknya tahu sesuatu."
"Gump sedang sedih," Cassie berkata. "Dia mengkhawatirkan
ayahnya." "Yeah, well, dunia ini memang menyedihkan kok," timpal
Marco parau. Aku sudah cukup lama tahu bahwa ibu Marco Pengendali.
Malah sebenarnya, dia adalah Visser One, pejabat tinggi dalam
hierarki Yeerk. Tapi kawan-kawanku yang lain belum lama
mengetahuinya. Dan Marco alergi terhadap rasa kasihan, hingga ia
harus bersikap ekstrategar.
GUMP8293 : ADAKAH SESUATU YANG BISA
KULAKUKAN SUPAYA AYAHKU TAK LAGI MENJADI
YRKH8ER : TUMPAS SEMUA YEERK!
GUMP8293 : YEERK" YRKH8ER : BICARALAH PADA AYAHMU. KATAKAN
APA YANG KAUPIKIRKAN. CHAZZ : TIDAK ADA, GUMP. JANGAN KATAKAN
APA-APA PADA AYAHMU. SEBAB
MEGMOM : GUMP, DENGARKAN KATA CHAZZ. DIA
BENAR. TAK ADA YANG BISA FITEY777 : HAI, SEMUANYA.
MEGMOM : KAULAKUKAN UNTUK
MENYELAMATKAN AYAHMU. KAU CUMA AKAN CELAKA
SAJA NANTI. FITEY777 : AKU PUNYA SEBUAH NAMA UNTUK
DITAMBAHKAN PADA DAFTAR PARA YEERK.
GUMP8293 : AKU MESTI BERBUAT SESUATU.
FITEY777 : CHARLES J. SOFOR. DIA WAKIL KEPALA
POLISI DI IBU KOTA. YRKH8ER : TUMPAS SEMUA YEERK!
CHAZZ : KAU BISA JADI KORBAN BERIKUTNYA.
HALO, FITEY. MEGMOM : BAGUS, FITEY SUDAH DI SINI.
FITEY777 : AKU HAMPIR SAJA MENEMUKAN LOKASI
TEMPAT PARA YEERK ITU GOVIKES : CINCANG SAJA DIA SAMPAI JADI
POTONGAN KECIL-KECIL. FITEY777 : MAKAN ATAU MENGISI KEMBALI
KEKUATAN MEREKA. "Jadi, bagaimana nih menurut kita?" tanyaku.
Rachel mendesah. "Siapa tahu" Mungkin sebagian orang itu
sungguh-sungguh ada. Tapi mungkin saja semua ini cuma perangkap
untuk memikat supaya orang-orang ikut bergabung."
"Seperti Gump," Cassie berkata. "Mereka mungkin mencoba
mendapatkan nama dan alamatnya supaya bisa memperingatkan
ayahnya, si Pengendali itu."
"Menurutku sih ini cuma akal-akalan Yeerk," tukas Tobias.
"Setuju," sahut Rachel.
Cassie menggelengkan kepala. "Aku tak yakin. Ada sesuatu
yang benar dan nyata pada beberapa orang ini. Tidak semua, memang.
YrkH8er bisa saja Pengendali. Tapi Gump itu bukan rekayasa. Aku
berani bertaruh." Sudah sejak lama aku belajar untuk mempercayai insting Cassie
bila menyangkut orang lain. "Perasaanku sama," kataku. "Ax?"
"Siapa yang tahu" Cara komunikasi yang primitif ini membuat
kita tak bisa menilai kebenarannya. Kini setelah manusia memiliki
telepon, kenapa mereka masih juga menggunakan sistem primitif
seperti ini?" "Sebenarnya, pesawat telepon malah lebih dulu ditemukan,"
ujarku. "Sedang cara ini justru lebih modern."
Ax tertawa. "Dasar manusia. Kalian menemukan buku lebih
dulu, baru komputer. Kommm... puttter. Dan lebih dulu menemukan
telepon, baru komputer. Benar-benar terbalik."
"Marco" Bagaimana menurutmu?"
Marco menggerakkan kepala ke depan dan belakang dengan
gerakan yang mengatakan "siapa yang tahu?"
"Kalau aku harus menebak, dua-duanya bisa saja benar.
Mungkin saja Web page itu diciptakan Yeerk untuk membantu
mereka menemukan lokasi orang-orang yang mengetahui keberadaan
mereka. Tapi pada saat bersamaan, mungkin mereka juga kehilangan
sedikit kontrol. Maksudku, mungkin saja Chazz, Carlito, Fitey, dan
Meg benar-benar ada."
Aku mengangguk. "Kita harus mencoba menemukan orangorang ini. Ax" Bisakah kau
masuk dan menyusup ke file-file nama
screen yang diproteksi itu?"
Aku bangkit berdiri dan Ax duduk kaku di kursi. Diletakkannya
jemari manusianya di atas tuts keyboard. "Apa sih 'Caps Lock' - tuts
untuk mengkapitalkan semua huruf - ini?"
"Lupakan 'Caps Lock'"
Animorphs - 16 Memburu Yeerk Kembar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baiklah, Pangeran Jake."
Aku menarik napas. "Aku bukan pangeran," kataku mungkin
untuk kesejuta kalinya. Ax memasuki program komputer dan mulai mengetik dengan
cepat sekali. Tapi setelah beberapa menit, ia jelas tampak amat
frustrasi. "Apa?" ejek Marco. "Si Andalite superior tidak bisa masuk ke
dalam komputer Web Access America?"
"Memangnya kau bisa?" Ax bertanya padanya.
"Tidak." "Ah." Ia kembali mengetik mati-matian. Lalu dido rongnya
keyboard itu, nyaris marah. "Sistem-sistem yang paling mendasar tak
bisa digunakan." "Dengan kata lain, kau gagal?" tanyaku.
"Benar. Mesin dan CPU-nya terlalu primitif. Aku menyusun
ulang programnya, tapi itu tidak cukup." Wajahnya berubah cerah.
"Bagaimanapun, aku telah memperbaikinya hingga Marco sekarang
bisa memenangkan game komputer online mana pun yang diikutinya."
"Aku memang sudah memenangkan setiap game kok," bual
Marco. "Rasio menang dan kalahmu tersimpan di komputer, Marco,"
tandas Ax. "Kau tidak memenangkan setiap game. Rasio
kemenanganmu cuma 42 persen. Rasio. Horasio. Ras. Si. Ou."
"Bagus sekali bila orang-orang ini sungguh-sungguh ada," ujar
Cassie. "Kita bisa saja punya sekutu di luar sana. Dan mungkin
memang ada orang-orang seperti Gump yang bisa kita tolong."
Kurentangkan tanganku. "Jadi" Bagaimana caranya kita
mendapatkan nama-nama asli di balik nama screen itu?"
"Jika kita menerobos masuk ke dalam main office WAA..."
Marco memulai. "Menyelinap ke Web Access America?" Rachel berkata seraya
menyeringai. "Yeah," sahut Marco. "Menyelinap ke Web Access America.
Menerobos komputer utama mereka. Mendapatkan nama-nama screen
itu. Dan sambil melakukannya, kita bisa sekalian mematikan program
tolol yang selalu saja menawarkan kartu Visa Web Access America
itu." Chapter 4 KAMI, para anggota Animorphs, benar-benar mirip perampok
paling ngetop sedunia. Maksudku, kami memang tidak mencuri
sesuatu, tentu saja. Tapi jika kau bisa berubah menjadi binatang apa
saja, itu berarti kau dapat pergi ke mana pun dengan mudah.
Tapi ada satu masalah. Web Access America (WAA) tidak
berlokasi di kota kami. Markas WAA letaknya lebih dari 300
kilometer dari tempat kami tinggal. Terlalu jauh. Bahkan bila kami
bermetamorfosis menjadi burung sekalipun, kami takkan bisa
mencapai tempat itu dalam sekali waktu morf, yaitu dua jam. Dan jika
kami berhenti untuk kembali ke wujud manusia kami dan kemudian
berubah lagi menjadi burung, kami tetap saja tak bisa sampai ke sana
dan kembali hari itu juga.
Jadi kami membutuhkan alat transportasi yang lain. Dan itulah
alasannya mengapa kami berada di terminal bandara Sabtu pagi itu.
Melalui jendela-jendela yang tingginya dari lantai sampai ke langitlangit
ruangan, kami mengamati pesawat-pesawat tinggal landas.
"Penerbangan ini lamanya satu setengah jam," Marco berkata.
"Waktu kita banyak."
"Yang harus kita lakukan cuma bermetamorfosis, terbang ke
dalam pesawat, berusaha agar tidak mati ditepuk orang, dan berubah
kembali ke wujud asli kita setelah tiba di sana," ujar Marco. "Kita bisa
naik United atau Northwest."
Cuma aku dan Marco yang berdiri di depan jendela. Yang lain
menyebar di sekitar terminal. Kami mencoba untuk tidak berkumpul
bersama-sama. Kami tidak mau kelihatan seperti satu kelompok. Mata
Yeerk ada di mana-mana. Mereka pikir kami sekelompok Andalite,
bukan manusia, tapi kami toh harus selalu berhati-hati.
"United atau Northwest?" Marco bertanya.
Aku mengangkat bahu. "Lemparkan koin saja. Lagi pula,
memangnya kenapa sih" Yang jadi masalah adalah menjadi lalat di
dalam pesawat terbang. Banyak orang yang bakal ingin sekali
menepuk kita. Dan jika terjadi sesuatu, bagaimana kita bisa berubah
kembali menjadi manusia di dalam pesawat?"
"Kau mau membatalkan rencana kita?"
Aku memikirkannya selama satu menit. Di landasan pesawat
terbang, sebuah pesawat 747 menggelegar, terus menaikkan
kecepatan, bersiap-siap lepas landas. "Tidak. Kurasa kita akan baikbaik saja.
Memang riskan sih, tapi cukup layak untuk dicoba."
Marco tersenyum. Senyum yang tulus tanpa unsur mengejek,
yang jarang sekali dilakukannya. "Aku ingat dulu waktu kau tak mau
membuat keputusan-keputusan besar semacam itu."
"Aku masih tidak suka melakukannya," tukasku. "Tapi harus
ada yang mau, ya kan?"
"Yap." Ia mengangguk.
"Aku cuma ingin kelak kembali ke kehidupan di mana aku tak
perlu memutuskan sesuatu yang mungkin mendatangkan korban
manusia." "Oh ya?" Kini senyuman Marco jelas mengejek. "Kau pikir
suatu hari kelak kita semua bisa kembali jadi anak-anak normal"
Kaupikir setelah menjadi pemimpin Animorphs, kau bisa kembali jadi
murid yang biasa-biasa saja?"
"Ya, tentu saja," kataku mantap. Aku benar-benar serius.
"Wah-wah," ujar Marco ketus. "Ayo, kita kumpulkan temanteman yang lain." Ia
menyipitkan mata untuk membaca papan
pengumuman jam penerbangan. "Ayo, kita kejar penerbangan United.
Pesawat itu paling cepat lepas landasnya. Kita punya waktu 15 menit.
Gerbang 19." "Di pesawat diputar film tidak, ya?" aku bertanya, mencoba
meniru gaya santai Marco.
"Dalam penerbangan satu setengah jam" Kayaknya mereka
lebih mungkin memutar film kartun deh."
Kami menemui Tobias dan Ax dan menjelaskan rencana kami.
Dan Tobias-lah yang menanyakan sesuatu yang semula tak pernah
terpikirkan olehku. "Bagaimana kita bisa menemukan Gerbang 19 kalau kita sudah
dalam morf lalat" Sebagus apa sih mata lalat itu?"
Tobias belum pernah bermetamorfosis menjadi lalat. Ia baru
saja menyerap DNA binatang itu pagi ini.
"Cukup buruk sebenarnya," aku mengakui. "Mata majemuk."
"Tapi indra penciumannya bagus kok", kilah Marco.
"Maksudku, lalat bisa mencium bau kotoran atau sampah dari jarak
jauh." Kutatap Marco. Ia balas memandangku.
"Oh yeah, yang benar saja," sahut Marco. "Di mana kita bisa
menemukan kotoran atau sampah di sekitar sini" Kalaupun ada,
memangnya kita mau apa" Menyerahkannya kepada petugas di
gerbang sambil berkata, 'Tolong pegangi ini untuk kami. Kami akan
segera kembali dalam wujud lalat.'?"
Sebuah pesawat terbang sedang memuntahkan penumpangnya
di gerbang di dekat kami. Para penumpang tampak kelelahan dan
kesal. Sebagian tersenyum pada kerabat dan teman-teman yang
menjemput mereka. Tapi kurasa mereka telah melalui penerbangan
yang panjang, sebab di sisi wajah orang-orang itu terdapat bekas
tanda. Itu lho, bekas yang timbul setelah kita tidur dengan kepala
bersandar di jendela pesawat.
Lalu ada seorang ibu dan ayah dengan bayi mereka. Bayi itu
menangis dan meronta-ronta dalam pelukan ibunya.
Mereka berhenti hanya beberapa meter dari kami. "Popoknya
basah, harus diganti," si ibu berkata.
"Nah, giliran siapa sekarang?" si ayah bertanya.
Si ibu menyerahkan bayinya kepadanya. Si ayah pun
mengerang. "Kumohon, semoga dia cuma pipis."
"Kurasa tidak," tukas si ibu. "Kurasa lebih dari itu; dia buang
air besar." Aku berbalik pada Marco, Tobias, dan Ax. "Baiklah, kita
membutuhkan sukarelawan untuk misi paling berbahaya dan
menjijikkan ini. Salah satu dari kita harus mengambil popok itu."
Entah bagaimana, akhirnya tugas menjadi sukarelawan itu jatuh
padaku. Ax sama sekali tak bisa memahami maksudnya, hingga
pilihannya tinggal kami bertiga. Lalu kami hompimpah. Siapa kalah
akan menjadi sang sukarelawan.
"Hompimpah, yang sendiri... kalah."
Tobias dan Marco pilih putih. Aku sendiri hitam. Aku berani
bersumpah, entah bagaimana mereka pasti telah mencurangiku.
Dua menit kemudian aku telah mendapatkan selembar popok
Huggies bau yang dibungkus dua handuk kertas.
"Kurasa kau tak menginginkan benda ini," ujarku seraya
mengulurkan benda bau itu pada Marco.
"Apa sih itu?" tanya Ax.
"Popok," sahutku. "Kotoran bayi."
"Isi popok," timpal Marco. "Kita akan menggunakannya untuk
membimbing penerbangan kita sebagai lalat."
"Aku tak mengerti."
Aku mendesah. "Aku benar-benar malas menjelaskan soal ini,
Ax," ujarku. Kubawa popok itu ke Gerbang 19 Lalu kusumpalkan ke
tempat sampah besar di situ sebelum berpaling kepada temantemanku. "Nah, begitu. Sekarang mari kita bergabung dengan Cassie
dan Rachel." "Tuh kan, inilah sebabnya kita bukan Batman atau Spiderman,"
keluh Marco. "Spiderman tak pernah harus mengikuti bau kotoran
bayi." "Siapa sih Spiderman itu?" Ax, sekali lagi, bertanya.
Chapter 5 KAMI pergi ke WC cowok untuk bermetamorfosis. Cassie dan
Rachel pergi ke WC cewek. Kurasa ada saatnya kami, Animorphs,
tidak bisa bekerja sebagai satu tim yang utuh.
"Kita semua bakal muat di bilik WC yang khusus untuk orang
cacat," ujar Marco. "Kau tak boleh melakukannya," sergahku. "Mendingan kita
masing-masing masuk ke satu bilik."
Tapi, ngomong sih gampang. Banyak penerbangan yang datang
dan pergi, hingga WC cowok penuh sekali. Paling-paling kami cuma
bisa masuk ke dua bilik WC.
"Oh, ini tidak terlalu aneh kok," gerutu Tobias saat aku dan dia
masuk ke bilik yang sama.
"Tunggu sebentar. Segalanya akan semakin aneh lagi," kataku
padanya. Kami berimpitan dan memasang selot pintu. Kami melepaskan
pakaian luar serta sepatu kami dan memasukkan semuanya ke ransel
yang kami bawa tadi. Kami menyelipkan ransel itu di belakang toilet.
Pakaian luar atau sepatu tidak bisa ikut morf, kecuali pakaian yang pas
badan seperti celana untuk bersepeda dan T-shirt yang kukenakan.
Kalau mujur kami akan memperoleh kembali pakaian kami nanti di
pos barang-barang hilang. Jika tidak... yah, kami akan kehilangan
banyak pakaian. "Morf lalat, hah?" Tobias berbisik.
"Benar." "Apakah sama menjijikkannya seperti yang kupikirkan?"
"Tidak. Justru jauh lebih menjijikkan lagi."
Tobias merengut. Lalu ia mulai morf. Tapi bukannya menjadi
lalat. Soalnya pada saat morf, kau cuma bisa melakukannya dari
wujud aslimu. Aneh memang, tapi kini wujud asli Tobias adalah elang
ekor merah. Jadi sementara aku menunggu dengan gugup, bulu, sayap,
cakar, dan paruh Tobias mulai muncul. Dan di bilik yang satu lagi, di
tubuh Ax mulai muncul ekor skorpio, dua antena mata, dan empat
kaki berkuku. "Siap?" aku berbisik pada Marco.
"Yeah. Mari kita lakukan. Di sini sempit banget."
Aku menatap Tobias. Lucu sekali, betapa sekarang aku sudah
terbiasa dengan kenyataan bahwa Tobias yang asli adalah Tobias
dengan sepasang mata buas berwarna emas-dan-cokelat serta paruh
yang didesain untuk mengoyak-ngoyak daging.
"Siap?"
"Kau mungkin akan menyukainya," aku berkata. "Harus
kaulihat betapa mahirnya lalat terbang."
Tobias.
Kututup mataku dan mulai berkonsentrasi pada morf lalat.
Sebenarnya kegugupan Tobias malah membuatku merasa lebih enak.
Soalnya itu mengalihkan perhatianku dari kenyataan bahwa
bermetamorfosis ke wujud lalat membuatku mual.
Mungkin saja ada makhluk yang lebih menjijikkan dibanding
lalat, tapi aku yakin takkan pernah menggunakan wujud makhluk itu.
Pertama-tama tubuhku mulai menyusut.
Dinding-dinding bilik WC yang terbuat dari baja seolah-olah
menjulang semakin tinggi dan tinggi. Rasanya seperti gedung
pencakar langit. Coretan-coretan di dinding yang semula besarnya
cuma sekian inci, kini serasa cukup besar untuk memenuhi selembar
papan iklan. Waktu aku menunduk, aku benar-benar ngeri. Tampaknya
seakan-akan aku jatuh ke dalam lubang toilet.
Lubang toilet itu semakin besar dan besar dan seolah meroket
cepat dari lantai bagaikan mulut raksasa yang mencoba menelanku
bulat-bulat. Aku melihat dispenser kertas toilet menderu melewatiku.
Semenit yang lalu tingginya cuma sepinggang, tapi kini benda itu
seperti meluncur cepat ke atas. Benar-benar aneh.
Petak-petak lantai linoleum jadi semakin besar. Lembaranlembaran tisu di lantai
jadi sebesar seprai. Segumpal permen karet
bekas jadi sebesar batu kali warna pink.
Tapi menyusut sih masalah kecil. Perubahan-perubahan yang
lain jauh lebih buruk. Misalnya hidung dan mulutmu seakan menyatu
dan berubah menjadi sesuatu yang panjang, berbulu, lengket, serta
meneteskan air liur. Dalam buku-buku biologi itu disebut "bagianbagian mulut".
Paruhnya sendiri baru saja tumbuh memanjang menjadi bagianbagain mulut yang
panjang, mencelat, dan menjijikkan. Benar-benar
bukan pemandangan yang bagus untuk dilihat.
Spruuut! Dua kaki besar seperti mendesak keluar dari dadaku.
Kau tahu kan, bagaimana dalam film Alien, bayi alien itu meletus
keluar dari dada manusia" Yah, ini agak mirip itu. Hanya saja yang
mendesak keluar ini bukannya boneka bohongan, tapi sepasang kaki
panjang, hitam, dan beruas-ruas, yang masing-masing dilapisi helaihelai bulu
meremang yang setajam pisau.
Metamorfosis bukanlah peristiwa yang berjalan lancar. Bukan
berarti setiap bagian dirimu perlahan-lahan berubah lebih kelalatlalatan,
melainkan segalanya berubah tiba-tiba dan tak terduga. Tinggi
badanku masih sekitar tiga puluh senti saat kaki-kaki lalat mendesak
keluar dari tulang igaku. Aku masih memiliki mata dan tubuh
manusia, kecuali bagian-bagian mulut yang mengerikan itu.
Animorphs - 16 Memburu Yeerk Kembar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hei, ada orang di situ?"
Kudengar suara itu. Dan kudengar pintu bilik WC itu digedorgedor. Tapi aku tak
bisa menjawab. Aku tak punya mulut.
"Hei, ada orang di dalam" Saya sudah tidak tahan nih."
Tanganku sudah berubah menjadi anggota badan seekor lalat.
Ada dua cakar yang ujungnya melengkung seperti kait dengan
bantalan kecil berbulu yang mengeluarkan sejenis cairan perekat. Aku
dapat mendengar isi tubuhku melembut dan menjadi lembek
bersamaan dengan berubahnya setiap organ tubuhku, seperti hati dan
limpa dan ginjal, untuk membentuk usus lalat yang jauh lebih
sederhana. Tulang-belulangku melembek hingga kakiku yang masih kaki
manusia jadi lemas dan berubah seperti spageti yang terlalu matang.
Tubuhku sudah kurang-lebih seukuran anjing kecil. Aku
memiliki kaki lalat tapi tanpa sayap. Aku memiliki mata manusia dan
bagian-bagian mulut lalat berukuran besar. Tobias sama saja. Dan
tepat pada saat itulah si pria yang sudah tak tahan lagi itu
mengulurkan tangan dari atas pintu bilik dan membuka selot pintunya.
Daun pintu membuka. Tak ada yang bisa kulakukan.
"Oh. Ohhh. OOHHH! Oh, tidak! TIDDDAAAK! AAAAHIIH!"
Pria itu hanya berdiri di sana dan menatap dengan mata
membeliak. Kuayunkan salah satu kakiku yang berbulu tegak dan bercakar
ke arahnya. "AAAAHHHHH! Tolong! Tolong! Tolong!"
Pintu terbanting hingga menutup.
"Tolong! Polisi! Siapa bisa menolongku!"
Tubuhku terus menyusut, dan kini kulihat sayap-sayap lalatku
yang tipis dan halus muncul, melekat pada otot-otot besar yang
menyembul dari punggungku.
"Ada monster di toilet!"
Mata manusiaku meredup, lalu gelap. Bersamaan dengan
bertumbuhnya mata lalatku, detik demi detik berlalu dalam kebutaan
total. Lalu, serta-merta, aku melihat dunia dengan bayangan terpecahpecah,
seperti ribuan layar TV kecil-kecil menyala sekaligus dan
mempertontonkan gambar-gambar yang berbeda.
aku mengingatkan. Melalui pandanganku yang superaneh, aku melihat sesuatu yang
hitam dan samar melesat melewatiku. Lalat lain. Tobiaskah itu"
Ng, ng, ng. NG. NG. Getaran-getaran yang berdentam dan menggelegar membuat
perhatianku teralih. Beberapa pasang kaki yang berat berlari ke
arahku. SRAKKK! Bilik toilet mengempas terbuka. Kurasakan angin
menyerbu masuk di atas kepalaku. Membuat bulu-bulu punggungku
berdiri tegak. Dan sungutku bergetar tak terkendali.
Bahaya! Kudorong tubuhku dengan keenam kaki sekaligus, lalu
kukembangkan sayap lalatku, dan kutinggalkan lantai toilet yang
kotor itu.
"Tadi mereka ada di sini, sungguh. Mengerikan. Monster!
Seperti....makhluk mutan yang aneh dan menyeramkan!"
"Pak, sebenarnya berapa gelas minuman yang Anda habiskan
dalam penerbangan Anda tadi?"
Tak ada jawaban. Dengan panik aku terbang berputar-putar, meluncur melewati
orang-orang yang ukurannya sebesar Patung Liberty. Indra
penciumanku menangkap sekitar seratus bau-bauan yang menarik: bau
busuk, bau keringat, bau kotoran, dan bau sampah. Setiap bau-bauan
itu amat menarik bagi otak lalatku.
Tapi aku belum juga melihat Tobias.
Chapter 6
gemetaran dan tak yakin.
Lalu aku berjungkir-balik cepat dan mendarat di langit-langit. Cakarcakarku
mencengkeram permukaan cat yang tidak rata. Lalu bantalan
lengket di kakiku memantapkan posisiku.
Permukaannya lembap. Dan kayaknya ada danau besar atau sesuatu
seperti itu di bawahku.>
danau besar di bawahku.>
Kami bayangkan deskripsi itu sebentar.
Tapi sekarang gelap.> Kami memikirkan informasi baru ini sebentar.
ngeri.
sekalipun, kau harus keluar dari sana.>
kekuatan morfku.>
mengikutinya sampai ke pintu gerbang.>
ceria.
Chapter 7 AKU tidak bohong waktu kukatakan pada Tobias terbang
sebagai lalat benar-benar asyik. Maksudku, di satu sisi memang tidak
enak sebab kau tak bisa melihat dengan jelas, hingga tidak bisa
menikmati sekitarmu sementara kau terbang.
Tapi tak satu makhluk pun bisa terbang seperti lalat.
Dibandingkan dengan lalat, burung jenis apa pun akan tampak seperti
ikan paus berbadan besar yang canggung dan lamban. Lalat bisa
terbang tegak lurus ke atas. Atau ke bawah. Mereka bisa berbalik
bahkan sebelum mata kita sempat berkedip. Dan maksudku berbalik
180 derajat di tengah-tengah udara, dengan amat mudah. Mereka bisa
terbang miring atau terbalik. Mereka bisa berjungkir balik dan terbang
membentuk angka delapan. Mereka bahkan bisa terbang membentuk
angka delapan di dalam gelas jus yang kecil sekalipun.
Dan berbeda dengan burung, lalat bisa mendarat di mana saja.
Benar-benar di mana saja. Di benda yang horizontal, vertikal, kasar,
licin, basah, kering, diam maupun bergerak, hidup ataupun mati.
Mereka serangga yang amat mengagumkan. Serangga yang
sungguh-sungguh menjijikkan, sekaligus benar-benar menakjubkan.
membuatmu mau muntah.>
Kami telah menemukan Cassie dan Rachel di sekitar popok
kotor itu.
Marco.
harusnya tahu kata itu.
Marco suka sekali menggoda Rachel dengan menyebutnya
Xena: Warrior Princess. Sebenarnya itu tidak terlalu salah sih, hanya
saja Rachel tidak suka mengenakan rok kulit.
Marco dan Rachel memang punya hubungan yang aneh. Aku
tidak tahu apakah mereka sebenarnya berpura-pura saling membenci
padahal diam-diam saling menyukai dan mengagumi, atau mereka
memang benar-benar saling membenci. Aku tidak pandai memahami
lika-liku tingkah laku manusia. Kayaknya dalam hal yang satu ini aku
harus mengandalkan Cassie.
bergerak ke arah kalian, langsung saja kabur.>
Cassie.
dan gelap hingga sulit bagi kita untuk melihatnya dengan jelas.>
mana.> Kulihat kepala seseorang di bawahku. Lalu aku meluncur ke
arahnya. Tidak! Kutahan diriku. Pria itu botak. Bisa saja ia merasa
jika aku mendarat di kepalanya. Nah! Itu ada wanita berambut lebat.
Sempurna. Aku mendarat di antara helai rambutnya seperti orang
terjun bebas. Bisa kurasakan angin menerpaku saat kami pelan-pelan
bergerak maju. Cahaya berubah dan suara-suara yang kudengar seperti
bergema. Kami berada di lorong keberangkatan. Lalu terdengar suara
yang berkata, "Halo, selamat datang di pesawat."
Rupanya aku sudah berada di pesawat.
aku bertanya. Semuanya lengkap. Aku menarik napas lega, tapi itu
cuma ungkapan lho. Soalnya aku kan tidak punya paru-paru.
Aku mendarat di bagian atas pesawat, pada sesuatu yang bulat
dan terbuat dari plastik serta berlubang-lubang banyak sekali. Aku
hinggap di salah satu lubang dengan kaki terpentang lebar seraya
menatap ke bawah,memandangi orang-orang mengambil tempat
duduk masing-masing.
waktu kami. Andalite punya kemampuan alami untuk mengetahui
waktu tanpa harus melihat jam. Sudah lima belas menit berlalu sejak
kami bermetamorfosis di toilet cowok.
Akhirnya, kurasakan getaran-getaran mesin pesawat yang
dalam dan bising kini semakin tinggi dan tinggi. Ketika pramugari
mengumumkan agar setiap orang memasang sabuk pengaman, aku
tersadar rupanya aku hinggap di tutup speaker. Soalnya suara
pramugari yang keluar dari speaker nyaris membuatku terlempar.
Selama semenit aku melayang tanpa tujuan, sebelum akhirnya
hinggap di kunci rak koper yang terletak di atas kepala.
manusia.>
bergemuruh sepanjang landasan pacu dan kemudian lepas landas.
Pada dasarnya penerbangan itu membosankan. Sampai mereka
menghidangkan makanan.
Animorphs - 16 Memburu Yeerk Kembar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ya ampun, kau pasti tak bisa membayangkan betapa inginnya
tubuh lalatku meluncur dan mendarat di atas steik Salisbury dan
menceburkan diri ke dalam sausnya.
Tapi itu kan bunuh diri namanya.
Aku mendengar suara itu, dan rasanya seperti mendengar
pengumuman yang memanggilmu ke kantor kepala sekolah. Aku
ketakutan setengah mati.
"Akan segera saya bereskan, Sir," suara yang lain menjawab.
"Wah, terima kasih kalau begitu. Saya salah satu direktur
perusahaan penerbangan ini, dan saya baru saja melihat Seekor lalat
mendarat di steik Salisbury saya."
Kami terbang, enam ekor lalat yang tiba-tiba aktif. Kami
meluncur menuju bagian belakang. Menyerbu panik sepanjang langitlangit. Melewati
tirai yang memisahkan kelas satu dan kelas ekonomi.
Kukira kami sudah selamat. Tapi kemudian...
Serangan! Kurasakan udara menyentak saat sesuatu yang besar melayang
ke arahku. Aku berhenti, berbalik, dan melesat ke sisi kanan saat lima jari
seukuran pohon raksasa redwood bagai menyentak, diikuti semburan
angin yang keras sekali. Aku hinggap di bagian atas pesawat dan mencoba menenangkan
diri.
Sebelum sempat mendengar jawabannya, aku sudah merasakan
sebuah tangan bergerak ke arahku lagi. Aku terbang meninggalkan
langit-langit secepat kilat, kugerakkan sayapku hingga mengeluarkan
bunyi dengungan, lalu mengelak... dan kena tepuk oleh tangan kedua.
Tangan yang telah mengincarku.
daging. Rasanya seperti diseret dengan sapu. Kugerakkan kembali
sayapku, tapi kemudian aku tersadar sebelah sayapku telah hancur.
Aku tak bisa kabur. Kulihat dinding daging itu menuju ke arahku. Dilihat dengan
mata majemukku, tampaknya seperti seribu bayangan petaka kecilkecil. Dan tak ada
apa pun yang bisa kulakukan. Ini salah satu mimpi
buruk di mana kau melihat sesuatu yang amat buruk akan terjadi, tapi
tak mampu bergerak atau bahkan menjerit.
PLLLLAAAK! Tangan itu menepukku. Kurasakan tangan yang amat besar itu
menindihku keras sekali. Tubuhku remuk redam. Chapter 8 AKU terimpit di celah garis hidup tangan itu. Dan karena
lekukan sempit itu, aku tidak mati.
Tapi tubuhku hancur. Sayap kiriku sudah tak ada, sobek. Sayap kananku nyaris tak
bisa digerakkan. Mata kananku buta.
Empat kakiku patah. Tapi yang paling buruk, tubuhku, tubuhku
yang hijau-hitam, menganga terbuka.
Tapi tak ada rasa sakit. Aku sama sekali tak merasa sakit. Cuma
ketakutan setengah mati.
"Kapten pesawat telah menyalakan tanda sabuk pengaman. Kita
akan segera mendarat."
berkata.
bisa memfokuskannya. Kudengar mereka berdebat di dalam kepalaku.
Suara-suara... suara-suara...
Tobias.
Cassie yang baik, pikirku. Cassie yang baik. Ia cantik sekali. Ia
tidak menyadarinya, tapi ia memang cantik. Yeah. Aku ingat waktu
bertemu dengannya pertama kali... Dan Rachel juga ada di situ. Di
sekolah" Bukan, tapi di... di...
Tiba-tiba aku dikepung monster-monster. Kulihat mereka
menjulang di atasku, melayang-layang di udara, lalu mendarat. Mata
mereka yang besar membeliak seolah berkilauan dari semua faset
kecil itu. Wajah mereka seram sekali. Ada tube-tube jelek menyeruak
keluar, seperti lidah-lidah yang mampu mengisap. Sayap-sayap
mereka tipis dan transparan.
Mereka mencengkeramku dengan kaki-kaki mereka yang
bercakar.
Aku melayang-layang menembus udara. Kini aku merasa
tenang. Damai. Walaupun aku merasa prihatin ketika sadar setengah
tubuhku telah lenyap, keprihatinan itu tidak akrab sifatnya. Seperti
ketika aku merasa prihatin terhadap sesuatu yang kutonton di TV.
Bukannya terhadap sesuatu yang terjadi pada diriku sendiri.
Apa sih yang mereka ributkan" Menjerit dan menjerit
menggangguku.
Cassie. Oh, yeah. Dia. Aku suka padanya.
Aku mulai berubah. Dan begitu mulai berubah, aku jadi
semakin kuat. Kurasakan kehidupan menyelinap masuk ke tubuhku.
Wujud manusiaku mulai terbentuk, diperintah oleh pola-pola DNAku. Kode-kode submikroskopisku membentuk wujud manusiaku,
seperti kata-kata membentuk sebuah buku.
Dunia bagai berputar di sekelilingku. Bayangan-bayangan
samar semakin jelas. Aku berada di ruangan sempit. Amat sempit.
Kamar mandi pesawat. Kutatap bayangan diriku di cermin. Wajah lalatku yang
berantakan pelan-pelan lenyap dan berubah jadi wajah manusia.
Kugerakkan rahangku. "Yeah," sahutku. "Kayaknya sih begitu."
Ada beberapa ekor lalat di ruangan itu bersamaku. Dan tahukah
kau apa yang aneh" Naluri pertamaku adalah ingin menepuk mereka.
Chapter 9 UNTUNGNYA, tak seorang pun memperhatikan bahwa aku tak
pernah ada di pesawat itu sebelumnya. Aku muncul dari kamar mandi.
Pesawat kami tengah mendarat, jadi kurasa perhatian para pramugari
jadi sedikit teralih. Bisa saja mereka memperhatikan bahwa aku tidak mengenakan
sepatu dan punya selera pakaian yang aneh sekali, alias cuma
memakai celana bersepeda dan T-shirt. Tapi, seperti kataku tadi, saat
itu penerbangan kami hampir tiba di tujuan. Mungkin orang-orang
yang bertugas cuma ingin mendarat dan pulang ke rumah masingmasing.
Waktu akhirnya meninggalkan pesawat, kami - satu anak lelaki
yang masih terguncang dan lima lalat yang amat sangat tidak
sabaran - tinggal punya waktu lima menit.
Mereka bermetamorfosis di WC. Aku duduk di kursi plastik
Pendekar Pedang Dari Bu Tong 24 Pendekar Gagak Rimang 8 Banjir Darah Di Keraton Widung Lima Iblis Dari Nangking 1