Ceritasilat Novel Online

Pendekar Darah Pajajaran 7

Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo Bagian 7



Pedang pusaka ditangan kanannya melintang didadanya yang bidang dengan mata tajamnya kedepan.

Jari-jari tangan tangan kirinya mengembang tegang dan matanya memandang tajam kearah lawannya si

Kobar. ? Itulah gerakan Wuru-shakti dalam bentuk jurusnya "Terkaman harimau kumbang".

Secepat kilat Yoga Kumala melompat dengan serangan langsung pada Kobar dengan diiringi tawanya

yang terkekeh-kekeh menyeramkan. Sesaat Kobar terkesiap menyambut serangan yang sukar diduga-

duga itu. Ia melompat tinggi surut kesamping kanan sarnbil memapaki serangan pedang Yoga Kumala

dengan pusakanya. Ujung pedang pusaka masing-masing beradu dengan mengeluarkan api dan kedua-

duanya terperanjat mundur kebe/akang selangkah, demi mengetahui kedahsyatan tenaga lawannya.

Dalam hati Yoga Kumala memuji pula akan ketangguhan lawaw, yang dapat lolos dari serangannya.

Sebaliknya Kobar juga terperanjat demi merasakan pedih telapak tangannya yang menggenggam

pedang pusakanya. Andaikan ia tak mengerahkan kesaktiannya tentulah pedang pusaka akan terlepas

dari genggamannya. Demikian dahsyatnya serangan Yoga Kamala. ? Pikir Kobar.

Tanpa diperintah Dirham segera menerjang Berhala dan pertempuran sengit dalam dua

kalangan segera berlangsung. Semula perhatian Yoga Kumala terpecah menjadi dua. Ia bertempur

melawan Kobar yang ternyata tangguh sambil mengawasi Dirham yang sedang bertempur melawan

Berhala. Ia sedikit cemas menyaksikan gerakan-gerakan Dirham yang agak lambat itu, sedangkan

ketangguhan tenaga si Berhala ia telah mengetahuinya.

Tetapi ternyata kelambatan gerakan Dirham memiliki unsur2 serangan yang cukup bahaya bagai

lawannya. Sehingga pertempuran sesaat kemudian menjadi seimhang.

Menyaksikan demikian, Yoga Kumala telah lenyap rasa cemasnya dan kini ia mulai memusatkan

seluruh perhatian pada gerakan lawan yang tengah dihadapanya.

Sebentar-sebentar Yoga Kumala terhuyung2 dengan langkah-langkah wurushaktinya kedepan

dan kesamping untuk menghindari serangan2 maut dari Kobar, dengan balasan2 serangan yang cukup

berbahaya pula.

Dua pedang pusaka berkelebatan hingga menyilaukan pandangan, bagaikan kupu2 yang berkejaran.

Pohon-pohon disekitarnya banyak yang tumbang terkena tebasan dua pedang pusaka itu.

Sedang pohon-pohon yang masih berdiri, daun2 dan ranting2nya telah rontok terkena angin sambaran

kedua orang shakti yang sedang bertempur dengan serunya masing2 ingin merenggut jiwa lawan dalam

waktu yang singkat. Namun belum juga ada yang roboh.

Jurus-jurus Cahaya Tangkuban Perahu ciptaan Ejangnya Cahaya Buana Pendeta Pajajaran yang Shaktikini mulai dilancarkan oleh Yoga Kumala. Demikian pula Kobar telah menggunakan ilmu pedang warisan

ayahnya si Ular Merah. Gerakan-gerakan tusukan sabetan dan tebangan silih berganti dengan cepatnya,

dan hanya sinar hitam semburat biru yang bergulung saja yang nampak dapat dilihat dengan mata, akan

tetapi sesaat kemudian Kobar terperanjat sesaat setelah mengetahui, bahwa pedang pusaka Yoga

Kumala selalu dapat mendahului akan gerakan-gerakan ujung pedangnya yang bagaikan kilat itu.

Kini kedua ujung pedang pusaka melekat bagaikan terkena daya tarik besi sembrani dan masing-

masing mengerahkan tenaga dalamnya untuk melepaskan senjatanya agar kemudian dapat mendahului

menyerangnya lawan. D-ngan kuda-kudanya yang kokoh menunjam ditanah Kobar menyerahkan

seluruh tenaga kesaktiannya, untuk dapat terlepas ujung pedang pusakanya dari pedang lawan.

Sekuijur badannya telah mandi air peluh. Mulutnya terkatub rapat dan giginya gemertak. Kerut

didahinia yang penuh air peluh nampak Iebih jelas. Namun masih saja ujung pedang pusakanya tetap

melekat pada pedang pusaka Yoga Kumala yang berdiri merendah dengan kedua kakinya terbentang

lebar dengan kedua lututnya yang sedikit ditekuk itu.

Tiba-tiba badan Yoga Kumala bergetar dan bergerak lebih merendah lagi. Tangan kirinya

diangkat kemuka dengan jari-jarinya mengembang tegang. Dan . . , . kembali suara tawa terkekeh-kekeh

yang menggema menyeramkan keluar dari mulutnya yang menyeringai. Itulah pengerahan tenaga Shakti

ajaran Ki Dadung Ngawuk yang telah dipadu dengan ajaran Ajengan Cahaya Euana. Bersamaan dengan

lenyapnya suara ketawanya yang menyeramkan, ia melesat tinggi sambil berseru lantang ? Lepas

pedang ?

Pedang pusaka ditangan kanan Yoga Kumala yang ujungnya menempel pada ujung pedang

lawan ditekan kesamping dengan pengerahan tenaga dalam yang dahsyat hingga dengan sendirinya

bergeser kearah jari-jari tangan lawan yang menggenggam pedang. Suatu gerak ?Sontekan? dengan

pedang pusakanya memaksa Kobar melepaskan pedangnya. Cepat bagaikan kilat pusaka itu disusul

dengan Sabetan kearah senjata lawan yang sedang terlepas itu dan tanpa diketahui pedang pusaka

Kobar telah terpental membumbung tinggi jauh kebelakang sekira sepuluh langkah. Bersamaan dengan

terpentalnya pedang pusaka Kobar, Yoga Kumala telah menyerangnya dari atas dengan ujung pedang

pusakanya kebawah mengarah dada Kobar yang sedang mendongak mengikuti terpentalnya senjatanya.

Semua gerakan itu demikian cepatnya, hingga sukar untuk diikuti dengan pandangan mata.

Itulah serangan maut berangkai dalam bentuk jurus jurus ?Petikan bunga berduri? dan dirangkaikan

dengan ?Tusukan sambar nyawa...

Menghadapi serangan demikian itu Kobar seakan-akan merasakan bahwa ?dewa maut? telah

berada di-umbun2 kepalanya. Semangatnya terbang mengikuti terpentalnya pedang pusakanya. Ia tak

menduga sama sekali, bahwa lawan yang dihadapinya memiliki kesaktian yang amat tinggi dan hampir

mendekati sempurna. Sejak lama ia ingin mengukur kesaktian Yoga Kumala, dan dahulu ia mengira

bahwa ilmu Yoga Kumala tentu berada dibawah kesaktiannya.

Tapi kini ia telah menghadapi suatu kenyataan. Dan jelas dalam mengadu tenaga shakti ia

merasa setingkat berada dibawah Yoga Kumala.

Namun ia tentu tak mungkin mau mengakui dengan terang-terangan. Desakan angkara murka dan sifat

kejahatan yang menyelubungi dirinya membuat ia bertambah dendam pada Yoga Kumala.

Sewaktu ujung pedang Yoga Kumala hampir menyentuh dadanya. Kobar menjatuhkan diri

sambil menendang dengan kakinya kiri kearah pergelangan tangan Yoga Kumala dan dirangkaikan

dengan jungkir balik surut ke belakang hingga sepuluh langkah lebih . . . . Demikian jauhnya ia

bergulingan menghindari, takut kalau-kalau serangan lanjutan segera menyusul.

Akan tetapi watak ksatria Yoga Kumala sebagai pendekar darah Pajajaran, mencegahnya untukmembunuh lawan yang sedang tak bersenjata. Yoga Kumala hanya berdiri dengan kakinya yang

terpentang lebar sambil mengawasi Kobar yang sedang bergulingan menjauhkan diri padanya dengan

ketawa menyeringai.

? Hai Kobar! Pungutlah senjatamu kembali dan tunjukkan kejantananmu dalam menghadapi

maut sebagai hukuman pengkhianatanmu ini? Kesempatan itu tak dibuang dengan sia-sia oleh Kobar.

Cepat-cepat ia melompat dan memungut pedang pusakanya yang menggeletak diatas tanah tak

seberapa jauh darinya. Akan tetapi bukan untuk melangkah maju menyerang lawan . . . . Ia secepat kilat

melompat kepelana kuda tunggangannya yang berada disampingnya dan memacunya kabur

meninggalkan gelanggang sambil berseru.

? Yoga Kumala! Kita lanjutkan pertempuran ini, setelah selesai pesta upacara pernikahan

dengan adikmu Indah Kumala, seratus hari lagi menjelang bulan purnama .... Dan penuhilah undanganku

ini untuk datang, di Muara Musi guna menyaksikan pesta perkawinanku! ?

Bersamaan dengan melesatnya Kobar. Berhalapun segera turut meninggalkan gelanggang

dengan menaiki kudanya dan hilang dikegelapan malam, dengan terluka dilengan kirinya, Yoga Kumala

yang hendak melompat mengejar, tetapi Dirham segera mencegahnya.

? Gusti Yoga! Biarlah jahanam-jahanam itu kali ini lolos dari maut. Tugas Gustiku amat berat

dan memerlukan pemikiran yang sempurna. Kita harus dapat membebaskan Gusti Sontani, Braja

Semandang dan putri putri tamtama narasandi termasuk adik kandung Gustiku Yoga serta tawanan-

tawanan keseluruhannya. Baru kemudian kira harus dapat menumpas gerombolan - gerombolan

jahanam itu, untuk dapat memenangkan peperangan. ?

? Ya . . , pendapatmu benar. Trima kasihlah atas nasehatmu itu, ? jawab Yoga pendek.

*

* *

B A G I A N V.

DENGAN langkah yang gontai Yoga KumaTa dengan diikuti oleh Dirham berjalan menyusuri

tebing sungai Musi kemuara dalam gelap malam.

Beberapa macam perasaan menyekap dirinya. Ia sedih karena tak mengetahui bagaimana kini

nasib Indah Kumala Wardhani adiknya. Dan menyesal mengapa ia membiarkan adiknya terlibat dalam

peperangan ini . . . sifat-sifat kenakalan dan kelucuannya membayang kembali dihadapannya. Yaaaa . . . .

dan bagaimanakah nasib Ktut Ghandra putri pulau Dewata yang menjadi idam-idamannya itu . . . .

Sampai disini hatinya menjadi tersayat sayat sedih diliputi kecemasan. Ia menyesal mengapa tak dapat

langsung melindunginya. Wajahnya ayu yang selalu dihiasi dengan senyuman dan kerlingan matanya

yang memikat hati itu kini membayangkan kembali dalam angan2nya.

Ia terkenang pula akan kelincahan Ratnasari yang selalu dekat padanya.

Jasa-jasa Sontani dan Braja Semandang yang selalu mendampingi dalam suka dan derita, tak mudah pula

untuk dihilangkan dari ingatannya.

Tapi apa mau dikata. Nasib umat manusia telah ditentukan oleh Penciptanya.

Dikala itu, waktu telah larut malam mendekati terang tanah. Bintang bintang bertaburan

diangkasa dengan sinar pancaran yang berkelipan.

Semakin lama sinar pancaran gemerlapan bintang-bintang itu menjadi semakin pudar, dan

lambat laun hilang lenyap tersapu oleh cahaya merah keemasan, menyambut merekahnya sang

matahari dari ufuk Timur . . . Fajar. Kabut tipis perlahan-lahan membumbung ke-angkasa dan

mataharipun terbit dengan riahnya.Berhari-hari Yoga Kumala dengan diikuti Dirharn berjalan terus menuju kearah Timur mengikuti

arus air sungai Musi, dengan angan-angan yang sedih kusut dan jauh merana. Kadang-kadang mereka

beristirahat di tengah-tengah hutan ataupun diperdesan di rumah-rumah para petani yang dijumpainya

dalam perjalanan, ada kalanya jalan yang ditempuhnya terputus karena menjumpai daerah rawa-rawa

yang sukar untuk dilaluinya, sehingga mereka harus menempuh perjalanan memutar arah.

Dalam perjalanan itu mereka tak banyak bercakap-cakap hanya Dirhamlah yang selalu berusaha

menghibur Yoga Kumala dengan nasehat-nasehat demi berhasil dalam mengemban tugas yang mulia

itu. Dan kiranya Yoga Kumala menjadi sadar kembali. Dalam hati ia bersumpah, tak akan kembali

sebelum dapat memenangkan peperangan dan membebaskan seluruh tawanan serta menumpas

gerombolan pengkhianat Kobar. Iapun rela untuk mengorbankan jiwa, demi menjunjung tinggi tugasnya

itu.

Sebulan telah berlalu, dan kini mereka berdua telah tiba diperbatasan Kotaraja Sriwijaya dekat

bandar Muara Musi. Mereka singgah disebuah desa pinggir kota raja itu dan atas petunjuk Dirham,

mereka berdua berganti pakaian sebagai petani-petani biasa. Dengan demikian mereka tak kuatir akan

di curigai oleh para tamtama kerajaan musuh.

Sambil menunggu saat para utusan dari pasukan yang terpecah pecah sebagaimana dahulu kala

telah ditentukan, Yoga Kumala dan Dirham menjelajahi Kota Raja dengan menyamar sebagai rakyat

biasa, ataupun sebagai pedagang keliling.

Tiba-tiba diwaktu larut malam, sedang mereka berdua merebahkan badan untuk mengaso

disebuah rumah penginapan, pintunya diketuk pelan-pelan oleh orang. Cepat Yoga Kumala dan Dirham

menyandang pedangnya dan membuka pintu, sambil bersiap siap untuk menghadapi segala

kemungkinan. Orang itu segera memasuki kamar dan dengan tangkasnya ia menutup rapat pintunya

kembali, dengan tanpa mengeluarkan sepatah kata. Ia mengenakan pakaian serba hitam dengan

kepalanya tertutup topi anyaman dari alang-alang liar, melihat gerakan tamu yang tak, diundang itu,

ujung pedang pusaka Yoga Kumala berkelebat dan telah menempel di punggung orang yang sedang

menutup pintu.

? Jangan bergerak!!! Perintah Yoga Kumala singkat dengan nada yang tertahan. Namun aneh.

Orang itu sedikitpun tak memperlihatkan kecemasannya, bahkan seakan-akan tak menghiraukan sama

sekali ancaman Yoga Kumala.

Dengan tenangnya ia memalingkan kepalanya kearah Yoga Kumala, sambil membuka topinya

yang lebar dan hampir menutupi matanya itu.

Sesaat Yoga Kumala terperanjat demi melihat wajah tamunya itu. Pedang pusaka disarungkan

kembali dan ia menubruk orang yang berbaju serba hitam serta memeluknya erat-erat.

? Kakang Talang Pati! Tak kusangka bahwa aku dapat berjumpa denganmu disini . . . . !!

? Adi Yoga! Hampir satu tahun aku menjelajah mengembara untuk mencarimu dan akhirnya

dewata mempertemukan kita kembali. Suatu pertemuan yang sangat mengharukan.

Mereka saling berpelukan dengan eratnya. Sedangkan Dirham hanya berdiri dengan mulut


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


ternganga.

Perlahan lahan mereka masing - masing melepaskan pelukannya dan kini kedua saudara angkat

duduk berdekatan ditempat pembaringan Yoga Kumala.

? Oh Ya, hampir-hampir aku lupa memperkenalkan denganmu Dirham! Ini adalah kakak

angkatku kakang Talang Pati! kata Yoga pada Dirham yang masih saja berdiri ternganga.

Cepat Dirham mendekat dan membungkukkan badannya sambil berkata pelan ? Selamatdatang Gustiku Talang Pati.

? Saya adalah pengawal pribadi Gustiku Yoga Kumala!?

Sambil memegang pundak Dirham dan mempersilahkan untuk duduk didekatnya, Talang Pati

menyahut jangan menyebutku dengan Gusti, karena aku bukan priyagung seperti adikku Yoga Kumala!

Panggillah aku dengan Kakang Talang Pati saja.

Sejenak Dirham memandang pada Yoga Kumala dan kemudian menundukkan kepalanya. Ia

merasa janggal dan canggung untuk menyebutnya Talang Pati dengan kakang. Bukankah ia berhak pula

akan sebutan Gusti, karena adi angkatnya seorang priyagung yang mempunyai kekuasaan penuh sebagai

penjabat Senapati Manggala Yudha Kerajaan Negeri Tanah Melayu Pagar Ruyung yang besar itu.

Kiranya Yoga Kumala cepat dapat mengungkap isi hati Dirham. Dan sambil bersenyum ia berkata

padanya ? Penuhilah kehendak kakang Talang Pati itu, Dirham. Ia memang aneh dan selalu bersikap

merendahkan diri. Maka panggillah ia dengan sebutan "Kakang" saja agar hubunganmu dengannya tak

canggung lagi.?

? Baik Gusti! ... Dan maafkan kakang Talang Pati. Demi memenuhi kehendakmu dan perintah

Gustiku, perkenankanlah saya memanggilmu "Kakang" sahut Dirham sambil berpaling pada Talang

Pati.?

? Bagus! Bagus! Aku lebih senang akan perlakuan yang dernikian, Dirham! ? Jawab Talang Pati

dengan senyumnya lebar. Kini ketiganya menjadi lebih akrab lagi dan percakapan berlangsung dengan

asyiknya hingga pagi hari walau percakapan itu, Talang Pati menceritakan, bahwa kedatangannya adalah

memenuhi perintah gurunya Kakek Dadung Ngawuk. Ia diharuskan mencari Yoga Kumala hingga ketemu

dan selanjutnya mendampingi dalam suka deritanya.

Dalam perdialanan Talang Pati telah pernah bertemu dengan Martiman dan Martinem dan kedua anak

itu kini dititipkan pada Bupati Indramayu Wirahadinata ayah angkat Yoga Kumala. Dengan singkat

diceriterakan bahwa pertemuan dengan Martiman dan Wirtinem waktu itu dalam keadaan yang sangat

menyedihkan. Kedua anak itu berada dalam cengkeraman seorang penjahat lumpuh yang shakti

bergelar ?si Ular Merah" Mereka dipaksa bekerja sebagai pengemis secara bergantian demi kebutuhan

hidupnya si Ular Merah. Ia menjumpai Martinem sewaktu anak itu sedang mengemis dengan pakaian

yang kumal dan compang camping. Anak itu sendiri kurus kering.

Dengan menangis terisak-isak Martinem menceriterakan bahwa kantong kulit yang berisikan harta milik

Yoga Kumala dahulu dirampasnya dan kakaknya Martiman diikatnya dan diancam akan dibunuh jika ia

tak mau mengemis untuk kepentingan sipenjahat itu. Dan jika kakaknya Martiman yang dilepas untuk

mengemis maka ia Martinemlah yang diikat sebagai jaminan, agar Martiman tak dapat melarikan diri.

Penderitaan itu baru berakhir setelah Talang Pati dalam pertempuran yang sengit dapat membunuh si

penjahat Ular Merah.

Dan dari mulut si Ular Merah sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Talang Pati mengetahui,

bahwa Kobar adalah keturunan tunggal dari sipenjahat shakti. Kepada Yoga Kumala dinasehatkan agar

selalu waspada dalam menghadapi Bupati Anom Tamtama Kobar.

Yoga Kumala mendengarkan ceritera Talang Pati dengan perasaan2 yang sangat iba.

Dalam kesempatan itu Yoga Kumala tak lupa pula menyerahkan sebuah cincin batu akik ?panca warna

warisan mendiang gurunya mbah Duwung.

Akan tetapi cincin batu itu diserahkan kembali pada Yoga Kumala dan dijelaskan akan

khasiatnya.Dalam menjelajahi hutan belantara, cincin batu " Panca warna" itu apabila dipakai dapat

mengusir binatang binatang buas, karena binatang-binatang itu takut pada pancaran sinarnya.

*

* *

B A G I A N VI

HARI ITU telah lewat siang tengah bari. Matahari telah condong ke barat dengan memancarkan

sinar teriknya, ditengah-tengah lembah hutan yang lebat agaknya Sungai Ogan dan Sungai Komering

nampak adanya gerombolan manusia yang 3edanq duduk bercakap-cakap dengan asyiknya.

Pohon-pohon yang tumbuh liar dan lebat itu kiranya dapat dijadikan tempat persembunyian

yang aman.

Diantara pohon-pohon yang rindang dan tumbuh liar terdapat sebuah pohon raksasa yang telah

berabad-abad usianya. Daun-daunnya menyerupai pohon beringin demikian pula batang dan ranting

rantingnya. Tapi akar-akarnya yang panjang bagaikan tali tambang tumbuh lebat dibatang dan cabang-

cabangnya yang besar, bergantungan dimana-mana tak teratur. Akar pokoknya yang dibawah amat

besar dan kokoh, menonjol keluar dan menjulur kesemua penjuru.

Besar pohonnya kira-kira lebih dari pelukan lima orang bergandeng- Demikian besarnya dan

rindangnya pohon itu hingga dapat melindungi seratus oranq lebih dari panas terik matahari dan hujan

Sesungguhnya lembah hutan belantara itu tak seberapa jauh letaknya dari kota RaJja Sriwiijaya.

Ia berada disebelah selatan dan dapat ditempuh dengan jalan kaki sehari penuh hingga sampai

di Kotaraja. Akan tetapi karena lembah hutan itu amat lebatnya dan ba yak rawa rawa serta binatang-

binatang buas, maa tak seorangpun sudi memasuki hutan belukar itu.

Dan baru pertama kali inilah tempat yang tak pernah dikunjungi oleh manusia, menjadi tempat

pertemuan para Tamtama dan Priyaguna Kerajaan Negeri Tanah Melayu Pagar Ruyung yang dipimpin

oleh Yoga Kumala. Mungkin bagi mereka dipandangnya sebagai suatu tempat yang paling aman untuk

merundingkan sesuatu rahasia yang amat penting berkenaan dengan siasat rencana perangnya.

Ternyata memang benar demikian.

Kini tempat itu telah menjadi kota dan dinamakan kota Kayu Agung sebagai kenang kenangan

pada pohon raksasa yang pernah berdiri megah dan bersejarah dimasa-masa yang telah silam.

Yoga Kumala dengan didampingi oleh Talang Pati dan Dirham duduk bersandar pada pohon

raksasa.

Sedangkan Damar Kerinci duduk dekat dihadapannya. Dibelakang tamtama Damar Kerinci dan

sekitarnya nampak para tamtama utusan-utusan dari pasukan2 jang kini telah mengepung Kota Raja

Sriwijaja dari segenap penjuru dalam Susunan perang "Sandhi Yudha"

Dalam pasewakan paripurna ditengah hutan belantara ini telah ditentukan waktu dan harinya

untuk mengadakan serangan serentak yang langsung ditujukan pada Kota Raja jantung kekuasaan

Kerajaan Sriwijaya. Dan isyarat-isyarat sebagai printah pucuk pimpinan dari Mangsala Yudha Yoga

Kumala telah pula ditetapkan.

Senapati Damar Kerinci berkenan untuk sementara waktu memimpin pasukan penyerbuan,

sedangkan Yoga Kumala akan membebaskan seluruh tawanan dan menumpas gerombolan bajak laut

yang dipimpin Kobar.Pasewakan yang dihadiri para utusan utusan pasukan yang terdiri dari 100 orang priyagung

tamtama kerajaan mulai berkobar dimana-mana induk pasukan tak mengherankan karena kebanyakan

praja Kerajaan yang memegang kekuasaan pada umumnya bertindak semena-mena terhadap rakyatnya.

Para bajak laut, perampok-perampok dan orang2 jahat dibina oleh para priyagung yang mempunyai

wewenang, untuk dijadikan perisai dan alat untuk memeras rakyat.

Ajaran-ajaran agama telah dikesampingkan, dan hanya nafsu angkara murkalah yang selalu

diketengahkan. Mereka telah tak mengenal lagi pada Tuhan Penciptanya. Demikian jauhnya mereka

tersesat.

Pendeta-pendeta yang mengajar kebajikan serta membela rakyat tertindas, diusirnya dan bahkan

banyak diantaranya yang dibunuh dengan secara kejam.

Kuil-kuil dan candi-candi tempat sembahyang tidak lagi mendapat perawatan sebagaimana

mestinya.

Rakyat miskin dan hidup dalam ketakutan. Kepercayaan pada kerajaan telah lenyap. Dengan demikian

keagungan Kerajaan Sriwijaya menjadi pudar.

Kedatangan pasukan - pasukan Kerajaan Negeri Tanah Melayu Pagar Rujung disambut oleh

rakyat bagaikan mendapat pelita dalam kegelapan.

Kaum pria yang masih memiliki keberanian segera menggabungkan diri dengan kerelaan untuk

turut serta dalam menumpas penguasa-penguasa yang menyeleweng dan tersesat jauh. Sedangkan

kaum wanita membantu dibelakang barisan dengan mengumpulkan perbekalan perbekalan pangan dan

sebagainya.

Dan mereka yang takut akan peperangan telah mulai mengungsi berbondong - bondong

menjauhi Kota Raja. Kiranya bukan hanya rakyat jelata saja yang mengungsi tetapi sebagian besar dari

para priyagung yang mencintai harta bendanya telah pula sibuk mengungsi dengan membawa hasil

perasaan rakyat yang berlimpah-limpah itu.

Mereka ingin hidup terus untuk dapat menikmati harta kekajaannya yang diperolehnya dengan

tak wajar.

yaaaa, merEka telah lupa bahwa mati dan hidup manusia berada dalam Kekuasaan Tuhan.?

Desa demi desa dan kota demi kota direbut dan beralih dalam tangan kekuasaan Kerajaan Negeri Tanah

Melayu Pagar Rujung.

Dengan menYusuri Sungai Komering sEbagai nelayan, akhirnya Yoga Kumala dengan didampingi

oleh Talang Pati dan Dirham dapat pula memasuki Bandar Muara Musi.

Sementara itu pasukan-pasukan kecil telah beradu pula Tanjung Kalimantan dan sebagian lagi

telah tiba disebelah selatan Muara Sungai Musi ialah didekat Muara Sungai Sabal.

Siang telah berlalu dan hari mulai gelap Dewi malam mulai nampak diketinggian dengan

pancaran sinarnya, menerangi remang remang mayapada, bagaikan Ratu Ayu yang sedang duduk di

Singgasana. Langit biru membentang cerah dan bintang-bintang gemerlapan diangkasa, laksana batu

permata yang bertaburan.

Muara Sungai Musi yang amat lebar mengalir dengan tenang. Namun jelas nampak adanya

suatu kesibukan yang lain dari biasanya diatas permukaan air yang setenang itu.

Berpuluh puluh perahu layar besar berlabuh di Bandar Muara sungai Musi. Bendera lambang

kebesaran Kerajaan Sriwijaja dan panji-panji berkibar-kibar diatas perahu yang berlabuh.

Satu diantaranya terdapat sebuah perahu layar yang cukup besar, dan berlabuh ditengah.tengahdengan dihiasi lampu lampu dan pintu kain sutra yang beraneka warna.

Dari gladag sampai dimenara nampak terang benderang karena banyaknya Iampu yang

bergantian.

Para priyagung dan tamtama Kerajaan berpakaian kebesaran kelihatan hilir mudik di gladak

perahu itu dalam suasana kesibukan.

Kemudian terdengar sayup-sayup bunyi gamelan yang bertalu-talu dari atas geladak perahu layar itu.

Seorang priyagung dalam pakaian kebesarannya sebagai Senapati Manggala muda tamtama

Kerajaan Sriwidiaja tiba tiba muncul diatas geladak. Ia berdiri sempoyongan sambil ketawa riang

terbahak bahak dalam keadaan setengah mabok karena kebanyakan minuman keras.

Ia adalah pengkhianat Kobar yang sedang pesta pora hendak melangsungkan perkawinannya

dengan Indah Kumala Wardhani diatas geladak perahu layar itu. Sepuluh pengawal pribadinya dalam

pakaian tamtama Kerajaan mengikuti di belakangnya.

Menyusul kini para priyagung yang kebanyakan terdiri para pemimpin bajak laut, hingga hampir

memenuhi ruang diatas geladak.

? Hai, Berhala dan Kelingi!! Bawalah segera sesaat untuk upacara perkawinanku itu kemari.

Haa, ha, haaa ha !! Suara perintah Kobar terdengar lantang diiringi tawanya yang terbahak-bahak.

Dua orang yang diperintah itu segera turun kebawah dan tak lama kemudian kembali diatas

geladak dengan membawa 3 orang tawanan yang masing-masing diikat kedua tangannya kebelakang

erat-erat. Yalah 2 orang pria dan seorang wanita. Ternyata dua orang pria itu adalah Sontani dan Braja

Semandang, sedangkan wanita yang rambutnya terurai dan duduk tertunduk adalah Ktut Chandra.

Ketiga-tiganya berpakaian serba hitam dan duduk berpegang pada dinding perahu.

Sesaat suasana menjadi sunyi, karena perhatian para hadiriin kini terpusat pada ketiga tawanan

yang duduk tertunduk tak bergerak itu.

Beberapa hadirin ada yang berbisik-bisik sambil sebentar-sebentar berpaling kearah Ktut

Chandra. Ada yang merasa kasihan demi menyaksikan putri pulau Dewata itu. Tetapi banyak pula yang


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


hanya merasakan sayang, karena tertarik akan cantiknya, dan bukan karena perasaan perikemanusiaan.

Tak seorang berani membuka mulut menyatakan perasaannya. Semua hadirin membisu. Mereka

tahu bahwa Kobar memegang kekuasaan yang tinggi dan apapun yang dikehendaki tak akan ada yang

dapat merintanginya.

Suasana sepi itu hanya berlangsung sejenak. Karena tiba2 Kobar berbicara lantang memecah

kesunyian. ? Hadirin dan segenap priyagung tamtama Kerajaan yang berada dibawah perintahku! Kini

upacara perkawinanku akan segera dimulai. Sebagai upacara pembukaan aku akan sesaji pada dewa-

dewa yang bersemayam di Sungai Musi lambang kebesaran kita ini dan Dewa2 di lautan.

Sesajiku berupa darah manusia yang segar. Darah kedua pria yang akan kupenggal lehernya

nanti adalah untuk Dewa Sungai Musi, sedangkan darah gadis remaja adalah sesajiku untuk Dewa2 di

Lautan.

Kali ini aku akan sesaji besar dan lain dari pada biasanya demi untuk syahnya perkawinanku dan

demi untuk kemenangankul Aku berjanji pula pada segenap priyagung tamtama yang berada dibawah

perintahku, bahwa kelak akan kuberi hadiah-hadiah dan pangkat yang setimpal dengan jasa-jasa

saudara-saudara.

Ketahuilah bahwa cita-citaku tentu akan tercapai. Tak lama lagi aku tentu akan duduk

disinggasana Kerajaan Sriwijaya, karena saudara-saudara telah mengetahui sendiri, bahwa si Baginda

kini telah lolos meninggalkan Kerajaan. Kiraku dengan kekuatan yang ada sekarang, aku sangat mudahuntuk menumpas Sanggahan Alam beserta pasukannya.

Ini semua akan segera ku lakukan, setelah pesta perkawinanku selesai! Nah!...saudara-saudara

hadirin semua! Jika ada sesuatu usul ataupun pertanyaan-pertanyaan hendaklah segera diajukan

sebelum aku memulai dengan sesaji! ?

Suaranya parau tetapi berkumandang penuh wibawa. Kata demi kata dapat jelas ditangkap oleh

para priyagung yang hadir.

Kiranya Kobar telah memusatkan tenaga shaktinya untuk memumalkan rasa maboknya. Seakan-akan ia

percaya penuh pada kemampuannya sendiri. Suatu khayalan yang bayang bayang, bahwa ia sebentar

lagi akan menjadi raja telah nampak didepannya.

Maksud siasat pengkhianatan yang kedua kalinya ini tentu akan berhasil pula pikirnya.

Ia menyapu dengan pandangan mata yang tajam kearah semua

Dan segenap priyagung yang kebanyakan terdiri dari para pimpinan bajak laut dan perampok -

perampok itu menanggapi maksud pengkhianatan Kobar dengan sangat gembira. Telah lama mereka

menunggu-nunggu ketegasan Kobar. Mereka saling berebut menunjukkan kesetiaannya, demi

kepentingan masing-masing.

Dan nafsu angkara murkanya melonjak-lonjak. Mereka ingin cepat-cepat dapat menikmati

kekuasaan yang lebih dari pada sekarang dengan harta kekayaan yang berlimpah limpah, sekalipun

harus menginjak2 kerangka2 rakyatnya sendiri.

Kini mereka berunding untuk mengajukan usul masing-masing. Suaranya beriring memenuhi

geladak perahu layar yang besar itu bagaikan lembah dalam sarang.

Kelingipun nampak mondar-mandir dan turut serta berunding dengan para priyagung yang

berkelompok2.

Sejenak kemudian, tiba2 Kelingi menghadap Kobar dan bicara dengan semangat yang me-nyala2.

? Gustiku Kobar! saya mewakili! segenap para priyagung untuk menyampaikan sesuatu usul.?

? Bagus ! Bagus! Bicaralah segera!? Sahut Kobar sambil tertawa lebar.

? Gustiku Kobar tentunya telah mengetahui tentang kesetiaan2 kita semua. Dan kemampuan2

serta jasa-jasa kita semua selama mengabdi pada Gustiku Kobar tentunya telah diketahui pula. Dan

kiranya gustiku tentu takkan ragu2 lagi pada kita.

Untuk apakah Gustiku Kobar menunda2 pemberian pangkat pada kita? Bukankah Gusriku Kobar

sekarang telah pula menentukan dan mengangkatnya sebagai calon dengan disaksikan oleh kita semua

yang hadir?

Dengan demikian kita akan lebih bersemangat dalam mengemban tugas masing2.

Sesaat Kelingi berhenti bicara, sambil berpaling kearah hadirin, seakan2 menunggu suara

dukungan dari teman2nya. Namun kesemuanya diam dan hanya saling ber-bisik2 lirih, menunggu

jawaban keputusan Kobar.

Tiba2 Kobar ketawa ter-bahak2 sambil berbicara lantang: ? Ha . . . Ha Haaa . . . .usul yang bagus ! Aku

telah dapat menangkap isi hati kalian, Baiklah ! Hari ini juga aku akan membentuk Kerajaan bayangan,

dan aku sendirilah Maharajanya. Susunan tatapraja.

Kerajaan bayangan ini akan kutentukan sekarang juga, agar kalian tiada ragu2 lagi, dan kelak

setelah menjadi suatu kenyataan, kalian tinggal menduduki pangkat dan jabatan sesuai dengan

ketentuan2 yang telah saya tempatkan sekarang!.

Tepuk tangan terdengar riuh gegap gempita menyambut ketegasan Kobar. Dan memang itulah

yang telah lama dinanti2 oleh mereka.

Semua puas dengan diliputi oleh rasa gembira? Diam! Dan dengarlah keputusan saya baik2!!?

Mendengar seruan Kobar yang berwibawa itu, suasana kini menjadi sepi. Tak seorangpun berani

membuka mulutnya.

Dengan hati yang berdebar2 mereka menanti keputusan tentang pemberian pangkat bayangan

pada masing2.

Dalam hati Sontani, Brojo Semandang dan Ktut Chandra yang duduk dilantai geladak, ketawa

geli pula demi mendengar percakapan mereka itu.

Akan tetapi ketiga2nya tetap saja duduk tertunduk dengan tenang mereka tak berdaya, karena

kedua belah tangan masing2 dibelenggu kebelakang erat2.

? Sampai saat akan menghadapi hukuman maut, mereka tak menunjukan rasa takutnya.

Mereka telah menyerah pada Dewata Yang Maha Agung, Maha Kuasa serta Maha sayang dan asih.

Rasa cemasnya telah hilang lenyap dan sedikitpun mereka tak mengeluh.

Mereka telah percaya penuh, bahwa apapun yang akan terjadi adalah kehendak Dewata Yang Maha

Agung.

? Berhala ! Bawalah calon permaisuriku keatas geladak, agar ia turut serta menyaksikan segala

keputusanku ini . . . .. Perintah Kobar kemudian.

Sejenak kemudian semua priyagung yang berada digeladak perahu itu bergeser, untuk memberi jalan

pada seorang wanita yang berkerudung putih dan dikawal oleh Berhala.

Semua hadirin segera membungkukkan badannya sebagai penghormatan atas hadirnya calon permaisuri

itu.

Namun puteri berkerudung putih itu sedikitpun tak menghiraukan akan penghormatan yang diberikan.

Ia tetap berjalan tenang dengan langkahnya yang kecil2 matanya memandang tajam kedepan dengan

pancaran sinarnya yang penuh wibawa. la adalah Indah Kumala Wardhani semua yang hadir diam

terpaku tak bergerak.

Dengan tangan yang masih terbelenggu serta duduk bersila Sontani berpaling sesaat kearah

Indah Kumala Wardhani dan kemudian tertunduk kembali. la tahu bahwa saat ini sang maut telah

berada diubun2nya; DETAK jantung yang berdebar2 ditekannya sendiri untuk kembali tenang; Tak sudi ia

mengeluh. Dan tak sudi pula ia merengek-rengek meminta belas kasihan Kobar agar jiwanya dilindungi.

Dan demikian pula kiranya perasaan Braja Semandang dan Khut Chandra.

Mati ditangan musuh, sebagai tamtama adalah merupakan hal yang wajar.

Akan tetapi . . . . demi menyaksikan hadirnya Indah Kumala Wardhani yang sebentar lagi akan

menyerah menjadi istrinya Kobar, mereka tak rela Rasa hatinya akan membrontak, akan tetapi apa

daya! Mereka telah dibelenggu erat2 hingga tak mungkin dapat melepaskannya.

Benarkah Indah Kumala Wardhani akan menyerah sedemikian saja ? Jika tidak, mengapa lndah

Kumala Wardhani sudi datang memenuhi panggilan Kobar? Bukankah ia dapat berbuat sesuatu untuk

menentangnya ? Melawan ataupun bunuh diri? Akan tetapi kesempatan untuk melayangkan angan-

angan itu tiba-tiba berhenti seketika.

Indah Kumala Wardhani yang kini berada kira kira tiga langkah lagi dari Kobar, tiba-tiba berdiri

tegak serta membuka dengan renggutan pada krudungnya sendiri.

? Bangsat pengkhianat Kobar! trimalah hadiahku ini! ? serunya.

Bersamaan dengan lenyapnya seruan Indah Kumala Wardhani, sebuah tusuk konde melesat

bagaikan kilat mengarah dada Kobar.

Serangan lemparan tusuk konde yang tidak diduga sebelumnya membuat Kobar terkesiap.sesaat. Ia melompat tinggi kesamping untuk menghindari senjata rahasia yang aneh itu, sambil berseru

mengejek dan menghunus pedangnya.

? Ha haaa haaa ha! tak kusangka bahwa calon istriku dapat pula bermain main dengan tusuk

kondenya!!!

Namun walaupun ia terhindar dari bahaya maut itu akan tetapi bulu tengkuknya berdiri juga.

Karena ternyata lengan kirinya masih dapat tergores dengan mengeluarkan darah segar.

Kiranya serangan yang dilancarkan oleh Indah Kumala Wardhani tidak berhenti hanya sekian

saja, sebagai cucu dari Ajengan Cahaya Buana yang sejak kecil mendapat warisan ilmu kanuragan dan

membenci sifat-sifat kejahatan, ia menjadi lebih marah setelah mengetahui serangannya yang pertama

gagal.

la maju selangkah sambil melepaskan angkin sutra dari pinggangnya, dan bersamaan dengan

berkelebatnya angkin sutra merah ditangan kanannya itu, dua buah tusuk kondenya dilemparkan

beruntun mengarah kepala dan dadanya Kobar.

? Sambutlah senjataku pamungkas ini serunya!

Saat itu Kobar belum berdiri tegak, dan kiranya tak mungkin untuk melompat menghindar.

Pedang pusaka ditangan kanan Kobar berputar cepat sambil merendah, menghindari

melesatnya tusuk konde emas yang mengarah kekepalanya bagaikan sambaran kilat :Criiiing! Sebuah

tusuk konde terkena sambaran pedang pusaka Kobar hingga terpental dan jatuh tertancap diatas

geladak tepat dihadapan Sontani yang sedang duduk tak berkutik.

Akan tetapi, tiba-tiba hadirin yang diam terpaku melihat ketangkasan Kobar itu, kini menjadi

gaduh.

Karena bersamaan dengan terpentalnya sebuah tusuk konde, Kobar tiba2 beseru tertahan sambil

terhuyung huyung kebelakang tiga langkah dengan mendekap pada mata sebelah kirinya. Aduh ?!

Kiranya ia kurang waspada dan sebuah tusuk konde lagi mengarah dadanya kini tepat mengenai

mata sebelah kiri, secara kebetulan karena pada saat itu ia merendah.

Lebih sejari tusuk konde itu menghujani dimata kirinya dan darah mengalir deras.

? Jahanam iblis betina!? Saksikan dulu sesajiku.? Seru Kobar sambil membalikkan badannya

serta mengayunkan pedang pusakanya dalam gaya ?tebangan maut? mengarah leher Sontani yang

sedang duduk dengan terbelenggu.

? Aaaiiiii ! ? Suatu jeritan panjang melontar dari mulut Indah Kumala Wardhani dan

bersamaan dengan jeritannya, ia langsung menubruk Sontani yang sedang duduk diambang maut.

Kiranya sebagai seorang putri, ia tak tega mehhat kekejaman Kobar yang akan merenggut jiwa

Sontani.

Dan lebih dari itu, iapun ingin mengadu jiwa demi melindungi Sontani kekasihnya.

Tiba tiba perahu layar itu bergoncang-goncang keras . . . . Pedang pusaka Kobar yang hampir

mengenai sasaran terbentur pada sebuah pedang pusaka lain yang berkelebat tepat menghadang

arahnya.

Yoga Kumala dengan pakaian hitam yang basah kuyub telah berada dihadapan Kobar dengan

pedang pusaka terhunus.

Beratus-ratus tamtama kerajaan Pagar Ruyung dengan pakaiannya yang basah kuyub mengikuti

jejak Yoga Kumala dan langsung menyerang para priyagung yang berada digeladak itu.

Rencana pesta upacara perkawinan kini menjadi pertempuran yang besar.

Suatu serangan yang tiba2 dan tak terduga sama sekali, Jeritan ngeri terdengar susul-menyusuldiselingi oleh gemerincing beradunya senjata. Pertempuran berlangsung sengit, dan telah banyak pula

kepala manusia terpisah dart badan serta jatuh tercebur di Sungai Musi.

? Aaaaiiiiii ! ? Suatu jeritan panjang, melontar dari mulut Indah Kumala Wardhani dan

bersamaan dengan jeritannya. ia langsung menubruk. Sontani yang sedang duduk

diambang maut.

? Haaai Kobar!! Hukumaa maut untukmu sebagai pengkhianat, kini telah tiba pada saatnya? maka

segeralah mohon ampun pada Dewata, sebelum kau menghadapNya!! ? Seru Yoga sambil menyerang.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


? Haa Haaa! Jahanam budak penjilat! Yoga Kumala. Kedatanganmu adalah mengantar jiwa.Maka menyerahlah sebelum terlambat !?

Membalas demikian Kobar sambil melompat kesamping menghindari serangan Yoga Kumala

yang bertubi-tubi dan membalasnya pula dengan jurus-jurus pedang warisan ayahnya si Ular Merah

yang terkenal ampuh itu.

Walaupun matanya yang kiri telah terluka dan menjadi buta. namun Kobar yang shakti itu masih

juga dapat mengimbangi ketangkasan Yoga Kumala.

Dua pedang pusaka berkelebat menyambar-nyambar pada masing-masing lawan, dan sebentar-

sebentar terlihat muncratnya percikan api karena beradunya kedua pedang pusaka.

Sementara itu Sontani. Braja Semandang dan Ktut Chandra telah terbebas belenggunya berkat

bantuan Talang Pati, kini mereka telah mengamuk dalam kancah pertempuran.

Dengan pedang rampasan Sontani menyerang Berhala. Sedangkan Braja Semandang menghadapi Kelingi

yang sedang mengamuk punggung bagaikan Banteng terluka.

Empat priyagung tamtama pasukan Kobar mengurung Talang Pati dengan senjatanya masing2.

Namun Talang Pati yang bersenjatakan cambuk ular dan golok panjang, murid setia Mbah Duwung dan

murid terakhir dari kakek Dadung Ngawuk yang shakti itu dengan mudah ia dapat merobohkan keempat

lawannya. Belum sampai sepuluh jurus keempat lawannya telah roboh menjadi darah dan jatuh terjebur

terbenam arus Sungai Musi.

Cepat Talang Pati melompat kesamping dan hendak membantu Yoga Kumala. Akan tetapi

kiranya ini tak dikehendaki oleh Yoga.

? Kakang Talang Pati! biarlah pengkhianat Kobar ini mati ditanganku! Dan Bantulah teman-

teman yang lain! Elak Yoga Kumala.

Dikala itu, waktu tengah malam. Langit biru membentang cerah, dan bulan nampak bulat

diketinggian dengan memancarkan cahayanya yang terang remang2.

Bintang bintang berta buran diangkasa.

Awan putih bagaikan kapas tipis bergantungan terpencar2 merupakan hiasan yang indah.

Air sungai Musi yang keruh mengalir bercampur lumpur kini menjadi kemerah merahan karena

bercampur darah. Mayat-mayat yang terapung terbawa arus segera lenyap menjadi santapan ikan-ikan

buas. Suatu sesaji besar bagai keagungan Sungai Musi.

Pertempuran masih berlangsung terus dengan sengitnya tiba-tiba beratus-ratus panah berapi

berlintasan diudara dan perahu-perahu layar yang berlabuh disekitarnya menjadi lautan api. Kiranya

pasukan Kerajaan Kerajaan Negeri Tanah Melayu Pagar Ruyung atas perintah Damar Kerinci telah datang

membantu pasukan Yoga Kumala.

Disela-sela asap hitam yang bergulung gulung membumbung keangkasa dan api yang menjilat-jilat itu,

pertempuran sengit tengah berlangsung pula.

Beberapa perahu-perahu layar tenggelam didasar Muara Sungai Musi dengan diiringi suara

jeritan-jeritan ngeri.

Pun bersamaan waktunya, nampak disebelah barat diatas Kota Raja Kerajaan Sriwijaja asap

hitam bergulung gulung membumbung tinggi dan api menyala menjilat jilat diangkasa. Langit yang

tadinya cerah cemerlang, kini menjadi gelap tertutup awan hitam semburat merah.

Pertempuran besar di Kota Raja, kiranya tekah mengakhiri sejarah keagungan Sriwijaya.

Demi melihat lautan api disekitarnya. Kobar segera menggagalkan serangannnya. Ia melompat tinggi

tinggi dan Iangsung menceburkan diri di Sungai Musi yang deras mengalir.

Pertempuran terhenti dengan sendirinya.

Musuh yang masih hidup segera membuang senjatanya masing-masing tanda menyerah.Berhala dan Kelingi mati dengan kepala terbabat pisah dari badan oleh amukan Sontani dan Braja

Semandang.

Suara genderang bertalu dengan diiringi derap langkah kaki kuda yang beribu-ribu terdengar

didaratan tebing Muara Sungai Musi Pasukan Keradiaan Negeri Tanah Melayu Pagar Ruyung dibawah

pimpinan Bintang Minang telah tiba untuk menyambut Yoga Kumala beserta pasukannya.

Dalam sambutan besar itu, Manggala Yudha Bintang Minang berkenan pula memberikan

anugerah gelar "Pahlawan Pengemban Sumpah Palapa terachir" pada Yoga Kumala.

Fajar telah merekah diufuk timur, dan cahayanya yang cerah semburat kuning keemasan

memancar menerangi buana.

Bendera-bendera Sang Saka "Dwiwarna" berkibar kibar dengan megahnya disepanjang jalan

seluruh Kota Raja, memenuhi Sumpah " Tan Amukti Palapa ", ialah Sumpah Shakti mendiang Maha Patih

Gajah Mada. (Akhir abadXIV).

Tak lama kemudian Kota Raja mengadakan pesta besar untuk merayakan hari perkawinan

ampat pasang temanten agung.

YOGA KUMALA dengan KTUT CHANDRA

S o n t a n i mendapatkan dengan Indah Kumala Wardani

Braja Semandang dengan Sampur Sekar

Sedangkan Ratnasari hidup berbahagia dengan suaminya Talang Pati.

TAMAT




Pendekar Rajawali Sakti 173 Teror Pendekar Pulau Neraka 37 Hantu Bukit Pendekar Mabuk 023 Rahasia Pedang Emas

Cari Blog Ini