Racun Berantai Karya Huang Ying Bagian 4
"Kita sudah berkumpul begitu lama, masa soal begini saja tak
jelasm.?" Tiba tiba ia menghela napas panjang, ujarnya lebih jauh:
"Bagaimana pun kau terhitung wanita cantik, asal mau belajar
lebih berhati-hati, mau bersikap lebih lembut, sudah pasti dirimu
akan menjadi seorang wanita yang menawan hati, coba lihat, sampai
sekarang pun kau gagal menemukan pujaan hati."
"Siapa bilang aku belum.menemukan?' seru Oh Hiang sambil tertawa
merdu. "oya?n "Bukankah kau adalah pujaan hatiku."
Mendengar itu, Liu Sam-hong tertawa getir.
"Sampai kapan kau baru mau meminangku secara resmim." Tiba tiba
Oh Hiang bertanya. Tidak memberi kesempatan perempuan itu menyelesaikan
pertanyaannya, dengan cepat Liu Sam-hong menukas, tanyanya:
"Hadiah apa yang diberikan Siu Hujin untukmu?"
Oh Hiang menghela napas panjang.
"Aaai, setiap kali kusinggung persoalan itu, kau selalum."
Keluhnya. Kembali Liu Sam-hong menukas:
"Coba dibuka kotak itu."
"Baik." Terpaksa Oh Hiang menghela napas panjang.
Dia letakkan kotak itu keatas meja, kemudian lanjutnya:
"Aku rasa kau bakal suka dengan hadiah ini, karenanya aku sengaja
membawa kemari untuk kita nikmati bersama."
"Barang apa itu?"
Sebenarnya Oh Hiang sudah siap membuka kotak itu, ia menghentikan
tangannya setelah mendengar pertanyaan itu.
"sebotol arak." Jawabnya.
"Hanya sebotol arak?" Liu Sam-hong mulai kecewa.
"Kujamin kau sendiripun tak akan menduga arak apakah itu?"
"Arak terdiri banyak jenis, kalau bisa ditebak, itu baru aneh
namanya." "Pokoknya kali ini kau pasti akan merasa tercengang, diluar
dugaan." "Sekarang pun aku sudah merasa cukup diluar dugaan."
Sekalipun bicara begitu, hingga Oh Hiang membuka kotak tersebut,
tak urung dia terperangah juga.
Di dalam kotak memang terdapat sebotol arak, arak wanita cantik!
Selama ini Oh Hiang memperhatikan terus perubahan mimik muka Liu
Sam-hong, segera serunya:
"Betul bukan perkataanku, kau merasa diluar dugaan bukan?"
Liu Sam-hong tertawa dingin.
"Kusangka benda berharga apa, ternyata tak lebih hanya sebotol
arak wanita cantik, semasa hidupnya dulu Siu Yu-ya tersohor
karena pelitnya, tak nyana ternyata bininya pun sama saja."
"Coba kau perhatikan pula kalimat yang tertulis di kertas wanita
cantik itu." Kata Oh Hiang.
Dia ambil kertas wanita cantik yang berada disamping arak dan
diberikan kepada Liu Sam-hong.
"Arak wanita cantik dihadiahkan untuk perempuan cantik .... H" baca
Liu Sam-hong, "hmm, pintar amat Siu Hujin mengambil hatimu."
"Apakah kau tidak merasa kalau hadiah seperti ini sangat
berarti?" "Berarti sekali," Liu Sam-hong tertawa dingin, "kalau toh kau
begitu senang, kenapa tidak segera kau teguk isinya?"
Sambil berkata dia ambil sebuah cawan dan disodorkan ke tangan
perempuan itu. "Kau temani aku minum secawan." Pinta Oh Hiang.
"Ogah, kau minum sendiri!"
"Kenapa kau menolak? Bukankah selama ini kau paling senang minum
arak wanita cantik?"
"Aku memang selalu suka, tapi sekarang sudah tidak suka lagi."
"Kenapa?" \\ II n \\ II ' ' ' ' \\ Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Tanpa sadar Liu Sam-hong memeluk Oh Hiang dan merangkulnya
erat-erat. Il "Sammmm.. Sam. ...... H tampaknya Oh Hiang masih ada yang ingin
disampaikan. Sudah jelas dia ingin memanggil lagi nama Liu Sam-hong, tapi
hanya dua kata itu saja yang terucap, perempuan itu sudah tak
sanggup lagi melanjutkan perkataannya.
Tiba tiba perkataannya terputus, lalu tubuhnya mulai mengejang
keras. Dengan perasaan tercekat Liu Sam-hong menengok ke arah perempuan
itu. Paras muka Oh Hiang nyaris sudah berubah jadi hitam pekat,
walaupun matanya terbelalak lebar, namun sama sekali sudah tak
bercahaya lagi. Sekonyong konyongmm darah mulai bercucuran dari ke tujuh lubang
inderanya. Darah kental berwarna hitam keungu-unguan.
Berubah hebat paras muka Liu Sam-hong, jeritnya tertahan:
"Darah beracun dari kelabang api!"
Yaa, darah racun dari kelabang api!
Kenapa dia pun mengetahui racun ini?
Benarkah arak wanita cantik yang diteguk Oh Hiang telah dicampuri
dengan darah racun dari kelabang api?
Kalau kenyataan ini benar, apakah kematian Oh Hiang mempunyai
benang merah dengan kematian Sui Kwan-im?
Siapa pula Siu Hujin itu?
Mengapa dia pun memiliki darah racun dari kelabang api?
Mengapa dia ingin membunuh Oh Hiang?
Teka teki! Sebuah teka teki yang aneh, teka teki yang sukar untuk
dijelaskan! Dengan termangu Liu Sam-hong mengamati wajah Oh Hiang yang hitam
kebiruan, tiba tiba air mata jatuh berlinang.
Seorang wanita yang begitu jatuh hati, begitu tergila gila
kepadanya, ternyata harus mati mengenaskan dihadapannya, biarpun
dia adalah lelaki berhati besi berperasaaan cadas pun, tak urung
timbul juga rasa sedihnya.
Apakah dikarenakan alasan tersebut dia melelehkan air mata?
Pada saat itulah, ia mendengar ada suara langkah kaki manusia.
Suara langkah yang kacau sedang bergerak menuju ke pavilion
siu-Cay dimana ia berada sekarang.
- Jangan-jangan ada orang datang mencariku?
Perasaan hatinya tercekat, terkesiap.
Mau apa mereka datang kemari?
Dengan perasaaan gundah buru buru dia maju menyongsong.
Karena dia tahu, bila ia masih berdiri didepan pintu, maka
sewaktu Sik Jiu bertiga berjalan mendekat, tanpa diundang masuk
pun, sudah pasti mereka akan masuk sendiri ke dalam ruang baca
nya. Tentu, dalam keadaan begini dia tak bisa membiarkan mereka
memasuki ruang bacanya. Dia cukup mengerti manusia semacam apakah Sik Jiu itu.
Bila Sik Jiu sampai memasuki ruang bacanya, menemukan jenasah Oh
Hiang, dapat dipastikan dia akan diundang untuk menginap di dalam
penjara. Didalam kenyataan, Oh Hiang memang tewas didalam ruang bacanya,
kecuali dia melakukan pembelaan dihadapan Sik Jiu dan opas itu
mempercayai perkataannya, kalau tidak, pada hakekatnya sulit bagi
dirinya untuk menjelaskan lebih detil.
Sebab dia tak mampu menunjukkan bukti yang cukup, alibi yang
kuat, yang membuktikan kalau kematian Oh Hiang sama sekali tak
ada hubungan dengan dirinya.
Tapi diapun tahu, Sik Jiu tidak mungkin akan mempercayai
perkataannya itu. Biarpun Sik Jiu bukan sahabatnya, namun mereka saling mengenal
semenjak berapa tahun berselang.
Kendatipun setiap hari bertemu mereka saling bertegur sapa
diiringi gelak tertawa, padahal dihati kecilnya dia mengetahui
dengan jelas bahwa Sik Jiu ingin sekali menghadiahkan satu bogem
mentah untuknya. Dia masih teringat dengan jelas, sebenarnya Sik Jiu mempunyai
seorang teman wanita yang amat akrab di rumah pelacuran
Pek-hiang-lo, tapi lantaran kehadirannya, hubungan mereka jadi
berantakan bahkan terputus.
Disamping itu, Sik Jiu pun sebenarnya punya hubungan yang erat
dengan Sui Kwan-im, tauke kedai wanita cantik, lantaran
kemunculannya, hubungan mereka pun segera terputus.
Kesempatan emas yang muncul kini sudah jelas akan dimanfaatkan
dengan sebaik baiknya, dia tak percaya kalau Sik Jiu tak akan
menggunakan peluang ini. Melihat kemunculan Liu Sam-hong, Sik Jiu bertiga segera
mempercepat langkah kakinya.
Ketika Liu Samehong baru berjalan sepuluh langkah, ke tiga orang
itu sudah sampai persis dihadapannya.
"Liu Sam-hong!" tegur Sik Jiu sambil merentangkan tangannya,
menghadang jalan perginya.
Mau tak mau Liu Samehong harus menghentikan langkahnya.
Pak Piau dan Lim Hiong segera maju dari sisi kiri dan kanan,
menjepitnya ditengah. - Ini jelas kedatangan mereka memang khusus mencari aku, tapi apa
yang terjadi? Berkilat sepasang mata Liu Sam-hong, sahutnya santai:
"oooh, rupanya komandan Sik didampingi kedua wakilnya, apakah
kalian datang mencari aku?"
"Setelah berada disini, kalau bukan mencari kau, lantas mencari
siapa?" jawab Sik Jiu ketus.
"Boleh tahu ada urusan apa?" tanya Liu Sam-hong sambil tertawa
paksa. Sik Jiu tidak ikut tertawa, sahutnya semakin ketus:
"Minta petunjuk, bukan memberi petunjuk, kami datang karena ingin
mengajukan berapa pertanyaan."
"Apa yang komandan Sik ingin ketahui?"
"Masa1ahmu." "Masa1ahku?" "Semalam kau tidur di mana?"
Liu Sam-hong tertegun. "Dimana aku menginap, apa urusannya dengan kau?" sahutnya ketus.
"Besar sekali masalahnya."
Sekali lagi Liu Sam-hong tertegun.
"Kedatangan komandan Sik kali ini dikarenakan urusan dinas? Atau
urusan pribadi?" tanyanya.
"Bagaimana kalau urusan dinas? Bagaimana pula kalau urusan
pribadi?" "Bila karena urusan dinas, pertanyaan apapun yang kau ajukan
harus kujawab, sebaliknya bila urusan pribadimm.."
"Kedatanganku kali ini karena urusan dinas!"
"Apakah barusan terjadi suatu kasus atau peristiwa?"
"Masa kau tidak tahu?"
Liu Sam-hong manggutemanggut.
"Hingga kini aku belum melangkah keluar dari rumah barang
setengah langkah pun." Katanya.
"Benarkah begitu?"
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?"
"Kau belum.menjawab pertanyaanku."
"Semalam aku tidur dirumah."
Seketika itu juga paras muka Sik Jiu berubah sedingin salju,
tegurnya: "Liu Sam-hong, lebih baik bicaralah sejujurnya, kalau tidak, kau
pasti akan sangat menyesal!"
Liu Sam-hong termenung tidak menjawab.
"Semalam kau berada dimana?" ulang Sik Jiu dengan nada membentak.
"Kedai wanita cantik."
"Bagian mana dari kedai wanita cantik?"
"Kamar tidur Sui Kwan-im,"
"Anggap kau memang tahu diri!" seru Sik Jiu, "kapan kau datang?
Dan kapan kau meninggalkan tempat itu?"
"Masuk kemarin pagi, pagi tadi baru meninggalkan tempat itu."
"Pukul berapa kau meninggalkan tempat itu?"
"Tidak jelas, yang pasti hari sudah terang tanah."
"Meninggalkan tempat itu melalui pintu utama?"
"Tentu saja." "Bukan kabur dengan melompat pagar?" sindir Sik Jiu sambil
tertawa dingin. Berubah hebat paras muka Liu Sam-hong.
Kembali Sik Jiu bertanya:
"Mengapa kau pergi dengan terburu-buru?"
"Karena secara tiba tiba aku teringat kalau ada satu urusan
penting yang harus segera diselesaikan."
"Urusan apa?" "Soal inimm.. II II "Kau hanya mencari kesulitan buat diri sendiri, ujar Sik Jiu
sinis, "mulai sekarang, jika kau tidak menjawab semua
pertanyaanku secara jujur, aku akan tangkap dirimu dan menyeret
ke kantor polisi!" Paras mukanya hijau membesi, sedikitpun tidak mirip orang yang
sedang bergurau. Menyaksikan hal ini, tanpa terasa Liu Samrhong mengernyitkan alis
matanya. Menyusul kemudian Sik Jiu menghardik lebih lanjut:
"Apakah kau kabur tergopoh gopoh dengan melompati jendela lalu
lompat pagar pekarangan lantaran suara ketukan pintu sekali keras
dua ringan yang kau sangka Kim Boan-lo telah datang?"
Kembali Liu Samehong tertegun, sahutnya kemudian sambil tertawa
getir: "Kalau sudah demikian jelas, buat apa musti tanya aku lagi?"
"Karena aku ingin tahu, apakah kau termasuk orang jujur atau
bukan." Mendengar itu, Liu Sam-hong tertawa getir.
"Setelah meninggalkan kedai wanita cantik, sebenarnya kau pergi
ke mana?" tanya Sik Jiu lagi.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
"Aku tidak pergi kemana-mana, langsung pulang rumah, aku bicara
sejujurnya." "Belakangan, apakah hampir setiap hari kau pasti berkunjung ke
kedai wanita cantik dan mencari Sui Kwan-im?" tanya Sik Jiu lebih
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lanjut. "Benar." "Ada urusan apa kau mencari dia?"
"Masa kau tidak tahu dengan jelas dia adalah perempuan macam.apa,
dan aku lelaki macam apa pula? Kecuali untuk kebutuhan yang satu
itu, urusan apa lagi aku pergi mencarinya?"
"Tapi menurut apa yang kuketahui, dulu, justru dia yang mengirim
orang untuk mengundang kedatanganmu, jarang sekali kau datang
sendiri ke kedai wanita cantik."
"Kesehatan tubuhku saat ini, jauh lebih baikan ketimbang dahulu."
"Kecuali berkunjung ke kedai wanita cantik, rasanya masih ada
banyak tempat lain yang sebenarnya bisa kau kunjungi."
"Sayang, perempuan ditempat lain tak satu pun yang dapat
menandingi dirinya."
"Sejak kapan kau tahu akan hal ini?"
"Sejak awal sudah tahu, oleh karena aku diawasi secara ketat oleh
seseorang, maka tidak terlalu sering pergi ke sana."
"Diawasi siapa?"
"Oh Hiang.!" Menyinggung tentang Oh Hiang, tanpa sadar kulit diseputar matanya
ikut mengejang keras. "Kau begitu takut menghadapinya?" tanya Sik Jiu.
"Takutnya setengah mati."
"Aku dengar, perempuan itu lebih galak dari seekor harimau
betina." "Ada masa tertentu, dia jauh lebih buas daripada seekor harimau
betina." "Belakangan ini tidak berada di kota Yang-ciu?"
"Dia Pergi mengawal barang." Sahut Liu Sam-hong.
Sesudah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Sungguh beruntung, dia seringkali harus pergi keluar kota untuk
mengawal barang." "Oleh karena itu, belakangan kaupun sering berkunjung ke kedai
wanita cantik?" "Aku adalah seseorang yang tidak terlalu pandai memanfaatkan
kesempatan." "Aku rasa tidak sedemikian sederhananya."
"Atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Aku tahu kalau kau masih berhutang dalam jumlah yang besar
dengan Kim Boan-lo gara gara kalah berjudi."
Liu Sam-hong tertegun seketika.
"Aku bahkan tahu juga," lanjut Sik Jiu, "bila sampai sekarang kau
masih belu.mampu melunasi hutangmu dan dia memberi kelonggaran
tiga hari lagi untukmu, maka bila sebelum akhir bulan kau tetap
tak sanggup melunasi hutang ini, dia akan menyita seluruh aset
dan kekayaanmu yang tersisa."
Tiba tiba Liu Sam-hong bertanya:
"Darimana kau bisa mengetahui urusan ini? Apakah dia yang
memberitahukan kepadamu?"
"caramu bermain judi kelewat sadis." Ucap Sik Jiu.
Kembali Liu Samehong menghela napas panjang, katanya:
"Sejujurnya, waktu itu aku tidak seberapa sadar."
"0ya?' "Kalau bukan sedang mabuk berat, mana mungkin aku akan bermain
judi?" "Tapi sayang Kim.Boan-lo tak akan mempedulikan alasanmu, dia
sudah terkenal sebagai manusia bermuka besi dan tak kenal sanak
saudara, tak mungkin dia akan memberi muka kepadamu."
"Aku tahu jelas tentang manusia ini."
"Kau tentunya tak ingin harta kekayaan dan seluruh asetmu disita
orang." "Tentu saja." "Kau tentu berkeinginan ada orang yang bisa membantumu
menyelesaikan semua hutang ini."
"Tentu." "Aku percaya, kau masih belum menemukan sahabat yang setia kawan
semacam ini." Liu Sam-hong hanya menghela napas panjang, tidak dapat menjawab.
"Satu-satunya orang yang dapat membantumu mungkin hanya Sui
Kwan-im," lanjut Sik Jiu, "karena hubungan kalian berdua sudah
bukan sahabat biasa."
Liu Sam-hong tetap membungkam, tak dapat menjawab.
"Mungkin dia sudah menyanggupi permintaanmu, membantu kau
melunasi semua hutangmu, karena itu belakangan kau luar biasa
jual tenaga untuknya." Kata Sik Jiu lagi.
"Tidak, dia sama sekali tidak membantu," Liu Sam-hong menggeleng,
"setiap kali aku bertanya, dia selalu menjawab kalau belum sampai
batas waktunya, dia baru baru bicara setelah akhir bulan nanti."
"Secara tiba tiba dia harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar,
tentu saja dia harus pertimbangkan dulu masak masak."
"Tentu saja." "Meskipun berapa tahun terakhir dia sudah berhasil mendapat
keuntungan besar, namun dia pun sempat menambah berapa buah
rumah, untuk sesaat rasanya tak mungkin baginya untuk
mengeluarkan uang kontan dalam jumlah besar, apakah kau pernah
melihat dia menunjukkan gejala ingin menjual berapa buah rumah
miliknya?" "Aku rasa tidak."
Sik Jiu manggut-manggut, ujarnya:
"Dia memang seorang perempuan cerdas, sebagai orang pintar, mana
mungkin ia bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang begitu
besar untuk membantu seorang lelaki yang sama sekali bukan
miliknya?" Liu Sam-hong tidak bicara, dia terbungkam.
"Menurut analisaku," ujar Sik Jiu lebih lanjut, "dia lebih suka
membiarkan seluruh asetmu disita orang, kemudian baru membantuu
untuk menebusnya kembali."
"Dia memang pernah menyatakan begitu."
"Hanya dengan berbuat begitu, dia baru bisa seratus persen
mengendalikan dirimu."
"Aaai, memang begitulah niatnya." Liu Samrhong mengiakan sedih.
"Kau pasti sudah mengetahui maksud tujuan dan rencananya ini."
"Akupun termasuk orang yang pintar."
"Aku tahu, tapi mengapa kau masih tetap jual tenaga baginya?"
"Karena dua alasan." Jawab Liu Sam-hong.
"Oya!n "Pertama, aku berharap bisa merebut kembali hati dan
perhatiannya. Kedua, aku kuatir bila tidak jual tenaga, dia bakal
marah bahkan membatalkan niatnya untuk bantu aku menebus kembali
semua aset kekayaanku."
"Tidak ada alasan ke tiga?"
"Tidak ada." Seru Liu Samrhong kemudian, "menurut pendapatmu,
masih ada alasan apa lagi?"
"Menutupi sebuah intrik besar yang sedang kau jalankan selama
ini." Tampaknya Liu Sam-hong semakin tercengang, keheranan.
"Memangnya intrik apa yang sedang kujalankan?"
"Buat apa kau berlagak tidak tahu?"
Liu Sam-hong tertawa getir, tak sanggup berbicara.
Kembali Sik Jiu berkata: "Sebetulnya aku hanya curiga, hanya tak bisa kutebak rencana
serta jalan pikiranmu, setelah mendengar perkataanmu tadi, aku
baru mengerti." "Justru sekarang giliran aku yang tidak mengerti." Kata Liu
Samrhong. "Perempuan semacam apakah Sui Kwan-im itu, aku percaya kau pasti
mengerti." Ujar Sik Jiu.
"Seharusnya semua orang yang kenal dengan dia, mengetahui akan
hal ini." "Bicara yang lebih kasar, perempuan semacam Sui Kwan-im pada
hakekatnya merupakan perempuan piala bergilir, hampir semua
lelaki dapat menikmati tubuhnya, oleh sebab jarang ada lelaki
yang bisa memeuhi hasrat napsunya, sementara lelaki yang bisa
memuaskan napsunya tak bisa saban hari memberi kepuasan
kepadanya, maka dia sangat mendambakan ada seorang lelaki kuat
yang setiap hari bisa mendampinginya. Kau adalah salah satu
pengecualian, oleh sebab itu walaupun untuk pertama kalinya kau
yang datang mencari dia, tapi selanjutnya lebih banyak dia yang
datang mencarimu." Liu Sam-hong tidak menyangkal akan hal ini.
Sik Jiu berkata lebih jauh:
"Akan tetapi, lelaki memang sangat berbeda dengan wanita, jika
terus menerus menforsir untuk memenuhi birahinya, tidak sampai
setengah tahun, kau bakal kehilangan separuh lembar nyawamu."
"Benar, mungkin tidak sampai tiga bulan." Liu Sam-hong mengangguk
tanda membenarkan. "Tentu saja kau enggan mempertaruhkan nyawamu untuk hal ini, maka
kau hanya mengunjungi dia berapa saat satu kali, tentu kehadiran
Oh Hiang disampingmu merupakan salah satu penyebabnya."
Liu Sam-hong mengangguk berulang kali.
Terdengar Sik Jiu berkata lagi:
"Tidak gampang bagi Sui Kwan-im untuk menemukan pasangan semacam
dirimu, tak mungkin dia akan puas dengan caramu itu, tapi diapun
tak berdaya untuk mengendalikan dirimu. Kini muncul satu
kesempatan emas baginya, tentu saja dia tak akan lepaskan
kesempatan ini, tapi kalau dia tebuskan semua hutangmu dengan
begitu saja, tidak menjamin setelah kejadian ini, kau tidak akan
bersikap seperti sekarang lagi terhadap dirinya."
Setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya:
"Oleh sebab itu, kecuali setelah ini dia mampu mengendalikan
dirimu seratus persen, kalau tidak, tak mungkin dia mau
mengeluarkan uang." "Benar, dia tak akan mau." Liu Sam-hong membenarkan.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
"Dengan begitu, sama artinya untuk sementara waktu seluruh aset
dan kekayaanmn disimpan dan dia kendalikan sementara waktu, bila
suatu hari kau tak kuat lagi, mati dirnjangnya, maka segala
sesuatunya habis sudah. Terlebih kejadian ini selain tidak
diketahui orang lain, semisal tersiar keluar pun untuk
selanjutnya kau tak punya muka lagi untuk bergaul dalam kota
Yang?ciu, oleh sebab itu meski dimulut kau menyanggupi, padahal
dihati kecilnya sangat menentang. Setelah dibuat pusing tujuh
keliling dan tak tahu bagaimana harus berbuat, akhirnya kau
berhasil mendapatkan sebuah siasat jitu, siasat menimpuk dua
burung dengan sebutir batu."
"Apa siasat itu?"
"Betul suruh aku yang mengungkap keluar?"
Sambil tertawa getir, Liu Sam-hong manggut?manggut.
"Panjang sekali untuk diceritakan." Kata Sik Jiu.
"Untung aku mempunyai kesabaran yang luar biasa."
"Aku bisa memaklumi didalam hal ini, hanya sayang kakiku sudah
kelewat capek untuk berdiri, mulutku juga sudah mengering karena
banyak bicara, toh kamar baca ada didepan sana, kenapa tidak
duduk didalam sambil berbincang lagi??
- Kamar baca? Liu Sam-hong merasa hatinya tercekat, buru?buru serunya:
"Didalam kamar baca tak ada air teh, bagaimana mungkin aku bisa
melayani tuan opas bertiga? Ruang utama berada disebelah sana,
bagaimana kalau kita berbincang disana saja?"
"Tak ada air teh pun tidak masalah, aku hanya ingin mencari
tempat untuk beristirahat, hari ini aku sudah kelewat capek
berjalan." "Kalau begitu paling baik ke ruang utama, disana ada berapa buah
kursi malas, sekalian bisa melemaskan otot kaki."
"Baiklah." Sambil bicara, diapun beranjak pergi.
Diam diam Liu Sam-hong menghembuskan napas lega, sayang kelewat
cepat dia merasa lega. Baru berjalan satu langkah, tiba tiba Sik Jiu menghentikan
kembali langkahnya. Kemudian sambil berpaling, tegurnya:
"Aku lihat kau seakan tidak senang kalau kami berkunjung ke dalam
kamar bacamu." "Aaah, tidak ada kejadian seperti ini."
"Apakah didalam kamar baca terdapat sesuatu yang tak boleh kami
lihat?" Rasa curiga orang ini betul betul kelewat besar dan berlebihan.
Buru buru Liu Sam-hong menggeleng.
"Aaah, tidak, tidak ada kejadian semacam ini." Sahutnya.
"Oya?" seru Sik Jiu, tiba tiba ia memberi tanda kerdipan mata
kepada Lim Hiong dan Pak Piau.
Tidak menunggu sampai diperintah, Lim Hiong dan Pak Piau berdua
sudah melangkah menuju ke arah ruang baca.
Sudah cukup lama mereka mengikuti Sik Jiu, apalagi bukan untuk
pertama kalinya Sik Jiu memberi tanda semacam itu kepada mereka
untuk melakukan suatu tindakan.
Sudah barang tentu Liu Samehong tak sanggup untuk mencegahnya.
Untuk sesaat dia jadi tertegun, termangu.
Dengan cepat Lim Hiong dan Pak Piau mendobrak pintu sambil
melangkah masuk, dengan cepat mereka menjumpai Oh Hiang yang
duduk bersandar di bangku.
Sebetulnya mereka semua mengenali Oh Hiang, tapi sekarang tak
seorang pun yang mengenali dirinya lagi.
Paras muka Oh Hiang telah berubah jadi hitam kebiruan, darah
kental meleleh dari ke tujuh lubang inderanya.
Sekalipun sahabatnya yang paling karib pun, mungkin sekarang tak
dapat mengenalinya lagi kalau orang yang sedang duduk di bangku
adalah Oh Hiang. Pak Piau maupun Lim Hiong bukan sahabat Oh Hiang, teman biasa pun
bukan. Tapi sekarang, paras muka mereka telah berubah jadi hijau
membesi. Paling tidak, mereka semua tahu kalau sosok tubuh yang sedang
duduk di bangku itu adalah sesosok mayat.
Hari ini, untuk kedua kalinya mereka jumpai mayat dalam kondisi
seperti ini. "Buum.. bukankah itu mayat dari Sui Kwan-im." Jerit Lim Hiong
kaget. "Hush, mayat Sui Kwan?im.masih berada di dalam kedai wanita
cantik." Bentak Pak Piau.
"Mungkin saja mayat yang berada dalam kedai wanita cantik telah
berubah jadi mayat hidup, dan kini ikut bersama kita melompat
sampai disini." "Aaaah, di siang hari bolong begini, mana ada kejadian semacam
ini." Seru Pak Piau dengan tubuh bergidik karena ngeri.
"Kalau begitu, mayat siapa dia?"
Pak Piau maju dua langkah, sesudah diamati sebentar, katanya:
"Kalau dilihat dari bentuk wajahnya, perempuan ini mirip dengan
Oh Hiang,."
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aneh, kenapa dia bisa mati disini?" kata Lim Hiong keheranan.
"Hal ini harus ditanyakan kepada Liu Samehong." Ujar Pak Piau
sambil berlarian keluar. Baru saja tiba dipintu depan kamar baca, Sik Jiu sudah berjalan
masuk sambil menarik tangan Liu Sam-hong.
Buru buru dia minggir ke samping untuk memberi jalan.
"Apa yang kau temukan didalam ruang baca?" tanya Sik Jiu.
Pak Piau melirik Liu Sam-hong sekejap, kemudian baru menjawab:
"sesosok mayat!"
"Mayat?" Sik Jiu terperanjat, desaknya, "mayat siapa?"
"Mirip Oh Hiang."
"Oh Hiang?" tatapan mata Sik Jiu yang tajam segera dialihkan ke
wajah Liu Sam-hong. Dalam keadaan begini, Liu Sam-hong hanya bisa menghela napas
panjang. "Betul, memang mayat Oh Hiang!" jawabnya pasrah.
"Kematiannya persis seperti kematian Sui Kwan?im!" terang Pak
Piau. Begitu ucapan tersebut disampaikan, bukan hanya Sik Jiu yang
kaget. Liu Sam-hong pun seolah disengat listrik bertegangan
tinggi, berdiri terperangah.
"Apa? Sui Kwan-im sudah mati?" serunya tertahan.
Kalau dilihat dari gayanya, dia seolah be1um.mengetahuii akan
terjadinya peristiwa ini.
Sik Jiu tidak menjawab, dia perhatikan orang itu beberapa kejap,
kemudian sindirnya sambil tertawa dingin:
"Tidak aneh kalau kau melarang kami memasuki ruang baca."
"Aku .... ". Aku .... u." Liu Sam-hong jadi tergagap.
"Bagus amat perbuatanmu." Tukas Sik Jiu lagi.
"Aku .... nu" Dengan gugup Liu Sam-hong menggoyangkan tangannya
berulang kali. Belum sempat dia melanjutkan kata katanya, Sik Jiu kembali sudah
memotong perkataannya itu:
"Lebih baik kita bicara setelah masuk nanti!"
Sambil bicara, dia seret Liu Sam-hong memasuki ruang baca.
Sebetulnya Liu Sam-hong pun terhitung seorang jago tangguh, namun
sekarang, dia sama sekali tak bertenaga untuk melawan tarikan Sik
Jiu itu. Sejujurnya, pikiran dan perasaan hatinya saat itu sudah teramat
kacau. Dengan sigap Pak Piau menutup kembali pintu ruangan.
Bagaimanapun juga, dia adalah seorang opas yang sangat
berpengalaman. Dengan langkah cepat Sik Jiu mendorong Liu Sam-hong hingga
terduduk diatas bangku, perintahnya:
"Jaga baik baik!"
Lim Hiong dan Pak Piau mengiakan sambil melangkah maju, dari kiri
dan kanan, mereka menekan bahu Liu Samehong.
Sementara itu Sik Jiu sudah berjalan menuju ke depan jenasah Oh
Hiang. Dia berjongkok dan memeriksanya sejenak, setelah itu serunya
tertahan: "Aaah, kelihatannya dia pun terkena darah beracun dari kelabang
- II Dipihak lain, Liu Sam-hong seketika duduk tertegun, gumamnya:
"Darah beracun kelabang api? Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Lim.Hiong maupun Pak Piau tidak pedulikan dirinya, tatapan mata
mereka bergerak mengikuti sorot mata dari Sik Jiu.
Secara tiba tiba sorot mata mereka bertiga sama sama dialihkan
keatas lantai. Rupanya Secara mendadak Sik Jiu telah menemukan pecahan botol
arak wanita cantik yang tercecer diatas tanah.
Botol arak itu sudah pecah, cairan arak berceceran membasahi
lantai, bahkan hingga kini sama sekali belum.mengering.
Ubin lantai yang tergenang cairan arak seolah sudah terendam
sesuatu zat, disana sini tampak noda warna putih yang sangat
mencolok. Tubuh Sik Jiu yang semula terbungkuk, tiba tiba saja berdiri
lurus, dengan wajah berubah gumamnya:
"Jangan jangan racun itu dicampurkan pula ke dalam arak wanita
cantik?" Berubah hebat paras muka Lim Hiong dan Pak Piau setelah mendengar
perkataan itu. "Betul, racun itu memang berasal dari dalam arak wanita cantik."
Jawab Liu Sam-hong tanpa terasa.
Mendengar itu Sik Jiu segera berpaling, sambil melotot kearah Liu
Samehong, serunya: "Hebat benar cara yang kau gunakan!"
"Peristiwa ini sama sekali tak ada hubungannya dengan diriku."
Buru buru Liu Sam-hong membela diri.
Sik Jiu tertawa keras. "Hahahaha, dari sepuluh orang pembunuh yang tertangkap, paling
tidak ada sembilan setengah orang yang berusaha membela diri."
"Tiada alasan bagiku untuk membunuh Oh Hiang!" bisik Liu Samrhong
sambil gelengkan kepala dan menghela napas.
"Kalau harus bicara, tanyakan dulu liangsim.mu."
Sik Jiu menarik sebuah bangku lalu duduk disampingnya.
Begitu duduk, dia seolah sudah melupakan akan satu hal, setelah
celingukan ke sana kemari, katanya:
"Barusan, aku bicara sampai dimana?"
"Menyinggung soal Cara menimpuk satu batu untuk mendapatkan dua
ekor burung." Sahut Pak Piau.
"Aah benar." Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Setelah mendeham.berapa kali untuk menghilangkan riak, kembali
lanjutnyaz "Cara semacam itu memang sebuah Cara yang jitu."
Tanpa terasa Liu Sam-hong menengok ke arah Sik Jiu.
Kelihatannya dia berharap Sik Jiu mau menerangkan persoalan ini
hingga jelas. Sik Jiu tidak berbicara, sorot matanya malah dialihkan kembali ke
wajah Liu Sam-hong, tiba tiba tanyanya:
"Apakah Kim.Boan-lo mempunyai orang tua, saudara, istri dan anak?"
"Konon tidak punya." Jawab Liu Sam-hong.
"Memang benar-benar tidak punya, oleh karena itu seandainya
terjadi hal yang tak diinginkan, maka seluruh harta kekayaannya
akan menjadi milik negara, mengenai bukti hutang para penjudi yang
ditinggalkan, sesuai kebiasaan pemerintah, kebanyakan akan
disudahi dengan begitu saja, sebab berjudi sesungguhnya melanggar
hukum, tak ada alasan bagi pihak negara untuk mewakili sang korban
menagihkan hutang hutangnya, sebab bila sampai ketahuan atasan,
bisa berabe jadinya. Terlebih Kim Boan?lo selalu percaya diri
sendiri, semua harta kekayaan termasuk bon bon piutang dia simpan
secara rahasia, setelah kematiannya, apakah orang lain bisa
menemukan tempat penyimpanannya pun masih jadi pertanyaan, oleh
karena itulah orang yang punya hutang dengan dirinya, konon selalu
berharap dia mati mendadak karena sakit."
Setelah berhenti sejenak, tambahnya:
"Tentu saja kaupun tidak terkecuali."
Liu Sam-hong tidak menjawab, ia terbungkmm.
"Tapi sayang, kondisi kesehatannya selama ini sangat baik," lanjut
Sik Jiu, "bila menginginkan kematiannya pada saat sekarang, aku
percaya hanya ada satu caramm.. melakukan pembunuhan."
Liu Sam-hong tetap terbungkam, tidak menjawab.
Sesudah mengerling sekejap kearahnya, kembali dia melanjutkanz
"Berbicara mah kelihatannya gampang sekali, padahal kalau ingin
dilaksanakan, susahnya bukan kepalang, pertama?tama harus
mempunyai sebuah rencana yang sempurna, kalau tidak, sedikit saja
kurang hati hati, bila sampai terlacak, bisa jadi nyawa sendiri
akan jadi taruhan. Selain itu, Kim Boan?lo mempunyai anak buah
dalam jumlah banyak, dia sendiripun mengerti ilmu silat, konon
kungfunya terhitung tangguh, bila ingin membunuhnya, begitu
meleset perhitungan, bukan lawan yang mati, bisa jadi nyawa
sendiri bakal melayang."
Kali ini Liu Sam-hong manggut?manggut.
Sambil tertawa dingin Sik Jiu melanjutkan:
"Tentu saja kau tak akan menyerempet bahaya semacam ini, tapi Kim
Boan?lo harus mati, lantas bagaimana baiknya?"
"Bagaimana baiknya?" tanpa sadar Pak Piau bertanya.
"Cara yang terbaik tentu saja memindah jenasah untuk menfitnah
orang, siasat satu batu meruntuhkan dua burung."
Ditatapnya Liu Sam-hong, kemudian sambil tertawa dingin terusnya:
"Disatu sisi kau tetap merayu Sui Kwan?im, disisi lain kau
menyamar sebagai Kim Boan?lo dengan menghadiahkan sebotol arak
wanita cantik yang beracun untuk Sui Kwan?im."
Agak berubah paras muka Liu Samrhong, tapi dia tetap membungkam
diri. Terdengar Sik Jiu berkata lebih jauh:
"Dengan begitu, orang lain akan menyangka Kim Boan?lo yang
melakukan pembunuhan itu, bukan saja sasaranmu bakal mati, kau tak
usah membayar hutang, sejak ini kaupun bisa terlepas dari belenggu
Sui Kwan?im, bukankah ini yang disebut sekali gebrakan mendapatkan
dua hasil sekaligus?"
"Kapan terjadinya peristiwa ini?" tiba tiba Liu Sam-hong bertanya.
"Pagi tadi, setelah kau meninggalkan kedai wanita cantik."
"Kalau toh aku tidak berada ditempat kejadian, bagaimana mungkin
kejadian ini bisa dikaitkan dengan diriku?" protes Liu Sam-hong
Sambil tertawa getir. "Ketidak hadiranmu di tempat kejadian, justru merupakan letak dari
kecerdasanmu." "Bisa kau terangkan lebih mendetil?"
"Kemarin, seharian penuh kau berada didalam kamar tidurnya Sui
Kwan-im di kedai wanita cantik, aku percaya banyak orang
mengetahui akan hal ini."
"Betul." "Maka dari itu, orang yang semalam membeli arak wanita cantik di
kedai wanita cantik dengan menyamar sebagai Kim Boan-10, sudah
pasti bukan dirimu."
"Aku toh bukan siluman."
"Sewaktu nona Siau-sin menghantar arak ke kamar tidur Sui Kwan?im,
kau masih berada dalam kamar tidur Sui Kwan?im, sekali lagi
membuktikan kalau orang itu bukan dirimu."
"Akumm.." "Begitu mendengar suara ketukan pintu, kau baru tergopoh gopoh
mengenakan pakaian, kabur lewat jendela, secara sengaja
meninggalkan bekas kaki di luar jendela, lalu secara sengaja pula
membiarkan orang melihat kalau kau kabur dengan melompati pagar
rumah. Dengan demikian, bila kami lakukan penyelidikan, mereka
semua bisa membuktikan meski Sui Kwan-im.berada dida1am.kamar
tidurnya, namun ketika mati, kau sudah meninggalkan tempat
tersebut, dengan demikian bukankah kau bisa cuci tangan bersih
bersih dan memiliki alibi yang kuat kalau tidak terlibat didalam
peristiwa ini?" "Aku ....... u."
sekali lagi Sik Jiu menukas:
"sesungguhnya rencana ini sangat lihay, teliti dan luar biasa,
hanya sayang kelewat rumit sehingga akhirnya malah salah kaprah."
Setelah tertawa dingin, terusnya:
"Bila suatu perencanaan semakin rumit maka semakin gampang
memperlihatkan titik kelemahan, walaupun seseorang teramat cerdas,
belum tentu dia bisa memikirkan begitu banyak rangkaian masalah
pada saat bersamaan, terlebih walaupun kau sangat berhati-hati
dalam segala hal, sayang rekan yang kau pilih dalam sandiwara ini
kelewat gegabah." "Dimana letak gegabahku?" tanya Liu Samehong.
"sebelum kejadian, kau tidak pergi menyelidiki dahulu dengan
jelas, dimana Kim Boan?lo berada semalam."
"Semalam memangnya Kim Boan?lo berada dimana?" tanpa terasa Liu
Samehong bertanya. "Dia telah pergi ke Peng?san-tong, tengah hari tadi baru pulang ke
kota bersama kami, dalam.hal ini, paling tidak ada belasan orang
lebih yang bersaksi untuk dirinya."
"Tapi diamm." "Apalagi dia tak punya alasan yang cukup untuk mencelakai Sui
Kwan?im, sekalipun ada, diapun tak bakal berani melaksanakan
rencananya dengan begitu berani dan blak?blakan!"
Tiba tiba saja Liu Sam-hong menghela napas panjang, katanya:
"sekalipun dia mempunyai saksi yang cukup untuk membuktikan
alibinya benar, siapa bilang aku tak punya? Kenapa kau hanya
mencurigai aku seorang?"
Setelah menghela napas, terusnya:
"Apakah hal ini dikarenakan aku hampir menjadi seorang miskin yang
tak punya harta apapun, sehingga perkataanku jadi sama sekali tak
berbobot?" "Maksudu kalau bukan orang miskin lantas suka berbohong?" Sik Jiu
balik bertanya. "sejak awal hingga sekarang, masih ingatkah kau
sudah berapa kali bicara bohong? Tahukah kau apa artinya bila
seseorang berusaha untuk berbohong terus?"
Liu Sam-hong tidak menjawab, dia hanya bisa menghela napas
panjang. Setelah tertawa dingin kata Sik Jiu:
"Kami bisa mencurigai dirimu bukannya sama sekali tanpa dasar .... u."
"Kau masih memiliki bukti apa lagi?" potong Liu Sam-hong tidak
sabar. "Kau seharusnya tahu bukan hari ini adalah hari apa untuk Sui
Kwan?im?" ujar Sik Jiu cepat.
"Kelihatannya hari ulang tahunnya." Jawab Liu Sam-hong setelah
termenung berpikir sejenak.
Tiba tiba dari dalam sakunya Sik Jiu mengeluarkan cincin kumala,
lalu bertanya: "Apakah cincin kumala ini barang milikmu?"
"Benar." Jawab Liu Sam-hong tertegun.
"Darimana kau mendapatkan benda ini?"
"Kim.Boan?lo menjualnya kepadaku, saat itu kami masih sahabat
karib, tapi pada setahun berselang, oleh karena Sui Kwan?im
menyukai benda tersebut, aku sudah menghadiahkannya untuk dia."
"Siapa yang mengetahui akan hal ini?"
Liu Sam-hong berpikir sejenak, kemudian menggeleng.
"Tidak ada yang tahu."
"Barang semahal inipun kau rela menghadiahkan kepadanya?" sindir
Sik Jiu Sambil tertawa. "Memangnya kau tidak mengetahui tabiat dari orang ini? Barang yang
dia sukai, bila tidak kau berikan, marah adalah urusan nomor dua,
yang pusing adalah dia akan berusaha dengan segala akal muslihat
hingga mendapatkannya."
"Benarkah begitu?"
"Kalau bukan seperti ini, sudah pasti dia adalah seorang wanita
yang menyenangkan." "Setahuku, diapun amat menyukaimu," kata Sik Jiu dingin, "tapi
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hingga sekarang tidak berhasil memiliki dirimu seutuhnya, bukankah
dia makin gusar, semakin menggunakan segala Cara untuk
mendapatkannya?" Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Liu Sam?hong manggut?manggut.
"Terkadang, dia memang merecoki aku sampai susah untuk bernapas."
Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:
"Terus terang, aku merasa agak menyesal kenapa dahulu mendekati
dirinya, belakangan aku sudah capek, kehabisan tenaga untuk
melayani napsu birahinya, tapi dia tetap memaksa aku untuk datang
ke kedai wanita cantik, ada kalanya aku benar benar ingin sekali
putus hubungan dengan dirinya, tapi dia tak ambil peduli,
tampaknya perempuan itu sudah mengambil keputusan, ia siap
mempermainkan diriku dan sampai matipun tak akan membiarkan aku
1o1osmm.." "Maka kau pun tega untuk bertindak lebih dulu dengan menghabisi
nyawanya?" tegas Sik Jiu.
Baru saja Liu Sam?hong akan membantah, Sik Jiu sudah berkata lebih
lanjut: "Sikap Oh Hiang terhadap dirimu, menurut aku tak ada bedanya
seperti sikap Sui Kwan?im terhadap dirimu, apakah lantaran
persoalan ini maka kau sekalian menghabisi nyawanya?"
Kembali Liu Samehong menghela napas panjang.
"Aaai, aku tidak membunuh orang, tak seorang pun yang kubunuh."
"Akupun percaya dengan perkataanmu itu, hanya sayangnya kecurigaan
terhadap dirimu kelewat kental."
"Tapim.." "Oh Hiang ditemukan tewas dalam kamar bacamu," tukas Sik Jiu
dingin, "kau pun sempat berusaha menghalangi keinginan kami
memasuki ruang baca, dalam.hal ini, sudah terlalu sulit bagimu
untuk memberikan jawaban yang memuaskan kepada kami>"
"Memang betul Oh Hiang mati dalam ruang bacaku, tapi ini
dikarenakan dia telah minu sebotol arak beracun wanita cantik
yang dihadiahkan orang lain kepadanya!"
"Persis seperti kejadian yang menimpa Sui Kwan?im, benar benar
sebuah kebetulan!" "Arak wanita cantik itu disimpan dalam sebuah kotak sutera,
didalam kotak terdapat selembar kertas wanita cantik."
"Begitu kebetulanl"
"Di kertas wanita cantik itu tertera tulisanmm.." lanjut Liu
Sam?hong. "Sekarang, kertas surat itu berada dimana?" tukas Sik Jiu.
"Ada didalam sakuku."
Dari dalam sakunya dia mengeluarkan selembar kertas wanita cantik,
Sik Jiu segera menerimanya, lalu tanpa diperiksa lagi katanya:
"Sudah banyak tahun aku menjadi opas, peristiwa pembunuhan yang
kujumpai entah sudah berapa banyak, tapi belum pernah menjumpai
peristiwa yang begitu kebetulan sama satu dengan lainnya, dalam
kejadian hari ini, walaupun bukan terjadi pada saat dan tempat
yang sama, namun dalang pembunuhan tetap orang yang sama, satu
dalang dengan dua anak buah, peristiwa ini benar benar bukan satu
kejadian sederhana."
Mau tak mau Liu Sam?hong harus mengangguk.
Ujar Sik Jiu kembali: "Dan sang dalang tidak lain adalah dirimu!"
Liu Sam?hong goyangkan tangannya berulang kali, namun mulutnya
terbungkam. Menyusul kemudian Sik Jiu pun menghardik:
"Siapa sebenarnya kedua orang komplotanmu itu? Sekarang mereka
berada dimana?" "Kejadian ini benar?benar tak ada hubungannya dengan diriku."
Bantah Liu Sam?hong sambil menggeleng.
Sik Jiu kembali tertawa dingin.
"Mungkin kau hanya melupakannya sesaat, aku pikir, asal duduk satu
atau setengah hari saja didalam bui, siapa tahu daya ingatmu akan
pulih kembali." Menyusul kemudian diapun membentak memberi perintah:
"Lim Hiong, bawa pulang dia lebih dulu, kurung dia didalam sel
tahanan." "siap!" sahut Lim Hiong sambil mencengkeram bahu Liu Sam?hong.
Ternyata Liu Sam:hong tidak meronta.
Diapun tidak memerlukan tarikan dari Lim.Hiong, sebab langsung
saja berjalan sendiri. Padahal menurut cerita, dia bukan termasuk seseorang yang lembut
dan penurut. Atau mungkin dia sudah mempunyai rencana? Tapi apakah rencananya
itu? Memandang hingga Lim Hiong dan Liu Sam?hong menjauh, tak tahan Pak
Piau bertanya: "Komandan, kenapa kau tidak memeriksa kertas wanita cantik
terlebih dulu sebelum.menangkapnya?"
"Tidak usah dilihat lagi, akupun sudah tahu kalimat apa yang
tertera diatas kertas wanita cantik itu."
"Apa kalimatnya?" tanya Pak Piau keheranan.
"Arak wanita cantik dipersembahkan untuk dicicipi wanita cantik!"
sambil bicara, diapun menyodorkan kertas tersebut.
Pak Piau menyambutnya sambil diperiksa, dengan cepat ia berdiri
terbelalak dengan mulut melongo.
Ternyata kalimat yang tertera diatas kertas wanita cantik itu tak
lain adalah kalimat tersebut.
Setelah menghela napas kata Sik Jiu lebih lanjut:
"Padahal, begitu menyaksikan jenasah Oh Hiang beserta hancuran
botol arak wanita cantik yang berceceran diatas lantai, aku sudah
tahu kalau arak wanita cantik tersebut adalah arak yang semalam
dibeli wanita tersebut dan benar benar yakin kalau perempuan itu
memang ingin membunuh seseorang, sasarannya tak lain adalah Oh
II "Dalam kota Yang-ciu, kecuali Oh Hiang, aku tidak tahu ada
perempuan lain yang memiliki ilmu silat jauh diatas perempuan
tersebut, sayang sekali sesudah melihat jenasah Oh Hiang, aku baru
menyadari akan hal itu."
"Sayangnya, biarpun komandan menyadari akan hal ini, keadaan toh
sama saja, sudah terlambat," Pak Piau menanggapi, "sebab ketika
kita mengikuti sampai disini, sebelu kehadiran kita semua, Oh
Hiang sudah keburu meneguk arak wanita cantik itu."
"Racun yang sama dengan cara membunuh yang tidak berbeda, aku
sungguh sulit percaya kalau di dunia ini ternyata ada kejadian
yang begini kebetulan."
"Masa dalang utamanya benar-benar adalah Liu Sam?hong?"
"Mungkin saja benar," jawab Sik Jiu setelah termenung sebentar,
"hanya masalahnya, benar atau tidak, Sekarang kita sudah mempunyai
alasan yang cukup untuk menjeblokkan dia ke dalam sel tahanan."
"Yaa, hingga kini, memang hanya dia seorang yang paling
mencurigakan." Sik Jiu meraba dagunya sambil termenung, lama kemudian ia baru
berkata: "Bukankah kejadian ini patut disebut sebagai kejadian yang
menyenangkan? Sudah lama aku berniat berbuat begitu, tak disangka
akhirnya muncul juga peluang ini, kalau tidak kumanfaatkan
kesempatan ini untuk mengurungnya barang satu dua hari, rasanya
aku bakal bikin kecewa diri sendiri."
Dari nada pembicaraannya, dia seolah sedang manfaatkan kesempatan
ini untuk melampiaskan dendam.pribadinya.
Tak kuasa Pak Piau tertawa tergelak, serunya:
"Hahaha, untung saja dia tak sempat mendengar perkataan dari
komandan." "Kalau kedengaran lantas kenapa? Memangnya dia bisa mencuci bersih
dirinya dari semua tuduhan dan kecurigaan?"
"Memang tidak gampang untuk berbuat begitu, kecualim.."
"Kecuali bagaimana?"
"Kecuali terjadi lagi satu peristiwa pembunuhan yang sama."
Mendengar itu, Sik Jiu tertawa keras.
"Hahaham.. sudah satu, lalu dua, masa akan muncul tiga?" katanya,
"mustahil di dunia ini ada kejadian yang begitu kebetulan, kalau
toh pembunuhnya adalah orang yang sama, kecuali dia sudah sinting,
kalau tidak, mustahil dia akan menggunakan Cara yang sama untuk
membunuh tiga orang secara beruntun."
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"
"Dari kedua peristiwa ini, satu dengan lainnya pasti ada
keterkaitan, lebih baik kita selidiki setiap masalah secara detil,
siapa tahu bakal ditemukan petunjuk lain."
"Bagaimana dengan perempuan itu?"
"Perintahkan kepada semua saudara untuk melanjutkan pelacakan,
kita harus menemukan jejaknya dan berusaha untuk menangkapnya
hidup hidup!" Terkadang didunia ini memang bisa terjadi peristiwa yang sangat
kebetulan! Peristiwa pembunuhan dengan menggunakan arak beracun ternyata
terjadi sekali lagi. Kejadian ini adalah peristiwa yang ke tiga kalinya, terjadi disaat
senja, hari kedua setelah Liu Sam?hong dijebloskan ke dalam sel
tahanan. Waktu itu belu.memasuki senja, baru menjelang tibanya saat senja.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Siau-sin sedang berbincang bincang dengan Siu?cui di depan rumah.
Untuk sementara waktu kedai wanita cantik disegel pihak polisi,
karena itu terpaksa Siau-sin harus pulang ke rumah asalnya.
Siau?cui memang sudah kenal dengan Siau-sin, selama ini mereka
merupakan sahabat yang sangat akrab.
Itulah sebabnya ketika dilakukan interogasi di kantor polisi,
Siau-sin selalu mengajaknya sebagai pendamping.
Ia tinggal tak jauh dari rumah Siau-sin, setiap senggang, diapun
datang mencari rekannya untuk berbincang-bintang.
Topik pembicaraan mereka tentu saja seputar terbunuhnya Sui
Kwan-im dan Oh Hiang, serta ditangkapnya Liu Sam?hong.
Kedua peristiwa besar ini sudah tersiar luas di seantero kota
Yang-ciu. Dan pada saat itulah, dari arah depan sana tiba tiba muncul sebuah
tandu. Kedua orang pengusung tandu itu ternyata menghentikan tandu mereka
persis didepan pintu rumah Siau-sin.
Tanpa terasa perbincangan Siau-sin dengan Siau-cui pun terhenti
setengah jalan, dengan pandangan tercengang mereka mengawasi tandu
tersebut. Disamping tandu terdapat pula seorang lelaki setengah umur yang
berdandam seorang pelayan, begitu tandu terhenti, dia pun
melangkah maju sambil berkata:
"Boleh bertanya .... u."
"Kau mencari siapa?" tukas Siau?cui cepat.
"Benarkah tempat ini adalah rumah nona Siau-sin?" tanya lelaki
setengah umur itu. Siau?cui manggut?manggut.
"Apakah kalian datang mencari Siau-sin?"
"Betul." "Ada urusan apa kau mencarinya?"
Lelaki setengah umur itu segera mengalihkan sinar matanya sambil
berseru: "Ternyata kau adalah nona Siau-sinmm.."
"Aku tidak kenal kau." Seru Siau-sin.
"Cayhe bernama Kim Siu, majikan kami adalah Kim Boan-lo." Lelaki
setengah umur itu kembali memperkenalkan diri.
Siau-sin maupun Siau?cui terperangah.
"Cayhe mendapat perintah dari majikan untuk mengundang nona
Siau?sinmm.." "Mengundang aku ke mana?"
"Berkunjung ke rumah majikan kami."
"Mau apa?" kembali Siau-sin terperangah.
"Gara gara perkataan dari nona Siau-sin kemarin, majikan kami baru
lolos dari bencana masuk buimm.."
"Aku hanya bicara sejujurnya, orang itu memang bukan dia."
"Tapi majikan kami tetap merasa berterima kasih sekali, oleh
karena itu telah disiapkan meja perjamuan di rumah dan mengundang
nona untuk santap bersama sebagai ungkapan rasa terima kasih."
Siau-sin melongo, berdiri termangu?mangu.
Buru buru Siau?cui berbisik:
"Tampaknya, Kim.Boan?lo benar benar sudah tertarik kepada dirimn."
"Aku .... nu" "Kesempatan yang begini baik jangan kau lewatkan dengan begitu
saja." Sela Siau-cui.
"Tapi .... n." "Tapi kenapa? Padahal kesempatan emas semacam ini tak mungkin bisa
diharapkan orang lain."
Sampai disini, Khm Siu pun segera menimpali:
"Majikan berpesan, bagaimana pun harus bisa mengundang kehadiran
nona, bila gagal, cayhe pun tak perlu balik lagi."
"Soal ini ..... ""
"Kenapa lagi," kembali Siau?cui menukas, "sudah jelas Kim toaya
menaruh niat yang tulus, jangan kau sia sia kan harapannya."
"selama hidup belum pernah aku mendapatkan pengalaman semacam
ini." Bisik Siau-sin.
"Apalagi kalau tak ada pengalaman, kau semakin harus pergi."
"Entah mengapa, aku merasa agak takut."
"Bukankah selama ini nyalimu selalu besar."
"Tapi beda kali ini, aku adalah .... no"
"Masa kau takut dia bakal makan dirimu?"
Tampaknya Kim Siu ikut mendengar percakapan itu, katanya sambil
tersenyum: "Majikan kami tidak pernah makan orang."
"Tentu saja tidak akan, hanya siluman yang makan manusia." Kata
Siau-cui sambil tertawa geli.
"Jika majikan kami adalah siluman, mungkin sejak awal aku sudah
dimakan beliau." Sambung Kim Siu sambil tertawa pula.
Kemudian dengan wajah penuh senyum, katanya kepada Siau-sin:
"Nona tidak usah kuatir, undangan majikan kami ini timbul dengan
hati tulus dan sama sekali tak berniat jahat terhadap nona, dalam
kenyataan, diapun bukan untuk pertama kalinya mengundang makan
orang." "Beem. Benarkah begitu?"
"Lagipula semua orang juga tahu, kecuali selama berada di rumah
judi dia berwajah besi dan tak kenal sanak saudara, selama ini
majikan kami selalu ramah dan baik hati terhadap siapa pun."
"Tapi latar belakang asal usulkumm.." Siau-sin semakin tergagap.
Ternyata yang dia kuatirkan adalah masalah tersebut.
Dengan cepat Kim Siu berkata:
"Khususnya dalam hal ini, nona semakin tak usah kuatir, majikan
kami bukan type manusia yang menghormati orang kaya dan memandang
rendah orang miskin."
"Paling tidak aku harus tukar pakaian yang pantas lebih dulu,
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekalian memberitahukan hal ini kepada orang tuaku."
Tak disangkal, dia telah menyanggupi undangan tersebut.
"Silahkan." Kata Kim Siu sambil memberi hormat.
Belum selesai ucapan itu, Siau-cui sudah buru buru menarik
rekannya masuk ke dalam. Mengawasi bayangan tubuh kedua orang gadis itu, mimik muka Kim Siu
sama sekali tanpa ekspresi.
Dia sudah terbiasa menghadapi kejadian seperti ini.
Tentu saja orang tua Siau-sin tidak keberatan dengan undangan
tersebut. Ketika mereka menghantar Siau-sin bekerja di kedai wanita cantik,
selain untuk mengurangi beban yang mereka tanggung, sesungguhnya
juga berharap Siau-sin bisa mendapat jodoh orang kaya. Dan
sekarang, jelas kesempatan itu sudah datang.
Biarpun usia Kim.Boan?lo agak tua, tapi walau mencari ke seluruh
pelosok kota Yang-ciu, percaya tak mungkin bisa menemukan lelaki
kaya raya kedua semacam dirinya.
Munculnya kesempatan emas yang begitu baik, bagaimana mungkin
mereka akan melepaskan dengan begitu saja?
Begitu mendengar kabar tersebut. mereka berdua bagaikan induk ayam
yang baru saja menetaskan berapa ekor anak ayam, berputar bingung
didalam ruah, bahkan melayani Siau-sin bagaikan seorang putri
raja. Masih untung Siau-sin sendiri yang memutuskan untuk memenuhi
undangan itu, kalau tidak, mungkin mereka akan mengikat Siau-sin
1a1u menggotongnya keluar.
Tidak heran kalau Kim Siu tak perlu menunggu terlalu lama di luar
rumah. Dan Siau-sin pun dengan demikian dihantar ke rumah besar milik Kim
Boan-lo di sebelah barat kota.
Meja perjamuan disiapkan di ruang belakang.
Tentu semua perabot maupun dekorasi disekeliling ruangan tampak
sangat mewah dan megah. Kecuali empat orang dayang yang melayani, hanya ada Siau-sin dan
Kim.Boan?lo berdua. Pada awalnya Siau-sin masih kelihatan agak takut, tapi setelah
menyaksikan Kim Boan-lo menyambutnya dengan wajah penuh senyuman,
rasa takutnya baru berangsur hilang.
Senyuman dari Kim Boan-lo memang kelihatan sangat ramah, lembut
dan memikat. Sepasang mata Siau-sin nyaris tak pernah meninggalkan raut wajah
Kim.Boan?lo. "Dahulu kau pernah bertemu aku?" tanya Kim Boan-lo sambil tertawa.
Nada suaranya kedengaran lembut, halus dan menawan hati.
"Pernah bertemu berapa kali." Jawab Siau-sin agak tergagap.
"Padahal aku bukan orang yang seberapa jahat."
"Aku tahu." "Jadi, kaupun tak usah takut kepadaku."
"Aku tidak takut."
"Bagus sekali . "
Sesudah tertawa lebar, terusnya:
"Belum pernah aku salah menilai orang."
"oya?n "Sejak bertemu, aku sudah tahu kalau kau adalah seorang gadis yang
sangat menarik hati." Puji Kim Boan-lo lagi sambil tertawa.
Tanpa terasa merah jengah selembar pipi Siau-sin.
Tiba tiba Kim Boan-lo menghela napas panjang, gumamnya:
"Aku telah salah menilai Liu Sam?hong."
"Liu Sam?hong?"
"Sebenarnya dia adalah sahabatku, selama ini aku menganggapnya
sebagai teman karib, karena itu meski dia berhutang banyak
kepadaku, akupun tidak memaksanya untuk segera melunasi, berulang
kali aku tunda saat eksekusi. Siapa tahu dia itu tak kenal budi,
air susu dibalas dengan air tuba, bukannya berterima kasih, dia
malah menyaru aku untuk membunuh Sui Kwan?im dengan racun."
Siau-sin tidak menjawab, dia terbungkam.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Bagian ke 8. Meracuni lelaki tampan.
Sekali lagi Kim.Boan?lo menghela napas, ujarnya lebih jauh:
"Bila aku mati, dia tak perlu membayar hutang, bahkan bisa lolos
dari Sui Kwan?im yang selama ini merecokinya, benar benar sekali
timpuk dapat dua hasil, satu siasat keji yang menakutkan."
"Tauke kami memang sangat kelewatan da1am.merecoki dirinya!" kata
Siau?sin. "Padahal dia sendiri yang mencari penyakit, jangan menyalahkan Sui
Kwan?im." "Ehm_? "Gendak dia, Oh Hiang juga setali tiga uang."
"Yaa, aku dengar Oh Hiang justru jauh lebih hebat daripada tauke
kami." "Jauh lebih hebat, oleh karena itu dia tak mau tanggung tanggung,
setelah membunuh Sui Kwan?im, Oh Hiang pun sekalian dibantai.
Menurutmu, mengerikan tidak orang ini? Kejam dan buas tidak orang
semacam ini?" Diam diam Siau?sin bergidik, bulu romanya bangun berdiri, dia
mengangguk berulang kali.
"Untung saja secara kebetulan Sik Jiu berhasil menemukan jejaknya
dan membongkar rahasia besarnya itu, mungkin inilah yang dinamakan
hukum langit susah dihindari."
"Ehmm_n Tiba tiba Kim.Boan?lo meninju meja seraya berseru:
"Aaah, kenapa aku malah membicarakan masalah yang tidak
menyenangkan hingga nyaris melupakan tujuan utamaku mengundang kau
makan." Siau?sin tertawa, tetap tidak menjawab.
"Hanya ada arak dan hidangan sederhana, semoga nona tidak
mentertawakan." "Tidakm.. tidak, ini semua sudah terlalu banyak." Buru buru
Siau?sin menggoyangkan tangannya berulang kali.
Lauk pauk yang dihidangkan memang tidak terhitung sedikit, diatas
meja telah dipenuhi puluhan piring berisi aneka hidangan lezat,
benar benar sebuah pesta yang super mewah.
Hanya ada satu yang tidak ada, arak.
Diatas meja hanya terletak cawan kosong. dua buah cawan kosong.
selama ini Siau?sin tidak terlalu menaruh perhatian, tapi sekarang
ia baru perhatikan dengan tertegun, untuk sesaat gadis itu jadi
melongo. Menyaksikan hal ini, Kim Boan?lo pun berseru:
"Jangan bingung, arak segera akan dihidangkan."
Sambil berkata, dia pun bertepuk tangan satu kali.
Dua orang dayang cilik segera muncul dengan membawa sebuah kotak
berlapis sutera. "Aku tidak mengerti minu arak." Buru buru Siau?sin menampik
sambil menggeleng. Kim.Boan?lo tertawa. "Arak semacam ini tak bakal memabukkan jika diminum sedikit."
Tanpa diperintah, kedua orang dayang itu sudah membuka kotak dan
mengeluarkan botol araknya.
? Arak wanita cantik! Ternyata arak yang dikeluarkan dari dalam kotak adalah arak wanita
cantik! Begitu melihat botol arak itu, paras muka Siau?sin kontan berubah
jadi pucat kehijau-hijauan, bisiknya gemetar:
"Ini ....... u inimm.."
"ini adalah arak wanita cantik," sela Kim Boan?1o sambil tertawa,
"Cuma kau tak usah kuatir, kujamin arak wanita cantik ini tak ada
racunnya." "Benar benar tak beracun?"
Kim.Boan?lo mengangguk. "Arak wanita cantik ini aku beli sewaktu ada seorang rekan
dagangku yang kebetulan lewat kota Yang?ciu dan kutraktir di kedai
wanita cantik, karena dia anggap arak ini wangi maka akupun
membelinya sebotol lagi, selama ini aku hanya menyimpannya saja
sebelum teringat lagi barusan, jadi kau boleh meneguknya dengan
perasaan lega." Sambil mendengarkan, Siau?sin mengangguk berulang kali. kendatipun
begitu, mimik mukanya masih menampilkan perasaan ngeri dan takut
yang luar biasa. Menyaksikan mimik wajah gadis itu, sambil tertawa kembali ujar Kim
Boan-lo: "Bila kau masih kuatir, baiklah, biar kuteguk secawan terlebih
dulu." Sambil tersenyum, dia segera memberi tanda dengan ulapakan tangan.
seorang dayang cilik buru buru maju untuk memenuhi cawannya dengan
arak. Sambil mengangkat cawanna, kembali Kim.Boan?lo berkata:
"Dengan tewasnya Sui Kwan?im, mungkin arak wanita cantik pun bakal
tinggal legenda, oleh karena itu begitu pihak kepolisian mencabut
larangan, aku pasti akan membeli seluruh arak wanita cantik yang
tersisa dalam kedai wanita cantik dengan harga tinggi."
"Kau amat suka meneguk arak wanita cantik?" bisik Siau?sin ragu.
"Sebenarnya setiap kali melihat arak ini, hatiku langsung
mendongkol, tapi sekarang keadaan sudah berbeda, aku percaya
dikolong langit tak bakal ada arak lain yang bisa membuat hatiku
begitu gembira dan riang seperti arak ini."
Siau?sin melongo. tidak habis mengerti.
Kim.Boan?lo tidak memberi penjelasan lebih jauh, katanya lagi
sambil tertawa: "Hari ini, sebenarnya aku sedang amat gembira, setelah meneguk
secawan arak wanita cantik saat ini, perasaan hatiku terasa makin
gembira, gembiranya setengah mati."
Diiringi gelak tertawa, dia teguk arak ddalam cawan hingga ludas.
Lelaki ini tidak bohong, sesudah meneguk secawan arak, dia tertawa
makin riang. Dengan tercengang, keheranan Siau?sin mengawasi Kim Boan-lo.
? Apa yang menyebabkan dia begitu gembira?
Siau?sin benar?benar tak habis mengerti.
Sambil tertawa Kim Boan?lo bangkit berdiri, katanya:
"Hari ini, sebenarnya aku telah menyiapkan paling tidak sepuluh
orang untuk ikut hadir dalam pesta ini, agar mereka ikut menikmati
kegembiraan kita berdua."
"Siapa saja ke sembilan orang yang kau undang?" tak tahan Siau?sin
bertanya. "Ke tiga orang rekanmu ditambah dua orang sahabatku dan tiga orang
nona dari Pek?hiang1o, ditambah Song tauke dari Peng-san?tong.
Sayang sekali aku hanya tersisa sebotol arak wanita cantik, oleh
karena itu terpaksa aku hanya mengundang kau seorang."
"Kenapa orang pertama yang kau undang adalah aku?" kembali
Siau?sin bertanya. "Karena sebotol arak wanita cantik yang aku gunakan untuk meracuni
Sui Kwan-im kubeli dari tanganmu!"
Hampir saja Siau?sin melompat bangun dari bangkunya lantaran
terperanjat, serunya: "Kau .... u kau ...... H"
Dia hanya bisa mengulang perkataan itu dan tak mampu melanjutkan
ucapannya, paras muka yang cantik telah berubah jadi hijau pucat.
Paras muka ke empat orang dayang kecil itupun berubah hebat.
Kim.Boan?lo tidak ambil peduli, dia masih tertawa terus tiada
hentinya, tertawa seperti orang bodoh.
Tingkah laku serta sikapnya makin lama berubah semakin aneh dan
menyeramkan. Tiba tiba dia menggebrak meja, membungkukkan badan, melotot kearah
Siau?sin dan berteriak dengan kasar:
"Apalagi kau berwajah cantik, jadi paling tepat kalau pertama tama
aku mencari dirimu lebih dulu!"
Dengan berpegangan pada sisi meja, selangkah demi selangkah dia
berjalan menghampiri Siau?sin.
Satu perasaan ngeri dan seram yang sangat kuat tiba tiba muncul
dari hati kecil Siau?sin, tanpa sadar dia menarik tubuhnya ke
belakang. Kim.Boan?lo sebentar berjalan sebentar berhenti, 1agi?lagi
ujarnya: "Padahal, sejak kemarin malam, ketika aku membeli arak di kedai
wanita cantik .... no Aku sudah jatuh hati kepadamu."
Hampir saja Siau?sin meragukan pendengaran sendiri, dia sangka
telinganya berpenyakit, serunya tanpa sadar:
"Aaam.. apam.? Jadim. Jadi orang berbaju hijau yang membeli arak
dua hari yang lalu .... n benar benarm.. dirim.. dirimu?"
Kim.Boan?lo tidak menjawab, sekonyong-konyong muncul suara aneh
dari balik tenggorokannya.
"Traaang!" cawan araknya terjatuh ke lantai hingga hancur
berantakan, Kim Boan?1o mulai mencekik tenggorokan sendiri sambil
menjerit aneh: ?II I "Aaaaahmm.. dalam arakm.. adam. Ada racun
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Kini, suara jeritan itu sudah bukan suaranya lagi.
Sama sekali tidak mirip suara jeritan dari manusia.
Kemudian dia seperti seekor binatang buas yang terperosokan ke
dalam perangkap, mulai melompat, meronta dengan kalapnya.
Siau?sin maupun ke empat orang dayang kecil itu terbelalak takut,
rasa ngeri membuat mereka berdiri kaku, tak mampu berbuat apa apa.
Sambil meronta dan melompat-lompat kembali jerit Kim.Boan?lo:
"Kelabang api .... n racunmm racun darah kelabang apim.. siapam. Siapa
yang meracuni arakku .... no Dengan racun gaam. Ganas itu!"
Sepasang tangannya mengepal kencang, kemudian dihantamkan keatas
meja kuat kuat. "Blaaam, blaaamm.!" Sumpit dan cawan berhamburan ke mana mana,
permukaan meja retak dan terbelah dua, tapi tidak sampai roboh ke
lantai. Sementara itu Kim Boan?lo sudah roboh, sepasang tangannya masih
berpegangan kencang disisi meja, sepasang kakinya sudah berlutut
di lantai. Tanpa terasa Siau?sin mengawasi wajahnya, namun dengan cepat dia
menjerit lengkingl Kini, paras muka Kim Boan?lo telah berubah menjadi hitam keunguunguan. Sekarang, Siau?sin baru benar?benar berubah wajah, diiringi
jeritan lengking, dia kabur terbirit meninggalkan tempat itu.
Kim.Boan?lo sama sekali tidak bereaksi, seluruuh tubuhnya seolah
sudah menjadi kaku, membeku bagaikan bongkahan salju.
Tak lama kemudian, wajah yang semu ungu itu telah berubah menjadi
biru kehitam hitaman. Kelabang api, darah beracun dari kelabang api.
Apakah darah beracun dari kelabang api, betul betul sudah
tercampur dalam arak wanita cantik itu?
Siapa yang mencampurkan racun jahat itu ke dalam arak?
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia adalah orang ke tiga yang tewas oleh racun ganas dalam arak
wanita cantik. Racun ganas yang sama, dengan Cara pembunuhan yang sama pula!
Benarkah ada kejadian yang begitu kebetulan di dunia ini?
Da1am.waktu singkat Siau?sin sudah tiba di depan pintu kantor
polisi. Secara beruntun, dua kali dia saksikan dua manusia hidup yang
segar bugar, tewas keracunan persis dihadapan matanya, coba
berganti gadis lain yang bernyali lebih kecil, mungkin mereka
sudah mati ketakutan oleh kejadian seperti ini.
Sekarang, biarpun dia tidak sampai mati ketakutan, namun paling
tidak ia sudah seperti orang yang kehilangan ingatan dan semangat.
Sewaktu mengetahui peristiwa maut ini, taraf kaget yang dialami
Sik Jiu sama sekali tidak berada dibawah Siau?sin, ekspresi
wajahnya saat itu begitu jelek dan tegang, penampilan yang belum
pernah diperlihatkan sebelumnya.
Tergopoh-gopoh dia kumpulkan seluruh anak buahnya lalu
bersama?sama berangkat ke rumah keluarga Kim disebelah barat kota.
Ahli otopsi Tu tua termasuk diantara rombongan itu.
Ternyata Kim.Boan?lo benar?benar telah tewas oleh racun darah dari
kelabang api. Racun ganas itu benar?benar ditemukan didalam campuran arak wanita
cantik itu. Walaupun Tu tua telah membuktikan dari hasil otopsinya, Sik Jiu
masih tetap meragukan. Mana ada kejadian yang begitu kebetulan di dunia ini?
Sewaktu kembali ke kantor polisi, waktu sudah menunjukkan
kentongan ke dua. Saat seperti ini seharusnya merupakan saat dia pulang ke rumah
untuk beristirahat. Tapi Sik Jiu seakan sudah melupakan akan hal ini.
Dia pun pada hakekatnya tidak mempedulikan jam.berapa waktu itu.
Begitu pula keadaan Lim Hiong serta Pak Piau.
Bahkan Siau?sin ikut serta dengan rombongan mereka, balik ke
kantor polisi. Tampaknya hingga sekarang kesadaran otaknya masih belum pulih
kembali, dia masih terpukul jiwanya.
Setelah duduk di bangku entah berapa lamanya, Sik Jiu baru bangkit
berdiri. Ternyata dia tahu kalau Siau?sin berada disampingnya, begitu buka
suara, ia bertanya langsung kepada gadis kecil ini:
"Benarkah Kim Boan?lo mengakui kalau orang berbaju sutera yang
membeli arak di kedai wanita cantik:malam itu adalah dirinya
sendiri?" Pertanyaan yang sama, sejak awal hingga sekarang, paling tidak
sudah diulang sampai puluhan kali.
Dia pun sudah menanyai hal yang sama dengan ke empat dayang yang
hadir saat kejadian. Tapi pertanyaan yang muncul dari mulutnya masih sama saja,
menanyakan persoalan itu.
"Benar." Jawab Siau?sin seperti orang dungu.
Sik Jiu menghela napas panjang, kembali ujarnya:
"Waktu itu Kim Boan?lo telah meneguk secawan arak wanita cantik,
jelas daya kerja racun itu sudah mulai tumbuh, kesadaran otaknya
muncul masalah, sehingga tanpa disadari dia mengakui semua
perbuatannya. Jika apa yang dia katakan merupakan kenyataan, itu
berarti sejak awal, kita sudah melakukan sebuah kesalahan yang
sangat besar." "Oya?" kata Siau?sin.
Kembali Sik Jiu menghela napas panjang, katanya lebih jauh:
"Siasat yang dia pergunakan betul betul kelewat lihay."
"Siasat apa?" sela Pak Piau.
"Itu dia, dia tampil dengan identitas diri yang sebenarnya, namun
justru menciptakan alibi yang berbeda, membuat kita semua yakin
dan percaya kalau orang itu adalah seseorang yang menyaru sebagai
dirinya, bukan dia pribadi!"
Pak Piau mengangguk berulang kali, pujinya:
"Siasat yang ia gunakan memang benar benar lihay."
Sik Jiu segera termenung, terbungkam lama sekali.
Pak Piau berpikir sejenak, kemudian katanya:
"Lalum. Apakah dengan begitu Liu Sam?hong sama sekali tak terlibat
dengan peristiwa terbunuhnya Sui Kwan?im?"
"Kalau toh sudah terbukti bahwa pembunuh yang menghabisi nyawa Sui
Kwan-im adalah Khm Boan-lo, tentu saja Liu Samrhong tidak terlibat
dalam peristiwa ini."
Kemudian sambil menggebrak meja, teriaknya keras:
"Kalian segera ke sel tahanan dan bawa Liu Sam?hong menghadap
aku.II Dengan cepat Liu Sam?hong sudah dibawa ke ruang periksa.
Belum.sampai dua hari dikurung dalam sel tahanan, ternyata dia
kelihatan lebih tua dua tahun, wajahnya kusut, layu dan kelihatan
mengenaskan. "Komandan Sik ingin bertemu aku?" tenaga untuk bicaranya sangat
lemah, seolah sama sekali tak bertenaga.
Sik Jiu nyaris tak berani menatap wajah Liu Sam?hong, dia hanya
mengangguk, menunjuk bangku disisinya seraya berkata:
"Duduk!" Tanpa sungkan, Liu Sam?hong segera duduk di bangku yang ditunjuk.
"Magrib tadi Kim.Boan?lo telah mati." Ujar Sik Jiu kemudian.
Bergetar sekujur tubuh Liu Sam?hong, tanyanya tanpa sadar:
"Apa penyebab kematiannya?"
"Sama seperti Oh Hiang dan Sui Kwan?im, gara gara minum sebotol
arak wanita cantik pemberian orang, dia mati karena keracunan!"
"Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan diriku." Seru Liu
Samehong setelah tertegun.
Sik Jiu manggut?manggut. "Saat itu, kau masih dikurung di sel tahanan, tentu saja tak
mungkin menghantar arak untuk membunuh orang."
"Lantas ada urusan apa komandan Sik memanggilku?"
"Sewaktu racun itu mulai bekerja, kesadaran otak Kim Boan?lo jadi
kalut, dia sudah mengaku kalau orang yang membeli arak di kedai
wanita cantik malam sebelunya adalah dia pribadi!"
Kelopak mata Liu Sam?hong terlihat mengejang keras, rasa sedih,
marah, benci, dendam berkecamuk diwajahnya, tapi dengan cepat
pulih kembali seperti sedia kala.
"Ternyata memang benar perbuatannya."
"Kalau didengar dari nada suaramu, seolah kau sudah curiga kalau
peristiwa itu perbuatannya." Tanya Sik Jiu.
"Benar!" "Atas dasar apa kau mencurigainya?"
"Sebelum Oh Hiang mati keracunan, dia sempat beritahu kepadaku,
katanya ketika fajar itu dia pulang dari mengawal barang, Secara
tidak sengaja ia melihat Kim Boan?lo sedang melarikan kudanya
kencang kencang menuju ke arah Peng?san?tong, mereka bertemu di
tanggul pesisir telaga See-ou."
uoya?n "Dari sini menuju ke Peng?san?tong, bila naik perahu melalui
Thian?leng?bun kemudian dilanjutkan berjalan kaki, bolak balik
pasti butuh waktu yang sangat lama, tapi jika naik kuda, paling
tidak bisa lima kali lipat lebih cepat."
"Tapi semalaman ada seorang gadis yang bernama Jin?hiang
menemaninya tidur." "Dengan ilmu silat yang dimiliki, untuk membuat seorang gadis
tidur nyenyak semalaman pada hakekatnya jauh lebih gampang
daripada makan sayur putih."
Mau tak mau Sik Jiu harus mengangguk.
Kembali Liu Samrhong berkata dengan nada gusar:
"Dia sendiri pergi membunuh orang, tapi mengatur alibi yang kuat
untuk melindungi diri dan membuktikan jika orang itu bukan
dirinya, siasat semacam ini sungguh kelewat menakutkan dan keji."
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Ternyata dia pun bisa berpendapat begitu.
Mau tak mau Sik Jiu harus mengangguk, dengan nada selidik
tanyanya: "Menurut kau, apa yang menyebabkan dia berbuat begitu? Apa
tujuannya?" "Menghabisi Sui Kwan-im dan aku."
"sebetulnya perselisihan apa yang sudah terjalin antara kalian
dengan dia?" "Panjang untuk diceritakan."
"Tak ada salahnya kalau kau ceritakan."
"Aku bisa berkenalan dengan Sui Kwan?im, sesungguhnya karena
peranannya, waktu itu kami semua adalah sahabat paling akrab."
"Setelah berkenalan dengan kau, apakah Sui Kwan?im mulai menjauhi
dirinya?" Liu Sam?hong mengangguk tanda membenarkan.
"Waktu itu, pernah ada orang bertanya kepada Sui Kwan-im, apa yang
menyebabkan hubungan mereka merenggang, waktu itu Sui Kwan?im
menjawab begini .... n Kim Boan?lo memang memiliki harta banyak,
wajahnya tampan dan gagah, sayang tombaknya kelewat lembek, tombak
lilin, cepat menyerah, sama sekali tak bisa dinikmati."
"Dia benar benar berkata begitu?"
"Bukan hanya aku seorang yang mendengar jawabannya itu."
"Setelah kejadian, apakah Kim Boan?lo juga tahu kalau Sui Kwan-im
pernah mengkritik dia seperti itu?"
"Hari itu juga ada orang yang menyampaikan kepadanya." Liu
Samrhong mengngguk. "Bagaimana reaksiny setelah mendengar itu?"
"Dia marah sekali. Waktu itu dia sedang bersantap di rumah makan
Thay-pek-lo, konon dengan satu pukulan dia menghancurkan meja
makan yang penuh hidangan."
"Aku percaya lelaki mana pun pasti tak senang mendengar perkataan
seperti itu." "Sesudah kejadian, dia seakan sudah melupakan ada peristiwa
semacam itu, walaupun sudah tidak berkunjung lagi ke kedai wanita
cantik, namun setiap kali bertemu, dia masih tetap mengajakku
berbincang dan bergurau seperti biasa."
Setelah menghela napas panjang, lanjutnyaz
"Semula, kusangka dia sudah tidak mempersoalkan lagi urusan itu,
tapi kalau ditinjau sekarang, jelas persoalan itu selalu
mengganjal dihati kecilnya, ternyata dia sedang menunggu
kesempatan untuk balas dendam. Kekalahanku secara membingungkan di
rumah judinya tiga bulan berselang, bisa jadi merupakan ulahnya
untuk menghabisi aku."
"Kalau toh kau sudah bangkrut dan harta kekayaanmu sudah ludas,
kenapa dia masih be1um.mau sudahi persoalan ini?"
"Mungkin hal ini dikarenakan meski dia tahu kalau harta kekayaanku
sudah ludas, namun masih ada Sui Kwan-im yang menunjang diriku,
kecuali menghabisi nyawa kmmi berdua sekaligus, rasanya tak ada
jalan lain." Kembali Liu Samrhong menghela napas sedih.
"Yaa, dia memang berhasil," lanjutnya, "dengan sebotol arak wanita
cantik, dia berhasil meracuni Sui Kwan?im hingga tewas, dengan
meninggalkan cincin kumala, tak disangka dia memang berhasrat
menfitnah aku sebagai sang pembunuh. Baginya, walaupun aku tidak
mati, tanpa dukungan dari Sui Kwan?im, pada akhirnya tetap hidup
miskin. Aku yakin dia pasti gembira sekali setelah mendengar
berita kalau aku sudah dijebloskan ke dalam sel tahanan."
"Benar, dia memang gembira sekali."
"Sayang sekali puncak kegembiraannya akan menumbuhkan kesedihan,
saat gembiranya kelewat pendek."
Sik Jiu termenung sejenak.
"Apa yang kau beberkan bukannya tidak masuk akal," katanya," yang
menjadi persoalan sekarang adalah, dari mana dia dapatkan racun
ganas dari kelabang api itu?"
Liu Sam?hong berpikir sejenak. kemudian sahutnya:
"Sejujurnya, mulut Sui Kwan?im itu sangat ceroboh, dia tak bisa
pegang rahasia, apalagi Kim Boan?lo sempat menjadi pasangan
tidurnya berapa waktu, tahu kalau dia menyimpan racun semacam itu
bukanlah satu kejadian yang aneh, apalagi dengan kepandaian
silatnya, mencuri obat racun semacam itu terlebih sangat gampang."
"Maksudu, racun yang diperoleh Kim Boan?lo berasal dari milik Sui
Kwan-im?" "Kecuali Sui Kwan?im, aku percaya di dunia ini tak akan ditemukan
orang kedua yang menyimpan racun seperti itu."
"Darimana Sui Kwan-im.mendapatkan racun ganas itu?"
"Apakah komandan Sik pernah mendengar tentang kongcu ganteng Giok
Bu-ha?" "Ehm, pernah mendengar."
"Enam.tahun berselang, Giok Bu-ha telah menyalahi Tong Capsa,
seorang jago lihay senjata rahasia dari keluarga Tong, akibatnya
ia terluka parah oleh senjata amgi Tong Capsa."
"Aku juga tahu tentang kejadian ini, konon sejak peristiwa itu
Giok Bu-ha ikut lenyap dari peredaran dunia persilatan."
"Padahal dia bersembunyi ditengah gunung terpencil, sambil
berlatih tekun ilmu silatnya, dia mulai mengumpulkan panca bisa,
memelihara dua belas ekor kelabang api dengan tujuan membuat
perhitungan terhadap Tong Capsa. Siapa sangka apa yang dia lakukan
diketahui Tong Capsa, akibatnya terjadi pertarungan habis habisan
yang berakibat kedua belah pihak sama sama terluka parah dan
tewas." "Lalu apa hubungan mereka dengan Sui Kwan?im?"
"Dulu, Sui Kwan?im adalah perempuan peliharaan Giok Bu-ha!"
"Aaah, mengerti aku sekarang, setelah kematian Giok Bu-ha maka
semua racun kelabang api terjatuh ke tangan Sui Kwan?im."
Liu Sam?hong mengangguk. "Usia kelabang api tidak terlalu panjang, maka yang disimpan Sui
Kwan-im adalah cairan darahnya, yang dimasukkan ke dalam dua buah
botol kristal." "Buat apa dia menyimpan darah beracun dari kelabang api??
"Konon dia siap menggunakan racun itu untuk menghadapi orang yang
membuatnya sakit hati dikemudian hari, dia akan mencampurkan racun
itu ke dalam arak wanita cantik dan meracuninya sampai mati."
"Waah, perempuan ini boleh dibilang sangat lihay!"
"Dia memang sangat hebat."
"Darimana kau bisa tahu dengan begitu jelas?"
"Kebetulan saja suatu saat dia kebablasan bicara."
"Aku rasa Kim Boan?lo pun pasti mengetahui hal yang sama dari
mulutnya juga." "oleh karena itulah dia pun mengerti cara mencampurkan racun
kelabang api ke dalam arak wanita cantik."
"Sudah pasti kau pun tahu juga bukan?"
"Aaah, masa komandan Sik tidak mengetahui secara jelas karakter
dari Sui Kwan?im?" "Walaupun dia adalah perempuan yang bisa dinikmati setiap lelaki,
belum tentu semua orang mengetahui rahasianya ini." Kata Sik Jiu.
Lalu sambil gelengkan kepalanya berulang kali, tambahnya:
"Aku sendiri pun belum pernah mendengar dia ungkit masalah
tersebutmm"
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru berbicara setengah jalan, dia seakan baru sadar kalau sudah
membuka rahasia sendiri, buru buru dia telan kembali ucapannya
yang belum selesai. Liu Sam?hong tidak bertanya lebih lanjut, dia hanya tertawa.
Sebuah senyuman yang sangat aneh.
Terpaksa Sik Jiu ikut tertawa pula, segera pokok pembicaraan
dialihkan ke soal lain, tanyanya:
"Menurut pendapatmu, dengan cara apa cincin kumala itu bisa
terjatuh kembali ke tangan Kim Boan?lo?"
"Kemungkinan besar cincin kumala itu tersimpan dalam laci rahasia,
sehingga ketika dia mencuri obat racun itu, sekalian dia ambil
pula cincin tersebut."
"Hal ini memang bisa dibuktikan." Sik Jiu mengangguk, mendadak
berkilat sorot matanya, "lantas bagaimana penjelasanmu mengenai
kematian Oh Hiang?" Liu Sam?hong segera menghela napas panjang, katanya:
"Komandan Sik, kematian Oh Hiang sama persis dengan kematian Sui
Kwan-im, sedikitpun tak ada sangkut pautnya dengan diriku."
"Pandai amat kau manfaatkan kesempatan, mau cuci tangan bersih
bersih." "Komandan Sik," ujar Liu Sam?hong sambil menghela napas, "coba
bayangkan sendiri, semisal aku hendak membunuh seseorang, kenapa
harus kulakukan di rumah sendiri."
"Lantas kenapa waktu itu kau tak mau mengaku terus terang,
sebaliknya berulang kali mencegah kami untuk memasuki ruang baca?"
"Karena aku tahu komandan Sik selalu punya kesan jelek terhadap
diriku, ditambah lagi waktu itu pikiranku sedang amat kalut, tak
yakin bisa membela diri secara jelas dan benar."
"Sesederhana itu?"
Sekali lagi Liu Sam-hong menghela napas panjang.
"Komandan Sik, terlepas seberapa besar kecurigaanmu terhadapku,
sejujurnya pembunuh Oh Hiang bukanlah aku."
"Kalau bukan kau, lantas siapa?"
"Siu hujin!" "Siu hujin, siapa pula dia?" tanya Sik Jiu tercengang.
"Bini Siu Cu?ya."
"Bini Siu Cu?ya dari rumah uang Gwat?hoa-hian?"
"Betul." "Bukankah Siu Cu?ya sudah mati."
"Betul." "Aku tidak kenal dengan bininya."
"Aku sendiripun tidak kenal."
"Lalu atas dasar apa kau mencurigai dia?"
"sebelum meninggal dunia, Oh Hiang sempat beritahu kepadaku kalau
arak wanita cantik itu merupakan hadiah dari Siu hujin ketika ia
selesai mengawalkan barang miliknya."
"Kenapa tidak kau ungkap persoalan ini sejak kemarin?"
"Bukankah kemarin komandan Sik sama sekali tidak memberi
kesempatan kepadaku untuk menjelaskan secara terperinci." Kata Liu
Samrhong sambil tertawa getir.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Sik Jiu tertegun, desaknya kemudian:
"Apa lagi yang dikatakan Oh Hiang kepadamu?"
"Saat ini Siu hujin berada dimana."
"Bukankah sekarang masih berada di Gwat-hoa-hian?"
"Tidak." "Di mana?" "Maaf, sekarang aku harus menjaga rahasia."
"Jaga rahasia atau memang tidak tahu?"
"Jaga rahasia."
"Kenapa?" "Kalau sekarang kukatakan, komandan Sik pasti akan membawa orang
untuk membekuknya, dengan begitu tindakanmu ibarat menggebuk
rumput mengejutkan ular, jangan harap dikemudian hari bisa
membekuknya lagi." "Maksudu, kami pasti bukan tandingannya?"
"Perempuan ini memang sangat lihay!"
"Dasar apa kau berkata begitu?"
"Bila dia tidak lihay, dengan pengalaman Oh Hiang, bagaimana
mungkin tidak bisa terlacak kalau dia adalah seorang ahli silat?"
"Sekalipun dia sangat lihay, belum tentu kehebatannya bisa
melampaui Oh Hiang, kalau tidak, kenapa dia harus menggunakan arak
beracun?" "Kalian tak akan mampu menghadapi Oh Hiang."
"Sekalipun tak sanggup menghadapi Oh Hiang, masa tidak mampu juga
menghadapi seorang Siu Hujin?"
"Kita tak kuatir menghadapi orang satu laksa, yang dikuatirkan
justru sesuatu yang tak terduga, terlebih sekarang sudah tengah
malam, tidak cocok untuk suatu operasi."
"Bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Sik Jiu kemudian.
"Baik baik beristirahat satu malam, besok pagi sekali kita
bergerak untuk membekuknya!"
"Kita?" ulang Sik Jiu tertegun.
"Kali ini aku harus ikut serta."
"Kau ada dendam sakit hati apa dengan Siu Hujin?"
"Seharusnya komandan Sik tahu apa hubunganku dengan Oh Hiang."
"Aku tahu." Dengan hati yang pedih dan sedih ujar Liu Sam-hong lebih lanjut:
"Sesaat sebelu.menghembuskan napas terakhir, dia sempat berpesan
kepadaku agar mencari Siu Hujin, mencari tahu duduknya persoalan
kemudian membunuhnya, kalau tidak, dia bakal mati tidak meram."
\\oya?ll "Sebab dengan berbuat begitu, aku baru bisa mencuci bersih semua
tuduhan sebagai seorang pembunuh."
"Kini, kecurigaan kami terhadapmu sebagai seorang tersangka
pembunuhan sudah menurun drastis, bahkan bila kau ingin pergi pun,
sudah seharusnya kami bebaskan dirimu, sudah tak pantas lagi untuk
mengembalikan kau ke dalam.kamar tahanan."
"Sekarang aku tak bakal pergi, apalagi kamar tahanan merupakan
tempat yang sangat baik untuk beristirahat, biar aku tidur nyenyak
semalam disitu, dengan begitu besok aku baru punya tenaga untuk
menghadapi Siu Hujin,"
"Kau benar benar akan ikut?"
Liu Sam-hong mengangguk. "Sekalipun kalian tidak pergi, aku tetap akan berkunjung ke sana
seorang diri." "Tentu saja kami harus pergi ke sana, menangkap tersangka
pembunuhan merupakan tugas kami, hanya saja kau .... u"
"Bila tidak mengijinkan aku pergi, besok, kalian tak bakalan bisa
menemukan Siu Hujin, bila melewati besok, mungkin dia sudah tidak
tinggal disana lagi."
"Baik, kuijinkan kau ikut .... H." Akhirnya Sik Jiu menyanggupi sambil
mendepakkan kakinya berulang kali.
Liu Sam-hong berkata lebih jauh:
"Komandan Sik, bila ingin lebih leluasa, lebih baik sekarang
lakukan dulu satu hal."
"Apa?" tanya Sik Jiu dengan mata mendelik.
"Kirim orang untuk menyelidiki keluarga Kim, coba mencari tahu
dalam sebulan belakangan apakah ada pedagang intan permata yang
masuk keluar di rumahnya, kalau ada, maka selidiki dengan jelas
ada berapa orang pedagang, lalu tanyai mereka, barang apa saja
yang telah dibeli Kim Boan-lo."
"Dengan berbuat begitu, apakah akan sangat membantu dalam
penyelidikan kasus ini?"
"Teramat sangat membantu."
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Paling baik kalau urusan itu bisa diselesaikan malam ini juga,
bila tak ada masalah dan hambatan, seharusnya besok kau sudah bisa
membongkar ke tiga kasus pembunuhan arak beracun itu hingga
tuntas." Mendengar perkataan itu, kontan saja Sik Jiu tertawa dingin.
"Walaupun sudah kukerahkan segenap kekuatan yang dimiliki, hingga
sekarang aku masih belum bisa membongkar kasus ini, masa dengan
caramu itu maka semua persoalan bisa terselesaikan? Enak amat
kalau bicara." Liu Sam-hong gelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Walaupun enak sekali aku berbicara, padahal sekarang otakku sudah
berubah semakin besar, sebesar otak tiga orang sekaligus."
"Ooh .... n" Liu Sam-hong tidak bicara lagi, perlahan-lahan ia bangkit berdiri
dan beranjak pergi. "Mau ke mana kau?"
"Kamar tahanan!" jawab Liu Sam-hong tanpa menghentikan langkahnya.
Mengawasi bayangan punggung Liu Sam-hong yang menjauh, Sik Jiu
hanya berdiri melongo, begitu pula dengan orang lain.
Mereka semua sama-sama berdiri menjublak, terperangah, penuh
curiga, tidak habis mengerti.
- Betulkah otak Liu Sam-hong sedemikian lihaynya?
- Mungkinkah kasus pembunuhan ini bakal terungkap hingga tuntas
besok pagi? 00000 Kentongan ke lima baru saja menjelang.
Sewaktu Liu Samehong terbangun dari tidurnya dan meninggalkan sel
tahanan, terlihat bintang masih bertaburan di angkasa.
Tak ada orang yang menghalangi kepergiannya, sebab Sik Jiu sudah
meninggalkan perintah, bahkan menitahkan seorang opas untuk
melayani keperluan Liu Sam-hong.
Petugas itu segera mengajak Liu Sam-hong menuju ke ruang opas.
Sik Jiu memang pernah berpesan begitu kepadanya, begitu pula
keinginan Liu Sam-hong. Meskipun saat itu masih sangat pagi, Sik Jiu sudah berada dalam
kantornya, begitu pula dengan Pak Piau serta Lim Hiong.
Bila seseorang sedang terbelenggu masalah besar, dapat dipastikan
tidurnya tak bakal nyenyak.
Liu Sam-hong memahami akan hal ini.
Sama seperti orang lain, malam itu tidurnya sangat tidak nyenyak,
itulah sebabnya ia sudah terjaga dari tidurnya sejak tadi.
Kecuali Sik Jiu, Pak Piau dan Lim Hiong, didalam kantor opas masih
ada dua orang opas lain. Waktu itu Sik Jiu sedang berbincang dengan kedua orang opas itu,
begitu melihat kehadiran Liu Sam-hong, cepat dia mengulapkan
tangannya menyuruh kedua anak buahnya mengundurkan diri.
Cepat dia bangkit berdiri dan menyapa sambil menatap wajah Liu
Sam-hong: "Sepagi ini kau sudah bangun?"
"Sudah tidak pagi lagi."
"Silahkan duduk." Sik Jiu mempersilahkan dia untuk mengambil
tempat duduk. "Tidak usah, berdiripun sama saja." Jawab Liu Sam-hong, kemudian
tanyanya lagi, "bagaimana dengan persoalan itu? Sudah diselidiki
hingga jelas?" Sik Jiu mengangguk. "Dalam sebulan belakangan, hanya ada seorang pedagang intan
permata yang pernah datang ke rumah keluarga Kim."
"Siapa?" "Ngo Poh-hun." "Aku kenal dengan orang ini, barang apa yang dia jual ke Kim
Boan-lo?" tanya Liu Sam-hong kemudian.
"Tidak jelas, yang diketahui pengurus rumah tangga keluarga Kim
hanya nama itu saja."
"Apakah kalian sudah mencari Ngo Poh-hun?"
"Tidak." "Dia tak ada di rumah?"
"Juga tak ada di tokonya."
"Dia telah pergi ke mana? Masa orang rumah atau orang di toko tak
ada yang tahu?" "Mereka hanya tahu ia tinggalkan rumah sejak tengah hari kemarin,
setelah menjenguk toko sebentar, dia langsung pergi meninggalkan
tempat itu." "Tidak pulang ke rumah? Tidak balik ke toko?"
Sik Jiu menyapu sekejap kedua orang opasnya, kemudian menjawab:
"Kedua orang anak buahku sudah sibuk semalaman suntuk, mereka
telah periksa keluarganya, berapa orang pembantunya, tapi jawaban
yang diperoleh hanya segitu."
"Dia hilang semalaman suntuk, masa tak ada keluarganya yang pergi
mencari?" "Konon kepergian semacam ini, baginya sudah bukan untuk kali
pertama." Liu Sam-hong segera termenung tanpa bicara.
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika ditunggu berapa saat namun Liu Sam-hong sama sekali tidak
memberi pernyataan lagi, tak tahan Sik Jiu bertanya:
"Sekarang, apakah kita pergi mencari Siu Hujin?"
Liu Sam-hong menggeleng. "Mumpung sekarang masih pagi, lebih baik kita mencari Ngo Pok-hun
lebih dulu." Katanya.
"Mencari ke mana?"
"Rumah pelacuran Pek-hiang-wan."
"Kau yakin dia pasti berada di rumah pelacuran Pek>Hiang-wan?" tanya
Sik Jiu keheranan. "Aku hanya bilang siapa tahu."
"Kalau bukan begitu, kenapa kau bisa terpikir untuk pergi ke sana?"
"Sebab aku tahu dia sudah membeli seorang gadis penghuni rumah
pelacuran Pek-hiang-wan."
"oya?n "Perempuan itu kalau tak salah bernama Cun-hiang."
"Menurutmu, besar kemungkinan dia berada dalam kamar Cun-hiang?"
"Kemungkinan besar."
"Kalau tidak berada disana, ke mana kita harus mencarinya?"
"Entah." "Lantas apa yang harus kita lakukan?"
"Terlepas dia disana atau tidak, sepeninggal dari rumah pelacuran
Pek-hiang-wan, kita segera mencari Siu Hujin, oleh sebab itu lebih
baik komandan Sik segera perintahkan anak buahmu untuk bebedah dan
siap berangkat." "Itu mah urusan gampang."
Sik Jiu segera memberi perintah kepada dua orang opas itu, katanya:
"Kalian berdua segera bangunkan saudara lainnya, cepat siapkan semua
barang yang dibutuhkan, khususnya jaring tali, kali ini kita harus
bertindak lebih hati hati."
Dua orang opas itu mengiakan dan segera mengundurkan diri.
Berkilat sorot mata Liu Samehong, tiba tiba tanyanya:
"Benda apakah jaring tali itu?"
"Senjata rahasia kami, khusus digunakan untuk menghadapi buronan
yang berilmu silat tinggi."
"Aku percaya benda itu pasti merupakan hasil karya dari komandan
Sik." "Terima kasih."
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku mengatakan kalau Siu Hujin itu adalah seorang jago lihay dari
dunia persilatan, tapi diluar dugaan, ternyata komandan Sik
mempercayainya." "Kau sangka hanya begitu sederhana alasannya?"
"Memangnya masih ada alasan lain?"
Sik Jiu manggut-manggut. "Jika dugaanku tidak keliru, sebelum kami pergi mencarimu,
sesungguhnya kami sudah bertemu dengan Siu Hujin, bahkan sempat
bertarung dengannya."
"Komandan, apa kau maksudkan perempuan itu adalah Siu Hujin?" sela
Pak Piau. "Aku yakin tidak bakal keliru."
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Liu Samehong sesudah
tertegun. "Malam.itu, tak lama setelah Kim Boan-lo membeli arak, datang lagi
seorang wanita ke kedai wanita cantik untuk membeli arak."
"Perempuan itu adalah Siu Hujin?"
*Aku tidak tahu benar dia atau bukan, meskipun dia tidak menutupi
wajahnya, namun ke empat nona kecil penjual arak tak ada yang kenal
dengan perempuan itu."
"Lantas apa hubungannya dengan kematian Oh Hiang?"
"Besar sekali keterkaitannya."
"Ooohm." "Waktu itu, perempuan tersebut sama seperti Kim.Boan-lom."
"Hanya membeli sebotol arak wanita cantik?" sela Liu Sam-hong.
"Betul, bahkan diapun meminjam alat tulis dan menuliskan sebuah
kalimat diatas kertas wanita cantik."
"Kalimat apa yang dia tulis di kertas itu?"
"Arak wanita cantik dipersembahkan untuk dicicipi orang cantik."
Berubah paras muka Liu Sam-hong.
"Mungkin saja kejadian ini ada sedikit kebetulan," kata Sik Jiu
lebih lanjut, "persoalannya adalah ketika sedang membeli arak, entah
disengaja atau tanpa sengaja, ia sempat membocorkan niatnya, karena
ingin membunuh seseorang maka dia baru membeli sebotol arak wanita
cantik." Sekali lagi paras muka Liu Sam-hong berubah hebat.
Terdengar Sik Jiu berkata lebih jauh:
"Oleh karena itu begitu kematian Sui Kwan-im, aku segera perintahkan
anak buahku untuk melacak jejak orang ini, tujuanku adalah untuk
mencegah terjadinya pembunuhan kedua dengan menggunakan arak wanita
cantik." "Akhirnya bagaimana? Berhasil dilacak?"
"Tidak," Sik Jiu menggeleng, "tapi disaat kami tinggalkan kedai
wanita cantik untuk kedua kalinya dan siap pergi mencari dirimu,
seorang nona cilik dari kedai wanita cantik menjumpai perempuan itu
sedang berjalan menuju kearah kedai."
"Saat itu sudah pasti kalian tak akan melepaskan dirinya?"
"Tentu saja." "Bahkan sempat bertarung?"
Sik Jiu menghela napas panjang.
"Aaai, tapi pada akhirnya toh ia berhasil lolos dari sergapan kami."
"Apakah saat itu opas Pak dan opas Lim ikut hadir ditempat
kejadian?" tanya Liu Sam-hong sambil menyapu sekejap wajah orang
orang itu. "Semuanya hadir." Jawab Sik Jiu.
"Masa dengan golok, toya dan sepasang kaitan yang kalian miliki tak
sanggup menghadapi dia seorang?"
"Bila pertarungan dilanjutkan, tidak jelas siapa yang bakal menang,
yang terjadi, begitu mulai bentrok, dia langsung melompat naik ke
atap rumah dan melarikan diri."
"Apakah kalian sempat melakukan pengejaran?"
"Pasti. Sayang ilmu meringankan tubuh yang dia miliki kelewat
hebat." Sik Jiu mengangguk.
"Aku rasa tak bakal salah lagi, ilmu silat yang dia miliki memang
sangat lihay." Kembali Sik Jiu mengangguk.
"Justru itu aku segera berpikir, dengan kepandaian silat yang dia
miliki pun masih butuh racun ganas untuk menghabisi nyawa
sasarannya, dapat dipastikan orang itu adalah jago tangguh. Bila
jago tangguh itu adalah seorang wanita, kemungkinan besar incarannya
adalah Oh Hiang." "Aku rasa jago wanita berilmu tinggi yang berada diseputar wilayah
ini hanya Oh Hiang seorang."
"Aaai, sama sekali tak disangka, ternyata dugaanku menjadi
kenyataan." Keluh Sik Jiu sedih.
Seolah menyadari akan sesuatu, Liu Samrhong segera berseru:
"Tak aneh bila saat kau terima kertas wanita cantik itu, ditengok
sekejap pun tidak, rupanya kau sudah paham."
"Saat itu, aku betul-betul tidak percaya kalau di kolong langit
ternyata terdapat peristiwa yang begini kebetulan, kecuali Kim
Boan-lo dan wanita itu, masih ada orang yang memakai arak wanita
cantik untuk membunuh."
"Aku sendiripun tidak percaya."
"Apa mau dikata kejadian yang berlangsung ternyata begitu kebetulan,
peristiwa pembunuhan berantai telah terjadi, bahkan ad orang kedua
menggunakan racun yang sama, memakai cara yang sama pula untuk
membunuh orang. Tapi analisa ku terbukti memang tidak salah, arak
wanita cantik yang dibeli perempuan itu ternyata memang dipakai
untuk meracuni Oh Hiang."
"Tapi kau tetap menjebloskan aku ke dalam sel tahanan."
"Karena kaummm" buru buru Sik Jiu mencoba membela diri.
"Karena aku yang paling dicurigai, kemungkinan besar perempuan itu
adalah komplotanku." Tukas Liu Sam-hong.
Cepat Sik Jiu mengangguk.
"Benar, memang begitu."
"Kini, walaupun terbukti sudah kalau sang pembunuh yang meracuni Sui
Kwan-im adalah Kim.Boan-lo, pembunuh Oh Hiang masih belum
dipastikan, jadi aku tetap tersangka yang patut dicurigai."
"Bila ingin bersih dari segala tuduhan dan sangkaan, kita harus
menemukan pembunuh yang sebenarnya terlebih dulu!" tegas Sik Jiu.
"Bukankah semenjak awal aku sudah punya niatan itu?"
"Kau mempunyai hubungan yang begitu baik dengan Oh Hiang, sudah
pasti mengetahui dengan jelas bukan tentang masalah yang dihadapi
dirinya?" Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kalau tak ada yang dia rahasiakan kepadaku, semestinya begitu."
"Selama berapa tahun terakhir, pernahkah dia menyalahi orang lain?"
"Seharusnya komandan Sik tidak lupa bukan, pekerjaan apa yang dia
geluti?" "Mengawal barang."
"Mungkinkah seseorang yang bekerja sebagai pengawal barang tidak
menyalahi orang lain?"
"Rasanya mustahil."
"Dengan wataknya yang keras dan berangasan, ibarat seekor kuda
betina liar, aku percaya orang yang dia salahi sepuluh kali lipat
lebih banyak daripada orang yang kusalahi selama berapa tahun
terakhir." Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Tapi aku percaya hubungannya dengan Siu Hujin tak ada masalah,
apalagi urusan dendam sakit hati, kalau bukan begitu, mustahil dia
mau bekerja untuk perempuan itu."
"Mungkin saja Siu Hujin hanya penyampai perintah, sementara
dalangnya orang lain."
"Bisa jadi." Liu Sam-hong mengangguk.
Setelah berpikir sejenak, tambahnya:
"Toh belum tentu perempuan yang membeli arak di kedai wanita cantik
dan sempat bertarung melawan kalian tempo hari adalah Siu Hujin."
"Soal ini mah baru bisa jelas setelah menemukan orangnya."
"Sebetulnya perempuan macam.apa orang itu?"
"Usianya seputar tiga puluh tahunan, tubuhnya tinggi semampai,
kurus, langsing dan mirip perempuan yang lemah lembut, wajahnya
termasuk cantik, sayang pucat bagai kertas. Dalam penampakannya dua
kali, dia selalu mengenakan baju berwarna putih dengan payung
berwarna merah." "Ternyata payung merahnya adalah senjata luar biasa, mirip terbuat
dari baja asli." Pak Piau menimpali.
Liu Sam-hong mulai termenung, berpikir keras.
Setelah itu dia menghela napas, katanya:
"Selama hidup belum pernah kujumpai wanita semacam ini."
"Ada satu hal lagi yang lebih aneh." Kata Sik Jiu.
"Apa itu?" "Kelihatannya dia kenal dengan Sui Kwan-im, begitu mendengar kalau
Sui Kwan-im mati terbunuh, dia terlihat kaget setengah mati."
"Benarkah begitu?"
"Justru itu aku jadi curiga, jangan jangan dari ke tiga peristiwa
pembunuhan ngeri ini terikat benang merah antara yang satu dengan
lainnya, malah besar kemungkinan hasil perbuatan satu orang yang
sama." Liu Sam-hong hanya tertawa ewa, sama sekali tidak menjawab.
Setelah menghela napas, kembali ujar Sik Jiu:
"Kenapa kita tidak mencari Siu Hujin lebih dulu, agar satu kasus
bisa terselesaikan?"
"Aku justru berpendapat, sekarang harus menemukan Ngo Poh-hun lebih
dahulu." "Seberapa besar manfaat orang itu bagi kita?"
"Mungkin hanya dia seorang yang dapat mengurai sebuah teka teki yang
mengganjal pikiranku."
Tanpa banyak bicara lagi, ia pun beranjak pergi.
Terpaksa Sik Jiu mengintil di belakangnya.
Rumah pelacuran Pek-hiang-wan disebut ada ratusan bunga haru,
padahal dalam kenyataan hanya ada lima-enam puluh orang wanita
penghibur. Aneka bunga indah nan haru tumbuh dan mekar dalam halaman luar
gedung. Waktu itu musim.gugur sudah mendekati akhir.
Dalam suasana seperti ini, Liu Sam-hong dan Sik Jiu sekalian tidak
punya minat untuk menikmati semua keindahan yang ada.
Tujuan kedatangan mereka memang bukan untuk menikmati bunga.
Mereka datang untuk mencari orang.
Ternyata Ngo Poh-hun benar-benar berada didalam rumah pelacuran
Pek-hiang-wan. Dan dia ditemukan sedang tidur dalam kamar Cun-hiang.
Bila musim semi tiba, aneka ragam bunga indah akan mekar semakin
memikat. Tapi sayang sekarang baru musim gugur.
Tempat tinggal Cun-hiang berjarak agak jauh dari gedung utama
Pek-hiang-wan. Dia tinggal di sebuah bangunan loteng mungil yang berada ditengah
lapisan ke tiga halaman bangunan Pek-hiang-wan.
Konon hanya pelacur pelacur ternama dari Pek-hiang-wan yang berhak
tinggal disana. Cun-hiang memang salah satu bintang dari rumah pelacuran
Pek-hiang-wan. Dalam waktu singkat Liu Samehong, Sik Jiu, Pak Piau dan Lim Hiong
berempat telah tiba dalam bangunan loteng kecil, persis dimuka pintu
kamar Cun-hiang. Dipagi hari buta ternyata ke tiga opas kenamaan datang berkunjung,
sudah tentu para pengurus rumah tangga rumah pelacuran Pek-hiang-wan
tak berani berayal. Mereka semua adalah orang pintar, bagaimana mungkin tak dapat
melihat kalau sudah terjadi suatu peristiwa besar yang luar biasa.
Kendatipun Ngo Poh-hun pernah berpesan, jangan beritahu orang lain
kalau dia berada dalam kamar Cun-hiang, mereka pun tak akan berani
merahasiakan persoalan ini.
Terlebih Ngo Poh-hun tak pernah meninggalkan pesan seperti itu.
Begitu masuk ke dalam halaman, Sik Jiu segera perintahkan para
pengurus rumah tangga untuk tetap tinggal di luar pintu pekarangan.
Setelah bertanya dengan jelas letak kamar Cun-hiang, mereka berempat
baru segera bertindak. Langkah mereka sangat ringan dan cepat.
Sampai tiba di depan pintu, mereka masih tidak mendengar suara
apapun dari balik kamar tidur.
Tampaknya Ngo Poh-hun yang berada dalam kamar masih belum sadar
kalau rombongan opas sedang menghampirinya.
Benarkah Ngo Poh-hun berada didalam kamar?
Baru saja Sik Jiu hendak maju mengetuk pintu, tiba tiba Liu Samrhong
yang berada disisinya sudah mencegah sambil berbisik:
"Tunggu sebentar."
"Harus menunggu apa lagi?" tanya Sik Jiu dengan mata mendelik.
Entah terpengaruh oleh tingkah laku Liu Sam-hong atau alasan lain,
ternyata dia pun merendahkan suaranya.
"Aku rasa disisi lain dari kamar ini terdapat jendela." Bisik Liu
Samehong lirih. "Ooh, jadi kau kuatir dia bakal kabur lewat jendela?"
"Betul." "Pak Piau, pergi bersamanya." Perintah Sik Jiu sambil mengulapkan
tangannya. "Baik." Pak Piau segera berjalan mengikuti Liu Samehong.
Dengan langkah cepat Liu Samehong berputar menuju ke samping kamar.
Sik Jiu menunggu sampai ke dua orang itu lenyap diujung tikungan,
dia baru mulai menggedor pintu.
Ketika menggedor ke empat kalinya, baru terdengar suara orang
menyahut. "Siapa?' suara seorang wanita.
"Kami, petugas dari kepolisian!" jawab Sik Jiu.
"Adam. Ada urusan apa?" masih suara perempuan itu, tapi kedengaran
sangat terkejut bercampur takut.
"Apakah Ngo Poh-hun berada dalam kamar?"
"Ngo .... un" Tiba tiba perkataan perempuan itu terputus ditengah jalan.
"Ngo apa?" bentak Sik Jiu.
Tiada jawaban. "Buka pintu!" kembali Sik Jiu membentak.
Masih tak ada jawaban, tapi dari dalam kamar terdengar suara
gemerisik. Suara bentakan Sik Jiu makin keras dan nyaring, hardiknya:
"Kalau tidak membuka pintu, kami akan segera menyerbu masuk!"
Baru selesai bicara, dari dalam ruangan terdengar suara gemerutuk.
Begitu mendengar suara itu, tanpa ragu lagi Sik Jiu menendang pintu
itu kuat kuat. "Blaaaaml" pintu kamar segera didobrak hingga terbuka lebar.
Kunci pintu seketika patah jadi dua, termakan tendangan kerasnya.
Bisa dibayangkan betapa kuatnya tenaga tendangan itu.
Jeritan lengking seorang wanita segera berkumandang dari dalam
kamar. Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
Ditengah jeritan lengking, terlihat sesosok bayangan manusia
melompat keluar dengan menerobos jendela.
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyaksikan hal itu, Sik Jiu kembali membentak:
"Hadang jalan perginya!"
Dengan satu lompatan kilat dia menerobos masuk ke dalam kamar,
langsung menerjang kearah jendela.
Waktu itu Liu Sam?hong sudah siap didepan jendela.
Tanpa disuruh Sik Jiu lagi dia langsung menghadang jalan pergi orang
yang baru melompat keluar dari jendela itu.
"Berhenti!" bentaknya sambil merentangkan tangan, menghadang jalan
perginya. Tampaknya orang itu sangat terperanjat, teriaknya:
"Minggir!" Sepasang kepalannya langsung disodok ke depan.
Angin pukulan menderu keras, ternyata orang ini adalah seorang ahli
silat. Tidak jelas apakah karena Liu Sam?hong memiliki gerakan tubuh yang
lincah ataukah sudah menduga sampai ke situ, tangan kirinya segera
menangkis sambil membetot, pukulan yang keras itu seketika berhasil
dipunahkan. Kembali orang itu mengayunkan sepasang kakinya melancarkan
tendangan, kaki kiri kanan bekerja cepat, dalam waktu singkat dia
telah melepaskan tujuh belas buah tendangan berantai.
Liu Sam?hong menggerakkan sepasang tangannya dengan gerakan cepat,
dengan keras lawan keras dia sambut datangnya ke tujuh belas
tendangan itu. Tampaknya orang itu semakin terperanjat, serunya:
"Bagus!" "Kau pun hebat!" sahut Liu Sam?hong sambil tertawa hambar.
Tampaknya baru Sekarang orang itu mengenali siapa orang yang
menghadang jalan perginya, agak tertegun kembali serunya:
"Liu Sam?hong?"
"Betul." "Katanya kau dijebloskan ke dalam.kamar tahanan?" tanya orang itu
tercengang. "Hmm, tampaknya kau sangat menaruh perhatian dengan persoalanku."
Sindir Liu Samehong sambil tertawa dingin.
"Peristiwa yang menimpa dirimu sudah tersebar di seantero kota
Yang-ciu." "Sekarang aku telah dibebaskan, apakah kau kecewa?"
"Apa maksud perkataanmu?" seru orang itu.
"Seharusnya kau mengerti!" suara dari Sik Jiu.
Dengan satu loncatan dia keluar dari jendela, diikuti Lim Hiong.
Sementara itu Pak Piau sudah berjaga jaga dari sisi lain.
Menyapu orang orang yang hadir, berubah paras muka orang itu,
tegurnya: "Kenapa kalian tiga opas pun ikut datang?"
Sik Jiu tertawa dingin, sindirnya:
"Ngo Poh?hun, kenapa kau kabur tergopoh gopoh, sebenarnya karena
apa?" Ternyata orang ini adalah Ngo Poh?hun!
Dia berusia empat puluh tahunan, tubuhnya kekar berotot, mungkin ini
disebabkan dia adalah seorang ahli silat yang setiap hari melakukan
latihan. Kelihatan sekali kalau dia kabur dengan tergopoh, saat itu bukan
saja hanya mengenakan kaos kaki, separuh badannya masih telanjang,
sementara pakaiannya masih dijinjing ditangan.
Untuk kepanikannya ini, demikian ia memberi penjelasan:
"Kusangka macan betina dirumah yang datang mencariku, karenanya aku
harus kabur secepatnya."
"Aku tahu kalau dirumahmu ada seekor macan betina yang sangat
galak," kata Sik Jiu, "tapi, bukankah sejak awal kami sudah
menerangkan secara jelas, kami adalah petugas dari kepolisian?"
"Aku sangka hal ini merupakan bagian dari siasat busuknya, pura pura
berlagak sebagai petugas untuk mengelabuhi aku."
"Hmm, pandai amat kau mencari alasan dan berdalih," tukas Sik Jiu
sambil tertawa dingin, "menurutku, kau takut karena pernah melakukan
suatu pelanggaran." Buru buru Ngo Poh?hun membantah.
"Siapa bilang aku takut karena suatu pelanggaran, akum. Aku hanya .... ""
"Aku tak ambil peduli apapun alasanmu," tukas Sik Jiu, "dengarkan
baik baik, mulai Sekarang kalau kau tidak menjawab pertanyaanku
dengan jujur, kujamin kau pasti bakal menyesal."
Tanpa bicara Ngo Poh?hun manggut?manggut.
Sekarang dia sudah menangkap kalau Sik Jiu bukan sedang bergurau.
Sik Jiu pun berpaling kearah Liu Sam?hong sambil katanya:
"Sekarang kau boleh bertanya."
Liu Sam?hong tidak menampik, sambil mengangguk dia maju setengah
langkah. Ngo Poh?hun mengawasi rekannya dengan keheranan, tegurnya
tercengang: "Saudara Liu, sejak kapan kau bekerja untuk pemerintah?"
"Mulai Sekarang."
"Apa yang ingin saudara Liu tanyakan?"
"Dalam sebulan belakangan, pernahkah kau berkunjung ke rumah Kim
Boan-lo di barat kota?"
Ngo Poh?hun berpikir sejenak, kemudian manggut?manggut.
"Pernah, rasanya satu kali."
"Mencari Kim Boan?lo?"
"Kalau bukan mencari dia, lantas siapa yang kucari?"
"Ada urusan apa kau mencari dia?"
"Memperlihatkan satu partai intan permata."
"Bagaimana kemudian?"
"Dia borong semua intan permata itu."
"Dari mana kau dapatkah barang barang itu?"
"Tentu saja barang daganganku."
"Jadi maksudu, barang dagangan itu kau ambil dari dalam toko
perhiasanmu?" "Benar." Kontan Liu Samehong tertawa dingin, serunya:
"Komandan Sik, kelihatannya kau masih belum.mendengar jelas
perkataannya itu." Ngo Poh?hun tidak menjawab.
Liu Sam?hong segera mendesak lebih jauh:
"Apakah Sui Kwan?im yang menyerahkan barang barang itu kepadamu."
Ngo Poh?hun termenung, tapi akhirnya mengangguk.
"Benar." Berkilat sepasang mata Liu Sam?hong.
"Dia suruh kau membawanya untuk dijual, tapi tidak menyuruh kau
menjualnya kepada Kim Boan?lo." Tekannya.
"Tidak, bahkan ia selalu berpesan agar tidak menjualnya kepada Kim
Boan?lo." "Kenapa kau tetap menjualnya kepada dia?"
Bab 9. Payung sakti menutup langit, Tombak merah membongkar bui.
"Dia hanya bilang sedang butuh sejumlah uang untuk mengatasi suatu
permasalahan." Terang Ngo Poh?hun.
?Setelah kejadian, apakah kau sempat beritahu kepadanya, kepada
siapa barang barang itu kau jual?"
"Tidak!" "Kenapa harus kau kelabuhi?"
Ngo Poh?hun menghela napas panjang.
"Aaai, padahal aku berbuat begini hanya berniat menarik
simpatiknya." "Ehm, aku paham dengan maksudu itu." Liu Sam?hong manggut manggut.
Kemudian ia mendesak lagi:
"Dipihak Kim.Boan?lo, apakah dia pun sempat tahu asal usul dari
barang berharga itu?"
"Tahu." "Kau yang beritahu kepadanya?"
"Kalau tidak diterangkan sampai jelas, mungkin sepotong pun dia
enggan untuk membelinya."
"Jadi dia berkata begitu?"
Ngo Poh?hun mengangguk. "Dia bisa berkata demikian, apakah lantaran ia jumpai diantara
tupukan barang berharga itu terdapat pula sebuah cincin kumala yang
amat besar?" desak Liu Sam?hong lagi.
Ngo Poh?hun hanya termenung, tidak menjawab.
Mendadak Liu Sam?hong berkata:
"Kemarin malam, Kim Boan?1o sudah mati secara mendadak!"
Ngo Poh?hun kelihatan sangat terkejut.
Liu Sam?hong segera menambahkan:
"Bila kau masih meragukan berita ini, silahkan saja bertanya kepada
komandan Sik sekalian."
Tanpa terasa Ngo Poh?hun berpaling kearah Sik Jiu.
Ekspresi wajah Sik Jiu segera memberikan sebuah jawaban yang
meyakinkan. Maka dengan hati tercekat karena kaget, tanyanya kepada Liu
Sam?hong: "Apa penyebab kematiannya?"
"Sama seperti yang dialami Sui Kwan-im."
Ngo Poh?hun terbelalak dengan mulut melongo lebar, tak sepatah kata
pun yang diucapkan. Jelas dia sudah mengetahui tentang berita kematian Sui Kwan?im.
Mungkin tak ada berapa gelintir manusia di kota Yang-ciu yang tidak
mengetahui kejadian ini. Terdengar Liu Sam?hong berkata lebih lanjut:
"Cincin kumala itu mempunyai kaitan yang sangat besar dengan
penyebab kematian mereka, jika kau enggan terlibat dalam kasus
pembunuhan ini dan dicurigai tersangkut, lebih baik jawab persoalan
ini dengan jelas." Buru buru Ngo Poh?hun berkata:
"Benar, lantaran dia melihat ada cincin kumala itu, maka ia
bersikeras minta aku memberikan keterangan dengan sejelas jelasnya."
"Selain itu, apa lagi yang dia katakan?"
"Dia bersedia membeli seluruh barang berharga itu, tapi aku harus
pegang rahasia, apapun yang bakal terjadi dikemudian hari, aku
diminta acuh, tak usah ambil peduli, kalau tidak maka aku akan
berubah seperti berapa buah bangku miliknya."
Racun Berantai http://cerita-silat.mywapblog.com
"Berapa buah bangku miliknya?"
"Sewaktu berbincang dengannya, ada berapa buah bangku berada
disampingnya." "Kenapa dengan bangku bangku itu?"
"Hancur berantakan dan berserakan dalam bentuk kepingan kecil."
"ova?" "Padahal berapa buah bangku itu sangat keras dan kuat, tapi dengan
sekali tonjokkan, semua bangku itu hancur berantakan." Ngo Poh?hun
menerangkan. "Tampaknya nyali mu tidak terlalu besar." Sindir Liu Sam?hong.
"Dalam kenyataan memang tidak terlampau besar, terlebih selama ini
aku selalu punya hubungan dagang dengan dirinya, menyalahi orang itu
sama artinya mengurangi paling tidak setengah dari transaksi toko
kami." "oleh karena itu walaupun kau tahu Sui Kwan?im terbunuh karena
racun, aku dituduh sebagai pembunuh karena cincin kumala itu, kau
tetap enggan melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang."
Ngo Poh?hun tertawa licik.
"Aku hanya tahu Sui Kwan?im terbunuh karena racun, sedang urusan
yang lain baru menjadi jelas saat ini."
"Benarkah begitu?" dengus Liu Sam?hong sambil tertawa dingin.
"Kalau bukan begitu, aku tak akan mengatakannya sekarang."
Lalu sambil berpaling kearah Sik Jiu, katanya lagi seraya tertawa:
"Urusan dagang mah urusan kecil, tapi nyawa manusia menyangkut
kekuasaan Thian. Tahu masalah tapi tidak melapor merupakan tindakan
melawan hukum dan taku tahu akan hal ini, tapi sebagai seorang
rakyat kecil yang berkelakuan baik, masa aku mau melawan hukum?"
Sik Jiu mengawasinya dengan mata melotot, kemudian baru katanya
ketus: "Kau memang seorang yang cerdas."
"Banyak orang mengatakan hal yang sama." Sahut Ngo Poh?hun.
Kemudian tanyanya lagi: "Apa lagi yang ingin komandan Sik tanyakan?"
"Apalagi yang kau ketahui?"
"Apa yang kuketahui, semuanya telah kusampaikan."
Sik Jiu pun berpaling kearah Liu Sam?hong.
"Hanya persoalan itu saja yang ingin kutanyakan kepadanya." Ujar Liu
Samrhong kemudian. "Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Mencari Siu Hujin!" sambil berkata, Liu Sam?hong segera beranjak
pergi. "Kita berangkat." Perintah Sik Jiu sambil mengulapkan tangannya.
Lim Hiong dan Pak Piau segera menyusul ke samping Sik Jiu.
Ngo Poh?hun ikut menyusul, tanyanya:
"Komandan, bagaimana dengan aku?"
"Balik ke kamarmu!" jawab Sik Jiu mendongkol.
"Apakah aku bersalah?" kembali Ngo Poh?hun bertanya dengan sangsi.
"Kali ini tidak, tapi hati hati pada kali berikut, jadi manusia itu
tak mungkin akan setiap kali bernasib baik."
Kini, Ngo Poh?hun baru merasa berlega hati, katanya:
"Bagiku, satu kali pun urusan semacam ini sudah lebih dari cukup
bagiku." Sik Jiu tidak ambil peduli lagi, dia melanjutkan langkahnya
meninggalkan tempat itu. Ngo Poh?hun tidak mengejar lebih lanjut, dia hanya mengawasi ke
empat orang itu hingga lenyap dari pandangan, sementara wajahnya
memperlihatkan satu ekspresi yang sangat aneh.
Tiga orang opas kenamaan dari kota Yang-ciu, ternyata sekarang
menjadi pengikut Liu Sam?hong. Tak aneh jika ia tidak merasa
keheranan. 00000 Angin dingin berhembus kencang.
Hawa musim gugur yang kental diluar kota, kini mulai melanda dalam
kota Yangciu. Pintu gerbang berwarna hitam sudah muncul di depan mata, dengan
dinding ruah berwarna putih bersih.
Didepan pintu, tiga batang dikiri, empat batang di kanan, semuanya
tubuh tujuh batang pohon liu.
Tidak sulit bagi Liu Samrhong untuk menemukan bangunan rumah seperti
apa yang dilukiskan Oh Hiang.
Ketika kembali ke kantor polisi, seluruh anggota opas telah bersiap
sedia, oleh karena itu kedatangan mereka sangat cepat.
Sik Jiu, Pak Piau dan Lim Hiong masing masing membawa belasan orang
opas bersembunyi disekeliling bangunan gedung itu.
Belakang gedung adalah telaga See?ou, ditepi telaga tidak nampak
perahu barang sebuah pun, ini membuat mereka tak perlu cabangkan
pikiran untuk mewaspadainya.
Setelah semua orang bersembunyi sambil mempersiapkan diri, Liu
Samehong baju melangkah maju.
seorang diri dia menggedor pintu gerbang.
Pintu segera dibuka orang, dibuka dari dalam.
"Braaaak .... n!" diiringi suara yang keras memekikkan telinga, sebuah
Racun Berantai Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kereta kuda menerjang keluar dari balik gedung bangunan.
sebuah kereta yang dihela dua ekor kuda.
Sepasang kuda dengan delapan kakinya berlarian sangat kencang, sang
kereta ikut menggelinding amat cepat.
Liu Sam?hong berada dipaling depan, kereta kuda itu langsung
menerjang kearahnya. Diiringi pekikkan lengking, Liu Sam?hong segera melejit ke tengah
udara bagaikan seekor burung.
Jarak antara dia dengan kereta itu masih ada selisih yang cukup
jauh. Tapi apa sebabnya dia terburu?buru menghindarkan diri?
Padahal tak bisa dibilang terburu, sebab dalam waktu singkat kereta
itu sudah menerjang ke hadapannya.
Berada ditengah udara Liu Sam-hong segera menekuk badan sambil
menukik ke bawah, tampaknya dia hendak menerjang ke atap kereta.
Semua perubahan gerakan tubuhnya berada dalam pengawasan sang kusir
kereta. Kusir kereta itu tak lain adalah si kakek yang tempo hari membukakan
pintu bagi Oh Hiang. Ditangannya ia menggenggam sebuah cambuk kuda.
"Taaarrr!" tiba tiba pecut kuda itu meluncur ke tengah udara,
langsung menghajar ke tubuh Liu Sam?hong.
Didengar dari suara lecutannya sudah bisa diketahui kalau serangan
tersebut luar biasa. Hal ini menunjukkan kalau kakek itu pun seorang jago lihay dari
Hijaunya Lembah Hijaunya 3 Isabella Karya Maulana Mohammad Saeed Kembang Jelita Peruntuh 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama