Ceritasilat Novel Online

Sang Godfather 7

The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo Bagian 7


kita ada di luar sana. Di bidang penjualan kupon taruhan dan usaha peminjaman. Kita bisa kena
pukulan telak. Tapi Keluarga Tattaglia menguasai pelacuran dan gadis panggilan selain serikat buruh
pelabuhan. Bagaimana kita memukul mereka" Keluarga-keluarga lain mengelola beberapa tempat
judi. Tapi sebagian besar dari mereka bergerak di bidang konstruksi, lintah darat,
pengendalian serikat buruh,
mendapatkan kontrak pemerintah. Mereka memiliki pendapatan besar dari kekerasan dan usaha lain yang
melibatkan orangorang yang tidak berdosa. Uang mereka tidak berada di jalan.
Kelab malam Tattaglia begitu terkenal
hingga tidak bisa diusik, sebab akan menimbulkan akibat yang terlalu buruk. Dan
karena Don masih lumpuh, pengaruh politik mereka bisa menandingi pengaruh politik kita. Jadi kita
benar-benar punya masalah di sini." "Itu masalahku, Tom," kata Sonny. "Aku akan mencari pemecahannya. Tetap usahakan
negosiasi dan ikuti terus perkembangan lain. Kita kembali ke bisnis dan lihat saja apa yang
terjadi. Lalu kita akan bertindak dari sana. Clemenza dan Tessio memiliki banyak prajurit, kita bisa
menandingi lima Keluarga kalau itu yang mereka inginkan. Kita hanya perlu bertindak."
Tidak ada masalah dalam menyingkirkan bankir Negro dari bisnis. Polisi
diberitahu dan mereka pun
menggerebek. Dengan operasi khusus. Pada masa itu mustahil bagi orang kulit
hitam untuk menyuap perwira tinggi kepolisian atau pejabat politik agar bisa terus mempertahankan
operasi seperti itu. Ini karena adanya prasangka dan ketidakpercayaan rasial yang melebihi semua faktor
lain. Tapi Harlem sejak dulu dianggap masalah kecil dan dianggap pasti akan bisa dibereskan.
Lima Keluarga menyerang di tempat yang tidak terduga. Dua pejabat yang berkuasa
di serikat buruh pakaian jadi, pejabat yang menjadi anggota Keluarga Corleone, dibunuh. Lalu
lintah darat Keluarga Corleone dihalangi agar tidak bisa memasuki kawasan pelabuhan, begitu juga para
penjual kupon taruhan Keluarga Corleone. Para pejabat setempat serikat buruh pelabuhan beralih
ke Lima Keluarga. Penjual kupon taruhan Corleone di seluruh kota diancam agar
101 pindah. Bankir terbesar di Harlem, teman lama dan sekutu Keluarga Corleone,
dibunuh dengan brutal. Tidak ada pilihan lain. Sonny memerintahkan para caporegime "buka kamar".
Dua apartemen di kota disewa dan dilengkapi kasur-kasur yang dibentangkan di
lantai untuk tempat tidur para prajurit, lemari es untuk menyimpan makanan, serta senjata dan
amunisi. Clemenza menghuni salah satu apartemen bersama anak-anak buahnya dan Tessio menghuni
apartemen yang lain. Semua penjual kupon taruhan Keluarga didampingi regu pengawal. Sekalipun
begitu, para rentenir di Harlem beralih ke pihak musuh dan pada saat itu tidak ada yang bisa
dilakukan. Semua ini menyebabkan Keluarga Corleone kehilangan sejumlah besar uang, sementara
pemasukan sangat sedikit. Beberapa bulan berlalu, dan hal-hal lain pun menjadi jelas. Yang paling
penting adalah bahwa Keluarga Corleone kalah. Ada alasan-alasan untuk itu. Karena Don masih terlalu lemah untuk bisa terlibat
aktif, banyak kekuatan politik Keluarga yang ternetralisir. Selain itu, masa damai selama
sepuluh tahun terakhir telah menurunkan kemampuan tempur kedua caporegime, Clemenza dan Tessio.
Clemenza tetap algojo dan administrator yang cakap, tapi tidak lagi memiliki energi atau
kekuatan anak muda untuk memimpin pasukan. Tessio melunak dengan bertambahnya usia dan tidak lagi cukup
kejam. Tom Hagen, walau memiliki kemampuan besar, tidak cocok menjadi consigliori di masa
perang. Kesalahan utamanya terletak pada fakta bahwa ia bukan orang Sisilia.
Sonny Corleone menyadari semua kelemahan dalam struktur Keluarga di masa perang
ini, tapi tidak bisa mengambil tindakan apa pun untuk memperbaikinya. Ia bukan don dan hanya don
yang bisa mengganti caporegime dan consigliori. Dan
penggantian itu sendiri bisa menyebabkan situasi semakin berbahaya, bisa memicu
pengkhianatan. Mula-mula Sonny mempertimbangkan menunda pertempuran hingga kesehatan Don cukup
pulih untuk memimpin, tapi dengan adanya pembelotan yang dilakukan para rentenir,
teror terhadap para penjual kupon taruhan, kedudukan Keluarga seperti telur di ujung tanduk. Ia
memutuskan balas menyerang. Tapi ia memutuskan menyerang langsung ke jantung musuh. Ia merencanakan
mengeksekusi kepala Lima Keluarga dalam satu manuver taktis yang besar. Untuk itu ia menggunakan
sistem pengintaian cermat terhadap para pemimpin tersebut. Tapi sesudah seminggu, para pemimpin
musuh justru semakin masuk ke bawah tanah dan tidak terlihat lagi di depan umum.
Lima Keluarga dan Kerajaan Corleone menemui jalan buntu.
385 Bab 18 A merigo Bonasera tinggal hanya beberapa blok / % dari tempat usahanya mengurus
mayat di Mulberry Street dan karena itu selalu pulang JL. JL. untuk makan. Setiap sore ia
kembali ke tempat usahanya, memenuhi kewajibannya bergabung dengan orang-orang yang berkabung
untuk menyampaikan penghormatan terakhir kepada orang mati yang dibaringkan dengan
penuh kebesaran dalam ruangan yang suram.
Ia selalu membenci lelucon mengenai profesinya, detail-detail teknis mengerikan
yang begitu tidak penting. Tentu saja teman-teman, keluarga, atau tetangganya tak ada yang
melontarkan lelucon seperti
itu. Bagi orang-orang yang berabad-abad mencari nafkah dengan memeras keringat,
profesi apa pun harus dihormati. Sekarang setelah makan malam bersama istrinya di apartemen berperabotan besarbesar, berbagai patung Bunda Maria berkilauan ditimpa cahaya lilin yang bergoyang-goyang di meja
samping, Bonasera menyulut sebatang rokok Camel dan meneguk segelas wiski Amerika yang
membuatnya rileks. Istrinya menghidangkan sup yang masih mengepul. Mereka sekarang tinggal
berdua saja; ia mengirim putrinya ke Boston, tinggal bersama bibi dari pihak ibunya, tempat putrinya akan
melupakan pengalaman mengerikan dan luka-luka akibat kedua bajingan yang sudah dihukum Don Corleone.
Sewaktu mereka menikmati sup, istrinya bertanya, "Kau akan kembali bekerja malam
ini?" Amerigo Bonasera mengangguk. Istrinya menghargai pekerjaannya tapi tidak bisa
memahaminya. Ia tidak mengerti bahwa bagian teknis profesinya adalah bagian yang paling tidak
penting. Seperti orang lain, ia menganggap suaminya dibayar untuk keahliannya menjadikan orang mati
tampak seperti masih hidup di dalam peti mati. Dan memang keahliannya dalam hal ini sudah
legendaris. Tapi yang lebih penting lagi, bahkan yang lebih dibutuhkan, adalah kehadirannya secara
fisik dalam acara persemayaman. Sewaktu keluarga yang berduka datang di malam hari untuk menerima
para kerabat dan teman di sisi peti mati orang yang mereka sayangi, mereka membutuhkan
kehadiran Amerigo Bonasera untuk mendampingi mereka.
Sebab ia pendamping kematian yang tangguh. Wajahnya selalu muram, tapi kuat dan
menghibur; suaranya tegas namun tetap rendah saat ia memimpin upacara berkabung. Ia bisa
meredakan kesedihan yang melewati batas, ia bisa menegur anak-anak nakal yang orangtuanya
tidak sampai hati memarahi. Ia tidak pernah berlebihan dalam menyampaikan belasungkawa, namun
tidak pernah tampak tak acuh. Begitu suatu keluarga menggunakan Amerigo Bonasera untuk
menangani orang yang mereka sayangi, mereka selalu kembali padanya. Dan ia tidak pernah, sama sekali,
meninggalkan satu klien pun di malam terakhirnya di muka bumi.
Biasanya ia mengizinkan dirinya tidur sejenak sesudah makan malam. Lalu ia mandi
dan bercukur, bedak talek di- 387 taburkan banyak-banyak pada janggut hitamnya yang lebat. Ia selalu menggunakan
obat kumur. Lalu ia berganti pakaian, mengenakan yang baru disetrika, kemeja putih bersih, das:
dan jas hitam, sepatu hitam kusam, dan kaus kaki hitam. Tapi pengaruhnya justru menenangkan, bukan
sendu. Ia juga selalu mengecat hitam rambutnya, kebiasaan yang tidak umum bagi pria Italia
generasinya. Tapi tindakan itu
bukan demi harga dirinya. Itu semata-mata karena rambutnya sudah berubah
kemerahan, warna yang tidak sesuai untuk profesinya.
Sesudah ia menghabiskan sup, istrinya meletakkan sepotong kecil bistik di
hadapannya dengan beberapa sendok bayam hijau yang meneteskan minyak kekuningan. Ia hanya makan
sedikit. Setelah menghabiskan makanan, ia minum secangkir kopi dan mengisap sebatang rokok Camel
lagi. Sambil minum kopi ia memikirkan putrinya yang malang. Ftorinya tidak akan seperti dulu
lagi. Kecantikan lahiriahnya telah pulih, tapi ekspresinya selalu bagai hewan ketakutan yang
menyebabkan Amerigo tidak tahan memandang putrinya. Jadi mereka mengirimkan putri mereka ke Boston,
untuk tinggal di sana selama beberapa waktu. Waktu akan menyembuhkan luka-lukanya. Rasa sakit dan
kengerian tidaklah bersifat final seperti kematian, yang diketahui Amerigo dengan baik.
Pekerjaannya menjadikan Amerigo Bonasera orang yang optimistis.
Baru saja ia menghabiskan kopinya sewaktu telepon di ruang duduk berdering.
Istrinya menjawab telepon hanya kalau ia tidak ada di rumah, jadi Amerigo Bonasera berdiri dan
memadamkan rokok. Sambil berjalan ke telepon ia menanggalkan dasi dan mulai membuka kancing
kemeja, bersiap-siap tidur sebentar. Lalu ia mengangkat telepon dan berbicara dengan sopan dan
tenang. "Halo."
388 Suara dari seberang terdengar keras, tegang. "Ini Tom Hagen," katanya. "Aku
menelepon atas nama Don Corleone, karena permintaannya."
Amerigo Bonasera merasakan kopinya bergolak di dalam perut, merasakan dirinya
agak mulas. Sudah lebih dari setahun sejak ia berutang budi pada Don untuk menuntut keadilan bagi
putrinya, dan selama ini kesadaran bahwa ia harus membalas budi mulai pudar. Ia merasa begitu
berterima kasih sewaktu melihat wajah berlumuran darah kedua bajingan itu dan bersedia melakukan apa
saja bagi Don. Tapi waktu menggerogoti rasa terima kasihnya lebih cepat daripada memudarkan
kecantikan. Sekarang Bonasera mual seperti orang yang menghadapi bencana. Suaranya terbata-bata
sewaktu ia menjawab, "Ya, aku mengerti. Aku mendengarkan."
Ia terkejut mendengar nada dingin dalam suara Hagen. Consigliori itu selama ini
selalu sopan, walaupun bukan orang Italia, tapi sekarang ia terdengar kasar. "Kau berutang
jasa pada Don," kata
Hagen. "Ia tidak ragu kau akan membayarnya. Bahwa kau akan bahagia kalau
mendapat kesempatan ini. Dalam waktu satu jam, tidak kurang dari itu, mungkin lebih, ia akan berada
di rumah pemakamanmu untuk meminta bantuan. Tunggulah ia di sana. Jangan ada seorang pun
karyawanmu. Perintahkan mereka pulang. Kalau kau keberatan dengan permintaan ini, katakanlah
sekarang dan akan kuberitahu Don Corleone. Ia memiliki teman lain yang bisa memberinya
layanan ini." Amerigo Bonasera nyaris menangis ketakutan, "Bagaimana kau bisa mengira aku akan
menolak permintaan Godfather" Tentu saja akan kulakukan semua permintaannya. Aku tidak
melupakan utangku. Aku akan ke tempat usahaku segera, sekarang juga."
Suara Hagen sekarang terdengar lebih lembut, tapi masih mengandung nada yang
aneh. "Terima kasih," katanya. "Don tidak pernah meragukan dirimu. Pertanyaan tadi aku yang
mengajukan. Kabulkan permintaannya malam ini, maka kau bisa selalu kembali kalau punya
masalah apa saja, kau akan mendapatkan persahabatanku."
Kata-kata ini menyebabkan Amerigo Bonasera lebih ketakutan lagi. Ia berkata
gagap, "Don sendiri yang datang menemuiku malam ini?" "Ya," jawab Hagen.
"Kalau begitu ia sudah pulih sepenuhnya dari luka-lukanya, syukurlah," sahut
Bonasera. Suaranya mengandung pertanyaan. Di ujung sana Hagen berhenti bicara, kemudian terdengar suaranya pelan sekali,
"Ya." Terdengar


The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunyi klik dan telepon pun mati.
Bonasera berkeringat. Ia pergi ke kamar tidur dan berganti kemeja serta
berkumur. Tapi ia tidak bercukur atau mengganti dasi. Ia memakai dasi yang dipakainya seharian. Lalu ia
menelepon rumah pemakaman dan menyuruh asistennya mendampingi keluarga yang bersedih dengan
menggunakan ruang depan untuk malam ini. Ia sendiri akan sibuk di bagian laboratorium gedung
itu. Ketika asistennya mulai mengajukan pertanyaan, Bonasera menyelanya dengan ketus dan
menyuruhnya mematuhi perintah dengan persis.
Ia mengenakan jas dan istrinya, yang masih makan, memandangnya heran. "Ada
pekerjaan yang harus kuselesaikan," katanya, dan istrinya tidak berani bertanya padanya karena
ekspresi wajahnya. Bonasera keluar dari rumah dan berjalan beberapa blok ke rumah pemakaman.
Gedung itu berdiri terpencil di tanah luas dengan dikelilingi pagar kayu putih.
Ada jalan sempit dari jalan raya menuju bagian belakang, sekadar cukup untuk dilalui ambulans dan mobil jenazah.
Bonasera membuka kunci pintu pagar dan membiarkan pintu tetap terbuka. Kemudian ia
berjalan ke belakang gedung dan masuk melalui pintu besar di situ. Saat masuk, ia bisa melihat orangorang yang berkabung sudah masuk dari pintu depan rumah pemakaman untuk memberikan
penghormatan pada jenazah yang disemayamkan.
Bertahun-tahun yang lalu ketika Bonasera membeli gedung itu dari pengurus
jenazah yang merencanakan pensiun, ada tangga yang terdiri atas kira-kira sepuluh anak tangga
yang harus dinaiki orang-orang yang berkabung sebelum masuk ke rumah pemakaman. Ini menimbulkan
masalah. Para orang berusia lanjut dan penyandang cacat yang ingin memberikan penghormatan
terakhir pada jenazah mendapati tangga ini nyaris tidak mungkin didaki. Maka pengurus mayat
itu menggunakan lift barang bagi orang-orang ini, landasan logam kecil yang dipasang di tanah di
sisi gedung. Lift itu untuk mengangkat peti mati dan jenazah. Lift bisa turun ke bawah tanah, lalu
naik ke ruang pemakamannya sendiri, sehingga tamu atau keluarga yang cacat naik di sisi peti
mati sementara yang lain meminggirkan kursi-kursi hitam mereka agar lift itu bisa melalui lubang di
lantai. Lalu setelah kaum manula dan orang cacat yang berkabung selesai memberikan penghormatan
terakhir pada jenazah, lift akan bergerak lagi melalui lantai yang mengilap untuk membawa
mereka turun dan keluar lagi. Amerigo Bonasera menganggap pemecahan masalah ini tidak praktis dan memakan
biaya. Jadi ia mengubah bagian depan gedung, tangga dirombak dan diganti dengan jalan setapak
yang menanjak. Tapi tentu saja liftnya masih digunakan untuk mengangkat peti mati dan jenazah.
Di bagian belakang gedung, disekat dari ruang persemayaman dan ruang penerimaan
dengan pintu besar yang kedap suara, terdapat kantor bisnisnya, ruang pembalseman, gudang
peri mari, serta ruangan kecil yang selalu terkunci karena berisi bahan-bahan kimia dan alat-alat
kerjanya yang mengerikan. Bonasera pergi ke kantor, duduk menghadapi meja tulis, dan menyulut
sebatang rokok Camel, salah satu dari sedikit kesempatan ia merokok di dalam gedung ini. Lalu
ia menunggu Don Corleone. Ia menunggu dengan perasaan kalut sekali. Sebab ia tak ragu jasa apa yang harus
diberikannya. Selama setahun terakhir Keluarga Corleone mengobarkan perang terhadap lima
Keluarga Mafia besar di New York dan berita tentang korban-korban tewas memenuhi media cetak. Banyak
orang dari kedua belah pihak yang terbunuh. Kini Keluarga Corleone membunuh orang yang begitu
penting sehingga mereka ingin menyembunyikan mayatnya, melenyapkannya, dan cara apa yang lebih
baik daripada menguburnya secara resmi dengan menggunakan pengurus mayat yang sah" Dan Amerigo
Bonasera sadar tindakan yang akan diambilnya. Ia bakal menjadi kaki-tangan pembunuhan.
Kalau ini sampai terungkap, ia akan dipenjara bertahun-tahun. Anak dan istrinya akan
dipermalukan, sementara nama
baiknya sendiri, Amerigo Bonasera yang terhormat, akan ikut kecipratan lumpur
berdarah perang Mafia. Ia memanjakan diri dengan mengisap sebatang rokok Camel lagi. Lalu ia
membayangkan yang lebih mengerikan lagi. Setelah keluarga-keluarga Mafia lain mengetahui dirinya
membantu keluarga Corleone, mereka akan memperlakukannya sebagai musuh. Mereka akan membunuhnya.
Dan sekarang ia menyesali hari ia menemui Godfather dan memohon agar bisa membalas
dendam. Ia menyesali hari istrinya dan
392 istri Don Corleone bersahabat. Ia menyesali putrinya, Amerika, dan
keberhasilannya sendiri. Lalu
optimismenya pulih. Mungkin semuanya akan berjalan dengan baik. Don Corleone
orang yang baik dan pintar. Pasti segala sesuatu sudah diatur agar rahasia ini tersimpan rapat.
Ia hanya perlu mempertahankan keberanian. Sebab tentu saja yang lebih fatal adalah kalau sampai
Don merasa tidak senang. Ia mendengar bunyi ban mobil melindas keriku. Telinganya yang terlatih
memberitahunya mobil itu masuk melalui jalan sempit dan diparkir di halaman belakang. Ia membuka pintu
belakang untuk mempersilakan mereka masuk. Si pria gemuk, Clemenza, masuk diikuti dua pemuda
yang bertampang sangat kasar. Mereka memeriksa ruangan tanpa mengatakan apa-apa pada Bonasera.
Lalu Clemenza keluar. Kedua pemuda kasar tadi tetap berada di dalam bersama si pengurus
jenazah. Beberapa saat kemudian Bonasera mengenali suara ambulans berat yang datang
melalui jalan sempit. Lalu Clemenza muncul di ambang pintu diikuti dua pria yang membawa tandu. Dan
ketakutan terbesar Amerigo Bonasera menjadi kenyataan. Di tandu terbaring sesosok mayat yang
terbungkus selimut abu-abu, tapi kaki telanjangnya yang kekuningan mencuat di ujung.
Clemenza memberi isyarat kepada pembawa tandu agar masuk ke ruang pembalseman.
Lalu dari kegelapan halaman, pria lain melangkah memasuki kantor yang terang. Pria itu Don
Corleone. Don kehilangan banyak berat badan sewaktu ia sakit dan berjalan dengan gerakan
kaku yang aneh. Ia memegangi topi dan rambutnya tampak menipis di kepalanya yang besar. Ia tampak
lebih tua, lebih keriput daripada sewaktu Bonasera bertemu dengannya di pesta pernikahan, tapi ia
masih memancarkan kekuasaan. Sambil memegangi topi di dada, ia berkata pada
Bonasera, "Well, sobat lama, kau siap memberiku jasa ini?"
Bonasera mengangguk. Don mengikuti tandu masuk ke ruang pembalseman dan Bonasera
mengikuti di belakangnya. Mayat sudah diletakkan di salah satu meja. Don Corleone memberi
isyarat dengan topi dan orang-orang lain meninggalkan ruangan.
Bonasera berbisik, "Apa yang harus saya lakukan?" Don Corleone menatap meja.
"Kuminta kau menggunakan semua kemampuanmu, keahlianmu, sebagaimana kau menyayangiku,"
katanya. "Aku tidak ingin ibunya melihatnya dalam keadaan seperti sekarang." Ia melangkah ke
meja dan menyingkap selimut abu-abunya. Bonasera, tanpa tertahankan, bertentangan dengan
latihan dan pengalamannya selama bertahun-tahun, terkesiap ngeri. Di meja pembalseman tampak
wajah Sonny Corleone yang hancur akibat peluru. Di bola mara kirinya yang tergenang darah,
tertancap pecahan berbentuk bintang. Pangkal hidung dan pipi kirinya hancur menjadi bubur.
Sedetik Don mengulurkan tangan untuk bertumpu pada Bonasera. "Lihat bagaimana
mereka membantai putraku," katanya.
Bab 19 Mungkin kebuntuan itulah yang mendorong Sonny Corleone mengikuti jalur kekerasan
berdarah yang berakhir dengan kematiannya sendiri. Mungkin sifat kejamnya akhirnya
mengendalikannya sepenuhnya. Apa pun, pada musim semi dan musim panas itu ia melancarkan serangan
membabi buta terhadap kubu pertahanan musuh. Para germo Keluarga Tattaglia ditembak mati di
Harlem, bajinganbajingan pelabuhan dibantai. Pejabat serikat buruh yang
bersekutu dengan Lima Keluarga
diperingatkan agar tetap netral, dan sewaktu penjual kupon taruhan dan rentenir
Keluarga Corleone tetap dihalangi masuk ke kawasan pelabuhan, Sonny mengirim Clemenza dan regimeayz untuk mengacau di daerah pantai.
Pembantaian ini tanpa dipikir masak-masak karena sebetulnya tidak dapat
memengaruhi hasil peperangan. Sonny ahli taktik yang berhasil merebut banyak kemenangan gemilang.
Tapi yang diperlukan adalah jenius strategi seperti Don Corleone. Situasi memburuk menjadi
perang gerilya penuh pertumpahan darah yang menyebabkan kedua pihak kehilangan banyak
pendapatan dan jiwa manusia dengan sia-sia. Keluarga Corleone akhirnya terpaksa menutup beberapa pos penjualan kupon taruhan
yang paling menguntungkan, termasuk yang diberikan kepada menantu Don, Carlo Rizzi, sebagai
sumber nafkahnya. Carlo lalu menjadi pemabuk dan menyeleweng dengan gadis-gadis
penyanyi latar serta menyengsarakan istrinya. Sejak ia dipukuli Sonny, Carlo tidak lagi berani
menampar istrinya, tapi juga tidak pernah lagi tidur bersamanya. Connie memohon-mohon dan Carlo menolak,
seperti, menurut pikirannya, yang dilakukan orang Romawi penting. Ia mengejek istrinya,
"Pergi temui kakakmu dan katakan padanya aku tidak mau tidur denganmu. Mungkin ia akan
memukuliku hingga aku berminat." Tapi ia takut setengah mati terhadap Sonny walau pada satu sama lain mereka
bersikap sopan yang dingin. Carlo merasa Sonny akan membunuhnya; Sonny seperti hewan, bisa membunuh
orang lain, sementara ia sendiri harus mengerahkan segenap keberaniannya, seluruh tekadnya,
untuk membunuh. Tidak pernah terlintas dalam benak Carlo bahwa karena ini ia lebih baik daripada
Sonny Corleone, kalau istilah itu bisa digunakan. Ia iri pada Sonny yang memiliki kebiadaban
menakjubkan, kebiadaban yang sekarang melegenda.
Tom Hagen, sebagai consigliori, tidak menyetujui taktik Sonny, tapi ia tidak
memprotes kepada Don karena hingga batas tertentu taktik itu memang berhasil. Akhirnya, Lima Keluarga
gentar juga, sementara kekejaman terus berlangsung dan serangan balasan mereka melemah, dan
akhirnya berhenti sama sekali. Hagen mula-mula tidak memercayai sikap musuh yang lebih suka damai,
tapi Sonny tampak gembira. "Aku akan terus mendesak," katanya pada Hagen, "lalu keparatkeparat itu akan mengemis-ngemis memohon perdamaian."
396 Sonny juga memikirkan hal-hal lain. Istrinya merecokinya karena mendengar gosip
Lucy Mancini memikat suaminya. Dan walaupun di depan umum ia bergurau mengenai "alat tempur"
dan teknik Sonny, Sonny sudah terlalu lama menjauhi dirinya dan ia merindukan Sonny di
tempat tidur. Ia menyebabkan hidup Sonny sengsara dengan rengekannya.
Selain itu Sonny tegang luar biasa sebagai orang incaran. Ia harus sangat
berhati-hati dalam semua tindakan dan mengetahui kunjungannya ke apartemen Lucy Mancini sudah
diperhatikan musuhnya. Tapi di sini ia mengambil tindakan berjaga-jaga yang ekstracermat karena menurut
tradisi inilah titik paling rawan. Di sana ia aman. Sekalipun Lucy sama sekali tidak curiga, ia
diawasi 24 jam sehari oleh
orang-orang regime Santino. Dan begitu ada apartemen kosong di lantai gedung
yang ditinggalinya, orang yang paling bisa diandalkan dari regime itu seketika menyewanya.
Don sudah pulih dan akan segera bisa memegang komando lagi. Pada waktu itu
pasang naik dalam pertempuran pasti beralih ke Keluarga Corleone. Sonny yakin sekali mengenai hal
itu. Sementara itu ia akan menjaga kerajaan Keluarganya, membuat ayahnya menghormatinya, dan karena
kedudukan itu tidak harus diturunkan kepada putra sulung, dengan begitu ia akan memastikan
posisinya sebagai ahli waris Kerajaan Corleone. Tapi musuh juga menyusun rencana. Mereka juga menganalisis situasi dan menarik
kesimpulan bahwa satu-satunya cara untuk menghindari kekalahan total adalah dengan membunuh Sonny
Corleone. Mereka sekarang lebih memahami situasi dan merasa perundingan mungkin bisa


The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukan dengan Don, yang terkenal memiliki pikiran logis. Mereka sekarang membenci sifat haus
darah Sonny, yang mereka anggap barbar. Mereka juga menganggap Sonny tidak me-397
miliki insting bisnis yang baik. Tidak seorang pun menginginkan kembalinya masa
lalu dengan semua gejolak dan kesulitannya.
Pada suatu sore Connie Corleone menerima telepon anonim, suara wanita, yang
menanyakan Carlo. "Ini siapa?" tanya Connie.
Gadis di ujung sana tertawa kecil dan berkata, "Aku teman Carlo. Aku hanya ingin
mengatakan padanya tidak bisa menemuinya malam ini. Aku harus ke luar kota."
"Dasar sundal!" maki Connie Corleone. Ia meneriakkan kata-kata itu lagi ke
telepon. "Dasar sundal
keparat busuk!" Terdengar bunyi klik dari seberang.
Carlo berangkat ke arena pacuan kuda sore itu dan ketika pulang malam harinya ia
marah-marah karena kalah dan setengah mabuk akibat minum isi botol yang dibawanya ke mana
pun ia pergi. Begitu ia melewati ambang pintu, Connie langsung memaki-makinya. Carlo tidak
memedulikannya dan langsung mandi. Ketika keluar dari kamar mandi ia mengeringkan tubuhnya yang
telanjang di hadapan istrinya dan bersiap-siap pergi.
Connie berdiri berkacak pinggang, wajahnya keras dan pucat karena marah. "Kau
tidak boleh pergi ke mana pun," katanya. "Pacarmu menelepon dan mengatakan ia tidak bisa pergi
denganmu malam ini. Dasar keparat busuk, kau berani memberikan nomor teleponku pada pelacur itu.
Kubunuh kau, keparat." Ia menyerang Carlo, menendang dan mencakarinya.
Carlo memegangi istrinya dengan tangan yang kekar berotot. "Kau sinting,"
katanya dingin. Tapi Connie bisa melihat suaminya khawatir, seakan mengetahui wanita yang
dikencaninya benar-benar akan nekat dengan menelepon ke rumah. "Ia hanya bergurau, perempuan sinting,"
kata Carlo. 398 Connie melepaskan diri dari tangan Carlo dan mencakar wajah suaminya. Ia
berhasil menggores pipi Carlo dengan kukunya. Dengan kesabaran yang mengherankan Carlo mendorongnya
menjauh. Connie menyadari suaminya berhati-hati karena ia hamil dan itu memberinya keberanian
untuk melampiaskan kemarahan. Ia juga merasa senang. Tidak lama lagi ia takkan bisa berbuat apaapa. Dokter mengatakan ia tidak boleh berhubungan seks selama dua bulan terakhir dan ia
menginginkannya, sebelum waktu dua bulan itu dimulai. Namun keinginannya untuk menyakiti Carlo
juga nyata. Ia mengikuti suaminya ke kamar tidur.
Ia bisa melihat suaminya ketakutan dan ini menyebabkan ia gembira bercampur
jengkel. "Kau tetap tinggal di rumah," katanya. "Kau tidak boleh keluar."
"Oke, oke," kata Carlo. Ia masih belum berpakaian, hanya mengenakan celana
dalam. Ia senang berkeliaran di rumah dengan hanya mengenakan pakaian dalam, bangga akan tubuhnya
yang berbentuk V dan kulitnya yang keemasan. Connie menatapnya penuh kerinduan. Carlo
mencoba tertawa. "Setidaknya kau mau memberiku makan, kan?"
Komentar itu meredakan kemarahan Connie, karena suaminya mengingatkannya akan
tugasnya, salah satu di antaranya. Ia koki yang baik, ia belajar dari ibunya. Ia menumis daging
sapi dan paprika, menyiapkan salad sementara minyak di penggorengan mendidih. Sementara itu Carlo
berbaring di tempat tidur untuk membaca formulir pacuan hari berikutnya. Di sisinya ada gelas
penuh wiski yang terus disesapnya. Connie masuk ke kamar tidur. Ia berdiri di ambang pintu seakan tidak bisa
mendekati ranjang tanpa diundang. "Makanan sudah di meja," katanya.
"Aku belum lapar," kata Carlo, masih terus membaca formulir pacuan.
399 "Makanan sudah di meja," kata Connie keras kepala. "Persetan," kata Carlo. Ia
menenggak sisa wiski dan menjungkirkan botol untuk mengisi gelasnya. Ia tidak memedulikan istrinya
lagi. Connie pergi ke dapur, mengambil piring-piring berisi makanan dan
mengempaskannya ke tempat
cuci piring. Suara keras piring pecah memaksa Carlo keluar dari kamar tidur. Ia
melihat daging yang berminyak dan paprika menciprati dinding dapur. Sifatnya yang menyukai kerapian
memicu kemarahannya. "Dasar wanita manja busuk," katanya penuh kebencian. "Bersihkan
sekarang juga, kalau tidak kuhajar kau sampai babak-belur."
"Tidak sudi," kata Connie. Ia mengangkat tangan bagai cakar yang siap digunakan
untuk mencabikcabik dada suaminya.
Carlo kembali ke kamar tidur dan sewaktu keluar lagi ia memegang sabuk yang
dilipat. "Bersihkan,"
katanya, ancaman dalam suaranya terdengar jelas. Connie berdiri tidak bergerak
dan Carlo mengayunkan sabuk ke pinggulnya yang tebal, ikat pinggang kulit itu terasa pedas
tapi tidak melukainya. Connie mundur ke lemari dapur dan tangannya masuk ke salah satu laci
untuk mengambil sebilah pisau roti yang panjang. Ia menggenggamnya, siap menyerang.
Carlo tertawa. "Bahkan wanita Corleone juga pembunuh," katanya. Ia meletakkan
sabuk di meja dapur dan melangkah maju mendekati istrinya. Connie mencoba menyerang tiba-tiba tapi
perutnya yang besar menyebabkan gerakannya lambat. Carlo menghindari tusukan yang diarahkan ke
pangkal pahanya dengan niat membunuh sungguhan. Dengan mudah Carlo melucuti istrinya
lalu menampar wajahnya dengan separo tenaga seakan tidak ingin melukai kulitnya.
Carlo menghajarnya lagi berulang-ulang dan Connie mun400 dur mengitari meja dapur, berusaha melarikan diri dari suami, tapi Carlo terus
mengejar hingga ke kamar tidur. Connie mencoba menggigit tangan suaminya dan Carlo menjambak
rambutnya, mengangkat kepalanya. Carlo menampar wajah istrinya hingga Connie menangis
seperti anak kecil karena kesakitan dan terhina. Lalu dengan jengkel Carlo melemparkan istrinya ke
ranjang. Ia minum dari botol wiski yang masih berada di meja. Tampaknya ia sekarang sudah mabuk
berat, matanya yang biru muda berkilat sinting dan akhirnya Connie benar-benar ketakutan.
Carlo berdiri mengangkang sambil minum dari botol. Ia mengulurkan tangan ke
bawah dan mencengkeram paha istrinya yang tebal. Ia meremas paha si istri sangat keras,
menyakiti Connie, dan menyebabkan Connie meminta ampun. "Kau segemuk babi," kata Carlo jijik dan
berjalan keluar dari kamar tidur. Dengan sangat ketakutan Connie berbaring di ranjang, tidak berani melihat apa
yang dilakukan suaminya di kamar lain. Akhirnya ia berdiri dan pergi ke pintu, mengintip ke
ruang duduk. Carlo membuka botol baru dan berbaring di sofa. Tidak lama lagi ia akan meminum
wiskinya hingga mabuk dan tertidur, dan Connie akan bisa menyelinap ke dapur untuk menelepon
keluarganya di Long Beach.
Ia akan meminta ibunya mengirim orang ke rumah untuk menjemputnya. Ia hanya
berharap semoga bukan Sonny yang menerima telepon, sebab ia mengetahui paling baik kalau ia
berbicara dengan Tom Hagen atau ibunya. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh sewaktu telepon di dapur rumah Don
Corleone berdering. Telepon diterima salah seorang pengawal yang dengan patuh memberikan
telepon kepada ibu Connie. Tapi Mrs. Corleone nyaris tidak mengerti apa yang dikatakan putrinya
karena /fni Connie begitu histeris tapi mencoba berbisik-bisik agar suaminya di kamar
sebelah tidak mendengar. Selain itu wajahnya juga mulai membengkak karena pukulan suaminya, dan bibirnya
yang menggembung menyebabkan kata-katanya tidak jelas. Mrs. Corleone memberi isyarat
kepada pengawal agar memanggil Sonny, yang berada di ruang duduk bersama Tom Hagen.
Sonny datang ke dapur dan mengambil telepon dari tangan ibunya. "Yeah, Connie,"
katanya. Connie begitu ketakutan pada suaminya dan pada apa yang akan dilakukan kakaknya
sehingga bicaranya makin tidak keruan. Ia berkata tergagap, "Sonny, kirim saja mobil
untuk membawaku pulang, sesudah itu akan kuceritakan apa yang terjadi, ini bukan apa-apa, Sonny.
Kau jangan datang. Tolong, kirimkan saja Tom, Sonny. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin pulang."
Waktu itu Tom Hagen masuk ke dapur. Don sudah tidur karena obat penenang di
kamar atas dan Hagen ingin terus mengawasi Sonny dalam semua krisis. Kedua pengawal dalam rumah
juga ada di dapur. Setiap orang mengawasi Sonny sementara ia mendengarkan di telepon.
Tidak ada keraguan lagi bahwa kekejaman dalam sifat Sonny Corleone berasal dari
sumber fisik yang misterius. Saat mengawasi, mereka benar-benar bisa melihar darah naik ke leher
Sonny yang berotot, bisa melihat matanya yang memancarkan kebencian, wajahnya yang kelabu sementara
kerut-kerut wajahnya menegang seperti orang sakit berjuang melawan maut, adrenalin yang
membanjiri tubuhnya menyebabkan tangannya gemetar. Tapi suaranya tetap terkendali, nadanya tetap
rendah, sewaktu ia berbicara pada adiknya, "Kau tunggu di sana. Kau tunggu saja di sana." Ia
meletakkan telepon. Sejenak Sonny tetap berdiri di dapur, benar-benar terpaku oleh kemarahannya
sendiri. Lalu ia berkata,
"Keparat, keparat, keparat sialan." Ia berlari keluar rumah.
Tom Hagen mengenal ekspresi di wajah Sonny, yang berarti semua pertimbangan akal
sehat telah meninggalkan dirinya. Pada saat itu Sonny bisa melakukan apa saja. Hagen juga
mengetahui kepergiannya dengan mobil ke kota akan meredakan kemarahan Sonny, menjadikannya
lebih rasional. Tapi rasionalitas itu akan menjadikan Sonny bahkan lebih berbahaya lagi,
sekalipun rasionalitas itu
juga bisa memungkinkannya melindungi diri sendiri dari konsekuensi kemarahannya.
Hagen mendengar suara mesin mobil men-derum dan berkata pada kedua pengawal, "Ikuti
dia." Lalu ia melangkah ke telepon dan menelepon beberapa kali. Ia mengatur agar
beberapa orang dari regime Sonny yang tinggal di kota pergi ke apartemen Carlo Rizzi dan
memerintahkan Carlo meninggalkan tempat itu. Orang-orang lainnya akan menemani Connie hingga Sonny
tiba. Ia mengambil risiko menggagalkan niat Sonny, tapi ia mengetahui Don akan
mendukung tindakannya. Ia takut Sonny membunuh Carlo di depan saksi mata. Ia menduga tidak akan ada
kesulitan dari pihak musuh. Lima Keluarga sudah diam begitu lama dan jelas sekali mereka ingin
berdamai. Waktu Sonny melaju dengan kecepatan tinggi keluar kompleks dengan Buick,
sebagian pikiran warasnya pulih. Ia memerhatikan dua pengawal masuk ke mobil untuk mengikutinya
dan menyetujui tindakan mereka. Ia menduga takkan ada bahaya apa pun, Lima Keluarga sudah tidak
lagi balas menyerang, tidak lagi bertempur sungguh-sungguh.
Ia meraih jasnya di ruang depan dan ada pistol di laci mobil yang tersembunyi.
Mobil itu sendiri terdaftar atas nama anggota regime-nya., jadi ia secara pribadi tidak akan
terlibat dalam masalah hukum apa pun. Tapi ia merasa takkan membutuhkan senjata.
Ia bahkan tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya pada Carlo Rizzi.
Setelah mendapat kesempatan berpikir, Sonny tahu tidak akan bisa membunuh ayah
dari anak yang belum dilahirkan, dan si ayah itu adalah suami adiknya. Ia tidak bisa membunuh
orang karena pertengkaran rumah tangga. Kecuali kaku masalahnya bukan pertengkaran rumah
tangga semata. Carlo orang jahat dan Sonny merasa bertanggung jawab sebab melalui dirinyalah
adiknya bertemu bajingan keparat itu. Paradoks dalam watak Sonny yang kejam adalah ia tidak bisa memukul wanita dan
tidak pernah melakukannya. Ia juga tak bisa memukul anak kecil atau apa saja yang tidak
berdaya. Sewaktu Carlo tidak mau melawannya pada hari ia memukulinya, tindakan itu mencegah Sonny
membunuhnya; kepasrahan melenyapkan kekerasannya. Waktu masih kecil, ia benar-benar berhati
lembut. Bahwa ia menjadi pembunuh sewaktu dewasa, itu hanyalah takdirnya.
Tapi aku akan membereskan masalah ini dengan tuntas, pikir Sonny, sambil
mengemudikan mobil Buick menuju jalan yang akan membawanya melintas di atas air dari Long Beach ke
jalan bebas hambatan di seberang Jones Beach. Ia selalu menggunakan rute ini kalau pergi ke
New York. Lalu lintas di sini tidak terlalu padat.
Ia memutuskan akan mengirim Connie pulang bersama pengawal, lalu ia akan
menangani adik iparnya. Apa yang bakal terjadi sesudah itu, ia belum tahu. Kalau keparat itu


The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar-benar melukai Connie, ia akan membuatnya cacat. Tapi angin yang berembus di jalan, udara segar
yang mengandung garam, meredakan kemarahannya. Ia membuka kaca jendela sepenuhnya.
Ia memilih melewati Jones Beach Causeway, seperti biasa,
404 karena jalan itu biasanya sepi di malam hari seperti ini. Dan ia bisa melaju
secepat yang diinginkannya hingga ke jalan di seberang. Dan bahkan di sana pun lalu lintas
masih lengang. Mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi akan membantunya meredakan apa yang
diketahuinya merupakan ketegangan yang berbahaya. Ia meninggalkan mobil pengawal jauh di
belakangnya. Penerangan jalan di atas air tidak begitu baik, dan tidak ada mobil lain satu
pun. Jauh di depan ia melihat cungkup putih gardu pembayaran tol. Ada gardu-gardu kin tapi hanya
dijaga pada siang hari, saat lalu lintas lebih padat. Sonny mulai mengurangi kecepatan Buick dan pada
saat yang sama mencari-cari uang receh di saku. Ia tidak membawa uang receh. Ia mengambil
dompet, membukanya, dan dengan satu tangan mengambil selembar uang. Ia memasuki cahaya lampu gardu
pembayaran tol dan agak terkejut melihat ada mobil yang menghambat jalannya, pengemudinya
seperti sedang bertanya kepada petugas gardu tol. Sonny membunyikan klakson dan mobil lain itu
meluncur maju mobil Sonny bisa melaju ke sisi gardu pembayaran.
Sonny menyerahkan lembaran uang satu dolar kepada petugas tol dan menunggu
kembalian. Ia sekarang buru-buru menutup jendela. Udara Lautan Atlantik mendinginkan seluruh
bagian dalam mobil. Tapi petugas tol sibuk mencari kembalian; keparat tolol itu bahkan
menjatuhkan uangnya. Kepala dan tubuhnya tidak terlihat lagi sewaktu si petugas membungkuk di dalam
gardu untuk mengambil uang dari lantai.
Pada saat itu Sonny menyadari mobil yang satu lagi tadi tidak terus berjalan,
tapi diparkir beberapa kaki di depannya, masih menghambat jalan. Pada saat yang bersamaan sudut matanya
menangkap sosok orang dalam gardu tol yang
gelap di sebelah kanan. Tapi ia ridak sempat memikirkannya karena dua pria turun
dari mobil di depannya dan berjalan mendekatinya. Petugas tol belum juga muncul. Lalu dalam
waktu sepersekian detik sebelum terjadi apa pun, Sonny Corleone menyadari dirinya pasti akan mati.
Dan pada saat itu pikirannya tenang, kosong dari semua kekejaman, seakan ketakutan tersembunyi
yang akhirnya jadi nyata dan muncul itu membersihkan jiwanya.
Meskipun begitu, tubuhnya yang besar dalam gerak refleks untuk bertahan hidup
menghantam pintu mobil Buick, menghancurkan kuncinya. Pria dalam gardu tol yang gelap mulai
menembak dan peluru menghujani kepala dan leher Sonny Corleone sementara tubuhnya yang besar
terpental keluar dari mobil. Kedua pria yang ada di depan sekarang mengacungkan senjata, pria di dalam
gardu tol yang gelap berhenti menembak, dan tubuh Sonny terkapar di aspal dengan kedua kaki
masih berada di dalam mobil. Kedua pria itu menembaki tubuh Sonny, lalu menendang wajahnya untuk
semakin menghancurkannya, untuk menunjukkan tanda buatan manusia yang lebih pribadi.
Beberapa detik kemudian, keempat pria itu, tiga di antaranya benar-benar
pembunuh dan yang satu lagi petugas tol palsu, telah berada dalam mobil dan melaju menuju Meadowbrook
Parkway di sisi lain Jones Beach. Para pengejar mereka terhambat mobil dan mayat Sonny di jalan,
tapi sewaktu para pengawal Sonny menghentikan mobil dan melihat mayat yang terkapar di sana,
mereka tidak berniat mengejar. Mereka memutar mobil dan kembali ke Long Beach. Dari telepon umum
pertama yang mereka temukan, salah seorang di antara mereka menghubungi Tom Hagen. Pesannya
sangat singkat dan tergesa-gesa. "Sonny tewas, mereka menembaknya di tol Jones Beach."
Suara Hagen terdengar sangat tenang. "Oke," katanya. "Pergilah ke rumah Clemenza
dan perintahkan ia datang kemari sekarang juga. Ia akan memberitahu kalian apa yang harus
dilakukan." Hagen menerima telepon itu di dapur, sementara Mama Corleone sibuk menyiapkan
makanan kecil menjelang kedatangan putrinya. Hagen menjaga ekspresi wajahnya dan wanita tua
itu tidak mengetahui bahwa ada yang tidak beres. Bukannya wanita itu tidak bisa menebak,
kalau ia mau, tapi selama hidup dengan Don ia telah memetik pelajaran bahwa jauh lebih bijaksana
untuk tidak menebak-nebak apa pun. Kalau memang ada yang perlu diketahuinya mengenai sesuatu
yang menyakitkan, ia akan segera diberitahu. Dan kalau sesuatu yang menyakitkan itu
tak perlu diberitahukan padanya, ia tidak keberatan jika tidak mengetahuinya. Mama
Corleone cukup puas untuk tidak berbagi rasa sakit yang dirasakan kaum pria, lagi pula apakah mereka
ikut berbagi rasa sakit para wanita" Dengan tenang ia menyeduh kopi dan menghidangkan makanan di
meja. Menurut pengalamannya, rasa sakit dan ketakutan tidak mengurangi kelaparan fisik;
menurut pengalamannya, makanan bisa mengurangi rasa sakit. Ia marah kalau dokter berusaha menenangkan
dirinya dengan obat, tapi kopi dan roti lain lagi. Ia, tentu saja, berasal dari kebudayaan yang
lebih primitif. Jadi ia pun membiarkan Tom Hagen melarikan diri ke ruang rapat di sudut. Begitu
berada di dalam ruangan itu, Hagen mulai gemetaran begitu hebat sehingga harus duduk dengan
kedua kaki dirapatkan, kepala ditundukkan dengan bahu terlipat, tangan saling menggenggam di antara
lutut seakan ia berdoa pada iblis. Sekarang ia menyadari dirinya bukan consigliori yang andal dalam masa perang
bagi Keluarga. Ia dibodohi, ditipu, oleh Lima Keluarga dan sikap mereka yang berpura-pura takut. Mereka diam-diam
merencanakan serangan yang mengerikan. Mereka merencanakan dan menunggu, menahan tangan mereka yang
berlumuran darah, tidak peduli provokasi apa pun yang mereka terima. Mereka menunggu untuk
menyarangkan pukulan telak Dan mereka berhasil. Genco Abbandando tua tidak akan terjebak
dalam perangkap seperti itu, ia pasti akan mencium sesuatu yang mencurigakan, dan melipattigakan
kewaspadaannya. Dan sambil memikirkan semua ini Hagen merasa sangat sedih.
Sonny saudaranya yang sejati, penyelamatnya; Sonny pahlawannya sewaktu mereka
berdua masih kanak-kanak. Sonny tidak pernah nakal padanya atau menggertaknya, selalu
memperlakukannya dengan kasih sayang, memeluknya sesudah Sollozzo membebaskan dirinya.
Kegembiraan Sonny sewaktu mereka bertemu lagi bukanlah pura-pura. Bahwa Sonny tumbuh menjadi pria
yang kejam, keras, dan haus darah, bagi Hagen tidak ada hubungannya.
Ia keluar dari dapur karena mengetahui tidak akan sanggup memberitahu Mama
Corleone mengenai kematian putranya. Ia tak pernah menganggap Mama Corleone sebagai ibunya,
sebagaimana ia tidak pernah menganggap Don Corleone ayahnya dan Sonny saudaranya. Perasaan sayangnya
pada Mama Corleone sama seperti pada Freddie, Michael, dan Connie. Perasaan sayang pada
orang yang baik hati, tapi bukan cinta. Tapi k tidak bisa memberitahu Mama Corleone. Dalam beberapa
bulan yang singkat, Mama Corleone telah kehilangan semua putranya; Freddie diasingkan di Nevada,
Michael bersembunyi untuk menyelamatkan diri di Sisilia, dan sekarang Santino tewas.
Siapa di antara mereka bertiga yang paling disayangi Mama Corleone" Wanita itu tidak pernah
menunjukkannya. 408 Seluruh pikiran itu berlangsung tidak lebih dari beberapa menit. Hagen bisa
menguasai diri kembali dan mengangkat telepon. Ia memutar nomor telepon Connie. Telepon berdering lama
sekali sebelum Connie menjawab dengan suara berbisik
Hagen berbicara lembut padanya. "Connie, ini Tom. Bangunkan suamimu, aku harus
berbicara dengannya." Connie berkata dengan suara rendah ketakutan, "Tom, Sonny akan kemari?"
"Tidak," jawab Hagen. "Sonny tidak akan ke sana. Jangan khawatir. Bangunkan saja
Carlo dan katakan padanya ada masalah penting yang harus kubicarakan dengannya."
Suara Connie disertai tangis. "Tom, ia baru saja memukuli diriku, aku takut ia
akan menyakiti aku lagi kalau tahu aku menelepon ke rumah."
Hagen berkata lemah lembut, "Ia tidak akan menyakitimu. Ia akan berbicara
denganku dan aku akan membereskan masalahnya. Semua akan beres. Katakan padanya ini penting sekali, ia
harus menerima telepon ini. Oke?" Setelah hampir lima menit berlalu baru terdengar suara Carlo di telepon,
melantur terpengaruh wiski
dan kantuk. Hagen berbicara dengan tegas agar Carlo sadar sepenuhnya.
"Dengar, Carlo," katanya. "Aku akan memberitahukan kabar yang sangat
mengejutkan. Sekarang persiapkan dirimu sebab sesudah mengatakannya, aku ingin kau menjawab dengan
tenang seakan masalahnya lebih ringan daripada yang sebenarnya. Aku tadi memberitahu Connie
masalah ini penting sekali, jadi kau harus mengarang cerita untuknya. Katakan padanya bahwa Keluarga
memutuskan memindahkan kalian berdua ke salah satu rumah di kompleks dan memberimu
pekerjaan besar. Bahwa Don akhirnya memberimu kesempatan karena berharap kehidupan rumah tanggamu akan
lebih baik. Kau mengerti?" Ada nada penuh harapan dalam suara Carlo sewaktu ia menjawab, "Yeah, oke."
Hagen meneruskan, "Beberapa menit lagi dua anak buahku akan mengetuk pintu
apartemenmu untuk mengajak kalian pergi. Katakan pada mereka bahwa aku meminta mereka meneleponku
terlebih dulu. Katakan saja itu. Jangan mengatakan apa pun lagi. Aku akan memerintahkan mereka
mengantarmu dan Connie kemari. Oke?"
"Yeah, yeah, aku mengerti," kata Carlo. Suaranya mengandung kegembiraan.
Ketegangan dalam suara Hagen tampaknya berhasil membuatnya waspada dan paham bahwa berita yang akan
diterimanya benar-benar penting. Hagen memberitahunya tanpa tedeng aling-aling. "Mereka membunuh Sonny malam ini.
Jangan katakan apa-apa. Connie meneleponnya sewaktu kau tidur dan Sonny dalam
perjalanan ke sana. Tapi aku tidak ingin Connie tahu, bahkan biarpun ia sudah menduganya, aku benar-benar
tidak ingin Connie tahu. Ia akan mulai berpikir kejadian itu salahnya. Sekarang kuminta kau
tetap menemaninya malam ini dan jangan mengatakan apa pun padanya. Kuminta kau berbaik kembali
dengannya. Kuminta kau menjadi suami yang sempurna dan penuh kasih sayang. Dan kuminta kau
tetap begitu setidaknya hingga ia melahirkan. Besok pagi, seseorang, mungkin kau, mungkin
Don, mungkin ibunya, akan memberitahu Connie bahwa kakaknya tewas dibunuh. Dan kuminta kau
mendampinginya. Tolonglah aku dalam hal ini dan akan kutangani semua kebutuhanmu
di hari-hari mendatang. Kau mengerti?"
Suara Carlo terdengar gemetar. "Baik, Tom, baik. Dengar, Tom, aku dan kau tidak
pernah bermasalah. Aku berterima kasih. Mengerti?" "Yeah," sahut Hagen. "Tidak seorang pun akan
menganggap pertengkaranmu dengan Connie sebagai penyebab peristiwa ini. Jangan khawatir.
Akan kubereskan masalah itu." Ia terdiam sejenak lalu melanjutkan dengan lembut, penuh dorongan,
"Well, sekarang mulailah bertindak, jaga Connie baik-baik." Ia memutuskan hubungan.
Hagen sudah belajar untuk tidak pernah mengancam. Don yang mengajarkan hal itu
padanya, tapi Carlo jelas bisa menerima pesannya: ia hanya sejauh sehelai rambut di-belah
tujuh dari kematian. Hagen menelepon Tessio, memerintahkannya datang ke kompleks di Long Beach
segera. Ia tidak memberitahukan alasannya dan Tessio tidak menanyakannya. Hagen menghela napas.
Sekarang tiba bagian yang paling ditakutinya.
Ia harus membangunkan Don dari tidurnya yang pulas karena obat bius. Ia harus
memberitahu orang yang paling dicintainya di dunia ini bahwa ia telah mengecewakan orang itu,
bahwa ia telah gagal menjaga kerajaannya dan menjaga jiwa putra sulungnya. Ia harus mengatakan pada
Don bahwa segalanya akan hilang kalau si sakit sendiri tidak terjun ke medan pertempuran.
Sebab Hagen tidak bisa menipu diri sendiri. Hanya Don yang hebat yang bisa menyelamatkan mereka
dari kekalahan yang begitu mengerikan. Hagen bahkan tidak mau bersusah payah berkonsultasi
dengan dokter yang

The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merawat Don Corleone, tindakan itu tidak ada artinya. Tidak peduli apa pun yang
diperintahkan dokter, bahkan seandainya mereka mengatakan Don tidak boleh bangun dari
ranjangnya karena berisiko kematian, ia harus mengatakan pada ayah angkatnya apa yang telah
terjadi lalu mengikuti perintahnya. Dan tentu saja tidak ada keraguan lagi mengenai apa yang akan
dilakukan Don. Pendapat medis sekarang tidak ada relevansinya, sekarang segalanya tidak relevan. Don
harus di beri tahu dan ia
harus mengambil komando atau memerintahkan Hagen menyerahkan kekuasaan Corleone
kepada Lima Keluarga. Walau begitu, Hagen sangat ketakutan menghadapi satu jam berikut. Ia berusaha
merencanakan sikap. Ia harus tegas menghadapi kesalahannya sendiri. Mengutuk diri sendiri sebagai
consigliori di masa perang hanya akan menyebabkan Don menyesali diri karena salah menilai ketika
memilih orang seperti dirinya untuk kedudukan yang begitu penting.
Hagen tahu ia harus menyampaikan berita itu, memberitahukan analisisnya mengenai
apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan, lalu menutup mulut. Reaksinya sesudah itu
harus reaksi yang diinginkan Don. Kalau Don ingin ia memperlihatkan rasa bersalah, ia akan
memperlihatkan rasa bersalah; kalau Don mengharuskan ia bersedih, ia bisa mengungkapkan kesedihan
yang memang benar-benar dirasakannya.
Hagen mengangkat kepala saat mendengar suara mobil, dan mobil-mobil pun memasuki
kompleks. Para caporegime datang. Mula-mula ia akan memberi mereka pengarahan, kemudian ia
akan naik ke lantai atas untuk membangunkan Don Corleone. Ia bangkit dan melangkah ke lemari
minuman keras di samping meja tulis, lalu mengeluarkan gelas dan botol. Sejenak ia berdiri di
sana, khawatir tidak mampu menuang minuman dari botol ke gelas. Di belakangnya ia mendengar pintu
ruangan perlahanlahan ditutup, dan sewaktu berpaling, ia melihat Don Corleone
berpakaian lengkap untuk pertama
kalinya sejak ditembak. Don menyeberangi ruangan ke kursi besar berlengan dari kulit dan duduk.
Langkahnya agak kaku, pakaiannya tergantung kebesaran di tubuhnya, tapi di mata Hagen ia tampak
seperti biasanya. Ada kesan, dengan semata-mata mengerahkan kemauannya sendiri, Don membuang semua
bukti luar mengenai tubuhnya yang masih lemah. Wajahnya keras, dengan semua daya dan
kekuatannya yang lama. Ia duduk tegak di kursi berlengan dan berkata pada Hagen, "Beri
aku anisette." Hagen mengganti botol dan menuang minuman keras yang manis dan panas itu untuk
mereka berdua. Minuman itu buatan sendiri dan lezat, jauh lebih keras daripada yang dijual di
toko-toko, hadiah dari teman lama yang setiap tahun mengirimkan satu truk kecil pada Don.
"Istriku menangis sebelum tertidur," kata Don Corleone. "Di luar jendela kulihat
para caporegimeAax berdatangan ke rumah padahal sekarang sudah tengah malam. Jadi, Consigliori-ku,
kurasa kau harus memberitahu Don-mu apa yang sudah diketahui setiap orang."
Hagen berkata dengan suara pelan, "Aku tidak mengatakan apa pun pada Mama. Aku
akan naik membangunkan dirimu dan menyampaikan sendiri beritanya. Sebentar lagi aku pasti
ke atas untuk membangunkanmu." Don Corleone berkata pasif, "Tapi kau perlu minum dulu."
"Ya," sahut Hagen.
"Sekarang kau sudah minum," kata Don. "Kau bisa mengatakannya padaku sekarang."
Teguran atas kelemahan Hagen sangat samar.
"Mereka menembak Sonny di causeway" kata Hagen. *Ia
tewas." Don Corleone mengerjapkan mata. Hanya selama sepersekian detik dinding kekuatan
tekadnya runtuh dan terkurasnya tenaga fisik tampak jelas di wajahnya. Lalu ia pulih kembali.
Kedua tangannya saling menggenggam di meja tulis di hadapannya dan ia memandang
lurus ke mata Hagen. "Ceritakan padaku semua yang terjadi," katanya. Ia mengangkat satu tangan.
"Tidak, tunggu sampai
Clemenza dan Tessio datang agar kau tidak perlu bercerita dua kali."
Hanya beberapa menit kemudian kedua caporegime itu memasuki ruangan disertai
seorang pengawal. Mereka seketika melihat Don telah mengetahui kematian anaknya karena Don berdiri
untuk menyambut mereka. Mereka memeluknya seperti yang biasa dilakukan teman lama.
Mereka semua minum anisette yang dituangkan Hagen sebelum ia menceritakan apa yang terjadi
malam itu. Don Corleone hanya mengajukan satu pertanyaan sesudah Hagen selesai bercerita.
"Apakah sudah pasti bahwa anakku tewas?"
Clemenza yang menjawab. "Ya," katanya. "Pengawalnya memang dari regime Santino,
tapi aku yang memilih mereka. Ku tanyai mereka setibanya di rumahku. Mereka melihat tubuhnya
dengan diterangi lampu gardu tol. Ia tidak mungkin bisa hidup dengan luka-luka yang mereka lihat.
Mereka bersedia mempertaruhkan nyawa untuk mendukung apa yang mereka katakan."
Don Corleone menerima keputusan terakhir itu tanpa memperlihatkan emosi, cuma
berdiam diri beberapa saat. Lalu ia berkata, "Tidak satu pun dari kalian perlu merasa gelisah
karena peristiwa ini. Tidak seorang pun dari kalian boleh membalas dendam, tidak seorang pun dari
kalian perlu menyelidiki siapa pembunuh putraku tanpa perintah dariku. Tidak ada perang lebih
lanjut terhadap Lima Keluarga tanpa perintah dan keinginan pribadiku. Keluarga kita akan
menghentikan semua operasi bisnis dan berhenti melindungi operasi bisnis kita sampai sesudah
pemakaman putraku. Setelah itu kita akan bertemu lagi di sini dan memutuskan apa yang harus
dilakukan. Malam ini kita
harus melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk Santino, kita harus memakamkannya sebagai orang
Kristen. Aku punya teman-teman yang akan mengatur segala sesuatunya dengan polisi dan pihak
berwenang. Clemenza, kau tetap tinggal bersamaku sepanjang waktu sebagai pengawal
pribadiku, kau dan orangorang regime-mu. Tessio, kau akan mengawal semua anggota
keluarga lainnya. Tom, kuminta kau
menelepon Amerigo Bonasera dan katakan padanya aku membutuhkan jasanya malam
ini. Ia harus menungguku di kantornya. Mungkin satu, dua, atau tiga jam lagi. Kalian semua
mengerti?" Ketiga pria itu mengangguk. Don Corleone berkata, "Clemenza, siapkan beberapa
orang dan mobil, lalu tunggu aku. Aku akan siap beberapa menit lagi. Tom, kau melakukan tugasmu
dengan baik. Besok pagi aku ingin Constanzia bersama ibunya. Aturlah agar ia dan suaminya tinggal
dalam kompleks. Minta para wanita teman Sandra pergi ke rumahnya dan tinggal bersamanya. Istriku
akan menceritakan kemalangan ini padanya dan wanita-wanita itu akan mengatur agar
gereja menyelenggarakan misa serta mendoakan arwah putraku."
Don bangkit dari kursi kulit. Yang lain ikut berdiri. Clemenza dan Tessio
memeluknya sekali lagi. Hagen membukakan pintu bagi Don, yang berhenti untuk memandangnya sejenak. Lalu
Don meletakkan tangannya pada pipi Hagen, memeluknya sekilas, kemudian berkata dalam
bahasa Italia, "Kau anak yang baik. Kau menghibur hatiku." Don mengatakan pada Hagen bahwa ia
telah bertindak sebagaimana mestinya dalam saat-saat yang penuh kesedihan dan mengerikan ini.
Lalu Don pergi ke kamar untuk berbicara dengan istrinya. Saat itulah Hagen menelepon Amerigo
Bonasera agar si pengurus jenazah membayar utang budinya pada keluarga Corleone.
414 Buku Lima Bab 20 Kematian Santino Corleone menimbulkan gelombang kejut di seluruh dunia bawah
tanah Amerika. Dan sesudah tersebar berita bahwa Don Corleone telah bangkit dari ranjang
sakitnya untuk menangani kembali seluruh masalah Keluarga, sesudah mata-mata dari pemakaman melaporkan
bahwa Don tampak pulih sepenuhnya, kepala Lima Keluarga berusaha dengan panik menyiapkan
pertahanan terhadap perang pembalasan berdarah yang pasti akan terjadi sesudah itu.
Tidak ada yang melakukan kesalahan dengan menduga Don Corleone bisa disepelekan
karena kemalangan yang baru dialaminya. Ia pria yang melakukan hanya sedikit kesalahan
dalam kariernya dan telah memetik pelajaran dari setiap kesalahannya.
Hanya Hagen yang bisa menduga maksud Don sesungguhnya dan tidak heran sewaktu
utusan dikirim kepada Lima Keluarga untuk mengusulkan perdamaian. Bukan hanya mengusulkan
perdamaian tapi juga pertemuan semua Keluarga di kota dan dengan undangan kepada semua Keluarga
di Amerika Serikat agar ikut hadir. Karena Keluarga-Keluarga New York yang paling kuat di
seluruh negeri, semua orang 419 menyadari kesejahteraan mereka memengaruhi kesejahteraan negara secara
keseluruhan. Pada awalnya ada kecurigaan. Apakah Don Corleone menyiapkan jebakan" Apa ia
berusaha membuat musuh-musuhnya lengah" Apa ia mencoba mempersiapkan pembantaian besar-besaran
untuk menuntut balas atas kematian putranya" Tapi Don Corleone segera menjelaskan
semuanya, bahwa ia benar-benar tulus. Bukan hanya melibatkan semua Keluarga di Amerika dalam
pertemuan itu, ia juga tidak menyuruh anak buahnya bersiap menghadapi perang atau mencari sekutu. Lalu
ia mengambil langkah final yang tidak bisa dibatalkan lagi yang memastikan niat ini serta
menjamin keamanan pertemuan besar yang diselenggarakannya. Ia meminta bantuan Keluarga
Bocchicchio. < Keluarga Bocchicchio keluarga yang unik. Kalau dulunya keluarga ini merupakan
cabang Mafia yang sangat kejam di Sisilia, sekarang mereka merupakan alat perdamaian di Amerika.
Dulu mereka merupakan kelompok yang mencari nafkah dengan tindakan penuh kekerasan, tapi
sekarang memperoleh pendapatan dari apa yang mungkin bisa disebut sebagai cara yang
saleh. Salah satu aset Keluarga Bocchicchio adalah struktur hubungan darah yang sangat rapat, loyalitas
keluarga yang sangat kokoh bahkan untuk ukuran masyarakat yang kesetiaan pada keluarga lebih
penting daripada kesetiaan pada istri. Keluarga Bocchicchio, yang meluas hingga saudara sepupu ketiga, jumlah
anggotanya pernah mencapai hampir dua ratus orang sewaktu mereka menguasai perekonomian di suatu
sektor kecil di Sisilia selatan. Pemasukan untuk seluruh keluarga waktu itu berasal dari empat
atau lima penggilingan gandum, yang sama sekali tidak dimiliki secara komunal, tapi memastikan tenaga
kerja dan nafkah serta kesejahteraan 420 minimal bagi seluruh anggota keluarga. Hal itu, ditambah pernikahan antarmereka
sendiri, sudah cukup bagi mereka untuk membentuk benteng terhadap musuh-musuh.
Tidak ada penggilingan saingan, tidak ada bendungan untuk menyediakan air bagi
pesaing atau merusak penjualan air mereka sendiri, yang boleh dibangun di wilayah mereka di
Sisilia. Seorang baron pemilik tanah yang berkuasa pernah mencoba mendirikan penggilingan untuk
digunakan sendiri. Pabrik itu habis terbakar. Ia melapor pada carabinieri dan pihak
berwenang yang lebih tinggi,
yang menangkap tiga anggota Keluarga Bocchicchio. Bahkan sebelum pengadilan
dilangsungkan rumah sang baron telah habis dimakan api. Pengadilan dan tuntutan dicabut.
Beberapa bulan kemudian seorang pejabat tinggi pemerintah Italia datang ke Sisilia dan berusaha
memecahkan masalah kekurangan air yang kronis di pulau itu, dan mengusulkan didirikannya bendungan
besar. Insinyur didatangkan dari Roma untuk melakukan survei sementara mereka diperhatikan para
penduduk setempat yang marah, anggota Keluarga Bocchicchio. Polisi membanjiri daerah itu,
menempati barak yang dibangun khusus. Tampaknya tidak ada yang bisa mencegah pembangunan bendungan saat peralatan dan
perlengkapan benar-benar didatangkan dari Palermo. Tapi semuanya hanya sampai sejauh itu.
Keluarga Bocchicchio menghubungi teman-teman, para kepala Mafia yang lain, dan mengadakan persetujuan
untuk meminta bantuan mereka. Alat-alat berat disabot dan peralatan yang lebih kecil dicuri.
Wakil-wakil Mafia di parlemen Italia melancarkah serangan birokratis terhadap para perencana. Ini
berlangsung beberapa

The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahun dan pada masa itu Mussolini naik takhta. Sang diktator mengeluarkan dekrit
bahwa bendungan harus dibangun: Tapi dekrit itu gagal.
421 Sang diktator mengetahui Mafia akan menjadi ancaman bagi rezimnya, membentuk apa
yang akhirnya menjadi otoritas terpisah dari pemerintahannya. Ia memberikan kuasa penuh pada
seorang pejabat tinggi kepolisian, yang segera memecahkan masalah dengan memenjarakan setiap
orang dan mengirim mereka ke pulau-pulau kerja paksa. Dalam beberapa tahun yang singkat ia
berhasil mematahkan kekuatan Mafia, hanya dengan menangkap sewenang-wenang setiap orang
yang dicurigai sebagai mafioso. Dan kerusakan besar pun menimpa banyak keluarga yang tidak
berdosa. Keluarga Bocchicchio cukup bodoh untuk menggunakan kekerasan terhadap kekuasaan
yang tidak terbatas itu. Separo anak buah mereka tewas dalam pertempuran bersenjata, dan
separo lainnya dikirim ke koloni-koloni kerja paksa. Hanya tersisa beberapa orang sewaktu
pengaturan untuk mengirim mereka ke Amerika dilakukan melalui jalan bawah tanah rahasia dengan
cara berganti-ganti kapal melalui Kanada. Jumlah imigrannya hampir dua puluh dan mereka menetap di
kota kecil jauh dari New York City, di Hudson Valley. Di sana mereka memulai dari bawah sekali
dan perlahan-lahan menanjak hingga memiliki sendiri perusahaan pembuangan sampah dan truknya.
Mereka menjadi makmur karena tidak memiliki' saingan. Dan mereka tidak memiliki saingan karena
saingan mereka mendapati truk-truk mereka dibakar dan disabot. Seseorang yang gigih dan
menurunkan harga ditemukan terkubur dalam sampah yang diangkatnya di siang hari, mati kehabisan
napas. Tapi sementara kaum pria menikah, dengan gadis-gadis Sisilia, bayi-bayi
dilahirkan, bisnis pembuangan sampah, sekalipun bisa menunjang kehidupan, tidak mencukupi untuk
membeli barangbarang mewah yang ditawarkan Amerika. Dan begitulah, sebagai
diversifikasi, Keluarga Bocchicchio
422 menjadi juru runding dan sandera dalam upaya damai di antara keluarga-keluarga
Mafia yang berperang. Kebodohan mengalir dalam Keluarga Bocchicchio, atau mungkin mereka hanya
primitif. Dalam banyak hal mereka mengakui keterbatasan mereka dan menyadari tidak bisa bersaing
dengan keluarga-keluarga Mafia lain dalam perjuangan mengorganisir dan mengendalikan
struktur bisnis yang lebih rumit seperti pelacuran, perjudian, narkotika, dan penipuan. Mereka
orang-orang jujur dan polos yang bisa menawarkan hadiah pada polisi patroli biasa tapi tidak
mengetahui cara mendekati
pembesar politik. Mereka hanya memiliki dua aset. Kehormatan dan kekejaman
mereka. Seorang Bocchicchio tidak pernah berbohong, tidak pernah berkhianat. Itu terlalu
rumit bagi mereka. Seorang Bocchicchio juga tidak pernah melupakan luka dan membiarkan luka tidak
terbalas, betapapun tinggi harga yang harus dibayar. Dan begitulah, tanpa sengaja mereka
menemukan apa yang terbukti akan menjadi profesi yang paling menguntungkan bagi mereka.
Sewaktu keluarga-keluarga yang berperang ingin berdamai dan mengatur
perundingan, Keluarga Bocchicchio dihubungi. Kepala keluarga akan menangani perundingan pendahuluan
dan mengatur sandera yang diperlukan. Sebagai contoh, ketika Michael pergi menemui Sollozzo,
seorang Bocchicchio ditinggalkan pada Keluarga Corleone sebagai jaminan keselamatan
Michael, dan pelayanan itu dibayar Sollozzo. Kalau Michael dibunuh Sollozzo, sandera lakilaki Bocchicchio yang ditahan akan dibunuh Keluarga Corleone. Dalam persoalan itu, Keluarga
Bocchicchio akan membalas
dendam kepada Sollozzo sebagai penyebab kematian anggota keluarga mereka. Karena
Keluarga Bocchicchio sedemikian primitif, mereka tidak pernah membiarkan apa pun, hukum
apa pun, menghalangi pembalasan dendam mereka. Mereka mau mengorbankan jiwa mereka
sendiri dan tidak ada perlindungan terhadap mereka kalau mereka dikhianati. Seorang sandera
Bocchicchio merupakan jaminan yang tidak ternilai harganya.
Jadi sekarang ketika Don Corleone menyewa Keluarga Bocchicchio sebagai juru
runding dan mengatur agar mereka menyediakan sandera bagi semua Keluarga untuk datang ke
pertemuan damai, tidak ada lagi keraguan terhadap ketulusannya. Tidak akan ada masalah
pengkhianatan. Pertemuan seaman pesta perkawinan. Setelah semua sandera beres, pertemuan dilangsungkan dalam ruang rapat direktur
bank dagang kecil yang presidennya berutang budi pada Don Corleone dan sebagian sahamnya dimiliki
Don Corleone walaupun atas nama presidennya. Presiden bank ini selalu mengingat saat ia
menawarkan memberi Don Corleone dokumen tertulis yang membuktikan kepemilikannya atas saham-saham
itu, untuk mencegah pengkhianatan. Don Corleone terpana. "Kupercayakan seluruh hartaku
padamu," kata Don Corleone pada presiden bank itu. "Kupercayakan seluruh hidupku dan kesejahteraan
anak-anakku padamu. Tidak pernah terlintas dalam benakku kau akan menipuku atau mengkhianati
diriku. Seluruh duniaku, seluruh keyakinanku pada penilaianku mengenai sifat manusia akan
runtuh. Tentu saja aku punya catatan tertulis sehingga kalau ada yang terjadi pada diriku, ahli warisku
akan mengetahui kau memegang titipanku untuk mereka. Tapi aku tahu walaupun aku tidak ada lagi di
dunia untuk menjaga kepentingan anak-anakku, kau akan memenuhi kebutuhan mereka dengan setia."
Presiden bank itu, meskipun bukan orang Sisilia, adalah orang yang berpikiran
waras dan baik hati. Ia memahami sifat Don Corleone sepenuhnya. Sekarang permintaan Godfather merupakan komando
bagi presiden tersebut, jadi pada suatu Sabtu, ruang eksekutif bank, ruang rapat yang
dilengkapi kursi-kursi empuk
berlapis kulit, privasi yang mudak, diserahkan untuk kebutuhan Keluargakeluarga. Keamanan bank diambil alih sepasukan kecil orang yang dipilih cermat dan
mengenakan seragam satpam bank. Pada pukul sepuluh pagi hari Sabtu itu, ruang rapat mulai terisi.
Di samping Lima Keluarga dari New York, ada wakil-wakil sepuluh Keluarga lain dari seluruh
Amerika, dengan perkecualian Chicago, kambing hitam dunia mereka. Mereka sudah putus asa dalam
usaha memberadabkan Chicago, dan memandang tidak ada gunanya mengikutsertakan anjing
gila itu dalam rapat sepenting ini. Bar dan meja hidangan telah disiapkan. Setiap wakil yang menghadiri rapat
diizinkan mengajak seorang asisten. Sebagian besar don mengajak consigliori mereka sebagai asisten,
sehingga hanya sedikit pemuda yang ada dalam ruangan itu. Tom Hagen adalah salah satu dari
sedikit orang itu, dan satu-satunya peserta yang bukan orang Sisilia. Ia menjadi sasaran rasa ingin
tahu, dianggap "ajaib".
Hagen tahu harus bersikap bagaimana. Ia tidak bicara, tidak tersenyum. Ia hanya
melayani bosnya, Don Corleone, dengan rasa hormat bangsawan kesayangan terhadap rajanya. Ia
mengambilkan Don minuman dingin, menyalakan cerutu, meletakkan asbak. Ia melakukannya dengan
penuh hormat tapi tidak mencolok. Tom Hagen juga satu-satunya orang dalam ruang rapat yang mengetahui identitas
foto-foto yang digantung di dinding berpanel hitam. Sebagian besar foto tokoh-tokoh keuangan
yang memperoleh kekayaan dari minyak. Salah satunya adalah Menteri Keuangan Hamilton. Hagen mau
tidak mau berpikir Hamilton mungkin menyetujui pertemuan perdamaian ini
diselenggarakan di lembaga perbankan. Tidak ada yang lebih menenangkan, lebih kondusif untuk akal
sehat, daripada atmosfer uang. Waktu kedatangan peserta ditetapkan antara pukul setengah sepuluh hingga pukul
sepuluh pagi. Don Corleone, karena merasa jadi tuan rumah sebab ia yang menyelenggarakan
perundingan damai ini, adalah orang pertama yang tiba; salah satu kelebihannya adalah ketepatannya akan
waktu. Yang datang berikutnya adalah Carlo Tramonti, yang menguasai wilayah selatan Amerika
Serikat. Ia pria paro baya yang sangat tampan, tubuhnya jangkung untuk ukuran Sisilia, dengan
kulit kecokelatan terbakar matahari, mengenakan setelan buatan penjahit, dan bercukur rapi. Carlo
Tramonti tidak tampak seperti orang Italia. Ia lebih mirip salah satu foto dalam majalah yang
menampilkan jutawan memancing di kapal pesiarnya. Keluarga Tramonti mencari nafkah dari perjudian,
dan tidak seorang pun yang pernah bertemu dengannya bisa menduga dengan kekejaman seperti apa ia
membangun kerajaannya. Sesudah beremigrasi dari Sisilia sewaktu masih kanak-kanak, ia menetap di
Florida dan tumbuh dewasa di sana, dipekerjakan sindikat Amerika yang terdiri atas kelompok
politisi kota kecil di Selatan yang menguasai perjudian. Mereka orang-orang tangguh yang didukung
pejabat kepolisian yang jauh lebih tangguh lagi dan tidak pernah mengira akan dikalahkan seorang
imigran yang masih hijau. Mereka tidak siap menghadapi kekejaman itu dan tidak bisa menandinginya
hanya karena menurut pikiran mereka imbalan yang diperebutkan tidak layak untuk menumpahkan
banyak darah. Tkamonti berhasil merekrut polisi dengan memberi mereka bagian keuntungan yang
lebih besar; ia menghabisi bajingan-bajingan keras kepala yang menjalankan operasi tanpa
imajinasi sama sekali. Tramonti pula yang memulai hubungan dengan Kuba dan rezim Batista, dan akhirnya
mengalirkan uang ke tempat-tempat wisata di Havana yang menyediakan rumah judi dan
pelacuran, untuk memikat para penjudi dari daratan Amerika. Tramonti sekarang menjadi multimiliarder dan
memiliki salah satu hotel termewah di Miami Beach.
Ketika tiba di ruang rapat diikuti asistennya, consigliori yang kulitnya samasama terbakar matahari, Tramonti memeluk Don Corleone, ekspresi wajahnya memancarkan simpati untuk
menunjukkan ia turut berduka cita atas kematian putra Don Corleone.
Don-don yang lain pun berdatangan. Mereka semua saling mengenal, sering bertemu
selama bertahuntahun, baik untuk acara sosial maupun saat menangani bisnis
masing-masing. Mereka selalu
memperlihatkan kesopanan profesional pada satu sama lain, dan waktu mereka masih
muda dan keadaan lebih sulit, mereka saling membantu. Don kedua yang datang adalah Joseph
Zaluchi dari Detroit. Keluarga Zaluchi, di bawah penyamaran dan kedok yang cocok, memiliki
salah satu lintasan pacuan kuda di daerah Detroit. Mereka juga memiliki bagian yang besar dalam
bisnis perjudian di sana. Zaluchi berwajah bulat, pria bertampang ramah yang tinggal di salah satu
rumah seharga seratus ribu dolar di kawasan Grosse Point yang modern di Detroit. Salah seorang
putranya menikah dengan putri keluarga Amerika tua yang terkenal. Seperti Don Corleone, Zaluchi
berpikiran maju. Detroit mencatat angka kekerasan fisik paling rendah di antara kota-kota yang
dikendalikan KeluargaKeluarga; hanya ada dua eksekusi selama tiga tahun terakhir
di kota itu. Ia tidak menyetujui peredaran
narkotik. Zaluchi mengajak consigliori-nya. dan keduanya menghampiri
Don Corleone untuk memeluknya. Zaluchi memiliki suara Amerika yang menggelegar,
dengan aksen asing yang sangat samar. Ia berpakaian secara konservatif, khas pengusaha, dan
dengan had penuh niat baik. Ia berkata pada Don Corleone, "Hanya suaramu yang bisa mendatangkan diriku
kemari." Don Corleone menunduk sebagai tanda terima kasih. Ia bisa mengandalkan dukungan
Zaluchi. Dua don yang datang sesudah itu berasal dari Pantai Barat, menggunakan mobil
yang sama karena mereka bekerja sama dengan erat dalam semua masalah. Keduanya adalah Frank
Fakone dan Anthony Molinari dan keduanya lebih muda daripada para don lain yang datang ke pertemuan
usia mereka masih empat puluhan. Mereka berpakaian agak kurang resmi dibandingkan yang
lainnya, ada sentuhan Hollywood dalam gaya mereka, dan mereka sedikit terlalu ramah daripada yang
sepantasnya. Frank Falcone menguasai serikat buruh perfilman dan perjudian di studio-studio,
ditambah kompleks pelacuran yang menyediakan gadis-gadis untuk rumah bordil di Far West. Sedikit
sekali kemungkinan bagi don mana pun untuk menjadi "show biz", tapi Falcone memiliki sentuhan itu.


The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena ku don-don yang lain tidak memercayainya.
Anthony Molinari mengendalikan pelabuhan San Francisco dan mendominasi kerajaan
judi olahraga. Ia berasal dari keluarga nelayan Italia yang memiliki restoran hidangan laut
terbaik di San Francisco,
dan ia membanggakan legenda yang mengatakan usahanya rugi karena ia memberikan
mutu yang baik dengan harga murah. Molinari memiliki wajah pasif penjudi profesional, dan ia
dikenal sebagai orang yang terlibat penyelundupan narkotika dari perbatasan Meksiko dan dari kapalkapal yang melayari samudra di Timur. Para pembantunya masih muda dan bertubuh kekar, jelas sekali
bukan penasihat tapi pengawal pribadi, walau mereka tidak
428 berani membawa senjata api ke pertemuan itu. Bukan rahasia lagi bahwa para
pengawal pribadi ini mahir dalam seni bela diri karate. Itu hal yang menggelikan bagi para don lain
tapi sama sekali tidak membuat mereka takut, sama seperti kalau para don dari California datang memakai
jimat yang diberkati Paus. Walau perlu diketahui bahwa beberapa dari orang-orang ini
religius dan percaya pada
Tuhan. Kemudian datang wakil dari Keluarga di Boston. Ia satu-satunya don yang tidak
dihormati temantemannya. Ia dikenal sebagai orang yang tidak memperlakukan
"orang-orangnya" dengan baik, yang
menipu mereka tanpa belas kasihan. Ini bisa dimaafkan, sebab setiap orang
memiliki tingkat keserakahan masing-masing. Yang tidak bisa dimaafkan adalah ia tak bisa menjaga
ketertiban dalam kerajaannya sendiri. Di Boston terlalu banyak terjadi pembunuhan, terlalu banyak
perang kecil memperebutkan kekuasaan, terlalu banyak kegiatan freelance tanpa dukungan;
daerah itu terangterangan menyepelekan hukum. Kalau Mafia Chicago biadab, orangorang Boston gavone, berandal
tak terkendalibajingan tengik. Nama don dari Boston ini adalah Domenick Panza.
Ia bertubuh pendek gemuk; dan seperti kata seorang don, tampangnya seperti maling.
Sindikat Cleveland, mungkin yang paling kuat dalam bisnis khusus perjudian di
Amerika Serikat, diwakili pria lanjut usia bertampang sensitif dengan wajah kurus dan rambut
ubanan. Ia dikenal sebagai "si Yahudi"tentu saja tidak ada yang berani mengatakan begitu di
hadapannya karena ia mengelilingi diri dengan asisten Yahudi, bukan Sisilia. Bahkan ada isu ia akan
mengangkat Yahudi sebagai consigliori kalau ia berani. Begitulah, seperti keluarga Don Corleone
dikenal sebagai Geng Irlandia karena keanggotaan Tom Hagen, begitu pula keluarga Don Vincent Forlenza
dikenal sebagai keluarga Yahudi dengan akurasi yang lebih tepat. Tapi ia
mengelola organisasi yang
sangat efisien dan diketahui tidak pernah pingsan melihat darah, walaupun
tampangnya sensitif. Ia memerintah dengan tangan besi yang terbungkus sarung tangan politik dari
beludru. Para wakil Lima Keluarga dari New York datang paling akhir dan Tom Hagen
terkejut melihat betapa jauh lebih berwibawa, jauh lebih mengesankan kelima orang ini daripada para
wakil luar kota, orang kampung. Salah satu sebabnya, kelima Don New York ini masih memegang teguh
tradisi lama Sisilia. Mereka orang-orang yang "punya perut", artinya orang-orang yang memiliki
kekuasaaan dan keberanian; dan secara fisik mereka memang agak buncit, kedua fakta itu berpadu
serasi, seperti di Sisilia. Kelima don dari New York adalah orang-orang yang tinggi besar dengan
kepala seperti singa, muka lebar, hidung ningrat yang besar, bibir tebal, dan pipi tembam berlipatlipat. Pakaian mereka tidak begitu pas dan mereka juga tidak mencukur rapi kumis atau janggut mereka.
Mereka tampak seperti orang-orang serius yang sibuk dan tidak mementingkan penampilan
lahiriah. tnttlH Ada Anthony Stracci, yang mengontrol kawasan New Jersey dan perkapalan di
galangan West Side, Manhattan. Ia mengelola perjudian di Jersey dan sangat kuat karena punya
dukungan mesin politik Demokrat. Ia memiliki armada truk angkutan yang terutama menghasilkan kekayaan
pribadi karena truk-truknya bisa mengangkut muatan berat tanpa dihentikan atau didenda pengawas
berat kendaraan di jalan raya. Truk-truk ini ikut menghancurkan jalan raya, lalu perusahaan
pembangunan jalan miliknya, dengan kontrak negara bagian yang menguntungkan, memperbaiki kerusakan
yang ditimbulkannya. Ini semacam operasi yang bisa menghangatkan hati setiap orang,
bisnis yang menciptakan bisnis lain. Stracci juga orang kuno yang tidak pernah berurusan dengan pelacuran, tapi
karena bisnisnya berada di kawasan pelabuhan maka mustahil baginya untuk tidak terlibat dalam lalu
lintas penyelundupan narkotika. Di antara Keluarga-Keluarga New York yang menentang Keluarga
Corleone, keluarganya yang paling lemah, tapi memiliki perlengkapan terbaik.
Keluarga yang mengendalikan negara bagian New York, yang mengatur penyelundupan
imigran Italia dari Kanada, seluruh perjudian di negara bagian itu, dan memiliki hak veto atas
pemberian izin negara bagian untuk lintasan pacuan kuda, dikepalai Ottilio Cuneo. Ia pria manis dengan
wajah bulat khas tukang roti yang periang, yang kegiatan sahnya adalah salah satu perusahaan susu
besar. Cuneo orang yang menyayangi anak-anak dan sakunya selalu penuh permen dengan harapan bisa
selalu menyenangkan salah satu dari banyak cucunya atau anak kecil para rekannya. Ia
mengenakan topi fedora bundar dengan tepi ditekuk ke bawah seluruhnya seperti topi wanita,
menyebabkan wajahnya yang berbentuk bulan tampak semakin lucu. Ia salah satu dari sedikit don yang
tidak pernah ditangkap atau dicurigai atas kegiatannya yang sebenarnya. Begitu hebat ia dalam melakukan
kegiatan sosial hingga dipilih sebagai "Pengusaha Negara Bagian New York Tahun Ini" oleh Kamar
Dagang. Sekutu paling dekat Keluarga Tattaglia adalah Don Emilio Barzini. Ia memiliki
beberapa tempat perjudian di Brooklyn dan beberapa lagi di Queens. Ia juga memiliki usaha
pelacuran. Ia memiliki usaha pemerasan dan menguasai seluruh Staten Island. Barzini memiliki usaha
taruhan olahraga di Bronx dan Westchester. Ia aktif dalam bisnis narkotika. Hubungannya dengan
Cleveland dan Pantai Barat sangat erat, dan ia salah satu dari sedikit orang yang cukup cerdas untuk
menanam saham di Las Vegas dan Reno, kota-kota yang masih terbuka
dl Nevada. Ia juga memiliki saham di Miami Beach dan Kuba. Sesudah Keluarga
Corleone, mungkin keluarganya yang terkuat di New York, dan dengan begitu di seluruh Amerika.
Pengaruhnya bahkan menjangkau hingga Sisilia. Tangannya mencengkeram setiap bisnis yang melanggar
hukum. Ia bahkan diisukan memiliki kekuasaan di Wall Street. Emilio Barzini mendukung Keluarga
Tattaglia dengan uang dan pengaruh sejak perang dimulai. Ia memiliki ambisi menyingkirkan Don
Corleone sebagai pernimpin Mafia yang terkuat dan paling dihormati di Amerika, dan mengambil alih
kerajaan Corleone. Ia sangat mirip Don Corleone, tapi lebih modern, lebih maju, lebih
serius dalam bisnis. Ia tidak pernah disebut Pete Kumis tua dan memiliki keyakinan para pemimpin yang
lebih muda dan lebih berani yang tengah menanjak. Ia orang yang memiliki kekuatan pribadi yang
dingin, sama sekali tidak memiliki kehangatan Don Corleone, dan mungkin saat ini ia yang paling
"dihormati" dalam
kelompok ini. Yang datang paling akhir adalah Don Phillip Tattaglia, kepala Keluarga Tattaglia
yang menantang langsung kekuasaan Corleone dengan mendukung Sollozzo, dan nyaris berhasil Tapi
anehnya ia dianggap agak remeh oleh yang lain. Salah satu alasannya adalah mereka tahu ia
membiarkan dirinya dikuasai Sollozzo, malah seperti kerbau yang dicocok hidungnya oleh tangan si
Turki cerdik tersebut. Ia dianggap bertanggung jawab atas semua kerusuhan yang terjadi, keributan yang
begitu memengaruhi kegiatan sehari-hari semua Keluarga New York. Ia juga pesolek
berusia enam puluh tahun yang suka mengejar wanita. Dan ia memiliki cukup banyak kesempatan untuk
menuruti kelemahannya. Sebab Keluarga Tattaglia menangani bisnis wanita. Usaha utamanya adalah
pelacuran. Keluarganya juga mengendalikan sebagian besar kelab malam di Amerika Serikat dan bisa
432 menempatkan bakat apa saja di seluruh negara. Phillip Tattaglia juga tidak
segan-segan menggunakan pemerasan agar bisa mengendalikan penyanyi dan pelawak yang memiliki masa depan,
serta ancaman terhadap perusahaan rekaman. Tapi pelacuran merupakan sumber utama penghasilan
Keluarga. Kepribadiannya tidak menyenangkan bagi orang-orang ini. Ia bersuara melengking,
selalu mengeluh tentang pengeluaran bisnis keluarganya. Tagihan binatu, segala macam handuk,
semuanya menggerogoti keuntungan usaha (tapi binatu yang menangani masalah itu merupakan
usahanya sendiri). Gadis-gadisnya malas dan tidak stabil, kabur, bunuh diri. Muncikarinya curang, tidak jujur,
dan sama sekali tidak memiliki loyalitas. Pembantu yang baik sulit didapat
sekarang ini. Anak-anak muda berdarah Sisilia menolak pekerjaan seperti itu, menganggap menyelundupkan
dan memukuli wanita tidak sesuai dengan kehormatan mereka; keparat-keparat yang bisa
menggorok leher orang sambil menyanyi dan mengenakan palem Paskah di kelepak jas. Jadi Phillip
Tattaglia meratap di hadapan para pendengar yang tidak bersimpati dan jijik terhadapnya. Lolongannya
yang paling keras dicadangkan untuk pihak berwenang yang memiliki kekuasaan untuk mengizinkan atau
membatalkan penjualan minuman keras untuk semua kelab malam dan kabaret miliknya. Ia
bersumpah telah menjadikan lebih banyak miliuner daripada Wall Street dengan uang yang
dibayarkannya kepada maling-maling yang memegang stempel resmi.
Dengan cara yang aneh, perang yang hampir dimenangkannya dari Keluarga Corleone
tidak menyebabkan ia dihormati sebagaimana layaknya. Mereka mengetahui kekuatannya
berasal dari Sollozzo, lalu dari Keluarga Barzini. Juga kenyataan bahwa walaupun memiliki
keunggulan kejutan, ia tidak bisa meraih kemenangan mutlak, bukti yang mengurangi nilai dirinya.
Seandainya ia lebih efisien, pasti semua kesulitan ini bisa dihindari. Kematian Don Corleone akan
mengakhiri peperangan. Karena mereka sama-sama kehilangan putra dalam perang di antara mereka sendiri,
cukup pantas kalau Don Corleone dan Phillip Tattaglia saling menyapa hanya dengan mengangguk.
Don Corleone menjadi pusat perhatian. Orang-orang mengamatinya untuk mencari tanda-tanda
kelemahan pada dirinya akibat luka-luka dan kekalahannya. Yang membingungkan adalah mengapa Don
Corleone meminta perdamaian sesudah kematian putra kesayangannya. Itu merupakan pengakuan
kekalahan dan hampir bisa dipastikan akan mengakibatkan berkurangnya kekuasaannya. Tapi
mereka akan segera mengetahui penjelasannya.
Setelah bertukar salam, minuman disajikan, dan hampir setengah jam berlalu, baru
Don Corleone duduk di balik meja kayu walnut yang mengilap. Tanpa mencolok, Tom Hagen duduk
di kursi yang terletak agak di kiri belakang Don Corleone. Ini merupakan isyarat bagi para don
lain untuk duduk di sekeliling meja perundingan. Para asisten duduk di belakang mereka, consigliori
tidak boleh terlalu jauh agar bisa menawarkan nasihat kalau diperlukan.
Don Corleone yang pertama kali berbicara dan ia bersikap seakan tidak terjadi
apa pun. Seolah hatinya tidak sangat terluka akibat pembunuhan putra sulungnya, kerajaannya yang
berantakan, keluarga pribadinya yang tersebarFreddie di Pantai Barat di bawah perlindungan Keluarga
Molinari dan Michael disembunyikan di Sisilia yang gersang. Ia berbicara, seperti sudah
sewajarnya, dalam dialek Sisilia. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua," katanya. "Aku
menganggap ini sebagai penghormatan yang diberikan khusus kepadaku dan aku merasa berutang budi
kepada setiap orang dari kalian. Jadi aku akan mengatakan di awal pertemuan ini bahwa aku
berada di sini bukan untuk bertengkar atau meyakinkan, tapi hanya untuk berbicara baik-baik dan
sebagai orang berpikiran waras yang ingin melakukan segala yang mungkin bagi kita semua agar berpisah
sebagai sahabat di

The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat ini juga. Aku berjanji mengenai hal itu, dan beberapa orang di antara
kalian yang mengenalku dengan baik mengetahui aku tidak akan mengumbar janji seenaknya. Ah, baiklah
kita segera membicarakan bisnis. Kita semua yang ada di sini adalah orang-orang terhormat,
kita tidak perlu saling memberi jaminan seakan kita pengacara."
Ia diam sejenak. Tidak ada yang membuka mulut. Beberapa orang mengisap cerutu,
lainnya meneguk minuman. Semua orang ini pendengar yang baik, orang-orang yang sabar. Mereka
juga memiliki persamaan lain. Mereka orang-orang yang langka, yang tidak mau menerima perintah
dari masyarakat terorganisir, tidak mau diperintah orang lain. Tidak ada kekuatan apa pun, tidak
ada manusia yang bisa memaksa mereka menuruti perintah orang lain kalau mereka sendiri tidak
menghendakinya. Mereka orang-orang yang mempertahankan kemauan bebas mereka dengan kelicikan dan
pembunuhan. Kemauan mereka hanya bisa ditundukkan kematian. Atau pertimbangan akal sehat
yang absolut. Don Corleone menghela napas. "Bagaimana keadaan bisa berkembang hingga sejauh
ini?" tanyanya retoris. "Well, itu tidak menjadi masalah. Banyak sekali kebodohan yang terjadi.
Sayang sekali, sama sekali tidak kita butuhkan. Tapi baiklah kuceritakan apa yang terjadi, seperti
yang kulihat." Ia diam sejenak untuk melihat apakah ada yang keberatan kalau ia bercerita dari
sudut pandangnya."Aku bersyukur pada Tuhan karena kesehatanku sudah pulih dan mungkin
aku bisa ikut meluruskan masalah ini. Mungkin anakku terlalu bodoh, terlalu keras kepala. Aku
tidak akan mengingkari kenyataan itu. Yah, baiklah kukatakan saja bahwa Sollozzo menemuiku
karena urusan bisnis yang menyebabkan ia perlu meminta bantuan keuangan dan pengaruh padaku.
Ia mengatakan membawa kepentingan Keluarga Tattaglia. Bisnis ini menyangkut narkotika, dan aku
tidak tertarik. Aku orang yang menyukai ketenangan dan usaha seperti itu terlalu merepotkan
menurutku. Kujelaskan ini pada Sollozzo, dengan segala penghormatan padanya dan Keluarga Tattaglia.
Aku memberinya jawaban 'tidak' dengan segala kesopanan. Kukatakan bisnisnya tidak mengganggu
bisnisku, bahwa aku tidak keberatan kalau ia mencari nafkah dengan cara itu. Tapi ia menerimanya
dengan perasaan tidak senang dan mendatangkan kesialan pada kita semua. Well, begitulah hidup.
Setiap orang di sini bisa menceritakan kesedihan masing-masing. Tapi bukan itu tujuanku."
Don Corleone terdiam dan memberi isyarat pada Hagen, meminta minuman dingin.
Hagen memberinya dengan cepat. Don Corleone membasahi bibir. "Aku ingin mengadakan
perdamaian," katanya. "Tattaglia sudah kehilangan seorang putra, aku juga kehilangan seorang
putra. Kami seimbang. Akan jadi apa dunia ini kalau setiap orang terus menyimpan dendam
dengan alasan apa pun" Itu dulu adat Sisilia, tempat kaum pria sibuk melakukan vendettapembalasan
dendamhingga tidak memiliki waktu untuk mencari sesuap nasi bagi keluarganya. Itu kebodohan.
Jadi kukatakan sekarang, biarlah keadaan kembali seperti semula. Aku belum mengambil langkah
apa pun untuk menyelidiki siapa yang berkhianat dan membunuh putraku. Mengingat perdamaian,
aku tidak akan melakukannya. Aku memiliki anak yang tidak bisa pulang dan aku
harus mendapat jaminan bahwa sesudah aku mengatur segala sesuatu agar ia bisa pulang dengan
selamat, selanjutnya tidak boleh ada gangguan, tidak boleh ada bahaya dari pihak berwajib. Begitu
masalah ini selesai, mungkin kita bisa membicarakan masalah lain yang menyangkut kepentingan kita,
dan memberi kita masing-masing keuntungan hari ini." Corleone memberi isyarat tangan yang jelas
dan sopan. "Hanya itu yang kuinginkan."
Ia menyampaikannya dengan sangat baik. Itulah Don Corleone yang lama. Berakal
sehat. Ulet. Berbicara lunak. Tapi setiap orang di sana menyadari bahwa ia sudah memperoleh
kembali kesehatan fisiknya, yang berarti ia tidak boleh disepelekan walaupun kemalangan menimpa
Keluarga Corleone. Orang-orang menyadari ia mengatakan bisnis lain tidak akan berjalan sebelum
perdamaian yang dimintanya diberikan. Mereka menyadari ia meminta status quo yang lama, bahwa ia
tidak kehilangan apa pun meski mengalami kesialan terburuk selama setahun terakhir.
Namun Emilio Barzini yang menjawab Don Corleone, bukan Tattaglia. Kata-katanya
singkat dan langsung pada tujuan tanpa mengandung kekasaran atau menyinggung perasaan.
"Semua ini mungkin benar," kata Barzini. "Tapi ada sedikit lagi. Don Corleone
terlalu rendah hati. Kenyataannya adalah Sollozzo dan Keluarga Tattaglia tidak bisa memasuki bisnis
baru ini tanpa bantuan Don Corleone. Pada kenyataannya, ketidaksetujuannya merugikan mereka.
Tentu saja itu bukan kesalahannya. Kenyataannya tetap bahwa para hakim dan politisi yang mau
menerima kebaikan Don Corleone, bahkan dalam hal obat bius, tidak akan membiarkan diri
mereka dipengaruhi siapa pun kalau mengenai narkotika. Sollozzo tidak bisa
beroperasi kalau tak mendapat jaminan bahwa anak buahnya akan diperlakukan dengan baik. Kita semua
mengetahui hal itu. Kalau tidak begitu, kita semua bakal sengsara. Dan sekarang sesudah mereka
memperberat hukuman, para hakim dan jaksa penuntut makin sulit diajak tawar-menawar kalau
orang kita terlibat masalah narkotika. Bahkan orang Sisilia yang dijatuhi hukuman penjara dua puluh
tahun bisa melanggar omerta dan mengungkapkan seluruh isi kepalanya. Itu tidak bisa
dibiarkan terjadi. Don Corleone yang mengendalikan semua aparat itu. Penolakannya untuk mengizinkan
kita memanfaatkan hal itu bukan tindakan sahabat. Ia merebut rod dari mulut keluarga kita. Zaman
sudah berubah, sekarang tidak lagi seperti dulu sewaktu sedap orang bisa bertindak sesuka hati.
Kalau Corleone menguasai semua hakim di New York, ia harus berbagi dengan kita atau membiarkan
orang lain memanfaatkan mereka. Tentu saja ia boleh minta imbalan untuk jasa itu,
bagaimanapun kita bukan komunis. Tapi ia harus mengizinkan kita menimba air dari sumurnya. Masalahnya
sesederhana itu." Sesudah Barzini selesai berbicara, semua orang terdiam. Garis batas sudah
ditarik, tidak ada yang bisa
kembali ke status quo lama. Yang lebih penting adalah dengan mengungkapkan
pendapatnya, Barzini mengatakan kalau perdamaian tidak tercapai, ia akan terang-terangan berpihak
pada Tattaglia dalam perang melawan Corleone. Dan ia telah jelas-jelas menyatakan alasannya. Hidup
dan nasib mereka tergantung pada apakah mereka saling membantu, dan penolakan terhadap permintaan
sahabat merupakan tindakan agresi. Permintaan bantuan tidak diajukan sambil lalu dan
dengan begitu tidak boleh ditolak seenaknya. Don Corleone akhirnya menjawab. "Sahabat-sahabatku," katanya, "aku menolak bukan
karena iri. Kalian semua mengenalku. Kapan aku pernah menolak memberi bantuan" Itu sama
sekali bukan sifatku. Tapi kali ini aku terpaksa menolak. Kenapa" Karena menurutku masalah
narkotika ini akan menghancurkan kita semua di tahun-tahun mendatang. Terlalu banyak yang menentang
keras peredaran narkotika di negara kita. Masalah itu tidak seperti wiski atau
perjudian atau bahkan wanita,
yang diinginkan sebagian besar orang dan dilarang pezzonovante gereja dan
pemerintah. Tapi narkotika berbahaya bagi setiap orang yang berhubungan dengannya. Itu bisa
membahayakan semua bisnis lain. Dan kukatakan aku merasa tersanjung oleh keyakinan bahwa aku begitu
berkuasa atas para hakim dan pejabat hukum, aku ingin sekali hal itu benar. Aku memang memiliki
sedikit pengaruh, tapi tidak banyak orang yang selama ini menghormati nasihatku akan tetap menghormati
aku kalau melibatkan narkotika dalam hubungan kami. Mereka takut terlibat dalam bisnis
seperti itu dan memiliki keyakinan teguh terhadap hal tersebut. Bahkan polisi yang membantu kita
dalam perjudian dan hal-hal lain akan menolak membantu kita dalam narkotika. Jadi meminta
bantuanku dalam masalah ini sama seperti meminta aku mengkhianati diri sendiri. Tapi aku akan
melakukannya kalau memang kalian menganggap tindakan seperti itu seharusnya diambil untuk
membereskan masalahmasalah lain."
Sesudah Don Corleone berbicara, suasana jadi agak rileks dan dipenuhi bisikbisik serta percakapan. Ia telah menyampaikan segi yang paling penting. Ia mau menawarkan
perlindungannya kepada upaya
bisnis terorganisir narkotika. Jadi ia menyetujui hampir seluruh usul Sollozzo
yang semula kalau usul itu didukung seluruh kelompok yang hadir. Mereka
438 memahami bahwa ia tidak akan berperan aktif dalam tahap operasional, ia juga
tidak akan menginvestasikan uangnya. Ia hanya akan menggunakan pengaruhnya untuk melindungi
mereka dari aparat hukum. Tapi itu sudah merupakan konsesi yang luar biasa besar.
Don dari Los Angeles, Frank Falcone, berkata, "Tidak ada cara untuk menghentikan
anak buah kami melakukan bisnis itu. Mereka melakukannya atas kemauan sendiri dan terlibat
kesulitan. Terlalu banyak uang yang terlibat hingga orang sulit menolak Jadi akan lebih berbahaya
lagi kalau kita tidak terlibat. Setidaknya kalau kita yang mengendalikan, kita bisa mengurusnya lebih
baik, mengorganisir bisnis itu lebih baik, memastikan usaha itu tidak akan menimbulkan terlalu
banyak masalah. Terlibat dalam bisnis itu tidaklah terlalu buruk, harus ada organisasi, harus ada
kendali, harus ada perlindungan. Kita tidak boleh membiarkan setiap orang berkeliaran dan bertindak
seenaknya seperti sekelompok anarkis."
Don dari Detroit, yang lebih bersikap ramah pada Corleone daripada yang lain,
sekarang juga berbicara menentang sahabatnya, demi akal sehat. "Aku tidak menyukai narkotika,"
katanya. "Selama bertahun-tahun aku membayar ekstra anak buahku agar mereka tidak melakukan
bisnis itu. Tapi tidak ada gunanya, tindakan tersebut tidak menghalangi mereka. Ada yang datang menemui
mereka dan berkata, 'Aku punya bubuk, kalau kau menginvestasikan tiga, empat ribu dolar,
kita bisa mendapat lima puluh ribu untuk dibagi-bagi.' Siapa yang bisa menolak keuntungan sebesar
itu" Dan mereka begitu sibuk dengan bisnis sampingan sehingga mengabaikan pekerjaan yang
seharusnya mereka lakukan dengan kubayar. Lebih banyak uang dalam narkotika. Dan makin lama uang
itu makin banyak. Tidak ada cara untuk menghentikannya sehingga kita harus mengendalikan
bisnis itu dan menjadikannya bisnis terhormat. Aku tidak ingin bisnis tersebut dilakukan dekat
sekolah, aku tidak mau barang itu dijual kepada anak-anak. Itu infamita. Aku telah berusaha
membatasi peredaran barang
itu di kotaku, hanya di kalangan kulit hitam, kulit berwarna. Mereka pelanggan
yang paling baik, tidak terlalu merepotkan, dan bagaimanapun memang seperti binatang. Mereka tidak
menghormati istri, keluarga, atau diri sendiri. Biar saja mereka kehilangan jiwa karena narkotika.
Tapi harus ada tindakan, kita tidak boleh membiarkan orang berbuat seenaknya dan menyulitkan."
Pidato don dari Detroit itu diterima dengan bisik-bisik menyetujui. Ia memukul
paku tepat pada kepalanya. Orang bahkan tidak bisa membayar orang lain untuk mencegahnya terjun
ke bisnis narkotika. Sedangkan komentar tentang anak-anak, itu merupakan pertimbangan akal
sehatnya yang terkenal, hatinya yang penuh kasih sayang berbicara. Lagi pula, siapa yang mau
menjual narkotika kepada anak-anak" Dari mana anak-anak mendapatkan uangnya" Komentarnya tentang
orang-orang kulit berwarna, itu bahkan tidak didengar. Orang Negro sama sekali tidak
penting, tak memiliki kekuatan apa pun. Bahwa mereka membiarkan masyarakat melindas mereka menjadi
debu membuktikan mereka tidak penting, dan bahwa ia membicarakan mereka membuktikan
don dari Detroit ini memiliki pikiran yang selalu cenderung ke hal-hal yang tidak
relevan. Semua don berbicara. Semua menganggap peredaran narkotika buruk dan bisa
menimbulkan kesulitan-kesulitan, tapi sependapat bahwa tidak ada cara untuk
mengendalikannya. Tapi uang yang
bisa dihasilkan dari bisnis ini begitu besar, dengan demikian akan selalu ada
orang yang berani melakukan apa saja untuk melibatkan diri di dalamnya. Itulah sifat manusia.
Akhirnya kata sepakat tercapai. Peredaran narkotika diizinkan dan Don Corleone
harus memberikan

The God Father Sang Godfather Karya Mario Puzo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlindungan hukum di Pantai Timur. Semua orang memahami bahwa Keluarga Barzini
dan Keluarga Tattaglia akan melakukan hampir semua operasi berskala besar. Dengan
diselesaikannya masalah ini,
konferensi bisa dilanjutkan untuk membahas masalah-masalah lain dengan
kepentingan lebih luas. Banyak masalah rumit yang harus dipecahkan. Disepakati bahwa Las Vegas dan Miami
akan menjadi kota terbuka tempat Keluarga mana saja bisa beroperasi. Mereka semua mengakui
keduanya merupakan kota masa depan. Juga disepakati bahwa kekerasan tidak boleh terjadi
di kota-kota ini dan semua jenis penjahat kelas teri tidak boleh diberi kesempatan. Mereka sepakat
bahwa pada saat-saat krisis, dalam eksekusi yang perlu dilakukan tapi mungkin akan menimbulkan
kemarahan hebat masyarakat, eksekusi harus terlebih dulu disetujui dewan ini Semua orang setuju
bahwa orang-orang kunci dan para prajurit harus dicegah melakukan kekerasan dan balas dendam
terhadap sesamanya dalam masalah pribadi. Mereka juga sependapat bahwa Keluarga-Keluarga harus
saling membantu kalau diminta, seperti menyediakan algojo, bantuan teknis dalam tindakantindakan tertentu seperti
menyuap juri, yang dalam beberapa kasus sangat vital. Semua pembicaraan ini,
yang dilakukan secara tidak formal, dengan penuh kera-mahtamahan, dan pada tingkat tinggi, memakan
waktu lama dan disela makan siang serta minuman dari bar.
Akhirnya Don Barzini berusaha mengakhiri pertemuan. "Jadi itulah seluruh
masalahnya," katanya.
"Kita sudah mencapai perdamaian dan izinkan aku menyampaikan rasa hormat kepada
Don Corleone, yang kita semua kenal selama bertahun-tahun sebagai orang yang selalu menepati
janji. Kalau ada perselisihan lain, kita bisa bertemu lagi, kita
tidak perlu bertindak bodoh lagi. Menurutku jalannya baru dan mulus. Aku gembira
semua sudah beres." Hanya Phillip Tattaglia yang masih gelisah. Pembunuhan Santino Corleone
menjadikan dirinya paling
rawan dalam kelompok kalau perang pecah kembali. Ia berbicara panjang-lebar
untuk pertama kalinya. "Aku sudah menyetujui segala sesuatunya di sini, dan bersedia melupakan musibah
yang menimpaku. Tapi aku ingin mendengar jaminan yang mantap dari Corleone. Apakah ia akan
berusaha membalas dendam" Sesudah waktu berlalu dan kedudukannya mungkin menjadi lebih kuat,
apakah ia akan melupakan sumpah bahwa kami bersahabat" Bagaimana aku tahu bahwa dalam waktu
tiga atau empat tahun lagi ia tidak akan merasa dirinya mendapat perlakuan tidak adil, terdorong
untuk melupakan perjanjian ini dan merasa bebas untuk melanggarnya" Apakah kami harus saling
berjaga-jaga sepanjang waktu" Ataukah kami benar-benar bisa bergerak leluasa dengan pikiran
tenang" Bersediakah Corleone memberi kami jaminan sebagaimana sekarang aku memberi
jaminanku sendiri?" Pada waktu itulah Don Corleone menyampaikan pidato yang akan dikenang hingga
lama sekali, dan yang mengukuhkan kembali dirinya sebagai negarawan paling berwawasan luas di
antara mereka semua, begitu penuh akal sehat, begitu langsung dari hati nuranidan langsung ke
permasalahan. Dalam pidatonya ia mengabadikan ungkapan yang menjadi terkenal seperti istilah Tirai
Besi bikinan Churchill, walau baru diketahui umum lebih dari sepuluh tahun kemudian.
Untuk pertama kalinya ia berdiri untuk berpidato di depan dewan. Tubuhnya pendek
dan agak kurus karena "sakit". Usianya yang sudah enam puluh tahun lebih memang kelihatan, tapi
tidak diragukan lagi bahwa ia sudah memperoleh
kembali semua kekuatannya yang dulu, dan memiliki semua kecerdasannya.
"Manusia macam apa kita ini, kalau kita tidak memiliki akal sehat," katanya.
"Kita semua tidak lebih
daripada hewan di hutan kalau kita bersifat seperti itu. Tapi kita memiliki akal
sehat, kita bisa bertukar pikiran, dan bisa berpikir sendiri. Untuk apa aku memulai semua
kesulitan lagi, semua kekejaman dan kerusuhan" Putraku sudah meninggal dan itu musibah yang harus
kutanggung, tanpa memaksa dunia tidak bersalah di sekitarku ikut menderita karenanya. Jadi dengan
ini kukatakan, demi kehormatanku, bahwa aku tidak akan berusaha membalas dendam, aku tidak akan
menyelidiki apa yang terjadi. Aku akan pergi dari sini dengan hati tulus.
"Menurutku kita harus selalu mempertimbangkan kepentingan kita. Kita semua tidak
mau menjadi orang bodoh, tidak mau menjadi boneka yang menari-nari di ujung tali yang
ditarik orang yang ada di
atas kita. Kita beruntung karena hidup di negara ini. Anak-anak kita mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Beberapa orang di antara kalian memiliki anak yang menjadi dosen,
ilmuwan, musisi, dan kalian sekalian beruntung. Mungkin cucu kalian kelak akan menjadi pezzonovanti.
Tidak ada seorang pun di antara kita di sini yang ingin melihat anak-anak kita mengikuti jejak
kita, ini kehidupan yang terlalu keras. Mereka bisa menjadi seperti orang-orang lain, kedudukan dan
kesejahteraan mereka diperoleh berkat keberanian kita. Sekarang aku sudah punya cucu dan kuharap
anak-anak mereka pada suatu hari nanti, siapa tahu, ada yang menjadi gubernur, menjadi presiden, tidak
ada yang mustahil di Amerika sini. Tapi kita harus maju seiring dengan waktu. Sudah berlalu masa
untuk senjata, pembunuhan, dan pembantaian. Kita harus cerdik sebagaimana
layaknya orang bisnis, uangnya lebih banyak dan lebih baik bagi anak-cucu kita.
"Sedangkan mengenai perbuatan kita sendiri, kita tidak bertanggung jawab pada
kaliber .90, pezzonovanti yang menetapkan dirinya sebagai orang yang memutuskan apa yang
Bayangan Berdarah 3 Misteri Kehadiran Arwah Karya Bois Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 17

Cari Blog Ini