Ceritasilat Novel Online

Akar Asap Neraka 1

Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto Bagian 1


Akar Asap Neraka - Arswendo
Akar Asap Neraka - Arswendo
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akar Asap Neraka - Arswendo
AAkkAkaaarrr AAAsssaaappp NNNeeerrraaakkkaaa
Karya : Arswendo Atmowiloto Daftar Isi Sinopsis Ito
yang memperkenalkan Joko kepada kawankawannya. Memang dulunya Joko kakak kelas Ito
Sekarang Joko sudah keluar. Katanya bekerja di
kapal. Karena Itu selalu banyak duitnya sehingga
mampu mentraktir bakso semua temannya Sekenyang
perut mereka. Sebenarnya Ito mencurigai Joko.
Darimana ia memperoleh uang sebanyak Itu" Kalau
bekerja di kapal, kenapa tiap hari ada di Kota Kita, di
darat" Pak Jumingun pun penjual bakso di kantin
sekolah Itu, lama mencurigai Joko. Tapi, filsafat
tukang-tukang warung lainnya yang sederhana, asal
warungnya laku. Lain dengan Ito, Ia mencurigai
Joko pengedar obat terlarang, narkotik. Ia pun
khawatir sekolahnya menjadi pusat perdagangan
narkotik. Apalagi sahabat dekatnya, Amir dan Cici,
seperti akan masuk perangkap Joko. Hanya karena
ditraktir baso. Contohnya, Tono. Sebentar saja
dompetnya menjadi tebal, mampu membeli sepatu
mahal segala. Hanya sebulan bergaul dengan Joko. Ito
akhirnya merasa serba salah. Kalu dilaporkan takur
mengorbankan Amir dan Cici. Tetapi Amir dan Cici
tidak mau mendengar nasihatnya. Namun Ito mesti
bertindak. Keselamatan sekolahnya, generasinya, lebih
penting dari pada persahabatannya... CV ROSDA Kotak
Pos 284 Bandung 40252 TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ 1.Joko si Pelaut Joko mengawasi
sekeliling. Kantin sekolah masih seperti dulu.
Bangku-bangku panjang yang sederhana, serta di
beberapa tempat penuh dengan coretan. Dinding yang
dibuat dari papan tripleks, seperti biasanya, juga
penuh dengan tempelan. Tak bisa dibedakan mana
yang baru dan mana yang lama. Tak bisa dibedakan
mana yang perlu dan yang bisa dilewatkan begitu saja.
Semua ada. Menjadi satu. Pengumuman kemping,
seorang yang kehilangan catatan, harga bakso,
poster yang menyelip, serta komentar-komentar.
Tempat ini akan segera berubah. Sudah. Seiring
dengan bel istirahat yang dipukul dengan irama
musikal dari Pak Jamilun, kantin ini mendadak saja
berubah menjadi pasar. Semua berebut masuk,
semua berebut kursi. Dan dengan koor pula mereka
memesan sama. Bakso. Minta diberi tambah tulang
kalau bisa. Minta kuah yang banyak. Dan
botol-botol kecap, saus, sambal, berpindah tempat
dengan cepat. Hanya satu-dua saja yang memesan
Akar Asap Neraka - Arswendo
es teler. Selebihnya teh gratis. Joko memandang
semuanya, menyapu seluruhnya. Tak banyak yang
dikenal. Kecuali Ito, si lembut kecil yang selalu
berusaha membetulkan gagang kaca matanya.
Perawakannya lembut, wajahnya sama sekali tidak
mengesankan darah Panjaitan. Cara masuk ke
dalam kantin juga biasa sekali sehingga selalu
diserobot oleh teman lain. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Tok " "Hai, Jok." Ito mendekati
Joko. Lalu berpaling ke arah Amir dan Cici yang
menemukan tempat di dekat "tong" bakso begitulah
anak-anak menyebut-nya. Setidaknya ini tempat
paling strategis untuk menerima pesanan pertama
kali. Pak Jumingun, pengelola kantin itu, tak pernah
bisa menolak jika ada yang melambaikan tangan di
dekatnya. Siapa yang memesan lebih dulu, selalu
menjadi kacau jika dicegat di tengah jalan seperti itu.
"http://www.mardias.mywapblog.com Mir, itu Joko yang
kuceritakan. Ia kakak kelas saya. Angkatan pertama
lulusan sekolah ini." Amir mengangkat alisnya. Cici
melirik. "Nostalgia ya?" Joko melihat ke arah Amir.
"Ah, jalan-jalan saja. Kangen." Ito menarik kursi
tanpa sandaran buat Joko. Joko duduk, dan terpaksa
Ito melihat celingukan kalau-kalau ada kursi yang
kosong. Ada satu di sudut. Tapi harus hati-hati
kalau duduk. Sebab kalau lupa, goyangan sedikit
saja bisa membuat kursi itu lepas kakinya. "Ito
pernah menceritakan," kata Amir sambil memilih tahu
yang besar tahu yang paling besar dari
persediaan yang ada. "Sekolah di mana sekarang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Biasa
...," jawab Joko sekenanya sambil melihat ke arah
pintu. Dari caranya melihat pintu, bisa dipastikan ia
menunggu seseorang. "Saya baru dengar ada
sekolah biasa," sergap Cici cepat. "Sekolah macam
apa itu?" Joko tak menduga akan menerima
sergapan begitu. Pandangannya beralih dari pintu
ke wajah Cici yang tertawa. "Apa" Apa tadi?" "Nggak.
Nggak apa-apa," jawab Cici. "Saya tidak mendengar."
"Baksonya ini, lho ..., ditunggu kok tak datang." Lalu
Cici menggerakkan kepalanya. Rambutnya yang
tergerai di bahu bergoyang bagai dalam iklan. "Mana
pesanan ..., ingin tidak dibayar atau.. "Sebentar ...,"
suara Pak Jumingun di tengah kesibukannya.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Sebenarnya tak ada gunanya menyuruh Pak Jumingun
cepat. Jawabannya selalu sama. Dan itu juga tak
mengubah cara kerjanya. Serba pelan di mata
anak-anak yang tak sabar. "Joko sudah bekerja," kata
Akar Asap Neraka - Arswendo
Ito mencoba menetralisasi keadaan. Cici
mengangguk. Joko sendiri kembali memandang ke
arah pintu. "Kerja di mana?" TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Di . . . kapal," jawab Ito
sambil membetulkan kaca matanya. "Ui . . pelaut
nih, ceritanya" Asyik juga. Pelaut kan banyak
duitnya. Hari ini kita bakal ditraktir." Amir bersungut.
"Cici, selain minta ditraktir ... tak punya
permintaan lain." "Mir, memangnya kamu menolak kalau
ditraktir?" "Siapa yang mentraktir?" "Saya," suara Joko
mantap sekali. "Kali ini saya yang mentraktir
semuanya. Berapa pun yang kalian semua
habiskan." Amir menggigit tahu goreng lebih cepat. Dan
tangan Cici sudah terulur ke arah stoples yang
berisi peyek. Seluruh jarinya terkembang dalam
stoples, seakan mau mengambil seluruhnya. Ito, di
luar dugaan, malah berdiam diri. Ia nampak menjadi
gelisah. Dan apa yang dilakukannya ialah
membetulkan kaca mata yang sejak tadi letaknya
tetap di situ. Setelah itu jari-jarinya mencabut
pulpen dari saku, dan mengembalikannya lagi. Amir
tidak begitu peduli. Ia mengambil tahu yang
kedua. Mencari cabe yang tidak terlalu pedas. "Benar,
ya?" Cici berusaha meyakinkan. "Saya belum pernah
bohong soal mentraktir Antaran pertama telah datang.
Bakso yang berkepul-kepul karena panasnya" "Yang
membayar nanti itu . . . " TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Sebentar ...," jawaban Pak
Jumingun terdengar tetap saja nadanya sambil
berjalan kembali ke tempatnya semula. Joko
tersenyum ke arah pintu. Mengangkat tangan. Cici
dan Amir ikut menoleh. Ito masih melihat asap bakso
yang ada di depannya. Di pintu, muncul Tono,
ketua kelas II c. Tidak seperti biasanya, Tono
tidak langsung melangkah masuk. Malah menoleh
kiri-kanan. Seperti tidak kenal dengan kantin yang
lebih didatanginya daripada ruang guru. "Ikut ditraktir,
Ton?" "Mau juga," kata Tono seraya melangkah
masuk. Karena tak ada lagi kursi yang tersisa, ia
berdiri saja. "Tapi kenalan dulu sama yang mentraktir."
"Saya sudah kenal, kok." Suara medok Tono kembali
terdengar jelas. Kalau tadi seakan tersembunyi,
sekarang kedengaran aslinya. Tono berputar, mendekat
ke arah Joko. Bersandar ke dinding, Joko menatap
Tono. Tono berbicara perlahan sekali. Sedemikian
perlahan-nya sehingga Joko sendiri tidak
mendengarnya. "Apa, sih, kok bisik-bisik?" "Ci, urusi
bakso itu. Ini soal rahasia," kata Tono sambil
mengedipkan matanya. Kalau ini terjadi di hari lain,
Cici akan mengomentari bahwa Tono mulai genit. Tapi
Akar Asap Neraka - Arswendo
bakso hangat bisa mengganti keinginan yang lain.
Apalagi karena tadi tergesa, seluruh kuah
baksonya terasa sangat pedas. Atau diam-diam Amir
menaruh sambal" TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Tak mungkin juga. Amir terlalu
sibuk dengan mangkuknya sendiri. "Bagaimana, Ton?"
bisik Joko. "Beres " "Mau ambil lagi?" "Ya, tapi jangan
sekarang. Jangan di sini." "Takut amat, Ton?" Tono
menggelengkan kepalanya. Bibirnya rapat,
membentuk garis yang lebih panjang. "Kita harus
hati-hati. Tak bisa sembarangan. Kalau bisa Kak
Joko tak usah muncul terlalu sering di sini.
Repot. Kita tak bisa mempercayai sebelum yakin
betul." Reaksi Joko hanya tertawa kecil. Tapi dalam
hatinya, Joko mengakui bahwa Tono sangat hati-hati.
Tak salah ia memilih Tono. Ternyata Tono lebih
serius dari yang diduganya. Tono bukan hanya
bisa melakukan kegiatan secara diam-diam, akan
tetapi bisa menjaga orang lain. Joko merasa aman.
Tawa kecilnya berubah menjadi tawa yang lebih lebar.
"Makan dulu, Ton." "Saya bisa makan setiap saat, kan?"
Joko menepuk pundak Tono, memberikan kursinya
untuk Tono yang segera duduk. Joko sendiri berjalan
ke belakang. Masuk ke dalam kantin di bagian Pak
Jumingun sibuk mengurusi mangkuk. Kali ini Pak
Jumingun tidak mengurusi mangkuk. Mengurusi
buku tulis yang sudah kusut dan kumal. Buku
itulah yang menjadi pegangan untuk menilai transaksi
perdagangan. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Banyak coretan anak-anak yang
memberi komentar. Ada yang menyebutkan sebagai
bentuk pembukuan yang paling tradisional. Ada
yang menyebut sebagai buku rahasia seluruh
sekolah. Sebab di situlah Pak Jumingun mencatat
semua kegiatannya yang berhubungan dengan warung.
Siapa makan apa, tanggal berapa, dan belum
dibayar. Semua siswa-siswi sepertinya pernah
tercatat namanya di situ. Termasuk juga guru-guru.
Tetapi catatan itu juga ditinggal di situ begitu
saja. Kadang, atau sering, anak-anak sendiri yang
menuliskan di situ. Dalam hal ini memang berlaku
hukum saling mempercayai. Pak Jumingun dengan
mudah dikecoh. Tiga tahu satu tempe saja ditulis
satu. Atau bahkan bukan menambahi tulisan, malah
mencoret. Bisa saja itu Akar Asap Neraka - Arswendo
terjadi. Akan tetapi, di luar itu semuanya, Pak
Jumingun seakan menyadari bahwa hal Itu tak akan
mengurangi kegiatannya. Tak mengurangi usahanya.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Dan sebenarnya memang tak banyak yang melakukan
itu. Kalau pun ada satu-dua, yang berbuat seperti itu
karena iseng saja. Joko merebut catatan dari tangan
Pak Jumingun. "Shit," katanya dalam bahasa Inggris
seperti yang dihafalkan dalam film ketika tokoh
penjahat memaki. "Dari dulu catatan seperti ini.
Bagaimana usaha bisa maju kalau pembukuannya
seperti ini?" Pak Jumingun berdiri, tak menggubris
Joko. Ia melayani pembeli yang lain. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "He, Pak. Dan
pembukuan ini mana bisa diketahui untung berapa
rugi berapa. Semuanya. aha ., siapa ini yang
berutang rokok lima batang?" Pak Jumingun berbalik.
Buku itu ganti direbutnya. "Jangan membuka rahasia
orang." "Sori, Pak." "Sori juga boleh," jawab Pak
Jumingun tanpa menyadari apa yang dikatakan.
Baginya, bekerja di kantin suatu sekolah
membuatnya bertemu dengan banyak istilah yang tak
dipahami benar. Itu tak menjadi soal benar baginya.
Toh kadang mereka malah tertawa mendengarnya.
"Maju, Pak?" "Ya, pokoknya bisa buat makan anak
dan istri. Namanya juga usaha. Ya sedapatnyalah."
"Tadi ada catatan mau belanja rokok. Sudah apa
belum?" "Susah. Sekarang zaman susah. Kata orang
lagi resesi, lagi ambruk ekonomi. Jadi cari uang
kontan susah. Apa- apa naik semua. Ya agak susah
jadinya." "Kalau apa-apa naik, Pak Jumingun tinggal
menaikkan harga. Apa susahnya" Begitu kan hukum
ekonominya?" "Sebentar ..., begitu yang diajarkan di
sekolah. Tapi, kan, tidak begitu di sekolah ini.
Nyatanya harga bakso jadi seratus rupiah saja, saya
diprotes ramai-ramai. Cici itu yang memelopori. Malah
Cici bikin rincian kalau dijual tujuh puluh lima
semangkuk, masih ada untungnya. Saya pikir, mungkin
Cici yang lebih pantas jualan bakso . . . " TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Apa" Jangan ikut
sertakan nama saya," teriak Cici masih kepedasan.
Namun selebihnya sibuk sendiri. Tak peduli apa
yang dibicarakan antara Joko dan Pak Jumingun.
Meskipun justru sebenarnya yang dikatakan bagian
yang menyenangkan. "Cici juga pintar. Meskipun
harga tujuh puluh lima rupiah semangkuk, kalau
beli separuh tetap lima puluh rupiah. Benar juga.
Kan lebih banyak yang membeli separuh. Bakso
kecil di sini lebih laku." Bagi Pak Jumingun, ini
persoalan yang rumit. Sebab kalimat penyambung di


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagian ujung masih memperlihatkan kecemasan. "Tapi
kalau mereka minta bakso kecil, bijinya minta
tiga. Yaaaa, serba repot." Joko memandang Pak
Jumingun. "Khusus untuk hari ini, harga semangkuk
Akar Asap Neraka - Arswendo
kembali seratus rupiah. Saya yang membayar. Kontan."
"Sebentar ..., eh, boleh-boleh. Kalau mau dibayar
seratus rupiah. Saya tidak memaksa. Joko
mengeluarkan duit. "Nah, hitung sendiri semuanya."
Pak Jumingun sering melihat uang. Tapi tidak seperti
yang berjubel di saku Joko. Yang dengan enteng
sekali mengambil sebagian dan memberikan begitu
saja, serta memasukkan yang lain secara sembrono.
Bagaimana kalau jatuh" "Itu duit bener, Pak." "Ya ..
kayaknya duit bener." TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Eee, jangan macam-macam,
Pak. Kalau Pak Jumingun bilang itu duit palsu,
Bapak bisa ditangkap polisi. Masak uang sah dibilang
palsu." "Seperti duit Jepang saja di saku itu." Joko
tertawa lebar. Kentara sekali rasa bangga memompa
isi dadanya. Apalagi seluruh kantin jadi melihat ke
arahnya dengan perhatian penuh. Dengan sorot mata
kagum, tetapi sekaligus juga heran. Joko menikmati.
"Zaman dulu, duit Jepang tidak laku. Kalaupun laku,
kurang berarti. Tapi zaman sekarang, duit Jepang
lakunya keras. Satu duit Jepang sama dengan lima
duit kita. Tahu kurs apa tidak?" Suara bel masuk
menandai suasana lain lagi. Suara bel Pak
Jamingun, yang teng-teng-teng-teng., menjadi
pertanda siklus perubahan dalam kehidupan
anak-anak sekolah. Sepotong besi yang dipukul
setiap kail dalam seharinya, mempunyai banyak
makna bagi siswa siswi. Suatu saat sangat
diharapkan kalau pelajaran menyebalkan. Tetapi
saat lain, menjadi yang sangat menyebalkan.
Seperti sekarang ini. Keinginan untuk menambah
kuah tertunda. Tak bisa lain. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Kalaupun digerutui karena
memukul bel terlalu cepat, Pak Jamingun tak
menjawab apa-apa. Ia akan menunjukkan jam gandul
yang berada di saku celananya. "Trims, Jok." "Yuk."
"Trims, Jok." "Yuk."
Akar Asap Neraka - Arswendo
Semua yang ditraktir merasa perlu mengucapkan
terima kasih sendiri-sendiri. Dan Joko dengan
sikap gagah menjawab yuk. Seolah ia tak merasa
perlu memperhitungkan apa yang dihabiskan Amir, Cici,
Tono, Ito. Kalau kedua nama pertama itu segera
meninggalkan kantin, Tono menunggu sampai agak sepi.
"Siang nanti saja. Saat pelajaran selesai." "Aku sudah
bawa barangnya." "Nanti saja. Di tempat biasa." Joko
mengangguk. Tono berlalu, sambil melirik ke arah
Ito yang masih berdiri. Nampak kikuk. Ingin
mengatakan sesuatu, akan tetapi melihat masih banyak
Akar Asap Neraka - Arswendo
yang lain. Rencananya lebih buyar lagi ketika Wati
muncul di pintu kantin yang memang tidak ada
daun pintunya. Pandangannya menyapu ke dalam.
Melihat Joko anak asing di sekolah. Baru sekarang
ini Wati melihat Joko. Langsung hidungnya
terangkat ke atas. "O, ini yang tadi mentraktir Cici?"
"Siapa ini?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kok tidak malu, merayu dengan bakso. Memangnya
tak ada yang lebih mahal dan lebih enak dari bakso?"
Sekilas Joko menemukan suatu keberanian dari Wati.
Dibandingkan dengan tadi yang ditemui, Wati jauh
lebih berani. Cara bicaranya keras, dan langsung.
Tidak terlalu banyak basa-basi. Kalau merayu jangan
di sekolah ini. Malu!" "Selama saya masih pakai
baju, ya, tak perlu malu," kata Joko sambil maju. Ia
berani mendekati Wati karena Wati tidak menimbulkan
rasa segan. "Kamu, siapa namamu?" Wati mendongak
makin tinggi. Bel yang sudah habis gemanya
seakan tak menjadi persoalan. Wati tetap tenang.
"Kamu sendiri siapa" Tukang sensus penduduk" Kalau
bukan tukang sensus penduduk, tak perlu tanya nama."
"Namaku Joko ..." "Aku tidak tanya. Mau Joko mau
bukan Joko, apa urusanku?" Dengan sekali gerak,
Wati berputar. Meninggalkan. "Bagaimana kalau
istirahat kedua saya traktir?" Joko mengejar. Ito
menghela napas. Habis sudah kesempatan untuk
berbicara secara khusus dengan Joko. "Sori. Aku ada
urusan sendiri. Aku mengadakan pesta sendiri.
Hidangannya bukan bakso." "Bagaimana kalau lain
kali?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Wati
berhenti. Selalu terasa sesuatu yang menarik
dalam diri Wati. Tertarik untuk mengalahkan siapa
saja. Kalau tadi ia mendengar pembicaraan bahwa Cici
ditraktir Joko, Wati jadi merasa ditantang. Kalau Cici
sampai bisa ditraktir seseorang, Wati juga ingin
mengungguli. Tak boleh kalah. Itu sudah hukum tak
tertulis yang mengalir dalam darah Wati. Hukum itu
pula yang menyebabkan Wati kadang dinilai terlalu
agresif oleh teman-temannya. Sikap tak mau kalah,
tak mau diinjak bayang-bayang tubuhnya,
menyebabkan Wati seperti ingin mencampuri semua
urusan. Kadang ini juga menunjukkan
kemampuannya yang berlebih. Wati memang
termasuk anak yang pandai. Di kelas, nilainya tidak
memalukan. Di atas rata-rata. Kegiatan ekstra sekolah,
ia selalu tampil. Kalau bisa memimpin, kalau tak
bisa ia bikin kegiatan tandingnya. Kekuatan ekstra
dalam tubuhnya seakan mencari penyaluran. "Lain
kali" Telepon dulu. Sori, acara saya banyak
sekali. Kamu bisa minta tolong Cici kalau mau
Akar Asap Neraka - Arswendo
menulis surat. Cici tahu alamatku." Wati berlalu. Ito
juga sudah berlalu. Tono sudah pergi. Joko sendirian.
Kembali duduk di bangku kantin, yang sekarang sepi
lagi. Sangat sepi. Dalam waktu tidak ada setengah
jam, Joko mengenal begitu banyak hal yang
menyenangkan. Hubungannya dengan Tono beres.
Bagus, malah. Dengan Ito, belum menjadi masalah
serius. Joko tahu siapa Ito. Anak satu ini sangat
menghargai persahabatan. Dulu, ketika Joko kelas
tiga, Ito baru kelas TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ satu. Mereka sempat berkenalan.
Ito, sebagai anak baru, mengagumi Joko yang pintar
main gitar. Ito merasa senang karena Joko mau
mengajari beberapa kunci yang bisa di-mainkan dengan
enak. Joko sendiri tak menduga bahwa
persahabatan yang kecil-kecilan itu mempunyai arti
mendalam bagi Ito. Itulah sebabnya ketika muncul
pertama kembali di sekolah, Joko memakai
jembatan Ito sebagai penghubung. Walau sebenarnya
ia telah kencan dengan Tono. Kalau semua berjalan
dengan baik ... "Ini kembaliannya ..." Joko memandang
uang kembaliannya. Tidak segera bereaksi untuk
mengambil. Malah mengeluarkan rokok. Pak Jumingun
duduk di dekatnya, setelah membereskan
mangkuk-mangkuk dan mengelap hingga bersih meja.
Enak, ya, jadi pelaut. Banyak duitnya." "Ah, saya juga
sering meninggalkan rumah. Dulu cita- cita saya
menjadi pelaut. Bisa keliling dunia. Melihat laut luas.
Tapi duluuuuu. Sekarang tidak lagi." "Kenapa dulu
tidak jadi?" "Saya" Saya tak bisa berenang." Joko tak
bisa menahan senyumnya. Tapi melihat wajah Pak
Jumingun serius, senyum itu urung melebar. "... dan
gampang mabuk laut. Mau tambah baksonya?" "Dari
tadi belum makan. Saya tak suka bakso begini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Minum
saja" Teh" Es teh?"
Akar Asap Neraka - Arswendo
"Bir." Pak Jumingun mengangkat alisnya. "Biar ada bir,
juga tak dijual di sini. Bisa mabuk." "Bir tidak untuk
diminum. Untuk cuci tangan," kata Joko sambil
berdiri perlahan. Mengambil uang kembalian,
memasukkan ke saku tanpa menghitung. "Saya akan
kembali lagi, Pak." Pak Jumingun mengangguk. Dalam.
Kantin sepi. Pak Jumingun sendirian. Melihat catatan
di buku yang kusut. Hari ini banyak yang dicoret.
Setidaknya tidak tambah bon yang baru. Beberapa
tanda tanya muncul di dalam hatinya. Apa benar Joko
itu mencuci tangan saja pakai bir" Lalu mandinya
pakai anggur" Betapa enaknya anak- anak itu. Duit
Akar Asap Neraka - Arswendo
ada. Keperluan bisa terpenuhi. Sungguh berbeda
dengan dirinya. Bekerja keras, setiap pagi hari
hingga sore nanti. Dan benar-benar bekerja, tidak
sekadar duduk dan membaca koran. Selalu ada yang
dikerjakan. Mencuci mangkuk, mengelap meja,
membawa pulang dan pergi dagangan dari rumah. Di
saat seperti ini pun, ia membantu-bantu
membersihkan halaman. Menyapu. Atau sore nanti
mengepel, membantu Pak Jamilun penjaga sekolah
yang telah begitu baik kepadanya. Tanpa pak
Jamilun tak mungkin ia diizinkan membuka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ warung di
sekolah ini. Karena ini sebenarnya jatah Pak
Jamilun. Akan tetapi Pak Jamilun memberikan
kepadanya. Pak Jumingun merasa sangat terima
kasih. Sebagai tanda terima kasihnya ia membantu
beberapa pekerjaan Pak Jamilun, dan menyediakan
makan siang gratis. Dirinya tak berbeda banyak
dengan Pak Jamilun. Bekerja, dengan otot. Seharian.
Tapi hidupnya pas-pasan saja. Berbeda dengan
anak-anak yang dikenalnya. Berbeda dengan Joko.
Dari mana mereka mendapat uang. Apakah kamar
tidurnya penuh dengan uang sehingga tinggal
mengambil begitu saja" "Ah, peduli amat memikirkan
harta orang lain. Kalau ia datang dan mentraktir lagi,
satu bakso dihargai seratus rupiah sudah cukup bagi
saya. Dan ini bisa terus-terusan. Tapi ..., ah, kalau ia
tiap kali kemari, kapan berlayarnya?" Pertanyaan yang
menggoda hatinya itu tak mempunyai gema lama.
Bagi Pak Jumingun ini bukan pertanyaan yang
merisaukan benar. Hanya berupa pertanyaan yang
tak dijawab pun tak menjadi soal. Apa urusannya
kalau Joko tak bisa berlayar" Apa urusannya kalau
Joko pelaut atau bukan" Selama masih makan di
kantin, seperti tadi, dan membayar kontan, Itu sudah
lebih dari cukup baginya. Itulah kenyataan. ~dewi-kz~
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 2. Razia di
Kelas Pertanyaan sama, akan tetapi reaksi bisa
berbeda. Bagi Pak Jumingun, pertanyaan siapa
Joko tak membuatnya berpikir jauh. Bagi Ito, lain
jawabannya. Justru karena ia tahu jawabannya
yang pasti. Joko memang bukan pelaut.
Cita-citanya menjadi pelaut kandas karena
kesehatannya tidak memungkinkan. Joko terlalu
banyak keluyuran, sehingga paru-parunya tidak
cukup memenuhi syarat. Jauh sebelum pengujian
yang lain, Joko telah gagal. Ito tahu presis karena Joko
sendiri yang menceritakan. Namun di depan
teman-temannya, Itolah yang justru berbohong
dengan mengatakan Joko seorang pelaut. Ia tak ingin
Akar Asap Neraka - Arswendo
pembicaraan menjadi panjang. Sebab dirinyalah yang
membawa Joko ke dalam lingkungan sekolah.
Sebenarnya tak menjadi masalah yang memberati
kalau persoalan sampai di situ. Ito merasa
bersalah dengan memperkenalkan Amir dan Cici
serta membiarkan Joko mentraktir mereka berdua.
Ada sesuatu yang membuat Ito mencurigai Joko.
Sampai sekarang belum ada bukti kuat, akan
tetapi Ito mempunyai perkiraan bahwa Joko
memperdagangkan sesuatu yang terlarang. Sesuatu
yang terlarang itu dimasukkan ke dalam amplop. Dan
ia menjualkan kepada orang lain. Joko adalah pengecer
obat terlarang. Atau bahan terlarang. Presisnya
apa, Ito hanya bisa memperkirakan. Bisa jadi daun
ganja kering. Semua ini mempunyai alasan. Secara
tidak langsung Joko pernah mengatakan bahwa
sekarang ia terlibat pekerjaan terkutuk. Joko
sendiri menganggap itu TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ pekerjaan terkutuk. Tapi ia tak
bisa lepas, tak bisa melepaskan diri. Baik karena
ancaman teman-teman sekomplotan maupun karena
hasilnya memang besar. "Kamu tak usah ikut-ikutan,
Tok. Cukup kalau kamu tutup mulut. Aman bagi siapa
pun. Itu pernah diucapkan Joko. Itu yang sekarang
merisaukan Ito. Tono sudah berhasil menjadi bayangan
Joko. Joko sudah bisa menguasai Tono dengan baik. Ini
bisa menjalar kepada Amir dan Cici atau yang
lainnya. Bagi Ito, Amir dan Cici soal yang dekat
sekali. Mereka bertiga sering dianggap sebagai inti
kegiatan sekolah. Bahkan inisial nama depan
mereka bertiga, dianggap sebagai inisial resmi
mengenai kegiatan sekolah ataupun di luar sekolah.
Walau sebenarnya Ito tidak seaktif Amir dan Cici
dalam berbagai kegiatan. Sebab Ito lebih
mengonsentrasikan diri untuk ujian nanti. Namun
itu semua tak menghalangi niatnya untuk
memberitahukan kepada Amir dan Cici. Hanya saja,
yang membuat Ito merasa repot, ia tak bisa berterus
terang. Apa yang akan dikatakan kepada kedua
sahabat kentalnya" Bahwa Joko pengedar ganja" Ia
tak punya Akar Asap Neraka - Arswendo
bukti kuat. Bahwa Amir dan Cici tak usah kenal dengan


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Joko" Kok lucu, karena justru Itolah yang
memperkenalkannya. Tapi jelas Ito tak bisa berdiam
diri. Saat istirahat kedua, Ito menemui Amir dan
Cici. Ito mengajak mereka ke bagian sudut, dekat
tempat Pak Jamilun. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Aku harus mengatakan kepadamu,
Akar Asap Neraka - Arswendo
Mir, Ci," kata Ito tersendat. "Kalau tidak memberi
tahumu, aku merasa bersalah." Amir dan Cici saling
berpandangan. "Kenapa?" tanya mereka berdua secara
bersamaan. "Aku tak bisa menerangkan alasannya,
tetapi lebih baik kalian berdua menjauhi Joko. Aku
tak ingin kalian berdua terseret arus yang kurang
baik." "Tok, kenapa kamu tidak terus terang saja"
Kenapa masalahnya?" Amir memandang Ito. Cici
memandang Ito. "Apa salahnya kita ditraktir?" "Ditraktir
saja tidak ada salahnya. Aku pun suka. Akan tetapi
Joko mempunyai kepentingan lain. Pertama kali ia
mentraktir. Kedua mentraktir. Ketiga masih
mentraktir. Lalu keempat ... mungkin kamu akan
diajak ke dalam persekongkolannya. Jangan tanya
persekongkolan apa." Amir menggeliatkan badannya.
Cici bersiap meninggalkan tempat. "Aku serius." "Dua
rius juga boleh," kata Cici sambil nyengir. "Begini
saja. Kalau memang tak mau memberitahukan, buat apa
kita bicara bisik-bisik di sini" Kenapa tidak
mengatakan terus terang saja" Persekongkolan apa"
Perbuatan jahat" Merampok bank?" "Lebih jahat dari
itu." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Wuiii,
lebih jahat dari merampok bank" Merampok duit
setan?" "Merampok duit setan?" Amir mengerutkan
keningnya. Rambutnya yang rada keriting makin
tertekuk. "Ya, kalau merampok duit setan, selain
dimurkai Tuhan, juga dimusuhi setan." Ito membetulkan
kaca mata yang tak melorot. "Ci, aku minta kalian
serius sedikit. Joko lebih jahat dari yang kamu
perkirakan. Ia akan mengajakmu, menyeretmu."
"Memang," kata Amir. "Tadi Tono mengatakan kalau
mau makan-makan, sore nanti kita diajak " "Kamu mau?"
Amir meleletkan lidah. "Tok, kalau kamu diajak makan
gratis, apakah kamu akan menolak?" "Tolong carikan
alasan yang baik kalau bisa," tambah Cici. "Baiklah,
kalau keputusan kalian berdua memang ingin
makan-makan tak bisa dihalangi, aku hanya
berpesan, jangan terlibat di dalam kegiatannya.
Suatu kali kalian berdua tak mempunyai tempat
untuk menyesali. Itu saja." Ito berbalik dengan cepat.
Cici menyertai. "Apa sebenarnya yang menjadi
masalah?" "Joko, besar sekali kemungkinannya menjadi
pengedar ganja. Dan kalian akan dijadikan agen atau
pengecer." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cici terbatuk. "Selama ini ia tak akan mengatakan hal
itu." "Mungkin nanti malam akan mengatakan." "Kalau
aku tak mau" Kalau aku hanya mau makan- makan
saja?" "Kamu tak bisa menolak. Godaannya terlalu
besar." Ito memandang ke arah Amir yang
mendekati dengan langkah seperti sudah menjadi gaya
Akar Asap Neraka - Arswendo
Amir, kedua tangan terayun-ayun. "Kalau ia menjadi
pengedar ganja, atau apa saja namanya, kenapa
tidak kamu laporkan ke polisi saja, Tok?" "Kamu
tak tahu, Mir. Masalahnya tidak se-sederhana itu.
Komplotan ini punya jaringan yang luas. Dan
Joko, biar bagaimana, adalah teman baikku.
Menangkap Joko sekarang tak banyak artinya. Tapi
membiarkannya saja, mangsanya semakin besar. Dan
kalian berdua, sahabatku sendiri yang menjadi korban
berikutnya." Ito menatap kedua sahabatnya dengan
tatapan mata dingin. Sorot akrab selama ini tak
kelihatan. "Aku sudah mengatakan semua, Mir." Amir
mengangguk seakan dibuat-buat. Ia berjalan
sendirian lebih dulu. "Ke mana, Mir?" "Ke kakus, Tok.
Mau ikut" Buat mengosongkan perut. Agar nanti malam
bisa makan banyak." Belum pernah Amir sengaja
menantang seperti sekarang. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Cici menggerakkan rambutnya
dengan tangannya yang digunakan sebagai sisir. "Kamu
juga, Ci?" "Tidak , jawab Amir. "Cici akan mencari
kera." "Mencari kera?" "Ya. Kera kan pintar
menyimpan makanan di pipi. Cici akan belajar cara
itu. Untuk nanti malam juga." Cici tertawa, bersamaan
dengan Amir. Ito justru merasa sakit. Mereka berdua
dianggap sahabat paling dekat. Akan tetapi begitu
menganggap enteng persoalan. Malah setengah
bercanda! Kalau Akar Asap Neraka - Arswendo
bukan Amir dan Cici, Ito tak akan serisau ini. Tak
akan begitu bimbang untuk melaporkan atau tidak.
Tetapi kini Ito mempunyai kekuatan baru.
Bagaimanapun ia tak bisa membiarkan ini semua. Tak
akan pernah! Walau untuk itu semua harus dibayar
mahal persahabatannya dengan Amir dan Cici menjadi
berantakan. Mungkin mereka tak akan seakrab dulu
lagi. Justru sebaliknya. Aku sudah berusaha
memberi peringatan, kata ito dalam hati ketika
kembali ke kelasnya. Bukan salahku kalau mereka
nekat dan menerima akibatnya. Ah, sayang TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ sekali, Amir, Cici, Tono
terlalu polos. Teman teman yang baik, jujur dan
tanpa prasangka. Karena perangkap bakso saja
mereka jadi baik dengan Joko. Dan Joko
mempergunakan mereka untuk menjual ganja kering
dalam amplop. Benda paling terkutuk! Itu semua hanya
setengah langkah kecil. Mereka berdua akan jadi
pecandu juga. Jika Itu terjadi, neraka yang ada.
Neraka yang sebenarnya bisa dihindari! Sampai larut
malam, Ito masih bolak-balik dengan kecemasannya.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Salah satu keputusan harus diambil. Menghentikan
kegiatan Joko. Apa pun akibatnya. Cara
satu-satunya menghentikan adalah dengan tindakan,
karena kata kata tak lagi menghentikan.
Kemungkinan yang lain membiarkan saja, sampai
mereka sendiri ditangkap. Tapi Ito berpikir bahwa
dengan membiarkan mereka terjebak lebih jauh,
bahayanya lebih besar. Amir, kamulah sahabatku yang
dekat. Juga kamu, Cl. Tapi apa sebenarnya arti
persahabatan" Apakah persahabatan berarti harus
membenarkan apa yang dianggap keliru" Apakah
nilai persahabatan untuk menutupi kebenaran" Kurasa
bukan. Justru sebaliknya. Kebenaran yang harus
ditegakkan. Dan dan sinilah persahabatan itu
terjalin. Dari sini inilah persahabatan itu ada
maknanya. Bukan karena grup, lalu semua tindakan
bisa dibenarkan. Bukan karena setia kawan, lalu
kesalahan ditolerir. Aku bicara padamu, sahabatku.
Bahwa ini menyakitkan sekali, apa boleh buat. Aku
pun sakit melihatmu. Aku lebih sakit. Tetapi aku
harus berbuat sesuatu. Semata-mata demi
kebaikanmu, kebaikan kita TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ bersama. Maafkan aku sahabatku,
kalau ada yang perlu dan bisa dimaafkan. Kalimat
demi kalimat tersusun dalam benak Ito. Tadinya
akan disusun dalam bentuk surat. Tapi urung sendiri
niatan itu. Bisa-bisa jadi bahan tertawaan.
Kalaupun ditulis sebagai puisi seperti kebiasaan
selama ini jika ada masalah-masalah berat belum
tentu menangkap maknanya dengan jelas. Katakata, surat, puisi, dalam hal ini tak banyak
mengubah. Yang diperlukan adalah tindakan! Ito
merasa mantap setelah malam itu berdoa secara
khusyuk. Mantap sekali: melapor kepada Kepala
Sekolah. Namun, ketika pagi hari sampai di
sekolah, timbul kembali kebimbangan. Rasanya tak
tega melihat Amir, Cici, Tono dan sebagian
kawan-kawannya mendapat hukuman dari Kepala
Sekolah. Bahkan bisa jadi hukuman terberat. Sampai
dengan skorsing tidak boleh mengikuti pelajaran.
Berat, alangkah beratnya. Bukan hanya tidak boleh
mengikuti pelajaran saja, akan tetapi efek yang
lain. Orang tua terlibat, jadi mengetahui. Semua
teman yang ada akan membicarakan dari mulut ke
mulut. Benar-benar pukulan batin yang berat. Akan
tetapi, Ito kembali mempertimbangkan, bahwa itu
semua masih lebih baik daripada berurusan dengan
polisi. Yang berarti bisa lebih tak tertanggungkan lagi!
Ito merasakan isi perutnya bolak-balik. Antara dua
pilihan. Belum pernah sepanjang hidupnya
Akar Asap Neraka - Arswendo
merasakan sulitnya mengambil keputusan seperti
sekarang ini. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Sewaktu istirahat, Ito
menyendiri. Tetapi telinganya seperti mendengar
kemeriahan pesta traktiran di kantin. Kini yang
menjadi pusat perhatian adalah Tono. Ya, kini bukan
lagi Joko, melainkan Tono. Tono sudah
menggantikan posisi Joko. Tono bisa mentraktir,
bisa ber-bangga, bisa ngomong sesukanya. Tanpa
merasa bersalah. "Jatah kita berapa mangkuk, Ton?"
kata Cici bersemangat. "Jatah kalian semua adalah
kekuatan perut kalian masing-masing. Selama masih
kuat, tenggak saja. Yang menghalangi hanyalah
apakah tong Pak Jumingun ini masih ada isinya atau
tidak." Pak Jumingun menghela napas. "Ton, kamu
bilang tong boleh. Kamu bilang tempat sampah,
saya bolehkan. Asal dibayar. Asal laku. Semangkuk
seratus rupiah." Pak Jumingun melanjutkan menghela
napas gembira sehingga panggilan Wati yang sudah
diulangi dua kali tak disahuti. "Pak Jumingun! Baksonya
tambah!" "Sebentar ..." Pak Jumingun membawa
mangkuk baru. "Ini ..." "Saya minta bakso saja. Bukan
mangkuk baru. Ini kan masih bisa. Bagaimana ini?"
"Yang ini dituang kan bisa." TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Tangan Wati bergerak. Kuah
yang siap dipindah terhenti. "Saya tidak mau
tambah kuah. Cuma baksonya. Bagaimana Pak
Jumingun ini" Ngelapor melulu." "Ngelapor apa pada
siapa?" "Ngelapor itu artinya ngelamun porno. Ia,
kan?" Pak Jumingun dengan hati-hati menuangkan
bakso Akar Asap Neraka - Arswendo
yang diminta Wati. Tak mendengar tawa yang
lain. Menertawakan Pak Jumingun yang dijebak
dengan permainan kata-kata oleh Wati. Di sebelah, Cici
juga minta tambah. "Mau dibilang tong ya boleh,
tempat sampah ya boleh, dibilang porno ya boleh . "Pak
Jumingun, saya juga membayar seperti Wati ..."
"Sebentar ..." "Hui ..., sebentar melulu. Ada rezeki
nomplok jadi bingung." Cici tak sabar membawa
mangkuknya sendiri "Tadi malam mimpi apa, Pak,
kok baksonya bisa diborong?" Dengan segala wajah
polosnya, Pak Jumingun mengingat-ingat apa yang
dimimpikan malam harinya. "Cepat. Kok malah diam
saja." "Ia ... ya ... Saya mimpi apa" Orang
semalam saya tidak tidur." Ucapan polos ini
disambut dengan sigap oleh Wati. "Tuuuu, Pak
Jumingun porno, kan" Tidak tidur, lalu kenapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Sebentar
Akar Asap Neraka - Arswendo
..." "Jangan menghindar!" "Lho, kalian semua ini mau
porno apa mau bakso?" Karena kata-kata ini
diarahkan kepada Wati, yang bersangkutan kaget
bagai kena sengat. "Eeee, jangan sembarangan ngajak
porno saya, ya?" Hengki, setelah secepatnya
menelan bakso, berkata dengan suara cukup keras.
"Pak Jumingun terlalu berani. Wati lagi mengharap
kedatangan Joko, bukan Pak Jumingun.' Wati
mengeluarkan suara mengejek. "Joko yang mana"
Joko yang itu" Oho, kalian semua boleh menjadi saksi.
Seribu Joko boleh datang mengharap Irawati,
tetapi seribu Joko pula yang bakal kecewa.
Jangan datang kalau tak mau kecewa." "Hari ini Joko
memang tidak datang," kata Tono perlahan. "Tapi ia
kirim salam kepadamu." "Huh!" "Huh. Baiklah, kalau
begitu nanti saya bilang sama Joko, bahwa kamu
menjawab dengan huh" "Huh Saya tidak menjawab
dengan huh." "Baru saja." "Saya huh sendiri," "Jadi apa
jawabanmu kalau nanti Joko bertanya?" Cici menahan
tawa kecilnya. "Akhirnya tuan putri guncang
hatinya, bingung jadinya." TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Amir tak mau ketinggalan:
"Wat, kalau bingung dan guncang cari pegangan
saja, biar tidak jatuh. Nih, pegangan mangkuk saja."
"Hei, beraninya main keroyokan. Kok ngomongnya
sembarangan semua. Baru ditraktir bakso saja
sudah pada mabuk." "Jadi apa jawab saya, Wat?" Wati
bimbang juga. Kalau menurutkan kesom- bongannya,
ia bisa tetap tinggi hati. Tapi bisa jadi Tono
menyampaikan apa adanya. Bisa repot. Kan sekarang
ini hanya dirinya yang dikirimi salam. Bukan yang
lainnya. Bukan Cici, bukan Emi, bukan Utami.
"Jawab saja ..., apa, ya" Nanti disangka saya
sombong. Cuma dikirimi salam saja tak mau menjawab,
Bilang saja salam balik." Koor tawa menggema. Hengki
meletakkan mangkuknya. "Heran. Tono beraniberaninya bilang dapat titipan salam dari Joko.
Kapan Tono ketemu Joko?" Amir menyenggol Hengki.
"Cemburu, Heng" Merasa kalah saingan dengan
Joko?" "Ah, kamu, Mir. Kalau aku yang cemburu masuk
akal, sebab aku dekat dengan Wati Tetapi kalau


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamu yang mengurusi kecemburuan, jangan-jangan
kamu yang cemburu." Satu kalimat dari Hengki
sudah mampu membuat wajah Amir berubah menjadi
merah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Meskipun belum semerah saus, tapi sudah mirip
kerupuk udang kalau saja di kantin itu dijual
kerupuk udang. "Saya memang cemburu. Iri." "Kok baru
mengaku iri sama Wati?" "Saya iri sama Wati.
Sebab sekarang ini Wati, kalau makan bakso, cepat
Akar Asap Neraka - Arswendo
dan banyak." Kembali suasana riang gembira lepas. Di
antara saus, kecap, cuka," sebentar..." dan saling
menimpali. Hanya Cici yang kelihatan kurang
menikmati. Pandangannya menyapu keliling kantin,
menyapu ke arah luar melewati dinding kawat. "Mir ..."
Amir mendekatkan telinga ke Cici. "Mana Ito?" "Aku tak
melihatnya sejak tadi." "Tadi aku justru melihatnya. Di
ujung sana. Sekarang tidak kelihatan. Tono ikut
menunduk. "Ito bisa tega dengan kita.," "Apa kira-kira
yang akan dilakukannya?" "Apa lagi kalau bukan ..."
Ketiganya berpandangan. Saling berpandangan.
Wati jadi sebal. "Seperti anak kecil saja main
bisik-bisik! Kampungan!" TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Justru karena ingin
menjengkelkan Wati, Hengki ikut berbisik:
"Setega-teganya Ito, ia tak akan mencelakakan kita."
"Tidak. Kecuali kalau Ito ingin menjadi pahlawan."
Suara Tono kedengarannya lebih dipengaruhi
kekuatiran. "Saya tak tega mencurigai Ito," kata Cici.
"Tapi siapa tahu ia ingin namanya diabadikan menjadi
Akar Asap Neraka - Arswendo
salah satu nama ruang di sekolah kita?" "Kita tak perlu
mencurigai Ito." "Bukan begitu, Mir. Soalnya, kalau
kita salah melangkah, bisa buyar semuanya.
Kewaspadaan dan jaga jaga selalu perlu. Kata Joko
juga begitu." "Kalau begitu kita perlu strategi," kata
Cici. "Apa?" Cici melihat sekeliling. "Ngomong-ngomong
saja. Kalian pakai strategi tertentu belum tentu Joko
senang sama kamu, Ci." Dari suaranya Wati masih
menganggap yang menjadi persoalan soal Joko. "Ton
..., kamu awasi Ito. Kalau ketahuan ke mana, kita
atur strategi ..." Tono mengangguk. Cepat sekali ia
berbalik dan menuju ke luar. Berbaur dengan yang
lainnya. Mengawasi segala penjuru dari sekolah. Tono,
sebagai ketua kelas II c, mempunyai kelebihan lain.
Dengan serta-merta pandangan-nya tertuju ke ruang
guru Karena sangat boleh jadi Ito menuju ke sana. Apa
yang diduganya meleset. Tapi justru Itu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuatnya lebih kuatir. Karena Ito tidak menuju
ke ruang guru ... melainkan ke ruang Kepsek. Ruang
Kepala Sekolah! Tembak langsung! Tono terbatuk.
Berarti ini harus ... Tapi, apa yang dilakukan Ito
di dalam" Apakah ia mempunyai keberanian untuk
berbicara kepada Kepala Sekolah" Pak Rakhmat
memang bisa akrab dengan siswa-siswi. Namun, tetap
saja angker. Ito juga merasakan kebimbangan Itu.
Kalau tidak nekat, tangannya tak akan berani
mengetuk pintu Kepala Sekolah. Hatinya menciut
Akar Asap Neraka - Arswendo
setelah tak ada jawaban atau perintah masuk. Ito
menunggu. Mengetuk lagi. Tak ada jawaban. Ito
membuka pintu dan langsung masuk ke dalam.
Ruang Kepala Sekolah sebenarnya sama saja dengan
ruang yang lainnya. Sama saja dengan ruang
guru. Bedanya, ruang Kepala Sekolah lebih sempit.
Kalaupun lebar, ruang itu telah menyebabkan Ito
makin terhimpit. Ia maju selangkah dua. Pak Rakhmat
duduk di kursinya, seperti biasa. Yang tidak biasa
adalah di depannya ada Bu Ari, Ibu Guru Pembimbing.
Tidak terlalu mengherankan kalau Bu Ari membawa
dagangannya. Ada saja dagangannya yang bisa
ditawarkan. Mulai dari batik sampai peralatan rumah
tangga. Yang sedang dipegang dengan kedua tangan
ini pun kain batik. Pak Rakhmat memperhatikan
selintasan saja. "Ini juga bisa dicicil, Pak." TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalimat Bu Ari yang
memuji dagangannya terhenti karena pandangan Pak
Rakhmat tertuju kepada yang lain. Pak Rakhmat
tegak duduknya, dengan punggung lurus. Di balik
kaca matanya yang indah, terasakan kewibawaan
dengan sorot pandang langsung dan suara berat. "Ya?"
"Maaf, Pak. Saya masuk kemari. Tadi saya sudah
mengetuk pintu." Pak Rakhmat mengangguk. Tak
sehelai pun rambutnya yang hampir semua putih ikut
bergerak. Rapi sekali sisirannya. Saya boleh langsung
bicara, Pak?" Pak Rakhmat mengangguk. Kedua
geraham-nya tetap terkatup. "Ada sesuatu yang akan
saya laporkan kepada Bapak. Sesuatu yang mengancam
sekolah kita." Dagu Pak Rakhmat sedikit miring.
Itu tan-danya ia memperhatikan dengan sepenuh
perhatian. Bu Ari membereskan dagangannya.
Melipat kembali dengan baik. Ada pintu samping yang
menghubungkan ke ruang guru. Tapi Bu Ari tidak
segera beranjak meninggalkan tempat. Ingin tahu apa
yang dikatakan Ito. "Duduk, Tok." Ito duduk.
Berdampingan dengan Bu Ari. Buku-buku di tangannya
ditekuk. "Bagaimana, Tok?" TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Pancingan keberanian yang
mengena. Pak Rakhmat sebagai kepala sekolah
tahu betul bagaimana membangkitkan keberanian anak
didiknya untuk mulai berbicara. Pengalaman mengajar
dan mendidik sudah lebih dari cukup memberikan
bekal. Satu hal yang menjadi kelebihan kepala
sekolah yang satu ini yang dirasakan oleh
murid-muridnya adalah bahwa Pak Rakhmat hafal
dengan nama murid-muridnya. Semua dihafal, dan
mengetahui perbedaan satu dengan yang lainnya. Ini
bisa ditandai kala menegur. "Bagaimana, Tok,
sudah ada puisi yang baru?" Terus terang ini
Akar Asap Neraka - Arswendo
membuat Ito merasa senang dan sekaligus bangga.
Ia bukan cuma dikenal sebagai salah seorang
murid, tapi juga dikenali dengan nama akrabnya.
Itok, pakai k. Juga dikenali bahwa Ito suka menulis
puisi. Kepada Amir, Cici, Tono, Eka, Joni, atau bahkan
yang tak dikenali oleh sesama siswa pun Pak
Rakhmat bisa mengetahui. Penampilan Pak Rakhmat
dekat dengan anak didiknya. Ada saat-saat Pak
Rakhmat bercerita, mengajak bicara tidak hanya
soal-soal sekolah. Dengan cara yang akrab. Namun,
itu tidak menghalangi kalau Pak Rakhmat murka.
Bagi Pak Rakhmat ada yang bisa untuk bercanda,
tetapi juga ada yang tak bisa ditawar. Soal disiplin
sekolah, tak boleh tidak. Dari sisi ini memang
Pak Rakhmat kelihatan angker. Menakutkan. "Agak
sulit saya mulai bercerita, Pak. Ini menyangkut teman
kita sendiri. Saya tak mau menyebutkan siapa.
Akar Asap Neraka - Arswendo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Akan
tetapi ada di antara teman-teman saya yang
terlibat pengedaran ganja di sekolah ini." Bu Ari
meneriakkan sesuatu. Jidat Pak Rakhmat berkerut
sedikit. Kedewasaan dan penguasaan pada situasi
yang mendadak menunjukkan kelebihannya. "Kalau
begitu sekolah kita termasuk sekolah morfinis"
Astaga" Siapa, Tok" Kamu harus berani
mengungkapkannya. Kalau tidak ..." Suara Bu Ari
dipotong Pak Rakhmat. "Kuhargai laporanmu, Tok.
Kuhargai keberanianmu. Memang di sekolah ini ada
siswa dan siswi yang menjadi semacam pengawas.
Namun hasilnya baru dalam tahap awal. Kenakalan
kecil-kecilan. Itu juga perlu diketahui. Tapi kalau
yang kamu katakan benar, kita harus bertindak.
Sekarang. Sebelum itu, saya mau bertanya.
Seberapa jauh pengamatanmu?" "Saya melihat sendiri
ada beberapa teman yang dipengaruhi." "Beberapa"
Jadi lebih dari satu?" Suara Bu Ari meninggi
kembali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mungkin satu-dua atau tiga. Mereka dipengaruhi
menjadi pengedar. Saya belum melihat mereka menjadi
pecandu. Tapi mereka mengedarkan dan mendapat
imbalan besar." "Kenapa siswa kita yang dijadikan
pengedar, Tok?" "Barangkali karena anak-anak
sekolah memakai seragam, Bu. Biasanya tidak
diduga. Dan yang menyelidiki tak menaruh
kecurigaan." "Benar juga. Pintar juga mereka ini." "Apa
saran kamu, Tok?" "Pak Rakhmat pasti lebih
mengetahui. Satu-satunya cara adalah menemukan
bukti. Dan ... terserah Bapak bagaimana
Akar Asap Neraka - Arswendo
penanganan selanjutnya." Bel masuk terdengar. Pak
Rakhmat mengangguk. Ito berdiri. Bu Ari ikut berdiri.
"Ini masalah serius. Saya sendiri yang akan
bergerak." Pak Rakhmat ikut berdiri. Melangkah ke
samping. Membuka pintu penghubung ke ruang guru.
Para guru melihat ke arah Pak Rakhmat, seperti ketika
Pak Rakhmat melihat Ito yang baru masuk tadi. Tenang,
pelan, tetapi mantap Pak Rakhmat berjalan menuju
pintu. Menutup rapat. Lal mengambil salah satu
tempat duduk. Guru-guru yang lain segera
mengambil tempat duduk di kursi yang paling
dekat. Semua guru yang ada mengelilingi Pak
Rakhmat. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Saya minta perhatian. Ito baru saja melaporkan
bahwa di sekolah kita ada yang menjadi pengedar
ganja. Laporan ini harus kita terima dengan kepala
dingin. Tak perlu overacting, tak perlu keladuk, tak
perlu berlebihan. Tapi juga tak bisa dibiarkan.
Salah satu cara mengantisipasi adalah dengan
mengadakan penggeledahan. Saya minta semuanya
menggeledah ke kelas masing- masing di mana Bapak
dan Ibu mengajar. Geledah dari isi tas, isi saku.
Tindakan mendadak ini pasti tak mereka duga. Apa pun
hasilnya, kita mengadakan pertemuan lagi di sini. Kita
korbankan jam pelajaran yang sekarang. Untuk menjaga
kejadian yang lebih berat. Pada masalah siswa saya,
saya masih bisa berpikir kalau mendengar mereka
berkelahi, atau nakal. Tapi soal ganja, obat bius,
atau apa saja, saya tak akan kompromi." "Saya kira
kalau Ito yang memberi laporan, ia bukan anak yang
sembarangan." Suara Bu Rum memberi penekanan
persetujuan apa yang diputuskan Pak Rakhmat.
"Terima kasih, dan kita mulai . . . " Pak Rakhmat
berdiri pertama kali, membuka pintu. Semua guru
menyadari bahwa sesaat itu wajah Pak Rakhmat
menjadi keruh. Muram, berat. Pakaian dinasnya terasa
lebih kaku dan mengganggu. Bu Ari paling
merasakan perubahan kesan itu. Belum setengah
jam yang lalu, Pak Rakhmat masih bercerita
banyak mengenai batik, mengenai perdagangan,
mengenai kehidupan rumah tangga. Diselingi tawa.
Tapi begitu Ito masuk dan memberi laporan, segalanya
berubah. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Saya akan membantu kelas yang memerlukan
bantuan," kata Bu Ari. "Karena sebenarnya saya
sudah tidak mengajar lagi pagi ini." Pak Rakhmat
mengangguk pendek. Tanpa tambahan gerakan.
Guru-guru keluar dari ruang guru, satu per satu.
Tegang langkah dan gerak kakinya. Bunyi sol
sepatu sangat keras menekan. Gemanya terpantul
Akar Asap Neraka - Arswendo
kembali. Bu Ari, Pak Jasman, Pak Budi, disusul Bu
Rum. Rambutnya nampak menjadi lebih ikal. Bu
Rum memang paling terlihat kecemasannya. Jari-jari
tangannya saling mendekap. Gelisah. Masuk pintu
kelas II c, tak setitik pun menunjukkan senyuman.
Anak-anak kelas II c sudah hafal. Jika ada ulangan, Bu
Rum kelihatan lebih galak dari biasanya. Kelas
tenang. Anak-anak sudah menyiapkan kertas kosong,
pena, dan kertas buram untuk menghitung
angka-angka. Pensil, karet penghapus, garisan,
juga siap. Kalau Bu Rum
Akar Asap Neraka - Arswendo
mengadakan ulangan, tak akan ada izin untuk
meminjam milik teman. Semua kegiatan yang tak ada
hubungannya dengan mengerjakan ulangan, tidak
akan diberikan. "Persiapkan dirimu sebaik mungkin,
juga tentang peralatan. Saya tak mau melihat ada
yang pinjam ini pinjam itu." Begitu kalimat hafalan
yang diperkenalkan dulu. Kali ini Bu Rum berada di
tengah kelas. Pandangannya tajam menyapu seluruh isi
ruangan. "Kali ini ulangan diundur . . . " TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Detik sunyi tak lama.
Hengki bersorak, diikuti oleh seluruh kelas.
Seakan mereka menjebol ketegangan sebelumnya. Bu
Rum masih tetap kelihatan angker. "Semua berdiri di
samping meja." Kini kegembiraan berubah menjadi
tanda tanya. Bu Rum kalau memberi perintah
dengan kalimat pendek. Jelas. Tapi susah
dimengerti, utami yang telah menyiapkan diri
penuh, jadi bertanya-tanya. Dan yang ada di
benak Utami masih soal pelajaran dan ulangan.
Apakah kali ini akan diadakan ulangan sambil berdiri"
Semua anak kelas II c berdiri di samping meja. "Hari
ini saya akan melakukan pemeriksaan. Tinggalkan
semua barang kalian di kelas. Apa saja tinggalkan
di kelas. Sekarang keluar satu per satu. Mulai dari
Utami." Utami berjalan, keheranan, menuju pintu
keluar. Bu Rum menyuruh berhenti. Pandangan


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya masih ke seluruh kelas. Sedikit gerak
mencurigakan bisa membuat Bu Rum tegas mengawasi.
"Utami, keluarkan isi saku." Utami mengeluarkan isi
saku atas. Hanya sebuah karet gelang. Bu Rum
memeriksa saku rok. Kosong. Lalu menyuruh Utami
melangkah keluar. Sementara memeriksa Utami, Bu
Rum tetap menguasai sekitar. Emi mendapat giliran
kedua. Juga diperiksa dengan teliti. Lalu siswi lain
yang berada di barisan depan. Satu demi satu.
Hengki, Tono, Andi, maju. Amir memandang ke arah
Cici. Keduanya saling melempar senyum dengan
Akar Asap Neraka - Arswendo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ sembunyi.
Seakan saling maklum. Sementara itu memang tak
ada yang perlu dicurigai dari saku baju dan rok atau
celana. Pada Wati, hanya ketahuan bahwa Wati sudah
menyediakan sontekan yang tak diperhitungkan
orang lain. Di balik kaus kaki, melesak ke dalam
sepatu. Anak-anak yang telah selesai pemeriksaan
bergerombol di depan pintu. Sebagian terbesar tak
tahu apa yang sebenarnya terjadi. Juga ketika akhirnya
pintu kelas ditutup. Teriakan dan sorakan dari
luar, dari berbagai mulut pintu masing-masing
kelas, menyatu tanpa ada yang menghentikan.
Sebab semua guru sedang sibuk memeriksa tas
sekolah. Satu demi satu. Setiap sudut. Setiap
bungkusan kecil dibuka. Tempat pensil yang berisi
pena dibuka. Dompet juga. Tak ada yang dilewatkan.
Yang paling berdebar adalah Ito. Ia menahan deburan
kegelisahan dengan berjalan masuk ke ruang
perpustakaan. Sebentar lagi akan terjadi peristiwa
yang paling ditakuti. Teman sendiri terjebak. Ito
merasa sedikit lega. Di ruang perpustakaan Itu ada
Utami sedang membaca buku. Selalu, Utami tak pernah
menyisakan semenit pun dengan menganggur.
Selalu membaca buku, mencatat, menulis. Apalagi
untuk waktu kosong seperti sekarang. Dalam benak
Utami, saat sekarang ini adalah saat belajar. Dan
harus digunakan untuk belajar. Kalau guru tak jadi
dalang. Utami tetap saja akan belajar dalam kelas.
Sekarang pun Utami lebih suka menghabiskan waktu di
perpustakaan. Ito duduk dekat Utami. "Baca apa, Ut?"
"Apa saja. Daripada menunggu. Ada pemeriksaan
apa?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kamu
anak baik, Ut. Kalau semua anak seperti kamu,
ceritanya akan lain, surga akan penuh." "Kalau cari
buku mengenai surga ... tuh di sebelah kanan. Itu
semua buku mengenai kehidupan baik di masa
depan." Ito tersenyum. "Saya sudah menemukan, Ut."
Ganti kini Utami yang heran. "Saya sudah
menemukan. Tanpa melihat buku. Kehidupan yang
lebih, lebih baik. Ya, saya sudah menemukan."
Utami berdiri. Tak memperhatikan omongan Ito.
Kembali ke kelas karena mendengar keributan di
luar mulai mereda. Ini juga salah satu sikap yang
membuat Utami bisafselalu berkonsentrasi. la tak
mau mengurusi terlalu teliti hal yang dianggap tak
begitu penting. Bahkan jika kemudian masuk ke
dalam kelas, mengetahui ada teman yang dihukum
Bu Rum karena menyimpan sesuatu yang terlarang,
Utami tak akan bertanya panjang lebar. Tidak juga
meneruskannya kepada teman yang lain. "Razia apa
Akar Asap Neraka - Arswendo
ini" Ada spionase, ya?" "Bukan. Ini latihan untuk main
film," kata Amir. "Jangan-jangan zaman perang dahulu
juga seperti ini." Semua suara dan komentar
terhenti ketika Bu Rum mengangkat wajahnya.
Helaan napas mendahului kalimatnya. "Saya
gembira karena tak ada yang perlu dicurigai dari
kelas ini. Ini pemeriksaan biasa. Kalau TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ kalian tak merasa
bersalah, tak perlu gelisah. Sekarang kita mulai
dengan pelajaran biasa." Sementara itu Wati mulai
mengedarkan kertas bertulisan: Bu Rum kehilangan
lipstik, maka semua tas digeledah. Agaknya Wati
masih merasa keki karena ulangan tidak jadi dan
kertas sontekan yang dipersiapkan ketahuan. Bu Rum
memberikan soal di papan tulis, lalu keluar
Akar Asap Neraka - Arswendo
lagi. Masuk ruang Kepala Sekolah. Ternyata Bu
Rum datang paling lambat. Guru-guru yang lain
sudah berkumpul. "Bagaimana, Bu Rum?" "Kosong,"
jawab Bu Rum. "Berarti sekolah kita tak termasuk
dalam jalur pengedaran," kata Pak Jasman. "Tak saya
temukan satu amplop pun." Pak Rakhmat menggerakkan
kaca matanya. "Saya tak tahu harus sedih atau
gembira. Sedih karena anak-anak lebih pintar
menyembunyikan. Atau seperti Pak Jasman, bergembira
karena memang sekolah kita bersih." "Jangan-jangan ini
hanya khayalan Ito saja." Bu Arie tak bisa menahan
geramnya. "Bu Arie jangan menuduh begitu. Saya
memang akan berbicara lagi dengan Ito. Akan
tetapi kita tak harus menyalahkan Ito. Juga Bu Arie
jangan merasa terganggu karena menggagalkan acara
jual-beli seprei. Pak Jasman mendengus. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Apa hubungannya
jual-beli ganja dengan jual-beli sprei?" Pertanyaan
ini terlontar karena Pak Jasman tak mengetahui
ketika Ito memberi laporan, Pak Rakhmat sudah
menyetujui membeli sprei, tinggal memilih warna yang
cocok. "Dua-duanya bisa membuat tidur lebih enak,"
kata Pak Rakhmat sambil tersenyum. "Hanya sprei
lebih sehat. Kalaupun ketagihan, bukan akibat buruk
yang terjadi." Pak Jasman melangkah keluar. "Pak
Jasman, tolong beri tahu Ito. Saya ingin bicara
dengannya. Saya tunggu di sini. Usahakan agar
tidak terlalu menyolok. Nanti setelah pelajaran
terakhir saja." "Baik, Pak." Guru-guru yang lain keluar.
Kembali mengajar. Tinggal Bu Arie. Pak Rakhmat juga
ikut melangkah keluar. ~dewi-kz~ 3. Menjadi Tenaga
Pemasaran Tono mengikuti Ito ketika pelajaran
berakhir. Setelah yakin Ito masuk ruang Kepala
Akar Asap Neraka - Arswendo
Sekolah, dengan bersiul panjang Tono memasuki
kantin. Melihat kiri-kanan. Amir berjaga di pintu.
Cici ikutan masuk. "Mana titipan saya, Pak?" Pak
Jumingun mengambil satu bungkusan dari amplop
coklat yang diletakkan begitu saja "Ini." TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Tono mengangkat
alis. "Justru dengan meletakkan sembarangan, tak
ada yang curiga," bisiknya kepada Cici. "Bukan hanya
itu. Siapa yang menyangka kantin ini menjadi
tempat penampungan?" "Guru-guru dan Ito masih
harus bekerja lebih cerdik kalau membongkar kita."
Tono memandang Pak Jumingun. "Besok, penuhi tong
bakso itu. Kita semua siap untuk menguras isinya." Pak
Jumingun tak bereaksi. "Tidak percaya kalau saya yang
bicara?" "... yah.. .bagaimana besok saja." Suaranya
tanda ada menyesal. Tanpa nada bangga. Biasa
saja. Itulah kelebihan pak Jumingun mungkin
sekaligus juga kelemahannya. Ia sama sekali tak
peduli akan datangnya sesuatu yang mengejutkan. Dan
juga tidak menjadi terkejut karenanya. Tono, Amir, Cici
keluar dari kantin, menuju ke tempat sepeda. Tono
melihat sepeda Ito masih berada di tempatnya.
"Agak seru juga pembicaraan di dalam," kata Tono.
"Mungkin Ito akan menerima penghargaan," kata Cici.
"Penghargaan apa" Ide untuk merazia dalam kelas
sudah jelas gagal total." "Penghargaan dari kita.
Karena Ito, kelas kita tak ada ulangan dari Bu Rum.
Bukankah itu boleh dipuji dan dihargai?" Tono
tertawa lepas. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Mir, aku akan kontak kamu.
Sore nanti. Kalau Joko ada waktu. Setiap
perkembangan harus kita laporkan. Kalian berdua
ada waktu?" "Kalau pertemuan juga berarti pesta,
selalu ada waktu." "Jangan takut soal itu," kata Amir
menengahi. "Yang perlu kita kuatirkan justru soal Ito.
Pasti sekali mereka tak akan berhenti begitu saja.
Saya kenal Ito. Saya kenal Kepsek tak akan memberi
ampun peristiwa ini jika tahu terjadi di tempat kita."
Sampai ketiganya meninggalkan halaman sekolah, Ito
masih berada dalam ruang Kepala Sekolah. Hening. Pak
Rakhmat lebih banyak menunggu. Ito akhirnya
mendongak. "Kalau Bapak tak percaya, saya akan
melaporkan ke polisi. Bagi saya sangat jelas. Ada
teman yang terlibat." "Kalau tak ada bukti, apa
yang bisa kamu lakukan, Tok" Kamu jangan salah
paham. Saya sepenuhnya mendukung usahamu.
Bahkan untuk melapor ke polisi pun, saya
bersedia sekarang juga. Masalahnya akan
berbeda kalau sampai polisi turun tangan, dan
tak ada hasil apa-apa." "Mereka biasa mengadakan
Akar Asap Neraka - Arswendo
pertemuan di salah satu tempat. Saya akan
melaporkan untuk menggerebek." "Dengan kata lain,
mereka memang mengedarkan di sekolah ini?" "Ya,
memakai jalur sekolah." TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Dan mereka mencium razia di
kelas?" "Saya kira ia, Pak " "Kalau begitu, mereka
cukup cerdik. Sangat cerdik. Kita harus lebih cerdik.
Tok, laporkan semua yang kamu ketahui. Setidaknya
kalau kamu masih percaya
Akar Asap Neraka - Arswendo
kepadaku. Bahwa bukan aku yang membocorkan rahasia
ini. Itu saja. "Terima kasih." Ito berdiri. Sampai di
pintu tertahan langkah-nya oleh panggilan Pak
Rakhmat. "Jangan-jangan mereka tahu kamu
memata-matai. Kalau benar begitu ruang gerakmu
terbatas." "Sebelum terbatas, saya akan menyikat
mereka." Ito tidak langsung pulang. Ia pergi
menemui Cici. Di rumahnya. Cici agak kaget dengan
kedatangan Ito yang mendadak. Dan pembicaraan
juga berlangsung sangat kaku. "Ci, aku tahu kamu
menganggapku aneh. Mungkin sinting. Tapi kamu,
dan juga Amir, adalah sahabatku yang paling dekat.
Selama ini kita bertiga dikenal sebagai ACI. Yang tak
terpisahkan. Akan tetapi ceritanya akan berakhir
lain." "Soal razia tadi?" "Dan soal razia yang akan
datang. Sebagai sahabat saya memperingatkan ini.
Yang terakhir." "Kak Itok menuduh saya...." Ito
menggelengkan kepalanya cepat sekali. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Aku tak tahu sejauh
ini hubungan kalian seperti apa. Keterlibatan kalian
seperti apa. Aku tak ingin tahu. Telingaku akan
sakit seperti hatiku kalau mendengar pengakuan
kalian. Kini aku merasa lega telah
memperingatkan." "Trims,." Ito kembali ke sepedanya.
"Katakan juga kepada Amir." "Kalau ketemu." Ito
menoleh untuk terakhir kali. Masih dilihat
pandangan mata Cici yang polos. Ah, mata yang
indah itu! Sahabat yang begitu dekat. Kembali
perasaan itu mengganggunya. Tapi sekali ini Ito
begitu mantap akan keputusannya. Di Kantor
Kepolisian, ia membelokkan sepedanya.
Menempatkannya di tempat parkir. Berjalan tegap
menuj u pos penjagaan. 'Boleh saya menghadap Bapak
Komandan?" Kalimat Itu meluncur dengan cepat
sehingga membuat polisi yang sedang bertugas
melihat dengan wajah heran. "Saya ingin memberi
informasi yang penting. Di tempat lain, Tono juga
sedang menceritakan kejadian di sekolah. Joko dan
Rico mendengarkan dengan penuh perhatian. "Jasa
Akar Asap Neraka - Arswendo
Amir dan Cici," kata Tono mengakui. "Tanpa mereka
berdua, rasanya jaringan kita di sekolah sudah
habis!" Joko mengangguk. Puas. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Ini bahan pertimbangan buat
kita. Tadinya saya kurang begitu percaya sama
Amir dan Cici. Mereka berdua sahabat erat Ito. Ito
orangnya sok suci. Dengan melaporkan kepada Pak
Rakhmat, sudah jelas posisinya. Tapi bisa kita
pertimbangkan sebagai sahabat kerja." Joko
memandang Rico, seolah mencari pembenaran. "Saya
kira bisa kita coba," kata Rico. "Kita berdua ini sudah
terlanjur dimata-matai. Jadi gerak kita kurang
bebas. Makanya kita memerlukan kamu, Ton." "Ya." "Dan
kamu bisa membeli sepatu baru." Tono tak bisa
menyembunyikan rasa girang di wajahnya. Malam
nanti ada yang akan mengambil dagangan. Tempat
pertemuan di warung Ayu dekat stasiun. Mungkin
Amir dan Cici bisa kita coba." "Jangan-jangan malah
menimbulkan kecurigaan kalau Cici berada di warung
Ayu," kata Joko. "Tidak ada yang mencurigai Cici,"
kata Rico seakan sudah mengenal Cici dengan baik.
"Karena kita terlibat, kita dengan mudah bisa
mencurigai. Tapi tidak yang lain. Jok, kamu besok
masih harus tampil di sekolah. Supaya tidak
menghilangkan kesan bahwa kamu terlibat." "Aku
senang. Malah bisa bertemu Wati." "Kalau Pak
Rakhmat atau aparat kepolisian melihat kamu di
sana, akan konsentrasi ke sekolah. Dan selama ini
kita operasi terus. Barang kiriman dari Jakarta
akan datang sebentar lagi. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ Jadi nanti malam Amir serta
Cici?" "Sekalian mencoba mereka?" "Baik. Kalau begitu
kontak dengan warung Ayu. Nanti ada dua anak yang
memakai karet gelang di tangan kirinya. Itu yang
dihubungi." Tono ikut mengangguk. Rada lesu. "Bukan
kami tidak mempercayai kamu,Ton. Kamu ada usaha


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain. Kita justru paling banyak memerlukan
penghubung yang baik. Sampaikan kepada Amir,
ke mana ia menyerahkan. Malam ini juga." Tono sudah
membayangkan sepatu baru. Sepatu basket yang bisa
untuk nampang. Sepatu yang kalau dipakai serasa
menginjak kasur busa empuk. Yang membuatnya
gagah. Dan pemberian duit dari Rico agaknya
setingkat lebih tinggi dari Joko cukup untuk itu.
Dengan sepatu baru itu pula Tono menemui Amir.
Sangat kebetulan, sebab Cici sudah ada di sana. Tono
menerangkan segalanya dengan terinci. "Tugasmu
hanya menyerahkan barang itu." "Mana barangnya?"
"Akan kita berikan satu jam sebelum kamu antarkan."
"Kenapa harus berdua, Ton?" "Itu intruksi dari Rico.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Kamu akan menemuinya setelah penyerahan ini " "Di
mana?" "Aku akan memberitahukan nanti." TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kenapa...," suara Cici
tertahan. Lalu diubah. "Kepada siapa saya
menyerahkan juga belum tahu."
Akar Asap Neraka - Arswendo
"Seseorang yang memesan dua kopi di warung itu.
Salah satu cangkir yang ada di situ diberi pisang.
Kamu langsung duduk di dekatnya dan mengambil
pisang. Kalau orang itu bilang boleh, kamu serahkan."
Amir mengangguk. "Sepatu macam ini juga akan kamu
miliki." "Ton," suara Cici seperti gemetar. "Kalau
hanya untuk menyerahkan barang seperti ini, apa
susahnya mereka lakukan sendiri?" Tono mengawasi
sekeliling. Seakan masih belum percaya. "Usaha
pengedaran ganja dan obat-obatan semacam ini
sekarang praktis tak ada kemungkinannya. Semua
menjadi sangat peka. Ingat kejadian di sekolah
kita. Kabar sedikit membuat seluruh isi kelas dan isi
saku digeledah habis. Demikian juga di tempat lain.
Sehingga kita memerlukan perantara yang aman.
Kalian berdua yang terpilih. Sampai nanti,
menjelang keberangkatan kalian, saya akan datang
lagi." Sementara Itu, Ito akhirnya bisa menghadap
Komandan Jaga, dan menceritakan apa yang
diketahuinya. "Satu tempat lain yang sering dipakai
adalah warung Ayu." "Kami sudah mengetahuinya.
Kami sudah pasang orang di sana." "Bapak tak akan
menyangka bahwa anak sekolah seperti saya yang
mengantarkan bingkisan itu. Saya akan TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ menyertai Bapak ke
sana. Menurut perasaan saya, malam ini akan terjadi
transaksi itu." "Dari mana perhitunganmu?" "Dari
sekolah." "Joko yang kamu sebutkan, kita pernah
menanyai. Pernah menahannya. Bahkan salah
seorang temannya, yang namanya Rico nama
panggilan pernah kita tahan. Sengaja kami lepas
kembali karena kami menghendaki menangkap yang
lebih besar lagi. Baik, kalau kamu mau
menunjukkan, lebih baik kita rencanakan sekarang.
Tak perlu pulang." Dalam hati, Ito sedikit takut.
Apakah Bapak Polisi ini termasuk mencurigainya" Ito
membuang pikiran itu jauh- jauh. Bukannya tak ada
kemungkinan ke arah itu. Tapi ia mengesampingkan
semua persoalan. Tekadnya cuma satu: menggulung
komplotan! Lepas magrib rombongan berangkat. Ito
memakai jaket yang tebal yang membungkus
seluruh tubuhnya. Mereka menunggu agak lama.
Menunggu dalam sebuah beca yang sengaja
Akar Asap Neraka - Arswendo
dipakai untuk keperluan operasi. Jam tujuh lewat.
Kegiatan di warung Ayu masih seperti biasanya. Ada
yang keluar, ada yang masuk. Lampu masih
bersinar terang. Mendadak Ito berkeringat. Dari arah
pasar, muncul dua bayangan yang sangat
dikenalnya Amir dan Cici. Astaga! Inilah perang
batin yang paling menakutkan. Ito berharap
mudah-mudahan bukan Amir dan Cici. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Kalaupun benar mereka
Amir dan Cici, mudah-mudahan tidak menuju warung
Ayu. Tapi Amir dan Cici masuk ke warung Ayu. "Itu?"
Polisi yang bertugas lebih mengetahui apa yang
ada dalam perasaan Ito. Bisa membaca kegelisahan Ito.
"Kamu diam di sini." Dua orang polisi yang
berpakaian preman masuk ke dalam. Mereka
menyamar sebagai pengamen. Dengan begitu bisa
mengetahui apa yang terjadi di dalam warung tanpa
dicurigai. Dengan gitar yang telah disediakan. Seorang
lagi juga berjaga di depan. Pasti juga ada di belakang,
sehingga kalau ada yang berusaha lari mendadak,
masih bisa disergap. Mereka tinggal menunggu dengan
siapa Amir dan Cici berhubungan. Dan menangkap
basah. Amir dan Cici masuk. Mengamati keliling.
Nampak seorang duduk dengan santai, memesan dua
kopi secara mendadak, dan mengambil pisang.
Amir berpandangan dengan Cici. Amir mengangguk. Cici
berniat balik. Amir mendekati orang itu. Duduk di
sebelahnya, seolah memperlihatkan tangan yang
memakai karet gelang. Ketika satu tangan
memegang pisang, ketika itulah terdengar teriakan.
Dalam waktu kurang dan satu menit, Amir telah
ditangkap. Digeledah seluruh tubuhnya. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Juga Cici, yang
karena kaget menampar polisi yang berpakaian
preman. Juga orang yang memesan kopi. "Apa-apaan
ini?" Cici berubah merah wajahnya. Amir malah
tertawa kegelian. "Di sekolah ada latihan perang.
Di sini juga ada." Warung itu telah dikepung. Satu
regu datang dan turut memeriksa. Tapi tak ada
barang yang dicurigai. "Boleh tanya, pak," kata Amir.
"Ada penyelundupan emas dan intan ya?" Petugas yang
menggeledah Amir masih menunjukkan sikap yang
sabar. "Maaf atas kelancangan kami. Kami hanya
menjalankan tugas. Sekali lagi maaf." Lalu semuanya
berlalu. Dengan sama cepatnya. Cici masih muram
wajahnya. Amir memandangi lelaki di sebelahnya.
Mata nya berkedip. Lalu berjalan pergi, bersama Cici.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Lelaki itu menepuk pundak Amir. "Lain kali saja,"
Akar Asap Neraka - Arswendo
katanya antara terdengar dan tidak. TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ Berita penggerebekan
warung Ayu menjalar lebih cepat dari kapas
terbakar. Dengan cepat meluas. Pada Ito, ini
merupakan kekalahan total. Ia nampak bingung. Tak
bisa berkata apa-apa. "Hukum saya kalau dianggap
salah." Hanya itu yang dikatakannya. Selebihnya
tak ada. Tidak lebih dan dua puluh empat jam, Ito
merasa melakukan sesuatu yang hina. Di sekolah
ia begitu yakin, tapi tak ada bukti. Diwarung Ayu
semua berjalan seperti yang diiencanakan, tetapi
ternyata tak ada bukti. Penggeledahan oleh polisi dan
oleh guru jelas berbeda dalam soal ketelitian,
pikir Ito. Itu bukan berarti Amir dan Cici bisa
menyembunyikan dengan aman, melainkan memang
mereka tak membawa! Ito merasa kalah. Tandas. Joko
dan Rico tadinya juga merasa begitu. Mereka
mengawasi dari kejauhan, dan sudah lebih dulu
menyelamatkan diri ketika terjadi keributan. Bahkan
sampai tengah malam, keluarganya mengatakan Joko
tak ada di rumah sewaktu Tono datang. "Bilang saya
Tono, dan sendirian," kata Tono meyakinkan.
Barulah ia dibiarkan masuk, menemui Joko di
kamarnya. "Aman " "Aman?" "Amir dan Cici lebih hebat
dari yang kita duga." "Kenapa?" TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Kenapa" Amir sengaja
menyembunyikan dagangan. Ia datang untuk
memastikan. Jika ketemu orangnya, Cici akan
mengambilkan. Nah, ketika Cici akan mengambil
itu, terjadi razia. Jadinya mereka aman. Joko
tersenyum. Tapi senyum itu hilang mendadak.
"Kalau kamu berdusta, kamu bisa saya bunuh." "Saya
tak akan menjebak kamu, Jok, pun andai saya
ditangkap." Malam itu juga Joko menghubungi Rico
di tempat persembunyiannya. Seperti Tono, Joko pun
diterima ragu sebelum akhirnya dipertemukan dengan
Rico. "Boleh juga kedua anak Itu." "Saya yang memilih,"
kata Tono. "Ya, kamu yang memilih mereka. Kalau
bukan karena jasa itu, kamu sudah lama tak kupakai."
"Apa rencana kita selanjutnya Ric?" "Tunggu kontak
dengan mereka. Jaga diri baik-baik. Mereka berpisah.
Dan sejak malam itu, Amir serta Cici sudah dianggap
tenaga pemasaran dan pengiriman yang dapat
diandalkan. Rico bahkan memutuskan bahwa Amir dan
Cici bisa ditugaskan untuk menerima barang kiriman
dari Jakarta. Kalau perlu malah bisa ditugaskan ke
tempat lain. Ini satu-satunya jalan. Sebab dirinya
sendiri praktis selalu dalam pengawasan. Demikian
pula-Joko. Tono tak bisa diandalkan karena tak
memiliki kegesitan. Dan memang esoknya Amir
Akar Asap Neraka - Arswendo
bersama Cici bisa menyampaikan bungkusan dengan
selamat kepada lelaki TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ yang dimaksud. Tak terlalu sulit
bagi Amir karena ia telah mengenalnya. Mereka
bertemu di stasiun, seakan mau naik kereta ke
Sukabumi. Setelah memberikan barangnya, Amir
meloncat turun, bersama Cici. Lelaki itu juga turun,
entah di mana. Yang paling berubah adalah Tono.
Penampilan-nya di sekolah seolah jenderal yang
baru memenangkan pertempuran secara gemilang.
Senyuman dan cara mengangkat alis seakan semua
tahu bahwaTono menjadi pentraktir paling royal. Pak
Jumingun sendiri memuji sebagai penglaris yang
belum ada saingannya, sejak ia mendirikan warung.
Sepatu baru Tono lebih banyak mengundang
komentar Hengki yang memang usil. "Ton, kamu
pakai sepatu, seperti orang menginjak kelinci. Sepatu
jalan ke mana... , kamunya jalan ke mana." "Heng,
bagi orang kaya segala apa juga pantas. Pakai sepatu
mahal pun pantas." Cara bicara Tono pun disertai
dengan gerakan tangan yang memakai jam tangan besar
milik ayah atau pamannya. Jangan meledek, Heng,"
kata Wati. "Begitu-begitu Tono bakal jadi panjang
sebelah. Lihat saja tangannya keberatan jam. Kalau
yang lainnya tertawa, Tono merasa ter-sudut.
Kalau Hengki yang memperolok, Tono masih bisa
mengangkat muka. Tapi kalau Wati sudah ikutan, Tono
merasa selalu kalah. Namun tidak kali ini. Kali
ini Tono justru melihat peluang untuk meledek Wati.
Ia memiliki senjata andalan, yaitu Joko! TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Wati, kalau kamu
sentimen, saya tidak mau dititipi salam." Wati
berubah senyumnya merekah. "Boleh juga. Salam
balik." "Baik, nanti kalau ke kebun binatang salam
kamu saya sampaikan." "Ke kebun binatang" Memangnya
Joko...," Wati merasa keceplosan ngomong.
Harusnya ia tak perlu mengucapkan nama Joko. Dan
inilah umpan yang dijotos oleh Tono. 'Siapa bilang
kamu dapat salam dari Joko" Saya dititipi salam dari
Siamang." "Siwalan," kata Wati cepat. "Saya bilang
siamang. Bukan siwalan." Giliran Wati yang jadi
bahan tertawaan. Siwalan memang ucapan khas Wati
kalau jengkel. Ia mengubah kata sialan yang kasar
dan terlalu umum menjadi siwalan. Tapi oleh Tono ini
diartikan Wati tak mendengar kata Siamang.
Akar Asap Neraka - Arswendo
Jago juga Tono kali ini. Wati merasa sakit hati karena
Hengki yang selama ini membelanya, juga ikut-ikutan
menertawakan. "Heng!" "Apa salah saya" Tertawa saja
Akar Asap Neraka - Arswendo
kok dilarang." "Kita kan c.s!" "C.s. kalau makan bakso
saja, Wat." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siwalan." "Lebihgawat. Bakso pun dikira siwalan."
Ledakan tawa makin bergema. Tono yang menjadi
pusat perhatian merasa terlambungkan. Dadanya
membusung. Di satu tempat yang tak terlalu jauh
dari keramaian yang semarak, Ito sendirian. Ia
mendengar tawa itu sebagai ejekan pada dirinya.
Ia mendengar sebagai menertawakan dirinya. Ito
merasa sangat sepi. Ia sendirian. Lebih
menyakitkan lagi, karena kini tak ada lagi orang
yang mempercayai omongannya. Tidak Pak Rakhmat,
tidak juga Komandan Polisi. Tidak juga Amir dan
Cici yang telah diperingatkan! Inilah yang membuat Ito
merasa sakit yang paling menyakitkan. Pedih, perih.
Menyayat. Apa yang dilihat Ito lebih dari memedihkan
matanya. Amir, Cici, dan Tono mentraktir kawan-kawan
di kantin. Dan pulangnya pun bersamaan. Bahkan
Amir dan Cici sama sekali tak menoleh ke arahnya!
"Malam nanti aku jemput," kata Tono. "Jangan terlalu
malam," kata Cici. "Kita adakan pertemuan dengan
boss dari Jakarta " "Asal makan lagi," kata Amir.
"Bukan cuma makan. Kalian bakal dapat bagian." Malam
hari Tono menjemput bersama dengan Rico dan
Joko. Mereka membawa kendaraan. Jadi Amir dan
Cici tak perlu naik sepeda. Baik Cici maupun
Amir TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengatakan kepada orang tua mereka bahwa ada
urusan di sekolah. Amir dan Cici nampak berkeringat
telapak tangannya. Tenang saja," kata Joko. "Nanti
ada boss dari Jakarta. Ia akan memberi keterangan
mengenai operasi ini." "Aman?" Suara Cici
mengandung nada kuatir yang sempurna. "Selalu
aman," kata Rico. Rombongan menuju ke salah satu


Akar Asap Neraka Karya Arswendo Atmowiloto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bengkel. Menyimpan kendaraan di situ, lalu
berpencar, naik beca berdua-dua. Cici dengan Tono,
Amir dengan Joko, Rico sendirian. Kata-kata Rico
memang cukup beralasan. Mereka dalam keadaan
aman. Itulah yang ada dalam pikiran Tono. Karena
dengan beca mereka menuju ke Suatu tempat yang
tak pernah diduga. Sebuah rumah yang cukup bagus
di luar kompleks perumahan. Tak terlalu menyolok,
justru karena bagian depan rumah itu
dipergunakan sebagai warung serba ada yang
cukup terkenal. Mereka melewati tempat samping,
menyelinap ke bagian belakang. Masuk ke dalam
kamar yang mirip gudang. Boss yang dikatakan dari
Jakarta itu muncul setelah semua ada di dalam. Amir
dan Cici paling tegang. Sebenarnya Tono juga. Ia ingin
pipis tapi tak diizinkan. "Ada barang yang harus
Akar Asap Neraka - Arswendo
diserahkan dalam minggu ini. Kita bekerja
sendiri-sendiri. Amir ada tiga alamat, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ mengatur
penyerahan dengan kode yang ada di situ. Juga
Cici tiga alamat. Tono dua alamat. Kalian semua
sudah terikat dengan kami. Kami selalu mengawasi
gerak-gerik kalian." Tak ada yang menyela pembicaraan
boss dari Jakarta. Juga tidak setelah boss itu
diam. Masing-masing menerima bagiannya. Dalam tas
anak sekolah . Lengkap dengan stiker sekolah. "Upah
akan diberikan, tapi tidak seketika. Agar kalian tidak
menyolok dengan sepatu yang dipamerkan model
Tono." Tono menunduk. "Ada pertanyaan?" Tak ada yang
berbisik. "Kalau begitu kita bubaran. Ingat, dalam tas
itu sudah ada alamat dan cara menghubunginya. Kalau
selesai kita bubaran. Tono akan menghubungi di mana
kita bertemu lagi. Selesai." Boss dari Jakarta
membuka pintu. Melangkah keluar. Disusul
temannya. Rico baru melangkah keluar ketika
terdengar teriakan keras agar mereka mengangkat
tangan. Boss dari Jakarta melemparkan tas dan berlari
ke arah lain. Tapi ia tersungkur begitu salah seorang
polisi menjegal kakinya. Rico langsung ditelikung.
Joko mendapat tamparan di pipi ketika berusaha
menelusup. Cici masih berada dalam ruangan. Amir
yang bisa menyelamatkan diri. Sewaktu semua
keribuatan terjadi, ia meloloskan diri dari
samping. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memanjat dinding dan meloncat ke balik. Tapi
beberapa orang sudah menunggunya. "Angkat tangan!"
"Saya Amir " Amir diringkus. Tak ada yang lolos. Dua
boss dari Jakarta, Rico, Joko, Tono, Amir, Cici,
dinaikkan ke dalam mobil bak terbuka. Dikawal dari
ujung bangku ke ujung yang lain. Mobil berjalan
dengan sirene tinggi melengking. Malam Itu juga
mereka diperiksa satu demi satu. Pemeriksaan yang
ketat. Cici menangis terus. Makin keras tangisnya
ketika tengah malam Bu Ratna yang pucat dan
gemetar merangkulnya. Amir hanya bisa menggigit
bibirnya sampai dalam. Joko, Rico, dan dua boss
dari Jakarta membuang muka. Mata Tono
berkaca-kaca. Akar Asap Neraka - Arswendo
Malam itu hanya Cici yang diizinkan pulang dari Kantor
Polisi. Pak Ali, ayah Amir, datang juga. Menampar
Amir keras. Semalam penuh tak ada yang bisa tidur.
~dewi-kz~ 4. Amir dan Cici Tertangkap Mendung tebal
di sekolah. Jalan Ki Hajar Dewantara seolah gelap.
Sesekali terlihat kilat. TIRAIKASIH WEBSITE
Akar Asap Neraka - Arswendo
http://kangzusi.com/ Tapi hujan tak juga turun.
Siang hari begini, sebenarnya menyenangkan.
Sebab siswa-siswi yang pulang tak kepanasan dan tak
basah oleh hujan. Mendung itu terasa di seluruh
sekolah. Dua hari lalu berita penggerebekan polisi
melibatkan beberapa anak sekolah menengah
pertama satu, Kota Kita. Nama Tono, Amir, dan
Cici disebut-sebut. Ini merupakan pukulan yang
memalukan. Bahkan Utami ikut-ikutan menangis
mendengar berita Cici sempat ditahan. Utami paling
tidak peduli, akan tetapi sekali ini tergetar juga
hatinya. Wati yang biasanya paling keras menteror
dan meledek habis, kini pun terdiam. Sifat bawelnya
ternyata tahu situasi. Yang cerewet menjadi
pendiam. Yang pendiam menjadi pena-ngis. Yang
biasa menangis... tidak ada. Hanya Hengki yang masih
berkomentar: "Kasihan Amir sama Cici. Mereka
belum sempat mengenakan sepatu baru sudah
ditahan." Ledekan Hengki tak mendapat jawaban.
"Sebenarnya tak ditahan. Daripada di rumah
sendiri kan kebocoran. Ia, Ci?" Ledekan ini juga tak
mendapat reaksi. "Dan dapat rangsum." Malah tak ada
yang mendengarkan. Hengki jadi merasa kesal.
Kali ini betapapun ia membuat lelucon, tetap saja
tak ada yang mencoba tertawa. Mereka lebih tertarik
dengan bisik-bisik. Bahkan Amir dan Cici diharuskan
melapor ke Kantor Polisi, seperti juga Tono.
Sedangkan Joko, Rico, dan dua teman dari Jakarta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemungkinan besar akan diajukan ke pengadilan.
Oleh teman-teman sendiri Amir, Cici, dan Tono
dianggap hanya sekadar ikut-ikutan. Sekadar
dilibatkan. Namun memang untuk sementara tak
ada yang mendekati Amir dan Cici. Baik di kelas,
maupun waktu istirahat. Apalagi waktu pulang. Mereka
melihat Amir dan Cici berjalan bersama. Mereka
berdua ke Kantor Polisi jalan kaki. Seperti siang ini.
Mereka berjalan berdua, lusuh oleh keringat,
dengan wajah kuyu. Barangkali karena udara
sangat gerah. Barangkali juga karena lapar. Tono
lebih suka pulang lebih dulu untuk makan. Amir dan
Cici berjalan bersama. Mereka mengambil jalan
pintas, lewat jalan kecil. Di ujung belokan,
seseorang telah menanti. Seseorang itu adalah Ito,
yang segera turun dari sepedanya. "Hai..." "Hai..."
jawab Amir dan Cici bersamaan. Keduanya berhadapan
dengan Ito. "Sori, Mir. Sori juga, Ci. Saya sudah
berusaha memberitahukanmu." Amir tersenyum. "Tak
apa, Tok." "Saya tetap kurang enak." "Kamu terlalu
baik. Di saat semua teman menjauh, kamu masih
Akar Asap Neraka - Arswendo
mau berteman dengan kami berdua." TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Kita selalu bersama.
Selalu. Itulah persahabatan." Ito berjalan sambil
menuntun sepedanya. "Joko bukan pelaut. Ia
kaki-tangan Rico. Dan Rico kaki-tangan orang lain
lagi. Jalurnya begitu ruwet. Saya dengar semua yang
tercantum dalam alamat yang kalian bawa berhasil
digulung polisi. Tangkapan yang hebat. Kebenaran
selalu menang." "Ya," kata Cici. "Saya sendiri kalah.
Saya memberi informasi di sekolah, gagal total. Di
warung Ayu kalian berdua ikut diperiksa, gagal pula.
Tapi siapa menyangka mereka bisa menggulung dengan
mudah" Saya tak menyangka. Siapa yang memberi
informasi ini?" Cici memandang Ito. "Saya." Ito
berhenti. Ketiganya jadi berhenti. Mendung seperti
terusir sebagian. "Kamu, Ci?" "Saya yang melaporkan.
Atas persetujuan Amir." "Ito membelalak. Pegangan
sepedanya terlepas. Jatuh ke tanah. Bibirnya gemetar.
Telunjuknya menuding. "Jadi... , jadi, selama ini
kalian berdua menjadi informan" Tuhan, kenapa
kalian berdua tega mempermainkanku" Kalian begitu
tega. Kalian membuat aku sungsang-sumbel." "Tok."
Suara Amir perlahan sekali, Ito mengibaskan
rangkulan Amir. TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ "Tak perlu. Kita sudah berjanji
untuk selalu bersama, nyatanya kalian tidak
mempercayaiku! Tidak ada gunanya persahabatan ini."
"Rencana ini justru berhasil kerena Kak Itok," kata
Cici merendah. Itu menggelengkan kepalanya. "Kalian
mau memujiku seperti anak kecil, ya?" "Cici benar,
Tok. Kalau tidak karena kamu, Joko dan Rico serta
boss mereka tak akan mempercayaiku. Kami berdua
mencari waktu yang tepat untuk menceritakan
semua kepadamu. Kami berdua salut kepadamu,
Tok. Kamu hebat. Tetapi kita tak bisa menangkap Tono
atau Joko saja. Mereka hanyalah pengedar kecil.
Jadi kita berusaha mencari akar asap neraka. Akar
permasalahannya. Tono bisa kita tangkap, tapi Tono
lain yang terpikat sepatu baru akan muncul.
Akar Asap Neraka - Arswendo
"Itulah sebabnya kami berpura-pura bergabung.
Tanpa itu tak mungkin." Suara Cici merendah.
"Kami berdua membuat susah Kak Itok." "Saya juga
membuat susah Ayah. Ayah sampai tega
menamparku." Suara Amir mendadak sedih.
"Untunglah Itu terjadi di depan Rico, Joko dan
boss. Sehingga mereka tak menyangka kami yang
berkhianat. Cici membuat ibunya susah. Kami sudah
melaporkan ke polisi agar terus mengikuti kami,
Akar Asap Neraka - Arswendo
malam itu. Karena berhasil, lumayan juga
pengorbanan ini." Ito menggeleng. "Teman-teman
menyangka kamu terlibat." "Tak apa. Asal bukan kamu,
Tok." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ Ito
seperti tersadar. Dirangkulnya Amir kencang sekali.
Disalaminya Cici. "Kalau Pak Rakhmat mengetahui hal
ini " "Pak Rakhmat mengetahui saat terakhir. Bapak
Komandan Polisi yang kamu lapori yang memberi
tahu bahwa kita berdua ini memang menyusup
sepengetahuan Pak Komandan. Saya kira Bu Rum
juga tahu sekarang. Memang mengejutkan. Tapi apa
boleh buat." "Pak Ali juga baru tahu belakangan.
Juga Ibu." Cici menghela napas. "Kami berdua
merasa berdosa mempermainkan orang tua. Kak
Itok bisa memahami perasaan kami kalau kami tidak
memberitahukan kepada Kak Itok?" Itok mengangguk.
"Lalu kenapa kalian masih ke kantor polisi untuk
melapor?" "Ya... , sekadar mengelabui saja. Supaya
Tono tidak terlalu curiga. Ia sendiri sudah insaf.
Semalam dalam tahanan..., huh, mengerikan sekali.
Kita pergi sama-sama Tok?" "Tidak. Nanti merusak
strategi kalian." Ito mendirikan sepedanya. "Ci, kenapa
kamu lebih percaya kepada Amir daripada aku?"
"Karena Kak Itok terlalu baik kepada sahabat.
Saya kuatir nanti Kak Itok juga menceritakan
rencana kita menjebak kepada Joko." TIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/ "Itu kelemahanku.
Terlalu menjunjung tinggi persahabatan." "Walau
akhirnya Kak Itok menunjukkan sikap tegas dan
terpuji." "Sejak lama Joko bukan lagi temanku." "Kalau
kami, masih teman atau bukan?" Ito tersenyum.
Sepeda itu jatuh lagi ketika Ito merangkul Amir,
dan menggenggam tangan Cici erat sekali. Mendung
sudah terusir. Kilat sudah menyingkir. Tiga bayangan
siswa sekolah, masih dengan se- ragamnya,
nampak berjalan bersama, di antara alam yang
indah. Alam yang tak dikotori asap neraka. Alam
remaja. ~dewi-kz~ Ancaman Iblis Betina 1 Kupu Kupu Salju Karya Felice Cahyadi Kaki Tiga Menjangan 11

Cari Blog Ini