Ceritasilat Novel Online

Pendekar Darah Pajajaran 3

Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo Bagian 3



kata2nya berachir, ia telah melesat bagaikan bayangan dikegelapan malam, yang disusul dengan

melesatnya Talang Pati muridnya, sambil berseru memanggil: ?Mbah Duwung! ? Sementara itu

Singayudha telah bangkit pula berdiri, sedangkan Tadah Waja masih menggumam sendirian.

Pada tujuh tahun yang lalu, tiga orang shakti, Mbah Duwung, Dadung Ngawuk dan Tadah Waja

pernah saling berternpur segitiga sampai dua dua malam lamanya, dengan berakhir tidak ada yang kalah

ataupun yang menang. Waktu itu pertempuran berlangsung dilereng gunung Slamet. Ketiga tiganya

roboh tak berdaya karena kehabisan tenaga, dan atas mufakat bersama mereka akan melanjutkan

pertempurannya pada tiga tahun lagi. Akan tetapi, ternyata Tadah Waja setelah tiga tahun berlalu,

minta agar pertempuran segitiga itu ditunda lima tahun lamanya. Dan atas mufakat mereka bertiga

waktunya ditangguhkan menjadi tujuh tahun. Dalam tujuh tahun itu mereka masing2 akan meyakinkan

ilmunya sendiri2 untuk bekal dalam pertempuran yang akan datang. Mbah Duwung dengan tangan

besinya dan golok panjangnya, Tadah Waja dengan kuku2nya yang beracun dengan tongkat besinya,

sedangkan Dadung Ngawuk dengan totokan jari2nya dan cambuk ularnya. Tempat bertanding mengadu

yang hanya kurang tiga tahun itupun telah ditentukan digunung Botak, sebelah utara hutan Blora. Per-

tempuran mengadu jiwa dalam segitiga, karena masing2 saling mempertahankan kebenarannya.

Masing2 saling tuduh-menuduh pernah membunuh anggauta keluarganya. Urusan yang menurut

mereka tak dapat diselesaikan dengan kata-kata

Sedang Tadah Waja akan menerjang kembali kearah Singayudha yang tengah berdiri terpincang2

mendadak terdengar suara ringkikan dan derap kaki kuda, yang riuh mendatang dan langsung

mengurung tempat pertempuran yang masih saja berlangsung dengan sengitnya.

Seorang kepala pasukan yang tak lain adalah Lurah Tamtama Jaka Rimang berseru memerintah:

? Kurung rapat dan tangkap semua perampok! ?

? Kakang Rimang! Sujud meloncat diatas kepala pengeroyoknya sambil berseru dan

menyambut datangnya Jaka Rimang yang memimpin pasukan 500 orang berkuda. Melihat gelagat yang

tak menguntungkan itu, Tadah Waja melesat bagaikan bayangan lari dikegelapan malam meninggalkan

gelanggang pertempuran. Kiranya peringatan Mbah Duwung tadi sangat beralasan. Para rampok yang

tak dapat melarikan diri, segera membuang senjata dan menyerah, setelah melihat tamtama berkuda

demikian banyaknya dan telah mengurungnya rapat2.? Adi Sujud! - Lurah Tamtama Jaka Rimang meloncat turun dari kudanya dan langsung

mendekap pinggang Sujud, sambil bertanya: ?Kau tidak terluka??

? Tidak. Untung kakang Rimang segera datang dengan pasukan tamtama . Dimana kakang

Wulung? ? Dan apakah kamas Indra juga berada disini?

? Sudahlah lekas naik kudaku, nanti kita bicarakan panjang lebar. ?

Jaka Rimang mengangkat tubuh Sujud dan dinaikkan diatas pelana, sedang ia sendiri melompat

duduk dibelakangnya.

? Nanti dulu, kakang Rimang!, Bapak ada disini! Itu dia. ?

Berkata dernikian Sujud menunjuk Wirahadinata yang sedang berjalan mendatang, dan Jaka

Rimang melompat turun kembali menyambut kedatangannya, dengan membungkukkan badannya.

? Maafkan Gusti. Kedatangan kami disini memang diperintahkan oleh Gustiku Senapati Indra

Sambada untuk mencari dan menjemput Gusti Wirahadinata. Dan kini Gustiku Senapati Indra menunggu

di Kebanjaran Agung Indramayu. Sama sekali kami tak mengira bahwa Gustiku berada disini pula. ?

? Kebetulan sekali, kau cepat2 datang. Jika tidak, apa yang akan terjadi? Wirahadinata

menjawab.

? Mendapat restu Gustiku! - Jaka Rimang merendahkan dirinya ? Silahkan Gustiku menaiki

kuda ini saja. ? Berkata demikian Jaka Rimang menepuk kuda disebelahnya. Segera penunggang kuda

itu turun dan menyerahkan pada Bupati Wirahadinata. Sekejap kemudian Wirahadinata telah duduk

diatas pelana kuda berjajar dengan kudanya Jaka Rimang.

? Harap Gustiku sabar sebentar, menunggu kakang Jaka Wulung dan Panewu Arjasuralaga yang

sedang mengejar rampok2 yang lari itu. ?

? Bukankah sebaiknya kita rnenyusul kakang Wulung dan membantunya? ?

Sujud memotong pembicaraan dengan tak sabar.

? Ach jangan! Tadi kakang Wulung telah berpesan supaya aku menunggu disini, dan

mengatur pasukan yang ditinggalkan ini. ? Jawab Jaka Rimang.

Sementara itu dengan tangkas para tarntama telah membelenggu para anak buah Tadah Waja

yang menyerah. Tak lama kemudian tampak tiga orang berkuda didalam kegelapan malam yang remang

- remang itu, mendatang dengan pesatnya. Derap kaki kuda yang riuh terdengar semakin jelas. Mereka

adalah Lurah Tamtama Jaka Wulung, Lurah Tamtama Arjarempaka dan Panewu Arjasuralaga dengan

duapuluh orang tamtama berkuda dibelakangnya. Pasukan tamtarna yang ditempat itu segera menyisih

untuk memberi jalan bagi para pendatang.

? Kakang Wulung. ? Sujud berseru demi melihat Jaka Wulung datang. (Penjelasan ? Jaka

Wulung dan Jaka Rirnang adalah saudara sekandung murid Kyai Pandan Gede dan Kyai Wiku Sepuh

dilereng Gunung Sumbing, yang kemudian menjadi sepasang pembantu pribadi Senapati Indra Sarnbada

dengan pangkat Lurah Tamtama. Baca Seri "Pendekar Majapahit" ).

Tiba2 dalarn jarak kira2 duapuluh langkah sebelum sarnpai ditempat Sujud, mereka masing2

dengan serentak menarik tali pengekang lis kudanya, hingga kuda mereka masing2 tersentak berdiri

dengan me-ringkik2 nyaring. Panewu Arjasuralaga dengan tangkasnya melompat turun dari kudanya

dengan diikuti oleh dua orang lainnya dan berjongkok mendekati seorang yang sedang terkulai ditanah

dengan me-rintih2. Tubuh Singayudha yang tinggi besar itu segera di pondong diatas pundaknya, untuk

kemudian dibawa dimana Jaka Rimang menunggu.

Wirahadinata, Jaka Rimang dan Sujud juga segera melompat turun kembali dan menyambut

kedatangan mereka. Setelah Singayudha diperiksa dengan teliti oleh Wirahadinata, ternyata luka dikaki

kirinya mengandung racun, karena kena goresan kuku Tadah Waja.Akan tetapi Wirahadinata adalah Kyai Tunggul dukun shakti yang telah tak asing lagi namanya.

Dengan dibantu oleh Sujud anaknya, Wirahadinata segera mengobati luka Singayudha hingga ia siuman

kembali. Luka yang telah mulai menghitam dikoreknya dengan pisau tajam, dan saluran darahnya diurut

hingga darah hitam yang mengandung racun keluar mengucur dari lukanya. Tiupan shakti kearah mulut

Singayudha dihembuskan pelan2 sementara Sujud menaburkan bedak obat pemunah racun yang selalu

dibekal oleh Wirahadinata.

Panas suhu badan Singayudha berangsur angsur turun dan menjadi wajar Singayudha segera

bangkit duduk bersila untuk mengatur dan mengerahkan hawa murninya sendiri dengan mengatur

pernafasannya.

? Terima kasih, Gusti! Budi luhur Gustiku Wirahadinata tak akan saya lupakan! Semoga Dewata

Yang Maha Agung membebaskan budi Gustiku ! ? Singayudha berkata penuh hormat, setelah merasa

ringan sakitnya.

? Ach,.. tak perlu Kyai Singayudha menyanjung demikian berlebih2an. Bahwa luka Kyai

Singayuda tak begitu berat, sayapun turut pula bersyukur pada Dewata Yang Maha Agung. Dengan

demikian Kyai dapat membimbing perguruan Baskara Mijil. ?

Tujuh orang segera berkenalan dan bercakap dengan akrabnya sambil duduk diatas rumput.

Gara2 adi Sujud inilah, semua tamtarna Kerajaan menjadi kalang kabut dan disebar kesegala

penjuru ? Jaka Wulung berkata ketawa riang dengan menepuk2 bahu Sujud.

Memang sejak Sujud meninggalkan Gedung Senapaten. sebagian tamtama Kerajaan oleh

Senapati Indra Sambada diperintahkan untuk mencarinya. Bukan hanya tamtama pasukan saja, akan

tetapi tamtama nara sandi Kerajaan turut pula dikerahkan. Setelah satu setengah tahun lamanya para

taintama tak berhasiI menemukan Sujud, Senapati Indra Sambada sendiri berkenan membawa pasukan

pergi ke Indramayu untuk yang keempat kalinya. Akan tetapi setibanya di Indramayu, ternyata Bupati

Wirahadinata sedang berkunjung ke Banjararja untuk memenuhi undangan Panewu Arjasuralaga. Maka

oleh Senapati Indra Sambada, Jaka Wulung dan Jaka Rimang diperintahkan untuk menjemputnya,

karena ada hal2 yang sangat penting untuk di bicarakan. Sedangkan Indra Sambada sendiri menunggu di

Kebanjaran Agung Indramayu. Tak diduganya bahwa Kebanjaran Banjararja dikacaukan oleh para

perampok dibawah pimpinan sakti Tadah Waja, hingga Jaka Wulung dan Jaka Rimang terpaksa turun

tangan membantu Panewu Arjasuralaga menumpas para perampok. Hanya sayang bahwa Tadah Waja

dapat meloloskan diri dari pengepungan. Namun rasa kecewa dan lelahnya Jaka Wulung dan Jaka

Rimang lenyap ditutup oleh rasa girang yang tak terhingga karena justru dalam kancah pertempuran

mereka berhasil menemukan kembali Sujud yang telah lama dicari2nya.

Tidak henti2nya kedua Lurah tamtama ganti berganti menanyakan pada Sujud akan

pengalamannya dalam pengembaraan. Demikian pula ayah angkatnya Bupati Wirahadinata.

Waktu itu fajar telah menyingsing. Dari arah sebelah timur sinar merah keemasan menerangi

seluruh mayapada. Sang surya mulai bertachta menggantikan dewi malam.

Seratus tamtama Kerajaan atas perintah Jaka Wulung ditinggalkan di Banjararja untuk

membantu Penewu Arjasuralaga, sedangkan Jaka WuIung Jaka Rimang, Wirahadinata dan Sujud beserta

seluruh pasukan berkuda lainnya, meninggalkan Banjararja menuju ke Indramayu. Dengan rasa sedih

dan sangat kecewa karena tak dapat menemukan Martinem dan Martiman, Sujud terpaksa mengikuti

rombongan berkuda menuju kerumah ayah angkatnya di Indramayu.

Ternyata pada malam terjadinya keributan dan kebakaran di Banjararja, semua orang dialun

alun segera turut pula mengungsi, takut akan menjalarnya api.Warung2 ditutup dan ditinggalkan. Martiman dan Martinem berteriak-teriak ditengah keributan

orang yang akan mengungsi, memanggil2 Sujud, akan tetapi.. sia-sia belaka.

Mereka berdua bergandengan berjalan mengikuti arus orang2 mengungsi tanpa tujuan.

Panewu Arjasuralaga akan berusaha mencari kedua anak itu, dan menyanggupkan untuk

mengantarkan ke Indramayu apabila kelak telah dapat diketemukannya.

*

**

B A G I A N III

BUPATI WIRAHADINATA dengan Sujud, diapit oleh kedua Lurah Tamtama Kerajaan Jaka Wulung dan

Jaka Rimang, dengan diiringkan oleh pasukan berkuda telah memasuki alun2 Kebanjaran Agung

Indramayu. Akan tetapi sewaktu mereka akan tiba dipintu gerbang halaman Kebanjaran Agung, tiba2

Wirahadinata menarik tali lis kudanya dengan tangan kirinya erat2, sedangkan tangan kanannya

dilambaikan keatas sebagai isyarat agar semua para pengiring serentak menghentikan langkah kudanya

masing2. Karena tarikan tali lis yang tiba2 itu, maka kuda yang dinaiki oleh Wirahadinata terperanjat

sesaat hingga meringkik sambil berdiri diatas kedua kakinya belakang.

Kiranya pada saat itu, Wirahadinata sendiripun terkejut penuh rasa cemas demi meliha tiga

orang pengawal pintu gerbang bergelimpangan ditanah. Dan menjadi lebih heran lagi, demi melihat lagi

seorang anak gadis tanggung sedang berlompatan sambil menggerak-gerakkan angkinnya berwarna

merah jingga kearah lima orang pengawal lainnya yang sedang mengurung dara tanggung itu dengan

bersenjatakan pedang, dihalaman depan balai pengawalan. Gerakan anak dara itu sangat lincah, hingga

sebentar bentar lenyap dari pandangan, terselubung oleh gulungan sinar merah yang menyiIaukan

mata.

Matahari berada diketinggian tepat diatas kepala, menunjukkan bahwa waktu itu telah siang

tengah hari. Namun, sinar teriknya yang cerah seakan-akan sedikitpun tidak mempengaruhi gerakan

dara tanggung itu. Lima orang pengawal yang mengurungnya sibuk pula berlompatan menghindari

gulungan sinar merah yang menyerangnya, karena takut menjadi mangsa libatan angkin merah yang

ganas itu, sebagaimana telah alami oleh kawan-kawannya. Angkin sutra merah ditangan anak dara

bergerak menyambar nyambar laksana bernyawa, dan peedang ditangan pada pengawal tak mampu

memapaki sambaran sinar merah yang kelihatan lemah itu. Tiba2 seorang diantara lima orang pengawal-

pengawal itu berseru melengking sambil melompat tinggi, menghindari sambaran angkin kearah

betisnya. Ia menjatuhkan diri dengan menukik sambil menyerang dengan gerakan tusukan pedang

kearah dada dara tanggung itu. Ia sengaja melancarkan serangan yang amat dahsyat dan ganas karena

sangat marah demi melihat akan kebandelan anak dara yang tak mau menyerah. Namun anak dara itu

seakan-akan tak menghiraukan datangnya serangan maut yang dahsyat kearah dadanya, hingga empat

orang pengawal Iainnya terkesiap dan berlompatan satu langkah surut kebelakang karena tak sampai

hati melihat akan kejadian yang amat ngeri itu.

Semula mereka memang hanya bermaksud membelenggu dara yang dianggapnya sangat nakal,

dan sedikitpun tak ada niat untuk melukai ataupun untuk membunuhnya. Bahwa mereka berlima

menggunakan senjata pedangnya masing masing hanya karena angkin merah dara tanggung itu sangat


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


membahayakan. Lagi pula pedang ditangan mereka masing2 itu mula mula hanya untuk menakut2i saja,

tidak mengira bahwa anak dara itu sama sekali tidak takut akan gertakan mereka.

Tiga orang kawannya terpelanting ditanah dengan pedang terpental lepas melambung jauh kena

libatan angkin merah.Tak heranlah bahwa seorang diantaranya kini menjadi gelap mata, dengan melancarkan

serangan mautnya. Namun kecemasan empat pengawal itu segera lenyap dan berganti keheranan

hingga mereka terperanjat sesaat samhil berdiri dengan ternganga demi meliitat seorang kawannya

yang menyerang tadi, jatuh terbanting dan berjumpalitan sambil menjerit-jerit kesakitan. Dengan

tangkasnya anak dara itu menggeser kaki kirinya merendahkan badannya, untuk mengelakkan diri dari

ujung pedang yang meluncur sewaktu hanya tinggal sejengkal dari dadanya. Ia menyusup dibawah

ketiak penyerang sambil membalikkan badannya dengan tangan kirinya menangkap lengan yang

menggenggam pedang dan kemudian dikilirkan sedikit kekiri diatas pundaknya untuk kemudian

ditariknya dengan suatu gerakan yang mentakjubkan. Pengawal yang tinggi besar itu tak ayal lagi,

terbanting dengan badannya melambung melompati pundak dara tanggung itu. Sebelum ia terbanting

diatas lanah, angkin merah telah mengejar serta melibat pedang untuk kemudian merenggut lepas dari

genggamannya. Pedang tersentak dan melambung tinggi untuk kemudian jatuh ditanah sejauh sepuluh

langkah dari pemiliknya.

Itulah gerakan membanting dengan meminjam tenaga lawan, atau dalam bentuk jurus

?mendayung mengikuti arus". Empat orang pengawal lainnya segera menerjang maju, menyerang anak

dara itu yang sedang mengejar dan melibatkan angkinnya kearah pengawal yang jatuh berjumpalitan

itu, dengan gerakan serangan serentak dengan pedang masing2.

Serangan empat orang pengawal itu merupakan gerakan serentak yang berlainan bentuknya. Seorang

membacok kearah kepalanya, seorang lagi menyerang dengan sebuah tusukan kearah dada, Sedangkan

dua orang lainnya mengarah lambung dan kakinya dengan tebangan yang berangkai.

Namun menghadapi serangan pedang serentak dari empat pengawal itu, si dara tanggung masih

juga sempat mencebirkan bibirnya sambil berseru mengejek. ? Lihat, kalau kalian akan menirukan

kawanmu berjumpalitan! ?

Berseru demikian, angkin merah ditangannya menyambar kearah pedang yang mendatang

kearah kepalanya, sambil meloncat tinggi berpusingan dan seakan akan hilang dari pandangan empat

orang pengeroyoknya. Tanpa diketahui, sebilah pedang yang mengarah kepalanya dapat dilibat serta

disentak-lepas dari genggaman pemiliknya.

Kiranya apa yang dikatakan dara tanggung itu merupakan kenyataan. Dua orang pengawal

segera jatuh berjumpalitan menghindari serangan sambaran angkin merah yang sedang mengganas itu,

sedangkan dua orang pengawal lainnya meloncat satu langkah surut kebelakang dengan masing2

dipipinya tampak warna merah bekas tamparan dara tanggung itu.

? Tahan sernua senjata! ? Bentak Bupati Wirahadinata sambil berlari mendekat, dengan Sujud

mengikuti dibelakangnya. Demi mendengar suara itu, para pengawal semua melompat menjauhi tempat

pertempuran dan dengan tergopoh - gopoh menyambut kedatangan Wirahadinata, sedangkan gadis

tanggung berdiri tenang ditempatnya sambil bertolak pinggang dan bersenyum mengejek.

Dengan pandangan matanya yang bening kearah Wirahadinata. Suatu sikap kenakalan anak gadis

tanggung yang tak mengenal rasa takut.

Dara itu berusia kurang lebih 14 tahun. Wajahnya cantik jelita, dengan sepasang anting2nya

bermata mutiara dikedua daun telinganya. Rambutnya yang hitam panjang digelung dengan memakai

tusuk konde tiga batang yang kesemuanya bertachtakan mutiara pula.

Bibirnya merah mungil dan sepasang matanya yang redup memancarkan sinar bening.

Tubuhnya ramping berisi. Warna kulitnya kuning bersih. Lesung pipit dipipinya yang kemerah2an itu

selalu menghias senyumannya. Ia mengenakan baju berlengan panjang dari sutra berwarna merah

jambu, dan berkain sarung berwarna hitam dengan sulaman benang emas bergambar kembang2.Melihat sikap kenakalan anak dara tanggung itu Wirahadinata turut bersenyum geli. Ia mengira,

bahwa mengamuknya dara tanggung itu, tentunya karena diganggu oleh para pengawalnya. Maka tanpa

memberi kesempatan pada para pengawal yang berlari menyambut kedatangannya, ia membentak-

bentak dengan marahnya. ? Orang2 tak tahu aturan. Begitukah kelakuanmu, jika aku tidak ada

ditempat? Ataukah kalian memang sengaja minta kuhajar, agar tahu kesopanan ?

? Ampunilah kami, Gusti! Bukan kami yang tak mengenal aturan akan tetapi anak gadis itu

memang sengaja datang untuk membikin keributan disini! ? Jawab salah seorang pengawal sambil

menyembah. Sebelum Wirahadinata berkata lagi, tiba2 anak dara tanggung itu menyahut dengan

suaranya yang nyaring, memotong percakapan mereka.

? Bohong! Siapa sudi ribut2 dengan tikus2 pengecut ! Aku datang untuk minta diantar ketemu

dengan Bupati Wirahadinata si kepala rampok, akan tetapi mereka malah mengusirku pergi. Masih

untung aku tidak bermaksud membunuh mereka! ?

Mendengar ucapan yang sangat kasar itu, Wirahadinata terperanjat sesaat. Siapakah gerangan

anak dara yang berani memakinya dengan kasar itu. Apakah keperluannya hingga ia ingin ketemu

dengan dirinya? pikir Wirahadinata.

? Akulah Bupati Wirahadinata! Dan siapakah engkau? Ada keperluan apa engkau ingin ketemu

dengan diriku?

? Hii . . hihi .. hiiii .. kiranya orang yang sudah tua dan menjadi kakek2 inikah .. dulu yang

menjadi kepala rampok. Tak usah kupancung kepalanya, sebentar lagi kau juga akan masuk kubur! ?

Tanpa menghiraukan pertanyaan Wirahadinata, dara itu memakinya sambil ketawa nyaring, hingga

deretan gigi-giginya yang putih kecil bersih laksana mutiara itu nampak jelas.

? Hai! Anak gadis liar! Akan kuhajar mulutmu yang lancang itu! Tiba-tiba Sujud berseru

memotong, sambil meloncat maju, dengan kepalan tangan dan meninju kearah muka gadis yang sedang

berdiri bertulak pinggang. Tanpa bergerak dari tempatnya anak dara itu menundukkan kepalanya,

sambil mengulurkan tangan kirinya untuk menangkap pergelangan tangan Sujud.

Akan tetapi dengan tangkasnya Sujud menarik kembali serangan tinjunya untuk diubah menjadi

pukulan siku kanan sebagai gerak tipuan, sedangkan jari jarinya tangan kiri tegang mengembang

meluncur kearah muka lawannya. Karena dara itu cepat menundukkan kepalanya, maka serangan jari-

jari tangan kiri Sujud hanya mengenai gulungan saja, hingga terlepas dan terurai kebawah sampai diatas

betisnya.

Si dara menjerit sambil melompat satu langkah kesamping kiri, ? aaaiii ..!...... curang kau! ?

Melihat kejadian yang lucu tanpa disengaja Sujud menjadi tertawa pula. ? Siapa yang curang?

? Serunya sambil ketawa geli. Cepat si dara tanggung membetulkan gelungannya yang lepas sejadi

jadinya saja, sementara Sujud masih berdiri sambil ketawa geli. Kedua pipinya dara itu menjadi merah

seketika, karena mengira dipermainkan lawannya. Tanpa menunggu siapnya lawan ia mulai menyerang

dengan angkin sutranya. Angkin merah ditangan, kini bergerak menyambar nyambar kearah tubuh dan

kaki Sujud, sambil berlompatan membuat kacaunya pandangan, sedangkan tangan kirinya bergerak

cepat dalam gaya tamparan yang susul menyusul kearah muka Sujud.

Akan tetapi Sujud adalah murid Kyai Dadung Ngawuk yang telah mewarisi jurus-jurus

wurushaktinya. Dengan terhuyung-huyung seakan-akan hampir jatuh tertelungkup, untuk kemudian

meloncat kesamping dan berjumpalitan, ataupun berjongkok, ia selalu terhindar dari serangan-serangan

si daraSi dara menjerit sambil melompat satu langkah kesamping i ? aaaaaum

. I! curang kau!!!

tanggung, Ia masih saja mengelak menghindari serangan yang dahsyat dengan langkah-langkah

wurushaktinya, dengan tanpa membalas menyerang. Kini sengaja Wirahadinata membiarkan anaknya

bertempur melawan gadis nakal itu, untuk melihat lebih jelas akan ilmu aneh yang dimiliki oleh Sujud,

serta sekaligus ingin mengetahui kepandaian anak dara itu yang lancang mulut. la mengikuti jalannya

pertempuran dengan tak berkedip. Dan ternyata kedua - duanya saling memiliki gerakan - gerakan yang

sangat aneh dan sukar untuk diduga sebelumnya. Semula Jaka Wulung dan Jaka Rimang serta para

pengawal yang menonton, saling pandang memandang dengan diliputi rasa cemas, demi melihat

gerakan Sujud yang lambat dan menyerupai orang yang mabok. Akan tetapi karena selalu nyaris

terhindar dari semua serangan, memka segera menyadari bahwa gerakan Sujud adalah gerakan dariilmu shakti yang mentakjubkan.

Hanya saja, mereka belum melihat kehebatan gerakan serangannya. Karena sejak tadi, baru

sekali Sujud menyerang dengan hasil dapat melepaskan gelungannya.

Sedangkan gerakan serangannya tadi, mereka tak melihat dengan jelas. Diam-diam

Wirahadinata memuji pula akan ketangkasan dan ilmu yang dimiliki oleh dara tanggung itu.

Dan dibalik gerakan mereka masing-masing yang mentakjubkan itu, ada sesuatu yang lebih

menarik perhatiannya pula. Semakin ia memperhatikan, semakin nampak jelas persamaan raut muka

dan sinar pandangan antara dara nakal dan Sujud anak angkatnya.

Hanya warna kulitnyalah yang berbeda agak menyolok.

Karena serangan yang bertubi-tubi tak pernah mengenai sasarannya, dara tanggung menjadi

gemas dan membanting bantingkan kakinya sambil berseru. ? Pengecut curang! Jangan hanya

berlompat lompatan menghindar saja, pakailah senjatamu dan seranglah aku. ? bentaknya.

? Untuk rnelawanmu, tak perlu aku menggunakan senjata! ?

Ayooh, teruskan permainan angkinmu itu. Jika sampai menyentuh bajuku, aku menyerah kalah! ? Sujud

menjawab sambil mengejek. Kini anak dara itu menjadi lebih marah hingga mukanya menjadi merah

padam sampai didaun telinganya.

Dengan sengitnya ia mulai lagi menyerang Sujud. Angkin sutra merahnya menyambar - nyambar laksana

gulungan sinar merah menyelubungi tubuh Sujud, namun kembali si-dara tanggung itu menunjukkan

muka asam, karena serangannya tak pernah berhasil.

? Cobalah sekali saja, angkinku kau biarkan melilit kakimu, jika kau ingin merasakan

berjumpalitan diudara.? Seru dara tanggung dengan membelalakkan matanya, sambil berdiri

menghentikan serangannya.

Kedua anak muda yang berlainan jenisnya itu, kini saling berpandangan. Sinar mata mereka

bertemu Denyutan jantung masing masing berdebar lebih keras, dan hati masing2 diliputi oleh suatu

perasaan yang sangat aneh ... Sepatah katapun tidak dapat keluar dari mulut mereka Namun itu

semua segera berlalu dalam waktu yang sangat singkat.

Kekerasan hati dan rasa tak mau mengalah cepat menguasai perasaan sidara tanggung.

Dengan semangat yang menyala-nyala penuh dengan dendam dan jengkel ia mengulang

serangannya dengan angkin merahnya. Tangan kanannya bergerak dan angkin merahnya mengikuti

bergerak menggeliat-geliat laksana ular ganas mencari mangsa. Dengan muka cemberut sambil meludah

ditanah, ia melompat mengejar Sujud yang sedang berdiri dengan masih tersenyum. Angkin merahnya

menyambar-nyambar lebih ganas lagi.

Akan tetapi seperti tergerak oleh sesuatu daya gaib tiba2 ujud menggagalkan maksudnya untuk

menghindari serangan. Rasanya tak sampai hati ia membuat kecewa yang kedua kalinya pada dara

tanggung lawannya itu. Ia tetap berdiri dengan masih bersenyum, tanpa bergeser setapakpun, sengaja ia

membiarkan angkin merah menyambar kearah kakinya dan melibatnya. Sambil bersenyum puas karena

serangannya berhasil si dara tanggung menggerakkan angkin dengan tangan kanannya dalam gaya

hentakan yang mentakjubkan ..Tak ayal lagi . tubuh Sujud terhentak melambung tinggi dan

berjumpalitan diudara

Jaka Wulung, Jaka Rimang dan semua yang menyaksikan, hampir serentak berseru cemas, demi

melihat Sujud terkena libatan angkin merah dan melambung tinggi diudara.

Suatu kecerobohan hingga terlambat menghindari serangan angkin merah si dara tanggung-pikirnya.

Akan tetapi kecemasan pada diri masing2 penonton segera lenyap seketika dan berganti menjadi

dibuat ternganga penuh keheranan setelah melihat dengan mata kepala sendiri. .Sujud jatuh berjongkokseperti kera didepan lawannya dengan ketawa terkekeh-kekeh. Selamanya baru sekali ini mereka

menyaksikan ketangkasan dua anak remaja yang demikian mengagumkan, demikian juga Wirahadinata.

Si dara tanggung yang tadinya mengira akan dapat membanting lawannya ternyata kini merasa

tertipu dan dipermainkan. Wajahnya cepat berubah menjadi asam kembali, dengan bibirnya bergerak

gemetar.

Sinar pandangan yang bening cemerlang kini berubah menjadi suram dan matanya berlinang-

linang mengembeng mata. Ia lebih mendekati menangis dari pada ketawa.

Ujung angkin sutra merah yang ternyata telah koyak, dipegangnya erat2 dengan tangan kirinya,

sambil meremas remas dengan jari2nya yang runcing2 itu.

? Awas kau! Jika eyangku dan kumbang datang, tentu kubalas setimpal! ? katanya dengan

suara tertahan.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tiba2 bayangan berkelebat mendatang dengan diiringi suara auman panjang yang menegakkan

bulu roma, dan sebelum semua orang dapat bergerak...petapa shakti yang berjubah kuning

Cahayabuana, yang namanya selalu menjadi buah tutur orang telah berdiri disamping gadis tanggung

dengan diikuti oleh seekor harimau kumbang.

? Eyang! ? hanya kata2 itulah yang dapat keluar dari mulut dari dara itu.

Memang benar Ajengan Cahayabuana adanya Petapa shakti yang bersemayam di Gunung

Tangkuban Perahu?

Datang dan perginya laksana bayangan menghilang. Demikian besar pengaruh wibawanya,

hingga semua orang menjadi terpukau, tak dapat membuka mulut. Ia mencium kening cucunya Indah

Kumala Wardhani sidara tanggung sambil memegang tangannya dan membimbingnya mendekati Sujud

yang tengah berdiri ternganga didepannya.

? Benarkah kau putra angkat Gusti Wirahadinata cucuku sayang? ?

Cahayabuana bertanya dengan lemah lembut, memecah kesunyian sambil memegang bahu

Sujud, yang olehnya dijawab dengan menganggukkan kepalanya.

? Nakmas Gusti Wirahadinata! Maafkan akan kedatanganku yang tiba tiba ini, yang tentunya

nakmas Gustiku telah mengetahui akan maksud kedatanganku, bukan?! ? la bertanya dengan

merendah tertuju kepada Wirahadinata yang sedang berjalan mendekati. Sambil membungkukkan

badannya Wirahadinata menjawab pelan! ? Datangnya Bapak Ajengan Cahayabuana membawa obor

penerang bagi kami.-

? Ach,.. jangan nakmas Gustiku terlalu merendah diri. Orang tua seperti saya ini tak pantas

diperlakukan demikian, ? berkata demikian, lalu ia berpaling kepada Sujud.

?Cobalah . cucuku sayang! Aku ingin melihat lenganmu yang kiri! Dapatkah kau membuka baju

lenganmu itu sebentar?! .

Dengan dibantu oleh ayah angkatnya Wirahadinata. Sujud membuka baju atasnya, dan apa yang

dicarinya bertahun-tahun oleh Ajengan Cahayabuana kini nampak jelas dilengan kiri Sujud, ialah.. suatu

ciri asli berupa tai lalat warna hitam kemerah2an berbentuk bundar sebesar lbu jari kaki. Lenyaplah

segala keragu2an seketika yang selama ini dikandungnya. Sujud dirangkulnya erat2 hingga kepalanya

tersandar pada dadanya Ajengan Cahayabuana. Keningnya diciumi berulang kali, untuk melampiaskan

rasa rindunya. Cahayabuana yang terkenal sebagai petapa shakti itu, kini dapat pula menangis terisak-

isak. Air matanya mengalir deras membasahi kedua pipinya yang telah nampak berkeriput. Namun ia

bukan menagis karena sedih, tetapi menangis karena girang yang tidak terhingga bercampur dengan

rasa haru.

? Akhirnya . Dewata Yang Maha Agung melimpahkan kemurahannya... ? ia berkata denganterputus-putus pada diri sendiri.

? Yoga! . Yoga Kumala!... Kau adalah cucuku...darah dagingku sendiri .. ! ?

Getaran suara shakti itu menembus menusuk jantung Sujud, hingga ia tersentak sadar seketika

dari lamunannya.

? Eyang! ? hanya kata itulah yang dapat melontar dari mulutnya. Ingin ia rasanya berkata Iebih

banyak lagi, namun tenggorokannya terasa seperti tersumbat.

? Yaaaa...kau adalah Yoga Kumala cucuku! Dan Indah Kumala Wardhani yang berdiri disamping

itu adalah adik kandungmu ?

Sesaat kemudian kedua remaja saling berpandang2an tanpa berkata ...Namun rasa kasih sayang

dan dendam rindu memenuhi lubuk hati masing2. Pancaran pandangan masing2 merupakan daya tarik

laksana gunung besi semberani...

Dua remaja saling merangkul dengan eratnya, dengan rnasing-masing menangis terisak-isak

........

? Akang Yoga! ?

? Adikku Kumala Wardhani! ?

Hanya suara itulah yang terdengar .. dan semua yang menyaksikan ikut pula terharu. Tiba-tiba

semua orang dikejutkan oleh suara dari seorang yang berdiri dibelakang Ajengan Cahayabuana. ? Yoga

Kumala adikku! Aku turut bersyukur kepada Dewata Yang Maha Agung serta mengucapkan selamat akan

hari kebahagiaannu itu!? Ternyata dengan tanpa diketahui, Senapati Muda Indra Sambada telah pula

dibelakang Cahayabuana.

? Terimalah sembahku sebagai sambutan atas kedatangngan Bapak Ajengan Cahayabuana ?

? Demikian pula saya yang rendah menghaturkan sembah kepada nakmas Gusti Senapati

junjunganku. ? Jawab Ajengan Cahayabuana.

Tak lama kemudian mereka semua telah berpindah tempat digedung Kebanjaran Agung

Indramayu, sebagai tamu resmi dari Bupati Wirahadinata. Hari kebahagiaan Sujud Yoga Kumala

dirayakan dengan pesta pora. Mulai sejak hari itu, nama Sujud di gantinya dengan resmi, sebagaimana

nama aslinya, "YOGA KUMALA" putra priyagung Kerajaan Pajajaran cucu dari petapa shakti Tangkuban

Perahu Ajengan Cahayabuana

Sementara para tamtama pengiring dan punggawa narapraja Kebanjaran Agung Indramayu

menikmati hidangan pesta untuk merayakan hari kebahagiaan bertemunya kembali gugusan

Tangkubanperahu, tiga orang shakti dengan dikelilingi oleh Jaka Wulung Jaka Rimang, Yoga Kumala, dan

Indah Kumala Wardhani asyik bercakap-cakap dengan sangat akrabnya diruang pendapa Gedung

Kebanjaran Agung Indramayu.

Dengan dibantu oleh para inang, Gusti Ayu Nyi Wirahadinata berkenan pula melayani sendiri

hidangan makanan yang disuguhkan pada tamu tamu akrabnya itu. Percakapan berlangsung dengan

ramah tamah dan akrab dalam suasana kekeluargaan. Mereka saling menceritakan kisah jalan hidupnya

yang telah dilaluinya.

Indah Kumala Wardhani yang semula mengira, bahwa Wirahadinata adalah orang yang menculik

kakak kandungnya dan membunuh ibunya, segera mohon maaf atas kelakuannya yang lancang setelah

mengetahui duduk perkaranya yang sebenarnya. Menurut keterangan Eyangnya Cahayabuana

pembunuh mendiang Ibunya adalah ternyata Durgawangsa dan Durga Saputra, yang kedua-duanya

telah mati terbunuh.

Durgawangsa mati pada kira-kira tiga tahun yang lalu oleh sabetan pedang Tamtama

Tumenggung Cakrawirya ( Baca Seri " Pendekar Majapahit" ). Sedangkan Durga Saputra setelah robohditangan Yoga Kumala, mati terkena bacokan pedang Bupati Wirahadi-nata. Dan semua itu adalah

berkat jerih payah jasa Senapati Muda Manggala Tamtama Pengawal Raja Indra Sambada.

? Namun manusia adalah hanya merupakan pelaku2 biasa sedangkan Pencipta kisah dan

Dalangnya adalah Dewata Yang Maha Agung. ? demikianlah Ajengan Cahayabuana memberi

wejangannya.

? Watak dan kelakuan kita semua tentunya menjadi dasar uatuk disesuaikan dengan peranan

yang diberikan oleh Nya .. Dewata Yang Maha Agung adalah Maha Penyajang, Maha Kuasa dan Maha

Adil .. Sinar pancaran KebesaranNya akan selalu menerangi buana kecil kita masing masing, apabila

kita selalu ingat dan bersujiud kepadaNya .

Kita semua adalah ummat CiptaanNya .. yang wajib mengabdi dan berbakti padaNya ? Petapa shakti

Cahayabuana menutup kata wejangannya.

Tiga hari kemudian Ajengan Cahayabuana dengan harimau kumbang piaraannya yang setia,

meninggalkan Kebanjaran Agung Indramayu untuk kembali ketempat pertapaannya dilereng Gunung

Tangkubanperahu.

Atas permintaan Senapati Indra Sambada sendiri, demi untuk memenuhi janjinya, Yoga Kumala

dan Indah Kumala Wardhani akan diantarkan ketempat pertapaan dilereng Gunung Tangkubanperahu

pada hari sepekan kemudian.

? Cucuku Yoga! Ketahuilah, bahwa Gusti Wirahadinata dan Gusti Ayu Nyi Wirahadinata adalah

sebagai gantinya ayah bundamu sendiri yang telah mendahului pulang kepangkuan Dewata Yang Maha

Agung .. dan ini semua adalah atas kehendakNya. Demikian pula kau cucuku manis Indah Kumala

Wardhani! ? Taatilah semua petunjuk dan nasehat orang tua angkatmu itu! ? Pesan Cahayabuana

sewaktu akan meninggalkan Kebanjaran Agung Indramayu pada kedua cucunya.

? Kepada Gusti Senapati Indra Sambada yang telah sudi mengangkat dan menerima kalian

sebagai adik angkatnya, harus pula kalian patuhi akan semua perintah dan wejangannya. ?

.*.

? Semoga aji ?Panggendaman Rajawana" yang kuwejangkan ini dapat berguna untuk nakmas

Gustiku Junjunganku Senapati Indra sebagai penambah ilmu. ?

? Aji shakti yang baru saja saya terima dari Bapak Ajengan Cahayabuana sangat besar artinya

bagi pengabdianku, demi kejajaan Kerajaan. Tak dapat saya mengutarakan betapa terima kasihku akan

kemurahan hati Bapak Ajengan Cahayabuana yang dilunturkan padaku. ?

Dalam sebuah gua tempat pertapaan dilereng Gulung Targkuban Perahu terdengar dua orang

yang sedang asyik berbicara. Mereka berdua duduk bersila berhadap-hadapan diatas batu putih yang

bersih mengkilap, disudut sebuah ruangan yang agak luas. Disudut sebelah mereka terdapat meja batu

alam dengan sebuah kitab kuno diatasnya dan sebuah pelita minyak yang tak menyala. Akan tetapi

walaupun tanpa penerangan nyala api, ternyata dalam ruangan itu cukup terang karena mendapat

pancaran cahaja dari dinding-dinding batu putih alam yang mengkilap mengelilinginya. Atap batu air

alam yang runcing2 menjorok bergantungan dan tak teratur itu, menambah terangnya ruangan.

Senapati Muda Manggala Pengawal Raja Indra Sambada sedang menerima wejangan dari

Petapa shakti Ajengan Cahayabuana, dengan penuh perhatian.

? Janganlah nakmas Gustiku menyanjung diriku secara berkelebihan. Ilmu yang kuwejangkan

hendaknya diterima sebagai tanda bukti pengabdianku ! ? Cahayabuana menyahut merendah.

Setelah sejenak ia melanjutkan kata katanya. ? Kesudian nakmas Gusti Junjunganku untukmenerima pengabdian dua cucuku kelak, membuat aku lebih tenang untuk sewaktu-waktu memenuhi

panggilan Dewata Hyang Maha Agung. Harapanku, semoga kedua cucuku dalam bimbingan Gusti

Junjunganku dapat menyambung nyala pelita yang telah padam. ?

? Doa restu Bapak Ajengan Cahayabuana semoga selalu menyertaiku agar harapan Bapak

menjadi kenyata an. Dan hendaknya Bapak Ajengan Cahayabuana kelak dapat menyaksikan serta turut

pula mengenyam kebahagiaan hasil jerih payah cucu2 keturunan Bapak. ? Kata2 ini diucapkan oleh

Indra Sambada untuk mengelakkan secara langsung akan ucapan Cahayabuana yang menyatakan

seakan-akan dalam waktu dekat akan segera meninggalkan dunia fana. Akan tetapi tak diduganya

bahwa Ajengan Cahayabuana bahkan menambah penjelasannya tentang alam keabadian yang memang

menjadi tujuan utama daripada pengabdian sepanjang masa hidupnya.

? Ketahuilah, nakmas Gusti Junjunganku! Dunia dengan seluruh isinya ini tidak ada yang kekal.

Semua akan mengalami gerang, untuk kemudian menjadi musna, kembali kepada Pencipta Nya.

Demikian pula kita semua sebagai ummat manusia. Akan tetapi kemusnaan itulah justru merupakan

permulaan dari kehidupan abadi. Siapapun yang selalu ingat akan amal kebajikan dalam sepanjang masa

hidupnya didunia serta menunjukkan dharma bhaktinya dan selalu bersujud pada Dewata Hyang Maha

Agung, merekalah yang kelak berhak akan mengenyam kebahagian abadi. Seorang pujangga kuno dari

Pajajaran pernah menulis syair yang memuat suatu petunjuk tentang tempat kebahagiaan abadi sebagai

berikut;

Bukan dilembah dalam yang sunyi,

Bukan dipuncak gunung yang tinggi,

Bukan dimahligai batu pualam,

Dan Bukan ditempat indah semayam,

Jangan dicari digelap malam,

Diangkasa yang berawan,

Jangan pula cari dilautan,

Ditengah gelombang nan bergulungan,

Lama dinanti tak kunjung tiba

Kan dikejar aral merintang,

Bagai bayang tak terpegang,

Och, Dewata Hyang Maha Kuasa,

Hanya disisi Mu bahagia abadi adanya,

Bimbinglah hamba menuju kesana. ..

Dengan demikian jelaslah bahwa kebahagiaan yang abadi tidak berada didunia yang ramai ini.

Dan hanya dengan bimbingan Dewata Hyang Maha Agung kita dapat, menemukannya. ? Cahayabuana

melanjutkan wejangannya.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Senapati Indra Sambada dengan chidmad mendengarkan wejangan2 Cahayabuana. Ia dapat

meraba, bahwa ilmu petapa shakti darah Pajajaran ini adalah tinggi sekali hingga mendekati sempurna.

Kiranya sukar untuk dicarikan bandingannya. Kini ia diam sejenak dengan tertunduk. Tak dapat ia

mengejar lebih jauh akan wejang n wejangannya.

Sesaat kemudian Ajengan Cahayahuana melanjutkan bicaranya. ? Nakmas Gusti Junjunganku

Senapati Indra! Aku percaya bahwa Gustiku dapat menangkap semua isi maksud wejanganku ini. Danhanya inilah yang dapat kupersembahkan. ?

? Duhai, Bapak Ajengan Cahayabuana. Semoga aku kelak pada saatnya dapat mengikuti jejak

Bapak Ajengan Cahayabuana, walaupun hanya dengan bekalku yang sangat dangkal ini. ?

? Dewata Hyang Maha Agung akan selalu menyertaimu ? Ajengan Cahayabuana menjawab

pelan sambil tersenyum puas.

Baru saja dua orang shakti itu selesai berwawancara, tiba-tiba Indah Kumala Wardhani berlari-

lari mendatangi ? Eyang ? Aku terpaksa mengganggu Eyang! ? Ia berkata tersengal-sengal.

? Yaaa .. ada apa cucuku manis?! ?

? Akang Yoga digigit dan dibelit ular besar dan panjang sekali. Lekaslah Eyang, tolong akang

Yoga Kumala, serunya.

Tanpa menjawab seruan cucunya Indah Kumala Wardhani, Ajengan Cahayabuana cepat

melangkah meninggalkan ruang semadhinya dengan diikuti oleh Indra Sambada menuju ketempat

dimana Yoga Kumala berada.

Kala itu waktu menjelang siang tengah hari. Namun demikian pancaran cahaya matahari masih

saja nampak suram tidak bersinar.

*

**

B A G I A N IV.

SEJAK HARI PAGI tadi sang surya masih tEtap bersembunyi dibalik awan tebal yang menyElimuti

angkasa. Kemegahan puncak gunung Tangkuban perahu mEnjadi pudar pula, tertutup oleh awan hitam,

laksana raksasa yang sedang berduka menanggung derita, karena tak mampu melemparkan beban berat

berupa mendung hitam yang melekat di atas kepalanya. Akan tetapi hujanpun tak turun pula. Angin

menghembus dengan sangat pelan dan lemah.

Pohon2 besar berdiri tegak tidak bergerak. Hanya daun2 kecil nampak sekali-kali bergoyang

bergerak lirih. Alam sekitarnya sunyi sepi dalam suasana penuh ketenangan. Kicau burung2 pun tidak

terdengar ramai seperti biasanya. Seakan-akan alam sekitarnya lereng puncak gunung Tangkuban

Perahu pada hari itu turut pula mendengarkan wejangan2 petapa shakti Ajengan Cahayabuana.

Telah tiga malam, Senapati Muda Manggala Tamtama Pengawal Raja Indra Sambada yang

bergelar Pendekar Majapahit, menginap di pertapaan dimana Cahayabuana bersemayam. Ia datang

untuk menepati janjinya mengantarkan Yoga Kumala dan Indah Kumala Wardhani ketempat Eyangnya.

Para tamtama pengiring yang dipimpin oleh Lurah tamtama Jaka Wulung dan Jaka Rimang diperintahkan

untuk menunggu disebuah desa yang berada agak jauh di bawah tempat pertapaan. Kesempatan baik

dalam pertemuan itu, oleh Indra Sambada dipergunakan juga untuk menambah ilmu kesaktiannya. Sejak

pertemuannya yang pertama kali di Linggarjati pada kira2 dua tahun yang lalu, Indra Sambada telah

tergerak hatinya untuk ingin berguru pada Ajengan Cahayabuana (Baca Indra Sambada ? Pendekar

Majapahit ?)

Pada waktu itu ia tidak menduga sama sekali, bahwa bubungan akan terjalin demikian eratnya,

karena ternyata Sujud adik angkatnya adalah cucu Ajengan Cahayabuana yang bwrnama Yoga Kumala.

Bahwa dalam pertemuan yang sekarang ini, selama tiga hari tiga malam telah mendapat wejangan ilmu

yang demikian besar artinya, ia sangat bersyukur kepada Dewata Hyang Maha Agung.Walaupun wawancara mereka sudah selesai, akan tetapi suara Indah Kumala Warthani yang

sangat tiba2 itu membuat mereka terperanjat sesaat dengan diliputi rasa cemas mereka berdua segera

pergi dengan cepatnya menjenguk Yoga Kumala. Ternyata apa yang mereka kuatirkan tidak beralasan

sama sekali.

Dengan berjongkok sambil ketawa terkekeh-kekeh, Yoga Kumala memegang kepala ular dengan

tangan kanannya, sedang tangan kirinya dengan jari2nya yang dikembangkan, setiap kali menotok ber-

ulang2 kebadan ular yang tengah berkelejotan meronta-ronta ingin lepas dari genggaman tangan

kanannya. Ekornya yang sangat panjang menggeliat-geliat dengan sangat lemahnya tak mampu

membelit tubuh Yoga Kumala kembali. Dengan perlahan lepaslah semua belitan dan kini ular itu jatuh

ditanah kelejotan dengan kepalanya masih digenggam oleh Yoga Kumala.

Ular itu besarnya kurang lebih hampir sebetis dan panjangnya lebih dari tiga depa, akan tetapi

kepalanya hanya segenggaman .

Ular itu sebangsa ular dumung jantan yang ganas dan berbisa. Warnanya berkembang2 hitam

campur kuning merah jambu. Ular semacam itu memang jarang adanya. Ia.sangat berbahaya apabila

sedang lapar. Apapun yang dijumpainya langsung diserangnya dengan desisan yang berbisa, untuk

kemudian digigitnya dan dibelit untuk membuat mangsanya tidak berdaya sama sekali. Dengan

kepalanya yang nampak kecil itu ia dapat menelan bulat2 seekor ayam alas ataupun kelinci besar atau

sebangsanya. Dengan mengeluarkan desisannya yang berbisa pula, Yoga Kumala langsung diserangnya,

dimana ia sedang asyik ber-main2 dengan Indah Kumala Wardhani adiknya. Dari arah atas sebuah pohon

yang rindang ular itu meluncur dengan pesatnya dan langsung menyerang dan menggigit leher Yoga

Kumala sambil ekornya membelit-belit tubuh Yoga Kumala. Demi melihat kejadian yang mengerikan itu,

Indah Kumata Wardhani cepat2 berlari meminta pertolongan Eyangnya.

Akan tetapi Yoga Kumala adalah murid Kyai Dadung Ngawuk yang pernah diberi makan buah

pemunah racun sliakti "tulak tuju" atau yang dinamakan pula "Daru seketi". Ia jatuh bergulingan ditanah

sesaat, karena terperanjat bercampur rasa pedih akan serangan gigitan dilehernya yang secara tiba2 itu.

Racun yang merangsang masuk melalui luka gigitan dilehernya, segera punah kembali oleh tulak tuju.

Sedangkan baginya sewaktu masih mengikuti Kyai Dadung Ngawuk daging ular adalah

merupakan santapan yang lezat. Terdorong oleh rasa keinginan untuk menikmati kembali daging ular,

yang olehnya telah lama dilupakan, kini cepat ia bangkit kembali serta melawannya penuh semangat.

Ular yang sangat ganas itu kiranya tidak berdaya melawan totokan jari2 Yoga Kumala. Tulang ular yang

ber-ruas2 menjadi terpisah2 sambungannya karena totokan shaktinya Yoga Kumala.

? Ha haaa...haaaaa ..! Belum kenalkah kau bahwa aku adalah Dadung Ngawuk kecil?! Sudah

lama aku tidak merasakan lezatnya daging ular sebangsamu...haaa...haaa!! Ia bicara sambil ketawa

terkekeh-kekeh menyeramkan.

? Ayooooh .. bergeraklah sepuas hatimu . sebelum kau kukupas dan kupotong-potong

dagingmu! ? Serunya sambil ketawa ter-kekeh2 dengan masih berjongkok memegang erat2 dalam

tangan kanannya kepala ular itu yang semakin lemah gerakannya. Ia girang bukan main, seperti lagaknya

anak kecil yang mendapat makanan kesukaannya sehingga tidak mengetahui bahwa Eyangnya Ajengan

Cahayabuana dan lndra Sambada kakak angkatnya telah berdiri dengan ternganga dibelakangnya.

? Yoga! ? Cahayabuana berseru pula: ? Ular itu sangat berbahaya maka cepat2lah kau bunuh!

Walaupun suara itu sangat pelan didengarnya, akan tetapi membuat ia terperanjat juga. Cepat ia

memalingkan kepalanya kearah Eyangnya, dengan masih menggenggam erat2 kepala ular ditangan

kanannya.? Semua ular tak ada yang berbahaya, Eyang! Dan memang ular ini akan segera aku bunuh,

untuk dimasak dagingnya! Jika Eyang belum pernah mencoba, tentu tak akan percaya, bahwa daging

ular itu sangat lezat rasanya! Yoga Kumala menjawab dengan sungguh2.

Demi mendengar jawaban cucunya kini Cahayabuana menatapnya dengan penuh rasa heran.

Indra Sambada turut pula tercengang demi mendengar jawaban dari adik angkatnya itu.

? Bukan demikian maksud Ejangmu, Yoga! ? Indra memotong pembicaraan untuk

menjelaskan, sambil ikut ber-jongkok mendekat: ? Yang berbahaja adalah racunnya! ? Jika ular itu

sampai menggigitmu sukar untuk mencarikan obat pemunah racunnya! ?

? Ach Kangmas Indra juga tidak percaya akan kata2 ku. ?Tadi ular ini telah menggigit leherku,

tetapi tidak apa2?!

? Lihat . ini .. bekas gigitannya! ? Yoga Kumala menunjukkan luka bekas gigitan ular

dilehernya dengan telunjuk tangan kirinya.

? Hah?! Betulkah kau telah digigitnya?! ? Cahayabuana dan Indra Sambada bertanya serentak

sambil saling pandang dengan penuh tanda tanya dan perasaan was2.

? Betul Eyang! Tadi akang Yoga jatuh bergulingan waktu digigitnya dan dibelit2 badannya oleh

ular itu!? Indah Kumala Wardhani menyahut bahna tak sabar. Akan tetapi karena ia merasa jijik, maka

tak berani ia mendekati kakaknya yang masih juga memegangi ular itu. la berdiri dibelakang Eyangnya

sambil berpegangan jubahnya karena takut kalau2 ular itu terlepas dan menggeliat kearahnya.

Tiba2 ular itu berkelejot sekali, dan sesaat kemudian terkulai tak bergerak lagi. Kiranya ibu jari

tangan kanan Yoga Kumala menekan lebih keras lagi ke kepala ular yang digenggamnya sehingga hancur

dan mati seketika. Ular itu kini baru dilepaskan dari genggamannya serta jatuh terkulai ditanah tak

bergerak.

Bahwa hanya dengan tekanan ibu jari tangan kanan, kepala ular itu dapat dihancurkan.

Cahayabuana dan Indra Sambada tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya.

? Yoga Kumala! Coba perlihatkan jari2mu itu kepadaku! ?

Cahayabuana berkata sambil ikut serta berjongkok dihadapan cucunya dan memegang tangan

kanan Yoga Kumala.

Sebagai seorang petapa shakti, cepat ia dapat mengetahui bahwa jari2nya tangan Yoga Kumala

rnemang memiliki daya kekuatan yang luar biasa. Hal itu tidak menjadikan heran, karena dengan cara

latihan2 yang tekun kekuatan demikian memang dapat dicapai.

Akan tetapi yang lebih mengherankan, ialah Yoga Kumala dapat memunahkan racun ular yang

sangat berbahaya. Terang bahwa dilehernya masih nampak jelas adanya bekas gigitan ular, akan tetapi

sedikitpun tak menampakkan bahwa ia menderita karena keracunan.

? Apakah Gustiku pernah juga memberikan ilmu pemunah racun ular yang sangat

mentakjubkan itu?! ? Cahayabuana bertanya kepada Indra Sambada.

? Tidak! Saya sendiripun tidak memiliki ilmu kesaktian yang demikian ? jawab Indra dengan

wajah masih diliputi rasa heran akan kejadian keajaiban kesaktian Yoga Kumala.

? Cucuku Yoga! Dimanakah kau mendapat ilmu yang aneh serta mentakjubkan itu?! ?

Mendapat pertanyaan dari Eyangnya itu, Yoga Kumala menjadi diam dan menundukkan kepala,

yang kini mukanya bersemu dadu sampai diujung telinganya. Sinar pandangannya yang tadi berseri2

penuh kegirangan kini lenyap seketika dan berobah menjadi sedih penuh rasa penyesalan. Ia teringat

akan pesan kakek Dadung Ngawuk gurunya agar namanya tak usah disebut-sebut. Untuk membohong

pada Eyangnya dan kakak angkatnya ia takut dan perasaannya tak mengijinkan. Sedang untuk menjawab

dengan sebenarnya ia merasa salah karena tak mematuhi akan pesan gurunya.Demi melihat cucunya tertunduk dan tak mau menjawab sepatah kata Cahayabuana segera

dapat menerka pula, bahwa pertanyaannyalah yang menjadikan sebab kesedihan cucunya. Dengan

penuh kasih sayang, Cahayabuana memegang dagunya Yoga Kumala dengan tangan kanan untuk

didongakkan sedikit keatas, sedang tangan kirinya diletakkan diatas pundak Yoga Kumala cucunya,

sambil berkata lembut: ? Cucuku sayang Yoga Kumala! Tak usah kau bersedih hati, jika memang kau

tidak dapat menjawab pertanyaanku memang banyak orang2 shakti yang tak mau di kenal namanya. Hal

demikian adalah wajar. Aku sebagai Eyangmu merasa turut bahagia, bahwa cucuku memiliki ilmu yang

tidak dapat dipandang rendah itu. Dan sebagai Eyangmu akupun ingin pula akan menyampaikan rasa

terima kasihku yang tak terhingga pada gurumu yang telah sudi memberikan ilmu kesaktian padamu! ?

Berkata demikian Cahayabuana sambil menatap pandang kearah wajah cucunya dengan diiringi senyurn

yang mengandung kasih sayang. Merahlah wajah cucunya, air mata berlinang linang mengalir pelan

membasahi pipi Yoga Kumala.

? Marilah cucuku! Kita pulang dan bercakap - cakap diruang tempat semadhiku. Nanti akan

kuceritakan tentang orang2 shakti yang memiliki sifat2 keanehan pada diri mereka masing2. Biarlah Mang

Jajang memasak ular yang kau tangkap itu. Akupun ingin turut mencicipi daging ular yang menurut

katamu sangat lezat! ? katanya menghibur.

Dengan membawa bangkai ular, Yoga Kumala mengikuti Eyangnya dan kakaknya angkat kembali

memasuki goa, sedangkan Indah Kumala Wardhani telah mendahului berlari larian untuk memanggil

Mang Jajang yang sedang berada didapur.

Setelah Yoga Kumala mencuci tangan dan mukanya, serta menyerahkan bangkai ular itu pada

Mang Jajang dengan pesan untuk memasaknya, Kumala Wardhani baru mau mendekati kakaknya

dengan lagak yang sangat manja dengan memegang lengan kakaknya sambil menyanjung mengagumi.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kini empat orang duduk bercakap-cakap diruang semadhi sambil menikmati hidangan makanan

kecil yang telah disediakan oleh Mang Jajang dengan minuman teh harum yang masih hangat. Diluarpun

mulai turun hujan rintik-rintik.

? Yoga Kumala! ? Suara Cahayabuana terdengar membuka percakapan. ? Jika aku tak salah

dengar tadi kau mengaku sebagai Dadung Ngawuk kecil. Adakah si-kakek gundul gila Dadung Ngawuk

yang shakti itu pernah menjadi gurumu? ?

Pertanyaan Ejangnya yang tidak diduganya itu membuat Yoga Kumala tercengang heran.

Kenalkah Eiangnya dengan kakek Dadung Ngawuk gurunya? Jika seandainya tidak pernah mengenal dari

mana Eyangnya dapat memberikan gelar pada gurunya " sikakek gila ? yang shakti. Suatu teka-teki yang

ia sendiri tidak dapat menebaknya. Akan tetapi otaknya yang cerdas cepat bekerja. Ia ingin bertanya

lebih dulu sebelum memberikan jawaban pada Eyangnya.

? Apakah Eyang pernah kenal dengan orang yang bernama kakek Dadung Ngawuk? Ingin saya

mengetahui lebih banyak tentang kisah kakek Dadung Ngawuk itu, Eyang?. Yoga Kumala pura2 bertanya.

Secepat otak Yoga bekerja, secepat itu pula Cahayabuana sudah dapat meraba, bahwa cucunya

adalah benar-benar murid dari kakek Dadung Ngawuk. Dari perobahan air muka dan pertanyaan

cucunya, ia dapat menarik kesimpulan dengan pasti, bahwa kakek Dadung Ngawuk adalah guru cucunya.

Dan tingkah lakunya Yoga Kumala sewaktu membunuh ular itu, menambah keyakinan. Untuk tidak

mengecewakan cucunya ia kini mulai bercerita.

? Pada kira-kira sepuluh tahun yang lalu, aku pernah kenal dengan sikakek gundul aneh yang

shakti itu. Waktu itu, ia memang sengaja datang kemari untuk ingin bertemu dengan diriku. ? Sampai

disini Cahayabuana berhenti sesaat, seakan-akan ada sesuatu yang sedang di - ingat2nya.

Dengan duduk bersila serta membuka telinganya lebar2, Yoga Kumala mendengarkan Eyangnyayang sedang bercerita dengan penuh perhatian, Senapati Indra Sambada dan lndah Kumala Wardhani,

walaupun tidak mengenal nama Dadung Ngawuk, ingin pula mengetahui kisahnya tentang orang shakti

yang aneh itu. Bagi Indra Sambada cerita2 semacam itu sangat digemari, karena dengan demikian ia

akan lebih banyak mengetahui tentang orang2 shakti yang kemungkinan besar akan banyak manfaatnya

dalam arti menunaikan tugasnya.

Sejenak kemudian, Cahayabuana mulai lagi dengan ceritanya. ?

Yaaa .. kira-kira dua puluhan tahun yang telah lalu . pada jaman itu, aku mengenal lima orang

shakti yang masing-masing memiliki sifat2nya sendiri2. Watak dan tingkah lakunya sangat berlainan satu

sama lain. Lima orang itu tergolong orang-orang shakti yang terkemuka didaerah masing - masing,

Hanya ada juga persamaan mereka berlima orang shakti itu. yalah umur mereka hampir sebaya .

Orang pertama bernama Sidik Pamungkas dan terkenal dengan gelarnya Yamadipati. Namanya

harum, karena orang itu memiliki sifat-sifat ksatria. Ia senang menolong sesama yang lemah, dan

pengaruhnyapun didaerah Mataram sangat luas. Semula ia terkenal sebagai pendekar pedang yang

sangat ulung dan sukar untuk mencarikan tandingannya, akan tetapi kemudian ia menjadi lebih terkenal

dengan senjata tongkat penjalinnya.

Hanya sayang ia memiliki watak yang sangat kejam tidak mengenal ampun. Setiap orang yang

dianggap sebagai musuhnya tentu binasa ditangannya, maka oleh orang-orang digelari dengan nama

Yamadipati yang artinya pencabut nyawa. Cara hidupnyapun mencontoh seorang bangsawan.

Segala2nya teratur rapih dan serba ada. Namun belakangan ini nama Sidik Pamungkas tak terdengar lagi

hingga sekarang ini. Ada sebagian yang mengatakan bahwa ia kini telah menjadi Wiku atau pendeta dan

bersemayam dilereng Gunung Sumbing. Benar tidaknya aku sendiri belum mengetahui dengan pasti.

Dan orang itu yang juga mempunyai aji shakti " Panggendaman Rajawana", Orang kedua adalah Jaka

Pandan yang kemudian bergelar Kyai Pandan Gede. Ia adalah saudara muda seperguruan, dengan sidik

Pamutigkas. Akan tetapi merupakan saudara seperguruan sifatnya sangat berlainan. Jaka Pandan atau

Kyai Pandan Gede orangnya sangat sederhana, bahwa dapat dikatakan hidup dalam kemelaratan,

dimana ia berada disitulah tempat tinggalnya.

Ia tak pernah mempunyai tempat tinggal yang tetap. Sedangkan ia adalah orang yang senang

mengembara. Lawan ataupun kawan sukar untuk dapat menemuinya. Orangnya senang berkelakar dan

selalu bermurah hati. Tapi jelas bahwa orang seperti dia memiliki jiwa besar, sepi ing pamrih. Harta ben-

da baginya sama sekali tak ada artinya. Sayang ia tak mempunyai keturunan. Menurut cerita orang, dulu

ia pernah mencintai seorang gadis anak bangsawan. Akan tetapi karena orang tua gadis idamannya

memperbolehkan untuk diperisterikan oleh Jaka Pandan, maka Jaka Pandan bersumpah tak akan

mempunyai istri untuk selama-lamanya.

Ia mengikuti gerak hatinya sendiri dalam hidupnya, artinya tak mau mendengarkan kata2 orang lain.

Karena munculnyapun selalu tiba - tiba karena menuruti kehendak sendiri maka ia mendapat gelar

"Siluman shakti" Pengaruhnyapun amat luas didaerah seberang timur sepanjang Bengawan.

Orang yang ketiga adalah yang tadi namanya telah kusebut jalah Dadung Ngawuk. Orang itu

menurut ceritanya berasal dari daerah Demak. Sejak kecil ia terlunta2, karena ia adalah anak yatim piatu.

Akan tetapi setelah dewasa ia amat shakti. Ia pernah mengembara sampai didaerah Kerajaan

Pajajaran sini. Dengan kesaktiannya ia malang melintang, sukar untuk mencarikan lawannya.

Pengaruhnyapun sangat amat luas hingga sampai di perbatasan Banyumas. Akan tetapi sifat2nya hampir

menyerupai orang yang tak waras otaknya. Hal ini mungkin disebabkan karena penderitaannya waktu

kecilnya atau karena ilmu yang dianutnya. Aku sendiri kurang mengetahui dengan pasti.

Hanya sayang, orang itu hanya mengenal di inya sendiri tanpa mengerti kegunaan akankesaktiannya. Demikian ia dimabokkan oleh kesaktiannya sendiri, hingga tak pernah berhenti mengejar

kemajuan ilmunya saja. Waktu itu semua orang yang pernah dikenalnya diajak bertempur, hanya untuk

meyakinkan kesaktiannya sendiri. la tak pernah memperdulikan orang lain, asalkan tak menyinggung

pribadinya ataupun menyinggung ilmunya.

Pendek kata sifat2nya tepat jika dinamakan setengah gila. Ia tak pernah mau campur tangan

dengan urusan2 kenegaraan ataupun membina ketenteraman seperti orang-orang shakti lainnya.

Diwaktu kosong, ia banyak menyendiri ditempat - tempat sepi untuk melatih kasaktiannya, yang

selalu dirahasiakan. Orang yang demikian sungguh sukar untuk diselami arah tujuan dan kehendaknya.

Ia dapat menghancurkan batu hanya dengan remasan jari-jarinya. Yang mengherankan iapun memiliki

ilmu usadha yang tinggi sekali. Akan tetapi tak pernah dipergunakan untuk menolong sesama, jika tidak

ada urusan dengan pribadinya. Darimana ilmu itu didapatnya aku sendiri pun tak mengetahui. Karena ia

dulu pernah malang melintang disini, maka akupun mengenalnya. Ciri ciri aslinya pada orang itu

kepalanya gundul sejak kecil. Apakah ia kini masih hidup ataupun mati aku tak mengetahuinya. ?

Sampai disini Cahayabuana berhenti sejenak sambil menghela nafas panjang serta menatap

pandang kearah Yoga Kumala yang duduk dihadapannya, seakan-akan ia ingin menyelami pendapat

cucunya. Sewaktu Indra Sambada sedang duduk terpaku mendengarkan cerita Cahayabuana sambil

mengagumi akan pengalaman dan pengetahuannya yang sangat luas itu, tiba tiba Yoga Kumala

memotong bicara memecah kesunyian. ? Ketiga orang shakti yang Eyang ceritakan itu kini masih hidup

semua, Eyang?. Dan ketiga-tiganya sayapun telah pernah mengenal bersama-sama kangmas Indra

Sambada. Bukankah demikian kangmas?! ?

? Ya . . . . memang demikian, akan tetapi orang shakti yang ketiga tadi aku terus terang belum

pernah mengenalnya. Bahkan mendengar namanya saja baru sekarang ini. ? Indra Sambada menyahut,

? Jika kau telah mengenal orang yang ketiga tadi, berarti kau lebih banyak mengetahui tentang orang

orang shakti dari pada aku Yoga!? ?

Indra Sambada sengaja menyanjung adik angkatnya, agar ia mengetahui dengan pasti, apakah

kesaktiannya yang dimiliki oleh Yoga Kumala itu memang berasal dari Dadung Ngawuk.

Tanpa ditanya lebih lanjut, Yoga Kumala menceritakan tentang pertemuannya dengan kakek

Dadung Ngawuk, hingga ia mendapat ilmu "Wuru shakti" dari padanya. Hanya mengenai buah ?daru

seketi? ataupun yang disebut ,,tulak tuju" ia sengaja merahasiakan. ?

? Pantasan akang Yoga sekarang seringkali bertingkah aneh seperti orang gila, jika sedang

berlatih dengan aku, Eyang? Kiranya akang Yoga adalah murid dari kakek Dadung Ngawuk sigila yang

shakti itu. ? Indah Kumala Wardhani turut memotong percakapan sambil mencebirkan bibirnya

menggoda Yoga Kumala.

? Indah, kau jangan mencemohkan kakakmu! Bahwa Dadung Ngawuk mau memberikan

ilmunya pada kakakmu adalah suatu kurnia yang luar biasa anehnya. Ilmunyapun sangat tinggi. Kau

harus turut bangga karenanya ? Cahayabuana cepat menegur cucunya yang selalu gemar menggoda

orang lain,

? Eyang, cobalah teruskan dahulu cerita orang2 shakti tadi, saya ingin mengetahuinya tentang

kelima orang shakti yang telah dikenal oleh Eyang itu! ? tanpa menghiraukan ejekan adiknya Yoga

Kumala mendesak Eyangnya untuk melanjutkan ceritanya.

? Baiklah akan aku teruskan dongenganku tentang lima orang shakti yang memiliki sifat2 aneh

yang telah kukenal ? Cahayabuana mulai lagi dengan ceritanya.

? Orang yang keempat adalah orang yang tinggal menetap di gua Rongkob didaerah pantai

selatan. Tidak sembarang orang dapat memasuki guanya, karena gua itu tertutup oleh air laut yangterkenal angker. Pantai laut selatan sangat berlainan dengan pantai Iaut tengah. Tebing2nya sangat terjal

dan gelombangnyapun sangat besar bergulung- gulung tak ada hentinya. Konon ceritanya orang2

penduduk sekitar pantai, jauh sebelah selatan dari gua Rongkob yang angker itu, ditengah2 lautan..

adalah sebenarnya istana besar dari Nyi Loro Kidul. Ia adalah raja putri lautan. Yang akan saya ceritakan

ini bukan raja putri itu, tetapi orang shakti aneh penghuni gua Rongkob .Ia terkenal dengan nama

Mbah Duwung. ?

Belum juga Cahayabuana selesai dengan ceritanya, tiba2 Indah Kumala Wardhani yang sedari

tadi diam mendengarkan memotong bicara.

? Eyang, bagaimana Mbah Duwung itu dapat masuk keguanya, jika mulut gua itu tertutup oleh

air laut? Apakah istana dalam lautan itu benar2 ada. Eyang? ?

? Heh.. heh.. hehh . Betul juga pertanyaan itu. Hampri2 aku lupa menjelaskan tentang keadaan

gua itu. Begini, cucuku manis! Gua itu sebenarnya tak telendam air laut seIuruhnya. Yang tertutup air

hanyalah mulut gua itu saja, sedangkan liangnya menanjak keatas hingga dengan demikian didalam gua

itu kering sama sekali.

Masuk dan keluarnya Mbah Duwung tentu saja menunggu jika air laut sedang surut, jadi tak

sembarangan waktu. Saya sendiri sewaktu belum menyatakan dengan mata kepala sendiri juga tak akan

percaya adanya gua yang aneh itu...Sedangkan benar dan tidaknya mengenai adanya istana didasar

lautan selatan, aku sendiri tidak mengetahui dengan pasti. Karena itu sepanjang masa hanya merupakan

dongengan belaka. dan tak pernah ada orang yang berani menyatakan dengan mata kepala sendiri!

Bahwa Ajengan Cahayabuana berkata tak percaya sebelum menyatakan sendiri, jelas

mengandung arti bahwa ia pernah menjelajah dan memasuki gua rongkob itu - pikir Indra Sambada.

Cahayabuana berhenti berbicara sesaat untuk membasahi tenggorokkannya dengan teh hangat

yang berada dihadapannya, sambil mempersilahkan pada tamunya Indra Sambada.

? Marilah, nakmas Gustiku Senapati! Kita nikmati dahulu hidangan hangat yang disuguhkan

oleh Mang Jajang! ?

Mereka berempat segera mulai merahapi makanan yang dihidangkan oleh Mang Jajang dengan

nikmatnya.

? Nah, akan aku lanjutkan...Mbah Duwung orangnya gagah perkasa. Ia memiliki watak yang

angkuh sekali dan senang menolong sesama demi memamerkan akan kesaktiannya.

Jadi jelas, bahwa pertolongannya itu bukan murni karena perasaan kemanusiaannya, akan tetapi

karena senang dipuji orang sebagai seorang shakti yang tanpa tanding. Memang ia memiliki ilmu golok

panjang yang sangat mentakjubkan. Jurus-jurus gerakannya menyerupai ilmu pedang tamtama

Kerajaan. Karena ia selalu memakai perisai baja dilengan kirinya, maka iapun digelari dengan si tangan

besi. ? Ia adalah pemuja Nyi Loro Kidul Raja putri lautan itu. Sayang, bahwa orang shakti yang demikian

tinggi kurang mengenal akan kebesaran Dewata Hyang. Maha Agung Penciptanya.

Ia mempunyai seorang murid yang dididiknya sejak kecil bernama Talang Pati. Sifat dan

wataknyapun tidak menyimpang dari gurunya.

Anehnya Mbah Duwung adaah pembenci kaum wanita.

Sedangkan orang shakti yang kelima yang aku kenal ialah seorang wanita tua yang amat jahat,

penganut ilmu hitam

Ia mempunyai dua orang murid laki-laki yang umurnya... tak banyak selisihnya dengan dia

sendiri...

?Yaaa...kedua muridnya itu juga merupakan suaminya. Dengan ilmu kesaktiannya yang

beraliran hitam itu, ia dapat menyulap tongkat ataupun ranting pohon menjadi ular... dan lebih daripada itu ..ia dapat membuat orang menjadi buta seketika hanya dengan seruan kata2nya saja.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kuku-kuku jari2nya dan jari-hari kakinya semua mengandung racun yang sangat berbahaya bagi

lawannya.

Kejahatan dan kekejamannya sangat mempengaruhi setiap otang, hingga orang2 memberikan

gelar padanya sebagai ? jin beracun wanita ? dan namanya terkenal dengan Nyai Pudak Muncar,

sungguhpun raut mukanya seram dan menakutkan.

Orang2 yang takut padanya memanggil dengan sebutan Raden Ayu Pudak Muncar. Akan tetapi

orang itu pada waktu lima belas tahun yang lalu telah mati terbunuh oleh seorang priyagung dari

Pajajaran yang namanya tak perlu di sebutkan ..

Dengan meninggalnya Pudak Muncar, dua orang muridnya menggantikan kedudukkannya yang

terkutuk itu. Mereka dengan bekal warisan kesaktiannya, kedua duanya menjadi kepala rampok yang

memiliki pengaruh luas didaerahnya masing-masing. Sifat2 kejam dengan tanpa batas2 perikemanusiaan

masih merajai dirinya. Kuku kuku jari-jarinya merupakan senjatanya yang paling ampuh, karena

mengandung racun yang amat berbahaya bagi lawannya. Sedikit saja ter-gores oleh kuku2 mereka dapat

mengakibatkan kematian bagi lawan.

Murid yang tertua bernama Tambakraga dan menetap disebuah gua ditengah hutan Wonogiri,

jauh diseberang timur sana, sedangkan seorang murid lainnya bernama Tadah Waja yang tinggal

dilereng gunung Slamet. Kedua-duanya memiliki kesaktian dan kekebalan terhadap segala racun.

Sedangkan laskar dan murid2nya sangat banyak serta tersebar luas . Yaaaahh ..... !

Sebenarnya masih banyak lagi orang2 shakti lainnya . . akan tetapi mereka pada umumnya

tenang2 saja ditempatnya masing2 sehingga tidak menjadikan buah tutur orang banyak. Kebanyakan dari

orang2 yang memiliki kesaktian itu, pada umumnya turut pula membantu menjaga ketenteraman daerah

masing2 dengan mendirikan perguruan ilmu kanuragan ataupun membantu para priyagung Kerajaan

dalam menunaikan tugasnya, Dan ini semua belum terhitung orang-orang shakti yang memangku

jabatan tinggi sebagai priyagung tamtama Kerajaan yang tidak dapat dikatakan sedikit jumlahnya.

Hal ini tentunya nakmas Gustiku Senapati lebih mengetahui dari pada aku yang hanya selalu

tinggal digunung yang terpencil ini.

Adapun kelima orang shakti yang telah kuceritakan itu tadi adalah orang2 shakti yang memiliki

sifat2 aneh serta gemar mengembara.

Dan kelima orang itu walaupun tidak bersamaan waktunya secara kebetulan pernah berkunjung

kemari. Maka jika cucuku Yoga Kumala ataupun Gustiku Senapati kelak dalam perjalanan berjumpa

dengan salah seorang dari mereka, aku mengharap kesudiannya untuk menyampaikan salamku. ?

Cahayabuana tiba2 memutus ceritanya. Suasana menjadi hening sejenak kembali setelah Cahayabuana

berhenti dengan kisah yang diceritakan ..

Masing2 turut pula terdiam, karena terbawa oleh lamunannya sendiri2, akan tetapi suasana

demikian itu hanya berlalu dalam sekilas pandang saja, karena Yoga Kumala kiranya masih juga merasa

kurang puas akan kisah yang telah diuraikan oleh Eyangnya. Terutama mengenai kisah yang diceritakan

menyangkut akan gurunya Dadung Ngawuk. Segera ia menggeser duduknya mendesak lebih maju untuk

menanyakan apa yang terkandung dalam hatinya. ? Maafkan, Eyang! Tadi yang mula2 menceritakan

tentang kedatangan kakek Dadung Ngawuk ditempat ini pada kira2 sepuluh tahun yang telah lalu. Tetapi

belum juga cerita itu dilanjutkan ..

Eyang hanya terus menceritakan tentang sifat2 dari pada kelima orang shakti itu saja . Jika

sekiranya Eyang tidak berkeberatan, cucunda ingin sekali mengetahui tentang maksud kedatangan

kakek Dadung Ngawuk kemari secara keseluruhan, Eyang.Mendapat desakan dari cucunya, Cahayabuana segera menatap pandang sesaat, serta kemudian

meng-angguk2kan kepalanya dengan sambil bersenyum, dijawabnya dengan pelan: ? Heh. Heh. heh

.?

Cucuku Yoga Kumala! .. Aku gembira dengan pertanyaanmu itu ..Sudah sepantasnya apabila

kau ingin mengetahui .. Baiklah . akan kusambung lagi ceritaku yang sudah sejenak kuhentikan ini

?

Ia kembali diam lagi sesaat, dengan mengerutkan keningnya sehingga tiga deretan garis2 kerut

keningnya nampak jelas, se-akan2 ada yang sedang diingat2nya kembali. Kemudian mulailah ia bicara

kembali memecah kesunyian, sementara Yoga Kumala, Indra Sambada dan Indah Kumala Wardhani

telah memasang telinganya dengan sepenuh perhatiannya.

? Pada waktu itu, adikmu Indah Kumala Wardhani masih kecil baru . berusia kira2 empat

tahunan. Selagi aku menidurkan adikmu ditempat ini. Berkata demikian Cahayabuana menunjuk kelantai

yang kini sedang diduduki oleh Indra Sambada.

Si Kumbang yang biasanya mendekam dengan tenang dimulut gua, tiba tiba mengaum panjang,

dan melesat di kegelapan .

Waktu itu memang sudah mulai gelap malam .

Baru saja adikmu kutidurkan diatas lantai, tiba2 Mang Jajang datang dengan tergopoh-gopoh

serta mengigil ketakutan sambil berkata peian dan terputus-putus: ? Juragan sepuh . Diluar .ada .

orang diserang .. oleh Kumbang! ?

Sesungguhnya akuptin telah mendengar sendiri, maka dengan berhati-hati aku manjenguk

keluar, sedangkan Mang Jajang kuperintahkan untuk menunggu adikmu Indah .

Betapa terperanjatku setelah aku mehhat diluar dalam kegelapan malam dengan jelas, bahwa si

kumbang telah bergelimpangan sambil me-ngaum2 pendek, seakan - akan merupakan jeritan meminta

pertolonganku karena tidak mampu untuk berdiri diatas keempat kakinya lagi .. Selagi aku mengamat-

amati sekali lagi dari jarak yang lebih dekat agar lebih jelas, tiba2 sesosok tubuh seperti bayangan hitam

telah berdiri dimukaku dengan mengeluarkan suara tawanya yang terkekeh-kekeh menyeramkan .

dan segera berseru lantang.

? Hai, petapa tua yang durhaka! Jangan sembunyi terus dalam gua, dan berpura-pura suci!

Biarpun kau ada didalam kawah gunung ini, niscaya aku akan dapat menemukan juga. Akuilah, sebelum

kau mampus ditanganku, bahwa tanganmu telah berleprotan darah yang harus pula kau pertanggung

jawabkan dengan jiwamu! Heh . ..heh!

Demi mendengar kata2 ancamannya itu, aku menjadi bingung lagi.

Menurut ingatanku orang gundul yang berdiri dihadapanku dengan tiba tiba itu, belum pernah

aku mengenalnya, apalagi berurusan.

Kini tanpa bertanya terlebih dahulu, ia telah melontarkan makian dan ancaman yang sedemikian

kejamnya .. hingga hampir saja aku tak dapat mengendalikan nafsu kemurkaanku . Tetapi untunglah

bahwa Dewata Hyang Maha Agung selalu melimpahkan kemurahanNya padaku, hingga cepat aku dapat

menguasai lagi ketenangan dalam diriku ..Cahayabuana berhenti bianra sambil memejamkan matanya

sesaat serta menarik nafas panjang dan dalam, kemudian menyambung ceritanya. ? Maka pesanku,

dalam keadaan bagaimana jugapun cucuku harus dapat tetap bersikap tenang. Karena ketenangan

merupakan pangkal kejernihan berfikir . Dengan kesopanan yang lajak sebagaimana seorang yang

melayani tamu, aku bertanya padanya dengan tanpa menghiraukan akan kemarahannya yang sedang

meluap luap itu.

? Kita belum pernah saling mengenal, jika kedatangan saudara memang ada urusan dengandiriku, sudilah singgah sebentar digua pondokku ini, agar dapat dibicarakan dengan terang tentang

segala urusan saudara.?

? Maafkan aku Cahayabuana jika ada kekhilafan sampai-sampai tidak mengenal saudara. ?

Akan tetapi tamu yang sangat asing bagiku ternyata tidak mau mendengarkan kata2ku, bahkan

sebaliknya. Ia mencaci maki diriku dengan kata2 yang lebih keji dan tak bisa diterima oleh telinga.

Puncak kemarahannya akhirnya menantang diriku untuk bertempur.

Dalam pengakuannya ia mengaku bernama Ki Dadung Ngawuk . . Nama Dadung Ngawuk memang telah

lama aku mendengarnya sebagai seorang shakti yang cukup menggetarkan daerah Pajajaran sini, akan

tetapi baru saat itulah aku mengenal orangnya. Maka begitu aku tahu bahwa yang berdiri di depanku itu

Dadung Ngawuk adanya, segera aku berlaku merendah demi untuk mencegah terjadinya perkelahian

yang tanpa alasan.

Tetapi ia tetap saja pada pendiriannya dan berkepala batu tidak mau menyambut ajakanku dengan tata

susila, dan suara tawanya terdengar terkekeh-kekeh bergelak-gelak menyeramkan. Pada saat itu aku

mengira bahwa Dadung Ngawuk menderita penyakit ingatan. Maka aku pikir tak ada gunanya untuk

melayani lebih lanjut. Tanpa menghiraukan akan kata caciannya yang menjadi jadi itu aku melangkah

maju hendak menolong si kumbang terlebih dahulu.

Siapa tahu tiba2 ia bergerak menghadang langkahku dengan serangan totokan jari jari mautnya yang

terkenal sangat berbahaya itu. Dengan demikian aku terpaksa harus menghindari demi untuk mencari

selamat. Akan tetapi ia tidak berhenti sampai disitu saja. Dengan gerakan2 yang amat tangkas serta

berbahaya ia merangsang terus dengan jurus2nya yang sangat dahsyat.

Cambuk ular ditangan kanan menyambar-nyambar dan menggeliat liat menyerang seluruh

bagian tubuhku, dan masih diiringi dengan sambaran jari-jari tangan kirinya yang mengembang sebagai

baja merupakan totokan dan remasan shakti. Kedua kakinya pun turut pula bergerak dengan cepat

merupakan serangan rangkaian yang sangat berbahaya bagi diriku. Menghadapi serangan yang dahsyat

dan bertubi-tubi, aku menjadi sangat repot dibuatnya. Dengan demikian aku terpaksa harus menghadapi

dengan segala kemampuan yang ada pada diriku.

Pertempuran tak dapat dihindarkan lagi. Dari pertempuran yang berlangsung itu, aku dapat

mengetahui bahwa ilmu kanuragan yang dimilikinya cukup tinggi. Serangan totokan dan remasan jari

tangan kirinya mendatangkan angin sambaran yang dahsyat hingga aku terkesiap sesaat sewaktu

76Cambuk ular ditangan kanan menyambar-nyambar dan menggehat-liar

menyerang seluruh bagian tubuh dan masih diiringi dengan sambaran-

sambaran jari tangan.

merasakan angin sambarannya. Dengan tidak merasa sungkan lagi, aku mulai dengan membalas

serangan yang ditancarkan,

Akan tetapi kembali aku menjadi tercengang sendiri, karena ternyata seranganku selalu

menemui tempat kosong, gerakan2nya yang sangat aneh seperti lauaknya seorang mabok, ia selalu

dapat terhindar dari serangan2ku. Ternyata Dadung Ngawuk yang otaknya tidak waras itu...benar2

mumpuni dalam segala bidang ilmu kanuragan. ?

Cahayabuana menghentikan lagi ceritanya, sambil menelan ludah dan batuk2 kecil. Kemudian

meraih mangkok yang masih berisi teh dan meneguknya untuk membasahi kerongkongannya yang

dirasakan kering itu.? Lalu bagaimana akhir dari pertempuran itu, Eyang?? Indah Kumala Wardhani mendesak tak

sabar

. ? Indah! Biarlah Eyang bercerita dahulu, dan jangan kau potong2 dengan pertanyaanmu itu! ?

Yoga Kumala menegur adiknya dengan diiringi pandang mencegah keceriwisannya. Ditegur secara

demikian oleh kakaknya, indah Kumala Wardhani menjadi cemberut asam mukanya seketika. Dengan

nada ejekan ia menyambut teguran kakaknya.

? Ach...coba saja gurumu yang gila itu sekarang suruh kemari yang tidak mengenal sopan

itu...tentu kuhajar dengan tamparanku! ?

Karena Yoga Kumala telah mengenal watak adiknya yang selalu tidak mau kalah itu, ia menjadi

geli sendiri sehingga tak dapat menahan ketawanya: ? Haa haaa -.. haaaah. Aku menegurmu agar tidak

mengganggu Eyang yang sedang bercerita, manis! Kenapa kau malah menjadi marah kepadaku yang

tanpa alasan? Haaa .. haaaa .. ! ?

Mendengar percakapan kedua anak yang masih remaja itu, Cahayabuana serta Indra Sambada

turut pula tersenyum geli.

? Sudahlah, cucuku manis ..jangan bertengkar terus .nanti ditertawakan oleh kakakmu

Gustiku Indra. .

Dengarlah . Eyang akan melanjutkan cerita yang belum habis ini, ? Cahayabuana berkata

menyapih sambil tersenyum, dan sejenak kemudian melanjutkan lagi ceritanya:

? Pertempuran itu setelah berlangsung agak lama, aku ba ru ingat bahwa gerakan langkahnya

yang aneh seperti orang setengah gila itu ternyata langkah2 yang dinamakan ?Wuru shakti ?

sebagaimana aku pernah pula membaca dalam kitab kuno yang berasal dari Hindu dan telah diturunkan

oleh seorang prijagung tamtama shakti pada zaman Keraton Mantaram sewaktu Sanjaya Raka I

bertahta. Priyagung tam shakti yang membuat turunan kitab berisikan ilmu ? Wuru shakti ? itu

bernama SAKYA ABINRA. Kitab kuno itu kemudian menjadi rebutan para orang2 shakti dizaman ini, dan

akhirnya kitab itu menjadi berantakan, terlepas dari ikat penjilidannya. Diantara orang2 shakti yang

memperebutkan kitab itu tidak ada yang dapat menguasai seluruhnya.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Ada yang hanya berhasil mendapatkan lembaran bagian pertamanya dan ada pula yang berhasil

mendapatkan lembaran2 bagian tengah. Sedangkan saya sendiri pernah membaca pula tapi pada bagian

terachir saja.

`Namun hingga sekarang ini lembaran2 lapisan dari kitab kuno itu tetap menjadikan incaran para

orang2 shakti, hingga mendatangkan banyak bencana. Entah karena apa, pada waktu yang akhir2 ini

tidak nampak iagi kegiatan2 para orang2 shakti untuk menguasai kitab kuno itu lagi.

Mudah2an saja . perebutan kitab kuno itu berakhir sampai disini . ? Cahayabuana berhenti

sejenak untuk menghela nafas dalam .

? Bapak Ajengan Cahayabuana! Maafkan saya memotong bertanya.

Apakah lembaran2 terachir dari kitab kuno itu masih ada pada Bapak Ajengan Cahayabuana?! ?

Senapati Indra bertanya dengan memperlihatkan kesungguhan hatin. Kiranya ia sangat tertarik sekali

akan isi tulsian tulisan dari pada kitab kuno buah karya SAKYA ABINDRA itu.

? Sabarkanlah, nakmas Gusti Junjunganku! Nanti juga akan kuterangkan dimana lembaran2

bagian dari kitab kuno itu! Jawab Fjahayabuana dengan tenang, kemudian melanjutkan ceritanya lagi.

? Dengan mengingat-ingat apa yang telah pernah aku baca dalam lembaran2 kitab kuno yang

telah lama kulupakan, akhirnya aku dapat menundukkan Dadung Ngawuk. Ternyata orang shakti yang

kuanggap setengah gila itu memiliki pula sifat2 ksatryanya yang tulus. Belum juga ia terluka berat karena

seranganku, telah keburu menyerah kalah. Hal ini tentu saja membuat aku tercengang dengan penuhrasa heran. Tanpa kuminta ia telah berjanji sendiri akan mematuhi semua petunjuk2ku .. Waktu itu

telah fajar pagi Jadi pertempuran itu berlangsung agak lama juga . Setelah pertempuran itu selesai

cepat2 aku dengan diikuti oleh Dadung Ngawuk menghampiri si kumbang yang masih saja

bergelimpangan ditanah samhil me-ngerang2 kesakitan.

Ternyata kedua tulang kakinya depan hancur terkena remasan jari2 tangannya. Dengan dibantu

oleh Dadung gawuk si kumbang akhirnya aku gotong masuk kedalam gua diruang dapur. ?

Selanjutnya oleh Cahavabuana diceritakan pula tentang kesaktian dalam ilmu usadha yang

dimiliki oleh Dadung Ngawuk. Kedua kaki si kumbang yang tulang2nya telah patah hancur oleh remasan

dapat dipulihkan kembali oleh Ki Dadung Ngawuk hanya dalam tempo sepekan. ? Suatu ilmu usadha ?

sangkal putung? yang sangat tinggi dan mentakjubkan ? Cahayabuana memuji ketinggian ilmu

usadhanya.

Akhirnya ia menceritakan tentang nasib malang yang dialaminya. Menurut cerita yang

diutarakan padaku, bahwa istrinya dibunuh oleh orang yang ia sendiri tidak mengetahui siapa

pembunuhnya, karena pada saat itu ia baru pergi meninggalkan Demak, untuk mengembara tanpa

tujuan.

Menurut dugaannya pembunuh itu tentu orang shakti yang menginginkan lembaran2 bagian

kitab kuno yang ada padanya. Enam tahun lamanya ia menjelajah dengan dendam kesumat yang

tersimpan dalam rongga dadanya, mencari tahu siapa pembunuh isterinya, yang tak pernah dapat

ditemukan.

Jilid 3

B A G I A N I

ANEHNYA DALAM WAKTU yang hampir bersamaan itu, ibunya Mbah Duwung, seorang nenek

yang telah lanjut usianya yang tinggal disebuah desa didaerah pantai selatan dekat dengan gua Rongkob

itu, juga terbunuh secara kejam, dengan ticlak diketahui siapa pembunuhnya. Si Duwungpun pernah

juga berkunjung kemari sebelum Dadung Ngawuk datang, untuk minta pendapatku. Dengan merendah,

aku hanya dapat memberikan jawaban bahwa aku tidak mengetahui sama sekali tentang hal itu.

Kiranya datangnya kemari bukan semata-mata hanya untuk minta pendapatku saya, akan tetapi

sebenernya iapun menaruh curiga terhadap diriku. Setelah yakin bahwa aku bukan pembunuh orang

tuanya, ia berlalu meainggalkan tem-pat pertapaan ini. Hal itu juga saya ceritakan pada Dadung Ngawuk.

Tidak kuduga sama sekali, bahwa ceritaku tentang kedatangan si Duwung itu dianggapnya sebagai

petunjuk jalan untuk dapat menemukan pembunuh isterinya. Dengan penuh penyesalan, Dadung

Ngawuk kunasehati agar ia berlaku hati hati dengan pertimbangan2 yang wajar, untuk jangan sampai

salah terka. Karena mungkin ada orang ketiga yang memang sengaja hendak memancing untuk

mengadu dombakan antara Dadung Ngawuk dengan Mbah Duwung, demi keuntungannya. Sejak itu, aku

tidak pernah jumpa lagi dengan mereka. Dalam perpisahan dulu, masih juga Dadung Ngawuk sempat

mengatakan penyesalannya dan berjanji tak akan mengganggu keturunanku. Siapa tahu sekarang

cucuku Yoga Kumala, malah menjadi muridnya ,,,,,. Cahayabuana mengakhiri ceritanya.Ia menatap pandang kearah Indra Sambada sambil ber kata pelan ? Ooo . yaaaa tentang

pertanyaan nak-mas Gustiku tadi belum kujawab .. Maafkan nakmas Gustiku. Bukan aku lupa, tetapi

memang sengaja aku hendak menutup ceritaku tentang Dadung Ngawuk lebih dahulu, agar cucuku Yoga

Kumala puas .. Nah, .. sekarang akan kujawab sedapat dapatku tentang pertanyaan Gustiku itu. ?

Cahayabuana menggeser duduknya sambil membetulkan letak kaki bersilanya, ? Lembaran kitab bagian

akhir itu, .. masih ada .. dan kini kusimpan campur dengan benda2 kuno lainnya dalam gudangku ..

Jika Gustiku menginginkan, baiklah besok saya kubongkar gudang itu.....

Besok setelah dipelajari bersama, nanti akan kujelaskan bagian2 yang sekira penting bagi nakmas

Gustiku ... dan aku rasa, untuk cucuku Yogapun ada pula bagian2 yang penting yang harus dipelajari. ---

? Saya mengucapkan banyak terima kasih akan kemurahan hati Bapak Ajengan Cahayabuana

yang selalu dilunturkan padaku, ? jawab Indra Sambacia dengan perasaan puas, walaupun ia harus

menunggu dan bersabar sampai esok hari lagi.

Hanya yang sangat mengherankan bagi ketiga2nya ialah gudang tempat penyimpanan barang2

kuno yang di sebut2 tadi oleh Cahayabuana. Jelas bahwa selain dari pada ruangan2 kosong seperti dapur,

ruangan semadhi dimana mereka sekarang sedang berada, dan ruangan dekat mulut gua yang hanya

sempit dan gelap itu, tak ada lagi ruangan lain. Tetapi mengapa Cahayabuana menyebutkan gudang

tempat penyimpanan. Dimana lagi ada ruangan untuk gudang pikir mereka.

Namun untuk bertanya lebih lanjut mengenai hal itu yang dianggap kurang penting, mereka tak

berani mengemukakannya. Maka ketiga tiganyapun hanya diam dengan masih meraba raba akan

tebakan dari teka-tekinya itu.

Sementara itu Mang Jajang telah siap dengan masakan hidangannya untuk makan siang.

Juga daging utar yang tadi diterima dari Yoga Kumala telah selesai juga dimasaknya.

Si Kumbang kiranya telah bangun dan mengaum ngaum panjang minta diisi perutnya. Dan Mang

Jajangpun telah mengerti akan kewajibannya mengurus binatang piaraan yang setia itu.

Hujan diluar turun semakin deras. Suara guntur gemuruh mengumandang susul-menyusul, dan

sebentar-bentar diselingi suara samberan halifintar yang mengampar diudara.

Hawapun menjadi lebih dingin dan sejuk karenanya.

*

* *

Pada esok harinya yang cerah, Cahayabuana dengan diikuti oleh Indra Sambada, Yoga Kumala

dan Indah Kumala Wardhani menunjukkan letak gudang tempat penyimpanan barang2 kuno, yang

berada disebelah dalam mulut gua tembusan yang mengarah ketimut. Dinding gua didekat mulut yang

kelihatan rata dan licin tertutup batu alam itu ternyata dapat dibuka dengan mengungkap sebuah batu

besar yang berukuran kira2 selangkah persegi. Dengan dibukanya batu yang merupakan penutup lobang

itu, Cahayabuana merangkak memasuki lorong gelap itu, dengan diikuti oleh Indra Sambada, Yoga

Kumala dan Indah Kumala Wardhani. Kira2 selang 50 tindak lorong itu menanjak terjal, untuk kemudian

tiba disebuah ruangan yang luasnya kurang lebih 20 langkah persegi. Seperti halnya dengan ruangan

tempat semadhi Cahayabuana, ruangan itupun berdinding dan berlantai batu alam putih yang

mengeluarkan cahaya, hingga ruangan itu menjadi terang remang2. Kini Cahayabuana menyalakan pelita

yang telah tersedia diatas meja batu alam yang berada didalam ruangan itu. Ruangan menjadi terang

benderang karena dinding sekitarnya memantulkan kembali cahaya penerang nyala api pelita itu.

Namun dalam ruangan itu kelihatan tak nampak sebuah benda ataupun selembar kitab, kecuali meja

batu alam dan pelita yang telah dinyalakan itu. Akan tetapi selama mengikuti langkah Cahayabuana,

mereka bertiga sepatah katapun tidak berani mendahului bertanya. Mereka hanya diam sambilrnengamat amati dinding2 batu alam yang mengelilingi ruangan itu.

? Nah inilah gudang tempat penyimpan barang2 kuno. yang telah kuceritakan kemaren ?

tiba2 Cahayabuana bicara memecah kesunyian: ? Bagus, bukan?! tanyanya kemudian, yang oleh

mereka hanya dijawab dengan anggukan kepala serentak. Sambil turut mengangguk2kan kepala

Cahayabuana melanjutkan bicaranya.

? Gudang inilah . kurencanakan pula untuk kelak pada saatnya yang dikehendaki oleh Dewata

Hyang Maha Agung tiba, sebagai tempat penyimpanan tubuh kerangkaku. Karena nakmas Gustiku Indra

telah sudi menganggap sebagai keluarga sendiri, maka tak ada jeleknya mengetahui seluk beluk gua ini

dan maksud rencanaku yang mendatang. ?

Demi menclengar penjelasan dari Ajengan Cahayabuana, bahwa ruangan itu hendak akan

dipergunakan tempat peristirahatan yang terakhir, bulu kuduk mereka serasa berdiri, dan perasaan

sedih menyusul bergolak meliputi lubuk hati karena bertiga. Seakan-akan mereka berdiri diambang

pintu ruang kedukaan. Semua terdiam dengan menelan rasa duka yang tak terhingga. Tak mampu

mereka menanyakan lebih lanjut. Suasanapun menjadi lebih sunyi. Namun seakan-akan Cahayabuana

dapat membaca isi hati mereka, dan dengan tersenyum ia berkata: ? Apa yang kalian susahkan.?!. Tadi

yang aku katakan adalah wajar belaka. Cobalah pikirkan dengan tenang. bukankah semua orang akan

mati? Demikian aku yang sudah tua begini.

Hanya kapan kita semua tidak mengetahui dengan pasti, karena . semua itu telah ada yang

mengaturNya. Kita serahkan penuh pada Dewata Hyang Maha Agung yang menguasai kehidupan kita

semua. Maka janganlah bersedih hati, hanya karena mendengar uraianku tadi.

Aku hanya sekedar mengemukakan rencanaku, dan semoga Dewata Hyang Maha Agung

mengabulkan permohonanku itu. Aku kira persiapan untuk menyambut akan datangnya Panggilan

Dewata Hyang Maha Agung seperti aku ini adalah wajar . Nah, .. mari sekarang kutunjukkan barang2

kuno yang kusimpan itu, ? berkata demikian, Cahayabuana melangkah menuju kesebuah sudut

belakang dalam ruangan itu.

Sedangkan mereka bertiga dengan masih terdiam mengikuti dibelakangnya. Setelah sampai

disudut ruangan. Cahayabuana mengamat-amati dengan saksama sesaat pada dinding2 batu putih alam

itu, dan kemudian .. ia berdiri mendekat dinding, serta menaruh telapak tangan kanannya dan

mendorongnya dengaa pelan pada dinding yang berada dihadapannya itu . .Tiba2 dinding yang

didorongnya itu mulai bergerak dan membungkah retak selebar selangkah persegi, dan kini batu itu

bergeser perlahan menyerupai daun pintu yang sedang membuka kedalam. Dengan hati2 Cahayabuana

mengambil dua buah peti dari dalam almari batu alam itu, kemudian diangsurkan pada Yoga Kumala

cucunya, sambil berkata ? Coba kau terimalah ini peti dengan hati2. Kiraku barang2 lainnya lagi yang

masih tersimpan itu tidak demikian penting bagi kalian.?

Peti itu terbuat dari jati yang berukir halus. Sebuah peti berbentuk segi panjang yang lebarnya

hanya sejengkal, sedangkan panjangnya kira2 hampir setengah depa. Sebuah peti lagi berbentuk bujur

sangkar yang sisinya selebar dua jengkal. Dengan menekan kembali dengan ujung telapak tangan pada

ujung daun pintu batu itu, almari batu alam tertutup kembali rapat. Semua tertegun heran demi melihat

tempat penyimpanan Ajengan Cahayabuana itu.

Dengan membawa dua peti kaju, mereka kini kembali keruangan samadhi.

Nafsu masing2 untuk ingin mengetahui isi dari peti yang dibawanya, kiranya telah melonjak-

lonjak, namun terpaksa mereka bersabar menunggu, tidak berani mendahului membuka tanpa seijin

Ajengan Cahayabuana. Sambil duduk bersila Cahayabuana menarik sebuah peti panjang dihadapannya,

serta mengamat-amati sambil me-raba2 dengan jari2 tangannya. Seakan-akan mengagumi keindahanukiran yang terpahat diatas tutupnya yang menonjol. Sedangkan mereka bertiga dengan berdebar -

debar mengikuti gerakan2 jari Cahayabuana dengan pandangan mata yang tak berkedip. Tiba2 jari

telundiuk Cahayahuana menekan pada benda logam yang kecil menonjol, dan peti panjang menjadi

terbuka dengan sendirinya. Bau harum semerbak memenuhi ruangan .. Kini mereka bertiga

menggeser duduk bersila untuk lebih mendekat lagi, agar dapat melihat isinya dengan jelas. Perlahan-

lahan Cahayabuana mengeluarkan sebilah pedang yang masih rapat terselubung dalam sarungnya.

Tangkai pedang itu berlapis mas murni dan bertatahkan permata berlian dan batu merah.

Bentuk dari pada tangkai pedang itu menyerupai seorang yang sedang berdiri dengan kedua

belah tangannya bersilang didada.

Sedangkan sarung pedangnya berlapiskan perak yang terukir halus berlukiskan kembang2 yang

sangat indah. Sambil tersenyum dikulum Cahayabuana berkata pelan: ? Cucuku Yoga Kumala ! Kini

telah tiba saatnya . pedang pusaka ini menjadi milikmu . Telah lama pedang ini kusimpan, menanti


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kedatanganmu maka terimalah pedang pusaka ini sebagai bekalmu dalarn mengabdi pada Ibu Pertiwi

,. Aku percaya bahwa dalam bimbingan Gustiku Indra Sambada, kau tentu akan mendapat kesempatan

untuk menunjukkan dharma baktimu..... maka patuhilah semua perintah dan petunjuk2nya dengan

ketulusan hatimu . Harapanku, semoga kau kelak dapat menjunjung martabat nama para leluhurmu,

? Berkata demikian Cahayabuana menghunus pedang pusaka itu dengan perlahan dari sarungnya.

Pedang pusaka yang amat tajam itu mengeluarkan sinar cahaja putih semburat biru kemilauan. Semua

menjadi terpesona demi melihat pedang pusaka yang demikian indahnya, menyerupai pusaka Kerajaan.

Dengan air mata yang berlinang-linang meleleh membasahi kedua pipinya, Yoga Kumala

menyambut pemberian pedang pusaka dari Eyangnya dengan kedua belah tangannya. Sambil menangis

terisak-isak ia berkata terputus-putus: ? Eyang, . maafkan cucunda .. yang amat bodoh ini ..

Bagaimana saya dapat memenuhi .. harapan Eyang .. karena pedang pusaka pemberian Eyang ..

ditangan cucunda hanya akan menjadi . benda mati . walaupun demikian . . . ampuhnya pedang

pusaka itu Tidak!! Tidak Eyang! . Saya tak berhak memilikinya

? Dengan tangan yang gemetar Yoga Kumala menyerahkan kembali pedang pusaka itu, dengan

masih menangis terisak-isak.

Indah Kumala Wardhani yang biasanya senang menggoda kakaknya, kini duduk terpaku dengan

muka tertunduk penuh dengan rasa haru.

Sedangkan Indra Sambada duduk diam penuh rasa iba, melihat adik angkatnya yang sedang

menggigil dan sambil menangis terisak-isak itu. Ingin ia berkata sesuatu untuk raenghibur Yoga Kumala,

namun perasaan budi luhurnya mencegah ia tak berbuat demikian. Bukankah Ajengan Cahayabuana

sebagai Eyangnya lebih berhak menghibur Yoga Kumala??. Ketenangannya kini kembali menguasai

dirinya. Selagi Indra Sambada masih duduk terdiam, tiba2 Cahayabuana berkata lirih: ?Yoga Kumala

cucuku. ? Jangan kau bersedih hati dan cepat berputus asa . . Tenangkanlah perasaanmu, dan

dengarkan petunjuk2ku ini .... Aku tahu maksudmu yang terkandung dalam lubuk hatimu ..yang jujur

itu, yaaahh . bahkan aku lega mendengar pengakuanmu yang secara jujur itu . maka letakkanlah

pedang pusaka itu dipangkuanmu dahulu.?

Tanpa membantah Eyangnya Yoga Kumala mengikuti semua perintah Cahayabuana. Perlahan-

lahan isak tangisnya mereda untuk kemudian tidak kedengaran lagi. Ia duduk tertunduk sambil

mengusapi air matanya yang membasahi dengan ujung bajunya.

? Cucuku Yoga Kumala! ? Cahayabuana melanjutkan bicaranya, dengan menatap pedang

kearah Yoga Kumala. Suaranya terdengar lemah lembut penuh rasa sayang. ? Ketahuilah, bahwa kau

adalah cucuku priya yang tunggal. Dengan bakatmu, serta dasar2 ilmu krida yudha yang pernah kaupelajari dari kangmas angkatmu Gustiku Senapati Indra Sambada, dan ilmu kanuragan aneh yang telah

kau miliki sebagai pemberian dari gurumu Dadung Ngawuk, aku yakin benar bahwa dalam waktu yang

sangat singkat kau akan dapat memahami ilmu pedangku ini yang akan kuwariskan padamu

..Walaupun ilmu pedangku ini jauh belum sempurna, akan tetapi cukup untuk di-gunakan sebagai

bekal daiam pengabdianmu kelak. Aku percaya, bahwa Gustiku Indrapun tentunya bersedia pula untuk

memberikan petunjuk2 yang berguna, agar kau dapat menggunakan pedang pusakamu dengan tidak

mengecewakan.

Karena kata2 Cahayabuana itu secara tidak langsung memuji ketinggian ilmu Indra Sambada,

maka cepat2 Indra Sambada mengelak serta merendahkan diri secara tidak Iangsung pula, katanya : ?

Adikku, Yoga Kumala ! !. Kiranua tidak alasan kau untuk berkecil hati. Percayalah, bahwa dalam asuhan

Eyangmu sendiri, kelak ilmu krida Yudhamu akan jauh melampaui kepandaianku. Berbahagialah kau

adikku Yoga . yang masih mempunyai Eyang sebagai junjunganmu .. yang ilmunya baik jasmani

ataupun rohani telah mumpuni tidak ada taranya. Akupun turut merasa bahagia, setelah Eyangmu sudi

mengangkatku sebagai anggauta keluargamu dan juga sebagai muridnya . Maka pesanku, tekunlah

berlatih dibawah asuhan Eyangmu ! !. Dan sambil berpaling kepada Ajengan Cahayabuana ia berkata

dengan penuh hormat : ? Maafkan Bapak Ajengan Cahayabuana ! !. Atas kelancanganku ini, sekedar

petunjuk untuk adikku Yoga Kumala, agar ia tidak kehilangan semangatnya ! ! ?

? Heh, ... . heehh . heeehhh . Benar2 seorang priyagung yang berbudi luhur yang tak pernah

mau menerima kata pujian, tetapi selalu merendah diri. Semoga kedua cucuku dapat mencontoh

tauladan yang luhur itu !! ? Cahayabuana mejawab pelan sambil ketawa.

Suasana yang diliputi rasa keharuan tadi menjadi lenyap, bagaikan kabut tipis tersapu oleh

angin.

? Nah, . jangan kau iri kepada akangmu, cucuku manis ! ! Untukmupun ada pula sebuah

benda pusaka yang tak kalah indahnya dengan pedang milik akangmu itu. Kukira, benda ini memang

pantas untuk menjadi milikmu. Indah Kumala Wardhani ! !. Cahayabuana berhenti sejenak dan

mengeluarkan sebuah peti kecil yang panjangnya sekira satu setengah jengkal. Dari dalam peti kecil itu,

ia mengambil sebuah keris pusaka berukuran kecil dan pendek, kira2 sepanjang sejengkal yang memang

khusus merupakan senjata untuk kaum wanita. Keris itu lazim disebut dengan istilah ? patrem ", Konon

ceritanya keris wanita ataupun patrem itu dimiliki oleh tiap-tiap putri raja.

Disamping dipergunakan sebagai senjata untuk menghadapi lawan, patrem itu juga

dipergunakan sebagai senjata untuk bunuh diri dalam membela kehormatannya, apabila tidak ada

kemungkinan lain untuk mempertahankannya.

Hadiah yang diberikan oleh Ajengan Cahayabuana kepada Indah Kumala Wardhani yang berupa

patrem itu tak kalah indahnya dengan pedang panjang yang dihadiahkan kepada Yoga Kumala.

Tangkainya terbuat dari gading yang dipahat halus berbentuk kepala garuda dengan sepasang

batu mirah sebagai mata kepala garuda itu.

Werangkanya dilapis emas murni seluruhnya serta dihiasi pula dengan permata berlian dan mirah. Keris

Patrem itu setelah dihunus dari werangkanya, mengeluarkan bau harmm semerbak.

Warnanya kehitam-hitaman dengan pamornya berwarna putih bersinar.

Bentuknya lurus meruncing dengan kedua sisinya bermata tajam.

Berbeda dengan kakaknya Yoga Kumala yang menangis terisak isak sewaktu menerima

pemberian Eyangnya, kini Indah Kumala Wardhani menyambut pemberian patrem pusaka itu dengan

tersenyum girang bercampur bangga, sambil mengucapkan rasa terima kasihnya yang tak terhingga.

Keris pusaka ditimang-timang ditelapak tangannya, untuk diamat amati sambil tersenyumgirang2 puas. Tak puas2nya ia mengagumi benda pusaka yang kini telah menjadi miliknya.

Tanpa malu malu lagi Indah Kumala Wardhani memamerkan milik pusakanya pada Indra

Sambada, yang olehnya disambut dengan senyum gembira pula.

Demi melihat cucunya yang lucu itu, Ajengan Cahayabuana turut pula bersenyum bangga.

? Simpanlah baik2 dahulu, manis!! Lain hari akan kujelaskan penggunaannya secara lebih

mendalam. ? Cahayabuana berkata kepada Indah Kumala Wardhani.

Peti panjang yang telah kosong itu, disisihkan kesudut oleh Cahayabuana dan selanjutnya ia

berganti meraih peti persegi lainnya untuk diletakkan dekat dihadapannya.

Ia menyerahkan gulungan kulit domba yang halus yang diambilnya dari peti persegi itu, kepada

Indra Sambada sambil berkata dengan nada yang tenang.

? Nakmas Gustiku Senapati Indra Sambada! Gulungan kulit domba itu aku persembahkan

kepada Gustiku Mungkin sangat berguna juga untuk Gustiku Indra!

? Cepat Indra Sambada menyambut pemberian kulit dom ba itu dengan kedua belah

tangannya, untuk kemudian di gelar serta dilihatnya dengan seksama. Wajah Indra Sambada menjadi

berseri-seri serta kagum, setelah melihat dengan jelas lukisan peta bumi yang menggambarkan seluruh

Nusantara lengkap dengan gunung dan sungai2 serta batas2 daerah Kerajaan2. Ia belum pernah melihat

peta bumi yang demikian lengkapnya, serta luasnya sebagaimana yang berada ditangannya sekarang.

? Pemberian Bapak Ajengan Cahayabuana ini sangat berharga bagiku dalam mengemban tugas

sebagai tamtama Kerajaan. Saya kira di Kerajaanpun tidak ada peta bumi yang demikian lengkap dan

jelas serta demikian indah buatannya. Sungguh merupakan hadiah bagiku yang tak ternilai. Jika kapak

Ajengan Cahayabuana tidak keberatan, peta bumi ini akan saya persembahkan kepada Gustiku Sri

Baginda Maharaja, ? Indra Sambada menyambut dengan kata2nya penuh hormat serta mengemukakan

kehendaknya.

? Barang yang tak berguna untukku itu telah kupersembahkan pada Gustiku Indra. Untuk

dibuat apapun selanjutnya terserah kepada Gusti Junjunganku sendiri. Kiranya aku telah tidak berhak

lagi untuk menyampuri akan kebijaksanaan Gustiku Indra, ? jawab Cahayabuana sambil tersenyum lirih.

Setelah Indra Sambada puas mengagumi peta bumi dari kulit domba yang diterimanya, kini

Cahayabuana memperlihatkan lagi tumpukan lembaran kulit domba yang berisikan tulisan2 kuno. itulah

sisa lembaran2 kitab kuno buah karya Sakya Abindra pada abad ke VII yang telah diceritakan kemarin.

Kesemuanya terdiri dari empat belas lembar bagian terakhir dari kitab kuno itu, yang mana dua lembar

diantaranya telah sobek terpotong pada ujungnya. Akan tetapi guratan huruf2 kuno yang terdapat pada

lembaran2 kulit domba itu masih nampak jelas dan mudah dibaca. Sewaktu Indra Sambada masih

meneliti akan urutan halaman itu, tiba2 Cahayabuana berkata memecah kesunyian: ? Nakmas Gusti

Junjunganku Indra! Sebaiknya kitab kuno itu kita bawa keluar saya, agar dapat kita pelajari bersama

ditempat yang lebih terang. Maaf kan, nakmas Gustiku. Ditempat yang remang2 demikian ini, mataku

yang telah di makan oleh umur tidak dapat diajak bekerja, ? Cahayabuana segera bangkit sambil

tersenyum dan kemudian Indra Sambada, Yoga Kumala dan Indah Kumala Wardhani mengikuti pula

sambil tersenyum geli demi mendengar pengakuan Cahayabuana bahwa matanya teIah dimakan oleh

umur. Bukankah Cahayabuana selalu gemar berjalan dalam malam hari? ? pikir mereka.

Dengan pedang pusaka yang disandang dipinggang kirinya. Yoga Kumala menjadi lebih kelihatan

perkasa.

Setelah mereka tiba dilapangan terbuka didepan mulut gua, segera mereka duduk ditempat

yang teduh dibawah sebuah pohon asem yang rindang. Sambil tersenyum2 ringan serta memegang

lembaran2 kitab kuno dengan tangan kanannya, Cahayabuana mulai bicara lagi tertuju pada IndraNakmas Gustiku Indra !

? Nakmas Gustiku Indra! Dalam Iembaran pertama, kedua, dan ketiga, yang mana ketiga

lembar sisa kitab itu masing - masing ditandai dengan angka 34, 35, dan 36, jelas menunjukkan bahwa

potongan lembaran itu adalah lembaran / halaman yang ke 34, 35 dan 36 dari kitab " Wuru - Shakti '

yang menjadi rebutan para orang2 shakti. Dan ketiga lembar itulah yang memuat tulisan2 mengenai

kunci dari pada jurus jurus gerakan " wuru shakti ". Karena lembaran2 yang memuat bagian jurus2

langkah wuru shakti tidak ada dalam sisa kitab yang kumiliki ini, maka .. untuk memahaminya lebih

lanjut secara jelas, hendaknya Gustiku Indra membuktikan dahulu akan kehebatan dari pada gerakan

langkah2 wuru shakti yang telah dimiliki oleh cucuku Yoga Kumala.

? Nach,. . , . sekarang sebaiknya cucuku Yoga supaya mempertunjukkan ilmu "wuru shakti"

yang telah kau miliki dan kau pelajari dari gurumu Dadung Ngawuk, agar kita semua mendapat

gambaran yang lebih jelas tentang kehebatan dari pada ilmumu itu. Mlaka hendaknya cucuku Yoga tidak

usah bersikap malu2. ? Berkata demikian Cahayabuana menatap pandang pada Yoga Kumala, sebagai

isyarat agar cucunya Yoga Kumala mau ruempertunjukkan sebentar ilmunya.

Dengan sikap yang canggung dan ragu2 karena agak malu, Yoga Kumala bangkit berdiri sambil

melepaskan pedang pusakanya, dan melangkah maju ketengah-tengah lapangan. Dengan gerakan yang

kurang bersemangat, ia mulai sendiri dengan langkah2 jurus wuru shakti yang diikuti dengan penuh

perhatian oleh Cahayabuana dan Indra Sambada serta Indah Kumala Wardhana.

Demi melihat gerakan Yoga Kumala yang canggung penuh keraguan itu, Indra Sambada bangkit

berdiri dan mendekat sambil berseru: ? Yoga Kumala!! Marilah .... saya temani agar gerakanmu lebih

gesit! ? Kata2 itu diiringi suara senyum ketawa, yang menghilangkan rasa keragu2annya. ? Adikku Yoga,

cobalah kau elakkan seranganku ini! ? Indra Sambada melanjutkan bicaranya - Jika dalam waktu

sepengunyah sirih pergelangan tanganmu yang kanan tak dapat kutangkap ... aku kakakmu Indra

menyerah kalah serta mengakui akan kehebatan ilmu wuru shakti yang menjadi kebanggaanmu itu!?

Kata2 sanjungan itu memang sengaja diucapkan olah Indra Sambada agar Yoga Kumala dapat

mempertunjukkan ilmunya dengan sepenuh hatinya. Dengan demikian, gerakan2 langkah aneh dari

jurus2 ilmu kanuragan wuru shakti itu dapat dibuktikan sendiri kehebatannya serta untuk memudahkan

dalam mempelajari kunci2nya ilmu ancli itu yang termuat dalam lembaran2 kitab kuno, yang kini sedang

dipelajari dengan Cahayabuana.

Setelah mendengar seruan kakaknya Indra Sambada, Yoga Kumal cepat berdiri siap siaga untuk

menantikan datangnya serangan dari Indra Sambada dengan penuh semangat dan tanpa ragu2 lagi . . . .

Ia berdiri merendah setengah berjongkok dengan kedua kakinya dipentang lebar. Tangan kirinya ditekuk

keatas setinggi baunya dengan jari2 yang tegang mengembang dan menghadap kedepan. Tangan kanan

bergerak dalam gaya menjangkau, lurus setinggi jajar dengan dadanya sendiri. Telapak tangannya


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mengembang dengan jari2 yang ditegangkan pula. Matanya mernandang tajam kedepan dengan mulut

yang tersenyum menyeringai.

Inilah gerak langkah wuru shakti dalam bentuk jurus yang dikenal dengan nama ?menyarnbut

serangan maut dari empat penjuru". Jurus Wurushakti yang demikian ini, khusus diciptakan untuk

menghadapi serangan2 dahsyat yang belum diketahui bentuk gerakan serangan lawannya serta yang

tidak diketahui pula dari arah mana serangan itu mendatang.

Walaupun gerakan itu tak sedap dipandang karena memang tak memiliki gaya keindahan, akan

tetapi cukup membingungkan bagi lawan yang akan menyerang. Dari gerakan itupun dapat dilihat,

bahwa tiap2 gerakan sambutan serangan dari lawan, tentu akan mengandung unsur2 serangan balasan

yang cukup berbahaya.Jurus menyambut serangan maut dari empat penjuru itu diciptakan sedemikian rupa, sehingga

dengan secara cepat bagaikan kilat dapat menukar arah dengan hanya menggeser salah satu kakinya

saja tanpa merobah bentuk gerakannya.

? Awas serangan!! ? seru Indra Sambada sambil melompat langsung menerjang dari samping

kanan dengan pukulan telapak tangan kearah pelipis Yoga Kumala, sedangkan telapak tangan kirinya

menyambar secepaa kilat kearah pergelangan tangan kanannya Yoga Kumala untuk ditangkapnya.


Kisah Sepasang Naga Karya Kho Ping Hoo Geger Dunia Persilatan Badai Guntur Wiro Sableng 052 Guna Guna Tombak Api

Cari Blog Ini