Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 6

Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 6

tangannya yang didorongnya kemuka, dan bentaknya : "Rubuhlah kau!!"CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

168

Kolektor E-Book

Saat itu Ciang Ku Su tengah berlari-lari dengan perasaan takut mulai menguasai jiwanya.

Tiba-tiba dia merasakan punggungnya seperti juga dihantam keras sekali oleh sesuatu, dia

mengeluarkan seruan kaget dan telah terguling rubuh ditanah.

Pandangan matanya juga seketika itu pula telah gelap, dan dia telah gemetaran diatas

tanah.

Hal itu disebabkan yang dihantam oleh kekuatan tenaga lwekang Eng Song adalah jalan

darah Pian-sian-hiatnya Ciang Ku Su.

Dengan sendirinya, dia jadi begitu menderita kesakitan.

Dengan cepat Eng Song telah tiba didekatnya.

"Hemmmm....... biar bagaimana hari ini engkau tidak mungkin lolos dari kematian!!" kata

Eng Song dengan suara yang dingin.

Dan sambil berkata begitu, Eng Song telah mengayunkan tangan kanannya, tenaga

dalamnya telah disalurkan pada telapak tangannya itu. Karena dia bermaksud akan menghajar

hancur batok kepala lawannya.

Tentu saja hal ini telah membuat Ciang Ku Su ketakutan bukan main. Dia merasakan

menyambarnya angin serangan yang kuat.

"Tahan!" teriaknya gugup.

Eng Song menahan telapak tangannya itu.

"Hemmmmmm, kau takut mampus?" bentak Eng Song dengan suara mengejek.

"Aku ingin mengatakan sesuatu!" kata Ciang Ku Su kemudian.

"Cepat katakan!"

"Yang membunuh......... yang membunuh........" tetapi Ciang Ku Su tidak sempat

meneruskan perkataannya itu.

"Engkau ingin mengatakan bahwa kematian Ang Sam Kay bukan disebabkan tanganmu,

bukan ?" tegur Eng Song dengan suara yang dingin.

Ciang Ku Su mengangguk cepat. Wajahnya tampak pucat pias sekali.

"Benar!"

"Hemmmmm, apakah kau anggap aku ini anak bayi yang bisa didustai oleh kau?" tanya

Eng Song dengan suara yang mengejek.

Namun belum lagi Eng Song sempat untuk meneruskan perkataannya itu, tampak pemuda

ini jadi mengeluarkan seruan tertahan, karena dengan tiba-tiba sekali Ciang Ku Su yang dalam

keadaan terdesak dan terjepit seperti itu telah menjadi nekad dan menghantamkan telapak

tangannya kearah perut Eng Song.

Hal itulah yang telah membuat Eng Song mengeluarkan suara teriakan kaget.

Namun pemuda ini memiliki mata yang jeli, dia dapat melihat gerakan lawannya, maka dia

berhasil untuk mengelakkan serangan tersebut dengan mengempiskan perutnya dan melompat

mundur kesamping.

Gerakannya itu menyebabkan serangan Ciang Ku Su jatuh ditempat kosong.

Dan tanpa membuang-buang waktu lagi Eng Song telah mengayunkan tangan kanannya.

Dihajarnya telak sekali batok kepala Ciang Ku Su keras bukan main.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

169

Kolektor E-Book

"Plakkkkkk!" pecahlah batok kepala dari orang she Ciang tersebut.

Segera pula darah bercampur poloh telah mengalir keluar.

Di antara semua itu, tanpa dapat megeluarkan suara jeritan lagi, tampak tubuh Ciang Ku Su

telah terguling diatas lantai.

Dia menggeletak tanpa bernyawa lagi......!

Melihat Ciang Ku Su berhasil dirubuhkannya, Eng Song berdiri sejenak sambil menghela

napas.

Dia merasa puas dan berduka. Karena dia merasa telah dapat menunaikan sumpahnya,

dapat membalas sakit hati Ang Sam Kay.

Tetapi berduka, karena Eng Song merasakan bahwa didalam rimba persilatan selalu terjadi

kekerasan. Siapa yang kuat pasti akan menang.

Hal inilah yang tidak menggembirakan hati Eng Song, mau tidak mau hal seperti ini telah

membuat Eng Song jadi berduka sekali.

Dengan cepat sekali, dia telah menyusutkan telapak tangannya yang berlumuran darah

lawannya itu pada bahu mayat Ciang Ku Su.

Setelah itu Eng Song menghela napas, dia menengadah kelangit.

"Paman pengemis Ang Sam Kay dan delapan pendeta yang telah terbunuh ditangan Ciang

Ku Su ini, semoga arwah kalian menjadi tenang dengan terbayarnya sakit hati kalian dengan

kematian orang she Ciang ini......!

Dan berulang kali Eng Song telah menghela napas panjang.

Di putar tubuhnya melangkah kecil-kecil dengan sikap lesu akan meninggalkan tempat itu.

Tetapi baru melangkah beberapa tindak, disaat itulah dia mendengar suara orang berkata

dengan suara mengandung ejekan :

"Hemmmmmm, kepandaian yang kau miliki itu bukanlah suatu kepandaian yang berarti

dan tidak bisa dibuat bangga!!" suara itu nyaring sekali.

Baru saja Eng Song ingin membalikkan tubuhnya untuk melihat orang yang mengeluarkan

kata-kata itu, tiba-tiba dia merasakan mendesirnya angin dingin dibelakang punggungnya.

Eng Song mendengus penuh kegusaran, karena segera juga dia menyadari bahwa dirinya

tengah diserang dengan cara membokong oleh seseorang.

Tanpa menoleh, Eng Song telah mengulurkan tangan kanannya kebelakang.

Dia menyentilnya..... Trikkkkksss!"

Dan seketika itu juga Eng Song merasakan sekujur tubuhnya seperti dikurung oleh hawa

dingin yang bukan main, seperti menyusut kedalam tubuhnya.

Tentu saja hati Eng Song jadi tercekat kaget, cepat-cepat pemuda ini telah mengempos

tenaga dalamnya, dia menyalurkan kesekujur tubuhnya.

Dan hawa dingin itu dapat diusirnya.

Namun belum lagi pemuda ini sempat melihat orang yang melancarkan serangan itu, telah

dirasakannya menyambar kembali serangan gelap itu.

Kembali Eng Song menangkisnya.

Dan kembali pula Eng Song merasakan serangan hawa dingin yang bukan main.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

170

Kolektor E-Book

Seketika itu juga si pemuda telah teringat kepada seseorang yang memiliki senjata yang

demikian. Dan Eng Song segera teringat bahwa senjata yang disentilnya itu pasti Sin Tan, peluru

ajaib yang dimiliki oleh Cu Sing Hong.

Teringat kepada gadis yang berpakaian serba putih itu, Eng Song jadi mendengus

mendongkol. Entah apa maunya gadis itu mempermainkan dirinya?.

Maka dari itu, sambil mengerahkan tenaga murni ditubuhnya, Eng Song telah

membalikkan tubuhnya.

Dan dilihatnya seorang wanita yang cantik bukan main, dengan pakaian serba putih, tengah

berdiri dijarak kejauhan dengan dirinya.

Gadis itu tampak tenang sekali, dia tengah memandang kearah Eng Song dengan seulas

senyum tersungging dibibirnya, senyuman mengejek.

Dengan sendirinya, mau tidak mau hal ini telah membuat Eng Song jadi tambah

mendongkol.

"Hemmm, kiranya Cu Sing Hong Kouwnio! Apa maksudmu melancarkan serangan gelap

padaku?" tegur Eng Song dengan suara yang tawar.

Muka gadis itu tampak berobah hebat waktu Eng Song menyebut namanya.

Tampaknya dia kaget sekali pemuda ini mengenali dirinya dan tahu namanya.

"Siapa engkau?" tegurnya dengan suara dingin. "Mengapa kau mengetahui aku bernama

Cu Sin Hong.

Eng Song tertawa dingin.

"Engkau belum menjawab pertanyaanku, maka mana ada bagusnya jika aku menjawab

pertanyaanmu itu?" ejek Eng Song.

Muka si gadis telah berobah dengan hebat, dia memandang dengan sorot mata yang tajam

bukan main.

"Hemmmmm... kau terlalu kurang ajar pemuda ceriwis!" katanya. "Memang aku telah

melihat sejak tadi, bahwa engkau bukanlah sebangsa manusia baik-baik!"

Tetapi Eng Song telah tertawa dingin.

"Hemmmm, engkau belum menjawab pertanyaan yang tadi!" katanya memperingati si

gadis.

Si gadis mendengus, lalu katanya : "Aku menginginkan jiwamu!"

"Tentu harus ada sebabnya!"

"Karena engkau telah membinasakan Ciang Ku Su..."

"Hanya itu saja?!"

"Ya!"

"Dan..... apa hubunganmu dengan Ciang Ku Su?" tanya Eng Song lagi.

"Tidak perlu kau tahu! Sekarang kau beritahu kepadaku, dari mana engkau mengetahui

namaku?!" bentak si gadis dengan suara yang dingin.

"Apakah kau lupa tempo hari pada seorang bocah yang bersama Ang Sam Kay?" tanya

Eng Song dengan suara yang tawar. "Itulah aku!"CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

171

Kolektor E-Book

"Ohhh...! si gadis telah mengeluarkan suara seruan tertahan. Memang dia mengenal Ang

Sam Kay, maka diingatkan dengan pengemis tua yang telah almarhum tersebut, mau tidak mau

dia telah teringat kembali pada bocah yang bersama pengemis itu.

Namun disaat itu, si bocah masih terlalu kecil, sedangkan sekarang telah menjadi seorang

pemuda yang demikian tampan.

"Ohhh, kiranya engkau!!" kata gadis itu kemudian dengan sikap yang dingin sekali. "Tidak

tahunya hanyalah bekas pengemis cilik belaka!"

Mendengar disebut dirinya bekas pengemis cilik, hati Eng Song mendongkol juga.

"Sekarang, apa maksudmu melancarkan serangan membokong pudaku?" tegur Eng Song

kemudian.

"Hemm, aku tidak membokong, kalau aku mau, akupun dapat melancarkan serangan

dengan cara berterang."

"Jelaskanlah, apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku ingin main-main dengan kau beberapa jurus!"

"Boleh! Boleh! Akupun ingin mengetahui kehebatan ilmumu!"

Dan setelah berkata begitu, Eng Song telah bersiap-siap untuk menghadapi gadis cantik

tetapi memiliki kepandaian yang tinggi dan Sin Tan yang sangat sakti menimbulkan hawa dingin

yang bukan main.

Dengan sendirinya, disamping itu juga, diantara keheningan yang ada pada mereka, terlihat

jelas sekali, betapa Cu Sing Hong telah bersiap-siap melancarkan serangan.

Gadis cantik itu telah berdiri dengan sikap yang angker sekali, dia telah memandang tajam

pada Eng Song dan tangannya terangkat perlahan-lahan.

Dan Eng Song juga yang mengetahui bahwa gadis ini sangat tinggi kepandaiannya, dengan

sendirinya tidak mau meremehkannya.

Eng Song juga telah cepat-cepat bersiap-siap untuk menghadapi serangan yang bagaimana

bentuknyapun dari gadis tersebut.

"Nah, kau terimalah seranganku ini!!" kata C u Sing Hong dengan suara yang nyaring.

Membarengi dengan suara bentakannya itu, tampak dia telah mendorong dengan

mempergunakan kedua telapak tangannya.

Eng Song merasakan samberan serangkum angin serangan yang bukan main hebatnya.

Dan tenaga serangan itu menderu-deru keras sekali, menimbulkan tekanan pada jalan

pernapasannya.

Cepat-cepat Eng Song telah mengerahkan tenaga dalamnya, dia menyalurkan enam bagian

tenaga murninya dan kemudian telah mengeluarkan suara seruan, dia menangkis serangan dari

Cu Sing Hong.

"Bukkkkk......!" keras bukan main telah terjadi benturan ditengah udara.

Tubuh Eng Song tahu-tahu telah terpental!

Inilah suatu kejadian yang tidak pernah diduganya, karena dia telah terpental begitu keras

dan juga terlontarkan bagaikan tubuhnya seperti daun kering belaka.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

172

Kolektor E-Book

Tentu saja Eng Song jadi kaget bukan main, karena dia sama sekali tidak menyangka

bahwa kekuatan tenaga serangan gadis yang bertubuh lemah gemulai itu ternyata luar biasa

kuatnya.

Mau tidak mau memang dia jadi terperanjat dan cepat-cepat berusaha mengembalikan

keseimbangan tubuhnya dengan jalan berjumpalitan ditengah udara, sehingga waktu tubuhnya

meluncur turun ditanah, dia telah turun dengan kedua kakinya terlebih dulu.

Di antara menderu angin serangan si gadis, maka Eng Song, juga merasakan betapa

tekanan pada beberapa jalan darahnya.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera pula pemuda ini menyadarinya bahwa telah terjadi penekanan oleh tenaga

tersembunyi dari si gadis pada beberapa jalan darahnya.

Cepat-cepat Eng Song telah mengempos semangatnya, dia menyalurkan tenaga murninya.

Di antara suara bentakan yang dikeluarkannya, maka kedua tangan Eng Song telah

bergerak-gerak.

Dari kedua telapak tangannya telah mengalir keluar bungkah-bungkah tenaga dalam yang

bergelembung, bagaikan titik-titik bunga yang berguguran.

Tentu saja si gadis Cu Sing Hong jadi terperanjat bukan main.

Dia heran berbareng kaget, sampai mengeluarkan seruan nyaring dan cepat menarik pulang

tenaga maupun kedua tangannya.

Hal ini disebabkan dia merasakan gelembung-gelembung dari tenaga dalam Eng Song

telah mengurung dirinya.

Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, tampak Cu Sing Hong telah menggerakkan

kedua tangannya, berulang kali.

Dengan cepat pula dia telah melancarkan serangan membalas, dia telah melancarkan

serangan-serangan dengan mempergunakan tenaga dalam yang tinggi sempurna.

Tetapi Eng Song tadi kena dilontarkan begitu disebabkan kurang waspada. Sekarang dia

telah bersikap jauh lebih tenang dan waspada.

Dengan sendirinya serangan si gadis Cu Sing Hong yang kali inipun telah dapat

dihadapinya.

Dia telah berusaha untuk dapat membendung meluncurnya tenaga serangan yang tengah

menyambar kearahnya tidak hentinya itu.

Di antara semua itu, di antara mendesirnya angin serangan yang demikian hebat, telah

membuat punah seluruh kekuatan yang ada pada tenaga serangan Cu Sing Hong.

Namun si gadis cantik yang berpakaian serba putih itu jadi sangat penasaran sekali.

Dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras sekali.

Dan di antara semua itu, dia telah melancarkan pukulan-pukulan yang mematikan.

Setelah beberapa kali serangannya dapat digagalkan, maka kali ini Cu Sing Hong

melancarkan serangannya sambil dibarengi dengan melepaskan beberapa Sin Tannya. Dia telah

menyentilnya.

Dengan cepat beberapa buah peluru saktinya itu telah menyambar kearah Eng Song.

Eng Song terkejut, karena merasakan dirinya di serang hawa dingin yang bukan main.

Dan hawa dingin itu seperti juga telah menyelinap kedalam tulang sumsumnya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

173

Kolektor E-Book

Tentu saja Eng Song cepat mengempos semangat dan tenaga dalamnya.

Biar bagaimana dia tidak mau jika harus mengalami nasib harus menderita kedinginan

disebabkan peluru sakti itu.

Dia juga telah mengeluarkan suara keras, lalu cepat-cepat memutar-mutar kedua

tangannya, tidak hentinya, untuk melindungi tubuhnya.

Dengan cara demikian memang Eng Song berhasil juga untuk melindungi dirinya dari

serangan hawa dingin yang luar biasa.

Di antara semua itu, Eng Song terpaksa telah mengeluarkan ilmu simpanannya.

"Jagalah serangan!" berseru Eng Song dengan suara yang bengis.

Karena Eng Song sangat gusar sekali melihat kelicikan gadis itu, dia tidak berlaku shejie

lagi, telah melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga yang sangat kuat sekali, dan

tenaga dalamnya itu telah meluncur cepat sekali menyambar kuat kearah si gadis Cu Sing Hong.

Gerakan yang dilakukan oleh Eng Song benar-benar merupakan gerakan yang sangat

mematikan.

Tentu saja Cu Sing Hong juga menyadari hal itu, maka dengan cepat dia telah melompat

mundur.

Mereka berhadap-hadapan tidak melancarkan serangan dulu. Setelah saling tatap seperti

juga saling menakar kekuatan lawan masing-masing, tahu-tahu secara berbareng keduanya telah

melompat menyerang maju sambil melancarkan serangan yang bukan main hebatnya.

Apa lagi memang Eng Song juga memiliki kepandaian yang bukan main tinggi yang

diterima dari kedua gurunya yang merupakan tokoh rimba persilatan.

Dengan sendirinya si gadis cantik yang bernama Cu Sing Hong berulang kali harus

menderita rasa keterkejutan yang tidak kepalang.

Saat itu, di antara menderunya angin serangan yang luar biasa kuatnya, tampak tubuh

kedua orang ini telah berkelebat-kelebat dengan gerakan yang cepat sekali.

Dan Cu Sing Hong jadi penasaran bukan main. Tidak biasanya dia begini sulit

untuk merubuhkan seorang lawan saja. Apa lagi memang Cu Sing Hong melihat lawannya

ini hanyalah seorang pemuda yang berusia masih muda.

Cepat-cepat Cu Sing Hong telah merobah cara bersilatnya, dia telah mengeluarkan suara

siulan yang sangat tinggi sekali, melengking nyaring, lalu dibarengi dengan kedua tangannya

yang telah digerakkan untuk melancarkan serangan yang luar biasa kuatnya.

Serangan yang dipergunakan oleh si gadis ini menyambar bagaikan gelombang badai yang

menerjang kearah Eng Song, memaksa Eng Song mau tidak mau melompat mundur untuk

menjauhkan diri sementara dari si gadis.

"Hemmm, jangan harap kau dapat meloloskan diri dari seranganku!" mengejek Cu Sing

Hong dengan suara yang nyaring sekali.

Si gadis juga bukan hanya sekedar membentak belaka, karena dengan cepat dia telah

melancarkan serangan yang beruntun dan dahsyat.

Eng Song merasakan semakin lama semakin bertambah kuat saja.

Sedangkan Cu Sing Hong penasaran karena dia melihat Sin Tannya tidak memberikan

hasil sama sekali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

174

Kolektor E-Book

Initah yang telah membuatnya jadi begitu mendongkol bukan main.

Dengan cepat dia telah melancarkan serangan belasan jurus.

Tetapi tidak satu juruspun yang memberikan hasil padanya.

Tentu saja Cu Sing Hong tambah penasaran saja menghadapi kenyataan seperti ini.

Dengan cepat bukan main, dia telah mengulangi beberapa jurus serangannya.

Dan setiap serangannya memang ditambahi tenaga serangan yang lebih dahsyat.

Setelah bertempur sekian lama, akhirnya Eng Song merasakan bahwa telah cukup dia

mengalah menerima serangan-serangan dari si gadis she Cu tersebut.

Dengan cepat, dikala dia berhasil mengelakkan serangan si gadis yang terakhir, dia telah

mementang kedua tangannya, lalu dia telah mementangnya dengan mengeluarkan suara bentakan

keras.

Dengan dibentangnya kedua telapak tangannya itu, maka meluncur serangan tenaga dalam

yang berkelompok-kelompok kearah Cu Sing Hong.

Serangan seperti ini merupakan serangan yang sangat berbahaya sekali, sebab dengan

adanya serangan seperti ini telah membuat si gadis seperti juga telah terkurung oleh angin

serangan Eng Song.

Kembali tenaga dalam mereka telah saling bentur satu dengan yang lainnya.

Dan tampak juga betapa angin serangan yang terjadi bergulung-gulung begitu keras dan

kuat saling bentur ditengah udara telah buyar.

Tetapi Eng Song tidak mau menyudahi sampai di situ, dengan beruntun dia telah

menyusuli pula dengan serangan-serangan berikutnya.

Pukulan-pukulan yang dilancarkannya itu bukan main kuatnya dan mengandung tenaga

yang mematikan.

Cu Sin Hong sendiri menyadarinya, jika dia bertempur terus menerus dengan pemuda ini

mempergunakan cara demikian, tentu dirinya suatu saat akan menderita kerugian yang tidak

kecil.

Karena memang Cu Sing Hong telah melihatnya bahwa kepandaian yang dimiliki Eng

Song merupakan kepandaian yang bukan sembarangan.

Maka dari itu, mau tidak mau ia harus bersungguh-sungguh melancarkan serangan

berusaha untuk merubuhkan lawannya ini.

Di saat itulah, dengan sikap yang agak kalap, Cu Sing Hong telah melancarkan serangan

disertai timpukan Sin Tannya lagi.

Dengan mempergunakan dikala Eng Song mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan

hawa dingin yang datang begitu deras, maka tampak si gadis telah melancarkan serangan dengan

telapak tangannya.

Gerakan yang dilakukannya itu demikian hebatnya, sehingga telak sekali dada Eng Song

telah kena dihajar oleh telapak tangannya.

"Bukkkkk!"

Tubuh Eng Song terhuyung kebelakang.

Tetapi dia tidak rubuh, sedangkan telapak tangan si gadis tetap melekat di dada Song.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

175

Kolektor E-Book

Hal ini disebabkan Eng Song saat itu tengah mengerahkan seluruh kekuatan tenaga

dalamnya untuk melindungi tubuhnya dari serangan hawa dingin Sin Tan si gadis.

Siapa tahu, telapak tangan si gadis berhasil singgah didadanya, sehingga telapak tangan itu

telah melekat, karena kedua kekuatan dari kedua orang yang tengah saling tempur ini telah saling

tarik menarik.

Tentu saja Cu Sing Hong jadi kaget setengah mati, dia sampai mengeluarkan seruan

tertahan.

Wajah Cu Sing Hong juga telah berobah hebat, karena dia telah beberapa kali berusaha

menarik pulang tangannya, namun selalu gagal.

Apa lagi waktu Eng Song terhuyung itu akibat terpukul telapak tangannya, si gadis cantik

Cu Sing Hong harus maju juga kedepan.

Tubuhnya jadi doyong, namun melihat keadaan sudah menjadi demikian rupa, maka Cu

Sing Hong tidak memiliki pilihan lainnya.

Dia terpaksa mengerahkan tenaga dalamnya untuk membinasakan Eng Song dengan

mempergunakan kekuatan tenaga dalamnya itu untuk menindih kekuatan murni ditubuh Eng

Song.

Kenyataan seperti ini tentu saja telah membuat Eng Song jadi terperanjat.

Dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, dan membusungkan dadanya.

Maksud Eng Song ingin membuat telapak tangan si gadis terlepas dari dadanya.

Namun telapak tangan Cu Sing Hong tetap juga melekat keras-keras didadanya, dan malah

telah dirasakan oleh Eng Song, dari telapak tangan gadis itu telah meluncur keluar kekuatan yang

bukan main.

Dengan cara demikian, Eng Song jadi tersadar, jika dia tidak cepat-cepat memberikan

perlawanan dengan mempergunakan tenaga murninya, tentu dirinya akan dicelakai oleh Cu Sing

Hong.

Apa lagi memang Eng Song mengenal gadis ini sebagai seorang gadis yang memiliki adat

begitu telengas.

Cepat-cepat Eng Song telah mengempos semangatnya, dia menyalurkan pada dadanya.

Maka biarpun tubuh Eng Song maupun Cu Sing Hong masing-masing berdiam saja,

kenyataannya mereka tengah mengadu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali.

Cu Sing Hong semakin lama tambah penasaran ssja, dia sampai mengeluarkan suara

bentakan yang keras sekali, dan menambahkan kekuatan tenaga lwekangnya pada telapak

tangannya itu.

"Rubuhlah kau!!" bentak Cu Sing Hong waktu dia melampiaskan kemendongkolannya

dengan mengerahkan pula tenaga yang jauh lebih besar pada telapak tangannya.

Tetapi Eng Song tetap berdiri tegak ditempatnya semula.

Malah dia telah tertawa mengejek, dengan suara yang dingin :

"Hemm, apa yang rubuh? Bayangannya?" ejekan dengan mata mengawasi angker sekali

kepada Cu Sing Hong.

Muka Cu Sing Hong jadi berobab merah padam, dia gusar bukan main diejek demikian

oleh Eng Song.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

176

Kolektor E-Book

Di antara mendesirnya angin serangan yang kuat bukan main, maka tampaklah Eng Song

juga tidak mau kalah dibandingkan si gadis.

Cepat-cepat Eng Song telah menyalurkan tenaga dalamnya dan menyalurkannya untuk

menindih telapak tangan si gadis.

Kenyataannya telah terjadi suatu persoalan yang dahsyat.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang melengking nyaring, tampak si gadis Cu Sing

Hong yang tengah penasaran bukan main, telah melancarkan pukulan-pukulan yang luar biasa

kuatnya.

Mau tidak mau Eng Song memang harus mengelakkan diri dari tekanan tenaga dalam

gadis itu, karena dia merasakan napasnya mulai sesak.

Cu Sing Hong telah mengeluarkan suara bentakan juga, lalu melompat turun ditanah,

disaat telapak tangan Cu Sing Hong terbuka juga akhirnya.

Dengan sepasang mata masing-masing terpentang lebar-lebar mereka saling mengawasi.

Maka tampak jelas sekali, betapa dari mata mereka memancarkan sinarnya yang sangat
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuat sekali mengancam dan mengandung hawa pembunuhan.

Eng Song yang tengah mendongkol sekali, diam-diam terpaksa harus mengakui bahwa

gadis yang menjadi lawannya ini memang sesungguhnya merupakan lawan yang tangguh dan

berat sekali.

Di saat itu, cepat bukan main Cu Sing Hong yang tidak mau membuang-buang waktu,

telah meloncat tinggi sekali, dia telah melancarkan serangan dengan kedua telapak tangannya

yang diputar-putar di tengah udara.

Gerakan yang dilakukan oleh Cu Sing Hong ini sesungguhnya diambil dari jurus ilmu

simpanannya.

Jika memang dia tidak sedang berhadapan dengan lawannya yang tangguh, tentunya dia

tidak akan mempergunakan gerakan seperti ini.

Eng Song menangkisnya lagi.

"Brakkkk...!" bentrokan yang terjadi keras bukan main. Dan meminjam tekanan tenaga

serangan Cu Sing Hong, Eng Song telah melompat kebelakang lagi.

"Tahan dulu.....!" teriak Eng Song dengan suara yang nyaring. "Ada sesuatu yang ingin

kusampaikan kepadamu!"

Dan dengan cepat sekali, dia telah mengeluarkan suara siulan untuk membuang tekanan

tenaga dalam yang ada pada dadanya.

Sedangkan Cu Sing Hong sendiri telah mengeluarkan bentakan yang keras sekali : "Apa

yang kau ingin katakan?" tanyanya.

"Hemmm... memang harus kuakui, kepandaianmu sangat tinggi! Antara dirimu dengan

diriku tidak terdapat bentrokan suatu apapun juga, maka dari itu, untuk apa kita saling tempur

dengun cara demikian? Bukankah tidak ada artinya?"

Tetapi Cu Sing Hong telah tertawa dingin.

"Hemmm... enak saja kau bicara!" katanya dengan suara yang tawar. "Setelah kau

membuat aku letih demikian rupa, apakah dengan mudah begitu saja kau mau menyudahi urusan

sampai disini saja!"

Dan setelah berkata begitu, Cu Sing Hong mengambil sikap seperti juga ingin melakukan

penyerangan lagi.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

177

Kolektor E-Book

Tentu saja Eng Song jadi terkejut, dan bersiap-siap? untuk menyambuti jika memang Cu

Sing Hong melancarkan serangan padanya.

"Jadi apa yang kau inginkan sebenarnya?"

"Jiwamu!"

"Mengapa?"

"Jelasnya kau harus mampus!"

"Mengapa begitu?"

"Kau harus mampus. Titik." berseru Cu Sing Hong dengan suara mendongkol dan gusar

bukan main. "Dan... terimalah serangan dariku!"

Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali, Eng Song telah diserang oleh Cu Sing

Hong kuat sekali, angin serangan yang kali ini menyambar memiliki kekuatan yang tidak

kepalang.

Dan Eng Song mana berani meremehkan dan memandang enteng pada serangan yang

dilancarkan oleh gadis tersebut?

Cepat-cepat dia telah menggerakkan kedua tangannya, dia telah menangkisnya.

"Bukkkkk!"

Keras bukan main tenaga bentrokan itu.

Tetapi di saat keadaan disekitar tempat tersebut tengah tergetar. Eng Song telah berkata

lagi : "Apa gunanya lagi semua ini? Bukankah kita sudah melihat bahwa kepandaian kita

berimbang! Tidak mungkin salah seorang diantara kita keluar sebagai pemenang, setidak
tidaknya kita akan binasa bersama!"

"Cissss......!" meludah Cu Sing Hong dengan suara yang dingin mengandung kemarahan.

"Engkau ingin mati bersamaku? Hemmmmm...... yang jelas engkau yang harus mampus!"

"Kau terlalu berkepala batu, nona!" kata Eng Song yang kembali jadi naik darah dan telah

mengeluarkan suara seruan nyaring. "Baiklah! Jika memang kau masih ingia meneruskan

semuanya ini, biarlah kita melanjutkannya"

Setelah berkata begitu, Eng Song telah barsiap-siap untuk menerima serangan.

Dia telah mengambil keputusan, memang biar bagaimana dia harus juga menghadapi gadis

ini.

Maka dari itu, mau tidak mau memang Eng Song juga harus mempergunakan seluruh ilmu

yang dimiliktnya.

Biar bagaimana Cu Sing Hong adalah seorang gadis.

Dia begitu murka ketika mendengar perkataan Eng Song seperti mengandung tantangan.

Dengan tidak mengucapkan sepatah perkataanpun juga, dia telah mengempos

semangatnya. Maka dengan cepat sekali dia telah melancarkan serangan pula.

Sekaligus dia telah melancarkan serangannya itu dengan mempergunakan empat jurus.

Mau tidak mau Eng Song memang harus menghadapinya baik-baik, karena biar bagaimana

serangan serupa ini merupakan serangan yang sangat berbahaya.

Sekali saja dia tekena serangan, berarti yang akan menerima bahayanya dan dirinya akan

terbinasa ditangan tersebut.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

178

Kolektor E-Book

Maka, dengan cepat dia juga telah mengeluarkan suara bentakan dan telah mempergunakan

ilmu simpanannya.

Dan dua buah kekuatan yang bukan main kuatnya, telah saling bentur lagi.

Kali ini Eng Song tidak setengah hati, dia telah bersungguh-sungguh.

Maka dari itu tidak mengherankan jika tenaga saling bentrok ditengah udara juga terlalu

hebat.

Mau tidak mau memang terlihat sekali bahwa kekuatan mereka hampir berimbang dan juga

kepandaian mereka sama tingginya.

Hanya bedanya kalau Eng Song memiliki kemantapan dan Cu Sing Hong memiliki

kelincahan.

Maka mereka telah saling tempur, tubuh mereku telah berkelebat-kelebat dengan cepat

sekali.

Dan tubuh mereka seperti dua sosok bayangan yang telah saling berkelebat kesana-kemari.

Tetapi Cu Sing Hong sendiri yang merasakan tekanan tenaga dalam yang dilancarkan oleh

serangan yang bukan main hebatnya dari Eng Song, telah mengeluh juga didalam hatinya.

Dia merasakan betapa kepandaian dari pemuda yang menjadi lawannya ini sangat tangguh

sekali.

Maka dari itu dengan cepat sckali dia telah menyalurkan seluruh persediaan tenaganya

untuk dapat menghadapi tekanan dari tenaga serangan yang dilancarkan oleh Eng Song.

Gerakan dari si gadis she Cu ini bukan main gesitnya.

Dengan mengandalkan kegesitan yang dimilikinya, dia telah berusaha beberapa kali untuk

melontarkan peluru saktinya, yaitu Sin Tan.

Namun usahanya untuk menerima bantuan dari hasil peluru esnya itu, tidak membawa

hasil sama sekali.

Karena Eng Song ternyata memiliki lwekang yang sangat tinggi bukan main.

Dengan sendirinya hawa dingin yang terpencar dari butir-butir es kecil itu tidak ada artinya

sama sekali. Seluruh hawa dingin itu telah buyar......

Semakin lama Cu Sing Hong merasa semakin penasaran dan dikala mereka telah

bertempur hampir lebih dari seratus jurus dan dia masih juga belum berhasil untuk merubuhkan

Eng Song, hampir saja si gadis menangis.

Dengan cepat dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya.

Tetapi Eng Song selalu dapat menghadapinya dengan baik.

Didalam waktu yang sangat singkat, sudah dilewatkan pula beberapa jurus dengan

kekuatan yang bukan main tingginya.

Dan juga kekuatan yang dimiliki oleh Eng Song sangatlah mengejutkan hati si gadis.

Karena beberapa kali tubuh dari Cu Sing Hong bergoyang-goyang seperti juga akan rubuh

terkulai ditanah.

Untung saja, selalu pula Cu Sing Hong masih sempat untuk memunahkan tekanan tenaga

dari Eng Song, sehingga dia tidak perlu untuk rubuh begitu saja.

Dan Eng Song sendiri juga mengalami terpental sampai beberapa kali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

179

Kolektor E-Book

Namun disebabkan dia memang memiliki kepandaian yang tinggi, Eng Song tidak sampai

terbanting diatas tanah.

Dan jelasnya, memang tampak tegas sekali, bahwa kepandaian yang dimiliki kedua orang

yang tengah saling tempur dengan hebat ini berimbang dan sama liehaynya.

Maka dari itu, walaupun pertempuran diantara mereka berdua telah berjalan begitu lama,

tetap saja belum terlihat tanda-tanda akan ada yang kalah dan rubuh salah seorang diantara

mereka........!

Lama kelamaan Eng Song jadi habis sabar.

Dengan nekad pemuda ini telah tidak mengelakkan serangan Cu Sing Hong.

Dia telah mengeluarkan suara bentakan yang bukan main kerasnya sambil menggerakkan

kedua tangannya sekaligus.

Juga dari kedua telapak tangannya itu telah mengalir keluar kekuatan yang bukan main

dahsyatnya.

Cu Sing Hong yang menyaksikan kenekadan Eng Song jadi terperanjat bukan main.

Dan saking kagetnya dia sampai mengeluarkan suara seruan keras.

"Ihhhhhh.....!" dan gadis ini telah melompat mundur kebelakang.

Wajahnya jadi berobah agak pucat, karena Eng Song ternyata tidak mau melepaskannya

dan telah menerjang lagi melancarkan serangan.

Dengan kemarahan yang sangat gadis itu telah menghajar kearah batok kepala Eng Song.

Namun pemuda ini tetap saja tidak mau mengelakan diri, hanya kedua tangannya

diteruskan untuk menghajar dada dari si gadis cantik Cu Sing Hong.

Mau tidak mau Cu Sing Hong harus membatalkan serangannya, menarik pulang

serangannya itu, dan dengau cepat dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat

mundur kebelakang.

Di dalam waktu yang singkat mereka telah terpisah didalam jarak yang cukup jauh.

Namun Eng Song yang saat itu telah murka dan penasaran bukan main, mana mau

menyudahi begitu saja?!

Dengan cepat dia telah mengeluarkan suara seruan dan telah menerjang lagi.

Cara dia menyerang seperti juga seperti kerbau yang menyeruduk, tidak memperdulikan

keadaan dirinya atau keselamatan jiwanya.

Tentu saja gadis Cu Sing Hong jadi kewalahan bukan main.

Dia telah berulang kali melompat mundur uatuk menyelamatkan jiwanya.

Satu kalipun si gadis jadi tidak memiliki kesempatan untuk membalas melancarkan

serangan kepada lawannya itu.

Di saat itu Eng Song berulang kali telah mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan

main, dia telah melancarkan serangan itu dengan disertai oleh kekuatan tenaga yang bukan main.

Eng Song sengaja melakukan tindakan seperti ini, karena biar bagaimana memang dia

ingin memperlihatkan kepada si gadis bahwa jika mereka bertempur terus menerus begitu, tentu

tidak akan ada gunanya.

Tetapi rupanya Cu Sing Hong malah salah terima dan telah merasa penasaran bukan main.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

180

Kolektor E-Book

Dia telah mengelakkan diri beberapa kali, dan setelah merasa posisi dirinya agak baik, dia

menantikan terjangan dari Eng Song lagi.

Di kala pemuda yang bernama Eng Song ini menerjang lagi, maka Cu Sing Hong telah

mengeluarkan suara siulan yang tinggi sekali.

Dan sepasang tangannya telah dilingkari menjadi satu, kemudian tubuhnya mendoyong

kekiri dan kekanan seperti orang yang tengah menari-nari.

Dengan sendirinya gerakan silat yang diperlihatkan oleh gadis itu lucu sekali.

Tetapi Eng Song yang jadi terperanjat bukan main.

Karena seluruh kekuatan tenaga dalam serangan dari Eng Song seperti lenyap tidak

berhasil untuk mengenai sasaran yang tepat.

Dan disaat si pemuda she Ma ini tengah bingung dan kaget, disaat itulah si gadis Cu Sing

Hong telah melancarkan serangan dengan tendangan kaki kanannya.

Tendangan yang dilakukan oleh Cu Sing Hong ini bukanlah serangan yang sembarangan.

Karena tendangan ini selain disertai oleh kekuatan tenaga lwekang yang bukan main, juga

memiliki kecepatan yang bukan main.

Di samping itu, didalam saat-saat seperti ini, didalam keadaan demikian, Eng Song

menyadari bahwa tendangan dari Cu Sing Hong sedikitnya akan dapat menghancurkan batu

gunung yang bagaimana kerasnya sekalipun juga.

Di saat itu, diantara berkesiuran angin serangan dan tendangan diantara kedua orang yang

tengah saling bertempur ini, maka tampaklah keringat-keringat telah mengaliri tubuh mereka
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masing-masing. Tampaknya mereka sangat letih sekali.

Sementara itu, Cu Sing Hong tampak telah memutar otak untuk mencari jalan bagaimana

caranya agar dapat secepat mungkin merubuhkan Eng Song.

Dan begitu pula halnya dengan Eng Song, pemuda ini juga telah berpikir keras untuk

berusaha dapat merubuhkan Cu Sing Hong.

Begitulah, kedua orang ini telah tenggelam didalam suatu pertempuran yang tidak

berakhiran.

Di saat kedua orang ini tengah saling tempur dengan saling serang menyerang, tiba-tiba

telah terdengar orang berkata dengan suara yang nyaring.

"Ohhh, mengapa mereka jadi bertempur!?" lalu tampak dua sosok tubuh.

Gerakan kedua tubuh itu sangat cepat sekali, sehingga langkah kaki mereka tidak

menimbulkan suara sedikitpun juga.

Dan di dalam waktu yang sangat singkat sekali, kedua sosok tubuh itu telah sampai didekat

kedua orang yang tengah saling serang itu.

Di saat itulah, di saat Eng Song dan Cu Sing Hong tengah saling terjang, kedua sosok

bayangan itu telah menyelak di antara Cu Sing Hong dan Eng Song.

"Jangan bertempur...!" dan serangkum kekuatan yang bukan main kuatnya telah

menyebabkan Eng Song dan Cu Sing Hong terhuyung mundur.

Eng Song mendongkol sekali, begitu juga Cu Sing Hong, jadi gusar bukan main.

Dengan cepat mereka telah menoleh kepada kedua orang yang telah memisahkan mereka.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

181

Kolektor E-Book

Tetapi di saat mereka melihat kedua orang yang memisahkan mereka, di saat itulah

sepasang mata Eng Song dan Cu Sing Hong telah terpentang lebar-lebar.

"Suhu?" berseru Eng Song.

"Suhu.....?" begitu juga Cu Sing Hong telah mengeluarkan seruan.

Ternyata kedua orang yang baru tiba itu adalah dua orang yang berpakaian satu putih dan

yang seorang lagi berpakaian hitam.

Muka mereka menakutkan sekali, menyerupai muka hantu penasaran.

Mereka tidak lain dari Hck Pek Siang-sat!

Dan Eng Song telah cepat-cepat berlutut memberi hormat kepada kedua gurunya.

Begitu juga halnya dengan Cu Sing Hong, telah memeluk kedua kakinya, dia telah

memberi hormat dengan berlutut pula.

Tentu saja Eng Song dan Cu Sing Hong jadi sama-sama terkejut dan terheran-heran.

Karena mereka telah sama-sama mengakui Hek Pek Siang-sat sebagai guru mereka.

Saat itu Hek Pek Siang-sat telah berkata sambil tertawa.

"Kalian sesungguhnya merupakan suci dan sute!" kata si Pek, si putih, sambil tertawa.

"Mengapa justeru kalian berdua telah saling tempur seperti ingin mengadu jiwa? Apakah

memperebutkan harta warisan?"

Di tegur begitu kembali Eng Song dan Cu Sing Hong jadi kaget setengah mati.

Mereka telah disebut sebagai suci (kakak seperguruan perempuan), dan Eng Song sebagai

sute (adik seperguruan).

Tentu saja kenyataan ini membingungkan mereka berdua.

Dengan sorot mata tertanya-tanya mereka telah memandang kepada Hek Pek Siang-sat.

Sedangkan si Hek, si hitam, telah berkata dengan sabar : "Songjie, sebelum aku menerima

engkau menjadi murid kami, aku telah menerima Cu Sing Hong mendjadi muridku...!

Hemmmm, aku juga telah menurunkan seluruh ilmu silatku dan beberapa pelajaran yang sangat

berarti sekali, merupakan pelajaran yang sangat antik didalam rimba persilatan, yaitu cara

mempergunakan inti es! Kalian berbeda usia sebanyak sepuluh tahun.... karena memang kami

mengambil kalian juga setelah berselang sepuluh tahun!

Mendengar keterangan gurunya, Eng Song jadi kaget. Cepat-cepat dia telah berlutut

memberi hormat kepada Cu Sing Hong.

"Suci.... maafkanlah kelancanganku yang selalu bersikap kurang ajar padamu..... harap kau

mau mengampuni adik seperguruanmu yang kurang ajar ini....!"

Cu Sing Hong yang telah mengetahui bahwa Eng Song sesungguhnya adalah sutenya,

maka dia telah tertawa lebar.

"Kita baru mengetahuinya sekarang ini bahwa di antara kita berdua sesungguhnya

merupakan orang sendiri dari satu pintu perguruan! Untung saja di antara kita berdua belum ada

yang cidera....!"

Dan setelah berkata begitu, Cu Sing Hong telah membangunkan Eng Song dari

berlututnya.

Mereka dengan gembira telah bercakap-cakap bersama guru mereka, yaitu Hek Pek Siang
sat.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

182

Kolektor E-Book

Sedangkan Hek Pek Siang-sat telah menjelaskan bahwa mereka sesungguhnya telah lama

hidup mengasingkan diri dan tidak pernah mencampuri urusan di dalam rimba persilatan! Tetapi

setelah berselang puluhan tahun, akhirnya timbul juga perasaan ingin tahunya dan juga ingin

berkelana. Secara kebetulan sekali di saat mereka tiba ditempat ini, justeru mereka telah melihat

Eng Song dan Cu Sing Hong tengah bertempur dengan sikap mengadu jiwa.

Mereka jadi terkejut dan cepat-cepat datang untuk memisahkan kedua orang ini yang

tengah bertempur hebat, karena mereka segera mengenalinya bahwa orang yang tengah

bertempur itu tidak lain dari kedua orang murid mereka.

Setelah bercakap-cakap, akhirnya Eng Song melanjutkan perjalanannya, sedangkan Cu

Sing Hong telah ikut kedua gurunya karena kata kedua gurunya ada sesuatu yang ingin

dibicarakan dengannya........

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 14 ?????????

KAMPUNG Tiang-ko-cung merupakan sebuah perkampungan yang cukup luas dan juga

padat penduduknya.

Tetapi dimalam itu, tampak keadaan perkampungan Tiang-ko-cung agak sepi, karena

jarang sekali orang yang berlalu lalang, walaupun belum begitu terlalu larut malam benar.

Eng Song tampak tiba dikampung tersebut.

Segera juga pemuda ini telah mencari rumah penginapan untuk bermalam.

Dan sebelumnya Eng Song telah bersantap diruangan makan rumah makan itu.

Semuanya berjalan lancar dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

Namun menjelang tengah malam, Eng Song jadi terbangun dari tidurnya dengan terkejut.

Karena dia mendengar suara jeritan yang melengking tinggi sekali.

Dengan sendirinya, dia telah melompat turun dari pembaringannya.

Dan suara jeritan itu tetap saja terdengar mengerikan bukan main.

Tubuh Eng Song yang mendengarnya sampai menggidik, sebab suara jeritan itu

merupakan suara jeritan kematian dari seseorang.

Dengan cepat Eng Song telah merapihkan bajunya, dia telah keluar dari kamarnya itu

melalui jendela. Tubuhnya melesat keluar bagaikan terbang. Dengan ringan Eng Song telah

melompat keatas genting.

JILID 11

GERAKANNYA itu bukan main cepatnya, dan disaat itulah suara jeritan yang

mengandung kengerian tersebut lenyap sama aekali.

Sekitar tempat itu jadi sunyi kembali.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

183

Kolektor E-Book

Eng Song mementang sepasang matanya. Di saat itulah matanya yang jeli dapat melihat

sesosok bayangan tengah berlari-lari diatas genteng dengan gerakan yang cepat bukan main.

Eng Song cepat-cepat menjejekkan kakinya.

Tubuhnya bagaikan terbang telah mencelat mengejar orang itu.

Gerakannya bukan main cepatnya.

Di dalam waktu yang singkat sekali mereka telah berlari-lari di atas genteng saling kejar.

Orang yang memakai baju hitam singsat itu, telah mengetahui bahwa dirinya tengah di

kejar.

Maka dari itu, dia segera juga mengetahuinya bahwa dia harus mempecepat larinya.

Dengan tidak membuang waktu, dia telah mencelat-celat dari genteng yang satu ke

genteng yang satu.

Namun ketika dia tengah melompat ke genteng yang satunya dari salah seorang rumah

penduduk, di saat itulah tahu-tahu dihadapannya telah muncul sesosok bayangan putih.

Tentu saja dia jadi merandek.

"Ihhh?!" berseru orang berpakaian hitam tersebut.

Dipentang matanya, sehingga dia melihatnya yang menghadangnya itu seorang pemuda

yang tampan dan memakai baju yang putih mulus.

"Siapa kau? bentak orang berpakaian hitam dengan muka yang bengis. Memang wajahnya

telah bengis bukan main dengan berewok yang kasar.

Pemuda tampan itu telah tersenyum sabar dan tenang bukan main.

Dia telah berkata : "Aku she Ma dan bernama Eng Song. Di malam buta ini engkau telah

menjadi seorang pembunuh! Apa kesalahan penduduk yang engkau bunuh itu?!"

Muka lelaki berewok itu telah berobah seketika itu juga, tampaknya dia terkejut.

Namun dengan cepat ketenangannya telah pulih kembali, diapun telah berkata dengan

suara yang dingin :

"Hemmmm... setiap penduduk harus menyediakan aku empat ratus tail perak sebulannya

sebagai pajak mereka tinggal dikampung ini! Tetapi ternyata masih ada yang suka membandel

juga. Dan salah seorang yang membandel itu adalah orang yang baru saja kubunuh tadi....! Tidak

ada yang hidup jika berani menentang perkataan Sam-tauw Kiehiap (Pendekar Tiga Kepala....)!"

Mendengar perkataan orang itu, Eng Song tersenyum tidak senang. Orang seperti ini

merupakan penindas yang paling jahat.

Maka Eng Song berpikir, manusia seperti ini tidak boleh diberi ampun.

"Baiklah! Aku jadi ingin melihat barapa tinggi kepandaian dari Sam-tauw Kiahiep!" kata

Eng Song.

Tentu saja Sam-tauw Kiehiap jadi murka bukan kepalang mandengar perkataan Eng Song.

Dengan mengeluarkan suara erangan, tahu-tahu dia telah melompat melancarkan serangan.

Pukulan yang dilancarkannya itu merupakan serangan yang mengandung serangan tenaga

Gwakang yang bukan main kuatnya.

Namun Eng Song tetap tenang-tenang saja.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

184

Kolektor E-Book

Diawasinya tangan orang yang tengah meluncur kearahnya.

Dan waktu dia melihat tangan itu telah dekat, dengan cepat dia telah menggerakkan

tangannya.

"Tappp...!" dia sudah menangkap pergelangan tangan orang tersebut.

Maka dari itu, disebabkan cekalan tangan Eng Song, tangan orang itu tidak bisa maju dan

tidak bisa ditarik pulang.

Eng Song telah mencekalnya keras bukan main.

Dibarengi dengan suara bentakannya, orang yang bergelar Sam-tauw Kiehiap itu telah

menarik pulang tangannya, tetapi entah mengapa, tenaganya jadi tidak ada artinya, tangannya itu

tidak bisa ditarik pulang.

Dia telah mengerang dan menarik pulang pula tangannya.

Namua selalu gagal.

Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal ini telah membuat orang yang bergelar

Sam-tauw Kiehiap jadi penasaran sekali.

Apalapi dia melihatnya betapa Eng Song berdiri dengan bibir tersenyum seperti mengejek.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras dan bengis sekali, dia telah melancarkan

serangan pula dengan tangan kirinya.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya. Maka disaat itulah, Eng Song telag

bertindak.

Dia telah menggerakkan tangannya dibarengi dengan suara bentakannya :

"Rubuhlah engkau!!"

Begitu tangannya digerakkan dengan cara menghentak, maka tubuh orang yang bergelar

Sam-tauw Kiehiap telah terpental melayang ditengah udara.

Dengan diiringi suara jeritannya, dia telah ambruk diatas tanah dengan keras.

Sam-tauw Kiehiap mengerang kesakitan, namun dia telah bangkit untuk melancarkan

serangan pula kepada Eng Song.

Namun pemuda she Ma ini dengan ringan telah melayang turun dari atas genteng.

Tanpa memberi kesempatan pada Sam-tauw Kiehiap, dia telah menggerakkan kedua

tangann.

"Bukkk! Bukkkk!" baberapa kali pukulan terdengar keras, diiringi oleh suara jeritan Sam
tauw Kiehiap.

Segera juga terlihat, betapa tubuh Sam-tauw Kiehiap telah terpental keras bukan main.

Maka, disaat itu pula tampak tubuh Sam-tauw Kiehiap mengejang kaku, gemetaran diatas

tanah.

Tampaknya dia menderita rasa sakit yang bukan main.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata pukulan yang dilancarkan oleh Eng Song adalah pada jalan-jalan darah Su-tiang
hiat dan Ma-siang-blat. Kedua jalan darah itu telah ditotoknya sehingga pecah, dan telah

menyebabkan Sam-tauw Kiehiap untak selamanya menjadi manusia bercacad.

Inilah yang sangat mengejutkan sekali, namun kenyataan seperti ini, mau tidak mau

memang membuat Sam-tauw Kiehiap jadi ketakutan.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

185

Kolektor E-Book

Apa lagi dia merasakan betapa tubuhnya lemas tidak bertenaga sama sekali.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, dia telah berusaha untuk berdiri.

Namun gagal, sehingga pecahlah nyalinya dan lenyaplah keberaniannya.

Dia telah berlutut.

"Ampunilah aku Tayhiap (Pendekar besar)...!" katanya cepat.

"Hemmmm, seharusnya manusia seperti engkau harus dibinasakan, karena hanya dapat

membikin susah orang belaka! Namun karena aku masih mengingat kau hanya melakukan

semuanya ini hanya demi harta belaka, maka jiwamu masih kuampuni!" Tetapi, disamping aku

telah mencabut kepandaianmu, sehingga engkau menjadi manusia yang bercacad dan seumur

hidup tidak bisa bersilat lagi, maka engkau juga harus berjanji untuk menjadi manusia baik
baik!"

"Aku berjanji Tayhiap... aku akan hidup secara baik!!"

"Hemmm, syukurlah kalau kau memang masih mau merobah tabiatmu yang buruk itu!!"

"Siapakah gelaran Tayhiap untuk kenang-kenanganku?" tanya Sam-tauw Kiehiap.

"Aku tidak memiliki gelaran...!"

Dan membarengi dangan habisnya perkataannya itu, Eng Song telah menjejakkan kakinya,

tubuhnya dengan cepat bukan main telah mencelat ditengah udara, kemudian dalam sekejap telah

lenyap dari pandangan mata Sam-tauw Kiehiap.

Sam-tauw Kiehiap memandang dengan perasaan kagum bukan main.

Dia heran sekali, pemuda yang berusia muda dan tampan bukau main, ternyata memiliki

kepandaian yang bukan main tingginya.

Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini membuat Sam-tauw Kiehiap merasa

kagum sekali.

Eng Song sendiri telah kembali kerumah penginapannya, lalu tidur dengan nyenyak.

Dengan perbuatannya itu, tanpa disadari oleh Eng Song, dia telah menyelamatkan

kampung tersebut dari gangguan Sam-tauw Kiehiap.

Keesokan paginya, Eng Song telah melakukan perjalanan lagi.

Dan selama itu, banyak peristiwa yang tidak adil telah diselesaikannya. Dan setiap ada

orang yang lemah dan tertindas, selalu ditolong oleh Eng Song.

Sehingga dengan cepat orang mengenal pemuda yang gagah ini.

Karena Eng Soag belum memiliki gelaran, dengan sendirinya orang-orang yang pernah

ditolongnya itu, dan melihat Eng Song sering mempergunakan gerakan dengan mementang

kedua tangannya, lalu dari kedua telapak tangannya itu keluar gelembung-gelembung tenaga

dalam, dengan sendirinya dia diberi gelaran sebagai PENDEKAR BUNGA, karena gelembung
gelembung dari tenaga dalamnya itu bagaikan bunga-bunga yang tengah berguguran...!

Cepat sekali gelaran Pendekar Bunga itu dikenal orang, karena Eng Song banyak sekali

melakukan perbuatan mulia dan membantu si lemah.

Dan juga hal itu disebabkan kepandaiannya yang bukan main, dengan sendirinya

menyebabkan penjahat-penjahat selalu dirubuhkannya dengan mudah.

Dan Eng Song membenci kejahatan seperti membenci musuh buyutan.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

186

Kolektor E-Book

Dengan sendirinya, jika penjahat mendengar namanya, tentu akan menggigil ketakutan.

Selama itu, entah sudah berapa puluh urusan penasaran yang diselesaikan oleh Eng Song.

Dan selama itu pula Eng Song telah berkelana didalam rimba persilatan......!

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 15 ?????????

PAGI ITU Eng Song tengah melangkah perlahan-lahan menyusuri jalan kecil yang

terdapat dipegunungan Wu-cie-san. Keindahan alam dipegunungan tersebut benar-benar menarik

hati disamping udaranya yang sejuk sekali.

Eng Song melihat betapa batang-batang pohon yangliu yang memang banyak bertumbuhan

lebat disekitar pegunungan ini, bergerak-gerak dipermainkan oleh hembusan angin.

Tampaknya indah sekali.

Dan kenyataan ini telah membuat Eng Song jadi memandang dengan hati yang tenang dan

pikiran yang jernih.

Tetapi, mendadak sekali Eng Song melihat sesuatu dihadapannya sehingga dia merandek

melangkah.

Diperhatikannya benda yang menggeletak ditengah jalan dan diam tidak bergerak.

Hati Eng Song jadi tercekat.

"Mayat!" berseru Eng Song.

Ya, memang sosok tubuh itu tidak lain dari mayat dari seorang yang telah mati dengan cara

yang mengerikan bukan main.

Kematian orang itu dengan menderita luka pada kedua tusukan pedang didadanya, dengan

leher yang setengah putus seperti juga leher itu akan copot dan batok kepalanya tergontai-gontai.

Tentu saja Eng Song sangat gusar melihat cara pembunuhan yang kejam seperti ini.

Dia memeriksa keadaan mayat itu, lalu setelah itu Eng Song menggali tanah untuk

menguburnya.

Selesai mengubur mayat itu Eng Song melanjutkan perjalanannya.

Namun, berjalan belum begitu jauh, dihadapannya menggeletak lagi sesosok mayat!

Tentu saja Eng Song menjadi kaget dan terlebih kaget lagi waktu melihat mayat yang ada

sekarang ini mati seperti mayat yang telah dikuburnya.

Dengan gusar Eng Song telah mangawasi sekitar tempat itu.

Dan tubuh Eng Song agak gemetar mengandung kemarahan yang sangat.

Di saat-saat seperti itu, mau tidak mau memang Eng Song merupakan seorang pendekar

yang selalu berdiri dalam garis-garis keadilan.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

187

Kolektor E-Book

Maka melihat kejadian ini dia telah mengambil keputusan untuk menyelidiki pembunuhan

ini.

Lebih-lebih ketika dia melihat langkah-langkah kaki bertapak diatas tanah, karena bekas

tapak kaki itu merupakan tapak kaki berdarah.

Dengan cepat dia telah mencelat kedepan.

Berlari belum begitu jauh, dia telah melihat pula dua sosok mayat menggeletak ditengah

jalan.

Dan ketika Eng Song terus maju kedepan, dia telah menjumpai empat mayat lainnya.

Tentu saja hal ini telah membuat Eng Song jadi kaget bukan main.

"Inilah pembunuhan besar-besaran!!" katanya didalam hati.

Dan dia telah maju terus.

Ketika itu dia tiba didekat lereng gunung, disaat disebuah tikungan, telah melompat

sesosok bayangan dengan gerakan yang gesit sekali.

"Berhenti!" bentak sosok bayangan itu.

Eng Song menghentikan larinya, dia telah memperhatikan orang yang menghadangnya.

Seorang lelaki bertubuh tinggi besar, dengan badan yang tegap dan wajah yang bengis.

Ditangannya mencekal sebatang pedang.

"Siapa engkau? Mengapa berkeliaran disini?" tegurnya dengan suara yang bengis.

"Aku she Ma bernama Eng Song. Secara kebetulan saja lewat ditempat ini....!!"

"Hemmm.... tentunya kau ingin menyelidiki segala apa yang telah terjadi itu, bukan?"

tegur orang yang bersenjata pedang itu dengan suara yang dingin. "Cepat kau menggelinding

enyah dari tempat ini sebelum kau menemui kematian seperti orang-orang itu, karena kau masih

terlalu muda!"

Eng Song bersikap tenang sekali, dia telah tersenyum manis.

"Mengapa orang-orang itu telah menemui kematiannya dengan cara yang begitu

mengenaskan sekali?"

"Hemmm, itu urusanku!"

"Engkau yang telah membunuhnya?!"

"Bukan!"

"Lalu siApa pembunuhnya?"

"Guruku!" menyahuti orang itu dengan suara mengandung rasa bangga.

"Hmmm.... dimana gurumu?"

"Sedang pergi! Maka dari itu, kuanjurkan agar kau cepat-cepat meninggalkan tempat ini!

Karena jika guruku telah kembali tentu engkau akan dibunuhnya seperti orang-orang itu."

Eng Song merasa berterima kasih juga. Dia melihat lelaki bertubuh kasar ini bukan

sebangsa manusia yang bengis, karena dia masih bisa merasa kasihan pada Eng Song dan

menganjurkan untuk cepat-cepat berlalu.

Maka dari itu, Eng Song telah memutuskan untuk tidak membinasakan lelaki ini.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

188

Kolektor E-Book

"Mengapa gurumu membunuh-bunuhi orang-orang itu?" tanya Eng Song lagi.

"Mereka telah diwajibkan untuk datang menghadap pada guruku dengan membawa

seorang gadis peranti menjadi selir dari guruku! Namun, kenyataannya mereka tidak mau, maka

dengan sendirinya mereka telah dibinasakan!"

"Hemmmm, kalau begitu gurumu terlalu gila paras cantik!" kata Eng Song.

"Karena guruku tengah melatih ilmu yang luar biasa, yang membutuhkan darah

perawan....!"

Mendengar perkataan lelaki ini, tubuh Eng Song jadi menggidik.

Dia merasa ngeri sendirinya.

Dengan cepat dia telah memandang sekeliling tempat itu.

Namun disaat itulah Eng Song yang memiliki pendengaran yang sangat tajam, dapat

merasakan betapa datangnya serangan angin halus dari belakangnya.

Tentu saja pemuda ini jadi gusar dan kaget, dengan cepat dia telah menggerakkan tangan

kanannya menyampok dengan kuat.

"Bukkk!!" terdengar suara benturan yang keras sekali.

Namun kesudahannya Eng Song terkejut, karena tubuhnya terpental keras, dan

punggungnya menghantam batu gunung, untung saja tubuhnya tidak sampai terjungkel masuk

dalam jurang.

Dengan gusar Eng Song telah berdiri.

Ternyata ditempat itu telah tambah seorang yang memelihara jenggot dan kumis sangat

tebal dengan wajah yang kurus kering.

Usia orang itu mungkin telah mencapai enam puluh tahun.

Sedangkan lelaki yang tadi telah bercerita mengenai gurunya, telah melangkah maju,

memberi hormat kepada lelaki tua itu.

"Suhu....!" panggilnya.

"Hemmm......!" orang tua itu hanya mendengus belaka.

Dan mata lelaki tua itu lelah memandang tajam sekali pada Eng Song.

"Pemuda yang sombong, engkau tentunya yang bergelar sebagai Pendekar Bunga, bukan?"

Ditegur begitu oleh orang tua tersebut, Eng Song telah mengangguk.

"Tepat! Memang tidak salah!" katanya.

"Bagus! Hari ini aku bisa bertemu dengan kau! Aku ingin memperlihatkan kepadamu

kepandaian yang sesungguhnya tinggi!"

Dan membarengi dengan habisnya perkatannya itu, dengan cepat orang ini telah

menggerakkan sepasang tangannya, dia telah melancarkan serangan yang bukan main cepatnya.

Dan yang mengejutkan Eng Song, adalah kekuatan tenaga dalam yang bukan main, yang

menerjang kearah Eng Song dengan pukulan yang dahsyat sekali.

Tetapi Eng Song juga bukannya berkepandaian lemah. Dia telah mengeluarkan suara

seruan keras, dan kemudian telah menangkisnya.

"Bukkk!!"CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

189

Kolektor E-Book

Dua kekuatan yang bukan main kerasnya telah saling bentur.

Karena kali ini Eng Song menangkis dengan mempergunakan kekuatan yang terhitung dan

juga memang dia telah berlaku waspada, maka tubuhnya tidak sampai terpental.

Namun biarpun begitu, Eng Song cukup terkejut sekali, karena dia merasakan betapa

tubuhnya gemetaran ketika menerima serangan lelaki tua ini.

Dia merasakan bahwa tenaga serangan lelaki tua tersebut sangat tangguh sekali.

Dengan sendirinya, Eng Song juga telah mengambil keputusan untuk dapat menghadapi

dengan berhati-hati, karena jika dia berlaku lengah, niscaya dia akan menghadapi bahaya yang

tidak kecil.

Cepat sekali, orang tua yang sangat kejam wajahnya itu telah melancarkan serangan
serangannya lagi.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia rupanya sangat penasaran sekali melihat serangan-serangannya itu gagal.

Namun saat ini, karena Eng Song telah mengetahui bahwa orang tua ini adalah manusia

jahat, maka Eng Song telah mementang kedua tangannya.

Dan disertai oleh suara bentakannya yang nyaring, dia telah mementang kedua tangannya.

Dan suatu kejadian yang hebat bukan main, telah terjadi disaat itu.

Karena tubuh lelaki tua itu telah terpental keras sekali, membentur dinding gunung.

Dan celakanya, tubuh lelaki tua ini melesak menembus kedalam batu.

Dan waktu tubuhnya rubuh binasa ditanah, tubuhnya tercetak diatas batu itu.

Dengan sendirinya, hal ini membuktikan betapa hebatnya kekuatan tenaga dalam yang

dimiliki oleh Eng Song.

Eng Song masih berdiri tegak ditempatnya.

Sedangkan murid si lelaki tua itu yang melihat ini jadi memandang bengong.

Dia seperti juga merasakan tenaganya dan semangatnya terbang meninggalkan raganya.

Dan juga, disamping itu memang dia merasakan bahwa ia telah lemas tidak bertenaga sama

sekali.

Dengan cepat dia telah berlutut mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ampunn.... ampun Kiehiap (pendekar).... ampunilah jiwaku!!"

"Bangunlah!" kata Eng Song waktu dia melihat lelaki ini sesambatan. "Aku mengampuni

jiwamu, karena kulihat engkau bukan sebangsa manusia jahat! Tadi saja engkau masih bisa

menganjurkan aku agar meninggalkan tempat ini, hal itu membuktikan hatimu tidak terlalu jahat
jahat amat! Tetapi sejak sekarang, kau harus merobah cara hidupmu, tidak boleh meneruskan

pekerjaan jahatmu ini! Kau harus hidup baik-baik....!"

"Baik Kiehiap.... aku akan mengingat seluruh perkataan Kiehiap!" kata lelaki itu sambil

mengangguk-anggukkan kepalanya dalam berlututnya itu.

"Nah pergilah....." kata Eng Song.

Setelah mengucapkan terima kasih, lelaki itu telah pergi dengan cepat.

Eng Song pun telah meninggalkan tempat itu, sedangkan mayat orang tua yang ganas itu

menggeletak diatas tanah dan diatas batu gunung tampak bentuk tubuhnya tercetak dalam

sekali.....CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

190

Kolektor E-Book

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 16 ?????????

PERKAMPUNGAN Su-san-cung merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar

dan ramai, padat penduduknya. Dan juga merupakan kampung yang mirip-mirip sebuah kota,

disebabkan bangunannya yang sangat besar-besar dan megah-megah.

Di samping itu, perkampungan Su-san-cung ini memiliki empat buah rumah makan yang

sangat besar-besar dan juga sangat mewah, selalu ramai dikunjungi oleh tamu-tamunya.

Di antara keramaian yang ada itu, tampak jelas sekali tamu-tamu dari berbagai golongan

yang manghadiri rumah-rumah makan tersebut.

Salah satu rumah makan yang paling ramai dikunjungi pengunjungnya adalah rumah

makan Pha-song-tiam.

Rumah makan ini memiliki bangunan dua tingkat dan selalu meja-meja penuh terisi tamu

yang datang untuk bersantap, maka dengan sendirinya, mau tidak mau hal itu telah membuat

segalanya diliputi kesibukan yang sangat.

Belasan orang pelayan juga telah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Meraka telah melayani para tamu dengan gesit dan ramah sekali.

Tetapi di antara keramaian yang ada tiba-tiba telah terjadi suatu peristiwa dirumah makan

ini.

Karena disaat itu terdengar suara bokhie diketuk berirama dan rumah makan ini telah

didatangi oleh seorang hweshio yang bertubuh gemuk pendek.

Ditangannya tampak teecekal sebuah bokhie yang diketuk-ketuknya tidak hentinya. Dia

telah memukul-mukul bokhie itu dengan berirama.

Dan juga segera terlihat betapa hweshio tersebut telah duduk melintang menghadang

dimuka pintu.

Tentu saja hal ini membuat panik orang-orang didalam rumah makan itu.

Tamu-tamu yang ingin keluar atau datang tidak dapat melalui pintu itu.

Dan dengan sendirinya, telah menyebabkan keadaan jadi ribut sekali.

Namun hweshio tersebut seperti sengaja tidak mengacuhkan dan tidak memperdulikan

keadaan yang mulai ribut itu, dia telah terus juga memukuli bokhie ditangannya dengan

berirama.

Seorang pelayan yang bertubuh tinggi besar telah menghampirinya.

"Taysu.... mengapa kau duduk melintang dipintu, bukankah itu akan mengganggu orang
orang yang ingin keluar dan masuk kemari!" tegur si pelayan.

"Aku meminta derma!!" kata si hweshio menyahut dengan suara yang dingin.

Dan tangannya terus juga memukuli bokhie ditangannya itu.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

191

Kolektor E-Book

Si pelayan tampak mendongkol bukan main.

"Jika ingin meminta derma bukan dengan cara demikian...... cepat Taysu berlalu!" katanya

dengan suara yang garang.

Tetapi hweshio itu seperti tidak meladeninya, dia terus juga memukuli bokhie ditangannya.

"Kalau memang Taysu tidak mau pergi, biarlah aku akan melemparkan kau dari tempat

ini!"

"Hemmm.... aku meminta derma!!" kata si hweshio, terus juga memukuli bokhie.

Tentu saja si pelayan tambah mendongkol, tampaknya dia gusar sekali.

Tetapi disaat itu tampak kasir rumah makan tersebut telah keluar dan membawa lima tail,

diberikan pada hweshio itu.

"Kami memberikan derma ini kepada Taysu dan kami minta agar Taysu jangan

mengganggu kami dengan kelakuan Taysu yang menghadang dipintu seperti itu."

Si hweshio telah melirik kearah uang yang diangsurkan padanya.

Dan dia telah berkata sambil memejamkan matanya lagi : "Lolap meminta derma sebesar

lima ratus tail!"

"Apa?" berseru si kasir dengan suara yang keras saking terkejutnya.

"Lolap meminta derma lima ratus tail!"

"Mana mungkin itu!?" berteriak si kasir.

Si hweshio sudah tidak mau mengacuhkannya lagi, dia telah memukuli terus bokhie.

Tentu saja hal ini telah membuat pelayan dan si kasir jadi gusar.

Dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali :

"Hemmm..... jika memang demikian, kami bisa mengambil tindakan kekerasan, jika kau

tidak mau menggelinding pergi!!" kata si pelayan yang bertubuh tinggi besar itu.

Tetapi si hweshio tidak juga mengacuhkannya, dia telah memukul terus bokhie

ditangannya.

Si pelayan telah habis sabarnya, dia mengulurkan tangannya mau menjambak jubah si

pendeta untuk melemparkan pendeta itu keluar.

Namun ketika tangannya terulur, dan disaat dia belum sempat menjambak, tiba-tiba si

hweshio telah menggerakkan tangannya.

Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepatnya, dia telah menyampok.

Dan..... luar biasa sekali, tubuh si pelayan yang tinggi besar telah terlantarkan, ambruk

menimpah sebuah meja.

Keras bukan main!

"Bukkkk!" mangkok-mangkok telah bertumpahan, dan dua orang tamu yang lengah

bersantap di meja itu tentu saja jadi terkejut.

Mereka telah melompat berdiri sambil memaki-maki dan telah memandang mendelik pada

si pelayan.

Peristiwa ini telah mengejutkan si kasir rumah makan itu.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

192

Kolektor E-Book

Sedangkan si hweshio tetap saja duduk dimuka pintu memukuli bokhie.

Dia terus juga tidak mengacuhkan keadaan didalam rumah makan yang mulai panik.

Pelayan yang bertubuh tinggi besar itu tampaknya gusar sekali, berdiri dengan muka yang

bengis.

Empat orang pelayan telah maju untuk membantuinya mengurung si hweshio.

Mereka telah menerjang untuk memukuli pendeta itu, namun dengan sekali menggerakkan

tangannya, kembali keempat pelayan itu telah dapat dibikin terjungkel balik dengan keras.

Tubuh si pelayan tampak berlumuran darah, karena mereka telah terbanting dengan keras.

Seketika itu juga keadaan jadi kacau balau dan panik.

Dan disaat itu, terlihat jelas sekali, betapa beberapa orang pelayan lainnya yang dengan

gusar telah meluruk akan melancarkan serangan.

Namun kenyataannya mereka telah kena dirubuhkan juga oleh si hweshio.

Dan malah salah seorang pelayan, yang tadi bertubuh besar dan tegap itu, yang telah kena

dirubuhkan oleh si pendeta dengan nekat telah menerjang dan melancarkan serangan pula.

Tetapi kali ini si hweshio telah mengayunkan tanganya.

"Plakk!" kepalanya kena ditepuk.

Kontan kepala pelayan itu hancur berantakan, dengan sendirinya telah menyebabkan tubuh

pelayan itu jadi terjungkel rubuh.

Dan tidak bergerak lagi menggeletak tidak bergerak sedikitpun juga.

Dengan sendirinya, tidak ada pelayan lainnya yang berani maju ketika melihat pelayan

yang seorang itu telah binasa.

Dan si kasir rumah makan juga jadi panik ketakutan sendirinya.

Dia telah menghampiri si hweshio.

"Taysu, jangan membalikkan mangkok nasi kami! Baiklah kami akan memberikan derma

seratus tail!" kata si kasir kemudian.

"Hemmmmmm.... limaratus tail!" kata si pendeta. "Dan bukan limaratus tail perak, tetapi

limaratus tail emas!"

"Hah?" muka si kasir rumah makan jadi berobah seketika itu juga.

"Lima...... limaratus tail emas?" tanyanya dengan suara tergetar.

"Ya.......... lima ratus tail emas......!" kata si hweshio dengan suara yang keras.

"Mana...... mana mungkin itu? Kami dari mana uang sebanyak itu?"

"Hemmmm....... kalau memang kau memberikan limaratus tail emas, aku akan angkat

kaki........!!" katanya kemudian.

"Tentu saja hal itu tidak mungkin Taysu..... karena kami mana memiliki uang sebanyak

itu!"

Tetapi betum lagi si kasir menyelesaikan perkataannya, si hweshio telah menggerakkan

tangannya.

"Wutttt......!" keras bukan main tubuh si kasir telah dilontarkannya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

193

Kolektor E-Book

Tentu saja si kasir jadi ngeri bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan keras.

Dan tubuhnya telah terbanting dilantai.

Si hweshio telah memukuli bokhie itu pula, dan dia tampaknya tenang sekali.

Karena pendeta ini duduk melintang dimuka pintu, dengan sendirinya orang yang telah

menjadi panik itu tidak bisa untuk keluar atau masuk.

Saat itu, disudut ruangan itu, disebuah meja, duduk seorang pemuda yang berpakaian serba

putih. Dia telah menyaksikan kejadian ini.

Dengan tenang, pemuda ini waktu merasakan segalanya telah cukup, dia bangkit,

menghampiri si hweshio.

"Taysu, jangan bersikap begitu.... jika memang engkau ingin meminta derma, mintalah

secara baik-baik...." katanya sabar.

Si pendeta membuka matanya, dia melihat yang menegur dirinya seorang pemuda

berpakaian putih. Dia mendengus.

Dan tidak mengacuhkan pemuda itu, si pendeta telah memejamkan matanya.

"Taysu....." panggil pemuda ini yang jadi hilang kesabarannya. "Jika Taysu tidak mau

menyudahi segalanya ini, biarlah aku yang mengambil tindakan untuk meminta Taysu

meninggalkan tempat ini!"

Mendengar perkataan pemuda itu, si hweshio jadi membuka matanya.

Dia telah memandang tajam pada pemuda itu, tanpa mengatakan suatu apapun juga.

Hanya tangannya yang terus juga memukuli bokhie.

Pemuda berbaju putih itu telah tersenyum dingin, dia telah berkata lagi : "Terpaksa aku

harus melemparkan hweshio jahat seperti kau ini ketengah jalan!"

Muka si hweshio merah padam, tampaknya dia gusar sekali.

"Siapa kau hei bocah ingusan?" bentaknya.

"Aku she Ma dan bernama Eng Song!"

"Hemmmmmm.... kalau memang kau ingin main dengan lolap, silahkan!" kata si pendeta

dengan suara yang dingin, kemudian dia telah memejamkan matanya lagi sedangkan kedua

tangannya terus juga memukuli bokhie.

Pemuda yang berbaju putih itu, yang tidak lain dari Ma Eng Song, telah tertawa dingin.
Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hemmm... rupanya Taysu memang keterlaluan sekali!" katanya.

Dan membarengi dengan perkataannya dia mengulurkan tangannya.

Namun belum lagi Ma Eng Song sempat mencekal baju pendeta itu, si hweshio telah

menggerakkan tangannya. Maksud si pendeta ingin menyampok seperti apa yang dilakukannya

terhadap si pelayan.

Namun Eng Song lain dengan pelayan itu, maka waktu itu dengan memutar tangannya, dia

telah meloloskan diri dari sampokannya dan dapat mencekal baju si hweshio.

"Pergilah!"

Dibarengi deagan bentakan Eng Song, tubuh si hwesbio yang tinggi besar itu telah berhasil

dilontarkan ketengah jalan.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

194

Kolektor E-Book

Jatuh ambruk dijalanan, sehingga si hweshio merasakan kesakitan bukan main.

Tentu saja hal ini telah membuat si hweshio telah murka bukan main. Dia telah bangkit

dengan gerakan yang gesit sekali.

Cuma saja, seketika itu juga dia menyadarinya bahwa pemuda yang dihadapinya ini bukan

seorang pemuda sembarangan dan memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi.

Maka dari itu, dengan cepat si hwesnio telah melompat untuk menerjang.

Gerakannya begitu cepat, dia bermaksud akan mencengkeram Eng Song.

Tetapi Eng Song mana jeri menghadapi pendeta seperti ini? Dengan mengeluarkan suara

tertawa dingin, dia menantikan tibanya serangan.

Di saat itulah, ketika kedua tangan si hweshio hampir dapat mencengkeramnya, dengan

mengeluarkan suara seruan yang keras bukan main, Eng Song telah menyampoknya, dia telah

mengibas dengan kekuatan yang bukan main.

Tubuh si hweshio jadi tergoncang keras dan terhuyung mundur.

Di saat itu, dengan kuat sekali Eng Song mengulurkan tangannya.

"Plakkkkk!" dia dapat menghajar telak dada si hweshio, sehingga tubuh si hweshio jadi

terpental di saat itu pula seperti daun kering belaka.

Lalu ambruk ditanah dengan disertai suara jeritaanya!

Dengan muka yang berlumuran darah, tampak pendeta ini telah merangkak bangun.

Dia murka bukan main, sampai tubuhnya gemetaran keras sekali.

Dan dia telah mengeluarkan suara bentakan yang keras bukan main sambil menerjang

karena saking penasaran sekali.

Gerakan yang dilakukannya itu memiliki hawa maut yang mengerikan.

Dan juga hweshio itu telah melancarkan serangan dengan jurus ?It Liong Po Thian?,

gerakan mana merupakan gerakan yang cukup berbahaya.

Apa lagi memang hweshio yang tengah murka itu, telah menyalurkan kekuatan tenaga

dalamnya pada kedua telepak tangannya.

Maka dari itu, dengan sendirinya telapak tangannya itu mengandung hawa maut.

Tetapi Eng Song tetap berdiri tenang ditempatnya, sedikitpun juga tidak bergeming.

Diawasinya telapak tangan hweshio itu yang tengah meluncur datang.

Dengan gerakan yang sangat cepat dia telah menangkap tangan itu.

"Rubuhlah kau!" bentaknya dengan suara yang nyaring. Dan tubuh si hweshio bergoyang.

Namun kali ini hweshio itu tidak rubuh terguling, karena dia telah mengeluarkan tenaga

dalamnya, sehingga tubuhnya tidak sampai terjungkel.

Cepat bukan main dia juga telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk ditarik pulang.

Namun cekalan Eng Song ternyata kuat sekali, sehingga dia tidak bisa menarik pulang

kedua tangannya itu, yang tetap tercekal.

Begitulah, Eng Song bermaksud untuk mencekal terus dan merubuhkan hweshio itu,

sedangkan si hweshio bermaksud untuk menarik pulang kedua tangannya.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

195

Kolektor E-Book

Masing-masing telah mengeluarkan tenaga mereka.

Si hweshio terkejut bukan main waktu merasakan cekalan telapak tangan Eng Song

mengeluarkan hawa yang panas bukan main.

Dan juga, disamping semua itu dia merasakan bahwa dari kedua telapak tangan Eng Song

telah mengeluarkan uap bagaikan ada baranya.

Dengan mati-matian hweshio itu telah menarik pulang tangannya.

Di saat itulah Eng Song telah melepaskan cekalannya, sehingga tubuh si hweshio

kehilangan keseimbangan tubuhnya dan telah terjungkel rubuh.

Cepat bukan main, si hweshio bergulingan diatas tanah.

Waktu dia telah dapat berdiri kembali, dia tidak lantas melancarkan serangannya.

Ditatapnya Eng Song dengan sorot mata yang bengis bukan main.

"Hemmmmm..... rupanya engkau memang seorang pemuda yang memiliki kepandaian

lumayan!" katanya dengan suara mendesis. "Siapa kau sesungguhnya dan siapa gurumu?"

"Ada urusan apa kau menanyakan guruku?" bentak Eng Song dengan suara yang tawar.

"Hemmmm, hari ini jika aku tidak ingat bahwa kau hanya ingin meminta uang dengan cara

memaksa begitu, tentu aku telah mengambil jiwamu!"

"Jangan terkebur anak muda! Tiang Liang Siansu tidak pernah takut pada siapapun juga!"

kata si hweshio dengan suara yang dingin.

Dan membarengi dengan suara bentakannya itu, tahu-tahu si hweshio telah menghunus

pedangnya yang sejak tadi tergantung dipinggangnya, tersembunyi dibalik jubahnya.

Sreeenggg........! Pedang itu berkilauan tertimpah cahaya matahari.

Di saat itulah, dengan cepat dan gerakan yang bagaikan kilat pedangnya telah menikam.

"Binasalah kau!" bentaknya.

Tetapi Eng Song mendengus tertawa dingin, dia telah menggerakkan tangannya.

"Tappppp........" pedang si hweshio dapat dijepitnya dengas jari tangannya.

Dengan cepat sekali pedang itu tidak dapat bergerak.

Namun hweshio ini juga tidak memiliki ilmu yang lemah, dengan cepat dia memutar

membalikkan pedangnya.

Mau tidak mau Eng Song harus melepaskan jepitannya itu, karena kalau tidak mata pedang

akan mengutungkan jari tangannya itu.

Di saat pedangnya terlepas dari jepitan jari tangan Eng Song, di saat itulah si pendeta telah

meneruskan tikamannya tanpa menarik pulang pedangnya lagi.

Gerakannya yang dilakukannya merupakan gerakan yang luar biasa kuatnya.

Dan pedang itu meluncur kearah perut Eng Song.

Tetapi Eng Song telah menggeser kaki kanannya, dengan gerakan ?Pat Kwa Sam Liong?

dia berhasil mengelakkan tikaman tersebut. Dengan gerakan yang tidak kalah cepatnya Eng Song

mengulurkan tangan kanannya.

Maksudnya akan menotok biji mata dari si pendeta itu, dia bermaksud akan mencongkel

mata si hweshio.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

196

Kolektor E-Book

Tentu saja si hweshio yang bergelar Tiang Liang Siansu terkejut bukan main.

Dia mengeluarkan suara seruan yang keras dan telah melompat mundur.

Gerakannya begitu cepat sekali, dan tubuhnya juga telah melompat sejauh beberapa

tombak.

Di antara kesempatan yang ada ini, Eng Song tidak mau membuang-buang waktu.

Disertai siulannya yang panjang, tahu-tahu tubuh Eng Song telah meloncat ketengah udara.

Dan kedua tangannya dipentangnya, dia telah mengeluarkan ilmu pukulan Bunganya,

sehingga ketika itu tampak gelembung-gelembung tenaga dalamnya telah berhamburan

menghantam kearah si hweshio.

Hal ini bukan main mengejutkan hati si pendeta, sehingga Tiang Liang Siansu

mengeluarkan suara pekikan nyaring dan cepat-cepat telah melompat mundur.

Gerakan yang dilakukannya itu juga memiliki kesehatan yang bukan main, karena pendeta

ini yakin, jika memang terlambat mengelakkannya, niscaya dia akan kena dicelakai oleh Eng

Song.

Tetapi Eng Song yang telah melihat sejak tadi bahwa pendeta ini ternyata memiliki tangan

yang telengas, telah menjadi gusar.

Maka dia tidak mau kasih hati.

Di saat tubuhnya telah meluncur turun, kakinya menotok tanah, dan tubuhnya telah

mencelat ketengah udara melancarkan serangan lagi. Gcrakan yang dilakukan oleh Eng Song

bukan main cepatnya.

Dengan sendirinya, mau tidak mau hal itu telah membuat Tiang Liang Siansu jadi begitu

ketakutan, dia telah menjatuhkan dirinya bergulingan diatas tanah.

Gerakan yang dilakukannya ini memiliki kegesitan bukan main.

Tetapi gerakan Eng Song lebih cepat lagi, karena pemuda ini waktu meluncur turun, kedua

tangannya telah digerakkan menghantam dengan pukulan jarak jauh.

Hawa pukular itu mengandung kekuatan yang dahsyat, sehingga debu dan batu-batu kerikil

berterbangan. Si hweshio yang telah terdesak begitu, tentu saja jadi kalap dan nekad.

Dengan cepat dia telah menangkisnya, dia mempergunakan kekerasan pula.

Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang bukan main kuatnya.

Dan juga, tenaga Eng Song telah saling bentur dengan tenaga Tiang Liang Siansu.

"Bukkkkkk!!"

Sekitar tempat itu seperti telah tergetar oleh benturan yang terjadi ini.

Dan suatu kejadian yang mengerikan telah tampak, tubuh si hweshio telah melesak

kedalam tanah sebatas setengah tombak!

Ini membuktikan bahwa tenaga serangan Eng Song bukan main kuatnya.

Tubuh si hweshio kaku diam mengejang tidak bernapas lagi. Dia telah terbinasakan dengan

cara yang mengerikan itu.

Semua orang yang menyaksikan pertempuran ini dengan hati yang tegang, kali ini dapat

menghela napas panjang. Hati mereka jadi lega.CHIN YUNG

PENDEKAR BUNGA

197

Kolektor E-Book

? ? ooo O ooo ? ?

????????? 17 ?????????

DENGAN kematian hweshio yang jahat itu, berarti urusan telah menjadi beres. Dan

kematian si pelayan yang bertubuh tinggi besar yang tadi telah dihajar oleh si hweshio berarti

telah terbayarkan.

Si kasir rumah makan, cepat-cepat telah datang menjurah memberi hormat.

Dia mengucapkan rasa terima kasih syukur berulang kali atas bantuan dan pertolongan

yang diberikan oleh Eng Song.

Tetapi Eng Song tidak mau menerima penghormatan itu, dia telah menyingkir.

"Jangan banyak peradatan! Jangan banyak peradatan! Semua itu memang sudah kewajiban

kita semua untuk memberantas manusia-manusia jahat seperti dia!"

"Siapakah gelaran Tayhiap yang harum?" tanya si kasir.

"Aku tidak memiliki gelaran, dan orang-orang biasa menggelari aku dengan sebutan

Pendekar Bunga....!" dan setelah berkata begitu, Eng Song menjejakkan kakinya, tubuhnya

mencelat untuk meninggalkan tempat tersebut disertai perkataannya. "Selamat tinggal...!!!"

Tubuh Eng Song dengan cepat telah lenyap dari pandangan mata semua orang yang berada

disitu.

Mereka sangat kagum sekali atas kehebatan Pendekar Bunga itu.

Setidak-tidaknya mereka tadi telah menyaksikan betapa ilmu yang dipergunakan oleh si

Pendekar Bunga merupakan ilmu yang langka didalam rimba persilatan......

Mulai saat itulah, nama Eng Song semakin membubung naik dan dikenal didalam rimba

persilatan sebagai Pendekar Bunga. Dan selalu pula disanjung oleh orang-orang yang

mendengarnya. Semua pihak, mau pihak lawan atau kawan, selalu menaruh rasa hormat pada si

Pendekar Bunga, karena biar bagaimana memang kenyataannya si Pendekar Bunga memiliki

kepandaian yang tinggi dan juga hati yang luhur selalu membela pihak lemah dan dalam keadaan

tertindas.......

TAMAT


Pendekar Mabuk 137 Duel Asmara Playboy Dari Nanking Karya Batara Simbol Yang Hilang Lost Symbol Karya

Cari Blog Ini