Ceritasilat Novel Online

Badai Dunia Persilatan 6

Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID Bagian 6



Tampaklah telapak kiri Thio Cing An yang di angkat tinggi tadi mendadak berubah menjadi merah

memancarkan cahaya tajam.

Melihat tindakan Hu Pak Leng mendadak mundur tiga langkah kebelakang sepasang telapak

dirangkap menjadi satu dan berdiri tenang menunggu serangan musuh, seluruh rambut serta cambangnya

berdiri lurus bagaikan landak wajah berubah sering mata melotot bulat-bulat dan memancarkan cahaya yang

amat tajam memperhatikan wajah Thio Cing An tanpa berkedip.

Selintas tertawa seram berkelebat lewat diatas wajah Thio Cing An perlahan-lahan ia mendesak lebih

kemuka.

Hu Pak Leng yang sedang melotot lebar-lebar mendadak memejamkan mata agaknya ia tidak ingin

melihat lebih lama terhadap telapaknya yang berwarna merah seperti darah itu.

Ketika itu selangkah demi selangkah Thio Cing An mendesak lebih dekat kearah Hu Pak Leng

sedangkan yang didesak sama sekali tidak kelihatan mundur ataupun turun tangan melancarkan serangan hal

ini membuat para jago yang menonton jalannya pertarungan tersebut merasakan hatinya sangat terperanjat.

Terdengr Thio Cing An tertawa dingin tiada hentinya.

Suheng! kau berhati-hatilah Siauw-te segera akan melancarkan ilmu pukulan telapak berdarah.

Telapak kiri dengan membawa segulung angin pukulan tajam membabat kearah bawah.

Terasalah serentetan bayangan meraah berdarah dengan membawa bau amis yang sangat menusuk

hidung membentang seluas dua kaki lebih dan mengurung seluruh Hu Pak Leng dibawah serangan angin

pukulan telapak darahnya gerakan telapak tersebut berputar-putar dua kali diatas batok kepala suhengnya

tetapi tidak sampai menabok kebawah.

Para jago yang menonton jalannya pertarungan setelah melihat kejadian ini rata-rata menganggap Thio

Cing An sudah teringat persahabatan lama dan tidak tega untuk turun tangan jahat oleh karena itu serangan

yang sudah mencapai ditengah jalan tidak jadi diteruskan menghantam kebawah.

Padahal yang benar ketika itu Thio Cing An sedang mengumpulkan seluruh tenaga beracun pukulan

telapak berdarahnya telapak tangan yang berputar ditengah udara setiap kali perputaran berarti tenaga

hantamannya bertambah satu tingkatan.

Pada saat ini ia ada maksud untuk mengumpulkan seluruh kekuatan lweekang yang dimilikinya

kemudian secara berbareng dihajarkan keatas batok kepala suhengnya.

Di dalam hati Thio Cing An pun paham kalau hantamannya ini bukan saja mempengaruhi kalah

menang didalam pertarungan kali ini bahkan mempengaruhi pula mati hidupnya.163 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Bilamana hantamannya kali ini tidak berhasil menggetar mati Hu Pak Leng atau paling sedikit

membuat ia terluka parah maka sang Liok-lim Bengcu tersebut pasti akan balas melancarkan serangan

dengan suatu hawa pukulan yang maha dahsyat.

Di luaran walaupun Hu Pak Leng masih bisa mempertahankan ketenangannya tetapi dalam hati ia

penakut merasa tegang.

Ilmu pukulan telapak berdarah Hiat Ing Ciang dari Hong Cioe sudah terkenal akan keganasan jangan

dikata kena dicap oleh telapak tangen tersebut sekalipun terkena hawa beracun yang dibawa oleh angin

pukulanpun sudah cukup untuk membinasakan seseorang, sudah tentu saja ia tak berani berlaku gegabah

seluruh hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh semua perhatian dipusatkan jadi satu sehingga

membuat badan jadi keras bagaikan baja.

Diam-diam ia kerahkan ilmu sakti Thian Seng Cie atau ilmu jari bintang langit untuk bersiap sedia

setiap ada kesempatan ia akan melancarkan serangan dahsyat itu berbareng.

Terasa olehnya dibawah serangan perputaran dari angin pukulan Thio Cing An secara samar-samar

membawa bau amis yang menusuk hidung dan membuat setiap orang merasa hendak muntah buru-buru ia

salurkan hawa murninya untuk menutup seluruh pernapasan.

Setelah berputar dua kali diatas kepala Hu Pak Leng akhirnya Thio Cing An membabatkan telapak

tangannya kebawah.

Hu Pak Leng membentak keras tubuhnya mencelat ketengah udara sedang tangan kanannya meluncur

kedepan dan menyambut datangnya pukulan Thio Cing An sedang membabat kearah bawah itu dengan

gencar.

Dua sosok bayangan berpisah Thio Cing An mendengus berat dan berturut mundur empat lima

langkah kebelakang.

Dua orang empat mata saling berpandangan tajam siapapun diantara mereka tak ada yang

mengucapkan sepatah katapun.

Kurang lebih seperminum teh kemudian Thio Cing An baru menghembuskan napas panjang.

Kepandaian silat suheng betul-betul amat lihay Siauw-te bukan tandinganmu dikemudian hari bila kita

berjodoh bisa bertemu kembali Siauw-te akan minta petunjuk lagi dari suheng.

Heee... heee... bagaimana? jengek Hu Pak Leng sambil tertawa dingin Sute masih ingin berlalu dari

sini?

Walaupun Siauw-te bakan tandingan suheng tapi percaya aku masih mampu untuk berlalu dari sini.

Sute kau sudah kena dipukul luka oleh pukulan Thian Seng Cie-ku sehingga isi perutmu sudah

tergeser didalam dua jam lukamu tentu bakal kambuh kembali walaupun sampai bergebrak melawan orang

lain juga tak akan melewati seratus li apalagi didalam lembah Mie Cong Kok banyak tersebar halangan-

halangan yang akan menghadang perjalananmu sekalipun aku lepaskan dirimu pergi kaupun tak bakal lolos

dari sini.

Heee... heee.... dibalik pukulan Hiat Ing Ciang dari Siauw-te pun mengandung racun aneh sahut Thio

Cing An dengan suara yang dingin walaupun suheng menggunakan ilmu Thian Seng Cie berhasil

menggagalkan pukulan Hiat Ing Ciang-ku aku rasa kaupun sudah ikut terluka oleh hantaman racun.

Sungguh patut disayangkan tenaga dalam sute kurang sempurna dan tidak sanggup memaksa racun

dalam pukulanmu itu meresap masuk kedalam badan Siauw-heng.

Air muka Thio Cing An kontan saja berubah hebat.

Jika demikian adanya suheng ada maksud untuk menahan Siauw-te didalam lembah Mie Cong Kok-

mu ini? teriaknya.164 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Tidak menanti jawaban dari Hu Pak Leng lagi ia putar badan dan berjalan menuju keluar dengan

langkah lebar.

Berhenti bentak Hu Pak Leng keras:

Ada apa? Perlahan-lahan Thio Cing An putar kepala.

Bunuh orang bayar nyawa hutang uang bayar uang sute masih mempertanggung jawabkan peristiwa

terbunuhnya anak buahku sebanyak dua orang dan melukai tiga orang lainnya kenapa kau kepingin pergi?.

Diam-diam Thio Cing An menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh sedikitpun tidak

salah ia merasakan isi perutnya sudah terluka parah sehingga tak terasa lagi pikirnya didalam hati.

Jikalau saat ini ngotot ingin berlalu maka jelas sekali aku orang pasti akan terluka ditangan suheng

kini suhu sudah berada ribuan li jauhnya dari sini sebelum bulan tujuh tanggal tujuh tak bakal tahu beritaku

pada saat ini satu-satunya cara untuk mempertahankan nyawa sendiri adalah berusaha untuk meloloskan diri.

Setelah mengambil keputusan dalam hati ia lantas menoleh dan tertawa.

Kalau memang suheng tidak mengingat lagi akan hubungan persaudaraan, lalu hukuman apa yang

hendak kau jatuhkan kepada diri Siauw-te?

Untuk sementara waktu menahan sute didalam lembah Mie Cong Kok jawab Hu Pak Leng dingin

menanti aku berhasil menyelidiki jelas keadaan yang sebenarnya lalu dijatuhi hukuman sesuai dengan

peraturan yang berlaku dalam lembah Mie Cong Kok.

Suheng terlalu bijaksana dan tidak terlaluu mementingkan diri sendiri tidak aneh kalau seluruh jagoan

Liok-lim dari seantero dunia suka tunduk dan takluk kepadamu. Baiklah Siauw-te rela untuk

menyempurnakan nama besar dari suheng kata Thio Cing An tersenyum.

Baru saja Hu Pak Leng menoleh untuk perintahkan Tiong It Hauw menangkap diri Thio Cing An dan

dijebloskan kedalam penjara bawah tanah mendadak terasa angin tajam menyambar lewat.

Thio Cing An dengan menggunakan gerakan yang paling cepat telah menerjang maju kedepan

telapaknya disabet kesamping kemudian mengancam dada lawan.

Serangan yang datangnya secara mendadak ini dilancarkan dengan sepenuh tenaga kedahsyatan serta

keganasannya sangat luar biasa.

Hu Pak Leng membentak keras tangan kanan dengan menggunakan jarus Im Wu Kiem Kong atau

kabut mega cahaya keemasan menerima datangnya serangan Thio Cing An keras lawan keras sedang tangan

kirinya setelah membentuk gerakan setengah lingkaran didepan dada batas menghantam kedepan.

Sepasang telapak dengan cepatnya bentrok menjadi satu terdorong oleh hawa pukulan yang maha

dahsyat dari Hu Pak Leng itu kontan saja tubuh Thio Cing An tergetar mundur dua langkah kebelakang.

Belum sempat ia berdiri tegak angin pukulan dari tangan kiri Hu Pak Leng sudah menyambar datang.

Beberapa saat lamanya suasana terasa hening.....

Lama sekali akhirnya Hu Pak Leng melirik sekejap kearah Thio Cing An.

Gotong dia orang dan jebloskan kedalam penjara bawah tanah ! perintahnya.

Empat orang lelaki kekar segera mengiakan dan lari mendekat setelah menggotong Thio Cing An

lantas mengundurkan diri lagi terburu-buru.

Ruangan besar diliputi keheningan berratus-ratus orang jago pada bungkam dalam seribu bahasa tak

seorangpun yang menunjukkan suatu reaksi.

Perlahan-lahan Hu Pak Leng berjalan kesisi Huo Yen Ga lantas tanyanya dengan suara lirih.165 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Huo-heng! bagaimana dengan lukamu?

Watak sombong dan angkuh dari Huo Yen Ga pada saat ini sudah tersapu lenyap dari hatinya

perlahan-lahan ia bangun berdiri dan menjawab dengan sikap penuh hormat.

Setelah menelan pil mujarab dari Bengcu luka dalamku sudah rada baikan.

Ia merandek sejenak lalu menghela napas panjang.

Ini hari pikiran hamba baru terbuka... kiranya dalam pertarungan ditepi tebing Han Pek Ay tempo dulu

Bengcu memang ada maksud untuk mengalah kepadaku...

Heeeeei... Huo-heng! kau baik-baiklah memelihara lukamu dikemudian hari masih banyak urusan

yang membutuhkan tenagamu.....

Ini hari hamba baru tahu jika hati Bengcu sangat ramah dan berbudi. Sambung Huo Yen Ga dengan

lantang. Dikemudian hari bilamana ada membutuhkan tenaga aku Huo Yen Ga sekalipun harus menjual

nyawapun hamba tak akan menampik jikalau perkataanku ini tidak sesuai dengan perbuatan maka Thian

akan menghancurkan diriku.

Karena hatinya meraaa berhutang budi atas pertolongan yang diberikan Hu Pak Leng kepadanya hal

ini membuat dia orang bukan saja tunduk betul-betul bahkan niat merebut kedudukan Bengcupun ikut lenyap

tak berbekas.

Dengan nada menghibur Hu Pak Leng tertawa ujarnya dengan suara tinggi.

Manusia hidup dikolong langit tak akan melewati seratus tahun lamanya, jangan dikatakan soal karma

yang bakal menimpa kalian harus ingat mati hidup seorang manusia tak bisa ditentukan pada saat ini.

Kemungkinan sekali sebentar lagi diantara kita ada yang matipun tak tahu. Berpuluh-puluh keluarga orang

baik-baik sudah kita bubarkan kehidupan tenangnya banyak manusia yang sudah kita bunuh banyak

kejahatan yang sudah kita lakukan. Heeei...... sewaktu ditengah malam kalian ngelilir bangun pernahkah hati

kecilmu berpikir apa yang sudah aku lakukan selama seharian ini? apakah kedudukan kita sebagai orang-

orang kalangan Liok-lim betul-betul sangat memalukan? apakah watak kita benar-benar ganas dan buas?.....

Perlahan-lahan ia menghela napas panjang.

Aku rasa didalam hati Cuwi sekalian sudah sangat jelas bukan terhadap persoalan ini? sebagai

contohnya Siauw-te sendiri pada beberapa tahun yang lalu semua tindak tanduk serta perbuatan-perbuatan

yang aku lakukan tak sebuahpun yang bukan merupakan kejahatan dosaku sudah bertumpuk-tumpuk

sepasang tanganku sudah penuh berlepotan darah...

Agaknya para jago yang ada didalam ruangan rata-rata sudah dibikin terpesona oleh perkataan tersebut

tak terasa lagi sinar mata mereka bersama-sama dialihkan keatas wajah Hu Pak Leng.

Kembali Liok-lim Bengcu menghela napas panjang.

Semakin banyak dosa yang telah aku lakukan hati merasa semakin tersiksa bilamana pada suatu hari

kalian tersadar kembali dan menyesali perbuatan-perbuatanmu itu niat untuk menebus dosa inipun semakin

besar menyelimuti diri kita.....


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Di hadapan kaum penjahat Liok-lim yang sudah terbiasa melakukan kejahatan dia orang

membicarakan soal penjelasan hal ini memancing perhatian yang cukup serius dari semua orang.

Ketika itulah mendadak dari luar ruangan muncul seseorang yang langsung menerjang kehadapan Hu

Pak Leng dengan langkah tergopoh-gopoh.

Bengcu....

Agaknya ia mempunyai suatu urusan penting yang hendak disampaikan tetapi baru menyebut Bengcu

dua kata mendadak ia batalkan kembali kata-katanya.166 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Ketika para jago menoleh kearahnya maka tampaklah orang itu bukan lain adalah Yu Ih Lok yang

keluar Mie Cong Kok bersama-sama Hu Pak Leng terlihat wajahnya lesu kusut dan sangat lelah agaknya

baru saja melakukan suatu perjalanan yang sangat jauh.

Sinar mata Hu Pak Leng perlahan-lahan dialihkan keatas wajah Yu Ih Lok lalu tertawa dan

mengangguk.

Kau sudah kembali?

Benar, hamba sudah kembali jawab Yu Ih Lok dengan wajah keren dan serius.

Selama melakukan perjalanan kau tentu sangat lelah bukan? cepat pergilah beristirahat dahulu ada

perkataan disampaikan nanti saja.

Hamba masih sanggup mempertahankan diri.

Hu Pak Leng melihat dia orang tidak mau mengundurkan diri dalam hati lantas menduga tentu ada

suatu urusan yang hendak dilaporkannya kepadanya tak terasa lagi keningnya dikerutkan rapat.

Kau ada urusan yang sangat penting hendak kau sampaikan akhirnya ia bertanya.

Benar Yu Ih Lok perlahan-lahan mengangguk dan menyeka keringat yang membasahi keningnya

hamba sudah menjumpai Ci Yang Tootiang dari Bu-tong pay.

Dia bilang mau datang menjumpai Bengcu tidak sampai nanti siang atau paling lambat besok pagi ia

akan datang kemari.

Para jago sewaktu mendengar Ci Yang Tootiang akan datang ke lembah Mie Cong Kok untuk

mengunjungi Hu Pak Leng rata-rata hatinya merasa memberat pikirnya : Ci Yang Tootiang adalah seorang

ketua partai besar yang terhormat dalam Bu-lim dia orang mana suka mengunjungi lembah Mie Cong Kok?

kedatangannya tentu disertai suatu peristiwa yang amat penting dan besar.

Ia memberi tahu sendiri kepada hamba rasanya tak akan berbohong ujar Yu Ih Lok kembali.

Kapan kau berjumpa dengan dirinya?

Antara jam tiga sampai jam lima siang tadi kami berjumpa disebuah dusun kecil kira-kira seratus li di

luar lembah Mie Cong Kok ditempat itu banyak murid-murid Bu-tong pay dibawah pimpinan Ci Yang

Tootiang sendiri agaknya ada suatu peristiwa yang maha penting.

Bicara sampai disitu mendadak ia tutup mulut dan membungkam kembali.

Hu Pak Lengpun tidak mendesak lebih lanjut ia tertawa tawar.

Kecuali urusan ini kau ada urusan apa lagi?

Kecuali orang-orang Bu-tong pay akupun bertemu pula dengan orang hweesio dari Siauw lim pay

kembali Yu Ih Lok tertawa pahit.

Walaupun ia berusaha untuk mendatarkan nada suaranya seperti tidak pernah terjadi suatu kejadian tak

urung berita itu menggempar juga seluruh jagoan yang berada dalam ruangan? tersebut mereka masing-

masing mulai membicarakan persoalan ini dengan suara lirih...

Setelah bertemu dengan hwesio-hwesio Siauw lim lalu apa yang hendak dilakukan?

Di bawah desakan dari Hu Pak Leng yang gencar agaknya Yu Ih Lok tak dapat menyimpan rahasia

didalam hatinya lagi mendadak dengan mempertinggi suaranya ia berkata lantang :

Menurut pendapat hamba orang-orang Bu-tong pay serta orang-orang Siauw lim pay agaknya ada

maksud untuk berkumpul didalam dusun tersebut jikalau tak ada urusan penting orang-orang dari kedua

partai besar tak mungkin berkumpul didalam dusun tersebut.167 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Begitu berita tersebut disiarkan rata-rata air muka para jago berubah sangat hebat mereka mulai

merasakan bila peristiwa ini sangat tidak terbiasa hanya Hu Pak Leng seorang yang berhasil

mempertahankan ketenangannya.

Kecuali partai Siauw lim serta Bu-tong pay masih adakah partai-partai lain yang ikut serta? tanyanya

kembali.

Aku melihat orang-orang partai Siauw lim serta Bu-tong pay dengan mata kepala sendiri bahkan

sangat jelas sedang mengenai adakah orang-orang dari partai lain yang ikut aku rada kurang jelas.

Ehmm, aku sudah tahu Yu-heng boleh beristirahat.

Yu Ih Lok menyahut setelah menjura lantas mengundurkan diri dari dalam ruangan.

Bengcu! seru Tiong It Hauw sepeninggal Yu Ih Lok. Ci Yang Tootiang dari Bu-tong pay sangat jarang

meninggalkan gunung Butong-san sekalipun ada urusan yang maha pentingpun tak akan mengadakan

pertemuan dengan hwesio-hwesio Siauw lim si ditempat ini hamba rela pergi melakukan penyelidikan

seorang diri sebentar lagi akan kulaporkan semua yang aku lihat.

Kedua partai besar sama-sama berkumpul disini dalam waktu dan tempat yang sama tentu ada urusan

penting yang sedang mereka hadapi diam-diam pikir Hu Pak Leng dalam hatinya apa mungkin persoalan ada

sangkut pautnya dengan pertemuan puncak para iblis yang disponsori Hong Cioe pada bulan tujuh tanggal

tujuh nanti??

Teringat akan persoalan tersebut ia lantas menoleh dan memandang wajah si lelaki berkerudung itu

tajam-tajam.

Jikalau Tiong-heng ada maksud menempuh bahaya untuk pergi kesana sudah tentu aku merasa sangat

kegirangan hanya saja didalam tugasmu kali ini jangan sampai bentrok atau bertempur dengan orang lain.

Bengcu boleh berlega hati hamba segera akan berangkat :

Setelah menjura dia lantas meloncat keluar dari ruangan dan berlalu dengan tergesa-gesa.

Menanti bayangan punggung dari Tiong It Hauw sudah lenyap dari pandangan Hu Pak Leng baru

ulapkan tangannya kepada para jago.

Cuwi silahkan kembali kekamar untuk beristirahat kemungkinan sekali didalam satu dua hari ini

dalam lembah Mie Cong Kok bakal terjadi suatu perubahan yang sangat besar.

Pada waktu itu Kok Han Siang sedang berdiri didepan pintu pondoknya sambil menunggu, walaupun

jarak antara pondok mereka dengan ruangan Ci Ih Tong cuma beberapa depa saja tetapi setelah Hu Pak Leng

memesan wanti-wanti agar dia orang jangan mendekati ruangan Ci Ih Tong untuk mencari dirinya dengan

watak Kok Han Siang yang penurut walaupun dalam hati merasa cemas tetapi ia menurut juga untuk tetap

tiaggal dipondoknya.

Menanti dilihatnya Hu Pak Leng sudah munculkan diri dengan langkah terburu-buru dia lantas lari

menghampiri ujarnya sambil tertawa :

Beberapa aku ingin mendatangi ruangan Ci Ih Tong untuk menemui dirimu tetapi teringat akan

laranganmu maka terpaksa kutunggu kedatanganmu didepan pintu.

Setiap patah kata setiap gerak geriknya dilakukan menurut perasaan bukan saja mempersonakan

bahkan membuat setiap orang merasakan hatinya jadi tenang.

Walaupun pada saat ini Hu Pak Leng sedang dirundung oleh persoalan yang maha berat tetapi melihat

kecantikan serta tertawa istrinya yang mempersonakan hatipun ikut merasa girang dan tenang.

Akhirnya mereka berdua sambil bergandengan tangan berjalan masuk kedalam pondok.168 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat sejak semula sudah menantikan didalam ruangan belum kedua

orang itu duduk air teh sudah dihidangkan.

Kok Han Siang turun tangan sendiri membawakan air teh untuk Hu Pak Leng setelah itu duduk

disisinya sambil tertawa.

Toako baru meninggalkan lembah Mie Cong Kok beberapa bulan aku sama sekali tak becus untuk

mengurusi persoalan dalam lembah sekarang aku baru merasa kalau aku orang sebetulnya sangat bodoh

katanya lembut.

Persoalan yang menyangkut lembah kita teramat banyak aku sendiripun tak sanggup untuk

menyelesaikannya dengan baik.

Tapi sekarang juga baikan... sambung Kok Han Siang sambil tersenyum manis. Kau sudah pulang dan

akupun tidak perlu repot-repot peras otak lagi.

Mendadak Hu Pak Leng meletakan cawan air tehnya keatas meja lalu bangun berdiri.

Bagaimana kalau kita melihat keadaan bocah tersebut? ajaknya.

Sejak permulaan aku sudah ada maksud untuk mengajak dirimu pergi menengok dirinya tapi melihat

kau begitu repot aku sungkan untuk membuka mulut seru Kok Han Siang manja.

Wajahnya kelihatan cerah jelas hatinya kegirangan.

Hujien kau sudah punya anak? seru Biauw Siok Lan dengan lirih. Kenapa aku belum pernah

menemuinya??

Anak itu bukan aku yang lahirkan, kami pungut anak orang lain.

Lalu dipelihara dimana??

Kok Han Siang melirik sekejap kearah Hu Pak Leng kemudian menghela napas panjang.

Tentang urusan ini jarang sekali ada yang tahu tetapi enci bukan orang luar sudah tentu boleh aku

beritahukan kepadamu.

Nona Biauw mari kaupun ikut kita bersama-sama pergi kesana ajak Hu Pak Leng sambil tersenyum.

Kemungkinan sekali dikemudian hari aku masih membutuhkan tenaga dari nona.

Jikalau ada kebutuhan budakmu pasti akan melaksanakan tanpa membakang buru-buru Biauw Siok

Lan menyahut.

Mendadak ia merasakan perkataan dari Hu Pak Leng ini diucapkan dengan nada sedih tak terasa lagi

ia menoleh kearah lelaki bercabang tersebut bibirnya sedikit bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu.

ooooOoooo

9

SIAPA tahu belum sampai ia membuka mulut Hu Pak Leng sudah meloncat bangun.

Mari kita berangkat serunya kepada Kok Han Siang sambil tertawa.

Kok Han Siang bangun berdiri berjalan bersama-sama suaminya menuju halaman belakang.

Biauw Siok Lan termenung sejenak kemudian dengan mengikuti dari belakang kedua orang itu

berjalan keluar dari pondok.169 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Pondok rumahnya ini dibangun bersandar pada dinding gunung setelah berjalan melalui pintu muka

sampailah mereka disisi dinding tersebut.

Seluruh gunung penuh ditumbuhi pohon siong pohon bambu serta rerumput hijau yang subur tak

kelihatan jalanan kecil yang menuju kearah gunung.

Hu Pak Leng berjalan dipaling depan memisahkan rerumput kesamping lalu berjalan naik keatas

tebing gunung tersebut.

Kurang lebih setelah berjalan sepuluh kaki tingginya sampailah dia orang dibawah sebuah batu cadas

yang menonjol keluar Hu Pak Leng gerakkan tangannya mendorong batu gunung itu kesamping kemudian

mengikuti sebuah lorong kecil turun kebawah.

Melihat hal tersebut Biauw Siok Lan kerutkan alisnya.

Hujien! bisiknya kepada Kok Han Siang dengan suara lirih apa maksud kalian menyembunyikan

bocah tersebut didalam lambung gunung berbatu itu.

Aku sendiripun tidak tahu ini ide dari Toako.

Sewaktu berlangsung pembicaraan tersebut merasa sudah tiba pada ujung lorong terlihatlah dua buah

ruangan batu berdiri sejajar didinding sebelah kanan diatas tanah bertumpukan rumput-rumput kering

sebagai alas dan tidur terlentang seorang bocah berusia empat lima tahunan yang berselimut tebal saat ini ia

sedang tertidur dengan nyenyaknya.

Terburu-buru Kok Han Siang lari menghampiri lalu berjongkok dan membelai rambut yang halus dari

bocah itu.

Ooouw bocah kau kurus sekali! bisiknya lirih.

Perlahan-lahan bocah itu membuka matanya ia memandang sekejap kearah Kok Han Siang kemudian

tertawa.

Mama sudah lama benar kau tidak menengok diriku.


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Beberapa waktu ini aku banyak pekerjaan tak ada waktu yang terluang untuk datang kemari menengok

dirimu...

Bocah itu menghela napas panjang.

Aku sangat rindu dengan Mama...

Wajahnya yang cilik perlahan-lahan dialihkan kesamping mendadak ia meloncat bangun dan duduk

dengan tegak.

Gie-hu kau pun sudah datang???.

Ehmm... kita sudah ada beberapa bulan tidak berjumpa! sapa Hu Pak Leng sambil tersenyum.

Aku tidak tahu sudah ada beberapa bulan tapi waktu sudah berlalu sangat lama sekali kepandaian silat

yang kau ajarkan kepadakupun sudah kupahami semua.

Bocah! seru Kok Han Siang dengan suara yang lembut kau tinggal seorang disini tidak takut?

Bocah itu menggeleng dan tertawa :

Pada mulanya aku rada takut tapi lama kelamaan tidak takut lagi.

Biauw Siok Lan yang melihat wajah bocah itu merah bersinar dan kelihatan sangat segar hatinya jadi

keheranan.170 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Selama beberapa hari ini aku tidak melihat dia orang datang mengirim nasi maupun air teh lalu apa

yang ia makan? pikirnya didalam hati.

Tak tertahan lagi tanyanya kepada Kok Han Siang dengan suara lirih.

Hujien! setiap hari adakah orang yang datang kemari untuk mengirim nasi buat bocah ini?.

Tak ada! Kok Han Siang menggeleng.

Agaknya bocah tersebut dapat mendengar apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu dari balik

bantalnya ia mengambil keluar dua botol porselen yang lantas ditujukan kemuka.

Aku makan ini! teriaknya...

Biauw Siok Lan yang alihkan sinar matanya keatas botol tersebut tampaklah didalam botol porselen

tersebut berisikan penuh dengan butiran pil warna kuning sebesar kacang kedelai, untuk sesaat tak

dimengerti olehnya obat apakah itu karenanya ia membungkam dalam seribu bahasa.

Inilah pil obat yang terbuat dari daging harimau beserta jinsom berumur seratus tahun yang

dicampurkan menjadi satu terhadap kesehatan serta tulang-tulang bocah ini mendatangkan bantuan yang

sangat besar kata Hu Pak Leng sambil tersenyum. Heeei.....! kesehatan bocah ini pada mulanya sangat lemah

ditambah lagi sewaktu menderita luka parah banyak darah yang sudah hilang. Setelah menelan pil ini maka

badannya semakin hari akan semakin sehat dan semakin kuat.

Biauw Siok Lan melirik sekejap kearah Hu Pak Leng kemudian tanyanya keheranan :

Bengcu! kau khusus membuatkan obat mujarab tersebut buatnya apa tujuan yang sebenarnya sehingga

harus begitu repot-repot dan buang banyak tenaga???.

Mendadak terdengar bocah itu menghela napas panjang.

Gie-hu pernah berkata kepadaku setelah makan pil mujarab ini bukan saja badan akan jadi sehat

bahkan berlatih ilmu silatpun akan mencapai sempurna lebih cepat dengan begitu akupun bisa cepat-cepat

menuntutkan balas buat ayah ibuku.

Eeeeei... bocah, kepandaian silat yang aku ajarkan kepadamu sudah kau pahami belum? coba mainkan

satu kali untuk aku lihat! perintah Hu Pak Leng sambil tertawa :

Bocah tersebut mengangguk.

Bisa sih, sudah bisa cuma entah benar atau tidak bila aku salah harap Gie-hu suka memberi petunjuk.

Badannya dengan cepat meloncat bangun sepasang telapak disilangkan didepan dada setelah itu

tangan maupun kaki mulai digerakkan keluar.

Hu Pak Leng yang melihat gerakan tangan serta gerakan kaki tiap jurus serta tiap gerakan dimainkan

mirip seperti apa yang ia ajarkan tempo dulu dalam hati merasa amat kegirangan sambil mengelus kepalanya

ia berseru :

Kau benar-benar sangat pinter jika pelajaran ilmu silat ini kau latih dengan penuh ketekunan maka

tidak sampai sepaluh tahun seluruh kepandaian silatku pasti berhasil kau dapatkan semua hanya saja entah

dapatkah Gie-hu memberi pelajaran sampai sepuluh tahun lagi...

Terutama sekali perkataannya yang terakhir benar-benar bernadakan kesedihan..... suasana seketika

dirundung kemurungan.

Kok Han Siang yang mendengar perkataan itu mendadak putar badan dan memandang diri Hu Pak

Leng dengan sinar mata tajam.

Toako apa kau kata? kenapa kau tak dapat mengajari dia orang sepuluh tahun lagi.

Ia merandek sejenak setelah menghela napas sambungnya kembali :171 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Heeei... sejak Toako berhasil merebut kedudukkan Liok-lim Bengcu dari seantero kolong langit

kegembiraanpun ikut lenyap setiap hari selalu dirundung kemurungan aku lihat lebih baik kau jangan

menduduki jabatan Liok-lim Bengcu itu lagi, kita lebih senang aman sentausa seperti dahulu setiap hari

berlari dan melakukan perjalanan ditengah gunung yang lebat walaupun setiap kali ada saja kaum jago yang

mengejar kita tapi itupun hanya kadang-kadang saja terjadi. Toako bisa gembira setiap hari sama sekali tak

kelihatan murung semacam ini.

Hu Pak Leng tahu dirinya sudah memperhatikan perubahan air muka yang kelewat batas sehingga

memancing rasa curiga dihati istrinya buru-buru dia pusatkan perhatian dan tertawa terbahak-bahak.

Haaa... haaa... haaa... kapan aku pernah kelihatan murung? aku cuma teringat akan bocah ini.....

Sebetulnya ia ingin berkata bila dia orang teringat akan ayah ibu bocah ini yang menemui ajalnya

dalam keadaan sangat mengerikan ia berharap dengan berkata demikian maka ia menghilangkan rasa curiga

didalam hati istrinya tetapi setelah perkataan tersebut meluncur keluar dari mulutnya mendadak ia teringat

bahwa perkataannya ini kemungkinan besar akan memancing rasa sedih dari bocah tersebut.

Karenanya buru-buru ia tutup mulut kemudian tertawa terbahak-bahak dan berusaha menutupi

kejadian tersebut :

Pikiran Kok Han Siang masih suci bersih ia mengira suaminya benar-benar sudah teringat akan

peristiwa kematian orang tua bocah tersebut tak terasa lagi ia menghela napas panjang.

Heeeei..... peristiwa yang sudah berlalu biarkanlah berlalu jangan kau ingat kembali persoalan

tersebut, kedatangan kita ini hari untuk menengok sang bocah seharusnya berada dalam suasana gembira dan

senang.

Benar timbrung Biauw Siok Lan dari samping. Setiap hari Bengcu repot dengan urusan dan jarang

mendapatkan waktu yang sedemikian bagusnya untuk mengaso dan berkumpul biarlah aku pergi persiapkan

beberapa macam arak dan sayur agar kalian bisa menemani bocah ini bersantap dalam gua.

Hu Pak Leng termenung tidak berbicara ia tak menyanggupi tetapi tidak pula turun tangan mencegah

Biauw Siok Lan pergi mengambil arak dan sayur.

Sebaliknya Kok Han Siang mengangguk sambil tertawa.

Ide dari enci sangat bagus sekali terpaksa enci harus berlari sebentar.

Sudah sepantasnya ini pekerjaan budakmu.....

Tidak selang beberapa saat kemudian dia sudah muncul kembali disana dengan membawa sebuah

nampan dengan empat macam sayur serta satu teko arak.

Ia menghidangkan sayur-sayur tersebut keatas batu kemudian memunahkan cawan arak dari Hu Pak

Leng serta Kok Han Siang.

Perlahan-lahan Hu Pak Leng mengangkat cawan arak itu dan diangkatnya kehadapan Kok Han Siang.

Selama beberapa bulan ini karena urusanku kau jadi terus ikut merasa kuatir dalam hati aku merasa

tidak tenang, katanya sambil tertawa. Mari biar aku hormati secawan arak kepadamu untuk minta maaf...

Mendadak Kok Han Siang bangun berdiri dan lari kearah pangkuan Hu Pak Leng.

Sejak kali ini Toako kembali dari tempat luaran rasanya terlalu memandang asing diriku serunya

dengan manja. Aku adalah isterimu! kenapa kau ucapkan kata-kata tersebut...

Senyuman masih menghias bibirnya hanya saja titik-titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

Langit ambruk laut kering cintaku tak akan padam, sehidup semati dalam satu liang kubur yang

sama... Senandungnya lirih.172 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Hu Pak Leng menghela napas panjang. Ia membelai rambut istrinya dengan hati pedih, dan pikiran

kusut pikirnya :

Sebetulnya aku bisa membawa istriku mengasingkan diri dari keramaian dunia dan menjalani hidup

yang tenang dan tenteram bagaikan sepasang dewa dewi... hei kenapa justeru aku punya niat untuk merebut

kedudukan Bengcu ini sehingga memaksa posisiku seperti menunggang di atas punggung harimau. Di luar

tidak berhasil memperoleh kepercayaan dari para pemimpin partai besar dari dalampun tidak mendapatkan

dukungan kawan-kawan Liok-lim gerombolan iblis-iblis sakti dibawah pimpinan Hong Cioe pun sudah

mulai munculkan diri kedalam dunia kangouw sebentar lagi seluruh dunia persilatan tentu akan kacau balau

tidak karuan... kini suatu badai pembunuhan yang sangat mengerikan sudah berada diambang pintu... dan

kedudukanku mulai terjepit ditengah maju tak dapat mundurpun seram, heeei... apa tindakanku saat ini??

Teringat akan kesulitan yang mulai menyelimuti dirinya semangat dalam hatipun mulai buyar.

Kok Han Siang yang berada dalam pangkuan Hu Pak Leng perlahan-lahan dongakan kepalanya ke

atas sambil mengusap kering air mata yang membasahi pipinya ia berkata sembari tertawa :

Toako hatimu sudah tidak gembira lagi. Heeeei akupun tidak seharusnya mengucurkan air mata.

Mendengar perkataan tersebut kontan Hu Pak Leng merasakan hatinya bergidik pikirnya :

Hu Pak Leng! Hu Pak Leng! tempo dulu kau adalah seorang bajingan besar yang sering membu nuh

orang dan manusia yang paling berdosa, semangatmu berkobar-kobar tidak takut langit tidak takut bumi,

sepertinya manusia dari seantero dunia pada menaruh rasa jeri terhadap dirimu. Kenapa setelah mempunyai

ingatan untuk menolong manusia menolong dunia dari bahaya kau malah menunjukan sikap yang takut

semacam pengecut semacam cucu kura-kura??

Mengikuti perputaran ingatan tersebut semangat jantanpun berkobar didalam hatinya, dengan gagah ia

tertawa tergelak.

Siang moay kau jangan banyak berpikir, kapan aku tidak gembira?? mari kita teguk arak ini!

Tanpa banyak pikir lagi diteguknya isi cawan tersebut.

Kok Han Siang tersenyum iapun angkat cawan arak itu dan diteguk isinya habis.

Toako ulang tahunmu hampir tiba.

Ooouw..... kau masih teringat.....

Tempo dulu karena setiap hari harus melarikan diri sedikitpun tak ada waktu untuk merayakan ulang

tahunmu ini, tahun ini aku harus baik-baik mempersiapkan beberapa macam sayur untuk merayakan hari

besar tersebut.

Jarak ini hari dengan hari ulang tahunku masih ada setengah bulan sampai waktunya kita bicarakan

lagi! kata Hu Pak Leng tertawa sambil melirik sekejap kearah bocah tersebut.

Selama beberapa bulan ini aku sudah banyak belajar ilmu masak memasak semuanya sayur yang

paling kau gemari.

Agaknya secara mendadak Hu Pak Leng sudah teringat akan suatu persoalan yang maha berat.

Siang moay! serunya sambil tertawa aku sudah teringat akan satu persoalan entah seharusnya aku

lakukan atau tidak?.

Apa yang hendak kau rundingkan dengan diriku?

Benar! seseorang yang hidup dikolong langit perlukah meninggalkan sedikit kenang-kenangan buat

orang-orang dikemudian hari?.

Sudah tentu harus, sahut Kok Han Siang sesudah termenung sejenak.173 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Hu Pak Leng tersenyum, kembali ujarnya.

Lembah Mie Cong Kok kita bayangkan ditinggali jago-jago Liok-lim yang tak akan mendatangkan

pandangan kurang baik bagi sang bocah ini, mendadak aku teringat dengan seorang kawanku yang sudah

beberapa tahun tak kutemui, aku ingin menghantar bocah ini kesana.....

Bagaimana?? apakah kepandaian silat dari kawanmu itu jauh lebih kuat dari dirimu??.

Bukan saja kepandaian silatnya jauh lebih hebat dari diriku bahkan pandai pula didalam ilmu

perbintangan serta ilmu tanah ia merupakan satu-satunya manusia aneh yang masih tinggal di Bu-lim pada

saat ini.

Lama sekali Kok Han Siang bungkam diri dan termenung akhirnya ia menghela napas panjang.


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Bagaimana kalau aku hantar dia seorang diri??.

Akan kutulis sepucuk surat kemudian suruh Boen Thian Seng serta Soat Cie masing-masing

menemani diriku.

Kalau begitu bukankah kita bakal berpisah dalam jangka waktu yang amat lama sekali??.

Hu Pak Leng tempat termenung beberapa saat akhirnya dengan gagah ia tertawa tergelak.

Haaa... haaa... dikolong langit tak ada perjamuan yang tidak bubar jikalau aku mati seharusnya kaupun

hidup seorang diri.

Mendengar perkataan tersebut tubuh Kok Han Siang kontan gemetar sangat keras cawan yang ada

ditangannya terlepas jatuh dan hancur berantakan

Setelah berdiri tertegun beberapa saat akhirnya ia menghela napas panjang.

Heeei... Toako sampai saat ini apakah kau masih belum mengerti hatiku? jikalau kau mati apakah aku

bisa hidup seorang diri?

Dengan pandangan yang sayu Hu Pak Leng memandangi wajah istrinya terlihatlah air muka Kok Han

Siang kelihatan begitu mengenaskan... hatinya terasa goyah sangat keras.

Dengan cepat ia tersenyum.

Seorang manusia hidup seratus tahunpun akhirnya akan mati juga aku cuma bicara bergurau kenapa

harus kau anggap bersungguh-sungguh? serunya perlahan.

Walaupun ia berusaha untuk menekan nada suaranya agar tetap lunak dan tenang tetapi ia tak berhasil

juga menahan kepedihan dalam hatinya terasa pandangan mata berkunang tetesan air mata jatuh berlinang.

Kok Han Siang bangun berdiri dan berjalan menghampiri suaminya.

Toako! ujarnya lunak, aku tidak akan pergi menghantar bocah tersebut biarlah Boen Thian Seng serta

Soat Jie saja yang hantar dirinya! aku akan tetap tinggal didalam lembah Mie Cong Kok untuk menemani

dirimu.

Mendadak Hu Pak Leng meloncat bangun dan menyeka bekas air mata diatas wajahnya.

Aku masih ada urusan tak bisa lama-lama menemui kalitan lagi.

Setelah menepuk pundak bocah tersebut dengan langkah lebar ia lantas berjalan keluar.

Sebenarnya Biauw Siok Lan ada maksud untuk menghalangi perjalanannya tetapi melihat wajah lelaki

tersebut penuh diliputi keseriusan ia tak berani untuk melaksanakan niatnya.

Akhirnya dengan kepala tertunduk buru-buru ia menyingkir kesamping jalan.174 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Selama hidup belum pernah Kok Han Siang melihat suaminya menunjukkan sikap yang berani kepada

dirinya untuk beberapa saat ia dibuat jadi kebingungan dan memandang bayangan Hu Pak Leng dengan

pandangan mendelong.

Kiranya Hu Pak Leng secara mendadak menemukan bila sikap istrinya yang lemah lembut itu ia tak

berani duduk lebih lama lagi dan buru-buru meninggalkan tempat itu.

Ia merasakan beribu-ribu persoalan beratus-ratus macam kemurungan bersama-sama mengalir keluar

memenuhi benaknya kendati ia adalah seorang yang cerdik tak urung dibuat kebingungan juga.

Setelah berjalan keluar dari dalam gua dan tertiup angin gunung yang dingin kesadaranpun perlahan-

lahan pulih kembali seperti sedia kala.

Mendadak hatinya rada bergerak diam-diam pikirnya.

Selama ini Hong susiok paling banyak akal, ia sengaja mengirim sute untuk kirim surat ke lembah Mie

Cong Kok sudah tentu secara diam-diam ia membuat persiapau pula kalau aku memang berniat untuk

menolong seluruh dunia kangouw kenapa tidak tempuh bahaya untuk menghadapi pertemuan puncak para

iblis dan cari keterangan tentang siasat licik yang sedang mereka susun dikemudian hari ada kesempatan

bagiku untuk bikin persiapan-persiapan.

JILID 10

TERINGAT akan persoalan ini, mendadak dengan langkah lebar ia langsung berjalan menuju

kepenjara dibawah tanah.

Penjara dibawah tanah dari lembah Mie Cong Kok merupakan sebuah gua batu yang terbuat dari alam

dibawah dinding gunung, bukan saja kuat sukar ditembusi bahkan asalkan pintu batu ditempat luar tertutup

rapat maka keadaannya mirip dengan sebuah dinding gunung, Barang siapa yang tidak tahu akan keadaan

yang sebenarnya dari penjara tersebut jangan harap bisa menemukannya.

Hu Pak Leng setelah berjalan beberapa saat lamanya disebuah dinding gunung yang licin tangannya

mendadak menyentil tiga kali keatas sebuah dinding berbatu.

Beberapa saat kemudian diatas tebing itu perlahan-lahan muncul sebuah pintu.

Seorang lelaki kekar yang menggembol golok dengan terburu-buru berjalan keluar dan menjura ke

arah Hu Pak Leng sepasang tangan lurus kebawah dan berdiri disamping dengan sikap sangat hormat.

Hu Pak Leng sedikit mengangguk kemudian dengan langkah lambat berjalan masuk kedalam.

Ruangan batu ini merupakan satu-satunya ruangan batu yang terkuat didalam lembah Mie Cong Kok

dan tempat tersebut khusus digunakan untuk mengurung para tawanan yang penting.

Setelah berbelok beberapa tikungan sampailah Hu Pak Leng disebuah ruangan kecil dimana

menggeletak Thio Cing An diatas selapis rumput kering yang tebal.

Sute..... sapa Hu Pak Leng sambil menggoyang-goyangkan terali besi disekeliling sana.

Perlahan-lahan Thio Cing An membuka matanya dan melirik sekejap kearah Hu Pak Leng tapi

sebentar kemudian ia sudah memejamkan matanya kembali.

Cahaya matanya sudah buyar sikapnya sama sekali tak bertenaga jelas luka dalam yang ia derita

sangat parah.

Buka pintu terali! perintah Hu Pak Leng sambil melirik sekejap kearah si lelaki kekar menyoren golok

yang berada dibelakang tubuhnya.175 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Kiranya antara ruangan batu satu dengan ruangan yang lain sudah dibatasi oleh terali besi sebesar

cawan air teh.

Lelaki kekar tersebut menyahut ambil kunci dan membuka gembokan dari terali besi tersebut.

Setelah mendorong pintu Hu Pak Leng langsung berjalan kesisi tubuh Thio Cing An tangannya

dengan sebat menabok jalan darah. Sian Khie Hiat pada dadanya.

Sute! apakah lukamu sangat parah tegurnya.

Kembali Thio Cing An membuka matanya kali ini ia meloncat duduk dan memandang Hu Pak Leng

dengan wajah penuh kegusaran.

Suheng! apakah kau ingin mencabut nyawa Siauw-te? teriaknya keras.

Hu Pak Leng menggeleng dan menghela napas panjang.

Jika aku ingin cabut nyawamu aku tidak akan datang kemari untuk menengok dirimu! serunya.

Mendengar perkataan tersebut semangat Thio Cing An dengan segera berkobar tapi sebentar kemudian

buyar kembali sinar matapun jadi redup tak bercahaya tubuhnya perlahan-lahan berbaring kembali keatas

tanah:

Suheng, apakah kau ingin menggunakan hubungan kita yang lama untuk menipu rahasia hatiku setelah

itu membinasakan aku orang? serunya dingin.

Jikalau Heng-te berpikiran demikian hal ini memaksa Siauw-heng ada perkataan susah diucapkan.

Jikalau suheng tiada maksud untuk mencabut nyawaku dan tiada bermaksud pula untuk menyelidiki

rahasia hatiku lalu apa maksudmu datang kepenjara untuk menengok diriku?.

Aku ingin menyembuhkan lukamu.

Hmm! aku percaya suhuku masih mempunyai obat luka yang mujarab untuk menyembuhkan serangan

Thian Seng Cie tersebut, kata Thio Cing An dengan nada dingin jikalau suheng benar-benar ada maksud

untuk melepaskan diriku asalkan suka menghantar keluar dari lembah Mie Cong Kok ini cukuplah sudah.

Mendengar perkataan tersebut Hu Pak Leng merasakan hatinya rada bergerak:

Sekalipun aku bisa menghantar kau meninggalkan lembah Mie Cong Kok ini tetapi kau harus

melakukan perjalanan sejauh ribuan li lagi, dengan menanggung luka dalam yang parah mana mungkin kau

orang bisa melanjutkan perjalanan??.

Sepasang mata Thio Cing An mendelik bulat kemudian tertawa dingin.

Jadi suheng menaruh curiga diluar lembah Mie Cong Kok sudah ada orang yang sengaja datang

menyambut kedatanganku??.

Bagaimanapun kita asalnya dari satu perguruan yang sama ujar Hu Pak Leng dengan wajah serius.

Setelah aku berhasil melukai dirimu dalam hatiku merasa tidak tenang setelah beberapa kali berpikir keras

akhirnya aku ambil keputusan untuk datang kemari menengok dirimu aku ingin menyembukan dulu luka

dalammu yang kau derita setelah itu menghantar sendiri kau orang ke tempat tinggal Hong susiok dihadapan

dia orang aku ingin minta maaf dan menanti hukuman.

Kembali Thio Cing An tertawa dingin sesudah termenung sejenak.

Suheng benar-benar luar biasa pikiranmu sangat tajam dan melebihi orang lain.

Hu Pak Leng tertawa tawar ia tidak menggubris ejekan tersebut sambungnya :176 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Luka yang sute derita sangat parah dan lebih baik jangan banyak bicara cepat kau salurkan hawa

murnimu setelah beberapa buah urat nadimu yang terluka berhasil aku tembusi maka hawa murnimu harus

menyambut hawa murniku untuk sama-sama berputar mengelilingi badan.

Asalkan peredaran darah sudah lancar maka lukamupun tak akan berubah menghebat.

Walaupun diluaran silelaki lemah ini tidak mengucapkan sesuatu tetapi diam-diam ia mengikuti

nasehat dari Hu Pak Leng dengan paksa menahan rasa sakit dalam tubuhnya ia salurkan hawa murni

mengelilingi tubuh.

Sewaktu telapak tangan Hu Pak Leng menempel diatas punggungnya ia lantas merasakan bila Thio

Cing An secara diam-diam sudah salurkan hawa murninya cuma ia tidak memecahkan rahasia tersebut.

Sute kau harus berhati-hati katanya tersenyum, sekarang Siauw-heng akan menotok delapan buah jalan

darahmu dibelakang punggung.

Dengan tangan kiri mencekal pundak Thio Cing An tangan kanannya diayunkan berturut-turut

melancarkan delapan totokan diatas delapan buah jalan darah panting atas tubuhnya.

Thio Cing An yang menderita luka sangat parah dalam hati mengerti bilamana Hu Pak Leng ada

maksud untuk membinasakan dirinya sekalipun di jaga juga percuma saja hatinya lantas pasrah dan sama

sekali tidak ambil persiapan.

Selesai menotok kedelapan buah jalan darah penting pada tubuhnya Hu Pak Leng beristirahat sejenak

ujarnya kembali.

Sute sekarang aku hendak menggunakan hawa murniku untuk menerjang masuk jalan darah Ming Bun

Hiat pada tubuhmu. Sute bila kau bisa paksakan diri untuk menahan rasa sakit lebih baik jangan kerahkan

tenaga lweekang untuk melawan tapi saluran hawa murnimu untuk mengiringi dengan demikian tindakanku

pun boleh dikata sudah sukses separuh bagian.

Waktu itu agaknya Thio Cing An pun sudah merasa bila Hu Pak Leng bersungguh-sungguh hendak

tolong dirinya sembuh dari luka dalam ia menghembuskan napas panjang.

Perintah dari suheng akan Siauw-te ikuti semua sahutnya.

Telapak tangan Hu Pak Leng perlahan-lahan di tekan keatas punggung Thio Cing An segulung hawa

panas dengan cepat mengalir keluar diri sang telapak langsung menerjang masuk kedalam tubuh Thio Cing

An.

Lelaki lemah berusia pertengahan ini hanya merasakan hawa panas tersebut mengalir masuk bagaikan

aliran sungai Tiang Kang yang tiada putusnya menggulung dengan deras menerjang masuk kedalam badan

dengan cepat ia paksa untuk menyalurkan keluar tenaga murni yang sudah dikumpulkan tadi.

Dua hawa murni bersatu padu rasa sakit dibadan Thio Cing An pun berkurang badan mulai terasa

ringan dan enteng.

Terasalah olehnya aliran darah dalam tubuhnya bergerak cepat oleh dorongan suatu tenaga yang amat

keras mengelilingi seluruh bagian tubuh membuat badan jadi segar rasa sakit menghilang.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian Hu Pak Leng baru menarik kembali telapak tangan kanannya

yang menempel diatas jalan darah Ming Bun Hiat pada punggung Thio Cing An.

Sute! ujarnya sambil tertawa cepat kau orang salurkan hawa murnimu mengelilingi tubuh satu kali

Siauw-heng akan menemani dari sini.

Menanti hawa murnimu sudah mengeliling tubuh satu kali dan menelan sedikit obat maka lukamu

akan sembuh separuh bagian dan didalam dua tiga hari kemudian seluruhnya bisa sembuh seperti sedia kala.

Perlahan-lahan Thio Cing An menoleh kebelakang! tampaklah Hu Pak Leng sedang menyeka keringat


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


yang membasahi wajahnya ia tersenyum.177 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Pada mulanya Siauw-te mengira kali ini diriku pasti mati katanya perlahan tidak disangka suheng suka

berubah pikiran bahkan turun tangan sendiri menyembuhkan luka dalamku.

Sute peredaran darahmu baru saja lancar jangan banyak bicara dan cepat salurkan tenaga pusatkan

pikiran dan bersemedi sebentar.

Thio Cing An tidak membantah lagi ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan satu kali

menanti ia membuka mata kembali Hu Pak Leng pun jauh sebelumnya sudah selesai bersemedi.

Suheng ilmu sakti Thian Seng Cie-mu benar-benar luar biasa pujinya kembali tertawa. Siauw-te

pernah mendengar suhu menceritakan kepandaian tersebut beliau berkata bahwa ilmu sakti ini bukan

sembarangan orang bisa mempelajarinya seseorang harus memiliki dahulu tenaga dalam yang maha

sempurna baru kemudian berlatih ilmu tersebut.

Mendengar pujian itu Hu Pak Leng tertawa tergelak.

Sebenarnya didalam soal kepandaian silat, masing-masing ilmu mempunyai keistimewaan yang

tersendiri dan masing-masing bisa dilatih cepat atau lambat menurut bakat si pelatih aku rasa untuk

mempelajari setiap kepandaian silat rata-rata tidak mudah semua misalnya saja dengan ilmu pukulan telapak

berdarah dari sute, itupun merupakan ilmu sakti yang sulit dipelajari, menanti tenaga lweekangmu berhasil

mencapai puncak kesempurnaan maka dahsyatnya mungkin jauh lebih hebat beberapa kali lipat dari ilmu jari

Thian Seng Cie dari Siauw-heng.

Aaaakh... suheng terlalu merendah ilmu sakti Thian Seng Cie dari suheng merupakan ilmu sakti yang

khusus digunakan untuk menghancurkan setiap ilmu beracun, sekalipun tenaga pukulan telapak berdarah dari

Siauw-te berhasil dilatih mencapai sepuluh bagianpun rasanya sulit untuk menangkan ilmu jari Thian Seng

Cie Sin Kang dari suheng.

Hu Pak Leng tidak ingin banyak bicara lagi ia tersenyum dan bangun berdiri.

Sute! untuk sementara kau tetaplah tinggal didalam penjara. Siauw-heng segera akan perintahkan

orang untuk mengirim arak serta sayur setelah bersantap sute boleh lanjutkan bersemedi, nanti malam pada

kentongan ketiga Siauw-heng akan mendatangi penjara lagi dan hantar kau keluar dari lembah untuk kembali

kesisi Hong susiok seharusnya kali ini pun pergi kesana untuk menyambangi dia orang tua.

Ia sengaja mengatakan hendak memapak dirinya pada kentongan ketiga kemudian baru hantar dirinya

keluar dari lembah, jelas mengartikan bila dihatinya ada kesulitan-kesulitan pribadi.

Suheng kau silahkan berlalu sahut Thio Cing An sambil tertawa.

Hu Pak Leng segera putar badan menutup kembali terali besi dan dengan langkah lebar berlalu dari

sana.

Dengan pandangan termangu-mangu Thio Cing An memandang bayangan punggung dari Hu Pak

Leng pikirannya bolak balik diperas untuk memikirkan maksud tujuan dari Hu Pak Leng yang secara suka

rela suka turun tangan menolong dirinya tetapi walaupun sudah dipikir sangat lama sekali tidak muncul titik-

titik kelemahan.....

Tidak selang beberapa saat kemudian terali besi kembali dibuka dan muncullah seorang lelaki kekar

berusia kurang lebih dua puluh tahunan dengan membawa sebuah baki kayu.

Di atas baki tersebut terdapat empat sayuran lezat sebotol arak wangi serta delapan lembar kueh.

Sejak tadi Thio Cing An sudah kelaparan setengah mati, tanpa banyak cakap lagi ia menyikat makanan

tersebut dengan lahap.

Lelaki kekar tersebut selama ini berdiri disamping dengan sikap yang sangat hormat menanti Thio

Cing An selesai bersantap ia baru membereskan mangkok sumpit kemudian berlalu.178 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Orang itu sejak masuk kedalam ruangan sampai meninggalkan ruangan tidak pernah mengucapkan

sepatah katapun bahkan melirik kearah Thio Cing An pun tidak.

Setelah bersantap Thio Cing An merasakan semangat pulih kembali, mengikuti petunjuk Hu Pak Leng

ia melanjutkan kembali mengatur pernapasan:

Malam itu ketika kentongan ketiga sudah tiba ternyata Hu Pak Leng benar-benar menepati janji ia

memakai baju ringkas menggembol pedang dan membawa tongkat besinya.

Sute apakah lukamu sudah rada baikan? tegurnya sambil tertawa setibanya didepan terali besi.

Lukaku sudah banyak baikan hanya saja merepotkan suheng menghantar sendiri.

Jikalau sute sudah merasa lukamu jauh lebih baikan mari sekarang juga kita berangkat potong Hu Pak

Leng tidak menanti ia selesai berbicara. Aku sudah kirim orang untuk mempersiapkan kuda didepan lembah.

Thio Cing An bangun berdiri dan mengikuti dari belakang Hu Pak Leng meninggalkan penjara itu

Selama didalam perjalanan mereka menemui banyak sekali para jago yang melakukan perondaan

sewaktu melihat munculnya Hu Pak Leng rata-rata pada memberi hormat dengan sikap yang bersungguh-

sungguh.

Beberapa saat kemudian mereka sudah keluar dari lembah tersebut sedikitpun tidak salah tampaklah

dua orang lelaki berusia pertengahan dengan menuntun dua ekor kuda sedang menanti dibawah pohon siong.

Selama didalam perjalanan Hu Pak Leng tidak pernah mengucapkan sepatah katapun sedang Thio

Cing An pun tidak pernah bertanya barang sekejap jua.

Menanti setelah keluar dari lembah dan Hu Pak Leng menerima tali les dari kedua orang lelaki

tersebut ia baru menoleh sambil tertawa.

Sute mari kita berangkat.

Suheng silahkan seru Thio Cing An sambil meloncat naik keatas punggung kudanya.

Siauw-heng akan berjalan satu langkah kedepan membuka jalan buat sute.

Tali les kuda disentak lalu melarikan binatang tersebut menerjang kemuka.

Thio Cing An pun segera menyentak pula kuda tunggangnya untuk mengejar dari belakang.

Kedua orang itu berturut-turut melakukan perjalanan sejauh bebarapa li.

Mendadak Thio Cing An menarik tali les kudanya sembari berteriak :

Suheng harus tunggu sebentar Siauw-te ada beberapa patah kata...

Sute ada perkataan apa? cepat kau utarakan jawab Hu Pak Leng sambil menahan tali les kudanya itu.

Terus terang aku katakan sebenarnya diluar lembab Mie Cong Kok ada orang yang sengaja datang

untuk mencabut Siauw-te.

Jikalau suheng tidak menaruh curiga Siauw-te segera akan mengundang ia datang kemari.

Mendengar perkataan tersebut Hu Pak Leng merasakan hatinya rada bergetar tetapi diluaran dia masih

tetap mempertahankan sikap yang tenang.

Sute apa rnaksud perkataanmu itu? Siauw-heng mana mungkin menaruh rasa curiga terhadap dirimu??

bila aku ragu-ragu tak kuhantar sendiri dirimu untuk keluar dari lembah.

Dari dalam sakunya Thio Cing An lantas mengambil keluar sebuah benda yang berbentuk bulat sambil

di raba-raba ujarnya tertawa :179 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Benda ini merupakan alat pengirim suara yang paling lihay dari suhuku pernahkah suheng

manemuinya?

Tiba-tiba pergelangan tangannya digetarkan keras ia mengayunkan benda tersebut ketengah udara.

Terdengar suara dengungan sangat keras bergema menusuk telinga dan melesat ketengah udara

dengan kecepatan penuh.

Kekuatan daya lempar dari Thio Cing An betul-betul amat lihay sewaktu benda itu melayang setinggi

sepuluh kaki suara dengungan tersebut bergema kurang lebih seperminum teh lamanya.

Ehmmm... sungguh hebat, sungguh hebat puji Hu Pak Leng sambil melirik sekejap kearah Thio Cing

An. Benda ini memang paling bagus untuk mengirim suara.

Kalau begitu kita tunggu sebentar disini.

Kedua orang itu meloncat turun dari kudanya dan menanti beberapa waktu dipinggir jalan!

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian sedikit pun tidak salah dari lembah gunung sebelah barat

muncullah sesosok bayangan manusia dengaa gerakan yang amat cepat.

Hanya didalam sekejap mata ia sudah tiba dihadapan kedua orang itu.

Ketika Hu Pak Leng alihkan sinar matanya kearah orang tersebut maka tampaklah seorang lelaki

berusia tiga puluh tahunan dengan memakai pakaian ringkas dan menggembol sebilah pedang panjang sudah

berdiri dihadapan mereka.

Sambil menuding kearah orang itu Thio Cing An lantas memperkenalkan dirinya.

Saudara ini adalah Cioe-heng anak murid seorang kawan karib suhuku, kali ini bersama-sama dengan

Siauw-te pada mulanya ada maksud untuk masuk kedalam lembah mengunjungi suheng tetapi dikarenakan

Cioe-heng merasa nama besar suheng sudah amat terkenal diseluruh dunia kangouw dan takut kau tidak suka

keluar untuk menemui dirinya maka sengaja ia menunggu diluar lembah.

Dengan sepasang mata Hu Pak Leng yang amat tajam sekali pandang ia sudah mengerti bila waktu

orang ini terlalu menganggulkaa dirinya sendiri dengan cepat ia merangkap tangannya menjura.

Cioe-heng sapanya.

Pikirnya betul-betul cermat, sewaktu didengarnya dari nada Thio Cing An sewaktu memperkenalkan

dirinya sama sekali tidak menyebut asal perguruaanya maka is lantas tahu bila pihak lawan sudah menaruh

rasa was-was hanya saja ia tidak mendesak lebih jauh.

Orang tersebut benar-benar sombong sewaktu melihat Hu Pak Leng ia pura-pura tidak melihatnya

sikap maupun gerak geriknya sangat dingin.

Tetapi ketika dilihatnya Hu Pak Leng menjura terlebih dahulu kepadanya ia merasa sungkan kalau

tidak membalas karena itu buru-buru iapun balas menjura.

Lama sekali mendengar nama besar dari Huheng ini hari bisa berjumpa benar-benar membuat hatiku

merasa bangga.

Aaaakh... berita kangouw mana boleh dianggap benar Cioe-heng terlalu memuji!

Enghiong saling menyayang kalian berdua benar berjodoh untuk mengikat tali persahabatan sambung

Thio Cing An mendadak sambil tertawa.

Hu Pak Leng melirik sekejap kearah Thio Cing An lalu sambil tertawa ujarnya.

Sute! bagaimana kalau kita cepatan berangkat aku pikir susiok dia orang tua sudah mengharap-

harapkan balasanmu.180 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Belum sempat Thio Cing An menjawab mendadak lelaki berpakaian singsat itu sudah menyela:

Hu-heng kenapa diluar lembah Mie Cong Kok-mu sudah kedatangan begitu banyak toosu serta

hweesio?

Mendengar pertanyaan itu kontan Hu Pak Leng kerutkan keningnya dalam hati diam-diam pikirnya.

Partai Siauw lim serta partai Bu-tong pay sedikit banyak rada keterlaluan sekalipun mereka menaruh

rasa was-was terhadap driku tidak seharusnya memperlihatkan sikap mereka secara terang-terangan...

sungguh keterlaluan.

Ketika lelaki berpakaian ringkas itu melihat Hu Pak Leng hanya termenung saja tidak menjawab tak

tertahan lagi sambungnya kembali :

Menurut apa yang cayhe ketahui para hweesio serta toosu-toosu tersebut rata-rata memiliki

kepandaian ilmu silat yang amat lihay bahkan masing-masing menggembol senjata tajam agaknya mereka

sudah menyusun suatu rencana tertentu.

Walaupun dalam hati Hu Pak Leng merasa amat gusar tapi dia adalah seorang jagoan yang barimam

tebal perasaan gusar senang bisa ditekan dalam hatinya sehingga tak sampai kelihatan diluaran.

Segera dia orang tertawa tawar.

Orang-orang yang Cioe-heng temui rasanya tentu anak murid dari Siauw lim pay serta Bu-tong pay

katanya.

Eeeei... bagaimana?? apakah suhengpun sudah mengikat tali permusuhan dengan orang-orang dari

kedua partai tersebut???

Selama ratusan tahun kita orang-orang dari kalangan Liok-lim selalu berdiri dalam sikap bermusuhan

dengan partai Siauw lim serta partai Bu-tong dan kini lembah Mie Cong Kok sudah aku jadikan markas

besar dari para jago Liok-lim dari seantero dunia, sudah tentu kejadian ini menimbulkan rasa perhatian dari

kedau partai tersebut.

Mendadak terdengar si lelaki berpakaian singsat itu tertawa dingin tiada hentinya ia menyambung :

Heeee... heee... heee... Hu-heng benar lapang dada dan berpikiran luas. Jikalau nanti Siauw-te yang k

dibeginikan sejak tadi sudah aku kasih hadiah buat mereka.


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Mendengar perkataan sekasar itu kembali Hu Pak Leng berpikir :

Siapakah orang ini?? entah dia orang anak murid dari perguruan mana?? Bacotnya betul-betul amat

besar.

Karena tertarik ia melirik orang itu semakin cermat terlihatlah kedua belah keningnya tinggi menonjol

keluar sinar matanya berkilat tajam jelas dia orang memiliki kepandaian silat yang sangat luar biasa segera ia

tersenyum.

Walaupun Siauw-te berhasil merebut kedudukan Liok-lim Bengcu dari seantero dunia tetapi para jago

rata-rata merupakan pentolan-pentolan Bu-lim dari berbagai penjuru negeri untuk beberapa waktu kami

sendiri masih merasa kesulitan untuk memperoleh suatu pandangan yang sama dengan sendirinya tiada

tertarik sama sekali terhadap urusan luar sedangkan mengenai tindakan kasar dari Siauw lim pay serta Bu-

tong pay...

Belum habis ia berkata mendadak dari balik sebuah batu gunung beberapa kaki dari mereka berdiri

berkumandang datang suara tertawa dingin yang sangat menusuk telinga.

Walaupun suara tertawa dingin tersebut bergema sangat perlahan tetapi didalam pendengaran ketiga

orang jagoan lihay dapat tertangkap amat jelas sekali.

Pertama-tama si lelaki berpakaian singkat itu yang umbar hawa amarahnya terlebih dahulu.181 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Siapa! bentaknya keras.

Pergelangan tangannya diayun kedepan titik cahaya tajam dengan menembus udara meluncur keluar.

Terdengar suara bentrokan besi yang keras di bawah cahaya rembulan tampak percikan bunga api

memancar keempat penjuru.

Hu Pak Leng yang melihat cara orang itu melancarkan serangan senjata rahasia dalam hati lantas

mengerti bila dia orang tiada maksud untuk melukai orang tersebut melainkan dengan pinjam kesempatan ini

hendak pamer kekuatan saja.

Ketika si lelaki berpakaian ringkas itu selesai menyambit senjata rahasia tubuhpun ikut meloncat

kedepan.

Di mana sepasang lengan direntangkan tubuhnya tneluncur naik setinggi lima enam kaki kemudian

berjumpalitan beberapa kali ditengah udara dan menubruk kearah balik batu dimana berasalnya suara tertawa

dingin tadi.

Gerakan tubuhnya cepat lincah dan sebat sewaktu tubuhnya hampir mendekati batu gunung tersebut

pergelangan tangan kanannya lantas membalik dan mencabut keluar sebelah pedang pusaka.

Di mana sang pedang bergoyang cahaya tajam memancar keempat penjuru.

Tetapi belum sempat pedang tersebut berhasil mengenai sasarannya mendadak tampaklah sesosok

bayangan manusia menerjang keluar dari balik batu tersebut.

Masing-masing meluncur dan bergerak dengan kecepatan penuh membuat pandangan mata orang lain

jadi kabur.

Terdengar suara bentrokan keras bergema memecahkan kesunyian ditengah malam yang hening

cahaya pedang mendadak mereda diikuti dua sosok bayangan manusia berpisah dan melayang turun keatas

tanah.

Dengan cepat Hu Pak Leng memperhatikan orang itu dengan lebih cermat lagi, tampaklah seorang

hweesio tua yang memakai jubah warna abu-abu dengan mencekal sebuah tongkat berdiri dibawah sorotan

sinar rembulan.

Hu-heng! kenalkah kau orang dengan Toa hweesio ini? tanya lelaki berpakaian ringkas itu sambil

melirik sekejap kearah Hu Pak Leng.

Walaupun Hu Pak Leng tidak kenal tetapi si hweesio tua ini pasti orang dari kuil Siauw lim si karena

itu jawabnya.

Aku memang merasa asing terhadap Toa suhu ini tapi aku pikir dia orang tentu seorang hweesio lihay

dari kuil Siauw lim si!.

Haaa... haaa... jikalau Hu-heng tidak kenal dengan keledai gundul ini baiknya diserahkan kepada

Siauw-te saja biar aku yang hadapi dirinya seru si lelaki berpakaian ringkas itu sambil tertawa-tawa.

Pedangnya dikebaskan ketengah udara lalu maju dua tindak kemuka.

Sudah lama aku mendengar orang berkata bahwa kepandaian silat yang hweesio-hweesio Siauw lim

pay sangat lihay cuma sayang selama ini tiada kesempatan untuk berjumpa. Ini hari bisa bertemu kesempatan

yang sebaik ini tidak boleh di sia-siakan begitu saja......

Hweesio berjubah abu-abu itu merangkap tangannya memuji keagungan sang Buddha lalu memotong

perkataan dari si lelaki berpakaian ringkas yang belum selesai diucapkan itu.

Pinceng adalah Thian Wang dari ruangan Tat Mo Yen gunung Siongan.182 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Hmm! perduli kau Thian Wang atau Teh Wang terima dulu tiga buah tusukan pedangku sambung

lelaki berpakaian ringkas itu hambar.

Bersamaan dengan selesainya perkataan tersebut serangan pedang sudah menggulung keluar dengan

menggunakan jurus Thian Way Lay Im atau luar langit mega mendekat ia menusuk dada pihak lawan.

Melihat datangnya serangan tersebut Thian Wang Thaysu kerutkan alisnya selintas bawa amarah

berkelebat diatas wajahnya dengan menggunakan jurus Ya Tan Heng Toh atau sampan liar menepi miring

tongkatnya digerakkan kedepan memunahkan datangnya serangan pedang tersebut.

Tanpa memberi kesempatan lagi kepada Thian Wang Siansu untuk melancarkan serangan balasan

pedang ditangan lelaki berpakaian ringkas itu kembali menyapu kekiri menotok kekanan berturut-turut

mengirim dua buah serangan berantai.

Terlihatkan cahaya pedang mengalir keluar tiada hentinya membentuk berkuntum-kuntum bunga

pedang yang secara serentak menerjang seluruh tubuh Thian Wang Siansu.

Hweesio lihay dari Siauw lim pay ini tertawa dingin, tongkat besinya dengan menggunakan jurus Yu

Hoa Lie Tah, atau hujan badai bunga berguguran menarikan selapis bayangan tongkat yang melindungi

seluruh tubuhnya rapat-rapat diiringi suara ting tang ting tang yang amat ramai seluruh pedang yang

dilancarkan pemuda berpakaian ringkas itu berhasil dipunahkan semua.

Omintohud... Bersamaan dengan suara pujian Buddha lengannya membalik tongkat besinya dengan

membawa sambaran angin dahsyat dibabat keatas kepala pihak lawan menggunakan jurus Cia San Cau Hay

atau menjepit bukit meloncati samudra.

Datangnya jurus serangan ini luar biasa dahsyatnya kendati lelaki berpakaian ringkas tersebut

berwatak ganas dan tidak pernah mengampuni mangsanya tak urung dibuat jeri juga untuk menerima

datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.

Sedikit pundaknya bergoyang ia sudah mengundurkan diri lima depa kebelakang berhasil meloloskan

diri dari hantaman tongkat besi tersebut.

Hu Pak Leng yang selama ini berdiri menonton disamping kalangan setelah mendengar sang hweesio

tua itu menyebutkan gelarnya dalam hati diam-diam merasa terperanjat pikirnya.

Didalam kuil Siauw lim si saat ini angkatan yang menggunakan kata Thian didepan namanya

merupakan angkatan yang tertinggi hweesio tua ini memperkenalkan diri sebagai Thian Wang, aku rasa

kedudukannya setingkat dengan Thian Lian Thaysu itu Ciangbujien dari Siauw lim pay saat ini serta Thian

Beng Thaysu suhu dari istriku aku duga kedudukan hweesio ini dalam kuil tentu sangat tinggi ternyata kali

ini pihak kuil Siauw lim si sudah mengirim hweesio dari angkatan sedemikian tingginya untuk mendatangi

lembah Mie Cong Kok, bisa dibayangkan bahwa urusan pasti bukan suatu kejadian yang gampang apakah

pihak Siauw lim si benar-benar sudah bekerja sama dengan pihak Bu-tong pay untuk mengerahkan seluruh

tenaga yang ada guna menghadapi kekuatanku dalam waktu dekat ini?.....

Ketika ia mendongakkan kepalanya kembali pertarungan antara lelaki berpakaian ringkas melawan

Thian Wang Siansu sudah berjalan dengan serunya angin sambaran tongkat menderu-deru cahaya pedang

berkilat menyilaukan mata.

Pada waktu itu Thio Cing An pun sudah menoleh dan berbisik kepada diri Hu Pak Leng.

Kelihayan dari hweesio-hweesio Siauw lim pay ternyata bukan nama kosong belaka bila pertarungan

dilanjutkan dengan situasi seperti ini aku takut Cioe-heng bukan tandingan dari hweesio tersebut.

Kiranya sewaktu untuk pertama kali bergebrak tadi serangan-serangan pedang yang dilancarkan lelaki

berpakaian ringkas itu amat gencar dan mengalir terus tiada hentinya semakin menerjang semakin

menghebat. Tapi setelah lewat berpuluh-puluh jurus daya tekanannya semakin mengendor.

Sebaliknya Thian Wang Siansu semakin bertempur semakin gagah tekanan-tekanan dari tongkatnya

semakin ganas hanya didalam waktu yang amat singkat lingkungan gerak dari cahaya pedang lelaki183 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

berpakaian ringkas tersebut sudah berhasil didesak oleh tekanan tongkat lawan sehingga makin lama

semaakin kecil.

Sute apakah kau orang ada maksud minta aku suka mewakili diri Cioe-heng untuk bergebrak melawan

hweesio tersebut?? Balik tanya Hu Pak Leng dengan suara yang lirih pula.

Diluaran ia berbicara begitu dalam hati diam-diam mulai ambil perhitungan.

Jikalau aku sampai turun tangan perduli menang atau kalah maka kedudukanku segera akan berubah

jadi saling bermusuhan dengan hweesio-hweesio pihak Siauw lim si bila dikemudian hari berjumpa lagi

maka kedudukanku akan bertambah sulit.....

Menghadapi keadaan seperti saat ini suheng tidak perlu turun tangan sendiri. Bantah Thio Cing An

menggeleng. Walaupan Cioe-heng rada repot dalam menghadapi kegagahan hweesio Siauw lim si tersebut

tapi dalam waktu singkat tak bakal bisa menderita kalah sekalipun angsor ditangan musuh rasanya untuk

menyelamatkan diri masih bukan suatu persoalan yang sulit.

Kembali Hu Pak Leng dongakkan kepala dan alihkan sinar matanya ketengah kalangan ketika itu

permainan pedang dari si lelaki berpakaian ringkas tersebut dari kedudukan menyerang sudah berganti jadi

posisi bertahan jurus-jurus serangan yang di lancarkan keluar semakin gencar dan tiada hentinya menutupi

seluruh bagian tubuh dengan rapat.

Sebaliknya Thiang Wang Thaysu mulai melancarkan serangan-serangan balasan yang maha dahsyat

tongkat besinya malang melintang diikuti sambaran angin tajam menderu-deru kedahsyatannya semakin

lama semakin meningkat.

Tapi menghadapi perubahan yang dilancarkan oleh pedang pihak lawan kendati Thian Wang Siansu

berhasil mengurung musuhnya kedalam lingkaran bayangan tongkat tapi untuk beberapa saat belum berhasil

juga merobohkan dirinya dibawah serangan yang gencar.

Kelihatannya kepandaian mereka berdua rada seimbang satu sama lainnya.

Sembari memperhatikan jalannya pertarungan di tengah kalangan, kembali Hu Pak Leng berpikir

keras.

Orang ini entah anak murid dari perguruan mana? walaupun ilmu pedangnya tidak termasuk ilmu

pedang tingkat tinggi tapi permainannya benar-benar mantap.

Sedangkan Thio Cing An sendiri, walaupun ia memperhatikan jalannya pertarungan yang amat sengit

itu dengan penuh perhatian, tapi air mukanya sama sekali tidak menunjukan perasaan kuatir agaknya

pertarungan mati hidup antara kedua orang itu sama sekali tiada hubungannya dengan dia orang.

Pada mulanya Hu Pak Leng yang melihat dari Thio Cing An ini dalam hati rada kurang paham tapi

sesudah dipikir sejenak ia tersadar kembali.

Aaaaah..... benar, pikirnya dihati. Watak Hong Cioe sangat licik dan berpikiran panjang hawa

membunuh selamanya disembunyikan dibalik senyuman wajahnya sedang Thio Cing An sudah lama

mengikuti Hong Cioe sudah tentu terhadap kekejaman, kelicikan serta kebuasannya sedikit banyak menurun.

Bilamana orang yang menggunakan pedang itu sampai berhasil dilukai Thian Wang Thaysu, hal ini pasti

akan memancing niat balas dendam dari suhunya, dengan demikian ia sudah bantu mencarikan seorang

musuh tangguh buat pihak Siauw lim pay...

Selagi ia berpikir keras ditengah kalangan sudah diramekan kembali suara bentakan-bentakan keras

mendadak si lelaki berpakaian ringkas itu berbalik melancarkan serangan balasan didalam sekejap mata

cahaya pedang memancar keempat penjuru dan dengan hati mantap berhasil menerjang bobol pertahanan

bayangan tongkat dari Thian Wang Thaysu yang amat rapat itu tubuhpun dengan meminjam kesempatan

tersebut meloncat keluar kurang lebih satu kaki dari kalangan.

Sambil lintangkan tongkatnya didepan dada Thian Wang Thaysu tidak melakukan pengejaran.184 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Omintohud! pujinya dengan suara lantang, kemudian disambung dengan gelak tertawa yang amat

keras. Haaaa....... haaaa....... haaaa....... kepandaian silat dari sicu sungguh tidak lemah. Loolap tidak tega


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


untuk turun tangan jahat terhadap dirimu.....

Mendengar perkataan tersebut air muka si lelaki berpakaian ringkas itu berubah hebat, ia tertawa tiada

hentinya.

Heee... heee... heee... aku orang bisa kalah tidak lain karena terlalu memandang enteng dirimu

potongnya hambar, kali ini aku berhasil kau totok jalan darahnya didalam tiga bulan mendatang pasti akan

kutuntut balas perghinaan ini.

Kau sudah melukai dengan menggunakan ilmu jari sakti. Kiem Kong Cie tapi sewaktu loolap turun

tangan hanya menggunakan tiga bagian tenaga saja dan sudah kuatur suatu jalan mundur buat dirinya

sekarang kesehatanmu tak akan terganggu tapi kau membutuhkan waktu tiga bulan untuk memelihara luka

tersebut baru bisa balik seperti sedia kala, buddha maha kasih seluruh benda dijagad hasil ciptaannya laut

kesengsaraan tak bertepi menoleh adalah pantai omintohud.

Mendengar kata-kata dari hweesio itu diam-diam Hu Pak Leng menghela napas panjang pikirnya.

Kemuliaan serta kewales kasihan hweesio ini benar-benar luar biasa sekalipun ia sedang bergebrak

mati-matian melawan orang lain tapi hatinya tetap wales.....

Terdengar lelaki berpakaian ringkas itu tertawa terbahak-bahak.

Eeeei... Hweesio tua lebih baik kau orang jangan kasih pelajaran hukum Karma kepadaku coba nih

rasakan dulu bagaimanakah kehebatan dari peluru pencabut nyawa Toh Hun Cu Bo Suo ini!

Tangan kanannya mendadak diayun kedepan serentetan cahaya keemas-emasan langsung menghajar

tubuh Thian Wang Siansu.

Hu Pak Leng yang mendengar disebutkannya nama senjata rahasia peluru pencabut nyawa Toh Hun

Cu Bo Suo didalam hatinya secara mendadak teringat akan seseorang tak terasa hatinya sangat terperanjat

diam-diam pikirnya:

Toh Hun Cu Bo Suo merupakan senjata rahasia yang paling dahsyat didalam Bu-lim saat ini bila

hweesio tua ini tak tahu keadaan yang sebenarnya ia pasti akan menderita kerugian besar.

Tampaklah Thian Wang Thaysu angkat toyanya ke atas lalu dihajarkan kearah peluru emas tersebut

dengan tenaga yang sangat besar.

Gerakannya amat aneh dan cepat dimana toya besinya menyambar lewat dengan tepat sudah

menghajar diatas ujung peluru emas tersebut.

Terdengarlah suara bentrokan besi yang amat nyaring mendadak peluru emas tersebut meledak keras

dan beterbanganlah serentetan api warna biru yang amat ganas.

Bagaimana mungkin Thian Wang Thaysu pernah menduga bahwa dibalik peluru emas tersebut masih

tersembunyi api beracun yang amat ganas? menghadapi perubahan secara mandadak ini untuk berkelebatpun

tidak sempat.

Ia hanya merasakan cahaya api berkelebat lewat tahu-tahu ujung jubah serta beberapa bagian dari

jubah didepan dadanya sudah terbakar api warna biru tersebut.

Beruntung sekali silatnya amat sempurna ketenangan hati luar biasa walaupun pakaiannya sudah ada

beberapa cun yang terbakar pikirannya tidak sampai jadi kacau tubuhnya buru-buru mundur tiga langkah

kebelakang tangannya kontan mengirim satu pukulan menepuk keatas pakaian dadanya yang sedang terbakar

itu.

Siapa tahu ketika tangan kanannya hampir menempel dengan api didepan dadanya ujung jubah lengan

itupun ikut terbakar dengan hebatnya.185 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Hanya dalam sekejap mata badannya telah dikurung oleh kobaran api yang besar cahaya kebiru-biruan

menyoroti wajahnya dan kelihatan tidak panik. Thian Wang Thaysu yang tidak berhasil memadamkan api

yang berkobar dibadannya dalam hati mulai merasa gugup tapi kepanikan tersebut tidak sampai diperlihatkan

diwajah.

Mendadak ia membentak gusar dengan mata melotot badannya langsung menubruk kearah lelaki

berpakaian ringkas itu dengan serangan-serangan yang gencar.

Ujung baju berkibar tertiup angin malam ditambah pula dengan kobaran api diseluruh badan

keadaannya mirip dengan seekor burung raksasa yang mencari mangsa.

Si lelaki berpakaian ringkas yang sedang merasa bangga dengan hasil perbuatannya merdadak melihat

Thian Wang Thaysu dengan seluruh tubuh penuh kobaran api tahu-tahu menubruk mendatang dalam hati

merasa amat terperanjat.

Ia tak berani menerima datangnya tubrukan Thian Wang Siansu dengan keras lawan keras buru-buru

badannya mencelat kesampiag meloloskan diri dari mara bahaya.

Kurangajar! tidak kunyana kau berani menggunakan senjata rahasia sedemikian ganasnya untuk

menyerang orang, kau tak dapat diampuni bentak Thian Wang Thaysu teramat gusar.

Nada suaranya lantang penuh kesedihan laksana suara dengungan dari genta kuil dipagi hari.

Ditengah suara bentakan yang amat keras dengan membawa kobaran api di badan tubuhnya

berjumpalitan beberapa kali di tengah udara kemudian langsung menubruk kearah lelaki berpakaian ringkas

itu.

Tergesa-gesa lelaki berusia pertengahan itu meloncat kembali ketengah udara mendadak kaki

kanannya jadi kaku ketika itulah ia baru mengerti bila dirinya betul-betul sudah menderita luka parah

sehingga tak tertahan lagi lelaki tersebut menjerit kaget.

Ketika menoleh kebelakang tongkat besi di tangan Thian Wang Thaysu tahu-tahu sudah menghampiri

batok kepalanya.

Kontan nyalinya pecah dia tak ada keberanian untuk menerima datangnya serangan toya tersebut

dengan keras lawan keras sambil mengerahkan seluruh tenaga kembali tubuhnya mencelat delapan depa

kesamping.

Thian Wang Thaysu mendengus dingin tongkatnya dihajar keatas tanah lalu meminjam tenaga tutulan

dari tongkat tersebut tubuhnya kembali mumbul keatas melakukan pengejaran.

Gerakan badannya yang mumbul dan meluncur tiada hentinya tanpa menempel tanah cukup

membuktikan ilmu gin kang yang ia miliki.

Untuk kedua kalinya walaupun lelaki berpakaian ringkas itu berhasil meloloskan diri dari mara bahaya

tapi luka diseluruh badan kambuh kembali ia mengerti dia orang sudah tak ada tenaga untuk meloloskan diri

dari tubrukan pihak lawan.

Tak terasa lagi si jagoan she Cioe menghela napas panjang pikirnya dalam hati: Aaaaakh..... habislah

sudah aku.

Pedang mustika ditangan kanannya segera diangkat keatas dan meaggunakan tenaga yang terakhir

menerima datangnya serangan toya Thian Wang Thaysu.

Mendadak terdengar suara bentakan keras bagaikan menggeletarnya halilintar disiang hari bolong

memecahkan kesunyian sesosok bayangan manusia menerjang keluar dari samping kalangan.

Tubuhnya yang bersalto ditengah udara langsung menyambut datangnya serangan toya besi dari

hweesio tersebut dengan gerakan keras lawan keras.186 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Traaang! diiringi suara bentrokan keras yang memekikkan telinga dihiasi percikan bunga-bunga api,

masing-masing pihak terpental untuk melayang kembali keatas tanah...

Karena kobaran api beracun diseluruh tubuhnya sudah ada beberapa tempat pada badan Thian Wang

Thaysu kena terbakar luka, tetapi ia tetap paksakan diri menahan rasa sakit dibadan dan berusaha keras untuk

membinasakan dahulu sang lelaki berpakaian ringkas yang melancarkan serangan dengan menggunakan

senjata rahasia peluru beracun Toh Hun Cu Bo Suo tersebut setelah itu baru hantam ubun-ubun sendiri untuk

bunuh diri dan cuci tangan dari penderitaan tersiksanya oleh api beracun tersebut.

Siapa sangka Hu Pak Leng ternyata sudah turun tangan pada saat yang kritis bahkan menggunakan

tongkat besinya menangkis datangnya serangan toya tersebut.

Di dalam bentrokan keras lawan keras tadi masing-masing pihak sudah mengeluarkan tenaganya yang

asli dan siapapun tidak menggunakan kelincahan untuk menyingkirkan pihak lawan.

Agaknya Thian Wang Thaysu sudah merasa amat tersiksa oleh luka-luka terbakar pada badannya

keringat mengucur keluar membasahi kepalanya yang gundul sambil memandang tajam wajahoya Hu Pak

Leng katanya :

Loolap pernah mendengar dari mulut Thian Beng suheng katanya tenaga sakti dari Hu Bengcu

melebihi orang lain kedahsyatan dari ilmu silatnya tiada tandingan dikolong langit setelah pertemuan ini hari

loolap baru mengerti bila berita tersebut tidak bohong cuma sayang loolap.....

Kobaran api beracun yang membakar badannya semakin membara sebagian besar jubah abu-abunya

sudah hancur termakan api.

Semoga Lop-siansu suka tinggalkan nyawa agar dikemudian hari cahye pun masih punya kesempatan

untuk minta petunjuk atas kelihayan ilmu silat Thaysu mendadak Hu Pak Leng menubruk dengan suara

lantang.

Mendengar teriakan tersebut Thian Wang Thaysu rada tertegun mendadak lengannya dikebaskan

jubahnya yang sedang terbakar hancur berkeping-keping dan jatuh berrterbangan diatas tanah.

Walaupun ia berhasil menghancurkan jubahnya yang sedang terbakar tapi dibeberapa bagian tubuhnya

masih ada gumpalan bara api warna biru yang belum berhasil dipadamkan.

Kiranya api racun tersebut luar biasa dahsyatnya perduli dimanapun asalkan kena kembali maka benda

tersebut tidak ampun lagi akan terbakar terus hingga hancur jadi abu.

Hu Pak Leng melirik sekejap kearah lelaki berpakaian ringkas itu kemudian sambil menoleh dan

memandang kearah Thian Wang Thaysu dengan pandangan dingin ujarnya :

Thaysu sudah kena dilukai api beracun yang maha hebat kemungkinan sekali racun ganas itu sudah

meresap masuk kedalam tubuhmu.

Kecuali menggunakan pasir untuk memadamkan api beracun tersebut aku takut nyawamu sukar di

pertahankan lagi.

Maksud dari perkataan tersebut amat jelas sekali secara diam-diam dia memberi kisikan agar hweesio

tersebut suka cepat-cepat menggunakan pasir untuk memadamkan kobaran api diatas badannya.

Thian Wang Thaysu tidak banyak bicara lagi dia segera loncat ketengah udara dan didalam beberapa

kali kelebatan sudah lenyap dibalik sebuah pojokan bukit disebelah depan.

Melihat tindakan dari hweesio tersebut Hu Pak Leng lantas mengerti kalau ia tidak ingin

menggelinding-gelinding diatas tanah dihadapan matanya sehingga merosotkan kedudukannya karena itu

dengan membiarkan api masih berkobar dibadan buru-buru menyingkir dari sana.

Menanti hweesio dari Siauw lim pay itu sudah lenyap dari pandangan perlahan-lahan Thio Cing An

berjalan mendekati lelaki bercambang tersebut ujarnya sambil tertawa :187 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Sekalipun hweesio itu berhasil memadamkan api dibadannya aku takut ia tak bakal bisa melanjutkan

hidupnya.

Hu Pak Leng cuma tertawa tawar ia tidak mendesak lebih lanjut sedang dalam hati diam-diam

pikirnya.

Apakah racun api dari peluru Toh Hun Cu Bo Suo-nya benar-benar tak bisa ditolong lagi dan dikolong

langit tak ada obat mujarap untuk menyembuhkan bekas-bekas luka tersebut?.

Terdengar Thio Cing An melanjutkan kembali kata-katanya.

Bilamana bajunya baru saja terbakar buru-buru ia memadamkan dengan pasir mungkin racun api

tersebut tak akan sampai merayap kedalam tubuhnya.

Hu Pak Leng adalah seorang yang sangat cerdik ia mengerti bila Thio Cing An telah mengetahui jika

secara diam-diam ia memberi kisikan kepada Thian Wang Thaysu cara memadamkan api beracun tersebut

dalam hati lantas pikirnya lagi :

Jika aku tidak berhasil mendapatkan cara yang tepat untuk menutupi persoalan ini kemungkinan sekali

perbuatan itu bakal menimbulkan kecurigaan dihatinya.

Setelah berpikir sejenak akhirnya ia tersenyum.

Bilamana hweesio dari Siauw lim si ini sampai mati terbakar dihadapan kita maka peristiwa ini bakal

memancing datangnya pembalasan dendam dari hweesio-hweesio Siauw lim si lainnya secara besar-besaran

luka yang diderita Sute serta Cioe-heng belum sembuh Siauw-heng seorang dirimu rasanya tidak akan kuat

untuk menahan serangan gabungan pihak mereka.....

Perkataan dari Hu-heng sedikitpuu tidak salah potong Thio Cing An tertawa telah lama Siauw-te

dengar orang berkata bahwa partai Siauw lim merupakan tulang punggung dari kekuatan seluruh Bu-lim

semua anak muridnya memiliki kepandaian silat yang amat lihay setelah melihat sendiri kejadian ini hari aku


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


baru mengerti bila kabar berita tersebut ternyata bukan kabar kosong belaka.

Hu Pak Leng tidak menggubris orang itu lagi, dengan langkah lambat ia menghampiri lelaki

berpakaian ringkas tersebut.

Cioe-heng bagaimana dengan lukamu? tegurnya halus bilamana tidak mengganggu kita akan segera

melanjutkan perjalanan bila lukamu rada parah lebih baik kita kembali dulu ke lembah Mie Cong Kok

setelah beristirahat beberapa hari kita baru lanjutkan kembali perjalanan.....

Ia rada merandek sejenak kemudian setelah berpikir beberapa waktu tambahnya :

Menurut perkiraanku setelah si hweesio Siauw lim pay ini terluka parah kejadian ini pasti akan

menimbulkan niat hweesio-hweesio lain untuk melakukan pembalasan dendam kita tak boleh buang waktu

lagi ditempat ini sedikit terlambat sukar bagi kita untuk meloloskan diri dari kepungan mereka.

Walaupun luka yang diderita si lelaki berpakaian ringkas itu tidak ringan tapi ia tidak ingin

menunjukkan kelemahan didepan orang mendengar perkataan tersebut ia tertawa tergelak.

Cuma sedikit luka yang tak berarti Siauw-te percaya masih bisa mempertahankan diri, mari kita segera

melanjutkan perjalanan.

Habis berkata ia putar badan dan berlalu terlebih dahulu.

Hu Pak Leng pun segera meloncat naik keatas punggung kudanya sekali tali les tersebut disentakkan

kuda tersebut bagaikan terbang lari kedepan mengejar si lelaki berpakaian ringkas yang telah lari duluan.

Ketika sang kuda lari disamping pemuda tersebut lalu Hu Pak Leng kebaskan lengan kanannya

menyambar badan lelaki tersebut lalu didudukkannya diatas pelana setelah itu sambil tertawa ujarnya :188 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Cioe-heng lukamu belum sembuh tidak baik untuk melakukan perjalanan jauh lebih baik gunakan

kudaku saja.

Sedang Liok-lim Bengcu malah meloncat turun dari kuda tersebut dan melakukan perjalanan dengan

berlari.

Lelaki berpakaian ringkas itu menoleh sejenak ke arah Hu Pak Leng tapi tak sepatah kata terima

kasihpun tak ia utarakan sambil menyentak tali les kabur terlebih dahulu.

Beberapa saat menanti sang surya munculkan dirinya ketiga orang itu telah berada beberapa puluh li

jauhnya dari lembah Mie Cong Kok mendadak Thio Cing An menghentikan lari kudanya dan meloncat turun

dari pelananya.

Suheng kau sudah berlari semalaman aku pikir badanmu pasti sudah letih harap suheng suka naik kuda

Siauw-te.

Sute tidak perlu sungkan-sungkan lagi... Siauw-heng sama sekali tidak letih tolak Hu Pak Leng sambil

tersenyum.

Thio Cing An rada ragu-ragu sejenak.

Siauw-te ada beberapa patah kata terasa kurang enak kalau tidak diberi tahukan kepada suheng tapi...

tapi...

Lama sekali ia mengulangi kata-kata tersebut tetapi tak sepatah katapun lanjutan kata-kata tersebut

yang dilanjutkan keluar.

Sute apakah ada kata-kata yang serba salah untuk diutarakan keluar.

Terus terang aku katakan suheng sebetulnya sejak semula suhuku sudah berada di Pak Ih hanya saja

karena peringatan dari suhu sewaktu Siauw-te mengadakan kunjungan tempo hari persoalan ini tak sampai

ku beri tahukan kepada suheng.

Mendengar berita itu Hu Pak Leng merasa hatinya bergetar keras diam-diam pikirnya.

Aku hanya bisa menduga kalau beberapa waktu ini ia pasti akan mendatangi Pak Ih tidak nyana sejak

semula ia sudah berada d sini jikalau demikian adanya aku duga ia sudah mulai menjalankan rencana

busuknya...

Hu Pak Leng termenung beberapa saat lamanya kemudian ia baru menyahut :

Dalam mengerjakan sesuatu selamanya Hong susiok bertindak cepat dan tak terduga oleh siapapun

entah dimanakah dia orang tua pada saat ini berada?? cepat bawa Siauw-heng untuk menemui dia orang tua

sudah ada berpuluh tahun lamanya aku tidak pernah berjumpa dengan Hong susiok.

Thio Cing An tersenyum.

Suhu berada disebelah kiri dekat dengan tempat ini hanya bagaimana penyelesaian tentang kedua ekor

kuda tersebut???

Hu Pak Leng adalah seorang yang cerdik mendengar perkataan tersebut setelah berpikir sejenak

akhirnya ia ayunkan telapak tangannya menghantam kepala kuda yang dituggangi Thio Cing An.

Tampaklah kuda tersebut meringkik panjang, lehernya mendongak dan akhirnya mati binasa.

Setelah membinasakan kuda tersebut kembali Hu Pak Leng alihkan pandangan matanya ketika itu si

lelaki berpakaian ringkas tersebut tetap duduk di atas pelana tak bergerak sepasang tangannya mencekal tali

les erat-erat sedang sepasang matanya terpejam rapat-rapat.

Di bawah sorotan sinar sang surya dipagi hari kelihatan jelas air mukanya pucat pasi bagaikan mayat

tak terasa alisnya dikerutkan.189 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Orang ini sudah menderita luka dalam yang amat parah pikirnya dalam hati. Untuk melakukan

perjalanan sejauh sepuluh li lagipun belum tentu bisa kuat.

Dengan langkah lebar ia berjalan menghampiri tangan kirinya membimbing badan lelaki berpakaian

ringkas itu sedang tangan kanannya dihajarkan keatas kepala sang kuda.

Kuda itupun meringkik rendah lalu rubuh binasa keatas tanah.

Cioe-heng apakah lukamu kembali kambuh? Tegur Hu Pak Leng sambil tersenyum tangan kirinya

menahan tubuh lelaki tersebut kencang-kencang.

Perlahan-lahan lelaki berpakaian ringkas itu buka matanya setelah memandang sekejap kearah Hu Pak

Leng kembali matanya dipejamkan rapat-rapat.

Menanti badan lelaki tersebut sudah berdiri tegak Hu Pak Leng baru melepaskan tangan kirinya

kemudian dilanjutkan mercengkram bangkai kedua ekor kuda yang menggeletak diatas tanah itu dan

dilemparkan kedalam lembah gunung.

Setelah itu sambil memandang sekejap kearah lembah tersebut katanya seraya tertawa :

Lembah gunung ini paling sedikit seratus kaki dalamnya ditengah dasar lembah pun penuh dengan

semak belukar yang lebat aku pikir setelah bangkai kedua ekor kuda itu dibuang maka orang lain tak bakal

temukan kembali bangkai tersebut karena bangkai-bangkai itu bakal tertutup oleh rerumputan.

Habis berkata ia menghela napas sedih.

Suheng bukannya Siauw-te terlalu waspada ujar Thio Cing An memberi penjelasan. Berhubung suhu

berulang kali memesan wanti-wanti kepadaku agar supaya selalu waspada maka aku tak bisa meninggalkan

jejak-jejak yang jelas buat orang lain oleh karena itu.....

Jejak susiok mempengaruhi situasi dalam Bu-lim sebelum masa yang telah dipersiapkan tiba

seharusnya jangan munculkan dirinya terlebih dahulu sambung Hu Pak Leng tersenyum sekarang empat

penjuru tak ada manusia mari kita cepat-cepat melanjutkan perjalanan.....

Cioe-heng, apakah lukamu sangat parah? tegur Thio Cing An sambil menoleh dan memandang

sekejap kearah lelaki berpakaian ringkas itu.

Hu Pak Leng mengerti bahwa keadaan dari lelaki tersebut amat payah dan saat tak mungkin bisa

bergerak lagi apabila melanjutkan perjalanan karena itu buru-buru ia berjalan menghampiri dan

menggendongnya keatas punggung.

Biarlah Siauw-heng yang menggendong dirinya.

Maaf terpaksa harus merepotkan suheng, seru Thio Cing An sambil menjura.

Setelah putar badan ia melanjutkan kesebuah pojokan bukit terjal.

Dengan kencang Hu Pak Leng mengikuti terus dari belakangnya setelah mengitari sebuah pojokan

gunung pemandangan dihadapanmu berubah.

Tampaklah dua belah tebing yang curam menjepit sebuah lembah kecil yang sempit didalam lembah

tersebut penuh ditumbuhi rerumputan liar setinggi dada kecuali sebuah lembah sempit tersebut kelihatan

jalan lain yang bisa menghubungi tempat bagian luar dengan dalam lembah.

Tak terasa lagi Hu Pak Leng jadi tertegun dibuatnya.

Sute apakah Hong susiok berada dibalik rerumputan liar tersebut? tegurnya.

Sedikitpun tidak salah! Thio Ciang An mengangguk. Tubuhnya miring kesamping kemudian langsung

menerobos masuk kebalik rerumputan.190 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Rerumputan yang tumbuh ditengah lembah semakin lama semakin tinggi akhirnya seluruh tubuh

manusia sudah tenggelam dibalik rumput tersebut.

Thio Cing An yang harus melanjutkan perjalanan sambil memisahkan rumput tebal langkahnya jadi

semakin lambat agaknya secara diam-diam ia sedang mengingat jalan yang betul.

Sesudah memasuki lembah antara dua tiga li jauhnya Thio Cing An baru berhenti dan angkat

tangannya keatas kepala bertepuk tiga kali.

Beberapa saat kemudian dari tempat kejauhan terdengar pula suara tepukan balasan dari orang-orang

didalam lembah.

Rerumputan didepan bergelombang dan secara mendadak muncul dua orang lelaki berpakaian ringkas.

Orang-orang itu sewaktu melihat munculnya Thio Cing An buru-buru merangkap tangannya menjura.

Suhu ada didalam lembah? tegur lelaki kurus itu cepat.

Lelaki kekar yang ada disebelah kiri tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut sebaliknya dengan

tajam memperhatikan diri Hu Pak Leng.

Siapakah orang itu? balik tanyanya.

Saudara ini bukan lain adalah Liok-lim Bengcu yang namanya terkenal pada saat ini, Hu Pak Leng

adanya, Hu suheng.

Selamat berjumpa..... selamat berjumpa..... kedua orang lelaki berbaju ringkas itu bersama-sama

menjura.

Setelah itu putar badan dan berlalu kearah depan.

Jika ditinjau dari sikap kedua orang itu agaknya kedudukan mereka tidak setinggi kedudukan Thio

Cing An tetapi sikap maupun gerak geriknya ternyata tidak begitu menghormati diri Thio Cing An.

Meaggunakan kesempatan itu sengaja Hu Pak Leng mendehem perlahan sehingga memancing

perhatian dari kedua orang yang berada dimuka lalu kepada Thio Cing An bisiknya:

Bilamana Siauw-heng langsung pergi menemui Hong Susiok entah terasa leluasa atau tidak?? aka lihat

lebih baik sute pergi memberi kabar terlebih dahulu.

Belum sempat Thio Cing An memberikan jawabannya mendadak dari tempat kejauhan berkumandang

serentetan suara yang amat nyaring.

Tidak usah!

Bukan saja suara tersebut tidak terlalu keras bahkan sewaktu kedengaran dalam telinga terasa amat

nyaring dan jelas sekali.

Diam-diam Hu Pak Leng merasa sangat terperanjat diam-diam pikirnya:

Terang-terangan suara barusan ini berasal dari mulut Hong susiok yang dikirim dengan menggunakan

ilmu mengirim suara Cian Li Coan Im hal ini sih tak perlu diherankan tapi ia tak pernah membicarakan

dengan sute yang amat lirih kejadian ini benar-benar luar biasa. Apakah selama puluhan tahun tidak

berjumpa ia sudah berhasil melatih tenaga dalamnya hingga mencapai kesempurnaan.

Rasa was-was dan waspada semakin meningkat dalam hatinya dengan suara lantang segera sahutaya.

Sudah lama tecu tidak berjumpa dengan susiok sebenarnya aku merindukan kau orang tua karena tidak

berani mengganggu maka mengejutkan ketenangan susiok.

Belum habis ia berkata dari tempat kejauhan sudah kedengaran suara tertawa yang amat menyeramkan

memotong perkataan selanjutaya.191 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Hian tit berhasil merebut kedudukan Liok-lim Bengcu sehingga menambah kecemerlangan nama suhu

dan diriku loohu pun merasa amat girang hanya saat ini ada tamu sedang berkunjung maaf aku orang tak

dapat menyambut kedatanganmu.

Siauw tit mana berani mengganggu dan merepotkan susiok jawab Hu Pak Leng keras.

Kedua orang lelaki berbaju ringkas yang menyambut kedatangan mereka tadi setelah mendengar

pembicaraan antara Hong Cioe dengan Hu Pak Leng sikap mereka terhadap Hu Pak Leng pun mendadak

berubah jadi lebih marah satu didepan yang lain dibelakang bantu lelaki bercambang tersebut memisahkan


Badai Dunia Persilatan Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


rerumputan yang tumbuh ditempat penjuru.

Hu Pak Leng serta Thio Cing An sekalian kembali melanjutkan perjalanan sejauh empat lima kati

akhirnya sampailah mereka didepan sebuah batu besar yang menonjol keluar.

Kedua orang lelaki berpakaian ringkas berbareng menghentikan langkahnya kemudian dengan sangat

hormat sekali menjura kearah batu besar dihadapannya.

Liok-lim Bengcu saat ini Hu Pak Leng mohon berjumpa dengan suhu.

ooooOoooo

10

BAWA dia masuk kemari! Perintah seorang dengan suara nyaring dari balik batu besar.

Kedua orang lelaki berpakaian ringkas itu bersama-sama menjura lalu membawa Hu Pak Leng

mengitari batu besar itu.

Di belakang batu besar terbentanglah tebing licin seorang bocah cilik berwajah bersih menyoren

pedang dan berusia tiga empat belasan tahun dengan sikap tegap berdiri di batu dinding.

Begitu melihat munculnya kedua orang lelaki berpakaian ringkas sambil tersenyum segera tegurnya :

Siapakah Hu Bengcu

Hu Pak Leng yang sepasang tangannya harus menggendong badaa lelaki she Cioe itu diatas punggung

terpaksa hanya bongkokkan badan memberi hormat.

Cayhe adalah Hu Pak Leng jawabnya singkat.

Bocah tersebut tersenyum badannya menyingkir dua langkah kesamping dan memberi satu jalan lewat

buat mereka.

Agaknya orang ini paling suka tersenyum wajahpun amat putih dengan bibir yang merah serta sebaris

gigi yang putih sifat kekanak-kanakannya belum hilang sewaktu tertawa sangat menarik hati

Melihat keadaan sang bocah yang memikat hati, dalam hati Hu Pak Leng lantas berpikir:

Tindak tanduk bocah ini tidak seperti manusia biasa di kemudian hari kalau ia bukan jadi seorang

pendekar besar yang kenamaan tentu akan menjadi seorang pentolan bajingan yang berhati ganas dan

kejam.....

Tak terasa lagi ia mempehatikan beberapa kejap kearahnya setelah itu tegurnya dengan suara ramah.

Saudara cilik apakah kaupun anak murid dari Hong susiok???.

Kembali bocah tersebut tersenyum.192 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Pelajaran belum berhasil ditamatkan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan besar

dikemudian hari masih banyak petunjuk dari suheng.

Pembicaraannya lancar membuat orang merasa terpikat sambil tersenyum Hu Pak Leng mengangguk

ia tidak banyak berbicara lagi dan melanjutkan kembali perjalanannya.

Kiranya diatas dinding batu dibelakang bocah cilik tersebut terdapat sebuah gua batu selebar kurang

lebih tiga depa yang menjorok kearah bawah.

Sambil menggendong lelaki she Cioe itu di punggung Hu Pak Leng berjalan terlebih dahulu dimuka

dengan bongkokkan badannya berhubung agak sempitnya keliling gua.

Thio Cing An serta bocah cilik itu mengiringi dari belakang sedang kedua orang lelaki berpakaian

ringkas tersebut tetap tinggal dimulut gua.

Walaupun gua batu ini berliku liku tetapi tidak begitu panjang setelah berjalan empat lima kaki

jauhnya mendadak sinar terang sudah menerobos masuk kedalam gua.

Sekeluarnya dari gua terlihat empat penjuru merupakan puncak-puncak gunung yang tinggi menjulang

keangkasa dan mengelilingi sebuah lembah curam yang hanya seluas sepuluh kaki dibawah tenda dari kain

kuning duduklah empat orang kakek tua.

Orang yang berada di paling kiri pakaiannya model toosu jenggot putih dan wajah memancarkan

cahaya terang bukan lain adalah Hong Cioe.

Sisanya bertiga karena duduk mungkuri dirinya maka ia tak dapat melihat jelas bagaimana wajah

mereka.

Setelah meletakkan lelaki she Cioe yang digendongnya itu keatas tanah buru-buru Hu Pak Leng

menjura.

Tecu sudah ada puluhan tahun tidak menyambangi susiok tidak nyana tenaga dalam dari susiok sudah

berhasil dilatih hingga mencapai batas-batas tinggalkan tua kembali kemuda.

Kiranya walaupun jenggot Hong Cioe sudah memutih semua tetapi wajahnya yang putih

memancarkan cahaya merah segar bagaikan bocah cilik.

Bagus... kau sudah menambah kecemerlangan nama suhumu serta Poohu... bagus... kata Hong Cioe

sambil mengelus jenggotnya dan tertawa.

Sepatah kata yang sangat pendek berturut-turut sudah menggunakan beberapa kali kata bagus jelas ia

memperlihatkan kedudukannya yang jauh lebih tinggi dari keponakan muridnya ini.

Budi pemeliharaan dari suhu yang suka menurunkan pelajaran ilmu silat kepada tecu tak akan tecu

lupakan kesempurnaan dari tenaga lweekang susiok pun tak mungkin tecu lampaui beruntung sekali selama

ini tecu tidak sampai memalukan segala dari suhu serta susiok.

Seorang kakek tua yang duduk disebelah kiri mendadak bangun berdiri lalu dengan langkah lebar

berjalan menghampiri si lelaki yang menderita luka parah tersebut tangannya laksana kilat berkelebat dan

menabok perlahan diatas jalan darah Ming Bun Hiat pada tubuh lelaki tersebut.

Di iringi hembusan napas panjang perlahan-lahan lelaki yang memakai pakaian ringkas itu tersadar

kembali dari pingsannya.

Manusia yang tak berguna kau terluka ditangan siapa? bentak si kakek itu dengan nada yang dingin.

Hu Pak Leng berpaling tapi sebentar kemudian ia merasa kebelet ingin tertawa saking gelinya.

Ternyata wajah si kakek tua itu jelek dan anehnya luar biasa selembar wajahnya separuh berwarna

merah dan separuh lagi berwarna putih.193 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Yang berwarna merah terang benderang bahkan berkilat sedang yang berwarna putih pucat pasi tak

kelihatan sedikit darahpun.

Terhadap si kakek tua berwajah Im Yang ini agaknya lelaki she Cioe tersebut merasa amat jeri dengan

nada suara rada gemetar sahutnya :

Tecu terluka ditangan hweesio Siauw lim pay.

Heee... heee... pertama kali turun tangan sudah menderita kalah di tangan orang tinggalkan kau hidup

dikolong langitpun hanya memalukan nama suhumu hmm! lebih baik aku bereskan nyawamu.

Telapak tangan perlahan-lahan diatas agaknya ia ada maksud untuk membinasakan lelaki she Cioe

tersebut seketika itu juga.

Hmm... kekejaman serta keganasan orang ini betul-betul bukan nama kosong belaka... diam-diam pikir

Hu Pak Leng didalam hatinya ternyata terhadap anak murid yang dilatih sendiripun bisa bersikap demikian

ganas.....

Dengan suara lantang buru-buru teriaknya.

Locianpwe! untuk sementara janganlah memburu hawa amarah dulu, musuh tangguh dari Cioe-heng

bukan lain adalah Thian Wang Thaysu ketua dari ruangan Tat Mo Yen dikuil Siauw lim si, locianpwe harus

tahu hweesio dari angkatan Thian rata-rata merupakan jago kelas wahid dari pihak Siauw lim ia bisa

bergebrak sebanyak seratus jurus lebih dengan hweesio tersebut boleh dihitung walaupun kalah tapi kalah

dengan cemerlang apalagi Thian Wang Thaysu pun kena oleh senjata rahasia peluru Toh Hun Bo Suo dari

locianpwe luka yang diderita lebih parah daripada luka Cioe-heng sendiri.

Mendengar suara itu mendadak si orang tua berwajah aneh itu tertawa hambar.

Oooouw kiranya kau sudah berjumpa dengan Thian Wang si keledai gundul itu walaupun tak dapat di

hitung sebagai kalah dengan cemerlang tapi dosa ini bisa dihindarkan dari hukuman mati, ayo sana cepat atur

pernapasan, teriaknya.

Dengan sinar mata penuh berterima kasih lelaki she Cioe itu berpaling sekejap kearah Hu Pak Leng

setelah itu perlahan-lahan ia baru pejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.

Hong Cioe yang sedang duduk meloncat bangun sambil memandang tajam wajah Thio Cing An

bentaknya keras.

Kaupun terluka ditangan hweesio tua itu?

Bukan tecu terluka ditangan.....

Anak murid Bu-tong pay? sambung Hong Cioe sambil membentak keras.

Juga bukan sahut Thian Cing An terengah-engah. Tecu terluka di tangan Thian Seng Cie dari Hu-

heng.

Hong Cioe kerutkan alisnya ia memandang sekejap kearah Hu Pak Leng tapi mulutnya tetap bungkam

seribu bahasa.

Sebaliknya Hu Pak Leng tidak menunjukkan rasa gugup ataupun kaget dengan tenang ia berkata.

Susiok kau jangan marah dula sute memang betul-betul terluka dibawah serangan ibu jari Thian Seng

Cie-ku cuma tecu sebagai seorang Bengcu tidak seharusnya mementingkan diri sendiri dan menghilangkan

kepercayaan orang lain oleh karena itu tecu terpaksa bergebrak melawan sute.

Ehmmmm... perkataanmu ini memang rada cengli Hong Cioe manggut-manggut.

Hu Pak Leng tertawa tawar kembali ujarnya.194 Tjan I. D. Badai Dunia Persilatan

Kolektor E-Book

Kepandaian silat dari sute sudah peroleh kemajuan yang amat pesat sehingga memaksa tecu mau tak

mau harus mengeluarkan ilmu jari Thian Seng Cie untuk mencari kemenangan susiok tentunya kau orang tua

tahu bukan setelah jari Thian Seng Cie dilancarkan maka amatlah sulit untuk dikuasahi seketika itu juga apa

lagi tecu pun hanya menggunakan empat bagian tenaga pukulan rasanya semakin sulit iagi untuk menarik

kembali serangan tersebut oleb sebab itulah sute jadi terluka.

Ilmu jari sakti Thian Seng Cie Kang merupakan ilmu sakti andalan suhu sudah tentu sutemu tak akan

kuat untuk menahan serangan tersebut, kata Hong Cioe tersenyum.

JILID 11

WALAUPUN setelah tecu lukai sute dalam hati merasa sangat tidak tenteram terutama sekali

terhadap diri susiok.

Haaaa..... haaaa..... haaaa..... urusan sudah berlalu tak usah dipikirkan lagi didalam situasi pada saat itu

tidak mengijinkan sudah tentu tak dapat menyalahkan dirimu. Kau sebagai seorang Liok-lim Bengcu sudah

seharusnya tidak berpeluk tangan saja melihat anak buahmu terbunuh.

Susiok bisa berpikiran luas tecu merasa amat berterima kasih sekali buru-buru Hu Pak Leng menjura.

Hong Cioe melirik sekejap kearah Thio Cing An perintahnya :

Sementara waktu kau aturkan pernapasan dulu, lalu kepada Hu Pak Leng ujarnya pula.

Surat tersebut apakah sudah kau baca?

Ehmmm... sudah.

Telah kau umumkan dihadapan seluruh anak buahmu.

Tecu belum berjumpa dengan susiok oleh karena itu belum aku umumkan pengumuman kepada anak

buahku.

Sambil mengelus jenggotnya hong Cioe tarsenyum.

Kedatanganmu sangat kebetulan sekali aku sudah siap untuk bergerak.

Untuk beberapa waktu Hu Pak Leng tak mendapatkan jawaban yang cocok karena itu ia cuma

tersenyum dan membisu seribu bahasa.

Hong Cioe rada merandek sejenak lalu tambahnya :

Sudah amat lama loohu tidak terjan didalam dunia persilatan entah dari kalangan Liok-lim sudah

muncul orang macam apa saja? kendati kau sudah merebut kedudukan Liok-lim Bengcu dari seantero kolong

langit, apakah kau merasa kekuasaanmu tersebut bisa kau gunakan seluas-luasnya?

Walaupun tecu beruntung bisa merebut kedudukan Liok-lim Bengcu tapi berhubung pendeknya waktu

terhadap anak buahku masih tidak begitu rapat hubungannya dan kekuasaanku rasanya belum bisa digunakan

seluas-luasnya.

Tapi seharusnya kau memiliki sebagian anak buah yang bisa dipercaya bukan? sela Hong Cioe

tertawa.

Walaupun anak buah kepercayaan ada cuma jumlahnya tidak begitu banyak.

Hong Cioe tampak termenung sebentar, beberapa saat kemudian sambil tertawa ujarnya lagi.


Pendekar Mabuk 078 Dewi Kesepian Rajawali Emas 48 Prahara Di Bukit Pendekar Rajawali Sakti 36 Penari

Cari Blog Ini