Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 3
menyambar-nyambar agak lambat.
Dengan sendirinya, hal ini menandakan bahwa Bin An Sienie memang sudah lelah, dan
pertempuran yang ada telah meletikkan benar niekouw tua ini.
Apa lagi memang Bin An Sienie telah melihatnya berapa api telah berkobar semakin besar
saja. Tentu saja hal ini telah membuat si niekouw tua Bin An Sienie jadi murka setengah mati.
Tetapi Bin An Sienie dalam keadaan tidak berdaya, dia sedang dalam keadaan terkepung
seperti itu, mau tidak mau hal ini telah membuat niekouw tua itu terlibat oleh pertempuran yang
tidak berkesudahan.
Saat itu, dua orang lawan dari Bin An Sienie telah memperdengarkan suara bentakan yang
mengguntur lalu tampak keduanya telah melompat dengan gerakan seperti dua ekor elang yang
menyambar mangsanya. Senjata mereka yang berbentuk golok itu juga telah bekerja cepat sekali.
Kenyataan seperti ini memaksa Bin An Sienie harus bergerak cepat. Dia harus dapat
mengelakkan diri sekaligus dari kedua serangan golok itu.
Namun waktu tubuh niekouw itu tengah miring kesamping, disaat itulah salah seorang
lawannya telah menghantamkan ruyung ditangannya, dia telah menghajar dengan keras kearah
bahu si niekouw tua ini.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
71
Kolektor E-Book
"Bukkkk!!" telak sekali ruyung itu telah menghajar pundaknya. Dan Bin An Sienie merasa
kesakitan yang bukan main, dia sampai mengeluh dan terhuyung-huyung akan rubuh.
Di saat itulah, dikala tubuh si niekouw yang menjadi Ciangbunjin dari Gobie-pay ini
tengah terhuyung begitu, salah seorang lawannya telah menggerakkan pedangnya, dan tepat
sekali mata pedang itu telah menikam paha kiri dari Bin An Sienie, maka tanpa dapat
dipertahankan lagi, si niekouw telah terguling diatas tanah.
Darah juga telah mengucur keluar dari lukanya itu, dan Bin An Sienie merasakan betapa
pundaknya dan pahanya sakit bukan main.
Di saat itu serangan-serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya telah menyambar
datang lagi.
Dan semuanya ingin mengarahkan senjata mereka kebagian-bagian yang berbahaya dan
mematikan ditubuh Bin An Sienie.
Dengan sendirinya, mau tidak mau, memang Bin An Sienie terancam bahaya kematian,
apa lagi memang senjata-senjata itu meluncur cepat dari segala penjuru dirinya.
Tetapi Bin An Sienie bukan orang sembarangan, tidak percuma dia menjadi Ciangbunjin
Gobie-pay, sebuah pintu perguruan yang sangat besar.
Melihat senjata-senjata itu menyambar datang padanya, dan sudah tidak ada jalan lain
baginya mengelakkan diri, Bin An Sienie tidak menjadi putus asa.
Dia telah mengeluarkan suara bentakan nekad yang nyaring sekali, membarengi mana dia
juga telah memutar pedangnya. Dengan cara memutar pedangnya itu, maka sekujur tubuhnya
telah dilindungi oleh sinar pedang yang berputar begitu cepat sekali.
Segera juga terdengar suara benturan dari senjata? tajam itu.
Rupanya pedang Bin An Sienie telah menyampok semua senjata lawan-lawannya itu, dan
malah beberapa Tan-to ada (golok) dari lawannya yang terlepas dari cekalannya.
Hal itu disebabkan kuatnya Bin An Sienie memutarnya yang disertai oleh kekuatan tenaga
dalam yang bukan main. Dengan sendirinya, waktu pedangnya itu menyampok senjata-senjata
lawannya, pada pedangnya itu telah tersalur tenaga dalam yang bukan main kuatnya.
Dia telah mempergunakan kesempatan dikala lawannya tengah melompat kebelakang
mencelat mundur. Bin An Sienie telah cepat-cepat melompat berdiri.
Tetapi tubuhnya terhuyung seperti akan rubuh lagi, hal ini disebabkan luka pada pahanya
yang cukup parah dan banyak mengeluarkan darah.
Niekouw tua ini jadi mengeluh, karena dia merasakan, kalau keadaan seperti berlangsung
terus, berarti dia akan menghadapi ancaman yang tidak kecil bagi jiwanya.
Saat itu lawannya si niekouw telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring.
Dan mereka telah meluruk lagi melancarkan serangan pula. Malah kali ini senjata dari
lawannya Bin An Sienie telah menyambar begitu kuat dan lebih cepat lagi.
Dengan sendirinya Bin An Sienie mati-matian telah berusaha untuk dapat menghadapinya
semua serangan tersebut dengan menahan perasaan sakit pada pahanya.
Sedangkan niekouw-niekouw lainnya seorang demi seorang telah berjatuhan binasa.
Mereka rupanya telah kena dicelakai dengan berbagai akal licik oleh lawan-lawannya.
Kenyataan seperti itu memang mendukakan hati si niekouw. Dia sampai mengeluh dan
berusaha merubuhkan lawan-lawannya untuk melampiaskan kemurkaan hatinya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
72
Kolektor E-Book
Dengan cepat sekali, hanya dalam waktu sekejap mata Bin An Sienie telah melancarkan
serangan belasan jurus.
Tetapi disebabkan lawannya itu memang masing-masing memiliki tenaga dan kepandaian
yang sangat tinggi, maka dia tidak berdaya sama sekali.
Mau tidak mau Bin An Sienie tetap terlibat dalam pertempuran itu.
Dalam kenyataan seperti ini, telah membuat Bin An Sienie jadi penasaran, tetapi tidak
berdaya selain memberikan perlawanan terus terhadap lawan-lawannya itu.
Thio Sun Kie sendiri ternyata tengah menghadapi kesulitan yang tidak kecil.
Karena yang mengepung Thio Sun Kie terdiri dari jago-jago yang masing-masing memiliki
kepandaian sangat tinggi dan merupakan jago-jago pilihan dari Ong Peng Hin.
Maka dari itu tidak mengherankan jika memang Thio Sun Kie terdesak hebat.
Salah seorang dari lawannya itu merupakan seorang datuk penjahat nomor satu, yang
sangat ditakuti oleh orang-orang dalam rimba persilatan.
Dan serangan-serangan telapak tangannya itu selain kuat sekali, juga mengandung racun.
Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini membuat Thio Sun Kie benar-benar
sangat terdesak. Dia sampai mengeluh.
Terlebih lagi, memang ditubuhnya telah terdapat beberapa buah luka yang membuat
gerakan Thio Sun Kie jadi lamban bukan main.
Ketika itu, Ong Peng Hin dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main
telah melancarkan serangan kearah punggung Thio Sun Kie.
Serangan orang she Ong ini mengandung tenaga serangan yang bukan main kuatnya.
Dan juga memang dia sengaja melancarkan serangan dengan cara demikian, separoh
membokong.
Tentu saja Thio Sun Kie jadi murka bukan main, dan dengan mengeluarkan suara bentakan
marah, dia telah memutar kedua tangannya.
Dari kedua telapak tangannya itu telah mengalir keluar serangkum angin serangan yang
kuat sekali.
Ong Peng Hin terkejut, karena dia merasakan senjatanya tergetar dan mencong.
Dan bclum lagi orang she Ong ini menyadari apa yang terjadi, dia merasakan dadanya
sakit bukan main.
Tubuh Ong Peng Hin juga telah terhuyung-huyung hampir rubuh.
Untung saja beberapa orang diantara kawannya orang she Ong ini telah melompat dan
melancarkan serangan-serangan yang mematikan pada Thio Sun Kie, sehingga mau tidak mau
Thio Sun Kie harus membalas dan mengelakkan serangan itu.
Dengan demikian, maka jiwa Ong Peng Hin tertolong, sebab Thio Sun Kie tidak bisa
melancarkan serangan lagi pada dirinya.
Keringat dingin jadi mengucur keluar dari tubuh orang she Ong ini.
Dengan penuh kemurkaan Thio Sun Kie telah mengeluarkan suara teriakan yang
mengguntur, dia telah melancarkan serangan yang hebat bukan main. Dengan cara demikian,
Thio Sun Kie ingin cepat dapat menyudahi jalan pertempuran itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
73
Kolektor E-Book
Tetapi, dengan cepat sekali, lawan-lawannya telah mengelak dan sengaja telah main
kucing-kucingan, karena biar bagaimana memang mereka ingin mengulur waktu.
Dengan mengandalkan jumlah yang banyak, tentunya mereka memang bisa berbuat
banyak.
Dan juga Thio Sun Kie kalau bertempur terus menerus dengan cara demikian, tentu akan
kewalahan, dan dia pasti akan dapat dirubuhkan, sebab lama kelamaan Thio Sun Kie pasti akan
kehabisan tenaga.
Dan apa yang direncanakan oleh lawan-lawannya itu telah diketahui oleh Thio Sun Kie.
Dia juga sadar bahwa memang dia harus dapat berusaha dapat meloloskan diri atau juga
dapat merubuhkan lawannya itu sebanyak mungkin.
Dikala Thio Sun Kie sedang melancarkan serangan kearah Ban Ouw Hie dengan pukulan
tangan kirinya dan juga tengah menangkis dengan sampokan serangan dari Ong Peng Hin, disaat
itulah, sebatang pedang dari lawannya yang lain telah menancap tepat dibahunya.
Thio Sun Kie telah menggerang, dia telah membalikan tubuhnya. Dengan sekuat tenaganya
dia telah menghantam telak sekali orang yang telah melancarkan serangan dengan cara
membokong seperti itu.
Tubuh orang itu telah terpental keras sekali dan dengan cepat telah terbanting diatas tanah.
Seketika itu juga napasnya telah terhentikan dan dia telah berhenti menjadi manusia. Mati.
Ong Peng Hin dan lawan-lawannya dari Thio Sun Kie yang lainnya tidak mau membuang
buang kesempatan yang ada, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, mereka
serentak telah melancarkan serangan dengan mempergunakan senjata masing-masing gerakan
yang mereka lakukan ini memang sangat luar biasa sekali.
Cepat bukan main, batang leher dari Thio Sun Kie kena tergores oleh mata golok salah
seorang lawannya, karena Thio Sun Kie mengelakkan serangan itu kurang cepat dan kurang
miring, maka dari itu, darah seketika itu juga telah mengucur keluar deras sekali.
Betapa murkanya Thio Sun Kie, dengan mengeluarkan suara bentakan : "Aku akan
mengadu jiwa dengan kalian!" cepat bukan main dia telah memutar kedua tangannya dan telah
mengamuk dengan mengeluarkan seluruh sisa tenaga yang masih ada padanya, karena dia ingin
mengadu jiwa dengan lawan-lawannya itu.
Biar bagaimana Thio Sun Kie memang telah menyadarinya, bahwa kali ini dia sudah tidak
mungkin dapat menghindarkan diri dari kematian.
Karena itu dia bermaksud untuk mempergunakan sisa tenaga yang ada padanya untuk
mengadu jiwa dengan lawan-lawannya dan berusaha untuk dapat membinasakan lawan
lawannya itu sebanyak mungkin.
Saat itu, Thio Sun Kie melihat betapa Ong Peng Hin tengah mengangkat pedangnya akan
melancarkan serangan pula, tetapi Thio Sun Kie tidak bermaksud mengelakkannya. Dia telah
melihat pedang itu meluncur, tetapi Thio Sun Kie tidak bermaksud menghalaunya dengan
kibasan telapak tangannya, melainkan dia telah mengulurkan kedua tangannya itu kedepan dan
"Wuttt...!" keras bukan main, angin serangan dari kedua telapak tangannya itu keras sekali,
tubuh Ong Peng Hin kontan terpental keras.
Dada orang she Ong itu juga telah kena terhajar sampai melesek.
Dan juga terlihat betapa orang she Ong, terbanting ditanah seperti sebatang pohon yang
telah kering, karena sejak tubuhnya terapung ditengah udara, memang orang she Ong itu telah
tidak bernapas lagi. Gempuran tenaga dalam dari Thio Sun Kie telah begitu keras membentur
dadanya, sehingga menghancurkan dadanya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
74
Kolektor E-Book
Orang-orang yang menjadi lawan dari Thio Sun Kie terkejut melihat kematian Ong Peng
Hin. Tetapi Ban Ouw Hie yang melihat ini jadi murka. Dan disaat Thio Sun Kie belum dapat
memecahkan perhatiannya, Ban Ouw Hie telah mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan
dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang telak sekali menghajar batok kepala Thio
Sun Kie.
Seketika itu juga Thio Sun Kie merasakan pandangan matanya jadi gelap. Tubuhnya
sempoyongan, karena batok kepalanya telah rengat. Dan disaat dia belum bisa melakukan
sesuatu, disaat itulah salah seorang lawannya yang lain telah menggerakkan pedangnya, dan
"Ceeeppp!" mata pedang telah menancap dalam sekali, tubuh
?? SEBAGIAN TEKS TELAH HILANG ??
yang mengucur begitu banyak membuat kedua kakinya gemetaran.
Ban Ouw Hie sendiri telah mengeluarkan suara erangan keras dan melancarkan serangan.
Kawan-kawannya juga meluruk cepat sekali melancarkan serangannya. Bin An Sienie masih
berusaha memberikan perlawanan, tetapi keinginan hatinya sudah tidak dapat dituruti pula
karena tenaganya seperti telah habis sama sekali, dia terjungkel ditanah, dan senjata tajam lawan
lawannya itu bagaikan hujan telah berdatangan membacok, menikam dan memotong-motong
tubuh niekouw tua tersebut....! Suatu peristiwa yang tragis sekali, seorang Ciangbunjin dari
sebuah pintu perguruan yang sangat harum namanya dan setingkat dengan Siauw Lim Sie telah
kena dibinasakan dalam kecelakaan yang begitu mengerikan, pembunuhan yang keji bukan
main...............!
Ban Ouw Hie melihat telah berhasil membinasakan niekouw tua tersebut dan
membinasakan lagi dua orang sisa niekouw murid dari Bin An Sienie, segera juga meneriakkan
agar segera membakar kuil itu...... api semakin berkobar besar sekali. Jago-jago yang tengah
membakari kuil Gobie-pay tersebut seperti telah berobah menjadi serigala-serigala yang bengis
menakutkan.......
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 5 ?????????
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ENG SONG ketika membuka kedua matanya, yang pertama-tama dirasakan adalah hawa
panas yag bukan main. Dirinya seperti terpanggang. Dia kaget setengah mati, dengan cepat
melompat berdiri. Tetapi bocah ini terhuyung, karena dia baru teringat bahwa dirinya tadi dibikin
seperti bola oleh tojin yang menyiksanya. Ketika itu Eng Song terkejut bukan main, sebab begitu
dia memandang sekelilingnya, dia melihatnya api yang tengah berkobar besar sekali, disekitar
kuil tersebut.
Teringat apa yang telah terjadi, Eng Song jadi gugup sekali, dia berlari kebelakang kuil itu.
Pertama-tama yang dilihatnya mayat-mayat yang bergelimpangan ditempat tersebut, mayat
dari niekouw-niekouw Gobie-pay. Dan salah seorang mayat lainnya lagi telah rusak seperti
dihujani senjata tajam, tetapi wajahnya masih dapat dikenali oleh Ma Eng Song, dia tahu mayat
yang rusak itu tidak lain dari Bin An Siense.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
75
Kolektor E-Book
Hati Eng Song mencelos, dia menghampiri dan memeriksanya. Waktu dia yakin sosok
mayat itu memang Bin An Sienie, tanpa terasa mengucur air matanya.
Seorang Ciangbunjin dari sebuah pintu perguruan yang begitu besar dan ternama seperti
Gobie-pay telah kena dibinasakan oleh rombongan orang-orang yang begitu buas.
Di saat itulah Eng Song segera teringat kepada Thio Sun Kie. Dia segera berlari dengan
cepat keluar dari kuil itu. Kembali Eng Song jadi berdiri terpaku memandang mayat-mayat yang
bergelimpangan.
Salah satu sosok mayat dikenali sebagai Thio Sun Kie. Waktu si bocah memeriksanya,
dilihatnya memang benar sosok mayat itu tidak lain dari Thio Sun Kie.
Tubuh Eng Song gemetaran dilanda oleh kedukaan dan kemarahan yang bukan main.
Dia mengucurkan air mata sambil bersumpah : "Aku Ma Eng Song bersumpah akan
membalas sakit hati dari Thio Peh-peh dan Bin An Lonie dan segenap penghuni Gobie Pay yang
telah kena dianiaya oleh orang-orang busuk dan buas itu....!" Waktu Eng Song bersumpah
begitu, tubuhnya gemetaran keras sekali karena selain dia menangis sedih sekali atas kematian
dari orang-orang yang dicintainya, juga dia sangat gusar dan murka bukan main.
Api berkobar menjilati tempat-tempat lainnya lagi membakar kuil lebih luas. Eng Song
melihatnya, dirinya sudah terkurung oleh kobaran api. Dia telah berdiri perlahan-lahan.
Kemudian setelah memandangi sosok-sosok mayat itu sejenak lagi Eng Song telah berusaha
menerobos keluar dari kurungan api yang tengah berkobar begitu besar. Beberapa kali Eng Song
berusaha untuk menerobos dari jilatan lidah api itu, tetapi selalu gagal. Akhirnya Eng Song jadi
bingung juga.
"Aku tidak boleh mati! Aku tidak boleh mati! Aku harus hidup terus, untuk membalas
sakit hati ayah, sakit hati Thio Peh-peh, sakit hati Bin An Lonie! Aku harus hidup terus!!"
Karena berpikir begitu, Eng Song jadi bertekad, biar bagaimana harus dapat mencari jalan
untuk meloloskan diri dari kurungan api yang tengah berkobar itu.
Tetapi api telah berkobar demikian besar, maka sulit bagi si bocah untuk keluar dari
kurungan lautan api yang telah membubung tinggi begitu.
Dan jalan satu-satunya yang masih terhindar oleh jilatan lidah api itu adalah sebuah sungai
yang terdapat tidak begitu jauh dari tempat tersebut.
Tetapi letak sungai itu sangat berbahaya sekali, selain penuh oleh batu cadas yang runcing
runcing juga penuh oleh tikungan-tikungan yang tajam, disamping memang sungai itu mengalir
kebawah.
Namun Eng Song telah nekad.
Sudah tidak ada jalan lain buatnya, dia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat
cepat sekali. Dia telah terjun kedalam sungai itu.
Seketika itu juga tubuhnya telah terbawa oleh arus sungai yang memang mengalir begitu
cepat.
Tetapi celakanya. Eng Song segera merasakan tubuhnya sakit-sakit oleh benturan batu
cadas dan pedih bukan main karena kulit ditubuhnya banyak yang terluka.
Eng Song mengeluh, dia tidak tahu apakah dia akan dapat terloloskan dari kematian.
Akhirnya air sungai itu dirasakannya mengalir jauh lebih cepat lagi, tentu saja hal ini
membuat Eng Song jauh lebih menderita lagi. Dia mengeluh dan berdoa kepada Thian (Tuhan)
agar dirinya dilindungi.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
76
Kolektor E-Book
Disaat itulah, Eng Song telah berusaha menggerak-gerakkan kaki tangannya. Dan dia
berusaha menjambret batu cadas yang dilaluinya. Tetapi meleset, terlampau licin, dan tubuhnya
tetap saja terbawa oleh arus air sungai itu dengan cepat sekali.
Padahal, waktu Eng Song berusaha memandang sekelilingnya, dia melihat dirinya sudah
terpisah jauh dari kuil Gobie-pay. Diantara kegelapan malam itu, tampak api yang tengah
merajai kuil Gobie-pay itu terlihat terang sekali, membubung ketengah udara.
Dan yang membuat Eng Song jadi terkejut bukan main, karena segera juga dia melihat
dikejauhan sebuah tepian dari air ini terjun kebawah begitu tajam. Eng Song jadi menggidik.
Kalau memang dirinya sampai terseret arus itu terjerumus masuk kedalam jurang yang begitu
dalam, tentunya dia akan terbinasa disaat itu juga. Apa lagi Eng Song juga segera terbayang,
pasti didasar dari air terjun tersebut banyak sekali batu-batu ganung yang tajam-tajam.
Dengan bingung Eng Song berusaha meraih batu yang menonjol keluar. Dia berusaha
untuk memeluknya. Tetapi arus itu begitu cepat sekali, maka dari itu dia tidak mempunyai
kesempatan untuk dapat meraih batu itu. Tubuhnya tetap saja terseret arus air tersebut.
Jarak antara Eng Song dengan air yang terjun kedalam lekukan yang dalam itu hanya
terpisah belasan tombak. Diam-diam Eng Song jadi tambah gugup disaat jarak itu semakin
mendekat juga. Dia telah memandang dengan mata terbelatak. Disaat mana tubuhnya terus juga
terseret semakin mendekati tepian dari lekukan air yang terjun kebawah itu... suara air yang
tumpah terdengar semakin jelas. Gemuruhnya air yang tumpah itu, menunjukkan air terjun ini
mempunyai ketinggian yang bukan main.
Tubuh Eng Song terseret semakin dekat, semakin dekat.....
Dan dia mengeluarkan suara jeritan yang melengking tinggi sekali, karena tubuh dengan
cepat dan tidak tertahankan lagi telah terseret kedalam arus air itu turut terjun kebawah berikut
dengan tumpahn air..... Eng Song merasakan tubuhnya melayang-layang.... pandangan matanya
juga jadi gelap seketika....
Arus air sungai yang membawa Eng Song merupakan air terjun yang memiliki ketinggian
hampir lima puluh tombak dan juga memang air terjun itu memiliki arus yang kuat. Namun
dibawah air terjun itu terdapat sebuah kolam yang luas dan lebar menyerupai danau, yang
menampung tumpahnya air, dan memiliki saluran disebelah utara, untuk terus menurun kekaki
gunung.
Eng Song telah pingsan tidak sadarkan diri waktu dirinya jatuh di air kolam dibawah kaki
air terjun itu, dan tubuhnya terus saja tenggelam kedalam danau itu. Disebabkan air yang tumpah
begitu keras, air danau tersebut memiliki pusaran air yang cukup luas, dan pusaran air itu yang
telah menyeret Eng Song kedalam kolam itu, kedasarnya. Sedangkan Eng Soug tetap dalam
keadaan pingsan waktu tubuhnya berputar-putar dipermainkan oleh pusaran air tersebut.....
sampai akhirnya tubuh Eng Song telah terseret sampai di sebuah tepian air yang indah bukan
main, penuh oleh pasir putih yang lembut, dan dia telah terlemparkan sampai ditepian kolam itu,
dalam keadaan tidak sadar, rebah dipasir putih yang lembut itu bagaikan sesosok mayat belaka.
*
* *
MATAHARI fajar mulai memperlihatkan sinarnya yang kuning keemas-emasan. Dan juga
cahayanya yang hangat itu telah menghangati tubuh Eng Song yang masih rebah dipasir putih itu
dalam keadaan pingsan. Keadaan disekitar tepi kolam itu ternyata indah sekali. Terlebih lagi
memang matahati fajar itu telah memberikan kehidupan yang begitu nyaman dan tenteram bagi
tempat ini.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
77
Kolektor E-Book
Ketika Eng Song menggerakan pelupuk matanya dan tersadar dari pingsannya. Dia jadi
mengeluarkan suara jeritan. Rupanya bayang-bayang yang mengerikan ketika tubuhnya akan
terseret ketepi jurang dari air tumpah itu, telah terlekat dibenaknya dan dia menduga bahwa
dirinya masih juga terbawa oleh arus air.
Tetapi waktu Eng Song memandang sekelilingnya, dia jadi silau oleh sinar matahari pagi
yang telah menyinari sekitar tempat itu. Samar-samar Eng Song juga mendengar suara kicau
burung. Waktu Eng Song memperhatikan keadaan disekitar tempat itu, dia melihatnya betapa
indahnya tempat dimana dia rebah. Dengan tubuh yang letih bukan main, Eng Song telah
merangkak untuk bangun, dan dia berusaha mengerak-gerakkan kedua tangan dan kakinya. Dan
Eng Song jadi seperti terpaku ditempatnya waktu dia melihatnya pemandangan disekitar tempat
tersebut sangat indah luar biasa.
Dengan sendirinya mau tidak mau hal ini telah nnembuat Eng Song terpesona, sambil
meluruskan jalan darahnya yang di rasakan tidak lancar. Dan Eng Song juga memperoleh
kenyataan bahwa tubuhnya sakit, bajunya sudah tidak keruan, telah koyak disana-sininya, dan
juga tubuhnya luka-luka.......... Keadaan bocah ini sudah tidak keruan sama sekali.
Tentu saja Eng Song bersyukur kerena dia memperoleh kenyataan dirinya selamat dari
bantingan didasar air tumpah itu, tidak sampai menemui kematian.
Perlahan-lahan Eng Song telah melangkah untuk memeriksa keadaan disekitar kolam itu,
suara gemuruh air tumpah masih terdengar begitu gemuruh. Tetapi jarak antara tempat Eng Song
terdampar dengan air terjun itu sudah terpisah cukup jauh.
Eng Song melangkah perlahan-lahan, karena merasakan seluruh tubuhnya sakit. Tidak
dilihatnya seorang manusiapun disekitar tempat itu.
Sinar matahari yang menyilaukan mata itu membuat pandangan Eng Song berkunang
kunang dau juga kepalanya pening sekali.
Tetapi Eng Song berusaha untuk bertahan, dia tidak mau kalau dirinya sampai rubuh.
Kenyataan seperti ini telah membuat Eng Song harus berhenti sejenak, dan dia duduk
dipasir putih yang lembut itu untuk beristirahat sambil mengatur jalan pernapasannya.
Setelah mengerahkan tenaga murni yang menimbulkan pergolakan dalam peredaran
darahnya itu, Eng Song kemudian memusatkan pikirannya menurut apa yang diajari oleh Thio
Sun Kie, untuk bersemedhi memulihkan tenaga. Memang hasilnya luar biasa, karena perasaan
letih dan peningnya itu perlahan-lahan berkurang.
Dia telah membuka matanya, tetapi tidak lantas bangkit, karena dia duduk sambil
mengawasi pemandangan sekitar tempat itu.
Betapa indahnya pemandangan disekitar tempat ini, Eng Song telah memandang dengan
terpesona.
Begitulah, dari tempatnya itu, Eng Song kemudian memutari kolam tersebut dan
memeriksa keadaan disekitar tempat dimana ia terdampar.
Tidak seorang manusiapun juga yang dijumpainya, karena memang ditempat ini tidak
terlihat sebuah rumah pendudukpun.
Eng Song menghela napas. Dia telah terdampar disebuah daerah yang memang masih
asing baginya, dan juga tampaknva daerah ini seperti dari bagian gunung yang tertutup dan
jarang didatangi orang.
Diam-diam Eng Song jadi berpikir keras, dia duduk terpekur disebuah batu gunung dan
mengawasi air yang tengah tumpah tak hentinya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
78
Kolektor E-Book
Suasana yang tenang tenteram disekitar tempat itu membuat hati Eng Song jadi nyaman.
Tetapi Eng Song juga sadar, bahwa banyak tugas yang berada dipundaknya. Lagi pula, yang
menjadi pemikiran Eng Song, entah bagaimana nasib Pedang Bunga yang merupakan benda
pusaka itu, karena Bin An Sienie dan Thio Sun Kie telah terbunuh.....
Dan akhirnya Eng Song mengambil keputusan, dia harus meninggalkan tempat ini, untuk
pergi mencari Ku Kuay Kiehiap, karena memang Thio Sun Kie pernah menyinggung-nyinggung
perihal diri jago aneh itu, karena menurut Thio Sun Kie si bocah she Ma memang ingin
dikirimnya ke Kun Lun, untuk mencari Ku Kuay Kiehiap itu.... Dan Eng Song mengambil
keputusan untuk melakukan perjalanan ke Kun Lun, untuk menceritakan seluruh peristiwa yang
telah terjadi pada Ku Kuay Kiehiap.... Dan setelah berpikir begitu, Eng Song segera mencari
jalan keluar dari tempat yang tertutup itu, berusaha mencari jalan yang bisa membawanya keluar
dari tempat yang menyerupai sebuah lembah tertutup itu.......
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 6 ?????????
LEMBAH tertutup itu merupakan sebuah lembah yang banyak sekali ditumbuhi oleh
pohon-pohon yang beraneka macam, juga pohon-pohon bunga banyak sekali terdapat didaerah
ini.
Ma Eng Song telah menyusuri hampir seluruh bagian dari lembah ini, tetapi tetap saja dia
tidak menemui jalan keluar untuk kedunia ramai. Empat hari lamanya Ma Eng Song telah
berputar-putar didalam lembah itu, dan selama itu hanya daun-daunan yang telah menangsel
perutnya, atau buah-buahan yang memang banyak tumbuh liar dilembah tersebut. Tetapi biar
bagaimana, dengan hanya memakan buah-buahan belaka dan daun-daun saja, tanpa memperoleh
daging secuilpun juga, membuat Eng Song merasakan seluruh tubuhnya lemas hampir tidak
bertenaga.
Tetapi Eng Song tidak putus asa, dia terus juga berusaha untuk menemui jalan keluar. Biar
bagaimana Eng Song yakin lembah ini memiliki jalan untuk keluar.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun setelah putar-putar selama hampir satu bulan dilembah itu, Eng Song tetap saja
tidak berhasil menemukan jalan keluar. Hal ini lama kelamaan telah membuat Eng Song jadi
panik juga. Dia mulai putus asa.
Apa lagi pakaiannya juga sudah tidak keruan rupa dan hampir tidak bentuk seperti baju
lagi, telah koyak disana-sini dan kotor sekali. Walaupun Eng Song telah berulang kali
mencucinya ditepi kolam itu, tetap saja baju itu tidak bisa bersih dari noda darah. Malahan
bertambah banyak saja yang pecah dan robek, sampai akhirnya Eng Song tidak mau mencucinya
lagi.
Dalam putus asa yang begitu mendalam dihati si bocah... Eng Song perlahan-lahan juga
mulai menyukai keadaan alam sekitar lembah itu.
Setelah beberapa hari lagi dia mencari-cari jalan keluar tanpa berhasil menemukannya,
akhirnya Eng Song telah benar-benar putus asa dan mulai saat itu tidak mau mencari-carinya lagi
jalan keluar itu.
"Sudahlah! Mungkin memang sudah nasibku harus hidup terkurung dilembah ini! Cuma
saja.... hai, hai, dendam yang begitu berat terlantar begitu saja! Betapa membuat hati menjadi
penasaran sekali!" dan berulang kali Eng Song telah menghela napas. Teringat pada mendiangCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
79
Kolektor E-Book
ayah dan ibunya, tanpa disadarinya menitiklah air mata dipipi Eng Song. Dia telah menangis
seperti anak kecil kehilangan barang mainannya.
Hari demi hari telah dilewati Eng Song penuh kekosongan, dan dia hanya setiap harinya
mengelilingi lembah itu. Dan walaupun pemandangan dilembah itu demikian dan menawan hati,
tetapi jiwa si bocah tak dapat tenang.
Malam itu Eng Song tengah rebah direrumputan yang tebal, sehingga dapat dipergunakan
sebagai penggantinya pembaringan. Dia memandangi rembulan yang terpancar terang keemas
emasan.
Di antara kesunyian malam, suara gemuruhnya air tumpah terdengar bagaikan pengganti
musik, diiringi oleh suara binatang malam yang berdendang, ditambah dengan siliran angin
menimbulkan suara kresekan pada daun-daun.
Pikiran si bocah tengah melayang-layang teringat akan masa lalunya. Dia jadi tidak habis
mengerti mengapa dirinya dan keluarganya tidak habis dan tidak hentinya mengalami
kemalangan yang tidak kunjung habis?! Dan juga perihal dendam dan sakit hati pada musuh
musuhnya...! Kalau memang dia terkurung terus menerus dilembah ini, berarti urusan sakit hati
itu hanya merupakan urusan diotak Eng Song belaka, tanpa ada kenyataan untuk
penyelesaiannya.
Tetapi dikala Eng Song tengah rebah dengan pikiran melayang-layang seperti itu, tiba-tiba
menyambar sebutir batu kerikil kecil, menghantam keningnya, sampai mengeluarkan suara
?Bretak!? keras sekali.
Tentu saja Eng Song jadi kaget dan kesakitan setengah mati, dan sampai mengeluarkan
seruan kaget waktu dia melompat berdiri.
Diawasinya sekelilingnya, tidak terlihat seorang manusiapun juga, dan ketika Eng Song
merabah keningnya, dijidatnya itu telah benjol akibat benturan batu itu.
"Apakah batu diatas tebing ini yang telah terlepas dan kebetulan telah menimpah jidatku ?"
diam-diam Eng Song berpikir didalam hatinya.
Tetapi sedang dia berpikir begitu tiba-tiba Eng Song merasakan pinggulnya sakit seperti
didupak orang, dan tubuhnya kontan terjungkel rubuh.
Untung saja dia terguling diatas tumpukan rumput-rumput yang tebal itu, sehingga tidak
begitu sakit.
Cepat-cepat Eng Song melompat berdiri dengan muka agak pucat.
Dan Eng Song yakin tidak mungkin dia rubuh begitu disebabkan sampokan angin!
"Si.... siapa yang telah mempermainkan aku?" tegur Eng Song dengan suara yang nyaring.
Dia tidak marah, malah mengharapkan ada orang yang menggodanya, karena berarti dia bisa
bertemu dengan manusia.
Tetapi jawaban yang didengarnya membuat bulu kuduknya jadi berdiri : "Aku, setan
penasaran!!"
"A......... apa?" suara Eng Song jadi tergetar keras sekali, tubuhnya agak menggigil, karena
hatinya seketika itu juga berdebar keras, dan kepalanya seperti diguyur segayung air yang dingin
sekali.
"Hemmm.... aku setan penasaran!" terdengar suara orang menyahuti dengan suara yang
dingin, tidak berperasaan sama sekali.
JILID 5CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
80
Kolektor E-Book
MATA Eng Song jadi jelalatan memandang sekitar tempat itu, dia ketakutan setengah mati
dan mencari-cari kalau-kalau orang yang mempermainkan dirinya berada disekitar dirinya.
Tetapi Eng Song tidak melihat seorang manusiapun juga menambah perasaan ngeri
dihatinya lagi saja. Dia jadi ragu-ragu, dan berpikir, apakah didunia ini memang terdapat setan
penasaran?
"Bocah! Mau apa kau datang di tempatku ini, heh?" terdengar orang membentak lagi.
Eng Song saat itu tengah kebingungan dicampur perasaan ngeri, mendengar dirinya
ditanyai dengan suara membentak begitu. Eng Song jadi gugup dan menyahut sekenanya :
"Aku...... aku juga tidak mau lama-lama berdiam disini! Malah kalau memang kau bisa
menunjukkan jalan untuk keluar dari tempat ini, aku malah sangat berterima kasih sekali......"
"Cissss! Enak saja kau bicara!" terdengar suara orang berkata dengan tawar. "Kau bisa
datang, tentunya kau bisa pergi, buat apa kau mau merepotkan diriku untuk mengasih unjuk
padamu jalan keluar?"
"Tetapi aku datang kemari bukan atas kemauanku sendiri........" kata Eng Song.
"Siapa yang membawamu?"
"Air!"
"Apa?" terdengar suara itu mengandung kemarahan bercampur mendongkol.
"Air yang telah membawaku kemari," menambahkan Eng Song. "Aku telah terjatuh dari
air terjun itu!"
"Ihhh....!" terdengar seruan nyaring, seperti juga orang itu terkejut sekali.
Eng Song hanya diam saja dengan hati berdebar, dia jadi ketakutan, karena ngeri kalau
membayangkan yang tengah diajaknya bercakap-cakap ini adalah setan penasaran.
"Mengapa kau tidak terbanting mampus dikaki air tumpah itu?" terdengar suara itu
bertanya dengan ucapan yang dingin sekali.
"Aku mana tahu? Aku dalam keadaan pingsan......... Yauwkwie (setan).........! menyahuti
Eng Song dengan nada takut-takut.
"Apa? Kau panggil aku ini apa?" tegur si setan penasaran yang tidak terlihat ujutnya itu,
didengar dari suara menegurnya itu memperlihatkan bahwa dia gusar bukan main.
"Hemmmmm......... bukankah tadi kau yang mengatakan sendiri bahwa kau setan
penasaran? Apakah panggilanku itu salah?" tanya Eng Song tambah gugup.
"Bocah tidak tahu adat! Apakah dengan memanggilku dengan sebutan Yauwkwie itu
merupakan panggilan yang sopan?" tegur si setan penasaran.
"Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa?" tanya Eng Song tambah bingung.
"Yauwkwie Loya (Tuan besar setan).........!!" menyahuti suara itu.
"Ohhhh!" Eng Song jadi berseru kaget dan heran, bercampur perasaan geli didalam
hatinya, karena dia baru tahu bahwa setan juga mengerti tata-krama kesopanan. "Maafkanlah
kalau tadi aku salah memanggilmu Yauwkwie Loya.........!"
"Apakah kau ingin bertemu denganku?" terdengar si Yauwkwie Loya telah bertanya lagi,
suaranya sabar dan tidak sekeras seperti tadi.
Tetapi pertanyaan seperti ini malah telah membuat semangat Eng Song seperti terbang
meninggalkan raganya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
81
Kolektor E-Book
"A......... apa?! Bertemu dengan kau?" menggigil suara Eng Song.
"Kenapa kau kaget? Apa kau jijik untuk bertemu denganku? Apa kau anggap aku ini setan
yang tidak ada harganya dan sangat hina bertemu dengan kau?"
Mendengar nada suara si Yauwkwie Loya yang mengandung perasaan mendongkol bukan
main begitu, membuat Eng Song tambah gugup.
"Bu......... bukan begitu... bukan begitu!" kata Eng Song cepat.
Sedangkan didalam hatinya sendiri membathin : "Bertemu dengan setan? Hu? Itulah
pekerjaan gila!"
"Hahahahahahaha!" terdengar suara tertawa orang itu dengan suara yang nyaring. "Kulihat
wajahmu pucat sekali, apakah kau ketakutan, bocah"
"Ti..... tidak! Mengapa aku harus ketakutan?" tanya Eng Song cepat. Dan suaranya dibuat
agar terdengarnya gagah.
Tetapi suara yang aneh dan tidak terlihat ujudnya itu telah berkata lagi dengan suara yang
nyaring : Hmmmmmm, baiklah! Kalau begitu kau setuju untuk bertemu denganku?"
"Tunggg...... tunggu dulu!!" kata Eng Song jadi gugup dan tergesa-gesa. "Aku...... aku mau
bertanya dulu padamu, tuan Setan.......!"
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apakah kau tidak akan marah, tuan Setan?" tanya Eng Song lagi.
"Mengapa harus marah? Apakah pertanyaan yang akan kau ajukan itu merupakan
pertanyaan gila-gilaan?" tanya suara si tuan Setan itu.
"Tidak! Aku hanya ingin tahu saja." kata Eng Song. "Tolong kau beritahukan kepadaku,
tuan Setan, apakah keadaanmu, wajahmu, sangat mengerikan atau tidak?!"
Tidak terdengar suara sahutan untuk sementara waktu, sampai jantung Eng Song jadi
tergoncang keras sekali, karena dia menduga pertanyaannya itu telah menyinggung perasaan dan
hati si tuan Setan.
Akhirnya telah terdengar si tuan Setan telah menghela napas, dan berkata lambat-lambat :
"Sesungguhnya memang nasibku terlalu buruk, sebab aku memang telah menjadi setan
penasaran, dengan sendirinya keadaanku sangat buruk sekali. Karena engkau ingin mengetahui
perihal wajah dan tubuhku, maka engkau dengarkanlah baik-baik. Mataku tidak ada, tetapi aku
bisa melihat walaupun kedua mataku itu bulat berlobang saja. Hidungku juga tidak sebagus
hidungmu, karena aku hanya berlubang belaka, mulutku juga hanya terdapat gigi-gigi yang
bertonjolan tidak rata, karena aku tidak memiliki bibir! Tubuhku juga hanya tinggal tulang,
bukannya terbalut oleh kulit. Itulah keadaanku, apakah kau mau bertemu denganku?"
Eng Song jadi berdiri bengong dengan hati yang berdenyut duk-duk-duk tidak hentinya.
Semakin didengar, dia jadi semakin merasa ngeri.
Bayangkan saja, situan setan itu tidak lain hanya bentuk dari tengkorak, karena seperti
katanya, kedua matanya hanya bentuk lubang belaka, hidungnya juga hanya lubang pula, dan
bibirnya tidak ada, hanya giginya yang bertonjolan tidak rata dengan tulang-tulangnya
belaka...............! Itulah ciri-ciri dari tengkorak hidup!
Siapa yang tidak akan merasa ngeri dan jeri untuk berhadapan dengan setan?
Apa lagi si tuan Setan itu telah menamakan dirinya sebagai setan penasaran.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
82
Kolektor E-Book
Dan yang menambah rasa takut dan ngeri dari Eng Song, dia memperoleh kenyataan
dirinya berada dilembah yang sunyi seperti ini, tidak ada seorang manusiapun juga, ditambah
lagi memang keadaan malam itu hanya diterangi oleh sinar rembulan yang redup.
"Bagaimana? Kau belum menjawab pertanyaanku?!" bentak si tuan Setan dengan suara
mendongkol, karena Eng Song hanya berdiri seperti orang kesima, bagaikan patung saja.
"A............... apa?" Eng Song seperti baru tersadar dari mimpi buruknya, keringat dingin
telah mengucur keluar deras sekali.
"Kau mau bertemu denganku atau tidak?" bentak si tuan Setan.
"Ti............. tidak kalau memang bisa." menyahuti Eng Song gugup.
"Kurang ajar kau.............!" bentak si tuan Setan yang rupanya gusar. "Mengapa kau
mengatakan tidak ingin bertemu kalau memang bisa!? Memangnya aku memaksamu? Aku hanya
bertanya kau ingin bertemu denganku atau tidak?! Jawab saja tidak kalau memang tidak mau
bertemu denganku, sudah cukup. Dan jawab ?mau? kalau memang kau ingin bertemu denganku!"
"Ihhhh............. manusia mana sih yang mau bertemu dengan setan?" berpikir Eng Song
didalam hatinya mendongkol dan gugup sekali.
Tetapi si bocah berusaha untuk tersenyum sambil katanya : "Tuan Setan jangan
marah................ kalau memang kau tidak keberatan aku memang tidak ingin bertemu dulu
dengan kau!"
"Takut?"
"Tidak!"
"Eh, tidak takut kau?"
"Ya......... hanya belum berselera."
"Kunyuk kau! Mengapa bertemu denganku saja harus menunngu berselera atau belum?!"
memaki si tuan Setan. "Memangnya aku ini makanan? Tetapi kalau memang kau mau, memang
dapat kau memakan tulang-tulangku ini, lumayan bisa menangsel perutmu, agar tubuhmu jangan
kurus kerempeng seperti itu!"
Serasa berdiri seluruh bulu-bulu ditubuh Eng Song.
Memakan tulang-tulang belulang dari tengkorak hidup?! Ihhh, betapa menjijikkan dan
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerikan. Hampir Eng Song muntah-muntah disebabkan rasa mualnya yang datang begitu
tiba-tiba sekali.
"Baiklah!" terdengar suara si setan penasaran itu. "Kau tidak mau bertemu denganku.
itupun tidak apa-apa. Cuma saja hal ini memperhatikan bahwa kau tidak bersahabat denganku!"
Dan membarengi dengan habisnya suara si Tuan Setan itu, tahu-tahu : ?ketepok?, pipi Eng
Song telah kena ditempeleng keras sekali.
Tubuh Eng Song sampai berputar-putar, dia kesakitan dan ketakutan.
Karena tempilingan yang begitu keras tanpa Eng Song mengetahui siapa sesungguhnya
yang telah menempilingnya itu. Hal ini tentu saja membuatnya jadi tambah ketakutan.
Dan belum lagi Eng Song merangkak untuk berdiri, tahu-tahu pantatnya telah kena
didupak oleh dupakan yang keras bukan main.
Tubuh Eng Song sampai terjerambab kedepan, dan mukanya mencium tanah.
Kontan darah mengucur deras dari hidungnya yang terantuk membentur tanah.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
83
Kolektor E-Book
Kepalanya jadi pusing dan hidungnya pedas bukan main.
"Kau.............. kau............." suara Eng Song begitu gugup sekali, dia gusar berbareng
ketakutan. Biar bagaimana setan mana bisa dilayani?!
"Mengapa kau-kauan begitu?" bentak si Setan Penasaran dengan suara yang bengis.
"Mengapa kau menyiksa diriku? Apa salahku?" tanya Eng Song, tetap hatinya keder kalau
dibayangkan olehnya bahwa yang diajaknya bicara itu tidak lain dari setan penasaran.
"Hemmmm............ bukankah engkau sendiri tadi telah memperhatikan sikap yang tidak
bersahabat? Maka dari itu, buat apa aku memperlakukan kau manis-manis dan bersahabat!
Paling tidak aku menginginkan kau mati agar bisa bersama-sama dengan aku menjadi setan
penasaran! Setidak-tidaknya menemani aku agar tidak kesepian.....! Kau mau, bukan?"
Eng Song seketika itu juga merasakan kepalanya jadi membesar dan juga hatinya
tergoncang keras sekali. Dirinya mau diajak untuk menjadi setan penasaran? Celaka benar!
Bukankah hal itu sangat mengerikan sekali, dia jadi mengeluh sendirinya, karena biar bagaimana
dia mana bisa melawan setan penasaran seperti itu?!
Di kala Eng Song berdiam diri begitu, di saat itu pula telah menyambar sebutir batu dengan
gerakan yang cepat. Dan Eng Song tidak bisa menangkisnya, karena telak sekali batu itu telah
menghajar batok kepalanya, sampai mengeluarkan suara ?Pletak!? dan Eng Song merasa
kesakitan bukan main, dia sampai mengeluh dan saking takutnya si bocah hampir menitikkan
butir air mata, sebab Eng Song tidak mengetahui bagaimana harus menghadapi setan penasaran
yang demikian ugal-ugalan?!
"Baiklah!" kata Eng Song kemudian terpaksa. "Kalau begitu aku mau bersahabat dengan
kau!"
"Hemmmmm, sudah terlambat! Sekarang ini sudah apa gunanya? Sudah terlambat! Sudah
terlambat! Kau mau bersahabat dengahku juga dalam keadaan terpaksa, saking ketakutan dan
kewalahan, maka kau baru mau bersahabat denganku! Apa gunanya semua itu!?"
"Tetapi aku sungguh-sungguh akan bersahabat dengan kau!" kata Eng Song, dengan suara
yang nyaring, saking kewalahan.
"Benarkah itu?" terdengar si Tuan Setan telah bertanya dengan suara mengandung
kegembiraan yang sangat.
Eng Song merasakan dirinya tergetar dan juga hatinya berdenyut semakin keras saja, dia
malah telah mengangguk, walaupun dirasakan bulu-bulu disekujur tubuhnya telah meremang
berdiri.
"Benar! Aku ingin bersahabat dengan kau." Bukankah dengan bersahabat dengan kau
maka aku tidak perlu menderita diganggu oleh kau lagi?"
"Hemmmmm, kalau begitu kau mau bersahabat denganku dengan hati yang palsu!!"
bentak si tuan Setan dengan gusar dan segera juga muka Eng Song jadi sakit karena telah
terdengar suara ketepak-ketepok yang nyaring, mukanya telah kena ditempiling oleh si tuan
Setan yang tidak terlihat ujutnya itu.
Tubuh Eng Song telah terpental lagi, dia menderita kesakitan yang sangat.
Tetapi Eng Song benar-benar tidak berdaya menghadapi setan penasaran seperti ini.
Dia telah merangkak bangun dan dalam keadaan terdesak seperti ini telah membuat si
bocah jadi nekad, dia telah mengeluarkan suara bentakan : "Baiklah! Kalau memang kau mau
membunuhku, bunuhlah! Aku tidak takut menghadapi kematian!!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
84
Kolektor E-Book
"Ohhhh............... benarkah itu?" terdengar si tuan Setan penasaran telah bertanya dengan
suara mengejek. "Itu memang lebih bagus, karena dengan kau mampus, berarti kau akan menjadi
setan penasaran, berarti juga aku akan mempunyai seorang sahabat!!"
Mendengar perkataan si setan penasaran itu, hati Eng Song jadi tergetar keras, dia jadi
menggidik ngeri bukan main, karena biar bagaimana mana ada sih manusia yang tidak takut mati
untuk dijadikan setan penasaran.
Di kala Eng Song sedang berdiri terpaku seperti itu, karena disebabkan terlalu kaget, maka
si Hantu penasaran itu telah tertawa gelak-gelak.
"Dan sekarang kau bersiap-siaplah untuk menjadi setan penasaran!!" kata si setan
penasaran itu dengan suara yang nyaring.
Eng Song berdiam diri saja, dia tidak menyahuti, karena dia anggap tidak ada gunanya dia
melayani setan penasaran tersebut.
Si tuan Setan rupanya juga jadi penasaran melihat Eng Song berdiam saja.
"Kau tidak takut mampus?" bentak si Tuan Setan mendongkol rupanya, sebab suaranya
begitu keras.
"Hemmmm, buat apa takut? Apa lagi memang aku mati bisa menjadi setan penasaran,
tentu aku bisa untuk melihat kau dan aku tentunya dapat mengejarmu, untuk mencekik mampus
dua kali buat kau!!"
"Ihhhhhhh................" terdengar suara seruan yang nyaring dari si Tuan Setan itu. Tetapi
kemudian terdengar suara gelak-gelak tawanya. Dia telah menghela napas, dan kemudian
katanya : "Bocah, ternyata kau memang cukup tabah! Baiklah! Baiklah! Aku akan keluar
memperlihatkan diri padamu!!"
Mendengar perkataan si tuan Setan itu, maka Eng Song tergoncang kembali hatinya. Biar
bagaimana dia sanggup untuk berhadapan dengan setan penasaran?.
Si bocah jadi tegang sendirinya, dia telah membuka matanya lebar-lebar mengawasi
sekelilingnya. Bola matanya jadi terpentang lebar-lebar dan jelalatan memandang sekitar lembah
itu, karena si bocah merasa ngeri kalau-kalau nanti setan penasaran itu muncul dibelakangnya.
Dan sedang Eng Song merasa takut dan gugup seperti itu, tahu-tahu bahunya ada yang
colek.
Kontan Eng Song merasakan kepalanya jadi membesar dan sekujur tubuhnya telah
menggigil dengan bulu-bulu yang meremang berdiri ditengkuknya.
Darah Eng Song telah mendesir semakin cepat.
"Kau......... kau jangan main-main....! kata Eng Song dengan perasaan ngeri.
"Siapa yang main-main dengan kau?" membalik si Setan penasaran itu. "Apakah kau
anggap aku ini sebagai kekasihmu sehingga mau bergurau dengan kau?"
Ditanggapi begitu oleh si setan penasaran. Eng Song jadi tambah gugup.
Biar bagaimana dia memang tengah diliputi oleh perasaan seram dan gugup.
Tetapi dikala Eng Song sedang panik begitu, dia mendengar si setan penasaran itu telah
tertawa gelak-gelak.
Menyusul mana telah muncul seseorang dari balik batu gunung.
Orang yang baru muncul itu melangkah dengan tindakan kaki perlahan-lahan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
85
Kolektor E-Book
Tampaknya dia melangkah tenang sekali dan Eng Song mementang matanya lebar-lebar
karena dia ingin melihatnya apa sesungguhnya yang dinamakan setan penasaran itu. Dengan hati
yang tergoncang keras, Eng Song mementang matanya lebar-lebar untuk mengawasi sosok tubuh
yang baru muncul itu.
Dan Eng Song melihatnya sosok tubuh itu seorang manusia biasa. Seorang lelaki tua yang
memelihara jenggot yang telah memutih. Hanya pakaiannya yang tambal sulam, memperlihatkan
cara berpakaiannya itu dia adalah seorang pengemis tua belaka.
Tetapi Eng Song yang sejak tadi diliputi oleh perasaan ngeri dan seram, waktu melihat
pengemis tua ini, si bocah jadi berpikir, apakah tidak boleh jadi setan penasaran itu tengah
menyamar untuk menjadi pengemis seperti itu? Bukankah setan penasaran memang paling
pandai menyamar? Dengan sendirinya, hati Eng Song masih tergoncang keras saja. Dia beberapa
kali melirik kearah kaki pengemis itu. Sering Eng Song mendengar jika setan maka kakinya
tidak menginjak bumi.
Tetapi orang tua yang baru keluar ini menginjak bumi dengan mempergunakan kedua
kakinya. Dengan adanya hal ini, berarti orang ini memang sesungguhnya seorang manusia. Hati
Eng Song jadi agak tenang.
Apa lagi orang tua itu telah berkata : "Anak............. maafkan atas gurauanku tadi!!"
Eng Song menarik napas dalam-dalam.
"Siapakah lopeh (paman)?" tanya Eng Song ingin mengetahuinya. "Dan......... dan apakah
memang sesungguhnya Lopeh seorang manusia?"
Orang tua itu tertawa.
"Di dunia mana ada setan?" balik tanya si orang tua dengan suara yang sabar. "Tadi aku
hanya ingin bergurau dengan kau saja! Hal ini disebabkan aku melihat kau berada ditempat
sesunyi seperti ini hanya berseorang diri! Apa lagi mengingat kau hanyalah seorang bocah kecil
belaka! Entah apa yang sedang kau lakukan ditempat yang sesunyi ini, anak"
Mengetahui bahwa orang tua dihadapannya ini memang manusia sesungguhnya, hati Eng
Song jadi girang bukan main, walaupun tadi dia telah dipermainkan oleh orang tua ini tetapi Eng
Song tidak jadi kecil hati. Malah Eng Song sangat bergirang hati dapat bertemu dengan seorang
manusia dilembah seperti ini, setelah sekian lama terkurung disitu saja.
"Siapakah Lopeh?" tanya Eng Song.
"Aku seorang pengelana yang tidak tetap tempat tinggalku!!" kata orang tua itu dengan
suara yang sabar. "Dan kebetulan lewat ditempat ini, aku sempat melihatmu, maka aku jadi heran
bukan main.......... mengapa anak sekecil engkau bisa berada ditempat seperti ini..........!!"
Melihat kakek tua itu seperti menghindarkan diri dari pertanyaan Eng Song, dan tidak mau
menyebutkan namanya, Eng Song mengerti orang tua itu tentunya keberatan untuk
memperkenalkan dirinya. Dia tidak mendesak lebih jauh.
Dan Eng Song telah menceritakan pengalaman yang telah dialaminya.
"Apa?" teriak orang tua itu dengan suara yang menunjukkan dia terkejut bukan main.
Gobie-pay telah diserbu orang-orang buas seperti itu?!"
Eng Song mengangguk dan meneruskan ceritanya menuturkan apa yang diketahuinya.
Juga Eng Song telah menceritakan, betapa selain Ciangbunjin dari Gobie-pay, yaitu Bin
An Sienie, yang telah terbunuh bersama seluruh murid-muridnya, juga Thio Sun Kie dijumpai
Eng Song telah menggeletak menjadi mayat.
Muka pengemis tua dihadapan Eng Song jadi berobah agak hebat, dan tubuhnya juga telah
menggigil, rupanya berita yang didengarnya telah mengejutkan hatinya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
86
Kolektor E-Book
"Thio............ Thio Sun Kie telah terbunuh juga?" terdengar pengemis itu telah bertanya
dengan suara yang tergetar menahan pergolakan dihatinya.
Eng Song telah mengangguk dengan wajah yang berduka sekali, karena jika dia teringat
akan peristiwa yang telah terjadi itu, hatinya sedih bukan buatan.
"Ya............!" jawab Eng Song dengan suara yang parau menahan kedukaan hatinya.
"Hemmmmm............ manusia-manusia hina dina itu ternyata telah membuat kerusuhan
yang demikian hebat?!!" mengumam si pengemis tua itu dengan suara tergetar. "Aku tidak
menyangka bahwa akan muncul badai yang demikian hebat didalam rimba persilatan! Dengan
dibakarnya kuil Gobie-pay berarti akan timbulnya urusan yang hebat sekali! Karena murid-murid
Gobie Pay tersebar luas didalam rimba persilatan!! Tentunya kematian dari Bin An Sienie akan
membangkitkan kemarahan dari murid-murid Gobie Pay!! Dan lagi pula, seorang pendekar besar
dan bijaksana Thio Sun Kie telah ikut menjadi korban, inilah hebat! Terlalu berani orang-orang
yang menyerbu kuil Gobie Pay itu!!"
Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua ini telah menarik napas berulang kali.
"Maukah mengantarkan aku untuk melihat-lihat keadaan kuil Gobie Pay?" tanya si pengemis itu.
Eng Song jadi memandang bengong sejenak pada si pengemis itu.
"Kenapa?" tanya pengemis tua waktu melihat Eng Song tidak menyahuti, hanya
memandang kearahnya dengan tatapan mata mendelong begitu.
"Ba.......... bagaimana kita bisa keluar dari lembah ini?!" kata Eng Song. "Aku sudah
berbulan-bulan lamanya mencari-cari jalan untuk keluar dari lembah ini, namun kenyataannya
tidak pernah berhasil, sebab lembah ini merupakan lembah yang tertutup dan tidak memiliki
sebuah jalan kecil untuk keluar dari lembah ini.........!"
Mendengar perkataan Eng Song, si pengemis telah tersenyum sabar.
"Jangan takut, aku Ang Sam Kay akan membawa kau keluar dari lembah ini!!" kata
pengemis tua itu.
Mendengar perkataan si pengemis tua tersebut, Eng Song jadi girang bukan main.
"Be......... benarkah itu, Lopeh?" tanyanya dengan suara tergetar.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pengemis tua Ang Sam Kay, telah menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.
"Ya! Mari kita berangkat!" kata Ang Sam Kay.
Dengan girang Eng Song telah mengangguk.
Dan belum lagi Eng Song menyahuti tahu-tahu Ang Sam Kay telah mengulurkan
tangannya, tahu-tahu pinggang Eng Song telah dikempitnya.
Kemudian Ang Sam Kay telah menjejakkan sepasang kakinya, dengan ringan tubuhnya itu
telah mencelat tinggi ketengah udara.
Walaupun ditangannya dia mengempit tubuh Eng Song, namun gerakannya tidak
terganggu.
Waktu tubuhnya akan meluncur turun, si pengemis tua Ang Sam Kay ini telah
menggerakkan tangan kanannya, dari telapak tangan kanannya itu telah meluncur keluar
serangkum angin serangan yang kuat sekali.
Angin pukulan itu telah menghantam dinding lembah tersebut.
Terdengar suara benturan yang keras, dan dengan meminjam tenaga benturan itu, tubuh si
pengemis Ang Sam Kay telah mencelat keatas lagi, walaupun dia masih tetap mengempit Eng
Song.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
87
Kolektor E-Book
Dengan cara demikian, beberapa puluh kali dia memukul dinding lembah itu, akhirnya
tibalah si pengemis di permukaan bibir lembah.
Eng Song diturunkannya, sehingga si bocah ketika melihat dirinya telah berada diatas bibir
lembah itu, tentu saja jadi girang.
Dan Eng Song juga sangat kagum sekali atas kepandaian yang dimiliki oleh pengemis tua
itu. Dengan hanya mengandalkan ginkangnya, pengemis tua tersebut bukan hanya dapat
melompat naik berseorang diri, melainkan telah membawa serta Eng Song.
Setelah Eng Song diturunkan dari kempitan tangannya, pengemis tua tersebut, Ang Sam
Kay, telah duduk bersemedhi untuk mengatur jalan pernapasannya.
Hal ini disebabkan tadi apa yang dilakukan oleh pengemis tua itu sangat melelahkannya.
Maka dari itu, mau tidak mau dia memang harus meluruskan kembali jalan pernapasannya.
Eng Song melihat apa yang dilakukan oleh pengemis itu, maka Eng Song tidak berani
mengganggunya. Dia hanya duduk diam di batu gunung yang kebetulan menonjol keluar dan
juga dia duduk ditempatnya itu Eng Song hanya mengawasi apa yang tengah dilakukan oleh
pengemis itu.
Mau tidak mau Eng Song sangat berterima kasih sekali pada Ang Sam Kay.
Karena pengemis tua ini telah menyelamatkan jiwanya dari kematian terkurung di dalam
lembah yang sangat rapat dan merupakan lembah yang tertutup.
Saat itu, Ang Sam Kay telah selesai bersemedhi memulihkan tenaga dalamnya, dia telah
melompat berdiri.
"Mari kita tengok kuil Gobie-pay yang kau ceritakan tadi telah dibakar oleh manusia
manusia pengecut yang beraninya hanya main keroyok itu..........!"
Eng Song mengangguk. Dan menurut Ang Sam Kay, untuk menghemat waktu, dia telah
mengempit si bocah, diajaknya berlari-lari dengan gerakan yang cepat bukan main, sebab si
pengemis tua Ang Sam Kay telah mempergunakan Ginkangnya yang sempurna.
Eng Song merasakan hanya angin dingin yang telah menerpah-nerpah wajah dan tubuhnya,
karena sampokan angin itu menerjang dikarenakan larinya Ang Sam Kay terlampau cepat,
seperti terbang belaka.
Eng Song memejamkan matanya, dia tidak berani melihat betapa pohon-pohon yang dilalui
mereka itu seperti saling kejar dan berterbangan.
Di dalam waktu yang singkat Ang Sam Kay telah mencapai tempat yang ditujunya.
"Kita telah sampai!!" kata Ang Sam Kay dengan suara yang nyaring dan dia menurunkan
Eng Song dari kempitan tangannya.
Eng Song telah turun berdiri ditanah, tetapi disaat itulah si bocah melihat betapa kuil
Gobie-pay yang tadinya begitu gagah dan megah, ternyata telah musnah dimakan api dan yang
terlihat hanyalah sisa puing-puingnya belaka..........
Pemandangan yang ada pada saat itu telah membuat hati Eng Song jadi berduka bukan
main, karena si bocah segera teringat kembali, betapa Bin An Sienie menemui kematian dengan
cara yang begitu mengenaskan dan mengerikan sekali. Sedangkan Thio Sun Kie juga telah
terbinasa dianiaya oleh lawan-lawannya dengan kejam.
Sakit hati seperti ini sangat besar sekali. Maka dari itu Eng Song telah bersumpah,
disamping dia akan mencari dan nanti membalas sakit hati kematian ayahnya, juga dia akan
menuntut balas atas kematian Bin An Sienie dan juga Thio Sun Kie. Orang-orang yangCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
88
Kolektor E-Book
tersangkut didalam pembunuhan terhadap Bin An Sienie dan juga Thio Sun Kie akan segera
diselidikinya.
Saat itu, muka Ang Sam Kay telah berobah merah padam, tampaknya dia murka bukan
kepalang. Juga matanya memancarkan sorot yang sangat tajam bukan main, dia memandang
sekeliling dengan perasaan kaget bercampur murka. Kaget karena melihat kuil Gobie-pay yang
tadinya begitu mewah dan besar, ternyata sekarang telah menjadi puing-puing belaka, disamping
Ciangbunjin dari Gobie-pay yang telah terbinasa juga.
Sedangkan perasaan murka yang berkecamuk didalam hati si pengemis tua tersebut
disebabkan dia penasaran sekali orang-orang yang menyerbu kuil Gobie-pay telah melakukan
perbuatan yang sangat pengecut sekali, telah main keroyok dan tidak mengenal malu.
Dengan sendirinya, maka Ang Sam Kay telah memandang perbuatan itu adalah suatu
perbuatan yang rendah dan juga sangat hina dina.
Setelah memandang bengong sejenak kearah puing-puing dari kuil Gobie-pay, Ang Sam
Kay telah menghela napas panjang-panjang. Dengan wajah murung, dia telah bertanya pada Eng
Song : "Apakah kau mengetahui nama dari orang-orang yang telah melakukan penyerbuan
kekuil ini?"
"Menurut keterangan yang diberikan oleh Thio Peh-peh, orang yang memimpin jago-jago
untuk menyerbu dan mengacaukan Gobie-pay ini bernama Ong Peng Hin......!"
"Ong Peng Hin?" tanya Ang Sam Kay terheran-heran dan mementang matanya lebar-lebar.
Eng Song telah mengangguk.
"Ya....! Ada sesuatu yang tidak beres, Lopeh?" tanya Eng Song.
Ang Sam Kay telah menggelengkan kepalanya perlahan-lahan, lalu katanya : "Aku baru
pertama kali ini mendengar nama Ong Peng Hin ini.... cuma saja anehnya, justeru dia yang telah
memimpin jago-jago dari berbagai golongan untuk melakukan penyerbuan kekuil Gobie-pay?!"
Dan benar-benar Ang Sam Kay jadi terheran-heran karenanya. Tetapi sedikitpun, maupun
Ang Sam Kay atau memang Eng Song tidak mengetahuinya, bahwa sesungguhnya Ong Peng
Hin sendiri telah dapat dibinasakan oleh Thio Sun Kie didalam pertempuran itu.
Waktu itu, Ang Sam Kay telah menghela napas.
"Sungguh suatu kehancuran yang sangat menyedihkan sekali!!" mengumam pengemis tua
ini. "Sesungguhnya Gobie-pay merupakan partai dan pintu perguruan yang cukup besar, sejajar
dengan pintu perguruan Siauw Lim Sie! Tetapi dengan dihancurkannya demikian rupa, aku
yakin didalam rimba persilatan akan timbul bermacam-macam pergolakan yang mengerikan!!"
Di saat itulah, Eng Song tiba-tiba teringat akan sesuatu, maka tanyanya : "Dan kalau
memang boleh aku bertanya Lopeh, sesungguhnya Pedang Bunga itu sebangsa pedang apa itu?"
Mendengar disebutnya perihal Pedang Bunga itu, tentu saja si pengemis tua Ang Sam Kay
jadi kaget bukan main, mukanya juga telah berobah hebat.
"Kau....... kau tahu dari mana perihal Pedang Bunga itu?" tegur Ang Sam Kay sambil
menatap Eng Song tajam-tajam, seperti ingin menyelidikinya.
Tetapi Eng Song segera menceritakannya, bahwa dia memang telah direncanakan oleh
Thio Sun Kie dan Bin An Sienie untuk membawa Pedang Bunga itu kepada seseorang.
"Thio Peh-peh yang telah banyak bercerita mengenai Pedang Bunga itu.........!!"
menjelaskan Eng Song pada akhir ceritanya.
Ang Sam Kay telah menghela napas.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
89
Kolektor E-Book
"Sungguh diluar dugaan, kalau demikian urusannya, tentu pengeroyokan dan juga
pembakaran kuil Gobie-pay tentunya disebabkan urusan pedang itu!"
Mendengar perkataan Ang Sam Kay, Eng Song telah mengangguk cepat.
"Benar Lopeh, karena memang Bin An Sienie telah mengatakan bahwa dengan adanya
Pedang Bunga ditangan, berarti pemiliknya akan mengalami kesulitan yang tidak kecil. Maka
dari itu memang kenyataannya sekarang Bin An Sienie mengalami urusan yang demikian
mengenaskan sekali, setelah dia berhasil memiliki Pedang Bunga itu, atas titipan dari Siauw Sin
Cing Lopeh....!"
Mendengar perkataan Eng Song yang terakhir, orang tua yang berpakaian seperti pengemis
itu telah menghela napas lagi berulang kali. Tampaknya dia jadi begitu masgul sekali, dicampur
oleh perasaan duka yang tiada taranya.
"Baiklah!" Mari kita berlalu!!" kata Ang Sam Kay. "Kau ingin menuju kemana? Aku
bersedia mengantarkan kau!"
Eng Song menghela napas panjang waktu ditanya begitu oleh pengemis tersebut.
Ia sendiri tidak mengetahui harus kemana dirinya ini pergi, karena memang ia telah
menjadi anak yatim piatu, tanpa sanak famili dan juga memang sudah tidak memiliki sahabat
atau juga kenalan.
Dengan sendirinya, mau tidak mau Eng Song hanya dapat menggelengkan kepalanya saja.
Ang Sam Kay ketika melihat si bocah menggelengkan kepalanya, seperti mengerti perasaan si
bocah, maka tanyanya :
"Apakah kau tidak memiliki sanak famili?" tanyanya lagi dengan suara yang lembut.
Eng Song mengangguk.
"Ya.....!" sahutnya dengan suara yang perlahan dan tampaknya berduka sekali.
Si pengemis tua itu telah menghela napas waktu mendengar penyahutan Eng Song.
"Baiklah....... kalau begitu kau turut denganku saja!" kata pengemis tua tersebut. "Kemana
aku pergi, maka kau kesana pula pergi.... kau akan kulindungi, agar tidak diganggu oleh orang
orang jahat...........!"
Mendengar perkataan si pengemis Ang Sam Kay, Eng Song jadi girang bukan main.
Cepat ia telah merangkapkan sepasang tangannya, menjurah pada si pengemis.
"Terima kasih atas maksud baik dari paman....." katanya kemudian dengan terharu.
Ang Sam Kay tersenyum, ia telah cepat-cepat meminta si bocah agar tidak banyak
peradatan.
Maka kedua orang itu telah berangkat meninggalkan tempat tersebut......
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 7 ?????????
HAWA udara diluar perkampungan Wie-san-cung, terasa nyaman dan sejuk sekali.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
90
Kolektor E-Book
Walaupun disaat itu tengah hari dan seharusnya matahari bersinar terik, nyatanya hawa
udara disekitar diluar perkampungan Wie-san-cung tersebut sangat cerah dan sejuk, karena
matahari tidak lagi bersinar dengan sinarnya yang terlalu terik.
Di dalam cuaca yang demikian baik, tampak dua orang tengah melakukan perjalanan.
Yang seorangnya itu berpakaian seperti pengemis dan telah berusia lanjut, sedangkan yang
seorangnya lagi merupakan seorang bocah yang baru berusia belasan tahun. Wajah bocah itu
cakap sekali, walaupun agak dekil dengan pakaian yang kotor.
Sambil berlari-lari kecil bocah itu telah memetiki bunga-bunga yang turnbuh di pohon
pohon bunga yang banyak bertumbuhan disekitar tepi jalan tersebut.
Sedangkan pengemis tua itu sambil berjalan telah bersiul-siul kecil.
Wajahnya juga cerah sekali, tampaknya memang pengemis tua itu dan juga si bocah
melakukan perjalanan dalam keadaan gembira.
Namun, disaat mereka berjalan tidak lama lagi, dari arah jurusan kampung Wie-san-cung
tampak berdiri beberapa ekor kuda dengan cepat sekali.
Semua penunggang kuda itu terdiri dari lelaki yang bertubuh tinggi besar dan wajah
mereka juga tampak bengis-bengis bukan main.
Di samping itu juga tampaknya mereka tengah memburu waktu, terlihat dari cara mereka
telah melaratkan kuda tunggangan mereka dengan cepat dan tampaknya begitu tergesa-gesa
sekali.
"Minggir! Minggir! Buka jalan!!" teriak penunggang-penunggang kuda itu dengan suara
yang lantang dan nyaring bukan main, di samping bengis.
Si bocah dan pengemis tua itu bermaksud untuk menepi guna membuka jalan kepada
penunggang-penunggang kuda itu.
Tetapi gerakan si bocah kurang cepat, terlambat sedikit, sehingga kuda yang berlari paling
muka telah sampai, penunggangnya jadi sengit menduga bahwa si bocah ingin menghadang
jalannya.
"Tarrrr.....!" keras bukan main cambuk ditangannya telah bergerak.
Punggung si bocah telah kena dihajar oleh cambuk itu keras sekali, sehingga si bocah
selain menderita kesakitan dan kaget, juga telah terguling diatas tanah........... menderita
kesakitan bukan main.
Si pengemis yang menjadi kawan perjalanan si bocah waktu melihat apa yang dialami oleh
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bocah tersebut, tentu saja jadi terkejut bukan main.
Kegusaran si pengemis disebabkan ia telah melihat betapa penunggang kuda itu terlalu
telengas dan juga galak sekali.
Dengan cepat dan mengeluarkan seruan perlahan, pengemis tua tersebut telah
menggerakkan tangan kanannya menghantam kearah punggung si penunggang kuda.
Ternyata pengemis tersebut telah melancarkan serangan jarak jauh.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali : "Rubuhlah!" dari telapak
tangannya itu telah meluncur angin serangan yang kuat bukan main, dan meluncur cepat sekali
kearah punggung kuda itu.
Sedangkan penunggang kuda yang tadi telah menghajar punggung si bocah dengan
cambuknya, merasakan samberan angin serangan yang kuat bukan main, serangkum angin
serangan yag menuju kepunggungnya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
91
Kolektor E-Book
Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan karena terkejut, ia telah memutar tubuhnya
sambil mengibaskan tangan kanannya, maksudnya akan menangkis angin yang tengah
menyambar kearah dirinya.
Tetapi apa lacur, justeru ia menangkis, seketika juga ia merasakan tekanan tenaga yang
bukan main kerasnya. Dan tubuhnya telah terjungkel dari punggung kuda tunggangannya itu,
jatuh bergulingan diatas tanah.
Kuda tunggangannya itu telah meringkik dengan sepasang kaki depannya diangkat tinggi
tinggi, lalu berhenti. Seperti juga binatang tunggangan tersebut mengerti bahwa majikannya telah
terguling rubuh dari punggungnya.
Kawan-kawan si penunggang kuda yang memang berlari disebelah belakangnya, jadi
terkejut melihat apa yang dialami kawan mereka yang seorang itu.
Dengan mengeluarkan suara yang keras, mereka telah menahan larinya kuda masing
masing.
Dengan gerakan yang ringan, mereka telah berlompatan turun dari kuda masing-masing.
Lalu mereka telah memandang kearah si pengemis tua dengan sorot mata yang bengis dan
wajah memancarkan kemurkaan.
"Siapa kau pengemis buruk?" bentak mereka hampir berbareng. "Mengapa kau demikian
usil telah berani begitu kurang ajar mengganggu kawan kami?"
Suara orang itu bengis dan bukan main galaknya, mereka memperlihatkan sikap seperti
ingin menghajar pengemis tua tersebut.
Tetapi pengemis tua tersebut bersikap tenang sekali. Dia malah tertawa dingin, katanya
dengan suara yang tawar. "Hemmm, seharusnya bukan kalian yang bertanya kepadaku, tetapi
justeru akulah yang harus bertanya kepada kalian, mengapa kawanmu itu begitu usil, tidak hujan
tidak angin telah menghajar kawan kecilku itu dengan cambuknya, sehingga kawan itu
terjungkel? Aku Ang Sam Kay paling tidak senang melihat orang berlaku sewenang-wenang!
Jika memang kalian tidak bersikap usil, tentu akupun tidak akan mau tahu apa yang ingin kalian
kerjakan!"
Maka penunggang-penunggang kuda itu telah berobah hebat, mereka berjumlah enam
orang dan telah mengeluarkan suara erangan yang sangat bengis, karena rupanya tengah diliputi
kemarahan yang bukan main. Tampaknya perkataan pengemis tua itu telah membuatnya jadi
begitu gusar.
"Hemmm, pengemis busuk yang tidak tahu mampus! Kau berani mencari urusan dengan
Liok Sian Wie San (Enam Dewa dari Wie-san-cung)?" bentak salah seorang diantara mereka
dengan suara yang seram sekali. Bengis bukan main. "Berarti kau mencari mampus untuk dirimu
sendiri dan juga si setan kecil itu...!"
Dan membarengi dengan suara bentakannya itu, dengan cepat sekali orang tersebut, telah
menggerakkan tangan kanannya dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang
mengandung tenaga serangan yang kuat sekali mengincar dada dari pengemis tua tersebut, yang
tidak lain dari Ang Sam Kay.
Melihat orang telah melancarkan serangan seperti itu, Ang Sam Kay mendengus
mengeluarkan suara tertawa dingin. Dia mana jeri berurusan dengan serangan seperti itu?!
Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, dia telah menggerakan tangan kanannya, cepat
bukan main ia telah melancarkan tangkisan yang kuat sekali.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay mengandung kekuatan tenaga dalam yang
bukan main, sehingga telah membuat tubuh orang yang menyerang dirinya itu terhuyung-huyung
akan rubuh terguling diatas tanah.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
92
Kolektor E-Book
Tentu saja hal ini selain membuat terkejut penyerangnya, juga telah membuat terperanjat
kawan-kawannya.
Mereka tidak menyangka bahwa pengemis tua yang tampaknya sudah lanjut benar usianya
dan kurus kerempeng seperti berpenyakitan, ternyata memiliki kekuatan tenaga yang bukan main
hebatnya.
Dengan sendirinya mereka tidak berani memandang rendah lagi pada pengemis tua
tersebut.
Disamping itu, kenyataan seperti ini juga telah membuat keenam orang Liok Sian Wie San
itu tambah penasaran sekali.
Terlebih lagi memang kawan mereka yang seorang itu, yang tadi telah kena dirubuhkan
oleh serangan pengemis tersebut.
Tentu saja dia murka bukan main, sampai tububnya menggigil.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras dan bengis sekali, tampak ia telah
menjejakkan kakinya.
Tubuhnya bagaikan terbang telah melayang akan menerjang dan malancarkan serangan
pada Ang Sam Kay.
Melihat cara menyerang orang tersebut, Ang Sam Kay mendengus dingin, lalu dengan
cepat sekali dia telah menggerakkan kedua tangannya menangkis. Gerakan yang
dipergunakannya adalah Kim Liong Sam Cut (Naga Emas tiga kali keluar), kedua tangannya itu
memiliki tenaga serangan yang keluar secara bergelombang sebanyak tiga kali.
Gerakan yang dilakukan oleh orang ini mengandung tenaga serangan yang bukan main
kuatnya.
Di samping itu, ia juga memang mengincer bagian-bagian yang mematikan ditubuh Ang
Sam Kay.
Tentu saja lawan dari Ang Sam Kay terkejut, dikala tenaga mereka tengah bentrok begitu,
tiba-tiba telah menerjang pula pada dirinya serangkum angin serangan yang lainnya dan belum
lagi ia mengetahui apa yang terjadi, telah menyambar lagi serangkum serangan yang kuat dan
dahsyat bukan kepalang, sehingga tanpa ampun lagi tubuh orang itu telah terpental, ambruk
diatas tanah, lalu menggeliat kesakitan, memuntahkan darah segar.
Rupanya ia telah terluka berat sekali.
Kelima orang Liok Sian Wie San yang menyaksikan saudara mereka yang seorang itu telah
kena dirubuhkan begitu rupa dan malah telah kena dilukai hebat demikian, tentu saja jadi murka.
Mereka bermaksud akan menerjang berbareng untuk melakukan pengeroyokan.
Tetapi belum lagi kelima orang Liok Sian Wie San sempat untuk melancarkan serangan
kepada Ang Sam Kay, tiba-tiba dikejauhan telah terdengar suara tertawa yang begitu
menyeramkan, karena suara tertawa yang terdengar cukup jauh itu merupakan suara tertawa
bercampur tangis.
Kontan muka kelima orang Liok Sian Wie San berobah pucat pias, tampaknya mereka
ketakutan bukan main.
"Akhhh, mengapa kita harus melayani pengemis busuk ini! Bukankah kita tadi tengah
mengejar waktu uutuk menjauhkan diri dari ancaman ketiga momok itu?!" kata salah seorang
diantara mereka.
Dan kelima orang ini bersiap-siap untuk mengangkat saudara mereka yang seorang itu,
yang tengah berada dalam keadaan terluka parah.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
93
Kolektor E-Book
Tetapi belum lagi mereka sempat untuk kabur, dan disaat Ang Sam Kay serta Eng Song
hanya mengawasi dengan terheran-heran, suara tertawa itu telah terdengar semakin keras. Dan
kelima Liok Sian Wie San semakin gugup dan ketakutan setengah mati, tubuh mereka juga
menggigil.
Ang Sam Kay jadi mengerutkan sepasang alisnya. Kalau menurut penglihatannya bahwa
kepandaiannya yang dimiliki Liok Sian Wie San cukup lumayan, walaupun tidak dapat disebut
sempurna, namun memang cukup tinggi. Maha dari itu, siapakah pemilik suara tertawa yang
terdengar menyeramkan itu, yang telah membuat keenam Liok Sian Wie San telah ketakutan
begitu rupa? Sedangkan orangnya belum muncul, baru mendengar suara tertawanya saja, Liok
San Wie San telah ketakutan setengah mati. Dengan sendirinya, Ang Sam Kay dapat
menduganya, setidak-tidaknya pemilik suara itu adalah seorang yang memiliki kepandaian yang
tinggi dan juga memiliki tangan yang telengas sekali.
Satu lagi bukti yang bisa diperlihatkan bahwa orang itu memiliki kepandaian yang tinggi.
Karena pertamanya suara tertawanya terdengar perlahan, tetapi kemudian didalam waktu yang
singkat sekejap mata saja, telah terdengar begitu dekat, hal ini tentu saja memperlihatkan bahwa
Ginkang (ilmu meringankan tubuh) dari orang yang memiliki suara tertawa yang menyeramkan
itu sangatlah tinggi.
Dan belum lagi Ang Sam Kay sempat untuk berpikir terlebih jauh, disaat itulah telah
terdengar suara tertawa yang jelas dan tampak muncul tiga sosok tubuh yang berkelebat cepat
sekali.
Kelima orang Liok Sian Wie San tampak jadi begitu gugup. Mereka telah berdiri dengan
tubuh yang agak gemetar.
Malah tubuh dari kawan mereka yang seorang yang telah terbinasa itu, yang tadinya telah
terangkat sebagian, telah terlepas dan jatuh ambruk ditanah kembali.
Tampaknya mereka ketakutan bukan main, dan ketiga sosok tubuh yang baru muncul itu
seperti juga tiga orang yang sangat ditakuti oleh mereka.
"Liok Sian Wie San...!" terdengar salah seorang dari ketiga orang tersebut telah
membentak dengan suara yang keras bukan main. "Biarpun kalian melarikan diri keujung bumi
sekalipun, tetap saja kalian harus mampus!!"
"Ihhh....!" terdengar salah seorang diantara ketiga orang itu yang lainnya, dengan suara
seperti juga dia sangat terkejut sekali, "Rupanya seorang dari Liok Sian Wie San telah mampus!
Hmmm! Ini meringankan beban kita!"
Liok Sian Wie San tampak tambah ketaktuan bukan main. Mereka semua berdiri dengan
muka yang agak pucat. Dan rupanya disebabkan mereka menyadari juga bahwa mereka tidak
mungkin untuk dapat melarikan diri, dengan sendirinya mereka jadi nekad.
Cepat sekali mereka telah mengeluarkan suara bentakan dan tahu-tahu kelima Liok Sian
Wie San telah menerjang serentak dengan gerakan yang cepat sekali.
"Kami akan mengadu jiwa dengan kalian!" teriak dua orang Liok Sian Wie San. "Kalian
terlalu mendesak kami!!"
Dan setelah itu, kelima orang dari Liok Sian Wie San telah mengempos semangat mereka
dan telah melancarkan serangan yang beruntun sekali.
Gerakan yang dilakukan oleh kelima Liok Sian Wie San ini memiliki kekuatan yang bukan
main, dan juga mengandung tenaga lwekang yang dahsyat. Hal ini disebabkan mereka memang
menyadari, bahwa mereka harus mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya
untuk dapat menyerang lebih dahulu dari ketiga orang yang menakuti hati mereka.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
94
Kolektor E-Book
Ketiga orang yang baru tiba itu telah mendengus dengan suara yang dingin, salah seoraag
telah berkata : "Souwciu Sam Sat (Tiga Momok dari Souwciu) paling pantang memberikan
kesempatan kepada korbannya untuk hidup terus! Kalian memang harus mampus!!"
Di saat itu serangan kelima dari Liok Sian Wie San telah tiba. Mereka memang telah
mengerahkan seluruh kemampuan mereka.
Namun dengan tenang, ketiga orang yang menamakan dirinya sebagai Souwciu Sam Sat
itu telah mengeluarkan suara tertawa gelak-gelak, kemudian telah bergerak dengan gerakan yang
cepat serta gesit.
Malah tampak mereka telah menggerakkan kedua tangan mereka masing-masing. Gerakan
mereka begitu cepat dan hebat sekali, maka terjadi suatu hal yang mengerikan!
Dengan tidak terduga-duga, kelima orang Liok Sian Wie San telah terpental dengan
mengeluarkan suara yang mengerikan sekali. Dan yang lebih hebat serta mengerikan adalah
kesudahannya, tampak lima batok kepala bergelinding! Rupanya kelima orang Liok Sian Wie
San telah terbinasa oleh Souwciu Sam Sat dengan batok kepala masing-masing telah terputus
dari batang leher!
Mengerikan bukan main kematian mereka, sehingga Ang Sam Kay serta Eng Song telah
memandang dengan perasaan ngeri. Karena Liok Sian Wie San telah menemui kematian yang
sangat mengerikan seperti itu.
Terlebih-lebih waktu mereka bisa melihat jelas wajah dari ketiga orang yang menamakan
diri mereka sebagai Souwciu Sam Sat. Hati mereka semakin ngiris.
Mereka melihatnya ketiga orang yang bergelar Souwciu Sam Sat itu masing-masing
memiliki wajah yang sangat buruk sekali, sehingga wajah mereka menyerupai muka seekor kera.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan lebih mirip sebagai muka tengkorak. Dengan sendirinya hal ini membuat mereka jadi begitu
buruk. Mungkin pula sebagai manusia yang paling buruk di permukaan bumi.
Kenyataan seperti ini, tentu saja cocok dengon gelaran mereka, yang bergelar sebagai
Souwciu Sam Sat, memang wajah mereka mirip sekali sebagai tiga orang momok yang sangat
menakutkan sekali.
Di antara semua itu, diantara keheningan yang mengerikan itu, diantara kesemua yang ada
itu, didengarnya ketiga orang momok yang sangat menakutkan bukan main itu telah
mengeluarkan suara tertawa gelak-gelak yang sangat menakutkan sekali.
Sedangkan Ang Sam Kay telah menghampiri orang momok tersebut. Dia telah
merangkapkan sepasang tangannya menjurah.
"Terima kasih atas bantuan kalian bertiga yang telah membereskan nyawa kelima orang
manusia jahat itu....!" kata Ang Sam Kay.
Tetapi dengan tidak terduga, ketiga orang momok yang bergelar Souwciu Sam Sat itu telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek.
"Hemmm, apa bagusnya kami menolongi kalian berdua pengemis busuk? Kalian tidak ada
artinya dimata kami! Kami melakukan semuanya ini bukan untuk kepentingan kalian berdua,
tetapi untuk kepentingan kami sendiri! Karena kalian telah menyaksikan peristiwa seperti ini
maka kalian berdua, setan kecil dan tua bangka, harus mampus!"
"Hahh?"
Tentu saja Ang Sam Kay jadi kaget berbareng heran, dicampur oleh perasaan mendongkol.
Tetapi belum lagi Ang Sam Kay sempat untuk melampiaskan kemendongkolannya itu
dengan memaki ketiga momok tersebut, disaat itu salah seorang diantara mereka malah telah
menggerakkan tangan kanannya dengan gerakan yang bukan main cepatnya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
95
Kolektor E-Book
Malah, Ang Sam Kay merasakan samberan angin serangan itu luar biasa sekali. Hal ini
membuktikan bahwa tenaga serangan yang dilancarkan oleh momok tersebut memiliki kekuatan
yang bukan main.
Tentu saja Ang Sam Kay jadi gusar bukan main, karena dia segera mengetahui bahwa
serangan yang dipergunakan oleh momok yang seorang ini mengandung tenaga membunuh.
Jelasnya memang momok tersebut bermaksud ingin membinasakan Ang Sam Kay. Dan
mungkin juga mereka menduga bahwa Ang Sam Kay hanyalah pengemis biasa yang hanya
mengerti sedikit-sedikit ilmu silat.
Dengan cepat Ang Sam Kay mengempos tenaganya, karena dia rnengetahuinya bahwa
ketiga momok dari Souwciu tersebut memang merupakan momok yang bukan sembarangan, dan
tidak boleh dipandang enteng.
Biar bagaimana Ang Sam Kay tidak mau mengambil risiko buat dirinya.
Di saat dia menangkis, Ang Sam Kay juga telah menyalurkan tenaga dalamnya, maka dari
kedua telapak tangannya telah mengalir keluar kekuatan serangkum angin serangan yang
dahsyat.
Waktu kekuatan tenaga dalam dari Ang Sam Kay membentur tenaga momok yang
melancarkan serangan padanya itu, maka momok itu telah mengeluarkan suara teriakan kaget
dan tubuhnya telah terhuyung mundur.
"Ihhhh......!" berseru kedua Momok yang lainnya waktu mereka melihat apa yang dialami
oleh kawan mereka. "Rupanya pengemis busuk tua ini memiliki kepandain yang lumayan!!"
Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, kedua Momok ini juga telah melancarkan
serangan kepada Ang Sam Kay. Namun sekarang disebabkan mereka telah mengetahui bahwa
Ang Sam Kay memiliki kepandaian yang tinggi, dengan sendirinya mereka juga melancarkan
serangan yang kuat dan cepat sekali. Malah tenaga mereka merupakan tenaga maut yang dapat
menghancur lumatkan batu gunung yang keras bagaimanapun juga.
Ang Sam Kay tidak jeri. Karena diapun telah mendongkol melihat ketelengasan tangan
dari ketiga Sam Sat ini, dengan sendirinya dia juga telah mempergunakan kekuatan yang bukan
main dahsyatnya untuk melayani ketiga lawannya ini.
Dengan cara demikian, Ang Sam Kay berarti telah dikeroyok oleh ketiga lawannya itu,
yang masing-masing memang ternyata memiliki kepandaian yang bukan main.
Eng Song melihat Ang Sam Kay dikeroyok begitu rupa, jadi memandang dengan perasaan
berkuatir sekali. Biar bagaimana dia jadi memandang dengan perasaan tegang, karena dia juga
merasakan bahwa tenaga serangan dari ketiga Sam Sat itu tentunya merupakan tenaga yang
mematikan, sebab kalau tidak, tentunya Ang Sam Kay dengan mudah dapat melayaninya dan
meloloskan diri.
Namun kenyataan seperti ini mau tidak mau telah mengejutkan hati Eng Song, dia melihat
Ang Sam Kay telah terdesak sampai tampaknya sibuk sekali untuk melayani kesana-kemari
dengan gerakan yang tidak hentinya. Dan diantara menderu angin serangan itu, Eng Song
melihat debu telah mengepul tinggi, disamping daun-daun kering yang telah berterbangan
terhembus oleh angin serangan dari keempat orang yang tengah bertempur ini.
Sam Sat juga tampaknya terkejut bukan main. Tadinya mereka menyangka bahwa
pengemis tua ini hanyalah pengemis biasa saja dan memiliki kepandaian yang biasa pula. Namun
siapa tahu pengemis tua ini justeru memiliki kepandaian yang demikian tinggi.
Dengan sendirinya, mau tidak mau memang hal ini membuat Sam Sat jadi begitu kaget dan
telah mengeluarkan seluruh kepandaian mereka untuk merubuhkan Ang Sam Kay.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
96
Kolektor E-Book
Pengemis tua Ang Sam Kay juga telah berpikir didalam hatinya, bahwa ia menghadapi
Sam Sat tidak dapat dengan mempergunakan cara biasa. Biar bagaimana memang ia harus dapat
mempergunakan seluruh kepandaian yang ada padanya, agar dapat melancarkan serangan
serangan yang luar biaaa kuatnya. Di antara semua itu, dengan cepat Ang Sam Kay telah
merobah cara bertempurnya. Dia telah memperhebat tenaga serangannya dan juga disamping itu
ia telah mengempos semangat murninya, melancarkan serangan dengan penuh perhitungan.
Sam Sat yang merasakan hebatnya tenaga serangan dari Ang Sam Kay, telah terdorong
mundur dan melompat kebelakang untuk menghindarkan diri dari serangkum angin serangan
yang sangat berbahaya itu.
Namun apa daya, disaat itu Ang Sam Kay rupanya sudah berkeputusan untuk dapat
merubuhkan ketiga lawannya yang bertangan telengas dan juga kejam sekali. Dengan sendirinya
Ang Sam Kay bertindak tidak tanggung-tanggung.
Dengan mengeluarkan suara pekik yang menyerupai raungan yang keras, sepasang tangan
Ang Sam Kay telah dikebutkan, dan dengan mempergunakan gerakan ?Naga Melangkah Tujuh
Bulan?, cepat bukan main, serangkum angin yang dahsyat sekali telah menerjang.
Terjangan tenaga dalam yang bukan main hebatnya itu telah membuat ketiga Sam Sat
terhuyung mundur lagi, hal ini seumur hidupnya belum pernah dialami oleh Sam Sat. Maka
mereka jadi terkejut dan terheran-heran sekali.
"Siapa kau sesungguhnya pengemis tua yang busuk?" tegur salah seorang yang diantara
Sam Sat dengan suara yang bengis bukan main.
"Kalian terlalu bengis dan jahat sekali, maka dari itu tidak perlu kalian mengetahui siapa
aku, karena kalian memang harus mampus!!" kata Ang Sam Kay dalam keadaan mendongkol
dan telah menggerakkan kedua tangannya, dia telah melancarkan serangan pula.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay ternyata memang hebat sekali, karena dia
telah mempergunakan gerakan-gerakan ilmu simpanannya. Dengan sendirinya, tubuh ketiga
orang Sam Sat itu terhuyung kembali.
Walaupun ketiga orang Sam Sat telah berusaha untuk membendung tenaga serangan itu,
namun kenyataannya mereka tidak berhasil. Malah mereka telah terdesak seperti juga akan rubuh
terguling.
Hal ini tentu saja membuat mereka jadi ciut. Mereka segera menyadarinya bahwa si
pengemis tua Ang Sam Kay ini adalah seorang pengemis yang tangguh dan memiliki kepandaian
yang bukan main hebatnya.
"Hemmmm, hari ini kami tidak memiliki waktu yang cukup untuk melayanimu!
Tinggalkan nama dan gelaranmu, suatu hari nanti kami akan mencarimu!" bentak salah seorang
Sam Sat dengan suara yang tetap bengis.
Ang Sam Kay tertawa dingin, dia telah mendengus mengejek.
"Hemmmm.... kalau memang nanti kalian ingin mencariku, itupun boleh!!" dia menyahuti
dingin. "Aku biasa dipanggil Ang Sam Kay!!"
"Hemmm, baiklah! Ang Sam Kay, tunggulah kedatangan kami nanti, karena batok kepala
kau juga harus sama seperti apa yang dialami Liok Sian Wie San, harus putus dari batang
lehermu!"
"Mengapa tidak sekarang saja?" tegur Ang Sam Kay dengan suara yang mengejek.
Betapa murkanya Sam Sat, tetapi disebabkan mereka menyadari melayani pengemis tua ini
juga tidak ada gunanya, karena Ang Sam Kay terlalu tangguh, maka mereka telah mengawasi
mendelik dengan memperdengarkan suara tertawa mendengus mengejek, kemudian mereka telahCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
97
Kolektor E-Book
menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat dengan gerakan yang cepat sekali, mereka telah
menghilang dengan cepat.
Ang Sam Kay telah mendengus mengejek, lalu mengajak Eng Song untuk meninggalkan
tempat tersebut.
Eng Song kagum sekali melihat kepandaian pengemis tua Ang Sam Kay ini, karena dia
telah menyaksikan, Sam Sat yang memiliki kepandaian yang begitu tinggi, ternyata tidak
berdaya menghadapi Ang Sam Kay.
Kedua orang inipun telah melakukan perjalanan mereka lagi......
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 8 ?????????
SUARA gentang dan genta dipukul ramai sekali, diantara suara musik-musik terompet
atau lainnya memenuhi perkampungan Wunan-sie-cung. Karena pada saat itu kebetulan sekali
jatuh pada hari pesta Goan-siauw, semacam pesta Cap-gomeh.
Orang-orang yang berkeliaran dijalan-jalan raya juga sangat banyak sekali, karena mereka
memang ikut merayakan pesta Goan-siauw itu. Semuanya berpakaian mentereng dan rapi,
memakai baju baru.
Di antara keramaian yang ada, dan juga di antara orang-orang penduduk kampung yang
berpakaian bagus-bagus itu, tampak berjalan seorang pengemis tua dan seoraug pengemis cilik
dengan sikap yang masa bodoh pada keramaian yang ada. Mereka telah menuju kesebuah kuil
yang berada didekat mulut kampung. Pengemis tua itu telah mengetuk pintu kuil. Dan ketika
pintu kuil di buka, tampak keluar seorang Totong (hweshio kecil).
"Ada urusan apa kalian datang ke mari?" tanya Totong itu tidak senang, karena tadinya dia
menduga yang datang adalah orang yang ingin bersembahyang, tidak tahunya hanyalah
pengemis belaka. Dengan sendirinya dia jadi kecewa dan tidak seorang melihat kedatangan
kedua pengernis ini.
Tetapi pengemis yang tua itu telah tersenyum.
"Kami ingin menumpang, Siauw Suhu!" katanya dengan tidak ragu-ragu.
"Ya, kami ingin menumpang, Suhu!" kata pengemis cilik itu juga.
Muka si Totong telah berobah, dia benar-benar merasa tidak senang dan mendongkol.
"Menumpang? Kalian kira ini rumah nenek moyangmu sehingga begitu mudah
mengatakan ingin menumpang?" tegurnya gusar.
JILID 6
"IHHHHH........ bukankah setiap kuil harus menjalankan amal kebaikan dan selalu
menulungi orang yang sedang kesusahan?" tanya pengemis tua itu.
Tetapi Totong itu malah jadi tambah gusar, dia mendengus dengan suara mengejek.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
98
Kolektor E-Book
"Hemmmmm, kalian mencari tempat lain saja......... karena kami tidak menerima pengemis
untuk menumpang di tempat kami! Lagi pula kalian hanyalah merupakan manusia-manusia
pemalas yang tidak patut ditulung! Kalian masih memiliki tenaga, tetapi kalian telah
menjalankan pekerjaan mengemis!! Pergilah!!"
Tetapi berbarengan dengan perkataan : "Pergilah.....!" dari si Totong, tahu-tahu terdengar
suara "Ploookkkkk! Plookkkk!" beberapa kali, disusul pula oleh suara jeritan kesakitan dari
Totong kecil itu.
Rupanya mulutnya telah kena ditempeleng oleh pengemis tua itu.
"Siauw Suhu, mulutmu terlalu jahat!!" kata pengemis tua itu mendongkol.
Sedangkan si Totong dengan kesakitan telah undur kebelakang beberapa tindak. Mukanya
pucat. Matanya juga telah terpentang lebar-lebar.
"Kau...... kau berani menghina orang dan menganiaya diriku disiang hari bolong seperti
ini? Apakah kalian ingin merampok disiang hari?!"
Makian Totong itu rupanya bukan membawa keuntungan buat Totong itu, karena pengemis
tua itu dengan cepat sekali telah menggerakkan kedua tangannya, segera terdengar suara
?plooook, plooookkkk!? berulang kali, dan dengan mudah sekali, pengemis tua itu telah
menjambak baju didekat dada Totong itu, maka diangkatnya tubuh si Totong, lalu dibantingnya
diatas tanah dengan keras.
Tubuh Totong itu telah terbanting bergulingan diatas tanah, dia juga telah mengeluarkan
suara jerit kesakitan yang bukan main.
Disamping itu, diantara peristiwa tersebut, pengemis kecil itu telah duduk dilatar dimuka
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuil. Tampaknya acuh tak acah.
Si Totong telah melompat berdiri sambil memaki-maki kalang kabutan.
Dia merasa murka bukan main telah diperlakukan begitu kasar oleh pengemis tua tersebut.
"Jembel busuk!! Jembel busuk!!" teriak si Totong dengan murka. "Rupanya kau mencari
penyakit berani mengacau dikuil kami, heh?"
Tetapi belum lagi suara si Totong habis diucapkannya, disaat itulah telah terlihat tangan
dari pengemis tua itu telah bergerak lagi.
Gerakannya begitu cepat, dia telah menghajar muka si Totong, ?bukkkk....!? Dan segera
juga ?crrrrroooooottt!? darah merah mengucur keluar dari hidung si Totong kecil itu.
Totong itu juga telah mengeluarkan suara jerit kesakitan, dia ketakutan sekali dan merasa
ngeri melihat darah yang mengucur keluar dari hidungnya. Tubuhnya menggigil, karena disaat
itulah nyalinya baru pecah.....!
Dengan cepat pengemis tua itu telah berkata dengan suara yang tawar :
"Jika memang kau keberatan untuk menerima kami menumpang dikuil kalian, dilain saat
janganlah bicara dengan sikap yang begitu kasar. Sebetulnya jika aku menginginkan jiwamu,
bisa saja aku mengambilnya, namun kali ini masih mau aku mengampuni jiwamu.....!
Dan pengemis tua itu telah mengawasi mendelik Totong kecil yang telah ketakutan.
Namun disaat itulah, dari dalam kuil telah melangkah keluar seorang hweshio yang berusia
lanjut.
"Ada apa ribut-ribut?!" tanya hweshio tua yang kurang lebih berusia diantara enam puluh
tahun itu dengan suara yang sabar. Dia memelihara jenggot yang panjang dan telah memutih.
"Mengapa kau menjerit-jerit ribut begitu?"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
99
Kolektor E-Book
Mendengar suara si hweshio tua, keberanian si Totong jadi terbangun.
"Suhu (guru), ada dua orang pengemis jahat yang telah memaksa ingin menumpang dan
juga ingin merampok barang kali! Totong itu telah melapor.
Sepasang alis si hweshio tua yang telah lanjut usianya itu berkerut.
Pengemis tua yang tadi tela menghajar Totong itu juga mendengar perkataan si Totong.
Tahu-tahu dia mengeluarkan seruan marah dan telah melompat mengayunkan tangannya sambil
membentak :
"Ohhh, pendeta cilik bermulut jahat!! Kau telah memberikan laporan yang tidak-tidak!!"
bentaknya disertai oleh ayunan tangannya karena dia ingin menghajar mulut Totong itu lagi.
Si Totong menjerit ketakutan. Karena tadi dia telah merasakan betapa sakitnya dihajar oleh
pengemis tua itu. Maka dari itu, dia juga telah melompat mundur.
Di saat itulah, hweshio tua yang baru keluar telah mengibaskan lengan jubahnya.
"Berrrr!" serangkum angin yang kuat sekali telah menerjang menangkis serangan tangan
pengemis tua itu.
Seketika itu juga si pengemis tua tersebut merasakan betapa tenaga serangannya jadi macet
ditengah udara terbendung oleh kekuatan tenaga yang bukan main kuatnya.
Tentu saja pengemis tua itu jadi terkejut, karena dia dapat merasakannya bahwa bendungan
tenaga dari kibasan lengan jubah pendeta tua itu terlalu kuat.
Dengan sendirinya pula, hal itu telah memperlihatkan bahwa tenaga lwekang yang dimiliki
oleh pendeta tua itu bukan main tingginya.
Cepat sekali dia telah menarik pulang tangannya dan berdiri menghadapi pendeta tua itu,
yang saat itu si pendeta tua tengah berdiri dengan sikap yang tenang sekali.
"Siapakah Taysu?" tanya pengemis tua tersebut dengan suara yang tawar.
"Lolap bergelar Wie Ceng Siansu!" menjelaskan pendeta tua itu. "Dan merupakan
pengurus dari kuil ini!"
Si pengemis telah merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjurah memberi hormat.
"Aku biasa dipanggil dengan sebutan Ang Sam Kay, tetapi disamping itu, aku juga
biasanya dikenal sebagai pengemis tidak bernama!" menjelaskan pengemis tua itu. "Dan kalau
memang sekiranya Taysu tidak keberatan, kami ingin menumpang dikuil Taysu".
"Hemmmm.... urusan menumpang dikuil kami memang bukan merupakan hal yang sulit,
kami selalu akan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk menumpang! Tetapi menurut
penglihatan Lolap, tidak sepantasnya Siecu (tuan) melakukan kekerasan pada anak murid
Lolap!"
Teguran pendeta itu bernada dingin sekali. Tampaknya dia tidak senang melihat anak
muridnya si Totong cilik itu telah dihajar oleh pengemis tua tersebut.
Pengemis tua itu, ternyata tidak lain dari Ang Sam Kay, dan pengemis cilik itu adalah Eng
Song, telah tertawa.
"Mungkin Taysu salah mata....!" kata Ang Sam Kay dingin. "Sesungguhnya kami datang
secara baik, tetapi Siauw Suhu itu telah menerima kami dengan kasar dan mengeluarkan kata
kata makian yang terlalu kotor! Apakah sebagai seorang pengikut muda dari sang Budha pantas
memiliki mulut yang begitu kotor?"
Ditegur demikian oleh Ang Sam Kay, wajah Wie Ceng Siansu jadi berobah.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
100
Kolektor E-Book
"Tegasnya Lolap tidak senang jika kedatangan siecu hanya menimbulkan onar!" kata si
pendeta tua tersebut.
"Lalu apa yang diinginkan oleh Taysu?"
"Jelas Lolap ingin melihat berapa tinggi kepandaian Siecu sehinga ingin mengacaukan kuil
kami!!"
Muka Ang Sam Kay jadi berobah.
Itu urusan yang mudah! Aku juga bersedia untuk main-main beberapa jurus dengan
Taysu!"
Waktu menyahuti begitu, hati Ang Sam Kay gusar sekali, sebab dilihatnya betapa pendeta
tua ini juga memiliki sifat yarg terlalu kukuh, dan terlalu mau mempercayai keterangan anak
muridnya belaka.
"Hemmmm...... biar bagaimana kenyataan seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!" kata
Wie Ceng Siansu saat itu. "Karena sekarang bisa terjadi urusan seperti ini, dan dilain waktu nanti
bisa muncul peristiwa-peristiwa seperti ini pula! Maka Siecu harus mempertanggung jawabkan
apa yang telah Siecu lakukan terhadap murid Lolap!!"
"Dengan cara apa Taysu ingin menyelesaikan persoalan ini?" tanya Ang Sam Kay dengan
suara yang tawar.
"Hemmmmm......." mendengus pendeta tua itu dengan suara yang tawar juga, wajahnya
juga dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga. "Tentunya sebagai seorang yang
mengerti boge (ilmu silat) dan juga berkeliaran didalam rimba persilatan, tentunya Siecu
mengerti apa yang diinginkan oleh Lolap!!"
Dan pendeta ini menyelesaikan perkataannya dengan menggerakkan tangannya dia
mengibaskan lengan jubahnya yang longgar itu.
Kebutan lengan jubahnya ternyata membawa angin serangan yang luar biasa kuatnya.
"Wuttttt....!" angin serangan itu telah menerjang kearah pengemis tua itu. Gerakan yang
dilakukan oleh pendeta itu sangat cepat sekali.
Tentu saja hal ini membuktikan betapa kuatnya tenaga dalam yang dimiliki oleh pendeta
ini. Dan Ang Sam Kay juga menyadarinya bahwa ia tidak boleh main-main dengan pendeta yang
tangguh ini.
Cepat sekali, Ang Sam Kay telah mengempos seluruh kekuatannya, dipusatkan didalam
pusarnya, lalu menyalurkan enam bagian ketelapak tangannya. Dia telah menangkisnya, keras
dilawan dengan kekerasan pula.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay juga cepat bukan main.
Hal ini disebabkan Ang Sam Kay juga penasaran, ingin sekali dia mengetahui berapa
tinggi kepandaian yang dimiliki oleh pengurus kuil yang sudah lanjut usianya ini.
Pendekar Naga Putih 11 Memburu Harta Trio Detektif 02 Misteri Nuri Gagap Pendekar Rajawali Sakti 202 Gerombolan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama