Ceritasilat Novel Online

Legenda Golok Halilintar 4

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li Bagian 4


cepat mencari keterangan, kenapa mereka saling bunuh"'
Selang tidak lama, emosi Siau-cian tidak sekeras
dibandingkan waktu datang dan berobah menjadi tangis
kecil, mulutnya juga entah berkata apa, tidak jelas lagi
didengar A Bin. A Bin berpikir beberapa kali, dia memutuskan untuk
tidak keluar dari tempat bersembunyi. Dan teringat kata
Kiau-ji yang terus diucapkan oleh orang tua gila itu
sebetulnya siapa" A Bin sudah dapat memastikan bahwa
orang tua gila itu adalah salah satu dari In-kiam atau Giokkiong, dan Siau-cian dengan Hong-tai adalah anak dari
salah satu mereka, tetapi anak mereka berdua tidak ada
yang namanya Kiau-ji, jadi siapa KiauA Bin sedang sibuk memecahkan teka teki itu, dari
bawah gunung telah memanjat lagi seseorang kepuncak
gunung, begitu tiba diatas, kedua orang saling pandang dan
bersamaan berkata dengan nada terkejut:
"Kau......" Dewi KZ 197 A Bin dengan jelas melihat orang yang baru datang itu
adalah Hong-tai yang susah dilupakan olehnya, dan dari
muka Hong-tai yang kurus kelihatan sedang menanggung
tekanan batin. Hong-tai masih berpakaian laki-laki, rambut panjangnya
berantakan, dan tidak bisa lagi menutupi penyamaran,
tampak jelas tubuh seorang gadis, Siau-cian begitu melihat
Hong-tai, timbul perasaan tidak menentu.
Hong-tai sekali lagi melihat Siau-cian dengan dingin, dan
melirik ketangan Siau-cian yang memegang busur rusak itu,
dan segera melirik ketanah melihat sesuatu dan meloncat
dengan gesit ke pinggir tempat yang terletak pedang patah,
sambil memegang benda itu, menangis dengan sedih dan
berseru: "Ayah!" Siau-cian dalam keadaan sedih, terharu juga melihat
kesedihan Hong-tai, sementara melupakan rasa permusuhan, turut juga menemani Hong-tai menangis.
Setelah beberapa detik, Hong-tai berhenti menangis,
dengan mata melotot, berkata dengan menantang:
"Kau pasti anak gadis dari Giok-kiong, mereka bertiga
mati saling bunuh, ayahmu pasti ikut bagian, jadi kau
adalah musuh aku, aku mesti membunuhmu!"
Kata kata Hong-tai itu memancing emosi Siau-cian yang
tadi bersumpah penuh bau darah, sambil menggigit gigi
juga bersuara keras menjawab:
"Biar kau adalah anak gadis In-kiam, berarti musuh aku,
hutang dari ayah anak yang bayar, kau cepat serahkan
nyawa!" mereka langsung memulai perkelahian.
Dewi KZ 198 Kedua gadis itu bukan saja kata katanya saling bentrok,
jurus jurusnya juga berbahaya, Hong-tai menggunakan
pedang patah yang dipegang menjadi satu arus cahaya
menyerang Siau-cian. A Bin merasa kagum atas jurus Hong-tai, ternyata Hongtai telah menguasai ilmu mengendali pedang yang jarang
bisa dikuasai ilmu itu, pedang patah masih memancarkan
cahaya seperti pelangi. Tenaga jurus pedang itu sangat dahsyat, Siau-cian
terlihat terkejut sejenak, dan segera maju kedepan,
menjulurkan busur cacad itu, menghadang serangan pedang
itu ditengah jalan. Tenaga berdua orang itu bentrok, Hong-tai telah
mengetahui ilmu silat lawannya tidak kalah dari dirinya,
maka dia ingin menggunakan akal mulus untuk
melumpuhkan musuh, dengan bantuan sedikit tenaga
diujung kaki, dia segera menggeser tubuhnya beberapa
kaki..... Siau-cian berteriak: "Kau mau lari kemana!" busur cacadnya mengikuti
tubuh yang melayang mengejar Hong-tai dengan tenaga
halus. Hong-tai tidak menjawab, dengan pedang patah
memotong badan busur dengan satu suara aneh yang
dikeluarkan dari gerakan pedangnya.
Muka Siau-cian berobah terkejut, segera meng-gunakan
busur membongkar serangan itu, sambil loncat mundur
beberapa tombak. Hong-tai yang berhasil memancing lawannya, jadi
menguasai pertarungan, dia segera meloncat dan mengejar,
Dewi KZ 199 pedangnya dengan gesit berkelebatan,
bergelombang, membuat orang gentar.
angin pun Siau-cian tidak mau menyerah, busur yang dipegang
berbalik memotong serangan Hong-tai, jurusnya ternyata
bisa meredam serangan Hong-tai yang dahsyat itu.
Hong-tai tidak mengurangi serangannya, dengan pedang
ditangan sekali lagi memukul senjata lawan, kecepatannya
bagaikan halilintar mengejar.
Siau-cian menarik dan menyerang dengan busur,
menutup serangan Hong-tai, bersamaan waktunya, dia
mengeluarkan telapak kiri dengan kilat menyerang bagian
pinggang lawan. Sejenak Hong-tai terkejut, segera menggunakan jurus
rahasia keluarganya In-hong-jauw-hoat (Cengke-raman
burung hong di awan) dengan getaran jari menghadapi
jurus lawannya, jurusnya membuat Siau-cian terpaksa
menarik kembali serangannya yang baru setengah jalan,
sehingga Hong-tai dapat menghindar dari serangan Siaucian, membuat serangan pedang Hong-tai juga tinggal
setengah tenaganya. Kedua orang itu saling serangan dan saling bertahan,
seperti begitu bertemu langsung terlepas, tetapi serangannya
mengandung jurus lawan jurus, isi kosong saling berganti,
sangat dahsyat sekali tiap jurusnya.
Karena mereka berdua bukan orang biasa di dunia
persilatan, begitu mereka mengeluarkan satu jurus langsung
tahu jurusnya, bisa berhasil atau tidak, jadi jarang bisa
menggunakan jurusnya dengan sempurna, seperti dalam
awang-awang, tiap jurus jadi tidak berisi penuh, padahal
sebetulnya tiap jurus tiap tingkah mengandung hawa
membunuh yang tebal. Dewi KZ 200 A Bin tidak ingin salah satu dari mereka terluka, melihat
mereka berduel demikian sadis sehingga bercucuran
keringat dingin, tergesa gesa tanpa pandang bahaya, segera
meloncat keluar, menyelinap meng-hampiri, tanpa berasa
telah mengambil golok patah itu ditanah, terjun dalam
lingkaran kilatan pedang dan bayangan busur kedua gadis
itu. Kedua gadis itu tidak menyangka ada tamu tidak
diundang datang mendadak, dengan terkejut memandang,
melihat bahwa yang datang adalah A Bin, masing masing
tubuhnya tergetar karena terkejut, tanpa sadar bersamaan
berkata: "Kau!" Kedua gadis yang bersamaan berkata "Kau!" dan saling
merasa menangkap sesuatu, cemburu adalah sifat alamiah
wanita, dibawah pengaruh cemburu, putusan terhadap
sesuatu masalah jadi suka berlawanan dengan normanorma isi hati, diwaktu marah besar, bisa berbuat jauh
berlawanan dengan pengusaan diri sendiri.
Maka setelah tersendat beberapa detik, senjata pedang
patah dan busur cacad kedua gadis itu seperti geledek
bertemu lagi, dendam ditambah cemburu, sehingga jurus
mereka tidak memberi ampun pada lawannya, masingmasing menggunakan jurus berbahaya menyerang titik
mematikan lawan, seperti ingin mematikan lawan dengan
saru jurus saja. Tindakan kedua gadis itu bikin A Bin serba susah, dia
tidak bisa membuka mulut mencegah, hanya bisa pakai
golok patahnya mencari kesempatan untuk menghentikan
duel mereka. Bila serangan Hong-tai sangat keras, A Bin membantu
satu jurus pada Siau-cian, bila busur Siau-cian dalam
Dewi KZ 201 keadaan diatas angin, A Bin membantu Hong-tai satu jurus
juga. Karena tindakan A Bin mengarah pada kedua pihak
tidak menguntungkan, sehingga kedua gadis itu bersamaan
berteriak, punggung busur dan ujung pedang bersamaan
keluar seperti halilintar dengan suara keras menyerang A
Bin. Dapat serangan mendadak, A Bin terpaksa dengan
semangat penuh menggunakan tangan kiri dan golok
dikanan, menahan serangan busur dan pedang, tetapi dia
tetap takut melukai kedua gadis itu, jurus yang di keluarkan
jadi tidak sempurna, mana bisa menahan serangan dahsyat
kedua senjata gadis yang marah sekali, tidak sampai tiga
jurus, A Bin sudah dalam keadaan bahaya.
Masih beruntung, jurus kedua gadis itu sangat cepat dan
berbahaya, tetapi masih memberi muka pada A Bin,
kelihatan tidak jurus menyerang tempat mematikan di
tubuh A Bin, tetapi hampir sampai dititik itu, mereka segera
menarik dan mengganti jurus lain.
Biarpun kedua gadis tidak menyerang dengan sepenuh
hati, tetapi A Bin merasakan sulit menahan juga, sehingga
bercucuran keringat dingin.
Tidak lama kemudian, dari kejauhan terdengar ada suara
seperti lonceng nyaring berteriak, bersamaan dengan
naiknya seorang yang berbadan gemuk ke puncak gunung,
dia datang dengan cepat, sampai di dalam pusaran angin
pertarungan ketiga orang itu, dan menggunakan kedua
telapak tangan, bergema satu suara 'gung' yang
menghasilkan satu tenaga angin yang dahsyat,
memencarkan tiga senjata, pedang, golok, busur yang
sedang beradu. Dewi KZ 202 Ketiga orang dengan terkejut melihat orang yang baru
datang dan memisahkan mereka yang sedang duel, ternyata
yang datang adalah Gin-hoat-lo-jin Wie Tiong-hoo.
Dengan rambut dan godek yang berdiri, Wie Tiong-hoo
dengan suara keras memarahi ketiga anak muda dengan
kata: "Kalian bertiga anak kecil yang bloon dan tidak tahu
malu, tidak menyelidiki kebenaran, tidak mencari tahu
seluk beluk sesuatu soal, malah bertarung saling bunuh, bila
ayah kalian tahu pada kejadian ini, entah bagaimana sakit
hati mereka! Melihat kalian bertiga berbekal kepintaran
melebihi orang lain, kenapa bodoh sedemikian terhadap
persoalan yang ada didepan mata" Apakah kalian hanya
berdasarkan tiga barang pedang, golok dan busur yang
cacad dan taksiran orang-orang, sehingga percaya ayah
kalian sudah mati" Dan kalau betul mereka mengalami
musibah, pasti ada rahasia yang tertutup, kalian pikir saja,
ketiga orang tua kalian adalah orang orang penting, tidak
mungkin karena salah paham seketika, langsung saling
bunuh......" Sentakan orang tua itu, membuat Hong-tai, Siau-cian
diam tidak berani jawab, masing-masing menunduk kan
kepala dengan malu dan menyesal.
Hong-tai yang tidak sabar, berteriak dengan sedih dan
menangis, segera terbang, menuju arah jalan pertama
datang, segera turun kebawah gunung, pergi seperti angin.
Kakek Wie Tiong-hoo pun tidak mencegah, hanya
dengan suara sedih berkata pada Siau-cian:
"Siau-cian, kau segera pergi dengan kakek! Urusan
ayahmu, selama enam tahun aku selalu ingat dalam hati,
kita mesti menyelidiki persoalan yang sebenarnya, kau tidak
boleh gegabah bertindak sendiri."
Dewi KZ 203 Siau-cian mendadak menangis, dengan menutup muka
menuju pinggir gunung, dan segera turun kebawah gunung,
kakek Wie Tiong-hoo takut kesedihan cucunya bisa
berbahaya, tidak sempat berbicara dengan A Bin, segera
loncat kebawah bunung mengejar cucunya.
Diatas puncak gunung tersisa A Bin sendirian, dalam
keadaan sedih, bimbang bukan main, A Bin dengan erat
memegang golok patah, menengadah melihat bintangbintang dilangit, berdoa dalam hati:
"Ayah! Apakah betul kau telah meninggalkan aku" Bila
betul, mohon arwah ayah dilangit membantu aku mencari
kebenaran!" Angin kencang yang menerpa muka, membuat A Bin
bersin, dia memikirkan orang tua gila diperjalanan itu,
entah dia In-kiam atau Giok-kiong, bila ingin mengetahui
persoalan yang sebenarnya, benang merahnya ada pada
orang tua itu, maka dia segera membawa golok cacad itu
digabungkan dengan yang dapat dari orang tua gila itu
diselipkan dipinggang, menyusur jalan semula segera turun
dari puncak gunung. A Bin menggunakan ilmu meringankan tubuh yang
mahir, tidak lebih dari tiga jam, dia telah menemukan hutan
yang dicari, dia segera menuju gua yang pernah dia masuk,
tetapi gua itu sudah kosong, orang tua gila dan monyet kecil
itu tidak ada didalam gua itu.
A Bin menyusuri pinggiran gua yang tertutup oleh
pohon-pohon, juga tidak menemukan apa apa, A Bin
merasa terkejut dan menyesal, dia juga tidak menemukan
ada bekas perkelahian, jadi tidak bisa memastikan apa
orang tua gila itu pergi atas kemauan sendiri atau dibawa
orang. Dewi KZ 204

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Satu satunya petunjuk telah hilang juga, membuat A Bin
sangat menyesal, dia berpikir pulang pergi, dengan terjun
lagi ke dunia luar, dia mencari jejak orang tua gila itu
diantara bermacam ragam orang-orang dunia persilatan.
Setelah mengambil keputusan, A Bin segera
meninggalkan pegunungan, tetapi dia bimbang kemana
akan pergi. Teringat permulaan bulan depan akan ada
pertemuan jago-jago silat di biara Siauw-lim, di Gunung
Siong, dimana akan datang orang-orang dari semua partai,
mungkin lebih mudah mendapatkan keterangan, maka A
Bin berangkat menuju ke arah utara. Berhubung waktunya
masih jauh, maka A Bin memperlambat perjalanan, sambil
memperhatikan orang-orang dunia persilatan dengan hatihati, menguping pembicaraan mereka agar mendapat berita
yang di inginkan, tetapi hingga di pinggir Tiang-kang
hasilnya tetap nihil. Pada suatu hari, dia melalui perbatasan dua propinsi
Cing-kwan, melewati pegunungan Hoai-yang, berjalan di
daerah tandus, orang jarang lewat, hingga matahari
terbenam, dari kejauhan A Bin baru melihat satu sudut
bangunan biara diantara pohon-pohon.
Biarpun menguasai ilmu meringankan tubuh yang mahir,
tetapi dia seharian belum makan dan minum, dengan perut
kosong setelah berlari seharian, membuat A Bin merasakan
kelelahan dan lapar beserta haus, dia ingin menuju biara itu
untuk menumpang menginap semalam. Dan daerah ini
sudah dekat dengan biara Bu-tong, mungkin pendetapendeta di biara ini akan berbaik hati pada orang dunia
persilatan. A Bin setelah menerobos hutan, sesudah sampai didepan
biara itu. Diatas pintu terukir papan nama dengan cat emas
yang bernama biara Ih-sim (menyenangkan hati), A Bin
Dewi KZ 205 memuji dalam hati atas nama itu, cocok dengan kondisi
biara diluar kota, mengandung makna jauh dari keramaian.
Sesungguhnya jarang ada biara pakai nama itu, tetapi A
Bin sangat kagum, pikir didalam hati hweesio-hweesio
didalam biara pasti adalah orang orang saleh dari golongan
agama. A Bin melangkah ke depan pintu, mengetuk agak lama,
baru keluar seorang pendeta tua yang kurus sekali, baju
yang dipakai juga warnanya sudah pudar dan banyak
tambalan dimana-mana. A Bin masih berpikir, orang saleh makin bisa
menyesuaikan dengan kemiskinan, maka dengan senyum
menghampiri pendeta tua itu dan memberi tahukan
keinginannya menginap di biara dengan isyarat tangan.
Kemungkinan karena sudah tua dan mata sudah tidak
awas, kakek itu melihat A Bin beberapa lama masih tidak
bereaksi, sampai A Bin memberi tahu akan memberi uang
sedekah sesudah menginap, baru kelihatan muka hweesio
tua itu berseri-seri mengundang tamunya masuk ke dalam
biara. Di dalam biara juga terdapat tembok-tembok yang rusak,
kelihatan sebuah biara sudah lama tidak dirawat, dan jarang
orang datang bersembahyang lagi.
Pendeta tua dan kurus itu mengantar A Bin ke kamar
tamu, di dalam gang yang menuju kamar itu terdengar satu
suara batuk yang parah dari seseorang yang kelihatan
mempunyai penyakit paru-paru yang akut, bersamaan
dengan suara batuk itu terlihat satu orang pendeta muda,
mukanya santun, alis dan mata tampak jelas, tetapi kuning
mukanya dan daging badan sangat tipis, jalannya loyo
sekali, hanya baju pendetanya yang masih kelihatan
mewah. Dewi KZ 206 A Bin sudah beberapa hari berlarian, tubuhnya penuh
debu, baju yang dipakai juga sudah hilang warna dasar yang
mentereng. Hweesio muda itu tidak senang melihat A Bin
berpenampilan demikian, dengan muka asam, menyentak
pendeta tua itu dengan kata:
"Kau makin tua makin pikun, aku telah pesan padamu,
biara kita sudah tidak terima tamu yang menginap, kenapa
kau masih membawa orang asing kemari?"
Hweesio tua itu kelihatan sangat takut pada pendeta
muda ini, menjawab dengan terputus putus dan gemetar.
"La......lapor......ketua, ini...... ini tuan muda...... bilang,
numpang menginap semalam, besok...... besok akan......
akan memberi sedekah dupa satu liang......, sedekah dupa!"
A Bin sedang berpikir di dalam hati kenapa ketua biara
ini seorang anak muda, dan ketua biara itu setelah
mendengar bahwa A Bin akan memberi sedekah, muka dia
berobah berseri dan berkata:
"Puji pada Budha! Bila tamu kita rela menginap di biara
sederhana ini, silahkan menginap dengan suka hati!"
A Bin mengetahui orang ini berobah dari sombong
menjadi hormat dalam sekejap, mata terbelalak melihat
uang, persis potongan orang mengejar harta, dalam hati dia
merasa kesal, tidak pantas biara ini punya nama 3'ang
mulia, tetapi saat itu dia terdesak dan perlu bantuan
mereka, maka dengan hormat membalas kesediaan ketua
biara itu dengan syarat tangan, dan mengikuti pendeta tua
kurus itu ke sebuah kamar.
Kamarnya agak sederhana tetapi bersih, pendeta tua
kurus itu menunggu dan membantu A Bin cuci muka
sampai selesai, dengan suara kecil bertanya:
"Apa tuan......sudah makan!"
Dewi KZ 207 A Bin kebetulan sedang lapar, dia menggelengkan kepala
tanda belum, hweesio tua itu berkata lagi:
"Biara itu jauh dari kota dan kampung, makanan tidak
mudah dibeli, segala terserah tuan memberi berapa, bila
ingin sederhana saja, nasi dan teh saja cukup 1 liang saja,
bila ingin lebih bagus, mesti banyak uang juga!"
Setelah melihat ketua biara itu seorang mata duitan, A
Bin berpikir bila dirinya berani keluar uang lebih banyak
akan dapat layanan lebih memuaskan, maka mengeluarkan
tiga liang perak dari kantong, diberikannya pada hweesio
tua itu sambil menjelaskan bahwa, "Uang itu selain untuk
sedekah, sisanya untuk biara makan."
Pendeta tua kurus itu melihat A Bin mengeluar-kan uang
dengan rela, mukanya berobah jadi berseri, langkah kakinya
juga jadi lebih ringan, cepat-cepat keluar kamar,
menyiapkan makanan untuk A Bin.
A Bin menyaksikan kejadian menjengkelkan itu, di
dalam hati berkata kenapa bisa demikian, tetapi hal tersebut
meredam juga sedikit perasaan sedih dan pikiran ruwet A
Bin. Tidak lama, makanan telah tiba, biarpun tanpa daging
tetapi bersih dan menarik, berlainan dengan muka pintu
biara, A Bin tertawa di dalam hati, betul-betul uang sangat
berjasa. Pendeta tua kurus itu mengeluarkan satu botol kecil arak
dari dalam jubah dengan tertawa kecil menggoda berkata:
"Aku pendeta tua, tidak pantang minum arak, tuan tentu
lelah diperjalanan, minumlah dua teguk untuk
menghilangkan kelelahan, pasti manjur!"
A Bin mengetahui hweesio tua itu ingin hadiah uang,
maka diberikan lagi sebuah uang perak kecil, hweesio tua
Dewi KZ 208 itu mengucapkan banyak terima kasih dan mengundurkan
diri keluar kamar. A Bin sudah tahu bahwa ketua biara dan pendeta tua
kurus ini adalah pendeta yang makan daging dan minum
arak yang munafik, tetapi dia tidak menemukan sedikit pun
trik-trik masyarakat luas, tetapi dia masih waspada, dia
menaruh botol arak itu dipinggir dan tidak diminumnya.
Dan makanan telah diteliti dengan cara guru yang
mengajarkan pada A Bin bagaimana membedakan
makanan yang dicampuri obat bius, dan tidak menemukan
kelainan, maka A Bin dengan tenang melahap semua
makanan. Habis makan, hweesio tua kurus itu menyodor-kan satu
poci teh dan berkata: i "Biara kecil ditempat terpencil, tidak menyedia-kan teh
mahal, teh yang dari daun bambu ini adalah buatan aku
sendiri, mengambil dan menjemur daun itu diwaktu
senggang, tuan silahkan cicipi!"
Habis bicara hweesio tua itu membereskan sisa makanan
dan keluar kamar lagi. A Bin dengan teliti memeriksa air teh itu, betul juga
terbuat dari daun bambu, tidak menemukan kelainan,
mencicipi beberapa teguk, sangat enak rasanya, A Bin
berpikir dalam hati, biara Ih-sim ini hanya satu benda teh
yang betul betul cocok dengan nama antik biara itu.
A Bin sesudah minum teh, makan sudah kenyang,
semangatnya telah pulih banyak, dia berdiri dan berjalanjalan di kamar sekitar tujuh delapan langkah, lalu dia
merasakan kepalanya pusing dan timbul rasa kantuk. A Bin
sangat hapal dirinya yang sudah terlatih dalam ilmu tingkat
tinggi, biar lelah bagaimana pun tidak akan ada gejala
demikian, dalam hati dia berteriak, 'aku kena jebakan
Dewi KZ 209 orang', dan otaknya sudah tidak jalan normal, di depan
mata tampak gelap, A Bin jatuh kepinggir ranjang kayu,
dan tubuhnya tergeletak dibawah lantai.
Dalam keadaan masih sedikit sadar waktu jatuh, A Bin
mendengarkan kata-kata ditelinga yang diucapkan ketua
biara itu dengan tertawa panjang:
"Biar pun kau punya delapan hati yang cerdik, toh
terkena juga jebakan aku Ping-cun-yang (Laki-laki sakit),
kau sangat hati hati, semua makanan dan minuman diteliti
sebelum dimakan, tetapi kau tidak tahu resep kakek kita
yang dinamakan Cui-sian-san (Bubuk dewa mabuk), adalah
obat ajaib yang tidak ada banding-nya di dunia. Biasanya
puder ini tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan
tidak berbahaya pada manusia, tetapi bila bertemu benda
yang berlawanan sifatnya seperti teh daun bambu, bisa
mabuk dalam tujuh langkah, tulang sendi lemas, tidak bisa
melawan waktu ditangkap, biar pun kim-kong juga akan
tunduk pada kakek kita, betul-betul ajaib Cui-sian-san ini,
kali ini kakek kita entah mau berbuat apa......."
Sebelum betul betul pingsan, A Bin merasa terkejut
dalam hati mengetahui hweesio muda itu bernama Pingcun-yang Lok To-cian, adalah kepala dari kelompok aliran
hitam, tidak menduga bisa ada dalam biara yang terpencil
dan kenapa umurnya bisa muda begini, dan dia lebih
terkejut lagi siapa kakek orang ini, dan jago yang
seberapa tinggi ilmunya"......tetapi reaksi obat bius itu sudah
jalan dengan cepat, sehingga A Bin tidak bisa berpikir lama
lagi, langsung sudah pingsan total......
Setelah sadar kembali, A Bin sudah dalam sebuah kamar
munggil yang tidak ada jendelanya, di tengah ruangan
tergantung sebuah lampu gelas yang besar, yang dikelilingi
pita-pita berwarna warni terurai kebawah, dibawah lantai
terdapat sebuah tempat dupa yang besar sekali, di dalamnya
Dewi KZ 210 sedang keluar asap dupa yang mengeluarkan wangi bunga
yang menusuk hidung, membuat orang seperti mau mabuk.
Di dalam ruangan hangat seperti di musim semi,
temboknya tertutup oleh kain cotton halus yang berwarna
rose muda, dan lantainya tergeletak satu karpet tebal yang
berwarna merah tua. Dimeja rias selain ada cermin dari
perak, lampu meja bertaburan mutiara, juga alat alat untuk
make up. Dan ditengah kamar ada sebuah ranjang besar
yang berukir naga mas sedang melilit tiang, dan kelambu
yang diikat dari atas ranjang, dalam ranjang ada sepasang
bantal dan selimut bertaburan permata.
A Bin belum pernah ke istana raja, tetapi yakin kamar
tidur ratu atau selir selir pasti semewah kamar ini, merasa
terkejut dalam kamar itu, A Bin berusaha untuk bangun,
ternyata tangan dan kakinya tidak ada tenaga, dan
terbayang kembali kejadian yang mencelaka kan dirinya
dengan Cui-sian-san. Dikala A Bin sedang bimbang, terdengar suara anting
telinga yang berbunyi ting ting tang tang, dan bunyi gesekan
kain gaun panjang, entah dari pintu rahasia mana keluar
seorang wanita yang cantik sekali.
Usia wanita itu sekitar tiga puluh tahun, wajah-nya
seperti bulan purnama, matanya bening, alis yang indah,
hidung yang mancung, bibir seperti bunga, kulit putih dan
halus, rambut hitam diikat seperti sanggul istana, bulu
rambut dipinggir kuping yang hitam dan subur, hanya satu
kata cantik sekali untuk penampilan wanita ini, hanya
sepasang mata yang memancarkan sinar birahinya yang
membuat A Bin takut bukan main.
Wanita itu dengan tertawa penuh birahinya mendekati
ranjang, dengan mata indahnya melirik seluruh tubuh A
Bin dan berkata: Dewi KZ 211 "Anak muda, pandangan matamu tidak buyar, dua titik
nadi dipinggir kepala Tai-yang masih kencang, kau betul
betul seorang bujangan yang belum tahu apa apa!"
Sambil tertawa liar, tubuh wanita itu bergetar seperti
bunga-bunga terkena tiupan angin, sangat romantis, dengan
tangan memegang kepala A Bin, dan mencubit beberapa
tempat di tubuh A Bin, berkata lagi:
"Betul-betul kau seorang bujangan, dan telah melatih
ilmu dalam yang tinggi, hari ini kau bertemu aku, betulbetul rejeki aku, sebentar setelah kau melayani aku, kau
tidak akan menyesal seumur hidup telah datang ditempat
ini!" A Bin mendengarkan kata-kata itu, sudah tahu apa
maksud wanita itu, hati A Bin terkejut dan marah, sayang
seluruh tubuh tidak bisa leluasa bergerak, hanya bisa
dengan mata marah memelototi wanita itu yang
memperdayai dirinya. Wanita itu tertawa sejenak, dan mengeluarkan satu
bungkusan dari tempat rias, menaburkan sedikit isi


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bungkusan ke tempat dupa itu, dan wewangian makin tebal,
membikin tulang A Bin makin lemas, dan timbul nafsu
birahinya, A Bin berkata didalam hati 'celaka', dia segera
menggunakan ilmu mengendalikan diri yang diajarkan
gurunya, meredam api nafsu yang baru timbul, beruntung
organ di bawah perutnya belum terbangun, sehingga nafsu
birahinya dapat diredam. Wanita jalang itu telah melepas baju yang dipakai, hanya
dengan jubah merah menutupi dadanya, pelan-pelan
menuju pinggir ranjang, dan berkata dengan tertawa liar:
"Dupa yang bisa merangsang ini, bila telah tercium
olehmu, kau tidak akan berpikir bisa bergerak lagi, sekarang
biar aku yang melayanimu duluan!"
Dewi KZ 212 Sambil bicara, dia segera melepaskan seluruh baju A Bin,
A Bin merasa malu bukan main, tetapi tidak bisa apa-apa,
dikerjain oleh wanita itu, tapi wanita itu melihat sesuatu,
mula-mula terkejut dan berobah lagi, dengan tertawa liar
berkata: "Kau anak muda bisa juga ilmu berguna, bisa
menggunakan pernapasan meredam api liar dalam hati,
sehingga tidak terpengaruh oleh dupa perangsang, tetapi
didepan mataku, kau jangan pamer ilmu itu!"
Wanita iblis itu sambil bicara, melepaskan jubah yang
menutupi dadanya, terlihat badan yang putih seperti salju,
begitu mendekati tubuh A Bin, membawa harum yang
menggiurkan, dan sepasang mata birahinya memancarkan
daya tarik yang maha besar, A Bin mengetahui dirinya
sedang dalam bahaya, dia berusaha menahan diri sehingga
menggigit giginya sampai berbunyi.
Wanita iblis itu tertawa liar sambil berkata yang bukanbukan, merebahkan tubuhnya diranjang, di samping A Bin,
tubuhnya seperti ular air merangkul tubuh A Bin, mulut
diadu mulut, lidah melomot dengan liar, hawa mulutnya
membuat tubuh A Bin seperti memegang sesuatu ' barang
yang mengandung rasa musim semi merembes ke dalam
kulit, dan harum yang masuk dalam mulut menuju pusat
nadi Tan-tian, A Bin hampir menyerah, tidak bisa menahan
kegiatan organ di bawah perutnya.
Wanita iblis itu tertawa lagi dan berkata:
"Anak muda masih tidak mau menyerah" Kau harus
tahu, aku adalah Ang-lian-sian-cu (Dewi teratai merah)
yang tersohor namanya, aku telah belajar ilmu menambah
hawa mumi, telah menerima ribuan laki laki ganteng dan
perkasa, belum pernah ada yang lolos dari genggaman
tanganku. Bila kau membikin aku jengkel, aku akan hisap
Dewi KZ 213 kejantananmu, biar kau mati tidak tahu sebabnya. Tetapi
bila kau menyesuaikan keinginanku, dengan baik melayani
aku, kita sama sama gembira, aku akan menerima kau
sebagai murid aku, dan memberi pelajaran ilmu menambah
hawa murni padamu, dan kau akan selalu awet muda,
selalu bersinar mukanya, seumur hidup bahagia!"
Mendengarkan kata kata wanita itu, A Bin makin
terkejut, dia telah mendengarkan cerita gurunya, bahwa
Ang-lian-sian-cu ini adalah aliran tersesat yang menguasai
ilmu menambah hawa murni yang bernama kelompok
Teratai merah. Dia berbeda dengan aliran guru A Bin,
hanya untuk kepentingan diri sendiri, setelah mengambil
hawa mumi orang lain, membiarkan korban mati, yang
mati ditangan Ang-lian-sian-cu tiap tahun lebih dari seratus
orang. Karena terkejut, pertahanan A Bin jebol, Ang-lian-siancu menggunakan kesempatan ini, merangkul A Bin dengan
erat diatas tubuh A Bin. Tangan dan kaki A Bin tidak dapat bergerak, hanya bisa
memejamkan mata berpikir, 'aku akan mati hari ini'.
Mendadak terbayang gurunya yang pernah mengajarkan
ilmu Menahan Diri Menambah Energi, pikirnya dalam
hati, 'wanita iblis ini telah mencelakakan banyak orang, aku
akan membalas kejahatan dia atas perbuatan jahatnya,
tindakanku tidak akan melanggar kode moral. Maka
dengan hati tenang, dia meredam nafsu birahinya,
membiarkan Ang-lian-sian-cu itu berbuat sesukanya, dan
diam-diam mengerahkan ilmu gurunya yang ketiga,
menyerang balik wanita itu dengan jurus Menahan Diri
Menambah Energi. Maka Ang-lian-sian-cu masuk dalam jebakan A Bin,
tidak terasa dia menyalurkan hawa murni yang telah dia
kumpulkan puluhan tahun kepada A Bin, hingga begitu dia
Dewi KZ 214 terjaga dari kelengahan, dia sudah tidak tertolong lagi, dia
tergeletak diranjang seperti tanah lumpur, sanggul
kepalanya jatuh di pinggir ranjang, rambutnya yang hitam
langsung menjadi putih, mukanya berobah menjadi keriput,
berobah total menjadi nenek tua yang berkulit seperti ayam,
semua kecantikan dan kesegarannya sudah tidak kelihatan
lagi. Sebaliknya A Bin menjadi pulih kembali dan merasa
sangat nyaman, dia segera mencari bajunya dan berpakaian
kembali, kemudian dia mencoba menyalurkan hawa murni
pada tenggorokannya, ternyata betul seperti ramalan
gurunya yang pernah cerita bahwa dia akan bisa bicara, bila
mendapat kesempatan seperti yang tadi dia alami. Melihat
wanita yang menamakan diri Ang-lian-sian-cu yang telah
berobah begitu parah, dengan terkejut A Bin berkata:
"Karena kau telah berbuat jahat pada banyak orang,
keadaan seperti yang kau alami sekarang, adalah takdirmu,
aku tidak bermaksud mencelakaimu, sekarang masih
membiarkan kau hidup, sudah pantas buatmu!"
Ang-lian-sian-cu mencoba bangkit dari ranjang tetapi
tidak bisa, matanya yang layu masuk ke dalam kelopak
mata, dengan suara serak berkata dengan penuh dendam:
"Aku tidak bisa marah denganmu, aku hanya ingin tahu
kau belajar dari mana ilmu yang bisa lebih ampuh dari
aliran Teratai Merah, sehingga aku akan mati dengan
tenang!" A Bin berpikir sejenak, dia merasa tidak perlu
membohongi wanita itu, maka berkata:
"Aku dapat ilmu itu dari guruku dari Siau-yau-kiong
(Istana ketenangan), kau akan puas atas jawaban ini!"
Ang-lian-sian-cu berteriak dengan sedih:
Dewi KZ 215 "Ooh, Istana ketenangan!" dia segera menutup matanya,
dia tidak punya tenaga lagi menjawab kata-kata A Bin,
mukanya penuh dengan warna abu padam.
A Bin menyaksikan kejadian yang mengerikan ini, dalam
hati merasa berdosa, tetapi setelah dipikir kembali iblis ini
telah berbuat jahat di dunia selama puluhan tahun,
membunuh banyak orang. Mendapatkan nasib begini,
adalah hukum karma. Maka A Bin segera mencari pintu
rahasia, dan meninggalkan tempat itu.
0-0dw0-0 Siong-san termasuk dalam lima gunung ternama,
tersohor dengan pemandangannya yang menakjubkan, dan
puncak Siauw-san lebih gagah dan menjulang tinggi
menarik para pelancong untuk melihatnya bukan karena
pemandangan alamnya saja, tetapi untuk ber-kunjung ke
biara Siauw-lim yang tersohor di dunia.
Waktu lewat tengah hati, dibawah puncak Siauw-su
mendadak telah datang serombongan orang orang
persilatan yang sedang berjalan diantara pohon pohon
cemara yang lebat, baju mereka bermacam-macam corak.
Rombongan ini adalah mereka yang pernah bertemu di
biara Cu-sia, yang sekarang mendapat undangan untuk
rapat dibiara Siauw-lim. Rombongan sepuluh orang itu, termasuk murid pertama
aliran Go-bi-pay, Yang-ciang (Telapak Yang) Tee Wie dan
Ciang-hohiap (Pendekar Sungai Ciang), Liu Ta-ang,
keduanya paling menarik dan dihormati oleh yang lain, dan
mereka berdua juga pantas dianggap pemimpin, hingga
tindakan dan ucapannya juga sangat hati hati.
Dewi KZ 216 Pendekar Tee dan Liu dua orang itu belum pernah ikut
dalam pertemuan di biara Cu-sia. Mereka datang atas
undangan Tee Wie mewakili kelompok partai Go-bi karena
ketua partainya tidak bisa datang, Liu Ta-ang adalah
pendekar tersohor di daerah sungai Ciang, kali ini mereka
diundang karena munculnya Jian-kin-kau yang mengancam
dengan provokasi kepada semua perguruan silat.
Rombongan itu dengan hormat mendengarkan
pembicaraan kedua orang itu, mereka berdua karena belum
melihat sendiri kejadian di biara Cu-sia, dan hanya
mendengar desas-desus dari luar, mereka merasa berita itu
terlalu dibesar-besarkan, mereka menganggap remeh
kekuatan Jian-kin-kau, malah mengomentari jago-jago silat
yang mengundang mereka terlalu membesar-besarkan soal
yang sepele. Yang-ciang Tee Wie menganggap di rombongan ini
hanya Liu Ta-ang yang pantas namanya disejajarkan
dengan namanya sebagai murid pertama dari partai
ternama, dan pandangan mereka pun sama terhadap
pertemuan kali ini, mereka bicara sangat akrab sepanjang
perjalanan. Dan saat itu puncak Siauw-su telah kelihatan,
Tee Wie dengan mengangkat telunjuk ke arah puncak itu
berkata: "Biara Siauw-lim telah mempunyai reputasi sohor
hampir seratus tahun, tetapi menurut pendapatku, partai ini
dalam beberapa tahun kebelakang menuju pada keadaan
mengkhawatirkan, beberapa pimpinannya sudah kurang
berwibawa dan kurang berjiwa besar, lihat saja undangan
kali ini, untuk menghadapi Jian-kin-kau yang belum
ternama, sudah merepotkan semua para-pendekar di dunia
persilatan, berarti mereka tidak sanggup menghadapi
kejadian yang mendadak, boleh dikatakan keterlaluan......"
Dewi KZ 217 Ciang-hohiap Liu Ta-ang, umurnya lebih tua dan telah
banyak makan asam garam didunia persilatan, dia takut
perkataan pendekar Tee yang berlebihan, terdengar oleh
pendekar lain dari rombongan yang punya hubungan dekat
dengan partai Siauw-lim, dan dikemudian hari dia sendiri
akan terlibat dalam kesalah pahaman, sehingga dia segera
berkata: "Pendapat pendekar Tee membuat kita tambah
wawasan, tahun tahun belakang ini, partai-partai besar ada
yang maju ada yang diam ditempat, partai anda jauh di
propinsi Suchuan, tetapi namanya sudah tersohor hingga di
tepi Tiang-kang, wibawa kian hari kian naik, bukan saja
partai tuan Ouyang di hormati oleh kalangan dunia
persilatan, juga nama Yang-ciang Tee Wie begitu
diucapkan, semua orang juga akan kagum.
Liu Ta-ang sudah berpengalaman, kata-katanya moderat,
tidak mengkritik partai lain, hanya memuji nama partai Gobi, Yang-ciang Tee Wie masih muda dan gila nama,
disanjung begitu oleh Liu Ta-ang, membuat seperti mabuk
dan menjawab dengan hormat:
"Jangan berkata begitu, Ciang-hohiap Liu Ta-ang,
barulah dapat dikatakan petinggi silat didunia persilatan
yang dihormati orang......"
Kedua orang itu saling sanjung, ada pula orang-orang
dipinggir yang ikut melambungkan nama mereka berdua,
membuat mereka makin sombong seperti sudah trdak ada
tandingan lagi didunia. Rombongan ini sudah mendekati jalan gunung yang
menuju puncak, didepan mata terhalang oleh sebuah batu
gunung yang besar, dan terdengar suara O-mi-to-hud
beberapa kali, juga dua orang hweesio yang memakai jubah
merah. Dewi KZ 218 Yang-ciang Tee Wie dan Liu Ta-ang dijalanan berupaya
mencemoohkan biara Siauw-lim yang makin redup
namanya, dan hweesio-hweesionya yang makin tidak
berilmu tinggi, tetapi begitu berhadapan dengan muridmurid dari biara yang tersohor didunia, dari lubuk hati
mereka juga timbul rasa segan terhadap dua hweesio yang
baru muncul. Yang-ciang Tee Wie yang masih terlalu muda dan tidak
berpengalaman, dan tadi dia sudah berkata sombong tidak
mau melihat situasi, maka dengan berpura-pura angkuh,
berkata dingin: "Dua orang hweesio kesini, apa ditugaskan menjemput
kita keatas gunung?"
Kedua Hweesio yang berjubah merah tidak menjawab
pertanyaan Tee Wie, malah balik bertanya:
"Tuan-tuan datang dari mana, silahkan laporkan nama
kalian!" Tee Wie menjadi terkejut mendengar nada dan
perkataan kedua hweesio yang kurang sopan, dengan nada
marah dia berkata dengan keras:
"Aku Tee Wie, mewakili ketua Go-bi-pay, guru aku she
Ouwyang, datang memenuhi undangan yang ditulis nama
ketua kalian Kian-ih Hong-tiang, dan tuan ini adalah Cianghohiap Liu Ta-ang, yang lainnya adalah para-pendekar
yang tersohor di kalangan dunia persilatan, juga datang atas
undangan, kita tahu bahwa biara Siauw-lim-sie sangat
tersohor, hweesio-hweesio nya juga berpenampilan anggun,
tidak tahunya menerima tamu yang datang dari jauh
dengan cara begini, apakah ini hasil didikan ketua kalian
Kian Ih Taysu!" Dewi KZ 219 Sindiran kata kata dari Tee Wie itu, membuat pendekar
Liu Ta-ang dan puluhan orang pesilat berobah warna
mukanya, mereka kuatir terjadi kesalah pahaman dengan
murid-murid Siauw-lim, dan merasa menyesal satu
rombongan dengan Tee Wie.
Pendekar Liu Ta-ang ingin memotong pembicaraan
mereka untuk menghilangkan suasana ketegangan mereka


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena kata-katanya yang pedas, tetapi dugaan mereka
ternyata salah, tampak kedua hweesio tidak menghiraukan
kata cemoohan dari Tee Wie atas ketua partai mereka,
seperti tidak bermaksud mencari gara-gara, salah satu
hweesio dengan suara keras sambil tertawa berkata:
"O-mi-to-hud! Aku ditugaskan disini, menunggu kalian
tidak ada maksud lain, karena atas perintah ketua kita, kali
ini mengundang jago-jago di dunia persilatan untuk
menghadapi Jian-kin-kau yang misterius, kita memerlukan
pesilat-pesilat yang betul-betul menguasai ilmu tinggi,
mencegah sembarangan orang yang tidak layak berupaya
masuk, maka kita menjaga di gardu ini, bila kalian bisa
menerima lima jurus kami, baru dapat izin masuk gunung!"
Semua orang dalam rombongan ini merasa terkejut,
mereka sudah tahu bahwa partai Siauw-lim ternama
diseluruh dunia, sepanjang seratus tahun namanya diatas
partai lain, tetapi belum pernah mendengar bahwa muridmurid biara bisa sombong seperti orang ini. Mereka sedang
menduga, apakah betul Siauw-lim-pay meremehkan pesilatpesilat, memberi perintah ini, atau kedua hweesio ini
memang sombong dan berbuat sesuka hati, ingin beradu
ilmu dengan pesilat-pesilat dari aliran partai semua.
Yang pertama tidak terima perlakuan hweesio itu adalah
Tee Wie, hatinya marah sekali dan tertawa keras berkata:
Dewi KZ 220 "Baik! Baik! Bila partai Siauw-lim dengan cara ini
menerima tamu dari aliran lain, aku sebagai orang kecil
yang tidak layak, akan mencoba dulu ilmu kalian yang
menjadi jago dari biara ini.
Dalam keadaan marah sekali. Tee Wie sudah tidak
perhatikan reputasi nama partai besarnya, tanpa basa basi
dia meloncat kedepan, mengeluarkan sebelah telapak
tangannya, menyerang dada hweesio yang berdiri di sebelah
kiri, karena dengan emosi marah, tenaga telapak tangannya
sangat cepat seperti halilintar.
Hweesio itu tidak menghindar, dia tetap diam
ditempatnya. Pikiran Tee Wie sedang berpikir kenapa
hweesio itu diam saja, terdengar suara hweesio di sebelah
kanan berteriak dan kata:
"Aku akan melayani kau!" hweesio itu dengan tongkat
nya memukul punggung Tee Wie dengan jurus Hui-poceng-ciong (Gembreng terbang menghantam lonceng).
Tee Wie terpaksa menarik tangan yang menyerang
hweesio dikiri, menggeser badan, menghindar tongkat yang
menyerang, menggunakan ilmu partainya yang dinamakan
Ih-seng-hoan-tou (Memindahkan bintang ke posisi lain),
dengan sekejab mata telah menyelinap ke pinggir tubuh
hweesio yang dikiri itu, tangan kanannya telah memegang
tongkat lawan, tangan kirinya mengeluarkan jurus Huiciam-hu-ki (Belaian sapu membersihkan meja.) dengan
cepat menghantam tangan hweesio yang memegang
tongkat. Hweesio yang dikiri tidak menyangka bahwa gerakan
aneh Tee Wie begitu sempurna, dia tercengang sejenak dan
dalam keadaan itu, tangan Tee Wie sudah menggunting
tangannya, bila hweesio itu tidak melepas-kan tongkat
tangannya pasti dia akan terluka, terpaksa dia
Dewi KZ 221 memindahkan tongkatnya ke tangan kanan, menghindar
guntingan tangan Tee Wie, tangan kirinya berobah jadi
kepalan memukul dada Tee Wie.
Tee Wie tidak tahu hweesio itu bisa menghindar dan
langsung menyerang secara bersamaan, pukulan hweesio
itu membuat dia mundur kebelakang sebanyak tiga langkah,
mendapat kesempatan, hweesio yang di kiri itu langsung
mengejar, kaki kanannya menendang perut Tee Wie, dan
tangan kirinya dengan cepat memegang tongkatnya yang
dipegang Tee Wie, dengan tenaga penuh menarik.
Jurus hweesio itu digunakan sangat tepat, Tee Wie yang
memegang tongkat itu tertarik oleh tenaga hweesio,
badannya jatuh kedepan, persis menghadap tendangan kaki
kanan hweesio itu. Tee Wie menjadi marah lagi, kejadian ini sangat
mencurigakan, karena partai Go-bi sudah sejajar dengan
partai Siauw-lim, Bu-tong dan Kun-lun, biar pun namanya
tidak seterkenal Siauw-lim dan Bu-tong, tetapi Tee Wie
adalah murid pertama dari partai Go-bi, hari ini dia hampir
dipermalukan oleh hweesio tanpa nama di biara Siauw-lim,
dia merasa malu. Tetapi Tee Wie sudah mendapatkan
warisan partai Go-bi yang mumi, dia bukan petarung biasa,
maka tubuhnya menghindar kepinggir, tangan kanan tidak
melepaskan tongkat, tangan kiri menjulur keluar,
memegang kaki kanan hweesio itu, dengan tenaga
mendorong, hweesio di sebelah kiri itu keseimbangan
tubuhnya jadi goyah, tubuhnya jatuh ke belakang.
Hweesio disebelah kiri itu merasa terkejut sejenak,
berpikir dalam hati murid partai besar betul betul berilmu
tinggi, tetapi tangan kirinya tetap memegang tongkat tidak
mau dilepas, dan meminjam tenaga Tee Wie dia menarik
tongkat itu, tubuh yang sudah jatuh ke belakang, mendadak
Dewi KZ 222 tegak lagi dengan jurus Liu-ciang-lam-hai (Arus menuju
lautan selatan), tangan kanannya menyerang lagi.
Tee Wie kembali dibikin terkejut, dia berpikir dalam hati,
apa betul ilmu Siauw-lim lebih tinggi banyak dari partai Gobi, orang-orang yang bertugas enteng juga punya ilmu
tinggi, sehingga sulit di taklukan. Sambil berpikir, telapak
tangan kirinya dengan jurus Eng-hong-toan-cauw
(Menyambut angin memotong rumput.) menyapu urat nadi
tangan lawan. Hweesio itu menurunkan tangannya, meng-hindar
serangan Tee Wie, tangan kanannya mengeluarkan jurus
dari 'Cap-pwee-lo-han-ciang' dengan suara 'hu' 'hu' 'hu'
membalas serangan. Tee Wie menghindar tiga jurus
lawannya, segera membalas dengan gerakan cepat tangan
kirinya menyerang tiga jurus juga.
Perkelahian berdua yang satu tangan masing-masing
memegang satu tongkat itu, rubuh mereka berjarak hanya
dua kaki, masing-masing berduel dengan jarak dekat
menggunakan sebelah tangan keluar masuk, gerakan tangan
mereka bisa mengarah tempat ber-bahaya di tubuh lawan,
dan pusat nadi, bila salah satu orang berlaku ceroboh,
bukan saja bisa terluka tetapi maut akibatnya, perkelahian
mereka betul betul lain dengan yang lain, sangat bahaya
dan tegang, membuat orang orang yang menyaksikan
dipinggir sangat gentar. Tidak berasa mereka telah saling serang sebanyak
sepuluh jurus, Ciang-hohiap Liu Ta-ang juga terkejut, dia
tahu pertarungan kedua orang ini akar masalahnya ada
dipihak Siauw-lim, tetapi dia punya nama tersohor berkat
sendiri, tidak mudah mencapatkan julukan itu, lain dengan
Tee Wie yang punya sandaran partai Go-bi, maka dia
sendiri tidak berani bermusuhan dengan Siauw-lim, dia
Dewi KZ 223 ingin berusaha mendamaikan perselisihan kedua pihak,
maka dia segera berkata: "Saudara tadi berkata, hanya mencoba lima jurus saja,
tamu boleh masuk, sekarang sudah lewat lima jurus, apakah
sudah boleh membiarkan pendekar Tee Wie lewat untuk
ikut pertemuan?" Tee Wie dan hweesio yang sedang bertarung seru, mana
mau mendengarkan kata Liu Ta-ang. Malah hweesio lain
yang berdiri di pinggir kanan segera menjawab:
"Ini bukan urusanmu, jangan banyak bicara! Sudah lama
aku mendengar nama Ciang-hohiap, aku ingin mencoba
beberapa jurus, apakah betul nama yang tersohor itu dan
bukan menipu halayak ramai didunia ini?"
Ciang-hohiap Liu Ta-ang biarpun umurnya lebih tua dan
pengalaman lebih matang, juga tidak terima sindiran
hweesio itu, maka tanpa pikir panjang lagi, biarlah
bermusuhan dengan Siauw-lim dari pada dipermalukan,
maka dengan tertawa terbahak bahak berkata:
"Aku tidak menyangka bahwa partai Siauw-lim begitu
congkak, aku Liu Ta-ang apakah betul punya nama hanya
untuk menipu halayak ramai kau boleh mencoba jurusku
baru menentukan betul atau tidak!"
Liu Ta-ang melihat lawannya sudah memegang sebatang
'Alu penjinak iblis' dan telah menyaksikan hweesio yang
berduel dengan Tee Wie betul-betul tangguh, maka tanpa
ragu ragu, dia mengeluarkan senjata pribadi 'pedang
pemisah air' Hong-sui-go-bi-ca (Garpu mata angin Go-bi)
menantang hweesio itu. Hweesio itu juga tidak banyak bicara, dia berteriak
sekali, dengan satu jurus Ting-cia-kai-san (Tameng
membuka bunung), langsung memukul kepala Liu Ta-ang,
Dewi KZ 224 Liu Ta-ang sudah siap, tapi mengetahui tenaga senjata itu
sangat besar, dia tidak berani mene-rima langsung, dia
meloncat menghindar serangannya.
Hweesio itu jadi mendapat kesempatan, dia tidak
memberi hati pada lawannya, mengayunkan alu itu
sebanyak lima jurus, kelima jurus itu adalah ilmu inti dari
hweesio itu yang dinamakan Ji-cap-si-hong-lui-cu (dua
puluh empat jurus alu halilintar), tiap jurusnya bertenaga
dahsyat, Liu Ta-ang sambil meloncat dan menghindar baru
lolos dari sapuan dan pukulan alu lawannya, tapi semua
membuat tubuhnya mengeluar-kan keringat dingin karena
terkejut. Liu Ta-ang tetap berpikiran jernih, sambil menghindar
serangan hweesio itu, juga mempelajari jurus lawannya,
setelah melihat beberapa jurus, dia merasa terkejut, ternyata
hweesio yang menyerang Tee Wie, jurus tongkatnya mirip
jurus Siauw-lim, tetapi jurus alu penjinak iblis yang
digunakan hweesio yang berhadapan dengan dirinya sama
sekali bukan jurus Siauw-lim, Siauw-iim-pay adalah partai
ternama, orang luar biarpun belum pernah belajar, bisa
mengetahui juga jurus yang dinamakan jurus Siauw-lim,
maka timbul kecurigaan Liu Ta-ang, maka pikirannya
berputar, lalu menambah tenaga serangan menggunakan
'jurus tusukan membelah sinar'(Hwan-kuang-kian-hoat),
segera mendesak lawannya.
Hwwesio itu merasakan juga tekanan tenaga dari Liu Taang, sekejap dia berteriak lalu mengayunkan1 alu nya
melawan, maka dalam sekejab, tusukan ber-kelebatan,
bayangan alu bagaikan bentuk gunung meng-hadang, kedua
orang yang bertarung masing-masing mengeluarkan
kepandaiannya dengan semangat.
Setelah terlibat dalam duel sepuluh jurus lebih, Liu Taang menggunakan satu jurus Coan-tho-can-ie (Menerobos
Dewi KZ 225 badai menusuk ikan) dari Hu-po-cap-ji kian (Dua belas
tusukan menaklukan gelombang), senjata Liu Ta-ang
menusuk dengan diiringi angin keras menyerang dada
hweesio itu, sambil berteriak bertanya:
"Tumpang tanya kau dari bagian mana di biara, bertugas
diruang mana dan ditingkat apa dibiara Siauw-lim,
memegang jabatan apa?"
Liu Ta-ang ingin menyelidiki dengan tuntas, kedua
hweesio yang mencurigakan, tetapi hweesio dihadapan dia
berkata sambil tertawa berkata:
"Biara Siauw-lim-sie ada tiga ruang besar, dua loteng,
enam kamar, tiga belas halaman, dari bawah kepala biara
terbagi dengan susunan nama angkatan Ih, Goan, Kong,
Leng empat tingkat lebih seratus orang, dan sisa sesepuh
yang telah pensiun, bila aku menyebutkan nama, apakah
kau bisa tahu siapa aku?"
Sambil berkata, jurus alu Oh-liong-cut-in (Naga hitam
keluar dari awan) setelah menutup serangan Liu Ta-ang,
dengan tenaga penuh memukul dari atas.
Liu Ta-ang mendengarkan hweesio itu tahu keadaan
Siauw-lim dengan jelas, kecurigaannya agak berkurang,
maka serangannya agak lambat, sehingga kesempatan ini
digunakan hweesio itu untuk membalas serangan Liu Taang, hampir saja mencelakakan Liu Ta-ang, dengan
pukulan alu itu memaksa dia mundur ke belakang sampai
lima langkah. Tindakan ini membuat Liu Ta-ang marah, dalam hati dia
berkata, 'Kurang ajar, bila aku tidak memberi pelajaran
pada hweesio ini, dikiranya aku orang yang bernama
kosong. Liu Ta-ang segera menggunakan ilmu simpanan
yang jarang digunakan, jurus 'Dua belas tusukan
menaklukan gelombang' berturut-turut dengan tiga tusukan
Dewi KZ 226 berantai menimbulkan satu kilatan sinar yang mengerikan,
bagaikan angin puyuh menerjang bumi.
Hweesio yang mendapat serangan pedang Liu Ta-ang
yang bagaikan ombak besar menerjang gunung, terpaksa
mundur tiga kaki, dan diwaktu itu, dari belakang batu
gunung besar itu keluar lagi dua hweesio dengan dua bilah
golok yang memancarkan dua kilatan sinar dingin, masingmasing menyerang kepala Tee Wie dan Liu Ta-ang.
Orang-orang yang tadi berombongan dengan Tee Wie
dan Liu Ta-ang, mengetahui bahwa dengan tambahan dua
hweesio lagi, Di dan Lu sulit bertahan. Tetapi mereka takut
dengan nama besar Siauw-lim, dan tidak berhubungan
dengan diri sendiri, tidak berani berurusan dengan hweesio
Siauw-lim, karena Ti dan Liu sepanjang perjalanan sangat
sombong, jadi mereka berpangku tangan tidak membantu,
mereka ingin melihat nasib memalukan dari kedua teman
perjalanan. Dua hweesio yang memegang golok, melayang keatas,
tenaga goloknya bagaikan halilintar menerjang kepala Ti
dan Liu, dan Tee Wie, Liu Ta-ang sedang berusaha
menahan kedua hweesio yang dihadapi, sepertinya tidak
bisa membagi tenaga untuk menangkis serangan dari atas.
Dalam detik yang genting itu, teman-teman rombongan
mengetahui keadaan bahaya Tee Wie dan Liu Ta-ang dan
ingin membantu tetapi sudah terlambat selangkah.
Pada saat bersamaan, mendadak terdengar ada suara
bentakan, satu bayangan pelangi terbang dari angkasa,
menebar cahaya bagaikan bunga, membikin orang yang
melihat matanya silau, seperti ratusan cahaya bintang terjun


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebumi, terdengar jeritan ke dua hweesio yang ingin
membokong kedua pendekar Tee dan Liu, tubuh mereka
Dewi KZ 227 jatuh kebelakang batu gunung, nasib mereka entah hidup
atau mati" Suara jeritan yang mengerikan membuat kedua hweesio
yang sedang bertarung dengan pendekar Tee dan Liu
berobah warna mukanya. Mereka bersamaan menggoyangkan tongkat dan alunya, membikin pertahanan
bersama, dan segera mundur kebelakang sekitar lima kaki,
mereka ingin mengetahui jelas nasib teman-nya, dan segera
meloncati batu gunung itu menghilang dari pandangan
semua orang. Suasana ditempat kembali sunyi. Setelah sinar pelangi
hilang semua orang dilokasi pertarungan baru melihat jelas
yang membantu Tee Wie dan Liu Ta-ang adalah seorang
anak gadis sekitar lima belas atau enam belas tahun yang
cantik, berbaju putih dengan rambut diikat lingkaran bunga
putih dari kain wool seperti sedang berkabung, dan tangan
gadis itu memegang satu busur panah, sinar cahaya bagai
pelangi atau cahaya bintang waktu tadi ternyata keluar dari
ujung busur ini. Tee Wie dan Liu Ta-ang mengetahui bahwa bila bukan
gadis ini yang membantu, mereka berdua tentu akan mati
diserang empat hweesio itu, maka mereka bersamaan
menghampiri dan mengucapkan terima kasih.
Gadis yang memegang busur itu seperti memendam rasa
kesedihan yang kelihatan dari alis dan mukanya, tidak
memperdulikan kata terima kasih kedua orang itu, hanya
dengan suara lembut bertanya:
"Kalian juga ingin ikut dalam pertemuan Siauw-lim, apa
kalian tahu jalan ke biara Siauw-lim" Bisa antar aku
kesana!" Kata kata gadis itu tidak sopan, tetapi Tee Wie dan Liu
Ta-ang terpesona oleh kecantikan gadis ini dan merasa dia
Dewi KZ 228 telah menolong mereka, maka tidak memandang rendah
gadis itu bersamaan berkata:
"Aku antar! Aku antar!"
Setelah ke empat hweesio hilang ke belakang batu
gunung itu, tidak ada orang lagi yang menghadang mereka,
Tee Wie dan Liu Ta-ang mengapit gadis itu dikiri dan
kanan menuju puncak Siauw-su
Yang-ciang Tee Wie sangat hormat dan kagum pada
gadis ini, hilang sudah sifat angkuh yang biasa diperlihatkan
oleh dirinya, dengan suara lembut sambil berjalan dia
berkata: "Tidak di sangka bahwa partai Siauw-lim begitu kurang
sopan, bisa menyuruh orang untuk menguji ilmu orang lain,
ingin membikin malu orang-orang, sampai menggunakan
tindakan membunuh, entah apa maksud mereka?"
Sepertinya gadis yang memegang busur itu banyak
pikiran dalam benaknya, mengkerutkan alis cantik, hanya
berjalan mengikuti Ti dan Liu, tidak mendengarkan kata
kata Tee Wie. Tee Wie melihat dari pinggir dan takut
mengganggu dan membikin risau gadis itu, dia segera tutup
mulut, diam diam men-dampingi gadis itu menuju puncak
Siauw-su. Rombong-an yang lain mengikuti mereka dari
jauh. Sepanjang jalan jadi lancar tanpa ada gangguan, sampai
di pinggir puncak Siauw-su, berlarian dua orang calon
hweesio dengan cepat dan lincah menghampiri mereka
bertiga. Tee Wie menduga dua orang calon hweesio itu juga
menghadang jalan, maka dia memusatkan tenaga dalam
dan berteriak: "Berhenti!" Dewi KZ 229 Kedua calon hweesio itu terkejut dan berhenti, mereka
merasa terkejut kenapa orang ini kurang sopan, tetapi
setelah dapat pesan dari ketua partai bahwa tamu tamu
yang datang dipertemuan hari ini adalah tamu tamu agung,
tidak boleh disepelekan, maka mereka memberi salam
tangan Budha didepan dada, berkata dengan sopan:
"Aku dapat perintah dari ketua, spesial menjemput tamu
agung!" Ciang-hohiap, Liu Ta-ang bertindak lebih hati-hati,
melangkah maju kedepan dua langkah, berkata: "Dimana
ketua kalian?" Kedua calon hweesio itu berkata:
"Ketua kita sedang menjamu tamu diruang pertemuan,
guru penjemput tamu sedang menunggu kalian didepan
pintu gunung, biar aku jalan didepan menuntun kalian!"
Habis bicara, mereka berbalik badan dan berjalan cepat
menuju pintu gunung, rombongan orang-orang mengikuti
dari belakang, berjalan sekitar satu li, sampai didepan satu
bangunan biara yang megah.
Tee Wie dan Liu Ta-ang yang sepanjang jalan
meremehkan partai Siauw-lim, sekarang setelah melihat
nama Biara Siauw-lim diatas pintu tiga kata dari warna
mas, masing-masing merasa tertegun, dan fakta berkata
bahwa biara yang masyur ini, telah ratusan tahun
menggetarkan dunia persilatan, tiap orang dikalangan
pesilat selalu memberi hormat pada partai Siauw-lim, hanya
gadis baju putih itu seperti tidak melihat nama papan itu,
tetap dengan angkuh masuk pintu biara.
Di depan pintu berdiri seorang hweesio tua yang
berjubah kuning, menghampiri mereka di dampingi empat
Dewi KZ 230 calon hweesio muda, hweesio tua itu dengan kata O-mi-tohud sambil tersenyum berkata:
"Pinceng Hong Ih, mendapat perintah dari ketua ,
menjemput tamu disini!"
Liu Ta-ang adalah orang yang berpengalaman, melihat
hweesio Ih wajahnya ramah, bermata sopan, sikap damai,
dan empat calon hweesionya bermuka sopan, sangat
disiplin. Berbeda jauh dengan empat hweesio yang sadis
tadi, dalam hati timbul lagi rasa curiga, sekarang setelah
mendengar nama Hong Ih yang seangkatan dengan ketua
partai yang menjemput mereka, maka dia segera maju
kedepan dua langkah, sambil memberi hormat, berkata
dengan tersenyum: "Ternyata guru pengawas biara, kami merasa tersanjung,
aku Liu Ta-ang, dan ini adalah murid Ouwyang Sian-seng
dari Go-bi-pay bernama Tee Wie, dan ini......"
Memperkenalkan gadis yang memegang busur itu, Liu
Ta-ang sendiri juga belum tahu siapa nama dan marga apa,
jadi tidak bisa melanjutkan berkata, dan gadis itu seperti
tidak menaruh dihati, tidak memper-dulikan cerita Liu Taang, membuat Liu Ta-ang yang berpengalaman juga
terdiam. Beruntung Hong Ih Taysu bijaksana, segera dengan
tertawa berkata: "Ternyata Ciang-hohiap Liu Ta-ang dan Tee-siauhiap
dari Go-bi, maafkan aku baru kali ini bertemu, dan
persilahkan teman-teman yang lain sama-sama masuk
kedalam biara." Semua anggota rombongan berduyun-duyun mengikuti
Hong Ih Taysu masuk kedalam pintu biara, melalui satu
halaman tiba disatu ruangan samping.
Dewi KZ 231 Didalam ruangan iru sudah datang kurang lebih dua
puluh orang, masing-masing duduk dibeberapa bangku.
Satu orang hweesio tua yang berjubah putih dengan bulu
alis putih dan mata agak tertutup meng-hampiri rombongan
orang itu, dengan suara nyaring berkata:
"Tamu datang dari jauh, mohon maaf bila aku menerima
kalian disini." Lalu Hong Ih Taysu memperkenalkan pada tamu yang
baru datang, semua orang baru tahu bahwa hweesio itu
adalah Hong-tiang dari Siauw-lim yang tersohor di dunia
persilatan yang nama besarnya adalah Kian Ih Taysu.
Liu Ta-ang memberi hormat pada Kian Ih Taysu dan
berkata: "Kita sekalian mendapat surat undangan yang tertera
nama-nama ketua dari Siauw-lim-pay, Bu-tong-pay, Wie
Tiong-hoo lohiap, masa tidak akan datang?"
Kian Ih Taysu menghela nafas sebentar dan berkata
dengan senyum: "Pinceng orang biasa, karena dibimbing Budha masuk ke
biara, selama lima puluh tahun membaca alkitab dibawah
sinar lampu, memperdalam ilmu agama, biar pun belum
bisa menghilangkan hati marah dan jengkel, dan tidak
berani memberi kesulitan pada kalian, karena masalah ini
berhubungan dengan kelangsungan hidup dunia persilatan,
terpaksa Pinceng mengundang kalian kesini."
Liu Ta-ang berhadapan dengan Kian Ih Taysu dengan
muka ramah dan berwibawa, sudah merasa kagum dalam
hati, dan berobah pandangan merendah-kan Siauw-lim, dia
memberi hormat pada Kan Ih Taysu dan berkata dengan
sungguh-sungguh: Dewi KZ 232 "Hong-tiang dari Siauw-lim begitu memperhati-kan nasib
dunia persilatan, bersama pendekar lain mengundang jagojago silat, ini adalah pekerjaan yang mulia dan
berpandangan luas, niat yang mulia itu seharusnya
dihormati orang banyak!"
Semua orang yang sudah berada diruangan itu
bersamaan berdiri mengenalkan diri, termasuk nama yang
turut mengundang ketua Bu-tong-pay Soat-song To-tiang,
Liu Ta-ang melirik tamu yang lain, tapi tidak menemukan
dua orang lagi yang turut mengundang yaitu Wie Tionghoo lo-jin dan pendekar Gan Cu-kan.
Mengingat kejadian tadi yang membuat Yang-ciang Tee
Wie yang hampir dipermalukan, hatinya masih merasa
tidak senang, sekarang setelah bertemu dengan tuan rumah
Kian Ih Taysu, amarahnya jadi timbul kembali, dia berkata
dengan dingin: "Aku telah lama mendengar nama harum partai Siauwlim, tapi setelah hari ini bertemu ternyata berbalik dengan
fakta, Kian Ih Taysu ternyata seorang yang bersifat angkuh
seperti orang biasa, dan tidak mau menerima kehadiran
orang lain!" Kian-Ih Taysu tahu Tee Wie adalah murid pertama dari
Go-bi-pai, dan sekarang berkata begitu, dia jadi bengong
sebentar, lalu memandang Liu Ta-ang ingin mengetahui
sebabnya. Melihat sikap Kian Ih Taysu dan kecurigaan terhadap
empat hweesio yang menghadang dijalan tadi, Liu Ta-ang
sudah menyadari tentang kejanggalan itu, maka dia segera
menceritakan kejadian tadi pada semua orang.
Kian Ih Taysu mendengarkan cerita itu dengan tenang,
tidak tampak rasa terkejut, dia berkata dengan tenang dan
sopan: Dewi KZ 233 "Ini masalah yang mencurigakan, biara kita punya nama
di dunia persilatan karena punya ilmu silat, tetapi seperti
biara lain, memberi kebebasan buat semua orang untuk
sembahyang pada Budha, belum pernah ada pos penjagaan,
dan pintu gunung biara juga ada diluar sejauh tiga li, bila
bukan ada pertemuan penting hari ini, anak didik kita tidak
boleh sembarangan meninggalkan tempat tanpa perintah
ketua. Hweesio hweesio yang tadi menghadang kalian
kemungkinan menyalah gunakan nama biara kita, untuk
merusak persahabatan kita, dan ada satu kata yang tidak
malu dikatakan bahwa tidak ada hweesio biasa kita yang
ilmunya bisa melawan kalian berdua Liu-tayhiap dan Teesiauhiap."
Perkataan Kian Ih Taysu sangat masuk akal, Soat-song
Cinjin ketua dari Bu-tong-pay turut berkata:
"Hal ini sangat mencurigakan, sebab pertemuan kita
adalah untuk minta saran pikiran dan tenaga semua orang
menghadapi musuh besar, tidak mungkin mencari
perselisihan. Dan kebiasaan partai Siauw-lim berbuat selalu
terbuka, tidak mungkin membuat tindakan yang bodoh itu,
menurut pendapat aku, empat hweesio yang mencurigakan
itu kemungkinan suruhan Jian-kin-kau untuk mengganggu."
Gadis baju putih itu sejak masuk ruangan tetap berdiri
disana tanpa gerakan. Semua percakapan orang orang
seperti tidak didengar, mukanya tetap dingin.
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin bukan orang biasa,
dari awal sudah memperhatikan tingkah laku gadis itu,
dalam hati mereka merasa gadis itu bukan sembarang
orang. Kebetulan Giok Ih Taysu baru masuk dari luar,
melihat gadis baju putih itu segera menghampiri dan
bertanya: Dewi KZ 234 "Nona muda sudah datang, kenapa Gin-hoat-lo-jin Wie
Tiong-hoo belum juga datang?"
Ternyata gadis baju putih ini adalah cucu dari Wie
Tiong-hoo... Siau-cian, mendengar pertanyaan dari Jie Ie
Taysu mengenai kakeknya, Siau-cian menjawab dengan
hormat: "Kakek berpisah dengan aku sudah beberapa hari,
dimana jejak kekek, aku belum tahu!"
Ketua Siauw-lim-pay Kian Ih Taysu yang sudah tahu
asal usul busur yang dipegang Siau-cian, dengan salam
Budha berkata: "Tumpang tanya hubungan apakah tuan Giok-kiong
Giok Kang-tong dengan anda?"
Muka Giok Siau-cian berobah sedih, air matanya hampir
saja keluar dia berkata: "Giok Kang-tong adalah ayahku, aku anak tunggal
beliau, Siau-cian!"

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kian Ih Taysu sangat berpengalaman, sudah lama tahu
berita tentang kematian tiga pendekar wahid Giok-kiong,
In-kiam dan Lui Kie, melihat Siau-cian sangat sedih, begitu
ditanya tentang ayahnya, maka dia segera membelokan
perkataan, mempersilahkan tamu tamu masuk ruangan.
Lalu datang lagi orang-orang yang berdandan macammacam, orang-orang itu ada yang jubah panjang, baju
pendek, godek panjang, kumis pendek, macam-macam
roman muka, tua muda laki perempuan komplit. Tee Wie
dan Liu Ta-ang melirik tamu-tamu itu dan mengenali
beberapa orang ternama, dari partai Kun-lun ada pendekar
Tuo-ci-kong (laki-laki berjari banyak) Hun San-kiau yang
seangkatan dengan ketuanya, dari Hoa-san-pay Biauw-tie
sinni, Hoai-sang-it-ho (orang berbakat tinggi dari Hoai)
Dewi KZ 235 Shangguan Leng, ketua partai dari Heng-san-pai, Cuan Taikwie dan ketua biara Cu-sia Thi-koan Tojin dan lain-lain
orang. Mata Kian Ih Taysu melihat tamu-tamu di sekeliling
berkata: "Kalian datang dari jauh, mungkin sudah lapar, silahkan
duduk dulu." Semua tamu duduk ditempat yang telah disedia-kan,
semuanya lima puluh orang duduk di delapan meja.
Karena Yang-ciang (Pendekar telapak Yang), Tee Wie
mewakili ketua Go-bi-pay, maka bisa duduk bersama
dengan ketua Kun-lun-pay Hun San-kiau, Biauw-tie sinni
dari Hoa-san-pay, ketua Heng-san-pai, Cuan Tai-kwie,
Siau-cian adalah turunan Giok-kiong, dia datang bersamaan
dengan Tee Wie, otomatis duduk di samping Tee Wie,
membuat Tee Wie sangat gembira.
Tidak lama kemudian, hweesio-hweesio muda telah
mengeluarkan botol arak dan sayur di masing- masing meja,
menu sayur vegitarian dari Siauw-lim sangat tersohor,
makanan ini dibuat demikian menarik hingga mengundang
selera makan. Hong-tiang Siauw-lim Kian Ih Taysu dan Soat-song
Cinjin beberapa orang yang namanya tercantum di surat
undangan, membagi tugas, masing-masing duduk di meja
tamu yang berlainan, begitu makanan sudah siap disantap,
di meja utama Kian Ih Taysu mengangkat gelas arak
berkata: "Terima kasih atas kedatangan kalian dari jauh untuk
memenuhi undangan kami, aku mewakili teman-teman
dengan segelas arak tawar ini, memberi hormat pada
kalian!" Dewi KZ 236 Semua tamu berdiri, masing-masing mereguk habis arak
di gelasnya. Kian Ih Taysu mengajak tamu-tamunya ber-sulang lagi,
tanda terima kasih atas kedatangan tamu-tamu atas
undangannya. Tamu-tamu meminum habis juga gelas arak yang kedua,
dan memandang tuan rumah yang mengundang mereka,
selain kakek Wie Tiong-hoo dan pendekar Gan Cu-kan
yang belum datang, ketua Bu-tong-pay Soat-song Cinjin
yang telah dikenal oleh semua orang, dan yang telah dilukai
oleh Jian-kin-kau sehingga menjadi lumpuh Thi-koan Tojin
dan satu orang lagi yang diperhatikan tamu-tamu adalah
seorang yang pintar meramal dan berpendidikan tinggi,
bernama Sin-ki-siucay (Sastrawan peramal jitu) Cukat
Hiang. Kian Ih Taysu setelah meneguk habis arak itu,
memandang jago-jago silat disekeliling meja, berkata lagi:
"Aku dengan rekan-rekan mengundang kalian datang
kesini, saudara-saudara pasti sudah tahu maksud nya. Sebab
akhir-akhir ini didunia persilatan telah muncul satu aliran
yang bernama Jian-kin-kau, sebuah organisasi besar tetapi
tindakannya jahat sekali, apa yang mereka perbuat selalu
menggunakan akal licik, jejaknya pun rahasia, kadang
timbul kadang hilang, susah ditebak, dalam satu bulan ini,
mulai dari peristiwa di biara Cu-sia, sudah banyak temanteman persilatan diganggu dan dilukai, dari informasi yang
dapat dikumpulkan, orang-orang aliran ini berilmu tinggi
dan mahir menggunakan segala macam racun, juga tidak
menampakan muka aslinya. Setelah melukai teman-teman
persilatan dengan kejam, selalu meninggalkan kain putih
bertuliskan peringatan berdarah dengan kata-kata: '
Dewi KZ 237 "Empat jagoan wahid sudah habis, Jian-kin-kau berjaya,
yang ikut kita selamat, yang melawan kita mati,
bergabunglah dengan Jian-kin-kau!" Tindakan sadis
mereka, bila tidak cepat dicegah, semua teman-teman di
dunia persilatan tidak akan bisa tentram!"
Ketua Bu-tong-pay, Soat-song Cinjin juga ikut berbicara:
"Sudah setengah bulan, teman-teman yang telah dibunuh
oleh mereka adalah, tujuh belas hweesio di biara Cu-sia,
Thi-koan Tojin dibuat lumpuh dan belum pulih, sesepuh
aliran Heng-san, tuan Po, tiga saudara tuli she Sung, dan
teman-teman lain kurang lebih dua puluh orang juga mati
tanpa jelas sebabnya. Pendekar Gan Cu-kan yang
menyelidiki Jian-kin-kau sendirian hampir sebulan belum
ada beritanya, adik perguruan kita Ku-cu bersama tiga
murid pergi ke selatan Tiang-kang untuk menyelidiki sudah
beberapa hari, juga tidak sempat pulang mengikuti rapat
hari ini." Semua kejadian itu bukan hal yang kebetulan, dan
teman-teman yang tadi diserang oleh hweesio-hweesio yang
menyamar menjadi hweesio Siauw-lim juga kemungkinan
orang-orang mereka, jadi Jian-kin-kau sudah menyebarkan
banyak anak buahnya, siap masuk dalam segala
kesempatan. Peristiwa di biara Cu-sia semua orang sudah tahu, tetapi
kejadian menyamar hweesio Siauw-lim, baru pertama
mendengar, sehingga tamu di setiap meja berbicara bisikbisik, semua merasa terkejut.
Orang yang dinamakan Peramal jitu (Sin-ki-siucay)
menggoyangkan kipas ditangannya, lalu berdiri dengan
berseri-seri berkata: "Pertemuan hari ini adalah mengumpulkan saran-saran
semua orang, berunding bagaimana cara menghadapi JianDewi KZ
238 kin-kau, tetapi bila ada orang mereka yang menyamar
diantara tamu-tamu kita, rencana kita yang matang pasti
gagal total, dan usaha yang akan digunakan juga akan sia
sia!" Sambil bicara, kedua matanya memandang semua tamu,
dari mula sampai rapat mau berlangsung dia diam-diam
duduk disatu sudut ruangan meneliti dengan hati-hati tamutamu yang masuk, dan sekarang dia telah menemukan satu
sasaran yang dicari. Ketua Siauw-lim-pay tahu Peramal jitu ini umurnya baru
empat puluh tahunan, tetapi banyak membaca buku, sangat
pintar, orang yang pintar meng-hadapi segala perubahan
tidak pernah gagal, dia berkata begitu pasti bukan kata-kata
kosong, maka dia berkata dengan hati-hati:
"Cukat-tayhiap bila ada orang yang mencuriga-kan,
silahkan tunjukan!" Peramal jitu tersenyum sejenak, tanpa bicara, pelanpelan melangkah, mengelilingi meja-meja perjamu an,
tamu-tamu dibikin terkejut oleh ucapan dia, masing-masing
melirik meja sebelahnya, apa ada orang asing yang
mencurigakan, Cukat Hiang dengan santai ber-salaman dan
bergurau dengan tamu-tamu yang sudah kenal.
Semua jagoan diruangan tidak tahu dia mau 'jual obat'
apa didalam Hiolonya, mata mereka mengikuti tubuh
Cukat Hiang dan menaruh curiga pada orang yang ditanyai
oleh Cukat Hiang. Setelah melewati empat meja, dia kembali lagi ke meja
depan pertama, mendadak dengan tersenyum dia bertanya
pada seorang pemuda yang mengenakan baju hitam:
"Sobat Hong! Guru anda apa baik-baik saja?"
Dewi KZ 239 Semua orang menaruh salut pada Cukat Hiang, karena
yang dinamakan tuan Hong adalah murid kesayangan Bu
Ki, Ting Ta-hong baru keluar dari perguruan dan mewakili
gurunya datang pada pertemu-an ini, Cukat Hiang
mengenali orang ini hanya mendengarkan sekali saat Hong
Ih Taysu memperkenal-kan tamu yang baru masuk pada
ketua Siauw-lim-pay. Semua orang menilai Cukat Hiang
lebih teliti dari orang lain.
Anak muda yang dipanggil tuan Hong berdiri dengan
tenang menjawab: "Guru sehat seperti biasa terima kasih atas perhatian
anda, tetapi sebelum berangkat guru berpesan pada aku
untuk titip salam pada Lo-cianpwee, tapi tidak
menyebutkan nama Cukat-tayhiap, boleh tanya apakah
Cukat-tayhiap pernah bertemu muka dengan guru" Atau
karena tergesa-gesa guru lupa pada nama anda" Aku
mewakili guru mohon maaf!"
Diantara tamu-tamu yang tahu aturan, setelah
mendengarkan kata-kata tajam anak muda ini, yang ingin
membuktikan bahwa dia telah mendapat perintah dari
gurunya, merasa aneh atas perkataan Cukat Hiang pada
dirinya, dan sebaliknya membalas pada Cukat Hiang yang
tidak ada hubungan dengan gurunya, tapi kata salam dari
Cukat Hiang itu ada maksud lain.
Cukat Hiang sangat bijaksana, biarpun telah
dicemoohkan oleh anak muda ini, dia tidak marah sama
sekali dan masih tersenyum bertanya lagi:
"Betul juga, aku Cukat Hiang memang belum pernah
bertatap muka dengan guru anda, tetapi teman lamaku
sangat dekat dengan guru anda, entah dia masih sering
datang tidak?" Dewi KZ 240 Anak muda itu tercengang sejenak, dan segera berobah
tenang lagi, menjawab dengan tenang:
"Aku telah ditunjuk oleh guru banyak berlatih di tempat
latihan untuk memperdalam ilmu, maka teman-teman guru
yang berkunjung kerumah guru tidak tahu jelas!"
Cukat Hiang mendadak tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Baik! Baik! Baik! Aku Cukat Hiang ingin mengetahui
ilmu telapak Bu Ki pada hari ini!" dan dengan segera
menggunakan tangan kirinya menceng-kram anak muda
Kong itu. Tapi ternyata anak muda itu telah waspada, dia
menghindar dengan cepat, tidak bergeser dari posisi duduk,
dia menendang nadi Tan-tian Cukat Hiang.
Karena menguasai ilmu tinggi, Cukat Hiang menghindar
tendangan itu, dengan cepat mencengkram tangan kiri anak
muda itu, tapi lawannya merendahkan posisi tangan,
hingga terlepas dari jangkauan lima jari Cukat Hiang,
kemudian meloncat kedepan, menyerang dada Cukat
Hiang. Pesilat pesilat tangguh dari dunia persilatan yang
menyaksikan sudah mengetahui jurus yang digunakan anak
muda ini bukan jurus Bu Ki, mereka makin salut pada
Cukat Hiang atas tindakan yang ingin membuktikan bahwa
anak muda itu asli atau palsu muridnya Bu Ki.
Cukat Hiang yang mendapat perlawanan anak muda itu,
tidak menghindar malah maju lagi, dengan kipas yang
ditangan kanan dia menahan serangan telapak lawannya,
tangan kirinya menggunakan jurus mengunci naga, dengan
cepat mencengkram tangan atas anak muda itu. Ternyata
anak muda itu betul-betul punya kepandaian lumayan,
tubuhnya bergoyang dan telah menghindari serangan kipas
dan tangan kiri dari Cukat Hiang.
Dewi KZ 241 Cukat Hiang tercengang sejenak, berkata: "Anak muda!
Ternyata ilmu silatmu tinggi." Dia lalu mendorong sebelah
telapak tangannya, Cukat Hiang dianggap punya kepintaran
sangat tinggi, dan ilmu silatnya juga sejajar dengan guruguru perguruan empat partai, dibawah tontonan banyak
orang, setelah mengeluarkan berapa jurus, masih bisa
dihindari oleh anak muda yang belum ternama, timbul
amarahnya, maka serangan ini telah menggunakan tujuh
puluh persen tenaganya, serangannya sangat dahsyat, anak
muda itu terpaksa menerima serangan itu dengan telapak
tangan. Dua tenaga bertemu, anak muda ini terdesak
hingga mundur tiga langkah, hampir saja menabrak orang
yang duduk debelakang meja.
Cukat Hiang dengan tertawa sinis sekali, segera mengejar
lawannya, hanya dengan tangan kiri secara berantai
menyerang tiga jurus, tiga jurus yang cepat seperti arus
listrik, membuat anak muda itu terdesak kelabakan.
Cukat Hiang tidak memberi waktu luang, tangan kirinya
lagi-lagi memukul dua jurus, mendesak anak muda itu
seperti lampu kuda berputar-putar tanpa arah, dan
terdengar satu bentakan dari Cukat Hiang, dia merobah
telapak tangannya jadi cakaran, kuncian lima jarinya
menangkap tangan kanan lawan, bersamaan itu kipas yang
dipegang tangan kanan menepuk jatuh setumpukan jarum
perak yang ingin dilayangkan oleh anak muda itu, dibawah
sinar lilin terlihat jarum-jarum itu berwarna biru, tentu saja
jarum kecil yang seperti bulu sapi itu telah dilapisi racun.
Dengan tertangkapnya orang jahat, semua tamu merasa
lega, semua berpikir bila orang itu telah diinterogasi tentu
akan mengatakan rahasia Jian-kin-kau, ternyata anak muda
yang dipanggil Hong itu mukanya berobah, keringat
bercucuran di kepala jatuh ke bawah lantai, baru saja dalam
hati Cukat Hiang berkata celaka, segera dia menotok nadi
Dewi KZ 242 pingsan anak muda itu, sayang sudah terlambat, saat
jarinya menyentuh titik nadi anak muda itu, muka orang itu
sudah berobah warna, sudah mati seketika.
Cukat Hiang segera meneliti seluruh tubuh anak muda
itu, segera dia menemukan satu jarum perak yang
tersembunyi diikatan rambut kepala orang itu, jarum itu
persis seperti yang dilantai, hanya lebih kecil.
Semua orang didalam ruangan adalah orang orang yang


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpengalaman di dunia persilatan, tahu bila bertindak
ceroboh, pasti memberi kesempatan musuh yang ada di
tempat gelap, maka semuanya diam ditempat seperti tidak
terjadi apa apa, jadi sepintar apa pun Cukat Hiang, tidak
dapat menemukan orang yang dicurigakan lagi di antara
tamu-tamu itu. Cukat Hiang sangat cerdik dan hati-hati, bila tidak pasti
dia tidak akan bertindak, maka dia tersenyum sekali dan
berkata pada Kian Ih Taysu:
"Harap maafkan tindakanku yang ceroboh, kejadian ini
membuat tempat suci Budha ini jadi berbau amis darah."
Kian Ih Taysu merapatkan kedua telapak tangan-nya
sambil mengucapkan "O-mi-to-hud" dan berkata:
"Tidak marah, tidak pikiran bercabang, tidak pikirkan
diri sendiri, tidak robah roman muka, adalah ilmu paling
tinggi aliran Budha, aku sudah diincar iblis, biara kita tidak
luput dari hawa amis darah, aku berharap sesudah
pertemuan hari ini, teman-teman persilatan bisa bergotong
royong menghadapi Jian-kin-kau, menyelamatkan bencana
dunia persilatan, menyela-matkan nyawa yang tidak
berdosa di dunia ini, aku siap bersemedi dalam gua sepuluh
tahun untuk menanggung dosa di hadapan Budha!"
Hoai-sang-it-ho Shangguan Leng mendadak ikut bicara:
Dewi KZ 243 "Pandangan jauh ketua, Shangguan Leng sangat kagum,
di dunia persilatan sudah lama mengetahui keahlian
peramal ajaib, hari ini kepandaiannya telah membuat
banyak orang turut kagum, tetapi aku ada satu hal yang
tidak mengerti, kenapa Cukat-heng bisa memastikan orang
ini adalah mata-mata dari pihak lawan?"
Semua orang juga punya pikiran itu, hanya tidak berani
bertanya, sekarang setelah diutarakan oleh Shangguan
Leng, semua orang jadi bersemangat mem-buka kuping
untuk mendengarkan penjelasan.
Cukat Hiang tersenyum dan berkata:
"Hal ini sangat sederhana, semua orang bila dengan teliti
perhatikan, akan mengetahui lebih banyak persoalan tiap
partai, pasti tidak sulit mengetahui seluk beluk tiap partai!"
Shangguan Leng berkata lagi:
"Kita ingin mengetahui lebih jelas!"
Cukat berkata: Hiang menggoyangkan kipas ditangannya, "Aku datang kepertemuan ini sudah menaruh perhatian
khusus, menjaga jangan sampai ada mata-mata menyamar
masuk, tiap orang yang masuk ke ruangan ini telah diteliti
dengan cermat, memperhatikan tingkah laku dan ucapan
orang ini mengaku murid Bu Ki, dia menyebut nama guru
begitu hormat, bila bagi murid partai lain mungkin ini
adalah hal yang biasa, tetapi aku mengetahui tuan Bu Ki
sangat akrab dengan murid-muridnya, tidak mau terikat
dengan status guru dan murid, jiwanya sangat terbuka,
tidak dengan kekerasan mendidik muridnya, dan muridmurid mereka tidak terlalu serius bila diucapkan nama guru
mereka oleh orang lain, jadi orang ini mengundang
kecurigaan aku......."
Dewi KZ 244 Cukat Hiang berhenti sejenak, berkata lagi: "Tadi aku
takut mencelakakan orang baik, maka dengan pertanyaan
bohong mencoba lagi, ternyata orang ini sangat licik,
sampai mengatakan bahwa tuan Bu Ki tidak pernah kenal
dengan aku. Tetapi orang ini juga tidak yakin seratus persen
sehingga kata-katanya bersifat dua kemungkinan, aku tahu
bahwa semua orang di dunia persilatan telah mengetahui
tuan Bu Ki sudah bermukim jauh dipinggiran negara bagian
barat dan tidak pernah ke Tionggoan, dan aku tinggal di
tenggara, jarang pergi ke barat laut, orang yang mengetahui
soal dunia persilatan, tidak susah untuk mengatakan bahwa
aku tidak kenal tuan Bu Ki. Dan aku tidak menyuruh
dengan kata yang dibuat buat, ternyata orang ini tertipu,
harap tahu bahwa yang tadi aku tanya nama itu adalah
nama samaran tuan Bu Ki, teman-teman dunia persilatan
jarang ada yang tahu, aku punya kebiasaan mengumpul-kan
barang-barang emas dan permata, buku-buku dan lukisan,
pernah tahu bahwa tuan Bu Ki memberi hadiah lukisan
kaligrafi dengan nama samaran Hoat Ih, bila orang lain
tidak tahu itu tidak aneh, masa murid kesayangan tidak
tahu nama samaran gurunya!"
Shangguan Leng mengacungkan jempol memuji Cukat
Hiang dan berkata: "Sungguh nama peramal jitu pantas buatmu, kau bilang
mudah, tetapi di dunia ini siapa lagi yang bisa seperti
dirimu, teliti, pengetahuan luas! Aku betul betul salut pada
kau!" Semua orang juga turut salut pada Cukat Hiang, dan
saling bertukar ucapan sanjung.
Kian Ih Taysu mengucapkan O-mi-to-hud pelan dan
berkata: Dewi KZ 245 "Aku sedang kuatir, bila bukan tuan Cukat teliti sekali,
mata-mata ini mungkin susah diketahui dalam waktu
pendek." Cukat Hiang membalas dan memberi hormat atas kata
kata sanjungan dengan menggunakan kipas yang terbuka,
berkata: "Kebetulan dengan cara sederhana bisa berhasil nyata,
jangan dibesar besarkan! Tetapi, kejadian ini, aku
memikirkan beberapa soal yang mengkhawatirkan!"
Soat-song Cinjin sudah lama mengetahui Cukat Hiang
punya kelebihan dari orang lain, ramalannya selalu tepat,
maka segera bertanya: "Apa lagi yang tuan Cukat ketahui, silahkan diuraikan
biar lebih jelas!' Dalam hati Cukat Hiang berpikir, 'keadaan sekarang,
banyak mulut bisa menimbulkan macam-macam akibat,
lebih baik hati-hati", maka setelah ragu ragu sejenak dia
berkata: "Pendapat aku begini, satu, orang ini saja bisa
mengetahui banyak urusan perguruan Bu Ki, jadi
kemungkinan mereka telah menangkap murid asli tuan Bu
Ki dan dengan cara kejam memaksa korbannya membuka
rahasia, aku pikir murid utama tuan Bu Ki mungkin sudah
dibunuh. Kedua, orang ini pasti suruhan Jian-kin-kau, dari
pernilaian orang ini tentang ilmu, kecerdikan dan
keberanian, bisa dilihat Jian-kin-kau banyak orang pandai
dan banyak akal liciknya, dengan bervariasi, mencari celahcelah untuk masuk, jadi aku akan menambah kewaspadaan.
Ketiga, orang ini mati karena serangan racun mendadak,
melihat sekeliling bangunan jika jarumnya melayang datang
dari luar ruangan, kemungkinannya sangat tipis,
pendapatku, orang yang mengeluarkan jarum racun itu
Dewi KZ 246 masih menyelinap diantara tamu-tamu, dia pasti adalah
mata mata dari Jian-kin-kau, tapi harap dimaafkan, sebab
aku tidak dapat mengenal dan menuduh dia sebagai
pembunuh!" Kejadian itu semua orang menyaksikan sendiri dan
semua juga tahu, tetapi dengan penjelasan Cukat Hiang itu
membuat setiap orang jadi waspada, diam-diam melihat
orang yang duduk semeja atau sebelahnya, tindakan itu
membuat suasana pertemuan jago-jago agak ribut, semua
orang merasa keamanan dirinya jadi terancam.
Hoai-sang-it-ho Shangguan Leng punya reputasi sangat
tinggi di dunia persilatan, sifatnya pun sangat terbuka dan
ramah, dia tertawa sejenak dan berkata:
"Setelah mendapat peringatan dari saudara Cukat, maka
aku lebih berhati-hati. Ada satu perkataan yang mohon
dimaafkan oleh teman-teman, bahwa kejadian ini, selain
ketua Siauw-lim-pay, Bu-tong-pay, dan saudara Hun dari
Kun-lun-pay, Hoa-san-sin-ni dan saudara Cukat yang dapat
aku percaya, juga ketua biara Cu-sia yang telah dilukai oleh
Jian-kin-kau merupakan satu fakta membuat aku mesti
waspada. Dan teman-teman disini, bila aku dicurigai anda
sekalian juga hal yang wajar, aku juga tidak akan marah!"
Kata-kata Shangguan Leng yang bercampur benar dan
bohong, serius dan humor yang keluar dari mulut pendekar
termasyur itu tidak mengundang marah tamu-tamu, malah
semua orang dibikin tertawa keras, tetapi sesudahnya
semua orang dibuat lebih waspada.
Saat itu mendadak datang seorang hweesio dari luar,
setelah memberi hormat pada guru Kian Ih dan berbisikbisik entah apa yang dibicarakan, kemudian segera pergi
lagi. Dewi KZ 247 Kejadian itu mendapat perhatian tamu-tamu, mereka
menujukan mata pada tubuh Kian Ih Taysu, karena mereka
ingin tahu kejadian apa yang membuat hweesio itu datang
dan pergi lagi begitu tergesa gesa.
Kian Ih Taysu setelah memandang semua tamu dan
berkata pelan-pelan: "Sekarang diluar pintu gerbang telah datang empat tamu
yang tidak diundang, memaksa ingin ikut rapat, aku tidak
berani ambil putusan......mereka adalah Lam-mo (Iblis dari
selatan) Kauw Ki-koan, Tong-hai-to-liong (Naga bungkuk
dari laut timur) Cia Houw-ciat, Bu-ih Taysu dari gunung
Thian-tai, Coa-sim-cu-kat (Orang pintar berhati ular)
Kongsun Pau dari propinsi Sie-kiang."
Semua pendekar saling pandang dengan tercengang,
sebab empat orang iblis ini tidak ada hubungan dengan
aliran persilatan, malah kadang-kadang ada yang
bermusuhan dengan mereka, kenapa hari ini bisa datang,
tampaknya punya niat tidak baik.
Hoai-sang-it-ho Shangguan Leng cepat berkata sambil
berteriak: "Apa iblis iblis dari aliran luar tidak bercermin sendiri,
kok berani berkata ingin ikut rapat, ketua partai tidak perlu
minta persetujuan dari kita orang, turunkan perintah,
mereka dilarang masuk, mereka bagaimana menjawabnya?"
Peramal cerdik Cukat Hiang berdiri dan berkata sambil
membuka kipas: "Tunggu! Mereka adalah kelompok iblis dari aliran
hitam, biasanya tidak berhubungan dengan kita, sekarang
mereka mencari gara-gara, tentu bukan hal yang kebetulan,
kita harus berpikir panjang menyelesaikan persoalan
mereka." Dewi KZ 248 Shangguan Leng sangat salut pada Cukat Hiang, melihat
Cukat Hiang bicara maka segera berkata:
"Bagus! Bagus! Bagus! Rencanamu pasti lebih bagus dari
aku, aku menurut pada pendapatmu saja, ucapan tadi aku
tarik kembali!" Cukat Hiang tersenyum sejenak, dan berkata:
"Menurut pendapatku, empat iblis ini sengaja datang
ingin ikut pertemuan ini, bila kita tidak mengizinkan
mereka masuk, mereka akan punya dua macam alasan, satu
alasannya bahwa kita sangat picik tidak bisa menerima
mereka. Juga mereka akan mengatakan kita takut atas
kedatangan mereka sebagai tamu merebut posisi tuan
rumah hingga sengaja menolak mereka masuk, dan bila
mereka datang atas hasutan orang sengaja ingin cari gara
gara, bila kita tolak mereka masuk, malah digunakan
mereka sebagai alasan bahwa kita takut pada mereka. Maka
aku lebih setuju mengizinkan mereka masuk, apa kemauan
mereka, kita akan bertindak dengan melihat gelagat!"
Ketua Siauw-lim-pay Kian Ih Taysu dan Soat-song
Cinjin saling pandang, mereka setuju cara itu, Shangguan
Leng juga mendukung, tamu lain tidak ada saran lain, maka
Kian Ih Taysu memberi perintah pada hweesio muda:
"Sampaikan perintah pada guru penerima tamu untuk
mengundang mereka masuk!"
Dua orang hweesio muda pergi menjalankan tugas
mereka, tidak lama kemudian, tugas rangkap menjadi
penerima tamu Hong Ih Taysu mendampingi empat tamu
yang punya roman muka aneh, tetapi semuanya angkuh
karena punya nama tersohor disebut iblis besar, mereka
pelan-pelan masuk ruangan. Semua ketua iblis ini tidak
membawa murid. Dewi KZ 249 Empat iblis ini angkuhnya sama, tetapi penampilannya
berbeda, dan masing-masing punya ciri khas, semua orang
gampang mengenali siapa mereka.
Botaknya kepala Bu-ih Taysu, bongkoknya Cia Houwciat langsung ketahuan dan liciknya si hati ular Cukat, yang
sombong itu adalah Lam-mo Kauw Ki-koan.
Diantara empat iblis itu hanya Lam-mo (iblis selatan)
Kauw Ki-koan yang punya nama dan ilmu silat paling
tinggi, dan dia menampilkan dirinya sebagai pemimpin
mereka, begitu masuk ruangan, dia tidak melihat siapa pun,
hanya menengok Kian Ih Taysu, tertawa dengan liar
berkata: "Sudah lama aku dengar nama hweesio agung pemimpin
biara Siauw-lim, menganggap diri partai nomor satu di
dunia, hari ini bertemu, betul-betul tidak bohong sanjungan
diluar, aku datang kesini juga ternyata tidak sia sia!"
Diantara kumpulan para-pendekar mencari ketua Siauwlim-pay Kian Ih Taysu tidak sulit, iblis selatan begitu masuk
ruangan hanya sekali lihat langsung menuju tempat duduk
Kian Ih tanpa ragu-ragu, ini membukti-kan pengalaman dan
pengetahuan tentang dunia persilatan sangat luas, biarpun
kata-katanya kurang sopan, tetapi dia masih tetap menaruh
sedikit hormat pada Kian Ih Taysu.
Setelah mengucapkan kata O-mi-to-hud, Kian Ih Taysu
berkata: "Terima kasih atas pujian anda! Aku tidak berani
menyebutkan diri nomor satu, entah kedatangan empat


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawan hari ini kemari ada pesan khusus apa!"
Kauw Ki-koan tertawa keras yang menggema
menggetarkan genting rumah, nadanya panjang, ruangan
yang begitu besar terasa agak goyang, dan suaranya
Dewi KZ 250 bergema melalui tiang bangunan, nyata iblis selatan ini
telah mencapai ilmu yang sangat tinggi, membikin terkejut
para-pendekar yang ada di ruangan, terdengar dia berkata:
"Aku dengar hari ini dibiara Siauw-lim ada pertemuan,
yang diundang katanya jago-jago dari semua aliran, tetapi
kita empat orang tidak menerima surat undangan, entah
dalam pandangan kalian, aku dan kawan-kawan kurang
besar" Atau ilmu kita kurang tinggi?"
Kata katanya sangat memojokan, sengaja ingin cari
masalah, Hoai-sang-it-ho Shangguan Leng sudah tidak
sabar, menggebrak meja berkata dengan lancang:
"Kalian aliran sesat, mengapa ingin memaksakan diri
turut rapat?" Kauw Ki-koan berseru "Hai!" seperti getaran halilintar,
tatapan matanya bagaikan aliran listrik menusuk orang,
dengan mata setengah tertutup menyentak Shangguan Leng
dan berkata: "Kau siapa" Berani berkata begitu padaku!?"
Peramal jitu Cukat Hiang takut ucapan mereka berdua
menimbulkan pertarungan, sedang maksud kedatangan
empat iblis ini belum jelas, rasanya memulai perselisihan
kurang tepat waktunya, maka dengan cepat dia melangkah
kedepan dan berkata: "Kauw-heng datang dari jauh adalah tamu kita, silahkan
jelaskan maksud kedatangan kalian, agar bisa dirundingkan." Dengan mata dingin Kauw Ki-koan melihat sejenak
pada Cukat Hiang, dengan suara dari hidung berkata:
Dewi KZ 251 "Kau juga siapa" Berani panggil aku kakak, aku berbuat
sesuatu selalu sendirian, ada apa yang perlu aku
dirundingkan dengan kalian!"
Cukat Hiang tidak marah dan tidak tersinggung, dia
menggoyangkan kipasnya dan berkata:
"Aku Cukat Hiang sangat rendah pengetahuan tentang
anda, entah bagaimana menyebut anda" Bila anda tidak
menyelaskan maksud kedatangan kalian, walau 'pun kita
mengikuti keinginan anda, bagaimana melaksanakan
tugasnya?" Lam-mo Kauw Ki-koan tidak menyangka bahwa yang
berdiri didepan mukanya seorang terpelajar bermuka cakap
yang punya nama tersohor dengan julukan Peramal jitu
Cukat Hiang, maka dia tercengang juga sejenak! Tetapi
mendengar kata-kata lawan yang bernada sindiran, dia
berkata dengan marah: "Aku sudah lama tidak jalan-jalan di dunia ini, kalian
juga meremehkan ilmu saktiku, bila tidak memberi sedikit
pelajaran pada kalian, kalian menganggap diri kalian jagoan
semua!" Habis bicara Lam-mo dengan ringan mendorong sebelah
telapaknya kedepan bagaikan menyapu debu diatas meja
dengan pelan pelan, dan berkata:
"Bila kalian tidak ingin bajunya ternoda kotoran,
pergilah jauh dari meja!"
Dimeja itu duduk tamu angkatan muda dari dunia
persilatan, mendengar suara itu segera berdiri dan
menghindar, ternyata dengan sedikit dorongan tenaga-nya
membuat permukaan meja yang terbuat dari kayu keras,
hancur berterbangan menjadi debu kayu yang lapuk, piring
dan gelas yang diatas meja berjatuhan ke bawah lantai,
Dewi KZ 252 cipratan arak dan sayur menodai baju dan sepatu orang
dimeja itu, ilmunya membuat semua orang terkejut.
Tapi Cukat Hiang tetap tenang, dengan kipas ditangan
dia berkata: "Ilmu Ci-yan-li-hwee-ciang mu (Telapak api merah)
adalah ilmu tunggal di dunia persilatan, tetapi aku tetap
ingin tahu maksud kedatangan kalian!"
Ternyata iblis dari selatan Kauw Ki-koan sangat
membanggakan ilmunya, dia menganggap ilmu tenaga
dalam, telapak tangan, tenaga telunjuk, tenaga bayang-an,
ilmu tinju, ilmu suara, dan totokan, tujuh ilmunya bisa
dibilang ilmu paling tinggi di dunia persilatan, maka dia
menamakan diri Kauw Ki-koan (Kauw tujuh paling top),
setelah Cukat Hiang tahu ilmu telapak tangan dan
mengatakan ilmu tunggal, dia sangat gembira ada orang
mengetahui ilmunya, maka dengan kata lebih sopan
berkata: "Kau dijuluki Peramal jitu, sungguh tahu situasi,
biasanya aku jarang bicara banyak dengan orang lain, kali
ini aku beri kelonggaran, kedatanganku kesini karena ada
desas desus bahwa empat jagoan wahid telah hilang tiga
orang, kalian yang menamakan diri para-pendekar dari
kalangan putih berkumpul disini dan rapat, berusaha
menghadang aliran-aliran yang diluar jalur, aku sangat
tidak setuju, aku tidak ingin bicara dengan kalian disini
yang hanya punya nama kosong, berhadapan dengan empat
pendekar wahid saja, aku pun tidak takut!"
Cukat Hiang, Kian Ih Taysu dan Soat-song mengerti isi
kata Kauw Ki-koan, mereka mengetahui pasti ada orang
yang mengobor dibelakang, sehingga membuat empat iblis
ini datang kesini dan ingin mengacaukan rapat. Cukat
Hiang sedang memikirkan perkataan apa yang bisa
Dewi KZ 253 menyelesaikan perselisihan yang tidak perlu, agar kekuatan
dipihak sendiri tidak kurang dan Jian-kin-kau tidak diberi
peluang untuk mengadu domba.
Mendadak di pinggir pintu ruangan terdengar satu suara
wanita yang marah berkata:
"Siapa bilang empat pendekar wahid telah mati" Siapa
yang sombong berani mengatakan tidak takut dengan
pendekar empat wahid?"
-ooo0dwooo- JILID KE DUA BAB 5 Sumbu api merah jauh dari api
Semua pesilat terkejut melihat seorang gadis yang
berkata itu, mereka melihat kepintu masuk, dia berdiri
dengan baju hitam, umurnya tidak lebih dari enam belas
tahun, mata terang gigi putih, muka cantik sekali, hanya
penampilan sangat dingin, bila bukan dia yang berbicara,
semua orang tidak akan tahu keberadaan dia, sesungguhnya
dia menyelinap masuk ruangan diwaktu perhatian orang
tertuju pada iblis selatan Kauw Ki-koan, gerakan dia sangat
gesit sehingga orang tidak tahu dia sudah masuk ruangan.
Kauw Ki-koan belum menjawab, Bu-ih Taysu yang
berdiri paling dekat dengan gadis itu dengan sedikit suara
hidung, menggerakan tubuh dan maju kedepan lima kaki,
dan tangan kanan yang telah menghimpun tenaga
menyerang gadis itu sambil membentak:
Dewi KZ 254 "Anak kecil tidak tahu aturan! Tidak ada tempat buat
kau bicara disini?" Gadis baju hitam itu sudah tahu siapa Bu-ih Taysu itu,
dia tidak berani menganggap enteng pukulan lawannya,
dengan cepat sekali mengeluarkan pedang dipunggung dan
kelebatan sinar pedang menuju lengan Bu-ih Taysu,
mengandung jurus menahan tenaga telapak tangan lawan.
Jurus gadis itu yang sangat cepat dan tepat, membuat Buih Taysu terpaksa menarik serangan dan mundur satu
langkah, semua pendekar dan empat iblis terperanjat atas
kejadian itu. Jie Ie Taysu dan beberapa orang yang telah berada
dibiara Cu-sia tempo hari telah mengenal gadis baju hitam
ini adalah anak gadis dari salah satu empat pendekar wahid
In-kiam In Tiang-long, yang bernama In Hong-tai. Maka
dia sangat marah waktu mendengarkan kata kata yang
berisi meninggalnya empat pendekar wahid.
Bu-ih Taysu yang belum sempat bertatap muka dengan
In Hong-tai, belum tahu kemahiran silat lawannya, setelah
terdesak mundur dia merasa tidak terima, dengan tangan
kanan yang bertenaga dahsyat dia menyerang pedang yang
dipegang lawannya, dia bermaksud dengan tenaga penuh
memukul jatuh pedang lawan.
Bu-ih Taysu tidak tahu bahwa gadis itu adalah penerus
satu-satunya In-kiam, keahlian In Tiang-long dalam jurus
pedang telah dikuasai oleh anak gadisnya hampir
sempurna, hanya masih kurang tenaga dan pengalaman
saja, tapi jurus In-kiam mahir dalam meminjam tenaga
lawan, dengan sedikit tenaga bisa melenyapkan tenaga
besar lawan, maka pedang In Hong-tai mengikuti jurus Buih Taysu dan berbalik menusuk, sehingga menembus arus
Dewi KZ 255 tenaga telapak tangan Bu-ih Taysu, In-kiam langsung
memotong lengan lawannya.
Muka Bu-ih Taysu segera berobah terkejut, terpaksa dia
kembali menarik untuk kedua kali jurus serangannya. Bu-ih
Taysu tersohor didunia persilatan sebagai jago setempat.
Tempo hari saat di biara Cu-sia karena pengaruh Dupa
Sepuluh Langkah Hilang Ingatan dari Jian-kin-kau, ilmu
sebenarnya tidak bisa keluar, sekarang menghadapi seorang
gadis dia terpaksa mundur dan menghindar dua kali, dalam
hati iblis ini timbul rasa terkejut yang hebat.
Tong-hai-to-liong Cia Houw-ciat sejak masuk ruangan
belum berkata sepatah pun, saat menyaksikan temannya
bertarung dengan gadis itu, dia segera tahu asal usul jurus
pedang itu, setelah tercengang sebentar, segera dia
mengibarkan lengan bajunya membuat angin puyuh yang
menerpa pedang Hong-tai, ternyata tenaga dalam Naga
bungkuk ini lebih tinggi dari Bu-ih Taysu, hingga pedang
Hong-tai terlepas dan terbang keatas karena serangan
mendadak yang tidak disangka-sangka.
Dalam keadaan terkejut, Hong-tai segera meloncat
terbang bagaikan kepinis menuju pohon, kecepatan tubuh
sama dengan pedang terlepas, ditengah udara dia
menjulurkan tangan dan menangkap gagang pedang yang
berada diatas lalu turun kelantai lagi dengan tenang, walau
pun dia tidak hati-hati hingga pedangnya terlepas, tapi
dengan keterampilan ilmu Gin-kangnya membuat parapendekar yang menonton bertepuk tangan.
Lam-mo Kauw Ki-koan dengan suara tertawa dingin
berkata: "Turunan dari empat pendekar wahid hanya begini saja
ilmu silatnya, kau bukan tandinganku......"
Dewi KZ 256 Belum habis Lam-mo Kauw Ki-koan bicara, terdengar
suara wanita berkata dari belakang tubuhnya, ternyata gadis
Siau-cian yang duduk dimeja pertama telah berdiri dan
menghampiri dia, dengan alisnya bergoyang berkata dengan
marah: "Kau siapa, berani benar merendahkan ilmu empat
pendekar wahid!" Kauw Ki-koan berkata dengan dingin:
"Seumur hidup aku sangat benci berbicara dengan wanita
dan anak kecil, tutup mulutnu, bila masih banyak rewel,
jangan salahkan bila aku mem-bunuhmu!"
Siau-cian menjadi lebih marah lagi mendengar kata-kata
itu, dengan dingin membalas:
"Aku malah ingin bicara terus, kau mau apa! Kau iblis
tua, tua bangka......"
Dengan mengeluarkan suara dengusan, Lam-mo Kauw
Ki-koan ingin memberi pelajaran pada gadis itu, tapi Coasim-cukat Kongsun Pau yang persis berada diantara kedua
orang itu, lebih dulu mengeluarkan sebuah pukulan kepalan
sambil berteriak: "Gadis yang lancang lidah, kau berani menentang Kauw
Lo-cianpwee, tandanya kematianmu sudah dekat!"
Coa-sim-cu-kat itu paling pintar berpikir, di antara empat
iblis itu, ilmu silat dia paling lemah, bila dia tidak cepat
bertindak, sampai jago-jago empat partai keluar menantang
mereka, dia tidak akan bisa berbuat banyak, dia melihat
Siau-cian muncul menantang, dalam hatinya tidak percaya
dalam waktu bersamaan, bisa muncul dua orang ahli waris
empat pendekar wahid, dia ingin memamerkan kehebatan
ilmu silatnya, maka dia menyerang Siau-cian lebih dulu dari
Kauw Ki-koan. Dewi KZ 257 Siau-cian juga sangat cerdik, dia tahu lawan di depan
mata adalah iblis yang punya nama di dunia persilatan, bila
mengukur ketinggian tenaga dalam, diri sendiri bukan
tandingan mereka. Paling bijaksana dia menghadapi mereka
dengan ilmu silat keluarganya, maka dia segera
mengeluarkan busur dari punggung-nya, terdengar sebuah
suara senar busur, Siau-cian dengan punggung busur
memotong tangan Kongsun Pau. Kongsun Pau terkejut
juga, dia baru menyadari Siau-cian adalah betul turunan
dari Giok-kiong, salah satu dari empat pendekar wahid, dia
tidak berani semberono, dia merubah serangan kepalannya
menjadi telapak dan menyerang lawannya lagi.
Ternyata Siau-cian juga menggetarkan senar busurnya
sekali lagi, sambil senarnya mengeluarkan suara,
serangannya berobah menjadi pukulan melingkar. Baru saja
tenaga dalam Kongsun Pau keluar dari telapak tangan, dia
merasakan sebuah arus tenaga besar dari ujung busur dari
batu giok yang mengkilap itu telah merobek dinding
pertahanan telapaknya, persis menusuk pusat nadi Hongtang dan tenggorokannya, membuat Kongsun Pau berobah


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mukanya, cepat dia mengangkat telapak tangan untuk
membendung serang-an busur itu, dan kedua kakinya
dengan cepat mundur dua langkah.
Kauw Ki-koan yang melihat dipinggir dengan tidak sabar
menyentak dengan keras: "Urusan aku, tidak perlu orang lain yang ikut campur!"
sebelah telapak tangan dia menarik Kongsun Pau mundur
kepinggir, dengan mata yang melotot pada Siau-cian sambil
kaki bergerak maju dan tertawa liar dia berkata:
"Bagus, dua anak gadis, satu adalah In-kiam, satu lagi
Giok-kiong, sepertinya empat pendekar wahid hidup
kembali, aku ingin tahu empat pendekar wahid mewariskan
jurus apa!" Dewi KZ 258 Mendadak terdengar suara O-mi-to-hud dari Kian Ih
Taysu, dia bergerak menuju kedepan Siau-cian dan berkata:
"Urusan hari ini adalah aku yang membuat janji, bila
Kauw Sicu ingin menguji ilmu, aku siap menjadi lawan
tanding, jangan mencari gara-gara pada tamuku!"
Kauw Ki-koan dengan tertawa sinis berkata:
"Kau, hweesio tua bisa menjadi ketua Siauw-lim-pay
pasti tidak bernama kosong, aku ingin lihat kau yang
menamakan dirimu ketua partai punya berapa tahun hasil
ilmu silatnya yang dipelajari!"
Kauw Ki-koan mengangkat sedikit telapak tangan
kirinya, lalu mengeluarkan jurus Bu-hong-gou-koan
(Pukulan halus tanpa angin), ini adalah salah satu dari tujuh
ilmu terhebat dari iblis selatan, ciri khas jurus ini tidak ada
angin dan suara, melukai orang tidak terasa oleh orangnya,
dan tidak gampang menduga arah sasaran pukulannya, jadi
sulit untuk menghindar. Kian Ih Taysu merapatkan membungkukan tubuh berkata:
kedua telapaknya, "Pukulan halus tanpa angin dari saudara Kauw, sungguh
ilmu yang belum pernah terdengar dan belum pernah
terlihat, mana bisa aku menahan pukulan ini!"
Walaupun begitu, Kian Ih Taysu sambil berkata sudah
memusatkan tenaga dalam di seluruh tubuh secara diamdiam, dengan dua telapaknya yang dirangkapkan dan tubuh
yang dibungkukan, dia telah menggunakan tenaga dalam
aliran Budha yang telah dilatih selama puluhan tahun Hokmo-wan-jit-sin-kang (Ilmu Budha Penjinak Iblis) dengan
jurus ini dia telah melindungi tubuh dari serangan
lawannya. Dewi KZ 259 Para-pendekar yang menyaksikan dengan seksama
dipinggir hanya melihat jubah Kian Ih Taysu yang
gombrang berkibar sendiri tanpa ada angin, membuat
semacam lingkaran gelombang, lalu pulih kembli seperti
sedia kala! Lam-mo Kauw Ki-koan dengan tertawa liar berkata:
"Kepandaian hweesio Siauw-lim ternyata bukan nama
kosong, hari ini aku bisa bertemu lawan tangguh sepertimu,
sungguh tidak sia-sia perjalananku ke dataran tengah, hari
ini aku harus puas bertarung dengan ketua Siauw-limpay......" kata-katanya belum habis kedua tangannya
digoyangkan dua kali, dan menyerang hweesio itu dengan
dua kali jurus Pukulan Halus Tanpa Angin.
Ilmu yang aneh itu menggunakan hawa murni dari
dalam tubuh, tenaga halus yang tanpa suara dan bayangan
itu menyerang hingga tenaga tersembunyi itu menyentuh
tubuh orang, baru mengeluarkan tenaga benturan yang
sangat dahsyat, melukai bagian tubuh orang tanpa
peringatan, walau pun orang yang berilmu tinggi, juga
susah tahu arah datangnya, untuk menghindar dari ilmu ini
hanya dengan berjaga-jaga dari awal. Ilmu yang sadis ini
digunakan untuk serangan yang terselubung.
Kian Ih Taysu mengucapkan kata O-mi-to-hud dengan
keras, diam-diam memusatkan tenaga dalam melindungi
dirinya, kedua kaki menginjak lantai seperti tiang
bangunan, dia menyodorkan dada, menerima dua kali
serangan Tinju Halus Tanpa Angin dari Kauw Kikoan.
Ketua Siauw-lim-pay itu tahu bila tidak memberi pelajaran
pada lawannya atau memperlihatkan ilmu sejatinya, Kauw
Iklan Pembunuhan 2 Kuda Kudaan Kumala Seri Oey Eng Burung Kenari Karya Siau Ping Samurai 3

Cari Blog Ini