Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung Bagian 4
berkobar dan tak lama antaranya telah menjadi abu. Tetapi
kemudian ada yang membuat Sin Hong terheran-heran. Dibalik abu
kertas itu, terbayang sebarisan tulisan yang indah, yang berbunyi
sebagai berikut :
Anak, kini kau adalah muridku, maka selanjutnya pergilah kau
menyusuri pinggang gunung sebelah kanan, hingga akhirnya
kau akan tiba pada tempat yang buntu. Dan sebagai gantinya,
kau akan mendapatkan sebuah terowongan yang ditutupi oleh
tumbuh-tumbuhan rumput. Masukilah hingga akhirnya nanti
kau akan sampai pada suatu gua dimana pada tempat itu
terdapat lukisan-lukisan pelajaran ilmu silat ciptaan guruku
Sin Hong Cu Kek Beng. Cukup sekian, dan sebagai yang
terakhir, pesanku, untuk dapat membuka peti ini, geserken
kuping peti kekanan sedikit.
Sekian, gurumu, murid tunggal Sin Hong Cu Kek Beng
Tek Kwee Kiesu
Cepat-cepat Sin Hong lantas berlutut untuk paiku! dihadapan
terowongan itu. Ia mengangkat guru pada seorang yang bernama
Tek Kwee Kiesu.
Lalu dengan tangan menggendong peti, Sin Hong menyusuri
pinggang gunung tersebut, menuruti petunjuk dalam surat abu tadi,
setelah beberapa lama ia mencari-cari, akhirnya ia mendapatkan gua
yang dimaksud yang kiranya adalah gua yang secara kebetulan
tempo hari telah ia temukan, yaitu gua dimana terdapat banyak
lukisan-lukisan monyet, gua tempat ia menguburkan baju Siu Lian.
Dalam hati Sin Hong menduga pasti bahwa gua inilah yang ada
hubungannya dengan cerita Bian Liep tentang partai Angin Sakti.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 165
Pencipta partai itu adalah Sin Hong Cu Kek Beng. Yang kini berarti
adalah terhitung Secouw dari Sin Hong !
Tiba disitu. Sin Hong lantas membuka peti, dengan sedikit
menggeser kuping peti, maka tutup peti itu menjeblak dengan
sendirinya, Didalam peti itu, terdapat dua buah kitab, dan selembar
surat. Dengan hati girang Sin Hong membaca surat yang berisi
petunjuk itu.
Dihaturkan kepada yang berjodoh. Cuci tanganmu setiap
selesai membacanya. Janjan uarkan peristiwa ini kepada
siapa juga.
Sehabis membaca, tanpa terasa Sin Hong menghela napas,
?Sungguh luar biasa hati-hati, dan pemikirannya begitu
mendalam, Cianpwe yang luar biasa ini !? katanya dalam hati,
memuji. ?Agaknya ia kuatir kitab-kitab ini terjatuh ketangan orang
jahat?.
Selanjutnya Sin Hongpun mengambil kedua kitab itu, sebuah
kitab yang satu adalah kitab bernama ?SIN HONG IWEEKANG?,
sedangkan buku yang satu lagi, yang satu setengah lebih tebal
bertuliskan ?PEMECAHAN LUKISAN?.
Dengan kalimat pemecahan itu tentu dimaksudkan petunjuk
yang berhubungan dengan gambar-gambar yang terukir pada
dinding gua.
Sin Hong mencoba membalik-balikan halaman buku yang
pertama. Dari dalamnya dilihat tulisan denga huruf yang kecil-kecil,
beserta beberapa gambar jalan darah manusia. Sejumlah gambar
menjelaskan tenteng cara orang berlatih napas
?Tidak salah tentu inilah pelajaran tentang melatih lweekang?,
kata Sm Hong dalam hati. Gambar-gambar itu demikian jelasnya
dan terperinci dengan lengkap sehingga terasa mengagumkan benar.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 166
Pada kitab yang kedua, tidak terdapat gambar! akan tetapi jelas
disitu diterangkan mengenai cara-caranya mempelajari lukisan
lukisan-lukisan.
Setelah itu, maka Sin Hong mencuci tangan. Kemudian ia
mengatur tempat sembahyang, lalu dengan menggunakan segulung
tanah, Sia Hong melakukan sembahyang dan bersumpah bahwa ia
mengakui Tek Kwee Kiesu sebagai gurunya.
Kini ia merasa yakin dan pasti, kalau yang dimaksud oleh Bian
Liep sebagai tempat luar biasa, tidak lain adalah gua yang kini telah
menjadi ?gurunya?.
Diam-diam Sin Hong mengucapkan syukur kepada Tuhan yang
Mahi Pengasih, dan almarhum ayahnya yang telah memberikan
jalan kepadanya.
Pada keesokan harinya, ia telah mulai membuka halaman
pertama dari kitab yang kedua itu Sin Hong menjadi terkejut, demi
membaca pada halaman itu yang berisikan beberapa pantangan,
antaranya : Dilarang sembarangan melukai orang kecuali kepada
seseorang yang tertentu. Dilarang menyiarkan berita tentang adanya
peninggalan itu.
Sin Hong berjanji dalam hati, bahwa ia akan memenuhi
pantangan-pantangan itu. Pada halaman berikutnya, Sin Hong
mendapatkan bagian-bagian dimana disitu dijelaskan cara
mempelajari lukisan monyet yang ternyata adalah pelajaran
gabungan dari berbagai cabang.
Diantaranya ada juga dari Siauw-lim-pai, sehingga membuat
pemuda itu semakin bersemangat untuk mempelajarinya. Sejak saat
itu serta hari-hari berikutnya Sin Hong giat melatih diri, menirukan
semua gerak-gerakan yang terlukis pada dinding gua dengan
mengikuti petunjuk kitab ?pemecahan lukisan? sebagai pedoman.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 167
Kiranya Sin Hong adalah seorang pemuda yang berbakat, ulet dan
rajin, hingga beberapa tahun telah dilalui tanpa terasa.
Tanpa terasa lima tahun sudah Sin Hong berdiam didalam gua
itu. Kini ia telah berusia dua puluh tahun dan ilmu kepandaiannya
sudah boleh dikata cukup hebat.
Dengan kecerdasan otaknya, ilmu silat yang cukup tinggi yang
telah dimiliki sebelumnya, digabungkannya dengan ilmu silat Sin
Hong itu. Tetapi akibat dari bersunyi diri didalam gua itu hingga
bertahun-tahun, maka mengenai perubahan dunia kang-ouw ia tidak
mengetahui sama sekali.
Saat ini, semula Sin Hong bermaksud untuk turun kedunia
ramai. Akan tetapi karena kuatir ilmu kepandaiannya belum
mencukupi, maka pemuda itu mengurungkan maksudnya, kembali
berlatih dengan tekun.
Sampai saat itu, kalangan kang-ouw sama sekali tidak
mengetahui bahwa tempat rahasia yang menjadi biang sengketa
pada mereka, sebenarnya telah didapatkan oleh seorang pemuda
yang bernama Lie Sin Hong.
Pada suatu malam, setahun sesudah pada awal musim semi
sebagaimana biasa, sehabis berlatih Sin Hong lantas makan. Lalu ia
duduk-duduk didepan perapian. Sambil iseng, Sin Hong membaca
kitab latihan lweekang. Satu jam kemudian, sedang ia bermaksud
untuk mematikan api dan membaringkan badan, mendadak
telinganya mendengar suatu benda yang melayang jatuh dari jarak
beberapa puluh tombak. Sin Hong keluar untuk memeriksanya,
akan tetapi ia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Akhirnya ia kembali untuk tidur.
Kira-kira tengah malam, ia terjaga dengan terkejut ia merasa
pasti bahwa diluar gua tentu ada sedikitnya dua orang asing yang
sedang mendatangi. Ia lantas bangkit dan duduk untuk memasangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 168
telinga. Namun mendadak ia mencium wangi-wangian yang
menusuk hidung.
?Celaka !? kata Sin Hong dalam hati, terkejut. Segera menutup
hidung menahan napas, segera ia melompat turun seraya
menghunus pedangnya. Akan tetapi, sungguh mengejutkan, Sin
Hong merasa kakinya seakan tidak bertenaga lagi. Ketika ia
menginjakkan kaki ketanah, tubuhnya terhuyung, hampir saja ia
roboh terjungkal.
Bersamaan dengan itu pintu terbuka bergedubrakan, terpentang
lebar karena sebuah dupakan yang sangat keras. Menyusul
kemudian sesosok bayangan tampak melesat masuk, lalu seberkas
sinar golok menyambar kearah Sin Hong.
Sin Hong merasa kepalanya pusing sekali, akan tetapi ia masih
sadar. Ia kuatkan hatinya, maka ketika serangan datang, ia masih
dapat berkelit menghindari. Serta bersamaan dengan itu ia balas
menyerang dengan pedangnya.
Bayangan itu memutar tangannya untuk menangkis serangan
Sin Hong. Menghadapi lawan yang kepandaiannya cukup tinggi itu,
Sin Hong tak mau berlaku lambat, ta menghindar sambil sekaligus
menyerang pula.
Kali ini serangan Sin Hong cukup hebat, dan berhasil melukai
pundak orang asing itu. Penyerang itu menjerit tertahan, kesakitan.
Ia menjadi limbung, dari air mukanya tertampak ia merasa heran
sekali musuh yang masih muda belia telah terkena racun asap hio
pemulas, mengapa masih juga dapat demikian gigihnya. Disaat itu
juga, sebenarnya penyerang gelap itu tentu sudah rubuh akibat
tusukan pedang Sin Hong andaikata kedua orang temannya yang
datang dari luar tidak segera menolongnya.
?Begitu gagah, dia !? kata sang kawan, keheranan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 169
Sin Hong tidak memperdulikan kepada dua orang yang baru
datang itu. Ia hendak memberi hajaran pula, jika tidak sekonyong
konyong kepalanya menjadi pusing, serta dilain saat ia telah roboh
pingsan.
Entah berapa lama telah berlalu, ketika kemudian ia tersadar.
Dirasakan seluruh tubuhnya lemas, dan ngilu. Waktu ia mencoba
menggerakkan tangan dan kakinya maka ia kaget, Ternyata seluruh
tubuhnya telah terbelenggu oleh tali yang sangat ulet, yang agaknya
Sin Hong takkan mampu memutuskannya.
Menyesal sekali, bahwa baru hari ini Sin Hong mempelajari Sin
Hong Iwekang. Api dikamarnya masih berkobar terang. Dilihat
kedua orang musuhnya sedang sibuk menggeledah kamar dan
pakaian Sin Hong habis diacak-acak olehnya.
?Celaka !? Keluh Sin Hong dalam hati. Ia menyesali diri yang
ternyata tidak punya kemampuan apa-apa, serta kurang berhati- hati
hingga musuh dapat menyerbu masuk, bahkan merobohkan dirinya
pula. Bagaimana ia dapat membalaskan sakit hati orang tuanya,
kalau begini halnya?
Tetapi Sin Hong sadar, ia tidak membuka matanya lebar-lebar,
pura-pura ia masih pingsan karena pengaruh asap hio. Sedikit
kelopak matanya dimelekkan agar dapat mengintai apa yang
dilakukan oleh orang-orang asing itu.
Ketika akhirnya dapat melihat jelas pendatang-pendatang itu,
Sin Hong terkejut. Rasa-rasa seperti ia pernah mengenal kedua
orang yang datang belakangan itu, Meteka berusia kurang lebih
lima puluhan tahun, mukanya kering dan kuning dan satu sama lain
hampir serupa. Orang yang kedua, yang tadi Sin Hong berhasil
melukainya adalah seorang pendeta yang bertubuh besar dan
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemuk.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 170
Tentu mereka adalah orang-orang kangouw yang hendak
mencuri tempat luar biasa?, pikir Sin Hong. ?Mengapa mereka
dapat mengetahui, serta datang kemari??
Pendeta gemuk ini kosen, sedangkan kedua orang yang lain
itupun tampaknya bukan orang lemah. Tidak salah lagi, mereka
tentu hendak mencari kitab.
Sambil berpikir, Sin Hong mencoba mengerahkan tenaganya
untuk memutuskan tali belenggu tetapi sia-sia, dan hatinya jadi
mendongkol dan kecewa.
Ternyata ketiga orang itu bukanlah orang-orang kangouw biasa,
selama Sin Hong dalam keadaan pingsan, mereka telah menotok
jalan darah pemuda itu, sehingga waktu pemuda itu berusaha
mengerahkan tenaganya, maka ia hanya merasa urat urat tubuhnya
kesakitan. Maka Sin Hong kembali berdiam diri, berpikir untuk
mencari daya upaya.
Sekonyong-konyong si pendeta berseru kegirangan :
?Disini !? serunya.
Sin Hong jadi terkejut bukan alang kepalang ketika melihat dari
bawah pembaringannya pendeta itu menarik keluar peti besi yang
kecil dimana pada beberapa hari yang lalu, kitab ?Pemecahan
Lukisan? diletakkan.
Kedua orang yang mukanya pucat kering itupun ikut
kegirangan. Bertiga mereka lantas menghampiri meja untuk
kemudian bersama-sama membuka tutup peti, untuk mengeluarkan
isinya kitab ?Pemecahan Lukisan? itu.
Membaca tulisan tersebut, lantas mereka tertawa berkakakan.
?Benar-benar di sini .!? katanya dengan suara nyaring. ?Ji
dan sha ko, tidak sia-sialah kita selama dua puluh tahun bersusahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 171
payah mencari benda ini. Kita akan menjadi orang paling liehay
dikolong langit ini, ha, hahaha?
Segera pendeta itu membuka halaman-halaman kitab dan
melihat huruf-huruf kecil yang tertulis disitu. Karena girangnya, ia
tertawa-tawa sambil tak henti-hentinya menggaruk-garuk kepalanya
yang tidak gatal
?Sampai mati juga kalian tidak akan dapat memecahkannya
tanpa mengetahui tempat tempat lukisan-lukisannya?, kata Sin
Hong dalam hati.
Mendadak salah seorang yang mukanya pucat kering itu
berseru, seraya menunjuk kearah Sin Hong ?Hei, hendak lari??
Sin Hong terperanjat bukan main. Ia menduga bahwa orang
mengetahui akal muslihatnya, si pendeta yang pundaknya telah
terluka itu terkejut, dan menoleh dengan segera.
Tiba-tiba si muka pucat kering itu menggerakan tangannya,
dalam waktu yang tak ada sedetik itu juga, sebatang pisau kecil
telah ditancapkan dipunggung pendeta itu.
Hebat sekali menancapnya pisau itu, hingga tembus sebatas
gagangnya. Kedua laki-laki bermuka pucat kering itu lantas
melompat minggir menjauhi sipendeta seraya menghunus senjata,
sedangkan pendeta itu alisnya meringis bengis dan memperdengar
kan suara tawa yang dingin.
?Kita bertiga adalah saudara seperguruan yang telah berjerih
payah mencari benda ini hingga duapuluh tahun. Sekarang setelah
kita berhasil, kalian berdua saudara bermaksud hendak
mengangkangi sendiri, bahkan turun tangan jahat terhadapku,
hahaha ? Itulah suara tawa bercampur teguran yang terdengar
dingin menegakkan bulu roma.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 172
Sehabis berkata, pendeta itu menggerakkan tangannya
kebalakang, agaknya bermaksud untuk mencabut pisau yang
menancap dipunggungnya itu. Namun sebelum tangannya berhasil
menjangkau pisau itu, mendadak ia menjerit keras, bersamaan
dengan itu, iapun roboh terguling. Sebentar ia meregang nyawa, lalu
seluruh tubuhnya diam ia tak berkutik lagi.
Bergidik Sin Hong melihat perbuatan kedua saudara itu, yang
begitu telengas membunuh saudara seperguruan sendiri.
?Jika sekarang tidak kuhabiskan jiwamu, apakah nanti tidak
mengusir diri kami !? Kata dua orang bersaudara secara bergantian
menendangi tubuh sipendeta yarg tergeletak diatas tanah itu .
Kedua orang ini tidak menyadari bahwa Sin Hong telah
tersadar sejenak lama, Mereka memperdengarkan suara tawanya
yang menyeramkan. Lalu dia sentil sumbu lilin untuk membuang
jungnya, hingga sesaat itu ruanganpun jadi terang benderang.
Mereka menghampiri meja. Salah seorang diantaranya lantas
membalik-balikan halaman kitab. Ia membaca dengan suara penuh
kegembiraan dan puas.
Mereka bergantian membaca, membalik-balikkan kitab dengan
penuh semangat, pada berapa halaman kitab yang agaknya lengket,
mempergunakan air liurnya untuk membasahi jari, dan membuka
pula.
Sin Hong tetap mengintai, hingga tiba-tiba ia teringat bahwa
kitab itu mengandurg racun. Dia menduga bahwa kedua orang itu
sebentar pasti akan roboh keracunan. Teringat akan hal ini, kerena
kagetnya Sin Hong memperdengarkan suara tertahan.
Si Muka pucat kering mendengar suara orang, maka menoleh,
justru saat itu Sin Hong sedang memandang kearahnya, segera
orang itu bangkit, dengan tindakan dibuat-buat dia mendekatiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 173
sipendeta yang tergeletak itu, untuk mencabut pisau belati dari
punggungnya, setelah itu ia mendekati Sin Hong dengan sikap
peruh ancaman.
?Ai, kiraiya kau pencuri cilik yang dahulu berlagak dungu!?
seru orang bermuka pucat kering itu.
?Diantara kita sebenarnya tidak bermusuhan, akan tetapi hari
ini aku tak dapat mengampuni jiwamu!? Katanya pula. Kedua biji
matanya bersinar memancarkan hawa pembunuhan, dan sambil
mengangkat pisau itu tinggi-tinggi ia memperdengarkan suara tawa
iblis.
?Jika aku segera membunuhmu hingga kau menghadapi Giam
lo ong, tentu kau akan mati penasaran!? Katanya lagi. ?Agar kau
dapat mati puas aku perkenalkan dulu diriku, Sin Eng, Kin Bian Liu
dari Tinpa.
?Oh kiranya kau? sahut Sin Hong yang sekarang teringat bahwa
kedua saudara itu adalah orang-orang yang pada lima tahun yang
lalu pernah dibuat pecah nyalinya oleh kelihaian Balghangadar dan
Auwyang Siang Yong.
?Bagus, kau masih ingat. Itu bagus !? Orang yang mengaku
bernama Kim Bian Liu itu berkata mengejek, ?Dan supaya matimu
bisa meram, hendak kujelaskan dari mana asalnya kami yang hebat
hebat ini. Aku adalah turunan keenam puluh satu dari tingkatan
ketika partai Thian-Lam-pai. Pihak kami dengan Tek Kwee Kiesu
adalah musuh bebuyutan. Binatang she Tek itu telah membunuh
lima puluh satu orang suhengku, dan keempat sucouwku?
?Hebat sekali !? kita Sin Hong mengejek.
?Ya hebat sekali, bahkan dia juga telah memperkosa sucieku,
kemudian dia kabur kemari. Untuk balasan tahun aku mencari dia
untuk membalaskan sakit hati, siapa tahu dia mampus danKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 174
warisannya jatuh ketanganmu. Aku tak perlu tahu hubunganmu
dengan binatang she Tek itu, tetapi kukira kaupun bukan orang.
Sekarang aku hendak menghabisi jiwamu, harap tenteramkan
hatimu. Jika kau hendak menuntut balas, nanti hantumu boleh
datang ke Bieciu, hahaha?
Si pucat kuning yang memang bernama Kim Bian Liu itu
belum selesai berkata ketika tubuhnya mendadak limbung, lalu
terhuyung- huyung ke arah Sin Hong menggeletak.
Sio Hong terkejut. Ia menyadari bahwa saat ini adalah saat mati
hidup baginya. Maka dalam keadaan yang sangat berbahaya ini, ia
mengerahkan tenaganya sambil mengatur jalan pernapasan
menurutkan petunjuk dalam kitab Sin Hong Lwee Kang.
Bukan main girangnya pemuda itu, ketika ternyata ia berhasil.
Segera disaat itu juga ia merasa tubuhnya menjadi segar kembali,
bahkan lebih dari itu, ia merasakan bahwa tenaganya berkumpul
pada kedua belah tangannya. Dan ...tes ..... tes segera bersamaan
dengan datangnya tubuh lawan ia telah bebas dari totokan dan
ikatan. Setelah mana, ia lantas melompat maju untuk mendahului
menyerang.
Tiba-tiba orang yang mukanya pucat kering itu rubuh
terjengkang dengan sendirinya.
Sin Hong terkejut. Walaupun ia batal menyerang, ia toh harus
bersiap. Tambang bekas pengikat tubuhnya, dipegangnya erat-erat,
dipergunakannya sebagai senjata. Ia melangkah mendekati
lawannya itu.
Kin Bian Liu tampak mengkerojotkan kedua kakinya beberapa
kali, untuk kemudian seluruh tubuhnya diam, tidak berkutik lagi
serta dari mata hidung, telinga dan terutama mulutnya mengalir
keluar darah hidup yang berwarna semu biru. Maka jelaslah ia telah
mati keracunan, racun hebat yang terdapat pada halaman-halamanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 175
kitab Tek Kwee Kiesu, waktu ia membasahi jarinya dengan air
liurnya sendiri.
Tak lana kemudian terdengar pula jeritan melolong seseorang
yang diikuti suara gedebrukan suara tubuh yang ambruk ketanah.
Kiranya saudaranya yang bernama Kin Bian Eng itupun mengalami
nasib yang serupa.
Lega hati Sin Hong, bahwa kini ia dapat selamat dari ancaman
manusia-manusia ganas itu. Hari itu mengubur ketiga jenazah itu.
Dan apabila ia memeriksa lukisan-lukisan di kamarnya, ternyata
gambar-gambar itu tidak kurang suatu apa. Agaknya ketiga orang
Thian-Lam-pai itu masuk melalui pintu belakang.
Tetapi dibalik itu, timbul pula kesangsian di hati pemuda ini. Ia
ragu-ragu, apakah sebenarnya Tek Kwee Kiesu itu orang dari jalan
terang ataukah sesat.
Apabila mengingat pada surat-surat Tek Kwee Kiesu yang
agaknya begitu bencinya pada orang orang jahat, agaknya dia
bukanlah orang yang buruk budi pekertinya. Akan tetapi apabla
mendengar dari ucapan orang Thian lam-pai itu, kecuali Tek Kwee
Kiesu seorang pembunuh, juga perbuatan memperkosa wanita
adalah perbuatan yang sangat rendah. Timbul kebimbangan di hati
Sin Hong, apakah setelah mengetahui bahwa orang yang mewarisi
ilmu adalah begitu wataknya, mau diteruskan ataukah tidak
pelajaran ilmu silat yang diperolehnya itu.
Akan tetapi, apabila terbayang betapa rakusnya ketiga orang
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thian-lam-pai itu terhadap peti besi itu, maka tampaknya
merekapun bukan orang baik-baik.
Dalam kebimbangannya itu, Sin Hong telah menyeret keluar
peti besinya. Lalu kitab yang ada didalamnya diambil, ditimang
timangnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 176
Suatu waktu tangannya telah diulurkan mendekati api yang
berkobar. Tampaknya Sin Hong hendak membakar kita itu. Entah
mengapa pikiran tiba-tiba berubah. Diletakkannya kitab itu,
kemudian diambilnya kitab ?Sin Hong Iwekang? yang
disembunyikannya dibawah bantal kayu.
Dibalik-baliknya kitab itu, diperhatikan benar isinya, hingga
akhirnya terasa sayang baginya uniuk merusakkan kitab itu. Bahkan
kemudian ia membalik-balikkan halaman kitab itu sampai pada
halaman terakhir.
Tiba-tiba matanya membentur pada sederetan huruf yang
merupakan kata-kata bukan kata yang berisi pelajaran ilmu, akan
tetapi adalah merupakan catatan mengenai riwayat hidup Tek Kwee
Kiesu. Demikianlah kata-kata itu ;
Hari itu adalah hari gembira bagi kami sekeluarga. Hari masih
pagi buta. Aku sudah berada ditengah keluargaku. Sembilan kakak
kakak perempuanku juga ada bersama mengelilingiku. Semuanya
bergembira, terutama ibuku yang telah berusia enam puluh dua
tahun. Dengan duduk diri ayah, sebenta-sebentar beliau tersenyum
memandangku, putera tunggal yang saat itu merayakan ulang
tahun yang kesembilan.
Kami adalah dari keluarga berada. Maka perayaankupun
diadakan secara besar-besaran. Hampir seluruh tetangga kani
diundang, sedang untuk menjaga keamanan dan menjaja kami, lima
puluh orang pembantu dikerahkan. Lebih-lebih lagi untuk
menambah keriaan hari ulang tahun itu, istimewa ayah telah
mengundang serombongan tukang wayang dari ibu kota yang saat
itu sangat termashur sekali untuk daerah Tiongkok Selatan. Hari itu
kami benar-benar bergembira.
Tak lama kemudian serombongan pengemis, berdatangan
minta sedekah. Dimana ayah lantas memerintah aku untukKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 177
memberikan uang kepada mereka, masing-masing dua puluh cie.
Mereka ikut pula gembira, dan setelah mengucapkan syukur,
merekapun lantas berlalu.
Demikianlah, karena terlalu gembiranya, maka tanpa terasa
hari telah menjelang malam. Dan tak lama kemudian, tamu satu
demi satu atau berbondong-bondong permisi pulang, sehingga
menjelang pukul tiga rumahku telah sepi, hanya tinggal kami
beserta para pembantu rumah tangga. Sedangkan kedua ?kong? dan
?ma? sudah masuk tidur.
Saat itu ketika ayah sedang bercakap-cakap, dengan ibu dan
kesembilan saudara perempuan, pembantu para jongos
membereskan meja, tiba-tiba seluruh jendela rumah
memperdengarkan suara gedubrukan, serta merta serombongan
orang bertopeng menyerbu masuk.
Serentak memasuki ruangan, mereka mengamuk dengan
senjata sehingga keadaan menjadi panik. Lebih-lebih ibu yang
sudah berusia tua tidak dapat menguasai dirinya lagi, segera jatuh
pingsan disaat itu juga yang lantas dirubungi oleh saudara-saudara
perempuanku, Namun orang-orang bertopeng yang berjumlah tidak
kurang dari dua puluh orang itu menangkapi saudara-saudara
perempuanku yang tidak berdaya apa-apa,
Mereka kurang ajar sekali, dengan tangan mereka yang jahil,
mereka bertindak tidak sopan terhadap saudara-saudara
perempuanku, sehingga menimbulkan rasa geram pada setiap
orang yang memiliki sifat laki-laki sejati.
Lain pembantu-pembantu yang berjumlah lima puluh orang itu.
serta para centeng-centeng yang berkepandaian biasa saja itu,
berusaha tutuk menghalangi perbuatan mereka. Tetapi apalah
artinya, orang-orang bertopeng itu justru adalah orang-orang yang
berkepandaian tinggi. Satu demi satu terdecgar suara sesambatan,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 178
dan pembantu-pembantu rumah tangga kami bercucuran bermandi
darah. Kucatat mereka sebagai pembantu-pembantu rumah tangga
yang setia, sebagai pahlawan-pahlawan yang memikul tanggung
jawab hingga titik darahnya yang penghabisan. Mengerikan sekali.
Aku yang hanya seorang bocah, tak tahan melihat semuanya itu,
hingga aku jatuh pingsan.?
Membaca hingga disini, Sin Hong segera sadar akan alasan
alasannya mengapa sampai Tek Kwee Kiesu membunuh sampai
lima puluh lima orang Thian-lam-pai serta memperkosa sembilan
keluarga perempuannya.
?Tentulah itu merupakan pembalasan? kata Sin Hong
dalam hatinya.
Entah berapa lama kemudian, ketika aku tersadar, aku melihat
betapa diatas lantai bergelimpangan bangkai-bangkai manusia
termasuk kakak-kakakku dimana pakaian mereka koyak-koyak
tidak teratur, terutama pada bagian.. ah ah,. tak dapat aku
menulisnya dengan kata-kata. Hatiku terbakar oleh dendam.
Apapula melihat saudara-saudaraku yang telah mendahuluiku
dengan cara yang begitu mengenaskan, dengan kehormatan
yang telah hilang
?Terlalu !? seru Sin Hong. Pada saat itu juga ia berlutut
dihadapan buku itu, meminta maaf pada gurunya, dimana tadi ia
telah menduga buruk terhadap diri Tek Kwee Kiesu.
Disaat itu juga sebenarnya aku bermaksud hendak membunuh
diri, kalau tidak kudengar suara ayah memanggil-manggil. Ah
rupanya ayah belum ajal. Segera akupun menghampirinya.
Disitulah, pada saat tarikan napasnya yang penghabisan, ayah
menjelaskan bahwa orang orang bertopeng yang telah melakukan
kekejaman itu adalah orang-orang dari partai Thian-lam-pai.
Mereka melakukan keganasan itu karena permintaan sumbanganKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 179
mereka telah ditolak oleh ayah, karena ayah mengetahui bahwa
mereka itu adalah penjudi-penjudi besar.
Agaknya karena penolakan itulah membuat mereka sakit hati,
dan datang untuk menghancurkan keluarga kami. Beberapa saat
kemudian, ketika beliau (ayahku) hendak menghembuskan
napasnya yang penghabisan, beliau menganjurkan padaku agar
dengan cara bagaimanapun aku harus dapat membalaskan sakit
hati itu.
Demikian sejak hari utu, dengan meninggalnya ayah, ibu dan
saudara-saudaraku mata aku jadi yatim piatu, tidak sanak tidak
saudara atau pun pembantu rumah tangga. Sungguh sakit hatiku
sedalam lautan. Betapa tidak? Enam puluh empat jiwa termasuk
kedua ?kong dan ?ma? telah terbinasa dalam satu malam saja.
Begitulah, dari kehidupan seorang anak tunggal keluarga yang
berada aku menjadi seorang bocah yang terlunta-lunta, sebatang
kara hidup dengan megandalkan belas kasihan orang.
Dua tahun aku hidup dalam keadaan demikian, hingga
akhirnya aku ditemukan oleh searang pendekar besar yang ternyata
kini adalah sucouwmu, yaitu Sin Hong Cu Kek Beng.
Sejak itu hidup dibawah asuhan beliau yang memberikan
padaku ilmu pelajaran. Ilmu silat dan ilmu surat. Dan sepuluh
tahun kemudian aku telah mempunyai ilmu silat yang cukup berarti.
Muka guruku menjadi pucat pasi ketika mendengar ceritaku
tentang bencana yang telah menimpa keluargaku, pucat karena
marah.
Segera diperintahnya aku untuk turun gunung dan segera
membalaskan sakit hati. Dikatakannya pula bahwa dengan
kepandaianku sebagai sekarang, jangan hanya seratus Thian-lam
pai, andaikata dua kali lipat dari itu, masih belum merupakanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 180
tandinganku. Begitulah, setelah melakukan perpisahan maka esok
harinya aku turun gunung.
Putusanku sudah tetap, yaitu aku harus membunuh sedikitnya
lima puluh lima anggota partai Thian lam pai serta memperkosa
sedikitnya! Dan dalam hal ini, pada taraf pertama aku berhasil,
lima puluh satu anak serta cucu murid Thian-lam serta empat kakek
guru mereka berhasil telah kubunuh. Sedang tiga puluh lima
anggota keluarga perempuannya, dalam waktu delapan belas hari
aku berhasil mencemarkan kehormatannya serta kemudian
menghabisi jiwanya?
?Pembalasan total yang terlalu hebat !? seru Sin Hong seorang
diri.
?Akan tetapi, seperti tadi kukatakan aku berhasil hanya dalam
taraf pertamanya saja. Karena tiba-tiba ketika korbanku yang
terakhir kucemarkan, yang bernama Kwee Bian Un, mendadak aku
terjerumus kedalam api asmara.
Tak kuasa aku membunuhnya, bahkan kemudian kularikan ia
kedalam sebuah goa.
Akan tetapi mungkin sudah takdir, karena kelalaian ini aku
terjerumus kedalam jurang kehancuran. Demikianlah diluar
tahuku, ternyata goa tempatku bersembunyi beberapa hari
kemudian dilingkung oleh tidak kurang tiga puluh orang dari
Khong- tong-pai, Bu-tong-pai dari Ceng-hong-pai maupun Thian
lam-pai sendiri. Dari Ceng-hong-pai, Mie Ing Tiangloo sendiri
yang memimpinnya.
Dalam gabungan itu, ternyata mereka sangat hebat dan liehai
bukan main, sehingga baru saja aku membinasakan enam orang
dan melukai sebelas diantaranya, aku tertangkap.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 181
Bukan main siksaan yang kuderita dari mereka yang memang
kuanggap sudah sewajarnya. Akan tetapi dengan susah payah,
dengan menanggung penderitaan seluruh urat-urat tangan kanan
diputuskan orang, akhirnya aku dapat meloloskan diri. Aku kembali
kegunung Than-ala-san, akan tetapi sungguh kecewa, guruku telah
berpulang sejak dua bulan yang lalu, dan yang membuatku terkejut
adalah pedang guruku lenyap entah kemana. Pada telapak tangan
beliau, hanya kudapatkan surat yang isinya merupakan perintah
kepadaku agar aku mencari dan mendapatkan benda pusaka itu.
Lima tahun lamanya aku melatih diri di puncak gunung.
Setelah kurasakan pulih seluruh kemampuanku, aku kembali turun
gunung. Dan memenuhi pesan guruku aku pergi ke daerah India
untuk menyelidiki serta mengambil pedang pusaka guruku, baru
kemudian aku pergi ke Tinpa untuk membayar lunas sakit hati
keluargaku.
Namun, kiranya tak kuasa aku melawan takdir. Setelah
berhasil aku mengambil kembali pedang pusaka, aku barus segera
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ke Than-ala-san, karena saat terakhir bagiku akan segera
tiba. Dan akupun meniru perbuatan guru berpulang dengan cara
duduk bersemedi. Dan secara tenang akupan menyusul beliau.
..dan terima kasih kepadamu sekarang kuucapkan
yang telah menanamkan jenazahku sebagaimana layaknya,
sebagaimana yang pernah kulakukan atas diri sucouwmu. Hanya
ada pesanku yang terakhir, pertama-tama turun gunung pergilah ke
Tinpa, dan carilah disana turunanku.
Kalau dia seorang perempuan, peristerilah dia. Akan tetapi
bila dia seorang lelaki dan sebaya umurnya denganmu, angkatlah
dia sebagai suteemu, turunkanlah segala ilmu silatmu. Dan apabila
ia lima atau sepuluh tahun lebih muda darimu, angkatlah dia
sebagai murid.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 182
?Hmmmm, hampir saja aku terpedaya oleh manusia-manusia
Thian-lam tadi?, gerutu Sin Hong seorang diri. ?Dan hampir saja
aku menjadi seorang murid durhaka membakar kitab akibat ocehan
mereka. Jangan kuatir suhu, apabila telah tiba saatku untuk
berkelana maka aku akan penuhi semua pesanmu. Dan bahkan
apabila mereka orang-orang Thian-lam hendak menuntut balas juga,
biar kusapu bersih mereka. Lebih-lebih pula suhu bermusuhan
dengan orang-orang Ceng-hong pai. Ayahku telah binasa ditangan
anak murid Ceng-hong pai. Mulai hari ini aku akan mempelajari
kedua kitabmu lebih rajin
Selanjutnya. Sio Hong bertambah tekun mempelajari Sin Hong
Lwee Kang dengan teliti. Diperhatikannya semua petunjuk
petunjuk serta cara-cara bagaimana mengatur pernapasan. Ia
perhatikan gerak-gerak dalam peta. Tujuh hari Sin Hong membaca
terus menerus, maka ia mendapat kenyataan bagaimana bedanya
pelajaran itu dengan Ilmu silat pedang ataupun ilmu silat tangan
kosong.
Waktu pertama kali ia membaca, terasa agak bingung. Tetapi
karena kecerdasan otaknya, akhirnya dapat juga ia mengikuti setiap
petunjuk-petunjuk dalam kitab dengan sebaik-baiknya.
Dan pada hari yang kesepuluh, terasa olehnya betapa tubuhnya
menjadi sangat ringan, sedangkan kekuatan tenaganya menjadi
berlipat ganda. Tetapi pada hari yang kesebelas ia mendapatkan
kesukaran, dimana ia sampai pada pelajaran yang tanpa gambar.
Untuk selingan, Sin Hong kemudian melatih ilmu dari kitab
yang satunya lagi, yaitu kitab Penuduhan Lukisan. Dengan bantuan
lukisan-lukisan monyet, Sin Hong mendapatkan kemajuan yang
semakin pesat.
Ketika kembali ia hendak mempelajari Sin Hong Lwee Kang,
maka sekali ia mendapat kesulitan pada pelajaran-pelajaran yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 183
tanpa gambar itu. Akan tetapi kali ini ia teringat akan ukiran-ukiran
yang terdapat pada tembok kamar Tek Kwee Kiesu gurunya. Sin
Hong ingat bahwa pada ukiran-ukiran itu jelas tergambar urat-urat
tubuh manusia. Bukankah ada huhungannya dengan pelajaran yang
sekarang ini?
Terpikir yang demikian, maka tanpa membuang waktu lagi Sin
Hong pergi mendapatkan kamar gurunya. Dengan tidak menemukan
kesulitan suatu apa-apa, Sin Hong dapat tiba disana. Dan apa yang
dicarinya itu ternyata benar belaka. Semua ukiran- ukiran itu
ternyata memang membantu penjelasan pelajaran lweekang
baginya. Maka tidak terkatakan betapa girang pemuda ini.
Dengan tidak membuang waktu pula, Sin Hong lantas
melakukan latihan-latihan berdasarkan petunjuk kitab Sin Hong Iwe
Kang dan dibantu oleh ukiran-ukiran dikamar gurunya itu. Ia tahu
cara mengatur pernapasan secara sempurna serta tahu pula urat-urat
tubuh yang mana yang harus dibuka.
Berhasil dengan latihan-latihannya ini, maka Sin Hong
mengucapkan terima kasih dan menyoja tiga kali didepan makam
gurunya.
Ketika ia hendak meninggalkan kamar itu, tiba-tiba matanya
tertarik pada pedang aneh yang menggeletak dipinggir kuburan,
yang tadinya sama sekali tidak menarik perhatiannya. Ia teringat
akan pedang pusaka yang katanya adalah peninggalan dari leluhur
gurunya.
Pedang itu agak melengkung bagaikan ular naga yang melilit
diri, ekornya merupakan gagang, sedangkan ujungnya yang tajam
berbentuk paruh burung hong. Patuk itu dapat dipakai menikam
akan tetapi juga menggaet senjata lawan. Sedangkan pada
gagangnya terdapat tiga buah huruf yang terukir, ?Hon-po-kiam,?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 184
Sm Hong berjalan keluar ketika nyala obor hampir padam.
Tidak lupa membawa beberapa buah kim-hong-cui, senjata rahasia
yang berbentuk seperti obor itu .
Tiba diluar, ketika melihat sebuah batu yang menghalangi
jalan, secara iseng Sin Hong menyabetkan pedangnya. Sungguh tak
terduga, batu itu terbabat potong menjadi dua bagian.
?Aha !? seru pemuda itu kegirangan. ?Ini dia pedang mustika !?
Dan ketika ia mencoba untuk menusuk dinding gua, maka pedang
itu amblas hampir sampai ketangannya.
Bukan main girangnya anak muda ini. Maka begitu tiba di gua
tempat ia berlatih, ia langsung melakukan latihan dengan petuh
semangat dan gembira.
Mula-mula dipermainkannya ilmu pedang ayahnya. Setelah itu
ia melatih ilmu silat gabungannya. Ternyata pedang itu sesuai sekali
dipakai, terutama sekali waktu ia memainkan Sin Hong Kiam
hoatnya. Bukan main bertambah girangnya melihat kenyataan itu
semua.
Selanjutnya berminggu-minggu dan berbulan tanpa mengenal
bosan dan lelah, Sin Hong tekun melatih diri dengan Sin Hong
Lwee Kang maupun ?Pemecahan Lukisan.? termasuk juga latihan
mempergunakan senjata rahasia kim-leng-cui tidak ditinggalkan.
Namun pada saat mempelajari Sia Hong Lwe Karg dan tiba
pada halaman terakhir, tiba-tiba ia merasakan suatu kesulitan pula.
Ia mengulangi dan melatih berulang-ulang pada bagian itu akan
tetapi bukannya dapat memahami, sebaliknya malah kepalanya jadi
pusing. Padahal ia yakin benar bahwa ia tidak salah
mengartikannya.
Malamnya, dalam saat ia membaringkan tubuhnya, memikirkan
kedua kitab pelajaran ilmu silat tersebut, sinar bulan berpantulanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 185
memasuki gua melalui celah-celah dinding gua yang retak. Ia
menghitung=hitung dalam hati, kiranya telah sepuluh tahun ia
menjadi penghuni gua tersebut. Maka terpikir olehnya untuk turun
gunung mencari musuh besarnya Ong Kauw Lian, pembunuh ayah
dan ibu serta saudara-saudara seperguruannya.
Kecuali itu, terbayang pula wajah An Siu Lian puteri An Hwie
Cian ketua Ceng-hong-pai yang telah binasa di tangan keponakan
sendiri itu. Mengingat akan gadis itu, maka dalam hati ia berharap
mudah- mudahan keturunan Tek Kwe Kiesu, gurunya itu, yang
harus ditemukannya di Tienpa adalah seoraog anak laki-laki,
sehingga tidak akan banyak menimbulkan kesulitan.
Sebulan kemudian, setelah berulang kali mengulang dan
mengulang seluruh pelajaran dari kedua kitab warisan gurunya itu,
Sin Hong lantas membakarnya. Ia mengingat bahwa jika kitab itu
sampai terjatuh ketangan orang-orang Thian-lam-pai, akan sangat
membahayakan bagi ketenteraman dunia kangouw.
Dalam sekejap saja maka api telah berkobar, membakar kedua
kitab pusaka yang sebenarnya menjadi impian setiap orang gagah di
kalangan rimba persilatan.
Sekian lama api menyala, berkobar membakar kedua kitab itu.
Akan tetapi aneh. Selagi semua lembaran-lembaran kitab itu hangus
menjadi abu, maka kulit kitab Sin Hong Lwee Kang sama sekali
tidak hangus, hanya menjadi hitam belaka.
?Aneh !? pikir Sio Hong. Lalu dicobanya untuk merobek kulit
kuku itu, akan tetapi tidak berhasil. Padahal Sin Hong tahu bahwa
tenaganya sangat kuat.
Ketika ia menjentik-jentik dan menekan-nekan serta
memperhatikan lebih jauh, ternyata kulit buku itu tidak terbuat dari
kertas biasa. Akan tetapi ternyata terbuat dari baja campuran emas
yang dilapis entah bulu sejenis apa yang rangkap dua. Lapisan ituKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 186
berbentuk kaos, akan tetapi bahannya jauh lebih halus. Apabila Sin
Hong mempethatikan lebih jauh, kiranya pada kaos pelapis itu
terdapat tulisan ?KAOS PELINDUNG JIWA?.
Segera, tanpa ayal lagi, dikenakannya kaos itu. Untuk
membuka lapisannya, ia mempergunakan sebuah pisau, Ketika
dikorek, maka ia menemukan sehelai kertas yang terdapat disitu.
Selembar kertas yang ternyata berisikan gambar-gambar.
Gambar-gambar ilmu pukulan dan ilmu pedang. Hingga akhirnya
Sin Hong sadar bahwa gambar-gambar itu adalah petunjuk penting
untuk kitab Sin Hong Iwee Kang pada halaman-halaman yang
akhir, dimana ia mendapat kesulitan untuk mempelajarinya.
Dengan ditemukannya gambar-gambar itu, maka kegembiraan
Sin Hong sungguh tak terlukiskan. Berarti ia dapat sudah melatih
diri dengan seluruh ilmu yang terdapat dalam kedua kitab itu.
Karena penemuan ini, maka Sin Hong mengundurkan waktu
keberangkatannya selama beberapa hari untuk melatih diri lebih
lanjut. Seluruh latihan yang semula samar-samar kini telah dapat
dilatihnya dengan baik.
Selanjutnya, setelah merasa telah siap semuanya, maka Sin
Hong menyiapkan buntalan untuk berangkat turun gunung. Setelah
berlutut dan paikui dihadapan makam Tek Kwee Kiesu, serta
memberikan salam terakhir pada makam Siu Lian, maka sambil
menggendong Hong-po-kiam, ia mulai dengan perjalanannya.
Tidak lupa, ia menutup mulut gua dengan batu besar, agar
jangan sampai ada orang lain yang dapat menemukan tempat itu.
Hari inilah, hari yang pertama kali bagi Sin Hong mulai turun
gunung sejak sepuluh tahun yang lalu ia mengasingkan diri.
Maka tidaklah mengherankan apabila sekarang Sin Hong
melihat segala sesuatu yang tampak olehnya seperti asing baginya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 187
Setelah berjalan setengah harian, kira-kira hari hampir pukul
dua, maka Sin Hong telah tiba pada lereng pegunungan yang
ditumbuhi hutan cemara. Pohon-pohon cemara itu kini tampak telah
berubah benar, Daun-daunnya rimbun-rimbun, sehingga walaupun
saat itu matahari sedang naik tinggi, tetapi Sin Hong hampir tidak
merasainya. Bahkan yang terasa olehnya adalah nyaman dan sejuk
serta angin yang meniup terasa silir-silir lembut.
Sedang asyiknya ia berjalan, mendadak terdengar suara burung
burung pemakan bangkai berterbangan diatas kepala, Sin Hong
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengaagkat kepala untuk meyakinkan. Mendadak saja ia teringat
sesuatu. Lalu cepat-cepat ia naik, memanjat pohon. Lalu dengan
pedangnya ia memotong sebuah dahan.
Dahan itu dibawanya turun. Lalu diambilnya duri-duri yang
melekat padanya. Setelah merauti duri-duri itu kemudian
menyimpannya maka iapun melanjutkan perjalanan kembali.
Menjelang malam hari, Sin Hong telah tiba di gunung. Ia
teringat akan keluarga Oei, maka iapun bermaksud untuk
menyambanginya.
Ketika tiba pada dusun tempat paman dan keponakan itu, maka
Sin Hong menjadi keheranan melihat dusun itu sepi-sepi saja, tidak
terdengar gonggong anjirg. Didepan rumah keluarga Oei tidak juga
terlihat jongos yang menyambut, sunyi sekali.
Karena kesunyian yang mencurigakan itu maka Sin Hong
berusaha menghampiri sebuah pintu gedung yang tampak agak
membuka. Diketuknya pintu rumah itu. Dari ketukan-ketukan
lemah sampai ketukan yang keras, tidak juga terdengar ada jawaban
dari dalam, hingga karena habis kesabaran, maka digedor-gedornya
pintu itu keras-keras, barulah beberapa lama kemudian tertampak
keluar seseorang yang jalannya terbungkuk-bungkuk menghampiri.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 188
?Siapa tuan.. tuan siapa?? demikianlah dengan terburu
buru kakek bungkuk itu menegur.
?Aku seorang tamu dekat, hendak bertemu menyambangi
kedua Oei-lohiap? kata Sin Hong.
?Oh, bukankah tuan adalah tamu muda yang pada beberapa
tahun yang lalu pernah berkunjung kemari bersama tuan Balgha??
Kakek itu menegaskan penglihatannya dengan mengangkat muka
memandang tajim.
?Ya, saya Lie Sin Hong? sahut si pemuda membenarkan.
Baru saja Sin Hong menjawab demikian maka tampak kakek
itu menundukkan kepalanya sambil pundaknya bergerak-gerak,
menangis.
?Kakek mengapa kau?? Sin Hong keheranan. Terasa olehnya
firasat buruk yang telah menimpa keluarga itu.
?Oh, anak Sin Hong..? demikian kata kakek itu sambil
mempersilahkan tamunya memasuki rumah. ?Kau tidak
mengetahuinya..?
Sio Hong diajak masuk kedalam, duduk-duduk sambil tak lama
kemudian kakek itu telah menyediakan secangkir teh.
?Kakek, apakah malapetaka telah menimpa? Sin Hong
telah tak sabar.
Kakek itu menyeka matanya berulang-ulang. Baru kemudian
menjawab :
?Malapetaka. yah malapetaka. Setahun setelah
kedatangan kalian berdua tuan Balgha, maka kekampung ini telah
datang dua orang yang berhidung bengkok serta mengenakan ikat
kepala yang bentuknya aneh sekali. Oleh karena mereka datang
pada malam hari, sedang yang seorang mukanya merah dan satunyaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 189
kuning, yang kelihatan pada mereka hanyalah matanya saja yang
menyala seperti obor. Ternyata mereka itu tidak hanya berdua saja.
Jauh di dibelakang mereka, ikut serta satu orang yang ternyata
adalah sebangsa kita.
Mereka langsung memasuki rumah gedung Oei chungcu, tanpa
menghiraukan sopan santun. Mereka itu adalah orang-orang jahat,
yang datang hendak menuntut balas. Satu orang yang datang
belakangan itu adalah bekas begal yang pada enam tahun yang lalu
pernah dikalahkan oleh chungcu kami!?
?Apa yang mereka lakukan?? Tanya Sin Hong.
?Kedua orang asing yang mukanya sangat menyeramkan itu,
sangat tidak tahu aturan sama sekali.. Mereka sangat telengas.
Ketika tuan kami sedang berbicara dengan bekas pecundangnya,
kedua orang bermuka hantu itu telah membuat kegaduhan. Yang
satunya yang mukanya kuning dengan kelima jarinya telah
membunuh jongos yang saat itu sedang membawa air teh diatas
nampan. Dengan kelima jarinya yang sangat buas itu, ia
mencengkeram mata kuping dan hidung jongos itu. sehingga
masing-masing bagian muka itu copot dari kepalanya?
?Aih, mengapa begitu telengas?? Sin Hong berseru terperanjat.
Dalam kitab pemecahan lukisan, memang terdapat ilmu yang
sejenis itu, yaitu mencabut nyawa dengan lima jari. Ilmu itu
terdapat di tanah India. Tidak mudah orang dapat meyakininya.
Orang bermuka kuning itu agaknya tidak boleh dipandang ringan.
?Cepat sekali gerakan tamu asing itu, sehingga siapapun tidak
dapar mencegah kejadian itu. Dan selanjutnya kedua chungcu kami
telah terlibat dengan pertarungan melawan bekas begal itu.
Sebenarnya si bekas begal itu bukanlah lawan kedua chungcu kami.
Akan tetapi sedang ia terdesak hebat, mendadak terdengar pekikan
suara si orang asing yang bermuka merah !?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 190
?Bukan main orang bermuka hantu itu. Dengan permainan
tangan kosong ia dapat memecah pertahanan kedua chungcu kami.
Dan tak lama kemudian terdengar jeritan chungcu muda Oei Hong
Gap. Ternyata beliau telah mengalami nasib yang sangat
mengerikan, mukanya hancur seperti jongos tadi, ?
?Ahhh...? tanpa sadar Sin Hong mengeluh dan bergidik.
?Melihat nasib sang keponakan, maka Oei toa chungcu menjadi
sangat gusar, Dan beliau berusaha untuk membalaskan sakit hati
keponakannya itu. Akan tetapi sebelum sempat berbuat banyak,
beliaupun telah mengalami nasib yang serupa, mukanya terbelah,
pisah dari kepalanya.!? Kakek itu tersengguk-sengguk
menangis ?Aku yang saat itu tengah bersembunyi di loteng melihat
tegas semuanya itu terjadi. Mungkin saat itu aku telah mati lemas.
Tetapi mataku masih dapat melihat betapa iblis yang ternyata
bernama Ang Oei Mokko itu selanjutnya dengan kekejaman yang
luar biasa, membunuh! sekalian penghuni rumah yang
ditemuinya. Tidak seorangpun yang tersisa dalam rumah,
kecuali aku dan ukh ukh ukh !? Si kakek menangis
menggerung-gerung pula.
?Terlalu.? untuk kesekian kalinya Sin Hong mengeluh
menggidik ngeri, sungguh dinyana bahwa nasib keluarga Oei akan
begitu mengenaskan Untuk beberapa saat pemuda itu duduk
termangu, diam tak berkutik.
?Tuan dapatkah menduga siapakah diantara keluarga chungcu
yang masih selamat??
?Bukankah Oei siocia?? sahut Sin Hong gugup dan
menggeragap.
?Benar. Thian memang tidak buta, satu-sayunya turunan Oei
chungcu yang berhasil meloloskan diri, dia itulah..?, sahut kakekKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 191
itu menjelaskan. ?Dia dibawa lari oleh Liu siauwji, ketika iblis
kejam itu sedang mengamuk.?
?Syukurlah kalau begitu?, kata Sin Hong. ?Jikalau begitu
halnya berarti keturunan Oei tidak tumpas sama sekali? pikirnya.
?Hanya entah kemana dibawanya puteri itu pergi. Tuan muda,
apabila dibelakang hari kau menjumpainya harap tolong kirimkan
kabar?
Sin Hong menyangupi. Selanjutnya karena ia pikir sudah tak
ada pula manfaatnya untuk berlama-lama disitu, maka Sin Hong
lantas mengambil hio untuk melakukan sembahyang didepan meja
aku paman dan keponakan keluarga itu, barulah ia meminta diri
untuk melanjutkan perjalanan.
Papa hari kelima dalam perjalanannya itu Sin Hong tiba pada
sebuah dusun yang ramai, yang terkenal dengan araknya yang
harum yaitu dusun Kang-po. Disitu Sin Hong dapat memperoleh
seekor kuda.
Sebelum melanjutkan perjalanan pemuda itu bermaksud untuk
masuk kedalam sebuah warung depan minum arak, barang beberepa
teguk. Didepan rumah makan itu Sin Hong tertarik pada seekor
kuda berwarna merah mulus yang tertambat.
Ketika sedang meneliti kuda itu, mendadak perhatiannya
tertarik pada sebuah tanda rahasia yang terlekat dipojokan tembok,
Sin Hong tahu bahwa tanda dari orang kalangan kangouw. karena
bukannya ia pernah menjadi seorang piauwsu? Tanda-tanda
semacam itu memang sering ia dapati dalam pekerjaannya itu.
Dengan tenang Sin Hong memasuki sebuah rumah makan.
Dilihatnya didalam ruargan itu, seorang pemuda yang berpakaian
sangat perlente sedang duduk-duduk minum seorang diri. ApabilaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 192
melihat dari pakaiannya, tampaknya pemuda itu agaknya
tergolongan orang kang-ouw.
Pemuda yang menyendiri itu berwajah sangat cakap, hampir
hampir Sin Hong tak percaya bahwa pemuda itu seorang laki-laki
karena wajahnya yang sangat halus dan seperti ?cantik? itu.
Disisi sebelah barat pemuda cakap itu, duduk pula dua orang
laki-laki, yang seorang gemuk dan yang seorang lagi kurus. Mereka
berwajah kasar, dan berulang kali mereka tampak melirik kearah si
pemuda tampan.
Sedangkan si pemuda tampan itu agaknya tidak memperhatiltan
tingkah laku kedua orarg itu. Ia minum secawan demi secawan,
sehingga kemudian tampak tubuhnya limbung, walaupun
demikian, wajahnya masih melukiskan bahwa ia sedang berduka
hati. Berkali-kali ia menggoyang-goyangkan kepalanya, dan
tangannya mengepal-ngepal. Tetapi sungguh aneh, sama sekali ia
tidak menyadari bahwa dua orang yang duduk didekatnya sering
mengincer kearahnya.
Pada saat itu, terdengar sigemuk berkata serak :
?Hayo kawan, kau harus habiskan dua ratus cangkir ! Minum
terus, tidak boleh curang !?
Temannya, yang kurus itu berjingkrak.
?Kau gila !? bentaknya, ?Kau sendiri belum menghabiskan
tujuh cawan, bagaimana kau mau mendesak aku menghabiskan dua
ratus cangkir !?
?Tapi tubuhmu kurus, ingat, kau membutuhkan banyak minum
arak agar tubuhmu menjadi panas dan bertenaga. Paling sedikit,
sebenarnya kau harus menghabiskan tiga ratus cangkir !?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 193
?Ngomong busuk !? Si kurus menggerutu, mendongkol; ?Aku
tid.k mau minum lagi !?
?Hei, tidak mau minum?? bentak sigemuk, seraya kemudian
diangkatnya sebuah poci arak, dan diselugukkannya kedalam mulut
sikurus.
Si kurus jadi gusar. Tangannya dikebaskan sehingga arak itu
tertumpah ruah menyiram tubuhnya. Sigemuk tetap memaksa,
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sehingga keduanya lantas bergumul, seperti disengaja, pergumulan
mereka sampai melanggar sipemuda tampan.
?Kurang ajar!? Pemuda itu membentak seraya bangkit.
Bersamaan dengan itu, terdengar suara barang jatuh. Kiranya
sebuah kantong bersulam milik pemuda tampan itu, dan dan
didalamnya tampak meletik keluar sepotong emas serta beberapa
tahil perak.
Sipemuda tampan bergerak cepat sekali, menginjak kantongnya
mendahului kedua orang yang berlagak mabuk itu. Lalu diraupnya
uang-uang perak dan emasnya itu seraya berseru :
?Kalian hendak merampas?!?
Kedua orang yang bergumul itu berhenti bergulat. Si gemuk
kontan membentak : ?Siapa merampas??
?Berani sembarangan menuduh orang. Kuhajar kau !? si kurus
mengancam.
Menyaksikan ketiga orang yang hendak ribut itu beberapa
orang tamu yang lain datang meleraikannya.
Sin Hong tertawa menyaksikan perbuatan kedua orang kasar
itu. Ia mengerti dan maklum bahwa perbuatan kedua orang itu
bergumul memang sengaja untuk secara diam-diam untuk
merampas kantong orang, atau setidak-tidaknya mengetahui isiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 194
kantong pemuda itu. Cuma sayangnya merek kalah cepat dengan
pemiliknya sehingga maksud mereka tidak kesampaian.
Sin Hong mendekati kedua orang kasar itu. Sambil mendorong
mereka agar menjauh, ia menegur :
?Apakah kailan sudah sinting ! Mau bergumul, ya bergumul
saja, tak perlu menyeruduk tempat orang lain !? Sambil menegur,
demikian ia mendorong kedua orang itu agak keras, sehingga
terhuyung kebelakang, kesakitan. Dan mereka sungguh tak mengira,
bahwa pemuda yang mendorong-dorong mereka itu telah
mengambil isi kantong celana mereka
?Bangsat itu yang sembarangan menuduh orang !? Kata si
gemuk marah dan mencaci. Tetapi beberapa tamu yang lain, yang
memang melihat asal keributan itu, jadi menyalahkan mereka.
?Sudah ! kalian yang mengganggu urang!?
?Kalau mau minum sambil guling-gulingan minum dirumah
sendiri saja !? begitulah kata tamu-tamu yang lain.
Pemuda tampan yang berpakaian kangouw itu memandang
kearah Sin Hong sambil mengangkat cawannya : ?Saudara, mari
minum bersama !?
?Terima kasih? sahut Sin Hong seraya duduk. Dari tempatnya
ia mengawasi kedua orang kasar itu.
Mereka itu tampaknya masih mendongkol kepada si pemuda
tampan, dan berulang kali mereka mengawasi dengan sorot mata
tajam. Lalu seorang diantaranya, sikurus memanggil kuasa rumah
makan untuk perhitungan.
Si gemuk masih menggerutu. Tangannya dimasukkan kedalam
kantong celana, agaknya ia hendak mengeluarkan uang. Tiba-tibaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 195
tampak melongo, dan tangannya masih terbenam dalam kantong
celana, sementara wajahnya jadi pucat dan berkeringat.
Melihat perubahan sikap temannya, maka si kuruspun lantas
meraba sakunya, iapun menjadi tertegun, dengan mendadak. Dan
bola matanya berputar-putar kebingungan.
Kedua orang itu saling pandang, Saling mengawasi, sedang
mulut mengatup rapat tidak dapat berkata barang sepatah katapun
juga.
?Jumlah semua .... cuma dua tahil lima cie..? kata kuasa
rumah makan seraya membungkuk hormat kepada kedua tamu itu.
Sebaliknya kedua tamu itu saling pandang menyeringai, seperti
monyet mencium terasi. Tangan mereka masih belum ditarik dari
dalam kantong celana.
?Tuan-tuan, semuanya berjumlah dua tahil lima cie?, kuasa
rumah makan itu mengulangi.
Lalu dengan gugup dan muka sebentar meraba sebentar pucat,
si gemuk menjawab gugup :
?Kalau boleh kami membayar lain kalisaja hehe?.
Tuan rumah memperlihatkan sikap yang dingin dan keheranan.
?Wah, rumah makan kami bisa pailit, kalau semua tamu
berhutang?, kata kuasa rumah makan itu.
Si jongos yang juga mendongkol melihat tingkah laku orang,
ikut-ikutan menyeletuk
?Apakah kalian berdua berdua bukannya hendak mengganggu
kita? Sudah minum berpuas-puas, membikin keributan lagi.
Kalau benar-benar tidak berduit, hayo buka baju !?Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 196
Dan tamu-tamu yang lain ikut menimbrung : ?Memang mereka
berdua itu ialah.?
Melihat gelagat yang tidak enak, kedua orang itupun membuka
bajunya, Rupanya dengan kedua potong baju itu saja, harga dua
tahil lima cie belumlah cukup, dan sijongos telah mengambil kopiah
tamu itu.
Kedua tamu itu murka bukan buatan roman mukanya sampai
merah hijau, merah pucat tak menentu. Akan tetapi mereka tak
berdaya, dan setelah mendapat perlakuan yang sangat kasar itu,
mereka bergegas keluar meninggalkan rumah makan.
Seperginya kedua dorang itu, Sin Hong jadi teringat sesuatu.
Mereka itu tampaknya memang bukan orang baik-baik. Menilik
sikapnya mungkin mereka adalah orang-orang bawahan dari
suatu perkumpulan. Tidak mustahilkah mereka akan mengadu
kepada pemimpin mereka?
Teringat akan hal yang demikian, maka Sin Hong bermaksud
untuk menghampiri sipemuda tampan untuk memberikan
peringatan. Akan tetapi baru saja ia berdiri, diluar rumah makan
terdengar suara ribut-ribut, dan tak lama kemudian belasan orang
laki-laki yang wajahnya kasar daa beringas, tampak memasuki
rumah makan sambil membuat kegaduhan.
Diantara mereka itu, terdapat dua orang yang habis dilucuti
tadi. Mereka itu menunjuk kearah sipemuda tampan, maka langsung
belasan orang itu mengurung sipemuda. Salah seorang diantara
mereka yang berhidung pesek dan bercabang bauk agaknya adalah
pemimpin rombongan menghampiri sipemuda dengan garang.
Dengan kedatangan belasan orang itu, maka suasana dalam
warung menjadi panik. Beberapa orang tamu yang bernyali kecil
segera membayar makanan, dan berlalu dengan cepat.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 197
Si gemuk yang tadi mati kutu, kini dihadapan kawan-kawannya
rupanya bermaksud hendak pamer kegagahan. Sekali menghampiri
sipemuda tampan ia mengulur tangan untuk menjambret dada
orang. Akan tetapi sebelum tangannya yang berbulu itu sampai pada
sasarannya, terdengar ia menjerit, kesakitan seperti babi dipotong.
?Wadauuu...!? dan bertepatan dengan itu tubuhnya terbanting
dari kursinya yang ringsek.
Beberapa orang tamu yang masih berada disitu, melihat
kejadian itu dan tertawa geli, melihat si gemuk yang jatuh dengan
muka ke tanah, sehingga beberapa buah giginya copot dan
menyembur darah.
Yang hebat, setelah jatuh, si gemuk bukannya bangkit berdiri,
akan tetapi ternyata pingsan seketika. Hal ini membuat para ramu
yang menyaksikan jadi kaget.
?Pembunuhan !? Seru para tamu yang tadi tertawa, kini jadi
panik, dan serabutan keluar untuk menghindari kejadian mungkin
berkembang makin besar.
Si pesek yang melihat nasib bawahannya demikian, menjadi
sangat gusar. Serentak ia mengomando bawahannya untuk segera
turun mengeroyok.
?Berhenti !? Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang sangat,
dan berpengaruh sekali, sehingga membuat para pengeroyok itu
mengurungkan maksudnya Mereka semuanya jadi bungkam, dan
pandang matanya terarah kepintu rumah makan, dimana berdiri
seseorang yang bertubuh pendek gemuk dengan sebuah golok besar
melintang didepan dadanya. Dibelakang orang gemuk pendek itu
tampak berdiri pula dua orang lain yang sikapnya tidak kalah
garangnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 198
Melihat munculnya orang-orang itu, maka diam-diam Sin Hong
telah menyiapkan beberapa batang dari cemara yang akan
dipergunakannya sebagal piauw bila saatnya perlu nanti ia
membantu sipemuda tampan itu.
?Keluar kalian !? bentak orang pendek gemuk itu kepada para
pengeroyok dengan suaranya yang keras mengguntur.
Anak buah sihidung pesek itu, tanpa digebah sekali lagi, telah
berebutan keluar sambil ketakutan. Sedangkan sipemuda tampan,
dengan sikap mengejek, berseru : ?Ayo cepat keluar! Keluar
semua!? Tampaknya ia sama sekali tidak menghiraukan sipesek dan
anak buahnya yang menggerutu dan melotot kearahnya.
****
JILID 6
?Mana pemilik rumah makan?" seru orang pendek gemuk tadi.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 199
"Saya.. saya..!" Kuasa rumah makan itu segera muncul dari
kolong suaraaya gemetar, demikian juga seluruh tubuhnya tak bisa
diam karena ketakutan. Thay yoya... maafkan .?.aduuuh!?. Belum
selesai ia berkata, sebuah tamparan yang tidak tertampak oleh
matanya, mengenai pipinya.
"Tahan!" Tiba-tiba pemuda tampan itu berseru mencegah
sambil meloccat dari tempat duduknya, menghadapi si pendek
gemuk yang garang itu.
"Dia tidak hersalah. Kalau mau cari urusan boleh kepadaku!"
Si pendek gemuk melihat kegesitan gerakan pemuda tampan
itu, dia tampak tertejut. sebaliknya, Sin Hong merasa lega karena ia
tett bahwa terayata pemuda tampan itu memiliki kepandaian yang
cukup tinggi.
Karen marahnya si pendek gemuk itu melotot, dan kumisuya
bergerak-gerak.
?Bocah mencari mampus. Minggir!? bentaknya seraya
tangannya yang besar berbulu-bulu itu mergebas kearah dada si
pemuda. Akan tetapi kiranya pemuda itu cutup waspada. Dengan
melangkah mundur setindak, maka hantaman tangan si pendek
gemuk yang mengarah ke dadanya dapat dihindari dengan baik.
Karena gagal serangannya, maka penyerang itu menjadi tambah
naik pitam. Begitu serangan pertamanya gagal, maka ia telah maju
setindak membarengi ukulan yang kedua, cepat dan amat
berbahaya. Dan bersamaan itu pula kedua temannya telah mengirim
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serangan ke arah si pemuda dari kanan dan kiri menjepit.
?Ha-ha-ha-ha!" Tiba-tiba terdengar si pemuda tampak tertawa."
Tidak tahu malu! Tiga orang tua bangka meagerubut anak kecil"
Begitu tertawa tangannya telah bergerak kepunggung, makaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 200
selanjutaya ia telah memegaug sebatang pedang yang langsung
digerakan menyabet ke arah riga orang pengoroyok itu.
Pengoroyok-pengeroyok itu berlornpatan mundur karena
terkejut dan merekapun tak mau melawan dengan tangan kosong,
masing-masing lantas menarik senjatanya yakni toya, tombak dan
golok besar.
Sesaat kemudian maka keempat orang itupun tetah terlibat
dalam pertarungan yang seru. Sin Hong yang sempat menyaksikan
cara bertempur pemuda cakap itu jadi terkeiut, karena tampaknya
pemuda itu bertarung dengan gerakan yang mirip sekali thaw gaya
dilakutai oleh Kim Biau Liu waktu didalarn guha melawan Sia
Hong. Hanya bedanya, pemuda itu tampak mempunyai gerakan
yang tebih cepat lebih gesit. Bukan main cepatnya gerakan
pedangnya berkelebat-kelebat membuat bayangan-bayangan
berkilatan dalam beberapa detik saja ia telah memainkan belasan
Jurus serangan, membuat ketiga pengeroyok itu kocar kacir.
Ketiga pengeroyok yang semula memperlihatkaa sikap galak
itu kini terdesak, tak banyak mulut dan mandi keringat. Sernentara
itu, karena keempat orang itu bertempur dengan mempergunakan
senjata, nista meja kursi rumah makan jadi berantakan, tamu-tamu
pun sudah habis berhamburan pergi, kecuali satu-satunya Sin Hong
yang menonton pertarungan itu sainbil mirurn-minum tenang.
Kian lama permainan pedang pemuda tampan itu semakin
hebat. Tubuhnya seakan lenyap, tinggal kelebatan sinar pedang
belaka yang menyarnbar-nyambar kian kemari, metibat ketiga
lawannya.
Suatu saat pemuda itu mengelakan serangan senjata lawannya
dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengayunkan
pedang, menyabet keleher lawan yang kedua. serangan itu pula,
kaki kanannya melayana dengan gerakan tipu Ayam EanasKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 201
Mematuk Elang. Hebat bukan main serangan ini, hingga lawannya
si pendek gemuk yang memang tetah pening akibat dicecer
serangan, masing-masing menggerakkan senjatanya menangkis
pedang dan tendangan kaki yang berbahaya itu.
Serangan ini mereka dapat menghindarkannya, akan tetapi
diluar dugaan mereka, ternyate serangan si pemuda yang serempak
itu hanyalah pancingan belaka mencari lowongan pada musub
musuh karena secepat kilat, pemuda itu telah merubah serangannya,
pedang telah berubah arah menusuk, sedangkan tendangan yang
seberarnya dilakukan adalah dupakan kaki kiri. Akibatnya, tak
ampun lagi kedua lawan itu terluka pundak oleh pedang, sedangkan
yang seorang lagi terdupak betisrya dengan keras. Kedua lawan
itupun menjerit kesakitan, tubuhrya terbanting roboh sehingga
membuat si pendek gemuk jadi terkejut dan kalut perhatian. "Ha ha
ha ha! Tunggu satabat! Tidak pantas datang dan pergi begitu saja
tanpa meninggalkan tanda mata,? seru pemuda tampan itu pula
seraya pedargnya melurcur cepat mengarah punggung si pendek
gemuk.
"Ah, kejarn sekali" seru Sin Hong dalam hatinya, yang menjadi
tidak senang menyaksikan keteleagesan si pemuda tampan,
sehingga diam-diam ia menyiapkan dua batang senjata rabasia dari
cemara, siap untuk memberikan pertolongan pada orang yang sudah
tak berdaya itu.
Namun pada saat itu, tiba-tiba matanya yang tajam melihat dari
arah jendela melesat sesosok bayangan orang, gesit sekali bayangan
itu sehingga dapatlah dipastikan bahwa orang yang Baru datang ini
tentulah seseorang yang berilmu satgat tinggi. Begitu muncul muka,
maka orang itu telah berada di tengah-tengah antara si pemuda
tampan dengan orang yang pendek gemuk tadi.
Dia, yang baru datatsg itu adtaah seorang Tosu (Imam) yang
beusia lima puluhan tahun. Jenggotnya bercabang tiga. AirKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 202
mukanya menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang telah puas
berkelana di kalangan kangouw, sedangkan kedua biji matanya
bersinar-sinar sangat kejam.
Tosu ini, begitu muncul lantas bertindak. Lengan bajunya
mengebut, maka pedang si pemuda tampan yang semula meluncur
itu menyimpang ke saming si pendek gemuk. Dapatlah terbebas dari
kebinasaan.
?Bagus.? pemuda tampan ini mendengus penuh ejekan.
?Sekarang tambah satu orang pengeroyok lagi. Ayo datanglah
empat puluh lagi. Thaiya Giok Hwat tidak akan lari.? Agaknya dia
tidak gentar walaupun menghadapi Tosu itu yang ternyata memiliki
Iwekang yang lebih tinggi.
?Bocah lancang!? bentak orang yang pendek gemuk tadi.
?Jangan kurang ajar pentang matamu dengan siapa kau berhadapan
sekarang.?
"Dengan seorang Tosu bidung kerbau.? Mulutnya menjawab
demikian, tangannya meluncurkan pedang mendahului menyerang
si Tosu dengan gerakan tipu Bayi Langit Nangis menjerit.
Si Tosu yang merasa dihina dan diserang dengan begitu kasar
menjadi sangat gusar. Setelah si pendek gemuk mundur, maka
iapun melolos senjatanya yang berupa yang berwujud sebuah
senjata alat tulis, langsung dipergunakannya menangkis pedang si
pemuda. Sesaat kemudian merekapun bertempur dengan sengit.
Tampatnya kekuatan mereka hampir seimbang. Si Tosu dengan
senjata tulisnya itu ternyata dapat bergerak dengan sangat tangkas
dan berbahaya. Kecuali menusuk dan mengemplang, senjata alat
tulis itu dapat dipergunakan sebagai alat menotok jalan darah,
sehingga detik-detik selanjutnya senjata itu telah berkelebat
mengurung si emuda yang mengaku bernama Giok Hwat Kong itu
dengan puasnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 203
Sin Hong diam-diam mengagumi kepandaian si Tosu itu.
walaupun orang tua itu. walaupun orang tua itu Cuma si gemuk
pendek yang berandalan, akan tetapi ternyata Hwat Kong ilmu
silatnya cukup hebat. Sedangkan pemuda itu mau tidak mau harrus
melayaninya dengan sungguh-sungguh. Tidak berani lagi ia
memandang ringan pada lawannya. Hal itu tampak pada gerakan
gerakan silatnya dan raut mukanya yang menjadi tegang sekali.
Dengan tidak kurang lincahnya, Hwat Kong merubah gerakan
pedangnya menjadi cepat dan gencar, mengimbangi terjangan
senjata alat tulis si Tosu yang menyambar-nyambar seperti
gelombang.
Akan tetapi selama ini Hwat Kong belum dapat melakukan
serangan secara bebas, bahkan sebaliknya, ia berada dalam keadaan
tertahan serangan-serangan senjata si Tosu, amat cepat datangnya
dan setiap kena ditangkis senjata itu bukannya terpental membalik,
akan tetapi justeru seperti mendapat tenaga baru untuk melancarkan
serangan-serangan lebih lanjut.
Untuk sesaat Hwat Kong tamak mengagumi kepandaian lawan,
tetapi juga gugup. Untung saja ia bernyali besar, dan sebagai
seorang murid dari seorang guru yang agaknya ternama, tentu saja
ia harus dapat menjaga nama baik gurunya. Demikianlah walaupun
selama ini ia hanya bertahan belaka, akan tetapi saat-saat tertentu ia
sempat pula melayangkan serangan balasan, sehingga ia tidak
begitu saja dapat dirobohkan.
Namun si Tosu nampaknya tidak mau memberi hati pada
lawannya. Serangan-serangannya semakin hebat dan ganas.
Sedikitpun ia tidak memberi kesempatan pada lawannya.
Giok Swat Kong yang mernangnya sedang nemusatkan
perhatiannya pada senjatanya, sama sekali tidak menduga seranoan
mendadak itu. ia tidak sempat lagi untuk menghindarinya sehinggaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 204
ia hanya sempat mengerahkan Iwekang melindungi perutnya agar
tidak menderita luka dalam.
Bukk!" Tendangan tepat mengenai perut si pemuda, dan
pemuda itupun terhuyung mundur. Rupanya si Tosu benar-enar
tidak akan mengampuni lawannya. Bersamaan dengan mengerahkan
senjaranya menyerang ia membentak dengan keras.
"Lihat kawan-kawan! Bukankah dia orangnya yang telah
mencuri lima belas potong emas hasil kita?? Maka ketika kata
katanya ini berhenti, ujung senjatanya sedang hendak menghajar
dada Hwat Kong.
Tampaknya pemuda yang bernama Hoat Kong itu akan segera
terbinasa dibawah hantaman si Tosu, akan tetapi pada saat
mendekait detilik kebirassannya, dan sudah kebabisan daya tiba-tiba
dari arah sebelah kiri melayang sebuah piauw. Ringan sekali
gerakan senjata tabasia itu kareua tampaknya terbuat dari bahan
sejenis kayu yang ringan. Akan tetapi oleh tenaga sambitan yang
sangat besar. Benda itu dapat membentur ujung alat tulis si Tosu
yang sudah hampir mengenai sasaran, hingga senjata itu jadi
melenceng kesamping. Si Tosu terkejut bukan kepalang.
Si Tosu merduga bahwa ada orang lihai yang telah melindungi
lawannya. la pun memutar tubuh, mencari-cari dengan matanya,
siapa orangnya yang telah lancang tangan. Akan tetapi ia menjadi
heran sekali ketika ia tidak melihat orang lain kecuaii seerang
pemuda yang sedang duduk-duduk tenang, seolah-olah tidak tahu
urusan. Pemuda itu sedang duduk diam tidak patut untuk dicurigai
memiliki kelihaian. Tetapi siapakah dia pelindung lawannya itu?
Karena memikir-mikir demikian, maka si Tosu menjadi lengah.
Dan pada saat ia berada dalam keadaan demikian itulah berkesiur
angin sambaran pedang, menyerang kearah dadanya. Akan tetapi si
Tosu kiranya benar-benar kosen. Dalarn keadaan yang sangatKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 205
berbahaya itu ia masih sempat bertindak cepat. ia melompat
kekanan, mendahului datangnya serangan dengan gerakan
senjatanya menangkis sekaligus jari tangan kirinya digerakkan
menotok jalan darah tay hui hiat Hwat Hong dibagian lambung.
Kembali serangan si Tosu begitu cepat dan tak terduga sehingga
membuat Hwat Kong gelagapan, dan karena inilah kiranya pemuda
itu jadi nekat. Dengan melupakan berbahaya totokan yang dapat
membuat dia mati lemas, pemuda tampan itu majukan tubuhnya
kekanan seraya mengayunkan pedangnya.
Demikianlah kedua orang itu tanpa dapat menghindarkan diri
atau mengendalikan serangan masing-masing akan terancam bahaya
akan terbicasa, maka serangan mereka meluncur dengan cepat.
Namun dalam saat yang sudah demikian menentukan antata
hancur dan binasa, tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat, menyelak
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diantara mereka berdua, serta memisahkan pedang dan jeriji itu dari
sasarannya masing-masing sebingga kedua orang yang sedang
bertarung itu, baik si Tosu maupun Glok Hwat Kong tersentak
mundur beberapa tidak. Demikian hebatnya tenaga Iweekang orang
itu yang ternyata tidak lain adalah Lie Sin Hong.
?Maaf!" kata Sin Hong seraya merangkapkan tangan. "Kuharap
urusan yang tak ada artinya ini disudahi sampai disini saja !"
Kedua orang yang bertarung itu, terutama sekali si Tosu jadi
sangat terkejut bukan main sunggub tak disangka bahwa pemuda
yang sedang duduk menonton orang bertempur yang tampatnya
begitu lemah, ternyata memiliki tenaga yang demikian hebatnya,
sehingga si Tosu sendiri merasa kalah unggul. Senenarnya dengan
perbuatan Sin Hong itu, si Tosu merasa sangst terhina, dan gusar
bukan main. Akan tetapi merasakan kelihaian si anak muda maka ia
hanya menyabarkan diri.
., Nakao kelihaian si anak muds maka ia maws harken dieri,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 206
15
"Baik!! baik! Aku Loo Kek Sie hari ini mengaku kalah
terhadapmu.
Akan tetapi agar jangan sampai penasaran, harap kau suka
memperkenalkan nama siecu, kalau sempat pinto mengharap siecu
menyambangi gubugku orang tua!? kata si Tosu.
"Tentu! Tentu! Saudaraku tentu bersedia pergi ketempatmu di
kota sebelah timur!" Giok Hwat Kong menyelak bicara dengan
suara yang menunjukkan seolah-olah ia telah kenal baik dengan Sin
Hong Sehiagga karena kuatir menyinggung perasaan orang, Sin
Hong lekas memperkenalkan namanya, dan menyanggupi tempat
tinggal Tosu itu.
"Ha, apa kataku? Saudaraku adalah orang laki-laki sejati. Dia
pasti menepati janjinyal" kata Giok Hwat Kong pula.
?Sekarang kau boleh pergil Ha ha ha ...!" Kara Giok Hwat
Kong pula mengejek kearah si Tosu sehingga si Tosu, Kek Sia
Tojin.
?Hari ini dengan memandang kawanmu itu aku melepas tubuh
busukmu, tetapi jika dalam waktu lima hari kau tidak melepaskan
lima belas batang emas milikku, maka jangankan kau hanya
ditempat seorang tuan muda itu saja, sepuluh kali lipat dari itupun
aku tak akan mengampunimu!?
Selarijutnya tanpa menunggu jawaban Tosu itu telah
membalikkan tubuh dan mengajak teman-temannya untuk
meringgaikan rumah makan itu.
?Ha ha hat" Si pemuda tatupak Giok Hwat Kong mengejek.
Memang barang-barangmu itu ada padaku, dan nanti lima hari lagi
aku bersama kawanku pasti menyambangi gubugmu untukKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 207
mengembalikan emas-emasmu yang sudah kusulap menjadi lima
belas potong orang.?
Tidak terkirakan gusarnya si tosu bersama teman-temannya.
Akan tetapi mereka jeri terbadap Sin Hong, maka walaupun dengan
menempelkan telinga mereka terpaksa telan penghinaan itu dan
berlalu pergi.
Sin Hong sendiri melihat prilaku Hwat Kong agak
mendongkol, tetapi juga ia sadar bahwa pemuda tampan itu baru
saja berkenalan dan belum bisa disebut sebagai sahabat karib
apalagi saudara. Tetapi Hwat Kong justeru bersikap demikian,
seakan-akan mereka sudah lama bersahabat. Lucu tetapi juga
menyebalkan.
?Sahabat Sin Hong" terdengar Hwat Kong memanggil,
menyadarkan Sin Hong dari lamunan. "Mari kita lanjutkan dahar!"
berkata demikian Hwat Hong menarik tangan Sin Hong untuk
diajak makan bersama-sama pada satu meja.
?Hong toako" dernikianlah Hwat Kong tanpa sungkan-sungkan
memanggil toako kepada Sin Hong ?Ilmu kepandaianmu membuat
aku juga semua orang sangat kagum. Bolebkah aku mengetabui dari
partai manakah dan siapakah gururnu?"
?Aku dari partai sembilan" sahut Sin Hong berdusta. Ia ingat
bahwa ia tidak holeb menerangkan kepada siapa juga mengenai
nama perguruannya.
Jawaban itu mengberankan Hwat Kong karena sepanjang
pengetahuannya tak pernah mendengar ada nama partai yang
demikian.
?Sedang guruku adalah orang yang tidak mempunyai nama.
Usianya sudah seratus tahun dan orangnya kurus sekali, dan kau
sendiri siauwte?" Sin Hong menambah keteranganKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 208
?Aneh, aneh sekali, Kau dari partai sembiIan?" Hwat Hong
masih meragu kurang percaya.
"Benar," jawab Sin Hong mengiyakan.
Lawanpun dalam hati tertawa terpingkal-pingkal. "Gurumu
tidak mempunyai nama, umurnya sudah satu abad kurus sekali?."
Sin Hong menganggukan kepalanya, seraya menahan suara
ketawa yang hendak meneropos keluar mulutnya.
"Heran, belum pernah aku mendengar nama partai sembilan",
kata Hwat Kong menggerutu. ?Kalau mengenai diriku, aku tidak
berpartai guruku banyak sekali, campur-aduk, lagi dari kota yang
jauh-jauh. Dan agar toako jangan sampai menuduh aku mencuri
lima belas potong emas.?
?Boleh kau mengoceh, memang kau banyak akal sih,? kata Sin
Hong dalam hati.
"Pada empat tahun yang lalu, karena tidak tahan akan tekanan
batin yang menindih jiwaku, maka aku meninggalkan rumab...."
,sambung Hwat Kong lebth lanjut.
?Nah itu buktinya..." kata Sin Hong dalam hati." Siapa nama
nama orang tuamu?? Akhirnya ia bertanya pula.
"Orang tuaku? Apabila orang tuaku masib hidup, tak mungkin
aku menderita begini rupa, dan kabur dari rumah...."
?Ah,? keluh Sian Hong. Dan seketika itu, terlintas dalam
benaknya wajab Ong Kauw Lian murid murtad yang telah
membinasakan ayahnya.
?Ernpat tahun lamanya?, demikianlah Hwat Kong mulai
bercerita. ?Aku merantau, hingga boleh dikatakan pengalamanku
dalam dunia kangouw luas juga dan cukup banyak mengetahui
bagaimana bekerjanya orang jahat atau baik. Demikianlah padaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 209
sepuluh hari yang lalu, ketika hendak memasuki kota ini, kira-kira
empat puluh lie dari pintu selatan, aku berpapasan dengan
segerombolan begal yang anggotanya terdiri dari orang-orang lihay
tengah mengerubuti seorang saudagar yang tidak berdaya sama
sekali dan memperoleh lima belas potong emas dari hasil
perbuatannya itu.
Rombongan begal itu dipimpin oleh dua orang Tosu. Yang
seorang adalah Kek Sie Tojin, yang seorang lagi justeru lebih lihai
dari tosu yang pertama. Kulihat tosu itu mematah-matahkan sebuah
golok besar dengan tangannya sehingga aku membatalkan diri
untuk membantu saudagar itu.
Maka selanjutnya aku membayangi gerombolan begal itu dari
jarak kira-kira dua puluh tombak tanpa mereka menyadari karena
ternyata ilmu ginkangku jauh lebih baik dari mereka.. aku jadi heran
ketika mereka memasuki kota Kang Po ini. masakan berani kaum
begal mencari tempat beristirahat di dalam kota yang cukup ramai
dan ada hukum negara. Didalam kota aku terus membayangi
mereka hingga kuketahui mereka menuju ke utara. Ternyata mereka
adalah orang-orang dari partai Pek Hie Pai atau Partai Alis Putih
yang dimimpin oleh lima orang ketua tosu itu.
Setelah menyelidiki, malamnya dengan menggunakan Ya Heng
Ie (pakaian gelap dengan kain penutup muka, aku pergi menyatroni
rumah perkumpulan itu. kebetulan waktu itu mereka sedang
berpesta. Mungkin merayakan keberhasilan mereka memperoleh
barang rampasan yang agaknya tidak kurang dari tiga puluh ribu
tahil. Mereka berpesta makan dan minum sepuasnya, sehingga
dengan mudah aku dapat memasuki tempat mereka serta mengambil
kembali lima belas potong emas yang berharga tidak kurang dari
tiga puluh ribu tahil itu.
Waktu dalam usahaku untuk meninggalkan perkumpulan aku
kepergok oleh Kek Sie Tojin yang segera setelah melihat akuKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 210
membawa sebuah gendongan, ia menyerangku. Tetapi karena
pengaruh arak yang terlalu banyak diminumnya, tindakannya
limbung dan aku dengan mudah dapat menghindari. Aku berlari
meninggalkannya melalui atas genteng.
Rupanya waktu tadi ia bergebrak denganku, ia dapat mengenali
gerakanku, hingga hampir saja aku jatuh jadi korbannya andaikata
tidak mendapat pertolonganmu.. Aih, kiranya hari sudah malam!?
Hwat Kong mengakhiri ceritanya.
Hwat Kong menawarkan Sin Hoeng untuk menginap
dirumahnya. Bahkan dengan menarik tangan pemuda itu. Hwat
Koang menambahkan, ?Sekalian lihat logam-logam murni, kalau
kau menghendaki aku dapat marnbaginya separuh.."
Sin Hong diajak sampai keluar kota kemudian menyusuri
sungai kecil yang airnya jernih. Tak lama kemudian mereka
berduapun telah berada kira-kira sepuluh lie dari pintu kota dan
berada di suatu ternpat yang penuh ditumbuhi pepohonan liar. Dan
dilain saat setelah berjalan pula kira-kira enam lie, maka Sin Hong
telah keluar dari daerah hutan tiba disebuah padang rumput dimana
banyak terdapat bukit kecil.
?Dimanakah rumah pondokmu?" Tanya Sin Hoag yang sudah
mulai timbul keheranannya.
?Kurang lebih tiga puluh lie lagi" jawab Hwat Kong sinekat
seperti tidak menggubris keheranan Sin Hong.
?Tiga puluh lie?!"
?Ya." Hwat Kong membenarkan. ?Apakah toako curiga? Dapat
berbuat apakah aku terhadapmu, yang memiliki kepandaian seratus
kali lipat lebih tinggi dari padaku! Lagi puba tadi di rumah makanKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 211
te!ah kujelaskan bahwa aku memiliki lima betas potoog emas. Tak
mungkin aku membawa barang-barang itu ketota?"
Mendengar keterangan yang demikian Sin Hong manggut
manggutkan kepala, Ia menyadari pula mengapa temannya tidak
suka menginap didalam kota. Maka selanjatnya Sin Hong tidak
bertanya-tanya lagi, hanya mengikuti terus perjalanan temannya
yang mengambil lurus kearah Barat.
Ketika itu rembulan yang teraag sedang berada ditengah-tengah
cakrawala. Sinarnya yang keemasan membasahi padang rumput
sebingga tampak sinar-sinat lembut berkilauan yang terhampar
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disepanjang jalan.
Sin Hong yang bermata jeli segera dapat melihat dtantara
gundukan bukit-bukit kecil, terdapat tiga buah bukiit yang bentuk
dan letaknya lain sekali dengan bukit-bukit lainnya. Dibawah
pantulan sinar bulan, tiga bukit yang tampaknya aneh itu
menimbulkan kecurigaan pada Sin Hong. Segera ia mengnampiri
sekompulan benda-benda yang menimbulkan kecurigaannya yang
ternyata adalah turnpukan tengkorak wanusta.
?Ternyata didaerab ini baayak sekali begal-begal kejam." kata
Sin Hong menggerutu sendirian. ?Eh, sauwte apakah artinya ini?
Kemari cepat!"
Hwat Kong yang mendengar suara orang memanggil gugup,
segera menghampiri.
?Lihatlah!,? kata Sin Hong pulaseraya menunjuk ke sebuah
tengkorak. Hwat Kong pun tidak kurang kekagetannya. Pada
tengkorak itu terdapat lubang kuping, hidung dan mata yang lebih
besar dari ukuran manusia biasa. Tampaknya bekas dilubangi
dengan paksa dengan mempergunakan jari tangan, bukan bekas
senjata tajam ataupun pedang.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 212
Hwat Kong mengukur kelima lubang-lubang yang ternyata
memang tidak mustahil bila lubang itu bekas jari manusia.
Begitupun pada tengkorak-tengkorak yang lain terdapat hal serupa.
Melihat semua itu, wajah si pemuda tampan berubah hebat.
?Coba toako, kau periksa tiga tumpukan yang lain apakah
jumlah dan susunannya sama dengan yang ini?? katanya setengah
memerintah.
?Ya, benar,? sahut Sin Hong setelah selesai memeriksa.
?Jumlahnya sama sebelas, sedang susunannya berbentuk segitiga.?
"Bukankab itu terbagi pula dalam empat-tingkat?" Tanya Hwat
Kong menegaskan, sambil ia sendiri memeriksa tumpukan pertama
yang tadi ditemukan oleb Sin Hong, yang bersusun empat, tiga-tiga
dan satu.
?Eh, siauwte mengapa kau dapat?" Tanya Sin Hong heran.
Hwat Kong memperlihatkan wajah cemas. Ia tidak menjawab
pertanyaan Sin Hong, melainkan dengan cara yang saugat cepat
pada jarak kira-kira setombak dia mendekati Sin Hong, ia mencabut
pedang kemudian menusuk!
Hebat dan benar-benar sarna sekali diluar dugaau Sin Hong,
perbuatan pemuda yang mengaku bernama Hwat Kong itu.
Untuk sesaat itu Sin Hong terkejut dan menyesal karena dirinya
terlalu percaya kepada orang yang baru dikenalnya itu. Dan barulah
ia tersadar akan bahaya maut yang mengancarn. Ketika ujung
pedang sedang meluncur kearah dadanya, Namun masih beruntung
baginya bahwa disaat kernatian hampir tiba pada Saatnya terlintas
dikepalanya akan suatu pelajaran iweekang dari India yang telah
dirubah oleb gurunya disesuaikon cara yang lajim dipergunakan
ditanah Tionggoan yang diberi narna sepasang Telapak Tongan
Gaib. Teringat akan ini maka Sin Hong berseru,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 213
?Bagus?" Cepat bukan kepalang ia rangkapkan kedua
tangannya menangkap ujung pedang dan bersaman dengan itu ia
salurkan tenaga Iwekangnya. Dan pada sat ini, karena terlalu
gemasnya pada orang yang dianggapnya tak tahu membalas budi
itu, pengerahan tenaga Iwekang krtelapak tangannya
menggelombang sekuatnya. Pada saat itulah terdengar si pemuda
Hwat Kong menjerit keras dan tubuhnya roboh terguling.
Kiranya ujung pedang telah mencair seperti kentalnya kanji,
sedangkan gagangnya hancur menjadi bubuk.
Dengan hati yang masih mendongkol, Sin Hong bermaksud
meninggalkan teman baru yang kurang ajar itu. Akan tetapi baru
saja ia bertindak selangkah, terdengar Hwat Kong tertawa keras
sambil memanggil-manggil.
?Toako! Jangan pergi sulu! Dua orang iblis sedang mendatangi,
kau harus dapat menguasai mereka. Pembunuh-pembunuh keji yang
telah menjagal manusia dengan mata tak berkedip!? dan nekat
bukan main, tanpa menghiraukan tangannya yang hangus terbakar
akibat serangan Iwekang Sin Hong, maka Hwat Kong telah
menghadang dihadapan Sin Hong sambil tertawa-tawa,
?Mau apapa kau?!? bentak Sin Hong yang menjadi sebal
melihat pernuda tampan itu. tangannya dikebaskan dan akibatnya
pemuda tampan itu terpelanting roboh berguling-guling.
?Toako, lihatlah! Mereka datang!? Sambil berkata demikian,
Hwat Kong menunjukkan sikapnya yang tegang, date langsung
meniarap.
Lie Sin Hong yang sebenarnya tak mau memggubris kata-kata
teman yang nakal itu, tanpa terasa menoleh ke arah yang ditunjuk
oleh Hwat Kong.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 214
Kurang lebih dua puluh tombak dari tempat dimana terdapat
tiga tumpukan tengkorak terlihat tiga bayangan manusia yang
melesat cepat sekali. Bayangan itu yang tampak nyata adalah
rambutnya yang riap-riapan bergerak sangat cepat, sesaat kemudian
telah berada di dekat tiga tumpukan tengkorak itu. dan setelah
mereka tiba, seorang diantaranya mengayunkan sebelah tangannya,
tangan yang sambil mengeluarkan gerengan yang keras menghajar
bagian tingkat paling atas dari tumpukan tengkorak itu sehingga
dengan kena angin sambarannya saja telah hancur luluh
berhamburan kian kemari terbawa angin malam.
Melihat raut wajah keduanya yang baru datang itu yang
nampak menyeramkan itu, agaknya benar juga dugaan Hwat Kong,
maka Sin Hong pun menirukan perbuatan kawannya meniarap
diatas rumput dan Hwat Kong breringsut-ingsut menghampirinya.
?Toako, dengan kemandaianmu mencairkan ujung pedang itu,
maka aku yakin kau dapat menindih kedua manusia iblis itu. dan
maafkan kelancanganku tadi yang berani mencoba-coba
kepandaianmu. Ah, toako sungguh kepandaianmu luar biasa
sekali? bisik Hwat Kong seraya meringis menunjukkan telapak
tangannya yang hitam melepuh.
Sin Hong diam saja, dan dalam hati ia agak kasihan juga
melihat keadaan temannya.
"Tahukah toako, siapa mereka itu?" Bisik Hwat Kong pula
bertanya. Sin Hong menggelengkan kepalanya.
"Mereka itulah yang mendirikan tumpukan tengkorak itu.
Keduanya mereka sangat lihay dimasanya, mereka malang
melintang dibarat ini. Kita berdua tentu masih kecil, maka toako
tidal mengetatui mereka. Sedang aku mengetahui juga dari cerita
guruku saja. Dua orang itu sangat telengas, bagi mereka,
mernbunuh orang sama dengan minum air di gentong, atsu mandi-Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 215
mandi di kali. Siapa mendengar nama mereka biasanya belum
melihat orangnya juga sudah gentar, sebab juga tidak sedikit orang
orang gagah yang roboh di tangan mereka.
?Mengapa orang-orang gagah tak mau berhimpun lantas
menghancurkan kedua orang itu beramai-ramai?? tanya Sin Hong.
"Orang-orang gagah dari selatan dan utara sungai besar, dan
dari barat sini pernah tiga kali mengadakan perhimpunan besar
digunung Hoa San, lalu beruntun selama lima tahun mencoba
mengepung Ang Oei Mokko, namun kedua iblis itu dapat
meloloskan diri. Baru setelah orang-orang bubaran, mereka muncul
pula. Entah bagaimana kemudian orang tidak pernah lagi melihat
jejak mereka, maka beberapa tahun kemudian orang menganggap
mereka tentu sudab menemui ajalnya. Tidak di sangka-sangka
sekarang dipadang rumput ini kita menjumpai mereka".
Mendengar penuturan Swat Kong, maka semakin besarlah fiat
Sin Bong untuk membinasakan kedua iblis tersebut. lapun lantas
menceritakan malapetaka hebat yang telah menimpa keluarga Oei
sebagai akibat kekejaman kedua iblis itu. Hingga tanpa sadar Hwat
Kong telah terpekik keras ketika mendengar cerita itu.
"Kalau tidak salah, sekaraag ini mereka tengah meyakinkan
ilmu yang lihai luar biasa yang telah membuat semua guruku tidak
berdaya untuk menghadapinya.? kata Kwat Kong.
''Bagaimana kau dapat mengenali akan tanda-tanda mereka?"
"Mengapa tidak!? sahut Swat Kong. "Dengan mata kepalaku
sendiri siauwte pernah menyaksikan cara mereka bertempur
merobohkan guru-guruku satu persatu?
"Kalau begitu, biarlah aku binasakan mereka itu kata Sin Hong.
Dalam hati la juga berpendapat, bahwa dengan cara itu ia telah
membalaskan sakit hati keluarga Oei paman dan keponakan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 216
Sementara itu, kkedua Iblis yang memang bukan lain adaiab
Ang Oei Mokko setelah puas menghancurkan empat buah batok
kepala manusia segera menghilang tanpa terlihat lagi bayangannya,
suatu pertanda bahwa sukarlah diukur tingginya ilmu meringankan
tubuh mereka.
"Kini", tiba-tiba terdengar suara Kwat Kong berkata, "Aku
harap selanjutnya toako berlaku hati-hati. Mereka sama sekali tidak
boleh dipandang ringan. Hendaklah diketahui bahwa yang satunya,
yang usianya lebih tua dari Oei Mokko kepandaiannya lebih lihai
pula.? menerangkan lebih jauh. ?Sekarang toako coba berjalan tujuh
puluh langkah kearah timur laut. Periksalah disana apakah terdapat
sebuah peti ma ti?"
Pengetahuan Hwat Kong yang begitu luas membuat Sin Hong
kagum. sehingga selanjutnya tak ada lagi kecurigaannya pada teman
barunya yang nakal itu. Bahkan seteIah mendapat keterangan itu,
tanpa pikir lagi ia segera berlari-lari ke arah tempat yang ditunjuk
oleh temannya tersebut.
Setelah tujuh puluh tindak, Sin Hong pun mulai memeriksa.
Agak lama juga ia melakukan usahanya itu, tetapi peti mai yang
dimaksudkan belum juga ditemuinya. Hanya pada sebuah legokan,
ia dapatkan sebuah ujung batu lembaran yang, muncul dari dalam
tanah. Ujung batu telah kotor dan tertutup rumput hijau. Sin Hong
menariknya sekuat tenaganya, akan tetapi jangaukan tercabut,
bergemingpun tidak. Batu itu seakan berakar dalam tanah.
Akhirnya, karena khawatir makan waktu terlalu lama, segera
dikepalnya ujung batu itu dengan sebelah tangan kirinya. Sedang
tangan kanannya dengan membuat lingkaran bulat yang kemudian
diputar-putar, diam-diam ia mengerahkan tenaga dalam keseluruh
lima jeriji tangan kanannya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan
Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 217
Itulah pengerahan tenaga lweekaug yang dilakukan dengan tipu
Angin Tembaga Mengejar Naga! Untuk kemudian tangannya itu
ditempelkan keatas telapak tangan kirinya yang sedang memegang
ujung lembaran batu itu. Dan bukan main. dengan segera, perlahan
lahan tetapi pasti, lembaraa batu itu tercabut, terbongkar dari dalam
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanah.
Dalamnya tanah hampir dua kaki. Ia pun segera menggapaikan
tangannya memanggil Hwat Kong. Dibawah sinar rembulan,
tampaklah sebuah peti mati berbentuk kotak atau peti batu, dimana
didalamnya menggeletak sasosok mayat.
Tiba-tiba Hwat Kong lantas berbisik :
?Manusia-manusia iblis itu akan segera balik kemarl untuk
melenjutkan latihanaya, sebagai alatnya adalah mayat ini. Maka
sebagai umpan, aku akan mengantikan mayat ini, merebah dalam
peti. Dan Toako pergilah mencari tempat perlindungan. Toako
segera harus datang apa bila aku telah bergebrak dengan mereaa.
Kimya Sang Putri Rumi Karya Muriel Pendekar Pedang Matahari 4 Neraka Pendekar Rajawali Sakti 58 Darah
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama