Ceritasilat Novel Online

Ilmu Angin Sakti 7

Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung Bagian 7

sekali itu. dapat hancur berantakan terkena pukulan tangan seorang

perempuan muda dan dia masih bidup, sementara Cit Loo sendiri

rnerasakan nyeri hingga ketulang sumsumnya.

Olele, karera itu, sebab takutnya, tanpa pikir terhadap kitab

ataupun peti putih itu, Cit Loo segera angkat kaki, kabur secepat
cepatnya.

Sama sekali Cit Loo tidak menyadari, bahwa bersamaan dengan

dia melesat keluar dari guha, Siu Lian sendiri rubuh pingsan. tntah

berapa lama gadis itu rebah mene lungkup. Ia tersadar ketika sinar

matabari rnenyelinap masuk kedalam guha, membuat cuaca terang

ditempat itu.

Apalzah sebeaatnya yang terjadi?.

Sebenarnya sebagai seorang yang meyakinkan ilmu

mengeluarkan racun, haruslah Cit Loo menyadari. Akain tetapi

karena ilmu ini diperoleh dari Hek Mahie bukanlah karena dia

menjadi murid aku-akuan belaka. Sama sekali Cit Loo tidakKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 321

menyadari bahwa setiap bisa atau racun yang masuk kedalam

tubuhuhnya, pasti mendapatkan perlawanan pada waktu itu, oleh

karena la membalikkan peredaran darahnya. Sebagian besar darah

putih yang beredar dalam tubuhnya akan membentuk pertahanan,

sehingga akibat dari persenyawaannya dengan racun itu, akan

menghasilkan ?anti racun? yang sangat kuat sekali.

Itulah sebabnya, walaupun tidak seberapa banyak Siu Lian

?minum? itu, akan tetapi tenaganya bertarnbah bebat berlipat ganda,

hingga sekali bentur dengan pecut tulang Cit Loo, maka senjata

itupun hancur berkeping-keping.

Mula-mula Siu Lian agak tak yakin bahwa dirinya masih hidup.

Menilik pantasnya, sedangkan sinenek Gouw Nio yang juga kosen

segera tewas terkena pecut tulang itu, apa lagi dia, yang telak-telak

menerima hantaman senjata itu deagan tangan.

Tetapi akhirrya pemudi ini insyap juga, babwa dirinya memang

masih hidup. Ditelitinya keadaan disekitar guha ini, ternyata kakek

buas Kim Cit Loo itu sudah lenyap entah telah kemana. Tidak

terlihat walaupun hanya bayang-bayangannya.

Sunyi sekali, dan menyerarnkan suasanansia Apalagi melihat

bagkai si nenek Gouw Nio yang tinggal kulit berlipat-lipat itu,

sungguh ngeri dan sedih rasanya. Bergidik rasanya, mem

bayangkan kekejaman ilmu si kakek Cit Loo yang dahsyat itu,

Siu Lian jadi terberan-heran, ketika terlihat dilantai guha

terdapat tanab legok yang bentuknya mirip manusia menggeletak, ia

tak tabu babwa sebenarnya tanab legok itu terjadi ketika ia terjatuh,

dan "mencap" lantai guha itu. Demikianlah, karena badannya yang

menjadi lebih berat berkali-kali lipat, begitu jatuh terbanting, maka

menimbulkan bentak cap manusia. Betapa dabsyatnya!

Selang beberapa saat, barulah ingatannya terhimpun kembali.

Terlintas dalam pikirannya, apa yang baru saja terjadi atas dirinya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 322

Seketika itu juga terasa mulutnya asin, dan bau amis menguar dekat

sekali. Hingga akhirnya dia ingat bahwa ia secara tak sangaja

menelan gumpalan darah. Seketika itu pula, perutnya terasa mual.

Cepat-cepat ia mengatur pernapasannya. Serta kemudian duduk

bersemedi untuk melakukan siulian. Setelah dirasakannya tubuhnya

kembali segar, ia membuka matanya kembali. Tiada lagi terasa

perut mual, atau mulut asin bau amis. Bahkan yang membuat ia

keheranan, adanya tenaga yang bertambah besar.

Lega hatinya, ketika didapatkannya kitab dan peti putih itu

masih berada disitu, tidak kurang suatu apa. Diarnbilaya kedua

barang itu. Tanpa pikir apa isinya itu, langsung dimasukanuya

kedalam saku.

Peti putih yang sejak semula sudah dicurigainya, segera

dibukanya. Seluruh bagian peti itu berlapis kulit kecil putih, dan

memberi bentuk seperti sebuah dus tempat bedak. Dan didalamnya

terdapat suatu bcnda yang membuat Siu Liam tersentak keras.

Sebuah benda berbentuk singa-singaan berwarna hijau.

Matanya bersinar-sinar, seakan hidup. Entah terbuat dari logam apa,

namun mena rik hati sekali, akan tetapi juga aguag berwibawa.

Seketika itu juga, Siu Lian berlutut diha dapan benda kecil itu.

Kiranya benda inilah tanda lambang kepartaian Ceng Hong-pai,

yang kemudian dengan khidmad dan hormatnya benda itu

diangkatnya, untuk kemudian dikembalikan ke tempatnya.

Akan tetapi, ketika tangannya baru saja hendak meletakkan

lambang partai itu, tiba-tiba terlihat olehnya sebuah lipatan kertas

yang mirip surat. Segera diambilnya surat itu, keti ka dibukanya,

kiranya benarlah sebuah surat yang bertuliskan lima belas kata :Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 323

?Disampaikan kepada cianpwe Kim Cit Loo untuk dihaturkan

kepada Loo-hiap-kek Hek Mahie Luciepaong. Dari saudara muda

mu Ong Kauw Lian, Nepal !"

Singkat sekali isi surat itu, akan terapi bagi Siu Lian kiranya

berarti besar. Jelaslah kini siapa yang mencuri benda puiaka ini,

juga dimana adanya Ong Kauw Lian yang merupakan musuh besar

yang sedang dicari-carinya.

Beberapa saat Siu Lian menengadahkan muka, serta

merangkapkan kedua tangannya untuk mengucap syukur kehadiran

Tuhan Yang Maha Kuasa, yang kiranya telah melakukan keajaiban

ini.

Lekas-lekas dengan tidak mempedulikan segala sesuatu yang

ada disekeliiingnya ia tinggalkan guha Cit Lou. Ketika itu matahari

telah naik tinggi. Iapun baru tersadar kalau ia telah meninggalkan

Hong In lebih dari delapan jam.

Dengan mempergunakan ilmu lari cepatnya yang telah

mencapai tingkat tinggi, Sin Lian kembali kebotelnya. Hanya

kurang lebin satu jam ia telah tiba, langsung ia menerobos masuk

melintasi kamar kuasa hotel.

Melihat kehadiran Siu Lian yang sangat tiba-tiba ini, kuasa

hotel dan beberapa orang jongos jadi terheran-heran.

?Nona Apakah hendak bermalam pula?" tanya salah seorang

diantara mereka.

Siu Lian merasakan adanya firasat kurang baik. Ia kuatir, kalau
kalau Hong In ngambek dan meninggalkan dirinya, yang berarti

akan membuat urusan tambah ruwet saja.

?Nona, Kawanmu sudah pergi sejak tadi pagi-pagi!" kata

seorang jongos.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 324

?Tidak meninggalkan pesan??

?Tidak !" Jongos tadi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pada

pagi-pagi tadi, kami dapatkan kamar kosong melompong. Nona

tidak ada kawan nona juga tak ada, barang-barang juga bersih.

kecuali sepotong uang perak seharga delapan tahil.?

?Dan kamar itu akhirnya kami sewakan kepada tamu-tamu

yang lain.? kata kuasa hotel menyembungi.

Siu Lian mengerti maksud kuasa hotel berkata setengah

memohon ini. dan ia juga bukan orang yang suka membuat

keonaran. Kamar sudah disewa orang lain, ya sudah. Hanya yang

disesalkan adalah sikap Hong In yang selalu hanya menuruti

keinginan-keinginan spontan tanpa banyak pikir atau timbang
timbang.

Akhirnya, setelah pikir-pikir tak ada gunanya lagi di tempat itu

maka iapun berpamitan pergi. Di luar Siu Lian jadi bingung, karena

ketika ia merogoh sakunya disana hanya terdapat sepotong uang

perak seharga sekali makan. Uangnya seluruhnya berada dalam

buntalan yang mungkin dibawa oleh Hong In.

Ketika perut sudah tak tahan lagi karena lapar, Siu Lian

memasuki sebuah rumah makan, walaupun dengan hati kebat kebit.

Di tempat itu kebanyakan tamu-tamunya kaum buruh biasa.

Lega juga hatinya, ketika ternyata setelah dihintung-hitung,

uangnya masih menyisa delapan chie. Dengan sisa ini ia membeli

secarik kain yang cukup dipakai untuk membuntal cap

kepartaiannya dan juga kitab Cit Loo. Pada pikirnya, kitab ini akan

diberikannya pada Hong In, seseorang yang dianggapnya wajib

memiliki benda ini.

Hari ini, sepanjang malam Siu Lian menjelajahi kota Giok

Kang Cian. Telah mencari-cari Hong In tidak dapat juga ditemukan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 325

Iapun mencari tempat istirahat dalam sebuah kuil tua, bila perlu

untuk bermalam juga.

Menjelang kjam tiga pagi, ketika terdengar suara kentongan

tiga kali. Siu Lian keluar dari dalam kuil.

Mengerahkan ilmu meringankan tubuh, ia berloncatan melalui

genteng-genteng tumah penduduk menuju ke arah selatan. Itulah

bagian kota tempat hartawan-hartawan bertempat tinggal.

Kebanyakan rumah-rumah disitu bertingkat, setidaknya

bertingkat tiga. Centeng-centengnya berkeliaran menjaga sekitar

pekarangan gedung.

Akan tetapi pada saat itu, tanpa para penjaga rumah-rumah itu

menyadari, kedalam gedung besar bertingkat lima, tampak melesat

sebuah bayangan hitam. Dan beberapa detik kemudian, bayangan

hitam itu telah keluar lagi. Ditangannya terjinjing bungkusan uang.

Bayangan itu cepat melesat ke arah utara. Lalu memasuki sebuah

kuil rusak yang sepi. Itulah Siu Lian yang terpaksa mencuri

sejumlah uang emas. Ia hendak membuat perjalanan jauh dan perlu

sekali biaya.

Keesokan harinya, pagi buta sedang ayam jantan berkokok. Siu

Lian telah terjaga dari tidurnya. Setelah mencuci muka, maka ia

meninggalkan kota Giok-kang-cian! Dengan tujuan yang sudah

tetap. NEPAL!

****

Kemanahkah Hong In pergi? Mengapa ia membawa semua

barang-barangnya berikut buntalan Siu Lian, hingga Siu Lian

terpaksa melakukan pencurian?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 326

Pagi itu, ketika ia tersadar dari tudurnya, ia jafdi terkejut ketika

mendapatkan temannya tidak ada. Pintu dan jendela tertutup

sebagaimana biasa. Hong In membuka jendela dan melompat

keluar, barangkali Siu Lian sedang melatih diri?

Tetapi sampai setengah jam lamanya ia mengitari keliling

hotel,tidak juga ditemukan orang yang dicarinya. Bayangannya pun

tidak!

Akhirnya, karena kesal iapun balik kembali ke kamarnya.

Dikemasinya seluruh barang-barangnya, termasuk pula buntalanSiu

Lian dibereskannya. Tanpa memberitahu kepada kuasa hotel, ia

meninggalkan tempat itu, setelah meninggalkan sepotong uang

perak di meja da;am kamarnya.

Di luar pintu kota, dilaluinya sebuah toko yang menjual anjing
anjing dan kuda-kuda mongol. Setelah memilih seekor yang
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berwarna hitam, tanpa menawar, dibayarnya kuda itu. memangnya

pembayaran itu sangat tinggi, maka pemilik toko itu jadi

kegirangan.

Dengan tangkas Hong In menceplak punggung kuda. Ketika

kedua kakinya menjepit kuat-kuat pada perut binatang itu, maka

kuda itu melesat kabur secepat terbang.

Sebentar saja, lima lie telah dilalui. Pikirannya kacau, juga

kecewa, mengira bahwa kepergian Siu Lian itu merupakan sikap

yang memandang rendah sekali kepadanya. Mengapa tidak

mengajakku? Atau setidak-tidaknya meninggalkan hendak

kemana?!

Dengan tidak menemukan halangan suatu apa , telah empat

belas hari ia menempurh perjalanan. Ketika tiba pada sebuah hutan

padang rumput, terasa haus bukan main, karena kecuali matahari

pada saat itu sedang naik tinggi tepat berada di atas kepala, juga diKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 327

sekitar tempat itu tidak terdapat sumber air ataupun sebatang anak

sungai, sehingga sampai saat ini Hong In belum minum.

Setelah berpayah-payah mengitari padang rumput itu, maka

ketika matahari hampir terbenam, ditemuinya sebuah anak sungai

yang melintang dari utara ke selatan. Airnya jernih, dan tanpa

membuang waktu lagi Hong In meneguk air beberapa tenggak

sehingga badannya kembali terasa segar. Sehabis memberi minum

kudanya pula, Hong In bermaksud menceplak binatang itu untuk

melanjutkan perjalanan.

Akan tetapi, sedang ia baru saja hendak dudukkan badannya di

punggung kuda, matanya yang tajam melihat sekelebat bayangan

yang berlari ke arah utara.

Cepat sekali lari bayangan itu. akan tetapi Hong In masih dapat

melihat bahwa bayangan itu berpakaian kedombrongan dengan

katun India. Seketika itu juga semangat Hong In terguggah, ia yakin

bahwa orang itulah yang telah mencuri peti putih dari bawah

bantalnya. Cuma bedanya bayangan ini tidak berkuncir dan selama

melarikan diri selalu memekik-mekik.

Seketika Hong In sudah menghunus pedangnya untuk

mengejar. Akan tetapi segera teringat bahwa lawan sangat lihai,

diatas tingkat kepandaiannya sendiri. Maka sambil menunggu

gelagat, ia hanya menguntit dengan perasaan meluap-luap dan hati

panas.

Mengagumkan kecepatan lari bayangan ini. dengan masih tetap

memekik-mekik, menggunakan bahasa yang tidak sedikitpun Hong

In dapat memahami, bayangan itu terus berlari dengan kecepatan

yang makin lama makin cepat.

Semula Hong In mengira bahwa bayangan itu telah menjadi

gila, sebab memekik-mekik tidak karuan juntrungannya. AkanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 328

tetapi terdengar sahutan. Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara

pekikan yang serupa.

Sebenarnya sejak Hong In membuntuti, bayangan tadi telah

menyadari bahwa dirinya telah dikuntit oleh seorang pemudi. Akan

tetapi karena agaknya ada urusan yang sangat penting sekali, ia

tidak mempedulikannya, melainkan mempercepat tindak

langkahnya, sehingga walaupun Hong In telah megerahkan seluruh

kemampuannya, ia masih juga semakin ketinggalan.

Pekikan-pekikan bayangan itu, semakin keras menyambut

pekikan-pekikan yang datang dari arah depan. Bayangan itu tampak

sudah binggal berupa sebuah titik belaka.

Maka kini tampak dua buah titik dikejauhan sana. Yang satu

datang dari arah depan bergerak pesat juga seperti titik yang

sebenarnya adalah bayangan berpakaian kedombrangan itu.

Sekonyong-konyong ketika kedua titik itu telah saling

mendekati, mereka melenting ke udara tinggi sekali. Mereka

tampaknya seperti sedang bertarung.

Tadimereka sahut menyahut dengan pekikannya. Mengapa

sekarang jadi baku hantam? Tak lama kemudian Hong In datang di

tempat itu.

Dan jelaslah kini apa yang sebenarnya terjadi. Bayanganyang

dikuntit tadi, yang ternyata adalah seorang asing, bermuka kuning

menyeramkan. Rambutnya dikonde ke atas. Orang ini sedang

bertarung dengan seorang pemuda tampan yang bersenjatakan

pedang.

Ada dua prang lagi yang tidak ikut bertarung. Seorang ading

bermuka merah seperti bara. Buruk dan menyeramkan. Hanya

kelihatannya dia ini telah terluka. Matanya seperti tidak bisaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 329

melihat. sedangkan dibawahnya menandakan tanda-tanda darah

yang sedang mengering.

Yang seorang lagi adalah seorang pemuda pula. Kehadirannya

di tempat itu, tampaknya hanya menonton, atau mungkin juga

karena ia menjadi teman salah satu pihak, yang mana pihak itu tidak

memerlukan bantuan lagi.

Sipemuda yang melayani bayangan muka kuning itu, care

bertempurnya sangat tenang, akaa tetapi serangannya sungguh aneh,

cepat juga berperibawa, seakan dapat mempengaruhi gerakan

lawannya. Tampaknya ia tidak perlu kuatir akan berada jatuh

dibawah angin. Setiap serangan orang bermuka kuning itu,

disambutinya dengan baik, lalut berbalik secara tak terduga ia balas

mendesak.

Hong In terus menonton pertarungan dari tempat

semnbunyinya. Hatinya sangat tertarik. Sejak usia dua belas tahun

ia telah mengikuti kedua gurunya, menuntut ilmu. Disamping itu

walaupun ia hanya mengikuti kedua gurunya ini, akan tetapi berkat

ketekunan dan kecerdasannya, dalam waktu tujuh tahun ini, cukup

banyak pengetahuan dan pengalamannya tentang berbagai cabang

ilmu pedang yang ada dikalangan kangouw.

Namun demikian, ia benar-benar tidak mengetahui ilmu pedang

yang dimainkan oleh si pemuda tampan tadi.

Lama Hong In sudah memperhatikan dengan seksama, tetapi

tetap juga ia tidak dapat menduganya, dari golongan manakah ilmu

pedang pemuda itu. ia melihat ilmu pedang si pemuda cepat seperti

angin! bahkan tepatnya disebut ilmu pedang angin saja. sebab

gerakannya sangat cepat, hampir tak terlihat, akan tetapi bahayanya

bagi lawan sungguh mengerikan! Setiap saat melontarkan ancaman
ancaman maut yang tidak terduga.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 330

Dalam kagumnya ini, Hong In tenggelam dalam pikirannya

sendiri. Tiba-tiba ia teringat sesuatu! Bukankan ia tadi telah

menguntit seseorang yang begitu sangat dicurigainya. Orang itu

bermuka kuning?! Mungkinkah dia ini? si iblis muka kuning?! Dia

bermuka kuning dan berkebangsaan India! Mungkinkah?!

Sedang Hong In belum dapat mengambil keputusan, tiba-tiba

terdengar suara teriakan orang bermuka kuning itu. teriakannya

seperti memberikan aba-aba.

Menyusul kemudian, belum sempat Hong In menduga apa yang

dimaksud oleh teriakan itu, maka orang bermuka merah itu

memperdengarkan teriakan yang serupa! Sekonyong-konyong pula

ia telah melancarkan serangan ke arah Hong In. walaupun orang itu

kedua matanya tidak dapat melihat, akan tetapi gerakannya sangat

cepat. Sebentar saja telah tiba di hadapan Hong In. dengan gerakan

yang tidak kalah hebatnya, Hong In melompat ke samping kanan

sambil menghunus pedangnya, siap untuk mengirim serangan

balasan.

Tetapi sungguh gadis ini menjadi kecele! Ternyata kakek muka

merah itu bukannya menyerang dengan sesungguhnya, hanya gertak

belaka untuk mencari jalan buat kabur.

Demikianlah, dengan mempergunakan kesempatan ketika Hong

In menyingkir, orang muka merah itu menjejakkan kakinya ke kiri,

untuk kemudian tubuhnya melayang ke arah semak-semak rumput

yang lebat. Ketika Hong In bermaksud mengejarnya, ia hanya

mendapatkan tempat kosong belaka. Orang muka merah itu sudah

tak kelihatan bayangannya.

Disaat itu pula, terdengar pekik kesakitan si kakek muka

kuning. Lalu terlihat tubuhnya mencelat kabur menyusul kawannya

meninggalkan ceceran darah yang menyembur dari sebelah

lengannya yang telah terpapas buntung.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 331

Sebenarnya, waktu si kakek muka kuning ini yang tidak lain

adalah Oei Mokko, meneriakkan suaranya agar pergi menyingkir,

karena keadaannya sudah menar-benar terdesak hemat. Sebagai

juga Hong In ia terheran-heran menyaksikan ilmu pedang lawan

yang sama sekali tidak dapat diketahui dari cabang persilatan mana.

Seluruh tipu-tipu silat pemuda itu, yang tidak lain adalah Lie Sin

Hong teramat cepat dan susah diduga.

Oei Mokko walaupun ia berkebangsaan India, akan tetapi sudah

dua puluh tahun lamanya ia menjagio hampir tiga perempat tanah

Tionggoan, boleh dibilang hampir segala ilmu silat dari cabang

yang manapun telah dikenalnya. Tetapi kali ini bertemu lawan

seorang pemuda ini, jangankan dapat mengalahkannya, mengenal

ilmu silat lawannyapun tidak!

Pedang lawan bergerak seperti angin dan orangnya

berkelebatan seperti bayangan. Sejak pertama kali bergebrak, Oei

Mokko selalu menubruk tempat kosong. Sekali waktu sempat ia

melihat lawannya di sebelah kanan. Ia segera menerjang kesana.

Akan tetapi lawan tiba-tiba lawan telah berada dibelakang

tubuhnya, sehingga ia seakan dilibat oleh angin yang berputar-putar

membingungkan.

Begitulah, karena menduga bakal kalah, maka Oei Mokko

memberi aba-aba saudaranya untuk kabur, sedang dia sendiri,

begitu melihat kelonggaran segera melompat pergi.

Tetapi malang baginya, pedang Sin Hong masih sempat

menyabet tangan kanannya, hingga buntunglah akibatnya tangan

kanan iblis muka kuning ini! untunglah Sin Hong tidak mengejar

lebih jauh. Bukankah dengan membutakan matanya Ang Mokko

dan membuntungi lengan kanan Oei Mokko itu sudah cukup?

Menurut dugaan Sin Hog yang memang masih hijau, dalam

kalangan kangou, kedua iblis itu akhirnya akan menyesal danKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 332

insyaf, kapok! Dia tidak memperhitungkan bahwa, bagi kedua iblis

bangkotan itu, mana mengenal kapok apalagi menyesal?!

?Tua bangka muka merah! Muka kuning, Hari ini kuampuni

jiwa anjing kalian! Tapi jangan diharap dilaiu waktu, bila kalian

berbuat lagi ........ Eh, adik Giok!" Seru Sin Hong mernanggil Giok

Hoat Kong pemuda yang juga duduk diluar pertarungan itu.

Sin Hong hendak membicarakan sesuatu, akan tetapi tiba-tiba

terdengar suara derap kaki kuda, bersama munculnya sebuah
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangan baju merah yang melekat dipunggung binatang itu.

Tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya, bayangan mcrah itu

yang bukan adalah Hong In, melarikan kudanya mengejar kearah

jalan yang ditempub Oei Mokko. Semnla Sin Hong bermaksud

tidak mau tahu urusan orang, akan tetapi segera dilihatnya pemuda

tampan Hwat Kong ternyata berlari memburu si baju merah, maka

Sin Hong mengejar sambil berseru:

?Tunggu! Mau kemana kau?!"

Tetapi Hwat Kong tidak peduli. Dengan raengerahkan seluruh

kepandaian lari cepatnya ia berusaha mendekati kuda yang

ditunggangi oleh si baju merah.

Oleh karena mereka berlari cepat menerobos semak belukar,

maka kuda yang ditunggangi oleh si baju merah itu jadi sering

terhalang. Sebaliknya, baik Oei Mokko ataupun Ang Mokko juga

Hwat Kong data Sin Hong dapat berlari dengan leluasa, melompat
1ompat atau pun menerobos.

Tak lama kemudian Sin Hong dapat roe nyandak Hwat Kong.

Dan keduanya akhirnya dapat menyusul si baju merah, yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 333

kemudian membuat mereka keheraaan, sebab penunggang kada itu

kiranya adalah seorang data remaja cantik.

Data itu memang Hong In, tentu saja cantik dan juga cepat

membuat laki-laki terpikat hatiaya untuk sekali pandaug.

Diam-diam dalam hati Sin Hong mengeluh.

?Rupanya dara inipun begitu dendam ke pada India itu, Ah,

benar-benar iblis itu terlalu besar dosanya. Pastilah urusan hutang

jiwa juga.,.... !

Hong In tahu bahwa dirinya diikuti oleh dua orang pemuda

tampan. Akan tetapi seluruh perhatiannya sedang tercurah kepada

dua orang musun besarnya. Mereka tak boleh lolos. Ia bertekad

untuk mengadu jiwa dengan kedua pembunuh orang tuanya itu, bila

perlu sanipai titik darah pengbabisan.

Ang Oci Mokko berlari sipat kuping, menerobos hutan belukar

untuk menghindarkan jejak dari pengejar-pengejarnya. Akan tetapi

hal itu sulit. Karena mereka selalu menjerit-jerit sepanjang jalan

tetutama sekali Ang Mokko yang tidak tahu jalan juga ceceran

darah dari luka mereka merupakan penunjuk jalan bagi pengejar

pengejarnya.

Sin Hong naempertinggi pengerahan ginkangnya. Entah

mengapa hatinya merasa tertarik melihat wajah gadis baju merah

itu. Bukan karena dia seorang pemuda yang hidung belaag, akan

tetapi setelah rnemperhatikan bentuk wajah dara itu, Sin Hong

seperti teringat pada seseorang.

Diam-diam sambil mengamati dari dekat wajah Hong In, Sin

Hong mengingat-ingat. Hm, dara baju merah! Dara berpita merah!

Sepatu merah! Serba merah! Dimana? Dimana aku pernah

mengenal dia ini .. !Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 334

Tiba-tiba Sin Hong hampir melompat kegirangan, karena

teringat akan perjalanannya sepuluh tahun yang lalu bersama

Balghangadar. Mereka pernah menyambangi keluarga Oei

Kechung!

?Tidak salah !" seru Sin Hong selanjut nya. ?Bukankah nona ...

nona Oei?"

Seketika Hong In menarik kenbali kudanya. Lalu dengan mata

membelalak, ia menatap ke arah Sin Hong.

Lalu seperti orang kaget dan gugup, cepat sekali ia meuabok

pinggang kudanya. Kuda itu pun melompat pula, berlari dengan

sangat cepatnya.

Sebenarnya Hong In sendiri memang rasa-rasa perrah melihat

pemuda tampan yang berilmu sangat tinggi itu. Akan tetapi kapan,

dia tak ingat lagi. Ingin sekali ia menegurnya, akan tetapi mendadak

dirasanya jantungnya berdebar keras ketika melihat ketampanan

peenuda yang dapat mengalahkan kedua musuh besar keluarganya

itu. Lagi pula, ia kuatir Ang Oei Mokko dapat lolos dari pengejaran,

maka ia lebih baik membalapkan kudanya. Urusan lain toh dapat

diselelsaikan nanti.

Tetapi Sin Hong dapat berlari menjejeri kuda itu. Bahkan sarna

sekali dia tidak tampak ngos-ngosan, karena Iwekangnya yang

sudah mencapai tingkat tertinggi. Dan hal ini tambah mernbuat

kagurn Hong In belaka.

?Nona . belum lama aku menyambangi Oei kechung lagi,

tetapi .. seru Sin Hong.

?Bagaimana kau bisa nuengenalku?" Akhirnya Hong In

menjawab juga.

?Aku adalah tamu kecil dirumahmu, dulu sepuluh tahun yang

lalu, bersama sahabat ayahmu, Balghangadar....?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 335

?Oh !" Hong In terpekik. Ia ingat sekarang. Benar, ia ingat

bahwa saat itu orang tuanya pernah mernperkenalkan kedua orang

tamu yang pernah berkunjung kerumahnya. Saat itu Hong In masih

gadis kecil kuciran. Kini pemuda itu telah menjadi demikiau

lihainya, tambah devvasa dan .... tampan sekali. Begitu pula, Hong

In sendiri menyadari bahwa dirinya sudah bukanlah gadis yang

ingusan lagi.

Terpikir yang demikian, Hong In merasa malu sendiri.

Disamping mereka berdua, masih ada pula seorang pemuda tampan

pula yang tampaknya genit, dan selalu memandangi Hong In

dengan mulut cemberut.

Terhadap pemuda yang terakhir ini, Hong In tidak

mengenalnya tetapi mengapa pemuda itu tampaknya membencinya?

Hong In jadi sebal melihatnya.

?Nona, kukira kedua iblis itu takkan bisa lari terlalu jauh.

Mereka terluka!" kata Sin Hong.

?Teritna kasib atas bantuanmu. Tetapi mengapa kau

melepaskannya? Bukankah sudah tahu bahwa mereka itu musuh

besar .... "

?Punya musuh besar sih, orang lain yang rnembalaskan sakit

hati, mana patut?!" Tiba-tiba saja Giok Hwat Kong memotong

bicara.

?Siapasurulli?" Hong In membentak karena tersinggung.

Dengan matanya yang bundar, gadis baju merah ini melotot kearah

Hwat Hong. Kau kira aku tak sanggup melakukan sendiri?

Membunuh monyet tua seperti itu apa susah nya!"

Sebenarnva Hong In sendiri tak yakin pada kata-katanya,

Namun karena rnarah, maka ia berkata asal ceplos saja.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 336

Hwat Kong menjebikan bibirnya. Sedangkan Sin Hong jadi

bingung. la tak tahu, mengapa kedua orang kenalan barunya ini

tahu-tahu jadi seperti bermusuhan.

?Yah, kalau cuma membunnh monyet-monyet tua yang sudah

luka barang kali dengan mata meram semua orang juga bisa! Tetapi

aku tidak percaya bahwa kau dapat begitu mudah melawan rnereka,

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Ang Oei Mokko? kalau

bukannya Lie-ko yang melakukannya, agaknya sulit diharap.?

Mendengar disebutnya nama Lie ko, nama si pernuda tampan

yang berilmu tinggi nu. Hong In tersenyum dalam hati. Niatnya

untuk menanyakan nama pemuda itu sudah ada yang

menjawabnya.. Ia ingat persis sekarang bahwa nama pemuda

teatulah Lie Sin Hong. Nama yang jadi dapat diingatnya sekarang.

?Sudahlah, kenapa kalian jadi bertengkar?" Sin Hong menukas.

"Kewajiban rnembiasakan Aug Oei Mokko itu merupakan

kewajiban bersama bagi orang-orang gagah. Tak perlu diributkan

lagi. Barangkali sudah waktunya kedua perusak dunia ini akan

tamat riwayarnya!"

Mendengar akan ucapan Sin Hong yang agak condong

rnembantu dirinya, Hong In berberdebar hatinya. Namun mendadak

ia terkejut, ketika ia tiba-tiba kuda tunggangannya lompat maju,

meringkik kesakitan sambil mencongklang sangai pesat kedepan,

?Bangsat cilik! Kau apakan kudaku?!" bentak Hong In.

?Katanya mau menangkap Ang Oei Mokko. Kenapa pakai

ngobrol apa segala?!" sahut Hwat Kong seraya menjebikan

bibirnya, dan menyeret tangan Sin Hong untuk mempercepat larinya

mengejar.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 337

Dengan mengikuti tetes-tetes darah yang masih terlihat tercecer

diatas tanah, maka mereka membayangi Ang Oei Mokko yang kini

sudah tidak lagi kedengaran suaranya.

Saat itu hari telah mulai rernang kembali. Layung senja merah

telah bertukar dengan kegelapan. Dan mereka kiini masih berada di

antara semak belukar, yang mereka tidak tahu dimana batasnya.

Tentu sija dengan adanya perubahan cuaca ini, mereka tidak

mungkin lagi dapat menjejaki jejak berdarah yang dibekaskan oleh

buron mereka. Lagi pula, dalam keadaan malam seperti ini,

mengejar musuh yang tak ketahuan dimana beradanya, amatlah

berbahaya.

Setiap saat, mereka bisa saja membokong. Oleh karena itu,

walaupun tidak bersepakat terlebih dahulu, mereka bertiga

menghentikan perjalanannya.

?Tak mungkin mereka berani membokong" kata Hwat Kong

seakan dapat menduga jalan pikiran kedua temannya. Kalau kita

berhenti disini, mungkin besok kita takkan dapat menemukan

jejaknya lagi. Akibatnya. walaupun seribu tahun lagi kita mencari

takkan berhasil menemukan mereka.,.."

Benar juga apa yang dikatakan oleh Hwat Kong. Memberikan

waktu kepada kedua orang buron yang terluka itu? berarti

membiarkan mereka mengobati luka-lukanya, untuk kemudian

berbalik menyerang atau mungkin arnbil langkah seribu alias

minggat. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi rombongan

Hong In ini.

Hong In ingin sekali membenarkan pandapat Hwat Kong,

pemuda tampan yang gerak-riknya kegadis-gadisan itu. Tetapi

sungkan! Bahkan terpikir olehnya untuk menyangkalnya dengan

jitu. la yakin bahwa cenauda genit itu tentu bermaksud meneari

muka dihadapan Sin Hong. Maka ia harus kalahkan dengan segera.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 338

?Dendamku dengan iblis-iblis itu sedalan lautan. Jangankan

seribu tahun, seumur dunia akan kujejaki mereka hingga dapat

kucincang dengan pedangku!. Orang yang tidak tahu urusan tak

perlu ikut campur !"

?Siapa bilang aku tidak tabu urusan?" Hwat Kong mengotot.

?Sebelum kau muncul, aku sudah bertarung dengan rnereka

Bukankah begitu, Lie-ko?"

Tentu saja Lie Sin Hong membenarkan perkataan Hwat Kong,

dan hal itu saugat menggembirakan Hwat Kong yang merasa
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menang bicara. Sebaitknya membuat jangkel, Hong In.

?Ah, benar hebat ilmu kepandaianmu! Lie-ko yang demikian

lihainya bertarung melawan Aug Oei Mokko dari jarak dekat.

Tetapi kau sambil bersembunyi menonton bisa bertarung melawan

mereka. Tentunya kau mempergunakan jurus kura-kura tarik kepala,

bukan? Nah, didalam partai persilatan yang manapun tak pernah ada

jurus sakti seperti itu, kecuali dari perguruan omong besar, seperti

kau!?

Tak tahan Lie Sin Hong mendengar kata-kata itu, ia tertawa

terpingkal-pingkal, sedangkan Hwat Kong yang merasa kena ejekan

jitu, wajah nya berubah merah jambu. Untung saja keadaan waktu

itu sangat gelap, hingga tidak terlihat betapa pipi pemuda itu

memerah seperti pipi gadis,

?Kau kira aku takut padamu!" bentak Hwat Kong, seraya

bertindak maju.

?Nonton iblis berani tarung masakah takut melihat aku yang

lagi omong-omong!?

?Awas aerangan !?

Hwat Kong yang sudah tak dapat menahan amarah lagi, segera

menggerakkan tangannya menyodok kearah dada Hong In.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 339

Hong in tidik lengah. Dengan sedikit memiringkan tubuhnya,

maka serangan Hwat Kong dapat dihindarinya. Sekaligus gadis

berjubah merah, melancarkan serangan balasan.

Sebeilah kakinya yang masih berada di atas kuda itu

menendang, mirip gerakan kuda menyepak. Tetapi Sin Hong telah

lebih cepat bertindak. Dengan mengangkat kedua tangannya,

pemuda perkasa ini berseru mencegah.

?Sudablah! Dengarkan, suara apa itu?!"

Sekalian keduanya segera diam, memasang telinga. Benar saja,

raereka segera mendengar so ara sayup2. Suara ya'ig terdengar

aneh, lengking seperti seruling, akan tetapi juga mendesis seperti
seperti angin puyuh.

Ketiganya saling pandang penuh tanda tanya. Hong In segera

teringat sesuatu, lalu katanya:

?Mereka bertempur !"

?Siapa?? Hwat Kong lupa bahwa gadis baju merah itu baru saja

menjadi lawaanya. Sin Hong manggut-manggut. Walaupun ia

belum dapat menduga dengan pasti, tetapi ia yakin bahwa tidak.

jauh dari tempat mereka sedang berlangsung pertarungan seru

antara orang penjinak ular dengan peniup seruling sakti.

Hong In membalapkan kudanya tanpa bicara lagi. Dia ingat

akan Ban Lie Thong, pendekar kate yang jenaka, yang pernah

dikenalnya di tanah muncul sungai Giok ho, ketika bertarung

melawan kedua siluman.

Sin Hong dan Hwat Kong pun mengikutinya tanpa pasang

bicara lagi.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 340

Benar saja, setelah mereka berjalan tidak berapa lama, mereka

telah tiba pada sebuah padang liar yang sempit yang agaknya

merupakan sebidang tanah bekas hutan yang dibabat oleh pemburu.

Pada padang itu tampak duduk seorang laki-laki pendek di atas

sebuah pangkal kayu sambil meniup seruling. Sedang kan

disekeliling orang ini terlihat berpuluh-puluh ekor ular sendok yang

mengelilinginya sambil menari menggerak-gerakkan kepalanya.

Tidak jauh dari tempat padang itu, tampak seorang laki-laki

yang mengenakan ubel-ubel di kepalanya. Lelaki ini berwajah

menyeramkan, penuh dengan bulu-bulu yang tumbuh pada pipi dan

janggutnya. Tubuhnya kurus tinggi, kulitnya hitam kusam. Matanya

besar dan cekung, sedangkan hidungnya bengkung seperti paruh

burung. Ia mengenakan jubah katun warna putih, sedangkan pada

tangan kirinya tergenggam cambuk berwarna belang-belang.

Adapun dibelang orang ini, terlihat sebuah bayangan putih

pula, yang menggunguk seperti bonggol pohon. Rupanya diapun

manusia juga, tetapi tidak nyata siapa adanya.

Sambil kadang-kadang tertawa ha-ha he-he, lelaki kate yang

dikelilingi ular-ular senduk itu berseru.

?Hek Mahie! Hari ini kau akan kehilangan seluruh piaraanmu!

Mereka lebih suka mendengar sulingku daripada suara nyanyianmu

yang ngorok seperti babi disemblih!?

Si manusia hitam kurus yang ternyata adalah Hek Mahie ini

mendengus geram.

?Hendak kulihat, apakah orang Liangsan sanggup hidup

beberapalama lagi!?

?Aku masih hidup, Hek Mahie!? seru Lie Ban Thong. Namun,

walaupun demikian jawabnya, terdengar nada suaranya bergear

seperti orang yang merasa gentar.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 341

Betapa tidak? ular-ular senduk yang besar-besarnya hampir

menyamai paha kerbau itu, selalu mendesis menyemburkan bisanya

melalui mulutnya yang caplak menyeramkan. Binatang-binatang itu

menari-nari memang, keenakan mendengar lagu dari seruling. Akan

tetapi setiap suara seruling itu putus, mereka menggelegser maju.

Binatang-binatang itu seakan-akan tahu akan perintah tuannya

bahwa mereka harus membunuh si manusia kate itu. dengan

matanya yang berkilat itu tidak berkedip, sedang lidahnya bergerak
gerak mengerikan. Barangkali untuk seekor saja belum tentu Ban

Lie Thong cukup membikin kenyang.

Tetapi Ban Lie Thong bukanlah orang sembarangan, yang

dengan mudah dibikin ketakutan oleh ular-ular itu. dengan sekuat

tenaganya, dikerahkannya tenaga khikangnya melalui tiupan

seruling. Sehingga walaupun binatang itu dapat bergerak maju pula,

akan tetapi mereka harus jath-bangun dan tampak menderita sekali.

Tiba-tiba Hek Mahie mengangkat cambuk belang-belangnya.

Lalu dengan suara mengguntur, berseru mengancam.

?Lie Thong! Aku akan mengampunimu, asalkan ..?

?Tidak perlu! Tak usah! Tak sudi!? Lie Thong

memotong.?Besar mulut kau! Aku takkan membuatmu mati cepat
cepat! Ular-ularku dapat kuperintahkan untuk menggigit jari-jari

kakimu saja. menggigit bulu matamu saja, atau mencabut rambut

kepalamu agar kau lebih kate!?

Ban Lie Thong diam. Rupanya ancaman membuat dia makin

pendek membikin gentar.

?Tetapi bisa kuampuni jiwa kecilmu asal cepat kau kembalikan

kitab dan benda pusaka itu!?

?Pusaka kentut! Kitab emakmu! Aku tidak tahu!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 342

Hek Mahie tertawa, ia menduga bahwa ancamannya cukup

berhasil.

?Di guha tempat Cit Loo muridku kudapati bangkai Gouw Nio.

Dia kakak seperguruanmu. Kalau dia datang kesana, masakan kau

tidak. bukankah kalian saling mencintai?!? Hek Mahie mendesak.

Ingat! Bila kulecutkan cambukku ini, walaupun malaikat turun

menolongmu, tak kan mungkin kau lolos dari ular-ularku!?

?Omongan busuk!?

Rupanya benar-benar Ban Lie Hong sama sekali tidak

bermaksud untuk membuka mulut. Ia telah memasang lagi

serulingnya dimulutnya, dan mulai pula ditiup sekuat-kuatnya.

Ular-ular senduk itu menggeliat-geliat kesakitan. Memang

suara seruling itu kini melengking tinggi, memekakkan teling

bahwak dapat merusakkan isi dada orang yang tidak memiliki

Iwekang yang cukup berarti. Untungnya di tempat itu dan

sekitarnya, rombongan Sin Hong adalah muda-mudi yang

kepandaiannya cukup tinggi, hingga mereka tidak menderita suatu

apapun.

Binatang-binatang itu agaknya bermaksud akan bergerak

mundur, namun segera terdengar sura ledakan cambuk Hek Mahie

yang menggelegar nyaring. Di udara mengepul asap hitam dan bau

busuk dari cambuk itu, mirip bau darah membusuk.selanjutnya

seperti disulap, ular-ular kobra itu seketika meronta, lalu meletik ke

arah Ban Lie Thong. Meluncur seperti panah-panah daging yang

menggeliat-geliat kearah pendekar pendek itu.

Agaknya orang tak akan percaya bahwa binatang-binatang buas

semacam itu dapat berubah menjadi sebatang panah bensar yang

bentuknya aneh.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 343

Sin Hong dan kawan-kawannya hampir terpekik karena kaget

dan ngeri. Mungkin orang belum mati sekali tumbuk oleh panah

ular besar itu. Akan tetapi agaknya akan segera mati karena mati

dan jijik.

Demikian pula agaknya keadaan Ban Lie Thong. Ia tidak

mampu melakukan suatu apa, kecuali mendelikkan mata dan

mulutnya menganga, sambil tubuhnya gemetaran menggigil.

Tampaknya sebentar lagi maut akan segera menimpa pendekar

kate dari Liangsan ini. tak kan tertolong, seluruh tubuhnya akan

menjadi sasaran panah-panah ular besar itu. namun kiranya Giam

Lo ong belum menghendaki kehadiran lelaki kate itu.

Sebelum binatang-binatang berbisa itu sampai menyentuh

tubuh Ban Lie Thong, terdengar suara mendengung sangat nyaring,

seperti dengungan gangsing raksasa. Dan pada saat itu juga, di

udara tampak berkelebatan sinar putih yang berkilatan berlompatan

kian kemari dibarengi dengan suara terbacoknya daging dan tulang.

Seketika terciumlah bau amis darah yang menusuk hidung.

Kepala-kepala ular berpelantingan ke udara menyemburkan darah,

sedangkan badan ular itu berkoseran mengerikan ekornya mengigil

seperti merasakan kesakitan yang amat sangat.

Ketika kelebatan sinar tajam berkilat itu berbenti, maka di

tengah arena tampak sesosok bayangan yang langsing yang berdiri

dengan kaki melebar. Gagah dan agung sikap pendatang ini. pedang

di tangannya telah kembali dimasukkan ke dalam sarungnya.

?Enci Lian!? seru Hong In terpekik.

?Lian Moay ..? perlahan akan tetapi terdengar nyata, seruan

kaget Sin Hong yang pada penglihatannya sendiri, bahwa gadis

yang selama ini dirinsukan dan diduga telah meninggal dalam guha

beruang, ternyata kini muncul dengan tiba-tiba.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 344

Seandainya tidak banyak orang di situ, tentu Sin Hong akan

memburu maju, untuk menanyakan segala macam hal, dan

mencurahkan isi hatinya yang selama ini terpendam dalam dadanya.

Tetapi melihat keadaan demikian maka pemuda ini maju mundur

ragu-ragu.

Benar yang baru muncul itu adalah An Siu Lian adanya.

Sepeninggalnya dari guha Cit Loo, gadis ini bermaksud

melanjutkan perjalanannya menuju Nepal guna menemukan musuh

besarnya, Ong Kauw Lian. Akan tetapi dalam perjalanannya ini, ia
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengar suara pertarungan bunyi antara seruling dan desis ular
ular. Itulah sebabnya maka ia datang untuk mengintai dan

menyelidikinya.

Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa antara An Siu

Lian dan Ban Lie Thong telah terjadi perkenalah dan hubungan

baik. maka melihat keadaan Ban Lie Thong yang dalam bahaya

seperti itu, ia segera turun tangan.

Sebenarnya Siu Lian juga telah dapat melihat kehadiran Sin

Hong maupun di luar pertarungan itu.

Siu lian juga dapat mengenali bahwa pemuda itu adalah

pemuda yang selama ini menggugah rasa cinta dihatinya. Akan

tetapi, kini dilihatnya pemuda itu ada bersama Hong In, sikap kedua

muda-mudi itu demikian akrab. Maka sang cemburu pun berkobar

dihatinya. Walaupun hati rindu tak terkatakan, akan tetapi Siu Lian

berusaha menjaga diri, seolah-olah tidak mengenal.

Tak terhingga terkejutnya Hek Mahie, melihat kejadian yang

sangat mendadak itu. tindakan membunuhi ular-ular dengan

sebatang pedang tidaklah mengherankan. Akan tetapi melihat

kenyataan bahwa gadis itu dapat muncul tanpa suara dan segera

turun tangan begitu cepat hingga Hek Mahie tidak sempat

melindungi binatang piaraannya, itulah hebat!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 345

Gerakan-gerakan gadis yang baru datang itu mirip burung

walet. Gerakan pedangnya mirip bianglala yang sering tampak

melengkung di atas pulau. Serta loncatan-loncatannya yang mirip

ikan terbang, mengingatkan Hek Mahie pada seseorang.

Segera pendeta India itu berseru :

?Eh, perawan,! Ada hubungan apa kau dengan dua orang jelek

dari Tho-liu-to??

Siu Lian terkejut, lalu sahutnya, ? sungguh jeli matamu Hek

Mahie! Mereka yang mulia adalah guru-guruku!?

Mendengar keterangan Siu Lian, Hek Mahie tertawa melonjak

seperti orang kegelian. Sebaliknya Ban Lie Thong dan yang lain
lainnya diam?diam merasa kagum. Kiranya gadis cantik itu adalah

murid sepasang tokoh sakti dari pulau Tho-liu-to.

?Panta saja kau tidak tahu adat seperti itu!? sambung Hek

Mahie, ?Kedua monyet itu apakah masih hidup??

Menurut pantasnya mendengar perkataan Hek Mahie, tentunya

dia bersahabat dengan kedua orang gurunya itu. akan tetapi Siu Lian

menganggap sebaliknya. Orang yang menghina gurunya adalah

musuh!,

?Guru-guruku adalah orang baik-baik, bukan jahat dan keji

seperti kau! Walaupun kau seorang tua bangka, tetap bukan

ukurannya untuk menghina mereka!?

Hek Mahie tertawa sinis. Matanya yang cekung itu mendelik

menyeramkan.

?Dasar budak tak tahu selatan, walaupun kedua gurumu maju

bersama, belum tentu sanggup menahan tinju jurusku! Hei, budak

cilik! Sebelum kutumpas kedua kutu pulau itu, sekarang hendak

kupijat dulu telurnya disini. Awas!?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 346

Bukannya main-main ancaman Hek Mahie. Semua tokoh

persilatan mengenal tokoh yoga dari insia ini. bahkan dikabarkan

kulitnya seliat tembaga, tulangnya sekeras baja. Jangankan hanya

Siu Lian, murid yang baru turun gunung kemarin sore, sekiranya

gurunya sendiri yang harus turun tangan, masih harus mikir-mikir

dulu.

****

JILID 10

BEGITU selelesai bicara, tahu-tahu Hek Mahie telah

menggerakkan jubahnya. Dan sebelum Siu Lian menyadari apa

yang akan tetjadi, lima buah jari yang berkuku panjang hitam telah

mencakar dengan dahsyat kearah muka.

Siu Lian insyaf bahwa lawannya kali ini bukanlah tokoh

sembarangan. Maka ia bersiap siaga. Ketika lima kuku jari tangan

lawan datang mencakar, gadis itu mengegoskan mukanya, seraya

kakinya bekerja, menendang dengan junus Walet mencercah bumi.

Dukkk! Bret!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 347

Beginilah bahayanya apabila seseorang memandang enteng

terhadap lawannya. Hek Mahie sungguh sama sekali tak pernah

mimpi, bahwa seorang murid pulau Tho-liu-to dalam segebrakan

dapat membuat tokoh sakti seperti Hek Mahie itu hampir

kebilangan muka.

Ketika Siu Lian mengirimkan tendangan Hek Mahie telah dapat

menduganya. Jurus walet menyarnbar buih, merupakan jurus biasa,

sehingga dengan gerak biasa saja, Hek Mahie menggeser tubuhnya

untuk menghindar.

Sama sekali Hek Mahie tidak menduga bahwa Siu Lian yanr.,

sekarang adalah Siu Lian yang telah mendapatkan tambahan inti

tenaga Iwekang, yang diperoleh secara tak sengaja dari tubuh Kim

Cit Loo. Kecepatan dan tenaga tendangan itu, sangat hebat.

Sebelum Hek Mahie semppat menyelamatkan pinggangnya, ia telah

kena terhajar dan jubahnya ikut robek karenanya.

Sambil menahan rasa sakit bukan alang kepalang, juga rasa

hilang muka yang bukan buatan, Hek Mahie meoggerung dan

melompat maju. Matanya berapi-api. Seakan-akan hendak

ditelannya gadis itu.

Tulang-tulang pendeta itu berbunyi kemerotokan. Dan dari

mulutnya yang tebal terdengar suara mendesis seperti ular kobra.

Tangan dua-duanya memanjang. Mulut seperti karet. Tahu-tahu

wuttt ! Sambaran cakar tangan pendeta itu menyerang tenggorokan

dan mata si gadis.

Satu kemenangan pula pada pihak Siu Lian, dia tenang, tidak

termakan oleh api kemarahan seperti Hek Mahie. Melihat datangnya

serangan, dan meucium bau kuku yang amis dan busuk, Siu Lian,

tahu bahwa pukulan lawan mengandung racun.

Siu Lian tak mau menangkis dengan tangan, akan tetapi secepat

kilat ia telah melintangkan batang pedangnya, menahan serangan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 348

Hek Mahie menggeram. Dengan tiba-tiba tangannya mengkeret

lagi, dan diputar setengah lingkaran, mencengkeram kearah

pinggang si gadis. Tetapi serangan kedua inipun telah disambut

dengan sabetan pedang si gadis, sehingga untuk yang kesekian

kalinya Hek Mahie menggeram-geram gusar tetapi tak berdaya.

?Hati-hati enci Lian! Iblis buruk itu beracun hingga keringat
keringatnya!"seru Hong In memperingatkan.

Walaupun tak usah diperingatkan. Siu Lian memang bukan

gadis yang semberono. Menghadapi lawan sangat tangguh, dia

bertindak sangat hati-hati. Dilain pihak, Sin Hong merasa serba

salah. Ia tidak yakin bahwa Siu Lian sanggup menghadapi Hek

Mahie seorang diri. Tetapi hendak turun tangan mernbuat, ia kuatir

akan menyinggung peraspn gadis itu. Oleh karena itu dia cuma

memperhatikan pertarungan itu dengan seksama, siap untuk

memberikan pertolongan apabila perlu.

Dalam beberapa saat saja pertarungan Hek Mahie dan Siu Liao

telah berlanggsung seratus jurus. Hek Mahie telah mengerahkan

seluruh tenaganya, namun dia heran bukan main karena ternyata

permainan pedang lawannya dapat mengirnbangi dengan sempurna,

bahkan boleh dibilang Siu Lian berada diatas angin.

Sakeliling gelanggang pertarungan itu kini penuh terisi oleh

kelebatan sinar pedang yang berdesir-desir tajam. Ke nanapun cakar

Hek Mahie meluncur, tentu disambut oleh beberapa kali babatan

pedang. Sedangkan Siu Lian sendiri, saat itu tampak benar-benar

seperti burung walet yang beterbangan mengitari gunung karang.

Rupanya Hek Mahie kehabisan akal. Dengan segera ditariknya

cambuk ular belangnya. Dan tanpa memberi kesempatan, seketika

diputarnya cambuk itu, dielecut-lecutkannya, sehingga

menimbulkan bunyi meledak-ledak. Serta hawa racun yang busuk

dan amis bertebaran sekeliling gelanggang pertarucgan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 349

Merurut perhitungan, tentulah Siu Lian akan mati lemas, atau

sesak papas karena keracunan. Namun kali ini Hek Mahie kecele

pula. Dengan adanya tambahau darah Inti racun Kim Cit Loo yang

rnemasuki badannya, Siu Lian tidak terpengaruh oleh pecut lawan

nya.

Kian lama Hek Mahie semakin bingung. Dulu pernah bertarung

dengan Tie koan Cai, salah seorang guru gadis ini. Tetapi tukang

tenung itu sendiri tidaklah demikian lihaynya. Bahkan saat itu

seekor ular piaraan Hek Mahie dapat melukai lawan. Tetapi

mengapa hanya seorang muridnya belaka. kini Hek Mahie tak

berdaya. Padahal pendeta ini telah bertahun-tahun melatihi diri,

menanabah ilmunya.

Saat ini dia turun gunung, menjelajahi bumi Tionggoan dengan

keyakinan akan dapat menggulung kedua guru pulau Tho-liu-to itu,

Siapa sangka sekaraing, bertemu dengan muridnya yang masih bau

kencur, ia malah tak berdaya.

Memang dari depan. Hek Mahie telahah salah perhitungan.

Mungkin tahun-tahun yang lalu ia dapat melukai Tie Kong Cai,

Tetapi hal itu, bukanlala berarti dia ungul terhadap ilmu silat

Tho-liu-to,

Akhir-akhir ini Gouw Bian Lie yang merupakan guru utama

Lion-san-pai telah menciptakan ilmu pedang baru yang sangat lihai.

Yakni ilmu pedang gabungan dengan ilmu golok Kunlunpai.

Sehingga walaupun Hek Mahie memeras ingatannya untuk

menduga arah gerakan Siu Lian, ia takkan berhasil. Sebab gerakan
gerakansi gadis adalah menrutkan petunjuk ilmu pedang gabungan

tersebut.

Pedang ditangan Siu Lian dapat berubah-ubah getaknya,

terkadang menyontek atau menusuk ataupun membabat sepertiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 350

pedang, namun suatu ketika dapat pula membacok atau

menyerampang seperti golok.

Denlikianlah, pecut ular belang Hek Mahie dibuat tak berdaya

sama sekali.

Suatu ketika pecut Hek Mahie menyambar kaki Sin Lian.

Begitu melayang kebawah pecut itu bergulung-gulung, namun

ujungnya dapat meletik kearah pinggang si gadis.

Tetapi Sin Lian tidak gugup. Ketika tubuhnya berloncatan

menghindari sabetan cambuk, kedua tangannya dikembangkan

mirip walet melayang diatas ombak. Pedangnya tahu-tahu

menyehnap kebawah tangannya, Dan.... tesss! Tess!!

Beberapa Kali pedang itu berkelebatan maka pecut Hek Mahie

menjadi potonngan-potongan.

?Budak syetan! biar aku mengadu jiwa denganmu!"
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek Mahie nekat. Pecut buntungnya dilemparkan kearah Ban

Le Thong yang masib enak-enakan menonton, sedangkan tubuhnya

lantas menubruk maju, menerkam Siu Lian dengan rnaksud

mengajiak mati bersama.

Siu Lian gugup, Ia mana sudi mati bersama perdeta tua bangka

itu. sedangkau maksudnya untuk menantut balas dendam belum

terlaksana.

Sementara pedangnya masih berada dibawah lengan kirinya,

maka tak rnungkin lagi ia menyabetkannya kearah lawan.

Sebaliknya sepuluh cakar jari Hek Mahie sedang meluncur. Maka

tak sempat berpikir lagi, Siu Lian melentingkan tubuhnya

kebelakaag, seraya meluruskan pedangnya keatas.

Akibatnya sungguh diluar dugaan. Siu Lian menjerit kesakitan

karena baju dan pahanya robek terkena cakar tangan kiri, sementa raKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 351

tangan kanan Hek Mahie terbabat pedang butung seketika.

Potongan tangau itu terlempar keudara, masih juga memburu kearah

Siu Lian yanng sedang terjatuh.

?Bangsat!" Ban Lie Thong berseru. Tubuhnya mengegos

menghindari potongan cambuk, sekaligus melancur kedepan,

menendang potongan tangan Hek Mahie yang sedang melayang.

Hek Mahie bergulingan kesakitan. Lalu dengan suara gerungan

murka, bukannya menerjang maju, akan tetapi melompat kearah

jubah putih yang sejak tadi reronggok seperti tumpukan kain kotor.

?Kutu busuk tak tahu budi!"

Seraya berteriak demikian, Hek Mahie mengayunkan tangan

kirinya rnencengkeram kearah jubah itu. Aneh bin ajaib Jubah itu

melompat kesamping lalu terdengar suara tawarnya.

?Menghadapi kurcaci seperti itu saja tak becus, mau menyerang

kawan!

Kiranva jubah putih itu adalah seorang manusia. seorang laki
laki yang kini tampak jelas, berdiri sombong dengan muka

menengadah.

Deegan serta merta, Siu Lian membentak marah:

?Bangsat Kauw Lian!"

Benar saja. Laki-laki muda dalain jubah putih itu tidak lain

adalah Ong Kauw Lian, sababat Hek Mahie, juga musuh besar Siu

Lian maupun Sin Hong,

Demikian kisahnya. hingga pemuda itu kembali ketanah

Tionggoan,

Sejak tindakannya membunuh susioknya sendiri, yakni An

Hwie Cian, ayah An Sui Lian, rnaka Ong Kauw Lian pergi

merantau dengan maksud untuk memperdalam ilmu kepandaiannya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 352

Ia menyadari bahwa dirinya banyak mempunyai musuh-musuh,

oleh karena itu ia bermaksud bergabung dengan seorang tokoh sakti

yang termasyur juga namanya, yakni Hek Mahie.

Saat itu Hek Mahie sedang berada di Nepal, sedang melatih diri

untuk memperdalam ilmu, karena ia bermaksud untuk suatu saat

nanti untuk kembali lagi ke tanah Tionggoan, untuk menghadapi

lawan-lawannya.

Dalam hat ilmu kepandaian, Ong Kauw Lian tidakiah berada

dibawah Hek Mahie. Namun pemuda ini bermaksud untuk

memperoleh ilmu menaklukan ular, dan yogasakti dari Hek Mahie.

Itulah sebabnya, walaupun merasa tidak takut, akan tetapi perlu

mengalah.

Mereka ingat akan tantangan Auwyang Keng Liak, tentang

hendak diadakannya pertandingan besar-besaran, phibu yang akan

diselenggarakan disebelah utara sungai besar.'

Pada saat inilah akan ditentukan siapakah sebenarnya jago

nomor wahid diatas tanah Tionggoan ini. Kedua orang ini bernafsu

benar untuk memperoleh gelar itu!

Demikian mereka lantas bergabung, Dan atas usul Hek Mahie,

Ong Kauw Lian diharuskan mendirikan perkumputan Ceng-hang
pai yang telah hancur itu di Nepeal.

Ong Kauw Lian menyetujui. Selanjutnya maka Hek Mahie

mengirim kabar pada Kim Cit Loo untuk mengambilkan benda

pusaka dan kitab pelajaran yang masib tertinggal di Ceng hong san.

Itulab sebabnya, rnaka suatu ketika seoring pengemis muda pernah

mendatangi puncaak Ceng hong san untuk mengambil peti putih itu.

Tetapi hingga sekian lamanya, benda yang dimaksud belum

juga dikirirnican orang kepadanya. Hek Mahie dan Ong Kauw Lian

menjadi curiga. Maka sambil bermaksud menjajal ilmu yang baruKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 353

dipelajarinya, sekaligus melihat perubaban dikalangan kangouw

rnereka kembali menjelajahi tanah Tionggoan.

Sungguh tak terduga bahwa didaerah Tionggoan telah muncul

pendekar-pendekar muda yang namanya menggemparkan, seperti

Sin Hong maupun Siu Lian..

Ketika mereka mencari Kim Cit Loo, mereka hanya

menemukan bangkai si nenek Gouw Nio. Dan mereka lantas

menduga bahwa tentulah terjadi sesuatu, sebab Kim Cit Loo sendiri

tidak berada ditempat.

Dalam Perjaianannya mencari Kim Cit Loo itulah mereka

bertemu Ban Lie Thong, hingga terjadinya pertarungan ini.

Sejak semula Ong Kauw Lian telah mengenal Lie Sin Hong.

Tetapi dia sangat memandang enteng pemuda itu, dan sama sekali

tidak mau menggubrisnya,

Ketika muncul An Siu Lian menbabati ular-ular Hek Mahie, ia

berpikir suatu ketika akan menolong gadis itu, apabila keadaannya

terdesak. Walaupun ia membenci ayah Siu Lian, akan tetapi

terhadap gadis itu, sejak lama Ong Kauw Lian jatuh cinta.

Tetapi ternyata Siu Lian telah berubah lihay dan dapat

mengalahkan Hek Mahie. Tentu saja Ong Kauw Lian tidak mau,

turun tangan membantu, sebab pada hati kecilnya, iapun suka

apabila Hek Mahie terbunuh. Ilmu kesaktian yang dibarapkan dari

pendeta itu sudah di perolehrtya, untuk apa pula Hek Mahie

baginya?

Demi melihat munculnya Ong Kauw Lian, Siu Lian seperti

dibakar oleh bawa kemarahan. Darahnya seakan mendidih, dan

seketika ia berinaksud melompat maju, untuk menerjang.

Tetapi kiranya luka dipahanya telah membuat kakinya kejang.

Racun kuku Hek Mahe telah menjalar bingga kepangkal pahatnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 354

Dan bukannya ia dapat menubruk maju, sebaliknya Siu Lian

kembali roboh terguling memperdengarkan keluhan.

Lie Sin Hong tidak memberi kesempatan lagi. Begitu

menyadari bahwa orang yang baru muncul itu adalah musuh besar

yang sedang dicarinya, maka ia memperdengarkan suara

teriakannya. Lulu tubuhnya kemudian melayang kedepan tangannya

menggerakkaa pedang pusaka Ceng kong pokiam menusuk.

Ong kauw Lian melihat datangnya serangan itu, maka dengan

segera meng hindar ke samping, seraya menggerakkan goloknya

membacok.

Narnun sungguh dituar dugaannya, pedang Sin Hong terlalu

cepat datangnya gisit seperti angin. Tahu-tahu ujung senjata dapat

merobek baju dipunggung. Bahkan serangan balasan Ong Kauw

Lian yang kelihatannya akan dapat memapas buntung kaki lawan,

hanya mengenai angin belaka. Lebih hebat lagi, pedang Sin Hong

tampak nya seperti tidak dapat dilihat oleh mata. Senjata itu seakan
akan menjadi angin, dan tahu-tahu telah menusuk tengkuknya.

?Aih!" Ong Kauw Lian menjerit kaget, tubuhnya berlompatan

jungkir balik kebelakang sepulnh langkah.

?Bukankah kau Lie Sin Hong?!" seru Ong Kauw Lian

keheranan. Tengkuknya mengalirkan ketingat dingin.

Dengan Suara mengereng seperti beruang Sin Hong melompat

maju mendekati.

?Kau bangsai keji mau lari kemana!"seru Sin Hong. ?Cepat kau

gorok lebermu sendiri, sebelum aku mencingcangmu jadi perke

del!"

Ong Kauw Lian tertawa mengejek,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 355

?Kau ini anak tukang gorok babi Lie Kie Pok, bisa apa?!?

Bapakmu mati dalam sejurus, denganku, apa lagi kau!"

?Tak perlu tanyak mulut! Manusia berjiwa rendah sepertimu

tak patut hidup diatas dunia!"

?Lian-moy, apakah kau terluka?? tanya Ong Kauw Lian tiba
tiba.

Sin Hong menengok kearab Siu Lian, dan terlihatlah olehnya

gadis itu yang rebah sedang ditolong oleh Ban Lie Thong.

Tiba-tiba seeerrr....! Pada saat Sin Hong lerngah seperti itu,

tiba-tiba golok Ong Kauw Lian menyambar menbacok ke arah

punggung.

Sin Hon terkejut. Sedetik lengah bagi orang-orang kalangan

orang sakti termasuk sebuah kerugian besar yang sargat berbahaya.

Ong Kauw Lian dengan wataknya yang licik dan keji itu,

mempergunakan tipu memecah perhatian lawan dan kiranya Sin

Hong kena terpancing. ,

Hampir saja Ong Kauw Lian bersorak kegirangan melihat

serangannya akan dapat membinasakan lawan. Akan tetapi rupanya

kematia belum saatnya menjatuhi Sin Hong. Pada saatnya yang

sangat monentukan itu, Sin Hong Iwekang yang telah terlatih

ditubuhnya secara otomatis, bergolak ditubuhnya. Dengan nekat,

Sin Hong mengebaskan tangannya kebeakang menghantam golok!

Pletak!

Barangkati disambar geledek pun Ong Kauw Lian takkan

percaya bahwa lawannya yang semula diduganya sebagai lawan

enteng, ternyata memiliki Iwekang yang sangat dahsyat.

Mungkin Ang Oei Mokpo yang termasyur sebagai iblis nomer

satu didunia tak kan mampu mematahkan golok Ong Kauw LianKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 356

yang diluncurkan dengan pengerahan lwekang yang tinggi. Tetapi

Sin Hong dengan sekali sambar telah dapat membuat ujung golok

Ong Kauw Lian kutung sepanjang tiga dim.

?Sin Hong Iwekang! Sin Hong Iwekang!?

Hek Mahie yang melihat kejadian itu, berseru-seru kaget seraya

berlari-lari mencari selamat. Tetapi Hong in dan Hwat Kong

mengejarnya, mengepung pendeta, itu dari dua penjuru.

?Sin Hong Iwekang! Sin Hong Iwekang!?

Ong Kauw Lian sendiri ikut berteriak-teriak gentar. Ia

melompat mundur puluhan langkah seraya celingukan mencari jalan

untuk mencari selamat.

Tetapi Sin Hong telah mendarat didepannya, dan langsung

melancarkan serangan. ?Setelah tahu kelihaian orang, ayo

menyerah!" seru Sin Hong.
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong Kauw Han tak mungkin dapat melarikan diri pula, Maka

dengan sekuat tenaga ia melawan. Ilmu golok Cap Peh Lo Hoan To

yang berhasil dipelajarinya dari Lie Kie Pok ayah Sin Hong, yang

kini telah digabung dengan ilmu pedang Ceng-bong-pai, dan ilmu

yoga dari Hek Mahie, dimaiakannya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa

babaya besar sedang mengancam dirinya.

Baragkali baik Hek Mahie ataupun tokoh-tokon tua yang lain,

untuk saat ini takkan begitu mudah mendesak Ong Kauw Lian.

Akan tetapi Sin Hon dengan Sin Tong hoat serta Sin Hong

Iweekang yang diwarisinya dari pendekarsakti Sin Hong Cu Kek

Beng, kini sudah bukanlah tandingan siapapun.

Ilmu Silat Angin Sakti yang menjadi incaran setiap golongan

kang-touw, kini telab dikuasainya dengan mahir. Iwekang yang

mengalir datarn tubuhnya, dahsyat bukan main. Apatagi denganKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 357

adanya pedang pusaka Ceng-hong-pokiarn ditangan, maka saat ini

Sin Hong sudab ibarat harimau tumbuh sayap. Jangankan cuma

seorang Ong Kauw Lian, sedangkan andaikata lipat tigapun belum

tentu pemuda she Org itu dapat menandinginya.

Selanjutnya, Sin Hong terus mendesak dengan jurus-jurus

saktinya. Tubuhnya bergerak lincah secepat angin. pedanguya

berkelebat secara gencar mendesak lawan.

Dalam beberapa jurus kemudian, Ong Kauw Lian telah

terdesak hebat. Dari pundak, paha dan lengannya mengalir darah

pada luka-luka bekas bacokan.

Ong Kauw Lian cuma bisa main mundur belaka. Sama sekali ia

tidak mendapatkan kesempataa untuk balas rnenyerang.

Ketika goloknya menangkis sebuah tusukan pedang, tiba-tiba

saja pedang itu berubah arah, Ujung pedang seakan berpencar

menjadi puluhan jurus dan tahu-tahu lengannya terluka lagi.

Gusar, takut dan cemas, Ong Kauw Lian rnenghadapi

perkelahian ini, ia bingung, perhatiannya dicerahkan untuk mencari

akal guna melarikan diri. Akan tetapi Cenghiong pokiam di tangan

Sin Hong tidak memberi ampun.

Cras! Sebatas pergelangan tangan kiri Ong Kauw Lian terbabat

kutung. Ong Kauw Lian menjerit kesakitan, lalu bergulingan seraya

dengan ngawurnya mempermainkan golok ditangan kanannya.

Akan tetapi sekali lagi Cras!! Lengan kiri Ong Kauw Lian'

kutung lagi sebatas siku. Bukan main dalamnya dendam kesumat

terpendam di hati Sin Hong.

Kematian ayah dan ibunya serta saudara-saudara

seperguruannya hendak diperhitungkan sekarang.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 358

Selama ini Ong Kauw Lian menjerit-jerit kesakitan. Melolong

minta ampun, namun Sin Hong tampaknya telah kesetanan.

Matanya memancarkah hawa pembunuhan.

?Tak ada ampun untuk manusia keji sepertimu! Hutang jiwa

ayah ibuku, saudara-saudara seperguruanku, serta ayah Lian Moy,

harus kau bayar lunas sekarang!?

Dan Crok!?

Lengan kiri Ong Kauw Lian terbabat hingga ke pangkal

pundak. Ong Kauw Lian meraung-raung serta jatuh bangun

kesakitan. Tetapi ia tahu ia tidak bakal memperoleh pengampunan

dari lawannya ini, maka ia berusaha untuk bertahan.

Dilain pihak pertarungan Hek mahie melawan Hong In dan

Hwat Kong juga berjalan tak seimbang. Hek Mahie yang telah

menderita luka hebat itu terhuyung-huyung kian kemari, berlari-lari

mencari selamat. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka

berdarah.

Namun dalam hal ini, memang tak ada niat kedua musuh itu

untuk membunuh Hek Mahie. Mereka hanya berudaha mengepung

pendeta itu agar jangan sampai sempat melarikan diri atau

membantu Ong Kauw Lian.

Ong Kauw Lian semakin payah keadaannya, mirip babi hutan

yang sudah terkepung. Dari pundaknya mengucur darah, seperti

pancuran. Mukanya celemotan darah, mulutnya menyeringai

rnenahan sakit, dan marah serta putuss asa. Sedangkan lawannya,

terus menerus mendesak. Tiba-tiba berkelebat dalarn otaknya suatu

pikiran. Matanya berkilat seperti serigala melirik kearah tubuh Siu

Lian yang tergeletak, sedang ditolong oleb Ban Lie Thong.

Deegan setta merla Ong Kauw Liam berteriak, melolong seperti

srigala. Lalu goloknya dibacokkan secara nekat ke arah Sin Hong.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 359

Sin Hong menangkis dengan sekuat tenaga. Tetapi pikirnya inilah

yang dimaksud oleh Ong Kauw Lian.

Dengan mempergunakan tenaga tangkisan Sin Hong, maka

Ong Kauw Lian melayangkan tubuhnya, meluncur ke arah Siu Lian

untuk melancarkan serangan.

?Awas! seru Sin Hong memperingatkan Ban Lie Thong.

Tetapi Ban Lie Thong yang terlalu sibuk menyedot darah

beracun dari paha Siu Lian menjadi gugup, tak sempat untuk

menghindar lagi.

Ban Lie Thong meludah keudara, sekuat tenaga. Maka air liur

bercampur darah beracunn itu menyembur kesegala penjuru,

sebagian kena menyemprot kemuka Ong Kauw Lian. Namun nasib

Ban Lie Thong sendiri tak dapat ditolong. Punggungnya tertembus

oleh golok Ong Kauw Lian.

Dua macam jeritan terdenpar membahana, Ban Lie Thong

terkiapar jatuh dengan golok memantek punggungnya, sedangkan

Ong Kauw Lian seperti monyet kebakar jejingkrakan jungkir balik

seraya menutupi mukanya yang hancur melepuh dan berlubang
lubang.

Kejadian ini berlangsung terlalu cepat, dan sangat diluar

dugaan Sin Hong. Terhadap Ban Lie Thong ia menaruh kasihan,

akan teeapi lebih berkuatir lagi pada ke selamatan Siu Lian. Buru
buru ia menghampiri gadis itu.

Kiranya kesempatan yang cuma beberapa saat ini telah

dipergunakan oleh Ong Kauw Lian untuk melarikan diri. Walaupun

ia tidak dapat membuka matanya, dan rasa sakit menusuk-nusuk

seluruh mukanya, akan tetapi ia lebih takut pada kematian dicincang

oleh Sin Hong. Sambil melolong-lolong, Ong Kauw Lian

berlompatan menjauhi gelanggang pertarungan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 360

Sin Hong menyadari bahwa telah tertipu. Dengan segera ia

mengerahkan ginkangnya untuk mengejar. Secepat angin tubuhnya

melayanglayang memburu Ong Kauw Lian. Sedang Ong Kauw

Lian sendiri yang semakin ketakutan mengerabkan seluruh tenaga

untuk berlari. Berlari entah kemana saja arahnya asal selamat.

Tetapi lacur. Pada jarak kira-kira dua ratus meter tengah ia

berlari, tiba-tiba kakinya menginjak tanah kosong. Ong Kauw Lian

terkejut setengah mati. Dengan sebelah kakinya ia menjejak tanah.

rnaka tubuhnya dengan jurus Bangau Memecah awan, maka

tubuhnya berputar membalik, Selanjutoya ia dapat berdiri tegak

kembali keatas tanah.

Akan tetapi pada saat itulah, Sin Hong tiba dengan luncuran

pedangnya. Kesiur angin tajam menyambar. Secepat itu, ketakutan

bebat membuat Ong Kauw Lian putus asa. Dalam otaknya

berkelebat keinginan untuk mencari jalan mati yang lebih balk. Dari

pada mati dipicis oleh Sin Hon, lebih baik !

Ujung pedang Sin Hong sedang meluncur Tetapi tubuh Ong

Kauw Lian telah bergerak kedepan, meluncur secepat barang jatuh

kedalam jurang, bersama lengkingannya yang menyayat. Dan

tubuhnya lenyap. ditelan oleh suara gemerciknya air mengalir yang

tampak kemilau di dasar jurang,..:

Melihat kejadian itu, maka Sin Hong bersujud. Kedua tangan

dirangkapkan kedepan. Suaranya berbisik :

?Ayah ... ibu ... saudara-saudaraku ... dan paman An Hwie

Cian, sebagian tugasku telah dapat kuselesaikan. Semoga

sekaliannya tenteram diharibaan Thian ...!"

Setelah itu perlahan-lahan Sin Hong menghampiri Siu Lian.

yang saat itu telah dapat duduk mengurut-urut luka di kakinya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 361

Gadis itu menaugis sedih melibat kematian Ban Lie Thong

orang yang telah menolong jiwanya!

Jugs menangis gembira, karena saat pertemuannya dengan Sin

Hong akhirnya berlangsung juga? Akan tempi masih ada sedikit

kecewanya walaupun Ong Kauw Lion telah tewas terjerumus ke

dalam jurang, ternyata bukanlah dirinya yang dapat memenuhi

tuntutan dendatn orang tuanya.

Sementara itu, Hong In dan Hwat Kong yang melihat Sin Hong

telah kembali meadekati Siu Lian, lantas membebaskan Hek Mahie.

Hong In In beriari lari mengharnpiri Sin Hong straya kernudian

memegangi tangan pemuda itu dengan mesra.

Sin Hong ingin sekali menegur Hong In, atau menarik

tangannya dari pegangan gadis itu. Akan tetapi tiba-tiba terdengar

suara jeritan seorang gadis.

?Hai kurcaci-kurcaci tak tahu malu! Aku Giok Yek Tek

rnenantang kalian semua untuk bertemu nanti pada phibu disebelah

utara sungai besar! Kalian kira kalian sendiri yang paling cantik,

paling tampan dan paling sakti? Huh! Tunggu kuhajar adat nanti ..!"

Hong In. Siu Lian dan Sin Hong ternganga heran. Mereka

terkejut, mandapatkan kenyataan bahwa Giok Hwat Kong

sebenarnya adalah seorang gadis. Dan bahkan kini menantaag

phibu, pada bulan depaa hari purnama.

Tetapi mereka tak sempat berkata suatu apapun, karena Giok

Hwat Kong atau Giok Yek Tek telah menghilang di kegelapan

hutan.

TAMAT


Percy Jackson And Olympians 4 Battle Of Kutukan Lumba Lumba Curse Of Dolphin Goosebumps Pembalasan Kurcaci Ajaib

Cari Blog Ini