Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 4
"Bukkkkkkkkk!" dua kekuatan yang dahsyat telah saling bentur ditengah udara.
Dan benturan kedua tenaga raksasa yang kuat itu telah menggetarkan keadaan disekitar
tempat tersebut, sehingga Eng Song yang berdiri dilatar kuil itu merasakan getaran yang terjadi.
Cepat bukan main, tampak pula angin serangan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay
bukan merupakan satu jurus, karena telah memecah kebeberapa bagian, sehingga jubah pendeta
tua itu berkibar-kibar.
"Ihhhh....!" Wie Ceng Siansu telah mengeluarkan suara seruan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
101
Kolektor E-Book
Tampaknya dia terkejut sekali menerima kenyataan seperti ini, karena dia telah melihatnya
betapa kepandaian yang dimiliki oleh pengemis tua Ang Sam Kay bukan main tingginya dan
juga tenaga lwekangnya ternyata tidak berada disebelah bawahnya.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay ternyata merupakan gerakan dari ?Naga
Melangkah Sepuluh Penjuru?, maka dari itu, tidak mengherankan jika tenaga serangannya juga
bisa memencar begitu banyak jurusan.
Cepat-cepat pendeta tua Wie Ceng Siansu telah mengempos semangat dan tenaganya.
Dengan gerakan yang bukan main cepatnya dia telah menyalurkan tenaga dalamnya pada
lengannya.
Dia menggerakkan kedua lengannya seperti juga gerakan seekor belut.
Disamping itu, dia juga telah mengempos mempergunakan tenaga yang hebat sekali. Maka
tidak mengherankan dari sekujur tubuhnya telah mengalir keluar tenaga yang sangat kuat sekali.
Dan juga disebabkan tenaga dalam yang meluncur keluar itu dari sekujur tubuhnya tidak
mengherankan pula jika jubahnya telah berobah keras bagaikan baja.
Ternyata, kedua orang yang tengah mengadu kekuatan tenaga dalam ini, memiliki
kekuatan yang berimbang dan kepandaian yang sebanding.
Cepat sekali, diantara angin yang menderu-deru itu, tampak Ang Sam Kay telah
mendengus, dia telah merangkapkan sepasang tangannya.
Dengan sikap seperti seorang yang membungkuk sedikit bagaikan memberi hormat, cepat
sekali dia telah menghembuskan kekuatan tenaga dalam yang luar biasa sekali.
Sedangkan pandeta tua Wie Ceng Siansu telah merangkapkan sepasang tangannya dengan
sikap seperti juga sikap seorang Lohan, dia telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya dengan
sikap kedua tangan melintang dimuka dadanya.
Kembali dua kekuatan yang bukan main kuatnya telah saling bentur ditengah udara.
Benturan yang terjadi itu memang memiliki kekuatan yang sangat hebat sekali. Dengan
sendirinya, keadaan disekitar depan kuil itu tergetar lagi, bagaikan terjadinya sebuah gempa
bumi.
Si Totong kecil yang tadi kena dihajar oleh Ang Sam Kay jadi berdiri bengong.
Dia jadi menggidik ngeri sendirinya membayangkan betapa tadi dia begitu berani mati
berlaku kasar terhadap Ang Sam Kay.
Coba tadi kalau sampai Ang Sam Kay menurunkan tangan keras padanya, bukankah
berarti dia sudah akan terbinasa disaat itu juga, sebelum gurunya itu muncul keluar dari dalam
kuil?
Teringat akan hal itu, hati si Totong jadi ngiris sendirinya.
Di saat itulah, dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring, tampak Ang Sam Kay
telah menggerak-gerakan kedua tangannya.
Dia bagaikan ingin melancarkan serangan dengan kekuatan yang ada untuk menggempur
dinding pertahanan dari hweshio tua Wie Ceng Siansu.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay bukankah gerakan biasa saja.
Karena gerakan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay ini memiliki nama ?Sepasang Naga
memperebutkan Mutiara? (Jie Liong Jo Cu). Juga diantara gelombang tenaga yang kuat seperti
itu, mengandung tenaga yang bisa melumpuhkan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
102
Kolektor E-Book
Tentu saja pendeta tua Wie Ceng Siansu jadi terperanjat bukan main.
Dia mengeluh sendirinya, karena biar bagaimana dia harus dapat mempertahankan diri
untuk dapat mempertahankan serangan dari Ang Sam Kay agar dirinya tidak rubuh terguling
diatas tanah.
Biar bagaimana memang Wie Ceng Siansu harus mengakuinya bahwa kepandaian yang
dimiliki oleh Ang Sam Kay tangguh sekali.
Maka dari itu, sambil menghadapi terjangan-terjangan dari tenaga serangan Ang Sam Kay,
Wie Ceng Siansu diam-diam juga telah berpikir keras.
Entah siapa sesungguhnya pengemis tua yang bergelar sebagai Ang Sam Kay.
Selama usianya yang telah lanjut itu, sesungguhnya Wie Ceng Siansu telah banyak sekali
memiliki pengalaman dan juga memang telah berkelana dibanyak tempat di dalam rimba
persilatan.
Namun kenyataannya selama itu dia tidak pernah mendengar gelaran Ang Sam Kay.
Jika memang Ang Sam Kay merupakan tokoh baru didalam rimba persilatan, mengapa
kepandaiannya sudah begitu tinggi dan juga memang usianya telah begitu lanjut?
Hal inilah yang telah membuat Wie Ceng Siansu jadi terheran-heran dan juga diliputi oleh
berbagai pertanyaan.
Di saat itu, serangan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay telah menerjang datang dengan
terjangan yang kuat sekali.
Mau tidak mau Wie Ceng Siansu tidak bisa berpikir lebih lanjut. Karena biar bagaimana
dia memang harus dapat mengempos tenaganya, dia telah menangkis lagi.
Begitulah, kedua orang ini telah saling terjang dan menangkis tidak hentinya. Dan juga
disaat itu pula, tampak Wie Ceng Siansu karena menyadari lawannya merupakan seorang
pengemis yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, iapun tidak berani memandang remeh
dan juga. telah bersungguh-sungguh hati untuk menghadapinya.
Di samping itu, pendeta tua Wie Ceng Siansu merasa kagum juga.
Dia penasaran pula ingin melihat betapa tinggi sesungguhnya kepandaian Ang Sam Kay.
Maka telah diemposnya seluruh kekuatannya.
Waktu dilihatnya ada kesempatan, Wie Ceng Siansu dengan cepat sekali telah melancarkan
serangan yang luar biasa dahsyatnya disertai oleh suara bentakannya.
"Rubuhlah kau!" bentaknya.
Angin serangannya menderu kuat sekali, menghantam Ang Sam Kay.
Ang Sam Kay terkejut melihat cara menyerang Wie Ceng Siansu.
Terlebih lagi ketika Ang Sam Kay merasakan betapa angin serangan itu mengandung
kekuatan yang mematikan. Maka cepat-cepat Ang Sam Kay juga telah menangkis.
Tangkisan yang dilakukannya ini bukan sembarangan tangkisan.
Ang Sam Kay telah menangkis dengan mempergunakan sembilan bagian dari keseluruhan
tenaga dalam yang dimilikinya itu, maka bisa dibayangkan betapa hebatnya kekuatan tenaga
tersebut.
Wie Ceng Siansu merasakan betapa tenaga serangannya telah kena terbendung oleh
kekuatan tenaga dalam Ang Sam Kay.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
103
Kolektor E-Book
Dengan sendirinya, segera juga terlihat betapa tenaganya tidak berdaya untuk menerobos
dan menerjang perbentengan Ang Sam Kay, sebab tenaga Wie Ceng Siansu seperti punah begitu
saja.
Dengan hati penasaran, Wie Ceng Siansu telah mengeluarkan suara bentakan lagi.
Dia telah melancarkan serangan lagi dengan bentakan yang mengguntur, dan tenaga dalam
yang dipergunakannya semakin keras dan kuat.
Dan sasaran yang diarahnya adalah bagian dada dari pengemis tua tersebut.
Ang Sam Kay tidak jeri sedikitpun juga melihat hebatnya tenaga serangan pendeta ini.
Malah dia jadi mendongkol sekali.
"Hemmmmm, aku mau lihat, sampai berapa tinggi kepandaian kepala gundul ini...?!"
berpikir Ang Sam Kay dengan hati yang mendongkol.
Maka dari itu, dia telah melancarkan serangan yang kuat sekali untuk memunahkan
serangan Wie Ceng Siansu.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay merupakan gerakan yang mengandung tenaga
maut.
Di samping itu, juga memang merupakan gerakan yang sangat mematikan.
Hal ini mau tidak mau memaksa Wie Ceng Siansu terhuyung mundur kebelakang dan
kemudian melompat lagi beberapa tombak ke belakang.
Wajahnya tampak agak pucat.
"Hemmmm....!" mendengus Wie Ceng Siansu dengan suara yang penuh kemurkaan.
"Ternyata kau memiliki kepandaian yang tinggi, sehingga kau memang sengaja ingin
mengacaukan kuil kami!!"
Lalu dengan penasaran, Wie Ceng Siansu telah mengempos tenaganya. Dia telah
mengeluarkan ilmu simpanannya yaitu ?Sam Lui? (tiga petir), yang merupakan ilmu yang terlalu
hebat dan tidak akan dipergunakannya jika tidak sedang dalam keadaan terpaksa benar.
Tubuh pendeta tua itu telah bergetar keras sekali, juga mukanya telah berobah merah
padam.
Dia telah mengempos seluruh kekuatannya, sampai kedua kakinya yang berdiri tegap itu
telah meleesak kedalam tanah dan tergetar.
Hal ini memperlihatkan bahwa ilmu yang dipergunakan oleh Wie Ceng Siansu merupakan
ilmu yang bukan main dahsyatnya.
Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal merupakan hal yang terlalu hebat untuk
melakukan pertempuran dengan lawan yang memiliki kepandaian biasa saja. Karena Sam Lui
merupakan pukulan yang dapat mematikan lawannya sekali saja terkena pada korbannya.
Hati Ang Sam Kay tercekat juga. Dia memandang dengan perasaan tergoncang juga.
Karena Ang Sam Kay melihat betapa Wie Ceng Siansu tengah mengerahkan tenaga yang bukan
main dahsyatnya dan tengah mempergunakan tenaga untuk menyerang yang terlalu ampuh.
Eng Song yang melihat keadaan Wie Ceng Siansu juga jadi berdebar hatinya.
Bocah ini menyadarinya bahwa Ang Sam Kay menghadapi lawan yang berat.
Maka dari itu, mau tidak mau Eng Song ikut berkuatir akan diri Ang Sam Kay.
Si Totong kecil memandang dengan perasaan puas. Karena dia melihat gurunya telah
mempergunakan ilmu yang hebat dan tampak Ang Sam Kay terkejut.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
104
Kolektor E-Book
Maka dia yakin gurunya pasti akan dapat memenangkan pertempuran ini.
"Hemmm... kau terlalu hebat!" berseru Wie Ceng Siansu dengan suara yang mendesis.
"Dan memaksa Lolap untuk mempergunakan ilmu yang hebat pula!!"
Ang Sam Kay telah tertawa dingin.
"Tidak usah malu-malu, keluarkanlah seluruh ilmumu!" ejeknya.
Dengan mengeluarkan suara erangan, tampak Wie Ceng Siansu telah melancarkan
serangan yang kuat sekali.
Gerakan ang dilakukan oleh Wie Ceog Siansu ternyata agak lambat. Namun kesudahannya
luar biasa sekali.
Bagaikan halilintar, tenaga dalam yang terluncur keluar itu menerjang kearah Ang Sam
Kay.
Tentu saja Ang Sam Kay tidak mau menyambutinya dengan kekerasan.
Dia telah melompat kesamping mengelakkan diri.
Tenaga serangan dari Wie Ceng Siansu yang tidak berhasil mengenai sasarannya itu jadi
menghantam sebatang pohon yang tumbuh didepan kuil tersebut.
"Derr...!"
Bagaikan petir, tenaga itu telah menghajar batang pohon dan seketika itu juga batang
pobon ini telah hangus, bagaikan disambar petir...!
Ang Sam Kay yang menyaksikan hal ini, tercekat hatinya, karena biar bagaimana memang
kenyataan seperti ini mau tidak mau telah membuatnya menggidik.
Si pengemis tua ini membayangkan, bagaimana keadaan dirinya jika tadi serangan yaag
dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu itu berhasil mengenai sasarannya?
Tentu saja Ang Sam Kay cepat-cepat memperhatikan baik-baik segala gerakan dari Wie
Ceng Siansu.
Sedikit saja dia salah perhitungan, niscaya dirinya yang akan celaka.
Sedangkan saat itu Wie Ceng Siansu yang melihat serangan pertama dengan gerakan Sam
Luinya itu telah gagal, dia mengeluarkan suara erangan.
Tahu-tahu kedua tangannya telah digerakkan dari kedua telapak tangannya itu, telah
tersalur keluar serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya.
Ang Sam Kay memperhatikannya baik-baik.
Belum lagi angin serangan Sam Lui yang dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu itu tiba maka
Ang Sam Kay telah merasakan betapa serangan ini menimbulkan hawa panas yang seakan ingin
membakar.
Tentu saja dia terkejut. Dia menyedotnya dalam.
Lalu menjejakan kedua kakinya, cepat luar biasa tubuhnya telah mencelat ketengah udara.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay merupakan gerakan yang gesit sekali, maka kembali
angin serangan yang dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu mengenai tempat kosong.
Dengan sendirinya, serangan itu menghantam tanah dan debu bertebaran.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ang Sam Kay sendiri telah berpikir, bahwa ia tidak boleh berlaku ayal dan juga tidak boleh
membiarkan Wie Ceng Siansu selalu melancarkan serangan-serangannya itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
105
Kolektor E-Book
Mau tidak mau dia harus mendahului melancarkan serangannya, agar Wie Ceng Siansu
tidak memiliki kesempatan lagi untuk melancarkan serangan.
Maka, waktu tubuhnya tengah meluncur turun kebawah, disaat itulah Ang Sam Kay tidak
mau membuang-buang kesempatan yang ada, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang
nyaring sambil melancarkan pukulan dengan pinggir telapak tangannya kearah batok kepala dari
Wie Ceng Siansu yang gundul itu.
Wie Ceng Siansu tengah kecewa dan murka melihat betapa serangannya kembali mengenai
tempat kosong.
Di saat itulah dia melihat Ang Sam Kay melancarkan serangannya akan menggeplak
hancur batok kepalanya. Maka dia jadi tambah murka.
Dengan mengeluarkan suara raungan dan erangan yang keras sekali, Wie Ceng Siansu
telah menangkisnya.
"Bukkkkkkkk.......!" terjadilah bentrokan kedua tangan itu. Tubuh Ang Sam Kay yang
memang tengah terapung ditengah udara jadi terpental.
Keras bukan main tubuh Ang Sam Kay telah melayang-layang ditengah udara, kemudian
setelah berjumpalitan beberapa kali berputar ditengah udara, tubuh Ang Sam Kay telah turun
ditanah dalam keadaan selamat.
Saat itu, Wie Ceng Siansu tengah terkejut pula, karena dia merasakan waktu tadi
tangannya saling bentrok dengan tangan Ang Sam Kay, dia merasakan tindihan tenaga yang
bukan main kuatnya.
Tubuhnya sampai tergetar dan tergoncang keras sekali terhuyung mundur kebelakang.
Diantara berkesiuran angin serangan Ang Sam Kay yang tadi, Wie Ceng Siansu merasakan
darahnya seperti meluap, membuat seluruh pembuluh darah dikeningnya jadi mengeras.
Tentu saja kejadian seperti ini mengejutkan sekali pendeta tersebut.
Biar bagaimana dia jadi terheran-heran, entah ilmu apa yang tadi dipergunakan oleh Ang
Sam Kay untuk melancarkan serangan kepadanya.
Baru saja Wie Ceng Siansu ingin mengempol dan melancarkan serangan lagi dengan
kekuatan tenaga yang bukan main kuatnya, disaat itulah dengan kecepatan luar biasa Ang Sam
Kay telah melancarkan serangan pula dengan tubuh yang telah mencelat cepat sekali.
Wie Ceng Siansu bersiap-siap untuk menyambuti serangan Ang Sam Kay dengan
tangkisan yang dahsyat. Namun belum lagi serangan Ang Sam Kay tiba pada sasarannya, disaat
itu terdengar suara seruan yang halus : "Untuk apa mengadu jiwa?!"
Dan dengan terdengarnya suara itu, tampak menyusul beberapa titik-titik putih yang
menerjang kearah Ang Sam Kay.
Dengan terkejut Ang Sam Kay menarik pulang tenaga serangannya.
Karena Ang Sam Kay merasakan waktu tubuhnya itu kena dihantam oleh butir-butir itu,
maka dia merasakan serangan hawa dingin yang luar biasa kuatnya, sehingga tubuhnya
menggigil keras sekali.
Tetapi benturan bintik-bintik putih itu tidak membahayakan jiwanya. Dengan perasaan
heran yang bukan main Ang Sam Kay telah meluncur turun, berdiri ditanah sambil matanya
mencilak mengawasi sekitar tempat itu.
Begitu pula Wie Ceng Siansu. Dia telah mendengar bentakan suara halus itu, juga dia telah
melihatnya betapa bintik-bintik putih yang telah menghajar telak sekali tubuh Ang Sam Kay,CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
106
Kolektor E-Book
dengan sendirinya Wie Ceng Siansu jadi terheran-heran, karena dia tidak mengetahuinya, entah
siapa yang malancarkan serangan itu kepada Ang Sam Kay.
Namun mereka tidak usah berpikir terlalu lama, sebab disaat itulah telah terlihat, betapa
dari balik sebatang pohon disebelah kanan pintu kuil, tampak melangkah keluar sesosok tubuh
berpakaian putih.
Waktu semua orang telah menoleh, mereka melihat jelas, sosok tubuh itu tidak lain dari
seorang wanita yang berusia masih muda. Seorang gadis yang cantik manis dan berpakaian serba
putih, dengan topi yang bewarna putih pula, terbuat dari bulu.
Ang Sam Kay mengerutkan sepasang alisnya waktu melihat gadis ini. Dia tidak mengenali,
entah siapa gadis putih ini. Apakah kawannya Wie Ceng Siansu.
Sedangkan Wie Ceng Siansu sendiri juga terheran-heran melihat munculnya gadis itu.
Dia sama sekali tidak mengenal siapa gadis berpakaian serba putih ini.
Si gadis yang berpakaian serba putih telah tersenyum dengan sikap yang manis sekali.
"Selamat bertemu! Selamat bertemu!" katanya dengan suara yang ramah. "Mengapa kalian
bertempur begitu hebat seperti juga kalian tidak menghargai jiwa masing-masing? Mengapa
harus bertempur mati-matian mempertahankan jiwa begitu?"
Halus sekali suara gadis itu.
Ang Sam Kay telah mendengus, dia melirik kearah pedang yang tergantung di pinggang
gadis itu. Dan pedang panjang di pinggang si gadis juga berwarna putih.
"Siapa kau? Mengapa kau menyerang aku secara menggelap begitu?" tegur Ang Sam Kay
dengan suara yang tawar.
Si gadis telah tersenyum manis.
"Maafkan paman pengemis!" katanya dengan suara yang tetap halus. "Tadi Siauwlie bukan
melancarkan serangan menggelap! Siauwlie juga yakin, jika Siauwlie melancarkan serangan
dengan cara terbuka, paman pengemis tidak mungkin dapat mengelakannya, umpamanya seperti
ini...!" dan setelah berkata begitu, gadis yang berwajah cantik dan berpakaian serba putih itu
telah menggerakkan tangannya, jari tangannya menjentikkan sesuatu.
Tampak beberapa titik-titik putih telah melesat cepat sekali kearah Ang Sam Kay.
Tentu saja Ang Sam Kay mendongkol bukan main, sambil mendengus dia mencelat
kesamping untuk mengelakkan diri.
Tetapi, bintik putih itu seperti juga memiliki mata dan seperti terkendali. Karena dengan
cepat bintik-bintik putih itu juga telah terbelok dan menghantam Ang Sam Kay!
Tentu saja Ang Sam Kay terkejut bukan main, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Dan yang lebih mengejutkan hati Ang Sam Kay, begitu bintik-bintik putih itu menghajar
tubuhnya, seketika itu juga tubuhnya menggigil dingin bukan main.
Serangkum angin yang dingin sekali, seperti menusuk kedalam tulang dan melebihi
dinginnya es, telah menerjang masuk kedalam tubuhnya.
Tentu saja hal ini telah membuat Ang Sam Kay terkejut berbarengan heran.
Entah bintik-bintik putih itu merupakan benda apa yang dapat menimbulkan akibat yang
demikian hebat?
Sedang Ang Sam Kay terheran-heran begitu, disaat itulah si gadis berpakaian serba putih
itu telah berkata deagan suara yang dingin.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
107
Kolektor E-Book
"Hemmm, bukankah perkataan Siauwlie ada benarnya?" katanya. "Biar bagaimana paman
pengemis tidak bisa mengelakkan diri dari serangan Sin Tan (peluru sakti) dari Siauwlie!" dan
kemudian gadis berpakaian serba putih itu telah tertawa dengan suara yang lembut.
Dengan sendirinya, disaat itulah, Wie Ceng Siansu tertawa mengejek kearah Ang Sam
Kay.
"Hemmm..... maka dari itu, janganlah menjadi seorang yang terkebur!!!" ejek pendeta ini
dengan suara penuh kemendongkolan. Dia mengejek begitu, rupanya Wie Ceng Siansu ingin
melampiaskan perasaan mendongkolnya.
Tetapi disaat Ang Sam Kay menoleh dengan mata mendelik kearah Wie Ceng Siansu,
disaat itulah gadis berpakaian serba putih telah tertawa kecil.
Tahu-tahu jari telunjuknya telah menjentik.
Dan dua titik putih menyambar ke arah Wie Ceng Siansu.
Tentu saja pendeta ini jadi terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan marah
dan bermaksud akan menyampok jatuh dua titik putih itu.
Namun dia gagal.
Karena dengan tepat sekali kedua titik putih itu telah menghantam telak dada dari Wie
Ceng Siansu.
Terdengar seruan kaget dari Wie Ceng Siansu, dan tampak tubuh pendeta ini telah
gemetaran keras sekali seperti orang kedinginan.
Ternyata waktu dua titik putih itu telah mengenai dadanya, memang benar tidak
mendatangkan rasa sakit, tetapi Wie Ceng Siansu merasakan serangan hawa dingin yang luar
biasa telah menerjang dirinya.
Hal ini tentu saja selain mengejutkannya juga sangat mengherankan sekali.
Benda putih itu, yang dinamakan oleh gadis berpakaian serba putih itu, dengan nama Sin
Tan, peluru sakti, entah terbuat dari benda apa.
Hawa dingin yang menerjang kearah Wie Ceng Siansu jauh lebih dingin dari es.
"Benda...... benda apa yang kau pergunakan ini?" bentak Wie Ceng Siansu dengan gusar.
"Ilmu siluman apa yang kau pergunakan?"
Tetapi gadis berpakaian serba putih itu telah tertawa tawar.
"Hemmmm, Siauwlie tentu saja tidak akan mempergunakan ilmu siluman! Karena
Siauwlie juga tidak akan mempelajari ilmu siluman! Guru Siauwlie mana memberikan ijinnya
untuk Siauwlie mempelajari ilmu siluman? Itulah yang dinamakan Sin Tan, dan hati-hati
terhadapnya, jika Sianwlie melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga yang disertai
pada luncuran Sin Tan itu, hawa dingin yang akan menerjang pada kalian tentu akan jauh lebih
hebat!"
Wie Ceng Siansu dan juga Ang Sam Kay, atau Eng Song dan si Totong kecil itu, jadi kaget
bukan main.
Ajaib sekali!
Memang peluru putih yang dinamakan Sin Tan itu memiliki kehebatan yang luar biasa.
Seperti tadi Eng Song telah melihatnya, betapa tubuh Ang Sam Kay gemetaran keras
sekali, disamping juga tubuh dari Wie Ceng Siansu telah menggigil keras. bagaikan tengah
kedinginan yang sangat.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
108
Kolektor E-Book
Dengan sendirinya, hal itu telah memperlihatkan bahwa peluru sakti yang dipergunakan
oleh si gadis memang memiliki kehebatan yang luar biasa.
Muka Wie Ceng Siansu saat itu telah berobah merah padam.
"Sebenarnya siapakah engkau ini?" tegurnya. "Mengapa kau muncul dikuil Lolap untuk
menambah kericuhan belaka?!"
Gadis berpakaian putih itu telah tertawa manis, baru dia meyahuti :
"Siauwlie she Cu Sing Hong", katanya dengan suara yang lembut. "Dan juga kebetulan
saja tadi Siauwlie lewat disini, dan melihat kalian tengah mengadu kekuatan untuk saling bunuh!
Siauwlie melihat kepandaian kalian cukup tinggi, jarang sekali orang yang memiliki kepandaian
seperti kalian! Maka dari itu, jika memang kalian terbunuh, bukankah hal ini harus dibuat
sayang?!"
Ang Sam Kay telah mengawasi berdiam diri, tetapi Wie Ceng Siansu yang merasa
dipermainkan oleh gadis ini, jadi mendongkol bukan main, telah mendengus dengan suara yang
dingin.
"Hemmmm..... memang sungguh kebetulan hari ini Lolap kedatangan tamu-tamu tidak
diundang dan sengaja ingin membuat kericuhan ditempat ini! Baiklah! Sekarang Lolap ingin
melihat sampai berapa tinggi kepandaian yang kalian miliki! Tadi pengemis itu telah Lolap
rasakan tengannya, sekarang engkau!"
Dan tanpa menunggu habis perkataan itu, dengan cepat Wie Ceng Siansu telah
melancarkan serangannya.
Dia menggerakkan kedua tangannya itu dengan gerakan yang berbareng.
Dan serangan yang dilancarkannya ini mempergunakan kekuatan tenaga lwekang yang
bukan main dahsyatnya, karena Wie Ceng Siansu melancarkan serangan dengan
mempergunakan ilmu Sam Lui.
Dengan sendirinya, hawa serangannya dari angin yang meluncur kearah si gadis bukan
main kuatnya dan juga mengandung hawa yang panas sekali.
Gadis yang berpakaian serba putih itu tetap berlaku tenang-tenang saja, berdiri tegak
ditempatnya dengan bibir yang tersenyum manis.
Dia telah menggerakkan tangan kanannya dan menyentikkan jari telunjuknya, maka
meluncurlah dua titik putih lagi. Cuma saja, kali ini dua titik putih itu telah meluncur demikian
kuatnya.
Dan dua titik putih itu, tidak dapat dihindarkan oleh Wie Ceng Siansu, sehingga dia
terkejut bukan main, sampai mengeluarkan suara seruan kaget.
Dengan cepat dia telah melompat kesamping, namun terlambat.
Hawa dingin telah menerobos kedalam pori-pori kulitnya, menerjang daging tubuhnya dan
ketulang. Pendeta tua ini jadi menggigil kedinginan.
Walaupun Wie Ceng Siansu telah mengempos semangat murninya untuk menghangati
tubuhnya, namun dia tidak berhasil sama sekali untuk menyalurkan kekuatan hawa murni
ditubuhnya itu. sehingga dia tetap saja diserang oleh hawa dingin yang luas biasa.
Tubuh pendeta ini jadi menggigil keras, mau tidak mau dia juga merasa malu juga.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seumur hidupnya baru mengalami kejadian aneh seperti ini.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
109
Kolektor E-Book
Wie Ceng Siansu merupakan seorang tokoh didalam rimba persilatan, dia memiliki nama
yang sangat harum disebabkan kepandaian yang sangat tinggi dimilikinya. Maka dari itu, mau
tidak mau hal ini telah membuat dia jadi terkenal sekali.
Namun hari ini, dia bisa menggigil begitu, tentu saja hal ini telah membuatnya dia jadi
malu sekali.
Tetapi disebabkan hawa dingin yang menyerang dirinya begitu keras, sehingga giginya
bercatrukan keras sekali, dengan sendirinya dia mau tidak mau jadi harus duduk bersemedhi
guna memulihkan semangatnya.
Si gadis yang berpakaian serba putih itu telah tertawa lebar.
"Tadi Siauwlie hanya main-main dengan serangan Siauwlie, coba kalau Siauwlie
bersungguh-sungguh, tentu jalan darah di sekujur tubuh Taysu telah membeku kaku, berarti
kematian buat Taysu!!"
Tentu saja Ang Sam Kay jadi kaget setengah mati. Begitu pula Wie Ceng Siansu, ia jadi
kaget setengah mati. Namun disebabkan serangan hawa dingin terlalu hebat, maka mau tidak
mau dia tidak memperhatikan perkataan si gadis, dia telah mengempos seluruh hawa murni
ditubuhnya.
Hawa hangat telah menyelubung naik kedadanya, kemudian kepusarnya, lalu kesekujur
tubuhnya.
Agak sulit juga dia menyalurkan hawa murninya itu, sampai akhirnya dia berhasil juga.
Dengan bersusah payah dia dapat mengatasi serangan hawa dingin itu, maka membuktikan
bahwa serangan hawa dingin tersebut memang sangat hebat.
Dan mungkin juga perkataan gadis itu memang benar, karena kalau sampai hawa dingin itu
menyerang lebih hebat kepada diri si hweshio, tentunya Wie Ceng Siansu akan mengalami
ancaman yang tidak kecil.
Wie Ceng Siansu jadi menggidik sendirinya membayangkan betapa beratnya tenaga
serangan hawa dingin itu. Sambil menghela napas, dia telah bangkit berdiri dengan wajah yang
agak pucat.
"Terima kasih atas pelajaran Siauw Siocia (nona kecil)! Wie Ceng Siansu tidak akan
melupakan budi kebaikan ini!" kata Wie Ceng Siansu.
Si gadis tertawa.
"Jangan sakit hati, Taysu! Siauwlie hanya main-main!!" katanya.
Tetapi Wie Ceog Siansu tengah mendongkol, dia telah menyahuti :
"Lolap kira, untuk bergurau itu ada batasnya....!" katanya tawar.
Tetapi Cu Sing Hong telah tertawa. Dia menoleh kepada Ang Sam Kay.
"Dan kau paman pengemis, apakah kau bersakit hati juga padaku?!" tanyanya.
"Memang tidak adil! Kau telah melancarkan serangan satu kali, maka dari itu, kami juga
harus melancarkan serangan satu kali pula!"
"Silahkan!" tantang si gadis.
Ang Sam Kay bersiap-siap.
Pengemis tua ini telah mengempos semangat yang dimilikinya, dia telah menyalurkan
kekuatan murninya pada kedua telapak tangannya itu, dia telah mengeluarkan suara seruanCHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
110
Kolektor E-Book
nyaring, lalu tahu-tahu menggerakkan kedua telapak tangannya, sehingga mengeluarkan suara
angin serangan ?wuttttt!? yang keras sekali.
Rupanya Ang Sam Kay juga penasaran sekali melihat gadis yang muda usia ini bisa
membuat dirinya bernama Wie Ceng Siansu kewalahan begitu.
Di samping menduga-duga, entah murid siapa gadis cantik yang tangguh ini, Ang Sam
Kay juga ingin melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian dari si gadis yang cantik manis
ini.
Itulah sebabnya Ang Sam Kay telah melancarkan serangan dengan tenaga yang bukan
main kuatnya.
Dia melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan tenaga yang luar biasa sekali.
Karena dia memang ingin menerjang dengan kekuatan yang ada padanya untuk mencoba
kehebatan tenaga tangkisan gadis manis itu.
Namun si gadis Cu Sing Hong hanya berdiam diri saja ditempatnya.
Sedikitpun dia tidak bergerak dari tempatnya berpijak, malah mengawasi saja datangnya
serangan dari pengemis tua Ang Sam Kay.
Sikap gadis ini tentu saja telak membuat Ang Sam Kay jadi mendongkol sekali. Maka dari
itu tenaga serangannya itu tidak di kuranginya.
Dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang bukan main hebatnya.
Cu Sing Hong telah berseru : "Sebuah pukulan yang kuat dan indah!"
Dan ketika pukulan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay hampir tiba, dengan gerakan
yang gesit bukan main, tampak gadis cantik ini telah menjejakkan kakinya.
Tubuhnya dengan cepat telah mencelat kesamping, dan mempergunakan kesempatan itu,
tampak kaki kanan dan gadis she Cu tersebut bergerak.
Dan gerakannya itu memiliki kecepatan yang sangat hebat, sukar diikuti oleh pandangan
mata. Dengan sendirnya, ketika tendangan itu tiba, dan telak sekali menghantam pergelangan
tangan dari Ang Sam Kay, menyebabkan Ang Sam Kay merasakan pergelangan tangannya sakit
luar biasa.
Hal ini mengejutkan sekali hati Ang Sam Kay, baru dia ingin menarik pulang tenaga
serangannya, untuk melancarkan serangan lagi, disaat itulah telah terlihat gadis cantik she Cu itu
telah melancarkan pukulan dengan telapak tangannya.
Cu Sing Hong melancarkan serangannya itu dengan jarak jauh.
Kalaupun telapak tangannya tidak bisa mencapai sasaran, tetapi yang dipentingkan olehnya
adalah angin serangannya yang kuat sekali.
Tubuh Ang Sam Kay jadi mengigil.
Inilah yang sangat mengejutkan Ang Sam Kay!
Tadinya pengemis tua ini menyangka bahwa serangan telapak tangan dari si gadis she Cu
itu akan menimbulkan angin serangan yang kuat sekali.
Namun siapa sangka, justeru dari telapak tangan si gadis she Cu itu mengeluarkan angin
serangan yang mengandung hawa dingin luar biasaan.
Maka dari itu serangan yang aneh seperti ini membingungkan hati Ang Sam Kay.
Belum lagi mengetahui apa yang harus dilakukannya, disaat terasa hawa dingin yang
menerjang dirinya dengan demikian hebat.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
111
Kolektor E-Book
Ang Sam Kay merasakan tububnya bagaikan direndam didalam kolam es. Dan belum lagi
dia bisa menyadari apa yang tengah terjadi, giginya telah bercatrukan dengan tubuh yang
menggigil keras sekali.
Hawa dingin yang menerjang kearah dirinya bagaikan menerobos masuk ke dalam tulang
sumsumnya.
Itulah yang mengejutkan Ang Sam Kay, sehingga pengemis tua ini telah mencelat mundur
kebelakang, dia telah melompat mundur begitu untuk menjatuhkan diri bersemedhi, mengatur
jalan pernapasannya, mengerahkan tenaga murninya untuk menghangatkan tubuhnya.
Sambil bersemedhi begitu, giginya tidak berhentinya bercatrukan, dia seperti orang yang
kedinginan.
Sedangkan si gadis sudah tidak melancarkan serangannya lagi, dia telah berdiri tegak
sambil tertawa manis mengawasi apa yang dilakukan oleh Ang Sam Kay........
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 9 ?????????
ENG SONG yang melihat apa yang dialami oleh si pengemis Ang Sam Kay, jadi
memandang bengong, karena dia terkejut sekali.
Biar bagaimana Eng Song tadi telah menyaksikan betapa Wie Ceng Siansu telah dibuat
menggigil keras pula seperti yang dialami oleh Ang Sam Kay sekarang ini. Tentu saja hal itu
telah memperlihatkan bahwa kepandaian yang dimiliki gadis she Cu tersebut memang tangguh
sekali.
Dengan sendirinya, mau tidak mau hal ini telah membuat dia jadi terbengong-bengong
keheranan. Setahunya kepandaian yang dimiliki oleh Ang Sam Kay sangat tangguh sekali.
Namun sekarang, hanya sekali gebrak saja Ang Sam Kay telah dapat di buat menggigil begitu
rupa, tentu saja hal ini merupakan kejadian yang mengejutkan sekali.
Setelah berselang semakin lama, akhirnya Ang Sam Kay mulai dapat menghangati
tubuhnya dengan mempergunakan hawa murni ditubuhnya.
Wie Ceng Siansu yang menyaksikan perihal ini, jadi kaget bukan main. Hatinya tercekat.
Dia jadi membayangkan kalau sampai terjadi suatu pertempuran dan gadis yang sakti ini dapat
melancarkan serangan yang sesungguhnya, tentu celakalah dia!
Setelah hawa dingin lenyap menyerang dirinya, Ang Sam Kay berdiri dari duduknya, dia
telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada si gadis she Cu itu.
"Aku Ang Sam Kay sungguh-sungguh kagum atas kepandaian dan ilmu yang dimiliki
nona......! Kalau memang mati, sekarang aku dapat mati puas dan dengan mata meram, karena
telah dapat menyaksikan ilmu yang demikian mujijat! Nah, selamat berpisah nona, mudah
mudahan nanti kita memiliki kesempatan untuk saling jumpa pula....!" dan setelah berkata
begitu, tanpa menoleh lagi kepada Wie Ceng Siansu, si pengemis tua ini telah menggapai Eng
Song, lalu mengajak si bocah untuk berlalu dari tempat tersebut......
Eng Song telah mengintil saja dibelakang pengemis tua tersebut. Dan akhirnya, mereka
telah meninggalkan kuil tersebut cukup jauh.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
112
Kolektor E-Book
Ang Sam Kay baru menghentikan langkah kakinya, dia menghela napas.
"Benar-benar sangat mengagumkan!! kata Ang Sam Kay pada Eng Song, "Gadis itu
memiliki ilmu yang luar biasa! Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar atau melihat ilmu
semacam itu, yang hebat luar biasa....!!"
"Siapa sebenarnya dia, paman pengemis?" tanya Eng Song dengan perasaan ingin tahu.
"Justeru itu aku juga tidak mengetahui siapa dia!" menyahuti Ang Sam Kay. "Karena
diapun memang merupakan seorang gadis yang baru muncul didalam rimba persilatan....!
Hemmm, entah siapa gurunya! Tetapi setidak-tidaknya guru gadis itu memang seorang yang
memiliki kepandaian yang bukan main tingginya! Benar-benar mengagumkan sekali!!"
Eng Song menghela napas.
Pikiran si bocah jadi berputar di saat itu, karena segera juga dia berpikir, jika memang
dirinya seandainya memiliki kepandaian yang tinggi seperti gadis itu, tentunya dia akan dapat
melaksanakan apa yang diinginkannya.
Tetapi disaat itulah, dengan cepat sekali terlihat dari jurusan depan tengah berlari dua ekor
kuda dengan cepat sekali.
Dua orang pemuda sebagai penunggang kuda tersebut, mereka melarikan kuda tunggangan
mereka dengan cepat sekali.
Waktu sampai didekat Ang Sam Kay dan Eng Song, kedua penunggang kuda itu telah
berhenti melaratkan kuda mereka.
Keduanya telah melompat turun dari punggung kuda dengan gerakan yang lincah dan gesit
sekali. Mereka adalah dua orang pemuda yang berwajah cakap sekali.
Salah seorang diantara mereka telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat.
"Kami numpang bertanya paman pengemis! kata si pemuda yang seorang ini dengan suara
yang ramah. "Apakah paman pengemis melihat seseorang yang berpakaian serba putih? Dia
seorang gadis yang masih muda sekali....!!"
Mendengar perkataan pemuda ini Eng Song dan pengemis tua Ang Sam Kay jadi terheran
heran.
Karena segera juga mereka mengetahuinya bahwa yang dimaksud oleh kedua pemuda ini
tentunya si gadis berbaju putih Cu Sing Hong.
"Benar! Kami belum lama yang lalu saling jumpa!" kata Ang Sam Kay sambil
menganggukkan kepalanya. "Apakah kalian berdua mempunyai urusan dengan gadis itu?"
Wajah kedua pemuda itu tampak berseri kegirangan. Mereka telah mengangguk.
"Ya.... kami mempunyai urusan dengannya! Adik kami yang nomor tiga telah dibinasakan
olehnya! Maka dari itu, kami ingin mengejarnya untuk melakukan pembalasan dendam
padanya.....!"
Mendengar ini, Ang Sam Kay jadi terkejut bukan main. Cepat-cepat dia telah mengulap
ulapkan tangannya.
"Jangan! Jangan! Lebih baik kalian jangan mencari urusan dengan gadis itu! Dia terlalu
tangguh dan memiliki kepandaian yang bukan main tingginya! Lebih baik kalian jangan bentrok
dengannya!"
Wajah kedua pemuda itu telah berobah seketika itu juga, tampaknya mereka tidak puas dan
tidak senang.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
113
Kolektor E-Book
"Hemmmm, paman pengemis mungkin telah menyaksikan kepandaian gadis itui?"
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanyanya.
Ang Sam Kay telah mengangguk cepat sekali.
"Ya, malah aku telah bertempur dengannya!" kata Ang Sam Kay. Aku telah melihatnya
bahwa kepandaian yang dimiliki oleh gadis itu terlalu tangguh!!"
"Sekarang dia berada dimana, paman pengemis?" tanya kedua pemuda hampir
berbarengan, dan bagaikan mereka ini sangat bernafsu sekali, tidak sabar.
"Dia mungkin masih berada di kuil yang tidak jauh dari tempat ini!!" menjelaskan Ang
Sam Kay.
"Terima kasih! Terima kasih!!" kata kedua pemuda itu hampir berbareng.
Dengan cepat mereka telah mencelat keatas punggung kuda mereka dan telah berlari-lari
dengan kecepaten yang bukan main.
Ang Sam Kay yang melihat sikap kedua pemuda yang tampan itu, telah mengela napas.
"Mereka hanya mencari pencari!" menggumam Ang Sam Kay dengan suara yang perlahan.
Eng Song jadi berkuatir sekali.
"Apakah kedua pemuda itu tidak akan dicelakai oleh gadis yang memiliki kepandaian yang
tangguh itu?" tanya Eng Song kemudian.
Si pengemis tua Ang Sam Kay telah menghela napas lagi, dia telah menggelengkan
kepalanya.
"Entahlah! Aku mana tahu! Kalau saja gadis itu memang tidak bertangan telengas,
tentunya kedua pemuda itu masih memiliki kesempatan untuk hidup......!"
Mendengar perkataan Ang Sam Kay, Eng Song juga jadi menghela napas. Karena dia tidak
mengelahuinya entah bagaimana nantinya nasib dari kedua pemuda itu.
Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Di dalam waktu yang singkat, mereke telah meninggalkan perkampungan tersebut sejauh
belasan lie.
Dan Eng Song telah merasa letih sekali. Mereka mengasoh ditepi jalan.
Namun ketika mereka tengah berangin untuk melenyapkan perasaan letih mereka, tiba-tiba
dari arah jurusan perkampungan yang baru saja mereka tinggalkan itu, telah berlari-lari dua ekor
kuda.
Dan Ang Kay yang bermata jeli, dapat mengenali bahwa kedua kuda tunggangan itu adalah
milik kedua pemuda tampan yang pernah bertemu dengan mereka.
Maka dari itu, cepat-cepat Ang Sam Kay telah melompat berdiri. Begitu pula Eng Song.
Mereka ingin mendengar bagaimana hasil pertemuan antara kedua pemuda ini dengan si
gadis yang berpakaian serba putih dan bernama Cu Sing Hong itu.
Namun Ang Sam Kay jadi terheran-heran. Karena dia melihatnya betapa kedua kuda itu
tanpa penunggangnya, berlari dengan cepat sekali.
Dan begitu juga Eng Song, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan saking heran melihat
betapa kuda itu tanpa penumpang.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
114
Kolektor E-Book
Namun karena Ang Sam Kay memang memiliki penglihatan yang tajam, dia melihat pada
kedua ekor kuda tunggangan itu terdapat sesuatu yang ganjil.
Karena mereka telah melihatnya betapa pada kedua punggung kuda itu tergemblok sesuatu.
Waktu kuda tunggangan itu berlari telah mendekat ketempat Ang Sam Kay dan Eng Song
berada, maka dengan cepat pengemis tua itu telah melompat menghadangnya.
Dia telah mencekal tali pelana kuda tersebut, dan menghentikan larinya kedua kuda
tersebut.
Ternyata dipunggung itu terdapat dua sosok tubuh manusia!
Dan dua sosok tubuh manusia itu telah membeku menjadi mayat.
Dari kedua sosok tubuh tersebut juga memancarkan hawa yang dingin bukan main.
Seperti juga kedua sosok mayat ini memang telah direndam didalam air kolam es.
Cepat-cepat Ang Sam Kay telah menurunkan kedua sosok tubuh itu.
Ternyata kedua mayat itu tidak lain dari kedua pemuda yang pernah bertemu dengan
mereka. Eng Song dan Ang Sam Kay sampai mengeluarkan suara seruan kaget karena tercekat
hati mereka.
Terlebih-lebih Eng Song, boah ini merasakan hatinya ngiris.
Karena dia melihat kedua pemuda itu telah menemui kematiannya disebabkan tubuhnya
telah kaku dingin, dan Eng Song yang memang memiliki kecerdikan yang bukan main segera
dapat menerkanya, bahwa kematian kedua orang pemuda ini tentunya disebabkan oleh serangan
senjata es yang dingin dari gadis yang bernama Cu Sing Hong, yaitu peluru Sin Tan yang
tangguh itu.
Kedua mata dari mayat kedua pemuda itu tampak mendelik lebar-lebar, tampaknya mereka
sebelum menemui kematiannya, telah menderita ketakutan yang bukan main, dan juga tubuh
mereka dingin memucat seperti juga telah terserang oleh hawa udara yang dingin sekali.
Tampaknya kematian yang mereka alami begitu tiba-tiba dan membuat mereka menderita sekali.
Tentu saja kenyataan seperti ini membuat Ang Sam Kay serta Eng Song jadi memandang
bengong tanpa bergerak di tempat mereka.
Begitu ngiris hati mereka melihat kematian yang dialami oleh kedua pemuda ini. Karena
mereda mungkin juga telah mati tanpa mampu untuk memberikan perlawanan sama sekali,
karena mereka didalam waktu sekejap mata telah menjadi mayat demikian rupa.
Dan juga rupanya si gadis Cu Sing Hong yang telah sengaja meletakan kedua mayat
mereka diatas punggung kuda mereka masing-masing.
Dengan sendirinya, mau tak mau di dalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay tidak
senang juga, karena dari kematian kedua pemuda ini menunjukkan tangan si gadis Cu Sing Hong
memang telengas.
"Hemmmm.....!" akhirnya Ang Sam Kay telah memhela napas panjang. "Kalau kulihat
demikian keadaannya, tentu sangat menakutkan sekali perkembangan didalam rimba persilatan!
Setidak-tidaknya tentu didalam rimba persilatan akan timbul pergolakan yang hebat! Entah
mengapa, akhirnya ini telah bermunculan banyak sekali jago-jago yang muda usianya tetapi
memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Sungguh suatu hal yang sangat menguatirkan. Dan
juga, disamping itu, memang harus diakui bahwa gelombang dari golongan muda telah
mendamparkan gelombang-gelombang tua."CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
115
Kolektor E-Book
Eng Song telah memeriksa kedua mayat pemuda itu, dia tidak melihat luka pada tubuh
kedua mayat itu. Hanya terlihat mereka menerima kematian dengan sepasang mata mendelik
begitu saja dan dari mayat mereka memancarkan hawa udara yang dingin bukan main.
Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk menggali tenah ditepi jalan itu.
Mereka menggali kuburan untuk kedua pemuda yang telah menjadi mayat tersebut.
Setelah mengubur baik-baik kedua mayat tersebut, maka tampak Ang Sam Kay menepuk
pantat kedua ekor binatang tunggangan itu, agar pergi dari tempat tersebut. Sedangkan Ang Sam
Kay dan Eng Song telah melanjutkan perjalanan mereka lagi dengan langkah kaki agak lesu. Eng
Song memikirkan mengapa gadis yang bernama Cu Sing Hong dapat memiliki kepandaian
begitu tinggi, sedangkan Ang Sam Kay memikirkan bahwa heboh dan pergolakan yang akan
timbul didalam rimba parsilatan tentu hebat sekali. Karena belum lagi berselang lama, telah
berguguran korba-korban ditangan gadis berbaju putih.
Dan mungkin juga, jika gadis cantik Cu Sing Hong tidak melihat bahwa usia Ang Sam Kay
dan Wie Ceng Siansu telah lanjut, maka kedua jago tua ini akan dibinasakan juga. Dan
disebabkan Cu Sing Hong melihat bahwa Wie Ceng Siansu dan Ang Sam Kay merupaksn jago
jago tua, maka dia segan untuk turun tangan keras. Hanya mempermainkan belaka dengan
mempergunakan Sin Tannya.
Namun yang jelas, bahwa gadis berbaju putih yang menamakan dirinya Cu Sing Hong itu,
pasti akan membuat gelombang dan badai yang sangat hebat sekali, kekacauan dan pembunuhan
yang mengerikan akan bergolak di dalam rimba persilatan. Seperti gadis itu saja, dia memiliki
Sin Tan, peluru saktinya itu, yang benar terlalu hebat, sehingga dapat membinasakan seorang
korban dengan mati tubuh beku.
Ang Sam Kay sendiri tidak bisa membayangkan, entah kejadian hebat apa yang akan
melanda rimba persilatan dengan munculnya jago-jago muda seperti Cu Sing Hong ini.... karena
peristiwa-peristiwa hebat seperti apa yang akan terjadi tidak dapat diramalkan oleh Ang Sam
Kay. Hanya yang dapat dirasakan oleh pengemis tua ini, bahwa di dalam rimba persilatan akan
terjadi pergolakan yang hebat.
Hari telah mendekati senja, maka Ang Sam Kay dan Eng Song mencari salah satu rumah
penduduk untuk bermalam, menghindarkan diri dari serangan hawa udara malam yang dingin.
Namun malam itu, Ang Sam Kay tidak dapat tidur nyenyak, karena pengemis tua ini memikirkan
betapa kalangan Kang-ouw yang akan diamuk oleh gelombang yang sangat hebat, kancah
kekacauan dan juga banjir darah yang akan terjadi.... sebab jago-jago muda yang seperti Cu Sing
Hong itu, jelas akan memiliki darah muda, sehingga akan mudah pula jago-jago seperti dia
menurunkan tangan telengas pada lawan-lawannya, merenggut nyawanya si korban.....
Keesokan paginya Ang Sam Kay telah mengajak Eng Song untuk melanjutkan perjalanan
mereka.
Pagi itu udara sangat cerah, matahari juga memancarkan sinarnya yang sangat cemerlang.
Angin berhembus sejuk, diantara burung-burung yang berkicauan.
Ang Sam Kay mengajak Eng Song mengambil kearah barat, karena Ang Sam Kay
bermaksud untuk mengunjungi seorang sahabatnya yang lama tidak berjumpa, yaitu seorang
jago tua yang bernama Cung So Liong, bergelar Kun Lun It Kiam (Pendekar Pedang Tunggal
dari Kunlun-san), dikota Ma-leng-kwan.
Letak kota itu dari tempat Ang Sam Kay berada terpisah seratus lie lebih. Dan kurang lebih
memakan waktu masa perjalanan tiga hari.
Hari pertama selama dalam perjalanan tidak terjadi suatu urusan yang menarik untuk
diceritakan. Tetapi dihari kedua telah terjadi sesuatu yang sangat mengejutkan Ang Sam Kay dan
Eng Song.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
116
Kolektor E-Book
JILID 7
WAKTU sore dihari kedua dalam perjalanan mereka itu, Ang Sam Kay dan Eng Song
telah menumpang menginap di sebuah kuil kecil yang tampaknya agak mesum, yang merupakan
satu-satunya kuil yang terdapat dikota Siang-ku-kwan.
Kota ini memang merupakan sebuah kota yang tidak begitu besar. Penduduknya juga tidak
begitu banyak.
Di dalam kuil tempat Ang Sam Kay dan Eng Song menginap itu, diurus oleh delapan orang
paderi yang masing-masing mengerti ilmu silat.
Mereka terdiri dan hweshio-hwesio yang ramah dan menyambut kedatangan Ang Sam Kay
serta Eng Song dengan sikap yang ramah dan baik hati.
Ang Sam Kay berdua Eng Song telah diberikan kamar yang terletak dibelakang kuil,
letaknya cukup baik dan kamar itu walaupun tidak begitu besar, namun merupakan kamar yang
baik.
Tetapi menjelang tengah malam, di saat Ang Sam Kay dan Eng Song tertidur nyenyak,
telah terdengar beruntun suara jeritan yang menyayatkan hati.
Dengan terkejut, Ang Sam Kay telah terlompat bangun dari tidurnya, dia membangunkan
Eng Song.
Di saat itu telah terdengar pula suara jeritan yang melengking tinggi, mengiriskan bahi,
seperti juga orang yang mengeluarkan suara jeritan itu mengalami suatu bencana yang menakuti
hatinya atau juga memang menghadapi suatu kematian yang mengerikan.
"Kau dengar suara jeritan itu?" tanya Ang Sam Kay pada Eng Song.
Pada saat itu sesungguhnya Eng Song masih mengantuk, karena dia tadi tengah lelap sekali
dalam tidurnya.
Eng Song mengangguk, sambil menghapus matanya.
"Suara jeritan itu mengerikan sekali, apa yang sesungguhnya telah terjadi, paman
pengemis?" tanya Eng Song kemudian dengan suara yang ragu-ragu.
"Hemmmm...... tentu telah terjadi suatu urusan yang hebat! Mari kita pergi lihat!!" kata
Ang Sam Kay. "Atau engkau tunggu saja disini, aku yang pergi melihatnya keluar!"
Eng Song mengangguk mengiyakan.
Karena bocah ini berpikir, ia ikut serta juga hanya atau merepotkan belaka Ang Sam Kay
jika suatu saat mereka menghadapi suatu ancaman bahaya.
Maka dari itu, dia telah berdiam diri saja didalam kamar itu, untuk menantikan kembalinya
Ang Sam Kay.
Dengan cepat Ang Sam Kay telah keluar dari kamarnya itu. Dengan gerakan yang ringan
pengemis tua ini telah berlari-lari keruangan depan kuil.
Suasana saat itu sangat gelap, karena api-api penerangan disekeliling kuil itu tampak tidak
ada yang menyala, semuanya telah mati.
Maka dari itu, dengan sendirinya hal ini telah membuat pengemis tua tersebut jadi heran
sekali.
Tidak biasanya sebuah kuil tidak memasang api penerangan.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
117
Kolektor E-Book
Namun sedang Ang Sam Kay berlari-lari begitu, tiba-tiba kakinya telah tersandung
sesuatu. Benda yang agak lunak dan hampir membuat Ang Sam Kay tergelincir.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untung saja Ang Sam Kay memiliki kegesitan yang bukan main. Dengan cepat dia dapat
mengimbangi keseimbangan tubuhnya, sehingga dia tidak perlu sampai jatuh terguling diatas
tanah.
Ang Sam Kay memperhatikan benda yang menggeletak ditengah jalan itu. Tampaknya
seperti buntalan besar.
Cepat-cepat Ang Sam Kay berjongkok mendekati dengan sikap yang hati-hati.
Astaga.....!
Rupanya sesosok mayat seorang manusia yang sudah tidak berjiwa lagi. Menggeletak
dalam keadaan yang mengenaskan sekali, karena dadanya telah berlobang dengan batok kepala
yang hancur bagaikan telah dihajar sesuatu.
Darah merah juga telah menggenangi sekeliling sosok mayat tersebut. Mayat itu adalah
mayat seorang hweshio!
Tentu saja Ang Sam Kay telah terkejut bukan main. Kalau begitu yang mengeluarkan suara
jeritan yang sangat mengerikan sekali tadi adalah si hweshio ini.
Siapa yang membunuhnya?
Dengan hati berdebar, Ang Sam Kay telah menjejakkan kakinya.
Bergegas dia telah berlari kedepan untuk melihat keadaan diluar kuil.
Tetapi kembali dia melihat beberapa sosok tubuh menggeletak.
Waktu didekati, ternyata tiga orang hweshio telah menggeletak tidak bernapas lagi.
Kematian mereka juga sama dengan hweshio yang satu itu, mengerikan sekali.
Tentu saja hal ini telah membuat Ang Sam Kay semakin diliputi tanda tanya dan rasa
bingung yang bukan main.
Dia mengawasi sekitar tempat itu.
Tidak dilihatnya seorang manusiapun disekitar tempat itu. Dan yang terlihat hanyalah
kesunyian belaka.
Dengan sendirinya, mau tidak mau Ang Sam Kay jadi semakin heran saja.
Mengapa sekaligus bisa berjatuhan korban-korban yang terdiri dari hweshio-hwesio dikuil
ini?
Lagi pula, mengapa mereka telah mengalami kematian yang demikian mengerikan?
Dengan sendirinya, mau tidak mau memang harus diakui, bahwa didalam hal ini pasti ada
seseorang yang telah melakukan kekejaman ini dengan melampiaskan segala kemurkaannya.
Dan juga, yang dilihat dari mayat-mayat hweshio itu, maka bisa di tarik kesimpulan bahwa orang
yang melakukan pembunuhan tersebut merupakan orang yang memiliki kepandaian yang sangat
tinggi karena hweshio yang telah menemui ajalnya itu tidak sempat mengadakan perlawanan,
dan telah menemui kematiannya dengan cara yang begitu mengerikan sekali.
Belum sempat untuk Ang Sam Kay memeriksa ketiga mayat hweshio itu, dia telah
mendengar suara jerit yang melengking mengerikan sekali dari dalam kuil.
Secepat terbang Ang Sam Kay telah mencelat untuk berlari untuk menuju keruangan dalam
kuil itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
118
Kolektor E-Book
Tetapi ketika dia sampai diruangan tengah dari kuil ini, yang hanya diterangi oleh lampu
obor, maka terlihatlah ditengah lantai menggeletak sesosok tubuh pula.
Waktu didekati, sosok tubuh itu ternyata sesosok mayat pula!
Mayat inipun telah menemui kematian dengan cara yang sama dengan hweshio-hwesio
lainnya. Dan hweshio yang seorang ini menemui kematiannya dengan cara yang menakutkan
sekali. Di bawah cahaya lampu obor yang tergantung di dinding, maka terlihat jelas sekali, wajah
hweshio ini memperlihatkan perasaan ketakutan yang bukan main.
Melihat mayat-mayat yang bergelimpangan tersebut, tentu saja Ang Sam Kay jadi
menggidik ngeri.
Tadi sore baru saja dia bertemu dengan mereka dan bercakap-cakap.
Namun siapa sangka, sekarang mereka telah menggeletak menjadi mayat-mayat yang
sudah tidak bernyawa lagi.
Dengan sendirinya, mau tidak mau hati Ang Sam Kay jadi ngiris.
Siapa pembunuhnya?
Dengan cepat dan tanpa membuang-buang waktu lagi, Ang Sam Kay telah memburu
kedalam ruangan kuil itu. Telah lima hweshio yang menemui ajalnya dan tinggal tiga orang
hweshio lagi.
Dan ketiga hweshio itu tidak boleh dibiarkan terbunuh oleh pembunuh yang kejam itu.
Namun Ang Sam Kay terlambat.
Karena telah terdengar beruntun suara jeritan yang saling susul, memecahkan dan
merobek-robek kesunyian malam.
Suara pekik itu bukan main kerasnya dan juga mengerikan, seperti juga orang yang
mengeluarkan suara jeritan tersebut menerima kematian dengan sangat menderita sekali.
Waktu Ang Sam Kay berhasil memburu keruangan dalam, dia melihat tiga sosok tubuh
menggeletak diatas lantai. Tiga mayat hweshio!
Berarti seisi penghuni kuil tersebut telah dibinasakan ludes oleh pembunuh yang kejam itu.
Dan di saat itulah, mata Ang Sam Kay yang jeli telah berhasil melihatnya betapa sesosok
bayangan dengan gerakan yang gesit sekali telah melayang keluar dari ruangan dalam.
Tanpa membuang-buang waktu, Ang Sam Kay memburu dan menghadangnya.
"Berhenti!" bentaknya.
Tetapi bayangan tersebut tetap berlari menerjang kearah Ang Sam Kay.
Malah sosok bayangan tersebut telah berkata dengan suara yang dingin.
"Jangan usil mencampuri urusanku!" dan tangan kanannya telah digerakkan.
Dan luar biasa sekali!
Tubuh Ang Sam Kay telah terpental. Waktu sosok bayangan tersebut menggerakkan
tangan kanannya, Ang Sam Kay merasakan betapa meluncur serangan angin serangan yang
bukan main kuatnya.
Dan angin serangan itu telah menerjang kearah Ang Sam Kay dengan kekuatan raksasa.
Maka tanpa ampun lagi, karena memang tidak menduga sebelumnya sehingga tidak
mengadakan persiapan dan kewaspadaan, tubuh Ang Sam Kay telah terpental keras sekali.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
119
Kolektor E-Book
Lalu tubuh Ang Sam Kay ambruk diatas lantai.
Namun Ang Sam Kay penasaran sekali. Dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring
bukan main, telah menjejakkan kakinya mengejar pula bayangan itu, yang telah berlari keluar
kuil.
Dengan mengempos dan mengerahkan Ginkangnya (ilmu berlari cepatnya), Ang Sam Kay
mengejarnya. Dia penasaran bukan main tadi dia dirubuhkan dengan cara begitu.
Namun biarpua penasaran dan mendongkol, Ang Sam Kay juga telah berlaku hati-hati.
Dia mengejar deagan penuh kewaspadaan, sebab biar bagaimana memang dia
menyadarinya bahwa orang yang tengah dikejarnya ini memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Terbukti kedelapan pendeta itu yang telah kena dibinasakan dengan cara yang mengenaskan
sekali. Mau tidak mau hal ini tentu saja membuat Ang Sam Kay jadi menyadari, bahwa
kedelapan hweshio itu menerima kematian mereka tanpa berdaya memberikan perlawanan.
Berarti mereka telah terbinasa dengan cara yang mudah, dan kepandaian orang yang
membunuhnya memang sangat tinggi sekali.
Mau tidak mau hal ini telah menjadi pemikiran Ang Sam Kay.
Dia menduga-duga, entah siapa pembunuh ini sebenarnya? Dan apa maksud orang ini
melakukan pembunuhan yang begitu bengis dan kejam.
Mau tidak mau memang Ang Sam Kay telah merasakan hatinya gusar bukan main, dia
ingin mengetahui tampang dari pembunuh yang kejam itu.
Itulah sebabnya Ang Sam Kay telah mengempos seluruh kemampuannya untuk mengejar
sosok bayangan itu.
Tetapi sosok bayangan itu sendiri telah mengetahuinya bahwa dirinya dikejar seseorang,
oleh pengemis tua itu.
Dia telah mempercepat larinya.
Dengan penuh perasaan penasaran, Ang Sam Kay mengejarnya terus.
Mereka telah berlari-lari dengan cepat keluar dari kuil, meninggalkan kota itu.
Di luar kota ini memang keadaan alam terbuka dan luas sekali, ditumbuhi oleh pohon yang
banyak bukan main. Sehingga agak sulit bagi Ang Sam Kay melakukan pengejaran terhadap
sosok bayangan tersebut. Hal itu disebabkan sosok bayangan itu selalu berlari-lari dengan tubuh
yang menyelinap-nyelinap dari pohon yang satu kepohon yang satunya lagi.
Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang membuat Ang Sam Kay harus
mementangkan matanya lebar-lebar dan memperhatikan sekelilingnya lebih waspada lagi.
Tiba-tiba, ketika Ang Sam Kay kehilangan jejak dari buruannya itu, dia telah merasakan
samberan angin dingin yang tajam sekali.
Ang Sam Kay mengetahui bahwa dirinya tengah dibokong dengan serangan menggelap.
Maka dari itu, dengan cepat dia telah mengengoskan kesamping.
Dua buah piauw telah menyambar lewat didekat batok kepalanya.
Ang Sam Kay menggilik, coba kalau tadi dia terlambat mengelakkan samberan dari senjata
itu, tentunya ia akan binasa dengan batok kepala ditancapi dua batang piauw itu.
Dengan cepat Ang Sam Kay membalikkan tubuhnya, dilihatnya orang buruannya tengah
berdiri disisi sebatang pohon didekatnya dengan sikap yang tenang.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
120
Kolektor E-Book
Ternyata selain memakai baju yang serba hitam dan ringkas orang itu juga telah
mengenakan sebuah topeng untuk menutupi wajahaya.
Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay tidak
berhasil melihat wajah orang itu dan juga tidak bisa mengenali siapa dia sesungguhnya?!
"Hemmmm, kau terlalu usil!" terdengar orang berkata dengan suara dingin. "Seharusnya
kau tidak perlu mencampuri urusaa ini! Tetapi karena kau terlalu banyak ingin tahu, maka
engkau juga diberikan ganjaran yang setimpal dengan perbuatanmu!!"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak sosok tubuh dari orang bertopeng itu
telah bergerak menerjang ke Ang Sam Kay.
Dia menggerakkan tangan kanannya melancarkan serangan pada pengemis tua itu.
Dan serangan yang dilancarkannya itu dengan mempergunakan tangannya, mengandung
kekuatan yang bukan main dahsyatnya.
Ang Sam Kay yang menerima serangan tersebut, apa lagi melihat kelima jari tangan dari
orang berpakaian serba hitam dan mengenakan topeng itu, berlumuran darah, yang tentunya
darah dari hweshio-hweshio yang telah dibunuhnya, dengan sendirinya Ang Sam Kay jadi
diliputi kemarahan yang bukan main.
Biar bagaimana rasa keadilan yang melekat dihatinya telah membuat Ang Sam Kay
bertindak guna mengetahui siapa adanya pembunuh yang kejam ini.
Memang didalam rimba persilatan terdapat sebuah peraturan bahwa tidak boleh seseorang
mencampuri urusan dendam seseorang.
Dan hal itu harus dihormatinya. Biarpun Ang Sam Kay melihat ada seseorang tengah
melakukan pembunuhan karena urusan sakit hati yang telah lalu, maka Ang Sam Kay tidak boleh
mencampurinya.
Namun, biar bagaimana Ang Sam Kay berpikir tidak mungkin hweshio-hweshio yang baik
hati itu bisa memiliki ganjalan hati dengan orang ini dan tidak mungkin pula orang tersebut
memiliki dendam dengan hweshio-hweshio yang baik hati itu.
Dengan sendirinya, Ang Sam Kay menarik kesimpulan bahwa orang ini melakukan
pembunuhan terhadap hweshio-hweshio itu karena dia sedang melakukan sesuatu untuk merebut
sesuatu barang atau juga ingin memiliki suatu pusaka yang dimiliki hweshio-hweshio tersebut,
atau benda berharga lainnya.
Dengan sendirinya, Ang Sam Kay ingin sekali dapat membuka topeng yang dikenakan
orang itu, agar dia dapat melihat jelas wajahnya, sehingga dengan begitu dia akan mengetahui
siapa sesungguhnya pembunuh ini.
Tetapi, gerakan orang itu sangat cepat sekali, didalam waktu yang sangat singkat, telapak
tangan kanannya itu telah meluncur datang.
Namun Ang Sam Kay terpaksa menangkis sambil bermaksud mencengkeram pergelangan
tangan orang itu.
Tetapi Ang Sam Kay kecele, karena dia hanya menangkap angin belaka.
Orang bertopeng itu telah menarik pulang tangan kanannya itu.
Rupanya serangannya yang dilancarkannya itu hanyalah merupakan serangan menggertak
belaka.
Dan serangan yang sesungguhnya adalah tangan kirinya, yang dengan gerakan yang cepat
bukan main telah menerobos dan menghantam telak sekali dada Ang Sam Kay.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
121
Kolektor E-Book
"Bukkkkk!" Ang Sam Kay tidak dapat mengelakkan diri dari serangan telapak tangan kiri
dari orang itu.
Seketika itu juga tubuh Ang Sam Kay terhuyung-huyung mundur dan rubuh terguling
ditanah.
Dari mulutnya juga dia telah memuntahkan darah segar sekali.
Dan dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali akan membalas menyerang.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun begitu Ang Sam Kay, berusaha untuk berdiri dan mengerahkan tenaga dalamnya,
seketika itu juga dia jadi memuntahkan darah lagi.
Sebab dengan mengerahkan tenaga dalamnya, berarti pembuluh-pembuluh darahnya telah
mengejang dan dia jadi menyebabkan darah bergolak hebat sekali.
Maka dari itu, Ang San Kay jadi memuntahkan darah segar kembali.
Cepat bukan main orang bertopeng itu telah melompat maju, dia berdiri tidak jauh dari
Ang Sam Kay, katanya dengan dingin.
"Seperti kau lihat, jika aku mau mencabut jiwamu, sebetulnya dapat kulakukan dengan
mudah!" katanya dengan suara yang dingin. "Tetapi aku masih mau mengampuni jiwa anjingmu
ini! Jika lain kali kau berani mencampuri urusanku, hemm hemmm, aku tidak akan tawar
menawar lagi, yang terpenting batok kepalamu itu hancur dulu!!"
Dan setelah berkata begitu, orang bertopeng ini telah menjejakkan kakinya, dengan cepat
tubuhnya telah mencelat.
Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat sekali dan tubuhnya melambung bagaikan
seekor burung garuda dan telah menghilang dalam kegelapan malam.
Sedangkan Ang Sam Kay merasakan dadanya sakit bukan kepalang.
Dengan perlahan-lahan akhirnya dia berhasil untuk berdiri, hanya dadanya itu sakit bukan
buatan. Dia kembali memuntahkan darah segar.
Tangan kanannya menekan dadanya keras-keras untuk mengurangi rasa sakit.
Di saat itulah Ang Sam Kay telah menunduk untuk melihat dadanya yang terpukul itu.
Kembali hati Ang Sam Kay tercekat.
Karena pada dadanya yang terpukul itu, bajunya telah tercopotkan dengan bentuk bekas
telapak tangan, dan dada Ang Sam Kay juga hangus.
Dengan sendirinya, mau tidak man didalam hal ini telah membuat Ang Sam Kay jadi
mengucurkan keringat dingin, sebab dia melihatnya, bahwa dia telah terluka hebat dan dengan
tertinggalkan tanda bekas telapak tangan dari penyerang itu, menunjukkan bahwa pukulan itu
sangat beracun sekali.
Tetapi mengapa orang itu tidak membunuhnya? Bukankah kedelapan hweshio dikuil itu
telah dibunuhnya?
Dengan sendirinya hal itu merupakan tanda tanya dihati Ang Sam Kay.
Mau tidak mau, didalam hal ini Ang Sam Kay harus berpikir keras. Dia ingin menduga
duga entah siapa orang yang memakai topeng itu.
Dan dilihat dari cara dia bersilat, atau menggerakkan kedua tangannya untuk melancarkan
serangannya itu, merupakan ilmu silat dari Bu Tong Pay.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
122
Kolektor E-Book
Tetapi tidak mungkin ada orang Bu Tong Pay yang mau melakukan perbuatan yang begitu
keji.
Maka dari itu, dugaan bahwa pembunuh itu yang berdarah dingin, adalah orang Bu Tong
Pay, telah terhapus. Dia menduga, setidak-tidaknya orang itu memiliki kepandaian dan ilmu silat
yang mirip-mirip dengan ilmu silat milik pintu perguruan Bu Tong Pay.
Namun, siapa dia sesungguhnya? Lalu apa maksudnya dengan melakukan pembunuhan
terhadap delapan hweshio itu dengan cara yang begitu kejam?
Lagi pula, dia tentunya merupakan seorang tokoh rimba persilatan dari golongan tua.
Karena kalau dari golongan muda, pasti tidak akan memiliki kepandaian yang begitu hebat,
hanya setiap gebrakan dapat membinasakan korbannya.
Ang Sam Kay sendiri yang memiliki kepandaian yang begitu tinggi, telah dapat dilukainya.
Lalu siapa orang itu sesungguhnya?
Pertanyaan seperti ini tetap saja menjadi tanda tanya dihati Ang Sam Kay.
Dengan tubuh yang terhuyung-huyung, Ang Sam Kay telah kembali kekuil dimana Eng
Song tentunya tengah menantikannya.
Tubuh Ang Sam Kay terhuyung-huyung waktu dia tengah melangkah untuk menuju kekuil
itu.
Tampaknya dia memang terluka sangat parah sekali.
Di antara semua itu, terlihat juga napasnya telah memburu keras bukan rnain.
Ketika sampai dimuka kuil, dia sudah tidak tahan, sebetulnya akan rubuh disitu.
Namun Ang Sam Kay telah menggigit, bibirnya dan berusaha sekuat tenaganya, untuk
dapat memasuki kuil tersebut.
Tetapi Ang Sam Kay hanya dapat mencapai ruangan belakaug kuil itu.
Tubuhnya telah terkulai rubuh diatas lantai, dan ia berteriak : "Song-jie...!!" dengan suara
yang agak parau.
Eng Song tengah menantikan kembalinya Ang Sam Kay jadi terkejut mendengar dia
dipanggil oleh Ang Sam Kay.
Cepat-cepat si bocah telah berlari keluar, dan dilihatnya keadaan Ang Sam Kay yang
terluka parah.
"Paman pengemis.......... apa yang telah terjadi?" tanya Eng Song gugup dan berkuatir.
"Bawa dulu aku kekamar....... bawa dulu aku kekamar........!" kata Ang Sam Kay dengan
napas yang memburu keras dan juga wajahnya pucat pias.
Eng Song telah mengerahkan seluruh tenaga yang ada padanya, dia telah mengangkat
tubuh si pengemis tua tersebut, yang dipayangnya.
Cepat sekali dia telah merebahkan Ang Sam Kay dipembaringannya.
Betapa terkejutnya Eng Song waktu melihat bekas telapak tangan yang berwarna hitam
didada Ang Sam Kay.
Sedangkan Ang Sam Kay sudah tidak sadarkan diri, ia telah rubuh pingsan.
Eng Song jadi bingung, tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
123
Kolektor E-Book
Hanya duduk ditepi pembaringan dan mengawasi serta menunggui sampai pengemis itu
tersadar nantinya.
Lama juga Ang Sam Kay rebah pingsan begitu, sampai akhirnya dia membuka kedua
matanya perlahan-lahan.
Ketika melihat Eng Song duduk disampingnya, tengah menungguinya, pengemis tua itu
telah menghela napas.
"Aku telah dilukai oleh seseorang.........!!" katanya dengan suara yang lemah. "Hanya
didalam satu gebrakan saja dia berhasil melukai dadaku dengan pukulan telapak tangannya.
Sebelumnya orang itu telah melakukan pembunuhan terhadap delapan hweshio penghuni kuil
ini...!"
Eng Song jadi terkejut bukan main mendengar cerita Ang Sam Kay.
Dan diperhatikannya bekas telapak tangan yang berwarna hitam kehijauan didada si
pengemis tua itu.
"Paman pengemis.... ada keanehan ditelapak tangan yang bertanda pada dadamu!" kata
Eng Song tiba-tiba sambil mengawasi bekas telapak tangan itu.
"Ada apanya yang aneh?" tanya Ang Sam Kay dengan suara yang lemah.
"Orang itu memiliki jari tangan hanya empat! Jari kelingkingnya tidak ada!" kata Eng
Song.
"Ohhhhkkkk?!"
Ang Sam Kay juga terkejut dan ingin mengetahuinya, dia menundukkan kepalanya.
Dan dilihatnya, benar saja, bekas telapak tangan itu hanya memiliki tanda empat batang
jari tangan belaka, dan kelingkingnya tidak ada. Seperti kutung.
"Kalau begitu, orang yang telah melukai diriku ini memiliki tangan kiri yang jari
kelingkingnya telah tidak ada!" kata Ang Sam Kay.
"Ya.... jadi nanti kita agak mudah untuk melakukan penyelidikan perihal dirinya!!" kata
Eng Song.
Ang Sam Kay menghela napas, dan napasnya itu telah memburu lagi.
"Kukira.... kukira aku telah terluka berat sekali, agak parah! Kesempatanku untuk dapat
hidup terus sangat tipis sekali.... hanya aku minta agar kelak jika aku tidak memiliki umur
panjang, agar engkau yang pergi mencari orang itu untuk melakukan pembalasan sakit hatiku ini!
Engkau harus rajin mempelajari ilmu silat Eng Song, untuk melakukan perbuatan-perbuatan
bejik dan mulia! Banyak tugas buatmu!! Karena dunia Kang-ouw tengah terancam oleh
kekalutan dan kekacauan!!"
Eng Song mengangguk sambil menitikkan air mata. Dia merasa kasihan bukan main pada
keadaan pengemis tua yang baik hati ini.
"Jangan berkata begitu, paman pengemis.... engkau pasti masih memiliki kesempatan
untuk hidup panjang umur! Lukamu ini pasti akan sembuh....!"
Mendengar perkataan Eng Song seperti itu, Ang Sam Kay menghela napas.
"Hemmm.... sulit dibilang juga!" katanya kemudian. "Tetapi aku merasakan bahwa lukaku
ini.... lukaku ini sangat berat.....!"
Berkata sampai disitu, napasnya telah memburu keras lagi.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
124
Kolektor E-Book
"Sudahlah paman pengemis, engkau beristirahat saja dulu, jangan terlalu banyak berkata
kata!!" kata Eng Song kemudian. "Mudah-mudahan saja, luka ini cepat sembuh."
Tetapi Ang Sam Kay merasakan betapa lukanya itu sangat parah sekali.
Biar bagaimana dia tidak dapat untuk berkata-kata terlalu banyak. Entah bagaimana
napasnya jadi begitu pendek dan juga begitu tersendat.
Di antara napasnya yang memburu keras seperti ini, terlihat jelas sekali, bahwa Ang Sam
Kay memang terluka parah bukan main.
Eng Song juga dihati kecilnya sangat kuatir sekali. Karena dia menyadarinya bahwa luka
yang diderita oleh paman pengemisnya yang baik hati ini memang terlalu parah. Dia hanya
diam-diam mengucurkan air mata.
Ang Sam Kay merasakan tetesan air yang hangat dilengannya.
Dia membuka kelopak matanya, dan dilihatnya Eng Song menangis dengan kedukaan yang
sangat.
Bibir pengemis tua itu tersenyum berduka, terharu sekali tampaknya.
"Jangan menangis Eng Song....... jangan menangis? Kalau toh aku tidak dapat hidup lebih
panjang lagi, maka engkau baik-baiklah membawa diri...... dan kudoakan semoga kelak engkau
menjadi seorang pendekar yang memiliki kepandaian yang tinggi dan berhati mulia! Cuma
sayangnya, aku tidak mempunyai kesempatan lagi uutuk mendidikmu! Hai...... hai...!!" dan
sambil berkata begitu, pengemis tua tersebut telah menarik napas berulang kali.
Dengan sendirinya, Eng Song jadi tambah berduka saja.
Dia menangis sesenggukan.
Memang dia melihatnya bahwa keadaan paman pengemis itu sangat parah sekali.
Tetapi, disamping semua itu, memang Eng Song jadi berpikir, mengapa selalu pula, jika
ada seorang yang berbaik hati padanya, selalu orang itu menemui kecelakaan menemui
kematian?
Mengapa harus begitu?
Apakah dirinya yang selalu membawa sial yang selalu mendatangkan malapetaka?
Berpikir begitu Eng Song jadi tambah berduka dia telah menangis sesenggukan.
Dan di antara suara tangis sesenggukannya itu, terlihat jelas bahwa bocah ini memang
sangat berduka bukan main.
Sedangkan si pengemis tua Ang Sam Kay telah bernapas memburu keras, tampaknya dia
tengah berusaha untuk melawan segala gangguan dan terjangan rasa sakit pada lukanya.
Muka Ang Sam Kay pucat pias.
Dan di antara semua itu, terlihat jelas sekali, betapa keadaan pertahanan diri dari pengemis
tua ini semakin lemah semakin lemahnya dari napasnya.
Tentu saja Eng Song semakin berkuatir saja, dia sampai menangis sesenggukan dan
berkata : "Paman pengemis..... kau jangan tinggalkan aku seorang diri didunia ini... paman
pengemis....!"
Tetapi dikala Eng Song tengah sesenggukan begitu, disaat itulah terdengar suara
'nggrrrroookkkk!' dari leher si pengemis tua.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
125
Kolektor E-Book
Dan pengemis tua Ang Sam Kay telah memburu keras napasnya, dia juga telah jatuh
pingsan tidak sadarkan diri lagi.
Dengan sendirinya, mau tidak mau memang keadaan seperti ini telah membuat Eng Song
jadi tambah berkuatir saja.
Dan dalam keadaan pingsan, suara ?ngrrroookkkk!? itu tidak hentinya terdengar dari leher
si pengemis.
Maka, tampak jelas sekali, betapa si pengemis diambang kematian.
Terlebih-lebih memang tubuhnya juga telah panas sekali, suhuna terlalu tinggi.
Eng Song bmgung sekali, tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Dan belum lagi si bocah mengetahui apa yang harus dilakukanaya itu, di saat itulah si
pengemis tua telah habis napasnya. Mati dalam keadaan pingsan!
Eng Song mengeluarkan suara pekikkan yang menyayatkan hati.
Dia menangis menggerung-gerung dengan perasaan berduka bukan main.
Dengan cepat dia telah menggoncang-goncangkan tubuh pengemis tua itu tersebut.
"Paman pengemis! Paman pengemis!"
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi biarpun Eng Song sesambatan begitu, namun pengemis tua tersebut sudah tidak
akan bangkit dan tidak akan hidup lagi.
Maka dari itu, dengan sendirinya, di saat itu telah hilang pula seorang tokoh rimba
persilatan yang sesungguhnya memiliki nama sangat harum dan nama yang sangat terkenal
sekali di dalam rimba persilatan....!
Pagi harinya dengan penuh kedukaan, Eng Soog telah mengubur jenazah Ang Sam Kay,
juga dia telah mengubur mayat kedelapan pendeta dari kuil tersebut. Dihadapan kuburan mereka,
Eng Song telah bersumpah : "Disaksikan langit dan bumi, maka aku bersumpah akan membalas
sakit hati paman, paman pengemis dan kedelapan suhu-suhu ini! Biar bagaimana aku akan
berusaha untuk dapat mempelajari ilmu silat yang tinggi dan kemudian mencari orang yang
tangan kirinya memiliki jari empat buah itu, karena jari kelingkingnya telah putus!"
Lalu setelah bersumpah begitu, Eng Song telah menangis berduka lagi.
Setelah puas menangis, barulah si bocah itu bangkit dan kemudian meninggalkan tempat
tersebut. Dia bertekad dihatinya, biar bagaimana dia harus mencari seorang guru yang liehay
untuk berguru dan mempelajari ilmu silat padanya, untuk meyakinkan kepandaian yang tinggi,
agar kelak dia bisa mencari musuh-musuhnya, untuk membalas sakit hati yang selama ini
diterimanya.
Seluruh penasaran dan rasa muak terhadap kehidupan yang selalu dibuntuti oleh
penderitaan ini, Eng Song jadi bertekad, walau bagaimana dia harus berhasil. Dan hati bocah ini
juga telah dingin sedingin es, dia hanya berpikir harus mencari seorang guru yang liehay untuk
berguru padanya.
Dan juga dibayangkannya, gadis cantik seperti Cu Sing Hong bisa memiliki kepandaian
yang tinggi begitu. Maka dari itu Eng Song percaya, apa lagi dia seorang pria, tentunya dia akan
dapat memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari kepandaian yang dimiliki gadis Cu Sing
Hong.
Mau tidak mau didalam hai ini memang kenyataannya Eng Song telah bertekad untuk
mencari seorang guru yang pandai untuk diangkat menjadi gurunya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
126
Kolektor E-Book
Dan dari hari itulah, Eng Song telah mengembara dari kota yang satu ke kota yang satunya
lagi dan dari kampung yang satu ke kampung yang satunya.
Dan juga, tampak jelas sekali, betapa Eng Song bertekad sungguh-sungguh, untuk dapat
mencari seorang guru yang pandai.... karena setiap ada kesempatan, tentu Eng Song akan
mendatangi tempat-tempat keramaian, untuk melihat-lihat, apakah ada seseorang yang memiliki
kepandaian tinggi dan dapat diangkat sebagai gurunya.
Serta Eng Song tidak jarang mendatangi gunung-gunung dan tempat-tempat sunyi lainnya.
Karena menurut pikiran Eng Song, di tempat-tempat yang sunyi seperti itu tentu ada satu
atau dua tokoh rimba persilatan yang telah hidup mengasingkan diri.
Namun, selama itu, Eng Song masih belum juga berhasil untuk memperoleh seorang guru
yang diinginkannya.............
? ? ooo O ooo ? ?
????????? 10 ?????????
DI LUAR kampung Su-liang-cung, tampak sesosok bayangan tengah berlari-lari diantara
lebatnya air hujan yang turun deras sekali. Waktu itu belum terlalu larut malam, namun
disebabkan hujan yang lebat ini, maka sepi sekali tidak terlihat orang yang berkeluyuran.
Sosok bayangan itu ternyata seorang bocah cilik yang bertubuh kurus dan berpakaian
tambal-tambalan seperti pengemis kecil. Ia tidak lain dari Eng Song.
Dan saat itu dia telah melihat sebuah kuil tua yang telah rusak dan tidak terurus
dipermukaan kampung tersebut. Cepat-cepat Eng Song telah menghampiri kuil itu, maksudnya
akan berteduh dikuil tersebut, menghindarkan diri dari derasnya air hujan.
Keadaan dikuil yang telah rusak dan banyak dindingnya yang telah gugur itu, tampak gelap
gulita. Tidak terlihat ada penerangan sedikitpun juga. Hanya sekali-sekali, dikala kilat
berkelebat, maka di sekitar kuil itu agak terlihat jelas.
Eng Song telah mendorong pintu kuil yang telah reyot dan akan rubuh itu, melangkah
masuk kedalam kuil dan dia telah menuju keruangan tengah, dimana tampak meja sembahyang
yang telah dilumuri abu yang sangat tebal sekali, yang menutupi permukaan meja tersebut
dengan debu yang setebal beberapa dim.
Dan juga terlihat jelas sekali, batang-batang hio yang telah berabu tidak terurus.
Berbeda dengsa kuil-kuil yang masih terurus, yang selalu akan terlihat hio dan dupa yang
terbakar tidak hentinya, maka kuil rusak ini malah merupakan yang sudah tidak pernah terkena
asap hio dari orang-orang yang sembahyang. Karena sudah tuanya usia kuil ini, dan sudah
banyak kerusakan-kerusakannya, disamping tidak ada orang yang datang mengunjunginya untuk
sembahyang, juga sudah tidak terlihat seorang hweshiopun yang mengurusinya.
Dengan sendirinya kuil tersebut seperti juga kuil tua yang kosong tidak berpenghuni.
Setelah berdiri sejenak, akhirnya Eng Song menghampiri meja sembahyang itu.
Dia telah berjongkok disitu untuk berdekatan tangan, agar tubuhnya lebih hangat.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
127
Kolektor E-Book
Seluruh baju dan celananya telah basah kuyup. Tentu saja ia jadi menderita kedinginan
yang sangat.
Keadaan diruangan kuil ini sangat gelap sekali. Lama juga Eng Song mendekam dipinggir
meja sembahyang. Dengan berdiam dan berteduh didalam ruangan kuil ini, walaupun banyak
bagian-bagiannya yang telah bocor dan menetes air, namun tidak semenderita seperti tadi.
Maka dari itu, dengan sendirinya, mau tidak mau memang didalam hal ini Eng Song
menderita kedinginan yang sangat.
Suatu kali, kilat telah menerangi keadaan disekitar ruangan itu, disusul suara petir yang
keras bukan main.
Dan kebetulan pula Eng Song dapat melihat sesuatu! Bulu tengkuknya jadi berdiri!
Ternyata disamping meja sembahyang yang satunya lagi, terlihat sebuah peti mati yang
berukuran besar.... peti mati itu dalam keadaan tertutup.
Entah mengapa, mengetahui didalam ruangan tempat dia berteduh itu, terdapat sebuah peti
mati yang bersama-sama berada diruangan ini bersamanya, Eng Song merasakan hatinya jadi
berdebar dan bulu tengkuknya jadi berdiri merinding.
Beberapa kali kilat telah memancarkan sinarnya yang menyilaukan. Dan selama beberapa
kali Eng Song dapat melihat jelas peti mati itu.
Dan di dalam kegelapan, peti mati tersebut hanya merupakan sebungkah bayangan hitam
yang berukuran besar dan menakutkan sekali.
Perasaan tidak enak yang menyerang hati Eng Song semakin lama jadi menyiksanya.
Dan hampir saja Eng Song bangkit dari mendekamnya dan akan meninggalkan kuil itu,
menerjang air hujan untuk mencari tempat berteduh lainnya.
Namun disebabkan hujan turun semakin lama semakin lebat saja, akhirnya Eng Song tetap
mendekam disamping meja sembahyang.
Namun berulang kali matanya telah melirik kearah peti mati itu.
Perasaan seram masih saja terus juga menyelubungi hatinya.
Dalam saat-saat seperti itu, telah membuat Eng Song jadi merasa ngeri sekali.
Dan suatu kejadian, telah membuat mata Eng Song jadi terpentang lebar-lebar mengawasi
peti mati itu.
Karena disebabkan seringnya Eng Song melirik kearah peti mati itu, suatu kali di kala dia
tengah melirik, tiba-tiba hatinya tercekat ketakutan, sebab dia melihat betapa tutup peti mati itu
bergerak!
Mengerikan sekali!
Eng Song telah mengucek-ngucek matanya, dia menganggap bahwa penglihatannya yang
kabur dan juga disebabkan rasa takutnya telah menimbulkan khayalan yang tidak-tidak.
Namun biarpun Eng Song telah mengucek-ngucek matanya berulang kali, ternyata tetap
saja tutup peti mati itu masih bergerak perlahan-lahan seperti juga akan terbuka tutupnya.
Seluruh semangat Eng Song seperti lelah kabur dari raganya, dia merasakan tubuhnya
lemas bukan main. Tubuhnya juga agak menggigil, bukan disebabkan hawa dingin saja, tetapi
disebabkan rasa takut yang bukan main.
Dengan sendirinya, mau tidak mau memang dalam hal ini telah membuat Eng Song jadi
mementang matanya lebar mengawasi kearah peti mati itu.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
128
Kolektor E-Book
Dan dia telah melihatnya, tutup peti mati itu telah terbuka semakin lebar.
Dan segera juga terlihat betapa sepotong tangan telah terjulur keluar.
Hati Eng Song seperti copot dari dadanya, dia jadi mengeluh lemas.
Untuk berlari keluar dari dalam kuil itu, Eng Song sudah sanggup.
Sepasang kakinya dirasakan menggigil lemas tidak bertenaga sama sekali.
Diam-diam Eng Song jadi mengeluh.
Mungkin kalau menghadap urusan hebat yang lainnya, si bocah tak akan sengeri ini.
Tetapi kali ini dia berada diruangan yang gelap dan hanya seorang diri, lalu ada sebuah peti
mati, dan peti mati itu tampak terbuka perlahan-lahan tutupnya, terlihat sepotong tangan.
Siapa yang tidak akan merasa ngeri menghadapi peristiwa seperti ini?
Dan yang tambah mengejutkan Eng Song lagi, dia mendengar suara tertawa mengekeh dari
arah dalam peti mati tersebut.
"Khikkkk, hikkkk, hikkkk, hikkkk......!" menyeramkan sekali suara tertawa itu.
Seluruh bulu-bulu ditengkuk dan ditubuh Eng Song telah berdiri.
Dan Eng Song merasakan kepalanya jadi seperti membesar sebesar tetampah.
Sepasang matanya tidak berkedip sedikitpun juta ketika tampak sesosok tubuh telah
bangkit, duduk dalam peti mati itu! Rupanya mayat yang ada didalam peti itu telah bangkit!
Eng Song saking merasa ngeri melihat pemandangan yang ada dihadapannya ini, sampai
mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya menggigil.
Wajah si bocah juga tampak pucat pias.
Terlebih-lebih waktu itu kebetulan sekali kilat telah melancarkan sinarnya, maka Eng Song
bisa melihatnya betapa sosok tubuh yang telah bangkit dari peti tersebut tidak lain dari seseorang
yang memiliki wajah yang sangat menakutkan dan memakai jubah warna hitam.
Dengan sendirinya, mau tidak mau tentu saja hal ini membuat Eng Song jadi merasa
ketakutan sekali.
Terlebih-lebih wajah dari orang yang duduk didalam peti mati itu berlekuk-lekuk seperti
muka tengkorak. Dengan sendirinya keadaannya sangat menyeramkan sekali, dengan rambut
yang diriap panjang dan sebagian menutupi sepasang matanya yang cekung dan memancarkan
sinar menakutkan.
"Apakah aku benar-benar sedang menghadapi hantu...?" berpikir Eng Song di dalam
hatinya. "Apakah ada hantu yang berani muncul didalam ruangan kuil...!?"
Namun ketika dia berpikir begitu, disaat itu pula terdengar sosok bayangan hantu itu telah
tertawa mengekeh lagi.
Suara tertawa itu demikian menakutkan sekali, seakan juga menggetarkan ruangan kuil itu.
Eng Song memandang dengan perasaan takut yang bukan main, dia juga jadi mengeluh
didalam hatinya.
Dilihatnya sosok tubuh itu telah melangkah turun peti mati itu.
"Hei bocah...... engkau sungguh berani mati datang ditempatku!?" tegur ?mayat? itu dengan
suara yang menakutkan sekali.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
129
Kolektor E-Book
Kepada Eng Song kembali terasa membesar dan berat sekali.
Dan juga tenggorokannya seperti telah tersumbat rapat-rapat dan tidak mengeluarkan suara
sedikitpun juga. Dia tampak jadi ketakutan bukan main.
"Siapa namamu, bocah?" tegur ?mayat? hidup itu lagi dengan suara yang menakutkan.
"Aku........ aku bernama Eng Song.........!" menyahuti si bocah.
Saking ketakutannya, dia sampai lupa menyebutkan shenya.
Hantu itu telah tertawa.
"Hemmmm.... kau seorang bocah yang cukup tabah dan berani...... aku merasa kagum
padamu, karena engkau berani datang ditempat seperti ini hanya berseorang diri saja! Apa
keperluanmu datang kemari?!"
"Untuk... untuk menghindarkan diri dari derasnya air hujan....!" menyahuti Eng Song
dengan suara yang tergetar disebabkan rasa takutnya.
Dengan sendirinya, didalam hal ini, mau tidak mau memang Eng Song ketakutan sekali.
Sedangkan hantu yang menakutkan itu, yang memakai jubah warna hitam, telah
mengeluarkan suara tertawa yang mengikik.
"Hemmmm... kau berteduh untuk menghindarkan diri dari terjangan air hujan... tetapi kau
telah mengetahui diriku..... kau telah melihat aku..... maka..... maka..." dan berkata sampai disitu,
si hantu tidak meneruskan perkataannya, dia telah tertawa lagi dengan suara yang menakutkan
bukan main.
Eng Song jadi tambah ketakutan.
Yang, ditakutinya ialah kalau hantu itu mencekiknya.
Karena sebagai seorang manusia, Eng Song menyadarinya tidak akan ada gunanya jika dia
bermaksud untuk melawan hantu itu.
Akan sia-sia saja, sebab manusia tidak mungkin berhasil untuk berurusan dengan hantu.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan sendirinya pula, diantara menderunya angin dan suara rintiknya air hujan, suara
tertawa hantu itu sangat mengerikan sekali.
Terlihat Eng Song telah terduduk, karena dia tidak kuat untuk berjongkok.
Sepasang kakinya telah lemas tidak bertenaga sama sekali.
Saat itu, si hantu hidup itu telah tertawa lagi dengan suara menakutkan bukan main.
Tetapi belum lagi berkata-kata, tiba-tiba dari arah luar kuil itu juga terdengar suara orang
tertawa mengikik dengan suara yang menakutkan sekali.
Di antara suara air hujan, suara tertawa yang terdengar saat itu, benar-benar menakutkan
sekali, lebih nyaring dari hantu dalam ruangan kuil ini.
Eng Song jadi terbang semangatnya.
"Apakah... apakah aku tengah berada dikerajaan hantu?!" berpikir Eng Song didalam
hatinya dengan perasaan takut bukan main.
Biar bagaimana memang dia telah mendengar suara tertawa yang menyeramkan dari luar
kuil itu.
Dengan sendirinya dia mau menduga bahwa tentunya tengah mendatangi hantu lainnya.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
130
Kolektor E-Book
Dan hal ini bisa membuatnya celaka.
Sedangkan tampak saat itu, Eng Song telah mengawasi kearah hantu yang satunya.
Terlihat perobahan pada hantu yang satunya ini, yang tadi keluar dari peti mati.
Dia tampaknya agak gelisah dan telah melangkah mundur satu tindak.
"Hemmm.... dia datang juga...!" mengumam hantu tersebut.
Sedangkan suara tertawa yang menyeramkan itu terdengar semakin keras juga.
Dan tampak jelas sekali, betapa suara tertawa itu telah menggelisahkan hantu pertama. Di
susul tidak lama kemudian tampak berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang terlalu ringan.
Bagaikan kedua kakinya itu tidak menginjak sama sekali tanah atau lantai didalam kuil tersebut.
Eng Song mementang matanya lebar-lebar. Dan kembali hatinya jadi ciut. Biar bagaimana
sosok tubuh yang baru muncul ini memiliki wajah yang tidak kalah seramnya dengan hantu yang
pertama.
Mukanya geradakan, seperti juga orang yang terserang kusta.
Sepasang matanya juga memiliki sorot yang tajam bukan main, disamping memang terlihat
jelas pula bibirnya yang menyeringai menakutkan. Dia memakai baju serba putih, dan juga
memang telah memiliki kulit yang putih.
Berbeda sekali dengan hantu yang pertama tadi, yang memakal jubah warna hitam.
Maka disebabkan jubahnya berwarna putih, walaupun ditempat segelap itu, kenyataannya
Eng Song masih bisa melihatnya cukup jelas.
"Hikhijkkkhikkkhikkkkk... ternyata engkau telah memelihara seorang kacung cilik!!" kata
hantu yang baru datang itu, yang memakai jubah warna putih, dengan suara yang menakutkan
sekali.
Dan dengan cepat dia telah berdiri berhadap-hadapan dengan hantu yang berjubah hitam.
"Hemmm, aku tidak pernah mau memiliki kacung!" kata hantu yang memakai jubah warna
hitam itu. "Aku hanya menerima kedatangan seorang bocah yang tersesat dijalan dan
menghantarkan kematian buat dirinya!"
Maka terlihat jelas sekali, betapa bola mata dari hantu yang memakai jubah warna putih itu
telah mencilak-cilak memandang kearah Eng Song.
Dia memperhatikan bocah yang telah lemas tidak bertenaga sama sekali.
Biar bagaimana memang dia tampaknya tertarik pada Eng Song, karena tidak hentinya
hantu yang berjubah putih itu telah mengeluarkan suara seruan : "Anak yang bagus! Anak yang
baik! Bahan yang baik!"
Eng Song tidak mengerti, entah apa yang diocehkan bantu itu.
Namun yang pasti, kedua hantu itu telah membuatnya jadi ketakutan.
Dia jadi duduk merengket, seperti juga dia ingin melompat berdiri dan berlari keluar dari
kuil itu, untuk menghindarkan diri dari kedua hantu yang sangat menakutkan tersebut.
Namun disebabkan sepasang kakinya lemas tidak bertenaga begitu, mau tidak mau
memang Eng Song masih juga duduk mendekam dilantai.
Napas Eng Song juga telah memburu keras karena dia sangat ketakutan sekali.
Saat itu, si hantu berjubah putih itu telah berkata tawar :CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
131
Kolektor E-Book
"Baiklah, jika memang bocah ini tidak menarik hatimu, biarlah aku yang
mengambilnya.....!!" katanya dengan suara yang dingin dan mengawasi hantu yang berjubah
hitam itu.
"Hikkkhkkkk, hikkkkk, hikkkk, enak saja kau bicara........ enak saja kau bicara....!!" kata
hantu yang berjubah hitam itu dengan suara yang dingin. "Jangan suka bicara enak saja, asal
putar lidah... bocah itu sudah menjadi milikku, jangan kau utik-utik dia....!"
"Ihhhh...... bukankah tadi kau telah mengatakan bahwa bocah itu tidak menarik hatimu?"
tegur si hantu yang memakai jubah serba putih.
"Benar! Tetapi dia telah datang terlebih dahulu menemui aku, maka aku yang berhak atas
dirinya......!" menyahuti hantu berjubah hitam itu. "Janganlah kau mencari-cari persoalan dengan
diriku, karena biar bagaimana hari ini kita harus menentukan siapa yang berhak memakai gelar
sebagai It Sat Kang-ouw (Iblis nomor satu didalam rimba persilatan)."
Dan setelah berkata begitu, maka Hantu berjubah hitam itu telah tertawa gelak-gelak.
Tampaknya dia bergusar dan murka sekali, karena dia telah memandang pada hantu
berjubah putih yang baru datang itu dengan sorot mata yang sangat tajam sekali. Dengan
sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang memperlihatkan mereka berdiri berhadap
hadapan, bagaikan kedua hantu tersebut ingin saling terjang, untuk saling menghantam dan
melakukan pembunuhan.
Tentu saja hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat aneh dan lucu, karena tidak
mungkin untuk dapat menyaksikan kejadian seperti ini diwaktu-waktu lainnya. Terlebih-lebih
memang Eng Song melihat, dua hantu penasaran yang hidup dapat saling ancam dan saling
memaki.
Tampaknya kedua hantu ini akan melakukan suatu perkelahian.
Bukankah hal seperti merupakan suatu kejadian yang sangat langka dan juga sangat
mengherankan sekali, disamping menakjubkan?!
Dengan sendirinya, Eng Song dapat menarik napas dalam untuk meluruskan napasnya, biar
bagaimana jika kedua hantu itu saling tempur, tentu dirinya akan dapat terlindungkan dari
cengkeraman hantu tersebut.
Maka dari itu Eng Song sangat mengharapkan sekali agar kedua hantu itu saling terjang
dan saling serang.
Saat itulah, dikala hantu berjubah hitam tengah tertawa gelak-gelak, hantu berbaju putih
telah mendengus.
"Hemmm... aku harus memperoleh bocah itu!" katanya dengan suara yang dingin.
"Tidak dapat!"
"Harus dapat!"
"Engkau datang kemari untuk menyelesaikan persoalan kita!" kata hantu yang berpakaian
jubah hitam dan menakutkan itu.
"Itu urusan kedua! Aku mementingkan untuk memperoleh bocah itu! Aku telah merobah
pikiranku jika engkau mau menyerahkan bocah itu kepadaku, maka gelar It Sat Kang-ouw boleh
kau ambil untukmu! Silahkan! Asal kau mau membiarkan aku membawa pergi bocah ini!"
"Hemmm, sebelum kau dapat membinasakan diriku maka jangan harap engkau dapat
membawa bocah itu!"CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
132
Kolektor E-Book
Mendengar perkataan hantu yang memakai jubah warna hitam itu, tentu saja Eng Song jadi
kaget setengah mati.
Apakah hantu masih bisa terbinasakan oleh salah seorang lawannya? Apakah hantu?
penasaran seperti kedua hantu itu memang dapat menguasai diri mereka dan saling tempur, lalu
saling mengambil jiwa lawannya dengan jalan membunuh?!
Apakah hantu memang dapat hidup kembali?!
Karena berpikir begitu, Eng Song jadi semakin tertarik disamping juga diliputi oleh
perasaan takut yang bukan malu terhadap penglihatannya terhadap kedua hantu yang sangat
mengerikan itu.
Di saat itulah, cepat bukan main, tampak Eng Song melihatnya jelas, betapa si hantu yang
memakai jubah warna hitam telah mengeluarkan suara erangan yang sangat menakutkan sekali,
tampak tubuhnya telah mencelat dengan kecepatan yang bukan main.
Tentu saja suara erangan yang diperdengarkannya itu sangat menakutkan sekali.
Di samping juga memang suara tertawa dan erangan dari hantu berpakaian jubah warna
hitam itu menggetarkan sekitar ruangan tersebut.
Tampak dia telah menerjang untuk mencekik hantu yang memakai jubah warna putih.
Tampak jelas sekali, dia ingin membinasakan si hantu berjubah putih itu.
Tetapi, tampaknya hantu yang berjubah putih itu juga tidak jeri sama sekali.
Dia telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring bukan main.
Dengan kecepatan yang bukan main dia telah membalas melancarkan serangan.
Tubuhnya tetap ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun juga.
Hanya kedua tangannya yang telah digerakkan untuk melancarkan serangan.
Dan aneh!
Dari kedua telapak tangannya itu seperti juga meluncur angin yang berkekuatan seperti
topan.
Dan juga hantu yang memakai jubah warna hitam itu tampaknya berani sekali.
Dia tidak merasa jeri menghadapi serangan yang begitu dahsyat dari lawannya.
Dengan kecepatan yang bukan main dia telah menggerakkan juga kedua tangannya.
Dia telah mengibas dengan kedua lengan bajunya yang longgar itu.
Dibarengi juga oleh suara bentakannya di campur oleh suara erangan, dengan sendirinya,
suasana disaat itu didalam ruangan kuil, terlalu mengerikan sekali.
Malah terlihat, akibat kibasan lengan jubahnya itu, maka terlihat jelas sekali, betapa angin
serangan itu telah menggagalkan serangan kedua telapak tangan dari hantu berbaju putih.
Melihat cara kedua hantu itu bertempur satu dengan yang lainnya, Eng Song semakin
yakin bahwa kedua sosok hantu ini memang adalah hantu yang sesungguhnya.
Karena kedua hantu itu hanya menggerakkan kedua tangan masing-masing tanpa saling
menyentuh.
Lagi pula tubuh mereka juga tetap berdiri tegak ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun
juga.CHIN YUNG
PENDEKAR BUNGA
133
Kolektor E-Book
Jika memang kedua hantu itu adalah manusia, tentunya mereka melakukan pertempuran
bukan dengan cara seperti itu, mau tidak mau memang mereka harus saling bentur dan saling
serang dengan saling menyentuh bagian tangan mereka atau tubuh.
Namun kenyataannya kedua hantu itu saling tempur dengan hanya berdiri tegak seperti itu.
Pertempuran macam apakah itu?!
Di saat itu tampak hantu yang memakai jubah warna putih telah mengeluarkan suara
teriakan yang nyaring bukan main, tampak dia juga telah melancarkan serangan dengan
mempergunakan tenaga yang bukan main kuatnya.
JILID 8
KARENA angin serangan dari kedua telapak tangannya itu yang menghantam meja
sembahyang telah menyebabkan alat sembahyang berterbangan.
Dengan sendirinya Eng Song tambah terkejut, karena dia menganggap bahwa itulah ilmu
sihir dari seorang hantu penasaran yang dapat menerbangkan benda-benda tanpa menyentuhnya!
Eng Song jadi tambah yakin saja bahwa kedua sosok hantu ini memang hantu yang
sesungguhnya dan dia jadi tambah ngeri dan takut saja.
Maka dari itu, Eng Song telah mementang sepasang matanya lebar-lebar.
Dia bermaksud kalau memang dia memiliki kesempatan untuk mengambil langkah seribu.
Dan juga memang dia bermaksud akan melarikan diri jika kedua hantu sedang terpecah
perhatiannya.
Namun sampai disaat itu, Eng Song merasakan sepasang lututnya seperti juga sudah tidak
bertenaga.
Dengan sendirinya dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri.
Cepat bukan main, saat itu hantu yang berpakaian serba hitam telah mengeluarkan suara
erangan yang menyerupai pekikan marah.
Tubuhnya tampak tergetar, mungkin juga hal ini disebabkan oleh kuatnya tenaga serangan
yang dilancarkan oleh hantu berpakaian serba putih itu.
Dan hantu berbaju hitam itu rupanya tidak mau kalah, karena dengan mengeluarkan suara
teriakan yang mengandung kemarahan dia telah membalas menyerang dengan mengebut
ngebutkan kedua lengan jubahnya yang longgar itu.
Cepat dari kedua lengan jubahnya itu telah meluncur keluar serangkum angin serangan
yang terlalu kuat sekali, menerjang kearah hantu yang memakai baju serba putih.
Dan dua tenaga kekuatan raksasa yang tidak terlihat oleh pandangan mata telah saling
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Isau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Pendekar Mabuk 022 Lentera Kematian Meraba Matahari Karya S H Mintarja
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama