Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon Bagian 5
"Apa" Kan tidak ada yang akan kita lakukan di Milano?"
Oh, ya, banyak sekali, pikir Lara dengan sukacita.
"Kau sudah lihat pesan-pesanku?"
Lara sama sekali lupa membaca itu. Dengan rasa bersalah ia berkata,
"Belum." "Aku mendengar desas-desus tentang kasino kita."
"Apa masalahnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada keluhan mengenai penawarannya."
"Jangan kuatir. Kalau ada masalah apa-apa, Paul Martin akan
membereskannya." "Terserah kau saja- "Aku ingin minta tolong kaukirim pesawat ke Milano. Minta pilotnya
menungguku di sana. Aku akan menghubungi mereka di bandara"
"Baik, tapi...."
"Kau tidur saja lagi"
Pada jam empat pagi, Paul Martin masih saja tidak bisa tidur. Ia telah
meninggalkan banyak pesan di mesin penjawab pesawat telepon khusus Lara
di apartemennya, tapi tak satu pun ditanggapi. Padahal sebelum ini Lara
selalu memberitahu dia kapan akan pergi. Sesuatu sedang terjadi. Lara
punya rencana apa" "Kau harus hati-hati, my darling," Paul berbisik. "Sangat hati-hati."
Bab Dua Puluh Tiga Di Milano, Lara dan Philip Adler menginap di Antica Locanda Solferino,
sebuah hotel cantik yang hanya berkamar dua belas, dan setiap pagi mereka habiskan untuk memadu cinta. Setelah itu mereka mengendarai mobil
menuju Cernobbia dan lunch di Lake Como, di Vil a d'Este yang indah itu.
Konser Philip malam itu sukses besar, dan ruang tunggu di La Scala Opera
House dipadati para penggemar yang ingin memberi selamat.
Lara berdiri di suatu sudut, menyaksikan Philip dikerumuni fans-nya.
Mereka menyentuh dia, menyanjung dia, minta tanda tangan, memberinya
hadiah-hadiah kecil. Lara merasa tersayat rasa cemburu. Beberapa di antara para wanitanya masih muda dan cantik, dan di mata Lara mereka itu
semuanya ingin merayu. Seorang gadis Amerika yang mengenakan gaun
indah ciptaan Fendi berkata dengan malu-malu kucing, "Kalau Anda ada waktu besok, Mr. Adler, saya mengadakan dinner kecil yang akrab di vila
saya. Sangat akrab."
Lara rasanya ingin sekali mencekik si jalang itu.
Philip tersenyum. "Er... terima kasih, tapi maaf saya ada acara besok."
Wanita yang satu lagi mencoba menyelipkan kunci hotelnya ke tangan
Philip. Philip menggelengkan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip memandang Lara dan menyeringai. Para wanita masih terus
mengerumuninya. "Lei era magnifico, maestro!"
"Molto gentile da parte sua" Philip menjawab.
"L 'ho sentita suonare U anno scorso. Bravo!"
"Grazie." Philip tersenyum.
Seorang wanita memegang lengan Philip. "Sarebbe possibile cenare
insieme?" Philip menggelengkan kepala. "Ma non credo che sarai impossibile."
Di mata Lara ini nampaknya tak akan pernah berakhir. Akhirnya, Philip
menguakkan kerumunan itu dan menghampiri Lara serta berbisik, "Ayo kita pergi dari sini."
'SI!" Lara menyeringai.
Mereka pergi ke Biffy, restoran yang terletak di lokasi opera house itu, dan pada saat mereka masuk, para tamu yang masih mengenakan dasi hitam
sehabis menonton konser bangkit berdiri dan mulai bertepuk tangan.
Manajernya mengantarkan Philip dan Lara ke sebuah meja di tengah
ruangan. "Sungguh suatu kehormatan Anda mau datang ke sini, Mr. Adler."
Sebotol champagne hadiah dari pihak restoran tiba, dan mereka berdua
mengangkat toast. "Untuk kita," kata Philip dengan hangat.
"Untuk kita." Philip memesan dua di antara hidangan khas restoran itu, osso buco dan
penne al "arrabbicaa Mereka terus berbicara sepanjang supper itu, seakan
mereka telah saling mengenal selama hidup mereka.
Gangguan pun tak henti-hentinya datang. Orang-orang menghampiri meja
mereka untuk memberi selamat kepada Philip dan untuk meminta tanda
tangan. "Selalu begini, ya?" tanya Lara.
Philip mengangkat pundak. "Itulah risikonya. Untuk setiap dua jam aku pentas, aku harus menghabiskan berjam-jam untuk memberikan tanda
tangan atau menjawab pertanyaan."
Seakan membuktikan apa yang baru saja dikatakannya itu, Philip berhenti
lagi untuk memberikan tanda tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau telah membuat tur ini terasa sangat indah buatku." Philip menghela napas. "Yang tidak enak adalah bahwa aku harus berangkat ke Venesia
besok. Aku akan sangat kehilangan dirimu."
"Aku belum pernah ke Venesia," kata Lara.
Pesawat jet Lara telah menunggu mereka di Linate Airport. Ketika mereka
tiba di sana, Philip memandang pesawat yang sangat besar itu dengan
tercengang. "Ini pesawatmu?"
"Ya, Ia akan membawa kita ke Venesia."
"Kau akan membuat aku jadi anak manja, lady."
Lara berkata pelan. "Memang aku bermaksud begitu."
Mereka mendarat di Venesia tiga puluh lima menit kemudian di Marco Polo
Airport. Sebuah limousine sudah menanti untuk membawa mereka ke
dermaga yag tak jauh dari situ. Dari dermaga itu mereka menumpang
motorboat menuju Pulau Giudecca, tempat Cipriani Hotel terletak.
"Aku telah memesan dua suite untuk kita," kata Lara. "Kupikir, dengan begitu orang tidak akan tahu."
Di atas motorboat dalam perjalanan menuju ke hotel itu, Lara bertanya,
"Berapa lama kita akan berada di sini?"
"Hanya satu malam, maafkan aku. Aku akan pentas di La Fenice, lalu
menuju ke Wina." Kata "kita" itu membuat hati Lara tergetar. Mereka berdua telah membicarakannya semalam. "
Aku ingin kau bersamaku selama yang kau bisa," kata Philip waktu itu,
"tapi kau yakin aku tidak menghalangimu melakukan sesuatu yang lebih penting?"
"Tidak ada yang lebih penting."
"Apakah kau tidak akan bosan berada sendirian sore ini" Aku akan sibuk berlatih."
"Tidak apa-apa," Lara meyakinkan dia.
Setelah mereka selesai cheek-in ke suite mereka, Philip merangkul Lara.
"Aku harus pergi ke teater sekarang, tapi banyak yang bisa dilihat di sini.
Nikmati Venesia. Kita ketemu lagi sore ini." Mereka berciuman. Maksudnya hanya sebentar, tapi nyatanya jadi lama sekali mereka berciuman, keduanya enggan berhenti. "Sebaiknya aku cepat-cepat pergi dari sini sementara masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa," Philip bergumam, "atau aku bahkan tidak akan mampu sampai di lobby.'
"Selamat berlatih." Lara menyeringai.
Dan Philip lenyap sudah. Lara menelepon Kel er. Kau di mana?" Kel er bertanya. "Sejak tadi aku mencarimu."
"Aku di Venesia."
Hening sejenak di ujung sana. "Kau mau membeli kanal?"
"Sedang kutinjau." Lara tertawa.
"Kau harus segera kembali ke sini, kata Kel er. "Banyak yang perlu diurus.
Frank Rose muda membawa sejumlah rencana baru. Aku menyukainya, tapi
aku perlu persetujuanmu supaya kita bisa mendapatkan..."
"Kalau kau suka," Lara memotong, "lanjutkan saja."
"Kau tidak ingin melihatnya?" Suara Kel er penuh dengan keheranan.
"Jangan sekarang, Howard."
"Baiklah. Dan mengenai negosiasi atas properti West Side itu, aku
membutuhkan persetujuanmu untuk..."
"Aku setuju." "Lara... apa kau baik-baik saja?"
"Aku belum pernah merasa sebaik ini selama hidupku".
"Kapan kau akan pulang?"
"Aku belum tahu. Aku akan terus menghubungimu. Good-bye, Howard."
Venesia adalah sebuah kota impian yang akan menjadi inspirasi karya
Prospero seandainya ia tahu. Lara menghabiskan sisa pagi itu dan seluruh
sore itu menjelajahinya. Ia menyusuri St. Mark's Square, mengunjungi Doge's Palace dan Bel Tower, dan berjalan sepanjang Riva degli Schiavoni yang
penuh sesak dengan manusia, dan ke mana pun ia pergi ia teringat pada
Philip. Ia berjalan menyusuri jalan-jalan kecil yang berkelok-kelok itu, yang penuh dengan toko-toko permata dan barang-barang yang terbuat dari kulit
dan restoran, dan berhenti untuk membeli sweater, syal mahal, dan pakaian dalam untuk oleh-oleh para sekretaris di kantornya nanti, dan dompet serta dasi untuk Kel er dan para pria lainnya di kantor. Ia berhenti di toko permata untuk membeli arloji merek Piaget dengan ban emas buat Philip.
"Bisa tolong tuliskan di sini 'Buat Philip dengan Cinta dari Lara'?"
Menyebutkan namanya saja sudah membuat Lara rindu padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Philip kembali ke hotel, mereka minum kopi bersama di taman
Cipriani Hotel yang subur dan hijau.
Lara memandang Phil ip yang duduk di seberangnya dan berpikir, Betapa
cocoknya tempat ini untuk berbulan madu.
"Aku punya hadiah untukmu," kata Lara.
Ia memberikan kotak berisi arloji itu kepada Philip.
Philip membukanya dan menatap tertegun. "Ya Tuhan! Ini pasti mahal
sekali. Mestinya jangan, Lara."
"Kau tidak menyukainya?"
"Tentu aku suka. Sangat bagus, tapi..."
"Ssh! Pakailah dan ingat aku."
"Aku tidak perlu ini untuk bisa ingat kau, tapi terima kasih."
"Jam berapa kita harus berangkat ke teater?" tanya Lara.
"Jam tujuh." Lara melihat sekilas ke arloji Philip yang baru dan berkata dengan lugu,
"Berarti masih ada dua jam buat kita."
Teater itu penuh sesak. Para penontonnya temperamental"bertepuk
tangan dan bersorak untuk setiap nomor.
Setelah konser selesai, Lara kembali ke ruang tunggu untuk bergabung
dengan Philip. Dan adegan London dan Amsterdam dan Milano terulang
kembali, hanya para wanitanya nampak lebih menggoda dan berani. Paling
tidak ada setengah lusin wanita cantik di ruang itu, dan Lara bertanya dalam hati yang manakah yang akan dipilih Philip umuk menemaninya malam itu
seandainya dia tidak ada disitu.
Mereka berdua supper di Harry's Bar yang bertingkat dua dan disambut
dengan hangat oleh pemiliknya yang ramah, Arrigo Cipriani.
"Senang sekali bertemu dengan Anda, signore. Dan signorina. Silakan!"
Ia mengantarkan mereka ke meja yang di sudut. Mereka memesan Bel ini,
hidangan khas restoran itu. Kata Philip kepada Lara, "Menurut aku paling baik mulai dulu dengan pasta fagioli. Di sini yang terlezat di dunia."
Setelah itu Philip tidak bisa ingat lagi akan apa yang telah dimakannya. Ia sungguh-sungguh hanyut dalam pesona Lara. Ia tahu ia sedang jatuh cinta
kepada Lara, dan itu membuatnya takut. Aku tidak bisa membuat komitmen
apa-apa, pikirnya. Tidak mungkin bisa. Aku seorang nomad. Ia sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa kesal kalau ingat saat Lara akan meninggalkannya untuk kembali ke
New York. Ia ingin memperpanjang petang itu selama mungkin.
Setelah mereka selesai bersantap, Philip berkata, "Di Lido sana ada kasino.
Kau suka berjudi?" Lara tertawa keras. "Apa yang lucu?"
Lara teringat akan ratusan juta dolar yang dipertaruhkannya untuk
gedung-gedungnya. "Tidak apa-apa," katanya. "Aku ingin ke sana."
Mereka mengambil motorboat untuk pergi ke Pulau Lido. Mereka berjalan
melewati Excelsior Hotel dan menuju ke bangunan besar bercat putih tempat kasino itu berada. Gedung itu penuh dengan para penjudi yang nampak
sangat sibuk. "Pemimpi-pemimpi," kata Philip.
Philip main roulette dan dalam waktu setengah jam ia telah menang dua
ribu dolar. Ia menoleh kepada Lara. "Aku belum pernah menang sebelum ini.
Kau adalah maskot pembawa untungku."
Mereka bermain sampai jam tiga pagi, dan pada saat itu mereka merasa
lapar lagi. Motorboat membawa mereka kembali ke St. Mark's Square, dan mereka
menyusuri jalan-jalan samping sampai mereka tiba di Cantina do Mori.
"Ini salah satu bacaro paling baik di Venesia," kata Philip.
Lara berkata, "Aku percaya. Bacaro itu apa sih?"
"Bar minuman anggur yang menghidangkan cicchetti"camilan buatan
penduduk setempat yang sangat lezat."
Pintu-pintu kaca yang sempit membawa mereka ke ruang sempit yang
temaram di mana pot-pot tembaga bergantungan dari langit-langil dan
piring-piring nampak mengilat di atas meja makan yang panjang.
Ketika mereka kembali ke hotel, fajar sudah merekah. Mereka
menanggalkan pakaian, dan Lara berkata, "Ngomong-ngomong tentang
camilan..." Besoknya pagi-pagi sekali Lara dan Philip terbang ke Wina.
"Pergl ke Wina seperti pergi ke abad lain," Phil ip menjelaskan. "Ada gurauan diantara pilot pesawat yang bunyinya begini, "Tuan-tuan dan
Nyonya-nyonya, kita sampai di akhir penerbangan di Vienna Airport. Pasang sabuk pengaman Anda dan pastikan nampan meja berada dalam posisi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tegak, jangan merokok sampai tiba di dalam terminal, dan putar arloji Anda mundur seratus tahun.'"
Lara tertawa. "Orangtuaku lahir di sini. Mereka selalu membicarakan tempo doeloe, dan itu membuatku merasa iri."
Mereka sedang meluncur melewati Ringstrasse, dan Philip nampak sangat
bergairah, seperti anak kecil yang ingin membagi kesenangannya dengan dia.
"Wina adalah kota Mozart, Haydn, Beethoven, Brahms." Ia memandang Lara dan menyeringai. "Oh, aku lupa"kau ahli soal musik klasik."
Mereka check-in di Imperial Hotel.
"Aku harus pergi ke gedung konser," kata Philip kepada Lara, "tapi kuputuskan bahwa besok kita akan libur sehari penuh. Aku akan
menunjukkan kota Wina kepadamu."
"Aku akan senang sekali, Philip."
Philip memeluk Lara. "Kalau saja kita punya waktu lebih banyak sekarang ini," katanya dengan penuh sesal.
"Aku juga berharap begitu."
Philip mengecup Lara dengan ringan di dahinya. "Kita akan menebusnya nanti malam."
Lara memeluknya erat-erat. "Janji, janji."
Konser petang itu diselenggarakan di Musik verein Pertunjukan terdiri atas karya-karya Chopin, Schumann. dan Prokoficv, dan lagi-lagi konser itu sukses besar.
Ruang tunggu penuh sesak lagi, tapi kali ini bahasa Jerman yang dipakai.
"Sie n aren wimderbar, Herr Adler" Philip tersenyum. "Das ist selir nett von Ihnen. Danke."
"Ich bin ein grosser Anhanger von Ihnnen."
Philip tersenyum lagi. "Sie sind sehr freundlich."
Philip berbicara kepada mereka, tapi ia tidak bisa mengalihkan
pandangannya dari Lara. Setelah pertunjukan selesai, Lara dan Philip menikmati late supper
bersama di hotel. Mereka disambut oleh manajer restorannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh suatu kehormatan!" ia berseru. "Saya tadi nonton konsernya.
Anda hebat sekali! Luar biasa!"
"Anda baik sekali," kata Philip dengan rendah hati.
Hidangannya sangat lezat, tapi mereka berdua terlalu menikmati kehadiran
satu sama lain, sehingga kurang berminat untuk makan. Ketika wi ter-nya
bertanya, "Anda ingin dessert?"
Philip berkata cepat, "Ya." Itu diucapkannya sambil terus memandang Lara.
Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Lara belum pernah
pergi begitu lama tanpa memberitahu dia kemana. Apa Lara menghindar
darinya" Kalau benar begitu, hanya ada satu alasan mengapa. Dan aku tidak tisa membiarkan itu, pikir Paul Martin.
Bulan yang pucat memancarkan sinarnya yang temaram menembus
jendela, membentuk bayang-bayang tipis pada langit-langit kamar. Lara dan Philip berbaring di ranjang, telanjang, menyaksikan bayang-bayang tubuh
mereka bergerak-gerak di atas kepala mereka. Kerut-kerut tirai jendela
membuat bayang-bayang itu menari-nari dalam gerak berayun perlahan.
Bayang-bayang itu menyatu perlahan dan kemudian lepas dan kemudian
menyatu kembali, sampai keduanya terpilin menjadi satu, dan gerak tari itu bertambah cepat, dan bertambah cepat, mengentak entak dengan liar, dan
tiba-tiba berhenti"yang ada hanyalah bunyi gemeresik lembut kerut-kerut
tirai itu. Pagi-pagi sekali keesokan harinya Philip berkata, "Kita punya waktu sesiang dan sepetang penuh di sini. Banyak yang ingin kutunjukkan kepadamu."
Mereka breakfast di ruang makan hotel di lantai bawah, lalu berjalan keluar ke Karntnerstrasse, tempat mobil dilarang masuk. Toko-toko di sana penuh
dengan pakaian-pakaian bagus dan perhiasan dan barang antik.
Philip menyewa sebuah kereta kuda Fiaker, dan mereka menjelajahi jalanjalan raya kota itu di sepanjang Ring Road-nya. Mereka mengunjungi
Schonbrunn Palace dan melihat koleksi kereta kerajaan yang berwarna-warni.
Di sore hari mereka membeli tiket untuk masuk ke Spanish Riding School dan menonton kuda-kuda unggulan Lipiz-zaner. Mereka naik sepeda raksasa
Ferris di Prater, dan setelah itu Philip berkata, "Nah, sekarang sudah waktunya kita berbuat dosa lagi!"
"Ooh!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan dulu," Philip tertawa. "Aku punya usul lain."
Ia mengajak Lara ke Demel's untuk menikmati kopi dan pastry yang
lezatnya tiada bandingannya itu.
Lara terpesona menyaksikan perpaduan arsitektur di Wina: gedung-gedung
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gaya baroaue yang sudah ratusan tahun umurnya yang bersebelahan dengan
gedung-gedung ultramodern.
Philip lebih tertarik kepada para komponis asal kota itu. "Kau tahu Franz Schubert memulai kariernya sebagai penyanyi di sini, Lara" Ia anggota
paduan suara Imperial Chapel, dan ketika suaranya mulai berubah saat ia
berumur tujuh belas, ia dikeluarkan. Pada saat itulah ia memutuskan untuk mengarang musik."
Mereka kemudian bersantap malam dalam suasana santai di bistro kecil,
dan mampir ke sebuah kedai minum di Grinzing. Setelah itu Philip berkata.
"Kau mau naik perahu menyusuri Sungai Danube"
"Pingin sekali."
Malam itu cuaca bagus, dengan bulan purnama bersinar terang dan angin
musim panas bertiup sepoi-sepoi. Kilau bintang menerangi bumi. Bintang
memancarkan sinarnya kepada kami, pikir Lara, karena kami begitu bahagia.
Lara dan Philip menumpang salah satu perahu untuk umum, dan dari salah
satu pengeras suara perahu itu mengalun musik termasyhur The Blue
Danube, pelan dan lembut. Dari kejauhan mereka melihat sebuah bintang
sedang jatuh. "Cepat! Ucapkan keinginanmu," kata Philip.
Lara memejamkan mata dan terdiam sesaat.
"Sudah?" "Sudah." "Apa yang kauminta?"
Lara memandang Philip dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tidak bisa kukatakan kepadamu"nanti tidak bisa terkabul." Aku akan membuatnya
menjadi nyata, pikir Lara.
Philip menyandar ke belakang dan tersenyum kepada Lara. "Ini malam
yang sangat indah, ya?"
"Selamanya akan begini, Philip."
"Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita bisa menikah."
Nah, begitulah"kini semuanya sudah gamblang. Philip pun terus
memikirkan itu dalam beberapa hari terakhir ini. Ia sudah benar-benar jatuh cinta kepada Lara, tapi ia tahu ia tidak bisa membuat komitmen apa-apa
kepada Lara. "Lara, itu tidak mungkin."
"Oh, ya" Mengapa?"
"Aku telah jelaskan padamu, darling. Aku hampir selalu melakukan tur
seperti ini. Kau kan tidak bisa terus-terusan ikut aku?"
"Memang tidak," kata Lara. "tapi..."
"Nah, kan. Tidak akan mungkin. Besok di Paris aku akan bawa kau
melihat..." "Aku tidak ikut kau ke Paris, Philip."
Philip menyangka ia salah menangkap maksud Lara. "Apa?"
Lara menarik napas panjang. "Aku tidak akan pernah bertemu denganmu
lagi." Philip merasa perutnya seperti dihantam benda keras. "Mengapa" Aku
mencintaimu, Lara. Aku..."
"Aku juga mencintaimu. Tapi aku bukan anak jalanan. Aku tidak mau
hanya menjadi salah satu fans-mu yang memburumu ke mana-mana. Yang
begitu kau sudah punya banyak."
"Lara, aku tidak mau siapa pun selain kau. Tapi tidakkah bisa kaulihat, darling, kita tidak mungkin bisa menikah. Kita masing-masing punya dunia
yang teramat penting bagi kita. Aku ingin kita bisa bersama terus sepanjang waktu, tapi itu tidak mungkin."
"Jadi sampai di sini saja, kan?" kata Lara dengan tegang. "Aku tidak akan bertemu denganmu lagi, Philip."
"Tunggu. Aku mohon! Mari kita bicarakan dulu. Kita ke kamarmu, dan..."
"Jangan, Philip. Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak mau terus begini.
Sampai di sini saja."
"Aku tidak ingin begini," Philip mendesak. "Pikirkan lagi."
"Aku tidak bisa. Maafkan aku. Menikah, atau tidak sama sekali."
Mereka berdua terdiam seribu bahasa dalam perjalanan menuju ke hotel.
Ketika sampai di lobby, Philip berkata, "Bagaimana kalau aku ke kamarmu"
Kita bisa membicarakan ini dan..."
"Jangan, kekasihku. Tidak ada yang bisa dibicarakan lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip menyaksikan Lara masuk ke lift dan menghilang dari hadapannya.
Ketika Lara tiba di suite-nya, teleponnya berdering. Ia bergegas
mengangkat. "Philip..."
"Ini Howard. Seharian aku mencoba menghubungimu."
Lara mencoba menyembunyikan rasa kecewanya. "Ada masalah?"
"Tidak ada. Cuma melapor saja. Di sini banyak sekali urusan. Kira-kira kapan kau akan balik?"
"Besok," kata Lara. "Aku akan balik ke New York besok." Pelan-pelan Lara meletakkan gagang telepon.
Ia duduk di sana menatap pesawat telepon, menunggu benda itu
berdering. Dua jam kemudian setelah itu pesawat itu masih saja diam. Aku
keliru, pikir Lara dengan menyesal. Kuberi dia ultimatum, dan aku kehilangan dirinya sekarang. Kalau saja aku bersabar sedikit., kalau saja aku pergi ke Paris dengan dia... kalau saja... kalau saja... Ia mencoba membayangkan
kehidupannya tanpa Philip. Terlalu menyakitkan memikirkan itu. Tapi kami
tidak bisa begini terus, pikir Lara. Aku ingin kami benar-benar saling memiliki.
Besok dia sudah harus kembali ke New York.
Lara berbaring di sofa, masih lengkap berpakaian rapi, telepon di sisinya.
Ia merasa sangat letih. Ia tahu ia tidak mungkin bisa tidur.
Ia tertidur juga akhirnya.
Di kamarnya, Philip sedang mondar-mandir bagaikan binatang yang
terkurung. Ia marah memikirkan sikap Lara, marah kepada dirinya sendiri
juga. Ia tidak sanggup membayangkan bahwa ia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Lara, tidak bisa memeluknya lagi. Terkutuk semua wanita! pikirnya.
Orangtuanya pernah memperingatkan dia. "Hidupmu adalah musik Kalau kau ingin menjadi yang terbaik, tidak boleh ada ruang untuk apa pun selain itu."
Dan sampai ia bertemu Lara, ia telah menjalani prinsip itu dengan mantap.
Tapi kini semuanya sudah berubah. Terkutuk! Apa yang telah kami alami
bersama sangat indah. Mengapa Lara harus menghancurkannya" Ia
mencintai Lara, tapi ia tahu tidak mungkin ia bisa menikah dengan Lara.
Lara terjaga karena dering telepon. Ia bangun dan duduk di sofa itu
dengan masih setengah sadar, dan melihat lonceng di dinding. Jam lima
pagi. Dengan terkantuk-kantuk, Lara mengangkat telepon itu. "Howard?"
Ternyata suara Philip. "Bagaimana kalau kita menikah di Paris?"
Bab Dua Puluh Empat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pernikahan Lara Cameron dengan Philip Adler membuat headline di seluruh
dunia. Ketika Howard Kel er mendengar berita itu, ia pergi ke luar rumah dan minum sampai mabuk untuk pertama kali dalam hidupnya. Sebelum itu ia
terus mengatakan kepada dirinya bahwa keterpikatan Lara terhadap Philip
Adler akan segera berakhir. Lara dan aku adalah satu tim. Kami saling
memiliki. Tak seorang pun bisa memisahkan kami. Ia terus-terusan mabuk
selama dua hari, dan setelah ia mulai pulih kembali, ia menelepon Lara di Paris.
"Kalau benar apa yang kudengar," katanya, "katakan kepada Philip, aku bilang dia adalah orang paling beruntung yang pernah hidup."
"Memang benar," Lara memastikan dengan ceria.
"Kau kedengaran bahagia."
"Aku belum pernah sebahagia ini dalam hidupku!"
"Aku... aku ikut senang, Lara. Kapan kau akan pulang?"
"Philip akan konser di London besok, setelah itu kami akan balik ke New York."
"Kau sudah berbicara dengan Paul Martin sebelum pernikahanmu?"
Lara ragu. "Belum."
"Tidakkah kau berpendapat kau harus melakukannya sekarang?"
"Ya, tentu saja." Lara sebenarnya sangat memikirkan hal itu, tapi ia tidak cukup jujur untuk mengakuinya kepada dirinya sendiri. Ia tidak yakin
bagaimana reaksi Paul kalau mendengar maksudnya akan menikah itu. "Aku akan bicara dengan dia kalau aku balik nanti."
"Aku akan senang sekali melihatmu lagi. Aku sudah kangen."
"Aku juga kangen, Howard."
Dan memang benar. Howard sangat baik. Selama ini dia merupakan
sahabat yang baik dan setia. Kalau tidak ada dia, entah bagaimana aku ini, pikir Lara.
Ketika pesawat 727 itu meluncur pelan di Terminal Khusus Pesawat Pribadi
di Bandara La Guardia New York, para nyamuk pers sudah berjubel
menunggu dalam formasi lengkap"para reporter surat kabar dan kamerakamera televisi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Manajer bandara itu mengantarkan Lara dan Philip ke dalam kantor
reception. "Saya bisa menyelundupkan Anda keluar lewat sini," katanya,
"atau..." Lara menoleh kepada Philip. "Mari kita hadapi dulu saja, darling. Kalau tidak, mereka akan terus mengejar-ngejar kita."
"Barangkali kau benar."
Konferensi pers itu memakan waktu dua jam.
"Di mana kalian berdua bertemu...?"
"Apakah Anda memang sejak lama tertarik pada musik klasik, Mrs.
Adler...?" Akhirnya, semuanya selesai. Dua limousine sudah menunggu mereka.
Limousine yang kedua itu untuk memuat bagasi.
"Aku tidak biasa bepergian dengan gaya seperti ini," kata Philip.
Lara tertawa. "Kau akan terbiasa nanti."
Saat mereka berada di dalam limousine, Philip bertanya, "Kita akan ke mana" Aku punya apartemen di Fifty-seventh Street..."
"Kurasa kau akan lebih nyaman di tempatku, darling. Coba kaulihat dulu, dan kalau kau suka, akan kita pindahkan barang-barangmu."
Mereka tiba di Cameron Plaza. Philip mendongak mengamati bangunan
raksasa itu. "Kau pemilik gedung ini?"
"Beberapa bank dan aku."
"Aku terkesan."
Lara menekan tangan Philip. "Bagus. Aku ingin kau terkesan."
Lobby-nya baru saja dihias dengan bunga-bunga. Setengah lusin karyawan
menunggu di situ untuk menyambut mereka.
"Selamat datang, Mrs. Adler, Mr. Adler."
Philip memandang ke sekelilingnya dan berkata, "Ya Tuhan! Semua ini
milikmu?" "Milik kita, Sayang."
Lift mengantarkan mereka ke penthouse di puncak. Penthouse itu
membawahi keseluruhan empat puluh lima lantai. Pintu dibuka oleh seorang
penjaga. "Selamat kembali ke rumah, Mrs. Adler."
"Terima kasih. Simms."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara memperkenalkan Philip kepada para staf yang lain dan mengantarkan
dia melihat-lihat penthouse bersusun dua itu. Ada satu ruang tamu putih
yang luas yang penuh dengan barang-barang antik, serambi besar yang
tertutup, kamar makan, empat kamar tidur utama dan tiga kamar tidur untuk para staf, enam kamar mandi, dapur, perpustakaan, dan kantor.
"Apa kira-kira kau bisa merasa nyaman di sini, darling?" tanya Lara.
Philip menyeringai. "Agak sempit di sini"tapi aku akan bisa menyesuaikan diri."
Di tengah ruang tamu itu ada sebuah piano Bechstein baru yang cantik.
Philip menghampiri piano itu dan menekan tuts-tutsnya.
"Bagus sekali!" katanya.
Lara mendekat ke sisinya. "Ini hadiah perkawinanmu."
"Sungguh?" la terharu. Ia duduk di depan piano itu dan mulai bermain.
"Aku baru saja menyuruh orang menyetel nadanya untukmu." Lara
menyimak saat serangkaian nada mengalun memenuhi ruangan. "Kau suka?"
"Aku sangat suka! Terima kasih, Lara."
"Kau bisa main di sini sepuas hatimu."
Philip bangkit dari bangku piano itu. "Sebaiknya aku menelepon El erbee,"
kata Philip. "Sudah lama ia mencoba menghubungiku."
"Ada telepon di perpustakaan, darling."
Lara menuju ke kantornya dan menghidupkan pesawat pencatat pesan.
Ada setengah lusin pesan dari Paul Martin.
"Lara, kau di mana" Aku rindu padamu, darling..."
"Lara, aku menyimpulkan bahwa kau ada di luar negeri, kalau tidak pasti kau sudah menanggapi..."
"Aku kuatir akan dirimu, Lara. Teleponlah aku..."
Kemudian nadanya berubah. "Aku baru saja mendengar tentang
pernikahanmu. Apa itu benar" Sebaiknya kita bicarakan itu."
Philip berjalan masuk ke ruang itu. "Siapa penelepon misterius itu?"
tanyanya. Lara menoleh. "Te... teman lamaku."
Philip menghampiri Lara dan memeluknya. "Apakah la seorang yang harus kucemburui?"
Lara berkata dengan lembut, "Kau tak perlu cemburu kepada siapa pun di dunia ini. Kau satu-satunya pria yang pernah kucintai." Dan itu benar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip memeluknya erat-erat. "Kau satu-satunya wanita yang pernah
kucintai." Saat hari semakin sore, ketika Philip duduk di depan piano, Lara kembali ke kantornya dan membalas telepon-telepon Paul Martin itu.
Paul langsung menjawab sendiri telepon Lara. "Kau sudah kembali."
Suaranya terdengar tegang.
"Ya." Lara sudah lama menguatirkan percakapan ini.
"Aku tidak keberatan mengakui bahwa berita itu sangat mengejutkan,
Lara." "Aku minta maaf, Paul... aku... semuanya terjadi begitu cepat."
"Pasti begitu."
"Ya." Lara mencoba membaca suasana hati Paul.
"Tadinya kusangka kita mengalami saat-saat yang menyenangkan. Tadinya kupikir itu sesuatu yang istimewa."
"Itu memang benar, Paul, tapi..."
"Sebaiknya kita bicarakan itu."
"Wel , aku..." "Kita ketemu untuk lunch besok Vltel o's. Jam satu." Itu merupakan perintah.
Lara ragu. Tak ada gunanya mencoba menentang kemauannya lebih
lanjut. "Baik, Paul. Aku akan ada di sana."
Telepon itu langsung ditutup. Lara duduk di sana dengan gundah. Berapa
besar kemarahan Paul, dan apakah ia akan melakukan suatu tindakan"
Bab Dua Puluh Lima Keesokan paginya ketika Lara tiba di Cameron Center, seluruh stafnya
telah menunggu untuk memberi selamat kepadanya.
"Berita yang iuar biasa!"
"Merupakan surprise untuk kami semua...!"
"Saya yakin Anda akan sangat berbahagia...."
Dan masih banyak lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Howard Kel er sudah menunggu Lara di kantornya. Ia langsung
menyambut dan memeluk Lara. "Untuk seorang yang tidak suka musik klasik, kau benar-benar telah berhasil!"
Lara tersenyum. "Aku berhasil, ya?"
"Aku harus mulai membiasakan diri memanggilmu Mrs. Adler."
Senyum Lara meredup. "Kurasa untuk kepentingan bisnis sebaiknya aku
tetap menggunakan nama Cameron, ya?"
"Terserah kau saja. Yang jelas aku senang kau sudah kembali. Semua
pekerjaan menumpuk disini".
Lara duduk di kursi di hadapan Howard. "Oke, ceritakan apa yang telah
terjadi." "Wel , hotel di West Side itu akan gagal memperoleh pendanaan dari bank.
Tapi ada seorang buyer dari Texas yang tertarik untuk membelinya. Aku
kemarin pergi melihat hotel itu. Ternyata kondisinya parah. Diperlukan
pembenahan interior secara total, dan itu akan menghabiskan sekitar lima
sampai enam juta dolar."
"Buyer-nya sudah melihatnya?"
"Belum. Kubilang padanya akan kutunjukkan besok."
"Tunjukkan padanya minggu depan saja. Cari tim tukang cat Usahakan
supaya nampak bersih dan baru. Atur supaya ada banyak tamu di lobby-nya
kalau ia datang nanti."
Howard menyeringai. "Baik. Frank Rose sekarang menunggu dengan
membawa sejumlah sketsa baru. Ia menunggu di kantorku."
"Aku akan melihatnya."
"Apa benar Midland Insurance Company yang akan menempati gedung
baru itu?" "Ya." "Mereka belum menandatangani kontraknya. Mereka agak ragu-ragu."
Lara membuat catatan. "Aku akan berbicara dengan mereka mengenai itu.
Terus?" "Kredit Gotham Bank tujuh puluh lima juta dolar untuk proyek baru itu"
"Ya?" "Mereka menariknya kembali. Menurut mereka kau terlalu berani
memperluas investasi."
"Berapa bunga yang akan mereka kenakan?"
"Tujuh belas persen."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Atur pertemuan dengan mereka. Akan kita tawari mereka dua puluh
persen bunga dari kita."
Howard menatapnya dengan tercengang. "Dua puluh persen" Ya Tuhan,
Lara! Tak ada yang berani membayar dua puluh persen."
"Aku lebih baik membayar dua puluh persen dan hidup, daripada tujuh
belas persen tapi mati. Lakukan saja, Howard."
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baik." Pagi berlalu dengan cepat. Pada jam dua belas tiga puluh Lara berkata,
"Aku akan lunch dengan Paul Martin."
Howard nampak kuatir. "Hati-hati jangan sampai kau menjadi santapan
lunch-nya." "Apa maksudmu?"
"Maksudku, dia itu orang Sisilia. Mereka sulit memaafkan orang dan
mereka pendendam." "Kau ini terlalu melodramatis. Paul tidak akan melakukan apa pun yang akan menyakiti aku."
"Semoga kau benar."
Paul Martin sudah menunggu di restoran ketika Lara tiba. Ia nampak kurus
dan kusut, dan ada kerut-kerut di bawah matanya seakan ia kurang tidur.
"Halo, Lara." Ia tidak bangkit dari duduknya.
"Paul." Lara duduk di hadapannya.
"Aku meninggalkan pesan-pesan konyol di pesawat pencatatmu. Maafkan
aku. Aku tidak tahu..." Ia mengangkat bahu.
"Seharusnya waktu itu aku memberitahumu Paul, tapi semua terjadi begitu cepat."
"Yeah." Paul mengamati wajah Lara. "Kau nampak segar."
"Terima kasih."
"Di mana kau bertemu dengan Adler?"
"Di London." "Dan kau langsung saja jatuh cinta kepadanya?" Ada nada pahit dalam ucapannya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paul, apa yang telah kita alami sebelum ini sangat indah, tapi itu tidak cukup bagiku. Aku perlu lebih dari itu. Aku butuh seseorang yang
menungguku di rumah setiap malam."
Paul menyimak, memperhatikan Lara.
"Aku tidak akan melakukan apa pun di dunia ini yang bisa melukai hatimu, tapi ini terjadi begitu saja... begitu saja."
Hening"tak ada tanggapan.
"Aku mohon kau bisa mengerti."
"Yeah." Senyum dingin menerawang di wajah Paul. "Kukira aku tidak punya pilihan lagi, ya" Yang sudah terjadi terjadilah. Cuma aku memang
sangat terkejut mendengar berita itu dari surat kabar dan televisi. Kusangka hubungan kita lebih dekat dari itu."
"Kau benar," kata Lara lagi. "Aku seharusnya memberitahumu terlebih dulu."
Tangan Paul meraih ke depan dan membelai dagu Lara. "Aku tergila-gila padamu, Lara. Kukira sampai sekarangpun masih. Kau adalah miracolo ku.
Aku bisa memberimu apa saja yang kauinginkan di dunia ini kecuali apa yang bisa diberikannya kepadamu"cincin kawin. Demi cintaku padamu, kurelakan
kau berbahagia bersamanya."
Perasaan Lara sekonyong-konyong menjadi lega. "Terima kasih, Paul."
"Kapan aku bisa bertemu dengan suamimu?"
"Kami akan mengadakan pesta minggu depan untuk teman-teman kami.
Kau mau datang?" "Aku akan datang. Katakan padanya supaya dia baik-baik memperlakukan dirimu, atau dia harus bertanggung jawab kepadaku."
Lara tersenyum. "Akan kukatakan itu kepadanya."
Ketika Lara kembali ke kantornya, Howard Kel er sudah menunggu.
"Bagaimana lunch-nya?" tanyanya dengan cemas.
"Baik. Ternyata kau keliru mengenai Paul. Sikapnya sangat penuh
pengertian." "Bagus. Aku senang ternyata aku keliru. Besok pagi aku sudah mengatur pertemuan dengan..."
"Batalkan itu," kata Lara. "Besok aku akan tinggal di rumah dengan suamiku. Kami akan berbulan madu untuk beberapa hari mendatang ini."
"Aku senang melihat kau begitu bahagia," kata Howard.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Howard, aku begitu bahagia sehingga aku takut. Aku takut kalau satu pagi aku bangun dan mendapati ternyata semua ini hanya mimpi. Aku tidak
pernah menyangka tadinya bahwa orang bisa merasa begini bahagia."
Howard tersenyum. "Baiklah, aku yang akan menangani pertemuan itu."
"Terima kasih." Lara mencium pipi Howard "Philip dan aku akan mengadakan pesta minggu depan. Kami harap kau bisa datang."
Pesta itu berlangsung Sabtu depannya di penthouse tempat kediaman
mereka. Di situ disediakan buffet yang mewah dan ada lebih dari seratus
tamu yang hadir. Lara telah mengundang para relasi bisnisnya, pria dan
wanita: para bankir, kontraktor, arsitek, para pejabat pemerintah, perencana kota, dan para kepala serikat buruh. Philip mengundang rekan-rekan
musisinya dan para penggemar musik serta para sponsor pergelaran.
Kombinasi tamu yang berbeda profesi itu ternyata cukup menimbulkan
masalah. Bukannya karena mereka tidak mencoba untuk berbaur. Masalahnya
adalah bahwa mereka sama sekali berbeda minat. Para kontraktor tertarik
kepada bangunan dan arsitektur, sedangkan para musisi tertarik kepada
musik dan komponis lagu. Lara memperkenalkan salah satu perencana kota kepada sekelompok
musisi. Pejabat perencana kota itu berdiri di situ, mencoba mengikuti arah percakapan.
"Tahukah kau apa pendapat Rossini mengenai musik Wagner. Satu hari dia
mendudukkan pantatnya di atas tut-tut piano dan berkata "begitu bunyi
musik Wagner di telingaku"
Wagner memang pantas diperlakukan seperti itu Ketika Ring Theater di
Wina terbakar saat ada pementasan Tales of Hoffmann, empat ratus orang
tewas terbakar. Ketika Wagner mendengar berita itu, ia malah berkata,
'Itulah akibatnya kalau menonton operetta Offenbach.'"
Pejabat itu bergegas pergi dari situ.
Lara memperkenalkan beberapa teman Philip kepada sekelompok
pengusaha real estate. "Masalahnya," salah satu pengusaha itu berkata, "kita perlu tiga puluh persen penyewa menandatangani kontrak sebelum usulan proyek itu bisa kita ajukan."
"Kalau aku boleh bilang, itu adalah pedoman yang konyol."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku setuju. Aku beralih ke hotel sekarang. Kau tahu hotel-hotel di
Manhattan sekarang sewa rata-ratanya sekitar dua ratus dolar semalam"
Tahun depan..." Para musisi itu menyingkir dari situ.
Nampaknya percakapan berlangsung dalam dua bahasa yang berbeda.
"Masalahnya dengan orang Wina adalah bahwa mereka lebih suka kepada
komponis-komponis yang sudah mati..."
"Ada hotel baru yang akan dibangun di antara dua blok emas, Fortyseventh dan Forty-eigth Street. Chase Manhattan penyandang dananya..."
"Dia mungkin bukan dirigen terhebat di dunia, tapi teknik stick-nya itu genau..."
"...Aku ingat banyak pengamat mengatakan bahwa anjloknya pasar saham di tahun 1929 dulu itu bukanlah suatu musibah. Itu ternyata mengajar orang untuk menanamkan uangnya di real estate..."
"...Dan Horowitz tidak mau main selama bertahun-tahun karena dia
mengira jari-jarinya terbuat dari kaca..."
"...Aku sudah melihat rancangannya. Akan berdiri sebuah bangunan klasik yang menjulang di atas dasar berlantai tiga di Eighth Avenue, yang di
dalamnya terdapat arcade berbentuk elips dengan lobby-lobby di ketiga
sisinya..." "...Einstein suka sekali main piano. Ia sering bermain dengan Rubenstein, tapi Einstein selalu main dengan irama yang meleset. Akhirnya, Rubenstein sudah tidak tahan lagi, dan membentak, 'Albert, kau tidak bisa menghitung, ya"'..."
"...Kongres pasti sedang mabuk waktu meloloskan rancangan
Undang-Undang Reformasi Perpajakan itu. Itu akan melumpuhkan industri
bangunan..." "...Dan di akhir petang itu ketika Brahms meninggalkan pesta ia berkata,
'Kalau di sini ada orang yang lupa saya lecehkan, saya minta maaf.'"
Menara Babil. Paul Martin datang sendirian, dan Lara bergegas ke pintu untuk
menyambutnya. "Aku senang sekali kau bisa datang, Paul."
"Tak mungkin aku tak datang, Paul memandang ke sekeliling ruangann.
"Aku ingin bertemu Philip"
Lara membawa dia menemui Philip yang sedang berdiri di antara
sekelompok teman. "Philip, ini teman lamaku, Paul Martin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip mengulurkan tangannya. "Saya senang bertemu dengan Anda."
Kedua pria itu berjabat tangan. "Anda sangat beruntung, Mr. Adler. Lara seorang wanita yang istimewa."
"Itulah yang terus kucoba katakan padanya." Lara tersenyum.
"Ia tidak perlu mengatakannya," kata Philip. "Saya tahu betapa beruntungnya saya."
Paul sedang mengamati dia. "Oh, ya?"
Lara bisa merasakan ketegangan yang tiba-tiba menggantung di udara.
"Mari aku ambilkan cock-tail," kata Lara kepada Paul.
"Jangan, terima kasih. Ingat" Aku tidak minum alkohol."
Lara menggigit bibirnya. "Tentu saja. Mari kuperkenalkan kepada beberapa teman." Lara menemani Paul berjalan berkeliling ruangan itu,
memperkenalkan dia kepada sejumlah tamu.
Salah seorang musisi berkata, "Leon Fleisher akan pentas besok malam.
Aku pasti akan nonton." Ia menoleh ke Paul Martin yang sedang berdiri di sebelah Howard Kel er. "Anda pernah mendengar dia main?"
"Belum." "Ia luar biasa. Ia hanya bermain dengan tangan kirinya saja, tentunya."
Paul Martin tidak mengerti. "Mengapa begitu?"
"Fleisher mengidap sindroma carpal-tunnel di tangan kanannya sekitar sepuluh tahun yang lalu, "Tapi bagaimana dia bisa pentas dengan satu tangan saja'"
"Sejumlah komponis memang menulis lagu untuk tangan kiri saja. Misalnya karya Demuth, Franz Schmidt Korngold dan sebuah concerto cantik karya
Ravet" Sejumlah tamu minta Philip bermain untuk mereka.
"Baiklah Ini kupersembahkan untuk pengantinku" Ia duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah theme dari concerto piano karya
Rachmaninoff. Seluruh ruangan menjadi senyap. Setiap orang terkesima
mendengar alunan musik lembut yang memenuhi penthouse itu. Ketika Philip
bangkit berdiri, hadirin bertepuk tangan lama sekali.
Satu jam kemudian para tamu mulai berpamitan.
Pada saat tamu terakhir sudah diantarkan ke pintu keluar, Philip berkata,
"Sungguh pesta yang meriah."
"Kau tidak suka pesta-pesta seperti ini, kan?" kata Lara
Philip mendekap Lara dan menyeringai. "Apa tadi sikapku kentara?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita hanya akan pesta sepuluh tahun sekali," Lara berjanji. "Philip, apa kau tadi menyadari bahwa tamu-tamu kita datang dari dua planet yang
berbeda". Philip menempelkan bibirnya ke pipi Lara. "Itu bukan masalah. kita punya
planet sendiri. Ayo kita putari Planet kita itu"
Bab Dua Puluh Enam Lara memutuskan untuk bekerja di rumah setiap paginya. "Aku ingin kita menikmati waktu bersama sebanyak mungkin," katanya kepada Philip.
Lara meminta Kathy untuk mengatur wawancara dengan sejumlah calon
sekretaris di penthouse-nya. Lara sudah mewawancarai enam orang pada
saat Marian Bel muncul, la berumur dua puluh limaan dengan rambut pirang dan bentuk tubuh bagus serta kepribadian hangat.
"Duduklah," kau Lara.
"Terima kasih."
Lara mengamati salinan riwayat hidupnya. "Kau lulusan Wel esley Col ege?"
"Ya." "Dan kau punya gelar BA Mengapa kau ingin menjadi sekretaris?"
"Saya berpendapat bahwa saya akan bisa belajar banyak kalau bekerja
bersama Anda. Diterima atau tidak lamaran saya nanti, saya adalah fans
setia Anda, Miss Cameron.
"Oh, ya" Mengapa?"
"Anda adalah tokoh panutan saya. Banyak sekali yang berhasil Anda raih, dan Anda melakukannya sendiri."
Lara mengamati gadis yang masih muda "Pekerjaan ini menyita banyak
waktu. Aku bangun pagi sekali. Kau akan bekerja di apartemenku. Kau harus mulai bekerja jam enam pagi."
"Itu bukan masalah. Saya pekerja keras."
Lara tersenyum. Ia menyukai Marian. "Aku akan mencobamu untuk satu
minggu," kata Lara. Di akhir jangka waktu seminggu itu Lara yakin bahwa ia telah menemukan
sebuah permata Marian ternyata sangat terampil dan sangat cerdas serta
berkepribadian menyenangkan. Secara berangsur terbentuk semacam
rutinitas. Kecuali ada masalah darurat, Lara setiap pagi bekerja di
apartemennya. Baru sore hari ia pergi ke kantornya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap pagi Lara dan Philip sarapan pagi bersama dan setelah itu Philip
pergi main piano dan duduk di situ mengenakan T-shirt tanpa lengan dan
jeans, berlatih selama dua atau tiga jam sementara Lara bekerja di kantornya dan mendiktekan surat-surat kepada Marian. Terkadang Philip memainkan
lagu-lagu Skotlandia kuno untuk Lara seperti Annie Laurie, dan Comin
Through the Rye. Lara sangat terharu. Lalu mereka biasanya makan siang
bersama. "Ceritakan padaku bagaimana hidupmu di Glace Bay dulu," kata Philip.
"Itu paling sedikit akan makan waktu lima menit." Lara tersenyum.
"jangan begitu aku serius. Aku benar-benar ingin tahu"
Lara bercerita tentang rumah kos itu, tapi ia tidak sanggup bercerita
tentang ayahnya. Ia menceritakan kepada Philip tentang Charles Cohn dan
Philip berkata, "Mudah-mudahan dia sehat. Aku ingin bertemu dengan dia satu hari kelak."
"Aku yakin kau akan ketemu."
Lara menceritakan pengalamannya dengan Sean MacAl ister, dan Philip
berkata, "Bajingan itu! Akan kubunuh dia!" Ia mendekap Lara erat-erat dan berkata, "Tidak ada yang boleh menyakitimu lagi."
Philip sedang merancang sebuah konser. Lara mendengar dia mengetuk
tiga nada sekaligus, berulang-ulang dan kemudian melanjutkan dengan yang
lain, berlatih perlahan-lahan dan mencoba menjajaki tempo-nya sampai
bagian-bagian yang terpisah itu akhirnya membaur menjadi satu alunan.
Pada mulanya Lara langsung saja masuk ke ruang tamu tempat Philip
sedang berlatih dan menginterupsi dia.
"Darling, kita diundang ke Long Island untuk berakhir pekan. Kau mau pergi?"
Atau, "Aku punya tiket lealer untuk pertunjukan Neil Simon yang baru."
Atau, "Howard Kel er ingin mengajak kita dinner Sabtu malam ini."
Philip sudah berusaha untuk bersikap sabar.
Akhirnya ia berkata, "Lara, jangan menyela kalau aku sedang berada di piano. Itu menganggu konsentrasiku."
"Maafkan aku," kata Lara. "Tapi aku tidak ngerti mengapa kau berlatih setiap hari. Bukankah kau tidak akan menggelar konser saat ini?"
"Aku berlatih setiap hari supaya aku bisa menggelar konser. Begini,
darling, kalau kau mendirikan gedung dan ada kekeliruan, itu bisa dikoreksi.
Kau bisa saja mengubah rancangannya atau mengulang pemasangan saluran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
airnya atau instalasi listriknya atau apa pun itu. Tapi dalam suatu
pementasan musik tidak ada kesempatan kedua. Aku tampil secara live di
depan hadirin dan setiap nada harus sempurna."
"Maafkan aku," Lara minta maaf.
"Aku mengerti." Philip memeluknya. "Ada gurauan kuno tentang seorang di New York yang sedang menjinjing kotak biolanya. Ia tersesat. Ia
menghentikan seseorang dan bertanya, 'Bagaimana saya bisa tiba di
Carnegie Hal "' 'Berlatihlah,' kata orang itu, 'berlatihlah.'"
Lara tertawa. "Kembalilah ke pianomu. Aku tidak akan mengganggumu."
Lara duduk di kantornya menyimak alunan musik Philip yang terdengar
samar-samar dan ia berpikir, Aku sungguh beruntung. Ribuan wanita akan iri melihatku duduk di sini menikmati permainan Philip Adler.
Lara cuma berharap bahwa Philip tidak harus begitu seringnya berlatih.
Mereka sama-sama suka bermain Backgammond dan di petang hari
setelah makan berdua duduk di depan perapian dan main game itu dengan
penuh kesungguhan. Lara sangat mendambakan saat-saat seperti itu, saat
itu ia hanya berdua dengan Philip.
Kasino di Reno sudah hampir siap untuk dibuka. Enam bulan sebelum itu,
Lara mengadakan pertemuan dengan Jerry Townsend. "Aku ingin pembukaan kasino ini diketahui orang sampai di Timbuktu," kata Lara. "Aku akan menerbangkan tukang masak dari Maxim's untuk acara pembukaan ini. Aku
ingin kau mengundang artis terhebat yang ada untuk memeriahkan acara.
Mulai dengan Frank Sinatra dulu, baru artis-artis di bawah dia. Aku ingin daftar tamu yang diundang mencakup nama-nama tenar di Hol ywood, New
York, dan Washington. Aku ingin orang berebut untuk bisa dicantumkan di
daftar itu." Kini, saat Lara mengamati daftar itu, ia berkata, "Kau telah
melaksanakannya dengan baik. Berapa orang yang menyatakan berhalangan
hadir?" "Sekitar dua lusin" kata Townsend. "Itu cukup bagus dari jumlah total enam ratus."
"Sangat bagus," Lara setuju.
Kel er menelepon Lara keesokan paginya. Kabar baik," kalanya. "Aku tadi ditelepon oleh bankir-bankir Swiss. Mereka akan terbang ke sini menemui kau besok untuk membicarakan joint venture."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus," kata Lara. "Jam sembilan, di kantorku."
"Akan kuatur." Saat makan malam Philip berkata, "Lara, aku besok ada acara rekaman.
Kau belum pernah lihat kan?"
"Belum." "Kau mau ikut dan lihat?"
Lara ragu sesaat, ingat akan pertemuan dengan bankir-bankir Swiss itu.
"Tentu saja," katanya.
Lara menelepon Kel er. "Mulai saja pertemuan itu tanpa aku. Aku akan ke sana sesegera mungkin."
Studio rekaman itu terletak di West Thirty-fourth Street, di suatu ruangan besar yang penuh dengan peralatan elektronik. 130 musisi duduk di ruangan itu dan para teknisi bekerja di dalam ruang pengendali kecil yang terbuat dari kaca. Lara merasa rekaman itu berjalan dengan sangat lambat. Mereka terus-terusan menghentikan dan memulai lagi. Pada saat jeda di antara proses itu, Lara menelepon Kel er.
"Kau ada di mana?" Kel er mendesak. "Sudah kuperlambat, tapi mereka ingin berbicara denganmu."
"Aku akan ke sana sejam atau dua jam lagi, Upayakan mereka tetap
berbicara." Dua jam kemudian acara rekaman itu masih saja belum selesai.
Lara menelepon Kel er lagi. "Maafkan aku, Howard, aku tidak bisa iergi dari sini. Minta mereka datang lagi besok"
"Apa sih yang begitu penting disana?" Kel er mendesak.
"Suamiku" kata Lara, ia meletakkan gagang telepon
Sekembalinya di apartemen, Lara berkata, "Kita akan ke Reno minggu
depan." "Ada urusan apa di Reno?"
"Ada pembukaan hotel dan kasino. Kita akan terbang ke sana Rabu nanti."
Suara Philip penuh kekecewaan. "Payah!"
"Ada apa?"
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maafkan aku, darling, aku tidak bisa."
Lara menatapnya. "Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kupikir aku sudah bilang padamu. Aku akan berangkat tur Senin ini."
"Kau ini bicara apa?"
"El erbee telah mengatur tur selama enam minggu. Aku akan ke Australia dan..."
"Australia?" "Ya. Lalu Jepang dan Hong Kong."
"Jangan begitu, Philip. Maksudku... mengapa kaulakukan itu" Kau tidak harus melakukannya. Aku ingin bersamamu."
"Wel , kau saja ikut denganku, Lara. Aku akan senang sekali."
"Kau tahu itu tidak mungkin. Tidak sekarang. Terlalu banyak urusanku di sini," kata Lara dengan sedih. "Aku tidak ingin kau meninggal aku."
"Aku juga tidak ingin. Tapi, darling, dulu aku sudah bilang sebelum kita menikah bahwa ini adalah kehidupanku."
"Aku tahu," kata Lara, "tapi itu dulu. Sekarang semuanya berbeda.
Semuanya sudah berubah."
"Tidak ada yang berubah," kata Philip dengan lembut, "kecuali bahwa aku tergila-gila padamu, dan kalau aku pergi nanti aku bisa gila karena rindu padamu."
Lara tak bisa berkata apa-apa lagi mendengar ucapan Philip itu.
Philip sudah pergi, dan Lara belum pernah mengalami rasa sepi yang
seperti itu. Di tengah suatu rapat ia sering tiba-tiba teringat pada Philip dan hatinya serasa hancur.
Ia ingin Philip melanjutkan berkarier, tapi ia juga membutuhkan Philip di sampingnya. Ia teringat akan saat-saat indah yang mereka alami bersama,
pelukannya yang hangat, dan perhatiannya serta kelembutannya. Ia tidak
pernah sadar bahwa ia bisa mencintai seseorang seperti itu. Philip
meneleponnya setiap hari, tapi entah bagaimana itu malahan membuat rasa
kesepiannya semakin parah.
"Kau sekarang di mana, darling?"
"Aku masih di Tokyo."
"Bagaimana dengan turnya?"
"Baik sekali. Aku rindu padamu." .
"Aku juga rindu padamu." Lara tidak bisa mengungkapkan betapa ia
merindukan Philip. "Aku akan berangkat ke Hong Kong besok, lalu..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau saja kau sudah akan pulang." Sesal memenuhi dadanya saat mengucapkan itu.
"Kau tahu aku tidak akan bisa."
Lara terdiam di ujung sana. "Tentu saja tidak."
Mereka berbicara selama setengah jam, dan ketika Lara meletakkan
gagang telepon itu, ia merasa semakin kesepian. Perbedaan waktu di antara mereka juga membuat situasinya semakin parah. Terkadang hari Selasa Lara
adalah hari Rabu Philip, dan Philip terkadang menelepon Lara di tengah
malam buta atau-saat subuh.
"Bagaimana kabar Philip?" Kel er bertanya.
"Baik. Mengapa dia lakukan itu, Howard?"
"Mengapa dia lakukan apa?"
"Turnya itu. Dia tidak harus melakukan itu. Maksudku, dia jelas tidak memerlukan uangnya."
"Whoa. Aku yakin ia tidak melakukannya demi uang. Yang penting adalah hal yang dilakukannya itu, Lara."
Persis seperti yang diucapkan Philip. Lara bisa memahami itu secara akal, tapi tidak secara emosional.
"Lara," kata Kel er, "kau hanya menikah dengannya"kau tidak bisa menguasai dia."
"Aku tidak ingin menguasai dia. Aku hanya berharap bahwa dia
menganggap aku lebih penting daripada..." Ia menghentikan sendiri
"Sudahlah. Aku tahu aku bersikap konyol"
Lara menelepon Wil iam El erbee.
"Anda punya waktu untuk lunch hari ini?" tanya Lara.
"Saya bisa menyediakan waktu untuk itu," kata El erbee. "Ada yang tidak beres?"
"Tidak, tidak. Saya cuma berpikir kita perlu bicara."
Mereka bertemu di Le Cirque.
"Anda sudah bicara dengan Phi ip akhir-akhir ini?" El erbee bertanya.
"Saya bicara dengan dia setiap hari."
"Turnya sukses sekali."
"Ya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
El erbee berkata, "Terus terang, saya tidak pernah mengira Philip akan menikah. Dia itu seperti seorang pastor"mengabdikan diri kepada
profesinya." "Saya tahu...," Lara ragu sesaat, "tapi tidakkah menurut Anda ia terlalu banyak bepergian?"
"Saya kurang paham."
"Philip sekarang punya rumah. Tidak ada alasan lagi baginya untuk terus menjelajahi seluruh penjuru dunia." Lara melihat ekspresi wajah El erbee.
"Oh, maksud saya bukannya dia harus main di New York saja. Saya yakin Anda bisa mengatur jadwal konser untuknya di Boston, Chicago, Los Angeles.
Pokoknya... dia tidak bepergian begitu jauh dari rumah."
El erbee berkata dengan hati-hati, "Sudahkah Anda bicarakan ini dengan Philip?"
"Belum. Saya ingin membicarakannya dengan Anda lebih dahulu. Itu
mungkin dilakukan, bukan" Maksud saya, Philip tidak memerlukan uangnya,
sekarang tidak lagi."
"Mrs. Adler, penghasilan Philip tiga puluh lima ribu dolar setiap
pementasan. Tahun yang lalu dia tur selama empat puluh minggu."
"Saya mengerti, tapi..."
"Tahukah Anda berapa gelintir pianis yang berhasil mencapai puncak, atau berapa beratnya perjuangan mereka untuk sampai ke sana" Ada beribu-ribu
pianis di luar sana, yang membanting tulang meraih prestasi, dan hanya ada empat atau lima superstar. Suami Anda adalah salah satunya. Anda tidak
tahu banyak tentang dunia konser. Persaingannya sangat kejam. Sering kita melihat seorang solois di panggung berpakaian jas resmi, nampak makmur
dan penuh glamor, tapi setelah turun dari panggung, ia hampir-hampir tidak mampu membayar sewa rumahnya atau membeli makanan yang layak. Philip
menghabiskan banyak waktu untuk menjadi pianis kelas dunia. Sekarang
Anda minta saya untuk merenggutkan itu darinya."
"Tidak, bukan begitu. Saya hanya mengusulkan..."
"Apa yang Anda usulkan ini bisa menghancurkan kariernya. Anda tidak
sungguh-sungguh ingin melakukan itu, bukan?"
"Tentu tidak," kata Lara. Ia jadi ragu. "Saya tahu bahwa Anda memperoleh lima belas persen dari total pendapatan Philip."
"Benar." "Saya tidak ingin penghasilan Anda berkurang kalau Philip mengurangi jumlah konsernya," kata Lara hati-hati. "Saya bersedia mengganti kekurangan penghasilan itu dan..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mrs. Adler, saya kira ini adalah sesuatu yang perlu Anda bicarakan dengan Philip. Kita pesan makanannya sekarang?"
Bab Dua Puluh Tujuh Kolom asuhan Liz Smith berbunyi, "KUPU-KUPU BESI SUDAH HAMPIR
LUMPUH SAYAPNYA... Siapakah taipan real estate cantik yang akan
membentur atap penthouse-nya kalau ia tahu bahwa sebuah buku tentang
dirinya, yang ditulis seorang eks karyawannya, akan diterbitkan oleh
Candlelight Press" Orang ramai menggunjingkan bahwa buku itu akan
meledak di'pasaran! Mengguncang! Menggemparkan!"
Lara mencampakkan surat kabar itu. Itu pasti ulah Gertrude Meeks,
sekretaris yang dipecatnya! Lara memanggil Jerry Townsend. "Kau sudah baca kolom Liz Smith pagi ini?"
"Ya, aku baru saja membacanya. Tidak banyak yang bisa kita lakukan
mengenai itu, Bos. Kalau kau..."
"Banyak yang bisa kita lakukan. Semua karyawanku menandatangani
perjanjian bahwa mereka tidak akan menulis apa pun mengenai aku selama
mereka bekerja di sini atau setelahnya. Gertrude Mecks tidak mempunyai hak melakukan itu. Aku akan menuntut penerbitnya mengganti kerugian besar
seluruh nilai perusahaannya."
Jerry Townsend menggelengkan kepalanya "Menurut aku jangan."
"Mengapa tidak?"
"Karena itu akan menciptakan publisitas yang kurang baik. Kalau kau
membiarkannya saja, itu cuma akan jadi angin sepoi yang sebentar lagi
lewat. Kalau kau mencoba menghentikannya, itu malahan akan jadi badai
dahsyat." Lara mendengarkan dengan tidak terpengaruh. "Cari tahu siapa pemilik perusahaan itu," ia menginstruksikan.
Satu jam kemudian Lara berbicara di telepon dengan Henry Seinfeld,
pemilik dan penerbit Candlelight Press.
"Ini Lara Cameron. Saya mendengar bahwa Anda bermaksud menerbitkan
buku tentang saya." "Anda membaca tulisan Liz Smith itu, ya" Ya, benar, Miss Cameron."
"Saya ingin memperingatkan Anda bahwa kalau Anda jadi menerbitkan
buku itu, saya akan menuntut Anda dengan dasar pelanggaran hak pribadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara di ujung sana berkata, "Saya kira sebaiknya Anda bicarakan dulu dengan pengacara Anda. Anda seorang tokoh masyarakat, Miss Cameron.
Anda tidak punya hak pribadi. Dan menurut naskah Gertrude Meeks, Anda
seorang yang sangat flamboyan."
"Gertrude Meeks menandatangani pernyataan yang melarang dia untuk
menulis apa pun mengenai diri saya".
"Wel , itu masalah antara Anda dan Gertrude. Anda bisa saja menuntut
dia... Tapi tetap saja buku itu akan terbit".
"Saya tidak ingin itu diterbitkan. Kalau saya bisa mengganti kerugian Anda untuk tidak menerbitkannya..."
"Tahan. Saya rasa Anda sedang melangkah ke kawasan yang berbahaya.
Saya usulkan sebaiknya kita hentikan saja percakapan ini. Good-bye."
Hubungan diputuskan. Terkutuk dia! Lara duduk di sana tepekur. Ia memanggil Howard Kel er.
"Apa yang kauketahui tentang Candlelight Press?"
Kel er mengangkat bahu. "Mereka cuma perusahaan kecil. Mereka
menerbitkan buku-buku gosip. Mereka menggarap isu-isu tentang Cher,
Madonna..." "Terima kasih. Itu cukup."
Howard Kel er merasa kepalanya pusing sekuli. Ia merasa akhir-akhir ini
sering pusing. Kurang tidur. Ia dalam keadaan stres, dan ia merasa
semuanya berjalan terlalu cepat. Ia harus mencari jalan untuk
memperlambat Lara. Barangkali ini Pusing karena lapar saja. Ia menghubungi sekretarisnya lewat interkom.
"Bess, lolong pesan makanan buatku, ya?"
Tidak ada tanggapan. "Bess?" "Anda bercanda, Mr. Kel er?"
"Bercanda" Tidak, mengapa?"
"Anda kan baru saja makan siang?"
Kel er merasa seluruh tubuhnya dingin.
"Tapi kalau Anda masih lapar..."
"Tidak, tidak." Ia ingat sekarang. Ia baru saja makan salad dan sandwich roast beef dan... Ya Tuhan pikirnya, apa yang sedang terjadi atas diriku"
"Cuma bercanda, Bess," katanya. Bercanda dengan siapa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembukaan Cameron Palace di Reno merupakan sukses besar. Hotelnya
langsung ful y booked, dan kasinonya langsung berjubel dengan pengunjung.
Lara menempuh semua upaya untuk memastikan bahwa semua tokoh
terkenal yang diundang dilayani dengan sebaik-baiknya. Cuma satu orang
yang tidak hadir, pikir Lara. Philip.
Philip mengirimkan karangan bunga raksasa dengan ucapan, "Kau adalah alunan musik kehidupanku. Aku memujamu dan merindukanmu. Hub."
Paul Martin tiba. Ia langsung menghampiri Lara. "Selamat Kau benar-benar telah berhasil."
"Itu hanya karena bantuanmu, Paul. Tanpa kau, tak mungkin semua ini
tercapai." Paul memandang ke sekelilingnya. "Di mana Philip?"
"Dia tidak bisa hadir. Dia sedang tur."
"Dia sedang main piano di luar sana" Ini acara yang sangat penting
bagimu, Lara. Dia seharusnya berada di sisimu."
Ia tersenyum. "Sebenarnya dia sangat ingin."
Manajer hotel itu menghampiri Lara. "Ini sungguh malam yang luar biasa, ya" Hotelnya sudah ful y booked untuk tiga bulan mendatang."
"Mari kita jaga supaya tetap begitu, Donald."
Lara telah menyewa jasa agen Jepang dan Brasil untuk mendatangkan
penjudi-penjudi kelas kakap dari luar negeri. Ia telah mengeluarkan sejuta dolar untuk setiap luxury suite yang dibangunnya, tapi semua investasi itu akan kembali.
"Tempat ini akan jadi tambang emas Anda, Miss Cameron," kata sang manajer. Ia memandang ke sekelilingnya. "Ngomong-ngomong, di mana
suami Anda" Saya sangat ingin bertemu dengan dia."
"Dia berhalangan hadir," kata Lara. Dia sedang main piano di luar sana.
Acara entertainment-nya sangat semarak dan sangat cemerlang, tapi Lara
adalah bintang acara malam itu. Sammy Cahn menciptakan lirik khusus untuk lagu My Kind of Town. Dimulai dengan, "My kind of gal, Lara is..."
Lara bangkit untuk memberikan tepukan yang sangat meriah. Semua
orang ingin bertemu dengannya, bersentuhan dengan dia. Orang-orang pers
ada di sana dalam formasi lengkap, dan Lara memberikan wawancara untuk
televisi, radio, dan media cetak. Semuanya berjalan lancar sampai
pewawancara menanyakan, "Di mana suami Anda malam ini?" Dan Lara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin merasa kecewa. Seharusnya dia di sini bersamaku. Konser itu
seharusnya bisa ditunda. Tapi ia tersenyum manis dan berkata, "Philip sangat menyesal tidak bisa hadir malam ini."
Setelah acara hiburan selesai, ada acara dansa Paul Martin menghampiri
meja Lara. "Kita dansa?"
Lara bangkit dan melangkah menuju ke pelukan Paul.
"Bagaimana rasanya memiliki semuanya ini?" Paul bertanya.
"Rasanya sangat menyenangkan. Terima kasih atas semua bantuanmu."
"Memang itulah gunanya punya teman, kan" Kulihat ada sejumlah penjudi kelas kakap di sini. Hati-hati dengan mereka, Lara. Akan ada yang kalah
banyak nanti, dan kau harus membuat mereka merasa seperti pemenang.
Sediakan untuk mereka mobil baru atau cewek cantik atau apa saja yang bisa membuat mereka merasa seperti orang penting."
"Aku akan ingat itu," kata Lara.
"Senang rasanya bisa memelukmu lagi," kata Paul.
"Paul..." "Aku tahu. Kau masih ingat waktu kubilang mengenai suamimu yang
kuharap bisa menjagamu dengan baik?"
"Ya." "Ia nampaknya tidak melaksanakan itu dengan baik."
"Philip sebenarnya ingin sekali berada di sini," kata Lara membela diri. Tapi dalam hatinya ia berkata, Apa benar Philip begitu"
Philip menelepon Lara larut malam, dan mendengar suaranya membuat
Lara merasa semakin kesepian.
"Lara, seharian ini aku terus teringat padamu darling. Bagaimana
pembukaannya?" "Bagus sekali. Kalau saja tadi kau ada di sini, Philip."
"Aku juga menyesal sekali. Aku rindu kau seperti gila rasanya."
Jadi mengapa kau tidak ada di sini bersamaku" "Aku juga rindu kau.
Cepatlah pulang." Howard Kel er memasuki kantor Lara menjinjing amplop manila yang besar
dan tebal. "Kau tidak akan suka ini," Kel er berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada apa?" Kel er meletakkan amplop itu di alas meja tulis Lara. "Ini copy dari naskah Gertrude Meeks. Jangan tanya bagaimana aku memperolehnya. Kita berdua
bisa masuk penjara karenanya."
"Kau sudah membacanya?"
Kel er mengangguk. "Ya."
"Dan?" "Kukira sebaiknya kaubaca sendiri saja. Ia bahkan belum bekerja di sini saat sebagian dari apa yang dituturkan itu terjadi. Ia pasti sudah bekerja keras menggali data dari sana-sini."
"Terima kasih, Howard."
Lara menunggu sampai Kel er sudah pergi, lalu ia menekan tombol
interkomnya. "Tahan semua telepon buatku."
Lara membuka naskah itu dan mulai membacanya. Sungguh mengerikan.
Naskah itu merupakan gambaran seorang wanita yang haus kekuasaan dan
licik, yang meraih ke puncak dengan cara-cara yang tidak terpuji. Ia
menggambarkan temperamen Lara yang pemarah dan sikapnya yan main
perintah terhadap karyawannya. Ia ditulis dengan penuh kebencian, penuh
dengan anekdot-anekdot yang menjatuhkan martabat. Yang tidak ada dalam
naskah itu adalah sifat-sifat baik Lara seperti kemandiriannya dan
keberaniannya, kemampuannya dan pandangannya yang jitu, serta
kemurahan hatinya. Lara melanjutkan membaca naskah itu.
"...Salah satu akal licik si Kupu-Kupu Besi ini adalah menjadwalkan
pertemuan-pertemuan bisnisnya pagi-pagi sekali untuk negosiasi pertama,
sehingga lawan bicaranya masih belum pulih dari jet-lag mereka sedangkan
Cameron masih segar bugar.
"...Di salah satu pertemuan bisnis dengan para usahawan Jepang, mereka dihidangi teh yang dicampur dengan Valium, sementara Lara Cameron
minum kopi yang dicampur dengan Ritalin, semacam stimulan untuk
meningkatkan kerja otak. "...Di salah satu pertemuan dengan sejumlah bankir Jerman, mereka
dihidangi kopi dengan Valium, dan dia minum teh dengan Ritalin.
"...Ketika Lara Cameron mencoba memperoleh properti di kawasan Queens dan lembaga masyarakat setempat menolak proposalnya, ia berhasil
merubah pendirian mereka dengan mengarang cerita bahwa ia mempunyai
seorang anak perempuan kecil yang akan tinggal di salah satu gedung yang
akan dibangun itu..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
".... Ketika para penghuni menolak pindah dari bangunan Dorchester
Apartments, Lara Cameron mengisinya dengan para tuna wisma..."
Tidak ada yang tidak direkam dalam naskah itu. Setelah Lara selesai
membacanya, ia duduk di meja tulisnya lama sekali, terpaku bagaikan
patung. Ia memanggil Howard Kel er.
"Aku ingin kaucek Henry Seinfeld lewat data 'Dun and Bradstreet". Ia adalah pemilik Candlelight Press."
"Baik." Kel er kembali lima belas menit kemudian. "Seinfeld memiliki rating D-C."
"Yang artinya?"
"Itu rating paling rendah yang ada. Rating kredit bergaris empat sudah rendah, tapi ini empat derajat di bawah itu. Tertiup angin saja sedikit,
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lewatlah dia. Ia bertahan hidup dari satu buku ke buku yang lain. Sekali saja tersandung, tamatlah riwayatnya."
"Terima kasih, Howard." Lara lalu menelepon Terry Hil , pengacaranya.
"Terry, kau mau tidak jadi penerbit buku?"
"Kau punya gagasan apa?"
"Aku ingin kaubeli Candlelight Press atas namamu. Pemiliknya bernama Henry Seinfeld."
"Tidak ada masalah. Berapa kau bersedia membayar?"
"Coba beli dia seharga beberapa ratus ribu. Kalau terpaksa, boleh
kaunaikkan sampai sejuta. pastikan transaksinya mencakup semua properti
literaturnya. Jangan bawa-bawa namaku sama sekali."
Kantor Candlelight Press terletak di pusat kota di sebuah gedung tua di
Thirty-fourth Street. Markas Henry Seinfeld terdiri atas satu ruang kecil untuk sekretaris dan satu ruang yang sedikit lebih besar untuk dia sendiri.
Sekretaris Seinfeld berkata, "Mr. Hil ingin bertemu dengan Anda, Mr.
Seinfeld." "Silakan dia masuk."
Terry Hil sudah menelepon sebelumnya pagi itu.
Ia berjalan memasuki kantor yang kumuh itu. Seinfeld sedang duduk di
belakang meja tulisnya. "Apa yang bisa saya bantu, Mr. Hil ?"
"Saya mewakili sebuah perusahaan penerbitan Jerman yang berminat
untuk membeli perusahaan Anda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seinfeld menyalakan cerutunya perlahan-lahan. "Perusahaan saya tidak dijual," katanya.
"Oh, sayang sekali. Kami sedang berusaha menembus pasar Amerika, dan kami suka cara beroperasi Anda."
"Saya telah membangun perusahaan ini dari nol" kata Seinfeld. "Ia seperti bayi saya. Saya tidak mau berpisah dengannya."
"Saya mengerti bagaimana perasaan Anda," kata pengacara itu dengan
simpatik. "Kami bersedia membayar Anda lima ratus ribu dolar."
Seinfeld hampir tersedak oleh cerutunya. "Lima ratus" Hel , saya ada satu buku yang akan keluar yang nilainya sendiri saja sudah sejuta dolar. Tidak, sir. Tawaran Anda merupakan penghinaan."
"Tawaran saya merupakan hadiah. Anda tidak punya aset apa-apa, dan
utang Anda lebih dari seratus ribu dolar. Saya sudah mempelajari datanya.
Begini saja. Saya naikkan menjadi enam ratus ribu. Itu tawaran final saya."
"Saya tak akan pernah bisa memaafkan diri saya, nanti. Begini kalau
sekiranya Anda bisa naik sampai tujuh..."
Terry Hil bangkit berdiri. "Selamat siang, Mr. Seinfeld. Saya akan mencari perusahaan lain." Ia melangkah menuju ke pintu.
"Tunggu sebentar," kata Seinfeld. "Jangan buru-buru. Soalnya, istri saya sudah lama membujuk saya untuk pensiun. Barangkali inilah saat yang
tepat." Terry Hil berjalan menghampiri meja lulis itu dan mengeluarkan surat
kontrak dari sakunya. "Saya sudah bawa cek sebesar enam ratus ribu dolar.
Tolong tanda tangan saja di tempat yang ada tanda X ini."
Lara memanggil Kel er. "Kita baru saja membeli Candlelight Press"
"Hebat. lalu apa yang kulakukan?"
"Pertama-tama, matikan buku Gertrude Meeks itu. Pastikan bahwa itu tidak jadi diterbitkan. Ada banyak jalan untuk memperlambat prosesnya. Kalau ia menuntut untuk memperoleh kembali haknya, kita bisa mengamankan dia
dengan menjalani proses peradilan bertahun-tahun."
"Kau ingin mengubur perusahaan itu?"
"Tentu saja tidak. Taruh seseorang untuk menjalankannya. Akan kita
pertahankan sebagai proyek rugi."
Ketika Kel er kembali ke kantornya, ia berkata kepada sekretarisnya, "Aku ingin mendiktekan sebuah surat. Jack Hel man, Hel man Realty. Dear Jack,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku sudah membicarakan tawaranmu dengan Miss Cameron, dan kami
berpendapat kurang tepat bagi kami bergabung dengan usahamu saat
sekarang ini. Akan tetapi, kami ingin kau tahu bahwa kami akan tetap
berminat di masa yang akan datang..."
Sekretarisnya berhenti mencatat.
Kel er mendongak. "Sudah itu?" Ia sedang menatapnya.
"Mr. Kel er?" "Ya." "Anda sudah mendiktekan surat ini kemarin."
Kel er menelan ludah. "Apa?"
"Suratnya sudah dikirim."
Howard Kel er mencoba tersenyum. "Kurasa aku overloaded."
*** Jam empat sore itu Kel er diperiksa oleh Dr. Seymour Bennett.
"Kau nampak sangat sehat," kata Dr. Bennett. "Secara fisik, tidak ada kelainan sama sekali pada dirimu."
"Bagaimana mengenai masalah sering lupa ini?"
"Sudah berapa lama kau tidak berlibur, Howard?"
Kel er mencoba mengingat-ingat, "Kurasa sudah bertahun-tahun," katanya.
"Kami sangat sibuk selama ini."
Dr. Bennet tersenyum. "Itulah masalahnya. Kau sudah overloaded." Lagi-lagi istilah itu. "Ini hal biasa. Pergilah ke suatu tempat di mana kau bisa bersantai selama seminggu atau dua minggu. Sama sekali jangan memikirkan
bisnis. Kalau kau kembali nanti, kau akan merasa seperti manusia baru."
Kel er berdiri, merasa lega.
Kel er pergi menemui Lara di kantornya. "Kira-kira kau akan repot tidak kalau aku cuti seminggu?"
"Ditinggalkan tangan kanan ya jelas repot. Ada apa?"
"Dokter berpendapat aku sebaiknya berlibur sedikit, Lara. Terus terang saja, akhir-akhir ini aku punya masalah dengan daya ingatku."
Lara menatapnya dengan kualir. "Apa masalahnya serius?"
"Tidak, sebenarnya tidak. Cuma mengganggu saja. Kupikir aku akan ke
Hawai selama beberapa hari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pakai saja jetnya."
"Jangan, jangan, kau akan memerlukannya nanti Aku naik pesawat
komersial saja." "Biar nanti semuanya perusahaan yang bayar."
"Terima kasih. Aku akan melapor setiap..."
"Jangan, tidak usah. Aku ingin kau melupakan semua urusan kantor.
Perhatikan saja dirimu sendiri. Aku tidak mau kau mengalami hal yang tak
di nginkan." Kuharap dia tidak apa-apa, pikir Lara. Ia harus tetap sehat.
Philip menelepon keesokan harinya. Ketika Marian Bel berkata, "Mr. Adler menelepon dari Taipei," Lara bergegas mengangkat telepon itu.
"Philip...?" "Halo, darling. Di sini sedang terjadi pemogokan karyawan telepon.
Berjam-jam aku mencoba menghubungimu. Bagaimana keadaanmu?"
Kesepian. "Baik sekali. Bagaimana dengan turnya?"
"Seperti biasa. Aku rindu padamu." Samar-samar Lara bisa mendengar musik dan su
ara-suara orang. "Kau ada di mana?"
"Oh, mereka mengadakan pesta kecil buatku. Kau tahu bagaimana itu."
Lara bisa mendengar tawa seorang wanita. "Ya, aku tahu bagaimana itu."
"Aku akan sampai di rumah hari Rabu."
"Phl ip?" "Ya?" "Tidak apa-apa, darling. Cepat pulang."
"Pasti. Good bye."
Lara meletakkan gagang telepon. Apa yang akan dilakukan Philip setelah
pesta usai" Siapa wanita itu" Ia begitu dipenuhi rasa cemburu sehingga
merasa lehernya seperti tercekik. Ia belum pernah cemburu seperti itu
seumur hidupnya. Semuanya begitu sempurna, pikir Lara. Aku tidak mau ini lepas dariku. Ini tak boleh lepas dariku.
Ia tak bisa tidur dan terus membayangkan Philip dan apa yang sedang
dilakukannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Howard Kel er berbaring meregangkan badannya di Kona Beach, di sebuah
hotel kecil di pulau besar bernama Hawai . Cuaca sangat menunjang. Setiap hari ia pergi berenang. Kulitnya berubah kecoklatan. Ia juga main golf dan setiap hari minta di massage. Ia merasa sangat santai dan sangat senang.
Dr. Bennett ternyata benar, pikirnya. Over-loaded Aku akan slow-down
sedikit nanti kalau sudah kembali. Pada kenyataannya pengalamannya
kehilangan memori itu membuat dia sangat takut, walaupun dia enggan
mengakuinya. Akhirnya, tiba saatnya untuk kembali ke New York. Ia menumpang
pesawat yang bertolak tengah malam dan tiba di Manhattan jam empat sore.
Ia langsung menuju ke kantornya. Sekretarisnya masih ada di sana,
tersenyum. "Selamat kembali ke rumah, Mr. Kel er. Anda nampak sangat segar."
"Terima kasih..." Ia berdiri di sana wajahnya berangsur menjadi pucat.
la tidak bisa ingat nama sekretarisnya itu
Bab Dua Puluh Delapan Philip tiba di rumah Rabu sore, dan Lara menggunakan limousine untuk
menjemput dia di bandara. Philip melangkah keluar dari pesawat, dan citra Lochinvar itu langsung tercipta di benak Lara.
Ya Tuhan, dia memang tampan! Lara lari ke dalam pelukan Philip.
"Aku begitu rindu padamu," kala Lara sambil memeluknya.
"Aku juga rindu kau, darling."
"Seberapa?" Philip mengacungkan ibu jari dan telunjuknya yang diberi jarak setengah
inci. "Sebegini."
"Kau binatang," kata Lara. "Di mana barang-barangmu?"
"Sedang dibongkar."
Satu jam kemudian, mereka sudah tiba di apartemen. Marian Hel
membukakan pintu untuk mereka. "Selamat kembali ke rumah, Mr. Adler."
"Terima kasih, Marian." Philip memandang ke sekelilingnya. "Aku merasa seakan sudah perg, setahun."
"Dua tahun," kata Lara. Ia sudah akan menambahkan, "Jangan pernah meninggalkan aku lagi" tapi bibirnya digigitnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada yang bisa saya lakukan untuk Anda, Mrs. Adler?" Marian bertanya.
"Tidak. Sudah cukup. Kau boleh pulang sekarang. Aku akan mendiktekan beberapa surat besok pagi. Aku tidak akan ke kantor hari ini."
"Baik. Permisi." Marian pergi.
"Gadis yang pintar," kata Philip.
"Pintar memang." Lara mendekat dan masuk ke dalam pelukan Philip.
"Sekarang tunjukkan seberapa rindunya kau kepadaku."
Lara tidak pergi ke kantor selama tiga hari. Ia ingin berduaan dengan
Philip, berbicara dengan dia, menyentuh dia, meyakinkan dirinya bahwa
Philip sungguh-sungguh ada. Mereka breakfast bersama di pagi hari, dan
sementara Lara mendiktekan surat kepada Marian, Philip berlatih main piano.
Saat lunch di hari ketiga, Lara bercerita kepada Philip tentang pembukaan kasino itu. "Kalau saja kau hadir, darling. Pestanya sungguh fantastis."
"Aku juga menyesal tidak hadir."
Ia sedang main piano di luar sana. "Wel , kau punya kesempatan lagi bulan depan. Bapak Wali Kota akan memberikan kunci penghargaan kepadaku"
Philip berkata dengan sedih, "Darling, nampaknya aku tak bisa hadir lagi."
Lara terpaku beku. "Apa maksudmu"
"El erbee sudah merancang tur baru untukku. Aku akan berangkat ke
Jerman tiga minggu lagi."
"Kau tidak boleh pergi!" kata Lara.
"Kontrak-kontraknya sudah ditandatangani. Tak ada yang bisa kulakukan untuk mengubahnya."
"Kau baru saja pulang. Bagaimana kau bisa pergi lagi begitu cepat?"
"Ini tur yang penting, darling."
"Dan perkawinan kita tidak penting?"
"Lara..." "Kau tidak harus pergi," kata Lara dengan marah. "Aku ingin seorang suami, bukan part-time..."
Marian Bel masuk ke ruang itu dengan membawa beberapa surat. "Oh,
maafkan saya. Saya tidak bermaksud menyela. Surat-surat ini sudah siap
untuk Anda tanda tangani."
"Terima kasih," kata Lara dengan kaku. "Kau akan kupanggil kalau aku memerlukanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Miss Cameron."
Mereka menyaksikan Marian pergi menuju kantornya.
"Aku tahu kau harus menggelar konser," kata Lara, "tapi kau tidak perlu menggelarnya terlalu sering. Kau kan bukan salesman keliling."
"Memang bukan, toh?" Suara Philip terdengar dingin.
"Mengapa kau tidak tinggal dulu untuk menghadiri upacara itu dan baru setelah itu pergi tur?"
"Lara, aku tahu itu penting bagimu, tapi kau harus mengerti bahwa tur konserku itu penting bagiku. Aku sangat bangga padamu dan apa yang
kaulakukan, tapi aku ingin kau bangga padaku."
"Aku bangga," kata Lara. "Maafkan aku, Philip, aku hanya..." Lara berusaha keras untuk tidak menangis.
"Aku tahu. darling." Philip memeluknya. "Kita akan bisa mengatasi masalah ini. Kalau aku kembali nanti, kita akan berlibur panjang bersama."
Berlibur tidak mungkin, pikir Lara. Terlalu banyak proyek yang sedang
dalam proses. "Ke mana kau kali ini, Philip?"
"Aku akan ke Jerman, Norwegia, Denmark, Inggris, lalu balik ke sini."
Lara menarik napas panjang. "Begitu."
"Kalau saja kau bisa ikut denganku, Lara. Aku sangat kesepian tanpa kau."
Lara teringat akan wanita yang tertawa itu. "Masa?" Lara menghapuskan pikiran yang membuatnya kesal itu dan mencoba tersenyum. "Begini.
Bagaimana kalau kaupakai saja jetnya" Kau akan lebih nyaman dengan itu."
"Kau yakin kau...?"
"Seratus persen. Aku akan bisa tanpa itu sampai kau kembali nanti."
"Tidak ada orang seperti kau di dunia ini," kata Philip.
Lara mengguratkan satu jarinya di sepanjang Pipi Philip. "ingat selalu hal itu."
Philip lagi-iagi sukses besar. Di Berlin penonton sampai menjadi liar dan ulasan di media Memberikan sejuta pujian.
Setelah pertunjukan usai, ruang tunggu selalu penuh dengan fans fanatik
yang kebanyakan adalah wanita.
"Saya menempuh tiga ratus mil untuk mendengar Anda main..."
"Saya punya istana kecil tidak jauh dari sini dan apakah sekiranya Anda..."
"Saya telah menyiapkan supper tengah malam khusus untuk kita berdua..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa dari mereka sangat kaya dan cantik, dan kebanyakan dari
mereka sangat gampang diajak apa saja. Tapi Philip sedang jatuh cinta. Ia menelepon Lara begitu selesai konser di Denmark. "Aku merindukanmu."
"Aku juga rindu kau, Philip. Bagaimana konsernya?"
"Wel , tidak ada yang pergi saat aku main tadi."
Lara tertawa. "Itu merupakan pertanda baik. Aku sedang di tengah rapat sekarang, darling. Aku akan menelepon ke hotelmu satu jam lagi."
Philip berkata, "Aku tidak akan langsung kembali ke hotel, Lara. Manajer gedung konsernya mengadakan jamuan makan malam untukku dan..."
"Oh" Masa" Apa dia punya anak perempuan cantik?" Lara langsung
menyesal mengucapkan itu.
"Apa?" "Tidak apa-apa. Aku harus pergi sekarang. Aku akan bicara lagi nanti."
Lara meletakkan telepon dan kembal, menghadapi orang-orang di
kantornya. Kel er sidang memandangnya. "Semua beres?".
"Beres." katanya dengan ringan. Sulit sekali rasanya memusatkan perhatian pada rapat itu. Ia terus saja membayangkan Philip sedang berpesta wanita-wanita cantik menyodorkan kunci hotel mereka. Lara benar-benar
terbakar rasa cemburu, dan ia membenci dirinya sendiri untuk itu.
Upacara penghormatan kepada Lara oleh Bapak Wali Kota berlangsung
secara standing-room-only. Kalangan pers hadir dalam formasi lengkap.
"Apa bisa kami mengabadikan Anda dan suami Anda bersama?"
Dan Lara terpaksa berkata, "Ia sebenarnya ingin sekali hadir..."
Paul Martin hadir. "Dia pergi lagi, huh?"
"Dia benar-benar sangat ingin hadir Paul."
"Omong-kosong! Ini acara yang dibuat untuk menghormati kau. Dia
seharusnya berada di sisimu Suami macam apa dia" Harus ada yang bisa
menegur dia!" Malam itu, Lara berbaring sendirian di tempat tidur, tak bisa tidur. Philip berada sepuluh ribu mil jauhnya. Percakapan dengan Paul Martin itu
terngiang di telinga Lara. "Suami macam apa dia" Harus ada yang bisa menegur dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Philip kembal, dari Eropa, dia nampak sanang berada di rumah
kembali. Ia membelikan Lara banyak hadiah. Di antaranya sebuah patung
wanita porselen yang amat indah dari Denmark, boneka-boneka cantik dari
Jerman, blus-blus sutera, dan sebuah tas emas dari Inggris. Di dalam tas itu ada sebuah gelang berlian.
"Bagus sekali," kata Lara. "Terima kasih, darling."
Keesokan paginya Lara berkata kepada Marian Bel , "Aku akan bekerja di rumah seharian ini."
Lara duduk di kantornya mendiktekan surat-surat kepada Marian, dan ia
dapat mendengar alunan piano yang dimainkan Philip di ruang tamu. Hidup
kami begitu sempurna begini, pikir Lara. Mengapa Philip ingin merusaknya"
Wil iam El erbee menelepon Philip. "Selamat," katanya. "Kudengar turnya sangat sukses."
"Memang benar. Orang Eropa adalah penonton yang sangat baik."
"Aku mendapat telepon dari direksi Carnegic Hal . Mereka ada jadwal
kosong yang tak diduga sebelumnya seminggu setelah Jumat ini, yaitu pada
tanggal tujuh belas. Mereka ingin mengundangmu untuk pentas. Kau
berminat?" "Sangat." "Bagus. Aku akan mengaturnya. Ngomong-ngomong," kata El erbee,
"apakah kau mempertimbangkan untuk mengurang. frekuensi konsermu?"
Philip tercengang. "Mengurangi" Tidak, mengapa?"
?"Aku pernah berbicara dengan Lara dan ia menyinggung kemungkinan kau mungkin akan melakukan tur hanya di Amerika saja. Barangkali
sebaiknya kau berbicara dengan dia dan..."
Philip berkata, "Aku akan bicara dengannya. Terima kasih."
Philip meletakkan gagang telepon dan masuk ke kantor Lara. Lara sedang
mendiktekan surat kepada Marian.
"Bisa Anda tinggalkan kami sebentar?" Philip meminta.
Marian tersenyum. "Tentu."
Marian pergi. Philip menoleh kepada Lara. "Aku baru saja mendapat telepon dari Wil iam El erbee Apakah kau bicara dengan dia mengenai maksudku mengurangi
frekuensi tur ke luar negeri?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin aku menyebutkan sesuatu mengenai hal itu, Philip. Kupikir akan lebih baik bagi kita berdua kalau..."
"Aku miata jangan lakukan itu lagi," kata Philip. "Kau tahu betapa aku mencintaimu. Tapi di luar kehidupan kita bersama ini, kau punya karier dan aku juga punya karier. Mari kita buat suatu aturan. Aku tidak akan
mencampuri kariermu, dan kau tidak akan mencampuri karierku. Apakah itu
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cukup fair?" "Tentu saja itu cukup fair," kata Lara. "Maafkan aku, Philip. Aku cuma sangat kehilangan dirimu kalau kau pergi."
Lara mendekat ke dalam pelukan Philip. "Kau mau memaafkan?"
"Sudah kumaafkan dan kulupakan."
Howard Kel er datang ke penthouse membawa kontrak-kontrak untuk
ditandatangani Lara. "Semuanya lancar?"
"Lancar," kata Lara.
"Musisi pengembara itu ada di rumah?"
"Ya." "Jadi musik adalah hidupmu sekarang, huh?"
"Musisinya yang adalah hidupku sekarang. Kau tidak tahu bagaimana
baiknya dia itu, Howard."
"Kapan kau akan datang ke kantor" Kami perlu kau."
"Aku akan datang beberapa hari lagi."
Kel er mengangguk. "Oke."
Mereka mulai menelaah dokumen-dokumen yang dibawa Kel er.
Keesokan paginya Terry Hil menelepon. "Lara, aku baru saja menerima telepon dari Badan Perjudian di Reno," kata pengacara itu. "Akan ada interogasi mengenai izin usaha kasinomu."
"Mengapa?" tanya Lara.
"Ada tuduhan bahwa tender kasino itu dilaksanakan secara curang. Mereka ingin kau hadir di sana dan memberikan kesaksian pada tanggal tujuh belas."
"Apa ini masalah serius?" tanya Lara.
Pengacara itu ragu sesaat. "Apa kau merasa ada yang tidak beres dalam tender kasino itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, tentu saja tidak."
"Kalau begitu kau tidak perlu kuatir. Aku akan terbang ke Reno
bersamamu." "Bagaimana kalau andainya aku tidak pergi?"
"Mereka akan mengirimkan surat panggilan pengadilan kepadamu.
Sebaiknya kauusahakan untuk datang sendiri."
"Baik." Lara menelepon nomor pribadi Paul Martin dari kantornya. Paul langsung
mengangkat telepon itu. "Lara?"
"Ya, Paul." "Kau sudah lama tidak menggunakan nomor ini"
"Aku tahu. Aku ingin bicara mengenai Reno..."
"Aku sudah dengar itu."
"Apakah benar-benar ada masalah?"
Ia tertawa. "Tidak. Pihak-pihak yang kalah tender itu kesal karena
kaukalahkan." "Kau yakin tidak ada masalah, Paul?" Lara ragu. "Bukankah sudah kita perhitungkan semuanya waktu itu?"
"Percaya padaku, ini masalah biasa. Lagi pula, mereka tidak punya data apa-apa untuk membuktikannya. Sama sekali tak perlu dikuatirkan."
"Baik. Aku tak akan kuatir."
Lara meletakkan gagang telepon dan duduk termenung di situ, cemas.
Saat lunch Philip berkata, "Ngomong-ngomong, ada tawaran konser di
Carnegie Hal . Akan kuterima."
"Bagus." Lara tersenyum. "Aku akan membeli gaun baru. Kapan itu?"
"Tanggal tujuh belas."
Senyum Lara meredup. "Oh."
"Memangnya kenapa?"
"Rasanya aku tidak akan bisa hadir, darling. Aku harus pergi ke Reno. Maaf sekali."
Philip meletakkan tangannya di atas tangan Lara. "Jadwalnya tidak cocok, ya" Oh, wel . Jangan kuatir. Masih akan ada banyak konser nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara sedang berada di kantornya di Cameron Center. Howard Kel er
menelepon ke rumahnya pagi tadi.
"Kurasa sebaiknya kau datang ke sini,".kata Kel er. "Ada beberapa masalah."
"Aku akan tiba di sana dalam satu jam."
Mereka sedang rapat. "Beberapa transaksi mengalami masalah," kata Kel er. "Perusahaan asuransi yang pindah ke gedung kita di Houston itu bangkrut. Padahal dia satu-satunya penyewa."
"Kita akan mencari penyewa lain," kata Lara.
"Tidak akan semudah itu. Undang-Undang Reformasi Perpajakan itu mulai merugikan kita. Gila, semua orang dirugikan. Kongres menghapuskan semua
perlindungan pajak dan mencabut sebagian besar keringanan pajak. Kurasa
kita semua sedang menuju ke resesi. Lembaga keuangan simpan-pinjam
mitra kita itu sedang mengalami kesulitan. Drexel Burnham Lambert bisa jadi akan habis bisnisnya. Saham-saham junk akan berubah menjadi ranjau darat
yang mematikan. Kita akan, mengalami kesulitan dengan setengah lusin
proyek kita. Dua di antaranya baru separuh selesai. Tanpa suntikan dana
baru, biaya-biaya yang semakin membengkak itu akan menelan kita tanpa
ampun." Lara duduk di situ tepekur. "Kita bisa mengatasi ini. Jual semua properti vang ada untuk menutup semua angsuran hipotek kita."
"Sisi bagusnya adalah." kata Kel er, "kita masih punya cash flow dari Reno yang nilainya hampir lima puluh juta setahun."
Lara tidak menanggapi itu.
Pada tanggal tujuh belas Lara berangkat ke Reno. Philip mengantarkan dia
ke bandara. Terry Hil sudah menunggu di pesawat.
"Kapan kau kembali?" tanya Philip.
"Barangkali besok. Ini tidak akan makan waktu lama."
"Aku akan merindukanmu," kata Philip.
"Aku juga akan rindu padamu, darling."
Philip berdiri di sana menyaksikan pesawat itu take off. Aku pasti akan
merasa kehilangan dia, pikir Philip. Dia wanita paling fantastis di seluruh dunia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di kantor Badan Perjudian Nevada, Lara berhadapan dengan kelompok
pejabat yang sama yang pernah dihadapinya waktu mengajukan permohonan
izin kasino dulu. Cuma kali ini mereka tidak seramah dulu.
Lara disumpah dan seorang Panitera Pengadilan mencatat kesaksiannya.
Ketuanya berkata, "Miss Cameron, ada beberapa gugatan yang masuk
mengenai izin usaha kasino Anda."
"Gugatan apa?" Terry Hil mendesak. "Kita akan membicarakannya nanti."
Sang ketua menoleh kembali ke Lara. "Kami mengerti bahwa ini adalah
pengalaman pertama Anda mengelola sebuah kasino."
"Memang benar. Itu sudah saya katakan waktu wawancara yang pertama."
"Bagaimana Anda bisa memutuskan untuk mengajukan tawaran Anda
dulu" Maksud saya... bagaimana Anda sampai kepada angka itu persisnya?"
Terry Hil menginterupsi. "Saya ingin tahu dasar dari pertanyaan itu."
"Nanti, Mr. Hil . Bisa Anda izinkan klien Anda menjawabnya?"
Terry Hil memandang Lara dan mengangguk.
Lara berkata, "Saya minta komptroler dan akuntan saya untuk
memberikan perkiraan seberapa tinggi penawaran yang mampu kami ajukan,
lalu kami tambah dengan sedikit laba yang kami perkirakan bisa didapat, dan itu membentuk angka penawaran kami."
Ketua itu meneliti dokumen d. hadapannya. "Tawaran Anda lima juta lebih tinggi dan tawaran kedua tertinggi."
"Oh ya?" "Anda tidak tahu itu saat Saat Anda mengajukan penawaran?"
"Tidak. Tentu saja tidak."
"Miss Cameron, Anda kenal dengan Paul Martin?"
Terry Hil menginterupsi. "Saya tidak melihat relevansinya dengan alur pertanyaan."
"Kita akan ke situ nanti. Sementara itu saya ingin Miss Cameron menjawab pertanyaan ini."
"Saya tidak berkeberatan," kata Lara. "Ya. Saya kenal dengan Paul Martin."
"Anda pernah bertransaksi bisnis dengan dia?"
Lara ragu sejenak. "Tidak. Dia cuma teman biasa."
"Miss Cameron, apakah Anda tahu bahwa Paul Martin dicurigai terlibat dengan kegiatan Mafia, bahwa..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keberatan. Itu hanya desas-desus, dan itu tidak relevan dengan masalah ini."
"Baiklah, Mr. Hil . Saya menarik kembali pernyataan itu. Miss Cameron, kapan yang terakhir Anda bertemu atau berbicara dengan Paul Martin?"
Lara ragu. "Saya tidak ingat tepatnya. Sejujurnya saya katakan, sejak saya menikah, saya jarang sekali bertemu dengan Mr. Martin. Kami terkadang
secara tak sengaja bertemu di suatu pesta, cuma itu."
"Tapi apa bukan kebiasaan Anda berbicara dengan dia melalui telepon?"
"Tidak setelah saya menikah, tidak."
"Pernahkah Anda berbincang dengan Paul Martin tentang masalah kasino
ini?" Lara menoleh ke Terry Hil . Terry mengangguk. "Ya, saya kira setelah saya memenangkan tender itu, ia menelepon saya untuk memberi selamat. Dan
kemudian sekali lagi setelah saya mendapatkan izin untuk mengoperasikan
kasino ini." "Tapi Anda tidak berbicara dengan dia selain di saat-saat itu?"
"Tidak." "Saya ingatkan Anda bahwa Anda di bawah sumpah, Miss Cameron."
"Ya." "Anda menyadari sanksi yang ada untuk sumpah palsu?"
"Ya." Ketua itu mengacungkan secarik kertas. "Di sini ada daftar lima belas percakapan telepon di antara Anda dan Paul Martin yang terjadi selama
tawaran-tawaran tertutup untuk tender kasino itu diajukan."
Bab Dua Puluh Sembilan Kebanyakan solois akan nampak kerdil jika berada di dalam Carnegie Hal
yang berkapasitas dua ribu delapan ratus tempat duduk itu. Tidak banyak
musisi yang mampu menyedot pengunjung untuk memenuhi teater bergengsi
itu, tapi pada Jumat malam itu seluruh tempat duduk terjual. Philip Adler muncul dan berjalan menaiki panggung raksasa dengan di ringi gelegar tepuk tangan hadirin. Ia duduk di depan piano, diam sebentar, lalu mulai bermain.
Programnya terdiri atas sonata-sonata Beethoven. Selama bertahun-tahun
Philip telah mendisiplinkan dirinya untuk hanya berkonsentrasi pada musik.
Tapi malam itu pikiran Philip melayang ke Lara dan masalah-masalah yang
ada di antara mereka, dan untuk sepersepuluh detik jari-jarinya terantuk, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Itu terjadi begitu cepat
sehingga penonton tidak bisa melihatnya.
Penonton bertepuk tangan dengan meriah di saat akhir babak pertama
pementasan itu. Ketika tiba saat jeda, Philip pergi ke ruang ganti
pakaiannya. Manajer konsernya berkata, "Bagus sekali, Philip. Kau telah membuat
mereka terpesona. Kau perlu sesuatu?"
"Tidak, terima kasih." Philip menutup pintu kamar itu. Ia mengharapkan pementasan cepat selesai. Ia sangat terganggu oleh masalahnya dengan
Lara. Ia amat mencintai Lara dan ia tahu Lara mencintainya, tapi mereka
nampaknya sampai ke jalan buntu. Banyak ketegangan di antara mereka
sebelum Lara berangkat ke Reno. Aku harus berbuat sesuatu untuk
mengatasi masalah ini, pikir Philip. Tapi apa" Bagaimana kami bisa
berkompromi" Ia masih saja merenungkan hal itu ketika ia mendengar pintunya diketuk,
dan terdengar suara manajer panggung, "Lima menit, Mr. Adler."
"Terima kasih."
Paruh kedua program itu terdiri atas sonata Hammerklavier. Itu adalah
sebuah karya musik yang sangat menggugah dan sangat emosional, dan
ketika nada terakhir menggelegar memenuhi seluruh ruangan raksasa itu,
hadirin bangkit berdiri dan bertepuk tangan dengan sangat bersemangat.
Philip berdiri di panggung sambil membungkuk, tapi pikirannya melayang ke tempat lain. Aku harus pulang dan berbicara dengan Lara. Lalu ia ingat
bahwa Lara tidak ada di rumah. Kami harus mengatasnya sekarang juga,
pikir Philip. Kami tidak mungkin begini terus.
Tepuk tangan masih terus berlanjut. Penonton berteriak "bravo" dan
'encore". Biasanya Philip akan memainkan satu lagu lagi. Tapi malam itu ia terlalu ia terlalu kacau pikirannya. Ia kembali ke ruang gantinya dan menukar pakaiannya dengan pakaian santai. Ia bisa mendengar gelegar guntur di luar.
Surat kabar memang sudah meramalkan akan hujan, tapi ternyata itu tidak
mengecilkan hati penonton. Ruang tunggu penuh sesak dengan para
penggemar yang ingin mengucapkan selamat kepadanya. Biasanya Philip
sangat senang menerima pujian dari fans-nya, tapi malam itu suasana
hatinya sangat tidak memungkinkan ia bersikap begitu. Ia tinggal di ruang gantinya sampai ia merasa yakin bahwa para penggemarnya itu sudah pergi.
Ketika ia keluar jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Ia berjalan
melintasi lorong-lorong belakang panggung yang lengang dan keluar melalui pintu panggung. Limousine-nya tidak ada di sana. Aku akan cari taksi saja, demikian Philip memutuskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia melangkah keluar ke hujan yang mengucur deras. Terasa tiupan angin
dingin, dan Fifty-seventh Street nampak gelap. Ketika Philip bergerak ke arah Sixth Avenue, seorang pria bertubuh besar yang mengenakan jas hujan
menuju ke arahnya dari kegelapan malam.
"Maaf," katanya, "bagaimana bisa sampai di Carnegie Hal ?"
Philip teringat akan senda gurau kuno yang diceritakannya kepada Lara
dan tergoda untuk menjawab dengan, "Berlatih," tapi ia menunjuk ke arah bangunan yang berada di belakangnya. "Tuh, tepat di situ."
Ketika Philip membalikkan badan, orang itu mendorongnya dengan keras
sampai ia terpojok ke tembok. Di tangannya nampak sebuah pisau lipat
terhunus yang siap ditusukkan. "Berikan dompetmu."
Jantung Philip berdebar keras. Ia melihat ke sekelilingnya mencari
bantuan. Tidak ada orang di jalan yang basah oleh hujan itu. "Baik," kata Philip. "Jangan terburu nafsu. Kau boleh ambil."
Pisau itu ditempelkan ke tenggorokannya.
"Ee, tidak ada perlunya untuk..."
"Diam! Berikan saja cepat."
Philip merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya.
Orang itu menyambarnya dengan tangannya yang bebas dan
memasukkannya ke dalam saku. Ia kini memandang arloji Philip. Ketika
merampas arloji itu, ia menyambar tangan kiri Philip, memegangnya erat-erat dan menyayat pergelangan tangannya dengan pisau setajam silet itu sampai
ke tulang. Philip menjerit keras karena kesakitan. Darah mengucur deras.
Orang itu lari. Philip berdiri di situ dalam kepanikan, menyaksikan darahnya bercampur
dengan air hujan, menetes-netes di jalanan. Ia pingsan.
BAGIAN KEEMPAT Bab Tiga Puluh Lara menerima berita tentang Philip di Reno.
Marian Bel yang meneleponnya, suaranya terdengar hampir histeris.
"Apa lukanya parah?" Lara mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami belum menerima penjelasan rinci. Ia berada di Roosevelt Hospital di ruang gawat darurat."
"Aku akan segera pulang."
Ketika Lara tiba di rumah sakit itu enam jam kemudian, Howard Kel er
sudah menunggu. Ia nampak terguncang.
"Apa yang terjadi?" Lara bertanya.
"Nampaknya Philip dirampok setelah ia meninggalkan Gernegie Hal .
Mereka menemukan dia tak sadarkan diri di jalanan."
"Seberapakah parahnya?"
"Pergelangan tangannya mya disayat tidur dosis tinggi, tapi ia sudah sadar sekarang"
Mereka berdua memasuki kamar rumah sakit itu. Philip sedang berbaring
di tempat tidur dengan selang-selang model IV yang mengalirkan cairan ke
dalam tubuhnya. "Philip... Philip." Suara Lara terdengar memanggilnya seakan dari jauh sekali.
Ia membuka matanya. Lara dan Howard Kel er ada di situ. Seolah-olah
mereka nampak ganda. Mulutnya terasa kering, dan ia merasa sangat lemah.
"Apa yang terjadi?" Philip menggumam.
"Kau terluka," kata Lara. "Tapi kau akan segera sembuh."
Philip mengarahkan pandangannya ke bawah dan melihat pergelangan
tangan kirinya dibalut perban. Ingatannya mulai kembali. ' Aku... seberapa parahnya itu?"
"Aku belum tahu, darling," kata Lara. "Aku yakin semuanya akan beres.
Dokter akan ke sini untuk menengokmu."
Kel er berusaha membesarkan hati Philip, "Para dokter bisa melakukan apa saja sekarang ini."
Philip sudah mulai hanyut lagi dalam kantuk. "Sudah kubilang untuk
mengambil apa yang dimauinya. Ia seharusnya jangan melukai
pergelanganku," ia menggumam. "Ia seharusnya jangan melukai
pergelanganku..." Dua jam kemudian Dr. Dennis Stanton memasuki kamar Philip dan Pada
saat Philip melihat ekspresi wajahnya, ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan dokter itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Philip menarik napas dalam-dalam. "Harap katakan"
Dr. Stanton menghela napas. "Saya kuatir saya harus menyampaikan kabar yang kurang baik, Mr. Adler."
"Seberapa parahnya ini?"
"Otot-otot flexor-nya telah terpotong sehingga tangan Anda tidak dapat digerakkan, dan akan terjadi mati rasa yang bersifat permanen. Selain dari itu, ada kerusakan saraf median dan ulnar." Dokter itu memakai tangannya sebagai contoh. "Saraf median meliputi ibu jari dan tiga jari pertama. Saraf ulnar meliputi semua jari."
Philip memejamkan matanya mencoba menyerap semua gelombang
keputusasaan yang merasuki seluruh inderanya. Setelah beberapa saat ia
berkata, "Apakah maksud Anda saya... saya tidak akan pernah bisa
menggunakan tangan kiri saya lagi?"
"Benar. Kenyataannya adalah bahwa Anda beruntung masih hidup. Arteri Anda terpotong. Sungguh ajaib Anda tidak tewas karena kehabisan darah.
Diperlukan enam puluh jahitan untuk merangkaikan kembali pergelangan
tangan Anda ini." Philip berkata dengan nada putus asa, "Ya Tuhan, tidak adakah yang bisa dilakukan?"
"Ya. Kami akan memasang otot buatan di dalam tangan kiri Anda supaya bisa Anda gerakkan, tapi sangat terbatas." . ...
Seharusnya dia bunuh saja aku, pikir Philip dengan putus asa.
"Pada saat tangan Anda sembuh nanti, kami akan memberi obat untuk
meredam rasa sakit, tapi saya bisa memastikan bahwa rasa sakit itu akan
berangsur lenyap." Tapi rasa sakit yang sesungguhnya tak akan pernah, pikir Philip. Tapi rasa sakit yang sesungguhnya tak akan pernah. Ia benar-benar dicekam mimpi
buruk sekarang. Dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk menolong dirinya.
Seorang detektif datang menjumpai Philip di rumah sakit. Ia berdiri di
samping ranjang Philip. Ia berasal dari generasi tua berumur sekitar enam puluhan dan nampak letih, dengan mata yang sayu tanpa gairah hidup.
"Saya Letnan Mancini. Saya ikut menyesal mengenai kejadian itu, Mr.
Adler," katanya. "Mestinya kaki Anda saja dan bukan tangan Anda. Maksud saya... kalau itu memang harus terjadi..."
Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Shidney Sheldon di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Saya tahu maksud Anda," kata Philip singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Howard Kel er memasuki ruangan. "Aku sedang mencari Lara." Ia melihat pria tak dikenal itu. "Oh, maaf."
"Ia ada di sekitar sini," kata Philip. "Ini Letnan Mancini. Howard Kel er."
Mancini sedang menatap dia. "Rasanya saya pernah melihat Anda. Apa kita sudah pernah bertemu?"
"Saya rasa belum."
Wajah Mancini berbinar. "Kel er! Ya Tuhan, Anda dulu main bisbol di
Chicago." "Benar. Bagaimana Anda bisa...?"
"Saya dulu pemandu bakat Cubs untuk satu musim panas. Saya masih
ingat gaya slider dan change-up Anda. Masa depan Anda dulu cerah sekali."
"Yeah. Wel , saya permisi dulu...." Kel er menoleh ke Philip. "Aku akan menunggu Lara di luar saja." Ia pergi.
Mancini menoleh ke Philip. "Anda masih ingat wajah orang yang
menyerang Anda?" "Ia seorang pria kulit putih. Tinggi besar. Sekitar satu koma delapan lima meter. Umurnya sekitar lima puluhan."
"Anda bisa mengenalinya kalau jumpa dengan dia lagi?"
"Ya." Philip tidak akan pernah bisa melupakan wajah itu.
"Mr. Adler, saya bisa saja minta Anda melihat sederetan foto pencoleng, tapi terus terang saja itu hanya akan membuang waktu. Maksud saya, ini
bukan jenis kejahatan high-tech. Ada ratusan pencoleng kelas teri seperti dia.
Kalau tidak ditangkap basah selagi beraksi, biasanya mereka lolos." Letnan itu mengeluarkan buku catatannya. "Apa yang dirampasnya?"
"Dompet dan arloji saya."
"Apa mereknya?"
"Piaget." "Ada ciri khusus" Misalnya ada tulisannya?"
Itu arloji hadiah dari Lara. "Ya. Di baliknya ada tulisan 'Buat Philip dengan Cinta dari Lara'."
Letnan itu mencatat. "Mr Adler... saya harus menanyakan ini... Apakah sebelum kejadian itu Anda sudah pernah bertemu dengan orang itu"
Philip mendongak memandang dia dengan heran. "Bertemu dengan dia
sebelumnya" Tidak Mengapa?"
"Saya cuma menduga-duga." Mancini menyimpan buku catatannya. "Wel , kami akan terus berupaya. Anda sangat beruntung, Mr. Adler."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, ya?" Suara Philip penuh kepahitan.
"Yeah. Kami menangani ribuan kasus penodongan setiap tahunnya di kota ini, dan kami tidak cukup waktu untuk membereskan semuanya, tapi kapten
kami kebetulan penggemar Anda. Ia punya koleksi semua rekaman Anda. Ia
akan melakukan apa saja untuk menangkap bajingan yang menyakiti Anda
itu. Kami akan mengirimkan data tulisan pada arloji Anda ini ke semua toko gadai di seluruh pelosok negeri."
"Kalau Anda berhasil menangkapnya, menurut Anda dia akan bisa
mengembalikan tangan saya?" tanya Philip dengan penuh kepahitan.
"Apa?" "Tidak apa-apa."
"Anda akan kami hubungi nanti. Have a nice day"
Lara dan Kel er sudah menunggu letnan detektif itu di lorong.
"Saya dengar Anda ingin bertemu saya?" tanya Lara. bertanya'
"Ya. Saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan," kata Letnan Mancini.
"Mrs. Adler, setahu Anda suami Anda punya musuh?"
Lara mengerutkan dahi. "Musuh" Tidak. Mengapa?"
"Apa ada seseorang yang barangkali cemburu kepadanya" Musisi lain
barangkali" Seseorang yang ingin mencelakakan dia?"
"Apa maksud Anda" Ini kan cuma penodongan biasa yang sering terjadi di jalan-jalan?"
"Sejujurnya saja, kejadiannya tidak mirip dengan penodongan biasa. Ia menyayat pergelangan tangan suami Anda setelah ia mengambil dompet dan
arlojinya." "Saya tidak melihat perbedaannya...."
"Itu suatu tindakan yang tidak masuk akal"itu pasti dilakukan dengan sengaja. Suami Anda saat itu tidak melawan. Yah, seorang pemuda yang
kecanduan narkotik mungkin berbuat seperti itu, tapi..." Ia mengangkat pundaknya. "Saya akan menghubungi Anda lagi."
Mereka berdua menyaksikan letnan itu berjalan pergi.
"Yesus!" kata Kel er. "Menurut dia itu sudah direncanakan."
Wajah Lara menjadi pucat.
Kel er memandang dia dan berkata perlahan, "Ya Tuhanku! Salah satu
anak buah Paul Martin! Tapi mengapa ia melakukan ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lara merasa sulit berbicara. "Ia... mungkin saja ia mengira ia telah berbuat untuk kepentinganku. Philip... terlalu sering bepergian dan Paul berulang kali berkata bahwa itu tidak benar, bahwa harus ada orang yang menegur dia.
Oh, Howard!" Lara menempelkan kepalanya ke pundak Kel er mencoba menahan air
matanya. "Bajingan dia itu! Sudah kuperingatkan kau agar jangan dekat-dekat
dengan dia." Lara menarik napas panjang. "Philip akan bisa pulih kembali. Ia harus pulih kembali."
Tiga hari kemudian Lara membawa Philip pulang ke rumah. Ia nampak
pucat dan terguncang. Marian Bel sudah berada di pintu menunggu
kedatangan mereka. Sebelum itu Marian setiap hari pergi ke rumah sakit
untuk menjenguk Philip dan membawakan pesan-pesan yang masuk buat
dia. Luar biasa banyaknya pernyataan bersimpati yang masuk dari seluruh
dunia"kartu-kartu dan telepon-telepon dari para penggemarnya yang
berduka. Surat-surat kabar mengulas kejadian itu panjang-lebar, dan
mengutuk kekerasan yang setiap hari terjadi di jalan-jalan di New York.
Lara sedang berada di ruang perpustakaan ketika telepon berdering.
Untuk Anda," kata Marian Bel . "Seorang bernama Paul Martin."
"Aku tidak bisa bicara dengan dia" kata Lara.
Dan dia berdiri di sana berusaha sekuat tenaga menahan supaya tubuhnya
tidak gemetar. Bab Tiga Puluh Satu Dalam sekejap kehidupan bersama mereka berubah total.
Lara berkata kepada Kel er, "Mulai sekarang aku akan bekerja di rumah.
Philip membutuhkan aku."
"Tentu. Aku mengerti."
Telepon-telepon dan kartu-kartu yang mendoakan semoga cepat sembuh
terus berdatangan dalam jumlah besar, dan Marian Bel merupakan berkat
besar dalam situasi seperti itu. Ia sama sekali tidak menonjolkan diri dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pernah mengganggu. "Jangan kuatir tentang itu, Mrs. Adler. Saya akan menangani semuanya kalau Anda kehendaki."
"Terima kasih, Marian."
Wil iam El erbee menelepon berulang kali, tapi Philip tidak mau
menerimanya. "Aku tidak ingin berbicara dengan siapa pun," katanya kepada Lara
Dr. Stanton ternyata benar mengenai rasa sakit itu. Sangat menyiksa.
Philip mencoba menghindari minum pil antisakit itu kalau tidak sangat
terpaksa. Lara selalu berada di sisinya. "Akan kita cari dokter terbaik di dunia,
darling. Pasti ada seseorang yang bisa memulihkan tanganmu. Aku
mendengar tentang seorang dokter di Swiss..."
Philip menggelengkan kepala. "Percuma saja." Ia memandang tangannya yang masih diperban. "Aku sudah cacat sekarang."
"Jangan bilang begitu," kata Lara berapi-api. "Masih ada sejuta hal yang bisa kaulakukan. Aku merasa bersalah. Kalau saja hari itu aku tidak jadi ke Reno, kalau saja aku ikut denganmu ke konser itu, ini tidak akan pernah
terjadi. Kalau saja..."
Philip tersenyum sedih. "Kau ingin aku lebih sering tinggal di rumah. Nah, sekarang aku memang tidak bisa pergi ke mana-mana lagi."
Lara berkata dengan suara parau, "Pernah ada yang bilang, 'Hati-hati dengan apa yang kauinginkan, karena itu benar-benar bisa terjadi atas
dirimu.' Aku memang ingin kau tinggal di rumah, tapi tidak seperti ini. Aku tidak tahan melihat kau menderita."
"Jangan kuatirkan diriku," kata Philip. "Aku cuma ingin menggumuli beberapa hal dalam diriku. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Aku... kukira sampai sekarang aku masih sulit untuk menyadarinya sepenuhnya."
Howard Kel er datang ke penthouse membawa sejumlah kontrak, "Hai
Philip, Bagaimana keadaanmu?"
"Luar biasa. Aku senang luar biasa." Philip menukas.
"Itu pertanyaan konyol. Maafkan aku."
"Jangan hiraukan aku," Philip minta maaf. "Akhir-akhir ini aku tidak seperti biasanya." Philip menghantamkan tangan kanannya ke kursi. "Kalau saja bajingan itu memotong tangan kananku. Masih ada selusin concerto tangan
kiri yang bisa kumainkan."
Dan Kel er jadi teringat akan percakapan di pesta dulu. "Setengah lusin komponis menciptakan concerto untuk tangan kiri. Misalnya karya Demuth,
Franz Schmidt, Korngold, dan sebuah concerto indah ciptaan Ravel."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan waktu itu Paul Martin ada di situ dan mendengar itu.
Dr. Stanton datang ke penthouse untuk menengok Philip. Dengan hati-hati
ia membuka perban itu, sehingga parut yang panjang dan meradang itu kini
nampak. "Bisakah kaugerakkan tanganmu sedikit?"
Philip mencoba. Sama sekali tidak bergerak.
"Bagaimana rasa sakitnya?" tanya Dr. Stanton.
"Masih terus, tapi aku tidak mau minum pil antinyeri itu lagi."
"Akan kubuat satu resep lagi. Kau boleh meminumnya kalau terpaksa.
Percaya aku, sakitnya akan reda dalam beberapa minggu ini."
Ia bangkit bermaksud akan pergi. "Aku ikut menyesal. Aku kebetulan salah satu fansmu juga"
"Beli saja piringan hitamku" Philip menukas.
Marian Bel mengusulkan kepada Lara. "Apakah menurut Anda ada
manfaatnya kalau seorang terapis didatangkan ke sini untuk melatih tangan Mr. Adler?"
Lara merenungkan itu. "Bisa kita coba. Kita lihat bagaimana nanti."
Ketika Lara mengemukakan itu kepada Philip, ia menggelengkan kepala.
"Tidak. Buat apa" Dokter bilang..."
"Dokter bisa saja keliru," kata Lara bersikeras. "Upaya apa pun akan kita tempuh."
Keesokan harinya seorang terapis muda datang ke apartemen mereka.
Lara membawanya ke tempat Philip. "Ini Mr. Rossman. Ia bekerja di
Columbia Hospital. Ia akan mencoba menolongmu, Philip."
"Semoga berhasil," kata Philip dengan penuh kepahitan.
"Mari kita lihat tangan Anda, Mr. Adler."
Philip mengulurkan tangannya. Rossman memeriksanya dengan cermat.
"Nampaknya cukup banyak otot yang terkena, tapi kita akan lihat apa yang bisa dilakukan. Bisa Anda gerakkan jari-jari Anda?"
Philip mencoba. "Tidak terasa ada gerakan, ya" Mari kita coba untuk melatihnya."
Philip merasa sangat nyeri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka melatih tangan itu selama setengah jam, dan setelah itu Rossman
berkata, "Saya akan kembali besok."
"Jangan," kata Philip. "Tidak perlu."
Lara sudah berada di kamar itu. "Philip, kau tidak mau mencobanya?"
"Sudah kucoba," kata Philip kesal. "Kau belum juga mengerti" Tanganku sudah mati. Tak ada yang bisa menghidupkannya lagi."
"Philip..." Air mata menggenangi pelupuk Lara.
"Maafkan aku," kata Philip. "Aku... berilah aku waktu."
Malam itu Lara terjaga karena mendengar bunyi piano. Ia turun dari
ranjangnya dan berjalan diam-diam ke pintu yang menuju ke ruang tamu.
Philip masih mengenakan jubah tidurnya dan duduk di depan piano, tangan
kanannya memainkan musik dengan lembut. Ia mendongak ketika melihat
Hati Yang Terberkahi 11 Ms. Jutek Vs Mr Rese Karya T. Andar Tangan Berbisa 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama