Ceritasilat Novel Online

Sumpah Aku Mau Banget 2

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter Bagian 2


Ladies do D.C." bergerombol di depan stasiun Metro. Dan aku
nggak bisa nggak berpikir, Oh, Mr. Solomon memang hebat.
Isi-Croos my heart.indd 70
8/13/09 9:57:23 AM Bagaimanapun, selama berminggu-minggu ia sudah mem?
beritahu kami bahwa pengintaian itu erat sekali hubungannya
dengan keuntungan di lapangan milik kita, bahwa semakin
terbatasnya akses sebuah lokasi bagi publik, semakin mudah
bagi kita untuk mengidentifikasi orang yang tidak seharusnya
berada di sana; tapi hari itu, Joe Solomon membawa kami ke
tempat berkumpulnya turis-turis dari seluruh dunia, tempat
yang menjadi rumah semua orang mulai dari pengemis sampai
politisi (Macey, omong-omong, bersumpah bahwa politisi dan
pengemis nggak terlalu berbeda). Dan sebelum aku menyadari?
nya, Kim mengatakan apa yang kupikirkan.
"Kita diintai?"
"Oleh teman-teman Mr. Solomon," tambah Mick Morrison
sambil mengertakkan buku-buku jarinya.
"Dan mereka mungkin saja?" Anna memulai, tapi suaranya
pecah hingga harus menelan ludah.
"Siapa saja," Bex menyelesaikan, suaranya sangat ber?se?
mangat, sama seperti suara Anna terdengat sangat ketakutan.
Di sebelahku, Tina membuka amplop yang diberikan Mr.
Solomon. "Apa?" tanya Bex. "Apa tulisannya?"
Tina mengangkat brosur dari National Museum of American
History yang terlipat lalu menunjuk gambar se?pasang sepatu
merah terang mungil. Ada pesan tertulis di atasnya:
Tak ada tempat seperti rumah sendiri.
5:00 Well, sisi cewek dalam diriku sudah menonton The Wizard
of Oz kira-kira semilyar kali, jadi aku tahu sepatu rubi Dorothy
Isi-Croos my heart.indd 71
8/13/09 9:57:24 AM pasti ada di seberang lapangan berumput itu bersama dengan
harta nasional kami yang lain.
Tapi sisi mata-mata dalam diriku tahu untuk sampai ke
sana, tanpa ada yang mengikuti, pada pukul lima, bakal jauh
le?bih sulit daripada mengetukkan tumit kami bersamaan dan
ber?harap bisa langsung pulang.
"Dan" balik arah," kata Bex satu jam kemudian.
Kami berhenti di tengah langkah kami di depan museum,
kemudian berbalik dan berjalan kembali ke arah sebaliknya.
Cowok yang memakai topi bisbol merah, yang sudah mengikuti
kami sejak kami melewati National Gallery of Art terus ber?
jalan, seolah dia nggak peduli dua cewek di depannya baru saja
balik badan total. Dan mungkin memang nggak. Peduli, mak?
sud?k?u. Meskipun begitu, mungkin anggota lain timnya sudah
berputar ke posisi dan mengambil tempatnya. Nggak ada cara
untuk tahu. Jadi kami terus berjalan.
"Mungkin kita sudah bebas," kata Bex, terdengar penuh
harap. "Mungkin nggak ada yang mengikuti kita."
"Atau mungkin ada satu tim berisi dua puluh agen terbaik
CIA di luar sini, dan kita cuma nggak cukup hebat untuk
meng?identifikasi mereka."
"Ya," kata Bex. "Itu juga mungkin."
Aku suka sekali jadi seniman jalanan; serius, aku suka. Rasa?
nya seperti ketika cowok-cowok yang biasanya benci bertubuh
sangat tinggi menemukan olahraga basket, atau waktu cewekcewek yang jari-jarinya sangat panjang duduk di depan piano.
Berbaur, nggak terlihat, jadi bayangan di bawah matahari ada?
lah keahlianku. Namun melihat bayangan ternyata bukan bakat
alamiku. Isi-Croos my heart.indd 72
8/13/09 9:57:24 AM "Aku nggak percaya aku belum melihat siapa pun!" kataku
frustrasi. "Lihat sisi baiknya, Cam." Bex mengembangkan lengannya
lebar-lebar seperti cewek yang bakal membolos pelajaran atau
kabur dari grup sekolah. Bagi orang-orang di sekitar kami,
nggak diragukan lagi ia terlihat cantik dan eksotis"sama sekali
nggak seperti agen sangat terlatih yang menghafalkan wajah
setiap orang yang berada pada jarak tiga meter.
"Saat ini kita seharusnya sedang mengikuti kelas Bahasa
Kuno," kata Bex, dan itu poin yang sangat bagus. "Atau kita
bisa terkunci di lantai bawah tanah bersama Dr. Fibs." Itu me?
rupakan poin hebat. (Sejak insiden kacamata sinar-X, kurang?
nya persepsi kedalaman profesor kimia kami membuatnya
bahkan lebih gampang lagi mengalami kecelakaan.) "Dan di
sini pemandangannya jauh lebih baik."
Kuharap aku bisa bilang Bex memaksudkan Monumen
Washington atau Capitol atau pemandangan mana pun yang
men?dorong turis-turis datang ke D.C. Tapi aku cukup me?
ngenal Bex untuk tahu bahwa sebetulnya ia memaksudkan se?
pasang cowok yang duduk di bangku taman sembilan meter
jauhnya dari kami, menatap Bex.
"Oooh," kata Bex, merangkulku dengan salah satu lengan.
"Aku mau satu."
"Mereka bukan anak anjing."
"Ayolah." Bex meraih tanganku. "Ayo, kita ngobrol dengan
me?reka. Mereka betul-betul imut!"
Dan" oke" harus kuakui: mereka memang imut. Tapi ini
bu?kan waktunya untuk mendorong Bex. "Bex, kita punya misi."
"Ya, tapi kita bisa mengerjakan banyak hal sekaligus."
"Nggak, Bex. Ngobrol dengan cowok-cowok penduduk sipil
Isi-Croos my heart.indd 73
8/13/09 9:57:24 AM pada waktu latihan Operasi Rahasia itu ide buruk. Percayalah
padaku." Aku memaksakan senyum dan menambahkan nada
khusus pada suaraku saat berkata, "Semuanya menyenangkan
sampai ingatan seseorang dihapus."
"Wow," kata Bex. Ia berkedip di bawah sinar matahari.
"Kau betul-betul"."
"Apa?" Saat itu aku tahu setidaknya sembilan belas kamera
pengawas mengarah pada kami. Aku tahu pria Jepang di
belakang kami sedang bertanya pada istrinya apakah dia masih
menginginkan kaus dari Hard Rock Caf?. Aku tahu banyak
hal, tapi aku sama sekali nggak tahu apa yang coba dikatakan
sahabatku. "Aku betul-betul apa?" tanyaku lagi.
Bex berpaling, lalu menoleh kembali, dan untuk ukuran
salah satu orang paling berani yang kukenal, ia kelihatan ham?
pir takut saat mengatakan, "Belum melupakan Josh."
Josh. Kami sudah kembali bersekolah selama lebih dari
seminggu, tapi sejauh ini nggak seorang pun menyebutkan nama?
nya. Dan mendengar nama Josh disebut lagi, sejujurnya, te?rasa
aneh. "Tentu saja aku sudah melupakannya." Aku mengangkat
bahu dan mulai berjalan, mengamati kerumunan orang. "Aku
putus dengannya. Ingat" Itu bukan masalah besar."
Bex berjalan di sebelahku. Suaranya hampir terdengar takuttakut waktu berkata, "Kau nggak perlu pura-pura, Cam."
Tapi itulah yang dilakukan mata-mata"kami berpura-pura.
Kami punya nama alias dan penyamaran dan melakukan usaha
sangat keras untuk nggak jadi diri sendiri. Jadi aku bilang,
"Tentu saja aku sudah melupakannya," dan terus berjalan, ber?
pegang pada penyamaranku sampai akhir.
Isi-Croos my heart.indd 74
8/13/09 9:57:25 AM og Bex mungkin mendebatku; aku yakin Bex bakal mengatakan
Josh pacar pertamaku, ciuman pertamaku; bahwa cowok itu
melihatku saat bagi semua orang lain aku nggak terlihat, dan
itu bukan hal mudah yang dilupakan cewek"apa lagi seorang
mata-mata"dengan sangat cepat. Karena aku kenal Bex, aku
tahu ia mungkin mengatakan banyak hal; tapi tepat pada saat
itu" enam meter di depan kami" kami melihat seorang
wanita memakai setelan kerja krem duduk di bangku, bicara di
ponsel. Penampilannya sama sekali nggak aneh"rambutnya
tidak, wajahnya pun tidak. Nggak ada, kecuali fakta bahwa
lima puluh menit sebelumnya, dia mengenakan setelan jogging
dan mendorong kereta bayi.
"Bex," kataku setenang mungkin.
"Aku melihatnya," jawab Bex.
Inilah yang perlu kauketahui tentang mendeteksi dan mem?
bebaskan diri dari orang yang mengikutimu: untuk melakukan?
nya dengan benar"maksudku betul-betul benar"kau harus
melalui setengah luas kota. Kau harus naik dan turun dari ber?
bagai taksi dan gerbong kereta, lalu berjalan di aspal pada se?
tidaknya selusin trotoar yang ramai. Kau bakal butuh waktu
sepanjang hari. Tapi Mr. Solomon nggak memberi kami sepanjang hari, dan
itulah yang terpenting. Jadi Bex dan aku menghabiskan sejam
be?rikutnya dengan memasuki satu pintu museum dan keluar
dari pintu lainnya. Naik eskalator hanya untuk turun dengan
lift dua menit berikutnya. Kami berhenti mendadak, menatap
cermin, dan mengikat tali sepatu walaupun nggak perlu. Itu
adalah gabungan samar dari membebaskan diri di belokan dan
membuang pengintai"segalanya yang pernah kulihat dan
Isi-Croos my heart.indd 75
8/13/09 9:57:25 AM bahkan pernah kudengar! (Pada satu saat Bex hampir berhasil
membujukku untuk merangkak keluar dari jendela kamar
mandi di Air and Space Museum, tapi seorang US Marshal
lewat dan kami memutuskan untuk nggak memaksakan ke?
beruntungan kami.) Detik-detik berlalu dan matahari semakin tenggelam, tak
lama kemudian bayangan Monumen Washington meregang
sampai hampir sepanjang Mall. Waktu mulai habis.
"Tina," kataku lewat unit komunikasiku, "bagaimana ke?
adaanmu dan Anna?" Tapi aku disambut keheningan kosong.
"Mick," kataku. "Kau di sana?"
Bex dan aku bertukar pandangan khawatir, karena ada bebe?
rapa alasan mengapa agen nggak menggunakan alat komuni?
kasinya, dan sebagian besar alasan itu nggak bagus.
Kami sedang menyeberangi Mall, mengarah ke utara, ber?
harap siapa pun yang nggak sengaja mengikuti kami akan tetap
di jalur mereka. "Empat puluh tujuh menit," aku mengumumkan, seolah Bex
tidak sangat menyadari fakta itu saja.
Ia berbalik dan melirik seorang pria yang berjalan terlalu
cepat di belakang kami, dan aku nggak tahu apakah harus
menganggap ini sebagai hinaan atau pujian, bahwa sekelompok
agen profesional CIA nggak peduli lagi mereka kelihatan se?
jelas itu. Mereka cuma ingin tetap mengikuti kami.
Saat sekelompok cewek memenuhi trotoar di depan kami
dan menaiki eskalator curam panjang yang turun ke stasiun
Metro di bawah, aku menatap Bex. "Lakukan!" katanya dan
kami berbaur ke kerumunan itu. Cewek-cewek itu memakai
blus putih yang hampir mirip blus kami. Badge mereka me?
nampilkan logo dari sesuatu yang bernama Mock Supreme
Isi-Croos my heart.indd 76
8/13/09 9:57:26 AM Court. Mereka hampir identik dengan kami dari pinggang ke
atas, jadi Bex dan aku melepaskan mantel saat kami turun ke
stasiun besar yang bergema itu.
"Aku suka sekali gelangmu!" kataku pada cewek berambut
cokelat di sebelahku, karena, walaupun sebagian besar cewek
tahu untuk nggak memercayai taktik orang-asing-yang-mem?
beri-permen, strategi orang-asing-yang-memberi-pujian masih
sangat efektif. "Trims!" kata cewek itu, yang, menurut badge-nya, adalah
Whitney dari Dallas. "Hei, kalian berdua juga dalam grup
ini?" "Ya," kata Bex. Lalu ia menunduk melihat dadanya. "Oh
astaga! Aku meninggalkan name tag-ku di kantor senatorku"
kami melepaskannya saat dipotret," jelasnya.
"Betulkah?" kata cewek lain. "Keren. Siapa senatormu?"
Lalu Bex dan aku sama-sama mengatakan nama pertama
yang muncul di kepala kami: "McHenry."
Kami saling memandang dan sama-sama tertawa kecil saat
eskalatornya membawa kami semakin dan semakin dalam ke
bawah kota. Salah satu cewek, Kaitlin dengan K, berbisik pada cewek
lain, Caitlin dengan C, "Mereka masih di belakang sana?"
C melirik kembali ke atas eskalator, lalu meringis. "Mereka
jelas-jelas mengikuti kita!"
Bex dan aku mungkin menunjukkan aura panik saat itu,
karena K mencondongkan diri untuk menjelaskan, "Dua cowok
keren itu sudah memandangi kami sejak tadi."
"Oh," kata Bex, waktu ia dan aku menggunakan ini sebagai
alasan untuk memeriksa ke belakang kami. Benar saja, cowok
topi-bisbol-merah ada di belakang sana (saat itu dia sudah
Isi-Croos my heart.indd 77
8/13/09 9:57:26 AM berpakaian seperti letnan angkatan laut). Dan tiga meter di
depannya kami melihat cowok-cowok dari bangku taman.
Kedua C(K)aitlin mulai tertawa. Itu lucu sekali. Itu me?


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyenangkan. Cowok-cowok imut mengikuti mereka, dan
mungkin mereka kira cowok-cowok itu bersikap penuh rahasia
serta tenang, tapi hal terpenting adalah mereka bakal punya
cerita menarik untuk diceritakan saat pulang. Dan cerita itu
bukan rahasia. Saat eskalatornya memasuki ruangan besar itu, kereta sudah
menunggu di stasiun. "Ayo, lari dan naik kereta itu!" seru
Bex. Dan semua orang bergerak, berlari ke dasar eskalator, lalu
cepat-cepat ke ujung kereta. Para cewek itu masuk saat pintu
tertutup, dan cowok topi-bisbol-merah-garis-miring-perwiraangkatan-laut melompat maju, hampir nggak berhasil masuk
ke gerbong kedua terakhir saat kereta itu meninggalkan
stasiun, menjauh dari tempat Bex dan aku berdiri di bawah
eskalator, menunggu teman-teman baru kami dan bayangan
lama menghilang. Bex dan aku mengamati pria di kereta itu menempelkan
tubuhnya ke kaca selagi kereta melaju ke terowongan.
Kami bebas. Kami aman. Menurut kami. Isi-Croos my heart.indd 78
8/13/09 9:57:27 AM t.c Bab S e m b i l a n erlalu percaya diri merupakan musuh terbesar para matamata, jadi untuk berjaga-jaga, Bex dan aku memutuskan ber?
pencar waktu kami meninggalkan stasiun Metro. Kami punya
dua puluh menit tepat untuk sampai ke Museum of American
History dan pertemuan kami dengan Mr. Solomon. Dua puluh
menit lagi untuk memastikan kami betul-betul aman.
Aku menyelinap ke bayang-bayang di stasiun Metro dan
mengamati Bex naik eskalator, lalu menunggu cukup lama
untuk meyakinkan nggak ada orang yang mengikutinya. Lalu
aku berjalan ke lift, tapi saat meraih tombolnya, tangan lain
mendahuluiku. "Hei," salah satu cowok yang tadi duduk di bangku taman
berkata. Ia melakukan anggukan kecil yang sepertinya dilaku?
kan semua cowok" atau paling tidak cowok-cowok yang ku?
kenal. Dan terutama itu berarti Josh.
"Hai," balasku, menekan tombol itu lagi, berharap itu bisa
Isi-Croos my heart.indd 79
8/13/09 9:57:27 AM membuat liftnya datang lebih cepat, karena terakhir kalinya
cowok tak dikenal mengatakan hai padaku, semua hal berakhir
buruk"seburuk Mr-Solomon-hampir-dilindas-mesin-pengangkatbarang. Dan nggak perlu dikatakan lagi, itu tidak kelihatan
bagus dalam catatan permanen seorang cewek.
Waktu pintu liftnya terbuka, aku sedikit berharap cowok itu
nggak akan melangkah masuk, tapi tentu saja dia masuk; dan
karena stasiun Metro terletak jauh sekali di bawah tanah,
perjalanan dengan lift terasa sangat lama. Cowok itu bersandar
pada pegangan lift. Dia sedikit lebih pendek dan bahunya
lebih lebar, tapi pada bayangan samar di pintu lift, dia hampir
ter?lihat seperti Josh. "Jadi," kata si cowok, menunjuk lambang di jasku. "Aka?
demi Guggenheim?" "Akademi Gallagher," aku mengoreksi.
"Aku belum pernah dengar."
Dan memang begitulah tujuannya, tapi aku nggak bilang
begitu. "Well, itu sekolahku."
Sepertinya lift itu bergerak semakin dan semakin pelan saat
jam di kepalaku berdetik semakin cepat, berpikir tentang bagai?
mana Mr. Solomon mungkin menyuruh kami berjalan kembali
ke Roseville kalau nggak seorang pun mencapai tujuan misi
kami. "Kau sedang terburu-buru atau semacamnya?" tanya cowok
itu. "Sebetulnya, aku harus menemui guruku di pameran sepatu
rubi. Aku cuma punya dua puluh menit dan kalau terlambat,
dia bakal membunuhku." (Bukan bohong, tapi mungkin me?
lebih-lebihkan"kuharap.)
"Bagaimana kau bisa tahu?"
Isi-Croos my heart.indd 80
8/13/09 9:57:27 AM "Karena dia bilang, "Temui aku di pameran sepatu rubi.?"
"Bukan." Cowok itu tersenyum, menggeleng. "Bagaimana
kau bisa tahu kau cuma punya waktu dua puluh menit" Kau
kan nggak pakai jam tangan."
"Temanku baru saja memberitahuku." Kebohongan itu
lancar dan mudah, dan aku sedikit bangga akan hal tersebut,
senang karena aku nggak perlu berpikir tentang bagaimana,
dalam empat puluh lima detik, cowok ini menyadari sesuatu
yang nggak dilihat Josh selama empat bulan.
"Kau gampang gelisah," katanya.
Dua hal yang nggak dilihat Josh.
"Sori," kataku, tapi aku nggak menyesal. "Kadar gula
darahku rendah." Kebohongan nomor tiga. "Aku perlu makan
sesuatu." Itu bukan bohong sungguhan, karena" well" aku
memang lapar. Lalu cowok asing itu betul-betul membuatku kaget, karena
ia mengulurkan sekantong M&M"s padaku. "Ini. Sudah hampir
ku?makan semuanya." "Oh" mmm?" Apa tadi yang kubilang soal orang asing
de?ngan permen" "Nggak perlu. Tapi terima kasih."
Ia memasukkan permen itu kembali ke sakunya. "Oh," kata?
nya. "Oke." Kami akhirnya sampai di permukaan dan pintu-pintu lift
mem?buka ke arah Mall, dan entah bagaimana matahari sudah
tenggelam dalam sepuluh menit terakhir.
"Trims lagi untuk permennya." Aku berlari keluar, tahu bah?
wa untuk amannya aku nggak bisa mengambil jalan terdekat
ke museum"belum. Aku harus"
Tunggu. Aku diikuti! Isi-Croos my heart.indd 81
8/13/09 9:57:28 AM Tapi bukan dalam artian rahasia!
"Kau mau ke mana?" tanyaku, berputar menghadap cowok
di belakangku. "Kupikir kita mau menemui gurumu di dunia Oz yang
mengagumkan." "Kita?" "Tentu. Aku ikut denganmu."
"Nggak, kau tidak akan," sergahku, karena A) Masalah
mesin pengangkut barang yang sudah disebutkan tadi, dan B)
Aku cukup yakin membawa cowok ke pertemuan rahasia nggak
ada di buku panduan CIA. "Dengar," kata si cowok percaya diri. "Sekarang sudah
gelap. Kau sendirian. Dan ini D.C." Oh astaga. Seakan dia
meng?ulangi kata-kata Grandma Morgan. "Dan kau cuma pu?
nya?" ia memikirkannya ?"waktu lima belas menit untuk
me??nemui gurumu." Perkiraannya meleset sembilan puluh detik, tapi aku nggak
bilang. Satu-satunya hal yang kuketahui adalah aku nggak bisa
me?lepaskan diri darinya"nggak tanpa membuat makin banyak
drama lagi daripada jika aku membiarkannya ikut, jadi aku
cuma mempercepat langkahku dan berkata, "Ya sudah."
Selagi kami berjalan melawan angin dingin, aku mem?beri?
tahu diriku bahwa ini bagus; ini baik-baik saja. Orang yang
mengintai Gallagher Girl nggak akan mengira aku bersama
seorang cowok. Cowok ini penyamaranku. Dia berguna.
"Kau betul-betul bisa jalan cepat," katanya, tapi aku nggak
balas mengatakan apa pun. "Jadi, kau punya nama?" tanyanya,
seolah itu pertanyaan paling tak berdosa yang pernah ada. Se?
olah bukan dengan cara itu hati akan patah dan pe?nyamar?an
terbongkar. Isi-Croos my heart.indd 82
8/13/09 9:57:28 AM "Tentu. Banyak."
Itu mungkin hal paling jujur yang kukatakan padanya, tapi
cowok itu cuma tersenyum padaku seakan aku lucu, suka meng?
goda, dan imut. Biar kuberitahu, aku sama sekali nggak seperti
itu, terutama setelah nggak tidur atau makan, memakai pe?
nutup mata selama satu jam, lalu berjalan mondar-mandir se?
panjang hari di Mall yang membeku!
Hidungku meler. Kakiku sakit sekali. Yang betul-betul ingin
kulakukan hanyalah sampai ke pameran sepatu Dorothy, me?
ngetuk?kan tumitku bersamaan, dan pulang. Tapi aku malah
harus menghadapi cowok yang mengira aku perlu perlindungan.
Cowok yang di hadapannya aku nggak akan pernah bisa "jadi
diri sendiri." Cowok yang menatapku seolah dia tahu sebuah
rahasia"dan yang lebih buruk lagi"seolah rahasia itu tentang?
ku. "Kau punya pacar?" tanyanya.
Pada titik itu aku harus mengatakan, aku cukup yakin
cowok itu sedang menggodaku! Atau paling nggak kukira dia
sedang menggodaku, tapi tanpa menanyakannya pada Macey
(dan mungkin memasukkan sampel ke mesin analisis suara
yang sudah dikembangkan Liz persis untuk tujuan ini), nggak
mungkin aku bisa yakin. Semester lalu kukira aku sudah mem?
pelajari cara menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan de?
ngan cowok, tapi sebenarnya yang telah kupelajari adalah
bah?wa Gallagher Girls seharusnya nggak bergaul dengan
cowok-cowok normal"bukan karena kami tidak bakal me?
nyukai mereka. Tapi karena mungkin kami bakal terlalu me?
nyukai mereka. Dan itu akan jadi hal terburuk.
"Dengar, trims untuk sikap kesatriamu dan segalanya, tapi
itu betul-betul nggak perlu," aku mengatakan apa yang mung?
Isi-Croos my heart.indd 83
8/13/09 9:57:29 AM kin merupakan pernyataan paling meremehkan fakta sepanjang
abad, karena aku cukup yakin aku bisa membunuh cowok itu
dengan ranselku. "Tempatnya cuma di atas sana." Aku me?
nunjuk Museum of American History, yang berdiri berkilauan
18 meter jauhnya. "Dan ada polisi di sana."
"Apa?" kata cowok itu, melirik polisi D.C. yang berdiri di
sudut jalan, "Kaupikir orang itu bisa melindungimu dengan
lebih baik daripada aku?"
Sebetulnya, kupikir Liz bisa "melindungi"ku lebih baik
daripada dia, tapi aku hanya bilang, "Nggak, kupikir kalau kau
nggak meninggalkanku, aku bisa berteriak dan polisi itu bakal
menahanmu." Entah bagaimana, sepertinya cowok itu tahu kata-kataku
cuma lelucon" sebagian besar. Dia minggir dan tersenyum.
Dan sesaat aku merasa diriku juga tersenyum.
"Hei," seruku padanya, karena, walaupun saat itu dia sangat
menyebalkan aku tetap merasa sedikit bersalah. Bagaimanapun,
dia betul-betul bersikap seperti kesatria-berbaju-zirah. Bukan
salah?nya aku bukan jenis cewek yang perlu diselamatkan.
"Trims." Dia mengangguk. Kalau saja itu hari lain atau aku cewek
lain, ratusan hal berbeda mungkin terjadi. Tapi aku memulai
semester ini dengan janji untuk jadi diri sendiri, dan diriku
yang sebenarnya masih merupakan cewek yang sedang men?
jalankan misi. Aku berlari ke pintu dan masuk, lalu menyelinap ke koridor
sempit di belakang meja resepsionis. Aku mengamati pintu ma?
suk, menunggu sembilan puluh detik supaya yakin diriku aman.
"Bex." Aku mencoba unit komunikasiku. "Courtney"
Isi-Croos my heart.indd 84
8/13/09 9:57:29 AM Mick" Kim?" Kukatakan pada diri sendiri nggak mungkin
mereka semua ketahuan. Mereka mungkin di bawah di kios es
krim; atau mungkin menunggu di van.
Aku mengambil brosur pengunjung dari tumpukan di meja
resepsionis, menyelinap ke tangga sempit, dan memulai pen?
dakian tiga lantai ke sepatu rubi itu, nggak betul-betul peduli
meskipun aku nggak bisa melihat pamerannya. (Bagaimanapun,
pameran "Dapur Julia Child" bahkan nggak mengilustrasikan
bagaimana ia dulu mengirimkan pesan-pesan berkode lewat
resep.) Aku bisa merasakan jam berdetak, hampir bisa melihat
ekspresi di wajah Mr. Solomon dan mendengarnya mengatakan
bagus sekali. Aku sudah sangat dekat; aku memeriksa peta dan
menaiki tangga dua-dua sekaligus sampai aku muncul di ujung
seberang lantai itu, tempat sepatu rubi Dorothy dipamerkan.
Nggak terlihat tanda-tanda Mr. Solomon atau teman-teman
sekelasku; nggak seorang pun berada di ruangan oval besar itu.
Aku merasakan jam di kepalaku berdentang tepat pukul lima.
Aku melangkah ke arah kotak tersebut, terlihat hampir persis
seperti yang berdiri di tengah Koridor Sejarah. Tapi bukannya
pedang yang digunakan Gillian Gallagher untuk membunuh
laki-laki pertama yang mencoba membunuh Presiden Lincoln,
kotak ini berisi harta nasional yang berbeda.
Sepatu rubi itu sangat kecil, sangat rapuh, sampai-sampai
sebagian diriku ingin terkagum-kagum karena bisa berada se?
dekat itu pada sesuatu yang sangat langka. Bagian diriku yang
lain hanya ingin tahu, kenapa tujuh Gallagher Girl lainnya
sudah nggak menggunakan unit komunikasi mereka dan guruku
nggak terlihat di mana pun! Lalu aku mendengar suara Mr.
Solomon di belakangku. Isi-Croos my heart.indd 85


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

8/13/09 9:57:29 AM "Kau terlambat empat detik."
Sepatu itu berkilauan saat aku berbalik. "Tapi saya sendiri?
an." "Tidak, Miss Morgan. Kau tidak sendirian."
Lalu cowok dari lift, cowok dari bangku taman, melangkah
ke?luar dari bayang-bayang.
Dan menatapku. Dan tersenyum. Dan bilang, "Hai lagi, Gallagher Girl."
Isi-Croos my heart.indd 86
8/13/09 9:57:30 AM t.c Bab S e p u l u h ebagian perubahan terjadi dengan lambat"seperti evolusi.
Dan memanjangkan rambutmu. Lalu ada juga yang terjadi
dalam sedetik"dengan telepon yang berdering, lirikan yang
waktu?nya tepat. Dan saat itu aku tahu bahwa Akademi
Gallagher nggak sendirian. Aku tahu ada sekolah mata-mata
khusus cowok. Dan, yang terpenting, aku tahu salah satu dari
mereka baru saja mengalahkanku.
Ini nggak mungkin terjadi, kataku berulang-ulang dalam
kepalaku. Ini nggak mungkin"
"Kerja bagus, Zach," kata Mr. Solomon. "Zach" mengerling
padaku, dan aku berpikir, Ini betul-betul terjadi!
Aku lengah. Perhatianku teralih. Dan yang terburuk dari
semuanya, aku membiarkan seorang cowok menghalangiku dari
mencapai tujuan misi" lagi.
Seluruh hal itu mungkin terlalu buruk"terlalu memalu?
kan"untuk kuhadapi kalau saja aku nggak mengumpulkan ke?
Isi-Croos my heart.indd 87
8/13/09 9:57:30 AM beranian untuk berkata, "Hai, Blackthorne Boy." Karena se?harus?
nya aku nggak mengetahui keberadaan Institut Blackthorne
untuk Pria, aku punya sepersekian detik untuk merasa berada di
atas angin. Mr. Solomon berkedip. Mulut Zach ternganga dan akulah
yang tersenyum waktu guruku berkata, "Bagus sekali, Miss
Morgan." Tapi kemudian ia menatap cowok yang mengalahkan?
ku dalam permainanku sendiri, dan wajahku jadi semerah sepatu
Dorothy. "Tapi tidak cukup bagus."
Di benakku, hari itu seperti film: Zach dan teman-temannya
mengamati Bex berbalik di tengah angin dingin; cowok-cowok
yang berdiri di perjalanan naik eskalator yang panjang ke sta?
siun Metro. Mereka ada di sana"kami sudah melihat mereka!
Tapi kami mengira mereka cuma" cowok remaja biasa. Dan
mereka memang cowok. Sama seperti kami juga cuma cewek
remaja. "Dan misi kalian adalah" apa?" aku memulai, kagum men?
dengar betapa tenangnya suaraku, betapa stabilnya denyut
nadi?ku. "Mencegah kami menyelesaikan misi kami?"
Cowok itu memiringkan kepala dan mengangkat alis. "Se?
macam itu." Lalu ia menyeringai dan tertawa kecil. "Kupikir
aku bisa membuatmu terlambat, aku nggak mengira kau bakal
betul-betul memberitahuku di mana lokasinya dan menuntunku
sampai setengah jalan."
Kupikir aku bakal muntah"serius"tepat di depan delapan
kamera pengawas, guru favoritku, dan" Zach.
Kupikir dia bersikap kesatria (tapi ternyata nggak). Kupikir
dia imut (tapi sebenarnya kriteria tinggi, berkulit gelap, dan
tampan memang terlalu dilebih-lebihkan). Dan yang terburuk
dari semuanya, kupikir dia menggoda" aku.
Isi-Croos my heart.indd 88
8/13/09 9:57:31 AM Sekelompok turis berjalan ke pameran sepatu itu dan me?
rapat lebih dekat ke kotaknya. Aku terdorong kerumunan itu,
lalu dibutakan kilasan kamera. Mr. Solomon merangkulku dan
membimbingku ke pintu. Aku menoleh kembali ke sepatu itu.
Tapi Zach sudah nggak ada.
Seberapa anehnya perjalanan pulang kami dalam helikopter"
Biar kuhitung alasannya: Dalam usaha untuk membuat diri mereka lebih nggak mu?
dah diikuti, Mick dan Eva menukar seragam sekolah mereka
dengan setelan staf maintenance National Park Service.
Kim Lee jatuh dari tangga di National Gallery, jadi dia ha?
rus duduk dengan pergelangan kakinya dikompres es di
pangkuan Tina. Courtney Bauer masih basah, setelah terjadinya insiden bu?
ruk di Lincoln Memorial Reflecting Pool.
Dan Anna Fetterman terus menatap ke kegelapan dengan
mulut ternganga karena, dari semua Gallagher Girls di Mall
hari itu, hanya dia yang mencapai tujuan misi kami (yeah,
kau?baca itu dengan benar, Anna Fetterman!), dan dia-lah yang
paling syok karena hal tersebut.
Bahkan Bex juga diikuti dalam perjalanan keluar dari
stasiun Metro dan nggak sampai ke museum tepat waktu.
Jadi itulah sebabnya seluruh anggota kelas sepuluh Operasi
Rahasia dari Akademi Gallagher untuk Wanita Muda Berbakat
duduk dalam keheningan, mengamati Monumen Washington
menghilang di malam yang gelap selagi helikopternya terbang,
membawa kami pulang. Kupikir bakal ada banyak pertanyaan. Dan teori. Tapi bah?
Isi-Croos my heart.indd 89
8/13/09 9:57:31 AM kan Tina Walters"cewek yang dulu pernah menyusup ke
satelit National Security Agency untuk mencari sekolah khusus
cowok yang katanya ada"nggak bisa berkata apa-apa.
Lagi pula, mengetahui bahwa sekolah top-secret untuk matamata cowok benar-benar ada memang bagus.
Tapi semua jadi berbeda kalau kau tahu mereka mungkin
lebih baik daripada dirimu.
Daerah pinggiran kota berkilauan di bawah kami, dan
mansion akhirnya terlihat, cahaya bersinar dari jendela-jendela
dan memantul di salju. Aku merasakan helikopter mendarat, melihat salju berputar
di sekeliling kami saat Mr. Solomon meraih pintu helikopter,
lalu berhenti sejenak. "Hari ini aku meminta kalian melakukan hal yang mungkin
hanya bisa dilakukan lima puluh orang di seluruh dunia," kata?
nya, dan kupikir, Ini dia"kata-kata pendukung, debriefing
sesudah misi. Atau setidaknya penjelasan tentang siapa cowokcowok itu dan kenapa kami menemui mereka sekarang. Tapi
sebaliknya, Mr. Solomon hanya berkata, "Pada akhir semester
ini, sebaiknya jumlahnya bertambah jadi lima puluh delapan
orang." "Kalian betul-betul melihat mereka?" kata Liz satu jam ke?
mudian. Tentu, kami memasang stereo keras-keras dan air di
ka?mar mandi dinyalakan, tapi Liz masih berbisik, "Mereka
betul-betul" ada?"
"Liz," aku balas berbisik. "Mereka bukan unicorn."
"Bukan," kata Bex datar, "mereka cowok. Dan mereka"
he?bat." Kelembapan memberatkan rambutku, uap mengaburkan
Isi-Croos my heart.indd 90
8/13/09 9:57:31 AM cermin kamar mandi, tapi kami berempat tetap menutup pintu,
karena A) Uap bagus sekali untuk pori-porimu. Dan B) Berita
ter?besar dalam sejarah persaudaraan kami menyebar ke seluruh
koridor dari tempat di mana menguping merupakan sebuah
seni sekaligus ilmu pengetahuan. Jadi nggak perlu dikatakan
lagi, teman-teman sekamarku dan aku nggak mau mengambil
risiko sedikit pun. "Mungkin itu bukan seperti yang kaupikir," kata Liz. "Mung?
kin mereka sama sekali bukan dari Blackthorne. Mungkin
mereka cuma kelihatan muda. Mungkin?"
"Oh," kata Bex tenang, "itu memang mereka."
Saat aku menjatuhkan diri ke tepi bathtub dan menutupi
wajah?ku dengan tangan, aku tahu nggak ada yang lebih terluka
daripada egoku. "Aku nggak percaya aku betul-betul bicara padanya," akhir?
nya kuakui. "Aku nggak percaya aku betul-betul memberitahu?
nya ke mana tujuanku!"
"Pasti nggak seburuk itu, Cam," kata Liz, duduk di sebelah?
ku. "Oh, itu lebih buruk! Dia" dan aku" kemudian?" Tapi
aku menyerah karena, dalam seluruh empat belas bahasa yang
ku?kuasai, nggak satu kata pun bisa mengekspresikan ke?
marahan-garis-miring-rasa-malu yang menjalar di pembuluh
darahku. "Jadi," kata Macey, melompat ke konter dan menyilangkan
kaki panjangnya, "persisnya seberapa keren cowok ini?"
Oh. Astaga. "Macey!" erangku. "Apa itu penting?"
Bex mengangguk. "Dia cukup keren."
"Guys," pintaku, "nggak penting dia keren atau nggak."
Isi-Croos my heart.indd 91
8/13/09 9:57:32 AM "Tapi persisnya, keren macam apa dia?" tanya Liz sambil
mem?buka buku catatannya dan mengambil bolpoin. "Maksud?
k?u, apakah menurutmu dia tipe keren cowok-manis seperti
Leonardo DiCaprio di tahun-tahun awal, atau keren tampanmacho seperti George Clooney di tahun-tahun belakangan?"
Aku baru mau mengingatkan Liz bahwa jenis keren mana
pun nggak bisa membenarkan tindakanku yang memberitahu?
kan lokasi pertemuan rahasia padanya, waktu Bex menjawab
untukku. "Macho. Jelas macho." Macey mengangguk menye?
tujui. Di ujung koridor, siswi kelas sepuluh lainnya sedang me?
nyusup ke sistem pengawasan Smithsonian dan memeriksa foto
setiap laki-laki antara umur dua belas dan dua puluh dua yang
ada di Mall hari itu lewat program pengenal wajah FBI. Se?
tidaknya selusin cewek ada di perpustakaan untuk memeriksa
buku-buku yang kami telantarkan berhari-hari sebelumnya.
Tetap saja, nggak seorang pun menyebut nama Blackthorne.
Nggak seorang pun menyebut tentang Sayap Timur.
Liz menutup buku catatannya. "Well, sekarang kita tahu apa
yang dibicarakan ibumu dan Mr. Solomon. Itu sudah berakhir."
Ia tersenyum. "Kau nggak perlu bertemu cowok itu lagi."
Lalu Liz tampak mempertimbangkan kenaifan kata-katanya.
"Benar, kan?" Pada pukul empat pagi itu aku betul-betul mulai membenci Joe
Solomon dan semua latihan "gunakan ingatanmu"-nya, karena
saat itu aku rela memberikan seluruh tabungan seumur hidup?
ku (yang berjumlah $ 947.52) untuk melupakan apa yang ter?
jadi. Bex berbaring dalam cahaya dari jendela, menampakkan
Isi-Croos my heart.indd 92
8/13/09 9:57:32 AM senyum nakal, mungkin memimpikan penyerbuan brutal dan
penyamaran-penyamaran rumit. Liz bergelung menempel din?
ding, nggak memakan lebih banyak tempat daripada boneka,
dan Macey tidur telentang dengan tenang meskipun dengan
desisan udara yang berembus saat melewati berlian raksasa di
hidungnya. Tapi aku" Yang bisa kulakukan hanya menatap
langit-langit dan berharap bisa tidur, sampai akhirnya aku me?
nyingkap selimut dan menurunkan kaki telanjangku ke lantai
kayu yang dingin. Aku bersumpah nggak merencanakan kepergianku. Serius.
Aku nggak tahu mau ke mana. Aku cuma memakai sepatu
tenis"tanpa kaus kaki"dan mengendap-endap ke pintu.
Setiap mata-mata tahu terkadang kau harus mengandalkan
adrenalin dan insting, jadi waktu aku menyadari diriku ber?
jalan-jalan di koridor kosong yang gelap, aku nggak bertanya
kenapa. Waktu aku menyusuri koridor lantai dua, aku nggak
menyuruh diriku berbalik.
Cahaya bulan menembus jendela-jendela kaca di ujung lain
koridor. Aku mengendap-endap ke arah rak buku tinggi di
mulut Koridor Sejarah dan jalan rahasia yang disembunyikan?
nya. Lalu aku mendengar lantai berderak di belakangku dan
melihat sinar senter menyinari koridor sebelum menerangi
wajah?ku. Aku melindungi mataku dengan tangan dan mulai
menyiapkan alibi. (Aku berjalan dalam tidur" Aku perlu
segelas air" Aku bermimpi belum mengumpulkan PR NegaraNegara Dunia untuk Mr. Smith dan mau memeriksa")
"Kau nggak mengira kami bakal membiarkanmu pergi tanpa
kami, kan?" tanya Bex.
Waktu Macey akhirnya menurunkan senter, aku bisa me?
lihat Liz menggigil dalam gaun tidur tipisnya dan Bex me?
Isi-Croos my heart.indd 93
8/13/09 9:57:33 AM megang kotak hitam kecil yang terbuka; pembobol kunci
perak?nya yang tepercaya terlihat berkilauan dalam cahaya.
Nggak seorang pun perlu mengatakan ke mana kami akan
pergi. Kami sudah menyusuri jalan itu berhari-hari sebelumnya
dan akhirnya akan melihat ke mana jalan itu berakhir. Se?
mentara Bex mengutak-atik kunci pintu yang menuju Sayap
Timur, aku sengaja nggak melihat ke Koridor Sejarah ataupun


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke kantor Mom yang gelap; dan yang terutama, aku nggak me?
mikirkan semua janji yang tak ingin lagi kutepati.
"Berhasil," kata Bex dalam waktu yang memecahkan rekor,
lalu pintunya terbuka. Kami melangkah ke koridor yang tadinya kami kenal. Seka?
rang koridor itu mengarah ke ruangan terbuka yang besar.
Ruang-ruang kelas sepi mengelilingi tempat itu, tapi mejamejanya sudah tidak ada. Satu pintu terbuka dan aku bisa
melihat bahwa sebuah kamar mandi dimodifikasi untuk berdiri
di antara dua" kamar tidur" Bau serbuk gergaji dan cat yang
masih baru memenuhi udara.
"Kelihatannya ini seperti?" Liz memulai, tapi suaranya
meng?hilang. "Suite?" tanyanya, otak geniusnya mencoba mema?
hami fakta yang sangat sederhana itu.
Terlihat tempat tidur, meja, dan lemari-lemari. Teori pen?
jual-bunga-berbahaya nggak kelihatan seram lagi. "Kalian tahu
apa artinya ini?" tanya Bex.
Semua ini cuma bisa berarti satu hal .
"Cowok-cowok," kataku. "Cowok-cowok akan mengunjungi
Akademi Gallagher." "Ya." Bex tersenyum. "Dan kita bakal mendapatkan per?
tandingan ulang." Isi-Croos my heart.indd 94
8/13/09 9:57:33 AM Bab S e b e l a s kademi Gallagher adalah sekolah untuk wanita muda ber?
bakat karena satu alasan. Sebetulnya, banyak alasan.
Contohnya, dengan hanya memiliki kamar mandi khusus
cewek (ruang guru nggak dihitung), ruang luas yang berharga
di mansion ini bisa digunakan untuk hal-hal seperti lab kimia
dan ruang TV. Juga, remaja cewek normal dalam lingkungan sekolah
campuran bakal menghabiskan seratus jam per tahun untuk
ber?siap-siap ke sekolah, padahal waktu itu bisa digunakan
untuk tidur, belajar, atau memperdebatkan keuntungan meng?
intai dengan berjalan kaki versus naik kendaraan dalam setting
perkotaan. Tapi alasan terbesar Akademi Gallagher merupakan sekolah
khusus cewek adalah karena pada akhir tahun 1800-an cowok
sangat boleh mempelajari matematika, sains, dan cara mem?per?
tahankan diri dalam duel, sementara cewek-cewek seperti
Gillian Gallagher dipaksa menguasai seni menjahit.
Isi-Croos my heart.indd 95
8/13/09 9:57:34 AM Gilly nggak bisa bergabung dengan Secret Service"meski?
pun setelah ia menyelamatkan nyawa presiden"karena agenagen lain takut rok lebarnya bakal menghalangi tugas (walau?
pun sebetulnya rok lebar cocok sekali untuk menyelundupkan
informasi sensitif dan/atau senjata).
Jadi Gilly melakukan hal terbaik kedua: ia membuka se?
kolah tempat wanita-wanita muda yang baik bisa mempelajari
semua hal yang menurut orang-orang lain tidak mereka perlu?
kan, tempat wanita-wanita muda bebas untuk menjadi luar
biasa tanpa tekanan atau pengaruh cowok.
Tapi sekarang" lebih dari seabad kemudian" semua itu
bakal berubah. Waktu sarapan keesokan paginya, teman-teman sekamarku
dan aku menatap piring kami, nggak betul-betul mendengarkan
saat Anna Fetterman menceritakan kembali hari sebelumnya
dengan mendetail. "Und dann sah ich ihn in den Wandschrank gehn and ich
wusste, dass ich ihn dort einschliessen musste um damn die Stufen
hin unter gehen zu koennen," katanya, dan harus kuakui, me?
ngunci agen yang mengikutinya dalam lemari di puncak
Monumen Washington memang cukup pintar, tapi aku sedang
nggak ingin mencatatnya. "Cammie. Menurutmu kapan mereka bakal" tahu, kan?"
bisik Liz, meskipun tanda di Aula memberitahu kami bahwa
kami seharusnya bicara dalam bahasa Jerman, ?"datang?"
Aku nggak tahu. Dalam 24 jam terakhir, seluruh dunia
yang kukenal berubah, jadi aku nggak mau buru-buru memberi
kerangka waktu untuk kedatangan cowok-cowok"untuk mem?
buat apa yang akan terjadi jadi sungguhan dengan cara apa
pun. Isi-Croos my heart.indd 96
8/13/09 9:57:35 AM Tapi kenyataannya, itu bukan pilihan.
Mom berdiri dari meja makan staf dan naik ke podium.
"Maaf, ladies, tapi aku punya pengumuman."
Pintu di belakang ruangan terbuka.
Seketika aku tahu segala hal di Akademi Gallagher untuk
Wanita Muda Berbakat nggak bakal sama lagi.
Garpu-garpu terjatuh dari genggaman. Kepala-kepala menoleh.
Untuk pertama kalinya dalam dua belas jam, nggak terdengar
satu bisikan pun di dalam dinding-dinding batu kami.
Gallagher Girls seharusnya siap menghadapi segala hal.
Walaupun aku cukup yakin kami mampu mengatasi invasi mu?
suh, satu lirikan pada teman-teman sekelasku memberitahuku
bahwa tak satu Gallagher Girl pun merasa sepenuhnya siap
melihat lima belas cowok berdiri di ambang pintu Aula
Besar. Cowok-cowok menatap kami. Cowok-cowok berjalan ke
arah kami. Kami tahu bahwa mereka akan datang suatu hari"
nanti. Masalahnya jadi berbeda kalau kau sedang menikmati
makanan yang enak dengan santai kemudian berbalik dan
melihat segerombol testosteron remaja berjalan ke arahmu!
(Maksudku, halo, aku sedang memakai rok yang bagian bokong?
nya terkena noda.) Tapi apakah Mom peduli tentang itu" Tidak. Ia cuma men?
cengkeram podium di depan ruangan dan berkata, "Akademi
Gallagher untuk Wanita Muda Berbakat punya sejarah mem?
banggakan?" Aku cukup yakin nggak seorang pun mendengar?
kan. "Selama lebih dari seratus tahun, institusi ini tetap tersem?
bunyi, tetapi kemarin, beberapa teman sekelas kalian mendapat
Isi-Croos my heart.indd 97
8/13/09 9:57:35 AM kesempatan untuk bertemu sekelompok siswa berbakat lain dari
institusi luar biasa lain." Kurasa bertemu adalah kode untuk
di?permalukan. "Anggota dewan pengawas Gallagher, bersama para direktur
Institusi Blackthorne, sudah lama merasa siswa-siswi kami se?
harusnya saling belajar dari yang lain." Ia tersenyum. Sehelai
rambut gelap jatuh ke wajah Mom, dan ia menyelipkannya ke
belakang telinga sebelum menatap ke seberang ruangan luas
itu. "Dan tahun ini kita akan melihat hal itu terjadi."
Tina Walters kelihatan mau pingsan; Eva Alvarez meme?
gangi jus jeruknya setengah jalan antara meja dan mulut"tapi
Macey McHenry tampaknya hampir belum sadar bahwa cowokcowok berjalan melewati meja kelas sepuluh. Ia mendongak
dari kartu-kartu catatan kimia organiknya selama sepersekian
detik dan bilang, "Itu mereka?" Ia mengangkat bahu. "Aku
pernah melihat yang lebih imut." Lalu ia kembali membaca
catatannya. "Saat Gillian Gallagher masih muda, aula ini menjadi tem?
pat pesta-pesta dansa, teman-teman dan keluarga, tapi aula ini
tidak mendapat banyak tamu dalam satu abad terakhir," kata
Mom. "Aku sangat senang hari ini merupakan pengecualian."
Lalu untuk pertama kalinya, aku sadar cowok-cowok itu
nggak sendirian. Seorang laki-laki membimbing mereka ke
bagian depan ruangan. Wajahnya bulat kemerahan dengan
senyum lebar yang cerah, dan selagi berjalan menyusuri gang
tengah, ia betul-betul melambai serta bersalaman dengan
cewek-cewek yang dilewatinya, seakan ia kontestan suatu acara
permainan dan Mom baru saja memintanya untuk "Naik ke
panggung." "Dengan senang hati kuperkenalkan Dr. Steven Sanders.
Isi-Croos my heart.indd 98
8/13/09 9:57:36 AM Dr. Sanders?" Mom memulai, tapi suaranya menghilang saat
laki-laki kecil itu berjalan ke balik meja staf, memiringkan
mikrofon ke mulutnya, dan berkata, "Dr. Steve."
"Maaf?" tanya Mom.
"Panggil aku Dr. Steve," katanya sambil meninju udara.
Aku menatap Liz, curiga bahwa ide tentang memanggil
guru dengan nama depan bakal membuatnya syok, tapi seperti?
nya ia tidak menyadari apa pun selain cowok-cowok yang ber?
diri di dekat meja utama.
"Tentu saja," kata Mom padanya, lalu menoleh untuk meng?
hadap kami. "Dr. Steve dan siswa-siswanya akan menghabiskan
sisa semester bersama kita."
Mendengar ini, dengung bisikan-bisikan rendah muncul di
dalam aula. "Mereka akan menghadiri kelas-kelas kalian, ma?
kan bersama kalian saat waktu makan." Tidur di Sayap Timur,
pikirku. "Ladies, ini kesempatan luar biasa," Mom menyelesai?kan.
"Dan kuharap kalian akan menggunakan waktu ini untuk
menjalin ikatan pertemanan yang bisa kalian bawa sepanjang
hidup kalian." "Aku nggak keberatan terikat dengan dia," kata Eva
Alvarez, menunjuk pada cowok di tepi kerumunan itu. Cowok
dengan rambut cokelat gelap dan bahu lebar.
Cowok yang bersedekap dan bersandar pada meja utama.
Cowok yang tersenyum. Padaku. Isi-Croos my heart.indd 99
8/13/09 9:57:36 AM t.c Bab Du a B e l a s "A nggota suku ini bisa diidentifikasi dengan karakteristik
fisik apa, Miss Bauer?" tanya Mr. Smith satu jam kemudian,
tapi aku cukup yakin aku mewakili seluruh siswi kelas sepuluh
saat aku bilang kami jauh lebih tertarik pada apa yang terjadi
di sekolah kami sendiri dibandingkan pada negara-negara
dunia. Maksudku, bagaimana kami bisa fokus saat kursi-kursi
ekstra diletakkan di belakang kelas" Kursi-kursi buat" para
cowok. Bahkan Liz terus memandang berkeliling seakan cowokcowok itu bakal ber-teleport ke belakang ruangan. Tapi Mr.
Smith tetap mengajar seakan ini hari biasa"persis sampai
suara yang dalam berkata "Tok tok," dan Dr. Steve membuka
pintu. Dr. Steve berseru, "Selamat pagi, ladies." Hanya saja, kalau
kau tanya aku, itu bukan pagi yang indah. Dan aku baru saja
mau bilang begitu, waktu pagi itu jadi lebih buruk lagi. Jauh
100 Isi-Croos my heart.indd 100
8/13/09 9:57:37 AM lebih buruk. Karena, Dr. Steve bukan sekadar masuk, meng?
interupsi pelajaran yang sangat menyenangkan, tapi dia juga
nggak datang sendirian. Tiga cowok berdiri di belakangnya: yang pertama kurus,
ber?kacamata, dan berambut hitam tebal. Yang kedua me?
nampak?kan kemiripan luar biasa dengan dewa Yunani pada
umum?nya. Dan berdiri di antara mereka" Zach.
Teman-teman memanggilku si Bunglon"cewek yang mem?
baur, yang bisa jadi nggak terlihat"tapi belum pernah aku
lebih ingin nggak kelihatan daripada saat itu.
Maksudku, aku paham seluruh masalah kerja sama antar?
sekolah itu; aku betul-betul bisa memahami konsep persahabat?
an dan kerja tim. Tapi sisi mata-mata dalam diriku kalah hari
sebelumnya, dan sisi cewek dalam diriku digoda serta dimanfaat?
kan. Aku merosot di kursi, berharap Bex masih memakai
kondisioner pengembang, karena saat itu, aku memerlukan
semua perlindungan yang bisa kudapatkan.
"Ada yang bisa kubantu, Dr. Sanders?" tanya Mr. Smith,
bahkan nggak berusaha menyembunyikan ketidaksabaran dalam
suaranya. Tapi Dr. Steve cuma menatapnya dan mengangkat
satu tangan di udara seakan sedang mencoba mengingat-ingat
sesuatu. "Suara Anda kedengaran sangat familier," kata Dr. Steve.
Mr. Smith adalah salah satu mantan mata-mata paling dicari
(dan paling paranoid) di dunia, dan setiap musim panas dia
pergi ke dokter bedah plastik resmi CIA untuk mendapatkan
wajah yang betul-betul baru, jadi nggak mungkin Dr. Steve
bisa mengenalinya. "Apakah kita pernah bertemu?"
"Tidak," kata Mr. Smith tenang. "Aku cukup yakin kita
be?lum pernah bertemu."
101 Isi-Croos my heart.indd 101
8/13/09 9:57:37 AM "Tidak pernah bekerja di Institut Andover, ya?"
"Tidak," kata Mr. Smith lagi, lalu berjalan kembali ke pa?
pan seakan pelajarannya sudah tertunda cukup lama.
"Oh, well," kata Dr. Steve sambil tertawa. Lalu dia me?
nunjuk cowok-cowok di belakangnya. "Bisakah kita minta
anak-anak ini memperkenalkan diri?"
"Aku sudah belajar, Dr. Sanders?"
"Steve," Dr. Steve membetulkan, tapi Mr. Smith melanjut?
kan, bahkan nggak berhenti untuk menarik napas.


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?"bahwa dalam pekerjaan kita nama adalah hal yang"
sementara," Mr. Smith melanjutkan. Yang, kalau dipikir-pikir
lagi, termasuk pernyataan yang sangat menyepelekan jika
datang dari laki-laki yang (menurut Tina Walters) punya 137
alias yang terdaftar di CIA. "Tapi, kalau mereka memaksa?"
Mr. Smith memutar bola mata dan duduk di sudut mejanya.
Si cowok kurus melangkah maju, menarik-narik dasinya
dengan gugup seakan itu jenis siksaan baru.
"Um" aku Jonas," katanya, kakinya bergerak-gerak gelisah.
"Aku enam belas tahun. Aku kelas sepuluh?"
"Karena itulah kau didaftarkan di kelas ini," kata Mr. Smith
datar. "Selamat datang, Jonas. Silakan duduk."
"Bagus sekali, Jonas," kata Dr. Steve, mengabaikan Mr.
Smith yang sudah mulai membagikan tes mendadak. "Bagus
sekali. Nah, Jonas memilih jalur studi riset. Apakah ada dari
kalian, nona-nona muda, yang bisa mengantarkan Jonas ber?
keliling?" "Humph!" seru Liz, mungkin lebih karena Bex baru saja
me?nendang belakang kursinya (keras-keras) daripada karena
fakta bahwa ia sangat bersemangat mengantar Jonas berkeliling.
102 Isi-Croos my heart.indd 102
8/13/09 9:57:38 AM Tapi Dr. Steve nggak melihat itu. Dia menunjuk Liz dan ber?
kata, "Bagus sekali!" lagi.
(Catatan untuk diri sendiri: nilai "bagus sekali" di Institut
Blackthorne mungkin diukur dengan skala yang sangat berbeda
daripada yang kami gunakan di Akademi Gallagher.)
"Jonas, kau bisa menghabiskan hari ini dengan Miss..."
Dr. Steve memandang Liz. "Sutton. Liz Sutton."
"Bagus sekali," kata Dr. Steve sekali lagi. "Sekarang, Grant,
silakan?" "Aku Grant," kata cowok di sisi lain Zach. Grant nggak
ke??lihatan seperti anak kelas sepuluh"Grant lebih mirip pe?
main pengganti Brad Pitt.
Dia menyelinap ke tempat duduk di sebelah Bex, yang ter?
senyum dan menyibakkan rambutnya dengan gerakan yang
tidak diajarkan dalam P&P.
Oh astaga! Apakah begini rasanya sekelas dengan cowok"
Maksudku, dulu aku memang bersekolah bersama cowok-cowok
se?belum masuk Akademi Gallagher, tapi TK sampai kelas
enam nggak melibatkan banyak gerakan menyibak-rambut.
(Wa?laupun, aku ingat beberapa kejadian menarik-rambut yang
membuatku sungguhan melempar beberapa cowok, tapi sejak
itu Mom melarangku menggunakan Manuver Wendelsky pada
warga sipil.) Satu cowok tetap berada di depan ruangan, tapi bukannya
menunggu Dr. Steve, Zach berjalan ke belakang kelas. "Aku
Zach," katanya, menyelinap ke kursi di belakang Grant"kursi
di sebelahku?"dan sepertinya aku sudah menemukan pemandu?
ku." Dari depan ruangan samar-samar aku mendengar kata-kata
103 Isi-Croos my heart.indd 103
8/13/09 9:57:38 AM itu. "Bagus sekali!" meskipun bukan berarti aku menyetujui?
nya. Gallagher Girls punya banyak misi"misi yang sulit. Sepanjang
waktu. Tapi begitu kelas Negara-Negara Dunia selesai, aku
mengumpulkan buku-buku dan melawan perasaan bahwa aku
betul-betul nggak siap melakukan apa yang harus kulakukan.
Saat berjalan ke pintu, aku mengatakan pada diri sendiri
semua alasan mengapa seharusnya aku nggak merasa seperti
yang kurasakan: 1. Dalam organisasi-organisasi rahasia, memang berguna
jika kita memiliki sebanyak mungkin sekutu, jadi me?
ngenal satu-dua Blackthorne Boy mungkin bisa berguna
suatu hari nanti. 2. Dulu Mr. Solomon merupakan Blackthorne Boy (dan
mungkin Dad juga). Ternyata mereka baik-baik saja ke?
tika dewasa. 3. Seperti yang dikatakan Liz sebelumnya, punya akses tak
terbatas pada cowok bisa jadi hal yang bagus, secara
ilmiah. 4. Zach cuma menjalankan perintah di Mall hari se?
belumnya. 5. Dia baik waktu itu. 6. Dia menawariku cokelat.
7. Bukan salahnya jika dia" lebih hebat dariku.
"Jadi, kita bertemu lagi."
Ya, Zach betul-betul bilang begitu, walaupun, secara teknis,
kami nggak betul-betul bertemu di D.C. Nggak juga. Maksudku,
104 Isi-Croos my heart.indd 104
8/13/09 9:57:38 AM identitas samaran Zach memang bicara pada identitas
samaranku, tapi berbicara pada seseorang yang nggak tahu ka?
lau kau mata-mata sangatlah berbeda dengan berdiri bersama
di tengah sekolah top-secret yang mengajarkan hal-hal
rahasia. Cewek-cewek mengimpit kami dari semua arah, seperti
gelombang pasang-surut pada saat bersamaan, tapi Zach dan
aku nggak terperangkap dalam arus.
Ia mengamati dinding-dinding batu besar dan pilar-pilar
kuno yang mengelilinginya. "Jadi ini Akademi Gallagher yang
terkenal." "Ya," jawabku sopan. Bagaimanapun, aku pemandunya, se?
kali?gus cewek yang sudah mendapatkan tiga setengah tahun
latihan Budaya dan Asimilasi. "Ini koridor lantai dua. Sebagian
besar kelas kami ada di ujung koridor ini."
Tapi Zach nggak mendengarkan. Sebaliknya, ia menatap"
aku. "Dan kau?" ia memulai perlahan-lahan, ?"Cammie
Morgan yang terkenal."
Oke, pertama-tama, aku nggak tahu bagaimana Zach tahu
namaku, tapi saat itu dia nggak me?nyadari tubuh-tubuh yang
berseliweran dan para cewek yang berbisik-bisik, dan itu jauh
lebih menarik buatku. Dulu Josh menatapku seakan ia ingin menciumku, atau me?
nertawaiku, atau meminta psikiater mempelajariku"semuanya
betul-betul lebih kusukai daripada cara Zach menatapku saat
itu. Seakan dia menatapku bukan karena aku terkenal, tapi
karena reputasiku buruk. Dan kalau kau cewek yang dikenal
karena bisa jadi nggak terlihat, benar-benar menyeramkan saat
kau sadar dirimu terlihat jelas.
"Ayo," gumamku, setelah rasanya lama sekali. Aku berjalan
105 Isi-Croos my heart.indd 105
8/13/09 9:57:39 AM menyusuri koridor. "Kelas Budaya dan Asimilasi di lantai
empat." "Whoa," katanya, berhenti mendadak. "Apakah kau baru
saja bilang, kau mau membawaku ke kelas budaya?" tanya
Zach, senyum mengejek muncul di bibirnya.
"Ya." Lalu Zach meringis. "Wah, waktu mereka bilang kalian pu?
nya kurikulum tersulit di dunia" mereka serius." Tapi nggak
butuh orang genius untuk tahu Zach nggak serius. Sama
sekali. Aku memberitahu diri sendiri bahwa dia ada di sini untuk
"menjalin pertemanan." Aku mengingatkan diri, aku sudah
janji pada Mom untuk nggak melanggar aturan apa pun lagi
(dan aku cukup yakin mendorong siswa yang berkunjung ke
bawah tangga nggak akan disukai). Aku mengumpulkan setiap
tetes keberanian dan ketenangan yang kumiliki selagi berjalan
ke arah lantai empat, mendorong melewati kerumunan.
"Budaya dan Asimilasi sudah jadi bagian dari kurikulum
Gallagher selama lebih dari seratus tahun, Zach."
Kami berbelok di koridor ke ruang minum teh. "Seorang
Gallagher Girl bisa berbaur dalam budaya apa pun"lingkungan
mana pun. Asimilasi bukan hanya masalah tata krama." Aku
berhenti di koridor dengan tangan memegangi ambang pintu.
"Itu masalah hidup dan mati."
Kukira aku sudah membuat poin yang cukup bagus dan
tatapan merendahkannya baru mulai menghilang dari wajah
Zach ketika samar-samar suara musik mengalir ke koridor. Aku
mendengar Madame Dabney berkata, "Hari ini, ladies and
gentlemen, kita akan mempelajari seni" berdansa!"
Lalu Zach mencondongkan tubuh; aku merasakan napas
106 Isi-Croos my heart.indd 106
8/13/09 9:57:39 AM hangatnya di telingaku saat ia berbisik, "Yeah" Hidup. Dan.
Mati." Aku memasuki ruang minum teh dan melihat tira-tirai sutra
sudah disibakkan dari jendela-jendela tinggi yang berjejer di
ujung terjauh ruangan, sebuket anggrek segar berada di atas
piano. Kursi-kursi serta meja berlapis linen mengelilingi tepi
ruangan, dan Madame Dabney berdiri sendirian di bawah
kandelir kristal. Guru kami melenggang di atas lantai parket
yang berkilauan, saputangan bermonogram tergenggam di
tangan, saat ia berkata, "Aku sengaja menyimpan pelajaran
yang sangat spesial ini untuk kedatangan tamu-tamu kita yang
juga sangat spesial."
"Kau dengar itu?" bisik Zach. "Aku spesial."
"Itu masalah?" aku memulai, tapi sebelum bisa menyelesai?
kan kalimatku, Madame Dabney berkata, "Oh, Cameron
sayang, maukah kau dan temanmu mendemonstrasikan untuk
yang lainnya?" Yang ingin kulakukan hanyalah menghilang, tapi Madame
Dabney menarik kami ke tengah ruang minum teh. "Kau pasti
Zachary Goode. Selamat datang di Akademi Gallagher. Se?
karang, aku harus memintamu meletakkan tangan kananmu
dengan mantap di tengah punggung bawah Cameron." Bahkan
seniman jalanan yang terlatih dengan baik nggak bisa ber?
sembunyi saat orang yang ingin dihindarinya melingkarkan
lengan pada pinggangnya. "Oke. Semua orang cari pasangan," Madame Dabney meng?
instruksikan. "Ya, girls, sebagian dari kalian harus bergantian
jadi lelakinya." Di sekelilingku kudengar teman-temanku mulai sibuk. Ter?
107 Isi-Croos my heart.indd 107
8/13/09 9:57:40 AM dengar tawa dan suara terkikik, lalu kulihat Jonas dan Liz
ber?hasil menginjak kaki satu sama lain pada saat bersamaan,
sementara Zach dan aku berdiri di tengah ruangan, menunggu
instruksi selanjutnya. "Ladies," kata Madame Dabney, "kalian harus me?letakkan
tangan kanan kalian dengan mantap di telapak tangan
pasangan kalian." Aku melakukannya.
"Ada apa, Gallagher Girl?" tanya Zach sambil mengamatiku.
"Kau nggak betul-betul marah karena kemarin, kan?"
Musik bertambah keras; aku mendengar guruku berkata,
"Se?karang, ladies and gentlemen, kita akan memulai dengan
langkah dasar. Tidak, Rebecca, kalau kau berdansa dengan
Grant, kau harus membiarkannya memimpin!"
Tapi Zach tersenyum padaku dan pandangan penuh arti
me?menuhi matanya. "Itu cuma penyamaran, Gallagher Girl.
Operasi Rahasia. Mungkin kau familier dengan konsepnya?"
Tapi sebelum aku bisa mengatakan apa-apa, Madame
Dabney meletakkan satu tangan pada Zach dan tangan lain
padaku, lalu mengumumkan, "Pegang pasangan kalian eraterat." Ia mendorong kami lebih dekat dan sebelum aku me?
nyadarinya, kami mulai berdansa.
108 Isi-Croos my heart.indd 108
8/13/09 9:57:40 AM t.c Bab T i g a B e l a s ehidupan di sekolah mata-mata nggak pernah membosan?
kan (untuk alasan-alasan yang sudah jelas), tapi dua minggu
berikutnya adalah minggu tersibuk dari seluruh kehidupan
calon-agen-pemerintahku. Praktis satu-satunya yang bisa ku?
lakukan adalah A) Menghindar dari Zach. B) Menyelesaikan
tugas-tugasku. Dan C) Menjaga semua rumor terpisah dari
fakta. Contohnya: Delegasi Blackthorne terdiri atas lima belas cowok, dari
kelas delapan sampai kelas dua belas. FAKTA.
Salah satu cowok itu adalah anak agen ganda yang ter?
kenal, dan CIA memalsukan kematiannya, mengadopsinya se?
cara legal, kemudian mendidiknya untuk dijadikan agen pe?
nyusup. RUMOR. Dr. Steve membuat Madame Dabney patah hati dalam
cinta segitiga dengan seorang penari perut Pakistan di daerah
Champagne, Prancis. RUMOR (mungkin).
109 Isi-Croos my heart.indd 109
8/13/09 9:57:40 AM

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan dua hal betul-betul, positif, benar: 1) Begitu banyak
pembicaraan di ruang rekreasi sepanjang malam sampai-sampai
agen yang sangat berdedikasi pun nggak bisa tidur terlalu lama.
Dan 2) Ritual berdandan pagi dimulai jauh lebih awal di
sekolah yang ada cowoknya.
Jadi itulah sebabnya aku berjuang menjaga mataku tetap
ter?buka saat duduk di sebelah Macey di Aula Besar hari Jumat
pagi. "Kau tahu nggak Jonas finalis Fieldstein Honor tahun lalu?"
tanya Liz dalam bahasa Jepang tapi lalu berpindah ke bahasa
Inggris. "Itu kan betul-betul" wow."
Di ujung meja, Courtney Bauer dan Anna Fetterman se?
dang merencanakan untuk meng-highlight rambut satu sama lain
memakai materi dari lab kimia. (Catatan untuk diri sendiri:
jangan pernah biarkan Courtney Bauer dan Anna Fetterman
dekat-dekat dengan rambutmu.) Mick Morrison dan Bex
sedang membicarakan Manuver Mankato yang sangat me?
ngesankan yang didemonstrasikan Grant kemarin di kelas
P&P. Lalu seseorang duduk di sebelahku. "Ne, Cammie, Zach toha
donattenno?" tanya Tina Walters.
Oke, mungkin saat ini seharusnya kujelaskan bahwa se?
karang masih pagi, aku cuma tidur sebentar kemarin malam,
dan frasa-frasa yang berbeda bisa punya arti yang sangat ber?
beda dalam bahasa asing; tapi terlepas dari semua itu, aku
berani bersumpah, Tina Walters baru saja bertanya padaku,
apa?kah ada "sesuatu" antara aku dan Zach. Dan aku cukup
yakin dengan bilang "sesuatu", maksudnya bukan jenis tugas
untuk mendapat nilai ekstra!
"Tina!" aku tersentak, karena aku bisa melihat Zach cuma
110 Isi-Croos my heart.indd 110
8/13/09 9:57:41 AM berjarak enam meter dariku, terlibat pembicaraan serius dengan
Mr. Solomon di bar wafel. "Kau ngomong apa sih?"
"Tahu, kan?" kata Tina sambil menyenggolku. "Jangan lihat
sekarang. Dia sedang menatapmu."
Well, aku nggak tahu bagaimana cewek normal bereaksi
pada perintah "Jangan lihat sekarang", tapi cewek mata-mata
di?latih untuk menemukan permukaan reflektif terdekat (dan
itu adalah pitcher jus jeruk perak) dan melihat.
Zach memang sedang mengamatiku. Tapi Mr. Solomon
juga. "Jadi," tanya Tina lagi, "kau suka dia, nggak?"
Tina nggak mungkin serius. Lalu aku melihat dari ujung ke
ujung meja panjang berisi cewek-cewek yang sedang me?
nguping, dan sadar dia betul-betul serius!
Aku nggak percaya dia bertanya begitu padaku. Di Aula
Besar. Dengan cowok" di mana-mana! Seakan Tina nggak
tahu bahwa protokol standarnya adalah melakukan pemeriksaan
keamanan dasar dan mengaktifkan pengacau sinyal penyadap
sebelum memulai pembicaraan serahasia itu. Maksudku, tentu,
di sini memang cukup ramai, tapi Institut Blackthorne mung?
kin saja memiliki kurikulum membaca bibir yang sangat
bagus. Tetapi apakah Tina mempertimbangkan hal itu" Nggak.
Dia cuma mencondongkan diri lebih dekat, terlihat hampir
sama ber?semangatnya seperti ketika ia mengetahui bahwa
Profesor Buckingham menghabiskan musim panas dengan
mengorganisir sistem keamanan untuk Pangeran William, dan
bilang, "Ka?rena, menurut risetku, secara teknis kau berhak
atas Zach, karena kau bicara lebih dulu padanya. Kalau kau
mau." 111 Isi-Croos my heart.indd 111
8/13/09 9:57:41 AM Gallagher Girl belajar. Kami selalu mempersiapkan diri.
Kami nggak pernah melakukan apa pun setengah-setengah.
Tapi yang terpenting, kami nggak membiarkan siapa pun"bah?
kan tidak lima belas Blackthorne Boy"memisahkan kami.
"Tina," kataku perlahan-lahan sambil mencondongkan diri
ke meja dan praktis membisikkan kata-kata itu, "Dengan resmi
aku menyerahkan klaimku atas Zach."
Tina tersenyum dan mengangguk. Semua orang kembali
sarapan. "Mereka bakal melupakannya."
Suara itu sangat samar sampai-sampai kupikir aku cuma
bermimpi. Lalu kulihat Macey McHenry"cewek yang pernah
dihentikan di jalanan New York dan ditawari kesempatan
untuk menjadi sampul Vogue"duduk di sana memakai seragam
kusut dengan rambut dikucir kuda, membaca Jurnal Ekstraksi
Ekstrem edisi terbaru. "Masalah cowok"kedatangan cowok baru"itu akan
berlalu," kata Macey, tanpa melihat tiga cowok di meja kelas
delapan sedang menatapnya, nggak peduli ia satu-satunya
cewek di seluruh ruangan yang tanpa jejak makeup.
Seakan ada virus yang disuntikkan ke sekolah kami, tapi
Macey sudah mengenal sekitar seribu cowok sebelum ber?
sekolah ke sini. Dan aku sudah mengenal Josh. Kami berdua
pernah terekspos pada cowok sebelumnya, jadi kami sudah
mem?bangun antibodi. Kami, dengan kata lain, kebal.
Aku nggak sepenuhnya yakin, dan ini tak bisa dibuktikan
secara ilmiah atau semacamnya, tapi kurasa kata-kata paling
asyik dalam bahasa Inggris mungkin adalah Kelas Operasi
Rahasia, ayo pergi. Atau setidaknya itulah yang kupikir waktu
112 Isi-Croos my heart.indd 112
8/13/09 9:57:42 AM lift membuka ke Sublevel Satu hari itu, dan kulihat Mr.
Solomon berjalan ke arah kami, memakai jaket.
Mr. Solomon nggak menyuruh kami membuka buku pelajar?
an; ia nggak meminta kami duduk; sebaliknya, ia memimpin
kami ke atas dan keluar pintu yang terbuka, menuju udara
sejuk yang kering ke arah salah satu van shuttle merah-rubi
dengan lambang Gallagher di sisi. Aku tahu ini mungkin ke?
dengaran sedikit antiklimaks setelah perjalanan naik helikopter,
tapi sejujurnya, berada dalam helikopter bersama tujuh saudara
pe?rempuanku termasuk santai dibandingkan dengan duduk di
bagian belakang van" bersama para cowok.
Grant duduk di sebelah Mr. Solomon di bagian depan van.
Zach di sisi lain Mr. Solomon, napasnya stabil dan tetap, entah
Institut Blackthorne sudah melatihnya dengan sangat baik atau
sangat buruk, karena sepertinya dia nggak peduli dengan fakta
bahwa dirinya terkunci di bagian belakang van dengan delapan
remaja cewek yang sangat terlatih, seorang laki-laki yang
(menurut Tina) pernah mencekik pengedar senjata dari
Yugoslavia dengan celana dalam control-top, dan" Dr. Steve.
"Menurutku, Mr. Solomon," Dr. Steve terus mengoceh,
"Anda melakukan pekerjaan yang bagus sekali dengan nonanona muda ini. Betul-betul sangat bagus."
Mr. Solomon sudah memberikan pelajaran tentang keluar
dengan cara berguling minggu sebelumnya, dan selama sedetik
aku bertanya-tanya apakah ia membawa kami ke sini untuk
mengilustrasikan cara melempar keluar seseorang dari van yang
sedang bergerak; tapi lalu aku ingat bahwa Dr. Steve-lah yang
menyetir. "Kalian, ladies, harus memperhatikan laki-laki ini," kata Dr.
Steve. "Dia legenda hidup."
113 Isi-Croos my heart.indd 113
8/13/09 9:57:42 AM "Asalkan mereka ingat bagian terpentingnya adalah hidup,"
kata Mr. Solomon. Aku merasakan van berhenti di gerbang depan kami, lalu
berbelok ke kiri dan menyusuri jalan yang kukenali dengan
baik. "Hari ini adalah tentang hal-hal mendasar, ladies and
gentlemen," kata Mr. Solomon lancar, seakan cowok-cowok itu
sudah lama belajar bersama kami. "Aku ingin mengamati kalian
bergerak; melihat kalian bekerja sama. Perhatikan se?keliling
kalian, dan ingat"setengah kesuksesan kalian dalam bisnis ini
datang dari apakah kalian terlihat pantas berada di suatu tempat.
Jadi hari ini penyamaran kalian adalah seke?lompok siswa sekolah
swasta yang sedang menikmati perjalanan ke kota."
Aku berpikir tentang logo Akademi Gallagher di sisi van ini,
lalu menunduk melihat seragamku"membuat catatan da?lam
hati tentang versi mana dari diriku yang harus kutampil?kan,
sementara, di sebelahku, Bex bertanya, "Siapa kami se?benar?
nya?" "Sekelompok mata-mata," Mr. Solomon mengeluarkan koin
25 sen dari sakunya dan melemparkannya, "yang sedang ber?
main saling mengoper." Sebelum koin itu mendarat di telapak
tangannya, aku tahu yang jadi topik di sini bukanlah bagai?
mana hasil lemparan koin itu.
"Brush pass, Miss Baxter," kata Mr. Solomon. "Definisi?kan."
"Tindakan memindahkan suatu objek di antara dua agen,
secara rahasia." "Benar," kata Mr. Solomon. Aku melirik Zach, setengah
ber?harap ia memutar bola mata atau semacamnya, karena, se?
jujurnya, brush pass nggak lebih rumit daripada belajar menari
waltz dengan Madame Dabney. Kalau kau ingin teknisnya,
114 Isi-Croos my heart.indd 114
8/13/09 9:57:43 AM sama sekali nggak dibutuhkan teknologi untuk melakukan
brush pass; tapi itu penting, jika tidak, Mr. Solomon nggak
bakal membawa kami ke van hari itu. "Hal-hal kecil bisa ter?
lewat dari perhatian kalian, ladies and gentlemen. Padahal halhal kecil sangatlah penting."
"Anda benar sekali," Dr. Steve menimpali dari kursi depan.
"Seperti yang baru saja kukatakan pada Kepala Sekolah
Morgan tadi?" "Hanya ada kalian dan jalanan hari ini," kata Mr. Solomon,
meng?abaikan Dr. Steve. "Tes hari ini mungkin tidak membutuh?
kan teknologi, tapi ini seni pertukaran paling mendasar."
Mr. Solomon mengeluarkan kotak kecil dari bawah kursi?
nya, dan aku langsung mengenali kumpulan unit komunikasi
serta kamera-kamera mungil yang tersembunyi dalam pin dan
anting, penjepit dasi dan salib perak persis seperti yang kupakai
semester lalu. "Amati. Dengarkan," kata Mr. Solomon. "Berkomunikasi.
Per?hatikan." Kim Lee berjuang menjepitkan pin-bendera-Amerika-garismiring-kamera ke mantelnya, lalu Grant berkata, "Biar aku
saja," dan Kim mengerjapkan bulu mata serta mendesah pelan
(ya"betul-betul mendesah) saat Grant membantunya.
"Berpasanganlah," Solomon melanjutkan instruksinya saat
van berhenti. "Berbaurlah, dan ingat, kami akan mengamati."
Aku menatap Bex dan bergerak ke pintu, tapi sebelum aku
bisa menginjakkan kaki ke luar, Mr. Solomon berkata, "Oh
tidak, Miss Morgan. Menurutku kau sudah punya partner."
Seharusnya nggak sesulit itu"baik brush pass-nya, baik
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Mr. Solomon lewat unit
115 Isi-Croos my heart.indd 115
8/13/09 9:57:43 AM komunikasi kami pada jangka waktu yang teratur. Nggak satu
pun sulit. Tapi saat keluar dari van, aku tahu ini bakal jadi
salah satu tugas terberat yang pernah kudapatkan. Karena, per?
tama-tama, pada pukul sebelas pagi di hari Jumat, nggak
banyak lalu lintas pejalan kaki di alun-alun kota Roseville,
Virginia, padahal semua orang tahu lalu lintas pejalan kaki
adalah kunci saat kau mencoba memindahkan sesuatu di
antara dua agen secara rahasia.
Juga, terlepas dari matahari yang cerah serta langit yang tak
berawan, udara di luar masih cukup dingin, jadi aku punya dua
pilihan: memakai sarung tangan dan mengurangi kemampuanku
memegang koin, atau nggak memakai sarung tangan dan mem?
biarkan tanganku membeku.
Dan, tentu saja, fakta tak terbantahkan bahwa partnermu
sama dengan nyawamu saat melakukan operasi rahasia, padahal
pada saat itu partnerku Zach.
"Ayolah, Gallagher Girl," kata Zach waktu berjalan ke
alun-alun. "Ini bakal asyik."
Tapi kedengarannya nggak"sama sekali. Yang asyik itu
nonton film berturut-turut; yang asyik adalah bereksperimen
dengan empat belas jenis es krim dan menciptakan rasa buatan?
mu sendiri. Asyik bukanlah nongkrong di tempat aku bertemu,
berciuman, dan putus dengan cowok terbaik sedunia. Dan ber?
partisipasi dalam latihan rahasia dengan cowok lain yang sama
sekali nggak baik. Gazebonya masih berdiri di tengah taman. Bioskopnya ada
di belakangku, dan Abrams and Son Pharmacy"bisnis ke?
luarga Josh"berada persis di tempatnya berdiri selama tujuh
puluh tahun terakhir. Semua hal seharusnya terlihat berbeda
waktu kau kembali, tapi terlepas dari pemandangan teman116
Isi-Croos my heart.indd 116
8/13/09 9:57:44 AM teman sekelasku yang berjalan berdua-dua menyusuri trotoar,
segala?nya persis seperti yang kuingat. Bahkan tas-tas tangan
yang dipajang di etalase toko Anderson"s Accessories pun


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nggak ber?ubah; selama sedetik rasanya seakan dua bulan
terakhir ini nggak pernah terjadi.
"Jadi," kata Zach sambil meregangkan tubuh di tangga
gazebo, "sering ke sini?"
Batu yang lepas, tempat Josh dan aku menyembunyikan
pesan-pesan kami"peletakan surat pertamaku"hanya 30 cm
jauhnya, jadi aku mengangkat bahu dan berkata, "Dulu ya, tapi
wakil direktur CIA memaksaku berjanji untuk berhenti me?
lakukannya." Zach tertawa kecil sambil menyipitkan mata ke
arahku di bawah sinar matahari.
Dalam alat pendengarku, kudengar Mr. Solomon berkata,
"Oke, Miss Walters, giliranmu. Perhatikan pengamat-pengamat
kasual di sekitarmu, dan buat perpindahan itu cepat dan lan?
car." Kulihat Tina dan Eva berjalan berpapasan di sisi selatan
alun-alun; telapak tangan mereka bersentuhan selama seper?
sekian detik saat koin berpindah di antara mereka. "Bagus
sekali," kata Mr. Solomon.
Zach mendongak, menutup matanya, dan menikmati sinar
mata?hari seakan sudah biasa mengunjungi ke gazebo itu se?
panjang hidup?n?ya. "Jadi bagaimana denganmu?" tanyaku, begitu keheningannya
jadi terlalu canggung. "Persisnya di mana Institut Blackthorne?"
"Oh." Ia mengangkat alis. "Itu rahasia."
Aku nggak bisa menahan diri: aku jadi kesal. "Jadi kau bisa
tidur di balik dinding-dinding sekolahku, tapi aku bahkan
nggak boleh tahu di mana sekolahmu?"
117 Isi-Croos my heart.indd 117
8/13/09 9:57:44 AM Zach tertawa lagi, tapi kali ini berbeda, bukan mengejek
tapi tertawa lebih dalam, seakan aku berada di luar lelucon
yang nggak akan pernah bisa kupahami. "Percayalah padaku,
Gallagher Girl, kau nggak bakal mau tidur di sekolahku."
Oke, aku harus mengakui saat itu gen mata-mata dan naluri
ingin tahu remajaku hampir membuatku kewalahan.
Lewat unit komunikasiku, kudengar Mr. Solomon berkata,
"Dua pria bermain catur di sudut barat daya taman. Berapa
lang?kah lagi pria yang memakai topi hijau akan mencapai
skakmat, Miss Baxter?"
Bex menjawab "Enam" bahkan tanpa memperlambat lang?
kah selagi ia dan Grant berjalan menyusuri sisi seberang
jalan. "Apa maksudmu" Kenapa kau nggak bisa memberitahuku?"
"Pokoknya percayalah padaku, Gallagher Girl." Zach me?
luruskan tubuh di tangga gazebo, menumpukan sikunya di
lutut, dan benda yang lebih besar daripada sekeping koin tam?
paknya berpindah di antara kami saat ia menatapku. "Kau
percaya padaku?" Tiket bioskop yang robek dan pudar melayang di atas
rumput. Mr. Solomon berkata, "Miss Morrison, kau baru saja
me?lewati tiga mobil yang terparkir di Main Street; berapa
nomor plat mereka?" dan Mick menyebutkan jawabannya.
Tapi tatapan Zach nggak pernah meninggalkanku dan ku?
pikir pertanyaan darinya mungkin pertanyaan tersulit hari ini.
Di bayangan jendela apotek, kulihat Eva menjatuhkan koin
ke tas yang terbuka di kaki Courtney sementara, lewat unit
ko?munikasiku, Mr. Solomon mengingatkan, "Ada ATM di
belakangmu, Miss Alvarez. ATM berarti kamera. Lebih berhatihati, ladies."
118 Isi-Croos my heart.indd 118
8/13/09 9:57:45 AM Zach mengangguk dan berkata, "Solomon hebat." Seakan
hal itu nggak cukup jelas.
"Yeah. Memang."
"Mereka bilang kau juga hebat." Lalu, meskipun sudah
meng?ikuti beberapa latihan P&P yang sangat keras, kurasa saat
itu sehelai bulu saja bisa menjatuhkanku, karena A) Aku
nggak tahu siapa "mereka" atau bagaimana mereka men?
dapatkan informasi ini. Dan B) Bahkan jika intel itu bisa
dipercaya, aku nggak bermimpi Zachary Goode, dari semua
orang, bakal bilang begitu.
"Oke, Zach," kata Mr. Solomon. "Tanpa berbalik, beritahu
aku berapa jendela yang menghadap taman dari sisi barat."
"Empat belas." Zach nggak ragu sedikit pun. Tatapannya
nggak beralih dariku selama sedetik. Lalu ia berkata padaku,
"Mereka bilang kau seniman jalanan yang hebat."
Zach bersandar ke tangga lagi. "Kau tahu, mungkin bagus
juga kami yang mengikuti kalian di D.C. Kalau kau yang meng?
ikutiku, mungkin aku nggak bakal melihatmu."
Seharusnya itu pujian"aku tahu itu memang pujian. Bagai?
manapun, untuk mata-mata, mungkin nggak ada pujian yang
lebih tinggi daripada kata-kata Zach tadi. Tapi saat itu, waktu
aku berdiri di tempatku mengalami kencan pertamaku"ciuman
pertama?ku"aku nggak mendengar pujian Zach sebagai seorang
mata-mata; aku mendengarnya sebagai cewek. Dan untuk
cewek, men?dengar cowok seperti Zach Goode mengatakan
padamu bahwa ia nggak akan pernah melihatmu bukan pujian.
Sama sekali bukan. Aku seharusnya mengatakan sesuatu yang cerdas. Aku se?
harusnya membuat lelucon. Aku seharusnya melakukan apa
pun kecuali berbalik dan berjalan pergi dari gazebo, partnerku,
119 Isi-Croos my heart.indd 119
8/13/09 9:57:45 AM dan misiku. Bersama Grant, Bex berbelok ke trotoar dan ber?
jalan tepat ke arahku. Kurasakan Bex menabrakku, mendengar?
nya berkata "Maafkan aku" saat tangannya lewat dengan lem?
but di atas tanganku. "Operan yang bagus, Miss Baxter," kata Mr. Solomon saat
aku memegangi koin itu di telapak tanganku.
Aku berbelok ke jalan samping di ujung lain taman, me?
lewati apotek, dan berpikir sedetik tentang satu-satunya cowok
yang pernah melihatku"dulu"dan aku bertanya-tanya apakah
hidup hanyalah serangkaian brush pass"bahwa hal-hal akan
datang dan pergi. Lalu kudengar suara yang familier bertanya, "Cammie, kau?
kah itu?" Lalu aku sadar bahwa terkadang beberapa hal bisa kem?
bali. 120 Isi-Croos my heart.indd 120
8/13/09 9:57:45 AM t.c Bab Em pa t B e l a s osh. Josh berdiri di hadapanku. Josh berjalan mendekat. Josh
me?natapku, tersenyum padaku. "Hei, Cammie, kukira itu me?
mang kau." Nah, aku tahu aku masih baru dengan semua masalah
mantan pacar ini, tapi aku cukup yakin mantan pacar seharus?
nya nggak saling bicara. Bahkan, aku cukup yakin mantan
pacar seharusnya bersembunyi waktu mereka melihat satu sama
lain, dan menurutku itu betul-betul ide yang hebat, karena,
well, bersembunyi adalah keahlianku.
Tapi Josh sudah melihatku. Josh selalu melihatku.
"Cammie?" kata Josh lagi. "Kau baik-baik saja?"
Sejujurnya aku nggak tahu bagaimana harus menjawabnya,
karena, di satu sisi, Josh ada di sana"bicara padaku! Di sisi
lain, aku sudah putus dengannya. Dan bohong padanya. Dan
ter?akhir kali melihatnya, ia muncul dalam latihan Operasi
121 Isi-Croos my heart.indd 121
8/13/09 9:57:46 AM Rahasia-ku, mengemudikan mesin pengangkat barang me?
nembus dinding, dan ingatannya sudah dimodifikasi, jadi baikbaik saja bukan kata yang muncul di pikiran saat mendeskripsi?
kan bagaimana perasaanku saat itu.
Mata-mata hebat dalam mengerjakan beberapa hal sekali?
gus"kami mengamati dan kami memproses, kami mengkalku?
lasi dan kami berbohong, tapi aku nggak mengira bahwa me?
rasa begitu senang, takut, dan secara umum canggung pada
saat yang sama itu dimungkinkan, jadi aku berkata, "Hai,
Josh," dan mencoba menjaga suaraku tidak pecah.
"Kau sedang apa di sini?" tanya Josh, lalu melihat ke kedua
ujung jalanan sempit itu seakan ia sedang diikuti (dan itu,
kalau kau memikirkannya lagi, nggak terlalu mustahil).
"Oh, ini kegiatan" sekolah." Mendengar kata sekolah, Josh
mundur sedikit. Aku menunduk melihat seragam yang"sampai
saat itu"belum pernah dilihat Josh kupakai. "Jadi, bagaimana
kabarmu?" "Oke. Bagaimana denganmu?"
"Oke," kataku juga, karena, walaupun aku bisa saja mem?
beritahu Josh banyak hal dalam banyak bahasa berbeda, halhal yang paling ingin kukatakan adalah hal-hal yang nggak
akan kubiarkan"baik oleh sisi mata-mata maupun sisi cewek
dalam diriku"sampai didengar cowok ini.
"Jadi kita berdua oke," kata Josh. Ia memaksakan senyum.
"Bagus kalau begitu."
Oh astaga, bisa nggak momen ini jadi lebih canggung lagi,
pikirku"persis waktu" kau sudah menebaknya" momen itu
jadi jauh lebih canggung.
"Josh." Suara itu lembut dan familier. "Josh, ayahmu bilang
122 Isi-Croos my heart.indd 122
8/13/09 9:57:46 AM dia bisa"." Suara itu menghilang dan kulihat salah satu teman
terlama Josh melangkah keluar dari pintu samping apotek.
Rambut pirang pendek DeeDee berayun sedikit di tempat
rambut itu mencuat keluar dari bawah topi pink-nya. Yang
cocok dengan syal pink-nya. Dan sarung tangan pink-nya. Pink
betul-betul warna khas DeeDee. "Oh astaga, Cammie! Senang
sekali bertemu denganmu!" serunya.
Ia terdiam sejenak dan mengamati seragamku sesaat, seakan
ingat bahwa hampir semua yang kukatakan padanya semester
lalu adalah bohong. Lalu, terlepas dari segalanya, DeeDee me?
melukku. "Hai, DeeDee," kataku, memaksakan senyum. "Betul-betul"
senang" bertemu denganmu juga." Dan itu mungkin betul
seandainya saja aku nggak melihat sesuatu saat itu juga, yang
nggak ada hubungannya dengan masalah mata-mata dalam
latihan operasi rahasia, tapi sangat berhubungan dengan men?
jadi mantan pacar. DeeDee dan Josh berdiri terlalu tegak dan mencoba terlalu
keras untuk nggak bersentuhan. Mereka bertukar ekspresi panik
yang seakan meneriakkan, Kita ketahuan. Dan, Menurutmu dia
bakal tahu, nggak" Nggak perlu orang genius untuk melihat mereka bersamasama"dan tahu bahwa Josh dan DeeDee bukan lagi sekadar
teman. Mata-mata nggak berlatih supaya mereka selalu tahu harus
berpikir apa; kami berlatih supaya dalam saat-saat seperti ini
kami nggak perlu berpikir; supaya tubuh kami bekerja dengan
autopilot dan melakukan hal-hal yang benar untuk kami.
Mulutku tersenyum. Paru-paruku terus bernapas. Aku memper?
tahankan penyamaran, bahkan saat kudengar suara Mr.
123 Isi-Croos my heart.indd 123
8/13/09 9:57:47 AM Solomon di telingaku berkata, "Oke, Miss Morgan, ayo kita
lihat bagaimana kau melakukannya."
"Kami" maksudku" aku?" DeeDee cepat-cepat me?
ngoreksi, seakan mencoba menyembunyikan fakta bahwa dalam
beberapa minggu terakhir ia dan Josh sudah berganti status
jadi kami. "Aku bergabung dalam komite spring fling"itu acara
dansa" dan kau tahu" acaranya lumayan besar?" Ia me?
ngoceh, tidak stabil, dan itu cukup normal untuk orang-orang
yang melakukan penyamaran mendalam untuk pertama kalinya.
"Dan Josh membantuku meminta perusahaan-perusahaan
menyumbang door prize dan semacamnya. Untuk acara dansa
itu. Jumat malam minggu depan. Dan?"
DeeDee mungkin bakal terus mengoceh dan aku mungkin
bakal membiarkannya, tapi sebuah suara bergema di sepanjang
jalan sempit itu. "Cammie, di situ kau rupanya," kata Zach sambil
muncul dari belokan, berhenti mendadak, dan melihat dari Josh
ke DeeDee, dan akhirnya padaku. "Aku bertanya-tanya ke mana
kau menghilang," katanya. Lalu ia menoleh ke cowok di
sebelahku, mengulurkan tangannya dan berkata, "Aku Zach."
DeeDee menatap Zach, lalu kembali padaku dan menampak?
kan senyum khas-cewek-Amerika-nya seakan ini reuni paling
super yang pernah terjadi!
Tapi Josh nggak tersenyum. Ia memandangi aku dan Zach
dengan ekspresi sama yang yang dulu ditampakkannya saat
mengerjakan PR Kimia"seakan jawabannya persis di depan?
nya, tapi ia nggak bisa melihatnya.
"Zach," kataku begitu hasil latihan Budaya dan Asimilasi-ku
mun?cul, "ini DeeDee. Dan Josh. Mereka"." aku memulai se?
belum sadar aku nggak tahu bagaimana kalimat itu seharusnya
diakhiri. 124 Isi-Croos my heart.indd 124
8/13/09 9:57:47 AM

Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami teman-teman Cammie," kata DeeDee, menyelamat?
kanku. "Zach dan aku"." aku memulai, tapi lalu entah kenapa
nggak bisa menemukan kata-kata untuk menyelesaikannya.
"Aku bersekolah di sekolah yang sama dengan Cammie,"
kata Zach, dan sesaat aku kagum pada bagaimana lancarnya ia
ber?bohong, sebelum aku sadar itu sama sekali bukan kebohong?
an. "Betulkah?" DeeDee terlihat bingung. "Kupikir itu sekolah
khu?sus cewek?" "Sebenarnya, sekolahku melakukan pertukaran pelajar de?
ngan Gallagher semester ini."
Lalu (dan aku bersumpah aku nggak mengarang-ngarang)
Zach menyelipkan tangannya ke tanganku!
"Oh." Mata DeeDee melebar saat menatap Zach, lalu aku,
lalu tangan kami yang bergandengan. "Itu betul-betul hebat!"
Ia berseri-seri, dan karena DeeDee adalah cewek paling nggak
seperti mata-mata yang kukenal, tidak ada keraguan sedikit
pun ia bahagia untukku. Aku menatap Zach, mencoba melihatnya dari kacamata
DeeDee. Zach cukup tinggi, dan bahunya lebar. Kurasa kalau
kau terpaksa bertemu mantan pacarmu dan pacar barunya,
mung?kin penyamaran ini cukup baik. (Aku tahu, karena Mom
pernah menceritakan padaku tentang daerah Privolzhsky di
Rusia dan sebuah topi yang sangat tidak beruntung.) Tapi itu
nggak mengubah fakta bahwa aku akhirnya bisa bersama Josh
lagi, tapi Josh" sedang bersama DeeDee. Dan aku
menggandeng tangan cowok yang salah.
"Cam," kata Zach, dan aku sadar itu pertama kalinya ia
me??manggilku dengan nama"bukan Gallagher Girl. Kedengaran?
125 Isi-Croos my heart.indd 125
8/13/09 9:57:48 AM nya" well" berbeda. "Van-nya akan pergi sepuluh menit lagi."
Ia mengangguk pada Josh dan DeeDee. "Senang bertemu
kalian." "Kau juga," kata DeeDee, tapi Josh nggak mengeluarkan
suara saat kami mengamati Zach pergi. Dia sudah berbelok di
tikungan di sebelah binatu sebelum aku sadar bahwa koinnya
sudah ada di tangan Zach.
Walaupun aku sama sekali nggak ingin mengakuinya, secara
resmi Zach Goode memang luar biasa.
"Oh" well" aku akan membiarkan kalian kembali ke
rencana pesta kalian," kataku sambil melangkah menjauh.
"Kau boleh datang," seru Josh padaku. Aku berhenti.
"Jumat depan. Kau tahu, seluruh kota akan hadir. Kau boleh
datang kalau mau." "Dan ajak Zach," DeeDee cepat-cepat menambahkan.
"Kedengarannya menyenangkan," kataku, kecuali, kalau kau
tanya aku, pesta bersama Josh, DeeDee, dan Zach terdengar
seperti jenis penyiksaan yang sudah dilarang oleh Konvensi
Jenewa. Tapi tentu saja aku nggak bisa mengatakan itu. Tentu
saja aku harus tersenyum. Dan berbohong. Lagi.
PRO DAN KONTRA MENJADI MATA-MATA
YANG PATAH HATI: PRO: Setiap kali kau merasa ingin memukul seseorang, kau
bisa melakukannya. Sekeras yang kau mau. Dan mendapat
nilai. KONTRA: Orang yang kaupukul mungkin sekali balas me?
mukulmu. Lebih keras lagi. (Terutama kalau orang itu Bex.)
PRO: Dinding batu tinggi dan keamanan berteknologi
126 Isi-Croos my heart.indd 126
8/13/09 9:57:48 AM og mutakhir sangat mengurangi kemungkinan melihat mantan
pacar dan pacar barunya dalam situasi sosial yang sangat
canggung. KONTRA: Latihan tingkat tinggi berarti sekarang ingatan
fotografismu sudah bisa sangat diandalkan sehingga kau nggak
akan bisa melupakan pemandangan pasangan bahagia itu ber?
sama-sama. PRO: Kau sangat mampu memasukkan semua surat cinta
dan potongan tiket lamamu ke kantong sampah lalu menyem?
bunyikannya dengan amat sangat baik.
KONTRA: Menyadari bahwa, terlepas dari segalanya, kau
belum rela membakar kantong itu. Belum.
PRO: Tahu bahwa, nggak peduli apa pun operasinya, kau
selalu bisa mengandalkan teman-temanmu.
"Kita benci dia," Bex menyatakan malam itu saat kami ber?
empat berjalan ke bawah untuk makan malam.
"Nggak, guys, kita nggak membenci DeeDee," kataku.
"Tentu saja kau nggak bisa membencinya"itu berarti ber?
sikap picik," kata Liz dengan gaya seseorang yang sudah me?
mikirkan hal itu masak-masak. "Tapi kami bisa membenci?
nya." Kedengarannya itu hebat secara teori, kecuali" well"
DeeDee nggak mudah dibenci. Maksudku"dia jenis cewek
yang memberi titik pada huruf i-nya dengan gambar hati kecil
(aku tahu karena kami menemukan pesan darinya di tempat
sampah Josh semester lalu), dan dia memakai sarung tangan
pink serta mengundang mantan pacar pacarnya ke pesta, walau?
pun dia nggak perlu melakukan hal itu. DeeDee betul-betul
127 Isi-Croos my heart.indd 127
8/13/09 9:57:49 AM bukan cewek yang bisa dibenci. (Dan itulah fakta yang paling
kubenci.) Koridor-koridor sangat kosong. Aroma lezat melayang dari
Aula Besar saat Macey McHenry meletakkan satu tangan di
pegangan Tangga Utama, menoleh padaku, dan berkata, "Kita
bisa menyusup ke komputer Dinas Lalu Lintas dan memberikan
selusin tiket parkir yang belum dibayar pada cewek itu."
"Macey!" seruku.
"Itu mungkin membuatmu merasa lebih baik," katanya
rasional. "Itu jelas bakal membuatku merasa lebih baik."
Tapi menurutku apa pun nggak bisa membuatku merasa le?
bih baik saat itu, terutama waktu kami mencapai lantai
marmer selasar dan Bex bilang, "Kau bisa pergi ke pesta itu
dan menunjukkan pada Josh apa yang dia lewatkan."
Sungguh, pergi ke pesta itu adalah hal terakhir yang ku?
perlu?kan, karena A) Aku sudah berjanji nggak bakal menye?
linap keluar sekolah lagi. B) Kalau aku pergi, aku bakal harus
mengajak Zach (dan itu nggak bakal terjadi). Dan C) Nggak
ada baju dalam lemariku yang bisa berkompetisi dengan sarung
tangan pink dalam skala keimutan!
Aku baru bersiap menyatakan fakta-fakta sederhana ini
ketika aku betul-betul menyadari apa yang dikatakan Bex.
"Tunggu," kataku. "Kok kau bisa tahu tentang pestanya?"
"Cam," kata Bex pelan, "waktu itu kau masih mengaktifkan
unit komunikasi." Oh. Astaga. Seakan mengalami salah satu pembicaraan paling traumatis
dan mematahkan hati dalam kehidupan masa mudaku belum
cukup buruk"aku juga melakukannya dengan unit komunikasi
yang masih aktif! 128 Isi-Croos my heart.indd 128
8/13/09 9:57:49 AM Teman-teman sekelasku mendengar semuanya". Mr.
Solomon mendengar semuanya". Dr. Steve mendengar semua?
nya! Padahal itulah kesempatanku untuk membuktikan diri di
depan Blackthorne Boys, dan aku malah membeku. Aku,
Cammie si Bunglon, terlihat" oleh mantan pacarku" dan
pacar barunya" dan aku malah membeku.
Butuh ketiga teman sekelasku sekaligus untuk menyeretku
ke Aula Besar dan makan malam di sana. Aku hampir nggak
mampu tinggal sampai makanan penutup sebelum menyelinap
pergi. (Sungguh, nggak ada alasan untuk menyia-nyiakan cr?me
br?l?e yang sangat enak itu.)
Tapi kemudian aku menyadari diriku berjalan di koridorkoridor berdebu yang aku tahu jarang digunakan, melewati
ber?bagai jalan masuk ke jalan-jalan rahasia dan melawan goda?
an untuk menyelinap ke dalamnya, sampai akhirnya aku ber?
diri di sebuah koridor panjang yang kosong, menatap perma?
dani pohon keluarga Gallagher, ingin sekali masuk ke
balik?nya"masuk ke jalan rahasia favoritku sepanjang masa dan
menghilang. Dan mungkin itu memang akan kulakukan, kalau saja aku
nggak mendengar suara di belakangku.
"Kau tahu, kurasa aku belum mendapatkan sisa turku."
Zach. Zach berdiri di belakangku. Zach berada setengah
jalan di koridor, mengamatiku, dan aku nggak tahu apa yang
lebih menakutkan, bahwa aku begitu lengah sampai nggak
men?dengar kedatangan cowok itu atau bahwa dia begitu hebat
sampai aku nggak bisa mendengarnya.
"Jadi bagaimana menurutmu, Gallagher Girl?" Zach berjalan
ke arahku lalu mengaitkan satu jari ke balik permadani kuno
129 Isi-Croos my heart.indd 129
8/13/09 9:57:49 AM itu dan mengintip ke belakangnya. "Apakah ini saatnya aku
mendapatkan tur nggak-ada-jalan-yang-terlalu-rahasia, nggakada-dinding-yang-terlalu-tinggi khas Cammie Morgan?"
"Bagaimana kau tahu soal?"
Zach menunjuk diri sendiri dan berkata, "Mata-mata."
Zach memiringkan kepala dan menyandarkan bahu pada
dinding batu yang dingin, lalu tiba-tiba aku jadi sangat me?
nyadari fakta bahwa kami"
Sendirian. "Jadi," kata Zach, "itu tadi Jimmy?"
"Josh," aku mengoreksi.
"Terserahlah," kata Zach, mengabaikan detail itu. "Dia
cute." Dan" well" Josh memang cute, tapi aku sangat ragu Zach
mengatakannya dengan serius, jadi aku cuma memutar bola
mata. "Kau mau apa, Zach" Kalau kau datang untuk mengejek,
silakan," kataku, memberikan diri tanpa perlawanan. "Ayo,
ejek saja aku." Ia mengamatiku lama, wajahnya menahan senyum sebelum
bilang, "Wah, kau tahu, aku memang mau" tapi kau membuat?
nya jadi nggak asyik lagi."
"Sori." Aku melangkah cepat, tapi Zach menghalangi jalanku.
"Hei," bisiknya. "Kenapa kau membeku seperti itu hari ini?"
Tiba-tiba ia bukan cowok yang mengerling padaku di D.C.,
dan sama sekali nggak mirip dengan cowok yang berjemur di
tangga gazebo. Sejauh ini aku sudah melihat tiga wajah ber?
beda Zachary Goode, dan saat itu aku nggak tahu yang mana
sungguhan dan yang mana legenda.
"Aku baik-baik saja," kataku. "Aku sudah melupakannya."
130 Isi-Croos my heart.indd 130
8/13/09 9:57:50 AM "Nggak, kau belum melupakannya, Gallagher Girl. Tapi kau
akan melupakannya." Saat berjalan ke kantor Mom pada Minggu malam, aku nggak
bisa menahan diri untuk bertanya-tanya kapan semua ini bakal
jadi lebih mudah. Sekarang Josh bahkan bukan pacarku, tapi
hidupku masih dipenuhi drama yang berhubungan dengan
cowok. Bukankah aku menghabiskan sebagian besar libur
musim dinginku untuk mencoba melupakan semuanya" Tapi
itu sebelum aku tahu bahwa aku payah dalam melakukan
antipengintaian"bahwa drama itu bakal mengikutiku ke mana
pun aku pergi. Beberapa menit kemudian Mom muncul di ambang pintu
kantornya. "Apa kabar, kiddo?"
"Baik." Tapi salah satu sisi buruk mempunyai ibu yang berprofesi
sebagai agen pemerintah top adalah, seringnya, ia tahu waktu
kau bohong"bahkan saat kau bohong pada diri sendiri.
"Tidak," kata Mom. Kudengar bunyi klik saat pintu itu
terkunci. "Kau tidak baik-baik saja."
Aku bisa saja memberitahu Mom bahwa itu bukan masalah
besar; aku mungkin bisa memberitahunya bahwa aku sebaik
yang mungkin kurasakan, mengingat Eva Alvarez nyelonong
masuk ke kamar kami pukul enam pagi (hari Minggu) untuk
me?minjam alat pengeriting rambut milik Macey. Tapi Mom
lebih tahu, jadi aku cuma berjalan ke sofa kulit, tenggelam
dalam bantal-bantal empuknya, dan bilang, "Aku ketemu
Josh." Dan Mom berkata, "Aku tahu."
Tentu saja aku tahu Mom bakal tahu, karena"well, ia
131 Isi-Croos my heart.indd 131
8/13/09 9:57:50 AM mata-mata sekaligus kepala sekolahku, dan mungkin rekaman
seluruh kejadian itu tersebar di suatu tempat. (Catatan untuk
diri sendiri: temukan dan hancurkan kaset itu.) Tapi saat itu
Rachel Morgan menatapku bukan sebagai mata-mata, ia me?
lihatku sebagai ibu. Mungkin itulah sebabnya aku harus


Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-mata Cross My Heart And Hope To Spy Gallagher Girls 2 Karya Ally Carter di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpaling. Mom duduk di sofa di sebelahku. "Aku tahu kelihatannya
mungkin nggak seperti itu, tapi ini hal yang bagus, Cam. Ber?
temu dengannya adalah hal bagus."
Tapi rasanya nggak begitu.
"Teh yang kami berikan pada Josh cukup efektif, tapi ter?
kadang pemicu tertentu bisa membuat orang mengingat kem?
bali hal-hal yang perlu mereka lupakan. Josh sudah bertemu
denganmu. Dia sudah bicara padamu. Kita tahu bahwa dia
tidak ingat pernah mengikutimu dalam ujian akhir Operasi
Rahasia-mu. Dia tidak ingat datang kembali kemari dan men?
dapat debriefing. Akademi Gallagher hanya sekolah asrama elite
baginya," kata Mom. "Josh bukan lagi ancaman terhadap ke?
amanan kita." Jadi sekarang kami tahu Josh nggak akan pernah tahu yang
sebenarnya. Aku sudah pernah dipukul dengan keras, sering kali, oleh
orang-orang yang benar-benar bisa memukul, tapi sesuatu
dalam kata-kata Mom membuatku kehabisan napas. Aku tahu
itu sinting"aku berpikir bahwa suatu hari nanti Josh mungkin
memutuskan DeeDee si Manis, tiba-tiba ingat kebenaran ten?
tang?ku, dan tetap mencintaiku. Aku tahu itu mimpi yang
sinting. Tapi itu mimpiku. Dan sebagian diriku benci saat me?
lihat mimpi itu mati. "Aku tahu ini sulit, kiddo," kata Mom untuk terakhir kali?
132 Isi-Croos my heart.indd 132
8/13/09 9:57:51 AM nya. "Karena itulah kupikir kau mungkin perlu sesuatu untuk
mengalihkan pikiranmu." Lalu Mom meraih ke belakang meja
dan mengeluarkan kotak putih besar yang diikat pita biru yang
indah. Well, jelas aku pernah mendapat hadiah dari Mom"
hadiah-hadiah bagus (edisi pertama Petunjuk Mengenai Dunia
Bawah Tanah Moskow untuk Mata-Mata yang ditandatangani
sang pengarang dan sangat langka), tapi aku merasa hadiah ini
berbeda. Aku merasa seakan ada maksud di balik hadiah ini.
"Bukalah," kata Mom. "Kurasa itu pas."
Aku melepaskan pita itu dan membiarkannya jatuh ke
lantai, melepas tutup kotak, dan membuka lapisan-lapisan
kertas tisu. "Ini gaun," kataku, menyatakan hal yang sudah jelas"ke?
cuali itu bukan sekadar gaun. Gaun itu berwarna merah" dan
menyapu lantai" dan tanpa tali bahu! Aku tahu, ibu yang
normal biasa membelikan gaun tanpa tali bahu untuk anak
pe?rempuan normal mereka, digunakan dalam acara dansa,
prom, resital cello, atau semacamnya. Tapi terakhir kalinya
Mom memegang gaun seperti ini adalah saat ia bersiap-siap
menghadiri pesta Malam Tahun Baru di yacht milik pengedar
senjata dari Timur Tengah, jadi gaun ini terasa" berbeda.
"Cantik sekali," kataku.
Mom berjalan ke microwave untuk memasukkan beberapa
burrito beku. "Aku senang kau suka. Kupikir gaunnya akan ter?
lihat bagus saat kaupakai."
Yang, sejujurnya, agak kuragukan, tapi sepertinya itu bukan
saat yang tepat untuk mengatakannya.
"Mmm, Mom?" 133 Isi-Croos my heart.indd 133
8/13/09 9:57:51 AM "Aku juga merasa gaun itu akan berguna sekitar satu ming?
gu lagi." Aku duduk menatap kotak itu, berpikir bahwa apa pun
yang akan terjadi, itu besar. Itu penting. Dan untuk itu aku
ha?rus memakai busana formal.
134 Isi-Croos my heart.indd 134
8/13/09 9:57:51 AM t.c Bab L i ma B e l a s kademi Gallagher sudah mempersiapkanku dengan baik
untuk banyak hal, tapi nggak satu pun dari hal-hal itu ber?
warna merah. Atau tanpa tali bahu.
Mungkin Mom lupa bahwa aku cewek yang nggak dilihat
se?orang pun"si Bunglon"dan bunglon nggak mungkin ber?
jalan berkeliling dengan mengenakan gaun formal berpotongan
empire serta rok tipis panjang yang berkibar saat aku berputar.
Seakan Mom nggak tahu bahwa gaun ini lebih cocok untuk
cewek yang seharusnya kelihatan.
"Ada masalah, Gallagher Girl?" tanya Zach saat kami me?
ninggalkan kelas Negara-Negara Dunia keesokan paginya dan
mulai berjalan ke kelas Budaya dan Asimilasi. "Kau kelihat?
an" gugup." Well, dia juga bakal gugup kalau mendengar teori Bex, bah?
wa sekelompok teroris bakal mengambil alih prom dan kami
harus menyamar untuk menghentikan mereka, tapi jelas aku
135 Isi-Croos my heart.indd 135
8/13/09 9:57:52 AM nggak bisa bilang begitu. Dan dalam beberapa menit, sesudah
kami duduk di kursi-kursi Chippendale di kelas Budaya dan
Asimilasi, tak seorang pun bicara.
"Ujian untuk seluruh sekolah?" seru Madame Dabney
sambil berdiri di tengah ruangan. Cahaya lembut matahari pagi
bersinar di sekitarnya dan suaranya terdengar melayang seperti
mimpi sampai-sampai aku hampir berharap mendengar suara
harpa dimainkan sementara ia berjalan menyeberangi ruangan.
"Ooh, ladies," katanya, lalu cepat-cepat menambahkan, ?"and
gentlemen. Selama bertahun-tahun mengajar di institusi ini,
aku belum pernah mendapat kesempatan untuk merencanakan
pengalaman edukasional yang begitu menarik."
Liz membeku, Eva dan Tina mengalihkan pandangan
mereka dari lengan atas Grant yang kekar.
"Jumat malam ini, semua siswa dari kelas delapan hingga
dua belas akan diundang untuk menghadiri ujian formal."
Madame Dabney menunggu tepuk tangan, yang pasti sudah ia
harapkan, sambil berdiri. "Pesta dansa, ladies and gentlemen,"
jelas?nya waktu nggak seorang pun mulai bertepuk tangan.
"Akan diadakan pesta dansa!"
Tina terkesiap dan mata Liz melebar dengan cara yang
hanya bisa disebabkan oleh kombinasi ujian dan hak tinggi;
Jonas menelan ludah dengan susah payah dan wajahnya jadi
sama merahnya seperti gaun yang tergantung di lemariku"
gaun yang bakal harus kupakai" untuk mendapatkan nilai!
Pasti terjadi suatu kesalahan, pikirku. Seharusnya Bex-lah
yang menerima gaun itu dan aku seharusnya menerima
instruksi cara mengakses saluran air di Kedutaan Besar Rusia,
saluran air yang berdebu, kotor, dan penuh tikus atau semacam?
nya. 136 Isi-Croos my heart.indd 136
8/13/09 9:57:52 AM sp Tikus bisa kuatasi. Bra tanpa tali" Well, kau bisa bilang aku
Rahasia Kampung Garuda 10 Raja Naga 05 Kain Pusaka Setan Kebangkitan Roh Jahat 2

Cari Blog Ini