Ceritasilat Novel Online

Ilmu Angin Sakti 3

Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung Bagian 3

Dengan tidak membuka suara lagi, Karra Gamalye telah

menjejakkan kakinya ke tanah, dan tubuhnya melesat keatas dengan

sangat cepat untuk menjambak jenggot orang kate yang

dianggapnya jahil itu.

Tetapi, dengan tenang sekali, orang kate itu tiba-tiba telah

berpindah tempat ke puncak pohon lain sambil berkata mengejek :Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 110

?Dengan seorang bocah ingusan kau tidak dapat berbuat apa
apa, buat apa aku meladeni kau??

Mendengar kata-kata yang sangat mengejek itu, bukan buatan

marahnya Karra Gamalye. Tetapi ketika sedang bermaksud untuk

mengejar orang berjenggot itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan

Tung-han Taihiap.

Karra Gimalye menjadi sangat terkejut, demi melihat muka

kawannya itu menjadi bersemu ungu, suatu tanda bahwa sang

kawan telah terkena serangan beracun! Karra Gamalye

mengurungkan niatnya untuk mengejar si kate berjenggot lebih

jauh.

Dan segera menghampiri kedua suami isteri itu, serta memberi

isyarat kepada kedua pemuda, putera mereka untuk meninggalkan

tempat itu.

Namun baru saja ia berjalan kira-kira sepuluh tombak, dari atas

pohon terdengar suara orang tertawa aneh sambil berkata;

?Hai tua bangka! Apakah kau membutuhkan obat pemunah??

Bersamaan dengan kata-kata itu, maka dari atas pohon tampak

melayang sebuah bungkusan, yang meluncur kearah punggung

Karra Gamalye yang dibareagi suara tertahan; ?sambut !?

Karra Gatnalye belum sempat menyadari apa yang akan terjadi,

tiba-tiba sekali, ?buukk!? tiada dapat dielakkan lagi, punggung

orang Turki itu telah kena dihajar oleh ?senjata rahasia? yang

berwujud sebuah bungkusan tersebut, hingga tak ampun lagi orang

yang bertubuh tinggi besar itu terguling roboh, hingga beberapa

tombak jauhnya.

Akan tetapi hebatnya, justru Karra Gamalye tidak merasa sakit

sama sekali akibat sambitan itu. Justru hal inilah yang membuat

orang Turki itu bertambah gentar.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 111

Dalam pada itu, ia mengamat-amati ?senjata rahasia? yang

telah membuat kehilangan muka itu. Kiranya benda itu hanyalah

sebuah bungkusan yang berisi obat-obatan. Maka segera

dijemputnya pemuda itu, untuk kemudian berlari-lari mendapatkan

Tung-han Tai hiap.

Dikala itu, Sin Hong memperhatikan segala yang terjadi atas

diri orang Turki itu. Lalu ia memandang keatas, dimana terlihat

keenam orang tadi masih tetap berada ditempatnya.

Dalam hati Sin Hong berkata; ?Mereka ini adalah orang-orang

berkepandaian tinggi, untuk keperluan apakah mereka mendatangi

gunung Thang-ala-san. Apakah manusia-manusia sakti yang pernah

diceritakan orang dusun kepada kami, tempo hari? Ataukah mereka

ini dari satu rombongan atau bukan??

Sedang asyiknya menduga-duga demikian, Sin Hong tiba-tiba

dikejutkan oleh suara sikerdil yang keras sekali mengaum: ?Hai

anak muda! Kau memiliki ilmu silat yang aku pernah melihatnya

apakah boleh dapat mencuri??

Tergetar Sin Hong mendengar pertanyan yang menuduh itu,

yang membuat ia menduga bahwa sikate itu tentulah penghuni

gunung ini. Disaat itu juga, sipemuda jadi kecewa, mengingat

bahwa maksudnya untuk mempelajari ilmu silat dalam lukisan itu,

ada kemungkinannya bakal gagal. Karena keenam orang aneh itu,

terutama sikate telah menuduhnya demikian.

?Nyata-nyata sikate tadi telah memberikan pertolongan,

menyelamatkan aku dari serangan orang asing itu. Akan tetapi

mengapa sekarang ia berbalik menuduh?? tanya Sin Hong dalam

hati.

Justeru pada saat itu sebelum Sin Hong sempat memberikan

jawaban, sekonyong-konyong terdengar suara seseorang yang

datangnya dari arah puncak pohon yang lain :Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 112

?Hai orang kate she Auwyang, jangan berkata tak keruan !

Dengan bukti apa kau lancang menuduh bocah yang putih bersih itu

sebagai pencuri??

Demikianlah, suara itu memang beralasan juga, hingga untuk

sementara waktu sikate jadi terbungkam, hanya matanya saja yang

tajam mengawasi kearah Sin Hing. Barulah kemudian ia

membalikkan tubuh mengawasi orang yang telah menyemprotnya

barusan.

?Kiranya kau, si mata sipit?, demikian si kate menggerutu,

sedang sikapnya menjadi berubah sengit ketika mengetahui bahwa

orang itulah yang telah menegurnya tadi.

?Kepandaianmu sudah melebihi kepandaian semua kalangan

rimba persilatan di negerimu. Aku Auwyang Siang Yong sungguh

tak mengerti, untuk keperluan apakah kau datang ke daerah ini

dengan menyeberangi lautan?'

Girang hati Sin Hong mendapat kenyataan itu. Bukankah dari

pembicaraan itu nyata bahwa mereka berasal dari lain golongan?

Lebih-lebih ketika pemuda ini memperhatikan lebih lanjut, ia

melihat keempat orang yang lainpun sedang saling pelototkan mata

dengan sikap seakan-akan hendak bertempur.

?Mengherankan sekali? kata Sin Hong dalam hati ?Mereka itu

tampaknya hendak saling baku hantam, dan bermusuhan. Namun,

kalau hanya hendak saling mengadu kepandaian, mengapa mereka

harus memilih gunung ini yang letaknya jauh dari pergaulan

manusia??

?Auwyang Siang Yong?, si orang bermata sipit itu berkata :

?Seenaknya saja kau bicara. Lihatlah jelas, bukalah matamu lebar
lebar, apakah daerah pegunungan ini termasuk daerah Tionggoan?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 113

Apakah juga tempat ini, gunung Thang-ala-san, letaknya

berdekatan dengan tempat kakak ayahmu Auwyang Keng Liak

bersemayam? Dan, haha, untuk keperluan apakah jauh-jauh kau

datang mendaki pegunungan ini??

?Diam !? bentak si kate dengan marah.

?Kau boleh mencaci, bahkan boleh membunuhku kalau kau

becus !? sambung Auwyang Siaug Yong. ?Tapi awas ! Jangan kau

sebut-sebut nama pamanku disini! Aku sangat mengagumi kau telah

mempertunjukkan kepandaianmu mempergunakan am-gie dan

lweekangmu! Dan aku tahu bahwa ilmu kepandaianku masih

dangkal, baru enam bagian saja dari kepandaian pamanku. Tetapi

melihat pertunjukkan yang kau pamerkan tadi, aku menjadi gatal

tangan. Aku menyadari bahwa aku bukanlah tandinganmu karena

kau adalah seorang ahli silat nomor satu dari pulau sembilan ! Oleh

karena itu, melulu hanya karena keinginanku untuk menambah

pengetahuan, aku mohon beberapa pengajaran dari kau! Yaitu ilmu

silat pedang bengkok dari pulau sembilan yang termashur itu.

Sudikah Balghangadar??

Demikianlah tantangan Auwyang Siang Yong dengan cara

merendah itu sekaligus ia telah mengejek. Sementara itu, keempat

orang lain yang berada ditempat yang lain pula itu, benar-benar

sudah siap hendak bertarung.

Sementara itu tampaknya Sin Hong sudah tidak diperdulikan

lagi. Demi ia melihat hal yang demikian, cepat-cepat ia pergi

menyembunyikan diri di balik sebuah pohon besar, untuk

selanjutnya mengintai permainan apakah yang akan dipertunjukkan

oleh keenam orang aneh itu.

?Auwyang Siang Yong, kau terlalu memuji !? Sesaat kemudian

Sin Hong mendengar jawaban dari Balghangadar, Siorang sipit dari

seberang lautan itu memecah kesunyian.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 114

Suara itu, tampaknya merendah akan tetapi jelas dibarengi

dengan pengerahan tenaga lwekang yang tinggi, hingga suaranya

menggema sampai kekaki gunung. Dengan segera Sin Hong

menekap telinganya dengan kedua belah tangan.

?Tak sanggup aku menerima pujianmu itu! Kau Siang Yong

sudi memberikan pelajaran kepadaku, inilah yang benar-benar

untuk meminta saja aku takkan berani.

Sungguh suatu kehormatan yang sangat besar bagiku! Hingga

perjalananku ke Thang-ala-san ini, walaupun tidak berhasil

mendapatkan barang itu, aku rasa tidak sia-sia. Auwyang Siang

Yong kita adalah orang-orang rimba persilaian dari negeri yang

berlainan, kukira tak perlukah kita saling merendah.

Karena aku sudah menduga, begitu juga guruku, bahwa untuk

mendapatkan barang itu, kita harus melakukan adu tenaga terlebih

dahulu. Didaerah Tionggoan sebelah utara, orang yang memiliki

kepandaian sebagai Auwyang cianpwe hanyalah kau,

keponakannya, maka juga dari sejak lama seluruh rakyat negeriku

telah mengagumi dirimu.

Sekarang kau sudi hendak memberikan pelajaran kepadaku, maka

aku Balghangadar sebagai wakil dari rakyat merasa sangat

bersyukur. Baiklah kita tak usah membuang-buang waktu lagi.

Apakah saudara Siang Yong hendak mempertunjukkan Sat-tui Kiu
wan mu yang termashur itu? Silahkan!?

Kata-kata ini walaupun diucapkan saling susul dengan napas

perlahan, akan tetapi jelas dapat menembus telapakan tangan Sin

Hong. Dapatlah dibayangkan betapa hebatnya tenaga dalam orang

bermata sipit itu.

?Sungguh dalam pengetahuanmu, Balghangadar. Sebelum kita

bertanding kau sudah mengetahui kebisasaku. Memang tidak salahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 115

lagi, karena kau meminta akan kuturuti keinginanmu itu. Bersiap
siaplah !?

?Baik !?

Kedua orang itu tengah bersiap-siap, dan saling memperhatikan

gerakan apa yang akan dilancarkan oleh lawannya. Tiba-tiba

diantara kedua puncak pohon dimana kedua lawan berlainan negeri

itu mengambil tempat, tampak berterbangan belasan ekor burung

pegunungan yang besar-besar.

Burung ini sangat pesat terbangnya. Dalam sekejap saja mereka

telah terbang menjauh sekitar delapan atau sembilan tombak, tetapi

sekonyong-konyong seperti ditarik oleh tenaga besi berani yang

sangat kuat, binatang-binatang itu mendadak berhenti maju.

Sayapnya saja yang mengelepar-gelepar, untuk selanjutnya

tanpa dapat ditahan lagi, binatang-binatang itu terbang mundur

dengan sangar cepat kearah tempat dimana Balghangadar siorang

sipit itu duduk bersila.

Terlihat orang asing itu menggerakkan telapak tangannya

menarik, dengan lengan yang terulur kedepan.
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak terlukiskan betapa terkejut dan kagumnya putera Song-to

Lie Kie Pok bahkan juga siorang kate Auwyang Siang Yong,

menyaksikan pertunjukan tenaga lweekang yang sangat hebat itu.

Itulah tenaga lweekang yang sangat tinggi dan mahir, yang

memerlukan tempo belasan tahun untuk meyakinkannya.

Cepat sekali burung pemakan bangkai yang berjumlah sembilan

belas ekor itu tiba dihadapan Balghangadar. Dan disaat itu juga,

terdengar suara orang sipit itu membentak keras, sambil telapak

tangannya ditamparkan kedepan.

Maka kesembilan belas ekor burung itu, bagaikan anak panah

lepas dari busurnya, meleset kedepan sambil memekik, bagaikanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 116

didorong oleh tenaga badai yang sangat dahsyat menyambar kearah

jalan darah pada tubuh Auwyang Siang Yong.

Benar-benar sebuah pertunjukan tenaga lweekang yang sulit

diukur betapa tingginya. Dan Lie Sin Hong sampai termangu

melihat semuanya itu, karena apa yang disaksikannya kali ini

melebihi apa yang pernah didengar dari ayahnya tentang beberapa

ahli lweekang dari dataran Tiongkok.

Saat itu, Sin Hong benar-benar telah melupakan urusan Siu

Lian atapun Ong Kauw Lian. Seluruh perhatian pemuda ini tertuju

kepada simanusia kate Auwyang Sian Yong, untuk menyaksikan

gerakan apakah yang akan dilakukan si manusia kate itu untuk

menghindari serangan lawan yang sangat dahsyat itu.

Sementara itu, Auwyang Siang Yong pun tidak kalah terkejut.

Dia ini adalah seorang turunan seorang ahli yang menjagoi wilayah

Tiongkok utara dan mempunyai kepandaian tersendiri pula. Ia cuma

mengagumi tenaga lweekang yang dimiliki oleh pamannya.

Dikala kesembilan belas ekor burung itu hampir membentur

tubuhnya, untuk membebaskan diri Auwyang Siang Yong telah

menggenjotkan tubuhnya. Mendadak dengan kecepatan kilat dan

gesit sekali tubuhnya itu telah melayang naik puluhan tombak,

hingga Sin Hong tak dapat menduga kemana orang kate itu kembali

turun.

Orang hanya melihat kesembilan belas burung itu telah

terjungkal mati tanpa memperdengarkan jeritan. Dan untuk

selanjutnya Auwyang Siang Yong yang tubuhnya masih

mengapung diudara itu telah memegang senjata yang berbentuk

sebuah kebutan.

Dengan cepat pula, Auwyang Siang Yong telah membuka

serangan dengan jurus Cap-cie-kai-tui atau sepuluh jari membukaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 117

angin, badannya meluncur kearah Balghangadar. Kebutannya

bekerja menghajar kepala lawan siorang dari pulau sembilan itu.

Akan tetapi dengan gerakan yang sengat cepat pula, sebelum

kebutan Siang Yong yang dapat dipergunakan untuk menotok jalan

darah itu tiba, Balghangadar telah menghunus senjatanya yaitu

sebatang pedang yang bengkok ditengahnya digerakkannya

menangkis.

Tak dapat dihindarkan lagi, maka kedua senjata saling bentur

dengan sangat keras.

Kemudian, dengan mempergunakan tenaga benturan itu, maka

kedua orang itu sambil memperdengarkan bentakannya yang

nyaring, melesat ke tengah udara, dengan Siang Yong lebih tinggi

dari pada lawannya.

Dengan demikian dalam sekejap mata saja maka kedua orang

yang saling gempur itu masing-masing telah dapat

mempertunjukkan kemahirannya Balghangadar unggul dalam hal

tenaga dalam atau lweekang, sebaliknya Siang Yong lebih unggul

dalam hal ginkang.

Maka sesaat kemudian, Balghangadar telah mendarat turun

terlebih dulu diatas pohon. Sedangkan burung-burung yang

terjungkal mati itu menghajar pohon dimana Siang Yong tadi duduk

bersila, hingga pohon itu terbelah dua dan tumbang menimbulkan

suara gaduh.

Disaat itu, dikala Sin Hong berada datam kekagumannya, akan

kehebatan lweekang dan ginkarg kedua tokoh itu. Sekonyong
konyong diatas pohon dimana Balghangadar mengambil tempat

duduk terdengar dua suara saling bentak.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 118

Menyusul tampak dua bayangan melesat keudara, yang seorang

lebih tinggi antara tujuh atau delapan tombak, itulah bayangan

Balghangadar dan Siang Yong.

Yang satu adalah keponakan dari seorang jago Tiongkok utara,

ahli ginkang yang belum ada duanya. Sedangkan lawannya, yang

telah menolong Sin Hong dari tuduhan, adalah murid dari seorang

ahli silat kelas satu di pulau sembilan, ahli lweekang yang tak ada

tanding pada jamannya.

Maka tidaklah mengherankan apabila masing-masing pihak

mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Sedangkan keempat orang

yang lain yang tadi tampaknya hendak bertarung, kini cuma

mengawasi kedua orang yang sedang bertarung itu.

Rupa-rupanya, keempat orang itu telah jeri melihat penunjukan

lweekang dan ginkang orang hingga secara diam-diam mereka telah

mengalah terhadap kedua orang yang sedang bertarung itu.

Hanyalah, sesuatu apa itu yang keenam orang perebutkan,

sampai dua ahli lweekang dan ginkang itu bertekad untuk mengukur

tenaga, Sin Hong tidak mengetahuinya.

?Auwyang Siang Yong? tiba-tiba Balghangadar berkata dengan

senyum mengejek. ?Oleh karena baru saja kita begitu berhadapan

begitu bergebrak sehingga aku tidak sempat menanyakan kesehatan

pamanmu, yang tentunya berada dalam sehat-sehat saja bukan??

Sungguh lucu kata-kata orang dari Pulau Sembilan itu. Dia

menanyakan kesehatan paman orang tetapi, dia sendiri yang

menjawabnya pula.

?Cu.......apakah Auwyang heng yang sudah meletihkan diri

berkunjung datang ke Thang-ala-san inipun untuk urusan mencari

lukisan-lukisan itu??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 119

Sambil mengakhiri ucapannya itu. Balghangadar melirik kearah

Lie Sin Hong. Dilihatnya anak muda itu tengah berdiri mengawasi

Auwyang Siang Yong dengan mata tak berkedip. Hingga melihat

sikap pemuda ini, Balghangadar diam-diam menghela napas lega.

?Saudara Balghangadar !? Auwyang Siang Yong menjawab

?Kau barusan menyebut-nyebut itu. Memang aku oleh pamanku

ditugaskan untuk urusan itu. Cuma aku tidak mengerti, mengapakah

kabar ini tersebar demikian luas hingga sampai kenegerimu?

Mengapa pula kau yang dasar-dasar ilmu silatmu berlainan dengan

dasar-dasar ilmu silat di negeriku juga menginginkan lukisan
lukisan itu. Sungguh lucu, sungguh sangat lucu, hahaha.?

Memang ejekan itu tepat sekali. Tepat sekali bagi seorang asing

yang memasuki negeri lain. Dan mendengar ejekan itu tentulah

orang asing itu akan tertusuk hatinya, karena secara tidak langsung

ia telah disindir menghendaki barang yang bukan milik negaranya.

Tapi rupa-rupanya Balghangadar siorang dari pulau sembilan

itu adalah lain. Ejekan itu tidak mempengaruhi jiwanya, malah ia

kelihatan tersenyum. Senyum yang orang lain takkan mengerti

maksudnya.

Sesaat kemudian ia berkata.

?Auwyang Siang Yong, katamu tepat sekali. Tepat dan jitu

untuk menggencet orang lain. Aku datang kemari untuk tugas

guruku untuk mencari lukisan itu yang.? sebentar ia berhent,

kemudian melanjutkan ?tapi tidak perlu kuterangkan. Nanti

juga kau akan mengetahuinya. Dan Auwyang Siang Yong, kuharap

kau berbelas kasihan kepadaku dengan hudtimmu yang sangat lihai

itu tentu aku akan berterima kasih tak ada habisnya.?

****Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 120

JILID 4

SUNGGUH tak enak Balghangadar mengakhiri pembicaraan
nya. Dia mengakhiri kata-katanya dengan sebuah tantangan.

Sungguh aneh.

?Balghangadar terlalu merendahkan diri?, sahut Auwyang

Siang Yong. ?Aku sendirilah yang justeru kuatir, bahwa aku

bukanlah tandinganmu. Nah, silahkan?.

Auwyang Siang Yong mengakhiri pembicaraannya sambil

majukan kaki kirinya setengah tindak, untuk ditekuk kemudian

dengan sikap pelayan raja mempersembahkan sebuah angcoh,

dengan hudtim dilintangkan didepan dada ia memberi hormat.

Lalu dari tangan kiri hudtim itu dipindahkan ke tangan kanan.

Sedang tangan kirinya dengan dua jari menjepit ujung hudtim.

Dengan demikian, ia bersiap sambil mempertunjukkan cara

memberi hormat dari silat Tiongkok. Ternyata dengan sikapnya ini

dia telah menghormat orang dari luar daerah Tionggoan ini, yang

harus diperlakukan selayaknya sebagai seorang tamu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 121

Balghangadar yang agaknya juga mengerti tata cara ini, dengan

mencekal senjatanya, dengan tubuh tetap tegak, kepalanya sedikit

dibungkukkan. Akan kemudian dengan suara teriakan keras,

senjatanya dikibaskan kemuka. Cahayanya berkeredepan. Sesudah

itu ia bertindak untuk mulai berputaran.

Sungguh luar biasa cara memberikan hormat ini !

Dengan memutar kekiri, Auwyang Siang Yong bersiap sedia.

Kedua pihak bergerak cepat luar biasa, mereka sekarang bebas,

tidak lagi dipuncak pohon akan tetapi diatas sebuah dataran yang

luas.

Setelah bergerak beberapa putaran, mendadak Auwyang Siang

Yong menghentikan tubuhnya untuk memutar balik, untuk

kemudian dengan ginkaag yang luar biasa cepatnya ujung hudtim

yang menjadi kaku telah mengancam tenggorokan lawan.

Melihat gerakan lawan yang tiba-tiba berubah itu,

Balghangadar sambil memekik keras mengibaskan pedang

bengkoknya kemuka sambil mengerahkan tenaga lweekang ke

ujung senjata.

Sudah menjadi kebiasaan agaknya, bahwa setiap bergerak

mulutnya pasti berteriak keras, hingga Sin Hong yang menyaksikan

ini menganggap orang itu seperti orang gila.

Sementara itu. Auwyang Siang Yong yang bergerak terlalu

dahulu ia mendahului lawannya mendekat. Cepat luar biasa

bagaikan ulat ia mulai serangannya yang pertama mengancam dada

lawan.

Pedang bengkok ditangan Balghangadar ini, sebenarnya

termasuk sejenis pedang pusaka, yang dapat memapas putus

berbagai barang logam.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 122

Akan tetapi menghadapi hudtim Auwyang Siang Yong yang ia

tahu bukanlah hudtim sembarangan. Balghangadar tak berani main

coba-coba. Maka begitu serangan datang, Balghangadar cuma

berkelit kekanan, dari sini ia sodorkan pedang bengkoknya diantara

bulu-bulu hudtim, untuk membabat lengan lawan.

Auwyang Siang Yong menyusuli serangan yang baru saja tidak

membawa hasil. Tidak ayal pula, dengan ujung hudtimnya yang

lancip, iapun menangkis senjata lawannya untuk membuat pedang

bengkok itu terlepas dari cekalan.

Balghangadar cepat-cepat menarik kembali pedang

bengkoknya, untuk meloloskan diri dari tangkisan lawan yang dapat

menotok jalan darahnya. Dengan cara itu dia mendahului,

menyerang penjagaan sang lawan yang lowong, dada musuhlah

yang menjadi sasaran.

Orang kate dari dataran Tionggoan utara itu berkelit kekiri.

Kemudian dengan senjatanya ia benturkan kearah senjata lawan,

menyusul kemudian serangannya diteruskan, senjatanya

diluncurkan mengancam kepada lawan. Untuk itu dia gunakan tipu

pukulan im-yang-kun.

Kebutan itu, yang tampaknya biasa saja, sebenarnya

mengandung dua serangan yang sangat dahsyat. Dengan serangan

pertama, lembaran-lembaran benang hudtim bergabung menjadi

satu, dalam bentuk perkakas tulis Tionghoa serta menghantam

dengan tenaga yang keras.

Dan apabila serangan ini gagal, benang-benang hudtim itu

seperti mempunyai alat akan lantas terbuka untuk menusuk jalan

darah musuh dengan tenaga im-ciu (tenaga lembek).

Kedua serangan ini hebat bukan main sehingga kalau serangan

ini ditujukan kepada seorang ahli silat yang tanggung-tanggung,

tentu kematianlah akibatnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 123

Namun, orang yang diserang bukanlah ahli silat sembarangan.

Balghangadar adalah seorang petualang. Dia ini dalam menghadapi

serangan sehebat itu, sama sekali tidak gentar, malah bergemingpun

tidak.

?Apakah benar-benar kau dapat menahan seranganku??

Auwyang Siang Yong membentak.

Justeru saat itulah benang-benang hudtim sedang terbuka, dan

tengah menyambar kemuka Balghangadar.

Pada detik itu, diam-diam Auwyang Siang Yong terperanjat.

Dia juga menyesal, karena kalau serangan itu mengenai sasarannya

maka pastilah lawan akan binasa seketika itu juga. Dan hal ini

berarti ia menanam bibit permusuhan dengan orang-orang dari

pulau sembilan. Namun apa daya, ia tidak dapat lagi mengendalikan

serangannya.

Demikianlah, bagaikan kilat, ribuan benang itu menyambar.

Pada saat yang sangat berbahaya bagi dirinya, Balghangadar telah

membuka mulutnya dan meniup sekeras-kerasnya. Hingga disaat itu

juga, benang-benang hudtim tersapu buyar.

Ternyata Balghangadar telah menggunakan tenaga dalamnya

yang terdahsyat dari perguruannya untuk meniup sekeras mungkin.

Mutlak, serangan lawan telah dipunahkan.

Auwyang Siang Yong terkejut sekali, dengan sekali mengibas,

maka ia membalikkan cepat sekali. Ia membuat lembaran-lembaran

benang itu dengan berbareng berdiri seperti jarum-jarum saja,

berbalik menyambar tenggorokan dan kedua biji mata lawan.

Pertempuran ini berlangsung dengan sangat seru sekali.

Sehingga membuat keempat orang yang rupa-rupanya dari golongan

yang berlainan, menjadi kuncup sedangkan Lie Sin Hong hanya

berdiri terpaku karena kagumnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 124

Sementara itu, hampir pada detik yang beramaan. Sekonyong
konyong berkelebat sinar terang serta dingin, diiringi teriakan

Balghangadar : ?Bagus ! Sambutlah balansanku !?

Dengan kedua tangannya Balghangadar memegang keras

gagang senjatanya. Kemudian dengan mengeluarkan pekikan yang

memekakkau telinga ia membabat tekanan dan kekiri, keatas

maupun kebawah.

Belum habis serangan yang pertama, serangan yang kedua

menyusul. Demikianlah selagi Auwyang Siang Yong memikir

untuk balas menyerang, serangan yang ketiga telah menyambar

datang.

?Bagus!? seru si orang kate seraya menggeser kakinya dengan

tak kalah gesitnya. Auwyang Siang Yong menyingkir kekiri lawan,

untuk ke mudian hudtimnya bekerja, kali ini ia mengancam seluruh

jalan darah ditubuh lawannya dari leher sampai keujung kaki.

Unruk menolorg dirinya, Balghangadar memindahkan

tubuhnya kekiri sambil dimendakkan. Untuk kemudian dengan

mengerahkan tenaga lweekangnya keujung pedang bengkoknya, ia

menyapu musuhnya dengan gerakan tui-cung bong-goat atau

membuka jendela menengok rembulan. Dapatlah dimengerti

hebatnya tenaga sapuan ini yang dilakukan sambil mendak.

Melihat serangan lawan, yang dilakukan dengan tenaga yang

dikerahkan ribuan kati, si orang kate keponakan Auwyang Keng

Liak menjejakkan kakinya untuk kemudian badannya mengapung

naik, mencelat dengan gerak tipu ?Burung Hoo menerjang langit?.

iapun telah menyingkir kearah sebelah kiri.

Si petualang dari pulau sembilan itu, melihat serangannya

gagal, tak mau tinggal diam sampai disitu saja. Cepat melebihi

kecepatan angin tangannya dibalikkan, untuk kemudian ia menyapu

membarengi lawan yang sedang melayang turun keatas tanah.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 125

Dalam pada itu, serangannya ini masih dielakkan dengan tubuh

direndahkan sehingga Balgbangadar masih dapat mengerahkan

tangannya seluas-luasnya, hingga dapatlah dibayangkan betapa

hebatnya serangan ulangan ini.

Auwyang Siang Yong baru meletakkan kakinya ditanah ketika

serangan lawan datang. Cepat-cepat mendahului datangnya

serangan musuh kepalanya dilengskkan keatas, kemdian kedua ta

tangan diacungkan keatas kembali tububnya mencelat keatas

dengan ilmu simpanannya sepuluh jari memecah angin.

Cepat sekali, begitu serangan lewat, diatas udara dia

membalikkan rubuh dengan kepala dibawah. Sedangkan tangannya,

dengan kebutannya ia mendesak, mengirim totokan mengancam

batok kepala lawan.

Oleh karena dibalai diserang, maka Balghangadar tak dapat

mengulangi sapuannya untuk ketiga kalinya Sebaliknya ia harus

melindungi dirinya, maka degan cepat luar biasa ia harus melompat

mundur, hingga karma kesempatan ini, sikate she Auwyang itu

dapat turun kembali ketanah dengan aman. Dan keduanyapun telah

berhadapan kembali dalam keadaan terpisah siap melanjutkan

serangan masing-masing.

Sedangkan Balghangadar karena kuatir dirinya akan didesak

lebih jauh, maka iapun memutar pedang bengkoknya. Begitu besar

tenaga putarannya itu menimbulkan angin yang menderu-deru pasir

dan batu-batu tertiup berterbangan menimbulkan rasa ngeri. Hingga

Sin Hong sendiri terpaksa harus cepat-cepat berlindung dibilik

sebuab pohon besar, tanpa terasa pula ia meletkan lidahnya.

Menyaksikan gerakan lawan yang begitu dahsyat, maka

Auwyarg Siang Yong memutar hudtimnya. mencegah dirinya agar

jangan sampat kena didesak.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 126

Keduanya sama-sama merasa sangsi. Oleh karena itu mereka

segan untuk mengadu senjata. Keduanya sama-sama belum dapat

menduga sampai dimana kesaktian lawan.

Demikianlah pertempuran kedua tokoh sakti itu. silih berganti

saling gempur, gesit lawan gesit, tipu dilawan tipu, tampaknya

mereka seimbang benar.

Suatu ketika Auwyang Siang menarik kembali senjatanya

sambil kaki kanannya mundur untuk kemudian memutarkan tubuh,

hingga dengan demikian ia dapat lansung meneruskan ayunan

hudtitmnya, menyetang kearah betis atau paha lawan.

Untuk menghindarkan diri Balghangadar berkelit kekanan.

Dengan sekali melompat, cepat-cepat ia bergerak menjauh hingga ia

berada dibelakang sebelah kanan lawannya. Tetapi hudtim telah

menyambar terus sebab Auwyang Siang Yong dengan tubuhnya

yang berputar itu ia dapat bergerak leluasa.

Untuk mengelakkan ancaman bahaya itu, Balghangadar dengan

kedua tangan mengenggam senjatanya keras, langsung menangkis

dengan pengerahan tenaga lwerang sebesar-besarnya untuk

membentur senjata lawan. Kecuali itu masih juga ia sempat

melayangkan kaki kanannya untuk menyerang lawan. Begitulah

Balghangadar lelah melakukan dua gerakan secara bersamaan,

menangkis dan menyerarg. Itulah gerakan yang disebut Thay peng
Thian atau burung garuda pentang sayap.

Auwyang Siang Yong adalah tokoh yang telah berpengalaman

dua puluh tahun, walaupun ia berada dalam ancaman bahaya, tetapi

ia tidak menjadi gugup. Lekas-lekas ia menurunkan senjala

hudtimnya untuk menghindari beturan, dan serempak pula dengan

meneruskan gerakan hudtimnya yang meluncur turun hirgga

ketanah, ia mengerahkan tenaga melalui hudtimnya itu, tubuhnyaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 127

meloncat keatas, menghindarkan tendangan kaki sijago dari pulau

sembilan itu.

Namun demikian karena cepatnya gerakan Balghangadar, ujung

hudtim Auwyang Siang Yong toh kena tersampokpedang bengkok,

Tetapi dengan sikap Tui-cung tong-goat atau membuka jendela

memandang rembulan, Auwyang Siang Yong dengan badan masih

terapung diudara, segera mengumpulkan tenaganya ditangan untuk

mempertahankan senjata dttangannya. Maka setelah secepatnya

terjadi benturan, Auwyang Siang Yong melayangkan senjatanya

menggempur batok kepala Balghangadar.

Begitulah penarungan kedua orang ini sama-sama hebat, kuat,

bergantian saling serang dan tangkis secara cepat. Auwyang Siang

Yong bergerak dengan tipu dalam kekalahan mencari kemenangan.

Dikatakan demikian sebab walaupun kedudukan si orarg kate ini

masih berada diatas udara dan terancam bahaya, akan tetapi

serangan hudtimnya dapat merubah keadaan Balghangadar telah

bergerak dengan dua macam gerakan, yaitu tangan dan kakinya.

Akan tetapi ia dibalas serangan. Dengan cepatnya Balghangadar

mengangkat kedua tangannya, pedang bengkoknya tanpa ragu-ragu

digerakkan untuk menangkis hudtim lawan yang mengancam

dirinya.

Lie Sin Hong yang pengalamannya baru beberapa bulan saja

serta baru mempelajari tujuh bagian dari ilmu kepandaian ayahnya,
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selama kedua orang itu bertempur dengan hebat dia hanya berdiri

terpaku belaka. Tidak demikian dengan keempat orang yang

walaupun semangatnya telah dibikin runtuh oleh Balghangadar dan

Auwyang Siang Yong, namun didalam kalangan kang ouw

tergolong kelas utama.

Keempat orang ini sangat terkejut melihat keberanian

Balghangadar, sebab itu dapatlah diduga betapa besarnya tenaga

yang lelah dikerahkan Auwyang Siang Yong.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 128

Sebab pukulannya adalah merupakan ayunan dari atas ke

bawah, sedangkan hudtim adalah senjata yang ringan yang dapat

digerakaannya yang sangat mendadak itupun dimaksudkan untuk

mendahului gerakan lawan.

Dalam keadaan begitu terdesak Balghangadar tokoh dari pulau

sembilan itu, ternyata masih sempat memutar otak untuk bertindak

cerdik. Demikianlah, sebaliknya dari memperkokoh kuda-kudanya

untuk menahan gempuran musuh, ia justru memindahkan kedua

kakinya dengan secepatnya menggeser tubuhnya kekiri.

Terdengarlah suara nyaring, dua senjata berlainan bentuk itu

berbenturan dengan sangat kerasnya.

Akibatnya hudtim terpental balik, karena meskipun benar

kedua pihak sama-sama mengerahkan tenaga masing-masing akan

tetapi seperti kita telah mengetahui Balghangadar adalah murid

seorang ahli lwekang.

Dan dengan kesudahan itu, nyatalah bahwa Auwyang Siang

Yong berada pada pihak dibawah angin. Hal ini Sin Hongpun

mengetahuinya.

Tetapi manusia kate itu sangat penasaran, ia menurutkan segala

nafsu hatinya. Ia tidak menyadari bahwa selain dia berdua dengan

lawannya masih ada lima orang lain yang menyaksikan pertarungan

itu dari awal sampat saat ini.

Tanpa memperdulikan tangannya yang tergetar akibat benturan

tadi, ia bernafsu besar untuk melakukan pembalasan, merobohkan

lawannya, agaknya untuk segera dapat mencari sesuatu yang

dipesan oleh pamannya. Dengan menahan sakit pada kedua

tangannya yang terluka itu ia menggenggam keras hudtimnya, lain

dari arah kanan ia bergerak pula. Sambil bergerak, tubuhnya

memutar sedikit lalu memajukan letak kakinya sedikit untuk

mendekati lawan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 129

Dilain pihak. setelah dapat membenturkan pedang bengkoknya

pada senjata lawan, Balghangadar dengan cepat menggeser

tubuhnya kekanan lalu dengan sikap Leeh-ta teng atau ikan tambera

membalikkan tubuh, ia melengak untuk kemudian melompat

berjumpalitan. Secara demikian, maka ia lebih dahulu telah bersiap

sedia untuk dapat melihat seluruh gerakan lawan.

Balghangadar tidak berani memandang ringan pada lawannya

siorang kate itu, walaupun pada babak pertama ia telah berhasil

melukai telapak tangan lawannya itu.

Demikianlah, setelah dapat melihat gerakan Auwyang Siang

Yong, Balghangadar memutar kaki kanannya kekiri setindak hingga

dengan bergerak secara demikian ia telah menjauhkan dirinya dari

lawan sejauh lima kaki.

Walaupun demikan musuhnya dapat bersiap-siap lebih dahulu,

dengan sabetannya Auwyang Siang Yong masih dapat

menyambarkan hudtimnya dengan mengancam pundak lawan.

Kalau serangan itu dapat mengenai lawannya, dapatlah

dipastikan kebinasaan bagi Balghangadar. Sedangkan Balghangadar

sendiri memang menghindar tidak terlalu jauh. Malah berseru, ?Kau

gembrengi aku untuk hak waris yang ditinggalkan oleh nenek

moyangku. Baik, aku akan mengadu jiwa denganmu agar dikubur

bersama ditempat ini?.

Sambil berseru demikian Balghangadar melintangkan

pedangnya diatas kepalanya, ia tidak menggunakan tenaga besar,

sebab itu hanyalah tangkisan belaka. Melainkan mengiringi hal itu

tenaga lweekangnya disalurkan penuh-penuh kedalam dua telapak

tangannya.

Suara nyaring mengaung bagaikan beradunya sebuah martil

besar menempa besi, akibat bentrokan dahsyat itu. Bunga api

muncrat berhamburan kesana-kemari.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 130

Sekali ini, walaupun dia adalah seorang ahli ginkang dan

memiliki tenaga besar melebihi tenaga orang biasa, Auwyang Siang

Yong tidak sanggup untuk mempertahankan hudtimnya lebih jauh.

Karena baru saja ia menderita luka pada telapak tangan, jadi

kekuatannya hanya ada pada kelima jarinya belaka. Kini ia

tergempur pula, hingga tidak ampun lagi senjatanya terlepas dari

genggaman, dan senjatanya jatuh terbanting berkelontrangan.

Dengan muka pucat pias menahan malu, Auwyang Siang Yong

berdiri tertegun. Kemudian wajahnya berubah merah padam

kembali, tangannyapun masih dirasakan nyeri bukan alang

kepalang. Sambil memutar tubuh ia berseru :

?Balghangadar!? katanya. ?Untuk sepuluh tahun aku menuntut

ilmu dibawah pengawasan pamanku. Dan telah dua puluh tahun aku

berkelana dikalangan kang-ouw, aku belum pernah bertemu

tanding, tetapi tidak disangka dalam perjalananku ini ke tanah barat

untuk mencari lukisan-luksian aku berbentrok denganmu. Dasar

mungkin bukan jodohku, aku urungkan saja niatku untuk memiliki

lukisan-lukisan itu, karena hari ini aku telah dapat kau robohkan,

maka kuanggap hal ini, disebabkan kebisaanku yang belum

sempurna. Akan tetapi dalam hal ini, kuharap dengan sangat agar

pada kesempatan sepuluh tahun yang akan datang, kau sudi

mengunjungi daerah sebelah utara sungai besar untuk

memperebutkan gelar jago kelas satu bagi seluruh daratan

Tiongkok. Haruslah kau ketahui, bahwa pada hari itu nanti akan

datang Alilah, Telumuju shin dari Mongol, kedua naga Sucoan

Utara dan Selatan yaitu Liong-kang hiap Ciu Cin Lie dan Cu Giok

Liong Cek Thoa Thong serta sipemillk pulau Tho Liuto Shia hiap

Gouw Bian Tie, bahkan mungkin masih banyak lainnya lagi. Pada

hari itu pula aku akan mencoba kehebatan pedang bengkokmu. Nah,

sampai ketemu lagi''.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 131

Manusia kate itu terus merangkapkan kedua tangannya kepada

lawanya itu untuk kemudian memberi hormat setelah itu ia

berpaling kearah Lie Sin Hong, untuk kemudian berseru:

?Anak muda, maafkan aku kalau tadi aku telah menuduhmu

yang bukan-bukan??.

?Tetapi kepandaianmu tadi sungguh mengagumkan. Tidak

pernah kusangka bahwa didunia ini ada orang yang masih semuda

kau dapat memiliki kepandaian demikian tingginya. Maka

pergiatlah latihanmu, dan dinanti juga kuharap kedatanganmu di

sebelah utata sungai besar, sepuluh tahun bukanlah waktu yang

pendek!?

Setelah berkata demikian, kembali ia berpaling pula kearah

empat orang lainnya, untuk memberikan undangannya pula.

Setelah itu segera manusia kate itu memutar tubuhnya untuk

bertindak keluar, meninggalkan daerah pegunungan itu, dan dalam

sekejap iapun telah menghilang dibalik pohon-pohon yang rindang.

Sedangkan Balghangadar setelah kepergian manusia kate itu, segera

melangkah menghampiri Sin Hong.

?Anak muda! Siapa namamu?? Tanyanya.

?Sin Hong, she Lie?, pemuda itu menjawab sambil

merangkapkan tangannya memberi hormat. Sementara itu, keempat

orang yang telah menjadi kuncup semangat itu kini menghampiri

Lie Sin Hong dan Balghangadar. Ternyata mereka adalah orang
orang yang mempunyai maksud yang sama dengan Auwyang Siang

Yong.

Mereka adalah Tok gan (si Mata Tunggal) Gouw Ceng dari Bie

Bie Ciu, Gin-piauw (si piauw perak) Giok Seng Toan seorang ahli

menggunakan senjata rahasia dari Siuciu. Sedang dua orang lainnya

adalah dua saudara Sin eng (si Garuda Sakti) Kin Bian Liu dan KimKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 132

pian (pian emas) Kian Bian Eng dari Tin pa. Mereka adalah ahli
ahli kangouw yang usianya sudah hampir mencapai limapuluhan.

Sedang kepandaiannyapun sudah boleh dikatakan tinggi.

Keempat orarg ini setelah mengucapkan selamat berpisah,

segera mengambil jurusannya masing-masing, meninggalkan

tempat itu.

?Lo jin-kee, untuk urusan apakah sehingga kau bertempur

melawan si manusia kate tadi !? tanya Sin Hong yang jadi

bersimpati kepada orang asing berpedang bengkok itu. ?Apakah

yang dimaksudkan dengan lukisan-lukisan itu??

?Sin Hong? jawab Balghangadar yang langsung menyebut

nama pemuda itu. ?Disini bukanlah tempat yang baik untuk

berbicara. Apakah kau mempunyai rumah disekitar ini, atau barang

kali kau hanya seorang pelancong saja??

Sio Hong menggelengkan kepalanya.

?Aku tidak mempunyai rumah disekitar ini juga bukanlah

seorang pelancong.?

?Habis, mengapa kau berada ditempat ini?? Balghangadar

berkata memotong, yang menjadi heran karenanya.

?Aku datang kemari bukan hanya sendirian tetapi berdua?.

?Berdua? Ditama dia sekarang yang seorang lagi??

?Dia hilang entah kemana? sahut Sin Hong sambil

menundukkan kepalanya ?Dua hari yang lalu aku berdua menaiki

pegunungan ini. Tiba-tiba kami disergap oleh segerombolan

beruang. Seorang diri setelah aku berhasil menyingkirkan seorang

temanku itu, aku bersihkan binatang-binatang pegunungan itu,

kecuali beberapa ekor yang melarikan diri. Segera akupun

menghampiri gua di mana temanku tadi kusingkirkan, tetapiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 133

kemudian aku menjadi kaget sekali ketika ternyata di luar maupun

didalam gua tidak kutemukan dia lagi. Karena penasaran, segera

aku mencari hingga ditempat ini sampai aku terlibat dalam

pertempuran dengan kedua orang Ceng- hong-pay dan orang asing

itu !?

Menerangkan sampai disini, barulah Sin Hong sadar bahwa ia

telah beberapa saat melupakan Siu Lian.

?Kasihan? orang pulau sembilan itu menggumam seorang diri

?Siapakah nama temanmu itu??

?Dia seorang gadis bernama An Siu Lian? jawab Sin Hong

tanpa tedeng aling-aling.

?Lantas untuk apakah kalian mendaki tanah pegunungan ini??

Balghangadar tertawa kecil. ?Apakah kalian penganten baru yang

sedang berbulan madu??
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?Tidak!? sahut Sin Hong agak tersinggung.

?Kami datang kemari untuk meyakinkan ilmu silat yang telah

kami miliki?, Sin Hong menyambung bicaranya.

?Oh, maaf? Balghangadar tersinggung. ?Aku telah salah

sangka?.

?Lo-jin-kee?, seru Sin Hong kemudian tanpa menghiraukan

sikap orang asing itu. ?Biarlah aku permisi dulu sebentar, nanti aku

kembali kemari pula mendapatkanmu. Aku hendak mencari

kawanku itu?.

Lalu tanpa menunggu jawaban iapun meninggalkannya. Tetapi

baru saja ia berlari-lari belum berapa jauhnya, tiba-tiba

Balghangadar berseru

?Sin Hong! Tunggu! Bolehkah aku membantumu??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 134

Mendengar seruan itu Sin Hong berhenti sebentar dan berpikir.

Lalu tampak ia memanggutkan kepalanya ??Baiklah!? katanya.

Selanjutnya dengan dikawani oleh orang asing yang baik hati

itu, Sin Hong menjelajahi separuh dari pegunungan Than ala-aan.

Namun sampai hari menjadi sore, mereka belum juga memperoleh

hasil. Seorangpun tidak pernah dijumpai oleh mereka.

?Siu Lian ! Siu Lian !? Sin Hong berteriak-teriak seperti orang

kalap. ?Siu Lian !?

Namun walau bagaimanapun meski sampai kering

tenggorokannya, tetapi Sin Hong tidak memperoleh hasil, hingga

akhirnya karena sedih dan cemasnya Sin Hong menangis

menggerung-gerung hampir ia putus asa dan membenturkan

kepalanya pada sebatang pohon.

?Sin Hong?, Balghangadar berusaha menghibur?. ?Sudahlah,

jangan terlalu disedihkan. Kau toh laki-laki, sedangkan mati

hidupnya kawanmu itu belum ketahuan, untuk apa membunuh diri.

Bagaimana kalau nanti kenyataan dia masih hidup sedangkan kau

telah mati membunuh diri? Apakah perbuatanmu itu tidak akan

menjadi bahan tertawaan belaka? Maka lebih baik marilah ikut aku.

Nanti akan kuterangkan tentang suatu benda yang luarbiasa !?

?Barang apakah itu?? Tanya Sin Hong. Hatinya sudah agak

terhibur oleh kata-kata Balghangadar yang ternyata memang ada

benarnya juga. Sebab tokh sakit hatinya belum terbalas.

?Bukan disini tempanya untuk berbicara. Mari ikut aku?, sahut

Balghangadar.

Maka sesaat kemudian tampak kedua orang itu berlarian

menuruni gunung Than-ala-san. Seperti dengan sengaja

Balghangadar berlari dengan cara memberi Sin Hong tak mampu

melewati, hingga akan sia-sia saja apabila Sin Hong mengemposKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 135

semangatnya untuk mempercepat larinya supaya dapat menyandak

orang asing dari pulau sembilan itu.

Sesudah hari malam, sampailah kedua orang itu ke kaki

gunung. ?Lo-jin-ke, kemana saya hendak kau bawa?? tanya Sin

Hong. Pertanyaan Sin Hong tersebut tidak memperoleh jawaban.

Bahkan Balghanradar terus membawanya berlari-lari memasuki

sebuah kampung, dimana lantas muncul belasan ekor anjing yang

menyambut mereka dengan gonggongannya yang riuh. Beberapa

orang chunteng itu tampak keluar rumah.

?Siapa?? Chunteng itu menegur dengan nada tidak senang.

?Mengapa memasuki kampung orang dengan berlarian, membuat

kegaduhan?? Tegur chunteng yang lain.

?Aku, Balghangadar dari pulau sembilan !? sahut Balghangadar

dengan tegar.

Setelah mendengar jawaban orang asing ini segera sikap para

chunteng itu berubah manis dan penuh hormat. Bahkan seorang

diantara mereka berkata : ?Oh, kiranya tuan Balghangadar. Sungguh

tidak kami kira ? ??

Beberapa Chungteng itu lantas maju memberi hormat. Dua

diantaranya masuk kedalam rumah, untuk melaporkan kepada

majikan mereka akan kedatangan tamu yang agaknya telah mereka

kenal baik itu. Yang seorang lagi mengusir anjing-anjing yang tadi

menggonggong, sedangkan yang lain lagi mengajak kedua tamu itu

untuk masuk.

Didepan sebuah rumah besar, tampak dua orang tuan rumah

yang datang menyambut. Dan Balghangadar sendiri juga sangat

hormat kepada kedua tuan rumah itu.

?Inilah kawanku? kata Balghangadar memperkenalkan tuan

rumah kepada Sin Hong. Siu Hong pun memberikan hormatnyaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 136

selanutnya tuan rumah memimpin mereka untuk memasuki ruang

tamu.

Kedua tuan rumah, usianya kurang lebih telah mencapai empat

puluh tahun lebih. Yang seorang mukanya panjang kurus, matanya

sipit, sedangkan yang seorang lagi mempunyai muka yang hitam

dan gemuk. Dengan matanya yang bundar dan kulit muka yang

sangat hitam, cambang bauknya kembrongsan kaku seperti kawat.

Dia bertubuh kate kekar sebagai seorang yang mengerti ilmu silat.

?Kedua chuncu itu adalah paman dan keponakanku?. kata

Balghangadar mengenalkan tuan rumah kepada kawan barunya. ?Ini

Kim-say Uy Ban Lip dan itu Ui Hong Can. Kedua-duanya sangat

termashur didaerah Thibet ini?.

Sin Hong berlaku hormat kepada kedua tuan rumah itu. Dan

diam-diam ia juga kagum kepada kawan barunya yang ternyata juga

mempunyai pergaulan yang sangat luas. Sedangkan sebaliknya

kedua tuan rumah itupun sangat tertarik pada tamunya yang muda

itu. Mereka bertanya kepada Bilghangadar sejak kapan ia

mempunyai sahabat muda itu, dan mengapa mereta belum pernah

mendengar hal itu.

?Sebenarnya dia bukanlah kawan karibku?, sabut Balghangadar

menerangkan. ?Aku baru mengenalnya tadi, Aku menyukai pada

cita-citanya yang tinggi?.

Balghangadar tidak melanjutkan kata-katanya, tetapi sambil

melirik dan tertawa kearah Sin Hong, ia berkata pula :

?Sekarang tolong sediakan barang hidangan, Aku sudah sangat

lapar, sebentar kita akan bicirakan hal ini perlahan-lahan?.

Ui Bian Liep lantas menyuruh pembantu-pembantunya untuk

segera menyiapkan barang makanan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 137

Paman dan keponakan itu menyuguhi Balghangadar dengan

arak wangi, akan tetapi tamu ini tidak menyukai minuman itu, maka

ia menolaknya. Demikian pula dengan Sin Hong yang sejak kecil

tidak dibiasakan minum-minuman keras. Ia juga tidak turut minum.

?Ah, siauwte, kau minumlah!? kata Ui Hong Gan

mempersilahkan tamu mudanya, ?Diantara kita janganlah malu
malu!?.

?Terima kasih?, Sin Hong menampik sambil bangkit

menghormat, ?Sesungguhnyalah aku belum pernah minum arak.?

Hong Gan telah mengangkat cawannya, maka ia jadi minum

sendiri.

Sementara itu, Balghangadar bercerita. bagaimana tadi kawan

mudanya itu telah membuat pertahanan Tan Cian Po suami isteri

kocar kacir, serta membuat Kana Gamalye harus berkelahi mati
matian menguras tenaga, untuk menghadapi Sin Hong.

Mendengar cerita itu tidak henti-hentinya paman dan

keponakan itu memuji Sin Hong, kemudian tuan rumah itu dibuat

makin tak henti-hentinya memberikan pujian ketika Balghangadar

bercerita tentang bagaimana ia telah mengalahkan keponakan

Auwyang Keng Liak setelah bertarung setengah harian.

Iapun menceritakan pula bahwa Auwyang Siang Yong telah

menantang untuk mengadakan piebhu lagi, nanti sepuluh tahun

yang akan datang. Dalam hal ini paman dan keponakan itu bersedia

untuk memberikan bantuan.

?Setelah mengarungi lautan luas selama delapan hari, pada kira

tujuh hari yang lalu aku mendarat didataran Tionggoan ini.

Demikianlah atas perintah guruku, aku langsung pergi ke daerah

Thibet untuk mendaki gunung Than-ala- san untuk menyerapi dan

kalau mungkin membawa pulang sebuah patung emas yang menurutKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 138

keterangan guruku adalah merupakan peninggalan diri seorang

pendiri ilmu silat pedang negeriku. Siapa sangka, salah paham telah

terjadi dengan Auwyang Siang Yong, hingga pertarunganpun tak

dapat dihindarkan lagi !?

Balghangadar berbicara dengan penuh semangat, sebaliknya

kedua tuan rumah itu menjadi sangat terkejut dan heran.

?Balghangadar loosu?, kata Hong Gan- ?Kau datang kedaratan

Tionggoan ini untuk keperluan sebuah patung emas??

Balghangadar menganggukkan kepala membenarkan.

?Patung emas apakah itu?Aku belum pernah mendengarnya?,

tanya Ban Liep.

?Dan salah paham bagaimana itu, loo- jinke?? Sin Hongpun

ikut menimbrung.

?Marilah kalian dengarkan perihal riwayat patung emas itu,

akan kuceritakan pada kalian dengan sejelas-jelasnya agar sesudah

kalian mengetahuinya, kalian dapat mewakili aku untuk

menghindarkan salah paham, karena pada saat ini dalam dunia

kang-ouw sedang terjadi sengketa besar mengenai perebutan sebuah

tempat yang ditinggalkan oleh seseorang yang luar biasa. Mengenai

hal ini dapat kau minta keterangan kepada Susiokmu!? sambil

berkata demikianlah Balghangadar menunjuk kearah Ban Liep.

?Menurut cerita guruku. Tsuzumi Agakura?, Balghangadar

memulai ceritanya.

?Pada kira-kira dua ratus tahun yang lalu, pada hari ulang tahun

rajaku, beliau telah mendapat hadiah sebuah benda yang seluruhnya

terbuat dari emas murni. Benda itu berbentuk sebuah patung. Yang

memberikannya adalah seorang cianpwe kami yang telah berbasil

menciptatan ilmu silat yang kini dianut dinegeri kami. Ketika itu

raja kami yang telah berusia lanjut itu tidak mengetahui faedah danKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 139

rahasia apakah yang terkandung dibalik keelokan patung emas

itu.?

?Apakah yang lo-jinke maksudkah adalah patung emas yang

membuat kau menyeberangi lautan luas itu !? tanya Sin Hong,

?Benar'? Balghangadar mengangguk,

?Akhirnya patung itupun terjatuh ke tangan putera raja, yang

ketika itu menggantikan ayahandanya. Raja muda ini sangat

menyukai patung itu?, Balghangadar meneguk air tehnya, kemudian

melanjutkah pula.

?Justru pada tahun keempat setelah putera kaisar itu menaiki

tahta, maka cianpwe yang menghadiahkan patung emas itu

meninggal dunia karena usianya yang sudah tua. Siapa duga
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa tahun kemudian salah seorang muridnya menyebarkan

berita bahwa dibalik patung emas itu terdapat tanda-tanda rahasia

mengenai adanya suatu tempat, dimana tempat itu terdapat sesuatu

yang luar biasa sekali. Dengan segera seluruh negeri kami jadi

gempar, terutama para pahlawan-pahlawannya. Mereka masing
masing menggunakan kepandaiannya untuk memasuki istana kaisar.

Hingga akhirnya walaupun penjagaan disitu sangat kuat, tidak

urung dari penyimpanannya, patung emas itu lenyap tanpa

meninggalkan bekas?

?Kemana hilangnya loosu?? tanya Ban Liep.

?Tidak ada yang tahu, sampai dua ratus tahun kemudian,

guruku memperoleh keterangan bahwa patung itu terdapat dideerah

Thibet ini, didaerah pegunungan Than-ala san sini?.

Dalam berita ini, Balghangadar menunjukkan sikapnya yang

tidak menyembunyikan suatu apa. Kedua tuan rumah itu menjadi

sangat tertarik sekali. Tidak terkecuali juga Sin Hong.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 140

?Balghangadar loosu?, kata Hong Gan. ?Kau pergi hanya

seorang diri, apakah tidak ke sepian??

?Kalau aku membawa kawan, aku kuatir akan terjadi bentrokan

dikalangan kami sendiri?, sahut orang pulau sembilan itu

menjelaskan.

?Dan kukira, pastilah sudah ada orang-orang dari pulau kami

yang telah datang mendahului aku?, sambungnya, dengan penuh

semangat.

?Aku percaya, Balghangadar loosu yang akan berhasil?, kata

Ban Liep. ?Auwyang Keng Liak sudah tua, sedangkan

keponakannya telah dapat kau kalahkan. Lalu pula, bukankah segala

jagoan-jagoan pulaumu ada dibawah kepandaian gurumu??

?Tapi aku tidak memandang rendah pada ketuaan Auwyang

Keng Liak? sahut Balgbangadar

?Memang aku tak usah kuatir kepada segala jagoan negeriku?,

sambungnya. ?Tapi aku dengar kecuali Auwyang Siang Yong,

dalam hal perebutan peninggalan yang cianpwe kalian tinggalkan.

Butong-pai, Kongtong-pai serta Ceng-hong-pai ikut campur

tangan?.

Mendengar cerita sampai disini, Sin Hong menundukkan

kepalanya. Mendengar orang menyebut-nyebut nama Ceng-hong
pai, ia jadi teringat pada Siu Lian yang lenyap entah kemana. Dan

lebih-lebih ia menjadi sangat geram bila ia teringat kematian

ayahnya. Ia ingin segera berpamitan pada tuan rumah untuk

kemudian meyakinkan segala lukisan-lukisan yang mengandung

rahasia ilmu silat yang luar biasa itu, untuk dapat dengan segera

membalaskan sakit hati keluarganya.

?Sesudah beberapa puluh tahun kita berpisah, baru sekarang

kita dapat bertemu lagi. Malah dalam kunjunganmu malam ini,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 141

Balghangadar loosu membawa seorang kawan cilik? kata Ban Liep

sambil tertawa. ?Saudara muda she Lie ini sudah mempunyai

kepandaian yang luar biasa, aku yakin dikemudian hari dia akan

termashur. Eh. adik Lie, siapakah gurumu??

Mendapatkan pertanyaan itu, Sin Hong tidak memberikan

jawaban, kecuali menundukkan mukanya belaka. Hingga

selanjutnya Ban Liep tidak bertanya lebih lanjut, bahkan

memindahkan pokok pembicaraan.

?Balghangadar losu, sejak sepuluh tahun yang lalu, kau tidak

pernah datang-datang pula kemari hingga tidak mengetahui kalau

aku oleh Tuhan yang Maha Pengasih telah dikaruniai seorang

puteri. Tentu loosu belum melihat dia ? Bawalah adikmu kemari !?

Ban Liep menyuruh Hong Gan. Dan sang keponakan segera

mengundurkan diri.

Sin Hong juga ingin melihat roman gadit chungcu itu untuk

dibandingkan dengan Siu Liannya.

Lekas sekali Hong Gan keluar. Dan bersamanya keluar pula

seorang gadis kecil, pakaiannya mewah sekali, sedang wajahnya

walaupun masih kanak-kanak telah kelihatan cantik sekali,

berbentuk daun sirih, rambutnya dikuncir menjadi dua cabang.

?Mari beri hormat kepada Siok-hu-mu!? kata Ban Liep pada

puterinya ?Bukaatah kau ingin dapatkan pelajaran yang istimewa?

Untuk itu, tak dapat tidak kau harus angkat Siok-hu-mu ini sebagai

guru !?

Bocah itu memberi hormat, kemudian ayahnya menyuruh pula

memberi hormat kepada Sin Hong akan tetapi anak itu diam saja.

Malahan dia menjebikan bibirnya sambil mengawasi tamu cilik itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 142

Ban Liep kuatir kawan tamunya itu tersinggung. Cepat-cepat ia

berkata : ?Adikmu ini sangat nakal, hal itu disebabkan dia belum

pernah keluar rumah. Harap kau tidak kecil hati?.

Sin Hong tertawa, ia tidak berkata suatu apa.

?Siapa nama putrimu ini? Hm, kelak kecantikannya tentu akan

membuat geger?, Balghangadar memuji sambil tertawa. ?Apakah

kau sudah mengajarkan ilmu silat kepadanya? Kulihat dia ada

mempunyai bakat untuk itu.?

?Dia kunamai Bong Ia. Memang seperti kau katakan dia

mempunyai bakat yang luar biasa. Otaknya sangat cerdas?, kata Ban

Liep menerangkan ?Apa saja yaog kuterangkan sudah cukup, dan

aku telah mendidiknya sejak ia berusia enam tahun ?

?Hanya anehnya, entah dia tiru siapa, anak ku ini menyukai

warna merah. Dalam setahun tidak sekalipun ia pernah memakai

baju yang berwarna lain?, Ban Liep menambahi keterangannya.

?Hebat ! Hebat sekal !?' puji Balghangadar ?Mudah-mudahan

nanti sepuluh tahun yang akan datang didunia kang-ouw akan

muncul seorang dara berbaju merah..? Dan Balghangadar

tertawa-tawa gembira.

?Hanya sayangnya, pelajaran silat kaumku adalah pelajaran

yang membutuhkan tenaga besar luar biasa, sedangkan anakmu ini

adalah seorang seorang gadis, kurang cocok kalau dia aku angkat

sebagai murid.?, Balghangadar masih menyambung pembicaraan
nya.

?Maka lebih baik jika dia kau bawa pada salah seorang naga

dari Secuan. Kudengar Liong kang hiap Ciu Cin Lie dan Cu giok

liong Chek Thoa Thong adalah dua orang murid utama dari Butong
pai dan Kunlun-pai yang telah bertukar pikiran. Dan kedua orang itu

terkenal ilmu silat menotok jalan darahnya yang disebut Sip-cie-hiatKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 143

atau ilmu menotok jalan darah sepuluh jari, sedangkan ilmu itu

tidak sembarang orang dapat meyakinkan?

Ban Liep diam, berpikir.

?Baik, terima kasih banyak atas petunjukmu. Aku akan

kirimkan dia pada orang-orang tua itu untuk belajar lebih jauh.?

katanya. ?Sebab kalau dia tetap ikut aku, dia takkan mendapat

kemajuan.?

?Kau pandai merendahkan diri?, kata Balghangadar sambil

tertawa. Ban Liep pun ikut tertawa pula, Ia menyuruh anaknya

duduk bersama.

?Lip-heng?, tiba-tiba Balghangadar memulai pembicaraannya

yang terhenti. ?Kuharap kerelaanmu menceritakan sebab musabnya

hingga terjadinya pertikaian mengenai perebutan tempat rahasia itu,

yang sampai-sampai para locianpwe ikut turun tangan.?

?Hmm, apakah hal itu Balgha loosu belum mengetahuinya??

kata Ban Liep seraya meneguk arak.

?Tahu sih tahu, akan tetapi aku baru tahu sekedar kulitnya

saja?, Balghangadar menjelaskan.

Sementara itu, Hong Gan telah menyuruh para pembantu

menukar hidangan yang sudah mulai dingin itu dengan hidangan
hidangan yang masih hangat.

?Sebagaimana loosu yang tentunya juga sudah mengetahui?,

demikianlah Ban Liep yang memulai ceritanya.

?Pada kira-kira dua puluh tahun yang lalu, dunia kang ouw

telah digemparkan oleh adanya sebilah pedang yang ditinggalkan

oleh seorang cianpwe yang kepandaiannya tidak duanya dikolong

langit ini. Ketika itu banyak sekali orang-orang gagah yang

mempertaruhkan jiwanya untuk memperebutkan pedangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 144

peninggalan itu, hingga sampai-sampai Auwyang Keng Liak dan

salah seorang naga Secuan ikut pula ambil bagian. Kau tahu Balgha

loosu, apakah keistimewaan pedang itu hingga demikian hebatnya

diperebutkan oleh orang-orang berilmu tirggi??

?Ah Liep heng ada-ada saja?, kata Balghangadar sambil tertawa

Aku toh seorang penduduk pulau sembilan, bagaimana kau

tanyakan hal itu kepadaku??

?Balghangadar loosu tidak mengetahui, tidak menjadi apa.

Kuharap kau tidak berkecil hati, maafkan pamanku? Hong Gan

menyeletuk.

?Mengenai keistimewaannya? Ban Liep melanjutkan, ?pada

pedang itu kata orang diseluruh badannya terdapat ukir-ukiran yang

melukiskan gerakan-gerakan ilmu silat yang diciptakan seorang

yang luar biasa yang meninggalkan pedang itu.??

?Begitu bebatnya?'' Sin Hong menyeletuk saking kagumnya.

?Siapa nama orang yang luar biasa itu?? tanya Balghangadar

tidak kurang pula kagumnya sambil tak lupa memasukkan sepotong

bakpau ke dalam mulutnya.

Ban Liep menggoyangkan kepala, lalu berkata :

?Sebegitu jauh semua lapisan orang-orang kaog-ouw berkeras

memperebutkan pedang pusaka itu tidak seorangpun yang pernah

tahu siapakah orangnya yang ilmu kepadaiannya sangat tinggi itu.

Hanya menurut kabar angin, dia adalah seseorang yang telah

berhasil menciptakan ilmu silat gubahan sendiri?

?Ilmu silat apakah namanya itu?? tanya Balghangadar dan Sin

Hong hampir serempak.

?Dinamakan ilmu ciptaannya itu, dari partai Angin Sakti atau

Sin-hong-pai?.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 145

?Nama yang luar biasa sekali?, Balghangadar menggumam

seorang diri memuji ?Tentulah ilmu silatnya juga luar biasa sekali?.

?Yah, begitulah anggapan kami dan semua orang-orang gagah

kalangan kang-ouw zaman itu. Hanya, saja?

?Hanya bagaimana saudara Ban?? tanya Sin Hong cepat.

?Hanya sayang, akhirnya pedang pusaka itu kemudian akhir

akhirnya terjatuh ke tangan seorang ahli Yoga bangsa India. Aku

ingat benar ketika itu Auwyang Keng Liak dan lain-lainnya tengah

hebat bertempur satu sama lain hingga berkali-kali benda puaaka itu

berpindah tangan. Sampai akhirnya benda pusaka itu terjatuh

ketangan seoang India yang bernama Hek Mabie.?

?Jadi Auwyarg Keng Liak jatuh ditangan orang India itu??
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanya Balghangadar.

Kembali Bian Liep menggelengkan kepalanya. Diwajabnya

terlukis sikap sangat menyesal.

?Pada waktu itu, walaupun Auwyang Keng Liak belum sah

memegang gelar ahli silat kelas utama, tetapi kepandaiannya sangat

luar biaia. Jangankan baru seorang Hek Mabie, meskipun sepuluh

belumlah tentu dapat menandingi? cerita sampai disini Bian Liep

berhenti sejenak untuk memasukkan sepotong kue phia kedalam

mulutnya Kemudian dengan mulut menguyah, dan penuh semangat

ia melanjutkan penuturannya.

?Balgha loosu, Auwyang Keng Liak maupun beberapa orang

gagah dari daratan Tioaggoan ini bukanlah dikalahkan oleh ahli

Yoga itu, melainkaa mereka telah kena tipu yang licin sekali.

Celakanya sampai sekarang ini tidak seorangpun yang mengetahui

bagaimana orang India she Hek itu menjalankan penipuannya.?

?Apakah para orang gagah di negerimu ini lantas diam saja??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 146

Mendengar pertanyaan Balghangadar itu kembali Ban Liep

menggoyangkan kepalanya.

?Untuk waktu lima tahunan kami semua berusaha mencari

orang India tersebut. Hingga akhirnya setelah berpayah-payah tidak

memperoleh hasil kamipun menjadi putus asa. Hingga diantara

kami orang-orang kang-ouw banyak yang beranggapan bahwa Hek

Mahie tentu tengah mempelajari rahasia-rahasia ilmu silat yang

terdapat dalam badan pedang itu, sambil menyembunyikan diri !?

Untuk menyelingi ceritanya Ban Uiep kembali mengambil

sepotong kue dan memasukkannya kemulut.

?Namun setahun kemudian setelah lima tahun lamanya kami

bersusah payah tanpa hasil, tersiarlah kabar angin yang berasal dari

Thibet ini, bahwa katanya pedang itu bukanlah terdapat lukisan
lukisan pelajaran ilmu silat, melainkan disitu terdapat lukisan
lukisan yang berupa tulisan yang menerangkan bahwa katanya pada

gunung Than-ala-san ini terdapat entah kitab entah tempat

pertapaan yang didalamnya terkandung suatu rahasia ilmu silat,

sehingga beberapa tahun kemudian dunia kembali telah

digemparkan oleh berkecamuknya pertempuran yang satu sama lain

saling bunuh. Dan dalam hal ini orang-orang gagah dari angkatan

tuapun tidak mau ketinggalan.?

?Liep heng? kata Balghangadar memotong pembicaraan. ?Kau

katakan tadi para orang gagap telah saling bunuh??

Bian Liep menganggutkan kepala.

?Apakah diantara orang gagah itu sudah ada yang

menemukannya?? tanya orang pulau sembilan itu pula.

?Balghangadar loosu, pertanyaanmu ini beralasan juga?, kata

Bian Liep. ?Tetapi menurut kabar yang kami dengar hingga kini,

belum ada seorangpun yang pernah mendapatkannya. Hanya cerita-Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 147

cerita mengaitkan bahwa tempat rahasia itu berada di puncak

gunung Than ini menjadi semakin samar, hingga pada tahun yang

lalu pernah terjadi pada kira-kira jarak dua ratus lie dari rumahku ini

terjadi suatu perkelahian hebat yang meminta korban kira-kira

delapan atau sembilan puluh orang gagah..? demikianlah Bian

Liep mengakhiri ceritanya.

?Liep heng, siapakah diantara orang-orang gagah itu kecuali

Auwyang Siang Yong dari tingkatan tua lainnya yang juga turut

terjun kedalam kancah sengketa itu?? tanya Balghangadar.

?Menurut apa yang berdua kami pernah dengar, kecuali

keponakan Auwyang Keng Liak, katanya salah seorang Naga

Sucoan dan salah seorang murid Hek Mahie juga turut turun tnogan.

Dan kabarnya murid Hek Mahie yang telah turut ambil bagian itu

adalah seolang Turki yang memiliki Ilmu Kepandaian sangat

tinggi?,

?Dan dalam urusan ini, aku yang mempunyai persoalan sendiri

ikut dicurigai oleh Auwyang Siang Yong, hingga ditantang untuk

mengunjungi daerahnya nanti pada sepuluh tahun yang akan

datang?, kata Balghangadar pula sambil tertawa.

Blan Liep tertawa pula, tidak lupa ditelannya sepotong bakpau.

dan memakannya dengan lahap.

Setelah selesai bersantap dan bercerita tuan rumah perintahkan

pembantunya untuk menyediakan sebuah kamar bagi kedua tamu

itu.

Keesokan paginya tuan rumah beserta anak memberikan

ucapan selamat jalan bagi tamunya yang hendak meninggalkan

tempat bermalam itu.

Sementara itu, sesudah meninggalkan rumah kira-kira sepuluh

lie jauhnya Balghangadar dan Sin Hong pun berpisahan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 148

?Anak Sin Hor.g?, kata Balghangadar sebelum keduanya saling

mengucapkan selamat berpisah. ?Kuharap kau benar-benar

mewujudkan cita citamu. Dan nanti kalau kau telah menjadi seorang

dewasa, datanglah kepulauku untuk nanti kuuji kepandaianmu

dengan muridku Sun Siauwji.?

Lie Sin Hong tertawa. Dia menganggukkan kepalanya,

kemudian tubuhnva berpaling kekanan. Sesaat kemudian diapun

sudah berada di lereng gunung yang menuju ke puncak.

Sedangkan Balghangadar melangkah kearah barat, ke Thibet.

untuk melanjutkan usahanya mencari patung emas, yang mana

beberapa tahun kemudian setelah melakukan beberapa pertempuran

dimana ia harus mempertaruhkan jiwanya melawan orang-orang

yang berada di pulaunya sendiri, akhinya iapun berhasil membawa

pulang patung emas itu untuk kemudian diserahkan kepada

gurunya.

****

LIE SIN HONG setelah melakukan pula pendakian beberapa

lama, iapun beberapa saat kemudian telah tiba di puncak Than-ala
san.

Disepanjang jalan, diatas puncak gunung yang banyak

ditumbuhi pohon cemara itu tidak sesaatpun pikirannya melupakan

An Siu Lian. Hingsa akhirnya, karena rasa rindunya, dia merasa

seolah- olah disekelilingnya dibalik pohon-pohon cemara ia melihat

An Siu Lian sedang menyembunyikan diri. Hingga akhirnya seperti

orang gila, ia menghampiri dan memeriksa setiap pohon cemara, itu

yang tentu saja tidak memberikan hasil suatu apa.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 149

Ketika itu haripun telah naik tinggi, Matahari tepat berada

diatas kepala. Berjam-jam sudah Sin Hong menjelajahi setiap

penjuru hutan. Hingga akhirnya ia memasuki setiap lubang gua,

memeriksanya, sampat hari lobor, barulah ia tersadar bahwa sejak

pagi buta ia belum mengisi perutnya sama sekali.

Sesaat ia teringat atan hal itu maka perutnya jadi keruyukan

minta diisi.

Lie Sin Hong segera menghampiri sebatang pohon. Lalu

dengan golok kecilnya ia membacok. Namun ketika bacokannya

tepat mengenai batang pohon itu, tiba-tiba ia merasakan telapak

tangannya kesakitan, hingga ngilu sampai juga ke tulang

belulangnya.

Sebentar kemudian dengan menahan sakit, kembali tangannya

diayunkan dengan tenaga dua tali lebih besar dari bacokan yang

pertama. Namun kembali ia dibuat kesakitan karenanya. Malahan

kali ini ia merasakan otaknya seakan tergetar. Sedangkan pohon

cemara itu sedikitpun tidak bergeming.

Sin Hong merasa dibikin penasaran oleh ketangguan pohon itu.

Hatinya matin panas. Diayunkannya pula goloknya satu, dua, tiga,

empat kali hingga peluhnya berbutir-butir membasahi mukanya,

sedangkan giginya menahan sakit. Tekun juga ia membacok, lima

kali, enam kali, tujuh delapan. Tetapi pohon itu sedikitpun tidak

lecet, atau menampakkan bekas kacokan.

Sampai pada bacokan yang kesebelas. Sin Hong tak tahan lagi.

Terlalu banyak tenaga yang dihamburkannya, akhirnya ia terjatuh

pingsan di bawah pohon cemara itu yang puncaknya meliuk-liuk

seakan menari-nari mengejek kepada si-pemuda.

Setelah beberapa lama iapun telah sadar kembali. Terbayang

dimatanya, bagaimana orang dari pulau sembilan itu, dengan hanya

tenaga sambarannya saja telah sanggup merobohkan pucuk sebatangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 150

pohon yang sejenis dengan cemara ini. Timbul kekagumannya

makin besar atas diri Balghangadar orang asing yang sakti itu. Dan

dibalik itu, terasa olehnya bahwa dirinya masih terlalu dangkal

ilmunya.

Ketika itu, sedang ia menundukkan kepala memikirkan senjata

apa yang harus dipakainya berburu. Tiba-tiba dirasakan olehnya

diatas kepala ada angin keras yang menyambar.

Mengira pada senjata gelap maka dengan cepatsekali Sin Hong

meletik dengan menggunakan tipu ikan leehi meletik. Tubuhnya

dilenggakkan meletik untuk menghindarkan senjata rahasia itu.

Namun ia masih kurang cepat. ?Senjata rahasia?, itu ternyata sangat

cepat gerakannya, sehingga tak ampun lagi kepala pemuda itu

terhantam tepat.

Sin Hong terkejut juga cemas. ?Kurang ajar!? Makinya. Ia telah

melesat kesamping sambil menghunus pedang, sedangkan

kepalanya masih juga terasa puyeng akibat serangan gelap itu.

Namun setelah menantikan beberapa lamanya, ia tidak melihat

suatu apapun yang mencurigakan. Keadaan disitu tenang, tiada

tanda-tanda adanya orang atau binatang.

Ia menjadi heran dan timbul dugaannya yang bukan-bukan.

Segera karena cemas senjata rahasia itu ada mengandung racun,

cepat-cepat Sin Hong meraba kepalanya untuk mencabutnya. Ia

menduga bahwa kalau benar itu adalah senjata rahasia setidak
tidaknya senjata itu terbuat dari logam yang berat. Maka bukan

main terperanjatnya ia ketika melibat kenyataan bahwa benda itu

ternyata bukanah senjata rahasia ataupun logam, akan tetapi

hanyalah sekeping kayu yang panjangnya tidak lebih dari tiga inci.

?Ah.?, tanpa terasa Sin Hong mengeluh karena heran. Dan

iapun menengok keatas, mencari arah datangnya sambaran kayu itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 151

Justeru pada saat itu kira-kira dua atau tiga keping potongan kayu

sedang meluncur turun dari puncak pohon. Cepat sekali, serta

mantap tidak melayang, keping-keping kayu itu dalam sekejap saja

telah berada kira-kira dua tombak diatas kepalanya.

Namun kali ini Sin Hong melihat datangnya ?serangan? itu. Ia

telah siap sedia, maka dengan mudah saja dapat menghindari

sehingga kepingan kayu itu meluncur lewat disisi tubuhnya,

menghajar tanah.

Hebst sekali tenaga hantaman kayu itu kira-kira delapan atau

sembilan bagiannya ambles kedalam tanah.
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Hong bingung. Apakah diatas pohon itu bersembunyi

seorang musuh gelap? Dengan segera Sin Homg menggunakan ilmu

cecak, merayap keatas memanjat pohon itu.

Sebentar saja Sin Hong telah mencapai puncak. Karena kuatir

dirinya akan dibokong orang maka ia menghunus pedangnya untuk

menjaga diri.

Demikianlah dengan pedang terhunus Sin Hong mencaci maki.

Namun ia tidak memperoleh jawaban. Ketika ia menengok kesisi

kanannya ia melihat pada sebuah dahan pohon yang besarnya

sepelukan anak-anak, terdapat duri-duri yang jumlahnya sangat

banyak sekali. Bentuknya serupa benar dengan tiga keping kayu

yang tadi menyerang kearahnya, panjang serta tumpulnya.

Segera ia mendekati dan mencabut dua tiga diantaranya. Ia

mendapat kenyataan kalau selain batang kecil itu timbul serta

mantap ternyata juga duri-duri itu mempunyai bentuk sebagai

senjata rahasia yang biasa dipakai oleh ahli-ahli silat.

Tepat disaat Sin Hong sedang menimang-nimang duri-duri

pohon itu, diatas kepalanya tampak beberapa ekor burung pemakan

bingkai terbang melintas mengepak-ngepakkan sayapnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 152

?Ha! Makanan!? seru Sin Hong. Dan seketika perutnya kembali

keruyukan kembali. Segera dicabutnya pedang, hendak dilontarkan

ke arah salah satu binatang itu. Tetapi seketika pikirannya tergerak.

Ia batal menggunakan pedangnya untuk melontar burung-burung

itu, melainkan tangan kirinya yang menggenggam duri-duri itu

diayunkan. Tiga batang duri telah meleset ke arah burung yang

terbang dibagian belakang.

Kiranya benda-benda alam itu mempunyai gaya berat yang

istimewa sekali. Demikianlah sesaat kemudian dengan diiringi suara

gegaokan kesakitan, maka tiga diantara burung-burung itu, telah

melayang jatuh. Setelah menggelepar-gelepar sebentar diatas tanah,

maka binatang-binatang itupun tidak bergerak lagi.

Sio Hong menjadi kegirangan melihat kehebatan duri-duri itu.

Selanjutnya iapun memeriksa duri-duri pohon yang lain, ternyata

hampir pada setiap dahan sampai ke cabang-cabangnya penuh

ditumbuhi duri-duri tumpul. Segera ia mencabuti pula beberapa

batang, untuk kemudian melorot turun lagi.

Setibanya dibawah ia segera menghampiri ketiga korbannya

yang ternyata sudah tak bernyawa lagi. Dan dibawah pohon itu

pula, ia membuat sebuah api unggun, untuk memanggang burung
burung itu.

Tidak lama antaranya maka Sin Hong telah sibuk melahap

daging burung panggang. Pada saat itulah, kenangannya pada Siu

Lian kembali muncul. Teringat ia waktu ia bersama gadis itu di Ie

pin bersama-sama makan daging kelinci.

Tanpa terasa, Sin Hong telah menghabiskan seekor penuh.

Karena masih lapar juga, maka ia pun memanggang seekor lagi, dan

memakannya dengan lahap. Barulah, setelah menghabiskan dua

ekor burung itu, perutnya terasa kenyang, Akan tetapi sebaliknya

tenggorokannya jadi kering, dan haus. Iapun pergi mencari-cari.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 153

Setelah beberapa lama mengelilingi hutan cemara itu, akhirnya

dapat pula ia menemukan sebuah sumber air yaitu sebuah anak

sungai.

Karena hausnya, tanpa memeriksa apakah air itu kotor atau

jernih tubuhnya ditengkurapkan dan dengan menggunalan kedua

belah telapak tangannya itu telah menceguk air beberapa tegukan.

Habis minum, terasa tubuhnya kembali segar, perutpun tidak panas

pula.

Sedang ia merebahkan tubuhnya untuk melepas lelah, tiba-tiba

matanya tertarik pada sebuah pemandangan tidak jauh dari

tempatnya berbaring itu. Di tempat itu, tampak setumpukan kain

yang mirip sebuah baju. Dengan segera dihampirinya benda itu.

Dan betapa terkejutnya Sin Hong demi melibat bahwa kain itu

adalah baju tebal, sebuah baju tebal yang beberapa bulan yang lalu

pernah diberikannya kepada Siu Lian di Soatang ! Sin Hong

tertegun, diam mematung !

Beberapa saat kemudian setelah ia dapat menguasai dirinya,

dengan tangan gemetar, dijumputnya pakaian itu. Hancur luluh

hatinya ketika ia mendapatkan bagian dalam dari baju tebal itu,

penuh dengan noda-noda darah. Hampir disaat itu juga ia jatuh

pingsan.

Segera dicucinya baju itu. Lalu dibuntalnya. Dan segera pula,

dengan hati hancur, dibawanya baju itu menuju kesebuah gua yang

dua hari yang lalu pernah ditemukannya.

Disepanjang jalan tidak henti-hentinya pikirannya bekerja. Ia

heran, mengapa pada hari-hari terakhir ini ia selalu terlibat pada

pengalaman-pengalaman yang hebat-hebat dan aneh-aneh.

Sore hari tibalah ia kembali di guanya. Setelah memeriksa ia

mendapatkan kenyataan bahwa ?tempat pusaka? itu tidak kurangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 154

suatu apa tanda bahwa tidak ada seorangpun, orang lain yang

pernah tiba ditempat itu.

Esoknya. ia menggali lubang , lalu menanamkan baju tebal

yang membuat ia ingin meratap itu didasar gua.

?Lian-jie?, demikianlah Sin Hong berkemak kemik sendirian.

?Ternyata kau berumur pendek. Setelah ayahmu dibinasakan oleh

muridnya sendiri, ternyata kau sebelum sempat menunaikan

tugasmu telah ditimpa oleh kejadian begini, mungkin kau telah

menjadi korban binatang-binatang keparat. Akan tetapi kau yang

didalam baka, kuharap beelega hati. Aku Sin Hongmu pasti akan

mewakilkan kau untuk membalaskan sakit hatimu, ?Tunggulah aku

akan menghabiskan semua beruang-beruang yang berada ditanah

pegunungan ini. Lian jie, legakanlah batimu...........?

Setelah itu tanpa terasa pula Sin Hong menangis tersedu-sedu

Berjam-jam ia menangis tanpa seorangpun yang menghiburnya.

Hingga setelah hari sudah tidk pagi lagi, barulah ia puas dan

berhenti menangis.

Dan siang itu juga, kembali ia mengelilingi guuuag Than-ala
san. Hanya sekali ini ia bukannya mencari Siu Lian melainkan

hampir seluruh beruang yang berada didaerah sekitar itu

dibunuhnya.

Untuk keperluan melampiaskan dendamnya ini Sin Hong telah

menghabiskan waktu tiga hari tiga malam. Barulah pada hari-hari

berikutnya ia kembali keguanya.

Enam bulan kemudian, ia hampir telah membersihkan seluruh

ukiran-ukiran yang banyak memenuhi ruangan dalam gua itu.

Namun ketika ia hendak mempelajarinya, ia menjadi bingung,

karena tak tahu harus dari sebelah mana ia memulai.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 155

Ia bingung dan gelisah, dan akhirnya putus asa setelah seharian

ia menyelidiki, tetap juga ia tidak dapat memecahkan yang mana

pangkal dan ujungnya. Namun mujur baginya, sedang ia dalam

kesulitan demikian, terjadilah sesuatu yang kebetulan baginya.

Lie Sin Hong pergi mendaki gunung untuk mencari makanan.

Pikirannya sedang dalam bimbang dan keraguan. Hingga tanpa

disadari ia telah tiba dipinggang gunung yang sangat curam. Tengah

asyik-asyiknya berjalan tiba-tiba kakinya terpeleset, hingga tidak

ampun pula pegangannya terlepas dan ia terjatuh.

Tembok gunung itu adalah sebuah jurang yang dalamnya

kurang lebih empat puluhan tombak, Sin Hong terkejut dan cemas,

rasanya ia sudah tak mungkin berharap akan hidup lebih lama.

Akan tetapi sungguh mujur, tubuhnya tersangkut pada sebuah

cabang pohon yang tumbuh pada sebuah gua yang mulutnya kering

berlumut. Dengan harap-harap cemas, Sin Hong menjangkau mulut

gua, kemudian dengan menjatuhkan diri ia melompat kedalam gua

itu.

Ketia ia telah berada di mulut gua, tiba-tiba ia merasakan kedua

telapak tangannya sakit. Ia heran sekali ketika ia melihat pada kedua

telapak tangannya menancap dua macam benda yang bentuk luar

biasa sekali. Ketika ia mencoba mencabutnya, ternyata tidak

berhasil, benda-benda itu menancap sangat keras, dan disamping itu

rasa sakit yang disebabkannya semakin menghebat.

Diam-diam ia merasa heran, karena ketika tadi terjatuh, ia tidak

lihat barang seorangpun. Dengan tinggal masih keheranan anak

muda itu mencabut benda yang menancap ditelapak tangan itu

dengan giginya. Lebih aneh dan mengherankan, kecuali darah yang

mengucur keluar dari lukanya sama sekali ia tidak merasa sakit.

Kedua potong benda rahasia itu panjangnya masing-masing dua

cun sembilan bun, berbentuk kepala burung hong dengan patukKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 156

yang luar biasa tajamnya. Seluruh bagian kepala burung hong itu

berwarna hitam kelam. Kotor dan berlumut, Tapi bila ia mengerik

lumut itu dapatlah sepotong benda mengkilap. emas!

?Pantas begini berat?, pikir Sin Hong.

Didepan mulut gua, Sin Hong berdiri termangu. Ia tidak berani

lancang memasuki gua itu, tetapi melongokkan kepalanya. Terlihat

kabut, hingga tidak terlihat tegas apa yang berada dalam gua itu,

Diam-diam hatinya tercekat. Ia yakin bahwa gua itu pasti dalam

sekali, Dan terpikir olehnya apakah tubuhnya dapat masuk ke

dalamnya atau tidak.

Sin Hong pantang menyerah, Ia Bungkus tangannya lalu

dimasukannya kedalam gua. Ia menduga tentu didalam terdapat

benda-benda rahasia yang terbentuk kepala burung hong itu. Dan

ternyata benar, ia berhasil mencabut dengan tanagannya dan

terbawa olehnya enam belas biji. Diulurkannya tangannya lebih

dalam, hingga hidungnya merapat mulut mulut gua, akan tetapi ia

tidak meraba lain benda, maka iapun berhasil meraba-raba,

?Heran !? pikirnya, ?Mungkinkah ditempat yang lebih dalam

terdapat pula benda-benda macam lainnya??

Akhirnya ia mengambil keputusan untuk memasuki gua itu.

Iapun membuat sebuah obor dari tumbuhan kering. Apabila api

telah berkobar pertama kali disodorkannya obor itu kedalam gua.

Ternyata ia tidak padam, dan membuat hati Sin Hong kegirangan.

Dengan hati-hati ia segera merayap masuk.

Untuk menjaga segala kemungkinan, maka obor dipegang di

tangan kiri, tangan kanannya menghunus pedang, Dengan cara

merayap, perlahan-lahan ia memasuki dalam gua.

Kira-kira telah mencapai jarak sepuluh tombak lebih maka gua

yang berbentuk mirip terowoagan itu mulai mendaki. Ia maju terusKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 157

hingga kira-kira puluhan tombak lagi, hingga ia tiba pada suatu

tempat yang terbuka dan ia dapat berdiri.

Sin Hong tidak takut. Ia maju terus perlahan dengan hati-hati,

sebentar kemudian maka pemuda itu melihat jalan didepannya
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membelok. Menghadapi tempat itu, Sin Hong semakin waspada.

Pedang ditangannya semakin erat digenggam. Ketika beberapa

tombak kemudian ia berjalan, maka ia tiba pada sebuah kamar batu,

Sin Hong mendekati pintu kamar itu, dan dengan obornya ia

menyuluhi kedalam.

Tiba-tiba saja Sin Hong terperanjat, dan sekujur tubuhnya

menjadi dingin. Ditengah kamar batu itu tertunduk sebuah

jerangkong! Rangka manusia yang lengkap dengan kedua

lengannya rebah diatas pangkuan.

Segera terbayang dihadapannya, ketika pada beberapa minggu

yang lalu Sin Hong dan Siu Lian pernah menjumpai adegan yang

serupa, kerangka manusia, kerangka manusia Mie Ing Tiangloo.

Pada saat itu, Sin Hong bersama Siu Lian, sedangkan sekarang ia

seorang diri sehingga tidak ada kawan yang dapat membesarkan

hatinya. Mau tidak mau hatinya terpukul keras.

Dihadapan rangka manusia itu terdapat belasan senjata rahasia

berkepala burung hong. Di sisi kanan, tergeletak sebilah pedang.

Senjata itu berkilauan ketika tertimpa oleh cahaya api obor.

Ditembok kamar, terdapat sebaris ukiran gambar monyet yang

lengkap, hanya sikapnya sa tu dengan yang lain berlainan. Ada yang

tangannya diangkat, dengan kedua kaki berjongkok, ada yang

sebelah kakinya terangkat dengan kedua tangan menyilang didepan

badan dan lain sebagainya.

Guratan ukiran monyet ini dengan gambar ukiran yang

didapatkan oleh Sin Hong tempo hari hampir sama, hanya disini

berbeda gerakannya lebih ruwet.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 158

Sin Hong mengawasi semua gambar itu, diperhatikannya

dengan teliti. Akan tetapi beberapa lama ia berbuat demikian, tak

dapat ia memahami artinya.

Pada ujung dari gambar ukiran yang terakhir, terdapat beberapa

baris huruf yang diukir pula, jumlahnya ada sembilan belas huruf.

Sin Hong mendekati dan membacanya. Bunyinya demikiaan :

?Angin mustika rahasia. Berlindung kepada yang berjodoh

jangan penasaran siapa binasa memasuki pintuku!??

Sin Hong tak mengerti apakah arti surat itu. Akan tetapi bila

melihat jerangkong dan lukisan-lukisan yang berjejeran didinding,

pastilah rangka manusia itu adalah rangka manusia seorang

cianpwe, orang tua yang sudah seharusnya dihormati,

Maka untuk pertama kali Sin Hong menggali lubang didekat

pintu-pintu untuk menegakan obornya, sehingga tidak usah selalu

dipegangi dengan tangan. Selesai itu, ia menghadapi rangka

manusia, memeriksanya dengan teliti.

Tiba-tiba terlintas dalam ingatannya akan cerita Ban Liep yang

mengatakan bahwa didunia Kang-ouw pada akhir-akhir ini sedang

digemparkan oleh adanya suatu tempat yang didalamnya

terkandung suatu rahasia yang besar. Dan bukankah ilmu silat yang

diciptakan oleh orang luar biasa itu dinamakan ilmu silat Angin

Sakti? Tidak mustahilkah kata-kata Angin Mustika Rahasia itu

senama dengan Angin Sakti?

Mengingat yang demikian, maka pemuda ini lantas

menjatuhkan diri berlutut untuk paikut.

?Teecu bernama Lie Sin Hong?, kata Sin Hong dalam hatinya.

Setelah dia manggut-manggut beberapa kali, maka ia berbisik;

?Dengan secara kebetulan saja teecu dapat menemui jenazah taihiapKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 159

ini. Hari ini ingin teecu mengubur jenasah taihiap, harap selanjutnya

taihiap dapatlah beristirahat dengan tenang.

Baru selesai Sin Hong membisikkan kata-kata itu, dari luar gua

tiba-tiba menghembus angin dingin, yang agaknya bertiup dari

dalam jurang.

Angin dingin itu begitu derasnya, hingga membuat Sin Hong

bergidig, bulu kuduknya berdiri. Sin Hong mulai menggali tanah

kubur pada lantai kamar batu. Tanah disitu ternyata tidak keras,

begitu ia menggali dengan pedangnya, maka tidak lama kemudian

kuburan itupun telah hampir dapat diselesaikan.

Tiba-tiba ia sedang menggali terasa pedangnya membentur

suatu benda yang keras hingga terbit suara yang membeletuk.

Segera Sin Hong mengambil obornya untuk menyuluhi dekat-dekat.

Segera terlihat olehnya bahwa benda berat itu kiranya adalah

selembar lempeng tembaga. Setelah menggalinya sejenak, maka

lempeng itu dapat diangkatnya.

Dibawah lembaran itu terdapat sebuah peti besi, yang besarnya

kira-kira tiga kaki persegi. Tak perlu banyak pikir lagi, maka Sin

Hong mengangkat keluar peti besi itu, yang tingginya kira-kira satu

setengah kaki. Peti ini tidak terlalu berat, agaknya isinyapun tidak

terlalu banyak.

Dengan susah payah akhirnya Sin Hong dapat membuka tutup

peti itu. Ternyata ruangan dalam peti itu dangkal saja, tak sampai

setengah kaki tingginya Sedang di tengah-tengahnya berlubang

sedalam kira-kira seperempat kaki. Sin Hong heran melihat bentuk
bentuk yang aneh ini.

?Peti besar dan tinggi, mengapa dalamnya begini dangkal??

tanyanya dalam hati.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 160

Setelah mengorek-orek sebentar, maka ia dapatkan dua buah

sampul surat yang bertuliskan : ?Boleh baca, siapa yang

mendapatkan surat?.

Segera Sin Hong mengeluarkan surat dari dalam salah satu

sampul itu, yang telah kumel dan kotor, akan tetapi masih terbaca

tulisannya, bunyinyapun pendek saja;

?ANGIN SAKTI diwariskan kepada yang berjodoh.

Hanya siapa mendapatkannya, kuburkanlah dulu

kerangka tubuhku!?

****

JILID 5

SIN HONG lantas mengambil sampul yang satunya lagi, yang

bertuliskan :

?Bagaimana harus mengubur tulang belulangku.?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 161

Setelah dibukanya tutup sampul dan mengeluarkan isinya,

maka ia melihat beberapa baris, kalimat yang tertulis pada selembar

kertas putih.

Setelah menggali lubang, tolong galilah sedalam empat kaki.

Apabila memang kau bersungguh-sungguh hendak menguburku,

disitulah pendamkan aku. Karena dengan aku bersemayam ditempat

yang lebih dalam, maka aku dapat bersemedi lebih bebas, bebas dari

segala gangguan rayap dan semut.

Sejak semula memang telah timbul rasa hormat pada kerangka

manusia yang disangkanya kerangka seorang cianpwe. Maka Sin

Hong lantas menuruti saja segala pesan dalam sampul-sampul surat

itu.

Sin Hong menggali lagi, bekerja keras dengan penuh semangat.

Seluruh tubuhnva telah bermandi peluh. Ketika galiannya telah

hampir mencapai empat kaki, mendadak pedangnya membentur

pula pada sebuah benda keras, yang ternyata juga sebuah peti pula.

Peti ini agak lebih kecil dari tadi, besarnya kira-kira satu

setengah kaki persegi.

?Benar-benar kukoai sikap orang gagah ini? pikir Sin Hong,

?Entah simpanan apa lagi yang ada dalam peti ini,?

Peti ini lebih mudah untuk dibukanya, karena tutupnya memang

tidak terkunci. Kembali, Sln Hong mendapatkan sebuah sampul

surat. Dan ia menjadi sengat terkejut, apabila membaca isi surat

yang terakhir ini ;

?Hebat kau, anak jujur! Terima kasih akan jasamu. Maka sudah

selayaknya aku balas kebaikanmu dengan memberikan rahasia

pemecahan semua lukisan-lukisan ANGIN SAKTI yang kusimpan

di utara ?kuburan? ku ini. Apabila peti yang pertama tadi yang jauh

lebih besar dari ini dibuka, maka dari dalamnya akan menyambarKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 162

keluar enam batang kim-hong Cui (bor emas berkepala burung

Hong) yang mengandung racun. Surat dan peti yang terdapat

disitupun palsu semuanya. Malahan juga beracun, semua itu,

kumaksudkan untuk menghukum orang-orang yarg beradat rakus

dan takabur, sedangkan PUSAKA aslinya berada DALAM PETI

INI!?

Sin Hong untuk sejenak terdiam. Dalam hati ia bersyukur,

bahwa ketika membuka peti yang pertama, ia hendak mengorek

sampai yang ada didalamnya. Memang ia hanya merasa kasihan

pada kerangka cianpwe itu, sama sekali tidak ada niat untuk

menyerakahi barang warisannya. Hal itulah kiranya yang membuat

ia selamat. Andaikata tidak mustahil ia masih dapat hidup sampai

menemukan peti yang kedua ini.

Setelah menyelesaikan segalanya, Sin Hong mengambil kedua

peti itu, meletakkannya kesamping. Lalu ia berpaikui beberapa kali

didepan tanah kubur cianpwe itu. Dengan demikian maka ia telah

menjadi seorang ?ahli waris?, dari seorang cianpwe yang

sebenarnya sedang menjadi incaran para orang kang-ouw.

Dengan membawa dua peti itu, Sin Hong bertindak keluar

kamar batu. Dalam gua ia sambil mesatakan jalan keluarnya,

sehingga dikemudian hari mudah baginya untuk keluar masuk

kesana. Juga ia membuat sebuah terowongan yang dimulai dari

mulut gua, yang kiranya terbuat dari susunan batu-batu. Agaknya

cianpwee yang luar biasa sengaja membuat mulut gua demikian

agar tidak mudah orang luar mencapai tempat itu.

Setelah menyingkirkan tumpukan batu-batu itu kiranya disitu

menjadi sebuah terowongan yang berakhir pada tepi mulut jurang.

Jurang itu terlalu sangat dalamnya, pemandangan disana gelap

semata. Hanya tampak dindingnya belaka dimana terdapat batu
batu kecil yang berbaris pada jarak masing-masing sepuluh tombak.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 163

Walaupun Sin Hong memiliki ilmu cecak, agaknya ia tak mungkin

dapat menuruni dinding jurang itu.

Karena bingung untuk mencari jalan keluar, perhatiannya jadi

berkurang, pegangannya pada peti itu mengendur, sehingga tak

terasa kedua peti itu tergelincir dari pundaknya.

Sin Hong berusaha untuk meraihnya. Peti yang kecil dapat juga

ditangkapnya kembali. Akan tetapi peti yang besar, bahkan

terbentur menjauh, karena terlalu berat tak berhasil Sin Hong

menangkapnya, hingga peti itu terlontar menjauh, terguling hingga

membentur sebuah batu besar.

Dan sungguh mengerikan. Begitu membentur batu, maka tutup

peti besar itu menjeblak. Nampak enam batang kim-hong-cui

beterbangan disusul suara menggelegar, kiranya peti itu telah

hancur berkeping-keping karena meledak.
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dapatlah dibayangkan, betapa kiranya andaikata Sin Hong

yang membuka peti itu. Tepatlah seperti apa yang tertulis pada surat

pada peti kecil itu.

Tetapi akibat ini semua, membuat Sin Hong juga mencurigai

peti kecil, peti yang kedua itu. Siapa tahu peti inipun mengandung

rahasia bencana pula? pikirnya.

Karena kecurigaannya ini, maka dengan hati-hati diperiksanya

peti itu. Lalu perlahan-lahan dibukanya tutup peti itu. Ia dapatkan

selembar sampul surat dimana pada sudutnya terdapat tulisan yang

berbunyi :

?Bakar surat ini !?

Terpengaruh akan bunyi tulisan itu, maka Sin Hong kembali

balik kedalam lorong. Diambilnya obor yang masih menyala disitu.

Lalu dengan meletakkan surat itu diatas tanah, iapun membakarnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 164

Kertas yang tidak begitu lebar itu, dalam waktu singkat


Wiro Sableng 178 Tabir Delapan Mayat Percy Jackson And Olympians 4 Battle Of Kisah Sang Budha Dan Para Muridnya

Cari Blog Ini