Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 4
tanda dengan tai ngan, maka dengan tenang, tak
bersuara sedikit djuga, semua monjet itu ngelojor
keluar, djalannja berbaris rapi.
Pouw Louw bengong mengI awasi kedjadian
didepan matanja itu, ia seperti sedang mimpi.
Sekarang ia bisa awasi orang perempuan, jang
mendjadi seperti ratu guha itu. Dia ada punja alis
kuning, matanja merah dan tadjam, mukanja
kuning bersemu hidjau atau merah djeruk,
hidungnja be' sar dan lebar, dibawah mana ada
sebuah mulut jang lebar, kelihat1 annja sebagai tak
ada giginja, tapi kalau dia tertawa, kelihatannja dua
barisan gigi jang hit&m dan laksana tjalingu sadja.
Jang aneh, diudjung bibir atas, ada tumbuh bulu
kuning atau kumis pendek. Iapunja rambut, jang
kuning djuj ga, dibikin djadi dua kuntjir kiri dan
kanan, turun dikedua pundak. DipandangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
250
seumumnja, dia ada terlebih djelek daripada
monjet , tadi. Maka djuga sesudah meng; awasi
sekian lama, Pouw Louw tak tahu, dia ada manusia
atau siluman.
Sesudah rombongan binatangnja keluar semua,
orang perempuan Itu berbangkit dengan satu
lompatan. Terus ia samperi Pouw Iiouw, tubuh
siapa ia tahan dengan sebelah tangan, lalu dengan
tangan jang lain, ia angkat tjantelannja. Dengan
sebelah tangan, ia pegang Pouw Louw, buat dibawa
ke tempat duduknja tadi. Melainkan dengan satu
kali gerakan tangan, orang perempuan ini bikin
rotan2 putus, hingga kembali orang tawanannja
djadi heran dan kaget. Sebab itu bukan tjuma satu
tenaga besar hanja kepandaian jang terlatih
sempurna.
"Selama aku malang-melintang, inilah jang
pertama kali aku lihat kepandaian sematjam ini,"
pikir Pouw Louw. "Djikalau aku mampu dapati ini
matjam kepandaian, benar? aku boleh mendjagoi
di kolong langit ini."
Habis pikir begitu, Pouw Louw lontjat turun dari
pembaringan, akan berlutut di depannja orang
perempuan itu.
"Kau adalah dewi dari guha ini," kata ia, hampir
dengan tak berpikir lagi, "kau ketahui aku sedang
dalam kesusahan, kau bawa aku ke ini tempat sutjLPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
251
Seumurku, aku belum pernah takluk kepada siapa
djuga, ketjuali kepada kau sekarang. Asal aku bisa
diterima, untuk selama-lamanja, aku nanti ikuti
kau, po-pa. Aku ingin sekali mendjadi muridmu"
Orang perempuan itu buka mulutnja, ia tertawa
berkakakan, hingga kelihatanlah iapunja dua baris
gigi bagaikan tjaling.
"Aku sangka Say-Ong Pouw Louw ada satu
manusia luar biasa, siapa tabu, begini sadja adanja
kau!" kata ia. "Bangunlah kau, kau tak usah ngatjo
belo Siapa bilang aku ada satu dewi? Siapakah
kaupunja po-po ? Aku telah sembunji di tempat
sunji ini, aku sampai lupai bulan, tetapi bitjara hai
umur, aku tak lebih tua terlalu djauh daripada kau.
Kepandaian pihak kita, Ngo Bie Pay, ada utamakan
kesempurnaan, untuk umpama kata menukar urat
menjalin tulang, supaja tua tapi muda nampaknja.
Buat kita, umur seratus masih tak berarti, tua kita
artikan muda, empat-puluh kita anggap botja. Dan
usiaku sekarang ada sedang mudanja ! Kau tentu
tak ketahui ini!"
Pouw Louw terus berltitut. tapi segera ia
berbangkit.
"Kata popo adalah benar," ia djawab sambil
tertawa. Tapi ia segera ingat, kata 'po-po* itu tak
tjotjok untuk orang perempuan ini, jang mengaku
masih muda. Ia djadi bingung, untuk memanggilPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
252
siankouw, sian-tjie atau sian-moay. Buat
memanggil sian-moay, adik, ia pun sangsi kapan ia
telah lirik orang punja paras seperti kisutan.
Dengan tak merasa, ia keluarkan keringat dingin.
"Hei, kenapa kau terus berdiam ?" orang
perempuan itu menegur, karena ia lihat "orang
tawanannja" itu lantas berdiam.
XII
Sekarang ini, tampangnja pemilik guha itu ada
beda sedari daripada bermulanja. Iapunja suara
tidak kaku lagi, iapunja sepasang alis bisa memain,
mulutnja bersenjum. Hanja, karena bersenjum,
kumis kuningnjn turut bergerak?.
Di lain pihak, ia pun heran melihat guha itu, jang
tertutup rapat akan tetapi ada terang mirip dengan
tempat terbuka. Adalah setelah la melihat
kelilingan, dan keatas, baharu ia mengerti dari
mana datangnja tjahaja terang. Jalah dari berbagi
mutiara, jang diatur rapi di lantai atas dari guha.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
253
Hanja ia tidak tahu, dari mana datangnja sekalian
mutiara itu.
Sebagai memedi adalah romannja si orang
perempuan, maka, berdiri di dekat dia itu, Pouw
Louw merasa djerih. Ia terutama takut buat
sinarnja orang punja mata jang tadjam. Dan
sinarnja kedua mata itu, sekarang lagi menjapu ke
arah ia, hingga ia rasai tubuhnja panas, sampai
keringat mengalir di bebokongnja.
Orang perempuan ini memakai badju dengan
leher pandjang, seperti model pakaiannja orang
Han. Badju itu tersulam indah, merupakan berbagi
matjam burung. Udjungnja, di empat pendjuru,
tersulam dengan benang perak jang halus,
merupakan tengkorak dengan matanja dari batu
merah dan putih.
Melihat ke arah betis, Pouw Louw lihat kaki jang
berbulu kuning, kakinja sendiri ada kurus sekali,
sebagal kaki burung kuntul sadja. Sepasang
sepatunja ada berudjung tadjam, kaos kakinja
tersulam djuga.
Bukan main bingungnja Pouw Louw. Di seluruh
Inlam, belum pernah ia lihat lain orang ? dari suku
mana pun ? jang dandan sebagai orang
perempuan ini Ia sendiri ada "machluk aneh" tapi
ini pemilik guha ada terlebih aneh lagi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
254
Heran rupanja ini orang perempuan melihat
orang terbengong-bengong, ia ulur sebelah
kakinja, akan sentuh orang punja betis.
Pouw Louw kaget, apapula kapan ia rasai kakinja
lemas, hingga terus sadja ia djatuh di kakinja itu
orang perempuan.
Lagi sekali pemilik guha itu tertawa.
"Bukankah barusan kau bilang kau berniat ikuti
aku ?" kata ia. "Kau omong dengan sebenarnja atau
membohong?"
"Tentu sadja dengan sebenarnja" sahut Pouw
Louw dengan tjepat.
"Bagus!" memutus orang perempuan ini.
"Utjapannja satu laki-laki ada seumpama kuda
ditjambuk satu kail Hanja, terlebih dahulu, aku
hendak kau turut beberapa perdjandjian. Aku akan
djelaskan itu, untuk kau dengar, kemudian kau
boleh pikir, kau bisa terima baik atau tidak, tinggal
terserah pada kau. Aku tidak mau memasa."
"Tjoba djelaskan itu, dimana aku bisa, aku
bersedia akan menerima baik," kata Pouw Louw.
Orang perempuan itu buka matanja.
"Baik." ia kata, "sekarang pertama2 aku hendak
beritahukan kau tentang asal-usulku. Aku ada dari
suku Koh-lo di Thian Tle San. Tay-lle. Ibuku ada LoPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
255
Kwie Lie-khoa. Sesudah ajah menutup mata, orang
hormati ibuku dengan panggilan Nay-tek. Pada satu
waktu, ibu pimpin satu pasukan tentara menempur
Khim-kok-kong Bhok Kee Goan. Oleh karena kena
tertipu, ibu kena dikalahkan, ia terbinasa dimedan
perang. Habis itu, tentara kita sembunji didalam
gunung. Djumlah suku kita itu tinggal seribu lebih.
Selama kedjadian itu, aku baharu berumur sepuluh
tahun lebih. Rakiatku ingat kebaikannja ajah dan
ibu, aku tetap dihormati, aku diangkat djadi Nay
tek oleh mereka itu. Lantas kita seberangi sungai
Kim See Kang dari Lee-kang-hoe, kitaorang pindah
kedalam gunung Tjap-djie Lan Kan San di Soetjoan.
Kita membuka tempat dan bertinggal tetap disitu.
Meski usiaku masih muda sekali, aku telah
berkeputusan akan membalas sakit hati ibu. untuk
itu aku pernah bersumpah sambil mematahkan
anak panah. Seterusnja, seantero siang sampai
malam, aku jakin ilmu silat. Thian berkasihan
terhadap aku, satu waktu aku bertemu sama Pek
Lok Tjin-djin dari Ngo Bie Pay. Ia ini ada turunannja
Beng Hek dari djaman Han, ketika itu ia sedang
berdiam menjendiri di Tjap-djie Lan Kan San. Ia
sendiri jang terima aku djadi murid, disebabkan ia
dengar tjita2ku. Ia punja tjuma tiga murid, akulah
jang ketiga, malah aku ada murid perempuan.
Kedua suheng sudah berusia lima-pulub lebih dan
keduanja bekerdja di Soe-tjoan dan Kwie-tjioe,
untuk wakilkan suhu menerima murid. PeladjaranPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
256
silat kita bisa dibilang sama dengan dari Siauw Lim
Pay atau Boe Tong Pay. Murid2 suhu tak ada jang
berbangsa Han aseli. Namanja suhu ada dari Ngo
Bie Pay, ia punja ilmu silat ada beda sedikit Menurut
suhu, selama ia berumur tiga-puluh tahun, ia
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jakinkan ilmu silat aseli dari Ngo Bie Pay, tapi
selewatnja itu, saking insafnja, ia bisa tjiptakan
satu tjara sendiri. Suhu Ingin punjai banjak
pengikut, supaja kemudian, ia bisa mendjagoi,
untuk mana, ia niat tempur semua djago silat dari
berbagai tjabang atau golongan. Aku beladjar
radjin sekali, sampai lewat sepuluh tahun, baharu
aku di-idjinkan turun gunung dengan tugas sama
seperti kedua suheng. Suhu adalah jang hundjuki
aku ini selat Pit Mo Gay, buat didjadikan pusat dari
rombonganku. Ini guha Kwie Bouw Tong adalah
guha buatan alam. Mula kalinja aku tinggal disini,
aku diganggu oleh kawanan monjet hoei-hoei jang
terlebih galak dan liehay daripada harimau, atas
pengadjarannja suhu, belakangan aku bisa
kalahkan dan bikin tunduk semua binatang luar
biasa itu, malah selang beberapa tahun, aku bisa
didik mereka hingga sebagai manusia sadja.
Dibelakang hari, mereka pun bakal bisa gunai
tumbak dan toja."
Pouw Louw terus berdiam mendengari itu
keterangan, jang menarik hati.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
257
"Demikian ada asal-usulku", begitu si orang
perempuan achirkan tjeritanja. "Sekarang mari kau
dengar aku punja keterangan lebih djauh, atau
perdjandjian untuk kau timbang. Per-tama2, aku
pikir, baiklah kita berdua mendjadi suami-isteri
agar pergaulan kita djadi leluasa. Kedua, kau mesti
masuk mendjadi muridnja Pek Lok Tjindjin dan
selamanja turut aku punja segala titah atau
pengundjukan. Aku ingin kau nanti pegang
kedudukan di Inlam Selatan, sebagai radja muda
sadja. Sekarang silahkan kau menimbang, kau
mesti berikan putusan sekarang djuga !"
Lantas orang perempuan itu lompat turun dari
pembaringannja, iapunja mata bergerak, bersinar
bengis, mengawasi orang didepannja."
"Pouw Louw menhadapi soal sukar, tapi ia bisa
ambil putusan dengan tjepat, karena ia ada
seorang tjerdik," demikian Tjoh Kham Tjioe
melandjuti tjeritanja. "Ja tak ingin mati, ia sajang
iapunja orang2. Ia pun ketarik oleh kekajaannja
guha itu. Ia mengandung harapan besar. Maka ia
dan itu orang perempuan lantas djadi suami-isteri.
Njonja djelek itu benar ada lie-hay dan tjerdik,
dengan hartanja jang besar, ia bisa pakai uang
sebagai diobral. Dengan Pouw Louw jang bekerdja,
ia bisa ikat persahabatan dan membikin
perserikatan sama berbagai suku bangsa Biauw
lainnja, hingga kawannja djadi banjak,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
258
pengaruhnja djadi besar. Mulanja menantjap kaki
di Pek-sit-tjee, di Liok Siauw San, ia pentang
pengaruh sampai di Ah-bie-tjioe. Selang beberapa
tahun, di Ah-bie-tjioe ia bisa dirikan gedung atau
istana, ia angkat dirinja djadi kepala, djadi
touwsoe. Dengan pengaruhnja, ia bikin pembesar2
negeri pun turut segala sepak-terdjangnja, malah
banjak pembesar tinggi di ibu-kota telah djadi
iapunja sahabat, sebagaimana Pouw Louw djadi
bebas dari segala kedjahatannja dulu2, ketika ia
mengganas, membakar dan membunuh orang.
Sampai diachirnja, ia diaku sebagai touwsoe jang
sah. Dengan ini pengakuan, pemerintah katanja
ambil sikap lunak, agar Pouw Louw ingat budi dan
nanti bersetia kepada negara, supaja satu waktu,
tenaganja bisa dipakai. Tapi djusteru karena ini, ia
lakukan segala apa jang ia suka. Pouw Louw djadi
kepala besar, la telah kumpulkan semua pendjahat
bangsa Piauw, djuga pendjahat orang2 Han jang
buron. Disebelah itu, Pouw Louw tetap hormati dan
takuti iapunja isteri jang djelek itu, perkataan siapa
ia selamanja turut. Diseluruh Inlam, orang tahu
njonja Pouw Louw sebagai Kioe-tjoe Kwie Bouw,
Ibu Hantu, dan ia terima baik gelaran ini sebagai
gelaran kehormatan. Di-mana2, ia ada sangat
ditakuti. Tapi ia tinggal menetap diguhanja, jang ia
atur rapi dan kuat, dari mana ia keluarkan segala
rupa perintahnja. Didepan dan belakang lembah,
semua mulut djalanan jang penting ada didjagaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
259
oleh sembilan muridnja lelaki serta iaorang ini
punja pengikut.
Didalam, Kioe-tjoe Kwie Bouw tinggal bersama
tiga murid perempuannja, jang la sangat pertjaja.
Ia njata ada punja kesukaan istimewa terhadap
batu permata atau barang kuno segala matjam,
maka guha Kwie Bouw Tong telah djadi sebagai
gudang pusakanja. Dan gudang harta-bendanja itu
ia pertjajakan kepada belasan monjet hoei-hoei. Ia
pun ada punja semakin banjak monjet ini. jang
merupakan sebagai iapunjai barisan pelindung atau
pahlawan. Diwaktu tak ada urusan, semua hoei
hoei terpentjar di rimba di sekitarnja, mereka hidup
merdeka tapi bekerdja sebagai mata2. Hidung
mereka ini ada sangat tadjam, dengan lekas
mereka bisa baui adanja orang asing. Kalau mereka
tangkap orang asing, mereka tak binasakan atau
gegaras daglngnja. hanja mereka bekuk untuk
dibawa pada Kioe-tjoe Kwie Bouw. Dengan lewatnja
banjak tahun, Kioe-tjoe Kwie Bouw pun dapati satu
anak lelaki, jalah jang dipanggil Siauw Say, atau si
Singa Muda Pouw Bin Seng, nama siapa kesohor
sebagai nama ajahnja. Anak ini dididik sendiri oleh
ibunja, maka kepandaian silatnja ada liehay sekali,
beberapa lipat melebihi ajahnja sendiri. Sekarang
ini katanja pengikut dari Singa Tua dan Singa Muda
itu sudah lebih daripada tiga-ribu djiwa, terpentjar
di Liok Siauw San, Pek-sit-tjee dan Ah-bie-tjioe.
Katanja mereka ini, sebagai orang2 suku BiauwPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
260
aseli, ada punja pertandaan sepotong tjita piauw
pou dan sebatang bulu burung thiango-leng, tanda
untuk berperang atau Iainnja. Kalau Kioe-tjoe Kwie
Bouw berkedudukan di Plt Mo Gay, adalah Singa
Muda di Peksit-tjee dan Singa Tua di Ah-bietjioe.
Diwaktu aku dengar keterangan itu, dalam hati,
aku kaget bukan main, tetapi didepan mereka, aku
bersikap tenang, malah aku berbalik memudji
mudji, untuk tak menimbulkan ketjurigaan.
Pada suatu malam, aku keluar dengan diam2,
aku pergi ke istana touwsoe. Disini aku dengar hal
jang penting. Rupanja Pouw Louw kebetulan tak
ada dirumah, maka pendjagaan ada sedikit kendor.
Didepan, diruangan tengah, orang sedang
berkumpul, suara tertawa dan bitjara ada riuh.
Terang mereka ilu asik tunggui ketua mereka.
Diruangan belakang, penerangan tak ada, orang
tak mundar-mandir. Aku turun kebawah, aku
hampirkan djendelanja satu kamar. Dengan gunai
djari tangan, aku bikin satu lobang dlkertas
djendela, untuk mengintip kedalam. Dua nona
berada disitu, dua2nja dandan dengan ringkas,
golok tantoo di bebokong mereka, kantong piauw
dipinggang masingz. Dua2 mereka ada eilok. Lima
orang lelaki, dengan tubuh kasar dan roman gagah,
berduduk didepan nona2 itu. Rupanja ada tauwbak
dari Pouw Louw tetapi terhadap kedua nona,
mereka bersikap menghormat. Menurut tjaraPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
261
bitjaranja, dua nona itu mesti ada pelajannja
Kioetjoe Kwie Bouw.
?Kenapa sampai begini hari Touwsoe masih
belum kembali ?? kata satu nona. ?Tjoewie tahu
sendiri, aturannja Loo-thay ada sangat keras,
djangan kata kita, Touwsoe sendiri tak berani
mengabaikannja. Sampai begini waktu, kita sudah
menantikan setengah malaman lamanja.
Bagaimana kita bisa pulang, untuk memberi
laporan ??
Tiarap djie-wie sabar,? kata satu tauwbak, muka
siapa ada kasar dan bengis, tapi ia bitjara sambil
tertawa. ?Kita tak tahu kemana Touwsoe sudah
pergi, tapi kita pertjaja Touwsoe tak akan membikin
salah. Ini malam seharusnja Touwsoe pergi ke Pit
Mo Gay akan menemui Loo-thay. Baik djiewie
menunggu lagi sebentar, Touwsoe mesti tentu akan
pulang.?
Nona itu tertawa.
?Kauorang mendjaga disini, tjoe-wie, kauorang
tentu tak ketahui keadaan kita disana,? kata nona
jang ke-dua. ?Malam ini ada malam jang berbeda
daripada biasanja. Sudah sedjak tiga hari jang
lalu, Loo-thay telah keluarkan perintah untuk
berkumpul. Touwsoe ada separoh ketua, maka
kenapa ia masih belum muntjul? Ketika kita
berangkat kemari, matahari masih belum selam,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
262
tapi sementara itu, Goh Touwsoe dan See Touwsoe
sudah datang, begitupun siauw-tomvsoe kita,
malah ketiga nona dan sembilan murid jang
mendjaga berbagai mulut guha, sudah siap
melajani Loothay. Sekarang ini, jang lainz djuga
mestinja sudah kumpul semua. Kita sangat kuatir
Loo-thay nanti undjuk kemurkahannja...?
?Aku pertjaja keadaan tak demikian dengan
djiewie' kata satu tauwbak, jang hidungnja miring.
?Kita tahu, djie-wie ada lain, hingga ketiga nona
jang sangat gagah masih memandang mata kepada
djiewie...?
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua nona itu girang mendengar umpakan ini,
mereka bersenjum.
?Sebenarnja, djie-wie ' kata si hidung mengok ini,
?ini malam ada urusan apa maka telah diadakan
himpunan istimewa ini ? Kenapa sih semua
pemimpin lainnja mesti pada berkumpul ??
Dua nona itu sedang kegirangan, mereka suka
memberi keterangan, maka itu, aku jang terus
pasang mala dan kuping, bisa dengar keterangan
mereka itu. Njata Loo-thay, jalah njonja agung
Kioetjoe Kwie Bouw ada dibikin ibuk sama laporan
dari Hoei Thian Ho, periha! gerakan mereka di Tjio
Liong San, Seng-kengkwan, sudah nampak
kegagalan, karena pasukan mereka disana telah
kena dilabrak oleh barisan Kongya. Hoei Thian lioPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
263
djadi seperti kalap karena kegagalannja itu, tapi
Loo-thay jang tabah, bisa kendalikan diri.
'Dasar kau' demikian katanja Loo-thay. ?Aku
larang kau sembrono, kau tak dengar aku, kau
berkeras mau menuntut balas. Kenapa kau ingin
lekas2 rampas Keegok dan menduduki Tjouw
hiong? Kau sembrono, pasti kau ketjele. Musuh kita
utama ada pihak Bhok. Sjarat utama untuk
bergerak di Inlam adalah, paling sedikitnja, kita
mesti bikin delapan Touwsoe berada di pihak kita,
supaja mereka bisa diperintah-perintah. Kau bikin
kegagalan, orang kita terpukul bujar, maka untuk
perbaiki itu, kau mesti dengar aku. Sekarang kita
tak boleh lagi gunai tentara. Kita mesti kirim
beberapa orang jang boleh diandali untuk satroni
dengan diam* istana Bhok Kee Goan, guna bunuh
habis pada mereka. Sekalipun begini, kita mesti
mengatur dengan sempurna. Lagi beberapa hari,
aku akan kumpulkan kauorang semua, akan terima
perintahku, aku tanggung, kita akan berhasil!?
Aku insaf bentjananja kalau rentjana itu bisa
didjalankan dengan sempurna. Akibat dari itu
adalah Inlam bakal katjau dan rakjat akan
menderita. Aku djuga tak berani turun tangan
dengan sembarangan, maka diam2, aku balik ke
pondokanku. Semalam itu, aku tak dapat tidur, aku
mesti berpikir keras. Diachirnja aku ambil putusan
akan menunda uiusanku sendiri dan aku mestiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
264
pergi ke Bhok Kong-hoej untuk mengasi kisikan,
untuk berikan djuga bantuanku. Kebetulan sekali
ada kedjadian kongtjoe mendapat sakit, ketika ini
aku pakai untuk bisa masuk kedalam istana.
Begitulah aku bisa bertemu Kongya dan beginilah
ada aku punja maksud kedatangan kemari. Apa
jang aku heran adalah Pouw Louw boleh ketahui
gerak-gerikku di Ahbie-tjioe, sedang dengan
dianja, aku belum pernah ketemu. Ini ada
menjatakan diapunja kelihayan. Maka, Kongya,
mulai malam ini, selandjutnja kita mesti atur
pendjagaan kuat disini. Aku pun harap Kongya dan
Liong Tjiangkoen suka berlaku hati2, karena
kauorang adalah tiang untuk wilajah Inlam ini."
Bhok Kongya kerutkan alisnja, begitupun Liong
Tjiangkoen.
"Benar2 Inlam ada terantjam malapetaka," kata
ia, sambil mengelah napas. "Aku tak sangka Pouw
Louw ada kandung maksud begini besar dan ia ada
demikian punja liehay. Bagi pihakku perseorangan
masih mending, tapi bagaimana dengan rakjat
Inlam ? Dasar berkah Thian, apamau Tjoh Loo
enghiong bisa dapatkan kabar penting ini.
Sekarang ini kita tak usah terlalu berkuatir, mari
kita bikin persiapan."
Liong Tjay Thian ada gusar sekali.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
265
"Pengchianat Pouw ada demikian djahat, baik
Kongya keluarkan perintah, besuk aku nanti pimpin
pasukanku akan labrak Ah-bie-tjioe!" kata ia
dengan sengit, matanja mendelik, tangannja
menepuk medja.
"Sabar, Tjay Thian," berkata Bhok Kongya. "Kita
tak boleh sembrono. Orang musuhkan aku, mari
Kita siap, untuk sambut merekaBiar kita pasang
pantjing, agar musuh hampirkan umpan. Kalau kita
geraki tentara pula, pemerintah bisa heran dan
sekalian menteri bisa tjurigai kita. Apa jang aku
kuatiri adalah mereka punjai banjak orang pandai
dan kita kekurangan tenaga untuk melajani
mereka. Loo-enghiong gagah tapi ia bersendirian."
Liong Tjay Thian mengerti kesukaran itu, tetapi
ia tak takut, ia malah tertawa.
"Untuk balas budi Kongya, aku suka lakukan
segala apa!" ia njatakan. "Sekarang ini baiklah kita
atur pendjagaan diini istana, dengan tambah
pahlawan. Kim Tjie Peng ada gagah, ia boleh
ditempatkan disini, untuk sekalian bantu Tjoh Loo
enghiong. Ia harus selalu mendampingi Kongya."
Bhok Kongya setudju, ia manggut.
"Siapa itu Kim Tjie Peng ?" Tjoh Kam Tjioe tanja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
266
"Ia ada orang baharu," sahut Tok Kak Liong-ong,
jang lantas tuturkan halnja si Garuda Sajap Emas
itu.
"Bagus !" memudji Koitw Bak Giam-lo, setelah ia
berpikir, "Sajang di sini tidak ada akupunja koko In
Hay Tjhong-liong Siangkoan Hiok dan muridku Tliio
Kiat, djikalau tidak, mereka tentu bisa membantu
banjak."
Kapan Ang Hay Djie dengar perkataan ajahnja, ia
lantas ingat, umpama Thio Kiat menjusul, soeheng
itu tentu tak tahu gurunja ada di Kokkong-hoe dan
dia itu sukar mentjari. Maka ia lantas berbisik
kepada Thian Lan, dengan siapa ia lantas sadja bisa
bergaul rapat.
"Hanja, suhu," kemudian Thian Lan lantas
berkata, "umpama Thio Su-ko datang, tjara
bagaimana ia ketahui suhu berada di sini dan
bagaimana ia bisa datang ke mari?"
"Itulah gampang," sahut sang guru sambil
tertawa. "Aku hendak tjari tahu di mana
mengeramnja musuh, maka sembari mentjari tahu,
aku nanti tinggalkan tanda2 untuk Thio Kiat. Kalau
ia dan Siang-koan Lauwko datang ke mari, mereka
tentu ambil tempat di hotel, mereka pasti akan
dapat lihat tanda rahasiaku itu. Aku nanti pergi ke
kota sebelah timur, ke rumah penginapan di mana
dahulu aku menumpang."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
267
Selagi mereka bitjara, rnendadakan ada
terdengar suara berisik samardi tempat jang djauh
dan suara itu hilang seketika. Kouvv Bak Giam-lo
tutup mulutnja seraja memasang kuping.
Bhok Kokkong dan Liong Touwsoe djuga dengar
suara itu, di saat orang bangsawan itu hendak
perintah orang mentjari tahu, di luar segera
terdengar bunjinja po-soe in-poan sampai tiga kali.
Berada di taman jang sunji, di saat malam jang sepi
itu, segala matjam suara bisa terdengar njata. Dan
sebelum suara in-poan berhenti betul, sebagai
gantinja lalu terdengar tindakan kaki jang berisik.
Bhok Tjiong dan Bhok Yok segera pergi keluar,
akan mentjegah orang bikin berisik, akan tetapi
lekas djuga mereka kembali dengan diturut oleh
dua kee-tjiang jang romannja keren, siapa sudah
lantas memberi hormat seraja tekuk sebelah
kakinja. Mereka ini mengabarkan perihal dapat
ditawannja dua orang djahat dan mereka mohon
perintah.
Bhok Kongya terkedjut berbareng gusar, ia
segera awasi si sinshe buta dan Tok Kak Liongong.
"Njatalah Loo-enghiong ada benar," kata ia.
"Baharu lewat djam tiga begini pendjahat sudah
berani datang menjatroni ? Lekas siap diruangan
depan, poen-tjiak hendak melakukan
pemeriksaan!" kemudian ia kasi perintah.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
268
Dua kee-tjiang itu menjahuti sambil berbangkit,
selagi mereka hendak putar ttibuh, untuk berlalu,
Kouw Bak Giam-lo berbangkit dan memanggil:
"Tunggu sebentar!" kemudian ia ini terusi pada
tuan rumah: "Aku kasi selamat pada Kongya untuk
Kongya empunja hokkie besar, pendjahat telah
lantas kena ditasvan, akan tetapi kendati demikian,
aku minta sukalah Kongya berlaku waspada.
Kawanan pendjahat ini ada sangat litjin, benar dua
di antaranja sudah tertawan, akan tetapi
bagaimana bila masih ada sisa mereka, jang masih
asik sembunji? Maka satu pemeriksaan diruangan
depan adalah tidak sempurna".
Bhok Kongya mesti aku ketelitiannja thabib palsu
ini.
"Baiklah Kongya kasi perintah akan melakukan
pemeriksaan di sini sadja," Liong Tjay Thian lantas
usulkan. "Sembari memeriksa, kita atur
pendjagaan terlebih kuat, aku pikir, dengan begitu,
bahaja tak ada."
Bhok Kongya anggap usul itu benar, ketika ia
hendak berikan titahnja, tiba2 Toa-kongtjoe Bhok
Thian Po tanja kedua kee-tjiang: "Bagaimana
tjaranja kedua pendjahat kena ditangkap?"
Dua kee-tjiang itu memberi hormat.
"Kita berdua bertugas mendjaga djalanan keluar
masuk dari taipan ini," sahut mereka "KedjadianPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
269
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ada di luar dan kita hanja terima laporan, untuk
disampaikan terlebih djauh. Bagaimana duduknja
hal, kita tak mendapat tahu"
"Kauorang dengar pekataannja Liong Touwsoe,
maka lekas kasi titah untuk siap-sedia di sini!" Bhok
Kongya perintah lebih djauh.
Kedua kee-tjiang itu menjahuti dan lantas
berlalu.
Karena ini, Bhok Yok dan Bhok Tjiong lantas atur
medja, semua barang santapan disingkirkan. Kouw
Bak Giam-lo suru anaknja dan djiekongtjoe
berdiam di dalam, untuk mereka tak perlihatkan diri
Dari luaiy delapan kee-tjiang datang bersama dua
puluh serdadu bersendjatakan panah. Di medja ada
dipasang sebatang lilin besar. Liong Touwsoe dan
Tjoh Kham Tjioe menjembunjikan sendjata, mereka
berdiri di kiri dan kanan hertog itu.
XIVPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
270
Begitu lekas delapan kee-tjiang dan dua-puluh
serdadunja siap, muntjul rombongan ke-dua jalah
semua anggauta pengadilan dari Hokkong-hoe,
jang membawa surata dan perabot-tulis, semua
mereka sudah lantas ambil tempatnja masing2.
Sepasang lentera dinjalahkan, digantung di dekat
pintu, diluar kere. Lapangan peranti Bhok Thian Lan
beladjar silat telah penuh sama serdadus pengawal,
di situ pun ada dipasang api terang2. Saban lima
tindak, ada berdiri satu serdadu. Belum seradus
jang meronda di bahagian luar. Kemudian muntjul
rombongan jang ke-tiga, .ialah dua pendjahat jang
diiring oleh satu pa-tjong dan dua-puluh seradu.
Si pa-tjong sendiri madju paling dulu,
menghadap Bhok Kongya, untuk memberi hormat
sekalian mengasi laporan,katanja .Tjoenseng Thio
Tek Piauw, jang giliran ronda sudah berhasil
membekuk dua pendjahat ini."
"Bagus, Tek Piauw," memudji Bhok Kongya.
"Sudah banjak tahun kau turut aku, aku tahu
kesetiaan dan kegagahanmu. Sukur ini malam kau
bisa menawan orang djahat, nanti aku gandjar
kau."
Pa-tjong itu girang sekali, ia lekas2 mengutjap
terima kasih.
"Hanja dua pendjahat ini ada luar biasa," ia lalu
melaporkan terlebih djauh. "Sudah mereka muntjulPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
271
dengan mendadakan, mereka djuga tak kenal satu
pada lain, mereka telah saling damprat. Entah ada
rahasia apa di antara mereka"
"Kau bangun," kata Kongya, jang mendjadi
heran. "Mereka ditawan berbareng, kenapa mereka
tak kenal satu pada lain ? Tjoba kau tuturkan
bagaimana tjaranja mereka ditawan."
Pa-tjong itu bex-bangkit, ia agaknja ragu2, tapi
toh ia menutur djuga.
"Tek Piauw telah terima budi besar dari Kongya,
dari itu, Tek Piauw tidak berani mendjusta.
Kedjadian ini memang ada sangat luar biasa. Tek
Piauw sudah periksa mereka, pertjuma sadja
mereka dibudjuki, mereka tak mau
memberikan keterangan "
"Aku tak tanjakan hal itu 1" Bhok Kongya
memotong, sambil membentak. "Aku ingin tahu
tjaranja kau bekuk mereka."
Pa-tjong itu terperandjat, la berlutut pula.
"Ja, ja,' Kongya," ia menjahut. "Tadi Tek Piauw
meronda bersama delapan saudara, sampai di
depan, di atas genteng, Tek Piauw dengar suara
orang berselisih, mulanja suara itu mulai dari
belakang, kemudian ada djatuh sepotong golok,
ampir mengenai satu serdadu. Kita kaget tapi kita
lantas siap, malah kita mengasi tau djuga ke depan,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
272
buat minta datangnja bantuan jang bisa naik ke
atas genteng. Lantas kita dengar seruan di atas
genteng: ?Turunlah kau !? jang disusul sama
pemberian ingat: ?Pa-tjong sekalian, hati2, djangan
sampai pendjahat lolos?. Menjusul itu ada djatuh
satu pendjahat kurus-kering. Ketika kita mau
madju, untuk membekuk, dari atas lantas
terdengar seruan lebih djauh, katanja : ?Mundur!
Biarlah aku jang turun tangan !? Dan segera lontjat
turun seorang dengan dandanan sebagai pengemis.
Ia djatuh diatas tubuhnja si pendjahat, ia tertawa
dan kata: 'Oh, pendjahat, kau sial!' ia tekan
pendjahat itu, hingga kita gampang ringkus
padanja. Kemudian pendjahat pengemis ini
kebelakangi kedua tangannja, untuk kita ikat
djuga. Ia djadinja telah serahkan diri. Tek Piauw'
ingin dengar keterangannja si pendjahat pengemis
jang aneh itu, ia menolak dengan kata : 'Bukankah
Kongya sudah pulang ? Pasti Kongya bakal
memeriksa sendiri, maka sebentar duduknja hal
bakal djadi terang?.'
Kong-ya tertawa.
"Begitu ? Sekarang kau mundur dulu. Kau
hadapkan itu pendjahat bangsa pengemis. Djaga
baik2 itu pendjahat kurus."
Thio Pa-tjong menurut, ia mundur dengan tjepat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
273
Biar bagaimana, ruangan pengadilan sementara
itu ada tjukup rapi dan suasana ada angker.
Tjepat sekali Thio Pa-tjong muntjul pula, ia djalan
didepan, empat serdadunja giring satu pendjahat
dengan rambut riap2an, mukanja kotor, badjunja
rombeng, sepatunja tak keruan. Ditempat angker
sebagai itu, ia nampaknja tak djerili, ia berani
melihat ke sekitarnja. Baharu sadja ia muntjul atau
dari kiri, dari djendelanja satu kamar, terdengar
seruan kaget: "Eh, itu toh aku pun a Thio Soeko !"
Dalam kesunjian, suara itu kedengaran sangat
njata.
Pengemis itu terperandjat, sampai ia merandek.
Ia dengar itu suara, ia segera menoleh, mulutnja
bergerak, tetapi ia tak keluarkan sepatah kata pun.
Diam2, ada orang jang telah kasi kisikan pada
Bhok Kongya, karena suara tadi ada suaranja
Anghay-djie Tjoh Koen. Sebab ini botja, meskipun
ia diperintah diam didalam, diam2 toh ia adjak
Djiekongtjoe mengintip keluar. Anaknja Kouw Bak
Giam-lo segera kenali suhengnja, hingga ia tak
dapat kendalikan diri untuk tak berseru. Ia hampiri
ajahnja, untuk mengasi kisikan, dan kapan sang
ajali pun sudah kenali muridnja, dia ini lebih djauh
kisiki Bhok Kongya.
Bhok Kee Goan pun heran dan terperandjat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
274
"Djangan kuatir, loo-enghiong, aku tahu
bagaimana harus bertindak," kemudian ia kata.
Sementara itu, Thio Kiat djuga sudah angkat
kepalanja, hingga kegirangannja bukan main akan
lihat dan kenali iapunja guru dan soetee, maka itu,
segera ia madju lebih djauli, akan berlutut didepan
orang bangsawan itu, untuk memberi hormat
seraja perkenalkan diri. Ia minta maaf jang ia
sudah datang setjara lantjang itu.
Bhok Kongya bersenjum.
"Apakah kau ada Tong-pek-wan Thio Kiat
muridnja Tjoh Loo-enghiong ?" ia tanja.
Dengan tjara hormat, Thio Kiat benarkan
pertanjaan itu.
"Merdekakan ia!" Bhok Kongya segera menitah.
Kembali Thio Kiat memberi hormat pada hertog.
Ia tak berani bitjara sama gurunja, ia melainkan
lirik guru itu, jang berdiri dibelakang Bhok Kongya.
Ia girang akan dapati guru itu nampaknja lebih
bersemangat daripada biasanja, sedang disebelah
gurunja, ia tak kenal Liong Touwsoe jang sikapnja
gagah. Ia berdiri diam dengan kedua tangan dikasi
turun.
"Thio Kiat, aku ketahui tentang kau dari kaupunja
sutee Tjoh Koen," berkata Bhok Kongya kemudian.
"Setelah kauorang berpentjaran disarangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
275
pendjahat di Tjio Liong San, aku telah bawa soetee
kau kemari dan dari ianja aku dapati segala
keterangan mengenai kauorang dan gurumu,
malah disini, aku telah bertemukan soeteemu itu
dengan ajahnja. Bagaimana kau bisa loloskan diri?
Bagaimana kau bisa datang kemari sekalian
menawan pendjahat itu?"
Thio Kiat ada satu orang polisi jang ulung, ia tahu
bagaimana mesti bitjara sama orang besar. Iapun
mesti bitjara, agar tak ada orang tjurigai ia. Maka
ia lantas tjeritakan bagaimana bersama Tjoh Koen.
ia lolos dari tangan pendjahat tapi kena tertawan
oleh tentera negeri, bagaimana, selagi
pertempuran berlaku, ia dapat djalan untuk
loloskan diri sendiri, sebab ia tak dapat kesempatan
akan tolong pula pada Tjoh Koen.
"Ditanah pegunungan itu, aku tak bisa t jari
djalan keluar," ia tjerita lebih djauh. "Aku kelaparan
dan kehausan, maka achirnja, aku rubuh pingsan.
Ketika kemudian aku sedar, njata aku telah
ditolong oleh satu pemburu, jang panggul aku ke
gubuk batunja. Pemburu itu, dan isterlnja, ada
oranga Biauw jang baik, mereka sering bergaul
sama orang Han dan suka pergi ke pasar untuk
djual hasil pemburuannja. Buat sepuluh hari aku
menumpang sama mereka, jang berikan aku
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
makanan hingga kesehatanku kembali. Uangku
telah lenjap, sedang pakaianku ada pakaianPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
276
pendjahat, jang itu waktu telah djadi rombeng dan
kotor. Setelah pamitan dari suami-isteri Biauw itu,
aku bikin perdjalanan sebagai pengemis, sampai
tadi siang aku baharu sampai disini. Maksudku jang
utama adalah mentjari suhu dan Siang-koan Loo
tat-koan. kemudian baharu soetee. Dikota selatan,
dirumah penginapan, aku dapat keterangan halnja
satu thabib buta jang biasa bawa kelenengan,
tentang Siangkoan Lootatkoan, aku tak peroleh apa
djuga. Aku bingung, terutama kapan aku pikir
soetee. Aku malu bertemu suhu selama soetee
belum dapat ditjarl Dengan tak tudjuan, aku djalan
diluar kota, karena pikiran kusut, aku djalan tunduk
sadja, sampai tahu2 aku kena langgar satu orang,
mulut siapa oerbau arak, djalannja sempojongan.
Jang aneh, selagi tubuh orang itu tak bergeming,
aku sendiri mundur sampai enam atau tudjuh
tindak. Terang itu orang ada punja kepandaian
tinggi Karena ini tubrukan, pikiranku djadi djernih.
Aku berdiri diam, dipinggiran, untuk kasi simabuk
itu lewat. Aku sudah pikir untuk kembali kekota.
Siapa tahu, slpemabukan itu lewat sambil ngotje
dengan dampratan atau kutukannja, suaranja tak
njata, samar2 kedengaran: ?Sajang malam ini
aku ada punja urusan, kalau tidak, tentu aku tabas
terlebih dahulu kau punja kepala andjing!?
Karena ini, aku djadi tjuriga, diam2 aku kuntit
padanja. Selama diperdjalanan, sang sore telahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
277
sampai, dalam gelap-gelita, orang itu tak tahu aku
kuntit padanja. Dipintu kota, ia dongak
memandang Iauwteng kota, lantas ia bertindak
masuk. Aku duga ia mau bekerdja dan memeriksa
tinggi-rendahnja Iauwteng kota. Sampai di
perapatan, ia ambil djalan arah timur. Tak pernah
ia menoleh kebelakang. Djaianan disini ada sepi,
diudjungnja ada sebuah Kwan Tee Bio, jang mentjil
sendirian. Ia masuk kedalam bio seperti djuga bio
itu ia sudah kenal baik. Aku menjusul masuk.
Didalam ada dua ruangan, geredja itu sudah tua
sekali, rupanja tak ada jang rawat. Terang dia nakai
bio mi sebagai pondokan. Untuk mendahului dia,
aku mutar kebelakang, sampai dipendopo tengah,
dimana ada sinar api, aku dengar suara orang
bitjara. Diantara terangnja api lilin, duduk atas alas
rumput kering, ada dua orang. Disitu ada satu potji
arak dan sisa barang makanan. Jang satu adalah
sipemabukan tadi Jang lainnja ada seorang kurus
beroman sebagai kunjuk. Dia ini adalah pendjaj hat
jang barusan aku bekuk.
?Djieko, setengah harian kau pergi kekota, kau
tinggalkan aku sendirian, tjoba orang jang njalinja
ketjil, pasti dia sudah ketakutan setengah mati
demikian sikurus menjesali. 'Njata kau telah
menenggak banjak, maka ini satu potji harus djadi
bagianku. Ia djumput potji arak dan gelogoki isinja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
278
'Kau boleh minum, loo Kioe, tapi djangan
kemaruk' kata sidjieko itu. 'Kau mesti hati2.
Ingatlah itu malam, kedjadian pada loo Ngo dan loo
Pat, tjoba tidak ada ketua kita, ketjuali rubuh
ditangannja situa-bangka she Tjoh jang buta palsu,
mereka pasti akan lenjap, tak akan kembali.
Sepulangnja, mereka sudah dimaki habiskan oleh
ketua kita. Sukur mereka tak diadukan kepada Loo
thay, kalau ja, tjelakalah mereka. Ingat, djangan
bikin gagal, atau aku nanti seperti djuga bikin kau
tjelaka'
'Djangan kuatir, tidak apa' sahut sikawan.
Aku girang akan dengar pembitjaraan mereka,
jang menjebutnjebut suhu. Njata mereka ada
orang2 djahat dan dua kawannja, jang ke-lima dan
ke-delapan, pernah rubuh ditangan suhu.
?Djangan kuatir, djieko' kata Loo Kioe sambil
tertawa kemudian. 'Aku tahu akupunja kewadjiban.
Menurut aku, tak usah kita bekerdja setjara begini
besar. Berapa sih liehaynja satu tua-bangka she
Tjoh itu? Semua beberapa ratus kee-tjiang toh ada
bangsa kantong nasi? Tjuma beberapa orang sadja,
jang bisa lontjat keatas genteng.?
Habis itu, ia todong pula mulut potji araknja.
Terang, dua kati arak Tjoei Tjian Ang, arak seribu
kali mabuk sudah ngelorok masuk kedalam
perutnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
279
Kawan itu tertawa, tapi ia menegur. ?Aku
bermaksud baik, loo Kioe, siapa tahu, kau tak
perhatikan nasehatku!? kata ia. 'Lihat, sekarang
sadja kau sudah tak bitjara beres. Awas, malam ini
bisa djadi ketua kita turut keluar, atau Loo-thay
kirim salah satu jang sepatunja lantjip. Aku kuatir
malam ini kau tak dapat main gila...?
Sahabat itu tertawa. 'Sudahlah' kata ia. 'Djangan
kau takut-takuti aku! Tidak minum arak ja tidak
minum arak, ini potjimu, aku kembalikan!' Dan ia
serahkan potji araknja.
Si sahabat sambuti potji itu terus digojang
gojang, achirnja ia ketawa. 'Lihatlah, setetes pun
tidak ada, apanja jang mesti diminum?' Ia ngulet,
ia berbangkit.
Loo Kioe pun berbangkit sambil ngulet.
Sampai disitu, keduanja bertindak, ketempat
jang gelap, hingga mereka tak bisa dilihat njata.
Apa jang terdengar adalah suara mereka ngulet
atau melemaskan urat-urat mereka.
'Djieko, sekarang sudah saatnja, aku hendak
berangkat' kemudian terdengar pula Loo Kioe.
'Bagaimana dengan kau ??
'Sebenarnja aku niat turut kau' sahut loo Djie,
?sajang ketua kita perintah aku menantikan Hek
Kouw-nio, sesudah nona itu sampai, baharu akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
280
boleh pergi. Aku tak berani langgar perintah Itu.
Maka, loo Kioe, harap kau waspada, djangan tjoba
kau bikin pelanggaran, djangan bikin dirimu sampai
terlihat. Kau harus mengerti, kita tak boleh turun
tangan sebelum sampai waktunja!? 'Baiklah' kata
loo Kioe, jang terus sadja bertindak keluar.
Melihat demikian, aku lekas5 keluar, akan bisa
kuntit si loo Kioe ini. Ia ada gesit luar biasa, ia lari
ke barat, bagaikan asap sadja. Ia memang
bertubuh ketjil dan kurus. Untuk tidak kehilangan
dia, aku terpaksa lari sekerasnja bisa. Aku kuntit ia
dari djarak lima atau enam tumbak djauhnja. Ia
ambil djalan sepi, sampai di perapatan. Di sini ia
mendekam, lantas tubuhnja terapung naik, ke
rumah penduduk, lantas tubuh itu lenjap.
Tjelakanja bagiku, disitu tak ada lain rumah, hingga
aku mesti menunggu sebentar sebelum aku berani
turut lontjat naik. Aku bingung. Bagaimana aku bisa
tjari ia. Selagi aku ibuk, aku ingat pembitjaraan
mereka perihal suhu, tentang ratusan kee-tjiang
tak berguna. Maka aku lantas ingat Kok-kong-hoe.
Tapi aku tak tahu di mana letaknja istana, aku tak
tahu, suhu apa benar berada di istana itu. Dengan
menduga-duga, aku lantas menudju ke arah barat
selatan.
Untuk kegiranganku, aku telah sampai di sini.
Aku lihat tiang bendera, aku lihat barisan pendjaga.
Tapi aku tak lihat sikurus loo Kioe itu. SetelahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
281
sekian lama, mendadakan aku lihat berkelebatnja
satu bajangan, di kaki tembok, naik ke atas
tembok. Itu ada tembok sebelah barat. Ketika
barisan ronda lewat, dengan berani pendjahat itu
geser tubuh ke ruangan besar jang pertama. Di sini
ada sebuah pohon gouwtong jang besar. Dengan
gampang, ia djalan di atas genteng. Sebentar
sadja, ia lenjap pula. Sukar untuk aku tjari ia, sebab
di sini aku tak berani bergerak setjara leluasa.
Pendjagaan ada terlalu rapat. Kebetulan sekali,
tempo serombongan serdadu ronda lewat, satu
bajangan muntjul dari tempat gelap. Dan ia ada si
pendjahat dari bio tua. Kita berada terlalu dekat
satu pada lain, pendjahat itu lantas lihat aku. Ia
kaget, ia lari ke wuwungan, di situ ia umpati diri,
tangannja menggape. Ia pasti tahu aku bukan
kawannja, tapi karena aku bukan pegawai Kongya,
ia duga aku ada pentjuri biasa. Pakaianku pun tidak
keruan. Mulanja aku kaget dan bingung, tapi lekas
aku dapat akal, maka aku balas menggapekan dia,
aku lantas merajap, untuk menghampirkan.
?Hm, sahabat,? kata ia. 'Kau tentu ada orang
baharu. Bagaimana kau bisa naik begini tinggi? Aku
tak pertjaja?
?Sebenarnja aku datang sedjak kemarin,? aku
djawab. ?Pendjagaan di sini ada sangat rapat, aku
tak bisa turun tangan. Aku tidak sangka Kokkong
hoe ada begini kuat. Sekarang aku lapar sekali, akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
282
tidak pikir lain ketjuali kabur dari sini. Umpama aku
tak bisa lolos, daripada mati kelaparan, lebih baik
aku mendjerit, untuk serahkan diri Aku ada maling
biasa, tak nanti aku dihukum mati Umpama kau
suka, lauwko, tolong kau tolongi aku. Atau aku
nanti djadi mati untuk kau'
Sengadja aku undjuk roman duka dan kuatir.
Nampaknja ia djemu terhadap aku, tjoba itu
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktu tak ada barisan ronda lewat di sebelah
bawah, dia tentu sudah damprat aku.
Ia bitjara dengan sengit, ia katakan aku gila. Ia
ulur tangannja, akan tarik aku. Aku barengi entengi
tubuh, hingga tubuhku terangkat, tapi waktu
kakiku indjak genteng, aku sengadja gunai tenaga,
hingga genteng petjah dua potong dan menerbitkan
suara berisik.
?Tjelaka!? ia mendamprat. Ia pun kaget. Tapi ia
lekas dapat pulang ketabahanja, karena barisan
ronda lewat terus, malah menurut suara dan
tertawa mereka, mereka itu sudah duduk
beristirahat di tempatnja.
Berada dekat si pendjahat, aku dapat baukan bau
arak jang keras. Ia ada ketjil dan kurus, tapi
matanja sangat tadjam. Dalam hal ilmu entengi
tubuh, ia ada terlebih pandai daripada aku. Itu
waktu, rupanja, pengaruh arak Tjoei Tjian Ang
sedang bekerdja, ia djongkok di atas genteng, iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
283
berdiam, romannja mau tumpah2. Melihat
demikian, aku rasa sudah sampai temponja untuk
turun tangan. Di kedua kakinja ada tertantjap golok
pendek, iapunja tangan kosong.
Sesudah ambil putusan, aku geser tubuhku, aku
sengadja geser genteng, hingga terangkat,
merosot dan djatuh ke bawah, hingga suaranja
berisik. Ia kaget, ia maki aku. Aku tidak djawab ia,
tahu2 kakiku bergerak dan mendupak. Ia tak
menjangka, tubuhnja terbalik, lalu menggelinding
turun. Ia benar liehay, disaat mau djatuh, kedua
tangannja bisa djambret pajon rumah, hingga ia tak
terus djatuh ke bawah. Ia endjot kedua kakinja, ia
pakai tenaga di tangannja, sekedjab sadja,
tubuhnja sudah naik pula ke genteng. Aku sambar
genteng dan timpuk padanja. Ia bisa berkelit,
meskipun sebenarnja, kakinja belum tetap. Tapi
genteng djatuh ke bawah, suaranja berisik sekali.
Maka di bawah, orangz ronda lantas berteriak
teriak ?Ada pendjahat!?
Pendjahat itu djadi sangat gusar, sampai ia lupa
ia berada di mana.
'Tikus!? ia damprat aku. ?Kiranja kau ada
andjingnja Bhok Konghoe! Aku mesti potes batang
lehermu, kalau tidak, aku sumpah tak mau djadi
manusia !? Ia angkat kakinja, akan tjabut goloknja,
jang pandjang satu kaki lebih, kemudian ia Iontjat
madju sambil mcnjerang dengan sendjatanja itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
284
Biarnja diatas genteng, serangan itu ada
berbahaja. Karena itu, aku lari, kedepan. Ia tubruk
tempat kosong, ia menguber. Sukur sekali, ia
sedang pusing, tindakannja diatas genteng, ada tak
tetap. Biar bagaimana, iapun bingung djuga
melihat dibawah sudah ada banjak orang
berkumpul, ada tukang panah djuga. Kapan ia telah
datang dekat aku, ia mcnjerang dengan kepelan
kiri, disusul sama tikaman tangan kanan. Disitu aku
berkelit, sebelah kakiku terangkat naik, akan dupak
lengannja, jang memegang golok. Djitu ada
tendanganku, goloknja terlepas dan terlempar
djatuh ke tanah.
Pendjahat itu kaget, tapi ia lekas berdongko,
akan tjabut goloknja jang lain. Aku lompat madju,
sebelah kaki didupaki kedepan. Ia tak keburu tjabut
goloknja, ia pun tak sempat berkelit, maka ia kena
didupak, sekali ini, tubuhnja terguling, tapi dasar
liehay, ia gunai kedua tangannja, untuk djambret
kakiku. Ia memikir akan kita rubuh bersama. Ia
berhasil, aku tak keburu tarik pulang kakiku, jang
kena terpegang dan terbetot, hingga aku rubuh
diatas genteng. Apamau, kakiku jang disebelah
berada didepan, maka dengan ini, aku mendupak
pula, sedang kedua tanganku dipakai menekan
genteng, untuk mentjoba menahan diri.
Dupakanku itu berhasil, kedua tangannja
pendjahat terlepas, tubuhnja terguling. Ini kali, iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
285
djatuh kebawah. Aku tahu musuh liehay, dibawah,
ia bisa bangun pula, maka aku teriaki orang2 ronda,
untuk waspada, lalu aku sendiri, turut Iontjat turun.
Aku djatuh dengan menimpah tubuhnja pendjahat
itu, jang belum keburu putar tubuh, maka aku terus
tindih ia, hingga dilain saat, ia kena diringkus.
Sesudah itu, aku pun serahkan diri. Demikian
kelantjanganku, siapa tahu, disini aku djusteru
ketemu suhu. Aku mohon Kongya kasi maaf
padaku," demikian Thio Kiat achirkan
penuturannja. Ia berlutut, ia manggut-manggut.
Bhok Kongya manggut2, ia menoleh pada Kouw
Bak Giam-lo, ia tertawa.
"Penting adalah pengalaman murid sinshe," ia
kata. "Iapunja kesungguhan hati pun harus
dihargai, karena untuk tjari sinshe, ia sampai
sangat menderita. Baik suru ia salin pakaian
dengan ia berdiam di sini, bakal membantu banjak
pada sinshe. Sebentar, sehabis loohoe periksa si
pendjahat, kita nanti berunding pula."
Tjoh Kham Tjioe manggut, ia hampirkan
muridnjn.
"Thio Kiat, Kongya jang budiman menaruh belas
kasihan pada kau, kau tidak dipersalahkan, lekas
kau haturkan terima kasihmu," ia kata pada
muridnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
286
Thio Kiat girang, ia menurut, maka buat ke
sekian kalinja, ia paykoei pada itu orang
bangsawan.
"Sekarang mari kau turut aku, akan tukar
pakaian," kata sang guru kemudian.
Thio Kiat berbangkit, akan mengasi hormat pada
gurunja, kemudian ia turut guru itu undurkan diri
dari ruangan itu.
XV
Djie-kongtjoe Thian Lan bersama Ang Hay Djie
sudah lantas turut masuk kedalam, dan Ang Hay
Djie sudah lantas berondong soehengnja dengan
iapunja rentetan pertanjaan, sedang Thian Lan
perintah orang segera tjarikan seperangkat
pakaian, jang tjotjok untuk Tong-pek-wan.
"Mari kita dahar," kata pula Djie-kongtjoe.
"Sabar dulu," Tjoh Kham Tjioe mentjegah.
"Kongya lagi periksa pendjahat, Thio Kiat
barangkali perlu memberikan kesaksiannja, maka
sekarang aku hendak keluar pula. Thio Kiat, kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
287
dandan dengan lekas, atau kalau kau lapar, makan
apa sadja seadanja, lekas kau keluar pula."
Thio Kiat manggut, ia turut perkataan gurunja.
Maka Kouw Bak Giam-lo segera keluar pula, akan
tetapi selagi membalik tubuh, ia pesan anaknja:
"Koen, hati2 kau temani djiekongtjoe. Djaga supaja
kongtjoe tak muntjul didepan pendjahat"
Si pendjahat kurus-kering sudah dihadapkan, ia
benar ada punja kepala sebagai kepala kunjuk,
sepasang matanja bersinar sangat tadjam, dengan
mata itu ia sapu semua orang didalam ruangan itu.
Didepan Kongya, ia tak mau berlutut, meski orang
telah perintah ia dengan bengis, sikapnja ada
djumawa.
Thio Tek Piauw tidak puas, ia dupak orang punjai
belakang betis. Biasanja dengan dupakan ini, ia
bikin orang berlutut dengan ngusruk, tapi ini kali,
ia gagal, si pendjahat tetap berdiri dengan kakinja
tak bergeming. Ia djadi sengit dan penasaran,
maka ia terus menjapu.
Pendjahat ini benar liehay, is tetap tak rubuh
atau bergerak tubuhnja, dilain pihak, Thio Tek
Piauw jang kakinja kesakitan, hingga ia mundur
dan rubuh duduk, hingga mukanja djadi merah.
Saking sengit ia lontjat bangun, niat nja untuk
hunus golok, akan batjok orang bandel itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
288
Menampak demikian, Kouw Bak Giam-lo
hampirkan si pendjahat, lambat nampaknja, ia
towel orang punja pinggang, sedang dengan tangan
kiri, ia tepuk orang punja pundak.
"Apakah benar kau tak mau berlutut?" tanja ia
dengan sabar. "Kau kira ini ada tempat apa diraana
kau boleh bersikap kurang adjar?"
Aneh, atas itu, pendjahat itu lantas sadja tekuk
lutut sendirinja, romannja menghundjuk ia kaget
dan heran. Ia geraki kepalanja, ia awasi orang
dengan tadjam.
"Rupanja kau adalah si tua bangka she Tjoh jang
menjamar djadi thabib buta" kata ia dengan sengit.
"Pantaslah Loo Ngo dan Loo Pat kita rubuh di
tanganmu! Sahabat baik, kau tunggu sadja, nanti
djuga akan datang pasti akupunja hari kegirangan!
Kioe Thayya telah rubuh, itulah disebabkan aku
djadi kurbannja arak! Sekarang kau boleh bunuh
aku, tak nanti aku ngedep atau alisku raengkerut,
atau aku bukannja Kioekwie, setan ke-sembilan
dari Liok Siauw San!"
Bhok Kongya mendjadi gusar, ia keprak medja.
"Pendjahat bernjali besar!" ia membentak. "Kau
telah langgar undanga, kau tinggal dihukum sadja,
dan kau masih berani ngatjobelo! Poen-tjiak telah
terima budinja negara, aku telah ditugaskan
melindungi Inlam, tjara bagaimana aku bisaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
289
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
idjlnkan kauorang main gila di sini? Kenapa
kauorang berani berkomplotan dan mengatjau di
istanaku ini? Kau seharusnja segera dihukum,
tetapi Poen-tjiak menjinta rakjat, aku suka mengasi
ampun padamu. Maka asal kau insaf dan raenjesal
dan suka menutur segala apa dengan terang, aku
suka mengasi maaf. Tjoba kau beritahukan she dan
namanja pemimpinmu, berapa djumlah kontjonja
dan apa maksudnja kauorang menerobos masuk
kedalam istanaku ini. Poentjiak ada memegang
kekuasaan untuk mati dan hidupnja pelanggar
undangz, meski demikian, aku masih punja
pertimbangan, maka kau pilihlah, djalan hidup atau
djalan mati jang kau kehendaki!"
Antjaman ini disusul sama bentakannja pahlawan
di kiri dan kanan, jang, seperti biasanja, suka
membantu pengaruh pembesar.
Akan tetapi Kioe-kwie ada muridnja Kioe-tjoe
Kwie Bouw, ia tak kena diantjam atau dibudjuk.
Dengan mata berapi, ia awasi orang bangsawan itu,
lantas ia tertawa berkakakan.
"Djikalau Kioe Thayya suka bitjara, ia akan
bitjara, ia tak dapat dibudjuk atau dipaksa!" kata ia
setjara menantang. "Kioe Thayya tak ingin bitjara,
aku tak takuti kaupunja gunung golok atau kwali
minjak, djangan kau harap aku nanti buka mulutku
! Hanja, karena matjan tutul binasa meninggalkan
kulit dan manusia mati meninggalkan nama, akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
290
djuga perlu perkenalkan diriku. Aku adalah salah
satu dari Sembilan Iblis ? Kioe Kwie ? dari Liok
Siauw San, Ah-bie-tjioe, akulah jang biasa disebut
Yoe-hoen Pouw Djie, si Roh Pesiar! Baik djuga aku
terangkan, bukan baharu ini kali aku mundar
mandir di atas genteng kau ini, dimana aku ada
sangat merdeka, hanja sajang tadi aku telah
tenggak terlalu banjak air kataz maka sekarang aku
terdjatuh ke dalam tangannja itu setan umur
pendek jang kelaparan sadja!"
Habis kata begitu, ia dongak, ia tertawa pula
bergelak-gelak, tetapi tiba2 ia pandang dengan
mata djelilatan pada semua orang di situ. Ia
tertawa tawar.
"Menurut pemandangan Kioe Thay-ya, djiwa
kauorang sudah ditetapkan harinja, tuan!" ia
berkata. "Sekarang ini marilah iket kitaorang punja
djodo setan dan biarlah aku berangkat paling dulu,
nanti di Kwie-boen-kwan, Kota Iblis, aku tunggui
kauorang"
Bhok Kongya djadi heran dan kagum. Belum
pernah ia dapati pendjahat jang njalinja begini
besar.
"Orang durhaka, kau djadinja inginkan kematian
?" ia membentak. "Tapi aku tak nanti biarkan kau
binasa setjara puas! Paling dahulu, aku hendakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
291
bikin patah kaupunja dua kaki andjing, untuk lihat,
bagaimana matjam lagi kau bisa berkepala besar!"
Di kiri dan kanan, sekalian pahlawan sahuti
seruannja orang bangsawan ini, akan tetapi, belum
sampai mereka bekerdja, dari luar Siauw Hong Lay
telah datang suara berisik, jang disusul sama
muntjulnja satu kee-tjiang, siapa melaporkan
perihal ada terbitnja api di istana. Ia ini tampaknja
kaget dan ketakutan.
Selagi Bhok Kongya terkedjut, datang lagi
beberapa kee-tjiang, dengan laporan bahwa api
timbul di belakang istana, di dekat ta :nan, di satu
ranggon, bahwa Toakongtjoe sudah kepalai orang
untuk padamkan api itu, bahwa menurut toa
kongtjoe, sebab api berkobar tanpa alasan, ia
pertjaja itu ada perbuatannja orang djahat.
Biar ia ada kaget, Bhok Kongya hundjuki roman
tetap, sikap tenang, ia perintah orang lekas pergi
padamkan api dan berbareng pergi tjari dan
tangkap si pendjahat. Ia larang mereka bekerdja
tersipu-sipu tak keruan.
Kemudian, dengan sabar, Bhok Kongya adjak
Kouw Bak Giam-lo dan Liong Tjay Thian berunding.
Mereka bersatu pikiran, bahwa orang melepaskan
api sebagai akal "Tiauw Houw Lie San," memantjing
harimau turun gunung. Terang pendjahat hendak
tolongi ini kontjonja jang terbekuk. Maka perintahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
292
lantas diberikan pada Pa-tjong Thio Tek Piauw,
akan ia ini bersama barisannja singkirkan Yoe-hoen
Pouw Djie ke dalam guha di gunung2an batu. Di lain
pihak Kouw Bak Giam-lo dan muridnja segera
lontjat naik ke atas genteng, untuk memeriksa.
Siauw Hong Lay sendiri lantas didjaga kuat. Liong
Tjay Thian tetap dampingi Kongya, jang ia mesti
lindungi.
Di atas genteng, setelah periksa rapinja
pendjagaan, Kouw Bak Giam-lo kata pada
muridnja: "Pendjagaan di sini kelihatan ada baik,
terutama Kongya ada dilindungi oleh Liong
Touwsoe. Tapi keadaan tetap ada berbahaja, dan
tanggung-djawab ada hebat. Sebab ini ada
mengenai keutuhannja wilajah Inlam dan
kepentingan kita berdua."
Thio Kiat manggut, ia benarkan kekuatiran
gurunja.
Kemudian mereka mendekati tempat kebakaran,
jang asapnja sudah tidak mengebul hebat
sebagaimana bermula.
"Api pasti telah dapat dikendalikan," kata sang
murid sambil ia menundjuk dengan goloknja.
"Kalau soehoe kurang tetap hati, silahkan soehoe
pergi ke timur sana dan aku ke barat sini, akan tilik
seluruh genteng, kalau tiada rintangan apa2,
kitaorang mesti lekas kembali ke Siauw Hong Lay."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
293
Kouw Bak Giam-lo setudjui muridnja, ia
manggut.
"Baiklah," kata ia.
Maka setelah itu, keduanja lantas berpisahan.
Kouw Bak Giam-lo menudju. ke timur, mendekati
ranggon jang terbakar. Ia dapati satu ranggon jang
indah, sebab itu ada peranti memudja, namanja
ada Koan Im Kok. Di situ ada terdapat banjak
serdadu, di atas genteng dan di bawah, tangga pun
siap di pajon. Ranggon tak terganggu, tjuma
djendelanja jang terbakai-. Bau api atau asap ada
mengandung belirang, bau itu tak hilang meskipun
serdadu telah membandjur dengan air. Asap putih
masih mengebul.
Setelah memperhatikan, Kouw Bak Giam-lo
pastikan perbuatan pendjahat jang mendjalankan
tipu "Tiauw houw lie san". Ia pun pertjaja, setelah
pendjagaan kuat itu, pendjahat tak akan datang
lagi. Dari itu, ia lekas kembali ke taman. Ketika ia
mendekati gedung dekat taman, di wuwungan
sebelah barat, ia lihat berkelebatnja dua bajangan,
seperti dua orang saling uber-uberan, dan jang
mengedjar, Jang gesit luar biasa, ada menjekal
sendjata aneh. Ia ini ampir menjandak.
"Tjelaka ..." pikir djago tua ini, apabila ia sudah
mengawasi sekian lama. Maka ia lantas gunaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
294
kepandaiannja lari, akan menjusul, akan memegat
dua orang itu.
Orang jang kabur itu melihat bajangan, ia
menghampirkan. Njata ia ada Tong-pek-wan Thio
Kiat, jang napasnja sengal2.
"Hati2, suhu, ini pendjahat perempuan ada
liehay!" demikian ia tjuma bisa mengutjap.
Kouw Bak Giam-lo tidak menjahuti, tapi ia
pasang mata.
Sedjarak tiga tumbak, pengedjar itu berhenti
berlari. Kelihatan njata ia geser sendjatanja ke
tangan kiri, kemudian tangan kanannja itu terajun,
menjusul mana, dua sinar bagaikan bintang,
berkelebat menjamber, kepada ini guru dan murid.
Thio Kiat lekas berkelit, dengan mendekam,
maka di atas genteng di belakang ia, sendjata
rahasia itu perdengarkan suara berisik, terus djatuh
menggelinding ke bawah.
Dengan tenang Kouw Bak Giamlo awasi
datangnja sendjata. la kuatirkan sendjata jang
dipakaikan ratjun, maka itu, waktu sendjata hampir
mengenai ia, ia egos tubuhnja. Sendjata itu
melewati samping kuping, djatu ke belakang,
dengan mengasi dengar suara. Ia terus
memandang kedepan, hingga ia lihat satu tubuh
perempuan, jang langsing.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
295
Di antara sinar bintanga dan rembulan, Kouw Bak
Giam-lo bisa lihat si nona berusia kiraa dua-puluh
tahun, kulitnja hitam tapi nampaknja menarik hati.
Dia bungkus kepalanja dengan saputangan hidjau,
dari pinggiran kupingnja ada molos udjung
rambutnja. Diapunja sepasang sendjata njata ada
Wan-yoh-kauw, semat jam gaetan pandjang
sebagai pedang, sendjata istemewa untuk Ngo Bie
Pay. Sendjata sematjam ini, djarang orang gunai.
"Pantas Thio Kiat mesti menjerah kalah," pikir ia.
Sementara ilu, si nona telah lontjat madju,
mendekati sampai djarak lima atau enam tindak.
"Kau siapa? Lekas kau beritahukan namamu?"
demikian si nona menegur. "Akupunja gaetan
mustika tak membinasakan segala manusia tak
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernama!"
"Orang perempuan djuga bisa terkebur!" sahut
Kouw Bak Giamlo sambil tertawa dingin. "Aku ini
ada Kouw Bak Giam-lo dari Sengtouw! Kau siapa?
Apa perlunja malam2 kau lantjang masuk ke mari?"
"Aku ada Hek Bouw Tan, muridnja Kioe-tjoe Kwie
Bouw dari Pit Mo Gay!" sahut itu nona, jang lantas
sadja lontjat madju, sepasang gaetannja digeraki,
gaetan kanan mengantjam, gaetan kiri menudju ke
dada.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
296
"Hm," Kouw Bak Giam-lo kasi dengar suara dari
hidung, apabila ia saksikan orang punja sikap
katak. Ia mentjelat mundur lima atau enam tindak,
tangannja merabah iapunja pinggang, dari mana ia
keluarkan Slan-koet-pian, dengan apa ia
menundjuk ke bawah, ke bawah ajunan di tepi kali
ketjil. Di situ ada lapangan dengan rumput hidjau.
"Kalau kau ada punja njali, mari ikut loo-hoe.
untuk kita main2 di sana!" ia menantang. Ia tak
tunggu djawaban, ia lontjat turun, akan pergi ke
lapangan itu.
"Marilah!" kata Thio Kiat, jang tak berajal akan
susul gurunja.
Hek Bouw Tan, si bungah Bouwtan Hitam, djadi
gusar.
"Apakah nonamu takuti kauorang?" kata la
dengan djumawa. "Ini hari nonamu nanti adjar
kauorang kenal dengan gaetanku ini.
Ia belum tutup mulutnja atau tubuhnja sudah
mentjelat, lontjat turun sebagai melajang,
bagaimana burung walet sadja. Sesampainja di
ajunan, ia tidak terus turuh ke tanah, hanja ia
samber dahulu palangan ajunan hingga tubuhnja
djadi tergelantung, siap untuk terus turun ke tanah.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
297
Disitu ada serdadua pendjaga, mereka ini lihat
datangnja si nona, sambil berseru, mereka
bergerak untuk mengurung.
Djusteru itu waktu, dari djauh ada terdengar
suara berisik, sampai Kouw Bak Giam-lo dan
muridnja djadi terperandjat; sebab mereka kuatir
ada bahaja di Siauw Hong Lay. Sudah begitu, di
samping kali, di seberang, di mana ada batu Thay
ouw-tjio, tiba2 terdengar suitan, ketjil tapi njaring,
suara mana lantas disambut oleh si nona diatas
ajunan. Ia ini batal turun karena suara suitan itu,
untuk mana ia membalasi.
"Djangan loloskan ini pendjahat perempuan!"
Kouw Bak Giam-lo kasl perintah pada rombongan
serdadunja, jang antaranja ada dari barisan panah.
Djago tua ini ada mendongkol, tapi karena
musuh ada banjak, ia ubah niatannja akan
melakukan pertempuran satu lawan satu. Iapunjai
perintah pun sudah lantas diturut.
Barisan panah, terdiri dari duapuluh orang, ada
ambil tempat sembunji jang terpentjar.
Hek Bouw Tan melihat bahaja. ia mendahului
ajun tubuhnja, akan lontjat ke gunung-gunungan
disarapingnja, dengan begitu, ia bisa lolos dari
samberannja banjak anak panah. Dilain pihak,
karena hudjan panah itu, Kouw Bak Giamlo tak bisa
susul ia, maka terpaksa, ia lari mutar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
298
Hek Bouw Tan telah ambil tempat dimana ia ada
teraling tembok, hingga anak panah tak bisa
mentjelakai ia.
"Tjoh Loo-enghiong, budi besar bagaimana kau
telah terima dari Keluarga Bhok maka kau hendak
belai ia sampai begini rupa ?" tanja si nona sambil
tertawa. Ia agaknja tak djerih jang ia berada
diistana terdjaga kuat. "Kau bersendirian sadja, apa
jang kau bisa berbuat? Apakah kau bukan akan
menambahkan sadja satu setan ? Baik aku
terangkan, aku datang kemari buat menjampaikan
surat, bukan untuk bertempur! Djikalau kau sajangi
djiwa tuamu, silahkan lekas kau berlalu dari sini.
Dalam tempo tiga hari, tak usah nonamu gunai
gaetannja, nanti ada orang jang bereskan seantero
keluarga Bhok ! Pertjaja atau tidak, terserah pada
kau, sekarang, aku tak bisa temani kau lebih lama
pula !"
Habis kata begitu, sebelah taogannja si nona
terajun.
"Awas piauw!" ia berseru, dan satu sendjata
berkelebat menjamber.
Kouw Bak Giam-lo berkelit kesamping, sendjata
itu djatuh didekat ia, ketika ia pungut, itu bukannja
sendjata tadjam, hanja sehelai kertas jang
digulungi pada sepotong batu ketjil. Dan tempo ia
lihat si nona, dia itu sudah menghilang.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
299
Oleh karena ia berkuatir untuk Siauw Hong Lay,
Kouw Bak Giamlo tak mau perdulikan lagi si nona,
malah tak sempat membatja surat itu, ia lekas
masuki itu.ke dalam sakunja. Ketika ia mau berlalu,
ia lihat ada barisan jang mendatangi. Disebelah itu,
ia tak lihat Thio Kiat. Maka ia berdiri dengan mata
mengawasi kelilingnja.
Keadaan ada sunji itu waktu. Melainkan suara
angin, jang terdengar.
"Rupanja semua pendjahat sudah kabur.." pikir
ia, meski ia tak tahu, ada berapa pendjahat jang
telah datang itu malam.
"Hebat malam ini . . . ." pikir ia. Ia merasa malu
sendirinja. Ia sudah tidak berbuat apa2, meski
musuh menantang. "Benar aku sudah tua dan tak
punja guna"
Selagi ia berpikir, untuk pergi ke Siauw Hong Lay,
tiba2 ia dengar tindakan kaki berisik dari
pepohonan lebat disamping, lantas ia dengar suara
bentakan dari seorang tua: "Orang djahat, kemana
kau hendak pergi ?" Suara ini disusul sama
njaringnja sendjata beradu, suatu tanda telah
terdjadi pertempuran.
Tak tempo lagi, Kouw Bak Giamlo lari kearah
pepohonan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
300
Siap dengan Sian-koet-pian, dengan mata
dibuka lebar, Tjoh Kam Tjioe lari kedalam rimba,
dengan tjepat ia tembusi itu, untuk sampai
disebelahnja jang lain.
Mengikuti tepi empang, ia sampai didepan
sebuah geredja, jang letaknja dekat sama tembok
taman. Dibelakang geredja ini ada satu ranggon,
jang berada diatas air. Dari belakang geredja
sampai di ranggon, ada djalanannja. Itu ada sebuah
geredja jang besar dan indah. Kouw Bak Giam-lo
menduga pada rumah abu dari Keluarga Bhok.
"Pasti ini geredja djarang didatangi orang, kalau
pendjahat. bersarang disini, untuk sembunjikan diri
sementara waktu, mereka pasti dapati suatu
tempat jang aman," tiba2 Kouw Bak Giam-lo
bertjuriga. "Tapi suara ada berisik, sekarang sirap,
apa bukan orang sedang sembunji didalam sini?"
Hanja herannja, geredja ini pun ada sunji sekali.
Kouw Bak Giam-lo bersangsi tak lama, atau ia
ambil putusan akan masuk kedalam. Tapi sebelum
ia lontjat masuk kedalam, tiba2 ia tampak satu
bajangan muntjul diatas tembok. Ia terperandjat,
tje pat ia mundur, akan umpati diri.
"Bangsat dari Ah-bie, apakah kau tak mau turun
akan manda ditelikung ?" demikian ia dengar satu
suara keras. "Hajo, djangan kau bikin aku si tua
bangka mesti tjapekan kaki-tangan lagi Ia berhentiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
301
dengan mendadakan, ia terkedjut. "Kau .... kau . .
." ia berseru, dan tubuhnja segera lontjat turun
kebawah. "Ah, kau toh Kham Tjioe Lauwtee ?"
Kouw Bak Giam-lo pun kaget, tetapi ia segera
menghampirkan, akan tjekal orang punja tangan.
"Oh, kau .. kau..." kata ia, jang tak dapat kata2
untuk melandjuti, saking girangnja.
Orang itu adalah orang jang Kouw Bak Giam-lo
harap2, jalah In Hay Tjhong-liong Siangkoan Hiok,
tidak heran kalau keduanja, saking girang, sampai
tak dapat bitjara untuk sedjenak.
"Koko," kata Kham Tjioe kemudian. "Selama ini
aku harapkau, kenapa baharu ini malam kau
sampai disini ? Si Koen dan Thio Kiat sudah sampai
disini. Kenapa koko ketinggalan ?"
"Apa, lauwtee ?" tanja Siangkoan Hiok dengan
heran. "Apa benar si Koen dan Thio Kiat telah
berada disini ? Ah, Thio Kiat, itu anak, kenapa ia
sembrono ? Aku sudah pesan wanti2 untuk ia djaga
si Koen, kenapa baharu sadja aku pergi, ia pun
sudah meninggalkan rumah ? Kalau ada terdjadi
apa2 sama si Koen, bagaimana dengan aku ?"
"Djangan kuatir, koko," tertawa Kouw Bak Giam
lo. "Mereka sudah sampai disini, mereka tak kurang
suatu apa. Tentang mereka, aku nanti tuturkanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
302
belakangan, hanja kau, kenapa malam2 kau berada
disini ?"
Siang-koan Hiok awasi sahabatnja, ia melengak,
tapi kemudian, ia mengelah napas lega.
"Pandjang tjeritaku, lauwtee", ia menjahut,
"tetapi Thian kasihani aku, apamau disini kitaorang
bertemu satu pada lain. Kau sendiri, lauwtee, kau
bikin apa disini, begini waktu ? Apa benar berbukti
kata2nja Kat Tay-hiap bahwa si Radja Singa dari
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ah-bie-tjioe sudah mulai bergerak dan bahwa
lauwtee sudah masuk kedalam kalangannja
Kokkong-hoe ?"
Kouw Bak Giam-lo heran atas sikapnja saudara
angkat ini, ia mengawasi dengan tadjam.
"Kau tak mengerti, lauwtee, baik aku menutur
setjara ringkas sadja," kata Siang-koan H?ok
kemudian. "Aku dengar kau berada di Kokkong-hoe
dan aku tahu adanja permusuhan hebat diantara
Kioetjoe Kwie Bouw dan Say-ong Pouw Louw
dengan Bhok kokkong, maka aku lantas datang
kemari, untuk tjari kau, guna memberi kisikan. Aku
sampai disini sesudah sore, karena aku tak kenal
keadaan, paling dulu aku tjari rumah peuginapan.
Disini aku dahar dan beristirahat sambil tjari tahu
dimana adanja Kokkong-hoe, atau tunggu sampai
djam tiga, aku lantas dandan dan berangkat. Aku
ambil djalan diatas genteng, ditempat jang sepi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
303
Aku dapat tjari Kok-kong-hoe, aku lihat pendjagaan
didepan dan belakang, disekitarnja, bahwa djalan
masuk lianja pintu samping jang ketjil. Karena aku
tak tahu pasti lauwtee ada disini, aku tak berani
lantjang masuk. Begitu aku umpati diri diatas
pohon dekat gili? sana. Sering aku lihat orang?
ronda, mereka tak pergoki aku. Aku terperandjat
ketika kemudian, dari wuwungan geredja ada
mentjelat tiga bajangan semua gerakannja sangat
gesit. Dan tiga2nja menudju
ke Kokkonghoe"
"Benarlah dugaanku !" berseru Kouw Bak Giam
lo seraja tepuk tangannja satu pada lain. "Benar
mereka sembunji digeredja itu ! ? Dan kemudian
?"
"Aku berniat kuntit mereka, aku sangsi. Tiba2
aku lihat api berkobar, asap berkebul, itu semua
disusul sama suara berisik. Aku duga, itu mesti ada
perbuatannja orang djahat. Diantara suara berisik
dan orang lari serabutan, aku lihat anak panah
saling menjamber, ada jang menjamber keluar,
djatuh kepepohonan lebat. Kemudian lagi, aku lihat
muntjulnja beberapa bajangan ..."
Kouw Bak Giam-lo banting2 kaki.
"Njatalah semua kee-tjiang dari Kokkong-hoe tak
dapat diandali !" kata ia, dengan menjesalPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
304
"Kelihatannja sadja mereka gagah, disaat jang
perlu, mereka pada umpatkan diri. . . ."
Siang-koan Hiok bersenjum.
"Dari beberapa bajangan itu, aku lihat satu
menudju langsung ke depan," ia tjerita lebih djauh.
"Kemudian aku lihat dua bajangan lari ke arah sini.
Aku duga, asal kau ada di Kokkong-hoe, kau tentu
akan kedjar mereka ini. Dengan lekas mereka
sampai di tempat dimana aku sembunji. Njata
mereka ada liehay, jang bebokongnja menggendol
sepasang golok melihat aku, ia tepuk pohon dimana
aku sembunji seraja menegur.
"Eh, sahabat, apa kau tunggui aku ? Mari turun
!"
Aku mendongkol melihat sikapnja itu, apapula
terang sekali, mereka pandang tak mata orang2 di
Kokkong-hoe. Aku mengerti mereka punja bahasa
rahasia, tapi aku sengadja, maka aku sahuti,
"Manusia ada bahasanja manusia, binatang ada
bahasanja binatang, tapi bahasamu ada bahasa
negeri mana, aku tak mengerti. Di sini aku sedang
menonton, lagi berangin.. Bukankah air kali tak
mengganggu air sumur? Kau boleh urus
kerdjaanmu sendiri!"
Orang jang ke-dua, jang kurus sebagai monjet,
jang bertangan kosong, dului kawannja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
305
"Di waktu hawa udara begini, di waktu malam,
kau datang berangin di sini, kau menonton, siapa
pertjaja kau?" ia kata.
Lantas kawannja tarik goloknja, jang satu ia kasi
pada si kurus. Aku pertjaja mereka hendak tempur
aku, maka aku lontjat turun dari atas pohon.
Rupanja mereka sangsi, selagi aku turun, bukan
mereka madju, mereka hanja menjingkir. Mereka
memandang ke arah istana, lantas mereka
menudju ke geredja. Sesampainja di udjung
tembok, ia berhenti berlari, ia putar tubuhnja, akan
tuding aku.
"Eh, orang tua, apakah kau ada punja njali?" ia
tanja aku. "Mari masuk ke geredja, untuk kita
orang bitjara"
Aku sambut adjakan itu, maka mereka lantas lari
ke dalam. Aku menjusul. Tjoba itu waktu aku
menoleh ke samping, barangkali aku dapat lihat
kau di tembok taman, lauwtee."
Kouw Bak Giam-lo manggut, ia tak kata apa2, ia
terus mendengari.
"Dua pendjahat itu gesit sekali, sebentar sadja,
mereka sudah masuk ke dalam geredja. Aku sudah
berikan perkataanku, aku tak takuti lagi gedung
naga atau guha harimau, maka dengan siapkan
golokku, aku susul mereka. Ketika aku naik ke
tembok, mereka sudah berdiri berendeng dilatarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
306
belakang. Mereka agaknja heran melihat
keberanianku, sebab aku lontjat turun tanpa sangsi
lagi. Pendjahat jang kurus sebagai monjet lantas
tegur aku, umpama kata aku ada orang
pelantjongan dan tak punja hubungan sama
keluarga Bhok, katanja aku adalah sama2 orang
kang-ouw dan ia minta aku djangan tjampur sepak
terdjang mereka, agar kitaorang tak bentrok satu
pada lain.
"Aneh," aku sengadja kata pada mereka. "Aku
enak2 berljokol diatas pohon, aku tak tjampur
urusan kau, kauorang djusteru jang gapekan aku
akan turut kauorang kemari. Keluarga Bhok ada
keluarga bangsawan, dan orang sebagai aku,
mustahil kauorang tak bisa kenali ada atau tidak
hubungannja sama mereka ? Tjoba aku ada
sahabatnja Keluarga Bhok itu, mustahil malam2
aku bertjokol diatas pohon ?"
Mereka masih sangsi meskipun aku telah
terangkan demikian. Selagi begitu tiba2 dari atas
genteng ada lompat turun seorang perempuan, luar
biasa dandanannja, luar biasa sendjatanja, iapunja
ilmu entengi tubuh pun luar biasa djuga. Melihat
sinona ini, dua pendjahat itu mundur dan berdiri
dengan tegak, sebagi tanda menghormat.
"Eh, kenapa Hek-kouw kembali?" mereka itu
tanja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
307
Nona itu, atau Nona Hitam seperti artinja Hek
kouw, tidak mendjawab, ia awasi itu dua pendjahat,
lantas ia menoleh padaku.
"Loo-enghiong", kata ia, "sudikah loo-enghiong
perkenalkan diri kepada kita? Kita tak kenal satu
pada lain, tetapi aku kuatir nanti terdjadi kesalahan
dipihakku, dari itu aku besarkan hati untuk mohon
keterangan. Umpama mereka ini bersalah, aku
nanti laporkan kepada guruku agar mereka
ditegur."
Aku kagum mendengar orang punja perkataan
itu, perkataan biasa sadja tapi artinja dalam. Aku
terus njatakan bahwa kebetulan sadja aku ketemu
mereka berdua dan mereka tak menjusahkan aku.
Kemudian dengan manis aku mohon tanja gurunja
si nona. Aku kata barangkali sadja aku kenal guru
mereka itu.
Ditanja begitu, nona itu bersenjum.
"Sukurlah," kata ia. "Dibelakang hari sadja,
apabila kitaorang nanti bertemu pula, aku akan
mohon pengadjaran dari loo-enghiong!"
Kemudian'ia kata pada dua pendjahat itu: "Mari
turut aku!"
Pendjahat jang kurus sebagai monjet djawab si
nona, suaranja sangat pelahan: "Soeko rubuh
karena aku, bagaimana aku bisa lantas pulang?"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
308
"Benda tak berguna !" membentak nona itu.
"Buat apa ngotje tak keruan ? Tak karena Soeko,
aku tak kembali! Hajo berangkat!"
Utjapannja ini disusul sama iapunja mentjelat
jang pesat ke atas pajon, hingga aku kagum bukan
main. Diatas genteng, ia putar tubuhnja padaku,
untuk memberi hormat, setelah itu, ia pergi dan
lenjap.
Seberlalunja nona itu, kedua pendjahat awasi
aku seraja leletkan lida mereka, keduanja terta
wa. "Sahabat tua, maaf, kita tak bisa temani kau
lebih lama!" kata mereka, jang djuga lantas lontjat
naik ketembok, akan dari sana lompat turun keluar
tembok.
Aku masih bengong, terutama untuk kata2nja
sinona kita kemudian bisa bertemu pula, terang itu
ada antjaman atau sindiran. Musuh ada punja nona
demikian liehay, mereka benar2 tak boleh
dipandang ringan. Habis itu aku lontjat naik keatas
tembok, akan berlalu dari geredja, siapa njana,
disini kitaorang saling bertemu."
Kouw Bak Giam-lo tak mendjawab, hanja ia tarik
orang punja tangan.
"Sekarang tak ada ketika untuk bitjara, mari
lauwko turut aku!" ia kata. Dan ia lantas bertindak.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
309
Siang-koan Hiok mengikuti. Ia tak mengerti tapi
ia bisa menduga.
Mereka djalan mutar dengan tjepat, lontjat naik
ketembok, mereka lewati beberapa gunung2an
batu, lantas mereka lihat Siauw Hong Lay, jang
penuh dengan banjak orang, dimana api lentera
dan obor ada dipasang terang2.
"Bagus, bagus, Tjoh Loo-soe telah kembali!"
demikian banjak orang berseru, kapan mereka
tengok sinshe itu mendatangi. "Lekas masuk,
Loosu, Kongya sedang ibuk mentjari kau, ia sampai
perintah beberapa kee-tjiang."
Kauw Bak Giam-lo tak kata apa2, ia bersenjum
terhadap mereka.
Djie-kongtju Thian Lan dan Ang Hay Djie dengar
suaranja banjak orang, mereka memburu keluar.
Ang Hay Djie kaget dan girang berbareng waktu ia
lihat Siangkoan Hiok hingga ia lontjat, akan terus
berlutut didepan pehhu itu.
"Oh, pehhu, kau baharu sampai?" ia berseru
dengan tegurannja.
In Hay Tjhong-liong tertawa, ia angkat bangun
botja itu.
"Anak, njalimu sangat besar!" ia kata. "Tjoba aku
tak ketemu ajahmu, aku masih sangka kau berada
di Seng-touw sadja!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
310
Sementara itu, Kouw Bak Giamlo kata pada
muridnja:
"Ini dia In Hay Tjhong-liong Siang-koan Hiok jang
aku sering sebut padamu. Sekarang bersama si
Koen kau temani Siang-koan Loo-tjiapwee, aku
mau melaporkan dahulu pada Kongya, baharu kita
nanti undang dia masuk."
Habis kata begitu, ia adjar kenal murid itu pada
saudara angkatnja, kemudian ia bertindak tjepat
kedalam.
Itu waktu Bhok Kongya dan Liong Touwsoe serta
oranghija sudah dapat lihat djago tua itu datang
bersama seorang tua lain, jang romannja gagah,
maka tempo si buta palsu ini masuk, mereka sudah
lantas berbangkit, untuk menjambut.
"Siapa djago tua itu?" Bhok Kongya mendahului
menanja. "Lekas undang ia masuk, untuk aku
ketemui ianja."
Hatinja Kouw Bak Giam-lo lega melihat orang
bangsawan itu dan puteranja tak kurang suatu apa,
maka ia bisa bersenjum.
"Dia itu adalah sahabatnja Khant Tjioe jalah
Siang-koan Hiok dari Seng-touw," ia berikan
djawaban. "Ketika tadi Kiiam Tjioe kedjar musuh
sampai diluar tembok, dengan kebetulan kitaorang
telah saling bertemu. Ia datang untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
311
menghadap Kongya tetapi sebelum ada idjin dari
Kongya, ia tak berani berlaku lantjang.... "
"Lekas undang Siang-koan Lootatkhoa!" kata
Bhok Kongya dengan tjepat pada dua hambanja.
Bhok Tjiong dan Bhok Yok lantas sadja bertindak
keluar hampir berlari-lari, dari itu, segera
Siangkoan Hiok bertindak masuk dengan Ang Hay
Djie dan Bhok Thian Lan iringi padanja.
Tak usah In Hay Tjhong-Liong bersangsi untuk
mengenali Bhok Kokkong, lekasia loloskan golok
dibebokongnja dan serahkan itu pada Ang Hay Djie,
ia madju kei pada orang bangsawan itu, untuk ,
memberi hormat sambil berlutut.
Bhok Kongya angkat kedua tangannja, akan
balas kehormatan itu.
"Djangan pakai banjak adat peradatan, Loo
tatkhoa," kata ia sam} bil bersenjum. "Sudah lama
aku dengar nama loo-tatkhoa, sekarang kau telah
datang, aku girang sekali. Silahkan berbangkit dan
duduk, mari kitaorang bitjara."
Siangkoan Hiok merasa puas akan dapati radja
muda itu ada begitu ramah-tamah. Ia pikir, pantas
Tjoh Kham Tjioe mau bernaung dibawah
perintahnja hertog ini. Ia lekas2 berbangkit, sambil
memutar tubuh, ia hundjuk hormat pada semua
orang disekitar Bhok Kokkong.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
312
Khouw Bak Giam-lo perkenalkan sahabatnja
sama Liong Touwsoe, setelah itu, mereka lantas
berduduk, kemudian ia tuturkan bagaimana ia
kedjar musuh, bagaimana ia ketemu satu
pendjahat perempuan dan achirnja bertemu sama
sahabatnja ini.
"Menurut Siangkoan Lauwko, pendjahat pakai
geredja diluar tembok sebagai tempat sembunji," ia
menutur lebih djauh. "Malam ini ada tiga atau
empat pendjahat jang sudah datang menjatroni.
Siangkoan Lauwko telah dengar pembitjaraannja
beberapa pendjahat itu. Turut katanja si pendjahat
perempuan, jang dipanggil Hek Bouw Tan, rupanja
ada salah satu kawannja jang kena ditangkap.
Karena Kham Tjioe kuatirkan disini, Kham Tjioe
sudah lantas kembali sadja."
Bhok Kongya tertawa meringis kapan ia telah
dengar keterangan itu.
"Baharu sekarang aku insaf liehaynja kawanan
Ah-bie-tjioe itu," ia kata. "Disini ada banjak
keetjiang dan serdadu tapi toh tiga atau empat
pendjahat bisa mundar-mandir dengan merdeka.
Aku berkuatir melihat kau pergi, loosoehoe, maka
itu, tempo Tjay Thian minta perkenan, guna
melongok keluar, aku tjegah ia. Aku bersukur
loosoehoe telah bertemu sama Siangkoan
Lootatkhoa, dengan begini loosoehoe djadi dapat
satu bantuan jang sangat berharga. Hanja aku,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
313
karena aku baharu kenal sama lootatkhoa, aku tak
ada itu mulut akan sembarangan mohon bantuan
"
"Harap Kongya tak merendahkan diri," kata
Siangkoan Hiok dengan tjepat. "Aku sudah tua dan
tak punja guna, tapi Kongya boleh perintah segala
apa kepadaku, asal jang aku sanggup, aku nanti
segera kerdjakan."
Kouw Bak Giam-lo kagumi orang bangsawan ini,
jang bisa bawa diri, pantas Liong Tjay Thian, jang
beradat tinggi, bisa tunduk dan bekerdja dibawah
perintahnja. Ia lantas sadja awasi Liong Touwsoe.
Liong Tjay Thian salah sangka maksudnja ini
sinshe. Ia kira Kouw Bak Giam-lo hendak minta
keterangan, dari itu ia lantas tundjulc Bhok Thian
Lan dan Aug Hay Djie.
"Tjoh Loosoehoe," kata ia sambil tertawa, "buat
apa kau tjari jang djauh dan legahkan jang dekat.
Asal kau tanja murid dan anakmu, kau pasti akan
dapat tahu segala apa!"
Tjoh Kham Tjioe heran mendengar utjapan tak
ada udjung-pangkal dari touwsoe itu.
Bhok Kongya insaf dengan mendadakan kapan ia
dengar perkataannja Liong Touwsoe.
"Tjay Thian omong dari hal jang benar," ia kata
pada Kouw Bak Giam-lo, jang bengong mengawasiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
314
itu touwsoe. "Dengan sesungguhnja kawanan
pendjahat ada bernjali sangat besar, sekeluamja
loosoehoe, mereka berani madju sampai
dipedalaman. Sudah begitu, aku dan Tjay Thian
masih tak tahu apa2, adalah itu dua botja, jang usir
sipendjahat pergi. Mengenai ini, aku djusteru
hendak tanjakan pendjelasan pada mereka ini,
sebab loosoehoe berdua datang, aku sampai lupa.
Sekarang biarlah mereka menutur, nanti kitaorang
lihat lebih djauh, bagaimana kita harus bertindak."
Habis kata begitu, Bhok Kongya gapekan anaknja
dan Ang Hay Djie.
Berbareng dengan itu, satu keetjiang datang
menghadap, untuk sampaikan laporannja Toa
kongtjoe bahwa kebakaran sudah dapat
dipadamkan, bahwa kerugian tidak berarti
"Dan Kongtjoe pun sudah kasih perintah akan tak
uwarkan apa jang terdjadi ini," itu kee-tjiang
tambahkan. "Karena sekarang sudah mulai terang
tanah, Kongtjoe minta supaja Kongya undurkan
diri, untuk beristirahat. Kongtjoe kata, sebentar ia
akan keluar, untuk berunding sama Liong Touwsoe
dan Tjoh Loosoehoe."
Bhok Kongya terima laporan itu sambil urut=
kumisnja, ia berpikir.
"Kelihatan nja pendjahat tak akan berhenti
sampai disini," kemudian ia kata pada Tok KakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
315
Liong-ong. "Untuk keselamatannja rakjat Inlam,
buat kehormatannja Pemerintah agung, apakah
bisa diantap kawanan dari Ah-bie-tjioe ini main gila
setjara begini? Tidak keliru tindakannja Thian Po
untuk mentjegah tersiarnja kedjadian ini, tapi ia tak
memikir terlebih djauh dari itu. Sudah terang
maksud kedatangannja kawanan itu ada untuk
rampas pulang Yoe-hoen Pou.v Djie. Apakah bisa
djadi mereka tak akan datang dan datang lagi ?
Bentjana terlebih hebat bagaimana mereka bakal
terbitkan pula? Bagaimana itu semua nanti bisa
ditjegah teruwarnja"
Liong Tjay Thian njatakan dugaannja hertog ini
tjotjok sama iapunja dugaan.
"Oleh karena itu," ia njatakan kemudian,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"daripada kita duduk diam menantikan mereka
datang dan datang pula, akan ganggu kita, ada
terlebih baik kita geraki angkatan perang, akan
serbu mereka disarangnja, guna singkirkan
pokokbentjana. Kita tinggal pikirkan kesulitannja
sadja, sebab kita baharu pulang, lantas kita mesti
keluar perang pula .... Kongya belum beristirahat,
sekarang sudah djauh malam, baik semua urusan
ditunda sampai besuk sadja."
Bhok Kongya melihat ke sekitarnja. Ia mengelah
napas.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
316
"Sedjak umur tiga-puluh tahun aku telah peroleh
kedudukanku ini," kata ia kemudian "Selama dikota
radja, aku telah kenal banjak orang gagah, sampai
aku telah ditugaskan diwilajah luar ini, untuk mana
sudah banjak kali aku terdjang bahaja perang, aku
tidak sangka, sekali ini, aku bisa hadapi ini matjam
antjaman bahaja. Dengan sesungguhnja aku
merasa sulit, meskipun jang datang tak lebih dari
beberapa pendjahat. Dipandang dengan mata
biasa, ini ada perkara ketjil, tidak boleh diperbesar,
siapa tahu, duduknja hal sebetulnja tak ada
sedemikian sederhana. Dengan sesungguhnja, kita
sekarang mesti berpikir matang, kitaorang mesti
siapkan pajung sebelum hudjan turun. Jang sulit
bagiku adalah musuh ada golongan Sungai-Telaga,
mereka tak bisa dilawan berperang setjara
terangon. Aku tak biasa menghadapi mereka, jang
pim berakalmuslihat Maka itu, dalam hal ini, aku
mengandal pada Tjoh Looenghiong dan Siangkoan
Loo-tatkhoa. Loo-tatkhoa, aku harap benar
kaupunja bantuan!"
Kham Tjioe dan Siangkoan Hiok mendjadi
bingung, karena sikap sangat merendah dari orang
bangsawan itu.
"Harap Kongya tidak berkuatir lebih djauhkata
mereka berdua... Kawanan dari Ah-bietjioe itu tak
hormati Pemerintah agung, mereka berani
menggeratak di kokkonghoe ini, terang mereka adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
317
pemberontak, tukang terbitkan onar, maka mereka
itu, siapa pun ada berhak untuk menindasnja,
apapula kita. Djusteru Goh Pit Kwce ada musuhku,
dengan mengandal pengaruh Kongya, aku harap
bisa binasakan padanja. Kongya hendak sedia
pajung, inilah kita mengerti. Sekarang silahkan
Kongya beristirahat, sebab sebentar lagi, akan
terang tanah. Biarkan Djie-kongtjoe disini, Kongya
djangan kuatirkan tentang dia"
Hal kata begitu, tak tunggu djawaban hertog itu,
Kouw Bak Giam-loo perintah Bhok Tjiong dan Bhok
Yok lekas siap, akan antar kokkong itu masuk,
sedang Liong Tjay Thian pun mendesak agar sep itu
lekas undurkan diri.
Karena tak bisa tolak desakan itu, Bhok Kongya
manggut.
"Tapi Tjay Thian," ia pesan, "kau tak usah keluar
kota dan kembali ke tangsimu, ntari kau turut aku,
akan kita beristirahat sama2."
Liong Touwsoe terperandjat, dengan tersipu-sipu
ia berbangkit, ia mendjura pada itu radja muda.
"Terima kasih, Kongya," kata ia. "Biarlah Tjay
Thian berdiam disini sadja, pertama Tjay Thian
bole.. tak usah beristirahat, ke-dua disini Tjay Thian
bisa temani Siangkoan Loo-tatkhoa . . .PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
318
Bhok Kongya tahu, Liong Touwsoe tentu hendak
bermupakatan dengan Tjoh Kham Tjioe sekalian,
dari itu ia tak memaksa, ia malah tertawa dan
kata : "Kita tungkulan bitjara sadja, sampai halnja
bagaimana kedua botja menangkis musuh, tak
sempat untuk didengar, baiklah itu ditunda sampai
besuk sadja !"
Lantas ia berbangkit, untuk meninggalkan Siauw
Hong Lay, dan semua orang pun berbangkit, buat
antar ia, jang sesampainja diluar taman, lebih
djauh dianter oleh kedua hamba kepertjajaannja
akan masuk kedalam istana.
Seberlalunja Bhok Kongya, Liong Tjay Thian
perintahkan akan tarik pulang semua pendjagaan
didepan dan belakang Siauw Hong Lay, ia idjinkan
semua orang beristirahat ketjuali dua katjungnja
Bhok KongtjoeMaka sampai disitu, Siauw Hong Lay
djadi kembali tenang dan sunji.
Sekarang orang berkumpul dikamarnja Kouw
Bak Giam-lo. Bersama tuan rumah ini ada Liong
Touwsoe, Siangkoan Hiok, Thio Kiat, Ang Hay Djie
dan Bhok Kongtjoe, demikianpun dua katjung.
Baharu sadja mereka berduduk atau lantas ada
datang beberapa hamba istana jang dikepalai oleh
satu kee-tjiang, mereka ini ada membawa barang
makanan dan perabotan tidur, seperti kelambu,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
319
selimut dan bantal. Si keetjiang beritahukan bahwa
semua barang itu ada atas titahnja toakongtjoe.
"Toa-kongtjoe pun pesan agar Djie-kongtjoe sudi
temani semua enghiong. Toa-kongtjoe kata,
kongya sudah masuk tidur dan tuan2 disini djuga
diminta mengasokan diri siang2"
"Toakongtjoe sungguh baik!" kata Kouw Bak
Giam-lo sambil tertawa. "Tolong sampaikan, besuk
sadja kita menghaturkan terima kasih untuk
kebaikannja ini!"
Kee-tjiang itu manggut.
Liong Touwsoe lantas sadja tertawa.
"Untuk kita, beristirahat atau tidak ada soal lain
!" berkata ia. "Sekarang, jang paling perlu, mari
kita tjoba itu makanan dan arak!"
Njata, dalam kegembiraannja, touwsoe ini djadi
berlaku bebas luar biasa.
Thio Kiat awasi barang makanan dan arak
dengan mengilar, karena sedjak sampainja ia, ia
belum dahar apa djuga, hingga ia djadi sangat
berdahaga dan lapar.
Setelah saling mengalah, Liong Touwsoe lantas
duduk dikursi pertama, Siangkoan Hiok jang ke
dua, Tjoh Kham Tjioe jang ke-tiga. Habis thabib
palsu ini, lantas Thio Kiat dan Ang Hay Djie. Djie-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
320
kongtjoe, sebagai tuan rumah, duduk disebelah
bawah, tapi ialah jang andjurkan akan semua mulai
basahkan tenggorokan mereka dan dahar.
"Sekarang Kongya undurkan diri, kita boleh
bitjara dengan merdeka," kata Kouw Bak Giam-lo
kemudian, sambil tertawa"Aku tak mau sembarang
bitjara didepan Kongya, agar hatinja tak djadi tak
tenteram. Sekarang ini kita mesti pikirkan daja
untuk menjambut segala matjam serangan, apa
pun matjamnja. Liong Tjiangkoen ada orang
kepertjajaan Kongya, mengenai ini, Tjiangkoen
nistjaja bisa mewakilkan Kongya untuk ambil
segala putusan, Tjiangkoen boleh berikan segala
titah, kita semua bersedia akan menurutnja. Kita
mesti bersedia, agar kita tak sampai terdjebak
musuh jang litjin."
Liong Touwsoe awasi itu djago tua.
"Kitaorang telah mendjadi sahabat satu pada
lain, aku minta looenghiong djangan main
merendah lagi," berkata ia. "Apa djuga jang
loosoehoe pikir, tolong kau utarakan itu, kita boleh
sama2 pertimbangkannja."
Ia berhenti bitjara, untuk isikan tjawannja kedua
djago tua itu.
Tjoh Kham Tjioe dan Siangkoan Hiok mengutjap
terima kasih. Kemudian Kouw Bak Giam-lo melihat
ke sekitarnja, apabila ia dapati kee-tjiang tadi lagiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
321
bantui orang5nja mengurus pembaringan, ia lalu
kata, dengan pelahan :
"Menurut pemandanganku, dalam tempo tiga
hari ini, pendjahat mesti akan ambil tindakan apa2,
apa adanja itu, sukar akan kita menduga-duganja,
sebagaimana pun ada sulit akan menaksir-naksir,
berapa djumlahnja mereka dan bagaimana
kepandaiannja mereka itu. Didalam sarangnja,
pendjahat telah terima bukan sedikit orang
buronan, dan orang2 mereka, tak boleh dipandang
ringan. Kita disini ada punja barisan pembela diri,
ada punja banjak 'Ketjiang, bukan maksudku akan
menghina mereka, tetapi dengan sebenarnja, kita
mesti berlaku teliti. Adalah keinginanku, untuk bisa
mengasi peladjaran jang berarti, supaja musuh tak
berani pandang enteng kepada kita, agar
kemudian, kita bisa melandjuti, akan sapu mereka
disarang mereka.
Tindakan pembasmian ini ada perlu, guna
menolong penduduk Inlam, buat singkirkan
bentjana bagi Kongya. Mengenai ini, aku mohon
pertimbangan Tjiangkoen. Dan Liong Touwsoe tak
tunggu orang bitjara terus, ia tepuk2 tangannja.
"Suhu benar!" kata ia. "Pasti, selama beberapa
hari ini, loosoehoe telah lihat bahwa barisan
pendjaga disini semua ada gentong nasi ....
Memang, mengingat mereka, Kongya sendiri ada
masgul. Mereka dipiara tjukup, bidupnja senang,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
322
tapi pada saatnja tenaga mereka mesti dipakai,
mereka hundjuk tak bergunanja. Lihai sadja" dan ia
menundjuk Thio Kiat, "bagaimana sukarnja murid
loosoehoe menawan Yoe-hoen Pouw Djie,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
peadjahat itu sudah diringkus, mereka diperintah
untuk mendjaga sadja, siapa tahu, mereka bikin
pendjahat itu dapat dirampas pulang kawan?nja,
malah Thio Tek Piauw kena dikatjar musuh, sampai
ia setengah hidup dan setengah mati. Tjoba tak ada
Djiekongtju dan puteramu loosuhu, pasti
pendjahat, jang tjoba menjerbu kedalam, tak dapat
dipukul mundur. Mesld demikian, Kongya ada
sangat baik-budi dan sabar, ia melainkan tegur
pada mereka, tjoba aku ? sebab hatiku panas
hampir mau meledak ? hm ! tentu mereka mesti
awas dengan mereka punja batang leher!"
Liong Touwsoe ada begitu mendongkol dan
bergusar, sampai matanja bertjahaja bagaikan api
menjalah.
Kouw Bak Giam-lo dan sahabatnja heran, meski
demikian, mereka lantas putar haluan. Mereka
kuatir suaranja touwsoe itu terdengar si kee-tjiang
dan itu bisa mendatangkan akibat tidak baik. Maka,
selagi ia tak tahu bagaimana duduknja perkara,
sinshe itu terus pandang Djie-kongtju.
"Bagaimana sebenamja duduknja kedjadian itu ??
ia lalu tanja. "Tjoba kongtju tuturkan, agar kita
semua mendapat tahu"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
323
Djie Kongtjie tidak lantas mendjawab, hanja,
mengawasi Ang Hay Djie, ia tertawa.
Atas itu, Ang Hay Djie balas mengawasi dan
tertawa djuga.
Anak? ini, jang belum tahu banjak, ada besar
hati, mereka seperti tak insaf hebatnja keadaan.
Didepan ajahnja, Ang Hay Djie masih mentjoba
mewataskan diri, tidak demikian dengan Thian Lan.
Maka kemudian, adalah ini putera bangsawan, jang
berikan keterangannja.
Selagi Bhok Kongya diluar periksa Yoe-hoen
Pouw Djie,si Roh Gentajangan, tiba2 dari dalam
datang laporan ada api berkobar di Koan lm Kok,
ranggon peranti memudja dewi Koan Im. Khongya
lantas menduga pada aksi pendjahat, maka
pemeriksaan ditunda dengan segera, Pouw Djie
diserahkan pada Thio Tek Piauw, untuk dibawa
pergi dan didjaga. Kamar tahanan ada ruangan
"Giok-leng-long," dalam sebuah gunung2an jang
terbikin dari batu marmer, jang buatannja ada
indah karena ini adalah salah satu pemandangan
utama dari taman. Guhanja ada banjak
tikungannja, ukiran tiga huruf Giok-lenglong pun
ada dipakaikan katja, sedang mengitari gunung
palsu ini adalah kali ketjil jang airnja djernih, jang
disepandjang tepinja ada ditanami pohon2 siong
dan pek. Hingga selama musim panas, ada
menjenangi akan berdiam diri didalam Giok-leng-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
324
long. Sedang letaknja guha itu dari Siauw Hong Lay
melainkan beberapa puluh tindak.
Bhok Kongya pertjaja, kalau pendjahat ditahan
didalam guha dan dikedua mukanja didjaga kuat,
pendjahat itu tak akan bisa kabur, tak akan bisa
terbang umpama kata dia ada punja sajap. Siapa
tahu, kontjo pendjahat sudah bakar Koan Im Kok,
dengan maksud memantjing musuh, akan bikin
orang bingung, akan dilain pihak, mereka tolong
kambrat ini.
Dua pendjahat jang Thio Kiat intip dibio rusak
ada dua "kwie" atau iblis murid2nja Kioe-tjoe Kwie
Bouw dari Pit Mo Gay, gunung Liok Siauw San.
Mereka adalah dua dari Kioe Kwie atau Sembilan
Iblis. Dan jang tertawan oleh Thio Kiat adalah Yoe
hoen Pouw Djie, jang termuda dari sembilan iblis
dan biasa dipanggil Loo-Kioe, sike-sembilan.
Kontjonja Pouw Djie ini adalah Loo-Djie iblis ke-dua
atau dengan lain djulukan, Tjioe Kwie, si Iblis
Pemabukan, karena ia tak boleh ketinggalan arak.
Ia bersendjatakan sam-tjay-koen, rujung
berbatang tiga, dan kepandaiannja sudah ada
dasamja. Karena Thio Kiat kuntit si Roh
Gentajangan, ia tak sempat perhatikan si Iblis
Pemabukan, siapa tetap diam di bio, menantikan
kawannja.
Belum terlalu lama dari perginja Pouw Djie, Tjioe
Kwie dengar tepukan tangan, karena dua orangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
325
menghampirkan bio itu, dan kapan sipemabukan
keluar, untuk melihat, ia dapatkan Hek Bouw Tan
bersama-sama Tjok Kiap Kwie, si Iblis Djail, iblis
jang ke-tiga.
Hek Bouw Tan ini ada murid perempuan paling
disajang dan Kioe-tjoe Kwie Bouw, ia ada dari suku
Biauw, umurnja kurang-lebih dua-puluh tahun,
nampaknja ia ada satu nona biasa, akan tetapi dia
telah berhasil mewariskan Kioe-tjoe Kwie Bouw
empunja kepandaian.
Sama sekali Kioe-tjoe Kwie Bouw ada punja tiga
murid perempuan, jang semua ada berkepandaian
tinggi, dan sembilan pahlawannja adalah Liok
Siauw San Kioe Kwie, jalah sembilan iblis dari Liok
Siauw San. Di Ah-bie-tjioe, mereka ini bersembilan
ada djadi tjabang atas, apa sadja, mereka berani
lakukan, tjuma menghadapi Hek Bouw Tan bertiga,
dari iblis djahat, mereka djadi seperti hantu tjilik,
saking takut. Demikian, berhadapan sama Hek
Bouw Tan, mabuknja Loo Djie seperti lenjap dengan
mend-adakan. Ia menjambut dengan hormat
seraja berkata: "Hek-kouw dan shako datang tjepat
sekali. Loo Kioe pergi belum lama, tempat tudjuan
ada tak djauh, dia tentu sudah sedang menantikan
disana."
Ia bitjara dengan suara pelahan sekali.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
326
Ilek Bouw Tan seperti lak perhatikan laporan itu,
hanja menoleh pada Loo Sam, ia tertawa.
"Lihat, tak salahlah dugaanku!" kata ia. "Begitu
lekas sampai disini, kita sudah lantas tjium baunja
arak! Aku pertjaja, Loo Kioe djuga mestinja telah
tenggak tak sedikit! Pertjaja aku, satu kali ia mesti
rubuh karena arak, atau ia bakal kehilangan
djiwanja karenanja ! Lihat sadja, pelahan2 ..."
Tjioe Kvvie berdiri diam, kedua tangannja dlkasi
turun. Ia djerih akan dengar kata si nona jang
ditakuti itu.
Hek Bouw Tan lirik iblis ini.
"Lekas turut aku" kata ia dengan tiba2. Dan
baharu utjapannja berhenti, atau tubuhnja sudah
lontjat naik ke tembok pekarangan, akan sekedjab
kemudian, tubuh itu telah melajang turun kelain
tepi, keluar.
Tjioe Kwie dan Tjok Kiap Kwie tak berani berajal,
setelah memandang satu pada lain sambil ulur lida,
mereka turut lontjat ketembok, akan susul si nona,
maka dilain saat, ketiganja sudah menudju ke Bhok
Konghoe.
Semua sembilan iblis pandai lontjat tinggi dan
lari diatas genteng, tubuh mereka ada sangat
enteng, akan tetapi dibanding dengan
kepandaiannja Hek Bouw Tan, mereka masih kalahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
327
djauh. Meskipun si nona ? Hek-kouw. atau Nona
Hitam ? tidak berlarilari pesat, muka mereka
mendjadi merah untuk bisa menjusulnja Inilah
sebabnja kenapa tak ada satu iblis djua, jang berani
membantah si nona.
Kapan Kioe-tjoe Kwie Bouw, atau Say-Ong Pouw
Louw, memberi tugas kepada sembilan iblis asal
urusan ada sedikit ponting, salah satu nona mesti
turut, untuk pegang kendali, sedang djuga mereka
ini bertiga, atau salah satu diantaranja, ada sangat
pandai bekerdja, mereka dapat diandali.
Tiga muridnja ibu iblis itu adalah Lo Sat Lie murid
pertama. Hek Bouw Tan jang kedua, dan Shiang
Tauw Nio jang ke-tiga. Mereka ada bagaikan
semangatnja Kioetjoe Kwie Bouw sendiri. Malah
pun Say-ong Pouw Louw sendiri, ada memandang
mata pada mereka bertiga.
Kioe-tjoe Kwie Bouw bersamasama Say-ong
Pouw Louw dan Hoei-tluan-ho Goh Pit Kwee sudah
berserikat sama suku2 Biauw di Kim See Kang,
diperbatasan Soetjoan dan Kwie-tjioe, apamau,
pergerakan mereka gagal, karena mana,
kebentjian mereka terhadap Khim-kok-kong Ehok
Kee Goan djadi mendalam, hingga mereka telah
bersumpah, untuk menuntut balas sampai berhasil.
Tidak tjuma Khim-kok-kong sendiri, djuga dia ini
punja anak-isteri dan semua anggauta keluarganja,
hendak dibikin habis, seperti rumput dibabat danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
328
dibongkar sampai pada akar-nja. Untuk ini, mereka
sudah mengatur daja, jang dikerdjakan setindak
demi setindak.
Beberapa hari jang lalu, Sayong Pouw Louw
sendiri dengan adjak Loo Ngo dan Loo Pat, sudah
datangi Kokkong-hoe, untuk menjelidiki keadaan
dalam istana radja muda itu, diluar dugaan, mereka
telah bertemu sama Kouw Bak Giam-lo Tjoh Kham
Tjioe, malah Say Ong terlambat sedikit, karena
kedua iblis, Loo-ngo Pek Djit Kwie dan Loo-pat
Siauw Yauw Kwie, sudah terlebih dahulu rubuh
ditangannja si Giam Loo Ong Buta. Hanja, sekalipun
demikian, Say Ong tak pandang mata pada Tjoh
Kham Tjioe. Begitulah itu malam, Hek Bouw Tan
diutus bersama-sama kioe-kwie, djie-kwie dan
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
shakwie atau Loo Kioe, Loo Djie dan Loo Sam,
untuk bikin pcnjelidikan terlebih djauh, buat
sekalian madjukan tantangan setjara
terangterangan. Kebetulan sekali, Hek Bouw Tan
sampai ke dalam istana djusteru orang lagi periksa
Yoehoen Pouw Djie, hingga dari nuilutnja
sedjumlah kee-tjiang, ia dengar l;al kontjo itu
sedang didengar keterangannja. Ia kasi tanda pada
dua kawannja, ia menjingkir ke tempat jang gelap
dan sunji.
"Inilah aku telah duga!" kata ia. "Benar2, karena
arak, mereka menjebabkan kegagalan dan
kesulitan baharu !" Dan ia lantas tegur si IblisPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
329
Pemabukan. "Lihat pendjagaan rapat disini!
Djikalau bukan sedang sinting, aku tak pertjaja
jang Pouw Djie mesti rubuh ditangan musuh tahang
nasi!"
Tjioe Kwie ketakutan, ia bungkam.
"Dalam hal ini haraplah Hekkouw berlaku murah,
tolong kau berdaja akan memberi pertolongan,"
kata Tjok Kiap Kwie dengan pcrmohonannja.
"Apabila Loo Thay ketahui ini, tidak sadja Loo Djie
dan Loo Kioe, djuga kouw-nio sendiri, akan merasa
tak bermuka terang"
Dengan Loo Thay dimaksudkan Kioe-tjoe Kwie
Bouw, itu ada bahasa panggilan orang Biauw
terhadap jang terlebih tua atau agung. Tapi djuga
di Kanglam, panggilan ini ada umum.
Sepasang alisnja Hek Bouw Tan bergerak naik,
air mukanja berubah. Ia ada punja muka potongan
telur dengan kulit hitam manis, ia ada tjantik, tetapi
sekarang, romannja djadi bengis dan seram, iblis
ke-dua djerih, diam2 ia me lirik. Ia lihat orang
punja mata ditudjukan ke lauwteng, kesekitar
taman.
"Mari turut aku," tiba2 berseru
si nona, jang terus sadja lontjat ke tembok,
untuk masuk ke sebelah dalam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
330
Kedm iblis menjusul dengan segera, dengan
gerakan gesit, karena keduanja kuatir nanti
ketinggalan dan kehilangan ncna itu. Mereka lihat
si nona senantiasa tjari tempat jang gelap dan tak
ada pendjagaannja.
Paling belakang, lontjat dari pohon gouwtong.
Hek Bouw Tan taruh kaki diatas peseban Liokkak
leng, alau pesegi enam, jong gentengnja ada
genteng katja. Disini ia mendekam, tangannja
diulap2kan kepada kedua kawannja, sebagai tanda
untuk mereka ini menunggu. Maka mereka
mengumpat diantara pepohonan, mata mereka
tetap ditudjukan kepada si nona. Sekarang mereka
pun dapati mereka berada didekat Giok Tay Kee.
Segera djuga Hek Bouw Tan lihat serombongan
serdadu jang bersendjata lengkap lagi giring
seorang tawanan, jang memakai rante belengguan,
dari selatan, mereka menudju ke utara. Dari
djauh2, nona ini sudah kenali si orang tawanan,
jang kepalanja botak, jalah Yoe-hoen Pouw Djie.
Tjioe Kwie dan Tjok Kiap Kwie ada kaget
berbareng gusar dan mendongkol akan lihat kawan
itu sebagai tawanan, mereka pun djengah
sendirinja. Mereka berniat turun tangan, guna
menolongi, tetapi disitu ada Hek Bouw Tan, mereka
tak berani lantjang. Selagi mereka sabarkan diri,
tiba2 mereka dengar suara apa2 dibelakang
mereka, ketika mereka menoleh, Hek Bouw TanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
331
ada didepan mereka. Entah kapan pindahnja nona
itu.
"Aku tahu Loo Kioe dibawa kemana," nona itu
kata hampir berbisik. "Melihat tjaranja pendjagaan,
rupanja ia hendak diperiksa. Sekarang kau pergi
menjeberang Kio disana, dimana ada pendjagaan,
kauorang pasti tidak bisa lewat, maka pergilah
ambil djalan dari djembatan bambu Kioe Kiok Kio,
jang ada terlebih d.iauh tetapi tak terdjaga. Disana
kauorang sembunji digunung2an batu pulih jang
beraaa ditengah kali jang sempit, diatas itu ada
beraneka-warna batu, untuk alingi diri. Aku nanti
pantjing kawanan tahang nasi itu keluar taman,
atau sedikitnja untuk bikin mereka kalut sendirinja,
ketika itu kauorang gunai' akan tolongi Loo Kioe.
Aku nanti bantu kauorang apabila sudah sampai t
vaktunja. Jang penting adalah kauorang mesti
berlaku sebat, dan kauorang mesti keluar dari
tembok sini. D jangan bingung umpama ada jang
kedjar, aku akan rintangi mereka. Apa kauorang
mengerti ?"
Dua iblis itu manggut, mereka lantas pergi, untuk
bersembunji.
Hek Bouw Tan pun berlalu, akan masuk terlebih
dalam. Dari iapunja Pek-poo-long atau kantong
"seratus mustika," ia keluarkan bahan api. Ia pergi
ke Koan Im Kok dan disini ia lepas api. Ia tak
berhasil anteronja menurut iapunja rentjana.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
332
Pendjagaan ada kuat dan rapi, biar ada api, tak
semua pendjaga lari untuk menolong Koan Im Kok.
Jang datang menolong ada orang2 dari dalam
gedung sadja, dari taman hanja sedikit Sudah
begitu, Kouw Bak Giam-lo pun muntjul bersama
sama Thio Kiat adalah Tong-pek-wan, jang
berhadapan sama Hek Bouw Tan, hingga keduanja
djadi bertempur. Pasti sekali, Thio Kiat bukannja
tandingan dari si nona, hingga ia mesti kabur, hanja
karena tjerdik, ia menjingkir ke taman, hingga
disini mereka bertemu sama Kouw Bak Giam-lo.
Hek Bouw Tan tak ada ingatan untuk berkelahi
sungguh2, ia tjuma mau menolong kawan dan buat
itu, ia mesti menerbitkan kekatjauan. Beberapa
potong sendjata rahasianja, Tok-tjok-lee, jang
beratjun, ia pakai menimpuk Kouw Bak Giam-lo
akan tetapi semua itu dapat dikelit oleh si sinshe.
Seterusnja berdua mereka main kedjar2an, si nona
hundjuk kepandaiannja, sesudah ia dihudjani anak
panah, baharu ia menjingkir keluar tembok.
Dua iblis jang sembunji terus pasang mata.
Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Wiro Sableng 166 Kupu Kupu Giok Ngarai Dewi Ular 71 Kupu Kupu Iblis
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama