Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 1
TXT&PDF MAKER : OZSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 2
TXT&PDF MAKER : OZSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 3
TXT&PDF MAKER : OZ
SIN KUN BU TEK
(KEPALAN DEWA TANPA TANDINGAN)
SUAMI-ISTERI Lauw Cin hidup bahagia dan damai. Mereka
membuka sebuah toko obat di kota Lin-han-kwan. Biarpun toko obat
itu tidak berapa besar karena modalnya hanya kecil saja, namun
berkat kerajinan Lauw Cin dan isterinya, ditambah pula keramahan
dan sifatnya yang suka menolong orang, maka mereka itu disuka
penduduk kota Lin-han-kwan dan toko obatnya mempunyai banyak
langganan. Selain itu, dulu ketika masih kecil Lauw Cin pernah
menjadi pelayan sebuah toko obat yang dibuka oleh seorang ahli
obat-obatan hingga sedikit-sedikit iapun dpat memeriksa orang sakit
dan menentukan obatnya.
Lauw Cin telah kawin belasan tahun dan kini berusia hampir
empatpuluh tahun. Mereka berdua hanya mempunyai seorang anak
laki-laki yang telah berusia duabelas tahun dan diberi nama Heng
San. Heng San berwajah manis dan cakap sedangkan kulitnya putih
bersih seperti kulit tubuh anak perempuan. Juga potongan tubuhnya
kurus kecil dan mukanya menunjukkan kehalusan hingga ia lebih
pantas menjadi anak perempuan. Tapi sepasang alisnya yang tebal
dan melengkung seperti golok itu membuat wajahnya tampak gagah.
Sebagai anak tunggal, Heng San sangat disayang dan dimanja.
Untuk mendidik anaknya, Lauw Cin tidak mendatangkan guru
sebagai orang lain karena ia sendiri adalah seorang yang cukup
mengenal mata-surat dan isterinyapun pandai menulis. Ternyata
Heng San bukan anak malas hingga dalam usia sebelas tahun ia telah
pandai menulis dan membaca, sedangkan dalam usia duabelas tahun
ia telah pandai membuat syair dan sudah dapat membaca kitab To-
tik-khing dengan lancar! Tentu saja kedua orang tuanya merasa
bangga dan lebih mencintainya. Kemudian, sedikit demi sedikitSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 4
TXT&PDF MAKER : OZ
ayahnya mulai mengajarnya ke jurusan ilmu obat-obatan karena
tiada cita-cita lain dalam hati orang tuanya selain bahwa Heng San
kelak akan menjadi ahli pengobatan yang mahir dan dapat
menggantikan pekerjaan orang tua.
*
* *
Pada suatu hari di musim dingin. Matahari sejak pagi tak
tampak dan terhalang oleh mendung-mendung tebal hingga hawa
sangat dingin karena angin meniup kencang. Sungguh hawa yang
buruk dan semua orang tahu bahwa keadaan macam itu biasanya
suka membawa datang berbagai penyakit. Oleh karena itu, mereka
yang bertubuh lemah tak berani keluar, sembunyi dalam kamar dan
membungkus diri dengan baju tebal. Dan Lauw Cin serta isterinya
sudah siap untuk sewaktu-waktu menolong mereka yang terkena
penyakit, karena ia tahu bahwa banyak orang menderita sakit dalam
musim seburuk itu.
Lauw Cin suami-isteri maklum akan kelemahan tubuh anak
mereka sendiri. Karena itu semenjak tadi mereka larang Heng San
keluar dari rumah.
Ketika suami-isteri itu sedang duduk merajang akar obat
menjadi potongan kecil-kecil, tiba-tiba mereka heran mendengar
suara anaknya di luar rumah! Isteri Lauw Cin cepat bangkit dari
tempat duduknya dan keluar. Di luar pintu ia melihat Heng San
berlari ke pintu dengan wajah kebiru-biruan karena dingin.
"Heng San!" ia menegur marah. "Dari mana kau keluar?
Bukankah ibu sudah melarangmu keluar dari rumah?"
Heng San masuk ke rumah melalui pintu yang dibuka ibunya.
Ia berkata sambil menggigil: "Ibu, dari jendela kamar aku melihat
seorang pengemis tua kedinginan di luar. Ia jalan terhuyung-huyungSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 5
TXT&PDF MAKER : OZ
dan jatuh. Agaknya ia pingsan. Karena itu aku segera keluar melalui
jendela agar lebih cepat menghampiri pengemis itu. Benar saja, ibu,
dia pingsan. Mari kita beri tahu pada ayah supaya orang itu
ditolongnya!"
Lenyaplah kemarahan ibunya mendengar penuturan Heng San
ini. Memang ia adalah seorang nyonya muda yang berhati mulia dan
penuh welas asih. Mendengar akan kesengsaraan pengemis itu,
hatinya merasa sangat kasihan, dan dengan cepat ia ajak Heng San ke
ruang di mana suaminya masih bekerja.
"Heng San, dari mana kau?" Lauw Cin menegur anaknya
dengan suara keras.
"Ayah, ada pengemis tua jatuh pingsan di luar rumah kita."
Heng San menjawab. Lauw Cin segera berdiri dan dengan diikuti oleh
isteri dan anaknya ia lari keluar.
Benar saja, di emper rumah tampak seorang pengemis tua
rebah miring dengan mata terpejam dan muka pucat seperti mayat.
Lauw Cin berjongkok dan raba nadinya.
"Masih hidup!" katanya penuh harap, lalu tanpa ragu-ragu
lagi ia angkat tubuh kurus kering itu ke dalam rumah. Ia bawa masuk
pengemis itu ke dalam kamarnya dan tidak sangsi-sangsi lagi letakkan
tubuh yang terbungkus pakaian kotor penuh tambalan itu ke atas
tempat tidurnya yang pakai tilam putih bersih!
"Lekas sediakan air panas!" perintahnya kepada isterinya
yang lalu lari ke dapur dan masak air, dibantu oleh pelayannya. Lauw
Cin sendiri lalu mengambila arak dan mencampurnya dengan obat
gosok, lalu digosoknya seluruh tubuh yang kaku kedinginan itu.
kemudian ia tuangkan obat ke dalam mulut pengemis itu dan dengan
cekatan ia ganti pakaian pengemis itu dengan pakaian yang
diambilnya dari lemari. Isterinya datang membawa air panas. Lauw
Cin aduk sedikit tepung campur obat ke dalam air panas dan gunakan
sendok untuk menyuapi mulut orang tua itu.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 6
TXT&PDF MAKER : OZ
Tak lama kemudian sadarlah pengemis itu dari pingsannya. Di
luar dugaan semua orang, begitu matanya terbuka, ia loncat bangun
dan tahu-tahu sudah duduk di atas pembaringan sambil melihat
sekeliling dengan matanya yang terputar-putar aneh. Kemudian
pengemis itu memandang ke arah tubuh sendiri yang kini
mengenakan pakaian bagus dan tebal. Setelah itu ia pandang wajah
Lauw Cin dan isterinya. Mulutnya tersenyum getir.
"Haya........! Kau telah memaksa menjadi aku punya in-kong
(tuan penolong)! Kalau kalian biarkan tubuh tua bangka yang hampir
rusak ini mati di jalan, sekarang aku sudah senang. Tapi kalian
sekarang mengikat aku, memberi tugas hidup baru untuk melunasi
hutangku padamu. Haya.......!" Pengemis itu geleng-geleng kepala
dan menghela napas panjang pendek.
Lauw Cin saling pandang dengan isterinya. Betul-betul orang
aneh! Ditolong tidak berterima kasih, bahkan mengeluh dan
mengomel panjang pendek!
"Kong-kong! Kenapa kau ingin benar mati? Lihat, alangkah
senangnya hidup! Kau bisa bermain-main, bisa makan enak!" tiba-
tiba Heng San menyela pengemis itu dengan menyebutnya kakek.
Pengemis itu tujukan pandangan matanya yang aneh kepada
Heng San. Sesaat lamanya ia pandang anak itu dengan penuh
perhatian, dari atas sampai ke bawah, kemudian ia tersenyum dan
mengangguk-angguk senang.
"Tidak percuma.... tidak percuma..... In-kong, apakah anak ini
puteramu?"
Lauw Cin mengangguk, "Putera kami satu-satunya."
"Bagus, bagus! Kalau begitu tidak percuma kau tolong aku, in-
kong! Aku tidak akan susah-susah mencari jalan membalas budi."
"Apa maksudmu?"
Pengemis itu turun dari pembaringan dan berdiri tegak.
"In-kong, ketahuilah. Yang kau tolong hari ini bukanlah
sembarang pengemis, juga bukan sembarang orang!" Kedua matanyaSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 7
TXT&PDF MAKER : OZ
yang bulat besar itu berputaran. "Lohu adalah Pat-Chiu Sin-kay yang
telah berpuluh tahun menjelajah dunia kang-ouw!"
Terkejutlah Lauw Cin mendengar julukan Pengemis Dewa
Tangan Delapan ini! Ia sudah mendengar akan nama yang sangat
terkenal ini, nama seorang pendekar aneh yang selalu membasmi
kejahatan dan menolong yang lemah, tokoh kang-ouw yang ditakuti
lawan disegani kawan!
Cepat-cepat ia memberi hormat, "Maaf, lo-enghiong, kami
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak tahu bahwa kami berhadapan dengan kau orang tua yang
berbudi dan terkenal gagah!"
Pengemis Dewa itu memandang Heng San dan berkata dengan
sungguh-sungguh kepada Lauw Cin.
"In-kong, secara kebetulan sekali aku yang tak pernah
dijatuhkan oleh orang gagah yang manapun, pada hari ini harus
tunduk kepada kekuasaan alam dan jatuh sakit di depan rumahmu.
Dan kebetulan sekali kau yang menolongku. Aku si tua bangka belum
pernah hutang budi tanpa dibalas. Sekarang kulihat anakmu ini
bertulang pendekar dan berwatak baik. Maka perkenankanlah aku
mengangkatnya sebagai murid, dengan demikian aku dapat pula balas
budimu."
Sebelum Lauw Cin dapat menjawab, Heng San yang cerdik
dan yang sudah mendengar akan nama pengemis perkasa itu, cepat
jatuhkan dirinya berlutut di depan pengemis dewa itu sambil angguk-
anggukkan kepala dan berkali-kali menyebut "Suhu.........."
Pat-chiu Sin-kay tertawa bergelak-gelak dan dari kedua
matanya yang lebar menggelinding keluar air mata dua butir.
"Muridku yang baik..... muridku yang baik!!" Ia pegang
pundak Heng San, mengangkatnya ke atas lalu lempar tubuh anak itu
ke atas, tangkap lagi, lempar lagi hingga Heng San dipakai main
seperti seorang anak kecil main-main dengan sebuah bal.
Lauw Cin dan isterinya melihat peristiwa ini dengan mata
terbelalak dan hati khawatir, tapi setelah Heng San diturunkan,SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 8
TXT&PDF MAKER : OZ
ternyata anak yang tadinya pucat kedinginan itu kini berubah segar,
kedua pipinya merah dan matanya bersinar girang. Tentu saja kedua
orang tuanya menjadi senang, namun diam-diam Lauw Cin suami-
isteri tetap merasa tak enak hati melihat cara-cara guru yang aneh
itu.
Semalam itu Lauw Cin dan isterinya tak dapat tidur. Mereka
memperbincangkan persoalan anak mereka. Tadinya isterinya
berkukuh tidak menyetujui bahwa Heng San menjadi murid pengemis
aneh itu, tapi setelah dibujuk-bujuk oleh Lauw Cin, akhirnya ia
menurut juga. Lauw Cin kemukakan pendapatnya:
"Aku sendiripun tak berapa suka melihat watak yang aneh dan
menakutkan dari losuhu itu, tapi bagaimana kita harus menolak
permintaannya untuk mendidik Heng San? Ia seorang yang sangat
terkenal dan sepanjang pendengaranku, ia adalah seorang hiapkek
besar yang banyak curahkan tenaga menolong orang tertindas dan
sengsara. Jadi, kalau dipikir-pikir, ia masih segolongan dengan kita.
Bukankah kitapun bercita-cita hendak mendidik Heng San menjadi
orang pandai dan budiman penolong orang yang menderita? Juga, di
jaman sekarang banyak terjadi kekacauan, perampokan, dan bahaya
bermacam-macam bentuk mengancam kehidupan dari mana-mana.
Kukira tiada jeleknya kalau Heng San belajar sedikit ilmu silat agar
tubuhnya kuat dan ia kelak dapat menghadapi segala bahaya dengan
tabah dan lebih mudah menjaga diri terhadap serangan orang-orang
jahat".
Demikianlah, semenjak hari itu pengemis dewa itu tinggal di
rumah Lauw Cin, mendapat sebuah kamar yang kecil dibagian
belakang. Heng San suka sekali kepada suhunya, hampir setiap saat
ia berada berdua dengan gurunya itu.
*
* *SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 9
TXT&PDF MAKER : OZ
Pat-chiu Sin-kay tadinya adalah seorang guru silat yang
ternama di daerah timur. Di masa mudanya ia telah banyak merantau
dan memperdalam ilmu silatnya dari berbagai cabang persilatan
hingga akhirnya ia menjadi seorang ahli silat yang jarang bertemu
tandingan. Kemudian ia tinggal di timur dan berumah tangga. Dalam
perkawinannya ia mendapat seorang anak laki-laki. Ketika anak itu
telah berusia belasan tahun, tiba-tiba terjangkit semacam penyakit
yang hebat dan yang mengorbankan banyak jiwa orang. Di antara
para korban terdapat isteri dan anaknya. Hancurlah hatinya, dan ia
pergi mengembara seperti orang gila dan pekerjaannya hanya
mengemis. Ia telah lupa akan nama sendiri, tapi ia tidak lupa sifat
satrianya hingga di mana saja ia berada, ia tentu gunakan
kepandaiannya untuk menolong orang dan membasmi yang jahat.
Selama ia merantau itu, entah sudah berapa banyak penjahat-
penjahat kejam yang ia tewaskan dan entah berapa puluh jagoan-
jagoan kelas tinggi roboh dalam tangannya, hingga ia mendapat
julukan Pat-chiu Sin-kay si Penemis Dewa Tangan Delapan.
Tapi karena ia tak menjaga diri, tidak perdulikan
kesehatannya dan makannya juga tiada menentu akhirnya ia sering
terserang penyakit. Sering ia terserang penyakit jantung dan tiba-tiba
menjadi pingsan. Ketika ia lewat di depan rumah Lauw Cin,
penyakitnya kambuh dan ia pingsan. Untung baginya Heng San
melihatnya, kalau tidak, ia tentu akan mati kaku kedinginan di luar
rumah itu.
Sebagai seorang yang berwatak pendekar, ia tidak bisa terima
budi orang tanpa terbalas. Terutama sekali setelah melihat Heng San,
ia teringat akan anak sendiri, dan ia suka melihat bahwa Heng San
berbakat. Maka ia putuskan untuk menunda perantauannya dan
turunkan ilmu kepandaiannya kepada Heng San.
Pengemis dewa itu tidak tanggung-tanggung mewariskan
ilmunya kepada Heng San. Ia gembleng anak itu sedemikian rupa,SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 10
TXT&PDF MAKER : OZ
hingga boleh dibilang tidak ada satu haripun terlewat tanpa latihan
berat. Tapi Heng San tidak pernah malas. Ia senang betul berlatih
silat. Pelajaran tulis-baca yang dipelajarinya dari ayah-ibu mulai
mudur. Lauw Cin dan isterinya tidak senang melihat ini, tapi mereka
tak berdaya. Mereka terlalu sungkan kepada pengemis dewa itu dan
mereka terlalu memanjakan putera tunggalnya.
Tubuh Heng San yang tadinya kurus lemah itu kini walaupun
masih kurus tapi berisi dan kuat sekali. Terutama tangan kanan Heng
San bertenaga besar sekali serta kuat karena gurunya memberi
pelajaran bermacam ilmu yang lihai padanya, dari latihan memukul
dan meremas pasir panas sampai meremas bubuk besi! Tapi ketika
pengemis dewa hendak memberi pelajaran silat pedang atau senjata
tajam lainnya kepada Heng San, Lauw Cin dan isterinya melarang
keras. Kedua orang tua itu ngeri dan takut melihat anaknya bermain
senjata tajam. Karena itu, Pat-chiu Sin-kay menggembleng Heng San
dalam ilmu silat tangan kosong yang lihai. Bahkan ia mengajar
muridnya semacam ilmu silat tangan kosong yang khusus untuk
melawan dan menghadapi musuh-musuh bersenjata tajam. Untuk
menjadi ahli silat tangan kosong yang betul-betul tangguh, Heng San
harus memiliki kepandaian yang lengkap. Gin-kang harus tinggi
hingga ia dapat bergerak gesit dan cepat. Selai lweekang atau tenaga
dalam harus terlatih baik, juga gwakang atau tenaga luar harus kuat.
Juga ia dilatih mempelajari ilmu weduk Tiat-pou-san hingga
tubuhnya menjadi kebal dan senjata baja biasa saja belum tentu
dapat melukainya!
Setelah ia belajar selama lima tahun, Lauw Cin dan isterinya
menganggap bahwa putera mereka telah cukup lama belajar silat.
"Losuhu", kata Lauw Cin mengemukakan pendapatnya,
"Heng San kiranya sudah cukup lama mempelajari ilmu silat. Ia kini
telah dewasa, sudah berusia tujuhbelas tahun. Kiranya sudah tiba
waktunya untuk mempelajari ilmu obat-obatan agar kelak ia dapat
menggantikan kedudukanku".SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 11
TXT&PDF MAKER : OZ
Pengemis Dewa Tangan Delapan geleng-geleng kepala dan
putar-putar matanya yang bundar. "Belum, in-kong, belum!" ia selalu
masih menyebut in-kong kepada Lauw Cin. "Kepandaiannya belum
cukup, ia harus belajar lima tahun lagi".
"Lima tahun lagi?" isteri Liauw Cin berteriak. "Untuk apa?
Apa gunanya ia mempelajari segala gerakan silat itu? Apa ia bisa
kenyang karena main silat? Apa ia bisa menghasilkan sesuatu dengan
silat? Pula, ia telah belajar lima tahun, apakah hasilnya?" Nyonya ini
penasaran sekali.
"Hasilnya? Lihat saja sore nanti, pasti Heng San akan
memperlihatkan kepandaiannya". Setelah berkata demikian,
pengemis dewa itu duduk bersila dan meramkan mata, tanda bahwa
ia ingin bersamadi dan tak mau diganggu. Suami-isteri itu pergi
keluar dari kamar tamunya dengan hati penasaran dan tidak puas.
Pada sore harinya, ketika Lauw Cin dan isterinya sedang
duduk membungkus obat, tiba-tiba terdengar teriakan di luar toko:
"Kerbau gila! Kerbau mengamuk! Lari...... lari!!"
Lauw Cin dan isterinya melongok keluar. Alangkah kaget dan
cemas hati mereka melihat seekor kerbau jantan yang besar dan kuat
tampak lari mendatangi dengan kepala tunduk dan tanduknya yang
tajam siap menyerang orang. Dan di depan toko, dengan sikap yang
tenang sekali, tampak Heng San berdiri melihat kerbau itu dengan
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pandang mata tajam!
"Heng San, lari kau!" ayah-ibunya berteriak cemas, tapi Heng
San hanya menengok kepada mereka dan tersenyum manis.
"Tenanglah, ayah." Anak itu bahkan menasihati ayahnya.
Kerbau gila itu datang makin cepat dan ketika tiba di depan
Heng San ia tundukkan kepala dan tanpa banyak gerakan langsung
lari menubruk dan menanduk!
Ibu Heng San melihat hal itu segera lari maju, tapi ditahan
oleh suaminya. Nyonya yang sangat takut melihat anaknya celaka ituSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 12
TXT&PDF MAKER : OZ
berteriak-teriak, "Heng San... Heng San..." dan ia jatuh pingsan
dalam pelukan suaminya.
Tapi Heng San hanya bergerak sedikit ke samping dan gerakan
itu cukup untuk mengelit serangan kerbau. Sebelum kerbau itu dapat
membalik dan menyerang lagi, ia telah loncat dari samping, gunakan
tangan kiri menangkap tanduk kerbau dan tangan kanannya diayun
lalu dipukulkan ke arah kepala
binatang itu sekuat tenaga!
Lauw Cin yang sambil
peluk isterinya melihat ke arah
anaknya denga mata
terbelalak dan hati berdebar,
hanya mendengar suara keras
"krakk!" dan ia melihat betapa
tubuh kerbau yang besar itu
menjadi lemas dan akhirnya
roboh mati dengan kepala
pecah! Heng San dengan nyata
sekali tampak heran sendiri
akan kehebatan tangan
kanannya, maka anak muda
itu membungkuk dan
memeriksa kepala kerbau itu
dan ia bersihkan tangannya
yang berdarah pada kulit
kerbau.
Orang-orang datang berduyun untuk menyaksikan peristiwa
hebat itu dan tiada habisnya mereka memuji ketangkasan dan
kehebatan Heng San. Ramailah orang sekota tiada habis heran
karena tadinya mereka tidak tahu sama sekali akan kepandaian Heng
San.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 13
TXT&PDF MAKER : OZ
Lauw Cin setelah bawa isterinya ke pembaringan dan
menyadarkannya, lalu panggil Heng San. Anak muda itu masuk
dengan wajah berseri dan jelas bahwa ia merasa bangga sekali akan
kepandaiannya. Juga pengemis dewa masuk dengan mulut tersenyum.
"Bagaimana pendapatmu tentang hasil pelajaran Heng San,
in-kong?" pengemis dewa itu bertanya.
Lauw Cin tak dapat menjawab, hanya pandang wajah
puteranya dengan kagum. Sementara itu, nyonya Lauw Cin yang
telah siuman kembali bangun duduk dan matanya mencari-cari.
"Heng San....... Heng San......."
Heng San segera melangkah maju dan berlutut di pinggir
pembaringan.
"Aku di sini, ibu. Jangan kau takut, aku tidak apa-apa."
Ibunya memandangnya dengan penuh kasih sayang dan
menghela napas lega melihat anaknya berada di situ dengan selamat.
"Aahh.... Heng San, jangan kau bikin ibumu kaget setengah
mati lagi..." katanya perlahan dan peluk puteranya.
"Nah, maka kalian harus ijinkan Heng San melanjutkan
pelajarannya agar ia menjadi orang yang benar-benar kuat dan
pandai, hingga kalian tak perlu khawatirkan keselamatannya lagi.
Kalau ia sudah tamat belajar, jangankan baru seekor kerbau
mengamuk, biarpun ada seratus kerbau gila, ia akan dapat menjaga
diri dengan mudah!"
Heng San segera berlutut di hadapan gurunya, "Suhu, mohon
pengajaranmu lebih jauh."
Pat-chiu Sin-kay tertawa girang dan angkat bangun muridnya.
"Heran sekali, dari manakah datangnya kerbau gila itu?"
Lauw Cin bertanya kepada pengemis dewa yang perkeras suara
ketawanya dan kedua biji matanya makin cepat berputaran!
"Bukankah tadi pagi kukatakan bahwa sore ini akan
kuperlihatkan kepandaian Heng San? Maka relakanlah hatimu, in-
kong, biar aku gembleng Heng San barang lima tahun lagi, agar iaSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 14
TXT&PDF MAKER : OZ
cakap menjaga diri sendiri, menjaga keselamatan kalian, dan
menjunjung tinggi namaku yang menjadi suhunya."
Tak seorangpun tahu bahwa pengemis aneh itu telah berlaku
nakal dan gunakan sebatang jarum ditusukkan ke belakang telinga
kerbau itu hingga mengamuk!
Demikianlah, dengan tekun dan rajin Heng San yang melihat
betapa hebat hasil yang didapat dari ilmu silat yang sedang
dipelajarinya, perdalam ilmunya di bawah bimbingan Pat-chiu Sin-
kay yang mengajarnya dengan bersungguh-sungguh. Bertahun-tahun
telah lalu dan lima tahun kemudian kepandaian Heng San sudah
setingkat dengan suhunya, bahkan kalau mau diadakan
perbandingan, murid yang rajin ini mempunyai tenaga yang jauh
lebih hebat daripada suhunya sendiri! Hanya tentu saja, ia kalah
pengalaman. Di dalam latihan-latihan yang dilakukan berdua,
pengemis dewa itu telah merasa sendiri betapa berat tenaga yang
keluar dari pukulan muridnya, sebaliknya Heng San masih merasa
berat menghadapi tipu-tipu pukulan gurunya.
Tapi Lauw Cin suami-isteri merasa khawatir sekali karena
mereka lihat betapa berbareng dengan meningkatnya kepandaian
putera mereka yang menjadi seorang gagah perkasa yang tinggi ilmu
silatnya, meningkat juga kesombongan anak muda itu. Mereka cemas
melihat betapa pengemis dewa itu hanya dapat melatih dalam hal
kesaktian saja, tapi sama sekali tidak mendidik pengetahuan batin
hingga Lauw Cin takut kalau-kalau anaknya menjadi seorang yang
sombong dan sewenang-wenang, mengandalkan kepandaian sendiri
kelak!
Benar saja dugaan Lauw Cin, di dalam bulan-bulan terakhir ini
terjadilah dua peristiwa yang bagaimanapun juga hanya
mendatangkan permusuhan saja.
Peristiwa itu ialah peristiwa perkelahian yang dilakukan oleh
Heng San. Yang pertama ialah seorang guru silat yang terkenal
pandai dan menjagoi di kota itu. Dengan beberapa gebrakan saja,SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 15
TXT&PDF MAKER : OZ
guru silat itu dirobohkan oleh Heng San hingga ia yang telah menjadi
guru silat puluhan tahun di kota itu menjadi malu dan angkat kaki
dari kota itu setelah bubarkan perguruannya.
Sebenarnya hal ini biasa saja di kalangan persilatan, yakni
setiap guru silat harus selalu siap sedia untuk menerima ajakan orang
untuk pibu atau adu kepandaian silat. Soalnya ialah, karena guru
silat itu merasa malu, disebabkan oleh kenyataan bahwa yang
menjatuhkannya bukan lain ialah seorang pemuda sekota dan ia
dijatuhkan demikian mudah hingga ia merasa terhina sekali.
Peristiwa ke dua ialah pemukulan terhadap seorang pemuda
mata keranjang yang menggoda gadis orang. Heng San demikian
marah melihat perbuatan ini hingga ia tidak perdulikan siapa adanya
pemuda itu, terus saja dipegang batang lehernya dan dibanting
hingga kepalanya mengeluarkan darah dan pingsan seketika itu juga!
Padahal pemuda itu adalah puter seorang tikwan, hingga tentu saja
menyebabkan marah dalam hati pembesar itu yang segera mengirim
serombongan polisi untuk menangkapnya. Tapi rombongan polisi
yang terdiri dari belasan orang ini semua dihajar kalang-kabut oleh
Heng San!
Ketika Lauw Cin laporkan hal ini kepada Pengemis Dewa
Tangan Delapan, guru Heng San ini hanya tertawa terbahak-bahak
dan tidak marah kepada muridnya, bahkan ia puji muridnya itu
sebagai seorang yang gagah dan adil.
"Akupun akan bertindak demikian kalau aku menjadi Heng
San!" katanya dengan gembira.
Lauw Cin mendongkol sekali. Di lubuk hatinya ia memang
dapat membenarkan perbuatan anaknya dan dapat juga ia
mempertimbangkan dengan adil, tapi betapapun juga ia anggap
perbuatan anaknya itu hanyalah timbul dari hati sombong belaka
yang akibatnya tak lain hanya permusuhan dan keributan!
Sebagai seorang yang berwatak lembut dan baik ia tidak
menyukai permusuhan atau keributan. Maka segera ia pakaiSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 16
TXT&PDF MAKER : OZ
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pakaiannya yang terbaik, lalu membawa potongan emas beberpa
banyak dan pergilah ia mengunjungi tikwan itu. Dengan merendah
sekali ia mintakan ampun bagi Heng San sambil persembahkan uang
kerugian beberapa tail emas itu. tikwan itu bukanlah seorang bodoh.
Ia maklum akan kepandaian Heng San dan jika ia teruskan napsu
hatinya untuk mencelakakan pemuda itu, tentu akan timbul banyak
korban di pihaknya, terutama mengingat bahwa guru pemuda itu
tentu takkan tinggal diam pula. Ia juga takut akan pembalasan
pemuda gagah itu, maka kini melihat sikap Lauw Cin, ia suka
habiskan urusan itu.
Sepulangnya Lauw Cin dari gedung tikwan, ia segera panggil
anaknya dan beri teguran keras.
"Heng San, kau ingatlah! Aku suruh kau belajar silat kepada
suhumu bukan untuk bikin kau menjadi seorang tukang pukul atau
tukang berkelahi! Perbuatanmu itu hanya merendahkan nama orang
tua saja, dan kau memancing permusuhan dengan orang lain."
"Tapi, ayah, orang-orang itu memang pantas dipukul!"
Lauw Cin menggebrak meja dengan marah. "Kaulah yang
pantas dipukul! Kenapa kau ikut campur urusan orang lain? Mulai
sekarang, kau kularang keluar dari rumah! Mulai sekarang, kau harus
bantu urus pekerjaanku, dan belajar bekerja. Aku sudah tua, siapa
yang akan menjadi penggantiku selain kau? Tapi kau bukannya
belajar menjadi penolong orang dan mempelajari obat-obatan,
bahkan sebaliknya kau belajar menjadi pemukul dan mencelakai
orang!" Setelah berkata demikian, ayah yang marah itu tinggalkan
anaknya!
Heng San merasa sedih sekali. Ia tidak dapat mengerti sikap
ayahnya. Ia menjadi pemukul dan mencelakai orang? Bukankah
putera tikwan yang menggoda gadis itu berusaha menghina dan
mencelakai orang? Bukankah dengan memberi hajaran kepada
pemuda mata keranjang itu berarti ia melenyapkan seorang
pengganggu keamanan kota? Berarti ia telah menolong gadis itu?SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 17
TXT&PDF MAKER : OZ
Dengan hati kecewa ia memasuki kamar suhunya. Melihat
wajah Heng San yang keruh dan penasaran itu, pengemis dewa
tersenyum. "Seorang laki-laki tak perlu bersedih atau kecewa
menghadapi setiap persoalan, muridku. Di mana kekerasan hatimu?
Tak perlu bersedih, tak perlu melamun. Yang perlu, bertindaklah!"
"Suhu, bagaimana teecu harus bertindak? Sekali ini teecu
bukan menghadapi persoalan dengan sembarang orang yang mudah
begitu saja dapat teecu dibereskan. Teecu menghadapi kemarahan
orang tua, bagaimana teecu harus bertindak?" Kemudian ia tuturkan
kepada suhunya akan kemarahan ayahnya.
"Heng San, aku tak dapat menyalahkan ayahmu. Ia memang
seorang yang sedikitpun tak tahu akan hal kegagahan dan keadilan
orang kang-ouw dan orang-orang gagah seperti kita!"
"Habis, apa yang harus teecu lakukan, suhu? Ayah melarang
teecu keluar dari rumah dan suruh teecu mengurus pekerjaan di dalam
toko obat."
"Terserah kepadamu. Turut saj, tentu."
Heng San menghela napas. "Teecu tidak suka, suhu. Teecu
tidak suka diam saja di rumah, terkurung dan menjadi seekor katak
dalam tempurung."
Pat-chiu Sin-kay mengangguk-angguk. "Memang demikianlah
sifat seorang enghiong. Heng San, aku berhutang budi kepada
ayahmu dan sampai matipun aku tidak sudi menyakiti hatinya. Tapi
kini kulihat bahwa kau memang tidak berjodoh untuk menjadi
tukang obat seperti ayahmu. Kepandaianmu telah cukup dan semua
yang kumiliki atau kuketahui telah kaumiliki dan kauketahui pula.
Aku bukan menyombong, Heng San, tapi untuk dunia persilatan
agaknya tingkatnya sudah bukan rendah lagi biarpun masih banyak
yang tingkatnya sama atau lebih tinggi darimu."
"Lebih tinggi, suhu? Ah, teecu ingin sekali menambah
pengertian dan berguru kepadanya!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 18
TXT&PDF MAKER : OZ
Gurunya tersenyum. "Demikianlah anak muda. Tak mau
kalah dan selalu ingin maju. Tapi, muridku, sebenarnya saja, untuk
dewasa ini sukarlah mencari orang yang pantas menjadi gurumu.
Kepandaianmu sudah cukup tinggi, hanya belum matang. Kalau saja
kau pergi merantau untuk barang tiga atau lima tahun saja, tentu
pengetahuanmu akan tambah luas, pengalamanmu bertambah dan
kepandaianmu dengan sendirinya akan meningkat."
"Merantau seperti para hiapkek yang sering kau ceritakan itu,
suhu?"
"Ya, seperti mereka itulah, menjalankan darma bakti dengan
menolong sesama manusia yang mendapat kesukaran dan yang
tertindas. Membasmi mereka yang jahat dan yang suka mengganggu
dan menindas orang mengandalkan kekuatan sendiri."
"Itu sudah menjadi cita-citaku siang-malam, suhu!"
Gurunya memandang dengan sungguh-sungguh. "Heng San,
bagaimanapun juga, lebih baik aku berterus terang. Segala macam hal
di dunia ini mempunyai dua permukaan. Permukaan yang baik dan
yang buruk. Merantau meluaskan pengalaman memang baik, tapi ada
juga buruknya."
"Apakah buruknya, suhu?"
"Godaan-godaan, muridku. Banyak sekali godaan di luar yang
dapat mencelakakan dan dapat menyimpangkan kau dari jalan benar
jika kau tidak hati-hati. Lihatlah aku sebagai contoh. Aku tukang
merantau, seorang yang malang-melintang di dunia kang-ouw. Apa
hasilku? Setelah tua, aku menjadi seorang berpenyakitan, seorang
tiada guna, dan seorang pengemis yang mati kedinginan di depan
rumahmu kalau ayahmu tidak demikian baik hati menolongku!
Memang, ada betulnya juga ayahmu memaksa kau mengikuti
jejaknya. Kalau kau menjadi pengganti ayahmu, kau akan
dikawinkan, berumah tangga dan hidup bahagia dengan keluargamu,
tidak menghadapi bahaya dan hidup tenteram."SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 19
TXT&PDF MAKER : OZ
"Tapi teecu tidak suka, suhu. Teecu bosan dengan hidup
tenteram. Teecu ingin menghadapi bahaya, ingin menempuh bahaya,
ingin mencoba kekuatan sendiri, dan ingin hidup bebas di alam luar
sebagai seekor burung!"
Gurunya tersenyum lagi dan putar-putar kedua matanya yang
lebar.
"Memang begitu, memang demikianlah darah pemuda! Nah,
kalau sudah tetap pendirianmu, tidak pergi sekarang mulai
pengembaraanmu, mau tunggu kapan lagi?"
Heng San kaget dan pandang muka suhunya. "Sekarang?"
"Ragu-ragukah kau? Takutkah kau?"
"Tidak. Suhu. Apakah suhu hendak pergi juga? Marilah kita
merantau bersama-sama!"
"Kau menghendaki kawan? Takutkah kau? Tidak, Heng San.
Kita harus berpisah. Sudah sepuluh tahun kau belajar ilmu dariku.
Kini aku sudah tua, tubuhku sering sakit. Aku harus mengaso. Kau
pergilah sendiri, tapi ingat baik-baik, Heng San. Jangan kau berlaku
sesat, karena jika kau tersesat dan mencemarkan nama orang tuamu
dan gurumu, aku akan mencari dan menghukummu!"
Heng San berlutut dan menghaturkan terima kasih, kemudian
ia tinggalkan sepucuk surat kepada ayah-ibunya dan dengan diam-
diam pada malam itu juga ia tinggalkan rumahnya. Sebuah buntalan
terisi pakaian dan uang tergendong di punggungnya.
Pada keesokan harinya, ketika hari sudah siang tapi belum
juga melihat puteranya keluar dari kamar, nyonya Lauw masuk ke
kamar Heng San. Dilihatnya kamar itu kosong dan segera ia
dapatkan surat di atas meja dalam kamar itu. dengan heran ia
melihat bahwa surat itu adalah tulisan Heng San yang ditujukan
kepada ayah-ibunya. Nyonya Lauw ambil surat itu dengan tangan
gemetar dan dada berdebar, lalu sambil berlari ia pergi mendapatkan
suaminya.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 20
TXT&PDF MAKER : OZ
Lauw Cin terima surat anaknya dengan perasaan tidak enak. S
etelah dibuka dan dibacanya, ia menjadi pucat dan mengeluh:
"Dasar anak puthauw!"
Isterinya cepat merampas surat itu dan membacanya. Belum
juga habis, ia telah menangis tersedu-sedu. Surat itu berbunyi
demikian:
Ayah-ibu yang tercinta,
Anak mohon beribu ampun bahwa anak pergi
tanpa pamit dan tanpa izin dari ayah-ibu. Anak ingin
sekali merantau, meluaskan pengalaman hidup dan
mencari tahu keadaan dunia luar. Anak akan hidup
sengsara kalau anak harus diam saja di rumah seperti
seorang gadis. Ayah, janganlah terlalu marah kepada
anak, dan jagalah kesehatan ayah supaya jangan sampai
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kena sakit. Ibu, anak mohon ampun dan doamu, ibu.
Jika anak telah kenyang merantau, pasti anak
akan pulang dan menerima hukuman yang hendak ayah-
ibu jatuhkan kepada diri anak.
Dari anak yang tidak berbakti,
Lauw Heng San.
"Ini semua salah losuhu itu! Mana dia? Harus bertanggung
jawab. Kalau Heng San tidak belajar silat, tentu ia tak berani lari dari
rumah!" Nyonya Lauw menangis sambil menyalahkan pengemis
dewa.
Lauw Cin juga merasa marah dan penasaran. Mereka berdua
lalu bangkit dan bergesa-gesa menuju ke kamar Pat-chiu Sin-kay diSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 21
TXT&PDF MAKER : OZ
ruang belakang. Kakek tua itu sedang duduk dengan anteng di dalam
kamarnya ketika mereka berdua menyerbu masuk.
"Kau.......... kau harus bertanggung jawab tentang ini semua!"
dalam marahnya Lauw Cin lupa akan peradatan dan lempar surat itu
kepada Sin-kay. Kakek itu menyambut surat dan membacanya lalu
geleng-geleng kepala.
"Heng San sudah pergi,
baiklah kalau kalian salahkan
aku, hendak kususul dia. Aku
takkan kembali sebelum
berjumpa dengan dia". Pat-
chiu Sin-kay lalu menjura
kepada Lauw Cin suami-isteri.
"Kalian berdua suami-
isteri yang luhur budi tak
perlu khawatir tentang diri
Heng San. Ia telah
mempunyai kegagahan yang
cukup kuat untuk menjaga
diri sendiri. Aku orang tua
yang tiada guna telah cukup
menjadi beban, telah cukup
menerima budi kalian dan
sampai matipun takkan
kulupa bahwa di dunia ini ada
suami-isteri Lauw yang
budiman. Nah, selamat tinggal!" Belum habis gema suaranya, tahu-
tahu kakek itu telah gerakkan tubuh dan lenyap dari situ! Suami-
isteri itu hanya menghela napas dengan sedih, dan berdoa dalam hati
semoga putera mereka selamat dan selalu terhindar dari bencana.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 22
TXT&PDF MAKER : OZ
*
* *
Heng San keluar dari kotanya dan berjalan tak tentu tujuan.
Mula-mula ia merasa gembira sekali dan puaskan pandangan matanya
dengan apa saja yang tampak. Ketika ia melalui bukit-bukit dan
menikmati pemandangan alamnya yang indah, ia merasa betapa
luasnya dunia ini dan betapa bagusnya alam. Kalau ia masuk ke
sebuah kota yang besar, ia merasa betapa kecilnya kota sendiri.
Semua pemandangan menimbulkan kegembiraan besar dalam
hatinya.
Pada suatu hari ia memasuki kota leng-koan. Ini adalah kota
terbesar yang pernah dimasuki. Ketika melihat sebuah toko obat
yang besar dengan merknya "Pau An Tong" yang besar, ia teringat
akan ayah-ibunya, dan tiba-tiba ia merasa rindu kepada mereka.
Dengan tak terasa telah setengah tahun lebih ia tinggalkan rumah.
Untuk beberapa lama ia berdiri di depan toko obat itu hingga seorang
setengah tua yang menjaga toko itu bertanya padanya:
"Tuan hendak mencari obat apakah?"
Heng San terkejut mendengar ini. Cepat ia geleng-gelengkan
kepala dan menjawab: "Tidak mencari apa-apa."
Tiba-tiba wajah orang itu menjadi cemberut. "Kalau tidak
mencari apa-apa, mengapa berdiri sejak tadi dan melihat-lihat seperti
orang mau mencuri?"
Naiklah darah Heng San mendengar ini. Ia heran sekali
mengapa ada orang begitu galak dan sombong. Tadinya ia sangka
bahwa semua pemilik toko obat adalah orang-orang baik hati dan
ramah tamah seperti kedua orang tuanya. Tapi kali ini ia kecewa dan
marah. Hampir saja ia loncat dan memukul orang setengah tua itu.
tapi karena di situ banyak orang, ia takut menimbulkan keributanSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 23
TXT&PDF MAKER : OZ
dan tekan-tekan perasaan mendongkolnya. Tanpa menengok lagi ia
pergi dari situ dengan muka merah.
Heng San pergi mencari rumah penginapan, tapi semua rumah
penginapan yang ada di kota itu telah penuh. Kebetulan sekali di kota
itu sedang dilakukan perayaan gotong toapekong dari sebuah
kelenteng besar hingga kota itu dibanjiri oleh orang-orang luar kota
yang sengaja datang bayar kaul atau hanya ingin nonton keramaian
saja.
Akhirnya ada juga sebuah rumah penginapan yang masih ada
sebuah kamarnya yang kosong, tapi ketika Heng San menemui
pengurusnya untuk minta kamar itu, si pengurus memandangnya dari
atas ke bawah dengan penuh perhatian. Heng San mendongkol sekali
karena terang-terangan si pengurus itu bukan melihat dirinya, tapi
melihat pakaiannya!
"Sewanya semalam lima tail, harus bayar di muka!" katanya
dengan dibarengi hembusan asap dari pipanya yang panjang.
Muka Heng San yang tadi sudah merah karena masih
mendongkol kepada penjaga toko obat yang menghinanya, kini makin
merah. Ia marah dan malu. Marah melihat sikap pengurus rumah
penginapan yang menghina, malu karena sesungguhnya dalam
buntalan pakaiannya hanya tinggal uang dua tail lagi! Ketika ia
tinggalkan rumah, ia membawa uang duaratus tail, tapi selama
setengah tahun lebih, uang itu habis dan tinggal dua tail saja!
Dengan menahan rasa mendongkolnya ia keluarkan uangnya
yang tinggal dua tail itu, lalu berkata: "Saya bayar dulu dua tail,
kurangnya besok kubayar!"
Pengurus itu cabut pipa dari mulutnya. "Mana ada aturan
demikian? Kalau sekarang tidak punya uang, besokpun tentu tidak
ada uang! Kau mau akali aku? Tidak bisa, harus bayar penuh, satu
chi-pun tidak boleh kurang!"
Heng San tak dapat menahan marahnya lagi. ia ambil uang
dua tail itu dari meja dan kepal dalam tangannya. "Kalau kau tidakSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 24
TXT&PDF MAKER : OZ
tahan mulutmu yang kotor dan penuh candu itu, akan kuhancurkan
seperti macam ini!" Ia buka kepalan tangannya dan perlihatkan dua
potong uang perak telah hancur dlam tangannya!
Pengurus rumah penginapan itu memandang dengan mata
terbelalak dan wajahnya menjadi pucat. Sikapnya menjadi berubah
dan ia segera berkata: "Maaf, tay-ong, maaf. Mari, mari, tempatilah
kamarmu, soal uang pembayaran besokpun boleh......."
Heng San tersenyum. "Agaknya matamu berminyak juga, tapi
awas, jangan sebut aku tay-ong, apakah kau kira aku ini kepala
rampok?"
Maaf, tayhiap........ maafkan sikapku barusan. Di sini sering
terjadi penipuan. Orang-orang datang minta kamar dan pergi tanpa
bayar sedikitpun. Karena itu kami selalu minta uang dibayar di
muka!"
"Hm, kau harus gunakan matamu baik-baik dan dapat
bedakan mana penipu mana bukan".
Dengan hati masih gemas Heng San masuk ke kamar yang
sewanya mahal itu. Ia melihat bahwa kamar itu tak berapa besar dan
kotor sekali. Marahlah hatinya. Ah, benar-benar orang kota ini penipu
dan pemeras semua! Ia berteriak memanggil pelayan.
Seorang pelayan tua berlari-lari menghampirinya. Berbeda
dengan pengurus tadi, pelayan tua ini sikapnya cukup menghormat
hingga agak redalah kemarahan Heng San.
"Siauwya perlukan apakah?" tanyanya.
"Kamar ini demikian kotor. Coba tolong bersihkan dan pasang
tilam kasur yang bersih!"
Pelayan itu memandangnya dengan mata heran. "Siauwya
hendak sewa kamar ini?" katanya sambil memasuki kamar.
"Ya, kenapa?" Heng San bertanya.
Pelayan itu memandang ke kanan-kiri. "Siauwya, berapa kau
bayar untuk sewa kamar ini?" tanyanya perlahan.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 25
TXT&PDF MAKER : OZ
Heng San bersungut-sungut dan teringat akan kekurang-
ajaran pengurus. "Aku harus bayar lima tail semalam."
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pelayan itu geleng-geleng kepala. "Terlalu..... terlalu.......!
Memang aku tahu, orang she Lie itu penipu besar! Masak kamar
macam ini disewakan lima tail? Ah, siauwya, kalau kau percaya
omongan seorang tua seperti aku, lebih baik carilah kamar di lain
penginapan."
"Eh, eh, apa maksudmu?"
"Orang she Lie itu telah menipumu. Kamar ini adalah.....
kamar hantu! Siapapun tak pernah bermalam di sini. Tak seorangpun
berani!"
Terbelalak heranlah mata Heng San. "Apa katamu? Kamar
hantu?"
"Sstt! Jangan keras-keras, siauwya. Dengarlah ceritaku. Sudah
sejak kurang lebih tiga bulan ini, kamar ini tak ditiduri orang, karena
tiap kali ada orang tidur di sini, pada tengah malam ia tentu diganggu
hantu hingga ia malam-malam lari keluar berteriak-teriak ketakutan.
Telah ada beberapa orang tabah dan berani yang mencobanya, tapi
semuanya lari keluar pada tengah malam buta. Semenjak itu tak ada
lagi orang yang berani bermalam di sini! Dan sekarang, orang she Lie
itu berikan kamar ini padamu, ditambah dengan sewa lima tail pula!
Betul-betul terlalu....... terlalu........!"
Diam-diam Heng San mengerling dan memandang ke sekeliling
kamar, tapi tiada terdapat sesuatu yang mencurigakan.
"Eh, jangan kau main-main! Betulkah ceritamu itu?"
"Aku sudah tua, siauwya, untuk apa aku berbohong
kepadamu?"
"Mengapa orang-orang yang bermalam di sini lari ketakutan?
Apa yang mengganggu mereka?"
"Macam-macam cerita mereka. Ada yang merasa diangkat
orang ketika sedang tidur dan tahu-tahu pindah ke kolong tempat
tidur. Ada yang melihat setan, ada yang tiba-tiba kaku tak dapatSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 26
TXT&PDF MAKER : OZ
bergerak utnuk beberapa lama. Ah, macam-macamlah cerita mereka,
tapi pokoknya mereka terganggu oleh sesuatu yang mengerikan!
Maka, lebih baik kau pindah saja, siauwya!"
"Pindah ke mana? Di mana-mana semua penuh tamu."
"Kalau perlu, kau bisa tidur di rumahku, yakni kalau siauwya
sudi tidur di rumah gubuk yang bobrok."
Heng San memandang orang tua itu dengan berterima kasih
dan girang. Ternyata tidak semua orang di kota berhati jahat!
Pelayan tua ini baik benar.
"Lopeh," tiba-tiba suara Heng San terdengar lembut, "terima
kasih atas segala kebaikanmu. Tidak, aku tidak takut. Biarlah aku
mencoba pula bagaimana rasanya diganggu hantu."
Pelayan tua itu geleng-geleng kepala dan memandangnya
heran.
"Kau aneh, siauwya, aneh....." dan ia mulai membersihkan
kamar itu, lalu tinggalkan Heng San setelah memandang sekali lagi
dengan heran.
Heng San duduk dalam kamarnya dan untuk beberapa lama
memikirkan ucapan pelayan itu. Benarkah ada setan dan hantu
dalam kamar ini? Ah, tak mungkin. Ia tidak percaya. Mungkin
pelayan itu sudah terlalu tua dan menjadi pikun, atau ia terlalu
tahyul. Sebentar saja hal hantu itu telah lenyap dari pikirannya dan
ia teringat lagi akan keadaannya. Uangnya telah habis! Bagaimana ia
harus bayar sewa kamar itu? Dari mana ia harus mencari uang?
Teringatlah ia akan kata-kata suhunya dulu. Benar kata suhunya,
perantau macam dia hanya akan menemui kesulitan saja, tak pandai
mencari uang, dan, seperti suhunya, akan berakhir dengan terlantar!
Menjadi pengemis! Dia?? Menjadi pengemis?
Tiba-tiba Heng San berdiri. Tak mungkin! Otaknya bekerja.
Ah, ia mendapat jalan. Toko obat itu! Toko obat dengan pemiliknya
yang sombong dan yang menghinanya siang tadi.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 27
TXT&PDF MAKER : OZ
Mendapat pikiran ini, tenteramlah hati Heng San. Ia duduk
bersila di atas pembaringan menanti datangnya malam gelap. Setelah
malam tiba dan keadaan sunyi, ia bersiap hendak tinggalkan
kamarnya, tapi pada saat itu di pintu kamarnya terdengar suara
ketukan. Ia terkejut karena teringat akan cerita pelayan tentang
hantu.
Segera ia buka pintu kamarnya. Pelayan tua tadi berdiri di
depan pintu. Mukanya pucat dan membayangkan kecemasan hati.
"Sukur, siauwya. Kau tidak apa-apa?" tanyanya.
Heng San tersenyum. "Terima kasih, lopeh. Aku tidak apa-
apa. Dan tidak ada hantu di sini."
"Tapi sekarang belum tengah malam, siauwya. Sukakah kau
keluar dari kamar dan duduk di ruang tengah dengan aku? Marilah
kita mengobrol dulu. Aku bertugas jaga malam pada malam hari ini."
Di dalam hati Heng San merasa terganggu, tapi ia tidak tega
untuk menolak ajakan orang tua yang baik hati itu. Maka ia lalu
duduk bersama pelayan itu di atas bangku di ruang tengah.
Pelayan itu banyak ceritanya. Heng San mendengarkan
dengan hati tertarik, terutama tentang gotong toapekong itu.
"Telah beberapa lama di kota ini terjangkit penyakit aneh dan
pencurian-pencurian yang aneh pula. Orang-orang anggap bahwa itu
tentu gangguan roh jahat, maka mereka lalu putuskan hendak
menggotong patung Kwan-tee-kong keluar dari kelentengnya dan
dibawa putar-putar dalam kota untuk mengusir roh jahat yang
mengganggu penduduk kota."
"Penyakit aneh bagaimanakah?" tanya Heng San yang merasa
heran karena kota ini agaknya kaya akan hantu dan roh jahat!
"Hampir beberapa malam sekali tentu rumah seorang
penduduk diganggu, tahu-tahu sejumlah uang perak dan emas lenyap
dan tuan rumahnya menderita sakit gagu untuk beberapa hari
lamanya. Setelah mereka sembuh dan ditanyai keterangan, mereka
tidak tahu apa-apa, hanya ceritakan bahwa pada tengah malamSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 28
TXT&PDF MAKER : OZ
mereka tiba-tiba terbangun dari tidur dalam keadaan gagu! Kalau
bukan roh jahat yang melakukan ini, siapa lagi?"
Heng San garuk-garuk kepalanya, "Masak ada roh jahat suka
akan perak dan emas?"
"Kau tidak tahu, siauwya. Pernahkah kau mendengar tentang
orang-orang yang kaya mendadak?"
"Kaya mendadak?"
"Ya, orang-orang yang tanpa bekerja sesuatu tiba-tiba saja
menjadi kaya! Nah, mereka ini adalah orang-orang yang memelihara
roh-roh jahat itu! Dengan menjual nyawa kepada roh jahat, ia bisa
perintah roh itu untuk mencuri uang."
"Menjual nyawa bagaimana maksudmu, lopeh?" Heng San
benar-benar tertarik karena selama hidup memang belum pernah ia
mendengar hal aneh macam itu.
"Begini. Orang yang memelihara roh jahat itu telah berjanji
bahwa kelak setelah mati iapun akan menjadi seperti roh-roh itu.
Menjadi setan pula. Tapi sebelum mati ia bisa hidup kaya raya tanpa
bekerja."
Heng San menghela napas. Ia tidak bisa percaya begitu saja
kepada obrolan si pelayan, tapi untuk menyatakan ketidak-
percayaannya, ia sungkan dan tidak tega. Kemudian ia menyatakan
hendak tidur karena sudah mengantuk.
"Selamat tidur, siauwya. Jangan lupa, kalau ada apa-apa kau
berteriaklah. Aku akan membantumu! Kau baik, aku suka bantu
padamu kalau hantu jahat itu mengganggumu."
Heng San tertawa geli. "Terima kasih, lopeh." katanya dan ia
lalu kembali ke kamarnya, tutup pintu dan mengganjalnya supaya
jangan dapat dibuka dari luar.
Saat itu telah hampir tengah malam. Heng San buka
jendelanya dan sekali berkelebat ia telah berada di luar dan enjot
tubuhnya ke atas genteng. Langsung ia berlari-lari dengan ringannyaSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 29
TXT&PDF MAKER : OZ
di atas genteng rumah-rumah penduduk dan mencari rumah obat
yang siang tadi dilihatnya.
Rumah obat itu cukup besar. Heng San loncat ke wuwungan
rumah dan memeriksa ke bawah. Tiba-tiba ia cepat bergerak dan
sembunyi ke belakang wuwungan, karena dari jauh ia melihat
bayangan seorang yang bergerak cepat sekali! Orang itu berhenti juga
di atas rumah obat itu, celingukan kesana-kemari lalu ayun tubuhnya
turun!
Heng San merasa heran sekali karena gerakan orang itu
ternyata cukup gesit dan ketika turun ke bawah sedikitpun tidak
perdengarkan suara. Dengan gunakan gerakan Lo-wan-teng-ki atau
Monyet tua loncati cabang, ia loncat turun lalu berjumpalitan dan
gunakan kedua kakinya mengait balok yang melintang. Dari tempat
gelap yang tak terdapat sedikitpun sinar lampu, ia dapat memandang
ke sekeliling dengan jelas. Dilihatnya bayangan tadi berjalan
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berindap-indap ke arah jendela sebuah kamar. Kemudian bayangan
itu meraba jendela dan sebentar saja jendela itu telah dapat
dibongkar! Setelah memandang ke sekeliling sekali lagi, bayangan itu
dengan gerakan yang sangat gesit dan ringan lalu meloncat ke dalam
kamar.
Heng San juga loncat turun dan mengintai dari luar jendela.
Biarpun ia tidak suka kepada pemilik toko obat yang dianggapnya
sombong, tapi ia bersedia menolongnya jika bayangan itu hendak
melakukan pembunuhan.
Ia melihat bayangan itu menyingkap kelambu sebuah
pembaringan yang berdiri di pojok kamar. Di atas pembaringan rebah
dua tubuh. Seorang laki-laki dan seorang wanita. Yang laki-laki
adalah orang sombong siang tadi dan yang wanita mungkin isterinya.
Heng San siap dengan sebuah batu kecil di tangannya. Tapi
bayangan itu tidak mencabut pedang yang terselip di punggung,
hanya jari tangannya bergerak dan menotok jalan darah di leher
kedua orang yang sedang tidur itu! Heng San heran dan terkejutSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 30
TXT&PDF MAKER : OZ
karena tamu malam itu menotok jalan darah yang membuat kedua
orang itu kaku dan gagu! Kemudian tamu malam itu mebongkar peti
dan keluarkan kantung yang berat. Ketika diperiksa ternyata
kantung itu berisi emas dan perak!
Setelah ikat lagi mulut kantung, bayangan itu melesat keluar
jendela. Heng San sudah siap dan siang-siang telah loncat ke atas
wuwungan. Hatinya geli memikir betapa ia telah didahului orang!
Ternyata orang itupun datang hendak mencuri emas dan perak, dan
kini ia tahu siapakah orang yang mengganggu kota itu.
Ketika bayangan itu loncat pula ke atas genteng, tiba-tiba ia
merasa ada angin menyambar. Ia berkelit, tapi tahu-tahu kantung
yang dibawanya telah terbetot dan pindah tangan! Ia menjerit
perlahan dan memandang ke depan. Seorang pemuda dengan senyum
sindir telah berdiri di depannya dan kantung tadi telah terpegang oleh
pemuda itu!
Sebaliknya Heng San tak kurang terkejutnya. Bayangan itu
ternyata adalah seorang pemuda yang bertubuh kecil ramping dan
berwajah cakap dan tampan sekali. Ketika ia berhasil merampas
kantung dan bayangan itu menjerit kecil, keheranan Heng San
bertambah karena dari suara jeritan itu tahulah ia bahwa yang berdiri
di depannya adalah seorang wanita!
"Oh, ah! Jadi...... roh jahat itu kau kah?" tanyanya dengan
heran.
Gadis cantik yang berpakaian seperti laki-laki itu menjadi
merah mukanya dan cepat ia mencabut pedang panjang tipis yang
terselip di punggung.
"Manusia liar dari mana berani ganggu aku?" suaranya merdu
dan nyaring, hingga walaupun ketus dan marah namun terdengar
sedap di telinga Heng San.
"Maaf, nona, sungguh aku tidak tahu bahwa roh jahat yang
mengganggu kota adalah seorang gadis!"
"Jangan banyak cakap. Kembalikan kantungku!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 31
TXT&PDF MAKER : OZ
Heng San ulurkan
tangan yang pegang kantung
hendak mengembalikan
kantung itu, tapi dengan tak
disengaja dalam merebut
kantung tadi ia gunakan
tenaga terlalu keras hingga
ikatan mulut kantung telah
putus. Maka ketika ia
angsurkan kantung itu, tiba-
tiba saja mulut kantung
terbuka dan isinya
berhamburan di atas genteng!
"Bangsat kurang ajar!"
gadis itu membentak dan
cepat gerakkan pedang
menusuk tenggorokan Heng
San.
"Eh, tak sengaja,
nona!" Heng San berseru
sambil kelit tusukan itu. Ia tutup mulut kantung untuk mencegah
uang yang tinggal setengahnya itu meluncur keluar, tapi si gadis telah
menyerang lagi dengan lebih hebat. Terpaksa Heng San cepat
selipkan kantung itu di ikat pinggangnya dan berkelit lagi dengan
gesitnya. Gadis itu merasa heran dan penasaran, dan terus kirim
serangan bertubi-tubi yang semuanya dapat dikelit oleh Heng San.
Pemuda ini sedikitpun tidak membalas, karena sejak pandang
mata pertama ia telah merasa suka dan cinta kepada gadis gagah itu.
Diam-diam ia perhatikan serangan-serangan gadis itu yang ternyata
memiliki kepandaian cukup tinggi. Ingin sekali ia kenal gadis itu, tapi
keadaannya serba salah. Dengan tak disengaja ia telah goda dan
timbulkan marah gadis itu.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 32
TXT&PDF MAKER : OZ
"Tahan nona, tahan dulu!" Ia loncat berkelit sambil angkat
kedua tangan. Tapi gadis itu yang berkali-kali tak berhasil
serangannya menjadi gemas dan mendongkol sekali, tanpa menjawab
ia terus mengejar dan kirim serangan-serangan mematikan!
Heng San menjadi bingung. Tiba-tiba ia mendapat akal. Ia
lambatkan gerakannya hingga ujung pedang gadis itu dapat menusuk
ujung bajunya hingga robek. Heng San sengaja berteriak kaget dan
ketakutan, lalu berkata sambil loncat berkelit kesana-sini.
"Nona, nona..... sebelum kau bunuh aku, beritahu dulu
namamu, agar aku dapat mati dengan mata meram dan tidak
penasaran!"
Benar-benar gadis itu tahan pedangnya. Ia sebagai seorang
pendekar tidak mau bunuh orang secara menggelap.
"Dengar kau, maling kecil! Aku adalah Ma Hong Lian,
pendekar wanita dari Tit-lee! Nah, sekarang terimalah kematianmu
dengan mata meram!" tanpa menanti jawaban orang ia menyerang
kembali dengan gerakan Pek-hong-koan-jit atau Bianglala putih
menutup matahari!
"Aya!" Heng San bergerak cepat dengan kelitannya. Hatinya
girang karena akalnya telah berhasil, ia telah tahu nama gadis cantik
itu.
"Ah, Tit-lee Lihiap! Kenapa kau bernapsu benar hendak
membunuhku! Kau tidak takut nanti setanku mengejarmu hendak
menuntut balas?"
"Kau laki-laki kurang ajar! Tunggu nonamu ambil kepalamu!"
Dan pedangnya berkelebat menyambar.
"Suka betulkah kau pada kepalaku, nona Hong Lian?" Heng
San menggoda hingga kemarahan gadis itu semakin memuncak. Ia
merasa bahwa ia pasti akan dapat membunuh laki-laki kurang ajar ini
karena bukankah tadi hampir saja pedangnya menembus tubuh
pemuda itu? Tapi tiba-tiba nona itu kaget sekali karena gerakan Heng
San berubah. Tubuh pemuda itu kini bergerak cepat sekali, loncat keSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 33
TXT&PDF MAKER : OZ
kanan-kiri, tiba-tiba berada di belakangnya dan cepat sekali berada di
depan lagi hingga ia menjadi pusing! Kemudian, sebelum ia tahu
bagaimana pemuda itu melakukannya, tahu-tahu pedangnya telah
terampas!
Heng San ambil kantung itu di tangan kiri, lalu dengan kedua
tangan terulur, satu pegang pedang yang lain pegang kantung, ia
berkata:
"Nah, nona, terimalah barang-barangmu. Aku Lauw Heng San
bukanlah maling kecil seperti yang kau kira. Atau....... baiknya kita
jangan bicara hal maling, karena itu bisa menyinggung padamu
juga!" ia tersenyum.
Gadis itu kertak gigi dan gigit bibirnya. Ia memandang benci,
lalu dengan isak tertahan ia balikkan tubuh dan melesat pergi! Heng
San hendak mengejar, tapi ia pikir hal itu tentu akan lebih
memperbesar salah paham dan kemarahan si nona, maka dengan
girang ia kembali ke hotelnya!
Ketika ia loncat melalui jendela kamarnya, ia disambut oleh
serangan hebat yang tak disangka-sangkanya semula! Sebuah golok
menyambarnya dari balik daun jendela! Heng San berkelit cepat dan
dilihatnya betapa di situ telah penuh dengan orang-orang yang
pegang senjata tajam. Ada lima orang berpakaian seperti jagoan dan
pelayan tua yang ramah-tamah terhadapnya itu kini berada pula di
situ dan menunjuk dengan telunjuknya:
"Nah, itu dia! Aku sudah curiga bahwa ia bukan orang baik-
baik. Ternyata dialah hantu dan roh jahat itu. Serbu! Tangkap!"
Heng San marah sekali. Tapi ia dapat menduga bahwa ini
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
adalah salah paham pelayan itu yang mencurigainya dan
mendatangkan orang-orang untuk menangkapnya yang dikira
penggangu keamanan! Cepat ia loncat keluar lagi, tapi ketika ingat
bahwa buntalan pakaiannya masih di dalam, ia poksay di udara dan
tubuhnya melayang kembali ke dalam kamar. Terkejutlah orang-
orang di dalam kamar dan lima buah senjata tajam serentakSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 34
TXT&PDF MAKER : OZ
menyerang bayangan Heng San. Tapi Heng San gerakkan kedua
lengannya dan terdengarlah teriakan saling susul dan
berkerontangnya golok dan pedang yang jatuh di atas lantai.
Ternyata semua senjata itu dapa dibikin terpental oleh tangkisan
kedua tangan Heng San! Pada saat orang-orang masih bengong dan
heran, Heng San sudah sambar buntalan pakaiannya dan melesat
kembali melalui jendela bagaikan seekor burung yang ringan dan
gesit!
Heng San tidak perdulikan semua orang yang mengejarnya,
karena ia memang tidak menghendaki permusuhan. Ia terus percepat
larinya hingga sebentar saja ia sudah keluar dari kota Leng-koan.
Kini ia mempunyai setengah kantung uang. Setelah lari beberapa
lamanya, ia melihat sebuah kelenteng tua kosong di pinggir jalan,
maka di situlah ia bermalam sampai pagi.
*
* *
Pada keesokan harinya ia melanjutkan perjalanan. Ketika
lewat sebuah kampung, ia membeli seekor kuda yang kuat dan
melanjutkan perjalanannya berkuda. Dua hari ia naik-turun bukit
dan masuk-keluar hutan, menikmati pemandangan di sepanjang
jalan.
Pada hari ke tiga ia melalui sebuah hutan yang besar. Ketika
ia tengah enak menjalankan kudanya perlahan sambil dengarkan
suara burung dan binatang hutan berbunyi saling sahut, tiba-tiba
telinganya menangkap suara minta tolong. Ia keprak kudanya dan
membalap ke arah suara itu.
Di tengah hutan ia melihat sedang terjadi pertempuran hebat
antara beberapa orang polisi pengiring tikwan dan beberapa banyak
orang-orang yang berpakaian tak karuan dan bersikap gagah. TelahSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 35
TXT&PDF MAKER : OZ
banyak mayat polisi rebah mandi darah, sedangkan yang berteriak-
teriak minta tolong adalah si tikwan sendiri yang gunakan sebuah
tameng dan sebuah golok menangkis serangan-serangan yang
dilakukan oleh seorang anggota perampok.
Heng San loncat turun dari kudanya dan cepat maju memberi
pertolongan. Sekali tendang saja perampok yang menyerang pembesar
itu terlempar jauh. Kemudian kaki-tangannya bergerak dan tak lama
kemudian kawanan perampok rebah malang-melintang dengan kaki-
tangan patah! Heng San merasa kagum dan bangg akan kehebatan
sendiri. Tak disangkanya bahwa semua orang yang pandai silat
baginya hanya makanan-makanan lunak saja! Kepala perampok yang
bercambang bauk dan bersenjata pedang melawan dengan mati-
matian, tapi tak lama kemudian iapun terkena tendangan maut Heng
San hingga terlempar beberap tombak dan roboh dengan muntah
darah.
"Anjing pemerintah!" kepala rampok itu memaki. "Siapakah
kau yang membela seorang pembesar pengisap dan penindas rakyat?"
Heng San terkejut dan ia tidak mengerti maksud kata-kata
kepala rampok tadi. Sementara itu, pembesar yang ditolongnya telah
lempar lembing dan goloknya, lalu menghampiri Heng San dengan
muka berseri.
"Hebat, hebat! Kau sungguh gagah, hohan! Kalau tidak ada
hohan yang datang menolong, tentu jiwa kami melayang semua. Ahh,
sungguh keadaan tidak aman sekarang, di mana-mana terdapat
perampok-perampok jahat dan kejam! Mereka minta barang-barang
kami dan sudah kami berikan, tapi mereka menghendaki pula jiwa
kami. Tentu saja kami melawan! Terima kasih, hohan. Bolehkah kami
ketahui namamu yang terhormat?"
Heng San malu ketika pembesar itu demikian menghormat
padanya. Ia cepat membalas hormat dan berkata merendah:
"Siauwtee she Lauw bernama Heng San. Kebetulan saja siauwtee
melihat dan dapat membantu taijin membasmi bangsat-bangsat itu!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 36
TXT&PDF MAKER : OZ
"Kau betul-betul seorang gagah, seorang hohan dan enghiong
sejati. Siapakah julukanmu, Lauw enghiong?" tanya tikwan itu.
Heng San tersenyum. "Ah, orang macam aku ini mana
mempunyai julukan segala?" jawabnya.
Pembesar itu perlihatkan wajah heran. "Sungguh tidak adil!
Aku telah banyak bertemu dengan orang-orang gagah yang
kepandaiannya jauh di bawahmu, tapi mereka itu sudah mempunyai
julukan yang hebat-hebat! Apalagi seorang gagah yang
berkepandaian selihai kau ini, yang dengan tangan kosong dapat
merobohkan belasan perampok yang bersenjata tajam dalam sekejap
mata saja! Ah, Lauw enghiong, percayalah, selama hidup belum
pernah aku bertemu atau menyaksikan kepandaian sehebat ini. Kau
benar-benar Sin Kun Bu Tek, Kepalan Dewa Tanpa Tandingan!"
Heng San merasa bangga sekali dan ia anggap pembesar itu
sangat ramah-tamah dan baik. Dengan menjura ia berkata:
"Terima kasih, taijin. Siauwtee tidk merasa pantas mempunyai
julukan sehebat itu, tapi kalau taijin berkenan memberinya pada
siauwtee, akan siauwtee pakai juga."
Pembesar itu tepuk-tepuk tangannya. "Bagus, bagus! Memang
kau tepat sekali disebut Sin Kun Bu Tek, karena sebagai seorang
pendekar gagah, tidak kulihat kau membekal senjata."
"Memang senjata siauwtee hanya sepasang tangan dan kaki
ini, taijin."
Pembesar itu mendekati dan tepuk-tepuk pundak Heng San.
"Lauw enghiong, aku adalah tikwan dari kota Keng-koan. Kau masih
muda dan gagah, maka marilah ikut kami ke Keng-koan, di sana kau
akan kami perkenalkan kepada Thio Cong-tok, pembesar militer yang
berkuasa besar dan menjadi kepala barisan pelindung kaisar. Kau
tentu suka berkenalan dengan orang-orang gagah yang berkumpul di
sana!"
Heng San tertarik sekali. Memang ia tidak mempunyai tujuan
tertentu, maka ia segera menyatakan setuju. Tikwan itu adalah LiokSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 37
TXT&PDF MAKER : OZ
Ham Say, seorang pembesar yang sangat cerdik dan menjadi sahabat
baik Thio cong-tok, pembesar militer yang menjadi tangan kanan
kaisar merangkap pembasmi para pemberontak yang berusaha
merobohkan kerajaan Tay Ceng.
Orang yang disebut Thio cong-tok bukan lain ialah Thio Ci
Gan yang namanya sangat terkenal di kotaraja. Ia adalah seorang
kepercayaan kaisar dan sudah berjasa besar sekali ketika
menghancurkan barisan pemberontak Gouw Sam Kwie dulu. Ia
sengaja dikirim ke Keng-koan karena kaisar mendapat berita dari
para penyelidiknya bahwa daerah ini penuh dengan orang-orang
gagah yang bersikap memberontak. Maka Thio Cin Gan pindah ke
Keng-koan dan di situ ia kumpulkan orang-orang gagah yang dapat
disogoknya dan dijadikan pahlawan-pahlawan untuk membasmi
orang-orang gagah yang dicurigai!
Ketika Liok tikwan membawa Heng San menghadap, Thio
cong-tok sedang duduk minum arak dengan beberapa orang
pahlawannya. Congtok itu sambut Liok tikwan dengan ramah-tamah
dan mempersilahkan kawannya itu duduk. Heng San memperhatikan
congtok itu dan kagum melihat tubuh yang tinggi besar dan tampak
kuat itu. juga pandangan mata congtok itu menunjukkan akan
kecerdikannya.
"Thio ciangkun, ini adalah seorang kawan baru bergelar Sin-
kun-bu-tek, namanya Lauw Heng San. Kawan yang gagah perkasa ini
telah menolongku dari serangan dan kepungan belasan pengacau
dengan hanya bertangan kosong!"
Thio congtok tunda mangkuk araknya dan memandang
dengan tajam kepada Heng San. Juga para jagoan yang tadinya
melihat dengan tak acuh kepada pemuda itu, kini menatapnya penuh
perhatian.
Thio congtok bangun dan berkata ramah: "Selamat datang,
Lauw sicu, kami merasa mendapat kehormatan besar menerima
kunjungan seorang gagah seperti kau!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 38
TXT&PDF MAKER : OZ
Heng San pun berdiri menjura dan berkata: "Terima kasih,
ciangkun. Yang menerima kehormatan adalah siauwtee, adapun
tentang pujian-pujian Liok taijin, itu hanya main-main belaka."
"Ha-ha! Lauw enghiong terlalu merendahkan diri!" Liok
tikwan mencela dengan tak puas. "Kau diumpamakan pedang masih
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbungkus dalam sarung, belum terhunus hingga tak tampak
ketajamannya!"
Thio congtok mendengar kata-kata ini nampak gembira, lalu ia
perkenalkan pahlawan-pahlawannya kepada Heng San. Di antara
mereka, yang sudah terkenal namanya dan pernah didengar oleh
Heng San adalah tiga orang, maka ia perhatikan mereka ini. Yang
pertama adalah seorang tinggi kurus yang bermuka kuning dan
bernama Lui Tiong, si Harimau Muka Kuning. Yang kedua adalah
seorang tinggi besar dan kuat bernama Ban Kok, si Kerbau Belang,
dan orang ketiga bertubuh kate bernama Auwyang Sin, si Golok
Emas. Ketiga orang ini semua berkepandaian tinggi dan menjadi
orang-orang kepercayaan Thio congtok. Karena tiap kali menerima
pembantu selalu diuji kepandaiannya dulu, maka menurut ukuran
kepandaian mereka, tingkatnya ialah Lui Tiong ke satu, Ban Kok ke
dua dan Auwyang Sin ke tiga, sungguhpun mereka ini mempunyai
keistimewaan masing-masing.
Ketiga jagoan ini masih memandang Heng San dengan
pandangan ringan, karena mereka belum pernah mendengar
namanya. Pula seorang pemuda sehijau itu bisa mempunyai
kepandaian bagaimana tinggikah?
Hidangan-hidangan lezat dikeluarkan dan Heng San
menikmati makanan enak-enak dan arak yang wangi. Karena
keramahan tuan rumah, Heng San agak terlalu banyak minum arak
hingga sikapnya berubah gembira sekali.
"Lauw sicu," kata congtok itu, "karena kau seorang
pengembara yang menurut katamu hendak meluaskan pengalaman,
bagaimana kalau kau bekerja dengan kami di sini?"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 39
TXT&PDF MAKER : OZ
"Bekerja sih mudah, tapi aku harus tahu dulu apakah macam
pekerjaan itu." jawab Heng San dengan lancar.
"Apalagi? Kita adalah golongan orang-orang gagah, golongan
pendekar pembela keadilan. Pekerjaan kita ialah membasmi orang-
orang jahat, pengacau-pengacau dan perampok-perampok. Setujukah
kau?"
"Ha-ha! Thio ciangkun, tanpa diminta pun aku sudah menjadi
pekerja macam itu!"
Thio congtok isi mangkok arak Heng San yang sudah kosong
sambil tertawa bergelak, "Kau betul, Sin-kun-bu-tek! Tapi, pekerjaan
itu akan lebih sempurna dan teratur jika kita rencanakan bersama.
Kalau kau bekerja sendiri, bagaimana kalau kau sampai salah tindak?
Tidak demikian halnya dengan kami. Kami mempunyai barisan
penyelidik yang dapat mengetahui orang macam apakah yang harus
kita basmi!"
"Akur! Aku terima usulmu, ciangkun!" jawab Heng San
gembira.
"Nanti dulu, ciangkun." Tiba-tiba Lui Tiong mencela.
"Tidakkah ini terlalu sembrono? Kita belum tahu sampai di mana
kesetiaan dan kepandaian Lauw sicu ini. Apakah ciangkun hendak
menyimapng dari kebiasaan?"
Thio congtok pandang pahlawannya dengan senyum. "Tentu
saja kita harus menguji dulu. Eh, Lauw sicu, sukakah kau diuji?"
"Diuji? Bagaimana maksudmu?"
"Bisa saja. Diuji kepandaianmu. Dicoba dan diukur sampai di
mana tingginya kepandaianmu."
Heng San tersenyum. Ia sedang gembira, maka iapun ingin
sekali memamerkan kepandaiannya. "Boleh, boleh!" jawabnya.
"Siapakah yang akan mencobaku? Apakah twako ini?" Ia menunjuk
kepada Lui Tiong.
Tiba-tiba Auwyang Sin berdiri. "Ciangkun, perkenankanlah
saya mencobanya lebih dulu."SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 40
TXT&PDF MAKER : OZ
Dengan wajah gembira Thio congtok angkat tangan tanda
setuju. "Mari kita pindah ke lian-bu-thia," katanya dan mereka lalu
menuju ke ruang main silat di belakang gedung.
Dengan senyum simpul Auwyang Sin buka baju luarnya dan
berdiri di tengah lian-bu-thia sambil melambaikan tangan kepada
Heng San. "Marilah, engko cilik, kita main-main sebentar!" lagaknya
sangat memandang ringan.
Heng San pun maju menghadapinya. Ia berlaku sangat hati-
hati karena belum tahu sampai di mana kepandaian lawan yang
sudah tersohor itu. Maka setelah menjura, ia mempersilahkan:
"Mulailah, saudara!"
Auwyang Sin tak sungkan-sungkan lagi, segera geser kakinya
maju dan menyerang dengan kepalan kanan ke arah dada Heng San
dan segera dibarengi dengan tendangan kaki kiri! Pukulan dan
tendangannya berat, tapi menurut pandangan Heng San, gerakan
lawannya agak lambar. Dengan mudah saja ia berkelit sambil balas
menyerang! Si golok emas kaget melihat gerakan anak muda yang
aneh itu. Dalam berkelit tahu-tahu anak muda itu bisa balas
menyerang. Alangkah cepatnya ia bergerak! Tapi sebagai seorang jago
silat kenamaan Auwyang Sin dapat juga menangkis dan untuk kedua
kalinya ia terkejut ketika ia merasa lengan tangannya kesemutan
beradu dengan lengan Heng San. Kini Heng San sudah dapat ukur
tenaga lawan, maka ia loncat mundur dan berkata:
"Saudara yang baik. Tadi aku mendengar bahwa kau bergelar
Kim-to atau Golok emas, maka karena sekarang terdapat
kesempatan, penuhilah keinginanku hendak melihat kehebatan golok
emasmu itu!"
Auwyang Sin merah mukanya tapi ia menahan sabar.
"Saudara Lauw, lupakah kau bahwa permainan ini hanya untuk
mencoba kepandaianmu saja? Kita bukan sedang pibu atau berkelahi.
Golok tidak ada matanya, kawan, sekali salah bacok bisa celaka orang
yang kena bacok!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 41
TXT&PDF MAKER : OZ
"Aku tahu, aku tahu! Tapi maksudku juga bukan hendak
mencari ribut. Aku hanya ingin melihat permainan golokmu yang
tersohor itu, juga agar lebih indah dipandang mata untuk
menghormat tuan rumah! Tapi kalau kau keberatan, biarlah kita
teruskan saja adu kepalan ini!"
Auwyang Sin segera menyerang lagi, tapi dalam dua gebrakan
saja, ketika ia menendang dengan keras, kakinya dapat tertangkap
oleh Heng San dan tahu-tahu tubuhnya melayang ke atas! Untung
sekali Heng San segera menangkapnya kembali, kalau tidak pasti ia
akan terbanting ke atas lantai!
Liok tikwan tepuk tangan dengan girang. "Apa kataku,
ciangkun? Ia benar-benar Sin Kun Bu Tek!"
Thio congtok juga heran. Ia tidak sangka pemuda itu dapat
jatuhkan Auwyang Sin dengan dua kali gebrakan saja! Si Golok emas
merasa malu sekali, maka ia menjura kepada Heng San sambil
berkata: "Sungguh kau gagah sekali. Apakah sekarang kau masih
ingin melihat permainan golokku? Aku memang tidak biasa bersilat
dengan tangan kosong!"
Heng San tersenyum, "Karena itulah maka aku tadi usulkan
agar kau gunakan golok!"
Auwyang Sin menjura kepada Thio congtok. "Bolehkah saya
pergunakan kim-to, ciangkun?"
Dengan tertawa girang Thio congtok mengangguk: "Boleh,
asal jangan sampai terjadi perkara jiwa di sini!". Auwyang Sin segera
lari menuju ke kamarnya dan ambil keluar sebatang golok bergagang
emas. Ia berdiri pasang kuda-kuda di depan Heng San dan berkata:
"Cabutlah senjatamu, kawan! Ingin aku menerima
pengajaranmu dengan senjata tajam."
Tapi Heng San hanya tersenyum dan menjawab, "Saudara
Auwyang, selamanya aku tak berani bermain-main dengan senjata
tajam. Jangan sungkan-sungkan, saudara yang baik, mulailah dengan
seranganmu!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 42
TXT&PDF MAKER : OZ
Auwyang Sin turunkan kembali goloknya dan berkata dengan
muka cemberut: "Kau kira aku seorang pengecut hendak bertanding
dengan seorang yang bertangan kosong sedangkan aku gunakan
golok??
"Lauw sicu, keluarkanlah senjatamu!" Thio congtok juga
membujuk, tapi Heng San menjawab:
"Maaf, ciangkun, siauwtee berkata sebenarnya bahwa
semenjak kecil tak pernah bermain senjata tajam. Siauwtee hanya
mengandalkan kedua tangan dan
kaki ini saja!"
"Benar-benar Sin Kun Bu
Tek, Kepalan Dewa Tanpa
Tandingan!" berkata Liok tikwan
dengan kagum. Juga Thio congtok
merasa heran.
"Kalau begitu, Auwyang
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kauwsu, jangan ragu-ragu lagi.
pergunakan golokmu, aku ingin
sekali melihat!"
Mendapat anjuran dan
perkenan Thio congtok, Auwyang
Sin segera berkata: "Maaf dan
awas golok!" lalu maju
menyerang. Goloknya
menyambar-nyambar hebat, merupakan segundukan sinar putih
berkilauan mengurung diri Heng San. Tapi pemuda itu berseru:
"Bagus!" dan tahu-tahu ia sudah keluar dari kurungan sinar golok
sambil meloncat kesana-kemari. Payah juga Auwyang Sin mengejar
dengan sambaran goloknya, karena tiap kali diserang, tubuh di
depannya itu tiba-tiba lenyap dan tahu-tahu ada angin pukulan atau
tendangan menyambar dari belakang, dari samping kanan, atau dari
kiri! Ia merasa heran, penasaran, dan kagum, karena selama menjagoiSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 43
TXT&PDF MAKER : OZ
di kalangan kang-ouw, belum pernah ia menjumpai seorang segesit
pemuda ini! Ia percepat gerakan goloknya, tapi seperti juga sedang
mempermainkannya, gerakan Heng San juga makin cepat hingga
tetap saja ia tidak mampu sedikitpun menyerang pemuda itu, kecuali
dengan bacokan-bacokan ngawur karena ia hanya membacok ke arah
bayangan yang seakan-akan berada di mana-mana!
Thio congtok benar-benar kagum dan tak terasa pula ia tepuk
tangan bersama Liok tikwan. Belum habis tepukan tangannya, tiba-
tiba golok Auwyang Sin terpental tinggi ke udara dan agaknya akan
menancap ke langit-langit, tapi tiba-tiba berkelebat bayangan yang
cepat sekali menyusul lajunya golok dan berhasil saut golok itu
sebelum menancap di atas! Ketika turun, kedua kaki Heng San tak
mengeluarkan suara sedikitpun. Tentu saja kepandaian yang luar
biasa ini disambut pujian tinggi oleh Thio congtok dan Liok tikwan,
bahkan para pahlawan yang berada di situ juga merasa kagum sekali.
Ban Hok si kerbau belang melihat betapa Auwyang Sin
dengan golok di tangan dapat dipermainkan demikian rupa oleh Heng
San yang bertangan kosong, mereka takluk dan maklum bahwa
kepandaian silatnya yang hanya sedikit lebih tinggi dari si golok emas
bukanlah lawan dari si pemuda luar biasa itu. Maka ia berkata terus
terang kepada Thio congtok:
"Ciangkun, terus terang saja saya mengaku bahwa kepandaian
Sin Kun Bu Tek benar-benar hebat dan masih jauh lebih tinggi dari
kepandaian saya dan agaknya untuk para saudara yang pernah saya
kenal, takkan ada yang dapat menandinginya."
Thio congtok mengangguk-angguk puas, tapi Oey-bin-houw
Lui Tiong si harimau muka kuning tak senang mendengar ini. Ia
berdiri menjura kepada Thio congtok dan berkata:
"Saudara Ban Hok sangat merendahkan diri sendiri. Biarpun
kepandaian Sin Kun Bu Tek benar-benar lihai, namun sebelum
mencobanya sendiri, orang tentu menjadi penasaran juga. Bolehkah
aku mengujinya, ciangkun?"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 44
TXT&PDF MAKER : OZ
Thio congtok gembira sekali dan berkata kepada Heng San
yang masih berada di lian-bu-thia: "He, saudara Lauw yang gagah,
maukah kau bermain-main sebentar dengan Lui kauwsu?"
Heng San menjawab sambil memandang ke arah Lui Tiong,
"Tentu saja siauwtee bersedia melayani Lui twako!"
Lui Tiong segera gerakkan tubuhnya loncat ke tengah lian-bu-
thia dan menjura kepada Heng San.
"Lauw sicu sungguh mengagumkan. Masih begini muda tapi
sudah berkepandaian sangat tinggi! Ilmu silatmu selain lihai juha
aneh gerakannya. Bolehkah aku ketahui nama suhumu yang mulia?"
Dengan suara sederhana Heng San menjawab: "Suhuku
bergelar Pat-chiu Sin-kay."
Sungguh di luar dugaan Heng San, mendengar nama gelaran
ini wajah Lui Tiong menjadi pucat dan tubuhnya agak gemetar.
Ketika itu juga ia mendengar Thio congtok mengulangi:
"Apa? Si Pengemis Dewa Tangan Delapan?"
Heng San berpaling dan melihat bahwa semua orang di situ,
terhitung Thio congtok dan para pahlawan, memandangnya dengan
mata terbelalak! Diam-diam ia bangga sekali akan gurunya yang
ternayata demikian ternama dan berpengaruh hingga baru mendengar
namanya saja membuat orang demikian terkejut!
"Ah, pantas, pantas! Tidak tahunya Lauw sicu murid Pat-chiu
Sin-kay! Pantas begitu lihai!" Thio congtok berkata keras. "Hayo Lui
kauwsu, cobalah dia!" suaranya gembira lagi.
"Marilah, Lauw sicu!" Dan si harimau muka kuning segera
menyerang dengan pukulan Pay-in-cut-sui atau Dorong awan keluar
puncak. Heng San berlaku hati-hati karena dari angin pukulannya ia
tahu bahwa Lui Tiong bukanlah lawan yang lunak dan
kepandaiannya jauh lebih lihai daripada orang she Auwyang tadi. Ia
melayani dengan ilmu silat Lohan Kunhoat dari cabang Siauwlim.
Mereka bertempur ramai sambil keluarkan segala kepandaian yang
ada pada mereka.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 45
TXT&PDF MAKER : OZ
Tapi setelah bertempur puluhan jurus, tahulah Heng San
bahwa dalam hal gin-kang dan lweekang ia masih lebih unggul. Maka
segera ia gunakan kepandaian gin-kangnya untuk bergerak lebih
cepat dan berbareng menyerang sambil keluarkan ilmu silat Ngoheng
Lian-hoan Kunhwat! Kali ini orang she Lui itu betul-betul terdesak
dan terus mudur mengitari tempat itu, hanya bisa menangkis saja
tanpa mampu membalas sedikitpun! Yang menonton hanya melihat
bayangan Heng San sekan-akan menjadi bayangan kedua dari Lui
Tiong dan terus mengejar ke mana juga tubuh Lui Tiong bergerak,
kemudian bayangan itu tiba-tiba melesat pergi dan tahu-tahu Heng
San sudah berdiri tiga tombak jauhnya dari Lui Tiong sambil menjura
dan berkata:
"Lui twako suka mengalah, terima kasih."
Lui Tiong juga menjura: "Lauw sicu sungguh-sungguh patut
disebut Kepalan Dewa Tanpa Tandingan! Aku menyerah kalah!"
Ketika orang-orang yang menjadi heran memandang dengan
teliti, ternyata baju di bagian dada Lui Tiong telah bolong karena
robek oleh jari-jari tangan Heng San! Seandainya mereka berkelahi
karena permusuhan, tentu jiwa Lui Tiong takkan tertolong lagi!
Tentu saja pandangan mereka terhadap Heng San makin
tinggi, terutama Thio congtok. Pembesar ini merasa girang sekali.
Sambil tersenyum lebar ia bertindak menghampiri Heng San dan
tangkap lengan tangan pemuda itu. thio congtok bukanlah orang
sembarangan pula. Sebagai seorang panglima iapun mempunyai
kepandaian silat tinggi, selain keahlian tentang ilmu perang dan atur
tentara. Pegangannya kepada lengan Heng San sebenarnya bukan
sembarangan dan bukanlah pegangan biasa saja karena ia sekalian
mencoba dan tangan kanannya yang memegang lengan itu adalah
sebuah cengkeraman kim-na-jiauw yang dapat membeset kulit
mematahkan tulang!
Heng San ketahui hal ini maka ia telah bersedia. Ketika jari-
jari tangan Thio congtok menyentuh lengan Heng San, pembesar ituSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 46
TXT&PDF MAKER : OZ
terkejut seklai, karena kulit lengan pemuda itu berubah lemas dan
lembek bagaikan kapas hingga tak mungkin dapat dicengkeram,
sedangkan ilmu cengkeraman tangannya khusus dipelajari untuk
mencengkeram benda keras! Menghadapi kulit yang licin lembek
maka ilmunya tak berdaya dan mati kutu!
"Ah, kau betul-betul gagah perkasa, Lauw sicu! Mari, mari,
kita harus minum untuk rayakan pertemuan kita yang
menggembirakan ini!"
Hidangan ditambah dan Thio congtok bahkan memberi
perintah kepada orang-orangnya untuk mendatangkan gadis-gadis
tukang menyanyi untuk bersenang-senang minum arak sambil
menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan dengan suara merdu dari
bibir-bibir yang manis itu!
Di tengah-tengah perjamuan, Thio congtok bertanya kepada
Heng San, tentang riwayatnya, tentang gurunya, dan lain-lain. Heng
San hanya memberi keterangan singkat saja, dan ketika ia ditanya
tentang suhunya, ia menjawab:
"Siauwtee sudah setengah tahun lebih berpisah dari suhu,
maka tak tahu di manakah adanya orang tua itu sekarang".
Thio congtok menghela napas. "Ah, aku sudah lama sekali
mendengar nama Pat-chiu Sin-kay dan mengaguminya. Alangkah
senangnya kalau dapat berjumpa dengan orang tua luar biasa itu".
Sementara itu, arak terus mengalir ke dalam perut Heng San
sampai ia menjadi mabuk dan digotong ke dalam sebuah kamar indah
yang sudah tersedia untuknya!
Semenjak hari itu, ia menjadi seorang pahlawan kelas satu
yang dipercaya dan disayang oleh Thio congtok. Kerjanya setiap hari
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hanya menemui congtok itu di gedung, dalam perjalanan, pendeknya
merupakan pengawal pribadi.
*
* *SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 47
TXT&PDF MAKER : OZ
Beberapa hari kemudian, Thio congtok berkata kepadanya,
setelah panggil menghadap Ban Hok dan Auwyang Sin.
"Aku mendengar dari seorang penyelidik bahwa di hutan
sebelah timur kota Bun-koan berkumpul serombongan perampok
yang sering kali mengganggu para pelancong atau orang-orang yang
lewat di situ, bahkan sudah dua kali rombongan pengacau itu berani
masuk dan merampok kota Bun-koan. Mereka ini harus dibasmi
sebelum mendatangkan malapetaka lebih besar lagi. Lauw sicu, kau
kuserahi tugas ini. Ban sicu dan Auwyang sicu harus membantu.
Bawalah selosin pahlawan yang terpilih dan berangkatlah sekarang
juga. Awas, di pihak sana kudengar ada seorang yang tinggi
kepandaiannya."
Heng San menerima tugas itu dengan gembira karena baru
pertama kali ini ia menerima tugas. Ia anggap itu sebagai suatu tugas
yang suci, karena bukankah ia harus membasmi serombongan
perampok yang ganas dan pengacau rakyat? Maka berangkatlah ia
dengan Ban Hok dan Auwyang Sin, diikuti oleh duabelas jagoan lain,
hingga jumlah rombongannya limabelas orang. Oleh Thio congtok
mereka diberi pakaian baru warna biru dan merah hingga dengan
pakaian seragam itu mereka tampak gagah sekali.
"Rombongan di bawah pimpinanmu kuberi nama barisan
Garuda sakti!" Thio congtok berkata kepada Heng San yang menjadi
sangat girang dan bangga.
Rombongan limabelas orang itu berkuda dan dengan gagahnya
berbaris dengan rapi. Di sepanjang jalan mereka diikuti pandang
mata orang-orang kampung yang melihat dengan heran dan kagum.
Ban Hok berlaku sombong sekali. Pada tiap orang yang
memandang barisan itu dengan heran, ia berteriak: "Hai, lihatlah!
Inilah barisan Garuda sakti!"SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 48
TXT&PDF MAKER : OZ
Melihat kelakuan kawannya yang tinggi besar itu Heng San
hanya tertawa geli. Setelah berkuda sehari penuh, sampailah mereka
di kota Bun-koan dan mereka bermalam di sebuah rumah
penginapan. Kedatangan mereka di kota itu tak terlepas dari
perhatian pembesar setempat yang segera mengutus seorang wakil
untuk datang memeriksa. Heng San perlihatkan surat perintah Thio
congtok. Melihat surat perintah itu, cepat-cepat pemeriksa memberi
laporan kepada pembesar yang segera datang sendiri menyambut
rombongan Garuda sakti. Dengan ramah-tamah pembesar kota itu
mempersilahkan Heng San serombongan untuk bermalam di rumah
orang.
Kemudian terjadi sesuatu yang mengherankan hati Heng San,
tapi yang berbareng membuatnya mendongkol. Ketika hendak
pulang, pembesar itu mengeluarkan sebuah bingkisan, dan berikan
kantung itu kepada Heng San dengan kata-kata:
"Kami tak dapat memberi apa-apa, hanya sedikit bingkisan ini
harap congsu terima dengan senang hati untuk menambah ongkos
sekedarnya. Tolong sampaikan kepada Thio ciangkun bahwa kami di
sini baik-baik saja dan sampaikan pula hormatku padanya."
Heng San terheran-heran hingga tak dapat berkata-kata,
hanya melihat bungkusan itu. ketika ia cepat membukanya, ternyata
isinya potongan-potongan emas yang berkilauan! Ia terkejut sekali,
segera pegang bungkusan itu dan lari keluar menyusul pembesar yang
sudah naik ke tandunya.
"Taijin, tunggu! Ini hartamu jangan ditinggalkan! Aku tidak
butuh dengan ini!"
Wajah pembesar itu pucat. "Tapi....... congsu......"
"Terimalah kembali dan jangan banyak tapi!" Heng San
lempar bungkusan itu ke pangkuan si pembesar yang menggigil
ketakutan, lalu kembali ke dalam rumah penginapan dengan tindakan
lebar dan muka merah. Ia bersungut-sungut dengan hati sebal ketikaSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 49
TXT&PDF MAKER : OZ
Ban Hok dan Auwyang Sin menghampiri dan bertanya mengapa
pemuda itu agaknya marah.
"Ah, menyebalkan betul pembesar babi itu! Dikiranya
siapakah kita ini? Mudah saja ia hendak menyogok. Hm, pasti ada
apa-apa yang tidak beres di sini, kalau tidak masak dia begitu perlu
untuk gunakan emas menyogok kita? Baik, sekembali kita dari hutan,
pasti hal ini akan kuselidiki!"
Ban Hok tertawa bergelak hingga Heng San heran. "Mengapa
kau tertawa?" tanyanya tak senang.
"Lauw sicu agaknya tidak mengerti keadaan zaman! Memang
sudah demikianlah keadaan sekarang. Pemberian itu tak berarti apa-
apa, hanya sebagai tanda penghormatan belaka dari pembesar itu
kepada kita! Bukan merupakan hal yang aneh!"
Heng San memandangnya dengan mulut ternganga. Ini
merupakan hal baru baginya.
"Tapi apa perlunya? Mengapa ia harus memberi emas kepada
kita? Kita toh tidak berbuat sesuatu untuknya?"
"Lauw sicu! Bukankah kita hendak pergi membasmi perampok
yang mengacau daerahnya? Setidak-tidaknya kita akan
mengamankan kota ini dari gangguan perampok!" Auwyang Sin
menerangkan dengan suara menyesal mengapa Heng San tolak
pemberian itu.
Kini mengertilah Heng San tapi ia tetap penasaran dan tidak
sudi menerima pemberian orang dengan cara demikian. Ia anggap hal
itu merendahkan namanya dan menghinanya. Barisan Garuda sakti
harus menjadi barisan yang terhormat, gagah, dan berjasa, patut
dibanggakan oleh Thio congtok yang demikian baik dan jujur!
*
* *SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 50
TXT&PDF MAKER : OZ
Pada keesokan harinya setelah mendapat keterangan di mana
letak hutan yang dimaksudkan, Heng San ajak rombongannya
berangkat. Setibanya di luar hutan, Heng San pesan kepada anak
buahnya supaya jangan bergerak dulu sebelum mendapat
perintahnya. Kemudian Ban Hok keluarkan bendera pemberian Thio
congtok, bendera berwarna kuning yang tersulam gambar seekor
burung garuda warna merah keemasannya! Gagah sekali gambar itu,
gambar yang serupa benar dengan
sulaman garuda di dada mereka!
Kemudian, sambil jalankan kuda
perlahan, mereka memasuki
hutan.
Belum lama mereka
berjalan, tiba-tiba dari kanan-kiri
menyambar beberapa batang
anak panah yang semuanya
tertuju ke tubuh Heng San. Heng
San mengeluarkan suara ketawa
menghina dan kedua tangannya
dengan cepat menangkap semua
anak panah itu. kemudian ia
berseru: "Pelepas anak panah
keluarlah sebagai laki-laki, jangan
membokong seperti kelakuan
seorang pengecut!"
Tiba-tiba hutan yang sunyi itu menjadi ramai dengan suara
orang bersorak dan berteriak-teriak: "Bunuhlah anjing-anjing kaisar!
Basmilah penghianat-penghianat bangsa!"
Maka keluarlah krang lebih empatpuluh orang liauwlo atau
anak buah perampok yang dikepalai oleh dua orang muda bersenjata
golok besar.SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 51
TXT&PDF MAKER : OZ
"Siapa kepala gerombolan ini?" Heng San bertanya dengan
suara keras sambil majukan kudanya.
Dua kepala perampok itu loncat maju. "Kamilah yang
memimpin, kau pemimpin penghianat tak bermalu. Apa maksudmu
membawa barisanmu mencari kami?"
Heng San melihat bahwa dua kepala perampok itu masih
muda dan tampaknya gagah, maka dalam hati ia merasa sayang.
"Kalian orang-orang muda dan gagah mengapa menjadi
kepala perampok? Tidak adakah lain jalan hidup yang lebih
sempurna?"
Kedua kepala perampok itu saling pandang dan kemudian
tertawa geli.
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ini namanya serigala kecil memberi nasihat kepada harimau!
Kami orang-orang golongan lioklim walau bagaimanapun juga masih
mempunyai hati jantan dan semangat pahlawan, tidak seperti kamu
yang bermuka tebal, sudi menjadi anjing pemerintah asing dan
menggigit betis bangsa sendiri!"
Heng San tidak mengerti maksud kata-kata mereka, ia hanya
anggap mereka itu bicara kasar sekali. Karena beberapa kali
mendengar makian anjing, ia menjadi marah juga lalu membentak
keras:
"Kalau kalian sayang jiwa, lebih baik bubarkan orang-
orangmu dan kalian ikutlah menjadi tawanan kami, barangkali saja
jiwa kamu masih akan diampuni."
"Anjing rendah. Kematian sudah di depan mata masih banyak
mengoceh lagi!" Dua pemimpin rampok itu segera gerakkan senjata
dan menyerang Heng San. Para anak buahnya melihat kepala mereka
sudah bergerak, dengan teriakan "Bunuh mereka! Basmi anjing-
anjing kaisar!" lalu menyerbu dengan senjata di tangan!
Heng San dan kawan-kawannya telah loncat turun dari kuda
dan siap menghadapi mereka. Dengan tangan kosong Heng San
menyambut serbuan dua kepala rampok itu yang ternyataSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 52
TXT&PDF MAKER : OZ
mempunyai kepandaian silat lumayan juga. Sebetulnya maksud Heng
San hanya hendak membunuh atau menawan kepalanya saja,
sedangkan anak buah perampok yang banyak itu hendak disadarkan
dengan nasihat dan ancaman. Tapi kawan-kawannya sebanyak
empatbelas orang itu dengan garang mengamuk dengan senjata
mereka. Gagah seklai mereka dengan pakaian yang bersulamkan
burung garuda di dada itu. di mana saja senjata mereka bergerak,
pasti terdengar pekik kesakitan dan seorang liauwlo roboh mandi
darah!
Terutama Ban Hok dan Auwyang Sin. Kedua jago ini berpesta
pora dengan darah dan jiwa para anak buah perampok, hingga lagak
mereka bagaikan dua ekor naga liar mengamuk!
Heng San melihat betapa para perampok itu bagaikan semut-
semut melawan ayam, merasa ngeri dan berbalik marah kepada kedua
perampok yang dianggap menjadi biang keladinya. Sambil berseru
keras ia kerjakan kaki-tangannya dan sekali gebrak saja ia berhasil
robohkan kedua kepala rampok itu hingga rebah tak berkutik lagi.
kemudian ia serukan kawan-kawannya:
"Saudara-saudara, tahan!"
Tapi mana ia mampu menahan amukan orang-orang yang
sudah keranjingan itu. Mayat perampok bertumpuk-tumpuk
memenuhi tempat itu dan selebihnya pada lari terbirit-birit
menyelamatkan diri dari amukan kawanan garuda sakti! Ketika
diperhatikan, ternyata lebih dari duapuluh orang perampok tewas.
Kawanan garuda sakti pulang dengan wajah berseri karena
kemenangan bagus itu. Pembesar kota Bun-koan yang sudah
mendengar kabar, menyambut mereka dengan penuh kehormatan.
Tapi semenjak keluar dari hutan, wajah Heng San tidak
segirang kawan-kawannya. Diam-diam ia merasa sayang telah terjadi
pembunuhan sebanyak itu, walaupun ia merasa bangga bahwa tugas
pertamanya telah terlaksana dengan sempurna. Bahaya pengganggu
keamanan telah dilenyapkan, berarti ia berjasa terhadap negara danSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 53
TXT&PDF MAKER : OZ
bangsa. Tapi diam-diam ia sedih memikirkan betapa orang-orang
yang menjadi perampok itu bukan lain ialah anak negeri sendiri!
Melihat sambutan pembesar yang demikian hormatnya, timbul jemu
dalam hatinya pula. Ingin ia mendamprat dan mencaci, tapi Ban Hok
dan Auwyang Sin mencegah dan menyabarkan hatinya, hingga Heng
San hanya dapat menjauhkan diri dari pembesar itu, pura-pura tidak
melihatnya, sedangkan kawan-kawannya menikmati hidangan dalam
pesta yang khusus diadakan untuk kawanan garuda sakti.
Pada keesokan harinya, Heng San ajak kawan-kawannya pagi-
pagi meninggalkan kota itu untuk kembali ke Keng-koan. Di
sepanjang jalan mereka berbaris rapi dan gagah. Wajah kawanan
garuda sakti, kecuali Heng San yang larikan kuda di depan dan
bersikap tenang, menyatakan gembira dan puas. Pertama karena
mereka telah peroleh kemenangan besar. Kedua karena saku mereka
di luar tahunya Heng San, telah dipenuhi oleh pembesar Bun-koan
dengan barang-barang berharga!
Kedatangan mereka disambut oleh Thio congtok dengan wajah
berseri dan mulut tersenyum girang.
"Lauw sicu tentu lelah. Duduk dan mengasolah." Kata
pembesar itu sambil perintahkan pelayan mengambil arak wangi.
Setelah semua orang minum, barulah Thio congtok bertanya tentang
hasil tugas mereka.
Dengan sederhana Heng San ceritakan bahwa gerombolan
perampok telah dapat dibasmi, dan kepala perampok telah tewas.
Cerita Heng San sering diganggu oleh Ban Hok dan Auwyang Sin
yang dengan bangga dan girang menceritakan bagaimana
pertempuran terjadi! Thio congtok puas mendengarnya, tapi ia
dengan cerdik berkata:
"Kalian hebat betul, hanya agak kusayangkan ada anggota
perampok yang sempat melarikan diri. Golongan penjahat macam itu
tak boleh dikasih ampun. Sekali terlepas dari hukuman, mereka tentu
akan menjadi perampok kembali di lain tempat."SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 54
TXT&PDF MAKER : OZ
Heng San hanya tundukkan muka menyatakan sesalnya.
"Biarlah, hal itu tak berarti penting. Sekarang ada soal yang
lebih penting lagi. Lui kauwsu sudah kusuruh menyelidiki dengan
teliti hal ini. Kami memang sengaja menanti kalian kembali baru mau
bertindak, karena sekali ini kita menghadapi lawan-lawan berat!"
Thio congtok berkata lagi dengan wajah sungguh-sungguh.
"Ada persoalan apakah, ciangkun?" tanya Ban Hok. "Jangan
khawatir, karena sekarang kawanan garuda sakti telah kembali di
sini, maka segala rintangan pasti akan dapat kita hancurkan!" Thio
congtok tersenyum mendengar ucapan yang sombong itu, sedangkan
Heng San merasa tak senang akan kejumawaan kawannya.
"Bagaimana pendapatmu tentang kata-kata Ban kauwsu ini,
Lauw sicu?" tanya Thio congtok tiba-tiba kepada Heng San.
Heng San hanya tersenyum. "Ban twako terlalu tekebur. Tapi
sebenarnya apakah persoalan yang penting itu? Tentu saja adalah
menjadi kewajiban kami untuk mengurusnya."
Thio congtok undang Heng San, Ban Hok dan Auwyang Sin ke
dalam, setelah bubarkan para pahlawan lain untuk pulang ke rumah
masing-masing. Para pahlawan di situ semua berumah di dalam kota
dengan berpencaran, hanya keempat pahlawan pimpinan termasuk
Heng San yang tinggal dan mendapat kamar di gedung congtok.
Pada saat mereka memasuki ruang dalam, datanglah Lui
Tiong si harimau muka kuning. Dengan senang pahlawan she Lui itu
memberi selamat kepada rekan-rekannya atas hasil pekerjaan mereka
yang gemilang. Kemudian Lui Tiong dipersilahkan duduk dan dengan
wajah sungguh-sungguh ia berkata kepada Thio congtok:
"Kini saya yakin bahwa mereka itu mengadakan hubungan
dengan kaki tangan pemberontak yang bersembunyi di kota ini,
ciangkun."
Thio congtok mengangguk-angguk, kemudian sambil
memandang kepada Heng San dan kawan-kawannya, ia berkata
kepada Lui Tiong:SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 55
TXT&PDF MAKER : OZ
"Lui kauwsu. Sekarang setelah Lauw sicu dan lain-lain saudara
telah kembali, kekuatan kita lengkap. Maka sebelum berunding atau
bertindak lebih jauh lagi, lebih baik kau ceritakan dulu persoalan ini
kepada mereka."
Lui Tiong lalu bercerita, dan Heng San mendengarkan hal-hal
yang baru dan asing baginya, tapi yang membuat ia bertekad hendak
membantu perjuangan Thio congtok.
Menurut cerita Lui Tiong, ternyata bahwa akhir-akhir ini
banyak sekali timbul gerakan-gerakan para perusuh atau
pemberontak yang bermaksud memberontak dan merebut kekuasaan
alat-alat negara dengan tujuan merampok dan untuk kepentingan
sendiri. Banyak sudah rombongan-rombongan pemberontak yang
terdiri dari orang-orang bu-lim dapat ditumpas atau dibubarkan.
Beberapa hari yang lalu, di kota Keng-koan kedatangan serombongan
penari silat yang membuka pertunjukan. Mereka ini terdiri dari
seorang laki-laki setengah tua, dua orang muridnya, dan seorang gadis
yang masih muda dan cantik, yakni puteri dari pemimpin rombongan
itu.
Berbeda dengan rombongan-rombongan penari yang biasa
mengadakan pertunjukan, rombongan ini sangat istimewa dan
menarik perhatian karena ternyata ilmu kepandaian mereka luar
biasa. Terutama pemimpin rombongan dan anak gadisnya, mereka ini
mempunyai ilmu silat yang tinggi!
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hal ini menimbulkan rasa curiga pada Thio congtok yang
sengaja memerintah kepada Lui Tiong untuk menyelidiki keadaan
mereka.
"Aku telah menyelidiki mereka," Demikian Lui Tiong tutup
ceritanya kepada rekan-rekannya, "dan mereka itu benar-benar
bukan orang sembarangan. Ketika pada malam hari aku gunakan
kepandaian mengintai dari genteng tempat mereka bermalam,
biarpun aku sudah berlaku hati-hati sekali, namun agaknya suara
kakiku terdengar juga oleh mereka. Hampir saja aku menjadi kormabSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 56
TXT&PDF MAKER : OZ
piauw yang menyambar ke arahku. Baiknya aku memang berlaku
hati-hati, hingga aku dapat berkelit dan larikan diri sebelum mereka
melihatku."
Heng San tertarik sekali. "Di manakah tempat bermalam
mereka?"
"Dalam kelenteng Hok-man-tong." Jawab Lui Tiong.
"Bagaimana kau tahu bahwa mereka itu mempunyai
hubungan dengan mata-mata pemberontak di kota ini seperti yang
kau ceritakan tadi?" tanya Heng San pula.
"Begini soalnya," Lui Tiong bercerita, "kemarin ketika dengan
diam-diam aku campurkan diri dengan para penonton melihat
pertunjukan mereka, dan ketika gadis itu sedang menari pedang yang
sebenarnya bukanlah tarian biasa tapi adalah gerakan ilmu silat
pedang Sian-li kiamhwat yang tinggi! Kemudian aku melihat seorang
pengemis yang matanya buta sebelah di antara para penonton
memuji-muji: "Bagus! Bagus!" dan ia bagaikan seorang gila lalu
berloncatan. Sebelum hilang heranku, tiba-tiba pengemis itu
berjumpalitan dan berdiri dengan kepala di bawah kaki di atas sambil
berkata-kata kacau-balau. Tapi aku perhatikan sikap dan bicaranya
hingga dapat tertangkap kata-kata "garuda sakti" dan "hati-hati",
"dicurigai". Tentu saja aku merasa heran sekali, tapi pada saat itu
juga pengemis itu lari pergi setelah berjumpalitan lagi. Orang-orang
tertawa melihat perbuatannya dan menganggap ia seorang gila yang
meniru gerakan orang bersilat. Tapi aku tahu bahwa ia bukanlah
orang biasa saja, maka aku segera mengejarnya. Alangkah heranku
ketika sebentar saja ia dapat melenyapkan diri dengan gunakan ilmu
lari cepat yang luar biasa!"
Heng San dan yang lain-lain mendengar dengan tertarik sekali.
Setelah menghirup araknya, Lui Tiong lanjutkan ceritanya.
"Malam tadi aku berhasil mengintai mereka tanpa diketahui.
Aku berlaku sangat hati-hati hingga tak berani aku ambil jalan dari
atas. Aku gunakan kekerasan dan minta bantuan hwesio penjagaSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 57
TXT&PDF MAKER : OZ
kelenteng dan ia membantuku bersembunyi dalam sebuah kamar
yang dekat dengan ruang duduk di mana mereka katanya sering
berkumpul. Benar saja, tak lama kemudian mereka datang, gadis itu,
ayahnya dan dua orang murid si tua. Dari percakapan mereka
tahulah aku bahwa mereka itu sudah mencatat nama-nama kita dan
kumpulkan segala keterangan mengenai kita! Bahkan rumah-rumah
kawan-kawan kita sudah mereka ketahui pula. Kemudian mereka
bicarakan perihal pengemis itu yang ternyata adalah susiok sendiri
dari pemimpin rombongan itu! Terang mereka itu memata-matai kita
dan mereka itu adalah anggota-anggota atau orang-orang
kepercayaan pemberontak!"
"Benarkah mereka berlidah selatan?" Thio congtok bertanya.
Lui Tiong mengangguk, "Mereka memang orang-orang
selatan!"
Thio congtok kerutkan kening. "Hm, kalau begitu mereka itu
tentu anak buah si pemberontak Lo Hay Cin. Kabarnya, mereka,
orang-orang selatan ini, banyak sekali yang mempunyai kepandaian
tinggi, maka kuharap kalian berhati-hati menghadapi mereka. Ban
kauwsu, sekarang juga kau pergilah dan kumpulkan semua pahlawan.
Mereka harus berkumpul di sini dan bermalam di sini pula. Gedung ini
harus dijaga kuat-kuat. Lui kauwsu, lau dan Lauw sicu kuserahi tugas
memimpin beberapa orang kawan menangkap mereka. Lebih lekas
melihat mereka tertahan dalam penjara lebih amanlah hati, daripada
melihat mereka berkeliaran di luar dan memperkuat kedudukan
mereka. Yang lain-lain harus tinggal di gedung ini menjaga kalau-
kalau mereka datang menyerang!"
Setelah berkata demikian, Thio congtok tinggalkan mereka.
Para pahlawan segera menjalankan tugas. Ban Hok pergi memanggil
para anggota garuda sakti yang segera berkumpul dan datang dengan
cepat. Lui Tiong dan Heng San siap di luar gedung.
"Lui twako, kau yang lebih tahu akan keadaan mereka,
pimpinlah penangkapan ini." Kata Heng San kepada Lui Tiong. SiSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 58
TXT&PDF MAKER : OZ
harimau muka kuning senang mendengar ini dan lambat laun sakit
hatinya karena dikalahkan pemuda itu menjadi lenyap, melihat
betapa Heng San tidak gunakan kemenangannya untuk menduduki
tempat tertinggi dan berlaku sebagai orang atasan.
"Baiklah, saudara Lauw. Mereka hanya berempat. Kurasa
cukup kalau kita bawa Kang Seng dan Kang Eng berdua saudara
saja. Kepandaian mereka cukup baik."
"Terserah Lui twako. Tapi sebenarnya siapakah mereka itu?
Orang-orang apakah mereka itu hingga begitu menimbulkan heboh
dan agaknya sangat ditakuti oleh congtok?"
"Yang dapat kuketahui hanya bahwa pemimpin rombongan
itu adalah seorang bekas guru silat di daerah selatan yang terkenal
dengan julukan Naga Selatan. Menurut penyelidikan, ia mengaku she
Lim, tapi sebenarnya adalah seorang she Ma. Perempuan muda itu
adalah puterinya, dan kedua orang muda adalah murid-muridnya.
Agaknya yang berat dilawan hanya ayah dan anak itu saja. Kedua
muridnya boleh kita serahkan kepada Kang Seng dan adiknya. Nah,
marilah kita berangkat."
Setelah memberitahu Kang Seng dan Kang Eng yang segera
siap dengan siangkiam di punggung, mereka berangkat menuju ke
kelenteng yang dimaksudkan oleh Lui Tiong. Sementara itu, hari
telah menjadi gelap karena malam telah tiba.
Di tengah jalan Lui Tiong bertanya kepada Heng San:
"Saudara Lauw, mana senjatamu?"
Heng San tersenyum dan gerakkan pundaknya. "Aku tidak
mempunyai senjata, Lui twako."
"Ah, kalau begitu pakailah pedangku ini. Aku bisa cari lain
senjata."
"Terima kasih, Lui twako. Terusterang saja, aku belum pernah
mempelajari cara bermain pedang. Aku hanya andalkan kedua
kepalan tanganku saja."SIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 59
TXT&PDF MAKER : OZ
Lui Tiong terheran-heran. "Kau gegabah sekali, saudara
Lauw." Di dalam hatinya, Lui Tiong tidak percaya akan keterangan
Heng San dan anggap pemuda itu terlalu jumawa dan hendak
pertahankan nama gelarnya sebagai Kepalan dewa tanpa tandingan!
Ketika mereka tiba di depan kelenteng, Lui Tiong maju
mengetuk pintu depan yang sudah tertutup. Seorang hwesio penjaga
pintu membuka daun pintu yang tebal itu.
"Di mana adanya tamu-tamu kelenteng, rombongan penari
itu?"
Hwesio terkejut melihat pakaian Lui Tiong dan kawan-
kawannya yang seragam dan terdapat gambar garuda di bagian dada.
Nama garuda sakti sudah terkenal karena memang Ban Hok dan
kawan-kawannya sengaja
gunakan nama itu untuk
menyombong di luaran.
"mereka berada
dalam kamarnya, sicu."
Hwesio itu menjawab dengan
hormat.
"Suruh mereka
keluar, dan jangan membawa
senjata!" bentak Lui Tiong.
Hwesio itu lari masuk dengan
ketakutan.
"Lauw hiante, kau
dan Kang Seng jagalah di
atas, kalau-kalau mereka
melarikan diri. Kang eng
tinggal di sini dengan aku."
Heng San lalu ayun
tubuhnya loncat ke atas
genteng, diikuti oleh KangSIN KUN BU TEK ? KHO PING HOO
PUSTAKA: AWIE DERMAWAN
CerSil KhoPingHoo Group 60
TXT&PDF MAKER : OZ
Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seng yang cukup tangkas dan cepat gerakannya.
Untuk beberapa lama hwesio penjaga pintu itu belum juga
keluar lagi, sedangkan empat pahlawan congtok yang menanti di luar
sudah merasa berdebar hatinya.
Tiba-tiba terdengar bentakan dari dalam. "Hai, para anggota
garuda sakti, anjing-anjing penghianat dan penjilat kaisar. Kalau
memang berkepandaian, tunggulah kami di luar!"
"Bangsat-bangsat penghianat dan pemberontak tak bermalu.
Keluarlah kalian!" Lui Tiong balas memaki dengan marah dan cabut
pedangnya.
Tiba-tiba dari dalam melayang keluar piauw yang menyambar
ke arah Lui Tiong, disusul dengan loncat keluarnya seorang tua yang
berteriak:
"Bangsat, lihat senjata!"
Lui Tiong gunakan pedangnya menangkis senjata rahasia yang
menyambar padanya dan ketika melihat menyambarnya golok, ia
berkelit lalu balas menyerang. Pada saat itu, dari dalam keluarlah
seorang muda yang langsung menyerang Kang Eng yang segera
menangkisnya. Ternyata orang tua yang bertempur melawan Lui
Tiong adalah pemimpin rombongan penari dan pemuda yang
berkelahi dengan Kang Eng adalah seorang muridnya.
Sebagaimana pihak Lui Tiong, ternyata rombongan penari
yang telah bersiap dan mengintai dari dalam itu, pecah rombongan
menjadi dua bagian. Ketika Heng San dan Kang Seng menjaga
dengan waspada di atas genteng, tiba-tiba dari bawah menyambar
enam buah peluru yang disambitkan ke arah tubuh mereka. Heng San
berseru: "Awas!" dan dengan lincah ia bergerak dan berhasil
menangkap empat buah peluru. Yang dua dapat disampok
siangkiamnya Kang Seng.
Kemudian dari bawah melayanglah dua tubuh manusia
dengan cepat sekali dan tahu-tahu di depan mereka berdirilah dua
Wiro Sableng 005 Neraka Lembah Tengkorak Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Pendekar Naga Putih 14 Pusaka Bernoda
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama