Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng Bagian 1
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINKolektor E-Book
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY
oleh : CHENG CHENG YIN
Diceritakan oleh : 0. K. T.
************
Digitalisasi : KOLEKTOR E-BOOK
Format : Pdf
Pustaka : Aditya Indra Jaya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINPdf : Oz
Terima kasih untuk Cak Ipul yg telah membagi
ilmunya pada saya dalam pembuatan e-book ini.
************
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba
bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi,
berbagi pengetahuan dan pengalaman. Ebook ini
dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan
buku-buku yang sudah sulit didapatkan di pasaran
dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital. Proses pemilihan buku yang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINdijadikan objek alih media diklasifikasikan
berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun
kondisi fisik. Sumber pustaka dan ketersediaan buku
diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk
image/citra objek buku yang bersangkutan, yang
selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan
dikompilasi dalam format digital sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial
dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk
digital ini.
Salam Pustaka!
Team Kolektor E-Book
**************
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINHIAT CIAN KEE JIAUW GAY
KETIKA itu di kaki Hek Houw Nia, Bukit Harimau
Hitam, berjalan seorang thabib pengembara,
tangannya menuntun seekor onta. Di punggung
binatang ini tergamblok buntalan serta keranjang
terisi obat-obatan. Di lehernya binatang itu
tergantung sebuah kelenengan besi yang besar,
yang berbunyi saja selama empat kakinya
bertindak.
Thabib itu memakai thungsha, ialah baju
panjang, yang berwarna biru, tetapi meskipun
namanya baju panjang, toh panjangnya cuma
sampai di lutut. Dari betis sampai di kaki, kaos kaki
putih membungkus rapat, dan kedua kakinya
tertutup sepasang sepatu yang rupanya telah
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINdipakai selama banyak hari dan tahun.
Thahib ini punya roman yang rada luar biasa. Ia
bertubuh tak ada lima kaki tingginya, kulit mukanya
kuning dan kering, jikalau tulang matanya tinggi,
adalah kedua matanya dalam, celong. Alisnya
gundul. Di atas bibirnya, la punya kumis kuning dan
kering juga. Oleh karena kepalanya botak, maka di
belakang kepalanya ketinggalan sepotong kuncir
saja yang kecil sekali, yang kelihatannya seperti
rumput kering.
Tangan kiri thabib ini memegang sebuah
houw-ciang atau gelang kerincingan, yang memang
biasa dibawa oleh thahib pengembara, gelang mana
saban-saban digoyang berulang-ulang hingga
terdengarlah suara nyaring dan tedas, hingga suara
kerincingan itu saling sahut dengan suara
kelenengan sang onta.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINBinatang itu bertindak dengan perlahan sekali
sebagaimana si thabib pun berjalan dengan
tindakan elo.
Manusia dan binatang itu berjalan di jalanan
rata di kaki bukit, dari arah selatan ke arah utara,
terus sampai di jalanan yang melintangi mulut bukit
itu.
Bukit Hek Houw Nia masuk dalam lingkungan
pegunungan Kie To San, adanya di dalam daerah
tambang atau parit, dan di dekat situ ada sebuah
kampung atau dusun yang ramai, di mana orang
bisa dapat barang makanan dan minuman, karena
di situ kecuali ada pedagang rupa? juga ada warung
nasi dan thee (teh).
Di waktu lohor, di situ biasa berkumpul kuli?
serta pegawai? parit untuk beristirahat sambil
dahar atau minum. Maka tidaklah heran kalau satu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINwaktu keadaan jadi kacau, sebab ada kuli atau
pegawai parit yang mabuk arak, bertingkah tak
keruan atau berkelahi, merusak gubuk dan lainnya.
Hanya di antara mereka itu tidak ada yang
dipanggil "kuli melarat", ialah kuli paksaan sebagai
budak saja. Karena mereka ini tidak merdeka dan
tidak boleh sembarangan kelayapan, sedang uang
untuk pelesiran juga mereka tidak punya. Mereka
dijaga keras dalam satu tahun melainkan tiga kali
mereka boleh keluar dari daerah parit. Tidak ada
ketika untuk mereka buron, atau pasti mereka akan
tersiksa hebat!
Dan si thabib pengembara itu tuntun ontanya ke
dusun ini. Ia merasa berdahaga, ia ingin mimun
arak, dari itu ia tambat ontanya pada sebuah pohon
yang rindang, hingga binatang itu bisa beristirahat
di bawah pohon untuk melenyapkan letih. Ia sendiri
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsegera bertindak ke sebuah gubuk yang rada sepi,
di mana cuma ada tiga orang yang menghadapi
cawan arak, sambil mereka pasang omong dengan
asik.
"Sinshe, mari duduk di sini!" segera si pelayan
warung sambut thabib itu. "Arak kholiang kami
yang hangat jempol sekail! Sinshe ingin berapa
kati?"
"Kasilah setengah kati," sahut si thabib sambil
manggut?. "Aku ingin coba lebih dulu. Memang
biasa tukang semangka bilang semangkanya manis
dan tukang arak tak akan cela araknya sendiri.
Pembilangan kau sendiri tidak cukup, aku mesti
coba dulu, kemudian barulah aku tambah lagi.
Akupun hendak bekal untuk dibawa pulang. Kalau
arakmu tidak enak, aku tidak mau bayar......"
Pelayan itu tertawa.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Silahkan duduk saja, sinshe!" kata ia. "Kau
orang dari tempat lain, tidak sering kau datang
kemari, tidak heran kalau kau tidak percaya aku.
Tidak berani aku dustakan langganan, kalau arakku
jelek, gubukku tentu sudah dirombak siang?."
Thabib itu lantas saja duduk.
"Aku tahu kau dagang, tidak usah kau omong
banyak?," ia berkata.
Mendengar demikian, pelayan itu tidak berani
banyak omong lagi. lekas? ia sediakan setengah
kati arak yang diminta serta empat rupa sayuran
untuk teman arak itu. Maka sesaat kemudian,
thabib itu sudah mulai minum araknya dengan
pelahan.
Thabib ini duduk sendirian di sebuah bangku
panjang, di depannya, atas sebuah bangku lain, ada
itu tiga orang kuli parit. Agaknya mereka itu sudah
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINminum banyak, suara mereka riuh sekali.
Satu kali baru saja si thabib isikan cawannya,
atau seorang kuli keprak meja dengan keras _dia
sedang bersenda-gurau dengan kawannya -maka
cangkir jadi bergerak, isinya tumpah.
Melihat kelakuan orang itu, si thabib pun
mendadak keprak meja, yang papannya tebal dua
dim dan buatannya kekar, tetapi meski demikian,
karena keprakan itu, cangkir arak dan piring pada
berlompat, di antara suara nyaring dua cawan penuh
arak di depannya ketiga kuli jadi terbalik, araknya
tumpah mengalir.
"Celaka!" membentak kuli yang paling muda.
"Apakah kau edan? Di depan siapa kau berani main
gila? Kau pentanglah matamu, kau mesti mengerti,
di Hek Houw Kong ini thabib hutan sebagai kau tak
diijinkan banyak lagak!"
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINHek Houw Kong adalah namanya pertambangan,
artinya Tambang Harimau Hitam, mengambil nama
bukit Hek Houw Nia.
Menampak demikian, si thabib angkat mukanya,
mengawasi ketiga kuli itu.
"Sahabat, kau tidak kenal aturan!" ia menegor,
tetapi sambil tertawa. "Hek Houw Nia hanya nama
satu bukit atau tempat, adakah ini mulut harimau?
Dengan tak ada sebab, kau bikin tumpah arakku,
maka setelah kau bungkam, apakah kau hendak
larang akupun bawa adatku?"
Kuli itu benar? tidak tahu aturan, atau lebih
benar, mereka tidak paham aturan. Rupanya
memang sudah terlalu biasa mereka bawa cara
sendiri yang kasar. Mereka jadi gusar karena
teguran itu.
Si kuli muda segera berbangkit, matanya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmelotot.
"Kau datang dari mana? Bagaimana kau berani
banyak mulut terhadap jie-ya sekalian?" ia
membentak. Ucapannya ini segera disusul
melayangnya sebelah tangannya, untuk gampar si
thabib pengembara.
Menyusul menyambernya tangan itu, kuli ini
menjerit seorang diri dan tubuhnya mundur
sendirinya. Jeritannya adalah "Aduh!" yang keras
sekali!
Lebih dulu daripada itu, sebelah tangannya si
thablb telah diangkat dan dari mulutnya terdengar
perintah yang keren: "Kau duduklah!"
Benar? kuli itu jatuh terduduk seraya dari
mulutnya terus terdengar ulangan jeritannya. "Aduh!
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aduh !.... " sedang tangannya yang kiri memegangi
tangannya yang kanan, tangan mana telah teklok,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINterlepas sambungan tulangnya pada pundak....
Kawan yang satunya, yang menjadi kepala kuli,
segera lompat bangun.
"Thabib hutan, kau berani main gila di depan
kita?" ia meneger dengan gusar. Ia tidak takut,
sekalipun ia segera insaf orang itu lihay. "Kau
berani turunkan tangan jahat, jangan kau
menyesal!"
Ia jalan memutar, akan hampirkan bangkunya si
thabib.
"Turunlah!" ia membentak seraya ia samber
bangku orang, untuk diangkat dengan tiba? dan
keras.
Kuli kepala ini benar? bertenaga besar, ia
sanggup angkat bangku itu bersama tubuhnya si
thabib, akan tetapi thabib ini tidak dengar kata,
dia tidak jatuh terguling, hanya tubuhnya mencelat
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINjauhnya empat atau Iima tindak dan turun di tanah
sambil berdiri tegak, di sebelah selatan meja.
Melihat demikian, kuli kepala itu menjadi
penasaran, maka sekalian angkat bangku itu, ia
maju seraya menyerang dengan hebat, mengarah
tubuh orang.
Si thabib tidak berkelit, ia justeru sambut
bangku itu, yang ia terus gentak hingga terlepas
dari tangan musuh, ia terus lemparkan ke samping,
hingga bangku itu rubuh patah menjadi beberapa
potong.
"Saudara?, marilah!" Si kepala kuli segera
berteriak. Ia teriaki kuli? lainnya, yang pada duduk
minum di gubuk? lain.
Sebentar saja, puluhan kuli telah datang
berkerumun.
"Hajar thabib hutan ini!" berseru si kepala kuli.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINThabib itu lompat mencelat, akan tidak kasi
dirinya dikurung.
"Begini saja kepandaian kau orang?" katanya
sambil mengejek. "Kau hendak keroyok aku? Hm!
Aku tidak sempat untuk layanjkau!"
Meski begitu, thabib ini mencelat ke dekat kuli
kepala itu, siapa sudah lantas geraki tangannya,
untuk menyerang, siapa nyana ia telah didahului,
janggutnya telah disamber, sampai ia tidak sempat
keluarkan jeritan, mulutnya lantas menjadi mengok
dan tak dapat dibuka!
Thabib itu lantas tertawa terbahak-bahak.
" Oh, kawanan makhluk jahat!" ia berseru
dengan ejekannya. "Aku tahu kau orang! Kau orang
memang biasa andalkan pengaruhnya kongcu
Kim-gan-tiauw Hauw Gie dan di daerah Hek Houw
Nia ini kau biasa berbuat se-wenang? dan kejam!
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINTapi hari ini, aku sengaja mengasi ajaran sedikit
adat kepada kau orang!" Kemudian ia tuding si
kepala kuli: "Kau, binatang, kau ter-lebih? jahat!
Sekarang pulanglah kau orang dan sampaikan
kepada Hauw Gie, bilang bahwa paritnya sudah
cukup membikin dia tambah gemuk, maka kenapa
dia begitu kemaruk hendak kangkangi parit? lain
lagi dan perlakukan sangat kejam kuli?nya?
Bilanglah bahwa jangan dia kira orang tak berani
berbuat sesuatu apa terhadap dia! Kau peringati dia,
supaya dia kembalikan parit orang, supaya dia terus
angkat kaki dari Hek Houw Nia ini, dengan begitu,
segala urusan menjadi habis, jikalau tidak, pagi atau
malam, aku si tua nanti datang untuk cari
kesialannya!"
Sekarang kuli itu insaf bahwa ia tidak berdaya,
meskipun jumlahnya banyak, karena orang sangat
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINlihay, terpaksa ia mesti menyerah, tetapj ia
penasaran, ia tak jerih, maka ia tertawa menyindir.
"Baik!" kata ia, yang bisa buka mulutnya. "Aku
mengerti, kau tentunya datang untuk sengaja
satrukan kongcu kami! Kau berani congkak di sini,
kau mestinya punya she dan nama, coba kau
beritahukan itu! Kau pun mesti kasi tahu, di mana
kau mondok! Dalam tempo tiga hari, kami pasti
akan cari kamu!"
" Cis, manusia tak tahu malu!" meludah si
thabib. "Karena kau orang adalah manusia? tak
berharga, aku si thabjb pengembara tidak sudi
layani kau orang! Baik kau beritahukan saja kongcu
kau, bahwa Tiat Leng Souw telah datang untuk
ambil pulang Hek Houw Nia ini!"
Setelah berkata begitu, thabib ini gapekan si
pelayan.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Mari!" ia memanggil.
Pelayan itu ketakutan, ia berdiri di samping
meja dengan tubuh gemetaran, ia tidak berani
menghampirkan.
"Oh, orang tak berguna!" kata si thabib sambil
tersenyum tawar. "Kau tidak ada sangkut-pautnya,
buat apa kau jerih? Aku si tua, ke mana saja aku
pergi, belum pernah ganggu orang!" la rogo sakunya
dan keluarkan serenceng uang, yang ia terus lempar
pada si pelayan, seraya berkata pula:
"Aku telah bikin rusak bangku kau dan minum
arakmu, nah, ini uang penggantinya!"
Habis berkata begitu, thabib ini bertindak ke
pohon, untuk hampiri ontanya, ia loloskan tambatan
binatang itu, yang ia tuntun untuk dibawa pergi. Ia
bertindak dengan enteng, kelenengan ontanya
lantas berbunyi tak berhentinya. la menuju ke arah
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINgerombolan pohon liu tidak jauh dari situ.
Semua kuli parit itu mengawasi orang pergi
dengan mata melotot dan muka merah-padam,
akan tetapi tidak ada satu di antaranya yang
berani maju. Si kuli kepala masih pegangi mulutnya
yang masih sakit, dan kawannya, si kuli, masih
merintih seraya pegangi pundaknya. Di dalam
hatinya, kuli kepala itu berkata: "Biar bagaimana,
kau tidak akan lolos dari daerah ini! Kau toh bawa?
onta! Kau lihat, aku nanti kumpulkan kawan?ku..."
Sementara itu, seorang kuli, yang bernama Ciu
Kay Giap, diam? pergi kuntit thabib itu. Ia tidak
berani datang dekat, ia tidak kasi dirinya dapat
dilihat, tetapi diam? ia tiup peluit, untuk mengasi
tanda rahasia pada kawan?nya.
Kebetulan seorang kuli lain dari atas bukit
sedang mencari rombongan ini, maka mendengar
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtanda suitan itu, ia lantas menyahuti, sembari lari
mendatangi, la membunyikan tandanya sendiri
untuk memanggil kawan.
"Kita mendapat kesulitan," berkata Kay Giap
pada kawannya itu. Ia lantas menuturkan kejadian
barusan.
Waktu itu tujuh atau delapan kuli lainnya
kelihatan lari mendatangi.
Menampak gelagat kurang baik, tukang arak dan
pedagang? lainnya lekas? bebenah untuk jauhkan
diri. Sudah biasa mereka menyaksikan kerusuhan
dan saban terjadi kekacauan, tentu mereka
menyingkirkan diri siang?.
Oleh karena suara suitan yang riuh, akhirnya
Kim-gan-tiauw Hauw Gie pun muncul di ruangan
depan dari rumahnya untuk minta keterangan. Maka
tidak lama kemudian ia dapat tahu kejadian di
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINgubuk tukang arak itu. "Terang dia sebenarnya
bukan thabib, dia tentu datang dengan menyamar
untuk ganggu kita," begitu anggapannya sekalian
kuli parit. "Atau jangan? dia itu orang sewaan, ada
majikannya di belakang layar."
Hauw Gie tidak pikir banyak tentang dugaan itu,
ia hanya menjadi tidak senang sekali. Ia bersangsi
untuk kegagahmya si thabib itu, karena ia tahu
kuli?nya biasanya kosen. Maka di dalam hatinya ia
berkata: "Thabib itu mesti dibekuk, dia mesti
dikompes untuk buka rahasia kedatangannya!"
Lantas ia kumpulkan enambelas kuli serta dua
kepalanya.
"Sekarang pergilah kau orang cari dia di seluruh
bukit ini," ia perintahkan. "Dia tuntun? onta, tidak
nanti dia keburu menyingkir jauh. Di sini pun cuma
ada dua jalanan, satu di sepanjang kaki bukit, yang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINlain menyambung sama jalan umum, yang bisa
menembus ke pelabuhan Cui-ma-tauw di
Mosek-mui. Diapun tentu ambil jalan darat. Ketemu
atau tidak, di muka jam lima, kau orang sudah
mesti kembali bersama laporan kau orang!"
Perintah itu diterima baik, delapanbelas kuli itu
segera berangkat dengan pecah diri dalam dua
rombongan. Mereka berangkat dengan bersemangat,
karena mereka percaya si thabib hutan tentu akan
dapat dicari. Mereka bekal golok, tombak dan toya,
juga obor, karena tidak lama kemudian sang malam
akan sudah sampai, hingga cuaca menjadi gelap.
Dua rombongan ini berjalan dengan cepat,
karena tempat itu mereka kenal sangat baik. Di
situ terdapat beberapa rumah penduduk gunung,
tetapi mereka percaya si thabib tentunya tidak
berani sembunyi di rumah orang atau atau gunung
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINitu mestinya dapat melihat thabib itu.
Orang telah melalui tiga atau empat lie, si
thablb tidak dapat diketemukan. Dia tidak sembunyi
di rumah penduduk dan penduduk juga tidak ada
yang lihat dia. Maka itu orang mencari terus.
Segera juga orang telah mencari sampai jauhnya
sepuluh lie lebih, si thahib masih tak dapat dilihat,
hingga enambelas kuli itu serta kepala? mereka
menjadi heran bukan main. Tentu saja mereka lelah
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan penasaran.
"Apakah bisa jadi dia sembunyi di rumah orang?"
akhirnya mereka itu men-duga?.
Mereka lantas balik dengan berpencaran pula.
Mereka telah gunai obor, akan suluh sana dan sini.
Mereka telah memeriksa se. gala tempat yang bisa
dilalui onta.
Selama itu, selama pergi dan balik, mereka
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsudah ambil banyak tempo, lekas sekali sang waktu
telah mengutarakan jam tiga. Lagi satu jam telah
disia-siakan, hingga orang jadi letih bukan main.
Maka akhirnya, mereka ambil putusan untuk pulang
saja, guna menyampaikan laporan mereka.
Mereka telah jalan empat atau lima lie jauhnya.
merekapun coba ambil jalan memotong, supaya
tidak mengitar pula. Mereka juga jalan dengan lebih
pelahan.
Tiba? salah satu kuli berseru: "Saudara?, jangan
berisik! Coba dengar, suara apa itu!"
Memang, tadinya mereka itu berjalan sambil
beromong terus, masing? mengutarakan herannya,
menyatakan lelahnya, tapi seruan kawan ini
membikin mereka sirap dengan tiba?, semua
menahan napas, semuanya lantas pasang kuping.
Segera juga mereka itu dengar suara
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkelenengan, atas mana dengan mendelong mereka
saling mengawasi. Tidak salah lagi, itu adalah suara
kelenengannya onta, tentu ontanya si thabib
pengembara, yang mereka sedang cari.
"Padamkan api!" demikian titahnya satu kepala.
"Lekas berpencar!"
Sekejab saja, semua obor berhenti menyala dan
orang berpencar. Mereka terus pasang kuping, akan
dengari dan cari tahu dari arah mana datangnya
suara itu.
Akan tetapi, hampir berbareng dengan
padamnya api, suara kelenengan pun sirap, tidak
terdengar lagi. Maka itu, tentu saja sukar untuk
kawanan kuli ini mencari si thabib.
"Mari kita kembali!" kata si kepala tadi, sesudah
semua kuli berkumpul pula.
Mereka itu putus asa, mereka sungkan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINbercape-lelah pula dengan mendaki jalanan? yang
sukar dan naik-turun. Akan tetapi baru mereka
melalui sepuluh tombak lagi, tau? kembali mereka
dengar bunyinya kelenengan. Malah sekarang suara
itu tegas sekali. Seperti datang dari arah depan
mereka.
"Aneh!" mereka berseru.
Jalanan itu tidak biasanya mereka lalui, tetapi
selang lima bulan yang lalu, di situ mereka sering
lewat untuk suatu urusan. Itu adalah jalanan yang
sukar, maka adalah aneh yang onta bisa lewat di
situ, sedang sekarang binatang itu seperti bisa
berpindahan dengan sangat cepat!
"Apakah bukannya si thabib mengerti ilmu
siluman?" akhirnya mereka kata satu pada lain.
Mereka pun tahu, thabib itu sudah berusia tinggi
dan ontanya biasa jalan dengan sangat lambat.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINKenapa sejak tadi, selama ber-jam? mereka tak
dapat mencarinya? Kenapa sekarang mereka dapat
dengar kelenengan itu?
Semua kuli berkumpul menjadi satu, tak merasa
lagi mereka jadi jerih sendirinya. Karena ini,
akhirnya lenyap niatan mereka mencari terus,
dengan bersatu hati mereka terus berjalan pulang.
Sukur buat mereka, maka suara kelenengan juga
tidak berbunyi lagi.
Sesampai mereka di Hek Houw Kong, mereka
berikan laporan pada Hauw Gie, mendengar mana
kongcu itu --pemilik tambang emas -- jadi
mendongkol dan gusar.
"Terang dia datang untuk satrukan dan ganggu
aku," pikir dia. "Biar bagaimana, aku mesti ketemui
dia! Tapi, ke mana dia pergi? Di mana dia
bersembunyi? Kenapa dia bisa pergi sana dan sini
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINbegitu cepat?"
Selagi mendongkol, Hauw Gie lantas kumpulkan
semua kulinya, yang ia terus tegor, yang
selanjutnya dilarang terbitkan onar pula, untuk
mencegah datangnys kerewelan yang tidak
dikehendaki. Habis itu, dia pun atur orang?nya,
untuk jaga sesuatu tempat, terutama jalanan?
mana yang hidup, akan periksa sesuatu orang yang
lewat. la pesan, di waktu malam orang luar tak
dibolehkan memasuki daerah pertambangan, sedang
kuli? lainnya -- ialah budak? -- diawasi dengan
sungguh?.
Secara demikian, Hek Houw Kong jadi mirip
dalam keadaan sedang menghadapi musuh.
Malam itu lewat dengan tenang, juga esoknya,
akan tetapi di malam kedua Hauw Gie sendiri
bersama dua saudara angkatnya yang diandalkan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINlantas meronda sendiri.
Dua saudara itu adalah Hoa-too Lauw Beng, si
Golok Berkembang, dan Tiat-tauw Tio Tay Hin, si
Kepala Besi. Biasanya, kewajiban mereka adalah
melindungi tambang Hek Houw Kong.
Bertiga mereka meronda sambil terutama
menilik sesuatu tempat penjagaan orang? mereka,
mereka tidak tampak suatu apa kecuali penjagaan
rapi, maka sekembalinya mereka terus pergi ke
asrama.
Buruk adalah penghidupannya buruh parit dl Hek
Houw Kong. Tempatnya buruk, perawatannya buruk
juga, sedang pekerjaannya berat dan berbahaya.
Perlakuan terhadap mereka sampai tak mirip?nya
dengan perlakuan terhadap keledai dan kuda!
Begitu terang tanah, dengan dikepalai oleh
kepalanya masing?, buruh parit mesti lantas pergi
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINke tambang akan keduk "pasir emas". Cuma
tengah-hari, di waktu bersantap, mereka diijinkan
keluar dari terowongan atau tempat kerja. Ketika
saat bubar bekerja, matahari sudah selam. Sehabis
bersantap malam, mereka lantas digiring pula ke
pondokan. Hingga cara hidup mereka mirip dengan
orang? perantaian yang lagi menjalani kerja paksa!
Letaknya asrama atau pondokan di samping
bukit, yang hanya berhubungan dengan satu selokan
bukit. Tempatnya sangat rendah. Asrama itu terbuat
dari balok dan papan, banyaknya empatpuluh buah
lebih sebarisnya, semuanya dua baris, jumlah
delapan-puluh pintu lebih, terbagi dalam empat
rombongan Thian, Tee, Goan dan Hong. Setiap tujuh
pintu ada seorang kepala atau tauwbak, yang
bersikap bengis, yang keras peniIikannya. Sebuah
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINcambuk besar adalah alat peranti menghukum siapa
yang dianggap bersalah. Begitu masuk dalam
pondokan, orang mesti bungkam, atau segera
terdengar jerltan dari kesakitan. Maka juga kalau di
waktu masuk bekerja orang muda dan sehat, selang
satu tahun atau lebih mereka jadi kurus dan lemah,
mirip dengan hantu hidup.. Siapa tahan hidup tiga
tahun, dia barulah merdeka.
Di sebelah itu, Kim-gan-tiauw Hauw Gie, si
Garuda Mata Emas telah dapat penghasilan baik
dari usaha pertambangannya itu. Untuk buruh paksa
itu, ia pakai beaya kecil, akan tetapi untuk
keperluannya sendiri, buat kuli?nya golongan
pahlawan atau gundal, ia mesti pakai ongkos besar.
Adalah ongkos besar itu yang menyebabkan ia
mesti tambah hasil, hingga ia jadi sekaker dan
selalu hendak luaskan paritnya.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINHauw Gie tinggi enam kaki lebih, tubuhnya besar
dan kekar, mukanya hitam bersemu merah, kedua
matanya bundar dan tajam. Ia berasal pemburon, la
buron ke perbatasan Su-coan di mana ia berhasil
menancap kaki di Ta--cian-louw, daerah
pertambangan. Gunung Kie To San adalah cabang
pegunungan Tay Soat San, dan Hek Houw Nia adalah
salah satu rentetan Kie To San itu. Di sini ia
menduduki daerah pertambangan seratus lie lebih
sekitarnya. Ia mengumpulkan kuli dari sedikit lalu
menjadi berjumlah banyak. Adalah tenaga kuli
paksaan yang ia peras.
Mulanya Hauw Gie dapat suatu daerah lumayan,
karena ia gagah ia lantas menjagoi. la main beli
dengan paksa atau rampas parit tetangganya, asal
ia dapat tahu hasil parit itu bagus. Untuk ini, orang
tidak bisa berbuat suatu apa terhadap dia, ia
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINberlaku kejam kepada siapa yang melawan
kehendaknya. Ia biasa merampas, sampai paling
belakang ia berbentrok dengan Ie Tay Giap.
Terpisah kira? empatpuluh lie dari daerahnya si
Garuda Mata Emas ini ada paritnya si orang she Ie
itu, di kaki bukit Ceng Siong Nia. Sudah sejak
banyak tahun.
le Tay Giap usahakan paritnya itu. Tadinya
tempat itu warisan engkongnya turun sampai
kepada ayahnya. Adalah baru setelah di tangannya
Tay Giap, ketahuan tempat itu mengeluarkan emas,
maka ia ini lantas usahakan. Untuk ini, Tay Giap
kumpuli penduduk di sekitarnya, lebih dari seratus
keluarga. Mereka ini semua miskin, sebagaimana
tadinya Tay Giap pun tidak berharta, tetapi
kemudian ia berhasil mengumpul uang. Iapun mulia
hati, hingga orang suka terima ia sebagai kongcu,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINpemilik parit. Ia tunjang sesuatu kulinya, hingga
mereka hidup cukup. Sesudah hidup berbahagia, Tay
Giap pun lantas jadi terkenal, juga di antara kaum
saudagar dan pelancongan.
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kapan Hauw Gie ketahui hal keadaan parit Ceng
Siong Nia, matanya lantas menjadi merah, segera
timbul niatannya akan punyai juga parit orang itu,
seperti ia sudah rampas kepunyaan beberapa
korbannya, hanya ini kali ia tidak berani bertindak
secara sembarangan dan getas. Yang lebih sulit, Ie
Tay Giap pun larang kuli?nya kelayapan seperti
orang?nya si Garuda Mata Emas, hingga bentrokan
sukar terjadi. Meski demikian, dia tidak kekurangan
akal.
Selang tiga bulan sesudah ia ambil keputusan
akan rampas Ceng Siong Nia, Hauw Gie suka ajak
rombongannya pergi berburu, masuk sampai ke
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINdaerahnya Ie Tay Giap. Dua kali ia sudah melintas,
ia belum peroleh hasil. Perbatasan Ceng Siong Nia
digalang dengan tembok dan barisan pelatok yang
kuat.
Lama? kemudian, datang juga hari yang naas.
Hari itu Hauw Gie pergi berburu dengan ajak
duapuluh lebih kuli paritnya, dia pun bawa sejumlah
anjing dan burung pemburu, sesudah mengatur
orang?nya, dia mulai mencari binatang dan
burung? hutan. Tiga ekor macan tutul kena
dipergoki, satu di antaranya rubuh di bawah panah
dan yang lain kabur ke bawah bukit.
Justeru itu, pintu pagar pekarangannya Ie Tay
Giap sedang dipentang, karena dikepung dari tiga
penjuru kedua binatang liar itu lantas nerobos
masuk ke dalam daerah Ceng Siang Nia.
Ketika itu tengah hari, kuli parit sedang bekerja
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINdi tambang, di dalam kampung tinggal orang?
perempuan dan anak?, ada juga dua penjaga,
tukang pasang mata ke arah jauh.
Di dekat pintu pagar itu, di mana ada rumah
penduduk, beberapa orang perempuan asik menenun
di pekarangan luar, mereka ini lihat dua ekor
harimau lagi mendatangi, semua kaget dan
berteriak, mereka berbangkit untuk menyingkirkan
diri. Apa celaka, seekor harimau sudah terkam
seorang nyonya tua umur limpuluh lebih. Dua
penjaga lelaki ketahui hal itu sesudah kasip.
Hauw Gie dan empat orangnya datang memburu,
mereka lancang masuk ke dalam pekarangan, dari
jauh? mereka pun memanah, akan tetapi kedua
ekor macan tutul itu telah lebih dahulu binasa di
tangannya dua penjaga, yang trnyata pandai gunai
panah mereka.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN'Bawa dua ekor harimau itu!" Hauw Gie perintah
empat orangnya setelah mereka datang dekat,
sama sekali ia tidak perdulikan orang? dari Ceng
Siong Nia itu.
"Eh, tahan dulu!" berseru seorang penjaga. Dia
lihat rombongan itu bukannya pemburu? desa yang
mereka kenal. "Kenapa kau begini tidak tahu
aturan? Orang hendak ambil macan kami!"
"Tapi itulah macan kami!" membentak Hauw Gie.
Selagi mereka berselisih, Ie Tay Giap muncul. Ia
sedang duduk di kantornya ketika ia dengar jeritan
riuh, ia pun lihat orang berkumpul, maka ia lekas
datang menghampirkan.
Waktu itu, orang?nya Hauw Gie sudah mulai ikat
kedua bangkai macan, pihak Ceng Siong Nia mau
mencegah, sedang si orang perempuan tua lagi
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINter-aduh?, karena ia rebah dengan kakinya
berlumuran darah. Kakinya menjadi korban gigi
macan tutul.
"Ada apa?" tanya le Tay Giap.
"Dia ini berlaku tidak tahu aturan!" sahut satu
orangnya, yang terus menuturkan duduknya hal.
le Tay Giap lantas mengawasi Hauw Gie,
romannya mengunjuk kegusaran. Ia lihat roman
orang sebagai okpa.
"Sahabat, di sini Ceng Siong Nia, kenapa kau
sangat menghina kami?" ia tanya. "Kau siapa?"
"Aku lihat kaulah yang menghina orang!"
Kim-gan-tiauw Hauw Gie membaliki, sambil tertawa
mengejek. "Kami sedang berburu, adakah itu
melanggar undang? negara? Dengan susah payah
kami telah kepung dua macan ini, maka itu, apa
kami tidak berhak untuk membawanya pulang?
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINApakah kau hendak rampas macan kami ini?"
Ia Tay Giap pun tertawa tawar.
"Sahabat, aku si orang she Ie belum pernah
ketemu orang tak tahu aturan sebagai kau!" ia
kata. "Kau merdeka untuk berburu, akan tetapi kau
tidak berhak untuk menyerbu ke dalam daerah kita
ini! Kenapa kau giring binatang liar itu masuk
kemari, sedang di sini ada rumah orang dan
kesudahannya macan itu sampai melukai orang?
Kenapa kau bukan tolongi nyonya itu, kau husteru
hendak gotong pergi bangkai binatang itu?
Seharusnya kau tolong nyonya itu dan
menghaturkan maaf!"
"Kelihatannya kau ketua kampung ini dan parit
di sini kepunyaan kau!" kata Hauw Gie, yang
memandang dengan tajam. "Sahabat, kau terlalu
memandang enteng padaku!"
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINIe Tay Giap gusar atas perlakuan itu.
"Sahabat, kau benar? sangat kurang ajar!" ia
membentak. "Memang, aku ketua di sini dan pemilik
tambang! Kau tidak berhak masuk ke dalam
daerahku! Kau bersalah membikin nyonya itu
diterkam harimau! Jangan kau anggap Ie Tay Giap
boleh dibuat permainan! Kau mesti ketahui, kami di
Ceng Siong Nia ada orang? tahu diri, jikalau kami
tidak diganggu, kami tidak ingin ganggu orang lain.
Kenapa kau menyerbu kemari? Rupa?nya kau
sengaja hendak ganggu kami! Aku lihat kau laki?,
mustahil kau tidak tahu aturan? Sekarang, sahabat,
silahkan kau berlalu dari sini!"
Akan tetapi si Garuda Mata Emas memang lagi
cari gara?. Diapun lantas unjuk kemurkaannya.
"Orang she Ie, jangan kau temberang!" ia balas
membentak. "Terhadap orang?mu, kau boleh main
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsentak-sorong, terhadap aku tidak! Sudah lama aku
si orang she Hauw tancap kaki di wilayah
Ta-cian-houw ini, belum pernah aku dengar hal kau
si orang she Ie! Sebenarnya, kau harus sambut aku
begitu lekas aku datang kemari! Kau ketahui, untuk
cari makan di sini, kau mesti mohon perkenan dari
aku, siapa tahu, kau begini kurang ajar! Dengan
ringkas aku bilang, sudah cukup kau berdiam di sini,
sekarang aku hendak ambil pulang paritmu!"
Ie Tay Giap sangat gusar, akan tetapi ia bisa
tertawa berkakakan.
"Nah, apa aku bilang!" ia kata. "Aku memang
sudah duga, kau datang kemari untuk cari gara?!
Sahabat, kau harus perkenalkan dirimu, supaya aku
ketahui kau sebenarnya siapa!"
Hauw Gie belum menyahuti, atau guru silat di
kampungnya, Tay-kan-cu Ouw Tek si Tiang Besar
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsudah mendahului maju.
"Orang she Ie, kau benar tidak pentang
matamu!" kata ia secara menghina. "Mustahil kau
tidak kenal Kim-gan-tiauw Hauw Gie, kongcu dari
Hek Houw Nia? Hauw Kong-cu telah datang kemari,
kenapa kau masih kurang ajar? Lekas kau minta
maaf, Hauw Kongcu barangkali bisa kasi ampun
padamu! Apakah kau tuli, hingga kau tak pernah
dengar, siapa berani lawan kongcu, dia mesti rubuh
dan angkat kaki?!"
"Sahabat, jangan kau banyak tingkah di depan
aku si orang she Ie!" Ie Tay Gian membentak, bahna
murkanya. "Kau mesti ketahui aku bangunkan
paritku dengan keringatku, bukannya asal
merampas kepunyaan orang lain! Memang aku
pernah dengar tentang tindakan se-wenang? kau
dari pihak Hek Houw Nia, tetapi aku perduli apa, aku
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtidak takut, aku toh tidak punya urusan dengan kau
orang. Sekarang, sahabat, dengan baik aku minta
kau lekas berlalu dari Ceng Siong Nia ini!"
"Ie Tay Giap, kau terlalu jumawa!" Hauw Gie
membentak. "Sekarang tidak ada bicara lagi! Lekas
kau angkat kaki dari Ceng Siong Nia, atau jika
tidak, kau mesti rasai lihayku!"
"Sudah, kongcu, tak usah adu bicara sama dia!"
Ouw Tek memegat. "Dia tentu tidak mau mengerti
sebelum dia dihajar adat!"
Dan Tay-kan-cu berhentikan kata?nya itu
sambil dia berlompat ke depan kongcu dari Ceng
Siang Nia, sebelah kepalannya lantas dilontarkan ke
depan.
Ie Tay Giap duga bahwa urusan tak dapat
didamaikan lagi, ia berkelit ke kanan, tangan
kirinya dipakai menangkis dengan keras.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINOuw Tek lihat serangannya tak memberi hasil,
sembari tarik pulang kepalannya itu, ia terus geraki
kakinya untuk menyapu.
Ie Tay Giap bukan akhli silat, tetapi terhadap
Ouw Tek ia cukup tangguh, maka dengan tangan
kanan ia sabat iga kiri lawannya.
Dengan kaki sebelah sedang molayang, kuda?
Ouw Tek tidak cukup kuat, sebaliknya hajaran itu
keras sekali, tak tempo lagi ia terpukul mundur dan
rubuh terbanting!
Menampak kejadian itu, orang?nya Hauw Gie,
yang sementara itu sudah tambah jumlahnya, lantas
maju menyerang Ie Tay Giap, yang mereka kurung
dan kepung.
Juga pihak Ceng Siong Nia telah tambah kawan,
maka mereka ini terus maju akan bantu kongcu
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINHauw Gie tidak diam saja melihat pertempuran
menjadi hebat, ia maju akan rintangi orang? Ceng
Siong Nia. Ia liehay, sebentar saja ia sudah
rubuhkan empat orang, hingga ia bisa loncat
kepada Ie Tay Giap.
Ketika itu si orang she Ie justeru baru saja hajar
terguling seorang Hek Houw Nia, ia mau maju lebih
jauh, tahu? Hauw Gie sudah melintang di depannya,
kepalannya dia ini segera menyamber dada.
Melihat demikian, Ie Tay Giap segera berkelit,
setelah lolos, ia balas menyerang. Kembali ia arah
iga, iga kiri dari musuh.
Mendapati serangannya gagal dan musuh segera
membalas, Hauw Gie berkelit seraya geser kakinya
ke kanan, lekas sekali ia pindahkan kaki kirinya ke
depan, kedua tangannya menyusul dengan
berbareng, tangan kanan ke pundak, tangan kiri ke
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINiga.
Hauw Gie memang liehay, serangannya pun
cepat luar biasa. Ie Tay Giap kaget, ia lekas
berkelit, tidak urung iganya bagian belakang kena
terpukul juga, hingga tubuhnya terpelantjng dua tiga
tindak, hampir saja ia terguling. Tapi Hauw Gie
tidak berhenti sampai di situ, selagi orang
terpeIanting ia loncat memburu, kembali kedua
tangannya melayang. Sekali ini ia gunai tipu silat
"Hek Houw Sin Yauw" atau "Harimau hitam
lempangkan pinggang". Sasaran adalah punggung
lawan.
Dengan tubuh sedang limbung, Ie Tay Giap tidak
berdaya akan loloskan diri. Ia mencoba berkelit
pula, sia-sia saja. Musuh terlalu gesit untuk dia.
Maka kemball ia kena dihajar, sekali ini tak ampun
lagi ia rubuh terbanting sesudah ia sempoyongan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINbeberapa tindak.
Di antara orang? Hek Houw Nia ada Hoa-too
Lauw Beng Wan, si Golok Terukir. la niat tangkap
hidup Ie Tay Giap, menampak orang rubuh, ia
lompat maju untuk mencekuk.
Di antara orang? dari Ceng Siong Nia pun ada
mereka yang belum maju, hanya mereka mengawasi
sambil bersiap untuk membantu apabila perlu, dari
itu melihat aksi dari Lauw Beng Wan, satu di
antaranya segera melepaskan anak panah.
Jitu adalah serangan gendewa itu, yang
mengenai pundak kiri orang, maka sambll berkaok
keras Lauw Beng Wan rubuh terguling. Atas ini,
orang? Ceng Siong Nia itu lantas lompat maju
sambil ber-teriak'.
Hauw Gie gusar menempak kesudahan itu.
"Siap!" ia berseru "Kawanan tak tahu diri itu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINhendak tempur kita, labrak mereka! Mereka tentu
tak mau menyerah sebelum ada yang mampus!"
Ie Tay Giap, yang telah rubuh mencoba
berbangkit, ia dengar teriakannya Hauw Gie, ia
insaf berbahayanya keadaan, maka selagi beberapa
orangnya coba tolongi ia, ia lantas berseru :
"Saudara?, jangan bergerak! Atau kau orang
habiskanlah aku! Aku minta sukalah kau orang
dengar aku!"
Rombongan kuli itu lega hatinya melihat kongcu
mereka tidak terbinasa, mereka dengar kata, semua
lantas berdiam di belakangnnya ketua ini.
"Orang she Hauw," Ie Tay Giap kemudian berkata
pada Hauw Gie, "bukankah kau arah paritku ini? Aku
telah rubuh di tanganmu, sekarang terserah pada
kau, kau boleh ambil seluruh Ceng Siong Nia ini!"
"Ie Tay Giap, jangan kau tanya aku, kau mesti
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmengerti sendiri!" Hauw Gie bilang. "Sekarang aku
kasi tempo tiga hari pada kau, untuk kau serahkan
segala apa dan kau semua angkat kaki dari sini!
Jikalau kau tidak dengar putusanku ini, jangan kau
anggap aku kejam, sekalipun jiwa ayam dan anjing
di sini aku tak akan kasi ampun!"
Ie Tay Giap bersenyum ewah.
" Jangan tekebur, orang she Hauw!" ia kata. "Aku
tak berati Ceng Siong Nia, kau boleh punyakan itu,
pada waktunya kau boleh datang ambil! Hanya aku
harap, kau nanti selamat dan berbahagia
mempunyal parit ini, agar aku tak usah saksikan
saatnya takaran kejahatan kau telah luber dan kau
memperoleh kutukan Thian!"
Hauw Gie gusar bukan kepalang.
"Eh, orang she Ie, kau berani hinakan Hauw
Thayya?" ia berseru. "Baik, kau nanti rasai
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtanganku!"
Akan tetapi oleh orang?nya le Tay Giap sudah
lantas dipepajang pergi.
"Jangan ladeni dia," demikian orang? itu
menasehati.
Hauw Gie mengawasi orang angkat kaki,
kemudian dengan rasa puas ia ajak orang? nya
berangkat pulang.
***oz***
Tay Giap telah dibawa kekantornya, ia terus
direbahkan di atas pembaringan. Ia sangat
mendongkol, pepat hatinya, tiba? ia muntahkan
darah, setelah mana ia pingsan, hingga orang repot
berdaya akan tolong menyadarkannya. Sampai
sekian lama, ia baru ingat akan dirinya. Ia dapati ia
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtelah dirubungi oleh semua orangnya, di antara
siapa ada pengurus buku Ciu Cu Houw dan kuasa kuli
Cui Bun Bouw.
" Ciu Jie-tee," kata ia, dengan napas memburu,
"tolong pesan semua orang agar kejadian ini tidak
diberitahukan padu loo-thaythay. Ia sudah terlalu
tua, ia tentu tak bisa dengar kabar hebat ini."
"Mengenai ini, harap kongcu jangan kuatir,"
sahut pengurus buku itu. "Hanya, apakah bisa, untuk
selamanya loo-thaythay tak mengetahui perkara
ini? Asal kejadian kongcu tidak masuk ke
pedalaman, loo-thaythay tentu ingin tahu
sebabnya......"
Pemilik parit itu goyang kepalanya, ia menghela
napas.
"Untuk sementara ini, biar aku dapat
beristirahat, supaya aku bisa berpikir dengan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtenang," kata ia. Ia lantas rapati kedua matanya.
Melihat demikian, orang semua jadi sangat
terharu, kemudian orang pada undurkan diri, kecuali
pegawai? yang mesti merawat kongcu itu.
Inilah yang dibilang langit punyai angin dan
awan yang tak di-duga?, manusia punyakan
rencana dan rejeki siang atau malam, karena dalam
tempo sekejab saja, sebuah tambang emas mesti
berpindah tangan tak keruan!
Suasana di Ceng Siong Nia diliputi awan tebal,
sesuatu orang berduka berbareng penasaran.
Sakitnya Ie Tay Giap bisa diobati, tetapi apa daya
akan mendapat pulang parit?
Dalam rombongan? dari dua sampai lima orang,
orang? dari Ceng Siong Nia bicara satu dengan
lain, antaranya ada yang usulkan untuk lakukan
pertempuran yang memutuskan. Golongan mereka
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINini tak jerih, sekalipun Kim-gan-tiauw Hauw Gie
gagah, galak dan kejam. Sikap mereka ini
menunjuki kepandaiannya Ie Tay Giap pegang
kendali, hingga orang?nya jadi setia dan tak
gentar untuk korbankan diri.
Tidak lama setelah beristirahat, Ie Tay Giap
kumpuli semua pegawainya yang bertanggung
jawab, ambil menyender dipinggiran pembaringan,
ia bicara dengan mereka itu.
"Lukaku sangat berat, harapan untuk bikin
perlawanan hampir tidak ada," begitu ia kata. "dari
itu aku ambil putusan untuk menyerah saja, akan
serahkan paritku ini kepada Hauw Gie. Aku malu
terhadap kau orang, saudara?. Sudah lama kau
orang turut aku, aku harap kita bisa dapat
kemajuan terlebih jauh, siapa tahu, beginilah
kesudahannya. Ciu Jie-tee, tolong kau periksa
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkeuangan kita sampai pada hari ini. Aku hanya
menyesal terhadap Ibuku, yang telah berusia
delapan-puluh lebih, aku minta semua saudara suka
tengok dia, meskipun aku mesti binasa, hatiku
tentu lega. Aku minta semua saudara dengar aku,
jangan lancang bergerak agar tak sia-sia saja kau
orang antarkan jiwa di tangannya Hauw Gie. Dia
benar? liehay, tetapi yang telengas adalah
orang?nya, yang semua bangsa pemburon. Aku tak
bisa lihat kalau kau orang berkorban untuk aku,
selagi aku belum berbuat banyak untuk kau orang.
Selama napasku belum berhenti, aku percaya, kita
nanti bisa bertemu dan berkumpul pula, tetapi kalau
takdir telah sampai, apa mau dibilang?"
Baru saja Ie Tay Giap ber-kata? sampai di situ,
orang semua dibikin kaget dengan tangisan dari
luar rumah, kemudian segera terdengar suaranya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINbeberapa kuli parit: "Jangan loo-thaythay bersusah
hati, kongcu tidak apa?......."
Menyusul itu, seorang perempuan tua, yang
rambutnya telah ubanan semua, kelihatan bertindak
masuk, terus menubruk Ie Tay Giap seraya menangis
meng-gerung?.
"Oh, anakku, anak, kenapa kau jadi begini? Siapa
telah aniaya kau? Tidak, ibumu tidak mau hidup
lebih lama! Aku sudah berusia delapanpuluh lebih,
buat apa aku hidup terlebih lama? Biar aku
pertaruhkan jiwaku....!"
Hatinya Tay Giap sakit seperti di-iris?, tetapi di
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
depan ibunya ia kuatir, ia tak berani menangis.
" Ibu, jangan bersusah hati," ia kata. "Tadi aku
hanya berkelahi, karena alpa, aku telah kena
terpukul, aku rubuh dengan kaki terluka sedikit. Lagi
dua-tiga hari aku akan sudah sembuh. Harap ibu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtidak dengari mulut orang luar. Aku sengaja
beristirahat di sini, karena kamar di sini ada lebih
tenteram. SIlahkan ibu kembali ke dalam..."
"Jangan justakan aku, Tay Giap," kata si nyonya
tua, sambil menyusut air matanya. "Aku telah cari
keterangan jelas, tak usah kau kelabui aku.
Sekarang rawatlah lukamu, supaya kau lekas
sembuh. Jangan kau pikirkan tentang tambang kita
ini! Kau mesti ingat, waktu kita belum punyakan
tambang, kita toh bisa hidup. Buat aku, berharta
atau melarat, sama saja. Kalau aku mati, cukup asal
kau uruki aku dengan tanah saja, aku nanti meram.
Tapi aku penasaran jikalau aku si rambut putih
mesti terlebih dahulu antar kau si rambut hitam!
Aku tahu Hauw Gie kejam dan jahat, dia memang
rakus, tak ada kepuasannya. Dia inginkan tambang
kita, kasilah, aku mau lihat nanti apabila takeran
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkejahatannya sudah luber, pembalasan apa dia akan
dapat! Tanpa parit ini, kita tak akan mampus
kelaparan. Untuk kita, cukup asal kita jangan bikin
susah orang lain, Thian tentu akan bukai jalan
untuk kita. Asal kau hidup, aku ikhlas akan hidup
sengsara......"
Semua orang berduka mendengar kata?nya
nyonya tua itu, yang pikirannya panjang, yang
hatinya kuat.
"Ya, loo-thaythay memang tak usah bersusah
hati," orang? lalu menghibur. "Sekarang biarkan
kongcu berobat dan beristirahat, perkara di
belakang. Kami dan kongcu seperti bersaudara,
kami tak nanti pisahkan diri, kami akan taat
kepada segala putusan kongcu". "Kongcu...," mereka
tambahkan pada ketua itu, "silahkan kongcu pindah
beristirahat di dalam, supaya lekas sembuh. Kalau
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINnanti Hauw Gie datang, kami tak akan melawan,
kami akan serahkan parit ini padanya. Dia tentu
tak berlaku kejam kalau kita menyerah."
Tay Giap anggap orang?nya itu benar. Biar ia
lelah, ia kerasi hati. Di depan ibunya, ia mesti
bersikap lain.
"Ya, ibu, jangan kau bersusah hati," kata ia pula.
"Lukaku ini akan sembuh dalam tempo beberapa
hari. Rupa?nya kita tak tertakdir untuk hidup
berbahagia, tapi meski begitu, aku masih punya
tenaga, ke mana juga kita pergi aku percaya aku
masih bisa berdaya untuk cari hidup. Silahkan ibu
kembali, aku nanti minta saudara? iringi aku
pindah ke dalam."
Ketika itu muncul Liu-sie Hujin, isterinya Tay
Giap, dan Siu Kouw, anak perempuan mereka
satu?nya --anak harimau. Tak biasanya nyonya ini
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmuncul di muka umum, ia berani keluar setelah lihat
mertua-perempuannya sudah keluar terlebih dahulu.
Ia pun berduka bukan main, karena ia dengar
suaminya terluka parah.
Dalam umur kurang lebih empatpuluh, baru Ie
Tay Giap dapatkan anak perempuannya, tak heran
kalau ia sangat sayang dan perlakukan anak itu
sebagai anak lelaki. Ia bukan ahli silat, ia pun ajari
silat pada anak perempuan itu. Dan Siu Kouw sehat
dan gesit sebagai anak lelaki saja, diapun gemar
berburu burung dan binatang hutan, sedang di Ceng
Siong Nia memang tak ada raja hutan.
Ie Tay Giap lihat datangnya isteri dan anaknya,
lekas? ia ulapkan tangan pada mereka untuk cegah
mereka menangis, sedang Siu Kouw ia lantas suruh
pimpin matuanya masuk ke dalam.
Beberapa kuli pun segera gotong le Tay Giap
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINakan diletaki di dalam kamarnya, di tempat yang
Liu-sie tunjuki.
Habis itu Liu-sie keluar akan menemui Ciu Cu
Houw, kuasa parit Cui Bun Bouw dan kuli Lauw Eng.
Ia minta mereka tolong atur sama semua kuli parit,
agar mereka jangan menimbulkan onar.
"Lukanya kongcu hebat, entah ini akan
ketolongan atau tidak, maka itu jagalah supaya
tidak ada kejadian hebat lainnya," kata nyonya ini.
"Sayang, biar ia mau, kongcu sekarang tidak bisa
berbuat suatu apa. Kita mesti menyerah sekarang,
tapi kita harap lain waktu kita bisa bangun pula."
" Jangan kuatir, hujin," berkata Cui Bun Bouw.
"Kami memang pandang kongcu sebagai saudara
sendiri, kami sekarang mengharapkan
kesembuhannya. Untuk cegah segala kejadian, kami
sudah berkeputusan akan mundur secara damai,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkami tak akan bikin kongcu menghadapi kesukaran
apa jua."
Mendengar itu, hatinya Liu-sie jadi tetap. ia
mengucap terima kasih, lalu ia undurkan diri.
Di dalam, Siu Kouw sedang layani ayahnya, yang
dikasi makan tajin.
Loo-thaythay duduk di pinggiran, ia sedang
tepasi air matanya.
Setelah dapat beristirahat, Tay Giap nampaknya
lebih segar.
"Ibu jangan berkuatir." kata ia. "Lukaku tidak
hebat, lekas juga lukaku akan sembuh. Tentang
parit kita, biar kita serahkan saja. Memang tanpa
parit ini, kita toh akan tetap hidup. Apa yang aku
kuatirkan adalah semua saudara nanti tak mau
mundur secara damai dari sini, tapi tentang ini, kita
lihat saja......"
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Perihal itu, aku telah pesan supaya merekapun
bersikap damai," Liu-sie kasi tahu.
Ie Tay Giap manggut.
"Kalau begitu, ajaklah ibu beristirahat," kata
sang suami.
"Asal kau tidak mendusta, anak, hatiku lega,"
kata loo-thaythay. "Aku ikhlas untuk hidup melarat,
besok kita boleh berlalu dari sini."
Liu-sie lantas saja pimpin mertuanya itu ke
dalam.
Setelah ma-tuanya tidak ada, Siu Kouw dekati
ayahnya.
"Ayah, didepan ma-tua barusan, aku tidak berani
kata apa?," kata ia. "Apa benar? ayah rela
serahkan parit kita ini? Kau telah terluka dan parit
itu akan lenyap, bagaimana dengan semua kuli yang
mangkok nasinya pecah? Apakah ini tidak terlalu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINhebat? Ayah, aku percaya kau punya daya lain,
maka beritahukanlah itu padaku. Ayah ketahui
adatku, aku benar? tidak puas..."
Tay Giap pandang gadisnya itu. Ia menghela
napas.
"Anak, kau pun tahu tabiatku," ia jawab. "Mana
aku puas lepaskan usaha kita yang sudah belasan
tahun ini? Bagaimana nasi di piring mesti
dihaturkan pada jahanam Hauw Gie itu? Bagaumana
dengan semua pegawai kita? Tapi, aku telah terluka,
aku ingat ma-tua kau, maka itu aku terpaksa
berpikir lain. Anak, biarlah untuk sementara kita
mundur dari Ceng Siong Nia, tapi asal lukaku sudah
sembuh, aku pasti akan berdaya lagi. Tak ada muka
untuk aku hidup di dunia, apabila aku tak mampu
menuntut balas! Jangan berduka, Siu Kouw, aku
bukannya takut mati, tapi mesti menjaga yang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINma-tuamu tidak berduka terlebih jauh, atau aku
akan jadi anak puthauw. Kau berbakti, kau rawat
ma-tua baik?."
"Aku mengerti, ayah, aku hanya merasa sangat
tidak puas," kata Siu Kouw. "Hauw Gie di Kee Jiauw
Gay, Hek Houw Nia, memang telah kesohor sangat
jahat, sayang kita kalah bugee terhadap dia, meski
begitu, kenapa kita tidak bisa lawan dia secara
halus? Terhadap dia itu, aku pikir tak ada
halangannya kalau kita gunai tipu daya. Tak dengan
tumbak terang, kita pakai panah gelap! Aku ingin
adakan pesta di waktu Hauw Gie datang terima
parit ini, aku nanti layani dia, nanti dengan diam?
aku bikin habis jiwanya! Aku percaya aku sanggup
bikin dia tak dapat lolos dari tanganku!"
Tay Giap menggeleng kepala mendengar pikiran
gadisnya itu.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Plkiran kau baik, anak, sayang aku tak dapat
setujui," kata ia. "Aku malu apabila kau sampai
bertindak demikian. Kita ternama baik, kita mesti
pegang kekal nama kita itu. Biar Hauw Gie jahat,
kita masih bisa ambil jalan lain untuk hadapi dia.
Melulu untuk m-tuamu, aku manda terhina. Kau
dengar aku, pergi bantu ibumu bebenah, kau jaga
baik ma-tua, kita nanti mundur dengan damai dari
sini."
Siu Kouw tak mupakat, tetapi ingat ma-tuanya
ja jadi suka mengalah.
"Baik, ayah," kata ia akhirnya.
Anak ini lantas undurkan diri, akan turut kata?
ayahnya itu.
Malam itu, Liu-sie dan gadisnya tak dapat tidur
pulas. Hati Tay Giap terhibur. ia bisa juga pulas
sebentaran. Loo-thaythay juga bisa kuati hatinya.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINMaka juga, selanjutnya orang bisa bersiap dengan
tenang.
Ie Tay Giap hendak cegah onar, dari itu ia
tetapkan orang akan undurkan diri di hari ke dua,
tak usah tunggu sampai hari ke tiga. Ada ancaman
bahaya apabila di hari ke tiga, kedua pihak
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersamplokan.
Di hari ke dua, keadaannya Tay Giap mendingan,
tetapi ia belum bisa berbangkit dan jalan, maka
segala apa ia serahkan pada Ciu Cu Houw dan Cui
Bun Bouw bertiga dengan Lauw eng. Cu Houw atur
segala apa dan Bun Bouw dan Lauw Eng redakan
hatinya semua pegawai.
Benar juga banyak kuli tak setuju mundur di hari
ke dua, mereka kuatir nanti dikatakan pengecut
oleh pihak Hek Houw Nia, sia-sia Bun Bouw bujuki
mereka untuk mereka dapat mengerti maksudnya le
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINKongcu. Maka hari berangkat toh tetap hari ke tiga.
Tay Giap telah dapat obat makan dan obat
pakai, semua itu tak menolong banyak. Padabya tak
diberitahukan sikapnya semua pegawai
Ketika sang tengah hari mendatangi, dari
kejauhan terdengar suara kerincingannya thabib
pengembara, suara itu tedas luar biasa, sampainya
di muka, depan pagar pekarangan, thabib itu
berteriak seorang diri ber-ulang? menyatakan ia
pandai obati segala macam penyakit luar dan dalam
dan rupa? luka bekas jatuh atau terpukul. Dan dia
kasi dengar suaranya sambil singgah.
Siu Kouw kebetulan berada di pekarangan dalam
ketika ia dengar suaranya si thabib itu, ia
hampirkan pintu dan melongok keluar, hingga ia
dapat lihat si thabib, seorang tua umur enampuluh
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkurang lebih, tangannya sebelah menuntun onta,
tangan yang lain membunyikan gelang kerincingan,
dan punggung onta ada keranjang obat?annya.
"Apa sinshe pandai obati luka? bekas kepukul?"
nona ini tanya melihat orang singgah dan tidak
lekas pergi melanjuti perjalanannya.
"Jikalau aku tak pandai, mustahil aku berani
mengatakannya," sahut thabib itu. Ia manggut.
"Ayahku telah dilukai orang, sampai ia tak dapat
bangun dari pembaringan, apa sinshe suka tolong
obati ayahku itu?" si nona tanya.
"Tentu aku suka," sahut si thabib seraya
manggut pula. "Aku bukan bangsa thabib tetiron,
yang melulu hendak akan uang orang. Silahkan ajak
aku ke dalam untuk tengok ayahmu itu."
Siu Kouw lantas saja silahkan thabib itu masuk
dalam pekarangan. Selagi si thahib tambat ontanya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINuntuk terus turunkan keranjang obatnya, ia lari ke
dalam, buat kasi kabar pada ayahnya. Kemudian ia
lari keluar pula, akan ajak si thabib masuk ke
dalam kepada ayahnya itu.
Tay Giap awasi thabib itu, roman siapa ia lihat
berbeda dari orang kebanyakan.
"Kau she apa, sinshe?" la tanya.
"Aku she Hoa," sahut si thabib. "Aku tidak punya
nama, tapi aku obati orang dengan pakai tiga jari
tanganku dan kedua mataku, dari itu orang panggil
aku Hoa Sam Cie. Tolong kongcu kasi lihat lukamu,
untuk aku periksa."
Siu Kouw lantas lekas? buka baju ayahnya.
Thabib ltu mengawasi sekian lama, kapan ia
lihat tanda beku serangan telapakan tangan, ia
keluarkan helaan napas kaget.
"Lekas ambil kapas dan air!" kata ia pada si
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINnona.
Siu Kouw sediakan dengan cepat barang yang
diminta itu.
Hoa Sam Cie keluarkan obat dari keranjangnya,
ia cuci luka bengkak, yang menyebabkan kulit dan
daging jadi hitam matang biru, kemudian ia
borehkan luka itu. Ia tidak ambil tempo lama, akan
bikin Tay Giap merasakan sangat sakit, tetapi
sebagai laki? ia kuati hati untuk tidak menjerit,
melainkan sepasang alisnya yang mengkerut
pergi-datang.
"Ada permusuhan hebat bagaimana di antara
kongcu dan musuhnya, maka musuh telah turun
tangan begini jahat?" tanya si thabib pada Siu Kouw
seraya ia terus awasi luka itu, akan lihat bekerjanya
obatnya.
"Tidak ada permusuhan suatu apa," jawab nona
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINIe, yang terus tuturkan kejahatannya
Kim-gan-tiauw Hauw Gie yang niat rampas Ceng
Siong Nia.
Hoa Sam Cie manggut?, ia pandang tuan rumah.
"Kongcu, kau satu laki?, kau sanggup menahan
sakit," ia bilang. "Pertahankanlah diri lagi sesaat,
sebentar rasa sakit lenyap semua."
Perkataan thabib ini terbukti dengan lekas,
sebentar lagi darah hitam-kuning meleleh keluar
dari tempat yang luka, darah itu lantas disusuti
dengan kapas.
Siu Kouw kagum dan heran menyaksikan itu.
"Sinshe," berkata ia, "katanya orang terkena
senjata beracun barulah darahnya keracunan, tetapi
ayahku terluka oleh tangan kosong, kenapa
sekarang ia mengeluarkan darah berracun itu?"
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Nona tidak tahu," sahut si thabib. "Tangan
yang liehay sama berbahayanya seperti senjata
berracun, malah luka semacam ini bisa menutup
jalannya darah, sekali darah berracun kumpul di
satu tempat, darah itu akan merusak daging dan
racunnya akan mengalir. Darah berracun ini mesti
bisa dikeluarkan untuk tolong si korban."
Siu Kouw manggut?.
Orang tak usah menunggu lama akan meleleh
habisnya darah hitam-kuning itu, maka si nona dan
ibunya diam? memuji kepada Buddha. Mereka
menghaturkan terima kasih pada thabib itu.
Hoa Sam Cie bersihkan darah kotor, lalu ia
memakaikan obat pula, kemudian luka itu ia
bungkus rapi. Iapun tinggalkan obat untuk
tukarannya.
"Kongcu mesti beristirahat," la pesan kemudian.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Setelah undurkan diri dari sini, kongcu hendak
pergi ke mana?"
"Apa yang aku lakukan sekarang adalah
bertentangan dengan hatiku," menyahut le Tay Giap,
dengan napas rada memburu. "Besok, setelah terang
tanah, aku akan bubarkan semua pegawaiku, lantas
sekeluarga aku nanti pergi ke Pa Cu Kong, di bukit
utara, akan menumpang pada pemburu bennama
Kho Jin. Kalau nanti aku sudah sembuh betul, aku
akan ambil putusan lebih jauh. Aku seperti mencuri
hidup, aku mesti menanggung malu besar, sinshe
boleh pikir sendiri, bagaimana aku bisa berdiam
saja......"
Selagi berkata begitu, air mukanya ketua ini
berubah.
"Ayah," kata Siu Kouw. "kita tak butuhkan lagi
Ceng Siong Nia, kita haturkan itu pada
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINKim-gan-tiauw Hauw Gie, tetapi di sebelah itu,
berhubung dengan penukaran pemilik ini, aku pikir
untuk baiki pemilik yang baru, aku ingin adakan
perjamuan guna menghaturkan maaf, buat minta
dia kasihani kita serumah-tangga, agar kita
diijinkan mencari hidup kita di daerah Ta-cian-louw
ini, supaya dia tak berlaku kejam dengan bikin
habis kita semua..."
Mendengar demikian, matanyaTay Giap mendelik.
"Budak hina, apakah benar kau ngaco-belo?" ia
membentak.
Itulah pikiranku, ayah," si nona manggut?. " Aku
telah pikir baik?......"
"Baik, baik!" berseru itu ayah. "Nyata tak sia-sia
aku piara kau! Parit kita ludas, aku akan mati, tapi
kau pentingkan dirimu! Nah, pergilah kau, lekas,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINanggap saja sejak saat ini aku telah tidak punya
anak perempuan! Pergi!"
Mukanya Tat Giap jadi sangat pucat, tubuhnya
bergemetaran, bahna gusamya.
Siu Kouw menangis menggerung-gerung, ia
tubruk ayahnya itu.
"Ayah, apakah ayah anggap benar? anakmu mau
berbuat demikian hina?" kata ia. "Biar mesti binasa,
tak nanti anak jadi begitu rendah martabat. Tapi,
dengan sebenamya, anakmu sangat penasaran!
Ayah bangunkan parit kita dengan keringat kita,
sekarang secara begini saja parit itu mesti
diserahkan pada Hauw Gie yang sangat jahat,
sedang ayah sendiri telah mendapat luka sangat
hebat! Di mana tak ada tempat untuk minta
keadilan, bagaimana anak bisa tahan sabar lagi?
Maka Itu anak hendak ambil tindakan terakhir,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINuntuk bisa dekati Hauw Gie, guna tikam mampus
dia! Dengan ini, kesatu, anakmu bisa balas sakit
hati ayah, dan kedua anak bisa lindungi
kehidupannya semua pegawai kita. Ayah, mustahil
kau tidak insaf maksudku ini!"
Si nona menangis begitu sedih sampai ia
kehilangan suaranya.
Dengan tangan gemetaran, Tay Giap pegang
pundak anak daranya.
"Anak yang baik, aku telah hinakan kau!" kata
ia. "Tetapi, mana kau bisa jalankan tipu-dayamu itu
dengan berhasil? Bugeebya Hauw Gie terlalu tinggi.
Dia bukan tandinganmu! Satu kali kau gagal, kau
akan celaka. Apabila itu sampai terjadi, habislah
harapan kita semua! Mana dendam kita ini dapat
dilampiaskan? Anak, tak peecuma aku punyakan kau
sebagai anakku! Baik kau dengar aku, aku sudah
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINpuas mengetahui saja bahwa kau penasaran. Anak,
baik kau bersabar seperti ayahmu terpaksa manda
menyerah. Asal kita masih bernapas, masih ada
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harapan untuk kita menuntut balas. Apabila kau
celaka, anak, sudah tentu aku pun tidak bisa hidup
lebih lama pula..."
Siu Kouw menangis lebih sedih, ia tepas air
matanya.
"Ayah, aku akan dengar kata," kata ia akhirnya.
"Baik, ayah, mari kita bersabar, untuk tunggu
waktunya. Aku percaya, di dunia toh masih ada
peri-keadilan. Aku harap sinshe ini lekas
sembuhkan kau, supaya lain kali, kita bisa berdamai
pula."
Selama itu, Hoa Sam Cie telah dengarkan
pembicaraan orang.
"Kongcu, jangan kau sangsikan kemustajabannya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINobatku ini," ia campur bicara. "Siapa jahat, dia akan
tak dapat kematiannya secara sempurna, siapa
berbuat se-wenang?, dia akan terbinasa sendirinya.
Hauw Gie demikian jahat, dia akan musna karena
kerakusannya. Sekarang kau sabar, biar lukamu
parah aku berani tanggung kesembuhannya,
melainkan kau harus ingat, kau tak boleh gusar, itu
akan membahayakan kau. Bukankah kau ingin hidup
lebih lama, untuk menuntut balas? Nah. dengarlah
aku."
Lantas thabib ini benahkan keranjangnya dan
pamitan.
Siu Kouw lekas? angsurkan satu tail perak
kepada thabib itu.
Hoa Sam Cie pandang uang itu dan si nona, ia
bersenyum.
"Nona, harap kau tak pandang aku sebagai
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkebanyakan thabib," kata ia. "Aku minta, jangan
kau beli obatku dengan uangmu. Obatku ini tak
berharga sepeser untuk orang yang berjodoh,
sebaliknya, dengan seribu tail juga tak akan dapat
dibeli. Yang penting adalah kau orang mesti lekas
pindah dari sini. Ke mana kongcu bilang hendak
pergi?"
"Untuk sementara ke Pak Nia, bukit utara sana,"
Tay Giap jawab. "Di sana ada serombongan
pemburu, yang semua orang baik?. Untuk
ketetapan, itulah kita nanti lihat lagi".
Thabib itu manggut.
"Baik," ia bilang. "Obatku ini cukup untuk
tiga-empat hari, maka lagi empat hari, kita akan
bertemu pula di Pak Nia!"
Siu Kouw merasa berat akan terima obat cuma?,
ia hendak usapkan uangnya ke dalam keranjang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINobat, tetapi Tay Giap lihat itu, dia lekas mencegah
dengan kedipkan mata. Maka akhimya si nona
mengucap terima kasih saja, terus ia bantu thabib
itu keluar.
Kapan sebentar si nona kembali ke dalam
kamar, ia lihat ayahnya sedang meramkan mata,
ibunya lagi menantikan. Si nyonya tua pun datang
melihat anaknya itu, hatinya menjadi lega
mendapati anaknya bisa tidur.
Siu Kiuw terus tunggui ayahnya, siapa mendusin
dua jam kemudian, di waktu mana ia diberikan
bubur, habis itu, nampaknya ia banyak segar.
"Dasar kau berbakti, anak, kau telah dapat
geraki hati si thabib." kata ayah itu pada puterinya.
"Sekarang aku tidak merasa sakit lagi, maka aku
percaya, lukaku akan sembuh dengan cepat. Satu
kali aku sembuh, aku mesti menuntut balas. Hauw
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINGie keterlaluan, sebelum membalas dendam, aku tak
sudi jadi manusia. Sekarang aku sabar."
Sekarang sang ayah berbalik menasehati
gadisnya.
Siu Kauw bisa imbangi ayahnya, ia manggut, ia
diam saja.
Malam itu semua orang tak berhati tenteram,
mereka kuatir pada lukanya Tay Giap nanti datang
perubahan, maka bukan main leganya hati mereka,
kapan sang pagi datang, kongcu itu tak kurang
suatu apa.
Liu-sie masih kuatirkan sikap kuli parit, ia
berdamai dengan gadisnya, ia inginkan mereka
pindah siang?, dari itu Siu Kouw lantas cari Cu
Houw, akan kasi tahu bahwa kongcu ingin orang
berangkat begitu terang tanah.
"Baiklah, aku nanti urus," sahut Cu Houw, yang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsegera cari Cui Bun Bouw.
Bun Bouw pun setuju lekas pindah, maka
ber-sama? Vu Houw ia ketemui semua kuli untuk
kasi perintah, berbareng dengan itu mereka
hiburkan semua kuli, supaya tahan sabar, sampai
nanti ketua mereka sudah sembuh.
Nyata tidak sia-sia usahanya pengurus buku dan
kuasa parit ini, semua kuli suka menurut, malah
mereka yang memang sudah siap segera gondol
pauwhok mereka untuk terus berangkat
meninggalkan Ceng Siong Nia.
Liu-sie dan Siu Kouw juga sudah siap,
ber-sama? si nyonya tua dan itu Tay Giap yang
digotong dengan tandu, mereka pun berangkat dari
rumah mereka.
Semua orang berjalan dengan diam, hati mereka
pepat. Malah Tay Giap mengembeng air matanya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkarena sedih. Tapi kapan ia tampak keadaan di
sekltarnya, kongcu ini tertawa dingin.
"Cu Houw, keadaan kita adalah tanda kehinaan
untuk seorang laki?" kata ia pada pengurus
bukunya. "Jikalau aku bisa lupai ini, percuma aku
hidup di dalam dunia, anggap saja aku telah
termusna. Asal aku masih bisa bernapas, terutama
asal lukaku telah sembuh, aku percaya aku akan
bisa kembali ke Ceng Siong Nia!"
Cu Houw tidak layani ketua itu bicara, ia jalan
sambil tunduk, ia kasi tanda untuk tukang? gotong
jalan dengan lekas.
Liu-sie dan nyonya Ie yang tua tidak dengar
perkataannya Tay Giap. Mereka duduk masing? atas
sebuah tandu lain.
Siu Kouw juga tak dapat dengar, tetapi nona ini
masih belum naik atas tandunya, ia masih berjalan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkaki, akan lihat segala apa sudah beres atau belum.
Tujuan mereka adalah tanjakan Pa Cu Kong di
Pak Nia, bukit utara, tapi sementara itu dari
jurusan timur-daya, kelihatan mendatanginya
serombongan lain, yang semua membekal senjata,
sikapnya garang.
Nona Ie menduga, itulah tentu rombongannya
Hauw Gie, bukannya dia lekas angkat kaki, dia
justru berhenti dan berdiri di pinggir jalan.
"Nona, lekas!" memanggil dua tukang tandu.
"Lihat, mereka itu sudah datang! Buat apa layani
mereka itu?"
Siu Kouw tidak perdulikan panggilan itu, ia tetap
berdiri, matanya mengawasi ke arah rombongan
yang lagi mendatangi.
Cu Houw juga lihat sikap si nona, ia jadi sibuk.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINIa tidak berani teriaki nona itu, ia kuatir Tay Giap
dapat dengar.
"Jalan lekasan!" ia kisiki tukang tandu, la sendiri
sengaha jalan pelahan, hingga segera ia
ketinggalan, setelah mana, ia lari pada si nona.
"Nona, ayahmu memanggil kau!" ia dustakan
nona itu.
Masih Siu Kouw tidak ambil tahu, matanya terus
mengawasi rombongan musuh.
Rombongan itu bertindak terus ke arah gedung,
begitu mulai memasuki, beberapa orang dipasang di
muka pintu pagar, yang lainnya masuk terus, akan
periksa rumah? yang sudah kosong.
Waktu itu muncul pula serombongan lain, terdiri
dari belasan orang, di antaranya tertampak Hauw
Gie. Dia ini lantas lihat si nona, ia jadi heran. Ia
lantas menghampirkan.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Nona, kau lagi bikin apa?" ia tanya. "Apakah
kau tunggui aku, Hauw Kongcu?"
Seperti biasanya, sekali mengucap, Hauw Gie
ucapkan kata? ceriwis.
"Benar, nonamu hendak cari kau!" Siu Kouw
jawab sambil perdengarkan suara di hidung.
"Apakah kau Hauw Gie dari Hek Houw Kong?"
Hauw Gie mengawasi dengan melotot.
"Kau siapa?" ia menegur. "Bagaimana kau begini
kurang ajar, berani sebut? namanya kau punya
kongcu? Apakah kau anggota keluarganya Ie Tay
Giap?"
"Aku gadisnya Ie Tay Giap!" si nona mengaku
dengan berani. "Hauw Kongcu, kau kejam! Kau telah
punyai Hek Houw Kong, apakah itu belum cukup?
Kau telah rampas tambang? lain, sekarang kau
rampas juga Ceng Siong Nia! Apakah kau tidak
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtahu, parit ini dibangunkan oleh keringat-dakinya
saudara? kita seluruh buruh parit? Sekarang mereka
mesti bubar, kehilangan mata pencariannya, apa
kau tidak kasihan mereka? Kau mesti ketahui,
mereka semua laki?, apakah mereka bisa merasa
puas? Lihat, pagi atau sore, mereka akan menuntut
balas! Hauw Kongcu, dengan rampas Ceng Siong
Nia, kau umpama babi gemuk tambah gajih, tetapi
di sebelah itu, kau bikin orang lain tumpan
mangkok nasinya! Dan kau pun telah lukai ayahku,
biar dia tak punya anak lelaki, tetapi dia punyakan
aku, anak perempuannya! Sebagai anak, aku pun
akan menuntut balas!"
***Oz***
Mendengar itu, Ciu Cu Houw jadi pucat, hatinya
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkebit?.
Hauw Gie sebaliknya tertawa berkakakan.
"Budak, nyalimu sungguh besar!" kata ia. "Begini
macam kau bicara di depan Hauw Kongcu, mustahil
benar? kau tak sayangi jiwamu?"
"Jikalau aku takut mampus, tidak nanti aku
ketemui kau!" jawab si nona. "Kami sudah rudin, apa
lagi yang kita takuti? Hauw Gie, jiwa kami, ayah
dan anak, akan diserahkan semua padamu!"
"Budak hina, hari ini aku kasi ampun pada kau!"
berseru Hauw Gie, yang mendongkol tidak kepalang.
"Kau punya Hauw Kongcu adalah satu enghiong, dia
tak bisa layani kau, satu bocah masih berambut
kuning! Jikalau kau hendak membalas dendam, kau
boleh turun tangan! Aku rampas Ceng Siong Nia, itu
artinya keputusanku sudah tetap, aku tak gubris
jiwanya seratus orang lebih! Siapa tak tahu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmampus, majulah!"
Siu Kouw keluarkan suara di hidung ber-ulang?.
"Hauw Gie, inilah yang dibilang, manusia melihat
keuntungan tidak melihat bencananya, ikan melihat
umpan tidak melihat pancingnya!" ia berseru.
"Selama jiwaku masih bernapas, lihat saja, siang
atau malam, aku nanti kembali ke Ceng Siong Nia
ini!"
Hauw Gie berseru bahna gusar tetapi Cu Houw
sudah lantas tarik tangannya si nona, sedang kedua
tukang tandu lantas desak si nona akan naik ke
atas tandunya buat lantas digotong pergi. Mereka
ini bernapas lega karena Hauw Gie masih bisa
tahan sabar.
Demikian orang menuju ke Pak Nia, ke mana
orang sampai setelah melalui perjalanan sukar. Di
situ tinggal serombongan pemburu serta belasan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINorang tani. Dan seorang pemburu bemama Han Tay
Yong sudah lantas siapkan tiga buah kamar untuk
le Tay Giap serumahtangga. Sedang semua kuli parit
karena mereka tidak mau bubar, mereka pada
dirikan gubuk sendiri atau mereka tumpangi diri di
dalam berbagai guha di sekitar situ, semua rela
akan hidup sengsara.
le Tay Giap bersukur kepada keluarga Han,
sebaliknya ia berkuatir Hauw Gie nanti satroni
mereka, sebab semua kuli tidak mau pisahkan diri.
Sementara itu, lukanya maju baik.
Di hari ke empat, Hoa Sam Cie datang seperti ia
sudalh janji. Ia tetap tuntun ontanya. Mulanya ia
kitari daerah itu, habis itu barulah datangi Ie Tay
Giap, akan periksa lukanya. Kembali ia memberi
hormat dan tunjuki bagaimana luka Itu mesti
dirawat lebih jauh.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Ie Kongcu, mari dengar perkataanku," kata
thabib ini waktu la hendak pergi pula. "Sebenarnya,
dengan obati kau, aku bikin kau tambah celaka.
Bukankah kau ingin menuntut balas? Nah, itulah
bahayanya. Aku jadi mirip dengan hantu yang
menghendaki jiwamu. Aku telah obati kau, aku tak
sudi terima uangmu, sebagai laki-laki kau mesti
ingat budiku. Karena ini, sekarang aku hendak
minta suatu apa kepadamu. Sudikah kau
meluluskannya?"
Tay Giap awasi thabib itu.
"Apakah itu, sinshe?" tanya ia dengan cepat.
"Kau telah tolong jiwaku, budimu sangat besar, biar
bagaimana, aku mesti balas itu. Bilang, sinshe, apa
yang kau inginkan? Asal aku bisa, meskipun mesti
nyebur di lautan api hingga tubuhku hancur-lebur,
aku bersedia akan iringi kau!"
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINThabib itu bersenyum.
"Sampai begitu rupa, ltulah tidak, Ie Kongcu,"
kata ia dengan sabar "Apa yang aku kehendaki
adalah janjimu, supaya dalam tempo satu bulan ini
tak boleh kau meninggalkan Pak Nia, dan
berbareng aku ingin kau larang semua kuli parit
melintas ke Ceng Siong Nia. Dengan Ini aku toh
tidak memaksa kau, bukan?"
Mendengar itu, Ie Tay Giap menggeleng-geleng
kepala.
"Sinshe, apakah kau kira aku sanggup menderita
hinaan ini?" ia tanya. "Aku telah dikalahkan, paritku
sudah dirampas! Apakah untuk seumur hidupku aku
tak dapat mencari balas?"
Thabib itu tertawa.
" Ie Kongcu, aku tidak perdulikan hal seumur
hidup kau, aku cuma minta tempo satu bulan!" kata
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINia. "Jikalau kau seorang yang mengenal budi, kau
harus meluluskannya. Baik aku jelaskan: Coba ini
mengenai kau seorang diri, barangkali aku tidak
suka usil, tetapi bersama kau ada seratus orang
lebih, yang semua sama laki?nya sebagai kau,
mereka itu tak dapat diantap saja. Aku tak tega
melihat mereka mati kelaparan karena
perbuatannya Hauw Gie seorang. Sekarang saja
mereka sudah mulai menderita sangat. Maka, baik
kau dengar perkataanku, kau berdiam untuk satu
bulan, kau kendalikan semua orangmu itu, lalu di
lain pihak, kau boleh biarkan ceritera bahwa kau
sudah peroleh sebuah tambang lain, di mana kau
dapat hidup seperti sediakala bersama orang?mu,
hingga kau tak pikirkan pula Ceng Siong Nia. Cerita
itu perlu didengar oleh Hauw Gie dan rombongannya,
dengan begitu hati mereka jadi lega, karena kau tak
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINniat rampas pulang paritmu itu, dan Hauw Gie jadi
berhenti dengan niatannya akan tumpas kau orang.
Kalau sudah sampai saatnya, le Kongcu, kau
tunggulah kabarku! Percayalah, aku sendiri ingin
tempur Hauw Gie, akan lihat dia sebenarnya orang
macam apa!"
Mendengar omongan itu, lenyap kesangsiannya
Tay Giap. la percaya benar, thabib ini bukan thabib
sewajarnya. la berikan janjinya, ia mengucap terima
kasih.
Sejak hari itu, seterusnya Hoa Sam Cie tidak
muncul pula. Dari pihaknya Hauw Gie, Tay Giap juga
tidak dengar gerakan apa juga yang mengenai
dirinya, kecuali bahwa orang repot usahakan parit
emasnya. Hauw Gie sendiri tidak selamanya berdiam
di Ceng Siong Nia, karena ia mesti urus parit?nya
yang lain.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINSama sekali Kim-gan-tiauw tidak menyangka,
bahwa diam? ada orang yang sedang satrukan dia.
Si thabib pengembara, yang terhadap Ie Tay
Giap perkenalkan diri sebagai Hoa Sam Cie, Hoa si
Tiga Jari, dan terhadap kuli?nya Hauw Gie mengaku
Tiat Leng Souw, si Kelenengan Besi, sebenarnya
adalah Tiat-leng-souw Hoa Sin Lun, cabang atas
yang biasa pesiar di sekitar Sucoan dan ln-lam.
Dengan tuntut penghidupan sebagai thabib, la
merdeka pergi ke mana ia suka. Biasanya dengan
anteng ia tuntun ontanya, di punggung siapa ia
letaki keranjang obatnya dan buntalan.
Pekerjaannya yang sebenarnya adalah tolong
sesamanya yang kesusahan dan terganggu
kemerdekaan dan hidupnya, tidak heran setelah
dengar kejahatannya Kim-gan-tiauw, ia terus
datang akan satrukan si Garuda Mata Emas ini,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINjusteru dia ini sedang ganggu le Tay Giap. Di
sebelah itu, ia dapat tahu, Hauw Gie biasa
sembunyikan orang? jahat dan jadi tukang tadah
besar, bahwa kejahatan di Ta-cian-louw kebanyakan
terjadi atas petunjuknya okpa ini. Maka kebetulan
sekali, sekarang ada alasan kuat untuk si
Kelenengan Besi turun tangan.
Adalah kemudian, Hauw Gie mulai menyangka,
bahwa si thabib pengembara, yang biasa muncul di
Hek Houw Kong, adalah seorang luar biasa, yang
gerak-geriknya mencurigai, dari itu ia lantas
perintah orang?nya membikin penyelldikan.
Penjagaan juga lantas diatur, apapula diwaktu
malam. Sekarang, Ie Tay Giap pun dicurigai, dan
orang telah dipasang akan intip sepak terjangnya
kongcu bekas mangsanya itu.
Di hari ke tiga dari munculnya si thabib
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINpengembara, kebetulan Hauw Gie kedatangan dua
tamu asal penjahat besar, yang biasanya bekerja di
Su-coan, In-lam dan Kui-ciu, namanya Coan Thian
Auw-cu Bu Seng, sii Alap-alap Langit. dan
Giok-bin-ho Pwee Siu, si Rase Kumala. Kedua
mereka bersaudara angkat, murid?nya Tiat-bin-hud
Cio Kay San, si Buddha Muka Besi. Mereka tidak
turun tangan kalau bukan untuk pencurian besar.
Mereka baru buron dari Tiu-ciu, Kwie-tang, di mana
suasana sudah panas bagi mereka, karena polisi
lagi mencari mereka. Selagi lewat di Hek Houw Nia,
mereka ingat Hauw Gie, sahabat kekal mereka,
segera mereka mampir.
Hauw Gie hargakan dua sahabatnya itu, yang ia
sambut dengan manis-budl.
Selagi berjamu, Bu Seng puji tuan rumah,
katanya sekalipun mereka berdua ternama, akan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtetapi sesampainya di Ta-cian-louw, mereka telah
dengar nama tersohor dari Kim-gan-tiauw, hingga
mereka kagum bukan main. Mereka juga kagumi
kedudukannya yang kuat, tidak seperti mereka yang
masih terumbang-ambing.
"Bu Jieko, kau bicara untuk satu pihak saja,"
Hauw Gie bilang. "Aku terpaksa tancap kaki di sini.
Di dalam hal kemerdekaan, aku masih kalah dengan
kau orang, kau boleh pergi ke mana kau suka. Aku
mesti urus beberapa parit, asal penilikanku kurang
sempurna, hal tidak? bisa terjadi. Dari dua-tiga
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ratus kuliku, tidak ada satu yang asal orang baik?,
hingga asal aku bertindak keliru, mereka bisa
berbalik kendalikan aku. Di lain pihak lagi, meski
kedudukanku baik dan namaku terkenal, toh diam?
ada orang yang lagi berdaya akan satrukan aku.
Aku kuatir, satu kali peristiwa terjadi, nanti ludas
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsemua usahaku dari belasan tahun!"
Giok-bin-ho Pwee Siu mengawasi, ia nampaknya
heran.
"Hauw Loosu, apakah benar di sini ada orang
yang berani main gila terhadap kau?" ia tegaskan.
"Keadaan sebenarnya masih samar, aku tak
dapat memastikan," sahut Hauw Gie. "Sekarang ini
aku baru bercuriga saja. Sudah lama aku seperti
asingi diri, sekarang aku tidak ketahui lagi banyak
orang baru di luar perbatasan, tidak demikian
dengan Shatee berdua, maka itu, apakah kau
ketahui perihal seorang thabib pengembara, yang
gerak-geriknya mencurigakan? Dia itu gemar
ganggu golongan kita, julukannya Tiat Leng Souw
..........."
Mendengar ini, Coan Thian Auw-cu Bu Seng
kelurkan suara di hidung,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YIN"Hm, kau sebut? dia itu, Hauw Toako!" kata ia.
"Kami tidak saja kenal dia, dia justeru satru kami.
Ya, dia memang liehay, dengan sebatang
kim-houw-ceng dia bisa mengidar di daerah
Biauw-kiang, mengganggu golong kita. Semua
kawan kita di Sucoan, In-lam dan Kui-ciu tidak ada
satu yang tidak benci dia! Hanya dia benar? luar
biasa, dia sukar dicari. Selama duapuluh tahun ini,
entah berapa banyak kawan kita yang rubuh di
tangannya. Di antara bangsa Biauw, sekalipun yang
liar, banyak yang ia telah bikin tunduk. Aku ingat,
pada lima tahun yang lalu, di Soat Bong San,
serombongan kawan kita, yang punyakan dua-tiga
ratus liauwlo, pernah kurung Tiat Leng Souw,
di-mana? dipasang jebakan, tetapi akhirnya
sembilan orang dibikin celaka, banyak liauwlo
menjadi korban, di dalam satu malam saja ia bisa
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINloloskan diri. Sejak itu, orang tidak dengar pula
namanya. Apakah benar Hauw Loosu telah ketemui
ia?"
"Aku sendiri belum pernah lihat dia, adalah
orang?ku, yang telah dibuat permainan," sahut
Hauw Gie, yang terus menuturkan sepak terjangnya
Tiat Leng Souw.
"Dia itu gampang sekali dikenali," kata Pwee
Siu, "Kelenengan besi pada ontanya adalah paling
luar biasa, jangan kata di Selatan, sekalipun di
Mongolia, tidak ada keduanya. Sudah roman
kelenengannya beda, juga suaranya, benar itu tidak
nyaring, tetapi panjang dan bisa terdengar sejauh
setengah Iie. Adalah dengan kelenengannya ini Tiat
Leng Souw taklukkan orang? Biauw sampai bangsa
Biauw pandang dia sebagai malaikat saja. Bugeenya
liehay, ramalannya pun tepat. Diapun beradat aneh,
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsatu kali dia arah orang, dia mesti arah terus. Tapi
Hauw Toako jangan kuatir, kami sudah ada di sini,
kami nanti bantu kau. Kami memang berniat
menemui dia!"
"Aku pun tidak takut!" Hauw Gie bilang dengan
tekebur. "Di daerah Ta-cian-louw ini aku ingin
tinggal dengan aman dan damai, tidak ganggu
orang lain, maka kalau Tiat Leng Souw benar maui
aku, baik, aku bersedia akan layani dia!".
"Bagus, Hauw Loosu!" berseru Bu Seng.
Hauw Gie merasa puas, tanpa insaf bahwa dua
sahabat itu sedang mengelabuinya. Mereka ini
sengaja omong besar, sedang sebenarnya mereka
buron justeru disebabkan mereka merasa dirinya
panas karena desakannya Tiat Leng Souw, dan
mereka datang pada Hauw Gie untuk mengharap
bantunnnya pemilik tambang emas ini. Mereka
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINharap, kalau mereka berhasil, nama mereka akan
naik tinggi, tapi apabila mereka gagal, mereka
boleh buron lebih jauh, akan umpatkan diri, tukar
she dan nama.
Segera malam itu, setelah siangnya beristirahat,
Bu Seng dan Pwee Siu dandan untuk keluar, buat
lakukan penyelidikan. Keras hasrat mereka akan
cari tahu di mana berdiamnya Tiat Leng Souw, agar
mereka bisa berdaya untuk turun tangan. Tetapi
malam itu mereka bercape-lelah sia-sia belaka,
mereka pulang dengan tangan kosong.
Adalah di malam kedua, orang? ronda dengar
suara kelenengan di kaki bukit sebelah timur, tetapi
waktu mereka pergi menyusul dan mencari, mereka
tak ketemui si thabib pengembara atau ontanya.
"Tiat Leng Souw bukan siluman, dia pun selalu
bawa ontanya, mustahil dia bisa menghilang," kata
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINPwee Siu pada saudaranya. "Mari kita menyamar,
untuk cari dia!"
Bu Seng setuju, maka siangnya mereka terus
bekerja. Mereka dandan sebagai saudagar, mereka
pergikan berbagai dusun atau desa, asal tempatnya
bisa dilalui oleh onta. Untuk ini, mereka sampai
pergi jauhnya belasan lie dari Hek Houw Nia. Sekali
ini, ikhtiar mereka tidak sia-sia.
Di kampung kecil Siauw-peng-cun, di mana ada
sebuah kuil Cay Sin Bio, di muka kuil, pada sebuah
pohon toh, mereka lihat seekor onta sedang
ditambat. Mereka lantas menduga. Mereka tidak
berani menemui si thahib, maka mereka cari rumah
penduduk yang berdekatan untuk menumpang, di
sini mereka sekalian dengar? hal thabib Itu.
Penduduk di situ tidak mengetahui banyak
perihal si thabib pengembara itu, mereka orang?
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtani, mereka tak curiga, tidak usilan.
Karena ini, Bu Seng dan Pwee Siu tunggu sampai
malam, lantas mereka pergi ke Cay Sin Bio. Mereka
tidak lihat onta di tempat tambatannya, mereka
jadi hilang harapan. Tapi mereka mencoba masuk ke
dalam kuil akan memeriksa, orang tidak ada, hanya
mereka dapati dapur darurat di mana ada kwalinya,
bekas orang masak nasi. Mejanya bersih.
"Iblis itu tidak berlalu dari sini, toako," kata
Pweo Siu. "Aku percaya betul, kuil ini dijadikan
pondokannya. Meja itu tentu dia punya
pembaringan. Sekarang dia kebetulan keluar, entah
ke mana, nah mari kita tunggu dia."
Bu Seng setujui adik angkat itu.
"Baiklah," kata ia.
Keduanya lantas keluar, mereka loncat naik ke
atas genteng untuk mendekam di wuwungan.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINMereka menunggu dari jam satu sampai jam lima.
Tiat Leng Souw tidak juga datang.
"Hiantee, dugaan kau meleset!" kata Bu Seng,
apabila ia tampak sinar fajar " Jangan? tua-bangka
itu sudah pergi jauhnya puluhan lie dari kita ........"
"Diam, toako!" Pwee Siu pegat saudaranya.
"Coba kau dengar, suara apa itu...."
Coan Thian Auw-cu Bu Seng berdiam, ia pasang
kupingnya. Maka berdua mereka mendengari.
Dari kejauhan, dari arah selatan, terdengar
suara kelenengan, suara mana makin lama makin
nyata.
Mau atau tidak, dua orang itu merasa tegang
sendirinya. Mereka mendekam terus seraya pasang
mata, kuping mereka tetap mendengari untuk
mengetahui jurusannya.
Tidak salah lagi, itu suara kelenengannya Tiat
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINLeng Souw, malah dia ini sendiri tidak lama pula
mulai terlihat sedang mendatangi.
Kapan Tiat Leng Souw sudah datang dekat kuil,
ia loncat turun dari ontanya, yang ia terus tuntun.
Ia tidak segera masuk ke dalam, ia hanya jalan
memutari, sampai dua kali, akhirnya, ia bertindak
masuk ke dalam pekarangan. Ontanya dilepas di
bawah pohon yang rindang, kelenengannya ia
loloskan, dibawa masuk ke dalam kuil.
Pwee Siu lantas loncat turun dari genteng, ia
hampirkan pintu untuk mengintip ke dalam. Kuil itu
kecil, tidak banyak kamar atau ruangannya. Di
dalam, si thabib letaki peti obatnya dan kelenengan
di depan sin-cie, ia rebahkan diri dengan kepalanya
ditandali sebatang besi berlobang bagaikan bantal.
Lekas sekali, ia jatuh pulas.
Lekas? Pwee Siu undurkan diri, akan beri tanda
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINpada kawannya buat turun dari genteng, kemudian
ia ajak kawan itu pergi sedikit jauh dari kuil.
"Dia sedang tidur sekarang," kata Giok-bin-ho
pada Coan Thian Auw-cu. "Satu malaman lamanya
dia keluar, tidak salah lagi, tentu dia pergi ke Hek
Houw Kong. Siapa nyana, dia bisa lakukan
perjalanan pulang-pergi dalam tempo satu malam?
Aku lihat, sekarang ada saatnya buat kita turun
tangan ........."
"Tetapi ingat, hiantee," Bu Seng peringati, "dia
bukan tandingan kita, kita tidak boleh sembrono.."
Pwee Siu tertawa tawar.
"Kita tak bisa lawan dengan tenaga, apa kita
tak bisa lawan dengan akal?" tanya ia. "Sekarang
mari kita pergi, kita tunggu lagi satu hari, apabila
dia keluar pula, kita tunggu dia, asal dia pulang di
waktu kira? jam lima, itu adalah saatnya untuk kita
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINturun tangan!"
Biasanya Bu Seng suka dengar adik angkat ini,
juga ini kali ia lantas menurut.
Maka berdua mereka terus pergi akan cari
pondokan, buat sekalian beristirahat dan mencari
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keterangan hal si thabib, hingga mereka ketahui
penduduk dekat? situ tak curigai thabib itu, yang
dikatakan pandai dan manis-budi.
Besoknya, dua penjahat ini tetap tidak pulang ke
Hek Houw Kong. mereka menunggu sampai lohor,
lantas mereka pergi ke Cay Sin Bio. Mereka pasang
mata dari jauh?, mereka umpatkan diri. Mereka
lihat onta ditambat di tempat biasa. Mereka terus
menunggu, sampai mereka dapatkan si thabib pergi
bersama ontanya, menuju ke arah Hek Houw Nia.
Bu Seng dan Pwee Siu berniat menguntit, tapi
mereka lihat orang jalan belum jauh tiba? si thabib
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINloncat naik atas ontanya, yang segera dikasi lari,
dan binatang itu lantas geraki empat kakinya akan
lari dengan keras, hingga mereka jadi kagum.
Sudah si thabib luar biasa, luar biasa juga
binatang tunggangannya itu. Biasanya onta memuat
barang berat dan jalannya pelahan. jarang dikasi
lari, tapi satu kali dia kabur, kaburnya pesat. Maka
tidaklah heran, kalau si thabib lekas berada di sana
dan di sini.
"Sudah, toako," kata Pwee Siu pada Bu Seng.
"Kita jangan tolol untuk kuntit dia. Paling baik kita
nantikan dia di sini. Dia toh mesti kembali. Dia
tentu pergi ke Kee Jiauw Gay, ke Hek Houw Kong.
Dia pun cerdik, barangkali sukar untuk kita kuntit
dia."
Coan Thian Auw-cu setujui adik angkat ini, ia
batal menguntit. Lalu mereka kembali ke tempat
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsembunyi mereka akan menantikan. Dengan begini,
mereka juga jadi dapat banyak ketika untuk
beristirahat.
Pada malamnya, kurang-lebih jam empat, kedua
penjahat mulai dengar suara kelenengan, suaranya
sawat?, maka mereka lantas pasang mata. Mereka
tak usah menunggu lama, akan lihat si thabib dan
ontanya. Thabib itu turun di muka kuil, lantas
seperti kemarinnya ia tuntun ontanya putari kuil
dua kali Dia pun rabah tubuh ontanya itu, habis itu
ia loloskan keIenengannya.
Dari jauh Bu Seng dan Pwee Siu tak dapat
melihat tegas, hanya setelah si thabib bertindak
masuk, keduanya loncat turun dari atas pohon di
mana mereka sembunyikan diri, buat hampiri pintu
bio. Mereka pecah diri di kiri dan kanan.
Pintu bio cuma dirapati, mereka bisa mengintip
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkedalam. Pwee Siu mengincar dari sebelah kanan, ia
lihat Tiat Leng Souw nyalakan sisa lilin, lantas ia
jalan mundar-mandir seperti ada yang dipikirkan,
sampai dua kali.
Mengawasi lebih jauh, Pwee Siu lihat orang
berdongko dengan tiba?, kedua tangan ditekuk
bundar, dimajukan ke depan, lantas kaki kirinya
dimajukan kedepan, setindak dengan setindak, kaki
kanannya mengikuti, dan saban gerakan kaki itu
kedua tangannya turut bergerak juga, ke kiri dan
kanan.
Jarak antara Pwee Siu dan si thabib cukup
dekat, tetapi penjahat ini dengar suara sambungan
tulang? setiap kali gerakannya si thabib, maka itu,
ia jadi terperanjat berbareng kagum.
"Benar? tua bangka ini liehay" pikir dia. "Tak
perduli di mana dia berada, dia pun tidak alpa untuk
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmelatih diri!"
Tiat Leng Souw sudah berlatih tiga jurus, ketika
ia sampai di tengah?, se-konyong? ia berputar ke
utara, kedua tangannya dikibaskan keluar,
menyerang ke arah sin-cie. Serangan itu tidak
mengenakan sasarannya, akan tetapi anginnya toh
sampai, sampai sin-cie bergoyang dan abunya
jatuh.
Dua? Bu Seng dan Pwee Siu mengkirik. Kalau
mereka terkena pukulan angin itu, celakalah
mereka. Mereka saling mengawasi.
Tiat Leng Souw berlatih terus, kali ini mendadak
ia putar tubuh ke arah pintu dan menyerang pula
sepertl tadi, anginnya mengenai kedua daun pintu
yang sedikit renggang, sampai kedua daun pintu itu
bergerak dengan mendadak. Karena serangan sebat
sekali dan kedua penjahat tidak menyangka, tahu?
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINmereka kaget dan kesakitan tatkala muka mereka
terdampar daun pintu! Dengan menahan sakit,
keduanya lantas undurkan diri.
Habis itu, Tiat Leng Souw bertindak ke pintu,
yang ia pentang, ia hampirkan ontanya.
"Kawan tua, baik? kau beristirahat di sini." kata
thabib ini pada binatangnya itu. " Jangan kau pikir
yang bukan?, nanti kau celaka, tak hidup sampai
lewat malam ini......."
Pwee Siu heran.
"Tua bangka ini edan barangkali," pikir dia.
"Kenapa dia ngoce sama onta?"
Tiat Leng Souw kembali ke dalam, atas mana
dari belakang pintu, di mana ia umpatkan diri, Pwee
Siu muncul, ia terus lompat pada kawannya, yang
sembunyi di seberang. Ia berbisik pada toako ini.
"Pikir baik?, hiantee," Coan Thian Auw-cu pun
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINberbisik. ,Tua bangka ini liehay sekali, sekali kita
gagal, bahayanya bukan main......."
Pwee Siu tidak jawab kanda itu, ia hanya loncat
naik ke atas genteng, maka mau atau tidak,
saudara tua ini lantas turut dia. Keduanya memang
punya kepandaian tinggi, gerakan? mereka sangat
gesit, loncatan mereka jauh.
Kapan Bu Seng telah dekati onta, ia ulur
tangannya akan lolosi tambang tambatan dari
cabang pohon, kemudian dengan tiba? ia gentak
tambang dihidungnya binatang itu, hingga binatang
ini kesakitan, sambil bergerak bangun, ia kasi
dengar suara keras. Lantas dari hidungnya
menyembur uap putih berikut pasir halus, mengenai
mukanya si orang jail, hingga ia ini rasai mukanya
perih. Ia jadi mendongkol, ia membetot keras, onta
itu kesakitan, ia berbunyi dengan nyaring. Selagi
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINbinatang itu berontak, Bu Seng lompat mundur ke
pohon, untuk singkirkan diri dan terus bersembunyi
di atas pohon itu.
Tentu saja Tiat Leng Souw dengar suara ontanya
itu, sekejab saja pintu terpentang dan ia loncat
keluar sambil berseru, menghampirkan ontanya itu.
Pwee Siu sembunyi di atas genteng, selagi si
thabib loncat keluar, ia loncat turun terus lari ke
dalam, sebentar saja ia sudah sampai. Ruangan
sebenamya gelap, karena sisa lilin telah padam,
akan tetapi karena tadi ia sudah melihat nyata, si
Rase Kumala bisa sumber kelenengan besi orang
dengan mudah, sesudah masuki itu ke dalam
kantong pekpo-long yang dikempitnya, ia lekas?
lari keluar pula.
Baru saja Pwee Siu mendekati pintu, atau
samberan angin menyerang ia, dengan sebat ia
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINberkelit mendak, hingga serupa barang menyamber
ke meja sin-cie. Ia lantas loncat pula ke samping.
Sekarang Tiat Leng Souw mengadang di arah
pintu. "Kawanan kunyuk, kau berani main gila di
depan Loo-ya-cu!" thabib itu membentak. "Aku mau
lihat, kau orang hendak lari kemana!"
Pwee Siu tidak perdulikan ancaman itu, di
tangannya ia sudah siapkan Bu-hong Wa-bin-piauw,
sambil menyerang ia loncat maju.
Hoa Sin Lun lompat minggir akan selamatkan
diri dari piauw itu, tapi ketika ini digunai oleh
Giok-bin-ho untuk lolos keluar, malah selagi
kakinya mengenakan tanah, tangannya dengan
cepat sekali tarik keluar toya-lemasnya
Hong-liong-pang dari pinggangnya, hingga ia bisa
terus menyerang pula.
Tiat Long Souw bertangan kosong, ketika ujung
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtoya mende
kati pundak kirinya, ia egos tubuh seraya
tangannya dimajukan guna tangkap toya itu,
sedang tangannya yang kanan dipakai mengulur ke
arah pinggang.
Karena serangannya kosong, Pwee Siu lekas?
tarik pulang senjatanya. Ia tahu, musuh berbareng
menyerangnya, maka dengan tidak kalah gesitnya
ia berkelit. Sambil putar tubuh, Tiat Leng Souw maju
merangsek, tangan kirinya diayun, dua jarinya
dipakai menotok punggung musuhnya.
Karena ia lagi membaliki belakang, Pwee Siu
terus loncat ke depan, sampai lima kaki, secara
begitu, ia lolos dari bahaya. Tapi ia pun hendak
membalas, seraya balik tubuh ia geraki toyanya.
Gerakan tubuh ini adalah yang dinamai "Oey Liong
Coan Sin" atau "Naga kuning putar tubuh". Toyanya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINsekarang menjurus ke muka.
Tiat Leng Souw berkelit ke kiri, dari situ kakinya
maju, disusul oleh tubuhnya. Ia lolos dari serangan
musuh. Karena ia mendesak ke samping kanan
musuh itu, ia segera menotok jalan darah
Tiong-hu-hiat.
Dalam keadaan seperti itu, mendadak muncul
Coan Thian Auw-cu Bu Seng, yang keluar dari
tempatnya sembunyi, terus saja ia serang pinggang
orang dengan bacokan "Siang-liong Pie-sui Too"
atau "Sepasang naga berkelit".
Mengetahui ada yang membacoknya dari
belakang, Tiat Leng Souw, yang tak berhasil
menotok lawan lekas berkelit ke kiri, hingga golok
lewat di samping iganya. Ia lekas berbalik, selagi
golok lewat. ia balas menyerang pundak lawan itu.
Darah Muncrat Di Lembah Kee Jiauw Gay Karya Cheng Cheng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bu Seng berkelit sambil mendak, kaki kanannya
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINdigeser ke belakang, tangannya diputar seraya
menyabat, dengan begitu sekali lagi ia membacok
ke kiri, untuk membabat lengan orang.
Tiat Leng Souw elakkan babatan musuh dengan
tarik pulang tangannya sambil mendak dengan
dalam, setelah geser kaki ke kiri. Ia berbangkit pula
dengan tubuh miring, dengan tangan kanan
menonjok iga kanan musuh.
Sambil memutar tubuh Bu Seng menggeser ke
kanan, sambil berbuat demikian ia balas membacok
pula dengan tipunya "Siang-liong Pie-sui-too" atau
bacokan "Sepasang naga membuka air", sasarannya
adalah paha lawan sebelah kanan.
Selagi begitu, dengan serangan yang
menerbitkan suara angin, Pwee Siu pun merangsek
hingga si thablb pengembara itu kena dikepung......
Dalam keadaan itu, Hoa Sin Lun keluarkan
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINkegesitan tubuh dan gerakan tangan
"Tay-chiu-hoat", hingga ia dapat kesempatan akan
coba dengan tangan kosong merampas senjata
musuh. Ia berkelit laksana kilat, ia maju dan
mundur seperti terbang melesat, hingga sekalipun
kedua penjahat besar itu liehay, mereka tidak
mampu berbuat suatu apa dengan rangsekan?
mereka.
Sudah begitu, Tiat Leng Souw tidak diam saja,
dengan kata? ejekan, ia bangkitkan
kemendongkolan orang, ia bikin orang sengit tetapi
kewalahan, karena musuh?nya itu senantiasa
sia-saja mencoba membacok atau menotoknya.
Dua-puluh jurus lewat dengan cepat, dengan
toya dan golok Pwee Siu dan Bu Seng seperti mati
daya, maka akhir?nya, dengan pelahan tetapi
teratur mereka Ini berkelahi dengan main mundur.
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINPwee Siu adalah yang merasakan paling dahulu
bahwa di akhirnya mereka bisa dapat susah, dari itu
ia mulai tukar haluan.
Sebagai seorang yang banyak pengalaman, Tiat
Leng Souw bisa duga maksud orang.
"Kawanan kunyuk!" ia menegor. "kau orang
berani membentur dato, baiklah kau kasi
keterangan padaku! Adakah kau orang anjing?nya
Kim-gan-tiauw Hauw Gie dari Hek Houw Kong?
Jikalau kau tidak memberi penjelasan, jangan harap
kau bisa lolos dari tanganku!"
Bu Seng tidak jawab teguran itu, sebaliknya,
setelah mengancam dengan satu bacokan gertakan,
ia loncat mundur akan terus lari ke arah pepohonan
yang lebat dan gelap.
Pwee Siu mendesak selagi orang berkelit,
beruntun ia menyerang sampai empat kali, selagi
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINorang mundur ia pun segera mencelat mundur,
sampai jauhnya dua tumbak, sesudah mana dengan
satu loncatan lain ia telad perbuatan kawannya.
Hanya berdiri di samping sebuah pohon besar, ia
menyahuti.
"Tua-bangka Hoa Sin Lun, jangan kau tekebur!"
demikian katanya. "Ketahui olehmu, kami adalah
dua saudara Coan Thian Auw-cu Bu Seng dan
Giok-bin-ho Pwee Siu! Kami datang kemari untuk
sambangi sahabat, kebetulan sekali kau sedang
banyak tingkah di sini, kau coba permainkan
Kim-gan-tiauw Hauw Gie, dari itu kami merasa
tidak puas, kami ingin belajar kenal dengan kau,
buat ketahui kau sebenarnya orang macam apa!
Baik kau lekas lepas tangan, kita jangan saling
ganggu, tetapi jikalau kau sengaja main gila, kami
kasi tempo tiga hari padamu, jikalau kau berani
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINpergi, di sana kami nanti haturkan bingkisan
berupa serupa barang pada kau, agar kau si tua
bangka bisa buka matamu!"
Tiat Leng Souw tertawa berkakakan mendengar
tantangan itu.
"Aku kira kau orang siapa, kiranya kau adalah
dua makhluk dari tapal batas itu!" ia berkata. "Aku
memang berniat bereskan kau orang, siapa nyana,
kau orang sendiri sudah tidak sabaran dan datang
hantarkan jiwa sendiri! Kau orang menantang akan
tunggui aku di Hek Houw Kong, inilah kebetulan, aku
memang berniat memberi pengajaran pada kau
orang! Kim-gan-tiauw Hauw Gie seorang busuk,
sudah punya tambang, dia masih sekakar dan arah
serta rampas juga kepunyaan orang lain, dia seperti
hendak kangkangi semua daerah Ta-cian-louw.
Untuk itu, dia sangat tidak tepat, akupun memang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINniat bereskan dia, maka kebetulan kau orang
bercampur jadi satu dengannya! Aku pikir untuk
hajar adat pada kau orang, tapi kau orang telah
menantang, baiklah, aku kasi tempo buat kau orang
hidup lebih lama beberapa hari! Dalam tempo tiga
hari, jikalau aku tidak datang ke Hek Houw Nia,
kecewa aku Tiat Leng Souw hidup dalam dunia
kangouw!"
Pwee Siu libat toya istimewanya di pinggang.
"Hoa Sin Lun, jangan tekebur!" ia membentak
pula. "Baiklah, kita nanti bertemu di Hek Houw
Kong, agar kau ketahui, siapa kita berdua! Nah,
sampai ketemu pula!"
Ucapan ini ditutup dengan gerakan tubuh, yang
lenyap di antara tempat gelap dan lebat, karena si
Rase Kumala sudah lantas susul kandanya, yang
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtelah mendahului angkat kaki.
Tiat Leng Souw tidak mengejar, ia hanya
kembali ke dalam. Ia sudah lantas nyalakan api,
akan pasang puntung lilin, tetapi begitu lekas api
menyala, ia jadi terperanjat sekali, sebab ia dapat
kenyataan kelenengan besinya sudah lenyap.
"Kurang ajar!" ia berseru seorang diri,
mendongkolnya bukan main. "Kawanan tikus, kau
orang berani permainkan aku si tua bangka?
Baiklah, jikalau aku tidak sapu Hek Houw Kong,
percuma saja aku si tua bangka hidup dalam dunia!"
Secara demikian, Tiat Leng Souw tenangkan
dirinya.
Bu Seng dan Pwee Siu telah kembali ke
pondokan mereka, akan besoknya siang pergi ke
Hek Houw Kong, ketika mereka sampai di waktu
HIAT CIAN KEE JIAUW GAY - CHENG CHENG YINtengah-hari, Hauw Gie justeru lagi mendongkol,
karena Kim-gan-tiauw sangsikan kejujurannya dua
sahabat itu, siapa sudah pergi dua hari dan dua
malam tanpa kabar-ceriteranya, sedang tadinya
mereka berdua itu yang berkeras hendak membantu
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka Joko Sableng 36 Tabir Peta Shaolin Golok Kumala Hijau Serial 7 Senjata
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama