Ceritasilat Novel Online

Dibatasi Dua Kamar 3

Dibatasi Dua Kamar Karya Panjang Kaki Bagian 3


"Hmm gak sih" "Oh yaudah deh, gua ada perlu sih sama laura, gua ketok pintu kamarnya dia gak ada, gua liat sendalnya disini, gua kira disini" Ucap mega
"Tadi sih dia kesini, minta teh tapi pergi lagi, mungkin sendalnya ketinggalan" "Oh yaudah, sorry ya ganggu tidur lo"
Lalu mega keluar dari kamar gua, dan gua kembali mengunci pintu kamar gua kembali..
Laura keluar dari kamar mandi dan nyengir kecil ke gua..
"Sampai kapan mau dirahasiain"" Tanya laura "Entahlah"
gua kembali merebahkan badan gua, dan disusul laura .. lalu kami berdua tertidur dalam pelukan yang indah...
Part 42 Ketika gua terbangun dari tidur gua , gua gak melihat laura ada di samping gua, gua duduk sejenak dan mengambil menyeduh kopi lalu gua setel tv dan segera sms laura.
"Lo dimana laur"" tanya gua di sms
Tidak ada balasan sampai mega mengetuk pintu kamar gua. "Masuk ga" panggil gua
Lalu mega masuk ke kamar gua dan langsung meminum kopi gua tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Di, gua bingung . curhat sih" Ucapnya "Curhat apa"" Tanya gua
Mega merautkan wajah yang aneh seketika dan menatap gua.
"Di lo mau jujur gak sama gua"" tanya dia "Jujur apaan, jujur kacang ijo"" Gua bercanda
"Gua ada kawan di, dia kayanya jadian deh sama orang yang gua suka, nama kawan gua itu inisialnya L dan nama orang yang gua suka itu H" Ucap mega
seketika saja gua shock hampir koma ketika mendengar pernyataan mega, apa dia udah tau kalo gua ada hubungan sama Laura"
"Terus-terus"" Tanya gua antusias
"Kenapa lo gak jujur sama gua dari awal"" Tanyanya "Maksudnya"" Tanya gua lagi
Mega keluar dan memanggil Laura untuk masuk ke kamar gua, gua lihat Laura matanya memerah dan lebam, dia habis nangis.
"Jujur di, Laura udah jujur semuanya kok" Ucap mega Gua gak tau harus ngomong apa saat ini, ini benar-benar menyakitkan sekaligus gua berada di posisi yang tidak mengenakan.
"Lo jadian kan sama Laura"" Tanya mega lagi "Maaf ga" Ucap gua
"Gak apa-apa kok, gua juga besok pindah dari sini" Ucapnya "Maksud lo"" Tanya gua
"Iya gua pindah, terlalu banyak hal menyakitkan yang gua alami disini, mungkin gua akan hijrah ke tempat yang lebih baik, walaupun banyak kebahagian disini tapi seakan-akan semua kebahagian itu semu, walaupun kopi ini udah di campur gula tetap saja rasa asli dari kopi ini pahit, sama seperti yang gua alami sekarang di" Ucap Mega
Matanya merah dan meneteskan air mata perlahan, setiap tetesan air mata dari mata mega itu sungguh menyakitkan, gua gak sanggup untuk terus menatap wajahnya. gak ada lagi yang bisa gua ucapkan ke dia , ini kebodohan gua, gua gak bisa memilih salah satu dari mereka, gua tolol, gua egois , gua b*jingan , gua menoleh ke atap karena gua gak bisa nahan ini semua, ini menyakitkan ! malam itu semua hening, hanya tangisan yang mengisi keadaan malam itu, bahkan Ratihpun menangis sambil memeluk mega, laura tidak keluar dari kamarnya dan hanya tangisan yang mengisi suara dari kamarnya, gua melihat Ratih, dan ratih menatap gua penuh dengan kebencian, gua gak tau harus berbuat apa, gua telpon adik gua di kampung dan gua menyuruhnya untuk tetap bersekolah disana, gua bakal memutuskan semua hubungan dengan mereka untuk sementara dan pindah ke kossan lain, gua putuskan semua hubungan gua dengan Laura juga, gua resign kerja dan memutuskan untuk kuliah, gua kuliah di salah satu univ di bandar lampung, jurusan psikologi .
Dan tangisan malam itu tidak akan pernah gua lupakan sampai detik ini. -----------2010 Gua duduk sambil memandang pena yang berputar di kelas gua, hari ini membosankan, lalu kawan sekelas gua Bam datang dan memanggil gua.
"Di kayanya dari tadi ada cewe yang nyariin lo deh, dia nanya ke semua anak di kampus ini, nanyain lo" Ucap Bam
"Gua gak perduli, masih banyak kali nama Hadi selain gua" Ungkap gua "Gak di, kayanya dia nyariin lo, coba geh lo liat ke depan" Ucap Bam Gua sebenarnya malas banget bangun dari tempat duduk ini, padahal sebentar lagi ada jam pelajaran, gua segera keluar dari kelas gua dan melihat wanita itu. dia"
"Gua nitip absen" Ucap gua ke Bam "Siapa tuh di" cantik" Ucap Bam "Tolong, gua nitip absen" "Iya"
Gua lari menghampiri wanita itu, tidak perduli bagaimana reaksi orang yang melihat gua sekarang, gua rindu dengan wanita ini, sangat rindu, gua peluk dia di depan orang-orang , mereka semua menatap gua dengan wajah heran, persetan dengan mereka semua, waktu serasa berhenti, detak jantung gua bergetar hebat, sekali lagi gua menatap wajahnya, sekali lagi dalam hidup gua, gua menatap matanya, ini jelas seperti mimpi. Bahkan di dalam mimpipun ini tidak akan terjadi.
"Kamu kemana aja"" Tanya wanita itu "...." Gua cuma diam tanpa kata
"Aku nyari kamu , dan aku dengar kamu masuk sini ya"" Tanyanya lagi
gua gandeng tangan dia menjauh dari kampus gua, gua menuju ke sebuah rumah makan dekat dengan kampus.
"Hadi jawab ! Kamu kemana aja !" bentaknya Gua peluk dia sekali lagi, ini benar seperti mimpi.
"Aku gak kemana-mana" Ucap gua sambil meneteskan air mata "Aku nyariin kamu, maaf kejadian waktu itu" Gua potong ucapannya "Gak usah di bahas, intinya sekarang kamu disini, kita bisa sama-sama lagi kan"" Tanya gua
"Maaf di, aku udah bersuami" Ucap wanita itu
Jantung gua serasa mau pecah saat mendengar ucapannya, ini mustahil ! Gua gak mau terjadi, saat ini gua berharap ini mimpi.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku nyari kamu karena aku kangen sama kamu, hanya itu, dan aku juga mau ngabarin kalo aku mau pindah ke inggris ikut suamiku" Ucapnya
"Tolong, jangan"
Gua jongkok, gua menangis persis seperti anak kecil, gua gak perduli dengan seisi warung yang menatap gua, ini sangat menyakitkan, ini sangat menyakitkan, sangat ! "Aku mau" Ucapan gua terhenti
Gua melihat seorang bule masuk ke dalam warung makan , dan memanggil wanita itu.
"Aku harus pergi, dia bisa marah kalo aku terus lama-lama, jaga diri kamu baik-baik di" Ucapnya
gua melihat dia melangkah keluar dan menghampiri bule itu, Plak. Sebuah tamparan melesat di wajah wanita itu, dan mereka pergi begitu saja, gua gak bisa berbuat apa-apa, pria itu sangat kasar, tapi gua gak bisa apa-apa, gua mencengkram paha gua dengan keras, dia gak bahagia ! dia gak pernah bahagia, dari dulu dia gak pernah bahagia bahkan sampai detik ini, ini sangat menyakitkan, sesak di dada ini tidak bisa terbayangkan, maaf gua gak bisa nepatin janji gua, maaf.
Gua berjanji dalam diri gua sendiri bahwa gua bakal nolong dia, suatu saat nanti. Gua janji !
Part 43 Sepulang dari kampus gua menuju ke kossan baru gua, tidak jauh dari kampus gua, karena kampus gua memang disekitaran kedaton juga.
sesampainya di kossan gua merebah diri sejenak dan memandang langit-langit seperti kebiasaan gua setiap harinya, wanita itu kenapa dia muncul di saat gua mau menjauh, dan kenapa ketika dia muncul dan gua berharap ingin kembali tapi dia malah pergi.
gua membuka laptop gua dan mulai mengerjakab tugas dari dosen, makalah makalah dan makalah lagi ini lebih berat dari pada dugaan gua. Hampir 2 jam lebih gua berkutik dengan laptop dan buku, bahkan bahan makalah ini belum selesai untuk gua presentasikan, gua matikan laptop gua lalu gua keluar kossan dan duduk di taman kecil yang ada di kossan gua.
"Udah lama gak nongol di" ucap wanita yang tiba-tiba datang "Hahaha iya nih Nin, tugas dari dosen numpuk" Ucap gua Wanita itu bernama Nina, lalu dia duduk di bangku yang ada di taman ini.
"Jadi, apa harepan lo di semester 2 ini di"" Tanya Nina "Entahlah , IP gua juga standar dari semester 1 kemarin" "Hmm lo gak mau lulus cumlaude gitu"" Tanyanya
"Entah deh, jadi harepan lo di semester 4 ini apa Nin"" Gua balik tanya "Seperti tahun kemarin, tetap bertahan IP di atas 3.5" Ucapnya dengan yakin "Amiin deh"
Nina bangun dari kursi itu dan menuju ke kamarnya.
"Mau buat kopi"" Tanyanya
"Kayanya sih iya, jadi enak gua" Gua bercanda
Dia tersenyum kecil lalu masuk ke kamarnya, gua rindu kondisi kossan lama gua, gua rindu dengan Mega, Laura, Ratih dan Sarah, gua rindu mereka semua, kapan kebahagian ini akan kembali, dan saat ini hanya Nina yang akrab dengan gua di kossan ini karena gua juga agak jaga jarak dengan penghuni kossan, gua gak mau semua kembali terjadi seperti di kossan lama gua, gua ambil rokok dari kantung celana gua dan menghidupkannya, gua menatap langit sore hari itu, langit seperti mendukung suasana hati gua hari ini, semuanya kacau dan kenapa wanita itu harus kembali ketika gua sedang ingin sendiri ! dan yang membuat itu sakit dia telah bersuami ! Anjing !
"Ini di kopinya" Ucap Nina
Huh dia mengagetkan gua, Nina menaruh kopi itu di meja depan kursi taman di kossan ini.
"Bentar lagi uas dan liburan, lo ada rencana untuk pulang kampung ke kalianda"" Tanya Nina
"Belum tau gua Nin, kayanya tahun ini gak dulu deh, mungkin tahun depan" Ucap gua
Kami sama-sama diam mungkin karena memang habis bahan pembicaraan, gua ambil kopi itu dan meminumnya perlahan, gua lagi-lagi menatap langit, gua hisap marlboro merah gua pelan dan menghembuskannya dengan memejamkan mata, tuhan tolong perbaiki hidupku , tuhan tolong maafkan semua kesalahanku kemarin, tuhan aku ingin cinta datang dan aku berjanji tidak akan menyakitinya. "Mikirin apa sih lo"" Nina mengagetkan gua lagi
Gua membuka mata gua dan gua menatap Nina, apa ini yang diberikan tuhan ke gua, ini wanita yang akan dijawab doa gua.
"Nin lo cantik hari ini" Ucap gua asal "Makasih" Ucapnya
Wajahnya memerah, mungkin dia malu.
"Gua dari tadi mikirin sesuatu Nin, kita udah lama kenal, kita udah deket, gua mau tau perasaan lo ke gua, seandainya sama mungkin kita bisa ngejalanin bersama" Ucap gua
Gua hari ini benar-benar gila, apa gua mengucapkan ini hanya karena gua kesal , atau karena gua memang membutuhkan pelarian, tapi gua udah janji sama tuhan kalau gua gak akan nyakitin cewe lagi.
"Hmm mungkin perasaan kita sama, gua mau ngejalanin nya sama lo di" Jawabnya
Jantung gua berdesir, untuk kesekian kalinya gua merasakan kebahagiaan mencintai lagi.
"Makasih ya Nin, percaya sama gua" ucap gua "Iya di, gua yakin kok sama lo" Ucapnya
Yah untuk saat ini seengaknya gua gak sendirian lagi, gua tau gua memang butuh pelarian, tapi gua akan mencoba mencintai dan menyayangi Nina dengan tulus, dan gua gak akan menyakitinya.
Part 44 Hari-hari gua diisi oleh Nina yang selalu membuat gua tersenyum, terkadang dia juga membantu gua untuk mengerjakan makalah-makalah yang setiap hari membebani hari gua, hari itu gua berjalan ke dapartement store chandra, dan gua disitu melihat Mega sedang menjadi seorang SPG.
"Mega"" Panggil gua
"Eh, Hadi" Dia sepertinya malu "Lo udah lulus kan"" Tanya gua "Iya di" Ucapnya
"Kok lo gawe disini ga"" Tanya gua
Dia diam dan mencoba mengalihkan pembicaraan gua.
"Eh lo sekarang dimana" gua denger kabar kalau (wanita itu) udah nikah sama bule ya"" Tanyanya
Sebenernya gua males ngomongin ini lagi, entah apa tujuan mega untuk ngebahas masalah yang buat gua sakit.
"Maybe, udah ya ga gua duluan gua di tunggu pacar gua" Ucap gua sambil meninggalkan mega
"Di !" Panggilnya
Gua menoleh ke arahnya, dia tersenyum dan memanggil gua untuk kembali. "Apa Ga"" Tanya gua lagi
"Udah lama kita gak ketemu dan cuma itu yang kita omongin"" Tanya dia "Gua saat ini menjaga hati seseorang ga, intinya kalau gua mau nemuin lo lagi gua bisa kesini sendirian" Jelas gua
Tidak berapa lama Nina muncul dan menghampiri gua.
"Eh Nina, kenalin kawan lama ku , Mega" Ucap gua "Salam kenal Nina" Ucap nina
Mega menyalami tangan Nina, dan Nina mengajak gua untuk melihat sepatu yang ingin dia beli, tanpa sempat gua berpamitan dengan Mega, tangan gua udah di tarik oleh Nina, Maaf ga untuk saat ini gua harus ngejaga hati seseorang yang gua sayang.
"Liat geh, bagus kan"" Tanya Nina "Iya bagus" Ucap gua seadanya
Pikiran gua melayang entah kemana, Nina terus mengoceh, dia tidak bisa diam, baru saja gua ingin meninggalkan tempat itu Nina memanggil gua. "Kamu yang bayar di" Ucap Nina
Hah" biaya untuk gua kuliah aja tabungan gua selama ini dan sisa uang dari orang tua gua, dan sekarang dia minta gua untuk bayarin sepatu yang Harganya 1 jutaan.
"Kamu sayang gak sama aku" bayarin ya"" Ucapnya "Sorry Nin, gua gak bisa"
Lalu gua pergi meninggalkan Nina.
"Memang dasar lo cowo kere ! kawan lo aja SPG gembel kaya gitu, seharusnya lo sadar diri kalo mau pacaran sama gua !" Teriak nina yang di liatin orang ramai
Gua udah gak memperdulikan ucapannya, gua bergegas ke arah toko nya Mega, dan gua hampiri Mega yang sepertinya habis menangis, karena terlihat matanya sembab.
"Ga"" Panggil gua
"Pergi di, lo udah bahagia ! memang kalau setiap ketemu lo cuma sakit yang gua rasakan" Ucap mega
"Gua putus ga" Ucap gua
"Gua gak perduli ! lebih baik lo pergi dan jangan pernah munculin diri lo lagi di depan gua !" Teriaknya
Gua gak ada pilihan lain selain ninggalin dia, lalu gua pulang ke Kossan, dan sesampainya di kossan gua cuma duduk di taman, sampai gua melihat Nina pulang , dia turun dari mobil dengan seorang pria, dia persis seperti Laura yang dulu, memperlakukan pria sekehendak hati dia.
"Kamu mampir dulu gak sayang"" Tanya Nina ke pria yang ada di mobil itu
Gua dengar ucapanya karena memang sepertinya dia ingin agar gua mendengarnya.
Lalu mereka berdua ke kamar dan mengunci pintu dari dalam, gua bergegas kembali ke kamar gua, 2 hari lagi kossan gua habis, gua ingin pindah dari kossan ini dan mencari kossan yang baru, gua mandi dan keluar dari kamar gua dan mencari kossan yang baru.
Gua berkeliling cukup jauh untuk mencari kossan yang murah dan kamar mandi di dalam, dan gua menemukan satu kossan tapi kossan ini sepertinya tempat yang sangat bebas, sesampainya gua di kossan itu gua bertanya ke pemilik kosaan itu dan biaya nya terlampau sangat murah, gua mengecek keadaan kossan, banyak kamar kosong yang tersedia disini, lalu gua berkeliling kossan ini, dan gua memutuskan untuk pindah kesini.
2 Hari kemudian gua sudah membereskan semua barang-barang gua, dan gua pindah ke kossan itu, yah kossan ini seperti tempat (maaf) Pelacuran, tapi gua gak perduli karena uang gua juga harus di irit sedemikian rupa untuk hidup di bandar lampung, gua berkeliling ingin mengenalkan diri gua ke penghuni kossan ini, sampai gua di kamar paling ujung gua lihat seorang wanita sedang mewarnai kuku kakinya, dia sedang duduk menggunakan hotpants pendek dan hanya menggunakan pakaian tanktop, gua terkejut karena gua mengenal wanita ini, gua mencoba mengetuk pintu kamarnya perlahan sampai dia melihat ke arah gua, gua gak tau apa yang harus gua ucapin sekarang, entah takdir atau apapun tapi semua ini berlalu begitu singkat akhir-akhir ini, gua kehilangan orang-orang berharga dalam hidup gua dan tuhan mempertemukan gua kembali dengan mereka. "Ratih !" Panggil gua
Rarih menengok ke gua, wajahnya sedikit kaget karena gua ada di hadapannya.
"Eh Hadi, kok disini"" Tanya Ratih
"Iya nih, lo ngekoss disini juga"" Tanya gua balik "Iya di, Gua ngekoss sama (dia)" Ucapnya "Lo serius"" Tanya gua
"Iya gua serius" Terusnya
"Mega ngekoss dimana"" Tanya gua lagi
"Gak jauh dari sini, mungkin cuma 3 gang dari sini" Jelas Ratih Saat kami sedang reunian gua di panggil oleh dia.
"Hadi" Panggil dia
Gua menoleh, gua memang pria cengeng tapi untuk saat ini gua gak boleh menangis.
"Gua denger dari penghuni kossan ini kalau ada orang baru disini, ternyata lo ya, gua masih sayang sama lo di" ucap dia
Gua gak bisa ngomong apa-apa lagi.
"Lo dulu sama mega di batasi dua kamar ya, dan lo tau gak kalau saat ini kamar kita cuma di batasi dua kamar" Ucap Dia
Gua masih menahan jatuhnya air mata gua, gua harus kuat.
"Gua kangen sama lo" Ucap gua "Sama" ucap dia
Dengan reflek gua memeluknya dan dia membalas pelukan gua dengan hangat.
"Gua denger (wanita itu) nikah sama bule ya"" Tanya dia "Iya" Ucap gua
Tapi gua masih tetap di dalam pelukannya, rasanya gua gak mau melepas pelukan ini dari dirinya , sampai tiba-tiba seorang pria mendorong gua.
"Apa-apaan lo peluk-peluk pacar gua !"" Teriak pria itu "Hah"" tanya gua
"Iya di, ini pacar gua" Ucap dia
Gua gak tau harus ngomong apa sekarang, gua langsung meninggalkan mereka dan masuk ke kamar gua, gua kunci kamar gua dari dalam, persetan dengan takdir yang harus membuat gua terus sakit ! apa ini yang namanya karma tuhan ! air mata gua menetes membasahi kasur gua, semua pergi perlahan dari hadapan gua semua orang yang gua sayang ! semua kebahagian dalam hidup gua sirna perlahan !
Gua menyesal pernah menyakiti mereka semua, maaf gua harus nyelesain semua ini sebelum gua terus sakit hati berkepanjangan.
art 45 Keesokan harinya ketika gua mau berangkat kuliah gua menengok ke kamar dia, gua hanya menatap kosong ke kamarnya, pintunya masih tertutup , ingin rasanya gua mengetuk pintu itu, tapi gua takut untuk melakukannya akhirnya gua urungkan niat gua, gua berangkat ke kampus dengan hati yang khawatir, sambil menghisap dalam rokok gua, gua terus takut untuk apa yang terjadi dengan dia, gua duduk di kelas dengan pikiran yang terus mengambang, cerita apa yang akan terjadi selanjutnya, gua sama sekali tidak memperhatikan pelajaran, gua hanya menyoretnyoret kecil binder gua, hati gua terus memikir kan dia dan wanita itu, hari ini gua tidak bisa menerima pelajaran dengan baik karena mental gua masih turun akibat kejadian yang akhir-akhir ini menimpa gua, gua duduk di kantin kampus, gua hisap lagi rokok gua dan memandang kosong ke arah lapangan, gua lihat para anak SMA yang ceria, hanya PR matematika masalah terbesar dalam hidup mereka, gua bangun dan mencoba untuk melangkah kan kaki gua ke kossan yang akan mengisi hari-hari yang menyakitkan, hati gua bertengkar hebat, ada perasaan senang dan ada perasaan sedih yang menggeluti tubuh gua, sesampainya di kosaan gua melihat dia sedang tertawa bahahia bersama pacar barunya, tanpa menengok gua langsung masuk ke kamar gua dan mengunci dari dalam.
Gua menyender ke tembok, ini sangat menyakitkan, gua jenggut kepala gua sendiri dan menjenturkannya ke dinding hingga darah keluar dari pelipis mata gua, gua duduk kembali dan menangis, sampai kapan gua harus menerima jarum yang terus menusuk hati gua, ini benar-benar menyakitkan.
Gua cuci darah yang keluar, lalu gua keluar dari kamar gua dan gua lagi-lagi menengok ke arah kamar dia, kali ini gua mencoba berani mencoba mengetuk pintu kamarnya.
Dia keluar dengan mata sembab, mungkin baru bangun tidur pikir gua.
"Hei, kayanya kita gak pernah ngobrol yah" Ucap gua "Iya" Balasnya singkat
"Boleh kita ngobrol"" Tanya gua "Masuk di" Ucapnya mengizinkan gua
Gua masuk ke dalam kamarnya gua duduk dan memandang ke arah ubin kamarnya , dia tanpa gua suruh membawakan gua segelas kopi hitam , dia duduk dan melakukan hal yang sama persis seperti yang gua lakukan.
"Lo sakit"" Tanya gua
"Gak kok di gak apa-apa" Ucapnya
"Mata lo kenapa sembab gitu, mana pacar lo"" Tanya gua lagi "Putus" Ucapnya singkat
Air matanya keluar dari matanya, gua gak berani mengucapkan apapun kali ini, gua takut salah .
"Gua gak bisa ngelepasin bayang-bayang gua dari diri lo di, gua terus ribut sama dia, dia selalu kasar sama gua, gua takut dan entah mimpi apa yang ngebuat lo bisa ada disini lagi, di depan gua dan gua putuskan untuk ngakhiri hubungan gua sama dia" Jelasnya
Gua menatap langit-langit kamarnya, gua pegang tangannya pelan, untuk saat ini gak ada yang bisa gua ucapkan, gua mengelus punggung tangannya, dia memeluk gua dengan keras, gua balas pelukannya tapi air mata gua kali ini tidak jatuh, sudah terlalu deras air mata gua jatuh dan ini terlalu menyakitkan untuk gua, gua lepas pelukannya perlahan, dia menatap gua dengan wajah penuh penyesalan. "Kita bisa gak balik lagi kaya dulu di"" Tanyanya
Gua diam, gua pegang pelan kedua pipi dia, lalu gua menggelengkan kepala gua, maaf untuk saat ini tidak , gua sudah memutuskan ini terlalu sakit untuk di lanjutkan. "Maaf Laur, untuk saat ini gua gak bisa" Ucap gua pelan
Dan tangisan Laura pecah mengisi heningnya kossan ini, sekali lagi maaf Laur sumpah ini terlalu menyakitkan untuk di ingat, dan hingga gua memutuskan untuk saat ini tidak ada cinta di dalam diri gua. Maaf .
Part 46 "Tolong saya, tolong saya mohon tolong saya" Suara Sarah memanggil
Gua lagi-lagi terbangun karena mimpi buruk yang terus datang , kenapa Sarah selalu menghantui pikiran gua, gua ingat suara itu ketika dia pertama kali minta tolong ketika dia di sekap di gudang, dan kenapa akhir-akhir ini gua selalu di mimpikan oleh dia.
Gua keluar dari kossan malam-malam dan mengetuk pintu kamar nya Laura.
"Laur Laur" Gua panggil dari luar "Ada apa sih Hadi !" Teriaknya
"Buatin gua kopi sih" Ucap gua memelas
"Lo gila kali, ini jam 2 subuh dan lo minta buatin kopi, kenapa sih di"" Tanyanya "Gua mimpiin sarah lagi" Ucap gua
"Ada apa sih dengan dia, akhir-akhir ini lo selalu cerita kalo lo mimpiin dia, masuk sini" Ajak Laura
Gua masuk ke kossannya, gua lihat Ratih sedang berperang di dalam mimpinya karena dengkurannya dapat mengguncangkan kerajaan jin sedunia.
"Perang itu "" Canda gua "Udah jauh dia" Balas Laura
Kami tertawa, lalu Laura ke dapurnya dan membuat kopi untuk gua, setelah dia memberikan kopi ke gua.
"Jadi ceritain" Terus Laura
Gua diam sejenak, rokok gua ketinggalan.
"Sebentar rokok gua ketinggalan" Ucap gua "Dasar Hadi Dalamunte !" Teriaknya
Hahahahaha, Dalamunte apaan .
Gua ke kossan gua mengambil rokok gua , sampai gua lihat sebuah buku, buku ajaib yang selama ini gua cari, kenapa buku ini ada di meja gua" Atlantis.
Gua buka buku itu perlahan, ini buku Sarah dulu, sudah lama hilang dan kenapa sekarang muncul lagi, ketika gua mau keluar dari kamar gua tiba-tiba pintu kamar gua tertutup dengan sendirinya, dan ada seseorang yang mengunci gua dari luar.
"Laur ! jangan becanda ! sumpah demi apapun ini gak lucu !" Gua panik karena ketakutan
Tidak ada jawaban dari luar, gila horror amat, gua terus mendobrak-dobrak pintu kamar gua tapi tetap tidak ada reaksi apapun dari luar, gua menjerit-jerit ketakutan tapi tetap tidak ada jawaban, hingga akhirnya gua pasrah dan membuka buku atlantis kepunyaan Sarah itu.
"Kenapa buku ini bisa disini ya"" Ucap gua sendirian Lalu ada suara seorang wanita dari luar yang tiba-tiba berbicara "Gua yang bawa di" Ucapnya
Gua mengenali suara ini. "Meeeeeega!" Teriak gua
Mega tiba-tiba membuka pintu kamar gua dan tertawa lepas, asli gua udah pasrah , gua udah pasrah masuk berita bahwa ditemukan seorang pria tewas di dalam kossan dan sudah membusuk.
"Apaan sih lu ! Gak lucu !" Ucap gua kesal Dia hanya tersenyum kecil karena menahan tawa . "Cie yang nolak Laura" Ucapnya
"Udah gua bilang, gua lagi gak mau ada cinta untuk sekarang" Ucap gua "Maaf kejadian di mall kemaren"
"Gak usah di bahas meg, gua udah ngelupain kok" "Ga di ! bukan meg!" Teriaknya
"Meg Meg !" Ejek gua
"Ish" Mukanya cemberut
"Ngapain lo jam 2 malem kesini"" Tanya gua "Ini jam 3 di" Dia menyangah
"Ya terserah deh, ngapain"" Tanya gua lagi "Gak tau , pengen aja gitu maen kesini" "Malem-malem gini emang berani""
"Ini subuh Hadi Dalamunte !" Suaranya agak meninggi "Dalamunte apaan meg meg !" Gua sebal
"Wahahahaha, panggilan Laura itu" Ucapnya
Gua mengobrol panjang lebar dengan Mega sampai pagi, sampai dia tertidur di kamar gua, gua mau ke kampus, walaupun ngantuk tapi gua usahakan untuk ke kampus, di kelas tidak ada suatu hal yang istimewa yang gua lakukan. Gua pergi ke kantin bersama kawan kampus gua, Bam. "Di, blablbla" Dia terus mengoceh
Gua tidak memperhatikannya sampai ada sebuah mobil sedan berhenti di lapangan kampus gua, anal-anak SMA , SMK dan Mahasiswa terarah ke mobil itu semua karena mobil itu BMW X6 M 2010, mobil yang sangat mewah yang jarang sekali kami lihat.
Seorang pria tinggi dengan wajah gagah, rahang yang kuat, kulit putih dan rambut pirang turun dari mobil itu.
Gua seperti pernah melihatnya, lalu ada seorang wanita kecil , hidung mancung, bibir tipis. Sarah !
Gua menatapnya dari jauh, dan bule itu melihat ke arah gua, begitupun Sarah. Mereka mendekat ke gua, lalu bule itu mengajak gua untuk ikut, mereka ingin berbicara dengan gua.
"Ada apa ini"" Tanya gua
"Hadi , beteul kan"" Logatnya masih bule "Ya, kenapa"" Tanya gua lagi
"Coba kamu lihat lagi siapa wanita ini" Ucap bule itu "Sarah lah"
"Coba lihat lagi" Ucapnya
Gua perhatikan, lalu gua angkat poninya, lukanya" Rahmah memang ada luka tapi tidak permanent, dan luka di kening Sarah, gak ada.
"Dia siapa"" Tanya gua
"Aku Sarah Kak Hadi" Ucap nya Bule itu menggeleng,.
"Awalnya memang saya menikahi Sarah, tapi saya tidak mengerti mengapa wanita ini yang bisa ada di samping saya" Jelasnya
"Aku Sarah loh !" Suaranya agak tinggi
"Mana Sarah, kenapa lo selalu ngejahatin Sarah !"" Teriak gua ke Rahmah "Apa sih kamu Kak Hadi, aku ini Sarah"
Gua meninggalkan yang gua yakini Rahmah itu sendirian, lalu gua menarik bule aneh ini sebentar.
"Yang waktu itu kesini pertama kali siapa"" Tanya gua "Sarah" Jelasnya
Hmm yah benar yang di dalam itu ternyata benar bahwa itu ..... Part 47
Dia Sirih, tapi gua gak tau bagaimana luka itu bisa hilang.
"Om Bule, dia Rahmah kembarannya Sarah, saya yang akan jaga dia, dan saya akan bantu cari Sarah" Ucap gua ke Bule itu
Dia agak kaget dan kesal lalu ingin menampar Sarah lagi yang dia pikir itu adalah Rahmah
"Anda pikir ini dimana"" Gua menahan tangannya
Dia diam, dia menunjuk gua dengan tangannya, gua gak pernah takut sama yang namanya manusia.
"Silahkan pergi, ini kembarannya Sarah dan gak ada urusan sama anda" ucap gua Dia pergi dengan mobilnya, lalu Sirih menampar gua dengan keras.
"Berani-beraninya lo nyakitin Sarah dan ngebiarin Sarah tinggal sama orang gila kaya gitu" Ucap Sirih
"Luka lo gimana bisa ilang"" tanya gua "Diobatin sama tuh bule sinting" Jelasnya "Lalu , kok dia bisa mengira kalau lo itu Rahmah dan bukan Sarah"" "Sifat Sarah dan gua itu beda, jadi dia pasti paham lah kalo gua bukan Sarah walaupun berada di tubuh yang sama"
"Oh gitu, lo bukan Rahmah kan""
Plak lagi-lagi tamparan mendarat mulus di pipi gua.
"Apaan sih lo nabok-nabok gua terus" Gua memegang pipi gua "Jangan pernah samain gua sama Rahmah !" Ucap Sirih "Ya ya, mana Sarah gua mau ketemu dia" Ucap gua
"Jangan sekarang Hadi bego, dia nanti syok kalo tiba-tiba dia ada disini" Sirih menjelaskan
"Gua belajar Psikologi ya, jadi gua bisa aja ngilangin lo dalam tubuh dia" Plak Plak Plak, tiga tamparan beruntun datang tanpa hambatan.
"Sakit jiwa emang lo ini" Gua kesal
"Karena gua Sarah bisa selamet dari bule gila itu !" Teriaknya
Gua mendekap mulutnya karena teriakan dia membuat orang-orang sekitar melihat ke arah kami.
"Sssst" Dia memberontak, gua hanya memasang senyum bego di depan orang-orang yang melihat, lalu gua melepas dekapannya.
"Hadi Gila !" Teriaknya lagi
"Gua ada satu mapel lagi, lo tunggu sini ya" Dia hanya diam sambil memalingkan wajahnya.
"Rih"" Panggil gua
"Gua Gita loh Hadi !!" Teriakannya nambah keras "Iya Gita, lo tunggu sini ya"
"o" "Gua serius Gita !" Suara gua agak meninggi "o"
"Sih, jangan kaya gini sih" Bujuk gua "Cium dulu" Godanya
"Jis najis tralala"
"Yaudah" Ucapnya
"Banyak orang yang liat Gita !" Gua makin kesal "Yaudah sana, gua nunggu disini" Ucapnya Huh syukurlah, gua bisa terbebas dengan mahluk gila kaya gitu, gua yakin itu Sirih , tapi apakah bule itu gak tau kalau Sarah punya dua kepribadian" Selesai mapel gua menuju ke tempat Sirih menunggu, lalu ada dua orang dengan badan yang sangat besar menarik-narik tangan Sirih.
"Woy apa-apaan lo !"" Ucap gua kesal
"Jadi ini yang namanya Hadi"" Kata satu orang dari mereka "Bantai aja" Ucap satunya
Mereka langsung memukuli gua, gua berusaha melawan tapi gak bisa ngapangapain dan orang-orang sekitar sini hanya melihat tanpa berani mendekat, lalu salah satu dari mereka mengeluarkan senjata api, gua gak bisa bergerak saat ini, tubuh gua sangat sakit untuk bangun dan mencoba menghindar, gua memejamkan mata gua, mungkin ini akhir dari ajal gua, gua takut, saat ini gua sangat takut. "Jangan" Ucap seorang pria
Suaranya gua kenal, gua membuka mata gua dan melihat orang itu. "Apa kabar di"" Tanyanya
Gua diam karena untuk bicarapun pasti sakit.
"Siapa yang menyuruh kalian berdua"" Tanya Pria itu
"Orang bule, dia minta kami ngebunuh dia" Kata salah satu orang dari mereka "Ini kawan gua !" Pria itu membentak mereka
"Maaf bang" Kata mereka
"Pergi dari sini kalau masih mau hidup" Ucap pria itu "Iya"
Lalu mereka berdua pergi, huh nyawa gua selamat , gua melihat Sirih mendekati gua.
"Eh Sarah" Ucap Pria itu "Iya kak"
Huh, gua gak bisa bergerak, gua merebahkan diri gua di tanah dan memandang langit, apakah semuanya akan berkumpul seperti dulu"
"Kapan bebas kak"" Tanya Sirih
"Kemarin, cari info di kossan lama katanya udah pada pindah, dan gua denger dari ibu koss lama kalo Hadi kuliah disini" Jelas Pria itu
"Aku kepribadian lainnya dari Sarah kak" Jelas Sirih "Oh si Sirih"" Tanya pria itu
"Iya Kak Angga"
Yah dia Angga, dewi fortuna di bahu gua saat ini, dan gua gak pernah tau bakal berkumpul lagi bersama mereka.
Part 48 Gua sampai di kossan di gotong oleh Angga, Angga langsung menemui Ratih dan mereka berbicara, gua gak tau apa yang mereka bicarakan, Laura panik melihat gua penuh luka, lalu Sirih mencoba tidur agar ketika dia terbangun tubuh Sarah yang kembali.
"Lo kenapa di"" Tanya Laura
Gua gak bisa ngomong , pasti sakit kalau gua ngomong. "Ini Sarah"" Tanya Laura lagi
Gua hanya menangguk kecil, Laura memeluk gua dalam posisi tidur. "Gua sayang lo Di, kenapa sih terus-terusan kaya gini" Ucap Laura lirih
Gua gak bisa apa-apa selainkan memejamkan mata gua hingga akhirnya gua terbawa ke alam mimpi.
Ketika gua bangun gua udah lumayan bisa ngegerakin tubuh gua, tubuh gua di kompres oleh Sarah , Laura masih memeluk gua dalam posisi itu.
"Sarah, udah bangun"" Tanya gua "Iya" Ucapnya singkat
Lalu dia mengganti air hangatnya dengan yang baru, gua pegang tangan Laura yang saat ini sedang ada di atas perut gua.
"Laur, bangun," Ucap gua pelan
Dia bangun dan makin kencang memeluk gua. "Laur" Ucap gua lagi
Dia akhirnya bangun dan duduk, tapi tangannya tetap gua pegang karena gua gak mau ngelepas tangan dia untuk saat ini.
Sarah datang membawa air yang baru lalu mengompres gua kembali.
"Ngapain lo disini dek"," Tanya Laura
Sarah diam saja, dia terus mengompres tubuh gua tanpa mengucapkan apapun. "Oi Sarah," Panggil Laura lagi
Sarah tetap diam , dia tidak mengeluarkan suara sama sekali. "Mana laki lo yang orang bule itu","


Dibatasi Dua Kamar Karya Panjang Kaki di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sarah tetap diam "Woi !," Laura agak meninggikan suaranya "Budeg lo ya"" Tanya Laura kesal
Byar, air kompresan diseborkan ke arah Laura oleh Sarah, waduh bisa ribut kossan gua.
"Udah gila kali lo ya !" Teriak Laura "Sssst, udah malam" ucap Sarah
Dia memasak air baru, tubuh Laura basah , dia menghampiri Sarah dan ingin menyerangnya, gua menahan dia tapi sia-sia, ketika Laura mau menyerang Sarah, Sarah menghindar lalu melawan dan mendorong Laura hingga terjatuh. "Aku udah bilang, udah malam" Ucap Sarah
Laura kesal dan ingin menyerang Sarah lagi, tapi ketika dia ingin bangun Sarah sudah memegang sebilah pisau.
"Mundur dan pergi" Ucap Sarah lembut
Laura diam , gua gak tau apa yang terjadi , Sarah bisa sejahat itu, gua mencoba bangun dengan sekuat tenaga gua , lalu gua hampiri Laura dan gua rangkul dia dari belakang.
"Mundur, gak sekarang Laur. Gua bakal tetap pilih lo" Gua bisikin Laura
Laura diam dan pergi dari kamar gua, gua pegang tangan Sarah yang memegang pisau, dam mengambil pisau itu mengembalikan ketempatnya.
"Kamu kenapa"" Tanya gua
"Aku gak mau jadi orang lemah" Jelas Sarah Lalu dia berjalan menuju kasur gua dan duduk di kasur gua, gua menyusulnya.
"Tapi kenapa harus kaya gitu loh Sarah, ini bukan Sarah yang dulu" Ucap gua "Memang ! Sarah yang dulu udah gak ada ! Kamu ngecewain aku di ! Kamu mendua ! Aku masih sabar ! Bahkan kamu berduaan di kamar sama Laura , Aku masih sabar ! Kurang sabar apa akh itu ngadepin kamu, tapi kenapa kamu berulang kali ngecewain aku !" Teriaknya berulang kali
"Kita gak bisa sama-sama, tapi aku janji aku bakal buat kamu bahagia, dan aku bakal sembuhin kamu"
"Bahagia dengan cara apa di ! aku bahagia kalau aku sama kamu !" "Kita beda Sarah, kita beda keyakinan, itu yang buat kamu tinggalin aku kan"" Tanya gua pelan
"Aku sayang kamu di" Ucapnya
Dia memeluk gua, gua gak bisa menolak pelukannya.
"Waktu itu aku ajak kamu balik lagi, tapi kamu udah bersuami, dan aku gak tau kenapa kamu waktu itu pergi" Ucap gua pelan
"Kamu juga pergi dari kossan lama" Katanya pelan
"Aku bakal sembuhin kamu, dan buat kamu bahagia tapi gak sama aku Sarah" Gua membelai pelan rambutnya
Dia hanya mengangguk kecil.
Oh tuhan, ku cinta dia, ku sayang dia.
Seandainya aku bisa di lahirkan kembali, aku tetap akan mencintainya. "Makasih di" ucap Sarah pelan
Maaf bukan kamu yang aku pilih, aku tau bahwa aku sayang kamu, tapi bukan kamu Sarah, kita memang udah lama ngejalanin pahit dan manis, setiap hari aku mencintai kamu Sarah.
Gua flashback ke belakang ketika gua pertama kali ketemu Sarah, waktu itu 3 tahun lalu di sebuah ayunan taman, Sarah termenung , ketika dia menerobos masuk kamar gua, waktu gua membelikan dia pakaian dalam, hahaha masa indah. Ketika gua menyelamatkan dia dari anak-anak punk, masa-masa indah di kossan lama.
Gua memeluknya makin erat. Waktu tak bisa terulang, penyesalan"
sepertinya sudah habis waktu kalau gua terus menyesal, saat ini lo ada disini, walaupun kita gak bisa sama-sama, setidaknya gua udah menyelamatkan lo dari bule itu, dan gua akan membimbing lo untuk ke tempat yang lebih baik, dan menemukan pria yang lebih baik dari gua.
Maaf . ------------ Seandainya aku bisa di lahirkan kembali dan aku bertemu kamu lagi, aku akan memilihmu.
Part 49 Gua berjalan di keheningan malam ini sendirian, mengingat indahnya kenangan masa lalu yang tak sempat gua jalani dengan baik, gua berhenti di bawah lampu jalan berwarna kuning terang, gua memandang ke arah bawah gua lihat ribuan pasir putih, seandainya gua jadi pasir mungkin setiap hari gua bersama rombongan gua terus disini tak bisa bergerak dan mengikuti desiran angin , terserah angin ingin membawa gua kemana, tapi sepertinya hidup gua seperti pasir yang tak bergerak kemanapun, dan hanya mengikuti angin.
Gua berjalan lagi dan melewati sebuah jembatan kecil, gua duduk di jembatan itu lalu gua keluarkan handphone dan rokok gua, gua cek galery musik gua dan menyetel sebuah lagu , Naff Kenanglah Aku.
Gua setel lagu itu sambil menghisap dalam rokok gua, gua dengarkan perlahan lagu itu membawa gua ke alam khayalan, ke alam masa lalu yang ingin gua ulangi lagi.
"Karam nya cinta ini," Suara gua mulai mengikuti lagu "Tenggelam kan ku di duka yang terdalam" Gua meneruskan lagu itu Lalu gua mendengar suara seorang wanita yang juga mengikuti alunan lagu itu. "Hampa hati terasa" Ucap wanita itu
Gua belum menoleh , gua hapal dengan suaranya tapi gua gak mau melihatnya. "Kau tinggalkanku meski ku tak rela" Terusnya
Gua tetap diam, lalu gua memejamkan mata gua dan mengkhayati alunan lagu ini dalam hati gua.
"Salahkah diriku hingga saat ini" Terusnya
"Ku masih mengharap, kau tuk kembali" Gua ikut bernyanyi
Dari belakang rangkulan hangat datang, gua merasakan tangan halusnya menyentuh wajah gua pelan, dia mengambil hp gua dan mematikan lagunya, walaupun saat itu sangat cepat tapi di dalam benak gua saat itu waktu terasa berjalan lambat.
"Hadi, ngapain lo sendirian""Tanyanya
Gua pegang tangannya halus, lalu gua membuka mata gua, saat ini kepala dia tepat di atas kepala gua, gua menoleh ke atas dan wajah kami berpapasan. "Menikmati malam" Jawab gua
Jarinya menyentuh halus bibir gua, lalu dia mengangkat kepalanya dan tangannya dan dia bergerak untuk duduk di sebelah gua, kepalanya menyender di bahu gua, kehangatan malam ini dan waktu malam ini gak akan pernah ingin gua lupakan.
"Sejak kapan disini Laur"" Tanya gua "Sejak lo pergi" Ucapnya
Gua diam dan memandang langit malam ini, di jembatan kecil ini, di bawah taburan cahaya bintang tanpa radiasi lampu kota, Laura entahlah apa yang harus gua katakan ke lo, hanya cinta di dalam hati gua.
"Pilih Mega di" Ucapannya mengagetkan gua "Kenapa"" Tanya gua
"Dia mencintai lo itu lebih besar dari pada cinta gua"
Air matanya menetes membasahi bahu gua, gua sentuh halus pipinya tangan gua di basahi air suci yang keluar dari matanya, tangisan tulus yang membuat dada gua terus sesak.
"Gua pilih lo Laur, itu keputusan gua" Jelas gua "Sayangnya gua gak milih lo" Ucapnya "Kenapa !"" Gua meniggikan suara
"Karena gua gak mau nyakitin Mega, dia senang lo bisa balik lagi di hadapan dia, dan sekarang gua harus ngecewain sahabat gua sendiri !"
"Seandainya gua gak memilih Mega"" Terus gua "Gua akan membenci lo untuk selamanya !"
Dia berdiri dan pergi meninggalkan gua, gua lihat langkah kakinya pergi menjauh, gua gak mampu untuk mengejarnya, tapi kenapa Laur" baru kemarin lo mau kita balik lagi, tapi kenapa saat ini lo malah menyuruh gua sama Mega" kenapa " Dia menoleh, gua tatap wajahnya dari kejauhan, lalu dia berlari kecil menjauh dari tatapan gua, dia berlari dengan tangisan yang jatuh di pipinya.
"Maaf Laur, gua gak bisa sama Mega"
Gua bangun dari duduk gua, dan kembali ke kossan.
Ketika gua sampai di kossan mereka semua sedang berkumpul di depan kamar gua, ketika gua sampai semua menangis, Angga menarik gua dan menunjukan gua sesuatu.
Gua mengikuti Angga untuk melihat sesuatu itu, ketika gua masuk kamar gua betapa hancurnya hati gua, jantung gua terus berdetak kencang , gua gak nyangka apa yang ada di hadapan gua, bahkan gua berharap ini mimpi !
Gua sentuh tubuhnya yang kaku tergantung di atas dasi , dia tidak bergerak sama sekali , nafasnya berhenti mengambil udara, Ini Mimpi !
Dengan cepat gua lepaskan dasi yang menggantung dirinya, mereka semua tidak ada yang berani mendekat, setelah gua lepas dasi itu tubuhnya gua letakan di kasur, tangisan gua tak bisa tertahan, Gua sentuh urat nadinya , tidak ada detakan. Sarah jangan mati ! Jangan !
Angga menelpon polisi, gua sentuh tangannya yang kaku, ada sebuah surat kecil di tangannya.
Gua buka surat itu perlahan, air mata gua membasahi surat itu. Gua baca surat itu.
"Jangan sampai kematian ku sia-sia yah kak Hadi sayang, aku berharap kamu bisa bahagia sama Mba Laura"
Gua menjerit keras, Sarah jangan mati ! Jangan ! Gua sayang lo ! Gua sayang lo Sarah !
Gua menggoyang-goyangkan tubuhnya yang kaku . "Saraaaah !"
Gua menangis dengan keras hingga gua kehilangan kesadaran gua. -----------------Seandainya waktu bisa terulang, jujur aku akan dari awal memilihmu. Part 50
Bahkan langit pun meneteskan air matanya. ---------Polisi datang setelah di telpon oleh Angga, lalu tubuh gua di angkat oleh salah satu polisi yang membuat gua sadar , saat polisi itu mengangkat paksa tubuh gua, gua tetap tidak bergerak, terus memeluk tubuh Sarah, hujan turun perlahan malam itu membawa ingatan kenangan masa lalu , seandainya dari awal gua memilihnya mungkin hal ini gak akan pernah terjadi, surat itu di ambil oleh pihak kepolisian untuk dijadikan bukti, gua di bawa ke kantor polisi untuk di jadikan saksi, air hujan membasahi kepala gua ketika gua berjalan ke "Cruiser", tubuh gua di dorong paksa seakan-akan gua adalah tersangka dalam kematian Sarah, gua duduk diam dalam tangisan di jok belakang mobil ini, sesampainya di kantor polisi tubuh gua di tarik paksa untuk di introgasi atas kematian Sarah.
"Kenapa dia bisa mati!"," Tanya salah saru Polisi
Gua tetap diam, malam ini hati gua masih terguncang hebat, gua gak tau harus berkata apa.
"Jawab !" Bentaknya lagi
"Maaf pak, saya gak tau apa-apa" Jawab gua singkat
Polisi itu memanggil rekannya, dan rekannya membawa gua ke sebuah sel kecil, gua bingung kenapa gua di tuduh menjadi tersangka, di dalam sel ini dingin merambat tubuh gua, kasur terbuat dari besi, toilet yang terkunci, gua takut , gua sedih, gua masih ingin melihat Sarah, gua duduk dengan tangisan gua yang tiada hentinya, sampai gua tertidur.
Saat gua sedang tidur ada salah satu polisi menarik kerah gua, gua mengikuti polisi itu yang entah membawa gua kemana, lagi-lagi gua di masukan ke ruang interogasi, gua di ajak berbicara oleh salah seorang yang gua kenal, dosen gua, yah dosen gua adalah seorang psikolog yang bekerja di kepolisian juga.
"Hadi"" Tanyanya
"Iya Bu" Ucap gua pelan
"Apa kamu penyebab kematian Sarah"" Tanyanya
Iya ! Gua yang buat Sarah pergi, gua salah gak memilihnya dari awal ! Gua menangis di depan dosen gua.
"Maaf bu" "Ada apa " Cerita" Katanya "Saya gak memilih dia"
Dia menangguk kecil, lalu dia menulis di sebuah note kecil yang dari tadi dia pegang.
"Dia bunuh diri, tapi masalahnya bukan karena kamu membunuhnya, ada seorang pria berkebangsaan Inggris menuntut kamu, karena kamu di tuduh menculiknya" Jelas Dosen gua itu
Gua kaget, Bule itu"
"Siapa bu"" Tanya gua "Suaminya Sarah,"
Kenapa masalah dalam hidup gua gak pernah selesai, kenapa terus datang masalah di dalam hidup gua, gua gak tau harus berbuat apa sekarang, hanya penyesalan yang merasuk di dalam jiwa gua.
"Tapi" Ucapnya lagi
"Tapi apa bu"" Tanya gua
"Nama Sarah sudah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu, oh iya ada yang mau menjenguk kamu juga , nanti sore dia sampai, keluarga Pak Basuki" Ucap dosen gua
Lalu salah satu polisi datang dan lagi-lagi menarik gua secara paksa, gua pasrah apapun yang mereka perbuat terhadap gua, bahkan mungkin sekarang gua lebih baik mati.
Gua gak tau jam berapa sekarang, hari apa sekarang, perut gua sangat lapar, gua gak tau sudah berapa lama gua disini, gua di masukan ke sel kecil itu lagi oleh polisi itu , gua diam tanpa melakukan apapun, hanya duduk menunggu keputusan , gua tertidur lagi karena gua menahan rasa sakit di perut gua, sampai gua lagi dan lagi di bangunkan oleh polisi itu, lalu gua di temui oleh Pak Basuki, ketika gua bertemu Pak Basuki, gua meminta maaf sampai gua bersujud di depannya.
"Bangun Hadi" Ucapnya
Gua bangun, gua lihat Rahmah juga disini, dia menangis menatap gua , saat ini gua memang seperti orang gila.
"Maaf om, Maaf" Gua menangis meminta maaf
"Saya udah tau lama kok yang meninggal itu Zahrah" Jelasnya "Om""
"Iya, saya di kasih tau sama ibu nya mereka, tapi saya tetap nyatet nama Sarah yang meninggal, mungkin itu kesalahan saya, saya berharap Sarah bisa bahagia sama kamu, mau bagaimanapun dia tetap anak saya" Terusnya Gua tatap wajahnya, Pak Basuki mengeluarkan air matanya.
"Maaf om" Gua menunduk menyesal
"Sudah di, dan masalah bule itu dia gak ada surat nikah sama Sarah, jadi dia gak bisa nuntut kamu," Jelasnya
Gua peluk om Basuki, seandainya ibu gua ada disini , gua ingin menangis di bahu ibu gua.
"Kamu bisa bebas, dan di dalam catatan kepolisian yang bunuh diri itu Zahrah, saya udah nelpon bapak kamu, katanya kamu suruh pulang dulu ke Kalianda" Ucapnya lagi
Gua menangguk kecil, lalu Pak Basuki menepuk punggung gua. Gua lepas pelukan gua dari Pak Basuki, Rahmah menatap gua, gua melihat Rahmah persis seperti gua melihat Sarah, sesak merasuk di hati gua.
"Jangan nangis kak" Ucap Rahmah pelan "Iya Rahmah"
"Dah kamu bisa keluar, biar saya yang ngurus berkas di kantor polisi" Kata Pak Basuki
Tidak lama berselang ada seorang polisi yang membimbing gua keluar dari kantornya, lalu handphone dan barang-barang gua lainnya di berikan sama dia. Perut gua lapar, sangat lapar.
Gua hidupkan Handphone gua yang mati, gua cek kontak gua, ketemu kontak Laura, gua telpon dia dan menyuruh Angga menyusul gua.
Gua duduk persis seperti orang gila di depan kantor ini, lalu Angga datang. Dan kami segera menuju ke kossan.
Sesampainya di kossan gua di belikan makan oleh Laura, gua ingin melihat Sarah untuk terakhir kalinya.
"Dimana Sarah"" tanya gua ke mereka
Mereka semua diam, lalu Mega masuk ke kamar gua dan memeluk gua.
"Sudah di makamkan di" Suaranya surau dan gua merasakan ada sesuatu yang hangat jatuh di baju gua
Mege melepaskan pelukannya, dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Karena gua" Laura tiba-tiba
"Bukan" Senyum tipis keluar di bibir gua
Laura memegang dadanya, sepertinya terasa sesak di dadanya, gua tau pasti dia merasakan hal yang sama seperti yang gua rasakan.
"Mau ke makamnya di"" Tanya Laura
"Ayok" Gua, Laura, Mega, Angga dan Ratih menuju ke makam sarah, gua di gonceng oleh Angga dengan motornya yang gua gak tau dia dapet dari mana, di dalam perjalanan gua hanya termenung, di dalam perjalanan gerimis turun membasahi bumi, bau khas hujan menyerembak ke dalam hidung gua.
"Bahkan langit pun menangis" Kata gua pelan
Angga mengangguk, dan terus melajukan motornya hingga ke makam Sarah, tempat tidur dia untuk terakhir kalinya.
Part 51 Sesampainya di makamnya gua duduk termenung di bawah batu nisan ini. "Sarah"" Panggil gua
Gua peluk batu nisan itu sangat kuat, sangat sangat kuat, sumpah gua belum rela kehilangan Sarah secepat itu.
"Di" Panggil Mega
Gua menengok, dia menggeleng. Iya gua tau gua salah, tapi gua yang melakukan semua ini sampai Sarah melepas nyawanya.
Tiga puluh menitan gua disini dalam tangisan, lalu gua pulang ke kossan. Semua bayangan tentang Sarah selalu melintas di garis benak gua, kenapa lo bisa pergi Sarah ! Kenapa !
Gua packing barang-barang gua dan gua pulang ke Kalianda untuk menemui bapak gua, sepertinya mereka semua ikut, Mega membuat izin kerjanya, begitupun Laura, Angga dan Ratih pun untuk sementara tidak membuka warungnya di pkor.. Di dalam perjalanan ke Kalianda gua duduk di sebelah Laura, kami pergi menggunakan bus sedang, dengan Mega sebelahan dengan Ratih, dan Angga sendirian duduk paling belakang.
Laura tertidur di bahu gua, gua sentuh lembuh rambutnya, dan gua cium kecil keningnya, jangan tinggalin gua juga ya, saat ini gua cuma punya lo.
"Ehm" Mega berdeham dia persis belakang gua "Eh Mega, ngeliatin ya"" Tanya gua
"Cuma ngelirik" Senyum aneh keluar di bibirnya
Gua kembali melihat Laura, hmn sepertinya dia kelelahan.
Sesampainya di Kalianda mereka semua gua suruh beristirahat, gua langsung segera menuju ke kamar bapak gua.
"Pak"" Panggil gua
"Masuk Di, kapan kamu sampai""Tanyanya
Gua masuk ke kamar bapak gua, dan gua tutup pintunya.
"Mana adek"" Tanya gua
"Dia gak pernah pulang kerumah"
Adek gua semakin nakal semenjak ibu gua pergi.
"Bapak sakit"" Tanya gua
"Gak kok Di, cuma sedikit gak enak badan aja" Katanya
Gua duduk di kasur tempat bapak gua terlentang, gua pegang kaki nya dan memijat kakinya.
"Ada masalah apa kemarin sampai kamu ditahan"" Tanyanya "Hadi dituduh ngebunuh pak"
"Kamu gak ngebunuh kan, jangan jadi orang jahat ya Di, kalo bapak nanti ninggal kamu yang akan jaga adik kamu"
"Iya Pak" Gua terus memijat kakinya, bapak gua sudah sangat tua untuk terus menjaga adik gua, sedangkan adik gua juga sekarang nakal, apa seharusnya gua berhenti kuliah dan gua tinggal di sini.
"Pak, Hadi mau berenti kuliah dan tinggal disini aja pak" "Jangan Di, lanjutin kuliah kamu" Katanya
Gua keluar dari kamar bapak gua dengan hati yang bimbang, dilema dalam diri gua terus berkecamuk, gua bingung harus mengambil keputusan yang terbaik. Gua lihat Mega sedang membuat kopi untuk gua dan Angga.
"Seharusnya gua yang buat" Tegur gua
"Santai sih Di, gua udah anggep ini kaya rumah gua kok, adik lo mana"" Tanyanya "Main"
Gua ke ruang tamu dan bergabung dengan mereka, gua lihat Laura duduk lemas di kursi ruang tamu gua.
"Lo kenapa Laur"" Tanya gua "Kecapekan aja"
"Tiduran di kamar gua"
Dia bangun dan gua ajak ke kamar gua, dia tiduran di kamar gua.
"Di, lo bakal pilih Mega kan"" Tanyanya sambil mencari posisi santai "Gua pilih lo, gua gak mau kecewain Sarah" Kata gua yang duduk di sebelahnya
Kami diam dalam posisi bertatapan, gua sayang lo Laur. Ketika gua ingin bangun dia menarik tangan gua, hingga wajah kami saling berpapasan dengan jarak yang sangat dekat.
"Di, gua sayang lo" Katanya pelan "Gua juga"
Tangan gua merangkul pinggulnya dengan halus, bibir kami bertemu, kehangatan yang sudah lama gak gua rasakan kembali merasuk diri gua, jantung gua berdetak kencang.
Prank. Suara gelas pecah tepat di depan pintu kamar gua, gua menoleh ke belakang, ada Mega sedang menatap kami, gua mengambil posisi menjauh dari Laura, tangannya mendekap mulutnya sendiri, air mata yang sangat deras keluar dari matanya.
"Ga" Panggil Laura
Mega lari menjauh dari kami, gua mencoba mengejarnya, dia duduk di ruang tamu dalam tangisan, wajahnya di tutup bantal, gua mengejarnya begitupun dengan Laura, Laura mencoba merangkulnya namun tangannya di tepis dengan keras, Laura menjauh.
"Gua harusnya sadar kalau memang gua bukan milik lo Hadi" Ucap Mega "Bukan gitu Ga, gua khilaf" Bantah Laura
"Maaf ya Laur, gua memang egois, memang seharusnya lo yang bahagia sama Hadi"
Angga dan Ratih hanya memperhatikan dalam kebingungan, Laura menangis mencoba merangkul Mega pelan, Rasa bimbang dan bingung yang dari dulu merasuk dalam hati gua, siapa yang harus gua pilih."
Part 52 Akhirnya ruang tamu gua dipenuhi dengan diam, keheningan menciptakan waktu yang membeku. Kenapa gua gak bisa memilih, kenapa harus gua yang mendapatkan masalah sebesar ini.
Kenapa dua wanita ini memperebutkan seorang badjingan seperti gua, apa yang sebenarnya mereka harapkan dari gua. Alunan suara burung mengisi keheningan hari itu , gerimis kecil jatuh membasahi bumi.
"Di , ikut gua," Ajak Angga
Gua mengikuti Angga, dia mengajak gua ke halaman depan.
"Lo harus bisa milih di !" Lanjut dia
"Untuk saat ini gua belum dapat memutuskan Ngga" Hening kembali mengisi suasana saat itu..... "Di..........." Panggil Laura
Gua menoleh ke arah Laura dan menatap wajahnya, matanya merah .. "Ada apa..."" Tanya gua pelan
Dia diam, lalu tangisan kembali menetes membasahi pipinya.
"Maaf di, gua gak pantes di hidup lo , gua biasa kok disakiti, seharusnya dari awal memang gua gak pernah muncul, gak akan ada nyawa yang menjadi taruhannya" Ungkap Laura
Gua terdiam dalam kebimbangan , ingatan kembali bergerlia masuk ke dalam otak gua, Sarah ! Sial kenapa harus ada nyawa yang melayang hanya karena cinta. Angin mendera kencang di tengah gerimisnya hujan, pohon-pohon di halaman rumah gua bersahut-sahutan membentuk sebuah melody menyakitkan. Melody tentang kenangan.
"Untuk sekarang sepertinya gua lebih baik sendiri" Ucap gua
Gua bangkit dan masuk ke dalam kamar gua, gua kunci kamar gua dari dalam. Suara gemuruh petir datang dan melengkapi kesedihan gua, hujan turun dengan deras seketika , cipratan air hujan masuk melewati jendela kamar gua dan mulai membasahi tubuh gua.
Gua menuju ke arah jendela , gua tutup setengah jendela gua yang terbuka, lalu gua dengar suara motor matic masuk ke halaman rumah gua. Itu adik gua Anang. Gua keluar dari kamar gua dan menghampiri Anang, dia datang dengan seorang wanita.
"Dari mana aja Nang"" Tanya gua dengan nada marah "Bukan urusan lo !" Teriaknya
Dengan keras gua tampar wajahnya, Anang menatap gua penuh dengan kebencian.
"Selama ini lo kemana kak ! Lo pergi, gua cuma mau hidup sama lo di Bandar Lampung ! Di sekolah favorit ! Dan lo bukannya kerja malah kuliah ngabisin duit !" Jerawat amarah remajanya tidak dapat lagi terpendam
Gua layangkan tamparan gua sekali lagi, emosi gua bercampur aduk menjadi satu, gua lihat wanita yang di bawa oleh adik gua, masih menggunakan pakaian SMP.
"Kamu siapanya"" Tanya gua ke wanita itu "Saya pacarnya kak" Ucapnya
Gua tarik adik gua masuk ke dalam, dia menangis , maaf dek tapi ini yang harus kakak lakuin.
"Ngapain lo ngajak anak orang kesini ! Dia masih SMP Nang !" Bentak gua "Lah , Kak Hadi sendiri gak sadar ngajak orang kesini, jangan urusin hidup gua kak ! Gua gak pernah punya kakak kaya lo !"
Ketika gua ingin menamparnya sekali lagi, Mega datang dan menghentikan gua. "Udah Di" Ucap Mega
Gua menoleh ke arah Mega, dia menggeleng, dan menyuruh gua untuk ke ruang tamu, hujan semakin deras dan gemuruh petir mengisi kemarahan gua hari ini . Gua lihat anak SMP ini, ya ampun masih terlalu kecil untuknya mengenal cinta.
"Nama kamu siapa"" Tanya gua ke wanita itu "Dede" Ucapnya
"Sama kakak disana salin, baju kamu basah" Suruh gua
Gua menyuruh Ratih untuk nengganti pakaian anak ini, lalu Mega yang dari dapur menghampiri gua.
"Sebaiknya lo tinggal disini sementara, ayah lo gak ada yang ngejagain Di sedangkan adik lo udah berani ngajak cewek" Saran Mega "Nanti gua pikirin" Ucap gua
Gua kembali masuk ke kamar gua dan Laura menyusul gua.
"Bener kata Mega , Keluarga lebih penting Di" Ucap Laura "Iya, nanti gua pikirin" Ucap Gua lagi
Laura kembali ke ruang tamu, gua merebahkan tubuh gua sejenak di kasur , ribuan masalah memakan pikiran gua perlahan, seperti Rayap yang memakan kayu tua, Mak jujur Hadi kanget Mak, Hadi mau cerita semuanya mak, Hadi mau curhat mak, Hadi mau menyender di pundak Mak, Hadi mau menangis sejadi-jadi nya Mak. Gua bangun dan menuju laci belajar gua yang telah lama tak tersentuh, gua hapus debu yang menempel di laci tersebut, gua cari kaset-kaset yang mengisi hidup gua ketika SMA. Iwan Fals.
Gua ambil kaset itu , gua menatap tape usang gua, hadiah dari Ibu gua. Gua dekati tape itu dan meniup kotoran yang menempel di atas tape itu dan mengambil kabel nya, lalu menghidupkanya, syukurlah masih berfungsi. Gua masukan kaset itu dan mencari lagu yang mengingatkan gua pada seorang yang paling berharga dalam hidup gua. Ibu .
Ibu Ribuan kilo jalan yang kau tempuh Lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
----- Seperti udara... kasih yang engkau berikan Tak mampu ku membalas...ibu...ibu ------Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku Dengan apa membalas...ibu...ibu.... -----Seperti udara... kasih yang engkau berikan Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Air mata gua menetes pelan, Mak Hadi kangen sama Mamak .... Part 53
"Jadi lo beneran disini Di"" Tanya Angga
"Iya, jangan lepas kontak Ngga sama gua, mungkin lebih baik gua dekat dengan keluarga" Ucap gua
"Kuliah lo"" Tanyanya
"Gua ambil cuti nanti, terkadang gua balik kok ke Bandar Lampung untuk nyelesain UAS Semester 2 ini"
Gua peluk Angga dengan keras, makasih bro lo yang selama ini jadi best friend gua di kossan.
Gua lihat Mega dan Laura melangkahkan kaki menjauh dari kediaman gua, Ratih dan Anggapun pergi.
Tinggal gua sendiri mengisi hidup di Kalianda, karena bagi gua keluarga lebih penting dari pada apapun.
Gua melangkahkan kaki gua ke arah kamar bokap, dia sedang tertidur ada baiknya gua tidak menganggunya, gua kembali ke ruang tamu dan menghisap rokok marlboro gua dalam keheningan yang gua ciptakan sendiri.... Lalu kawan desa gua Ryan, datang membawa gitar nya ..
"Gua denger lo balik kemaren, sorry baru sempet kesini" Kata Ryan "Yah , Santai aja yan. Sini gua yang maenin gitarnya" "Memang lo bisa"" Tanyanya
"Ilmu lo gak ada apa-apanya" ejek gua
Dia menoyor kepala gua, hahaha gua rindu akan kenangan ini, gua ambil gitar itu dari tangannya dan mulai melenturkan jari-jari gua yang kaku, ketika gua petikkan gitar gua, kenangan tentang Mega melewati batas galaxy yang bertabur di dalan otak gua. Sial ! Gua lagi gak mau flashback..
"Nih, lo aja yang maen" Gua memberikan gitarnya ke Ryan "Ngapa lo"" Tanyanya
"Gak apa-apa, main dah gua yang nyanyi" Ungkap gua
Ryan mulai memetik gitarnya perlahan, lagu kenangan yang dia mainkan, ah gua gak mood membahas cinta dan kenangan saat ini.
"Lagu rock ngapa" Ucap gua kesal "Siap"
Lalu dia mulai memainkan gitarnya lagi, dia memainkan lagu The Beatles, I Want To Hold Your Hand....
"Gua mau tidur" Gua meninggalkan Ryan sendirian
"Ngapa sih lo Di ! Gua kesini bukannya di sambut kek, malah di tinggalin molor" "Bodo amat yan, main gitar juga yang ada flashback doang" ucap gua "Flashback ngapa lo"" Tanyanya
Gua kembali menghampiri Ryan, dan mengambil gitar itu dari tangannya, lalu gua taruh gitar itu tepat di sebelah gua.
"Lagi gak mau ngomongin cinta gua"
"Alah gaya lo Hadi ! Anang mana"" Tanya Ryan "Di kamarnya"
"Eeeh, gua mau cerita. Adek lo sering bawa maen cewe kemari" "Gak usah dibahas, gua udah tau"
"Ooooo" Kami kembali diam karena kehabisan bahan pembicaraan, gua tawarkan dia rokok marlboro gua yang tergeletak di meja.
"Rokok"" "Gak Di, gua berenti" Lah.....
"Ngapa lo berenti"" Gua penasaran
"Lo gak inget tah bego ! bokap gua mati karena ngerokok, gua gak mau kaya bokap gua bego !" Ucapnya
"Rokok itu kenikmatan tersendiri yan, lo nya aja yang bego" Gua mencari pembenaran
"Gak merokok mati, gak ngerokok juga mati, gua tau lo mau ngomong gitu, tapi asalkan lo tau, dengan gua gak merokok gua menjalankan hidup gua lebih berkualitas"
Gua menoyor kepala Ryan... "Gaya lo udah kaya orang bener" Gua kedapur gua dan membuat teh untuk Ryan, gua tau orang gak ngerokok pasti juga gak ngopi.
Saat gua mengantarkan teh ke Ryan, dia menolaknya.
"Eh Bego, lo udah tau kan gua suka kopi" Ucap Ryan kesal "Setan lu ya !"
"Setan ngapa nyet"
"Orang gak ngerokok itu biasanya gak ngopi" "Gua ngopi bego"
Yah untuk sekarang walaupun sebentar kehadiran Ryan membuat rasa sakit di dada gua sedikit berkurang, kami mengobrol sampai malam dan mengingat kenangan ketika dulu di SMA, tapi yang gua salut dari dia, dia sama sekali gak ngusik Cella.
"Gua balik di" "Iya, tiati"
Ryan pulang dari rumah gua, lalu Anang izin mau menyusul pacarnya untuk kerumah gua...
"Kak, gua mau nyusul Dede dulu" Izin Anang
"Mau ngapain lo nyusul anak orang malem-malem"" Tanya gua "Dia dimarahin sama bapak nya, jadi dia mau nginep disini" "Gak usah aneh-aneh Nang ! Itu Anak orang !" Amarah gua mulai naik "Dede itu adeknya Racella, mantan kakak" Anang tersenyum
Dia meninggalkan gua begitu saja, gua terpaku, rasanya seperti ada ribuan ton besi menimpah kepala gua saat ini...
Kenapa di dalam kepala gua diisi kenangan yang tidak menyenangkan, kenapa semua yang menjadi pacar gua harus kehilangan nyawanya, apa gua ini pembawa sial" apa seharusnya gua gak usah punya pacar"
Yang pertama Cella, lalu Sarah.....
Siapa lagi yang harus pergi, gua masih terpaku dalam diam, dingin angin malam menusuk tepat di jantung gua, gua mengingat semua dosa gua... Dalam hening dan delusi gua, sosok Cella dan Sarah muncul di hadapan gua saat ini, mereka meminta pertanggung jawaban atas apa yang telah gua perbuat, gua yang menyebabkan mereka mati, seandainya saja mereka tidak mengenal gua mungkin nasib mereka tidak akan seperti ini...
"Harusnya kamu pilih aku Di" Suara Sarah terdengar di telinga gua "Seandainya kamu tidak memanggilku, aku tidak akan mati di" Suara Cella juga mengisi telinga gua
Suara mereka saling bersahutan menganggu pikiran gua, gua sudah berusaha semampu mungkin untuk tetap menutup telinga gua, tapi suara mereka tetap terdengar ...
"Keluar kalian, keluar.......!" Teriak gua
Gua menjerit-jerit seperti orang gila, lalu gua lihat bapak gua sedang menatap gua.
"Ngomong sama siapa di"" Tanya bapak gua yang mencoba menghampiri gua "Bapak tidur aja, ngapain bangun""
"Bapak khawatir sama kamu" Bapak gua semakin mendekat.... Dan....
Brak...

Dibatasi Dua Kamar Karya Panjang Kaki di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bapak gua terpleset yang membuat dia terplanting kebelakang, ini akibat teh yang gua siram ke Ryan tadi, gua lupa mengelapnya. Gua menatap Bapak gua, dia tidak sadarkan diri, gua goyang-goyangkan tubuhnya tapi tetap saja tidak ada respon, gua panik dan keluar mencari pertolongan..
"Tolong !" Teriak gua dengan keras
Tetangga gua berhamburan keluar dari rumahnya masing-masing, gua ceritakan semuanya, dan tetangga gua yang memiliki mobil langsung bergegas menuju Rumah Sakit, gua diam dan memegang erat tangan Bapak gua. "Bapak, kuat" Ucap gua
Gua tatap wajahnya yang renta, keriput memenuhi dahinya, rambut putih menghiasi kepalanya, maaf Pak. Hadi gak bisa jadi anak yang baik.
Gua terus menatap wajahnya sampai tiba-tiba Bapak gua kejang dengan hebat. "Bapaaaak! Kuat !" Air mata gua mulai menetes memasahi pipi gua Dia tetap kejang, dan ketika kejangnya berhenti, dia tidak bernafas. "Pak"" Panggil gua
Dia tetap diam, gua dekatkan telinga gua kehidungnya, tapi tetap saja tidak ada nafas yang keluar, gua tekan urat nadinya tidak ada jantung yang berdetak.
"Pak, Bapak tega tah ninggalin Hadi pak"" Air mata gua semakin deras saat ini "Innalilahiwainailaihi rojiun" Ucap tetangga gua
"Paaaaaak !!!" Gua menangis dengan keras
Mata gua gelap, apa lagi cobaan yang harus gua terima, mungkin kematian bagi gua, adalah hal terbaik yang harus gua ambil...
Part 54 "Paaaak !" Teriak gua Mimpi buruk itu datang lagi..
"Kak, mimpi buruk lagi yah"" Tanya adik gua
Sudah 1 Minggu semenjak kepergian alm.bapak gua, itu kesalahan gua, kenapa gua nyiram teh itu ke Ryan, kenapa gua teriak gak jelas hanya karena bayangan mereka.
"Tidur lagi Nang, kakak gak apa-apa" Ucap gua
Gua bangun dan melihat ke arah jam dinding, masih jam 2 pagi, gua ke dapur dan membuat kopi hangat dan duduk sambil mengutak ngatik hp, gua sudah mengabari mereka , nanti malam tahlilan hari ke 7, gua cek inbox pesan masuk di hp gua. "Pagi kami berangkat Di" Gua membaca sms dari Angga
Gua minum kopi gua perlahan dan menyenderkan kepala gua, adik gua masih terlalu dini untuk jadi anak yatim piatu, apa seharusnya gua mengajak dia tinggal di Bandar Lampung"
Gua pergi ke ruang tamu , gua masih ingat kejadian hari itu, ini kesalahan gua. Semua yang pergi adalah itu semua akibat perbuatan gua.
Gua tenangkan diri gua dan mengambil wudlu, gua sholat tahajud sejenak dan menenangkan diri gua, selesai sholat gua habiskan kopi gua yang hampir dingin, gua mengotak-ngatik handphone gua , pikiran gua kosong.
Gua menuju kamar, gua lihat adik gua satu-satunya. Yah sepertinya dia harus pindah ke Bandar Lampung.
**** Saat gua sedang bersih-bersih di halaman rumah di bantu oleh adik gua, gua mendengar langkah kaki menuju ke arah rumah gua..
Tap mata gua tertutup, kedua tangan lembut menutupi kelopak mata gua.
"Lauraa" Tebak gua "Laura terus" Sahut Mega
Tebakan gua salah, ternyata yang menutupi mata gua adalah Mega. "Hehehe" Gua nyengir aneh saat itu
Gua mencari keberadaanya, gua gak bisa melihatnya. Dimana Laura" Sebelum gua sempat bertanya, Angga sudah memberitahukan gua.
"Laura gak ikut, dia gak bisa ngambil cuit kerja lagi Di" Ungkap Angga "Oke"
Gua selesaikan pekerjaan gua dan mengajak mereka masuk ke dalam rumah gua.
"Berantakan gini" Ucap Mega
"Bantuin geh, kan Mega baik" Goda gua
"Alah, Udah lagi Ga jangan dengerin omongan Hadi" Sahut Ratih "Hahaha, Ratih ini kompor loh" Ucap Gua
"Kenyataan loh" Ucap Ratih
Mega mengeluarkan senyum tipis di wajahnya dan menuju ke dapur, gua mengikuti Mega ke dapur.
"Mau ngapain Ga"" Tanya gua "Tumben lo manggil gu Ga"
"Hmm, lagi ngapain Meg"" Tanya gua lagi "Lagi nyari kopi Had" Ucapnya
"Kok Had""
"Jahad" Mega tersenyum
Gua terdiam dan menghampirinya, gua buka lemari makan di dapur dan mengambil kopi dan gula, gua berikan kopi dan gula itu ke Mega.
"Di"" Tanyanya "Apa""
"Lo inget gak waktu gua Morelisa si Sarah"" Tanyanya "Oh iya, itu bukan Sarah itu Rahmah"
"Nah itu dia, gua mau ngomongin ke lo" Mega menuangkan bubuk bubuk kopi ke gelas
"Ngomongin apa"" Tanya gua
"Waktu itu Rahmah menyamar jadi Sirih kan"" Tanya Mega lagi Gua mengingat-ingat kejadian "Morelisa" Waktu itu...
"Iya juga yah, waktu itu kan yang ngeliat cuma Sirih"" Gua bingung "Gua ragu Di"
"Ragu kenapa"" Tanya gua
"Nanti dulu, lo inget juga gak kejadian waktu Sarah hampir di perkosa anak punk"" Tanya Mega
"Inget banget kalo itu"
"Nah itu dia Di, waktu itu kan gua munculin tuh si Sirih dari diri Sarah dengan mantra Morelisa, untuk ngejelasin semuanya, lo inget"" Tanyanya lagi
"Terus"" "Gimana si Rahmah tau kalo mantra Morelisa itu munculin Sirih"" "Gua masih bingung ga" Gua menggaruk-garuk kepala gua sendiri "Gua buat kopi dulu, lo tunggu di depan" Suruhnya.
Gua berjalan ke ruang tamu gua dan masih membayangkan kejadian itu, kejadian pertama kali Mega mengeluarkan mantra Morelisa, tapi kalau dipikir-pikir waktu itu bukan Sarah tapi Rahmah, waktu itu Sarah masih tempat ibunya, tapi bagaimana Rahmah tau bahwa mantra "Morelisa" untuk memanggil Sirih, pikiran gua sakit memikirkan semua ini, Mega datang dengan kopi nya dan mengajak gua ke halaman depan.
"Kok si Rahmah tau loh, kalau gua ngeluarin mantra Morelisa akan muncul Sirih"" Tanya Mega
"Gua juga bingung Ga, tapi waktu lo coba ke Sarah beneran Sirih kan yang muncul" "Nah itu dia Di, tapi waktu Rahmah yang gua mantrai, kenapa Sirih juga yang muncul"" Tanyanya
"Masuk akal" Gua mengangguk "Gua ragu Di" Ucapnya lagi
"Ragu apa sih Ga"" Tanya gua penasaran
"Gua ragu, gua berfikir kalau Rahmah, Sarah dan Zahrah adalah sepupu gua" Ucap Mega yang membuat gua terkejut
"Kok gitu"" Gua makin bingung "Bapak gua Mualaf" Ucapnya
Ribuan pertanyaan menjalar di otak gua, kejadian aneh muncul di hidup gua. Setelah di pikir-pikir pendapat Mega bisa saja memang masuk akal. "Memang lo gak pernah ketemu keluarga dari bapak lo Ga"" Tanya gua
Dia menggeleng yang menandakan artinya tidak, tiba-tiba Mega mengucapkan mantra itu sekali lagi "Morelisa"
"Maksudnya apa Ga"" Tanya gua
"Itu mantra keturunan, yang gua takuti Rahmah tau mantra itu dan yang membuat kepribadian lain dari Sarah yaitu Rahmah itu sendiri...." Ungkap Mega "Jadi kepribadian dari Sarah itu di buat oleh Rahmah"" Tanya gua "Itu hanya kemungkinan" Ungkap Mega
Ini semua di luar nalar akal sehat gua, bagaimana gadis seperti Rahmah menciptakan monster dan kepribadian lain di dalam diri Sarah, bagaimana mungkin seorang Rahmah bisa sejahat itu dengan adiknya sendiri hanya karena rasa iri dan cemburu...
"Itu semua masih kemungkinan kan Ga"" Tanya gua meyakinkan "Sekitar 75%" Ungkap Mega
Rasa iri dan cemburu dapat menciptakan seorang manusia menjadi monster, dan manusia itu dapat menciptakan orang lain seperti monster....
Hari menjelang sore dan gua bersiap-siap untuk kedatangan tamu dan untuk melaksanakan 7 harian dan tahlilan ba'da maghrib..
Gua beres-beres, dan berisirahat sejenak untuk mengistirahatkan otak gua yang dari tadi di isi oleh pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban, saat gua hampir memejamkan mata gua, Mega mengangetkan gua dan berteriak.
"Di ! barusan gua sms bapak gua !" Teriaknya "Sms apaan sih Meg, baru mau tidur gua" Ucap gua kesal "Kata dia, dia punya 1 saudara laki-laki"
"Siapa namanya""
"Basuki" Ucap Mega
Ucapan Mega membuat gua benar-benar kaget, bagaimana mungkin tuhan memunculkan gua dalam lingkaran tali yang kusut yang saling berhubungan, semua tali kusut itu harus gua susun sendiri menjadi sebuah tali yang rapih.. Bagaimana mungkin gua ada di tengah-tengah mereka, bagaimana mungkin semua ini ternyata saling berhubungan..
Ini adalah hari paling mengejutkan dan paling membingungkan yang pernah gua rasakan dalam hidup gua...
Sekarang muncul pertanyaan baru yang terlintas di otak gua. "Apakah tali-tali ini sudah rapih, atau masih sangat kusut"" ****
"Morelisa" bukan mantra... Ungkapan mantra agar dapat lebih di pahami oleh pembaca.
"Morelisa" adalah" ada di part 15 yang sampai sekarang saya belum siap untuk menulis cerita di part itu....
Part 55 Sedang bergurau gelak tertawa, Pikiran kusut sukma menangis" Sedang berkata muka bercaya Hati dan jantung bagai diiris.
Sedang bersuka bercengkrama Pikiran bimbang hati terharu Sedang berdandan tanda bahagia Dada berdebar hati pun pilu. (Selasih, Tonggak 1, hlm.101) ******
Selesai tahlilan gua duduk di teras rumah, gua menatap samudra angkasa raya, dimana ujung angkasa ini"
Khayal gua terbang kesana, arwah yang suci membawa pujian kepada yang Esa... Berjam-jam gua duduk disini, sampai waktu malam itu menunjukan pukul 10.00, gua tetap diam dan memandang langit, berkelap-kelip senyuman bintang, bagai beledru bertabur permata.
"Lagi apa sih Di, dari tadi mandangin langit"" Tanya Mega mengangetkan gua "Lagi berdoa akan ketengangan arwah mereka yang disana Meg" Ucap gua "Ikhlaskan" Ucap Mega pelan
"Sudah dari lama" Ungkap gua
Gua kembali memandang langit...
Hening. Mengisi malam itu, gerimis kecil turun dengan indah, mengalun di dasar telaga..
Gua menengok ke Mega, gua menatap wajahnya, dia mengikuti gua. Dia sedang menatap langit.
Mega, kenapa gua bisa sejahat ini sama lo, selama ini gua gak memilih lo, ada apa dengan gua, lo taruh sinar bulan itu di cermin yang sudah dahaga pada rupa lo semenjak lama, lo lebih cantik dari pada apa yang gua bayangkan selama ini...
"Gimana di, lo bisa ngehubungin Rahmah"" Tanyanya memecah lamunan gua "Belum, nomornya gak aktif. Sepertinya dia kembali ke Singapura" Jawab gua "Gua gak nyangka kalau gua selama ini sepupuan sama Sarah" Ucap Mega "Gua juga sama"
"Di...." Ucap nya terputus
"Ada apa Meg"" Tanya gua pelan "Dingin.."
Gua genggam tangannya erat, angin menguncang pepohonan malam ini, menggetarkan sayap cakrawala, di antara tangan-tangan angin yang gemuruh, di antara bisunya rerumputan, kau cantik malam ini Mega, sangat cantik.
"Jangan lepas" Ucapnya sambil terpejam "Iya"
Kehangatan menyelimuti kami dari dinginnya hujan, malam ini kehangatan itu tidak berbentuk tapi dapat kami rasakan, kehangatan yang sudah lama gak gua rasakan, kehangatan yang tulus dari dalam relung hati, kehangatan itu di sebut Cinta.
"Gua gak mau ngecewain keluarga gua, gua gak mau ngecewain sahabat gua" ucapnya tiba-tiba
"Ada apa ga"" Tanya gua
Angin semakin besar menghempas pohon jambu di depan halaman rumah gua, memainkan daun yang berguguran, angin membawa daun-daun itu berputar seperti hati yang gua rasakan malam ini.
"Pilih Laura, atau lo akan kehilangan semuanya" Ucapnya
"Disaat gua sudah memutuskan untuk memilih lo Ga, lo ngebuat hati gua teriris perlahan"
Gua lepas genggaman tangan gua dari tangan Mega, gua tinggal mega sendirian di halaman depan, gua tenangkan hati gua yang terguncang.
Ini jalan mu tuhan" Tahun-tahun lewat dengan cepat, di puncak hati gua lo pernah ciptakan bulan, tapi yang gua tahu bulan tidak akan muncul selamanya....
Gua diam di dapur , Mega menyusul gua ke dapur dengan raut muka yang sendu.
"Mau sampai kapan kita seperti main petak umpet Ga !"" Gua sedikit berteriak "Lo gak paham Di ! Lo gak pernah paham yang gua rasain" Ungkapnya
Tiba-tiba hp gua bergetar, gua lihat ada panggilan dari Rahmah.. Gua sentuh hp gua perlahan dan mengangkatnya.. "Ada apa kak"" Tanya Rahmah
Suara dia persis seperti suara Sarah.. Persis ..
"Ada pak Basuki disitu"" Tanya gua "Ada kak, ada perlu sama papah"" Tanyanya "Iya" Ucap gua
Tidak berselang lama Pak Basuki yang berbicara dengan gua.
"Halo"" Suaranya terdengar di handphone "Iya Pak, saya mau nanya pak""
"Tanya apa Hadi""
"Bapak saudaraan dengan Pak Albert ya"" Tanya gua "Oooh iya, kamu tau dari mana""
"Oh, Dia Mualaf"" Tanya gua lagi "Iya Di, kok kamu bisa tahu"" Tanyanya
"Keponakan bapak sedang ada di sebelah saya sekarang, Mega"
Tiba-tiba gua mendengar suara berisik di panggilan, dan panggilan terputus. Ada apa "
"Kenapa Di"" Tanya Mega "Mati" Ucap gua pendek
"Di, gua mohon lo pilih Laura !" Dia mulai lagi "Sebaiknya gua gak memilih kalian berdua"
Mega terdiam, gua lagi-lagi pergi menjauh dari dia dan mengurung diri di kamar. Mega menggedor pintu gua dengan keras, sangat keras...
"Ada apa lagi"" Tanya gua
"Jika lo gak milih Laura, gua yang akan buat lo pilih Laura !" Teriaknya "Dengan cara apa""
"Nyawa" Ucapnya pendek
Jangan lagi, cukup... Jangan lagi...... Akhir Cerita #1
"Oke gua pilih Laura" Gua menuju pintu dan langsung membukanya "Maaf Di, tapi ini yang terbaik" Ucap Mega
Gua peluk dia, gua peluk dia hangat saat itu, gua gak mau kehilangan orang yang gua sayang sekali lagi, iya ini keputusan gua, gua akan memilih Laura...
"Jangan pernah lupa sama gua Ga" Ucap gua "Gua selalu sayang sama lo Di" Ucapnya
Air matanya menetes di pundak gua, gua tau kok ini memang jalannya dari Awal... Ini lah hidup, siapa yang menduganya"
Tidak ada, jalan hidup ini lucu ya...
Gua lepaskan pelukan gua perlahan, Mega memandang gua ..
Melody cinta gua mulai memainkan iramanya lagi, Melody Minor mengalun dengan kerasnya di kehidupan gua, berulang kali melintasi hidup gua, nada-nada "Requiem For A Dream" seperti mengisi lembaran di hidup gua, keputusan sudah semakin jelas terlihat, keputusan yang berat tapi memang ini yang harus gua lakukan, demi sebuah nyawa yang berharga, gua harus mengkesampingkan keegoisan gua..
"Setelah semua ini, lo akan kemana"" Tanya gua pelan
"Terus melangkah, terus mencari kegiatan agar gua tetap berfikir waras" Ucap nya sambil tersenyum
"Apa lo akan pergi dari hidup gua"" Tanya gua
"Gua harus menghargai hati seseorang, hati seorang wanita" "Lo akan pergi kemana""
"Pergi jauh dari kehidupan lo, dan gua akan kembali ketika lo sudah bahagia dan gua juga bahagia dengan seorang pendamping hidup yang akan menemani gua untuk selamanya"
"Kenapa bukan gua Ga"" Air mata gua mulai menetes pelan
"Karena ada hati yang menunggu lo di luar sana, hati seorang wanita yang sering tersakiti, hati seorang wanita yang mencintai lo tulus, hati seorang wanita yang mungkin akan menjadi pendamping hidup lo, dan yang jelas itu bukan gua" Ungkapnya dengan bibir yang gemetar
Setidaknya tidak ada lagi yang harus mengorbankan nyawanya, walaupun ini menyakitkan, ini saatnya gua untuk memilih, ini saatnya gua mengakhiri penderitaan mereka, gua juga gak akan mengecewakan Sarah, gua terlanjur masuk ke dalam labirin, dan gua harus keluar dari labirin itu apapun resikonya, gua harus mengakhiri semua ini.
***** Setelah semua kejadian itu gua ajak adik gua ke Bandar Lampung, dan gua sewakan rumah gua yang di Kalianda, gua suruh adik gua tinggal bersama gua di Kossan gua, dan Mega gua gak tau dia dimana, dia pindah dari kossan lamanya dan tidak ada kabar lebih lanjut dari dia. Malam itu kehampaan terasa di hati gua, Angga menemani gua mengobrol..
"Jadi, gimana Uas lo"" Tanya Angga
"Udah selesai, adik gua nanti kelas 2 sekolah disini"
"Hmm, dan Mega sampai detik ini lo belum ketemu sama dia"" Tanyanya "Gua telpon nomornya gak aktif, semenjak kejadian terakhir dirumah gua"
Gua kembali diam dan Laura membawakan 2 gelas kopi untuk gua dan Angga.. Dia duduk di sebelah gua dan menyender di bahu gua..
"Adik lo mana di"" Tanya Laura
"Gak tau, tadi sore pamit mau main ke rumah kawannya deket sini"
Gua memikirkan tentang Mega, padahal tuhan sudah mempertemukan gua lagi, gua rindu dengannya, gua rindu tawanya, gua rindu suaranya..
"Mikirin Mega ya"" Tanya Laura
"Gak kok, kan sekarang di hati gua cuma lo" Ucap gua sambil memeluknya
Gua terpaksa berbohong, karena gua gak mau ada lagi hati yang harus tersakiti, gua sangat menghargai hati Laura..
Tuhan tau apa yang terbaik untuk hambanya...
"Di, gua mau menikahi Ratih" Ucapan Angga membuat gua terkejut "Hah, memang kapan"" Tanya gua
"Bulan depan, lo orang pertama yang akan gua undang, pacaran lama-lama juga nambah dosa" Ucap Angga
Hmm sebenarnya iya, tapi untuk sekarang gua harus fokus kuliah, dan menyekolahkan adik gua sampai lulus, gua belum siap untuk nikah, yah kalau Angga dan Ratih sepertinya sudah siap, mereka sudah punya usaha dan mereka juga sepertinya siap untuk melangkah menuju tahap selanjutnya..
"Kita kapan nyusul Di"" Tanya Laura "Maksudnya"" Tanya gua pura-pura bego
"Gua juga gak mau lama-lama pacaran, kalau lebih dari 1 tahun gua mundur Di"
Ucapan Laura membuat kepala gua sakit, gua belum siap nikah untuk sekarang.. Gua belum siap ...
Akhir Cerita #2 Apakah gua memilih orang yang salah "
Gua berfikir sejenak untuk memutuskan ucapan dari Laura, gua bingung apa yang harus gua lakukan, melanjutkan kuliah atau menikahinya, atau keduanya.
"Nanti gua pikirin yah Laur" Ucap gua
Gua bergegas masuk kamar gua tanpa meminum kopi buatannya, gua kunci pintu dari dalam dan duduk termenung di kasur gua, gua belum siap nikah, adik gua harus pindah ke Bandar Lampung dan itu membutuhkan biaya, biaya dari mana gua menikah, apakah gua harus menjual tanah gua di kampung" Tapi itu juga tidak mungkin gua lakukan, karena tanah itu warisan satu-satunya dari ayah gua, waktu menunjukan pukul 1, adik gua belum juga pulang gua telpon dia nomornya pun tidak aktif, gua buka facebook dan gua lihat status adik gua, statusnya benar-benar menyayat hati gua..
"Bang Hadi, aku pergi sejenak, jika aku sukses aku pasti pulang" Gua baca isi statusnya, adik gua kabur, gua beranikan untuk koment di statusnya.. "PULANG NANG !" Isi koment gua
Tidak berselang lama facebook gua di blokir olehnya, sial adik gua satu-satunya malah meninggalkan gua, malam itu dengan hati yang panas dan bimbang gua mengajak Angga untuk menyusuri jejak adik gua, sampai pukul 7 pagi tidak ada titik terang, kenapa di saat seperti ini masalah gua nambah banyak, karena Angga sudah mengantuk akhirnya kami memutuskan pulang ke kossan, gua merebahkan diri gua di kasur dan mengistirahatkan mata gua..
Jam 12 siang gua bangun, ada bubur di samping kasur gua, gua lihat Laura sedang mengepel lantai kossan gua..
"Ngapain Laur"" Tanya gua
"Beres-beres, lanjutin tidurnya aja" ucapnya lembut
Gua bangun, dan mengambil bubur itu karena perut gua juga lapar, selesai makan Laura membuatkan gua kopi..
"Yang ini diminum" ucapnya
Gua menangguk kecil, gua masih memikirkan nasib adik gua, kemana dia, pikiran gua terpecah, gua gak bisa fokus untuk saat ini, selesai beres-beres Laura duduk di sebelah gua dan memeluk gua..
"Gua sayang lo Di, nanti kita cari bareng-bareng yah adik lo" ucapnya Gua membelai halus ranbutnya, wangi shampo merambat memasuki indera penciuman gua..
"Iya, Laur gua belum siap untuk nikah sekarang, gua masih punya banyak tangungan dan gua harus menyelesaikan kuliah gua dulu" ucap gua pelan "Kalau itu keputusan lo, gua gak bisa nunggu lebih lama lagi Di, maaf" ucapnya "Tapi kenapa"" Tanya gua
"Gua mencari yang pasti"
Ucapannya kali ini benar-benar membuat hati gua runtuh, selama ini gua memperjuangkannya tapi dia tidak ingin berjuang bersama gua...
"Dan lo akan ninggalin gua seperti yang mereka lakukan"" Tanya gua "Iya..." ucapnya
Dia melepaskan tangan gua yang memeluknya pelan, lalu dia pergi keluar dari kamar gua..
"Ini amanah dari dua orang yang gua sayangi ! Gua harus memilih lo, tapi kenapa lo malah ninggalin gua Laur !" Bentak gua
"Maaf" ucapnya pelan
Dia pergi ke kamarnya dan mengunci kamarnya, gua gedor berkali-kali tapi dia tetap tidak ingin membukanya, apa ini balasan dari perjuangan gua selama ini" Apa ini karma untuk gua, rasa di hati gua benar-benar sakit untuk saat ini... Gua duduk diam di depan kamarnya, gua diam tanpa bergerak..
"Laur gua mohon buka pintunya" Ucap gua pelan "Kenapa lo gak bisa nikahib gua Di !" Teriaknya dari dalam "Gua belum siap Laur, lo harus ngerti"
"Gua gak mau digantung dengan keputusan yang gak pasti, dan juga gua mau kita halal !"
Pikiran gua mencoba menerka-nerka kemungkinan probabilitas, peluang gua untuk menikahinya dan menjadikan dia istri saat ini hanya 20 persen... Dan peluang gua untuk bertemu Mega kembali hanya 5 persen..
"Oke kalau itu memang keputusan lo Laur, ingat ucapan gua ! Ingat ! Gua akan pindah dari sini dan gak akan ketemu lo untuk sementara, gua gak akan mencari yang lain, gua tetap menunggu lo, kalau lo mau mencari gua, lo tau gua ada di mana, gua akan selesain kuliah gua dulu, maaf untuk sekarang gua gak bisa" Jelas gua
Gua berdiri dan masuk ke kamar gua, hari itu juga, menit itu juga, detik itu juga gua packing semua baju gua, gua tulis surat pendek untuk adik gua, gua tinggalin semua barang gua disini, dan gua pergi hanya berbekal beberapa pakaian ganti, selesai semuanya gua berjalan menuju pintu kamar Laura..
"Kalau adik gua pulang, gua nitip surat ke dia" Ucap gua
Gua selipkan surat itu ke bawah pintu, dan gua pergi dari kossan itu, gua berjalan tanpa arah.. Hingga gua menemukan sebuah mushola kecil di perkampungan. Mungkin untuk malam ini gua akan menginap disini....
Akhir Cerita #3 "Lailahailallah" Gua menaruh michrophone kembali di tempatnya
Selesai azan gua duduk seperti rutinitas gua selama dua tahun ini, hidup gua terisolasi di dalam mushola ini menjadi bagian kebersihan, gak kerasa sudah dua tahun gua lalui di mushola kecil ini, gua kangen adik gua, tapi sepertinya belum ada kabar yang gua dapat dari dia. Dan sekarang gua harus menyelesaikan skripsi gua, gua sempat datang ke nikahan Angga, hmm sudah sangat lama, saat itu pun gua gak melihat Laura dan Mega disitu, gua denger dari Angga setelah gua pergi, Laura juga pergi..
Para jamaah mulai berdatangan...
Selesai sholat gua kembali ke kamar kecil yang gua buat sendiri atas persetujuan kepala lingkungan setempat, masih terlalu pagi untuk gua mengajukan judul skripsi gua, gua bangkit dan menyeduh kopi hitam dan duduk di pekarangan mushola, dalam diam gua berdoa agar semua kembali seperti dulu, gua duduk sendirian saat itu, lalu pak Iwan penjaga sebelumnya datang menghampiri gua..
"Mas Hadi, ada yang mencari masnya" Ucap Pak Iwan "Siapa pak"" Tanya gua
"Pakai jilbab, dia gak mau nyebutin namanyanya mas" Mega" Gimana dia tahu gua ada disini..
"Iya pak, dia sekarang dimana"" Tanya gua "Di ruang tunggu mas"
Gua bangun dan menghabiskan kopi gua, gua bangkit dan berlari kecil untuk menemui wanita itu, saat gua menemuinya, gua lihat dia dari belakang, Mega" kerudung putih dihiasi mutiara-mutiara kecil menghisai kepalanya, dengan baju gamis panjang, gua belum siap untuk menemuinya, gua dekati dia perlahan dan memanggilnya pelan..
"Mega"" Wanita itu menoleh, ah ternyata bukan Mega, kenapa gua jadi mikirin Mega, gak mungkin Mega menemui gua.
"Mas Hadi" Benar"" Tanyanya "Iya"
Gua menyalami tangan wanita ini dan duduk di bangku tepat di depannya.
"Saya Indri, saya dari Polda Lampung ingin menawari mas pekerjaan" ungkapnya "Pekerjaan apa mba"" Tanya gua
"Masnya masih nyusun skripsi kan, saya udah baca semua tentang masnya, nilai mas juga cukup memuaskan, saya menawarkan masnya bekerja sebagai psikolog di kepolisian"
"Apa saja persyaratannya mba"" Tanya gua tanpa ragu
"Ini kartu nama saya, kalau mas nanti lulus bawa ijazah terakhir dan surat lamaran, jadi cepet selesai yah wisudanya" ucapnya sambil tersenyum
"Wah makasih mba, iya nanti saya akan percepat skripsinya, nanti saya hubungi mbanya lagi"
"Oke" Setelah pembicaraan itu, mba Indri itu pergi, gua masuk ke kamar gua dan bersiap untuk pergi ke kampus, untuk menemui dosen pembimbing gua.. *****
Sesampainya di kampus gua serahkan judul gua ke dosen itu, sudah puluhan kali judul gua di tolak olehnya, dan gua berharap kali ini di terima..
Gua sudah sms dia untuk janji bertemu..
Gua ketuk pintu kantornya pelan, dan dia mengizinkan gua masuk..
"Gimana Hadi, kemarin tentang perkembangan anak seperinya kurang cocok, apa lagi judul yang ingin kamu berikan"" Tanyanya
"Cara menghadapi kelainan psikis kepribadian ganda" ucap gua yakin "Coba saya lihat"
Gua memberikan judul itu ke dosen pembimbing gua, di dalam hati gua terus berdoa agar urusan gua di permudah, selesai membaca semuanya dosen itu menatap gua, hati gua berguncang hebat, ini senjata terakhir ku, mudahkan lah tuhan, mudahkanlah.
"Oke, selesain dalam waktu 1 bulan beserta quiz nya, kalau sudah selesai temui saya lagi" ucapnya
Gua melompat girang saat itu, gua menarik tangan dosen gua dan menyalaminya.. "Terimakasih banyak pak, saya akan menyelesaikannya secepatnya"
Gua keluar dari kantornya dan saat itu juga gua sujud syukur, ya allah terimakasih. Ketika gua bangun dari sujud gua, gua menatap seorang wanita dengan jilbab tepat di depan gua, gua lihat wanita itu... Ini mimpi...
Akhir Cerita #4 Gua bangun, gua arahkan tangan gua ke depan dia dan dia menyambut tangan gua halus...
Gua bingung siapa yang sekarang di depan gua, hati gua terus menebak-nebak, sebuah ketidak mungkinan yang bisa terjadi, semua ini pasti ada sebab akibat dan sejak kapan dia menjadi mualaf...
"Kamu Sarah"" Tanya gua "Aku Rahmah" ucapnya "Sejak kapan"" Tanya gua
"Lumayan, bisa kita ngobrol sebentar kak.." "Iya"
Gua ajak dia ke kantin di dekat kampus gua, di bawah pohon beringin kami duduk dalam kecanggungan..
"Apa yang mau kamu omongin Rahmah"" Tanya gua pelan "Aku salah" ucapnya
"Salah kenapa""
Air matanya turun dengan pelan, kenapa wajahnya sangat mirip dengan Sarah, gua merasakan kedamaian di hati gua, gua ingat ketika Sarah menggunakan mukenah, wajahnya..
"Aku selalu nyakitin Sarah, aku ngebunuh Zahrah, dan ketika kakak pergi dari rumahku aku menyuruh m seseorang untuk mengintai kalian" ungkapnya "Menyuruh seseorang" Maksudnya""
"Dia saudaraku, sebenarnya semua sudah tersetel dengan baik, tapi.... untuk sekarang aku menyesal kak"
"Siapa orang itu !"" Tanya gua dengan nada tinggi Air matanya semakin deras membasahi pipinya..
"Dia Mega" ucap Rahmah
"Hahahaaha, asli kamu becanda" ungkap gua
"Kakak gak sadar, siapa yang ngebimbing kakak ke kossan itu"" Tanyanya
Gua berfikir kebelakang, gua mengingat ketika gua di usir oleh Rahmah, gua ingat malam itu, Sarah yang membimbing gua untuk ke kossan itu.. gua terus memikirkan hal-hal yang tidak terduga, sial kenapa semua semakin rumit..
"Iya Sarah yang membimbing jalan gua saat itu" gua masih mencoba mengingat "Lucu yah, dan kakak tau siapa yang membuka pintu gudang malam itu hingga Sarah bisa masuk ke kamar Kakak"" Tanya Rahmah lagi
"Lo Rahmah""
Dia mengangguk, perlahan dia menghapus air matanya..
"Apa tujuan lo Rahmah"" Tanya gua
"Aku benci sama Sarah, sangat benci, dan malam itu merubah semuanya lalu aku mulai merencanakan semuanya" ucapnya lagi
"Malam apa itu"" Tanya gua
"Malam ketika almarhum ayah kak Hadi menelpon papah, disitu aku mulai merencakan semuanya" ungkapnya
"Jadi gua hanya sebagai boneka lo ! Untuk memuaskan nafsu kebencian di dalam diri lo untuk Sarah !" Teriak gua
Dia diam dan menunduk takut, amarah tak tertahan di dalam diri gua ! Badjingan ! Gua berdiri dan marah semarah-marahnya
"Maaf" ucapnya pelan
"Lo gak pernah tau betapa sakitnya hati gua ! Lo gak paham betapa gua mencintai Sarah dan Mega ! Dan ternyata Mega selama ini mencintai gua dengan kebohongan !" Teriakan gua makin keras
"Mega cinta sama kak Hadi, dan tragedi morelisa itu tragedi itu......." ucapannya terpotong
Ada sebuah tangan yang menyentuh bahu gua dengan pelan.. "Tragedi itu semua udah gua ceritain kan Di, waktu di rumah lo"" Ucapnya
Gua menengok pelan, gua lihat Mega di depan gua.. tapi bukan rindu dan sayang yang gua rasakan selama ini, rasa sakit yang berkecamuk di dalam hati gua ! Gua masih gak menerima ini, ini semua gak masuk akal..... sial !
"Kenapa kalian tega !"" Teriak gua
"Gua akan jelasin semuanya disini" ucap Mega
Gua kembali duduk, kemarahan dan rasa kecewa memenuhi hati gua sekarang... "Dari awal" ucap gua
Rahmah diam dan menangis, gua menarik nafas panjang untuk mengetahui semuanya..
"Rahmah bener Di, semua itu sudah kami atur, dan gua gak nyangka kalo gua akan jatuh cinta dengan korban gua," Mega diam dan menarik nafasnya panjang "Gua gak bisa nahan rahasia ini, gua gak mau ada beban di dalam diri gua, sebenarnya rencana kami hampir matang, tapi ada Zahrah yang di luar dugaan" lanjutnya "Kenapa lo tega Ga"" Tanya gua
"Gua dan Rahmah sudah dekat dari kecil, dan semua yang gua ceritakan ke lo itu bohong, pak Basuki sebenarnya tahu siapa gua Di, terlalu banyak kesalahan yang gua lakukan ke lo, dan jujur sebenarnya gua bukan muslim, tapi akhirnya gua dan Rahmah memutuskan untuk menjadi Mualaf" Ucapnya
"Isi sms dari ayah lo"" Tanya gua lagi
"Itu semua direkayasa Di, hanya satu kejujuran yang gua ungkap kan, tentang Morelisa" Ucapnya
"Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi otak gua sekarang, bagaimana Sarah bisa membimbing gua ke kossan itu" Tempat Mega tinggal"" Tanya gua lagi Tiba-tiba Rahmah berbicara...
"Sebelum kakak datang, aku pernah diem-diem ngajak Sarah keluar, dan aku ajak ke kossan itu, dia sangat senang dan dia bilang kalau dia bebas dia mau tinggal di kossan itu" ucap Rahmah
"Semenjak lo pergi Di, saat lo berdua dengan Laura, gua sebenenarnya mau melupakan semua nya, tapi lo muncul lagi di hadapan gua, di mall itu, dan gua mengingat semua kesalahan gua, gua gak bisa terus mendem semua ini, sakit di" Ucap Mega


Dibatasi Dua Kamar Karya Panjang Kaki di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Angga Dan Ratih tau"" Mega menggeleng
"Entahlah apa yang harus gua lalukan ke kalian berdua, kalian lebih jahat dari pada yang gua bayangkan, gua cuma minta satu hal dari kalian berdua, gua mohon setelah kejadian ini, setelah hari ini, gua mau kalian gak pernah muncul lagi dalam hidup gua, itu lebih dari cukup" Jelas gua
"Gua mohon maafin gua Di, gua sayang sama lo" ucap Mega "Percuma Ga, apa yang harus gua lakukan ke lo, Kembali seperti dulu" Itu hanya impian semu Ga, setelah gua tau semuanya, aneh sih memang, tapi jujur untuk saat ini di dalam hati gua gak ada ruang untuk lo" Ucap gua
Gua bangun dari duduk gua dan meninggalkan mereka, mereka berteriak memanggil gua tapi tidak gua perdulikan, gua bergegas cepat agar mereka tidak mengikuti gua, sesampainya di mushola gua benamkan wajah gua di air "Tuhan apa salahku tuhan !"" Gua menjerit sekeras-kerasnya...
Gua angkat kepala gua dari dalam air, air mata gua tak bisa lagi terbendung, rasa kecewa ini, orang yang gua percaya selama ini, orang yang gua pikir menyayangi gua dengan tulus ! Sial ! Sial ! Sial !
Sesak di dada gua, kepala gua berat...
Kenyataan yang sebenarnya lebih pahit dari apa yang pernah gua harapkan..... Mungkin sudah cukup sandiwara mereka selama ini, gua akan mencari wanita itu, wanita yang tidak ada sangkut paut nya dengan mereka, wanita yang mencintai gua dengan tulus.. dia bernama Laura...
Epilogue.... Setelah semua kejadian yang gua alami, sepertinya gua memang harus mencari Laura, gua kembali ke kossan lama gua tapi dia ternyata sudah lama pindah, gua sisir perlahan tapi tetap tidak ada titik terang, gua gak tau harus gimana lagi mencari Laura, gua pulang ke mushola kecil itu dan menyelesaikan Skripsi gua.. *****
2013, Senin... Pagi ini gua pertama kali kerja di kepolisian, walaupun bukan sebagai polisi tapi gua tetap bekerja di kantor polisi, hehehe..
Gua pergi sambil mengunyah roti yang tadi pagi gua bakar, di sepanjang perjalanan gua degdegan apa yang gua lakukan di hari pertama kali gua kerja.. Sesampainya di kantor gua di sambut hangat oleh polisi-polisi disini, gua menemui mba Indri dan mba Indri mengantar gua ke ruangan gua...
Ternyata ruangan gua sendirian, tidak ada rekan kerja disini, dengan laptop kecil di meja kerja, ruangan ac, ruangan ini sangat harum diisi dengan pengharum ruangan wangi aqua yang membuat hati gua semakin nyaman dan seperti nya gua akan senang kerja disini...
Mba Indri menjelaskan pekerjaan gua, ternyata gua disini disuruh mengintrogasi tersangka, mba Indri izin pergi, gua duduk di ruangan ini, gua buka laptop itu dan mencari Facebook Laura, gua stalking Facebooknya dan baru 5 menit yang lalu dia update status.
"Aku mencarimu, jujur aku rindu, aku ingin bersama kamu lagi... For You H"
Gua baca status itu, gua beranikan mengirim pesan ke dia.. "Kamu dimana, aku rindu kamu" Isi pesan gua Tidak berselang lama dia membalas pesan gua..
"Aku cari kamu, aku rindu kamu, aku ingin kamu, maaf atas kejadian terakhir itu, aku egois, dan aku sekarang sadar bahwa aku cuma cinta kamu"
Gua diam dan mulai mengetik lagi..
"Kamu bisa temui aku di kantor, aku sudah kerja Laura, kamu bisa temui aku di Polda Lampung, mana nomor hp kamu""
Lama tidak ada jawaban dari nya, gua tunggu.... dan dia membalas..
"Nanti siang jam 1 di pasar seni, aku jam istirahat" katanya "Oke" gua membalas pesannya
Gua keluar dari ruangan ini dan menuju ke bawah untuk menyeduh kopi, selesai menyeduh kopi gua kembali ke atas ternyata ada mba Indri di ruangan gua..
"Eh Hadi, kamu nanti malam gak kemana-mana kan"" Tanyanya "Memang ada apa mba"" Tanya gua
"Gak apa-apa sih, temani saya aja" katanya "Lihat nanti ya mba, kalau memang bisa saya kabari" "Oke"
Lalu dia turun dan gua masuk ke ruangan gua, huh disini gua gak bisa merokok karena ruangannya ber ac..
Gua duduk tenang disini menunggu jam makan siang sambil menghabis kan kopi yang gua buat...
***** Jam 12 gua sudah turun dan jalan kaki dari kantor menuju ke pasar seni, sesampainya disana ternyata Laura sudah menunggu, baju yang dia kenakan hari ini adalah sweeter merah muda, dengan rok pendek, rambut tergerai indah ke belakang... dia sangat cantik hari ini, sangat cantik...
"Hei....." sapa gua
Dia diam, badan gua gemetar, 3 tahun gua mencari dia, dan sekarang gua menemuinya lagi, wanita di depan gua..
"Hadi......" ucapnya
Dia tidak bisa menahan rasa rindu di hatinya, tangisan pecah saat dia menatap gua..
"Sudah lama ya......." ucap gua
Sial, hati ini terus berdebar kencang, gua bingung apa yang harus gua lakukan sekarang, gua gak bisa membayangkan rasa bahagia yang gua rasakan sekarang..
"Aku rindu kamu..." ucapnya "Aku juga"
Dengan reflek gua memeluknya, gua sudah gak bisa menahan rasa rindu ini, rasa yang terus bergejolak di dalam hati gua, gua sayang dia, gua cinta dia, gua rindu dia.........
"Jangan pergi lagi....." ucapnya
Tangisan mengisi kami berdua, orang-orang yang lewat menatap ke arah kami, persetan dengan mereka.. gua gak bisa lagi membendung rasa rindu gua ke Laura....
"Aku gak akan pergi lagi, aku janji...." ucap gua
"Maaf... aku" sebelum dia menyelesaikan ucapannya gua bungkam bibirnya halus dengan tangan kanan gua sambil melepas pelukan gua...
"Jangan bahas itu, aku pernah janji ke kamu kan kalau aku bakal nikahin kamu" ucap gua
Dia mengangguk dan lagi-lagi dia memeluk gua...
"Kenapa kamu nunggu aku"" Tanyanya sambil melepas pelukannya "Karena aku sayang kamu" ucap gua
"Tapi Hadi...." Dia tertunduk
"Ada apa"" Usap gua halus di kepalanya
"Aku sudah punya anak, setelah kamu pergi aku menikah dengan seorang pria, dan aku punya anak darinya, tapi tidak lama kami cerai.."
Apa yang gua rasakan saat ini sangat membingungkan, wanita yang gua cintai ternyata sudah menjadi seorang janda, gua mendongak kan kepala gua ke langit untuk menahan air mata gua yang akan jatuh, di dalam hati gua terus menunggunya, di dalam hati gua terus mencintainya, di dalam hati terus menyebut namanya......
"Aku tidak perduli dengan masa lalumu, aku tidak perduli dengan siapa kamu, aku tidak perduli siapa yang sekarang bersamamu, aku cinta kamu apa adanya, aku terima kamu apapun kondisimu sekarang Laura" ucap gua
Walaupun hati gua hancur sekarang setidaknya gua bisa menatapnya lagi, gua arahkan tangan gua ke pipinya dengan pelan, gua hapus air matanya perlahan...
"Aku banyak salah" katanya
"Kamu gak pernah salah, ini jalan allah dan kita harus terima, aku udah kerja sekarang, aku sudah siap untuk menikahi kamu, aku siap walaupun kamu janda, aku sayang dan cinta dengan mu tanpa alasan apapun..." ucap gua pelan "Walaupun aku punya momongan"" Tanyanya
"Aku siap untuk menerimanya, siapapun yang bersama kamu sekarang, karena aku harus mencintai kamu seutuhnya, jadi aku juga harus mencintai anakmu..."
Kami kembali diam, ribuan melody sudah kami lewati, di kamar itu, di kossan itu semua cerita kami terjadi, pertemuan kami sudah di takdirkan, semua cerita ini sudah di tulis dengan rangkaian melody yang benar-benar menakjubkan oleh penciptaku, dan saat ini gua mengambil keputusan untuk membuat melody baru di dalam cerita hidup gua... Laura mencium tangan gua pelan....
"Aku siap menjadi istrimu, aku siap menuruti perintah mu dan menjauhi laranganmu, aku siap untuk membangun keluarga kecil kita, aku siap menjalani semuanya dari awal.." ucap laura
"Iyah, boleh aku ketemu sama anak kamu"" Tanya gua "Nanti malam, aku ngontrak di Antasari" ucapnya
"Oke, aku harus kembali ke kantor sekarang, nanti malam kita bertemu"ucap gua
Sebelum perpisahan ini dia kembali memeluk gua dengan erat... ini keputusan gua...
Sesampainya di kantor gua temui mba Indri gua gak bisa menemaninya, dia sepertinya paham..
***** Malam tiba, gua pulang dan menuju ke antasari, gua beli martabak untuk mereka, gua cari alamatnya, sesampainya di kontrakannya gua ketuk pintunya pelan, Laura membuka pintunya, mata gua terfokus dengan bayi perempuan kecil menggunakan anting berdiri menghampiri gua..
"Berapa umurnya"" Tanya gua "Bulan depan 1 tahun" ucap Laura
Gua tatap mata bayi itu, dia berjalan menghampiri gua dengan wajah polosnya, matanya bening dia sangat mirip dengan Laura..
Bayi itu menatap gua bingung, aku calon ayah mu ..
"Siapa namanya"" Tanya gua "Irma" ucap Laura pelan
Irma.......... Gua masuk ke dalam kontrakannya, kontrakan kecil tapi sangat rapih.. Irma mendekat ke gua dan mencoba mengambil martabak yang gua bawa, Laura tersenyum dan menggendong Irma..
"Jangan nakal" ucap Laura
Irma tertawa, gua berikan martabak itu ke mereka..
Irma mengambil martabak itu lagi, dia memaksa membukanya tapi tidak bisa, Laura membantunya dan Irma dengan cepat mengambil martabak itu dan memakannya.. Tidak buruk, gua sudah memutuskan bahwa gua siap untuk menjadi ayah dari Irma, dan gua siap untuk menjadi imam yang baik bagi Laura......
~ Selesai ~ Salam manis dari saya....
Panjang.Kaki Hadi ALF Da Vinci Code 4 Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang Sahabat Karib 2

Cari Blog Ini