Ceritasilat Novel Online

Pendekar Darah Pajajaran 4

Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo Bagian 4



Suatu gerakan serangan yang dahsyat dan sukar untuk dapat diduga sebelumnya. Akan tetapi

sebagai murid Dadung Ngawuk yang pernah pula memakan buah ? daru saketi ", Yoga Kumala dengan

perasaan nalurinya, tiba-tiba mengubah jangkauan tangan kanannya menjadi sebuah serangan tebangan

kearah lengan kiri Indra Sambada sambil terhuyung-huyung melangkah kedepan dengan jari2nya tangan

kiri yang mengembang tegang menyambut pukulan tangan kanan Indra yang menyambar kearah

pelipisnya.

Sesaat Indra Sambada terperanjat dan cepat menarik kembali serangan tangan kirinya sambil

melompat kesamping kanan, sedangkan tangan kanannya dirubah menadi kepalan untuk memapaki

datangnya sambaran tangan kiri Yoga Kumala. Dua lengan berbenturan keras, dan masing2 berseru

tertahan karena merasakan dahsj\yatnya tenaga beaturan yang mengakibatkan rasa ngilu ditulang

lengannya.

? Benar2 suatu ilmu tata kelahi yang aneh? pikir Indra Sambada. Pada umumnya, orang

menyambut serangan yang pertama kali dengan suatu gerakan mengelak akan tetapi kini apa yang

disaksikan olehnya adalah sebaliknya.

Serangan yang pertama kali disambut dengan sebuah gerakan serangan pula yang tidak kalah

dahsyatnya, tanpa menghiraukan akan kekuatan lawan tarlebih dahulu. Lebih mengherankan lagi ialah

bahwa Yoga Kumala tidak mau menghindar kesamping, justru malah menerjang dan menerobos

kedepan dengan langkah-langkah yang aneh serta membingungkan, hingga ia menjadi berada

dibelakangnya. Karena kuatir akan datangnya rangkaian serangan aneh dari adiknya, Indra Sambada

cepat membalikkan badannya serta melontarkan serangan tendangan yang berangkai.

Sambil berseru nyaring: ? Awas serangan kedua!?

Akan tetapi malah ia sendiri yang dibuat menjadi sibuk, karena tanpa diketahui, Yoga Kumala

telah menjatuhkan diri dan berjumpalitan kearahnya secara menelusup dibawah kakinya sambil

menyerang dengan totokan jari2nya kearah paha kakinya. Menghadapi serangan yang sukar untuk di

duga itu, Indra Sambada terpaksa meloncat tinggi dan berpusingan agar dapat jatuh berdiri dengan

menghadap pada lawannya kembali. Kini tanpa memberikan peringatan Indra Sambada. cepat

menyerang lagi dengan sebuali tinjunya yang disusul dengan tendangan berangkai, sambil menyambar

per-gelangan tangan kanan lawan dengan tangan kirinya. Akan tetapi ternyata semua serangan2nya tak

pernah menyentuh sasaran dan selalu jatuh pada tempat kosong. Gerakan adiknya yang mirip seorang

setengah mabok dan kelihatan lambat itu, ternyata merupakan pengelakan dan sekaligus merangkap

unsur serangan balasan yang dahsyat dan berbahaya. Pertarungan yang hanya merupakan latihan dan

pertunjukan. kini menjadi seru dan berlangsung dengan gerakan yang lebih cepat dan lebih dahsyat ,

sehingga mengeluarkan angin sambaran yang menderu-deru.

Masing2 saling memperlihatkan ketangkasannya, serta ketinggihan ilmunya dalam tata kelahi

bertangan kosong dengan gaya gerakan satu sama lain yang jauh berlainan.

Pun seruan2 melengking sebagai peringatan dari Indra Sambada selalu disambut oleh Yoga

Kumala dengan suara terkekeh-kekeh yang menyeramkan.

Pertarungan yang seru itu telah berlangsung agak lama, tanpa ada yang roboh terluka.Tiba2 Cahayabuana berseru dengan suaranya yang penuh wibawa, menghentikan pertarungan

yang masih berlangsung dengan sengitnya. Keduanya yang sedang bertempur, serentak menghentikan

gerakannya, sambil tersenyum dan kemudian berjabatan tangan.

? Aku mengaku kalali, Yoga ! ! Sungguh bangga mempunyai adik seperti kau ini ! ! Indra

Sambada mulai bicara pada adik angkatnya Yoga Kumala.

? Ach, .. kangmas Indra sengaja mengalah ! ! ? Yoga menjawab sambil ketawa.

? Bukannya aku mengalah, akan tetapi aku memang tidak mampu menangkap pergelangan

tanganmu. Hampir2 aku lupa bahwa waktu sepengunyah sirih telah lama lewat. Dan ternyata, belum

juga aku berhasil menangkap pergelangan tanganmu, walaupun seluruh kepandaianku telah kuperas

. Ilmumu yang aneh sungguh mengagumkan !!!

? Dengan bergandengan tangan, mereka berdua berjalan kembali untuk menghadap Ajengan

Cahayabuana yang masih saja duduk bersila dengan Indah Kumala Wardhani disampingnya.

? Nach, bagaimana sekarang pendapat nakmas Gustiku tentang ilmu wuru shakti yang baru saja

dipertunjukkan oleh cucuku Yoga Kumala itu ?. ? Cahayabuana mulai berkata, setelah mereka berdua

duduk bersila dihadapannya,

? Ilmu yang sangat aneh dan mengagumkan, Bapak Ajengan ! Jika aku tidak membuktikan

sendiri tentunya tidak akan percaya akan kehebatan ilmu ?Wuru shakti" itu. Tak mengira bahwa adikku

Yoga Kumala telah dapat menguasai ilmunya yang aneh itu dengan sempurna. ? Indra Sambada

mejawab dengan sungguh2 dalam mengutarakan pendapatnya.

? Heh . hehh . heeeehh I I .. Cucuku Yoga!! Terimalah dengan rasa bangga, bahwa

kangmasmu Indra Sambada hari ini berkenan memuji ilmu kepandaianmu - ?

Demi mendengar kata2 pujian yang tertuju pada dirinya, Yoga Kumala menundukkan kepalanya

sambil tersenyum tersipu sipu.

? Idiiiihh . Akang Yoga pura2 malu !!. ? Indah Kumala Wardhani menyahut memotong

pembicaraan, sambil tersenyum menggoda kakaknya.

? Kau selalu ceriwis !!.? Tegur kakaknya. Dan mukanya semakin menjadi lebih merah sampai

diujung telinganya. Ia tak dapat berkutik menghadapi ejekan adiknya yang usilan itu.

Ajengan Cahayabuana dan Indra Sambada tersenyum geli menyaksikan sifat2 kelucuan dari

kedua remaja itu. Dengan suara yang lemah lembut penuh rasa kasih sayang, Cahayabuana kemudian

menyapih kedua cucunya, agar mereka tidak saling bertengkar.

Kini mereka berempat segera asyik mempelajari tulisan2 yang tertera dalam lembaran2 kitab

kuno. Dengan tenang dan penuh kesabaran Cahavabuana selalu membwrikan jawaban penjelasannya

atas pertanyaan2 yang diajukan berganti ganti dari kedua cucunya itu.

Sementara itu Indra Sambada mencurahkan perhatiannya sendiri pada uraian kalimat2 yang

termaktub dalam kitab kuno itu, dengan daya ingatan dan pikiran yang tajam.

Dengan cepat ia telah dapat menangkap semua intisari dari pada kunci ? wuru shakti " yang

termuat dalam tiga lembar pertama dari kitab kuno itu, yang oleh penciptanya kunci .,, wuru shakti " itu,

dinamakan ? penutup langkah wuru shakti ". Dalam lembaran kedua dan ketiga dengan jelas diuraikan,

bahwa untuk menutup langkah2 wuru shakti, serangan harus dilancarkan dengan pertama tama

mengikuti gerakannya, kemudian rangkaian serangannya justru harus tertuju pada tempat kosong

kearah yang berlawanan dengan kedudukan lawan. Lagi pula rangkaian serangan yang dilancarkan pada

tempat kosong itu harus dilancarkan dengan tenaga sepenuhnya, dan bukan sebagai gerak tipu atau

serangan pancingan. .

Karena apabila serangan susulan itu dilancarkan tanpa menggunakan sepenuh tenaga, makaakan berbahaya bagi sipenyerang sendiri. Hal ini disebabkan karena tiap2 gerakan jurus wuru shakti

selalu mengandung unsur2 gerakan serangan balasan. Akan tetapi dalam akhir uraian itu dijelaskan

bahwa penutup langkah wuru shakti khusus diciptakan hanya untuk menghadapi ? ilmu wuru shakti

yang bertangan kosong ?

Sedangkan ilmu pedang wuru shakti memiliki sifat2 gerakan tersendiri.

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa dalam kitab kuno itu tentu ada pula lembaran2 lain yang

memuat bagian dari pada pelajaran2 ilmu pedang wuru shakti. Sayang, bahwa kitab itu tak dapat

dikuasai seluruhnya ? pikir Indra Sibambada.

Sewaktu Indra Sambada masih memperhatikan lembaran2 berikutnya tiba2 Cahayabuana

berkata memecah kesu-nyian: ? Nakmas Gustiku Indra. ?

Lembaran2 yang penting lainnya adalah tuju lembar yang terakhir ini.

? Berkata demikian ia mengangsurkan tuju lembar bagian terakhir dari pada sisa kitab kuno

yang berada di hadapannya, sambil melanjutkan katanya: ? Dalam tuju lembar bagian akhir ini,

memuat pelajaran ilmu pedang wuru shakti, sebagaimana diuraikan dalam lembar ketiga tadi. Akan

tetapi setelah saya teliti, ternyata ilmu pedang wuru-shakti yang termaktub dalam lembaran2 yang

dimiliki ini, hanya merupakan bagian terakhir saja, tanpa ada penjelasan mengenai pelajaran

permulaannya serta bagian2 tengahnya. Maka dengan demikian, tak mungkin kita untuk meyakinkan

akan kehebatan ilmu pedang wuru shakti itu. Lagi pula bagi yang memiliki lembaran2 lainnya tidak akan

dapat menguasai ilmu pedang aneh itu secara sempurna pula. ?

Cobalah kita teliti bersama mengenai intisari dari peIajaran2 babak terakhir ini, mungkin dengan

ketajaman Gustiku Indra Sambada dapat kita mencari segi2 manfaatnya bagi Yoga Kumala cucuku,

ataupun untuk Gustiku Indra sendiri. ?

Setelah lembaran2 sisa kitab kuno bagian akhir itu diteliti dengan seksama, disamping pelajaran

babak akhir dari pada ilmu pedang wuru shakti juga memuat tentang ketentuan dari bentuk pedang

yang dipergunakan khusus dalam ilmu pedang wuru-shakti itu.

Panjang pedang clalam ilmu pedang wuru-shakti seluruhnya termasuk gagangnya harus sehasta

dari pemegangnya, ialah dari pangkal lengan hingga ujung jari. Sedangkan gagangnya harus berukuran

satu setengah tebah. Selain dari pada keterangan tentang ketentuan ukuran panjangnya di jelaskan juga

mengenai ukuran beratnya yang tidak boleh lebih dari 40 potong uang tembaga.

Ternyata setelah dibandingkan dengan ketentuan2 ukuran yang termuat dalam kitab kuno itu,

pedang pusaka yang dimiliki Yoga Kumala masih terdapat selisih dua jari lebih panjang dari pada ukuran

hasta Yoga Kumala sendiri. Hanya ukuran gagang dan beratnya tepat memenuhi dari syarat2 yang

dimaksud.

Dengan mengikuti petunjuk2 bagian terakhir dari pada ilmu pedang wuru shakti. Cahayabuana

sebenarnya telah lama menjiptakan sendiri suatu ilmu pedang yang terdiri dari gabungan intisari pedang

tamtama Kerajaan Majapahit, ilmu pedang wuru-shakti bagian akhir dan ilmu pedang yang telah

dianutnya sebagai warisan leluliurnya sendiri. Dahulu sewaktu masih muda dengan ilmu pedang

warisannya saja ia telah diangkat sebagai guru krida-yudha dalam ilmu pedang untuk memberikan

pelajaran pada para tamtama Kerajaan Pajajaran dan selanjutnya ilmu pedangnya itu menjadi dasar

pegangan dari seluruh tamtama. Olehnya ilmu pedang ciptaannya yang baru itu dinamakan ilmu pedang

Cahaya Tangkubanperahu. ?

Mulai hari berikutnya, Yoga Kumala dibawah asuhan Cahayabuana dengan penuh semangat

tekun berlatih meyakini ilmu pedang ciptaan Eyangnya sendiri, tanpa membuang gerak dasar " wuru -

shakti "nya.Hanya gerakan2 yang tidak memungkinkan untuk menyertai gerakan pedangnya, diganti dengan

langkah2 yang sesuai menurut petunjuk2 Eyangnya petapa shakti Ajengan Cahayabuana.

Senapati Manggala Tamtama Pengawal Raja Indra Sambada berkenan pula menyaksikan

berlatihnya adik angkatnya Yoga Kumala selama sepuluh hari, dan setelah itu ia berpamit untuk pulang

kembali ke Kota Raja beserta para pengiringnya.

Menurut pendapat Cahayabuana, Yoga Kumala masih harus berlatih dua tahun lamanya

ditempat pertapaan Eyangnia, sedangkan Indah Kumala Wardhani masih harus menekuni untuk

menyakinkan ilmu angkin dan keris patremnya setahun lamanya.

Setelah nanti setahun dalam asuhan Eyangnya sendiri, Indah Kumala Wardhani masih harus

tinggal di Indramayu setahun untuk mempelajari tata kehidupan Kerajaan serta seni budaya lainnya.

Dengan demikian, maka mereka berdua dapat diharapkan untuk menghadap Senapati Indra

Sambada pada waktu dua tahun lagi mendatang, Dan ternyata Indra Sambadapun sependapat dengan

Cahayabuana. Ia kini lebih percaya lagi, bahwa kelak kedua adik angkatnya tentu akan menjadi pengabdi

Negara yang tidak mengecewakan.

*

* *

B A G I A N II

HARI CERAH. Sang surya menyoroti maya pada dengan sinarnya yang terang benderang. Ia telah

berada diketinggian sebelah timur segalah tingginya. Langit biru membentang luas dan awan hitam

sedikitpun tidak nampak menodainya. Pepohonan kelihatan hijau segar, karena baru saja bertukar daun.

Ranting2 kering yang patahpun telah nampak tumbuh kembali. Lereng2 gunung Tangkubanperahu

seakan-akan baru saya terhias kembali. Burung2 berkicau riang, menambah meriahnya suasana alam.

Dan dilereng Gunung Tangkubanperahu itulah nampak jelas adanya seorang pemuda yang baru

saja menginjak alam kedewasaannya, sedang berlompatan dengan gerakan2nya yang aneh sambil

memegang pedang pusaka terhunus ditangan kanannya. Badannya yang kokoh kuat telah basah

bermandikan air peluh hingga kelihatan berkilat-kilat terkena pancaran sinar matahari. Sebentar-

sebentar ia mengusap keringat yang selalu membasahi keningnya dengan lengan tangan kirinya, seakan-

akan air peluh itu mengganggu gerakannya karena mengalir terus didahinya.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Akan tetapi maksud untuk menghentikan gerakannya, sedikitpun belum nampak ada, padanya.

Ia terus masih berlatih tanpa menghiraukan suasana sekitarnya. Ia berloncatan bagaikan burung

bersayap. Sedangkan pedang pusaka ditangan kanannya bergetar menari2 bagaikan bayangan kupu2,

hingga kadang2 hanya menampakkan sinarnya yang putih berkilau semburat biru, bergulung-gulung

menyelubungi seluruh tubuhnya. Perobahan gerakannya sedemikian cepatnya, hingga tidak mungkin

dapat diikuti dengan penglihatan mata biasa. Rangkaian gerakan tusukanaya yang bertubi-tubi

merupakan pukulan bayangan pucuk pedang. Namun dibalik ketangkasan yang mentakjubkan itu

kadang2 diselingi suatu gerakan yang sangat aneh dan tidak demikian sedap dipandang. Sambil berdiri

setengah berjongkok dengan kedua belah kakinya terpentang lebar, dengan pedang pusaka menyilang

didepan dadanya, ia ketawa terkekeh-kekeh menyeramkan. Sebentar kemudian meloncat tinggi sambil

berjumpalitan diudara untuk kemudian meluncur kebawah dengan serangan tusukan pedang

pusakanya, sedangkan tangan kirinya mengembang dengan jari2nya yang tegang bergerak laksana

cengkeraman cakar harimau.Itulah ilmu pedang ciptaan Cahayabuana yang bersumber pada gabungan intisari dari ilmu2

pedang shakti yang dinamakan ilmu pedang ?Cahaya Tangkubanperahu".

Telah lebih dari setahun lamanya, Yoga Kumala mempelajari ilmu pedang ciptaan Eyangnya,

langsung dibawah asuhan Cahayabuana sendiri.

Sedang ia meloncat tinggi sambil berpusingan diudara dengan mengayunkan pedang pusakanya

dalam gerakan babatan berangkai, tiba2 terdengar suara seruan yang amat tajam dari kejauhan ? Awas

!!!. ? Dan bersamaan dengan terdengarnya suara seruan itu, sebuah batu sebesar tinju meluncur

kearah-nya laksana kilat.

Dan CRAATTT ! .. batu yang menyerangnya terbelah menjadi dua potong, serta potongan

batu masing2 terpental jauh kesamping. Namun belum juga potongan2 batu itu jatuh ditanah, telah pula

disusui dengan meluncurnya tiga buah batu yang semakin kecil secara beruntun dalam saat yang hampir

bersamaan, dan diiringi pula dengan suara seruan seperti serangan yang pertama ? Awas !!!. ?

Ketiga batu itupun menjadi berkeping keping dan susul menyusul terpental jauh kesamping

kanan kirinya Yoga Kumala.

? Heh ..hehhhh .. hhheeehhh !!!!. Bagus .. bagus ......... !!!!. Cahayabuana berseru puas

sambil ketawa lebar dan berjalan menghampiri cucunya Yoga Kumaia yang sedang giat berlatih.

Demi melihat kedatangan Eyangnya itu, Yoga Kumala segera menghentikan gerakannya, sambil

mengusapi peluhnya yang membasahi mukanya dengan tarrgan kirinya.

? Cukup .. cukup untuk hari ini, cucuku Yoga ! ! ! Hanya masih ada sedikit yang harus selalu

menjadi perhatian mu. Hendaknya dalam gerakan sabetan, bacokan ataupun tebangan, mata tajam

senjatamu harus menyerong sedikit. Dengan demikian pedang ditanganmu akan menjadi lebih tajam

dengan sendirinya, serta benda2 yang kau papaki dengan senjatamu akan terpental kejurusan yang

serong pula sehingga tidak membahayakan dirimu. Selain itu semua gerakanmu cukup bagus ! !.

Selanjutnya kau tinggal melatih tentang kecepatan memindahkan pemusatan tenaga dalam dan

kecepatan membagi bagi tenaga yang terhimpun itu, dengan tanpa menghentikan gerakanmu. Karena

tanpa memiliki kemahiran dalam hal ini, seranganmu yang kelihatan dahsyat itu tidak akan berarti,

apabila kau menghadapi lawan yang-tangguh.?

? Eyang ! Apaxah kiranya cucunda kelak akan cukup berharga untuk memiliki pedang pusaka

ini, Eyang ??. Yoga Kumala berkata lemah sambil tertunduk lesu.

Mendengar pertanyaan cucunya itu, Cahayabuana cepat mendekat dan memegang bahu Yoga

Kumala sambil menjawab dengan tersenyum girang ? Hehh . heehhhh !! Tentu .. tentu ! ! ! Cucuku

Yoga ! !. Jangankan kelak ... sekarangpun sesungguhnya kau telah dapat mengimbangi tokoh2 pedang

yang telah kawakan. Tidak perlu kau kuatir akan ilmu kepandaianmu. Maka hendaknya jangan kau

bersikap ragu2 dan hilangkan sifat2 tak percaya pada diri sendiri. Contohlah sikap budi luhur kakak

angkatmu Gustiku Senapati Indra Ingatlah, bahwa kau alalah satu2nya priya keturunanku ! !. Dan kini

kiranya kau telah cukup dewasa untuk mewarisi semua ilmuku ..!!. ? Cucunda akan selalu patuh

Luengikuti petunjuk2 Eyang ! !.

Sebagaimana biasanya, tiap2 hari setelah berlatih, Yoga Kumala bersujud didepan batu nisan

tempat makam ibunya. Yaahhh ,,,,ibu kandungnya sendiri .,,,, Ibu yang telah ditunjuk oleh Dewata Hyang

Maha Agung sebagai perantara dari kehadlirannya didunia ramai ini .. Seorang ibu ..yang ia harus dan

wajib menjunjung namanya setinggi tingginya .. walaupun ia sendiri telah tidak ingat lagi, bagaimana

bentuk dan roman wajah ibunya itu.

Namun ia harus masih berterima kasih kepada Dewata Yang Maha Agung bahwa kini ia telah

dapat menemukan kembali jejak asal usulnya, yang ternyata adalah seorang darah keturunan dariKsatrya pahlawan Pajajaran, dan cucu dari seorang petapa shakti Pajajaran yang namanya telah

menggemparkan para tokoh2 berilmu tinggi Pajajaran.

Baru saja Yoga Kumala bangkit berdiri selesai dari sujudnya, tiba2 suara auman sikumbang

terdengar jelas, disusul dengan berkelebatnya sikumbang datang kearahnya. Langsung si kumbang

mendekam dihadapannya dan kemudian mengangsurkan kaki depannya yang kiri, yang ternyata ada,

noda darah dibahagian pahanya. Dengan serta merta Yoga Kumala menyambut angsuran kaki

sikumbang sambil membongkok dan memeriksanya dengan saksama. Alangkah terkejutnya setelah

menyaksikan, bahwa paha kiri kaki depan sikumbang ternyata luka bekas tergores senjata tajam.

Maksud hendak memanggil Eyangnya segera dibatalkan, setelah mengetahui bahwa kiranya Eyang

mendahului masuk kegoa sewaktu ia bersujud didepan nisan makam ibunya. Dengan rasa iba ia

membelai kepala sikumbang dengan tangan kanannya sambil menatap dengan pandangannya yang

tajam kearah mata sikumbang. Seakan-akan sikumbangpun hendak mengatakan sesuatu. la mengerang-

erang dengan ekornya bergerak-gerak. Ternyata luka goresan itu tak demikian membahayakan. Akan

tetapi . siapakah gerangan orangnya yang berani melukai sikumbang? .Dimanakah ia mendapat luka

itu?

Belum juga pertanyaannya terjawab, tiba2 tiga orang berjubah abu2 mendatang bagaikan

berkelebatnya bayangan. Melihat cara mendatangnyapun telah dapat diduga, bahwa tiga orang itu

tentu orang yang memiliki kepandain tinggi. Harimau kumbang yang sedang duduk jinak dihadapan Yoga

Kumala, mengaum pendek serta hendak melompat menerjang kepada tiga orang itu yang berjubah abu2

yang tengah mendatang, tetapi cepat Yoga Kumala menepuk punggungnya serta membentak keras.

? Kumbang! Diam! Karena bentakan itu sikumbangpun menurut jinak kepada perintah

majikannya.

? Anak Kaulah kiranya yang memiliki harimau kumbang yang galak itu? Salah seorang diantara

ketiga pendatang itu bertanya dengan suara pelan.

? Maafkan atas kelancangan saudaraku ini, sehingga harimau piaraanmu menjadi terluka

sedikit, anak muda! ? Ucapan kata2nya sangat sopan dan sedikitpun tidak mengandung nada

permusuhan, akan tetapi suara yang lembut itu cukup berwibawa.

? Karena saya belum mengenalnya, siapakah nama bapak2 yang datang ini? ? Yoga Kumala

bangkit berdiri menyambut kedatangan tiga orang berjubah abu2 itu, sambil membungkukkan

badannya, sebagai tanda menghormat kepada orang yang usianya lebih tua, seraya bertanya.

? Haaa . Hhhaataa . haaaaaaa! Memang wajar bila kau tidak mengenal kami bertiga, karena

baru kali ini pula kau berjumpa denganku . Ketahuilah, bahwa kami saudara bertiga ini yang terkenal

dengan nama ? Parang Jingga ? dari gunung Guntur. Kedatanganku bertiga kemari perlu menemui

petapa shakti Ajengan Cahayabuana . Dan siapakah kau ini sebenarnya anak muda?

Ketiga orang berjubah abu2 itu memang benar tiga saudara pendekar shakti dari gunung Guntur

adanya, yang terkenal dengan gelarnya ? Parang Jingga. ? Jubahnya berwarna abu2 berkilat terbuat

dari kain sutra dengan masing2 bertandakan lukisan sebatang golok berwarna merah yang tersulam

didada bajunya.

Ketiga2nya hampir merupakan sekembaran. Mukanya bersih berseri dengan pandang matanya

yang tajam. Rambutnya diikat diatas kepala dengan pita sutra kuning dan merupakan gelung kecil.

Masing2 berbadan tinggi tegap. Hanya pada keningnya yang tertua terdapat tanda goresan bekas luka,

dan rambutnyapun telah kelihatan berwarna dua. Ia bersenjatakan tongkat besi sepanjang setengah

depa dan sebatang golok panjang yang tergantung dipinggang sebelah kanan.Yang nomor dua tingginya terpaut sedikit dibandingkan dengan yang tertua. Rambutnya hitam

pekat serta diikat keatas menyerupai yang tertua. Ia bersenjatakan sepasang go-

29

Ketiga orang berjubah abu2 itu memang benar tiga saudara penclekar shakti

dari gunung Guntur adanya, yang terkenal dengan gelarnya "Parang Jingga"

lok pendek yang terselip dipinggang kanan kirinya. Sedangkan yang termuda bertubuh agak kurus dan

setinggi yang tertua. Berbeda dengan kedua saudaranya, rambutnya terurai lepas dan sepasang golok

pendek terselip dipinggang kanan kirinya.

? Saya adalah cucunya Eyang Cahayabuana, dan nama saya Yoga Kumala !!! ? Jawab Yoga

Kumala singkat, sambil menatap pandang penuh curiga.

? Tak salah lagi dugaanku, ? Kaukah cucunya petapa shakti Ajengan Cahayabuana !!! ? Parang

jingga tertua berkata lagi. Sementara itu kedua saudara Parang Jingga lainnya berdiri diam tak berkatasepatahpun. Namun pandangannya liar menyapu sekitarnya, dan sebentar2 saling menatap pandang.

Dimana Eyangmu sekarang ? Aku bertiga ingin menemuinya !!! ? Mendengar pertanyaan itu,

Yoga Kumala semakin merasa curiga. Haruskah ia menunjukkan pada Eyangnya yang mungkin sedang

bersamadi ? Ataukah ia sendiri harus mewakilinya ?

Kini ia sedang menimbang nimbang .. dan untuk segera mengambil keputusan rasa hatinya

penuh ragu .. Sedang ia menimbang2 tindakan apa yang harus diambilnya, tiba-tiba Parang Jingga

tertua mengulangi pertanyaan dengan nada yang agak keras.

? Hai Yoga Kumala !!! Jawablah pertanyaanku !!! Dimana Eyangmu sekarang ??? ?

Jarak antara Gunung Guntur dan Gunung Tangkubanperahu bukanlah dekat. Tidak akan aku

bertiga jauh - jauh datang kemari, jika tak ada perlunya. Ataukah aku harus mencarinya sendiri dalam

gua itu. ? ?

Agak gugup juga Yoga Kumala menghadapi pertanyaan ulangan yang mendesak ini. Akan tetapi

dengan cepat ia dapat menguasai ketenangannya kembali.

? Maafkan Tuan2. Jika sekiranya sangat penting kedatangan Tuan tuan, silahkan untuk

mengatakan tentang keperluan apa, nanti akan saya sampaikan kepada Eyang !?

? Haaa . Haaa ..! Anak muda yang tak mengerti adat! ? gumamnya, sambil ketawa terbahak

bahak serta melanjutkan kata2nya. ? Hai Yoga Kumala! Apakah memang demikian ajaran Eyangmu?

Dengarkan!. Aku bertiga bergelar "Parang Jingga" dan datang kemari untuk menemui Eyangmu! Cukup

apabila kau sampaikan pada Eyangmu bahwa ada tamu penting dari Gunung Guntur yang datang

kemari!, Lekas sampaikan.. atau aku akan mencarinya sendiri, tanpa kau antarkan.

Berkata demikian, Parang Jingga tertua melangkah maju dengan tangan kirinya mendorong Yoga

Kumala kesamping sedangkan kedua saudaranya sambil serentak mengumpat.

? Anak liar tak mengenal aturan! ?

Kiranya dorongan tangan kiri Parang Jingga tertua itu bukan hanya gerakan sambil lalu saja, akan

tetapi ternyata di sertai daya pemusatan tenaga shaktinya, sehingga belum juga tangannya menyentuh

badan Yoga Kumala, telah dapat pula dirasakan angin dorongannya yang dahsyat . Akan tetapi .. Yoga

Kumala yang telah memiliki tenaga shakti pemunah daya shakti dan setahun lamanya digembleng

Eyangnya sendiri, sengaja tidak menghindari serangan gelap itu. Ia sengaja memapaki dengan

terhuyung2 kedepan menerjang lawan, sambil jari2nya tegang mengembang untuk mengarah ketiak

lawan.

Sebagai seorang yang terkenal dengan nama gelarnya Parang Jingga tertua serta telah banyak

pengalamannya dalam pelbagai macam pertempuran, ia terperanjat sesaat. Sambil meloncat kesamping

untuk mengelak dari serangan totokan yang tiba2 itu. Menyaksikan sikap Yoga Kumala itu yang

dianggapnya sangat kurang ajar, kedua saudara Parang Jingga serentak menyerang menyerang Yoga

Kumala dengan maksud untuk meringkusnya.

Seorang menubruk dengan kedua tangannya kearah kedua kaki Yoga Kumala, sedangkan

seorang lagi melancarkan sebuah tendangan mengarah lambung dari samping kanan dalam jarak yang

amat dekat. Serangan serentak dari kedua Parang Jingga itu walaupun berlainan bentuknya, namun jelas

merupakan serangan yang mengandung satu titik tujuan. Karena menangkis ataupun mengelakkan

tendangan dari samping kanan, berarti menyerah pada serangan tubrukan kedua belah tangan yang

mengarah pada kakinya dari seorang lawan lainnya atau ia harus menerima serangan tendangan yang

dahsyat dari lawan satunya.

Akan tetapi Yoga Kumala yang telah menguasai ilmu "wuru shakti" tak berpendapat demikian. la


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


menjatuhkan diri dengan berjongkok hampir tertelungkup dan berjumpalitan menerobos dibawah kakilawan yang sedang melancarkan tendangannyja, sambil menyerang dengan totokan jari2nya yang tepat

mengenai pangkal paha lawan bagian bawah dengan seruan tawa yang menyramkan.

Tak ayal lagi seorang termuda Parang Jingga yang melancarkan serangan tendangan segera jatuh

terlentang dan berjumpalitan kesamping, untuk menghindar dari serangan rangkaian Yoga Kumala,

sedangkan seorang lagi melompat surut kesamping dua langkah dengan berseru nyaring, menghindari

serangan terkaman sikumbang yang tak diduga2 itu. Ternyata sikumbang tak tinggal diam, melihat

majikannya diserang oleh kedua lawannya yang telah melukainya.

Cepat Yoga Kumala bangkit berjongkok lagi, sambil berseru mencegah gerakan sikumbang yang

sedang akan mengulang gerakan terkamannya.

Kumbang!, Lekas pergi! Jangan turut campur, ? bentaknya. Dan mengerti seperti akan seruan

majikannya, sikumbang melompat menjauhi lawan2nya dan kemudian menyelinap dibalik makam.

Sementara itu, Parang Jingga tertua telah menerjang Yoga Kumala dengan tongkat besinya.

Sedangkan kedua saudara Parang Jingga lainnya telah pula mengurung dengan senjata masing2 dikedua

belah tangannya.

? Kurung rapat dan tangkap dia! ? Perintah Parang-Jingga tertua pada kedua adiknya, sambil

memutarkan tongkat besinya dan berseru lantang pada Yoga Kumala: ? Jika kau tak mau menyerah dan

mengantar kami bertiga pada Eyangmu. jangan menyesal jika kau terluka ataupun binasa ditanganku!?

Sesungguhnya ancaman ini semula hanya dimaksudkan menggertak untuk menakut-nakuti saja,

agar Yoga Kumala tidak membandel melawan mereka. Akan tetapi, siapa tahubahwa ancaman demikian,

malahan membangkitkan semangatnya untuk menguji ilmu pedang yang telah dipelajarinya.

Ia masih berdiri setengah berjongkok dengan kedua kakinya terpentang lebar. Telapak tangan

kirinya mengembang dengan jari2nya yang ditegangkan diangkat setinggi pundaknya, sedangkan tangan

kanannya telah menggenggam pedang pusaka yang terhunus, melintang didepan dadanya. Ia menyahut

dengan kata2 yang diiringi dengan tawanya yang terkekeh-kekeh menyeramkan. ? Haaa.... haahaaaaa !

Silahkan Tuan Parang Jingga. ? Aku ingin membuktikan sendiri akan kehebatan ilmu shakti dari Parang

Jingga bersaudaral. Haaa . . haaaa ! ?

Melihat Yoga Kumala bersiaga dengan kuda2nya yang aneh yang disertai suara tawa yang

menyeramkan itu, Parang Jingga tertua membatalkan serangannya serta memberi isyarat pada kedua

saudaranya untuk melayani Yoga Kumala, sementara itu ia sendiri mundur selangkah sambil berseru ?

Hebat . ! ! Hebat .! Pantas sebagai keturunan petapa shakti!. Yoga Kumala. Layanilah kedua saudaraku

ini dengan ilmu pedangmu yang aneh! Akan kulihat sampai berapa jurus kau mampu melawan kedua

saudara mudaku ini! Haaa . haaaa . ?

Kata2 pujian yang ditutup dengan memandang rendah ilmu pedangnya itu cukup membakar

semangatja. Ia tidak mau dihina secara demikian. Ia selalu ingat akan ajaran Eyangnya, yang pantang

bertindak sebagai pengecut.

? Jangan kalian sombong, menghina orang lain! ? serunya.

? Majulah bertiga, aku tak akan mundur selanggkah menghadapi serangan kalian ..... ?

Belum juga ia selesai mengucapkan kata2nya, seorang termuda Parang Jingga telah membuka

serangannya dengan sebuah bacokan kampak kearah dadanya, sambil berseru: ? Awas serangan !?

Kaki kiri Yoga Kumala bergerak maju selangkah, dengan badan lebih merendah lagi ,,,, Pedang

pusaka berkelebat bagaikan kilat menangkis serangan kampak, mengarah pergelangan lawan sedangkan

tangan kirinya yang mengembang tegang menyambar kearah punggung lawan, dengan diiringi seruan

tak kalah lantangnya: ? Awas balasan!?

Menghadapi serangan balasan dari Yoga Kumala yang tak diduga-duga itu Parang Jinggatermuda cepat meloncat kesamping kiri dan membatalkan rangkaian serangannya. ia menjadi terkesiap

sesaat. Belum pernah serangan yang demikian dahsyatnya dihindari oleh lawan secara melancarkan

serangan balasan. Melihat adiknya sibuk mrnghindari serangan balasan dari Yoga Kumala, Parang Jingga

penengah segera langsung menerjang dengan tusukan dan babatan sepasang golok pendeknya.

Sementara itu Parang Jingga termuda telah membalikkan badannya dan kembali menyerang lagi

dengan senjata kampak dan golok panjangnya. Namun serangan2 yang dahsyat itu, oleh Yoga Kumala

dapat selalu dihindari secara aneh dan mengagumkan, hingga serangan2 kedua saudara Parang Jingga

selalu menemui tempat kosong. Pertempuran kini menjadi seru dengan gerakan2 serangan senjata2

tajam masing2 yang amat cepat serta sukar dilihat dan diduga akan perobahan2 gerakannya.

Gulungan sinar putih bersemu kebiruan diselingi dengan berkelebatnya sinar putih kemilau yang

menyambarkan bagaikan kilat susul menyusul menyelubungi tubuh ketiga orang yang sedang bertempur

dengan sengitnya.

Ternyata dalam menghadapi dua orang lawan yang tangguh itu, Yoga Kumala dapat mengimbangi

ketangkasannya, tanpa terdesak kedudukannya. Parang Jingga tertua yang menyaksikan pertempuran

dari dekat tersenyum kagum : ? Bagus! Bagus! ? serunya sambil mengikuti jalannya pertempuran yang

sedang berlangsung dengan sengitnya.

Akan tetapi pertempuran yang semula berjalan dengan seru dan seimbang itu, tak lama

kemudian berobah dengan tiba2. Dua saudara Parang Jingga kini menjadi sibuk berlompatan

menghindari serangan2 yang aneh dan berbahaya, serta sukar di-duga2 akan bentuk perobahan dan

arahnya. Kiranya mereka keduanya telah merasa terdesak dan tak sampai memberikan balasan

serangan pada Yoga Kumala lawannya. Serangan kedua saudara Parang Jingga yang tadinya merupakan

serangkaian serangan yang serasa serta dahsyat , menjadi buyar dan kalang kabut, hampir2 senjata

mereka berdua salimg berbenturan sendiri.

Sedang mereka sibuk berlompatan menghindari serangan pedang pusaka yang berkelebatan susul

menyusul kearah tubuh mereka, tiba2 Yoga Kumala melompat tinggi sambil berjumpalitan diudara

dengan berseru keras : " Lepas senjata!!!". Tidak ayal lagi, kedua golok pendek ditangan kanan kiri lepas

dari genggaman dan terpental, sejauh lima langkah dari pemegangnya. Dengan seruan tertahan,

penengah Parang Jingga melompat surut kebelakang dua langkah sambil gemetaran. Tangan kanannya

terasa seperti lumpuh, sedangkan ibujari tangan kirinya terbabat oleh sabetan pedang pusaka Yoga

Kumala.

Setelah melihat kedua saudaranya terdesak hebat dan bahkan seorang diantaranya mendapat cedera

pada kedua belah tangannya, ia melompat menerjang kearah Yoga Kumala dengau suatu serangan

pukulan tongkat besinya, langsung mengarah bahu kanan Yoga Kumala. Namun kembali lagi Yoga

Kumaia dapat terhindar secara mentakjubkan sambil melancarkan serangan balasan yang tak kalah

berbahayanya. Pukulan tongkat besi yang jatuh ditempat kosong itu, oleh Parang Jingga tertua

dilanjutkan menjadi sabetan kearah kaki Yoga Kumala yang sedang mengelak kesamping dengan disertai

suatu loncatan rendah untuk menghindarkan sabetan pedang Yoga Kumala.

Akan tetapi ia segera melompat dua langkah kesamping kiri, setelah mendapatkan kenyataan

bahwa serangan tongkat besinya yang berangkai menjadi gagal semua dan Yoga Kumala tanpa

diketahuinya telah berada dibelakangnya sambil melancarkan serangan2 yang sangat berbahaya.

Sementara itu Parang Jingga penengah telah terbebas dari kelumpuhan tangan kanannya,

sedangkan ibu jari tangan kirinya cepat dibalut dengan sobekan lengan jubahnya, untuk kemudian

melompat mendekat Parang Jingga tertua dan mengambil golok panjang yang terselip dipinggang

kakaknya.Kini mereka bertiga dengan senjata masing2 ditangan serentak maju dengan serangan2 yang

amat rapih dan teratur silih berganti susul menyusul dan kadang2 serangan serentak yang amat dahsyat .

Tongkat besi menyambar kearah kedua kaki Yoga Kumala, sedangkan ujung golok panjang dari

penengah Parang Jingga meluncur kearah dadanya, dan Parang Jingga termuda pada saat yang

bersamaan mengayunkan kampaknya kearah kepala Yoga Kumala dengan memegang golok pendek

terhunus ditangan kirinya siap untuk merangkaikan serangannya. Tiba2 sewaktu tiga senjata hampir

mengenai sasarannya, Yoga Kumala terhuyung2 kebelakang selangkah untuk kemudian meloncat tinggi

sambil berseru melengking menyeramkan.

Ia berpusingan diudara meluncur kembali dengan melancarkan serangan dalam gerak sabetan

pedang yang sangat membingungkan bagi ketiga saudara Parang Jingga yang belum siaga itu. Ketiga2nya

masing2 berlompatan surut kebelakang selangkah untuk menghindari serangan pedang maut yang tak

dikenal oleh mereka. Mereka sama sekali tidak menduga, bahwa serangan yang demikian rapat dan

dahsyat dapat dihindari secara aneh dan mentakjubkan.

Akan tetapi Parang Jingga termuda dengan tangkasnya telah melemparkan golok pendeknya

kearah Yoga Kumala sewaktu ia meloncat menghindar dari serangan pedang. Golok pendek meluncur

bagaikan kilat mengarah perut Yoga Kumala yang waktu itu belum berpijak ditanah. Dan .trrraanngg

Golok pendek tertebas menjadi dua potong serta terpental jauh, masing2 mengarah tubuh kedua

lawannya yang sedang berlompatan menghindar dari serangan pedang sehingga mereka terpaksa

menangkis dengan gerakan membentuk perisai dengan senjatanya masing.

Tiba2 seorang tertua Parang Jingga melompat surut kebelakang dua langkah sambil berseru

keras ? Cukup. Cukup !. Tahan senjata! Serentak semua mengikuti gerakan Parang Jingga tertua dan

berdiri tegak tak bergerak sambil memegang senjata masing2.

Bersamaan dengan itu, Ajengan Cahayabuana berdiri dibelakang Yoga Kumala, sambil tertawa

nyaring.

? Haa .. haa...! Bagus! . Bagus! Yoga sambutlah kedatangan para tamu Parang Jingga itu

sebagai mana layaknya. Anggaplah ketiga tamu shakti itu seperti keluarga kita sendiri .

Mendengar kata2 Eyangnya yang tiba2 itu, ia menjadi terkejut dan heran bukan kepalang.

Namun sebagai seorang cucu yang selalu taat akan perintah Eyangnya, Yoga Kumala cepat

menyarungkan pedang pusakanya kembali serta membungkukkan badannya kearah ketiga saudara

Parang Jingga sambil berkata minta maaf

? Tidak mengapa ! I. Dan tidak ada yang harus kami maafkan Yoga Kumala ! !, Saya bangga

menyaksikan kepandaianmu itu ! ! Berkata demikian Parang Jingga sambil membalas hormat.

? Bapak Ajengan Cahayabuana ! ! ?. Ia bwrkata melanjutkan bicara tertuju pada Cahayabuana,

sambil menganggukkan kepalanya : ? Maaf kan kami bertiga, yang telah lancang berani menguji cucu

Bapak Ajengan Cahayabuana sebelum mendapatkan idzin terlebih dahulu. Dan ternyata berhasil dengan

sangat memuaskan. Kelancangan kami bertiga sekedar memenuhi permintaan Gusti Senapati Indra

Sambada pada setengah tahun yang lalu. ?

? Ach . tidak ada pula yang harus saya maafkan, bahkan saya mengucap banyak terima kasih

atas jerih pajah anak2 Parang Jingga yang telah sudi menguiurkan tangan membantu aku yang telah tua

ini ! !. Dan akupun telah mengerti akan keperluan kedatangan anak2 kemari, maka sengaja tadi aku tak

menyambutnya lebih dahulu. Mari2 . silahkan singgah digua pondokku sebentar anak2.. ? Yoga !!

Kau juga harus mengucap terima kasih pada tamu2 kita yang bermurah hati itu. ?

Belum juga Yoga Kumala sempat mengucapkan terima kasihnya, Parang Jingga telah berkata

lagi.? Maaf kan, Bapak Ajengan Cahayabuana ! !. Bukannya kami menolak untuk singgah di

pertapaan, akan tetapi terpaksa kami harus meninggalkan Tangkubanperahu sekarang juga, untuk

segera menghadap Gusti Senapati Indra Sambada di Kota Raja agar tak terlambat menyampaikan

laporan hasil titahnya !!. ?

Baik .. baik ! !. Aku tak mungkin dapat mencegah kalian ! !. Pesanku, sampaikan saya salam

sujudku kehadapan Gusti Indra ! !.?

Sambil menepuk nepuk Yoga Kumala ketiga saudara Parang Jingga berpesan agar

kedatangannya di Kota Raja krlak jangan sampai terlambat.

Setelah berpamitan, mereka bertiga segera berlalu dengan pesatnya sambil meninggalkan suara

seruan pesan ? Yoga!!

Sampai ketemu lagi di Kota Raja !!!. ? Suara itu memantul menggema kembali . untuk kemudian

hilang lenyap sama sekali.

*

**

Pada waktu malam harinya, setelah Yoga Kumala selesai berlatih iltnu pemusatan tenaga dalam,

Cahayabuana memberikan petunjuk2 padanya dengan suara yang tenang sambil duduk bersila.

? Dahulu sewaktu kangmasmu Gusti Indra Sambada meninggalkan pondok kita ini, ia

meninggalkan pesan padaku, supaya kau berhasil mewarisi kapandaianku dalam-waktu tidak lebih dari

dua tahun. Walaupun dalam waktu yang singkat itu tentu masih ada, kekurangan2 yang belum kau

kuasai seluruhnya, akan tetapi Gustiku Indra menaruh kepercayaan, bahwa dengan mewarisi dua pertiga

bagian dari kepandaianku saya dengan ditambah ilmumu sendiri telah cukup untuk bekal dalam

mengabdi di Kerajaan. Demikianlah pesan beliau. Hal ini dianggap karena menjelang dua tahun


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


mendatang beliau berkenan mengadakan pemilihan calon2 perwira tamtama baru yang khusus akan

ditugaskan ke Kerajaan Tanah Melayu sebagai tamtama bantuan dari Gustiku Sri Baginda Maharaja

Hajam Wuruk kepada Sri Baginda Maharaja Adityawarman. Menurut keterangan Gustiku Senapati Indra

bantuan dari Majapahit adalah memenuhi permohonan Kerajaan Tanah Tanah Melayu yang bermaksud

untuk mengendihkan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang kini telah suram. Maka berulang-ulang Gustiku

Indra berpesan agar kedatanganmu kelak di Kota Raja jangan hendaknya terlambat.

Maka cucuku Yoga! Jangan hendaknya kau membuang-buang kesempatan yang demikian

baiknya itu . Tekunlah berlatih!

Demi untuk tercapainya tujuanmu. Pergunakanlah waktu fang singkat dan yang hanya tinggal setahun

lagi ini se-baik2nya ,serta semanfaat mungkin! ?

? Akan tetapi, Eyang! Cucunda masih ragu . akan kemungkinan dapatnya menguasai semua

pelajaran dari eyang dalam waktu yang sesingkat itu. Dan karenanya .. saya takut .. apabila nanti

..terpaksa mengalami kegagalan. Bukankah Eyang sendiri sering mengatakan, bahwa kegagalan dalam

tahap permulaan sama halnya dengan kegagalan keseluruhan? Maka untuk tampil dalam gelanggang

pemilihan calon perwira tamtama yang akan diselenggarakan di Kota Raja pacla setahun mendatang ini,

cucunda merasa tidak mampu? . !?

Yoga Kumala mengutarakan isi hatinya dengan se-jujur2nya, dengan kata2 yang terputus-putus serta

dengan muka yang tertunduk. Sekilaspun ia tak berani menatap pandang pada Eyangnya.

? Yoga cucuku sayang! ? Cahayabuana mejawab dengan kata2 lemah lembut: ? Jangan kaumudah berputus asa! Melihat bekal yang telah kau miliki sekarang saya, aku sebagai Eyangmu telah

merasa tidak kecewa dan percaya bahwa dalam waktu setahun mendatang, jika kau selalu tekun

berlatih tentu akan dapat menguasai seluruhnya pelajaran2 yang kuberikan padamu. Hanya untuk

sempurnanya, kau masih harus mencari pengalaman. Dan memang pengalaman itulah yang pada

hakekatnya akan merupakan guru yang tertinggi . Percayalah pada dirimu sendiri!

Yaahhh .ketahuilah bahwa kepercayaan pada diri sendiri juga merupakan bekal utama untuk

mencapai sesuatu. ? Cahayabuana menghela nafas sejenak dan kemudian melanjutkan lagi bicaranya:

? Merendah hati adalah budi luhur akan tetapi . berkecil hati bukan merupakan sifat2 ksatrya.

Buanglah jauh2 sifat2 yang demikian itu. Ketahuilah, bahwa secorang ksatrya harus selalu

menunjukkan kesanggupannya, dengan semboyan2nya ? pantang menyerah. ? Demi untuk

menjunjung tinggi martabatnya, demi nama bangsa dan tanah airnya, seorang ksatya akan rela hancur

lebur menjadi debu dari pada lari meninggalkan gelanggang sebagai pengkhianat. ?

Setelah mendengar petunjuk dari Eyangnya itu, rasa hatinya seperti tergugah. Api juangnya

menjadi menyala kembali.

Kata2 Eyangnya seakan - akan merupakan sambaran petir disiang bolong Tidak ....... tidak! Tak

mau ia menjadi pengkhianat. Iapun rela lebur menjadi debu dari pada hidup sebagai pengkhianat.

Bukankah mendiang ayahnya juga gugur sebagai pahlawan?

Mulai sejak itu, ia berlatih lebih giat dan tekun lagi serta keinginan untuk ke!ak dapat terpilih

menjadi perwira tamtama menjadi meluap luap ..

Hari demi hari, dan bulan demi bulan telah dilaluinya dengan acara2 yang sama serta

menjemukan. Esok pagi-pagi berlatih kanuragan dan malam harinya menerima petunjuk2 ataupun

mengungkap kitab kuno.

Akan tetapi walaupun demikian, Yoga Kumala tetap mentaati perintah Eyangnya, dan berlatih

penuh ketekunan.

Teman untuk ber-cakap2 satu2nya dalam waktu beristirahat adalah Mang Jajang pengasuhnya yang

setia. Dari Mang Jajang itulah Yoga Kumala dapat mengetahui banyak tentang kisah kehidupan ayah

bundanya yang telah pulang kealam baka. Sifat2 kesatriaan mendiang ayahnya selalu didongengkan oleh

Mang Jajang dengan semangat yang menyala2, seakan akan ingin ia melukiskan kembali dengan kata

bahasanya agar Yoga Kumala dapat pula turut menggambarkannya dengan angan2 yang jelas.

? Wajah mendiang juragan pamegeut mirip sekali dengan Aden Yoga Kumala sekarang ? Dan

apabila ceritanya sampai disini, air mata Mang Jajang deras mengalir membasahi pipinya yang telah

berkeriput iiu. Tak terasa, Yoga Kumalapun ikut pula bersedih hati. Air matanya ber-linang2 meleleh

dikedua pipinya.

Kadang2 sebagai pelipur dukanya, ia mengikuti Eyangnya Cahayabuana dimalam hari menjelajali

desa2 di-lereng2 pegunungan untuk menolong rakyat tani yang miskin atau mengobati orang2 desa yang

jauh terpencil yang sedang menderita sakit. Tak jarang pula Yoga Kumala turut serta memberantas

penjahat2 yang mengganggu ketentraman di-desa2 yang jauh terpencil dari penjagaan petugas

narapraja.

Sang waktu berjalan terus, tanpa mengenal langkah surut .... bagaikan anak panah yang telah

terlepas dari busurnya. Dan kini telah lewat satu setengah tahun lamanya ia tinggal dipertapaan

Eyangnya dilereng puncak Gunung Tangkubanperahu. Selama itu pula ia digembleng oleh Eyangnya baik

jasmani maupun rohani.

Ternyata Yoga Kumala sebagai ksatrya keturunan darah pahlawan Pajajaran dengan bakat2nya,

telah dapat mencapai kemajuan yang pesat, sesuai dengan kehendak Eyangnya, petapa shakti AjenganCahayabuana.

Sejak adiknya Indah Kumala Wardhani meninggalkannya, rasa2nya ia tak betah untuk tinggal

lebih lama lagi ditempat yang sunyi itu.

Ingin ia sekali waktu minta ijin kepada Eyangnya untuk menjenguk adiknya sebentar di

lndramayu, akan tetapi tak berani ia mengutarakan keinginannya kepada Eyangnya.

Keinginannya tetap hanya menjadi keinginan belaka ...

Ia tahu, bahwa permintaannya tak mungkin dikabulkan, selama ia dianggap oleh Eyangnya belum lulus

dari penempaan dalam ilmu krida kanuragan dan ilmu krida yudha. Terdorong oleh rasa ingin cepat

turun gunung, maka semua pelajaran-peiajaran yang diterimanya disambutnya dengan penuh perhatian

serta ketekunan. Ia berlatih dengan tanpa mengenal lelah .... Kiranya semua ini tak Iepas pula dari

perhatian petapa shakti Cahayabuana, Eyangnya. Akan tetapi sebagai pengasuh yang telah mendekati

titik kesempurnaan, Cahayabuana seakan-akan tidak memperdulikan akan isi hati cucunya.

Dalam hati ia selalu bersjukur pada Dewata Hyang Maha Agung, bahwa ia telah dikaruniai cucu

seorang putra yang ternyata perkasa dan berwatak ksatrya. Ia bersyukur pula, bahwa kini cucunya Yoga

Kumala telah dapat mewarisi ilmunya krida kanuragan yang dapat dibanggakan. Kini ia telah bermasud

hendak melepas cucunya dari tempat petapaan, karena dianggapnya telah cukup memiliki bekal untuk

mengabdi di Kerajaan Majapahit.

Dikala itu, malam bulan purnama. Langit biru membentang luas dan bintang2 gemerlapan

menaburi ruang angkasa. Cahaya sang bulan memancarkan sinar keemasannya dan alam semesta

menjadi terang remang-remang karenanya. Namun suasana sekitar lereng puncak Gunung

Tangkubanperahu itu tetap sunyi .. . . sepi . . . . seperti biasanya pada tiap2 malam hari. Hanya suara

jengkerik ilalanglah yang selalu terdengar nyarin g, merupakan irama malam yang tetap. Kadang2

diselingi pula dengan suara auman binatang2 buas ataupun suara anggukkan burung hantu. Akan tetapi

suara selingan itu segera lenyap tertelan oleh kesunyian malam yang kelam.

Waktupun telah lewat tengah malam, akan tetapi Cahayabuana dengan Yoga Kumala masih juga

asyik bercakap-cakap pelan sambil duduk bersila didepan batu nisan tempat makam mendiang Nyi Ayu

Darma Kusumah, sedangkan si kumbang dengan setianya mendekam tertunduk disebelah Cahayabuana.

Hawa pegunungan yang dingin itu kiranya tidak mengganggu ketenangan mereka, bahkan dihirupnya

dalam2 untuk menambah segarnya badan. Jika pada waktu malam biasanya mereka duduk diruang

semadhi dalam gua, sambil mengungkap kitab kuno, maka malam ini adalah berlainan dengan malam

biasanya. Mulai sejak sang bulan tadi bertahta disinggasananya, mereka berdua duduk diatas rumput

tanpa alas Iain sambil asyik bercakap2 pelan. Kiranya Cahayabuana ingin sekali lagi mengulang kata-kata

petuahnya pada cucunya Yoga Kumala. Seaakan-akan ingin ia menyematkan semua petuahnya kelubuk

hati cucunya pada malam itu.

? Pesanku, .. Yoga .... jagalah adikmu Indah Kumala Wardhani dan dirimu sendiri baik2..

Walaupun kelak pada suatu saat kau berdua terpaksa harus berpisah dan berjauhan namun aku

mmgharap ikatan rasa sebagai saudara sekandung hendaknya jangan sampai putus ..

Ingatlah bahwa hanya kau berdua yang menjadi penyambung obor para leluhurrnu, dan

hendaknya dapat merupakan obor penerang pula bagi mereka yang sedang terperosok dalam kegelapan

Suara itu terputus sejenak, dan suasana menjadi sunyi sepi kembali Dengan muka tertunduk, tiba2

Yoga Kumala menyahut pelan memecah kesunyian.

? Eyang! Cucunda ingin berbakti pada ayah bunda dan Eyang serta pada para leluhur.

Hendaknya batu nisan makam Ibunda ini menjadi saksi akan kata2 cucunda. Hasrat cucunda tidak ada

lain kecuali mengabdi pada kebaikan.? Aku percaya akan ucapan kata2mu, Yoga! Semoga Dewata Hyang Maha Agung mengabulkan

cita2mu yang mulai itu ..Sekali lagi pesanku, . bersikaplah selalu rendah hati!. Sesuaikan dirimu,

dimanapun kau berada. Dalam kitab kuno Niti Sastra yang telah kau pelajari terdapat sebait wejangan

ilmu shakti dari seorang pendeta Budha Sakyakirti kepada salah seorang muridnya tertulis dalam

halaman 678 yang berbunyi demikian :

Menjelma asap sewaktu campur awan . .

Menjadi setetes air dikala hujan

Dapat menghilang digelapan . . . .

Dan menjadi debu dikancah laga . .

Kejarlah aji shakti demikian .

Sebagai bekal untuk mencapai tujuan ..

Arti maksud daripada wejangan itu, ialah tak lain dari pada suatu petuah, agar muridnya selalu

dapat menyesuaikan diri dimanapun ia berada. Maka buanglah jauh2 sifat tinggi hati ataupun congkak.

Janganlah sekali2 menghina ataupun memandang rendah pada orang lain. Orang2 shakti yang

berada diatas tingkatanmu masih banyak sekali. Kesaktian tanpa landasan kebenaran, pasti akan

mengalami kehancuran. Ingatlah, bahwa tujuanmu yang utama adalah ?mengabdi" . dalam arti kata

yang luas! Yaaahh . . . . mengabdi pada Kerajaan Agung Majapahit ..... mengabdi pada bangsa dan tanah

air mengabdi pada kebenaran dan keadilan.. mengabdi pada Dewata Hyang Maha Agung.

Ilmu, pangkat dan kekuasaan hanyalah alat belaka untuk mewujudkan suatu pengabdian . .

Kelak kau akan tahu sendiri, dimana letaknya puncak kesaktian yang sesungguhnya , . Carilah

.... dan kau tentu akan menemukan .. Nah . cucuku Yoga ! Kiranya ilmu yang kau warisi dariku telah

cukup, untuk sekedar penambah bekal, dalam mencapai titik tujuan.

Siang malam aku akan selalu berdoa dalam semadhiku, agar Dewata Hyang Maha Agung selalu

melindungi dirimu

Disamping ilmu yang telah kau miliki, setia dan tekun merupakan dua pokok bekal utama pula.

Dalam kata setia terkandung arti: taat, patuh, serta bertanggung jawab akan semua kewajiban,

sedangkan tekun ialah rajin tak mengenal lelah ataupun jemu. Sebagai contoh ..

Walaupun hanya selangkah demi selangkah, akan tetapi dengan setia dan ketekunan, kau dapat

mendaki puncak gunung setinggi Mahameru. Sebaliknya, walaupun kau ber-sayap akan tetapi tak

memiliki ketetapan hati tidak mung-kin dapat terbang mencapai titik tujuan. Camkanah baik2,

pesanku yang sederhana ini. Karena orang yang masih semuda kau itu, akan banyak menjumpai godaau.

Jangan hendaknya kau mengalami kegagalan ditengah jalan, hanya karena tergelincir oleh rintangan

yang tak berarti. ? Sampai disini Cahayabuana berhenti bicara, dan suasanapun menjadi hening kembali

.. Kedua2nya menghela nafas panjang, seakan akan sedang mengenangkan sesuatu. Si. Kumbangpun

mendekam tak bergerak. Hanya matanya yang berkedip2 berkilat terang seperti nyala pelita. Seakan

akan iapun turut pula mendengarkan wejangan majikannya.

Sambil batuk2 kecil, Cahayabuana melanjutkan lagi bicaranya dalam nada penuh ketenangan.

? Cucuku, Yoga Kumala !! Yaaahh .. walaupun telah berulang kali aku katakan padamu, akan

tetapi kiranya tak ada jeleknya apabila dimalam perpisahan ini aku peringatkan sekali lagi .. Kenanglah

sepanjang masa hidupmu akan jasa2 semua orang yang telah meltrnpahkan budi kasihnya kepadamu,

seperti Gusti Wirahadinata sekeluarga. Gusti Junjunganku Senapati Indra Sambada, Ki Dadung Ngawukdan lain2nya. Hutang harta mudah dibayar dengan benda pula. Akan tetapi berhutang budi harus dibalas

dengan bhakti. Dan bukan dinamakan bhakti apabila tidak rela berkorban untuknya, sewaktu diperlukan

!! - Semua petuah Eyang akan saya rekam untuk saya jadikan haluan hidup cucunda, Eyang !!!.?

Baru saja Yoga Kumala selesai mengucapkan kata akhir kalimatnya, tiba2 terdengar suara tawa

yang bergelak gelak yang semakin jelas. ? Haaaa haaaaaa . . haaaa ...!!.-- Si kumbang cepat bangkit

berdiri dengan sepasang dann telinganya bergerak gerak, mencari arah datangnya suara. Ia mengerang

tertahan, sambil memperlihatkan taring2nya iang runcing berkilat. Namun cepat tangan kanan


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Cahayabuana menepuk pelan pada punggung sikumbang, sebagai isyarat agar ia duduk mendekam

kembali dengan tenang.

Yoga Kumala menjadi terperanjat seketika, dan hampir2 ia bangkit hendak menyambut suara

tawa yang bergelak gelak nyaring itu, Akan tetapi secepat itu pula ia dapat menguasai ketenangannya

kembali, demi disadarinya, bahwa ia sedang menghadap Eyangnya. Ia tertunduk dengan muka yang

merah padam, diliputi oleh rasa gelisah.

Sebelum gema suara tawa itu hilang tertelan oleh kesepian malam, tiba2 Cahayabuana telah

membalasnya dengan suara yang menggema pula. ? Haaaiii ..... Ki Dadung Ngawuk !!!. Kedatanganmu

tepat pada waktunya !!!, -

Walaupun kata2 itu diucapkan dengan pelan sambil duduk bersila akan tetapi suaranya

menggema mengalun jauh dan memantul kembali dalam nada yang lebih jelas terdengar. Gelombang

getaran gema suaranya memenuhi alam sekitarnya, hingga suara cangkerik ilalang dan lain2nya terdesak

lenyap. ltulah seruan petapa shakti Cahayabuana yang diiringi dengan aji shaktinya ?Panggendaman

Rajawana".

? Haaa ..haaaahhhaaaaa ! Kedatanganku tak bermaksud mengganggu pertemuan kakek dan

cucu! Tapi sekedar menjenguk muridku sianak gila yang baik. ?

Suara itu kini semakin terdengar jelas dan seakan-akan diucapkan oleh orang yang telah berada

dihadapannya. Akan tetapi ternyata bayangannyapun belum nampak. Jelas bahwa kakek Dadung

Ngawuk menggunakan pula tenaga dalamnya untuk mengantar suaranya dari kejauhan.

? Silahkan! Silahkan!! Kedatanganmu kusambut dengan hati terbuka! ? Jawab Ajengan

Cahayabuana.

Bajangan berkelebat mendatang, dan bersamaan dengan lenyapnya gema suara Cahayabuana,

seorang kakek2 gundul setengah telanyang dengan hanya memakai cawat dari kulit ular sanca serta

menggenggam cambuk terbuat dari kulit ular sanca pula ditangan kanannya, telah berdiri dihadapan

Cahayabuana sambil tertawa tarkeceh-kekeh.

? Heehhh . Heeehhh ,.. heehhh ! Tidak kuduga bahwa petapa tua masih hidup dan tetap segar

seperti dahulu waktu lewat sepuluh tahun yang lalu! ?

Tanpa menunggu perintah Eyangnya, Yoga Kumala segera bangkit dan sujud pada gurunya yang

baru saja tiba. ? Kakek Dadung Ngawuk!!! Ampunilah aku muridmu yang tak berbakti ini. Sekali-kali aku

tak bermaksud mangabaikan pesan guru, akan tetapi kesempatan untuk mnemenuhi janjiku memang

belum tiba .Sekali lagi... ampunilah kesalahanku ini ..kakek Dadung Ngawuk guruku!?

Sesungguhnya memang Yoga Kutnala selalu ingat akan pesan gurunya kakek Dadung Ngawuk,

sewaktu ia dahulu meninggalkan hutan Blora. Dan oleh karena itulah ia cepat2 mengutarakan isi hatinya,

karena kuatir mendapat teguran dari gurunya, sebelum ia mendapat kesempatan untuk memenuhi

pesan gurunya. Telah lama terkandung dalam hatinya, akan tetapi apa daya kesempatan itu belum juga

kunjung datang.

? Heeehh .. heeeehhh !!. Anak gila yang baik! Tak ada yang harus kumaafkan .Akupun telahtahu semua ,. Dan bahkan tak pantas apabila kau memiliki cengeng. Bukankah kau adalah cucu petapa

tua shakti??? Haaa .. haaa . Sudahlah! Sudahlah! Datangku kemari hanya ingin membuktikan akan

kebenaran kataku dahulu, dan pula kau harus mengakui kalah bertaruh denganku! ? Berkata demikian,

K.kek Dadung Ngawuk segera turut serta duduk sila diatas rumput sambil memegangi bahu Yoga Kumala

dan menepuk-nepuknya.

Sementara itu, Yoga Kumala diam ternganga, penuh pertanyaan. Darimana gurunya tahu akan

kejadian2 yang telah dialaminya? Cara bagaimana gurunya tahu bahwa ia kini berada ditempat

pertapaan Eyangnya? Sedang ia meraba2 mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, Cahayabuana

telah memulai membuka percakapan.

? Kiranya sahabatku Kaki Dadung Ngawuk masih juga tetap segar bugar, dan watak2 aslinya

tidak juga berubah! ? Katanya sambil tersenyum.

? Dan bahagialah anda berkunjung dipondokku yang terpencil ini! ?

? Haaa haaa haaa . ! Petapa tua yang selalu pantas menjadi tauladan . Jauh berlainan dengan

diriku yang gila ini . yaaah . memang aku benar2 gila. Terima kasih.. terima kasih . . . . atas teguranmu

itu, orang tua! haaa .haaa ..haaa .!?

Dengan muka tertunduk diam dan hati yang girang, Yoga Kumala mengikuti percakapan dua

orang shakti yang tengah berlangsung itu. Ke-dua2nya adalah gurunya sejati...

Ia girang bercampur rasa kagum dan bangga. Girang karena akhirnya dua orang shakti itu

bertemu dalam suasana akrab, dan bangga karena kedua-duanya memiliki ilmu yang tinggi serta saling

mengagumi.

? Sayang kau petapa tua ... terlalu kikir akan Ilmumu.. Mudah2an saja menghadapi cucunya

sendiri kau menjadi pemurah ! ?

Mendengar kata2 cemoohan dari Ki Dadung Ngawuk itu, Cahayabuana sedikitpun tidak menjadi

marah, akan tetapi bahkan turut tertawa terbahak2 pula. Ia tahu akan sifat sifat Dadung Ngawuk yang

sinting dan angin2an itu, dan iapun tahu bahwa kata2nya itu semua sama sekali ticlak mengandung

maksud jahat. Tanpa mengindahkan ucapan cemoohannya Cahayabuana berkata sambil tersenyum

lebar.

? Heeehh .. Heeehhh . akulah yang seharusnya berterima kasih padamu, Ki Dadung

Ngawuk! Tanpa bimbinganmu cucuku Yoga Kumala tidak akan sepandai sekarang! Orang tua seperti aku

ini tentunya tidak mungkin dapat membalas atas budi kebaikanmu yang tak ternilai itu.? Maka

terserahlah . dan semoga Dewata Hyang Maha Agung dapat membalasnya! ?

? Orang tua baik!. Ternyata kau bukan hanya pandai dalam ihnu kanuragan, tetapi juga pandai

bersilat lidah dan menyanjung orang. Haaa .haaaa .haaa . Hampir2 aku jatuh terlentang karena

terlalu tinggi kau sanjung-sanjung! ?

Haaa . , haaa haaa , Bukankah dahulu dengan ilmu kebanggaanku aktu pernah bertekuk lutut padamu?

Haaa . haaa , ..haaa!. Sampai2 aku berani lancang tangan mengangkat cucumu sebagai muridku,

adalah karena semula aku tak tahu bahwa anak gila itu sesungguhnya cucumu adanya. Akan tetapi kini,

ternyata aku menang taruhan dengan cucumu. itu. Haaa . , . haaahaaa bukankah benar akan

dugaanku dahulu bahwa nama Sujud adalah nama palsu! Haaa . Bawa. Bawa. haaa ....! Nach,

sekarang akan aku jitak kepalamu Yoga! ? Dan benar2 apa yang dikatakan, ia telah menjitak kepala Yoga

Kumala dengan tiba2, sehingga menjadi terperanjat sesaat.

? Nach! ? katanya kemudian,? Lunas sekarang! Kekalahan taruhanmu telah kau bayar dan

akupun tidak penasaran lagi. Haaa haaa .. . . haaa ?

Akhirnya ketiga-tiganya menjadi ketawa atas kejadian itu. Kini suasana nampak lebih gembiradan lebih akrab lagi. Kiranya sifat2 sintingnya Dadung Ngawuk menambah meriahnya suasana pada

malam yang sunyi itu.

Percakapan itu berlangsung terus dengan sebentar-bentar diselingi dengan suara tawa yang

terbahak2. Tanpa diperintah Eyangnya, Yoga Kumala telah pergi kedapur dan membantu Mang Jajang

yang sudah sibuk menyiapkan teh hangat dan makanan kecil sederhana untuk menjamu gurunya Ki

Dadung Ngawuk.

Ternyata suara tawa yang ber-gelak2 tadi cukup membuat terkejutnya Mang Jajang yang sedang

tidur nyenyak, sehingga ia tersentak bangun karenanya. Dengan panjang lebar penuh kelucuan Dadung

Ngawuk menceritakan, bahwa sewaktu ia mencari muridnya di Indramayu menemui Wirahadinata,

mendapatkan petunjuk2 yang sangat jelas. Dengan demikian maka ia kemudian langsung menuju ke

lereng Tangkubanperahu.

Juga sewaktu ia berada di Indramayu iapun telah pula berkenalan dengan adik muridnya Indah

Kumala Wardhani yang nakal itu. Iapun membawa juga pesan dari Bupati Wirahadinata untuk

disampaikan pada Cahayabuana. Isi pesannya ialah, agar Yoga Kumala dalam waktu dekat ini dapat

berkunjung ke Indramayu, untuk kemudian akan diantarkan sendiri oleh Wirahadinata ke Kota Raja

bersama-sama dengan adiknya Indah Kumala Wardhani.

Cahayabuana setelah menerima pesan yang dibawa oleh K i Dadung Ngawuk dari Bupati

Wirahadinata, segera memberikan penjelasan kepada Ki Dadung Ngawuk bahwia Yoga Kumala memang

pada besok paginya akan turun gunung menuju ke Kota Raja dengan singgah sebentar untuk sementara

hari di Indramayu, tempat kediaman orang tua angkatnya.

? Untung bagiku, bahwa kedatanganmu tidak terlambat ? kata Cahayabuana.

? Haaa . . .. . haaa . . . , . haaa .... Akulah yang beruntung! ? Sahut Ki Dadung Ngawuk, -- Tidak

kecewa aku dari jauh2 datang kemari ! ?

Sambil menikmati hidangan2 yang masih hangat kedua orang shakti melanjutkan

percakapannya. Sementara itu Yoga Kumalapun telah turut serta duduk bersila mendengarkan

percakapan mereka.

? Yoga gila, muridku! ? katanya Dadung Ngawuk kemudian, sambil menatap pandang

padanya. ? Jika kelak kau telah diangkat menjadi priyagung di Kerajaan, jangan hendaknya kau lupa

padaku. Berusahalah untuk menjenguk diriku, waktu satu setengah tahun mendatang. Untukmu

kuberikan kitab kuno usadha sastra yang mungkin berguna bagimu.

Ambilah sendiri kitab kuno itu. Kitab itu kutanam didekat pohon semboja merah didekat

sendang ditengah hutan. Tak usah kuatir, kitab itu kusimpan rapih dalam peti yang tak mungkin rusak.

Ingatlah? satu setengah tahun lagi . . . menjelang bulan purnama pada malam pertama! ?

Budi kasih kakek Guru kepadaku terlampau banyak ? Jawab Yoga Kumala sambil bersujud: ?

Dengan cara bagaimanakah aku dapat membalasmu, Kakek Dadung Ngawuk?!

Haaaa haaaa . haaaa . benar2 kau serupa dengan kakekmu sipetapa tua ... Ketahuilah, bahwa

aku sama sekali tidak mengharapkan balasan darimu . . . .

Cukup jika kau kelak dapat menjadi kebanggaan orang hanyak, seperti kakekmu itu, Akupun akan turut

merasa hangga pula. Nach! Kiraku ajaran2 dari kakekrnu petapa tua cukup padat dengan hal-hal yang

baik, dan tidak perlu aku menambah lagi. Ketahuilah, bahwa dihadapan kakekmu itu, aku pernah

menyerah kalah dan bertekuk lutut maka akupun percaya penuh padanya! ?

Berkata demikian Dadung Ngawuk lalu bangkit berdiri sambil berpamit untuk kembali ke hutan

Blora tempat tinggalnya. Ajakan Ajengan Cahayabuana agar ia mau singgah lebih lama lagi dipertapaan,

sama sekali tak dihiraukannya. Ia telah melesat hilang ditelan kegelapan malam yang pekat sambilmeninggalkan suara tawanya yang menggema dipantulkan oleh lereng gunung Tangkubanperahu : ?

Ilaaaaa ... haaaaaa . . . haaa.aaa . ?

Lain waktu kita sambung lagi! ?

Cahayabuana hanya menggeleng - gelengkan kepalanya, sambil berkata pada diri sendiri: ?

Orang aneh . orang aneh, tetapi berwatak ksatrya . ?

Waktu itu telah larut malam. Bintang2pun mulai nampak pudar cahayanya. Daun2 telah basah

berlapiskan embun pagi.

Pada hari itu, pagi2 buta ayam ... Yoga Kumala dengan diantar oleh Eyangnya, Mang Jajang dan si

kumbang sampai dikaki Gunung Tangkubanperahu meninggalkan tempat pertapaan Eyangnya Ajengan

Cahayabuana serta tempat makam lbunya untuk menuju ke lndramayu, seorang diri. Sambil berkali-kali

menoleh kebelakang dengan melambai lambaikan tangannya, Yoga Kumala berjalan semakin jauh untuk

kemudian hilang dikelokan jalan padesan .

*

* *

B A G I A N : III.

SEJAK PAGI-PAGI buta di Kota Senopaten Maja Agung nampak adanya kesibukan yang lain dari

pada hari biasanya.

Para Tamtama dengan pakaian seragam kebesaran yang serba indah, kelihatan hilir mudik

mondar mandir.

Ada yang berkelompok kelompok seakan akan merupakan barisan2 kecil dan ada pula yang

berjalan secara bebas sendiri2. Juga para tamtama yang berkuda tak mau ketinggalan dalam kesibukan

itu.

Derap langkah kaki kuda terdengar tak ada putusnya, di jalan2 besar yang silang menyilang

melintasi kota itu. Namun mereka kesemuanya mengenakan pakaian seragam kebesaran serta indah

dengan warna dan tanda lambangnya masing2 menurut keseragaman kesatuannya.

Ada yang mengenakan pakaian seragam berwarna merah, dan ada pula yang berwarna hijau

dengan berseretkan putih ataupun kuning. Seutas pita dari kain sutra selebar tiga jari melingkari kepala

masing2 dengan warna putih ataupun kuning menurut golongan tingkatannya. Para tamtama bawahan

mengenakan pita berwarna putih, sedangkan para perwira mengenakan pita sutra berwarna kuning


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


keemasan.

Tanpa terkecuali, semuanya menyandang pedang dipinggang kirinya. Bahkan diantaranya

disamping bersenjatakan pedang, masih juga mengenakan keris pusaka dipinggang kanan ataupun

terselip menonjol kedepan dengan wrangka daun tangkai ukiran yang indah.

Maja Agung memang merupakan kota tamtama Kerajaan, yang terkenal dengan kebersihannya

dan candi2nya yang megah. Alun2nya pun sangat luas. Dari kejauhan nampak sebuah patung lambang

kebesaran ?ALAP-ALAP ING AYUDHA", berujudkan burung garuda yang sedang mementangkan sayapnya

diatas pura pintu gerbang Istana Senapaten tempat kediaman Manggala Yudha Kerajaan Agung

Majapahit Gusti Senapati Adityawardhana. Patung dan pura pintu gerbang itu terbuat dari batu alam

yang terpahat halus, sedangkan pintu gerbang itu terbuat keseluruhannya dari besi yang kokoh kuat,

Sungguh indah dan megah dipandang.

Dipura pintu gerbang Istana Senapaten itu, nampak adanya barisan tamtama pengawal kehormatan

yang berdiri tegak berjajar rapat dengan masing2 memegang pedang terhunus.

Kereta2 kebesaran para Manggala kelihatan berderet deret dialun alun sebelah timur denganpenjagaan tamtama yang kuat. Sedangkan disebelah selatan dekat pintu gerbang yang menuju lstana

Senapaten, berdiri sebuah bangunan mimbar yang cukup besar serta kokoh, beratapkan tenda hijau

beseretkan kuning tanpa hiasan2 1ain.

Lebih dari seratus orang tamtama mengelilingi bangunan mimbar yang berdiri dengan megah

dan terbuat dari papan setinggi kira2 segalah panjang. Para tamtama berdiri tegak diatas tanah dengan

bersenjatakan pedang terhunus.

Kiranya pintu2 gerbang ditiga penjuru yang menuju ke alun2 Senapaten itu, dijaga kuat pula oleh

para tamtama pengawal dan tertutup lalu lintas umum.

Bukan hanya jalan yang menuju ke alun2 saja yang tertutup untuk lalu lintas umum, tetapi pintu2

gerbang di perbatasan kotapun sejak tiga hari yang lalu terjaga kuat oleh pasukan tamtama dan tertutup

pula bagi lalu lintas umum.

Terkecuali bagi mereka yang dianggap penting.

Hari itu Senapati Manggala Yudha Gusti Adityawardhana berkenan mengadakan pemilihan

untuk calon perwira tamtama baru yang akan di angkat sebagai pimpinan pasukan Kerajaan yang khusus

untuk dikirim ke Negara Kerajaan Tanah Melayu sebagai pasukan bantuan. guna memenuhi permintaan

Sri Baginda Maharaja Adityawarman yang waktu itu bertahta dikerajaan Tanah Melayu.

Pimpinan penyelenggara pemilihan calon perwira tamtama oleh beliau diserahkan kepada

Senapati Muda Manggala Tamtama Pengawal Raja Gusti lndra Sambada yang terkenal dengan gelarnya

? Pendekar Majapahit. (Baca Seri Pendekar Majapahit),

Waktu itu masih esok pagi2. Sang surya kelihatan berada disebelah timur dan belum ada

setengah galah panjang tingginya. Namun sinarnya yang memancar memadangi bumi raya dengan

cahayanya yang terang benderang. Langit biru membentang bersih. Awan tipis yang seputih kapas

berpencaran menghias angkasa dengan masing2 bentuknya yang berubah- rubah.

Tiba2 terdengar suara tiupan seruling mengalun diiringi dengan suara genderang yang bertalu-

talu, dan sebentar kemudian nampak barisan tamtama dari ampat penjuru memasuki alun2.

Dengan amat tertibnya dan rapih barisan2 itu menghentikan gerak langkahnya dan para

tamtama berdiri tegak berjajar rapat dalam ampat lapisan mengelilingi alun2. Sementara suara seruling

dan genderang masih terdengar mengalun dan bertatu talu dengan iramanya yang garang dan perkasa.

Suara aba2 terdengar lantang .... dan semua tam-tama tak terkecuali, memalingkan kepalanya kearah

pintu gerbang besar depan Istana Senapaten, sambil memberikan hormat dengan khikmadnya.

Barisan pengawal kehormatan yang sejak tadi telah berdiri berjajar didepan pintu gerbang,

masing2 mengangkat pedang tamtamanya tinggi2 ... hingga bertemu ujung dengan pedang2 tamtama

dari barisan yang berada dihadapannya, bagaikan jembatan kurung berpelengkung pedang.

Dan sesaat kemudian, nampak Sang Senapati Manggala Yudha Gusti Adityawardhana berjalan

berjajar dengan Gusti Senapati Harya Banendra Penasehat Agung Maharaja (Rakriyan Katrini) melalui

tengah2 barisan pengawal kehormatan menuju kemirnbar.

Menyusul berjalan dibelakangnya jalah empat priyagung Senapati Muda, masing2 Manggala

Tamtama .Pengawal Raja Gusti lndra Sambada, Manggala Tamtama Gusti Suwendar, Manggala

Tamtama Samudra Gusti Bhatatarajasa dan terakhir manggala Narapraja Gusti Pangeran Pekik.

Tak larna kemudian menyusul dibelakangnya 118 para peserta calon perwira tamtama yang

telah lulus dalam ujian babak pertama.

Mereka para peserta semuanya rnengenakan pakaian seragam warna hitam dengan berseretan

putih dengan memakai tandanya huruf angka tersulam didada masing2 berwarna putih pula. Semua

lebih dari tigaratus orang yang mengikuti dalarn pemilihan calon perwira tamtama itu. Akan tetapidalam ujian babak pertama ternyata hanya tinggal kurang dari jumlah separohnya.

Syarat utama untuk dapat mengikuti pemilihan calon perwira tamtama itu, selain dari pada

mahir dalam krida kanuragan harus pula mahir dalarn ilmu krida yudha serta sastra. Dan kecuali kedua

syarat pokok, usia para peserta calon perwira tamtama ditentukan pula tak boleh lebih dari pada 40

tahun.

Dalam hari pertama dan kedua yang telah berselang, ternyata hanya tinggal 148 orang yang

telah dinyatakan lulus dalam menempuh ujian ilmu sastra dan ilmu yudha.

Dan kini mereka masih harus menempuh pula ujian babak kedua yaitu mengenai krida

kanuragan tamtama, yang terbagi dalam tiga acara.

Pertama-tama berkuda melewati rintangan, dan kedua berkuda sambil melontarkan tombak.

Sedangkan acara yang terakhir ialah, panahan.

Dan setelah nanti babak kedua ini selesai, mereka masih harus menempuh ujian babak ketiga

ataupun babak terakhir. Dalam babak ketiga itu terbagi pula dalam dua mata acara.

Pertama tama lomba pengerahan pemusatan tenaga atau disebut juga lornba kesaktian.

Sedangkan acara terakhir ialah disebut babak penyisihan untuk menentukan seorang perwira

tamtama pertama dengan secara aduan tata kelahi bertangan kosong dan bersenjata tajam.

Sebagian besar dari para peserta pemilihan calon perwira tamtama itu, adalah para anggauta

tarntama Kerajaan yang telah terpilih oleh pimpinan mereka masing2, sedangkan sebagian lainnya terdiri

dari orang2 rakyat biasa ataupun para murid-murid orang2 shakti yang merasa dirinya telah mampu

untuk dipilih menjadi calon perwira. Oleh karena diantaranya terdapat para murid2 orang2 shakti itu,

maka demi menjaga ketertiban dan keamanan, kota Senapaten Maja Agung sejak tiga hari yang lalu

dijaga kuat oleh pasukan Kerajaan.

Setelah para Senapati dan segenap priyagung Kerajaan duduk diatas mimbar yang beralaskan

permadani, dan para peserta calon perwira tamtama berdiri tegak berjajar dalam bentuk barisan

dibawah mimbar, tiba2 gong dipukul tiga kali oleh seorang tamtama, suatu tanda bahwa lomba krida

kanuragan tamtama akan dimulai.

Suara gong mengalun mengaung berkumandang memenuhi alun2 dan suasana menjadi hening

sunyi seketika.

Sesaat kemudian Senapati Muda Manggala Tamtama Pengawal Raja Gusti Indra Sambada yang

bergelar Pendekar ivlajapahit, menyembah kehadapan Senapati Manggala Yudha dan Senapati

Penasehat Agung Raja Gusti Harya Banendra untuk memohon izin melaksanakan tugas sebagai pimpinan

penyelenggara pemilihan perwira2 tamtama.

Setelah memberikan sembah, ia segera turun dari mimbar dan langsung memeriksa barisan

para peserta calon perwira tamtama, yang oleh mereka disambut dengan sikap peng hormatan secara

tamtama dengan khidmad. la berkenan memberikan petunjuk secara singkat tentang acara lomba krida

kanuragan tamtama babak kedua yang harus mereka tempuh. Kepada mereka, ia berkenan pula

memberikan restunya agar semua dapat luluus dengan baik.

Sementara itu para tamtama yang bertugas memasang rintangan rintangan, segera sibuk sesuai

dengan petunjuk2 yang telah ditentukan sebelumnya. Gawang2 rintangan ber-macam2 ukuran dipasang

malang melintang serta julur menjulur di alun2 yang luas itu.

Kesemuanya ada lima macam rintangan. Ada yang rendah akan tetapi panjang membujur sekira

empat sampai delapan langkah dan ada pula yang tinggi hampir setinggi manusia berdiri. Tiap2 gawang

rintangan dijaga oleh empat orang tamtama yang bertugas mengawasi jalannya lomba acara pertama

serta mencatat hasilnya.Senapati Muda Indra Sambada sendiri berkenan pula mengawasi jalannya lomba krida

kanuragan tamtama itu dari jarak dekat dengan didampingi oleh Tumenggung Cakrawirya.

Kini para peserta calon perwira telah berada di-alun2 sebelah timur dengan rnenunggang kuda

masing2 yang sejak tadi telah disiapkan oleh para tamtama.

Mereka berjajar semuanya rapih diatas pelana kuda masing masing yang tinggi2. Ringkikan kuda2

itu mulai terdengar riuh nyaring.

? Aku kuatir, jangan2 kau nanti terpelanting dan mati terkapar ditanah, Yoga! ? Kata seorang

peserta yang bertubuh tinggi besar disebelah Yoga Kumala dengan nada suara mengejek. Orang itu

kelihatan tegap dan perkasa. Otot2nya melingkar lingkar dikedua belah tangannya dan lehernya. Ia

berusia kira2 25 tahun. Sepasang alisnya yang tebal dan bertemu pangkal. Matanya juling. Hidungnya

besar dan ber-kumis lebat.

Ia adalah seorang tamtama Kerajaan yang disegani oleh seluruh kawan setingkatnya. Namanya cukup

dikenal sebagai tamtama yang memiliki kesaktian. Ia telah lama menjadi tamtama Kerajaan, akan tetapi

tak pernah dinaikkan pangkatnya.

Hal ini bukan dikarenakan kurang tangkas ataupun kurang shakti. Bukan! Sama sekali bukan

karena itu.

Kesaktiannya jelas melampaui diatas tingkatan teman2nya. Bahkan melebihi daripada salah

seorang diantira para pemimpinnya. Akan tetapi karena kelakuannya yang selalu menyalahi tertib

tamtama, dan berwatak congkak dan tindakan semena-mena terhadap rakyat jelata itu, maka ia tak

pernah mendapat kesempatan untuk naik tingkat. Namanya "Kobar". Kali ini Kobar tak mau menyia -

nyiakan kesempatan yang baik itu. Ia percaja penuh, bahwa kesaktiannya tak mungkin ada yang dapat

menandinginya diantara perwira tamtama itu.

Dengan diiringi senyuman sambil berpaling padanya, Yoga Kumala mejawab tenang. ? Kakang

Kobar!. Sebaiknya kau kuatirkan dirimu sendiri, dan tak usah menghawatirkan orang lain! ?

Sebagai seorang yang mudah naik darah, demi mendengar jawaban Yoga Kumala demikian itu,

Kobar menyahut dengan suara lantang.

? Hai Yoga !!! Tutup mulutmu! Anak masih ingusan, berani berlagak didepanku?

?Aku tak bermaksud berlagak! Bukankah jawabanku itu wajar? Buat apa kau, susah2

memikirkan orang lain seperti aku ini?Aku kuatir, jangan-jangan kau nanti terpelanting dan mati terkapar

ditanah, Yoga ! ?

? Ha! Masih juga kau berani mejawab! Ingat! Dalam lomba kanuragan seperti sekarang ini, kau

tak dapat bersandar pada Senapati kakak angkatmu! Tahu!? llan apa yang kau andalkan, jika beliau tak

menolongmu? Dari pada kau mati terpelanting, sebaiknya mengundurkan diri saja!?

? Kakang Kobar! Jangan kau menyebut-nyebut kakak angkatku! Dan sekali lagi, hendaknya kau

jangan memusingkan urusanku!?

? Apa katamu? Haa . haaa . .. haaa ! Persetan dengan kakak ataupun bapak monyongmu!

Jika telah selesai nanti, tentu akan kuhajar mulutmu yang lancang itu! Tahu !?

? Haiii! Kobar! Tiba2 Braja Semandang yang berada dibelakang kedua orang barseru menegur:? Jangan kau bikin ribut disini! Suaramu mengganggu pemusatan perhatian kita!?

? Yaa, Kakang Kobar memang selalu bikin ribut dimana-mana.? Sontani turut menyahut dari

arah sebelah Kobar sambil menunjuk kearah tamtama yang berdiri didepan barisan: ? Itu, dengarkan!

Lombanya telah dimulai!?

Peserta yang bernama Sontani itu masih muda remaja, sebaya dengan Yoga Kumala. Kira2

berumur 20 tahun. Ia bertubuh sedang dan tegap dengan wajahnya yang tampan bersih serta periang. Ia

adalah pemuda kelahiran dari tanah Melayu dan masih merupakan anggauta keluarga dari Gusti

Adityawardhana Manggala Yudha.

Mendengar teguran dari kedua peserta lainnya ini, Kobar menjadi bertambah marah. Mukanya

merah padam sampai diujung telinganya, dan sepasang matanya kelihatan menyala-nyala, sambil

berseru lantang: ?Tunggu nanti! Kalian bertiga boleh mengeroyokku seorang diri!?

Belum juga ada yang mejawab akan seruan Kobar, tiba2 terdengar suara aba2 dari seorang Lurah

penatus tamtama.

? Peserta satu sampai dengan sepuluh, siap kedepan!?

Bersamaan dengan lenyapnya suara aba2 itu, sepuluh orang peserta berkuda serentak maju


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


kedepan, berjajar rapih pada batas tali yang terpancang. Mereka adalah para peserta telah mendapat

perintah sesuai dengan aba2 tadi, untuk mempersiapkan diri menempuh ujian krida kanuragan

tamtama--,

Lurah penatus tamtama yang memberikan aba2 tadi, kini mengangkat cambuk panjangnya

tinggi2. Sesaat kemudian suaara cambuk terdengar mengampar diudara, tiga kali taarr .. . taarr ... taarr .

.. Bersamaan dengan suara cambuk itu tali batas yang terpancang telah ditarik lenyap oleh dua tamtama

yang bertugas.

Sepuluh, orang peserta memacu kudanya masing2, dan sorak sorai para tamtama yang

menonton mengelilingi alun2pun mulai menggema dengan riuhnya.

Dengan tangkasnya sepuluh orang calon perwira itu menggerakkan tali les kudanya masing2

serta memacunya dengan tumitnya, untuk dapat melalui rintangan2 yang berserakan dihadapannya.

Namun kesepuluh peserta calon perwira yang berkuda itu, ternyata semuanya gagal sewaktu

melompati dua rintangan2 yang terakhir.

Ada yang jatuh bergulingan, sewaktu kudanya jatuh terpelosok karena tak dapat melompati

tingginya rintangan yang terakhir ataupun pada rintangan yang panjang membujur.

Ada pula yang gagal sebelum melompati, karena kuda mereka tak mau mengikuti perintah

sipenunggangnya. Sorak sorai bercampur cacian para tamtama yang menonton terdengar semakin

gemuruh, demi melihat kegagalan para peserta calon perwira tamtama itu.

Sepuluh orang demi sepuluh orang mendapat giliran untuk menunjukkan ketangkasannya dalam

berkuda melalui rintangan2, dan ternyata lebih dari dua pertiga bagian dari calon2 yang mengikuti

mengalami kegagalan, tak lulus dalam ujian babak kedua acara permulaan ini. Dari 148 orang, kini hanya

tinggal 42 orang yang telah dinyatakan lulus dalam ujian ketangkasan berkuda. Bagi mereka yang

dinyatakan lulus dapat mengikuti lomba krida kanuragan tamtama selanjutnya, sedangkan mereka yang

telah gagal hanya menjadi penonton biasa.

Kini acara kedua dimulai. Sambil berkuda mereka harus dapat melontarkan tombaknya masing2

pada sasaran yang telah ditentukan. Tombak itu harus dilontarkan dari jarak kira2 duapuluh langkah dan

mengarah sekaligus pada dua sasaran. Sasaran yang pertama ialah, menerobos didalam sebuah gelang

yang tergantung dan selanjutnya harus tepat mengenai sebuah pohon pinang yang berdiri tertanam

dalam jarak lima langkah antara gelang2 itu.Juga sewaktu melontarkan tumbaknya, mereka masing2 harus memacukan kudanya.

Dalam tomba acara kedua ini, dua puluh empat orang telah tersisihkan. Dan kini hanya tinggal

delapan belas orang yang terpilih untuk dapat ikut serta dalam lomba2 berikutnya.

Setelah acara terakhir dalam lomba panahan, ternyata hanya tinggal delapan orang yang

dianggap lulus dalam ujian babak kedua termasuk Kobar, Yoga Kumala, Braja Semandang, Sontani,

Berhala, Nyoman Ragil, Jala Mantra dan Jaka Gumarang.

Tepuk tangan dan sorak sorai gemuruh memekakkan telinga setelah ujian babak kedua untuk

para pesetta calon perwira itu selesai.

Seruling dan genderang tamtama terdengar bertalu talu menyambut delapan orang peserta

yang kini telah dinyatakan lulus dalam ujian babak kedua itu.

Sang Senapati Muda Manggala Mataram Pengawal Raja Indra Sambada berkenan menjabat

tangan mereka sebagai sambutan kehormatan.

? Yaaa .. betapa tidak. ? Mereka kedelapan orang itu kini telah dinyatakan sebagai tamtama

pilihan. Walaupun dalam habak terakhir nanti diantaranya ada yang tersisihkan, akan tetapi bagi mereka

yang tersisihkan Itu berhak pula mendapatkan hadiah pangkat sebagai Lurah anom penatus tamtama.

Tibalah kini saatnya di mulai lomba krida kanuragan babak ketiga ataupun babak terakhir dalam

acara pertama, ialah lomba kesaktian, atau disebut lomba kanuragan pengerahan pemusatan indrya.

Sebuah bola perunggu yang beratnya lebih dari 100 kati diletakkan. didepan barisan para peserta.

Suara panggilan terdengar nyaring, dan Braja Semandang tampil kedepan. Ia berjongkok sejenak

sambil raba raba dengan kedua belah telapak tangannya pada bola perunggu yang berada

dihadapannya. Kemudian berdiri tegak kentbali. Matanya dipejamkan, kedua belah tangannya bersilang

didadanya . Dan sesaat kemudian . kedua kakinya dipentang lebar, lututnya ditekuk hingga

setengah berjongkok. Kedua telapak tangannya erat2 ditempelkan pada bola perunggu yang amat berat

itu. Dan bersamaan dengan seruan nyaring yang keluar dari mulutnya, bola perunggu telah diangkatnya

tinggi diatas kepalanya, untuk kemudian dilemparkan kedepan sejauh lima belas langkah.

Tepuk tangan dan sorak sorai gemuruh gegap gempita, menyambut pameran kesaktian yang

mentakjubkan itu. Kini Jaka Gumarang mendapat giliran. Seperti halnya dengan Braja Semandang, iapun

bersamadhi sambil berdiri terlebih dahulu. Akan tetapi, ternyata ia hanya berhasil mengangkat bola

perunggu itu setinggi dadanya sendiri. Lemparannyapun hanya sejauh kurang dari dua belas langkah.

Dengan muka yang merah padam karena malu tak dapat mengimbangai kesaktian Braja Semandang, ia

kembali ketempatma semula.

Demikian pula Nyoman Ragil dan Berhala, sewaktu mendapatkan gilirannya untuk melemparkan

bola perunggu itu, kedua2nya juga tak berhasil mengangkat lebih tinggi dari dada mereka. Terdengar lagi

panggilan nyaring, dan Kobar kini tampil keclepan sambil bersenyum simpul. Tangannya dilambai

lambaikan kearah kawan2nya yang menonton, dan sorak sorai gemuruh menyambut lambaian

tangannya. Seakan akan tanpa bersemadhi terlebih dahulu sebagaimana lain peserta, ia telah bergerak

dengan tangkasnya mengangkat bola perunggu itu dengan kedua belah tangannya tinggi2 diatas kepala

sambil masih bersenyum. Kaki kirinya diangkat sedikit dan diatas kaki kanan itu ia berdiri sambil

memutar tubuhnya untuk kemudian melemparkan bola perunggu yang berada diatas kepalanya jauh2

kedepan sambil melangkahkan kembali kakinya yang kiri yang tadi terangkat.

Bersama dengan jatuhnya bola perunggu yang sebesar dua kepala kerbau itu, tepuk tangan dan

sorak sorai terdengar gemuruh menggelegar kembali.

Semua kagum demi melihat kesaktian Kobar yang luar biasa itu.

Ternyata bola perunggu yang beratnya lebih dari 200 kati dapat terlempar jauh sejauh tujuhbelas langkah dengan disertai gaya yang indah pula. Para Senapati dan segenap priyagung yang

menyaksikan turut serta menggelengkan kepalanya, suatu tanda bahwa merekapun kagum akan

kesaktian Kobar.

Sambil tersenyum -senyum lebar dan membusungkan dadanya Kobar kembali ketempatnya

semula, dengan masih diiringi oleh suara tepuk tangan dari kawan2nya yang tak putus2.

Tibalah kini pada giliran Yoga Kumala. Lengan muka tertunduk ia melangkah tampil kedepan. Ia

berdiri lemah tanpa gaya sedikitpun. Mukanya masih juga tertunduk seakan akan mengamat-amati

benda bola perunggu yang kini berada dihadapannya. Semua orang menahan nafas dengan penuh rasa

sangsi . akan tetapi . tiba2 .. tanpa diketahui cara pengerahan tenaga dalamnya, bola perunggu yang

amat berat itu kini telah terangkat tinggi diatas kepala Yoga Kumala. Tangan kirinya dilepaskan dan

terpentang sejajar pundak, sedangkan bola perunggu yang sebesar kepala kerbau itu hanya tersanggah

pada telapak kanannya saja. Kemudian . dengan tangan kanan itu ia melemparkan bola perunggu yang

amat berat jauh2 kedepan, dan jatuh tepat diatas tanda hasil lemparan Kobar.

Sorak sorai kembali gemuruh mengumandang dan memekakkan telinga.

Tak terduga sama sekali, bahwa Yoga Kumala dengan gerakannya yang amat lemah itu, ternyata

dapat menyamai hasil lemparan Kobar.

Para Senapati yang telah tinggi ilmunya segera dapat mengetahui bahwa sesungguhnya

kesaktian Yoga Kumala berada setingkat diatas kesaktian Kobar. Namun bagi mereka yang hanya

menyaksikan dengan kewajaran, menganggap bahwa kesaktian kedua peserta itu seimbang.

Yang mendapat giliran selanjutnya ialah, Jala Mantra, akan tetapi iapun gagal swperti halnya

dengan Jaka Gumarang dan dua orang peserta lainnya. Kini giliran terakhir ataupun kunci acara lomba

kanuragan kesaktian jatuh pada Sontani.

Tanpa menghiraukan sekitarnya ia langsung tampil kedepan duduk bersila menghadapi bola

perunggu yang besar dan berat itu.

Kedua belah tangannya diletakkan diatas kepalanya, sedangkan matanya dipejamkan. Sesaat

kemudian ia bangkit dan berdiri tegak dengan pandangan mata lurus kedepan. Kini badannya

membungkuk dan dengan kedua tangannya ia mengangkat bola perunggu itu tinggi2 diatas kepalanya

sambil diiringi dengan suara bentakan ? haaiiitt! ? Bola perunggu dilemparkan dengan kedua

tangannya dan . . . blug

Ternyata bola perunggu yang amat berat itu terlempar kedepan sejauh enam belas langkah

lebih .. dan hampir segaris dengan lemparan Yoga Kumala dan Kobar.

Sorak sorai gemuruh mengumandang diangkasa dan disusul kemudian dengan mengaungnya

bunyi gong dipukul tiga kali Suatu tanda bahwa lomba kanuragan tamtama untuk hari ini ditutup.

Seruling dan genderang berbunyi bertalu-talu. Para Senapati dan segenap priyagung Kerajaan

turun mimbar, menuju ke Istana Senapaten Alap2 ing Ayudha. Delapan peserta berbaris dibelakangnya

dan menyuul kemudian para peserta yang gagal. Iring2an itu ditutup dengan barisan tamtama pengawal

kehormatan yang berpakaian seragam kebesaran, sedangkan para tamtarna lainnya bubar menuju

keasrama masing2.

Waktu itu sang surya telah berada diketinggian condong kesebel barat. Dan waktu telah lewat

siang tengah hari.

Atas keputusan Sang Senapati Manggala Yudha Gusti Adityawardhana acara terakhir babak

penyisihan merebutkan pangkat perwira tamtama pertama yang akan dilangsungkan pada esok harinya.

Dengan demikian, maka acara lomba pertandingan tata kelahi bertangan kosong yang akan

diselenggarakan pada esok harinya hanya tinggal sebuah pertandingan saja, ialah Yoga Kumala melawanKobar. Dan apabila nanti dalam pertandingan itu dinyatakan tetap seimbang, maka pertandingan akan

dilanjutkan dengan pameran ketangkasan bersenjatakan pedang.

Pemenang dalam pertandingan ini akan diangkat sebagai Bupati tamtama dengan sebutan

Tumenggung, sedangkan yang kalah diangkat sebagai Adipati Anom tamtama dengan sebutan

Tumenggung pula.

Braja Semandang dan Sontani telah dapat ditentukan untuk diangkat sebagai Panewu tamtama,

sedangkan empat orang lainnya berhak pula mendapat pangkat Lurah penatus tamtama.

Kini mereka diberikan waktu untuk istirahat beracara bebas. Akan tetapi dengan ketentuan

sebelum tengah halam mereka diharuskan sudah kembali ke Ksatryan di Istana Senapaten, dimana

mereka disediakan tempat untuk mengaso sampai selesai pelantikan.

? Yoga!! ? Kobar berseru memanggil Yoga Kumala sambil mengenakan pakaian gantinya.

? Apa kehendakinu, kang Kobar!! ? Jawab Yoga Kumala sambil melangkah mendekatinya.

? Jangan kau besar kepala dan merasa dapat mengimbangi kesaktianku! Jika tadi aku

kehendaki lemparanku tentu dapat dua kali lebih jauh! ? Seru Kobar sambil memalingkan kepala kearah

Yoga Kumala dengan pandangan bermusuhan.

? Tetapi mengapa tadi kau tak berbuat demikian? ? sahut Yoga Kumala dengan tenang sambil

bersenyum.

? Aku sengaja, biar besok aku dapat bertanding dengan kamu. Tahu! Atau .. kau

menghendaki pertandingan kita langsungkan sekarang saja???

? Apa maksudmu? ? Yoga bertanya dengan tenang, akan tetapi nampak jelas mukanya kian

menjadi merah.

Tolol!! Akan kuhajar hingga kau merengek-rengek dan berlutut dihadapanku sekarang! Nah,

bukalah mulutmu sekali lagi jika kau ingin merasakan tinjuku!!?

Berkata demiklan ia telah selesai mengenakan pakaiannya, sambil membalikkan badannya

menghadapi Yoga Kumala dengan tatapan pandang yang liar dan menyala.

Mendapat tantangan yang tajam dari Kobar itu, kiranya Yoga Kumala yang masih berdarah

muda, habis batas kesabarannya. Ia mundur selangkah dan ketawa terkekeh-kekeh menyeramkan

sambil berkata.

? Heehheeehhhh .. heeehhhh! Kobar!! Jangan berlagak menang sendiri ..hehhh .

Heeehhh . Heeh .... Aku bukan benda mati!!!?

Mendengar suara tawanya yang menyeramkan dan seruannya yang lantang itu, semua

teman2nya para peserta calon perwira yang berada dalam satu ruangan menjadi terkesiap. Belum

pernah mereka menyaksikan Yoga Kumala bertingkah laku demikian. Sesaat mereka semua terdiam

karena terkena perbawa suara tawanya ..

Akan tetapi karena kemarahan Kobarpun telah sampai pada puncaknya, maka tanpa menjawab

seruan Yoga Kumala, ia tiba2 menyerang langsung dengan tinjunya kearah pelipis kiri Yoga Kumala.

Namun Yoga Kumalapun kiranya telah menduga akan datangnya serangan yang tiba2 itu. Dengan hanya


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


merendahkan badannya dan rnenundukkan kepalanya, ia telah bebas dari serangan tinju Kobar yang

dahsyat itu. Akan tetapi serangan bukaan dari Kobar tidak hanya berhenti sekian saja. Tinjunya yang

jatuh ketempat kosong itu cepat dirangkaikan dengan susulan tendangan kaki kanan, hingga Yoga

Kumala sesaat menjadi sibuk karenanya. Kiranya ilmu Wuru Shakti dan ilmu Cahaya Tangkubanperahu

telah menjadi satu dengan jiwa Yoga Kumala. Serangan tendangan yang dahsyat bagaikan geledek

kearah lambungnya, bukan dielakkan secara surut kebelakang, akan tetapi malah langsung dipapakinya

dengan telapak tangan kanannya dengan badan yang membungkuk rendah. sedangkan tangan kirinyadengan jari2nya yang mengembang tegang menjangkau kearah punggung lawan. Benturan tendangan

kaki dengan tebakan telapak tangan tak dapat dihindarkan, dan . plak .

Cepat Kobar menjatuhkan diri kesamping kiri sambil berjumpalitan menghindari serangan

totokan jari2 tangan kiri Yoga Kumala. Sementara Yoga ter-huyung2 kedepan satu langkah sambil

mengeluarkan suara tawanya yang terkekeh-ke-keh menyeramkan. Ternyata keduanya memiliki ilmu

kanuragan yang amat tangguh sehingga sukar diduga siapa yang akan lebih unggul. Sesaat Kobar

terperanjat penuh keheran. Ia tidak menduga, bahwa serangan tendangannya dapat digagalkan secara

yang demikian mentakjubkan.

Sebelum mereka siaga untuk saling menyerang kembali, tiba2 Jala Mantra melompat dan berdiri

tegak di-tengah2 antara Kobar dan Yoga Kumala, sambil berseru memisah : ? Jangan kalian berkelahi

sekarang disini!! Bersabarlah sampai besok pagi !!!

Akan tetapi, baru saja ia habis mengucapkan perkataannya yang terakhir, tiba2 . tinju Kobar

telah tepat bersarang dipelipisnya.

Jala mantra terpental dan jatuh terlentang, tak sadarkan diri. Sontani, Braja Semandang,

Nyoman Ragil dan Jaka Gumarang merangsang maju, menghadang Kobar yang sedang kalap dengan

maksud menyapih, sementara Berhala dan Yoga Kumala menolong Jala Mantra yang jatuh terkapar

ditarah pingsan.

Suasana dalam ruangan itu kini menjadi gaduh.

Siapa bikin ribut2? ? suara bentakan yang berwibawa tiba2 menggema dalam ruangan itu. Dan

mereka semua berpaling kearah pintu, dimana Tumenggung Cakrawirya telah berdiri dengan menyapu

pandang kearah mereka semua. Hening seketika Semua diam tertunduk, tak berani berkutik. Mereka

tahu, bahwa Tumengeung Cakrawirya adalah wakil Manggala Tamtama Pengawal Raja dan kali ini

merangkap jabatan sebagai pembantu penyelenggara lomba kanuragan.

? Braja Semandang! Ada apa ribut2? ? Tanya beliau pada Braja Semandang yang kebetulan

berdiri paling dekat.

Sambil menyembah, Braja Semandang mejawab cepat ? Ma,fkan Gusti, kami sedang berlatih!

?

Ia sengaja sedikit membohong, agar tidak menjadi panjang urusannya, dan kiranya Tumenggung

Cakrawiryapun menjadi puas dengan jawaban itu.

? Yoga Komala! Adikmu Indah Kumala Wardhani ingin bertemu! Kini menunggu disrambi

belakang Senapaten.

? Baik Gu,ti! Hamba akan segera menmui! ? Jawab Yoga Kumala singkat sambil menyembah

dan mengikuti berjalan dibelakang Tumenggung Cakrawirya. Jala Mantra krni telah sadar kembali dan

semuanya menjadi terdiam, takut untuk membikin ribut kembali. Mereka kini hanya saling berbisik

mempercakapkan dipanggilnya Yoga Kumala.

? Akang Yoga! ? Seru adiknya Indah Kumala Wardhani sambil berlari lari kecil menyambut

datangnya kakaknya, sementara Tumenggung Cakrawirya menghilang dibalik pintu ruang dalam Istana

Senapaten.

? Indah, adikku manis! Ada keperluan apa kau memanggilku? ? Tanya Yoga Kumala sambil

membimbing adiknya.

? Pesan kangmas Indra Sambada, akang Yoga nanti malam supaya pergi ke Istananya di Kota

Raja bersama2 aku dan tiga temanku lainnya! ?

? Haa?. Dengan temanmu? Siapa yang kau maksudkan?

? Sudahlah! Akang Yoga tentu akan senang sekali pergi bersama sama dengan teman2ku.Marilah aku kenalkan akang lebih dahuiu dengan mereka! ? Indah Kumala Wardhani tersenyum

menggoda sambil meraih tangannya.

Menghadapi kenakalan adiknya, Yoga Kumala tak dapat berkutik lagi, Ia hanya menurut saja dan

rnengikuti langkah adiknya menuju ke ruang tamu serambi belakang Istana Senapaten.

Betapa terperanjatnya, setelah Yoga Kumata melihat tiga dara yang sedang duduk tertunduk

diruang tamu serambi belakang itu. Darahnya tersirap hingga mukanya menjadi merah dadu. Ia malu

tersipu sipu, sambil berusaha melepaskan dari genggaman tangan adiknya, akan tetapi Indah Kumala

Wardhani malahan kuat2 menariknya masuk keruang tamu tadi, sambil berseru pada salah seorang dara

remaja yang sedang duduk itu.

? Yayuk Ratnasari! Ini abangku Yoga Kumala! Tampan bukan? ? .. ? Akang Yoga, silahkan

berkenalan dulu! ?

Ternyata kenakalan adiknya malah menjadi jadi, akhirnya iapun tidak berdaya sama sekali

menghadapi adiknya.

Sambil tersenyum malu, Yoga Kumala membungkukkan badannya kearah tiga dara remaja yang

menyambutnya dengan bangkit berdiri sejenak sambitl membalas bersenyum.

Mereka berlima kini duduk diruang tamu itu sambil ber-cakap2 kaku. Se akan2 Yoga Kumala

selatu merasa kehabisan ucapan kata2nya. Dan percakapanpun menjadi tidak lancar. Satu sama lain

saling menunggu sambil tertunduk. Hanya Indah Kumala Wardhanilah yang dapat bebas berbicara. Ia

selalu dapat mengisi percakapan2 yang terputus dengan kelucuannya. Akan tetapi tak lepas pula dengan

kenakalannya yang selalu senang menggoda orang lain, terutama kakaknya sendiri.

Dara yang dipanggil dengan narna Retnasari adalah dara remaja yang usianya sepantaran

dengan Indah Kumala Wardhani kira2 17 tahunan. Kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnya langsing,

padat berisi, dengan pinggangnya yang kecil ramping. Tangannya bagaikan busur dipentang dengan jari2

nya yang kecil halus meruncing. Rambutnya hitam pekat dan tebaI, digelung dengan sebuah tusuk konde

yang bertatahkan berlian. Sepasang alisnya tipis melengkung bagaikan bulan sabit, sedangkan biji

matanya nampak redup dengan sinar pan-dangnya yang bening. Tutur bahasanya sangat halus serta

ucapannya selalu diiringi dengan senyuman lirih. Ia adalah adik kandung dari Sontani dan tergolong

keluarga Gusti Senapati Adityawardhana Manggala Yudha Kerajaan Agung Majapahit.

Dara yang duduk disebelah Ratnasari bernama Ktut Chandra, berasal dari Pulau Dewata (Bali). Ia

adalah cucu putri dari gurunya Senapati Muda Manggala Tamtama Indra Sambada yang bersemayam di

Kota Raja Badung. Usianya kira2 sepantaran dengan Indah Kumala Wardhani lebih muda sedikit.

Rambutnya yang hitam pekat ditekuk bagaikan gelung yang terurai lepas. Warna kulitnya kuning agak

kemerah merahan. Alisnya yang hitam tipis dengan sepasang matanya yang lebar dan bening. Kerlingan

matanya tajam, dan menggairahkan. Senyum dan tawanya selalu menghias bibirnya yang tipis mungil.

Sebuah tai lalat sebesar kedelai yang nampak diatas bibirnya sebelah kiri menambah manis dan

pantasnya. Dari tingkah lakunya nampak jelas, bahwa ia adalah seorang dara remaja yang memiliki sifat2

periang.

Ia mengenakan pakaian kain panjang warna biru dengan sulaman benang emas berlukiskan

kembang2 mawar. Dadanya yang padat tertutup oleh sehelai kain biru pula dengan sulaman benang

emas serba merah, sedangkan lengannya dibiarkan telanjang tidak berbaju. Disamping memakai subang

bermata berlian disepasang daun telinganya, masih juga ia mengenakan sekuntum bunga kenanga yang

diselipkan diatas telinga sebelah kanan, menambah resapnya pandangan yang melihatnya.

Sesaat Yoga Kumala berdebar jantungnya, sewaktu ia bertemu pandang dengan Ktut Chandra.

Mulutnya serasa terkunci. Tidak tahu ia harus berbuat bagaimana. Dalam hati ia sangat mengagurniakan kecantikan gadis Bali itu. Dan bukan itu saya. Kini hatinya serasa terpikat oleh sikap Ktut Chandra

yang se!alu bersenyum itu. Kiranya demikian pula dengan perasaan Ktut Chandra.

Tanpa disadari, denyut jantungnya menjadi makin bertambah keras. Walaupun tak sepatah

katapun yang da-

Sesaat Yoga Kurnala berdebar jantungnya, sewaktu bertemu Pandang dengan

Ktut Chandra.

pat keluar dari mulut mereka berdua, namun sinar pandangan matanya seakan-akan telah membuka isi

hati mereka masing2 yang menuju kesatu titik pengertian.

Seorang dara lainnya lagi yang duduk disebelah Indah Kumala Wardhani, kiranya adalah

pendiam dan pemalu. a berusia kurang lebih 20 tahunan dan sewaktu berkenalan dengan Yoga Kumala,ia mengaku bernama Sampur Sekar. Ia hanya tertunduk selalu, dan hanya mengucapkan kala bicaranya

apabila terpaksa menanggapi pertanyaan2 teman2nya. Wajahnya ayu, dengan sinar pandangnya yang

tenang bersih. Warna kulitnyapun kuning langsat pula.

Ia mengenakan perhiasan serba indah dan amat mewah. Tutur bahasanyapun sangat

halus, dengan senyuman yang sangat lirih.

Namun pancaran wajahnya nampak jelas, bahwa ia adalah gadis remaja keturunan bangsawan

asli. Dan memang demikian. Ia adalah putra putri dari Pangeran Pekik Manggala Narapraja.

Pada sore harinya mereka berlima dengan Kereta kebesaran Senapati Muda indra Sambada,

pergi menuju ke Kota Raja, memenuhi panggilan kakak angkat Yoga Kumala. Tak henti2nya Indah Kumala

Wardhani didalam perjalanan selalu menggoda kakaknya Yoga Kumala dan Ratnasari, hingga kerapkali

Ratnasari tersipu sipu malu sambil mencubit paha Indah Kumala Wardhani yang ceriwis itu.

*

* *

B A G I A N IV.

Walaupun percakapan antara Yoga Kumala dengan Ratnasari dan Indah Kumala Wardhani

nampak agak lancar dibanding dengan lainnya, akan tetapi setiap waktu Yoga Kumala bertemu pandang

dengan Ktut Chandra jantungnya selalu masih saja dirasakan berdetak keras, dan kedua2nya segera

saling menunduk dengan wajah yang makin memerah. Ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya.

Ingin Yoga Kumala berkata banyak pada dara Pulau Dewata ini, namun selalu terhalang oleh

perasaan yang aneh, hingga mulutnya seakan akan terkunci rapat apabila mulai menatap pandangnya.

Kiranya demikian pula perasaan Ktut Chandra terhadapnya. Suatu kebetulan pula duduk mereka dalam

kereta itu ber-hadap2an.

Perjalanan ke Kota Raja, dirasakan oleh Yoga Kumala amat singkat sekali. Seakan akan ia ingin

sepanjang waktu untuk duduk terus dalam kereta dengannya. Namun hal itu tentunya tidak akan

mungkin. Tidak terasa, kini ternyata kereta telah memasuki halaman Senapaten kediaman Manggala

Muda tamtama Pengawal Raja Indra Sambada, kakak angkatnya.

Kiranya Indra Sambadapun telah menunggu2 kedatangan mereka berlima diruang tamu dalam

Istananya.

? Yoga Kumala !!. ? Kata Indra Sambada, setelah mereka berlima duduk menghadapnya ? Aku

memanggilmu kemari, memang ada sesuatu yang akan aku bicarakan padamu dan pada kalian semua.

Tentunya kalian berlima telah saling mengenal bukan? Indra Samhada berhenti bicara sejenak, seakan

akan menunggu jawaban dari salah seorang diantara mereka, akan tetapi ternyata semuanya hanya

menundukkan kepalanya dengan masing2 bersenyum malu. Hanya Indah Kumala Wardhanilah yang

berani menyahut pertanyaan Indra Sambada dengan kenakalannya yang tidak terduga duga ? Kangmas

Indra! ! Akang Yoga hanya mau kenal dengan Yayuk Ratnasari saja, sedangkan lain2nya didiamkan, tidak

diajak bicara !!. ?

Menanggapi kenakalan Indah Kumala Wardhani itu, Indra Sambada hanya tersenyum sambil

mengangguk2kan kepalanya. Ia melihat betapa Yoga Kumala dan Ratnasari kini mukanya jadi memerah

dadu, demi mendengar jawaban dari Indah Kumala Wardhani yang senang menggodanya itu!!

? Adikku Indah I! Jangan kau iri melihat kakakmu Yoga kini berlaku demikian. Indra Sambada

menyahut sambil tertawa lebar. Mendapat sambutan dari Indra Sambada yang demikian itu, sifat

kenakalannya Indah Kumala Wardhani bertambah melonjak. Ia turut serta ketawa riang sambil bicara

dengan mencebirkan bibirnya ? Saya sama sekali tidak mengiri, Kangmas !!? Bahkan nanti agar AkangYoga Kumala dan Yayuk Ratnasati diperkenankan pulang ke Maja Agung berduaan saja. Biarlah kami

bertiga tinggal di Senapaten Kota Raja sini !!

Yoga Kumala dan Ratnasari menjadi semakin malu tersipu-sipu.

Mereka dalam menanggapi adiknya tak dapat berkutik. Ktut Chandra pun turut bersenyum Iirih

sambil tertunduk, Akan tetapi tiba2 perasaan iri dan cemburunya cepat menguasai dirinya. Entah karena

apa! Tanpa terasa kini ia menjadi tertunduk diam menahan rasa mendongkol hatinya. Sedang Sampur

Sekar hanya tersenyum simpul sambil mengawasi wajah kedua remaja yang sedang menjadi buah

permainan.


Pendekar Darah Pajajaran Karya Kusdio Kartodiwirjo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Walaupun Indra Sambada telah mengenal lama akan sifat2 kenakalan Indah Kumala Wardhani,

akan tetapi kali ini ia sendiri agak terpengaruh pula akan kata2nya.

Ia mengira bahwa Yoga Kumala kini memang agak jatuh cinta (hati) kepada Ratnasari. Apabila benar

demikian halnya, maka iapun akan turut bergembira. Bukankah hubungan dengan Senapati Manggala

Yudha Gusti Aditya. wardhana akan lebih erat terjalin, jika kelak adik angkatnya Yoga Kumala dan

Ratnasari menjadi sepasang suami istri?

? Sudahlah! Dan kini kalian semua hendaknya mendengarkan pesanku baik2! ? Tiba2 Indra

Sambada beralih bicara pada pangkal kepentingannya. ? Menurut saran dari Gustimu Tumenggung

Cakrawirya, mulai hari ini Yoga Kumala telah diangkat sebagai pelindung daripada kalian berempat.

Maka hubungan sehari2nya hendaknya Iebih di pererat, agar kelak dalam menunaikan tugas masing2

jangan simpang siur. Tentu saja tugas ini bagimu merupakan sampiran dalam jabatanmu sendiri, yang

esok setelah selesai pertandingan akan ditentukan lebih lanjut, ? Ia berhenti bicara sesaat sambil

menatap pandang Pada Yoga Kumala. Kemudian melanjutkan bicaranya tertuju pada Yoga Kumala adik

angkatnya: ? Yoga Kumala!.

Hanya kau sendiri yang tahu bahwa keempat dara termasuk adikmu kandung sendiri itu, kini telah

diangkat sebagai anggauta Narasandi di Kerajaan oleh Gustimu Tumenggung Cakrawirya.

Sedangkan keamanan dan keselamatannya dalam mengemban tugas kelak berada ditanganmu,

disamping beban tugasmu sendiri! ?

Suasana kini menjadi hening, Masing2 saling pandang dan kembali tertunduk diam. Dalam hati,

Yoga Kumala tak mengira sama sekali, bahwa dipercaya mendapat tugas yang mulia itu walaupun

baginya merupakan tambahan beban yang tak dapat dikatakan ringan.

Memang ia telah mengetahui pula, bahwa adik kandungnya dan dara2 temannya telah tiga bulan

lamanya mendapat latihan khusus dari Tumenggung Cakrawirya yang merangkap jabatan sebagai

Manggala Tamtama Narsandi. Akan tetapi tidak menduga, bahwa ia sendiri kini telah dimasukkan dalam

angkatan yang maha penting itu. Kiranya Tumenggung Cakrawirya sangat memperhatikan akan

kelakuannya sehari2, hingga ia berkenan menaruh kepercayaan pada dirinya.

Dengan panjang lebar dijelaskan oleh Senapati Indra Sambada, bahwa kelak pada saatnya,

keempat dara remaja itupun akan dikirim pula ke Negeri Kerajaan Agung Tanah Malayu dengan tugas2

tertentu, yang amat erat hubungannya dengan tugas yang akan dibebankan pada Yoga Kumala.?


Wiro Sableng 105 Hantu Jatilandak Dewa Arak 19 Perjalanan Menantang Maut Geger Dunia Persilatan Badai Guntur

Cari Blog Ini