Ceritasilat Novel Online

Legenda Golok Halilintar 6

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li Bagian 6


menyebutkan orang itu pasti ada sesuatu yang harus
dirahasiakan, maka tidak jadi bertanya.
Soat-song Cinjin malah tidak sabar dia bertanya: "Jadi,
Gan-tayhiap bekerja sia-sia, sama sekali tidak mendapat
hasil!" Berhenti sejenak, Gan Cu-kan berkata lagi: "Tidak juga,
aku masih mendapat sedikit hasil jerih payah......"
Baru bicara sampai disitu, mendadak muka Gan Cu-kan
berobah pucat, dia tidak bicara lagi dan jatuh dilantai.
Cukat Hiang dengan reaksi paling cepat menghampiri,
meneliti dan berteriak berkata:
"Celaka! Gan-tayhiap terkena lagi oleh jarum beracun!"
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin juga menghampiri
tubuh Gan Cu-kan, muka mereka juga berobah, bersamaan
menanyakan pada Cukat Hiang:
"Apa Gan-tayhiap masih bisa tertolong!"
Cukat Hiang dengan muka murung berkata:
"Nadi Gan-tayhiap masih berdenyut, karena dasar
tenaga dalam kuat, tetapi jarum ini mengandung racun
Dewi KZ 324 keras, tidak ada obatnya, kita masukan dia ke ruang
istirahat dulu, biar dia mati dengan sendirinya!"
Kejadian itu membuat semua orang terkejut dan gaduh,
mereka tidak percaya, di bawah puluhan mata bisa memberi
kesempatan bagi musuh untuk melepaskan jarum lain,
sehingga pendekar ulung Gan Cu-kan juga bisa terbunuh,
kejadian mendadak itu membuat puluhan pasang mata
melirik kiri kanan, mencari orang yang dicurigai.
Kian Ih Taysu takut kegaduhan bisa membuat
kecolongan, maka memerintahkan pada Jit Ie Taysu dan
Yung Ie Taysu beserta dua murid Siauw-lim untuk
menggotong Gan Cu-kan ke kamar rahasia biara itu.
Lalu membalikkan tubuh berkata pada semua orang:
"Harap kalian tenang, kejadian-kejadian yang timbul,
sudah jelas menunjukan musuh sudah ada di sekeliling kita,
harap kalian hati-hati, asli atau palsu akan segera ketahuan.
Peramal jitu Cukat Hiang berkata pada Kian Ih Taysu:
"Pendapatku begini, pertemuan hari ini tidak mencapai
hasil, aku sarankan rapat ini diundur satu atau dua hari,
semua tamu harap tinggal dulu di biara Siauw-lim, kita
berunding dulu mencari jalan terbaik, dan berharap diharihari yang luang bisa menemukan mata-mata itu!"
Kian Ih Taysu setuju dengan saran itu, kedua mata
melirik pada Soat-song Cinjin, Gin-hoat-lo-jin Wie Tionghoo dan Thi-koan Totiang, lalu berkata:
"Kita semua setuju atas saran Cukat Hiang!"
Kemudian Kian Ih Taysu berkata lagi dengan suara
keras: "Aku mengatakan karena pengamanan kurang
sempurna, sehingga musuh menyelinap masuk ke biara, dan
Dewi KZ 325 terpaksa mengikuti cara Cukat-tayhiap, bila ada yang
keberatan, harap terang-terangan mengatakan, tidak ada
larangan untuk keluar biara!"
Karena rapat belum menghasilkan apa-apa, kedua
mereka ingin tahu berita selanjutnya dan terpenting mereka
takut dicurgai bila sekarang keluar biara, maka semua tamu
setuju menginap di biara.
Hanya Hong-tai yang berdiri ingin keluar biara dan
berkata: "Aku seorang gadis, tidak pantas tinggal di biara
sendirian, aku ingin pamit pergi!"
Cukat Hiang menghampiri Hong-tai berkata dengan
tulus: "Nona In bila ada urusan penting, kita tidak akan
menahan nona pergi, tetapi bila tidak ada urusan lain, kami
persilahkan anda menginap dulu, di biara juga ada kamar
khusus wanita, apalagi ada nona Giok bisa mendampingi!"
Hong-tai mendengar nama Siau-cian yang akan
menemani dia satu kamar, dia langsung marah dan berkata
dengan sinis: "Bila aku tinggal di biara, hanya ingin sendirian, siapa
yang ingin ditemani orang lain!"
Siau-cian mendengar kata Hong-tai itu langsung berobah
mukanya, dia ingin balas meledeki Hong-tai, tetapi Wie
Tiong-hoo melarang dia beraksi.
Cukat Hiang melihat situasi begitu, mengetahui
permusuhan mereka maka segera berobah berkata:
"Bila nona In ingin suasana tenang tidur sendirian juga
bisa di atur, aku berkali-kali menahan nona pergi, karena
perlu bantuan tenaga nona dalam sehari atau dua hari ini!"
Dewi KZ 326 Kata-kata Cukat Hiang yang sopan itu membuat enak di
dalam hati Hong-tai, maka dengan tenang duduk kembali di
bangku. Kian Ih Taysu menunggu beberapa detik, setelah tidak
ada komentar lain lagi dari tamu-tamu, maka setelah
mengucaplan O-mi-to-hud dia berkata:
"Kita telah menyediakan banyak kamar untuk istirahat,
kalian datang dari jauh dan menempuh perjalanan berat,
hari ini sudah menghabiskan waktu setengah hari kelihatan
sudah lelah, maka silahkan istirahat semalam, besok
persilahkan kalian untuk melanjutkan rapat kita."
Kian Ih Taysu memberi isyarat pada Hong Ie Taysu,
agar para tamu diantar oleh murid-murid muda Siauw-limsie ke kamar masing-masing.
A Bin menilai tindakan ketua Siauw-lim-pay dan Cukat
Hiang itu mengandung makna penting, A Bin pun ingin
sekali menemukan mata-mata itu, untuk menyelidiki orang
yang meninggalkan cincin besi hitam di puncak gunung
Tiang Langit itu, maka dia berniat tinggal juga di biara itu,
menunggu tuan rumah bagaimana mengatur kamar, satu
murid Siauw-lim mempersilahkan A Bin segera pergi ke
kamarnya, ketua Siauw-lim-pay tidak meminta A Bin
tinggal lebih lama di ruang itu, maka A Bin langsung
menuju kamarnya. Keluar dari ruangan itu, A Bin berpapasan dengan Hongtai, tampak roman muka Hong-tai sedang gembira, dia
ingin menyapa, namun muka Hong-tai sekejap berobah
dingin dengan mempertahankan keangkuhan seorang gadis
dia langsung membalikkan tubuh merubah arah jalan.
A Bin di bikin jengkel oleh tingkah Hong-tai, dengan lesu
diantar oleh murid Siauw-lim ke satu kamar yang asri di
tengah halaman, murid Siauw-lim itu berkata:
Dewi KZ 327 "Ruangan istirahat ini disiapkan untuk tuan Lui, silahkan
masuk!" Terbangun dari kebimbangan tadi, A Bin melirik suasana
di sekeliling kamar, ternyata kamar A Bin dipisahkan
dengan kamar orang lain, kamarnya berdiri sendiri, yang
paling kiri dekat kamar A Bin berupa kamar tertutup rapat,
kemungkinan adalah kamar kamar hweesio yang sedang
bertapa. A Bin merasa heran, entah apa maksud tuan rumah
sengaja memisahkan kamarnya dengan orang lain, apa ada
maksud baik atau lain, A Bin tidak banyak bicara, dia
masuk ke dalam kamar, terlihat kamar sangat sederhana,
tetapi jendela dan perlengkapan kamar terawat bersih, satu
bale kayu terletak di pinggir tembok dilengkapi kasur dan
selimut, meja kayu terletak di pinggir jendela ada satu teko
dan satu cangkir, A Bin berpikir dalam hati, kelihatan
pengurus biara sudah mempersiapkan segala hal bukan
putusan mendadak, melainkan terencana, kejadian tadi di
ruang rapat kemungkinan sengaja dibuat.
Berpikir sampai disini, A Bin kagum atas rencana tuan
rumah dan pimpinan panitia yang berpengalaman dalam
rencana matang sesuai dengan umur mereka yang telah
banyak makan asam dan garam, dilain itu A Bin merasa
kasihan pada jago-jago silat yang datang dari jauh dengan
sungguh-sungguh malah tidak dipercaya oleh tuan rumah,
segala sesuatunya di awasi, A Bin berhela nafas sejenak,
berpikir lagi hati orang betul betul sangat rumit dan susah
ditebak, tidak gampang untuk bergaul.
Setelah meneguk dua kali air teh, A Bin melangkah ke
pinggir ranjang dan duduk bersila di kasur mulai istirahat.
Setelah menyalurkan hawa murni ke seluruh nadi-nadi di
tubuhnya, semangat A Bin pulih kembali, dia berbaring di
Dewi KZ 328 kasur sambil memikirkan kejadian yang dialaminya, semua
seperti mimpi atau bayangan, penuh ketegangan dan gaib.
Berpikir kesana, pikiran A Bin terbawa lebih jauh, dia
memikirkan ketiga gurunya yang mempunyai ilmu sangat
tinggi tetapi tidak bisa keluar dari gua yang dingin itu,
menerima kesunyian dalam sisa hidupnya.
Kemudian dia terbayang pada ayahnya Lui-kie Lui-tocai-thian yang perkasa, tetapi telah memperoleh nasib yang
tidak jelas, sehingga mati di puncak gunung Tiang Langit,
sampai sekarang penjelasan tentang kematiannya juga
belum tahu, bahkan dimana mayat ayah juga belum tahu.
Sebagai anak, entah dia harus berbuat apa" Baru bisa
tenang" Terpikir juga orang tua gila yang bertemu di hutan
itu, dari ucapan orang tua itu dapat dipastikan dia adalah
salah satu dari dua orang teman ayahnya, In-kiam In Tianglong atau Giok-kiong Giok Kang-tong, dari orang gila itu
pasti bisa mendapatkan keterangan yang pasti, namun entah
kemana sekarang orang itu"
Pikiran A Bin lalu beralih pada bayangan In Hong-tai
yang membuat A Bin jatuh cinta tetapi begitu asing, dan
perubahan sifat intim dari Siau-cian pun membuat A Bin
risau, dan terpikir muka Yo-po-lo-to dan Cia Ma-lek,
teman-teman yang lain......kejadian yang dialami A Bin
beberapa bulan yang sudah lewat, seperti gelombang laut
melintas dalam pikirannya hingga jauh sekali tidak dapat
dibendung. Sedang asyik mengingat peristiwa-peristiwa itu,
mendadak A Bin merasakan sedikit angin yang tersibak dari
baju mendekati, A Bin yang berilmu tinggi bisa merasakan
dalam lamunannya, sayang sedikit terlambat, tahu-tahu
orang itu sudah berada di depan ranjang.
Dewi KZ 329 A Bin segera bersiap-siap, dia membuka mata melihat
orang itu, ternyata dia kakek Yo-po-lo-to yang baru
dipikirkan tadi, dia masih tetap memakai baju yang aneh
dan mimik muka yang lucu dan tenang.
A Bin baru mau bicara, kakek itu dengan nada rendah
berkata duluan: "Anak muda jangan ribut, aku tidak mau bertemu
dengan hweesio-hweesio di biara ini, kau jangan
membangunkan mereka!"
Sesungguhnya, kakek itu tidak punya rasa benci kepada
hweesio-hweesio itu, sudah menjadi kebiasaan dia selama
hidup menggunakan kata-kata lucu dan menghina.
A Bin berkata dengan suara lembut:
"Guru mencari aku pasti ada perintah?"
Yo-po-lo-to menjawab: "Tentu saja! Siapa yang mau masuk kemari, tempat
orang botak semua berkumpul" Mungkin kau tidak tahu
bahwa Gan Cu-kan dilarikan oleh aku dari sarang Jian-kinkau?"
A Bin gembira mendengar berita itu, maka bertanya lagi:
"Guru, kau bisa menolong Gan-tayhiap dari sarang
musuh, pasti sudah tahu rahasia dalam Jian-kin-kau!"
Dengan suara sedikit menyesal, Yo-po-lo-to berkata:
"Sejak terjun ke dunia persilatan, baru kali ini aku
menemukan lawan yang agak tangguh, tadinya aku ingin
diam-diam mengawal Gan Cu-kan, menggunakan pendekar sombong itu sebagai umpan agar aku mendapat
rahasia aliran itu. Siapa tahu, orang orang jahat itu seperti
telah diperingati oleh orang pintar mereka, memberitahukan
bahwa murid Jian-kin harus hati-hati, karena di belakang
Dewi KZ 330 Gan Cu-kan pasti ada orang lain yang mengintai, maka
mereka membuat beberapa cara mengelabui mataku,
membuat aku pun tertipu, sehingga Gan Cu-kan betul-betul
jatuh ke tangan mereka!"
A Bin telah mendengar cerita kejadian yang menimpa
Gan Cu-kan tadi siang, maka berkata pada guru:
"Guru bagaimana cara menolong Gan Cu-kan keluar
dari bahaya?" Yo-po-lo-to memperagakan mimik muka yang lucu
berkata: "Selama hidup aku belum pernah dipermainkan orang
lain, kejadian itu membuat aku marah besar, setelah
memeras otak dengan teliti, setengah bulan kemudian aku
menemukan pendekar sombong itu di satu tempat rahasia.
Waktu ditemukan, dia sudah berobah jadi orang dungu,
beruntung ilmu dia tidak hilang, waktu itu dia menganggap
aku musuhnya, sehingga kita bertarung, setelah
menggunakan beberapa cara baru dia dapat kulumpuhkan,
tapi murid-murid Jian-kin menggunakan kesempatan ini
untuk kabur, saat aku menggeledah tempat itu, ternyata
sarang sementara mereka tidak ada siapa siapa lagi,
sehingga tidak dapat keterangan apa apa. Kemudian aku
mengantarkan pendekar sombong ini ke Sian-jiu-kim-cin
Oey Hu-sung untuk berobat, baru dia bisa sadar kembali
dan bisa datang ke biara Siauw-lim."
A Bin dengan muka murung berkata:
"Tetapi pendekar sombong itu sekarang sedang dalam
keadaan bahaya karena dilukai orang dengan jarum racun!"
Yo-po-lo-to tidak terkejut atas ucapan A Bin, malah
minta A Bin bersiap pergi dan berkata:
Dewi KZ 331 "Cepat, aku akan membawamu melihat sesuatu yang
mengejutkan!" A Bin sambil merapihkan baju berkata:


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah guru menemukan sesuatu yang sengaja diatur
oleh Kian Ih Taysu dan memisahkan aku dan orang lain."
Yo-po-lo-to sambil tertawa memuji A Bin:
"Anak muda! Kau pintar juga, bisa menebak isi hati
orang lain, tetapi mungkin kau tidak tahu, mereka sangat
curiga padamu, mengira kau sebagai mata-mata dari Jiankin-kau!"
Mendengar berita itu A Bin sangat gusar, segera
bertanya: "Apa betul?" Yo-po-lo-to memberi isyarat tangan agar A Bin jangan
berbicara lagi, mengajak A Bin menyelinap keluar kamar.
Tengah malam, suasana biara ratusan tahun itu sangat
sunyi, kakek ini mengatakan tidak mau masuk ke dalam
biara, tetapi hafal sekali jalan-jalan di dalam biara ini, dia
menuntun A Bin melalui jalan kiri belok kanan, hingga tiba
di sebuah bangunan loteng yang tinggi.
Yo-po-lo-to menunjuk bangunan tinggi itu berkata:
"Mereka yang menamakan diri sebagai orang penting,
sedang berada di kamar atas 'Ruang penyimpan an kitab',
dengan posisiku, tidak pantas aku mendengarkan
pembicaraan mereka, kau saja yang mendengarkan mereka
cerita apa saja!" A Bin ingin sekali mengetahui hal tersebut, maka segera
mendekati bangunan tinggi itu, melirik sekeliling, langsung
meloncat naik ke atas pohon tinggi di pinggir banganan itu,
Dewi KZ 332 belum juga melihat jelas orang-orang di dalam bangunan,
sudah terdengar satu suara yang tidak asing lagi buat A Bin.
A Bin sangat terkejut, karena suara itu keluar dari mulut
pendekar sombong Gan Cu-kan yang telah terluka parah
oleh jarum beracun. Suara itu terdengar baik sekali seperti
orang biasa saja. 0-0dw0-0 BAB 6 Ruang penyimpanan kitab A Bin memandang dari kejauhan, melihat dengan jelas
bahwa Gan Cu-kan tampak sehat sekali, dia sedang duduk
di dalam sambil mengibaskan kipasnya, sama sekali tidak
ada tanda-tanda terluka, dalam kamar itu terlihat juga Kian
Ih Taysu, Soat-song Cinjin dan Coa-sim-cu-kat Cukat
Hiang. Terdengar suara gembira dari Gan Cu-kan yang
berbicara: "Orang jahat yang melepaskan jarum beracun itu tidak
akan menduga bahwa aku mempunyai 'Batu Giok Magnit',
menahan jarum racun itu, aku berpura-pura terluka untuk
mengelabui mereka, dan selanjutnya Jian-kin-kau akan
menganggap aku sudah mati, tidak akan takut rahasia Jiankin bisa bocor."
Cukat Hiang mengibaskan kipasnya sambil tersenyum
memuji dan berkata: "Gan-heng bisa menyesuaikan diri waktu kejadian,
membuat orang kagum, mata-mata Jian-kin-kau biarpun
sangat cerdik, juga tidak akan tahu bahwa lukamu adalah
pura-pura, tetapi bila dalam satu atau dua hari tidak ada
Dewi KZ 333 tindakan cepat, mereka akan curiga bahwa anda telah
tertolong oleh obat ajaib!"
Kian Ih Taysu mengucapkan kata O-mi-to-hud sambil
merangkapkan tangannya pada Gan Cu-kan dan Cukat
Hiang, berkata: "Anda berdua sama-sama berbakat melebihi orang-orang
dulu, aku kira urusan hari ini, harap kalian berdua mencari
akal yang sempurna, aku dan Soat-song Cinjin siap
mendengarkan rencana kalian."
Ketua Siauw-lim-pay ini bersahabat sangat baik dengan
ketua Bu-tong-pay sejak mereka masih jadi murid kedua
aliran itu, maka kedua orang itu tidak perlu kata-kata basa
basi lagi. Cukat Hiang melirik kesekeliling ruangan, seperti masih
kuatir ada orang yang menguping percakapan mereka,
dengan suara lebih kecil berkata:
"Tamu-tamu yang datang dari segala golongan, pasti ada
mata-mata Jian-kin-kau dalam barisan mereka, anak muda
Lui itu adalah titik mencurigakan, tetapi dia bukan dari
Jian-kin-kau, aku malah curiga pada satu, dua orang,
karena bukti belum lengkap, biar pun di depan tiga sahabat
disini, aku juga minta maaf tidak mengatakan dulu."
Ucapan itu biar agak jauh dari posisi A Bin, tetapi buat A
Bin yang sudah menguasai ilmu 'Thian-te', semua ucapan
Cukat Hiang terdengar jelas.
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin adalah orang
terhormat, mendengar Cukat Hiang berkata begitu, mereka
pun tidak ngotot ingin tahu lebih jelas, malah pendekar
sombong Gan Cu-kan masih dengan kata penasaran
berkata: Dewi KZ 334 "Tentu, jika Cukat Toako masih menyelidik, dengan
mata jeli anda maka kedua orang mata-mata itu akan
menampakan diri mereka!"
Cukat Hiang berkata sambil tertawa:
"Bukan aku sengaja menyimpan rahasia, maaf-kan aku
berterus terang, bahwa biara Siauw-lim detik ini pun sudah
tidak aman, aku takut di sebelah tembok ada kuping yang
mendengarkan, jadi rahasia itu sementara tidak dibocorkan
dulu!" Soat-song Cinjin berbicara:
"Gan-tayhiap apa bisa beritahu apa yang anda ketahui,
agar kita bisa merencanakan bertindak!"
Gan Cu-kan berkata dengan sungguh sungguh:
"Betul juga, aku ingin menceritakan segala masalahnya,
minta pendapat kalian bertiga yang berpengalaman luas,
aku hafal ilmu Hong-sui dan perbintangan, kali ini
tertangkap oleh murid-murid Jian-kin, sepanjang dalam
perjalanan aku memperhatikan posisi dengan cara yang
bermacam-macam dan tempat terakhir, aku dititipkan di
satu bangunan model istana, aku dapat pastikan tempat itu
di antara sungai Kang-han, dan pasti di dalam kota ramai!"
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin merasa menyesal,
hanya dengan sedikit keterangan, bagaimana menyelidikinya, tetapi kedua orang itu sudah terlatih segala
tindakannya, jadi di mukanya, mereka tidak menampakan
penyesalan. Cukat Hiang dengan seksama mendengarkan, melihat
Gan Cu-kan berhenti bicara, segera berkata:
Dewi KZ 335 "Dengan ada petunjuk ini, maka menyelidiki sarang Jiankin-kau sudah ada titik terang. Tetapi, bila ada tambahan
penerangan, bisa lebih bagus!"
Gan Cu-kan dengan bangga berkata:
"Tentu, aku mengalami kerugian sangat besar, mana
puas dengan hasil sedikit itu......"
Belum habis bicara, ada sesuatu yang membuat empat
orang itu segera bertindak, api lilin langsung dipadamkan,
A Bin juga sudah mengetahui ada suara dari luar gedung
berlantai itu. A Bin memuji kewaspadaan empat orang terhormat itu,
masih bisa mendengarkan sedikit suara lain dari luar
bangunan walaupun sedang asyik ber-bicara. Dan A Bin
diam-diam menengok kearah tempat suara itu.
Bersamaan waktu A Bin melihat ke asal suara itu, dari
belakang beberapa pohon besar di halaman itu muncul
seorang kakek yang memakai baju panjang dari bahan kain
belacu, memegang sebuah batang pipa tembakau yang
terbuat dari bambu, memakai sepatu kain halus. Kian Ih
Taysu, Soat-song Cinjin, Cukat Hiang sudah mengepung
tamu tidak diundang itu, hanya Gan Cu-kan yang tidak
keluar. Orang tua itu berpenampilan biasa-biasa saja, dari baju,
penampilan sederhana saja, tingkah lakunya juga santai,
tetapi warna mukanya menakutkan orang yang melihatnya.
Walaupun mukanya tidak jelek, tetapi di bawah sinar
terang bulan yang menyinari, tampak seperti muka orang
mati, tidak ada tanda-tanda hidup.
Kian Ih Taysu dan lain orang sudah menduga suasana
dalam biara Siauw-lim malam ini tidak biasa, selain
hweesio-hweesio tingkat tinggi bersembunyi di tempat
Dewi KZ 336 gelap, pendekar-pendekar seperti Wie Tiong-hoo dan
Shangguan Leng juga mendapat tugas mengintai dan
menghadang musuh di tempat tersembunyi, tetapi orang tua
itu bisa datang ke sisi bangunan berlantai ini dengan aman
tanpa dapat dihadang oleh orang-orang, menandakan orang
tua itu bukan sembarang orang, maka Kian Ih Taysu lebih
memperhatikan orang ini. "Sicu siapa?" Tanya Kian Ih Taysu.
Dengan tangan memegang janggot panjang di depan
dada kakek itu tertawa dan berkata:
"Aku bepergian selalu bebas tanpa ikatan, hari ini kemari
bukan untuk sembahyang, bukan untuk minta petunjuk
dari biara, dan semula juga tidak ingin mengganggu yang
punya rumah, kenapa mesti tanya namaku?"
Tertawa kakek ini membuat muka dia makin angker dan
mengerikan, sungguh dapat dikatakan kulit tertawa namun
daging tidak berobah. (tertawa yang dipaksakan untuk
menakuti orang) Soat-song Cinjin ikut bertanya:
"Kenapa anda tidak mau memperlihatkan muka yang
sebenarnya?" "Aku sudah biasa begini, mana ada muka lain untuk lain
orang?" Cukat Hiang dengan suara dingin berkata:
"Anda memakai topeng kulit, masih berani berkata
sombong!" Kakek itu tertawa terbahak-bahak, memegang mukanya
sekali dan berkata: "Kenapa anda bisa mengatakan aku memakai topeng?"
Dewi KZ 337 Dengan tertawa sinis, Cukat Hiang berkata:
"Topeng anda yang dipakai adalah cipta karya indah,
bila bukan orang ahli dalam pembuatan topeng, tidak akan
bisa membedakan asli atau palsu, mungkin topeng ini
buatan keluarga Buyung dari propinsi Kang-souw atau
keluarga Go dari propinsi Kwie-ciu!"
Sejenak kakek itu tercengang, kedua matanya menatap
tajam muka Cukat Hiang, lalu membuka mulut lebar-lebar
dan sambil tertawa berkata:
"Anda pasti Sin-ki-siucay Cukat Hiang, betul-betul
Peramal jitu seperti julukannya."
Kakek itu tidak langsung menjawab pertanyaan Cukat
Hiang, tetapi dari nada perkataannya dia sudah mengakui
tebakan Cukat Hiang itu betul!
Sebelum kakek itu menjawab, Cukat Hiang sudah
mengawasi kedua jari tangan orang itu, dia telah melihat
jelas bahwa di jari manis tangan kiri kakek itu memakai
satu cincin besi hitam, maka Cukat Hiang tertawa terbahakbahak dan berkata:
"Pesilat tinggi golongan satu dari Jian-kin-kau masih
bertindak pura-pura, apa tidak terlalu merendahkan diri
anda?" Kakek itu tidak tahu bahwa Cukat Hiang sudah tahu
rahasia cincin yang dia pakai, dia terkejut juga sejenak dan
tertawa tanpa suara, pura-pura batuk sekali dan berkata:
"Betul, aku mendapat perintah dari ketua partai, khusus
menemui Kian Ih Taysu, Soat-song Cinjin, Cukat-tayhiap,
Wie-lohiap, Thi-koan Totiang dan lain lain pendekar yang
ada di biara ini, kata ketua partai kami, 'kalian sangat
membenci pada Jian-kin-kau yang akan mengembangkan
diri, kalian memonopoli dunia persilatan, menamakan diri
Dewi KZ 338 aliran putih, tetapi menggunakan kesempatan untuk
membasmi mereka yang tidak sepaham dengan kalian,
perbuatan itu sudah tidak pantas memimpin dunia
persilatan, aku sengaja datang kemari dengan membawa
peringatan ketua partai, bila kalian masih bertindak
demikian, maka hari kiamat akan tiba buat aliran-aliran
yang menamakan diri golongan putih!"
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin sebagai orang
terpelajar tinggi, mendengar kata-kata sombong dari orang
tua itu merasa marah dalam hati, tetapi mereka berdua bisa
mengendalikan diri, tidak langsung menunjukan amarahnya. Hanya Cukat Hiang yang balik bertanya, setelah tertawa
keras dia berkata: "Bila begitu, apakah ketua partai anda masih ada
petunjuk buat kita orang yang dikatakan tidak tahu diri dan
tersesat?" Kakek itu tidak memperdulikan kata sindiran dari Cukat
Hiang, dengan tatapan mata yang sadis melihat sepintas
muka tiga orang pendekar tangguh itu lalu berkata dengan
pelan-pelan: "Ketua partai memperingatkan kalian, bukalah mata
kalian, mengetahui mana yang berisiko buat kalian, karena
situasi dunia persilatan sudah lain dengan dulu, kalian
terbilang segelintir orang yang angkuh, membohongi diri
sendiri, sebab kebanyakan orang-orang penting di dunia
persilatan sudah masuk ke Jian-kin-kau, bila kalian tidak
tahu diri, dan terus melawan arus, bagaimana bisa bertahan


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi?" Dengan nada enteng Cukat Hiang berkata dengan sedikit
tertawa: Dewi KZ 339 "Silahkan terangkan, kita mesti berbuat apa, baru
dikatakan tahu diri, dan bisa menyesuaikan diri?"
Kakek itu tidak menanggapi kata kocak itu, dia berkata
dengan dingin: "Sekarang kukatakan, kalian juga tidak akan percaya,
tetapi aliran kita selalu memberi peringatan dulu baru
bertindak dan membunuh. Bila kalian sebagai ketua partai
mewakili semua murid ikut bergabung ke aliran kita dengan
tulus iklas, aku bisa menjamin kedudukan kalian tetap tidak
berobah, malah akan lebih banyak menguntungkan......."
Belum habis perkataan kakek itu, telah terputus oleh
tertawa sinis dari Cukat Hiang.
Cukat Hiang dengan muka marah menyindir:
"Kau pintar memikirkan jalan keluar orang lain, tetapi
lupa merencanakan jalan keluar buat diri sendiri, apakah
anda bisa keluar dari biara ini dengan selamat?"
Kakek itu berbalik tertawa sinis dan berkata:
"Aku sudah bilang, aku selalu bebas pergi kemana saja,
kalau semua orang takut dengan nama Siauw-lim, aku
malah tidak memandang demikian!"
Kian Ih Taysu tidak marah atas ucapan kakek itu, hanya
Cukat Hiang yang tersinggung, dia melangkah maju dua
kali dan menghadap pada kakek itu.
Dengan nada menakutkan kakek itu berkata:
"Kau mau bertarung denganku?"
"Kau bermulut besar, entah punya tingkat ilmu silat
tingkat berapa......"
Kakek itu tidak menunggu Cukat Hiang habis bicara,
berkata: Dewi KZ 340 "Kau coba saja!" sambil mengangkat pipa tembakaunya,
dia memukul dengan cepat sekali.
Cukat Hiang menggunakan kipas untuk membelokan
serangan pipa itu, tetapi belum membalas.
Kakek itu tidak memberi hati pada lawannya, dia
menyerang dengan gesit dan jurusnya mematikan, Cukat
Hiang melancarkan jurus memotong dan menotok, kakek
itu terpaksa menarik kembali jurus yang sedang digunakan,
Cukat Hiang masih belum membalas satu jurus pun.
Kakek itu dengan ganas menyerang sebanyak sepuluh
jurus, mendadak dia merasakan ada yang tidak beres,
membuat dia menghentikan serangan meloncat ke pinggir,
katanya dengan dingin: "Kenapa kau tidak membalas?"
Memang hati kakek ini ingin tahu, kenapa Cukat Hiang
menggunakan jurus bertahan, dan menyembunyikan
serangan baliknya, di saat ada kesempatan menarik kembali
serangannya, membuat dia harus berjaga-jaga atas serangan
balik Cukat Hiang, dan menyiapkan cara menghadapi
serangan itu. Karena kekhawatirannya membuat kakek itu berpikir,
maka setelah sepuluh jurus, pertahanan batin dia mulai
goyah, sebab jurus serangan Cukat Hiang tidak dikeluarkan
dengan sungguh-sungguh, membuat dia merasakan
serangan itu sangat menakutkan.
Dalam kesempatan ini Cukat Hiang berkata:
"Kau hanya sendirian, pihakku banyak orang, bila aku
mengalahkanmu, kau tidak akan menerima. Sekarang aku
akan menerima seranganmu sebanyak tiga puluh jurus
tanpa membalas, agar kau tahu diri!"
Dewi KZ 341 Kakek itu mengeluarkan suara hidungnya, tanpa banyak
bicara, mengumpulkan tenaga dalamnya, dia bersiap
menyerang dan melukai Cukat Hiang dengan pipa
tembakaunya. Cukat Hiang yang pintar bisa melihat mata kakek itu
bersinar terang dan kulitnya turun ke dalam, dia segera
meningkatkan kewaspadaan sambil diam-diam memusatkan tenaga dalamnya.
Setelah kakak itu menyalurkan tenaga dalamnya ke pipa
tembakau, sambil tertawa berkata:
"Bila kau tidak mau membalas dan terluka di tanganku,
jangan menyesal!" Cukat Hiang berkata setelah tertawa sinis:
"Kau tidak perlu memanasi, bila aku janji tidak akan
membalas seranganmu, kau boleh gunakan jurus apa saja,
bila dalam tiga puluh jurus dapat melukaiku, kau boleh
pulang dengan selamat, Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin
menjadi saksi kita!"
Dalam hati kakek itu senang, dia berpikir, 'bila aku
menggunakan kepandaiannya yang sudah puluhan tahun
dilatih, aku bisa mendapat kesempatan memukul musuhnya
lebih dulu, lawan yang lebih tinggi juga gampang
dilumpuhkan, kau seorang pelajar tidak membalas serangan
aku, kau mencari jalan mati sendiri!'
Kakek itu sudah memperkirakan kemenangan akan ada
dipihaknya, dia pura pura tertawa dan berkata:
"Hati-hatilah, aku akan menyerang!"
Cukat Hiang tidak berani gegabah, dia segera menghirup
nafas sedalam-dalamnya, memusatkan pikiran dan
menjawab: Dewi KZ 342 "Silahkan!" Kakek itu segera mengangkat tangan kirinya, lima jari
dalam posisi setengah lurus dan menekuk, dengan cepat
mencengkeram dada Cukat Hiang.
Cukat Hiang tercengang sejenak melihat kakek itu
menggunakan tangan kosong menyerang, dan merasakan
hawa udara dingin yang keluar dari lima jari kakek itu,
dengan perasaan terkejut Cukat Hiang menghindar
kepinggir. Kakek itu tertawa sinis, dan menjulurkan pipa tembakau
di tangan kanan menyerang Cukat Hiang.
Jurus itu betul-betul sadis karena dari lubang pipa itu
keluar hawa yang panas sekali yang menuju bagian dada
atas Cukat Hiang. Cukat Hiang mengibaskan kipasnya menutup serangan
kakek itu, dia berpikir dalam hati, 'setelah kuberi
kesempatan tidak menyerang, dia tampak meningkatkan
serangannya lebih gila.......
Belum habis berpikir, Cukat Hiang sudah mendapatkan
serangan bertubi-tubi dari kakek itu, serangan tangan kiri
yang membawa hawa dingin dan hawa panas dari pipa
menyerang alat vital Cukat Hiang.
Cukat Hiang betul-betul merasakan serangan lawannya
berbahaya dan jurusnya jarang ditemui, serangan pipa dari
segala penjuru dan hawa udara yang dingin membuat dia
kelihatan seperti tidak sanggup lagi menerima serangan itu.
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin yang menyaksikan
dipinggir telah melihat gelagat kurang baik bagi Cukat
Hiang, sebab Cukat Hiang telah terkurung oleh serangan
kakek itu. Dewi KZ 343 Melalui ilmu 'menyalurkan suara secara rahasia' (Coanim-jip-bit), Soat-song Cinjin diam-diam berkata pada Kian
Ih Taysu: "Bila terus begini, tentu saudara Cukat Hiang tidak bisa
bertahan lagi!" Kian Ih Taysu menjawab memakai suara rahasia:
"Kakek ini telah sepuluh jurus melancarkan serangannya,
bila saudara Cukat Hiang bisa bertahan dua puluh jurus
lagi, baru boleh membalas serangan!"
Sambil beradu jurus dengan Cukat Hiang, kakek itu
terkejut juga! dalam hati tidak menyangka bahwa Cukat
Hiang bukan saja otaknya pintar, ilmu silatnya juga susah
dikalahkan, bila begini terus, sampai waktu lawan boleh
membalas, aku akan lebih repot, aku harus bisa
melumpuhkan lawan dalam sisa dua puluh jurus baru
aman. Maka kakek itu pura-pura batuk sekali, pipa tembakau
yang dia pegang segera berobah arah, tubuhnya melingkar
ke pinggir satu kali, tangannya berbalik menyerang secara
beruntun pada Cukat Hiang sebanyak lima jurus, jurusjurusnya bagaikan kilat dan membawa hawa udara yang
panas, menyerang organ vital Cukat Hiang, membuat
Cukat Hiang terdesak mundur lima langkah.
Setelah mendesak mundur Cukat Hiang, kakek itu
berteriak: "Cukat Hiang, hati hati!" dan mendadak dia meloncat ke
arah Cukat Hiang. Cukat Hiang merasakan juga jurus kakek itu sangat
berbahaya, maka dia membuka mata lebar-lebar, mukanya
berobah, dengan kewaspadaan penuh pelan-pelan
mengangkat kipasnya. Dewi KZ 344 Dengan tubuh seperti bayangan, jurus tangannya
memukul kepala Cukat Hiang bagaikan gunung besar akan
roboh di kepala Cukat Hiang, pipa tembakaunya bersamaan
waktu menyerang Cukat Hiang
Cukat Hiang membalas dengan jurus Hui-kong-pan-cau
(Membalik sinar menerangi lawan = Artinya orang yang
menjelang mati memperlihatkan muka yang sehat dan
tenang.) sayap kipasnya pun mengeluarkan tenaga
goyangan, memaksa pipa tembaga orang tua itu tidak bisa
mendekati tubuhnya, bersamaan itu tubuhnya meloncat ke
pinggir sekitar lima kaki, hingga berhasil menghindarkan
serangan lawan. Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin sebagai ketua partai,
memuji kedua orang itu dengan jurusnya, serangan atau
pertahanan mereka jurusnya sangat memukau, A Bin yang
menyaksikan pertarungan itu di atas pohon pun memuji
ilmu silat Cukat Hiang. Gerakan orang tua itu sangat cepat, walaupun dua
jurusnya tidak mengenai sasaran, pada serangan ke dua dia
memusatkan tenaganya menyerang Cukat Hiang secara
berantai. Menghadapi musuh seperti ini Cukat Hiang pantang
mundur, dia malah maju ke depan sambil menggeser
langkah kaki ke samping dua langkah, menghindar
serangan orang tua itu, dan kipasnya menghalau pipa yang
mencoba mendekat. Disaat kedua orang itu sedang bertarung dengan seru,
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin seperti mendengar
suatu suara aneh, mereka berdua langsung meloncat
menuju ke sebuah bayangan hitam di pinggir sambil
menggunting dari kiri dan kanan.
Dewi KZ 345 Mata A Bin sangat tajam, apalagi berada diatas pohon,
dia melihat jelas ada dua orang penyerang datang, setelah di
hadang Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin, musuh itu
berlari lagi seperti mengetahui dia menghadapi lawan berat.
Kian Ih Taysu dan Soat-song Cinjin mengejar mereka dari
arah yang berbeda. A Bin berkata dalam hati, 'Celaka, bila Kian Ih Taysu
dan Soat-song Cinjin seperti harimau sengaja di pancing
keluar gunung, dan di tempat ini hanya ditinggalkan Cukat
Hiang menghadapi musuh berat, bila ada sesuatu siapa
yang akan membantu. Pikiran A Bin belum berakhir, ternyata ada satu tamu
tidak di undang datang. Tenaga dalam A Bin sudah tergolong tingkat paling atas,
pandangan mata A Bin pun lebih tajam dan cepat dari
kedua ketua partai Siauw-lim dan Bu-tong, biar pun sekejap
mata, dia sudah melihat bahwa yang baru datang itu adalah
seorang wanita berbaju putih.
Menurut peraturan dunia persilatan, pendekar yang
keluar malam pantang memakai baju putih, kerena pada
malam hari warna putih paling gampang dilihat dan susah
untuk ditutupi. Maka pesilat malam selalu memakai warna
hitam yang ketat, atau hitam agak muda, atau abu-abu
gelap. Wanita ini sengaja memakai warna putih berlawanan
dengan aturan resmi, bukan saja baju putih, dan model baju
longgar. Tetapi dengan gerakannya yang sangat cepat
adalah orang yang kecepatannya paling hebat selama A Bin
terjun ke dunia persilatan, dalam hati A Bin memuji wanita
ini atas pilihan warna baju dan kesombongan dalam
pekerjaannya di malam hari.
Dewi KZ 346 Kenapa A Bin bisa memuji wanita berbaju putih yang
melanggar pantangan dunia persilatan ini" Karena pikiran
A Bin yang cepat menangkap maksud pemakai baju putih
itu. Betul, warna putih bila sedang tidak bergerak memang
paling menyolok, tetapi bila sedang bergerak dalam
kecepatan tinggi malah tidak berbekas, maka penyusup
malam ini dengan ilmu meringankan tubuh yang tinggi,
tetap tidak mudah terlihat oleh pesilat-pesilat yang biasa.
Dan bila betul dia seorang pesilat tangguh atau
mempunyai sifat tidak mau kalah, mana mau dia lari bila
ketahuan orang. Bila tidak takut dikejar, buat apa lagi
memakai baju hitam. Wanita ini sengaja memakai baju
warna putih malah menunjukan dia bersifat terbuka dan
betul-betul tidak memandang lagi sesepuh dunia persilatan.
A Bin sedang tertegun atas penampilan wanita berbaju
putih itu, ternyata wanita itu sedang terbang menuju ruang
penyimpanan alkitab yang baru ditinggalkan oleh Kian Ih


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Taysu dan lain-lainnya. Dalam hati A bin berkata 'celaka', ruang penyimpanan
alkitab sekarang sedang tidak ada orang, bila wanita ini
masuk ke dalam, entah ada maksud apa" Aku yang melihat
kejadian ini, mana boleh membiarkan dia berbuat sesuatu di
dalam ruangan itu, dalam keadaan tergesa-gesa, A Bin
tanpa banyak pikir lagi, langsung turun dari pohon dengan
menendang ringan dahan pohon, tubuh A Bin bagaikan
asap masuk ke dalam ruangan itu melalui jendela.
Tempat penyimpanan kitab Siauw-lim, menurut dugaan
A Bin tentu banyak buku yang tersusun dalam rak buku,
ternyata ruangan itu berupa empat tembok kosong dan
sedikit bangku meja, tiada barang lain, berarti ruangan ini
Dewi KZ 347 hanya untuk hweesio-hweesio di biara untuk belajar dan
membaca, kitab agama yang berada di bawah bangunan ini.
A Bin masuk dalam ruangan ini tanpa suara, setelah
bersembunyi sejenak, menggunakan ilmu men dengar yang
mahir 'Thian-tee' (Mendengar langit), mencari tahu apa ada
suara lain, ternyata tidak ada suara apa-apa, A Bin pikir
wanita berbaju putih itu punya ilmu meringanankan tubuh
yang tinggi dan hati-hati dalam bertindak, ilmu Thian-tee
nya pun susah mengetahui keberadaan wanita itu.
Setelah A Bin berpikir sejenak, dengan kecepatan tinggi
dia menyelinap masuk ke kamar sebelah, memperkirakan
wanita berbaju putih itu sudah berada df ruangan ini,
berbekal ilmu yang tinggi A Bin tidak takut terhadap
serangan gelap, dan siap menghadapi bahaya.
Ternyata, A Bin tidak mengalami hadangan, tanpa
menghilangkan kewaspadaan, A Bin cepat melirik seisi
ruangan, ternyata ruangan ini berbeda dengan ruangan
yang pertama, disini rak buku yang berbaris terlihat penuh
dengan buku agama. A Bin pikir bila ada orang
bersembunyi di belakang rak buku, susah dilacak dengan
cepat. A Bin ragu-ragu untuk masuk lebih ke dalam, ternyata
ada kesiuran angin dingin menyerang pinggang A Bin.
Mengingat bila menghadapi pesilat tinggi, tidak boleh raguragu karena bisa berakibat fatal, maka waktu A Bin
mengetahui ada serangan gelap, tenaga serangan itu sudah
menyentuh baju A Bin. Otak A Bin cepat berputar, tubuhnya tetap tidak gerak,
ternyata sapuan tenaga itu telah membuat tubuh A Bin
terpaku di tempat, seperti terkena totokan orang.
Dewi KZ 348 Bersamaan waktu itu, dari rak buku di sebelah kiri keluar
satu wanita berbaju putih, yaitu orang yang dikejar dan di
curigai A Bin tadi. Ruangan dalam itu keadaannya remang-remang, A Bin
masih bisa melihat seluruh tubuh wanita berbaju putih ini,
hanya saja mukanya tertutup oleh kain putih yang tipis,
tetapi tatapan mata yang tajam sangat menarik perhatian
orang, ditambah potongan baju yang sesuai, memperlihatkan wanita ini tentu sangat cantik dan elegan.
Terdengar suara wanita itu dengan nada dingin dan
menyindir berkata: "Kau tidak secerdik yang aku kira, ilmu silatnya pun
payah, kelihatannya kau sebagai anak ayam yang baru
keluar kandang, pengalamannya sangat rendah!"
Mendengarkan suara wanita berbaju putih itu yang
menarik seperti lonceng, dari suaranya diperkirakan umur
wanita berbaju putih ini masih muda, seperti seorang anak
gadis, tetapi bicaranya pada A Bin seperti orang tua yang
sudah pengalaman, A Bin merasa tidak puas, tetapi A Bin
masih ingin mendengarkan apa saja yang akan dikatakan
wanita ini, maka A Bin masih diam tidak menjawab dulu.
Wanita berbaju putih itu melihat tubuh A Bin dari atas
sampai ke bawah tubuh, dengan terkejut berkata:
"Ternyata kau yang bersembunyi diatas pohon
mendengarkan percakapan tua bangka di ruangan
penyimpanan alkitab ini, kau pun tentu ada maksud
tertentu, ada rencana yang akan dikerjakan!"
Mendengar wanita ini salah menebak pendiriannya, A
Bin malah gembira di dalam hati, dia berpikir bila dia
sengaja berpura-pura bodoh, mungkin masih bisa
mengetahui asal usul wanita ini, dan mendapat rahasia
Dewi KZ 349 kenapa wanita ini menyerang biara Siauw-lim pada hari ini,
A Bin terkejut juga kenapa wanita ini bisa tahu A Bin
bersembunyi di atas pohon, apa dia punya indra
meneropong orang. Maka, dengan rasa ingin tahu A Bin bertanya:
"Kenapa kau tahu tadi aku bersembunyi diatas pohon?"
Wanita berbaju putih itu tertawa seperti lonceng
berbunyi, katanya: "Kau ingin tahu kenapa aku tahu kau bersembunyi di
atas pohon?" A Bin memanggutkan kepala tanda benar.
Wanita berbaju putih itu tertawa sejenak, berkata:
"Ini adalah hasil dari ketelitian seseorang dalam
pengalaman terjun di dunia persilatan, rambutmu ada
tetesan air, itu adalah tanda embun basah di atas pohon,
tubuhmu tercium sedikit bau daun, dan di luar jendela di
belakangmu berdiri tadi persis ada pohon besar, semua ini
mendukung analisa aku, jadi di kemudian hari bila kau
meneliti orang harus lebih seksama, kau juga akan terlatih
kemampuan menilai orang!"
Kata yang diucapkan wanita ini biasa-biasa saja, tetapi
nada bicara mengaku sudah berpengalaman lama, membuat
A Bin tidak terima, pikir dalam hati A Bin, 'Umurmu tidak
lebih banyak dari aku, bila di hitung kau lebih banyak
berapa tahun di dunia persilatan, dan mendapat beberapa
pengalaman, kok berani menasihati aku dengan kata-kata
sombong. Wanita berbaju putih seperti menebak isi hati A Bin,
tetapi dia tidak membongkar rahasia hati A Bin, dia
melanjutkan perkataannya:
Dewi KZ 350 "Sekarang jawab satu pertanyaanku, kau sebagai laki-laki
harus memegang janji, kau harus terang-terangan
menjawab, jangan merendahkan martabat sendiri!"
Pintar juga wanita berbaju putih ini, kata-katanya sangat
menggugah A Bin yang masih muda belia, dengan
menggunakan martabat diri itu A Bin tahu tidak bisa
menghindar dari pertanyaan lawan, maka dengan tegas dia
berkata: "Kau tanya saja, aku akan jawab sejelas mungkin, tetapi
sesuai janji aku hanya bisa menjawab satu pertanyaanmu!"
Wanita berbaju putih itu seperti mengetahui sedang
berada diatas angin, tanpa ragu lagi dia bertanya:
"Kau hanya jawab aku, kau dengan tua bangka itu lawan
atau kawan?" A Bin tidak menyangka bahwa pertanyaan wanita
berbaju putih itu biasa saja, dia merasa lega dalam hati,
tetapi dia tidak suka dikuasai wanita ini, dan kesombongan
tingkahnya pada orang, maka pura-pura menjawab:
"Mereka menganggap aku musuh!"
Kata-kata A Bin adalah fakta, karena sampai detik ini,
Kian Ih Taysu dan kawan-kawannya masih belum tahu
betul seluk beluk A Bin, masih curiga pada A Bin sebagai
mata-mata musuh. Wanita berbaju putih itu pun tidak menyangka jawaban
A Bin bisa demikian, dia tertegun sejenak, sambil tertawa
berkata: "Dilihat sekarang, kau lebih pintar dari penilaian aku
yang kedua kali tadi. Tetapi, kata-katamu yang licik, dari
nada suaranya, kau masih belum begitu memusuhi mereka,
betulkan!" Dewi KZ 351 Mendengar kata-kata itu, A Bin merasa tidak terima,
ternyata wanita ini lebih pintar lagi pada dirinya, dengan
kesal dia tidak menjawab.
Mengetahui perubahan muka A Bin, wanita berbaju
putih itu tertawa sebentar, lalu berkata dengan menyindir:
"Kau menganggap dirimu waspada, tetapi kau
membongkar rahasiamu tanpa sadar! Ternyata, kau
terkena totokanku, hanya berpura-pura sementara
tetapi baik juga buatku, aku menaruh harapan lebih
padamu, ternyata ilmu silatmu tidak rendah!"
telah tidak saja, besar A Bin mengetahui kenapa wanita berbaju putih itu
berkata demikian, sebab saat A Bin kesal, tidak terasa dia
mengerahkan tenaga dalamnya yang kuat, sehingga kepurapuraan A Bin terkena totokan jadi terbongkar.
Ternyata saat tadi A Bin terkena serangan mendadak,
dari tempat gelap oleh wanita berbaju putih itu, A Bin bisa
menghindar, mengetahui lawan punya ilmu meringankan
tubuh yang tangguh, bila A Bin berusaha menghindar, dia
khawatir lawannya lari. Padahal A Bin ingin tahu siapa
wanita itu dan apa tujuannya, maka berbekal tenaga tenaga
dalam yang ampuh, dia menerima serangan itu, dan
berpura-pura terkena totokan lawannya, agar lawan keluar
dari tempat persembunyiannya.
Setelah siasatnya terbongkar, A Bin menjadi terperanjat,
pikirnya dalam hati, 'ketinggian ilmu silatku bisa ditebak
oleh wanita itu, berarti ilmu silat wanita itu tidak lebih
rendah dariku Menghadapi hal ini A Bin jadi serba susah, bila
menyerang dengan mendadak, wanita itu pasti sudah siap,
jadi dia tidak akan berhasil melumpuhkan lawan. Bila lepas
tangan, berarti A Bin sebagai lelaki jantan, mengalami
Dewi KZ 352 kegagalan total, kalah di tangan seorang wanita muda tanpa
nama, A Bin tidak sudi kalah!
Mengetahui A Bin malu, wanita berbaju putih itu malah
meledek dengan berkata: "Kenapa" Seorang lelaki jantan bisa saja mengaku kalah
terhadap seorang perempuan!"
Begitu di bongkar kelemahannya oleh lawan, A Bin
bertambah marah, sejenak A Bin tidak bisa menjawab, dia
hanya bersuara hidung menyatakan marah.
Wanita berbaju putih itu tersenyum, katanya:
"Anak muda! Kau jangan menganggap aku musuh, kau
harus tahu, ketua Siauw-lim-sie Kian Ih Taysu adalah
musang tua yang susah dilawan, ditambah lagi Peramal jitu
ikut bersuara, hingga mereka ber-tambah licik. Bukan aku
sombong, aku bisa saja menerobos masuk ke dalam
ruangan penyimpanan kitab ini, tapi bila ingin keluar lagi,
rasanya tidak mudah..."
Belum habis wanita berbaju putih itu berkata, A Bin
merasa gembira dan berbalik tanya:
"Kenapa" Apalah Kian Ih Taysu telah membuat
perangkap di ruangan ini!"
Seperti mengetahui isi hati A Bin, wanita berbaju putih
itu agak marah dan berkata:
"Kau jangan senang melihat orang susah, mengharapkan
aku terkurung disini oleh tua bangka itu, aku hanya tidak
ingin bertemu mereka, karena asal usulku. Bila tidak, aku
bisa menerobos keluar lagi, siapa yang berani merintangi
aku?" Wanita berbaju putih itu berlanjut mengatakan:
Dewi KZ 353 "Kau pun jangan selalu memikirkan yang baik saja, kau
ingin berbuat baik pada tua bangka itu agar dapat pujian.
Kau harus tahu, bila mereka mengetahui kau menerobos
masuk ke ruangan ini, kau pun akan di anggap musuh,
apakah kau bisa menjelaskan?"
Mendengar analisa wanita itu, A Bin terperanjat, katakata wanita itu sangat masuk akal, dia sendiri pun di
anggap orang tidak jelas asal usulnya, masih susah
dibedakan kawan atau lawan, bila betul di ketahui orang
dalam ruangan ini, sungguh susah dia membela diri, punya
seratus mulut pun tidak bisa membela diri, memikirkan
sampai disitu, dalam hati A Bin merasa dingin.
Mengetahui berhasil mempengaruhi A Bin, wanita
berbaju putih itu berkata lagi:
"Anak muda! Sekarang kau mengerti! Kau tidak boleh
memandang aku sebagai musuh, malah harus bekerja sama
denganku, baru bisa keluar dari ruangan ini tanpa
meninggalkan jejak!"
A Bin mengerti kata-kata wanita itu adalah fakta, tetapi
jiwa muda A Bin yang angkuh, tidak mau menerima kalah.
Pertama kalah langkah oleh wanita ini, kata-kata sindiran
yang menyakitkan, sekarang malahan senang atas
kelemahan A Bin, maka A Bin lebih baik menanggung
risiko ternoda nama dari pada di perintah wanita ini, maka
A Bin berkata dingin: "Kau jangan senang dulu, aku tidak perlu bantuanmu,
urusan seberapa besar pun aku akan tanggung sendiri, kau
jangan mencoba merayu aku untuk kerja sama!"
Wanita berbaju putih itu tertawa manis dengan suara
yang lebih menarik berkata:
Dewi KZ 354 "Anak muda! Adatmu sangat keras! Aku beri tahu, aku
punya cara agar kita berdua dapat keluar dari ruangan ini
tanpa diketahui identitas kita, coba kau pikir kembali, kau
sembunyi di atas pohon mendengarkan rahasia orang,


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berarti kau pun masih ragu-ragu terhadap tua bangka itu,
kau jangan jengkel atas kata-kata sindiranku, sekali lagi aku
katakan adatmu terlalu keras. Sekarang aku balik bertanya,
anggap saja aku minta bantuanmu bagaimana" Apakah kau
akan menolak permintaan seorang permpuan?"
Dasar A Bin masih muda, bagitu wanita berbaju putih itu
berubah nada bicaranya dengan tenang, karena pengalaman
kurang, dia tidak enak menolak permintaan orang dengan
kata-kata halus, maka dengan kata lembut dia berkata:
"Baiklah, bila kau sungguh-sungguh minta bantuanku,
aku akan bantu! Tetapi setelah keluar dari bangunan ini,
kau dan aku sebagai lawan atau kawan, lain soal lagi!"
Wanita berbaju putih tersenyum terpaksa, berkata:
"Adatmu betul-betul keras! Baiklah, waktu, tidak banyak,
urusan belakang bagaimana nanti saja, sekarang kau harus
turut nasihatku, satu, aku sediakan jubah hweesio, kulit
kepala palsu satu set, dengan baju ini kau menyamar
menjadi hweesio Siauw-lim!"
Dengan nada curiga A Bin berkata:
"Kenapa aku harus menyamar?"
Wanita berbaju putih itu dengan tegas berkata:
"Bila kau berjanji membantu aku, harus menurut
perintah, kau sebagai hweesio palsu, satu untuk dirimu,
agar kau tidak diketahui muka aslinya oleh tua bangka itu,
dan satu guna lagi, tetapi kau pakai dulu jubah dan kulit
kepala palsu itu, baru aku bicara lagi."
Dewi KZ 355 A Bin terdiam sebentar, dia terpaksa memakai jubah
hweesio itu lalu memasukan kulit kepala palsu juga, diraba
atas kepala ternyata botak juga.
Wanita berbaju putih itu kelepasan tertawa dan berkata:
"Ku bukan hweesio, jadi kepalamu kelihatan lebih besar,
beruntung dalam kamar gelap, mungkin masih bisa
mengelabui mereka beberapa waktu!"
A Bin di permainkan oleh wanita itu, dengan sedikit
marah berkata: "Cepat katakan! Apa gunanya buatku, memakai baju
palsu ini?" Wanita berbaju putih itu cepat berkata:
"Tadi aku sudah masuk lebih duluan, sudah melihat di
ruangan ini ada dua pintu, depan dan belakang, ruangan ini
tidak ada jebakan, tetapi tua bangka itu pasti menjaga pintu
keluar. Kau dan aku seperti kura-kura dalam gentong, bila
beradu ilmu sejati, kita berdua pasti bisa menerobos keluar,
tetapi karena kita berdua tidak ingin ketahuan oleh mereka,
maka harus menggunakan akal ini!"
A Bin pun berpikir, bila Kian Ih Taysu tahu dia barada
dalam ruangan penyimpanan kitab, pasti di anggap
sekelompok dengan wanita ini dan dianggap musuh, maka
dia ingin tahu apa rencana wanita ini"
Wanita berbaju putih itu melihat A Bin diam dan setuju,
dengan tertawa riang berkata:
"Kau ikut aku!"
Sambil bicara, wanita itu mengulurkan tangan yang
munggil ingin memegang lengan kanan A Bin.
A Bin tidak tahu apa maksud wanita itu, maka dengan
reflek menghindar, wanita itu berkata lembut:
Dewi KZ 356 "Kau masih tidak percaya padaku!?"
Wanita berbaju putih itu mendekati A Bin, harum wangi
dari tubuh wanita itu membuat A Bin agak mabuk, cepatcepat A Bin menenangkan pikiran dan bertanya:
"Kita akan kemana?"
Wanita berbaju putih itu pura-pura marah berkata:
"Kau harus menurut perintahku, baru bisa keluar, bila
kau masih curiga dan tidak percaya, rencana kita akan
gagal. Sekarang hanya satu kata, kau percaya atau tidak,
katakan saja aku menjebakmu, kau berani tidak!"
Jiwa rasa ingin menang A Bin timbul, dengan dingin
berkata: "Kau jangan banyak omong, aku ikut kau saja!"
Wanita berbaju putih itu tertawa riang, sambil
menggoyangkan pinggul yang munggil, memandu A Bin
menuju jalan sempit antara rak buku-buku, dia sama sekali
tidak takut di bokong A Bin, A Bin jadi merasa malu, dalam
hati dia berpikir, gadis muda ini begitu percaya padaku, aku
malah curiga padanya, maka dia segera mengikuti wanita
itu menuju satu sudut ruangan.
Wanita berbaju putih itu menunjuk pintu kecil yang
tertutup rapat, berkata dengan suara kecil:
"Di luar pintu ini ada satu lorong sempit, melalui lorong
itu bisa meloncat ke halaman biara, kuduga tua bangka itu
pasti menjaga kuat-kuat pintu ini, sebentar lagi aku
berusaha membuka pintu ini, dan bersembunyi di atas rak
buku, kau pura-pura terluka jatuh di lantai, memancing tua
bangka itu menghampirimu dan memeriksa, aku akan
menyerang dengan tiba-tiba dari atas, bersamaan waktu itu
kau membantu, biar bagaimana tinggi ilmu tua bangka itu,
Dewi KZ 357 juga tidak akan bisa menahan serangan kita, lalu kita
terobos keluar, pasti tidak ada masalah!"
A Bin diam saja mendengarkan penjelasan itu, dalam
hati memuji siasat wanita yang bagus ini, tetapi sifat yang
angkuh membuat A Bin tidak mau membuka mulut, dia
hanya menganggukan kepala tanda mengerti.
Wanita berbaju putih itu sangat cerdik, setiap tingkah
laku A Bin dia bisa melihat isi hatinya. Mata dia berputar
sekali, pura-pura memarahi A Bin:
"Anak muda, kau cepat berpura-pura terluka dan jatuh di
lantai, dan perhatikan saat yang tepat bila aku menyerang
mereka, jangan emosi saja padaku, nanti urusan bisa
berantakan!" Setelah itu, wanita berbaju putih itu melayang naik ke
atas rak buku, bersembunyi di deretan rak dekat pintu,
tubuh dia yang ramping, begitu bersembunyi disana tidak
meninggalkan jejak sedikit pun.
Seluruh ruangan dalam keadaan sunyi senyap, malah
membuat A Bin agak tegang. Bila dikatakan dengan ilmu
silat dan keberanian A Bin, tiada satu pun urusan yang bisa
membikin dia takut, tapi karena A Bin terlalu emosi, lupa
akan etika dunia persilatan, akibat-nya dia sembarangan
masuk ke ruangan penyimpanan kitab ini, bila dia tidak
hati-hati dan dikenali oleh Kian Ih Taysu dan lain-lainnya,
susah untuk dia jika ingin membersihkan namanya,
sehingga di kemudian hari bagaimana dia bisa berhubungan
lagi dengan mereka" Di saat dia sedang tegang, pintu yang terkunci itu
terbuka dengan sendirinya dari luar, A Bin melihat dari
kejauhan, betul juga di tengah pintu berdiri dua orang, satu
Kian Ih Taysu dan yang lainnya Peramal jitu Cukat Hiang!
Dewi KZ 358 Kedua orang itu pantas dijuluki petinggi dunia
persilatan, berbuat segala sesuatu tidak sembrono dan
tenang, melihat seorang rahib yang terluka di bawah,
mereka kelihatan tercengang sebentar, tetapi tidak langsung
memeriksa dulu, mata mereka berdua segera melirik sudutsudut ruangan itu, setelah tidak menemukan hal yang
mencurigakan, Kian Ih Taysu yang peduli pada muridnya
sendiri, segera menghampiri hweesio yang terluka yang
diperankan oleh A Bin. Cukat Hiang berteriak: "Tunggu sebentar!"
Teriakan itu membuat A Bin terperanjat, dalam hati A
Bin terkejut bercampur kagum, memuji peramal jitu ini
betul-betul punya nama besar, apakah samaran A Bin
kelihatan oleh dia. Yang membuat A Bin terkejut adalah
akal wanita berbaju putih itu akan gagal total, dia sendiri
bagaimana bisa berlari ke luar ruangan ini.
Dalam detik tegang itu, terdengar satu suara "Bruk!" dan
dilantai segera timbul segulung asap tebal berwarna kuning
telur, hingga lima jari orang sendiri juga tidak bisa
kelihatan. A Bin menduga ini pasti tindakan wanita itu, maka dia
langsung membuat gerakan menuju arah yang tepat
menerobos pintu yang dijaga oleh Kian Ih Taysu dan Cukat
Hiang. Dalam keadaan remang-remang, A Bin merasakan ada
dua tekanan tenaga besar menyerang dadanya, lalu A Bin
menggunakan punggungnya menghilangkan tekanan tenaga
itu ke pinggir, A Bin tahu tenaga itu datang dari Kian Ih
Taysu dan Cukat Hiang yang terlatih mengenal suara angin
dari gerakan seseorang, sehingga bisa menyerang musuh
dalam keadaan remang-remang, A Bin tidak takut tenaga
Dewi KZ 359 gabungan mereka, dia hanya takut dikenali mukanya, maka
A Bin menggunakan dua telapak tangan menyerang balik
dua orang itu, sambil menerobos tembok tenaga dua orang
itu, agar segera mendapatkan jalan keluar.
Tetapi karena A Bin tidak menganggap mereka sebagai
musuh, maka tenaga dalamnya tidak sepenuh-nya
digunakan, dia khawatir akan melukai mereka, sehingga
nanti bisa menyesal. Setelah bertarung beberapa jurus, A Bin merasa keadaan
tidak menguntungkan buatnya, sebab dua orang itu telah
menganggap A Bin sebagai musuh, sehingga mereka
menggunakan jurus dan tenaga dalam penuh, membalas
serangan A Bin tanpa ampun, membuat A Bin agak sulit
melarikan diri. A Bin menduga asap warna kuning telur itu tidak akan
bertahan lama, bila dia tidak berusaha lagi, dia akan
kesulitan sendiri, maka dengan tenaga dalam yang keras
dari jurus Han-ki-coan-kang, tenaga dalam A Bin menjadi
berlipat ganda, menerjang seperti halilintar menyambar.
Begitu tenaga dalam A Bin keluar dengan hebat, dalam
hati A Bin agak menyesal karena dia khawatir melukai
mereka. Ternyata tenaga A Bin malah tidak mendapat
perlawanan berarti, ini membuat A Bin terkejut, apakah
kedua orang itu mempunyai tenaga dalam yang lebih hebat
lagi, atau tidak mau beradu tenaga secara langsung.
Tapi kemudian A Bin sadar, tentu wanita berbaju putih
itu pun menyerang kedua orang itu dari tempat
bersembunyi, sehingga tenaga dalam A Bin tidak mendapat
perlawanan yang berarti. Menggunakan kesempatan emas itu A Bin langsung
menerobos pintu, biar pun masih mendapat tekanan tenaga
Dewi KZ 360 dari belakang oleh dua orang itu, tubuh A Bin bagaikan
anak panah melesat keluar pintu.
Di luar pintu, seperti yang dikatakan wanita berbaju
putih itu terdapat lorong panjang yang sempit, dengan
beberapa loncatan, A Bin sudah melewati lorong itu, dan
tanpa gangguan meloncat ke atas pohon di sekeliling
ruangan tempat penyimpanan kitab itu.
Pertarungan yang tadi terjadi antara Cukat Hiang dengan
kakek yang bertopeng sudah tidak ada lagi.
Begitu keluar dari tempat bahaya, segera dia
mengkhawatirkan keadaan wanita berbaju putih itu, maka
dari kejauhan melihat ke arah ruangan itu, ingin tahu
wanita berbaju putih itu sudah aman keluar atau belum.
Sejenak saja, A Bin melihat Kian Ih Taysu dan Cukat
Hiang keluar dari pintu itu dan berjalan di lorong itu
dengan lemas, A Bin memperkirakan wanita berbaju putih
itu telah aman keluar dari ruangan itu, hati A Bin jadi
senang bercampur khawatir.
A Bin menenangkan diri, marah dalam hati, bagaimana
baik wanita berbaju putih itu terhadapnya, tetapi dia
menganggap sebagai musuh semua pesilat aliran putih.
Seharusnya dia bisa memisahkan mana yang baik, mana
kawan atau lawan, agar dia tidak salah bertindak.
Maka setelah menetapkan pikirannya, mengguna kan
lindungan pohon-pohon A Bin menyelinap keluar ingin
memeriksa ruangan lain, apakah masih ada musuh lain,
hingga bisa ditangkap untuk mendapat keterangan.
Baru saja A Bin berbelok di satu sudut, dia melihat di
belakang halaman biara, api besar mem-bumbung tinggi,
kelihatannya ada musuh menyelinap dan membakar.
Dewi KZ 361 Dalam hati A Bin berpikir, 'orang biara banyak, pasti
banyak orang membantu memadamkan api, lebih baik dia
menangkap musuh. Terdengar suara ribut dari halaman kebakaran dan
kemudian terdengar suara perintah dari pimpinan hweesio,
memperlihatkan ketenangan hweesio-hweesio Siauw-lim-sie
yang telah terlatih baik, sehingga A Bin merasa kagum atas
biara Siauw-lim. Sambil berlindung dari bangunan apa saja, A Bin masih
mencari sasaran, ternyata tidak ada satu pun bayangan
terlihat di matanya. A Bin jadi ragu ragu, dia ingin mencari di tempat lain,
mendadak dari belakang sederet kamar hweesio, terbang
satu bayangan hitam seperti meteor menuju halaman luar
biara Siauw-lim. A Bin memastikan bahwa orang itu adalah musuh, maka
dia meloncat tinggi mengejar orang itu.
Di luar biara sangat sunyi, bayangan orang tadi sudah
menghilang dari pandangan mata A Bin. A Bin terkejut
juga, siapakah orang itu sampai tidak terkejar olehnya. Dia
ragu-ragu sejenak, di lindungi pohon di luar tembok biara,
A Bin berdiri sebentar, entah mau pulang lagi ke dalam
biara atau tetap mencari musuh itu.
Sekejap, mata A Bin melihat dari satu batu besar terbang
satu bayangan hitam menuju ke arah barat, dari bentuk
tubuhnya, orang itu adalah orang yang tadi di cari A Bin, A
Bin baru sadar, orang itu sangat cerdik dan licik, begitu
keluar biara, dia berlindung dulu di belakang sebuah batu


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besar, tidak berlari terus, berjaga-jaga kalau ada orang yang
membuntuti. Dewi KZ 362 Buat A Bin dia merasa beruntung, sebab demi menjaga
agar tidak diketahui orang-orang dalam biara dan tidak
mendapat kerepotan, A Bin selalu menyembunyikan diri di
tempat yang terlindung, tindakan A Bin itu kebetulan bisa
menemukan kembali orang yang dicari. A Bin baru sadar,
orang itu sangat waspada dan licik, untuk menghindari
orang yang mengejar di belakang, begitu diluar dia tidak lari
terus, malah bersembunyi dulu di belakang sebuah batu
besar, menyelidik dulu kalau-kalau ada orang yang membuntuti. Tindakan A Bin yang hati-hati ternyata dapat
mengelabui orang itu. A Bin mengetahui orang itu sangat licik dan cerdik,
maka dia lebih hati-hati menjaga jarak, di biarkan orang itu
berlari agak jauh, baru mengejar dengan pelan-pelan.
Dalam sekejap mata, orang itu telah masuk dalam area
pohon pohon, A Bin ragu-ragu sejenak, lalu masuk melalui
samping, di dalam pohon-pohon yang lebat, A Bin tidak
tahu mau mengejar ke arah mana"
Tindakan A Bin yang sangat hati-hati dan tubuhnya
lincah seperti monyet, bisa berlarian tanpa mengeluarkan
suara menerobos pohon-pohon, di depan mata terlihat
sedikit terang cahaya, tidak jauh dari pandangan matanya
ada tiga hingga lima orang sedang berkumpul di lapangan,
yang berdiri di tengah ternyata wanita berbaju putih yang
pernah bersama A Bin menempuh bahaya di dalam ruang
penyimpanan alkitab. Orang yang dikejar A Bin begitu bertemu wanita berbaju
putih itu seperti sangat takut dan hormat, dia
membungkukan tubuh memberi hormat, dan berkata:
"Kaucu......" Wanita berbaju putih melarang dia bicara lagi, dia
berkata dingin dengan seluruh mukanya ditutupi kain putih:
Dewi KZ 363 "Sie-yan! Kau tambah tua tambah ceroboh, apa sudah
pikun, di ikuti orang malah tidak tahu!"
Orang yang dipanggil Sie-yan itu membalikan tubuh
melihat ke belakang, mukanya persis menghadapi ke arah
tempat A Bin bersembunyi, begitu melihat muka orang itu,
A Bin hampir saja berteriak, sebab orang itu ternyata adalah
Thi-koan Tojin yang telah dilumpuhkan oleh orang-orang
Jian-kin-kau hingga cacad.
Detik ini A Bin baru sadar, bahwa orang itu menyamar
sebagai Thi-koan Tojin, hweesio yang asli kemungkinan
telah dibunuh, kemudian yang palsu ini menyelinap dalam
rombongan pesilat, sebagai mata-mata Jian-kin-kau agar
mendapatkan rahasia yang diinginkan.
Thi-koan Tojin palsu itu tidak mengetahui persembunyian A Bin, dalam keadaan bimbang dia
mendadak mendengarkan tertawa dan teriakan dari mulut
ketua Jian-kin-kau dengan kata:
"Cepat jemput tamu!"
Bersamaan perkataannya, A Bin merasakan satu tenaga
tanpa suara mendorong ke arahnya. A Bin segera
memusatkan tenaga dalamnya, maka begitu serangan
datang dia langsung bereaksi, menggunakan tenaga
lawannya dia melayang terbang persis turun di lapangan
yang berjarak sekitar satu tombak.
A Bin menggunakan tenaga lawan untuk meloncat, dia
telah mengetahui orang yang menggunakan telapak tangan
untuk menyerang mempunyai tenaga dalam tingkat tinggi,
dalam hati A Bin berpikir, bila semua orang yang
berkumpul disini semua punya tenaga sebesar itu, dia akan
kewalahan menghadapi mereka.
Dewi KZ 364 Orang yang dipanggil Sie-yan itu melihat A Bin keluar
dari persembunyian, timbul api kemarahan di kedua
matanya, seperti ingin menelan A Bin ke dalam perutnya.
Wanita berbaju putih itu malah tertawa riang dengan
suara merdu berkata: "Bagaimana" Kau mencari aku ya" Sekarang kita jadi
kawan atau lawan?" Ditanya begitu, A Bin tidak bisa menjawab langsung,
beberapa saat kemudian dia baru berkata:
"Aku ingin tahu maksud kalian bila kalian berlawanan
dengan Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay, aku tidak akan
berpangku tangan......."
Dengan tertawa merdu wanita berbaju putih itu berkata:
"Bila aku mengakui berlawanan dengan Siauw-lim-pay
dan Bu-tong-pay! Kau akan berbuat apa" Bantu aku" Atau
bantu mereka?" A Bin tidak menyangka wanita itu bertanya begitu,
tertegun sejenak berkata dengan tegas:
"Aku tentu membantu mereka!"
Wanita berbaju putih itu tertawa sinis, katanya:
"Kau dari Siauw-lim-pay atau Bu-tong-pay" Atau salah
satu dari partai yang lain?"
A Bin tidak mengerti apa maksud pertanyaan itu, maka
dia menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Wanita berbaju putih itu mendesak, bertanya lagi:
"Apa kau telah mendapat persembahan dari mereka"
Atau punya hutang budi pada salah satu partai" Hingga
mesti membalas budi?"
Dewi KZ 365 A Bin menjawab dengan gelengan kepala lagi.
Wanita berbaju putih itu tertawa dingin, katanya:
"Kau bukan murid dari mereka" Juga tidak punya utang
budi" Mereka malah menganggap kau sebagai mata-mata,
kenapa kau masih mau menantang aku!"
A Bin didesak dengan pertanyaan bertubi-tubi sehingga
tidak bisa menjawab, dengan tatapan mata yang tajam
wanita itu memandang A Bin, ingin A Bin menjawab.
Timbul sebuah bayangan dalam pikiran A Bin, maka dia
balik bertanya: "Aku pun ada pertanyaan, apa kau dari Jian-kin-kau?"
Wanita berbaju putih itu menjawab tanpa ragu-ragu:
"Betul, semua orang disini selain kau adalah orang-orang
dari Jian-kin-kau!" Mendengar jawaban itu, A Bin terperanjat sejenak,
tanyanya lagi: "Dimana ketua aliran kalian" Aku ingin ber-bicara
dengan dia!" Wanita berbaju putih itu dengan dingin berkata:
"Ketua Jian-kin-kau! Ada di depan matamu!"
A Bin ragu-ragu dan terperanjat memandang wanita
berbaju putih itu, berkata:
"Kau ketua Jian-kin-kau?"
Wanita berbaju putih itu memperlihatkan mimik yang
aneh dan tetap berkata dingin:
"Betul! Aku adalah ketua Jian-kin-kau!"
Dewi KZ 366 Untuk sementara A Bin tidak bisa berkata karena
terkejut, dia tidak dapat mempercayai bahwa wanita
berbaju putih yang umurnya masih muda begini adalah
ketua Jian-kin-kau yang sadis itu, mengingat perbuatan
Jian-kin-kau yang biadab membuat A Bin timbul amarah
besar maka dengan kata-kata tegas dia berkata:
"Ternyata kau adalah ketua Jian-kin-kau yang jahat dan
biadab itu, kau masih berani bertanya padaku untuk
membantu mereka atau membantumu!"
Wanita berbaju putih berkata dengan dingin:
"Bila aku ketua Jian-kin-kau, apa tindakanmu?"
Dengan nada marah A Bin berkata:
"Kalian Jian-kin-kau membunuh orang yang tidak
berdosa, dan ingin menggunakan kekerasan untuk
menghancurkan orang-orang dari aliran putih......"
Wanita berbaju putih itu memotong perkataan A Bin
berkata: "Cukup! Aku balik bertanya, apakah kau bisa
membuktikan mereka 'tidak berdosa' dosa dua kata itu
terhadap siapa?" berkata lagi sambil tertawa sinis, "Aku kira
kau sangat pintar, ternyata kau hanya bisa memutus kan
sesuatu masalah hanya dengan pandangan sepihak dan
disalah artikan. Aku tanya, apakah boleh membalas
dendam, adik membalas dendam untuk kakak, membunuh
penjahat, apa bisa dikatakan membunuh orang yang tidak
berdosa!" A Bin berkata dengan gagah:
"Tujuh belas hweesio di biara Cu-sia, dan kemungkinan
yang telah dibunuh oleh kalian Thi-koan Tojin, bukankah
mereka tidak berdosa!"
Dewi KZ 367 Wanita berbaju putih itu berkata lagi:
"Betul! Mereka memang pantas mati, Thi-koan Tojin
adalah pembunuh kakakku, ke tujuh belas murid Cu-sia
adalah anak buat hweesio itu yang turut serta, aku
membunuh ke tujuh belas hweesio, dan hweesio tua telah
kukurung di satu tempat siap digabung dengan musuh lain
untuk menghormati kakakku di sorga, apa mereka pantas
dibunuh, apa mereka tidak berdosa!"
A Bin tidak bisa menjawab pertanyaan itu, maka berbalik
kepertanyaan lain: "Bagaimana dengan Po Kong-hoo dan Dua tuli dari Buie-san, apa mereka pun termasuk musuhmu?"
Masih dengan nada dingin wanita berbaju putih itu
berkata: "Mereka bukan musuhku, kau pun bisa lihat sendiri
mereka adalah jagoan setempat yang licik, mereka telah
banyak berbuat dosa selama hidupnya, aku hanya pinjam
nyawa mereka untuk memberi peringatan pada seluruh
partai, mereka berdosa, jadi aku bukan membunuh orang
yang tidak berdosa."
Menghadapi wanita berbaju putih yang berkata dengan
nada mendesak dan fakta yang dibeberkan, A Bin merasa
agak kewalahan, terpaksa dia mencari kata lain untuk
bertanya: "Jadi, anak buahmu, sudi diperalat dan diperintah
olehmu, tetapi di saat yang genting kau tega juga
membunuh mereka untuk menutup mulut, apa mereka pun
pantas mati!" Wanita berbaju putih itu tertawa mendengar ucapan A
Bin, katanya: Dewi KZ 368 "Bagaimana" sudah habis kata-kata yang ingin kau
ucapkan, sekarang kau tidak akan menyentak aku
membunuh orang yang tidak berdosa, mengatakan harus
atau tidak, terus terang agar kau mengerti! Orang orang di
aliranku, kebanyakan orang orang yang terlalu banyak
berbuat kejahatan, mati buat mereka tidak jadi soal, saat
bersumpah masuk ke Jian-kin-kau, mereka bersedia
berkorban untuk partai, dan tidak akan menolak, maka,
agar rahasia Jian-kin-kau tidak bocor, bila perlu membunuh
mereka di saat genting untuk memenuhi sumpah mereka,
jadi bukan mati sia-sia."
Mendengarkan kata-kata wanita itu, A Bin menganggap
kata-kata itu tidak masuk norma-norma hidup manusia,
tetapi masuk akal juga, wanita ini biar licik dan jahat, tetapi
punya pandangan lain dari orang biasa, maka untuk sejenak
A Bin tidak bisa bertanya lagi.
Wanita berbaju putih itu berkata panjang lebar:
"Kau harus tahu, kau menganggap Siauw-lim-pay dan
Bu-tong-pay yang menyombongkan diri sebagai golongan
putih, apakah tindakan mereka semua betul" Coba pikirkah
dengan teliti, apa mereka pernah melepaskan musuhnya,
mengampuni musuh, apakah senjata dan kepalan mereka
pernah kasihan pada musuhnya" Asalkan ada yang
merongrong kewibawaan mereka" Mereka membikin aturan
sendiri, kata mereka itu aturan dunia persilatan, bila ada
orang berbuat sesuatu di luar aturan mereka, mereka
menuduh orang itu aliran sesat, dan menjadi musuh
kelompok aliran putih dan siap membasmi orang-orang itu,
dan mereka menghukum orang yang berlainan pikiran, dan
mengasingkan aliran lain, apakah ini dinamakan membela
kebenaran, menjun jung tinggi aliran dunia persilatan, bila
ada orang lain berbuat hal yang tidak sama dengan mereka,
mereka di cap jahat dan berbahaya untuk dunia persilatan,
Dewi KZ 369 maka mereka bergabung untuk membasmi orang-orang itu,
apakah kau bilang perbuatan mereka betul dan masuk
akal?" A Bin sebenarnya sangat pintar, namun pengalamannya
masih hijau dan pengetahuannya pun sangat sedikit, lebihlebih dalam pengetahuan mengenai hubungan golongan
partai-partai di dunia persilatan, dia tidak jelas, A Bin
hanya melihat berdasarkan apa yang dilihatnya baru
memutuskan bagaimana bertindak, setelah dikupas dengan
jelas oleh wanita berbaju putih itu, pandangan baik
terhadap partai-partai putih menjadi goyah, tetapi A Bin
tetap tidak setuju tindakan wanita itu yang melawan tata
krama yang lazim, namun A Bin menaruh salut pada
wanita itu atas kepintaran dan pengalamannya, yang
membikin A Bin tidak mengerti adalah kenapa banyak
murid-murid Jian-kin-kau begitu hormat pada wanita ini,
sudi diperintah, mereka diam semua waktu dibilang orangorang jahat dan pantas dibunuh, sama sekali tidak marah.
A Bin sedang bingung berpikir, terdengar suara merdu
dari wanita berbaju putih itu dengan kata:
"Hai, anak muda, kenapa tidak tanya lagi" Apa sudah
tunduk padaku, setuju atas pandanganku!"


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejah bertemu wanita berbaju putih itu, A Bin selalu
kalah berdebat dengan lawan yang pintar dalam kata kata
dan memojokan, harga diri A Bin terganggu, begitu
mendapat pertanyaan lagi, A Bin mengerutkan alis mata,
bertanya dengan terpaksa:
"Kau bilang membalas dendam atas orang tua dan
kakakmu, apa betul fakta itu?"
Mata wanita berbaju putih itu terlihat api dendam,
dengan suara sedih berkata:
Dewi KZ 370 "Bila kau tidak percaya, lain hari boleh selidiki kejadian
sepuluh tahun lalu, saat itu di dunia persilatan ada dua
jagoan dari marga Kou, riwayat mereka bagaimana" Bila
kau sudah tahu jelas baru bisa percaya bahwa kata-kataku
hari ini adalah betul!"
Melihat wanita itu sedih, A Bin diam sejenak, lalu
bertanya dengan serius: "Dan kedatanganmu di biara ini untuk apa?"
Wanita berbaju putih itu dengan mata bersinar, nada
suara berobah sadis dan berkata:
"Dua jago dari marga Kou adalah ayah dan kakakku,
mereka hanya biasa berbuat seenaknya, tapi tidak sekejam
yang dikatakan orang-orang yang menamakan dirinya
golongan putih, tetapi oleh mereka marga Kou itu dicap
musuh bersama, mereka mengumpulkan jagoan dari semua
partai, mendesak ayah dan kakakku menyingkir kemanamana, dan tidak dapat hidup tenang, dan akhir kata
kakakku dibunuh oleh kepungan Thi-koan Tojin dan
puluhan murid-muridnya, ayahku dikepung dalam satu gua
gunung terlantar, tidak sudi dipermalukan, akhirnya
tertangkap dan bunuh diri, maka pada hari ini aku
menggunakan kesempatan semua jagoan berkumpul disini
untuk membasmi mereka semua, dan selanjutnya memburu
sisa-sisa murid mereka, itu adalah rencanaku mendirikan
Jian-kin-kau, kau mengertikan!"
Mendengarkan rencana wanita berbaju putih yang jahat
itu, tubuh A Bin terasa dingin, segera berkata:
"Mereka tidak semua musuhmu, pasti ada yang tidak
berdosa, kau ingin membunuh semua, apa tidak
keterlaluan!" Wanita berbaju putih itu berkata dengan sinis:
Dewi KZ 371 "Kenapa kau berkata begitu, aku berbuat sesuka hatiku,
dan saat ayah dan kakakku dibunuh, apakah ada orang
berusaha minta mereka jangan membunuh!"
Mengetahui wanita berbaju putih itu bernada sombong,
seolah-olah seluruh jagoan di biara Siauw-lim berada dalam
genggaman tangannya, dan berniat membunuh semua
orang, hati A Bin jadi makin berat, tetapi A Bin berpurapura tidak percaya akan hal tersebut, dengan sinis bertanya:
"Kau sendiri yang bermulut besar, apakah anak buahmu
yang demikian bisa membunuh semua jagoan dalam biara
Siauw-lim?" Wanita berbaju putih itu tidak segera menjawab, hanya
melirik A Bin dengan sepasang mata yang jernih, melihat
muka A Bin penuh pertanyaan, dia merasa tidak tega juga,
maka berkata dengan dingin:
"Anak muda, kau meremehkan kemampuanku, biarlah,
bila sekarang kau tidak akan percaya,'sebentar lagi fakta
akan berbicara, kau pasti percaya!"
Sejak berdekatan dengan wanita berbaju putih itu, A Bin
tahu wanita ini mempunyai pikiran lebih tinggi dari orang
lain, dan hati dia sangat dengki, kata-kata yang diucapkan
bisa dilaksanakan, maka A Bin segera berkata:
"Bila kau akan membasmi semua orang di biara Siauwlim, aku siap menjadi musuhmu, dan aku segera pulang ke
biara menunggu kedatanganmu!"
Habis berkata A Bin ingin membalikan tubuh, tapi dia
merasakan ada sebuah tenaga menyapu dari belakang tubuh
ke arah punggungnya. Begitu merasakan serangan mendadak ini, dan merasa
berada dalam kurungan musuh, A Bin telah mempersiap
kan diri, biarpun tenaga serangan itu tanpa bersuara, tetapi
Dewi KZ 372 bagi A Bin dia sudah siap menolak serangan itu, maka A
Bin membalikan telapak tangan memukul balik serangan
itu, lalu tubuhnya berdeser ke samping dengan gesit.
Belum sempat melihat serangan itu datang dari orang
mana, sudah ada tiga musuh menggunakan senjata
mengeroyok A Bin. Dalam kurungan musuh A Bin
menduga mereka adalah pesilat tangguh dari pihak lawan,
maka A Bin tidak berani gegabah, menggunakan kedua
tangan sebagai pedang, dia memusat tenaga dalam
menghadapi ke tiga musuhnya.
Salah satu lawan mengayunkan sebilah golok berlapis
emas dengan jurus Pek-san-ciu-bo (Membelah gunung
menolong ibu) menghantam kepala A Bin.
A Bin menghindar serangan ini dengan bergeser ke
samping sekitar lima kaki, tetapi satu lawan lainnya
menggunakan satu pecut dari urat naga menotok A Bin
dengan cepat, ujung pecut yang berkepala naga dari bahan
emas berkilauan sambil membawa suara yang memecahkan
udara. A Bin menggunakan angin dari jari tangan kiri membuat
sebuah tusukan angin seperti pisau tajam mengunci pecut
yang datang, tenaga aneh yang menahan gerakan pecut
membuat lawan ini tidak berani beradu tenaga, dengan
menggoyangkan lengan kanan-nya, dia menarik kembali
pecut urat naga itu. Lawan ke tiga dengan pena baja menyerang A Bin
dengan jurus Keng-hong-li-wei (Burung Hong terkejut lari
dari rumput danau) menotok dada depan A Bin, A Bin
menutup serangan itu dengan gelombang tenaga dari
telapak tangan kanan. Orang ketiga itu segera menarik
kembali pena bajanya, menggetarkan tangan kanan,
membuat sejalur sinar putih dengan cepat menyerang A
Dewi KZ 373 Bin, ternyata tangan kanan orang ini menggunakan sebuah
palu yang di ikat rantai, senjata itu bisa dipegang di tangan
sebagai senjata juga bisa dilepaskan sebagai senjata rahasia,
membuat lawan susah menghindar.
Menghadapi serangan itu, A Bin berteriak sekali, tangan
kanan yang dibalik dirobah menjadi telapak, dengan penuh
tenaga dalam memotong dari samping, jurus A Bin yang
tadi turun ke bawah segera di balik ke atas menutup
serangan lawan, tindakan A Bin yang merobah jurus
dilakukan pada saat yang sangat genting karena
keselamatan jiwanya terancam.
Serangan balik A Bin penuh dengan tenaga dalam hingga
mengeluarkan suara berciutan, terpaan angin dari telapak A
Bin menghantam tali perak yang digunakan orang ketiga
itu, rantai emas yang mengikat palu itu segera putus
menjadi dua bagian, palu yang masih bunyi tersebut
meluncur melalui pinggir kuping A Bin. '
A Bin tahu ilmu yang digunakan tadi menggunakan
tenaga sepenuhnya, tetapi tidak menduga tenaganya bisa
begitu dahsyat sehingga bisa memotong emas seperti tanah.
Saat A Bin tercengang atas tenaganya sendiri, dua lawan
lain menyerang lagi dari dua arah, orang ketiga juga balik
menyerang lagi dengan pena bajanya.
Ketiga orang yang setaraf dengan pesilat nomor satu
tetap tidak mudah melumpuhkan A Bin, A Bin yang
mengetahui tenaganya terlalu hebat, tidak berniat melukai
lawannya, dia hanya menggunakan kedua jurus telapak
tangan menghadapi tiga orang yang membuat gelombang
tekanan di udara, dan jurus A Bin yang diselipkan dalam
serangan telapak tangan memaksa tiga musuh mundur
untuk menghindar, bagi A Bin melawan tiga musuh adalah
pekerjaan ringan. Dewi KZ 374 Wanita berbaju putih yang melihat dari pinggir,
mengetahui tiga anak buah dia tidak bisa menaklukan A
Bin, segera dia memberi isyarat pada orang yang berdiri di
pinggir, berkata pelan: "Pau-it, kau bantu mereka!"
Orang yang diperintah itu segera meloncat dan berteriak,
menggunakan kedua kepalan berturut-turut menyerang A
Bin sebanyak empat pukulan.
Orang yang dipanggil Pau-it itu tenaganya sangat kuat,
jurus kepalannya menimbulkan gelombang keras,
menerbangkan pasir-pasir yang diatas tanah.
A Bin yang berencana melukai salah satu dari tiga orang
musuh, mendapat serangan dari orang baru itu, merasakan
satu tenaga yang menekan dadanya, A Bin merasa terkejut,
berpikir pembantu-pembantu Jian-kin-kau betul-betul sangat
kuat, orang kuatnya terlalu banyak, sedang dia hanya
sendiri bila tidak segera mengakhiri pertarungan dengan
jurus ganas, akan sangat merugikan, maka setelah Pau-it
menyerang empat jurus, A Bin menghindar ke pinggir,
dengan tangan kanan menggunakan jurus Ya-hwee-siauthian (Api liar membakar langit.) tangan kiri dengan jurus
Tong-lai-ci-kie (Di timur datang udara ungu) membuat
sekeliling tempat bertarung timbul arus angin yang dahsyat
menerjang empat musuh A Bin.
Wanita berbaju putih itu segera berteriak:
"Berhenti......."
Empat orang yang menyerang A Bin mengikuti perintah,
segera menarik jurus masing-masing, berhenti di tempatnya.
A Bin menjadi tercengang, tidak tahu apa arti dari
teriakan itu, dia pun turut berhenti bertarung, tetapi tetap
menjaga diri. Dewi KZ 375 Dengan tertawa riang wanita berbaju putih itu berkata:
"Ilmu yang bagus, melawan empat orangku kau masih
bisa mengalahkannya, punya kepandaian yang begini bagus
buat orang yang seumurmu, atau yang lebih tua pun sulit
mencarinya, sayang kau kurang cerdik dan waspada, hanya
mengandalkan keberanian darah muda, mana bisa
memimpin dunia. Contohnya, kau melawan kita dengan
jurus keras melawan keras, ini adalah ulah yang bodoh, bila
kita memakai sepuluh orang melawan kau sendiri dengan
cara bergilir, akan membuat kau kehabisan tenaga, terakhir
akan lemas dan tidak bisa melawan, apalagi kita masih
punya senjata rahasia yang maha dahsyat untuk
melumpuhkan pesilat-pesilat kuat, bila senjata itu
digunakan, biarpun kau punya ilmu sangat tinggi, juga tidak
bisa menghindar dan akan mati."
Mendengar kata kata itu A Bin menjadi marah, dia
berkata dengan keras: "Kau jangan terlalu sombong, biar kau punya banyak
orang dan senjata rahasia yang maha dahsyat pun tidak bisa
melawan aku, dan bila aku melawan dengan keras, entah
berapa banyak anak buah mu akan mati di tanganku!"
Wanita berbaju putih itu tersenyum berkata:
"Betul, karena itu aku perintahkan mereka berhenti, agar
aku bisa merundingkan sesuatu dengan mu, kukira kau
tidak perlu bertarung mati-matian untuk orang-orang yang
tidak hubungannya denganmu, aku pun tidak mau
menghabiskan tenaga menghadapi-mu, sebab kau bukan
sasaran kita. Dan yang penting, selama ini aku berbuat
sesuatu dengan cara sadis, jarang menaruh perhatian baik
pada orang lain apalagi mengalah, setelah bertemu
denganmu, aku bersabar tidak mau melukaimu, tapi kau
jangan salah paham bahwa aku takut padamu!"
Dewi KZ 376 A Bin tidak menyangka wanita berbaju putih itu berkata
demikian, dia jadi terdiam, hingga sementara dia tidak bisa
bicara. Wanita berbaju putih itu merubah nada bicaranya
dengan lebih ramah, katanya:
"Anak muda, aku bisa menduga dari adatmu pasti tidak
mau masuk ke golonganku, aku pun tidak ingin orang
seperti kau masuk ke lingkungan kita, sekarang kau harus
dengar nasihatku, segera tinggalkan tempat bermasalah ini
dan turun gunung, semua orang dalam biara telah dikepung
oleh kita, tiap waktu bisa jadi setan, tenagamu sendiri sudah
tidak dapat membantu mereka lagi!"
Dalam hati A Bin bergetar mendengar kata-kata itu, dia
tahu-kata wanita itu bukan gertakan kosong, dan
A Bin tidak ingin membiarkan para pendekar di biara
berada dalam bahaya, maka dengan suara lantang berkata:
"Bila kau tetap menjalankan perbuatanmu, aku pasti
berusaha mencegah dan bermusuhan denganmu!"
Wanita berbaju putih itu berkata dengan dingin:
"Kau tidak mau turut nasihatku, berarti kau cari
masalah, aku sudah bilang tidak akan menahan kau disini,
tetapi kau harus pegang janji, kau tidak boleh menceritakan
apa yang kau ketahui disini kepada para tua bangka itu, dan
satu lagi, kau harus ingat betul, bila kau mendengar tiga kali
suara dari terompet, kau harus pergi dari biara Siauw-lim
sejauh setengah li dalam waktu lima belas menit, bila tidak
kau mencari jalan mati sendiri!"
Setelah mendengar kata wanita berbaju putih itu, A Bin
tidak ingin tinggal disana lagi, dia ingin kembali ke biara
Siauw-lim, maka dia memberi salam kepada wanita itu dan
berkata: Dewi KZ 377 "Terima kasih atas perlakuanmu, nanti kalau bertemu
lagi, kita akan berhadapan sebagai teman atau musuh, lihat
saja nanti!" Sikap wanita berbaju putih itu berobah, dengan suara
sedih berkata: "Bila kau mau mendengar nasihatku, kita bisa bertemu
lagi, bila tidak, selamanya tidak akan bertemu."
Bersamaan itu dari luar seseorang berlari menghampiri
wanita berbaju putih itu, berkata:


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lapor pada Kaucu! Hu-kaucu memberi tugas padaku
agar melapor pada ketua, bahwa wakil ketua dan beberapa
ketua ranting telah menyelesaikan tugas yang diberikan
ketua dengan sempurna......."
Mata wanita berbaju putih itu bersinar terang, dengan
isyarat tangan menghentikan ucapan orang itu, dan
melototi A Bin berkata: "Kau harus ingat, mendengar tiga kali suara dari
terompet, segera keluar dari biara Siauw-lim, kau jangan
bandel, bila tidak......"
A Bin segera memotong ucapan wanita itu:
"Aku menerima baik keinginanmu, tapi aku punya
putusan sendiri, aku pamit!"
Sebelum A Bin pergi, seorang yang berdiri di samping
wanita berbaju putih itu berkata:
"Ketua harus tegas memutuskan, bila orang ini pulang ke
biara Siauw-lim, dan membocorkan rahasia kita, sia-sia kita
punya rencana bagus!"
Wanita berbaju putih itu dengan tegas berkata:
Dewi KZ 378 "Aku telah mengabulkan dia pergi, mana boleh
menyesal, dan aku percaya dia adalah seorang yang tidak
akan melanggar dan merusak janjinya!"
A Bin dengan salam pamit dan berkata:
"Kau jangan khawatir, bila aku sudah berjanji tidak akan
melanggar, tetapi jika dalam biara Siauw-lim aku bertemu
orang-orang kalian, aku akan menganggap mereka musuh,
dan aku tidak akan memberi ampun!"
A Bin membalikan tubuh, segera menyelinap ke dalam
hutan, wanita berbaju putih itu dan orang-orangnya betul
juga tidak mengejar A Bin, sehingga A Bin dalam sekejap
mata sudah tiba di depan pintu biara.
Waktu A Bin sampai di pintu biara, di depan pintu telah
berdiri empat hweesio yang berjubah putih, masing-masing
memegang tongkat besi dan singkup logam menghadang A
Bin. A Bin segera berkata: "Aku tadi keluar dari biara mengejar musuh, sekarang
ada berita penting untuk dilaporkan pada ketua Siauw-limpay, izinkan aku masuk biara!"
Empat hweesio itu tidak mengenal A Bin, semua
membentangkan senjata menghalangi jalan A Bin, salah
satu hweesio dengan suara keras berkata:
"Kita mendapat perintah dari ketua! Tiap orang sebelum
mendapat izin dilarang masuk, bila tuan ada urusan, harap
tunggu guru pengurus datang, dan menyampaikan pesan
tuan kepada ketua Siauw-lim-pay."
A Bin mengetahui wanita berbaju putih itu telah
merencanakan sesuatu, segera akan menyerang biara
Siauw-lim, sampai detik itu A Bin masih belum mengetahui
Dewi KZ 379 sedikit pun keterangan itu, hal demikian membuat A Bin
risau ingin cepat bertemu ketua Siauw-lim-pay, tetapi bila
dia memaksa masuk ke dalam, pasti ber-selisih dengan
empat hweesio itu, hal demikian akan menambah kesalah
pahaman, maka A Bin membalikan tubuh, menyusuri
tembok biara menuju ke belakang, memilih satu tempat
yang tidak diawasi oleh penjaga biara, meloncat ke atas
tembok. Ketika tubuh A Bin masih di udara, di atas tembok
mendadak muncul dua hweesio dengan tongkat
menghadang dan berteriak:
"Siapa" Berani sekali masuk ke biara Siauw-lim!"
A Bin tetap tidak ingin menerobos dengan kekerasan, dia
memutar tubuhnya lagi menuju tempat lain, berganti
beberapa tempat, tapi di atas tembok selalu ada hweesio
yang menghadang, ternyata, seluruh biara telah siap dalam
keadaan darurat. Bagi A Bin waktu tidak banyak, bila terlambat tidak bisa
menbongkar rencana jahat Jian-kin-kau, maka A
Bin memutuskan menerobos masuk dan memilih satu
tempat untuk diloncati, tubuh A Bin masih di atas udara dia
mendapatkan dua hweesio dengan senjata di tangan
menghadang. A Bin menyerang dua hweesio itu dengan dua kali
ayunan telapak tangan, terdengar rintihan dari kedua
hweesio itu, tubuh mereka terdorong dan tidak bisa
bertahan di atas tembok, hingga jatuh ke bawah.
Kaki A Bin segera mendarat di tembok itu, satu kali dan
melayang turun ke tanah. Begitu A Bin berdiri di tanah, hweesio-hweesio yang
berjaga di dalam halaman langsung menghadang A Bin,
Dewi KZ 380 kelompok hweesio ini dari empat penjuru menyerang A Bin
dengan tangan kosong. A Bin segera membalas dengan dua kali pukulan telapak
tangan menahan serangan kelompok hweesio, lalu dengan
menggunakan tenaga lawannya A Bin meloncat ke atas
melewati mereka dan menuju bagian tengah biara, lalu
giliran kedua kelompok hweesio menyerang bersamaan
sambil berkata O-mi-to-hud, satu arus angin pukulan yang
keras menghantam tubuh A Bin.
Ternyata serangan hweesio-hweesio itu berbeda satu dan
lainnya, ada yang menggunakan perubahan kepalan dan
telapak tangan, ada gabungan tenaga dalam menyerang,
agar lawan tidak bisa menebak jurus mereka.
Hampir saja A Bin tertipu oleh jurus-jurusnya, dia segera
menghimpun tenaga dalamnya, di atas udara disalurkan ke
dalam dua telapak tangan untuk menghadang tenaga dalam
gabungan hweesio-hweesio itu, ilmu warisan gurunya dan
saluran tenaga dalam dari gurunya membuat tenaga dalam
A Bin sangat kuat, biar pun kelompok hweesio itu
menggabungkan tenaga dalamnya pun tidak bisa melawan
A Bin. Tubuh A Bin hanya turun sedikit di udara, tetapi
kelompok hweesio yang menyerang pada jatuh di tanah, A
Bin segera lari menuju pusat biara.
Terdengar suara baju tersibak angin mendekati A Bin,
tiga kelompok hweesio datang menyerang, serangan mereka
lain lagi, mereka menyerang dari dua sayap, kepalan dan
telapak tangan saling berganti, A Bin mengerutkan alis
sejenak berteriak sekali, dua tangan membagi tenaga
menghadang musuh dari dua arah, tubuhya tetap maju ke
depan, berdiri di tempat sekitar satu tombak.
Dewi KZ 381 A Bin sekaligus membongkar pertahanan tiga kelompok
hweesio, berdiri di tempat baru, kelompok hweesio yang ke
empat menyerang dengan jurus berantai dan lain-lain jurus.
A Bin menembus tiga rintangan kelompok hweesio, dan
maju lebih dari dua tombak, hati A Bin tetap risau, dia
berpikir, Kian Ih belum memperlihatkan ketangguhan
ilmunya, tetapi murid-muridnya punya dasar tenaga yang
kuat, pantas bisa ternama dalam kalangan dunia persilatan,
kekuatan kelompok-kelompok hweesio merupakan kekuatan yang tidak bisa diremehkan, tetapi bila Jian-kinkau menggunakan akal licik, banyak hweesio pun percuma
bila diserang secara sembunyi-sembunyi, bila aku melayani
mereka terus-menerus, waktunya akan tersia sia, lebih baik
dia dengan cara cepat menuju pusat Siauw-lim-sie dan bisa
bertemu Kian Ih, baru saja ingin memusatkan tenaganya
menyerang kepungan hweesio, terdengar dua kali suara Omi-to-hud, kelompok hweesio-hweesio itu menghentikan
serangannya, masing-masing mundur ke tempat semula.
Ternyata, pengurus biara Siauw-lim Hong Ie Taysu
sudah muncul. A Bin sangat gembira, segera berteriak:
"Hong Ie Taysu! Murid-murid Siauw-lim-sie salah
paham padaku!......."
Muka guru besar Hong Ie seperti diselimuti salju dingin,
tidak menunggu A Bin habis bicara, dengan tertawa sinis
berkata: "Mereka tidak salah paham, ini adalah perintah ketua
Siauw-lim-pay, mencegah sicu masuk ke biara dengan
sembarangan, sicu dengan kekuatan sendiri leluasa
menerobos pertahanan Siauw-lim hingga empat lapis,
kepandaian sicu boleh dibanggakan. Sayang di luar sicu
Dewi KZ 382 bermuka jujur, tetapi di hati busuk, sudi jadi antek
gerombolan......" Dengan suara keras A Bin membela diri:
"Taysu! Semua ini salah paham, tadi aku mengejar
musuh hingga keluar biara, sekarang masuk kembali, ingin
memberi peringatan pada ketua Siauw-lim-pay."
Dengan suara marah guru besar Hong Ie berkata:
"Kau jangan bersilat lidah, kau ingin bertemu ketua kami
hanya ada dua jalan, satu jalan menerobos pertahanan
barisan Lo-han, satu lagi kau menyerah sambil menunggu
putusan setelah kami selesai meng-usir musuh, tetapi,
pinceng terus terang mengatakan, sicu telah menerobos
masuk ke dalam biara, ingin keluar lagi, tidak semudah
menurut keinginan sicu!"
A Bin terpaksa berteriak:
"Taysu! Kau jangan terpaku oleh perintah ketua dan
mencelakakan semua nyawa di dalam biara ini!"
Hweesio itu nada tidak percaya, berkata dengan tegas:
"Hanya dua jalan itu, tidak ada kompromi!"
A Bin menjadi lebih risau dalam hati berkata, 'bila aku
menurut kata hweesio ini menyerahkan diri menunggu
waktu di sidang, bukankah akan memberi peluang bagi
Jian-kin-kau melaksanakan rencana jahatnya, kelihatan
hanya dengan ilmu yang sungguh-sungguh aku baru bisa
menerobos lagi Maka A Bin dengan kata terpaksa berkata:
"Taysu tidak memberi kesempatan bagiku bicara,
maafkan aku berbuat kasar!"
Dewi KZ 383 A Bin memusatkan tenaga dalam di kedua tangan,
mendorong kedua telapak tangan menuju tubuh Hong Ie
Taysu yang telah siap juga menerima serangan A Bin,
terdengar satu suara keras "Bung!" dan kedua orang itu
bersamaan mundur satu langkah.
Hong Ie Taysu menarik nafas sekali, menggerakan
tulang-tulang tangan kanan hingga menimbulkan suara
yang menakutkan, lalu kakinya melangkah maju setengah
langkah siap menerima pukulan A Bin yang kedua kali.
Begitu kedua pukulan kembali beradu, lantai tanah pun
bergetar, A Bin mendadak berteriak, menggunakan tenaga
dorongan Hong Ie Taysu, tubuh A Bin melayang ke atas,
menuju ruangan pertemuan di pusat biara.
Barisan Lo-han dari Siauw-lim-sie dirancang khusus
dengan diam mengunci gerakan, dan digerakan sangat
cepat, di atas udara A Bin melihat ada tanah kosong untuk
mendarat, tapi begitu tumit kakinya mendarat ditanah itu,
satu tenaga tidak terlihat telah menyerang dadanya.
A Bin melayani serangan itu sambil melihat asal
datangnya tenaga itu, yang membuat A Bin terkejut disana
telah terkumpul sekelompok hweesio yang berdiri
berdampingan, sambil menyerang dengan telapak tangan
kanan, jaraknya masih sejauh satu tombak, tetapi tenaganya
bisa mencapai tubuh A Bin, A Bin segera mengambil
keputusan, ingin mengacaukan barisan Lo-han tu.
Beradulah dua tenaga, A Bing sambil berteriak,
melayangkan sebelah telapak tangannya menyerang bagian
kanan, bersamaan tangan kiri menyerang bagian belakang.
Tenaga gabungan hweesio-hweesio itu yang beradu
tenaga dengan A Bin jadi menghilang di alihkan oleh
tenaga A Bin. Dewi KZ 384 Tetapi secara bergantian hweesio-hweesio itu maju lagi,
sekarang kelompok baru dari barisan belakang menyerang
A Bin dengan tenaga gabungan.
A Bin berpikir dengan cepat, kalau berduel dengan cara
begini, dia tidak akan bisa bertemu dengan ketua Siauwlim-pay, sebab dia khawatir melukai orang, dia tidak berani
mengeluarkan tenaga penuh.
Setelah berpikir begitu dia mencari cara untuk keluar dari
kepungan itu, maka setelah A Bin memusatkan tenaga
menghilangkan tenaga musuh, segera dia meloncat ke
udara, loncatan A Bin setinggi tiga atau empat tombak,
mata A Bin di udara melihat ketua Siauw-lim-pay dan ketua
Bu-tong-pay sedang melihat pertarungan hweesio-hweesio
mereka melawan A Bin dalam jarak dua bangunan lagi,
karena jarak agak jauh, A Bin masih tidak bisa langsung
menghadap mereka. Di udara mata A Bin juga melihat gerakan Lo-han-tin
yang sangat hebat, hweesio-hweesio itu sedang mundur
teratur secara kilat namun langkah mereka tidak bersuara.
A Bin melihat tidak ada satu ruangan kosong untuk
berpijak, jika A Bin bergerak menuju sasaran tertentu,
mereka menuju kesana juga. Dalam tubuh A Bin yang akan
turun pelan-pelan, A Bin melihat mata hweesio-hweesio itu
sama sekali tidak ada satu orang pun yang melihat ke arah
dia, A Bin segera bergerak membalikan rubuh dengan
kepala di bawah kaki di atas, tangan memukul bahu salah
seorang hweesio. A Bin sengaja tidak memukul kepala botak hweesio itu
karena kasihan, sebab pukulan A Bin bisa menghancurkan
kepala hweesio itu, arah pukulan A Bin ke bahu hweesio itu
juga bisa membuat orang itu patah tulang, A Bin terpaksa
Dewi KZ 385 berbuat demikian karena ingin menolong semua nyawa di
biara. Dugaan A Bin ternyata meleset, hweesio yang di pukul


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu malah tidak apa apa, A Bin mendadak sadar, guna besar
barisan Lo-han ada di bagian saling terpadu tenaga
hweesio-hweesio itu untuk bersama-sama menerima
pukulan musuh, jadi tenaga seorang hweesio sama dengan
tenaga satu kelompok, maka seorang hweesio itu selamat
tanpa cidera. Tapi tenaga gabungan hweesio-hweesio itu sangat
berguna buat A Bin, dengan memanfaatkan dorongan
tenaga itu A Bin terbang menuju ruangan pusat.
Kelompok hweesio-hweesio itu segera merubah barisan
mengejar laju terbang A Bin, tetapi percuma saja, sebab A
Bin sudah lari jauh, maka mereka berhenti.
A Bin terbang di udara beberapa tombak, dan menambah
tenaga di udara sekali, sesudah berada di atas lapangan
ruang pusat, mata A Bin melihat hweesio yang berjaga
hanya sedikit, kemungkinan sudah ditugas kan ke beberapa
tempat. A Bin membiarkan tubuh turun dengan santai di tanah
kosong sekira dua tombak di depan ketua Siauw-lim-pay
Kian Ih Taysu yang didampingi Soat-song Cinjin, pendekar
dari sungai Hoai Sangguan Leng, dan Hun San-kiau dari
gunung Kun-lun. Karena tahu mereka salah paham terhadapnya, maka A
Bin mendahului berkata: "Hong-tiang, izinkan
menjelaskan......." Dewi KZ aku berbicara dulu dan 386 Pendekar dari sungai Hoai berwatak jujur namun
ceroboh, mula-mula sangat hormat pada A Bin, sekarang
malah marah dan putus asa, dia berkata dengan marah:
"Orang yang licik dan munafik, tidak perlu dikatakan
lagi, aku akan menghajar kau dengan tulang tua bangka
ini!" Sesungguhnya, Sangguan Leng tahu ilmu silat A Bin
jauh lebih tinggi dari pada dia, tapi karena tidak tahan
emosi, maka dia ingin melawan A Bin biar pun nyawanya
melayang, maka begitu menyerang, jurus yang digunakan
adalah jurus andalan dari perguruan yang dinamakan Samtan-in-gwat (Tiga kali mencetak bulan) dengan cakar yang
seperti besi menyerang dada A Bin sampai menimbulkan
tiga bayangan cakar tangan.
Mengetahui serangannya sangat kuat, sedang kedudukan
orang tua ini setingkat dengan Kian Ih Taysu dan Soat-song
Cinjin, maka A Bin menggunakan telapak tangan
menyerang dari samping, bersamaan itu tubuh A Bin
melesat ke samping, bagi A Bin yang menguasai ilmu
tinggi, dia mampu menahan serangan sadis dari Sangguan
Leng. Serangan pertamanya tidak berhasil, Sangguan Leng
dengan berteriak berkata:
"Bajingan, kau ingin lari kemana!"
Tubuh Sangguan Leng terbang ke udara, bagaikan
bayangan mengejar ke depan A Bin, dia mengeluarkan lima
jarinya mencakar kepala A Bin.
Sepintas A Bin melihat pusat tangan Sangguan Leng
yang berwarna merah darah dan berhawa panas dari tangan
orang tua ini, A Bin mengetahui orang tua ini
menggunakan ilmu andalan lainnya.
Dewi KZ 387 Kedua ilmunya ini telah melambungkan nama besar
Sangguan Leng, yang pertama jurus tangan Sam-tan-ingwat dan kedua ini jurus Ci-eng-jiauw (Cakar elang merah).
A Bin mempunyai Han-kie-sin-kang, mana mungkin
takut pada ilmu Ci-eng-jiauw, tetapi A Bin menilai
Sangguan Leng adalah orang tua yang jujur, karena salah
paham dia jadi bertindak ganas pada A Bin dan
melancarkan ilmu mematikan, bila A Bin betul-betul
membalas, orang tua itu pasti sudah terluka parah, maka A
Bin tidak berani beradu tenaga langsung.
A Bin memusatkan tenaga dalam, dengan sedikit
tekanan pada ujung kaki, menggunakan ilmu meringankan
tubuh yang sangat tinggi, dia terus menghindar dari
serangan musuhnya, kecepatan gerak A Bin sangat
mengagumkan Jurus Sangguan Leng terus-menerus meleset dan tapi dia
tidak mengeluarkan jurus lain, Soat-song Cinjin dengan
suara seperti naga bernyanyi, berteriak:
"Bibit jahanam, kau berilmu tinggi, tetapi sayang
tersesat, aku bertekad membersihkan hawa silumanmu
dengan pedang pembasmi iblis ini!"
Sebagai ketua Bu-tong-pay, ilmu pedang Soat-song
sangat ampuh, tubuhnya bergerak bagaikan anak panah
terlepas dari busur, bayangan kuning berkelebat, tubuh
Soat-song Cinjin sudah di depan A Bin, menyerang dengan
jurus pedang Tok-liong-can-wan (Naga beracun melilit
pergelangan tangan.). A Bin menggunakan tangan sebagai pedang, tangan kiri
dengan jurus Ceng-im-cut-tong (Awan hijau keluar goa)
arus angin dari pedang tangan A Bin setajam pedang asli
juga dengan cepat memotong lengan kanan Soat-song
Cinjin, serangan A Bin merobah posisi bertahannya.
Dewi KZ 388 Melihat A Bin bisa menggunakan tangan menggantikan
jurus pedang dan sangat dahsyat, Soat-song Cinjin sangat
terkejut sekali, dia segera menarik kembali pedang dan
berbalik menyerang, dalam sekejab mata sudah menyerang
tiga jurus pedang berturut-turut.
A Bin menggerakan tubuh menghindar serangan pedang
dari Soat-song Cinjin, berkata dengan cepat:
"Totiang, biarkan aku bicara dulu, urusan ini
menyangkut nyawa seluruh hweesio dan para pendekar
disini, harap kau tahan emosi marah sebentar!"
Soat-song Cinjin malah marah berkata:
"Bibit iblis! Masih muda tetapi licik, sampai detik ini
masih ingin menipu orang, kau anggap kami anak kecil!"
sambil menyerang A Bin dengan tusukan pedang sebanyak
tiga kali. A Bin terpaksa menggunakan tangan kanan menutup
serangan Soat-song Cinjin, tangan kiri menggunakan jurus
pedang tangan See-thian-cau-seng (Perjalanan suci ke langit
barat) memancarkan cahaya yang kuat.
Soat-song Cinjin merasa ada tekanan dari tangan A Bin
datang dari segala penjuru, bagi dia yang mahir dalam ilmu
pedang, dia tahu bahwa jurus ini adalah jurus paling tinggi
dalam ilmu pedang, untuk sementara dia tidak tahu
bagaimana harus menghadapi-nya, maka dia hanya
menggoyangkan tubuh mundur sebanyak lima kaki.
A Bin berhasil mendesak mundur Soat-song Cinjin,
pendekar Hun San-kiau dari Kun-lun dengan cepat maju ke
depan A Bin dan melancarkan jurus Sui-man-kim-san (Air
menggenangi gunung emas), orang ini mempunyai tenaga
dalam tinggi, dengan bersuara keras kepalannya menyerang
dada A Bin. Dewi KZ 389 A Bin takut melukai pendekar ini, maka tubuh-nya
menghindar ke samping dengan jurus pedang tangan
menyerang Hun San-kiau. Hun San-kiau menggunakan kepalan tangan kanan,
melawan dengan jurus Tui-san-tia-hai (Merobohkan gunung
mengisi laut), jurusnya menimbulkan angin pukulan yang
kencang, dan tangan kiri menggunakan jurus cengkraman
mencakar tangan kanan A Bin.
Tangan kiri A Bin dengan jurus pedang tangan Han-yanti-ie (Walet dingin mencabut bulu) menutup jurus
cengkraman Hun San-kiau, tubuh A Bin bergeser ke
samping sedikit, menghindar serangan lawan, dan tangan
kanan A Bin dengan jurus Sam-seng-coan-gwat (Tiga
bintang mendekati rembulan), menciptakan tiga bayangan
telapak tangan, memaksa Hun San-kiau mundur dua
langkah, A Bin segera menyerang lagi, tenaga tangan
kirinya membantu mendesak Hun San-kiau mundur kedua
kalinya, dalam sekejab Hun San-kiau terdesak mndur tiga
tombak. Tiba-tiba telinga A Bin mendengar satu suara O-mi-tohud yang keras dari belakang, membuat telinga A Bin ikut
mendengung, dan satu angin yang kencang menuju lengan
A Bin, A Bin tahu bahwa ketua Siauw-lim-pay Kian Ih
Taysu sudah turun tangan, maka A Bin menggunakan ilmu
warisan gurunya Ceng-liong-jiauw (Cengkraman naga),
dengan lima jarinya mencengkram tangan Kian Ih Taysu.
Pedang Berkarat Pena Beraksara 14 Pendekar Mabuk 066 Hulubalang Iblis Radio Jojing 2

Cari Blog Ini