Ceritasilat Novel Online

Konspirasi Hari Kiamat 3

Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon Bagian 3


Setiap telepon itu membuat rasa kesepiannya semakin tak tertanggungkan.
Susan meneleponnya semalam sebelum pesta pernikahannya.
"Robert, aku ingin kau tahu aku akan menikah besok pagi."
Rasanya sulit baginya untuk bernapas. Napasnya
tersengal. "Susan?"
"Aku mencintai Monte," kata Susan, "tapi aku juga mencintaimu. Aku akan mencintaimu sampai
aku mati. Jangan kau pernah lupa itu." Bagaimana ia akan menanggapinya" "Robert, kau tidak apa-apa?" Tentu. Aku baik-baik saja. Kecuali bahwa aku
merasa seperti orang yang dikebiri. "Robert?"
Ia tidak tega membuat Susan sedih dengan masalahnya itu. "Aku tidak apa-apa. Aku cuma mau minta tolong sedikit, baby?"
"Apa saja yang aku bisa."
"Jangan" jangan biarkan dia membawamu berbulan madu ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi."
Robert menutup teleponnya dan pergi keluar untuk mabuk lagi.
Itu setahun yang lalu. Itu adalah masa lalu. Ia dipaksa untuk mengakui kenyataan bahwa Susan sekarang sudah menjadi milik orang lain. Ia harus hidup di masa kini. Ia mempunyai tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Saatnya sudah tiba ia
harus berbincang-bincang dengan Leslie \foth shed, fotografer yang mempunyai foto-foto nama-nama para saksi mata yang harus dil ^ oleh Robert dalam misinya yang dijadwalkan ^ gai yang terakhir baginya. ^"
Bab Delapan Belas Leslie mothershed sedang dalam kedaan mabuk kepayang karena kegirangan. Begitu tiba di London, sambil menggenggam filmnya yang berharga itu, ia langsung menuju gudang makanan yang telah diubahnya menjadi kamar gelap, memeriksa apakah semua yang diperlukannya sudah ada di situ: bak pencuci film, termometer, jepitan jemuran dengan per, empat gelas silinder besar, timer, cairan pencuci, cairan setelah proses cuci, dan perekat. Ia mematikan lampu dan menyalakan sebuah lampu merah di atas kepala. Tangannya gemetar ketika ia membuka rol kamera dan mengeluarkan film itu. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Tak ada yang boleh salah kali inh pikirnya. Tak ada. Ini buatmu, Ibu.
Dengan hati-hati ia menggulung film ke gelendong-gelendong. Ia meletakkan geleudong-gelen-dong itu ke dalam bak dan mengisinya dengan cairan pencuci, yaitu cairan yang pertama dipakainya. Temperaturnya harus konstan 68?Fdan isi bak itu harus diguncang-guncang secara berkata.
Setelah sebelas menit, ia mengosongkan isinya dan
menuangkan cairan perekat ke atas gelcndong-gelendong itu.
Ia merasa tegang lagi, takut kalau berbuat kesalahan. Ia membuang cairan perekat itu untuk pencucian pertama dan kemudian membiarkan film itu di dalam bak yang diisi penuh dengan air selama sepuluh menit Ini diikuti dengan guncangan secara tetap selama dua menit dengan menggunakan cairan hypocleansing untuk kemudian dibiarkan lagi selama dua belas menit di dalam air. Tiga puluh detik dicuci dengan cairan photo-flo memastikan bahwa negatifnya tidak akan tergurat atau cacat Akhirnya, dengan sangat, sangat hati-hati, ia mengeluarkan film itu, menggantungnya dengan jepitan jemuran, dan menggunakan penyeka berbentuk T untuk membersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada film itu. Ia menunggu keringnya negatif-negatif itu dengan tidak sabar.
Nah, kini waktunya untuk memeriksanya. Dengan menahan napas, dan dengan jantung berdebar-debar, Mothershed memungut rangkaian negatif yang pertama dan mengacungkannya dekat ke lampu. Sempurna. Benar-benar sempurna!
Setiap foto merupakan permata, gambar yang membuat semua fotografer di dunia merasa bangga seandainya mereka yang memotretnya. Setiap detail pesawat ruang angkasa yang aneh itu nampak jelas, termasuk jasad-jasad kedua makhluk asing yang terbaring di dalamnya.
Dua hal yang sebelumnya tidak dilihatnya kini
menarik perhatian Mothershed, dan ia mencoba melihat lebih dekat. Di bagian yang retak dari pesawat itu ia dapat melihat tiga sofa kecil di dalam pesawat?padahal makhluk asingnya hanya dua. Hal ganjil lainnya adalah bahwa salah satu tangan makhluk asing itu terpotong. Di semua foto tangan itu tidak nampak. Mungkin makhluk itu memang hanya punya satu tangan, pikir Mothershed. Afy God, foto-foto ini adalah masterpiece/ Ibu ternyata benar. Aku seorang jenius. Ia melihat ke sekeliling ruang kecil itu dan berpikir, Setelah ini aku akan mencuci film di sebuah kamar gelap yang besar dan mewah di rumahku yang megah di Eaton Square.
Ia berdiri di situ memain-mainkan harta karunnya seperti seorang kikir memain-mainkan emasnya. Tidak ada majalah atau surat kabar yang tidak akan memohon-mohon untuk mendapatkan foto-foto ini. Di tahun-tahun yang lewat bajingan-bajingan itu telah menolak foto-fotonya dilampiri surat-surat mereka yang menghina. "Terima kasih untuk upaya Anda mengirimkan foto-foto yang kami kembalikah bersama ini. Foto-foto ini tidak sesuai dengan kebutuhan kami pada saat ini." Dan; "Terima kasih untuk kiriman Anda. Foto-foto ini terlalu mirip dengan foto-foto yang pernah kami muat sebelumnya." Atau hanya: "Kami kembalikan foto-foto yang Anda kirimkan kepada kami." -^m Selama bertahun-tahun ia mengerais-emis kepada bajingan-bajingan itu supaya diberi pekerjaan, dan sekarang merekalah yang akan merangkak di
depannya, dan ia akan membuat mereka menebus kesalahan mereka.
Ia sudah tidak sabar lagi. Ia harus memulainya dengan segera. Karena British Telecom sialan telah memutuskan aliran teleponnya?hanya karena ia terlambat beberapa minggu membayar iuran kuartalannya?, Mothershed harus pergi keluar untuk mencari telepon. Tiba-tiba saja ia memutuskan untuk pergi ke Restoran Langan"s, tempat nongkrong orang-orang terkenal, dan memesan hidangan makan siang yang mahal. Langan"s sebenarnya jauh di luar kemampuannya, tapi kalau memang ada yang perlu dirayakan, maka inilah saatnya. Bukankah ia sudah berada di ambang pintu kekayaan dan kemasyhuran"
Seorang pelayan berkelas mengantarkan Mothershed mengambil meja di sudut restoran itu, dan di sana, di sebuah meja tak lebih dari sepuluh kaki jauhnya, ia melihat dua wajah yang cukup dikenalnya. Tiba-tiba ia sadar mereka itu siapa, dan debaran jantungnya terasa menguat Michael Caine dan Roger Moore, dalam bentuk nyata! Kalau saja ibunya masih hidup supaya bisa diceritakannya hal ini kepadanya" Ibunya suka sekali membaca tentang bintang-bintang film. Kedua laki-laki itu sedang tertawa-tawa dan nampak senang, seakan di dunia ini tak ada yang perlu dirisaukan, dan Mothershed tak bisa menahan diri untuk tidak menatap ke arah mereka. Pandangan mereka melewatinya dengan tak acuh. Orang-orang sombong
pikir Leslie Mothershed dengan marah. Kurasa mereka mengira aku akan menghampiri mereka untuk minta tanda tangan. Well, beberapa hari lagi merekalah yang akan minta tanda tanganku. Mereka akan kerepotan memperkenalkan aku kepada teman-teman mereka. "Leslie, kuperkenalkan Charles dan Di, dan ini adalah Fergie dan Andrew. Leslie?kalian tahu?adalah orang yang membuat foto-foto UFO yang terkenal itu."
Setelah Mothershed selesai dengan makan siangnya, ia berjalan melewati kedua bintang itu dan naik ke lantai atas ke tempat telepon. Kepala Bagian Informasi memberikan kepadanya nomor telepon harian Sun. "Saya ingin berbicara dengan editor foto." Suara seorang pria terdengar di saluran. "Chap-kman."
"Akan Anda nilai berapa jika saya berikan kepada Anda foto-foto UFO dengan dua makhluk asing di dalamnya?"
Suara di ujung sana saluran itu menyahut, "Kalau gambar-gambarnya cukup bagus, kami barangkali bisa memuatnya sebagai contoh tipuan yang pintar, dan?"
Mothershed berkata dengan kesal, "Tapi ini bukan tipuan. Saya mempunyai nama saksi-saksi mata yang cukup punya kedudukan yang mau bersaksi bahwa ini benar, termasuk seorang pastor."
Nada suara orang itu berubah. "Oh" Dan dj:/ mana foto-foto itu diambil?"
ketus. Dia tidak akan membiarkan orang itu menjebaknya untuk memperoleh informasi. "Anda tertarik atau tidak?"
Suara itu berkata dengan hati-hati, "Kalau Anda bisa membuktikan bahwa foto-foto itu autentik, ya> kami akan sangat tertarik."
Jelas kau akan tertarik, pikir Mothershed dengan girang. "Saya akan menghubungi Anda lagi." Ia menutup telepon itu.
Dua telepon lainnya-juga sama memuaskannya. Mothershed harus mengakui bahwa mencatat nama-nama dan alamat para saksi mata itu adalah suatu tindakan jenius. Tidak ada alasan sekarang bagi orang untuk menuduhnya mencoba melakukan penipuan. Foto-foto ini akan muncul di halaman depan semua koran dan majalah yang terkemuka di dunia. Dengan namaku tercantum: Foto-foto oleh Leslie Mothershed
Ketika Mothershed meninggalkan restoran itu, ia tak dapat menahan diri untuk tidak berjalan melewati meja tempat kedua bintang itu duduk. "Maafkan saya mengganggu, bolehkah saya minta tanda tangan Anda?"
Roger Moore dan Michael Caine tersenyum kepadanya dengan ramah. Mereka menorehkan nama-nama mereka di secarik kertas dan memberikannya Kepada si fotografer. "Terima kasih."
memtk"tand! ^ Mother^ tiba di luar, ia ^ya ?"k t3ngafl Uu *"ga? gemas dan fflem"
Haram jadah! pikirnya. Aku lebih penting daripada mereka.
Bab Sembilan Belas Robert naik taksi ke Whitechapel. Mereka meluncur melewati City, pusat bisnis London, menuju ke arah timur sampai mereka tiba di Whitechapel Road, sebuah kawasan yang mendapat nama buruk seabad lalu gara-gara Jack the Ripper. Di sepanjang Whitechapel Road terdapat puluhan kios yang menjual apa saja mulai dari pakaian sampai sayur-mayur segar dan permadani.
Pada waktu taksi itu semakin dekat dengan alamat Mothershed, lingkungan di situ nampak semakin kumuh. Lukisan-lukisan graffiti dicoretkan di mana-mana di bangunan-bangunan batu coklat yang tak terawat. Mereka melewati Weaver"s Arms Pub. Mungkin Mothershed sering minum di situ, pikir Robert Ada lagi satu tempat dengan papan merek: Walter Bookmaker". Mothershed mungkin membeli kupon taruhan pacuan kuda di sini.
Akhirnya mereka tiba di Grove Road 213A. Robert membayar taksinya dan mengamati bangunan yang ada di depannya. Bangunan itu bertingkat dua dan nampak buruk, yang terbagi menjadi flat-flat kecil. Di dalamnya tinggal orang yang mempunyai daftar lengkap para saksi mata yang
dilacak Robert. Leslie Mothershed sedang berada di ruang duduk melamun tentang rezekinya yang nomplok itu ketika tiba-tiba bel pintu berdering. Ia mendongakkan kepalanya, kaget, dan entah mengapa tiba-tiba merasa takut. Bel berdering lagi. Mothershed meraup foto-fotonya yang berharga itu dan bergegas masuk ke kamar gelapnya. Ia menyelipkan foto-fotonya itu ke dalam tumpukan foto-foto lama, kemudian berjalan balik ke ruang duduknya dan membuka pintu depan. Ia menatap pria tak dikenal yang berdiri di situ.
"Ya?" "Leslie Mothershed?"
"Benar. Apa yang bisa saya bantu?"
"Boleh saya masuk?"
"Saya tidak tahu. Sebenarnya ini ada apa?"
Robert mengeluarkan, kartu identitas Kementerian Pertahanan dan menunjukkannya. "Saya da
tang untuk urusan resmi, Mr. Mothershed. Kita bisa bicara di sini atau di Kementerian." Itu hanya gertakan. Tapi Robert bisa melihat wajah fotografer itu langsung ketakutan.
Leslie Mothershed menelan ludahnya. "Saya ii-dak mengerti apa yang Anda bicarakan, tap" silakan masuk."
Robert masuk ke ruangan yang muram "tu.
Ruang itu nampak kuno, kumuh, dan usang?tempat yang ditinggali orang hanya karena terpaksa.
"Mohon jelaskan maksud kedatangan Anda ke sini?"
Mothershed membuat suaranya, terdengar jengkel tapi tak bersalah.
"Saya berada di sini untuk menanyai Anda tentang foto-foto yang Anda ambil belum lama ini."
Ia tahu itu! Ia sudah tahu sejak ia mendengar belnya berdering tadi. Bajingan-bajingan itu akan mencoba merampas rezeki ini dari tanganku. Well, aku tidak akan membiarkan mereka melakukannya. "Foto-foto apa yang Anda maksud?"
Robert berkata dengan sabar, "Foto-foto yang Anda ambil di tempat kejadian jatuhnya UFO itu/
Mothershed menatap Robert sesaat, seolah-olah ia kaget, dan kemudian memaksakan untuk tertawa. "Oh, ito! Kalau saja itu ada pada saya sekarang"
"Bukankah Anda memang telah memotretnya?" "Saya mencoba."
"Apa maksud Anda" mencoba?"
"Foto-foto sialan itu tidak jadi." Mothershed terbatuk dengan gugup. "Kamera saya macet. Ini yang kedua kali terjadi pada saya." Bicaranya kurang jelas sekarang. "Bahkan negatifnya saya buang. Tidak jadi semuanya. Hanya membuang-buang film saja. Dan Anda tahu bagaimana mahalnya film sekarang"
Ia seorang pendusta yang kurang mahir, pikir Robert Ia mulai panik. Dengan simpatik Robert
berkata, "Sayang sekali. Foto-foto itu seharusnya bisa sangat membantu." Ia tidak mengatakan apa-apa tentang daftar penumpang. Kalau Mothershed berbohong mengenai foto-foto itu, ia juga akan berbohong mengenai daftar itu. Robert memandang ke sekelilingnya. Foto-foto dan daftar itu pasti disembunyikan di suatu tempat di sini. Tidak akan terlalu sulit untuk menemukannya. Flat itu terdiri atas ruang duduk kecil, kamar tidur, kamar mandi, dan sebuah pintu yang rupanya pintu lemari serba guna. Tak ada cara untuk bisa memaksa orang ini menyerahkan barang itu. Ia tidak mempunyai wewenang resmi. Tapi ia menghendaki foto-foto itu dan daftar para saksi mata sebelum SIS datang dan membawanya pergi. Ia memerlukan daftar itu untuk dirinya sendiri.
"Ya." Mothershed menghela napas. "Foto-foto itu seharusnya bisa mendatangkan rezeki besar."
"Ceritakan kepada saya tentang pesawat ruang angkasa itu," kata Robert.
Mothershed tanpa sengaja bergidik. Pemandangan yang ganjil itu akan terpatri di benaknya untuk; selama-lamanya. "Saya tak akan pernah melupakannya," katanya. "Pesawat itu nampak seperti" berdenyut, seakan ia hidup. Terkandung sesuatu yang jahat di dalamnya. Lalu ada dua makhluk asing yang mati itu di dalamnya."
"Bisa Anda ceritakan mengenai para pentimj
bus itu?" J Tentu bisa, kata Mothershed pada dmnya scn-dlri. Aku punya semua nama dan alamat mereka.
Tidak, saya rasa saya tidak bisa." Mothershed melanjutkan bicaranya untuk menutupi kegugupan-" nya. "Alasan mengapa saya tidak bisa membantu Anda mengenai para penumpang itu adalah karena
saya tidak ikut dalam bus. Mereka semua tidak
saya kenal." "Begitu. Well, terima kasih atas kerja sama Anda, Mr. Mothershed. Saya sangat menghargainya. Saya ikut menyesal tentang foto-foto Anda."
"Saya juga," kata Mothershed. Ia menyaksikan pintu ditutup di belakang orang tak dikenal itu dan dengan gembira berkata dalam hati, Aku berhasil! Aku telah mengalahkan bajingan-bajingan itu.
Di luar di lorong, Robert sedang memeriksa kunci pintu itu. Mereknya Chubb. Model lama. Ia hanya akan perlu beberapa detik untuk membukanya. Ia akan mulai melakukan pengawasan tengah malam nanti dan menunggu fotografer itu meninggalkan flatnya di pagi hari. Begitu daftar penumpang itu kuperoleh, maka yang lain-lain dari misi ini akan menjadi gampang.
Robert mendaftar di sebuah hotel kecil dekat flat Mothershed dan menelepon Jenderal Hilliard.
"Saya sudah memperoleh nama saksi mata Inggris itu, Jenderal."
"Sebentar, Baik. Silakan, Letnan."
"Leslie Mothershed. Dia tinggal di Whitechapel, di Grove Road 213A."
"Bagus sekali. Saya akan mengatur supaya pihak
yang berwenang di Inggris bisa berbicara kepadanya."
Robert tidak menyebutkan daftar penumpang atau foto-foto itu. Data-data tersebut merupakan
kartu-kartu As-nya dalam masalah ini.
Reggie"s Fish and Chip Shop terletak di sebuah gang yang merupakan "cabang dari Brompton Road. Warung makan kecil itu pelanggannya adalah para pegawai dan sekretaris yang bekerja di sekitar tempat itu. Dinding-dindingnya tertutup oleh poster-poster sepakbola, dan bagian-bagiannya yang tidak tertutup belum pernah" mencicipi cat baru sejak konflik Suez.
Telepon di balik counter berdering dua kali sebelum dijawab oleh seorang pria bertubuh besar yang mengenakan sweter wol kumal. Pria itu nampak seperti warga London Timur sejati kecuali kacamata berlensa satu dengan pinggiran emas yang bertengger ketat di mata kirinya. Mengapa ia memakai satu lensa akan menjadi jelas apabila ia diamati lebih cermat: Mata kanannya terbuat dari kaca dengan warna biru seperti yang sering terlihat di poster-poster biro perjalanan.
"Reggie di sini."
"Ini Bishop." "Ya, sir," kata Reggie, suaranya dipelankan
menjadi berbisik. "Nama klien kita adalah Mothershed. Nama depannya Leslie. Tinggal di Grove Road 213A.Kami minta order ini dilaksanakan secepaw Mengerti?" "Sudah dilaksanakan, sir."
Bab Dua Puluh Leslie mothershed sedang tenggelam dalam mimpi indah di siang hari. Ia merasa sedang diwawancarai oleh para jurnalis dari pers dunia. Mereka bertanya kepadanya tentang istana mewah yang baru saja dibelinya di Skotlandia, chdteau-nya di Prancis Selatan, yacht-nya yang super itu. "Dan benarkah bahwa Sri Ratu telah mengundang Anda untuk menjadi fotografer resmi kerajaan?" "Ya. Saya katakan saya akan memberi kabar kepadanya. Dan sekarang, ladies and gentlemen, saya minta maaf, saya sudah terlambat untuk show saya di BBC?"
Permenungannya ini diputus oleh bunyi bel pintu. Ia melihat arlojinya. Jam sebelas. Apakah orang itu kembali lagi" Ia berjalan ke pintu, dan membukanya dengan waspada. Di ambang pintu berdiri seorang pria yang bertubuh lebih pendek daripada Mothershcd (itulah hal pertama yang menarik perhatiannya), dengan kacamata tebal dan wajah yang kurus dan kekuning-kuningan.
"Maafkan sava." kata orang itu dengan malu-malu. "Saya minta maaf mengganggu Anda pada jam begini Saya tinggal di ujung blok ini. Papan merek di luar menyatakan bahwa Anda seorang fotografer."
"Jadi?" "Apakah Anda biasa membuat -foto untuk paspor?"
Leslie Mothershed membuat foto paspor" Orang yang sebentar lagi akan memiliki dunia ini" Itu sama saja dengan minta Michelangelo mengecat kamar mandi
"Tidak," katanya dengan kasar. Ia bergerak akan menutup pintu itu.
"Saya benar-benar tidak bermaksud untuk merepotkan Anda, tapi ini benar-benar mendesak. Pesawat saya akan berangkat ke Tokyo jam delapan pagi besok, dan beberapa waktu yang lalu ketika saya mengeluarkan paspor saya, saya melihat bahwa foto saya hampir lepas. Sekarang malahan hilang Saya sudah mencari ke mana-mana. Saya pasti tidak diperbolehkan naik ke pesawat kalau foto saya tidak ada." Pria kecil itu sudah hampir menangis.
"Maaf," kata Mothershed. "Saya tidak dapat menolong Anda."
"Saya bersedia membayar seratus pound."
Seratus pound" Untuk orang yang akan memiliki istana dan chateau dan yacht" Itu suatu penghinaan.
Pria kecil yang memelas itu terus membujuk. "Saya akan menambahnya. Dua ratus atau tiga
ratus. Saya benar-benar harus bisa ikut pesawat itu atau saya akan kehilangan pekerjaan saya."
Tiga ratus pound hanya untuk membuat satu foto paspor" Tidak termasuk mencucinya, itu hanya akan makan waktu 10 detik. Mothershed mulai berhitung. Itu berarti 1.800 pound semenit Seribu delapan ratus pound semenit berarti 10.800 per jam. Kalau ia bekerja delapan jam sehari, berarti 94.400 pound seharinya. Kalau satu minggu berarti bisa"
"Maukah Anda melakukannya?"
Ego Mothershed berperang dengan keserakahannya, dan keserakahannya yang menang. Tidak ada salahnya mendapat sedikit uang saku.
"Silakan masuk," kata Mothershed. "Harap berdiri menempel di dinding."
"Terima kasih. Saya sungguh menghargai ini."
Mothershed menyesal ia tidak mempunyai kamera Polaroid. Akan lebih mudah jadinya kalau ia memilikinya. Ia mengambil kamera Vivitar-nya dan berkata, "Jangan bergerak."
Sepuluh detik kemudian pemotretan itu selesai.
"Mencucinya agak sedikit lama," kata Mothershed. "Anda bisa kembali lagi?"
"Kalau Anda tidak keberatan, saya mau menunggu saja."
"Silakan." Mothershed membawa kamera itu ke dalam kamar gelapnya, memasukkannya ke dalam kantong hitam, mematikan lampu yang di atas kepala, menyalakan lampu merah, dan mengeluarkan filmnya.
Ia akan memprosesnya secepatnya. Foto paspor toh selalu nampak jelek. Lima belas menit kemudian, ketika Mothershed sedang mengembangkan film itu di bak yang berisi cairan pencuci, ia mulai mencium bau asap. Ia tertegun. Apakah itu cuma imajinasinya saja" Tidak. Baunya semakin kuat. Ia berbalik untuk membuka pintu. Nampaknya macet Mothershed mendorongnya kuat-kuat Tetap saja tak bisa terbuka.
"Halo," ia memanggil-manggil. "Apa yang sedang terjadi di luar sana?" Tidak ada jawaban.
"Halo?" Ia menempelkan pundaknya di pintu, tapi rasanya ada sesuatu yang berat yang menopang sisi pintu sebelah luar sehingga pintu tidak bisa dibuka. "Mister?"
Tak ada jawaban. Satu-satunya suara yang didengarnya hanyalah suara gemeretak di sana-sini. Bau asap kini semakin tak tertahankan. Flat itu sedang terbakar. Karena itulah mungkin dia pergi Dia pasti pergi mencari bantuan. Leslie Mothershed membenturkan pundaknya ke pintu, tapi pintu itu tidak bergeming. "Tolong!" ia menjerit. "Keluarkan saya dari sini!"
Asap mulai mengalir dari bawah pintu, dan Mothershed bisa merasakan panasnya api mulai menjual pintu itu. Malai sulit untuk bernapas. Tenggorokannya mulai tersumbat. Ia merobek kerah bajunya, terengah-engah kehabisan udara. Paru-parunya terbakar. Ia mulai kehilangan kesadarannya. Ia jatuh berlutut "Oh, Tuhan, jangan
biarkan aku mati sekarang. Jangan sekarang di
saat aku sudah akan jadi kaya dan terkenal"."
"Reggie di sini."
"Apakah ordernya sudah dilaksanakan?" "Ya, sir. Agak sedikit terlalu matang tapi dikirimkan tepat pada waktunya." "Bagus sekali."
Ketika Robert tiba di Grove Road pada jam dua pagi untuk memulai pengawasannya, ia dihadapkan pada lalu lintas yang luar biasa macetnya. Jalanan dipenuhi kendaraan-kendaraan pemerintah, mobil pemadam kebakaran, ambulans-ambulans, dan tiga mobil polisi. Robert menerobos kerumunan massa dan bergegas menuju pusat keramaian. Seluruh bangunan itu dikurung api. Dari luar ia bisa melihat bahwa flat di lantai satu yang ditempati fotografer itu telah sama sekali hangus.
"Bagaimana terjadinya?" Robert bertanya kepada seorang anggota pemadam kebakaran.
"Kami belum tahu. Harap mundur."
"Sepupu saya tinggal di flat itu. Apa dia selamat?"
"Rasanya tidak." Nada suaranya menjadi bersimpati. "Mereka sedang mengeluarkannya dia dari bangunan itu sekarang."
Robert menyaksikan dua petugas ambulans mendorong tempat tidur beroda yang memuat sebuah jasad ke dalam ambulans.
"Saya tinggal dengan dia," kata Robert "Sem pakaian saya ada di sana. Saya ingin masuk dan.
pemadam kebakaran itu menggelengkan kepak "Bisa berbahaya untuk Anda, Tuan. Tidak ada yang tersisa di flat itu kecuali abu."
Tak ada yang tersisa kecuali abu. Termasuk foto-foto dan daftar penting penumpang dengan nama dan alamat mereka.
Sampai di sini saja rezeki nomplok itu, pikir Robert dengan sangat kecewa.
Di Washington Dustin Thornton sedang makan siang bersama ayah mertuanya di ruang makan pribadi yang sangat mewah di kantor Willard Stone. Dustin Thornton merasa tegang. Ia selalu tegang kalau berhadapan dengan ayah mertuanya yang sangat berkuasa ini.
Willard Stone sedang gembira hari itu. "Aku makan malam bersama Presiden tadi malam. Beliau mengatakan kepadaku bahwa beliau sangat senang dengan pekerjaanmu, Dustin."
"Saya sangat berterima kasih."
"Kau telah bekerja dengan baik. Kau membantu melindungi kami dari komplotan itu."
"Komplotan?" "Mereka yang berniat untuk menaklukkan negeri besar mu Namun bukan cuma musuh yang berada di luar tembok yg harus kita waspadai tapi juga mereka juga yg pura2 mengabdi kepada kepentingan negara kita tapi gagalmemenuhi tugasnya mereka yg tidak melaksanakan perintah."
para pembangkang." Benar, Dustin. Para pembangkang. Mereka harUs dihukum. Kalau?"
Seorang pria memasuki ruangan. "Maafkan saya, Mr. Stone. Tuan-tuan itu sudah datang. Mereka
menunggu Anda." "Ya." Stone menoleh kepada menantunya. "Selesaikan makan siangmu, Dustin. Aku harus mengurus sesuatu yang penting. Kelak mungkin aku
bisa menceritakannya kepadamu."
Bab Dua Puluh Satu Jalan-jalan di Zurich penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang berbentuk tubuh ganjil, raksasa-raksasa salah bentuk dengan tubuh-tubuh besar menakutkan dan mata kecil, dengan kulit yang berwarna seperti ikan rebus. Mereka pemakan daging, dan ia membenci bau anyir yang terpancar dari tubuh mereka. Beberapa dari para wanitanya mengenakan kulit binatang, sisa yang tinggal dari makhluk-makhluk yang mereka bunuh. Ia masih terguncang oleh kecelakaan dahsyat yang telah mencabut inti kehidupan rekan-rekannya.
Ia telah berada di planet bumi selama empat siklus yang disebut luna oleh makhluk-makhluk aneh ini, dan selama itu ia belum makan. Ia merasa lemah karena kehausan. Cuma sekali ia mendapat air minum, yaitu air hujan segar di bak petani itu, dan belum turun hujan lagi sejak malam ia tiba. Semua air yang lain di planet bumi tidak bisa diminum. Ia pernah mencoba pergi ke sebuah tempat makan makhluk bumi, tapi ia tidak tahan baunya, la sudah mencoba untuk makan sayur-1\1
mayur dan buah-buahan mentah mereka, tapi rasanya hambar, tidak seperti makanan di planetnya
yang lezat berair. Ia dinamai Graceful One, dan tubuhnya tinggi, anggun, molek, dengan mata hijau cemerlang. Ia meniru bentuk tubuh makhluk bumi setelah ia meninggalkan tempat kejadian kecelakaan itu, dan ia berjalan di antara massa tanpa terdeteksi.
Ia sedang duduk di depan sebuah meja, di kursi keras yang kurang nyaman yang dirancang untuk tubuh makhluk bumi, dan ia bisa membaca pikiran makhluk-makhluk yang berada di sekitarnya.
Dua makhluk bumi duduk pada sebuah meja dekat dengannya. Yang satu berkata keras. "Ini merupakan kesempatan yang hanya datang sekali dalam hidup, Franz! Hanya dengan lima puluh ribu franc kau sudah bisa ikut sejak awal. Kau punya lima puluh ribu franc, bukan?" Ia membaca yang ada di benaknya. Ayolah, babi. Aku perlu komisinya.
"Tentu, tapi nanti dulu?" Aku harus meminjamnya dari istriku.
"Apa pernah aku memberikan nasihat investasi yang salah?" Cepatlah putuskan.
"Itu bukan jumlah sedikit." Dia tak akan meminjamkannya kepadaku.
"Bagaimana prospeknya" Ada peluang menciptakan jutaan." Katakan ya.
"Baiklah. Aku ikut." Mungkin akan kujual sebagian perhiasannya;
Kudapat dia! "Kau tak akan menyesal, Franz." Dia kan selalu bisa menanggung rugi pajak.
Graceful One sama sekali tidak mengerti apa arti percakapan itu.
Di bagian paling ujung dari restoran itu, seorang pria dan seorang wanita sedang duduk pada meja. Mereka berbicara dengan suara pelan. Ia memanjangkan pikirannya supaya bisa mendengar mereka.
"Ya, Tuhan!" kata si pria. "Bagaimana kau bisa hamil?" Kau goblok, sialan!
"Menurutmu bagaimana aku bisa hamil?" Alatmu itu yang menyebabkannya!
Hamil adalah keadaan yang dialami makhluk-makhluk bumi ini kalau sel telur telah dibuahi. Mereka berkembang biak dengan cara yang begitu primitif dengan menggunakan alat-alat kelamin mereka, tak berbeda dengan binatang-binatang piaraan mereka.
"Apa yang akan kaulakukan, Tina?" Kau harus mengusahakan aborsi
"Apa yang kauharapkan akan kulakukan" Kauhilang kau akan memberitahu istrimu tentang aku," Kau bajingan pembohong.
"Begini, Sayang, itu akan kulakukan, tapi saat ini kurang baik." Aku memang sinting mau terlibat denganmu. Seharusnya aku tahu bahwa kau hanya akan bikin masalah saja.
"Saat ini juga kurang baik bagiku, Paul. Malah-., an kupikir kau tidak mencintaiku." Katakan padaku kau mencintaiku.
"Tentu saja aku mencintaimu. Cuma istriku sedang mengalami masa-masa yang berat saat ini."
Aku tidak mau kehilangan dia.
"Aku juga sedang mengalami masa-masa berat saat ini. Tidakkah kau mengerti" Aku sedang mengandung bayimu." Dan kau harus menikahiku. Air keluar dari matanya.
"Tenanglah, Sayang. Dengarkan, semuanya akan beres. Aku menginginkan bayi itu sama seperti kau." Aku harus membujuknya untuk melakukan aborsi.
Di meja di sebelah mereka, seorang makhluk bumi laki-laki sedang duduk seorang diri.
Mereka berjanji kepadaku. Katanya lombanya sudah diatur, dan aku tak mungkin bisa kalah, dan seperti orang tolol kuberikan semua uangku kepada mereka. Aku harus mengembalikannya sebelum para auditor itu datang. Aku tak akan sanggup kalau dimasukkan ke penjara. Aku akan bunuh diri lebih dahulu. Aku bersumpah kepada Tuhan, aku akan bunuh diri.
Di meja lain, seorang pria dan seorang wanita sedang berada di tengah sebuah perbincangan.
?"sama sekali bukan begitu. Aku hanya mengatakan bahwa aku punya vila bagus di pegunungan, dan kupikir akan baik bagimu untuk melupakan kerja dap bersantai di akhir pekan." Kita akan banyak bersantai di tempat tidur, cherie.
"Entahlah, Claude. Sebelum ini aku belum pernah pergi dengan seorang pria." Aku tidak tahu apakah dia percaya ini.
"Oui, tapi ini tidak menyangkut seks. Aku meng. usulkan vila itu hanya karena kupikir kau periu beristirahat Kau bisa menganggap aku sebagai kakakmu." Dan kita akan mempraktekkan incest gaya kuno.
Graceful One tidak sadar bahwa berbagai manusia itu tadi berbicara" dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda, sebab ia bisa menyaring bahasa-bahasa itu melalui alam sadarnya dan memahami yang mereka katakan.
Aku harus mencari jalan untuk bisa kontak dengan pesawat induk, pikirnya. Ia mengeluarkan transmiter tangan kecil yang berwarna keperakan. Transmiter itu merupakan suatu sistem neuronet yang terbagi dua, setengahnya terdiri dari bahan organik hidup dan setengahnya lagi adalah campuran logam dari galaksi lain. Bahan organik itu terdiri atas ribuan sel tunggal, sehingga kalau sel-sel itu mulai aus, yang lainnya akan berbiak dan menjaga koneksi-koneksinya tetap konstan. Sayangnya, kristal dilithium yang mengaktifkan transmiter itu patah dan hilang. Ia sudah mencoba untuk berkomunikasi dengan pesawat induk, tapi transmiter itu menjadi tak berguna tanpa kristal.
la mencoba makan sepucuk daun selada lagi, benar:benar sudah tidak tahan dengan baunya ia bangkit dan menghampiri pintu .Kasir ber-"Sebentar, miss. Anda belum membayar makanan Anda" Maaf. Sava tirlat"
Anda." K mempunyai alat pembayaran
jelaskan itu kepada polisi saja."
ceful One menatap mata si kasir dengan dan kasir itu jadi lemas. Ia lalu berbalik dan
San keluar dari tempat makan itu. Aku harus menemukan kristal itu. Mereka menunggu berita dariku. Ia harus berkonsentrasi
memfokuskan mdera-inderanya. Tapi semuanya
nampak kabur dan berubah bentuk. Tanpa air, ia
tahu, ia akan mati dalam waktu dekat
Bab Dua Puluh Dua Hari Kelima Bern, Swiss Robert sudah sampai ke jalan buntu. Ia baru sadar betapa ia begitu menggantungkan harapannya pada daftar nama Mothershed. Musnah dalam asap, pikir Robert Secara harfiah. Jejak itu sudah beku sekarang. Seharusnya daftar itu sudah kudapat waktu aku berada di flat Mothershed. Itu akan mengajar aku untuk., mengajar. Ya-ya! Pikiran yang sudah lama menggantung di sudut benaknya kini muncul ke permukaan. Waktu itu Hans Bee-kerman mengatakan, "Affenarsch/ Semua penumpang sangat ingin melihat UFO itu dan makhluk" makhluk yang mati di dalamnya, tapi si tua mt saja ribut minta kami bergegas tiba di Bern kar?m na dm harus mempersiapkan kuliah untuk sebuan universitas." Ini merupakan data yang sangat IH bur, tapi hanya itu yang Robert punyai sekarangla menyewa mobil di bandara Bern dan menuju
jalan raya utama Bera, dan menuju Langgasses-trasse, di mana Universitas Bera terletak. Universitas itu terdiri atas sejumlah bangunan. Bangunan utamanya adalah sebuah gedung beton empat tingkat dengan dua bangunan samping dan sebuah arca batu besar berbentuk ganjil yang menghiasi atapnya. Di masing-masing sudut halaman di depan bangunan itu terdapat jendela atap kaca yang membawahi ruang-ruang kelas, dan di bagian belakang universitas itu terdapat sebuah taman yang menghadap ke Sungai Aare.
Robert menaiki undakan gedung administrasi dan memasuki ruang reception-n ya. Satu-satunya informasi yang diberikan Beckcrman adalah bahwa penumpang itu berkebangsaan Jerman dan bahwa
ia waktu itu mempersiapkan kuliahnya untuk hari
Senin. Seorang mahasiswa menunjukkan kepadanya Kantor Tata Usaha. Di balik meja tulis duduk seorang wanita berpenampilan galak. Ia mengenakan setelan yang kaku potongannya, kacamata berkerangka hitam, dan rambutnya disanggul. Ia mendongakkan wajahnya ketika Robert memasuki kantornya.
"Bitter Robert mengeluarkan kartu identitasnya. "Interpol. Saya sedang melakukan penyelidikan, dan saya akan sangat senang kalau Anda mau membantu, Miss?"
"Frau. Frau Screlber. Penyelidikan apa, ya?" "Saya sedang mencari seorang dosen."
Ia mengerutkan dahi. "Namanya?"
"Saya tidak tahu."
"Anda tidak tahu namanya?"
"Tidak. Dia seorang dosen tamu. Dia memberi kuliah di sini beberapa hari yang lalu. Montag."
"Banyak dosen tamu yang datang ke sini setiap harinya untuk memberi kuliah. Disiplinnya apa?"
"Maaf?" "Dia mengajar -apa?" Nada suaranya semakin tidak sabar. "Mata kuliah apa yang diajarkannya?" "Saya tidak tahu."
Ia membiarkan kekesalannya nampak. "Tut mir ktd?muL Saya tidak bisa membantu Anda. Dan saya terlalu sibuk antuk melayani pertanyaan-pertanyaan tak penting seperti ini?" Ia mulai memalingkan mukanya.
"Oh, ini bukan tak penting," Robert meyakinkan dia. "Es ist sehr dringend." Ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan berkata dengan suara pelan, "Anda harus berjanji untuk tidak membocorkan rahasia ini. Dosen yang kami cari ini terlibat dalam jaringan pelacuran."
Mulut Frau Schreiber membentuk "o" kecil menyatakan keheranan.
"Interpol telah melacaknya selama berbulan-bulan. Informasi terakhir yang kami peroleh adalah bahwa dia orang Jerman dan bahwa dia memberi kuliah pada tanggal lima belas bulan ini." Robert
Ini sangat mendesak. menegakkan badannya kembali. "Kalau Anda tidak
bersedia membantu, kami bisa melakukan penyelidikan resmi terhadap universitas ini. Tentu saja, publisitasnya?"
"Nein, neiti!" katanya. "Universitas tidak boleh dilibatkan dalam kasus seperti ini." Ia nampak kuatir. "Anda bilang tadi dia memberi kuliah di sini pada" hari apa?"
"Tanggal lima belas. Senin." "
Frau Schreiber bangkit dan berjalan menuju sebuah lemari arsip. Ia menarik salah satu lacinya dan membalik-balik sejumlah arsip. Ia mengeluarkan sejumlah kertas dari sebuah folder. "Nah, ini , dia. Ada tiga dosen tamu yang memberi kuliah di sini pada tanggal lima belas."
"Orang yang saya cari berkebangsaan Jerman."
"Mereka semua Jerman," kata Frau Schreiber dengan kaku. Ia membalik-balik kertas yang di tangannya itu. "Satu memberi kuliah ekonomi, satu lagi kimia, dan yang terakhir psikologi." "Boleh saya lihat itu?"
Dengan enggan ia memberikan data-data itu kepada Robert.
Robert mempelajari kertas-kertas itu. Setiap lembar memuat nama, alamat rumah, dan nomor
telepon. "Saya bisa mengkopi ini kalau Anda mau."
"Tidak, terima kasih." Ia sudah menghafal nama-nama dan nomor-nomor itu. "Orang yang saya cari tidak ada di antara mereka."
Frau Schreiber menarik napas lega. "Syukurlah.
Pelacuran! Kami tidak akan pernah terlibat dalam masalah seperti itu."
"Maaf, saya telah merepotkan Anda dengan percuma." Robert berlalu dari situ dan menuju sebuah booth telepon di kota.
Telepon yang pertama adalah ke Berlin. "Profesor Streubel?"
"Ja.* "hi Sunshine Tours Bus Company. Anda tinggalkan kacamata Anda di bus kami hari Minggu yang lalu ketika Anda ikut tur kami di Swiss dan?"
"Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan." Suaranya terdengar kesal.
"Anda berada di Swiss pada tanggal empat belas, bukan. Profesor?"
"Bukan. Tanggal lima belas. Memberi kuliah di Universitas Bern."
"Dan Anda tidak ikut tur kami?"
"Saya tidak punya waktu untuk hal-hal tak berguna seperti itu. Saya orang sibuk." Dan profesor itu memutuskan hubungan.
Telepon yang kedua adalah ke Hamburg. "Profesor Heinrich?"
"Ini Profesor Heinrich."
"Ini Sunshine Tours Bus Company. Anda berada di Swiss pada tanggal empat belas bulan ini?"
"Mengapa Anda ingin tahu"
"Karena kami menemukan tas Anda di salah satu bus kami, Profesor, dan?"
"Anda menghubungi erang yang salah. Saya tidak pernah ikut tur dengan bus."
"Anda tidak ikut tur kami dengan tujuan Jungfrau?"
"Tadi saya sudah bilang, tidak." "Maaf, telah merepotkan Anda." Telepon yang ketiga adalah ke Munich. "Profesor Otto Schmidt?" "Ya."


Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Profesor Schmidt, ini Sunshine Tours Bus Company. Kami menemukan kacamata Anda di
bus kami beberapa hari yang lalu, dan?"
"Pasti ada kekeliruan."
Hati Robert luluh. Ia sudah sampai ke batas akhir. Ia tak tahu mau ke mana lagi.
Suara itu masih melanjutkan, "Kacamata itu masih ada pada saya. Tidak bilang."
Semangat Robert bangkit kembali. "Apa Anda yakin, Profesor" Anda ikut tur ke Jungfrau pada tanggal empat belas, bukan?"
"Ya, ya, tapi seperti saya bilang tadi, saya tidak kehilangan apa-apa."
"Terima kasih banyak, Profesor." Robert meletakkan gagang telepon. Jackpot!
Robert memutar nomor lain, dan dua menit kemudian ia sudah berbicara dengan Jenderal
Hiiliard. "Ada dua hal yang perlu saya laporkan," kata Robert. "Saksi di London yang saya laporkan sebelum ini?"
"Ya?" "L . ?
"O, ya" Sayang sekali."
"Ya, sir. Tapi saya kira saya telah menemukan seorang saksi mata yang lain. Akan saya laporkan nanti begitu saya mendapat data yang lebih lengkap."
"Saya menunggu berita Anda itu, Letnan."
Jenderal Hilliard melapor kepada Janus. "Letkol Bellamy telah menemukan seorang saksi lain."
"Bagus. Kelompok ini sudah mulai resah. Semuanya kuatir bahwa cerita ini akan tersiar sebelum SOI berhasil dioperasikan."
"Saya akan memberikan informasi lagi dalam waktu dekat ini."
"Saya tidak perlu informasi, saya perlu hasil."
"Baik, Janus." Plattenstrasse di Munich adalah sebuah jalan sepi tempat permukiman dengan bangunan-bangunan dari batu coklat yang mengelompok jadi satu seakan ingin melindungi diri. Rumah nomor 5 tidak berbeda bentuknya dari rumah-rumah di sebelahnya. Di dalam pendapanya nampak sederet bis surat. Sebuah kartu kecil di bawah salah satu bis surat itu bertuliskan "Profesor Otto Schmidt". Robert membunyikan bel pintu.
Pintu apartemen itu dibuka oleh seorang laki-j laki jangkung dan kurus yang rambut putihnya awut-awutan. Ia mengenakan sweter koyak dan
mengisap pipa. Robert bertanya dalam bati apakah ia dengan sengaja ingin menciptakan kesan khas
seorang dosen universitas, ataukah justru kesan khas itu yang menciptakan dia.
"Profesor Schmidt?"
"Ya?" "Boleh saya berbicara dengan Anda sebentar"
Saya?" "Kita sudah berbicara," kata Profesor Schmidt "Anda orang yang menelepon saya tadi pagi. Saya ahli mendeteksi suara manusia. Silakan masuk."
"Terima kasih." Robert memasuki sebuah ruang duduk yang penuh dengan buku. Menempel di dinding terdapat rak-rak buku mulai dari lantai sampai ke langit-langit, penuh dengan ratusan buku. Buku-buku ada di mana-mana: di meja-meja, di lantai, di kursi-kursi. Perabot yang hanya sedikit di ruangan itu nampak seperti pelengkap belaka.
"Anda bukan dari perusahaan tur Swiss, bukan?"
"Well, saya?" "Anda orang Amerika."
"Ya." "Dan kunjungan ini tidak ada hubungannya dengan hilangnya kacamata saya yang tidak hilang."
"Well" tidak, sir."
"Anda tertarik pada UFO yang saya lihat. Itu merupakan suatu pengalaman yang sangat tidak enak. Sejak dulu saya memang percaya UFO itu mungkin benar ada, tapi saya udak pernah menyangka saya akan melihatnya sendiri."
"Pasti sangat mengguncangkan." "Memang benar."
"Bisa Anda ceritakan tentang itu?"
"UFO itu" hampir-hampir seperti hidup. Ada semacam cahaya yang berkilauan di sekitarnya. Biru. Bukan, mungkin lebih mirip abu-abu. Saya" saya tidak yakin."
Robert ingat akan uraian Mandel: "Cahaya itu terus berubah warna. Sepertinya biru" kemudian hijau. *
"Pesawat itu retak menganga, dan saya bisa melihat dua jasad di dalamnya. Kecil" matanya besar-besar. Mereka mengenakan semacam seragam keperakan."
"Ada yang bisa Anda ceritakan mengenai rekan-rekan penumpang sebus Anda?"
"Rekan-rekan yang sebus dengan saya?"
"Ya." Profesor itu mengangkat bahu. "Saya tidak tahu apa-apa tentang mereka. Mereka semua tidak saya kenal. Saya saat itu sedang berkonsentrasi ke kuliah yang akan saya berikan keesokan paginya, dan saya hampir-hampir tidak memperhatikan para penumpang lainnya."
Robert mengamati wajahnya, menunggu.
"Kalau sekiranya ini bisa membantu," kata sang profesor, "saya bisa mengatakan kepada Anda negara asal sebagian dari mereka. Saya mengajar kimia, tapi fonetik adalah hobi saya."
"Apa saja yang bisa Anda ingat akan sangat saya hargai."
-Ada pastor Italia, orang Hungaria, orang Amerika dengan logat Texas, orang Inggris, gadis Rusia?"
"Rusia?" "Ya. Tapi dia bukan dari Moskow. Dari logatnya, saya rasa dia dari Kiev, atau dekat dengan
situ." Robert menunggu, tapi profesor itu tidak melanjutkan bicaranya. "Anda tidak mendengar mereka menyebutkan nama mereka atau berbicara tentang profesi mereka?"
"Maafkan saya. Tadi saya sudah bilang, saat itu saya sedang memikirkan kuliah saya. Sulit sekali berkonsentrasi. Orang Texas dan pastor itu duduk bersebelahan. Orang Texas itu tidak pernah berhenti berbicara. Mengganggu sekali. Saya tidak tahu seberapa banyak yang bisa dipahami oleh pastor itu."
"Pastor itu?" "Logatnya seperti orang Roma." "Bisa Anda ceritakan lebih banyak tentang mereka?"
Profesor itu mengangkat bahu. "Saya rasa tidak." Ia membuat satu kepulan dengan pipanya. "Maaf, saya kira saya tidak bisa membantu lebih
jauh lagi." Tiba-tiba sesuatu terlintas di benak Robert. "Kata Anda tadi Anda seorang ahli kimia?"
"Ya." "Barangkali Anda tidak keberatan melihat suatu benda, Profesor." Robert meraba sakunya dan
mengeluarkan kepingan logam yang diterimanya dari Beckennan. "Bisakah Anda katakan ini apa?"
Profesor Schmidt mengambil benda itu, dan ketika dia mengamatinya, ekspresi wajahnya berubah. "Di mana" di mana Anda mendapatkan ini?"
"Saya kira tidak bisa saya katakan. Anda tahu itu apa?"
"Nampaknya seperti bagian dari sebuah alat transmisi." "Anda yakin itu?"
Ia membalikkan benda itu di tangannya. "Kristalnya adalah diiithium. Sangat langka. Anda lihat ceruk-ceruk ini" Ini menunjukkan bahwa benda ini seharusnya digabungkan dengan unit yang lebih besar. Jenis metalnya sendiri adalah" Ya, Tuhan, saya belum pernah melibat yang seperti ini!" Suaranya penuh dengan emosi. "Bolehkah saya pinjam ini untuk beberapa hari saja" Saya ingin menelitinya dengan menggunakan spektrograf."
"Saya kira itu tidak mungkin," kata Robert.
Tapi?" "Maaf." Robert mengambil kembali kepingan logam itu.
Profesor itu mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Barangkali Anda bisa membawanya kembali ke sini. Apa bisa saya minta kartu nama Anda" Kalau saya menemukan hal lain, saya akan menghubungi Anda."
Robert meraba-raba sakunya sebentar. "Rupanya saya kehabisan kartu."
Profesor Schmidt berkata pelan, "Ya, saya rasa
begitu." "Letkol Bellamy on the line."
Jenderal Hilliard menerima telepon itu. "Ya,
Letnan?" "Nama dari saksi mata terakhir adalah Profesor Schmidt Ia tinggal di Plattenstrasse 5 di Munich."
"Terima kasih, Letnan. Saya akan memberitahu pihak yang berwenang di Jerman dengan segera."
Robert hampir saja mengatakan, "Saya kira itulah saksi mata terakhir yang bisa saya temukan," tapi sesuatu menahannya. Ia tidak suka mengakui kegagalannya. Padahal, jejak memang semakin dingin. Orang Texas dan seorang pastor. Pastor itu berasal dari Roma. Titik. Bersama sejuta pastor lainnya. Dan tidak ada cara untuk menemukan identitasnya. Aku punya pilihan, pikir Robert Aku bisa menyerah dan kembali ke Washington, atau aku bisa ke Roma dan mencoba untuk terakhir kalinya".
Bundesverfassungsschutzamt, yaitu markas besar Badan Perlindungan Undang-Undang Dasar, terletak di pusat kota Berlin di Neumarkterstrasse. Sebuah bangunan besar berwarna kelabu yang tidak mencolok, tidak berbeda dengan bangunan-bangunan di sekitarnya. Di dalamnya di lantai dua, di ruang rapat, Inspektur Otto Joachim sedang mengkaji sebuah berita. Kepala Badan Perlindungan undang-Undang Dasar tersebut membaca berita itu dua kali, lalu meraih telepon merah yang ada di meja tulisnya.
Hari Keenam Munich, Jerman
Keesokan paginya ketika Otto Schmidt sedang menuju laboratorium kimianya, ia berpikir tentang percakapannya semalam dengan^ orang Amerika itu. Dari mana kira-kira kepingan logam itu berasal" Sangat mempesona, lebih dari apa saja yang pernah dialaminya. Dan orang Amerika itu membingungkannya. Katanya ia tertarik kepada para penumpang yang di bus itu. Mengapa" Karena mereka semua merupakan saksi mata dari piring terbang itu" Apakah mereka akan diperingatkan supaya tidak bicara" Kalau memang begitu, mengapa orang Amerika itu tidak memperingatkannya" Ada sesuatu yang aneh yang sedang berlangsung, profesor itu mengambil kesimpulan. Ia masuk ke laboratoriumnya dan menanggalkan jasnya serta menggantungkannya. Ia lalu memasang celemek untuk melbdungi pakaiannya dan berjalan menghampiri meja tempat ia mengerjakan sebuah eksperimen kimia selama berminggu-minggu. Kalau ini berhasil, pikirnya, ini bisa berarti hadiah No-^t. la mengangkat silinder gelas yang berisi air ^anTlfimenUangkannya ke"dalam sebuah
Dentum ledakan itu sangat dahsyat. Laborato-. itu pecah dalam suatu ledakan hebat, dan ?"ih-serpib kaca dan daging manusia bertebaran
di dinding. PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET BFV KEPADA WAKIL DIREKTUR NSA PHIBADl KOPI SATU QARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 4: OTTO SCHMIDT?DIAKHIRI PESAN DITUTUP
Robert tidak mendengar berita kematiah,profesor itu. Dia sedang berada d, sebuah pesawat
Alitalia, dalam perjalanan menuju Roma.
Bab Dua Puluh Tiga Dusun thornton sedang resah. Ia berkuasa sekarang, dan itu seperti obat bius. Ia ingin lebih. Entah sudah berapa kali ayah mertuanya, Willard Stone, berjanji akan membawanya masuk ke kelompok intern yang misterius, tapi janji tinggal janji.
Hanya karena suatu kebetulan yang langka Thornton mengetahui bahwa ayah mertuanya selalu menghilang pada setiap hari Jumat. Waktu itu Thornton meneleponnya untuk mengajak makan siang bersama.
"Maafkan saya," kata sekretaris pribadi Willard Stone, "tapi Mr. Stone tidak ada di tempat seharian tai."
"Oh, sayang sekali. Bagaimana kalau makan siang Jumat depan?"
"Maaf, Mr. Thornton. Mr. Stone akan tidak ada di tempat lagi Jumat depan."
Aneh. Dan menjadi semakin aneh karena ketika Thornton menelepon dua minggu setelah itu, ia menerima jawaban yang sama. Ke mana orang tua ,
itu menghilang setiap hari Jumat" Ia bukan seorang pegolf dan bukan seorang yang suka membuang-buang waktu untuk hobinya.
Jawaban yang paling masuk akal adalah wanita. Istri Willard Stone sangat seflang dengan kehidupan sosial dan sangat kaya. Ia suka memerintah, hampir sekuat suaminya dengan caranya sendiri. Ia bukan tipe wanita yang akan mentolerir jika suaminya mempunyai affair. Kalau dia mempunyai affair, pikir Thornton, aku akan bisa menguasainya sepenuhnya. Ia memutuskan untuk menyelidiki.
Dengan semua fasilitas yang dimilikinya, Dustin Thornton akan dengan mudah bisa menemukan apa yang sedang dilakukan ayah mertuanya, tapi Thornton tidak bodoh. Ia sadar bahwa kalau sedikit saja ia salah melangkah, ia akan celaka. Willard Stone bukan tipe orang yang akan mentolerir campur tangan orang lain ke dalam kehidupannya. Thornton memutuskan untuk menyelidikinya sendiri.
Pada jam lima pagi hari Jumat berikutnya, Dustin Thornton duduk melorot di belakang setir sebuah Ford Taurus yang tidak mencolok, setengah blok jauhnya dari rumah mewah Willard Stone. Dingin menggigit di pagi buta itu, dan Thornton terus bertanya pada dirinya sendiri apa sebenarnya yang diinginkannya di situ. Mungkin saja kelakuan Stone yang aneh ini mempunyai alasan yang bisa diterima sepenuhnya. Aku cuma membuang waktu
saja, pikir Thornton. Tapi sesuatu membuatnya tetap di tempat
Pada jam tujuh, gerbang-gerbang untuk jalan mobil dibuka, dan sebuah mobil muncul. Willard Stone berada di belakang setir. Ia tidak mengendarai limousine-nya yang biasa, tapi van hitam yang biasa dipakai pegawai rumah tangganya. Thornton terbangkit semangatnya. Ia tahu bahwa penyelidikannya membawa hasil. Orang hidup sesuai dengan polanya, dan Stone sedang melanggar pola itu. Pasti ada wanita lain.
Mengendarai mobilnya pelan-pelan dan menjaga jarak di belakang van itu, Thornton membuntuti ayah mertuanya melalui jalan-jalan Washington ke jalan yang menuju Arlington.
Aku harus menangani ini dengan sangat hati-hati, pikir Thornton. Aku tidak akan terlalu menekan dia. Aku akan mencari semua informasi yang bisa kudapat mengenai pacar gelapnya ini, lalu aku akan mengungkapkannya kepadanya. Akan kubilang bahwa aku hanya bermaksud melindunginya. Dia akan mengerti maksudku. Dia paling takut kalau dirinya menjadi sasaran skandal di muka umum.
Dustin Thornton begitu asyik dalam permenungannya ini sehingga ia hampir tidak melihat ketika Willard Stone berbelok. Mereka sekarang berada di sebuah kawasan permukiman eksklusif. Van hitam itu mendadak lenyap mendaki sebuah jalan mobil yang dinaungi pepohonan.
Dustin Thornton menghentikan mobilnya,
menimbang-nimbang cara terbaik untuk melanjutkan penyelidikannya. Haruskah ia menangkap basah Willard Stone pada saat ia melakukan penyelewengan" Atau sebaiknya ia menunggu sampai Stone pergi lagi dan kemudian berbicara dengan wanita itu lebih dahulu" Atau sebaiknya ia mengumpulkan saja informasi yang diperlukannya dan kemudian berbicara dengan ayah mertuanya" Ia memutuskan untuk mengintai dulu.
Thornton memarkir mobilnya di sebuah jalan samping dan berjalan memutar sampai ia tiba di gang yang terletak di belakang rumah bertingkat dua itu. Pagar kayu menutupi bagian belakang halaman rumah tersebut, tapi itu bukan masalah. Thornton membuka gerbang itu dan melangkah ke dalam. Di hadapannya terbentang sebuah halaman yang sangat luas, indah, dan terawat baik dengan rumah di baliknya.
Ia bergerak dengan diam-diam di antara bayang-bayang pepohonan yang memagari lapangan rumput itu dan berdiri di pintu belakang, menimbang-nimbang langkah berikutnya. Ia memerlukan bukti mengenai apa yang sedang terjadi. Tanpa itu orang tua itu akan menertawainya. Apa pun yang sedang terjadi di dalam sana bisa menjadi kunci bagi masa depannya. Ia harus mencari tahu.
Dengan sangat hati-hati, Thornton membuka pintu belakang itu. Ternyata tidak terkunci. Ia menyelinap ke dalam dan mendapati dirinya berada di sebuah dapur yang luas dan bergaya kuno. Tak ada siapa-siapa di situ. Thornton bergerak menuju
pintu masuknya dan mendorongnya terbuka kit Ia melibat di hadapannya sebuah ruang r S6(1,~ tion yang luas. Di ujung sana nampak s h ^ pintu tertutup yang bisa jadi menuju mang D & Ua^ takaan. Thornton berjalan menghampirinya1"118" gerak dengan tak bersuara. Ia berdiri di situ dengarkan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan^ rumah itu. Orang tua itu barangkali ada di/L atas di kamar tidur. lantai
Thornton berjalan menuju pintu yang tertuh.n ?tu dan membukanya. Ia berdiri di ambang 72 tertegun. Ada dua belas orang sedang dudu di ruang itu mengitari sebuah meja besar
"Masuklah, Dustin,- kata Willard Stone "Kami sudah menunggumu." Kami
Bab Dua Puluh Empat Roma ternyata menyulitkan Robert, karena membangkitkan kepahitan batin yang membuatnya menderita. Di sana ia melangsungkan bulan madunya dengan Susan, dan kenangannya kini meruyak di benaknya. Roma mengingatkannya kepada Roberto, yang mengurus Hotel Hassler mewakili ibunya, dan yang setengah tuli tapi mampu membaca bibir dalam lima bahasa. Roma berarti taman-taman Villa d"Este di Tivoli, dan Ristorante Sibilla dan kekaguman Susan melihat seratus pancuran yang diciptakan oleh putra Lucretia Borgia. Roma berarti Otello, di kaki Spanish Steps, dan Vatikan, dan Colosseum dan Forum dan patung Musa pahatan Michelangelo. Roma berarti menikmati tar-tufo bersama di Tre Scalini dan derai tawa Susan, d"n suaranya yang berkata, "Berjanjilah bahwa kib" akan selalu sebahagia ini, Robert."
Sedang apa aku di sini" Robert heran sendiri, aku ?"ma sekali tidak tahu siapa pastor itu, atau apakah ** memang berada di Roma. Sudah ^?"JT* kundur, untuk pulang dan melupakan semuanya
Tetapi sesuatu di dalam dirinya, suatu sirat pantang menyerah yang diwarisi dari leluhur yang sudah lama mati, tidak menghendaki ia melakukan itu. Akan kuberi satu hari lagi, Robert memutuskan. Satu hari lagi saja.
Bandara Leonardo da Vinci penuh sesak, dan rasanya satu dari setiap dua orang yang dijumpai Robert pasti pastor. Ia sedang mencari seorang pastor di kota yang dihuni oleh" berapa" Lima puluh ribu pastor" Seratus ribu" Di dalam taksi dalam perjalanan menuju Hotel Hassler, ia melihat banyak sekali pastor berjubah di jalan-jalan. Ini mustahil, pikir Robert Aku pasti sudah gila.
Ia disambut di lobi Hotel Hassler oleh sang asisten manajer.
?Letkol Bellamy! Senang sekali melihat Anda bgi."
"Terima kasih, Pietro. Apa kau punya kamar buatku untuk satu malam saja?"
"Untuk Anda?tentu saja. Selalu!"
Robert diantarkan ke kamar yang dulu pernah ditinggalinya.
"Kalau ada yang Anda perlukan, Let, harap?"
Aku perlu suatu mukjizat, pikir Robert Ia" duduk di tempat tidur dan membaringkan dirinya, mencoba menjernihkan pikirannya.
Mengapa seorang pastor dari Roma bertamasya ke Swiss" Ada berbagai kemungkinan. Ia mungkin sedang berlibur, atau barangkali ada semacam J kongres pastor. Ia satu-satunya pastor di dalam
bus itu." Ini artinya apa" Tidak berarti apa-apa. Kecuali, mungkin, bahwa ia iidak bepergian dalam satu kelompok. Jadi, itu mungkin suatu trip untuk mengunjungi keluarganya atau teman-temannya. Atau mungkin ia benar anggota suatu rombongan, tapi rombongan itu mempunyai rencana lain hari itu. Pikiran Robert berputar-putar dalam suatu lingkaran kesia-siaan.
Mulai dari awal lagi. Bagaimana cara pastor itu sampai ke Swiss" Kemungkinannya besar bahwa dia tidak memiliki mobil. Seseorang mungkin saja telah memberikan tumpangan kepadanya, tapi lebih besar kemungkinannya dia naik pesawat atau kereta api atau naik bus. Kalau dia benar sedang cuti, pasti waktunya terbatas. Jadi baiklah disimpulkan bahwa dia naik pesawat Jalur penalaran itu tidak membawanya ke mana-mana. Perusahaan-perusahaan penerbangan tidak mencatat profesi para penumpangnya. Nama pastor itu hanyalah salah satu dari banyak nama di daftar penumpang. Tapi kalau benar ia anggota suatu rombongan"
Vatikan, tempat kediaman resmi Sri Paus, menjulang dengan megahnya di Bukit Vatikan, di tepi barat Sungai Tiber, di ujung barat laut Roma. Kubah Basilika Santo Pctrus yang dirancang oleh Michelangelo, mencuat di atas piazza?alun-alun ?yang amat luas, penuh sesak setiap harinya oleh para turis dari segala aliran kepercayaan.
Piazza itu dikelilingi oleh dua colona setengah lingkaran yang dibangun oleh Bernini pada tahun 1667, dengan 284 tiang terbuat dari marmer
travertine yang diatur dalam empat baris yang menopang langkan tempat berdiri 140 patung. Robert telah berkali-kali mengunjungi tempat itu, tapi setiap kali ia terpesona melihat karya agung itu.
Interior Vatikan tentu saja lebih spektakuler lagi. Kapel Sistine-nya dan museumnya dan Sala Rotonda-nya sulit digambarkan keindahannya.
Tapi hari ini Robert tidak datang ke sini untuk bertamasya.
Ia tiba di Kantor Humas Vatikan di bangunan samping kompleks itu, yang melayani urusan non keagamaan. Pemuda yang bertugas di belakang meja penerima bersikap sopan.
"Bisa saya bantu?"
Robert menunjukkan kartu identitasnya. "Saya dari majalah Time. Saya sedang menyusun artikel mengenai sejumlah pastor yang berkonferensi di Swiss satu atau dua minggu yang lalu. Saya memerlukan data-data penunjang,"
Pemuda-itu mengamatinya sejenak, lalu mengerutkan dahinya. "Kami memang mempunyai sejumlah pastor yang mengikuti konferensi di Venesia bulan lalu. Tapi tak ada di antara pastor-pastor kami yang ke Swiss akhir-akhir ini. Maafkan saya, saya rasa saya tidak bisa membantu Anda."
Ini sungguh-sungguh penting," kata Robert dengan serius. "Bagaimana saya bisa mendapatkan informasi seperti itu?"
"Rombongan yang Anda maksudkan itu?mereka mewakili cabang gereja yang mana?"
"Maaf?" "Ada banyak ordo Katolik Roma. Ada Francis"
kan, Marist, Benediktin, Trappist, Jesuit, Domini-kan, dan banyak lagi. Saya rasa sebaiknya Anda pergi ke ordo dari mana mereka berasal dan bertanya ke sana."
"Ke sana" itu ke mana" Robert bertanya dalam hati. "Anda punya saran-saran lain?"
"Saya. kira tidak."
Aku juga tidak, pikir Robert Telah kutemukan jeraminya, tapi jarumnya belum.
Ia meninggalkan Vatikan dan berjalan tanpa tujuan di jalan-jalan Roma, tidak mengacuhkan orang-orang di sekitarnya karena pikirannya terpusat kepada masalah yang dihadapinya. Di Piazza del Popolo, ia duduk di sebuah kafe di udara terbuka dan memesan Cinzano. Minuman itu dihidangkan di depannya dan tidak disentuhnya.
Ia tidak tahu pasti di mana pastor itu berada. Jangan-jangan ia malah masih berada di Swiss! Dia anggota ordo yang mana" Aku tidak tahu. Peganganku cuma kata-kata si profesor, yang merasa yakin bahwa ia orang Roma.
Ia menyesap minumannya. Ada pesawat senja dengan tujuan Washington, Aku kan ikut itu, Robert memutuskan. Aku menyerah. Gagasan ini menyakitkan baginya. Keluar, tidak dengan teriakan kemenangan, tapi dengan rintihan. Sudah waktunya berangkat
"U conto, per favore."
"Si, signore." Robert melayangkan pandang ke sekeliling piazza itu. Di seberang kafe, sebuah bus sedang memuat penumpang. Di antara antrean orang yang akan naik terdapat dua pastor. Robert menyaksikan ketika para penumpang itu membayar tiket mereka dan berjalan ke bagian belakang bus. Ketika pastor-pastor itu sampai di depan kondektur, mereka tersenyum kepadanya dan duduk tanpa membayar. "Bon Anda. signore," kata waiter-nya. Robert sama sekali tidak mendengarnya. Pikirannya sedang bekerja keras. Di sini, di pusat gereja Katolik, para pastor mempunyai sejumlah hak istimewa. Mungkin saja, sangat mungkin"
Kantor Swissair terletak di Via Po 10, lima menit jauhnya dari Via Veneto. Robert disambut oleh pria yang bertugas di counter. "Boleh saya bertemu dengan manajer Anda?" "Sayalah manajernya. Bisa saya bantu?" Robert menunjukkan sebuah kartu identitas. "Michael Hudson. Interpol." "Apa yang bisa saya bantu, Mr. Hudson?" "Sejumlah perusahaan penerbangan internasional mengeluh tentang adanya pemberian discount yang ilegal di Eropa?di Roma, khususnya. Menurul perjanjian internasional?" "Maafkan saya, Mr. Hudson, tapi Swissair tidak
Tolong bonnya Baik, Tua. memberikan discount Semua orang harus membayar harga tiket yang ditetapkan." "Semua orang?"
"Dengan pengecualian karyawan perusahaan penerbangan, tentunya."
"Apakah Anda tidak memberikan discount kepada para pastor?"
"Tidak. Untuk penerbangan ini mereka membayar penuh."
Untuk penerbangan ini. "Terima kasih untuk waktu Anda." Dan Robert berlalu dari situ.
Dari situ?dan ini harapannya yang terakhir?ia menuju Alitalia. "Discount ilegal?" Manajernya menatap Robert dengan wajah tidak mengerti. "Kami hanya memberikan discount kepada para karyawan kami."
"Apa Anda tidak memberikan discount kepada para pastor?"
Wajah manajer itu menjadi cerah. "O, itu, iya. Tapi itu tidak ilegal. Kami telah membuat perjanjian dengan pihak gereja Katolik."
Hati Robert berbunga-bunga. "Jadi, kalau seorang pastor ingin terbang dari Roma ke Swiss misalnya, maka dia akan memakai perusahaan penerbangan ini?" "Well, itu akan lebih murah untuk dia. Ya." Kata Robert, "Supaya komputer kami bisa disesuaikan dengan kondisi terakhir, akan sangat membantu kalau Anda mau memberitahukan kepada saya berapa jumlah pastor yang terbang ke Swiss
selama dua minggu terakhir ini. Anda pasti puny; catatannya, bukan?" "Ya, tentu saja. Untuk keperluan pajak." "Saya akan sangat menghargai informasi itu." "Anda ingin tahu berapa pastor yang pergi ke Swiss selama dua minggu terakhir ini?" "Ya. Zurich atau Jenewa." "Sebentar. Saya akan cek di komputer." Lima menit kemudian, manajer itu kembali dengan sehelai printout komputer. "Hanya ada satu pastor yang terbang dengan Alitalia ke Swiss selama dua minggu terakhir ini." Ia lalu mengamati printout itu. "Ia meninggalkan Roma pada tanggal tujuh dan terbang ke Zurich. Penerbangan kembalinya ii-booking untuk dua hari yang lalu."
Robert menarik napas dalam-dalam. "Namanya?" . "Father Romero Patrian." "Alamatnya?"
Ia melihat ke bawah ke kertas itu lagi. "Ia tinggal di Orvieto. Kalau Anda memerlukan penjelasan lebih lanjut.." Ia menengadahkan kepalanya.
Robert sudah pergi. Bab Dua Puluh Lima Hari Ketujuh Orvieto, Italia
Ia menghentikan mobilnya di sebuah tikungan tajam dijalan raya S-71, dan di sana di seberang lembah, tinggi di atas karang-karang vulkanis, nampak pemandangan yang menakjubkan dari kota Orvieto. Kota itu merupakan pusat kebudayaan Etruscan kuno, dengan katedralnya yang termasyhur di dunia, selengah lusin gereja, dan seorang pastor yang menyaksikan jatuhnya sebuah UFO.
Kota itu seakan tak terjamah oleh sang waktu, dengan jalan-jalan batu kerikil dan bangunan-bangunan kuno yang cantik, dan pasar di udara terbuka tempat para petani menjual sayur-mayur segar dan ayam.
Robert mendapatkan tempat parkir di Piazza del Duomo. Ia menyeberang he katedral itu dan ma-auk ke dalamnya. Tidak ada siapa-siapa di sana, kecuali seorang pastor tua yang baru saja akan meninggalkan altar.
"Maafkan saya, Father* kata Robert "Saya mencari seorang pastor dari kota ini yang berada di Swiss minggu yang lalu. Barangkali Anda?"
Pastor itu bergerak ke belakang, wajahnya nampak kurang senang. "Saya tidak bisa membicarakan itu."
Robert memandangnya dengan heran. "Saya tidak mengerti. Saya hanya ingin mencari?"
"Dia bukan dari gereja ini. Dia dari Gereja San Giovenale." Dan pastor itu berjalan tergesa-gesa melewati Robert Mengapa dia begitu tidak ramah"
Gereja San Giovenale terletak di Quartiere Vec-chio, sebuah kawasan meriah dengan menara-menara dari abad"pertengahan dan gereja-gereja. Seorang pastor muda sedang merawat taman yang berada di sampingnya. Ia mendongakkan kepalanya ketika Robert menghampirinya.
"Buon giorno, signore.?"
"Selamat pagi. Saya sedang mencari seorang pastor yaag berada di Swiss minggu lalu. Dia?"
"Ya, ya. Father Patri n i yang malang. Sesuatu yang sangat menyedihkan telah terjadi atas diri-"ya/
"Saya tidak mengerti. Menyedihkan bagaima"
Selamat pagi. Tuan. "Dia melihat kereta setan. Dia ternyata tidak tahan. Orang tua yang malang itu mengalami guncangan saraf."
"Saya ikut menyesal mendengar itu," kata Robert "Di mana dia sekarang" Saya ingin berbicara dengannya."
"Dia dirawat di rumah sakit dekat Piazza di San Patrizio, tapi saya tidak yakin apakah dokter akan memperbolehkan Anda-?atau siapa pun?menjenguknya."
Robert berdiri di situ, kebingungan. Seseorang yang sedang mengalami guncangan saraf pastilah tak akan bisa banyak membantu. "Begitu. Terima kasih banyak."
Rumah sakit itu adalah sebuah bangunan bertingkat satu yang tidak mencolok dekat pinggiran kota. Ia memarkir mobilnya dan berjalan ke dalam lobi yang kecil. Ada seorang perawat yang bertugas di belakang meja reception.
"Selamat pagi," kata Robert "Saya ingin bertemu dengan Father Patrini."
"Mi seusi, ma?maaf?itu tidak mungkin. Dia tidak boleh berbicara dengan siapa pun."
Robert sudah menetapkan niat bahwa kali ini ia tidak mau dihalangi. Ia harus mengikuti petunjuk yang telah diberikan Profesor Schmidt. "Anda tidak mengerti," kau Robert dengan lancar. "Father Patrini yang meminta untuk bertemu dengan saya. Saya datang di Orvieto ini atas permintaannya." "Dia minta bertemu dengan Anda?" "Ya. Dia menulis aurat kepada saya di Amerika.
Saya datang jauh-jauh hanya untuk menjumpai-"ya."
Perawat itu nampak ragu. "Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Dia sakit parah. Moka."
"Saya yakin hatinya akan senang jika melihat saya."
"Dokternya tidak ada di sini?" Ia membuat keputusan. "Baiklah. Anda boleh masuk ke kamarnya, signore, tapi Anda hanya boleh tinggal beberapa menit saja."
"Itu cukup buat saya," kata Robert.
"Silakan lewat sini, per piacere."
Mereka berjalan melewati sebuah lorong pendek yang diapit oleh deretan kamar-kamar yang rapi di kiri-kanannya. Perawat itu mengantarkan Robert ke salah satu kamar.
"Hanya beberapa menit, signore."
"Grant?terima kasih."
Robert masuk ke kamar yang kecil itu. Penghuninya nampak bagai sesosok bayangan pucat yang berbaring di seprai putih. Robert mendekau-nya dan berkata pelan, "Father?"
Pastor itu menoleh untuk memandangnya, dan Robert tertegun. Bara kali ini ia melihat penderitaan yang sedemikian hebatnya di mata seorang manusia.
"Father, nama saya ada?" la menyambar lengan Robert "Tolonglah aku," pastor itu bergumam. "Kau harus menolongku, imanku sudah lenyap. Selama hidup aku telah berkhotbah tentang Tuhan dan tentang Roh Suci,
dan sekarang aku tahu bahwa Tuhan itu tidak ada. Yang ada hanya setan, dan dia telah datang untuk mencelakakan kita?" "Father, kalau Anda?"
"Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ada dua di kereta setan itu, tapi, oh, akan. datang lebih banyak lagi! Yang lain-lain akan datang! Tunggu dan lihat saja. Kita semua dikutuk untuk masuk ke neraka."
"Father" dengarkan saya. Apa yang Anda lihat itu bukan setan. Itu pesawat ruang angkasa yang?"
Pastor itu melepaskan Robert dan* memandangnya bagaikan orang yang tiba-tiba.sadar. "Anda ini siapa" Apa yang Anda inginkan?"
Robert berkata, "Saya Seorang teman. Saya datang ke sini untuk menanyakan kepada Anda tentang tamasya dengan bus di Swiss itu."
"Bus itu. Kalau saja saya tidak pernah berada dekat dengannya?" Pastor itu mulai terguncang lagi.
Robert merasa tidak tega untuk menekannya lebih jauh, tapi ia tidak mempunyai pilihan.
"Anda duduk di sebelah seorang pria di dalam bus tersebut. Orang Texas. Anda banyak berbicara dengannya, ingat?"
"Percakapan. Orang Texas. Ya, saya ingat."
"Apa dia menyebut-nyebut tempat tinggalnya di Texas?"
"Ya, saya ingat dia. Dia dari Amerika." "Ya. Dari Texas. Apakah dia memberitahukan rumahnya di mana?"
"Ya, ya. Dia memberitahu saya."
"Di mana. Father" Di mana rumahnya?"
"Texas. Dia berbicara tentang Texas."
Robert mengangguk dengan sikap memberi se manga t "Benar."
"Saya melihat mereka dengan mata kepala sendiri. Kenapa Tuban tidak membutakan saja mata saya"! Saya~"
"Father" orang dari Texas itu. Apakah dia mengatakan dia dari mana" Apa dia menyebut sebuah nama?" "Texas, ya. Ponderosa."
Robert mencoba lagi "Itu ada dalam acara televisi. Tapi ini manusia yang nyata. Dia duduk di sebelah Anda?"
Pendeta itu mulai mengigau lagi. "Mereka datang! Armageddon sudah tiba. Kitab Suci telah berbohong! Setan-lah yang akan menguasai dunia." Ia menjerit-jerit sekarang. "Awas! Awas! Aku bisa melihat mereka!"
Perawat masuk dengan tergopoh-gopoh. Ia memandang Robert dengan kurang senang. "Anda harus segera pergi, signore."
"Saya cuma perlu satu menit.lagi saja?"
"Tidak, signore. Adesso?sekarang!"
Robert memandang pastor itu untuk yang terakhir kalinya. Dia masih saja menjerit-jerit tanpa arah. Robert membalikkan badannya untuk berlalu j dari situ. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya. J Tadinya ia berspekulasi bahwa pastor ini akan
memberinya petunjuk tentang orang Texas itu, tapi ternyata ia gagal.
Robert kembali ke mobilnya dan mengendarainya balik ke Roma. Akhirnya semuanya telah berakhir. Petunjuk-petunjuk yang masih tinggal?kalau itu pantas disebut petunjuk?hanyalah fakta adanya seorang wanita Rusia, seorang pria Texas, dan seorang Hungaria. Tapi tak ada jalan untuk melacak mereka lebih jauh. Skak dan skakmat. Memang sangat mengecewakan sudah berjalan sejauh ini dan harus berhenti di sini saja. Kalau saja pastor itu bersikap waras cukup lama untuk bisa memberikan kepadanya informasi yang dibutuhkannya! Sudah dekat sekali sebetulnya. Apa yang dikatakan pastor itu" Ponderosa. Pastor tua itu terlalu banyak nonton televisi dan, dalam keadaan setengah sadar, dia pasti telah mengasosiasikan Texas dengan film seri yang pernah populer, Bonanza. Ponderosa, tempat tinggal keluarga Cart-wright yang legendaris itu. Ponderosa Robert mengurangi laju mobilnya dan berhenti di pinggir jalan, pikirannya bekerja keras. Ia lalu berputar seratus delapan puluh derajat dan memacu mobilnya ke arah Orvieto.
Setengah jam kemudian, Robert sudah berbicara dengan bartender di sebuah trattoria kecil di Piazza della Repubblica. "Kota Anda sangat indah," kata Robert. "Suasananya sangat damai."
"Oh si, signore, kami sangat senang di sini. Apa Anda pernah mengunjungi Italia sebelumnya?"
"Saya berbulan madu di Roma." Kau membuai semua mimpiku menjadi kenyataan, Robert Aku ingin melihat Roma sejak aku masih kecil.
"Ah, Roma. Terlalu besar. Terlalu bising."
"Saya setuju." "Kami hidup sederhana di sini, tapi kami bahagia."
Robert berkata dengan santai, "Saya melihat banyak antena televisi di atap-atap rumah di sini."
"Oh, ya, memang. Kami cukup up-to-date dalam hai itu."
"Itu nampak jelas. Berapa banyak saluran televisi yang ada di kota ini?" "Hanya satu."
"Saya rasa banyak acara televisi Amerika yang dapat Anda nikmati?"
"Tidak, tidak. Ini adalah saluran milik pemerintah. Di sini kami hanya bisa menerima acara-acara produksi Italia."
Bingo! "Terima kasih."
Robert menelepon Admiral Whittaker. Seorang sekretaris menerima teleponnya itu. "Kantor Admiral Whittaker."
Robert bisa membayangkan suasana kantor itu. Pasti itu semacam tempat untuk menampung pejabat-pejabat buangan yang sudah tak berperanan lagi di pemerintahan.
"Apa bisa saya berbicara dengan Admiral" Di sini Letkol Robert Bellamy."
"Tunggu sebentar, Letnan."
Robert bertanya dalam hati apakah saat ini ada orang yang masih mau repot-repot menjaga hubungan dengan tokoh yang tadinya berkuasa ini, kini setelah ia cuma mengurus armada pergudangan. Barangkali tidak.
"Robert, senang sekali mendengar beritamu lagi." Suara orang tua itu terdengar lelah. "Kau berada di mana?"
"Saya tidak bisa mengatakannya, sir."
Hening sejenak. "Aku mengerti. Ada yang bisa aku bantu?"
"Ya, sir. Ini agak tidak enak sebab saya dilarang untuk berkomunikasi dengan siapa pun. Tapi saya memerlukan bantuan dari luar. Apa sekiranya Anda bisa membantu menyelidiki sesuatu untuk saya?"
"Pasti bisa kucoba. Apa yang ingin kauketahui?" "Saya perlu tahu apakah di. Texas ada sebuah ranch yang bernama Ponderosa." "Seperti yang di Bonanza itu?" "Ya, sir."
"Aku bisa menyelidikinya. Bagaimana aku bisa menghubungimu?"
"Saya rasa sebaiknya saya yang menghubungi Anda, Admiral."


Konspirasi Hari Kiamat The Doomsday Conspiracy Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah. Aku minta waktu satu atau dua jam. Aku akan menjaga bahwa ini hanya di antara kita berdua saja."
"Terima kasih."
Robert bisa merasakan bahwa kelelahan sudah lenyap" dari suara orang tua itu. Akhirnya ia diminta untuk melakukan sesuatu, walau itu begitu tak berarti seperti mencari tahu tentang letak sebuah ranch.
Dua jam kemudian, Robert menelepon Admiral Whittaker lagi.
"Aku sudah menunggu teleponmu," kata admiral itu. Nada suaranya mengandung rasa puas. "Aku telah mendapatkan informasi yang kauperlukan."
"Dan?" Robert menahan napas.
"Ada ranch bernama Ponderosa di Texas. Letaknya persis di luar kota Waco. Pemiliknya adalah Dan Wayne."
Robert mengembuskan napas lega. "Terima kasih, Admiral," kata Robert. "Saya utang satu makan malam kalau saya pulang nanti"
"Aku akan senang sekali, Robert."
Telepon Robert berikutnya adalah ke Jenderal Hilliard. "Saya telah menemukan seorang saksi lagi di Italia, Father Patrini"
"Pastor?" "Ya. Di Orvieto. Dia dirawat di rumah sakit, sakit parah. Saya kuatir pihak yang berwajib di Italia tidak akan bisa berkomunikasi dengannya."
"Saya akan menyampaikan laporan ini. Terima kasih, Letnan."
Dua menit kemudian, Jenderal Hilliard sudah menelepon Jam".
"Saya sudah mendengar berita lagi dari Letkol
Bellamy. Saksi mata terakhir yang ditemukannya adalah seorang pastor. Namanya Faher Patrini dan tinggal di Orvieto." "Bereskan dia."
PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET NSA KEPADA WAKIL DIREKTUR SIFAR PRIBADI KOPI SATU DARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 5. FATHER PATRINI?ORVIETO PESAN DITUTUP
Markas-besar SIFAR terletak di Via della Pine-ta, di pinggiran paling selatan kota Roma, di sebuah kawasan yang dikelilingi oleh rumah-rumah petani. Satu-satunya hal yang membuat orang menengok dua kali ke kompleks bangunan batu yang nampak seperti pabrik itu adalah tembok tinggi yang memagarinya, yang diberi kawat berduri dengan pos-pos penjagaan di setiap sudutnya. Tersembunyi di sebuah kompleks militer, badan itu adalah salah satu dinas rahasia yang paling terselubung di dunia, dan yang paling kurang dikenal. Ada tulisan di luar kompleks itu yang berbunyi: Vietate Passare Oltre i Limiti.
Dilarang Masuk Di dalam sebuah kantor yang bersuasana Spartan di lantai satu bangunan utamanya, Kolonel Francesco Cesar sedang mengkaji pesan kilat yang baru saja diterimanya. Kolonel itu adalah seorang pria berumur awal lima puluh tahunan, dengan tubuh berotot dan wajah kasar yang mirip buldog. la membaca pesan itu untuk ketiga kalinya.
Jadi, Operasi Hari Kiamat akhirnya benar-benar dilaksanakan. E una belia fregatura. Untung kami sudah siap untuk mi, pikir Cesar. Ia melihat lagi telegram itu. Seorang pastor.
Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam ketika biarawati itu berjalan melewati perawat-perawat yang sedang bertugas jaga malam di remah sakit kecil di Orvieto.
"Aku kira dia akan menemui Signora Fillipi," kata Suster Tomasino.
"Kalau bukan dia pasti Pak Tua Rigano itu. Mereka berdua sudah dekat ajal." Biarawati itu berjalan tanpa bersuara memutari pojok dan langsung menuju kamar sang Pastor. Ia sedang tidur dengan tenang, tangan-tangannya disatukan di dadanya hampir-hampir seperti sedang berdoa. Secercah cahaya bulan masuk menembus tirai; sinarnya yang keemasan menerangi wajah sang Pastor.
Biarawati Hu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam jubahnya. Dengan hati-hati ia mengambil sebuah rosario indah dari butir kaca dan menaruhnya di tangan pastor tua itu. Ketika mengatur letak butir-butir itu, dengan cepat ia menarik
sebulir mengiris ibu jari korbannya. Segari* tipis darah timbul. Biarawati itu mengeluarkan sebuah botol kecil dari kotak dan, dengan alat penetes obat mata, dengan hati-hati meneteskan tiga tetes cairan ke dalam luka yang terbuka itu.
Hanya memakan waktu beberapa menit bagi racun maut yang bekerja cepat itu untuk menunjukkan hasilnya. Biarawati itu menarik napas saat ia membuat tanda salib di atas orang yang sudah mati itu. Lalu ditinggalkannya tempat itu tanpa suara seperti ketika ia masuk tadi.
PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET SIFAR KEPADA WAKIL DIREKTUR NSA PRIBADI KOPI SATU DARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 5. FATHER PATRINI?ORVIETO?DIAKHIRI PESAN DITUTUP
Bab Dua Puluh Enam Frank johnson direkrut karena ia dulu anggota Green Beret di Vietnam dan di antara rekan-rekannya dikenal dengan sebutan Killing Machine. Membunuh adalah hobinya. Motivasinya tinggi dan ia sangat cerdas.
"Dia pas sekali untuk maksud kita," kata Janus. "Dekati dia dengan hati-hati. Aku tidak mau kehilangan dia."
Pertemuan pertama diadakan di barak angkatan darat Seorang Kapten berbicara dengan Frank Johnson.
"Tidakkah kau kuatir mengenai pemerintah kita?" tanya sang kapten. "Pemerintah kita sedang dikendalikan oleh sekelompok pejabat berhati rapuh yang selalu mengalah. Negeri ini membutuhkan kekuatan nuMfe, tapi politisi-politisi brengsek itu malahan melarang kita mendirikan instalasi baru. Kita bergantung pada Arab-Arab sialan itu untuk minyak, tapi maukah Pemerintah membiarkan kita sendiri melakukan pengeboran lepas pan-Oh tidak. Mereka lebih memikirkan ikan-ikan daripada kita. Apa ini masuk akal bagimu?" "Aku mengerti maksudmu," kata Frank Johnson. "Aku tahu kau pasti bisa mengerti, karena kau pintar." Ia memperhatikan ekspresi wajah Johnson sementara ia berbicara. "Kalau Kongres tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan negeri kita, maka tergantung kepada sebagian dari kita untuk melakukan sesuatu."
Frank Johnson nampak keheranan. "Sebagian dari kita?"
"Yeah." Cukup sekian dulu kali ini, pilar kapten itu. "Kita akan membicarakannya lagi nanti."
Perbincangan berikutnya sudah lebih rinci sifatnya. "Ada sekelompok patriot Frank, yang ingin melindungi dunia kita. Mereka terdiri dari orang-orang yang berkuasa. Mereka telah membentuk sebuah komisi. Komisi ini mungkin nanti akan membengkokkan beberapa aturan hukum agar mereka bisa melakukan misinya, tapi akhirnya ini semua akan ada gunanya. Kau tertarik?"
Frank Johnson menyeringai. "Aku sangat tertarik."
Begitulah awal mulanya. Pertemuan selanjutnya berlangsung di Ottawa, Kanada, dan Frank Johnson berjumpa dengan sebagian anggota komisi itu. Mereka mewakili kelompok-kelompok yang berkuasa dari selusin negara.
"Kami terorganisir dengan amat rapi," seorang anggota menjelaskan kepada Frank Johnson.
"Kami memiliki susunan komando yang ketat. Ad" Divisi Propaganda, Perekrutan, Taktik, Penghubung" dan Pasukan Pembasmi." Ia melanjutkan. "Hampir semua dinas intelijen di seluruh dunia ikut mengambil bagian."
"Maksud Anda kepala-kepala dari?""
"Tidak, bukan kepala-kepalanya. Wakil-wakilnya. Mereka lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, tahu bahaya apa yang sedang mengancam negara-negara kita saat ini."
Pertemuan-pertemuannya diselenggarakan di seluruh dunia?Swiss, Maroko, Cina?dan Johnson menghadiri semua pertemuan itu.
Baru enam bulan kemudian Kolonel Johnson bertemu dengan Janus. Janus memanggilnya.
"Saya menerima laporan-laporan yang sangat baik mengenai Anda, Kolonel."
Frank Johnson menyeringai. "Saya menyukai pekerjaan saya."
"Begitulah yang saya dengar. Anda berada dalam posisi yang bagus untuk membantu kami."
Frank Johnson menegakkan duduknya. "Saya akan melakukan apa yang saya bisa."
"Bagus. Di Farm, Anda bertugas mengawasi pelatihan para agen dari berbagai dinas rahasia." "Benar."
"Dan Anda mengenal mereka dan kemampuan mereka."
"Dengan mendalam."
"Apa yang saya ingin Anda lakukan," kata
Janus, "adalah merekrut mereka yang Anda anggap akan bisa sangat membantu dalam organisasi kita ini. Kami hanya tertarik kepada yang paling
baik." "Itu mudah," kata Kolonel Johnson. "Tidak ada masalah." Ia ragu sejenak, "Saya pikir?" "Ya?"
"Saya bisa melakukan itu dengan tangan kiri saya saja. Sebenarnya saya ingin melakukan lebih dari itu, sesuatu yang lebih besar." Ia mencondongkan badannya ke depan. "Saya telah mendengar tentang Operasi Hari Kiamat Hari Kiamat tepat berada di mulut gang rumah saya. Saya ingin mengambil bagian di situ, sir."
Janus terdiam, mengamatinya sebentar. Ia lalu mengangguk. "Baiklah, Anda diterima."
Johnson tersenyum. "Terima kasih. Anda tidak akan menyesal." Kolonel Frank Johnson meninggalkan pertemuan itu dengan sangat gembira. Kini ia mempunyai kesempatan untuk menunjukkan apa yang mampu dilakukannya.
Bab Dua Puluh Tujuh Han Kedelapan Waco, Texas
Hari itu bukan hari yang baik bagi Dan Wayne. Malahan, boleh dikatakan itu hari yang celaka baginya. Ia baru saja kembali dari Pengadilan Negeri Waco menghadiri persidangan sehubungan dengan kebangkrutan perusahaannya. Istrinya, yang mempunyai hubungan gelap dengan seorang dokter muda, sedang menuntut perceraian darinya dan meminta setengah dari semua yang dimilikinya (yang bisa jadi setengah dari nol, begitu telak dikatakannya kepada pengacara istrinya). Dan salah satu sapi jantan kesayangannya harus dilenyapkan. Dan Wayne merasa bahwa nasib sedang menggencetnya. Ia tidak pernah melakukan apa-apa yang pantas membuatnya dihukum seperti nu Ia suami yang baik dan seorang pengusaha ranch yang baik. Ia duduk di ruang bacanya merenungkan masa depannya yang suram. Dan Wayne adalah seseorang yang bangga aka"
dirinya. Ia cukup sadar akan semua tenda gurau tentang orang Texas suka omong besar, pembual, tapi ia setulusnya merasa bahwa ia memang memiliki sesuatu yang pantas dibanggakan. Ia dilahirkan di Waco, di daerah pertanian yang subur di lembah Sungai Brazoz. Waco sebuah kota yang cukup modem, tapi masih mempertahankan sisa kejayaan lamanya, ketika lima C masih menopang kehidupannya: cattle, cotton, corn, collegian, culture. Wayne mencintai Waco dengan seluruh jiwa raganya, dan ketika ia berjumpa dengan pastor Italia di dalam bus di Swiss itu, ia menghabiskan hampir lima jam membicarakan kampung halamannya. Pastor itu mengatakan kepadanya bahwa ia ingin mempraktekkan bahasa Inggris-nya, tapi yang terjadi adalah Dan yang berbicara terus sepanjang waktu, begitu pikirnya kalau ia mengingat kembali saat-saat itu.
"Waco memiliki segalanya," katanya waktu itu kepada sang Pastor. "Cuaca kami sangat bagus. Tidak pernah terlalu panas atau terlalu dingin. Kami mempunyai dua puluh tiga sekolah dan Universitas Baylor. Kami mempunyai empat surat kabar, sepuluh stasiun radio, dan lima stasiun televisi. Kami mempunyai Hall of Fame Texas Ranger yang benar-benar akan membuat Anda terpesona. Maksud saya, kalau kita berbicara tentang sejarah. Kalau Anda suka maneing, Father, Sungai Brazos akan merupakan suatu pengalaman yang sulit Anda lupakan. Lalu, kami memiliki ranch safari dan sebuah art center yang besar. Sungguh,
Waco adalah salah satu kota terunik di dunia, Anda harus mengunjungi kami suatu hari kelak."
Dan pastor tua yang berperawakan kecil itu tersenyum dan manggut-manggut, dan Wayne bertanya dalam hati seberapa banyak ia memahami bahasa Ingg
ris. Ayah Dan Wayne mewariskan kepadanya tanah seluas seribu ekar, dan putranya itu telah berhasil meningkatkan jumlah lemaknya dari dua ribu menjadi sepuluh ribu ekor. Ada juga seekor kuda jantan unggulan yang kelak akan berharga sangat mahal. Dan sekarang bajingan-bajingan itu akan mengambil semuanya darinya. Bukan salahnya bahwa pasar ternak hancur seperti itu, atau bahwa ia kini tak mampu membayar angsuran gadainya. Bank-bank kini mengancam untuk menjerat mangsanya, dan satu-satunya peluang menyelamatkan dirinya sendiri adalah mencari seseorang yang mau membeli ranch itu, membayar lunas kepada para kreditornya, dan dengan begitu memberikan kepadanya sedikit sisa keuntungan.
Wayne mendengar bahwa ada orang Swiss kaya raya yang sedang mencari ranch di Texas, dan ia lalu terbang ke Zurich untuk menjumpai orang itu. Akhirnya, ternyata itu cuma merupakan perburuan yang sia-sia. Yang dimaksudkan si kaya itu dengan ranch itu hanyalah tanah seluas satu atau dua ekar dengan kebun sayur-mayur yang kecil dan indah. Siaaalan!
Begitulah kisahnya mengapa Dan Wayne akhirnya bisa ikat tur dengan bus itu ketika peristiwa
yang luar biasa itu terjadi. Ia sering membaca tentang piring terbang, tapi ia tidak pernah mempercayainya. Kini, demi Tuhan, ia percaya. Segera setelah dia tiba di rumahnya, ia menelepon editor sebuah surat kabar lokal.
"Johnny, aku bersumpah aku baru saja melihat sebuah piring terbang dengan makhluk-makhluk berbentuk aneh di dalamnya."
"Yeah" Kau punya foto-fotonya, Dan?"
"Tidak. Aku mencoba memotretnya, tapi tidak bisa jadi."
"Tak apa. Kami akan mengirimkan seorang fotografer ke sana. Apakah lokasinya di ranch-mu?" "Hm, tidak. Lokasinya di Swiss." Hening sejenak.
"Oh. Yah, kalau kebetulan nanti ada yang jatuh di ranch-mu, Dan, teleponlah aku lagi."
"Tunggu! Aku akan dikirimi foto oleh seseorang yang juga melihat benda itu." Tapi Johnny sudah menutup teleponnya.
Dan hanya sampai di situ saja.
Wayne hampir-hampir berharap bahwa benar-benar akan ada invasi oleh makhluk-makhluk asing dari luar angkasa. Barangkali mereka akan membunuh para kreditornya yang menyebalkan itu. Ia mendengar bunyi mobil menuju rumahnya, dan ia bangkit menghampiri jendela. Nampaknya seseorang dari timur. Barangkali kreditor yang lain lagi. Akhir*akhir ini mereka seperti muncul dari mana saja.
Dan Wayne membuka pintu depan. "Howdy." ? "Daniel Wayne?"
"Teman-teman memanggil saya Dan. Apa yang bisa saya bantu?"
Dan Wayne lain sama sekali dengan yang dibayangkan Robert Biasanya orang Texas berbadan gempal, tapi Wayne ternyata bertubuh kecil dan berpenampilan aristokrat dengan sikap yang malu-malu. Satu-satunya yang menunjukkan daerah asalnya hanyalah logatnya saja. "Bisa saya minta waktu Anda beberapa menit
saja?" "Memang cuma waktu yang masih saya punyai," kata Wayae. "Ngomong-ngomong, Anda bukan kreditor, kan?"
"Kreditor" Bukan."
"Bagus. Silakan masuk."
Kedua orang itu berjalan memasuki ruang duduk Ruang itu luas dan diperlengkapi dengan nyaman dengan perabotan gaya Barat.
"Tempat tinggal Anda sungguh nyaman," kata Robert
"Yeah. Saya dilahirkan di rumah ini. Bisa saya tawari Anda minuman" Minuman dingin, barangkali?"
"Tidak, terima kasih. Saya baru saja minum." "Silakan duduk."
Robert duduk di sebuah sofa kulit yang empuk. "Apa keperluan Anda menjumpai saya?"
"Saya mendengar bahwa Anda ikut tur dengan bus di Swiss minggu yang lalu?"
"Benar. Apa mantan istri saya menyuruh orang membuntuti saya" Anda tidak bekerja untuk dia, kan?"
"Tidak, sir." "Oh." Tiba-tiba dia paham. "Anda tertarik kepada UFO itu. Benda paling terkutuk yang pernah saya lihat Terus berubah warna. Dan makhluk-makhluk yang mati itu!" Ia bergidik. "Saya terus-terusan bermimpi tentang itu."
"Mr. Wayne, bisakah Anda bercerita tentang penumpang-penumpang lain yang ikut dalam bus itu?"
"Maaf, dalam hal ini saya tak bisa membantu Anda. Waktu itu saya bepergian seorang diri."
"Saya tahu, tapi Anda berbicara dengan beberapa penumpang lain, bukan?"
"Terus terang saja saat itu saya sedang banyak pikiran. Saya tidak banyak memperhatikan orang lain."
"Apa ada yang Anda ingat tentang yang mana saja dari mereka itu?"
Dan Wayne terdiam untuk beberapa saat "Well, ada seorang pastor Italia. Saya cukup banyak berbicara dengannya. Dia nampaknya seorang yang baik. Saya ingin mengatakan sesuatu kepada Anda. Piring terbang itu benar-benar telah mengguncangnya. Dia terus mengoceh mengenai setan." "Apa Anda berbicara dengan orang lain?" Dan Wayne mengangkat bahu. "Rasanya tidak". Sebentar. Saya berbicara dengan seseorang, yang
memiliki sebuah bank di Kanada." Ia menjilatkan lidah ke bibirnya. "Terus terang saja, saya sedang mengalami sedikit masalah keuangan berkenaan dengan ranch saya ini. Kelihatannya saya akan kehilangan ranch ini. Saya benci dengan bankir-bankir jahanam itu. Mereka semua pengisap darah. Tapj saat itu saya pikir barangkali orang yang satu ini berbeda. Ketika saya tabu bahwa dia seorang bankir, "saya berbicara dengannya tentang kemungkinan memperoleh pinjaman. Tapi dia sama saja dengan yang lain-lain. Dia sama sekali tidak tertarik." "Kata Anda tadi dia berasal dari Kanada?" "Yeah, Fort Smith, di atas di Northwest Territories sana. Saya rasa hanya itu saja yang bisa saya ceritakan kepada Anda."
Robert berusaha menyembunyikan rasa gembiranya. "Terima kasih, Mr. Wayne, Anda sangat membantu." Robert bangkit "Hanya itu saja?" "Hanya itu."
"Anda man tinggal untuk makan malam?" "Tidak, terima kasih. Saya harus melanjutkan perjalanan. Semoga sukses dengan ranch Anda." "Terima kasih."
Fort Smith, Kanada Northwest Territories
Robert menunggu sampai Jenderal Hilliard berada di saluran telepon.
268 "Ya, Letnan?" "Saya menemukan saksi mata lainnya. Dan Wayne. Dia pemilik Ponderosa, sebuah ranch di luar kota Waco, Texas."
"Bagus sekali. Saya akan minta kantor kita yang di Dallas untuk berbicara dengannya."
PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET NSA KEPADA WAKIL DIREKTUR DCI PRIBADI KOPI SATU DARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 6. DANIEL WAYNE?WACO PESAN DITUTUP
Di Langley, Virginia, Wakil Direktur Central Intelligence Agency mengkaji transmisi itu dengan serius. Nomor enam. Semua berjalan lancar. Letkol Bellamy telah bekerja dengan sangat memuaskan. Keputusan untuk memilihnya ternyata sangat tepat Janus ternyata benar. Ia selalu benar. Dan ia mempunyai kekuasaan untuk membuat keinginan-keinginannya dilaksanakan. Kekuasaannya begitu besar". Sang Direktur melihat pesan itu lagi. Buat itu nampak seperti suatu kecelakaan, pikirnya. Itu I
pasti tidak akan sulit. Ia menekan sebuah tombol.
Kedua laki-laki itu tiba di ranch dengan mengendarai sebuah van biru" tua. Mereka memarkir"
I 1 ?ya di halaman dan keluar dari mobil, melihat-lihat ke sekeliling dengan hati-hati. Dugaan pertama Dan Wayne adalah bahwa mereka datang untuk mengambil alih ranch itu. Ia membukakan pintu untuk mereka. "Dan Wayne?" "Ya. Apa yang bisa saya?"" Hanya sampai di situ saja kata-katanya. Pria yang satunya lagi telah berdiri di belakangnya dan menghantam tengkorak kepalanya dengan sebuah pentungan polisi. Pria yang berperawakan lebih besar mengangkat rancher itu ke pundaknya dan membawanya keluar ke kandang kuda. Ada delapan ekor kuda di kandang. Kedua pria tadi tidak mengacuhkan mereka dan terus berjalan menuju kandang terakhir yang terletak di belakang sekali. Di dalamnya ada seekor koda jantan hitam yang amat bagus.
Pria bertubuh besar itu berkata, "Inilah kudanya." Ia lalu menurunkan tubuh Wayne.
Pria yang satunya mengambil sebuah pelecut sapi listrik di lantai, melangkah ke pintu kandang, dan melecut kuda jantan itu keras-keras. Ia meringkik dan mundur sambil mengangkat tinggi-tinggi kaki depannya. Pria itu mengarahkan pele-CdenT?^ Wdung kuda ilu-I" melompat-lompat itu Tv ^mben*r-bentur dinding kandang iThu Gi ^3 Me,0k"kan diri da" ruang pak putih me2Saa2ihatdan ?"?"^ Ayo," kata nria ",,?" ".
pna ya"g lebih kecil. Temannya
mengangkat tubuh Dan Wayne dan melemparkannya lewat pintu rendah ke dalam kandang. Mereka menyaksikan pemandangan berdarah itu beberapa saat lamanya, dan setelah merasa puas, membalikkan badan dan berlalu dari tempat itu.
PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET DCI KEPADA WAKIL DIREKTUR NSA PRIBADI KOPI SATU DARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 6. DANIEL WAYNE?WACO?DIAKHIRI PESAN DITUTUP
270 271 Bab Dua Puluh Delapan Hari Kesembilan Fort Smith, Kanada
Fort smith, di Northwest Territories, adalah sebuah kota yang makmur berpenduduk dua ribu orang, sebagian besar petani dan peternak sapi, dan sejumJah kecil saudagar ternak. Cuacanya keras, dengan musim dingin yang panjang dan sangat dingin, dan kota itu merupakan bukti hidup dari teori Darwin tentang "survival of the fittest".
William Mann adalah salah satu yang cukup fit> yang mampu bertahan hidup. Ia dilahirkan di Michigan, tapi pada waktu ia berumur awal tiga puluhan, ia kebetulan lewat di Fort Smith ketika sedang memancing dan beranggapan bahwa masyarakat di situ memerlukan sebuah bank baru yang baik. la memanfaatkan peluang itu. Hanya ada satu bank lain di kota itu, dan William Manfl memerlukan waktu kurang dari dua tahun untuk menyingkirkan pesaing bisnisnya ini. Man n menjalankan banknya seperti layaknya sebuah bank
harus dijalankan. Tuhannya adalah matematika, dan ia selalu mengupayakan agar angka-angka selalu berpihak padanya. Cerita favoritnya adalah tentang seorang pria yang menjumpai seorang bankir untuk memohon pinjaman supaya ia bisa membayar biaya operasi yang akan menyelamatkan jiwa putranya. Ketika ia mengatakan ia tak punya apa-apa untuk dijaminkan, bankir itu memintanya keluar dari kantornya.
"Saya akan pergi," kata orang itu, "tapi saya ingin mengatakan kepada Anda bahwa sepanjang hidup saya, belum pernah saya bertemu dengan orang yang mempunyai hati sedingin Anda."
"Tunggu sebentar," bankir itu menjawab. "Saya punya usul. Salah satu mata saya terbuat dari kaca. Kalau Anda bisa mengatakan kepada saya mana yang kaca, pinjaman akan saya berikan." Orang itu langsung menjawab, "Yang kiri." Bankir itu terheran-heran. "Tidak ada yang tabu itu. Bagaimana Anda bisa tahu?"
Kata orang itu, "Gampang saja. Sekilas, tadi saya pikir saya lihat kilauan simpati di mata kiri Anda itu, jadi saya yakin bahwa itu pasti mata kaca Anda."
Itu, bagi William Mann, adalah sebuah kisah bisnis yang bagus. Orang tidak boleh menjalankan bisnis berdasarkan simpati. Orang harus berpijak pada faktor murninya. Sementara bank-bank di Kanada dan di Amerika berguguran seperti botol-botol boling, bank milik William Mann malah menjadi semakin kuat. Falsafahnya sangat seder-nana: Tidak ada pinjaman untuk memulai bisnis baru. Tidak ada investasi untuk surat-surat berharga yang kurang aman. Tidak ada pinjaman untuk tetangga yang anaknya harus segera dioperasi.
Mann sangat mengagumi sistem perbankan Swiss. Zurich adalah sarang dari bankirnya bankir. Jadi. pada suatu hari, William Mann memutuskan untuk berkunjung ke Swiss untuk berbicara dengan beberapa bankir di sana untuk mencari tahu apakah ada hal-hal yang belum diketahuinya, cara-cara untuk memeras setiap sen dari dolar Kanada. Ia diterima dengan senang hati, tapi akhirnya ternyata ia tidak memperoleh sesuatu yang baru. Metode-metode perbankan yang sudah diterapkannya di banknya sendiri cukup canggih, dan orang-orang Swiss itu tidak ragu untuk menyatakan hal itu kepadanya.
Pada hari ia bermaksud untuk pulang, Mann memutuskan untuk menghadiahi dirinya sendiri dengan sebuah tur ke Pegunungan Alpen. Ternyata tur itu membosankan baginya. Pemandangan alamnya memang menarik, tapi tidak lebih indah daripada pemandangan alam di sekitar Fort Smith. Salah satu penumpang bus itu, orang Texas, telah berani mencoba membujuknya untuk memberikan pinjaman bagi sebuah ranch yang hampir bangkrut. Ia terang-terangan tertawa di depan orang itu. Satu-satunya bal menarik yang dialaminya dalam tur itu adalah jatuhnya apa yang disebut piring terbang itu. Sedikit pun Mann tidak percaya bahwa itu sungguh-sungguh terjadi. Ia yakin bahwa peristiwa itu diatur oleh pemerintah Swiss untuk membuat para turis terkesan. Ia pernah ke Walt Disney World, dan ia telah melihat benda-benda serupa itu yang nampak asli tapi nyatanya palsu. Itu adalah mata kaca ala Swiss, pikirnya dengan sinis.
William Mann merasa senang ketika pulang ke rumahnya.
Setiap menit dari hari-hari dalam kehidupan bankir itu dijadwalkan dengan sangat teliti, dan ketika sekretarisnya masuk dan berkata ada seorang tak dikenal yang ingin menjumpainya, naluri pertama Mann adalah memintanya pergi saja. "Apa yang dikehendakinya?"
"Katanya dia ingin mewawancarai Anda. Dia sedang menulis artikel tentang para bankir."
Kalau begitu lain soalnya. Pub"lisitas yang tepat sangat bagus untuk bisnis. William Mann merapikan jasnya, menyisir rambutnya, dan berkata, "Persilakan dia masuk."
Tamunya adalah seorang Amerika. Ia berpakaian rapi, yang menunjukkan bahwa ia bekerja untuk salah satu majalah atau surat kabar yang cukup terkemuka.
"Mr. Mann?" "Ya." "Robert Bellamy."
"Sekretaris saya mengatakan bahwa Anda bermaksud membuat artikel mengenai diri saya." "Well, bukan seluruhnya mengenai diri Anda,"
kata Robot Tapi yang jelas Anda akan dilon jolfcan di dalamnya. Surat kabar saya?" "Surat kabarnya apa?" "Wall Street Journal. *
Ah, ya. Ini benar-benar hebat. "Journal berpendapat bahwa kebanyakan bankir terlalu terisolasi dari apa yang sedang berlangsung di belahan dunia lainnya. Mereka jarang bepergian, mereka tidak pernah mengunjungi negara-negara" lain. Di pihak lain. Anda, Mr. Mann, diketahui sering bepergian."
"Saya kira begitu," kata Mann dengan rendah hati. "Sehubungan dengan itu, saya baru saja kembali dari Swiss minggu yang lalu."
"O, ya" Anda senang di sana?"
"Ya. Saya bertemu dengan sejumlah bankir di sana. Kami memperbincangkan ekonomi dunia."
Robert mengeluarkan sebuah notes dan mulai mencatat "Apa Anda punya waktu untuk bersenang-senang?"
"Sebenarnya tidak. Oh, saya ikut tur dengan naik bus. Saya belum pernah melihat Pegunungan Alpen sebelum itu."
Robert mencatat lagi, "Ikut tur. Wah, kebetulan itu yang sedang kami cari-cari;" kata Robert dengan nada memberi semangat. "Saya bayangkan Anda pasti bertemu dengan banyak orang yang menarik di bus itu."
"Menarik?" Ia teringat akan orang Texas yang mencoba meminjam uang itu. "Tidak juga "
"Oh?" j Mann memandangnya. Reporter itu jelas mengharapkan ia berbicara lebih banyak. "Jelas Anda akan ditonjolkan di dalamnya." "Ada seorang gadis Rusia."
Robert mencatat "O, ya" Harap Anda ceritakan tentang dia."
"Well, kami berbincang-bincang, dan saya menjelaskan bagaimana terbelakangnya Rusia dan bagaimana beratnya masalah yang akan dihadapinya kalau mereka tidak mau berubah." "Pasti dia sangat terkesan," kata Robert "Oh, memang. Gadis itu nampaknya cerdas. Untuk orang Rusia, maksud saya. Mereka sangat tertutup, Anda tahu itu." "Apakah dia menyebutkan namanya?" "Tidak" sebentar. Olga apa begitu." "Apakah dia mengatakan asalnya dari mana?" "Ya. Dia bekerja sebagai pus ia kawati di kantor cabang utama di Kiev. Itu merupakan perjalanannya yang pertama ke luar negeri. Saya kira itu karena glasnost. Kalau Anda mau tahu pendapat saya?" Ia berhenti untuk memastikan bahwa Robert telah mencatatnya. "Gorbachev mengantarkan Rusia ke neraka dalam sebuah keranjang. Jerman Timur dipersembahkan kepada Bonn di atas. sebuah piring. Di sektor politik, Gorbachev bergerak terlalu cepat, dan di sektor ekonomi ia bergerak terlalu lamban."
"Itu sangat menarik," Robert bergumam. Ia menghabiskan waktu setengah jam lagi dengan bankir itu, menyimak komentar-komentarnya mengenai apa saja mulai dari Pasar Bersama sampai perlucutan senjata. Ia tidak berbasil memperoleh informasi lebih lanjut mengenai penumpang-penumpang yang lain.
Sepulangnya ke hotel, Robert menelepon kantor Jenderal Hilliard.
"Sebentar, Letkol Bellamy."
Ia mendengar serangkaian bunyi klik, dan Jenderal Hilliard berada di saluran.
"Ya, Letnan?" "Saya telah melacak satu lagi saksi mata, Jenderal." "Namanya?"
"William Mann. Ia. adalah pemilik bank di Fort Smith, Kanada."
"Terima kasih. Saya akan minta pihak yang berwenang di Kanada berbicara dengannya segera."
"Selain itu, dia memberikan kepada saya petunjuk ban. Saya akan terbang ke Rusia petang ini. Saya memerlukan visa dari Intourist."
"Anda menelepon dari mana?"
"Fort Smith." "Singgahlah di Hotel Visigoth di Stockholm. Akan ada sebuah amplop buat Anda di resepsionis,"
"Terima kasih,"
PESAN KILAT ULTRA TOP SECRET NSA KEPADA WAKIL DIREKTUR CGHQ J
PRIBADI f KOPI SATU DARI (SATU) KOPI PERIHAL : OPERASI HARI KIAMAT 7. WILLIAM MANN?FORT SMITH PESAN DITUTUP
Jam sebelas malam itu, bel pintu William Mann berdering. Ia tidak mempunyai janji dengan siapa pun, dan ia tidak suka pada tamu-tamu yang tidak membuat perjanjian sebelumnya. Pengurus rumah tangganya sudah beristirahat, dan istrinya sudah tidur di kamarnya di lantai atas. Dengan kesal Mann membuka pintu depan. Dua orang pria yang mengenakan setelan hitam-hitam berdiri di ambang pintu.
"William Mann?"
"Ya." iJjjj Seorang dari mereka mengeluarkan sebuah kartu
identitas. "Kami dari Bank of Canada. Boleh kami
masuk?" Mann mengerutkan dahi. "Ini urusan apa?"
"Kami lebih senang membicarakannya di dalam, kalau Anda tidak berkeberatan."
"Baiklah." Ia mengantarkan tamu-tamu itu ke ruang duduk.
"Anda belum lama ini ada di Swiss, bukan?"
Pertanyaan itu membuatnya terperangah. "Apa" Ya, tapi apa urusannya?""
"Sementara Anda pergi itu kami telah mengaudit pembukuan Anda, Mr. Mann. Apakah Anda sadar bahwa ada defisit sebesar satu juta dolar di bank Anda?"
William Mann memandang kedua orang itu, sangat terkejut "Anda ini bicara apa" Saya cek sendiri buku-buku itu setiap minggunya. Tak pernah ada satu penny pun yang hilang!"
"Satu juta dolar, Mr. Mann. Kami rasa Anda bertanggung jawab karena telah menggelapkannya."
Wajahnya berubah merah. Ia mendapati dirinya gemetar. "Beraninya kalian! Keluar dari sini sebelum kupanggil polisi."
"Percuma saja. Yang kami ingin Anda lakukan adalah bertobat"
Ia memelototi mereka sekarang, bingung. "Bertobat" Bertobat apa" Kalian sudah gila!"
"Tidak, sir." Salah seorang dari mereka mengeluarkan pistol. "Duduk, Mr. Mann."
Oh, my God! Aku sedang dirampok. "Begini," kata Mann, "ambil semua yang kalian maui. Tidak ada gunanya kekerasan dan?"
"Harap duduk." Pria yang kedua berjalan menghampiri lemari minuman keras. Ternyata terkunci. Ia menghancurkan kacanya dan membuka lemari itu. Ia mengambil sebuah gelas air yang besar, mengisinya dengan scotch, dan membawanya ke tempat duduk Mana.
"Minum ini Ini akan membuat Anda rileks." "Saya" saya tidak pernah minum setelah makan malam. Dokter saya?" Pria yang satunya itu menempelkan pistol pada
pelipis William Mann. "Minumlah, atau gelas ini akan penuh dengan otakmu nanti."
Mann kini sadar bahwa ia berada di tangan dua orang maniak. Ia menerima gelas itu dengan tangannya yang gemetar dan menyesapnya.
"Minum sampai habis."
Ia meneguk cukup banyak. "Apa" apa yang kalian inginkan?" Ia mengeraskan suaranya, berharap bahwa istrinya akan mendengarnya dan turun ke bawah, tapi itu hanya harapan kosong. Ia tahu betapa istrinya itu sulit bangun kalau sudah tidur. Orang-orang ini jelas ke sini untuk merampok rumah ini. Tapi mengapa mereka tidak langsung saja melakukannya "
Anak Rajawali 14 Pendekar Rajawali Sakti 167 Pengemis Bintang Emas Bidadari Bidadari Surga 5

Cari Blog Ini