Ceritasilat Novel Online

Legenda Golok Halilintar 8

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li Bagian 8


Kata-kata itu membuat Hong-tai, Siau-cian dan Cia Malek jadi ketakutan dan bengong.
Cukat Hiang pandai melihat muka orang, dia sudah tahu
bahwa Yo-po-lo-to sengaja mempermainkan anak-anak
muda ini, padahal dia sudah punya cara pengobatan tetapi
tidak segera dikatakan, maka Cukat Hiang dengan tertawa
berkata: "Yo-po Toako, aku memanggilmu demikian, harap
jangan marah! kau jangan pura-pura lagi, kau punya cara
apa yang bagus, cepat terangkan, agar anak muda tidak
takut dan terkejut."
Yo-po-lo-to menjawab dengan berkata:
"Siucai, kau pintar memerankan orang baik, malah
membongkar rahasiaku......"
Pencuri ulung Leng Hau-te pun meminta pada Yo-po-loto dengan kata:
"Betul, cepat kau katakan saja!"
Yo-po-lo-to membelalakan menyindir dengan berkata:
Dewi KZ mata putihnya, balik 457 "Pencuri tua! Kau pun mendesak aku, kau sayang pada
muridmu, supaya tidak ketakutan. Kau juga sudah tahu,
lebih baik kau......"
Pencuri ulung Leng Hau-te pernah menjadi brandalan,
tetapi beberapa tahun ini, sudah banyak berobah dan
memperdalam ilmu kebatinan, sambil tersenyum dia
berkata: "Lui-lote ini berlatih tenaga dalam yang bersifat dingin,
tidak cocok dengan keadaan tubuhnya sekarang, setelah
terkena totokan, tenaga murni dalam tubuh yang berlainan
sifat menjadi bentrok, cara menolongnya harus dengan obat
yang sifat positif dan di bantu oleh orang yang betul-betul
kuat tenaga dalamnya, membantu dia memulihkan tenaga
dan melalui sembilan kali putaran baru bisa baik!"
Cukat Hiang sudah memikirkan obat yang cocok buat A
Bin, maka katanya: "Obat yang bersifat panas ada Ku-cun, Lu dan Ma-hu,
barang yang ada di tempat jauh, tidak bisa diambil dalam
satu jam, dan apa mujarab buat sakit A Bin......"
Kian Ih Taysu segera memutuskan ucapan Cukat Hiang,
sambil berucap satu kata O-mi-to-hud, dengan hidmat
berkata: "Aku telah mengetahui benda bersifat panas yang
mujarab, dan benda itu ada di dalam biara......"
Semua orang nampak gembira, Cukat Hiang dengan
nada riang berkata: "Barang berharga apa, aku belum pernah dengar,
bolehkah semua orang mengetahui?"
Kian Ih Taysu perlahan-lahan berkata:
Dewi KZ 458 "Benda itu adalah Tulang putih yang meng-kristal (Su-likut) dari maha guru yang meninggal dan telah
dikremasi......" Kata-kata itu membuat semua orang terkejut, mereka
tahu bahwa maha guru biara Siau-lim itu adalah hweesio
agung yang sudah hidup selama seratus tahun, dan telah
mengabdikan diri selama enam puluh tahun di biara dan
baru saja dikremasi, dalam tumpukan tulangnya terdapat
Tulang putih itu, untuk menghormati jasanya, Tulang putih
dari seorang maha guru agama Budha di hormati sebagai
barang langka, dan benda itu diletakan dalam biara sebagai
benda pusaka. Betul Tulang putih itu bisa berguna untuk
menyembuhkan orang yang hampir mati, ibarat mengganti
tulang yang rapuh dan kulit yang terkelupas, benda yang
dianggap keramat itu bukan sembarang orang bisa
mendapatkan, semua orang tahu bahwa benda itu sangat
mujarab, belum pernah ada orang yang boleh mendapatkan
benda itu. Sekarang Kian Ih Taysu sudah berkata begitu
berarti dia ingin memberikan benda pusaka itu pada A Bin,
semua orang jadi terkejut dan iri, karena celaka A Bin
malah mendapat rejeki. Karena itu benda pusaka biara Siau-lim, jadi semua
orang tidak berani meminta barang itu buat A Bin. Hanya
Hong-tai dan Siau-cian saling pandang sejenak dan
menghampiri Kian Ih Taysu sambil memberi hormat pada
ketua Siau-lim. Kian Ih Taysu mengetahui maksud kedua anak gadis itu,
sambil mengucapkan 'O-mi-to-hud', dia berkata:
"Kalian tidak perlu memberi hormat padaku, aku sudah
memutuskan akan memberikan benda pusaka itu pada A
Bin Siauhiap, sebab kalau bukan dia tadi yang membantu
Dewi KZ 459 kita, biara Siau-lim akan hancur, bila sampai terjadi hal
yang demikian, benda pusaka itu pasti jatuh ke tangan
aliran Jian-kin-kau. Aku memberikan benda itu pada
penolong Siau-lim, kukira arwah beliau pun akan
mengerti." Semua orang baru lega setelah ketua Siau-lim-sie berkata
begitu jelas. Sambil tertawa terbahak-bahak Yo-po-lo-to berkata:
"Hweesio tua, aku sudah lama mengincar benda itu, bila
kau tidak mengatakan duluan, aku yang bermuka tebal pun
tidak berani membuka mulut untuk minta benda itu."
Hong-tai dan Siau-cian mengucapkan banyak terima
kasih. Cukat Hiang dengan gembira berkata:
"Benda mujarab telah didapat, tapi siapa orang yang bisa
membantu memulihkan tenaga dalam A Bin?"
Yo-po-lo-to menunjuk Kian Ih Taysu katanya:
"Tidak perlu jauh-jauh, biarkan hweesio ini yang
mengerjakan, sebab tenaga dalam dia adalah pilihan yang
paling tepat." Sambil merapatkan kedua telapak tangan Kian Ih Taysu
berkata: "Pinceng pasti akan berusaha sekuat tenaga membantu
memulihkan kesehatan A Bin Siauhiap."
Setelah itu Hong-tai, Siau-cian dan beberapa orang
hweesio Siau-lim mengawal A Bin masuk ke dalam biara
menunggu Kian Ih Taysu. Kian Ih Taysu dengan pesilat lain memeriksa kerusakan
biara Siau-lim, terlihat bekas kebakaran dan tembok yang
retak ada dimana-mana, beruntung tidak terlalu besar
Dewi KZ 460 kerugian biaranya, dan api dapat dipadamkan dengan
tuntas dua jam kemudian. Dalam kesempatan diwaktu memeriksa keadaan biara,
Cukat.Hiang menceritakan kejadian dalam biara yang
menegangkan, semua orang baru tahu bahwa bila tidak ada
orang yang membantu diam-diam, semua orang dalam
biara dan biara yang berumur ribuan tahun akan musnah
dalam kebakaran yang besar.
Ternyata Cukat Hiang pada waktu rapat sudah menaruh
curiga pada Thi-koan Tojin yang meminta cincin besi
hitam, dan memberi tugas pada orang untuk mengintai
gerak-gerik Thi-koan Tojin. Dan dilain pihak, Cukat Hiang
mendapat berita rahasia dari Gan Cu-kan tentang akan
adanya penyerangan besar-besaran oleh aliran Jian-kin-kau,
maka semua hweesio biara telah disiap-siagakan.
Lalu Cukat Hiang memasang jebakan di ruang
penyimpanan kitab yang dimasuki oleh wanita berbaju
putih dan A Bin, namun mereka dapat lolos.
Begitu wanita berbaju putih dan A Bin dapat meloloskan
diri, Cukat Hiang langsung minta pada Kian Ih Taysu
untuk menggerakan barisan Lo-han yang tangguh untuk
menjaga biara. Dia sendiri dengan Wie Tiong-hoo
meminpin tenaga orang yang kuat, berpatroli diseluruh
halaman biara untuk menangkap mata-mata aliran Jian-kinkau yang akan merusak biara.
Ternyata Thi-koan Tojin lebih pintar dari mereka, orang
biara yang ditugaskan mengawasi Thi-koan Tojin malah
dibunuh lebih dulu, dan dia dapat lari dengan tenang.
Setelah mengetahui orang sendiri terbunuh, Cukat Hiang
menjadi kelabakan, tidak bisa mengetahui mata-mata
Aliran Jian-kin-kau telah merencanakan siasat apa dalam
biara, dia sudah curiga pada musuh akan menaruh barang
Dewi KZ 461 mudah terbakar dalam biara, tetapi tidak dapat memastikan
ditaruh dimana. Dan bersama-sama dengan Wie Tionghoo, Gan Cu-kan untuk mencari tempat yang dicurigai
namun tidak berhasil Di saat orang pintar sekaliber Cukat Hiang pusing tujuh
keliling, ternyata mereka mendapatkan pesan rahasia dari
sehelai daun terbang yang mengabar-kan mata-mata dalam
biara telah dibasmi, dan minta Cukat Hiang meningkatkan
kewaspadaan terhadap musuh baru yang akan berusaha
masuk biara lagi. Cukat Hiang tidak percaya penuh pada pesan rahasia itu,
dengan hati-hati menilai orang yangmemberi pesan yang
tidak jelas, dia masih tetap melakukan pemeriksaan yang
ketat, tapi tidak berhasil mendapatkan apa-apa.
Cukat Hiang hanya dapat memberi perintah pada semua
orang untuk lebih waspada.
Setelah pihak aliran Jian-kin-kau memberi perintah
melalui panah api di udara, ternyata hanya sebagian kecil
halaman biara saja yang terbakar, tidak terjadi kebakaran
yang susah dipadamkan, hati Cukat Hiang jadi terlepas dari
beban berat. Karena Kian Ih Taysu dan Cukat Hiang telah mengatur
penjagaan yang sempurna, maka penyerangan orang-orang
aliran Jian-kin-kau dari tiga arah dapat ditahan, tidak ada
musuh yang dapat masuk ke dalam biara.
Di saat genting, dimana Cukat Hiang dan kawankawannya kewalahan melawan musuh yang kuat, terlebih
pada seorang musuh yang berbaju abu, yang diperkirakan
pimpinannya, ilmu silat dan jurus yang tangguh dari musuh
ini membuat Cukat Hiang dan kawan-kawan hampir
terluka. Beruntung Yo-po-lo-to dan Leng Hau-te keluar dari
tempat persembunyiannya dan membantu untuk melawan
Dewi KZ 462 musuh, sehingga orang-orang aliran Jian-kin-kau terdesak
mundur, bersamaan itu pimpinan mereka dan wanita
berbaju putih telah pergi lebih dulu, membuat semangat
juang anggota Jian-kin-kau hilang dan mundur dari arena
pertarungan. Cukat Hiang baru tahu yang memberi pesan rahasia
melalui daun terbang itu adalah Yo-po-lo-to, yang telah
membuang semua belerang dalam biara dengan bantuan
Leng Hau-te. Setelah mengetahui kejadian dalam biara yang
diutarakan Cukat Hiang, Kian Ih Taysu mewakili semua
hweesio biara Siau-lim mengucapkan terima kasih pada
kedua orang sesepuh dunia persilatan itu, kedua orang itu
hanya tersenyum dan mengatakan itu urusan biasa tidak
perlu berterima kasih, dan mereka mengatakan ada urusan
lain, lalu pamit pada semua orang dan pergi.
Leng Hau-te memberi isyarat pada Cia Ma-lek untuk
pergi bersama, namun Cia Ma-lek mohon pada guru untuk
tetap tinggal di biara ikut merawat A Bin.
Setelah pertarungan yang melelahkan selesai, kebanyakan pesilat-pesilat dari semua aliran pamit juga
untuk pulang ke tempat masing-masing. Hanya Tee Wie
dari Go-bi, Ketua partai Heng-san Coan Tai-kwi,
Shangguan Leng dari Sungai Hoai, Gan Cu-kan dan Ku-cu
Tojin dari Bu-tong yang terluka, masih tetap tinggal di biara
untuk merawat luka mereka. Ketua Bu-tong-pay Soat-song
Cinjin, Peramal jitu Cukat Hiang, kakek Wie Tiong-hoo
pun masih di biara merundingkan masa depan yang akan
dihadapi bersama. Kian Ih Taysu sudah masuk ke dalam kamar istirahat A
Bin untuk memberi pertolongan pada A Bin. Dengan
menyalurkan tenaga dalam agar A Bin cepat baik.
Dewi KZ 463 Kian Ih Taysu memerlukan waktu tiga malam untuk
membantu A Bin dan tidak boleh diganggu sedikit pun,
agar manfaat Tulang putih itu betul-betul bermanfaat bagi A
Bin. Berapa hari keadaan A Bin seperti yang tertidur nyenyak,
tanpa bergoyang dan bangun, Hong-tai, Siau-cian dan Cia
Ma-lek merasa cemas. Cukat Hiang, Soat-song Cinjin
menghibur mereka, mengatakan tidak perlu kuatir tentang
diri A Bin. Hari ketiga Kian Ih Taysu keluar dari kamar A Bin,
muka ketua Siau-lim ini tampak berwarna merah dan
bercahaya, seperti bayi baru lahir saja layaknya, Jit Ie Taysu
dan hweesio-hweesio lain telah menunggu di luar pintu
dengan mengenakan jubah upacara.
Semua hweesio memberi hormat pada Kian Ih Taysu
dan terus mengucapkan lagu pujian Budha, pesilat-pesilat
lain di partai Siau-lim terlihat kagum atas kegiatan hweesio
Siau-lim yang sangat agung.
Jit Ie Taysu menghampiri Kian Ih Taysu dan membantu
ketua Siau-lim untuk memakai jubah kuning yang baru
dibawa oleh empat hweesio kecil, dan memberikan juga
segala alat untuk upacara.
Kian Ih Taysu memegang tongkat dari batu giok hijau
yang melambangkan kekuasaan ketua partai Siau-lim, di
depan dia telah siap enam belas hweesio kecil yang
memegang Hudtim dan berjalan perlahan-lahan menuju
ruang utama biara, semua hweesio mengikuti rombongan
ketua di belakang dengan tertib dan hidmat, mereka
memakai baju yang berbeda-beda warna, sebuah


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemandangan upacara yang agung.
Begitu Kian Ih Taysu mendekati tangga pintu masuk,
hweesio-hweesio yang bertugas disana segera membunyikan
Dewi KZ 464 lonceng, tambur, guci, dan alat musik upacara agama
Budha yang lain, terdengar nyanyian yang sejuk dari irama
agama Budha. Begitu nyanyian itu habis, semua hweesio yang berdiri di
lapangan depan ruang utama bersama-sama memanjatkan
doa, Kian Ih Taysu, Jit Ie Taysu dan lain-lain hweesio
membungkukan tubuh di lantai halaman.
Ke enambelas hweesio kecil itu tiap orang berdiri di tiap
anak tanga, di kiri dan kanan mereka persis berdiri di
delapan anak tangga. Kian Ih Taysu mengangkat tongkat kebesaran ketua
partai ke atas kepala, telapak tangan kirinya di taruh di
depan dada, sambil merapatkan mata dan berdoa, kirakira
seperempat jam kemudian baru melangkah naik tangga,
perlahan-lahan memasuki ruang utama biara.
Dalam ruang utama juga terdengar nyanyian pujian
terhadap kebesaran Budha, diikuti nyanyian hweesiohweesio di luar ruangan utama, dan beberapa menit
kemudian nyanyiannya selesai.
Kian Ih Taysu membungkukan tubuhnya di depan altar
patung Budha, mengangkat tongkat giok hijau ke atas
kepala sebanyak tiga kali, lalu tongkatnya di serahkan pada
seorang hweesio yang berdiri di pinggir, kemudian bersujud
di bawah patung Budha, semua hweesio yang berada di
dalam pun ikut bersujud, kecuali yang sedang bertugas,
sementara itu Cukat Hiang, Soat-song Cinjin dan tamu
lainnya hanya mengikuti acara ini dengan hidmat di depan
pintu. Suara musik pujian terhadap sang Budha yang ketiga
kalinya selesai dikumandangkan, semua hweesio mengikuti
Kian Ih Taysu membacakan ayat-ayat suci Budha, sepuluh
menit kemudian baru semuanya selesai.
Dewi KZ 465 Berikut adalah menyalakan dupa, menyerahkan bungabunga, dan bersujud lagi memberi hormat pada arwah
mendiang guru besar Siau-lim, dan Kian Ih Taysu mohon
maaf pada beliau karena menggunakan Tulang putih beliau
untuk penyembuhan luka A Bin.
Semua orang sanga terharu menyaksikan acara agung
yang pertama kali diadakan di dalam biara Siauw-lim ini,
Hong-tai dan Siau-cian pun ikut terharu hingga ingin
meneteskan air mata. Setelah selesai, di samping meja sembahyang Kian Ih
Taysu mengambil satu kotak sebesar bata tanah yang
terbikin dari batu marmer, lalu melangkah menuju anak
tangga di pintu masuk, di hadapan semua orang-orang dia
berkata: "Tulang putih maha guru menurut aturan tidak diberikan
pada orang biasa, karena ini keadaan luar biasa, dan Luisiauhiap berjasa kepada partai Siau-lim, aku mengambil
jalan tengah, agar A Bin melaksanakan satu larangan dari
lima macam larangan itu, tetapi Lui-siauhiap belum bisa
bangun, siapa yang bersedia mewakili dia untuk menerima
aturan terlarang ini!"
Cia Ma-lek mendengarkan hal itu merupakan aturan
tidak bisa ditolak, dia merasa selain dia sendiri tidak ada
orang lain yang cocok, maka katanya:
"Aku bersedia mewakili adik Lui menerima aturan itu."
Kian Ih Taysu mengucapkan satu kali O-mi-to-hud, dan
berkata: "Bagus!"
Cia Ma-lek langsung diantar empat hweesio kecil
menghadap hweesio tua di depan pintu, dan Cia Ma-lek
diharuskan memberi hormat pada sang Budha dan Kian Ih
Dewi KZ 466 Taysu, kemudian bersujud di lantai menunggu upacara
sumpah setia mematuhi aturan terlarang.
Kian Ih Taysu memejamkan mata dan membaca ayatayat agama Budha sekali, lalu membacakan dengan suara
tegas lima larangan yang harus ditaati oleh A Bin di
kemudian hari, 'tidak membunuh yang hidup, tidak
mencuri dan merampok, tidak berbuat amoral, tidak
berkata sombong atau bohong, tidak minum alkohol. Dan
Kian Ih Taysu berkata pada Cia Ma-lek dengan nada serius:
"Kau telah mewakili A Bin menerima aturan itu di
hadapan sang Budha, aku harap kau dengan hati yang
sungguh-sungguh memilih satu dari lima larangan itu untuk
dilaksanakan." Mendengar lima larangan itu, Cia Ma-lek berpikir dalam
hati, 'larangan ini harus ditepati oleh adik Lui seumur
hidap, aku harus benar2 memilih yang tepat, larangan tidak
membunuh, tidak minum arak adalah hal yang sulit
dihindari oleh orang-orang di dunia persilatan, tidak cocok
bagi A Bin, tidak boleh mencuri dan merampok bagi aku
sangat berat dilaksanakan, karena aku dan kakek guru aku
adalah pencuri ulung yang termasyur, mana mungkin di
depan umum mengatakan bahwa aku bersumpah tidak
mencuri lagi, dan tidak boleh berbuat yang melanggar
susila, adik Lei tidak terlibat dalam hal itu, tetapi sekarang
ada dua anak gadis yang berebutan untuk mendapatkan diri
A Bin, A Bin pasti melaksanakan perkawinan yang resmi,
ini tidak termasuk larangan asusila, tetapi aku tidak pilih
larangan ini, kalau dipikir larangan tidak boleh sombong
dan berdusta, adalah yang paling mudah dilaksanakan oleh
adik Lui. maka Cia Ma-lek berkata dengan tegas:
"Aku mewakili adik Lui Memilih larangan tidak berdusta
dan sombong!" Dewi KZ 467 Kian Ih Taysu mengucapkan O-mi-to-hud, dengan nada
serius berkata pada Cia Ma-lek:
"Kau mewakili Lui-siauhiap menerima larangan itu,
harap kau beritahu pada dia setelah pulih, larangan itu
harap ditepati seumur hidup, bila dilanggar, akan
mendatangkan malapetaka!"
Ucapan ketua Siau-lim itu membuat Cia Ma-lek takut
bukan main, maka dengan otomatis dia meng-anggukan
kepala, tetapi dalam hati berkata:
"Aku tahu, aku akan menyampaikan pesan guru!"
Upacara sumpah telah selesai dilaksanakan, Kian Ih
Taysu memberi perintah pada semua hweesio agar kembali
pada posisi masing-masing, ditemani Jit Ie taysu dan
pendekar lain membawa kotak dari batu marmer itu menuju
kamar tempat A Bin. Kian Ih Taysu menaruh kotak itu diatas meja kayu,
dengan hormat membuka kotak itu, agar semua pendekar
menyaksikan benda keramat itu.
Semua pendekar hanya tahu yang dimanakan Tulang
putih seorang hweesio agung, tetapi belum pernah lihat
benda itu, maka semua mata melihat kearah kotak itu.
Terlihat Tulang putih dalam kotak diletakan di atas kain
kuning, semuanya berjumlah tiga belas butir yang ukuran
sama, warnanya seperti giok namun bukan giok, lebih putih
dari batu giok, bercahaya seperti mutiara malah lebih terang
dari mutiara, betul-betul benda pusaka yang ajaib.
Melihat semua orang menaruh hormat pada benda itu,
Kian Ih Taysu menerangkan:
Dewi KZ 468 "Tulang putih kristal ini adalah hasil perbuatan bajik dari
kakek guru, sekarang menyelamatkan Lui-siauhiap pun
merupakan sebuah perbuatan bajik."
Hong-tai, Siau-cian dan Cia Ma-lek ingin agar A Bin
segera ditangani oleh Kian Ih Taysu, dua gadis itu memberi
isyarat mata pada Cia Ma-lek agar dia ber bicara pada ketua
Siau-lim. Cia Ma-lek segera berkata pada Kian Ih Taysu:
"Kuharap guru besar dapat segera menangani Adik Lui."
Kian Ih Taysu berkata: "Tentu! tentu! Dengan adanya tulang putih maha guru,
aku akan segera menggunakan benda itu untuk mengobati
Lui-siauhiap." Kian Ih Taysu memberi perintah pada Jit Ie taysu agar
menyiapkan alat yang diperlukan, dan segera membawa
mereka untuk melihat A Bin yang berbaring di tempat tidur
Semua orang terkejut begitu melihat A Bin yang seperti
patung, suara nafas A Bin pun tidak terdengar, sementara
Kian Ih Taysu memeriksa denyut nadi dan seluruh organ
penting A Bin, Tidak lama Jit Ie taysu telah membawa
masuk semua perlengkapan pengobatan yang diperlukan.
Bersamaan waktu itu, jendela luar kamar itu telah
ditutupi oleh beberapa orang hweesio dengan kertas, celah
jendela yang bisa memantulkan sinar dari dalam juga
ditutupi oleh kain hitam, dalam kamar tampak jadi agak
gelap. Seorang hweesio muda menyalakan lilin untuk
menerangi kamar, sehingga semua orang bisa melihat apa
saja yang baru dibawa masuk oleh Jit Ie taysu.
Dewi KZ 469 Terlihat ada dua gentong besar penuh dengan air bersih,
satu baskom penuh dengan ginseng tua sekitar dua puluh
batang yang besar-besar seperti lengan anak, dan satu
mangkuk agak besar yang terbuat dari batu giok.
Kian Ih Taysu memberi keterangan pada semua orang
katanya: "Pinceng akan tinggal dalam kamar ini untuk merawat
Lui-siauhiap, berada dalam kamar ini selama duapuluh satu
hari, selama itu tidak boleh melihat sinar, tidak boleh
kedinginan, maka semua celah jendela harus ditutup rapat.
Di dalam mangkuk ini adalah cairan khusus untuk mencuci
Tulang putih. Gingseng tua itu untuk sarapan aku selama
duapuluh satu hari, bagi aku bertapa selama tiga hari tidak
jadi masalah, tetapi dalam duapuluh satu hari aku harus
membantu Lui-siauhiap, sehingga menguras banyak tenaga
dalam, terpaksa dibantu harus dengan gingseng ini."
Cia Ma-lek merasa aneh melihat gentong besar yang
penuh air, maka bertanya:
"Air bersih inipun untuk minum selama duapuluh satu
hari!" Kian Ih Taysu dengan senyum berkata:
"Bukan, saat menyalurkan tenaga dalam aku dilarang
minum air selama duapuluh satu hari. Karena dalam
penyaluran tenaga dalam akan mengalami proses tubuh
menjadi panas dan kering, sebab tidak boleh minum air dari
mulut, tetapi masih memerlukan oksigen dari air, maka air
itu diperlukan.untuk penyerapan uap air, dalam duapuluh
satu hari mungkin air itu pun akan habis terserap oleh aku!"
Semua orang puas atas keterangan itu dan salut pada
Kian Ih Taysu. Kian Ih Taysu berkata lagi:
Dewi KZ 470 "Sebentar lagi, kalian harus meninggalkan tempat ini,
hanya aku sendiri dalam kamar ini untuk merawat Luisiauhiap, biarpun di luar kamar terjadi sesuatu apapun, aku
tetap tidak boleh keluar dari kamar ini selangkah pun,
segala keamanan dalam biara akan dipegang oleh Jit Ie
taysu, tetapi bila ada musuh menyerang, harap kalian dapat
membantu." Setelah keluar kamar perawatan, para pesilat langsung
berunding, Ketua Bu-tong-pay Soat-song Cinjin akan
mengantar adik perguruan Ku-cu Totiang pulang duluan.
Tee Wie dari Go-bi, ketua partai Heng-san Coan Tai-kwi
juga pamit pulang, maka dari semua pendekar hanya
tinggal Peramal jitu Cukat Hiang dan kakek Wie Tionghoo, Hong-tai, Siau-cian dan Cia Ma-lek, dan yang terluka
yang masih dirawat pendekar Shangguan Leng dan Gan
Cu-kan, semua berjumlah tujuh orang.
Pengamanan Siau-lim-si ditingkatkan menjelang malam
oleh hweesio-hweesio yang berilmu tinggi. Selama
duapuluh hari, keadaan tetap tenang, semua orang
menduga aliran Jian-kin-kau telah membubarkan diri dan
tidak akan menyerang lagi, mereka sudah berencana akan
pulang setelah A Bin pulih.
Malam ini bagian Hong-tai, Siau-cian dan Cia Ma-lek
berjaga malam, sepanjang jalan dalam tugas, masingmasing menceritakan bagaimana permulaan mereka
bertemu dengan A Bin yang sangat menarik. Tetapi mereka
khawatir juga pada detik-detik terakhir perawatan akan ada
gangguan, sehingga mereka merasa rada tegang. Mereka
khawatir pada saat yang genting ini musuh menyerang lagi,
akan mendatangkan musibah bagi A Bin.
Mereka bertiga segera berpisah untuk meronda sekeliling
biara. Dewi KZ 471 Hong-tai mendapat tugas di bagian depan biara, melihat
semua hweesio yang bertugas berada di tempat masingmasing, dalam hati Hong-tai memuji atas kedisiplinan
murid-murid Siau-lim-sie, setelah selesai dalam tugasnya,
Hong-tai ingin kembali ke tempat piket, berkumpul kembali
dengan Siau-cian, Cia Ma-lek. Mendadak terdengar satu
suara teriakan orang kesakitan yang mengerikan.
Hong-tai belum lama terjun ke dunia persilatan, tetapi
bakat dia pintar dan teliti, maka dia berobah pikiran,
mengingat keadaan biara Siau-lim tidak tenang seperti dulu,
karena aliran Jian-kin-kau sejak dipukul mundur tempo
hari, kekuatan mereka belum habis semua, aliran Jian-kinkau tentu masih menaruh dendam pada biara Siauw-lim,
dan ada kemungkinan balik kembali. Untuk menyakinkan
teriakan orang tadi, dia berjaga-jaga siapa tahu musuh
datang kembali, maka Hong-tai menuju ke tempat suara
teriakan tadi. Hong-tai segera meloncat bagaikan asap ke atap rumah,
meneropong sekelilingnya, di sebelah kiri tampak tidak ada
yang mencurigakan. Tapi dia yakin bahwa suara terikan
tadi datang dari sebelah kiri, maka dia langsung menuju
tempat itu, karena dibelakang bangunan itu terdapat pos
penjagaan juga. Hong-tai melihat hweesio yang bertugas berdiri dibawah
pohon dan memegang golok, mula-mula dia merasa lega,
Hong-tai turun dari atas genting dan menghampiri hweesio


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu tanpa suara, hweesio yang bertugas itu sama sekali tidak
mengetahui kedatangan Hong-tai.
Hong-tai bangga atas ilmu keringanan tubuhnya, tetapi
ketika dia sudah sangat dekat dengan tubuh hweesio itu,
tampak hweesio itu masih tidak diketahui kedatangannya,
Hong-tai menggerutu dalam hati, kenapa hweesio ini tidak
becus sekali. Maka dengan tidak ingin membuat terkejut
Dewi KZ 472 hweesio itu, Hong-tai bertanya dengan suara perlahanlahan:
"Apakah disini aman?"
Ternyata suara Hong-tai tidak mendapat reaksi dari
hweesio itu, dia masih tetap diam, Hong-tai menjadi curiga,
segera berjalan ke depan, hweesio itu tetap seperti patung
berdiri, Hong-tai segera memegang tubuh hweesio,
hawa sudah tidak ada yang keluar dari hidungnya, ternyata
jalan darah kematian hweesio ini sudah ditotok.
Hong-tai terkejut, ketika ingin memeriksa keadaan
sekitarnya, terdengar suara orang berjalan malam di
belakang tubuhnya, dia segera membalikkan tubuh, dia
melihat sekitar lima kaki di depan mata menyelinap dua
orang berbaju emas yang memakai topeng.
Hong-tai terkejut, mengetahui aliran Jian-kin-kau datang
menyerang lagi, sekarang mereka menggunakan taktik
menyerang secara diam-diam. Ini sangat mengerikan,
melihat orang berbaju emas itu berani menyelinap masuk ke
dalam biara, mereka pasti tahu bahwa di biara sudah tidak
banyak lagi pesilat-pesilat tangguh, apakah mereka pun
tahu Kian Ih Taysu sedang mengobati A Bin, apakah
wanita berbaju putih itu memimpin lagi penyerangan kali
ini. Mengingat kembali kesadisan wanita itu, membuat
Hong-tai keluar keringat dingin, dan hilang ketenangan.
Orang berbaju emas yang datang itu berbicara dengan
suara perlahan-lahan: "Kami datang kembali, kami akan menghadapi kalian
dengan berterang, bila kau takut, panggil saja kawan-kawan
yang lain untuk membantumu!"
Dewi KZ 473 Hong-tai tahu mereka ingin menahan dia, agar tidak
memberitahu yang lain, maka sengaja berbicara begitu,
siasat itu membuat Hong-tai yang angkuh tidak ingin
memberitahu Siau-cian dan lainnya, agar musuh tahu
bahwa dia tidak takut. Maka Hong-tai menghunus pedang berkata dengan
dingin: "Kalian berdua tidak pantas melawanku, kalian berdua
boleh maju saja, aku ingin tahu kalian punya kemampuan
seberapa besar." Orang berbaju emas itu tidak ingin melawan Hong-tai
secara berdua, maka salah satu orang maju ke depan
dengan senjata aneh berupa cakar emas laba-laba.
Cakar emas itu persis seperti kaki laba-laba, namun
ujung kakinya tajam, gagang emas itu bisa dipanjangkan
atau dipendekkan, jarak terpanjang bisa mencapai lima
kaki. Hong-tai tidak membuang waktu lagi dia langsung
menyerang orang itu. Dalam sekejab mereka telah beradu
jurus sebanyak lima kali, masing-masing belum bisa
menemukan kelemahan musuh, dan mereka memisahkan
diri ke belakang sebanyak setengah tombak, dan siap untuk
pertarungan berikutnya. Mereka berdua tidak berani lengah, dengan hati-hati
mengeluarkan jurus ampuh untuk mengalahkan lawannya.
Setelah dua puluh jurus, salah satu orang berbaju emas
yang menyaksikan duel itu dipinggir telah melihat jurus
Hong-tai lebih tajam dan berbahaya dari temannya, namun
lawan Hong-tai itu mempunyai tenaga dalam yang lebih
kuat, sehingga duel itu seimbang.
Dewi KZ 474 Dalam hati Hong-tai merasa marah, bila dia sendiri tidak
dapat segera mengalahkan orang berbaju emas ini, dan
temannya akan ikut membantu menyerang, sedangkan dia
tidak mau minta bantuan dari temannya, akibatnya dia bisa
celaka. Maka Hong-tai meningkatkan serangannya, pedangnya
jadi mengeluarkan suara yang memekakan telinga, tenaga
serangannya meningkat beberapa kali lipat, membuat orang
berbaju emas itu hanya berputar di udara tidak berani turun.
Ternyata orang itu sangat mahir menggunakan ilmu
meringankan tubuh, sehingga dia bisa terbang di atas
bagaikan seekor burung, dan masih bisa bertahan.
Dengan bersemangat Hong-tai menyerang musuhnya
dari arah timur atau barat. Orang berbaju emas yang lain
melihat temannya sedang dalam bahaya, bersiap-siap untuk
membantu. Dengan jurus pedangnya Hong-tai memilih waktu yang
tepat, dia pun menyerang lawan dengan totokan jari dari
jarak jauh, angin panas dari jari telunjuk Hong-tai membuat
orang berbaju emas itu terperanjat dan berusaha
menghindar ke samping. Ternyata keluarga Hong-tai selain mahir dalam ilmu
pedang, juga pandai menggunakan totokan telunjuk tangan
yang dinamakan totokan getar ajaib.
Totokan pertama Hong-tai dilanjutkan dengan totokan
yang kedua dengan suara bising menyerang lawan lagi.
Orang berbaju emas yang menonton berteriak sekali, lalu
mengerakan tinjunya menhadang dan memotong aliran
panas yang keluar dari telunjuk Hong-tai sehingga
melemahkan jurus telunjuk Hong-tai.
Dewi KZ 475 Orang berbaju emas yang menggunakan senjata laba-laba
emas tetap kena totokan Hong-tai, membuat bagian
ketiaknya berasa panas sekali, sambil ^menahan sakit dia
terpaksa turun dari udara, jatuh ke tanah dan terpelanting
ke sebuah pohon, sambil berusaha memegang tubuh pohon
baru bisa berdiri tegap. Sambil mengerahkan tenaga dalam untuk menahan sakit,
karena panas di bagian ketiak sudah menuju ke seluruh
tubuh, orang berbaju emas yang terluka itu tidak berani
berkata apapun, dan sekejab mata saja seluruh tubuhnya
sudah basah oleh keringat.
Hong-tai khawatir dua orang itu bergabung maka segera
menggunakan jurus pedang keluarga In menyerang orang
berbaju emas kedua. Orang berbaju emas kedua menggeser
langkah sambil melancarkan dua kali pukulan beruntun
baru bisa menahan tusukan pedang Hong-tai, Hong-tai
makin semangat dia menyabet lawannya bertubi-tubi
dengan jurus pedang. Orang berbaju emas kedua terdesak mundur, namun dia
tetap tenang menghadapi serangan Hong-tai. Karena ingin
segera menyelesaikan pertarungannya, Hong-tai pun
menggunakan jurus jari telunjuk getar ajaib sebanyak dua
atau tiga kali. Mengetahui jurus jari Hong-tai yang berbahaya, orang
berbahu emas ini tidak berani menerima langsung dari
depan, tangan kanan dia menggunakan telapak tangan yang
aneh, yaitu dengan membuang tenaga yang menyerang,
melemahkan hawa panas dari jari telunjuk Hong-tai. Jurus
telapaknya mampu membuang aliran panas itu, meskipun
berbeda aliran tapi jurusnya mempunyai ciri yang sama
dengan ilmu silat Hong-tai, maka Hong-tai agak sulit
melumpuhkan lawan ini. Dewi KZ 476 Mendapatkan musuh yang tangguh, semangat bertarung
Hong-tai bertambah tinggi, jurus pedangnya digunakan
sebaik mungkin dan menggunakan jurus menghindar tenaga
lawan dengan alamiah, lawan pun dibikin repot oleh jurus
pedang dan jari telunjuk Hong-tai, sehingga orang berbaju
emas kedua merasakan tidak sanggup melanjutkan duel itu.
Orang berbaju emas pertama yang terluka, setelah
beristirahat sebentar dan mengingat perintah ketua aliran
Jian-kin-kau yang harus berhasil dalam tugasnya, dia jadi
membuang keangkuhan pribadi, memungut kembali
senjatanya yang jatuh tadi dan ikut menyerang Hong-tai
kembali. Melihat kedua lawan bergabung untuk menghadapi
dirinya, Hong-tai jadi marah sambil mengejek dia berkata:
"Kalian sungguh tidak tahu malu berbuat demikian
terhadap seorang perempuan, aku sengaja tidak memanggil
temanku, ingin tahu siapa yang lebih jantan!"
Hong-tai memainkan jurus pedang keluarga In dengan
hebat, sehingga hanya terlihat seutas pita putih yang
mengurung tubuh kedua orang berbaju emas itu.
Dua orang berbaju emas itu tahu kehebatan jurus pedang
tersebut, mereka segera berlari ke pinggir, sambil
mengeluarkan senjata mereka untuk menangkis serangan
Hong-tai, dan orang kedua baju emas itu juga
menggunakan sebilah pisau panjang yang mengkilap untuk
menghadapi serangan Hong-tai.
Biarpun telah mengerahkan tenaga sepenuhnya, kedua
orang berbaju emas itu tetap kewalahan menghadapi
serangan Hong-tai, mereka terdesak mundur hingga enam
tujuh langkah baru bisa berdiri tegak.
Dewi KZ 477 Hong-tai tidak mau memberi kesempatan pada mereka,
dia segera menyerang lagi dengan dua belas jurus In-kiam,
ayunan dan tusukan pedang Hong-tai dari kiri ke kanan
membuat dua orang berbaju emas itu terdesak mundur
enam langkah lagi. Perobahan ini menguntungkan Hong-tai, karena lawan
terdesak mundur hingga di depan sebatang pohon, sehingga
dua orang berbaju emas itu tambah sulit mengembangkan
jurusnya, ini membuat Hong-tai lebih semangat ingin segera
menyelesaikan pertarungan.
Dilain pihak, ternyata Siau-cian pun mendapatkan
hadangan musuh, dia yang dapat tugas meronda ke bagian
belakang biara, dipinggiran ladang, dia mendengarkan
suara rintihan seseorang, begitu menghampiri arah suara
itu, dia menemukan seorang yang menyamar di tempat
gelap. Siau-cian kurang pengalaman di dunia persilatan, tetapi
dia sangat teliti, khawatir musuh menyamar menggunakan
baju hweesio, sehingga diam-diam dia menghampiri orang
itu, namun kejadian yang dihadapi Siau-cian persis seperti
yang dialami Hong-tai, hweesio itu ternyata betul dari Siaulim, namun sudah tidak bernyawa lagi dan berdiri tegap
seperti patung di tempat jaga. Biarpun mempunyai ilmu
tinggi, dimalam hari menemukan mayat, membuat wajah
Siau-cian berobah warna dan ketakutan.
Belum lagi dia mengambil keputusan mau berbuat apa,
Siau-cian melihat tidak jauh dari sana, di depan pohon
cemara berdiri tiga orang berbaju perak memakai kedok
kain perak, hingga yang terlihat mata mereka sedang
mengawasi Siau-cian. Dewi KZ 478 Melihat ketiga orang berbaju perak itu, Siau-cian tahu
orang-orang aliran Jian-kin-kau telah datang kembali.
Sambil menekan gigi, Siau-cian berkata dengan gemas:
'Kalian masih berani datang kemari......"
Ketiga orang berbaju perak tidak banyak bicara, langsung
mengeluarkan senjatanya, senjatanya terlihat seragam,
tangan kiri memegang pedang, tangan kanan memegang
tongkat, mereka bertiga segera mengepung, agar tidak
membangunkan orang-orang di biara.
Siau-cian pun punya sifat angkuh, dia tidak ingin minta
bantuan orang lain, dengan tertawa dingin dia
mengayunkan busur panah giok, menciptakan tiga sinar
yang melengkung, dalam satu jurus dia sudah menyerang
tiga orang. Ketiga orang penyusup mengetahui Siau-cian punya ilmu
tinggi, mereka bersamaan menggunakan pedang di kiri
tongkat di kanan melawan Siau-cian.
Siau-cian tahu penyusup malam ini bukan orang baikbaik, meskipun dia menduga musuh berkekuatan hebat, tapi
malah menimbulkan keangkuhannya, dia ingin melumpuhkan musuh dengan tenaga sendiri, maka busur
panahnya digunakan sambil mengeluarkan suara seperti
naga melengking, burung hong bernyanyi.
Ketiga orang berbaju perak itu sama sekali tidak
menduga seorang anak gadis bisa menguasai ilmu begitu
tinggi dan bisa menggunakan teknik membuang tenaga
lawan dengan sempurna, mereka merasakan tekanan busur
panah Siau-cian seperti sebuah gunung yang besar, mereka
bersama-sama mundur ke belakang sambil menggunakan
kedua senjatanya, dengan jurus yang tepat menutup rapat
tubuh mereka. Dewi KZ 479 Karena tekanan senjata Siau-cian sangat kuat mereka
terdesak mundur beberapa langkah dan harus merobah
jurusnya sebanyak lima kali. '
Sambil tertawa sinis, Siau-cian berkata:
"Kalian bisa menahan sebuah jurusku sudah bagus,
silahkan coba beberapa jurus lagi!"
Setelah berkata dia mengayunkan senjata busur
panahnya dengan kecepatan tinggi, menyerang lima jurus
berturut-turut membuat baju ketiga lawan seperti terkena
terpaan angin di atas puncak gunung.
Ketiga orang berbaju perak dengan ilmu silat yang lebih
rendah dari Siau-cian mengetahui bahaya di depan mata,
mereka berusaha ingin keluar dari kurung-an busur panah


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siau-cian. Namun Siau-cian mengetahui maksud mereka,
maka dia berkata: "Kalian jangan harap bisa lari?" Dia menahan mereka
agar tidak lolos dari bayangan busur.
Sambil berteriak, tubuh Siau-cian merapat bersama busur
panahnya, bagaikan sebuah pelangi putih, membuat satu
lingkaran dan menjatuhkan senjata ketiga orang itu, pedang
dan tongkat mereka jatuh ke tanah, dan terpaan angin dari
busur Siau-cian yang keras membuat tutup muka mereka
terbuka dan terlihat muka aslinya.
Ternyata mereka terdiri satu hweesio dan dua orang
biasa, hweesio yang botak itu seperti pernah bertemu, Siaucian ingat bahwa hweesio ini yang menghadang mereka
diperjalanan menuju pintu biara Siau-lim tempo hari. Maka
Siau-cian berkata: "Kau berani datang lagi!"
Dewi KZ 480 Siau-cian mengayunkan lagi busur panahnya, ingin
membunuh hweesio gadungan itu
Namun dari belakang terdengar suara senjata yang
menyerang, Siau-cian memutar tubuhnya, melihat lagi tiga
orang berbaju perak yang ingin membantu kawan mereka
yang terdesak. Sekarang Siau-cian sendirian melawan enam orang, dia
terlihat kewalahan, di depan di belakang tubuhnya, senjata
tajam musuh mengancam jiwa Siau-cian.
Saat itu, seluruh biara sudah terlibat pertarungan sengit.
Orang-orang aliran Jian-kin-kau ternyata betul-betul
menyerang kembali, menggunakan kesempatan penjagaan
biara agak lemah, mereka mengirim pesilat yang berilmu
tinggi, melumpuhkan hweesio yang berjaga malam, dan
seluruh orang-orang aliran Jian-kin-kau berhasil menerobos
masuk ke dalam biara. Cukat Hiang dan lainnya sudah tidur, namun karena
mereka sering menghadapi musuh, sedikit suara
mencurigakan saja membuat mereka segera bangun dari
tidur. Mereka segera keluar kamar untuk menghadang
musuh. Semua hweesio dalam biara pun jadi terbangun dan
langsung menempati posisi masing-masing untuk menahan
serangan musuh. Karena musuh telah banyak yang masuk ke dalam biara
maka agak sulit mengetahui keberadaan mereka. Terdengar
suara benturan senjata dimana-mana.
Jit Ie taysu menilai dalam keadaan sangat genting ini,
lebih penting menjaga kamar perawatan A Bin, karena Kian
Ih Taysu sedang memusatkan tenaga terakhir untuk
menyembuhkan A Bin, dalam detik-detik ini Kian Ih Taysu
Dewi KZ 481 dan A Bin bisa terbunuh hanya dengan tenaga sedikit saja,
seperti orang meniup debu.
Jit Ie taysu dan Hong Ie Taysu yang baru sembuh segara
menjaga pintu kamar itu di kiri dan kanan. Cukat Hiang
memanggil Shangguan Leng dan lainnya untuk bersamasama menggantikan posisi kedua guru Siau-lim itu.
Cukat Hiang minta kedua guru Siau-lim untuk
memimpin hweesio lain menghadapi serangan musuh,
sambil menerangkan pada kedua guru, katanya:
"Orang-orang dalam biara memerlukan kalian berdua
untuk memimpin perlawanan terhadap musuh, penjagaan
kamar ini biarlah menjadi tanggung jawab kami semua!"
Setelah mendengarkan perkataan Cukat Hiang, kedua
guru itu berlari ke barisan pertahanan hweesio-hweesio
Siau-lim-sie. Begitu hweesio Siau-lim-sie itu pergi, di depan pintu
kamar A Bin sudah datang beberapa orang aliran Jian-kinkau yang menyerang, dua orang penyerang itu langsung
dipukul mundur oleh kipas Cukat Hiang dan kail
Shangguan Leng hanya dalam satu kali pukulan, terdengar
satu jeritan kesakitan dari seorang berbaju perak yang jatuh
berapa tombak ke belakang dan senjata nya terlepas dari
tangan, dadanya telah tercabik oleh kail Shangguan Leng.
Pada saat bersamaan, terdengar sebuah tertawa panjang
dari sudut biara, yang bergema di seluruh biara Siau-lim,
menandakan suara orang itu dikeluarkan dari tenaga Tantian yang sangat kuat.
Cukat Hiang mendengar tawa itu bukan dari pihaknya,
dia jadi gelisah. Setelah tawa panjang itu berhenti, orang-orang Jian-kinkau yang menyerang ke kamar pengobatan itu langsung
Dewi KZ 482 mundur dan meluangkan sebuah tempat kosong di depan
kamar, dari satu sudut biara yang tidak mencolok, keluar
serombongan orang yang dipimpin seorang berjubah abu,
orang itu tinggi dan tegap, dipinggir dia berdiri dua anak
kecil dengan baju mewah, yang satu memegang tanduk
kerbau yang panjang sekitar dua kaki, yang satu lagi
memanggul satu kantong besar dibahunya.
Di belakang orang berjubah abu itu berdiri empat orang
berbaju hitam, dari penampilan orang itu kelihatan seperti
orang yang punya kekuasaan di aliran Jian-kin-kau.
Cukat Hiang melihat situasi tidak menguntungkan
dipihaknya, sebab orang yang dapat menghadapi musuh
didepan matanya tidak banyak, semua sudah terjun di
medan pertarungan, barisan Lo-han tidak bisa digunakan
kerena anggotanya tidak bisa merapat semua, hweesiohweesio itu bukan tandingan orang-orang Jian-kin-kau yang
berbaju hitam dan emas. Biarpun agak khawatir dengan
situasinya, Cukat Hiang tidak mau memperlihatkan rasa
takut pada musuh, maka dengan tenang dia membentak
orang berjubah abu: "Tempo hari kalian telah kehilangan banyak orang,
sekarang masih berani menantang lagi, mana ketua kalian
yang berbaju putih?"
Orang berjubah abu itu tertawa dingin berkata:
"Tempo hari wanita itu mundur dari rencana, membuat
gerakan kita jadi gagal total, sekarang wanita itu sudah
menghilang, jadi aku yang menjadi pimpinan aliran Jiankin-kau, sekarang tenaga inti dari pasukanku telah
menguasai seluruh biara, kalian tinggal menunggu waktu
ajal tiba, bila tidak menyerah, kalian pasti akan dibunuh!"
Cukat Hiang melihat waktu masih ada satu jam lagi buat
Kian Ih Taysu dan A Bin keluar dari kamar pengobatan,
Dewi KZ 483 begitu mereka keluar kamar tenaga di pihaknya sudah
cukup melawan musuh, maka Cukat Hiang ingin mengulur
waktu sambil dengan santai berkata:
"Tempo hari kalian terpukul mundur, kenapa hari ini
berani mengatakan bisa mengalahkan kekuatan Siau-lim!"
Orang berjubah abu berkata dengan dingin:
"Cukat Hiang, kau jangan main curang, kekuatan kedua
pihak sudah jelas, teman-teman kalian sudah pulang, yang
tinggal di biara hanya yang tua dan yang terluka, anak
muda Lui dan ketua biara juga sedang sibuk bersama,
kalian yang di depan mata ini mana mampu melawanku."
Mengetahui pimpinan aliran Jian-kin-kau begitu jelas
mengetahui keadaan biara Siau-lim, hati Cukat Hiang
merasa dingin. Maka dia bermaksud mengecoh musuh agar
bisa mengulur waktu. Cukat Hiang pura-pura bertanya:
"Kalau begitu, ketua baru aliran Jian-kin-kau yang
datang sendiri kemari, aku ingin tahu, kau punya cara apa
agar kita semua tunduk padamu!"
Ketua aliran Jian-kin-kau berkata dengan mata tajam
melihat Cukat Hiang: "Masalah ini......aku sebagai ketua tidak ingin
mengambil jiwa kalian, kecuali pada mereka yang
membangkang, tapi anak muda marga Lui tidak akan
dilepaskan......" Cukat Hiang pura-pura terkejut, bertanya lagi:
"Kenapa ketua begitu marah pada A Bin, apakah kalau
kita semua orang meminta tolong padamu pun tidak dapat
mengampuni A Bin!" Orang berjubah abu itu berkata dingin:
Dewi KZ 484 "Tidak bisa!" Dia langsung merobah nada suaranya
dengan marah berkata, "Cukat Hiang! Kau jangan mimpi
mengulur waktu, aku justru menunggu Kian Ih Taysu dan
anak muda Lui keluar dari kamar, baru memberi perintah
pada anak buahku untuk membunuh semua orang disini,
kau lebih baik pikirkan bagaimana menyelamatkan dirimu
saja......" Dengan menghadap ke langit Cukat Hiang tertawa sinis
dan berkata: "Aku tidak punya apa-apa, tetapi bila ketua tidak
memperlihatkan ilmu silatmu barang satu dua jurus, aku
tidak rela mengaku kalah......"
Orang berjubah abu itu berkata pada orang-orang aliran
Jian-kin-kau: "Kalian sebagai ketua ranting silahkan coba, apa nama
besar Cukat Hiang ini bohong atau tidak, hari ini dia
kelihatan tidak tahu diri!"
Orang-orang berbaju hitam di kiri kanan semua memberi
hormat pada ketuanya, salah seorang berkata:
"Ketua, lebih baik bunuh saja orang inL membunuh
salah seorang buat peringatan untuk yang lain supaya
mereka mau menyerah!"
Cukat Hiang ingin orang berjubah abu melawan dia
sendirian, dia merasa diri masih bisa bertahan terhadap
serangan lawannya sebanyak sepuluh jurus.
Cukat Hiang tertawa ter-bahak-bahak, berkata:
"Kepalaku ada disini, bila kau punya kemam-puan
cukup, silahkan ambil, tapi kukira sampai detik ini belum
ada orang bisa mengambil kepalaku!"
Orang berjubah abu itu dengan marah berkata:
Dewi KZ 485 "Cukat Hiang, kau sebagai Peramal jitu, tetapi tidak tahu
diri, berani berkata begitu sombong di depanku, berarti kau
ingin mati lebih cepat!"
Cukat Hiang dengan tertawa, sahutnya:
"Bila ketua tidak keberatan, aku akan melayani-mu
beberapa jurus, apakah boleh minta beberapa orang petinggi
dari kedua belah pihak untuk menjadi saksi, nerapa jurus
aku bisa menerima pukulan ketua!"
Orang berjubah itu sudah bernafsu membunuh Cukat
Hiang, maka tanpa banyak bicara lagi, dia langsung
menghampiri Cukat Hiang. Beberapa kali Cukat Hiang sengaja membuat ketua
aliran Jian-kin-kau marah, sebab dia bermaksud
mengorbankan dirinya untuk menolong orang lain, dia
ingin bertarung dengan ketua aliran Jian-kin-kau, agar
anggota Jian-kin-kau yang lain berhenti menyerang, dan dia
pun tidak berani memandang enteng musuh di depan
matanya. Ketua aliran Jian-kin-kau berdiri tidak jauh di depan
Cukat Hiang, dia berkata dengan dingin:
"Aku sudah ambil putusan untuk membunuh mu, jadi
kalau sekarang minta ampun juga percuma, silahkan
keluarkan senjatamu!"
Cukat Hiang langsung menyerang lawannya dengan
pukulan yang diarahkan ke dada lawan. Jurus in biasa-biasa
saja, tetapi Cukat Hiang berlatih dengan ilmu telapak
tangan yang berbeda dari biasa yang dinamakan Telapak
naga. Orang berjubah abu itu membentak:
Dewi KZ 486 "Aku mengalah satu jurus!" sambil bicara dia
menggoyangkan dua pundaknya, tubuhnya telah bergeser
mundur ke samping sekitar empat langkah.
Tidak berhasil dalam jurusnya, Cukat Hiang dengan
menaruh kedua tangan di depan dada, meloncat ke depan
mengejar lawan. Orang berjubah abu itu memuji:
"Ilmu meringankan tubuhmu lumayan juga." dan
katanya lagi dengan dingin, "kau juga coba terima
pukulanku!" Dengan pukulan telapak tangan dia menyerang Cukat
Hiang yang belum berdiri tegap, sebuah pukulan tidak
kelihatan menerjang tubuh Cukat Hiang.
Dengan pengalamannya yang luas, Cukat Hiang
mengawasi orang berjubah abu melancarkan pukulan
telapak tangannya yang sangat keras, terpaksa dia meng
gunakan kedua telapak tangannya menahan pukulan itu
dari samping. Kedua tenaga telapak tangan itu bentrok di udara,
menimbulkan sebuah pusaran angin yang keras, Cukat
Hiang menyadari tenaga dalamnya kalah jauh dengan
orang berjubah abu itu, beruntung dia sudah bersiap pada
permulaan jurus pertama, maka meng-gunakan tenaga
lawan yang melanda, tubuh Cukat Hiang berputar ke arah
kiri lima langkah, tapi dia masih sempoyongan lagi dua tiga
langkah baru bisa berhenti.
Pukulan begitu keras dari orang berjubah abu itu
membuat terkejut orang-orang di pihak Siau-lim, semua
orang khawatir, Cukat Hiang tidak akan sanggup menerima
pukulan berikutnya dari orang itu.
Dewi KZ 487 Gan Cu-kan dan Wie Tiong-hoo bersamaan meloncat ke
depan ingin menbantu Cukat Hiang. Tetapi orang berjubah
abu itu dengan cepat sudah menyerang lagi kepada Cukat
Hiang. Cukat Hiang tidak menduga gerakan orang berjubah abu
itu bisa begitu cepat, sehingga dia tidak bisa menghindar,
terpaksa menerima pukulan itu dan mengerahkan tenaga
sepenuhnya untuk bertahan.
Pukulan orang berjubah abu itu keras bagaikan
gelombang laut, dengan deras menghantam tubuh Cukat
Hiang, beruntung ilmu meringankan tubuh Cukat Hiang
masih bisa membantu sehingga dia bisa menghindar dari


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pukulan secara langsung, namun pukulan orang berjubah
abu itu mengenai pinggang kiri Cukat Hiang, membuat
tubuh Cukat Hiang bergetar dan mematahkan dua batang
tulang rusuknya, sambil menahan sakit, Cukat Hiang
muntah darah dan mundur ke belakang tiga empat langkah
dengan tubuh tidak bisa berdiri tegap lagi.
Orang berjubah abu dengan cepat melangkah ke depan
satu langkah, mengangkat tangan kanan ingin membunuh
Cukat Hiang. Bersamaan waktu itu satu tekanan tenaga
seperti angin puting beliung menyerang kaki orang berjubah
abu...... Orang berjubah abu itu terdesak oleh tekanan tenaga
yang menyerang kakinya, sebagai pesilat tinggi dia tidak
rela diserang orang dari jarak dekat, maka menggunakan
tangan yang baru saja melumpuhkan Cukat Hiang, dia
membalas serangan itu. Satu tekanan tenaga yang dahsyat membuat orang yang
menyerang segera menggulingkan tubuh menghindar
beberapa kaki, sebab mengetahui jurus orang berjubah abu
itu sangat berbahaya. Dewi KZ 488 Ternyata yang menyerang orang berjubah abu adalah
pelajar sombong Gan Cu-kan,
Setelah mundur menghindarkan serangan balik dari
orang berjubah abu tadi, dia segera maju lagi dengan
ayunan kipas. Orang yang berjubah abu memang ingin menunjukan
ilmu silat yang dia pahami, agar lawan mau tunduk
padanya, dan bermaksud agar anak buah jadi takut dan
tunduk, maka dia tidak minta orang baju hitam dan emas
membantu. Aturan aliran Jian-kin-kau sangat ketat, bila tidak
mendapat perintah dari ketua aliran, maka anak buah yang
di pinggir tidak berani membantu.
Cukat Hiang yang tadi terluka oleh serangan ketua aliran
Jian-kin-kau hingga muntah darah, setelah istirahat sejenak,
biarpun dua tulang rusuknya patah, dia berusaha menahan
sakit dan berpura-pura tidak terluka, diam-diam dia
mengawsi keadaan sekitar tempatnya, melihat orang-orang
aliran Jian-kin-kau tidak bertindak kemana-mana, sesuai
dengan keinginan Cukat Hiang dan merasa satu
keuntungan. Gin-hoat-lo-jin Wie Tiong-hoo berjalan mendekati kedua
orang yang sedang bertarung, dengan tangan kanan dia
menyerang orang berjubah abu, dia bermaksud
meringankan tekanan lawan pada Gan Cu-kan.
Orang berjubah abu memang jadi tidak mengejar Gan
Cu-kan, dia memutar tubuhnya menghadapi serangan Wie
Tiong-hoo, dengan tangan kiri yang berputar sekali di
depan dada, dia menahan serangan Wie Tiong-hoo dengan
leluasa. Dewi KZ 489 Wie Tiong-hoo merasa terkejut ada orang yang bisa
menahan serangannya, dia berpikir siapa orang ini, sambil
mengeluarkan tangan kanan menyerang dada orang
berjubah abu dengan angin pukulan dari telapak Wie Tionghoo.
Orang berjubah abu itu menahan serangan Wie Tionghoo dengan sebelah tangannya juga, kedua tenaga itu
bentrok di udara menimbulkan gelombang keras yang
menerbangkan sudut baju orang-orang di pinggir lapangan.
Orang berjubah abu tertawa dingin, telapak kirinya
mendadak maju dan berusaha mencengkram tangan kanan
Wie Tiong-hoo. Setelah beradu tenaga dalam dengan orang berjubah abu,
Wie Tiong-hoo tahu diapun tidak bisa mengungguli
lawannya, sebab dia telah mengerahkan tenaga sekitar
sembilan bagian, ternyata orang berjubah abu masih tidak
terpengaruh, berarti lawannya masih mempunyai tenaga
lebih, bila dibandingkan dengan dirinya dia merasa
nafasnya terasa berat. Dan orang berjubah abu itu masih
bisa menggunakan tangannya yang lain untuk
mencengkram tangan Wie Tiong-hoo dengan cepat, Wie
Tiong-hoo tidak berani beradu tenaga lagi, dia segera
menarik tangannya, dan mengerahkan tenaga dari Tantiannya membuat tubuhnya mundur setengah kaki dengan
cepat. Orang berjubah abu pun tidak ingin lawannya terlepas,
dia merubah jurus cengkeramannya dengan menjulurkan
jari tangannya, menotok dada Wie Tiong-hoo dengan cepat,
sedangkan tangan kanannya meng-hantam pinggang Wie
Tiong-hoo, dua serangan ini sangat ganas dan mematikan.
Wie Tiong-hoo terdesak mundur lagi berapa kaki, sambil
kedua tangannya berusaha menahan untuk menyelamatkan
Dewi KZ 490 diri, tangan kiri memotong lengan kanan musuh, tangan
kanan melawan telapak tangan kiri musuh.
Wie Tiong-hoo sengaja mundur dua kali untuk
membuang tekanan serangan dari musuh, tapi dia tetap saja
masih terdesak mundur beberapa langkah lagi dan
sempoyongan tidak bisa berdiri tetap.
Pendekar dari sungai Hoai Shangguan Leng melihat Wie
Tiong-hoo dalam posisi berbahaya, tidak peduli aturan satu
lawan satu, dia segera menghampiri orang berjubah abu
dengan jari telunjuk tangan kiri yang mengeluarkan angin
keras menotok tubuh orang berjubah abu.
Terpaksa orang berjubah abu melepaskan Wie Tiong-hoo
dan memutar tubuh menggunakan kedua tangan secara
berantai menghadang serangan Shang-guan Leng. Lalu
menyerang dengan kedua tangannya mendesak Shangguan
Leng mundur beberapa kaki.
Orang berjubah abu sudah bertarung beberapa kali dan
berhasil mengalahkan Cukat Hiang, Wie Tiong-hoo,
Shangguan Leng tiga orang, kepandaiannya membuat
orang-orang Siau-lim tidak berani berkutik.
Orang berjubah abu itu tertawa terbahak-bahak dan
berkata dengan nada sombong:
"Siapa lagi yang bisa menahan pukulanku dan tidak
mundur!" Dia berkata begitu sombong memang tidak berlebihan,
sebab di depan mata orang-orang Siau-lim, tidak ada orang
yang lebih hebat dari ketiga orang, Cukat Hiang, Wie
Tiong-hoo dan Shangguan Leng, yang telah dikalahkan
oleh lawannya. Setelah mencoba memulihkan lukanya berapa lama,
Cukat Hiang melihat orang berjubah abu ini tidak bisa
Dewi KZ 491 dihadapi dengan tenaganya, maka dengan nada keras dia
berkata: "Kita semua orang berada disini, kau tidak akan bisa
masuk ke kamar ini, kecuali membunuh kita semua!"
Ucapan Cukat Hiang ini mengandung dua arti, selain
menjawab kata sombong dari ketua aliran Jian-kin-kau,
juga memberi tahu pada kawan-kawannya agar bersamasama menahan serangan musuh.
Perkataan Cukat Hiang itu langsung ditanggapi oleh
orang-orang dari pihak Siau-lim, sehingga mereka
merapatkan barisan dan menutup celah kosong menuju
pintu kamar. Jit Ie Taysu dan Hong Ie Taysu tidak bisa menyusun
barisan Lo-han karena kurang orang, tetapi bisa dengan
cepat menyusun barisan yang dinamakan barisan empat
gajah sebanyak tiga group yang terdiri dari dua belas
hweesio, yang dipimpin langsung oleh mereka berdua.
Membuat benteng pertahanan yang kuat di depan kamar
itu. Cukat Hiang melihat barisan empat gajah itu cukup
untuk menahan serangan musuh beberapa menit, bila perlu
dia dan kawan-kawan lain siap bertempur kembali.
Cukat Hiang, Wie Tiong-hoo dan Shangguan Leng
masing-masing berdiri terpisah sekitar dua kaki, juga akan
menahan orang yang berusaha masuk kamar.
Orang berjubah abu dengan tertawa liar berkata:
"Kalian barang yang sudah tidak berguna, masih
membandel begini, sudah bukan waktu yang tepat untuk
berbuat nekad seperti binatang terkurung, baiklah, aku akan
memberi pelajaran pada kalian, dengan ilmu silat yang
belum kalian tahu!" Dewi KZ 492 Sambil bicara, ketua aliran Jian-kin-kau maju perlahanlahan mendekati orang-orang dari Siau-lim. Barisan Empat
gajah bersiap menghadapi musuh yang baru pertama kali
dihadapi, mereka tetap tenang berdiri di tempat menunggu
kesempatan yang baik untuk menyerang.
Orang berjubah abu itu tertawa, mendadak dia
menjulurkan tangan mencengkram tangan Wie Tiong-hoo.
Mengetahui musuh kuat, Wie Tiong-hoo menying-kir ke
samping, tangan kanannya pun ikut dijulurkan ke depan
mencengkram tangan kanan orang berjubah abu.
Tentu saja ketua aliran Jian-kin-kau tidak ingin
tangannya kerkena cengkeraman lawan, dia menghindar
dari jurus Wie Tiong-hoo, sambil mengayunkan lengan
jubah bagian kiri dan tenaga dalam tersembunyi, Wie
Tiong-hoo jadi terdorong mundur dua langkah.
Orang berjubah abu langsung menyerang pada
Shangguan Leng dan mendesak Shangguan Leng sampai ke
pinggir. Melihat orang berjubah abu ingin menembus pertahanan
kawan-kawannya, Cukat Hiang berpikir bila pertahanan
mereka sampai jebol, barisan empat gajah dari Siau-lim pun
tidak bisa diandalkan, dan akan memberi kesempatan buat
musuh memasuki kamar itu Maka Cukat Hiang tanpa banyak bicara lagi ikut
menyerang musuh dengan pukulan tangannya. Orang
berjubah abu langsung membalas dengan pukulan tangan
kiri yang tidak terduga arahnya, Cukat Hiang terpukul bahu
kanannya, hingga mundur empat langkah, itupun ditahan
Wie Tiong-hoo yang berada di sebelah belakang Cukat
Hiang. Dewi KZ 493 Menggunakan kesempatan kedua orang itu terdesak
mundur, orang berjubah abu itu segera berlari menuju anak
tangga kamar itu, Cukat Hiang dan Wie Tiong-hoo segera
mengejar musuhnya. Orang berjubah abu telah ditahan oleh hweesio-hweesio
Siau-lim-si dengan barisan empat gajah yang terdiri dari
hweesio-hweesio yang berani mati, biarpun ilmu mereka
bukan lawan orang berjubah abu, tetapi untuk sementara
mereka berhasil menahan langkah musuhnya.
Bersamaan itu Cukat Hiang dan Wie Tiong-hoo sudah
tiba di belakang, membuat orang berjubah itu menghadapi
harus lawan dari depan dan belakang.
Mendadak orang berjubah abu itu memutar tubuh dan
menggunakan tangan kanan menyambut pukulan Wie
Tiong-hoo, membuat Wie Tiong-hoo tergelincir jatuh dari
anak tangga. Cukat Hiang dan Gan Cu-kan menggunakan kipasnya
menyerang orang berjubah abu, sedangkan musuh mereka
hanya menggunakan kedua tangan melayani serangan
mereka, dan bisa mendesak mereka berdua mundur ke
bawah tangga. Shangguan Leng dan Wie Tiong-hoo meloncat ke depan
menghadang lagi dengan kemampuan mereka yang tersisa.
Tetapi mereka berdua pun didesak mundur lagi oleh orang
berjubah abu. Jit Ie Taysu dan Hong Ie Taysu maju bersama-sama
menghadang orang berjubah abu. Sambil tertawa sinis,
orang berjubah abu menggunakan telapak tangannya
menyambut pukulan Jit Ie Taysu, dan mendesak hweesio
itu mundur dua langkah. Dewi KZ 494 Hong Ie Taysu maju ke depan melancarkan sebuah
pukulan, orang berjubah abu bergeser meng-hindar lalu
memutar tangan menghantam lengan kanan Hong Ie Taysu
hingga sementara menjadi lumpuh, tidak bisa digerakan.
Tanpa membuang waktu, secepat kilat orang berjubah abu
langsung melancarkan pukulan ke bahu kiri Jit Ie Taysu,
pukulannya tidak bisa dihindar-kan oleh Jit Ie Taysu, dan
membuat dia terhuyung-huyung jatuh ke depan, maka jalan
menuju pintu kamar menjadi lowong.
Kedua belas orang hweesio dengan barisan empat gajah
langsung mengepung orang berjubah abu, tetapi barisan
Empat gajah tidak mampu menahan musuh yang sangat
hebat ini, berturut-turut mereka dipukul jatuh oleh
lawannya, sebentar saja dua belas heeesio itu tinggal
setengah. Wie Tiong-hoo dan Cukat Hiang melihat orang berjubah
abu sudah di depan pintu kamar, tidak menghiraukan
bahaya lagi mereka segera meloncat dan menyerang orang
itu dari belakang. Orang berjubah abu memutar tubuh dan mendorongkan
tangannya ke depan, membuat Cukat Hiang dan Wie
Tiong-hoo mundur beberapa langkah.
Hong-tai dan Siau-cian mendengar suara ribut di depan
kamar A Bin, mereka segera meninggalkan orang-orang
aliran Jian-kin-kau yang menghadang dan berlarian ingin
memberi pertolongan, tetapi mereka hanya bisa melihat
Cukat Hiang dan Wie Tiong-hoo sedang dipukul mundur
oleh lawannya, dan orang berjubah abu itu akan segera
membuka pintu kamar. Kedua gadis itu berteriak histeris, sebab bila pintu itu
dibuka belum waktunya, sinar dan angin dingin yang
masuk ke dalam kamar akan melumpuhkan tenaga dalam
Dewi KZ 495 Kian Ih Taysu yang telah terkumpul di kamar itu selama
dua puluh hari, dan jiwa A Bin tidak akan tertolong.
Tapi nyatanya orang berjubah abu itu seperti tergigit oleh


Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ular berbisa dan berteriak dengan terkejut:
"Siapa kalian?" sambil mundur beberapa langkah dari
pintu kamar. Semua orang melihat ke pintu yang mendadak dibuka
dari dalam, di depan pintu telah berdiri seorang hweesio tua
yang bermuka agung dan tersenyum, dia adalah ketua Siaulim-sie Kian Ih Taysu.
Cukat Hiang dengan senang berkata:
"Rupanya Taysu telah berhasil dan keluar dari kamar
semedi!" Orang berjubah abu berkata dengan ragu-ragu:
"Kau... hweesio tua Kian Ih, kau......telah berhasil
memusatkan tenaga dalam?"
Sambil memberi salam pada orang berjubah abu, Kian Ie
Taysu berkata: "Ketua datang dari jauh, dan aku sedang bersemedi,
harap dimaafkan karena tidak bisa menerima tamu dengan
segera!" Suara Kian Ih Taysu yang begitu besar dan muka berseriseri bersemangat penuh, kelihatan lebih sehat setelah
menyelamatkan jiwa A Bin selama dua puluh satu hari, ini
membuat semua orang-orang dari pihak Siau-lim-sie turut
gembira. Orang berjubah abu tercengang sejenak hingga tidak
membuka mulut. Kian Ih Taysu berkata lagi:
Dewi KZ 496 "Ketua sudah datang lagi,
menghancurkan biara Siau-lim?"
apakah tetap ingin Orang berjubah abu dengan dingin berkata:
"Kau sebagai ketua Siau-lim, apakah ilmu silat-mu lebih
tinggi dari mereka, sehingga berani menentang aku!"
Kian Ih Taysu dengan tegas:
"Aku tidak berani mengatakan lebih mampu dari
mereka, tetapi biara ini dipimpin olehku, jadi aku tidak
akan membiarkan orang lain merusak biara ini!"
Sambil tertawa Orang berjubah abu berkata dengan
sombong: "Bila kau punya keberanian mengatakan begitu, aku
sebagai ketua baru aliran Jian-kin-kau tidak akan
membuatmu menyesal, ......mari, mari, terimalah tiga jurus
telapak tanganku!" Setelah berkata, perlahan-lahan dia naik lagi ke tangga,
berdiri di depan Kian Ih Taysu, tangan kirinya didorong
kedepan kearah dada ketua Siau-lim-sie, sekejap ditempat
itu udara berobah menjadi sangat dingin.
Kian Ih Taysu pun menjulurkan tangan kirinya
menyambut tangan lawannya, sambil berkata:
"Aku pun ingin tahu kau punya kemampuan berapa
besar!" Kedua tenaga itu bentrok sekitar dua kaki di depan tubuh
mereka, dan terdengar suara "BUNG", tekanan tenaga itu
menggetarkan pintu, jendela dan tiang rumah, dan
mengeluarkan suara krek, krek, dan lampu di sepanjang
tangga itu menjadi padam semua.
Tenaga dalam mereka merupakan tenaga inti di dalam
tubuh, Kian Ih Taysu menggunakan tenaga dalam aliran
Dewi KZ 497 Siau-lim yang hampir punah, sedangkan ketua aliran Jiankin-kau menggunakan ilmu dari aliran Tibet yang
dinamakan "Pan-bun-tu-hong."
Bentrokan tadi hanya uji coba, masing-masing ingin tahu
kemampuan lawan sampai dimana, tenaga mereka telah
menggetarkan barang-barang dekat kamar itu, tapi tubuh
mereka tetap kokoh bagaikan gunung dan baju mereka pun
tidak bergoyang. Tapi orang-orang yang berdiri di samping arena tidak
tahan atas tekanan tenaga dalam dari kedua orang yang
sedang bertarung, masing-masing berusaha tidak
meninggalkan tempat, hweesio-hweesio yang tersisa dari
barisan empat gajah terdorong ke belakang sekitar tujuh
langkah. Kian Ih Taysu mengucapkan O-mi-to-hud dan berkata:
"Kepandaian Kaucu sangat hebat, jika aku tidak
mendapatkan tambahan tenaga saat menyembuhkan diri A
Bin, mungkin tidak bisa menerima pukulanmu yang begitu
hebat!" Orang-orang di pinggir seperti Cukat Hiang, Jit Ie, Hong
Ie menyaksikan kedua orang ini beradu tenaga dalam
dengan hebat, ternyata Kian Ih Taysu mampu bertahan,
tadinya mereka mengkhawatirkan Kian Ih Taysu kehabisan
tenaga pada saat memulihkan kesehatan A Bin, sebab
selama duapuluh satu hari dia terus menerus mengerahkan
tenaga dalam, ternyata fakta berbicara lain, tenaga
dalamnya malah meningkat banyak, karena dia membantu
memulihkan kesehatan A Bin, namun tenaga dalam A Bin
yang berbeda sifat di bantu dengan Tulang putih maha guru
pun memberikan manfaat buat Kian Ih Taysu sendiri.
Orang berjubah abu tidak percaya ketua Siau-lim-si ini
telah melatih tenaga dalam demikian tinggi, dan dari
Dewi KZ 498 ucapan Kian Ih Taysu dapat ditebak bahwa A Bin pun telah
menguasai tenaga dalam yang tinggi. Boleh dikatakan A
Bin dari musibah malah mendapat rejeki. kenyataan ini
membuat ketua aliran Jian-kin-kau berpikir dalam hati,
untuk mengalahkan Kian Ih Taysu saja sudah berat, bila
bertarung lagi dengan A Bin, dia tidak punya harapan bisa
menang. Hati orang berjubah abu jadi ketakutan, tetapi dia tidak
memperlihatkan rasa ketakutannya, dengan tertawa sinis
dia berkata: "Hweesio tua, kau jangan sombong dulu, coba terima
pukulanku yang kedua!"
Jurus ketua aliran Jian-kin-kau yang dilancarkan adalah
"Pan-bun-yu-hong" tenaganya seperti men-dorong gunung
jatuh ke laut, membawa suara yang mengerikan menuju
dada Kian Ih Taysu. Kian Ih Taysu pun memajukan telapak
menyambut pukulan itu dengan tenaga penuh.
tangan Kali ini mereka menggunakan tenaga dalam sekitar tujuh
bagian, orang-orang yang berada di atas atau di bawah
tangga seperti berada dalam gelombang laut yang dahsyat,
tidak bisa berdiri tetap di tempat, dan harus merobah posisi
berdiri untuk menghindar dari tekanan udara yang
melanda. Terlihat kedua orang yang sedang beradu tenaga tetap
berdiri di tempat masing-masing, tetapi muka Kian Ih
Taysu telah berobah lebih pucat dari muka yang semula
kemerahan, ini menandakan mereka telah menguras banyak
tenaga dalamnya. Muka ketua aliran Jian-kin-kau tidak
kelihatan karena tertutup oleh kain.
Dewi KZ 499 Orang berjubah abu marah bercampur terkejut, baru saja
dia ingin menyusulkan pukulan berikutnya, pintu di
belakang Kian Ih Taysu tiba-tiba terbuka, keluarlah A Bin
yang kelihatan begitu segar bugar sambil berkata:
"Taysu beristirahat pukulannya!" dulu, ijinkan aku menerima Suara A Bin yang begitu nyaring seperti suara lonceng,
membuat semua orang yang mendengar merasa sangat
senang. Hong-tai dan Siau-cian malah berteriak gembira
melihat pujaan hatinya begitu gagah dan sehat.
Lain lagi buat orang-orang aliran Jian-kin-kau, mereka
jadi cemas melihat A Bin sudah keluar, sebab mereka tahu
bahwa anak muda ini yang telah mengalahkan ketua
mereka tempo hari. Kian Ih Taysu mengucapkan O-mi-to-hud, lalu memberi
pesan pada A Bin: "Orang ini mempunyai tenaga dalam yang hebat, aku
pun bukan lawannya, harap A Bin Siauhiap menunjukan
kepandaian, agar dia mendapatkan pengajaran, sadar dan
pergi dari sini!" Orang berjubah abu mengawasi A Bin terus sejak keluar
dari kamar, A Bin merasakan aneh dan berkata:
"Apakah ketua kenal keterangan yang jelas!"
padaku, maukah memberi Orang berjubah abu itu mendadak berkata dingin:
"Siapa yang mau banyak bicara denganmu, kau coba
dulu beberapa jurus pukulanku, apakah kau sanggup?"
Sambil bicara, dia melayangkan jurus "Pan-bun-yu-hong"
dari jarak tujuh kaki ke tubuh A Bin.
Dewi KZ 500 Angin dingin segera menerpa tubuh A Bin, tapi A Bin
berdiri di tempatnya seperti tidak merasakan pukulan itu.
Orang berjubah abu menjadi was-was oleh ketenangan A
Bin, maka dia membentak: "Kau coba lagi jurus kedua ku ini!"
Sebuah gelombang angin dingin yang keras menerpa
semua orang yang menonton di pinggir, A Bin tertawa sinis
dua kali, sambil menggosokkan kedua telapak tangan dua
kali, dia menggunakan kedua tangan itu menyambut
pukulan orang berjubah abu, pukulan yang dilancarkan A
Bin berbeda dengan lawannya, pukulannya tidak bersuara,
tidak bergelombang, seperti tidak ada apa-apa.
Bentrokan tenaga itu mengeluarkan suara bunyi 'BUNG',
orang berjubah abu itu mundur selangkah, sedangkan A Bin
tetap berdiri ditempatnya. Tenaga dalam A Bin telah
mencapai tingkat yang paling tinggi, bantuan tulang putih
maha guru Siau-lim telah melebur tenaga dalam A Bin yang
sudah tersimpan dalam tubuh, A Bin menjadi orang
pertama dalam seratus tahun yang mencapai tingkat
tertinggi seperti itu. Orang berjubah abu tidak tahu asal usul ilmu A Bin,
setelah tahu tenaga dalam A Bin begitu hebat, tetapi dia
tidak putus asa, sebab setelah dia menguasai ilmu
pukulan"Pan-bun-yu-hong" dari daerah Tibet, belum pernah
ada orang mampu bertahan hidup terhadap pukulannya,
malam ini dia kalah oleh anak muda ini, membuat dia tidak
rela menerima fakta itu. Dia segera melancarkan jurus ketiga menyerang A Bin,
sambil tersenyum A Bin pun mengeluarkan kedua telapak
tangan dengan perlahan-lahan
Dewi KZ 501 Kedua telapak tangan dua orang itu bentrok lagi, tapi
bentrokan kali ini sama sekali tidak bersuara, pasir dan batu
kecil pun tidak terbang, tidak ada angin keras, dan dua
orang yang beradu tenaga dalam sama sekali tidak
bergoyang. Semua orang yang menyaksikan merasakan
aneh, entah kenapa bisa tidak bersuara.
Orang berjubah abu perlahan-lahan mundur ke belakang,
dari luar tidak kelihatan apa-apa, tetapi orang-orang yang
melihat duel itu melihat orang berjubah abu telah terluka.
A Bin dengan nada tenang berkata:
"Kau telah susah payah belajar ilmu ini, aku pun tidak
menggunakan tenaga penuh melukaimu, tetapi bila masih
terus mengganggu, atau berbuat yang melanggar etika
hidup, aku tidak akan melepaskanmu dan kawankawanmu."
Orang berjubah abu tidak bicara sama sekali, perlahanlahan dia mundur dari tempat pertarungan dengan langkah
lemas, dari kelakuannya terlihat tidak apa-apa, tetapi semua
orang yang menyaksikan pertarungan itu tahu dia telah
terluka dalam. A Bin dengan suara pelan berkata:
"Kepandaianmu ini tidak gampang didapat, aku tidak
terlalu keras melukaimu, tapi bila masih membandel, atau
berbuat yang melanggar etiket moral, aku tidak akan
melepaskanmu pergi."
Orang berjubah abu tetap tidak bicara, dengan langkah
perlahan-lahan turun tangga, tubuhnya terlihat lemas
Di saat bersamaan dari kejauhan terdengar satu suara
dingin dan keras berkata:
Dewi KZ 502 "Dosa orang ini sudah cukup banyak, bila hari ini
dilepaskan, entah akan jatuh korban berapa lagi di dunia
ini." Semua orang berpaling ke tempat suara itu terdengar,
terlihat keluar empat orang dari tempat gelap dan berjalan
dengan langkah lambat. Empat orang itu, selain Cia Ma-lek, Yo-po-lo-to dan
Leng Hau-te yang telah diketahui, ada seorang asing yang
roman mukanya terlihat seperti baru sembuh dari sakit
berat. Semua mata tertuju pada orang ini, ingin mengetahui
siapa dia. Tetapi dari semua orang itu, hanya tiga orang yang
paling memperhatikan dia, selain orang berjubah abu, A
Bin dan Giok Siau-cian juga memperhatikan orang itu.
Orang berjubah abu seperti melihat iblis keluar dari
neraka, dengan terkejut melangkah mundur ke belakang. A
Bin melihat orang ini yang pernah bertemu dengannya di
puncak gunung Tiang langit dan berkata seperti orang gila
menceritakan kejadian saling bunuh di antara pendekar Lui
Kie, In-kiam dan Giok-kiong, tetapi

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang penampilannya seperti tidak gila dan kelihatan lebih muda.
Giok Siau-cian dengan mata terbuka besar melihat orang
itu dengan perasaan terkejut, gembira dan sedih, lalu
berteriak: "Ayah" sambil berlari merangkul orang itu.
Orang asing itupun dengan perasaan yang susah
dibayangkan merangkul Siau-cian dan mengusap terus
rambut halus sang anak dan terus berkata-kata:
"Siau-cian, Siau-cian"
Semua pendekar saling berbisik dan bersamaan berteriak:
Dewi KZ 503 "Giok......Kiong......Giok Kang-tong!"
Yo-po-lo-to masih mengenakan baju yang aneh itu
menghampiri orang berjubah abu, sambil menunjuk muka
orang itu berkata pada A Bin:
"Kau tahu, siapa dia.. Yang telah berbuat banyak dosa!"
Kaki orang berjubah abu itu seperti terpaku di
tempatnya, tidak bisa bergerak. Jawab A Bin:
"Aku tidak tahu, harap Cianpwee memberi penjelasan!"
tetapi dengan kedatangan ayah Siau-cian, A Bin dapat
menduga sedikit persoalan itu.
Saat bersamaan Hong-tai menghampiri orang asing itu
dan berkata dengan suara sedih:
"Dimana ayahku?"
Mata Hong-tai yang marah dan muka yang agak pucat
menghampiri orang itu, setelah mengetahui dia adalah
Giok-kiong Giok Kang-tong, dia langsung ingin tahu
ayahnya berada dimana. Giok Kang-tong melepaskan tangan yang merangkul
Siau-cian, tetapi masih memegangi leher sang anak, seperti
takut direbut orang lain. Sambil menghampiri Hong-tai dan
berkata dengan lemah lembut:
"Kelihatannya kau adalah anak In Tiang-long, in Toako,
ayah kau telah meninggal diatas puncak Tiang langit!"
Hong-tai sudah lama mendengar berita bahwa ayahnya
telah meninggal, namun dengan kedatangan orang yang
diperkirakan juga telah meninggal dipuncak gunung tiang
langit, membuat dia berharap ayahnya juga masih hidup.
Setelah mendengar berita yang benar, tubuh Hong-tai
menjadi lemas seperti mau jatuh. Dia segera menghampiri
Dewi KZ 504 Giok Kang-tong dan mendorong Siau-cian terlepas dari
tangan sang ayah, lalu berkata dengan suara kasar:
"Ayahku bagaimana matinya! mati oleh perbuatan
siapa?" Hong-tai sudah berprasangka bahwa Giok Kangtong yang membunuh ayah.
Giok Kang-tong dengan suara menyesal berkata:
"Bila dibicarakan sangat tragis, kematian ayah-mu, boleh
dikatakan olehku juga......"
Mendengar Giok Kang-tong mengaku telah membunuh
ayahnya, Hong-tai sangat marah dan langsung menusukan
pedang pada tubuh Giok Kang-tong. Tindakan Hong-tai
membuat Siau-cian berteriak tetapi tidak tahu harus berbuat
apa. Terlihat bayangan seorang menghampiri mereka dan
dengan cepat memegang gagang pedang Hong-tai dengan
dua jari, dan berkata dengan halus:
"Tunggu dulu!" Ternyata orang itu adalah gurunya Cia Ma-lek, Pencuri
ulung Leng Hau-te. Leng Hau-te tidak menunggu jawaban dari Hong-tai dan
segera berkata: "Tunggu Giok-toako bicara dulu, hari ini ada aku dan
Yo-po, pasti akan membantu kalian mencari penyelesaian
yang adil!" Giok Kang-tong menarik napas panjang dan bercerita:
"Kira-kira enam tahun yang lalu, di puncak gunung
Tiang langit, kami bertiga bertarung sampai saling
membunuh, membuat dua orang mati, dan yang satu
menjadi gila, tetapi setelah diselidiki dengan seksama,
ternyata kami bertiga adalah korban ulah orang lain, karena
Dewi KZ 505 waktu itu kami sudah kehilangan kesadaran, sebab sebelum
kami datang ke puncak itu, sudah ada orang yang
menaburkan cairan racun yang membuat orang lupa
ingatan dan membuat orang ingin saling bunuh!"
Bersamaan itu ada tiga orang bertanya:
"Siapa orang itu" siapa yang menaburkan racun itu?"
Giok Kang-tong dengan mata penuh dendam menunjuk
muka orang berjubah abu dan berkata:
"Itulah dia, orang yang menutup muka dengan kain,
bajingan dari aliran tersesat!"
Orang berjubah abu itu dengan cepat menghampiri Giok
Kang-tong, ingin menyerang Giok Kang-tong dengan tibatiba. Tapi tahu-tahu dari pinggir datang satu tekanan tenaga
menghilangkan tenaga serangan orang berjubah abu itu,
sehingga membuat orang berjubah abu terpelanting
kepinggir, tapi berkat ilmu silatnya yang tangguh, dia masih
bisa berdiri kembali, dia langsung melihat orang yang
menggagal-kan serangannya adalah Yo-po-lo-to.
Yo-po-lo-to berkata dengan dingin:
"Selama aku ada disini, aku tidak mengijinkan kau
mencelakakannya dengan cara tidak terpuji. Tetapi kau
jangan takut, sebentar lagi sudah ada orang yang akan
menghukummu" A Bin menghampiri orang berjubah abu itu dan berkata:
"Kau siapa?" Orang berjubah abu itu tidak bicara, segera mengambil
satu kantong besar dari anak buahnya yang memakai baju
mewah. A Bin sudah tidak sabar, ingin tahu siapa orang itu,
dia segera melayangkan telapak tangan ingin membuka
topeng muka orang berjubah abu itu.
Dewi KZ 506 Bersamaan waktunya orang berjubah abu telah
mengeluarkan sebuah senjata berupa kail perak yang sangat
besar dari kantong hitam, dan gerakan jurus telapak A Bin
telah sampai di muka orang itu dan berhasil membuka kain
penutup muka, terlihatlah muka asli orang berjubah abu,
serentak semua orang dari pihak Siau-lim dan orang-orang
aliran Jian-kin-kau berteriak:
"Kau-sat (Kail pembunuh) Kau Bun-kek!" Melihat muka
orang itu A Bin jadi teringat kejadian dulu yang menimpa
dirinya saat di puncak gunung Tiang langit. Dan cincin besi
hitam yang tertinggal di puncak gunung......adalah bukti
orang ini Kau Bun-kek yang berbuat, yang telah membunuh
dua pendekar ternama dan membikin seorang lagi menjadi
gila. Kau Bun-kek melihat situasi tidak menguntungkan,
maka dia berteriak pada orang-orang aliran Jian-kin-kau:
"Kalian, semua maju serang mereka!"
Tetapi, anak buah dia telah dijaga ketat oleh hweesiohweesio Siau-lim-sie dan dua orang pembunuh penjahat
dari aliran hitam Yo-po-lo-to dan Leng Hau-te yang berada
di pinggir anggota Jian-kin-kau, setelah wajah Kau Bun-kek
terlihat oleh semua orang dan mengetahui kejahatan yang
telah dibuat oleh Kau Bun-kek, maka anggota Jian-kin-kau
seperti tidak mau membela lagi ketua baru mereka.
Kau Bun-kek tahu dirinya telah terkepung oleh semua
orang, dan tidak ada orang yang mau membantunya, timbul
karakter jahat dari benaknya, dia mengayunkan kail perak
yang beratnya hampir lima puluh kati diayunkan ke arah
kepala A Bin, suara ayunan kail perak itu mengeluarkan
hembusan angin yang mengerikan, sedangkan langkah
kakinya digerakan ke arah kiri atau kanan untuk
mengelabui mata A Bin. Dewi KZ 507 A Bin dengan gesit sedikit menggeser kakinya ke
samping, menghindar dari serangan kail perak itu.
Ketika ada kesempatan itu A Bin mengeluarkan golok
dari balik bajunya, goloknya dipegang di tangan sambil
berdoa sejenak: "Arwah ayah di langit, anakmu akan menggunakan
golok yang ayah berikan padaku untuk membunuh musuh
yang telah membunuh ayah dan teman ayah!"
Kau Bun-kek berkata dengan suara keras untuk menutupi
ketakutannya: "Anak kecil masih bau kencur! berani berkata begitu
sombong, selama ini aku Kau Bun-kek sudah membunuh
orang tidak terhitung banyaknya, masa aku takut padamu!"
Dengan kail perak besar itu Kau Bun-kek menyerang
bagian atas dan bawah tubuh A Bin, dengan suara desingan
angin yang memekakan telinga.
A Bin menggunakan gerakan merapat mendekati Kail
pembunuh Kau Bun-kek. Dalam hati Kau Bun-kek berkata, "Anak muda ini
terlalu sombong, kailku beratnya lima atau enam kali
golokmu, tempo hari ayahmu juga tidak berani beradu
senjata langsung denganku, tapi kau sangat berani!"
Maka Kau Bun-kek menambah tenaga dalam di
tangannya ingin menjatuhkan golok A Bin dengan
menggunakan kail peraknya yang sangat berat.
Tetapi yang terjadi membuat dia terkejut sekali, sebab
dia merasa tenaganya seperti masuk ke lautan yang luas,
sama sekali tidak berpengaruh pada tubuh A Bin, cepatcepat dia menarik kembali tenaga yang telah dikeluarkan.
Dewi KZ 508 Di saat dia ingin menarik kembali tenaga itu, terdengar
bentakan A Bin diikuti ayunkan goloknya, dan tubuh Kau
Bun-kek pun terlempar hingga setengah tombak.
Dengan perasaan terkejut, Kau Bun-kek cepat berdiri dan
memusatkan tenaga dalamnya di kail perak, lalu kembali
menyerang ke arah dada A Bin.
Tapi A Bin tidak takut dengan serangannya, dia
menggetarkan golok dan membuat lima sinar bintang dari
goloknya, menyerang lima tempat penting di tubuh Kau
Bun-kek, jurus serangan A Bin yang dipakai sebagai jurus
bertahan sekali gus menyerang, malah membuat Kau Bunkek cepat-cepat menarik kailnya untuk menyelamatkan diri.
A Bin menyerang tanpa memberi kesempatan pada Kau
Bun-kek, membuat lawannya terpaksa memutar-mutar
tubuh untuk menghindar serangan A Bin yang bertubi-tubi.
Keringat mulai bercucuran di kepala Kau Bun-kek, rambut
yang agak putih jadi berantakan dan tidak sempat
dibereskan. Dengan gagah, A Bin membentak lagi, seperti naga
melengking atau macan mengaum, golok yang dipegang
diayunkan menyerang bagian tengah rubuh Kau Bun-kek.
Orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu hanya
melihat satu kilatan yang menyilaukan dan satu bayangan
yang sangat cepat mendekati tubuh Kau Bun-kek. Serangan
A Bin membuat Kau Bun-kek beberapa kali harus
mengunakan kail perak menahan golok A Bin.
Terdengar bentakan dari A Bin lagi, dan tubuh A Bin
bagaikan naga putih yang sedang terbang menerjang
kurungan dan menuju tubuh Kau Bun-kek, membuat Kau
Bun-kek menjerit kesakitan dengan langkah kaki
sempoyongan mundur dua langkah.
Dewi KZ 509 Satu penjahat yang telah membuat banyak dosa dengan
susah payah berdiri tegap, dua mata di bawah alis yang
tebal dibelalakan dengan besar dan bulat, tetapi sinar mata
yang angker telah menghilang, diganti dengan mata seperti
orang mati, dia membuka lebar kedua kaki agar berdiri
tegap dan diam terus. Dengan golok dipegang di dada A Bin berteriak nyaring,
terlihat kepala besar Kau Bun-kek terlepas dari tubuhnya,
jatuh ketanah diikuti pancuran darah segar menyembur ke
tanah. Ternyata kepala Kau Bun-kek telah terpotong oleh golok
A Bin di saat A Bin tadi terbang bagaikan naga terbang
menyerang Kau Bun-kek, karena golok itu sangat tajam dan
tenaga yang digunakan sangat tepat, sehingga tajamnya
golok itu melewati leher Kau Bun-kek, tetapi kepala Kau
Bun-kek tidak langsung jatuh ke bawah, setelah terdengar
teriakan terakhir dari mulut A Bin, barulah suara itu
membuat kepala musuh ter-penggal jatuh.
Hong-tai melihat kepala pembunuh ayah telah jatuh di
tanah dia mendekati A Bin sambil menangis di pundak A
Bin. Ketua Siau-lim mengucapkan O-mi-to-hud terus menerus
untuk menebus dosa Kau Bun-kek, lalu menghampiri
orang-orang aliran Jian-kin-kau, memerintahkan mereka
bubar dan berkata dengan suara tegas:
"Pemimpin kalian telah mati, untuk menebus dosa-dosa
kalian, aku melepaskan kalian untuk pulang masing-masing
dan tidak mempersulit, harap kalian nanti tidak berbuat
kejahatan lagi di masa akhir hidup kalian!"
Orang-orang aliran Jian-kin-kau segera meninggalkan
biara Siau-lim. Setelah pemimpinnya mati dan anggotanya
membubarkan diri, biara Siau-lim pulih kembali ke suasana
Dewi KZ 510 yang tenang, setelah dirapikan bagian-bagian yang rusak
oleh hweesio-hweesio. Dan sebagian pesilat-pesilat
berpamitan pada ketua Siau-lim dan meninggalkan biara
untuk melanjutkan tugas mulia mereka.
Pada satu hari yang cerah, di mana matahari baru terbit,
di pintu depan biara Siau-lim diselenggara upacara besar,
semua hweesio berbaris rapih di depan pintu, dan dipimpin
oleh Kian Ie, Jit Ie, Hong Ie untuk mengantar pesilat-pesilat
tinggi dan agung meninggalkan biara Siau-lim.
Tamu agungnya hanya bertiga, satu laki-laki dan dua
perempuan. Mereka adalah A Bin, Hong-tai dan Siau-cian,
mereka akan meninggalkan gunung Siong-san tempat biara
Siau-lim berdiri, mereka akan meneruskan kejayaan ayah
mereka masing-masing. TAMAT

Legenda Golok Halilintar Karya Lan Li di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bandung, 21 Desember 2008 Salam Hormat
(See Yan Tjin Djin) Dewi KZ 511 Api Di Bukit Menoreh 27 Alif Lam Mim Karya Primadonna Angela Jala Pedang Jaring Sutra 1

Cari Blog Ini