Ceritasilat Novel Online

Ilmu Angin Sakti 6

Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung Bagian 6

Pertempuran berjalan tambah seru menjadi sua rombongan,

masing-masing satu lawan satu. Baik Ban Lie Thong maupun si

nona baju merah menyedari bahwa datangnya Siu Lian ketempat ituKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 269

mengandung maksud yang sama. Dengan demikian, merekapun

bersatu untuk menggempur kedua pengemis yang menyeramkan itu,

yang mengira yakin bahwa keduanya inilah yang oleh penduduk

disekitar tempat itu dianggap sebagai siluman yang suka

mengganggu penduduk.

Kian lama pertarungan itu menjadi semakin seru saja. Mula
mula mereka tampak setanding, akan tetapi tak selang berapa lama

mulai terjatuh dibawah angin dan tak selang beberapa jurus

kemudian mereka hanya dapat membela diri belaka. Sama sekali

mereka tidak memiliki kesempatan untuk balas menyerang. Mereka

jadi cemas sekali, lebih-lebih ketika mereka melihat bahwa peti

putih yang bagi mereka lebih penting masih berada di tangan Siu

Lian.

Akhirnya akibat cemas, mereka jadi nekat. Tiba-tiba saja si

pengemis muda telah melontarkan tongkatnya ke arah Ban Lie

Thong dengan sepenuh tenaganya yang besar hingga daun-daun

disekitarnya pun bergoyang-goyang dengan keras.

Terkejut Lie Thong akan datangnya serangan ini. ia tidak

berhasil menangkis, karena ia tahu tenaga serangan lawan yang

demikian dahsyatnya, mungkin dapat membuat ia mati terlanggar.

Lie Thong tak berani menyambuti keras melawan keras, akan tetapi

hanya satu jalan baginya pada saat yang sangat gawat itu. ia

menjauhkan diri ke belakang menghindari. Tongkat pun lewat

mendatar sejari di atas kepalanya.

Apa yang dilakukan oleh pengemis muda itu adalah sebuah

gerak tipu yakni tipu menerbitkan suara di barat menyerang di

timur. Dia amat berniat untuk merampas kembali peti putih itu yang

tampaknya sangat berharga.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 270

Demikianlah, disaat dirinya bebas, ia meloncat dengan gerakan

walet kecil menembus mega ke arah Siu Lian. Pada tangannya

tergenggam bumbung yang tak terlihat apa isinya.

Lie Thong terkejut juga mendongkol. Ia merasa telah ditipu

mentah-mentah oleh pengemis muda itu. ia melihat betapa bahaya

yang sedang mengancam dara pendatang itu, karena agaknya Lie

Thong telah mengetahui kalau bumbung yang berada di tangan si

pengemis muda itu mengandung sesuatu yang sangat berbahaya.

Benar saja, baru sedetik ia menduga demikian, terdengar si

pengemis berteriak keras, dan tiba-tiba saja disekitar tempat Siu

Lian berdiri terlihat berhamburan ribuan batang-batang jarum yang

beterbangan seperti tawon.

?Celaka!? terdengar Lie Thong berseru kaget. Tahulah bahwa

itu adalah jarum-jarum pencabut nyawa yang bercun lihai sekali.

Sebatang jatum saja yang membuatnya dengan merendam dalam

bisa ular sudah dapat membunuh korbannya seketika dengan tubuh

menjadi kaku kejang. Apalagi ribuan jarum. Sungguh mengerikan

sekali, walaupun untuk membayangkannya saja.

Akan tetapi, sedang Lie Thong berada dalam keadaan tak

berdaya untuk memberikan pertolongan karena jaraknya yang

terlalu jauh dari gadis itu, maka tiba-tiba ia mendengar dua jerit

kesakitan yang melengking mengerikan. Dan sesaat kemudian,

dalam sekejap terlihat bayangan si pengemis muda berkelebat lari

sambil memperdengarkan suara gerangan kesakitan.

Lie Thong ternganga heran, ketika melihat kenyataan bahwa

Siu Lian masih tinggal tenang-tenang saja, berdiri sambil

tersenyum, sedang pada air mukanya sama sekali tidak melukiskan

rasa kesakitan akibat pengaruh bekerjanya racun. Dalam hal ini

rupanya Siu Lian telah bekerja sangat cepat sehingga walaupun Lie

Thong tidak dapat melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 271

Ketika menyadari bahwa dirinya mendapat serangan tiba-tiba

dari pengemis muda itu, apalagi melihat datangnya ribuan jarum

beracun menghujani dirinya, Siu Lian pun terkejut juga. Akan tetapi

ia tidak menjadi gugup. Segera dalam detik itu pula, berkelebat

ingatan suatu cara untuk menghindari serangan jarum beracun.

Secepat kilat dilontarkannya senjata ranting ditangannya, untuk

menahan serangan jarum yang pertama.

Selanjutnya dengan sebat ditariknya pedang langsung

diputarnya dalam gerak Gunung Besar Menghadang Badai. Pedang

itu memang bukan pedang pusaka, tidak ada memancarkan suatu

cahaya luar biasa. Akan tetapi di balik itu, dari batang pedang

seakan terkandung suatu angin yang besar dan dahsyat.

Demikianlah ketika pedang diputar, maka segera terasa ada

angin keras yang tiba-tiba saja datang menyambar-nyambar. Hebat

benar kerja angin pedang ini. dalam sekejap saja, ribuan batang

jarum beracun tergempur runtuh. Bahkan seperti sudah dalam

perhitungan sebagian jarum itu berbalik menghajar ke arah tuannya.

Pada saat itu si nona baju merah sedang membalikkan

tubuhnya. Ia terkejut ketika melihat Lie Thong yang sudah tidak

menjadi musuhnya itu tiba-tiba saja terjengkang roboh. Hingga buat

sesaat si nona baju merah menjadi lengah. Hal ini diketahui oleh Siu

Lian. Sehingga demikian ia harus segera membantu. Segera Siu

Lian membagi angin serangannya menjadi dua jurusan. Jurusan

yang kedua ini, diarahkan pada kepala pengemis yang lebih tua,

hingga tak ampun lagi ia hanya dapat menjerit kesakitan dan

tubuhnya kontan roboh terjengkang. Bahkan oleh tingkat ilmu

kepandaiannya berada dibawah pengemis muda, ia tidak mampu

mencegah menjalarnya racun dalam tubuhnya.

Tidak demikian dengan kawannya yang usianya lebih muda.

Demi merasa dirinya terkena senjata sendiri, maka cepat-cepat ia

menutup pembuluh-pembuluh darah yang penting dalam tubuhnya,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 272

lalu dengan kecepatan seperti setan gila, ia melarikan diri ke arah

timur sebagaimana yang tadi dilihat oleh Lie Thong.

Nona berbaju merak tampak sudah demikian gemasnya

terhadap si pengemis, walaupun melihat lawannya ini tak berdaya

lagi. Akan tetapi gadis itu masih juga mengayunkan pedangnya

untuk menusuk bangkai yang sudah tak berkutik itu.

?Lie hiap, tahan!? berteriak Siu Lian mencegah. Nona baju

merah itu mengurungkan serangannya dan menengok dengan

beringas.

?Bagus,? ia membentak. ?Aku datang mewakili menolongmu,

sebaliknya kau hendak melindungi siluman keparat ini. ini yang

disebut persembahan emas dibalas dengan batu koral!?

?Bukan begitu,? Siu Lian menyanggah. Ia menjadi geli dengan

kecongkakan gadis baju merah itu, yang tentu dia ini yang pernah

merintangi perahu dengan batang pohon.

?Terima kasih atas pertolonganmu tadi,? Siu Lian

menyambung. ?Tapi tengoklah, bukankah ia telah menjadi bangkai?

Ampunilah orang yang telah mati, agar ia dapat diterima Giam-lo
ong dengan tubuh yang masih sempurna. Apakah engkau ini

sebagai seorang wanita yang berbudi halus akan tega mencacah

tubuh orang yang telah mati? Lagi pula, bukankah peti putih sudah

berada di tangan kita?? Siu Lian membujuk sekaligus mencemooh.

?Kau benar ..!? dara berjubah merah itu menyahut dengan

perlahan sambil menundukkan kepala. Pedangnya disarungkan

kembali. Pada saat itu terdengar suara tiupan seruling yang bernada

gembira. Dan tak lama kemudian disusul dengan munculnya Ban

Lie Thong yang sedang berjalan seakan-akan menari-nari ke arah

mereka.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 273

Dilain pihak Siu Lianpun merasa kagum juga pada ketangkasan

gadis jubah merah itu yang pada setiap gerakannya lincah dan gesit.

Menilik bentuk tubuhnya dia itu berusia tidak lebih dari dua puluh

tahun. Raut wajahnya cantik jelita. Tubuhnya ramping dan tampak

semarak sekali sengan pakaiannya yang berwarna merah itu

melambai-lambai waktu ditiup angin. Sepatunya berlapis logam

keras dibawahnya. Sedangkan rambut yang hitam tebal diikat

dengan warna merah pula.

?Akh, Lie Thong! Sudahlah, ular-ular itu telah tumpas

semuanya, untuk apa lagi kau meniup serulingmu?? kata Siu Lian

seraya tersenyum. Ia langsung menyebut nama manusia kate itu

dengan namanya, untuk menduga dan menyelidiki apakah

dugaannya benar. Kiranya orang kate pendek itu tercengang

keheran-heranan.

?Hai, kita baru kali ini bertemu, belum pernah saling mengenal.

Bagaimana kau bisa mengetahui namaku??

Tingkah laku dan cara bicaranya sangat jenaka, sehingga kedua

dara itu jadi terpingkal-pingkal geli.

?Bagaimana orang sekali melihat tidak mengenal namamu?

Orang pendek yang lucu dari Liang-san Cuma satu, namanya Ban

Lie Thong. Apa susahnya mengingat nama itu?? terdengarnya ketus

kata-kata Siu Lian, akan tetapi sesungguhnya sangat menarik dan

manis, hingga Lie Thong jadi tersipu-sipu dan malu.

?Lihiap, nama itu Cuma dilebih-lebihkan orang saja.? sahutnya.

?Selanjutnya perbolehkan aku orang tua mengetahui nama julukan

kedua lihiap ini agar nanti dapat kujadikan cerita yang menarik

penduduk Tionggoan, bahwa sekarang pada masa ini telah muncul

dua orang dara pendekar yang budiman!?

Kedua dara itu tertawa.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 274

?Aku dipanggil Hong In she Oei? kata si dara baju merah.

?Dan kau nona, orang yang sudah mengetahui namaku lebih

dulu!?

?Namaku An Siu Lian.?

?Akh, sungguh nama-nama yang kelak pasti akan menjadi

terkenal!? Lie Thong memuji. Hendak kemanakah kalian kedua

lihiap sebenarnya??

Tampaknya terhadap Hong In, orang kate ini tidak menaruh

dendam suatu apa walaupn diantara mereka tadi terjadi pertarungan

yang cukup seru.

?Aku hendak pergi ke Giok-kang-ciang,? sahut kedua gadis itu

hampir serentak.

?Hah! Giok-kang-ciang?, kebetulan sekali, lihiap aku yang

rendah juga hendak pergi kesana. Marilah kita pergi keperahuku

yang kutambatkan di pinggir kali sana, tidak jauh dari sini!? Lie

Thong menawarkan.

Siu Lian menyatakan terima kasihnya. Semula ia bermaksud

enolak tawaran itu, akan tetapi ketika ternyata Hong In menerima

baik, maka apa boleh buat, iapun mengikutinya pula.

Sepanjang perjalanannya, Siu Lian yang merasa masih sedikit

pengalaman, merasa canggung, hingga karena itu ia berdiam diri
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja. Untunglah, rupanya Hong In yang seperti anak terpelajar,

tanpa ragu-ragu mengajaknya bercakap-cakap, hingga lama

kelamaan gadis gunung inipun hilang rasa kikuknya.

Hong In kecuali mahir dalam ilmu silat, juga luas pengetahuan

tentang ilmu sastera. Dalam hal agaknya ini ia mengetahui bahwa

Siu Lian ternyata hanya mengertahui sedikit tentang ilmu sastera.

Maka pembicaraan mereka kebanyakan setelah berputar-putarKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 275

dalam masalah itu saja. Agaknya Hong In juga berbangga diri

dengan pengetahuan sasteranya ini.

Oleh karena perahu itu sebenarnya ukuran perahu untuk dua

orang dan hanya memiliki satu kamar saja yang hanya cukup tidur

untuk dua orang, maka Lie Thong mengalah. Sementara dua orang

dara itu tidur dalam kamar perahu, Lie Thong membaringkan

dirinya di luar pada bagian yang tidak beratap.

Pelabuhan Giok-kang-cian walaupun merupakan sebuah

pelabuhan sungai, tetapi ternyata cukup ramai. Hari itu, pagi hari

ketika sang surya baru saja menguak kabut dan halimun, sudah

tampak banyak kapal-kapal daerah yang datang dan pergi, mengisi

barang-barang dari anak-anak sungai yang hendak diangkutnya ke

luar daerah.

Di tempat itu terdapat empat buah anak sungai yang masing
masing tampak ramai dengan kendaraan air yang bersimpang siur.

Kecuali satu anak sungai yaitu Giok-hok. Dulunya Giok-hok

merupakan anak sungai yang paling ramai diantara ketiga yang lain.

Tetapi akhir-akhir ini, dengan adanya desas-desus tentang adanya

siluman yang suka mengganggu penduduk, maka sungai itu jadi

sunyi. Tidak sebuah perahupun pada saat itu berani melaluinya.

Namun hari ini, penduduk Giok-kang-cian telah digemparkan

oleh munculnya sebuah perahu. Mereka menduga tentunya kapal

siluman. Dan sebentar saja, keadaan yang semula ramai dengan

nelayan-nelayan, seketika berubah menjadi kalut, untuk kemudian

menjadi sepi.

Mereka ketakutan.mereka yakin, kalau kapal itu adalah kapal

siluman yang hendak mencari mangsa, habis mau apa lagi? Maka

sebelum nasib badan menjadi umpan siluman, bukankan lebih baik

menyingkir jauh-jauh mencari selamat?

****Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 276

JILID 8

PERAHU yang baru muncul ini tampak tenang-tenang saja,

seakan-akan mereka tak berada dalam perahu itu telah menyadari

sebelumnya akan adanya perubahan keadaan itu. perahu dilabuhkan

dan dari dalam tampak turun tiga orang. Seorang laki-laki setengah

umur dan dua orang perempuan. Tanpa menghiraukan penduduk

yang jadi kalang-kabut mereka bertiga meninggalkan pelabuhan.

?Jiwie lihiap,? tiba-tiba lelaki setengah umur yang tubuhnya

pendek itu berkata. Ya dia ini tidak lain adalah Ban Lie Thong.

?Hanya sampai disini saja saya dapat mengantarkan kalian,

karena sebenarnya saya masih mempunyai urusan yang dibebankan

yang dibebankan oleh guruku.? sambung Lie Thong.

?Akh, Ban Cianpwe, urusan apakah itu?? tanya si nona jubah

merah atau Hong In sambil memalingkan mukanya dengan lincah.

Sedangkan Siu Lian yang memang kaku pergaulannya, hanya

menghentikan tindakan kakinya. Tidak tahu ia apa yang harus

diperbuatnya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 277

?Hanya soal kecil saja, tidak ada manfaatnya untuk aku

terangkan. Hanya kepada gurumu, harap tolong sampaikan ucapan

selamatku!? sahut Lie Thong penuh harap. ?Cianpwe telah banyak

memberi petunjuk pada kami yang bodoh, untuk itu aku

mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Dan tak dapat dicegah lagi, setelah itu Lie Thong meninggalkan

pelabuhan dan sebentar kemudian telah menghilang entah kemana.

?Aku..? Hong in mengeluh. ?Cici, marilah!? katanya pulang

mengajak. Lalu tangannya segera menarik tangan Siu Lian untuk

diajak pergi dari tempat itu. siu Lian pun hanya dapat menurut

belaka.

?Hei, kemana?? Siu Lian baru sadar dan bertanya.

?Cari penginapan bersama!?

Karena ajakan yang cukup beralasan itu, maka Siu Lian tidak

membantah. Ia mengikuti kawan barunya itu mencari penginapan.

Hong In tampaknya sudah kenal benar dengan seluk beluk dan

letak kota ini.

Karenanya tak lama kemudian iapun telah mendapatkan sebuah

hotel yang berpapan merk ?SIE LAUW?. Mereka berdua menginap.

Dalam setiap percakapan mereka, Hong In selalu mengelak dan

menyimpangkan pembicaraan setiap Siu Lian mengajukan

pertanyaan mengenai asal usulnya. Dara baju merak itu tentu akan

menundukkan mukanya yang segera berubah pucat, hingga

selanjutnya Siu Lian pun tidak pula terlalu menanyakannya.

Siangnya, selesai makan, entah sebab apa Hong In telah minta

diri, membuat Siu Lian makin terheran-heran. Mengapakah? Apa

sebabnya? Toh kemarin dia selalu berkata dengan lincah dan

gembira. Tetapi sekarang mendadak berubah. Ada apakah? TetapiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 278

walaupun Siu Lian berpikir sampai botak sariawan, tak mungkin ia

dapat memecahkan persoalan itu. Siu Lian pun pergi tidur.

Sore harinya, ketika matahari hampir terbenam, Siu Lian

terjaga dari tidurnya. Dipanggilnya pelayan agar menyiapkan

makan baginya. Selagi makan, pikirannya selalu terkenang pada

Hong In, kawannya yang sekarang belum muncul juga.

Ia kagum pada dara berjubah merak itu, akan kecerdikan,

pengertian maupun kepandaian silat dara itu yang memiliki usia

jauh lebih muda daripada Siu Lian sendiri.

Pada pikirnya, pengalaman gadis muda itu jauh lebih luas

daripada dirinya. Teringatlah ia akan pengalamannya yang singkat

itu telah memperoleh dua orang kawan yang cukup menarik

hatinya, seperti Lie Thong, laki-laki setengah umur, pendek kate

dan sikap angin-anginan tetapi lihai. Dan Heng In seorang dara

cantik dan muda yang cerdik dan lincah tetapi yang sifatnya

mendadak berubah-ubah.

Mengenang kedua orang ini, akhirnya Siu Lian terkenang akan

Sin Hong, apakah pemuda yang telah berkali-kali menolong

jiwanya itu masih hidup atau tidak? Mengingat akan jasa-jasanya

sepuluh tahun yang lalu dan terutama rasa cintanya, tanpa terasa ia

jadi dangat bersedih hati. dan akhirnya ia merasa kesepian.

Terbayang olehnya, betapa bahagianya waktu ia bersama-sama

mandi dengan pemuda pujaannya itu di sebuah kali di kota Ie-pin.

Ia tidak tahu apakah yang harus diperbuat di kota ini? yang baginya

masih asing seluruhnya.

Lalu ia teringat akan maksudnya mencari ilmu dan turun

gunung ini untuk mencari musuh besarnya dan mencari Sin Hong,

juga memenuhi panggilan jiwanya membela kebenaran dan

keadilan. Dengan berhasilnya ia membinasakan seorang diantara

kedua siluman itu, maka sebagian tugas hidupnya telah dapatKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 279

dilaksanakannya, karena mengganggu penduduk Giok-cang kian

telah dapat diperangi.

Ketika ia mengenang akan pakaian kedua siluman itu yang

mirip keadaan pengemis, Siu Lian teringat akan kata-kata seorang

penduduk lereng gunung Ceng Hoang-san yang mengatakan bahwa

pada beberapa bulan yang lalu telah datang kesana seorang

pengemis muda yang membawa sebuah menda warisan.

Tiba-tiba pikirannya tersentak. Bukankah pengemis muda yang

bersemayam di tanah muncul di Giok-kang-cian dengan mati
matian telah mempertahankan sebuah peti putih? Akh, tidak

mungkin pengemis yang dimaksud oleh penduduk kamung itu

adalah si pengemis siluman itu!.

Demikianlah katena pikirannyayang demikian, maka ia merasa

meayesal tadinya ia tidak memeriksa isi peti putih itu. Berpikir yang

demikian maka cepat-ccepat ia habiskan sarapannya lalu tanpa

menghiraukan hari yang sudah hampir malam ia keluar juga dari

rumah penginapan.

Pada pikirnya, siapa tahu Hong In masih berada di dalam kota.

Dia dalam kota, Siu Lian memasang telinga dan matanya,

memasuki daerah ramai untuk mencari si dara jubah merah itu.

Akan tetapi ia jadi kecewa ketika ternyata orang yang dicarinya

tidak kunjung dapat ditemukan. Bayangan si baju merah itu saja

tidak pernah diiihatnya.

Ketika hari kian menjauh madam, Siu Lian menjadi putus asa.

Kemana lagi Ia harus men eari dalam kota besar ini. Dengan hati

mengkal, Siu Lian berjalan kian-kemari, hampir mengelilingi

seluruh penjuru kota. Akhirnya, kakinya telah naernbawanyk ke

sebuah keramaian yang merupakan sebuah pasar malam. Tempat

yang sangat riuh dengan suara hingar bingar tetabuhan atau

pedagang mempropgandakan. dagangannya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 280

Setelah berkeliling-keliling tanpa memperoleh hasil,

ditinggalkannya tempat yang membisingkan itu.

Langkah kakinya melintasi tempat-tempat hiburan, tempat

bermacam-macam pertunjukan. Ramai dan hingar bingar, ada

tukang dansa, pertunjukan wayang, juga penjual obat. Siu Lian

iseng-iseng masuk dalam kerumunan itu.

Pada pertunjukan wayang, saat itu kebetulan sedang

mempertunjukkan lakon Sie Jin Kwie-ceng-tang, sebuah cerita yang

umumnya sangat digemari oleh kebanyakan penduduk. Siu Lian

sangat tertarik pada pertunjukan ini dan ia mencari tempat yang

baik agar sapat menonton dengan jelas.

Kian lama mengikuti jalannya ertunjukan, Siu Lian makin

tertarik. Hanya yang membuat ia heeran ialah pemeran Sie Jin Kwie

yang tampaknya agak kaku. Dan perasaan itu kian menjadi-jadi

pada saat pemeran itu melakukan bagian lelakon Sie Jin Kwie

sedang menghancur luluhkan semangat tiga tai-ong. Ia merasa heran

akan gaya silat pemeran yang menurut penglihatannya mempunyai

gerakan bukan gaya sembarangan. Lebih-lebih, mimik orang itu

dari adegan ke adegan memperlihatkan wajah sedang menanggung

kesakitan. Dari tertarik akhirnya Siu Lian menjadi curiga. Timbul

niatnya untuk tidak pulang buru-buru.

Sebaliknya, Siu Lian menunggu sampai pertunjukan berakhir.

Dan kemudian ketika sedang sibuk-sibuknya para penonton

meninggalkan lapangan, diam-diam ia menyelinap masuk ke dalam

satu kemah. Ia merasa yakin, bahwa orang yang memegang peran

sebagai Sie Jin Kwie tentulah bukan sembarang orang.

Tiba didalam, Siu Lian mendapat sebuah ruangan yang
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbentuk segi empat yang cukup luas. Sebuah meja rias terletak di

sudut kemah, lengkap dengan alat-alatnya yang berhamburan

letaknya tak beraturan. Di atas sebuah bangku panjang, tamak duaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 281

orang laki-laki rebah dengan menelungkup diatas meja. Perlahan
lahan Siu Lian menghampiri. Terkejutlah ia ketika mendapatkan

kenyataan bahwa kedua orang itu bukanlah tidur sewajarnya.

Mereka rebah tak sadarkan diri karena totokan. Ia perhatikan kedua

orang itu. menilik dari pakaiannya, akhirnya mereka yakin bahwa

mereka terdiri dari seorang pemain sandiwara dan seorang tukang

rias. Pada kedua tangan tukang rias itu, terpegang masing-masing

sebuah sipat alis dan bedak sebungkus.

Agaknya mereka telah ditotok orang selagi merias diri. Melihat

rambut orang yang dikondekan keatas dan alisnya yang tebal disipat

tebal. Sebagai seorang yang gemar wayang, tahulah Siu Lian kalau

orang itu tadinya hendak memerankan Sie Jin Kwie. Dan memikir

ini, tiba-tiba berkelebat dalam ingatannya, pemain di panggung tadi

yang gerakannya mencurigakan. Tidak mungkinkah pemain itu

yang menotok orang-orang ini? berpikir demikian, ia segera

menggerakkan tangannya, denganmaksud hendak membebaskan

kedua orang itu dari totokan untuk mengorek keterangan.

Tetapi tiba-tiba ketika jari tengah dan telunjuk hampir

menyentuh jalan darah kedua orang itu, telinganya yang tajam

mendengar suara tindakan kaki yang mengindap-indap. Perlahan

gerakan itu, tetapi Siu Lian yang sudah sangat terlatih itu sudah

culup mengetahui kakau tindakan kaki itu sedang menuju ke

arahnya.

Diam-diam ia terkejut juga. Dari suara indap-indapan yang

sangat ringan itu, orang yang datang tentulah orang yang

berkepandaian tinggi. Sebentar kemudian, suara tindakan itu sudah

tidak jauh dari pintu kamar.

Secepat lompatan kucing, dengan ringan sekali Siu Lian

melesatkan tubuhnya ke wuwungan kemah. Pada detik selanjutnya,

terlihat sesosok bayangan berkelebat masuk. Lincah dan sangat

gesit gerakan bayangan itu. Dan. melihat akan pakaian maupunKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 282

gerak-gerik orang yang baru datang ini, Siu Lian tersenyum

gembira. Ia gembira karena apa yang semula diduganya secara

samar-samar kini akan menjadi sebuah kenyataan.

Orang itu adalah pemeran Sie Jin Kwie tadi. Hanya bedanya,

kalau di panggung tadi dia adalah seorang dengan tubuh tinggi

besar dan kekar. Mukanya masih penuh dengan bedak dan gincu,

hingga Siu Lian belum dapat melihat wajah asli orang tersebut.

Tampaknya orang itu tergesa-gesa sekali. Dengan cepat ia

membersihkan polesan-polesan di mukanya dengan air dari baskom.

Lalu ditotoknya salah seorang yang tertidur tadi. Orang yang

ditotok itu adalah pemain wayang yang asli. Begitu tersadar ia

gelagapan, setelah itu ia menjatuhkan dirinya, meratap-ratap, ?Tai

Ong tai ong ampuni jiwa tikus hamba !? begitu takutnya

dia pada kematian.

?Aku bukan Tai Ong mu!? bentak si pemeran Sie Jin Kwie tadi.

Bersamaan dengan itu, Siu Lian yang berada di atas wuwungan,

tersenyum puas, sebab kini ia telah tahu siapa dia, si pemeran Sie

Jin Kwie palsu tadi.

?Kalau ingin hidup, katakan ada hubungan apa antara

majikanmu dengan keparat Hong In??

?Aku aku tidak, tidak tahu tai-ong ? pemain wayang

asli itu masih juga meratap-ratap ketakutan. Terutama setelah

melihat wajah asli orang dihadapannya itu.

Orang tinggi besar, pemain Sie Jin Kwie itu tampaknya sangat

gusar. Pada saat itu juga ia hendak melampiaskan kemarahannya

itu, namun tiba-tiba,

?Bagus! beranimu Cuma pada yang lemah!? terdengar bentakan

seseorang. Halus tetapi tajam berpengaruh. Dan dilain saat di dalam

kemah itupun telah berhadapan dua orang yang berlawanan jenis,Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 283

orang tinggi besar itu dengan seorang dara. Dara yang mengenakan

baju warna merah, yang tidak lain adalah Hong In. sedang orang

yang bertubuh tinggi besar itu tidak lain dan tidak bukan adalah si

pengemis muda, siluman tanah muncul Giok-po.

Bukan main girangnya Siu Lian melihat munculnya Hong In

ditempat itu. setelah semalaman dicari-cari tidak bertemu, kini tiba
tiba saja muncul dengan sendirinya. Entah peti putih itu disimpan

dimana? Tampaknya benda itu tidak ada lagi pada Hong In.

Pertarungan antara pengemis muda dengan Hong In segera saja

berlangsung dengan sengit. Dalam keadaan seperti sekarang ini,

dimana si pengemis muda masih dalam keadaan terluka, akibat

racun sendiri yang menyerang ditubuhnya akubat pertarungannya

dengan Siu Lian, maka Hong In dapat mengimbanginya dengan

baik. Andaikata pertarungan itu terjadi tiga hari yang lalu, agaknya

Hong In bukan lawan seimbang pengemis muda yang lihai dan keji

itu.

Karena lukanya itu, maka si pengemis muda harus membagi

tenaga dan perhatiannya untuk melindungi luka. Dengan keadaan

demikian, gerakannya tidaklah begitu gesit, tenaganyapun banyak

berkurang.

Sedangkan Hong In yang kepandaiannya hanya kalah setingkat

dibawahnya telah mengirim serangan-serangannya yang sangat

gencar dan ganas luar biasa. Pada matanya menyorot sinar nafsu

membunuh yang berkobar-kobar. Mungkin ada apa-apanya.

Dalam dua jurus di babak pertama ini, si pengemis muda masih

dapat bertahan, tetapi karena untuk menghadapi Hong In yang

lincah dan garang itu, ia harus mencurahkan seluruh tenaganya,

maka simpanan tenaganya yang dipergunakan untuk melindungi

luka, jadi terpecah pula. Dan disaat itu juga ia merasakan sakit yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 284

bukan alang kepalang. Semangatnya jadi buyar dan tentu

gerakannya menjadi kacau dan lamban.

Lebih celaka lagi keadaan seperti itu cukup diketahui oleh

Hong In yang awas dan cerdik, yang segera memperhebat

serangannya.

?Kau ganggu aku begini rupa, ada soal apakah sebenarnya?!

Peti putih masih ada ditanganmu, mau apa lagi? Baik, mari kita

mengadu jiwa!? teriak si pengemis muda seraya mengamuk dengan

nekat.

?Pengemis siluman! Bukankah kau murid turunan kedua Iblis

India jahanam itu?? jawab Hong In membentak. ?Kedua gurumu

telah menghabiskan guruku !?

Hong In berhenti sebentar, agaknya ia sedang menekan

perasaannya. Terbayanglah kedukaan dan dendam berkilat

dimatanya.

?Sekarang kau harus mati ditanganku!? sambil mengiringi kata
katanya ini, Hong In memperhebat serangannya dengan

mempergunakan tipu-tipu sulitnya yang keji dan ganas sehingga

membuat lawannya makin kerepotan mempertahankan diri.

Namun tiba-tiba pengemis muda itu menjerit keras. Lalu

tubuhnya melompat maju selangkah, tongkat ditangannya

dihantamkan kedepan, mengancam dada lawan dan membiarkan

perutnya sendiri terbuka untuk menerima tusukan pedang lawan.

Hong In mana sudi kebodohan itu? ia sudah menang diatas

angin, tak paerlu mati bersama pengemis siluman itu.

Oleh karena itu ia menarik kembali pedangnya, selanjutnya

untuk menghindari sodokan tongkat lawan, ia tarik tubuhnya

kebelakang.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 285

Kiranya serangan nekat si pengemis itu pula tangannya

merogoh bumbung rahasianya yang berisi panah beracun untuk

menyerang lawan.

Tetapi sayang, sebelum bumbung itu sempat bekerja, dari

wuwungan tampak berkelebat warna hitam menyambar. Si

pengemis muda itupun hanya bisa terkejut ketika dirasakan

tangannya menjadi lunglai serta bumbung itu telah berpindah

tangan. Bukan Cuma sampai disitu saja, si pengemis muda

merasakan kepalanya pening dan alam sekitarnya berputaran,

selanjutnya ia terjatuh pingsan. Tubuhnya yang tinggi besar itu

lantas meluncur turun dengan cepat lalu menghantam lantai.

Dapatlah dibayangkan, bahwa sebentar lagi tubuh pengemis

muda itu akan remuk hancur dan binasa. Tetapi baangan hitam tadi

yang tak lain adalah Siu Lian bergerak gesit laksana burung elang,

melayang turun mendahului meluncurnya tubuh pengemis itu.

dengan gerakan harimau menuntun anak kambing, Siu Lian dapat

membuat si pengemis muda itu terbebas kembali.

Terkejut bukan kepalang, pengemis muda itu merasakan

kelihaian orang. Seumur hidup ia belum pernah menyaksikan

kehebatan ilmu silat orang yang demikian lihainya.

Dengan keterkejutan ini, kian menjadi-jadi ketika dilihatnya

orang yang telah menotok dan membebaskannya sekalian ini adalah

si nona yang tiga hari yang lalu pernah merubuhkan dirinya dengan

senjatanya sendiri.

Maka untuk sesaat itu, pengemis muda itu hanya dapat berdiri

terpaku saja. Tak ada niatnya untuk melarikan diri, karena dia tahu

berada diantara dua nona yang lihai-lihai itu. tidaklah akan ada

gunanya. Menurut dugaannya, kepandaian si nona yang baru saja

bertindak ini tidaklah dibawah kepandaian gurunya. Ingat gurunya,

segera pengemis muda ini seolah-olah mendengar kata-kata HongKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 286

In tadi yang telah menuduhnya sebagai murid iblis India. Ia

penasaran.

?Lihiap,? begitulah ia membuka mulut. Kata-kata ini jelas

ditujukan kepada Hong In. ?Sebagai orang kangouw, aku tak takut

akan menghadapi kematian! Akan tetapi terhadap kata-katamu tadi,

menuduhku murid orang India, itu terlalu menghina diriku! Kau

menghina diriku dan menghina perguruanku yang asli pendirinya

adalah orang Han. Maka itu untuk mendapat muka sebelum

menerima ajal, kuharap kau suka menjelaskan, siapakah keluargamu

dan siapakah orang India yang telah mencelakakan keluargamu?!?

Tampaknya dalam mengucapkkan kata-katanya itu, si pengemis

muda sangat bersungguh-sungguh, tidak tampak tanda-tanda

berdusta. Dan melihat kegagahan sikap orang yang begitu berani

bicara tandas walaupun sudah dekat pada ajal, timbul juga

kekaguman pada diri Siu Lian.

Hong In hanya diam saja. Tampaknya ia hendak menyudahi

urusan itu. maka Siu Lian berkata,

?Ya sudahlah. Kali ini kuampuni jiwamu. Pergilah cepat dari

hadapanku!?
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaikan orang yang hampir mati, hidup kembali, maka

dengan girangnya pengemis muda itu membalikkan tubuh untuk

segera berlalu.

?Tunggu dulu!? seru An Siu Lian. ?Tadi kulihat kau mencari

keterangan dari orangn wayang tentang perhubungan kumpulan

wayang itu dengan Hong In, apa maksudmu??

?Tidak ada maksud apa-apa, Cuma ingin mengetahui saja!?

sahutnya seraya membalikkan tubuh untuk berlalu, kemudian

mencelat keluar dan menghilang dalam kegelapan malam.

?Adik.? kata Siu Lian memanggil.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 287

?Siapa adikmu?!? Hong In menjawab sambil merengut.

Terkejut Siu Lian akan sikap Hong In. akan tetapi segera

teringat memang demikian, angin-anginan sikap kawannya itu.

?Aku tidak suka pada orang yang mengusili jalan hidupku!?

kata Hong In pula.

?Benar susah diduga,? keluh Siu Lian dalam bati. ?Apakah kau

marah karena aku embebaskan pengemis tadi?? katanya kemudian.

?Ya!? sahut Hong In tegas. Sambil menjawab ketus demikian,

ia menubruk maju seraya mengacungkan pedangnya menusuk dada

Siu Lian. ?Siapa suruh kau lancang membebaskan dia!?

Cepat dan tiba-tiba serangan yang dilancarkan olehHong In.

sehingga kalau bukan Siu Lian sasarannya, agak sulit orang akan

dapat meloloskan diri dari maut.

Siu Lian adalah murid gemblenganLiong-san-pai, oleh dua

orang guru sakti Tho-liu-to disempurnakan pula ilmunya, hingga

walaupun usia gadis ini masih muda, akan tetapi ilmu

kepandaiannya sudah jarang ada tandingannya. Percuma sepuluh

tahun menuntut ilmu dari guru-guru sakti Tho-liu-to andaikata

begitu mudah dapat diperdayai oleh Hong In.

Demikianlah, dengan mudah saja An Siu Lian berkelit kekiri

atau kekanan, mengeos atau menghindar, maka serangan Hong In

hanya menusuk angin belaka.

?Baik, baik kuadu jiwa denganmu!? teriak Hong In semakin

kalap.

Dan benar saja segera ia memperhebat serangannya, memaksa

Siu Lian untuk mengeluarkan sedikit ilmu kepandaiannya. Selagi

pedang Hong In untuk yang kesekian kalinya menyambar

tenggorokan, Siu Lian melompat kesisi kanan Hong In lalu denganKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 288

kecepatan yang sulit dilihat oleh mata, kedua jarinya menyentuh

salah satu jalan darah nona out, kemudian merampas pedangnya.

?Dengarlah!? kata Siu Lian, ?Melihat gerakan ilmu silatmu

tahulah aku bahwa tentunya kau adalah murid seorang guru yang

ternama. Lagipula dari bicaramu tentang sastera tempo hari,

sekurang-kurangnya kau adalah seorang gadis terpelajar juga.?

sambungnya seraya mengangsurkan pedang yang tadi dirampasnya.

Sengaja ia berkata demikian untuk menggugah semangat Hong In.

setelah itu, tanpa memberikan kesempatan orang lin bicara, ia telah

melanjutkan kata-katanya pula.

?Lagi pula bukankah pengemis tadi tegas-tegas telah

mengatakan bahwa gurunya adalah seorang Han asli! Apakah kau

tidak percaya padanya? Ingatlah sebagai seorang Han, walau kita

dari jalan putih maupun hitam harus mengutamakan kesetiaan pada

guru! Bukankah tadi sudah jelas pengemis itu tidak berguru pada

orang India? Apakah mungkin dia mengkhianati gurunya sendiri

dengan tidak mengakui karena takut mati? Kukira itu tidak

mungkin. Maka adikku, kalau rasa mendongkolmu disebabkan oleh

kelancanganku tadi, harap sukalah kau memaafkannya!? Siu Lian

mengeluarkan kata-kata ini karena ia tahu akan sifat orang yang

keras, dan mudah berubah-ubah.

Dan memang tepat dugaan Siu Lian, kata-katanya mengena

besar dihati Hong In sehingga dara itu menundukkan kepalanya.

?Siapakah orang India yang kau maksudkan sebagai musuh

besarmu?? tanya Siu Lian lebih lanjut.

?Cici, tempat ini adalah kemah orang, sudah terlalu lama kita

berada disini, marilah kita bicara di hotel saja!?

Siu Lian baru tersadar bahwa ia telah terlalu lama berada di

tempat orang. Maka iapun segera mendahului Hong In berjalan

meninggalkan tempat itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 289

Diluar ternyata sudah penuh dengan orang-orang yang

berkerumun-kerumun. Mereka tak berani memasuki kemah.

Rupanya mereka telah melihat pertarungan yang hebat didalam

kemah dan mereka mengerti bahwa kedua gadis yang kemudian

keluar kemah ini bukanlah orang sembarangan.

Siu Lian yang tidak ingin menimbulkan kegemparan diantara

penduduk secepatnya lantas menggerakkan tubuhnya keatas

wuwungan yang kemudian disusul oleh Hong In itu. keduanya

lantas menghilang dalam kegelapan, membuat penduduk yang

menyaksikannya jadi melongo heran dan takjub. Kebanyakan dari

mereka lantas soja-kui mengira bahwa kedua dara itu adalah utusah

Thian yang sedang turun ke dunia.

Sementara itu, dengan mempergunakan ilmu meringankan

tubuhnya, kedua pemudi itu dalam waktu hanya sepemakan nasi

telah berada kembali di hotelnya. Mereka masuk dengan melompati

jendela, tidak seorang tamu atau centengpun yang mengetahui

kedatangan mereka.

Setelah beristirahat beberapa saat, karena meerasa lapar, maka

keduanyapun mengobrol.

Hong In ternyata adalah puteri Oey Bian Lip. Ia menceritakan

betapa keluarganya dengan kejam sekali telah dimusnahkan habs
habisan oleh hantu bersaudara muka merah dan muka kunig. Hanya

mujur bagi Hong In, pasa hari itu, pada saat iblis keji itu sedang

membunuhi seluruh isi rumah keluarga Oei, ia bersama seorang

pembantu rumah tangganya yang setia, Liu Siauw Jie, tengah

berjalan-jalan menghirup angin gunung yang segar.

Keduanya, puteri majikan dan pembantu ini jadi terkejut sekali

ketika mereka pulang dan mendapatkan seluruh isi rumahnya

bergelimpangan binasa dalam keadaan yang sangat mengenaskan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 290

Tidak seorangpun yang mati dengan tubuh yang sempurna. Semua

rebah dengan kepala yang hancur.

Didapati pula ayah dan pamannya tergeletak tak bernyawa.

Menyaksikan semuanya ini, bukan main hancur hatinya dan geram

sehingga kedua-duanya lantas meratap-ratap memilukan.

Nahkan Hong In karena tidak kuat menahan perasaan dukanya,

jatuh pingsan, membuat Liu Siauw Jie jadi kebingungan tak tahu

apa yang harus diperbuatnya. Kuatir bukan main pembantu ini,

kalau-kalau satu-satunya keturunan keluarga Oei yang masih tinggal

hidup ini mengalami hal yang tidak diinginkan. Untunglah, pada

saat itu tiba-tiba muncul Lauw Sam yang datang tergopoh-gopoh

dari tempat sembunyinya diatas lauwteng. Pembantu yang setia dan

berusia lanjut ini, pertamanya terkejut ketika mendengar jerit tangis

orang. Dikiranya adalah tangisan halus roh kawan-kawannya yang

telah terbinasa, hingga ia jadi sangat menakutan. Tetapi akhirnya ia

mengenali juga, bahwa suara tangis itu adalah tangis kawan

sekerjanya, Liu Siauw Jie dan putri majikan. Cepat-cepat Lauw Sam

turun, dan benar-benar ia mendapatkan Liu Siauw Jie sedang

menelungkup menangisi majikan mudanya yang tidak sadarkan diri.

Lauw Sam. ternyata mempunyai pengalaman lebih lugs dari

kawannya. Cepat-cepat ia ke belakang untuk memasak air, uutuk

keraudian di lain saa.t ia telah selesai membuat wedang jahe.

Dicelegukkannya air panas pedas itu ke mulut sang majikan

muda. Benar saja, tidak lama kemudian Hong In sadarkan dirinya.

Beberapa saat dara ini terlongong, akhirnya menangis kembali

meratap-ratap, memilukan sekali.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Hong In dengan dibantu

oleh kedua pembantunya menggali beberapa lubang kuburan

dibelakang gedung. Kemudian setelah selesai mengadalan upacara

sembahyang, lalu diadakan penguburan sekaligus. Hanya untukKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 291

penguburan Riau Lip dan Hong Goan, khusus dilakukan oleh

tangan Hong In ya kecil itu.

Selesai itu, Hong in bersoja kui di depan kuburan orang tuanya.

ia bersumpah, walaupun dengan jalan apapun akan menuntut balas

sakit hati kernatian orang tuanya.

Malamnya setelah melihat kesehatan majikan muda ini lebih

baik lalu Lauw Sam menceritakran bagaimana terjadinya peristiwa

mengenaskan itu, dan siapa-siapa orangnya yang telah

membinasakan kedua ayah dan parnannya serta berpuluh puluh

keluarga lainnya. Hingga membuat Hong In yang belum hilang

kesedihannya, jadi semakin sedih dan mendendam. Tetapi dalam

hatinya juga timbul keraguan, apa bila benar-benar ilmu kepandaian

para iblis pemburuh ayah dan keluarganya itu demikian tinggi

seperti diceritakan Lauw Sam, dapatkah ia menuntut balas?

Terkesima juga Siu Lian rnendengar kisah tragedi yang

dicerirakan oleh Hong In. Selama Hong In belum mengakhiri

kisahuya, Siu Lian hanya termangu-mangu saja. Ia menimbang
nimbang, akhirnya la merasa bahwa sakit hati temannya ini jauh

terlebih dalam daripada sakit hatinya sendiri. Dan tahulah kiranya,

mengapa pemudi berjubah merah ini, kemarin tiba-tiba

meninggalkan dirinya dan sangat membenci pengernis yang diduga

adalah murid dari musuh besarnya.

Akhirnya, Siu Lian membatalkan niatnya untuk menanyakan

ap

a isi peti putih, karena melihat wajah kawannya yang menjadi

sangat muram. Besokpun masih ada waktu, pikirrya.

?Cici", tiba-tiba terdengar Hong In berteriak; suaranya seperti

orang yang hendak menartgis. Cepat-cepat Siu Lian bangun berdiri.

?Sakit hatiku sedalam lautan. Akan tetapi iblis-iblis india itu

kabarnya lihai bukan main jauh lebih lihai dari sedikit kepandaiankuKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 292

sekarang. Entatalah ..... anakah dapat aku membalas kan sakit hati

ini?"

?Jangan kuatir adikku, jangan sangsi. Apa bila tiba waktunya

tidak mungkin aku akan berpangku tangau", Siu Lian menghihur.

Hong In menghela napas, tarikannya dalam sekali.

?Tapi benar-benar. bagiku hilang lenyap..?

?Apa maksud?" Siu Lian tak mengerti.

?Aku menyesal, karena aku tidak menuruti nasihat kedua

guruku. Merela sebenarnya me larangku keluar dari pintu perguruan

pada tiga tahun yang lalu. Hingga benar-benar, ketika semalam dia

datang, aku tak berdaya apa-apa...."

?Dia datang? Dia siapa?" Siu Lian belum mengerri dan terkejut.
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia makin bersimpati kepada kawan barunya ini yang mengalami

nasib begitu' mengenaskannya.

?Dia adalah satu dari musuh besarku!"

?Musuh besarmu ulang Siu Lian."Si apa naaksudmu?"

?Entahlah. Ia sangat 1ihai sekali. Tapi agaknya dia tidak tahu

bahwa aku adalah salah satu keturunan dari keluarga yang mereka

babat habis-habisan pada sepuluh tahun yang lalu"

?Dia lebih lihai darimu?"

?Betapa tidak? Dengan mudah saja keparat itu telah dapat

mencuri peti putih yang ku selipkan dibawah bantalku, tanpa

kuketahui."

?Hai, benarkah itu? peti hilang dicuri orang?" Siu Ling terkejut

hampir tak percaya.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 293

?Benar mengapakah??

Siu Lian tak dapat menjawab. Keras lemas seluruh tubuhnya.

Betapa tidak? Semalam, ia mengelilingi bampir seluruh kora adalah

tuk menemukan pemudi ini, guna menanyakar persoalnanya isi peti

itu. Kini? Setelah berhasil ketemu, ternyata peti itu telah hilang

dicuri oleh seseorang yang dikatakan sangat lihat luar biasa yang

menurut dugaan Hong in adalah musuh besarnya,

?Bagafinanakah terjadinya?? tanya Siu Lian akhirnya

menegaskan.

?Hari itu, setelah memisah dari dirimu aku mencari sebuah

penginapan lain. Pikiranku sedih dan kecewa, betapa tidak?

Sebegitu jauh hingga tiga tahun aku berkelana, aku masih belum

dapat menemukan dimana adanya musuh besarku itu dan

bagaimana tingkat kelihaiannya. Namun pada malam itu, karena

letih memikir kan nasibku, aku jadi letih dan mengantuk, akhirnya

tertidur tanpa kusadari. Tengah layap-layap antara pulas dan tidak,

tiba-tiba dalam kamar kulihat sebuah bayangan berkelebat masuk.

Terkejut sekali aku ketika itu. Cepat kugerakan tubuhku mencelat

bangun, akan tetapi sebelum aku berbuat sesuatu apa, bayangan itu

telah tiba dihadapanku. Dan tanpa dapat dicegah lagi, dia telah

berhasil merampas peti putih dari bawah bantalku, lalu berkelebat

pula pergi secepat bayangan setan!. Tegas kulihat, pakaiannya

terbuat dari kain katun India. Hanya anehnya, rambut belakangnya

diikat menyerupai kuncir. Tetapi melihat pakaiannya yang kedom

brongan itu, aku menduga bahwa dia adalah seorang diantara musuh

besarku. Gerakan sangat lincah dan gesit sekali, jauh lebih lincah

dan gesit dari padaku. Hingga ketika aku mengejarnya, ia sudah

terlalu jauh meninggalkan karnarku. Sebentar saja dengan

meninggalkan suara tawanya yang mengakak, ia meninggalkan aku

jauh ketinggalan dibelakangs. Sayup-sayup ku dengar kata-katanya,

bahwa ia akan mengantarkaa peti putih itu kepada pemiliknya yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 294

sah, entah dari partai apa. Ong ong begitu. Lalu karena merasa

benar-benar takkan ungkulan aku balik pulang dengan putus asa.

Dan sejak saat itulah aku merasa sangsi, karena jelas sudah

kepandaianku jauh berada dibawah kepandaian keparat itu.

Disamping itu, aku masih tidak mengerti, apa maksudnya ia

mencuri peti putihku itu, hingga timbul dugaankui apakah tidak

rnungkin antara pencuri ini dengan pengemis siluman itu memiliki

hubungan?"

?Jangan kuatir, adikku. Nanti kuberikan bantuan bila sudah

berhadapan, cuma talong beritahukan apakah isi peti putih itu?"

?Akupun tidak tahu!" Hong In menggeleng-gelengkan kepala.

?Karena niat sebenarnya terhadap benda tidak ada padaku", setelah

berkata dernikian, maka Hong in merebahkan membiarkan Siu Lian

duduk termangu-mangu seorang diri. Sebentar saja, Hong In telah

terpulas.

Siu Lian terdiam. Pikirannya berbagai macam tertumpuk

menjadi satu. Satu urusan membalas dendam belum terbayar,

kehilangan Sin Hong, lalu sekarang tentang peti putih yang tidak

ketahuan apa isi dan manfaatnya, disusul pula urusan orang,

berpakaian katun secara India, yang diduga adalah musuh besar

Hong In. Kalau benar, itu dia salah seorang dari Ang Oei Mokko.

Peninglah kepala Siu Lian memikirkan pencuri peti putih itu hingga

tanpa sadar ia tertidur dibangkunya. Tak diketahuinya berapa lama

ia tertidur, ia terjaga ketika terdengar olehnya suara berkelisik, kira
kira dari jarak tiga tombak. Perlahan suara itu, sekeras suara jarum

yang jaiuh. Naraun suara itu cukup terasa bagi Siu Lian untuk

menjagakan ia dari tidurnya, karena ia merasa bahwa suara

berkelisik itu berbeda dengan bunyi yang umum.

Dengan perlahan dan sangat cepat, tanpa menimbulkan suara

Siu Lian membuka jendela dan melayang keluar dan menutup

kembali jendela itu, sementara Hong In masih tidur pulas. Tak mauKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 295

Siu Lian raembangunkannya, karena ia tahu suara tadi tentu berasal

dari seseorang yang mempunyai kepandaian tinggi, yang jauh lebih

tinggi dari kawannya. Ia kuatir kalau benar-benar orang yang datang

itu adalah musuh lihai, musuh besar Hong In, bukankah itu hanya

membuat sang kawan menjadi nekad, yang mungkin rnembuat

urusan tam bah ruwet saja?

Diluar ia lihat bintang-bintang di timur menunjukkan bahwa

pagi sudah hampir pukul empat. Karena kuatir pendatang lihai itu

berada disekitar tempat itu, lekas-lekas Siu Lian melayangkan

tubuhnya, meleset, dengan meuggunakan tipu gerakan "Sepuluh

bayangan Melibat Syetan", membuat tubuhnya berkelebat tidak

terlihat. Ia menuju kearah datangnya suara berkelisik tadi. Matanya

yang jeli dan sangat waspada, segera dapat melibat pada jarak

sepulub tumbak, sebuah bayangan melesat kedepan secepat terbang.

Tubub bayangan itu tinggi besar, serta berpakaian kedombrongan

Gesit bukan main, dalam sekejap saja bayang an itu sudah

memasuki sebuah hutan.

Siu Linn yang membayangi, diam-diam merasa kagum akap

kegesitan orang ini. Terlihat juga dua buah kuncir dikepala orang,

itu. Dibagi tengah-tengahnya dililit menjadi satu. Pada Lengan

kanannya, jelas orang itu menjingjing semacam barang yang aneh

bentuknya.

Berkat matanya yang sangat awas, maka Siu Lian dapat juga

menduga barang apa yang dibawa orang itu. Ia menjadi geram

sekali ketika sayup-sayup telinganya mendengar orang itu

memperdengarkan suara riantihan yang menyayat-nyayat. Dan

kemudain tidak terdengar lagi. Itulah suara tangisan suara anak

bayi. Jelas sekali tangisan itu merupakan. ratapan orang yang

mengalami siksaan berat.

Bayangan itu terus. berlari tanpa menyadari kalau ia sedang

dibayangi oleh seorang gadis yang baru keluar dari perguruan, laluKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 296

lenyap masuk kedalarn gerumbulan rumput-rumputan yang lebat

dan tumbuh tinggi, setinggi manusia. Siu Lian pun merandek ketika

iapun tiba ditempat itu.

Untuk sesaat ia tertegun diam Terkejut ia ketika dilihatnya di

arah timur sinar matahari sudah muncul memancarkan sinarnya

yang ke emasan, pertanda hari pagi sudah tiba. Ini berarti juga dari

penginapannya ia telah pergi memakan waktu tidak kurang dari dua

jam untuk membayangi orang itu.

Sedang dalam pengejaran ini, ia sudah mempergunakan ilmu

berlari cepatnya pada tingkat tinggi, hingga dapatlah dibayangkan

betapa jauhnya ia sudah meningaatkan rumah penginapan. Ketika

itu ia sangsi untuk mene-ruskan maksudnya mengejar buronnya itu.

Akan tetapi karena merasa sudah kepalang tanggung, akhirnya ia

masuki juga gerumbulan rumput-rumputan itu, untuk itu ia telah

mempergunakan ilmunya "Melepaskan Tulang Mengecilkan Urat."

Sedikit juga ketika tubuhnya menyelip masuk, ia tidak

membuat suara berisik. Sesaat kemudiaa ia telah berala dibagian

lain darl gerumbulan rumput tinggi itu. Disaat itu juga, disaat baru

saja ia membetulkan sikap berdirinya, kedalam lubang terlihat

berkelebat sebuab bayangan. Ia tahu itulah bayangan si lelaki

berbaju kedombrongan. Ditunggunya hingga beberapa detik.

Kemudian dengan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya,

C Siu Lian menghampiri lubang itu. Terkesiap hatinya, ketika

ternyata lubang itu adalah muluu sebuab guha. Yang hebat, lubang

itu berdinding terbuat dari tulang-tulang anak kecil seluruhnya.

Tulang-tulang itu diletakkan beraturan hingga tidak tampak

dasarnya.

Setelah mengelilingi dua putaran untuk memeriksa, dan

mendapatkau kenyataan tidak adanya tanda-tanda lain yangKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 297

mencurigakan, dengan hati-hati sekali dan menggunakan ilmu yang

tinggi, ia memasuki lubang itu.

Ternyata guha yang mernpunyai lubang kecil ini mempunyai

sebuah lorong yang panjang. Hawa didalam lembab dan dingin,

hingga ditambah dengan kesunyian yang menguasai tempat itu,

membuat bulu tengkuk berdiri meremang. Disitu jalan berlegat
legot turun naik tidak rata.

Tiba-tiba dari arah dalam terdengar suara Tertawa-tawa dingin

perlahan. Dilain saat, ketika Siu Lian melangkahkan kakinya pula,

maka ia telah tiba pada lorong yang penghabisan.

Bentuk dan besarnya lorong, ini, tidak berbeda jauh dengan

lubang guha dibagian luar yang merupakan pintu masuk. Hanya

pada sekelilingnya pada luas kira-kira satu meter persegi, terdapat

banyak sekali tengkorak-tengkorak anak kecil berserakan, Penuh

seakan menutupi tanah. Sedang lubang guha yang terakhir ini tidak

merupakan pintu buntu, melainkan dihadapannya kini terbentang

sebuah ruang yang cukup luas. Berbentuk kamar dan lebih luas,

berbenjol-benjol dindingnya tidak beraturan.

Ruang kamar guha ini menurut perasaan Siu Lian berada jauh

dihawah permukaan bumi. Agaknya seperti berlapis, dan banyak

terdapat padanya tanah-tanah lebih yang runcing, ada yang berdiri

dan ada pula yarg bergantung, Tinggi-tinggi dan besar-besar bahkan

beberapa diantaranya ada yang dua kaki lebih tinggi dari tinggi

orang. Menyaksikan benda-benda alam ini tanpa terasa Siu Lian

rnenghela napas kagum. Tidak pernah disangkanya akan kebenaran

cerita gurunya pertama yang rnengatakan bahwa di beberapa daerah

di atas bumi Tiorggoan, ada beberapa guha yang didalamnya penuh

dengan ?tanah-tanah tumbuh? yang berwarna putih.

Tanah lebih ini sehenarnya terjadi dari basil campuran batu

kapur dan air hujan yang karena sangat banyaknya dan terjadiKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 298

bertahun-tahun lalu mengumpal bergantungan dari atas guha serta

karena makin bartambahnya cairan-cairan campuran batu kapur

dengan air hujan lalu mencarat tanah dengan bentuk menyerupai

tiang serta tipis dibagian tengah hingga merupakan dua buah
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerucut yang sambung menyambung pada kedua bagian ujungnya

lancip. Bertahun-tahun kemudian, karena salah satu dari kedua

bagian yang menggantung atau berdiri itu tanahnya kurang kuat lalu

rubuh dan ambruk. Dan yang tidak rubuh inilah yang kini tinggal

berdiri menyerupai tanah tumbuh yang berujung runcing.

Hal inilah, terjadi benda-benda alam yang kini dikenal sebagai

stalagtit dan stalagmit, jenis jantan dan jenis betina ini pada waktu

kasih ini terjadi, hanya beberapa orang yang mengetahui,

diantaranya Shia hiap Gouw Bian Lie, guru An Siu Lian.

Dari balik sebuah stalagtit yang cukup besar, Siu Lian

mengembarakan pandangnya kesekitar ruangan guha itu. Kedua

manik matanya yang bulat bundar jeli mencaricari.

Akhirya pada sebuah stalagtit atau stalagmit yang sengaja

dirubuhkan, terlihat seorang bayi yang direbahkan. Tidak salah lagi

tentu orok itu adalah orok yang tadi ditinjing oleh orang berbaju

kedobrongan itu. Dan kini melihat bayi itu rebah dengan perut yang

tidak berkempas kempis, maka tahulah Siu Lian bahwa ia telah

mati.

Melibat adegan ini, Siu Lian menjadi geram sekali. Dan kini

tahulah ia, apalah artinya dan dapat menduga dari mana asalnya

tulang dan kepala manusia-manusia kecil yang banyak berserakan

dimuka dan disepanjang lorong

Itulah tentu sisa-sisa korban percobaan yang menurut dugaan

Siu Lian tentulah menjadi korban si orang berbaju kedombrongan

itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 299

Tiba-tiba entah dari mana datangnya, diatas sebuah stalaginit

yang terletak pada tanah tumbuh yang rebah tadi, duduk dibagian

ujungnya, seseorang yang bertubuh tinggi besan berbaju

kedombrongan yang terbuat dari katun India. Melihat pada

kuncirnya, maka yakinlah Siu Lian bahwa orang itu adalah orang

yang sejak dari penginapan itu dibayang-bayanginya. Hanya ia tidak

tahu siapa adanya orang ini, sebab dari gurunya ia belum pernah

mendapatkan keterangan tentang orang dengan bentuk yang

demikian. Kalau melihat cara berpakaian dan wajah orang itu, jelas

ia telah menganut adat dan kibiasaan orang India. Dan tentunya dari

sisa-sisa tulang itu dan tengkorak-tengkorak yang berhamburan

diseluaruh penjuru guha, tentulah orang itu bukannya orang baik
baik!

Perasaan geram Siu Lian kian menjadi-jadi demi melihat

perbuatan yang dilakukan orang itu terhadap bayi yang terlentang

mati tadi. Semula Siu Lian hendak menyerbu keluar dan menghajar

manusia biadab itu, tetapi karena melihat bayi itu telah mati, maka

ia membatalkan maksudnya.

Terutama karena ia maksud untuk mengetahui lebih lanjut

perbuatan manusia berwajah menyeramkan itu!

Tiba-tiba sekali, dengan mengeluarkan gerengan keras, suara

campur tertawa, manusia menyerarnkan itu mengangkat anak bayi

yang sudah mati, maka dilain detik kepala bayi itu telah berada

dalarn cekalan kedua telapak tangannya setelah itu diangkatnya

tinggi-tinggi. Tidak jelas apa yang diperbuatnya. Hanya beberapa

detik kemudian, ketika dia letakan kembali maka anak bayi itu

sudah menjadi bangkai tanpa tulang dan tidak lagi mengandung

darah. kemudian dilepitnya, seperti cara orang melepit kertas.

Walau sebenarnya gusar Siu Lian melihat perbuatan orang itu

namun perasaan terkejut akan kehebatan tenaga dalam orang

menggetarkan hatinya juga. Sebab ia tahu itu suatu cabang pelajaranKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 300

ilmu lwekang India yang termashyur lihai sekali. Dan untuk

meyakinkannya dibutuhkan waktu tidak hanya tiga atau empat

tahun saja. Memang demikianlah orang-orang yang mempelajati

ilmu itu, apabila pelajaran sudah mencapai tingkat akhir maka orang

tersebut harus banyak-banyak minum darah anak bayi. Maka dari

itu untuk daerah Tionggoan ini tidak ada yang mau mempelajarinya,

karena ke banyakan walaupun dia dari jalan hitam atau putih tidak

tega untuk melakukannya.

Orang yang meyakinkan ilmu lwekang itu tenaga dalamnya

luar biasa sekali dahsyartiya. Demikianlah, tadi, ketika manusia

bermuka buruk itu menggunakan kedua tangan mencengkeram

kepala bayi tadi, maka semacam tenaga dalam yang besar sekali,

seperti aliran listrik mengalir masuk, merusakkan isi perut bayi itu.

Yang hebat ialah dengan jalan demikian, dengan melalui kesepuluh

jari tangannya, darah anak itu yang hampir beku, dihisap masuk

kedalam pembuluh-pembuluh darahnya, hingga kesudahannya isi

perut bayi tadi habis kosong.

Siu Lian pernah mendengar dari cerita gurunya yang kedua,

bahwa ditanah India, orang yang mempelajari ilmu tersebut hanya

seorang saja, yakni orang yang dengan ular-ularnya hampir

mencapai usia tujuh puluh tahun.

Kalau dikatakan dia ini, salah seorang dari Ang Oei Mokko itu

tidak mungkin, sebab bukaakah dari julukannya sudah dapat

dibayangkan bahwa kedua iblis itu mempunyai muka yang merah

dan kuning? Sedang orang yang memakai baju kedornbrongan itu,

muka nya berwarna putih, kulit bangsa Han? Habis siapakah dia

ini? Tiba2 terlihat orang itu mengeluarkan sesulatu benda dari

dalam bajunya yang kedombrongan.

?Ah ! Itulah peti putih yang selama ini rnenjadi pikiran Siu

Lian, kini ditimang-timangnya. Terdengar beberapa kali dia tertawa

dingin, a kan tetapi mendadak ia membentak keras dan serempakKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 301

dengan itu, dengan cepat luar biasa, disimpannya kembali peti putih

itu. Serentak dia meloncat bangun.

?Siapa? Keluar!! Jangan serubunyi!!" terdengar dia

membentak. Siu Lian terperanjat bukan main. Dikiranya, pastilah

tempat sembunyinya telah diketahui. Heran ia, sebab bukankah ia

selama bersembunyi ia telah menggunakan ilmu simpanan gurunya

dari tingkat yang paling tinggi? Apakah mungkin kepandai an orang

ini dapat lebih tinggi dari simpanan ilmu itu? Kalan demikian

berarti kepandaian orang itu masih lebih tinggi dari ilmu kepandaian

gurunya! Dan kalau benar, tamatlah ia riwayatnya, sebab itu suatu

tanda bahwa kepandaian orang itu diatas kepandaiannya. Namun

pada saat itu, pada ketika bampir saja Siu Lian memperlihatkan

dirinya, mendadak dari sudut kamar sebelah kanannya pada jarak

kira-kira dua puluh tindak, atau kira2 lima tindak disebelah kanan

muka buruk itu terdengar suara keras bergedubrakaan. Dan

membarengi dengan itu, teruntuk stalagtit-stalagtit, melesat keluar

seorang perempuan berambut panjang riap-riapan.

Nenek ini berwajah buruk menjijikan, suatu tana ia telah

mengalami siksaan jiwa yang hebat. Tetapi dari sisa guratan air

mukanya yang masih tampak pada beberapa bagian mukanya, jelas

membayang suatu wajah yang cantik jelita pada masa mudanya.

Dengan terbongkok-bongkok dia berjalan menghampiri si kakek

berwajah buruk itu. Dari mulutnya sebentar-sebentar terdengar

suara tawanya yang aneh menyeramkan.

?Ah, kiranya kau nenek keparat!" terdengar si kakek berteriak

memekakkan. Dan bahasa panggilan ini sesungguhnya membuat

Siu Lian tak mengerti. Karena walaupun di ucapkan dengan nada

keras sekali, tetapi terasa masih menyembunyikan rasa kasih,

sayang dan suatu tanda bahwa mereka pernah saling mengenal atau

berkawan. ?Angin apakah yang telah membawamu sesat kemari??Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 302

?Angin apa? Tua bangka bangsat Kim Cit Loo, lupakah kau

akan perjanjian kita pada dua puluh tahun yang lalu?!"

Kim Ciat Loo? Tergerak hati Siu Lian mendengar nam ini. Ia

mengingat-ingat dan masing-masing selama dia memikir-mikir,

akhirnya terlintas juga sesuatu didalam otakuya. ?Mungkinkah

orang ini yang pernah diceritakan oleh guru??

Siu Lian, ingat pernah gurunya bercerita tentang seseorang.

Sebenarnya orang itu keturunan bangsawan, yaitu putra turunan

ketujuh keluarga Kim. Tapi kemudian karena tingkah lakunya yang

memalukan menjual bangsa dan negara, maka ia dikutuk dan

dibenci oleh kebanyakan orang Han.

Terpaksa pada suatu hari untuk menyelamatkan jiwanya, dia

telah pergi terusir dari tanah Tionggoan, untuk kemudian sejak hari

itu tidak pernah terdengar lagi kabar beritanya.

Banyak orang yang mengatakan bahwa ia mungkin membunuh

diri. Sebagian lagi ada yang mengatakan kalau dia telah dewasa

menjadi makanan binatang buas. Dan banyak lagi cerita-cerita yang

lain yang merupakan desas desus yang tidak jelas asal usulnya.

Apakah mung kin manusia jejak Kim Cit Loo yang ada sekarang ini

adalah Kim Cit Loo yang pernah diceritakan oleb gurunya?

?Oh,iya! Sungguh kau mempunyai ingatan yang baik! Aku

sendiri benar-benar telah melupakannya. Bukankah pada sepuluh

tahun yang lalu, aku telah menjanjikan agar kau mengunjungi

liangku? sungguh aku sudah tua dan jadi pelupa ... Mari, mari sini

minum bersamaku

?Pelupa?? si nenek mengejek."Kukira cuma lupa dibuat-buat!

Aku tidak perlu dengan arak merah harum. Aku kemarin hanyaKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 303

untuk menagih janjimu yang telah dikatakan kepadaku! Lekas

bersiap-siap lah!" bentak si nenek, seraya ia lompat kedepan,

menerkam. "ingin kulihat kepandaian apa yang telah kau peroleh

selama sepuluh tahun ini !"

?Ha ha ha!" Cit Lo tertawa bergelak. Dia tidak membalikan

tangkisan atau perlawanan. Melainkan untuk menghindarkannya

ketika serangan si nenek hampir tiba, ia geser tubuh nya sedikit

kekanan.

?Nenek keparat Tan Gouw Nio apakah tidak dapat kau

bersabar? Bukankah sedikitnya juga kita perriah hidup mencicipi

kesenangan suami isteri sampai dua puluh tahun! Buat apa begini

ter gesa-gesa? Marilah! sambil kita minum arak, kita menceritakan

pengalaman berpisah, sekalian kita melepas rindu, yang telah kita

pendam selama dua puluhan tahun, sesudah sarang kita diobrak
abrik itu dua keparat paman dan keponakan Oei Hong Gait chin

Bian Lip!"

?Hemm, baiklah. Baiklah kuterima tawaranmu. Anggaplah

untuk babak pertama ini nyonya besarmu telah dikalahkan oleh

bujukanmu! Hem, huu hihihi!" Lalu dengan senyum genit dibuat
buat, nenek ini duduk mendekatkan tubuhnya kesisi Kim Cit Loo

yang kemudian menyambutnya pula dengan mesra.

Muak rasanya Siu Limn rnenyaksikan si-kaptentil kedua

manusia yang sudah lanjut umur itu. Lebib-lebih si nenek keriput

yang bernama Tan Gouw Nio. Tidak henti-hentinya ia mem

permainkan matanya, menggoyang-goyangkan kepalanya, berbeda

benar dengan .sikapnya waktu ia baru muncul tadi.

Tiba-tiba, ah! Tetkesiap Siu Lian ketika mendadak ia teringat
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan nama-nama yang baru saja kemarin disebut oleh Hong In. Ya,

tidak salah lagi! Tentu yang dimasudkan oleh Kim Cit Loo ini tentu

adalah ayah dan paman Hong In. Sebab tak mungkin dunia iniKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 304

kejadian hal yang demikian kebetulan! Narna Bian Lip yang

menjadi kakek Hong In tidaklah mungkin terdapat di mana.

Jadi ada hubungan apakah antara kedua manusia buruk. ini

dengan ayah dan parnan Hong In? karena itu, maka Sin.. Lian

bermaksud untuk memasang telinganya, barangkali ke mudian ada

hubungannya dengan kematian ayah dan paman Hong In.

?Perempuan keparat, Melihat wajahrnu yang makin lama makin

cantik. tentu kau selain baik-baik saja bukan? Ha ha ha !" Cit Loo

memaki dan menjadi.

?Hi hi hi! Tepat dugaanmu, Sejak perpisahan kita tempo hari,

aku selatu baik-baik saja, Bahkan untuk bersiap-siap memenuhi

janjimu, aku telah bersusah payah melepaskan urat mengebalkan

daging, belajar membekukan darah dan mengeraskan tulang!! Ehh,

apakah kakek bangsat sudah berhasil membalaskan sakit hati kita?

Dan apakah kitab itu masih tersimpan baik??

Mendengar panggilan bahasa orang yang selalu

mempergunakan makian keparat, tua bangka, dan sebagainya, tanpa

terasa walaupun muak, Siu Lian geli juga dalam hati. Manusia
manusia macam apakah mereka ini? Tampak nya mereka pernah

hidup suarni isteri, tetapi sikapnya mengapa begitu? Dan...kitab

apakah yang mereka maksudkan tadi?

?Sakit hati kita?" Cit Loo mengulangi, menyeringai. ?Mana aku

dapat duduk diam dan tenang pikiran, apabila hal ini belum ku

lakukan?!"

?Jadi kau tua bangka bangsat, kau sudah lakukan hal itu?!"

Kim Cit Loo manggutkan kepalanya dengan senyum puas

kemenangan. ?Perempuan keparat, sakit hati itu telah kubalas

dengan sedikit juga tanganku tidak bernoda darah kedua binatang

she Oei itu. Ya, sedikit juga tidak! Maka ayo, kau harusKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 305

mengucapkan selarnat padaku dengan menciumku sekali saja,

hahaha!"

?Cis ! Tidak tahu malu! Letaki keparat! Aku tidak percaya

ocebanmu! Bagaimana mungkin membunuh tanpa sedikit

kecipratah darah!? Terdengar Cit Loo mengbela napas.

?Memang, hal ini apabila tidak kuceritakan selamanya akan

merupakan kegelapan maka baiklah kau dengarkan sekarang!

Percaya atau tidak, itu urusannau!?

?Sejak hancurnya singasana kita yang disusul dengan pereraian

kita, dua puluh tahun yang lalu, hidupku benar-benar berubah sama

sekali. Sudah terhina dari sana sini. Terlunta-lunta pula! Tetapi

mujur, pada suatu hari aku dapat berkenalan dengan dua orang India

yang kepandaiannya sangat tinggi, terutama ilmu betot Jiwa lima

jarinya sangat dahsyat. Beberapa tahun kemudian, yaitu sepuluh

tahun yang lulu, bertiga kami menyatroni Oei kee cung, di lereng

gunung Thang ala san!"

Berdegupan keras jantung Siu Lian ketika mendengar

pembicaraan orang ini. Kini jelas baginya, macam apakah

sebenarnya orang-orang ke dua nenek dan kakek itu!

?Nah kau sendin ikut bersama kedua India itu. bagaimana bisa

kau bilang kalau kau tak bernoda darah setetes pun?!" si nenek

berseru, suaranya kering dingin suatu tanda dia kurang senang.

?Tunggu dulu, bicaraku belum selesai. Aku tidak membual

tahu! k elihaian kedua India guruku itu, sudah tak ada tandingan.

lihai bukan main. Mereka berdua dengan mudah saja dan dengan

hanya mempergunakan sepulub jeriji jari-jarinya, dalam waktu

hanya beberapa jam saja, seluruh keluarga binatang she Oei itu

dibikin turnpas habis! berani aku sum pah, mati berdiri disini, kalau

aku dusta."Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 306

Meadengar penuturan ini, tidak hanya si nenek saja yang

terkejut, tetapi juga Siu Lian. Hanya perbedaannya kalau si nenek

bekas isteri Cit Loo kaget karena perasaan sedih, dan girang

bercampur jadi satu, sedangkan Siu Lian karena benar-benar tidak

pernah rnenyangka kalau orang yang di bayaggi itu adalah biang

keladi kematian ayah dan paman Hong In. Gusar ia mendengar akan

pengakuan licik kakek buruk itu yaitu bahwa tidak salah lagi pasti

ia ini Cit Loo seperti yang Pernah di ceritakan gurunya. Licik dan

keji!.

?Tua bangka bangsat! Dengan carmu mernbalas begitu rupa,

walaupun ada sisa keluarga si binatang Bian Lip yang hendak

menuntut balas tentunya, tidak ada dia mencari-mu .... ha ha hi hi !?

Sudah sudah kupikirkan! Tetapi walaupun memang ada,

dengan lwekang ku yang sudah tidak dibawah lwekang guruku, apa

yang bisa dilakukan terhadapku? Lhat!" Dan bersamaan dengan itu,

segera ia memperdengarkan bentakan. Cepat bukan main, tanpa

terlihat pula gerakannya, separuh stalagtit rebah yang digunakan

sebagai meja tiba-tiba hancur luluh tanpa kedengaran suaranya

pula! tinggal suara tawa bangga kakek itu, yang rerdengar

menggelegar.

Menyaksikan kedahsyatan tenaga dalam ma nusia licik ini, Siu

Lian tidak jadi kagum karena ia pun tetah dapat mengira
ngirakannya dari latihan kakek buruk itu tadi.

?Sombong! kau kira cuma kau bisa menghancurkan benda itu!"

seru si nenek Tan Gouw Nie. Dan, tiba-tiba stalagtit yang tinggal

separuh itupun hanaur lebur.

Kim Cit Loo yang semula bermaksud pamer kepandaian, jadi

tersiap melihat bekas isterinya juga dapat melakukan hal serupa itu!Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 307

tak pernah diduganya bahwa bekas isterinya inipun memiliki

kepandaian yang tentunya tidak dibawh kepandaiannya.

?Bagus! ada juga sedikit kemajuanmu selama dua puluh tahun

ini. terimalah cawan arakku!? kata Cin Loo seraya mengangsurkan

cawan araknya.

Sebenarnya yang dimaksud cawan arak adalah batok kepala

anak kecil yang telah dikeringkan. Cara memberikan cawan arak

inipun sangat menghormat sekali, yaitu cawan arak itu dikepal

dengan kesepuluh jari.

Namun juga, cara ini bukanlah cara pemberian yang

sewajarnya. Sebab dibalik penghormatannya itu, melalui kesepuluh

jerijinya, dia kerahkan tenaga dalamnya. Dalam hal ini ia telah

memperaktekkan ilmunya yang dahsyat itu.

?Terimg kasih, terima kasih.? sahut Tan Gouw Nio seraya ia

mengulurkan kedua tangannya menerima pemberian itu. agaknya

nenek inipun telah bersiap-siap, tampak pada urat-urat lengan yang

mebiru karena mengerahkan tenaga.

Demikianlah bekas sepasang suami isteri ini, dengan yang satu

memberi dan yang lain menerima, dengan cara langsung mereka

telah menggunakan ?cawan? itu sebagai alat untuk mengadu tenaga

Iwekang. Hebat sekali akibat adu tenaga ini.

Arak yang berada dalam cawan tulang tengkorak itu tiba-tiba

saja mendidih dan membuih-buih, seperti telah dipanasi api dengan

sekian derajat panasnya, sehingga ada yang sebagian tertumpah

ketika Gouw Nio menyambutinya. Bahkan karena panasnya arak itu

sampai meluber keluar sedangkan cawan itu sendiri juga melumer.

Terkejut kedua suami isteri ini, hingga mereka mengeluarkan

suara jeritan. Sedang dilaih pihak, Siu Lian yang sedang

bersembunyi tidak kurang pula kagetnya. Iwekang kedua orang ituKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 308

apabila dihitung-hitung dan digabung menjadi satu tak kan berada

dibawah Iwekang Siu Lian sendiri yang didapat dari gurunya. Oleh

karena itu, ia berharap supaya kedua bekas suami isteri itu

bertarung, sehingga salah seorang diantaranya ada yang cidera.

Hanya yang menjadi keheranan Siu Lian kedua nenek dan kakek itu

adalah bekas suami isteri dan dalam kata-kata mereka terkandung

juga sikap mesra sisa-sisa kenangan masa lampau. Akan tetapi

dibalik itu, tampaknya mereka' masing-masing mempunyai dendam

sakit hati dan saling membenci, serta kelihatannya benar-benar

hendak mengadu jiwa.

?Nenek keparat! Ternyata kau sudah berubah benar! Siapa yang

mengajarimu?!?

?Huh, aku memperoleh dari orang yang menciptakan kitab

yang sekarang berada ditanganmu!? si nenek mengejek. ?Dan

kedatanganku sekarang ini untuk memenuhi permintaan beliau,

mengambil pulang kitab itu!?

?Ha ha ha!? Cit Loo tertawa memotong. ?Tidak masuk diakal.

Omong besar! Apa mungkin tua bangka renta itu masih hidup? Lagi

pula kalau aku tidak mau memberikan kitab itu, kau atau barangkali

gurumu yang barangkali sudah menjadi gendakmu itu mau berbuat

apa??

?Tutup mulutmu! Atau kuhancur leburkan isi perutmu!

Keluarkan kitab!? bentak Gouw Nio. Bukan main gusarnya

mendengar orang telah menghina nama gurunya.

?Ha-ha ha! Sudah kukatakan, aku tidak akan memberikan!

Tetap tidak! Aku kembalikan nanti setelah aku rampung

mempelajarinya! Itupun setelah kurubah jadi abu. Ha ha ha!!?

Semakin memuncak kegusaran Gouw Nio, hingga ila lupa

barusaja mereka bermesraan. Dilolosnya dari pergelangan tangan

empat buah benda yang bentuknya mirip gelang, hitam llegam.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 309

Bulatannya tidak reta, terbuat dari sejenios akar yang disebut akar

bahar. Dan inilah kiranya yang dinanti-nantikan oleh Siu Lian.

Apakah yang dapat dilakukan oleh si nenek dengan gelang akar

bahar seperti itu? dasar namanya juga masih muda, masih sedikit

pengalaman dalam kalangan dunia kangouw hingga ia tidak tahu

bahwa banyak para tokoh sakti yang menggunakan senjata yang

aneh-aneh yang justeru sangat berbahaya.

Si nenek segera melontarkan salah satu gelangnya. Cepat dan

disertai dorongan tenaga Iwekang yang dahsyat. Gelang itu melesat,

disusul dengan gelang kedua, ketiga. Rupanya dia kuatir gelangnya

yang pertama dapat dikelit oleh lawan.

HALAMAN 59 ? 60 HILANG

Dengan memperdengarkan suara tawa yang lebar dan nyaring,

dengan mengerahkan tenaganya, Cit Loo menyambutkan pecutnya

ke depan dengan maksud melibat dua kapak bekas isterinya.

Namun dari gerakan pertama tadi, Tan Gouw Nio sangat gesit

seperti bajing. Demi melihat setiap serangan gelang-gelangnya

mengalami kegagalan, bahkan kini ia terancam bahaya, maka segera

ia lambungkan tubuhnya seperti setinggi beberapa tombak, hingga

dengan demikian ia dapat meloloskan diri.

Akan tetapi ketika ia sedang bergembira karena pada pikirnya
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berada di atas, dengan kedudukan demikian ia dapat mengerahkan

tenaganya, tiba-tiba senjata tulang-tulang yang dipergunakan oleh

Cit Loo tahu-tahu telah terbang pula ke udara dengan tetap

mengarah pada dua kapak itu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 310

Seperti hidup dan bermata, senjata pecut ruas-ruas tulang itu

meluncur. Hebatnya, senjata yang aslinya tidak sampai dua tombak,

ketika ternyata dia tidak dapat mencapai lompatan Gouw Nio,

dengan memperdengarkan suara mengkretek-kretek, bertambah

panjang hingga belasan kaki. Lalu dengan sifatnya yang seperti ular

hidup menyambar-nyambar. Dan kini ?ular hidup? itu tidak hanya

hendak menangkap kedua senjata Gouw Nio saja, melainkan

mengarah ke seluruh bagian tubuh si nenek, malahan bagian jalan
jalan darah yang terpenting yang diarahnya.

Bukan alang kepalang terkejutnya si nenek Gouw Nio. Sat ini

tubuhnya sedang melambung di udara, mujurnya ia dalak

kedudukan biasa, kepala di atas dan kaki di bawah, hingga dengan

demikian ia dapat memusatkan seluruh perhatiannya. Demikianlah

ketika pecut sambungan tulang sedang menyambar kakinya, segera

dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kaki bangau, diputarnya

kakinya sedemikian rupa, sehingga ketika sambaran senjata lawan

datang, ia telah menghindarinya.

Lalu dengan cepat mendahului serangan Cit Loo. Selanjutnya

bekas isteri ini menggerakkan tulang-tulang baharya dan kini

dengan tenaga diceurahkan seluruhnya ia menyerang. Dalam

keadaan Cit Loo kerepotan menghindari serangan, maka Gouw Nio

melayang turun.

Demikianlah kedua bekas suami isteri itu tanpa mereka sadari

telah bertarung dengan mati-matian, dimana di sudut lain seseorang

telah mengintai.

Keduanya sama-sama memiliki gerakan simpaman yang aneh
aneh dan ganas, membuat Siu Lian yang walaupun telah memiliki

kepandaian yang cukup tinggi, diam-diam merasa kagum juga.

Berkat kecerdasan otaknya, dapat juga gadis ini menangkap

beberapa gerakan kedua orang itu dan mencatatnya dalam hati.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 311

Tanpa mereka rasakan, dua ratus jurusan sudah mereka

lewatkan. Salas seorang belum menunjukkan tanda-tanda akan

mengalah. Mereka sama-sama tangguh karena agaknya mereka

memiliki kepandaian yang seimbang. Ketika itu, hari telah berganti

malam, rembulan telah muncul di langit, menggantikan kekuasaan

matahari menyinari bumi dengan cahaya yang gemilang.

Suatu saat, tiba-tiba berkelebat suatu siasat di kepala Cit Loo.

Ia ingat akan sifat-sifat isterinya ini, selama mereka bergaul sebagai

suami-isteri. Bahwa Gouw Nio paling takut apabila beertemu

dengan anjing, walaupun anjing itu masih kecil sekalipun. Gouw

Nio akan lari-lari terbirit-birit sambil ketakutan. Minta perlindungan

kepada Cin Loo. Kelemahan seperti ini akan dipeergunakan oleh

Cin Loo untuk menaklukkan bekas isterinya yang sekarang ternyata

sangat lihai.

Maka dengan gerakan-gerakan orang seperti memanggil anjing,

Cin Loo berseru-seru.

?Belang! Hitam! Putih! Hayo kalian sergap kedua kakinya!

Putih, terkam punggungnya! Cepat! Gigit!! Hayo!?

Tentang nama-nama si Putih, si Hitam dan si Belang, saat ini

adalah nama-nama yang biasa dipergunakan oleh orang untuk

memberii naka pada anjing. Hasilnya ternyata betul-betul tak

terduga.

****Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 312

JILID 9

SAAT ITU, kedua-duanya telah bergebrak hampir pada jurus

ketiga ratus. Mereka belum ada yang mau menyerah, akan tetapi

senjata masing-masing telah banyak mengalami kerusakan. Gouw

Nio telah kelihangan tiga buah gelang baharnya. Sedangkan senjata

batok kepala manusia Cit Loo hampir seluruhnya hancur. Ruas-ruas

senjata pecutnya ada lima buah pula yang pecah hancur.

Sebenarnya melihat kerusakan senjata saja Gouw Nio telah

kebingungan. Semula ia mengira dengan kepandaiannya yang

sekarang, paling lama Cit Loo akan dapat bertahan hingga jurus

yang keseratus. Siapa duga hingga kini pada jurus yang ketiga ratus,

sama sekali ia belum merasa berada di atas angin. Bahkan kalau

dihitung-hitung ia lebih banyak mengalami kerusakan senjata.

Sungguh saat ini si nenek merasa sedikit cemas. Dan kecemasannya

ini kian berlipat ganda ketika mendengar Cit Loo memanggil
manggil nama-nama anjing!

Disaat ini pula, pemusatan perhatiannya terpecah. Pembawaan

sifatnya yang dulu, belum juga hilang. Dengan demikian, maka

segera keadaan pertandingan berobah. Walaupun senjata Cit LooKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 313

telah mengalami kerusakan pula beberapa bagian, akan tetapi masih

merupakan ancaman bahaya yang tidak kecil. Senjata si nenek

sendiri tinggal sebuah, sedangkan perhatiannya telah pecah oleh

rasa takntnya pada anjing. Dengan demikian tentu saja sinenek jadi

kalut dan kacau garakannya.

Ketika Gouw Nio sedang menarik kembali gelang baharnya

yang tinggal semata wayang, dan justru saat itu ia menyabatkan

kapaknya ke belakang punggungnya untuk membelah-belah Si

putih yang dikiranya benar-benar menerkam. Sungguh kasihan, dia

kena tipu mentah-mentah, pada detik itu pulalah ia bukannya dapat

mernbunuh anjing, melainkan dirasakannya pundak sebelah kanan

tiba-tiba saja sakit. Sebuah pukulan lawan telah mengenainya

dengan telak, sehingga si nenek merasa seakan otaknya ikut

tergetar. Barulah is sadar bahwa ia telah kena dikibuli.

Bukan kepalang gusarnya perempuan tua ini. Ia jadi nekad.

Sedang bagi Siu Lian yang sejak semula mengharap kebinasaan

salah seorang dari orang-orang tua itu, kini melihat cara bertarung si

kakek yang licik itu, ikut juga merasa penasaran dan gusar. Pada

saat ini andaikata si gadis tidak teringat bahwa si kakek dan si

nenek adalah orang-orang dari jalan sesat, tentulah dia sudah turun

tangan untuk membantui si nenek. Dengan mengeluarkan suara

gerengan keras seperti macan tutul, nenek keriput Tan Gouw Nio

melancarkan serangan nekad, dengan maksud mengajak mati

bersarna lawan. Ia rnaju tiga tindak, kemudian secepat kilat di

luncurkannya lengan kirinya maju, maka menyambarlah kedepan

gelang baharnya. Serta membarengi dengan itu, kapaknya disambit
kan.

Gouw Nio tidak taHu, kearah bagian tubuh lawan yang mana,

senjatanya diarahkan. Karena saat itu, dirasakan pandangan jadi

gelap, langit pecah, bumi runtuh, dan tubuh nenek itu ambruk

ketanah dengan jantung yang surdah berhenti berdetak......Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 314

Sementara itu, melihat siasat berhasil dan kemudian

serangannya juga berhasil mengenai sasaran, maka bukan main

kiranya gembira hati Cit Loo. Diluar sadarnya karena kegembiraan

itulah ia jadi lengah. Ia lengah karena merasa pasti bahwa

gempurannya yang terakhir tadi, yang berkekuatan tidak kurang dari

lima ratus kati, tentulah bekas isterinya akan tewas seketika. Siapa

duga, tengah ia bergembira tiba-tiba gelang si nenek Gouw Nio

datang menyerang. Oleb karena jarak antara dia dengan si nenek

dekat sekali, maka sulitlah bagi Cit Loo untuk menghindarkan

sebagian serangan gelang bahar itu. Masih beruntung, gelang bahar

itu dilemparkan oleh tuannya seeara sekenanya saja, hingga

berakibat menyerempet bagian kulit lengan belaka. Akibat sentuhan

kulit manusia dengan akar tumbuh-tumbuhan itu, tidak

membekaskan luka apa-apa, apa lagi berdarah. Naraun suagguh

diluar dugaan, sedikit saja gelang bahar itu menyentuh kulit nya,

maka Cit Loo merasakan kesakitan dan kepanasan yang amat

sangat, hingga si kakek yang memiliki Iwekang sangat tinggi ini

jadi terkejut bukan alang kepalang.

Dapatlah dibayangkan, betapa andaikata gelang bahar itu tepat

mengenai sasaran. Justeru saat itu, sebelum sernpat ia memikirkan

sesuatu maka berkelebat datang bayangan yang berkerelip putih

menyilaukan. Itulah senjata kapak Tan Gouw Nio.

Benar-benar hebat. Nenek yang sudah tidak berdaya dan

harnpir maut itu. ternyata masih sempat melancarkan serangan yang

mematikan! Tapi mujur jugalah Cit Loo. Ketika kapak hampir

menancap tepat dipundak kirinya , tepat pada saat itu pula si nenek

rubuh binasa, sehingga tenaga bacokan kapak itu. tidak lagi sekuat

tenaga yang melontarkan akar bahar. Demikianiah, walaupun

pundaknya terluka berdarah, akan tetapi tidak membuat Si kakek

roboh.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 315

Namun demikian disebabkan kejadian itu, rasa kagetnya makin

bertambah-tambah. Dilain saat rasa kaget itu berubah jadi

kegusaran. Tidak perduli apakah bekas isterinya itu telah mati atau

belum, segera diulurkannya tangannya lalu dengan kesepuluh

jarinya, ia meraup kepalanya Gouw Nio, untuk kemudian

diangkatnya tubuh nenek itu tinggi melampaut kepala. Caranya ini

sama seperti yang dilakukannya terhadap bayi korbannya beberapa

jam yang lalu.

Kembali dengan perbuataanya ini ia telah membuat Siu Lian

gusar bukan buatan. Bebe rapa saat kemudian, terdengar pekik puas

Cit Loo yang melengking rnenyeramkan.

?Ha ha ha! Perempuan keparat.", teriaknya. Dihempaskannya

tubuh Gouw Nio yang ting gal kulit belaka itu keatas tanah. Sedang

selu ruh tubuh kakek buas itu semakin merah, karena tidak sedikit

darah yang telah dihisapnya hingga wajah yang buruk itu tampak

menakut merab membara berkobar-kobar.

?Ya, aku harus berbuat demikian. Kalau tidak toh aku akan kau

jadikan bulan-bulanan percobaanmu! Hehehe ...!?

Ak

an tetapi, terasa bekas luka bocokan kampak dipundaknya

ini panas dan perih sekali. Dirabanya luka itu, Dan Cit Loo terkejut.

Kiranya luka ini telah membendul besar dan bal!!

?Beracun? Bangsat kurang ajar! Beracun?!? Cit Loo memkik
mekik berjingkrakan. Adapun racun ini bekerja sangat cepat.

Beberapa saat kemudian sudah jadi makin membesar. Masih

beruntunglah kakek ini. Agaknya Giam-loo-ong belum berniat

mencabut nyawanya saat ini. cit Loo teringat akan pelajaran

gurunya, bagaimana mengeluarkan racun dari badan.

Lekas-lekas diletakannya kedua telapak tangannya keatas

tanah. Kernudian dengan sebuah gerakan meletik, ia telahKolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 316
Ilmu Angin Sakti Sin Hong Hoat Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan cara berdiri dengan berjungkir balik, kedua tangannya

dijadikan sebagai kaki.

Sebentar-sebentar Cit Loo berpindah tempat. Itulah yang

disebut ?Hawa Kodok Iblis?, sejenis ilmu pelajaran mengembalikan

aliran tenaga dalam. Orang yang menjalankan ilmu ini, pada saat itu

seluruh peredaran darahnya tidak berjalan normal sebagaimana

biasa melainkan seluruhnya memberikan tekanan kekanan dan

kekiri. Dalam hal ini, main besar tenaga Iwekang seseorang, maka

akan semakin kuatlah tekanan nafasnya, semakin besar dorongan

aliran darahnya, hingga jangankan baru kulit manusia, pembuluh

darah ataupun daging biasa, meskipun sepuluh lapis kulit sapi

takkan sulit untuk dapat ditembua.

Pada saat yang demikian apabila orang tersebut tidak segera

menjalankan ilmu penahanannya, maka dari seluruh lubang kulit

tubuhnya akan memancur keluar darah orang tersebut. Dan

pancuran darah itu akan berhenti apabila darah dalam orang tersebut

telah habis.

Percumalah Hek Ma-hie pencipta ilmu ini apabila ia dapat

membut ilmu yang dapat membahayakan diri itu, tidak lantas dapat

membuat penangkalnya. Tentu saja tak mungkin. Ia menciptakan

ilmu ini untuk kebaikan dirinya, bukan untuk membunuh diri.

Demikianlah, Kin Cit Loo dengan menghembuskan nafasnya,

segera beraturan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diajarkan

oleh Hek Mahie kepadanya, maka ia tahan memancurnya darah dari

seluruh pori-pori kulitnya sedemikian rupa sehingga hanya darah

yang mengandung racun saja yang membalik deras menuju ke

telapak tangannya. Kemudian ketika Cit Loo mengemposkan sedikit

tenaganya maka sedikit-demi sedikit melalui telapak tangannya

menetes-netes darah kental berwarna hitam.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 317

Ketika menggeserkan diri, maka pada tempatnya tadi, tampak

berceceran darah berwarna hitam yang menebarkan bau busuk.

Dengan cara demikian, setelah beberapa kali ia berpindah maka

dapatlah diharapkan usahanya akan berhasil.

Pada kepindahan tempat yang kelima, maka Cin Loo merasa

kebeningan pikirannya pulih kembali, dan gatal-gatalpun terasa

berkurang, badannya kembali segar.

Akan tetapi teringat kalau didalam tubuhnya terdapat dua

benda, sedangkan orang yang akan menjalankan ilmu itu, didalam

tubuhnya tidak boleh kedapatan suatu benda apapun.

Karena kuatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,

dilambungkannya tubuhnya tinggi-tinggi, kira-kira tiga tombak,

dengan tubuh tetap dengan kedudukan seperti tadi. Tidak

bergoyang. Pada detik selanjutnya, ia telah menurunkan kembali

tubuhnya ke tempat asal. Hanya pada saat tubuhnya masih

mengapung, ia kempiskan dadanya, hingga dengan demikian dari

dalam bajunya yang gedonbrongan, tampak terjatuh keluar dua

macam benda, yaitu sebuah peti putih dan sejilid kitab berwarna

merah.

Akan tetapi baru saja ia bermaksud untuk melanjutkan ilmunya,

tiba-tiba dihadapannya, berkelebat sebuah bayangan yang tidak

ketahuan lagi darimana arah datangnya.

Bukan main cepatnya gerakan bayangan itu, hingga ketika Cin

Loo baru hendak membalikkan peredaran darahnya dan bayangan

tadi telah menjemput peti putih itu.

Tak terlukiskan kagetnya Cin Loo akankegesitan orang yang

menurut dugaannya berada diatas kepandaiannya sendiri. Tetapi

dengan kejadian yang mengejutkan ini. Cin Loo menjadi sangat

gusar, merasa terhina sekali. Lebih-lebih lagi, ada orang yang

lancang memasuki guhanya, tanpa ia ketahui terlebih dahulu.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 318

Tamnpa memperhitungkan akibatnya, Cit Loo cepat-cepat

mengembalikan peredaran darahnya. Peredaran itu cepat sekali.

Namun walaupun dia agak lebih cepat sedikit dapat merampas

kembali peti itu, karena tadi dia melakukan gerakan perubahan di

dalam tubuhnya secara tiba-tiba, maka ketika ia melancarkan

serangan dengan kedua tangan diluruskan kedepan hendak

menghajar kepala bayangan yang baru muncul tadi, dari kedua

telapak tangannya menyembur keluar darahnya deras sekali.

Hebatnya, darah yang keluar bukanlah darah yang beracun belaka,

tetapi berikut darah bersihnya, menyembur keluar seperti pancuran.

Terkejut tak terkatakan si kakek buas ini. sesaat dirasakannya

isi tubuhnya ikut tersedot keluar. disaat itu juga barulah ia

menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar.

Bayangan yang baru muncul ini tidak lain adalah Siu Lian.

Kecuali Cit Loo yang terkejut karena bahaya yang mengancam diri

sendiri, agaknya Siu Lian pun terkejut bukan buatan. Ia berhasil

dapat merampas peti putih itu dan maksudnya hendak

menyingkirkan benda itu, untuk kemudian kembali lagi

memberikan hajaran kepada kakek buas dan kejam itu. akan tetapi

diluar dugaannya, tampak melesat dua gumpalan warna merah

hitam.

Gumpalan pertama dapat dihindarinya, akan tetapi gumpalan

kedua yang datangnya beberapa derik kemudian, Siu Lian tak dapat

mengelakkannya.

Tidak ampun lagi gumpalan merah menggulaung mukanya.

Dasar lagur, ketika gumpalan datang, karena terkejut, mulutnya

sedang terbuka lebar, hingga dikutkan baginya untuk menahan bau

amis busuk yang memasuki mulutnya. Sekejap saja dirasakan

tubuhnya menjadi berat sekali. Tenaga pada kedua belah tangannya

berlipat ganda, hanya pada saat itu dirasakan otaknya mejadi gelap.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 319

Justeru pada saat pandangan menjadi samar ini, antara kelihatan

dan tidak. muncullah bayangan pecut berwarna putih yang beruas
ruas meluncur kepadanya. Walaupun dalam keadaan sadar dan

tidak, akan tetapi Siu Lian masih dapat menduga bahwa benda itu

tentulah senjata Cit Loo.

Tidak ada jalan mengelak baginya, karena tubuhnya yang

dirasakan sangat berat, bahkan kesempatan untuk mencabut senjata

yang berada dipunggungnya saja sudah tidak ada lagi, sebab

bayangan putih pecut itu mungkin datang lebih dahulu menghajar,

maka jalan satu-satunya iapun nekat. Diangkatnya kedua tangannya

untuk menyambuti serangan senjata pecut ruas-ruas tulang itu, yang

ia tahu sangat lihai bukan main.

Akibatnya sungguh diluar dugaan keduanya. Pada saat itu,

sebenarnya Siau Lian telah memejamkan matanya, pasrah pada

nasib. Menyesal sekali ia karena akan menemui ajal dalam keadaan

seperti itu. dendam sakit hati orang tuanya belum terbalas, tetapi

apa daya. Rasanya percuma saja ia telah membuang waktu.

Bersusah payah selama sepuluh tahun memperdalam ilmu.

Akan tetapi seperti tidak masuk akal. Termasuk juga Cit Loo

yang mempergunalan senjata itu. senjata sambungan ruas-ruas

tulang itu hancur lebur ketika membentur tangan kanan Siu Lian,

sedangkan Cit Loo merasakan tangannya bergetar sepeerti

menusuk-nusuk sumsum.

?Celaka!? Cit Loo menjerit kaget. Kalau tadi ia dibikin kaget

oleh tenaga Iwekang si nenek Gouw Nio yang dapat

menghancurkan setengah dari batang stalagtit, maka sekarang

berlipat-lipat kagetnya malihat kemampuan dara yang baru muncul

ini, yang ternyata bisa merusakkan senjatanya denganmudah.

Akibatnya dari kaget,maka Cit Loo jadi ketakutan.Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/

Sumber Pustaka & foto image : Awie Dermawan

Distribusi & pengarsipan : Yon Setiyono 320

Bagaimana tidak? senjata pecut ruas-ruas tulang itu, cara

pembuatannya luar biasa. Senjata itu mula-mula dimandikan

dibawah sinar matahari selama setahun lebih. Setelah itu direndam

sibawah tumpukan salju untuk jangka waktu paling tidak selama

tiga bulan. Dan selanjutnya setelah disimpan beberapa lama untuk

melihat ketangguhannya, barulah kemudian bisa digunakan.

Selama lima tahun malang melintang dikalangan Kangouw,

Kim Cit Loo denganmempergunakan senjata tulang ini, belum

pernah menemukan tandingan. Selama itu, senjata musuh yang

bagaimanapun akan hancur, baik logam biada maupun logam

simpanan tak pernah sanggup menghadapi pecut itu.

Siapa duga, hari ini senjata yang sangat ampuh dan diandalkan


Raja Naga 10 Misteri Labah Labah Perak Wiro Sableng 134 Nyawa Kedua Pengemis Binal 26 Sepasang Racun Api

Cari Blog Ini