Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 5

Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 5

bentur ditengah-tengah udara dengan dahsyat sekali.

Dan suara menggelegar itu menyaingi kerasnya suara petir.

Eng Song sendiri merasakan telinganya seperti juga akan tuli oleh suara yang mengelegar

itu.

Rupanya kedua hantu itu telah saling terjang dan saling tempur semakin hebat.

Karena mereka telah bertarung dengan mengeluarkan kepandaian dan kekuatan yang

mereka miliki.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

134

Kolektor E-Book

Cuma saja, kepandaian dari kedua hantu itu dimata Eng Song bagaikan ilmu sihir.

Maka dari itu, Eng Song telah memandang dengan perasaan kagum dan juga mengandung

perasaan ngeri yang bukan main.

Saat itu, dengan mengeluarkan suara tertawa yang mengikik, tampak hantu yang memakai

jubah warna putih telah melancarkan serangan lagi.

Angin serangan yang dahsyat kembali telah menerjang kearah hantu yang berjubah hitam

itu.

Gerakan yang dilakukan oleh hantu berjubah putih itu bukan main kuatnya.

Karena dia selalu serangan dengan menambahkan kekuatan tenaga yang bukan main

hebatnya, dan tenaga serangan yang dahsyat itu selalu pula mendesak kearah hantu yang

berjubah hitam.

Rupanya hantu berjubah hitam itu memang agak terdesak juga oleh serangan-serangan

lawannya, karena beberapa kali dia telah mengeluarkan suara teriakan kaget dan telah melompat

mundur untuk menjauhkan diri dari lawannya.

Namun rupanya juga memang si hantu yang berjubah hitam inipun penasaran bukan main,

sebab selain dia sering melompat, iapun sering melompat maju untuk membalas menyerang lagi.

Dengan sendirinya pertarungan seperti ini mau tidak mau telah membuat Eng Song jadi

kagum sekali.

Si bocah juga tengah membayangkan, betapa jika dia sendiri yang memiliki kepandaian

seperti kedua hantu itu, niscaya akan merupakan kepandaian yang luar biasa sekali di dalam

rimba persilatan.

Saat itu, hantu yang memakai baju hitam itu telah menghantam lagi.

Dan hantu berbaju putih telah memunahkannya dengan menangkisnya.

Lalu cepat bukan main, hantu berbaju putih telah melompat kebelakang.

"Tahan............!" teriak hantu berbaju putih itu dengan suara nyaring.

Hantu berbaju hitam itu menahan serangannya, lalu dengan sikap yang geram dia telah

membentak garang sekali :

"Mengapa harus berhenti............ ayo maju......... mari kita bertempur seribu jurus lagi.........

akan kulayani!!"

Dan sambil membentak begitu, hantu yang memakai jubah warna hitam telah

mengeluarkan suara tertawa yang mengejek dan bersiap-siap untuk melancarkan serangan lagi

kepada lawannya.

Tetapi hantu yang memakai jubah warna putih itu telah tertawa dingin.

"Jika pertempuran ini diteruskan, tentu tidak akan membawa paedahnya buat kau, karena

percuma saja, kau akan menderita kekalahan yang besar............ maka dari itu lebih baik kau

mengalah saja dan menyerahkan bocah itu kepadaku, dan urusan ini kita bikin habis............!!"

Mendengar perkataan hantu berbaju putih itu, Eng Song merasakan semangatnya seperti

juga terbang dari raganya, dia kaget setengah mati.

Kalau memang hantu berbaju putih itu telah memintanya dari hantu berjubah hitam, dan

hantu berjubah hitam itu mengijinkannya, bukankah berarti Eng Song akan diajaknya oleh hantu

berjubah putih itu dan dengan sendirinya pula akan menyebabkan Eng Song mati?CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

135

Kolektor E-Book

Dia jadi menggidik sendirinya berpikir sampai kesitu.

Biar bagaimana memang dia paling takut berurusan dengan hantu.

Untuk menghadapi penderitaan hidup yang bagaimana beratpun tidak akan membuat Eng

Song jeri. Tetapi berhadapan dengan hantu, jelas dia merasa ngeri.

Di samping itu terlihat juga bahwa Eng Song memang telah lemas.

Biarpun dia telah bersiap-siap akan melarikan diri, namun disebabkan seluruh tenaganya

seperti telah lenyap, dengan sendirinya dia jadi tidak bisa melarikan diri.

Saat itu terdengar hantu yang memakai jubah warna hitam telah membentak dengan suara

yang bengis :

"Hemmmmmmmm, enak saja kau bicara seperti juga bocah itu adalah turunan nenek

moyangmu! Baik! Baik! Kalau memang kau dapat membinasakan diriku, ambillah bocah itu!

Dan terimalah ini.........!

Dan membarengi dengan suara bentakannya yang bukan main kerasnya tampak si hantu

yang memakai jubah warna hitam telah melancarkan serangan pula.

Serangkum angin serangan yang bukan main hebatnya telah menerjang kearah hantu yang

berpakaian serba putih itu dengan dahsyat.

Hantu yang memakai jubah warna putih itupun telah merasa terkejut.

Karena tenaga serangan hantu hitam kali ini luar biasa cepatnya.

Biar bagaimana memang kenyataannya hantu hitam itupun memiliki tenaga yang tidak

lemah, lagi pula memang hantu berbaju hitam itu juga memiliki kepandaian yang luar biasa.

Mau tidak mau hantu berbaju putih itu harus dapat menangkis dan memunahkan tenaga

serangan dari hantu berbaju putih itu.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main kuatnya karena dia memang memiliki

kekuatan yang dahsyat juga.

Kembali dua kekuatan tenaga yang sangat tangguh telah saling bentur ditengah-tengah

udara.

Dan suara benturan dari dua kekuatan tenaga raksasa itu bagaikan ledakan suatu barang

yang dahsyat bukan main dan memekakkan anak telinga.

Dengan sendirinya, mau tidak mau memang si hantu berbaju putih itu merasakan tubuhnya

tergetar.

Dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring dan dia juga telah melancarkan

serangan susulan.

Dengan cara demikian rupanya hantu berbaju putih itu ingin membuat si hantu berbaju

hitam itu tidak memiliki kesempatan sama sekali buat melakukan serangan membalas padanya.

Namun kenyataannya hantu berbaju hitam itu memang liehay.

Walaupun hantu putih itu telah berbalik melancarkan serangan kepadanya, namun

kenyataannya hantu hitam itu dapat juga mengelakkannya. Malah hantu hitam ini telah

melancarkan serangan yang jauh lebih hebat dan lebih tangguh lagi.

Mau tidak mau memang hantu berjubah putih itu harus mengakui keunggulan tenaga

dalam yang dimiliki hantu berjubah hitam.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

136

Kolektor E-Book

Berulang kali dia merasakan hebatnya rangsekan tenaga serangan yang dilancarkan oleh si

hantu hitam, dan tenaga rangsekan itu dapat merubuhkan segala benda apapun yang

menghalanginya.

Kenyataan seperti ini telah memaksa si hantu berpakaian putih itu harus berhati-hati pula

menghadapinya jika tidak ingin bercelaka ditangan hantu hitam itu.

Sedangkan Eng Song yang saat itu telah merasakan pulihnya sebagian tenaganya, telah

berusaha untuk berdiri. Dan disaat dia melihat ada kesempatan, dengan cepat Eng Song berlari

untuk menuju kepintu kuil. Untuk kabur.

Namun di saat itu Eng Song mendengar seruan kaget dari hantu putih.

Dan Eng Song merasakan seperti ada angin yang kuat sekali menempel dipunggungnya.

Tahu-tahu tubuhnya telah tersedot dan kemudian tertarik untuk terbanting kejengkang.

Dia bergulingan di lantai dan kemudian telah kembali mendekam di dekat meja

sembahyang itu.

Cepat sekali, diantara semua itu diantara apa yang terjadi, hati Eng Song seperti mau

copot.

Dia jadi mengeluh putus asa, sebab dengan adanya peristiwa seperti ini, berarti dia sama

sekali tidak memiliki kesempatan untuk kabur.

Biar bagaimana memang hantu-hantu itu memiliki kewaspadaan yang jauh tinggi dari

manusia biasa.

Dan juga, tanpa mengejar, malah hantu putih itu telah dapat menarik Eng Song kembali

ketempatnya, dengan hanya meminjam tenaga yang dilancarkan dari telapak tangannya, tentu

saja merupakan suatu hal yang sangat mengagumkan bukan main.

Diam-diam Eng Song jadi menggidik membayangkan kehebatan yang demikian oleh hantu

putih maupun hitam.

Dan memang akhirnya Eng Song menyadari pula bahwa tidak mau memang dia harus

jatuh ditangan kedua hantu itu.

Kenyataan seperti ini telah membuat Eng Song hampir saja menangis saking ketakutan.

Biar bagaimana dia tidak mau kalau dirinya sampai diambil oleh setan itu, karena dengan

diambilnya dia oleh setan itu, berarti dia harus mati dulu, baru nanti menjadi hantu penasaran,

menjadi pengikut dari kedua hantu putih dan hitam itu.

Sungguh menakutkan sekali dan mengerikan bukan main jika Eng Song membayangkan

hal itu sampai sebegitu jauh. Dia menghela napas panjang dan memandang mendelong kearah

kedua hantu putih dan hitam yang masih juga tengah melakukan suatu pertempuran yang tidak

kunjung berhenti.

Saat itu hujan masih juga turun dengan deras bukan main.

Suara petir dan juga guruh telah terdengar berulang kali.

Diantara kesemua itu, suasana didalam ruangan kuil jadi sering kelap-kelap oleh sinar petir

itu.

Dan juga didalam ruangan kuil ini pula menimbulkan suasana yang mengerikan sekali.

Eng Song jadi duduk mematung memandangi kedua hantu yang tengah saling tempur itu.

Biar bagaimana dia merasakan bahwa dirinya tentu tidak mungkin dapat terlepas dari

kedua tangan yang tengah bertempur itu.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

137

Kolektor E-Book

Jika memang dirinya tidak jatuh ditangan hantu berbaju putih itu, setidak-tidaknya dia

tentu akan jatuh ditangan hantu berbaju hitam.

Kedua-duanya memang sama saja, karena kedua-duanya memang sama-sama hantu.

Inilah yang telah menakutkan sekali bagi Eng Song. Dia memutar otak mencari akal untuk

dapat meloloskan diri dari kedua hantu yang menakutkan itu.

Bisa dibayangkan, betapa manusia akan ketakutan jika memang sesungguhnya dia yakin

dia sedang berhadapan dengan hantu.

Terlebih-lebih lagi memang disaat itu Eng Song juga menyadarinya bahwa kedua hantu itu

seperti juga tengah memperebutkan dirinya.

Maka dari itu, dia telah bersiap-siap jika memang ada kesempatan tentu dia akan melarikan

diri.

Namun biar bagaimana memang kenyataannya kalau hantu itu maha tahu.

Dan apa yang akan dilakukan oleh Eng Song tentu sebelumnya telah diketahui oleh hantu

itu.

Dan kemana saja Eng Song melarikan diri, tentu hantu-hantu itu akan dapat mengejarnya.

Inilah yang sangat ditakuti oleh Eng Song, mau tidak mau dia memang harus dapat

berusaha agar dirinya dapat lolos dari kedua hantu itu.

Namun disebabkan hantu-hantu itu memiliki ilmu yang hebat juga, telah membuat Eng

Soag, jadi buntu akal.

Tadi saja usahanya untuk melarikan diri telah gagal sama sekali.

Karena dia telah kena di sedot dan telah dibanting begitu rupa.

Coba kalau memang hantu itu bermaksud mencekiknya dan mencelakainya, tentu dia akan

bercelaka sama sekali atau binasa menjadi hantu penasaran yang tidak menentu juntrunganaya.

Setidak-tidaknya dia akan menjadi hantu penasaran sama seperti hantu putih dengan hantu

hitam itu.

Di saat itu, terdengar suara erangan dari hantu yang berpakaian serba hitam itu.

Tampaknya dia tengah murka bukan main.

Karena dia telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi dan juga setiap serangan yang

dipergunakannya itu bukan main dahsyatnya.

Tenaga serangannya itu telah menderu-deru dengan keras dan cepat sekali.

Eng Song menggidik melihat tampang dari hantu berpakaian serba hitam itu.

Sedangkan hantu yang berbaju putih telah mendengus tertawa dingin.

Dia juga telah mengeluarkan teriakan yang sangat nyaring.

Menyusul mana dia juga telah mengempos semangatnya. Dia melancarkan serangan yang

tidak kalah cepatnya.

Malah setiap serangannya itu selalu pula mengandung tenaga yang mematikan.

Dindiug kuil yang terkena serangannya itu akan bobol.

Maka bisa dibayangkan betapa hebatnya tenaga serangan yang dipergunakan oleh hantu

berbaju putih itu dalam dia melakukan serangannya itu.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

138

Kolektor E-Book

Di saat itu pula, si hantu yang berpakaian serba hitam itu sama sekali tidak mau mengalah.

Dengan kecepatan yang bukan main dia telah mengeluarkan suara bentakan dan telah

mengempos seluruh tenaga yang ada padanya, dia telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi.

Gerakan yang dilakukan oleh hantu berbaju hitam ini memang luar biasa sekali, dia seperti

juga telah menjadi nekad dan kalap.

Hantu berbaju putih itu biar bagaimana memang telah menjaga segala sesuatunya dengan

penuh kewaspadaan dan ketenangan juga dimilikinya.

Melihat kekalapan yang dimiliki hantu berbaju hitam itu, dia telah mendengus dengan

suara yang tawar.

Tahu-tahu dia telah melancarkan serangan yang bukan main hebatnya.

Dan dengan beruntun kedua tangannya itu telah mendorong kemuka.

Gerakan yang dilakukannya ini bukan main hebatnya dan mengandung juga tenaga yang

mematikan.

Biar bagaimana memang ketakutannya tenaga serangan yang dahsyat itu membuat tubuh

hantu hitam jadi terpental keras sekali.

Tentu saja hantu hitam itu jadi terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan

tertahan.

Hampir saja tubuh dari hantu berbaju hitam itu terbanting diatas lantai.

Namun disebabkan dia memang memiliki kepandaian meringankan tubuh yang kuat bukan

main, dengan sendirinya dia bisa menguasai tubuhnya.

Dia turun meluncur kelantai dengan kedua kakinya terlebih dahulu. Dalam keadaan

selamat tanpa kekurangan suatu apapun juga.

Kenyataan ini rnembuat si hantu berpakaian serba putih itu jadi penasaran sekali.

Tanpa membuang-buang kesempatan, dengan mengeluarkan suara seruan yang keras, dia

telah melompat, tahu-tahu kedua tangannya telah diulurkan kembali, dia telah melancarkan

serangan lagi dengan gerakan yang luar biasa kuatnya pada si hantu hitam.

Hantu berpakaian serba hitam itu waktu melihat dirinya didesak demikian rupa, jadi

mendongkol bukan main, dia telah mengeluarkan suara bentakan marah dan telah menangkis

serangan itu dengan kekerasan.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepat dan kuatnya.

Maka dari itu dua kekuatan tenaga saling bentur ditengah udara.

Kenyataan seperti ini membuat dua tenaga dahsyat itu saling bentrok bagaikan dua buah

batu yang sangat besar saling bentur.

Suara menggelegarnya terdengar begitu keras dan memekakan anak telinga.

Kenyataan ini kembali menyebabkan Eng Song jadi terperanjat bukan main.

Karena si bocah merasakan telinganya seperti juga telah menjadi tuli disaat itu, karena

gendang telinganya telah tergetar keras ketika mendengar suara getaran yang terjadi didalam

ruangan kuil ini.

Baru saja Eng Song mau melompat undur untuk menjauhkan diri dari kedua hantu yang

tengah saling tempur itu, si hantu yang memakai baju putih telah mengeluarkan suara bentakanCHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

139

Kolektor E-Book

keras : Jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi, karena aku bisa saja mengirim kau ke

neraka!!"

Menyeramkan bukan main suara bentakannya itu, membuat tubuh Eng Song jadi

menggigil.

Terlebih lagi memang yang membentak dengan suara yang bengis begitu bukannya

seorang manusia, melainkan seorang hantu gentayangan.

Dengan sendirinya Eng Song mau tidak mau memang menjadi patuh.

Dia tidak berani terlalu bergerak dari tempatnya berada, untuk menghindarkan kecurigaan

pada dirinya si hantu penasaran itu.

Di saat itulah dengan cepat sekali telah terjadi urusan yang sangat mengerikan sekali.

Karena hantu hitam yang telah menjadi nekad itu, dengan mengeluarkan suara teriakan

yang sangat keras sekali, telah menerjang maju.

Kali ini disebabkan kenekadannya telah membuat dia menjadi kalap.

Sepasang tangannya yang melancarkan serangan yang bukan main kuatnya itu ternyata

mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali.

Hantu berpakaian putih itu yang melihat keadaan demikian jadi mengeluarkan seruan

kaget.

Dia merasakan betapa kuatnya tenaga serangan yang dilancurkan oleh lawannya itu, maka

dari itu, dengan sendirinya angin serangannya yang telah berkesiuran itu telah menghantam pula

mukanya.

Mau tidak mau memang hantu berpakaian serba putih itu harus dapat mengelakkan diri dan

mengengoskan diri dari serangan lawannya.

Karena kalau memang dia menghadapinya dengan mempergunakan kekerasan niscaya

akan menyebabkan mereka bercelaka sama-sama.

Itulah sebabnya, hantu berpakaian serba putih itu telah melompat mundur kebelakang, dia

telah melompat dengan gerakan yang cepat bukan main.

Gerakan tubuhnya bagaikan terbang belaka, dia telah melompat kebelakeng dengan

mengeluarkan suara seruan. Dan di saat tubuhnya telah melayang ditengah udara, dia baru

membarengi dengan serangan tangan kanannya.

"Jaga serangan....!" serunya dengan suara yang bengis bukan main.

Si hantu hitam jadi terperanjat.

Waktu dia melancarkan serangannya, lawannya itu telah menghilang begitu tiba-tiba dari

pandangan matanya.

Dan ketika dia tersadar dari terkejutnya dan mengetahui bahwa hantu putih itu berada

ditengah udara, dia jadi mengeluarkan seruan murka.

Namun kenyataannya hantu putih itu telah melancarkan serangan yang bukan main

hebatnya.

Serangan yang dipergunakan oleh hantu hitam ini juga mengandung kekuatan.

Kembali kedua tenaga yang bukan main kerasnya itu telah saling jumpa di tengah udara.

Dan saking hebatnya benturan kedua tenaga yang bukan main itu telah menyebabkan ubin

dari lantai ruangan kuil tersebut telah sempal.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

140

Kolektor E-Book

Tentu saja pecahan batu lantai yang kecil-kecil itu telah berpentalan kesana kemari.

Celakanya salah satu dari pentalan pecahan lantai itu telah mengenai Eng Song, sehingga

bocah ini merasa kesakitan yang bukan main.

Dengan mengeluarkan suara seruan yang kesakitan, Eng Song cepat-cepat mengusap

keningnya yang terkena samberan batu kecil itu.

Dilihatnya darah merah yang membasahi telapak tangannya.

Dia jadi terkejut lagi.

Tentu saja melihat darah merah itu, hatinya bertambah keder saja. Biar bagaimana Eng

Song adalah seorang manusia belaka. Dan usianya juga masih terlalu muda. Maka dari itu, mau

tidak mau didalam hal ini memang harus lebih berhati-hati jika tidak mau bercelaka ditangan

kedua hantu itu.

Saat itu, hantu hitam telah terjatuh duduk.

Rupanya tenaga tindihan dari hantu putih itu luar biasa kuatnya.

Dan tenaga serangan hantu putih itu memang memiliki kekuatan yang bukan main dan

dahsyat sekali. Mau tidak mau memang didalam hal ini harus diakui oleh hantu hitam bahwa

hantu putih memang memiliki kelebihan kepandaianbya jika dibandingkan dengan kepandaian

yang dimilikinya.

Di saat itu, rupanya hantu putih itu telah merasa menang diatas angin.

Waktu melihat lawannya telah jatuh terduduk, dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan

suara seruan yang keras bukan main.

Dia telah melancarkan serangan lagi dengan kecepatan yang bukan main.

Di samping itu memang hantu berpakaian serba putih ini memang ingin mendesak

lawannya dengan kekuatan yang ada padanya dan memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya.

Biar bagaimana hantu hitam itu sedang dalam keadaan di bawah angin.

Dan jika dalam keadaan seperti itu didesak dengan cepat sekali, tentu si hantu hitam akan

kewalahan dan tidak berdaya sama sekali.

Saat itu hantu hitam yang sangat penasaran sekali telah mengeluarkan suara bentakan

keras.

"Kau curang.....!"

Lalu membarengi dengan suara bentakannya itu, dia telah mengerahkan sebagian dari

tenaga dalamnya dan nekad sekali dia menyeruduk akan menghajar perut dari hantu berpakaian

putih itu.

Gerakan yang dilakukan oleh hantu berpakaian hitam itu sangat luar biasa sekali dan

dilakukannya juga dengan begitu tiba-tiba.

Dengan sendirinya si hantu berpakaian serba putih tersebut jadi terkejut sekali.

Dia telah mengeluarkan suara yang menyayatkan hati.

Karena serangan dari hantu hitam itu sama sekali tidak sempat untuk ditangkisnya, dia

telah kena diserang telak sekali oleh lawannya.

Tubuh hantu putih itu telah terguling-guling diatas tanah.

Dan hantu hitam juga telah menerjang lagi dengan kenekadan yang ada padanya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

141

Kolektor E-Book

Serangan yang kali ini dilancarkannya pula juga mengandung kekuatan yang bukan main

hebatnya.

Serangan itu mengandung tenaga yang sangat mematikan sekali.

Di samping itu memang harus diakui bahwa hantu berpakaian hitam itu di samping

memang bernafsu untuk merebut kemenangan, tampaknya dia juga bermaksud akan

membinasakan lawannya.

Karena setiap serangan yang dilancarkan olehnya itu selalu mengandung tenaga yang

mematikan....!

Untuk mengadu jiwa seperti itu tentu saja hantu berpakaian serba putih harus berpikir dua

kali.

Dia tidak mau kalau harus mati bersama-sama didalam pertempuran mereka.

Dari itu, sambil mengempos tenaga yang ada padanya, dia mencari posisi.

Gerakannya cepat sekali, dia telah menangkisnya dengan gerakan yang luar biasa gesitnya.

Dan di antara berkelebatnya sepasang tangan hantu putih itu, dia telah dapat memunahkan

tenaga serangan dari hantu hitam.

Dengan cepat dia juga telah melancarkan serangan yang luar biasa sekali kearah si hantu

hitam.

Gerakannya yang kali ini bukan main-main dan bukan hanya sekedar menggertak belaka.

"Rubuhlah kau!" bentak si hantu putih dengan suara yang keras.

Hantu hitam itu benar-benar terah terguling dilantai sambil mengeluarkan suara jeritan

yang menyayatkan, tampaknya dia telah digempur hebat sekali dan telah menderita luka

didalam.

Hantu berpakaian serba putih telah berdiri tegak mengawasi hantu hitam yang tengah

merangkak untuk dapat berdiri lagi.

Tubuh hantu hitam tampak sempoyongan seperti akan rubuh.

Hal seperti itu telah membuktikan bahwa serangan yang dipergunakan oleh hantu putih itu

memang sangat luar biasa sakali dan menakjubkan.

Maka dari itu, dengan cepat sekali, diantara keheningan itu, si hantu telah berkata dengan

suara yang tawar :

"Hemmm... bagaimana penawaranku mengenai bocah itu?! Kalau memang kau mau

memberikan secara baik-baik, tentu jiwamu akan kuampuni. Tetapi jika kau berkeras, biarlah

aku membinasakan kau dulu, baru aku mengambil bocah itu! Bagiku kedua-duanya jalan yang

sama dan tidak membawa kerugian apa-apa!!"

Muka hantu hitam saat itu telah berobah pucat pias, walaupun wajahnya itu masih tampak

mengerikan bukan main, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang keras bukan main,

maksudnya ingin melancarkan serangan pula kepada lawannya.

Namun hantu putih itu telah mengangkat tangannya sambil bentaknya : "Tahan.... kau

pikirlah dua kali dulu sebelum melancarkan serangan, karena hanya akan membahayakan dirimu

sendiri..."

Hantu hitam rupanya mendengar juga bentakan dari hantu putih.

Dia memang telah berpikir, jika dia berlaku nekad memang sudah tidak ada gunanya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

142

Kolektor E-Book

Maka dari itu, dengan sendirinya, di samping segalanya itu, dia telah membendung tenaga

dalamnya dan telah menahan tenaga yang hampir dipergunakannya itu.

Dengan cepat dia menatap kearah si hantu putih.

"Apa maksudmu sesungguhnya?" tegur si hantu hitam dengan suara yang bengis.

"Hemmm, aku bermaksud untuk mengambil bocah itu!" katanya.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak bisa!"

"Mengapa tidak bisa?!"

"Itu hak aku, aku yang akan mengambilnya!"

"Tetapi aku hanya minta ijinmu untuk mendidik bocah tersebut menjadi muridku! Jika kau

mau, kau juga boleh menjadi guru si bocah......! Bukankan ada baiknya jika kita menurunkan dan

mewariskan seluruh kepandaian kita kepada bocah itu, dengan digabungnya dua kekuatan

kepandaian kita pada bocah itu, kelak si bocah akan menjadi manusia yang paling tangguh

dipemukaan bumi ini!"

Mendengar uraian dari si putih, si hitam jadi berdiri bimbang.

Tampaknya dia sangat ragu-ragu sekali.

Dipandangnya hantu putih itu agak lama, sampai akhirnya dia mengangguk.

"Baiklah.... jika memang kau bermaksud akan mengambil bocah itu menjadi muridmu,

akupun tidak berkeberatan sama sekali! Kita akan menurunkan kepandaian kita bersama-sama

dan si bocah akan menjadi murid kita berdua, bukan?"

Si hantu putih itu telah mengangguk.

"Benar! Tepat sekali!"

"Bagus! Sekarang kita harus bertanya pada bocah itu apakah dia bersedia menjadi murid

kita! Kita melakukan hal ini, karena sejak tadi si bocah seperti mau melarikan diri belaka dari

kita....!"

Saat itu Eng Song telah mendengar percakapan kedua hantu itu.

Dia juga mendengar perihal dirinya ingin diangkat menjadi murid dari kedua hantu itu.

Si bocah jadi berpikir di dalam hatinya, entah bagaimana rasanya menjadi seorang murid

dari kedua hantu tersebut?

Tentu saja dia masih merasa ngeri.

Walaupun Eng Song mendengar maksud dari kedua hantu itu yang tidak bermaksud jahat

padanya, tetapi setidak-tidaknya tetap saja Eng Song merasa ngeri.

Maka dari itu, Eng Song tetap tidak bergerak dari tempatnya.

Ketika kedua hantu itu menghampiri kearahnya, Eng Song juga masih duduk di tempatnya.

Waktu kedua hantu ini mengawasi padanya, Eng Song malah merasakan hatinya seperti

mau copot saking merasa ngeri.

Dia mengeluh.

Entah kedua hantu ini ingin memperlakukan dirinya bagaimana.

"Hei bocah, siapa namamu?" tegur si hantu putih.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

143

Kolektor E-Book

Eng Song menyebutkan namanya.

Suara Eng Song terdengar agak gemetar, sehingga kedua hantu itu saling pandang dan

telah tersenyum. Tampaknya mereka menganggap sikap Eng Song cukup lucu.

"Hemmm, suaramu tergetar, rupanya kau merasa ngeri dan jeri pada kami, bukan?" tegur

si hantu putih sambil tersenyum.

Mungkin juga si hantu putih itu bermaksud untuk bersenyum ramah, namun di mata Eng

Song senyum dari hantu berpakaian putih itu sangat menyeramkan sekali, mulutnya yang lebar

seperti juga menyeringai.

Tentu saja Eng Song jadi tambah menggidik ngeri, dia cepat-cepat telah menundukkan

kepalanya tidak mau melihat bibir hantu putih yang tengah menyeringai seperti itu.

"Hemmmm bocah..... kami Hek Pek Siang-sat (Dua Momok Putih dan Hitam) ingin

mengangkat kau sebagai murid kami, apakah kau bersedia mengangkat kami menjadi gurumu?"

Ditanya begitu, Eng Song telah mengangkat kembali kepalanya.

Dia mengawasi kedua hantu itu dengan sorot mata yang ragu-ragu.

Disamping itu, memang kenyataannya Eng Song juga tengah diliputi perasaan takut.

Setelah mengawasi cukup lama akhirnya Eng Song berkata juga :

"Kalian..... kalian sesungguhnya hantu atau manusia biasa?!"

Ditanya oleh Eng Song seperti itu, kedua hantu itu tampak melengak.

Mereka berdua kemudian saling tatap sejenak, sampai akhirnya keduanya telah tertawa

geli.

"Lucu! Lucu!" mereka tertawa tidak hentinya.

Tentunya hal ini membuat Eng Song jadi tersinggung dan juga merasa takut.

Dia menyangka hantu itu mentertawai dirinya disebabkan dia telah bertanya apakah kedua

hantu ini manusia atau memang hantu. Dan tentu saja hantu-hantu tersebut jadi merasa lucu dan

telah tertawa geli begitu.

Disaat itulah, dengan cepat sekali, tampak si hantu hitam telah menyahuti :

"Tentu saja kami manusia biasa... sama seperti kau!" katanya.

"Hah?"

Eng Song jadi kaget sekali. "Kau... kalian manusia biasa?!"

Kedua hantu itu telah menganggukkan kepala mereka dengan cepat.

"Tepat! Memang kami ini manusia biasa."

"Tetapi...."

"Kenapa?"

"Mengapa kalian bisa terbang?"

"Terbang?"

"Ya, tadi waktu kau bertempur, telah saling terbang begitu ringan!"CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

144

Kolektor E-Book

Mendengar perkataan Eng Song yang terakhir ini, kedua hantu, atau tepat nya memang

kedua manusia biasa yang bergelar Hek Pek Siang-sat itu, telah tertawa gelak-gelak dengan

suara yang geli.

"Kami bukannya terbang, namun disebabkan Gingkang (ilmu meringankan tubuh) kami

memang telah sempurna, dengan sendirinya kami dapat bergerak ringan dan sekehendak hati

kami belaka.........!!"

"Oh begitu?" Eng Song setengah mempercayainya.

"Masih tidak percaya?"

"Tetapi..... mengapa tadi kau telah keluar dari peti mati itu....! Jika memang engkau

sugguh-sungguh seorang manusia, tentu tidak nantinya mau tidur didalam peti mati seperti itu!"

Kembali hantu hitam telah tertawa dengan suara yang tawar.

"Kami memiliki persoalan yang sangat panjang sekali jika hendak diceritakanya maka dari

itu, mau tidak mau memang kami harus dapat untuk menyembunyikan

?? SEBAGIAN TEKS TELAH HILANG ??

Tecu telah bersumpah untuk taat pada setiap perintah dari jiwi suhu!"

Hek Pek Siang-sat tampaknya girang mendengar sumpah dari si bocah.

"Bagus! Bagus! Cuma saja sumpahmu itu terlalu berat sekali! Sudahlah! Mari kau ikut

dengan kami! " kata Hek Pek Siang-sat.

Maka mulai saat itu, memang Ma Eng Song telah menjadi murid kedua orang yang mirip
mirip hantu itu.

Sesungguhnya Hek Pek Siang-sat merupakan dua orang jago yang luar biasa sekali.

Mereka memiliki kepandaian yang bukan main tingginya dan juga merupakan dua orang

jago yang memiliki kepandaian yang tidak ada tandingannya. Setiap mereka terjun kedalam

rimba persilatan, Hek Pek Siang-sat merupakan pasangan suami isteri yang ditakuti penjahat.

Namun naas, pada suatu hari, dimalam hari yang sunyi, Hek Pek Siang-sat telah

menciptakan semacam obat. Yaitu obat untuk mempercantik diri selamanya, secara abadi.

Namun apa lacur, justeru disebabkan kelebihan semacam ramuan, maka ketika Hek Pek

Siang-sat telah mempergunakan obat itu, justeru muka mereka telah berobah buruk sekali,

dengan daging-daging muka mereka yang telah lumer dan membuat muka mereka itu bagaikan

muka hantu. Tentu saja kedua pendekar ini jadi merasa malu. Namun jika sang suami disebabkan

oleh seorang lelaki, masih suka keluyuran, tetapi si Hitam itu, yang telah jadi buruk, sebagai

seorang wanita jelas merasa rendah diri. Dia sengaja telah bersembunyi didalam sebuah peti mati

tidak mau berjumpa dengan orang. Dan urusan ini tentu saja merupakan pertentangan yang tidak

ada habisnya diantara pasangan suami isteri tersebut. Akhirnya mereka jadi sering bentrok dan

satu dengan yang lainnya sering kali bertandin.

Namun tidak ada kesudahannya, sebab kepandaian mereka berimbang.

Dengan sendirinya semakin lama hal ini membuat si isteri yang memang telah tergempur

jiwanya disebabkan mukanya yang telah rusak, tambah penasaran.

Cepat sekali mereka berjanji untuk melakukan pertandingan pula.

Dan kebiasaan bertanding seperti itu telah dilakukannya berulang kali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

145

Kolektor E-Book

Namun tetap saja mereka berimbang.

Dan terakhir kalinya, memang kebetulan sekali Eng Song telah berteduh dikuil rusak

tersebut, sehingga Ma Eng Song dapat menyaksikan pertandingan yang tengah berlangsung

antara Hek Pek Siang-sat.

Siapa nyana, nasib Eng Song rupanya mulai baik, karena tanpa diduga-duga, pasangan

suami isteri yang kosen ini telah menaruh simpati padanya dan juga telah mengangkatnya

menjadi murid dari kedua orang tersebut.

Sejak hari itulah, Eng Song telah menerima didikan dari pasangan suami isteri Hek-pek

Siang-sat, sehingga didalam waktu, yang sangat singkat sekali, Eng Song telah memiliki

kepandaian yang sangat tinggi sekali. Apa lagi memang Eng Song memiliki kecerdasan yang

bukan main, dengan sendirinya pula setiap pelajaran yang diturunkan oleh kedua gurunya itu

dapat diterimanya dengan mudah.

Dia telah mempelajari, seluruh ilmu yang diturunkan oleh sepasang suami isteri tersebut.

Sesungguhnya kepandaian Hek Pek Siang-sat masing-masing telah tinggi bukan main.

Apa lagi sekarang, dikala kepandaian mereka telah digabung menjadi satu dan diolah agar

Eng Song dapat menggabungkannya.

Dengan sendirinya, ilmu yang dimiliki oleh Eng Song jadi jauh lebih hebat. Dua macam

kepandaian yang luar biasa dari pasangan suami isteri itu telah dilebur menjadi satu dan

merupakan kepandaian yang sulit diukur sampai dimana kehebatannya.....

Hari demi hari telah lewat dan juga bulan demi bulan telah berlalu.

Tanpa terasa, Eng Song telah dididik selama tujuh tahun oleh kedua gurunya.

Dengan pesat Eng Song telah menjadi seorang pemuda yang tampan dan memiliki

kepandaian yang luar biasa. Mungkin sulit mencari duanya kepandaian setinggi yang di miliki

Eng Song........

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 11 ?????????

SEEKOR kuda tampak berlari perlahan-lahan dilereng pegunungan Po-ling-san.

Yang menunggangi kuda itu adalah seorang pemuda yang berusia diantara sembilan belas

tahun, tuhuhnya tegap, wajahnya tampan dan juga dia begitu tenang, disamping sepasang

matanya yang bersinar.

Ternyata pemuda tampan tersebut tidak lain dari Ma Eng Song, yang telah menjelang

dewasa.

Ma Eng Song yang sekarang berbeda dengan Eng Song tujuh tahun yang lampau.

Karena Ma Eng Song sekarang telah memiliki kepandaian yang bukan main.

Dan dia juga memiliki kepandaian yang sangat tangguh sekali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

146

Kolektor E-Book

Disamping itu, memang Ma Eng Song juga merupakan seorang pemuda yang telah

berhasil menerima seluruh kepandaian yang diwariskan gurunya, yaitu Hek Pek Siang-sat,

pasangan suami isteri yang kosen itu.

Cepat sekali Ma Eng Song telah menjadi seorang pemuda yang tangguh. Dan dia telah

diperintahkan oleh gurunya untuk turun gunung guna melakukan pekerjaan mulia menolongi si

lemah memberantas si jahat. Hal ini disebabkan Hek Pek Siang-sat telah melihatnya bahwa

kepandaian yang dimiliki oleh Eng Song telah sempurna.

Eng Song girang bukan main, bercampur perasaan berduka harus berpisah dengan kedua

orang gurunya yang baik hati itu.

Girang, karena dengan memiliki kepandaian yang demikian tinggi, tentunya ia bisa

mencari pembunuh Ang Sam Kay. Urusan Ong Peng Hin telah dianggapnya selesai, karena

gurunya telah menyelidikinya, betapa waktu penyerbuan ke Gobie Pay oleh Ong Peng Hin dan

orang-orangnya, Ong Peng Hin sendiri ternyata telah terbinasa.

Maka sekarang tugas Eng Song hanyalah mencari jejak dari pembunuh Ang Sam Kay.

Dan ciri dari pembunuh Ang Sam Kay itu telah diketahuinya, yaitu memiliki hanya empat

jari belaka di tangan kirinya, karena jari kelingkingnya telah kutung.

Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang kenyataannya tugas Eng Song

cukup berat, dia harus mencari jejak pembunuh itu.

Didalam waktu yang sekejap mata saja, memang Eng Song telah berkelana dibeberapa

kota, dan hari ini dia baru tiba di gunung Po-ling-san.

Saat itu udara sangat cerah dan pemandangan di Po-ling-san memang sangat indah sekali.

Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini telah membuat pemuda tersebut

menikmati pemandangan yang ada disekelilingnya.

?? SEBAGIAN TEKS TELAH HILANG ??

Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang terlihat jelas sekali, betapa
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diantara berkesiuran angin serangan itu, mata golok telah terjepit oleh kedua telapak tangan Eng

Song. Dan golok itu tidak bisa meluncur turun lebih jauh.

Orang yang melancarkan serangan membokong itu jadi terkejut bukan main.

Saking kagetnya orang itu sampai mengeluarkan suara seruan kaget.

Dia berusaha untuk menarik pulang goloknya, namun dia gagal.

Dan tenaganya seperti tidak mencukupi menarik pulang senjatanya itu.

Saat itu pula sosok bayangan yang tadinya bermaksud membokong merasakaan dari

goloknya itu meluncur hawa yang panas bukan main.

Rupanya Eng Song telah mengerahkan semangat dan tenaga dalamnya, sehingga

tersalurkan semacam hawa murni bersifat Yang (panas), sehingga mau tidak mau orang yang

tadinya mau membokong Eng Song harus melepaskan cekalan pada goloknya itu.

Sedangkan dia sendiri telah melompat kebelakang dan mengawasi Eng Song dengan sorot

mata yang bengis.

Eng Song telah dapat melihat tegas orang yang ingin membokongnya itu.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

147

Kolektor E-Book

Ternyata seorang lelaki dengan tubuh yang tinggi besar dan juga memiliki wajah yang

bengis sekali. Dia tengah memandang kearah Eng Song dengan sorot mata yang bengis dan

kejam. Usia orang ini mungkin baru empat puluh tahun dan bajunya juga ketat sekali.

"Siapa kau? Mengapa engkau ingin membokongku?" tegur Eng Song dengan suara yang

dingin.

"Aku............?" tanya orang itu dengan suara mengejek. "Akulah Houw Sian Po Ling

(Dewa Harimau dari Po-ling-san) Bwee Sian Kwan!"

"Hemmmm.......... mengapa kau bermaksud membokong diriku?" tegur Eng Song lagi.

Orang yang menamakan dirinya sebagai Houw Sian Po Ling Bwee Siang Kwan telah

tertawa dingin dengan sikap yang mengejek.

"Hemmmmm......... kalau memang nasibmu baik, tentu kau tidak akan mampus

ditanganku! Tadinya aku ingin membinasakan saja kau karena korban-korbanku yang lainnya

juga telah mengalami hal seperti itu! Aku bermaksud untuk membinasakan engkau! Nah cepat

engkau serahkan barang-barangmu itu, jika engkau menginginkan jiwamu tetap berada dan

menjadi milikmu!"

Mendengar perkataan orang itu, wajah Eng Song telah berobah dingin.

"Kau dusta!" bentaknya. "Engkau bukan perampok yang sewajarnya!"

Mendengar bentakan Eng Song seperti itu, orang yang mengakui dirinya bernama Bwee

Siang Kwan, telah berobah mukanya.

"Hemmm....!" akhirnya dia telah mendengus dengan suara mengejek. "Jika memang aku

ini perampok kau mau apa, jika bukan, juga engkau mau apa! Yang terpenting kalau memang

engkau ingin selamat dan hidup terus, maka baik-baiklah kau serahkan barangmu itu! Tetapi jika

tidak, hemmm, hemmm, memang aku harus membinasakan dirimu! Tidak ada seorang korban

dari Houw Sian Po Ling yang dapat hidup terus jika membandel atas perintah-perintahku!!"

Dan setelah berkata begitn, Bwee Siang Kwan telah tertawa gelak-gelak. Tampaknya dia

sangat bengis sekali dan meremehkan Eng Song.

Saat itu Eng Song telah tertawa dingin. Tahu-tahu kedua telapak tangannya yang telah

menjepit golok milik dari orang she Bwee itu telah digerakkan.

Batang golok itu telah terlepas dan meluncur dengan gerakan yang terlalu cepat sekali, dan

mata golok telah menancap dalam sekali dibatang pohon.

Gerakan yang dilakukan Eng Song luar biasa cepatnya.

Bukan hanya mata golok itu saja yang menancap pada batang pohon, melainkan telah

menancap dalam-dalam sampai kebatang golok.

Tentu saja hal seperti ini telah membuat orang she Bwee itu terkejut bukan main.

Dia sampai mengeluarkan suara seruan yang nyaring dan sepasang matanya terpentang

lebar-lebar karena terkejut.

Dia tidak menyangka bahwa Eng Song yang masih berusia muda begitu, telah dapat

memiliki kepandaian dan tenaga yang demikian hebat.

Tetapi belum lagi she Bwee itu menyadari apa yang tengah terjadi, disaat itulah Eng Song

menjejakkan kedua kakinya.

Gerakan Eng Song luar biasa cepatnya, tubuhnya telah mencelat begitu cepat.

Didalam waktu yang sekejap mata saja, telah menyebabkan orang she Bwee terpekik

kaget, karena pada baju bagian dadanya telah terkena dicengkeram oleh Eng Song.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

148

Kolektor E-Book

Baru saja Bwee Siang Kwan ingin memberikan perlawanan, disaat itulah, tampak Eng

Song telah menggerakkan tangan kanannya.

Dia telah melancarkan totokan yang telak sekali menghantam jalan darah Sui-liong-hiat

dari orang she Bwee tersebut.

Kontan tubuh dari Bwee Siang Kwan telah terkulai lemas tidak bertenaga.

Waktu Eng Song melepaskan cekalannya, maka tubuh orang she Bwee itu telah terkulai

rubuh diatas tanah, dan tidak dapat berkutik disebabkan totokan itu.

Dengan sendirinya, mau tidak mau memang di dalam hal ini telah membuat Eng Song

dengan mudah menaruhkan telapak sepatunya didada orang itu.

"Cepat engkau katakan yang sejujurnya, apa maksudmu ingin membokongku?"

JILID 9

DI TEGUR BEGITU, orang she Bwee itu telah memperlihatkan wajah yang tetap bengis.

"Cepat kau buka totokanmu sebelum aku bergusar!" bentaknya.

"Bergusar?" tanya Eng Song dengan suara yang mengandung ejekan.

"Ya!"

"Kenapa begitu?"

Sebelum aku bergusar lebih baik kau cepat-cepat mambuka totokanmu, mungkin juga aku

masih bisa mengampumi jiwamu! Tetapi kalau memang kau membandel, hemmmm, hemmmm,

jangan menyesal nantinya!!"

Setelah berkata begitu, Bwee Siang Kwan telah memandang dengan sorot mata yang

sangat tajam sekali dan juga telah mangeluarkan suara dengusan yang dingin.

Di antara semua itu, memang Eng Song sesungguhnya ingin mempermainkan dulu orang

she Bwee itu, itulah sebabnya dia tidak bersikap serius.

Dengan cepat sekali dia telah berkata dengan suara yang tawar :

"Hemmm, kalau memang kau dalam keadaan tertotok seperti ini, apa yang dapat engkau

lakukan? Kalau memang engkau telah bergusar dan dalam keadaan tetap tertotok ini, tentu saja

engkau tidak bisa melakukan sesuatu apapun juga! Maka dari itu, engkau tidak perlu bicara

tarkebur, karena dengan hanya sekali menggerakkan sepasang kaki atau tanganku, jiwamu akan

kukirim keneraka!"

Mendengar perkataan Eng Song, orang she Bwee ini tetap saja memperlihatkan sikap

mengandung kemarahan yang sangat.

Dia tampak mendesis dengan penuh kegusaran, seakan juga ingin menerjang kearah Eng

Song.

Tentu saja sikap orang she Bwee itu membuat Eng Song jadi naik darah.

Tahu-tahu kaki kanannya itu telah bergerak, dia telah menyepak tubuh orang she Bwee itu,

yang seketika juga jadi terpental keras sekali. Lalu kecemplung kedalam air kolam yang sejuk.

Tentu saja orang yang bernama Bwee Siang Kwan itu kaget setengah mati.

Dia mengeluarkan suara seruan yang keras dan telah cepat-cepat meronta untuk

melepaskan diri dari pengaruhnya ilmu totokan Eng Song.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

149

Kolektor E-Book

Namun Bwee Siang Kwan mana sanggup untuk membuka totokan pada dirinya.

Karena dia memiliki kepandaian yang tidak begitu tinggi dengan sendirinya dia jadi

gelapan waktu air kolam itu telah menutupi hidungnya dan mulutnya.

Dia tergagap dan mengeluarkan suara jerit ketakutan.

Eng Song yang melihat hal ini telah mengeluarkan suara tertawa mengejek.

Kemudian terlihat betapa Eng Song telah mengulurkan tangannya, dia menyambar

pergelangan tangan dari orang she Bwee tersebut.

Sekali gentak, tubuh Bwee Siang Kwan telah dapat ditarik dan melembungkannya

ketengah udara. Tubuh dari Bwee Siang Kwan telah ambruk diatas tanah dengan keras sekali,

sehingga dia menderita kesakitan yang sangat.

Untung saja dia terbanting tidak dengan batok kepala terlebih dahulu. Setidak-tidaknya

jiwanya terancam bahaya yang tidak kecil kalau saja batok kepalamu itu tidak patah dan

hancur....!"

Namun kalau dibandingkan dengan kecebur didalam kolam dalam keadaan tertotok itu,

sehingga Bwee Siang Kwan tidak dapat menggerakkan sepasang tangan dan kakinya.

Saat itu, Eng Song telah menghampiri korban totokannya. Dia telah mengeluarkan suara

ejekan padanya.

"Hemmm.... sekarang jika kau membandel, aku masih memiliki banyak sekali siksaan buat

orang-orang bandel seperti kau! Berterus-teranglah!!"

Tetapi Bwee Siang Kwan tetap rebah di tanag dengan sepasang mata yang mengawas

mendelik lebar-lebar kepada Eng Song.

Sorot matanya menakutkan sekali, seperti juga makhluk peminum darah.

"Hemmm, engkau memang terlalu bandel!!" kata Eng Song mendongkol.

Dan dengan penuh kemendongkolan, dia telah menggerakkan kaki kanannya itu.

"Bukkk!" perut orang dari she Bwee itu telah diinjaknya keras-keras.

Orang she Bwee itu mengeluarkan suara jerit kesakitan, dia merintih, karena merasakan

dadanya seperti juga akan hancur kena jejak dari kaki Eng Song....!

Tentu saja Bwee Siang Kwan menderita kesakitan yang bukan main, dia teraduh-aduh.

Tetapi Eng Song berulang kali telah menginjak perut orang she Bwee.

Malahan telah menggunakan telapak dari sepatunya untuk menindih paha dari orang she

Bwee itu.

Karuan saja disebabkan pahanya diinjak begitu keras oleh Eng Song, seperti juga akan

mematahkan tulang pahanya, membuat Bwee Siang Kwan menjerit-jerit seperti juga babi yang

akan dipotong.

Dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras bukan main dan telah jatuh pingsan.

Eng Song telah berhenti menginjak paha orang she Bwee tersebut.

Diawasinya orang she Bwee itu.

Dia melihat betapa Bwee Siang Kwan memang benar-benar jatuh pingsan.

Maka Eng Song telah menendang salah satu jalan darah ditubuh orang she Bwee tersebut.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

150

Kolektor E-Book

Apa yang dilakukannya itu cepat sekali, dan kekuatan tenaga dalam yang telah tersalur

kedalam kakinya.

Seketika itu juga Bwee Siang Kwan telah tersadar dari pingsannya.

Dia telah merintih dengan suara yang menyayatkan hati, karena perasaan sakit pada perut

dan juga pahanya begitu menyengat dan membuat dia menderita kasakitan yang tidak ringan....!

"Hemmm, sekarang engkau mau mengatakan atau tidak perihal maksud yang sebenarnya!

Menyamar sebagai seorang perampok, tidak akan membawa hasil yang baik buatmu! Cepat

engkau mengakui apa maksudmu sesungguhnya. Ingin membokongku! Jika engkau tidak mau

mengatakannya, biarlah aku akan menghajar hancur batok kepalamu, biar engkau tidak menjadi

manusia lagi!"

Mendengar ancaman dari Eng Song, maka Bwee Siang Kwan jadi begitu terkejut.

Dia juga merasa ngeri dan bengis sekali, karena orang she Bwee ini segera menyadarinya

bahwa Eng Song ternyata seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali.

Saat itu, tampak jelas sekali wajah dari Bwee Siang Kwan pucat pias.

Dia benar-benar sangat menderita perasaan sakit yang bukan main.

Dan juga rupanya dilihatinya telah diliputi oleh perasaan ngeri dan takut.

Maka dari itu, akhirnya dia tampak bimbang bukan main, sorot matanya sudah tidak

sebengis dan segalak seperti semula tadi.

"Cepat kau katakan!" bentak Eng Song yang telah melihat keraguan orang yang menguasai

diri dari Bwee Siang Kwan.

Bwee Siang Kwan telah berdiam diri.

"Hemmm... memang kalau kau tetap berkepala batu, biarlah aku akan mempergunakan

kekerasan!!" kata Eng Song mendongkol. "Biarlah kepalamu itu akan kuinjak sampai hancur!"

Mendengar ancaman Eng Song, tentu saja dia jadi terkejut sekali, karena dilihatnya Eng

Song telah menghampirinya.

Dan juga dilihatnya kaki kanan dari Eng Song telah diangkatnya, akan diinjakkan pada

kepalanya.

Bwee Siang Kwan memang menyadarinya bahwa dia dengan Eng Song tidak tersangkut

hubungan apapun juga, dengan sendirinya bisa saja Eng Song membuktikan ancamannya itu

tanpa ragu-ragu.

Karena biarpun Bwee Siang Kwan menemui ajalnya, tokh Eng Song memang tidak merasa

rugi sesuatu apapun juga.

Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini telah membuat Bwee Siang Kwan

tampak ragu-ragu bukan main.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau mau mengatakannya atau tidak?" bentak Eng Song waktu telapak sepatunya itu telah

melekat dikening dari orang she Bwee tersebut.

Bwee Siang Kwan telah berdiam diri saja.

"Hemmm........ baiklah!" kata Eng Song. "Kau terlalu bandel dan juga terlalu berkepala

batu!"

Dan setelah berkata begitu, dengan cepat Eng Song mengerahkan tenaganya pada telapak

kakinya itu, dia menginjak agak keras.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

151

Kolektor E-Book

Tentu saja Bwee Siang Kwan menderita kesakitan yang bukan main.

Dengan cepat sekali, dia telah menjerit : "Tunggu dulu....! Tunggu dulu!!"

"Kau mau mengakui apa sesungguhnya maksudmu?" bentak Eng Song.

"Mau! Aku akan menceritakan segalanya!!" kata Bwee Siang Kwan dengan suara yang

setengah berteriak, karena dia takut justeru Eng Song keterlepasan menginjak batok kepalanya,

tentu batok kepalanya itu akan hancur berantakan.

Maka dari itu, mau tidak mau dia harus cepat-cepat untuk membuka mulut.

Eng Song telah mengangkat telapak sepatunya itu dari kening orang she Bwea tersebut.

"Cepat engkau katakan, apa maksudmu yang sesungguhnya?!" bentak Eng Song.

Bwee Siang Kwan telah menghela napas, untuk sejenak dia tidak berkata-kat2 dulu.

Keringat telah nampak menitik keluar dari seluruh keningnya.

"Hemmm.... rupanya memang kau ini seorang yang terlalu senang mengulur-ulur waktu!!"

memaki Eng Song yang menjadi mendongkol sekali.

"Sebenarnya.... sebenarnya....!" kata Bwee Siang Kwan dengan suara yang terbata-bata.

"Aku.... aku bermaksud tidak akan membinasakan engkau.... karena apa yang kulakukan itu

hanya sekedar untuk menerima upah belaka..... aku hanya menjalankan perintah!"

"Perintah yang bagaimana bentuknya?"

"Aku harus membinasakan seluruh orang-orang yang berlalu lalang digunung Po-ling-san

ini!" kata orang she Bwee itu kemudian dengan suara yang agak tergetar.

"Hemmm.... mengapa begitu?"

"Ini hanya perintah belaka..."

"Siapa yang telah mengeluarkan perintah seperti itu! Katakan namanya!"

"Dia she Ciang dan bernama Ku Su!" menjelaskan Bwee Siang Kwan dengan suara yang

tersendat.

"Hemmm, mengapa dia memerintahkan kau untuk membinasakan seluruh orang-orang

yang memakai jalan ini!?"

"Karena Ciang Ku Su tidak meninginkan ada orang lewat dijalan ini!"

"Sebabnya?"

"Aku tidak tahu!"

"Pasti ada sebabnya! Cepat katakan sebelum aku naik darah...!"

Muka Bwee Siang Kwan jadi berobah pucat seketika itu juga, namun akhirnya dia telah

menyahuti : "Karena...... karena Ciang Ku Su memiliki daerah tambang emas disekitar

pegunungan Po-ling-san.... dan tambang emas itu merupakan tambang emas yang sangat besar,

maka dari itu, Ciang Ku Su tidak mau ada orang yang melalui di daerah ini... semua orang yang

lewat ditempat ini harus menemui kematiannya!"

"Hemmmm... kedengarannya lucu! Apakah orang she Ciang itu takut kalau-kalau nanti ada

orang yang ingin memperebutkan daerah ini?"

Bwee Siang Kwan telah menggelengkan kepalanya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

152

Kolektor E-Book

"Entahlah, aku hanya orang upahannya belaka dan hanya menjalankan perintah! Masih

banyak pula pos-pos yang akan kau lalui jika mengambil jalan dipegunungan Po-ling-san ini.....

dan kalau memang kau mengambil kearah selatan, dibagian perkampungan yang ada dikaki

pegunungan kau akan selamat. Hanya bagian itu satu-satunya yang telah dibuka untuk

membiarkan orang lewat.... tanpa ada penjaga yang khusus memandangi jalan itu, guna

mengintai dan membinasakan orang-orang yang lewat dijalan itu!"

Setelah menceritakan segalanya itu, orang she Bwee tersebut menghela napas.

Tampaknya dia menceritakan segalanya itu dengan sikap yang takut-takut.

Jika sampai Ciang Ku Su mengetahui dia telah mengkhianatinya dengan menceritakan

segala urusan penting dari Ciang Ku Su, niscaya dia akan menerima hukuman mati...!

"Hemmm... tegasnya kau ingin mengatakan bahwa dirimu hanya diperalat belaka, bukan!"

tanya Eng Song kemudian dengan suara yang dingin.

Orang she Bwee telah mengangguk dengan wajah yang agak pucat dia mengiyakan.

Kemudian malah telah manyahuti : "Benar.... memang apa yang kau katakan itu tepat! Cuma

saja, tegasnya aku hanyalah orang yang menerima gaji belaka, dengan sendirinya, aku harus

mematuhi perintah dari majikanku....!"

Mendengar perkataan orang she Bwee tersebut, tentu saja Eng Song jadi mendongkol

bukan main. Dia telah tertawa dingin.

"Hemmm.... kalan begitu jika kau dimintanya mati sekarang juga, kau bersedia, bukan!"

tanya Eng Song kemudian dengan suara yang tawar.

"Heh?" orang she Bwree itu jadi kaget sendirinya mendengar pertanyaan yang diajukan

oleh Eng Song, mukanya juga jadi berobah pucat seketika itu juga.

"Bukankah tadi engkau mengatakan bahwa dirimu hanyalah orang bayaran belaka, hanya

menerima gaji belaka dan majikanmu orang ahe Ciang itu, bukan? Nah.... disebabkan itulah,

kalau sekarang kau harus mati demi majikanmu, bukankah kau rela? Bukankah dari arti

perkataanmu tadi kau seperti mau mengartikan pekerjaan apa saja akan kau lakukan asal

majikanmu mau membayarnya, bukan?"

Muka Bwee Siang Kwan berobah tambah pucat saja, dia tidak menyangka bahwa Eng

Song akan mengajukan pertanyaan seperti itu.

Dengan sendirinya, karena disanggahi begitu oleh Eng Song, orang she Bwee ini jadi kaget

dan memandang bengong saja pada Eng Song.

Eng Song telah tertawa dingin lagi, kemudian dengan cepat telah meneruskan

perkataannya.

"Hemmm... memang engkau ini hanyalah seorang manusia rendah! Baiklah! Sekarang kau

ceritakan letak tempat persembunyian dari orang she Ciang itu!!"

Bwee Siang Kwan telah menceritakan kepada Eng Song segalanya mengenai tempat

tinggal dari orang she Ciang itu, majikannya.

Dan Eng Song telah mengingatnya baik-baik.

Namun Eng Song juga mengerti, jika dia membebaskan orang she Bwee ini begitu saja

dalam keadaan utuh, niscaya orang semacam Bwee Siang Kwan akan melakukan kejahatan

pula?!

Eng Song juga teringat akan kata-kata Konghucu yang berbunyi : "Warna hitam walaupun

dilabur dengan warna putih, tetap dasarnya akan hitam juga, dan hanya tersembunyi dibalik

warna putih!" dan kata-kata itu seperti juga ingin mengatakan bahwa orang yang semulanya

bertabiat jahat, tetap saja jahat, walaupun dia berusaha menutupi kebusukan hatinya denganCHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

153

Kolektor E-Book

sikap yang lemah lembut dan senyum simpul... atau perbuatan baik, karena memang dasar

hatinya yang telah ?hitam?...!"

Berpikir begitu, tanpa banyak pikir lagi, Eng Song telah menggerakkan kaki kanannya, dia

telah menyepak keras sekali jalan darah Liang siu-hiatnya orang she Bwee tersebut.

Seketika itu juga Bwee Siang Kwan telah mengeluarkan suara jerit kesakitan, mukanya

pucat bukan main. Dia telah jatuh pingsan.

Dan tidak lama lagi nanti, dia akan siuman sendirinya, namun dengan tubuh bercacat, yaitu

dengan tubuh yang mati sebelah dan musnah seluruh kepandaian silat yang pernah dipelajarinya

itu, hanya akan merupakan kenangan belaka!

Setelah menotok jalan darah orang she Bwee dengan ujung sepatunya, segera Eng Song

meninggalkan begitu saja. Dia menaiki punggung kudanya dengan gerakan yang sangat lincah,

dan melaratkannya, untuk mencari rumah orang yang bernama Ciang Ku Su itu, yang tadi telah

diberitahukan oleh Bwee Siang Kwan.....

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 12 ?????????

SEBUAH BANGUNAN gedung yang sangat megah dan besar sekali terdapat dilereng

gunung Po-ling-san merupakan suatu hal yang cukup ganjil dan aneh sekali, karena biasanya

bangunan di lereng-lereng gunung yang sunyi hanyalah terbuat dari bahan-bahan yang

sederhana. Namun gedung yang ada dilereng gunung Po-ling-san mungkin memiliki gaya

bangunan yang jauh lebih indah dari rumah-rumah di kota-kota besar? Maka dari itu, betapa

janggalnya keadaan seperti itu. Apa lagi memang letak dari gedung mewah itu terpencil sendiri,

tidak berdekatan dengan rumah penduduk, menambah keanehan keadaan gedung tersebut.

Eng Song telah melaratkan kuda tunggangannya itu dan telah sampai dimuka gedung yang

aneh ini. Dia telah mencari gedungnya Ciang Ku Su menuruti petunjuk yang tadi diberikan oleh

Bwee Siang Kwan. Ternyata akhirnya dia berhasil juga menemui gedung ini.

Diperhatikannya baik-baik keadaan gedung itu.

Sebuah gedung yang sangat angker sekali dan megah, lagi pula memang sangat mentereng

dengan dua buah singa-singa batu berwarna hijau batu pualam, berjongkok disisi kiri kanan dari

pintu yaug berwarna hitam itu. Dengan sendirinya mau tidak mau memang hal seperti ini

menambah keangkeran gedung itu.

Juga memang disaat Itu, Eng Song telak melihatnya bahwa gedung ini memiliki tingkat

dua... disamping juga ada dinding temboknya yang mengelilingi dan mengurung bangunan itu,

adalah tembok yang sangat tingsi sekali, kurang lebih setinggi delapan tombak.

Itulah sebuah dinding tembok yang jarang sekali terdapat pada gedung-gedung lainnya.

Maka tidak mengherankan jika pada saat itu Eng Song jadi berdiri agak lama diatas

punggung kudanya itu, memandangi bangunan gedung itu.

Tetapi disaat itulah, tiba-tiba sekali dari arah belakang Eng Song mendesir angin serangan

yang lembut sekali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

154

Kolektor E-Book

Eng Song tahu bahwa angin yang menyambar kearah tengkuknya bukanlah angin yang

sewajarnya.

Dia telah mengibaskan lengan bajunya yang berwarna putih itu.

Seketika itu pula terdengar suara gemerincing dari jatuhnya beberapa batang jarum.

Rupanya yang tadi menyambar kearah tengkuk Eng Song adalah jarum-jarum Bwee hoa
ciam ini.

Tentu saja Eng Song jadi mendongkol sekali dibokong demikian. Dia telah menoleh

membalikkan kudanya dan menghadap kearah samping gedung itu, dari arah mana tadi jarum
jarum itu datang menyambar.

Dilihatnya tidak ada seorang manusiapun disekitar tempat tersebut.

Eng Song tambah penasaran saja, dia memajukan kudanya untuk menghampiri tempat itu,

dilihatnya serimbunan pohon-pohon bunga dan beberapa pohon bambu tumbuh ditempat

tersebut.

Di saat itulah, baru kuda Eng Song beberapa langkah kedepan untuk menghampiri tempat

tersebut, di saat itu pula telah mendesir angin serangan yang lembut pula, dan suara desiran

angin serangan itu sama lembutnya dengan angin yang bersilir biasa.

Namun Eng Song telah terlatih oleh Hek Pek Siang-sat, tentu saja dia memiliki

pendengaran yang sangat tajam dan dapat membedakan mana angin yang sesungguhnya dan

mana angin yang tidak sewajarnya.

Dengan mendegus dingin Eng Song telah mengibaskan lengan jubahnya.

Dia telah mengibas jatuh belasan batang jarum Bwee hoa-ciam.

Dan ketika jarum-jarum itu berjatuhan diatas tanah, maka Eng Song telah melihatnya,

betapa jarum-jarum itu memang berwarna kehijau-hijauan, maka jelas jarum itu memang

mengandung racun yang hebat.

Darah Eng Song jadi meluap, dia semakin diliputi kemarahan yang sangat.

Biar bagaimana, dia mana mau melihat musuhnya berulang kali membokong dirinya?

Dengan cepat dia telah melompat turun dari kudanya. Namun baru saja kedua kakinya itu

menginjak tanah, di saat itu pula dari balik rerumputan yang tumbuh lebat ditempat tersebut,

telah mencelat sesosok bayangan.

Gesit sekali sosok bayangan itu bergerak, dan ditangannya telah tercekal sebatang pedang,

yang berkelebat menikam dada Eng Song.

Tentu saja hal ini tidak dipandang sebelah mata oleh Eng Song.

Dia telah menyentilnya.

Namun lawannya juga bukan merupakan orang yang berkepandaian lemah.

Karena dengan cepat dia telah menarik pulang pedangnya, sehingga tidak sampai disentil

oleh jari tangan Eng Song.

Maka dari itu, di saat Eng Song tengah dalam posisi mengulurkan tangannya untuk

menyentil tempat kosong itu, pedang ditangan sosok tubuh itu telah bergerak lebih cepat lagi,

menikam kearah perut Eng Song.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya, dan juga memang memiliki daya

serang yang tinggi dan liehay sekali.CHIN YUNG
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

PENDEKAR BUNGA

155

Kolektor E-Book

Dengan sendirinya, mau tidak mau memang Eng Song harus melompat menepi

menghindarkan diri dari tikaman tersebut. Maka, di saat itulah, diantara mendesisnya angin

serangan pedang itu, maka terlihat jelas sinar yang berkilauan dan diantara semua itu, dengan

diantar suara ?tringgg? yang nyaring, ternyata Eng Soag telah berhasil menyentil pedang

lawannya.

Celakanya lagi, justeru pedang itu telah menjadi patah dua oleh sentilan Eng Song,

sehingga orang yang muncul melancarkan serangan mombokong ini jadi mengeluarkan seruan

kaget dan cepat melompat mundur, lalu membalikkan tubuhnya ingin kabur...!

Eng Song mana mau membiarkannya begitu saja dia angkat kaki.

Cepat Eng Song mengeluarkan suara bentakan, dengan dua kali jejakkan kakinya,

tubuhnya telah terapung mengejar orang itu.

Dan didalam waktu yang sekejap mata saja, Eng Song telah berhasil manyandak orang

tersebut. Dengaa mengeluarkan seruan yang nyaring, Eng Song telah mengulurkan tangannya.

Dia telah menotok punggung orang itu, keras sekali totokan yang dilakukannya itu. Sehingga

dengan sendirinya, totokan tersebut mengandung kekuatan yang bukan main kuatnya. Dan orang

itu tampak telah terjungkal rubuh terguling diatas tanah.

Namun tampaknya orang ini kedot sekali, sebab dia masih juga bisa meloloskan diri dari

totokan yang dilancarkan oleh Eng Song dengan jalan menyalurkan tenaga dalamnya dan

membuka jalan darahnya yang tertutup itu.

Dengan kesempatan yang bukan main dia telah bangkit untuk menghantamkan telapak

tangannya kearah Eng Song, yang kala itu telah menghampiri dekat sekali.

Tentu saja Eng Song kaget bukan main, karena biar bagaimana dia tadinya menduga orang

itu telah berhasil ditotoknya. Maka dia tidak bersiap-sedia sama sekali.

Namun siapa sangka, justeru orang ini telah melancarkan serangan seperti itu, maka

dengan cepat sekali, telah menyebabkan dia mau tidak mau harus menangkisnya jika tidat mau

kena dihantam oleh serangan telapak tangan dari orang tersebut.

Kenyataan seperti ini telah membuat Eng Song mengerahkan tenaga dalamnya cukup

banyak. Dia telah melancarkan serangan dengan kedua tangan dirangkapkan dan saling susul.

Sekarang berbalik lawannya Eng Song yang terkejut, karena tadinya dia bermaksud

membokong dengan serangan telapak tangannya itu dikala Eng Song tengah lengah. Dia yakin

pasti akan berhasil dapat merubuhkan Eng Song.

Namun siapa sangka, disamping serangannya dapat ditangkis oleh Eng Song, malah Eng

Song telah membalas dengan serangan yang sangat kuat sekali.

Mau tidak mau, didalam hal ini orang itu telah terperanjat sekali.

Dia sampai mengeluarkan suara seruan yang mengandung rasa terkejutnya.

Cepat-cepat dia melompat mundur.

Namun terlambat, dia telah kena dihantam telak sekali dadanya oleh pukulan telapak

tangan Eng Song, sampai menimbulkan suara yang nyaring sekali.

Tubuh orang itu juga telah terpental keras sekali dan telah bergulingan diatas tanah, dia

telah memuntahkan darah segar.

Muka orang itu pucat pias dan tubuhnya gemetaran keras.

Tampaknya orang ini memang tengah menderita luka yang cukup parah akihat serangan

yang dilancarkan oleh Eng Song.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

156

Kolektor E-Book

Ma Eng Song tidak mau membuang-buang waktu lagi, dengan cepat dia telah menjulurkan

tangannya mencengkeram orang itu.

Ternyata orang tersebut adalah seorang laki-laki yang berwajah cukup menyeramkan,

matanya mengawasi mendelik kearah Eng Sorg dengan sorot yang bukan main tajamnya.

Tampaknya dia gusar dan penasaran sekali.

Wajahnya jadi lebih mengerikan karena dibibirnya berlepotan darah merah.

Eng Song telah mencengkeram jalan darah Pay-siang-hiatnya, lalu tegurnya dengan suara

yang dingin : "Mana Ciang Ku Su...?"

Tiba-tiba Eng Song bertanya begitu, tentu saja mengejutkan orang ini.

Wajahnya juga berobah, tidak terlepas dari tatapan mata Eng Song.

"Hemmm, kau tidak perlu pura-pura denganku! Ciang Ku Su si manusia jahat itu selalu

meminta korban yang tidak sedikit, hanyalah untuk melindungi daerah tambang emasnya? Cepat

kau katakan, sekarang, ini orang she Ciang itu bersembunyi dimana?"

"Aku.... aku.... tidak tahu!" menyahuti orang itu dengan suara yang tergagap.

Eng Song tertawa dingin.

"Jangan sampai memaksa aku turunkan tangan bengis untuk memaksa kau membuka

mulut!" ancamnya.

"Sungguh.... aku tidak kenal dengan orang yang bernama Ciang...... Ciang Ku Su itu!"

menyahuti orang tersebut dengan suara tergagap.

Eng Song sangat gusar tahu-tahu tangan kanannya telah menempiling keras wajah orang

itu.

"Plakkkk! Ploookkk !" keras bukan main, orang itu menderita kesakitan yang bukan main.

Dia juga telah mengeluarkan suara kesakitan bukan main, apa lagi memang cekalan tangan

Eng Song pada jalan darahnya itu diperkeras, sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa

pada tubuhnya.

"Ini...... ini...." suaranya bukan main tergagapnya.

"Hemmm.... katakan, dimana Ciang Ku Su!!" kata Eng Song dengan suara yang dingin.

"Aku.... oooh, jangan menyiksaku... aku akan mengatakan!!" sesambatan orang itu, yang

rupanya tidak bisa mempertahankan diri pula dari cekalan tangan Eng Song yang keras bukan

main.

"Cepat katakan dimana orang she Ciang itu berada!" bentak Eng Song.

Muka orang itu pucat sekali, tampaknya dia kesakitan bukan main.

Butir-butir keringat juga memenuhi wajahnya.

Terlihat jelas bahwa dia bimbang bukan main, namun akhirnya dia telah berkata :

"Ciang.... Ciang Ku Su berada.... berada.... aaakkkkhhh!"

Belum lagi dia dapat menyelesaikan perkataannya itu, orang tersebut telah mengeluarkan

suara jerit mengerikan sekali.

Terlihat jelas sekali, sebatang pisau pendek telah menancap tepat diulu hatinya.

Seketika itu juga orang ini menemui kematiannya.

Eng Song melepaskan mayat orang tersebut, dan memutar tubuhnya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

157

Kolektor E-Book

Belum lagi Eng Song sempat menegur, seorang lelaki gemuk pendek, telah menegur

dengan suara yang menyeramkan : "Ada urusan apa kau mencari majikan kami?" suara

tegurannya itu tawar dan tidak mengandung perasaan, sehingga terdengar begitu menakutkan

sekali.

Sedangkan dibelakang orang itu telah mengikuti enam orang lainya, yang kesemuanya

berpakaian busu, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki Boge, apa lagi sinar mata mereka

memang memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.

"Hemmmm..... memang didalam hal ini kalian merupakan serigala-serigala bermuka

manusia!" kata Eng Song dengan mendongkol. "Sampai kawan seadiri juga tega kalian bunuh

begitu saja!"

Si pendek gemuk itu telah tertawa dingin, katanya tawar :

"Bocah..... engkau terlalu banyak berkata dan mementang mulut! Juga engkau telah terlalu

usil ingin mencampuri urusan kami...!" dan membarengi dengan habisnya perkataan orang

tersebut, maka terlihat jelas sekali dia telah menggerakkan tangan kanannya.

Gerakan yang dilakukan itu bukan main kuatnya, dan juga mengandung kekuatan yang

dahsyat sekali.

Dengan sendirinya, Eng Song terperanjat, karena orang bertubuh pendek gemuk itu

memiliki kekuatan tenaga dalam yang kuat sekali.

Di kala Eng Song melompat kesamping mengelakan serangan itu, maka tenaga serangan si

gemuk tidak berhasil mengenai sasaran itu, telah menghantam sebungkah batu besar.

Dan hebatnya, batu itu telah muncrat sehingga menjadi puing-puing kecil.

Hal itu telah memperhatikan betapa tangguhnya kekuatan tenaga lwekang orang bertubuh

gemuk itu.

Dan jika tubuh seorang manusia terhajar telak oleh serangan tersebut, bisa dibayangkan,

akan hancur lumat! Sedangkan batu yang keras saja telah hancur berantakan.

Disaat itulah, orang bertubuh pendek gemuk itu jadi sangat murka.

Dengan penasaran dia telah mengeluarkan suara bentakan lagi.

Dan dia telah melancarkan serangan yang lebih kuat lagi.

Kali ini orang yang bertubuh pendek gemuk itu sekaligus melancarkan serangan dengan

dua jurus, kekiri dan kekanan seperti juga akan mengurung agar Eng Song tidak memiliki

kesempatan buat dapat menghindarkan diri.

Saat itu Eng Song yang melihat tangan si gemuk pendek yang telengas seperti itu, tentu

saja jadi murka. Kali ini Eng Song tidak melompat mundur atau berusaha mengelakkan diri.

Dia telah mengempos semangatnya dan telah melancarkan tangkisan dengan mengerahkan

sebagian besar dari tenaganya pada kedua telapak tangannya.

"Plakkkkkk!!"

Terdengarlah suara bentrokan antara dua kekuatan tenaga dalam yang bukan main, disusul

oleh suara seruan tertahan dari orang bertubuh pendek gemuk itu, karena dia telah terhuyung
huyung akan rubuh.

Eng Song tidak mau membuang-buang waktu.

Dengan mengeluarkan suara seruan nyaring, dia telah melompat menerjang maju kearah si

gemuk pendek itu sambil melancarkan serangan lagi.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

158

Kolektor E-Book

Tentu saja kegesitan yang diperlihatkan oleh Eng Song telah membuat si gemuk pendek

jadi terperanjat bukan main, dia tengah terhuyung begitu akan rubuh, mana dia memiliki posisi

yang baik dalam keadaan demikian? Jika dia memaksakan diri untuk merangkis, tentunya akan

membuat dia rubuh terjungkel dan menderita luka didalam yang tidak ringan.

Sedang si gemuk terkejut begitu, tiba-tiba berkelebat beberapa sosok bayangan. Rupanya

keenam kawan dari si gemuk pendek itu telah melancarkan serangan untuk menangkis serangan

yang dilancarkan Eng Song.

Dan tangkisan mereka itu benar-benar sangat kuat, disamping dua orang diantara mereka

telah melancarkan serangan kearah jalan darah mematikan dipunggung Eng Song.

Tentu saja mau tidak mau memang Eng Song harus menarik pulang serangannya jika dia

tidak mau terserang olch terjangan keenam kawannya si gemuk pendek.

Dan dia telah melompat mundur kebelakang, untuk membebaskan diri dari kepungan

keenam orang itu.

Dengan cara begitu, si gemuk pendek juga telah tertolong oleh kawan-kawannya.

Dia telah berhasil diselamatkan dari serangan yang dilancarkan oleh Eng Song.

Kenyataan seperti ini tentu saja telah membuat Eng Song jadi mendongkol sekali.

Dengan mengeluarkan seruan keras, dia telah menekuk sedikit kedua lututnya.

Tahu-tahu kedua tangannya telah digerak-gerakkannya dengan kuat sekali.

Dari kedua telapak tangannya itu telah rneluncur keluar angin serangan yang kuat bukan

main.

Dan bagaikan angin puyuh, tampak tubuh keenam kawan si gemuk telah terlontarkan,

terpelanting diatas tanah, kejengkang dalam keadaan pingsan!

Semangat si gemuk pendek tentu saja jadi terbang bagaikan meninggalkan raganya.

Karena biar bagaimana memang dia telah melihatnya bahwa kepandaian Eng Song luar

biasa sekali. Seperti tadi sekali menggerakkan sepasang tangannya, dia telah berhasil untuk

merubuhkan keenam orang kawan-kawannya. Tentu saja hal itu merupakan suatu kejadian yang

sangat langka, apa lagi mengingat keenam orang kawannya itu masing-masing memang

memiliki kepandaian yang cukup tinggi.

Si gemuk bertubuh pendek, tanpa berpikir dua kali telah membalikkan tubuhnya.

Maksudnya akan mengangkat kaki seribu untuk kabur meninggalkan tempat itu

menyelamatkan jiwanya.

Namun apa celaka, Eng Song yang memang tengah berada dalam keadaan gusar sekali,

telah mengeluarkan suara bentakan nyaring. Dan sepajang tangannya itu kembali telah bergerak

melancarkan serangan kepada si gemuk pendek.

Telak sekali serangkum angin serangan yang meluncur keluar dari kedua telapak

tangannya itu menghantam punggung si gemuk pendek, maka tanpa ampun tubuhnya yang

gemuk pendek itu telah terjungkel ngusruk, dan telah mencium tanah, lalu pingsan tidak

sadarkan diri!

Eng Song telah berdiri tegak seperti semula, dia telah menghela napas.

"Hemmm... ternyata kepandaian mereka hanya kepandaian bangpak belaka!!" kata Eng

Song mengumam seorang diri saking mendongkolnya.

"Ya... memang anak buahku itu tidak punya gunanya!" kata suara yang telah mengejutkan

Eng Song, karena terdengar begitu tiba-tiba sekali. "Mereka memang tidak memiliki kepandaianCHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

159

Kolektor E-Book

apa-apa.... tetapi apakah aku boleh mengetahuinya mengapa kau telah begitu bernafsu untuk

mencari diriku?"

Eng Song membalikkan tububnya, dia melihatnya seorang lelaki bertubuh tinggi kurus,

dengan wajah yang pucat dan sepasang mata yang cekung dan rambut yang jarang. Hanya dari

matanya yang cekung itu memancarkan sorot yang sangat tajam sekali. Dengan sendirinya

memperlihat kewibawaan dari orang itu, mau tidak mau memang terlihat agung dan angker

sekali, penuh kewibawaan, karena dari sorot matanya yang tajam itu memperlihatkan bahwa dia

memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan tenaga dalam yang sangat sempurna sakali.

"Siapa kau?" tanya Eng Song dengan suara yang dingin.

"Aku orang yang sedang kau cari!" menyahuti orang yang kurus itu.

"Ihhh, engkaukah Ciang Ku Su?" tegur Eng Song tambah terkejut. Karena tadi saja dia

memang telah terkejut, sebab dia telah melihatnya betapa memang kenyataannya Eng Song tidak

dapat mengetahui kapan orang itu berada ditempat tersebut, hal itu memperlihatkan bahwa

ginkang (ilmu peringan tubuh) dari orang itu sangat tinggi sekali.

"Benar! Tepat sekali!" kata orang yang ternyata Ciang Ku Su. "Akulah orang yang kau

cari! Ada urusan apakah sehingga engkau begitu bernafsu untuk bertemu denganku?"

"Aku ingin menanyakan juga kepadamu, mengapa setiap orang yang lewat dipegunungan

Po-ling-san harus dibinasakan? Bukankah kalau aku memiliki kepandaian yang rendah, akupun

telah terbinasa ditangan orang suruhanmu, Bwee Siang Kwan?"

Mendengar perkataan Eng Song, wajah Ciang Ku Su tampak berobah, sepasang matanya

tampak agak menyipit, namun akhirnya tampak biasa lagi, wajahnya pulih seperti semula dan

telah tersenyum tawar.

"Itu merupakan peraturanku!" katanya kemudian dengan suara yang hambar.

"Peraturan yang gila!"

"Hemmm, setiap peraturan harus ditaati dan dilaksanakan.

"Tetapi kukira Po-ling-san bukan milikmu!" kata Eng Song.

"Hemmm, walaupun begitu, namun kenyataannya memang sangatlah menarik sekali jika

ada orang yang membandel melewati jalan itu dan menemui kematian! Coba kau bayangkan,

bukankah itu merupakan suatu hal yang menarik sekali! Aku telah mengeluarkan sejumlah yang

tidak sedikit, maka dari itu, peraturan yang diadakan memang harus dilaksanakan!"

Dan setelah berkata begitu, Ciang Ku Su telah tertawa dingin berulang kali.

Seperti juga dia tengah meremehkan Eng Song.

Tentu saja Eng Song tambah gusar saja melihat sikap orang she Ciang yang ugal-ugalan

ini.

"Hemmmmm....... jika begitu, manusia sebangsa kau ini memang harus dibasmi!!" kata

Eng Song dengan suara yang tidak kalah dinginnya. "Dan juga memang harus dapat pula kau

pertanggung jawabkan segala kejahatan yang telah kau lakukan!"

Dan setelah berkata begitu, tahu-tahu tangan kanan Eng Song bergerak secepat kilat,

disusul suara bentakannya : "Jaga serangan.....!"

Gerakan yang dilakukan oleh Eng Song sesungguhnya merupakan serangan yang bukan

main kuatnya, dan mengandung tenaga serangan yang dahsyat.

Tetapi Ciang Ku Su hanya tampak berdiri tenang-tenang saja ditempatnya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

160

Kolektor E-Book

Waktu serangan yang dilancarkan oleh Eng Song hampir tiba, dengan cepat sekali dia telah

menggerakkan tangan kanannya, menyentil keras.

"Trakkkkkk!!"

Jari tangannya berhasil menyentil telapak tangan Eng Song.

Aneh!

Dan memang cukup luar biasa. Begitu telapak tangan Eng Song kena disentil oleh Ciang

Ku Su, tubuh pemuda ini tergetar, dia merasakan seperti ada serangkum angin serangan yang

terlalu kuat merangsek pada dirinya.

Tentu saja Eng Song jadi merasa kaget bukan main, dia segera menyadari bahwa Ciang Ku

Su memang memiliki kepandaian yang sangat tangguh dan tidak bisa dibuat main.

Tetapi Ciang Ku Su juga tidak kurang perasaan kagetnya, karena dia merasakan tangannya

itu sakit bukan main.

Tenaga serangan dari Eng Song juga telah menggetarkan kuda-kuda kakinya.

Kalau memang sejak tadi Ciang Ku Su tidak bersiap sedia dengan kepandaian dan tenaga

yang dikerahkan, tentunya kuda-kuda kedua kakinya itu akan tergempur dan dia akan terhuyung.

Karena peristiwa tersebut, dengan sendirinya Ciang Ku Su jadi kaget dan menduga-duga

entah siapa pemuda yang tangguh ini.

Dan juga Ciang Ku Su telah memperhatikan tadi cara menyerang dari Eng Song, namun ia

tidak berhasil menemui siapa sesungguhnya guru dari pemuda dihadapannya ini, dan juga dari

aliran mana.

Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, disaat itu Eng Song cepat bukan

main telah melancarkan serangan lagi.

Gerakan yang dilakukannya itu mengandung tenaga serangan yang dahsyat.

Sepasang tangannya telah bergetak berbareng, dan tangan kanannya itu menyilang didepan

dadanya, kaki kirinya dimajukan dua dim dan ditekuk sedikit, lalu tubuhnya doyong kesebelah

kanan, setelah itu Eng Song mengeluarkan suara bentakan keras, dengan mengibaskan kedua

tangannya itu sekaligus.

Gerakan yang dilakukan oleh Eng Song ini bukan main kuatnya.

Dan segera juga terlihat angin serangan yang menyambar kearah Ciang Ku Su telah

membuat tubuh orang she Ciang itu bergoyang-goyang.

Hal ini menunjukkan bahwa tenaga serangan yang dilancarkan oleh Eng Song bukan main

kuatnya.

Di samping itu, tampak juga betapa serangan yang terlalu hebat itu, juga di samping tenaga

yang ampuh, dan juga di samping kekuatan yang dilancarkan oleh Eng Song, telah membuat

terkejut orang she Ciang itu.

Setidak-tidaknya, dengan adanya kejadian seperti itu telah membuat Ciang Ku Su

mengeluarkan seruan keras dan cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya, disalurkan pada

kedua tangannya lalu menangkis.

Dengan cara demikian, berarti dia telah mempengunakan keras dilawan dengan keras.

Dan biasanya jika keras dilawan dengan kekerasan, maka disaat itulah merupakan suatu

penentuan untuk dua orang jago yang masing-masing memiliki tenaga lwekang yang sangat kuat.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

161

Kolektor E-Book

Dan bertempur dengan mempergunakan mengadu kekuatan tenaga dalam seperti malah

lebih berbahaya jika dibandingkan dengan cara bertempur mempergunakan senjata tajam.

Karena jika ada salah seorang diantara kedua orang yang tengah mengadu kekuatan yang

lebih lemah tenaga dalamnya, tentu akan membuat lawan tersebut rubuh terguling dan juga akan

binasa dengan luka yang berat. Atau seringan-ringannya akan menderita luka didalam yang

parah dan menyebabkan tubuhnya menjadi bercacad.

Di antara semua itu tampak jelas sekali, bahwa segalanya yang ada telah menyebabkan

kedua orang itu telah melakukam tindakan untuk saling gempur.

Begitu juga halnya dengan Eng Song dan Ciang Ku Su.

Kedua orang ini telah melancarkan tenaga dalam mereka masing-masing.

Terdengar suara benturan yang keras kembali.

Namun disaat itulah Ciang Ku Su mengeluarkan suara seruan keras, karena tubuhnya

seketika itu pula telah kejengkang disampok oleh kekuatan tenaga dalam yang berada diluar

dugaannya.

Ternyata Eng Song yang tengab bergusar, telah mempergunakan ilmu simpanannya.

Dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang luar biasa kuatnya.

Di antara mendesirnya angin serangan yang kuat itu, maka tubuh Ciang Ku Su telah

terpelanting.

Dengan penuh kemurkaan, dengan cepat Ciang Ku Su telah mencelat bangun.

Dan telah melompat akan melancarkan serangan lagi kepada Eng Song dengan murka.

Namun Eng Song mana mau memberikan kesempatan kepada Ciang Ku Su? Begitu

melihat Ciang Ku Su melompat bangkit, dia telah melancarkan serangan lagi.

Malah serangan yang dilancarkannya bukan main kuatnya.

Tenaga dalam yang bukan main kuatnya, sehingga membuat tubuh Ciang Ku Su bergetar

keras sekali.

Namun Ciang Ku Su juga bukan orang sembarangan. Tidak percuma dia telah memiliki

anak buah yang masing-masing memiliki kepandaian yang tinggi.

Maka dari itu, disaat tubuhnya tengah bergoyang-goyang seperti akan rubuh itu, dia telah

mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, lalu tangan kanannya dihantamkan keras sekali,

dan tangan kirinya dengan jari tangan terpentang akan menghantam batok kepala Eng Song.

Gerakan yang dilakukan oleh Ciang Ku Su ini sangat nekad sekali.

Karena dia sudah tidak memperdulikan serangan Eng Song pada dirinya.

Yang diinginkan olehnya asal dapat menghantam telak batok kepala Eng Song.

Tentu saja hal ini telah mengejutkan Eng Song, sebab pemuda ini menyadari betapa

hebatnya tenaga serangan yang pergunakan oleh Ciang Ku Su.

Dan yang paling berbahaya adalah tengan kiri dari Ciang Ku Su, yang telah meluncur akan

menghantam batok kepalanya.

Dengan mengeluarkan seruan keras, Eng Song menarik pulang tangan kanannya, dia akan

mengibaskan tangan kanannya itu untuk menangkis.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

162

Kolektor E-Book

Dan disaat itulah, Eng Song yang mengangkat kepalanya untuk menangkis serangan

tangan kiri Ciang Ku Su, jadi mementang matanya karena dia sangat terkejut bukan main.

Dilihatnya tangan kiri dari Ciang Ku Su hanya memiliki empat jari belaka, sebab jari

kelingkingnya telah terputuskan!

Tentu saja apa yang dilihatnya ini tidak pernah diduga sebelumnya.

Dengan mengeluarkan suara raungan Eng Song menangkis keras.

Tubuh Ciang Ku Su terpental keras dan ambruk bergulingan ditanah.

Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang bukan main tingginya, dia telah

melompat bangun kembali tanpa kurang suatu apapun juga.

Saat itu Eng Song telah berdiri tegak dengan sikap yang bengis sekali.

"Hemmm.... kiranya engkau! Kebetulan sekali, memang aku tengah mencari-cari engkau!

Siapa tahu Ciang Ku Su ternyata adalah musuh besarku juga!!" mendesis Eng Song dengan suara

yang dingin.

Ciang Ku Su sebetulnya tengah murka sekaIi karena dirinya bisa dirubuhkan begitu rupa

oleh lawannya, dia bermaksud akan melancarkan serangan lagi dengan gerakan yang cepat.

Namun mendengar perkataan Eng Song, dia jadi melengak kaget dan heran.

"Hemmm, siapa kau sesungguhnya?" bentak Ciang Ku Su bengis.

"Aku she Ma dan bernama Eng Song! Namun keluargaku tidak memiliki sangkut paut apa

dengan peristiwa ini! Namun engkau ingat tidak dengan Ang Sam Kay? Pengemis tua yang

malang dan telah kau hadiahi dengan telapak tangan kirimu didadanya itu setelah kau

membinasakan kedelapan hweshio pengurus kuil Ban song sie?"

Mendengar perkataan Eng Song, muka Ciang Ku Su berobah hebat.

Dia sampai mengeluarkan seruan terperanjat dan undur kebelakang beberapa langkah.

Tampaknya dia terkejut bukan main dan telah memandang dengan sorot mata bertanya
tanya.

"Hemmmm.... engkau ada sangkut paut dan hubungan apa dengan Ang Sam Kay?!"

tegurnya kemudian dengan suara yang bengis.

"Aku adalah orang yang pernah ditolong oleh paman Ang Sam Kay, maka dari itu, akupun

sekarang harus membalaskan sakit hatinya! Ohhh, Thian sungguh memiliki mata, sehingga aku

telah diberikan kesempatan untuk bertemu dengan pernbunuh Ang Sam Kay!"

Muka Ciang Ku Su berobah lagi, tampak tubuhnya juga agak tergetar.

Saat itu Eng Song yang telah yakin bahwa orang ini adalah yang telah membinasakan Ang

Sam Kay, telah mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main.

Tampak tubuhnya telah mencelat tinggi sekali, dia telah melancarkan serangan dengan

mempergunakan kedua telapak tangannya.

Karena mengetahui bahwa orang yang ada dihadapannya sebagai lawan ini adalah orang

yang tengah dicari-carinya yang telah membinasakan Ang Sam Kay, maka Eng Song

melancarkan serangan yang jauh lebih hebat dari serangannya yang semula.

Cepat sekali serangan Eng Song menyambar datang, dan tenaga serangan itu menderu-deru

keras bukan main.

Di saat itulah, terlihat sesuatu hal yang sangat mengerikan sekali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

163

Kolektor E-Book

Dengan cepat bukan main, Ciang Ku Su tidak mau diam.

Dia juga telah menangkisnya.

Biar bagaimana kagetnya Ciang Ku Su, tetap saja dia harus menangkisnya, karena dia

menyadarinya bahwa tenaga-tenaga serangan yang dipergunakan oleh Eng Song merupakan
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan yang mematikan.

Maka dari itu, Ciang Ku Su tidak mau jika harus bercelaka dibawah tangan Eng Song.

Itulah sebabnya dia telah menangkisnya.

Dia melakukan tangkisannya itu dengan mengerahkan hampir seluruh kekuatan tenaga

lwekangnya.

Dan terjadilah bentrokan yang hebat sekali.

Celakalah buat Ciang Ku Su!

Karena begitu tenaga mereka saling bentrok dengan keras, disaat itu pula telah terjadi

benturan yang tidak kepalang tanggung.

Dan tampak jelas sekali, tubuh dari Ciang Ku Su telah terpental keras.

Sedangkan Eng Song telah berdiri tegak dengan tubuh yang kaku, mengandung kekuatan

tenaga dalam yang melindungi seluruh tubuhnya itu.

Mata Eng Song juga telah memandang dengan sorot mata sangat tajam sekali. Tampakaya

dia begitu bernafsu sekali untuk turun tangan mencabut nyawa dari orang yang telah

membinasakan Ang Sam Kay. Memang dihadapan kuburan Ang Sam Kay, Eng Song pernah

bersumpah bahwa ia akan membalaskan sakit hatinya.

Maka dari itu, sekaranglah saatnya.

Melihat Ciang Ku Su telah rebah terguling-guling ditanah begitu rupa, dia telah

mendengus dengan suara mengejek.

"Hemmmm....!" dengusnya. Dan juga Eng Song telah menggerakkan kedua tangannya

dengan cara terbuka, dia menggerakkan perlahan-lahan, seperti sedang menebarkan sesuatu!

Dan tampaklah, dikedua telapak tangan Eng Song berbintik-bintik merah, sehingga

tampaknya bagaikan ada cairan darah yang memenuhi kedua telapak tangannya itu.

Dan yang mengejutkan hati Ciang Ku Su, dia telah melihatnya, betapa dari kedua telapak

tangan Eng Song seperti mengalir keluar angin serangan yang berkelompok kecil-kecil, sehingga

menyerupai bunga-bunga tenaga gempuran.

Ciang Ku Su mengeluh.

Namun biar bagaimana memang Ciang Ku Su memiliki kepandaian yang tinggi, dia mana

mau dicelakai begitu rupa oleh lawannya.

Dengan cepat telah melompat berdiri, berusaha untuk menjauhkan diri.

Namun serangan gelombang dari tenaga dalam dari yang telah mengalir keluar itu

bagaikan bunga-bunga yang telah berguguran mengurung diri Ciang Ku Su.

Merasakan betapa tekanan dari gelebung tenaga serangan itu bukan main hebatnya,

menimbulkan perasaan sakit dan napasnya menyesak, Ciang Ku Su mengeluarkan suara jeritan

kaget, lalu berusaha menyalurkan seluruh kekuatan yang ada padanya.

Disertai oleh gerangannya yang menyeramkan, dia telah menggerakan kedua tangannya

dengan sekaligus juga mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

164

Kolektor E-Book

Maka disaat itulah telah terjadi suatu hal yang sangat mengejutkan.

Karena begitu tenaga dalam yang disalurkan oleh Ciang Ku Su itu menyambar datang,

maka itulah telah terdengar suara bentrokkan yang keras sekali.

Disusul juga oleh terpentalnya tubuh Ciang Ku Su keras sekali.

Dia telah terguling-guling ditanah dan mengeluarkan suara erang kesakitan.

Tampaknya akibat bentrokan tenaga dalam diantara mereka berdua, maka Ciang Ku Su

merasakan tenaga dalamnya itu telah bergolak, sehingga hawa murni ditubuhnya telah tergempur

dan dia telah menderita luka yang tidak ringan.

Sedangkan Eng Song sendiri juga terkejut sekali, karena waktu tenaganya saling bentrok

dengan tenaga serangan Ciang Ku Su, dia merasakan pergelangan tangannya nyeri dan napasnya

menyesak.

Dia cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya dan menyalurkannya. Untuk memulihkan

goncangan yang diterimanya.

Dengan cepat sekali, dia telah mengeluarkan bentakan lagi dan melancarkan serangan pula.

Gerakan yang dilancarkan oleh Eng Song merupakan serangan yang mengandung tenaga

menggempur yang bukan main hebatnya, sehingga tubuh dari Ciang Ku Su telah bergoyang
goyang akan rubuh.

Ciang Ku Su mati-matian telah berusaha mempertahankan diri dengan mengerahkan

seluruh kekuatan yang ada padanya, namun dia gagal.

Tubuhnya telah terpental lagi.

Ketika ambruk diatas tanah, dia telah memuntahkan darah segar.

Tentu saja hal ini mau tidak mau memang membuat Ciang Ku Su jadi pecah nyalinya.

Tadinya dia menyangka bahwa pemuda ini tentunya tidak sehebat apa yang dilihatnya

sekarang. Setidak-tidaknya usia Eng Song yang masih begitu muda, tentu hanya memiliki

kepandaian biasa saja.

Maka dari itu, tadi dia telah memandang sebelah mata dan meremehkannya.

Namun siapa sangka, sekarang Ciang Ku Su telah melihatnya bahwa tenaga serangan Eng

Song luar biasa.

Malah yang hebat, dia telah berulang kali dirubuhkan oleh Eng Song.

Inilah suatu hal yang belum pernah terjadi seumur hidupnya, mau tidak mau mengejutkan

hatinya.

Apa lagi sekarang ini memang dia telah memuntahkan darah.

Dengan murka dia memandang bengis kepada Eng Song, biar bagaimana dia jadi kalap dan

nekad dan bermaksud akan mengadu jiwa dengan Eng Song untuk mati bersama-sama.

Hal itu disebabkan karena Ciang Ku Su merasa malu telah dirubuhkan berulang kali oleh

lawannya. Maka dari itu, dengan sendirinya dia telah bermaksud menebus rasa malunya itu. Dia

bertekad biar bagaimana memang harus dapat membinasakan Eng Song.

Namun kenyataannya, Eng Song terlalu tangguh.

Dengan tenang, Eng Song juga telah membalas tatapan Ciang Ku Su.

Sikap Eng Song tenang dan menanti saja. Dia telah tersenyum mengejek juga.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

165

Kolektor E-Book

Dengan tubuh gemetaran karena mengerahkan dan menyalurkan seluruh tenaga yang ada

padanya, Ciang Ku Su tahu-tahu telah menjejakan kakinya.

Tubuhnya telah mencelat ketengah-tengah udara dengan gerakan yang cepat sekali.

Dia telah melancarkan serangan yang luar biasa bukan main, mengandung kekuatan yang

mematikan.

Di saat itulah, dengan cepat Eng Song mengempos semangatnya. Dia menangkis lagi.

"Bukkkkkkk!!" buyarlah gelembung-gelembung dari tenaga dalam Eng Song, karena

bentrokan yang terjadi.

Tetapi tenaga yang bergelembung dan telah buyar itu bukan untuk lenyap. Melainkan telah

mengurung diri Ciang Ku Su, lalu menimpah dari berbagai arah.

Dengan cepat sekali terdengar suara jeritan yang keras, disertai oleh tubuh Ciang Ku Su

yang telah berguling-guling ditanah.

Dengan sendirinya, hal ini memperlihatkan bahwa Ciang Ku Su menderita sekali.

Maka dari itu, tidak membuang kesempatan yang ada, Eng Song kembali telah mengempos

semangat dan tenaga dalamnya, dia telah melancarkan serangan lagi dengan gerakan yang luar

biasa kuatnya.

"Bukkkkk!" tubuh Ciang Ku Su telah dihantam telak sekali oleh tenaga serangan Eng

Song.

Tubuh Ciang Ku Su telah melambung ketengah udara dengan cepat, dan tampaknya akan

terbanting keras ditanah.

Namun Ciang Ku Su benar-benar kedot. Sebelum tubuhnya terbanting ditanah, dia telah

berjumpalitan dengan tubuh yang mengejang kaku, dan bagaikan selempeng papan, tubuh itu

meluncur turun.

Ketika kedua kakinya hinggap diatas tanah, maka secepat kilat dia telah melancarkan

serangan dengan kekuatan tenaga dalam yang bukan main hebatnya.

Rupanya Ciang Ku Su selain bersakit hati juga penasaran sekali.

Maka dari itu, tanpa memperhitungkan kembali bahaya yang bisa menimpah dirinya, dia

telah melancarkan serangan yang begitu hebat.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main kerasnya dan mengandung tenaga serangan

yang dahsyat sekali, sehingga terlihat betapa kedua tangannya itu seperti bertambah panjang

beberapa dim, dan telah terjulurkan akan mencengkeram berbareng menghantam dada Eng Song.

Eng Song mendengus tertawa dingin mengejek, tahu-tahu tubuhnya telah berputar.

Dengan cara berputar begitu, maka tenaga serangan dari Ciang Ku Su telah di lenyapkan.

Dan membarengi dengan lenyapnya tenaga serangan tersebut. Eng Song telah membarengi

dengan menghantamkan kembali pukulan gelembung Bunganya itu.

Gerakan yang dilakukan oleh Eng Song bukan main dahsyatnya.

JILID 10

HAL ITU disebabkan Eng Song telah berpikir, dia tidak boleh terlalu berayal lagi

menghadapi lawannya ini. Dan dia memang tidak boleh terlalu lama memberikan kesempatan

pada Ciang Ku Su hidup terus, berarti hanya akan merongrongnya belaka.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

166

Kolektor E-Book

Itulah sebabnya kali ini Eng Song telah melancarkan serangan yang menentukan.

Selain tenaga serangannya itu telah semakin keras dan kuat, juga telah mengincar bagian

yang sangat berbahaya sekali ditubuh Ciang Ku Su.

Ciang Ku Su yang melihat serangannya itu dapat dielakkan oleh lawannya, jadi murka.

Dia tidak memperdulikan ancaman tenaga serangan Eng Song, melainkan telah

melancarkan pukulan berikutnya pula dengan nekad.

"Braakkkkkk! Bukkkkk!" terdengar dua kali suara benturan yang keras.

Dan tampak tubuh Ciang Ku Su terpental keras.

Dan tampak tubuh Ciang Ku Su telah terpental keras, begulingan ditanah setelah terbanting

dengan keras. Begitu juga Eng Song, pemuda berbaju putih ini telah terlempar dan rubuh diatas

tanah.

Namun dengan cepat Eng Song bangkit kembali, cuma kepalanya dirasakan agak pening

akibat gempuran tenaga dalam Ciang Ku Su.

Sedangkan Ciang Ku Su sendiri merasakan dunia seperti berputar dan langit seperti runtuh

menimpah kepalanya. Dia mengeluh.

Namun sungguh luar biasa Ciang Ku Su ternyata seorang yang kedot sekali.

Dia dapat berdiri kembali, walaupun tidak segesit Eng Song.

Diam-diam Eng Song jadi merasa kagum juga melihat kekedotan lawannya itu.

Ciang Ku Su telah diserangnya berulang kali dengan hantaman yang keras dan mematikan.

Namun selama itu Ciang Ku Su masih juga dapat untuk berdiri pula dengan memberikan

perlawanan yang gigih pada Eng Song.

Itulah suatu daya tahan yang sangat mengagumkan sekali.

Namun Eng Song teringat juga bahwa lawannya ini adalah manusia yang telah membunuh

Ang Sam Kay, dan merupakan musuhnya.

Mau tidak mau, biar bagaimana Ciang Ku Su harus dibinasakan.

Maka dari itu, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main, tampak Eng

Song telah melompat pula dengan gerakan tubuh yang ringan, badannya telah melambung

ditengah-tengah udara, disamping itu kedua tangannya telah digerakkan dengan cepat sekali, dia

telah menghantam.

Gerakan yang dilakukan oleh Eng Song telah mengejutkan Ciang Ku Su.

Dia merasakan semangatnya terbang meninggalkan raganya. Nyalinya telah pecah disaat

itu juga.

Biar bagaimana Ciang Ku Su seorang manusia juga, walaupun dia merupakan seorang jago

yang memiliki kepandaian yang luar biasa.

Maka dari itu, tidak mengherankan jika disaat menghadapi bahaya kematian seperti itu, dia

jadi menggidik ngeri juga.

Dan segera pula dia jadi terpikir untuk melarikan diri saja.

Cepat bukan main, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang keras sekali.

Tahu-tahu tangannya itu telah digerakkan untuk menangkis.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

167

Kolektor E-Book

Namun kali ini Ciang Ku Su menangkis dengan mempergunakan siasat.

Waktu dia menangkis, seakan juga dia telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga

dalamnya.

Dan setelah itu, disaat tenaga mereka akan bentrok. Ciang Ku Su telah menarik pulang

tenaga dalamnya dan telah meminjam tekanan tenaga dalam dari Eng Song, sehingga tubuhnya

telah mencelat sejauh belasan tombak! Karena Ciang Ku Su juga telah membarengi dengan

jejakkan kakinya, membuat tubuhnya dapat melambung begitu jauh.

Setelah kedua kakinya menginjak tanah, dia memutar tubuhnya untuk kabur.

Eng Song terkejut melihat tubuh Ciang Ku Su yang terpental sampai belasan tombak dia

memandang kesima. Tetapi akhirnya pemuda ini tersadar apa yang telah terjadi, maka dengan

penuh kegusaran Eng Song telah membentak dengan suara yang nyaring sekali :

"Hendak kabur kemana kau?" teriaknya dengan suara yang bengis.

Dan suara bentakannya itu bukan main bengisnya, tubuhnya juga dengan cepat telah
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencelat dan mengejar lawannya itu.

Ciang Ku Su mengempos seluruh sisa tenaganya, dia telah berusaha untuk melarikan diri.

Namun biar bagaimana dia juga agak kuatir kalau-kalau dirinya dapat dikejar oleh

lawannya.

Dia memiliki pikiran dan kekuatiran seperti itu, karena Ciang Ku Su melihatnya Eng Song

mengejarnya dengan gerakan yang ringan dan cepat sekali.

Ciang Ku Su jadi mengeluh sendirinya.

Tetapi dia juga terus pula mengerahkan seluruh sisa tenaganya, berusaha melarikan diri

menjauh dari lawannya itu. Apa yang dilakukannya itu untuk melepaskan diri dari kejaran yang

dilakukan oleh Eng Song.

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 13 ?????????

ENG SONG gusar sekali melihat kelicikan lawannya itu, karena tadi dia telah

mengerahkan tenaga dan meminjam tenaga serangan Eng Song untuk melepaskan diri. Dengan

cara begitu Ciang Ku Su telah memperlihatkan kelicikannya dan untuk menyelamatkan jiwanya.

Tetapi Eng Song mana mau melepaskan lawannya begitu saja?!

Dengan cepat dia telah mengempos seluruh kekuatan yang ada padanya, dia telah

mengejarnya seperti juga tubuhnya itu terbang.

Sepasang kakinya bagaikan tidak menginjak tanah, dan didalam waktu yang sangat singkat

sekali dia telah dapat memperpendek jarak mereka, hanya terpisah beberapa tombak lagi saja.

Di saat itulah Eng Song telah memperhitungkannya masak-masak.

Dengan mengeluarkan suara seruan yang keras, dia telah mengayunkan sepasang


Pendekar Naga Geni 16 Pembalasan Rikma Pendekar Mabuk 022 Lentera Kematian Shugyosa Samurai Pengembara 1

Cari Blog Ini