Ceritasilat Novel Online

Misteri Nyanyian Kobra 3

Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra Bagian 3


Jupiter mengernyit ketika terdengar lagi bunyi menggelegar dari jalan masuk ke rumah yang dikelilingi tembok tinggi itu, dan mimis kembali mendesing lewat di atasnya.
"Sekarang!" seru orang yang selama itu mencengkeram Jupiter, sambil melepaskan anak itu. Jupiter bergegas bangkit. Ia melihat seseorang lari cepat-cepat menuju ujung yang buntu dari Torrente Canyon Road. Orang itu menoleh sekilas.
"Lari!" seru orang itu.
Jupiter melesat ke arah yang berlawanan. Ia lari secepat kemampuan kakinya yang gemetar.
Mobil Ford yang dikemudikan Worthington diparkir di sudut persimpangan Sunset Boulevard dan jalan ngarai itu. Mesinnya tetap menyala. Pintu belakang dibuka, ketika Jupiter sampai di situ.
"Oke"" tanya Bob dari dalam kendaraan.
Jupiter bergegas masuk. "Berangkat!" serunya.
Worthington menjalankan mobilnya dengan gerakan mengejut, sampai Jupiter terpelanting ke lantai karenanya.
"Apa yang terjadi tadi"" tanya Allie, yang duduk di depan.
Jupiter menarik tubuhnya ke atas bangku.
"Tadi ada seseorang di luar pintu gerbang, dengan kumis besar. Rasanya kalian kenai tidak, orang seperti itu "
"Bentley""
"Ya, kurasa orang itu dia," kata Jupe. Aku bahkan hampir-hampir yakin! Dan aku kepingin bisa bicara dengan dia sekarang. Aku ingin mengucapkan terima kasih."
"Untuk apa"" tanya Allie.
"Jika tadi tidak ada Bentley, mungkin badanku kini sudah berlubang-lubang ditembus pelor. Teman Dr. Shaitan rupanya sudah tidak mau sabar lagi menghadapi remaja yang berani masuk tanpa diundang. Dan teman Dr. Shaitan itu menggenggam senapan buru berlaras ganda.
Bab 16 "URUSAN DENGAN BIBI PAT
""MEREKA berkecimpung di dalam ilmu gaib, tapi bukan yang asli," kata Bob dengan tegas.
Ia beserta kedua temannya berada di dalam Markas Trio Detektif. Mereka sedang melakukan peninjauan kembali terhadap peristiwa yang mereka saksikan malam sebelumnya. Bob menghadapi catatannya, tentang kasus kobra yang menyanyi. Kecuali itu pula beberapa jilid buku. Satu di antaranya berjudul Ilmu Gaib, Pengobatan Tradisional, dan Perdukunan, yang pernah mereka lihat di dalam apartemen tempat tinggal Bentley. Bob mengetuk-ngetukkan jari ke sampul buku itu.
"Orang-orang itu beraksi berdasarkan pengetahuan yang diambil dari buku, katanya. "Mungkin buku ini, tapi bisa juga buku lainnya, yang membahas tema ilmu gaib dan perdukunan. Isi buku-buku semacam ini boleh dibilang selalu serupa, baik yang membahas tentang ilmu hitam yang disebut voodoo di Kepulauan Karibia. atau tentang kejadian-kejadian di kalangan suku Aborigin di Australia. Semuanya bekerja dengan cara serupa. Tapi apa yang dilakukan orang-orang di Torrente Canyon, tidak mungkin bisa benar-benar terjadi."
"Karena korban mereka tidak percaya" tanya Jupiter Jones.
"Tepat! Karena yang menjadi korban, sebenarnya tidak percaya."
"Tolong kaujelaskan maksudmu," kata Pete.
"Soalnya gampang saja:" Bob mengangkat buku yang isinya tentang Ilmu gaib. Buku ini dikarang oleh Dr. Henry W. Barrister, seorang guru besar bidang antropologi di Universitas Ruxton. Ia mengadakan penelitian ke Afrika, ke Amerika Selatan, begitu pula ke Mexico dan Australia. Di tempat-tempat yang didatanginya, ia selalu "menjumpai kesamaan dalam kasus-kasus yang diteliti. Apabila seorang dukun hendak mengguna-guna seseorang, bermacam-macam cara yang bisa diterapkan olehnya. Jika menggunakan voodoo, ia menusuk-nusuk sebuah boneka dengan jarum. Di Mexico, dukun masuk ke sebuah gua gelap, lalu menyalakan lilin-lilin di situ sambil mengucapkan berbagai mantra. Setelah itu dipotongnya seutas benang. Benang itu lambang umur si korban. Jadi dukun memutuskan tali umur si korban. Dan begitu orang itu mendengar bahwa nyawanya dipotong, ia langsung jatuh sakit, lalu mati.
"Aku masih saja belum mengerti," kata Pete.
"Korban yang diguna-gunai, percaya akan kekuatan dukun," kata Jupiter menyela. Setelah tahu bahwa ia menjadi sasaran ilmu hitam. Ia percaya bahwa ia akan mati karenanya. Kepercayaan itu menyebabkan ia akhirnya benar-benar mati."
"Maksudmu, kita bisa celaka jika percaya pada hal-hal begitu"" Wajah Pete nampak agak pucat.
Ya, jika kepercayaanmu cukup tebal," kata Bob. Tangannya kembali mengetuk-ngetuk buku karangan guru besar antropologi itu. Penulis buku ini pernah melihat orang jatuh sakit lalu mati ketakutan karena ada yang mengguna-gunai dirinya.
"Kalau begitu Ariel dan Shaitan melakukan hal yang sama," kata pete, "cuma bedanya, mereka memakai ular. Ular diserahkan - dan peng! - penerima ular itu mengalami kesulitan besar, kalau tidak bahkan bencana."
"Memang itulah yang terjadi," kata Jupe sependapat. Tapi seperti sudah dikatakan oleh Bob tadi, yang terjadi tidak mungkin ilmu gaib. Para korban yang menjadi sasaran tidak percaya. Margaret Compton tidak takut pada kobra yang diserahkan. Baginya, itu cuma gelang berbentuk aneh saja. Bibi Pat yang percaya kecelakaan itu terjadi karena kobra itu diserahkan pada Mrs. Compton. Karenanya ia merasa bersalah ia ketakutan. Reaksi itu wajar karena bibi Allie itu tidak berwatak dengki. Ia sama sekali tidak mengira akan terjadi hal yang begitu parah. - Tapi kita tentu saja tahu, kecelakaan itu sebenarnya bukan kecelakaan. Laki-laki yang menamakan dirinya Dr. Shaitan menyuruh seseorang bernama Ellis untuk membuat salah satu roda mobil Mrs. Compton "terlepas saat sedang berjalan. Aku mendengar soal itu kemarin malam"
"Dan kini Shaitan beserta kawannya sedang sibuk mencari-cari siasat untuk menyingkirkan saingan Noxworth," kata Bob dengan nada murung.
Jupiter mengusap-usap keningnya.
"Yang akan dijadikan korban, pemilik toko yang di seberang jalan," katanya. Begitulah kata Max. Toko di seberang jalan itu lebih banyak langganannya, dibandingkan dengan toko milik Noxwarth."
"Toko makanan sedap-sedapan juga"" kata Pete. Itu kan edan!"
"Bagi kita memang begi
tu," kata Jupiter sependapat. Tapi jangan lupa, apa yang diingini oleh Miss Osborne! Ia menginginkan bola kristal peninggalan Ramon Castillo. Miss Enderby memohon bantuan kobra, karena bertengkar dengan pemilik tempat tinggalnya. Soal-soal sepele semacam begitu bisa membangkitkan gejolak perasaan. Dan belum lagi keinginan berkuasa. Begitulah kata Shaitan. Orang-orang itu menginginkan kekuasaan. Sedang Shaitan menginginkan harta. Aku ingin tahu - apa yang dikehendaki oleh Bentley. Orang itu merupakan tanda tanya besar bagiku. Ia datang untuk bekerja selaku pelayan, lalu menghilang ketika minatnya terhadap ilmu gaib, serta pada persekutuan itu ketahuan. Apakah sebetulnya yang diminati olehnya""
"Mungkin juga uang, kata Bob. Mungkin dia itu pemeras. Tapi pokoknya, kau harus bersyukur. Ia menyelamatkan dirimu, sehingga tidak berlubang-lubang ditembus mimis.
"Aku memang harus berterima kasih padanya. Ia mestinya melihat bahwa Max muncul membawa senapan. Seketika itu juga aku ditubruknya sehingga lepas dari bidikan. Bukan itu saja - ia juga menahan agar aku tetap tidak bisa berdiri, sampai Max sudah menembakkan isi laras yang kedua.
"Jadi Bentley masih tetap merupakan misteri bagi kita," kata Bob. Tapi sementara ini kita sudah berhasil menyingkap selubung teka-teki yang menutupi Persekutuan Lingkar Bawah. Mereka itu kawanan penipu, yang memeras orang-orang yang percaya pada takhyul - seperti Miss Pat Osborne. Sekarang bagaimana tindakan kita ""
"Kita laporkan pada polisi"" kata Pete mengajukan usul.
"Akan percayakah mereka"" tanya Jupe dengan tenang.
"Tapi Mrs. Compton kan sampai cedera sebagai akibat ulah mereka," kata Pete berkeras.
"Karena kecelakaan. Salah satu roda mobilnya terlepas. Siapa bisa mengatakan dengan pasti, apa yang menyebabkan hal itu sampai terjadi" Jika dilakukan dengan cukup cerdik, takkan mungkin bisa dibuktikan. Dan katakanlah, kita berhasil mendesak polisi agar mereka menggerebek rumah yang di Torrente Canyon - lalu apa yang akan mereka jumpai di sana" Dua orang laki-laki, dan sejumlah lilin berwarna hitam. Tidak, kita tidak bisa melapor pada polisi. Setidak-tidaknya, saat ini belum bisa. Kita masih memerlukan bukti-bukti untuk memperkuat laporan kita.
"Bagaimana dengan Ariel"" kata Bob. Sudah jelas, Bibi Pat mengalami penekanan oleh orang itu.
"Ariel takkan mau mengaku, sedang Bibi Pat takkan mau menjadi saksi - biarpun diminta," kata Jupiter. Ia takut sekali pada Ariel. Apa pun yang diminta Persekutuan itu dari dirinya, lambat laun pasti akan diberikannya juga. Ia tidak berani membangkang."
"Kita semua bisa menerka, apa yang mereka ingini. kata Pete.
Jupiter mengangguk. "Ya, sesuatu yang sulit dijual karena besar risikonya, kecuali jika diketahui saluran yang bisa diandalkan!" katanya. Bukan uang yang mereka inginkan dari Miss Osborne. Uangnya tidak begitu banyak. Mereka mengincar kalung Ratu Eugenie."
" - yang aman tersimpan di dalam lemari besi, di toko permata," kata Bob.
"Jupe! Jupiter! Di mana kau"" Seruan itu terdengar lewat lubang angin karavan. Jupiter Jones!"
Jupiter bergegas bangun. "Itu suara Allie!"
Pete cepat-cepat membuka pintu tingkap Lorong Dua. "Kita tidak bisa tenang, selama anak itu ada," katanya.
"Bob dan Jupe menyusulnya ke luar lewat Lorong Dua, lalu lari menuju ke bagian depan pekarangan. Allie ada di situ, di dekat bedeng yang dijadikan kantor. Gadis itu kelihatannya seperti mau menangis. Pipinya yang sebelah nampak merah.
"Dr. Shaitan!" katanya. Ia ada di rumah!"
Pete bersiul pelan. "Itu perbuatannya"" tanyanya.
"Berbuat apa"" tanya Allie.
"Itu - mukamu! Kelihatannya seperti kena tempeleng.
Allie menyibakkan rambutnya ke belakang dengan kedua tangannya.
"Bibi Pat," katanya dengan singkat.
"Ah, yang benar! Kau ditempeleng bibimu""
"Bukan maksudnya menyakiti aku," kata Allie cepat-cepat. Soalnya, ia ketakutan sewaktu melihat ada mobil besar berhenti di depan rumah. Di dalamnya ada orang yang mengaku bernama Shaitan itu, lengkap dengan jubah hitam, selubung kepala - pokoknya berdandan lengkap seperti waktu itu. Manusia menyeramkan yang satu lag
i - yang tinggal serumah - berpakaian sopir. Bibi Pat menyuruhku ke luar. Aku tidak mau. Karena itu aku ditempeleng, lalu didorongnya ke luar lewat pintu belakang, tepat saat bel pintu depan berbunyi. Lalu Bibi mengunci pintu. Allie tertawa sekejap. Tak kusangka ia sanggup melakukannya.
"Sekarang kita melapor pada polisi!" kata Pete.
"Tidak, jangan! Bibi seorang diri di rumah, dengan orang-orang itu. Nanti ia diapa-apakan oleh mereka!"
"Kalau begitu, kita ke rumahmu," kata Jupe. "Cepat!"
Mereka berlari menuju rumah keluarga Jamison. Tapi setiba di sana, mereka hanya masih sempat melihat sebuah mobil hitam berangkat. Pengemudinya orang yang bernama Max, sedang Ariel duduk di sampingnya. Shaitan duduk di belakang, lengkap dengan jubah dan selubung kepala berwarna hitam.
Pintu depan rumah Allie tidak terkunci. Allie bergegas masuk. Pintu dipentangnya dengan buru-buru, sehingga membentur dinding.
"Bibi Pat!" seru gadis itu memanggil.
Miss Osborne ada di ruang duduk
"Allie" Maaf, Allie - aku tadi tidak sengaja menempeleng.
Allie lari menghampiri bibinya.
"Bibi tidak apa-apa""
"Ya, aku baik-baik saja. Setetes air mata membasahi pipi Miss Osborne, lalu menggantung di dagunya tanpa diacuhkan. Mr. Ariel dan... dan...
"Dr. Shaitan"" tanya Jupiter Jones.
Miss Osborne meraba-raba dengan tangannya, menyentuh sebuah kursi, lalu duduk di situ.
"Apakah mereka meminta kalung itu"" tanya Jupiter. Lalu Anda berikan imitasinya""
Miss Osborne menatapnya, lalu memandang ketiga remaja yang lain.
""Kalian tahu""
"Sudah sejak beberapa waktu kami tahu bahwa kalung itu ada tiruannya. Kami berhasil menebak bahwa Shaitan pasti mengingini kalung intan peninggalan Ratu Eugenie, dan itu sebabnya kenapa Hugo Ariel datang lalu tinggal di rumah ini. Apakah mereka mengancam Anda, Miss Ossborne ""
Wanita itu menangis. "Mereka mengatakan bahwa aku harus memberi upeti. Seram! Mengerikan!" Diambilnya sapu tangan dari kantung gaunnya, lalu disapukannya ke matanya. Setelah itu ia membersihkan hidung dengan bunyi yang nyaring.
"Tapi mereka kutipu," katanya dengan nada bangga. Aku pura-pura mencoba mengulur waktu. Kusengaja bersikap begitu rupa, sehingga mereka terpaksa bersabar. Hebat, kan" Karena kalung yang kemudian kuserahkan, sebenarnya cuma barang tiruan saja. Kalung yang asli tetap aman!"
"Dalam lemari besi toko permata"" tanya Jupe.
"Di toko permata" Tidak - bukan di sana. Kalung yang asli ikut diantar kemari, bersama tiruannya. Tapi dimasukkan ke dalam kantung. Dalam sebuah kantung yang biasa saja, dari kertas. Aku mengantunginya, lalu kusembunyikan."
Allie mendesah. "Jadi masih ada di sini""
"Tentu saja masih di sini. Mau ditaruh di mana lagi" Tapi pokoknya perhiasan itu aman. Takkan "ada yang bisa menemukannya. Aku takkan bisa dipaksa membuka mulut mengenainya. Bahkan padamu pun, takkan kubilang di mana."
Allie berlutut di sisi bibinya.
"Baiklah, Bibi Pat - aku juga tidak perlu diberi tahu. Tapi kita harus melaporkan kejadian ini pada polisi. Gadis itu berbicara dengan lembut.
"Tidak!" "Sekarang kita sudah punya bukti," kata Jupiter. "Perbuatan mereka terhadap Anda, merupakan tindakan pemerasan. Anda harus berbicara dengan Chief Reynold, untuk melaporkan perbuatan mereka itu."
"Tidak!" "Miss Osborne," kata Jupiter menyabarkan diri. "Orang-orang yang tadi itu berbahaya, dan mereka belum selesai dengan aksi mereka di Los Angeles. Mungkin ada orang tak bersalah akan mengalami apa-apa nanti, jika Anda tetap berkeras tidak mau ke polisi untuk melaporkan mereka."
"Sudah ada orang tak bersalah yang menjadi korban dan itu terjadi karena kesalahanku. Aku tidak bisa! Tidak mau! Kalian tidak tahu, apa yang kalian tuntut dariku! Kalian tidak menyadari akibatnya!"
"Baiklah, Miss Osborne," kata Jupiter. Tapi coba renungkan hal ini, bagaimana jika Dr. Shaitan nanti tahu bahwa kalung yang diterimanya itu cuma imitasi belaka" Karena ia lambat laun pasti akan mengetahuinya juga!"
"Pat Osborne membisu.
"Renungkanlah, Miss Osborne," kata Jupe lagi, "dan jangan terlalu lama menunggu.
Bab 17 PETE MENYAMPAIKAN PERINGATAN
"AK HIRNYA Trio Detektif pergi meninggalkan Miss Osborne yang masih duduk dalam keadaan bingung di ruang duduk.
"Wanita itu benar-benar dungu!" tukas Pete.
"Ya, betul!" kata Bob menimpali. Dan kita tidak bisa berbuat apa-apa jika ia tidak mau melapor pada polisi."
"Ada satu hal yang bisa kita kerjakan," kata Jupiter. Kita tahu apa yang hendak dilakukan Shaitan. Ia hendak menyingkirkan toko makanan yang berseberangan jalan dengan toko Noxworth. Sebaiknya kita peringatkan pemilik toko itu. Ia orang berikut, yang akan menerima kiriman kobra."
"Tapi akan maukah ia mempercayai kita"" tanya Bob.
"Kemungkinan tidak." kata Jupiter. Tapi kita bisa memberikan kartu nama kita padanya. serta minta padanya agar kita dihubungi, jika tiba-tiba muncul kobra dalam wujud apa pun juga. Jika kobra benar-benar disampaikan padanya, rasa ingin tahu pasti timbul pada dirinya. Kurasa saat itu ia akan menghubungi kita."
"Ketiga remaja itu sampai di Jones Salvage Yard, dan langsung masuk ke kantor. Jupiter mengambil buku telepon kota Los Angeles, lalu mencari-cari sebentar.
"Noxworth rupanya memiliki semacam toko serba ada kecil-kecilan. Namanya, Noxworth' s Mini Market, dan letaknya di pojokan Beverly dan 3th Street," katanya.
"Tak mungkin ada dua toko senama," kata Bob. "Bagaimana - kita minta Worthington mengantarkan kita ke sana""
Jupiter berpikir sebentar.
"Kurasa kita jangan terlalu sering minta tolong pada Worthington. Lama-lama kan capek juga orang itu! Tidak - kita naik bis saja ke Los Angeles. Begitu toko Noxworth sudah kita lihat, dengan gampang akan kita ketahui letak toko saingannya. Tapi kurasa kita jangan beramai-ramai ke sana. Soalnya, jika Shaitan muncul lagi di rumah Allie, anak itu pasti akan menelepon kemari. Aku ingin ada di sini, jika ia menelepon."
Bob menyandarkan diri ke lemari arsip.
"Aku juga ingin ada di sini," katanya.
"Baiklah - kalau begitu aku saja yang pergi," kata Pete. Tapi jika Allie nanti menelepon, kalian sebaiknya cepat-cepat saja menghubungi Chief Reynolds, serta kantor polisi Rocky Beach. Siapa tahu tindakan apa yang akan dilakukan bandit-bandit itu, jika menyadari bahwa kalung yang ada pada mereka ternyata cuma imitasi saja."
Setelah itu Pete menuju ke jalan raya, untuk pergi dengan bis ke Santa Monica. Di situ ia pindah ke bis yang menuju ke Los Angeles. Dan menjelang tengah hari, ia sudah berdiri di pojok jalan yang dituju.
Dengan segera Pete sudah melihat Noxworth's Mini Market. Letaknya persis di seberang halte. Pete langsung menarik kesimpulan, bahwa wujud toko itu sebanding dengan penampilan pemiliknya. Jendela-jendelanya nampak sudah perlu sekali dicuci - serupa seperti baju dalam Mr. Noxworth. Lembaran koran-koran lama berserakan di tempat parkir, dan kelihatannya ada yang menjatuhkan botol limun di dekat pintu. Beling berwarna hijau tersebar di situ, tanpa ada yang mempedulikan.
Pete mengamat-amati sisi jalan tempat ia berada. Blok bangunan di situ ditempati suatu tempat reparasi televisi, yang berdampingan dengan sebuah toko makanan. Tulisan krom mengkilat yang terpasang di tembok memberi tahu bahwa H. Hendricks menyediakan makanan untuk para pesantap sedap. Di dalam toko nampak seorang laki-laki bertubuh besar dan berambut ikal berwarna coklat tua. Orang itu sedang menyendokkan selada kentang ke dalam sebuah kotak, sementara seorang wanita bertubuh montok sedang asyik meneliti daftar belanjaan yang ada di tangannya. Meja pelayanan berlapis formika nampak putih bersih dan rapi. Selain tempat penjualan makanan H. Hendricks itu, tidak nampak toko lainnya yang sejenis di sekitar situ.
"Pete merasa bahwa pasti itulah saingan toko Noxworth. Ia menunggu di luar, sampai wanita montok tadi pergi. Kemudian ia masuk.
"Mr. Hendricks"" kata Pete.
"Ya"" jawab orang yang berdiri di batik meja pelayanan.
"Anda Mr. Hendricks"" tanya Pete. Maksud saya, Anda pemilik toko ini""
Laki-laki itu memperhatikan Pete. Pete melihat bahwa orang itu bertubuh kekar. Rambutnya sama sekali belum menampakkan uban, sedang matanya yang coklat menatap dengan sikap tegas. Pendek kata, Mr. Hendricks kelihatannya
pasti mampu membela diri.
"Kau perlu pekerjaan, Nak"" tanya Mr. Hendricks. Aku baru saja minggu lalu menerima seorang anak sebagai pesuruh, tapi jika..."
"Saya bukan mencari kerja," kata Pete. Saya hanya perlu memastikan dulu, bahwa Anda pemilik toko ini."
"Kau pemilih dalam menentukan ke mana kau hendak menjual asinanmu" - Tapi baiklah, aku ini yang bernama Hendricks, dan aku pemilik toko ini. Sekarang, ada perlu apa""
"Saya datang ini untuk menyampaikan peringatan pada Anda Mr. Hendricks. Saya tahu, kedengarannya memang aneh - tapi Anda akan mengalami sesuatu yang tidak enak. Apa tepatnya saya juga tidak tahu - tapi pokoknya, takkan menyenangkan.
Pete menyodorkan selembar kartu nama Trio Detektif ke atas meja, lalu menuliskan nomor telepon yang ada di markas. Setelah berpikir sejenak, ditambahkannya nomor telepon Jones Salvage Yard
"Jika Anda melihat ular -" kata Pete.
"Akan kutelepon kebun binatang," kata Hendricks memotong.
"Bukan ular yang begitu, maksud saya," kata Pete. Ular itu bukan yang benar. Kemungkinannya berwujud patung, atau peniti - pokoknya. yang begitulah! Ular itu seekor kobra. Jika ada orang datang menyampaikan suatu wujud kobra, harap Anda menelepon ke salah satu nomor yang saya tuliskan di sini. Jika pada yang satu tidak ada yang mengangkat, pada yang satu lagi pasti ada orang."
Hendricks membiarkan kartu nama itu tergeletak di atas mejanya. Dari wajahnya nampak bahwa ia mengira Pete hendak menceritakan sesuatu yang lucu.
"Kami rasa kami akan bisa membantu Anda," kata Pete cepat-cepat. "Urusannya sangat serius. Ada orang hendak mencelakakan Anda. Jika Anda kapan-kapan melihat ular, ketahuilah bahwa setelah itu akan terjadi sesuatu yang tidak enak. Jika Anda bersedia bekerja sama dengan kami, kita nanti akan -"
"Keluar," kata Hendricks.
"Kami hanya ingin menolong, Mr. Hendricks."
"Keluar, kataku!" Tatapan mata Mr. Hendricks menajam.
""Jika Anda nanti melihat ular, mungkin Anda mau berubah pikiran," kata Pete.
Hendricks bergerak dengan sikap mengancam, sehingga Pete terpaksa cepat-cepat lari ke pintu.
"Anda bisa kapan saja menelepon kami," serunya dari pintu.
"Pergi!" teriak Mr. Hendricks.
Pete lari ke luar. Ketika sudah duduk di dalam bis yang membawanya kembali ke Rocky Beach. ia berpikir-pikir. Ia merasa tidak puas, karena menganggap dirinya sama sekali tidak berhasil. Menurut perasaannya. Jupiter pasti akan bisa menanggulangi tugas itu dengan lebih baik. Jupe memang pandai meyakinkan orang, kata Pete dalam hati.
Ketika ia tiba di Jones Salvage Yard. hari sudah menjelang sore. Bob dan Jupe ada di situ. Bob sedang memperhatikan Jupe, yang sibuk dengan selang air, mencuci sebuah jam matahari yang baru dibeli Paman Titus.
"Saingan Noxworth bernama Hendricks," kata Pete. Orangnya tangguh.
"Kau sudah menyampaikan peringatan padanya"" tanya Bob.
"Ya, sudah - dan aku juga meninggalkan kartu nama kita, yang kulengkapi dengan nomor telepon perusahaan, serta pesawat yang ada di markas kita. Tapi aku malah diusirnya."
"Ia tidak mau percaya." Jupiter menutup keran air. Itu memang sudah kita sangka. Tapi jika nanti ada benda berwujud ular disampaikan padanya, kemungkinannya ia akan menelepon kita."
"Kurasa kita sebaiknya jangan menunggu sampai ditelepon," kata Bob. Sekarang saja kita pergi ke polisi! Bagaimana kita bisa melindungi orang yang tidak mau percaya pada kita""
Jupiter menoleh ke arah gerbang masuk ke perusahaan. Sebuah mobil patroli polisi masuk, dikemudikan oleh Chief Reynolds.
"Kelihatannya kita tidak perlu lagi ke polisi," kata Jupe, "karena sudah ada yang datang."
Kepala polisi Rocky Beach turun dari kendaraannya, lalu menghampiri anak-anak dengan sikap capek bercampur kesal.
"Coba kalian katakan padaku, apa lagi yang kalian kerjakan sekarang"" tanyanya.
"Ada yang mengadu tentang kami"" tanya Jupiter.
"Aku baru saja ditelepon polisi kota Los Angeles, dari bagian yang menangani urusan remaja. Mereka menanyakan apakah aku kenal dengan kalian - dan itu terpaksa kuakui." Chief Reynolds menuding Pete. Kau tadi mendatangi seorang pemilik toko di sana, yang bernama Hen
dricks," katanya dengan nada menuduh.
Pete langsung gugup. "Kau meninggalkan kartu nama kalian, yang dilengkapi dengan nomor telepon tempat ini," sambung kepala polisi itu. Itu sebabnya mereka meneleponku. Mereka beranggapan bahwa kau hendak mencoba memeras Mr. Hendricks."
""Memeras"" seru Pete kaget. Saya sama sekali tidak berbuat begitu. Saya malah hendak memberi peringatan, agar ia berjaga-jaga."
"Tapi tidak begitu tanggapan Hendricks. Ia mengatakan, ucapanmu lebih mengarah pada ancaman. Coba kaujelaskan!"
"Dengan senang hati!" kata Jupiter dengan cepat
"Baiklah, akan kudengarkan," kata Chief Reynolds.
Jupiter merasa bahwa mereka tidak boleh menyebut-nyebut nama Allie serta bibinya karena pertimbangan etika profesi selaku penyelidik - tapi di samping itu, segala-galanya dituturkan pada kepala polisi itu. Ia bercerita tentang ditemukannya sebuah rumah yang misterius di Torrente Canyon, serta ilmu gaib aneh yang dipraktekkan di sana. Ia berterus terang, bahwa mereka masuk ke rumah itu secara sembunyi-sembunyi. Diceritakannya percakapan yang didengarnya, antara Shaitan dengan pembantunya.
"Kami beranggapan bahwa keselamatan Mr. Hendricks saat ini terancam," katanya mengakhiri penuturan. Jika kekuatan kobra yang menyanyi dikerahkan -"
Chief Reynolds mengangkat tangannya. "Cukup! Jangan ikut-ikut terpengaruh. Los Angeles memang penuh dengan manusia aneh yang membakar lilin sambil menyanyi-nyanyi memuja bulan. Jika polisi menangkap semua orang yang merasa mempunyai hubungan langsung dengan alam gaib, tempat tahanan pasti akan penuh sesak! - Tapi baiklah, akan kujelaskan
pada polisi di sana tentang kalian bertiga, walau itu takkan merupakan tugas gampang. Tapi ada satu permintaanku. Jangan suka ke rumah orang tanpa izin, karena nanti tahu-tahu kalian sudah berlubang-lubang ditembus mimis."
Ketika kepala polisi Rocky Beach itu sudah pergi,
Pete berkata dengan nada mengecam pada Jupiter, "Kau tadi seharusnya bercerita juga, tentang Miss Osborne, serta kalung itu."
"Tidak bisa," kata Jupiter. Allie klien kita, dan karenanya harus kita lindungi. Sedang tentang Miss Osborne - ia pasti akan memungkiri segala-galanya.
Saat itu terdengar bunyi pesawat telepon berdering, di kantor perusahaan. Jupiter bergegas masuk, untuk menerima. Dalam beberapa detik saja ia sudah muncul lagi.
"Itu tadi Allie," katanya. Kekuatan kobra menyanyi sudah dikerahkan - tapi terhadap bibinya! Baru saja ada wujud kobra diantar ke rumahnya!"
Bab 18 ANCAMAN KOBRA "ALLIE nampak menunggu di ambang pintu, ketika Jupiter tiba di rumah keluarga Jamison bersama kedua rekannya. Gadis itu memegang kobra yang baru diantarkan. Benda itu tidak berwujud perhiasan, seperti yang dikirimkan pada Margaret Compton, melainkan sebuah patung setinggi lima belas senti, yang disepuh keemasan. Tubuh ular itu dibentuk melingkar-lingkar, sedang kepalanya yang bertudung tegak di atasnya. Matanya yang merah nampak berkilau, ketika Allie mengangkatnya untuk diperlihatkan pada Trio Detektif.
"Siapa yang mengantarkannya"" tanya Jupiter. Allie mengajak mereka masuk ke ruang duduk. Sesampai di situ, diletakkannya patung kobra di atas meja kecil tempat menghidangkan kopi.
"Tidak tahu," katanya menjawab pertanyaan Jupiter yang tadi. Aku hanya tahu bahwa ada orang membunyikan bel lalu pergi lagi, dengan meninggalkan kotak di serambi depan."
"Kurasa itu juga tidak penting," kata Pete.
"Yah, memang! Yang penting adalah bahwa Bibi Pat menduluiku, mengambil kotak itu. Sebelum membukanya pun, badannya sudah gemetar. Ia tahu apa isinya."
"Lalu"" tanya Bob.
"Ia melihat ular yang ada di dalamnya, lalu membaca kartu yang menyertai."
Jupiter menekuri kartu berwarna putih yang terletak di atas meja.
"Belial akan mengambil haknya. Jiwa lebih berharga daripada intan-berlian," katanya sambil membaca.
"Tulisannya besar-besar - biar Bibi Pat langsung menangkap makna yang terkandung," kata Allie.
"Dan ia mengerti"" tanya Bob.
"Yang jelas, Bibi langsung jatuh pingsan. Baru sekali ini aku melihat orang jatuh pingsan. Aku bingung jadinya. Tapi kemudian Bibi Pat membuka matanya
kembali, lalu mengerang. Kubimbing dia ke atas, lalu kubaringkan di tempat tidur."
"Maukah ia bicara dengan polisi sekarang"" tanya Bob.
"Tidak! Tadi kukatakan padanya, bahwa ia harus melakukannya. Kataku, kita sekarang punya bukti nyata - kotak pembungkus, kartu ancaman, dan lain-lainnya. Tapi ia mengatakan, semuanya akan percuma saja. Katanya mungkin akan sudah terlambat, dan satu-satunya yang mungkin masih bisa menolong ialah apabila kalung yang asli diserahkan pada Shaitan."
Jupiter kaget mendengarnya.
"Ia kan tidak berniat melakukannya""
"Tidak bisa," kata Allie. Kalung itu tidak ada lagi di tempat semula, karena sudah kutemukan."
Anak-anak memandang Allie dengan sikap menunggu.
"Beberapa waktu yang lalu, kami melihat sebuah film di televisi," kata Allie menjelaskan. Kisahnya tentang spionase, dan wanita yang menjadi mata-mata dalam film itu menyembunyikan segulung mikrofilm dalam sebuah dos tempat bedak. Bibi Pat bukan orang yang mempunyai banyak gagasan orisinal. Ketika kalian sudah pergi tadi pagi, aku masuk ke kamar mandinya - dan ternyata memang disembunyikan di dalam dos bedak."
"Mudah-mudahan saja kau menemukan tempat penyembunyian yang baik," kata Pete.
"Jika aku sampai dilindas mobil sebelum orang tuaku kembali, carilah di dalam tempat makanan kuda, di garasi," kata Allie.
"Boleh juga," kata Pete mengakui.
"Memang. Tapi sekarang akulah yang harus mengambil keputusan, dan itu beban yang tidak enteng. Bibi Pat cuma berbaring saja di tempat tidur, sambil menatap dinding. Aku khawatir, ia sakit Maksudku, sungguh-sungguh sakit."
"Keadaannya bisa bertambah parah," kata Jupe mengingatkan. Sudah agak lama juga kesehatannya terganggu, kan""
"Betul. Sejak Mrs. Compton mengalami kecelakaan.
""Kurasa kau tidak boleh sendirian saja di rumahmu, bersama bibimu itu," kata Jupe. Aku akan minta tolong pada Bibi Mathilda, untuk datang menemani kalian di sana."
Seketika itu juga wajah Allie nampak cerah kembali.
"He, Jupe - bibimu itu berwibawa, kan" Menurutmu, jika kita mengisahkan segala-galanya padanya, akan bisakah ia mendesak Bibi Pat agar mau membuka mulut""
"Bibi Mathilda itu wanita baja," kata Jupe, "tapi dalam urusan ini, kurasa ia takkan bisa menolong. Bibimu terlalu takut pada Shaitan, dan pada Ariel. Tidak! Lebih baik kita katakan saja pada Bibi Mathilda bahwa bibimu sedang terganggu keseimbangan jiwanya, dan kau tidak sanggup menanganinya seorang diri.
"Memang begitu kenyataannya," kata Allie.
"Oke," kata Jupe, lalu menelepon ke rumah. Lima belas menit kemudian, Bibi Mathilda sudah muncul di situ. Dengan segera wanita setengah baya itu memeriksa situasi yang dihadapi. Keningnya berkerut ketika melihat Pat Osborne meringkuk di tempat tidur. Kemudian diputuskannya bahwa Jupiter dan kedua rekannya harus pergi, karena Allie perlu beristirahat.
"Kauajak saja pamanmu makan di luar malam ini, Jupiter," katanya. Aku akan tidur di sini. Kita lihat saja bagaimana keadaannya besok pagi."
Setelah itu Bibi Mathilda masuk ke dapur, untuk memeriksa isi lemari pendingin, serta tempat penyimpanan makanan. Jupiter mendengar bunyi panci diletakkan di atas oven.
"Kau akan bisa makan enak malam ini," katanya pada Allie.
"Aku sebenarnya tidak ingin pergi," kata Pete. "Maksudku, apakah kita tidak seharusnya menjaga di sini, agar jangan ada kejadian apa-apa""
"Kurasa sekarang takkan ada yang akan mencoba apa-apa lagi," kata Jupiter. Kecuali itu! Bibi Mathilda pasti mampu menanggulangi apa saja. Ia tidak takut pada kobra yang menyanyi - atau apa pun juga yang bisa kubayangkan."
Ia berpaling, memandang Allie.
"Walau bibimu tidak mau membuka mulut, tapi kau kan bisa," katanya. Kau bisa menghubungi polisi. Kau sendiri tadi mengatakan, bahwa kini kau yang harus mengambil keputusan."
Allie menggeleng. "Itu bukan soal gampang," katanya. Apalah yang bisa kukatakan nanti! Bahwa bibiku dirongrong kawanan dukun" Lagi pula, Bibi Pat merasa malu sekali. Ia beranggapan bahwa dialah yang menyebabkan Mrs. Compton cedera."
Saat itu pintu dapur terbuka.
"Jupiter!" seru Bibi Mathilda. Pete! Bob! Ayo pergi sekarang - biar a
nak itu bisa beristirahat!"
Anak-anak langsung pergi. Ketika Jupiter menelepon rumah keluarga Jamison petang itu, ternyata Bibi Mathilda yang menerima. Nadanya ketus! Dikatakannya pada Jupiter bahwa Allie sudah tidur, sedang Miss Osborne tidak, dan ia bisa menangani sendiri segala urusan di situ. Jupiter disuruhnya tidur, dan jangan menelepon lagi.
Jupiter Jones masuk ke tempat tidur. Agak lama juga ia berbaring dengan mata nyalang, menatap langit-langit. Ketika akhirnya terlelap, ia dirongrong impian seram. Ia mengikuti nyala lilin yang berkelip-kelip, menelusuri lorong-lorong lembab dan berbau pengap, sementara makhluk-makhluk yang tak nampak terasa menggeleser di dekat kakinya di tanah. Ia terbangun saat fajar belum menyingsing. Pikirannya langsung kembali pada patung ular yang terletak di meja kopi, di ruang duduk rumah keluarga Jamison. Ia teringat pada Pat Osborne, yang menderita karena ketakutan.
Terlintas lagi dalam ingatannya, Shaitan yang berwajah lesi, dengan jubahnya yang hitam. Dua malam sebelumnya, Shaitan masih duduk bersantai-santai dengan segala dandanannya yang serba hitam, sambil mereka-reka rencana selanjutnya. Kini orang itu buru-buru. Ia datang secara terbuka ke rumah keluarga Jamison, untuk mengancam Pat Osborne. Kenapa sikapnya tiba-tiba berubah"
Akhirnya Jupe merasa bahwa ia mengetahui sebabnya. Shaitan beserta kaki-tangannya melihat Jupiter Jones, diterangi sinar lampu-lampu sorot yang menyilaukan di Torrente Canyon. Seorang remaja yang ingin tahu, mengintip kesibukan yang dianggap aneh di sebuah rumah. Tapi Shaitan mestinya saat itu juga melihat laki-laki yang berkumis besar, yang kemungkinan Bentley. Dan Bentley saat itu bertindak dengan cepat untuk menyelamatkan Jupiter serta menantang Shaitan. Bentley rupanya menyebabkan Shaitan gentar. Entah apa sebabnya!
Jupiter tidak bisa tenang di tempat tidurnya. Ia ingin sekali bisa berjumpa dengan Bentley. Tapi kelihatannya tidak ada kemungkinan untuk itu. Oknum pelayan misterius itu mungkin merupakan kunci yang akan membuat seluruh kasus itu bisa dibeberkan. Tapi Jupiter tidak berhasil menemukan siasat yang baik. untuk memancing Bentley agar mau muncul. Sedang sementara itu keadaan Pat Osborne semakin bertambah parah saja. Mungkinkah kengeriannya terhadap Shaitan akan bisa menyebabkan kematiannya" Lalu masih ada pula Hendricks, pemilik toko makanan sedapan di Beverly Boulevard, yang tidak tahu apa-apa. Kejadian apakah yang akan menimpa orang itu"
Kemudian Jupiter teringat pada buku yang dibawa oleh Bob dari perpustakaan. Buku tentang ilmu gaib dan perdukunan. Buku itu ditulis seorang guru besar Universitas Ruxton. Perguruan tinggi itu tidak sampai sepuluh mil jauhnya dari Rocky Beach.
Tiba-tiba Jupiter tersenyum. Ia melihat kemungkinan untuk menyelamatkan Pat Osborne, walau tanpa Bentley sekalipun. Kenyataan bahwa Shaitan kini ingin buru-buru, malah lebih menguntungkan. Trio Detektif harus melakukan perjuangan dengan sistem bertahan. Sebelum pulas kembali, Jupe merasa sudah mengetahui wujud langkah yang berikut.
Bab 19 KOBRA MEMATUK LAGI!
"KEESOKAN harinya, pagi-pagi benar Trio Detektif sudah muncul di rumah keluarga Jamison. Saat mereka tiba di situ, Bibi Mathilda baru saja naik ke tingkat atas, mengantarkan sarapan pagi untuk Miss Patricia Osborne. Allie ada di dapur sedang minum sari jeruk.
"Sudah kuputuskan, apa yang akan kulakukan dengan kalung itu," kata Allie pada Jupiter dan kedua temannya. Aku akan mengembalikannya ke 'Van Storen and Chatsworth', untuk disimpan di sana. Biar mereka saja yang kerepotan."
"Bagus!" kata Bob.
"Dan kalian"" tanya Allie. Apa yang akan kalian kerjakan ""
"Di Los Angeles ada orang bernama Hendricks," kata Jupe. Ia memiliki sebuah toko makanan sedap-sedapan, dan kami rasa ia berikutnya yang akan menerima kiriman kobra. Menurut dugaanku, itu akan dengan segera terjadi - mungkin hari ini. Shaitan ingin lekas-lekas menyelesaikan operasinya di sini. Hendricks itu saingan Noxworth, sedang kini tiba giliran Noxworth untuk membayar upeti pada Belial. Jadi kami akan ke Los Angeles."
""Tapi bagaimana dengan
Bibi Pat" Keadaannya payah."
"Kan ada Bibi Mathilda," kata Jupe mengingatkan. Kau tinggal saja di sini. Kau kan bisa memanggil seseorang dari toko permata itu untuk mengambil kalung."
"Ya, memang. Tapi bagaimana jika Shaitan nanti muncul""
"Ia takkan muncul," kata Jupiter meramalkan. "Allie, bibimu percaya pada kekuatan kobra itu, dan itu yang menyebabkan ia seperti sekarang ini. Shaitan mengenal baik sifat bibimu - jadi hal itu diketahuinya pula. Ia takkan muncul lagi kemari. Ia menunggu, sampai bibimu memanggilnya."
"Kurasa itu takkan bisa," kata Allie. Bibi Pat nyaris tidak bisa bergerak lagi. Seakan-akan lumpuh.
"Ada satu cara untuk menolong bibimu, Allie - tapi sekarang kita harus mengurus persoalan Hendricks dulu. Apa yang kami niatkan bagi Miss Osborne akan memakan waktu. Tapi ia punya waktu - sedang Hendricks, mungkin tidak!"
"Apa yang hendak kalian kerjakan"" tanya Allie.
"Mengamat-amati toko Hendricks," jawab Bob.
"Kalau begitu aku ikut," kata Allie tegas.
"Tidak bisa," bantah Pete. Ada kemungkinan Shaitan akan main kasar nanti, karena Hendricks bukan orang yang lemah."
"Aku ikut!" bentak Allie. Coba dengar sebentar. Jika Bibi Pat masih punya waktu, sedang Shaitan takkan datang kemari, maka itu berarti bahwa kalung pasti aman di tempatnya yang sekarang. Aku tidak mau menunggu dengan perasaan gelisah di sini, sementara kalian menangkap manusia-manusia edan yang menyebabkan segala keributan ini terjadi. Aku ikut - habis perkara!"
Saat itu Bibi Mathilda masuk, membawa baki.
"Mrs. Jones, aku mau pergi ke Los Angeles," kata Allie cepat-cepat. Aku ingin bicara dengan dokter yang biasa merawat Bibi Pat. Bolehkah Jupiter ikut denganku""
Bibi Mathilda kelihatan heran.
"Kurasa kau memang perlu menghubungi dokternya," katanya kemudian "Keadaan bibimu pagi ini tidak bertambah baik. Ia sama sekali tidak mau makan. Tapi kenapa tidak kautelepon saja" Untuk apa jauh-jauh pergi ke Los Angeles""
"Aku tidak ingat nama dokter itu," kata Allie, "sedang nomor teleponnya tidak kutemukan dalam buku catatan Bibi Pal Tapi aku ingat di mana tempat prakteknya. Di sebuah gedung di Wilshire Boulevard, di sebelah gereja. Letaknya dekat Western. Sesampai di sana, aku pasti bisa menemukannya.
"Masa tidak ada jalan yang lebih mudah," kata Bibi Mathilda lagi. Kenapa kita tidak tanyakan saja pada Miss Osborne""
"Ia kan tidak mau bicara sama sekali," kata Allie. "Aku sudah menanyakan, tapi ia diam saja.
"Baiklah," kata Bibi Mathilda, "tapi jangan keluyuran ke mana-mana, ya! Jupiter, suruh Hans mengantar kalian dengan truk. Kalau naik bis bisa sehari penuh, sedang pamanmu tidak punya waktu."
"Terima kasih, Mrs. Jones!" Allie merangkul wanita setengah baya itu.


Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak-anak yang lain diam saja. Mereka mengikuti Allie ke luar, sementara Bibi Mathilda membuang hidangan sarapan Miss Osborne yang sama sekali tidak disentuh itu ke tempat sampah.
Dengan perasaan senang, Hans mengeluarkan satu dari kedua truk milik Paman Titus, untuk mengantarkan anak-anak ke kota.
"Kepojokan antara Beverly Boulevard dan Third Street," kata Pete memberi petunjuk, lalu naik ke bak belakang, bersama Bob dan Jupe. Allie duduk di depan, di samping Hans.
Sesampai di tempat yang dituju, Jupe meminta Hans untuk terus ke tikungan berikut, lalu memarkir kendaraan di salah satu jalan samping. Hans menuruti permintaan itu. Kemudian ia membukakan pintu untuk Allie.
"Aku perlu ikut"" tanyanya pada Jupiter.
"Tidak," jawab Jupe. Tunggu saja di sini, sambil beristirahat sedikit Mungkin kali ini akan agak lama.
"Oke." Hans mengambil surat kabar dari bawah jok, lalu mulai membaca dengan santai.
Keempat remaja itu melewati tikungan, lalu menyeberang ke pelataran parkir toko Hendricks.
"Toko Noxworth yang di sana itu," kata Pete sambil menuding ke tempat tak terawat yang nampak di seberang jalan.
Allie mengernyitkan hidung. Kelihatan bahwa ia jijik.
Saat itu seorang anak laki-laki membuka pintu toko Hendricks, lalu bergegas ke luar, disusul oleh Hendricks.
"Kau tidak perlu datang lagi hari ini," kata Hendricks pada anak itu.
Jupiter sampai di depan pintu, s
aat Hendricks hendak menguncinya.
"Maaf, toko sudah ditutup," kata Hendricks, tanpa berpaling.
"Anda sudah menerima kobra," kata Jupiter.
Mr. Hen"ricks menegakkan tubuh, lalu berpaling. Saat itu barulah ia melihat Pete
"Kau lagi!" tukasnya.
"Kami hanya ingin membantu, Mr. Hendricks," kata Pete.
"O, ya" Nah - aku sudah tahu tentang kalian sekarang. Polisi yang memberi tahu! Kalian ini detektif amatir, dan kalian saat ini merasa menemukan kasus besar, yang menyangkut dukun, atau sebangsanya. Menurutku, kalian ini sinting semua - tapi karena tidak mau kena perkara, lebih baik kututup saja tokoku. Sekarang pergi!"
"Anda menerima kobra itu," kata Jupiter sekali lagi.
Mr. Hendricks mencengkeram leher kemeja Jupiter.
"Kau yang tadi membawanya"" tanyanya. Kalau betul begitu, kupilin lehermu sekarang!"
"Jupiter sama sekali tidak berusaha membebaskan diri.
"Bukan kami yang membawa ular itu, tapi kami tahu wujudnya pasti kobra bermata batu mulia. Dengan cara bagaimana Anda menerimanya tadi""
Orang itu mengamat-amati air muka Jupiter. Kemudian dilepaskannya kemeja remaja itu. Ia membuka pintu tokonya, lalu menuding ke arah meja pelayanan. Di situ nampak sebuah patung kobra bersepuh emas. Persis seperti yang dikirimkan pada Pat Osborne.
"Aku tadi pergi sebentar ke ruang belakang," kata Mr. Hendricks. Lalu ketika kembali, tahu-tahu benda itu sudah terletak di situ."
"Begitu," kata Jupiter.
"Jadi kau mengerti, ya" Bagus! Sekarang pergi dari sini. Aku sudah memanggil polisi, tapi aku tidak mau ada orang lain di sini, jika nanti benar-benar terjadi sesuatu. Jadi sekarang pergi!
Saat itu muncul seorang anak perempuan. Hendricks menyambar bahu anak itu, lalu memutarnya.
"Pulanglah ke ibumu, dan tetap tinggal di situ," katanya.
Anak tadi memandangnya sambil melongo.
"Pulang!" teriak pemilik toko makanan itu. Anak kecil itu pergi.
"Huh - sulit sekali rasanya menyingkirkan pembeli," keluh Hendricks. Seperti rayap saja mereka itu - selalu saja ada yang datang!"
"Seorang laki-laki dengan celana biru yang kotor, serta jas kedodoran, datang menghampiri dengan langkah gontai. Ia muncul dari balik bangunan.
"Kopi"" katanya dengan nada memelas.
Allie mengamati orang itu dengan penuh minat Ia jarang melihat gelandangan, dan orang itu benar-benar kumuh penampilannya. Gelandangan itu nampaknya tidak memiliki kemeja, karena kulitnya yang berkerut dan berwarna kemerah-merahan nampak pada belahan kerah jas. Rambutnya yang beruban sudah lama tidak disentuh gunting pencukur, sedang pipinya ditumbuhi rambut pendek dan jarang.
"Kopi"" kata gelandangan itu sekali lagi. Atau roti, Mister" Sudah dua hari perutku tak terisi."
Mr. Hendricks merogoh kantungnya, lalu mengeluarkan segulung uang kertas. Tanpa melihat lagi diambilnya selembar, lalu disodorkannya pada gelandangan itu.
"Tokoku sudah tutup. Kau bisa membeli roti di toko seberang.
"Anda orang baik," kata gelandangan itu dengan nada berterima kasih. Diterimanya uang yang disodorkan, lalu berbalik. Tahu-tahu ia terhuyung, lalu jatuh menimpa rak tempat surat kabar yang terdapat di samping pintu toko.
Mr. Hendricks mengumpat. Gelandangan itu sibuk berusaha membebaskan diri dari timbunan surat kabar yang menimpa.
"Tidapapa," gumamnya tak jelas. Ia berhasil tegak kembali, lalu pergi dengan gontai.
""He, Mister!" seru Allie memanggil. Tunggu dulu!" Ia membungkuk, mengambil sebuah benda kecil persegi berwarna hitam dari tengah tumpukan surat kabar yang kini terserak di depan pintu toko. Radio Anda terjatuh."
Gelandangan tadi malah lari.
"Allie." Jupiter berusaha keras, agar suaranya terdengar tetap tenang. Allie, kemarikan barang itu."
"Astaga!" ucap Mr. Hendricks.
Allie memandang kotak hitam kecil yang ada di tangannya.
"Benda apa ini" Kenapa kau memintanya""
Mr. Hendricks menyambar barang itu, lalu membuangnya. Ia melemparnya dengan asal-asalan saja, tanpa mengarahkannya ke suatu tempat tertentu. Benda itu melayang tinggi ke udara, jatuh di atas trotoar di seberang jalan, terpental dua kali, dan akhirnya membentur dinding toko Noxworth.
Saat itu juga terdengar bunyi led
akan keras. Kaca-kaca jendela Noxworth's Mini Market pecah berantakan ke arah dalam!
Jupiter melihat wajah Noxworth sekilas. Pemilik toko itu pucat pasi. Ia mengintip dari batik meja pelayanan. Sementara itu Mr. Hendricks sudah mengejar gelandangan yang lari.
"Itu tadi bom!" kata Allie. Kusangka radio."
"Kau ini rupanya hidup di menara gading, Allie," kata Pete. Jarang ada gelandangan yang mempunyai radio.
Bab 20 DICARI: SEORANG DUKUN
"DALAM perjalanan pulang dari Los Angeles, Allie duduk di bak belakang. Bersama-sama dengan Jupiter, Bob, dan Pete.
"Polisi sekarang mestinya akan menanyai Bibi Pat, ya"" tanya gadis itu.
"Aku yakin, mereka akan bersikap lemah lembut terhadapnya," kata Jupe. Bibimu kan bukan penjahat.
"Aku sebenarnya ingin ia tak terlibat sama sekali."
"Tapi itu tidak mungkin," kata Bob. Begitu polisi sudah tahu bahwa Shaitan sangat berbahaya, kita tadi harus menceritakan segala-galanya. ,.
"Kau tadi hebat, Allie," kata Pete "Coba kau tidak memungut bom itu, toko Mr. Hendricks pasti sudah hancur berantakan." Ia terkekeh. Tidak enak hatiku membayangkan Hendricks mengalami bencana. Bukan main, orang itu! Asyik sekali melihat caranya menyeruduk kaki gelandangan gadungan itu dari belakang! Lalu caranya memiting penjahat itu, menunggu polisi muncul!"
"Aku lebih asyik melihat tampang Noxworth," kata Jupe. Ia sama sekali tak mengira bahwa jendela tokonya sendiri yang akan hancur kena ledakan.
Truk yang membawa mereka berhenti di depan rumah Allie. Bibi Mathilda rupanya sudah menunggu-nunggu, karena dengan segera ia membuka pintu.
"Ke mana saja kalian"" serunya. Keadaan Miss Osborne bertambah parah. Dr. Peters sedang memeriksanya sekarang. Aku terpaksa memanggilnya. Kalian berhasil menemukan dokter yang biasa merawatnya""
"Tidak." Jupiter bergegas menghampiri Bibi Mathilda, lalu memandang ke dalam rumah. Ia melihat Dr. Peters.
"Adakah kerabat dekatnya di sini"" tanya dokter itu.
Allie menyelip masuk, lewat di antara Jupe dan Bibi Mathilda.
"Saya satu-satunya kerabatnya di sini, untuk saat ini," kata gadis itu.
"Ia harus dibawa ke rumah sakit," kata Dr. Peters. "Tapi Miss Osborne tidak mau."
Allie masuk ke rumah, lalu langsung bergegas naik ke tingkat atas. Jupiter mengikutinya.
Di bawah selimut, Miss Osborne tergeletak di tempat tidurnya yang besar. Penampilannya sangat memelas. Ia membuang muka, ketika Allie masuk.
"Anda harus menguatkan hati, Bibi Pat," kata Allie dengan nada memarahi. Urusannya sudah beres. Shaitan itu ternyata penipu, dan polisi kini akan menangkapnya."
Pat Osborne tidak berkutik.
Allie memegang lengan bibinya, lalu digoncang-goncang.
"Bibi harus membantu diri sendiri sekarang. Ayolah! Bibi harus masuk ke rumah sakit."
Miss Osborne menyentuh tangan Allie.
"Kalung itu," katanya dengan suara lemah.
"Tolong ambilkan ya, Allie""
Allie menjauhkan tangannya.
"Tidak! Bibi tidak boleh menyerahkan kalung itu pada Shaitan. Bibi tidak mendengar apa yang kukatakan tadi" Saat ini, Shaitan pasti sudah dijebloskan ke dalam tahanan. Ia tidak bisa mencelakakan orang lagi."
"Kau mengadukannya pada polisi"" Pat Osborne nampak ketakutan lagi. Aduh, Allie - pasti aku yang akan dipersalahkan olehnya!"
"Omong kosong!" Allie menarik pergelangan tangan bibinya. Ayolah, Bibi Pat."
Jupiter menjamah siku Allie.
"Biarkan ia sendiri dulu," katanya menyarankan.
Diajaknya Allie ke ruang tengah. Ia takkan bisa menolong dirinya sendiri," kata Jupe. Ia lebih takut pada Shaitan dalam penjara, daripada saat orang itu masih bebas. Hanya ada satu jalan yang masih bisa kita ambil. Kita memerangi api dengan api."
"Dengan cara bagaimana"" tanya Allie.
"Bibimu kena guna-guna."
"Jupiter Jones!" tukas Allie. Kau kan tahu itu omong kosong!"
"Memang, tapi bibimu percaya, dan itu yang menyebabkan ia merana seperti sekarang. Kita harus mencari dukun lain. Semuanya itu ada di dalam buku-buku tentang antropologi. Jika ada orang kena guna-guna, carilah dukun lain yang bisa mengembalikan guna-guna itu pada pengirimnya.
Allie melendutkan diri ke dinding. "Lalu di mana bisa kita temukan dukun seper
ti itu"" "Kurasa aku tahu," kata Jupiter, sambil menuruni tangga.
Di ruang tengah tingkat bawah, Bob dan Pete berdiri bersama Bibi Mathilda yang nampak cemas, sementara Dr. Peters berjalan mondar-mandir.
"Profesor yang di Universitas Ruxton itu," kata Jupe pada Bob, "yang menulis buku tentang ilmu gaib dan perdukunan - kau masih ingat namanya "
"Kalau tidak salah, Bannister. Tidak, bukan - Barrister. Henry Barrister."
"Ya, kurasa itulah namanya. Dan Ruxton letaknya cuma di balik bukit-bukit, di dalam lembah." Jupiter bergegas ke dapur, diikuti oleh kedua rekannya.
""Kau hendak melakukan apa yang kuduga akan kaulakukan"" tanya Bob.
"Betul," jawab Jupiter atas pertanyaan aneh itu. "Kita menghadapi ilmu hitam, dan untuk itu kita sekarang memerlukan ilmu putih. Mungkin Profesor Barrister bisa membantu. Yang jelas, ia pasti menguasai pokok persoalan itu."
Jupiter mengangkat gagang pesawat telepon yang tergantung di dinding dapur, lalu menghubungi bagian penerangan.
"Saya ingin mengetahui nomor telepon Profesor Henry Barrister, di Ruxton," katanya.
Bob menyodorkan kertas dan pensil pada Jupiter. Jupe mencatat nomor yang disebutkan oleh petugas bagian informasi. Mudah-mudahan saja ia ada di rumah," katanya, lalu memutar nomor yang baru saja diterima. Di ujung sambungan, terdengar bunyi berdering-dering. Disusul bunyi pesawat diangkat.
"Ini Dr. Barrister, guru besar di Universitas Ruxton"" tanya Jupiter.
Orang yang ditelepon mengatakan sesuatu. Kemudian Jupiter berbicara lagi.
"Syukurlah! Nama saya Jupiter Jones, Dr. Barrister, dan saya memerlukan pertolongan Anda. Sulit menjelaskannya lewat telepon, tapi di sini ada seorang wanita yang kena guna-guna, dan kami -"
Jupiter berhenti berbicara. Ia mendengarkan.
"Ya, ia sakit parah," katanya kemudian. Jupiter mendengar lagi.
""Kemarin," katanya sesudah itu. Ada sebuah bungkusan yang dialamatkan padanya. Isinya patung ular."
Setelah mendengarkan lagi sebentar, Jupiter menyambung, "Saya menelepon dari Rocky Beach. Nama wanita itu Miss Patricia Osborne."
Dr. Barrister mengatakan sesuatu.
"Terima kasih, Dr. Barrister," balas Jupiter.
Disebutkannya alamat rumah keluarga Jamison. Pembicaraan diakhiri sampai di situ.
"Ia akan datang kemari," kata Jupiter pada Bob dan Pete. Katanya, ia akan membawa seseorang yang bisa menyingkirkan kutukan itu."
"Bukan main!" seru Pete dengan gembira. "Barangkali dukun voodoo""
"Kita lihat saja nanti," balas Jupiter.
Saat itu pintu dapur terbuka. Bibi Mathilda menjengukkan kepalanya ke dalam.
"Apa yang kaulakukan di situ, Jupiter""
"Aku berhasil menemukan dokter, Bibi Mathilda. Dr. Barrister namanya."
"Syukurlah! Dr. Peters tidak mampu menangani Miss Osborne. Mungkin ia mau menurut, jika dinasihati dokternya sendiri."
"Mudah-mudahan! Ia sudah dalam perjalanan sekarang."
"Bagus! Sementara itu lebih baik aku menemani Miss Osborne. Dan salah seorang dari kalian, coba uruskan kuda itu"
Allie masuk ke dapur. "Itu tugasku," katanya pada Bibi Mathilda.
""Dokter akan datang," kata Jupe pada Allie.
"Kau berhasil menemukan dokter" Syukurlah!"
Bibi Mathilda naik ke tingkat atas. Dr. Peters pergi sambil mengomel-omel. Katanya, nanti ia akan datang lagi. Anak-anak pergi ke beranda depan, lalu duduk di jenjang. Tidak lama kemudian Allie datang menggabungkan diri.
"Masih berapa lama"" tanyanya.
"Sebentar lagi," jawab Jupiter.
Dan benarlah - tidak lama kemudian sebuah mobil nampak meluncur dengan laju, menuju rumah keluarga Jamison, lalu masuk ke pekarangan. Pengemudinya turun, lalu bergegas menghampiri beranda.
"Jupiter Jones!" seru orang itu.
Jupiter terkejut. Yang lain-lain menunjukkan reaksi serupa.
"Saya sangat menyesal, Miss Jamison," kata orang yang baru datang itu pada Allie, "tapi tidak saya sangka bahwa urusannya akan berlarut-larut sampai sejauh ini."
Jupiter berdiri. "Anda sebenarnya siapa"" tanyanya.
"Akulah Dr. Barrister, dan mestinya kejadian ini sudah harus kuketahui dari semula. Aku menyangka mereka orang baik-baik saja yang ingin coba-coba menekuni ilmu gaib."
Allie terkesiap. "Anda... Anda mencukur kumis!" k
atanya kemudian. "Laki-laki yang selama itu dikenal dengan nama Bentley tersenyum, sambil menjamah sisi atas bibirnya.
"Itu hanya kumis palsu," katanya. Aku beranggapan bahwa aku perlu menyamar, jika ingin mengintip tanpa ketahuan!"
Bab 21 MARA DENGAN ILMU PUTIHNYA
"DI ruang duduk rumah keluarga Jamison, Dr. Barrister duduk sambil mengamat-amati patung kobra yang dipegangnya.
"Buatannya halus," katanya, "tapi mereka juga tidak menghadapi kalangan primitif. Boneka lilin takkan bisa meyakinkan."
"Pentingkah benda apa yang dipakai"" tanya Pete.
Dr. Barrister meletakkan patung ular itu.
"Sama sekali tidak, asal orang yang menjadi korban tahu bahwa ia diguna-gunai. Selebihnya disebabkan oleh pengaruh sugesti. Korban ketakutan, dan itu menyebabkan ia semakin merana."
"Bisakah Anda menolong"" tanya Allie. Bisakah Anda membuat Bibi Pat percaya bahwa Anda mampu menyingkirkan kutukan itu""
"Aku" Tidak bisa. Apakah tampangku ini seperti dukun ""
Anak-anak terpaksa mengakui kenyataan itu. Baik bernama Bentley, atau Barrister, orangnya tetap sama. Tenang dan sabar.
"Bibimu sudah melihatku, ketika sedang menyedot debu di rumah ini," katanya. Ia takkan percaya padaku. Tapi kurasa, Mara akan dipercayai olehnya. Mara sangat meyakinkan penampilannya. Ia kusuruh menunggu di dalam mobil. Seluruh urusan ini sudah kujelaskan padanya, dan ia tahu apa yang harus dilakukan"
"Dia itu dukun"" tanya Bob.
"Mara itu orang gipsi, dan kelihatannya memiliki bakat-bakat tertentu," kata Dr. Barrister. Misalnya saja, ia bisa menghilangkan kutil. Dan ia juga cukup berhasil, sebagai peramal nasib. Ia juga bisa mengembalikan kutukan pada orang yang mengirimkannya. Kalian nanti harus membantunya - tapi kurasa kalian pasti akan asyik. Sebentar - kupanggil saja dia sekarang."
Sarjana antropologi itu keluar. Tidak lama kemudian ia sudah kembali, bersama seorang wanita yang keriput. Rambut wanita itu diikat dengan sejumlah selampai. Itulah yang bernama Mara! Ia memakai blus merah muda yang sudah pudar warnanya. Gaun hijaunya yang lebar menyentuh ujung atas sepatunya yang nampak lecet kulitnya. Wanita itu menimbulkan kesan berdebu serta bau pakaian tua - tapi juga kecerahan. Matanya yang hitam berkilat-kilat, di bawah sepasang alis tebal.
Mara memungut patung ular yang terletak di atas meja.
"Ini bendanya""
"Betul," kata Dr. Barrister.
"Hah!" kata Mara. Ia mengangguk ke arah anak-anak "Kita akan bekerja sama nanti," "katanya pada mereka. Kalian lakukan apa yang kukatakan, tanpa mengatakan apa-apa. Mengerti""
"Kami mengerti," kata Jupe.
"Apakah Bibi Pat ada di atas""
"Ya," kata Allie.
"Kalau begitu kita ke atas sekarang." Mara melangkah ke tangga, sambil membawa patung ular.
"Astaganaga!" Bibi Mathilda berhadap-hadapan dengan Mara di kaki tangga. Kasihan, bibi Jupiter kaget setengah mati.
"Tenang sajalah, Bibi Mathilda," kata Jupiter menenangkan. Kenapa Bibi tidak menunggu di sini saja, dengan Dr. Barrister""
"Dr. Barrister" Dokter yang biasa merawat Miss Osborne sudah datang" Kenapa tidak kaupanggil aku tadi" Mau apa lagi kalian""
"Nanti akan dijelaskan oleh Dr. Barrister."
Jupiter menoleh ke arah guru besar itu. Ini bibi saya, Mrs. Jones. Ia yang selama ini mengurus Miss Osborne.
"Mrs. Jones," sapa Dr. Barrister. Yuk, kita duduk saja - nanti akan saya jelaskan. Anda takkan percaya, tapi segala-galanya akan saya lakukan."
Bibi Mathilda tetap berdiri.
"Jupiter," katanya, "kau harus menjelaskan sekarang ini juga -"
"Minggir!" kata Mara.
"Apaa"" teriak Bibi Mathilda
""Ada urusan penting yang harus kulakukan," kata Mara. Jika kau tidak minggir juga, nanti bisa menyesal.
Kedua wanita itu beradu mata. Tatapan mata Mara yang tegas, beradu dengan pandangan mata Bibi Mathilda yang galak. Selama beberapa detik, Bibi Mathilda menatap Mara sambil melotot Jupiter tercengang, ketika bibinya kemudian minggir. Mara ternyata memang memiliki bakat-bakat tertentu.
Wanita gipsi itu naik tangga ke tingkat atas, diantar oleh Allie ke kamar bibinya. Jupiter beserta kedua rekannya mengikuti dari belakang.
Pat Osborne baru melihat Mara, ketika wa
nita itu berseru dari kaki tempat tidur.
"Wahai, Terkutuk!" seru Mara. Dengarkan suaraku, agar kau tetap hidup!"
Pat Osborne gemetar di bawah selimut yang menyelubungi tubuhnya.
"Tambah bantalnya," kata Mara pada Allie. "Letakkan beberapa bantal di bawah kepalanya, supaya ia bisa melihat kemari."
Allie bergegas mengambil tiga buah bantal. Dibantunya bibinya ke posisi setengah duduk. Kemudian diletakkannya ketiga bantal, sehingga mengganjal punggung Bibi Pat.
"Lihat!" Mara mengangkat patung kobra yang berwarna keemasan. Inilah yang membawa malapetaka!"
Pat Osborne tersentak ketakutan.
""Belial!' bisiknya. Kobra itu suruhan Belial!"
"Hah!" tukas Mara, dukun penangkal guna-guna. Aku punya sepuluh jin, yang masing-masing lebih kuat dari Belial! Tapi orang yang memanggil Belial, kini akan merasakan kutukan."
Wanita gipsi itu menghampiri Pat Osborne, lalu menyodorkan kobra kemilau itu padanya.
"Kau harus menggenggamnya!"
"Tidak! Jangan - aku tidak berani!"
"Kau harus memegangnya, Perempuan!" kata Mara dengan nada memerintah. Dipegangnya tangan Bibi Pat, lalu dirapatkannya jari-jari yang gemetar sehingga merangkum patung ular.
"Pegang erat-erat, jika kau ingin menyelamatkan dirimu sendiri!"
Untuk pertama kali nampak lagi sinar kehidupan pada diri Pat Osborne, yang dibangkitkan oleh pengharapan. Ia memegang patung kobra erat-erat.
Mara mengambil sebuah kantung kain berwarna hijau dari batik lipatan gaunnya yang lebar.
"Hijau warna musim semi," katanya pada Bibi Pat. Warna kehidupan! Masukkan benda durjana itu ke dalam kantung hijau ini."
Bibi Pat mematuhi perintah itu, tanpa melepaskan pandangan dari wajah Mara.
"Bagus." Mara mengencangkan tali pengikat di ujung atas kantung, sehingga patung ular terbungkus di dalamnya.
"Kunci pintu," kata wanita itu pada Allie. Setelah itu nyalakan sebatang lilin."
"Cukup banyak lilin di kamar itu, terpasang di segala tempat. Lilin hijau, lilin ungu, merah, dan putih.
"Ulin merah," kata Mara. Merah mengandung kekuatan."
Allie menyalakan sebatang lilin merah.
"Sekarang jangan ada yang bicara," kata Mara.
Tidak ada yang berbicara sesudah itu. Hanya suara Mara sendiri yang terdengar. Ia berbicara dengan suara tinggi dan serak, dalam bahasa yang asing bagi keempat remaja yang ada di dalam kamar itu. Mara memegang kantung hijau yang membungkus kobra. Kata-katanya ditujukan pada kantung, dengan suara seperti menyanyi. Suaranya kadang-kadang terdengar seperti lagu buaian lembut, tapi sekali-sekali berubah menjadi ancaman keras.
Tiba-tiba dirapatkannya kantung hijau itu ke dadanya. Mara menyentakkan kepalanya ke belakang. Matanya berputar-putar liar. Kemudian ia ambruk ke lantai.
Bibi Pat memandang dengan mata terpentang lebar. Mulut Mara ternganga. Dari kerongkongannya keluar suara seram menggelegak, disusul serangkaian nada tinggi menusuk.
Mara, wanita kaum pengembara itu menyanyi. Ia menyuarakan nyanyian kobra. Sementara bunyi itu terdengar terus, Mara mengejat-ngejat. Punggungnya melengkung ke belakang, sehingga hanya tumit dan ujung kepalanya saja yang menyentuh lantai. Kemudian ia membalik-balik tubuh, berguling-guling sambil menimang-nimang kantung. Matanya nyalang tanpa melihat.
Selampai-selampai yang membungkus kepalanya terlepas satu demi satu. Rambutnya yang panjang dan beruban tergerai menutupi muka. Nyanyian terdengar berlarut-larut, semakin nyaring, semakin meninggi. Menusuk gendang telinga, serasa membekukan tulang.
Pat Osborne duduk lurus-lurus di tempat tidur. Tubuh Mara bergetar keras. Wanita itu memekik. Setelah itu tubuhnya langsung lunglai.
Anak-anak menunggu. Pat Osborne memandang. Wanita gipsi itu nampak seperti pulas.
"Jupiter!" Suara Bibi Mathilda berkumandang lantang di dalam ruangan di luar kamar. Jupiter! Apa yang sedang terjadi di dalam" Buka pintu!"
Mara mengerang, lalu duduk. Ia menggapai-gapai kantung hijau, yang ternyata masih ada di dalam genggamannya. Ia tersenyum.
"Aku melihatnya," katanya. Ada seorang laki-laki berpakaian serba hitam. Mukanya pucat lesi. Ia meronta-ronta. Tubuhnya terbelit kobra."
"Jupiter! Cepat, buka pintu!
" seru Bibi Mathilda dari balik pintu.
Mara berdiri. Dihampirinya Pat Osborne, sambil membawa kantung yang sedari tadi dipegangnya.
"Seperti yang sudah kujanjikan," katanya.
Dengan gemetar. Miss Orborne membuka tali pengikat ujung kantung, lalu melihat ke dalam. Dipegang-pegangnya kantung itu digoncang-goncang. Kantung itu kosong!
"Jin-jinku kuat," kata Mara. Kobra sudah mengembalikan racun patukannya pada orang yang mengirimkannya. Kekuasaan Belial sudah berhasil dipatahkan, dan Belial kini kembali pada tuannya. Tidak ada lagi yang perlu kautakutkan."
Mara menghampiri pintu kamar, lalu membukanya.
"Kau boleh masuk sekarang." katanya pada Bibi Mathilda. Perempuan yang di terlipat tidur sudah selamat.
Bab 22 UIAR YANG TERAKHIR
""BENAR-BENAR BENAR ajaib. kata Allie pada Trio Detektif.
"Sebelum tidur tadi malam, Bibi Pat makan sup dengan biskuit, dan minum susu. Lalu pagi ini, dua butir telur. Sekarang ia sudah lapar lagi."
Allie mengambil dua iris roti dari panggangan, lalu mengolesi keduanya dengan mentega.
"Aku tidak tahu bagaimana jadinya, jika tidak ada bibimu yang membantuku selama ini," katanya pada Jupiter.
"Ia selalu bersedia membantu jika kau memerlukannya," kata Jupiter. Tapi Bibi Mathilda tetap tidak bisa menerima kenyataan tentang kasus kobra menyanyi ini. Ia tetap tidak mau percaya, walau Dr. Barrister sudah bersusah payah berusaha menjelaskan duduk perkaranya. Bibiku itu sekarang ada di perusahaan kami, sibuk dengan urusannya yang biasa, serta mengawasi pekerjaan Hans dan Konrad."
Allie meletakkan kedua iris roti panggang yang sudah diolesi mentega ke sebuah baki, lalu menuangkan susu ke dalam sebuah gelas.
"Kenapa kau sendiri tidak ada di sana"" tanyanya pada Jupiter. Aku mendapat kesan, bibimu juga tidak suka melihatmu tidak sibuk bekerja.
"Chief Reynolds tadi datang ke perusahaan," kata Jupe. Katanya, kami dipanggil lagi oleh polisi Los Angeles Kami ini hanya mampir sebentar di sini, dalam perjalanan ke sana"
"Ada kabar baru yang diceritakan Cheif Reynolds tadi"" tanya Allie.
"Ya - gelandangan gadungan itu kini sudah mendekam di rumah tahanan. Namanya Ellis," kata Bob.
"Memang itulah tempat yang pantas untuk pemasang bom," kata Allie.
"Menurut Chief Reynolds, orang itu mengoceh panjang lebar, dengan harapan akan mendapat keringanan," kata Pete. Noxworth juga sudah mengaku. Polisi berhasil membekuk Hugo Ariel, serta laki-laki kasar yang bernama Max. Keduanya dijumpai di rumah Torrente Canyon. Noxworth mengaku tidak tahu-menahu bahwa mereka mengupah Ellis untuk menaruh bom di toko Hendricks. Sangkanya, hanya akan terjadi sesuatu untuk merongrong kelancaran usaha toko saingannya itu."
"Jadi semuanya sudah dibereskan," kata Allie menarik kesimpulan. Kecuali seorang lagi."
"Dr. Shaitan," kata Jupiter.
Allie duduk menghadap meja
"Shaitan tidak ikut terbekuk""
"Orang itu tidak ada di Torrente Canyon," kata Jupe. Ia menghilang dengan meninggalkan segala-galanya termasuk mobilnya Menurut dugaan Chief Reynolds, penipu itu pasti sudah lari ke Kanada."
Allie menyelipkan kakinya ke batang pijakan di kursi yang didudukinya.
"Pendapatmu bagaimana"" tanyanya.
"Kau masih klien kami," kata Jupiter Jones. "Kasus ini belum bisa kami tutup, selama Shaitan belum tertangkap."
"Kalau begitu, akan lama sekali kalian harus menunggu," kata seseorang dari arah pintu. Allie berpaling dengan cepat, sementara ketiga remaja lainnya berdiri seperti terpaku di tempat masing-masing.
Laki-laki yang dikenal dengan nama Dr. Shaitan berdiri di ambang pintu, membelakangi ruang tengah. Penampilannya persis seperti ketika anak-anak mengintip upacara yang dilangsungkan di dalam bilik bergorden hitam. Tapi kini jubahnya nampak kotor berdebu, dan penuh duri. T angannya yang langsing menggenggam pistol.
"Aku sekarang sembrono, dalam urusan mengunci pintu," kata Allie dengan getir. Setiap orang bisa masuk seenaknya."
"Banyak orang yang masuk selama waktu-waktu belakangan ini," kata Shaitan. Tapi mereka semua kini sudah pergi lagi, kan" Yang tinggal cuma kalian yang brengsek ini saja, serta perempuan tolol itu
." ""Kau tahu sekali tentang keadaan di sini," kata Jupiter Jones. Kau mengintai dari bukit yang di seberang padang rumput""
Laki-laki itu memberi hormat pada Jupe, dengan membungkukkan badan.
"Pekerjaan itu melelahkan," katanya. Dan capek juga rasanya berjalan menyusur jalan-jalan setapak di perbukitan, menuju ke Rocky Beach. Namun aku merasa lebih aman pergi tanpa mobil, ketika kulihat mobil polisi masuk ke pekarangan rumahku."
"Aku ingin tahu, bagaimana kau sampai bisa minggat dari rumah di Torrente Canyon itu"" tanya Pete. Kedua kaki-tanganmu, Ariel dan Max, dibekuk polisi di sana."
"Untungnya ketika mereka datang, aku sedang di kebun belakang."


Trio Detektif 17 Misteri Nyanyian Kobra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lantas kau lari lewat tembok belakang, meninggalkan kawananmu yang tidak sempat melarikan diri," kata Bob.
"Siapa yang takkan berbuat begitu"" tukas Shaitan. Perempuan tolol itu mestinya ada di atas, ya." Ia menggerakkan pistolnya. Kalian berempat berjalan di depan, naik ke atas. Jika urusanku dengan Miss Osborne nanti sudah selesai, akan kujamin bahwa tidak ada yang bisa meninggalkan tempat ini untuk beberapa waktu."
"Tak kuizinkan kau mendatangi bibiku," kata Allie tanpa gentar.
"Orang itu bersenjata api, Allie!" kata Pete memperingatkan.
""Biar! Sudah cukup banyak penderitaan yang disebabkan oleh perbuatannya. Ia takkan kuberi kesempatan melihatnya."
Allie berkacak pinggang, sambil menatap lurus ke arah muka Shaitan yang nampak capek.
"Aku tahu apa yang kauingini," kata gadis tabah itu. Kau menginginkan kalung Ratu Eugenie. Barang itu tidak ada di sini, dan Bibi Pat tidak tahu apa-apa lagi mengenainya - jadi sekarang keluar! Kau sudah mendapat semua yang bisa kauperoleh."
"Jika disimpan di dalam bank, atau di toko permata, bisa saja diambil," kata Shaitan dengan tenang. Miss Osborne akan menelepon ke sana. Tapi jika disembunyikan di sini, itu bisa dicari."
"Kalung itu bukan di -"
"Allie!" seru Jupe.
Tatapan mata Shaitan beralih ke Jupiter sekejap, lalu berpindah lagi ke Allie.
"Kau hendak mengatakan, bukan di bank," kata orang itu. Jadi di toko permata" Tidak - kurasa juga bukan di situ. Dan di dalam rumah ini, juga tidak" Nah - di mana rasanya kalung berharga seperti itu bisa disembunyikan"" Shaitan menggerakkan tangan yang memegang pistol, menyuruh Jupiter dan kedua temannya mundur. Setelah itu dihampirinya Allie, sampai dekat sekali. Kau tahu di mana. Kau harus mengatakannya padaku."
Allie mundur. "Aku tidak tahu."
""Tentu saja kau tahu. Kau tahu di mana saja barang itu tidak ada, jadi mestinya kau tahu di mana tempatnya disembunyikan." Tangan kanannya masih menggenggam pistol. Tapi tahu-tahu tangan kirinya bergerak dengan cepat mencengkeram bahu Allie. Di mana kalung itu""
"Lepaskan anak itu!" teriak Pete.
"Aku takkan mengatakannya," jerit Allie. Persetan denganmu!"
"Kau pasti akan mengatakannya." Shaitan memperkeras cengkeramannya. Allie digoncang-goncang olehnya.
"Jangan kausakiti dia!" seru Bob.
Di luar, terdengar bunyi kaki kuda Appaloosa kesayangan Allie mengentak-ngentak di dalam kandangnya. Ringkikannya terdengar jelas.
"Suara apa itu"" tanya Shaitan.
"Cuma Queenie saja," kata Allie. Kudaku.
"Ah, kuda Appaloosa itu," kata Shaitan. Ya, aku tahu tentang kudamu itu. Kau sangat menyayanginya, dan ia... ia dikandangkan di dalam garasi."
Keempat remaja itu membisu.
"Bukan di rumah, tapi di dalam garasi," kata Shaitan. Ya - kalung itu disembunyikan di dalam garasi, tempat barang itu tidak bisa diambil tanpa menyebabkan kudamu merasa terganggu. Itu kan yang kaulakukan""
Allie meronta, membebaskan diri dari cengkeraman.
"Kalian semua - keluar!" bentak Shaitan. Dari arah luar terdengar ringkikan kuda lagi. "
"Ayo cepat!" kata Shaitan memerintah. Ke garasi, lalu tunjukkan tempat kalung itu disembunyikan!"
"Tidak mau!" Allie sudah hampir menangis.
"Turuti katanya, Allie," kata Jupe. Kau kan tidak kebal peluru."
"Takkan berani ia menembak," kata Bob.
"Kita lihat saja," kata Shaitan. Digiringnya keempat remaja itu ke luar lewat pintu belakang, lalu menyeberang ke garasi. Pintu garasi terbuka sedikit. Jupiter mementangkannya lebar
-lebar, lalu masuk bersama yang lain-lainnya.
"Sekarang, di mana kau menyembunyikannya"" bentak Shaitan.
Begitu melihat Allie, Queenie langsung meringkik, sambil menggerak-gerakkan kepalanya naik turun.
Shaitan memandang kuda betina itu. "Tidak mungkin kausembunyikan di dalam istal," katanya, "karena risikonya terlalu besar. Ikut termakan, atau terinjak. Sebentar - bagaimana kalau di dalam jerami" Mungkin saja. Atau di palung tempat makanan""
Allie terkesiap sedikit. "Dalam palung!" seru Shaitan, ketika melihat reaksi gadis itu. Kau menyembunyikannya di dalam tempat makanan kudamu!"
Dengan ketus disuruhnya Jupiter, Bob, dan Pete mundur, berdiri di sisi istal. Setelah itu didorongnya Allie ke arah palung.
""Ayo ambil!" katanya. Suaranya dingin menyayat. Masukkan tanganmu ke dalam, dan ambil kalung itu - kalau tidak ingin lenganmu kupatahkan!"
Saat itu Pete bergerak dengan sembunyi-sembunyi. Tanpa memandang Queenie, dibukanya pengancing pintu istal.
"Ambil!" bentak Shaitan sekali lagi. Dicengkeramnya pergelangan tangan Allie, lalu dipilinnya ke belakang.
"Kau menyakitiku!" teriak gadis itu.
Pete menggeser ke samping, sambil memandang Queenie. Telinga kuda Appaloosa itu ditarik ke belakang, rapat ke kepala.
"Ayo, Queenie!" seru Pete, sambil mementangkan pintu istal.
Queenie melesat seperti setan belang. Kuku-kukunya terdengar menghentak di lantai semen garasi. Detik berikut, kedua kaki depannya sudah terangkat tinggi-tinggi, bergerak-gerak liar di hadapan Shaitan. Kuda betina itu meringkik keras. Ringkikan kuda yang marah, atau ketakutan. Shaitan melepaskan Allie.
"Pergi!" teriak laki-laki itu. Pistolnya bergerak, hendak dibidikkan ke arah kuda.
Allie bereaksi secepat kilat Ditepiskannya tangan Shaitan yang menggenggam pistol.
Senjata api itu menyalak. Bunyinya menggema di dalam garasi. Terdengar desingan peluru membentur lantai, lalu terpental mengenai dinding.
"Kuku kaki-kaki depan Queenie membentur lantai semen. Kepalanya yang besar menyodok maju. Kuda betina itu mengangakan mulutnya yang lebar. Giginya yang besar-besar dikatupkan. mencengkeram lengan Shaitan.
Laki-laki itu terpekik kesakitan. Pistol terlepas dari genggamannya, jatuh meluncur di atas lantai semen. Jupiter membungkuk sambil terus mengawasi Shaitan, yang berusaha membebaskan diri dari gigitan Queenie. Jupiter memungut pistol.
"Beres, Allie!" serunya. Jauhkan kudamu."
Allie lari menghampiri Queenie, lalu merangkul lehernya.
"Tenang, Manis!" katanya. Lepaskan! Tenang!"
Kuda Appaloosa itu melepaskan Shaitan. Dukun jahat itu terhenyak ke sudut garasi. Lengannya yang cedera dirapatkan ke tubuhnya.
Jupiter mengambil posisi mencegat di dekat pintu.
"Jangan coba-coba lari," katanya dengan suara pelan tapi pasti. Aku bukan penembak ulung, jadi mungkin saja akibat tembakanku nanti akan lebih gawat dari yang kumaksudkan."
Shaitan menatap pistol yang ada di tangan Jupiter. Ia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya duduk terhenyak dengan napas tersengal-sengal, sambil memegang lengannya yang cedera.
"Kupanggil Chief Reynolds sekarang," kata Bob, sambil melangkah ke pintu. Paling lama lima menit lagi, ia pasti akan sudah ada di sini."
""Tidak perlu buru-buru," kata Jupiter Jones dengan riang.
Pete memandang Queenie sambil nyengir gembira. Allie membujuk-bujuk kuda itu, masuk kembali ke istal.
"Dari semula aku sudah menduga bahwa ia tidak segan-segan menggigit," kata Pete. Tapi tak kusangka bahwa itu akan menolong kita!"
"Bab 23 LAPORAN PADA ALFRED HITCHCOCK
"AKU meminta kalian datang, terdorong rasa ingin tahu," kata Alfred Hitchcock.
Sutradara film yang terkenal itu menepuk-nepuk tumpukan surat kabar yang ada di mejanya. Ditatapnya ketiga anggota Trio Detektif dengan pandangan menyelidik. Aku membaca berita tentang kasus pemboman yang terjadi di Los Angeles. Saksi mata tindakan makar itu tiga remaja pria dari Rocky Beach, serta seorang gadis yang sebaya dengan kalian. Nama para remaja di bawah umur itu tidak diumumkan."
Bob menyodorkan sebuah map ke hadapan Mr. Hitchcock.
"Memang kamilah yang waktu itu ada di sana," katanya
"Sedang sibu k melakukan pengusutan, ya"" kata Mr. Hitchcock. Itu sudah kuduga." Dibukanya map, lalu disimaknya catatan Bob tentang Misteri Nyanyian Kobra.
Hanya bunyi kertas digeser saja yang terdengar selama beberapa waktu. Akhirnya Mr. Hitchcock memandang ketiga remaja itu lagi.
"Catatan ini tidak lengkap."
""Saya memang belum selesai," kata Bob.
Mr. Hitchcock mendengus. "Luar biasa - apa saja yang dipercayai orang," katanya. Kurasa kobra yang kalian lihat sewaktu mengintip upacara di Torrente Canyon itu merupakan hasil teknik tertentu, ya""
"Mereka memasang proyektor-proyektor di langit-langit, untuk menimbulkan wujud ular besar di tengah kepulan asap tebal," kata Pete. Rasanya memang tidak mungkin - karena mestinya kan diperlukan kaca mata khusus agar ular yang muncul itu bisa kelihatan seperti benar-benar hidup. Tapi asap yang bergerak-gerak, menimbulkan kesan seperti yang diinginkan. Ular yang muncul itu kelihatan seperti benar-benar hidup.
"Bahkan kami pun ikut terkecoh," kata Jupiter. "Sedang orang-orang, yang ikut di dalam upacara, memang sudah percaya bahwa kobra itu akan muncul. Dan nyanyiannya harus ada, guna menutupi bunyi motor proyektor yang berputar.
"Segala-galanya, biasanya memang ada ""penjelasannya yang logis," kata Mr. Hitchcock. Lalu dengan cara bagaimana ular itu bisa menyany"
"Itu urusan Ariel," kata Jupe. Mulanya kami menyangka bahwa suara nyanyian itu ditimbulkannya dengan bantuan alat tertentu. Tapi ternyata tidak. Ia dulu artis, yang tampil dengan kemahirannya memindahkan suara. Ia bisa menimbulkan berbagai suara, tanpa mulutnya sedikit pun nampak bergerak-gerak. Ketika Mara melakukan hal yang sama, kami bisa melihat siapa sebenarnya yang menyanyi."
"Mara itu banyak bakatnya, ya""
"Ya, banyak," kata Jupiter membenarkan. Ia sangat pandai meniru. Dalam perjalanan ke Rocky Beach, Dr. Barrister memutar pita hasil rekaman yang diambilnya dari upacara Persekutuan Lingkar Bawah yang dilangsungkan di ruang makan rumah Allie. Dan setelah mendengar sekali itu saja, Mara sudah bisa menirukan nyanyian kobra, sebelum mereka sampai di rumah Allie.
"Mara juga main sulap dengan patung kobra, yang dimasukkan oleh Miss Osborne ke dalam kantung hijau yang disodorkannya pada wanita itu. Mara tidak mau mengaku ketika ditanya, tapi Dr. Barrister merasa yakin bahwa ia menyembunyikan sebuah kantung yang serupa di dalam gaunnya. Kedua kantung itu dipertukarkannya saat ia sedang berguling-guling di lantai. Kantung yang kosong kemudian diserahkannya pada Miss Osborne, sedang yang berisi patung ular disembunyikan."
"Itu teknik sulap yang sudah kuno," kata Mr. Hitchcock. Apakah Dr. Barrister mengatakan pada kalian, apa sebabnya ia begitu tertarik pada Miss Osborne. serta pada persekutuan konyol itu""
"Ia sedang menyusun buku, tentang psikologi takhyul," kata Jupiter menjelaskan. Ia mengenal hampir semua kelompok klenik yang aneh-aneh di Los Angeles, karena itu memang bidang keilmuannya. Ia bahkan pernah menjadi anggota dari berbagai sekte yang begitu. Miss Osborne juga begitu pula. Dr. Barrister sudah sering melihatnya - sebelum ia menjadi Bentley pelayan yang baru. Kemudian Miss Osborne mengundurkan diri dari segala persekutuan itu. Ia, dan Madelyn Enderby."
"Dan itu menimbulkan rasa ingin tahunya"" tanya Mr. Hitchcock.
"Betul, karena itu tidak sesuai dengan pola umum. Miss Osborne kelihatan sekali mencari-cari sesuatu yang istimewa di dalam segala kelompok aneh itu, serupa seperti wanita yang satu lagi, yaitu Madelyn Enderby. Dr. Barrister langsung ingin tahu, apakah sesuatu yang istimewa itu telah mereka temukan dalam kelompok lain. Ia kemudian menyuruh istrinya merawatkan rambut di salon yang dikelola Miss Enderby. Untungnya, Madelyn Enderby senang mengobrol. Banyak yang diceritakannya tentang persekutuan yang baru dimasukinya. Dr. Barrister berhasil memperoleh berbagai data, berupa nama-nama orang dan tempat. Ia mengecek para anggota yang disebutkan oleh penata rambut itu. Ternyata semuanya tergolong kaum berharta."
"Ia merasa curiga karenanya"" tanya Mr. Hitchcock.
"Mula-mula, belum! Disangkanya merek
a itu cuma kumpulan golongan berada yang membayar mahal untuk duduk di rumah yang di Torrente Canyon, untuk mendengar nyanyian kobra. Itu bukan hal yang aneh. Tapi ketika mencoba, ternyata bahwa ia tidak bisa masuk ke situ. Keanggotaan persekutuan itu khusus melalui undangan, dan tidak ada yang mengundang Dr. Barrister - atau istrinya. Rupanya Shaitan sempat mengecek siapa sarjana itu, dan menarik kesimpulan bahwa orang itu berbahaya.
"Karenanya Dr. Barrister kemudian terpaksa menjadi pengamat saja. Kegiatannya itu beralih menjadi mengintip, yaitu ketika Hugo Ariel pindah ke rumah keluarga Jamison, di Rocky Beach. Dr. Barrister juga sangat tertarik pada tokoh Pat Osborne. Wanita itu merupakan subyek yang sangat memikat bagi orang yang ingin menulis buku tentang psikologi takhyul. Miss Osborne lain d"ari para anggota selebihnya, karena uangnya tidak bisa dibilang banyak. Tapi Shaitan rupanya tahu bahwa kerabat wanita itu berharta."
"Siapakah yang menyebarkan berita bahwa pembantu yang lama di rumah keluarga Jamison sudah minta berhenti" Madelyn Enderby"" tanya Mr. Hitchcock.
"Ya, memang dia. Dan saat itulah Dr. Barrister mendapat gagasan memasang kumis palsu yang tebal itu, lalu masuk ke rumah keluarga Jamison dengan cara mengaku bernama Bentley, dengan tujuan mengamat-amati Miss Osborne. Dr. Barrister yang sedang menyamar jadi pelayan mulai merasa tidak enak setelah Mrs. Compton mengalami kecelakaan, dan Miss Osborne menyuruhnya membawa kalung yang sedang diincar ke toko permata.
Bob menyela penuturan Jupiter yang panjang lebar. ""Mulai saat itulah ia berkeliaran di sekitar rumah yang di Torrente Canyon," katanya. Ia ada di sana ketika Allie, Pete, dan saya sendiri lari melompati pagar. Ia melihat lampu-lampu sorot yang dinyalakan, serta bunyi bel tanda bahaya. Untung ia masih ada di tempat itu, ketika Jupiter kemudian lari ke luar."
"Orang yang berguna dijadikan teman," kata Alfred Hitchcock. Kasihan - ia terpaksa menyingkir dari rumah keluarga Jamison, setelah kalian menggeledah apartemennya di Santa Monica. Tapi untuk apa apartemen itu sebenarnya" Kata kalian, ia bertempat tinggal di Ruxton."
"Itu cuma untuk mengaburkan jejak saja," kata Pete. Ia memerlukan tempat tinggal di dekat Rocky Beach, untuk berjaga-jaga jika ada yang mengecek dirinya. Di samping itu, katanya tempat itu tenang, sehingga ia bisa bekerja tanpa gangguan. Anaknya ada empat."
Mr. Hitchcock terkekeh. "Jadi itu bagian dari samarannya, seperti kumis yang tebal," katanya.
"Padahal itu sebetulnya tidak perlu," kata Jupiter. "Berkumis atau tidak, saya rasa Pat Osborne takkan bisa mengenalinya lagi. Tampang Dr. Barrister biasa-biasa saja - jadi gampang dilupakan.
"Lalu ketika kalian memerlukan dukun ilmu putih, tanpa tersangka kalian menelepon dia," kata Mr. Hitchcock.
""Itu memang kebetulan sekali," kata Jupe. "Kami tidak perlu lagi memberi penjelasan panjang lebar. Lalu ia memiliki rekaman suara nyanyian kobra, yang kemudian ditirukan oleh Mara dengan jalan mendengarkan sekali saja. Polisi memanfaatkan catatannya untuk menghubungi semua anggota persekutuan, yang kemudian diminta datang untuk mengenali para penjahat.
"Anda mestinya ikut hadir waktu itu!" kata Pete dengan nada geli. Kocak sekali air muka para anggota persekutuan konyol itu, ketika melihat Shaitan tanpa jubah dan selubung kepala. Orang itu mukanya seperti tuyul kesasar. Namanya yang sebenarnya Henry Longstreet. Tapi juga dikenal dengan julukan Harry the Dip, karena dulu ia pencopet. Ariel, nama aslinya Johnny Boye. Ia pernah ditangkap, karena menjual obat pengilap palsu di suatu pelataran parkir. Orang yang bernama Max dulunya pembongkar rumah. Sedang Ellis, yang menjadi pelaku sebenarnya di dalam peristiwa bom serta yang mengutik-utik roda mobil Mrs. Compton - bagi pihak kepolisian, dia itu langganan lama. Ia mau disuruh melakukan apa saja, asal dibayar.
"Kesemuanya ini diceritakan oleh Allie pada bibinya," sambung Jupiter. Tapi percuma saja, Miss Osborne yang sekarang sudah bisa duduk-duduk di emperan, sudah tidak sabar lagi menunggu saat ia bisa ke Hollywood, untuk m
endatangi Mara dan minta diramalkan peruntungannya."
"Payah," kata Mr. Hitchcock mengomentari. "Tapi apa sebetulnya yang terjadi dengan wanita pemilik tempat tinggal Miss Enderby""
"Tidak ada apa-apa," kata Bob. Ia pergi ke Dubuque, karena diminta datang oleh saudaranya yang tinggal di sana. Mungkin itu merupakan kemujuran baginya, tapi Miss Enderby menyangka pasti Belial yang mengatur sehingga itu yang terjadi. Dan tidak ada yang mengatakan, sangkaannya itu omong kosong."
"Bagaimana dengan orang yang takut kalau ada gedung bertingkat tinggi dibangun di samping tanah miliknya""
"Tanah di situ tidak cukup kokoh, sehingga tidak menguntungkan jika dijadikan tempat pembangunan gedung bertingkat tinggi," kata Jupe. "Mereka mengatakan, itu karena pengaruh Belial.
"Ada satu yang menyenangkan di dalam segala kejadian itu," kata Pete. Bola kristal yang mengawali segala kesulitan - akhirnya dibeli oleh Allie. Bibinya tidak mau memiliki benda itu lagi - setelah segala hal yang terjadi - jadi Allie kemudian membawanya ke rumah sakit, lalu memberikannya pada Mrs. Compton.
"Itu sikap yang layak dipuji," kata Mr. Hitchcock, sambil mengangguk puas.
"Ya, memang," kata Pete. Allie itu sebenarnya anak baik - tapi walau begitu saya rasanya akan lega jika musim gugur nanti ia pergi untuk bersekolah di internat. Kami akan bisa lagi memakai Kelana Gerbang Merah. Kecuali itu, kalau dia ada, hati ini rasanya tegang terus. Kemampuannya berbohong luar biasa! Belum lagi adatnya, yang selalu ingin menang sendiri."
"Kelihatannya memang begitu," kata Mr. Hitchcock, "tapi kan ada imbangannya. Misalnya saja, jika ia diperlakukan dengan ramah, mungkin ia akan mengizinkan kalian menunggang kudanya."
"Terima kasih," kata Pete sambil mengernyitkan hidung, "tapi daripada duduk di atas punggung kuda Appaloosa itu, mendingan saya tinggal di rumah saja!"
Selesai tamat The First Journey 2 Wiro Sableng 078 Pendekar Gunung Fuji Pendekar Baja 3

Cari Blog Ini