ini tentang masalah itu. Kelihatannya seolah pemandangan
yang bagus itu tidak lagi dilihat
dari puncak sebuah bukit tinggi, dan langit yang biru cerah tidak lagi sebagai bukti
hari yang cerah. Dia sungguh malu dengan ketidaktahuannya.
Rasa malu yang tidak pada tempatnya. Jika seseorang ingin
menjalin hubungan erat, dia sudah seharusnya bersikap bodoh.
Datang dengan berpengetahuan luas berarti datang tanpa
mampu memanjakan keangkuhan orang lain, yang ingin selalu
dihindari oleh seorang yang bijak. Terutama seorang wanita,
jika dia malangnya mengetahui segala sesuatu, seharusnya
menyembunyikan pengetahuannya itu sebisa mungkin.
Kelebihan dari kebodohan alami dalam diri seorang gadis
cantik telah dikemukakan oleh penulis Fanny Burney yang
sangat baik. Terhadap caranya memperlakukan masalah ini
aku hanya akan menambahkan, demi bersikap adil pada kaum
pria, bahwa meskipun kedunguan wanita menambah pesona
diri mereka, sebagian diri dari para pria hanya menghendaki
146 " Jane Austen wanica yang tidak tahu dan bukannya yang bodoh. Tapi,
Catherine tidak tahu kelebihan yang dimilikinya. Tidak
tahu bahwa seorang gadis yang rupawan, dengan hati penuh
kasih sayang dan pikiran yang sangat bodoh, tidak pernah
gagal memikat seorang pemuda cerdas, kecuali situasinya
tidak menguntungkan. Dalam kasus sekarang ini, Catherine
mengakui dan mengeluhkan keinginannya untuk cahu lebih
banyak. Dia mengacakan bahwa dia akan memberikan segalanya
di dunia agar mampu melukis. Maka, segera dimulailah kaca?
kata nasihat mengenai keindahan. Begitu jelasnya pengajaran
yang diberikan Henry, sehingga Catherine mulai segera melihat
keindahan dalam segala sesuatu yang dikagumi oleh pria itu;
dan begitu besarnya perhatian Catherine, sehingga pria itu
mulai benar-benar puas karena ternyata Catherine memiliki
rasa seni alami yang besar. Pria itu berbicara tentang bagian
pemandangan yang cerdekac dari mereka, bagian pemandangan
yangjauh dari mereka, dan bagian pemandangan yang berada
di antaranya, tencang perspektif, pencahayaan, dan bayangan.
Catherine adalah pembelajar yang penuh harapan, sehingga
sewaktu mereka mencapai puncak Beechen Cliff, dia menolak
seluruh koca Bath sebagai kota yang tidak layak dilukis. Merasa
senang dengan perkembangannya, dan khawatir membuatnya
bosan dengan memberikan terlalu banyak informasi sekaligus,
Henry mengakhiri topik ini. Dengan perlahan mengalihkan
pembicaraan dari bagian berbatu-batu dan pohon ek layu
yang dia tempatkan di dekat puncaknya, ke pohon ek secara
umum, ke hutan-hutan, yang menjadi pagar yang mengelilingi,
canah candus, canah milik kerajaan dan pemerintah, Henry
Northanger Abbey 1tti. 147
segera menyadari dirinya berbicara tentang politik; dan dari
topik politik, pembicaraan berakhir dengan mudahnya. Jeda
setelah penjelasan singkatnya mengenai kondisi negara diakhiri
oleh Catherine, yang mengucapkan kata-kata ini dengan nada
suara yang agak serius, ''Aku dengar ada sesuatu yang sangat
mengejutkan akan segera terjadi di London."
Miss Tilney, yang kepadanya ucapan ini terutama
ditujukan, menjadi terkejut, dan buru-buru menyahut, "Masa!
Sesuatu seperti apa?"
"Tentang ha! itu aku tidak tahu, juga tidak tahu siapa
penciptanya. Aku hanya dengar kalau ha! itu
akan lebih mengerikan dari apa pun yang pernah kita lihat sebelumnya."
"Astaga! Dari mana kau bisa mendengar ha! semacam itu?"
"Seorang temanku mendapat berita itu di sebuah surat
dari London kemarin. Akan sangat menakutkan. Aku kira
akan ada pembunuhan dan semacamnya."
"Herannya, kau berbicara dengan suara tenang! Tapi,
kuharap cerita temanmu itu terlalu dilebih-lebihkan; dan kalau
rencana semacam itu diketahui sebelumnya, tindakan-tindakan
yang tepat sudah pasti akan dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah hal itu terjadi."
"Pemerintah," kata Henry,
berusaha untuk tidak tersenyum, "tidak ingin dan tidak berani mencampuri urusan?
urusan semacam ini. Pasti ada pembunuhan, dan pemerintah
tidak peduli seberapa banyak pembunuhan itu."
Kedua wanita itu membelalak. Henry tertawa, dan
menambahkan, ''.Ayolah, haruskah aku membuat kalian saling
148 " Jane Austen mengerti satu sama lain, atau aku biarkan kalian bersusah payah
memahaminya sebisanya"Tidak-aku akan bersikap mulia. Aku
akan buktikan diriku seorang pria karena kemurahan hatiku
maupun pikiranku yang jernih. Aku tidak punya kesabaran
untuk menjelaskan hingga kalian paham. Mungkin ketangkasan
kaum wanita tidak tajam atau tidak peka, tidak kuat dan tidak
hebat. Mungkin mereka menginginkan pengamatan, kearifan,
penilaian, semangat, kecerdasan, dan aka!."
"Miss Morland, abaikan saja apa yang dia katakan. Tapi,
cobalah beri tahu aku lebih jauh lagi tentang kerusuhan yang
menakutkan ini." "Kerusuhan! Kerusuhan apa?"
"Eleanor-ku Sayang, kerusuhan ini hanya ada di
otakmu saja. Kebingungan ini sungguh memalukan. Sesuatu
menakutkan yang dibicarakan Miss Morland hanyalah tentang
sebuah buku baru yang sebentar lagi akan terbit, dalam tiga
jilid berukuran 12,5 x 1 8,5 cm, masing-masing berisi dua ratus
tujuh puluh enam halaman, dengan sampul buku pertama
bergambar muka, dua batu nisan dan sebuah lentera. Kau
paham" Dan kau, Miss Morland, adikku yang bodoh telah
salah mengira ekspresimu yang begitu jelas. Kau berbicara
tentang kengerian-kengerian yang akan terjadi di London-Jan
alih-alih langsung memahaminya, seperti yang akan dilakukan
wanita rasional mana pun, bahwa kata-kata itu hanya dapat
berkenaan dengan kumpulan buku yang beredar, adikku dengan
segera membayangkan sendiri kelompok orang berjumlah
tiga ribu berkumpul di St. George's Fields, bank diserang,
menara diancam, jalan-jalan di London penuh dengan darah,
Northanger Abbey 1tti. 149
detasemen pasukan berkuda Twelfth Light Dragoons (harapan
negara) ditugaskan dari Northampton untuk mengatasi para
pengacau, clan Kapten Frederick Tilney yang gagah berani,
sewaktu memimpin pasukannya, terjatuh dari kudanya
karena lemparan pecahan batu bata dari sebuah jendela di atas
bangunan. Maafkan atas kebodohannya. Ketakutan seorang
adik memperparah kelemahan wanitanya; tapi biasanya, dia
sama sekali bukan orang tolol."
Catherine tampak muram. "Dan sekarang, Henry," ujar
Miss Tilney, "secelah kau membuat kami saling mengerti, kau
juga mungkin membuat Miss Morland memahami dirimu
sendiri-kecuali kalau kau bermaksud membuat dia berpikir
kau bersikap sangat kasar terhadap adikmu, clan berpandangan
sangat kejam clan kasar tentang wanita secara umum. Miss
Morland tidak cerbiasa dengan kebiasaanmu yang aneh."
"Aku akan sangat senang membuatnya mengenal
kebiasaanku dengan lebih baik."
"Pasti; tapi, itu bukan penjelasan untuk masalah saat ini."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Kau tahu yang seharusnya kau lakukan. Jelaskan sifatmu
dengan baik di hadapannya. Katakan padanya kalau kau sangat
memahami wanita." "Miss Morland, aku sangat memahami semua wanita
di dunia-cerutama para wanita-siapa pun mereka-yang
kebetulan menjadi kenalan-kenalanku."
"ltu tidak cukup. Bersikaplah lebih serius."
150 " Jane Austen "Miss Morland, tidak ada orang lain yang lebih memahami
wanita daripada diriku. Menurutku, alam relah memberikan
mereka begitu melimpahnya, sehingga mereka tidak pernah
merasa perlu untuk menggunakannya lebih dari separuhnya."
"Kita tidak akan dapat berharap dia bersikap serius
sekarang, Miss Morland. Dia tidak lagi dalam kondisi waras.
Tapi, kupastikan bahwa dia pasti disalahpahami, jika dia
ternyata pernah mengatakan ha! yang tidak adil tentang wanita
mana pun, atau ha! yang tidak baik centang diriku."
Tanpa bersusah payah Catherine percaya bahwa Henry
Tilney tidak pernah salah. Perilakunya mungkin kadang
mengejutkan, tapi maksudnya pasti selalu benar. Yang tidak
dimengerti olehnya, dia cepat mengagumi pria itu, seperti
yang sudah-sudah. Seluruh acara jalan-jalan itu sangat
menyenangkan, dan meskipun berakhir terlalu cepat, jalan?
jalan itu juga diakhiri dengan menggembirakan. Kakak?
beradik Tilney mengantar Catherine sampai tiba di rumah
penginapannya; dan Miss Tilney, sebelum mereka berpisah,
berbicara dengan sikap hormat baik kepada Mrs. Allen maupun
kepada Catherine. Dia memohon agar Catherine bersedia
menemaninya makan malam pada hari lusa. Tidak ada kesulitan
bagi Mrs. Allen untuk mengabulkan permintaan itu, dan sacu?
satunya kesulitan bagi Catherine adalah menyembunyikan
kegembiraannya yang begicu besar.
Pagi itu berlalu dengan begitu indahnya, sehingga
menghilangkan semua rasa persahabatan dan kasihnya yang
alami karena tidak terlintas sedikit pun pikiran rentang Isabella
atau James di benak Catherine selama acara jalan-jalan mereka.
Northanger Abbey 1tti. 151
Ketika kakak-beradik Tilney pergi, Catherine merasa senang
lagi, tapi perasaan senangnya ini tidak berlangsung lama.
Mrs. Allen tidak punya informasi yang dapat mengurangi
kegelisahannya. Dia tidak mendengar kabar apa pun dari
mereka. Namun menjelang sore, Catherine, dengan beralasan
membeli pita yang harus dibelinya tanpa ditunda-tunda lagi,
berjalan menuju kota, dan di Bond Street menyusul Miss Anne
Thorpe sewaktu dia sedang mengarah ke Edgar's Buildings di
antara dua gadis termanis, yang telah menjadi teman-teman
terbaiknya sepagian ini. Dari gadis itu, Catherine segera
mengetahui bahwa rombongan ke Clifton jadi berangkat.
"Mereka pergi pukul delapan pagi ini," ujar Miss Anne, "dan
kuyakin aku tidak mengirikan perjalanan mereka. Kukira kau
dan aku sangat beruntung tidak ikut rornbongan itu. Perjalanan
itu pasti menjadi hal paling menjemukan karena tidak ada
seorang pun di Clifton pada musim ini. Belle pergi dengan
kakakmu, dan John berkereta bersama Maria."
Catherine rnengutarakan perasaan gembiranya saat
mendengar rencana ini. "Oh, ya," balas gadis itu, "Maria yang pergi. Dia sangat
ingin pergi. Pikirnya rencana itu akan sangat menyenangkan.
Kurasa aku tidak menyukai seleranya; dan aku sendiri, sejak
awal aku bertekad untuk tidak pergi, jika mereka rnendesakku
agar ikut." Catherine, yang agak meragukan ucapannya ini, mau
tidak mau menjawab, "Kuharap kau juga dapat pergi. Sayang
sekali kalian semua tidak bisa pergi."
152 " Jane Austen "Terima kasih, rapi bagiku hal itu sangat tidak penting.
Sungguh, aku tidak akan pergi demi alasan apa pun. Aku
baru saja berkata begitu pada Emily dan Sophia sewaktu kau
menyusul kami." Catherine masih tidak percaya; tapi karena senang bahwa
Anne memiliki teman seperti Emily dan Sophia yang dapat
menghiburnya, dia pun mengucapkan selamat tinggal tanpa
perlu merasa khawatir. Catherine pun pulang, merasa puas
karena rombongan itu tetap berangkat meskipun dia menolak
ikut serra, dan sungguh berharap perjalanan itu dapat terasa
sangat menggembirakan sehingga James atau Isabella tidak
lagi menyimpan rasa marah karena penolakannya.
Northanger Abbey 1tti. 153
(7>?" " "a,,
sebuah surat dari Isabella.,
yang berisi baris kalimat yang menenangkan dan lembut, dan
memohon kehadiran segera temannya itu karena ada urusan
yang sangat penting, membuat Catherine cepat-cepat ke Edgar's
Buildings, dengan perasaan bahagia sekaligus penasaran.
Kedua Miss Thorpe yang paling muda sedang sendirian di
ruang camu; dan sementara Anne memanggil kakaknya,
Catherine mengambil kesempatan itu untuk bercanya pada
adiknya yang lain tentang perjalanan mereka kemarin.
Maria menceritakan dengan senang sekali. Catherine pun
segera mengetahui bahwa perjalanan itu rupanya merupakan
rencana paling menyenangkan, bahwa tidak ada yang bisa
membayangkan betapa menariknya perjalanan itu, dan
jauh lebih menyenangkan daripada yang bisa dibayangkan
siapa pun. ltulah keterangan yang disampaikan selama lima
menit pertama; pada lima menit kedua semua itu diuraikan
secara rinci-bahwa mereka langsung berkereta menuju York
Hotel, memakan sedikit sup, clan memesan lebih
membeli beberapa perhiasan; kemudian dilanjutkan dengan
makan es di sebuah toko kue, clan buru-buru pulang ke hotel,
menghabiskan makan malam mereka dengan tergesa-gesa,
supaya tidak pulang terlalu malam; lalu melakukan perjalanan
pulang yang menyenangkan, hanya saja bulan tidak muncul,
clan hujan turun sebentar, serta kuda Mr. Morland sangat
kelelahan sehingga dia sulit membuatnya bergerak.
Catherine mendengarkan dengan puas hati. Tampaknya
Kastel Blaize tidak pernah dipertimbangkan untuk dikunjungi,
sementara mengenai yang lainnya, sama sekali tidak ada yang
perlu disesali. Keterangan Maria diakhiri dengan rasa kasihannya
terhadap adiknya, Anne, yang dikatakannya sungguh amat
marah karena tidak diikucsercakan dalam rombongan.
"Dia pasti tidak akan memaafkan aku; tapi, seperti
kau tahu, aku bisa apa" John yang ingin aku pergi karena
dia bersumpah cidak akan berkendara dengan Anne, sebab
pergelangan kakinya besar. Aku yakin dia tidak akan periang
lagi bulan ini; tapi kalau aku pasti tidak akan jengkel, masalah
sepele seperci ini cidak akan membuacku marah."
Isabella saac itu memasuki ruangan dengan langkah yang
sangat tidak sabar, clan tatapannya bahagia clan penuh makna,
kecika seluruh perhacian cemannya cercuju padanya. Tanpa
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
basa-basi Maria disuruhnya pergi, clan Isabella, seraya memeluk
Catherine, akhirnya berkata, "Ya, Catherine Sayang, itu
Northanger Abbey 1tti. 155
sungguh benar; kecerdasanmu tidak memperdayakanmu. Oh,
pancaran matamu yang nakal itu! Matamu melihat segalanya."
Catherine hanya menjawab dengan pandangan bodoh
penuh heran. "Ya, temanku tersayang dan termanis," lanjut Isabella,
"tenangkan dirimu. Seperti kau lihat, aku sangat gelisah.
Mari kita duduk dan berbicara dengan tenang. Nah, jadi kau
menebaknya begitu kau menerima suratku" Dasar wanita licik!
Oh, Catherine Sayang, hanya kau saja, yang mengetahui hatiku,
dapat menilai kebahagiaanku sekarang. Kakakmu adalah pria
yang paling memesona. Aku hanya berharap diriku lebih
berharga untuknya. Tapi, apa yang akan dikatakan ayah dan
ibumu" Oh, astaga! Jika aku memikirkan mereka, aku jadi
begitu gelisah!" Catherine mulai memahami: secuil kebenaran tiba?
tiba melintas di benaknya, dengan perasaan sangat malu,
dia berteriak, "Ya ampun! Isabella Sayang, apa maksudmu"
Mungkinkah-mungkinkah kau benar-benar jatuh cinta pada
James?" Namun, dugaan kuat ini yang segera diketahuinya hanya
mencakup separuh fakta yang ada. Kasih sayang, yang terus?
menerus dilihatnya dari setiap tatapan dan gerak-gerik Isabella,
telah disambut dengan pengakuan cinta selama perjalanan
mereka kemarin. Hati dan kesetiaan Isabella sama-sama terpaut
pada James. Tidak pernah Catherine menyimak sesuacu dengan
sebegitu perhatian, heran, dan bahagia. Kakak dan temannya
bertunangan! Karena kenyataan ini adalah ha! baru baginya,
peristiwa ini tampak begitu penting, dan dia merenungkan
156 " Jane Austen hal ini sebagai salah satu dari kejadian yang sangat indah,
yang tidak dapat diimbangi dengan serangkaian kehidupan
biasa. Perasaannya yang begitu bahagia sulit diungkapkannya,
tapi perasaan itu memuaskan temannya. Kebahagiaan karena
mereka akan menjadi bersaudara adalah curahan hati mereka
yang pertama, clan kedua wanita cantik itu saling berpelukan
clan menangis sukacita. Meskipun gembira seperti yang dirasakan Catherine secara
tulus akan kemungkinan hubungan baru mereka, harus diakui
bahwa Isabella jauh mengunggulinya dalam mengharapkan
sesuatu. "Kau akan jauh lebih sayang padaku, Catherine Sayang,
daripada terhadap Anne atau Maria. Kurasa aku akan jauh
lebih mengasihi keluarga Morland-ku Sayang ketimbang
keluargaku." lnilah puncak pertemanan yang terlalu sulic dipahami
Catherine. "Kau sangat mirip dengan kakakmu," lanjut Isabella,
"sehingga aku sangat menyukaimu saat kali pertarna melihatmu.
Tapi, kejadiannya selalu begitu denganku; momen pertama
menentukan segalanya. Hari pertama Morland mengunjungi
kami pada Natal lalu-saat pertama aku melihamya?
jantungku berhenti berdetak. Kuingat aku mengenakan gaun
kuning, dengan rambutku dikepang ke atas; dan sewaktu aku
masuk ke ruang camu, dan John memperkenalkan dia, kurasa
aku tidak pernah melihat orang lain setampan itu sebelumnya."
Di sini Catherine diam-diam mengakui kekuatan cinta;
karena, meskipun dia sungguh menyukai kakaknya itu, dan
Northanger Abbey 1tti. 157
suka akan semua bakatnya, dia tidak pernah dalam hidupnya
menganggap kakaknya itu tampan.
"Aku juga ingat, Miss Andrews minum teh bersama kami
petang itu, clan mengenakan baju berbahan sutra lembut
yang berwarna cokelat keunguan. Dia terlihat sangat cantik,
sehingga kupikir kakakmu pasti jatuh cinta padanya; aku
tidak dapat tidur sekejap pun karena memikirkannya. Oh,
Catherine, banyak sekali malam yang kulalui tanpa bisa tidur
karena memikirkan kakakmu! Aku tidak ingin kau menderita
separuh yang kualami! Aku jadi sangat kurus, aku tahu itu;
tapi aku tidak akan membuatmu sedih dengan menceritakan
kegelisahanku; kau sudah cukup melihatnya. Kurasa aku telah
mengkhianati diriku sendiri terus-menerus-begitu lengahnya
sehingga membicarakan kebeperpihakanku! Tapi, rahasiaku
aku selalu yakin akan aman denganmu."
Catherine merasa tidak ada ha! yang dapat lebih aman
lagi; tapi karena merasa malu akan ketidaktahuannya, dia tidak
lagi berani menentang masalah ini, juga tidak membantah
dirinya telah benar-benar mengetahui ha! ini clan bersimpati
sebagaimana disangkakan Isabella. Kakaknya ternyata hendak
pergi secepat mungkin ke Fullerton, untuk memberi tahu
situasinya clan meminta persetujuan; clan di sinilah sumber
kegelisahan Isabella yang sebenarnya. Catherine berusaha keras
meyakinkannya, seperti dia sendiri merasa yakin, bahwa ayah
clan ibunya tidak akan pernah menentang keinginan putra
mereka. "Orangtua pasti sangat menginginkan kebahagiaan
anak-anaknya; aku yakin mereka langsung memberikan
persetujuannya," katanya.
158 " Jane Austen "Morland juga berkata begitu," jawab Isabella; "tapi, aku
tidak berani berharap; kekayaanku begitu sedikit; mereka tidak
pernah bisa menyetujuinya. Kakakmu, yang dapat menikahi
siapa pun!" Di sini Catherine lagi-lagi merasakan kekuatan cinta.
"Sungguh, Isabella, kau ini terlalu rendah hati. Perbedaan
kekayaan tidak dapat menjadi hal yang penting."
"Oh, Catherine-ku yang manis, dalam hatimu yang baik
aku tahu hal itu tidak berarti apa-apa; tapi, kita tidak dapat
mengharapkan hal yang sama pada banyak orang. Sementara
aku sendiri, aku hanya berharap situasinya berbalik. Kalau saja
aku punya banyak harta, andai aku pemilik seluruh dunia ini,
kakakmu akan menjadi satu-satunya pilihanku."
Sentimen sangat menarik ini, yang muncul dari perasaan
dan pengalaman baru, membuat Catherine teringat akan semua
tokoh utama wanita yang diketahuinya; dan dia berpikir
temannya itu tidak pernah terlihat lebih menyenangkan selain
saat mengutarakan maksud utamanya. "Aku yakin mereka
akan memberi izin," adalah pernyataannya berkali-kali; "Aku
yakin mereka akan senang denganmu."
"Sebagai bagianku," kata Isabella, "keinginanku begitu
sederhana, pendapatan terkecil sekalipun akan cukup bagiku.
Di mana orang benar-benar saling menyayangi, kemiskinan itu
sendiri merupakan kekayaan; aku bend kemegahan; aku sama
sekali tidak ingin tinggal di London. Sebuah pondok di desa
yang agak tenang akan menjadi hal yang sangat menyenangkan.
Ada beberapa vila kecil yang menarik di sekitar Richmond."
Northanger Abbey 1tti. 159
"Richmond!" seru Catherine. "Kalian harus tinggal dekat
Fullerton. Kalian harus dekat dengan kami."
"Kuyakin aku akan sedih jika kita tidak tinggal berdekatan.
Jika aku hanya dapat tinggal di dekatmu, aku
akan senang. Tapi, ini omong kosong! Aku tidak akan membiarkan diriku
memikirkan hal-hal semacam itu, sampai kita menerima
jawaban ayahmu. Morland berkata dengan mengirim surat
malam ini ke Salisbury, kita mungkin menerimanya besok.
Besok" Aku tahu aku tidak akan pernah berani membuka
surat itu. Aku tahu isinya akan menjadi kisah akhir hidupku."
Sebuah angan-angan menggantikan keyakinan ini-dan
ketika Isabella berbicara lagi, topiknya berubah menjadi tentang
kualitas gaun pengantinnya.
Percakapan mereka dihentikan oleh sang kekasih muda itu
sendiri yang merasa gelisah, yang datang untuk mengucapkan
selamat tinggal sebelum dia berangkat ke Wiltshire. Catherine
ingin menyelamatinya, tapi tidak tahu harus berkata apa, clan
kefasihannya berbicara hanya dilakukan melalui pancaran
macanya. Namun dari Isabella clan James, delapan jenis
kata diungkapkan dengan penuh perasaan,
clan James dapat menyarukannya dengan mudah. Karena tidak sabar lagi unruk
melihat semua harapannya di rumah terealisasi, ucapan selamat
tinggalnya tidak panjang; clan perpisahan ini akan lebih singkat
lagi, jika saja dia tidak berkali-kali ditahan oleh permohonan
mendesak dari kekasihnya bahwa dia akan pergi. Dua kali
James dipanggil saat berada di pintu oleh hasrat Isabella uncuk
mengantarkan kepergiannya. "Benar, Morland, aku harus
membiarkanmu pergi. Mengingat betapa jauhnya kau harus
160 " Jane Austen berkuda. Aku tidak dapat tahan melihacmu tetap tinggal. Demi
Tuhan, jangan buang waktu lagi. Ayolah, pergi sana-aku
mendesakmu untuk pergi."
Kedua sahabat itu, dengan hati yang kini lebih menyatu
daripada biasanya, tidak terpisahkan sepanjang hari itu; dan
waktu berjam-jam berlalu dalam kebahagiaan antara saudara
perempuan. Mrs. Thorpe dan putranya, yang mengetahui
segalanya, dan yang tampaknya hanya menginginkan persetujuan Mr. Morland, yang menganggap pertunangan
Isabella sebagai keadaan paling menguntungkan bagi keluarga
mereka, diperkenankan untuk ikut serta dalam pembicaraan
mereka. Tatapan penuh makna dan ekspresi misterius mereka
makin memperbesar rasa keingintahuan adik-adik perempuan
yang lebih muda yang tidak cahu apa-apa. Bagi hati sanubari
Catherine yang murni, kelakuan aneh ini sepertinya tidak
bermaksud baik; dan kekasaran ini mungkin tidak akan
diketahuinya, jika sikap itu jarang diperlihatkan. Namun, Anne
dan Maria segera membuat hatinya tenang dengan kecerdikan
mereka bahwa mereka seakan tahu rahasianya; dan malam itu
dilewati dalam suasana adu strategi, yang memperlihatkan
aka! bulus keluarga, di satu sisi terkait misteri sebuah rahasia
yang dibuat-buat, di sisi lain temuan yang tak terkatakan, tapi
keduanya sama-sama sengit.
Catherine bersama sahabatnya lagi keesokan hari, berusaha
memberi semangat dan melewatkan waktu berjam-jam yang
membosankan sebelum surat itu dikirim; daya upaya perlu
dikerahkan karena semakin dekamya ha! yang diharapkan,
Isabella menjadi semakin putus asa. Sebelum surat itu tiba, dia
Northanger Abbey 1tei. 161
telah berhasil membuat dirinya dalam kondisi gundah gulana.
Namun ketika surat itu dacang, ke mana perginya kesedihan
itu" "Aku tidak kesulitan mendapatkan persetujuan orangtuaku
yang baik, dan aku dijanjikan bahwa segala hal yang dapat
mereka lakukan akan diurus demi kebahagiaanku." ltulah
tiga baris kalimat pertamanya, dan dalam sekejap semuanya
merasakan kebahagiaan. Pancaran kegembiraan seketika terlihat
di wajah Isabella, semua kesusahan dan kegelisahan tampak
menghilang, semangatnya membumbung begitu tingginya,
dan dia tanpa ragu menyebut dirinya manusia paling bahagia.
Mrs. Thorpe, dengan tangisan bahagia, memeluk putrinya,
putranya, tamunya, dan mungkin saja dapat memeluk separuh
penduduk Bath dengan rasa puas. Hatinya penuh dengan
kelembutan. Dalam setiap katanya terucap "John Sayang"
dan "Catherine Sayang"; kalimat "Anne dan Maria Sayang"
dengan segera turut menjadi bagian dalam kebahagiaan mereka;
dan dua kata "sayang" yang disebutkan sekaligus sesudah
nama Isabella tidaklah melebihi apa yang kini layak didapac
anak cercintanya itu. John sendiri tidak mendongkol dalam
kebahagiaan itu. Dia tidak saja memberikan pujian tinggi
kepada Mr. Morland karena menjadi salah satu pemuda terbaik
di dunia, melainkan juga berjanji tidak lagi menggunakan
banyak kalimat dalam pujiannya.
Surat itu, yang menjadi sumber dari seluruh kebahagiaan
ini, tidak panjang, hanya berisi kepastian akan hasil baik ini.
Keterangan terperinci lainnya ditangguhkan hingga James
dapat menulis surat lagi. Namun, Isabella mampu menunggu
keterangan itu. Hal yang diperlukan sudah tercakup dalam
162 " Jane Austen janji Mr. Morland; dia berjanji untuk membuat segalanya
mudah; dan mengenai bagaimana pendapatan mereka akan
diatur, entah itu berupa propeni tanah atau uang tunai,
bukanlah hal yang perlu dicemaskannya. Dia merasa yakin
akan mendapatkan kemapanan yang terhormat dan cepat, dan
imajinasinya melambung tinggi melampaui kebahagiaannya
saat ini. Dia membayangkan dirinya sendiri di penghujung
beberapa minggu ke depan, tatapan dan kekaguman dari
setiap kenalan barunya di Fullerton, kecemburuan dari setiap
teman lamanya di Putney, dengan sebuah kereta yang tersedia
untuknya, sebuah nama baru di kartu namanya, dan cincin
yang tampak cemerlang di jarinya.
Ketika isi suratnya sudah diketahui dengan pasti, John
Thorpe, yang hanya menunggu kedatangan surat itu untuk
memulai perjalanannya ke London, bersiap hendak pergi. "Nah,
Miss Morland," katanya, saat menemukan Catherine seorang
diri di ruang tamu, "aku mau mengucapkan selamat tinggal."
Catherine mengharapkan perjalanannya menyenangkan. Tanpa
terlihat mendengarkannya, pria itu berjalan ke jendela, sikapnya
menjadi gelisah. Dia bersenandung, dan tampaknya asyik
dengan dirinya sendiri. "Tidakkah kau akan terlambat di Devizes?" ujar Catherine.
Pria itu tidak menjawab; tapi setelah diam sejenak dia tiba?
tiba berkata demikian, "Sungguh ha! yang bagus rencana
perkawinan ini! Hasrat Morland
dan Belle yang cerdas. Bagaimana menurutmu, Miss Morland" Kurasa gagasan ini
tidak buruk." "Kukira gagasan ini sungguh amat bagus."
Northanger Abbey 1tti. 163
"Sungguh" Jawaban yang jujur! Tapi, aku senang kau
menyukai pernikahan. Pernahkah kau mendengar lagu lama
'Menghadiri Satu Pernikahan Menyebabkan Pernikahan yang
Lain"' Kuharap kau akan datang ke pernikahan Belle."
"Ya; aku sudah berjanji pada adikmu untuk bersamanya,
jika memungkinkan." "Kalau begitu kau tahu"-memutar tubuhnya
dan memaksakan tertawa bodoh- "Kurasa, kau tahu, kita mungkin
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa mencoba kebenaran lagu lama ini."
"Oya" Tapi, aku tidak pernah bernyanyi. Yah, semoga
perjalananmu menyenangkan. Aku makan malam dengan Miss
Tilney hari ini, dan harus pulang sekarang."
"Tapi, tidak perlu terburu-buru begitu. Siapa yang tahu
kapan kita dapat bersama lagi" Tapi, aku akan kembali lagi
setelah dua minggu, dan dua minggu yang tampaknya lama
sekali bagiku." "Lalu, mengapa kau pergi begitu lama?" sahut Catherine?
menyadari bahwa pria itu menunggu sebuah jawaban.
"Tapi, kau baik sekali-baik dan murah hati. Aku tidak
akan melupakannya dengan cepat. Tapi, kau lebih bermurah
hati dibandingkan semua orang, kurasa. Sungguh sangat
bermurah hati, dan tidak hanya itu saja, tapi kau punya begitu
banyak, begitu banyak segalanya; dan kau punya-percayalah,
aku tidak mengenal orang lain seperti dirimu."
"Oh, astaga, kuyakin ada banyak sekali orang yang seperti
aku, hanya saja mereka jauh lebih baik. Selamat tinggal."
164 " Jane Austen "Tapi kurasa, Miss Morland, aku akan dacang dan
berkunjung ke Fullerton dalam waktu dekat ini, jika hal itu
baik." "Silakan saja. Ayah dan ibuku akan senang sekali bertemu
denganmu." "Dan kuharap-kuharap, Miss Morland, kau tidak akan
sedih melihatku." "Oh, astaga, sama sekali tidak. Hanya ada segelintir orang
yang tidak ingin aku jumpai. Selalu menyenangkan bila ada
tamu datang." "Begitupun pemikiranku. Berikan saja aku seorang teman
yang menyenangkan, misalkan aku hanya ditemani orang-orang
yang kukasihi, misalkan aku hanya berada di tempat yang
kusuka dan bersama orang yang kusayangi, maka persetan
dengan yang lain. Dan aku sungguh senang mendengarmu
berkata hal yang sama. Tapi kurasa, Miss Morland, kau
dan aku berpikir serupa tentang kebanyakan hal."
"Mungkin begitu; tapi hal itu melebihi apa yang pernah
kubayangkan. Dan mengenai kebanyakan hal, sejujurnya, tidak
ada banyak hal yang aku tahu pasti."
"Ya ampun, aku pun demikian. Bukan kebiasaanku
memenuhi otakku dengan hal-hal yang tidak penting bagiku.
Pemikiranku cukup simpel. Misalkan aku mendapat gadis
yang kusuka, kurasa, dengan sebuah rumah yang nyaman,
maka aku tidak peduli lagi dengan yang lainnya. Kekayaan itu
tidak penting. Kuyakin aku bisa mendapat penghasilan yang
bagus; dan jika gadis itu miskin, itu justru jauh lebih baik."
Northanger Abbey 1tti. 165
"Benar sekali. Aku sependapat denganmu soal itu. Jika
satu pihak punya kekayaan, tidak ada alasan pihak yang lain
juga harus punya. Siapa pun yang punya kekayaan, itu sudah
cukup. Aku benci pemikiran bahwa satu orang kaya mencari
seorang kaya lainnya. Dan menurutku menikah demi uang
adalah hal yang paling jahat. Selamat tinggal. Kami akan sangat
senang melihatmu di FuUerton, kapan pun kau ingin datang."
Dan dia pun pergi. Segala kesopanan pria itu tidak dapat
menahannya lebih lama lagi. Dengan percakapan seperti itu,
dan kunjungan yang perlu dilakukan, kepergian Catherine
tidak akan ditunda dengan kebiasaan pria itu untuk membujuk.
Catherine pergi tergesa-gesa, meninggalkan pria itu dengan
kesadaran penuh akan kebahagiaannya sendiri, dan dukungan
yang tegas dari Catherine.
Gejolak perasaan yang dialaminya sendiri ketika kali
pertama mengetahui pertunangan kakaknya membuat dia
berharap dapat membangkitkan perasaan yang sama dari Mr.
dan Mrs. Allen, setelah menceritakan peristiwa sangat bagus
itu. Betapa besar rasa kecewanya! Kejadian penting ini, yang
diceritakan dengan kata-kata yang dipersiapkan sedemikian
baik, telah diprediksi oleh mereka berdua sejak kedatangan
kakaknya. Dan yang mereka rasakan terkait peristiwa itu
tercakup dalam sebuah harapan bagi kebahagiaan kedua orang
muda itu, dengan ucapan dari Mr. Allen tentang kecantikan
Isabella, dan dari Mrs. Allen mengenai nasib gadis itu yang
sangat baik. Hal itu sungguh mengejutkan bagi Catherine.
Namun, cerita penutupnya tentang rahasia besar kepergian
James ke Fullerton pada hari kemarin, justru mengagetkan Mrs.
166 " Jane Austen Allen. Dia tidak dapat mendengarkan cerita ini dengan sikap
tenang, tapi berulang kali menyesali perlunya hal itu ditutupi?
tutupi. Dia berharap dirinya dapat mengetahui niat kepergian
James, berharap dia dapat bertemu dengan James sebelum
pergi, karena dia pasti akan meminta James menyampaikan
salam hormatnya kepada Mr. dan Mrs. Morland,
dan salam hangatnya kepada seluruh keluarga Skinner.[]
Northanger Abbey 1tti. 167
#" " untuk merasakan kesenangan dari
kunjungannya ke Milsom Street begitu besar, sehingga
kekecewaan tidak dapat dihindarkan; dan karenanya, meskipun
dia diterima dengan sangat santun oleh Jenderal Tilney, dan
disambut dengan baik oleh putrinya, walau Henry
ada di rumah, dan tidak ada lagi orang lain, Catherine menyadari,
saat pulang, tanpa menghabiskan banyak waktu uncuk
memeriksa perasaannya, bahwa harapannya uncuk merasa
bahagia saat memenuhi janji pertemuan ini tidak terwujud.
Alih-alih mendapati dirinya semakin mengenal Miss Tilney,
dari pergaulannya selama hari itu, dia tampaknya sulit
bersikap sangat karib dengannya seperti sebelumnya; alih?
alih menjumpai HenryTilney dalam keadaan yang lebih baik,
dalam suasana kekeluargaan yang santai, pria itu justru tidak
banyak bicara, dan sikapnya tidak lagi ramah; dan, meskipun
ayah rnereka bersikap sangat sopan terhadap dirinya?
walaupun rnenerirna banyak ucapan terirna kasih, undangan,
dan pujian darinya-rasanya rnelegakan ketika rnenjauh
darinya. Catherine bingung rnenjelaskan sernua ini. Situasi
ini tidak rnungkin kesalahan Jenderal Tilney. Perangainya yang
sungguh rnenyenangkan dan baik, dan bahwa dia pria yang
sangat rnernesona, tidak memungkinkan ha! itu karena dia
berperawakan tinggi dan gagah, serta ayah Henry. Pria itu
tidak rnungkin rnenjadi penyebab hilangnya semangat anak?
anaknya, atau ketidaksenangan yang dirasakan Catherine saat
bersarnanya. Mengenai hilangnya sernangat kakak-beradik
Tilney, Catherine berharap hal itu rnungkin hanya kebetulan;
sementara rnengenai ketidaksenangannya, dia hanya dapat
menganggap ha! itu akibat kebodohannya saja. Isabella, setelah
rnendengar cerita dari kunjungan ini, rnernberikan penjelasan
yang berbeda. "Itu hanya karena keangkuhan, kecongkakan
yang begitu besar, dan kesombongan! Dia sudah lama menduga
keluarga itu sangat tinggi status sosialnya, dan kejadian ini
rnernastikan dugaan itu. Dalarn hidupnya dia tidak pernah
mendengar ada orang lain yang bersikap seangkuh Miss Tilney!
Tidak berkaitan dengan kehorrnatan keluarganya dengan pola
asuh yang biasa! Berkelakuan sornbong terhadap tarnunya!
Bahkan, hampir tidak berbicara dengan tarnunya!"
"Tapi, keadaannya tidak seburuk itu, Isabella; sikapnya
tidak angkuh; malah dia sangat santun."
"Oh, jangan membelanya! Lalu kakaknya, dia, yang
kelihatannya sangat sayang padarnu! Ya, ampun! Yah, hati
Northanger Abbey 1tti. 169
beberapa orang memang tidak dapat dimengerti. Dan dia
hampir tidak memandangmu sekali pun sepanjang hari ini!"
"Aku tidak berkata begitu; tapi, dia sepertinya sedang
tidak bersemangat." "Betapa jahatnya! Dari semua hal di dunia, ketidak?
konsistenan adalah hal yang kubenci. Kumohon kau tidak
pernah lagi memikirkannya, Catherine Sayang; dia sungguh
tidak pantas untukmu."
"Tidak pantas! Kukira dia malah tidak pernah memikirkan
aku." "Persis itulah yang kumaksud; dia tidak pernah memi?
kirkanmu. Betapa tidak konsistennya! Oh, betapa berbedanya
dengan kakakmu dan kakakku! Aku yakin betul John punya
hati yang paling setia."
"Tapi, mengenai Jenderal Tilney, aku yakin tidak mungkin
akan ada orang yang bersikap dengan lebih santun
dan perhatian terhadap aku. Seolah satu-satunya perhatiannya
adalah menjamu dan membuatku bahagia."
"Oh, aku tahu tidak ada yang buruk darinya. Aku tidak
mencurigainya bersikap angkuh. Kuyakin dia pria yang sangat
santun. John sangat menghormatinya, dan penilaian John-"
"Yah, aku akan melihat bagaimana mereka bersikap
padaku malam ini; kita akan bertemu mereka di ruang dansa."
"Dan, haruskah aku ikut?"
"Tidakkah kau berniat pergi" Kukira semuanya sudah
direncanakan." 170 " Jane Austen "Tidak, karena kau berkata begitu, aku tidak dapat
menolakrnu. Tapi, jangan paksa aku untuk bersikap sangat
menyenangkan karena hatiku, seperti kau tahu, akan berada
enam puluh empat kilometer jauhnya. Dan soal dansa, jangan
sebut-sebut hal itu, kumohon; itu sangat tidak mungkin.
Kuyakin teolog Charles Hodges akan mengutuk mati aku; tapi
aku akan mencegahnya. Dia akan menduga-duga alasannya,
dan itulah yang ingin kuhindari, jadi aku akan mendesak agar
dia menyimpan dugaannya untuk dirinya sendiri."
Pendapat Isabella tentang keluarga Tilney memengaruhi Catherine; dia yakin
tidak kakak atau adik itu tidak bersikap angkuh; dan dia tidak percaya mereka berhati
sombong. Malam itu membuatnya semakin yakin; dia dijumpai
oleh salah satu dari mereka dengan kebaikan hati yang sama,
dan oleh yang lainnya dengan perhatian yang sama, seperti
sebelumnya. Miss Tilney berusaha keras duduk di dekatnya,
dan Henry mengajaknya berdansa.
Karena kemarin sudah mendengar di Milsom Street
bahwa kakak sulung mereka, Kapten Tilney, sedang dinantikan
kedatangannya, Cacherine tidak bingung dengan nama seorang
pemuda tampan dan sangat menawan, yang belum pernah
dilihatnya, dan yang sekarang ternyata termasuk dalam
rombongan mereka. Catherine memandang pria itu dengan
penuh kekaguman, dan bahkan mungkin beberapa orang
beranggapan dia lebih tampan daripada adiknya. Namun, di
mata Catherine, sikap pria itu lebih terkesan berpura-pura,
dan wajahnya kurang memikat. Gaya dan kelakuannya tidak
diragukan lagi buruk; karena Catherine mendengar, pria itu
Northanger Abbey 1tti. 171
tidak hanya memprotes ide berdansa, tapi bahkan menertawakan
Henry secara terang-terangan karena memutuskan untuk
berdansa. Dari situasi terakhir dapat dianggap bahwa, apa
pun pendapat cokoh utama wanita kita tentang Kapten Tilney,
kekaguman pria itu terhadap Catherine tidaklah berbahaya;
tidak menyebabkan permusuhan antara kakak-beradik itu,
atau adanya perlakuan buruk terhadap si wanita. Pria itu tidak
mungkin menjadi penghasut tiga penjahat berpakaian mantel
tebal, yang olehnya si wanita sekarang akan dipaksa masuk
ke sebuah kereta, yang akan dikemudikan dengan kecepatan
tinggi. Sementara itu, Catherine tidak terusik oleh firasat-firasat
buruk seperti itu, atau kejahatan apa pun juga, kecuali hanya
terganggu karena berdansa dalam barisan kelompok dansa yang
pendek. Dia menikmati kebahagiaannya yang biasa dengan
Henry Tilney, mendengarkan dengan mata berbinar-binar
segala hal yang dikatakan pria itu; dan, dengan menyadari pria
itu sangat menarik, dia pun membuat dirinya begitu memikat.
Di akhir dansa pertama, KaptenTilney mendekati mereka
lagi, dan, membuat Catherine merasa tidak senang karena
dia menarik adiknya menjauh. Mereka saling berbisik; dan,
meskipun perasaan lembumya tidak menerka adanya tanda
bahaya, dan menganggapnya sebagai kenyataan, bahwa Kapten
Tilney pasti sudah mendengar sedikit penggambaran yang salah
tentang dirinya yang berhati dengki, karenanya dia saat ini buru?
buru mengatakannya kepada adiknya, dengan harapan dapat
memisahkan mereka selamanya, pandangan Catherine yang
diarahkan ke pasangan dansanya itu memancarkan kegelisahan.
Perasaan tegangnya berlangsung selama lima menit; dan
172 " Jane Austen Catherine mulai berpikir ketegangannya ini berlangsung lima
belas menit yang sangat lama, ketika mereka berdua kembali.
Henry menanyakan apakah menurut Catherine temannya, Miss
Thorpe, akan menolak berdansa karena kakaknya akan bahagia
sekali apabila dapat diperkenalkan kepadanya. Tanpa ragu,
Catherine menjawab bahwa dia sangatyakin Miss Thorpe sama
sekali tidak berniat berdansa. Jawaban kejam itu disampaikan
pada Kapten Tilney, dan dia pun segera pergi menjauh.
"Kakakmu tidak akan menghiraukannya, aku tahu," kata
Catherine, "karena aku dengar dia tadi berkata bahwa dia benci
dansa; tapi betapa baiknya dia sudah berniat demikian. Kukira
dia melihat Isabella yang sedang duduk, dan beranggapan
dia mungkin menginginkan seorang pasangan; tapi kakakmu
sangat keliru karena Isabella tidak akan berdansa demi alasan
apa pun. Henry tersenyum, dan berkata, "Betapa mudahnya kau
memahami motif dari tindakan orang lain."
"Mengapa" Apa yang kaumaksud?"
"Bagimu, bukannya, Bagaimana seseorang kemungkinan
besar dipengaruhi, Dorongan apa yang lebih mungkin
berpengaruh terhadap perasaan seseorang, usia, situasi, dan
kebiasaan hidup-melainkan, Bagaimana aku seharusnya
memberikan pengaruh, Apa yang akan mendorongku dalam
bertindak dan sebagainya?"
''.Aku tidak mengerti."
"Kalau begitu, kita tidak sama karena aku memahamimu
dengan sangat baik."
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Northanger Abbey 1tti. 173
"Alcu" Ya; aku tidak dapat berkata cukup baik untuk tidak
dapat dimengerti." "Bravo! Sindiran bagus dalam bahasa modern."
"Tapi, tolong katakan apa maksudmu."
"Haruskah aku mengatakannya" Kau benar-benar menginginkannya" Tapi, kau tidak tahu akibatnya; ini akan
membuatmu sangat malu, clan tentunya menyebabkan kita
berselisih." "Tidak, tidak; tidak akan seperti itu; aku tidak khawatir."
"Yah, baiklah, maksudku hanyalah anggapanmu tentang
keinginan kakakku untuk berdansa dengan Miss Thorpe
disebabkan semata-mata oleh sifat baik membuatku yakin
bahwa kau sendiri adalah orang paling baik dari semua orang
di dunia." Catherine merasa malu clan membantah. Rupanya
perkiraan pria itu terbukti benar. Namun, ada sesuatu dalam
kata-kata pria itu yang menggantikan kebingungannya; dan
sesuatu itu memenuhi pikirannya, sehingga dia terdiam sesaat,
lupa untuk bicara atau mendengarkan, clan hampir lupa di
mana dirinya berada; hingga, karena disadarkan oleh suara
Isabella, Catherine mendongak dan melihacnya bersama Kapten
Tilney yang hendak melakukan gerakan dansa di ujung barisan
kelompok. Isabella mengangkat bahunya clan tersenyum, satu?
satunya penjelasan tentang perubahan luar biasa ini yang
dapat diberikan pada saat itu; tapi karena ha! ini tidak cukup
174 " Jane Austen dirnengerti oleh Catherine, dia mengatakan keheranan itu
dengan sangat polosnya kepada pasangannya.
"Tidak kukira hal itu dapat terjadi! Isabella sangat
bersikeras untuk tidak berdansa."
"Dan, apakah Isabella
tidak pernah berubah pikiran
sebelumnya?" "Oh, tapi, karena-Dan kakakmu! Setelah apa yang kau
katakan padanya dariku, bagaimana mungkin dia berpikir
untuk mengajaknya berdansa?"
"Mengenai kakakku, aku sendiri tidak terkejut. Cerita
tentang temanmu itu membuatku heran; tapi kalau soal
kakakku, kelakuannya dalam hal ini, aku harus akui, sesuai
dengan apa yang kuyakini akan dia lakukan. Kecantikan
temanmu itu terang-terangan memancarkan daya tarik.
Keteguhannya, kau tahu, hanya dapat dipahami oleh dirimu
sendiri." "Kau menertawakan; tapi, kupastikan, Isabella biasanya
sangat kuat pendiriannya."
"Begirulah yang seharusnya dikatakan tentang seseorang.
Selalu teguh pendirian beratti sering kali keras kepala. Saar
sedang bersenang-senang adalah cobaan yang sebenarnya; dan,
tanpa melihat kakakku, aku sungguh berpikir Miss Tilney
merupakan pilihan yang baik untuk saat ini."
Kedua sahabat itu tidak dapat bersama-sama untuk
mempercakapkan sesuatu yang rahasia hingga dansanya
berakhir; tapi, ketika mereka berjalan di ruang dansa dengan
bergandengan tangan, Isabella beralasan, "Aku tidak heran
Northanger Abbey 1tti. 175
dengan rasa kagecmu; dan aku benar-benar lelah setengah mati.
Dia itu cerewet sekali! Cukup menyenangkan, jika pikiranku
sedang kosong; tapi, aku lebih baik tetap duduk."
"Lalu, mengapa kau tidak lakukan itu?"
"Oh, Sayang! Aku akan terlihat begitu pemilih; dan kau
tahu bagaimana aku benci melakukannya. Aku menolaknya
selama aku bisa, tapi dia tidak mau menerima penolakan.
Kau tidak tahu betapa dia mendesak aku. Aku memohon
padanya agar meninggalkan aku, dan mencari pasangan lain
-tapi dia tidak mau; setelah menginginkan aku menjadi
pasangan dansanya, tidak ada orang lain di ruangan ini
yang dapat dipertimbangkannya; dan dia tidak hanya ingin
berdansa denganku, tapi ingin bersama denganku. Oh, dasar
pembual! Kukatakan dia telah mengambil cara yang salah uncuk
membujukku; karena, dari semua hal di dunia, aku benci kata?
kata manis dan pujian; dan waktu itu-saat itu aku menyadari
suasananya tidak akan tenteram jika aku tidak berdansa. Lagi
pula, kupikir Mrs. Hughes, yang memperkenalkan pria itu,
mungkin merasa tersinggung kalau aku tidak berdansa; dan
kakak terkasihmu, kuyakin dia akan sangat sedih jika aku
duduk sepanjang malam. Aku sangat senang dansanya sudah
berakhir! Semangatku jadi lesu karena mendengarkan bualan?
bualannya; dan, karena pria itu pemuda yang gagah, kulihat
semua mata melihat kami."
"Dia memang sangat tampan."
"Tampan! Ya, kukira dia tampan. Aku yakin orang akan
mengaguminya secara umum; tapi dia sama sekali bukan tipe
pria yang menurutku tampan. Aku benci pria dengan wajah
176 " Jane Austen yang kemerah-merahan dan mata hitam. Tapi, dia memang
enak dipandang. Sangat congkak, kuyakin. Kau tahu, aku
mengalahkannya beberapa kali dengan caraku."
Ketika kedua wanita ini bertemu kembali di lain waktu,
mereka membicarakan topik yang jauh lebih menarik. Surat
kedua dari James Morland saat itu sudah diterima, dan
maksud-maksud baik ayahnya dijelaskan secara lengkap.
Nafkah hidup, yang diberikan Mr. Morland sebagai pelindung
dan penanggung jawab, senilai sekitar empat ratus pound
setahun, akan diserahkan kepada putranya setelah dia memiliki
pekerjaan tetap; tidak ada pengurangan yang tidak penting dari
pendapatan keluarga, tidak ada penyerahan hak yang sedikit
kepada satu dari sepuluh anak. Selain itu, sebuah tanah yang
sedikitnya bernilai sepadan, dipastikan sebagai warisannya
nanti. James mengungkapkan rasa syukurnya atas hal ini; dan
perlunya mereka menunggu hingga dua atau tiga tahun sebelum
dapat menikah, meskipun tidak disukai dan tidak diduganya,
diterimaoleh James dengan senang. Catherine, yang harapannya
tidak sejelas gambarannya tentang pendapatan ayahnya, dan
yang penilaiannya kini sepenuhnya dipandu oleh sang kakak,
juga merasa puas, dan menyelamati Isabella dengan sepenuh
hati karena segalanya sudah diselesaikan dengan sangat baik.
"Memang sangat bagus," kata Isabella, dengan wajah
murung. "Mr. Morland telah bersikap sungguh baik," ujar
Mrs. Thorpe yang lemah lembut, seraya memandang putrinya
dengan cemas. ''Aku hanya berharap aku dapat berbuat hal yang
sama. Kita tidak dapat mengharapkan lebih darinya. Jika dia
Northanger Abbey 1tti. 177
tahu dia dapat berbuat lebih, kuyakin dia akan melakukannya
karena aku percaya dia pasti pria yang sangat baik hati. Tapi,
empat ratus memang pendapatan yang kecil untuk memulai
hidup, tapi keinginanmu, Isabella Sayang, begitu sederhana.
Kau tidak memikirkan betapa kecilnya yang kaubutuhkan,
Sayang. "Bukan demi diriku sendiri aku menginginkan lebih; capi,
aku tidak dapat tahan menjadi alat yang merugikan Morland?
ku Sayang, membuatnya menerima pasrah penghasilan yang
tidak mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Bagiku sendiri, itu tidak penting; aku tidak pernah memikirkan
diri sendiri." "Aku rahu kau tidak pernah begitu, Sayang; dan kau akan
selalu mendapat balasan kasih sayang yang membuat semua
orang bersimpati padamu. Tidak pernah ada wanita muda
yang begitu dicintai seperti dirimu oleh semua orang yang
mengenalmu; dan aku yakin sewaktu Mr. Morland melihatmu,
Anakku Sayang-tapi jangan biarkan kita membuat Catherine
kita yang baik bersedih dengan berbicara hal-hal seperti itu.
Mr. Morland telah berbuat sangat baik, kau cahu. Aku selalu
mendengar dia pria yang baik sekali; dan kau tahu, Sayang,
kita tidak mengandaikan tapi, jika kau beruntung, dia akan
mewariskan lebih banyak lagi karena aku yakin dia pasti pria
yang berpikiran sangat liberal."
"Tidak ada orang lain yang menganggap Mr. Morland
lebih baik selain aku, kuyakin. Tapi, setiap orang punya
kekurangannya, dan setiap orang berhak berbuat apa yang
diinginkan dengan uangnya sendiri." Catherine merasa
178 " Jane Austen tersinggung dengan sindiran-sindiran ini. "Aku sangat yakin,"
katanya, "bahwa ayahku telah berjanji berbuat sejauh yang
dapat dilakukannya."
Isabella menenangkan kembali dirinya sendiri. "Mengenai
hal itu, Cacherine-ku yang manis, tidak dapat diragukan lagi,
dan kau mengenalku cukup baik untuk merasa yakin bahwa
pendapatan yang jauh lebih kecil akan membuatku senang. lni
bukan karena aku menginginkan lebih banyak uang, sehingga
membuatku tidak begitu bersemangat seperti sekarang ini. Aku
benci uang; dan jika pernikahan kami dapat berlangsung saat
ini dengan hanya lima puluh pound setahun, harapanku sudah
terpuaskan. Ah, Catherine, kau sudah mengetahui sifatku. lni
menyedihkan. Dua setengah tahun yang sangat, amat panjang
harus dilewati sebelum kakakmu dapat menerirna nafkah iru."
"Ya, ya, Isabella Sayang," kata Mrs. Thorpe, "kami
mengerti betul akan hatimu. Kau tidak berpura-pura. Kami
sangat memahami kekesalan yang dirasakan saat ini; dan semua
orang pasti makin mencintaimu karena kasih sayang yang
culus itu." Perasaan tidak nyaman Catherine mulai berkurang. Dia
berusaha keras memercayai bahwa penundaan pernikahan itulah
yang menjadi satu-satunya penyebab penyesalan Isabella; dan
ketika melihat Isabella yang tampak ceria dan menyenangkan
seperti biasanya di percemuan mereka berikutnya, Catherine
berusaha keras melupakan bahwa dia pernah berpikir hal
sebaliknya. James segera datang kemudian, dan disambut
dengan kasih sayang yang paling membahagiakan.O
Northanger Abbey 1tti. 179
" ?" kini telah memasuki minggu keenam
dari masa tinggal mereka di Bath; dan apakah minggu
ini akan menjadi minggu terakhir mereka di Bath untuk
sementara ini sedang dibicarakan. Catherine mendengarkan
pembicaraan dengan berharap-harap cemas. Mengakhiri
perkenalannya dengan keluarga Tilney sebegitu cepat adalah
hal buruk yang tidak dapat diimbangi oleh apa pun juga.
Seluruh kebahagiaannya sepertinya sedang dipertaruhkan,
sementara masalah itu masih dibicarakan. Keadaan menjadi
aman ketika diputuskan bahwa masa rnenginap akan
diperpanjang selama dua minggu berikutnya. Dua minggu
tarnbahan ini selain rnernberikan kesenangan kepadanya karena
dapat berjurnpa Henry Tilney, juga sedikit berperan dalam
memunculkan pemikiran Catherine. Sekali atau dua kali, sejak
pertunangan James mengajarkannya apa yang dapat dilakukan,
Catherine sudah sebegitu jauhnya hingga diam-diam asyik
membayangkan hubungannya dengan Henry. Namun secara
umum, kebahagiaan bersama pria itu untuk masa sekarang
mengisi bayangannya: masa sekarang yang kini berlangsung
tiga minggu, dan kebahagiaannya terjamin selama masa
itu, sisa hidupnya ke depan tidak perlu terlalu dirisaukan.
Sepanjang pagi itu ketika akhirnya masalah itu diputuskan,
Catherine mengunjungi Miss Tilney, dan mencurahkan
perasaan bahagianya. Ternyata, hari itu adalah hari penuh
cobaan. Tak lama sesudah dia mengutarakan kegembiraannya
karena Mr. Allen memperpanjang masa tinggalnya, Miss Tilney
memberitahunya bahwa ayahnya baru saja memutuskan uncuk
meninggalkan Bath pada akhir minggu depan. lni sungguh
mengejutkan! Ketegangan di pagi hari tadi telah berkurang
dan mereda menjadi kekecewaan saat ini. Air muka Catherine
menjadi murung, dan dengan suara yang terdengar sangat
cemas dia mengulangi kata-kata terakhir Miss Tilney, "Akhir
minggu depan!" "Ya, ayahku jarang bisa dibujuk untuk memberikan air
mineral pengobatan yang kupikir merupakan ha! yang wajar.
Dia sudah kecewa dengan kedatangan beberapa teman yang
dia harapkan bisa berjumpa di sini, dan karena sekarang dia
merasa cukup baik, dia ingin buru-buru pulang."
"Aku sangat menyesal mendengarnya," ucap Catherine
dengan sedih; "kalau saja aku tahu kabar ini sebelumnya-"
"Mungkin," kata Miss Tilney dengan sikap malu-malu,
"kau akan bersedia-aku akan merasa sangat bahagia kalau-"
Northanger Abbey 1tti. 181
Kemunculan ayahnya menghentikan sikap sopan-santun,
padahal tadinya Catherine mulai berharap ada permintaan
agar mereka melakukan surat-menyurat. Setelah menyapa
Catherine dengan kesopanan yang biasa dilakukannya, pria
itu menoleh ke putrinya dan berkata, "Nah, Eleanor, bisakah
aku menyelamatimu karena berhasil mengajukan permintaan
kepada teman cantikmu?"
"Aku baru saja mau memintanya, Sir, saat kau datang."
"Yah, teruskan tentu saja. Aku tahu betapa hatimu
sangat menginginkannya. Putriku, Miss Morland," lanjutnya,
tanpa memberikan putrinya kesempatan untuk berbicara,
"mempunyai satu permintaan yang sangat hebat. Kami
meninggalkan Bath, seperti yang mungkin telah dia katakan
padamu, pada hari Sabtu minggu depan. Sebuah surat dari
pelayanku memberitahuku bahwa kehadiranku dibutuhkan di
rumah; dan karena kecewa dengan harapanku untuk bertemu
dengan Marquis ofLongtown dan Jenderal Courteney di sini,
mereka itu teman-teman lamaku, tidak ada lagi yang dapat
menahanku untuk tinggal lebih lama di Bath. Dan seandainya
kami dapat membujukmu, kami akan meninggalkan tempat
ini tanpa rasa sesal sedikit pun. Singkatnya, bisakah kau
dibujuk untuk meninggalkan tempat penuh hiburan ini
dan membantu temanmu Eleanor dengan kehadiranmu di
Gloucestershire" Aku nyaris merasa malu karena mengajukan
permintaan ini, meskipun anggapannya tentu akan kelihatan
lebih menyenangkan bagi siapa pun di Bath kecuali dirimu.
Orang rendah hati seperti dirimu-tapi, bagaimanapun aku
akan menderita karena pujian terang-terangan. Jika kau dapat
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
182 " Jane Austen dibujuk untuk memberikan kehormatan bagi kami dengan
kunjunganmu, kau akan membuat kami sungguh bahagia.
lni benar, kami tidak dapat menawarkanmu apa pun seperti
kegembiraan dari tempat semarak ini; kami juga tidak dapat
menggodamu dengan hiburan ataupun kemegahan karena cara
hidup kami, seperti kau kecahui, biasa-biasa saja dan sederhana;
tapi, kami tidak perlu berusaha untuk membuat Northanger
Abbey sama sekali menyenangkan."
Northanger Abbey! Nama itu sungguh mendebarkan,
dan membuat hati Catherine penuh dengan kebahagiaan.
Hatinya yang bahagia dan penuh syukur sulit mengendalikan
perasaannya dalam batas-batas kecenangan yang dapat
ditoleransi. Menerima undangan semenggiurkan itu! Oirinya
dimohon menjadi tamu dengan cara yang begitu hangat! Segala
hal yang terhormat dan menenangkan, setiap kegembiraan saat
ini, dan setiap harapan di masa depan tercakup di dalamnya;
dan persetujuannya, dengan masih harus meminta persetujuan
ayah dan ibunya, diberikan dengan semangat, "Saya akan
langsung menulis surat ke rumah," katanya, "dan jika mereka
tidak keberatan, sebagaimana saya yakin mereka tidak akan-"
Jenderal Tilney tidak kalah riangnya, setelah menunggu
kabar dari wali Catherine di Pulteney Street, dan mendapat
persetujuan mereka atas permintaannya. "Karena mereka
memberi izin untuk membiarkanmu pergi," katanya, "kita
bisa menjadi tenang."
Miss Tilney bersikap serius, tapi tetap ramah dan sopan.
Dalam beberapa menit, masalah ini hampir terselesaikan seperti
halnya surat yang masih perlu dikirimkan ke Fullerton.
Northanger Abbey 1tti. 183
Situasi sepanjang pagi itu telah membawa Catherine
mengarungi berbagai perasaan tegang, aman, dan kecewa; tapi
kini perasaan itu berubah menjadi kebahagiaan yang utuh;
dan dengan batin yang penuh kegembiraan, dengan Henry
di hatinya, dan Northanger Abbey di bibirnya, Catherine
cepat-cepat pulang untuk menulis suratnya. Mr. dan Mrs.
Morland, dengan memercayai kebijaksanaan teman-teman yang
kepadanya mereka telah memercayakan putri mereka, tidak
merasa ragu akan kesopanan kenalan yang telah terjalin di bawah
pengawasan mereka, dan karenanya mengirimkan surat balasan
yang berisi persetujuan mereka acas kunjungan Catherine ke
Gloucestershire. Kesenangan ini, meski tidak melebihi apa yang
diharapkan Catherine, melengkapi keyakinannya bahwa dirinya
dikaruniai teman dan kemujuran, keadaan dan kesempatan,
melampaui manusia lainnya. Segala sesuatu sepertinya
bekerja sama demi kebaikannya. Melalui kebaikan teman
pertamanya, suami-istri Allen, dia telah memasuki tempat?
tempat di mana setiap jenis kesenangan relah menjumpainya.
Di mana pun dia merasakan kasih sayang, dia telah mampu
menciptakannya. Kasih sayang Isabella telah diperolehnya
dalam hubungan seorang saudara perempuan. Keluarga Tilney,
mereka, yang oleh mereka terutama, dia menginginkan agar
dirinya dianggap baik, melampaui bahkan harapannya dalam
tindakan-tindakan menyanjung yang membantu meneruskan
hubungan dekat mereka. Dia akan menjadi tamu pilihan
mereka, dia akan tinggal selama beberapa minggu di bawah
atap yang sama dengan orang yang persahabatannya paling
dia hargai-dan, di samping semua itu, atap ini adalah atap
184 " Jane Austen sebuah biara! Hasratnnya akan bangunan-bangunan kuno
sebesar hasratnya akan Henry Tilney-dan kastel serta biara
biasanya menciptakan daya pikat dari lamunan-lamunan itu
yang tidak diberikan bayangan sosok pria itu. Melihat
dan menjelajahi benteng atau biara telah menjadi harapan besarnya
selama berminggu-minggu, meskipun untuk menjadi lebih
dari sekadar tamu selama satu jam tampaknya nyaris mustahil
untuk diharapkan. Namun, ini akan terjadi. Dengan semua
kemungkinan yang dimilikinya untuk melihat rumah, aula,
taman, istana, dan pondok, Northanger ternyata sebuah biara,
dan dia akan menjadi penghuninya. Lorong-lorong panjang
dan lembapnya, bilik-bilik sempit dan kapelnya yang runtuh,
akan berada dalam jangkauannya setiap hari, dan dia tidak
dapat sepenuhnya menahan harapan akan beberapa legenda
lama, beberapa tanda peringatan mengerikan dari seorang
biarawati yang terluka atau bernasib malang.
Betapa mengherankan teman-temannya ini tampaknya
tidak merasa bangga karena memiliki rumah seperti itu, dan
mereka tidak menyadari hal itu. Mungkin ini disebabkan karena
mereka sudah terbiasa dengan rumah itu. Simbol kehormatan
yang telah mereka miliki sejak lahir tidak memberikan rasa
bangga. Kelebihan tempat kediaman mereka tidak lebih dari
kelebihan penampilan raga mereka.
Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Miss
Tilney; tapi begitu aktifnya pikirannya bekerja, sehingga
ketika pertanyaan-pertanyaan ini terjawab, Catherine tidak
merasa lebih percaya dari sebelumnya, bahwa Northanger
Abbey tadinya adalah sebuah biara hasil sumbangan pada
Northanger Abbey 1tti. 185
masa Reformasi, bahwa bangunan ini berpindah menjadi
milik leluhur keluarga Tilney pada saat kehancurannya, bahwa
sebagian besar dari bangunan kunonya masih menjadi bagian
dari cempac yang ditinggali sekarang meskipun sisanya hancur,
atau bahwa bangunan ini terletak di sebuah lembah, terlindungi
dari arah utara dan timur oleh hutan pohon ek yang menjulang
tinggi.O 186 " Jane Austen tZJ?" yang penuh kebahagiaan, Catherine hampir
tidak menyadari bahwa dua atau tiga hari telah berlalu, tanpa
dirinya menjumpai Isabella. Dia mulai kali pertama menyaclari
ha! ini, clan mengeluhkan percakapannya, ketika dia berjalan
di pump-room di suatu pagi, di sisi Mrs. Allen, tanpa acla yang
dikatakan atau clidengar; clan clia hampir ticlak merinclukan
pertemanan mereka, sebelum Isabella muncul. Dengan
mengajaknya untuk bercakap-cakap berclua, Isabella berjalan
menclahului menuju sebuah tempat cluduk. "lni tempat
favoritku," katanya saat mereka clucluk di sebuah bangku yang
terletak di antara dua pintu, sehingga dari sini clapat jelas
terlihat setiap orang yang masuk di keclua pintu itu; "cempat
yang sangat luar biasa."
Catherine, yang mengamari mata Isabella terus-menerus
diarahkan ke satu pintu atau pintu lainnya, seolah sangat
mengharapkan sesuatu, dan mengingat betapa seringnya dia
disalahsangkakan telah bersikap licik, menganggap saat ini
adalah kesempatan yang baik untuk benar-benar bersikap
demikian; dan karenanya dia berkata dengan riangnya, "Jangan
khawatir, Isabella, James akan segera datang."
"Cih, temanku yang baik," jawabnya,
"jangan mengira aku orang bodoh karena selalu ingin menahannya di sisiku.
Menyeramkan bila selalu bersama-sama; kami akan menjadi
bahan olok-olok di tempat ini. Dan kau akan pergi ke
Northanger! Aku sangat gembira mendengarnya. Kudengar
tempat itu merupakan salah satu tempat tua yang terbaik di
Inggris. Aku akan sangat berharap mendapatkan gambaran
terpennc1 tentang tempat 1tu.
" " "Kau tentu akan mendapat gambaran terbaik dariku.
Tapi, siapa yang sedang kaucari" Adik-adikmu akan datang?"
"Aku tidak sedang mencari siapa-siapa. Mata kita harus
diarahkan ke suatu tempat, dan kau tahu betapa bodohnya trik
yang kulakukan untuk memusatkan mataku, saat pikiranku
berada ratusan kilometer jauhnya. Aku benar-benar melamun;
kuyakin akulah wanita yang paling suka melamun di dunia.
Tilney berkata pikiran orang-orang tertentu memang selalu
begitu." "Tapi kurasa, Isabella, kau punya sesuatu ha! yang ingin
diceritakan padaku?"
188 " Jane Austen "Oh, ya, memang ada. Tapi, inilah bukci dari apa yang
baru saja kukacakan. Payahnya aku, aku sungguh lupa. Nah,
ceritanya begini: aku baru saja menerima surat dari John; kau
bisa menebak isinya."
"Tidak, sungguh, aku tidak bisa menebaknya."
"Sayangku, jangan berpura-pura. Apa lagi yang bisa
diculisnya, selain cencang dirimu" Kau cahu kan dia sangac
jatuh cinca padamu."
"Padaku, Isabella?"
"Catherine Sayang, ini sungguh tidak masuk aka!! Sikap
rendah hati, dan semacamnya, memang sangat baik, tapi sedikit
bersikap jujur kadangjuga sangat menyenangkan. Aku tidak
cahu bagaimana bersikap begicu cegang! lni namanya memancing
pujian. Perhatiannya seperti seorang anak kecil yang perlu
diperhacikan. Dan setengah jam sebelum dia meninggalkan
Bath, kau memberinya dukungan paling posicif Dia berkata
begicu dalam surat ini, kacanya dia sudah melamarmu, dan
kau menerima lamarannya dengan cara yang paling manis;
dan sekarang dia ingin agar aku mendesak pinangannya, dan
mengacakan segala ha! yang manis kepadamu. Tapi, percuma
saja kalau kau tidak cahu."
Catherine, dengan kejujurannya yang sungguh-sungguh,
mengungkapkan keheranannya dengan cuncucan semacam
itu. Dia memprotes dirinya tidak cahu apa-apa bahwa Mr.
Thorpe jatuh cinta padanya, dan karenanya mustahil dia
pernah bermaksud mendorongnya. "Mengenai adanya perhatian darinya, aku tegaskan, percayalah, aku tidak pernah
Northanger Abbey 1tti. 189
menyadarinya-kecuali ketika dia mengajakku berdansa di
hari pertama kedatangannya. Dan tentang dia meminangku,
atau sesuatu seperti itu, pasti ada sedikit kesalahan yang tidak
diketahui sebabnya. Aku tidak mungkin akan salah menangkap
hal seperti itu, kau tahu itu! Dan karena aku ingin dipercayai,
aku memprotes dengan sungguh-sungguh bahwa tidak ada
kata-kata semacam itu yang pernah disampaikan di antara
kami. Setengah jam terakhir sebelum dia pergi! Semua itu pasti
kesalahan-karena aku tidak melihatnya sepanjang pagi itu."
"Tapi, kau tentu melihatnya karena kau ada di Edgar's
Buildings sepagian itu-hari itu adalah saat datangnya surat
persetujuan ayahmu-dan aku sangat yakin kau dan John
berduaan di ruang tamu selama beberapa lama sebelum kau
meninggalkan rumah."
"Benarkah" Yah, jika kau berkata begitu, berarti itu
benar-tapi percayalah, aku tidak bisa mengingatnya kembali.
Sekarang aku memang ingat kalau aku bersamamu, dan melihat
John juga yang lainnya-tapi kami hanya berduaan selama
lima menit. Meskipun begitu, ha! ini tidak layak diperdebatkan
sebab apa pun yang mungkin disampaikan olehnya, kau
harus percaya, karena aku tidak mengingat apa pun, bahwa
aku tidak pernah berpikir, atau mengharapkan, ataupun
menginginkan pinangan darinya. Aku sangat bersalah kalau
dia memperhatikan aku-tapi sungguh perhatian dariku sangat
tidak disengaja; aku tidak pernah tahu sedikit pun. Tolong
jelaskan padanya secepat mungkin, dan sampaikan padanya
permintaan maafku-karena-aku tidak tahu apa yang harus
kukatakan-tapi buatlah dia mengerti apa yang kumaksud,
190 " Jane Austen dengan cara yang paling tepat. Aku tidak akan berkata secara
tidak sopan tentang kakakmu, Isabella; tapi kau tahu benar
kalau aku memikirkan satu pria melebihi pria yang lain-dia
bukanlah orangnya." Isabella diam saja. "Sahabatku yang baik,
kau jangan marah padaku. Aku tidak menyangka kakakmu
begitu peduli terhadapku. Dan, kau tahu, kita masih akan
bisa bersaudara." "Ya, ya" (pipinya merona), "ada banyak cara agar kita bisa
bersaudara. Tapi, mengapa aku jadi melantur" Yah, Catherine
Sayang, masalahnya sepertinya bahwa kau bersikeras menolak
John-bukankah begitu?"
"Aku tentu tidak dapat membalas cintanya, dan tentu
tidak pernah bermaksud untuk mendorongnya."
"Karena masalahnya demikian, kuyakin aku tidak perlu
mengusikmu lebih jauh lagi. John meminta aku untuk
bicara denganmu tencang masalah ini, dan aku pun sudah
melakukannya. Tapi kuakui, setelah aku baca suratnya, aku
berpikir hal ini sangat bodoh dan tidak bijaksana, serta tidak
mungkin akan memberikan kebaikan bagi salah satu dari
kalian; karena bagaimana kalian akan hidup, seandainya
kalian bersama" Kalian memang saling memiliki, itu pasti,
tapi masalah kecil ini tidak akan menyokong sebuah keluarga
di masa sekarang. Lagi pula, para penulis cerita roman pernah
berkata, tidak ada yang bisa dilakukan tanpa uang. Aku hanya
heran apakah John pernah terpikirkan hal itu; dia pasti tidak
menerima surat terakhirku."
"Kalau begitu, kau menyatakan aku tidak bersalah apa?
apa"-Kau percaya bahwa aku tidak pernah bermaksud
Northanger Abbey 1tti. 191
memperdayai kakakmu, tidak pernah mengira dia menyukaiku
sampai saat ini?" "Oh, mengenai hal itu," jawab Isabella dengan tertawa,
"aku tidak berpura-pura mengerahui apa pikiran dan maksudmu
dalam waktu belakangan ini. Hanya dirimu sendirilah yang
tahu. Sedikit rayuan yang tidak berbahaya pasti akan ada, dan
satu pihak sering kali tertarik untuk memberikan perhatian
lebih daripada yang diharapkan pihak lain. Tapi, percayalah,
aku adalah orang terakhir di dunia yang akan menghakimimu
dengan keras. Semua hal icu dapat dimaklumi bagi orang-orang
muda yang penuh semangat. Pendapat seseorang pada suatu
waktu, mungkin akan berubah lain waktu. Situasi berubah,
pendapat pun berubah."
"Tapi, pendapatku tentang kakakmu tidak pernah
berubah; pendapatku selalu
sama. Kau menggambarkan sesuatu yang tidak pernah terjadi."
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Catherine Sayang," lanjut Isabella tanpa mendengarkannya
sama sekali. "Aku tidak akan memintamu untuk cepat-cepat
bertunangan sebelum kau tahu apa yang kaulakukan. Kukira
aku tidak bisa dibenarkan jika mengharapkanmu agar kau
mengorbankan seluruh kebahagiaanmu hanya untuk menuruti
kakakku karena dia kakakku, dan yang mungkin saja, kau tahu
dia dapat juga berbahagia tanpa dirimu karena orang jarang
tahu apa yang akan terjadi pada mereka. Terutama orang muda,
mereka sangat mudah berubah-ubah. Yang ingin kukatakan,
mengapa kebahagiaan seorang
kakak harus lebih dihargai
bagiku ketimbang kebahagiaan seorang teman" Kau tahu kalau
aku sangat menghargai pertemanan. Tapi, yang terpenting,
192 " Jane Austen Catherine Sayang, jangan terburu-buru. Pegang kaca-kataku
ini, jika kau cerlalu tergesa-gesa, kau tentu akan menyesal
dalam hidupmu. Tilney berkata orang sering kali teperdaya
dengan perasaan cinca mereka sendiri, dan aku percaya dia
sangat benar. Ah, ini dia orangnya; tak usah hiraukan, dia
tidak akan melihat kita, aku yakin."
Ketika mendongak, Catherine melihat Kapten Tilney; dan
Isabella, yang mengarahkan pandangannya dengan sungguh?
sungguh pada pria itu selagi dia bicara, segera menangkap
perhatiannya. Pria itu mendekati dengan segera, dan mengambiJ
cempat duduk yang disediakan Isabella. Ucapan pertama pria
itu membuat Catherine terkejut. Meski dikatakan dengan suara
pelan, dia dapat mendengarnya, "Astaga, selalu diperhatikan,
secara pribadi atau diwakili!"
"Cih, omong kosong!" adalah jawaban Isabella juga dengan
suara setengah berbisik. "Mengapa kau mengatakan hal-hal
seperti itu" Jika aku dapat memercayainya-jiwaku, kau tahu,
sangat bebas." "Kuharap hatimu bebas. ltu akan cukup bagiku."
"Hatiku! Apa yang dapat kaulakukan dengan hati" Kalian
para pria tidak ada yang punya hati."
"Jika kami tidak punya hati, kami punya mata; dan mata
itu cukup membuat kami tersiksa."
"Masa" Maafkalau begitu; aku minta maafbila mata itu
melihat sesuatu yang sangat tidak menyenangkan dalam diriku.
Aku akan melihat ke arah lain. Kuharap ini memuaskanmu"
Northanger Abbey 1tti. 193
(seraya membelakanginya); "semoga matamu tidak tersiksa
sekarang." "Tidak pernah setersiksa ini; karena tepi pipi yang cerah
masih terlihat." Catherine mendengar semua ini, dan karena sungguh
terkejut, dia tidak dapat mendengar lebih lama lagi. Merasa
heran karena Isabella dapat terus bertahan, dan cemburu
demi kakaknya, Catherine bangkit berdiri, dan dengan
berkata akan menghampiri Mrs. Allen, dia mengajak Isabella
berjalan. Namun, Isabella tidak menunjukkan keinginan untuk
mengikutinya. Dia sungguh amat lelah, dan sangat menjijikkan
berjalan-jalan bersarna di pump-room; dan kalau dia pindah
dari tempat duduknya, dia tidak akan melihat adik-adiknya;
dia mengharapkan kedatangan adik-adiknya itu; dengan
demikian, Catherine tersayangnya harus memaafkannya,
dan harus duduk lagi dengan tenang. Tapi, Catherine juga
dapat bersikap keras kepala. Mrs. Allen saat itu muncul untuk
mengajak pulang. Catherine mengikutinya dan berjalan keluar
pump-room, dengan meninggalkan Isabella yang masih duduk
bersama Kapten Tilney. Jadi, dengan perasaan sangat gelisah,
Catherine meninggalkan mereka. Baginya kelihatannya Kapten
Tilney jatuh cinta pada Isabella, dan Isabella tanpa disadarinya
mendorong pria itu; pasti tanpa disadarinya karena kasih sayang
Isabella terhadap James sudah dipastikan dan diresmikan dengan
pertunangannya. Meragukan kebenaran dan maksud baiknya
adalah ha! mustahil; tapi, selama percakapan mereka, sikap
Isabella terasa aneh. Catherine berharap Isabella berbicara lebih
seperti dirinya sendiri yang biasa, yang tidak begitu menyukai
194 " Jane Austen uang, serca tidak terlihat sangat senang ketika melihat Kapten
Tilney. Betapa anehnya dia tidak melihat kekaguman pria itu!
Catherine sangat ingin memberi petunjuk kepadanya, agar
dia berhati-hati, dan mencegah munculnya sakit hati yang
mungkin akan dirasakan pra
i itu dan kakaknya akibat perilaku
Isabella yang terlalu riang.
Pujian atas kasih sayang John Thorpe tidak menoleransi
keegoisan adiknya. Catherine sama sekali tidak memercayai
ataupun mengharapkan kasih sayangnya itu bersifat tulus;
karena dia tidak lupa bahwa pria itu salah paham, dan
penegasan pria itu tentang pinangan dan dukungan darinya
membuat Catherine yakin bahwa kesalahan pria itu kadang
dapat sangat buruk. Karenanya dalam kesia-siaan, Catherine
hanya dapat merasa heran. Sungguh mengherankan apabila
pria itu beranggapan dapat membayangkan dirinya jacuh cinta
padanya. Isabella bicara tentang perhatian perhatian pria itu;
Catherine cidak pernah menyadarinya; tapi Isabella mengacakan
banyak hal yang dia harap diucapkan dengan rerburu buru dan
tidak akan pernah dikatakan lagi. Dengan pemikiran seperti ini,
Catherine senang dapat beristirahat dengan perasaan tenang. []
Northanger Abbey 1tei. 195
tf.?" /a,u; pun berlalu, dan Catherine, meski tidak
membenarkan dirinya mencurigai temannya, mengawasi temannya itu dengan saksama.
terpaksa Hasil dari pengamatannya tidak menyenangkan. Isabella sepertinya
menjadi wanita yang berbeda. Ketika Catherine menjumpainya,
hanya dikelilingi teman-teman dekat mereka di Edgar's
Buildings atau Pulteney Street, perubahan sikapnya sangat
kecil sehingga, andai saja tidak terus berlanjut, hal itu tidak
akan diperhatikan. Sikap Isabella yang acuh tak acuh atau
bualannya bahwa dirinya melamun, tidak pernah Catherine
melihat sebelumnya; tapi jika tidak terjadi hal yang lebih buruk
dati ini, sikapnya ini hanya akan membangkitkan daya tarik
yang lebih besar. Namun sewaktu Catherine melihatnya di
depan umum, Isabella menerima perhatian Kapten Tilney
dengan segera, dan memberikan kepada pria itu perhatian dan
senyuman yang sama hangacnya dengan yang diberikan kepada
James. Perubahan ini terlalu kentara untuk diabaikan begitu
saja. Catherine tidak mengerti apa maksud dari kelakuan yang
berubah-ubah seperti itu, apa tujuan temannya itu. Isabella
tidak mungkin menyadari rasa sakit yang dia akibatkan; tapi
tindakan gegabah yang disengaja ini membuat Catherine marah.
James yang tersakiti. Dia melihat kakaknya itu muram clan tidak
tenang; clan betapapun tidak pedulinya penghiburannya saat
ini, wanita itulah yang telah memberikan hatinya kepadanya.
Bagi si wanita, hatinya itu hanyalah benda. Catherine juga
merasa sangat prihatin terhadap Kapten Tilney yang malang.
Meskipun tampang pria itu tidak disukainya, namanya
merupakan kunci bagi kebaikannya. Catherine memikirkan
dengan rasa kasihan yang tulus tentang kekecewaan yang akan
dirasakan pria itu; karena, meskipun apa yang telah diyakininya
sendiri saat tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan di pump?
room, kelakuan pria itu seolah menunjukkan ketidaktahuannya
tentang pertunangan Isabella sehingga Catherine tidak dapat
membayangkan pria itu menyadarinya. Pria itu mungkin
cemburu dengan kakaknya sebagai seorang pesaing, tapi jika
ada perasaan yang lebih dalam dari itu, kesalahan pasti ada
pada kesalahpahaman Isabella. Dia ingin mengingatkan Isabella
akan situasi yang dihadapinya, dan membuatnya sadar akan
kekasarannya. Namun untuk memprotes saja, Catherine selalu
tidak punya kesempatan atau kemampuan untuk membuatnya
paham. Jika berkesempatan memberikan petunjuk, Isabella
tidak pernah dapat memahaminya. Dalam kesedihan ini,
rencana keberangkatan keluarga Tilney menjadi penghiburan
Northanger Abbey 1tti. 197
ucamanya; perjalanan mereka menuju Gloucestershire
akan berlangsung dalam waktu beberapa hari lagi, dan kepergian
Kapten Tilney setidaknya akan mengembalikan kedamaian
di hati semua orang, kecuali di hati pria itu sendiri. Namun,
Kapten Tilney saat ini tidak memiliki niatan untuk pergi;
dia tidak termasuk rombongan ke Northanger;
dia akan tetap tinggal di Bath. Sewaktu Catherine mengetahui hal ini,
keputusannya langsung bulat. Dia berbicara pada HenryTilney
tentang masalah ini, dengan menyesalkan rasa suka kakaknya
terhadap Miss Thorpe yang terlihat jelas, dan memohon Henry
agar memberitahukan tentang pertunangan Isabella.
"Kakakku sudah mengetahuinya," adalah jawaban Henry.
"Masa" Lalu, kenapa dia tetap tinggal di sini?"
Pria itu tidak menjawab, dan mulai membicarakan sesuatu
yang lain; tapi Catherine melanjutkan dengan penuh semangat,
"Mengapa kau tidak membujuknya untuk pergi" Semakin lama
dia tinggal, kondisinya akan semakin buruk baginya. Tolonglah
nasihatkan dia demi kebaikannya sendiri, dan kebaikan semua
orang, agar segera meninggalkan Bath. Kepergiannya
akan membuatnya senang kembali; tapi dia tidak punya harapan
di sini, dan dia hanya akan menderita jika tetap di sini."
Henry tersenyum dan berkata, "Kuyakin kakakku tidak
ingin berbuat demikian."
"Kalau begitu kau yang akan membujuknya agar pergi?"
"Bujukan tidak menjadi pilihan di sini; maafkan aku, jika
aku bahkan tidak dapat berusaha membujuknya. Aku sendiri
sudah memberitahunya bahwa Miss Thorpe bertunangan. Dia
198 " Jane Austen cahu apa yang dilakukannya, dan bertanggung jawab acas
perbuacannya sendiri."
"Tidak, dia tidak cahu apa yang diperbuatnya," seru
Catherine; "dia tidak cahu rasa sakit yang akan diberikannya
pada kakakku. Tidak berarti James pernah berkata begitu
padaku, tapi aku yakin dia merasa sangat tidak tenang."
"Dan, kau yakin semua ini karena ulah kakakku?"
"Ya, sangat yakin."
"Apakah perhatian kakakku terhadap Miss Thorpe, atau
penerimaan Miss Thorpe atas perhatian itu, yang menimbulkan
sakit hati?" "Bukankah itu sama saja?"
"Kurasa Mr. Morland akan mengetahui perbedaannya.
Tidak ada pria yang terluka hatinya karena kekaguman pria
lain terhadap wanita yang dicintainya; si wanitalah yang dapat
menjadikan ha! itu sebuah siksaan."
Catherine merasa malu karena temannya, dan berkata,
"Isabella memang salah. Tapi, kuyakin dia tidak bermaksud
menyiksa karena dia sangat sayang kepada kakakku. Dia telah
jatuh cinta pada kakakku sejak kali percama mereka bertemu,
dan selagi menunggu kepastian tentang persetujuan ayahku,
dia menjadi resah bukan main. Kau tahu dia pasti sayang
pada kakakku." "Aku mengerti: dia jatuh cinta padaJames, dan menggoda
Frederick." "Oh, tidak, tidak menggoda. Seorang wanita yang jatuh
hati dengan satu pria tidak dapat menggoda pria lain."
Northanger Abbey 1tti. 199
"Mungkin saja dia tidak benar-benar jatuh cinca, juga
cidak sungguh-sungguh menggoda, karena dia mungkin
melakukannya satu demi satu. Masing-masing pria harus
sedikit berkorban." Setelah diam sejenak, Catherine memulai lagi dengan,
"Kalau begitu kau tidak percaya Isabella benar-benar sayang
pada kakakku?" "Aku tidak punya komencar mengenai hal icu."
"Tapi, apa maksud kakakmu" Jika dia tahu pertunangan
Isabella, apa maksudnya dengan perilakunya icu?"
"Kau penanya yang sangat detail!"
"Masa" Aku hanya menanyakan apa yang ingin kukecahui."
"Tapi, apakah kau hanya bertanya hal-hal yang dapat
kukatakan?" "Ya, kupikir begitu; karena kau pasti tahu perasaan
kakakmu." "Perasaan kakakku, seperci yang kaukacakan, pada sicuasi
sekarang ini, percayalah aku hanya dapat menerka-nerka."
"Lalu.",, "Lalu! Tidak, jika ini soal cerka-menerka, mari kita
menerka-nerka sendiri. Dipandu dengan perkiraan orang
kedua itu menyedihkan. Dalil-dalilnya ada di hadapanmu.
Kakakku pemuda yang lincah dan mungkin kadang gegabah; dia mengenal temanmu icu sekitar seminggu, dan
dia sudah mengetahui pertunangannya hampir selama masa
perkenalannya." 200" Jane Austen "Yah," ujar Catherine, setelah berpikir sesaat, "kau
mungkin bisa menebak tujuan kakakmu dari semua ini; tapi
aku tidak bisa. Tapi, tidakkah ayahmu merasa terganggu dengan
masalah ini" Tidakkah dia ingin Kapten Ttlney pergi" Tentunya,
kalau ayahmu bicara padanya, dia akan pergi."
"Miss Morland yang baik," kata Henry, "dalam kecemasan
terhadap ketenangan kakakmu ini, mungkinkah kau sedikit
salah" Tidakkah kau agak terlalu berlebihan" Akankah kakakmu
berterima kasih padamu, entah itu demi dia sendiri atau Miss
Thorpe, karena mengira bahwa kasih sayang Miss Thorpe,
atau setidaknya perilaku baiknya, hanya terjamin dengan cara
dia sama sekali tidak bercemu Kapten Tilney" Apakah dia
aman hanya dalam kesepian" Ataukah hati Miss Thorpe setia
padanya jika tidak diincar oleh orang lain" Dia tidak mungkin
berpikir demikian-dan kau bisa yakin bahwa dia tidak akan
mau kau berpikir demikian. Aku tidak akan berkata, "Jangan
cemas,'' karena aku tahu kau cemas, pada saat ini; tapi cobalah
untuk tidak sebegitu cemasnya. Kau tidak meragukan cinta
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
antara kakakmu dan temanmu; karenanya, berdasarkan hal itu,
kecemburuan yang sebenarnya tidak pernah bisa tumbuh di
antara mereka; berdasarkan keyakinanmu itu, tidak akan terjadi
percekcokan di antara mereka. Hati mereka saling terbuka
terhadap satu sama lain, tapi tidak satu pun dari mereka yang
terbuka terhadapmu. Mereka tahu betul apa yang dibutuhkan
dan apa dapat dibolehkan; dan kau bisa yakin bahwa seseorang
tidak akan pernah mengusik pasangannya melampaui batas?
batasnya." Northanger Abbey 1tti. 201
Melihac Cacherine masih campak ragu dan murung, Henry
menambahkan, Meskipun Frederick cidak meninggalkan
Bach bersama kica, dia mungkin akan cinggal sebencar saja,
mungkin hanya beberapa hari lagi. Masa cutinya akan segera
habis, dan dia harus kembali ke resimennya. Dan bagaimana
jadinya dengan perkenalan mereka" Isabella Thorpe akan segera
dilupakan dalam dua minggu, dan dia bersama kakakmu akan
menercawakan hasratTilneyyang malang selama satu bulan."
Catherine tidak akan lagi memperdebatkan masalah
1m. Dia telah menolak usulan itu selama Henry memberi
penjelasan, tapi sekarang Catherine menyadarinya. Henry
Tilney pasti mengetahui yang terbaik. Catherine menyalahkan
dirinya sendiri karena melebih-lebihkan ketakutannya, dan
berkeputusan untuk tidak pernah memikirkan masalah itu
dengan sangat serius lagi.
Keputusannya ini didukung oleh perilaku Isabella saat
percemuan perpisahan mereka. Keluarga Thorpe melewatkan
malam terakhir Catherine di Pulteney Street, dan sikap
kedua kekasih itu tidak membangkitkan kegelisahannya,
atau membuat dia berhenti mengkhawatirkan mereka. James
sedang bersemangat, dan Isabella sangat tenang. Rasa sayangnya
terhadap temannya sepertinya terlihat lebih menonjol; namun,
pada saat seperti ini hal itu dapat dicoleransi. Dan suacu wakcu
Isabella bersikap biasa terhadap kekasihnya, dan dia menarik
tangannya; tapi, Catherine ingat akan petunjuk Henry,
dan menghadapi kejadian itu dengan sikap bijak. Acara perpisahan
itu diisi dengan pelukan, air mata, dan harapan-harapan.[]
202 " Jane Austen ". k /1(-u,. ./?" merasa sedih karena kepergian
teman muda mereka, yang keriangan dan keceriaannya
telah menjadikan dia seorang teman yang berharga, dan
kegembiraannya itu sendiri sedikit bercambah. Namun,
kebahagiaan Catherine pergi bersama Miss Tilney tidak
membuat mereka mengharapkan yang sebaliknya; dan karena
mereka sendiri hanya akan tinggal satu minggu lagi di Bath,
kepergiannya tidak akan lama dirasakan. Mr. Allen menemani
Catherine ke Milsom Street, di mana Catherine akan sarapan,
dan melihat gadis itu duduk dengan sambutan paling hangat
di antara teman-teman barunya; tapi Catherine begitu gelisah
karena menyadari dirinya sebagai bagian dari keluarga itu,
dan dia sangat ketakutan kalau-kalau dirinya tidak melakukan
apa yang sepatutnya, dan tidak mampu mempertahankan
pandangan baik mereka terhadap dirinya. Sehingga dalam
keadaan malu selama lima menit pertama, dia hampir ingin
kembali bersama Mr. Allen ke Pulteney Street.
Sikap Mjss Tilney dan senyuman Henry segera menyingkirkan serukit perasaan tidak enaknya; tapi dia masih
belum merasa tenang; perhatian yang tak henti-hentinya
dari sang jenderal sendiri juga tidak dapat sepenuhnya
menenteramkan hatinya. Seburuk apa pun tampaknya, dia ragu
keresahan yang rurasakannya akan berkurang, jika ilia kurang
diperhatikan. Kecemasan sang jenderal akan kenyamanan
Catherine-permintaannya yang terus-menerus agar Catherine
menyanrap makanannya, dan kekhawatirannya yang sering
diungkapkan karena Catherine tidak melihat makanan yang
sesuai seleranya-meskipun tidak pernah dalam hidupnya
Catherine melihat separuh dari berbagai macam sarapan yang
rersaji di meja makan-tidak memungkinkan bagi Catherine
untuk melupakan sejenak bahwa dia adalah seorang tamu.
Dia merasa sepenuhnya tidak layak menerima rasa hormat
seperri ini, dan ridak tahu bagaimana membalasnya. Kedamaian
hati Catherine tidak membaik dengan keridaksabaran sang
jenderal akan kemunculan purra sulungnya, juga dengan
keridaksenangan yang dia urarakan atas kemalasan putranya iru
kerika Kapren Tilney akhirnya rurun. Catherine merasa sangar
sedih karena kerasnya reguran sang ayah, yang kelihatannya
tidak seimbang dengan kesalahannya; dan kerisauan Catherine
moon besar ketika dia menyadari dirinyalah penyebab urama
reguran itu, dan kelambanan KaprenTilney dianggap sebagai
sikap tidak menghormati Catherine. Hal ini membuat
Catherine berada pada situasi yang sangat ridak nyaman, dan
204 " Jane Austen dia merasa amat kasihan terhadap Kapten Tilney, tanpa mampu
berharap demi kebaikannya.
Kapten Tilney mendengarkan ayahnya dengan diam,
dan mencoba tidak membela diri. Hal ini menguatkan
ketakutan Catherine bahwa kegelisahan pikiran pria itu, karena
memikirkan Isabella, yang mungkin membuatnya lama terjaga,
telah menjadi penyebab sebenarnya dari kecerlambatannya. lni
kali pertama Catherine bertekad untuk berada di dekat pria itu,
dan dia berharap sekarang dapat memiliki pendapatnya sendiri
tentang pria itu. Namun, dia jarang mendengar suaranya selagi
ayahnya masih berada di ruangan; dan bahkan setelahnya,
ketika pria itu mulai bersemangat, Catherine hanya dapat
mendengar kata-kata ini saja, saat dibisikkan kepada Eleanor,
"Becapa senangnya aku ketika kalian semua pergi."
Kesibukan keberangkatan mereka tidak berlangsung
menyenangkan. Jarum jam mengarah ke angka sepuluh
ketika kopor-kopor dibawa turun, dan sang jenderal telah
menetapkan rombongan mereka keluar dari Milsom Street
pada jam segitu. Jas tebalnya, alih-alih dibawa untuknya agar
segera dikenakan, justru hanya dibentangkan di kereta terbuka
yang akan ditumpanginya bersama putranya. Kursi tengah
di dalam kereta tidak dikeluarkan, meskipun ada tiga orang
yang akan duduk di dalamnya, dan pelayan putrinya telah
memenuhi tempat duduk dengan bungkusan-bungkusan
sehingga Miss Morland tidak akan punya ruang untuk duduk;
dan, begitu besar keprihatinan sang jenderal atas masalah ini
ketika membantunya menaiki kereta, sehingga Catherine
sedikit kesulitan memasukkan meja lipatnya sendiri yang baru
Northanger Abbey 1tei. 205
agar tidak terlempar ke jalan. Tapi akhirnya, pintu ditutup
di depan ketiga wanita itu. Mereka pun berangkat dengan
langkah kuda yang tenang. Dengan kecepatan seperti inilah
biasanya kusir dengan empat kuda yang gagah dan terawat
sangat baik melakukan perjalanan sejauh empat puluh delapan
l ometer: iculah jarak Northanger dari Bath, yang kini cerbagi
menjadi dua rombongan. Semangat Catherine hidup kembali
ketika mereka bergerak dari depan pintu; karena bersama Miss
Tilney dia tidak merasakan kekangan; dan, dengan penuh
minat memperhatikan jalan yang sepenuhnya baru baginya,
sebuah biara yang menanti di depan, dan sebuah kereta di
belakangnya, dia melihat pemandangan terakhir Bath tanpa rasa
sesal, dan menjumpai setiap tonggak penunjuk jarak sebelum
dia menantikannya. Kejenuhan selama dua jam menunggu
di Petty France, di mana tidak ada yang dilakukan selain
makan meskipun tidak lapar, dan berjalan-jalan tanpa ada
yang dilihat, lalu mengamati-dan kekaguman Catherine
akan model kendaraan yang mereka tumpangi, yaitu kereta
beroda empat yang modis-para kusir yang berpakaian
seragarn dengan gagahnya, yang sering berdiri di sanggurdi
mereka, dan sejumlah penunggang kuda yang berkuda
dengan selayaknya. Semua ini tidak mengimbangi suasana
yang cerasa tidak menyenangkan ini. Jika saja rombongan
mereka sangat menyenangkan, keterlambatan ini tidak akan
berarti apa-apa; namun Jenderal Tilney, walau merupakan
pria yang sangat menawan, tampaknya selalu mengendalikan
semangat anak-anaknya, dan jarang ada yang dikatakan selain
dari dirinya sendiri. Pengamatan terhadap ketidakpuasan
206" Jane Austen sang jenderal atas apa pun yang diberikan pemilik kedai, dan
ketidaksabarannya yang disertai omelan terhadap para pelayan,
membuat Catherine makin kagum kepadanya. Dan rupanya
keterlambatan dua jam ini bercambah menjadi empat jam.
Akhirnya, perintah untuk berangkat diberikan, dan begitu
terkejutnya Catherine saat itu dengan usulan jenderal yang
meminta dirinya mengganti posisinya di kereta terbuka milik
putranya selama sisa perjalanan: "Hari ini cuaca cerah, dan
dia ingin sekali agar Catherine melihat sebanyak mungkin
pemandangan pedesaan."
Ingatan akan nasihat Mr. Allen, mengenai kereta terbuka
yang dikendarai para pemuda, membuat Catherine merasa malu
ketika rencana itu disebutkan, dan awalnya dia sempat berpikir
untuk menolaknya; tapi, pertimbangan keduanya dipenuhi
dengan rasa hormat yang lebih besar terhadap penilaian Jenderal
Tilney; pria itu tidak mungkin mengusulkan sesuatu yang
tidak pantas untuknya. Maka, dalam waktu beberapa menit,
Catherine mendapati dirinya bersama Henry di kereta terbuka.
Dia merasa sangat bahagia. Awal perjalanan dengan kereta ini
meyakinkan dia bahwa kereta terbuka beroda dua adalah kereta
terindah di dunia; kereta beroda empat memang bergerak
dengan megahnya, tapi kereta itu berat dan menyusahkan,
apalagi dia sulit melupakan ketika kereta itu mogok selama
dua jam di Petty France. Kereta beroda dua hanya butuh
separuh waktu itu, dan begitu lincahnya gerakan kaki kuda?
kuda, sehingga, jika saja sang jenderal tidak memerintahkan
keretanya sendiri memimpin perjalanan, mereka pasti sudah
melewatinya dengan mudah dalam setengah menit. Namun,
Northanger Abbey 1tei. 207
kebaikan kereta beroda dua tidak hanya disebabkan kuda?
kudanya; Henry mengemudikannya dengan sangat baik?
dengan sangat tenang-tanpa membuat keributan sedikit pun,
tanpa bersikap pamer kepadanya, atau menyumpah-nyumpah
pada kudanya: sungguh berbeda dari satu-satunya kusir
pria yang diketahuinya dapat diperbandingkan dengannya!
Topi Henry terpasang dengan begitu baik, dan kain pelapis
mantel tebalnya yang berlapis-lapos terlihat begitu menarik!
Berkendara bersama pria itu, selain berdansa dengannya, tentu
merupakan kebahagiaan terbesar di dunia. Selain kegembiraan
itu, Catherine kini merasa senang karena mendengar pujian
untuk dirinya; ucapan terima kasih setidaknya, atas nama
adiknya, karena kebaikan Catherine sehingga dapat menjadi
tarnunya; mendengar bahwa ha! ini dianggap sebagai tanda
pertemanan yang sejati, dan memunculkan rasa terima kasih
yang sungguh-sungguh. Adiknya, kata Henry, mengalami
keadaan yang tidak menyenangkan-dia tidak memiliki teman
wanita-dan, dengan seringnya kepergian ayahnya, kadang
tanpa ada teman sama sekali.
"Tapi, bagaimana bisa begitu?" ujar Catherine. "Bukankah
kau bersarnanya?" "Northanger tidak lagi menjadi rumahku; aku mengurus
gereja di rumahku sendiri di Woodston, yang berjarak harnpir
tiga puluh dua kilometer dari rumah ayahku, dan sebagian
waktuku dihabiskan di sana."
"Kau pasti merasa sedih karenanya!"
"Aku selalu sedih jika harus meninggalkan Eleanor."
208" Jane Austen "Ya; tapi selain kasih sayangmu terhadapnya, kau
pasti sangat suka dengan rumah lamamu! Setelah terbiasa
menganggap Abbey sebagai rumahmu, sebuah rumah pendeta
yang biasa tentunya sangat tidak menyenangkan."
Henry tersenyum, dan berkata, "Kau telah membangun
pendapat yang sangat baik tentang Abbey."
"Ya, tentu saja. Bukankah Abbey merupakan tempat tua
yang bagus, persis seperti yang tenulis di buku?"
"Dan, siapkah kau menjumpai semua kengerian yang
mungkin terlihat di sebuah bangunan seperti 'yang tertulis
di buku'" Punyakah kau hati yang kuat" Keberanian
untuk melihat papan-papan luncur dan permadani?"
"Oh, ya-kukira aku tidak seharusnya mudah takut karena
akan ada begitu banyak orang di rumah-dan di samping itu,
rumah itu tidak pernah tidak berpenghuni dan ditinggalkan
selama bertahun-tahun, lalu keluarga kembali tanpa diduga?
duga, tanpa adanya peringatan, sebagaimana biasanya terjadi."
"Tidak, tentu saja. Kita tidak akan berjalan menyusuri
aula dengan penerangan samar-samar dari sisa hara api dari
kayu perapian-juga tidak akan terpaksa menggelar kasur kita
di atas lantai sebuah kamar tanpa jendela, pintu, atau perabot.
Tapi, kau harus rahu bahwa ketika seorang wanita (dengan cara
apa pun) baru kali pertama tinggal di
rumah seperti ini, dia selalu ditempatkan terpisah dari seluruh keluarga. Sementara
mereka pergi ke bagian rumah yang lain, dia diantar oleh
Dorothy, penjaga rumah yang tua, menaiki berbagai tangga,
dan menyusuri banyak lorong-lorong suram, menuju sebuah
Northanger Abbey 1tti. 209
ruangan yang tidak pernah dihuni sejak seorang sepupu atau
kerabat meninggal di dalamnya sekitar dua puluh tahun yang
lalu. Dapatkah kau mengikuti formalitas seperti ini" Tidakkah
benakmu akan merasa waswas ketika kau mendapati dirimu
berada di kamar suram ini-yang terlalu megah dan luas
bagimu, dengan hanya diterangi sinar remang-remang dari
satu lampu untuk mengamati ukuran kamarnya-dindingnya
dihiasi permadani yang memperlihatkan gambar-gambar sangat
besar, dan tempat tidurnya, dengan bahan beledu hijau gelap
atau ungu, yang bahkan tampak seperti pemakaman" Tidakkah
hatimu akan mencelus?"
"Oh! Tapi, kuyakin hal ini tidak akan terjadi padaku."
"Betapa kau akan mencermati perabot kamarmu dengan
takut-takut! Dan apa yang
akan kaulihat" Tidak ada meja,
meja rias, lemari pakaian, atau laci, tapi di satu sisi mungkin
ada bekas kecapi yang rusak, di sisi lain ada sebuah peti besar
Northanger Abbey Karya Jane Austen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan berat yang tidak dapat dibuka dengan cara apa pun, serta
di atas perapian ada foto seorang prajurit yang tampan, yang
wajahnya akan sangat memikatmu, sehingga kau tidak akan
mampu mengalihkan pandanganmu darinya. Sementara itu,
Dorothy yang tidak kalah terpesonanya oleh penampilanmu,
menatapmu dengan sangat gelisah, dan memberimu sedikit
petunjuk yang tidak dapat dipahami. Selain itu, uncuk
membangkitkan semangatmu, dia memberimu nasihat baik
bahwa bagian bangunan Abbey yang kau tempati berhantu,
dan memberitahumu bahwa kau tidak akan memiliki pelayan
rumah yang dapat dipanggil. Dengan kehangatan ini dia
membungkuk hormat lalu pergi-kau mendengarkan suara
210 " Jane Austen langkah kakinya yang rnenjauh selarna gerna terakhir dapat
rnenjangkaurnu-dan ketika, dengan sernangat yang rnelernah,
kau rnencoba rnengunci pinturnu, kau rnendapati, dengan
ketakucan yang rnernbesar, bahwa pintunya tidak berkunci."
"Oh, Mr. Tilney, rnengerikan sekali! lni persis seperti
sebuah buku! Tapi, ha! ini tidak rnungkin benar-benar terjadi
padaku. Kuyakin pengurus rurnahrnu bukan Dorothy. Nah,
bagairnana selanjutnya?"
"Mungkin tidak ada hal rnenakutkan lagi yang terjadi di
rnalarn percarna. Setelah berbaring di ternpat tidurrnu yang
sangat mengerikan itu, kau akan tertidur, dan mengalarni tidur
yang gelisah selama beberapa jam. Namun pada hari kedua,
acau setidaknya di malarn ketiga setelah kedatanganmu, kau
rnungkin akan rnenghadapi badai hebat. Gernuruh guntur
yang begitu rnenggelegar dan seolah akan rnenggoyangkan
bangunan kuno itu hingga ke bagian dasarnya akan merambat
ke pegunungan di sekicarnya-dan selarna bertiup ernbusan
angin rnengerikan yang menyertainya, kau rnungkin akan
mengira kau melihat (karena larnpumu tidak mati) satu bagian
dari hiasan gantung yang campak jauh lebih rnengganggu
dari hiasan lainnya. Tentu karena tidak mampu menahan
rasa penasaranrnu untuk mengikuti kata hatimu pada saat
yang sangat baik ini, kau akan segera bangun, dan setelah
menyelirnuti tubuhrnu dengan pakaian longgarrnu, kau rnulai
rnerneriksa rnisteri ini. Setelah rnencari-cari sejenak, kau akan
menemukan sebuah bagian terpisah di dalam permadani yang
dibangun begitu cerdiknya sehingga tidak menimbulkan sedikit
kecurigaan, dan saat membuka permadani itu, sebuah pintu
Northanger Abbey 1tti. 211
akan segera terlihat-dan pintunya, yang karena hanya dikunci
dengan palang besar dan sebuah gembok gantung, akan berhasil
kaubuka setelah berupaya sedikit. Dengan lampu di tanganmu,
kau akan melewatinya menuju sebuah ruang kecil berkubah."
"Tidak, sungguh; aku pasti terlalu takut untuk melakukan
hal seperti itu." "Apa! Meskipun Dorothy telah memberitahumu bahwa
ada penghubung rahasia di bawah tanah antara kamarmu
dengan kapel St. Anthony, yang berjarak tidak lebih dari tiga
kilometer" Bisakah kau menghindari petualangan sekecil
ini" Tidak, tidak, kau akan berjalan memasuki ruangan kecil
berkubah ini, dan menyusurinya hingga masuk ke beberapa
ruangan lain, tanpa melihat ada sesuatu yang sangat luar
biasa di sana. Di satu ruangan mungkin ada sebuah belati,
di ruangan lain beberapa tetes darah, dan di ruangan ketiga
sisa-sisa beberapa alat penyiksaan; namun, di antara semua ini
tidak ada yang luar biasa, dan karena lampumu nyaris padam,
kau akan kembali ke kamarmu sendiri. Tapi, ketika melewati
kembali ruang kecil berkubah itu, matamu akan tertarik ke
sebuah lemari rua yang besar dari bahan kayu hitam dan emas,
yang, meskipun kau sudah memeriksa perabot di situ dengan
teliti, kau tidak memperhatikannya. Terdorong oleh firasat yang
tidak dapat ditahan, kau akan berjalan mendekatinya dengan
penuh semangat, membuka pintu lipatnya, dan memeriksa
ke setiap laci-tapi setelah mencari beberapa lama, kau tidak
menemukan sesuatu yang penting-mungkin hanya simpanan
intan dalam jumlah banyak. Namun akhirnya, dengan
menyentuh per yang tersembunyi, sebuah ruangan di sebelah
212 " Jane Austen dalam akan cerkuak. Tampaklah segulungan kertas, dan kau
menyambarnya. Di situ cerdapat banyak lembaran naskah.
Seraya membawa barang berharga itu kau cepat-cepat masuk
ke kamarmu sendiri, tapi kau hampir tidak dapat membaca
tulisannya yang berbunyi, 'Oh, kau-siapa pun itu, yang
mengambil catacan riwayat hidup Matilda yang malang akan
mati'-ketika lampumu tiba-tiba padam, dan membuatmu
berada dalam kondisi gelap gulita."
"Oh, tidak, tidak-jangan berkata begitu. Tapi, teruskan."
Namun, Henry merasa sangat geli dengan minat yang
berhasil dibangkitkannya, sehingga tidak mampu untuk
melanjutkan ceritanya. Dia tidak dapat lagi bersikap serius untuk
mengolah topik atau suaranya, dan terpaksa meminta Catherine
untuk menggunakan khayalannya sendiri dalam pembacaan
cerita sedih Matilda. Catherine, setelah menenangkan dirinya kembali, menjadi malu dengan hasratnya, dan mulai
meyakinkan pria itu dengan sungguh-sungguh bahwa dia sama
sekali tidak punya ketakutan akan benar-benar mengalami
apa yang tadi diceritakannya. "Miss Tilney, dia yakin, tidak
akan pernah menempatkan dia di kamar seperti yang baru saja
digambarkannya! Dia sama sekali tidak takut."
Ketika mereka semakin mendekati akhir perjalanan
mereka, ketidaksabaran Catherine untuk melihat bangunan
Abbey itu-yang selama sesaat terhenti oleh percakapan Henry
tentang topik yang sangat berbeda-kembali memuncak. Setiap
tikungan di jalan dinantikan dengan perasaan khidmac uncuk
melihat sepintas lalu tembok-tembok besarnya berbahan batu
kelabu, yang menjulang di antara hutan kecil pohon ek tua,
Northanger Abbey 1tti. 213
dengan sinar cerakhir matahari sore yang memainkan keindahan
di jendela-jendela Gotik tingginya. Namun begitu rendahnya
lokasi bangunan itu berdiri, sehingga Catherine mendapati
dirinya melewaci gerbang besar dari rumah kecil menuju
sebidang canah yang menjadi bagian Northanger, tanpa dapac
melihac cerobong asap cuanya.
Dia cidak menyadari dirinya sepatucnyalah merasa
cerkejut, tapi ada yang aneh dari jalan masuk seperti ini yang
centu tidak diduganya. Melintas di antara rumah-rumah
kecil berpenarnpilan modern, menyadari dirinya dengan
perasaan tenang berada di halaman Abbey,
dan berkendara dengan cepatnya menyusuri jalan berbatu kerikil yang rata dan
tenang, tanpa ada halangan, ketakutan, atau perasaan khidmat,
bagi Catherine sepertinya aneh dan tidak sesuai dengan
bayangannya. Tapi, dia tidak lama memiliki waktu luang untuk
memikirkan hal-hal ini. Hujan yang turun dengan cepatnya
dan tiba-tiba, yang menerpa wajahnya, tidak memungkinkan
baginya untuk melakukan pengarnatan lebih lanjut, sehingga
dia mengonsentrasikan seluruh pikirannya demi keselamatan
topi jerami barunya. Dia akhirnya berada di bawah tembok
Abbey, melompat turun dari kereta dengan bantuan Henry,
berada di bawah lindungan beranda tua, dan bahkan telah
berjalan menuju aula, di mana Eleanor dan ayahnya sedang
menunggu untuk menyambutnya, canpa merasakan sebuah
firasat buruk bahwa dirinya akan mengalami kesedihan, atau
kecurigaan terhadap kejadian mengerikan di masa lalu yang
berlangsung di dalam bangunan kuno ini. Angin sepoi-sepoi
rasanya tidak membawa serta helaan napas panjang korban
214 " Jane Austen pembunuhan kepadanya; angin itu tidak mengembuskan
sesuatu yang lebih buruk selain hujan gerimis yang lebat; dan
setelah menggoyangkan mantel luarnya untuk menyingkirkan
tetesan air hujan, dia siap diantarkan ke ruang tamu yang biasa,
dan mampu menyadari di mana dirinya berada.
Sebuah biara! Ya, senang rasanya benar-benar berada di
dalam sebuah biara! Namun dia merasa sangsi, ketika melihat
ke sekeliling ruangan, adakah sesuatu dalam pengamatannya
yang akan memberikan bukti bahwa dirinya ada di dalam
biara. Seluruh perabotnya menampilkan keanggunan seni
modern. Perapian, yang awalnya dibayangkan Catherine
berbentuk sangat lebar dan berhiaskan ukiran menjemukan
dari masa lalu, menyusut menjadi jenis Rumford, dengan
lempengan marmer sederhana tapi indah, dan hiasan-hiasan
di atasnya terdiri dari porselen lnggris yang paling cantik.
Jendela-jendela, yang dilihatnya dengan mengandalkan
keterangan yang didengarnya dari sang jenderal bahwa dia
mempertahankan bentuk Gotik pada jendela ini dengan
perhatian yang besar, tidaklah sesuai dengan khayalan yang
telah dibayangkannya. Memang, bentuk lengkungan yang
meruncing dipertahankan-itulah bentuk Gotik-bahkan bisa
jadi itu kerangkanya-tapi setiap kacajendelanya begitu besar,
begitu bening, begitu terang! Dibandingkan dengan khayalan
yang diharapkan akan berbentuk bagian-bagian paling kecil,
dan batu ukiran yang paling kasar, berkaca patri yang kotor dan
bersarang laba-laba, perbedaannya sungguh mengecewakan.
Sang jenderal, menyadari apa yang diamati oleh Catherine,
mulai berbicara mengenai betapa kecilnya ruangan ini dan
Northanger Abbey 1tti. 215
sederhananya perabotan di dalamnya; karena dipakai untuk
keseharian, segala sesuatu hanya digunakan untuk memberikan
kenyamanan, dan lain-lain. Namun, dia menyanjung-nyanjung
sendiri bahwa ada beberapa kamar di Abbey ini yang layak
dilihat Catherine-clan hendak menyebutkan mahalnya proses
menyepuh di bagian ruangan itu, ketika, seraya mengeluarkan
arlojinya, dia berhenti seketika dan mengatakan dengan nada
terkejut waktunya tersisa dua puluh lima menit! lni sepertinya
merupakan kata-kata perpisahan, dan Catherine menyadari
dirinya dibawa pergi dengan buru-buru oleh Miss Tilney
dengan sikap sedemikian rupa, sehingga meyakinkan Catherine
bahwa ketepatan waktu yang sangat ketat terhadap jadwal
kegiatan keluarga adalah hal yang diharapkan di Northanger.
Kembali melewati aula luas dan megah, mereka menaiki
tangga lebar terbuat dari kayu ek yang mengilap, yang, setelah
melalui banyak tingkat, membawa mereka ke sebuah serambi
yang panjang dan luas. Di satu sisi terdapat deretan pintu, dan
bagian itu disinari dari sisi lain oleh jendela-jendela yang hanya
sempat dilihat Catherine menghadap ke sebuah sisi bangunan
berbentuk segi empat, sebelum Miss Tilney memandunya ke
sebuah kamar. Miss Tilney, yang nyaris tidak sempat berlama?
lama untuk mengucapkan harapannya agar Catherine merasa
Pedang Angin Berbisik 2 Joko Sableng 18 Bara Di Kedung Ombo Tapak Tapak Jejak Gajahmada 9