Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho Bagian 2
Howard Hendrics M a r e t Apakah Tuhan Memanggilku"
S uatu ketika saya menonton sebuah ilm berjudul Karol, a
Man who Became Pope. Film ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Paus Yohanes Paulus II. Nama aslinya adalah Karol Wojtyla. Ia sudah dewasa ketika menyaksikan negaranya, Polandia, diserang oleh tentara Nazi Jerman pada 1939. Kematian sahabat-sahabatnya, kekejian, dan peperangan yang menyirnakan pengharapan, digambarkan dengan sangat apik dalam ilm ini.
Awalnya, Karol sempat ragu ketika memutuskan untuk menjadi biarawan. Apakah Tuhan memanggilku" tanyanya. Namun, setelah bergumul sekian lama, ia taat dan setia menjawab panggilan itu.
Lihatlah keadaan sekeliling Anda, dan lihatlah diri Anda sendiri. Adakah sesuatu yang dapat kita lakukan bagi lingkungan sekitar kita" Karol taat ketika ia dipanggil Tuhan. Bagaimana dengan Anda" Mari kita renungkan pertanyaan ini agar kita dapat memahami panggilanNya dalam kehidupan kita.
Tuhan memanggil Anda untuk melakukan sesuatu demi kemuliaanNya. Dan, Anda tidak perlu menjadi hamba Tuhan semacam pemuka agama atau pengkhotbah di mimbar untuk menjawab panggilanNya. Panggilan itu sederhana: Ia sudah membisikkannya di dalam hati Anda. Melalui panggilan itu, Anda dapat menyukakanNya melalui telenta yang Ia berikan kepada Anda. Melalui talenta yang Ia berikan, Anda dapat menjadikan kehidupan Anda bermanfaat bagi orang lain, tidak hanya untuk diri Anda sendiri. Umumnya, jika membahas tentang panggilan Tuhan, hal itu berhubungan erat dengan orang lain.
*** Mengerti adalah tahu apa yang akan dilakukan; kebijaksanaan adalah
tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya; keberanian adalah sungguh-sungguh melakukannya. Tristan Gylberd
M a r e t Sekarang! K etika ditanya tentang saat yang paling membahagiakan dalam hidupnya, Jimmy Carter, mantan presiden Amerika Serikat, menjawab, Sekarang. Ia mengungkapkan hal ini setelah tak lagi menjabat sebagai presiden. Ia lantas menjadi guru sekolah minggu, menulis buku, memantau pemilu di berbagai negara, dan melakukan berbagai kegiatan sosial lainnya yang membuatnya mendapat Nobel Perdamaian pada 2002.
Jimmy Carter mengungkapkan kata tersebut ketika sudah berusia lanjut dan telah menjalani beragam profesi. Semasa hidupnya, ia pernah menjadi perwira Angkata Laut, insinyur di bidang nuklir, petani kacang, gubernur, dan presiden.
Sekalipun belum memiliki pencapaian sehebat Jimmy Carter, tak ada salahnya jika kita mengatakan bahwa sekarang ada lah saat yang paling membahagiakan dalam hidup. Memang, jika kita mengatakan bahwa, misalnya, SMU adalah masa yang paling indah, dan sekarang kita sudah bekerja, maka bisa jadi kita tidak melakukan pekerjaan kita dengan maksimal. Begitu pula halnya jika, misalnya, saat ini kita masih SMP: kita hanya bisa membayangkan indahnya masa SMU tanpa mengetahui apa yang akan terjadi di masa itu pada diri kita.
Tak ada salahnya jika kita mengenang masa lalu yang indah. Tak ada salahnya pula jika kita merencanakan sesuatu yang besar untuk kita capai di kemudian hari. Namun, marilah kita belajar bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini: talenta, orang tua, sahabat, pasangan, keluarga, harta apa pun juga, bahkan masalah yang sedang menimpa kita dan harus kita temukan jalan keluarnya.
*** Ucapan syukur yang sejati dinaikkan dalam waktu, tempat, dan keadaan apa pun baik senang, maupun susah.
M a r e t Menjadi Bapak Rohani B ill Wilson adalah pendeta yang terkenal dengan bukunya yang
berjudul Anak Siapakah Ini" Ketika menulis buku tersebut, ia telah melayani lebih dari 20.000 anak setiap minggu melalui beragam program sekolah minggunya. Kunci dari keberhasilan pelayanannya adalah kunjungan pribadi yang ia lakukan bersama staf dan relawannya. Ia menyatakan bahwa setiap anak yang hadir dalam sekolah minggu mendapatkan kunjungan pribadi, sekurang-kurangnya seminggu sekali. Sungguh sebuah mobilitas yang luar biasa!
Bill melakukan pelayanannya di kawasan Brooklyn yang sarat dengan beragam tindakan kriminal. Namun, ia bertahan atas semua tentangan yang menghadangnya, dan melakukan perubahan di daerah itu. Gereja yang ia bangun dan gembalakan, Gereja Metro, mendapat penghargaan sebagai Gereja Terbaik oleh majalah Guidepost yang dipimpin oleh Norman Vincent Peale.
Mungkin, kita tak sama dan tak perlu menjadi sama seperti Bill Wilson: melayani di daerah yang kumuh dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. Namun, seperti yang selalu dinyatakannya: setiap saat, dunia sekitar kita memiliki kebutuhan; panggilan kita ditentukan dari sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu masyarakat.
Dunia membutuhkan banyak bapak rohani seperti Bill Wilson. Kini, yang menjadi pertanyaanya adalah: maukah kita menjadi bapak (atau ibu) bagi orang lain yang membutuhkan perhatian kita"
*** Kita hidup dengan apa yang kita peroleh, tetapi kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita beri.
Winston Churchill M a r e t Tak Perlu Menunggu Kaya B agi saya, kisah berikut sangat menyentuh. Saya mendengarnya
dari sebuah khotbah. Hamba Tuhan ini hidupnya amat bersahaja. Ia tinggal di daerah Depok, Jawa Barat (pinggiran Jakarta). Setiap minggu ia memberi makan orang-orang lapar sebuah kawasan kumuh dengan menggunakan sepeda motor.
Suatu ketika, seorang pria mengetahui kegiatan yang ke rap dilakukan oleh hamba Tuhan itu. Ia menghampirinya, dan mengajaknya berbicara. Ia hendak memberi hamba Tuhan itu mo bil, yang sekiranya akan memudahkan pelayanannya. Tentu sa ja, hamba Tuhan itu merasa kaget, dan sekaligus juga tak yakin. Ia bimbang merespon niat pria tersebut. Namun, entah mengapa, hamba Tuhan ini sempat memberikan nomor rekeningnya.
Dan, tak lama setelah itu& rekeningnya bertambah dengan uang kiriman sebesar 1 milyar lebih! Awalnya, ia kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya dengan uang tersebut: membeli mobil, rumah, atau& "
Akhirnya, hamba Tuhan itu memutuskan untuk membeli tanah yang cukup luas dari seorang Pak Haji, yang hatinya tersentuh ketika mengetahui bagaimana ia memperoleh uang tersebut dan bahwa ia hendak membangun panti asuhan di tempat tersebut. Bahkan, dengan berlinang air mata, Pak Haji itu berkata, Pak, jangan hanya membangun panti asuhan saja. Sekalian, Pak: Mari kita bangun gereja! Saya akan uruskan izinnya!
Kini, hamba Tuhan yang bersahaja itu tinggal di panti asuhan dan gereja itu. Ia asuh dan didik anak-anak yang kurang beruntung. KepadaNya Tuhan percaya anak-anak dan uang dipercayakan kepadaNya. Mari kita belajar bahwa sesungguhnya selama kita memiliki hati yang berbelas kasih dan kerinduan untuk memuliakan namaNya, kita tak perlu menunggu kaya untuk berbagi dengan sesama.
*** M a r e t Berlatih dan Berkarya Secara Rutin
D alam Smart and Smarter, Richard Restaak, M.D., seorang ahli
saraf, menyatakan bahwa jika kita berlatih secara teratur dan dapat memainkan sebuah lagu dengan piano atau mengayunkan golf dengan benar, maka kemampuan kita akan bertambah. Hal ini berlaku secara umum, tidak hanya piano atau golf.
Kate DiCamillo, penulis Because of Winn-Dixie, menulis dua halaman per hari. Ia melakukannya pada pukul empat pagi. John Petrucci, gitaris rock ternama dari grup band Dream Theater, mengaku berlatih dua jam sehari untuk melatih empat teknik gitar yang berbeda. Alhasil, mereka menjelma menjadi orang dengan produktivitas dan kreativitas yang tinggi. Karya-karya mereka diakui dunia.
Umumnya, kita bosan dengan sesuatu yang dikerjakan secara rutin. Bahkan, beberapa kalangan tampaknya membenci kata rutinitas . Dengan dalih berinovasi, mereka menggembargemborkan kedinamisan hidup: Mari kita cari sesuatu yang baru! Kita perlu berhati-hati jika semua hal baru itu semata-mata ha nya berangkat dari kemalasan kita untuk mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan. Dengan cara seperti itu kita akan terbiasa lalai dan hidup tanpa fokus.
Karenanya, mari kita berlatih dan berkarya secara rutin sesuai dengan pekerjaan dan keahlian yang diberikanNya kepada kita. Tak jarang, dari rutinitas itu kita justru akan menemukan inovasi yang sejati, yang membuat pembelajaran dan karya-karya kita menjadi beragam.
*** Mendisiplinkan diri sendiri berarti menjadikan diri kita sebagai murid . Kita adalah pelatih, pembimbing, dan penggembleng diri kita sendiri.
M a r e t Jangan Menjadi Orang yang Terlalu Perasa
W illiam James, ilsuf dan psikolog ternama asal Amerika
Serikat, menyatakan, Tindakan terbaik yang dapat kita lakukan untuk mendisiplinkan diri sendiri adalah dengan melarang diri kita untuk memberi perhatian yang berlebihan pada apa pun yang kita lakukan atau ungkapkan dan tidak menghiraukan apa pun yang kita rasakan.
Umumnya, orang yang terlalu sensitif hanya memfokuskan dirinya pada hal-hal seputar dirinya sendiri. Alhasil, mereka kerap gagap dalam berkomunikasi: suka menyalahkan orang lain, perfeksionis, mudah tersinggung, dan mudah pula merasa bersalah. Penelitian menyatakan bahwa perasaan-perasaan negatif ini sangat berpengaruh pada kinerja otak: membuatnya tumpul dan tidak produktif.
Memang, kita perlu selalu mawas diri dalam pergaulan. Ka renanya, setiap hari, kita perlu merenungi diri kita sendiri: apakah kita telah menyakiti hati orang lain" Bahkan, ada sebuah ajaran yang menyatakan agar kita berdamai dengan orang yang melakukan kesalahan kepada kita sebelum matahari terbenam.
Mari kita memeriksa kondisi hati kita saat ini: apakah Anda kerap mengalami berbagai perasaan negatif seperti di atas" Jika ya, berarti Anda telah memberikan perhatian yang berlebihan pada perasaan Anda. Dan, Anda harus menepisnya. Jika kita terlalu memedulikan perasaan kita, kita tak akan melakukan tugas apa pun dengan maksimal.
Saat ini, ada begitu banyak tuntutan hidup yang harus diperjuangkan. Dan, selama kita menjalaninya dengan bermuram durja, kita akan tersiksa. Karenanya, janganlah menjadi orang yang terlalu perasa.
*** Ketika Anda memiliki rasa percaya diri, Anda akan tahu bagaimana caranya hidup. Johann Wolfgang von Goethe
M a r e t Bernostalgia di Surga J onatan meninggalkan Karl untuk selamanya ketika menolong
Karl dari sebuah kebakaran. Jonatan adalah kakak Karl. Sebelum meninggal, Jonatan pernah menyatakan kepada Karl bah - wa negeri lain yang ditujunya memiliki waktu yang berbeda dengan waktu dunia. Ia menyatakan bahwa bisa saja di dunia ini waktu berjalan selama sembilan puluh tahun, tetapi di Nangijala, tempat ia akan berada setelah mati, hanya terasa dua hari.
Karl akhirnya meninggal sesuai dengan waktu yang telah ditetapkanNya. Pertemuan yang terjadi di Nangijala sungguhsungguh mengharukan, dan sekaligus membahagiakan! Di tempat itu, keduanya berpetualang dengan berani.
Ini adalah cuplikan kisah dari buku karangan Astrid Lindgren, penulis cerita anak-anak yang termashyur, yang berjudul Kakak- Beradik Hati Singa. Sebuah kitab di masa lalu menyatakan bahwa seribu tahun di dunia ini sama dengan satu hari di hadiratNya. Nalar akan kekekalan ini sungguh sulit dipahami. Bagi sebagian orang, surga hanyalah khayalan, meskipun orang yang menyatakan hal itu tidak dapat memastikannya.
Janganlah bersedih jika kita ditinggalkan oleh orang-orang tercinta. Mengapa" Karena kenangan-kenangan indah tentang mereka mungkin akan mengisi benak kita. Bahkan, tak jarang hal itu akan membuat kita rindu akan mereka, sehingga kita membayangkan tentang indahnya pertemuan yang kelak akan kita alami dengan mereka di surga, yang mungkin ketika hal itu terjadi mereka baru saja tiba, dan kita akan bernostalgia tentang indahnya kehidupan di surga bersama mereka.
*** Dengan meyakini keberadan surga, kita akan lebih kuat menghadapi hidup: kita dapat menerima upah kita lebih baik dan adil di sana.
M a r e t Menjadi Mukjizats M ereka selalu memintaku untuk melakukan mukjizat, padahal
mereka mampu melakukannya, ujar Tuhan (diperankan oleh Morgan Freeman) kepada Bruce (diperankan oleh Jim Carrey) dalam ilm Bruce Almighty.
Membuat mukjizat, bagaimana caranya" tanya Bruce. Anak-anak remaja yang menjauhi narkoba, itulah mukjizat. Seorang janda yang masih mau bekerja untuk membiayai hidup anak-anaknya, itulah mukjizat. Kau sendiri, dapat menjadi mukjizat bagi orang lain! ujar Tuhan.
Bruce paham. Mukjizat adalah kasih. Mukjizat adalah pengorbanan. Mukjizat terjadi ketika kita melakukan kebenaran Tuhan. Ia pun akhirnya menolong orang yang mobilnya mogok. Bahkan, ia rela kehilangan jabatannya sebagai pembaca berita utama, dan justru menyerahkannya kepada orang yang kerap mengolok-oloknya. Lalu, ia tidak lagi menuntut Tuhan untuk melakukan hal-hal tertentu bagi dirinya. Singkatnya, ia belajar menjadi mukjizat melalui hidupnya: orang yang hidup sederhana, suku melucu, menghibur dan menyenangkan banyak orang melalui guyonannya.
Sebenarnya, kita bisa menjadi mukjizat bagi dunia sekitar kita. Mukjizat bukan semata-mata berarti kebangkitan orang mati, orang lumpuh yang bisa kembali berjalan, atau orang buta yang kembali bisa melihat, atau hal-hal spektakuler lainnya. Mukjizat bisa terjadi ketika kita melakukan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari memiliki arti besar bagi mereka yang menerimanya. Maukah kita menjadi mukjizat bagi dunia"
*** Kita sering meremehkan sentuhan, senyuman, kata-kata lembut, telinga yang mendengar, pujian yang tulus, dan kepedulian. Padahal, hal-hal itu mampu mengubah hidup seseorang.
M a r e t Guyonan Bisa Membahayakan
M asa remaja adalah masa yang indah, masa yang penuh canda,
masa pencarian jati diri, masa ketika beragam guyonan dicoba tanpa mengetahui/menyadari akibatnya. Itulah kesan saya tentang ilm Sleepers yang dibintangi Brad Pitt, Robert De Niro, Kevin Bacon, dan sejumlah bintang ternama lain.
Suatu ketika, empat remaja yang kelaparan mengerjai seorang penjual hotdog. Satu di antara mereka mendatangi penjual itu, memesan hotdog, dan lari tanpa membayarnya. Ketika penjual itu mengejarnya, ketiga kawannya yang lain merampas gerobak hotdognya. Lalu, mereka kembali bertemu di suatu tempat. Ketika hampir tertangkap, keempat remaja itu berlari menuju sebuah stasiun kereta api. Sebelum berlari, mereka meluncurkan gerobak hotdog itu di tangga stasiun tersebut. Namun, tak disangka, gerobak itu menerjang seorang tua yang hendak menaiki tangga, dan menewaskannya.
Alhasil, keempat remaja tersebut harus mendekam selama satu tahun lebih di tempat rehabilitasi para remaja nakal. Di sana, mereka disiksa dengan cara digebuki dan disodomi. Sedemikian kejamnya siksaan yang mereka terima, sehingga membuat salah satu dari mereka menulis: Setiap malam aku mendengar rintihan dan tangisan. Tangisan yang mengubah jalan hidupmu.
Pernahkah kita berpikir bahwa tak selamanya guyonan itu lucu" Tertawa itu sehat, tetapi guyonan tertentu bisa membahayakan. Guyonan memang perlu ditertawakan, tetapi bisa juga membuat semuanya berantakan. Sebelum semuanya berakhir pedih, mari kita koreksi guyonan kita selama ini: apakah ia termasuk dalam jenis yang membahayakan"
*** Guyonan itu diperlukan sebagai pemantik senyum dan tawa, tetapi tidak sebagai upaya untuk mencelakai dan menyudutkan orang lain.
M a r e t Yang Sedih Menjadi Gembira
A strid Lindgren dikenang sebagai penulis cerita anak yang
hingga kini karya-karyanya masih terus dibaca. Ia menulis buku pertamanya, Pippi Longstocking, sebagai hadiah ulang tahun anaknya yang ke-11 pada 1944.
Kantor berita Swedia, TT, menyatakan bahwa buku-buku karangan Astrid Lindgren sangat digemari di Swedia, bah kan kerap dipinjam di perpustakaan, mengalahkan pesaing-pe saing baru, seperti Harry Potter. Karya-karyanya dianggap meng gambarkan sebuah dunia yang bermuatan hubungan kasih sayang dan semangat yang tinggi.
Astrid Lindgren meninggal pada 28 Januari 2002 dalam usia 94 tahun. Tentang dunia tulisan yang dibangunnya, ia pernah berkata: Jika saya telah membuat seorang anak yang sedih menjadi gembira, setidaknya saya telah menyelesaikan sesuatu dalam hidup saya.
Meminjam istilah bahasa Latin, sebuah kisah yang baik hendaknya dulce et utile. Artinya, indah dan bermanfaat. Terkadang, kita kehilangan dan melupakan beragam kisah yang indah dan bermanfaat bagi kehidupan. Kehidupan yang berjalan cepat dan penuh gejolak kerap membuat kita abai terhadap hal-hal yang seharusnya dihayati dan direnungkan dengan lebih dalam.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat melihat bahwa sesungguhnya bukan kebahagiaan yang membuat kita berterima kasih, tetapi rasa terima kasihlah yang membuat kita berbahagia, ujar Albert Clarke. Selalu ada alasan untuk bersedih dan menganggap hidup ini berat, hingga akhirnya kita bersedih. Kini, mari kita hening sejenak, merenungi sebuah kisah yang menggembirakan untuk dibaca atau dikenang agar kita tetap tabah dan teguh menjalani kehidupan kita.
*** Belum pernah ada seorang pun dalam sejarah kehidupan kita yang menuntut kehidupan serba mudah yang namanya layak dikenang. Theodore Roosevelt
M a r e t Kritik itu Perlu D alam sebuah opini di harian Kompas, Limas Sutanto, seorang
psikiater, pernah menyatakan bahwa sesungguhnya kritik (yang sejati) itu luhur. Di matanya, Presiden SBY, yang belakangan ini kerap dikritik, dianggap telah menerima beragam kritik yang luhur dan tak luhur.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kritik yang tidak luhur berawal dari tiga hal, yaitu: (1) nyeri jiwa yang belum terselesaikan, (2) keinginan kuat untuk mendominasi dan mengendalikan, dan (3) keinginan yang berlebihan untuk mendapatkan pembenaran. Jika ketiga motif ini berada dalam diri pengkritik, maka hal itu akan membuat pengkritik itu tampak bak manusia yang sombong. Sementara itu, kritik yang luhur, sebagaimana yang kita ketahui bersama, bersifat konstrukif, demi kebaikan bersama.
Sebenarnya, bukan hanya presiden yang menerima (dan mem balas) kritik. Kita semua berhak untuk mengkritik. Orang lain pun berhak mengkritik kita. Jelaslah bahwa bagaimanapun kritik itu perlu. Kritik yang sejati menjadikan kita dewasa. Namun, akuilah bahwa sesungguhnya mayoritas orang, mungkin kita termasuk di dalamnya, tidak suka dikritik, tetapi lebih suka mengkritik.
Kini, tibalah saatnya bagi kita untuk memperbarui pandangan kita tentang kritik. Kita perlu bersikap dewasa jika menerima kritik. Pertimbangkan kritik itu dan caritahu siapa yang mengutarakannya, sehingga kita bisa menyimpulkan luhur atau tidaknya kritik tersebut. Dan, telusurilah motif kita jika kita hendak mengkritik orang lain. Apakah kritik itu tulus" Apakah tujuan akhirnya demi kebaikan orang lain atau jangan-jangan hanya berdasar pada salah satu dari ketiga motif tak luhur di atas"
*** Jadikanlah hati nurani yang luhur dan ketulusan sebagai dasar dalam setiap kritik yang kita lontarkan.
M a r e t Kitab-kitab Nabi Sulaiman
S alomo atau Nabi Sulaiman menulis sebagian besar amsal
di kitab Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung. (Tidak hanya itu, ia juga menulis beberapa mazmur di kitab Mazmur; lihat Mazmur 72 dan Mazmur 127.) Ketiga kitab itu memuat beragam petuah tentang hikmat (kitab Amsal), kenikmatan (kitab Pengkhotbah), dan cinta atau seks (kitab Kidung Agung).
Salomo tampaknya mengetahui rahasia untuk menjadi manusia yang sempurna. Dia tahu bagaimana hikmat mesti di peroleh. Dia tahu bagaimana menikmati hidup di bawah matahari . Juga, dia tahu bagaimana memadu cinta dengan wanita. Namun, semua pengetahuannya ini semua kitab-kitabnya itu tak lantas membuktikan bahwa ia mengakhiri hidupnya dengan baik. Menjelang akhir hidupnya, ia hidup bersama ratusan istri dan gundik. Bahkan, kerajaan Israel terpecah menjadi dua setelah ia meninggal.
Akan tetapi, keadaan ini tak lantas membuat kita meninggalkan kitab-kitab Salomo. Mengapa" Karena ada begitu banyak nasihat dan manfaat yang dapat kita petik dari apa yang telah hamba Tuhan ini tuliskan.
Kini, marilah kita berkaca kepada Salomo. Sekalipun penting, pengetahuan bukanlah segalanya. Sumber pengetahuanlah yang terpenting. Warisan Salomo bagi kita, juga bagi hidupnya sendiri, telah menjadi pelajaran bagi kita agar tidak melupakan Tuhan yang telah memberikan pengetahuan dan beragam karunia bagi kita: hikmat, kenikmatan, atau seseorang untuk dicintai dalam hidup ini.
*** Hikmat, kenikmatan hidup, dan cinta pada seseorang bersumber dari Tuhan bersyukurlah kepada Tuhan.
M a r e t Pemenang yang Tak Layak Menang
B eberapa tahun lalu, puluhan Piala Citra dikembalikan oleh
peraihnya. Penghargaan tertinggi bagi insan perilman di negeri ini dikembalikan lantaran ada sebuah ilm yang dianggap tak layak menang oleh beberapa pegiat ilm terutama mereka yang mengembalikan piala-piala tersebut. Film itu dianggap menjiplak sebuah lagu asing tanpa izin di dalam penggunaan soundtrack-nya.
Sikap ini merupakan protes atas sebuah kemenangan. Bisa jadi, protes itu objektif bahwa sang pemenang memang tak layak menang. Namun, bisa juga protes itu subjektif bahwa yang kalah merasa iri dengan kemenangannya.
Bagaimanapun, kita selalu ingin menjadi pemenang. Namun, banyak dari kita yang tidak memiliki hidup yang sesuai dengan keinginan ini, sehingga menjalani hidup dengan asal-asalan. Alha sil, kita hidup dalam kekalahan melawan dosa, nafsu, dan keinginan daging. Kita kalah sebelum melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya dalam hidup kita. Kita tidak berlomba dengan baik untuk memenuhi panggilanNya.
Sebenarnya, hidup kita tak ubahnya pertandingan. Dan, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: apakah selama ini kita telah menjalani kehidupan dengan sikap seorang pemenang sejati"
*** Sebuah kemenangan bisa kita rasakan dengan amat membahagiakan ketika kita telah kalah berkali-kali.
M a r e t Salah Berharap M elihat berbagai kecelakaan dan bencana yang terjadi akhirakhir ini, saya kerap berandai-andai: bagaimana perasaan seorang ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan anaknya, yang tiba-tiba mendapat kabar sang anak telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan" Bagaimana pula dengan perasaan seorang ayah yang anaknya tewas di laut, yang bahkan jenazahnya tak dapat ditemukan"
Pertanyaan-pertanyaan di atas menggambarkan bagaimana seseorang bisa sangat terpukul karena sebuah kematian. Jangankan kematian, perpisahan untuk sementara waktu dengan seseorang pun dapat membuat kita sedih selama beberapa hari.
Kita yang mengharapkan kehadiran akan merasa gundah bila berhadapan dengan perpisahan. Dan, kita yang mengharapkan kebersamaan akan merasa sedih ketika kebersamaan itu berakhir.
Setiap manusia bebas berharap. Bahkan, kita kerap diajari un tuk terus berharap. Namun, berapa banyak dari kita yang tahu pasti apa yang kita harapkan dan siap bila tidak menjumpai kenyataan atas harapan itu"
Di sinilah letak penyerahan diri kita kepada Tuhan diuji. Ketika segala sesuatu yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan, bersediakah kita untuk berserah kepada Tuhan"
Selain itu, kita juga perlu merenung: apakah selama ini kita telah salah berharap" Sesungguhnya, kekuatan penyerahan diri yang disertai dengan kerelaan hatilah yang memampukan kita untuk terus menjalani hidup ini.
*** Berbahagialah orang yang terus berharap, tetapi juga rela kehilangan.
M a r e t Tak Selamanya Tak Ada Apa-apanya
P ada 1999, Indonesia menduduki peringkat terakhir 70 pe serta Olimpiade Fisika. Meski demikian, Yohanes Surya tetap optimis bahwa suatu saat nanti Indonesia bisa menjadi juara Olimpiade Fisika, meskipun banyak yang memandangnya dengan sebelah mata. Waktu itu saya ditertawakan karena banyak yang beranggapan bahwa Indonesia tidak mungkin menjadi juara dunia olimpiade Fisika, ujarnya.
Dan, pada 2006, ia berhasil mewujudkan hal itu. Ya, Indonesia menjadi juara pertama Olimpiade Fisika. Tentu saja, hal ini sungguh membanggakan, dan membuatnya tidak lagi dipandang sebelah mata. Bahkan, presiden pun menyambut kemenangan itu.
Tujuh tahun bukanlah masa yang singkat untuk berjuang dan berbenah diri guna mewujudkan cita-cita yang besar. Kalikanlah angka 7 dengan 365, sehingga kita dapat membayangkan betapa lamanya perjuangan yang harus dilaluinya.
Mungkin, kita yang sedang berjuang untuk menggapai sebu ah cita-cita di masa depan pun kerap dipandang sebelah mata. Orang mungkin menganggap kita tidak mampu, tidak akan berhasil... tak ada apa-apanya.
Tidak sedikit orang yang menyerah ketika sedang berjuang. Keputusan itu muncul karena mereka tidak lagi dapat menikmati proses perjuangan tersebut. Keputusan itu muncul karena kita kerap mengharapkan proses yang instan untuk menjadi seorang yang terpandang. Kita perlu memahami bahwa Tuhan menikmati setiap detail proses yang kita jalani dengan tekun dan sabar. Ialah saksi untuk setiap hari yang kita lalui dalam merealisasikan perjuangan kita. Selama kita tekun dan sabar, kita dan orang lain akan melihat hasilnya: perjuangan kita tak selamanya tak ada apa-apanya.
*** Seseorang belum berakhir ketika ia dikalahkan, melainkan ketika ia berhenti.
M a r e t Visi Seorang Tukang Tambal
M ungkin, Anda pernah menonton ilm Patch Adams yang
dibintangi oleh Robin Williams. Sedianya, Hunter Adams adalah seorang pecundang. Ia mengalami masa kecil yang buruk. Ayahnya meninggalkannya ketika ia berusia 9 tahun. Ia kerap berpindah tempat kerja karena merasa tidak cocok. Bahkan, suatu kali, ia pernah mencoba untuk bunuh diri, tetapi tidak berhasil, dan ia malah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.
Tinggal bersama orang yang sakit jiwa membuatnya sadar akan tujuan hidupnya: menjadi dokter. Seseorang di sana mengajarinya agar ia tidak melihat apa yang biasa dilihat orang lain. Orang ini pula yang memberinya gelar Patch (tukang tambal) karena telah menambal gelas plastiknya yang bocor.
Setelah belajar selama 12 tahun, Patch akhirnya lulus dari sekolah kedokteran, dan membuka sebuah rumah sakit dengan nama Gesundheit di tanah seluas 42,5 hektar di Virginia Utara. Lebih dari 1000 dokter meninggalkan prakteknya dan memilih untuk bergabung dengan Patch.
Patch menemukan visinya ketika ia berada di Rumah Sakit Jiwa. Realitas yang ada di sekelilingnya membuat ia sadar akan apa yang harus dikerjakannya. Ya, visi memang tak berawal dari niat untuk tampil sebagai manusia mulia yang didasarkan pada angan-angan semu atau impian tak jelas. Realitas yang dapat kita tangkap, meskipun dalam kepekaan kita yang terbatas, itulah yang menjadi dasar bagi visi kita.
Pecundang seperti Patch Adams memiliki visi untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Demikian pula hendaknya kita yang terpanggil menjadi terang dan pembawa damai bagi sekeliling kita.
*** Semangat yang besar mendatangkan pikiran yang besar. Pikiran yang
besar mendatangkan kekuatan yang besar. Kekuatan yang besar memungkinkan langkah yang besar. Erich Watson
M a r e t Teman Lama T eknologi kian canggih. Mungkin, hampir semua anak muda
tahu apa itu Friendster dan Facebook: sebuah jaringan pertemanan di dunia maya di mana proil dan foto seseorang dapat kita akses. Ya, zaman sudah berubah. Pada 1990-an dulu, para siswa SMP dan SMU menggunakan sebuah buku berwarnawarni untuk mengabadikan data diri, foto, moto hidup, puisi, atau kata-kata mutiara dari teman-teman sekelasnya.
Saya bertemu beberapa teman lama melalui jejaring sosial di dunia maya. Mereka adalah teman-teman saya ketika SMP. Saya pun kagum dengan pencapaian mereka sekarang: ada yang menjadi dokter, menjadi pengusaha komputer, melanjutkan studi di luar negeri, dan lain-lain.
Akan tetapi, tidak semua teman-teman saya berhasil dalam hidupnya. Mungkin, begitu pula halnya dengan teman-teman Anda: ada yang masih berjuang untuk menemukan tujuan hidupnya atau tengah berusaha mandiri. Kita semua memiliki peluang untuk bertemu kembali dengan teman-teman lama kapan pun, di mana pun, dan dalam beragam situasi, bukan hanya me lalui dunia maya.
Mungkin, seperti yang terjadi pada diri saya, Anda kagum dengan pencapaian teman-teman Anda yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, tak perlu iri atau malu jika kita merasa bahwa apa yang telah kita raih saat ini tak sebanding dengan mereka. Justru ketika melihat keberhasilan yang mereka capai itulah yang memotivasi kita untuk menjadi orang yang lebih baik dalam memperjuangkan hidup yang kita jalani.
*** Perkara yang kecil adalah sesuatu yang kecil, tetapi kesetiaan dalam perkara kecil adalah sesuatu yang besar.
Hudson Taylor M a r e t Frustrasi Karena Uang F rustrasi karena uang bisa terjadi pada siapa. Bagaimana
dengan orang kaya" Dalam Hidup Tenteram dan Sukses, R.I. Sarumpaet menyatakan bahwa penyebab munculnya frustrasi adalah uang. Pertama, penghasilan terlalu sedikit. Kedua, penghasilan cukup, tapi tidak diatur dengan baik sehingga kerap kekurangan. Ketiga, penghasilan besar, tetapi kerap dihabiskan untuk hal-hal yang tidak baik. Ya, orang miskin dan orang kaya bisa sama-sama frustrasi karena uang!
Manusia memang tak akan pernah puas dalam hal kenikmatan, apalagi bagi kita yang hidup di kota besar, di mana gaya hidup mewah seolah-olah menjadi tuntutan zaman. Mungkin, kita dicekoki dengan pikiran untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan setelah itu menggunakannya untuk bersenang-senang.
Karena itulah kita mengetahui bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. Cinta itu muncul karena kita terlalu memperhatikan keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup. Alhasil, kita mengabaikan hubungan kasih dengan keluarga di rumah. Kita tidak memiliki waktu untuk mengingat kebaikan Tuhan dan berdoa.
Sudahkah kita mengucap syukur atas apa yang selama ini telah kita terima" Apakah Tuhan kita muliakan atas apa yang telah kita kerjakan" Marilah kita belajar menggunakan setiap rupiah yang Ia berikan dengan baik. Dengan cara demikian, hidup kita akan berkenan padaNya, dan kita pun terhindar dari frustrasi.
*** Orang yang paling berbahagia adalah orang yang dapat bersyukur dengan apa yang dimilikinya saat ini.
Socrates M a r e t Kita Bukan Orang Lain T o Kill a Mockingbird, novel karangan Harper Lee, pemenang
penghargaan sastra Pulitzer pada 1961, mengajarkan pada kita tentang bagaimana memahami orang lain. Dengan mengangkat isu rasisme yang masih marak di Amerika pada 1960-an, Harper Lee menunjukkan kepada para pembacanya agar tidak berprasangka buruk terhadap orang lain.
Scout dan Jem, dua anak Atticus, selalu memiliki prasangka yang tidak-tidak kepada Boo Radley, salah satu tetangga mereka. Boo sering dianggap sebagai manusia berbadan besar, garang, dan menakutkan. Di mata Scout dan Jem, rumah Boo adalah rumah misteri yang terkesan angker, terutama karena Boo tak pernah terlihat keluar rumah.
Akan tetapi, anggapan mereka tentang Boo berubah ketika suatu malam Jem diserang oleh seseorang yang misterius, tepatnya setelah Atticus seorang pengacara menjadi pembela bagi seorang kulit hitam yang menurutnya tidak bersalah di pengadilan. Boo adalah sosok yang menyelamatkan Jem dari serangan orang misterius tersebut.
Kau tidak pernah bisa memahami seseorang sebelum kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya... hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya, ujar Atticus. Pernyataan ini juga berlaku bagi kita dalam menilai orang lain. Mengapa" Karena kita kerap menilai orang lain berdasarkan kesan sekilas. Kita kerap menilai orang lain tanpa sungguh-sungguh mengenalnya. Karenanya, jika saat ini kita mudah berprasangka buruk, sadarilah bahwa kita bukanlah orang lain.
*** Jika Anda bertemu dengan seseorang yang kejam, sebenarnya Anda telah bertemu dengan seorang pengecut. Anonim
M a r e t Membesarkan Selusin Anak M emiliki dua belas anak dapat berarti banyak hal: anugerah,
masalah, dan juga keajaiban. Anugerah, karena orangtua selalu menganggap anaknya sebagai anugerah. Masalah, karena mengurus anak bukanlah perkara yang mudah. Keajaiban, karena mayoritas keluarga Amerika yang hidup pada 2000-an berakhir dengan perceraian. Jangankan hidup dengan banyak anak, hidup dengan satu pasangan saja bukanlah perkara yang mudah. Itulah sebabnya, mengapa Oprah Winfrey menghadirkan keluarga ini dalam acara temu wicaranya di televisi.
Ketiga hal di ataslah yang sesungguhnya hendak ditampilkan ilm Cheaper by the Dozen arahan sutradara Shawn Levy. Tom (Steve Martin) dan Kate Baker (Bonnie Hunt) berperan sebagai orangtua dalam keluarga yang ingar-bingar ini. Ya, anak-anak mereka nakal!
Terlepas dari kekonyolan yang terkesan berlebihan, ilm ini berusaha untuk menyajikan pandangan bahwa pengorbanan itu penting. Harta, kemewahan, dan kebanggaan atas suatu pencapaian tak ada artinya jika dibandingkan dengan kebersamaan dan sikap saling mengasihi. Itulah yang diperjuangkan oleh keempat belas anggota keluarga yang saling berbeda pikiran satu sama lain ini.
Terkait dengan hidup berkeluarga, saya banyak belajar dari orangtua saya. Semakin kita tua, semakin kita akan menyadari bah wa memperjuangkan apa pun untuk kehidupan bersama adalah kebahagiaan terbesar yang dapat dimiliki oleh orangtua mana pun di dunia, ujar ibu saya.
*** Dengarkan. Sekali lagi, dengarkanlah anak-anak Anda. Robert J. Schuller
M a r e t Terlalu Mengasihani Diri Sendiri
D ulu, saya pernah mengalami persoalan yang sangat berat
sebagai seorang anak muda, yaitu: PHK, alias Putus Hubungan Kasih, alias ditinggal pacar. Cukup lama waktu yang saya habiskan untuk memulihkan diri. Ya, saya rasa anak muda umumnya akan mengaku dirinya ada dalam masalah besar ketika hal ini terjadi. Bahkan, ada yang bunuh diri ketika mengalaminya.
Akan tetapi, saya juga pernah mendengar cerita dari murid sekolah minggu saya yang mengatakan bahwa neneknya sulit men jemput kematiannya karena hatinya dipenuhi dendam pada seseorang. Ia seakan-akan sulit mengampuni. Bahkan, ia selalu geram ketika mendengar nama orang itu.
Masalah-masalah yang sama, yang itu-itu saja, yang tak kunjung hilang karena kita tanggapi dengan cara mengasihani diri sendiri secara kelewatan ini kontras dengan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita setiap pagi. KasihNya yang tak berkesudahan seharusnya membuat kita bersyukur dan meninggalkan kesusahan, luka, dan dendam yang ada dalam hati kita.
Kita perlu sadar bahwa setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Apakah mereka peduli dengan persoalan yang kita hadapi dalam hidup keseharian kita" Apakah kita juga peduli de ngan masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang kita lewati da lam hidup keseharian kita"
Kita memang berharga di mataNya. Namun, keberhargaan itu tidak seharusnya membuat kita mengasihani diri sendiri karena merasa terlalu berharga, sehingga ketika mengalami penderitaan kita kerap merasa sebagai orang yang paling malang di muka bumi.
*** Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kekhawatiran tak membuat hidup kita sehasta lebih panjang.
M a r e t Ketika Terjaga dari Mimpi Buruk
H ampir seluruh kota Malang dilanda tsunami. Kematian terjadi di mana-mana. Suasana panik. Anak-anak kecil terjangkiti virus yang mematikan sehingga mereka harus dibunuh agar virus itu tidak menjangkiti orang lain. Awan-awan di angkasa berwarna abu-abu pekat. Udara tampak berwarna cokelat. Sungguh sangat suram!
Kemudian, saya melihat keponakan saya ikut dibunuh dengan cara yang mengerikan. Ia masih kecil, bahkan usianya belum genap satu setengah tahun. Setiap hari, ia selalu menghibur kami sekeluarga dengan cara bicaranya yang cadel dan tidak jelas.
Tak lama kemudian, saya terbangun. Sontak, saya segera mencari keponakan saya itu, lalu menggendongnya. Tak terasa, air mata mengalir di pipi saya ketika mengetahui bahwa ia baikbaik saja. Kelucuannya pun masih tetap hadir. Mimpi buruk& oh& mimpi buruk!
Saya rasa semua orang pernah mengalami mimpi buruk. Bahkan, tak jarang, karena sedemikian buruk, mimpi itu sulit kita hapus dari pikiran kita. Penyebabnya pun tidak jelas, apalagi maksudnya.
Memang, tak semua dari kita memiliki karunia seperti Yusuf yang bisa mengartikan mimpi. Namun, ketika kita terjaga da ri mimpi buruk, semestinyalah kita bersyukur kepada Tuhan yang mengizinkan bahwa hal yang buruk itu hanya terjadi dalam mim pi kita. Baiklah kita juga memohon agar setiap hal buruk itu dijauhkanNya dari hidup kita dengan meminta perlindunganNya seraya memohon petunjukNya.
*** Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri. Franklin D. Roosevelt
M
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a r e t Senapan Kenangan Pembuat Onar
S uatu ketika, seorang pemburu asal Jepang berburu di Maroko. Di sana, ia meninggalkan sebuah senapan kepada penduduk setempat. Penduduk itu lantas menjual senapan itu kepada temannya karena ia tak membutuhkannya. Ia meyakinkan kawannya bahwa senapan itu memiliki akurasi jarak tembak hingga tiga kilometer.
Setelah membelinya, si pembeli menyerahkan senapan itu kepada kedua anaknya yang menggembalakan kambing dan domba. Keduanya lantas menjajal kemampuan senapan itu pada sebuah bis yang lewat. Tak dinyana, pelurunya mengenai seorang turis asal Amerika yang ada di bis itu. Alhasil, senapan itu membuat onar bagi banyak pihak. Orangtua kedua anak itu diinterogasi polisi. Begitu pula halnya dengan sang penjual senapan.
Tidak hanya berhenti di situ. Masalah itu menjadi semakin runyam karena sang pemburu asal Jepang pun turut dimintai keterangan terkait dengan senapan itu. Alhasil, tiga belahan dunia: Jepang, Amerika, dan Maroko, terlibat dalam sebuah konlik hanya karena sebuah senapan pemburu.
Kisah di atas adalah cuplikan dari ilm Babel. Sadarkah kita bahwa ternyata hal kecil yang seharusnya tak perlu kita lakukan dapat mengakibatkan konlik yang luas"
Di dunia ini segala sesuatu saling berkaitan, dan tak ada sesuatu yang terjadi tanpa penyebab yang pasti.
Kelalaian dapat berakibat fatal. Kelalaian kita untuk lebih berhati-hati dalam bertindak, bertutur, dan bersikap dapat menimbulkan konlik yang panjang. Jadi, marilah kita benahi hidup kita sebelum segala yang runyam dan berbelit-belit terjadi akibat minimnya sikap hati-hati.
*** Kewaspadaan dapat diganjar dengan keselamatan, dan kecerobohan dapat diganjar dengan hukuman.
M a r e t Hamba Tuhan Bukan Jaminan
K etika menulis renungan ini, pesawat Adam Air telah hilang
selama lima hari di sekitar Sulawesi. Mungkin, ada di antara kita yang bertanya: pesawat itu kok tetap hilang ya, kan ada pendeta di dalamnya" Mungkin, kita beranggapan bahwa pendeta yang menumpang di pesawat itu menjalani hidupnya dengan tidak benar, sehingga ia dihukum Tuhan.
Tentu saja, anggapan ini menyesatkan, terlebih dengan asumsi bahwa hidup seorang pendeta atau hamba Tuhan pastilah benar. Apalagi, dengan asumsi bahwa kecelakaan tersebut adalah hukuman Tuhan. Dan, mengaitkan kecelakaan itu dengan benar atau tidaknya kehidupan seseorang.
Jika kemalangan itu terjadi pada orang yang dianggap saleh seperti hamba Tuhan, misalnya, apakah dengan demikian kita meng klaim bahwa Tuhan tidak menolong orang yang dikasihiNya" Tentu saja, tidak. Tuhan memiliki maksud dan rencanaNya ketika kematian terjadi pada orang-orang yang dikasihiNya.
Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari musibah ini, yaitu: pertama, musibah sama sekali tidak ada hubungannya dengan benar atau tidaknya hidup seseorang. Siapa pun dapat tertimpa musibah, baik orang saleh maupun orang bejat. Kedua, hamba Tuhan bukanlah jaminan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Kita kerap mengeluh, curhat, dan konsultasi kepada pendeta, berharap agar setiap persoalan kita dapat selesai dengan nasihat dan doa-doanya, tetapi mereka juga manusia, yang hidupnya tak luput dari masalah masalah dan musibah.
*** Jika saya mencoba menjadi seperti dia, siapa yang akan mencoba menjadi seperti saya" Peribahasa Yahudi
M a r e t Berkat Itu Apa" S aya sering mendengar kisah tentang seseorang yang sukses
dalam usaha, karir, atau mendapatkan pasangan hidup. Mereka menyebut dirinya sebagai orang-orang yang diberkati atau sukses. Mereka meraihnya setelah berdoa, berpuasa, atau meningkatkan pembacaan akan irman Tuhan. Hal itu membuat saya kagum. Dan, tentu saja, saya pun tergoda untuk mendapatkan apa yang mereka dapatkan.
Akan tetapi, saya kerap gagal. Sebagai penulis, karya-karya saya kerap ditolak oleh beberapa media cetak. Beberapa naskah yang saya ajukan untuk diterbitkan pun dinyatakan tidak layak terbit. Alhasil, sekalipun telah menerapkan semua kedisiplinan dan kegiatan rohani yang saya sebut sebagai syarat, berkat itu tak kunjung datang.
Kemudian, saya merenung: napas yang kaumiliki, apakah itu bukan berkat" Saudara-saudara dan orangtuamu, apakah itu bukan berkat" Makanan yang kau santap setiap hari" Talenta" Ya, semua itu adalah berkat!
Alhasil, saya tersadar bahwa selama ini saya, dan mungkin juga Anda, selalu berpikir bahwa berkat adalah suatu pencapaian, mukjizat, atau pemberian dan peristiwa yang fantastis dalam kehidupan kita. Kini, sudah saatnya kita mengubah cara pandang kita tentang berkat. Berapa banyak dari kita yang selalu bersyukur atas apa yang kita terima, dan tetap menjalani hidup dengan disiplin secara rohani tanpa bermaksud untuk mendapatkan berkat melainkan karena menyadari bahwa kedisiplinan rohani itu memang perlu"
Ketika kita menyadari bahwa keberadaan diri kita adalah berkat, maka di mana pun kita berada apa pun akan menjadi berkat. Ya, kita membuat orang lain terberkati dengan kehidupan kita.
*** Jika kita bisa menguasai harta dan benda, maka kita akan menjadi kaya dan bebas. Namun, jika kita dikuasai harta dan benda, maka kita
M a r e t Milik yang Harus Dipertahankan
S eorang pendeta di Malang bercerita tentang seorang ibu
tua. Mulanya, ibu tua ini tampak memelas di depan pendeta itu, meminta agar diizinkan berjualan di depan gereja. Dan, ia diizinkan. Awalnya, ia hanya membawa sebuah meja untuk meletakkan dagangannya.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, dagangan ibu ini makin laris. Berawal dari sebuah meja, ia lantas membuat kios semi-permanen. Kemudian, kios itu menjadi permanen sehingga mengganggu orang-orang yang hendak memarkir kendaraannya. Peringatan sudah diberikan beberapa kali, tetapi ia tetap berupaya untuk mempertahankan kiosnya. Ketika dengan baik-baik diminta agar kiosnya dikembalikan seperti dulu, ibu itu malah marah dan membawa persoalan ini ke ranah hukum dengan menggandeng seorang pengacara.
Demikianlah manusia. Apa yang sudah menjadi milik kita akan kita pertahankan mati-matian. Bahkan, tak jarang, apa yang tidak menjadi hak kita pun kita klaim sebagai hak kita. Dari masa ke masa, status sosial seorang tampaknya ditentukan oleh banyaknya barang dan kepemilikan yang ada padanya. Padahal, pengorbanan, sikap mengalah, tidak menuntut, dan hati yang rela juga merupakan hal-hal baik yang tidak boleh hilang.
Selama ini, terlalu banyakkah kita menuntut pada Tuhan untuk memenuhi keinginan kita" Sadarkah kita bahwa tuntutan kita padaNya yang kerap disertai dengan gerutu dan keluhan adalah sesuatu yang ada di luar kendali dan jangkauan pikiran kita untuk dikabulkanNya" Ketika berlaku demikian, sesungguhnya kita telah mengatur Tuhan agar memberikan apa yang kita inginkan, padahal Tuhan dapat memberikan sesuatu yang jauh lebih baik daripada apa yang dapat kita pikirkan.
*** Anda akan memiliki apa yang Anda berikan. Anda akan kehilangan apa yang Anda simpan dan Anda habiskan. Kemurahan hati tak pernah
M a r e t Belas Kasihan dan Tuntutan
I ni adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Suatu ketika, dalam sebuah perjalanan yang saya lakukan dengan meng gunakan bis kota dari terminal Bungurasih, Surabaya, ke Bratang, sebuah terminal lain di sebuah kecamatan di Surabaya, saya dimaki pengamen. Hal itu terjadi karena saya tidak memberinya uang, padahal di matanya saya tampak menikmati lagu yang dinyanyikannya.
Pengalaman ini membuat saya berpikir: apakah yang sesungguhnya mendasari keputusan kita untuk memberi sejumlah uang kepada pengamen" Apakah karena pakaiannya yang kumal atau karena suaranya yang memang terdengar bagus"
Apa pun jawaban terhadap pertanyaan tersebut, satu hal yang pasti adalah fakta bahwa umumnya kita memberi pengamen sejumlah uang karena kita hendak berbelas kasih kepada mereka. Namun sayangnya, pengamen yang saya ceritakan di atas justru menuntut untuk dibelaskasihani.
Terkadang, kita pun berlaku demikian. Di hadapan Tuhan, kita kerap menuntut belas kasihNya. Air mata kita mengalir ketika berdoa karena mengasihani diri sendiri, merasa kurang disayangi, terlalu sering dikecewakan, atau sedang bokek.
Kita perlu memahami bahwa belas kasih Tuhan itu tanpa syarat. Ia akan selalu memberi, meskipun kita tidak menuntut. Bahkan, terhadap kesalahan kita pun Ia tetap berbelas kasih!
Tuhan berkenan pada hati yang berserah, bukan yang penuh keluh-kesah. Tuhan berkenan pada jiwa yang penurut, bukan penuntut. Ia menyediakan pertolongan bagi semua orang, dan bagi mereka yang pasrah akan selalu tersedia kemurahanNya.
*** Tanpa dituntut dan diminta, Tuhan memberikan belas kasihNya, tetapi manusia kerap menggunakan air mata buaya ketika memintanya.
M a r e t Ketika Berbaring di Ranjang Istirahat
Berbaring di ranjang istirahat Kiranya damai meliputi
Bukan hanya raga kembali kuat Semakin teguh pula jiwa dan hati
B eberapa tahun lalu saya dirawat di rumah sakit selama seminggu. Inilah pertama kalinya saya dirawat di rumah sakit karena sakit yang cukup parah. Saya mengidap gejala tifus dan demam berdarah. Selama seminggu di sana, saya bersyukur karena memiliki banyak waktu untuk mengenang kebaikan Tuhan dalam hidup saya momen ketika saya dapat sungguh-sungguh beristirahat.
Sahabat dan guru saya, Arie Saptaji, menuliskan puisi di atas untuk menghibur dan menguatkan saya. Ketika membacanya, saya merenung: apa yang sesungguhnya bisa membuat kita merasa damai ketika sedang berbaring, tepatnya ketika sakit, sehingga membuat raga, jiwa, dan hati ini dikuatkan dan diteguhkan kembali"
Jawabannya adalah doa. Sembari berdoa saya membuka dua kitab kesukaan saya, Mazmur dan Pengkhotbah. Kedua kitab ini, terutama Pengkhotbah, banyak mengungkap tentang hidup dan mati manusia.
Ketika sakit, jiwa kita dipenuhi harapan akan datangnya kesembuhan. Atau, mungkin juga harapan dan bayangan akan kematian (jika sakitnya cukup parah). Ketika sakit, kita memiliki banyak waktu untuk mengenang perbuatan baik, juga dosa, yang membuat kita berkaca pada diri sendiri. Bagi mereka yang takut akan Tuhan, sakit, entah berujung pada kesembuhan atau kematian, merupakan gerbang bagi pemulihan jiwa yang merindukan damai dan keadaan yang lebih baik.
*** Hati nurani yang bersih tidak pernah takut pada ketukan pintu tengah malam.
M a r e t Alat Kelaminnya pun Dipotongnya!
N ovel berjudul The Professor and the Madman Karangan Simon
Winchester memuat sebuah kisah yang menakjubkan tentang pembuatan kamus Oxford, kamus terhebat dalam sejarah.
Dalam novel ini dikisahkan bahwa pembuatan kamus Oxford melibatkan banyak pihak selaku kontributor lema (kata-kata di kamus) dan artinya. James Murray, seorang profesor, menjabat sebagai editor dalam pembuatan kamus tersebut. Sementara itu, salah satu kontributor yang paling teliti dan memberikan banyak lema dan artinya dalam pembuatan kamus tersebut adalah Dr. Minor, yang juga kerap dipanggil The Madman meskipun sebenarnya ia tidak benar-benar gila.
Selama kurun waktu tertentu dalam hidupnya, Dr. Minor sering menyetubuhi beberapa wanita. Itulah sebabnya, mengapa benaknya selalu dipenuhi dengan imajinasi erotis. Bahkan, setiap hari ia bermasturbasi. Namun, suatu hari, karena merasa dirinya sangat kotor, ia melakukan hal tergila yang pernah saya ketahui, yaitu: memotong alat kelaminnya!
Para pria (dan mungkin juga wanita) perlu menyadari bahwa seks bisa menjadi sebuah candu seperti halnya rokok atau kopi. Itulah sebabnya, mengapa kita, terutama yang belum menikah, harus telaten menyaring apa yang akan kita tonton. Hal ini penting karena saat ini dunia sudah semakin kejam menyiksa angan dan pikiran kita.
Bersyukurlah jika kita masih bisa merasa kotor dan bersalah atas dosa percabulan atau perzinaan. Mengapa" Karena dengan demikian kita masih menyadari pelanggaran yang kita lakukan. Dan, ingatlah bahwa ada pengampunan dariNya. Bahkan, kuasaNya memampukan kita untuk berubah. Kita harus berubah, karena sekalipun tampak sangat nikmat dan menggiurkan, dosa akan memperbudak kita, dan membuat kita tak berdaya.
*** Kita perlu mewaspadai dosa setiap saat, karena ia tidak akan lenyap
M a r e t Menerima Orangnya, Menolak Dosanya
O swald Chambers, seorang penulis yang terkenal dengan
bukunya, My Utmost for His Highest (Pengabdianku untuk KemuliaanNya), menyatakan bahwa penerimaan sejati tidak mempermasalah alasan. Namun, kerap kali dunia memperlakukan kita dengan cara yang berbeda. Dunia menerima kita karena kita kaya, terkenal, tampan (atau cantik), pintar, dan sederet alasan lainnya.
Itulah alasan-alasan penerimaan yang umumnya berlaku. Dan, jika salah satu alasan penerimaan itu hilang dari diri kita (misalnya, kita tak lagi kaya, terkenal, dan seterusnya), maka, perlahan-lahan, dunia mulai mengabaikan kita.
Tuhan yang suci saja mau menerima manusia yang kotor. Mengapa" Karena Ia menerima kita tanpa syarat. Inilah kasih yang sesungguhnya. Dan, Tuhan sendiri adalah kasih. Kepada para pendosa Tuhan selalu menerima orangnya dan menolak dosanya. Sementara itu, dunia ini bertolak belakang: menolak orangnya dan kadang kala malah ingin mengetahui dosanya (seperti yang umumnya berlaku dalam tayangan gosip di televisi). Saya berharap bahwa suatu hari nanti kita bisa menerima sesama kita sebagaimana Tuhan menerima kita.
*** Perlakukan seseorang sebagaimana adanya dan ia akan tetap sebagaimana adanya. Johann Wolfgang von Goethe
A p r i l 365 Jam S uatu ketika, ada seorang anak kecil yang memperoleh kado
Natal dari Ayahnya. Di dalam kado itu, sang ayah menulis sebuah janji: bahwa ia akan menghabiskan waktu satu jam sehari bersama anaknya selama satu tahun. Ya, 365 jam kebersamaan.
Selama ini, sang ayah memang sangat sibuk. Meski demikian, ia juga menyadari bahwa ia tidak dapat mengabaikan kewajibannya sebagai seorang ayah pada anaknya. Di kemudian hari, jam demi jam yang mereka lewati bersama menyadarkan sang anak akan pentingnya kebersamaan dan komunikasi. Alhasil, ketika dewasa dan telah menjadi pengacara yang hebat, ia mengakui bahwa 365 jam dalam setahun yang diberikan ayahnya kepadanya adalah pem berian yang paling berarti yang pernah ia terima.
Keberhasilan seseorang tidak semata-mata berhubungan dengan ketenaran atau kekayaan. Juga, tidak semata-mata berhu bungan dengan pangkat atau kedudukan. Saya pernah menyaksikan sebuah keluarga yang kaya raya, tetapi anak-anak yang dibesarkan dari keluarga tersebut tidak ada yang hidup mandiri setelah menikah. Mereka semua bergantung kepada wa risan orang tua, kekayaan mertua, bahkan ada yang sempat men dekam di penjara.
Kehadiran adalah kado terindah dari seseorang kepada orang lain, melebihi segalanya, demikian kata pepatah. Hal ini benar adanya. Bagi kita yang sudah berkeluarga, keluarga adalah tempat di mana kita harus selalu menghadirkan diri. Apalagi, jika kita adalah ayah atau ibu di keluarga kita masing-masing. Kehidupan metropolis yang saat ini menantang kita untuk mendapatkan penghasilan lebih dalam karir yang kita bangun tak seharusnya membuat kita mengabaikan keluarga.
*** Jika Anda ingin anak Anda memiliki kehidupan yang damai, biarkan mereka merasakan sedikit kelaparan dan kedinginan. Peribahasa China
A p r i l Post Power Syndrome A yah saya telah pensiun sejak beberapa tahun lalu. Beliau
sem pat menjadi pejabat, meskipun tidak menduduki jabatan teratas di kantornya. Selama bekerja beliau kerap dikelilingi oleh orang-orang yang cukup penting di kantornya, atau anak buah yang selalu siap menjalankan perintahnya. Namun kini, keadaan berubah.
Sebelum pensiun, beliau telah membekali diri dengan sebuah rencana, yaitu: membuka usaha kecil-kecilan. Ia menyatakan bahwa ia tak mau larut dalam post power syndrome (sindrom orang yang kehilangan kekuasaan sehingga memengaruhi kesehatan tubuh dan jiwa).
Hakikat hidup adalah bekerja, ujar sebuah pepatah. Bekerja membuat pikiran tetap berjalan dan otak tetap berfungsi. Kemalasan memang terasa nyaman bagi tubuh, tetapi mencelakakan.
Anak muda kerap kali dihinggapi kemalasan karena termakan semboyan yang menyesatkan: Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga . Semboyan ini sesat karena tidak ada satu kekayaan pun yang dapat diraih ketika kita tua bila semasa muda kita kerap berfoya-foya. Jelaslah, bahwa semboyan ini merusak cara pandang generasi muda kita.
Karenanya, ada baiknya jika kita, baik yang masih muda maupun sudah tua, tetap bekerja, berkarya, dan memberikan yang terbaik bagi hidup kita agar tidak terperangkap dengan semboyan yang menyesatkan di atas. Dengan begitu, seluruh kehidupan kita akan memiliki arti.
*** Kemalasan adalah pintu masuk bagi sebuah kegagalan.
A p r i l Ketika Kematian Mendekat S eseorang pernah menyatakan bahwa kita perlu berkarya seolah-olah kita masih hidup 100 tahun lagi, tetapi kita perlu mengoreksi diri setiap saat seolah-olah esok kita akan mati. Ini adalah sebuah ajakan untuk menjalani hidup dengan tetap produktif, sembari tetap menjaga kemurnian hati nurani setiap saat.
Jika Anda pernah nonton ilm Dead Man Walking yang dibintangi Sean Penn dan Susan Sarandon, mungkin Anda akan menyadari kebenaran ajakan di atas, terutama dalam hal me ngoreksi diri setiap saat. Dalam ilm ini dikisahkan seorang terpidana mati yang sedang menghadapi ajalnya. Ia menerima hukuman tersebut karena terlibat kasus pembunuhan. Nuansa yang ditampilkan di sepanjang ilm ini sangat mengharukan dan mencekam.
Kau telah menjalani hidupmu dengan melakukan kejahatan. Sebentar lagi kau akan mati. Dan, segala yang telah kau lakukan semasa hidupmu akan dinilai. Hei, Bung, tahukah kau ke mana engkau akan pergi setelah ini" Demikian kira-kira pertanyaan yang muncul di benak saya ketika menyaksikan ilm ini. Wajahnya selalu tampak muram dan lebam. Ia menahan tangis dan ketakutan atas apa yang akan menimpanya.
Kini, marilah kita merenung: apakah kita pernah mengoreksi diri kita sendiri" Apakah kita pernah bertobat atas kesalahan yang telah kita lakukan" Kematian bisa menjemput kita kapan pun dan di mana pun. Karenanya, kita perlu menjalani hidup kita dengan integritas dan hati yang murni setiap saat agar kita siap menghadap hadiratNya ketika kematian menghampiri kita.
*** Kematian tidak perlu ditakuti selama kita menjalani hidup dengan benar dan menjaga kesucian di hadapan Tuhan.
A p r i l Sejarah Itu Penting M ata pelajaran Sejarah mulai dianggap remeh oleh para
siswa SMA di Jakarta. Hal ini terjadi karena mata pelajaran tersebut tidak diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Demikian laporan Kompas edisi Kamis, 1 Maret 2007, setelah menghadiri pertemuan guru-guru Sejarah SMA di Jakarta yang diprakarsai oleh Onghokham Institute dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Tentu saja, hal ini mengecewakan. Padahal, Bung Karno pernah menyatakan agar kita jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah). Ya, sebuah bangsa bisa maju dan berkembang jika tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Ketika bangsa Israel keluar dari padang gurun, Tuhan melalui perantaraan Musa berirman agar mereka tidak melupakan kebaikan dan kasih setiaNya di masa lampau. Bahkan, di kitab Ulangan (Taurat), Musa berulang kali meriwayatkan hal-hal yang telah dialami oleh bangsa Israel agar mereka tidak melupakan Tuhan.
Janganlah kita menjadi orang yang lupa akan jati diri kita yang sesungguhnya. Janganlah pula mengulangi kesalahan yang sama. Ingatlah selalu akan kasih Tuhan. Semuanya itu adalah sejarah yang harus kita ingat dan jaga sepanjang hidup kita.
*** Hanya ada dua hal dalam hidup, yaitu: sebab dan akibat. Robert Anthony
A p r i l Menjaga Daya Tahan Hidup P ada peringatan seabad satyagraha yang berlangsung beberapa
bulan yang lalu, seorang pemimpin besar menarik relevansi ajaran Mohandas Karamchand Gandhi dalam kehidupan masa kini. Satyagraha adalah ajaran untuk tidak melawan kekerasan dengan kekerasan. Di mata Nelson Mandela, satyagraha adalah kunci bagi daya tahan hidup manusia di abad ke-21.
Gandhi memulai ajarannya yang populer itu di Johannesburg pada 11 September 1906. Ketika itu, ia berprofesi sebagai penga cara. Delapan tahun kemudian, ia mulai menyebarkan ajaran itu secara lebih luas melalui kampanye perdamaian terhadap kekerasan kolonial Inggris yang menjajah bumi India selama 300 tahun. Kampanye ini akhirnya berhasil mengusir Inggris dari India.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nelson Mandela di atas, ajaran satyagraha memang berperan penting dalam menjaga daya tahan hidup manusia. Mungkin, kita pernah mendengar tentang bagaimana seseorang yang penuh dendam menjemput kematiannya. Saya pernah melihat bagaimana penyakit mengge rogoti hidup seseorang karena seumur hidupnya ia tak mau mengampuni. Anda tentu tidak ingin mengalami hal itu, bukan"
Bangsa ini telah disodori oleh beragam kekecewaan (seperti janji-janji palsu, kecelakaan, bencana, dan lain-lain) dari para pemimpin, yang, tentu saja, membuat hidup menjadi semakin su lit untuk dijalani. Namun, jika kita meresponnya dengan hati yang membatu, niscaya daya tahan hidup kita juga tidak akan berlangsung lama. Kita perlu hati yang lembut hati yang mengampuni untuk hidup di zaman ini.
*** Di tengah peradaban manusia yang tinggi, manusia merana dan mati
bukan karena keterbatasan alam, melainkan karena ketidakadilannya sendiri. Henry George
A p r i l Ketika Sang Putra Mendapat Mercon
D alam kisah hidupnya yang dituturkan secara langsung kepada Cindy Adams dalam Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Bung Karno menceritakan tentang masa kecilnya yang amat susah. Ayahnya adalah seorang guru rendahan, dan ibunya kadang kala mengais rezeki dengan berjualan.
Salah satu bagian yang menarik dari kisah hidup Putra Sang Fajar ini adalah ketika ia iri kepada teman-temannya yang mampu membeli mercon di masa Lebaran. Sebenarnya, ia ingin sekali mem beli mercon, tetapi tak bisa.
Akan tetapi, pada suatu Lebaran, seorang bapak berkunjung ke rumahnya dan memberinya sebungkus mercon. Terkait dengan hal ini, Bung Karno menyatakan bahwa ia tak akan pernah melupakan hari itu, karena itu adalah salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya sebagai anak-anak.
Prinsip doa yang sering diajarkan kepada kita adalah bahwa Tuhan peduli pada apa yang kita butuhkan, bukan pada apa yang kita inginkan. Hal ini ada benarnya, mengingat bahwa manusia memiliki keinginan yang luas, tanpa batas. Namun, apakah benar bahwa Tuhan sama sekali tidak mau memenuhi apa yang kita inginkan"
Rasanya tidak demikian. Mengapa" Karena umumnya apa yang kita inginkan sejalan dengan apa yang kita butuhkan. Dan, rasanya, sejauh apa yang kita inginkan tidak melanggar hukum Tuhan, maka Ia akan berkenan untuk mengabulkannya. Mungkin, ayah Bung Karno sangat senang ketika mengetahui bahwa putranya mendapat mercon, karena selama ini ia tak mampu membelinya. Demikian pula halnya dengan Tuhan. Ia suka menyenangkan kita dengan mengabulkan apa yang paling kita inginkan dalam hidup ini.
*** Tuhan akan mengabulkan apa pun yang kita inginkan jika hal itu tidak berujung pada kemuliaan diri kita semata.
A p r i l Pemuja Rahasia Tuhan D alam Memoirs of a Geisha karya Arthur Golden dikisahkan
ten tang Sayuri, gadis yang sejak remaja jatuh hati kepada Iwamura Ken seorang pria yang kaya, tenar, dan pemilik Iwamura Elektrik, salah satu perusahaan terkenal di Jepang pada
1930 1940-an. Sayuri yang berasal dari keluarga yang sangat miskin mencoba peruntungannya dengan menjadi geisha agar suatu ketika dapat bertemu kembali dengan Iwamura. Menjadi geisha dapat berarti dua hal: geisha kelas bawah bisa disamakan dengan pelacur, geisha kelas atas setara dengan istri simpanan. Tekadnya bak lagu remaja yang beberapa waktu lalu sempat menjadi hit: Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia. Namun, sekalipun berniat menjadi yang kedua, Sayuri tetap merasa bahwa Iwamura adalah sosok yang tak tergapai.
Pemuja rahasia, semua orang akrab dengan istilah ini. Pemuja rahasia tidak bisa berbuat banyak hal dalam hidup atas nama cinta yang diusungnya. Mengapa" Karena cinta mereka sunyi. Seperti yang dialami Sayuri, para pemuja rahasia merasa bahwa jurang yang memisahkan dirinya dengan sosok yang dicintainya terlalu tinggi. Kekayaan, kecantikan atau ketampanan, intelegensi, atau ketenaran sang pujaan hati rasanya tak tersentuh.
Terkait dengan hal ini, pernahkah kita berpikir untuk menjadi pemuja rahasia Tuhan" Dibandingkan Dia, kita tidak ada apaapanya. Pernahkah kita merenungi bagaimana Ia mengangkat kita sebagai anakNya dari keadaan kita yang sebelumnya kacau-balau dan hancur lebur" Sampai kapan pun ada sisi kepribadianNya yang misterius, yang ketika terungkap akan semakin menguatkan kita untuk kembali memujaNya.
*** Hal terindah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan. Albert Einstein
A p r i l Kubilang Juga Apa! D alam Prince of Caspian, C.S. Lewis menceritakan tentang
empat bersaudara yang kembali memasuki dunia lain bernama Narnia. Suatu ketika, dalam sebuah perjalanan di negeri itu, mereka dihadapkan pada dua pilihan jalan yang ada di tepi sebuah jurang.
Lucy, salah satu dari keempat bersaudara itu menyatakan bahwa mereka harus berjalan mendaki ke atas, menuju sebuah gunung, karena ia merasa melihat Aslan, Singa penguasa negeri Narnia, di atas gunung itu. Namun, ketiga saudara yang lain menolaknya, karena tidak melihatnya. Tentu saja, hal ini membuat Lucy sedih. Alhasil, ia harus tunduk kepada ketiga saudaranya yang lain, dan seorang kurcaci, dan bersama-sama menapaki jalan ke bawah, menuruni jurang.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ketiga saudaranya itu menyadari kesalahannya. Ternyata, jalan yang telah mereka pilih sangat berbahaya. Peter, saudara tertuanya berkata kepadanya, Kau hebat, Lu. Kau sama sekali tidak berkata, kubilang juga apa!
Mungkin, selama ini kita tidak seperti Lucy jika berhasil membuktikan sebuah kebenaran. Mungkin, kita menjadi sombong, bahkan tak jarang menganggap semua orang lebih bodoh daripada kita. Kubilang juga apa! Mungkin, kata-kata inilah yang sering kita ucapkan.
Tuhan ingin agar kita selalu rendah hati. Mengapa" Karena manusia dapat berbuat salah, dan begitu pula halnya dengan kita. Suatu ketika, orang lain dapat berbuat benar ketika kita salah. Dan, ketika itu terjadi, kita akan menyadari bahwa kata-kata Kubilang juga apa! itu terasa tidak nyaman di telinga kita.
*** Kesombongan adalah pikiran yang sepenuhnya anti-Tuhan. C.S. Lewis
A p r i l Tak Ada Orang Kaya yang Bertobat
T ak ada orang kaya yang bertobat bila kekayaan adalah segalagalanya di dalam hidup ini, ujar seorang pendeta dalam sebuah seminar keuangan yang saya hadiri. Saya terhenyak ketika mendengar hal itu, dan berusaha menyerapnya di dalam hati. Kemudian, saya mengaitkan kekayaan dengan ketampanan (atau kecantikan) dan ketenaran. Hal ini penting karena umumnya kita mengukur kebahagiaan dan kesuksesan dengan tolok ukur ketiga hal tersebut.
Bintang sinetron, penyanyi, dan selebritas adalah sosok yang kerap menjadi tolok ukur kita akan kesuksesan: mulai dari re sep si pernikahan hingga resep masakan. Namun sayangnya, kita lupa bercermin ketika mereka terlibat perceraian, narkoba, dan berbagai hal yang tak mulia lainnya. Mengapa mereka melakukan hal itu" Jawaban yang pasti terhadap pertanyaan ini adalah karena mereka tidak bahagia. Karenanya, ketika mengelus dada atau turut sedih dengan aib yang menimpa mereka, hendaknya kita juga berani mengambil sikap: aku tak perlu menjadi sama dengan mereka.
Bersyukurlah kepada Tuhan jika kita kaya, tampan (cantik), dan tenar. Namun, itu semua tidak bisa dijadikan tolok ukur kebahagiaan. Jika Anda berpikir bahwa Anda akan berbahagia karena telah memiliki ketiga hal tersebut, maka Anda salah, karena ketiga hal itu semu dan tidak akan bertahan lama.
Kesuksesan yang sejati akan kita peroleh jika kita mematuhi kehendak Tuhan. Kebahagiaan sejati akan kita dapatkan jika kita mau bersyukur atas apa yang Dia berikan dalam hidup kita: berkat, hikmat, relasi, bahkan cobaan kehidupan yang sedang kita hadapi saat ini.
*** Berusahalah untuk tidak menjadi orang sukses, tetapi menjadi orang berharga. Albert Einstein
A p r i l Kisah-kisah yang Tak Berakhir
B ukankah kisah-kisah besar tak pernah berakhir" tanya Sam
kepada Frodo dalam The Lord of The Rings: The Two Towers karya J.R.R. Tolkien.
Tidak, kisah-kisah besar tidak akan pernah menjadi sebuah kisah, karena orang-orang yang ada di dalamnya datang dan pergi ketika peran mereka berakhir, jawab Frodo.
Percakapan ini terjadi ketika mereka mendekati Mordor dalam misi untuk menghancurkan cincin sumber malapetaka yang dibuat oleh Sauron, sang penguasa kegelapan. Frodo dan Sam, dua tokoh utama dalam cerita ini, sedang membahas tentang orang-orang besar di masa silam yang kisahnya tak pernah usai diceritakan. Perjalanan yang menempuh seribu satu bahaya itu membuat mereka merenung bahwa apa yang mereka alami patut diceritakan kembali, terutama karena perjalanan tersebut adalah sebuah kisah penting dalam hidup mereka.
Entah disadari atau tidak, kita adalah penerus dari kisahkisah yang hebat. Keberadaan kita di masa kini tak lepas dari para pendahulu kita: nenek moyang, bapak bangsa, leluhur... yang telah membawa kita ke dalam kehidupan seperti sekarang ini. Sejarah hidup mereka telah diceritakan dan dijadikan sebagai pelajaran agar kita tidak menyerah.
Kini, tiba saatnya bagi kita untuk melanjutkan kisah-kisah hebat tersebut. Tiba saatnya bagi kita untuk melanjutkan karyakarya para pendahulu kita. Tiba saatnya bagi kita untuk menjalin kisah lanjutan atas kisah-kisah tersebut terkait dengan peran yang kita jalani dalam hidup ini sesuai dengan kehendakNya, sehingga anak cucu kita akan mengenangnya.
*** Orang bodoh melakukan sesuatu di detik-detik terakhir, orang bijak melakukannya sejak awal. Peribahasa Itali
A p r i l Hanya Sepatu Usang M ungkin, jika orang melihat sepatu itu, mereka akan mengatakan bahwa sebaiknya saya membuangnya. Ya, sepasang sepatu cokelat itu memang sudah tak layak pakai bahkan salah satu tapaknya sudah berlubang. Namun, baru-baru ini, sepatu itu saya cuci, jemur, dan lap kembali.
Ini saya lakukan karena sepatu itu adalah pemberian ibu saya. Pada 2003, saya PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) mengajar di sebuah SMP swasta. Ketika itu, tidak ada satu pun sepatu saya yang layak digunakan untuk mengajar. Ya, seperti mayoritas mahasiswa jurusan Sejarah lainnya, saya cenderung tidak memperhatikan penampilan saya, apalagi alas kaki.
Akan tetapi, saya tidak akan pernah lupa ketika suatu hari ibu saya, yang sesungguhnya saat itu sedang tidak memiliki banyak uang, mengajak saya ke toko sepatu milik salah seorang temannya. Ia memilihkan sebuah sepatu yang menurutnya pas untuk saya. Ketika itu, saya hanya manut, menuruti apa yang ibu saya katakan.
Lima tahun berlalu, dan sepatu itu tetap saya gunakan hingga saya benar-benar menjadi seorang guru, bukan guru PPL lagi.
Dalam sebuah barang yang sederhana, kasih seorang ibu terkandung dan akan selalu terkenang. Bahkan, kasih itu tidak akan usang, meskipun barang tersebut terkesan tidak ada harganya lagi.
Kini, mari kita melihat semua perbuatan baik yang telah orang lain lakukan dalam hidup kita. Hal ini penting karena sesungguhnya melalui tangan merekalah Tuhan menjamah kita agar kita senantiasa menghargai napas hidup dan anugerah yang Ia berikan dalam kehidupan kita.
*** Perbuatan baik setiap orang dalam hidup akan mudah dilupakan oleh orang yang jarang bersyukur.
A p r i l Memilih Menjual Istri S aya membaca berita ini di sebuah surat kabar edisi Selasa, 28
April 2009. Seorang supir angkot di Sorong, Papua, menjual istrinya kepada pria hidung belang. Kepada pria itu ia mengatakan bahwa wanita itu bukan istrinya, melainkan pelacur. Sang istri memilih taat karena diancam akan dibunuh. Tak tanggung-tanggung, 10 pria menikmati jualan itu.
Ketika kasus ini terungkap, pria itu mengatakan bahwa ia melakukan hal itu karena terlilit utang. Ya, demi membayar utang, ia memilih untuk menjual istrinya sendiri. Di manakah belas kasihan dan akal sehatnya saat itu"
Menghadapi masalah seperti ini, ketabahan dan kesabaran manusia diuji. Sebagian dari kita mungkin berpendapat, sekalipun terlilit utang, rasanya tak pantas menjual istri sendiri. Namun, sebagian yang lain mungkin akan berpikir bahwa masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri tersebut perlu dicari akarnya sang suami tidak serta-merta dapat disalahkan.
Pemikiran-pemikiran tersebut saya menyebutnya sebagai kemungkinan lahir karena kita sudah sering membaca berita serupa. Rasanya, kita semakin jauh dari rencana Tuhan untuk menciptakan dunia yang sangat baik penuh damai, berkat, dan cinta kasih.
Sedemikian seringnya kita membaca berita seperti di atas tidak seharusnya membuat kita berasumsi bahwa tangan Tuhan sudah tidak ada lagi di bumi. Bagaimanapun, kita dapat selalu memohon pertolonganNya bila sedang terimpit. Bahkan, Ia berjanji akan memberikan pertolongan bagi siapa pun yang berseru kepadaNya. Dan, pertolonganNya akan membuat hidup kita indah penuh damai, berkat, dan cinta kasih.
*** Kedamaian tidak berarti jauh dari masalah, tetapi senantiasa menggantungkan diri kepada Tuhan ketika berada dalam masalah.
A p r i l Hanya Karena Kehausan S uatu hari, tepatnya pada Sabtu sore, ada dua murid saya yang
iseng-iseng ke sekolah. Mereka bermain bola di lapangan yang cukup luas di sekolah kami. Karena kehausan, mereka me mutuskan untuk mengangkat sebuah kulkas kecil di kantin yang di dalamnya memuat beberapa kaleng minuman, menarik pintunya dengan sedikit memaksa, dan meminumnya tanpa merasa bersalah masing-masing satu kaleng minuman.
Dua hari kemudian, kedua anak ini yang satu berusia sem bilan tahun dan satunya lagi tujuh tahun dipanggil untuk menghadap guru yang menangani bidang kesiswaan di sekolah kami. Guru itu bingung dengan tindakan kedua murid tersebut, terlebih karena selama ini keduanya diakui oleh hampir semua guru sebagai murid yang baik .
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak tidak memiliki pemikiran yang panjang. Anak-anak cenderung reaktif, sedangkan orang dewasa dituntut untuk mempertimbangkan beragam reaksi tindakan yang (akan) dilakukannya.
Dalam renungan kali ini, saya ingin mengajak Anda untuk merenungi hal-hal yang membutuhkan reaksi cepat dan hal-hal yang tidak membutuhkan reaksi cepat. Umumnya, reaksi yang gegabah dan terburu-buru akan membuat segalanya berantakan, dan kacau-balau. Demikian pula halnya dengan reaksi yang terlambat karena kita kurang peka. Kini, mari kita cermati kembali hidup kita: apakah ada sesuatu yang harus segera kita tanggapi dengan reaksi cepat" Apakah kita perlu menahan diri terhadap sesuatu yang kita terima tanpa terburu-buru memberikan reasi tertentu" Mari kita memohon hikmat dan pimpinanNya untuk menjawab pertanyaan ini.
*** Semakin seseorang menjadi dewasa, semakin ia memahami maksud dan tujuan dari setiap reaksi yang diberikannya atas suatu hal.
A p r i l Uang Pertama dari Menulis
M ungkin, semua penulis akan sepakat dengan pernyataan
berikut: momen ketika pertama kali mendapat upah dari hasil menulis adalah momen yang tak terlupakan. Demikian pula halnya yang dirasakan oleh Stephen King, salah satu penulis termasyhur. Ketika kecil, ia mengarang cerita tentang seekor kelinci bernama Mr. Rabbit Trick. Mr. Rabbit Trick memimpin empat binatang ajaib untuk berkeliling dengan sebuah mobil tua guna memberi pertolongan kepada anak-anak kecil.
Stephen lantas menyerahkan cerita itu kepada ibunya. Setelah membacanya, sang ibu merasa terkesan, dan memberi Stephen pujian. Tidak hanya itu, ia bahkan berkata bahwa ia akan membayar 25 sen untuk setiap cerita yang dibuat Stephen. Tentu saja, hal ini memicu semangat Stephen untuk menulis. Dan, dalam waktu singkat, ia berhasil mengarang empat cerita dengan tokoh yang sama, Mr. Rabbit Trick. Empat cerita. Masing-masing 25 sen. Itulah upahku yang pertama dari bisnis ini, demikian tulisnya dalam On Writing, memoarnya yang termasyhur.
Sebuah pujian kecil yang membahagiakan hati, kerelaan untuk mendengar, dan menyimak apa yang dihasilkan oleh anak kecil kian tak mudah ditemui pada orang-orang dewasa di masa kini. Kita, orang dewasa, kerap kali sibuk dengan berita atau gosip baru. Dunia anak-anak sama sekali tak menarik bagi kita.
Alhasil, menjadi jelas bahwa sesungguhnya ini bukan tentang anak yang mata duitan atau ibu yang, secara tidak langsung, mengajarkan anaknya menjadi mata duitan. Ini adalah keberuntungan yang dimiliki oleh Stephen kecil karena memiliki ibu yang menghargai jerih payahnya. Di kemudian hari, Stephen tetap menulis dan membuat cerita, menghasilkan karya-karya yang diakui dunia.
*** Langkah pertama untuk mencapai keberhasilan adalah dengan melakukan suatu perkerjaan kecil dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang benar, hingga keberhasilan dapat tercapai.
A p r i l Yesus Manise N amanya oma Leskona, asal Ambon. Ia sudah cukup tua,
kira-kira lebih dari 60 tahun ketika saya masih duduk di kelas dua SMP. Ketika itu, hampir setiap hari Minggu, saya dan temanteman remaja di gereja bermain musik, mengiringi kelompok paduan suara dan jemaat lainnya yang hendak bernyanyi. Kami memainkan beragam lagu, mulai dari energik hingga yang pelan, menyentuh kalbu.
Suatu hari, saya terpana, melihat oma Leskona berlinang air mata ketika kami menyanyikan lagu Yesus Manise , yang salah satu baitnya berbunyi demikian:
Pagi-pagi beta bangun, mambaca kitab Injil manise S panjang hari beta bakarja di ladang Tuhan sio manise Walau jauh di rantau orang, jauh dari ibu dan bapa Namun Yesus jaga betae, jaga beta di tanah orange
Mungkin, oma Leskona merasakan kekuatan dari lirik lagu tersebut. Terlebih, karena ia telah merantau selama puluhan tahun di Singkawang, Kalimantan Barat, kota yang menjadi tempat tinggal saya ketika SMP. Jadi, hidup dan pelayanannya untuk Tuhan sungguh-sungguh terwakili melalui lagu itu.
Ya, kata-kata dalam lagu itu terdengar manis di telinga oma Leskona. Bagaimana dengan kita" Sudahkah kita setia bangun pagi, mencari Tuhan dalam doa, setia melayani dan mengiring Dia, di mana pun Dia menempatkan kita saat ini" Waktu terus bergerak. Masa berganti, kehidupan berubah. Dalam semuanya itu, baiklah kita bertekun dalam iman hingga akhirnya kedapatan setia.
*** Janji Tuhan senantiasa manis, walau kadang kehidupan harus dilalui dengan jalan yang berliku dan pahit.
A p r i l Janin yang Mati B erita ini terasa cukup menyesakkan. Terjadi pada suatu malam
di jalan yang sunyi, tepatnya ketika adik saya sedang dalam perjalanan di sebuah pedalaman Kalimantan Barat. Bersama rombongan yang terbagi dalam dua mobil, mereka menuju suatu tempat untuk membuat pemetaan atas suatu lokasi. (Adik saya bekerja di Badan Pertanahan Nasional.)
Dalam perjalanan, salah satu mobil kebetulan yang ti dak ditumpangi adik saya menabrak seorang bapak dan ibu. Keduanya tewas seketika. Dan, yang menyedihkan adalah: ibu itu sedang mengandung, dan janin yang ada dalam kandungannya pun turut mati.
Saya merenungi kejadian itu dengan sangat mendalam. Bagi sebagian orang, termasuk Anda, ketika menyaksikan dunia di sekitar kita porak-poranda oleh beragam persoalan dan kemelut, kita kerap berpikir bahwa mungkin kita akan lebih berbahagia jika kita tidak dilahirkan.
Seorang bijak pernah berujar, Hidup ini penuh beban yang tidak mungkin dihindari oleh siapa pun. (Kita) tidak diajar untuk mengambil beban itu, tetapi beban itulah yang sesungguhnya mengajar kita untuk menanggungnya sebagai bagian dari diri kita. Memang, hidup itu sulit, penuh beban dan masalah. Namun, kita tak dapat menyangkal hidup. Kini, sesulit apa pun hidup yang kita jalani, mari kita tetap menjalaninya dengan sepenuh hati, seperti slogan sebuah partai terkenal: lanjutkan!
*** Mati dengan iman bukan hal yang sulit; yang lebih sulit adalah hidup berdasarkan iman itu. W.M. Thackeray
A p r i l Menangani Nafsu dengan Mencintai
Relections Of Life Kisah-kisah Kehidupan Yang Meneduhkan Hati Karya Sidik Nugroho di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
B atas antara nafsu dan cinta itu samar. Menurut kamus
Webster, nafsu berarti keinginan seksual yang tak terkendali atau desakan secara sadar terhadap sesuatu yang menjanjikan kepuasan . Sementara itu, cinta lebih mengarah kepada kepentingan dan kebaikan orang lain yang akan kita perjuangkan sepanjang hidup kita.
Jika nafsu kerap dipuaskan dalam hidup seseorang, maka ia akan menjelma menjadi seseorang yang kebal akan dosa dan berhati degil. Kedegilan hati ini lantas berujung kepada sikap yang penuh kebebalan dan keegoisan: segala sesuatu dilakukan demi kepuasan diri sendiri.
Akan tetapi, dalam cinta, orang menjadi peka dan takut akan dosa. Cinta senantiasa membuat kita berpikir dengan sehat. Ke beradaan cinta juga membuat kita menghargai setiap bentuk hubungan manusia sebagai anugerah yang harus diperjuangkan selanggeng mungkin. Cinta yang sejati ingin memiliki, tetapi juga rela melepas bila kepemilikan atas sesuatu yang diinginkan semata-mata didasarkan pada nafsu.
Kini, mari kita merenung: apakah hidup yang kita jalani dikendalikan oleh nafsu" Mari kita menakar seberapa banyak kadar cinta yang ada dalam hati kita bagi orang-orang yang ada di sekitar kita, terutama mereka yang dekat dengan kita, khususnya pasangan kita. Percayalah, kita bisa mengalahkan nafsu yang se rakah, egois, dan liar dengan mencintai dalam ketulusan dan kesetiaan.
*** Kasih bukanlah nafsu, karena kasih mementingkan orang lain, sedangkan nafsu mementingkan diri sendiri.
A p r i l Hadiah-hadiah Kecil S uatu ketika, saya membuat inisiatif dengan berjanji memberikan beberapa bungkus cokelat bagi murid-murid saya yang mau menghargai temannya ketika bernyanyi di depan kelas. Ya, ketika itu saya sedang mengajar kesenian. Inisiatif ini saya lakukan karena mereka kerap gaduh ketika ada temannya yang bernanyi. Dan, di luar dugaan saya, janji tersebut mendapat respons yang baik. Kelas yang sedianya terkenal ramai dan gaduh mendadak menjadi sunyi semua siswa berharap mendapat cokelat!
Selain mengajar, tugas seorang guru adalah mendidik perilaku yang baik pada anak didiknya. Bahkan, dalam beberapa situasi tertentu, tugas mendidik ini terasa lebih berat ketimbang mengajar. Mengapa" Karena anak-anak masih sulit memilah antara perilaku yang baik dan perilaku yang buruk.
Ketika merenungi hal itu, saya dihadapkan pada pertanyaan: bukankah tugas yang sama juga diemban oleh orangtua" Namun, entah mengapa, guru dan orangtua kerap mengeluhkan hal yang sama: merasa telah bertemu dengan jalan buntu ketika harus mengubah sikap anak.
Mungkin, kita perlu lebih kreatif. Sebenarnya, alih-alih mem beri hukuman, ada cara lain yang dapat kita tempuh dalam menanamkan perilaku yang baik pada anak-anak, yaitu: dengan memberi hadiah-hadiah kecil. Umumnya, karena lelah untuk mengubah sikap buruk anak dengan mengandalkan ancaman, sanksi, dan hukuman, kita lupa akan pujian dan hadiah. Bagaimanapun, anak-anak suka dipuji ya, semua orang suka dipuji. Dan, ketika pujian yang kita berikan dibarengi dengan hadiah-hadiah kecil, besar kemungkinan perubahan itu akan terjadi.
*** Nilai suatu pemberian ada di pada maksud pemberian tersebut, bukan pada harga atau kemewahannya.
A p r i l Tidak Gegabah S amantha McGregor pasti kelimpungan karena kerap mendapat visi tentang seorang kawannya yang menghilang dari sekolah. Visi-visi ini kerap dijadikan acuan oleh beberapa polisi un tuk mengetahui keberadaan kawannya itu. Ibunya sempat meng anggapnya tidak normal, dan membawanya ke seorang psikiater.
Ya, Samantha kelimpungan karena ia masih remaja, berusia 16 tahun, tetapi dipercaya Tuhan mendapat penglihatan atas berbagai hal yang (akan) terjadi. Dalam novel berjudul Mata Keenam ini, Melody Carlson, penulisnya, menguraikan pergumulan seorang remaja putri yang taat dan rohani namun kerap merasa resah dan bimbang akan anugerah yang Tuhan berikan padanya dengan apik.
Ia sempat berkata, ...hidupku akan jauh lebih mudah tanpa karunia semacam ini. Aku hanya berharap Tuhan tahu apa yang dilakukanNya.
Pernahkah kita mendapat sesuatu dari Tuhan katakanlah, semacam tugas khusus yang jika kita ceritakan kepada orang lain akan mengundang ejekan dan tawa dari banyak orang"
Itulah yang dialami Samantha. Beruntung, ia memiliki beberapa sahabat yang mengingatkannya agar tidak mudah gegabah.
Tuhan memilih kita untuk menjadi alatNya. Ia tahu kemampuan kita yang sesungguhnya. Dan, yang Ia inginkan adalah kesetiaan, kesungguhan, dan kerelaan kita. Selama kita mau hidup benar dan taat, niscaya apa yang Ia ingin lakukan dalam dan lewat hidup kita akan terwujud dengan indah pada waktunya.
*** Bila Tuhan memberikan panggilan dan menyingkap rencanaNya dalam hidup kita, sikap hati yang benar adalah mengikutinya dengan sabar, bukan dengan gusar.
A p r i l Kecemburuan yang Mematikan
D avid Weiss, seorang editor muda, sangat dicemburui oleh
Christopher Chubb, temannya. Weiss adalah sosok yang tampan, meskipun tidak pintar. Chubb cemburu karena nasib nya tak sebaik Weiss yang bisa bekerja sebagai editor. Keduanya suka dengan puisi.
Suatu ketika, Chubb dengan nama pena Bob McCorkle me ngirim beberapa puisi kepada Weiss. Weiss senang de ngan puisi tersebut, meskipun sosok McCorkle tak pernah ada.
Tak lama kemudian, muncul seorang detektif yang men talnya agak terganggu yang mengaku sebagai McCorkle. Se benarnya, ia adalah pengagum setia puisi-puisi McCorkle. Namun, entah bagaimana, mungkin karena mentalnya yang terganggu, detektif itu justru membunuh Weiss, sang editor tampan itu.
Permasalahan menjadi pelik karena sang detektif tidak serta-merta dapat disalahkan karena pembunuhan yang dilakukannya. Bagaimanapun, Chubb juga harus bertanggung jawab atas ke matian Weiss. Mengapa" Karena Bob McCorkle adalah sosok ciptaannya, dan ia jugalah yang mengirimkan puisi-puisi tersebut yang sesungguhnya dianggapnya sampah, tetapi, entah mengapa, justru disukai oleh Weiss, sang editor.
Kecemburuan bisa membayakan jika tidak ditangani dengan serius. Inilah pesan yang hendak disampaikan oleh Peter Carey dalam novel My Life as a Fake yang didasarkan pada kisah nyata.
Pernahkah kita cemburu" Jika pernah sebaiknya kita menya dari bahwa di dunia ini setiap orang terlahir dengan bakat, ke lebihan, kekurangan, dan tujuan hidupnya masing-masing.
Kecemburuan bisa mematikan, dan bukan hanya orang yang kita cemburui yang bisa mati, melainkan juga diri kita sendiri. Ya, kita yang memelihara cemburu bisa lepas kendali dan lupa diri, tak memiliki arti dan harga diri.
*** A p r i l Bukan Busana, Tetapi Baca Tulis
P erjuangan Kartini tampaknya sering dianggap sebagai perjuangan emansipasi dalam segala hal. Namun, ada juga beberapa orang yang berpikir bahwa Kartini berharap agar busana wanita Jawa selalu digunakan. Karenanya, saya hendak bertanya: berapa banyak orang yang merayakan hari Kartini yang sudah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang karyanya" Di buku itu, Kartini mengungkapkan pemikiran dan keinginannya dengan sangat jelas, yaitu: memajukan kaum perempuan dengan buku, memajukan kaum perempuan dengan pengetahuan.
Ini terjadi karena Kartini melihat teman-teman Belanda-nya yang maju. Itulah sebabnya, mengapa ia kerap membaca buku di Perpustakaan Jepara. Salah satu penulis yang disukainya adalah Max Havelaar. Belakangan, ketika menikah, ia juga mempelajari Qur an, hadiah pernikahan dari seorang kiai asal Semarang. Dengan buku-buku itu, lahirlah niatnya untuk menulis. Sebagai pengarang dapatlah aku secara besar-besaran mewujudkan citacitaku dan berkarya bagi pengangkatan derajat dan peradaban rakyatku, tulisnya.
Akan tetapi, selama ini kita cenderung merayakan hari Kartini dengan berbusana kebaya. Sesungguhnya, hal ini tidak salah. Na mun, alangkah baiknya jika kita juga memahami perjuangan Kartini secara gamblang, bukan sekadar merayakan hal-hal yang tidak esensial.
Seorang wanita muda yang tekun membaca dan rajin menulis telah membawa perubahan besar bagi bangsa ini. Semangat membaca dan menulis itulah yang perlu kita kembangkan dan pelihara. Juga, semangat untuk memperoleh pengetahuan, kebi jak sanaan, dan keterampilan dalam rangka menjalani hidup yang kian penuh tantangan.
*** Kita hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri. Mary McCarthy
A p r i l Merajut Pusaka Bangsa N ama Fatmawati pasti terngiang di benak setiap warga negara
Indonesia. Mengapa" Karena ia adalah perempuan yang menjahit bendera nasional, yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945. Bahkan, bendera itu dijadikan pusaka bangsa: di awetkan dengan be ragam cara, dipertontonkan ketika upacara kemerdekaan di Istana Negara, dan mungkin dianggap sakral.
Tanpa bermaksud untuk mengecilkan perannya dalam sejarah Indonesia, penjahit mana pun dapat melakukan hal yang sama, bahkan pada momen bersejarah itu sekalipun. Jadi, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya ada banyak orang yang bisa mela kukan hal itu, dan bukan hanya Ibu Fatmawati saja. Namun, mengingat bahwa peristiwa itu adalah peristiwa yang penting, dan fakta bahwa ketika itu Ibu Fatmawati adalah istri bung Karno, maka tidaklah mengherankan jika pada akhirnya bendera itu dijadikan bendera pusaka.
Terkadang, sejarah suatu bangsa kerap samar dan tak luput dari kultus individu. Apa pun yang dilakukan oleh tokoh-tokoh besar, akan senantiasa menjadi sebuah berita atau kenangan. Misalnya, jika Presiden kita mengikuti lomba panjat pinang pada perayaan Agustusan, maka hal itu akan menjadi berita yang luar biasa. Namun, jika kita yang melakukannya, tidak ada orang yang peduli, apalagi media massa, kecuali jika ada hal-hal ajaib yang terjadi dalam perlombaan tersebut.
Akan tetapi, sadarkah kita bahwa sesungguhnya kita juga ada lah sosok yang besar di mata Tuhan" Sadarlah, bahwa seluruh hidup kita sangat berharga, meskipun dunia menganggapnya biasa. Sesungguhnya, seperti halnya Ibu Fatmawati yang menjahit pusaka bangsa, kita juga sedang merangkai sebuah kehidupan yang kelak pantas menjadi berita dalam sukacita surgawi. Karenanya, sekalipun saat ini segala sesuatunya tampak biasa, mari kita tetap berjuang untuk merajut hidup yang maknawi.
*** A p r i l Didikan Ibu C erita tentang peran dan ketabahan seorang ibu bagi anakanaknya kerap saya temui ketika membaca kisah tokohtokoh besar dunia. Salah satunya adalah Johann Wolfgang von Goethe; ilsuf, ilmuwan, dan sastrawan besar asal Jerman, yang dididik oleh ibunya, seorang penganut Protestan yang taat. Karya sastra yang mendudukkan dirinya sebagai ilsuf dan sastrawan besar dunia adalah dua jilid buku berjudul Faust yang dikarangnya selama 60 tahun. Faust I diterbitkan pada 1808, sedangkan Faust II terbit pada 1832, menjelang akhir hidupnya.
Sebagai ilmuwan, karyanya yang terkenal adalah sebuah buku tentang perubahan warna. Di kemudian hari, buku itu menjadi inspirasi bagi Charles R. Darwin dalam menyusun buku On the Origin of Species tentang evolusi.
Kini, kutipan Goethe tersebar di mana-mana. Semangat orang membara ketika membacanya. Ia memang sosok yang genius. Namun, dalam salah satu kutipannya, ia berkata, Apa pun yang dapat engkau lakukan atau impikan dapat engkau lakukan, lakukanlah itu! Keberanian itu punya kuasa, keajaiban serta kegeniusan di dalamnya. Kegeniusannya tidak jatuh dari langit. Ia genius karena rajin belajar. Ia rajin belajar karena dididik oleh seorang ibu yang baik dan taat.
Para ibu, sudahkah Anda mendidik anak-anak Anda dengan baik" Mari, sejak dini, kita memberikan ilmu yang terbaik bagi anak-anak kita. Seperti kata Helen Keller, kita tak pernah tahu keajaiban apa yang dapat terjadi ketika sesuatu yang terbaik kita berikan pada orang lain, juga bagi anak-anak ketika mereka dewasa.
*** Wanita lebih bijaksana ketimbang laki-laki, karena mereka tahu lebih sedikit tetapi mengerti lebih banyak.
James Thurber A p r i l Selalu Ada Alasan untuk Bersyukur
K emacetan yang terjadi di Pasar Porong akibat bencana lumpur Lapindo sangat parah. Sekalipun jalan ke arah utara dari Porong sudah dibagi menjadi dua, dan kedua ruas jalan itu bisa dilewati oleh tiga mobil, tetapi tetap saja kemacetan di Pasar Porong kerap terjadi, terutama pada jam-jam sibuk.
Itulah sebabnya, mengapa, ketika pulang ke Malang setiap akhir pekan saya memutuskan untuk tidak menaiki bus atau kereta api. Perjalanan dengan bus bisa memakan waktu antara 2,5 hingga 3 jam, bahkan tak jarang 4 jam padahal dulu hanya 1,5 hingga 2 jam. Sementara itu, jadwal kereta api kerap meleset, baik keberangkatan maupun kedatangan.
Alhasil, selama 1,5 tahun bekerja sebagai guru di Sidoarjo, saya selalu pulang ke Malang dengan menggunakan motor. Setiap bulan, rata-rata saya pulang tiga kali ke Malang. Dan, terkadang, karena sudah menjadi rutinitas, saya kerap lupa berdoa jika hendak berangkat atau bersyukur ketika tiba.
Akan tetapi, suatu hari, belum genap dua minggu berselang ketika menulis renungan ini, saya mendengar kecelakaan yang mengerikan: dua pemuda yang nekat menerobos palang perlintasan kereta api tewas secara mengenaskan. Dan, palang kereta api itu jaraknya sangat dekat dengan tempat kos saya!
Jika kita menumpang bis atau kereta, tertidur satu jam bukanlah sebuah masalah. Namun, jika naik kendaraan pribadi, terpejam selama lima detik saja sangat bahaya. Setelah menyadari bahwa selama ini saya selalu diberi keselamatan oleh Tuhan dalam perjalanan, maka saya pun bersyukur kembali kepadaNya. Bagaimana dengan Anda" Masihkah ada alasan yang bisa Anda gunakan untuk bersyukur kepadaNya"
*** Tuhan memiliki dua tempat tinggal: yang satu di dalam surga, dan yang lain di dalam hati yang rendah dan bersyukur. Izaak Walton
A p r i l Salah Paham yang Fatal I bu ini adalah seorang janda miskin penjual kue. Suatu ketika,
keranjangnya rusak. Ia berkata pada putrinya untuk tinggal di rumah sembari ia mencari keranjang yang baru. Ketika pulang, putrinya tidak ada di rumah. Sontak, ibu itu marah, karena mengira anaknya sedang main. Dan, sebagai hukumannya, ia mengunci pintu rumahnya, lalu kembali berjualan kue.
Sepulangnya berjualan, ia terkejut karena melihat anaknya tertidur di depan rumah. Dan ketika dicek, seluruh tubuhnya beku, dan sudah tak bernyawa. Memang, ketika itu sedang musim dingin. Ia meratapi kematian anaknya dengan pilu, apalagi setelah melihat sebuah kertas bertulisan tangan yang menutupi sebuah biskuit:
Hihihi... Mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini sebagai hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hihihi... Mama, selamat ulang tahun.
Jika saja waktu dapat diputar, beberapa dari kita mungkin berkata bahwa tak seharusnya ibu itu menghukum anaknya tanpa pertimbangan. Namun, selidikilah diri kita sendiri saat ini: Apakah kita mudah menjatuhkan penilaian terhadap seseorang hanya dari apa yang dilakukannya, bukan mengapa ia melakukannya"
Kisah nyata ini mengajarkan kepada kita bahwa seorang ibu pun bisa salah memahami maksud anaknya. Bahkan, hal ini kerap kita jumpai dalam kehidupan di sekitar kita. Karenanya, sebelum kita melakukan hal-hal yang fatal dalam kehidupan ini, biasakanlah diri untuk menjadi orang yang mau peduli pada beragam kemungkinan yang mendasari seseorang untuk melakukan sesuatu.
*** Menilai maksud baik dari sebuah perbuatan yang tulus bukanlah hal yang mudah.
A p r i l Menamatkan Super Mario Bros
1 Januari 2009, Pkl. 18.15.
Siapa yang tidak kenal dengan gem Super Mario Bros" Dulu, ketika SD, kira-kira kelas 4 atau 5, saya pernah menamatkan gem itu satu kali. Sekarang, belasan tahun kemudian, hal yang sama terulang kembali. Tentu saja, saya sangat senang!
Saya bukan orang yang maniak gem. Bahkan, saya jarang main gem. Namun, dalam rentang waktu 23 Desember 2008 hingga 1 Januari 2009, saya sempat memainkan gem Super Mario Bros hingga rata-rata dua kali sehari. Saya membeli Nintendo yang memuat gem Super Mario Bros ketika sedang berjalan-jalan dengan teman-teman kos di sebuah mal di Sidoarjo, tepatnya sekitar dua minggu sebelum Natal.
Yang menarik dari kejadian adalah fakta bahwa ketika memasuki level terakhir, nyawa saya tinggal satu. Jadi, saya harus berhati-hati, salah sedikit saja, game over! Namun, entah mengapa, saya bisa menamatkannya.
Setelah berhasil menamatkannya, saya merenung. (Saya rasa semua penulis yang baik akan merenungkan hikmah yang terkandung dari sebuah kejadian yang menurutnya fantastis.) Dan, hikmah yang terkandung di dalam cerita ini adalah bahwa kita harus terus berjuang mencapai garis akhir.
Nah, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah: perjuangan yang seperti apakah yang telah Anda lakukan untuk mencapai garis akhir" Mengapa pula garis akhir itu belum tercapai"
Sebaiknya kita memenuhi kehidupan kita dengan beragam pencapaian. Karenanya, kita perlu berjuang dan menaklukan setiap tantangan yang ada dalam hidup. Jika kita tidak melakukannya, maka kehidupan ini akan menjadi tanggung, kurang bermakna, dan tidak seru.
*** Lebih baik gagal daripada tidak berjuang sama sekali.
A p r i l Kiranya Tuhan Mengampuni Mereka
P ada 1987, bom IRA meledak di sebuah kota kecil sebelah
barat Belfast. Bom itu meledak tepat di tengah sekelompok umat Kristen yang sedang berkumpul untuk mengenang korban perang. Sebelas orang tewas dan enam terluka.
Surat kabar menulis, Tidak ada seorang pun yang mengingat apa yang oleh para politisi saat itu. Di antara para korban, ada seorang pria pedagang kain bernama Gordon Wilson, yang kehilangan putrinya bernama Marie. Bom yang diledakkan teroris itu mengubur mereka berdua di bawah tumpukan beton dan batu bata.
Kata-kata terakhir yang diucapkan Marie adalah, Ayah, aku sangat menyayangimu, sembari menunggu tim penolong menyelamatkan mereka. Beberapa jam kemudian, ia meninggal di rumah sakit. Dari ranjang rumah sakit, Wilson berkata, Saya kehilangan anak saya, tetapi saya tidak memendam dendam. Berbicara tentang kegetiran tidak akan menghidupkan kembali Marie Wilson. Mulai malam ini, dan malam-malam selanjutnya, saya akan berdoa bagi mereka, kiranya Tuhan mengampuni mereka.
Kata-kata inilah yang membuat suara para politisi lenyap. Terlebih, karena tak lama kemudian, surat kabar kembali menulis tentang Wilson: Kasih karunia menjulang di depan alasan-alasan pembenaran yang diajukan para pelaku peledakan.
Memang, terkadang setiap tindakan kejahatan memiliki alasan yang cukup manusiawi dan bahkan adil untuk dilakukan. Balas dendam itu manusiawi. Sementara itu, kasih karunia dan pengampunan justru tampil terbalik: tidak manusiawi, tidak adil, bahkan tidak logis. Namun, seperti halnya pepatah Afrika, Ia yang memaafkan, mengakhiri pertengkaran.
Kini, maukah Anda mengampuni"
*** Jika Tuhan tidak berkenan mengampuni dosa, surga akan kosong. Pepatah Jerman
A p r i l Kekasih yang Lain B anyak pria yang memujanya. Dia cantik dan memikat. Bah kan, para bangsawan jatuh hati. Namun, ia bukan wa nita sembarangan. Seorang putra gubernur Roma, namanya Procop, ditolaknya. Ia, Agnes, menolak mereka dengan halus, dan menyatakan kepada mereka bahwa dirinya sudah memiliki seo rang Kekasih yang Lain.
Agnes lantas dilaporkan kepada gubernur Roma sebagai pengikut Tuhan yang setia. Ia taat beribadah sejak kecil. Penguasa Roma saat itu, tepatnya pada abad ke-4, yang masih suka menghukum orang, juga hendak menghukum Agnes. Bahkan, ia menyatakan akan melempar Agnes dilempar ke rumah pelacuran. Namun ia berkata, Tuhan tidak akan membiarkan kemurnian para mempelainya dicemarkan seperti itu. Ia akan melindungi dan me nyelamatkan mereka.
Banyak Bapa gereja yang menulis kisah Agnes, termasuk Ambrosius. Kisah hidupnya amat menggugah, menyuarakan kegigihannya untuk bertahan pada iman yang diyakininya. Suatu ketika, di rumah pelacuran, seorang pemuda hendak menjamah Agnes, tetapi dengan kuasa ilahi, pemuda itu menjadi buta.
Agnes akhirnya diancam dengan hukuman mati. Namun, ia tak gentar. Bahkan, ia justru berkata, Kalian dapat menodai pedang kalian dengan darahku, tetapi kalian tidak akan pernah dapat menodai kesucian tubuhku yang telah kupersembahkan kepada Tuhan.
Agnes akhirnya dipancung. Imannya tak meninggalkan jiwanya. Dia setia kepada Sang Kekasih seumur hidupnya. Nah, kini, di dalam suatu masa dan keadaan yang tidak mengancam bagi kita untuk beriman, mari merenung: apakah kita setia pada Tuhan, kekasih kita"
*** Lebih baik kepalaku yang dipenggal daripada lututku bertelut kepada yang lain selain Tuhan yang Mahakuasa.
William Shakespeare A p r i l Tahun-tahun Penolakan O rang-orang sering memanggilnya shrimp. Secara hariah,
kata ini berarti udang, tetapi juga bisa menjadi olok-olok bagi orang yang cebol, bungkuk, atau dianggap tidak berarti. Sekalipun berbadan kecil dan agak timpang, pria yang kerap dipanggil shrimp itu, yang nama sebenarnya adalah William Wilberforce, memiliki kecerdasan dan kefasihan bawaan.
Kini, namanya lekat dengan penghapusan perbudakan. Ini adalah buah dari perjuangan yang dilakukannya untuk melakukan perubahan bagi masyarakat sekitarnya. Upaya pertamanya adalah mengajukan 12 mosi penghapusan perdagangan budak ke parlemen pada 1788. Sekalipun ditolak, ia tidak menyerah. Pada 1791, ia mengajukan RUU penghapusan perbudakan. Namun, sebagaimana sebelumnya, usulan ini pun ditolak.
Akan tetapi, perjuangannya tetap berlanjut pada 1792, 1797, 1798, 1799, 1804 dan 1805. Jika jejeran angka-angka tersebut dicermati dengan saksama, maka kita dapat menyimpulkan bahwa William Wilberforce bukanlah orang sembarangan. Ia adalah orang gigih. Dan, perjuangan itu membuahkan hasil ketika pada 1806 parlemen Inggris memutuskan untuk menghapuskan perdagangan budak di seluruh Inggris. Ketika mendengarnya, William menangis dengan sukacita.
Hal yang menarik dari kehidupan William Wilberforce adalah kesalehannya. Perjuangannya untuk menegakkan sesuatu yang dianggapnya benar bukan hanya berawal dari niat untuk bertindak atas alasan-alasan humanis, tetapi didukung keyakinan bahwa apa yang ia lakukan adalah bagian dari rencana Tuhan atas bangsanya. Diterangi niat dan komitmen ilahi, ia pun jadi sosok yang tegar ketika harus melalui beragam penolakan dalam hidupnya.
*** Tuhan mendapat tentaraNya yang terbaik dari lembah-lembah kesengsaraan. Charles H. Spurgeon
A p r i l Ilham dari Yang Mahatinggi
S eorang wanita bernama Harriet Beecher Stowe duduk di
gereja, memohon petunjuk kepada Tuhan tentang apa yang harus dilakukannya bagi negerinya.
Kemudian, ia pulang, mengurung diri di kamar, dan dengan ilham Tuhan ia menuliskan sesuatu yang akan dikenang dalam sejarah Amerika sebuah buku berjudul Uncle Tom s Cabin.
Dalam buku itu ia mengisahkan seorang budak perempuan yang meninggalkan bayinya yang sedang tidur untuk melihat kapal yang bergerak meninggalkan pantai. Awalnya, ia tidak tahu bahwa ia dan bayinya telah dijual sebagai budak. Ketika kembali menemui anaknya, bayinya telah lenyap, diambil si pembeli. Pada tengah malam ia berseru, O Tuhan, Tuhan yang baik, tolonglah hamba! Dalam keputusasaan ia akhirnya melemparkan dirinya di sisi kapal... menyongsong maut.
Kisah ini kemudian diterbitkan dalam sebuah surat kabar bulanan. Beberapa eksemplar surat kabar yang beredar itu sering basah kuyup oleh airmata.
Ini adalah sebuah ilham dari Yang Mahatinggi. Apakah selama ini kita ragu akan kehebatanNya" Mungkin, kita sering berpikir bahwa pesan yang dimuat dalam sebuah ceritalah yang terpenting. Namun, ilham yang berasal dari Tuhan lebih kuat daripada sekedar pesan. Ilham semacam ini datang dengan dua cara: keadaan di sekitar kita dan pernyataan kehendak Tuhan. Sekarang, tanyalah diri Anda sendiri: bersedikah Anda menjadi seseorang yang pandai membaca apa yang terjadi di sekitar Anda dan memohon petunjuk Tuhan untuk menyatakan ilhamNya sehingga Anda mengetahui apa yang harus Anda perbuat dengan ilham tersebut"
*** Bagi orang-orang kudus, tidur pun merupakan doa. St. Jerome
M e i Keluarga adalah Segalanya
I ni adalah sebuah kisah tentang pengabdian dan perjuangan
yang tertutur secara apik, yang sekaligus juga mengharukan dan mendebarkan. Sebuah kisah tentang kegigihan seorang ayah dalam mempertahankan keluarganya.
Film Cinderella Man yang diangkat dari kisah nyata menceritakan tentang kehidupan Jimmy Braddock, seorang juara tinju yang pada 1928 amat tersohor di New Jersey, Amerika Serikat. Namun, pada 1929, namanya mulai meredup karena beberapa kali mengalami kekalahan. Bahkan, pada 1933, ketika Amerika Serikat sedang dilanda depresi yang berkepanjangan, kehidupan Jimmy Braddock menjadi semakin memprihatinkan. Jika sebelumnya ia bisa memperoleh ribuan dolar untuk sekali tanding, maka di masa depresi ia hanya mendapat puluan dolar. Alhasil, Jimmy Braddock menjadi sangat miskin.
Keadaan menjadi semakin parah ketika Jimmy harus kembali mengalami patah tangan saat bertarung dengan Abe Fieldman untuk mendapatkan upah 50 dolar. Alhasil, pertandingan itu menjadi tidak menarik untuk ditonton, terlebih karena Jimmy kerap memeluk Abe, yang seolah-olah menandakan bahwa ia tak sanggup melawannya. Tentu saja, kondisi ini membuat Mr. Johnston, sang promotor, kecewa, sehingga ia memutuskan untuk tidak membayar Jimmy. Tidak hanya itu, Mr. Johnston bahkan mencabut izin bertinju Jimmy.
Beragam kesulitan dialami Jimmy. Namun, ia tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan apa yang diyakininya akan mendatangkan hasil yang gemilang di kemudian hari. Dan, keyakinan itu membuahkan hasil yang manis. Ia berhasil me mulihkan nama dan eksistensinya sebagai petinju. Ia mela kukannya dengan kegigihan demi keluarganya. Ia selalu berusaha untuk menjadi suami, ayah, dan petinju terbaik yang pernah dimiliki oleh keluarganya. Ya, bagi Jimmy, keluarga adalah segalanya. Bagaimana dengan Anda dan keluarga Anda" ***
M e i Pentingnya Diplomasi dalam Perjuangan
R aden Mas Soewardi Soeryaningrat mengubah namanya
menjadi Ki Hajar Dewantara ketika berusia 40 tahun. Ia adalah seorang penulis yang andal dan seorang aktivis yang kerap terlibat dalam beragam organisasi kepemudaan. Bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo ia mendirikan Indische Partij. Salah satu tulisannya yang memerahkan telinga orangorang Belanda berjudul ls Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda).
Sedianya, karena tulisan itu ia hendak dibuang ke Pulau Bangka dan begitu pula halnya kedua rekannya. Namun, ber kat kemampuannya untuk menjalin diplomasi, ia akhirnya dibuang ke negeri Belanda. Tentu saja, ini adalah hukuman yang menggembirakan . Mengapa" Karena dengan begitu ia memi liki kesempatan untuk mempelajari lebih banyak hal tentang pendidikan.
Di kemudian hari, dengan bekal berbagai ilmu pendidikan yang didapatnya dari Belanda, ia mendirikan Taman Siswa, sekolah yang memfokuskan pendidikan dan pengajaran untuk menggugah kesadaran kebangsaan para peserta didiknya. Bahkan, ia sempat mendapat Europeesche Akte, sebuah akta atau sertiikat mengajar yang diakui oleh Belanda.
Sesungguhnya, solusi termudah untuk mengatasi beragam gejolak yang muncul akibat penindasan dan penjajahan adalah dengan menempuh cara-cara yang konfrontatif. Namun, Ki Hajar Dewantara dan rekan-rekannya memilih cara yang berbeda, yaitu: diplomasi yang juga tidak dapat dianggap remeh. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa pendidikan adalah salah satu unsur yang memainkan peranan penting dalam meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.
*** Mereka yang cakap ketika bertahan akan menang ketika menyerang. Anonim
M e i Pendidikan: Belajar Menghadapi Masalah
D alam Pendidikan Kaum Tertindas, Paulo Freire menyatakan
bahwa dalam sistem pendidikan umum seorang guru adalah subjek yang bercerita dan murid adalah objek yang mendengar dengan taat. Guru, pada akhirnya hanya mengisi para murid dengan bahan-bahan yang ada. Pendidikan menjadi kegiatan menabung : para murid adalah celengannya, para guru adalah penabungnya. Itulah yang disebutnya pendidikan gaya bank : murid-murid mencatat, mendengar, menerima, dan duduk diam.
Berbeda dengan model pendidikan tersebut, ia berpendapat bahwa seharusnya pendidikan diarahkan untuk mengajak mu rid menghadapi masalah . Ia mendasarkan pendapat ini pada pengalamannya mengajar masyarakat miskin dan tak ber pendidikan selama bertahun-tahun. Ia tahu benar apa yang perlu diubah dalam masyarakat.
Di kemudian hari, gagasan Freire terus berkembang. Konsep pendidikannya yang menempatkan murid sebagai subjek didik diakui dunia. Kurikulum di berbagai sekolah dikembangkan dengan mengacu pada kebutuhan peserta didik. Pengembangan kurikulum memang tidak seharusnya dibuat oleh pemerintah, dari pemerintah, untuk peserta didik sehingga akhirnya hanya akan menjadi alat untuk melanggengkan kekuasaan dengan beragam kepentingan yang ada di dalamnya.
Pendidikan memang seharusnya mengajak para peserta didik untuk mengetahui cara-cara menghadapi masalah. Globalisasi yang terus bergulir di setiap aspek kehidupan memang seharusnya melahirkan pendidikan yang tidak sekadar menghafal, mencatat, dan pasif.
*** Berikanlah kasih kepada seorang anak, dan engkau akan memperoleh kasih itu kembali. John Ruskin
M e i Mengukur Tiga Jenis Tegel
S uatu ketika, seorang kepala sekolah bercerita tentang seorang
guru yang mengajar Matematika dengan cara yang patut ditiru. Saat itu, materi yang hendak diajarkan oleh guru Matematika itu adalah cara menghitung keliling bujur sangkar untuk anak SD. Ia mengajar hal itu dengan membagi anak-anak ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok membawa pensil, penggaris, dan kertas kecil.
Kelompok pertama diminta untuk mengukur panjang sisi dan keliling tegel yang ada di dalam kelas. Kelompok kedua melakukan hal yang sama di koridor. Dan, kelompok ketiga mengukur hal yang sama di aula sekolah. Tentu saja, masing-masing sisi tegel itu memiliki ukuran yang berbeda. Ketika kembali ke kelas, masingmasing kelompok melaporkan hasil perhitungannya di depan kelas. Kemudian, sang guru menyimpulkan, Inti perhitungan kalian sama: keliling sebuah bujursangkar adalah empat kali panjang sisinya.
Alhasil, para murid memahami asal rumus keliling bujur sangkar (4 x sisi). Ini adalah salah satu cara mengajar dengan pola menunjukkan , bukan menjejalkan . Dengan cara ini, muridmurid akan memiliki pemahaman yang baik tentang sesuatu yang mereka temukan, bukan hanya dari yang mereka dengar atau hafal.
Tak dapat dipungkiri, ada beberapa pelajaran tertentu yang memang harus dihafal dan hal itu tidak serta-merta berarti buruk. Namun, ketika murid-murid diajak untuk menelusuri sebuah proses yang membentuk suatu rumus, logika, atau kesimpulan tertentu, maka mereka akan menjadi lebih kritis, dan biasanya ingatan akan hal itu cenderung bertahan lama. Dengan cara itu, para guru dan orangtua telah menanamkan sebuah hal yang baik dalam diri anak didiknya, yaitu: seni memahami sesuatu.
*** Jika Anda harus menggunakan kata-kata untuk menggambarkan pengetahuan dan pemahaman, maka Anda tak ubahnya burung dalam
M e i Pemimpin yang Setia Menunggu
K ita patut bersyukur dengan kehadiran novel-novel sejarah
yang kini marak diterbitkan. Remy Sylado, sang munsyi (ahli bahasa), juga telah menerbitkan dua novel seri Pangeran Diponegoro.
Dalam seri yang pertama, Menggagas Ratu Adil, ia menceritakan tentang masa kecil Pangeran Diponegoro hingga usia 25 tahun, yang jatuh cinta kepada seorang gadis jelita. Namun, dalam seri ini, sosok gadis jelita itu belum terungkap dengan jelas. Ia baru muncul di seri berikutnya, Menuju Sosok Khalifah.
Dalam novel ini, Pangeran Diponegoro digambarkan sebagai sosok yang tidak haus akan kekuasaan. Ketika ayahnya menjadi raja, menggantikan Sultan Hamengkubuwono II, ia diminta menjadi adipati anom atau putra mahkota, tetapi ia menolaknya. Ia berencana untuk menjadi seorang pemimpin atau yang dalam bahasa Jawa disebut Herocukro bagi perjuangan rakyat ketika berusia 40 tahun.
Kiranya, apa yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro di masa silam menempelak mentalitas para pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini. Mengapa" Karena mayoritas dari mereka tidak sabar untuk tampil sebagai pemimpin haus akan harta dan kedudukan. Alhasil, mencari pemimpin yang mau bereleksi, merencanakan perjuangannya dengan matang, dan sungguhsungguh mencintai (dan dicintai) rakyat bukanlah perkara yang mudah.
Tuhan memanggil kita sebagai pemimpin dalam beragam kapasitas, sesuai talenta yang kita miliki. Karenanya, sadarlah bahwa kita bukanlah ekor, melainkan kepala. Suatu saat nanti, kita mungkin dipercaya untuk menjadi pemimpin bagi orang lain. Dan, sebelum waktu itu tiba, ada baiknya jika kita merenung: seperti apa dan bagaimanakah kita memimpin diri kita sendiri"
Istana Kumala Putih 6 Misteri Putri Peneluh Karya Abdullah Harahap Pendekar Bloon 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama