Ceritasilat Novel Online

Aku Mau Saja Bilang 1

Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter Bagian 1


Gallagher Girls #1 aku mau saja bilang cinta, tapi
setelah itu aku harus membunuhmu
ALLY CARTER I"d Tell You I Love You
" But Then I"d Have To Kill You
ilang cinta, aku mau saja b aku harus tapi setelah itu membunuhmu t.c Voorwerk.indd 1 t.c Voorwerk.indd 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan?
nya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana: Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau
Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai
dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Voorwerk.indd 2 t.c Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2010 Voorwerk.indd 3 I"D TELL YOU I LOVE YOU,
BUT THEN I"D HAVE TO KILL YOU
by Ally Carter Copyright ? 2006 All rights reserved. Aku Mau Saja Bilang cinta,
Tapi SETELAH ITU Aku Harus Membunuhmu
Alih bahasa: Alexandra Karina
Editor: RC. Rully Larasati
GM 312 01 09.0029 Sampul dikerjakan oleh Marcel A.W.
Foto cover: ?norgen/Shutterstock
? Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29"37
Blok I, Lt. 4"5 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Agustus 2009 Cetakan kedua: Juli 2010 320 hlm.; 20 cm. ISBN: 978 - 979 - 22 - 4870 - 8
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Voorwerk.indd 4 Untuk mengenang Ellen Moore Balarzs,
Gallagher Girl sejati. Voorwerk.indd 5 t.c Bab S a t u urasa banyak remaja cewek kadang-kadang merasa diri
mereka nggak kelihatan, seakan mereka menghilang begitu
saja. Well, begitulah aku"Cammie si Bunglon. Tapi aku lebih
beruntung daripada sebagian besar remaja cewek karena, di
sekolahku, itu dianggap keren.
Aku bersekolah di sekolah mata-mata.
Tentu saja, secara teknis, Akademi Gallagher untuk Wanita
Muda Berbakat adalah sekolah untuk anak-anak genius"bukan
mata-mata"dan kami bebas memilih karier apa pun yang
cocok dengan pendidikan luar biasa kami. Tapi kalau suatu
sekolah mengatakan itu padamu, tapi malah mengajarkan cara
mem?buat kode tingkat tinggi dan menguasai empat belas
bahasa, itu sama saja seperti perusahaan tembakau besar yang
mengatakan pada anak-anak agar jangan merokok; jadi kami,
Gallagher Girls, bisa langsung tahu itu semua cuma bohong.
Bahkan Mom memutar bola matanya tapi nggak mengoreksiku
Isi-Editbaru.indd 7 Isi-Editbaru.indd 8 Isi-Editbaru.indd 9 Isi-Editbaru.indd 10 buatku cukup yakin bahwa itu nggak akan bisa mem?bantu?ku
kalau suatu waktu aku harus kabur dari tempat interogasi
musuh atau melumpuhkan bom radio?aktif.
"Hei, di mana Cammie?" tanya Tina, tapi aku nggak mau
meninggalkan kamarku sebelum bisa memikirkan sebuah cerita
bohong untuk menandingi berbagai perjalanan internasional
teman-teman sekelasku, yang tujuh puluh persen di antaranya
adalah anak perempuan mantan agen pemerintah atau agen
yang masih aktif"alias mata-mata. Bahkan Courtney Bauer
pun menghabiskan seminggu di Paris, padahal kedua orang?
tuanya dokter mata, jadi kau pasti mengerti kenapa aku nggak
bersemangat untuk mengakui bahwa aku menghabiskan tiga
bulan dengan duduk di tengah-tengah Amerika Utara, mem?
bersihkan ikan-ikan. Akhirnya aku memutuskan untuk bercerita pada mereka
saat aku bereksperimen dengan benda-benda rumah tangga
biasa yang sebenarnya bisa digunakan sebagai senjata dan secara nggak sengaja memenggal orang-orangan sawah (siapa
sangka jarum rajut bisa membuat kerusakan sebesar itu"). Saat
itulah aku mendengar suara koper menabrak dinding yang
sudah kukenal dan suara lembut dengan aksen Selatan, "Oh,
Cammie" keluarlah, keluarlah, di mana pun kau berada."
Aku mengintip dari sudut dan melihat Liz berpose di pintu,
men?coba terlihat seperti Miss Alabama, tapi jauh lebih mirip
tusuk gigi yang memakai celana capri dan sandal jepit. Tusuk
gigi yang sangat merah. Liz tersenyum dan berkata, "Apa kau kangen padaku?"
Well, aku memang kangen padanya, tapi aku benar-benar
takut memeluknya. "Apa yang terjadi padamu?"
Isi-Editbaru.indd 11 Isi-Editbaru.indd 12 menerus menatap ke arah pintu di tengah-tengah atrium di
bawah. "Mungkinkah ada masalah dengan pesawatnya?" bisik Liz.
"Atau di bea cukai" Atau" aku yakin dia hanya terlambat."
Aku mengangguk dan terus menunduk, melirik selasar se?
akan, sesuai aba-aba, Bex akan melesat masuk melewati pintu.
Tapi pintu-pintu itu tetap tertutup dan suara Liz jadi lebih
mencicit saat bertanya, "Apakah kau mendengar kabar darinya"
Aku nggak mendengar kabar darinya. Kenapa kita nggak men?
dengar kabar darinya?"
Well, sejujurnya aku bakal terkejut kalau kami sudah men?
dengar kabar dari Bex. Begitu Bex memberitahu kami bahwa
ayah dan ibunya akan cuti untuk liburan musim panas ber?
samanya, aku tahu dia nggak akan banyak memberi kabar.
Me?mang hanya Liz yang bisa membuat kesimpulan sebalik?
nya. "Oh, astaga, bagaimana kalau dia keluar?" Liz menaikkan
nada khawatir dalam suaranya. "Apakah dia dikeluarkan?"
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Well?" kata Liz, sampai pada hal yang sudah jelas," Bex
sering agak nggak mengikuti peraturan." Liz mengangkat bahu
dan sayangnya, aku nggak bisa nggak setuju. "Lagi pula, alasan
apa lagi yang membuatnya terlambat" Gallagher Girls nggak
pernah terlambat! Cammie, kau tahu sesuatu, kan" Kau pasti
tahu sesuatu!" Saat-saat seperti ini adalah saat ketika jadi anak perempuan
kepala sekolah terasa nggak enak, karena A) benar-benar me?
nyebalkan kalau orang-orang mengira aku mengetahui suatu
hal padahal sebenarnya aku nggak tahu, dan B) orang-orang
selalu berasumsi aku berhubungan dekat dengan para staf,
Isi-Editbaru.indd 13 padahal itu sama sekali nggak benar. Tentu, aku memang
makan malam berdua dengan Mom setiap Minggu malam, dan
kadang-kadang dia meninggalkanku sendirian di kantornya
selama lima detik, tapi itu saja. Begitu sekolah dimulai, aku
ha?nya Gallagher Girl biasa (kecuali pada saat-saat A dan B
yang sudah kusebutkan terjadi).
Aku menatap pintu-pintu depan sekali lagi, kemudian me?
noleh pada Liz. "Aku berani taruhan dia cuma terlambat,"
kataku, berdoa supaya ada kuis mendadak saat makan malam
(nggak ada yang bisa mengalihkan perhatian Liz lebih cepat
daripada kuis mendadak). Saat kami mendekati pintu-pintu raksasa Aula Besar yang
terbuka, tempat Gilly Gallagher konon meracuni seorang lakilaki pada acara dansanya sendiri, secara otomatis aku melirik
ke atas, ke arah layar elektronik yang bertuliskan "Inggris"
Amerika" walaupun aku tahu kami selalu bicara dengan bahasa
dan aksen masing-masing pada makan malam selamat datang.
Kuharap kami nggak diharuskan menggunakan bahasa "Cina"
Mandarin" dalam obrolan makan selama setidaknya se?
minggu. Kami duduk di meja kami yang biasa di dalam Aula Besar
dan akhirnya aku merasa seakan ada di rumah. Tentu saja, se?
benarnya aku sudah kembali sejak tiga minggu lalu, tapi yang
menemaniku di sini hanyalah anak-anak baru dan para staf.
Satu-satunya hal yang lebih buruk daripada menjadi satusatunya anak kelas yang lebih tinggi di dalam mansion penuh
anak kelas tujuh adalah, nongkrong di ruang guru, melihat
profesor Bahasa Kuno-ku meneteskan obat pada telinga orang
yang paling berwenang di dunia dalam masalah pengkodean
data, se?mentara dia bersumpah nggak akan pernah ikut scuba
Isi-Editbaru.indd 14 diving lagi. (Ih, bayangkan Mr. Mosckowitz memakai pakaian
selam! Menjijikan!) Karena pada akhirnya seorang cewek bakal bosan setelah
membaca banyak sekali edisi lama Espionage Today, aku biasanya
meng?habiskan hari-hari pra-semester itu dengan berjalan-jalan
ber?keliling mansion, menemukan tempat-tempat tersembunyi
serta jalan-jalan rahasia yang setidaknya sudah berumur seratus
tahun dan belum sungguh-sungguh dibersihkan selama itu pula.
Seringnya, aku mencoba menghabiskan waktu bersama Mom,
tapi dia supersibuk dan perhatiannya benar-benar teralihkan.
Saat mengingat hal ini, aku berpikir tentang absennya Bex yang
misterius dan tiba-tiba khawatir bahwa mungkin Liz benar.
Kemudian Anna Fetterman duduk di sebelah Liz dan bertanya,
"Kalian sudah melihatnya" Kalian sudah lihat?"
Anna memegang sehelai kertas berwarna biru yang bakal
lang?sung larut begitu kau memasukkannya ke mulut. (Kelihat?
annya kertas itu bakal terasa seperti gula-gula kapas, tapi rasa?
nya nggak seperti itu"percayalah padaku!) Aku nggak tahu
ke?napa mereka selalu menuliskan jadwal kelas kami pada
Evapopaper"mungkin supaya kami menghabiskan persediaan
kertas yang rasanya nggak enak, jadi bisa menggunakan yang
rasanya enak-enak, misalnya mint chocolate chip.
Tapi Anna bukan sedang memikirkan rasa Evapopaper
waktu berteriak, "Ada kelas Operasi Rahasia!" Anna benarbenar terdengar ketakutan dan aku ingat bahwa mungkin ia
satu-satunya Gallagher Girl yang bisa dilawan Liz dalam per?
kelahian fisik. Aku menatap Liz, dan bahkan dia memutar bola
mata saat melihat kehisterisan Anna. Bagaimanapun, semua
orang tahu, kelas sepuluh adalah pertama kalinya kami bisa
melakukan kegiatan yang mendekati pekerjaan lapangan
Isi-Editbaru.indd 15 sungguhan. Ini pengalaman pertama kami dengan masalah
mata-mata sungguhan, tapi Anna tampaknya lupa bahwa kelas
itu sendiri, sayangnya, agak terlalu mudah.
"Aku yakin kita bisa mengatasinya," Liz menenangkan, me?
lepaskan kertas itu dari tangan Anna yang lemah. "Yang dilaku?
kan Buckingham cuma menceritakan kisah-kisah horor tentang
semua hal yang dilihatnya di Perang Dunia Kedua dan me?
nunjukkan slide-slide, ingat" Sejak pinggulnya patah, dia?"
"Tapi Buckingham sudah keluar!" teriak Anna dan ini men?
dapat perhatianku. Aku yakin aku menatapnya selama satu atau dua detik se?
belum mengatakan, "Profesor Buckingham masih ada di sini,
Anna," tanpa menambahkan bahwa aku menghabiskan hampir
sepanjang pagi untuk membujuk Onyx, kucingnya, agar mau
turun dari rak teratas perpustakaan staf. "Itu pasti cuma rumor
awal-sekolah." Sejak dulu banyak rumor seperti itu"misalnya
tentang seorang siswa yang diculik teroris, atau tentang salah
satu staf yang memenangkan seratus ribu dolar dalam kuis
Wheel of Fortune. (Walaupun, setelah kupikir lagi, yang satu
itu memang betul.) "Nggak," kata Anna. "Kau nggak mengerti. Sekarang ini
Buckingham hanya melakukan semacam kegiatan semipensiun.
Dia akan memberi orientasi dan pelajaran penyesuaian diri
untuk anak-anak baru"tapi itu saja. Dia nggak akan mengajar
lagi." Tanpa bicara, kepala kami berputar dan menghitung tempat


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

duduk di meja staf. Benar, ada satu kursi lebih.
"Kalau begitu, siapa yang mengajar Operasi Rahasia?" tanya?
ku. Tepat pada saat itu, gumaman keras menyebar ke seluruh
Isi-Editbaru.indd 16 ruangan yang sangat besar itu, saat Mom berjalan melewati
pintu-pintu di bagian belakang aula, diikuti semua tersangka
yang biasa"kedua puluh guru yang kuperhatikan dan sudah
mengajarku tiga tahun terakhir ini. Dua puluh guru. Dua puluh
satu kursi. Aku tahu aku memang genius, tapi cobalah kau?
hitung sendiri. Liz, Anna, dan aku langsung berpandangan, kemudian
pandangan kami kembali pada meja staf untuk mengamati
wajah-wajah itu, mencoba memahami arti kursi yang lebih
itu. Memang ada satu wajah baru, tapi yang itu sudah kami
duga, karena Profesor Smith selalu kembali dari liburan musim
panas dengan penampilan baru"secara harfiah. Hidungnya
lebih besar, telinganya lebih menonjol, dan sebuah tahi lalat
kecil ditambahkan ke dahi sebelah kirinya, menyamarkan apa
yang dia akui sebagai wajah paling dicari di tiga benua. Me?
nurut rumor, Profesor Smith dicari oleh penyelunduppenyelundup senjata di Timur Tengah, pembunuh-pembunuh
bayaran eks KGB di Eropa Timur, dan mantan istri yang sa?
ngat marah di suatu tempat di Brasil. Tentu, semua pengalam?
an ini membuatnya jadi profesor mata pelajaran Negara-Negara
Dunia (NND) yang hebat. Tapi hal terbaik yang diberikan
Profesor Smith ke Akademi Gallagher adalah penantian setiap
tahun untuk menebak wajah seperti apa yang dia gunakan
untuk menikmati liburan musim panasnya. Dia memang belum
pernah dioperasi plastik jadi wanita, tapi mungkin itu hanya
masalah waktu. Para guru menempati tempat duduk mereka, tapi kursi itu
tetap kosong saat Mom menempati tempatnya di podium di
tengah-tengah meja utama yang panjang.
Isi-Editbaru.indd 17 "Wanita-wanita Akademi Gallagher, siapa yang bersekolah
di sini?" tanya Mom.
Saat itu juga, semua murid di semua meja (bahkan anakanak baru) berdiri dan berkata bersamaan, "Kami adalah
saudara-saudara perempuan Gillian."
"Mengapa kalian bersekolah di sini?" tanya ibuku.
"Untuk mempelajari keterampilan Gillian. Menghormati
pedang?nya. Dan menjaga rahasianya."
"Apa tujuan akhir usaha kalian?"
"Keadilan dan terang."
"Berapa lama kalian akan berusaha?"
"Setiap hari, sepanjang hidup kami." Kami selesai dan aku
merasa agak mirip dengan karakter dalam salah satu sinetron
yang suka ditonton nenekku.
Kami duduk, tapi Mom tetap berdiri. "Selamat datang kem?
bali, Murid-murid," katanya, berseri-seri. "Ini akan jadi tahun
yang hebat di Akademi Gallagher. Untuk anggota-anggota
terbaru kita?"Mom menoleh ke meja anak-anak kelas tujuh,
yang tampak gemetar di bawah tatapan tajamnya?"selamat
datang. Kalian akan memulai tahun yang paling menantang
dalam masa muda kalian. Yakinlah bahwa kalian tidak akan
diberi tantangan ini jika kalian tidak mampu mengatasinya.
Untuk murid-murid kami yang datang kembali, tahun ini akan
me?nandai banyak perubahan." Ia melirik kolega-koleganya dan
tampak memikirkan sesuatu sebelum kembali menatap kami.
"Kita sudah sampai pada waktu ketika?" Tapi sebelum ia bisa
me?nyelesaikan, pintu-pintu mengayun terbuka, dan bahkan
tiga tahun latihan di sekolah mata-mata nggak mempersiapkan?
ku untuk apa yang kulihat.
Sebelum aku cerita lebih banyak, aku mungkin harus meng?
Isi-Editbaru.indd 18 ingatkanmu bahwa AKU BERSEKOLAH DI SEKOLAH
KHUSUS CEWEK"itu berarti semua muridnya cewek, se?
panjang waktu, dengan tambahan beberapa staf guru laki-laki
yang memerlukan-obat-telinga dan melakukan-operasi-plastik.
Tapi waktu kami berbalik, kami melihat seorang laki-laki
berjalan di tengah-tengah aula, laki-laki yang bakal membuat
James Bond merasa nggak aman. Indiana Jones akan terlihat
seperti anak mama dibandingkan laki-laki yang memakai jaket
kulit itu, dengan cambang tipis, yang berjalan ke tempat Mom
berdiri, kemudian"hal paling mengerikan dari segala hal yang
mengerikan"mengerling pada Mom.
"Maaf aku terlambat," katanya saat duduk di kursi yang ko?
song. Kehadirannya sangat tidak disangka, sangat tidak nyata,
sampai-sampai aku bahkan nggak sadar Bex telah duduk di
antara Liz dan Anna. Aku harus menengok dua kali waktu
me?lihat?nya, dan teringat bahwa lima detik sebelumnya Bex
ma?sih dianggap Hilang Dalam Tugas.
"Ada masalah, Nona-nona?" tanya Bex.
"Dari mana saja kau?" tuntut Liz.
"Lupakan itu," potong Anna. "Siapa dia?"
Tapi Bex memang mata-mata alami. Ia hanya mengangkat
alis dan berkata, "Lihat saja nanti."
Isi-Editbaru.indd 19 t.c Bab D u a ex menghabiskan enam jam dalam pesawat jet pribadi, tapi
kulitnya yang berwarna cappuccino tetap berkilau dan terlihat
seakan baru berjalan keluar dari iklan Noxzema. Jadi aku
benar-benar ingin bersikap picik dan menunjukkan bahwa
tanda di selasar mengatakan kami harus menggunakan bahasa
Inggris dengan aksen Amerika selama Makan Malam Selamat
Datang. Tapi sebagai satu-satunya Gallagher Girl sepanjang
sejarah yang bukan penduduk Amerika Serikat, Bex terbiasa
jadi perkecualian. Mom membengkokkan beberapa aturan dasar
waktu teman-teman lamanya di MI6 Inggris menelepon dan
bertanya apakah anak perempuan mereka bisa bergabung men?
jadi Gallagher Girls. Memasukkan Bex adalah tindakan kontro?
versial pertama Mom sebagai kepala sekolah (tapi bukan yang
ter?akhir). "Liburanmu menyenangkan dong?" Di seluruh aula, muridmurid mulai makan, tapi Bex hanya meniupkan balon dari
Isi-Editbaru.indd 20 permen karetnya dan meringis, menantang kami untuk me?
mintanya bercerita. "Bex, kalau kau tahu sesuatu, kau harus memberitahu
kami," tuntut Liz, walaupun itu benar-benar tak ada gunanya.
Tak seorang pun bisa memaksa Bex melakukan apa pun yang
nggak ingin dilakukannya. Aku mungkin mirip bunglon, dan
Liz mungkin sepintar Einstein, tapi menyangkut sifat keras
kepala, Bex adalah mata-mata terbaik yang pernah ada!
Bex menyeringai, dan aku tahu ia mungkin sudah me?
rencana?kan adegan ini sejak masih setengah jalan di atas
Samudra Atlantik (selain keras kepala, Bex juga cukup
dramatis). Ia menunggu sampai semua mata memandangnya"
tetap diam sampai Liz hampir meledak, kemudian mengambil
roti hangat dari keranjang di meja dan dengan sikap nggak
peduli berkata, "Guru baru." Ia membelah rotinya jadi dua dan
perlahan-lahan mengoleskan mentega. "Kami memberinya
tumpangan dari London pagi ini. Dia teman lama ayahku."
"Namanya?" tanya Liz, mungkin sudah merencanakan bagai?
mana caranya menyusup ke markas besar CIA di Langley
untuk melihat informasi detail si guru baru begitu kami bebas
dan kembali ke kamar. "Solomon," kata Bex, menatap kami. "Joe Solomon." Cara
bicara?nya mirip sekali dengan James Bond versi remaja cewek
berkulit hitam. Kami semua menoleh untuk menatap Joe Solomon. Dia
punya cambang kasar dan tangan-tangannya gelisah, khas agen
yang baru saja menjalankan misi. Di sekelilingku, aula di?
penuhi bisikan dan tawa terkikik"bahan bakar yang akan
mem?buat rumor sudah beredar luas tengah malam nanti"dan
aku teringat bahwa, walaupun Akademi Gallagher merupakan
Isi-Editbaru.indd 21 sekolah untuk cewek-cewek genius, yang paling utama ini
sekolah khusus cewek. Pagi berikutnya adalah penyiksaan. Penyiksaan mutlak! Dan
itu bukan kata yang kugunakan sembarangan, mengingat bisnis
keluarga kami. Jadi mungkin aku harus mengubah kalimatku:
pelajaran-pelajaran hari pertama sangat menantang.
Kami nggak benar-benar tidur lebih awal" atau sedikit
larut" atau bahkan tidur sama sekali, kecuali kau menghitung
ber?baring di atas karpet bulu palsu di dalam ruang rekreasi,
dengan seluruh anak kelas sepuluh berbaring di sekitarku, se?
bagai tidur malam yang baik. Waktu Liz membangunkan kami
pukul tujuh, kami berpikir jika nggak berdandan selama satu
jam dan melewatkan sarapan, kami bisa langsung memakai
seragam dan makan dengan santai sebelum pelajaran NND
Profesor Smith pukul 8:05.
S.S (Sebelum Solomon), kami pasti memilih wafel dan
bagel. Tapi hari ini sebagian besar murid memakai eyeliner dan
lipgloss, dengan perut keroncongan mendengarkan Profesor
Smith mengajar tentang kegelisahan sipil di negara-negara
Baltik saat pukul 8:30 berlalu. Aku menatap arlojiku, gerakan
paling tak berguna di Akademi Gallagher, karena semua kelas
dijalankan benar-benar tepat waktu. Tapi aku tetap merasa
harus melihat berapa detik lagi yang tersisa sebelum waktu
makan siang. (11.705 detik, kalau-kalau kau penasaran.)
Waktu kelas NND selesai, kami berlari menaiki tangga dua
lantai ke lantai empat untuk mengikuti pelajaran Budaya dan
Asimilasi (B&A) yang diajar oleh Madame Dabney yang,
sayangnya, hari itu nggak melibatkan teh. Kemudian tiba
waktunya untuk jam pelajaran ketiga.
Isi-Editbaru.indd 22 Leherku sakit karena tidur dengan posisi yang salah, PR
yang setidaknya butuh waktu lima jam untuk dikerjakan, dan
kesadaran yang baru saja kutemukan bahwa cewek nggak bisa
hidup hanya dengan lipgloss rasa ceri. Aku mengaduk-aduk
dasar tasku dan menemukan permen mint untuk menyegarkan
napas, yang sangat patut dipertanyakan. Aku berpikir bahwa
kalau aku bakal mati kelaparan, setidaknya napasku segar dan
berbau mint untuk keuntungan teman sekelas atau anggota staf
guru mana pun yang bakal terpaksa memberiku pernapasan
buat?an. Liz harus mampir ke kantor Mr. Mosckowitz untuk me?
nyerah?kan esai nilai tambahan yang sudah ditulisnya pada
musim panas (ya, dia cewek semacam itu), jadi aku hanya ber?
sama Bex waktu kami sampai ke dasar tangga yang sangat
besar dan berbelok ke koridor kecil yang merupakan salah satu
dari tiga jalan ke Subs atau subfloor, tempat yang dulu nggak
boleh kami masuki. Saat berdiri di depan cermin seukuran badan, kami ber?
usaha keras agar nggak berkedip atau melakukan apa pun yang
mungkin membuat bingung scanner mata yang akan me?masti?
kan bahwa kami memang anak kelas sepuluh, bukannya anak
kelas sembilan yang mencoba menyelinap ke Subs untuk me?
menuhi tantangan. Aku mengamati bayangan kami dan me?
nyadari bahwa aku, Cameron Morgan, anak perempuan Kepala
Sekolah, yang tahu lebih banyak tentang sekolah ini dibanding?
kan Gallagher Girls mana pun sejak Gilly sendiri, sedang ber?
siap menjelajah lebih dalam, ke balik rahasia-rahasia Gallagher
yang tersimpan rapat. Menilai dari bulu-bulu di lengan Bex
yang merinding, bukan hanya aku yang gugup memikirkan?
nya. Isi-Editbaru.indd 23 Sebuah lampu hijau bersinar di mata sebuah lukisan di
belakang kami. Cerminnya bergeser ke samping, menampakkan
lift kecil yang akan membawa kami ke satu lantai di bawah
lantai bawah tanah, ke ruang kelas Operasi Rahasia dan"ka?
lau kau ingin lebih dramatis"ke takdir kami.
"Cammie," kata Bex perlahan, "kita sudah masuk."
Kami duduk tenang, memeriksa arloji kami (yang waktunya
sudah disama?kan), dan semuanya memikirkan hal yang sama
persis: sesuatu jelas berbeda.
Mansion Gallagher terbuat dari batu dan kayu. Pegangan
tangganya diukir dan perapiannya menjulang. Seorang cewek
bisa bergelung di depan perapian pada hari-hari bersalju dan
membaca segala hal tentang siapa yang membunuh JFK (cerita
yang sebenarnya). Tapi entah bagaimana, lift itu membawa
kami ke dalam sebuah tempat yang sepertinya nggak berada di
abad yang sama, apalagi bangunan yang sama, seperti bagian
mansion lainnya. Dinding-dinding di ruangan ini terbuat dari
kaca. Meja-mejanya dari stainless steel. Tapi hal paling aneh
tentang ruang kelas Operasi Rahasia adalah bahwa guru kami
nggak ada di dalamnya. Joe Solomon terlambat"sangat terlambat, aku mulai kesal
karena aku nggak menggunakan waktu lowong ini untuk
mencuri beberapa permen M&M dari meja Mom, karena, jujur
saja, Tic Tac yang sudah berumur dua tahun benar-benar nggak
bisa me?muaskan rasa lapar seorang cewek yang berada dalam
masa pertumbuhan. Kami duduk diam selagi detik-detik berlalu, tapi kurasa ke?
heningannya jadi nggak tertahankan untuk Tina Walters,
karena ia mencondongkan diri dari seberang gang di antara
Isi-Editbaru.indd 24 deretan kursi dan berkata, "Cammie, apa yang kau tahu
tentang dia?" Well, aku hanya tahu apa yang diberitahukan Bex padaku,
tapi ibu Tina menulis kolom gosip di surat kabar besar yang
takkan kusebutkan namanya (karena itu penyamarannya dan
segala alasan lain), jadi nggak mungkin Tina nggak mencoba
mencari tahu cerita ini selengkap-lengkapnya. Tak lama ke?
mudi?an aku terperangkap di bawah longsoran pertanyaan-per?
tanyaan seperti, "Dari mana asalnya?" dan "Dia punya pacar
nggak?" dan "Apa benar dia membunuh duta besar Turki de?
ngan sebuah thong?" Aku nggak yakin apakah maksudnya
sandal atau celana dalam, tapi yang mana pun, aku nggak tahu
jawabannya. "Ayolah," kata Tina, "aku mendengar Madame Dabney
mem?beritahu Chef Louis bahwa sepanjang musim panas ibumu
membujuk Solomon untuk menerima pekerjaan ini. Kau pasti
sudah tahu sesuatu!"
Jadi interogasi Tina ternyata ada gunanya: akhirnya aku
mengerti untuk apa telepon-telepon dengan suara berbisik serta


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pintu-pintu terkunci yang membuat perhatian Mom teralih
selama berminggu-minggu. Aku baru mulai memproses apa
artinya itu waktu Joe Solomon berjalan masuk ke kelas"ter?
lambat lima menit. Rambutnya sedikit basah, kemeja putihnya disetrika rapi"
dan entah penghargaan untuk ketampanannya atau pengharga?
an pada pendidikan kami yang membuatku butuh waktu dua
menit penuh untuk menyadari bahwa Joe Solomon sedang bi?
cara dalam bahasa Jepang.
"Apa ibu kota Brunei?"
"Bandar Seri Begawan," kami menjawab.
Isi-Editbaru.indd 25 "Akar pangkat dua dari 97.969 adalah?" ia bertanya dalam
bahasa Swahili. "Tiga ratus tiga belas," jawab Liz dalam bahasa matematika,
karena, seperti yang sering diingatkannya pada kami, mate?
matika adalah bahasa universal.
"Seorang diktator Dominika dibunuh pada tahun 1961,"
kata Mr. Solomon dalam bahasa Portugis. "Siapa namanya?"
Bersamaan, kami semua berkata "Rafael Trujillo."
(Itu tindakan yang, harus kujelaskan, nggak dilakukan oleh
seorang Gallagher Girl, terlepas dari rumor-rumor yang me?
nyatakan sebaliknya.) Aku baru mulai mengikuti irama permainan kecil kami saat
Mr. Solomon berkata, "Tutup mata kalian," dalam bahasa
Arab. Kami melakukan perintahnya.
"Sepatuku warna apa?" Kali ini ia bicara dalam bahasa
Inggris dan, yang mengagumkan, tiga belas Gallagher Girls
duduk diam tanpa jawaban.
"Aku kidal atau tidak?" tanyanya, tapi nggak berhenti
untuk mendengar jawaban kami. "Sejak aku berjalan masuk ke
ruangan ini, aku meninggalkan sidik jari di lima tempat ber?
beda. Sebutkan tempat-tempat itu!" tuntutnya, tapi dijawab
dengan keheningan kosong.
"Buka mata kalian," katanya. Dan waktu aku melakukannya,
aku melihat Mr. Solomon duduk di sudut meja guru dengan
satu kaki di lantai dan satunya bergantung di tepi meja. "Yep,"
katanya. "Kalian cukup pintar. Tapi kalian juga agak bodoh."
Kalau kami nggak mengetahui fakta ilmiah bahwa bumi
nggak bisa berhenti berputar, kami semua pasti sudah ber?
sumpah itu baru saja terjadi.
Isi-Editbaru.indd 26 "Selamat datang di kelas Operasi Rahasia. Aku Joe
Solomon. Aku tidak pernah mengajar sebelumnya, tapi aku
sudah melakukan pekerjaan ini selama delapan belas tahun
dan aku masih bernapas, itu artinya aku tahu apa yang ku?
bicarakan. Kelas ini tidak akan seperti kelas-kelas kalian yang
lain." Perutku berbunyi dan Liz, yang tadi memilih sarapan leng?
kap dan rambutnya hanya dikucir ekor kuda, berkata, "Sst,"
seakan aku bisa membuat perutku berhenti berbunyi.
"Nona-nona, aku akan mempersiapkan kalian untuk apa
yang sebenamya terjadi." Mr. Solomon terdiam sejenak dan
me?nunjuk ke atas. "Di luar sana. Itu bukan untuk semua orang
dan itulah sebabnya aku akan membuat kelas ini sulit untuk
kalian. Benar-benar sulit. Buat aku terkesan dan tahun depan
lift-lift itu mungkin akan membawamu satu lantai lebih
rendah. Tapi kalau aku punya kecurigaan sedikit saja bahwa
kalian tidak benar-benar berbakat untuk pekerjaan lapangan,
aku akan menyelamatkan nyawa kalian sekarang juga dan me?
nempatkan kalian di jalur Operasi dan Riset."
Mr. Solomon berdiri dan memasukkan tangan ke sakunya.
"Semua orang terjun di bisnis ini untuk mencari petualangan,
tapi aku tidak peduli seperti apa fantasi kalian, Nona-nona.
Kalau kalian tidak bisa keluar dari belakang meja-meja itu dan
menunjukkan padaku hal selain kepandaian teoritis, tak satu
pun dari kalian akan melihat Sublevel Dua."
Dari ujung mataku, aku melihat Mick Morrison mendengar?
kan setiap kata Mr. Solomon, hampir meneteskan air liur men?
dengarnya, karena Mick sudah ingin melukai seseorang sejak
bertahun-tahun lalu. Dengan tidak mengejutkan, tangan gemuk?
nya melayang ke udara. "Apa itu berarti Anda akan mengajari
Isi-Editbaru.indd 27 kami menggunakan senjata api, Sir?" teriaknya seakan sersan
baris-berbaris bakal menyuruhnya menelungkup dan melakukan
push-up. Tapi Mr. Solomon hanya berjalan mengelilingi meja dan
berkata, "Dalam bisnis ini, kalau kau memerlukan senjata, itu
arti?nya mungkin sudah terlambat bagi senjata tersebut untuk
berguna." Sedikit udara tampak keluar dari tubuh Mick yang
sangat berotot. "Tapi di sisi baiknya," ia memberitahu Mick,
"mungkin mereka akan menguburmu bersama senjatamu"
dengan asumsi kau bisa dikuburkan."
Kulitku menjadi merah. Air mata memenuhi mataku. Se?
belum aku menyadari apa yang terjadi, tenggorokanku begitu
tegang sampai aku hampir-hampir nggak bisa bernapas saat Joe
Solomon menatapku. Kemudian, begitu mataku bertatapan
dengan matanya, dia memandang ke arah lain.
"Yang beruntung bisa pulang ke rumah, meskipun tubuhnya
memang berada di dalam peti."
Walaupun dia nggak menyebutkan namaku, aku merasakan
teman-teman sekelas menatapku. Mereka semua tahu apa
yang terjadi pada ayahku"bahwa Dad pergi menjalankan misi
dan tidak pulang. Aku mungkin nggak akan pernah tahu
lebih ba?nyak daripada dua fakta sederhana itu, dan memang
hanya dua fakta itu yang penting. Di sini orang-orang
menyebutku Si Bunglon"kalau kau bersekolah di sekolah
mata-mata, kurasa itu nama panggilan yang cukup bagus.
Kadang aku bertanya-tanya, apa yang membuatku seperti itu,
apa yang membuatku tetap diam dan tak bergerak sementara
Liz mengoceh dan Bex, well, menjadi Bex. Apakah aku pan?
dai bersikap nggak kentara karena gen mata-mataku atau ka?
rena selama ini aku memang pemalu" Atau apakah aku hanya
Isi-Editbaru.indd 28 cewek yang lebih suka nggak dilihat orang-orang"karena me?
reka menyadari be?tapa mudahnya kejadian yang menimpa
Dad terjadi pada me?reka.
Mr. Solomon melangkah lagi dan teman-teman sekelasku
meng?alihkan pandangan mereka persis secepat itu"semua
orang kecuali Bex, maksudnya. Dia bergeser ke tepi kursi, siap
untuk mencegahku mencungkil mata hijau indah milik guru
baru kami yang keren saat Mr. Solomon berkata, "Jadilah
mata-mata yang baik, Nona-nona. Atau mati."
Sebagian diriku ingin berlari langsung ke kantor Mom dan
memberitahunya apa yang dikatakan Mr. Solomon, bahwa dia
mem?bicarakan Dad, memberi kesan bahwa itu adalah kesalah?
an Dad"bahwa dia nggak cukup baik. Tapi aku tetap duduk,
mungkin karena kemarahan yang melumpuhkan, tapi lebih
mungkin karena aku takut, di suatu tempat di dalam diriku,
bah?wa Mr. Solomon benar dan aku nggak ingin Mom menegas?
kan hal tersebut. Tepat pada saat itu, Anna Fetterman masuk melewati
pintu-pintu kaca dan berdiri terengah-engah di depan kelas.
"Maaf?kan saya," katanya pada Mr. Solomon, masih kehabisan
napas. "Scanner bodohnya tidak mengenali saya, jadi liftnya
me?ngunci saya di dalam, dan saya harus mendengarkan rekam?
an ceramah lima menit tentang mencoba menyelinap keluar
dari perbatasan, dan?" Suaranya menghilang saat mengamati
guru itu dan ekspresinya yang sangat nggak terkesan, yang
menurutku sedikit munafik karena datang dari laki-laki yang
juga terlambat lima menit.
"Jangan repot-repot duduk," kata Mr. Solomon saat Anna
mulai berjalan ke arah sebuah meja di bagian belakang ruang?
an. "Teman-teman sekelasmu baru akan pergi."
Isi-Editbaru.indd 29 sp Kami semua menatap arloji kami yang sudah disamakan,
yang menunjukkan hal yang sama persis"kami punya sisa
waktu pelajaran 45 menit. Empat puluh lima menit yang ber?
harga dan nggak pernah disia-siakan. Setelah beberapa saat
yang rasanya seperti bertahun-tahun, tangan Liz terangkat.
"Ya?" Joe Solomon terdengar seperti seseorang yang punya
hal-hal yang jauh lebih baik dilakukan.
"Apakah ada PR?" tanya Liz, dan seluruh kelas langsung
ber?ubah dari syok menjadi kesal. (Jangan pernah menanyakan
pertanyaan itu di dalam ruangan penuh cewek-cewek yang
semua?nya pemegang sabuk hitam karate.)
"Ya," kata Solomon, menahan pintu dengan isyarat uni?
versal untuk keluar. "Perhatikan segala hal."
Saat aku berjalan di sepanjang koridor putih yang licin ke lift
yang tadi membawaku ke lantai ini, aku mendengar temanteman sekelasku berjalan ke arah berlawanan, ke arah lift yang
paling dekat dengan kamar kami. Setelah apa yang baru saja
terjadi, aku senang mendengar langkah-langkah mereka ber?
jalan ke arah berlawanan. Aku nggak terkejut waktu Bex
datang dan berdiri di sebelahku.
"Kau baik-baik saja?" tanya Bex, karena itulah tugas saha?
bat. "Ya," aku berbohong, karena itulah yang seharusnya dilaku?
kan mata-mata. Kami menaiki lift ke koridor lantai satu yang sempit, dan
saat pintunya bergeser terbuka aku benar-benar mempertimbang?
kan untuk menemui Mom (dan bukan hanya untuk M&Mnya), waktu aku melangkah ke koridor yang remang-remang
dan mendengar sebuah suara berteriak, "Cameron Morgan!"
Isi-Editbaru.indd 30 Profesor Buckingham berjalan cepat di sepanjang koridor,
dan aku nggak bisa membayangkan apa yang bisa membuat
wanita Inggris sopan itu berbicara dengan cara seperti tadi,
saat, di atas kami, lampu merah mulai berputar, dan alarm ber?
teriak-teriak memekakkan telinga sampai kami hampir-hampir
nggak bisa mendengar teriakan suara elektronik yang terus ter?
dengar bersama lampunya, "KODE MERAH. KODE MERAH.
KODE MERAH." "Cameron Morgan!" seru Buckingham lagi, menyambar le?
ngan Bex dan lenganku. "Ibumu memerlukanmu.
SEKARANG!" Isi-Editbaru.indd 31 t.c Bab T i g a alam sekejap, koridor-koridor berubah dari kosong menjadi
penuh saat murid-murid berlarian, para anggota staf berjalan
cepat-cepat, dan lampu merahnya terus-menerus berkedip.
Rak berisi piala-piala berputar, membuat piagam-piagam dan
pita-pita yang dibuat untuk memperingati para pemenang dalam
pertandingan satu lawan satu dan kompetisi memecah?kan kode
beregu tahunan ke kotak tersembunyi di belakang dinding.
Tempatnya digantikan sebaris penghargaan pertandinganpertandingan renang dan kontes-kontes debat.
Di atas kami, di selasar lantai atas, tiga spanduk emas-danmerah tua bertuliskan Pelajari Keterampilannya, Hormati Pedang?
nya, dan Jaga Rahasianya tergulung secara ajaib ke atas dan
digantikan poster-poster buatan tangan yang mendukung sese?
orang bernama Emily untuk menjadi ketua OSIS.
Buckingham menyeret Bex dan aku menaiki tangga me?
manjang saat sekumpulan anak baru berlari turun, menjerit
Isi-Editbaru.indd 32 sekeras-kerasnya. Aku ingat bagaimana sirene itu terdengar
waktu pertama kali mendengarnya. Nggak heran cewek-cewek
itu bertingkah seakan dunia kiamat. Buckingham berseru,
"Anak-anak!" dan mendiamkan mereka. "Ikuti Madame
Dabney. Dia akan membawa kalian ke kandang kuda sepanjang
siang ini. Dan Nona-nona..." ia membentak sepasang cewek
kem?bar berambut gelap yang tampaknya paling kalut "...te?
nang!" Kemudian Buckingham berbalik dan berlari menaiki tangga
ke lantai dua, tempat Mr. Mosckowitz dan Mr. Smith mencoba
mendorong patung Eleanor Everett (Gallagher Girl yang
pernah menjinakkan bom di Gedung Putih dengan giginya) ke
dalam lemari sapu. Kami berjalan melewati Koridor Sejarah,
tempat pedang Gillian bergeser dengan mulus ke dalam lemari
besi di bawah kotaknya seperti Excalibur kembali ke Lady of
the Lake, dan digantikan oleh patung sebatas dada laki-laki
yang bertelinga sangat besar, yang diperkirakan adalah patung
kepala sekolah pertama. Seluruh sekolah berada dalam keadaan kacau yang ter?
organisir. Bex dan aku saling melempar pandangan bertanyatanya, karena kami seharusnya berada di bawah, membantu
anak-anak kelas sepuluh yang lain memeriksa benda apa pun
yang berhubungan dengan mata-mata yang mungkin telah di?
tinggalkan seseorang tergeletak begitu saja di lantai utama, tapi
Buckingham menoleh dan membentak, "Anak-anak, cepat!" Ia
nggak terdengar seperti guru tua yang lembut yang kami kenal,
tapi lebih mirip wanita yang mengalahkan senapan mesin Nazi
sendirian pada hari pertempuran di Normandia.
Aku mendengar suara keras di belakang kami, diikuti be?
berapa seruan dalam bahasa Polandia, dan tahu bahwa patung
Isi-Editbaru.indd 33 Eleanor Everett mungkin sudah pecah menjadi jutaan keping;
tapi di ujung Koridor Sejarah, Mom bersandar pada pintu
ganda kantornya, memasukkan M&M ke mulutnya dengan
tenang, seakan sedang menunggu untuk menjemputku dari
latihan sepak bola, bertingkah seakan ini hanya hari biasa.
Rambut gelapnya yang panjang jatuh ke atas bahu setelan
hitamnya. Sehelai poni menyapu dahinya dengan sempurna,
dan Mom bersumpah poniku juga akan begitu, begitu hormonhormonku berhenti berperang dengan pori-poriku.
Kadang aku senang sekali karena kami menjalankan
sembilan puluh persen kehidupan kami di dalam mansion,
karena setiap kali kami pergi, aku harus melihat para lelaki
me?neteskan air liur saat melihat Mom, atau (cih!) bertanya
apakah kami bersaudara, dan itu benar-benar membuatku ke?
takut?an. Walaupun aku tahu seharusnya aku merasa tersanjung
karena sebagian orang bakal mengira aku memiliki hubungan
keluarga dengannya, meski hanya sedikit.
Pendeknya, Mom cantik sekali.
"Hei, Cam, Rebecca," kata Mom sebelum menoleh pada
Buckingham. "Terima kasih sudah membawa mereka, Patricia.
Masuklah sebentar." Di dalam kantornya, terima kasih pada dinding-dinding
kedap suara, kekacauan di bagian sekolah yang lain benarbenar memudar. Cahaya masuk menembus jendela-jendela


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

timah dan menyinari bingkai-bingkai mahoni serta rak-rak
buku yang tingginya mencapai langit-langit yang, bahkan selagi
kami bicara, berputar untuk menyembunyikan judul-judul se?
perti Racun"dari Masa ke Masa dan Panduan Pasukan Romawi
menuju Kematian Agung dan menggantikannya dengan pung?
gung buku-buku berjudul Mendidik Eselon Menengah ke Atas
Isi-Editbaru.indd 34 dan Pendidikan Privat Bulanan. Ada foto di atas mejanya ber?
gambar kami berdua saat berlibur di Rusia, dan aku mengamati
dengan kagum saat latar belakang foto kami yang berpelukan
dan tersenyum itu berubah, dari Kremlin jadi Istana Cinderella
di Disney World. "Kertas foto holograf yang disatukan secara elektronik," kata
Mom, saat melihat mulutku yang ternganga. "Dr. Fibs mem?
buatkan beberapa di labnya selama musim panas. Lapar?" Ia me?
nyodorkan tangannya yang terbuka ke arah Bex dan aku. Secara
mengagumkan, aku lupa sama sekali tentang perut kosong?ku, tapi
aku mengambil yang berwarna hijau untuk keber?untungan.
Sesuatu memberitahuku, kami akan memerlu?kan?nya.
"Anak-anak, aku ingin kalian memberikan tur."
"Tapi" kami kelas sepuluh!" teriak Bex, seakan Mom me?
lupakan fakta itu secara misterius.
Mulut Mom penuh cokelat, jadi Buckingham menjelaskan,
"Anak-anak kelas sebelas memulai semester mereka dengan
kelas taktik interogasi, jadi mereka semua berada di bawah
pengaruh sodium pentothal. Dan anak-anak kelas dua belas
sedang memakai lensa kontak penglihatan-malam hari, dan
lensa kontak itu tidak akan menghilang selama setidaknya dua
jam. Ini waktu yang paling tidak menguntungkan, tapi Kode
Merah disebut Kode Merah karena ada alasannya. Kita tidak
tahu kapan itu akan terjadi dan, well, salah satunya sedang
ter?jadi sekarang." "Bagaimana menurut kalian?" tanya Mom, tersenyum. "Bisa?
kah kalian menolong kami?"
Tiga sifat harus dimiliki seseorang sebelum mereka datang tan?
pa diundang di depan pintu Akademi Gallagher untuk Wanita
Isi-Editbaru.indd 35 Muda Berbakat: keras kepala, berkuasa, dan benar-benar nggak
punya pilihan lain. Bagaimanapun, sebagian besar calon murid
nggak pernah berhasil melewati pernyataan, "Kami tidak me?
nerima pendaftaran saat ini" yang mereka dapatkan setiap kali
mereka menelepon atau menulis surat; kau pasti sudah ditolak
oleh semua sekolah di negara ini sebelum kau mau pergi jauhjauh ke Roseville, berharap kunjungan pribadi akan membuat
kami berubah pikiran. Tapi sifat keras kepala atau keputusasaan
sebesar apa pun nggak bisa membuatmu melewati gerbang.
Nggak, untuk itu, diperlukan kekuasaan besar.
Itulah sebabnya Bex dan aku berdiri di tangga depan, me?
nunggu limusin panjang hitam yang membawa keluarga
McHenry (ya, keluarga McHenry yang itu"yang ada di sampul
Newsweek Desember lalu) melaju di sepanjang jalur yang ber?
kelok-kelok. Mereka tipe orang yang nggak bisa ditolak dengan
mudah, dan beberapa waktu yang lalu kami mempelajari bahwa
tempat terbaik untuk bersembunyi adalah di tempat yang jelas
terlihat. Jadi Bex dan aku berdiri di sana untuk menyambut
mereka di Akademi Gallagher untuk Wanita Muda Berbakat.
Misi kami: memastikan mereka nggak tahu tepatnya seberapa
berbakatnya kami. Laki-laki yang melangkah keluar dari limusin mengenakan
setelan jas abu-abu arang dan dasi konservatif; si wanita ter?
lihat seperti pewaris perusahaan kosmetik sejati"tidak sehelai
rambut atau bulu mata pun berada nggak pada tempatnya"
dan aku bertanya-tanya, apakah lipgloss ceriku akan membuat?
nya terkesan. Menilai dari ekspresi cemberut di wajahnya, se?
pertinya tidak. "Senator," kata Bex sambil mengulurkan tangan ke arah si
laki-laki, terdengar sama Amerika-nya dengan pai apel dan
Isi-Editbaru.indd 36 sangat menikmati kepuraa-puraan itu. "Selamat datang di
Akademi Gallagher. Kami merasa terhormat menerima Anda
di sini hari ini." Kupikir Bex sedikit berlebihan sampai Senator McHenry
ter?senyum dan berkata, "Terima kasih. Senang sekali bisa ber?
ada di sini," seakan nggak menyadari Bex nggak bisa memilih?
nya dalam pemilihan senator.
"Saya Rebecca," kata Bex. "Ini Cameron." Sang senator
me?lirik padaku kemudian cepat-cepat menatap kembali pada
Bex, yang terlihat seperti model sempurna pendidikan elite.
"Kami senang bisa menunjukkan pada Anda dan?" Dan saat
itulah Bex dan aku menyadari bahwa anak perempuan mereka
belum muncul. "Apakah putri Anda akan?"
Tapi tepat pada saat itu, sepatu bot tebal hitam keluar dari
limusin. "Sayang," kata Senator, menunjuk ke arah kandang-kandang
kuda, "kemarilah dan lihat. Mereka punya kuda."
"Oh, apakah itu yang kucium?" kata Mrs. McHenry sambil
bergidik. (Asal tahu saja, sekolah kami baunya baik-baik saja,
kecuali tentu saja kalau penciumanmu sudah rusak tanpa bisa
dibetulkan lagi akibat kegiatan mencium sampel-sampel parfum
seumur hidup.) Tapi Senator melotot pada istrinya dan berkata, "Macey
sangat menyukai kuda."
"Tidak, Macey benci kuda," kata Mrs. McHenry, menyipit?
kan matanya lalu memandang ke arah Bex dan aku, seakan
mengingatkan Senator untuk nggak melawan perkataannya di
depan para pembantu. "Dia pernah jatuh dari kuda dan lengan?
nya patah." Isi-Editbaru.indd 37 Aku berpikir untuk mengganggu pertunjukan kebahagiaan
rumah tangga kecil ini dan memberitahu mereka berdua bahwa
nggak ada satu pun kuda di dalam kandang-kandang itu"
hanya anak-anak kelas tujuh yang panik dan seorang mantan
mata-mata Prancis yang telah menciptakan cara mengirimkan
pesan-pesan dalam bentuk kode di dalam keju, waktu sebuah
suara berkata, "Ya, mereka membuat lem yang hebat."
Nah, aku nggak tahu ini benar atau nggak, tapi aku cukup
yakin Macey McHenry nggak pernah menyentuh seekor kuda
pun sepanjang hidupnya. Kaki-kakinya panjang dan atletis;
pakaiannya, walaupun bergaya punk dan pemberontak, jelas
ber?selera tinggi, dan berlian di hidungnya setidaknya satu se?
tengah karat. Rambutnya mungkin hitam pekat dan dipotong
pendek sekali, tapi rambutnya juga tebal dan berkilau, dan
rambut itu membingkai wajah yang lebih cocok terpampang di
sampul majalah. Aku sudah menonton cukup banyak acara TV dan film
untuk tahu bahwa cewek seperti Macey McHenry nggak bakal
bisa bertahan di SMU, sedangkan cewek seperti aku mungkin
akan dimakan hidup-hidup. Walaupun begitu, sesuatu telah
men?dorong Macey McHenry ke gerbang kami"membuat kami
menjadi pilihan terakhirnya. Atau begitulah yang orangtuanya
kira. "Kami?" aku tergagap, karena aku mungkin jago membuat
racun, tapi soal bicara di depan publik"nggak sama sekali!
"Kami benar-benar senang menerima kehadiran Anda semua
di sini." "Kalau begitu kenapa kalian membiarkan kami duduk?"
Mrs. McHenry mengedikkan kepalanya ke arah gerbang
besi?"di luar sana selama lebih dari satu jam?"
Isi-Editbaru.indd 38 st "Sayangnya itu protokol standar untuk orang-orang yang
datang tanpa membuat janji," kata Bex dengan nada muridterhormatnya yang paling baik. "Keamanan adalah perhatian
utama di sini, di Akademi Gallagher. Kalau putri Anda akan
bersekolah di sini, level perlindungan seperti itulah yang akan
dia terima." Tapi Mrs. McHenry bertolak pinggang waktu membentak,
"Apakah kau tidak tahu siapa dia" Apakah kau tahu?"
"Kami dalam perjalanan kembali ke D.C.," Senator me?
langkah maju, memotong perkataan istrinya. "Dan kami tidak
bisa menolak keinginan Macey untuk mampir berkunjung." Ia
memberikan pandangan ini kesempatan terakhir kita, jangan
mengacaukannya pada istrinya saat menambahkan, "Dan ke?
amanan?nya sangat mengesankan."
Bex membuka pintu-pintu depan dan mempersilakan me?
reka masuk, tapi satu-satunya yang bisa kulakukan adalah
mengamati mereka berjalan dan berpikir, Senator, Anda nggak
tahu apa-apa. Bex dan aku duduk di kantor Mom sementara Mom me?
nyampai?kan pidato standarnya tentang "sejarah" sekolah ini.
Sungguh, sejarahnya nggak terlalu berbeda dari kenyataannya,
hanya dipersingkat. Banyak.
"Lulusan-lulusan kami bekerja di seluruh penjuru dunia,"
kata Mom dan aku berpikir, Yeah, sebagai mata-mata. "Kami
mem?fokuskan pada bahasa, matematika, sains, dan budaya.
Para alumni memberitahu kami bahwa bidang-bidang tersebut
merupakan hal yang paling mereka butuhkan dalam kehidupan
mereka." Sebagai mata-mata. "Dengan hanya menerima wanitawanita muda, murid-murid kami mengembang?kan kemandirian
Isi-Editbaru.indd 39 wanita, yang memampukan mereka menjadi sangat sukses."
Sebagai mata-mata. Aku baru mulai menikmati permainan kecilku waktu Mom
menoleh pada Bex dan berkata, "Rebecca, bagaimana kalau
kau dan Cammie mengajak Macey berkeliling untuk melihatlihat?" dan aku tahu itu saatnya beraksi.
Bex berbinar-binar, tapi yang bisa kulakukan hanyalah me?
mikirkan betapa kami baru mendapat setengah pelajaran ope?rasi
rahasia, tapi sudah harus menjalankan misi! Bagaimana aku bisa
tahu harus melakukan apa" Tentu, kalau Macey ingin mengarti?
kan kata-kata kerja bahasa Cina atau memecahkan kode-kode
KGB, aku sudah terlatih dengan sempurna. Tapi misi kami
adalah berakting normal dan itu benar-benar nggak mampu
kulakukan! Untungnya, Bex benar-benar suka ber?akting. Titik.
"Senator," kata Bex, lalu menjabat tangan sang Senator,
"ada?lah sebuah kehormatan bertemu dengan Anda, Sir. Dan
Anda juga, Ma"am." Ia tersenyum pada Mrs. McHenry. "Se?
nang sekali karena Anda berdua?"
"Terima kasih, Rebecca," Mom memotong Bex dengan nada
jangan-keterlaluan-melakukannya.
Macey berdiri dan, dengan kibasan roknya yang supermini,
sudah berjalan melewati pintu dan memasuki Koridor Sejarah,
bahkan tanpa memandang orangtuanya.
Macey bersandar pada lemari yang biasanya menyimpan
se?jarah masker gas (alat yang hak patennya dipegang Akademi
Gallagher, terima kasih banyak), dan menyalakan sebatang
rokok, waktu kami menyusulnya. Dia mengisap panjangpanjang dengan percaya diri, kemudian mengembuskan asapnya
ke arah langit-langit yang mungkin menyimpan selusin macam
sensor berbeda, salah satunya untuk asap.
Isi-Editbaru.indd 40 "Kau harus mematikan itu," kata Bex, memasuki fase ope?
rasi pastikan-dia-tahu-dia-akan-menderita-di-sini. "Di Akademi
Gallagher, kami menghargai kesehatan dan keselamatan pri?
badi." Macey menatap Bex seakan dia bicara dalam bahasa Cina.
Aku harus berpikir sesaat untuk memastikan Bex memang
nggak bicara dalam bahasa Cina.
"Dilarang merokok," aku menerjemahkan sambil mengambil
kaleng aluminum kosong dari tempat sampah daur ulang di
puncak tangga dan mengulurkannya ke arah Macey.
Macey mengisap sekali lagi dan menatapku, seakan mengata?
kan dia akan mematikan rokoknya kalau aku memaksanya, dan
itu memang bisa kulakukan, tentu saja, tapi dia nggak seharus?
nya mengetahui hal itu. "Baik," kataku dan berbalik untuk
ber?jalan pergi. "Paru-parumu sendiri."
Tapi Bex melotot padanya dan, nggak seperti aku, dia
benar-benar terlihat mampu melempar seseorang dari lantai ini
ke bawah; jadi dengan satu isapan terakhir, tamu kami men?
jatuhkan rokoknya ke dalam kaleng Diet Coke kosong dan
mengikutiku menuruni tangga saat sekelompok cewek berjalan
melewati kami. "Sekarang waktunya makan siang," aku menjelaskan, me?
nyadari bahwa M&M hijau sudah berkumpul bersama Tic Tac
di dalam perutku dan mencoba meyakinkanku bahwa mereka
menginginkan beberapa teman. "Kita bisa makan kalau kau
mau?" "Kurasa nggak!" teriak Macey sambil memutar bola mata?
nya. Tapi aku yang bodoh malah meneruskan berkata, "Sungguh,
Isi-Editbaru.indd 41 makanan di sini hebat," dan itu benar-benar nggak sesuai de?
ngan tujuan misi kami, karena makanan yang menjijikkan
biasa?nya bisa jadi alasan yang cukup bagus untuk membuat
orang nggak tertarik. Tapi koki kami memang mengagumkan.
Dia sebenarnya bekerja di Gedung Putih sebelum terjadi insi?
den yang melibatkan Fluffy (Pudel Negara), bahan kimia untuk
masak-memasak, dan beberapa keju yang sangat bisa diper?
tanyakan. Untungnya, seorang Gallagher Girl menyelamatkan
nyawa Fluffy yang malang, jadi untuk menunjukkan rasa terima
kasihnya, Chef Louis bekerja di sini dan membawa cr?me
br?l?e-nya yang hebat. Aku mulai menyebutkan cr?me br?l?e, tapi Macey berseru,
"Aku hanya makan delapan ratus kalori sehari."
Bex dan aku langsung saling menatap, terkagum-kagum.
Kami mungkin membakar kalori sebanyak itu dalam satu sesi
kelas P&P (Perlindungan dan Penegakan).
Macey mengamati kami dengan skeptis, kemudian me?nam?
bahkan, "Makanan itu urusan kemarin. Ketinggalan zaman."
Sayangnya, kemarin adalah terakhir kalinya aku makan.
Kami sampai di selasar dan aku berkata, "Ini Aula Besar,"
karena itu terdengar seperti hal yang pantas dikatakan dalam tur
sekolah, tapi Macey bertingkah seakan aku bahkan nggak ada di
sana saat dia menoleh pada Bex (tandingannya secara fisik) dan
berkata, "Jadi semua orang mengenakan seragam itu?"
Aku menganggap ini sangat menghina, karena aku ter?
gabung dalam komite pemilihan seragam, tapi Bex hanya me?
megang rok kotak-kotak berwarna biru laut sepanjang lutut


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan blus putih yang cocok dengan roknya, dan berkata, "Kami
bahkan mengenakannya saat pelajaran olahraga." Siasat bagus,
pikirku, mengamati kengerian di wajah Macey saat Bex me?
Isi-Editbaru.indd 42 langkah ke arah koridor timur dan berkata, "Di sini ada
perpustakaan?" Tapi Macey sedang berjalan di sepanjang koridor yang lain.
"Apa yang ada di ujung sini?" Dan dia menghilang begitu saja,
melewati ruang-ruang kelas dan jalan-jalan tersembunyi dengan
setiap langkah. Bex dan aku berlari kecil untuk menyusulnya,
melemparkan potongan-potongan informasi bohong seperti
"Lukisan itu hadiah dari Duke of Edinburgh" atau "Oh ya,
Kandelir Wizenhouse Memorial," atau favorit pribadiku, "Ini
Papan Tulis Washington Memorial." (Itu memang benar-benar
papan tulis yang bagus.) Bex berada di tengah-tengah cerita yang cukup bisa di?
percaya tentang bagaimana, jika seorang murid mendapatkan
nilai sempurna dalam sebuah tes, dia diperbolehkan menonton
televisi satu jam penuh minggu itu, saat Macey duduk di salah
satu tempat duduk jendela favoritku, mengeluarkan ponsel,
kemudian menelepon tepat di depan kami bahkan tanpa
mengucapkan maaf. (Nggak sopan!) Tapi akhirnya kami yang
tertawa dalam hati, karena, setelah menekan nomor, dia meng?
ulurkan alat itu di depannya dengan kebingungan.
Bex dan aku saling melirik, kemudian aku mencoba untuk
ter?dengar sangat simpatik saat berkata, "Ya, ponsel nggak ber?
fungsi di sini." BENAR.
"Lokasi kita terlalu jauh dari pemancar," tambah Bex.
SALAH. Sebenarnya kami akan mendapatkan sinyal ponsel
yang bagus sekali kalau bukan karena penghalang raksasa yang
menghalangi transmisi asing mana pun dari sekolah, tapi
Macey McHenry dan ayah Capitol Hill-nya jelas nggak perlu
mengetahui hal itu. "Dilarang memakai ponsel?" kata Macey seakan kami baru
Isi-Editbaru.indd 43 saja memberitahunya bahwa semua murid diharuskan mencukur
habis rambut mereka dan hanya makan roti serta minum air.
"Sampai di sini saja. Aku benar-benar akan keluar dari sini."
Ke?mudian ia berbalik dan melesat kembali ke arah kantor
Mom. Setidaknya dia mengira itu jalan ke kantor Mom. Sebenar?
nya dia sedang mendekati pintu-pintu yang mengarah ke
Depar?temen Riset dan Pengembangan di lantai bawah tanah.
Aku cukup yakin Dr. Fibs akan mengatur semuanya dalam ke?
adaan Kode Merah, tapi sesuai tradisi ilmuwan-ilmuwan sinting
di segala tempat, Dr. Fibs punya kecenderungan untuk jadi
sedikit, sebaiknya kita katakan, sering melakukan kecelakaan.
Benar saja, saat kami berbelok di sudut, kami melihat Mr.
Mosckowitz, yang kebetulan merupakan orang paling ber?
wenang di dunia dalam masalah pengkodean data. Tapi Mr.
Mosckowitz nggak terlihat seperti orang supergenius pada saat
itu. Nggak. Dia terlihat seperti pecandu alkohol yang kebetulan
tinggal di sekolah. Matanya merah dan berair, wajahnya pucat,
dan ia benar-benar tersandung-sandung serta memanjangmanjang?kan kata-katanya saat berkata, "Halo!"
Macey menatapnya dengan jijik, yang sebenarnya hal bagus,
karena dengan begitu dia nggak memperhatikan kabut asap
tebal ungu yang merembes ke bawah pintu-pintu tangga di
be?lakangnya. Profesor Buckingham sedang menjejalkan
handuk-handuk di lubang tersebut, tapi setiap kali mendekati
kabut ungu itu dia mulai bersin-bersin tak terkontrol. Dia me?
nendang handuk itu dengan kakinya. Dr. Fibs muncul mem?
bawa segulung plester tahan air dan mulai mencoba menutup
lubang di sekitar pintu. (Sama sekali nggak hebat untuk
ukuran teknologi mata-mata super, kan")
Isi-Editbaru.indd 44 Mr. Mosckowitz terus-menerus bergoyang maju-mundur,
mungkin karena asap ungunya telah mengacaukan kese?
imbangan?nya atau mungkin karena ia mencoba menghalangi
pandangan Macey, dan itu cukup sulit, mengingat ia nggak
akan bisa jadi lebih tinggi sesenti pun dari 165 cm. Ia berkata,
"Aku tahu kau calon murid."
Tapi tepat pada saat itu, tubuh Dr. Fibs yang tinggi dan
kurus roboh ke lantai. Dia pingsan dan asap ungunya ber?
tambah tebal. Bex dan aku bertatapan. Ini benar-benar NGGAK BAGUS!
Buckingham menggotong Dr. Fibs ke atas kursi guru dan
mulai mendorongnya pergi, tapi aku sama sekali nggak tahu
harus berbuat apa. Bex meraih lengan Macey. "Ayo, Macey.
Aku tahu jalan?" Tapi Macey melepaskan lengannya dari pegangan Bex dan
berkata, "Jangan sentuh aku, jal"." (Yah, itu betul, dia me?
nyebut Bex dengan kata J.)
Sekarang begini, seluruh masalah sekolah swasta ini me?
nempatkan seorang cewek pada keadaan yang nggak meng?
untungkan. MTV membuat cewek-cewek percaya bahwa kata
J itu sudah jadi panggilan sayang atau slang di antara orangorang yang kedudukannya sejajar. Tapi aku masih berpikir kata
itu hinaan untuk orang-orang yang nggak bisa berbicara de?
ngan baik. Jadi, entah Macey membenci kami atau meng?
hormati kami, tapi aku menatap Bex dan tahu bahwa menurut?
nya, yang pertamalah yang benar.
Bex melangkah maju, melepaskan topeng cewek sekolah
gembiranya dan memasang wajah mata-mata supernya.
Ini BENAR-BENAR nggak bagus, pikirku lagi, tepat saat
Isi-Editbaru.indd 45 se??buah kemeja putih dan celana khaki muncul di jarak pan?
dangku. Aku nggak akan bertanya-tanya lagi apakah kami berpikir
Mr. Solomon itu keren karena kami menilai berdasarkan kurva
sekolah-khusus-cewek. Karena sekali memandang pada Macey
McHenry membuatnya benar-benar jelas, bahwa bahkan bagi
cewek-cewek di luar dinding-dinding Akademi Gallagher, Joe
Solomon masuk kategori sangat tampan. Dan Macey bahkan
nggak tahu Mr. Solomon seorang mata-mata (padahal fakta itu
selalu membuat seorang cowok tampak lebih keren).
"Halo." Itu kata yang sama persis dengan yang dikatakan
Mr. Mosckowitz, tapi oh ternyata efeknya sangat berbeda. "Se?
lamat datang di Akademi Gallagher. Kuharap kau memper?
timbangkan untuk bergabung dengan kami," kata Mr. Solomon,
tapi aku cukup yakin Macey, Bex, dan aku malah mendengar,
Menurutku kau wanita tercantik di dunia dan aku akan merasa
terhormat kalau kau mau mengandung anak-anakku. (Benar,
sungguh, kupikir Mr. Solomon memang mengatakan itu.)
"Apakah kau menikmati turmu?" tanya Mr. Solomon, tapi
Macey hanya mengedip-ngedipkan bulu matanya dan ber?
tingkah sangat menggoda dengan cara yang benar-benar nggak
cocok dengan sepatu bot tebalnya.
Mungkin itu akibat awan asap ungu yang melayang ke
arahku, tapi kupikir aku bakal muntah.
"Apakah kau punya waktu sebentar?" tanya Mr. Solomon,
tapi nggak menunggu Macey menjawab sebelum berkata, "Ada
sesuatu di lantai dua yang dengan senang hati ingin kutunjuk?
kan padamu." Mr. Solomo menunjukkan jalan pada Macey ke arah tangga
batu melingkar yang dulu merupakan bagian tetap di kapel
Isi-Editbaru.indd 46 keluarga Gallagher. Jendela kaca warna-warni berdiri setinggi
dua lantai dan mewarnai cahaya yang mendarat di atas kemeja
putih Mr. Solomon saat kami menaiki tangga. Saat kami
sampai di lantai dua, dia membentangkan lengannya ke arah
koridor megah berlangit-langit tinggi yang dibanjiri warnawarni.
Pemandangan itu, digambarkan dengan satu kata, indah,
walaupun begitu aku nggak pernah benar-benar memperhatikan?
nya sampai saat itu"selalu ada kelas-kelas yang harus dihadiri,
tugas-tugas yang harus diselesaikan. Aku seakan mendengar
ceramah Mr. Solomon lagi"perhatikan segala hal"dan aku
nggak bisa nggak merasa bahwa kami baru saja mendapatkan
tes Operasi Rahasia yang pertama. Dan kami gagal.
Mr. Solomon berjalan memimpin kami di sepanjang jalan
ke Koridor Sejarah sebelum berbelok dan berjalan kembali ke
arah dinding kaca berwarna-warni yang indah itu. Saat Macey
mengamatinya pergi, ia bergumam, "Siapa itu?"
Itu perkataan antusias pertama yang dikatakan Macey sejak
merangkak keluar dari limusin dan mungkin jauh sebelum
itu"mungkin sejak menyadari bahwa ayahnya pasti bersedia
menjual jiwanya untuk mendapatkan suara, bahwa ibunya ada?
lah peng?gambaran kata J seperti yang digunakan dalam konteks
tradisional. "Dia guru baru," jawab Bex.
"Yeah," ejek Macey. "Kalau kaubilang begitu."
Tapi Bex, yang belum lupa insiden kata-J, berbalik dan ber?
kata, "Aku memang bilang begitu."
Macey meraih kotak rokoknya tapi berhenti tiba-tiba waktu
pelototan Bex semakin tajam.
"Biar aku jelaskan untukmu," kata Macey, seakan itu
Isi-Editbaru.indd 47 semacam perbuatan baik besar. "Skenario terbaiknya: semua
cewek tergila-gila padanya dan kehilangan fokus, yang aku
yakin sangat penting di Akademi Gallagher," katanya dengan
rasa hormat pura-pura. "Skenario terburuknya: dia laki-laki
bertingkah laku buruk yang mencari tempat untuk eksis." Aku
harus mengakui bahwa, sejauh ini, Macey si-kata-J terdengar
masuk akal. "Orang yang mengajar di tempat-tempat seperti
ini adalah orang-orang aneh dan culun. Dan kalau Kepala
Sekolah di sini terlihat seperti itu?" Macey menunjuk pada
Mom dengan segala kecantikannya, yang sedang berdiri dan
bicara pada suami-istri McHenry sembilan meter jauhnya ?"mu?
?dah sekali melihat untuk tujuan apa Mr. Tampan dipekerja?
kan." "Apa?" tanyaku, nggak mengerti.
"Kaulah Gallagher Girl-nya," Macey mengejek lagi. "Kalau
kau nggak bisa mengerti, maka siapalah aku ini hingga pantas
mem?beritahumu." Aku memikirkan Mom"Mom yang cantik, yang baru-baru
ini diberi kerlingan oleh guru Operasi Rahasia-ku yang seksi,
dan kupikir aku kehilangan selera makanku, selamanya.
Isi-Editbaru.indd 48 t.c Bab E m p a t anyak hal menguntungkan ketika tiga cewek berbagi sebuah
suite berkapasitas empat orang. Yang pertama, jelas, adalah ada?
nya ruang lebih di lemari pakaian"diikuti ruang di rak, diikuti
fakta bahwa kami punya satu sudut kamar khusus untuk kursikursi beanbag. Itu pengaturan yang sangat manis, tapi kurasa
nggak satu pun dari kami benar-benar menghargai apa yang
kami miliki sampai dua laki-laki dari bagian maintenance
mengetuk pintu kamar kami dan bertanya di mana kami ingin
meletakkan tempat tidur ekstranya.
Nah, selain guru-guru dan koki kami, Akademi Gallagher
punya staf yang cukup banyak, tapi tempat ini bukan tempat
yang mengiklankan lowongan pekerjaan (well" tahu, kan"
kecuali untuk pesan-pesan kode). Hanya dua macam orang
yang datang ke sini"murid-murid yang mencoba masuk ke
AlphaNet (CIA, FBI, NSA, dll), dan anggota-anggota staf
yang ingin keluar dari sana. Jadi waktu dua laki-laki bertubuh
Isi-Editbaru.indd 49 sebesar lemari es muncul membawa tiang-tiang besi panjang
dan genggaman-genggaman kuat, cukup mungkin bahwa itu
me?rupakan alat-alat yang sudah biasa mereka pakai"hanya
dalam konteks yang sangat berbeda.
Itu sebabnya kami nggak mengajukan pertanyaan apa pun
malam itu. Kami hanya menunjuk sebuah sudut, kemudian
ber??baris ke lantai dua.
"Masuklah, Anak-anak," seru Mom begitu kami memasuki
Koridor Sejarah"jauh sebelum ia bisa melihat kami. Walaupun
aku tumbuh besar bersamanya, kadang naluri mata-mata super?
nya membuatku takut. Mom berjalan ke pintu. "Aku sudah
me?nunggu kalian." Aku sudah mempersiapkan pidato panjang, biar kuberitahu
kau, tapi begitu melihat bayangan Mom di kusen pintu, aku
lang?sung lupa. Untungnya Bex nggak pernah memiliki masalah
itu. "Maaf, Ma"am," kata Bex, "tapi apakah Anda tahu kenapa
bagian maintenance mengirimkan tempat tidur ekstra ke kamar
kami?" Jika orang lain menanyakan pertanyaan itu dengan nada
seperti itu, mungkin dia akan langsung melihat kemurkaan
Rachel Morgan, tapi yang dilakukan Mom hanyalah bersedekap
dan meniru nada suara ala murid sekolah Bex.
"Wah, ya, Rebecca. Aku memang tahu."
"Apakah informasi itu bisa Anda bagi dengan kami, Ma"am"
Atau apakah hanya untuk yang perlu tahu?" (Kalau ada yang
perlu tahu"itu kami. Kamilah yang kehilangan sudut beanbag
karena masalah ini!) Tapi Mom hanya melangkah maju dan mengisyaratkan pada
kami untuk mengikuti. "Ayo, kita berjalan-jalan."
Isi-Editbaru.indd 50 Ada sesuatu yang nggak beres, aku menyadarinya. Pasti ada
sesuatu yang nggak beres, jadi aku berjalan di belakang Mom,
mengikutinya menuruni tangga yang megah, dan berkata,
"Apa" Apakah pemerasan" Apakah Senator punya informasi
tentang?" "Cameron," kata Mom, mencoba memotong ucapanku.
"Apakah dia tergabung dalam Komiter Angkatan Bersenjata
di DPR" Apakah ini masalah keuangan, karena kita bisa mulai
meminta bayaran uang sekolah, kau?"
"Cammie, jalan saja," perintah Mom.
Aku melakukan perintah Mom, tapi aku masih nggak bisa
menutup mulut. "Macey tidak akan bertahan. Kita bisa me?
nyingkirkan?" "Cameron Ann Morgan," kata Mom, memainkan kartu
nama-tengah yang disimpan semua ibu di saku belakang me?
reka hanya untuk kesempatan seperti ini. "Sudah cukup." Aku
membeku saat Mom menyerahkan amplop manila besar yang
sedari tadi dibawanya pada Bex dan berkata, "Itu nilai-nilai tes
teman sekamar baru kalian."
Oke, aku akan mengakuinya"nilai-nilainya bagus. Nggak
bagus seperti ukuran Liz, atau semacamnya, tapi nilai-nilai itu


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh lebih baik daripada yang akan diindikasikan Indeks
Prestasi Macey McHenry yang hanya 2.0.
Kami berbelok ke sebuah koridor batu tua, langkah-langkah
kami bergema di sepanjang koridor yang dingin.
"Jadi tesnya bagus," kataku. "Lalu?"
Mom berhenti mendadak dan kami bertiga hampir me?nabrak?
nya. "Aku tidak meminta persetujuanmu untuk keputusankeputusanku, kan, Cammie?" Rasa malu mulai muncul di dalam
diriku, tapi Mom sudah mengalihkan perhatiannya kepada Bex.
Isi-Editbaru.indd 51 "Dan kadang-kadang aku memang membuat keputusankeputusan kontroversial, bukankah begitu, Rebecca?" Mendengar
ini, kami semua teringat bagaimana Bex bisa bergabung dengan
kami dan bahkan dia pun menutup mulut. "Dan, Liz." Mom
mengalihkan pandangan untuk terakhir kalinya. "Apakah me?
nurutmu kita seharusnya hanya memasukkan anak-anak pe?
rempuan dari keluarga mata-mata?"
Itu keputusannya"Mom berhasil memojokkan kami.
Mom bersedekap dan berkata, "Macey McHenry akan mem?
bawa keragaman yang sangat diperlukan Akademi Gallagher.
Dia punya koneksi keluarga yang akan membuka jalan masuk
menuju beberapa golongan yang sangat tertutup. Dia punya
kepandaian yang kurang digunakan. Dan?" Mom tampaknya
memikirkan bagian berikut ini, ?"dia punya kualitas khusus
dalam dirinya." Kualitas" Yeah, yang benar saja. Itu kalau kesombongan di?
anggap sebagai kualitas, begitu juga elitisme, fasisme, dan
anorekisme. Aku hendak memberitahu Mom tentang masalah
delapan-ratus-kalori-sehari, atau masalah kata-J, atau menunjuk?
kan bahwa Kode Merah hanyalah wawancara palsu, bukan
sungguhan. Tapi aku menatap wanita yang telah membesarkan?
ku dan yang, menurut rumor, pernah merayu laki-laki Rusia
yang berkedudukan tinggi untuk berpakaian perempuan dan
membawa bola pantai penuh nitrogen cair di bawah kausnya
seperti wanita hamil, dan aku tahu aku sudah dikalahkan,
meski?pun aku dibantu Bex dan Liz.
"Dan kalau itu tidak cukup untuk kalian?" Mom menoleh
untuk menatap permadani beledu tua yang tergantung di te?
ngah dinding batu panjang.
Tentu saja aku pernah melihatnya. Kalau seorang murid
Isi-Editbaru.indd 52 mau berdiri di sana cukup lama, dia bisa menyusuri pohon ke?
luarga Gallagher yang bercabang ke seluruh permadani sampai
sembilan generasi sebelum Gilly, dan dua generasi setelahnya.
Kalau seorang murid punya hal-hal yang lebih baik untuk di?
laku?kan, dia bisa meraih ke belakang permadani itu, ke lam?
bang keluarga Gallagher yang dipahat di dalam batu, dan me?
mutar pedang kecilnya, kemudian menyelipkan diri melewati
pintu rahasia yang akan terbuka. (Kita bilang saja aku tipe
cewek kedua.) "Apa hubungannya ini dengan?" aku memulai, tapi "Oh,
astaga" Liz memotongku.
Aku mengikuti jari kurus temanku yang menyusuri garis di
dasar permadani. Aku nggak pernah tahu bahwa Gilly sudah
menikah. Aku nggak pernah tahu dia memiliki seorang anak.
Aku nggak pernah membayangkan bahwa nama belakang anak
itu adalah "McHenry".
Padahal selama ini kupikir akulah "pewaris" Gallagher.
"Kalau Macey McHenry ingin bersekolah di sini," kata
Mom, "kita akan menyediakan tempat untuknya."
Mom berbalik dan mulai berjalan pergi, tapi Liz me?manggil?
nya, "Tapi, Ma"am, bagaimana dia akan" tahu, kan" me?
nyusul pelajaran?" Mom menganggap ini sebagai pertanyaan yang adil, karena
ia melipat tangan dan berkata, "Aku mengakui bahwa, secara
akademis, Miss McHenry akan tertinggal dibandingkan anakanak kelas sepuluh lain. Untuk alasan itu, dia akan mengikuti
banyak kelas bersama murid-murid yang lebih muda."
Bex meringis padaku, tapi bahkan pikiran tentang kaki-kaki
supermodel Macey yang akan membuatnya tampak tinggi di
antara satu kelas penuh anak baru nggak bisa mengubah fakta
Isi-Editbaru.indd 53 in bahwa ada dua laki-laki berkepala botak (yang bisa saja
kepalanya dicari-cari banyak orang) sedang membuat ruang
untuk Macey di suite kami. Pertanyaan di wajah Mom adalah,
apakah kami mau membuat ruang untuknya di dalam ke?
hidupan kami. Aku menatap sahabat-sahabatku, mengetahui bahwa misi
kami, kalau kami memilih untuk menerimanya, adalah ber?
teman dengan Macey McHenry. Sisi cewek baik dalam diriku
tahu bahwa setidaknya aku harus mencoba membantunya me?
nyesuaikan diri. Sisi mata-mata dalam diriku tahu aku diberi
sebuah tugas, dan kalau aku ingin melihat Sublevel Dua, se?
baiknya aku meringis dan berkata "Baik, Ma"am." Tapi sisi
anak perempuan dalam diriku tahu aku sama sekali nggak bisa
memilih. "Kapan dia mulai?" tanyaku.
"Senin." Minggu malam itu aku menemui Mom di kantornya untuk
makan Tater Tot dan chicken nugget. Kami punya satu peratur?an
tegas-dan-cepat tentang makan malam pada Minggu ma?lam"
Mom harus memasaknya sendiri, itu menyenangkan dan
segalanya, tapi nggak benar-benar bagus untuk pencernaanku.
(Dad selalu bilang hal paling berbahaya tentang Mom adalah
masakannya.) Tepat di bawah kami, teman-temanku sedang
makan makanan terbaik yang bisa ditawarkan koki bintang
lima, tapi saat Mom berjalan berkeliling memakai kaus tua Dad,
terlihat seperti remaja, aku nggak bakal mau bertukar tempat
dengan mereka meskipun diberi semua cr?me br?l?e di dunia.
Saat pertama kali datang ke Akademi Gallagher, aku me?
rasa bersalah karena bisa bertemu ibuku setiap hari sementara
Isi-Editbaru.indd 54 teman-teman sekelasku harus melewatkan berbulan-bulan tanpa
orangtua mereka. Pada akhirnya, aku berhenti merasa nggak
enak. Bagaimanapun, Mom dan aku nggak melewatkan liburan
musim panas bersama. Tapi yang terutama, kami nggak me?
miliki Dad. "Jadi bagaimana sekolah?" Mom selalu bertanya seakan
nggak tahu"dan mungkin ia memang nggak tahu. Mungkin,
seperti setiap mata-mata yang baik, ia ingin mendengar cerita?
nya dari setiap sisi sebelum membuat keputusan.
Aku mencelupkan sebuah Tater Tot ke dalam sedikit saus
moster madu dan berkata, "Baik."
"Bagaimana kelas Operasi Rahasia?" sang ibu bertanya, tapi
aku tahu sang kepala sekolah ada di dalam sana di suatu tem?
pat, dan ia ingin tahu apakah staf terbarunya menjalankan
tugas dengan baik. "Dia tahu tentang Dad."
Aku nggak tahu dari mana datangnya kalimat itu atau ke?
napa aku mengatakannya. Aku menghabiskan enam hari ter?
akhir dengan ketakutan menunggu kedatangan Macey
McHenry ke dalam kelompok kecil kami, tapi kenapa ini yang
ku?katakan waktu aku akhirnya bisa berdua saja dengan Mom"
Aku mengamati Mom, berharap Mr. Solomon sudah meng?
ajarkan Cara Membaca Bahasa Tubuh minggu itu, bukannya
Pengintaian Dasar. "Ada orang-orang di dunia ini, Cam"orang-orang seperti
Mr. Solomon"yang tahu apa yang terjadi pada ayahmu.
Adalah tugas mereka untuk mengetahui apa yang terjadi. Aku
berharap suatu hari nanti, kau akan terbiasa dengan pandangan
di mata orang-orang saat mereka mengerti apa yang terjadi dan
mencoba untuk memutuskan, apakah ingin menyinggung masa?
Isi-Editbaru.indd 55 ka lah itu atau tidak. Apakah asumsiku betul bahwa Mr. Solomon
menyinggungnya?" "Semacam itulah."
"Dan bagaimana kau mengatasinya?"
Aku nggak berteriak dan menangis, jadi aku memberitahu
Mom, "Baik-baik saja, kurasa."
"Bagus." Mom meluruskan rambutku, dan aku bertanyatanya untuk kesejuta kalinya apakah ia punya satu set tangan
untuk bekerja dan satu set yang lain untuk saat-saat seperti
ini. Aku membayangkan Mom menyimpan tangan-tangan itu
di dalam tas kerja dan menukarnya, yang satu sutra dan yang
yang lainnya baja. Dr. Fibs bisa saja membuatnya"tapi itu
nggak benar. "Aku bangga padamu, kiddo," kata Mom sederhana. "Kelak
ini akan jadi lebih mudah."
Ibuku adalah mata-mata terbaik yang kukenal"jadi aku
memercayainya. Saat kami bangun pagi berikutnya, aku ingat bahwa ini hari
Senin. Aku lupa bahwa ini Senin yang itu. Itulah sebabnya
aku berhenti mendadak dalam perjalananku ke sarapan waktu
men?dengar teriakan "Cameron Morgan!" Buckingham yang
kuat bergema ke seluruh selasar. "Aku memerlukanmu, Miss
Baxter, dan Miss Sutton untuk mengikutiku, please." Bex dan
Liz terlihat sama bingungnya aku, sampai Buckingham men?
jelaskan, "Teman sekamar baru kalian sudah tiba."
Buckingham memang cukup tua dan kami memang bertiga
sedangkan dia sendirian, tapi tetap saja aku nggak melihat
alternatif lain. Kami mengikutinya menaiki tangga.
Kukira hanya akan ada Mom dan Macey di dalam kantor
Isi-Editbaru.indd 56 kepala sekolah"orangtua Macey pasti sudah dipersilakan pergi
de?ngan limusin kalau mereka repot-repot datang sama sekali
(yang nggak mereka lakukan)"tapi waktu Buckingham men?
dorong pintunya terbuka, aku melihat Mr. Solomon dan Jessica
Boden duduk bersama di sofa kulit. Mr. Solomon terlihat
benar-benar bosan sampai aku hampir merasa kasihan padanya.
Sedangkan Jessica duduk bersemangat di tepi sofa.
Tamu terhormatnya duduk di seberang meja yang berhadap?
an dengan Mom, mengenakan seragam resmi tapi terlihat se?
perti supermodel. Dia bahkan nggak berbalik waktu kami ber?
jalan masuk. "Seperti yang tadi kukatakan, Macey," kata Mom begitu Liz,
Bex, dan aku menempatkan diri kami di tempat duduk jendela
di ujung ruangan sementara Buckingham berdiri siap di depan
rak-rak buku, "kuharap kau akan senang di sini, di Akademi
Gallagher." "Uh!" Yah, aku tahu aku memang nggak bisa bicara dalam bahasa
pewaris kaya, tapi aku cukup yakin itu artinya Bilang saja pada
orang yang peduli, karena aku sudah pernah mendengar semua itu,
dan kau hanya mengatakan itu karena ayahku menuliskan cek yang
besar sekali untukmu. (Tapi itu hanya tebakanku.)
"Well, Macey," suara yang benar-benar menjijikkan me?
nimpali. Aku nggak yakin kenapa aku membenci Jessica Boden,
tapi aku cukup yakin itu berhubungan dengan fakta bahwa
postur tubuhnya terlalu tegak, dan aku nggak percaya orang
yang nggak tahu cara membungkuk dengan baik. "Waktu dewan
pengawas mendengar tentang penerimaanmu, ibuku?"
"Terima kasih, Jessica." Seberapa besar aku menyayang Mom"
Sangat. Mom membuka sebuah arsip tebal yang tergeletak di
Isi-Editbaru.indd 57 atas mejanya. "Macey, di sini tertulis bahwa kau menghabiskan
satu semester di Akademi Triad?"
"Yeah," kata Macey. (Nah, itu baru cewek yang tahu bagai?
mana membungkuk santai.) "Kemudian satu tahun penuh di Wellington House. Dua
bulan di Ingalls. Ooh, hanya satu minggu di Institut Wilder."
"Lalu?" tanya Macey, nadanya sama tajamnya dengan pisau
pembuka surat yang sedang dimainkan Joe Solomon sambil
melamun sementara Mom dan Macey bicara.
"Kau sudah bersekolah di banyak sekolah berbeda,
Macey?" "Menurut saya tidak banyak yang berbeda dari tiap sekolah,"
sergah Macey. Tapi begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, pisau pem?
buka surat melayang membelah udara, nggak lebih dari 30
cm jauhnya dari rambut Macey yang berkilauan, terbang dari
tangan Mr. Solomon tepat ke arah kepala Buckingham. Itu
semua terjadi sangat cepat"seperti begitu-kedip-kau-akan-me?
lewatkannya cepatnya. Satu detik Macey sedang bicara bahwa
semua sekolah sama saja, dan detik berikutnya, Patricia
Bucking?ham menyambar buku Perang dan Perdamaian dari rak
buku di belakangnya dan mengangkatnya beberapa senti dari
wajah, tepat begitu pisau itu menancap di sampul kulitnya.
Untuk waktu yang lama, satu-satunya suara yang terdengar
adalah getaran samar pembuka surat selagi benda itu menancap
di buku, berdengung seperti garpu nada yang mencari nada C
tengah. Kemudian Mom mencondongkan tubuh ke atas meja?
nya dan berkata, "Menurutku kau akan menemukan bahwa
be?berapa hal yang kami ajarkan di sekolah ini tidak diajarkan
di sekolah-sekolahmu yang lain."
Isi-Editbaru.indd 58 "Apa?" Macey tergagap. "Apa"apa"apakah Anda gila?"
Saat itulah Mom membahas sejarah sekolah sekali lagi"
versi yang nggak dipersingkat"dimulai dengan Gilly, kemudian
menyebutkan kejadian-kejadian penting seperti bagaimana
Gallagher Girls saling memanikur, dan itu merupakan jawaban
atas masalah nggak-ada-dua-sidik-jari-yang-sama, serta beberapa
karya kami yang sangat menguntungkan. (Selotip antiair nggak
tercipta de?ngan sendirinya, tahu.)
Waktu Mom selesai, Bex berkata, "Selamat datang di se?
kolah mata-mata," dengan aksen aslinya, bukan dengan cara
bicara?nya yang netral secara geografis, padahal itu satu-satunya
cara bicara Bex yang pernah Macey dengar, dan aku bisa me?
lihat dia akan mengalami gangguan akibat kelebihan informasi
serius, yang, tentu saja, nggak dibantu oleh Jessica.
"Macey, aku tahu kau akan sulit menyesuaikan diri, tapi
itulah sebabnya ibuku"dia anggota Dewan Pengawas Gallag?
her"mendorongku untuk membantumu melewati ini?"
"Terima kasih, Jessica," kata Mom, memotongnya lagi.
"Mung?kin aku bisa membuat semuanya sedikit lebih jelas."
Mom meraih ke dalam saku dan mengeluarkan benda yang
terlihat seperti kotak bedak berwarna perak biasa. Ia membuka
tutupnya dan menyentuhkan telunjuk ke cermin di dalamnya.
Aku melihat lampu kecil di kotak bedak itu memindai sidik jari


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mom, dan waktu ia menutup kotak bedak itu, dunia di se?
keliling Macey McHenry berubah saat seluruh proses Kode
Merah berbalik. Selama seminggu terakhir rak-rak buku meng?
hadap ke arah yang salah, tapi sekarang mereka berputar untuk
menunjukkan sisi yang benar. Disney World menghilang di foto
di atas meja Mom; dan Liz bicara dalam bahasa Portugis cukup
lama untuk mengatakan, "Sera que ela vai vomitar?" Tapi aku
Isi-Editbaru.indd 59 harus menggelengkan sebagai jawaban ka?rena aku sejujurnya
nggak tahu apakah Macey akan muntah atau nggak.
Saat semuanya berhenti berputar (secara harfiah), Macey
dikelilingi rahasia-rahasia tersembunyi yang berumur lebih dari
seratus tahun, tapi dia nggak memperhatikan semuanya. Se?
balik?nya, ia berteriak, "Kalian semua gila!" dan melesat ke
pintu. Sayangnya, Joe Solomon berada satu langkah di depan?
nya. "Minggir!" bentak Macey.
"Maaf," kata Mr. Solomon tenang. "Kurasa Kepala Sekolah
be?lum selesai." "Macey." Suara Mom tenang dan penuh pertimbangan.
"Aku tahu ini pasti membuatmu syok. Tapi kami benar-benar
sekolah untuk wanita muda berbakat. Kelas-kelas kami sulit.
Kurikulum kami unik. Tapi kau bisa menggunakan apa yang
kaupelajari di sini di mana pun di dunia. Dengan cara apa
pun yang kauanggap cocok." Mata Mom menyipit. Suaranya
men?jadi tajam saat berkata, "Kalau kau memilih tetap ting?
gal." Saat Mom melangkah maju, aku tahu dia nggak bicara
sebagai Kepala Sekolah lagi; ia sedang bicara sebagai seorang
ibu. "Kalau kau ingin pergi, Macey, kami bisa membuatmu me?
lupa?kan semua ini pernah terjadi. Saat kau bangun besok pagi,
ini akan menjadi mimpi yang tidak kauingat, dan kau akan
memiliki satu pengalaman bersekolah yang kurang beruntung
lagi dalam arsipmu. Tapi tidak peduli apa pun keputusanmu,
hanya satu hal yang harus kaumengerti."
Mom bergerak semakin dekat, dan Macey membentak,
"Apa?" "Tak seorang pun akan tahu apa yang kaulihat dan kau?
dengar di sini hari ini." Macey masih menatap Mom setajam
Isi-Editbaru.indd 60 pisau, tapi Mom nggak punya edisi lain Perang dan Perdamaian
yang bisa dipakai, jadi ia meraih yang kedua terbaik. "Terutama
orangtuamu." Dan tepat pada saat aku mengira nggak akan pernah me?
lihat Macey McHenry tersenyum"
Isi-Editbaru.indd 61 t.c Bab L i m a ada minggu ketiga sekolah, ranselku lebih berat daripada
tubuhku (well, mungkin bukan aku, tapi Liz). Aku punya
segunung PR, dan tanda di atas Aula Besar mengumumkan
bahwa kami semua sebaiknya mempelajari kembali pelajaran
bahasa Prancis kalau kami berniat ngobrol saat makan siang.
Tambahan lagi, memisahkan rumor dari fakta itu hampir se?
perti pekerjaan penuh waktu. (Bukan kejutan besar rumorrumor itu berkisar tentang siapa.)
Macey McHenry dikeluarkan dari sekolah terakhirnya ka?
rena mengandung bayi, dan ayah bayi itu adalah kepala
sekolah?nya. RUMOR. Pada pelajaran P&P pertamanya, Macey
menendang salah seorang anak kelas tujuh begitu keras sampaisampai anak itu pingsan selama satu jam. FAKTA. (Itu juga
alasan Macey sekarang mengikuti kelas P&P bersama anakanak kelas delapan.) Macey memberitahu seorang anak kelas
tujuh bahwa kacamatanya membuat wajahnya terlihat gemuk,
Isi-Editbaru.indd 62 seorang anak kelas sebelas bahwa rambutnya terlihat seperti
wig (yang memang benar, terima kasih pada insiden plutonium
yang sangat sial), dan bilang pada Profesor Buckingham bahwa
dia benar-benar harus mencoba memakai stoking. FAKTA.
FAKTA. FAKTA. Saat kami berjalan dari ruang minum teh Madame Dabney
ke lift menuju Sublevel Satu, Tina Walters memberitahuku
untuk kesepuluh kalinya, "Cammie, kau bahkan nggak perlu
mencuri arsipnya" Hanya intip sedikit?"
"Tina!" bentakku, kemudian berbisik karena koridor ramai
penuh calon mata-mata bukanlah tempat terbaik untuk meng?
adakan pembicaraan rahasia. "Aku nggak akan mencuri arsip
permanen Macey hanya untuk melihat apakah dia benar-benar
membakar gym di sekolah terakhirnya."
"Meminjam," Tina mengingatkanku. "Meminjam arsip per?
manennya. Hanya mengintip."
"Nggak!" kataku lagi, tepat saat kami berbelok ke koridor
kecil yang gelap. Aku melihat Liz berdiri di sana, menatap ke
cermin yang menyembunyikan lift seakan dia nggak mengenali
bayangannya sendiri. "Kenapa?" Kemudian aku melihat helai?
an kecil kertas kuning. "Apa" Apakah liftnya rusak atau?"
Kemudian aku membaca helaian kecil kertas kuningnya.
Pelajaran O.R. kelas sepuluh dibatalkan.
Bertemu di luar malam ini. 7:00.
Jangan kenakan seragam kalian!
Solomon Bayangan Bex muncul di sebelah bayanganku dan kami ber?
pandangan. Aku mulai mencabut catatan itu dari cermin,
Isi-Editbaru.indd 63 untuk menyimpannya sebagai sepotong sejarah Akademi
Gallagher, karena ada dua hal yang luar biasa tentang catatan
ini. Pertama, aku bahkan belum pernah mendengar ada pelajar?
an yang dibatalkan, apalagi menyaksikannya sendiri. Kedua,
Joe Solomon baru saja mengundang empat belas cewek untuk
pergi bersama, hampir seperti berjalan-jalan di bawah sinar
bulan. Pasti akan menarik. Aku pernah melihat Liz panik tentang tugas-tugas sebelumnya,
tapi hari itu saat makan siang, wajahnya seputih garam saat
menghafalkan kembali setiap baris kecil dari catatan Operasi
Rahasia-nya yang ditulis dengan tanda baca sempurna. Kadang
Liz berhenti membaca dan memejamkan mata, seakan sedang
mencoba membaca jawaban-jawabannya di puncak kepalanya.
(Mungkin dia memang melakukannya. Dengan kepala Liz, apa
pun mungkin.) "Liz, est-ce qu"il-y-a une ?preuve de CoveOps dont je ne
connais pas?" tanyaku, berpikir bahwa kalau bakal ada tes
Operasi Rahasia yang nggak kuketahui, seseorang harus segera
memberitahuku. Tapi Liz mengira aku mencoba melucu.
"Tu ne la consid?ras pas s?rieuse?" Liz hampir berteriak. "Tu
sais qu"est-ce qui se passe ce soir!"
Tentu saja aku menganggapnya serius, tapi Liz nggak me?
mercayai itu, jadi aku mengabaikan tugas bahasa Prancis kami
dan berbisik, "Nggak, Liz, aku nggak tahu apa yang akan terjadi
malam ini." "Exactement!" teriaknya, mencondongkan diri mendekat.
"Apa pun yang ada di dalam buku-buku ini bisa ada di luar
sana!" katanya, seakan kami bakal memasuki zona perang
Isi-Editbaru.indd 64 sungguhan dan bukannya halaman belakang sekolah. "Atau bisa
jadi sesuatu?"ia menatap berkeliling dan mencondongkan diri
lebih dekat?"yang nggak ada di dalam buku!"
Aku benar-benar mengira Liz bakal muntah, terutama saat
Bex mencondongkan diri dan berkata, "Aku berani taruhan
kita akan menangkap kartel obat-obatan terlarang yang sedang
beroperasi di dalam kelab malam." (Karena dia pernah melihat
adegan itu dalam salah satu episode Alias.)
Liz menelan ludah dan buku-buku jarinya memutih saat
mencengkeram kartu catatan. "Nggak akan seperti itu, Liz,"
bisik?ku. Tapi saat ini, seluruh anak kelas sepuluh sudah me?
natap kami. "Kenapa?" tuntut Tina. "Apa yang kautahu" Apakah ibumu
mem?beritahumu sesuatu?"
"Nggak!" kataku, berharap aku nggak menarik perhatian
me?reka. "Aku nggak tahu apa-apa."
"Jadi Solomon nggak meminta dua helikopter, tiga senjata
pembius, dan belasan paspor Brasil pada ibumu?"
Tapi sebelum aku bisa menjawab pertanyaan Tina yang
menggelikan, pintu-pintu utama terbuka, dan anak-anak kelas
tujuh masuk, mengatakan bonjour?"halo" adalah satu dari se?
dikit frasa yang sudah mereka ketahui"anak-anak kelas se?
puluh lupa tentang aku dan kembali melakukan apa yang
mereka lakukan selama seminggu terakhir"mengamati Macey
McHenry. Macey orang pertama yang mengombinasikan kuteks hitam
dengan blus putih berkerah dengan gaya Peter Pan (itu belum
diveri?fikasi atau apa"hanya tebakan), dan anting hidung
berlian?nya terlihat seperti jerawat bernilai dua puluh ribu
dolar. Tapi untuk orang luar, Macey McHenry mungkin terlihat
Isi-Editbaru.indd 65 seperti bagian dari kami. Ia berjalan di sepanjang Aula Besar
seakan memiliki tempat ini (seperti biasa), mengambil salad
hijau polos tanpa saus (seperti biasa), dan berjalan ke meja
kami. Kemudian ia duduk di sebelah Bex dan berkata, "Anakanak kecilnya mengganggu," dan itu benar-benar nggak biasa.
Sampai saat itu, aku lebih sering mendengar Macey me?
ngatakan hal-hal seperti "Kau menghalangi cahaya", dan
"Kalau kau mau melakukan operasi plastik, kau mungkin ingin
men?coba dokter ibuku di Palm Springs." (Tanpa perlu dikata?
kan, Mr. Smith nggak mencatat nomor telepon itu.) Tapi di
sana?lah Macey, duduk bersama kami, bicara dengan kami. Ber?
tingkah seakan dia salah satu dari kami!
Liz berkata, "Je me demande pourquoi elle a d?cid? a parler ?
nous aujourd"hui. Comme c"est bizarre!" Tapi aku juga nggak
tahu kenapa Macey sedang merasa sangat ingin bicara.
Sebelum aku bisa menjawab, Macey menoleh pada Liz dan
mem??bentak, "Aku juga nggak mau bicara padamu, orang aneh."
Aku baru mulai memproses fakta bahwa pewaris perusahaan
kosmetik yang dikeluarkan dari banyak sekolah swasta ternyata
bisa bicara bahasa Prancis dengan cukup baik, waktu Macey
men?condongkan diri mendekat pada Liz, yang menjauhkan
dirinya. "Beritahu aku," kata Macey dengan aksen Selatan tiruan
paling buruk yang pernah kudengar, "bagaimana bisa seseorang
yang seharusnya sangat pintar terdengar sangat bodoh?"
Wajah pucat Liz langsung berubah merah saat air mata
muncul di sudut-sudut matanya. Sebelum aku me?nyadari apa
yang terjadi, Bex sudah melompat dari tempat duduk, me?
muntir lengan kanan Macey di belakang punggungnya dengan
satu tangan, dan menyambar anting hidung berlian itu dengan
Isi-Editbaru.indd 66 tangan yang lain, begitu cepat sampai-sampai aku ber?terima
kasih karena orang-orang Inggris berada di pihak kami (well,
dengan asumsi kami nggak bakal mengulang Perang Revolusi
lagi). "Aku tahu pelajaranmu terlambat tiga tahun, tapi biar ku?
beri pelajaran penting yang benar-benar cepat," Bex berkata
dalam bahasa Inggris (mungkin karena lebih sulit untuk ter?
dengar menakutkan dalam bahasa Prancis). Tapi hal yang
paling aneh terjadi"Macey tersenyum"hampir tertawa, dan
Bex benar-benar nggak tahu harus apa.
Murid-murid lain di aula perlahan-lahan terdiam, seakan
seseorang di suatu tempat mengecilkan volume semua suara.
Saat guru-guru berhenti bicara, Bex masih memegangi Macey,
aku sudah mencondongkan diri ke seberang meja untuk meme?
gangi Bex, dan Liz mencengkeram kuat-kuat kartu catatan
yang bertuliskan lima tempat utama untuk mencari bahan
peledak di pasar gelap St. Petersburg.
"Rebecca," kata suara seorang laki-laki. Aku menoleh dari
seringaian tertahan yang tampak di wajah Macey saat me?lihat
Joe Solomon berdiri di belakangku, berbicara ke seberang meja
pada Bex, yang perlahan-lahan membiarkan darah men?jalar
kembali ke lengan Macey. "Aku tahu kau bisa mendapat
masalah karena itu," katanya.
Itu benar. Gallagher Girls nggak berkelahi di koridor. Kami
nggak menampar dan nggak mendorong. Tapi yang terutama,
kami nggak menggunakan kemampuan kami untuk melawan
saudara-saudara Gallagher lainnya. Nggak pernah. Bex yang
nggak langsung dihalangi dari sepuluh arah adalah bukti betapa
Macey dibenci semua orang dan dianggap sebagai orang luar.
Tapi Mr. Solomon juga orang luar. Mungkin itulah sebabnya
Isi-Editbaru.indd 67 ia berkata, "Kalau kau begitu ingin pamer, kau dan temanteman??mu bisa membuktikannya malam ini." Ia menatap Liz
dan aku. "Semoga beruntung."
Tapi itu bukan ucapan "semoga beruntung" yang tulus. Itu
ada?lah ucapan "semoga beruntung" hati-hati-atau-kau-akanterluka.
Liz kembali terfokus pada kartu-kartu catatannya, tapi Bex
dan aku menatap satu sama lain dari seberang meja saat wajah
kami berubah dari teror sungguhan menjadi kegembiraan tak
terkontrol. Bagi Gallagher Girls, memimpin misi bukanlah
hukuman"itu hadiahnya! Hanya sedikit rasa takut yang ter?
tinggal di bagian belakang benakku saat menyadari bahwa
kami akan bermain dengan amunisi sungguhan"mungkin
secara harfiah dan non-harfiah.
Macey kembali memakan salad sementara Mr. Solomon me?
nambahkan, "Et n"oubliez pas, mesdemoiselles, ce soir vous ?tes
des civils"ressemblez-y."
Oh, yeah, itu yang kubutuhkan"nasihat mode dari Joe
Solomon. Aula Besar kembali normal, tapi aku ragu ada anak
kelas sepuluh, di samping Macey, yang memakan satu suapan
lagi. Seakan kami belum menyadarinya, Joe Solomon meng?
ingatkan bahwa kami akan berjalan keluar dari dinding-dinding
kami yang nyaman, beroperasi untuk pertama kalinya di dalam
kehidupan kami sebagai mata-mata super.
Akhirnya, empat tahun latihan mengarah ke saat ini, dan
aku khususnya, nggak punya pakaian yang tepat untuk dikena?
kan. Aku nggak yakin bagaimana itu terjadi, tapi pada suatu waktu
di antara pukul satu siang dan pukul tujuh kurang lima belas
Isi-Editbaru.indd 68 malam, anak-anak kelas sepuluh Akademi Gallagher untuk
Wanita Muda Berbakat berubah dari sekelompok mata-matadalam-latihan menjadi remaja cewek biasa. Itu cukup menakut?
kan. Liz menghabiskan sorenya dengan menjadi versi buku teks
dari penampilan seharusnya mata-mata yang menyamar, meng?
ikuti segalanya: dari tas tangan kulit sampai topi pillbox. (Buku
yang dia baca memang edisi yang cukup tua.) Kemudian
koridor-koridor mulai bergema dengan teriakan-teriakan me?


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ngerikan seperti "Apakah kau melihat sepatu bot hitamku?"
dan "Ada yang punya hair spray?"
Aku benar-benar mulai mengkhawatirkan nasib keamanan
nasional. Di dalam suite kami, Bex terlihat hebat (seperti
biasa), Liz terlihat menggelikan (tapi coba kaukatakan itu
padanya), dan Macey melihat-lihat majalah Cosmopolitan lama
seakan menentukan apakah hijau adalah hitam yang baru itu
masalah hidup dan mati. Satu-satunya yang bisa kulakukan
adalah duduk di tempat tidurku, memakai jins lama dan atasan
hitam dari bahan rajutan yang pernah dipakai Mom saat ber?
parasut ke puncak Kedutaan Besar Iran, lalu mengamati jam
berdetik mundur. Tapi Tina datang menghambur ke kamar kami. "Yang
mana?" tanyanya sambil memegang celana kulit hitam dan rok
pendek di depannya. Aku hampir mengatakan, nggak duaduanya, waktu Eva Alvarez berlari masuk.
"Apa ini cocok" Aku nggak tahu apakah ini cocok!" Eva
meng?angkat sepasang sepatu bot berhak tinggi yang membuat
kakiku sakit hanya dengan melihatnya.
"Eh, Eva, apa kau bisa berlari memakai itu?" tanyaku.
Tapi sebelum Eva bisa menjawab, aku mendengar seseorang
Isi-Editbaru.indd 69 berkata, "Sepatu itu sedang tren banget di Milan." Aku me?
natap berkeliling. Aku menghitung jumlah orang. Dan menjadi
jelas bagiku siapa yang bicara. Macey menatap kami dari pun?
cak majalahnya dan menambahkan, "Kalau kau ingin tahu."
Dalam beberapa menit, setengah anak kelas sepuluh berada
di dalam suite kecil kami, dan Macey memberitahu Tina, "Kau
tahu, lip liner seharusnya dipakai di atas bibir," dan Tina benarbenar mendengarkan! Maksudku, ini cewek yang sama yang
me?mulai rumor Macey-adalah-anak-haram-Mr.Smith. Kami
sama sekali nggak tahu Tina hanya butuh satu keadaan darurat
mode untuk berbalik pada musuh!
Courtney meminjam anting; Anna mencoba-coba jaket; dan
aku nggak yakin apakah aku bakal merasa aman pergi ke
daerah berbahaya dengan salah satu dari mereka lagi.
"Kau tahu, Eva, apa yang cocok di Milan mungkin nggak
cocok di Roseville," aku mencoba memberitahu, tapi dia nggak
peduli. "Kalian tahu, guys, bersembunyi di tempat yang polos ber?
arti kita juga harus terlihat polos!" kataku, tapi Kim Lee se?
dang melepas atasan halter dan hampir memukul kepalaku
sam?pai lepas dengan lengannya yang melambai-lambai.
"Kalian tahu, aku benar-benar merasa Mr. Solomon bukan
akan mengajak kita ke prom!" aku berteriak dan Anna meletak?
kan gaun formal cantik Macey kembali ke dalam lemari.
Akulah si bunglon! Aku ingin berteriak. Akulah pewaris
Operasi Rahasia! Aku sudah mempersiapkan diri untuk malam
ini seumur hidupku"melakukan banyak latihan bersama Dad,
me?minta Mom menceritakan berbagai kisah, menjadi cewek
yang nggak dilihat seorang pun. Tapi sekarang aku melayang
semakin dalam dan semakin dalam lagi ke balik bayang-bayang
Isi-Editbaru.indd 70 sampai-sampai aku sepenuhnya tak terlihat, padahal aku ber?diri
di tengah-tengah kamarku sendiri, menonton teman-teman
ter?dekatku berkerumun di sekeliling tamu baru kami yang
cantik. "Lepaskan antingnya," kata Macey sambil menunjuk pada
Eva. "Masukkan kemejanya," ia memberitahu Anna, kemudian
menoleh pada Courtney Bauer dan berkata, "Makhluk apa
yang mati di rambutmu?" (Courtney kadang memang cen?
derung memakai gel terlalu banyak.)
Bex duduk bersama Liz di atas tempat tidurnya dan mereka
berdua terlihat sama kagumnya seperti aku.
"Hei!" teriakku lagi, dan itu nggak ada gunanya, jadi aku
me?ngeluarkan kemampuan warisan mata-mata superku, dan
beberapa detik kemudian aku bersiul cukup keras hingga bisa
membuat sapi-sapi pulang ke kandang (secara harfiah"itulah
sebabnya Grandpa Morgan mengajariku bersiul).
Teman-teman sekelasku akhirnya berpaling dari Macey dan
aku berkata, "Sudah waktunya."
Keheningan telah meliputi ruangan itu, tapi kemudian
suasana sepi yang lebih panjang dan lebih dalam terjadi.
Kami sudah selesai bermain mencoba-coba pakaian dan
semua orang mengetahuinya.
"Halo, Nona-nona."
Kata-katanya benar, tapi suara yang terdengar dari balik
bayang-bayang terasa salah dalam begitu banyak cara sampai
aku nggak mungkin bisa menjelaskannya di sini. Sungguh, ke?
jam sekali jika aku harus menjelaskan seperti apa rasanya
meng?harapkan Joe Solomon, tetapi malah mendapat Mr.
Moscko?witz. Isi-Editbaru.indd 71 "Kalian semua terlihat sangat?" Mr. Mosckowitz menatap
kami, dengan mulut ternganga, seakan ia belum pernah me?
lihat push-up bra atau eyeliner, ?"manis," ia akhirnya berkata,
ke?mudian menepukkan kedua tangan, kurasa untuk meng?henti?
kan gemetar akibat rasa gugupnya. Tapi Mr. M masih nggak
bisa memantapkan suaranya saat berkata, "Well, benar-benar
ma?lam yang besar. Benar-benar besar. Untuk?" ia ragu-ragu,
?"kita semua." Mr. Mosckowitz mendorong kacamatanya ke atas lekukan
hidung dan menatap melewati jalan masuk mansion yang di?
terangi lampu. Bahkan aku nggak tahu apa tepatnya yang me?
nunggu kami di kegelapan itu. Tentu, di sana ada hutan,
jalur-jalur jogging, dan lapangan lacrosse yang berguna pada saat
Kode Merah (dan berfungsi ganda sebagai fasilitas penyimpan?
an helikopter-helikopter di bawah tanah), tapi semua orang
tahu Hutan Gallagher adalah daerah ranjau"mungkin secara
harfiah"dan aku mulai gemetar di dalam sepatuku yang ku?
pilih dengan bijaksana. Bagaimana kalau ada penembak jitu" Atau anjing-anjing
pe?nyerang" atau" tapi sebelum aku bisa menyelesaikan
pikiran itu, aku mendengar kerikil yang terlindas serta decitan
ban mobil, dan berbalik untuk melihat truk Overnight Express
melaju ke arah kami. Wah, apa sih paket daruratnya" tanyaku
dalam hati. Tapi saat pintu sisi pengemudi terbuka, lalu Mr.
Solomon melompat keluar dan berteriak, "Masuklah!" Aku
me?nyadari kami-lah paketnya.
Dalam sekejap, pikiranku melayang kembali ke salah satu
kartu catatan Liz. PERATURAN #1 OPERASI RAHASIA:
JANGAN RAGU. Mr. Mosckowitz membuka pintu-pintu
kargo dan aku masuk, membayangkan bahwa truk itu seperti
Isi-Editbaru.indd 72 guru-guru kami"truk itu telah menjalani kehidupan me?
ngagumkan dan berbahaya sebelum dia pensiun dan datang
pada kami. Tapi aku nggak melihat dinding yang dipenuhi
monitor dan headset"tak satu pun benda-benda yang biasanya
dimiliki truk mata-mata dalam film"isinya hanya peti-peti
ber?isi paket. Saat itulah aku merasa truknya bahkan lebih
keren, karena aku cukup yakin Mr. Solomon mencuri truk
ini! "Peraturan pertama," Mr. Solomon memperingatkan saat
kami duduk di dalam, "jangan sentuh satu pun paketnya."
Kemudian Mr. Solomon merangkak masuk di belakang
kami, meninggalkan Mr. Mosckowitz di luar, mendongak me?
natapnya seperti anak pembawa air yang baru saja diminta
memegangi helm milik pemain quarterback bintang.
"Harvey?" kata Mr. Solomon nggak sabar, tapi masih cukup
ha?lus sehingga terdengar seperti laki-laki yang cukup baik,
"Jam?nya terus berdetik." Ia melemparkan kunci truk kepada
Mr. Mosckowitz. "Oh!" Ini tampaknya menyadarkan Mr. M. "Yap. Tentu
saja. Aku akan menemui kalian?" ia menunjuk ke arah kami
semua ?"di luar sana."
"Tidak, kau tidak akan, Harvey," kata Mr. Solomon. "Itulah
tujuannya." Sebut aku gila, tapi bukan seperti ini bayanganku saat pertama
kalinya aku berada dalam kegelapan bersama seorang laki-laki
yang terlihat seperti Joe Solomon. (Dan aku cukup yakin aku
bicara mewakili seluruh anak kelas sepuluh untuk masalah satu
ini.) "Mata-mata yang menjalankan penyamaran mendalam akan
Isi-Editbaru.indd 73 diberikan riwayat hidup palsu," Mr. Solomon berkata pada
kami di kegelapan. "Riwayat hidup ini, termasuk nama-nama,
tanggal-tanggal lahir, dan guru-guru TK favorit, disebut?"
"Legenda!" sembur Liz. Tes tetap saja tes di dalam pikiran
Liz, dan sepanjang ada tanya-jawab, ia bisa mengatasi misi ini.
"Bagus sekali, Miss Sutton," kata Mr. Solomon, dan bah?
kan di dalam kegelapan aku tahu Liz merasa tinggal se?
langkah lagi dari surga saat mendengar pujian Mr. Solomon.
"Untuk misi ini, Nona-nona, kalian akan menyamar menjadi
gadis-gadis remaja normal. Menurut kalian, kalian bisa meng?
atasi itu?" Aku nggak yakin, tapi kurasa itu mungkin lelucon Joe
Solomon"tapi itu sangaaaaat nggak lucu karena kami semua
betul-betul bukan gadis normal. Tapi ia jelas nggak peduli
sedikit pun, karena ia hanya terus melanjutkan. "Saat melaku?
kan pengintaian manual pada Subjek di dalam rotasi tigaorang, orang yang memiliki kontak visual adalah si?"
"Eyeball!" "Tepat. Orang yang berada dalam jarak pandang bola mata
adalah?" "Backup." "Dan orang terakhir?"
"Reserve." "Bagus sekali. Sekarang ingat, lakukan rotasi dengan sering,
tapi jangan terlalu sering. Variasikan langkah dan jarak kalian,
dan di atas segalanya?"
Aku merasa truknya perlahan-lahan berhenti. Mesinnya
mati. Di atas segalanya, apa" aku ingin berteriak. Malam yang
paling penting di dalam hidupku dan dia melupakan bagian ter?
Isi-Editbaru.indd 74 pentingnya! Cahaya kecil menyala di langit-langit truk, meliputi
kami dalam sinar oranye-kuning yang menakutkan, dan aku
mendengar musik, jenis musik yang biasanya terdengar di
permainan komidi putar, dan aku bertanya-tanya apakah mulai
saat itu seluruh hidupku akan jadi rumah kaca.
Mr. Solomon memindahkan sebuah monitor televisi ke
salah satu rak dan mengutak-atik beberapa kabel. Aku meng?
harap?kan pemandangan dunia luar (atau setidaknya sesuatu
dari channel WB), tapi sebaliknya aku melihat apa yang sudah
kulihat selama bertahun-tahun"keempat belas wajah anak
kelas sepuluh. "Di lapangan, Nona-nona, kalian tidak bisa mengharapkan
semua hal berjalan sesuai rencana. Aku benar-benar berharap
kalian menguasai kemampuan improvisasi. Sebagai contoh,
misi malam ini membutuhkan kendaraan yang tidak dimiliki
Akademi Gallagher. Jadi?" ia memberi isyarat ke sekitar
kami?" aku membuat pengaturan-pengaturan alternatif." (Yap.
Dia jelas mencurinya!) Mr. Solomon membagikan alat pendengar pada Bex, Liz,
dan aku, lalu berkata, "Unit komunikasi dasar. Jangan takut
meng?gunakannya." Kemudian ia menunjukkan pada kami
kacamata dari kulit penyu, kancing I " Roseville, dan kalung
salib perak. "Ada kamera tersembunyi dalam tiga benda ini,
yang memungkinkan kami mengikuti dan mengkritik kemajuan
kalian." Salib itu terayun dari jari telunjuknya dan, di layar,
gambar teman-teman sekelasku terayun maju-mundur. "Ini
adalah untuk keperluan kami"bukan keperluan kalian. Ini
hanya latihan, Nona-nona, tapi jangan berharap kami datang
menyelamatkan kalian."
Oke, aku akan mengakuinya. Aku mulai sedikit panik saat
Isi-Editbaru.indd 75 itu, tapi serius deh, siapa yang bisa menyalahkanku" Kami se?mua
merasakannya"aku bisa tahu dari cara kaki Bex bergerak-gerak
dan Liz yang meremas-remas tangannya. Semua cewek di bagian
belakang truk merasa tegang (bukan hanya karena kami berada
dekat sekali dengan Mr. Solomon). Walaupun hanya Liz, Bex,
dan aku yang akan pergi ke luar, saat itu kami semua lebih
daripada sekadar Gallagher Girls"kami mata-mata yang men?
jalankan misi, dan kami tahu akan datang suatu hari ketika yang
dipertaruhkan jauh lebih besar daripada nilai-nilai pelajaran.
Musik karnavalnya tiba-tiba menjadi lebih keras saat pintu
belakang terbuka, dan hal pertama yang kulihat adalah topi
oranye terang saat Mr. Mosckowitz mengintip ke dalam. "Me?
reka sudah dekat," katanya.
Mr. Solomon memasukkan sebuah kabel ke speaker dan
pada detik berikutnya aku mendengar suara Mom bergabung
dengan musik karnaval. "Ini cuaca yang sangat bagus untuk
berlari." Darahku serasa membeku. Siapa pun asal bukan Mom, doa?
ku. Siapa pun asal bukan Mom.
Kau tahu ungkapan Hati-hati dengan permohonanmu" Oh ya,
aku sekarang benar-benar percaya dengan yang satu itu, karena
begitu kata-kata itu muncul di benakku, Mr. Solomon menoleh
pada kami dan berkata, "Ada tiga tipe subjek yang paling sulit
diawasi." Ia menghitung dengan jari-jarinya. "Orang-orang yang
terlatih. Orang-orang yang curiga bahwa mereka mungkin
diikuti. Dan orang-orang yang kaukenal." Ia berhenti sejenak.
"Nona-nona, ini malam keberuntungan kalian." Ia mengeluar?
kan selembar foto hitam-putih dari saku jaket dan mengangkat?
nya. Wajah itu baru untuk kami, tapi suara yang keluar mem?
bahana dari speaker mengatakan, "Ya. Aku sendiri mungkin
Isi-Editbaru.indd 76 se?harusnya kembali ke kebiasaan itu," adalah suara yang kami
kenal baik. "Oh, sial!" teriak Bex, dan Liz menjatuhkan kartu-kartu
catat?annya. "Smith!" aku berteriak. "Anda mengharapkan kami me?
mata-matai Profesor Smith?"
Aku nggak bisa memercayainya! Bukan hanya karena ini
misi pertama kami seumur hidup, tapi dia benar-benar berharap
kami mengikuti laki-laki yang punya tiga puluh tahun
pengalaman sebagai mata-mata, yang sudah melihat kami se?
tiap hari di sekolah sejak kelas tujuh, dan yang, yang terburuk
dari semuanya, adalah manusia paling paranoid di planet ini!
(Serius. Maksudku, tagihan-tagihan operasi plastik Profesor
Smith adalah buktinya.) Tim mata-mata terbaik CIA mungkin akan ketahuan dalam
dua puluh menit. Tiga Gallagher Girls jelas nggak punya ke?


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sempatan sedikit pun. Bagaimanapun, begitu seseorang men?
dengarmu memberikan laporan tentang rute-rute perdagangan
Afrika Utara, dia mungkin akan bertanya-tanya kenapa kau
duduk di belakangnya di komidi putar!
"Tapi"tapi"tapi" dia tidak pernah meninggalkan daerah
ini," aku memprotes, akhirnya menemukan kata-kataku. "Dia
tidak akan memasuki daerah tidak aman secara tiba-tiba."
Oooh, alasan yang bagus, pikirku, saat aku berjuang untuk
meng?ingat kartu-kartu catatan Liz. "Ini bertentangan dengan
pola tingkah laku subjek!"
Tapi Mr. Solomon hanya tersenyum. Dia tahu ini misi
mustahil"itulah sebabnya ia memberikan misi ini pada kami.
"Percayalah padaku, Nona-nona," katanya dengan rasa hormat
bernada muram, "tak seorang pun tahu pola tingkah laku Mr.
Isi-Editbaru.indd 77 Smith." Ia melemparkan map tebal ke arah kami. "Satu hal
yang kita tahu adalah bahwa malam ini diadakan karnaval
kota Roseville, dan Mr. Smith, untuk alasan baik atau buruk,
adalah laki-laki yang sangat menyukai funnel cake."
"Well, bersenang-senanglah!" Suara Mom membahana dari
speaker. Aku membayangkan Mom melambai pada koleganya
sambil berbelok di pinggir kota. Aku mendengar napasnya men?
jadi lebih dalam, hampir merasakan sepatu cross trainer-nya
saat mereka menginjak trotoar yang gelap.
"Misi kalian," kata Mr. Solomon, "adalah mencari tahu apa
yang diminum Mr. Smith bersama funnel cake itu."
Aku menunggu seumur hidup untuk misi pertamaku dan
semua itu berpuncak pada apa" Minuman bersoda"!
"Subjek berada di gedung pemadam kebakaran, Wise Guy,"
bisik Mom. "Dia milikmu sepenuhnya." Kemudian, begitu saja,
Mom dan matanya yang selalu mengawasi menghilang, me?
ninggalkan kami sendirian di dalam kegelapan bersama Joe
"Wise Guy" Solomon dan seorang ahli matematika yang me?
makai topi oranye terang.
Mr. Solomon menyodorkan kalungnya ke arahku dan ber?
kata, "Ikut atau tidak?"
Aku meraih kalung salib itu, tahu aku akan memerlukan?
nya. Isi-Editbaru.indd 78 Bab E n a m ku menyayangi Bex dan Liz. Serius, aku menyayangi me?
reka. Tapi kalau misimu adalah menjadi nggak ter?lihat di
karnaval kota Roseville sambil membuntuti mata-mata sebaik
Mr. Smith, cewek genius yang memakai kacamata Jackie O
dan cewek cantik yang benar-benar bisa menjadi Miss America
(walaupun dia orang Inggris) bukanlah backup ideal.
"Aku yang jadi eyeball," kata Bex saat aku berjalan me?
nyeberangi taman kota di sebelah bilik permainan menjatuhkan
orang ke air. Setiap beberapa menit, aku mendengar suara
ceburan dan tepuk tangan di belakangku. Orang-orang terus
berjalan lewat sambil membawa corn dog dan apel karamel"
banyak sekali kalori di makanan-makanan itu"dan aku tibatiba sadar bahwa walaupun koki kami membuat cr?me br?l?e
yang sangat enak, corn dog itu benar-benar menarik.
Jadi aku membeli satu"corn dog, maksudnya. Nah, kau
mung?kin mulai berpikir"Hei, memangnya siapa dia sampai
boleh makan saat menjalankan misi" Atau, bukankah ceroboh
Isi-Editbaru.indd 79 sekali berdiri mengoleskan moster ke seluruh permukaan sosis
goreng padahal seharusnya dia mengikuti mata-mata" Tapi itu?
lah hebatnya seorang seniman jalanan (sebutan yang pertama
kali diberikan padaku saat aku berumur sembilan tahun dan
dengan sukses mengikuti ayahku di mal untuk men?cari tahu
hadiah Natal yang dibelikannya untukku). Yang pasti, matamata nggak bisa menunduk di belakang tempat sam?pah dan
menghindar ke dalam pintu yang terbuka se?panjang waktu.
Serius, seberapa tersembunyinya itu" Seniman jalanan asli
nggak bersembunyi"mereka membaur. Jadi saat kau mulai
meng?inginkan corn dog karena setiap orang ketiga yang kau?
lihat sedang memakannya, bawa kemari mosternya! (Lagi pula,
mata-mata pun harus makan.)
Bex berada di ujung jauh taman, berjalan-jalan berkeliling
di luar perpustakaan sementara marching band Pride of Roseville
melakukan pemanasan. Liz seharusnya berada di belakangku,
tapi aku nggak bisa melihatnya. (Tolong katakan padaku, dia
nggak membawa PR regenerasi molekulnya") Mr. Smith
mungkin berada sembilan meter di depan Bex, membaur jadi
laki-laki normal, dan itu benar-benar membuatku takut. Setiap
beberapa saat aku menangkap kilasan jaket hitamnya saat dia
berjalan di sepanjang jalan, terlihat seperti ayah pemain sepak
bola yang khawatir tentang hipotek, dan aku teringat bahwa
dari semua topeng palsu di Akademi Gallagher, topeng terbaik
dimiliki orang-orang di dalamnya.
"Bagaimana kabarmu, Duchess?" tanyaku dan Bex balas
menyergah, "Aku benci nama sandi sialan itu."
"Oke, Putri," kataku.
"Cam?" Bex mulai, tapi sebelum ia bisa menyelesaikan
ancamannya, aku mendengar suara Liz di telingaku.
Isi-Editbaru.indd 80 "Bunglon, di mana kau?" keluh Liz. "Aku kehilangan kau
lagi." "Aku di sini, di sebelah tangki air, Kutu Buku."
"Lambaikan lenganmu atau apa." Aku hampir bisa men?
dengar Liz berdiri berjinjit, menatap melewati kerumunan
orang. "Itu agak bertentangan dengan tujuannya, kan?" Bex meng?
ingatkan. "Tapi bagaimana aku harus mengikutimu, mengikuti Smith
kalau aku nggak bisa" Oh, lupakan saja," kata Liz. "Aku me?
lihat?mu." Aku menatap berkeliling dan berpikir, Oh, yeah, aku bisa
melihat kenapa aku sulit ditemukan. Aku sedang duduk di
sebuah bangku yang jelas terlihat. Serius. Nggak mungkin aku
bisa kelihatan lebih menonjol daripada ini. Tapi itulah yang
nggak dimengerti sebagian besar orang tentang pengintaian.
Tak seorang pun"bahkan sahabat-sahabatku"akan melihat
dua kali pada seorang cewek yang terlihat biasa dan memakai
pakaian model tahun lalu, duduk di bangku taman dan makan
corn dog. Kalau kau bisa duduk diam dan tampak biasa, maka
mudah sekali untuk menjadi tak terlihat.
"Dia berputar balik," kata Bex pelan dan aku tahu, saatnya
beraksi. Roseville mungkin terlihat seperti Mayberry, tapi
Profesor Smith nggak mengambil risiko sedikit pun. Dia ber?
putar balik, jadi aku berdiri dari bangkuku dan berjalan ke
arah trotoar, tahu bahwa Smith menuju arahku di sisi taman
yang berlawanan, melewati Bex, yang berhasil menundukkan
kepalanya dan berlagak nggak peduli. Itulah saat ketika ke?
banyak?an orang bisa mengacaukannya. Seorang amatir akan
me?lirik arlojinya dan berbalik, seakan baru teringat suatu
Isi-Editbaru.indd 81 tempat yang perlu didatangi, tapi Bex nggak"dia hanya terus
berjalan. Setengah penduduk kota pasti keluar untuk ikut serta
dalam karnaval, jadi banyak pejalan kaki memenuhi trotoar
di antara Mr. Smith dan aku (hal yang sangat bagus). Orang
nggak melihat hal-hal secepat mereka melihat gerakan, jadi
saat Profesor Smith menoleh, aku sama sekali tak ber?gerak.
Saat dia bergerak, aku menunggu lima detik, kemudian meng?
ikuti. Tapi terutama, aku ingat apa yang selalu dikatakan
ayahku bahwa mata-mata yang mengikuti Subjek bukanlah
seperti benang"tapi lebih mirip karet, meregang majumundur, keluar-masuk, bergerak tanpa ter?gantung pada
Subjek. Saat sesuatu membuatku tertarik, aku berhenti. Saat
se?seorang me?ngata?kan sesuatu yang lucu, aku tertawa. Saat
aku melewati stan es krim, aku membeli satu, se?mentara se?
panjang waktu men?jaga Mr. Smith tetap di tepi pandangan?
ku. Tapi bukannya aku bilang itu mudah. Nggak sama sekali.
Setiap kali aku membayangkan misi pertamaku, aku selalu
mengira aku bakal ditugasi mengambil dokumen-dokumen top
secret atau semacamnya. Nggak sekali pun aku membayangkan
bahwa aku ditugasi mengikuti profesor NND-ku di karnaval dan
mencari tahu apa yang diminumnya bersama funnel cake.
Sintingnya, tugas ini BENAR-BENAR JAUH LEBIH SULIT!
Profesor Smith bertingkah seakan pembunuh-pembunuh bayaran
KGB sudah dalam perjalanan menuju Roseville"jadi dia
menggunakan semua teknik antipengintaian di dalam buku
(atau setidaknya dalam buku-buku yang sudah kubaca), dan aku
menyadari betapa melelahkannya menjadi dirinya. Dia bahkan
nggak bisa pergi keluar untuk makan funnel cake tanpa "berputar
Isi-Editbaru.indd 82 balik" dan "menghindari sudut" dan "meninggalkan jejak" se?
panjang waktu. Sekali, keadaan menjadi benar-benar berbahaya, dan kupikir
dia pasti akan memergokiku, tapi aku melebur di belakang
sekelompok wanita tua kecil. Tapi kemudian salah satu dari
wanita-wanita itu tersandung di tepi jalan, dan, secara refleks,
aku mengulurkan tangan untuk menolongnya. Di depan kami,
Profesor Smith berhenti di depan toko yang gelap, menatap
bayangan di kaca, tapi aku berada enam meter di belakangnya
dan dikerumuni lautan rambut abu-abu dan poliester"dan itu
hal yang bagus. Tapi sesaat kemudian semua wanita itu me?
noleh dan menatapku"dan itu hal yang buruk.
"Terima kasih, Anak muda," wanita yang lebih tua berkata.
Ia menyipitkan matanya padaku. "Apakah aku mengenalmu?"
Tapi tepat saat itu, sebuah suara membahana di telingaku.
"Apa?kah kita sudah melakukan rotasi?" Liz terdengar hampir
panik. "Apakah kita sudah melakukan rotasi untuk eyeball?"
Profesor Smith berjalan menjauh, kembali ke arah Bex, jadi
aku menjawab, "Ya," tapi itu hanya membuat si wanita tua
meng?angkat alisnya dan menatap lebih tajam.
"Aku tidak ingat pernah melihatmu," si wanita tua ber?
kata. "Tentu saja kau ingat, Betty," wanita yang lain berkata sam?
bil menepuk lengan temannya. "Dia anak perempuan keluarga
Jackson itu." Dan itulah sebabnya akulah si Bunglon. Aku tipe cewek
biasa yang tampak seperti gadis yang mungkin tinggal di se?
belah rumahmu (hanya saja pintu-pintu kami punya sensor
pembaca sidik jari, antipeluru, dan semuanya").
"Oh! Apakah nenekmu sudah keluar dari rumah sakit?"
Isi-Editbaru.indd 83 wanita yang tampak lebih rapuh dari yang lainnya ber?
tanya. Oke, aku nggak kenal keluarga Jackson, dan jelas nggak tahu
bagaimana keadaan Granny, tapi Grandma Morgan meng?ajariku
bahwa teknik Siksaan Air dari Cina bukan apa-apa di?bandingkan
seorang nenek yang benar-benar ingin tahu se?suatu. Aku
melihat Profesor Smith mendekati Bex, tapi dari unit komuni?
kasi?ku, kudengar Bex tertawa, mengatakan, "Yeah, man. Hidup,
Pirates!" seakan dia mendedikasikan hidup untuk football Jumat
malam. Tentu, buat Bex football mungkin berarti sepak bola, tapi
Dracula 4 Olga 03 Cover Boy Hati Yang Terberkahi 18

Cari Blog Ini