Ceritasilat Novel Online

Ceritakan Mimpi Mimpimu 3

Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon Bagian 3


"Aku sudah menelepon Royce Salem. Dia psikiater yang biasa dipakai kantor Jesse Quiller. Akan kuminta dia memeriksa Ashley dan menyerahkan laporannya kepada ayahnya. Dr. Patterson bisa memakai psikiater lain, kalau dia mau, atau menyerahkan laporan itu kepada pengacara entah siapa yang akan menangani kasus ini."
"Begitu." Sandra mengawasi wajah suaminya yang keruh. "Apakah Mr. Kincaid menyebut-nyebut soal kemitraan, David?" Ia menggeleng. "Tidak." Sandra berkata cerah. "Dia pasti akan menyebutnya. Masih ada hari esok."
Dr. Royce Salem adalah seorang pria tinggi kuras, dengan jenggot seperti Sigmund Freud.
Mungkin ini cuma kebetulan belaka, David berkata dalam hati. Masa sih dia ingin tampak seperti Sigmund Freud.
"Jesse sering bicara tentang kau," kata Dr. Sa-1 lem. "Dia sangat menyukaimu."
"Aku juga menyukainya, Dr. Salem."
"Kasus Patterson ini sangat menarik. Jelas ini pekerjaan psikopat. Kau merencanakan menyatakan 1 tidak waras?"
"Sebenarnya," David memberitahunya, "aku tidak i menangani kasus ini. Sebelum mendapatkan pem- : bela untuknya, aku ingin keadaan mentalnya dievaluasi." David memaparkan fakta yang diketahuinya kepada Dr. Salem. "Dia bertahan mengatakan bahwa dia tak bersalah, tetapi bukti-bukti menunjukkan \ bahwa dia melakukan tindak pidana itu."
"Yah, mari kita lihat jiwa gadis ini."
Sea hipnoterapi terhadap Ashley akan dilakukan di Santa Clara County Jail, di ruang interogasi. Perabot di mang itu hanya terdiri atas meja kayu persegi dan empat kursi kayu.
Ashley yang tampak pucat dan letih, diantar ke mangan itu oleh sipir wanita.
"Aku akan menunggu di luar," kata si sipir, lalu mengundurkan diri.
David berkata, "Ashley, ini Dr. Salem. Ashley Patterson."
Dr. Salem berkata, "Halo, Ashley." Ashley berdiri saja, dengan cemas menatap mereka bergantian, tanpa berkata apa-apa. David punya perasaan ia siap kabur meninggalkan ruangan itu.
"Mr. Singer mengatakan padaku bahwa kau tidak keberatan dihipnotis."
Sunyi. Dr. Salem melanjutkan. "Bersediakah kau kuhipnotis, Ashley?"
Ashley memejamkan matanya sekejap dan mengangguk. "Ya."
"Kita mulai saja, ya?"
"Yah, aku pergi dulu," kata David. "Kalau?"!
"Tunggu dulu." Dr. Salem mendekati David. "Aku ingin kau tetap di sini."
David berdiri diam, frustrasi. Sekarang ia menyesal telah terlibat sejauh ini. Aku tak ingin terjun lebih dalam lagi, David memutuskan. Ini yang terakhir.
"Baiklah," kata David enggan. Ia ingin acara ini cepat selesai sehingga ia bisa kembali ke kantornya. Pertemuan berikutnya dengan Kincaid memenuhi benaknya.
Dr. Salem berkata kepada Ashley, "Duduklah di kursi ini." Ashley duduk.
"Pernahkah kau dihipnotis, Ashley?" Ia ragu-ragu sejenak, kemudian menggeleng. "Belum."
"Tidak apa-apa, kok. yang hams kaulakukan hanyalah santai dan mendengarkan suaraku. Kau sama sekali tak perlu kuatir. Tak ada yang akan menyakitimu. Rasakan otot-ototmu mengendur. Begitu. Santai saja dan rasakan matamu mulai memberat. Sudah banyak yang kaualami. Tubuhmu sangat lelah, sangat lelah. Yang ingin kaulakukan hanyalah tidur. Pejamkan matamu dan santai. Kau sangat mengantuk" sangat mengantuk"."
Perlu sepuluh menit untuk menghipnotisnya. Dr. Salem berjalan mendekati Ashley. "Ashley, tahukah kau di mana kau berada?"
"Ya. Aku ada di penjara." Suaranya terdengar kosong, seakan datang dari jauh.
"Tahukah kau kenapa kau dipenjara?"
"Orang mengira aku melakukan hal yang jahat."
"Dan betulkah itu" Apakah kau memang melakukan hal yang jahat?"
"Tidak." "Ashley, kau pernah membunuh orang?" "Tidak."
David memandang Dr. Salem dengan keheranan. Bukankah kalau di bawah pengaruh hipnotis orang berkata dengan sejujurnya"
"Tahukah kau siapa yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu?"
Tiba-tiba air muka Ashley berubah dan dia mulai bernapas berat, putus-putus, dan serak. Kedua laki-laki itu memandang keheranan, ketika pribadi Ashley mulai berubah. Bibirnya mengencang dan wajahnya pun berubah. Ia duduk tegak dan tiba-tiba wajahnya dipenuhi-gairah. Ia.membuka mata. Matanya berkilauan. Sungguh transformasi yang menakjubkan. Di luar dugaan, ia mulai menyanyi, suaranya nyaring, dengan aksen Inggris:
"Half a pound of tupenny rice, Half a pound of treacle, Mix it up and make it nice, Pop! goes the weasel."
David mendengarkan dengan terperangah. Pikirnya siapa yang sedang dia bodohi" Dia berpura-pura menjadi orang lain.
"Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan lagi, Ashley."
Ia mengedikkan kepalanya dan berkata dengan aksen Inggris, "Aku bukan Ashley."
Dr. Salem bertukar pandang dengan David, kemudian berpaling kembali pada Ashley. "Kalau kau bukan Ashley, siapakah kau?"
"Toni. Toni Prescott."
Dan Ashley melakukan ini dengan wajah polos, pikir David. Berapa lama dia akan bersandiwara begini" Ia membuang-buang waktu mereka.
"Ashley," kata Dr. Salem.
"Toni." Dia ngotot mempertahankan itu, pikir David.
"Baiklah, Toni. Yang kuinginkan?"
"Biar aku yang memberitahumu apa yang kuinginkan. Aku ingin keluar dari tempat keparat ini. Bisakah kau mengeluarkan kami dari sini?"
"Tergantung," kata Dr. Salem. "Apa yang kauketahui tentang??"
"?pembunuhan-pembunuhan yang dituduhkan pada si Sok Suci, sampai dia dikurung di sini itu" Aku bisa ceritakan hal-hal?"
Ekspresi Ashley tiba-tiba mulai berubah lagi. Sementara David dan Dr. Salem menunggu, Ashley seakan mengerut di kursinya, dan wajahnya mulai melembut dan mengalami metamorfosis menakjubkan, sampai akhirnya ia berubah menjadi pribadi yang lain sama sekali dari yang sebelumnya.
Ia berbicara dalam suara lembut dengan aksen Italia, "Toni" jangan ngomong apa-apa lagi, per piacere."
David memandang terpana. "Toni?" Dr. Salem bergerak hati-hati, mendekat.
Suara lembut itu berkata, "Aku minta maaf untuk interupsi ini, Dr. Salem."
Dr. Salem bertanya, "Siapakah kau?"
"Aku Alette. Alette Peters."
Ya Tuhan, ini bukan akting, pikir David. Ini benar-benar. Ia menoleh memandang Dr. Salem.
Dr. Salem berkata pelan, "Mereka itu alter."
David melongo menatapnya, benar-benar bingung. "Mereka apa?"
"Akan kujelaskan nanti."
Dr. Salem menghadapi Ashley lagi. "Ashley" maksudku Alette" ada?ada berapa banyak kalian di dalam sana?"
"Selain Ashley, hanya ada Toni dan aku," Alette menjawab.
"Aksenmu Italia."
"Ya. Aku dilahirkan di Roma. Pernahkah kau ke Roma?" "Belum, aku belum pernah ke Roma." Aku tak percaya aku .mendengar obrolan ini, David berpikir. "E molto bello. Indah sekali." "Pasti. Kau kenal Toni?" "Si, naturalmente. Ya, tentu saja."
"Dia berbicara dengan aksen Inggris." "Toni lahir di London."
"Baiklah. Alette, aku ingin bertanya padamu tentang pembunuhan-pembunuhan itu. Tahukah kau
siapa??" Dan David serta Dr. Salem menyaksikan bagaimana wajah dan pribadi Ashley berubah lagi di depan mata mereka. Tanpa ia berucap sepatah kata pun, mereka tahu ia telah menjadi Toni.
"Buang-buang waktu saja ngomong sama dia, luv."
Aksennya betul-betul Inggris.
"Alette tidak tahu apa-apa. Akulah yang seharusnya kalian ajak omong."
"Baiklah, Toni. Aku akan bicara padamu. Aku punya beberapa pertanyaan untukmu."
"Aku tahu pasti begitu, tapi aku lelah." Ia menguap. "Si Sok Suci itu membuat kami tidak tidur semalam suntuk. Aku harus tidur."
"Jangan sekarang, Toni. Dengarkan aku. Kau hams membantu kami untuk?"
Wajahnya mengeras. "Kenapa aku harus membantu kalian" Apa yang sudah dilakukan si Sok Suci itu untuk Alette dan aku" Yang dilakukannya hanyalah melarang kami bersenang-senang. Aku sudah muak pada larangan itu, dan aku sudah muak padanya. Kau dengar aku?" Ia berteriak-teriak, wajahnya menggeriut.
Dr. Salem berkata, "Aku akan memanggilnya keluar dari pengaruh hipnotis."
David berkeringat. "Ya."
Dr. Salem membungkuk mendekati Ashley. "Ashley" Ashley" Semua baik-baik saja Pejamkan matamu sekarang. Matamu sangat berat, sangat berat. Kau betul-betul santai. Ashley, pikiranmu tenang. Tubuhmu rileks. Kau akan terbangun pada hitungan kelima dalam keadaan rileks. Satu?" Ia menoleh ke David dan kemudian kembali memandang Ashley. "Dua.."
Ashley mulai bergerak. Mereka menyaksikan ekspresinya mulai berubah. "Tiga.."
Wajahnya melembut "Empat.." ft-J" :?"
Mereka bisa merasakan kembalinya Ashley, dan perasaan itu sungguh mengerikan. "Lima"
Ashley membuka matanya. Ia memandang berkeliling ruangan. "Aku merasa?Apakah aku tertidur?"
David berdiri memandangnya, terpana. "Ya" jawab Dr. Salem.
Ashley menoleh memandang David. "Apakah aku mengatakan sesuatu" Maksudku" apakah aku membantu?"
Ya Tuhan, pikir David. Dia tidak tahu! Dia benar-benar tidak tahu! "Yang kaulakukan betul, Ashley. Aku ingin bicara dengan Dr. Salem, berdua saja."
"Baiklah." "Kita ketemu lagi nanti." Kedua pria itu mengawasi sipir membawa Ashley
David terenyak di kursi. "Apa?apa arti semua
itu tadi?" Dr. Salem menghela napas dalam-dalam. "Selama bertahun-tahun aku praktek, belum pernah kutemui kasus sejelas ini."
"Kasus apal" * "Pernah kau mendengar tentang multiple personality disorder?kepribadian ganda?"
"Apa itu?" "Kondisi ketika beberapa pribadi yang sepenuhnya berbeda berada dalam satu tubuh. Kondisi mi juga dikenal sebagai penyimpangan disosiasi identitas. Dalam literatur psikiatri ini sudah disebut-sebut lebih dari dua ratus tahun lalu. Kondisi ini biasanya muncul karena trauma masa kecil. Si korban memblokir trauma dengan menciptakan tokoh baru. Kadang-kadang satu orang bisa memiliki selusin pribadi atau alter yang berbeda." "Dan mereka saling kenal?" "Kadang-kadang, ya. Kadang-kadang, tidak. Toni dan Allete saling kenal. Ashley jelas tidak menyadari keberadaan keduanya. Alter atau aku yang lain ini diciptakan karena si tuan rumah tidak tahan derita yang diakibatkan trauma yang dialaminya Ini salah satu cara pelarian. Setiap kali ada peristiwa mengejutkan yang baru, alter baru bisa dilabilkan. Literatur psikiatri yang membahas subjek ini menunjukkan bahwa alter-alter itu bisa berbeda sama sekali. Beberapa alter bodoh, sementara alter lain brilian. Mereka bisa bicara bahasa yang berlainan. Selera dan kepribadian mereka juga berbeda-beda."
"Umum?umumkah hal ini?" "Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa sam persen dari setarah populasi menderita kepribadian ganda ini, dan sampai dua puluh persen dari semua pasien di rumah-rumah sakit jiwa menderita penyakit ini."
David berkata, "Tapi Ashley kelihatannya normal sekali dan?"
"Penderita MPD memang normal" sampai ada alter yang mengambil alih. Si tuan rumah bisa punya pekerjaan, mengurus keluarga, dan menjalani hidup normal sehari-hari, tetapi alternya bisa mengambil alih kapan saja. Alter itu bisa menguasai dia selama sam jam, sam hari, atau bahkan ber-minggu-minggu. Kalau sudah begitu, si tuan ramah menderita fuga, suatu pelarian amnesik, sehingga mereka lupa waktu dan kehilangan memori, selama si alter sedang menguasainya."
"Jadi Ashley?si man rumah?sama sekali tak tahu-menahu apa yang dilakukan alternya?" "Sama sekali tidak." David mendengarkan, terpesona. "Kasus kepribadian ganda yang paling terkenal adalah Bridey Murphy. Itulah yang mula-mula memicu perhatian publik pada subjek ini. Sejak itu tak terhitung lagi kasus-kasus lainnya, tapi tak ada yang sespektakuler kasus Bridey Murphy ataupun dipublikasikan seluas itu." "Kedengarannya"kedengarannya luar biasa." "Subjek ini sudah lama sangat menarik perhatianku. Ada pola-pola tertentu yang nyaris tak pernah
berubah. Misalnya saja, sering kali, alter-alter itu menggunakan inisial yang sama dengan tuan rumahnya?Ashley Patterson" Alette Peters" Toni Precsott"."
"Tom??" David mau bertanya. Tapi kemudian ia menyadari, "Antoinette?"
"Betul. Kau pasti pernah mendengar istilah "alter ego"."
"Ya." "Sebetulnya, kita semua punya alter ego, atau kepribadian ganda. Orang yang baik hati bisa melakukan perbuatan kejam. Orang yang kejam bisa melakukan perbuatan baik. Tak ada batas untuk jangkauan luar biasa emosi manusia. Dr. Jekyll and Mr. Hyde memang karya fiksi, tetapi didasarkan pada fakta."
Pikiran David berlomba. "Jika Ashley melakukan pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Dia tidak akan menyadarinya. Yang melakukannya salah satu alternya."
"Ya Tuhan! Bagaimana aku bisa menjelaskan itu di depan sidang pengadilan?"
Dr. Salem memandang David heran. "Bukannya tadi kau bilang kau bukan pembelanya?"
David menggeleng. "Memang bukan. Maksudku, aku tak tahu. Aku?Saat ani aku sendiri berkepribadian ganda." Sesaat David diam. "Apakah bisa disembuhkan?"
"Sering kali, ya."
"Dan kalau tidak bisa disembuhkan, apa yang terjadi?"
Sunyi sejenak. "Angka bunuh dirinya cukup ting, gi."
"Dan Ashley sama sekali tak tahu tentang ini?" "Tidak."
"Maukah?maukah kau menjelaskannya kepadanya?" "Ya, tentu saja."
"Tidak!" Ashley menjerit. Ia meringkuk ke dinding selnya, matanya dipenuhi ketakutan. "Dokter bohong! Itu tidak benar!"
Dr. Salem berkata, "Ashley, semua itu benar. Kau harus menghadapinya. Sudah kujelaskan padamu bahwa apa yang terjadi bukan salahmu. Aku?" "Jangan dekat-dekat aku!" "Tak ada yang akan menyakitimu." "Aku mau mati saja. Bantu aku mati!" Ia mulai terisak tak terkendali.
Dr. Salem memandang sipir dan berkata, "Lebih baik dia diberi sedatif. Dan jaga terus jangan sampai bunuh diri."
David menelepon Dr. Patterson. "Saya perlu bicara pada Anda."
"Aku sudah menunggu kabar darimu, David. Kau sudah ketemu Ashley?" "Ya. Bisakah kita bertemu di suatu tempat?" "Kutunggu kau di kantorku."
Sambil mengendarai mobilnya kembali ke San Francisco, David berpikir, Tak mungkin aku menangani kasus ini. Terlalu banyak yang kupertaruh"
kan. Akan kucarikan pengacara pidana yang bagus untuknya. Sampai sebatas itu saja keterlibatanku.
Dr. Patterson sudah menunggu David di kantornya. "Kau sudah bicara dengan Ashley?" "Ya."
"Dia baik-baik saja?"
Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan itu" David menarik napas dalam-dalam. "Pernahkah Anda mendengar tentang kepribadian ganda?"
Dr. Patterson mengernyitkan kening. "Samar-samar?"
"Itu kondisi ketika sam atau lebih kepribadian? atau alter?hadir dalam diri sam orang dan menguasai dari waktu ke waktu, dan orang itu sama sekali tak menyadarinya. Putri Anda menderita kepribadian
ganda." Dr. Patterson terpaku menatapnya. "Apa" Aku-aku tak percaya. Kau yakin?"
"Saya mendengarkan Ashley sewaktu dia berada di bawah pengaruh hipnotis Dr. Salem Dia punya dua alter. Dari waktu ke waktu, mereka menguasainya." David bicara lebih cepat sekarang. ?"Sheriff menunjukkan pada saya bukti-bukti yang memberatkan putri Anda. Tak ada keraguan lagi bahwa dia melakukan pembunuhan-pembunuhan itu."
Dr. Patterson berkata, "Oh, Tuhan! Kalau begitu dia?dia bersalah?" "Tidak. Karena saya tak yakin dia sadar bahwa
dia melakukan pembunuhan-pembunuhan iTO ^ waktu itu di bawah pengaruh salah satu alterJ3 Ashley tak punya alasan untuk melakukah tind, pidana itu. Dia tak punya motif, dan dia tidak menguasai dirinya. Saya rasa peradilan akan kesulitan membuktikan motif maupun tujuannya.
"Kalau begitu pembelaanmu akan didasarkan pada?"
David menghentikannya. "Bukan saya yang akan membelanya. Saya akan meminta Jesse Quiller. Dia pengacara yang brilian. Dulu saya bekerja sama dengannya dan dia pengacara yang paling?"
"Tidak." Suara Dr. Patterson tajam. "Kau harus membela Ashley."
David berkata sabar, "Anda tidak mengerti. Saya bukan orang yang tepat untuk membelanya. Dia memerlukan?"
"Sudah kukatakan kepadamu bahwa kaulah satu-satunya yang kupercayai. Anakku berarti segala-galanya bagiku, David. Kau akan menyelamatkan hidupnya."
"Saya tidak bisa. Saya tidak memenuhi syarat untuk?"
"Tentu saja kau memenuhi syarat. Kau pernah menjadi pengacara pidana." "Ya tapi saya?"
"Aku tak mau orang lain." David bisa melihat bahwa Dr. Patterson berusaha keras menguasai kemarahannya.
Ini sama sekali tak masuk akal, pikir David. Ia mencoba lagi. "Jesse Quiller-yang terbaik-"
1 n u Patterson memajukan tubuhnya, rona merah
Df lari wajahnya. "David, nyawa ibumu sangat
nfienja harimu Nyawa Ashley sama berartinya berarti o^e
bagiku minta bantuanku, dan kau Kau pernah menyerahkan nyawa ibumu ke dalam tanganku. Sekarang aku minta bantuanmu dan kuserahkan nyawa Ashley ke dalam tanganmu. Aku ingin kau membela Ashley. Kau berutang itu padaku."
Dia tak mau mendengarkan, pikir David putus asa Kenapa sih dia" Selusin keberatan berkelebat dalam benak David, tapi semuanya memudar dihadapkan pada sam kalimat itu: "Kau berutang ini padaku." David mencoba sekali lagi. "Dr. Patterson?" "Ya atau tidak, David."
Bab 13 KETIKA David tiba di rumah, Sandra sedang menunggunya- "Selamat malam, Sayang." David merengkuhnya ke dalam pelukannya dan berpikir, Ya Tuhan, dia cantik sekali. Idiot mana yang bilang bahwa perempuan hamil tidak cantik"
Sandra berkata penuh semangat, "Bayinya menendang lagi hari ini." Diambilnya tangan David dan diletakkannya di perutnya. "Bisakah kau merasakannya?"
Setelah beberapa saat David berkata, "Tidak. Benar-benar anak bandel." "Oh ya, tadi Mr. Crowther menelepon."
"Crowther?" "Pialang real estat itu. Surat-suratnya sudah siap ditandatangani."
David merasa perutnya ditonjok. "Oh."
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," kata Sandra semangat. "Jangan pergi."
David melihatnya bergegas ke kamar dan berpikir, Apa yang harus kulakukan" Aku harus mengambil keputusan.
Sandra kembali ke ruangan itu membawa contoh-contoh kertas dmding biru. "Kita akan mendekorasi kamar bayi dengan warna biru, dan mang tamu dengan warna biru dan putih, warna favoritmu. Warna mana yang kau suka, yang muda atau yang lebih gelap?"
David memaksa diri berkonsentrasi. "Yang lebih muda kelihatannya bagus."
"Aku juga suka itu. Satu-satunya masalah, warna karpetnya nanti biru tua. Kira-kira cocok tidak ya?"
Aku tak bisa melepas kemitraan ini. Aku sudah bekerja keras untuk mendapatkannya. Kemitraan ini berarti sekali bagi kami.
"David. Menurutmu kira-kira cocok tidak?"
David memandangnya. "Apa" Oh. Ya. Terserah kau, Sayang."
"Aku senang sekali. Rumah kita akan cantik sekali."
Tak mungkin kami bisa membelinya kalau aku tidak mendapatkan kemitraan itu.
Sandra memandang berkeliling apartemen kecil mereka. "Kita bisa menggunakan beberapa perabot dari sini, tapi kita masih butuh banyak perabot bara." Sandra memandangnya kuatir. "Masih terbeli kan, Sayang" Aku tak ingin berlebihan."
"Masih," sahut David linglung.
Sandra menyandarkan kepalanya ke bahu David. "Seperti memulai hidup bara, ya" Bayi kita dan
kemitraan dan rumah baru. Aku "ke sana tadi. Aku j ingin melihat taman bermain dan sekolahnya. 1 Taman bermainnya indah. Ada luncuran, ayunan, 1 dan panjatannya. Aku ingin kau ke sana bersamaku 1 Sabm nanti untuk melihatnya. Jeffrey pasti akan 1 senang sekali."
Mungkin aku bisa meyakinkan Kincaid bahwa ini akan berdampak baik bagi biro hukum kami.
"Sekolahnya kelihatannya juga bagus. Jauhnya ?] cuma beberapa blok dari kondo kita, dan tidak terlalu besar. Kurasa itu penting."
David mendengarkannya sekarang dan berpikir, Aku tak bisa mengecewakannya. Aku tak bisa merampas impiannya. Besok pagi akan kuberitahu Kincaid bahwa aku tidak akan menangani kasus Patterson. Patterson harus mencari orang lain.
"Sebaiknya kita bersiap-siap, Sayang. Kita ditunggu di rumah keluarga Quiller pukul delapan."
Inilah saatnya untuk mengatakan kebenaran. David merasa tegang. "Ada sesuatu yang harus kita bicarakan." "Ya?"
"Aku menemui Ashley Patterson tadi pagi."
"Oh" Ceritakan padaku. Apakah dia bersalah" Apakah dia melakukan hal-hal yang mengerikan itu?"
"Ya dan tidak."
"Dasar pengacara. Apa artinya itu?" "Dia memang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu" tapi dia tak bersalah."
192 "David?!" "Secara medis Ashley menderita kepribadian
ganda. Kepribadiannya.terbelah, sehingga dia me* lakukan hal-hal tanpa disadarinya"
Sandra terbelalak menatapnya. "Sungguh mengerikan."
"Ada dua kepribadian lain. Aku sudah mendengar mereka."
"Kau sudah mendengar mereka?" "Ya. Dan mereka benar-benar ada. Maksudku, dia tidak berpura-pura." "Dan dia sama sekali tak tahu bahwa dia??" "Sama sekali."
"Kalau begitu, dia bersalah atau tidak jadinya?"
"Itu tergantung pada putusan pengadilan nanti. Ayahnya tidak mau bicara pada Jesse Quiller. Jadi aku harus mencari pengacara lain."
"Tapi Jesse tepat sekali. Kenapa dia tidak mau bicara pada Jesse?"
David ragu-ragu. "Dia ingin aku yang membelanya."
"Tapi kau bilang tidak bisa, tentunya."
"Tentu saja." "Jadi??" "Dia tidak mau tahu." "Dia bilang apa, David?" David menggeleng. "Sudahlah." "Dia bilang apa?"
David menjawab perlahan, "Dia bilang bahwa aku cukup mempercayainya untuk menyerahkan
193, nyawa ibuku ke dalam tangannya, dan dia telah menyelamatkannya. Dan sekarang dia cukup mempercayaiku untuk menyerahkan nyawa anaknya ke dalam tanganku, dan dia memintaku untuk menyelamatkannya"*
Sandra mengawasi wajahnya. "Menurutmu kau bisa"*
"Aku tak tahu. Kincaid tidak ingin aku menangani kasus ini. Jika aku menanganinya aku bisa kehilangan kemitraan."
"Oh." Sunyi lama. Ketika bicara lagi, David berkata, "Ada dua rnlihan. Aku bisa bilang tidak pada Dr. Patterson dan menjadi partner biro hukum, atau aku bisa membela anaknya dan mungkin cuti di luar tanggungan, dan kita lihat apa yang terjadi nanti."
Sandra mendengarkan dengan diam.
"Ada orang-orang yang jauh lebih andal untuk menangani kasus Ashley, tetapi untuk alasan yang entah apa, ayahnya sama sekali menolak orang lain. Aku tak tahu kenapa dia begitu keras kepala, tapi nyatanya begitu. Kalau aku jadi menangani kasus ini dan tidak mendapatkan kemitraan, kita terpaksa melupakan rencana untuk pindah. Kita terpaksa melupakan banyak rencana kita, Sandra."
Sandra berkata lembut, "Aku ingat sebelum kita menikah, kau bercerita padaku tentang dia. Dia salah satu dokter tersibuk di dunia, tetapi dia me-j nyediakan waktu untuk membantu pemuda yang tak punya uang sepeser pun. Dia pahlawanmu, David, j
Kau bilang bahwa kalau kita punya anak laki-laki, kau ingin kalau besar nanti dia jadi seperti Steven
Patterson." David mengangguk.
"Kapan kau harus memberikan keputusanmu?"
"Aku ketemu Kincaid besok pagi-pagi." . Sandra meraih tangannya dan berkata, "Kau tidak perlu menunggu selama itu. Dr. Patterson menyelamatkan ibumu. Kau akan menyelamatkan anaknya." Ia memandang berkeliling dan tersenyum. "Kita toh bisa mendekorasi apartemen-ini dengan warna biru dan putih."
Jesse Quiller adalah salah seorang pengacara pidana paling top di Amerika. Ia tinggi besar dan sederhana, membuat para juri merasa mengenalnya. Mereka merasa Quiller adalah salah sam dari mereka dan mereka ingin membantunya. Itu salah satu alasan mengapa ia jarang kalah di pengadilan. Alasan lainnya adalah ia punya ingatan fotografis dan otak yang brilian.
Alih-alih berlibur, Quiller melewatkan musim panasnya dengan memberi kuliah hukum, dan bertahun-tahun lalu, David adalah salah satu mahasiswanya. Setelah David lulus, Quiller mengajaknya bergabung dengan biro hukumnya, dan dua tahun kemudian David telah menjadi partner. David senang berpraktek sebagai pengacara pidana dan prestasinya di bidang itu luar biasa Dia mengatur agar paling tidak sepuluh persen dari kasus-kasus yang ditanganinya prodeo, cuma-cuma. Tiga tahun
setelah menjadi partner, tiba-tiba David mengundurkan diri dan bekerja pada Kincaid, Turner, Rose & Ripley sebagai pengacara perusahaan.
Selama bertahun-tahun ini, David dan Quiller tetap bersahabat erat Mereka, beserta istri mereka, makan malam bersama seminggu sekali.
Jesse Quiller suka gadis-gadis pirang yang cantik jelita, jangkung, dan anggun. Kemudian ia bertemu Emily dan jatuh cinta padanya. Emily pendek, gemuk, dan rambutnya sudah beruban sebelum waktunya, berasal dari tanah pertanian di Iowa?sama .sekali berlawanan dengan gadis-gadis yang selama ini dikencani Quiller. Ia keibuan, penuh perhatian. Mereka pasangan .yang aneh, tetapi perkawinan mereka mulus, karena cinta mereka satu sama lain sangat mendalam.
Setiap Selasa malam, keluarga Singer dan Quiller makan malam bersama, kemudian main Liverpool, permainan kartu yang rumit.
Ketika Sandra dan David tiba di rumah keluarga Quiller yang indah di Hayes Street, Jesse menyambut mereka di pintu.
Ia memeluk Sandra dan berkata, "Masuklah. Kami sudah menyiapkan sampanye dingin. Ini hari besar buat kalian, kan" Rumah baru dan kemitraan. Atau kemitraan dan rumah baru?" David dan Sandra saling pandang. "Emily di dapur sedang menyiapkan menu istimewa untuk perayaan ini. Kupikir ini patut dirayakan. Apa ada yang tidak kuketahui"1
David berkata, "Tidak, Jesse. Cuma saja mungkin ada?ada sedikit kesulitan."
"Masuklah dulu. Kubuatkan minum?" Ia memandang Sandra.
"Tidak, terima kasih. Aku tak mau bayi kami jadi punya kebiasaan buruk."
"Dia beruntung, punya orangtua seperti kalian," kata Quiller hangat. Ia menoleh ke David. "Kau mau minum apa?"
"Nanti saja," kata David.
Sandra berjalan ke dapur. "Aku temui Emily dulu, siapa tahu ada yang bisa kubantu."
"Duduklah, David. Kau kelihatan serius."
"Aku dalam dilema," David mengakui.
"Biar kutebak. Rumahnya atau kemitraannya?"
"Dua-duanya." "Dua-duanya?" "Ya. Kau tahu tentang kasus Patterson?" "Ashley Patterson" Tentu saja. Apa hubungannya dengan??" Ia berhenti. "Tunggu. Kau pernah cerita padaku tentang Steven Patterson, waktu: kau masih kuliah. Dia menyelamatkan ny
awa ibumu." "Ya. Dia ingin aku membela anaknya. Sudah kucoba menyarankan agar kau yang menangani kasus ini, tapi dia sama sekali tak mau orang lain. Dia hanya mau aku yang membela anaknya."
Quiller mengernyit. "Apakah dia tahu kau sudah tidak praktek sebagai pengacara pidana?"
"Ya. Itulah yang aneh. Ada selusin pengacara lain yang bisa melakukan ini jauh lebih baik dari-padaku."
"Dia tahu dulu kau pengacara pidana?" "Ya."
Quiller bertanya hati-hati, "Bagaimana perasaan-1 nya terhadap anaknya?"
Sungguh pertanyaan yang aneh, pikir David. "Baginya dia lebih berarti daripada apa pun di dunia " ini."
"Oke. Seandainya kau mengambil kasus ini. Kerugiannya adalah?"
"Kerugiannya adalah Kincaid tidak ingin aku menangani kasus ini. Jika aku menanganinya, aku punya perasaan aku akan kehilangan kemitraan." "Begitu. Dan itulah kunci rumah barumu?" David berkata marah, "Itulah kunci seluruh masa depanku. Bodoh jika aku menangani kasus ini, Jesse. Maksudku, benar-benar bodohi" "Kenapa kau begitu marah?" David menarik napas dalam-dalam. "Karena aku akan melakukannya." Quiller tersenyum "Kenapa aku tidak terkejut?" David mengusapkan tangan ke dahinya. "Kalau aku menolaknya dan anaknya diputuskan bersalah dan dihukum mati, dan aku tidak berbuat apa-apa untuk membantu, aku?mana bisa aku hidup."
"Aku mengerti. Bagaimana sikap Sandra tentang hal ini?"
David tersenyum. "Kau kenal Sandra." "Ya. Dia mendukung keputusanmU."
Quiller mencondongkan tabuhnya ke depan. "Aku" akan melakukan segala yang aku bisa untuk membantumu, David."
David menghela napas. "Tidak. Itu bagian dari kesepakatanku. Aku harus menangani ini sendiri." Quiller mengernyit. "Tidak masuk akal." "Aku tahu. Sudah kucoba jelaskan pada Dr. Patterson, tapi dia tak mau tahu." "Kau sudah memberitahu Kincaid soal ini?" "Aku akan ketemu dia besok pagi." "Menurutmu apa yang akan terjadi?" "Aku tahu apa yang akan terjadi. Dia akan menasihatiku agar tidak mengambil kasus ini dan, jika aku memaksa, dia akan memintaku untuk cuti di luar tanggungan."
"Ayo kita makan siang bersama besok. Rubicon, pukul satu." David mengangguk. "Baik." Emily muncul dari dapur sambil mengelapkan tangannya ke serbet. David dan Quiller bangkit
"Halo, David." Emily mendekatinya, dan David mencium pipinya.
"Kuharap kau lapar. Makan malam sudah hampir siap. Sandra di dapur membantuku. Dia menyenangkan sekali." Emily mengambil nampan dan bergegas kembali ke dapur.
Quiller menoleh ke David. "Kalian sangat berarti bagi Emily dan aku. Aku akan memberikan nasihat untukmu. Kau harus melupakan itu." David duduk diam, tak berkata apa-apa.


Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu sudah lama sekali, David. Dan yang terjadi bukan salahmu. Itu bisa terjadi pada siapa saja."
David memandang Quiller. "Itu terjadi padaku, I Jesse. Aku membunuh gadis itu."
Ini dija vu. Berulang lagi. Dan lagi. David duduk di sana, dibawa kembali ke waktu yang lain, tempat yang lain.
Kasus itu kasus prodeo, dan David berkata pada Jesse Quiller, "Biar aku yang menanganinya."
Helen Woodman adalah gadis muda dan cantik yang dituduh membunuh ibu titinya yang kaya raya. Sebelumnya mereka berdua bertengkar sengit di depan umum, tetapi semua bukti yang memberatkan Helen adalah bukti-bukti tak langsung. Setelah David ke penjara dan bertemu Helen, ia yakin gadis itu tak bersalah. Dengan semakin seringnya mereka bertemu, ia makin terlibat secara emosional. Pada akhirnya, ia telah melanggar pantangan utama: Jangan pernah jatuh cinta"pada klien.
Pengadilannya berjalan lancar. David berhasil membantah bukti yang diajukan jaksa penuntut satu demi satu, dan ia berhasil menggiring para juri untuk bersimpati kepada kliennya. Dan tanpa diduga, muncul malapetaka. Alibi Helen adalah, pada saat terjadinya pembunuhan, ia sedang menonton film bersama temannya. Ketika diinterogasi di depan sidang, temannya mengaku bahwa alibi itu palsu, dan seorang saksi maju memberikan pernyataan bahwa malam itu dia melihat Helen di apartemen ibunya pada saat diperkirakan terjadinya pembunuhan. Kredibilitas Helen langsung buyar. Para juri memvonisnya dengan pembunuhan tingkat pertama, dan Hakim menjatuhkan hukuman mati padanya. David hancur.
"Bagaimana mungkin kau bisa melakukan ini, Helen?" tuntutnya. "Kenapa kau bohong padaku?"
"Aku tidak membunuh ibu tiriku, David. Ketika aku tiba di apartemennya, kutemukan dia tergeletak di lantai, sudah meninggal. Aku takut kau tidak akan percaya padaku, jadi aku?aku mengarang alibi aku nonton."
David berdiri diam, mendengarkan, ekspresi wajahnya sinis.
"Aku bicara yang sebenarnya, David."
"Betulkah?" Ia berbalik dan meninggalkannya.
Malam itu Helen bunuh diri.
Seminggu kemudian, seorang eks napi yang tertangkap sedang melakukan perampokan, mengaku bahwa ialah yang membunuh ibu tiri Helen.
Hari berikutnya David mengundurkan diri dari biro hukum Jesse Quiller. Quiller sudah mencoba membujuknya.
"Itu bukan salahmu, David. Dia bohong padamu dan?"
"Itulah masalahnya. Aku membiarkannya berbohong. Aku tidak melakukan tugasku. Aku tidak mengecek apakah dia mengatakan yang sebenarnya. Aku ingin mempercayainya, dan karena itu, aku telah mengecewakannya."
Dua minggu kemudian, David sudah bekerja pada Kincaid, Turner, Rose & Ripley.
w i "Aku tak mau lagi bertanggung jaw , orang lain," David telah bersumpah. * atas "idiip Dan sekarang ia membela Ashley p
Bab 14 PUKUL sepuluh keesokan harinya, David masuk ke ruang Joseph Kincaid. Kincaid sedang menandatangani beberapa kertas dan ia mendongak ketika David masuk.
"Ah. Duduklah, David. Sebentar lagi aku selesai."
David duduk dan menunggu. Setelah Kincaid selesai, ia tersenyum dan berkata, "Nah! Kau membawa kabar baik, kurasa?" Kabar baik untuk siapa" David bertanya sendiri
dalam hati. "Masa depanmu di sini sangat cemerlang, David, dan aku yakin kau tidak akan berbuat sesuatu untuk merusak itu. Biro hukum ini punya rencana besar untukmu."
David diam, berusaha mencari kata-kata yang
tepat. Kincaid berkata, "Nah" Sudahkah kaubentahu Dr. Patterson bahwa kau akan mencari pengacara lain untuknya?"
"Belum. Aku sudah memutuskan untuk membelanya."
Senyum Kincaid memudar. "Apa kau betul-betul" akan membela perempuan itu, David" Dia pembunuh kejam yang sakit. Siapa saja yang membelanya akan mendapat label sama."
"Aku melakukan ini bukan karena aku ingin, Joseph. Aku wajib. Aku sangat berutang budi pada Dr. Patterson, dan ini satu-satunya cara aku bisa membalas budinya."
Kincaid duduk diam. Ketika akhirnya bicara, ia berkata, "Kalau kau benar-benar telah memutuskan untuk menangani kasus ini, kusarankan agar kau mengambil cuti di luar tanggungan. Tanpa digaji, tentu." %
Selamat tinggal, kemitraan.
"Sesudah persidangan selesai, tentu saja kau bisa kembali ke sini dan kemitraan akan menunggumu."
David mengangguk. "Tentu saja."
"Aku akan meminta Collins untuk mengambil alih tugas-tugasmu. Aku yakin kau pasti ingin mulai berkonsentrasi untuk persidangan."
Setengah jam kemudian, para partner Kincaid, Turner, Rose & Ripley rapat.
"Mana bisa biro hukum kita terlibat kasus seperti ini," Henry Turner berkeberatan.
Jospeh Kincaid cepat menanggapi, "Kita tidak benar-benar terlibat. Kita memberikan cuti di luar tanggungan kepada anak itu."
Albert Rose bicara. "Kurasa seharusnya dia kita" lepaskan saja."
"Jangan dulu. Itu tindakan picik. Dr. Patterson bisa jadi sapi perah bagi kita. Dia kenal semua orang, dan dia akan berterima kasih pada kita karena diizinkan meminjam David. Tak peduli apa yang nanti terjadi di persidangan, ini situasi win-win. Kalau semua beres, dokter itu akan menjadi klien kita dan kita angkat Singer jadi partner. Kalau Singer kalah di pengadilan, kita drop dia dan kita lihat apakah kita masih bisa menahan si dokter yang baik ini. Tak ada ruginya."
Sejenak sunyi, kemudian John Ripley menyeringai. "Pemikiran yang bagus, Joseph."
Setelah meninggalkan kantor Kincaid, David menemui Dr. Steven Patterson. Ia sudah menelepon dulu dan dokter itu sudah menunggunya.
"Nah, David, bagaimana?"
Jawabanku akan mengubah hidupku, pikir David. Dan tidak untuk menjadi lebih baik "Saya akan membela putri Anda, Dr. Patterson."
Steven Patterson menarik napas dalam-dalam. "Aku sudah tahu. Aku berani mempertaruhkan hidupku untuk itu." Ia ragu-ragu sejenak. "Aku mempertaruhkan nyawa anakku untuk jawabanmu itu."
"Kantor saya telah memberi saya cuti di luar tanggungan. Saya akan dibantu oleh salah sam pengacara pidana terbaik di?"
Dr. Patterson mengangkat sebelah tangannya.
205 "David, kurasa aku sudah bicara cukup jelas bahwa 1 aku tak mau ada orang lain terlibat dalam kasus 1 mi. Dia kuserahkan ke dalam tanganmu, dan hanya 1 ke dalam tanganmu."
"Saya mengerti," kata David. "Tapi Jesse Quiller f adalah?"
Dr. Patterson bangkit. "Aku tak mau lagi men- -dengar tentang Jesse Quiller ataupun yang lainnya. 1 Aku kenal pengacara-pengacara, David. Mereka hanya tertarik pada uang dan publisitas. Ini bukan soal uang atau publisitas. Ini soal Ashley."
David sudah mau bicara, tapi tak jadi. Tak ada yang bisa dikatakannya. Dokter itu fanatik sekali dalam masalah ini. Semua bantuan itu akan sangat berguna bagiku, pikir David. Kenapa dia tidak mengizinkannya" "Apakah sudah jelas?" David mengangguk. "Ya." "Aku akan menggajimu dan menutup semua biaya, tentu saja." "Tidak usah. Ini prodeo." Dr. Patterson mengawasinya sejenak, kemudian mengangguk. "Quid pro quo?" Memberi untuk mendapatkan sesuatu, begitu arti ucapannya.
"Quid pro quo." David tersenyum. "Anda bisa bawa mobil?"
"David, jika kau cuti di luar tanggungan, kau akan butuh uang untuk hidup dan biaya operasional. Kau harus mau terima."
"Baiklah, kalau Anda menghendaki begitu," kata David.
Paling tidak kami akan bisa makan selama persidangan berjalan.
Jesse Quiller sudah menunggu David di Rubicon/. "Bagaimana?"
David menghela napas. "Seperti sudah diduga. Aku cuti di luar tanggungan. Tanpa gaji."
"Bangsat-bangsat itu. Bagaimana mungkin mereka??"
"Aku tak bisa menyalahkan mereka," David menukas. "Mereka memang sangat konservatif." "Apa yang akan kaulakukan sekarang?" "Apa maksudmu?"
"Apa maksudku! Kau menangani kasus terbesar abad ini. Kau tak lagi punya kantor untuk tempatmu bekerja; kau tak punya akses ke arsip-arsip riset maupun kasus, buku-buku hukum pidana maupun mesin faks, dan aku sudah melihat komputer milikmu dan Sandra yang sudah ketinggalan zaman itu. Komputermu itu tidak akan bisa untuk" membuka software legal yang akan kaubutuhkan maupun untuk masuk ke Internet"
"Aku akan baik-baik saja," kata David.
"Memang. Ada kantor kosong di suite-ka yang akan kaugunakan. Kau akan menemukan semua yang kaubutuhkan dalam kantor itu."
Beberapa saat David tak bisa bicara. "Jesse,
aku tak bisa?" "Bisa saja." Quiller nyengir. "Kau akan menemukan cara untuk membayarku. Kau selalu membayar kan Santo David?" Quiller mengangkat daftar
menu. "Aku kelaparan." Ia mendongak. "Oh ya aku yang traktir makan siang ini." ?
David mengunjungi Ashley di Santa Clara County Jail.
"Selamat pagi, Ashley."
"Selamat pagi." Ia bahkan kelihatan lebih pucat daripada biasanya. "Ayah ke sini tadi pagi. Dia bilang kau akan mengeluarkanku dari sini."
Seandainya saja aku seoptimis itu, pikir David. Ia berkata hati-hati, "Aku akan melakukan yang aku bisa, Ashley. Persoalannya adalah, tidak banyak orang yang tahu tentang masalah yang kauhadapi. Kita akan membuat mereka tahu. Kita akan mendapatkan dokter-dokter terbaik di dunia untuk datang ke sini dan memberi kesaksian untukmu."
"Itu membuatku takut," bisik Ashley.
"Apa?" "Seakan ada dua orang berbeda yang tinggal di dalam tubuhku dan aku bahkan tidak tahu mereka siapa." Suaranya bergetar. "Mereka bisa menguasaiku kapan saja mereka mau, dan aku sama sekali tak bisa mengontrol mereka. Aku takut sekali." Matanya dipenuhi air mata.
David berkata pelan, "Mereka bukan orang, Ashley. Mereka cuma ada dalam pikiranmu. Mereka bagian dari dirimu. Dan dengan perawatan yang benar, kau akan sembuh."
Ketika David tiba di ramah malam itu, Sandra
memeluknya dan berkata, "Pernahkah aku bilang padamu, betapa bangganya aku akan kau?" "Karena aku kehilangan pekerjaan?" tanya David. ? "Itu juga. Oh ya, Mr. Crowther telepon lagi. Si pialang real estat. Dia bilang surat-suratnya sudah siap ditandatangani. Mereka minta uang muka 60.000 dolar. Kurasa kita harus memberitahu dia bahwa kita tak sanggup?"
"Tunggu! Aku punya uang sebanyak itu di dana pensiun perusahaan. Dengan Dr. Patterson memberi uang belanja kita, mungkin kita masih bisa mengaturnya."
"Sudahlah, David. Kita tidak mau memanjakan bayi kita dengan penthouse, kan."
"Kalau begitu aku punya kabar baik. Jesse mengizinkan aku?"
"Aku tahu.. Aku tadi ngobrol dengan Emily. Kita akan pindah ke kantor Jesse." David berkata, "Kita?"
"Kau lupa ya, kau menikah dengan paralegal. Betul lho, Sayang, aku bisa sangat berguna. Aku akan bekerja bersamamu sampai"?ia menyentuh perutnya?"Jeffrey tiba, lalu kita lihat nanti."
"Mrs. Singer, tahukah kau seberapa besar cintaku padamu?"
"Tidak. Tapi tenang-tenang saja. Makan malam masih sejam lagi."
"Sejam mana cukup," kata David.
Sandra memeluknya dan bergumam, "Bagaimana kalau kau buka pakaian, Tiger?" "Apa?" Ia menarik diri dan memandang Sandra ] cemas. "Bagaimana dengan?Apa kata Dr. Bailey?"
"Dokter bilang kalau kau tidak segera buka pakaian, aku harus menyerangmu."
David nyengir. "Yah, apa boleh buat kalau begitu."
Keesokan paginya David pindah kantor ke mang belakang suite Jesse Quiller. Kantor itu sedang, merupakan sam dari suite yang terdiri atas lima kantor.
"Kami sudah berkembang sedikit sejak terakhir kali kau di sini," Jesse menjelaskan ke David. "Aku yakin kau akan menemukan segalanya. Perpustakaan hukum ada di sebelah. Kau punya faks, komputer, segalanya yang kaubutuhkan. Kalau ada sesuatu yang tidak kaulihat, minta saja."
"Terima kasih," kata David. "Aku?tak bisa kukatakan, betapa aku menghargai ini, Jesse."
Jesse tersenyum. "Kau kan akan membayarku. Ingat?"
Sandra tiba beberapa menit kemudian. "Aku siap," katanya. "Kita mulai dari mana?"
"Kita mulai dengan membuka semua kasus persidangan tentang kepribadian ganda yang bisa kita temukan. Di Internet mungkin ada ribuan info. Kita coba California Criminal Law Observer, Court TV site, dan beberapa jalur hukum pidana lainnya, dan kita kumpulkan semua informasi yang berguna dari Westlaw dan Lexis-Nexis. Setelah itu, kita cari dokter-dokter yang spesialisasinya di bidang kepribadian ganda, dan kita hubungi mereka
sebagai calon saksi ahli. Kita perlu mewawancarai mereka untuk mengetahui kalau-kalau kita bisa menggunakan pernyataan mereka untuk memperkuat kasus kita. Aku harus menyegarkan ingatan pada prosedur pengadilan pidana dan bersiap untuk voir dire?penentuan juri. Kita juga harus mendapatkan daftar saksi yang akan diajukan jaksa penuntut umum dan pernyataan apa yang akan dikeluarkan saksi-saksi itu. Aku menginginkan paket penemuannya yang menyeluruh."
"Dan kita juga harus mengirim daftar saksi kita kepada mereka. Apakah kau akan memanggil Ashley ke depan?"
David menggeleng. "Dia terlalu rapuh. Pengadilan ini akan mencabik-cabiknya." Ia mendongak menatap Sandra. "Susah untuk memenangkan kasus ini."
Sandra tersenyum. "Tapi kau akan memenangkannya. Aku yakin."
David menelepon Harvey Udell, akuntan di Kincaid, Turner, Rose & Ripley.
"Harvey. David Singer."
"Halo, David. Kudengar kau meninggalkan kami untuk sementara."
"Ya." "Kasus yang kautangani itu sungguh menarik. Koran-koran ramai memberitakannya. Apa yang bisa kulakukan untukmu?"
David berkata, "Aku punya 60.000 dolar di dana pensiunku, Harvey. Sebetulnya aku tidak ingin
mengambilnya seawal ini,.tapi Sandra dan aku barui saja membeli penthouse, dan aku memerlukan uangl itu untuk uang muka." 1
"Penthouse. Wah, selamat."
"Terima kasih. Kapan paling cepat aku bisa. mendapatkan uang itu?"
Ada keraguan sejenak. "Bagaimana kalau aku nanti meneleponmu?"
"Baik." David memberikan nomor teleponnya.
"Aku akan segera meneleponmu."
Terima kasih." Harvey Udell mengembalikan gagang telepon dan kemudian mengangkatnya lagi. "Bilang Mr. Khicaid aku ingin ketemu dia."
Setengah jam kemudian ia sudah ada di kantor Joseph Kincaid. "Ada apa, Harvey?"
"Saya baru terima telepon dari David Singer, Mr. Kincaid. Dia membeli penthouse dan dia memerlukan uang 60.000 dolar yang ada di dana pensiunnya untuk pembayaran uang mukanya. Menurut pendapat saya, kita tidak wajib membayarkan uang itu kepadanya sekarang. Dia sedang cuti dan dia tidak?"
"Kira-kira dia sadar tidak ya, bahwa biaya pemeliharaan penthouse itu mahal sekali?"
"Mungkin tidak. Saya akan bilang saja padanya bahwa kita tidak?"
"Berikan uang itu padanya."
Harvey menatapnya keheranan. "Tapi kita tidak harus?"
Kincaid memajukan tubuh di kursinya. "Kita akan membantunya menggali lubang untuk dirinya sendiri, Harvey. Begitu dia membayar uang muka penthouse itu" dia jadi milik kita."
Harvey Udell menelepon David. "Aku punya berita bagus untukmu, David. Uang di dana pensiunmu itu, kau mengambilnya lebih awal, tapi tak ada masalah. Mr. Kincaid bilang supaya memberimu apa saja yang kauinginkan."
"Mr. Crowther. David Singer."
"Saya sudah menunggu kabar dari Anda, Mr. Singer."
"Uang muka penthouse akan segera dikirim. Anda akan menerimanya besok pagi."
"Bagus. Seperti pernah saya katakan, ada beberapa orang lain yang ingin membelinya, tapi saya punya perasaan bahwa Anda dan istri Andalah pemilik yang tepat penthouse itu. Anda berdua akan bahagia tinggal di sana."
Yang diperlukan hanyalah, pikir David, selusin mukjizat.
Pengajuan dakwaan kepada Ashley Patterson dilakukan di Pengadilan Tinggi County of Santa Clara di North First Street di San Jose. Perundingan tentang di mana sebaiknya proses hukumnya dilaksanakan berlangsung selama berrninggu-ming-gu Situasinya rumit, sebab pembunuhan-nerabunuh-an itu berlangsung di dua negara dan dua negara bagian. Afthirnya diadakan rapat di San Francisco] dihadiri oleh Perwira Guy Fontaine dari Kepolisian Quebec, Sheriff Dowling dari Santa Clara County, Detektif Eagan dari Bedford, Pennsylvania, Kapten Rudford dari Kepolisian San Francisco, dan Roger Toland, kepala polisi San Jose.
Fontaine berkata, "Kami ingin mengadilinya di Quebec karena kami punya, bukti absolut untuk kesalahannya. Dia tak mungkin menang di sana."
Detektif Eagan berkata, "Sama. Kami juga punya bukti absolut dan kami ingin dia diadili di Bedford. Jim Cleary adalah kasus pembunuhan pertama yang i dilakukannya, dan kurasa ini lebih utama dibanding j yang lain."
Kapten Rudford dari Kepolisian San Francisco berkata, "Saudara-saudara, tak ada keraguan bahwa kita semua bisa membuktikan kesalahannya. Tetapi j tiga dari pemburnihan-pembunuhan itu terjadi di j California, dan dia harus diadili di sini untuk j ketiga pembunuhan itu. Tiga kasus tentunya lebih j kuat daripada sam."
"Aku setuju," kata Sheriff Dowling. "Dan dua di antaranya terjadi di Santa Clara County, jadi di sinilah yurisdiksi yang seharusnya."
Mereka melewatkan dua jam berikutnya untuk memperdebatkan keunggulan posisi masing-masing, j dan akhirnya diputuskan bahwa pengadilan atas I pembunuhan Dennis Tibbie, Richard Melton, dan I Deputi. Sam Blake akan dilangsungkan di Hall of I Justice di San Jose. Mereka sepakat pengadilan I
atas pembunuhan di Bedford dan Quebec sementara akan ditangguhkan.
pada hari pengajuan dakwaan, David berdiri di sisi Ashley.
Hakim berkata dari balik mejanya, "Apa pernyataan Anda?"
"Tidak bersalah dan tidak bersalah karena alasan ketidakwarasan." Hakim mengangguk. "Baik." "Yang Mulia, kami mengajukan permohonan pelepasan dengan jaminan."
Jaksa dari kantor penuntut menyela, "Yang Mulia, kami sangat keberatan. Terdakwa dituduh melakukan tiga pembunuhan sadis dan bisa dijatuhi pidana mati. Kalau diberi kesempatan, dia akan kabur dari negara ini." "Itu tidak benar," kata David. "Tak ada?" Hakim menyela. "Saya sudah mempelajari arsip dan pernyataan tertulis penuntut untuk menolak permohonan pelepasan dengan jaminan. Permohonan ditolak. Kasus ini akan diserahkan kepada Hakim Williams. Terdakwa akan ditahan di Santa Clara County Jail sampai tiba saat persidangan."
David menghela napas. "Ya, Yang Mulia." Ia menoleh kepada Ashley. "Jangan kuatir. Semuanya akan berakhir baik. Ingat" kau tidak bersalah."
Ketika David kembali ke kantor, Sandra berkata, "Kau sudah melihat headline" Tabloid-tabloid men"
juluki Ashley "the Butcher Bitch", "si Jagal Perempu-j an". Semua jaringan TV menyiarkannya."
"Kita sudah tahu ini akan jadi kasus berat," j kata David. "Dan ini baru permulaannya. Ayo kita j kerja lagi."
Persidangannya dua bulan lagi.
Dua bulan berikutnya dipenuhi aktivitas gila-gilaan. \ David dan Sandra bekerja sepanjang hari, bahkan sampai jauh malam, mengorek transkrip pengadilan para terdakwa yang menderita kepribadian ganda. Ada selusin kasus. Para terdakwa itu dituduh melakukan pembunuhan, perkosaan, perampokan, perdagangan obat terlarang, pembakaran rumah dengan sengaja". Beberapa di antaranya dijatahi hukuman, beberapa dibebaskan.
"Kita akan membuat Ashley dibebaskan," kata David kepada Sandra.
Sandra mengumpulkan nama-nama calon saksi dan menelepon mereka.
"Dr. Nakamoto, saya bekerja untuk David Singer. Anda pernah menjadi saksi dalam kasus Negara Bagian Oregon Versus Bohannan. Mr. Singer menjadi kuasa hukum Ashley Patterson" Oh, Anda sudah tahu" Ya. Kami berharap Anda bersedia datang ke San Jose dan bersaksi untuknya"."
"Dr. Booth, saya menelepon dari kantor David Singer. Dia pembela Ashley Patterson. Anda menjadi saksi dalam kasus Dickerson. Kami tertarik pada kesaksian ahli Anda". Kami berharap Anda
bisa datang ke San Jose dan bersaksi untuk Miss Patterson. Kami membutuhkan keahlian Anda."
"Dr. Jameson, saya Sandra Singer. Kami memerlukan bantuan Anda untuk bisa datang di?" ^
Begitu terus, dari pagi sampai tengah malam. Akhirnya, berhasil terkumpul dua belas saksi. David memandang daftar itu dan berkata, "Cukup impresif. Dokter, rektor" dekan fakultas hukum." Ia menatap Sandra dan tersenyum. "Kurasa kans kita baik."
Dari waktu ke waktu, Jesse Quiller datang ke kantor yang ditempati David. "Bagaimana?" tanyanya. "Ada yang bisa kubantu?" "Aku baik-baik saja."
Quiller memandang berkeliling kantor. "Semua yang kauperlukan sudah ada?"
David tersenyum. "Semuanya, termasuk sobat baikku."
Senin pagi, David menerima kiriman dari kantor penuntut umum, berisi daftar saksi yang akan diajukan negara. Saat membaca itu, David jadi lesu.
Sandra memperhatikannya, khawatir. "Ada apa?"
"Lihat ini. Dia akan mengajukan banyak saksi ahli di bidang kedokteran untuk bersaksi menentang MPD."
"Bagaimana kau akan menangani itu?" tanya Sandra.
"Kita akan mengakui bahwa Ashley ada di TKP
?217 pada saat pembunuhan terjadi, tapi pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan oleh alter egonya." BiSa. 1 kah aku meyakinkan juri tentang ini"
Lima hari sebelum persidangan mulai, David menerima telepon yang memberitahunya bahwa Hakim Williams ingin bertemu dengannya.
David masuk ke kantor Jesse Quiller. "Jesse, apa yang bisa kauceritakan tentang Hakim Williams?"
Jesse bersandar di kursinya dan mengaitkan jari-jarinya di belakang kepala. "Tessa Williams" Pernahkah kau jadi Pramuka, David?"
"Pernah?" "Ingatkah kau motto Pramuka?"bersiagalah?"" Tentu."
"Saat kau melangkah ke ruang sidang Tessa Williams, bersiagalah. Dia brilian. Jabatan hakim didapatnya dengan perjuangan berat. Keluarganya adalah petani bagi hasil dari Mississippi. Dia masuk college dengan beasiswa, dan penduduk kampung halamannya sangat bangga akan dia, sehingga mereka mengumpulkan uang untuk membiayainya kuhah hukum. Menurut kabar angin dia menolak jabatan tinggi di Washington karena dia suka di posisinya sekarang. Dia sudah jadi legenda." "Menarik," kata David.
"Pengadilannya akan dilangsungkan di Santa Clara County?" "Ya."
"Kalau begitu kau akan berhadapan dengan teman lamaku Mickey Brennan sebagai penuntut umum."
"Ceritakan tentang dia."
"Dia orang Irlandia yang pemberang dan kejam, keras di dalam dan di luar. Brennan berasal dari keluarga yang berprestasi lebih. Ayahnya menjalankan bisnis besar penerbitan; ibunya doktor, kakak perempuannya profesor sekaligus dosen. Brennan sendiri bintang sepak bola sewaktu masih di college dan dia juga bintang sewaktu di fakultas hukum." Quiller mencondongkan tubuh ke depan. "Dia pintar, David. Berhati-hatilah. Triknya adalah memesona para saksi, baru kemudian memukul jatuh. Dia senang mencari kelemahan mereka". Kenapa Hakim Williams ingin bertemu denganmu?"
"Entahlah. Pesan teleponnya hanyalah dia ingin mendiskusikan kasus Patterson denganku."
Jesse Quiller mengernyit. "Aneh sekali. Kapan kau ketemu dia?"
"Rabu pagi." "Hati-hati serangan dari belakang." "Terima kasih, Jesse. Aku akan hati-hati."
Gedung pengadilan di Santa Clara County adalah bangunan putih empat lantai di North First Street. Tepat sesudah pintu masuk ada meja yang dijaga oleh penjaga berseragam; ada detektor logam, pembatas di sepanjang sisi, dan lift. Ada tujuh mang sidang di gedung itu, masing-masing dikepalai seorang hakim dan stafnya.
Pukul sepuluh hari Rabu pagi, David Singer diantar ke ruang Hakim Tessa Williams. Di ruang itu selain Hakim Williams, sudah ada Mickey Brennan.
Penuntut utama dari kantor jaksa wilayah ini berusia ? I Bma puluhan, pendek, kekar, dan bicara dengan M sedikit aksen khas Irlandia. Tessa Williams berusia akhir empat puluhan, wanita Afrika-Amerika yang ramping dan menarik, dengan sikap tegas dan berwibawa.
"Selamat pagi, Mr. Singer. Saya Hakim Williams. Ini Mr. Brennan."
Kedua laki-laki itu berjabat tangan.
"Silakan duduk, Mr. Singer. Saya ingin membicarakan kasus Patterson. Menurut catatan, Anda mengajukan pernyataan tidak bersalah dan tidak bersalah karena alasan ketidakwarasan?"
"Ya, Yang Mulia."
Hakim Williams berkata, "Anda berdua saya pertemukan karena saya rasa kita bisa menghemat banyak waktu dan negara juga bisa menghemat banyak. Biasanya saya tidak menyetujui tawar-menawar, tapi dalam kasus ini, saya rasa dapat saya terima." David mendengarkan, bingung. Hakim Williams menoleh kepada Brennan. "Saya sudah membaca transkrip awal pra peradilan, dan saya tidak melihat alasan untuk membawa kasus ini ke pengadilan. Saya akan meminta negara menolak hukuman mati dan menerima pernyataan bersalah tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat."
David berkata, "Tunggu sebentar. Mana bisa begitu!"
Mereka berdua menoleh memandangnya. "Mr. Singer?"
"Klien saya tidak bersalah. Ashley Patterson telah menjalani tes pendeteksi kebohongan dan membukukan?"
"Itu tidak membuktikan apa-apa, dan seperti yang Anda tahu, tes seperti itu tidak dapat diajukan ke sidang. Karena publisitas, persidangan kasus ini akan jadi panjang dan kacau."
"Saya yakin bahwa?"
"Saya sudah lama berpraktek hukum. Mr. Singer, Saya sudah mendengar sekeranjang alasan legal. Saya sudah mendengar alasan karena membela diri?itu alasan yang bisa diterima; pembunuhan karena kegilaan sesaat; kemampuan yang berkurang". Tetapi saya beritahu Anda pendapat saya, Counselor. "Tidak bersalah karena saya tidak melakukan pembunuhan itu, alter ego saya yang melakukannya." Menggunakan istilah yang tidak bisa ditemukan di Blackstone, itu omong kosong. Klien Anda cuma punya dua pilihan, dia melakukan pembunuhan itu atau tidak. Jika Anda mengubah pernyataan menjadi bersalah, kita bisa menghemat banyak?"
"Tidak, Yang Mulia, saya tidak mau mengubahnya."
Hakim Williams beberapa saat mengawasi David "Anda sangat keras kepala. Banyak orang mengagumi sifat seperti itu." Ia mencondongkan tabuh ke depan. "Saya tidak."
"Yang Mulia?" "Anda memaksa kita melakukan persidangan yang akan berlangsung paling sedikit tiga bulan? mungkin lebih lama lagi."
Brennan mengangguk. "Setuju."
"Saya minta maaf kalau Anda?"
"Mr. Singer, saya berada di sini untuk membantu Anda. Jika kita menghadapkan klien Anda ke pengadilan, dia akan mati."
"Tunggu! Anda sudah menjatuhkan vonis pada kasus ini sebelum waktunya tanpa?"
"Menjatuhkan vonis sebelum waktunya" Sudahkah Anda melihat bukti-buktinya?"
"Sudah, saya?" "Demi. Tuhan, Counselor, DNA dan sidik jari Ashley Patterson ada di semua TKP. Dia jelas bersalah. Belum pernah saya jumpai kasus sejelas ini. Jika Anda berkeras meneruskan kasus ini, persidangan akan berubah jadi sirkus. Takkan saya, biarkan itu terjadi. Saya tak suka ada sirkus di ruang pengadilan saya. Anda saya tanya sekali lagi, apakah Anda ingin klien Anda tetap hidup, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat?"
David menjawab bandel, "Tidak."
Hakim Williams membelalak kepadanya. "Baiklah, Sampai ketemu minggu depan."
Ia telah membuat musuh. Bab 15 SAN JOSE segera saja berubah meriah seperti sedang ada perayaan besar. Media dari seluruh penjuru dunia berdatangan. Semua hotel penuh, dan banyak insan pers terpaksa menginap di kota-kota di sekitarnya, Santa Clara, Sunnyvale, dan Palo Alto. David dikerubuti reporter.
"Mr. Singer, ceritakanlah kasus ini. Apakah Anda menyatakan klien Anda tidak bersalah?""
"Apakah Anda akan mengajukan Ashley Patterson ke depan sidang?""
"Betulkah jaksa wilayah bersedia tawar-menawar?"
"Apakah Dr. Patterson akan menjadi "saksi untuk anaknya?""
"Majalah saya bersedia membayar 50.000 dolar untuk wawancara dengan klien Anda"."
Mickey Brennan juga dikejar-kejar media.
"Mr. Brennan, maukah Anda mengeluarkan pernyataan tentang pengadilan ini?"
Brennan menoleh dan tersenyum pada kamera.] televisi. "Ya, saya bisa menyimpulkan persidangan \ itu dalam tiga kata. "Kami akan memenangkannya." Tidak ada komentar lain."
"Tunggu! Apakah menurut Anda dia tidak waras;..?"
"Apakah negara akan menjatuhkan hukuman mati?""
"Apakah menurut Anda ini bisa disebut kasus bulca-dan-rotup?""
David menyewa kantor di San Jose dekat gedung pengadilan. Di situ ia bisa mewawancara saksi-saksinya dan menyiapkan mereka untuk persidangan. Ia telah memutuskan bahwa Sandra akan bekerja dari kantor Quiller di San Francisco sampai persidangan dimulai. Dr. Salem telah tiba di San Jose. j "Aku ingin kau menghipnotis Ashley lagi," kata David. "Ayo kita korek sebanyak mungkin informasi darinya dan alternya sebelum persidangan dimulai."
Mereka menemui Ashley di sebuah ruangan di rumah tahanan kota itu. Ashley berusaha keras menyembunyikan kegugupannya. Bagi David, ia kelihatan seperti rasa yang terperangkap lampu-lampu sorot tank.
"Pagi, Ashley. Kau ingat Dr. Salem?"
Ashley mengangguk. "Dia. akan menghipnotismu lagi. Kau bersedia?" Ashley berkata, "Dia akan ngomong dengan yang" yang lain?"
"Ya. Kau keberatan?"
"Tidak. Tapi aku?aku tidak mau bicara dengan mereka."
"Tidak apa-apa. Kau tak perlu bicara dengan mereka."
"Aku benci semua ini!" celetuk Ashley berang.
"Aku tahu," David menenangkan. "Jangan kuatir. Akan segera selesai." Ia mengangguk kepada Dr. Salem.
"Santai saja, Ashley. Duduk yang nyaman. Ingat betapa mudahnya proses hipnotis ini. Pejamkan matamu dan rileks. Cobalah mengosongkan pikiranmu. Rasakan rabuhmu yang mulai rileks. Dengarkan suaraku. Jangan pedulikan yang lain. Kau jadi sangat mengantuk. Matamu jadi sangat berat. Kau ingin tidur". Tidurlah"."
Dalam waktu sepuluh menit, ia sudah berada di bawah pengaruh hipnotis. Dr. Salem memberi isyarat pada David. David mendekati Ashley.
"Aku ingin bicara dengan Alette. Kau ada di situ, Alette?"
Dan mereka menyaksikan wajah Ashley melembut dan mengalami transformasi seperti yang pernah mereka saksikan sebelumnya. Dan kemudian, terdengar suara lembut dengan aksen Italia.
"Buon giorno." "Selamat pagi, Alette. Bagaimana kabarmu?" "Male. Buruk. Ini saat-saat yang sulit." "Ini sulit untuk kita semua," David meyakinkannya, "tapi segalanya akan beres." "Mudah-mudahan."
"Alette, aku mau menanyakan beberapa hal" "SL."
"Kau kenal Jim Cleary?" "Tidak."
"Kau kenai Richard Melton?"
"Ya." Ada kesedihan mendalam di suaranya. "Sungguh" sungguh mengerikan yang terjadi padanya."
David menoleh memandang Dr. Salem. "Ya, : memang mengerikan. Kapan terakhir kalinya kau ketemu dia?"
"Aku mengunjunginya di San Francisco. Kami ke museum dan kemudian makan malam bersama. Sebelum aku pulang, dia memintaku ke apartemennya."
"Dan kau mau?" Tidak. Sekarang aku menyesal," sahut Alette penuh penyesalan. "Kalau waktu itu aku mau, siapa tahu aku bisa menyelamatkan nyawanya." Sunyi sejenak. "Kami mengucapkan selamat tinggal, dan aku pulang ke Cupertino."
"Dan itu terakhir kalinya kau melihatnya?"
"Ya." "Terima kasih, Alette."
David bergeser lebih dekat lagi ke Ashley dan berkata, "Toni" Kau di situ, Toni" Aku mau bicara denganmu."
- Sementara mereka mengawasi, wajah Ashley kembali mengalami transformasi yang luar biasa. Pribadinya berubah di depan mata mereka. Sekarang ada rasa percaya diri, kesadaran bahwa ia
menarik secara seksual. Ia mulai menyanyi dengan suara nyaring dan serak:
"Up and down the city road, In and out of the Eagle. That"s the way the money goes, Pop! goes the weasel."
Ia memandang David. "Tahukah kau kenapa aku suka menyanyikan lagu itu, luvT "Tidak."
"Karena ibuku membencinya. Dia membenciku."
"Kenapa dia membencimu?"


Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yah, kita tak bisa menanyainya, kan?" Toni tertawa. "Maha bisa kita mengontaknya di tempatnya sekarang. Dulu di matanya yang kulakukan tak pernah benar. Ibu macam apa ibumu, David?"
"Ibuku wanita yang luar biasa."
"Kalau begitu kau beruntung, ya" Benar-benar permainan nasib. Tuhan main-main dengan kita, kan?"
"Kau percaya pada Tuhan" Apakah kau" orang yang saleh, Toni?"
"Aku tak tahu. Mungkin Tuhan itu ada. Kalau memang ada, selera humornya sungguh aneh. Nah, kalau Alette itu saleh. Dia rajin ke gereja."
"Dan kau?" Toni tertawa pendek. "Yah, kalau dia di sana, aku ya di sana juga."
"Toni, menurutmu apakah membunuh orang itu tindakan yang benar?"
"Tentu saja tidak." "Kalau begitu?"
"Tidak, kecuali kalau kau terpaksa."
David dan Dr. Salem saling bertukar pandang.
"Apa maksud ucapanmu itu?"
Nada suaranya berubah. Tiba-tiba ia terdengar defensif. "Yah, kalau kau harus mempertahankan diri. Kalau ada orang yang menyakitimu." Ia menjadi gelisah. "Kalau ada orang jahat yang mencoba melakukan hal-hal kotor terhadapmu." Ia histeris. "Toni?"
Ia mulai terisak. "Kenapa mereka tak mau membiarkanku saja" Kenapa mereka harus??" Ia berteriak-teriak.
Toni?" Sunyi. Toni?" Diam. Dr. Salem berkata, "Dia sudah pergi. Aku mau membangunkan Ashley."
David menghela napas. "Baiklah."
Beberapa menit kemudian, Ashley membuka matanya.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya David. "Lelah. Apakah" apakah tadi berjalan lancar?" "Ya. Kami bicara dengan Alette dan Toni. Mereka?" "Aku tak mau tahu."
"Baiklah. Bagaimana kalau kau sekarang istirahat, j Ashley" Aku akan kembali ke sini untuk menemuimu nanti sore."
Mereka mengawasi seorang sipir perempuan membawanya pergi.
Dr. Salem berkata, "Kau harus mengajukannya ke depan sidang, David. Itu akan meyakinkan juri di belahan dunia mana pun bahwa?"
"Aku sudah lama memikirkannya," kata David. "Kurasa tak bisa."
Dr. Salem memandangnya sejenak. "Kenapa tidak?"
"Brennan, penuntut umumnya, terkenal kejam. Dia akan mencabik-cabiknya. Aku tak mungkin mengambil risiko itu."
David dan Sandra makan malam bersama suami-istri Quiller dua hari sebelum sidang pendahuluan dimulai.
"Kami menginap di Hotel Wyndham," kata David. "Manajernya berbaik hati kepada kami. Sandra akan ikut bersamaku. San Jose sudah luar biasa penuhnya."
"Dan kalau sekarang sudah separah itu," kata Emily, "bayangkan bagaimana nanti kalau persidangan sudah dimulai."
Quiller memandang David. "Ada yang bisa kubantu?"
David menggeleng. "Ada keputusan besar yang harus kuambil. Apakah sebaiknya kuhadirkan AsMey di depan sidang atau tidak." ? *
"Memang pilihan yang sulit," kata Jesse Quiller. "Dihadirkan salah, tidak pun salah. Masalahnya, Brennan akan menggambarkan Ashley sebagai monster pembunuh yang sadis. Kalau kau tidak me"
nampilkannya di depan sidang, itulah gambaran! yang akan ada di benak para juri ketika mereka . memasuki ruang juri untuk menjatuhkan vonis. , Sebaliknya, dari apa yang telah kauceritakan, kalau Ashley kautampilkan, Brennan bisa menghancurkannya."
"Brennan akan mengajukan ahli-ahli medisnya yang akan mendiskreditkan kepribadian ganda." .
"Kau harus meyakinkan mereka bahwa itu riil."
"Maksudku memang demikian," kata David. "Kau tahu apa yang menggangguku, Jesse" Lelucon. Yang terakhir beredar adalah bahwa aku ingin minta perubahan tempat, tapi akhirnya kupuaskan tidak karena tak ada lagi tempat di mana Ashley tidak membunuh orang. Kau ingat zaman Johnny Carson masih muncul di televisi" Dia lucu dan selalu bersikap sebagai gentleman. Sekarang, para pembawa acara larut malam itu sadis semua. Humor mereka yang mengorbankan orang lain sungguh biadab." "David?" "Ya."
Jesse Quiller berkata muram, "Yang akan terjadi lebih buruk lagi."
David Singer tak bisa tidur pada malam sebelum ia maju ke pengadilan. Ia tak bisa menghentikan pikiran-pikiran negatif yang berputar-putar di kepalanya. Ketika akhirnya ia tertidur, didengarnya suara yang berkata, Kau membiarkan klien terakhirmu mati. Bagaimana kalau yang ini mati juga"
Ia bangun terduduk, bermandi keringat.
Sandra membuka matanya. "Kau tak apa-apa?"
"Tidak. Ya. Apa yang kulakukan di sini" Aku tinggal bilang tidak saja ke Dr. Patterson."
Sandra meremas lengannya dan berkata lembut, "Kalau begitu, kenapa kau tidak bilang begitu?"
Ia menggerutu. "Kau betul. Aku tak bisa."
"Ya sudah. Sekarang, bagaimana kalau kau tidur dulu, supaya besok pagi kau segar dan enak?" "Ide bagus."
Ia terjaga terus sepanjang sisa malam itu.
Pendapat Hakim Williams tentang media benar. Para reporter itu tidak mengenal belas kasihan. Jurnalis dari seluruh penjuru dunia berdatangan, penuh semangat ingin meliput kisah gadis cantik yang akan disidangkan sebagai pembunuh berantai yang mengebiri korban-korbannya.
Mickey Brennan tadinya frustrasi karena dilarang menyebut-nyebut nama Jim Cleary ataupun Claude Parent di persidangan, tetapi media memecahkan masalah ini baginya. Televisi, majalah, maupun surat-surat kabar, semua mengetengahkan kisah-, kisah mengerikan tentang kelima pembunuhan dan pengebirian itu. Mickey Brennan senang sekali.
Ketika David tiba di ruang sidang, pers sudah merajalela. David diserbu.
"Mr. Singer, apakah Anda masih bekerja untuk Kincaid, Turner, Rose & Ripley?""
"Betulkah Anda dipecat gara-gara menangani 1 kasus ini?""
"Bisakah Anda ceritakan tentang Helen Woodman": Bukankah Anda yang menangani kasus pembunuhan yang dituduhkan kepadanya?""
"Apakah Ashley Patterson mengatakan kenapa dia melakukan pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Apakah Anda akan menghadirkan klien Anda di depan sidang?"
"No comment" sahut David singkat.
Ketika Mickey Brennan tiba dengan mobilnya di gedung pengadilan, ia segera dikerumuni wartawan.
"Mr. Brennan, menurut Anda, bagaimana nanti jalannya sidang ini?""
"Pernahkah Anda menuntut alter ego sebelum mi.:.?"
Brennan tersenyum ramah. "Belum. Saya sudah tak sabar ingin bicara dengan semua tertuduh." Ia mendapatkan tawa yang diinginkannya. "Kalau mereka cukup banyak, bisa bikin klub sepak bola sendiri." Tawa lagi. "Aku harus masuk. Jangan sampai para tertuduh itu menungguku."
Proses voir dire?pemilihan juri?dimulai oleh Hakim Williams yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum kepada para calon juri. Ketika ia sudah selesai, tiba gihran pembela, dan kemudian penuntut umum.
Bagi orang awam, penyeleksian juri kelihatannya sederhana saja: Pilihlah calon juri yang kelihatannya ramah dan haik, abaikan yang lain. Kenyataannya, voir dire adalah ritual yang sudah disiapkan dengan penuh perencanaan. Para pengacara yang cakap tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum yang memancing para juri untuk bicara dan mengungkapkan sesuatu tentang mereka sendiri dan perasaan mereka yang sebenarnya.
Mickey Brennan dan David Singer punya tujuan yang berbeda. Dalam kasus ini, Brennan menginginkan jumlah juri yang lebih banyak, orang-orang yang akan jijik dan shock mendengar seorang wanita menusuk-nusuk dan mengebiri korbannya. Pertanyaan-pertanyaan Brennan dimaksudkan untuk menunjukkan dengan tepat betapa tidak masuk akalnya kasus ini kepada orang-orang yang cara berpikirnya tradisional, yang tidak percaya pada roh dan hantu serta mereka yang menyatakan dirinya dikuasai alter egonya. Pendekatan David sebaliknya.
"Mr. Harris, ya" Saya David Singer. Saya mewakili si terdakwa. Pernahkah Anda menjadi juri sebelum ini, Mr. Harris?" "Belum."
"Saya menghargai Anda yang telah meluangkan waktu dan bersedia direpotkan oleh kasus ini."
"Pasti menarik, persidangan pembunuhan besar macam ini."
"Ya, saya rasa akan menarik."
"Terus terang saja, saya sudah tak sabar."
"Oh ya?" "Ya."
"Anda bekerja di mana, Mr. Harris?" "Di United Steel."
"Saya kira Anda dan rekan-rekan kerja Anda sudah bicara tentang kasus Patterson ini." "Ya, memang sudah."
David berkata, "Bisa dimengerti. Semua orang rupanya membicarakan hal ini. Bagaimana pendapat umum" Apakah rekan-rekan Anda menganggap Ashley Patterson bersalah?"
"Ya. Mereka beranggapan begitu."
"Dan Anda juga berpendapat sama?"
"Yah, kelihatannya dia memang bersalah."
"Tapi Anda bersedia mendengarkan bukti-bukti sebelum memutuskan?"
"Ya. Saya akan mendengarkannya."
"Jenis bacaan apa yang Anda sukai, Mr. Harris?"
"Saya tidak banyak membaca. Saya suka camping, berburu, dan memancing."
"Orang yang suka berada di luar rumah. Ketika Anda sedang camping dan malam hari Anda memandang bintang-bintang, pernahkah Anda bertanya-tanya sendiri, kalau-kalau ada kehidupan di atas sana?"
"Maksud Anda seperti UFO sinting itu" Saya tak percaya omong kosong seperti itu."
David berpaling kepada Hakim Williams. "Lewat, Yang Mulia,"
Interogasi juri yang lain:
"Apa yang Anda lakukan di waktu luang Anda, Mr. Allen?" "Saya suka membaca dan nonton TV." "Sama, saya juga suka membaca dan nonton TV. Acara TV apa yang Anda tonton?"
"Ada acara-acara bagus Kamis malam. Jadi susah memilihnya. Stasiun-stasiun, TV itu payah, menyiarkan acara-acara bagus pada saat yang bersamaan."
"Anda betul. Sayang memang. Pernahkah Anda nonton X-FilesT
"Ya. Anak-anak saya menyukainya."
"Bagaimana dengan Sabrina, the Teenage WitchV
"Ya. Kami menonton itu. Film yang bagus."
"Bacaan apa yang Anda sukai?"
"Anne Rice, Stephen King?"
Ini dia. Interogasi juri yang lain: "Acara TV apa yang Anda sukai, Mr. Mayer?" "Sixty Minutes, NewsHour dengan Jim Lehrer,
film-film dokumenter?" "Bacaan apa yang Anda sukai?" "Kebanyakan buku sejarah dan politik." "Terima kasih." Tidak.
Hakim Tessa Williams duduk di bangkunya, mendengarkan interogasi itu. Wajahnya tidak menyiratkan apa-apa. Tetapi David bisa merasakan ketidaksenangannya setiap kali sang hakim memandangnya.
Ketika juri terakhir akhirnya di . tediri atas tujuh pria dan HrnaT " Pai*l .??. melirik David dengan penuh kerne^
jadi pembantaian. uenangan. /ni q
Bab 16 PAGI-PAGI sekali pada hari persidangan Ashley Patterson dimulai, David menemui Ashley di ruang tahanan. Ashley nyaris histeris.
"Aku tak bisa menjalani ini. Tak bisa! Bilang pada mereka jangan ganggu aku."
"Ashley, semua akan beres. Kita akan menghadapi mereka, dan kita akan menang."
"Kau tak tahu?Kau tak tahu bagaimana rasanya. Aku merasa seakan aku ini di semacam neraka."
"Kami akan mengeluarkanmu dari situ. Ini langkah pertama."
Ashley gemetar. "Aku takut mereka?mereka akan melakukan sesuatu yang mengerikan padaku."
"Takkan kubiarkan," kata David tegas. "Aku ingin kau mempercayaiku. Ingatlah, kau tak bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kau tak melakukan sesuatu yang salah. Mereka menunggu
Ashley menarik napas dalam-dalam. "Baiklah.
Aku takkan apa-apa. Aku takkan apa-apa. Aku takkan apa-apa."
Dr. Steven Patterson duduk di bagian para penonton. Dia menanggapi serbuan pertanyaan warta-i wan di luar ruang sidang dengan satu jawaban, "Anak saya tidak bersalah."
Beberapa deret di belakangnya duduk Jesse dan Emily Quiller. Mereka hadir untuk memberi dukungan moril.
Di meja penuntut umum duduk Mickey Brennan dan dua penuntut lain, Susan Freeman dan Eleanor Tucker.
Sandra dan Ashley duduk di meja tertuduh, dengan David di antara mereka. Kedua wanita itu sudah bertemu minggu sebelumnya.
"David, kau bisa memandang Ashley dan tahu bahwa dia tak bersalah."
"Sandra, kau bisa melihat bukti-bukti yang dia tinggalkan pada korban-korbannya dan tahu bahwa dia telah membunuh mereka. Tetapi membunuh mereka dan bersalah adalah dua hal yang berbeda. Yang harus kulakukan hanyalah meyakinkan para juri."
Hakim Williams memasuki ruang sidang dan menuju ke mejanya. Petugas pengadilan berkata, "Semua bangkit Sidang dibuka. Dipimpin oleh Yang Mulia Hakim Tessa Williams."
Hakim Williams berkata, "Silakan duduk. Ini kasus antara Rakyat Negara Bagian California Versus Ashley Patterson. Mari kita mulai." Hakim Williams
memandang Brennan. "Apakah Jaksa Penuntut Umum akan menyampaikan pernyataan pembukaan?"
Mickey Brennan bangkit. "Ya, Yang Mulia." Ia berbalik menghadap para juri dan bergerak mendekati mereka. "Selamat pagi. Seperti yang telah Anda ketahui, para juri yang terhormat, terdakwa disidangkan dengan tuduhan melakukan tiga pembunuhan berdarah. Pembunuh tampil dalam penyamaran berbeda-beda." Ia mengangguk ke arah Ashley. "Penyamarannya adalah sebagai wanita polos tak berdosa. Tetapi negara akan membuktikan kepada Anda sekalian bahwa si terdakwa ini dengan sadar dan dengan sengaja membunuh dan memutilasi tiga laki-laki tak bersalah.
"Dia menggunakan alias dalam melakukan salah satu dari pembunuhan ini, berharap tidak tertangkap. Dia tahu persis apa yang dia lakukan. Yang kita bicarakan ini adalah pembunuhan berdarah dingin yang terencana. Dalam jalannya persidangan nanti, saya akan menunjukkan satu demi satu benang-benang, yang menyatukan kasus ini dengan si tertuduh yang duduk di sana. Terima kasih."
Brennan kembali ke tempat duduknya.
Hakim Williams memandang David. "Apakah pembela akan menyampaikan pernyataan pembukaan?"
"Ya, Yang Mulia." David berdiri dan menghadapi para juri. Ia menarik napas dalam-dalam. "Para juri yang terhormat, dalam jalannya persidangan ini, saya akan membuktikan kepada Anda sekalian
bahwa Ashley Patterson tidak bertanggung jawab | atas apa yang terjadi. Dia tidak punya motif untuk ketiga pembunuhan itu, juga sama sekali tidak 1 tahu-menahu tentang itu. Klien saya ini hanyalah 1 korban. Dia korban MPD?Multiple Personality 1 Disorder atau kepribadian ganda, yang dalam si- ,1 dang nanti akan dijelaskan kepada Anda sekalian." I
David menatap Hakim Williams sekilas dan berkata tegas, "MPD adalah fakta medis yang diakui. Menderita MPD berarti mempunyai kepribadian lain, atau alter-alter, yang menguasai si tuan rumah dan mengendalikan tindakan-tindakannya. MPD sudah lama diakui keberadaannya. Benjamin Rush, dokter dan penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan, mendiskusikan kasus-kasus MPD dalam kuliah-kuliahnya. Banyak insiden MPD dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan di abad ini, tentang orang-orang yang dikuasai oleh alter mereka."
Brennan mendengarkan David dengan senyum sMs menghias wajahnya.
"Kami akan membuktikan bahwa alterlah yang menguasai Ashley Patterson dan melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Ashley sendiri tidak punya alasan untuk melakukannya. Sama sekali tidak punya. Dia tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi dan dengan demikian tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Dalam proses sidang ini, saya akan mengajukan dokter-dokter terkenal yang akan menjelaskan secara lebih terperinci tentang MPD Untunglah penyakft hii bisa disembuhkan,"
David menatap wajah-wajah para juri. "Ashley Patterson sama sekali tidak tahu-menahu atas apa yang dilakukannya, dan demi keadilan, kami memohon agar Ashley Patterson tidak dijatuhi hukum- ; an atas perbuatan pidana yang bukan tanggung jawabnya." David kembali ke tempat duduknya. Hakim Williams memandang Brennan. "Apakah negara siap untuk terus?"
Brennan bangkit. "Ya, Yang Mulia." Ia melempar senyum kepada dua rekannya dan berjalan ke depan boks para juri. Brennan berdiri sesaat dan kemudian dengan sengaja bersendawa keras. Para juri menatapnya keheranan.
Brennan memandang mereka sejenak seakan kebingungan, dan kemudian wajahnya cerah. "Oh, saya tahu. Anda sekalian menunggu saya untuk bilang "maaf. Yah, saya tidak minta maaf karena saya tidak bersendawa. Alter ego saya, Pete, yang bersendawa."
David langsung bangkit, berang sekali. "Keberatan. Yang Mulia, ini tindakan yang paling?" "Keberatan diterima." Tetapi kerusakan sudah telanjur terjadi. Brennan tersenyum meremehkan kepada David, kemudian kembali menghadapi para juri. "Yah, saya rasa belum pernah ada pembelaan seperti ini sejak persidangan si tukang sihir Salem tiga ratus tahun yang lalu." Ia berbalik memandang Ashley. "Saya tidak melakukannya. Tidak, Sir. Setan yang membuat saya melakukannya."
David bangkit lagi. "Keberatan. Tud?" "Keberatan ditolak."
David mengenyakkan diri di kursinya lagi. Brennan melangkah mendekat ke boks juri. "Saya berjanji akan membuktikan kepada kalian 1 bahwa tertuduh dengan sadar dan berdarah dingin membunuh dan memutilasi tiga orang laki-laki?-Dennis Tibbie, Richard Melton, dan Deputi Samuel Blake. Tiga laki-laki! Apa pun yang dikatakan pembela," ia menoleh dan menunjuk Ashley lagi, "hanya ada satu tertuduh duduk di sana, dan dialah yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Apa tadi kata Mr. Singer" Multiple Personality Disorder! Nah, saya akan mengajukan dokter-dokter terkenal di sini, yang akan mengatakan kepada Anda sekalian?di bawah sumpah?bahwa penyakit semacam itu tidak ada! Tapi lebih dulu, mari lata dengar kesaksian beberapa ahli yang akan menunjukkan keterlibatan terdakwa dengan perbuatan pidana ini."
Brennan menoleh kepada Hakim Williams. "Saya ingin memanggil saksi pertama saya, Agen Khusus Vincent Jordan."
Seorang laki-laki pendek dan botak bangkit dan berjalan ke arah boks saksi.
Petugas berkata, "Silakan sebutkan nama lengkap Anda dan ejalah untuk dicatat." "Agen Khusus Vincent Jordan, J-o-r-d-a-n." Brennan menunggu sampai ia selesai disumpah dan duduk. "Anda bekerja untuk Federal Bureau of Investigation d^ Washington, D.C.?"
"Ya, Sir." "Dan apa tugas Anda di FBI, Agen Khusus Jordan?"
"Saya bertanggung jawab untuk seksi sidik jari." "Berapa lama sudah Anda menangani pekerjaan itu?"
"Lima belas tahun."
"Lima belas tahun. Selama waktu itu, pernahkah Anda menemui duplikat set sidik jari dari orang-orang yang berbeda?"
"Tidak, Sir." "Berapa set sidik jari yang sekarang ada di arsip FBI?"
"Dalam penghitungan terakhir, lebih dari 250 juta, tapi kami menerima lebih dari 34.000 kartu sidik jari setiap hari."
"Dan tak, satu pun dari kartu-kartu itu yang sama?"
"Tidak, Sir." "Bagaimana Anda mengenali sidik jari?" "Kami menggunakan tujuh pola sidik jari yang berbeda untuk pengidentifikasian. Sidik jari itu unik. Sidik jari terbentuk sebelum manusia dilahirkan dan selama hidup akan tetap sama. Kecuali kalau mengalami kecelakaan atau mutilasi dengan sengaja, tak ada dua pola sidik jari yang sama."
"Agen Khusus Jordan, sidik-sidik jari yang ditemukan di TKP ketiga korban yang pembunuhannya dituduhkan kepada terdakwa dildrim kepada Anda?" "Ya, Sir."
"Anda sendiri yang memeriksa sidik-sidik jari i itu?" "Ya."
"Dan apa kesimpulan Anda?"
"Bahwa sidik-sidik jari yang ditemukan di TKP identik dengan sidik jari yang diambil dari Ashley Patterson."
Terdengar dengung keras di ruang sidang. "Tenang! Tenang!"
Brennan menunggu sampai ruang sidang tenang. "Sidik-sidik jari itu identik" Apakah ada keraguan dalam benak Anda, Agen Jordan" Mungkinkah ada kekeliruan?"
"Tidak, Sir. Semua sidik itu jelas dan dengan mudah diidentifikasi."
"Hanya untuk lebih jelasnya lagi" yang kita bicarakan ini sidik-sidik jari yang ditemukan di tempat pembunuhan Dennis Tibbie, Richard Melton, dan Deputi Samuel Blake?"
"Ya, Sir." |&
"Dan sidik jari si tertuduh, Ashley Patterson, ditemukan di semua tempat pembunuhan?" "Betul."
"Dan bagaimana pendapat Anda tentang kemungkinan kekeliruannya?" "Tidak ada."
"Terima kasih, Agen Jordan." Brennan menoleh kepada David Singer. "Saksi Anda."
David masih duduk diam sesaat, kemudian bangkit dan berjalan ke arah kursi saksi. "Agen Jordan, ketika Anda memeriksa sidik jari, pernahkah
ada yang dengan sengaja dihapus atau dikacaukan entah dengan cara apa, agar si pelaku kejahatan bisa menyembunyikan tindak pidana yang dilakukannya?"
"Pernah, tapi kami biasanya bisa mengoreksinya dengan teknik laser intensitas tinggi."
"Apakah Anda harus melakukan itu dalam kasus Ashley Patterson?"
"Tidak, Sir." "Kenapa tidak?"
"Yah, seperti sudah saya katakan tadi" sidik-sidik jari itu semuanya jelas."
David mengerling para juri. "Jadi maksud Anda, tertuduh tidak berusaha menghapus ataupun menyembunyikan sidik jarinya?"
"Betul." "Terima kasih. Tidak ada pertanyaan lagi." Ia berpaling kepada para juri. "Ashley Patterson tidak berusaha menyembunyikan sidik jarinya karena dia tidak bersalah dan?"
Hakim Williams memotong, "Cukup, Counselor! Anda akan punya kesempatan mengajukan pembelaan Anda nanti."
David kembali ke tempat duduknya.
Brennan menoleh ke Agen Khusus Jordan. "Anda boleh kembali ke tempat Anda." Agen FBI itu turun dari boks saksi.
Brennan berkata, "Saya ingin memanggil saksi saya berikutnya, Stanley Clarke."
Seorang pemuda berambut gondrong dibawa masuk ke ruang sidang. Ia berjalan ke boks saksi.
Ruang sidang sunyi ketika ia diambil sumpahnya dan duduk di kursinya.
Brennan bertanya, "Apa pekerjaan Anda, Mr. Clarke?"
"Saya bekerja di National Biotech Laboratory. Saya bekerja dengan deoxyribonucleic acid."
"Yang bagi kami yang non-ilmuwan ini lebih dikenal sebagai DNA?"
"Ya, Sir." "Sudah berapa lama Anda bekerja di National Biotech Laboratory?" "Tujuh tahun." "Dan apa jabatan Anda?" "Saya supervisor."
"Jadi, selama tujuh tahun ini, saya andaikan Anda sudah sangat berpengalaman dalam hal mengetes DNA?" "Tentu. Saya melakukannya setiap hari."
Brennan mengerling para juri. "Saya rasa kita semua tahu pentingnya DNA." Ia menunjuk ke arah penonton. "Apakah Anda akan bilang bahwa mungkin kira-kira enam di antara orang-orang yang hadir di ruang sidang ini memiliki DNA yang sama?"
"Wah, jelas tidak, Sir. Jika kami mengambil profil rangkaian DNA dan membandingkannya dengan koleksi yang ada di data base kami, hanya satu di antara 500 miliar Kaukasia yang tidak punya hubungan saudara yang punya profil DNA yang sama."
Brennan kelihatan terkesan sekali. "Satu dalam
500 miliar. Mr. Clarke, bagaimana Anda mendapatkan DNA dari TKP?"
"Banyak cara. Kami menemukan DNA di ludah atau sperma atau cairan vagina, darah, sehelai rambut, gigi, tulang sumsum?"
"Dan dari salah satu dari yang Anda sebutkan itu Anda bisa mengidentikkannya dengan orang tertentu?"
"Betul." "Apakah Anda sendiri yang membandingkan bukti DNA dalam pembunuhan Dennis Tibbie, Richard Melton, dan Samuel Blake?"
"Betul." "Dan kemudian Anda diberi beberapa helai rambut terdakwa, Ashley Patterson?"
"Ya." "Ketika Anda membandingkan DNA yang ditemukan di ketiga tempat pembunuhan dengan helai-helai rambut terdakwa, apa kesimpulan Anda?"
"DNA-DNA itu sama."
Kali ini reaksi para pengunjung lebih gaduh.
Hakim Williams memukulkan palunya. "Perhatian! Tenang, kalau tidak ruang sidang saya kosongkan."
Brennan menunggu sampai ruang sidang sunyi. "Mr. Clarke, Anda tadi mengatakan bahwa DNA yang diambil dari ketiga tempat pembunuhan identik dengan DNA si tertuduh?" Brennan sengaja menekankan kata identik.
"Ya, Sir." Brennan melirik ke arah tempat duduk Ashley, kemudian kembali menghadap saksinya. "Bagaimana dengan kemungkinan kontaminasi" Kita semua tahu pernah ada kasus pidana yang terkenal, dan dalam kasus itu bukti DNA-nya sengaja di-kontaminasi. Mungkinkah bukti dalam kasus ini salah ditangani sehingga bukti ini tidak lagi sahih atau??"
"Tidak, Sir. Bukti DNA dalam kasus-kasus pembunuhan ini ditangani dengan sangat hati-hati dan disegel."
"Jadi tak bisa diragukan. Terdakwa membunuh ketiga?T
David langsung bangkit. "Keberatan, Yang Mulia. Jaksa mengarahkan para juri dan?" "Diterima." David duduk lagi.
"Terima kasih, Mr. Clarke." Brennan menoleh ke David. "Tak ada pertanyaan lagi."
Hakim Williams berkata, "Saksi Anda, Mr. Singer."
"Tidak ada pertanyaan."
Para juri memandang David keheranan.
Brennan berpura-pura terkejut. "Tidak ada pertanyaanT" Ia menoleh ke saksi. "Anda boleh kembali ke tempat."
Brennan memandang para juri dan berkata, "Saya heran pembela tidak mempertanyakan bukti-bukti ini, karena bukti DNA ini membuktikan tanpa keraguan lagi bahwa terdakwa membunuh dan mengebiri tiga orang tak bersalah dan?"
David bangkit. "Yang Mulia?" "Diterima! Anda melanggar batas, Mr. Brennan!" "Maaf, Yang Mulia. Tidak ada pertanyaan lagi." Ashley memandang David, ketakutan. David berbisik, "Jangan kuatir. Tak lama lagi giliran kita."
Sore itu masih ditampilkan saksi-saksi lain dari pihak penuntut umum dan kesaksian mereka sungguh menghancurkan Ashley.
"Pengelola gedung memanggil Anda ke apartemen Dennis Tibbie, Detektif fcightman?"
"Ya." "Tolong ceritakan apa yang Anda temukan di sana."
"Keadaannya berantakan. Darah ada di mana-mana."
"Bagaimana kondisi korban?"
"Dia ditusuk sampai mati dan dikebiri."
Brennan mengerling para juri, wajahnya menggambarkan kengerian. "Ditusuk sampai mati dan dikebiri. Apakah Anda menemukan bukti di tempat kejadian?"
"Oh, ya. Korban melakukan hubungan seks sebelum dia meninggal. Kami menemukan cairan vagina dan sidik jari."
"Kenapa Anda tidak langsung menangkap si pelaku?"
"Sidik jari yang kami temukan tidak cocok dengan semua yang ada dalam arsip kami. Kami menunggu sidik jari yang cocok."
"Tapi ketika akhirnya Anda mendapatkan sidik jari dan DNA Ashley Patterson, semuanya cocok?" "Ya. Cocok sekali."
Dr. Steven Patterson menghadiri sidang setiap hari. Ia duduk di bagian penonton tepat di belakang terdakwa. Setiap kali memasuki ruang sidang, ia diserbu wartawan.
"Dr. Patterson, menurut Anda bagaimana jalannya sidang ini?"
"Baik sekati." "Menurut Anda apa yang akan terjadi?" "Akan terbukti bahwa anak saya tidak bersalah."
Suatu sore, ketika David dan Sandra tiba kembali di hotel mereka, ada pesan untuk mereka. "Anda diminta menelepon Mr. Kwong di bank Anda."
David dan Sandra saling pandang. "Apakah sudah waktunya kita mencicil lagi?" tanya Sandra.
"Ya. Waktu serasa terbang kalau kau bersenang-senang," jawabnya kering. Sesaat David berpikir. "Persidangan akan segera usai, Sayang. Kita masih punya cukup banyak uang di rekening kita untuk membayar mereka bulan ini."
Sandra memandangnya dengan cemas. "David, kalau kita tidak bisa memenuhi semua kewajiban cicilan" apakah kita kehilangan semua yang telah kita bayarkan?"
"Ya. Tapi jangan kuatir. Hal-hal baik terjadi pada orang-orang baik."
Dan ia teringat Helen Woodman.
Brian Hill duduk di boks saksi setelah diambil sumpahnya. Mickey Brennan melempar senyum ramah padanya.
"Tolong ceritakan apa pekerjaan Anda, Mr. Hill."
"Baik, Sir. Saya penjaga di De Young Museum di San Francisco."
"Pekerjaan yang menarik."
"Memang, kalau kita suka seni. Saya pelukis frustrasi."
"Sudah berapa lama Anda bekerja di sana?" "Empat tahun."
"Apakah banyak orang yang sama mengunjungi museum" Maksud saya, adakah orang yang datang dan datang lagi?"
"Oh, ya, beberapa orang datang berkali-kali."
"Jadi, saya kira setelah periode tertentu, mereka Anda kenal, atau paling tidak wajah mereka tidak asing lagi bagi Anda?"
"Betul." ^"Dan ada yang bilang pelukis diizinkan masuk untuk membuat reproduksi beberapa lukisan di museum itu?"
"Oh, ya. Banyak pelukis yang datang."
"Ada yang pernah Anda temui, Mr. Hill?"
"Ya, kami? Setelah beberapa waktu kami jadi akrab."
"Pernahkah Anda bertemu orang yang bernama Richard Melton?"
Brian Hill menghela napas. "Ya. Dia sangat i berbakat."
"Begitu berbakatnya ya, sampai Anda memintanya mengajari Anda melukis?" "Betul."
David berdiri. "Yang Mulia, ini menarik, tapi saya tidak melihat apa hubungannya dengan sidang. ; Jika Mr. Brennan?"
"Ada hubungannya, Yang Mulia. Saya sedang meyakinkan bahwa Mr. Hill bisa mengenali korban dari wajah dan ? namanya dan memberitahu kita siapa yang berhubungan dengan si korban."
"Keberatan ditolak. Anda boleh terus."


Ceritakan Mimpi-mimpimu Tell Me Your Dreams Karya Sidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan apakah dia mengajari Anda melukis?"
"Ya, jika dia sempat."
?"Ketika Mr. Melton berada di museum, pernahkah Anda melihatnya bersama wanita muda?"
"Yah, awalnya tidak. Tetapi kemudian dia bertemu seseorang dan kelihatannya dia tertarik padanya. Sejak itu saya sering melihatnya bersama wanita itu."
"Siapakah namanya?"
"Alette Peters." ? "
Brennan kelihatan bingung. "Alette Peters" Anda
yakin namanya betul ini?" "Ya, Sir. Itulah namanya waktu diperkenalkan
pada saya." "Anda tentunya tidak melihat wanita itu di ruang sidang ini ya, Mr. Hill?"
"Saya lihat, Sir." Ia menunjuk Ashley. "Itu dia duduk di sana."
Brennan berkata, "Tapi itu bukan Alette Peters. Itu terdakwa, Ashley Patterson."
David berdiri. "Yang Mulia, kami sudah mengatakan bahwa Alette Peters adalah bagian dari persidangan ini. Ia salah satu alter yang mengontrol Ashley Patterson dan?"
"Anda mendahului waktu Anda, Mr. Singer. Mr. Brennan, silakan teruskan."
"Nah, Mr. Hill, Anda yakin bahwa terdakwa, yang berada di sini dengan nama Ashley Patterson, dikenal oleh Richard Melton sebagai Alette Peters?"
"Betul." "Dan tak ada keraguan bahwa ini wanita yang
sama?" Brian Hill ragu-ragu. "Eh" Ya, itu wanita yang
sama." "Dan Anda melihatnya bersama Richard Melton pada hari Melton dibunuh?" "Ya, Sir."
"Terima kasih." Brennan menoleh kepada David. "Saksi Anda."
David berdiri dan pelan-pelan berjalan ke kursi saksi. "Mr. Hill, saya rasa tanggung jawab Anda besar sekali sebagai penjaga tempat di mana banyak karya seni bernilai ratusan juta dolar dipamerkan."
"Ya, Sir. Memang besar sekali."
"Dan untuk menjadi penjaga yang baik, Anda harus waspada setiap saat."
"Betul." W&;
253 "Anda harus menyadari apa yang sedang terjadi 1 sepanjang waktu." "Pasti."
"Apakah menurut Anda, Anda pengamat yang terlatih, Mr. Hill?" "Ya."
"Saya menanyakan itu karena saya perhatikan tadi waktu Mr. Brennan menanyai Anda apakah ada keraguan Ashley Patterson orang yang bersama Richard Melton, Anda ragu-ragu. Apakah Anda tidak yakin?"
Sejenak tak ada jawaban. "Yah, dari wajahnya sepertinya dia orang yang sama, tapi ada sesuatu yang kelihatannya berbeda."
"Apanya, Mr. Hill?"
"Alette Peters lebih Italia, dan aksennya Italia" dan dia kelihatannya lebih muda daripada terdakwa."
"Betul sekali, Mr. Hill. Orang yang Anda lihat di San Francisco adalah alter Ashley Patterson. Dia dilahirkan di Roma, dia delapan tahun lebih muda?" Brennan berdiri, gusar. "Keberatan." David menoleh kepada Hakim Williams. "Yang Mulia, saya?"
"Silakan pembela dan penuntut datang ke meja." David dan Brennan mendatangi Hakim Williams. "Jangan sampai saya harus memberitahu Anda sekali lagi, Mr. Singer. Pembela akan mendapat kesempatan setelah penuntut selesai. Sebelum itu, berhentilah melakukan pembelaan."
Bernice Jenkins duduk di boks saksi.
"Silakan beritahukan pekerjaan Anda, Mtss Jenkins." "Saya pramusaji." "Dan di mana Anda bekerja?" "Di kafe di De Young Museum." "Apa hubungan Anda dengan Richard Melton?" "Kami teman baik."
"Bisakah Anda terangkan dengan lebih jelas?"
"Yah, dulunya kami punya hubungan romantis, kemudian hubungan mendingin. Hal seperti itu biasa terjadi."
"Tentu. Lalu bagaimana?" .
"Lalu kami menjadi seperti kakak-adik. Maksud saya, saya?saya ceritakan padanya semua masalah saya, dan dia menceritakan pada saya semua masalahnya."
"Pernahkah, dia membicarakan terdakwa dengan Anda?" "Ya, tapi namanya lain." "Namanya siapa?" "Alette Peters."
"Tapi Melton tahu namanya sebetulnya Ashley Patterson?"
"Tidak. Setahu dia namanya Alette Peters."
"Maksud Anda, dia menipu Melton?"
David meloncat berdiri, gusar. "Keberatan."
"Diterima. Jangan mengarahkan saksi, Mr. Brennan."
"Maaf, Yang Mulia." Brennan menoleh lagi ke boks saksi. "Dia bicara dengan Anda tentang Alette
255 Peters ini, tapi pernahkah Anda melihat mereka berdua bersama-sama?"
"Ya, pernah. Suatu hari dia membawanya ke restoran dan memperkenalkan kami."
"Dan maksud Anda yang diperkenalkan si terdakwa, Ashley Patterson?"
"Ya. Hanya saja dia menyebut dirinya Alette Peters."
Gary King berada di kursi saksi.
Brennan bertanya, "Anda teman sekamar Richard Melton?"
"Ya." "Apakah kalian berdua juga bersahabat" Anda sering keluar bersamanya?"
"Tentu. Kami sering kencan-ganda."
"Apakah Mr. Melton tertarik pada gadis tertentu?"
"Ya." "Anda tahu namanya?" "Dia menyebut dirinya Alette Peters." "Apakah Anda melihatnya di ruang sidang ini?" "Ya. Dia duduk di sana." "Untuk jelasnya, Anda menunjuk terdakwa,- Ashley Patterson?" "Betul."
^ "Ketika Anda pulang pada malam pembunuhan itu, Anda menemukan mayat Richard Melton di apartemen?" "Ya."
"Bagaimana keadaan mayatnya?"
"Berdarah-darah."
"Mayat itu dikebiri?"
Ia bergidik. "Ya. Sungguh mengerikan."
Brennan memandang ke boks juri. Reaksi mereka persis seperti yang diharapkannya.
"Apa yang kemudian Anda lakukan, Mr. King?"
"Saya menelepon polisi."
"Terima kasih." Brennan menoleh ke David. "Saksi Anda."
David bangkit dan berjalan menuju ke tempat Gary King.
"Ceritakan pada kami tentang Richard Melton.
Orang seperti apa dia?" "Dia hebat."
"Apakah dia suka berdebat" Suka berkelahi?"
"Richard" Tidak. Malahan sebaliknya. Dia sangat pendiam, suka damai."
"Tapi dia suka perempuan-perempuan yang tegar dan suka menggunakan kekuatan fisik?"
Gary memandangnya dengan aneh. "Sama sekali tidak. Richard suka gadis pendiam yang menyenangkan."
"Apakah dia dan Alette sering bertengkar" Apakah Alette sering berteriak-teriak padanya?"
Gary bingung. "Anda keliru sekali. Mereka sama sekali tak pernah saling teriak. Mereka rukun sekali."
"Pernahkah Anda melihat sesuatu yang membuat Anda percaya bahwa Alette bisa melakukan sesuatu yang mencelakakan??"
"Keberatan. Dia mengarahkan saksi."
"Diterima/" "Tak ada pertanyaan lagi " kat" ^ Setelah duduk, -David "berkat 3Vid"Jangan kuatir. Mereka membantu kita*" * Ia terdengar lebih percaya diri h
dirasakannya. QariPada yang San David dan Sandra sedang makan malam di Fresco, restoran di Hotel Wyndham, ketika si mattre d" mendatangi David dan berkata, "Ada telepon penting untuk Anda, Mr. Singer."
Seruling Perak 2 Lima Sekawan 02 Beraksi Kembali Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 23

Cari Blog Ini