Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 2
Pedang Bunga itu.
Tetapi, suatu hari, Siu Sang Thay telah diketemukan orang dalam keadaan mati dengan
tubuh yang harcur akibat tusukan dan bacokan senjata tajam.
Juga yang mengejutkan sekali, Pedang Bunga itu telah lenyap dari tangannya.
Maka didunia rimba persilatan, kembali bergolak hebat pula.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
37
Kolektor E-Book
Dengan cepat berita Pedang Bunga itu telah tersebar luas bukan main.
Dan jago-jago rimba persilatan, dari yang muda sampai yang tua dan juga dari yang
pendeta sampai yang telah mengasingkan diri, semuanya berlomba untuk dapat merebut dan
memiliki Pedang Bunga itu.
Kenyataan seperti ini telah menimbulkan pergolakan berdarah didalam rimba persilatan.
Dan akhirnya, pedang itu lenyap tidak ada kabar beritanya lagi.
Dengan sendirinya pergolakan yang terjadi didalam rimba persilatan jadi merendah.
Dan orang mulai melupakan perlahan-lahan perihal Pedang Bunga itu.
Sampai saat ini, entah mengapa, mendadak Ong Peng Hin telah menimbulkan persoalan
Pedang Bunga itu lagi.
Thio Sun Kie sendiri percaya setengah tidak karena dia mau menduga apakah Ong Peng
Hin menyebut-nyebut pedang itu hanyalah untuk daya tarik dan perangsang buat jago-jago yang
masing-masing memiliki kepandaian tinggi itu untuk menyerbu Gobie Pay.
Cuma saja, setidak-tidaknya Thio Sun Kie jadi terkejut dan berkuatir sekali.
Untung saja dia mendengar pembicaraan diantara orang-orang itu.
Dengan sendirinya, nanti dia bisa memberitahukan kepada Bin An Sienie, agar niekouw itu
nanti bersiap-siap untuk mengadakan perlawanan atas penyerbuan dari orang-orang pandai yang
sedang berkumpul itu.
Sedangkan Eng Song sendiri tidak mengetahui apa kegunaan dari Pedang Bunga itu,
sehingga membuat orang yang berkumpul ditanah lapangan rumput itu jadi terkejut semuanya,
seperti mendengar suatu berita yang sangat hebat sekali.
Tetapi biarpun hatinya sangat heran, Eng Song tidak berani bertanya dulu pada paman
Thionya itu.
Karena diapun melihat betapa muka Thio Sun Kie memperlihatkan ketegangan yang
sangat.
Dan juga Eng Song memang teringat pada pesan dari paman Thionya itu, agar dia tidak
bersuara dulu.
Maka dari itu, biarpun dia merasa sangat heran sekali, dia berdiam diri saja.
Dan hanya mengawasi kearah orang-orang yang tengah berkumpul dilapangan rumput itu
dengan hati yang bertanya-tanya.
*
* *
THIO SUN KIE dengan cepat mengambil keputusan untuk memberitahukan kepada Bin
An Sienie agar bersiap-siap. Karena orang-orang yang masing-masing memiliki kepandaian
tinggi dan tidak lemah itu, telah berkumpul untuk melakukan penyerbuan.
Bin An Sienie bisa mengetahui bahwa bencana yang akan menimpah Gobie-pay itu
rupanya memang disebabkan Ong Peng Hin telah mengirimkan surat ancaman buatnya.
Kalau Thio Sun Kie melihat persoalan ini, segera dia mengerti.
Persoalan yang akan muncul bukanlah suatu persoalan yang enteng buat Gobie Pay.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
38
Kolektor E-Book
Karena persoalan ini akan berbuntut panjang, apa lagi memang Ong Peng Hin telah
sengaja menyebar racun dengan mengatakan Pedang Bunga berada ditangan dari Ciangbunjin
Gobie Pay itu.
Dengan sendirinya, tanpa Ong Peng Hin juga memang banyak sekali jago-jago yang akan
meluruk ke Gobie-pay untuk berusaha merebut dan memiliki Pedang Bunga itu.
Inilah yang sangat berbahaya sekali, sebab daya tarik buat orang-orang rimba persilatan,
maka Hoa-kiam (Pedang Bunga) itu mempunyai rangsangan yang bukan main hebatnya.
Mau tidak mau memang Thio Sun Kie harus juga dapat bertindak cepat.
Apa lagi memang Thio Sun Kie juga telah mengetahuinya, bahwa urusan selanjutnya
hanyalah merupakan basa-basi dari orang-orang itu bersama Ong Peng Hin.
Dia telah memberi isyarat kepada Eng Song. Kemudian dengan cepat dia telah mengempit
pinggang si bocah.
Eng Song mengerti maksud dari paman Thionya itu, maka dia meringankan tubuhnya, agar
paman Thionya itu tidak ada kesulitan mengempitnya.
Dengan ringan, tanpa bersuara sedikitpun juga, Thio Sun Kie telah menjejakan kakinya.
Tubuhnya telah berkelebat dengan gerakan yang sangat cepat sekali.
Lalu dia berlari-lari untuk mendaki kepuncak Gobie San, guna mendatangi kuil Gobie Pay.
Letak kuil itu sebelah barat dari pegunungan itu, dan didalam waktu yang sangat singkat
sekali dia telah melihat kuil tersebut.
Maka Thio Sun Kie telah mempercepat larinya.
Dia telah menghampiri pintu kuil yang tertutup.
Tetapi baru saja dia mau mengetuk pintu kuil itu, tiba-tiba dari tempat gelap telah melesat
keluar sesosok bayangan disusul oleh berkelebatnya secercah sinar yang sangat terang
menyilaukan mata.
Terlebih lagi di malam gelap seperti itu sinar tersebut memantulkan cahayanya yang
kemilau.
Thio Sun Kie jadi terkejut.
Dia tengah mengempit Eng Song, sehingga tidak mudah baginya untuk bergerak
sekehendak hatinya.
Bisa-bisa Eng Song yang kena dicelakai oleh sosok tubuh yang telah melancarkan
serangan dengan tikaman sebatang pedang yang berkilauan itu.
Cepat-cepat Thio Sun Kie melompat kesamping kirinya.
Dan kemudian dengan cepat dia juga telah menyentil pedang yang tetap menyambar
datang padanya itu.
"Tringgggggg......!" pedang itu mencong kearah lain.
Terdengar suara jeritan kaget dari pemilik pedang itu, kemudian dia berhenti menyerang.
Thio Sun Kie juga dapat melihatnya bahwa yang telah menyerang dirinya adalah seorang
niekouw yang berusia diantara tiga puluh tahun.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
39
Kolektor E-Book
Wajah niekouw itu tampak pucat sekali, karena dia merasakan betapa ketika pedangnya
disentil, serangkum tenaga yang kuat telah menerobos kepedangnya, menggetarkan telapak
tangannya.
Hampir saja pedangnya itu terlepas dari cekalannya, untung dia masih bisa mencekalnya
dengan keras.
Dengan muka yang sabar, Thio Sua Kie telah tersenyum, katanya : "Apakah Bin An Sienie
berada ditempat?"
Mendengar ditanya perihal Bin An Sienie, gurunya, tentu saja niekouw itu tampaknya
tambah terkejut.
Dengan mengeluarkan suara yang menggandung kegeraman, dia tahu-tahu telah menubruk
lagi.
Pedangnya telah ditikamkan untuk melancarkan serangan kepada Thio Sun Kie.
Tentu saja Thio Sun Kie menyadarinya bahwa si niekouw ini telah salah paham.
Dia telah mengelakkannya.
Sedikitpun juga Thio Sun Kie tidak menangkis.
"Siannie... kau telah salah paham! Dengar dulu keterangan Lohu!!" kata Thio Sun Kie
dengan suara yang nyaring sekali.
Tetapi niekouw itu seperti kalap.
Dia telah melancarkan serangan dengan tusukan yang bertubi-tubi.
Dengan sendirinya pedangnya itu telah berkelebat-kelebat cepat sekali.
Mau tak mau Thio Sun Kie harus mengelakkannya berulang kali.
Sebab serangan niekouw itu bukanlah serangan yang sembarangan.
"Biarpun kau mengeluarkan alasan apapun juga, jangan harap kau bisa menginjakkan
kakimu di kuil Gobie Pay sebelum seluruh penghuninya mati!" teriak si niekouw dengan suara
mengandung kekalapan.
Thio Sun Kie jadi yakin, bahwa niekouw ini telah salah mata dan menduga Thio Sun Kie
adalah musuh Gobie Pay atau tegasnya orang-orangnya Ong Peng Hin.
Jago tua ini jadi mendongkol bercampur geli dihatinya, dia telah berkata : "Sienie... coba
kau lihat dulu! Apakah kau tidak mengenali aku lagi? Akulah Thio Sun Kie, sahabat Bin An
Lonie...!"
Mendengar disebutnya nama Thio Sun Kie, mendadak sekali pedang si niekouw jadi
berhenti.
"Kau... kau..." suaranya tidak lampias, dia juga telah mengawasi Thio Sun Kie tegas.
Tiba-tiba sekali, pedang ditangannya itu telah dilepaskan jatuh ditanah dan niekouw itu
telah menjatuhkan diri berlutut dihadapan Thio Sun Kie.
"Maafkan.... Siauwnie sungguh tidak tahu mati, telah berani kurang ajar pada Thio
Locianpwe! Suhu memang tengah menanti-nantikan dengan sangat kedetangan Thio
Locianpwe!"
Dan setelah memberi hormat begitu, dia bangkit dan mempersilahkan Thio Sun Kie dan
Eng Song, yang saat itu telah di turunkan oleh Thio Sun Kie dari kempitannya, untuk memasuki
kuil.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
40
Kolektor E-Book
Dulu, belasan tahun yang lalu, memang Thio Sun Kie sering kali datang di kuil Gobie Pay.
Dengan sendirinya niekouw ini masih mengenalinya.
Tadi disebabkan keadaan cukup gelap dan juga memang selalu telah diliputi oleh perasaan
tegang menantikan serangan lawan, dengan sendirinya dia main serang saja, sebab menduga
bahwa Thio Sun Kie adalah kawannya Ong Peng Hin.
Thio Sun Kie dan Eng Song telah di ajak kesebuah ruangan.
Setelah melewati tiga pintu dan sebuah taman, akhirnya mereka telah sampai diruangan
perpustakaan.
Si niekouw telah meminta agar Thio Sun Kie dan Eng Song menanti sebentar.
Dia sendiri telah cepat-cepat memberikan kabar kepada gurunya.
Dan tidak menanti lama, tampak mendatangi seorang niekouw yang sudah lanjut usianya.
Dibelakangnya berjalan beberapa orang niekouw yang berusia masih muda.
Salah seorang diantaranya yang tadi telah melancarkan serangan pada Thio Sun Kie di
pintu kuil itu.
Bin An Sienie segera dapat mengenali tamunya itu.
"Hai! Hai! Selamat bertemu, Thio Kiehiap!" katanya sambil merangkapkan sepasang
tangannya memberi hormat kepada Thio Sun Kie.
Tentu saja Thio Sun Kie jadi sibuk untuk membalas pemberian hormat dari si niekouw tua
itu.
Setelah itu, Thio Sun Kie juga memerintahkan kepada Eng Song untuk memberi hormat
kepada niekouw tua itu dan murid-murid si niekouw.
Bin Ang Lonie telah mengawasi Eng Song sambil tersenyum.
Dia menyukai bocah ini.
"Siapa engko kecil ini, Thio Kiehiap!" tanya si niekouw tua dengan suara yang ramah.
"Dia adalah sahabat cilikku!" menyahuti Thio Sun Kie sambil senyum.
Tentu saja jawaban Thio Sun Kie mengejutkan Bin An Sienie.
"Sahabat? Kalian bersahabat?" tanyanya dengan suara mengandung keheranan yang
sangat.
Thio Sun Kie telah mengangguk dengan tegas.
"Ya!" sahutnya.
"Akhhh, tadinya Pienie kira dia adalah muridmu, Thio Kiehiap!" kata si niekouw.
Thio Sun Kie tersenyum.
"Apakah Lonie tidak ingat akan sumpahku yang tidak akan menerima murid?" tanya jago
tua she Thio itu.
Si niekouw seperti baru tersadar.
"Akhh, benar juga! Inilah suatu peristiwa yang sangat langka sekali! Yang seorang adalah
seorang tua bangka yang hampir masuk kubur, sedangkan yang seorang lagi adalah bocah
cilik...! Benar-benar sangat menakjubkan!! Sangat menakjubkan sekali!!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
41
Kolektor E-Book
Setelah itu, setelah basa-basi sesaat, merekapun telah mengambil tempat duduk masing
masing.
"Tentunya Thio Tayhiap telah menerima surat Pienie?" tanya niekouw tua yang menjadi
Ciangbunjin dari Gobie-pay itu.
Thio Sun Kie mengangguk.
"Kalau memang aku si tua bangka she Thio tidak menerima surat Lonie, mana mungkin
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari ini aku berada disini..." kata Thio Sun Kie.
Bin An Sienie telah tersenyum.
"Ya... dan semua itu tentunya telah Thio Kiehiap pelajari...! Maksud Pienie, tentunya Thio
Kiehiap telah mengerti mengapa Pienie mengundangmu untuk berkunjung kemari, bukan?"
Thio Sun Kie mengangguk.
"Ya...!" katanya tertawa. "Memang Lonie tampaknya tengah menghadapi ancaman yang
tidak kecil!!"
Muka si niekouw ini jadi muram. Dia menghela napas panjang.
Murid-muridnya, niekouw-niekouw muda itu berdiri berjajar dimuka pintu. Tampaknya
mereka tidak berani mendengarkan percakapan antara guru mereka dengan Thio Sun Kie.
Semuanya hanya menundukkan kepala mereka saja.
Sesungguhnya...!" kata Bin An Sienie lagi dengan suara yang perlahan "Urusan ini adalah
persoalan belasan tahun yang lalu, tetapi siapa sangka akhirnya berbuntut demikian hebat!"
"Tunggu dulu Lonie... ada sesuatu yang ingin kukatakan!" kata Thio Sun Kie cepat
memotong perkataan dari si niekouw tua itu.
"Ya?"
Dan Thio Sun Kie telah menceritakan semua apa yang disaksikan olehnya dikaki gunung
Gobie San ini.
Tentu saja si niekouw tua Bin An Sienie jadi terkejut sekali.
"Akhh, benarkah hal itu?" tanyanya dengan suara ragu-ragu sekali.
Thio Sun Kie tertawa lebar.
"Apakah aku si orang she Thio ini suka berdusta pada Lonie?" katanya.
Si niekouw tua itu telah menghela napas panjang berulang kali dengan wajah yang murung
sekali.
"Pantas! Pantas saja!" dia menguman seorang diri dengan suara yang tidak jelas.
"Kenapa Lonie....?" tanya Thio Sun Kie ingin mengetahuinya.
"Pantas saja akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang rimba persilatan yang selalu
bergiliran datang kemari dengan berbagai cara mereka... ada yang datang secara baik-baik, untuk
menginap disini, didalam kuil, ada juga yang datang dengan kekerasan ingin meminta Pedang
Bunga! Tidak tahunya semua sumber berita itu dari mulutnya orang she Ong yang jahat itu!
Hemmmm, ayahnya bangsat, tentunya putranya juga penjahat!"
Dan niekouw tua ini telah menghela napas panjang lagi.
Dia memandang jauh sekali keluar dengan tatapan mata yang kosong.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
42
Kolektor E-Book
"Sebetulnya Pienie sudah bosan dengan segala keramaian dunia dan urusan duniawi... dan
sesungguhnya Pienie ingin hidup tenang seperti Thio Tayhiap...... Tetapi sayangnya, saat ini,
Pienie belum memperoleh kesempatan!!"
"Lonie....." kata Thio Sun Kie dengan suara hati-hati dan mengawasi pendeta wanita yang
sudah lanjut usianya itu. "Sekarang ini aku si tua bangka she Thio ingin berlaku lancang sejenak
untuk menanyakan sesuatu entah Lonie mau menjawabnya atau tidak...?"
"Apa yang ingin Thio Kiehiap tanyakan?" tanya pendeta wanita itu sambil mengawasi
Thio Sun Kie dengan tatapan mata yang tajam.
Thio Sun Kie memperlihatkan wajah yang bersungguh-sungguh waktu dia bertanya :
"Yang ingin Lohu tanyakan mengenai Pedang Bunga itu... apakah memang sesungguhnya
telah berada ditangan Lonie?" tanya Thio Sun Kie.
Mendengar pertanyaan Thio Sun Kie, Bin An Sienie telah menghela napas.
Wajahnya tampak murung sekali.
"Membicarakan persoalan Pedang Bunga itu, ada ceritanya tersendiri!" kata Bin An Sienie
dengan suara yang perlahan, "Baiklah! Pienie akan segera menceritakannya...!"
Dan setelah berkata begitu, dia mulai bercerita dengan kisah Pedang Bunga yang sekarang
memang telah berada ditangannya :
Waktu empat tahun yang lalu, ketika itu kebetulan sekali Bin An Sienie tengah turun
gunung untuk mencari daun obat-obatan.
Maka dia telah berkelana dari gunung yang satu kegunung yang lainnya.
Pada suatu pagi, ketika Bin An Sienie tengah memeriksa pohon-pohon yang terdapat di
kaki gunung Heng-san, tiba-tiba dikejutkan oleh suara rintihan seseorang.
Di dengar dari suara rintihan itu menandakan orang yang merintih itu sedang menderita
kesakitan yang hebat.
Dengan cepat Bin An Sienie menyelidiki asal dari rintihan itu.
Dia memperhatikannya baik-baik dan mencari sumber dari asal suara rintihan itu.
Dan akhirnya dia mendengar semakin jelas ketika telah mengambil arah kebarat.
Di sebelah barat pegunungan Heng San merupakan tempat yang terjal sekali.
Juga penuh oleh goa-goa yang sangat banyak jumlahnya.
Dan suara rintihan itu keluar dari salah satu goa yang berada disamping gunung.
Tanpa ragu-ragu, Bin An Sienie telah melompat turun dan memasuki goa itu.
Dia mendengar semakin jelas suara rintihan itu.
Namun melangkah beberapa tindak memasuki goa itu, tiba-tiba sekali suara rintihan itu
lenyap.
"Siapa... diluar?" dan sebagai gantinya terdengar suara seorang lelaki yang menegur
dengan suara yang sangat parau sekali.
Bin An Sienie cepat-cepat menyahutinya :
"Pienie... dari Gobie-pay... dan kebetulan tengah lewat ditempat ini dan mendengar suara
rintihan!" menyahuti Bin An Sienie tidak mau memperkenalkan dirinya secara berterang.
"Karena mendengar suara rintihan itu, dan menduga ada orang yang tengah terluka dalamCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
43
Kolektor E-Book
kesulitan, Pienie telah memberanikan diri untuk kemari, guna kalau dapat menolongi orang yang
tengah menderita itu....!"
Sunyi sejenak.
Bin An Sienie mengetahui bahwa orang didalam goa itu bimbang.
Dia mendiami saja.
Sampai akhirnya terdengar suara orang berkata dengan suara yang lamban :
"Masuklah...!"
Tanpa ragu-ragu, Bin An Sienie telah melangkah masuk.
Goa itu ternyata sempit sekali, semakin kedalam, semakin sempit.
Namun setelah menikung dua kali, akhirnya Bin An Sienie melihat goa itu mulai melebar.
Dan pendeta wanita dari Gobie-pay ini telah melihat sebuah ruangan yang cukup luas.
Ruangan itu merupakan ruangan terowongan juga. Cuma saja, ditempat itu terlihat cerek
dan tempat memasak air dengan kayu bakar.
Selain dari benda itu tidak dilihatnya benda lainnya.
Dan disudut ruangan goa itu, dilihatnya menggeletak seorang lelaki.
Usia lelaki itu sangat tua sekali.
Mungkin juga telah mencapai usia seratus tahun, karena rambutnya telah berwarna perak,
putih keseluruhannya, dan juga janggutnya telah panjang sekali.
JILID 3
CEPAT-CEPAT Bin An Sienie merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. Biar
bagaimana dia tidak bisa berlaku kurang ajar pada orang yang lebih tua.
"Siapakah Kiesu...? Mengapa berada disini?" tanya Bin An Sienie.
Orang tua itu menghela napas.
Sebelum menyahuti, dia telah merintih dulu untuk mengurangi rasa sakit yang menyerang
dirinya.
Lalu perlahan-lahan dia menyahuti : "Aku Siauw Sin Cing dan telah kena dilukai
musuh...!"
"Dapat Pienie memeriksa luka kau si orang tua?" tanya Bin An Sienie tanpa ragu-ragu.
Orang tua itu terdiam.
Tampaknya dia ragu bukan main.
Namun akhirnya dia telah mengangguk juga.
"Baiklah!" katanya.
Bin An Sienie telah menghampiri dan memegang nadi dipergelangan tangan orang tua itu.
Si niekouw jadi terperanjat bukan main karena merasakan ketukan nadi dari si orang tua itu
tidak beraturan, sebentar cepat dan sesaat lagi lalu perlahan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
44
Kolektor E-Book
Tentu saja keadaan demikian menunjukkan bahwa kesehatan orang tua itu dalam keadaan
tidak beres.
Cepat-cepat Bin An Sienie telah membuka baju orang tua yang dalam keadaan
menggeletak tidak berdaya itu.
Begitu baju lelaki tua ini dibukanya. Bin An Sienie mengeluarkan seruan tertahan.
Karena pada saat dada orang tua itu terlihat bekas tapak tangan.
Telapak tangan itu berwarna ungu, dan jelas sekali.
Lagi pula, dada lelaki tua yang mengaku bernama Siauw Sin Cing itu, telah melesak.
Hal ini menunjukkan bahwa penyerangnya yang telah berhasil melukai kakek tua she
Siauw itu, tentunya seorang yang memiliki tenaga lwekang yang kuat sekali, karena dada kakek
tua she Siauw itu sampai melesek.
Dan juga disamping kekuatan tenaga dalamnya itu, tentunya orang yang telah
meninggalkan telapak tangannya itu pada dada si kakek tua yang tercetak begitu jelas,
menunjukkan dia memiliki tangan yang beracun sekali.
Apa lagi melihat warnanya yang ungu.
Dengan sendirinya, mau tidak mau sepasang alis dari Bin An Sienie jadi mengkerut dalam
dalam.
Dia telah mengawasi sejenak luka di dada dari orang tua itu.
"Inilah pukulan dari Hwe-sin-ciang (pukulan sakti berapi)....!" kata Bin An Sienie
kemudian dengan suara perlahan sekali.
Siauw Sin Cing yang rebah tidak berdaya itu telah mengangguk perlahan.
"Be.... benar! Memang aku terluka terkena pukulan dari Hwe-sin-ciang!" katanya dengan
suara yang serak. "Apakah Sienie bisa menyembuhkan lukaku ini?"
Mendengar pertanyaan si kakek tua itu. Bin An Sienie jadi ragu-ragu.
Dia tidak segera menyahuti.
Tampaknya pendeta wanita yang sudah lanjut usianya ini tengah berpikir keras.
Sampai akhirnya dia telah mengangguk.
"Aku tidak berani berjanji bahwa aku dapat menyembuhkan lukamu itu, Kiesu (orang
pandai), tetapi aku mau mengusahakannya sedapat mungkin menurut kemampuan yang dimiliki
oleh Pienie".
Setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah bekerja cepat sekali.
Dia telah mencabut pisau kecil dari pinggangnya, dia membelek kulit dada orang tua itu,
sehingga darah hitam segera juga mengucur keluar.
Dan kemudian membersihkan darah hitam itu, Bin An Sienie duduk bersila.
Dia menempelkan telapak tangannya pada telapak tangan si kakek tua.
Dan pendeta wanita ini telah mengempos menyalurkan tenaga dalamnya.
Dengan sendirinya, serangkum tenaga dalam yang halus menerobos keluar dari telapak
tangan Bin An Sienie dan menyelusup masuk kedalam telapak tangan kakek tua itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
45
Kolektor E-Book
Dengan cara demikian, Bin An Sienie ingin agar racun yang sudah mengendap itu dapat
didorong keluar lagi oleh kekuatan tenaga dalamnya.
Dan hawa murni yang memasuki telapak tangan si kakek begitu halus dan panas.
Perlahan-lahan dari luka belekan dari pedang Bin An Sienie pada dada orang tua itu, maka
terlihat darah hitam telah mengucur semakin banyak juga.
Dan kennudian perlahan-lahan warna darah itu berobah mulai merah.
Tetapi Bin An tidak berhenti sampai disitu, dia telah mengempos terus kekuatan tenaga
dalamnya, sehingga darah yang keluar dari bekas luka didada orang itu masih saja mengucur
deras.
Dan tampaknya Bin An Sienie juga sangat letih sekali, karena keringat juga telah
mengucur deras bukan main dari muka dan sekujur tubuhnya.
Tetapi Bin An Sienie tetap juga tenis mengeluarkan dan menyalurkan seluruh kekuatan
tenaga dalam yang dimilikinya itu.
Dia telah mengemposnya.
Sampai ketika dia melihatnya bahwa darah benar-benar telah membening dan murni, baru
dia berhenti menyalurkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Tetapi tetap saja telapak tangannya itu ditempelkan pada telapak tangan si kakek tua.
Karena Bin An Sienie ingin menyalurkan tenaga murninya pada sekujur jalan darah kakek
tua itu, agar dapat disalurkan untuk memulihkan semangat kakek tua itu.
Setelah berselang sesaat lamanya lagi, barulah dia menghentikan penyaluran tenaga
dalamnya itu.
Dia telah mengambil kantong obat-obatannya.
Dikeluarkannya beberapa macam obat, dan kemudian membalurkannya pada luka didada
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari si kakek tua itu.
Dengan diborehinya obat itu, si kakek merasa nyaman bukan main.
Perasaan sakit yang tadinya terlalu menyiksa dirinya telah lenyap.
Harnpir sama sekali dia sudah tidak merasakan perasaan sakit apa-apa lagi.
Dan juga, malah saking tenang dan nyamanya, dia sampai tertidur nyenyak.
Dengan sabar, Bin An Sienie telah menantikan dipinggir si kakek.
Karena dia takut kalau-kalau nanti ada orang jahat yang memasuki goa ini dalam keadaan
si kakek tengah tidur nyenyak begitu.
Tentu bisa membahayakan jiwa si kakek tua tersebut. Maka dia tidak pergi kemana-mana.
Lama juga kakek tua yang telah lanjut usianya itu tertidur nyenyak.
Sampai akhirnya terdengar suara seruan tertahan dari mulutnya, disusul tubuhnya yang
telah melompat bangun berdiri dengan sikap yang garang bukan main.
Tentu saja Bin An Sienie jadi terperanjat bukan main.
Dilihatnya wajah si kakek sangat garang dan bengis sekali. Tengah menatap kearahnya.
Tubuh Bin An Sienie jadi tergetar ditatap oleh si kakek tua dengan sorot mata seperti itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
46
Kolektor E-Book
Namun disaat itu juga si kakek tua telah mengenali bahwa niekouw inilah yang telah
menolongi jiwanya dari keracunan yang dideritanya.
Dan sorot matanya jadi meredup kembali.
"Akkkhhh...!" dia mengeluh sambil duduk pula. "Kukira aku masih dalam pertempuran!
Rupanya aku hanya bermimpi saja..."
Dan berulang kali dia telah menghela napas.
Diluar kesadarannya, ternyata dia telah dapat melompat berdiri dengan sikap yang gagah.
Dan ketika dia teringat akan hal itu, membuat si kakek tua ini jadi girang bukan main.
"Ini.... ini... oohhh, sungguh menggembirakan sekali!" katanya.
Dan dia telah cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada Bin
An Sienie.
"Benar-benar Sienie memiliki tangan dewi!" katanya dengan suara berterima kasih.
"Jiwaku yang sudah lapuk dan tua ini ternyata masih diselamatkan oleh kau...!"
Berulang kali kakek tua itu telah memberi hormat kepada Bin An Sienie.
Si niekouw cepat-cepat menyingkir.
Dia tidak mau menerima pemberian hormat dari kakek tua itu.
"Semuanya itu hanya usaha belaka, Kiesu!" katanya cepat. Dan yang menentukan adalah
Thian (Tuhan)..... dan ternyata memang Thian menginginkan Kiesu tetap sehat kembali, maka
usahaku untuk mengobati Kiesu berhasil dengan baik!"
"Namun aku si tua bangka telah merepotkan kau benar!" kata kakek tua itu.
Si niekouw telah tersenyum dengan sikapnya yang sabar sekali.
"Soal itu tidak perlu Kiesu terlalu pikirkan!" katanya sabar. "Dan.... ku kira cukup sampai
disini saja, kesehatan Kiesu telah pulih sebagian besar! Tinggal mengasoh beberapa hari saja,
tentu seluruh kesehatan Kiesu akan pulih semuanya....!"
Setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah merangkapkan sepasang tangannya.
Dia memberi hormat untuk pamit.
Si kakek hanya diam saja mengawasi.
Ketika niekouw itu memutar tubuhnya untuk melangkah keluar dari goa itu, dia juga hanya
mengawasi saja.
Dan waktu Bin An Sienie sampai mulut goa, dia telah memanggilnya :
"Tahan.... tunggu dulu sebentar teriaknya!" teriaknya.
Bin An Sienie jadi heran.
Dia telah merandek dan memutar tubuhnya.
"Apakah Kiesu masih memerlukan bantuanku?" tanya si niekouw dengan sabar.
Muka si kakek tua itu jadi tegang.
"Apakah kau benar-benar menolongku tanpa mengharapkan sesuatu balasan atas imbalan
jasamu?" tanya kakek tua itu dengan ragu-ragu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
47
Kolektor E-Book
Mendengar pertanyaan si kakek tua itu, si niekouw telah senyum manis.
"Kiesu jangan memiliki pikiran yang tidak-tidak! Tenangkan saja hatimu! Dan sebagai
seorang yang beribadat dan patuh pada ajaran Budha, maka dari itu, Pienie mana boleh
mengharapkan sesuatu balasan atas perbuatan dan bantuan yang Pienie berikan itu? Semua itu
telah menjadi kewajiban Pienie untuk menolong siapa saja yang sedang dalam kesulitan!"
Tetapi kakek tua Siauw Sin Cing itu seperti benar-benar kebingungan.
"Ini...... ini...." katanya dengan suara yang ragu sekali.
"Ya..... apakah ada sesuatu yang tidak beres?" tanya Bin An Sienie sambil mengerutkan
sepasang alisnya.
Tetapi kakek tua itu telah menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Hanya ada satu yang benar-benar membingungkan hatiku!" kata Siauw Sin Cing.
"Katakanlah Kiesu, kalau memang aku bisa membantu, aku pasti akan berusaha untuk
membantu kesulitan Kiesu itu, agar urusan menjadi beres.....!" kata Bia An Sienie dengan suara
yang sabar.
"Justeru urusnn yang membingungkan hatiku itu menyangkut persoalan diri Lonie....!"
kata si kakek she Siauw itu ragu-ragu.
"Hah?" Bin An Sienie jadi kaget setengah mati. "Mengapa begitu? Ada urusan apakah
yang memiliki sangkut pautnya dengan Pienie?"
Muka kakek tua Siauw Sin Cing tampak berobah tegang sekali.
"Sekarang kau jawablah yang jujur, apakah pertolongan yang kau berikan kepadaku itu
bukan terkandung maksud-maksud tertentu dan hanya pura-pura?" tanya si kakek tua itu.
Mendengar pertanyaan si kakek tua she Siauw yang demikian, hati Bin An Sienie jadi
tersinggung.
Wajahnya juga telah berobah hebat.
"Kiesu!" katanya tidak senang. "Kalau memang Kiesu mau menerima pertolonganku itu,
tanpa mengucapkan terima kasih, aku telah puas! Tetapi mengapa sebaliknya Kiesu menuduhku
yang bukan-bukan! Lagi pula seperti kita lihat sekarang ini, Kiesu terkurung didalam goa ini,
baju Kiesu saja telah robek-robek begitu, maaf bukan Pienie menghina Kiesu.... tetapi memang
kenyataannya aku telah melihat sendiri, betapa Kiesu tidak memiliki harta apapun juga! Biar aku
mengharapkan imbalannya, tentu Kiesu juga tidak bisa memberikannya!"
Mendengar nada suara dari si niekouw yang tampaknya tersinggung itu, cepat-cepat si
kakek tua Siauw Sin Cing telah merangkapkan tangannya.
Dia telah memberi hormat.
"Maaf! Maaf! Bukan begitu maksudku!" katanya dengan cepat. "Maukah Lonie berdiam
sejenak lagi disini untuk mendengar ceritaku?!"
Bin An Sienie yang telah tersinggung hatinya, jadi tidak begitu gembira.
Namun sebagai seorang yang berhati welas asih dan sangat sabar, maka Bin An Sienie
telah mengangguk.
Dia telah duduk untuk mendengarkan cerita dari lelaki tua tersebut.
"Begini Lonie..... sesungguhnya aku dilukai oleh musuhku itu, disebabkan mereka
menginginkan sesuatu barang dariku, yang ingin direbut oleh mereka! Itulah sebabnya aku telah
terluka demikian! Namun barang yang mereka inginkan itu telah kusimpan baik-baik disuatuCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
48
Kolektor E-Book
tempat, maka tidak mungkin mereka bisa memperoleh benda itu, biarpun akhirnya aku harus
binasa, tidak oleh luka ini, tentu oleh usiaku yang telah sangat lanjut sekali.....!"
Bin An Sienie hanya mendengarkan saja, karena dia sendiri tidak mengetahui, entah
peristiwa hebat apa yang telah menimpah diri si kakek.
Sampai-sampai dirinya Bin An Sienie telah dicurigai begitu keras.
"Maka dari itu.......... maaf Lonie..... waktu kau menawarkan diri untuk mengobati lukaku
itu, aku telah menduganya bahwa kau tentu mengharapkan sesuatu dariku dan pura-pura berbuat
baik untukku.......! Tetapi kenyataannya, setelah aku sembuh demikian, kau pamitan begitu
saja.... dan yang mengherankan lagi, aku telah melihatnya, Lonie bersungguh-sungguh, tidak
memperlihatkan perasaan apapun juga, selain perasaan girang telah dapat dan berhasil
menyembuhkan diriku! Itulah suatu hal yang sangat menakjubkan sekali!"
Bin An Sienie semakin tidak mengerti.
"Mengapa harus memiliki perasaan begitu, Kiesu?" tanyanya.
"Karena semua orang menginginkan Pedang Bunga yang berada ditanganku !" menyahuti
orang tua itu dengan suara yang tegas.
"Pedang Bunga?" berseru Bin An Sienie dengan suara terkejut.
Lelaki tua yang sangat lanjut usianya itu telah mengangguk.
"Ya....!" katanya. "Dan akupun dilukai oleh musuhku karena dia berusaha keras untuk
merebut Pedang Bunga dari tanganku! Tetapi siapa sangka, begitu aku dilukainya, malah aku
telah berhasil melarikan diri dan bersembunyi disini, sehingga aku dapat ditolong oleh kau...!!"
Bin An Sienie hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.
"Dan.... kau tentu pernah mendengar perihal Pedang Bunga itu, bukan?" tanya lelaki tua
she Siauw itu dengan suara sungguh-sungguh.
Bin An Sienie telah mengangguk cepat.
"Ya, yang Pienie dengar perihal Pedang Bunga itu, senjata itu merupakan senjata nomor
wahid didalam rimba persilatan!"
Kembali lelaki tua Siauw Sin Cing itu, telah mengangguk perlahan.
Dan dia telah bangkit dari duduknya, sambil katanya : "Kau tunggu sebentar, Lonie....."
Setelah berkata begitu, dia melangkah memasuki goa lebih dalam.
Waktu dia kembali, dia telah membawa sebilah pedang yang sangat bercahaya sekali,
berkilauan, sehingga waktu itu, keadaan didalam goa itu jadi terang menderang disebabkan sinar
pedang ini.
"Pedang yang bagus!" berseru Bin An Sienie dengan suara yang nyaring, terlihat dia
kagum sekali.
Siauw Sin Cing telah mengangguk.
"Ya!" dia menyahuti sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tidak henti-hentinya dan
telah menggerak-gerakkan pedang pusaka yang ada ditangannya itu.
"Baiklah Kiesu..... kukira telah cukup banyak waktu kubuang begini saja, aku masih
mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan!"
Siauw Sin Cing telah berdiam ragu, tetapi kemudian dia telah mengangguk.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
49
Kolektor E-Book
"Apakah Lonie tidak berselera untuk memiliki pedang ini, pedang pusaka?!" tanya Siauw
Sin Cing dengan suara ragu-ragu.
Si niekouw jadi terkejut.
Dia cepat-cepat telah merangkapkan sepasang tangannya.
"Omitohud! Siancai! Siancai! Janganlah Kiesu mempunyai pandangan begitu rendah pada
Pienie!" kata si niekouw yang tersinggung.
Si lelaki she Siauw itu cepat-cepat telah merangkapkan tangannya dan telah menjurah
memberi hormat.
"Bisakah Lonie meninggalkan gelaranmu yang harum?" tanyanya kemudian dengan suara
yang halus.
Bin An Sienie ragu sejenak, namun dia telah mengangguk juga akhirnya.
"Baiklah... aku akan menceritakan, persoalan ini dari hal yang sesungguhnya! Sebetulnya
aku adalah Ciangbunjin dari Gobie-pay.... biasanya Pienie digelari oleh orang-orang dan sahabat
sahabat rimba persilatan dengan gelaran Bin An Sienie."
"Hah?"
Muka lelaki tua itu telah berobah, memperlihatkan perasaan girang bukan main.
"Kebetulan sekali Lonie! Kebetulan sekali!" katanya berulang kali penuh kegembiraan.
Si niekouw jadi heran.
"Apa yang kebetulan itu, Kiesu?" tanyanya tidak mengerti sama sekali.
"Memang aku sedang mencari orang pandai untuk melindungi pedang pusaka ini....!" kata
Siauw Sin Cing sambil mengacungkan pedang pusakanya itu keatas. "Dan tentunya Lonie
bersedia untuk menerima pedang pusaka ini dan merawatnya baik-baik?"
Mendengar pertanyaan orang, Bin An Sienie telah tersenyum tawar.
"Menyesal sekali aku tidak bisa meluluskan permintaanmu! Aku sendiri jadi jeri untuk
berurusan dengan Pedang Bunga itu! Karena Pienie telah banyak mendengar perihal pedang itu,
yang selalu membawa sial dan kematian buat majikannya!"
Muka si lelaki tua Siauw Sin Cing jadi berobah.
"Jadi...... jadi benar-benar memang Lonie tidak berselera terhadap pedang ini?" tanyanya
ragu.
Bin An Sienie mengangguk cepat sekali dan juga sikapnya tegas.
"Ya.... Kiesu simpan saja sendiri, mungkin nanti dibutuhkan oleh Kiesu.......!" kata si
niekouw.
Sekarang si lelaki Siauw Sin Cing baru yakin bahwa niekouw tua ini bukanlah sebangsa
manusia baik-baik.
Maka tahu-tahu Siauw Sin Cing telah menekuk kedua kakinya, dia telah berlutut memberi
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hormat.
"Lonie... aku mempunyai satu permohonan padamu! Kalau kau tidak mau
mengabulkannya, tentu aku berlutut dalam keadaan begini, sampai aku menemui kematian!"
Mendengar perkataan jago tua she Siauw itu, tentu saja Bio An Sienie jadi kaget.
"Apa maksud dari Kiesu?" tanyanya bingung dan tidak mengerti.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
50
Kolektor E-Book
"Aku akan berlutut terus dalam keadaan demikian kalau memang Lonie tidak mau untuk
menerima pedang pusaka ini sebagai hadiah dariku...!"
Tetapi baru saja Siauw Sin Cing berkata sampai disitu, Bin An Sienie telak mengulap
ulapkan tangannya.
"Jangan berkata begitu, biarpun Kiesu mendesak bagaimana hebatnya, tetap saja Pienie
menolaknya dengan keras, karena menurut pandangan mata Pienie, bahwa seorang dengan
memiliki Pedang Bunga itu, pasti akan menghadapi banyak rintangannya! Itulah sebabnya.
Pienie pikir, ada baiknya jika memang Pienie tidak menerima pedang itu, dengan begitu, dengan
begitu, kesulitan yang akan menimpah diri Pienie jadi tidak ada...!"
Tetapi disaat itulah muka orang she Siauw tersebut jadi berobah hebat.
Karena dia telah melihatnya, betapa si niekouw tua tetap dengan pendiriannya tidak mau
menerima pedang pusaka tersebut.
"Benar" Lonie tetap tidak mau menerima pedang ini?" tanyanya lagi.
Si niekouw telah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ramah.
"Baiklah!" kata Siauw Sin Cing dengan suara yang dingin. "Kalau memang Lonie tetap
tidak mau menerima Pedang Bunga ini, biarlah pedang ini yang akan membuntungi batang
leherku!"
Dan setelah berkata begitu, sengaja Siauw Sin Cing menggerakkan pedang di tangannya itu
akan menebas batang lehernya sendiri.
Dia memang telah nekad.
Karena Siauw Sin Cing merasa berputus asa pada pendirian si niekouw.
Dia telah melihatnya, bahwa hari ini dia merasa cocok dan telah menemui orang yang
sesuai untuk memegang pedang pusaka ini.
Dia bernafsu sekali untuk menyerahkan pedang pusaka yang menjadi rebutan tokoh rimba
persilatan itu kepada Bin An Sienie.
Tetapi celakanya, justeru Bin An Sienie adalah seorang niekouw, yang sudah menjauhkan
diri dari urusan keduniawian, maka dia tidak mempunyai selera untuk memiliki benda pusaka
seperti Bunga itu.
Dan disebabkan putus asa, maka Siauw Sin Cing telah berpikir, kalau memang dia
membunuh diri dengan pedang itu tentunya si niekouw akan menyesal dan akhirnya akan
mengambil pedang itu untuk disimpannya.
Tetapi disaat pedang itu meluncur cepat sekali kebatang leher dari Siauw Sin Cing, disaat
itulah dengan cepat sekali si niekouw Bin An Sienie telah bergerak.
Lengan jubahnya telah bergerak mengibas pedang yang tengah menyambar kearah batang
leher Siauw Sin Cing.
Gerakan yang dilakukan oleh Bin An Sienie sangat cepat sekali.
Lengan baju yang mengandung tenaga dalam itu melibat pedang pusaka itu.
Dan sekali gentak, si niekouw telah berhasil menahan melajunya pedang itu.
"Tahan!" teriak Bin An Sienie.
Siauw Sin Cing menahan meluncurnya pedang itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
51
Kolektor E-Book
Wajahnya tampak berseri-seri waktu dia bertanya : "Apakah Lonie telah merobah pikiran
dan mau menerima pedang ini sebagai hadiah dariku?" tanyanya.
Bin An Sienie telah mengerutkan sepasang alisnya, lalu tanyanya : "Sebetulnya apa
maksud dari Kiesu?"
Siauw Sin Cing telah tersenyum.
"Usiaku sudah terlalu lanjut, dan orang-orang didalam rimba persilatan terlalu banyak yang
mengincar pedang ini, maka dari itu aku memang merasakan bahwa aku sudah tidak memiliki
kekuatan untuk mempertahankan terus! Mau tidak mau aku mencari seseorang yang mau
menyimpan pedang ini baik dan melindunginya agar tidak jatuh ditangan orang jahat..."
Dan setelah berkata begitu, Siauw Sin Cing menghela napas panjang.
Tampaknya dia sangat berduka sekali.
Dan Bin An Sienie jadi sangsi bukan main.
Dia berdiam diri sejenak, dan kemudian telah berkata dengan suara ragu :
"Baiklah... kalau memang begitu juga yang menjadi persoalannya, aku tidak bisa
mengatakan apa-apa....! Cuma terus terang kukatakan, bahwa pedang ini jika disimpan oleh
Pienie, maka akan Pienie simpan disebuah tempat yang sukar di ketahui orang! Satu kalipun
tidak akan Pienie pergunakan!"
"Bagus!" berseru Siauw Sin Cing dengan suara yang nyaring. "Dan nanti kalau memang
Lonie sudah bertemu dengan seseorang yang Lonie rasa cocok sebagai pewaris pedang ini, dapat
Lonie serahkan kepadanya!"
Si niekouw telah mengangguk mengerti.
Maka terjadilah serah terima pedang pusaka Pedang Bunga itu.
Untuk selanjutnya Pedang Bunga berada ditangan Bin An Sienie.
Sedangkan, orang tua itu dengan senang hati telah berlalu.
Wajahnya berseri-seri, karena dia merasakan seperti terlepas dari suatu tanggung jawab
yang sangat berat sekali.
Sedangkan Bin An Sienie sendiri selanjutnya mengalami gangguan yang tidak kecil.
Karena setiap harinya, sejak dari peristiwa itu, dia selalu dikejar-kejar oleh jago-jago rimba
persilatan.
Dan setiap kali pula, ada-ada saja jago-jago rimba persilatan yang memiliki kepandaian
lumayan tingginya telah berusaha untuk merebut pedang itu.
Keruan saja hal tersebut membuat Bin An Sienie jadi kaget sendirinya.
Bukan main terkejutnya dia memperoleh kenyataan bahwa Pedang Bunga itu membawa
suatu malapetaka yang bukan main hebatnya.
Dan juga memang suatu saat memang Bin An Sienie terlalu hebat menerima serbuan dari
orang-orang rimba persilatan.
Malah sampai pernah sampai duapuluh lebih dari jago-jago rimba persilatan telah
mengepung Gobie Pay.
Namun berkat kepandaian dari Bin An Sienie yang bukan main tingginya, dengan
sendirinya dia dapat mengusir dan menghadapi jago-jago itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
52
Kolektor E-Book
Dan juga diantara kedua puluh jago-jago yang datang menyerbu itu, ada beberapa orang
yang telah dapat dibinasakan oleh si niekouw.
Diantaranya termasuk orang she Ong, Dan semua itu akhirnya ternyata orang she Ong
tersebut adalah ayah dari Ong Peng Hin.
Itulah buntut dari persoalan dendam yang membara dihati Ong Peng Hin.
Dengan sendirinya, mau tidak mau memang hal ini telah membuat Ong Peng Hin berusaha
mengumpulkan kembali orang-orang rimba persilatan untuk melancarkan penyerbuannya.
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 3 ?????????
SETELAH menceritakan segalanya itu, maka akhirnya Bin An Sienie telah menghela
napas panjang.
Tampak wajahnya sangat berduka bukan main.
Biar bagaimana memang kenyataannya dia menghadapi kesulitan yang tidak kecil.
Dan masalah Pedang Bunga ini termasuk sebagai masalah rimba persilatan.
Karena terlalu banyak jago-jago yang berusaha untuk memiliki Pedang Bunga itu.
Mau tidak mau memang kenyataan seperti ini telah memaksa Bin An Sienie untuk
memeras otak untuk mencari jalan keluarnya.
Kalau memang keadaan seperti ini terus menerus, pasti lama kelamaan Gobie Pay akan
mengalami kehancuran juga. Karena dari hari kehari, penyerbuan orang-orang rimba persilatan
semakin banyak saja.
Thio Sun Kie yang mendengar cerita sahabatnya ini jadi ikut bingung.
Dia telah menyaksikan tadi, berapa banyaknya orang-orang rimba persilatan yang dari
berbagai golongan telah berhasil dikumpulkan oleh Ong Peng Hin.
Dengan sendirinya, jika sudah tiba waktunya, yaitu Sie-gwe Cap-go tentunya Gobie Pay
akan dilanda oleh suatu yang sangat hebat.
Maka dari itu, biar bagaimana keadaan seperti ini pasti bisa membahayakan keselamatan
kuil Gobie-pay itu.
Dan diantara semua itu, Bin An Sienie telah mencarikan daya.
Dia tidak pernah berhasil menemukan jalan yang dirasa paling baik.
Saking kewalahan, maka dia telah meminta agar Thio Sun Kie untuk datang berkunjung ke
Gobie Pay.
Maksudnya dia ingin meminta pertimbangan dari sahabatnya ini.
Dengan sendirinya, mau tidak mau Thio Sun Kic menghadapi urusan yang cukup rumit.
Maka dia tidak bisa memberikan pertimbangan disaat itu juga.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
53
Kolektor E-Book
Setelah bercakap-cakap sesaat lagi dengan Ciangbunjin dari Gobie Pay ini, merekapun
telah pergi beristirahat ketempat masing-masing.
Sedangkan Thio Sun Kie dan Eng Song telah diberikan sebuah kamar tamu yang terletak
dibelakang kuil.
Besok paginya, tentu dia bisa mencarikan jalan yang baik untuk kawannya itu. Biar
bagaimana Bin An Sienie harus memperoleh petunjuk dan jalan keluar yang tidak menimbulkan
kegoncangan hebat buat Gobie Pay.
Malam itu Thio Sun Kie jadi tidak bisa tidur nyenyak.
Dia mengawasi Eng Song yang tidur disebelahnya dengan nyenyak.
"Kasihan bocah ini, dia belum sempat mempelajari ilmu silat yang berarti, sudah harus
terlibat didalam pergolakan seperti ini! Dengan sendirinya waktuku jadi berkurang dan
perhatianku juga jadi berkurang pula...! Hai! Hai!" dan berulang kali Thio Sun Kie telah
menghela napas tidak hentinya.
Hari telah menjelang malam, suara kentongan sudah dipukul dua kali.
Hal itu menunjukkan malan telah larut benar.
Tetapi Thio Sun Kie masih juga belum dapat tertidur. Otaknya berpikir terus.
Dan dia tetap berpikir ketika menjelang fajar.
Tetapi sampai begitu jauh, dia masih belum menemui jalan yang sebaik-baiknya buat Bin
An Sienie.
Dengan sendirinya, Thio Sun Kie sendiri jadi bingung, karena dia menyadari bahwa Bin
An Sienie ternyata menghadapi urusan yang tidak kecil.
Keesokan paginya, Bin An Sienie telah mengundang Thio Sun Kie dan Eng Song untuk
sarapan pagi bersama.
Disaat itulah si niekouw telah berkata dengan suara mengharap :
"Bagaimana sahabatku, apakah kau telah memperoleh pikiran yang baik untuk
memecahkan persoalan ini?" tanya si niekouw.
"Sudah!" mengangguk Thio Sun Kie.
"Bagus! Jalan apakah yang sekiranya kau anggap baik untuk mengatasi segala persoalan
yang ada ini?"
Wajah si niekouw tampak berseri-seri. Dia girang mendengar sahabatnya ini telah
memperoleh jalan keluar.
"Semalam aku telah memeras otak untuk berpikir terus menerus..... tetapi menemui jalan
buntu! Sampai akhirnya dikala fajar, aku baru teringat kepada seorang sahabat lama!"
"Siapa dia?" tanya si niekouw tua itu dengan suara yang mengharap.
"Sahabat lamaku itu seorang aneh sekali sifatnya, dia juga sangat mudah tersinggung. Juga
mudah marah. Tetapi hatinya sesungguhnya sangat lembut. Disebabkan sifatnya yang buruk itu,
dia akhirnya memutuskan untuk hidup mengasingkan diri dipuncak gunung Kun Lun....!!"
"Oh aku tahu!" berseru si niekouw dengan suara yang nyaring.
"Siapa?"
"Ku Kuay Kiehiap!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
54
Kolektor E-Book
"Tepat!" berseru Thio Sun Kie dengan suara yang nyaring. "Memang dia yang
kumaksud!"
"Lalu apa hubungannya antara urusan Pienie dengan Ku Kuay Kiehiap?" tanya si niekouw
kemudian sambil mengawasi tajam pada Thio Sun Kie.
"Jelas dia yang bisa menolong kita!" menyahuti Thio Sun Kie. "Seperti Lonie tentu
mengetahuinya, bahwa kepandaian yang dimiliki Ku Kuay Kiehiap sangat luar biasa sekali,
sukar diukur dan sulit di terka! Tetapi jelasnya untuk saat-saat sekarang ini, dialah merupakan
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jago nomor wahid didalam dunia persilatan, tidak ada tandingnya! Bukankah begitu, Lonie?"
Si niekouw telah mengangguk.
"Tetapi untuk mengundang Ku Kuay Kiehiap kita mempunyai banyak kesulitan! Kesatu,
dia seorang yang beradat aneh, belum tentu dia mau datang kemari! Lagi dari tempat ini ke Ku
Lun San sangat jauh sekali, mungkin memakan waktu perjalanan selama dua bulan......!
Bagaimana kita keburu untuk menghadapi orang-orang yang diundang oleh Ong Peng Hin untuk
mengacau Gobie Pay ini?"
Waktu berkata begitu tampak jelas terlihat diwajahnya, niekouw ini jadi gelisah sekali.
"Tetapi Thio Sun Kie telah tersenyum sabar.
"Begini Lonie.....!" kata Thio Sun Kie kemudian. "Sesungguhnya bukan aku menganjurkan
untuk mengundang Ku Kuay Kiehiap...... tetapi maksudku, ialah kita meminta agar Songjie pergi
menemuinya!"
"Hah!"
Tampaknya Bin An Sienie jadi terkejut sekali.
"Kenapa Lonie?" tanya Thio Sun Kie dengan sikapnya yang tetap tenang.
"Ini mana mungkin? Song-jie masih terlalu kecil, dengan sendirinya tidak mungkin dia
bisa melakukan perjalanan yang sejauh itu! Dan umpama memang dapat, tetapi tidak mungkin
dia bisa mencari tempat tinggal dari Ku Kuay Kiehiap! Bukankah urusan akan menjadi kapiran?"
Dan setelah berkata begitu, Bin An Sienie telah menghela napas berulang kali.
Tampaknya si niekouw sangat masgul sekali.
Tetapi Thio Sun Kie tetap tersenyum sangat tenang sekali,
"Dengar dulu keteranganku Lonie jangan kau memotongnya sebelum aku menyelesaikan
perkataanku ini!" kata Thio Sun Kie.
Si niekouw mengangkat kepalanya, katanya : "Nah, coba kau jelaskan, Thio Kiesu!"
Thio Sun Kie telah mengambil cawannya, dia telah menghirup air tehnya.
Kemudian baru berkata : "Maksudku mengutus Song-jie untuk membawa Pedang Bunga
untuk dipersembahkau kepada Ku Kuay Kiehiap!"
"Hah!!"
Kembali satu kali lagi si niekouw jadi kaget bukan main.
"Mana mungkin itu?!"
"Mungkin saja! Aku yang akan menulis sepucuk surat kepada Ku Kuay Kiehiap.... dan
menjelaskan segala-galanya! Pedang Bunga bukan diberikan kepadanya, cuma kau titipkan
sementara waktu padanya! Bukankah kepandaian Ku Kuay Kiehiap telah tidak ada taranya
diwaktu sekarang-sekarang ini? Maka siapa yang bisa merampas pedang itu dari tangannya?"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
55
Kolektor E-Book
"Tetapi.... aku kuatir sekali kalau-kalau dijalan Song-jie mengalami halangan! Inilah yang
sangat memberatkan hatiku! Karena justeru didalam perjalanan itulah yang terlalu berat
risikonya.....!"
"Kita bungkus biar rapih Pedang Bunga dan Song-jie sebagai seorang bocah cilik tidak
mungkin menarik perhatian siapapun juga."
Niekouw tua yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie-pay itu telah menghela napas panjang.
"Ya.... hal ini memang merupakan masalah yang sulit sekali! Aku telah merepotkan kau,
Thio Kiesu! Tetapi didalam hal ini, biarlah kita hadapi dulu, kita lihat perkembangannya, orang
orang macam bagaimana yang diundang oleh Ong Peng Hin itu!"
Thio Sun Kie juga telah mengangguk, dia menyetujui saja usul kawannya itu.
Biar bagaimana yang memegang peranan didalam persoalan ini adalah si niekouw tua itu.
Dialah yang berkepentingan.
Dan mereka telah makan minum sesaat lamanya lagi.
Setelah selesai sarapan, Thio Sun Kie mempergunakan waktunya yang luang untuk melatih
Eng Song.
Masih ada beberapa hari lagi menantikan tibanya Sie-gwe Cap-go.
Rembulan juga mulai bulat tergantung diatas langit.
Malaman Cap-go dibulan empat itu, tampak Thio Sun Kie jadi agak gelisah.
Dia merasa tidak enak sekali dihatinya.
Maka Thio Sun Kie telah keluar dari kamarnya, dia telah jalan perlahan-lahan menyusuri
pekarangan kuil Gobie Pay.
Suara para niekouw yang tengah membaca Liam-keng terdengar sayup-sayup diiringi oleh
ketukan pada kayu bokkhie.
Dikeheningan dan kesunyian malam dikuil tersebut, seharusnya membuat hati jadi tenang.
Namun peristiwa yang akan terjadi dan mengancam kuil tersebut, membuat hati Thio Sun
Kie jadi gelisah bukan main.
Kentongan pada saat itu telah dipukul dikejauhan berbunyi tiga kali.
Sudah larut malam benar.
Disaat itulah, pendengaran Thio Sun Kie yang sangat tajam sekali telah dapat mendengar
suara sesuatu yang sangat mencurigakan.
Dia telah melompat kebelakang sebatang pohon.
Dia orang she Thio tersebut telah mengintai.
Terlihat diatas genting dari wuwungan kuil itu, tampak berkelebat sesosok bayangan.
Gerakan dari bayangan itu sangat cepat sekali, bagaikan seekor kucing saja.
Dari wuwungan yang satu, dia telah melompat kewuwungan yang satunya.
Setelah sosok bayangan itu agak jauh, Thio Sun Kie keluar dari tempat persembunyiannya.
Dia telah menguntitnya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
56
Kolektor E-Book
Tetapi baru menguntit beberapa jauh, sosok bayangan itu telah menghentikan langkah
kakinya.
Rupanya dia merasakan ada seseorang yang tengah mengawasi dirinya.
Dia telah memutar tubuhnya.
Dengan gerakan secepat kilat, tubuhnya telah berlari kembali kearah yang tadi dia datang.
Dan gerakannya itu sangat cepat sekali, sehingga dia memergoki Thio Sun Kie yang tidak
keburu bersembunyi lagi. Sebab dia tidak menyangka sama kali orang itu akan datang didalam
waktu yang secepat itu.
"Sahabat....!" kata sosok bayangan itu, yang ternyata seseorang yang memakai topeng pada
mukanya. "Mengapa kau berada dikuil ini?"
Rupanya orang tersebut bertanya begitu, dia melihat Thio Sun Kie seorang lelaki tua.
Sedangkan kuil ini adalah kuil para niekouw.
Maka menduga tentunya Thio Sun Kie adalah tamu malam juga.
Thio Sun Kie yang mendengar partanyaan orang itu, segera memperoleh seruan ingatan.
"Aku tengah menyelidiki keadaan kuil ini atas permintaan dari Ong Peng Hin....!" katanya.
"Hah?" orang itu telah mengeluarkan suara seruan tertahan.
Dan orang itu telah mengawasi Thio Sun Kie dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tentu saja diawasi dengan cara begitu membuat Thio Sun Kie jadi tidak senang.
Biar bagaimana dia adalah seorang tokoh rimba persilatan.
Dan sekarang dirinya telah diawasi begitu rupa, darahnya jadi meluap.
"Mengapa kau mengawasi aku seperti memandang seorang maling kecil saja heh?"
tegurnya tidak senang.
"Ada sesuatu yang membuat aku jadi heran!" kata orang yang memakai topeng itu.
"Apa yang kau herankan?"
"Sangat mengherankan sekali!"
"Soal apa?" tanya Thio Sun Kie yang memang sudah naik darah dan gusar sekali.
"Soal Ong Peng Hin!"
"Itu adalah urusan dia!" kata Thio Sun Kie dengan suara mendongkol.
"Tetapi termasuk urusanmu juga!" kata orang bertopeng tersebut. "Karena tadi kau
mengatakan bahwa kau diminta oleh Ong Peng Hin untuk menyelidiki kuil ini....!"
"Memang benar!" menyahuti Thio Sun Kie cepat.
"Hemm.... apakah kau tidak salah menyebut nama itu?" tanya orang bertopeng tersebut.
Hati Thio Sun Kie mulai tidak tenang, kegusarannya mulai meluap.
"Apa yang telah membuat kau berkata begitu, heh?" bentaknya dengan sengit. "Aku telah
mengatakan bahwa aku datang kekuil ini atas permintaan dari Ong Peng Hin. Titik. Dan kau
sendiri, mau apa kau berkeliaran dikuil ini juga?!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
57
Kolektor E-Book
"Akupun telah diperintah Ong Peng Hin!" menyahuti orang bertopeng itu. "Tetapi Ong
Peng Hin tadi telah mengatakan bahwa hanya aku seorang diri saja yang bertugas malam ini
untuk melakukan penyelidikan dikuil ini."
"Aku tidak tahu! Itu urusan dari Ong Peng Hin sendiri! Mengapa harus diributkan?! Aku
hanya memenuhi permintaannya dan telah melakukan penyelidikan dikuil ini. Habis perkara!"
Mendengar perkataan Thio Sun Kie, orang bertopeng itu mengeluarkan suara tertawanya.
"Tetapi kau salah sahabat.... kau jangan marah dulu! Tetapi sudah kukatakan ada sesuatu
yang sangat mengherankan sekali bagiku! Kau mengatakan bahwa dirimu telah dimintai oleh
Ong Peng Hin untuk melakukan penyelidikan ditempat ini, tetapi setahuku, Ong Peng Hin tidak
kenal dengan kau!" kata orang tersebut dengan suara yang dingin sekali.
Mendengar perkataan orang bertopeng itu, tentu saja Thio Sun Kie jadi gusar bukan main.
Dia tidak bisa membendung perasaan amarahnya.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main, dia telah melancarkan
serangan yang tiba-tiba dengan tangan kanannya.
"Jaga serangan!" dia memperingati.
Serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie bukan main hebatnya.
Tenaga dalam yang dipergunakannya itu juga sangat kuat sekali.
Sebagai seorang tokoh rimba persilatan, jelas dia melancarkan serangannya itu dengan
mempergunakan perhitungan yang matang sekali.
Dan memang maksud dari Thio Sun Kie menguntit orang yang bertopeng ini, yang
sikapnya sangat mencurigakan sekali, untuk membekuknya.
Dengan membekuk orang ini, jelas dia bersama si niekouw Bin An Sienie bisa mengorek
keterangan yang sangat banyak sekali.
Tetapi orang bertopeng itu rupanya juga memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Karena biarpun dirinya telah diserang dengan pukulan yang tiba-tiba begitu, dia tidak
menjadi gugup.
Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, dia telah melompat kebelakang.
Dengan gerakan tubuh yang manis dan indah sekali, dia telah membarengi melompat
kesamping lagi.
Dengan cara mengelakkan diri begitu rupa, ternyata si orang bertopeng telah berhasil untuk
menghindarkan diri dari tenaga dalam yang bergelombang dari Thio Sun Kie.
Kenyataan seperti ini menambah kemarahan hati Thio Sun Kie saja.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang cukup keras kedua tangannya tahu-tahu telah
digerakkan sekaligus.
"Weeeerrrrr.....!"
Serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya telah menerjang orang bertopeng.
Gerakan yang dilakukan oleh Thio Sun Kie dengan kekuatan dan perhitungan yang
matang. Dia juga melancarkan serangannya itu pada jurusan yang berbahaya ditubuh orang
bertopeng ini.
Sedangkan orang bertopeng itu juga jadi kaget bukan main.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
58
Kolektor E-Book
Dia telah melihatnya bahwa kepandaian yang dimiliki oleh Thio Sun Kie bukan merupakan
kepandaian yang dapat diremehkan begitu saja.
Angin serangannya saja sudah kuat bukan main, mendatangkan tenaga serangan yang
dahsyat.
Dengan sendirinya, orang bertopeng telah berlaku lebih waspada.
Sambil menangkis dengan tangan kanannya, dia telah membentak :
"Katakanlah yang sebenarnya, siapa kau ini sesungguhnya!" bentakannya itu nyaring
sekali, dibarengi dengan terbenturnya tangan mereka.
"Bukkkk!"
Dan tubuh mereka telah terhuyung mundur, sama-sama terpengaruh oleh akibat benturan
tenaga dalam mereka itu.
Dengan sendirinya, Thio Sun Kie jadi tambah murka saja, kepalanya dirasakan berdenyut
denyut saking murkanya yang belum dapat dilampiaskan.
"Aku tidak pernah mengganti she dan nama! Akulah Thio Sun Kie!"
"Hah?!" berseru orang bertopeng itu waktu mendengar nama Thio Sun Kie.
"Ini.... ini....!" suaranya jadi begitu tergetar dan gugup sekali.
Rupanya dia sering mendengar kehebatan dari kepandaian yarg dimiliki oleh Thio Sun
Kie.
Dan dia juga telah mendengar banyak mengenai kepunsuan Thio Sun Kie yang disegani
lawan dan kawan.
Dengan sendirinya, sekarang dikala dia mengetahui orang tua berjanggut ini yang tengah
dihadapinya ternyata adalah Thio Sun Kie yang sangat terkenal didalam rimba persilatan itu,
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuat orang bertopeng itu jeri sendirinya.
Maka ketika Thio Sun Kie melancarkan serangan pula kearahnya, cepat-cepat dia telah
mengelakkan diri.
"Wuttttt....!"
Angin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie lewat dekat sisi dari orang bertopeng
itu.
Dengan sendirinya, dia cepat-cepat telah menjejakkan kakinya dan melompat mundur lagi.
Sebab orang bertopeng ini ngeri kalau-kalau Thio Sun Kie membarengi untuk melancarkan
serangan susulan padanya.
Maka dari itu, dia telah mencelat sejauh mungkin.
Namun Thio Sun Kie mana mau melepaskan orang bertopeng ini.
Dia memang ingin membekuknya untuk ditawan.
Melihat orang menjejakkan kaki menjauhkan diri, maka Thio Sun Kie telah membentak :
"Mau kabur kemana kau?" dibarengi kedua tangannya bergerak lagi.
"Wuttttt! Weeerrrrrr!"
Keras bukan main serangkum angin serangan menyambar kearah orang bertopeng itu.
Dan terpaksa orang bertopeng ini tidak melihat ada jalan lain untuk mengelakkan diri.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
59
Kolektor E-Book
Dia telah mengangkat kedua tangannya dan menangkisnya dengan kekerasan juga.
"Bukkkk!!"
Tubuh orang bertopeng itu jadi terpental keras sekali.
Tubuhnya bagaikan sehelai daun kering, telah terlontarkan empat tombak lebih ketengah
udara.
Tentu saja hal ini membuat orang bertopeng itu jadi kaget setengah mati.
Untung saja dia memiliki kepandaian yang tinggi dan ginkang yang cukup sempurna.
Maka dalam saat yang berbahaya buat dirinya, dia telah menggentakkan kedua kakinya.
Tubuhnya seketika itu juga telah berpoksay.
Dengan cara berjumpalitan seperti itu, orang bertopeng ini telah mengurangi daya luncur
dari tubuhnya yang akan terbanting jatuh ditanah.
Dan dia telah mengeluarkan suara seruan sambil menjejakkan kakinya begitu kedua
kakinya itu menginjak tanah.
Tubuhnya dengan cepat sekali telah mencelat lagi ketengah udara.
Tetapi dia melompat begitu untuk menjauhkan diri.
Maksudnya tentu saja ingin kabur dari tempat itu.
Dan tampaklah jelas sekali, bahwa orang bertopeng ini memang merasa jeri bukan main
pada Thio Sun Kie.
Karena orang bertopeng itu juga menyadarinya bahwa dia tidak mungkin dapat
menandingi kepandaian yang dimiliki oleh Thio Sun Kie.
Mau tidak mau memang jalan satu-satunya ialah melarikan diri.
Tetapi Thio Sun Kie yang tengah bergusar itu dan bernafsu sekali untuk membekuknya,
tidak mau melepaskan begitu saja orang kabur.
"Hemmm, engkau memang mudah untuk datang kemari, tetapi tidak semudah itu kau
meninggalkan tempat ini!" mengejek Thio Sun Kie dengan suara yang dingin.
Dan dengan cepat sekali tubuh Thio Sun Kie telah mencelat gesit sekali.
Bagaikan seekor burung elang, dia telah meluncur cepat bukan main.
Kedua tangannya telah diulurkan akan mencengkeram baju orang bertopeng itu.
Tentu saja kegesitan yang dimiliki oleh Thio Sun Kie membuat orang bertopeng itu jadi
kaget setengah mati.
Dengan sekuat tenaga yang ada padanya, dia telah berusaha untuk mengelakkan diri.
Tetapi sayang, kepalanya bergerak agak lambat sedikit.
Jari-jari tangan dari Thio Sun Kie, telah berhasil menjambret topeng mukanya.
"Breeeettt.....!"
Topeng itu telah berhasil ditarik terlepas oleh Thio Sun Kie.
Dengan sendirinya wajah orang bertopeng itu dapat dilihat oleh Thio Sun Kie.
Namun orang bertopeng itu masih berusaha untuk melarikan diri.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
60
Kolektor E-Book
Namun Thio Sun Kie dengan kegesitan yang bukan main telah berusaha menghadangnya.
"Hemmm, sudah kukatakan tidak semudah kau datang jika ingin pergi dari tempat ini!"
ejek Thio Sun Kie dengan suara yang bengis.
Karena jago tua she Thio ini telah murka bukan main.
"Wuttt......!"
Keras bukan main angin serangan tangan dari Thio Sun Kie.
Dan serangkum angin yang bagaikan gunung runtuh itu menyambar orang bertopeng yang
telah terlucutkan topengnya itu.
Mau tidak mau orang bertopeng yang sudah kena dirobek topeng mukanya oleh Thio Sun
Kie, telah menangkisnya dengan sekuat tenaganya.
"Bukkkk!"
Genting dari wuwungan kuil itu telah kena terpijak pecah satu oleh orang bertopeng itu.
Tubuhnya juga telah terhuyung akibat benturan keras dari dua kekuatan tenaga raksasa ini.
Dan tubuh orang itu hampir saja terjungkel rubuh diatas tanah.
Untung saja dia masih bisa mengempos semangat dan tenaga dalamnya.
Disalurkan pada kedua kakinya.
Dengan sendirinya, kedua kakinya itu dapat berdiri tetap lagi.
Dan dia telah berdiri berhadapan dengan Thio Sun Kie.
Saat ini, Thio Sun Kie juga telah berhasil melihat wajah orang bertopeng itu.
Dia mendengus.
"Hemmmm.... kiranya kau!" kata Thio Sun Kie dengan suara yang dingin.
Karena segera juga Thio Sun Kie mengenalinya bahwa orang bertopeng ini kiranya Ong
Peng Hin sendiri.
Pantas saja waktu Thio Sun Kie mengatakan bahwa dia telah diminta oleh Ong Peng Hin
untuk menyelidiki keadaan kuil ini. Orang bertopeng itu telah berkata-kata seperti menyelidiki
dan mengejek.
Sekarang Thio Sun Kie baru mengerti, pantas saja orang she Ong itu sendiri yang telah
berhadapan dengannya.
Dan disebabkan telah melihat lawannya adalah biang keladi kerusuhan yang bisa
menimbulkan badai di Gobie Pay, maka darah Thio Sun Kie jadi meluap.
"Manusia kadal seperti kau ini memang tidak pantas untuk dibiarkan hidup!!" memaki
Thio Sun Kie dengan penuh kemarahan.
Kedua tangannya telah bergerak lagi, dia telah melancarkan serangan yang bukan main
kuatnya.
Angin serangan yang menyambar datang kearah Ong Peng Hin dahsyat sekali.
"Wutttt....! Burrr!!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
61
Kolektor E-Book
Angin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie mempergunakan hawa murni yang
sifatnya Yang (panas), maka dari itu, tenaga ini juga merupakan tenaga yang mengandung unsur
unsur kekerasan.
Ong Peng Hin yang melihat tibanya serangan yang dahsyat dari lawannya ini, jadi
terkesiap hatinya.
Biar bagaimana sekarang memang Ong Peng Hin telah mengetahui bahwa lawannya itu
adalah seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi.
Dan memang juga Ong Peng Hin telah melihatnya, betapa setiap kali Ong Peng Hin
melancarkan serangan, selalu serangannya itu mengandung tenaga yang bukan main hebatnya.
Maka, sekarang dia berlaku jauh lebih waspada dan hati-hati sekali.
Setidak-tidaknya Ong Peng Hin juga menyadarinya, kalau sampai dia berlaku lengah,
niscaya dia akan terserang dan binasa disaat itu juga.
Inilah yang tidak diinginkan oleh Ong Peng Hin.
Sekarang melihat Thio Sun Kie telah melancarkan serangan lagi, mau tidak mau dalam
keadaan terdesak Ong Peng Hin telah menggerakkan sepasang tangannya.
Dia telah menangkisnya dengan sekuat tenaga yang ada padanya.
"Bukkkk!" tempat itu telah tergetar lagi.
Dengan sendirinya, mau tidak mau tubuh Ong Peng Hin juga telah terlontar lagi ketengah
udara sejauh empat tombak, saking dahsyatnya kekuatan tenaga pukulan yang dilancarkan oleh
Thio Sun Kie........
Tampak Ong Peng Hin berdiri agak terhuyung, tampaknya dia begitu tergempur oleh
serangan yang dilancarkan oleh kakek tua she Thio itu.
Kenyataan seperti ini memang telah membuat hati Ong Peng Hin ciut dan nyalinya mulai
pecah, keberanianya, sebab orang she Ong ini merasakan dadanya agak sakit dan juga dia sudah
dapat mengukur berapa tinggi tenaga dalam yang dimiliki oleh Thio Sun Kie.
Tetapi Thio Sun Kie yang tengah murka bukan main, telah mengeluarkan suara bentakan
yang nyaring, dan telah melompat tinggi sckali ditengah udara, dengan gerakan Jie Liong Jo Cu
(Sepasang Naga Memperebutkan Mustika), kedua tangannya itu telah digerakkan dengan
berbarengan dan dari kedua telapak tangannya itu telah meluncur angin serangan yang kuat
bukan main, mengandung angin serangan yang bisa mematikan.
Ong Peng Hin jadi mengeluh, karena dia melihat kalau keadaan demikian terus menerus,
tentu yang akan celaka adalah dirinya. Maka dari itu, mau tidak mau dia harus dapat berusaha,
agar dapat meloloskan diri dari serangan Thio Sun Kie. Jalan satu-satunya yang paling baik
memang cepat-cepat angkat kaki dari kuil ini.
Angin serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie telah menderu-deru keras sekali, dan
didalam waktu yang singkat telah hampir sampai, dengan sendirinya, Ong Peng Hin tidak
memiliki banyak kesempatan untuk dapat berpikir lagi, mau tidak mau dia memang harus dapat
menangkis atau mengelakkan serangan tersebut.
Di saat itulah, dengan cepat sekali, Ong Peng Hin terpaksa mengempos seluruh kekuatan
yang ada padanya, dengan nekad dia telah menangkisnya.
Tidak ada jalan lain baginya, maka mau tidak mau memang dia harus menangkisnya jika
tidak mau tergempur lebih hebat oleh serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
62
Kolektor E-Book
Tetapi siapa sangka, begitu Ong Peng Hin menangkisnya, disaat dua kekuatan saling
bentur ditengah-tengah udara di saat mana tenaga Thio Sun Kie telah tiba dengan kekuatan yang
dahsyat bagaikan gunung yang runtuh, maka terdengarlah suara yang menggelegar keras sekali.
Ong Peng Hin merasakan dirinya seperti diterjang oleh suatu gempuran tenaga yang
terlampau hebat, karena seketika itu juga dadanya dirasakan menyesak dan juga dia merasakan
matanya berkunang-kunang, kepalanya berat dan juga tenaga murninya seperti juga bergolak
hebat, naik sampai kedada.
Hati Ong Peng Hin jadi mencelos, karena dia tahu apa artinya dari semua yang tengah
terjadi itu. Kalau memang dia memaksakan diri untuk mempertahankan diri dari gempuran
tenaga yang dilancarkan lawannya, dia pasti akan memuntahkan darah. Dan jika hal itu terjadi,
disaat dia memuntahkan darah berarti dia akan terluka hebat sekali dan akan menemui
kematiannya.
Dengan nekad, dia telah mengempos seluruh sisa tenaganya, lalu dengan mengeluarkan
suara bentakan, dia telah berusaha mendorong dengan mempergunakan seluruh tenaga yang ada
padanya. Membarengi mana, begitu tiba-tiba dia menarik pulang tenaga dalamnya dan melompat
kesamping, menjatuhkan tubuhnya bergulingan diatas tanah!
Thio Sun Kie merasakan goncangan yang cukup kuat ketika Ong Peng Hin mendorong
sekuat tenaganya itu, dan dia jadi terkejut waktu tubuhnya tiba-tiba ringan, karena seluruh
kekuatan tenaga dalam yang dimiliki oleh Ong Peng Hin telah ditarik pulang. Tetapi waktu dia
melihat Ong Peng Hin membuang dirinya bergulingan diatas tanah, Thio Sun Kie mendengus
gusar.
"Hemmmm, mau kabur kemana kau?" bentaknya sambil melompat akan menerjang lagi.
Ong Peng Hin menyadari, biar bagai mana dia tidak mungkin menandingi kepandaian Thio
Sun Kie.
Maka cepat-cepat dia mendekati jari tangannya kebibirnya dan terdengarlah suara siulan
yang panjang. Membarengi dengan suara siulannya yang panjang itu, maka dari tempat-tempat
yang gelap sekeliling kuil itu telah melompat keluar belasan sosok tubuh dengan gerakan yang
gesit bukan main.
Thio Sun Kie sebetulnya sedang bersiap-siap akan melancarkan serangan kepada lawannya
ini, tetapi ketika dia melihat belasan sosok tubuh yang telah menerjang keluar dengan gerakan
yang bukan main gesitnya,dia jadi terkejut. Karena seketika itu juga Thio Sun Kie menyadarinya
bahwa kuil Gobie-pay telah dikurung dan dikepung oleh orang-orangnya Ong Peng Hin. Dan
orang she Ong tersebut ternyata tidak datang hanya seorang diri.
Tentu saja kenyataan seperti ini telah membuat Thio Sun Kie tambah murka saja. Dengan
mengeluarkan suara teriakan yang mirip-mirip raungan kemarahan, kakek tua she Thio tersebut
telah menjejakkan kakinya. Tubuhnya dengan cepat telah mencelat ketengah udara akan
melancarkan serangan yang mematikan kepada Ong Peng Hin.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun Ong Peng Hin sendiri rupanya menyadari akan bahaya yang akan menimpah
dirinya. Dengan cepat dia telah menyingkir kesamping.
Dan disaat itulah, sesosok bayangan justeru itu telah menggantikan kedudukan Ong Peng
Hin, menangkis serangan yang dilancarkan oleh Thio Sun Kie. Dua kekuatan tenaga yang
dahsyat bukan main saling beradu ditengah udara, dan kesudahannya memang sangat luar biasa
sekali.
Tubuh Thio Sun Kie telah terpental kebelakang ditengah udara, dan orang yang
menggantikan kedudukan Ong Peng Hin untuk menangkis serangan kakek tua she Thio itu, juga
telah terlambung ketengah udara.
Hal itu telah memperlihatkan, bahwa dua kekuatan yang tadi telah saling bentrok itu
masing-masing memiliki tenaga yang dahsyat sekali.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
63
Kolektor E-Book
Thio Sun Kie sendiri jadi terkejut, waktu dia tengah terlambung ditengah-tengah udara, dia
jadi berpikir entah siapa orang liehay ini. Dan dengan mempergunakan gerakan "Burung Hong
Melayang", tubuhnya telah menjadi ringan, dan telah bergerak mengganti kedudukan dirinya.
Meluncur turun ketanah dengan kedua kaki terlebih dulu, sehingga dia tidak perlu sampai
terbanting ketanah.
Sedangkan lawan Thio Sun Kie sendiri telah berhasil hinggap diatas tanah tanpa
kekurangan suatu apapun juga.
Ternyata orang ini seorang lelaki tua, dengan bentuk muka yang sangat menyeramkan,
karena giginya tampak bertonjolan tidak rata, kulitnya seperti telah dirusak oleh api, dan
matanya memancarkan sinar yang sangat mengerikan sekali. Usianya diantara lima puluhan
tahun, dengan pakaian yang berwarna hijau tua. Dia tampak berdiri dengan memperlihatkan
sikap memandang enteng pada Thio Sun Kie.
"Aku Ban Ouw Hie, memang sudah lama mendengar nama besar dari engkau orang she
Thio" katanya dengan suara yang dingin sekali. "Dan hari ini, sungguh beruntung aku bisa main
main beberapa ratus jurus dengan kau!"
Dan tanpa menantikan jawaban dari Thio Sun Kie, orang yang mengakui dirinya bernama
Ban Ouw Hie itu telah mengeluarkan suara seruan keras sekali, dia telah melancarkan serangan
kearah Thio Sun Kie.
Saat itu Thio Sun Kie tengah terkejut bukan main mendengar orang dihadapannya ini
adalah Ban Ouw Hie. Karena orang she Ban itu adalah seorang tokoh rimba persilatan yang
sukar diterka dari jalan hitam atau jalan putih. Hal ini disebabkan Ban Ouw Hie memiliki watak
yang ugal-ugalan dan selalu melakukan sesuatu sekehendak hatinya. Kalau dia senang, tentu dia
akan melakukan pekerjaan yang baik untuk membela seseorang yang lemah, namun jika sedang
sintingnya datang, tidak keruan juntrung dia bisa membunuh duapuluh orang yang tidak
bersalah!
Namun disebabkan serangan Ban Ouw Hie telah menyambar datang dengan cepat, dengan
sendirinya, Thio Sun Kie tidak bisa berpikir terlalu lama. Dengan cepat dia mengempos tenaga
murninya, karena dia mengetahui orang she Ban ini tidak boleh dianggap remeh.
JILID 4
BAN OUW HIE merasakan tenaga gempurannya itu telah kena ditangkis oleh lawannya,
dan dia merasakan betapa tenaga serangan yang dilancarkannya itu seperti macet ditengah udara
terbentur oleh hadangan yang kuat sekali. Dengan sendirinya, dia tidak berhasil dengan
serangannya itu. Dan sebagai orang yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dia tidak
mau membuang-buang waktu. Dengan cepat dia telah mengeluarkan suara erangan, dan telah
menambah tenaga serangannya. Begitu dia menarik pulang tangannya, dia sudah lantas
membarengi dengan serangan lainnya pula.
Gerakan yang dilakukannya begitu beruntun, sehingga mau tidak mau Thio Sun Kie harus
mengimbanginya. Sebab dia merasakan tenaga dalam yang mengancam dirinya bukanlah
serangan sembarangan, mau tidak mau dia memang harus dapat menghadapinya jika tidak mau
dirinya kena dicelakai oleh orang she Ban itu.
Dengan sendirinya pula, mereka berdua jadi saling tempur dengan mengeluarkan
kepandaian masing-masing. Ong Peng Hin telah berdiri dikejauhan dengan belasan orang
lainnya. Semuanya bersiap-siap disuatu saat akan turun tangan untuk mengeroyok Thio Sun Kie.
Memang dikala Thio Sun Kie menghadapi Han Ouw Hie ini, hati Thio Sun Kie sendiri
telah tergoncang keras, dia merasakan bahwa ancaman yang ada tentunya tidak kecil. Jika saja
belasan orang itu telah menyerbu mengeroyok dirinya, tentunya dia akan menghadapi kesulitan
yang tidak kecil dan hal ini dapat dibanding-bandingkan dengan kepandaian Ban Ouw Hie.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
64
Kolektor E-Book
Belum lagi kepandaian dari belasan orang-orang itu yang tentunya tidak rendah. Tanpa
dirasakannya, Thio Sun Kie jadi mengeluh.
Angin serangan Ban Ouw Hie datangnya begitu bertubi-tubi, sedikitpun tidak memberikan
kesempatan kepada Thio Sun Kie untuk bernapas. Dan disaat tengah pertempuran terjadi begitu
hebat, disaat itulah dari arah belakang kuil terlihat sinar merah yang membubung, agak
menerangi sekitar tempat itu.
"Apiiiiii!!" tiba-tiba terdengar suara teriakan ramai dari suara niekouw-niekouw
dibelakang kuil. Rupanya semua ini pekerjaan orang-orangnya Ong Peng Hin, yang bermaksud
membakar kuil Gobie-pay juga.
Tentu saja Thio Sun Kie jadi tambah murka saja, dia mengempos seluruh kekuatan tenaga
dalam yang ada padanya, dia melancarkan serangan yang hebat sekali, maksudnya akan
meloloskan diri dari libatan serangan orang she Ban itu, guna pergi kebagian belakang dari kuil
itu.
Namun Ban Ouw Hie mana mau melepaskannya begitu saja? Berulang kali dia telah
melancarkan serangan-serangan yang mematikan, memaksa Thio Sun Kie tidak bisa melepaskan
diri dari serangan-serangannya.
"Manusia-manusia jahat!!" mendesis Thio Sun Kie. "Kalian terlalu licik!!" dan dengan
penuh kemurkaan Thio Sun Kie telah mengempos seluruh kekuatan yang ada padanya, dengan
cepat dia membalas melancarkan serangan-serangan yang mematikan.
Ong Peng Hin melihat Ban Ouw Hie agak sibuk juga menerima serangan-serangan Thio
Sun Kie yang sedang dalam keadaan marah itu, maka cepat-cepat dia telah memberi isyarat.
Jago-jago dari berbagai golongan yang telah bekerja pada Ong Peng Hin segera bergerak.
Mereka telah melompat dan melancarkan serangan-serangan untuk mengeroyok Thio Sun Kie.
Tentu saja Thio Sun Kie jadi tambah murka, tetapi disamping itu dia juga mengeluh. Apa
lagi dia merasakan betapa tenaga serangan lawan-lawannya itu telah saling samber dengan
kekuatan yang bukan main dahsyatnya, menunjukkan bahwa lawan-lawannya itu memang
memiliki kekuatan dan kepandaian yang tinggi dan kosen sekali.
Ong Peng Hin sendiri juga telah melompat maju dan ikut melancarkan serangan.
Thio Sun Kie sibuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang mematikan dari jago
jago yang mengurung dirinya.
Tetapi karena terlampau banyaknya jago-jago yang melancarkan serangan-serangan itu
padanya, suatu kali, ketika Thio Sun Kie tengah mengelakkan serangan Ong Peng Hin, tahu-tahu
punggungnya telah kena dihantam oleh serangan yang dilancarkan oleh salah seorang lawannya.
Gempuran itu kuat bukan main, sampai rubuh Thio Sun Kie telah terhuyung akan rubuh
terjungkel.
Lawannya yang lainnya tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada. Dengan
mengeluarkan seruan-seruan bengis dan mengandung hawa nafsu membunuh, tampak mereka
telah saling lompat untuk melancarkan serangan dan pukulan yang mematikan.
Ban Ouw Hie sendiri telah menyalurkan sembilan bagian dari kekuatan sakti yang
dimilikinya, dia telah melancarkan pukulan hebat sekali.
Thio Sun Kie mencelos hatinya, dia mengeluh sendirinya, karena dia melihat betapa
serangan-serangan yang tengah menyambar kearahnya itu demikian cepat dan kuat sekali, sukar
untuk dapat dielakkannya. Mau tidak mau memang didalam hal ini Thio Sun Kie merasakan
bahwa dirinya sulit dapat meloloskan diri dari kepungan lawan-lawannya. Apa lagi serangan
serangan yang mereka lancarkan itu masing-masing memiliki kekuatan yang mematikan dan
juga sukar untuk dipunahkan, karena memang lawan-lawan Thio Sun Kie ini terdiri dari tokoh
tokoh rimba persilatan yang masing-masing memiliki kepandaian yang bukan main dahsyatnya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
65
Kolektor E-Book
Angin serangan yang kuat dan mematikan menyambar dari beberapa jurusan. Dan juga
serangan Ban Ouw Hie telah menyambar kearah jalan darah Pie-tu-hiat dari Thio Sun Kie, jalan
darah yang mematikan. Keadaan Thio Sun Kie benar-benar terancam bahaya kematian yang
mengerikan.....
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 4 ?????????
DI BELAKANG kuil juga saat itu tengah terjadi pertempuran yang berlangsung hebat
sekali. Bin An Sienie dengan beberapa orang niekouw tengah menghadapi beberapa orang
orangnya Ong Peng Hin, yang berusaha untuk membakar gedung kuil tersebut.
Tampak Bin An Sienie telah memutar pedangnya dengan gerakan yang begitu cepat dan
dahsyat, dan setiap gerakan yang diperlihatkannya itu demikian kuat dan cepat sekali,
mengandung jurus-jurus yang mematikan.
Mau tidak mau memang orang-orang dari Ong Peng Hin harus dapat berusaha menghadapi
kilatan pedang si niekouw tua ini jika memang mereka tidak mau terbinasa diujung pedang.
Maka mereka terbendung sementara tidak memiliki kesempatan untuk membakar kuil. Mau
tidak mau mereka harus menghadapi tikaman daa tabasan pedang dari Ciangbunjin Gobie Pay ini
berikut beberapa niekouw lainnya.
Keadaan seperti ini berlangsung agak lama juga, dimana teriakan marah bercampur
kesedihan karena melihat kuil yang terbakar itu, Bin An Sienie telah melancarkan serangan yang
luar biasa.
Baru beberapa jurus, pedangnya telah berhasil menggores dua orang lawannya. Walaupun
tidak sampai mematikan kedua lawannya itu, setidak-tidaknya telah membuat kedua lawannya
itu melompat mundur.
Api yang membakar ruangan belakang kuil semakin berkobar saja.
Dan Bin An Sienie bersama beberapa orang murid-muridnya berusaha untuk memukul
mundur lawan-lawannya itu untuk dapat segera berusaha memadamkan api.
Tetapi kenyataannya itu, orang-orangnya Ong Peng Hin malah telah mengepung semakin
rapat, mendesak niekouw tua yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie Pay ini dan bersama
beberapa orang niekouw lainnya, harus menghadapi mereka.
Diantara suara kayu yang terbakar di makan api, bercampur juga dengan suara bentakan
bentakan yang mengerikan sekali.
Sinar pedang dan senjata-senjata lainnya yang berkilauan tertimpah cahaya api yang
berkobar besar itu, telah membuka keadaan tegang bukan main.
Melihat api yang membakar ruangan belakang kuil semakin berkobar dan bisa menjalar
lebih luas, Bin An Sienie jadi kalap bukan main, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang
bengis, dan pedangnya telah bekerja. Dan gerakan yang dilakukannya itu menyerupai seekor
gajah yang terluka dan sedang mengamuk.
Beberapa orang yang mengepung didekatnya segera menjauhi diri. Tetapi Bin An Sienie
kembali berhasil melukai tiga orang lawannya, tidak urung dirinya sendiri kena dilukai oleh
lawannya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
66
Kolektor E-Book
Paha kanan Bin An Sienie terkena tusukan Sam-cio (tombak cagak tiga) lawannya,
sehingga tubuh niekouw tua ini terhuyung.
Beberapa orang muridnya terkejut, dua orang niekouw telah melompat kedekat Bin An
Sienie, untuk melindungi Ciangbunjin mereka.
Tetapi Bin An Sienie yang telah murka bukan main, sudah tidak mau menyudahi segalanya
sampai disitu. Dengan mengeluarkan suara bentakan kalap, pedangnya telah diputar dan mata
pedang si niekouw tua ini telah tergetar seperti telah menjadi ratusan mata pedang.
Dengan cara demikian, Bin An Sienie membuat musuh-musuhnya tidak berani terlalu
mendesak.
Namun, ketika Bin An Sienie tengah memutar pedangnya dengan cepat begitu, terdengar
suara jerit kematian dari tiga orang niekouw, yang telah rubuh terguling diatas tanah. Mereka
telah terbinasa dalam keadaan yang mengerikan sekali.
Tentu saja Bin An Sienie jadi tambah murka saja, dia telah mengeluarkan suara bentakan
yang menguntur dan mengamuk dengan kalap. Tetapi lawan-lawannya terlalu licik, mereka tidak
mau menghadapi dengan kekerasan, melainkan hanya main kucing-kucingan belaka. Menambah
kemurkaan dari Bin An Sienie saja.
Apa yang dilakukan oleh lawan-lawan Bin An Sienie, mereka memang ingin menahan
niekouw tua ini, melibatkannya didalam suatu pertempuran, sebab dengan demikian berarti
mereka bisa membendung agar si niekouw tidak berdaya untuk memadamkan api yang tengah
membakar kuil.
Sedangkan beberapa orang-orangnya Ong Peng Hin, dua orang Tojin (pendeta agama To,
yang memelihara rambut), dengan seorang lelaki bertubuh pendek, telah pergi kebagian lainnya.
Mereka masing-masing membawa obor ditangan, maksud mereka ingin membakar ruangan
sembayang dari kuil itu.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tentu saja hal ini bisa memusnahkan kuil Gobie-pay jika saja mereka berhasil membumi
hanguskan kuil tersebut. Bin An Sienie jadi mengeluh dan murka sekali, tetapi dia dalam
keadaan tidak berdaya, maka dia hanya bisa melihati saja orang-orang itu pergi dengan
membawa obor. Karena Bin An Sienie sendiri harus menghadapi serangan-serangan yang gencar
dari lawan-lawannya.
Dan apa yang dapat dilakukan oleh Bin An Sienie hanyalah memutar pedangnya dengan
gerakan yang hebat sekali, untuk dapat merubuhkan lawan-lawannya sebanyak mungkin.
Kehancuran Gobie-pay telah berada diambang pintu.
Dua orang tojin dan seorang lagi bertubuh pendek itu telah menghampiri ruangan
sembayang yang terletak didekat tembok luar dari kuil Gobie-pay tersebut, disebelah utara dari
kuil ini. Mereka bersiap-siap akan membakarnya. Tetapi deagan tidak terduga, dari balik
sebatang pohon, telah melompat sesosok bayangan kecil, disertai suara bentakannya yang
melengking nyaring : "Manusia jahat! Hentikan perbuatan busukmu!!"
Ketiga orang-orangnya Ong Peng Hin ini jadi terkejut, mereka cepat-cepat memandang
orang yang membentak itu. Tetapi ketika mereka dapat melihat jelas, mereka jadi tertawa, karena
orang yang baru saja muncul itu tidak lain hanyalah seoraag bocah cilik.
Bocah itu tidak lain dari Eng Song. Tadi sebetulnya si bocah she Ma ini tengah tertidur
nyenyak. Dan dia jadi terkejut sekali sebab mendengar suara ribut-ribut. Waktu dia keluar dari
kamarnya, dilihatnya api telah berkobar begitu besar dan menyilaukan pandangan matanya.
Cepat-cepat Eng Song berlari keluar untuk melihat apakah yang sesungguhnya telah
terjadi, karena si bocah tidak melihat Thio Sun Kie dikamarnya. Disamping itu, Eng Song
mendengar suara bentak-bentakan yang menyeramkan dikejauhan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
67
Kolektor E-Book
Di saat Eng Song sedang berlari begitu, dia melihat tiga orang yang tengah mendatangi
dengan ditangan masing-masing membawa obor. Cepat-cepat Eng Song telah menyelinap
kebatang pohon didekatnya untuk mengintai.
Ketika mengetahui bahwa dua orang tojin dan seorang lelaki yang bertubuh pendek itu,
akan membakar ruangan sembahyang kuil yang terdapat tidak jauh dari tempat tersebut, Eng
Song jadi terkejut bakan main. Itulah sebabnya dia segera melompat keluar.
Kedua tojin dan seorang kawannya yang bertubuh pendek itu waktu melihat Eng Song
telah tertawa gelak-gelak mengejek. Tadinya mereka menyangka yang membentak begitu adalah
seorang jago yang tentunya merupakan tokoh rimba persilatan, yang menjadi orang undangan
dari Bin An Sienie. Tetapi siapa nyana kenyataannya malah sebaliknya. Hanya seorang anak
lelaki kecil belaka.
Salah seorang Tojin telah melangkah maju menghampiri Eng Song, dengan sikap
mengejek dia telah membentak : "Anak haram dari mana kau bisa muncul disini? Apakah kau
anak haramnya dari salah seorang niekouw didalam kuil ini?"
Mendengar perkataan si Tojin yang begitu menghina dan mengejeknya keterlaluan, Eng
Song merasakan darahnya meluap, dia mengeluarkan bentakan dan mengayunkan kepalan
tangan kanannya yang berukuran kecil.
Si Tojin tidak mengelakkan diri dari serangan tersebut, malah sambil tertawa gelak-gelak
dia memasang perutnya, menerima tibanya serangan yang dilancarkan Eng Song.
Kepalan tangan Eng Song singgah telak sekali diperut Tojin itu, tetapi kesudahannya
malah celaka buat Eng Song. Sebab pukulan yang dilancarkan Eng Song tidak memperlihatkan
hasil sedikitpun juga, tubuh si Tojin berdiri tegak ditempatnya, dan malah masih tertawa
mengejek. Dan celakanya ketika Tojin itu mengembungkan perutnya, maka segera ada
serangkum tenaga yang mendorong Eng Song.
Tanpa bisa ditahan lagi oleh si bocah, tubuhnya telah terguling ditanah, dia merasakan
kepalanya seperti diputar-putar, matanya berkunang-kunang karena tubuhnya seperti juga sehelai
daun kering yang telah terhembus angin yang keras.
Ternyata, Tojin itu memang telah mempergunakan tenaga dalamnya yang tinggi. Dia
merupakan seorang tokoh dari rimba persilatan yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali,
maka sekali saja dia menggerakkan tenaga dalamnya, walaupun hanya tiga bagian belaka, tetap
saja telah membuat Eng Song terguling-guling begitu hebat.
Dengan menahan perasaan sakit bukan main, Eng Song telah melompat berdiri. Karena si
bocah sendiri terkejut waktu dia teringat bahwa malam ini mungkin juga penyerbuan yang
dilakukan oleh Ong Peng Hin dan orang-orangnya terhadap Gobie Pay. Dan disaat itulah Eng
Song baru teringat, mungkin juga Thio Sun Kie dan Bin An Sienie, bersama beberapa niekouw
dari Gobie-pay tengah sibuk menghadapi penyerbuan ini.
"Bocah! Lebih baik kau menggelinding pergi dari mata Pinto (aku) sebelum Pinto merobah
pikiran dan menginginkan selembar jiwamu itu!" bentak si Tojin dengan suara yang bengis.
Tetapi tidak terduga, dengan nekad, justeru Eng Song telah melompat menerjang lagi, dia
bermaksud akan memukul lagi dengan kedua tangannya.
Pukulan yang dilancarkan oleh Eng Song mana dipandang sebelah mata oleh Tojin itu.
Sambil tertawa-tawa mengejek, dia malah telah mengibaskan lengan jubahnya, dan tanpa ampun
lagi malah telah membuat tubuh Eng Song jadi terguling-guling keras sekali diatas tanah.
Namun Eng Song benar-benar kedot, dia telah bangun kembali biarpun telah jontor
terantuk batu waktu dia terguling diatas tanah.
Dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring, dengan kalap Eng Song telah
menerjang lagi. Si bocah pikir, memang biar bagaimana dia harus berusaha agar ketiga orang iniCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
68
Kolektor E-Book
tidak sempat untuk membakar kuil dan ruang sembahyang Gobie-pay. Tanpa memperdulikan
keselamatan jiwanya lagi, Eng Song malah bermaksud akan memukul lagi.
Tetapi, si Tojin sendiri rupanya telah habis sabar. Obor ditangan kirinya telah di
lemparkannya kesamping, keatas tanah, lalu ketika tubuh si bocah she Ma itu telah menerjang
lagi, dengan cepat tojin ini telah mencengkeram baju bagian dada dari Eng Song, dia
mengangkatnya tinggi-tinggi tubuh si bocah, lalu dia telah membantingnya dengan keras.
"Bukkkkk!"
Tubuh Eng Song telah terlempar tinggi ketengah udara dan terbanting keras diatas tanah
dengan mengeluarkan suara menggabruk keras. Dan seketika itu juga Eng Song merasakan dunia
seperti berputar, dan juga tanah yang menerima jatuhnya dia telah bergoyang-goyang seperti
terjadi gempa, langit juga seperti akan runtuh menimpah kepalanya, pandangan matanya gelap
berkunang-kunang.
Tetapi rupanya tojin itu masih belum puas.
Dia telah menghampiri Eng Song dan telah mencengkeram bajunya lagi. Dan dia
mencengkeram dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya telah menempiling berulang
kali muka si bocah.
Keras sekali tamparan-tamparan yang dilakukan oleh si Tojin, sampai terdengar suara
?ketepok-ketepak? berulang kali membuat muka Eng Song seketika itu juga jadi bengap dan dia
merasakan telapak tangan dari si Tojin bagaikan lempengan besi yang selalu singgah di kepala
dan pipinya.
Dalam keadaan kepala yang puyeng seperti itu, Eng Song jadi nekad. Tanpa
memperdulikan perasaan sakit pada mukanya, dia tahu telah mengulurkan kedua tangannya,
dicekalnya pergelangan tangan dari si Tojin, lalu ditariknya tangan pendeta itu, sedangkan Eng
Song telah membarengi pentang mulutnya, mata jari telunjuk dari tangan si Tojin telah kena
digigitnya! Sekeras-kerasnya dia menggigit, sehingga si Tojin menjerit-jerit kesakitan.
Sedikitpun juga Tojin ini tidak menyangka bahwa Eng Song dapat melakukan hal seperti
itu. Mimpi juga Tojin ini bahwa jari telunjuknya bisa digigit dengan nekad oleh Eng Song, maka
dari itu, dia berjingkrak-jingkrak saking kesakitan, namun Eng Song tetap menggigit jari
telunjuk dari pendeta itu dan saking kesakitannya, Tojin itu melayangkan tinju tangan kirinya.
"Bukkkkk!" kening Eng Song kena dihajarnya telak sekali oleh kepalan tangan si Tojin,
tetapi Eng Song tetap saja tidak mau melepaskan gigitan pada jari telunjuk tangan si Tojin,
malah dia terus juga menggigit dengan keras.
Tentu saja Tojin itu kesakitan bukan main, saking kesakitan, dia telah melompat-lompat
tidak tahu harus berbuat bagaimana.
Sedangkan Eng Song yang telah nekad, merasakan waktu keningnya dihajar oleh kepalan
tangan Tojin itu, sakit bukan main. Otaknya seperti tergetar dan seperti mau bercopotan keluar.
Kepalanya juga pusing bukan main, disamping pandangan matanya yang berkunang-kunang
gelap.
Tetapi disebabkan bocah ini telah nekad, maka dia menggigit terus jari telunjuk Tojin ini.
Dan dihatinya dia berpikir : "Hemmmm, aku mau lihat, apa yang bisa kau lakukan!!? Akan
kugigit putus jari telunjukmu ini, biar seumur hidup kau menjadi manusia bercacad!!"
Dan waktu Eng Song berpikir begitu, dia memang merasakan betapa asinnya darah. Dan
juga, dia telah merasakan betapa giginya terbenam dalam sekali. Dikala itu, tentunya si Tojin
kesakitan bukan main, sebab kalau Eng Song menggigit terus, dia bisa mematahkan tulang jari
telunjuk itu, yang berarti putusnya jari telunjuk si Tojin.
Setelah berjingkrak-jingkrak saking kesakitan, sampai menitikkan air mata, si Tojin
mengerang murka bukan main.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
69
Kolektor E-Book
Sedangkan Tojin yang seorangnya lagi bersama kawannya yang bertubuh pendek itu,
memandang seperti orang kesima, mereka kaget dan hampir tidak mau mempercayai apa yang
mereka lihat.
Seumur hidup mereka, baru kali ini melihat pemandangan seperti ini, seorang tokoh rimba
pelsilatan seperti Tojin yang seorang itu, telah digigit jari telunjuknya oleh seorang bocah cilik
seperti Eng Song.
Saat itu, saking kesakitan yang tidak tertahan, si Tojin baru teringat, mengapa tadi waktu
dia menghantam kening si bocah tanpa mempergunakan tenaga dalam? Bukankah kalau dia
membuka tenaga dalamnya yang disalurkan pada kepalan tangan kirinya, dia bisa menghajar
hancur batok kepala si bocah. Berarti gigitan pada jari telunjuknya itu akan dapat dibuka?
Teringat begitu, si pendeta saking gusarnya, telah menyalurkan lima bagian tenaga
saktinya pada kepalan tangan kirinya, dia telah mengayunkannya untuk menghajar batok kepala
si bocah.
Tetapi biarpun Eng Song melihat bahaya yang dapat mengancam jiwanya, tetap saja si
bocah tidak jeri, dia sudah nekad sekali, maka dia pikir paling tidak batok kepalanya yang akan
hancur dihantam oleh kepalan tangan kiri si imam, tetapi dia tetap akan menggigit terus, binasa
dengan gigi yang akan menggigit putus jari tangan si imam. Dia puas biarpun pembalasan dan
gigitannya itu harus dibayar mahal dengan jiwanya.
Tetapi dalam kenekadan yang sangat seperti itu, Eng Song mana mau memikirkan pula
perihal kematian dan jiwanya lagi? Dia lebih mementingkan asal dapat mengigit putus jari
tangan si Tojin, hatinya sudah puas.
Tetapi si Tojin sendiri waktu tangannya itu meluncur akan menghantam kepala Eng Song.
disaat itu juga dia terkejut bukan main, sebab dia merasakan betapa kalau dia sampai menghajar
kepala si bocah, maka si bocah akan terkejut dan kesakitan? Dan dalam kaget dan kesakitan itu,
bukankah si bocah bisa saja jadi menggigit putus jari tangannya?
Karena berpikir begitu si Tojin jadi menggidik sendirinya, dia telah membatalkan
maksudnya untuk menghajar batok kepala Eng Song sampai hancur, dia hanya menarik pulang
tenaga dalamnya dan meneruskan hantamannya kekening Eng Song dengan pukulan yang
memiliki tenaga biasa saja.
Begitu kepalan tangan dari Tojin itu mendarat dikening Eng Song, si bocah merasakan
pandangan matanya gelap sekali dan dia tidak memperdulikan perasaan sakit dari keningnya itu,
dan Eng Song telah menggigit lebih keras lagi.
"Aduhhhh.... jangan menggigit begitu keras!!" pendeta itu telah menjerit kesakitan bukan
main.
Tetapi Eng Song tidak mau memperdulikannya, dia telah menggigit terus dengan keras,
maksudnya memang ingin menggigit putus jari tangan itu.
Tojin itu telah berjingkrak-jingkrak kesakitan bukan main. Dia telah menjerit-jerit
kesakitan berulang kali seperti seekor anjing yang terjepit ekornya.
Di saat itulah, si Tojin yang seorangnya lagi yang melihat kejadian seperti ini telah
melompat mendekati Eng Song, dengao cepat dia mengibaskan telapak tangannya.
"Plaaakkkk!!" dia telah menempiling muka Eng Song dengan keras, sampai si bocah
saking kaget rahangnya kena dihajar telapak tangan itu, telah celangap mulutnya terbuka. Dan
mempergunakan kesempatan itu, si Tojin telah menarik pulang tangannya.
Dilihatnya jari telunjuknya sudah tergigit dalam sekali. Dan kalau sampai tergigit lebih
lama pula, tentunya akan putus.
Si Tojin jadi menggidik ngeri bercampur perasaan gusar bukan main.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
70
Kolektor E-Book
Dengan mengeluarkan seruan penuh kemarahan, dia telah melompat dan tahu-tahu tangan
kanannya telah menghajar telak sekali dada Eng Song.
"Bukkkkk!!" tubuh Eng Song telah terpental keras sekali, lalu ambruk terguling-guling
diatas tanah, tampknya dia menderita sekali, kesakitan dan merasakan dadanya seperti mau
remuk.
Waktu Eng Song akan merangkak berdiri, tampak si Tojin telah menggerakkan kaki
kanannya, dia telah menyepak si bocah lagi dengan keras. Tendangan yang dilakukan oleh
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pendeta ini bukan main kuatnya, karena dia telah menyepak dengan mempergunakan kekuatan
tenaga dalam yang bukan main.
Seketika itu pula tubuh Eng Song telah terpental keras dan rubuh ditanah terguling-guling,
seketika itu pula bukan hanya pandangan mata Eng Song saja yang telah menjadi gelap, tetapi
napasnya juga telah menjadi sesak seketika itu pula dan dia telah mengeluh, lalu rubuh tidak
sadarkan diri pula.
Tetapi sebelum dia pingsan, Eng Song masih sempat mendengar samar-samar makian dari
si Tojin yang tadi digigit jari telunjuknya : "Hemmmmmm, biar kau mampus!"
Eng Song juga merasakan dadanya seperti diinjak dan seperti juga ada sebuah benda berat
yang hinggap didadanya, napasnya seketika itu juga tambah sesak saja dan akhirnya memang
Eng Song sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi, sebab dia telah pingsan..... Ternyata
Tojin itu yang jari telunjuknya hampir tergigit putus, rupanya sangat penasaran dan murka sekali.
Dialah yang telah menginjak dada Eng Song, maksudnya membunuh si bocah.
Setelah melihat Eng Song rebah tidak berkutik, dia menyangka Eng Song telah terinjak
mati, maka dia telah meninggalkannya dengan penuh kemarahan. Lalu dengan diliputi
kemurkaan dan rasa dengki, dibakarnya kuil Gobie-pay itu, sehingga api berkobar semakin besar
saja.
Diluar, pertempuran masih berlangsung dengan hebat dan seru sekali.
Sebab Bin An Sienie telah melancarkan serangannya dengan gerakan seperti juga mengadu
jiwa.
Tetapi disamping itu, diantara gerak-gerak yang ada, memperlihatkan bahwa senjata dari
Ciangbunjin Gobie-pay ini sudah tidak selincah dan segesit tadi. Karena pedangnya itu
Shugyosa Samurai Pengembara 1 Pendekar Gila 18 Dendam Mahesa Lanang Joko Sableng 16 Bidadari Cadar Putih
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama