Mereka sebenarnja berada diatas Giok-leng-long.
Lan tas djuga mereka lihat orang giring Yoe-hoen
Pouw Djie, menudju ke gunung-'an itu. Ini ada
ketika jang ditjari.
"Inilah waktu untuk turun tangan! " Tjok Kiap
Kwie bisiki Tjioe Kwie, tapi suaranja dibikin kaget,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
333
sedang tangannja menghunus sepasang golok
dibebokongnja.
"Sabar!" si Pemabukan tjegah kawannja. Ia njata
ada tjerdik. "Rupanja orang hendak tahan kawan
kita didalam gunung. Kita harus berbuat begini. . .
." Ia lantas kisiki ia punja kawan itu. "Nah,
pergilah!" kata ia achirnja, sambil tolak orang punja
tubuh.
Tjok Kiap Kwie akur, ia lantas pergi.
Tjioe Kwie pun segera lontjat turun, akan pergi
kebahagian belakang, akan tjari mulut guha, dan
masuk kedalamnja.
Didepan, Thio Tek Piauw sudah lantas sampai
dimulut guha. Patjong ini ada bawa delapan atau
sembilan serdadu. Dua batang obor lantas ditantjap
dikiri dan kanan. Dua serdadu diperintah masuk,
buat pergi kebelakang, untuk mendjaga dimulut
guha bahagian belakang. la tak menjangka djelek,
malah ia pertjaja, pendjagaannja sudah sempurna.
Setelah dua serdadu itu masuk, ia perintah gusur
Pouw Djie kedalam seraja ia perdengarkan
edjekannja: "Bangsat busuk, pergi kau
berangin didalam, kita akan tunggui kau dari luar
sini! Umpama kau mentjoba minggat, kita nanti
bikin kedua pahamu djadi bonjok" Edjekan ini
belum habis diutjapkan atau tiba2, entah dari mana
datangnja, dua batang obor ada jang hadjarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
334
dengan batu, beruntun-runtun, djatuh ke tanah,
apinja muntjrat, lantas padam. Tudjuh serdadu
kaget, mereka mendjerit. Tek Piauw berdiri
ditengah mulut guha, sebelah tangannja pegang
lentera, tangannja jang lain, siap dengan goloknja.
Ia pun kaget, ia berseru "Tjelaka !" tetapi ia segera
bersiaga.
Mendadakan ada suara njaring dari atas gunung,
kemudian ternjata, sepotong batu besar
menggelinding djatuh. Tek Piauw dongak keatas,
sebelum ia melihat njata, batu sudah menimpah ia,
meskipun ia tjoba berkelit, tidak urung, ia pun
rubuh, dengan pangsan, goloknja, lenteranja,
terlepas dan terlempar. Hingga guha itu djadi
gelap-petang.
Tudjuh serdadu bingung tak keruan, mereka tak
berdaja.
Selama itu, pihak iblis sudah bekerdja rapi. Dari
Giok-leng-long, mereka angkat kaki dengan lantas.
XVII
Dua serdadunja Thio Tek Piauw masuk kedalam
guha dengan djalan beruntun, satu didepan, satuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
335
pula dibelakang, djaraknja ada sedikit djauh.
Mereka berdjalan didalam trowongan jang gelap.
Tiba2 jang pertama ada jang tubruk dan peluk,
sebelum ia berdaja, lehernja ditjekek, begitu keras,
laksana ia lertjekek besi, terus sadja ia pangsan
dan rubuh. Kemudian datanglah giliran serdadu
jang ke-dua, jang rubuh sama tidak berdajanja.
Karena Tjioe Kwie, si Iblis Pemabukan, sudah tidak
mau kasi ketika pada dua serdadu itu. Kedua tubuh
didjoroki kesamping.
Thio Tek Piauw tak tahu apa jang terdjadi
didalam, ia telah suruh Yoe-hoen Pouw Djie dibawa
masuk.
Tjioe Kw'ie, jang sudah biasa ditempat gelap,
bisa melihat kedepan, dimana ada tjahaja terang,
sudah lantas kenali sahabatnja, maka ia sambcr
orang punja lengan dan berbisik dikupingnja :
"Lekas ikut aku !"
Yoe-hoen kenalkan kawannja, ia lantas sadja ikut
pergi, sesampainja diluar guha, dibelakang, mereka
lantas berdaja, akan loloskan belengguan, jang
mereka lemparkan ketan ah, kemudian TJioe Kwie
lontjat naik keatas gunung, sahabatnja ikuti ia.
Didepan guha, sementara itu, TJok Kiap Kwie
sudah bekerdja. Ia sembunji diseberang kali,
dibawah djembatan, dari sana ia menimpuk dengan
batu hoei-hong-sek, membikin obor padam. DariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
336
atas gunung, Pouw Djie adalah jang geser batu
besar, hingga ia timpa Thio Tek Piauw sampai rubuh
dan tak sadar akan dirinja, karena ia bentji ini pa
tjong, jang tadi menghina ia.
Habis itu, bertiga mereka berkumpul djadi satu.
Sipemabukan usulkan untuk lantas tinggalkan
taman itu, buat tunggui Hek Bouw Tan diluar
tembok, tapi Pouw Djie usulkan lain.
"Dalam istana ini tak ada orang pandai, ketjuali
si orang tua she Tjoh," kata ia. "Sampai begini
waktu, Hek-kouw belum datang, barangkali ia
kebentrok sama orang she Tjoh itu, maka, mari kita
sekalian lihat Aku penasaran jang aku rubuh
ditangannja si pengemis mau mampus. Inilah
disebabkan aku lagi sinting. Dengan tangan
kosong, aku pun malu buat pulang menemui Loo
Thay. Maka, djie-ko, mari tolong aku, djangan
kepalang tanggung. Bisa djadi Hekkouw pun lagi
mengharap bantuan kita"
Tjioe Kwie tak tahu Yoe-hoen Pouw Djie telah
kena tertawan, sesudah ia minta keterangan dari
kawan ini, baharu ia mengarti bahwa sipemabukan
benar2 telah djadi kurban air kata2. Djadi,
tjotjoklah apa jang diduga Hek Bouw Tan. Karena
ini, ia pun lantas akur sama pendapatnja Loo Kioe.
Memang, dengan Bhok Kongya tak orang pandai
jang lindungi, mereka bisa ambil kepalanja . . .PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
337
Begitulah, dari Giok-leng-long, mereka lantas
lontjat turun dari gunung?an, dengan tak ada jang
rintangi. Semua tudjuh serdadu telah lari ke Slauw
Hong Lay, untuk memberi laporan, dan Thio Tek
Piauw, diantap rebah menggeletak dimulut guha.
Mereka menudju langsung ke Slauw Hong Lay.
Itu waktu Bhok Kongya dan Liong Touwsoe sudah
terima laporan hal kedjadian di Giok-leng-long,
malah laporan dilebihkan, katanja Thio Pa-tjong
sudah binasa dan pendjahat ada berkawan banjak.
Bhok Kongya ada sangat gusar dan mendongkol,
dengan tak tunggu menanjai keterangan terlebih
djauh, ia perintah beberapa keetjiang jang
dipertjaja pergi membawa barisan panah ke Giok
lenglong, akan tjoba bekuk orang2 djahat.
Karena ini, barisan pendjaga djadi kurang, akan
tetapi Bhok Kongya tak kuatir.
Liong Tjay Thian djuga ada gusar, sampai ia
hunus pedangnja dan hendak pergi djuga untuk
menghampiri musuh. Tapi ia ditjegah oleh Bhok
Kongya, jang tentu sadja tak sudi idjinkan
panglimanja itu pisahkan diri dari ia.
"Jang datang ada beberapa kurtjatji, maka,
untuk sembelih ajam, kenapa mesti pakai golok
djagal ?" berkata ini orang bangsawan. "Tak usah
kau pergi sendiri, Tjay Thian !"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
338
Liong Touwsoe lantas insaf, maka ia berdiri diam
ditempatnja, pedangnja ia telah kasi masuk dalam
sarungnja tetapi gagangnja ia terus pegangi.
Sia2 sadja barisan panah berangkat ke Glok
leng-long, karena gunung'an itu sudah bersih dari
orang2 Ah-bie-tjioe, siapa sebaliknja lagi menudju
ke Siauw Hong Lay.
Dengan tak djerih sedikit djua, dengan bertangan
kosong, Yoehoen Pouw Djie djalan dimuka, karena
itu, dua kawannja mesti tjepat2 ikuti ia.
Sesampainja mereka di Siauw Hong Lay, mereka
berkumpul dibelakang rumah, ditempat pepohonan
tebal. Dari sini, mereka perhatikan keletakan atau
romannja gedung, jang terkurung tembok kate,
dan bahagian belakangnja, tak ada djendelanja.
Dipodjok tembok, samar2, kelihatan dua serdadu
pendjaga sambil bersiap dengan tumbaknja.
Ketiga iblis itu tak takuti pendjaga2 demikian.
Dengan hati2 mereka samperi tembok, untuk
lontjat naik keatasnja. Tjioe Kwie berada dimuka,
ia endjot tubuhnja sambil geraki sam-tjay koen,
guna mendjaga diri. Ia baharu indjak tembok,
dengan pikiran akan lontjat turun kesebelah dalam,
atau dari atas wuwungan, ada orang jang ajun
tangannja sambil berteriak : "Kau turunlah!" Dan ia
ada begitu turut perintah, ia rubuh kembali keluar
tembok ! Ia mendapat luka, tapi ia kertak gigi, ia
tak bersuara, dengan gerakan "Tjioe-tee Sip-pat-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
339
koen", ia bergulingan balik kedalam pepohonan
lebat.
Pouw Djie dan Tjok Kiap Kwie sedang susul
kawannja ketika mereka tampak kawan itu rubuh
dan kembali, mereka djadi kaget, tapi mereka lekas
sambut kawan itu. Kesudahannja mereka kaget,
akan saksikan sipemabukan berdarahdarah
mukanja, dan darah mengalir keluar dari matanja
kiri. Saking kaget, mereka sampai berseru.
"Segala machluk tak keruan, nah, kauorang
rasailah !" tiba2 terdengar suara edjekan dari atas
genteng, disusul sama samberan sendjata gelap.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara itu pun ada tadjam sekali, tak sedap untuk
kuping.
Kedua iblis itu buang diri masing2 kesamping.
Mereka kaget sekali buat itu bokongan. Tjok Kiap
Kwie berlaku sebat, tidak urung, sendjata rahasia
telah mengenai ia sebagai sasaran, mengenai
kepalanja.
Pouw Djie bisa berkelit, tapi apamau, sendjata
telah mengenal Tjioe Kwie, si kawan jang sedang
rebah merintih karena lukanja. Ini kali, sendjata itu
mengenai pundak kiri. Bahna sakit, dan takut, ia ini
lantas bergulingan pula, masuk ke tempat lebat.
Sekarang karena suara rubuh dan bergulingan,
kedua serdadu pendjaga djadi kaget, mereka lantasPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
340
berteriak "Ada orang djahat!" atas mana pendjaga2
didepan segera datang memburu.
Pouw Djie dan Tjok Kiap Kwie djadi bingung,
tidak ada tempo lagi untuk mereka menolong
kembali pada Tjioe Kwie, terpaksa mereka
menjingkir, rnasing2 ke kiri
dan kanan, ketempat gelap. Tjok Kiap Kwie
menudju ke Giok-lenglong, dltempat gelap, ia
lontjati tembok rendah, ia seberangi Giok Tay Kee,
disini ia lontjat naik keatas gunung palsu jang
berbatu Thay-ouw-tjio, akan melihat kesekitarnja.
Diarah gedung ia dengar suara berisik, obor
terang2, dibetulan ajunan, ia lihat seorang, jang
mirip Hek Bouw Tan, jang rupanja sedang dikurung.
Ia lantas ingat pesanan si nona, maka ia keluarkan
suitannja dan tiup itu sampai terdengar suara
njaring.
Hek Bouw Tan adalah orang diajunan, ia dengar
suara suitan, ia sambuti, kemudian ia lontjat, akan
menjingkir dari kepungan. Ia bisa berbuat dengan
leluasa. Dilain saat, ia sudah berada diluar tembok.
Ia lantas dihampirkan oleh Tjok Kiap Kwie, siapa
segera berikan laporannja
"Kalau begitu, aku mesti lihat!" kata Hek Bouw
Tan, jang kembali lontjat ke dalam.
Selagi Tjok Kiap Kwie bersangsi, ia tampak satu
bajangan melesat kearah ia, hanja, untukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
341
kelegahan hatinja, tjepat ia dapati, bajangan itu
ada kawannja, Yoe-hoen Pouw Djie.
"Mari!" ia mengadjak.
Adalah dlini ketika, jang mereka bertemu sama
In Hay Tjhong-liong, djuga Kouw Bak Giam-lo, tapi
mereka mentjoba meloloskan diri.
Tjioe Kwie, jang terluka, tjoba sembunji kedalam
tempat lebat. Ia dengar orang repot mentjari ia,
dan dari atas rumah, ia dengar suaranja dua botja,
jang njaring: "Lekas menggeledah kedalam rimba
1" Hingga ia djadi bertambah ibukIa paksakan diri,
akan tjari djalan keluar. Maka kebetulan sekali, ia
dapati satu djalanan ketjil, jang ia terus ikuti.
Hek Bouw Tan telah dapat susul si iblis
pemabukan ini, jang lelah luar biasa, tapi, ketika
melihat padanja, Tjioe Kwie lantas sadja pangsan,
ia rubuh dan rebah ditanah, apa jang ia bisa
utjapkan adalah: "Nona, aku rubuh! . . ."
Hek Bouw Tan samber orang punja tubuh, untuk
dikempit, setelah mana, ia bawa lari orangnja itu,
hingga barisan pendjaga djadi tak dapati suatu apa,
malah iaorang tak tahu, pendjahat kabur kemana.
Dua orang diatas genteng ? dua botja ? adalah
Djie-kongtjoe Thian Lan dan Ang-hay-djie Tjoh
Koen. Adalah mereka, jang gunai sendjata rahasia,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
342
akan lukai Tjioe Kwie dan bikin kabur dia ini
empunja dua kawan.
Demikian duduknja hal bagaimana orang djahat
bisa ditjegah menjerbu masuk ke sebelah dalam
istana.
"Aku tak sangka," kata Liong Touwsoe dengan
kagum, "baharu sadja ikuti Tjoh Loo-soehoe
beberapa bulan, kongtjoe telah peroleh kepandaian
ini! Maka di belakang hari, entah kemadjuan
bagaimana kongtjoe akan peroleh entah betapa
girangnja Kongya apabila nanti ia ketahui ini
Hanja, kongtjoe, sendjata rahasia apa itu jang
kauorang berdua gunai ? Dan bukankah kongtjoe
berdua berada di dalam, kenapa kauorang djusteru
berada di belakang?"
Ditanja begitu, djie-kongtjoe nampaknja
djengah, tapi ia melirik pada gurunja, setelah
mana, ia tertawa.
"Mana aku ada punja itu matjam kepandaian?"
kemudian ia mendjawab. "Kalau aku djelaskan itu,
orang tentu tertawakan aku. Sedjak pertama kali
aku lihat soehoe tangkap burung terbang, aku
sudah berkeinginan keras akan jakinkan ilmu itu,
maka itu, saban aku lihat burung terbang, aku
ambil batu, aku timpuk. Aku pertjaja, dengan
sering menimpuk, aku akan djadi gapa. Satu kali,
soehoe pergoki aku lagi menimpuk, maka soehoePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
343
lantas adjari aku gunai katjang kedele sebagai
sendjata, sasaran latihannja adalah batang hio jang
dinjalahkan dalam sebuah kamar jang gelap. Untuk
itu, aku diperintah sediakan sebatok katjang. Aku
dimestikan timpuk api hio itu. Mulanja, aku mesti
awasi sadja api hio itu, jang bisa memain, dari ketjil
djadi besar, dari besar djadi ketjil pula, demikian
seterusnja. sampai sebulan lebih, sesudah mana,
penglihatan mataku djadi tetap. Sesudah itu, aku
diadjarkan menimpuk dengan katjang itu, jang
butkrannja aku mesti pegang dengan didjepit
dengan dua djeridji tangan. Djauhnja djarak
menimpuk pun mulai dari lima tindak. Mulanja,
dengan seratus bidji katjang, aku tak bisa
menimpuk mengenai satu kali djuga, hanja selang
setengah bulan, baharulah ada jang kena. Setelah
bisa menimpuk dengan djitu, baharu suhu suru aku
geser djaraknja, semakin lama, semakin djauh. Pun
soehoe suka adjak aku keluar, akan mentjoba
menimpuk kunang-kunang. Iiii ada terlebih sukar,
tapi soehoe, ia selalu bisa menimpuk dengan djitu,
dengan satu tangan, djuga dengan dua tangan
berbareng. Selama musim rontok, aku bisa
menimpuk kena, satu-dua dalam sepuluh kalL
Selewatnja musim rontok, kunangkunang tidak
ada, maka sebagai gantinja, soehoe perintah
gantung kapas jang dipulung bundar, jang
digantung memain di atas pohon. Demikian
seterusnja, sampai dengan dua-belas butir, akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
344
bisa menimpuk djitu dua-belas kali. Sesudah ini,
soehoe tukar katjang dengan potongan besi ketjil
jang dinamakan thie-lian-tjle dan sasarannja pun
gala jang tinggi, jang dilobangi dan aku mesti
timpuk djitu lobang itu. Dari berdiri diam, aku
diperintah menimpuk sambil berlontjat, dan sudah
itu, aku djuga dimestikan djaga dan sambuti thie
lian-tjie itu, agar tak sampai djatuh ke tanah. Tjoba
aku dilihat selagi aku beladjar, tentulah ditertawai,
karena aku mesti lelompatan dan berdjingkrakan
bagaikan kunjuk sadja..."
Liong Touwsoe tertawa. Tjeritanja botja ini benar
menarik dan lutju.
Siangkoau Hiok bersenjum, tapi ia sambil awasi
itu botja bangsawan, kemudian ia manggut2. la
kagum buat itu anak muda.
"Kau beruntung sekali, Tjoh Lauwtee," ia kata.
"Bhok Kongtjoe ada punja bakat baik sekali,
djarang ada satu anak muda sebagai ia."
"Aku pun mengerti," kata Liong Touwsoe, jang
turut tertaw'a. "Pendjahat2 itu ketemu kongtjoe
djusteru di tempat di mana kongIjoo biasa berlatih,
tidak heran kalau mereka djadi mundur teratur"
"Sabar, Liong Sie-siok," kata Thian Lan sambil
menggoyang tangan. "Djangan kau terburu
memudji djuga. Ketika kita terima kabar ada terbit
kebakaran, kita berdua ingin keluar, tetapi aku takPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
345
berani, ke-satu soehoe larang kita, ke-dua aku
belum pernah naik ke atas genteng, tetapi Tjoh
Soeheng ini suka bantu aku, maka kita keluar
djuga. Ialah jang bantu tarik aku. Kita molos dari
djendela, karena kita tak berani keluar dari pintu.
Di atas genteng, aku tak mampu berdiri tetap,
maka kembali Tjoh Soeheng mesti bantu aku. Kita
merajap di genteng, supaja pendjahat tak dapat
lihat kita. Kita mendekam dl atas wuwungan. Kita
lekas djuga lihat tiga bajangan lari mendatangi,
satu di antaran a beI kal golok di bebokongnja. Kita
duga pendjahat bermaksud masuk, kita tak takut.
Aku ada bekal thie-lian-tjie, maka aku keluarkan
itu. Tjoh Soeheng katanja pernah jakin piauw,
maka aku bagi ia beberapa bidji. Lekas djr
lihat muntjulnja satu pendjahat, aku sambut ia
dengan satu thie-lian-tjie, hingga ia rubuh. Dia
tentunja telah terkena matanja. Kemudian kita lihat
dua bajangan lain, aku lantas menijerang. Tjoh
Soeheng pun turut menimpuk. Satu pendjahat
berseru bahna kaget, ia kabur, maka fcawannja
lantas turut ia lari. Sampai di situ, banjak orang
datang memburu."
Siangkoan Hiok awasi Kouw Bak Giam-Io.
"Antjaman bahaja ada hebat," kata ia, "tjoba
tidak ada djiekongtjoe, pendjahat tentu telah bisa
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjerbu ke dalam. Heran djie-kongtjoe bisa
beladjar demikian punja tjepat!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
346
"Tapi itulah tak aneh," Kouw Bak Giam-Io
djawab. "Pada ini ada sebabnja."
Ia lantas tuturkan hal pengalaman djie-kongtjoe
di empang sampai dlminumnja darah binatang.
"Sekarang ini tenaganja djiekongtjoe sudah
besar, aku lagi latih ia, untuk kemudian diadjarkan
silat dengan beraturan"
Siangkoan Hiok manggut, ia memudji.
Kemudian Kouw Bak Giam-lo pandang Liong
Touwsoe, sikapnja berubah sungguh2.
"Tjiangkoen, sekarang aku telah ketahui djelas
tentang pendjahat," berkata ia. "Malam ini mereka
tak tjapai maksud mereka, tapi mereka belum mau
sudah. Tadi ada Kongya, aku tak berani omong
sembarangan, sekarang kita ada leluasa."
Ia rogo sakunja, akan keluarkan selembar kertas
dan sepotong sendjata rahasia.
"Ini ada sepotong tiat-tjok-lie dari Hek Bouw
Tan," djago tua itu sambungi omongannja. "Ini ada
sendjata rahasia jang dipakai untuk mengirim
surat. Sebab surat dialamatkan pada Kongya, aku
tak berani lantjang batja. Laginja, untuk batja itu,
temponja tidak ada. Hati2, sendjata itu ada
ratjunnja."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
347
Liong Touwsoe manggut, ia paling dulu sambuti
itu surat. Alamat benar ada alamatnja Bhok
Kokkong. Suratnja, setelah dibuka, ada ringkas
sadja. Itu adalah antjaman sebagai berikut:
"Kami bersumpah akan tak hidup bersama-sama
kau lagi tiga hari kemudian, kami akan ambil
kepalamu serumah-tangga !"
Surat itu, jang tertulis dengan hurufbesar, tak
ada tanda-tangannja.
Habis membatja, Liong Touwsoe djadi gusar
sekali.
"Kawanan dari Ah-bie-tjioe ini ada sangat
djumawa !" ia berseru. "Bukankah selainnja
sekalian keetjiang dan serdadu, masih ada
loosoehoe beramai di sini ? Apa mereka bisa
berbuat kalau aku kurung istana dan larang siapa
djuga keluar-masuk ? Aku mau lihat, setelah tiga
hari, apa mereka bisa bikin!"
"Pikiran Tjiangkoen ada sempurna," kata Kouw
Bak Giam-lo. "Hanja, biar bagaimana, kita harus
waspada. Mereka bisa menggertak sadja,
merekapun bisa mengantjam sungguhan. Sebagai
orang kang-ouw, mereka tak segan akan ambil
segala matjam tindakan litjin. Selama tiga hari,
siang dan malam, mereka bisa bikin kita mendjaga
terus-terusan, selewatnja itu, kita bisa alpa dan
lalai, hingga mereka bisa turun tangan denganPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
348
leluasa. Tentara Tjiangkoen tak bisa melek terus
terusan bermalam-malam dan kita djuga tak boleh
terus kumpul seljara begini. Pendjahat pasti
mendjaga waktu kita lengah. Aku pertjaja mereka
ada punja sarang didekat kita, atau djangan2
didalam kota"
Liong Touwsoe kerutkan alis, ia pertjaja kata2nja
thabib palsu ini.
"Loosoehoe benar," ia lalu kata. "Sekarang
bagaimana kita harus bertindak? Kalau loosoehoe
ada pikir suatu apa, tolong utarakan itu terus
terang, untuk kita-orang rundingkan."
Kouw Bak Giam-lo manggut.
"Sedjak dahulu ada dibilang, kesesatan tak akan
menangkan kebenaran, djuga dalam hal ini, tak
usah kita terlalu berkuatir," kata ia. "Kongya
berkuasa atas angkatan perang jang besar,
mustahil segala kurtjatji mesti ditakuti? Melainkan
soalnja sadja, jang berlainan. Maka untuk ini, kita
pun mesti ambil djalan lain lagi. Kongya baharu
pulang dari medan perang, ada tak selajaknja kalau
sekarang ia geraki pula tenteranja. Ini ketika
rupanja digunad oleh pendjahat, untuk
mengganggu, untuk menjerang. Sudah pasti,
kawanan itu ada punja kaki-tangan diantara
pembesar sebawahan. Dan ia sengadja undjuk aksi
disini, guna selidiki keadaan kita. Ia sengadja kirimPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
349
surat antjaman, buat bikin kita bingung. Bisa djadi
ia akan buktikan antjamannja, tapi pun bisa djadi,
ia hendak menggoda sadja, buat bikin kita kalut
dan ketakutan tak keruan. Maka itu, tindakan kita
mesti waspada selamanja. Aku pikir, sekarang kita
djangan timbulkan soal menjerang musuh ke
sarangnja, hanja kita mesti mendjaga, pertama
untuk tiga hari ini, selandjutnja, untuk ketika jang
tak ada batasnja."
Liong Touwsoe benarkan ini pikiran.
"Habis bagaimana loosoehoe hendak bertindak?"
ia tanja.
"Barisan panah ada besar faedahnja, kita boleh
pakai. Musuh boleh liehay, menghadapi hudjan
panah, dia mesti bingung sendirinja," berkata Kouw
Bak Giam-lo. "Setiap malam kita pakai tiga barisan
panah, setiap barisannja terdiri daripada dua-puluh
orang. Kalau pegawai istana ini ada jang pandai
memanah, mereka boleh dipakai sebagai
pembantu. Tiga barisan itu mesti dipetjah tiga,
didepan, dalam dan belakang. Mereka mesti terus
sembunji, baharu mereka turun tangan bila sudah
dapat tanda. Lantas kita sembunjikan pula tukang2
menggaet ditempat2 jang penting. Disebelah itu
adalah barisan ronda, barisan persiapan, untuk
bantu segala djurusan. Di waktu siang, semua
mereka ini mesti tidur atau beristirahat. Selama itu,
Kongya dan djiewie kongtjoe harus berdiam diriPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
350
didalam, diwaktu malam, mesti beristirahat
dikamar rahasia, djangan sekali melangkah
umpama ke taman. Segala titah boleh diberikan
dengan perantaraan hamba kepertjajaan. Setjara
begini, biar musuh pandai, iaorang pasti tak akan
berdaja, sedang kita, kita nanti bisa bekerdja
dengan leluasa. Ini ada pemandanganku jang
tjupat, entah pikiran Tjiangkoen sendiri"
Liong Tjiangkoen sudah lantas setudjui pikiran
itu.
"Loosoehoe anggap barisan panah ada penting,
besuk aku nanti siapkan itu," kata ia sambil
manggut. "Aku pun akan perintah Kim Tjie Peng
bawa enam-puluh serdadu bersendjatakan golok,
untuk membantu pendjagaan didalam. Sesudah
Kongya dan kedua puteranja terlindung kuat,
baharu hatiku lega. Hanja pendjahat banjak jang
pandai lontjat tinggi dan lari diatas genteng,
sebaliknja kita disini tjuma tiga orang, sedang
istana ada begini luas, maka bagaimana loosoehoe
pikir mengenai ini hal? Apakah loosoehoe dan
Siangkoan Loo-tatkhoa, jang tentunja ada punja
banjak sahabat atau kenalan, tak pikir perlu akan
minta bantuan dari mereka itu ??
"Tentu sadja aku ada pikir demikian," sahut Tjoh
Kham Tjioe. "Selama berniat pergi ke Ah-bietjioe,
aku sudah pikir akan mohon bantuannja beberapa
sahabatku, agar aku bisa tempur Hoei Thian Ho,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
351
dan aku harap, dengan berkah perlindungan
Kongya, aku nanti berhasil, maka siapa tahu,
sekarang disini ada antjaman bahaja ini. Sekarang
aku tak dapat kesempatan lagi buat tjari pembantu.
Barisan panah djuga ada pertolongan sekedar
sadja, untuk sementara waktu, itu bukannja daja
buat membasmi orang djahat."
Siangkoan Hiok diam sadja dari setadi, tapi
sekarang ia tanja sahabatnja, apa jang sahabat itu
ketahui tentang pendjahat. Ia menduga bahwa
sahabat itu ada ketahui suatu apa.
Mendjawab pertanjaan itu, Kouw Bak Giam-lo
tuturkan halnja iapunja penjelidikan ke Ah-bie
tjioe, begltupun tentang jang mengenai kembalinja
Bhok Kongya dari medan perang.
"Djikalau demikian," kata Siangkoan Hiok, "apa
jang lauwtee ketahui bisa dibilang bahagi an luarnja
sadja, masih ada jang penting, jang lauwtee kurang
atau belum mendapat tahu."
"Apakah adanja itu, lauwko?" tanja Tjoh Kham
Tjioe. "Lauwko baharu datang, bisa djadi kau telah
dengar lebih banjak."
Slangkoan Hiok mengelah napas.
"Usiaku sudah landjut, bintangku pun sedang
guram," berkata la dengan masgul. "Di-mana2, aku
ngalami kedjadian jang memalukan... DalamPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
352
perdjalananku ke Inlam ini, untuk tjari kau,
lauwtee, hampir sadja aku kurbankan sisa djiwaku
jang tua ini, sukur ada orang berilmu jang tolongi
aku, hingga sekarang aku bisa bertemu pula sama
kau."
Kouw Bak Giam-lo heran, ia terkedjut.
"Kedjadian apakah itu, lauwko?" ia tanja.
Liong Touwsoe, Bhok Thian Lan, djuga Ang Hay
Djie, turut merasa heran.
Siangkoan Hiok suka berikan keterangannja,
jang ada sebagai berikut:
Mulanja, dari Seng-touw, Siangkoan Hiok berniat
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ambil djalan dari Siongpeng-kwan, Hweelie, akan
njeberang di Kim See Kang, guna ikuti djalanan di
Pek Tjo Nia, Keebeng-kiap, akan tetapi, kapan ia
ingat kedjadian bagaimana Kouw Bak Giam-lo
mesti tempur Hoei Thian Ho, ia lantas ubah
niatannja itu, dan kedjadiannja, ia ambil djalanan
jang sama jang diambil oleh Thio Kiat dan Tjoh
Koen, hanjalah Thio Kiat berdua berdjalan dimuka
beberapa hari. Ia pun tak usah ngidar di Tjio Liong
San.
Pada suatu hari, Siangkoan Hiok sampai di Liang
Ong San dalam daerah Siong-beng-tjioe. Dari sini
ke Koen-beng tinggal dua-ratuslie lebih, djalanan
ada darat dan air. Ia ambil djalanan air, ia naikPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
353
perahu dari Pouw To Hoo. Dengao tukang perahu
telah dibikin perdjandjian tak boleh muat lain
penumpang, umpama ada satu-dua orang, jang
ingin djuga menumpang, tukang perahu itu mesti
minta iapunja perkenan. Djuga, dimana mesti
berlabuh, kapan mesti berangkat, semua mesti
turut kehendak ia. Untuk ini, ia membajar lebih
daripada biasanja.
Tukang perahu ada seorang dari usia lima-puluh
lebih, kawannja ada iapunja tiga anak. Mereka
terima baik itu perdjandjian, perlajanan mereka
ada tjukup, barang makanannja pun mentjotjoki.
Maka itu, Siangkoan Hiok merasa puas. Djalan di
air ada lebih lambat daripada djalan didarat tapi
dlsini pemandangan ada menarik hati. Diduga,
dalam tempo tudjuh atau delapan hari, ia akan
sudah sampai.
Pada suatu lohor, Siangkoan Hiok berlabuh
disatu tempat jang ramai, banjak tokonja, banjak
penduduknja. Ketika itu, angin datang dari
djurusan jang menentang, dan langit mendung
dibahagian barat-utara. Nampaknja, hudjan besar
bakal turun.
Tukang perahu bilang, tempat itu ada Tong
kouw-ek, ia andjurkan tetamunja mendarat, akan
tjoba minum arak Tjoei-patsian, jang sangat
kesohor.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
354
Siangkoan Hiok ketarik, ia terima tawaran itu, ia
mendarat. Dari gili-gili belum beberapa tindak, ia
sudah lihat sebuah rumah makan didepan mana
ada digantung lentera merah dengan merek "Lim
Kang Lauw" jang besar huruPnja. Mendekati itu,
hidungnja telah lantas tjium bau makanan jang
lezad dan kupingnja dengar suara
berisik dari tetamu1 jang asik bersantap dan
minum. Kapan ia sampai dimuka rumah makan,
djongos segera sambut ia, pimpin ia naik
kelauwteng. Ruangan lauwteng tak seberapa luas
tapi perlengkapan ada tjukup dan menarik hati, dari
djendela, orang bisa memandang kesungai. Ini
sebabnja kenapa didapat itu merek restoran ? Lim
Kang Lauw ? jang berarti "mendampingi sungai".
Disini tjuma ada empat tetamu berikut satu
pendeta tua, jang duduk sendirian pada sebuah
medja sebelah dalam. Ia tjuma lihat orang punja
bahagian belakang, ia tak memperhatikan. Pendeta
itu rupanja lagi menikmati keindahan
pemandangan disungai dimana ada terdapat
banjak perahu dengan lajar-lajarnja, dengan
pelitanja, karena sang sore sudah lantas
mendatangi Ia minta arak Tjoei-pat-san, ia pun
duduk sambil memandang keluar djendela. Ia lihat
perahu sewaannja, disana rupanja si tukang perahu
tua sedang masak nasi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
355
In Hay Tjhong-liong lagi mengawasi ke perahunja
itu ketika ia lihat seorang dengan tubuh besar
lontjat naik ke perahunja, bitjara sama si tukang
perahu. Ia tidak dengar pembitjaraan mereka, tapi
rupanja orang itu tanjakan siapa penjewanja. Dia
itu pun melongok kedalam kendaraan air itu.
"Heran," ia berpikir, "di Inlam ini, aku bak punja
banjak kenalan, apapula di ini tempat. Siapa itu
orang? Apa dia punja mau? Apakah dia itu
kesalahan menanja orang diperahuku ?"
Orang itu tidak berdiam lama diperahu, ia lontjat
kedarat dan mengilang diantara orang banjak.
Tatkala itu, angin ada hebat, langit penuh mega,
hingga blntang2, dan bulan djuga, telah ketutupan.
Dan sebentar kemudian, orangs didjalan besar ribut
dengan suaranja, "Hudjan! hudjan!" Dan orang
pada lari serabutan, akan tjari tempat berlindung
dari air langit itu.
Djongos segera rapati daun djendela, karena
angin menjamber-njamber keras dan hawanja
dingin, nelusup sampai ketulangtulang. Ruangan
lauwteng telah diterangi dengan beberapa batang
lilin. Suara djatuhnja air hudjan segera
kedengaran.
Djusteru itu, ada naik pula beberapa tetamu lain,
hingga djongos mendjadi repot.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
356
Kemudian muntjul pula satu tetamu, jang
tindakannja diundakan tangga ada pelahan sekail
Ia pun tjuma kelihatan belakang kepaianja,
kepalanja besar dan botak, sisa rambutnja pendek,
teriap kebawah, sebab rambut itu tak diikat,
kepalanja tak memakai kopia.
Memandang terlebih djauh, kemudian Siangkoan
Hiok dapat lihat orang punja muka potongan
tangkwee, sepasang alisnja pandjang tapi ketjil
sekali, matanja ketjil, seperti orang hendak meram
tidur, akan tetapi, sinarnja ada luar biasa tadjam,
seperti bintang bertjahaja mentjorot. Dia ada punja
kulit jang putih, hidungnja pendek, bibirnja pesegi,
dari situ, sering terlihat senjuman. Diapunja kedua
pipi ada merah, sebagai akibat pengaruh arak. Di
matanja Siangkoan Hiok, ini orang ada lutju. Orang
itu rupanja ada berhati dermawan.
Biar ia mentjoba mengingati. Siangkoan Hiok tak
bisa kenali, orang itu siapa adanja. Toh di dalam
hatinja, ia rasa bahwa ia pernah dengar orang
bitjara tentang orang ini, entah di mana dan kapan
XVII
Sebentar kemudian, orang itu sudah sampai di
atas Iauwteng, hingga Siangkoan Hiok bisa lihat
tegas seluruh tubuhnja. Dia tak bertubuh tinggi,
gerak-gerakannja halus sebagai anak sekolahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
357
sadja. Hawa ada dingin, toh ia tak pakal fcopia. Dan
badjunja, ada dari bahan sutera jang tipis. Di
plnggangnja, ia ada memakai angkin sutera. Tapi
apa jang aneh, di waktu hudjan begitu, sepatunja
jang putih dasarnja, tak basah atau ketjipratan
lumpur.
Diam2 Siangkoan Hiok terperandjat ketika orang
punja sepasang mata "menjapu" ia, selagi orang itu
lewat, untuk menghampirkan medjanja si pendeta,
siapa sudah lantas berbangkit, akan menjambut
pada dia itu.
Tadinja In Hay Tjhong-liong tak perhatikan itu
pendeta, tapi sekarang, selagi orang berbangkit
dan membalik tubuh, ia bisa melihat dengan tegas.
Pendeta itu ada punja kumis atau djenggot jang
pandjang, jang telah ubanan semua, sebab
umurnja pasti sudah tudjuh-puluh lebih. Dia ada
punja muka jang lebar dan romannja sehat luar
biasa.
"Aku tidak sangka di sini aku bisa ketemui orang?
luar biasa sematjam ini," diam2 In Hay Tjhongliong
berpikir. Maka dengan diam2 djuga, ia menaruh
perhatian kepada mereka itu.
Dua orang itu duduk berhadapan, djongos telah
tambahkan raangkok dan sumpit dan tjawan arak,
djuga beberapa rupa sajurannja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
358
"Soetee, kenapa kau baharu sampai ?" tanja si
pendeta. "Kau lihat, hudjan telah turun, kita sukar
lakukan perdjalanan kita, Apakah tak baik kita sewa
perahu sadja ? Dengan begini kita bisa mata tidak
melihat, hati tak mendongkol"
Orang jang dipanggil soetee itu tertawa
berkakakan.
"Bagaimana kau mengharap putih-bersih, debu
pun tak bisa menempel ?" sahut ia dengan
pertanjaannja. "Kau tahu, djusteru itu anak dan
tjutju rase berniat main2 di depan kita! Sekarang
ini, si rase tua pun sudah berada di sini! Apamau,
segala rase dan andjing sebawahannja telah dapat
tahu tentang satu musuh mereka dan si rase tua
telah dlberitahukannja ! Lihailah nanti, di tempat
jang sempit, apabila kedua pihak telah berhadapan,
kita tentu akan menjaksikan suatu pertundjukan
jang menarik hati"
Hatinja Siangkoan Hiok bertjekat, ia djadi
berpikir.
Djusteru itu, satu djongos berlari naik,
sesampainja di atas, ia hampirkan si Naga-dalam
Mega. Di tangannja, ia ada bawa seputjuk surat
jang pandjang.
"Loo-ya-tjoe, apakah kaupunja she ada she
Siangkoan ?" ia tanja. Ia bitjara sambil tertawa,
sikapnja hormat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
359
Siangkoan Hiok terkedjut tetapi ia manggut.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ja," ia menjahuti.
"Inilah ada surat untuk loo-yai tjoe," kata
djongos itu, tetap sambil tertawa. "Barusan di
bawah ada satu tuan, jang serahkan surat ini
padaku untuk dipersemk bahkan pada loo-ya-tjoe,
di dalam ini ada sepotong perak. Ia bilang, tjukup
dengan aku menjerahkan1 nja sadja, tak usah loo
ya-tjoe membalas kabar. Habis itu, dia lantas pergi.
Rupanja loo-ya-tjoe lupa membawa uang, maka ia
datang mengantarkannja. Hal ini sebenarnja tak
perlu. Loo-ya-tjoe ada seorang terhormat, umpama
h ini hari kau tidak membawa uang, bolehlah kau
menerangkannja, lap lu besuk loo-ya-tjoe boleh
datang jg pula atau mengirimkannja itu. Untuk
perkara ketjil ini, sebenarnja tak usah sampai
hamba looya-tjoe datang dengan hudjana.. "
Siangkoan Hiok heran, ia tak mengerti, akan
tetapi sebab orang katanja sudah pergi, ia
melainkan bisa mangguti kepala, untuk suru
djongos itu undurkan diri. Ia merasakan sampul itu
berat, rupanja benar, di dalamnja ada perak
potongan. Untuk mendapat kepastian, ia buka
sampul itu. tapi kesudahannja kembali ia terperanI
djat. Karena isinja sampul, benar berat, tapi
bukannja uang perak, hanja sepotong piauw! Dan
dengan tak melihat njata, ia kenali itu adalahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
360
iapunja piauw sendiri! Tapi ia awasi itu, hingga ia
dapat lihat noda darah samar2.
Dengan tak usah berpikir lama, Siaugkoan Hiok
ingat tentang piauw ini. Itulah ada piauw jang ia
gunai di Hoei Poat Hong. Setjara diam2 ia gunai
sendjata rahasia itu, untuk bantu Kouw Bak Giam
lo, guna pukul mundur pada Hoei Thian Ho, dan
dengan bawa piauw itu, si Rase Terbang sudah
kabur. Ia tak perhatikan lagi kedjadian itu, siapa
tahu sekarang, orang telah kembalikan itu
sendjata. Sekarang pun ia lihat ukiran dua huruf
"Siang-koan" pada piauwnja itu.
"Pastilah Hoei Thian Ho menduga aku telah
bermupakatan sama Toh Kham Tjioe untuk lawan
ia dengan gunai tipu busuk"
demikian ia pikir. "Inilah ada djalan untuk
menambah hebat permusuhan, menambah
dendaman... Aku tidak sangka, djuga dengan
djalan di air, aku mesti ketemu musuh liehay ini
"
Sekarang Siangkoan Hiok mengerti, siapa itu
orang jang tadi naik ke perahunja dan bitjara sama
si pemilik perahu.
"Mestinja disini pun ada sarangnja si pendjahat,"
pikir ia. "Rupanja tadi, selagi aku mendarat, ada
orangnja Hoei Thian Ho, jang lihat aku, maka
sekarang ia kirimkan akupunja piauw iniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
361
Mau atau tidak, berbareng kaget, Siangkoan Hiok
ada mendongkol, hingga diluar kehendaknja, ia
angkat tangannja dan keprak medja.
"Ah, aku toh ketemu musuhku..." ia mengeluh.
Baharu ia mengeluh demikian, lagi2 Siangkoan
Hiok terperandjat, dalam hatinja. Ia ingat barusan
kataSnja itu tetamu jang menemani si hweeshio,
bahwa "dltempat sempit, mereka bakal saksikan
pertundjukan"
"Apakah mereka itu bukannja maksudkan aku ?"
ia menduga. "Siapakah mereka ini? Aku tak kenal
mereka. Rupanja mereka bukan kontjonja
pendjahat.... Ja, siapa itu anak sekolah ? Aku
pernah dengar tentang ia... Dimana?"
Diam2 ia menoleh pada itu pendeta dan
kawannja, ia dapati mereka asik dahar dan minum
dengan tenang, maka itu, ia tak mau awasi mereka
lama2.
Karena banjak berpikir, Siangkoan Hiok djadi
kehilangan napsunja untuk minum dan dahar.
"Aku bersendirian dan ditempat begini asing,
bagaimana kalau Hoei Thian Ho datang dengan
berkawan banjak ? Ia tentu tak turun tangan
ditempat ramai ini... Boleh djadi ia akan tunggu
sampai aku sudah kembali keperahuku dan
berangkat..."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
362
Selagi djago tua ini ngelamun, ia dengar
kawannja si pendeta, si sioetjay, tertawa dan
berkata dengan suaranja jang njaring : "Soeheng,"
demikian katanja, "orang sohorkan arak Tjoei
patsian disini, tetapi menurut penglihatanku, arak
itu pun mesti lihat dulu, siapa jang minum, siapa
jang mulutnja ada punja redjeki besar! Bukankah
ada pembilangan, arak itu ada air bentjana ?
Bukankah, siapa minum arak hingga ia mendapat
tjelaka, menjesal pun sudah kasep ? Lihatlah, arak
sudah didepan mata, tapi toh masih tidak dibikin
kering, apakah itu tidak mengetjewakan ? Apaka itu
tidak hebat?"
Habis kata begitu, ia tertawa bergelak-gelak,
sampai ia dongak2.
Hebat bagi Siangkoan Hiok akan dengar orang
punja perkataan itu, ia merasa seperti ketusuk
dengan telak sekali. Ia tidak bergusar, sebab orang
toh tidak bitjara sama ia, ia hanja merasa
tersentuh.
Si pendeta bersenjum.
"Soetee, kau masih tetap sama tabeatmu, suka
gauwkoen !" ia kata. "Di mataku, soal manusia ada
soal karma. Karma tak dapat dipaksakan, itu
bergantung atas diri sendiri, atas hati kita sendiri.
Siapa tenang dan suka tanam banjak bibit
kebaikan, tak nanti ia dapat buah jang busuk.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
363
Buddha kita pun bilang. "Arak dan daging melewati
usus, tapi bentjana dan keberuntungan tak ada
sangkutpautnja". Lihatlah barang daharan kita,
disini ada bahu amis dari daging ikan! Adakah ini
barang makanannja penganut dari agama jang
sutji, dari mereka jang suka liamkeng ? Toh aku si
pendeta tua tak takut orang nanti katakan aku ada
pendeta arak dan daging! Aku tahu benar ada
mereka, jang liamkeng selalu, jang tak dahar
daging, akan tetapi tangannja senantiasa berbau
amis ! Sekarang ini mulutku berbau amis, perutku
kembung dengan arak, toh nanti, apabila ketemu
djodonja, aku bisa turuti adjaran menjinta dari
Buddha kita, akan bujarkan permusuhan, akan
bantu si lemah, akan singkirkan si kuat dan se
wenang2 ! Apakah itu bukannja suatu perbuatan
baik? Aku pertjaja, setelah minum arak Tjoei-pat
sian jang kesohor ini, aku nanti bikin antjaman
bahaja mendjadi suatu keselamatan !..."
Sioetjay jang dipanggil soetee itu tertawa besar.
"Aku mengerti, sebentar malam soeheng hendak
mendirikan satu pagoda dari tudjuh tingkat!"
berkata ia, dengan pudjiannja. "Hanja, dengan
begitu, aku berduka untuk si rase, aku kuatir,
dibawahnja pagoda, dia nanti ketindiban sampai dia
sukar bernapas... Aku kuatir dia nanti tjiptakan diri
asalnja sendiri dan menghilang dalam sekedjab..."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
364
Habis kata begitu, sioetjay ini tertawa, begitupun
si pendeta, si kawan.
Bagi lain2 tetamu, kelakuannja itu pendeta dan
kawannja tak menarik perhatian sungguha, tidak
demikian bagi Siangkoan Hiok. Djago tua ini
mengerti benar, orang rupanja bitjara mengenai ia.
Ia mengerti maksudnja "mendirikan menara tudjuh
tingkat". Itu ada berarti "menolong orang dari
antjaman bahaja". Ia tidak kenal mereka, tapi
kata2 mereka telah membesarkan iapunja
semangat Saking bernapsu, ia angkat tjawannja
dan tjegiuk itu, ia sampai tak perdulikan, araknja
masih panas atau sudah dingin.
Sesaat kemudian, Siangkoan Hiok masuki piauw
kedalam sakunja, lantas ia berbangkit. Ia sudah
ambil putusan, akan bitjara sama itu pendeta dan
kawannja, untuk beladjar kenal. Tapi, baharu sadja
ia berdiri, atau dibawah lauwteng ia dengar
berketoprakannja kaki2 kuda, jang berhenti dimuka
rumah makan itu, sesudah mana, tertampak dua
orang lari naik, tindakan kakinja ditangga ada
sangat berisik.
Dua orang itu ada punja tubuh jang besar dan
roman jang bengis, kepala mereka tertutup tudung
bambu jang lebar, tubuh mereka dikerebongi
mantel, dari udjung jang mana ada menetes air
hudjan. Mereka punja kasut rumput basah dan
kotor dengan air lumpur. Mereka ini mengawasi kePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
365
seluruh kamar, kemudian mereka samperi In Hay
TJhong-liong.
Siangkoan Hiok bertjuriga, ia memasang mata,
ia bersiap.
Dua orang itu berdiri didepan nja orang tua Ini.
"Apakah tuan ada Siangkoan Loo-tat-khoa ?"
tanja satu diantaranja, suaranja besar, tapi
sikapnja tjukup menghormat.
Siangkoan Hiok manggut
"Benar," sahut ia. "Tapi aku belum kenal
kauorang, djiewie..."
Mendengar demikian, alisnja dua orang itu
berdiri, mereka bersenjum sindir, tetapi mereka
tertawa.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mana setimpal akan kita bersahabat dengan
lootatkhoa" kata pula jang satu. "Sebenarnja tak
usah lootatkhoa menanja lagi, karena kau toh
sudah tahu Bukankah sahabat lootatkhoa sudah
persembahkan suatu matjam bingkisan ? Dengan
melihat barang itu, pasti lootatkhoa akan ketahui
sendiri duduknja hal. Sekarang ini, sahabat
lootatkhoa itu ada sedang duduk menantikan di
dalam sebuah rumah berhala, djauhnja dari sini
tjuma tudjuh atau delapan lie. Kita sengadja diutus
ke mari, untuk menjambut. Kita dipesan buat tak
usah menjebutkan she dan nama, sebab lootatkhoaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
366
toh sudah tahu semua. Sahabat itu pertjaja, karena
persahabatan kekal beberapa tahun. Tak nanti
lootalkhoa tampik undangannja ini! Umparaanja
lootatkhoa sudah dahar dan minum tjukup,
sllahkan sekarang djuga kltaorang berangkat!"
Sebagai seorang kalangan kangouw dengan
pengalaman beberapa puluh tahun, Siangkoan Hiok
mengerti maksudnja musuh, dan ia mengerti djuga
bahwa, sendirian sadja, ia sedang hadapi bentjana
hebat Ia pergi dan itu berarti hampirkan djalan
mati. Akan tetapi, ia kenal harga dirinja, ia hendak
lindungi iapunja kehormatan. Maka ia kertak gigi.
"Baiklah !" ia djawab. Dan itu artinja, ia telah
terima undangan, atau lebih benar tantangan itu.
"Terima kasih, djiewie, untuk kedatangan kau ini.
Memang, djuga, dengan kedatanganku ini hari, aku
berniat kundjungi akupunja sahabat itu. Sudah
selajaknja jang aku mesti mengundjungi ia terlebih
dahulu. Tapi ini aku tak bisa segera lakukan, karena
aku lagi tunggui kedatangannja satu sahabatku
dengan siapa aku berdjandji akan bertemu disrni.
Maka, maafkan aku, aku harus menunggu lagi
sekian saat. Silahkan djiewie kembali terlebih
dahulu, sebentar setelah djam dua, aku pasti akan
pergi kesana. Utjapanku ini adalah satu djandji!
Maafkan aku, aku tak undang lagi djiewie untuk
minum !"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
367
Sembari kata begitu, Siangkoan Hiok angkat
kedua tangannja, buat memberi hormat, tetapi
lebih benar, untuk mengusir kedua te tamu tak
dikenal itu.
Dua orang itu mengerti, mereka saling
memandang, mata mereka memain, kemudian
jang satu, dengan tjara ragu2, berkata : "Baiklah,
lootatkhoa! Lootatkhoa ada seorang terhormat, kita
pertjaja tak nanti kau salah djandji! Baik, silahkan
lootatkhoa idjinkan kita undurkan diri. Nah, sampai
ketemu pula !"
Mereka berhenti bitjara untuk segera putar
tubuh, akan lari turun kebawah lauwteng.
Siangkoan Hiok berduduk pula setelah perginja
dua orang itu. Biar bagaimana, ia ada bingung dan
masgul. Iapunja saat ada saat dari bahaja besar.
Dalam bingungnja itu, ia melirik kepada si pendeta
dan sahabatnja. Akan tetapi, kapan ia sudah
melihat, ia djadi kaget tak kepalang. Karena ia telah
dapatkan satu medja dan kursi jang kosong, dua
tetamu itu entah sudah pergi kemana, setahu
kapan perginja. Herannja, mereka bisa pergi
dengan tak tertampak olehnja ! Toh ia ada seorang
jang berpengalaman, dua orang itu bertubuh besar,
kalau mereka pergi, mereka mesti melewati tangga
lauwteng.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
368
"Sajang..." pikir ia. "Aku djusteru hendak
beladjar kenal sama mereka atau datang itu dua
botja ! Dengan begini lenjaplah satu ketika baik..."
Ia memandang pula ke medja si pendeta, piring
mangkok, tjawannja, masih belum ada djongos
jang benahkan. Itu ada tanda bahwa orang baharu
sadja berlalu.
Bingung dan masgul, djago tua ini mengelah
napas. Biar bagaimana, ia ada bersangsi, hatinja
tidak tenteram. Apa jang bisa djadi hiburan djuga
padanja adalah harapannja berhubung sama
perkataannja si pendeta tadi. Pendeta itu rupanja
bersiap untuk bantu plbak jang lemah, dalam hal
ini, iapunja pihak.
Selagi Siangkoan Hiok duduk bengong, datang
djongos jang tadi bawakan ia sampul terisi plauw,
dan sekarang djongos itu bawakan ia satu sampul
lain, sembari tertawa, dengan tangan kirinja
menundjuk kemedja sebelah ? tempatnja si
pendeta dan kawannja ? dia ini kata: "Hweeshio
tua jang barusan bersantap disini ada aneh sekali,
baharu ia sampai dibawah, lantas ia kata bahwa ia
ingat tuan adalah iapunja dermawan jang ia kenal.
Untuk menemui, akan naik pula ke lauwteng, ia
sungkan, maka itu ia minta pit dan kertas dari tuan
kuasa kita, untuk ia menulis surat. Ia menulis tjepat
sekali, setelah selesai, ia suru aku bawa suratnja
itu pada kau, tuan, ia sendiri sudah lantas pergi!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
369
Habis kata begitu, ia angsurkan sampul itu,
kemudian ia pergi benahkan tjawan dan mangkok
bekasnja si pendeta.
Dalam bingungnja, Siangkoan Hiok buka itu
sampul, untuk batja suratnja, sesudah mana ia
merasa, surat itu berharga lebih daripada selaksa
tail emas, berharga lipat beberapa ratus kali.
Surat itu memakai alamatnja Siangkoan Hiok. Ini
sadja sudah bikin ini djago tua heran. Ia tak kenal
si pendeta, kenapa dia itu ketahui iapunja she?
Sudah begitu, bunjinja surat pun istimewa.
Beginilah:
"Djalan dari Tong-kouw-ek ke kiri djauhnja
delapan lie ada sebuah tempat jang dinamakan Ah
tjwee, disitu ada sebuah berhala jang disebut Say
Hauw Sie. Itulah ada berhala tempat pertemuan
jang didjandjikan oleh Hoei Thian Ho. Kapan
sebentar djam satu berbunji, silahkan tuan pergi ke
berhala itu, disana pintjeng nanti dengan diam2
loloskan kau dari antjaman bentjana. Habis itu,
kitaora'ng barangkali bisa duduk pasang omong,
untuk pintjeng memberi keterangan."
Tanda-tangan dari surat itu adalah Boe Tjoe
Hweeshio.
Siangkoan Hiok girang bukan main, terutama
karena itu nama Boe Tjoe. Sebab ia kenal baik
namanja itu pendeta, jalah Boe Tjoe Siansoe,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
370
hongthio atau ketua dari kuil Tay Kak Sie di Oey
goe-kiap di Soe-tjoan. Dia itu adalah turunan dari
Siauw Lim Pay, namanja sangat kesohor. Ia ingat
pada duapuluh tahun dulu, ketika ia lindungi piauw
dibawahan sungai Tiang Kang, ia pernah bertemu
dan berkenalan satu kali dengan pendeta itu.
Sekarang, setelah lewat banjak tahun, ia sampai
lupai itu orang sutji. Ia duga umurnja pendeta itu
ada tudjuh-puluh dan ada terlebih tua beberapa
tahun dari ia sendiri, tetapi toh romannja masih
tetap segar, ketjuali kumis-djenggotnja, jang
sudah pada putih.
Setelah ingat Boe Tjoe Siansoe, Siangkoan Hiok
pun segera ingat si pendeta empunja kawan, jang
ia duga mesti ada saudara muda seperguruan dari
pendeta itu, jalah Tin Lam Tay-hlap Kat Kian Soen.
Ia ini punja usia sudah pasti belum lebih daripada
limapuluh tahun, akan tetapi ilmu silatnja ada
sangat dikagumi, perbuatannja jang mulia ada
banjak sekali. Dllain pihak, tayhiap ini ada punja
tabeat jang lain daripada orang lain, jalah aneh.
Hatinja In Hay Tjhong-liong djadl terbuka kapan
la ketahui maksud baik dari Boe Tjoe Siansoe. Ini
adalah pengharapan jang ia tak pernah sangka.
Dengan ada pendeta itu sebagai pelindung gelap, la
tak usah kuatlrkan suatu apa lagi Maka itu, ia
teriaki djongos, akan panasi lagi arak Tjoeipat-sian
serta tambah sajurannja, sebab sekarang ia bisaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
371
minum dan dahar dengan bernapsu. Ilanja. sembari
minum, ia pikirkan apa jang ia mesti berbuat
sebentar malam. Ia ada punja ketika, ia djadl boleh
ajal2an dirumah makan itu.
Siangkoan Hiok menduga Hoei Thian Ho ada
punja sarang di Tong-kouw-ek, dugaan itu keliru.
Sebenarnja mereka ketemu satu pada lain setjara
kebetulan sadja. Hoei Thian Ho sedang djalankan
tugas jang diserahkan kepadanja oleh Kioe-tjoe
Kwie Bouw. Ia berangkat dari Liok Siauw San, ia
pertama-tama pergi ke Koen-beng, untuk dengar2
kabar, buat selidiki sikapnja pembesar propinsi
mengenai kekatjauan diperbatasan Inlam dan Koei
tjioe. Di Koenbeng, siang ia sembunjikan diri,
malam ia keluar kelajapan. Demikian ia dengar
halnja Bhok Kokkoug telah dapat bantuannja
tentara suku Biauw jang setia pada pemerintah. Ia
segera kirim laporan kepada Kioe-tjoe Koei Bouw,
ia sendiri, dengan adjak beberapa orangnja, segera
angkat kaki. Ia tak ambil djalan tentara.
djalanan dari Koen-beng ke Kioktjeng, ia djalan
mutar dari belakang Koen-beng, jalah dari Pekkee
kwan njeberang di Tong-long-, tjoan, untuk lewati
Liang Ong' San, akan dari sini mutar pula dari
Hwee-sek-po, Kle Hong Kang, ke Tjio Liong San, dl
tapal batas, guia asut bandit2 Biauw didaerah itu.
Apamau, ketika ia sampai di Tong-kouw-ek, selagi
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mentjari hotel, akan djauhkan diri dari gangguanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
372
hudjan, ia dapat lihat In Hay Tjhong-liong. Ia mau
bermalam di Tong-kouw-ek, besuknja ia hendak
berangkat lebih djauh. Ia lihat Siangkoan Hiok dari
iapunja djendela lauwteng, selagi ia memandang
dari djendela keluar, maka hatinja djadi panas. Tapi
ia masih bisa memikir, ia perintah satu orangnja
pasang mata dirumah makan, satu jang lain ia
titahkan tjari perahunja musuh itu, guna tjari tahu,
musuh datang sendiri atau berkawan, setelah itu,
ia kirim iapunja sampul piauw, untuk antjam
musuh. Di lain pihak, ia tjari tempat untuk
pertemuan ? jalah 'itu kuil djauhnja tudjuh atau
delapan lie, untuk tempat pertemuan. Ia kirim dua
orangnja, akan undang In Hay Tjhong-liong. Ia
girang mendapat tahu jang undangannja telah
diterima baik. Ia tak* tjuriga, jang Siangkoan Hiok
pakai akal, akan melambati pertemuan, jalah akal
untuk menunggui sahabat. Ia tak takut sekalipun
Siangkoan Illok berkawan, sebab La tahu betul, di
Tong-kouw-ek tak ada orang pandai dan kosen.
[Akan disambung]PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
373
PIAN SAY HONG IN
Jilid : 03
Dituturkan Oleh : O.K.T
//facebook.com/groups/Kolektorebook/
__________________________________
Ia seperti sudah merasa pasti jang djiwanja
Siangkoan Hiok telah berada dalam genggamaunja.
Ia pun tak kuatir musuh nanti angkat kaki, karena
ia telah pasang mata2 dirumah makan itu, sedang
ia sendiri, dari lauwteng kamarnja, bisa lihat njata
orang2 jang keluar-masuk dirumah makan itu.
Tentu sekali Siangkoan Hiok tidak menduga
barang sedikit djua bahwa musuh berada demikian
dekat dengan ia dan dibawah lauwteng ada
orangnja musuh jang senantiasa pasang mata.
Dalam bingungnja, ia tidak tahu bahwa sebenarnja
tadi ada dua ekor kuda lari larat sebagaimana
diwaktu datangnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
374
Karena ia ada punja waktu, sehabisnja
bersantap, Siangkoan Hiok turun dari lauwteng, ia
pulang keperahunja. Ia tanja tukang perahu, apa
benar ada geredja Say Hauw Sie dan berapa djauh
letaknja geredja itu.
Tukang perahu itu tertawa waktu ia
mendjawab:"Memang ada itu geredja, satu
geredja tua, tjuma sekarang, geredja itu
sudah rusak tak keruan, sepuluh pendoponja sudah
gempur, dan Buddha jang dipudja disitu, tingginja
satu tumbak enam kaki, sudah tak lengkap lengan
dan kakinja. Tuan tentu diganggu oleh djougos
rumak makan, jang sangka tuan gemar pesiar"
"Tempat ada begini ramai, kenapa tak ada orang
jang usahakan untuk perbaiki geredja itu?" tanja
Siangkoan Hiok.
"Katanja tempat itu djelek hongsoeinja, maka
tak ada jang mau bikin betul," terangkan si tukang
perahu. "Say Hauw Sie berada djauhnja tudjuh atau
delapan lie dari sini, letaknja di Ah-tjweewan,
separuh menghadapi air, separuh lagi menjender
pada bukit Pernahnja geredja tepat di kaki puntjak
Say Hauw Hong. Geredja itu pernah dibakar oleh
pendjahat" Biauw."
Begitu Siangkoan Hiok adjak tukang perahu
pasang omong, sampai waktunja mereka
beristirahat, setelah keadaan sunji-senjap, iaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
375
memandang keluar dari djendela. Di gili2 hampir
tak ada orang, dan toko2 sudah pada tutup pintu.
Hudjan sudah lama berhenti, langit terang,
rembulan dan bintang2 bersinar. Dengan alasan
ada urusan dan pesan akan tukang perahu terus
tunggu ia sampai ia pulang, Siangkoan Hiok
mendarat. Ia pakai pakaian malam, ia dandan
dengan ringkas, ia bekal sendjatanja, kemudian ia
kerobongi diri dengan mantel.
Dengan tak menduga apa2, -In Hay Tjhong-liong
lontjat dari perahunja kedarat. Djusteru itu ia lihat,
sedikit djauh didepan ia, ada satu bajangan, jang
lari keras, jang lontjat naik kesebuah rumah
disebelah kiri, kemudian bajangan itu lenjap.
Melihat ini baharulah ia insaf bahwa musuh ada
awasi ia. Ia tidak takut, sambil tangan menjekal
gagang goloknja, ia djalan terus. Ia lintasi rumah
makan Lim Kang Lauw, djalanan jang pandjang
sudah sepi dari manusia. Disini ia lontjat naik
keatas rumah, ia berlari-lari digenteng. Ia tak mau
djalan dibawah, kuatir musuh bokong ia. Ia ambil
djalan sebelah kiri, sehabisnja batas rumah*, ia
lantas berada ditegalan, disawah. Ia bertindak
digili-gili, jang banjak tikungannja, sampai ia lihat
puntjak bukit djauh didepan ia.
"Apakah Boe Tjoe Siansoe benar bakal datang?
Apakah dia tak salah djandji?" begitu Siangkoan
Hiok berpikir selagi ia djalan terus kapan ia ingat ituPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
376
pendeta dari Siauw Lim Sie. Ia ragu2, tapi toh ia
djalan terus. Ia sudah keluarkan kata, ia mesti
pegang perkataannja itu.
Belum terlalu lama, In Hay Tjhong-liong telah
sampai dikaki puntjak, disitu ada sebuah djalanan,
jang menandjak naik. Itu ada djalanan batu, lebih
banjak batu dikiri-kanan daripada pepohonan, jang
sangat, djarang.
"Tentu inilah Ah-tjwee-wan," pikir ia, setelah
lihat sebuah teluk, jang romannja mirip dengan
mulut go^ak. Ia memandang kelilingan. Disitu tak
ada Boe Tjoe Siansoe, tak ada musuh. Ia tak lihat
kuil djuga. Maka ia madju terus. Tak bisa djadi kuil
tak ada. Ia sudah lewati beberapa pengkolan,
kemudian ia ambil satu djalanan ketjil-' Ia lontjat
naik kesebuah tempat tinggi, dari sini ia
memandang kebawah. Achirnja ia lihat sebuah
tembok pekarangan, jang dikurung banjak pohon
pek, dan samar2, ia tampak wuwungan.
"Pasti itu dia ada Say Hauw Sie," ia berpikir.
Segera djuga Siangkoan Hiok ambil putusan
untuk lontjat turun, atau se-kojongJ satu bajangan
orang berkelebat melontjati tembok pekarangan
itu, gerakannja gesit bagaikan melesatnja anak
panah, tudjuannja adalah
djalanan ketjil. Disini bajangan itu bergantian
kelihatan dan Ienjap, karena adanja pepohonan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
377
Karena ini, ia djadi merandek. Djusteru itu, ia
dengar satu teguran :
"Machluk mau mampus! Kau sendiri tak berani
muntjul terangterangan, kau perintah lain orang
mendjalankan akal litjin! Ingat oleh kau, ini adalah
jang ketiga kali! Nanti datang itu hari, jang aku
akan bikin kauorang binasa satu per satu !"
Suara itu datangnja dari sebelah belakang, maka
Siangkoan Hiok segera menoleh, hingga ia lihat
satu sinar laksana bintang menjamber naik keatas,
maka buru2 ia mendekam, akan djauhkan diri dari
serangan gelap itu ? sebab itu sinar adalah sinar
dari sendjata rahasia.
Gagal mengenai sasarannja, sendjata rahasia itu
hadjar batu besar jang berada dibelakangnja In Hay
Tjhong-liong, hingga batu itu gempur dan
menerbitkan suara, jang dibarengi sama
muntjratnja lelatu api dan petjahan batu itu.
Kapan Siangkoan Hiok sudah berdiri pula dan
memandang kearah dari mana tadi serangan
datang, disitu ia lihat satu tubuh hitam. Akan tetapi
ia tak bisa melihat lama2, karena kembali datang
serangan, sekarang dengan dua tjahaja berkelebat,
jang menudju ketenggorokan dan dada.
Itu ada satu serangan berbareng jang hebat
sekali, Siangkoan Hiok tak sangka itu, sakingPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
378
terkedjut, ia sampai mendjerit, "Tjelaka Dilain
pihak, ia mentjoba akan egos tubuhnja.
Kedua sendjata rahasia itu belum sampai ketika
kedua?nja djatuh dengan mendadakan, lima atau
enam tindak didepannja si djago tua.
Siangkoan Hiok mengelah napas. Ia mengerti
bahwa ada orang jang sudah tolongi ia menghadjar
djatuh kedua sendjata rahasia itu. Ia lantas
menduga pada Boe Tjoe Siansoe, si pendeta tua,
akan tetapi pendeta itu tak dapat terlihat, meski
djuga ia sudah pasang mata kesekitarnja.
Berbareng dengan itu, si penjerang gelap pun
sudah lantas lenjap.
Bahna heran dan kagum, Siangkoan Hiok berdiri
dengan tertjengang, sampai ia dengar suara orang
tertawa dan berkata-kata, suara mana datangnja
dari tempat jang tjukup djauh.
"Aku telah tolong kau mengusir siluman rase,
habis kau tidak mau segera pulang, apa jang kau
tunggui disini?" demikian suara itu, jang kembali
disusul sama suara tertawa terbahak-bahak.
Siangkoan Hiok putar tubuhnja dengan tjepat,
akan tetapi ia tak lihat ada orang, hingga ia tak
tahu, siapa itu orang jang memberi peringatan
kepadanja. Tapi ia telah menduga, maka ia terus
berkata: "Siansoe, maafkan aku, jang tak punjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
379
guna! Aku harap siansoe suka perlihatkan diri,
untuk aku bisa menghaturkan terima kasih buat
budimu jang besar ini"
Pengutaraan sukur hati ini tak ada jang djawab,
tjuma samar? masih terdengar suara tertawa,
semakin lama, semakin samar, rupanja orang
tertawa sambil berdjalan pergi, karena orang itu tak
mengharapi pembalasan budi
Sedetik kemudian, karena ia tak berdaja,
Siangkoan Hiok lantas lontjat turun, akan lakukan
iapunja perdjalanan pulang. Ia sampai diperahunja
ketika kentongan berbunji tiga kali. Dipelabuhan,
banjak perahu terbenam dalam kegelapan,
tandanja orang ? si anak buah perahu dan sekalian
penumpangnja ? sedang pada tidur. Tapi, didalam
perahunja sendiri, ia tampak tjahaja terang, sedang
dibelakang perahu, si tukang perahu dan anak2nja
sedang enak menggeros.
"Aneh!" pikir ia. "Apakah mereka sengadja
tinggalkan sisa lilin untuk aku, supaja aku tak keliru
memasuki perahu lain orang?"
Meskipun demikian In Hay Tjhong-liong tak kasi
bangun pada tukang perahunja itu.
Ia hanja langsung masuk hedalam perahu. Ia
masuk sambil berdongko. Ketika ia angkat
kepalanja dan melihat kedalam, ia terperandjat,
hingga ia berdiri diam dan mengawasi.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
380
Buduk bersila diatas pembaringan ada satu
pendeta tua, jang kumis-djenggotnja telah ubanan,
dan ia bukan lain daripada Boe Tjoe Siansoe, itu
pendeta dari rumah makan Lim Kang Lauw! Jalah si
penolong.
Ini pun ada hal jang diluar sangkaan, tidak heran,
djago tua itu djadi melongoh. Sampai ia lupa akan
menegur, untuk memberi hormat atau mengutjap
terima kasih.
Adalah si pendeta, jang mendahului turun dari
pembaringan.
"Maafkan pintjeng, jang sudah lantjang masuk
kekamar perahu dari sie-tjoe!" demikian kata orang
sutji ini seraja undjuk senjuman.
Baharu sekarang Siangkoan Hiok tersedar, akan
tetapi ia gugup, sampai ia lupa untuk mendjura.
"Terima kasih, loosiansoe, terima kasih banjak
banjak!" berkata ia. "Loosiansoe telah bantu aku,
budimu ini tak nanti aku bisa lupai. Tadi aku
meujangka loosiansoe tak sudi menemui aku, tidak
tahunja loosiansoe sudah mendahului akan
menantikan aku disini. Loosiansoe, aku ada sangat
bersukur, sebab sisa hidupku ini adalah kurnia dari
kau"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
381
Baharu sekarang In Hay Tjhongliong mendjura,
untuk haturkan terima kasih sambil undjuk
kehormatan.
Akan tetapi, dengan sebat, Boe Tjoe Siansoe
tjekal orang punja lengan, untuk tjegah dia itu
meneruskan memberi hormat.
"Loo-sietjoe!" berkata ia, "kita ada orang2 jang
telah berusia landjut, buat apa kita pakai
adatperadatan seperti ani? Laginja, baik Boe Tong
maupun Siauw Lim, maksud-tudjuannja ada sama,
alah untuk singkirkan si djahat, guna tolong jang
baik. Itulah jang dinamakan djasa baik! Disebelah
itu, loosietjoe pun ada sedikit keliru. Orang jang
menolongi sietjoe lolos dari antjaman bentjana
sudah pergi djauh, hingga pintjeng, jang tak
berpahala, mesti terima kurnia! Mana pintjeng
berani terima kehormatan besar ini?"
Kembali Siangkoan Hiok tertegun, ia ada
bingung.
"Benar aneh," ia berpikir, dengan tetap berdiri
mendelong.
Pendeta itu tertawa, ia berlaku mirip sebagai
tuan rumah.
"Tidak heran djikalau sietjoe heran dan tak
mengerti," berkata ia. "Siiahkan duduk, sietjoe,
nanti pintjeng berikan keterangan padamu."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
382
Siangkoan Hiok segera sedar.
"Duduk, loosiansoe, siiahkan duduk," ia lalu
mengundang. Ia siiahkan tetamu itu duduk diatas,
ia sendiri menemani disebelah bawah.
Tempat duduk mereka adalah pembaringan kaju,
jang berbareng pun bisa didjadikan tempat duduk,
maklum didalam perahu. Air thee diletaki diatas
sebuah medja ketjil dan kate model bangku
dilengah-tengah ruangan perahu.
Selama itu, tukang perahu telah mendusi dengan
terkedjut, karena ia dengar suara orang bitjara,
kapan ia menghampirkan, ia lihat penjewanja
sudah pulang, hanja disitu tambah satu tetamu
orang sutji. Selama Boe Tjoe Siansoe datang dan
bersila didalam perahunja, ia tak tahu, ia tidur
menggeros sadja. Ia lekas2 sediakan air thee, ia
tanja Siangkoan Hiok, kapan perahu akan
diberangkatkan. Ketika penjewa itu bilang tidak
akan berangkat maiama, ia balik kebelakang, untuk
rebah pula.
XIXPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
383
"Loo-sietjoe," berkata Boe Tjoe Siansoe sambil
tertawa, ketika iaorang mulai bitjara pula. Selama
Jtu, djenggotnja jang pandjang sampai didada, ber
main2 umpama saldju putih ditengah mega.
"Malam ini dengan diiuar dugaan, loosietjoe telah
bertemu musuh, hingga kau kaget, akan tetapi toh
musuhmu itu, Hoei Thian Ho, telah tidak mendapat
hati, ia malah djatuh pamor. Ia pantas
menerimanja itu. Loo-sietjoe tak ketahui duduknja
kedjadian, itulah tidak heran, sebab sekalipun
pintjeng, baharu sadja pintjeng ketahui itu, ketika
barusan akupunja Soetee datang kemari, untuk
memberi pendjelasan padaku. Soetee pun
serahkan padaku Hoei Thian Ho punja serupa
mustika, jang dia sajang bagaikan djiwanja sendiri,
mustika mana, soetee telah berikan kepadaku. Ini
sebabnja kenapa pintjeng djadi ketahui jang ini
malam Hoei Thian Ho telah dapat kerugian besar"
Sembari berkata begitu, Boe Tjoe merogo
kedalam tangan badjunja jang kiri, akan keluarkan
serupa barang, jang ia terus letaki diatas medja.
Barang itu terang berkilau-kilau, melingkar seperti
angkin perak, tertampaknja lembek.
Siangkoan Hiok kenali itu mustika, melihat mana,
ia heran berbareng girang. Itu adalah Hoei Thian Ho
punja golok Bian-too jang liehay, jang kuat dan
tadjam luar biasa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
384
Boe Tjoe pandang golok mustika itu, ia mengelah
napas.
"Buat sekarang ini, sekalipun di Birma sendiri ada
sukar untuk mendapati ini sematjam golok,"
berkata ia. "Baik di Tiongkok maupun diiuar negeri,
diantara orang2 tua dahulu, ada mereka jang
djunun, jang ber-sungguh2 hati membuat sesuatu
pekakas jang istimewa. Dan ini ada salah satu
bukti. Orang umumnja bilang, golok Bian-too bisa
memutuskan rambut jang ditiup didepannja, tetapi
djuga kita, kita ada punja golok atau pedang
mustika jang serupa. Aku kenal satu ahli pembuat
sendjata mustika jang melebihi ini, tetapi orangnja,
jang bisa pakai sendjata itu, ada langka. Golok
Bian-too ini mesti telah berusia diatas seratus
tahun, sajang ia tak ketemu madjikan, jang berhak
untuk mempunjainja. Ditangannja Hoei Thian Ho,
golok ini tak membuat kebaikan, malah
mendatangkan ketjelakaan, malah bisa djuga
membentjanai diri sendiri. Maka itu soetee rampas
ini golok dari dia itu, untuk dibelakang hari
dihadiahkan kepada orang jang tepat"
Siangkoan Hiok mendengari dengan hati ketarik,
akan tetapi ia ada tak sabaran, disebelahnja hal
golok mustika itu, ia ingin dengar duduknja
kedjadian bagaimana ia ditolong dari bahaja maut.
Tapi ia djusteru ada satu achli memainkan golok
sebatang, iapunja golok sendiri dibikin oleh tukangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
385
istimewa, ongkos bikinnja mahal, maka,
mendengar si pendeta bilang ada satu achli lain, ia
ketarik tak kepalang.
"Loosiansoe, siapakah itu achli, dimana tempat
kediamannja?" Ia tanja.
Boe Tjoe Siansoe tertawa.
"Dia itu, loo-sietjoe, adalah itu orang jang
antarkan golok ini ke mari, jalah akupunja soetee
Kat Kian Soen. Bukankah selama dirumah makan,
loo-sietjoe telah dapat lihat padanja?"
Siangkoan Hiok benar? bingung, tapi ia sedar
sambil berbareng berlontjat bangun.
"Oh, djadinja adalah Tin Lam Tay-hiap jang
sudah gebah pada Hoei Thian Ho?" ia kata dengan
suara keras. "Pantaslah diapunja gerak-gerakan
ada umpama si naga malaikat, jang kelihatan
kepalanja tetapi tidak ekornja Aku tidak sangka
benar8 bahwa malam ini aku beruntung menemui
orang berilmu, malafi ia telah bantu dan tolong aku!
Sajang selama di Lim Kang Lauw, aku tak dapat
kesempatan untuk beladjar kenal dengan ianja,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sedang sekarang, aku pun tak dapat haturkan
terima kasihku sendiri kepadanja. Loosiansoe, kau
adalah soeheng dari Kat Tay-hiap, biar bagaimana,
aku minta tolong kau adjar aku kenal sama
saudara-angkatmu itu."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
386
"Itulah gampang, loo-sletjoe, asal ada
ketikanja," menjahut Boe Tjoe. "Memang biasanja.
datang dan perginja saudaraku itu tidak ketentuan
waktunja. Ia gemar lakukan apa2 setjara istimewa.
Sebenarnja, kedjadian malam ini ada tanggung
djawabku sendiri, melulu disebabkan aku tak kenal
Hoei Thian Ho dan aku tak mau ketemui ia,
kebetulan ada soetee, aku lantas minta ia
menalangi aku. Saudaraku itu setudju dan ia telah
bekerdja. Hanja aku tidak sangka, sebelum loo
sietjoe pulang. ia sudah mendahului datang kemari
dengan bawa golok Biantoo ini. Menurut Kat
Soetee, ketika tadi ia sampai di Say Hauw Sie, Hoei
Thian Ho sudah menunggu disana. Ia ini tidak
mcngadjak kawan. Kat Soetee lantas sembiinji
diatas pohon pek, dekat HoeiThian Ho, dia ini tak
mendapat tahu. Selama menantikan, Hoei Thian IIo
ada tak sabaran, sampai terdengar ia ngotje
sendirian.
'Aku sudah perintah orang untuk mengawasi,
bangsat tua itu tak nanti lolos dari tanganku,?
demikian otjeannja. 'Kalau sebentar dia datang,
lebih dulu aku nanti hinakan padanja, kemudian
aku nanti kasi rasa ini golokku Liong| houw Twle
hoen-too, akan bikin beberapa lobang di tubuhnja!
Habis ini, baharu aku nanti bikin perhitungan sama
Kouw Bak Glam-lo...? Habis itu, dari pinggangnja, ia
keluarkan iapunja golok ini dan lantas bersilat
ditempat terbuka itu. Hampir Kat Soetee tertawaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
387
melihat orang punja tingkah lutju itu. Soetee lihat
orang punja keliehayan, ia kenali, peladjaran golok
itu benar ada warisan dari Kloe-tjoe Kwie Bouw.
Hanja Iant2S soetee merasa sajang, golok mustika
mesti berada ditangan orang djahat, djadinja dosa
tumpuk dosa. Maka lantas timbul niatannja, akan
rampas sendjata itu.
Siangkoan Hiok berdiam, ia mendengari dengan
hati sangat ketarik.
"Setelah berpikir, dengan hati Kat Soetee turun
dari atas pohon," Boe Tjoe Siansoe melandjuti.
"Ia djumput beberapa butir batu bundar, ia
madju mendekati, sampai La sembunji di
belakangnja sebuah pohon pek besar, jang dua
orang belum dapat memeluknja. Disini ia bisa
sembunji dengan leluasa. Selama itu, Hoei Thian Ho
masih terus bersilat. Apamau, ia djusteru
umpamakan pohon pek itu sebagai musuh. Paling
belakang, ia mainkan ilmu pukulan Hek houw to
sim? atau 'Harimau menerkam hati.? Setjara sebat
luar biasa, tangannja terajun, tubuhnja melesat,
tapi, sebelum ia lompat sampai didepan pohon,
masih kira2 lima tindak, goloknja mendahului
tubuhrnja lontjat melesat, nantjap di batang pek
itu, dalamnja sampai tiga dim lebih, gerakannja
mirip dengan dilepasnja piauw. Loo-sietjoe, ini
bukannja serangan biasa sadja, sebab meskipun
golok terlepas, tubuh menjusul, dalam sekedjab,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
388
golok itu bisa diambil pulang. Di mata orang biasa,
ini adia serangan tak selajaknja, ada berbahaja
untuk si penjerang, karena kalau serangannja
gagal, goloknja bisa kena dirampas. Tapi Hoel Thian
Ho tak hiraukan itu. Ia lagi melatih diri, ia anggap
di situ tidak ada orang lain, saking ia puas, ia
sampai kurang teliti Sebelum ia samber goloknja,
ia sudah tertawa besar, hingga mulutnja
terbuka lebar.
Djusteru itu, dengan sekonjongkonjong, ada
sendjata gelap, jang samber mulutnja, jang
mengenai giginja. Karena ia tak menjangka, hingga
ia tak sempat berkelit, giginja terserang sampai
patah, sampai ia merasakan sakit bukan kepalang,
kagetnja pun bukan buatan! Tjelakanja, gigi jang
patah itu turun ke tenggorokannja, tertelan masuk
kedaiam perutnja.
Selagi kaget dan kesakitan dan heran, Hoei Thian
Ho djuga tak lihat iapunja penjerang," Boe Tjoe
Siansoe melandjuti lebih djauh. "Selagi ia kaget,
mendadakan datang serangan lain, suaranja
terdengar datang dari belakang. Sekarang ia
berlaku gesit, sambil egos tubuh, ia membentak
'Siapa ia menjangka kau, loo-sietjoe, maka ia
berteriak, menjebut namamu. Ia pun menantang,
katanja: Kau telah menepati djandji, kau sudah
datang kemari, kenapa kau tak segera perlihatkan
diri? Kenapa kau sembunji?' Habis membentakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
389
begitu, ia lontjat ke pohon, terang untuk ambil
goloknja, karena sebelah tangannja sudah lantas
disodorkan. Apamau, didepan pohon, la berdiri
tertjengang, matanja mendelong, hatinja gontjang.
Dibatang pohon pek, goloknja telah lenjap, tak ada
bajangannja! Loo-sietjoe tiistjaja mengerti, siapa
telah ambil golok itu. Sebab itu waktu, Kat Soetee
djusteru lagi sembunji dibelakang pohon itu, hingga
ia seperti diantari sendjata dengan tjuma2. Sudah
itu, soetee menjerang dengan batunja jang kedua,
akan bikin kaget si Rase Terbang itu, kemudian, ia
menghilang, sembunji dirumah berhala. Kapan
Hoei Thian Ho sudah sedar, ia mengerti bahwa
orang telah permainkan ia, menjesal pun sudah
kasep. Maka itu, ia melainkan bisa mengupat-tjatji.
Ia gusar bagaikan harimau terluka. Selagi ia
mentjatji, ia dengar tertawa menghina di atas kuiL
Ia segera lompat naik. Di atas genteng, ia tak lihat
siapa djuga. Ia memandang ke bawah, ke empat
pendjuru, ia pun tak tampak sekalipun bajangan. Di
saat ia hendak lompat turun, kupingnja depgar satu
suara njaring, datangnja dari luar pintu pekarangan
kuil. Itu ada suara sentilan golok atau pedang.
Untuk kagetnja, ia kenalkan itu ada suara goloknja.
Dengan mendongkol, ia lontjat turun, ia lari ke
depan. Dengan tjepat, ia sampai di luar pintu, tapi
pun di sini, ia tak lihat barang satu orang. Ia
bertambah mendongkol, hatinja panas tak
terhingga.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
390
Segera datang saatnja ia dibikin kalap. Ia dengar
suara memanggil ia ?Hoei Thian Ho!? Semua suara
ada pelahan tapi dimalam sunji itu, terdengar
tjukup njata. Dari mana suara datang, kesitu ia
berlompat, akan menjusul, tapi sabana, ia ketjele.
Karena itu, ia mesti lompat sana dan lompat sini,
ke-empat djurusan, kedelapan pendjuru. Tertawa
menjindir ada raengkobar-kobarkan hawa amarah.
Ia mesti lelah sendirinja. Baharu sekarang ia insaf,
bahwa orang telah permainkan ia, bahwa musuh
tak dikenal itu ada seorang liehay. Ia berdiri diam,
dengan napas memburu, dengan keringat
mengutjur deras. Ia telah dirubuhkan, goloknja
lenjap tak keruan paran. Ia insaf, kalau lama2 ia
berdiam disitu, djiwanja pun ada terantjam bahaja
maut. Maka diachirnja, dengan menahan malu,
dengan menindih kemarahannja, ia lari keluar, ia
lari didjalan ketjil, untuk angkat kaki. Adalah itu
waktu, jang ia bertemu sama loo-sietjoe, maka ia
sudah lantas menjerang dengan panah-tangannja.
Panahnya jang pertama, loo-sietjoe bisa,egosi dan
jang dua lagi, Kat Soetee jang pukul rubuh dengan
batu ketjil. Dari itu, dengan mendongkol ia
menjingkir dari Say Hauw Hong. Kat Soetee kuntit
Hoei Thian Ho sesudah ia kisiki loo-sietjoe. Ia ini
telah tjari kawan-nja, untuk berempuk, kemudian
mereka pulang ke hotel mereka. Sampai disitu Kat
Soetee datang kemari, akan kasi keterangan iniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
391
padaku, akan serahkan ini golok mustika. Sesudah
ia pesan aku, Kat Soetee berlalu pula."
Siangkoan Hiok kagum bukan main, ia memudji,
ia bersukur. Kembali ia menghaturkan terima kasih.
"Tunggu dulu, loo-sietjoe," kata Boe Tjoe Siansoe
sambil tertawa. "Urusan malam ini masih belum
berachir. Hoei Thian Ho ada djumawa dan beradat
keras, pasti ia tak mau sudah dengan begini sadja.
Sesudah ia pulang ke hotelnja, mesti ia adjak
kawannja mengatur akal. Aku pertjaja ia bakal
datang kemari, atau sekarang ia sudah bersiap
digili-gili..."
Siangkoan Hiok manggut2, ia mau pertjaja
kebenarannja dugaan dari ini pendeta. Maka terus
ia panggil tukang perahu, untuk kasi perintah buat
berangkat pada itu detik djuga. Ia nampaknja
hendak utarakan apa2 tapi ia beragu2.
Boe Tjoe Siansoe seperti mengerti maksud
orang, ia bersenjum seraja gojang2 kepala.
"Sabar, kita lihat sadja"
kata ia. Ia baharu berhenti, atau ia lantas pasang
kuping, tangannja terus samber Bian-too diatas
medja, untuk disodorkan pada sahabatnja itu.
"Simpan ini," ia kata dengan pelahan. "Dia telah
datang"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
392
Siangkoan Hiok sambuti golok, akan tetapi
kupingnja tak dengar apa2, ia simpan golok
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dipinggangnja. Ia diam sadja, sebab ia tak berani
tanja pendeta ituIa insaf bahajanja pihak jang
terang, kalau menghadap musuh ditempat gelap,
maka ia berdongko pada lilin, untuk ditiup padam.
Boe Tjoe lihat sikap itu, ia mentjegah dengan
gojangi tangan.
Dalam kesunjian jtu, sedikit djauh digili-gili, ada
terdengar bentakan: "Oh, machluk tak tahu malu!
Kenapa kau masih tak mau sudah? Apakah kau
hendak paksa si siluman rase perlihatkan diri
asalnja? Hm!"
Suara itu dibarengi sama bergeraknja perahu,
satu tanda ada orang jang lontjat dari atas
kendaraan air itu, lontjat kedarat, dimana segera
menjusul teguran jang dibarengi bantingan kaki:
"Hei, siapa kau sebenarnja? Kau ibelis atau
manusia? Kalau kau bertanggung djawab, hajo
perlihatkan dirimu dan perkenalkan namamu?
Kenapa kau main sembunji sadja, mengganggu aku
setjara diam2? Apakah dengan begitu kau ada satu
enghiong, seorang gagah?"
Siangkoan Hiok kenali suara itu, jalah suaranja si
Rase Terbang. Ia djadi malu sendirinja, sebab
musuh telah naik keperahunja, ia masih belumPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
393
ketahui dari sini mendjadi ternjata pula bagaimana
liehaynja Boe Tjoe Siansoe.
Didarat, suaranja Hoei Thian Ho disusul sama
suara tertawa menghina dari iapunja lawan
tersembunji, siapa segera terdengar kata^nja:
"Tutup mulutmu! Aku toh berada disini, siapa suru
kau ada punja mata tetapi tak mampu lihat aku?
Kau tak punja kemampuan! Bagaimana tak tahu
malu! Bagaimana kau hendak pantjing
kemendongkolanku? Baiklah kau ketahui,
bagaimana keras keinginanmu untuk lihat aku, kau
tak berderadjat! Kawanan ibelis dari Liok Siauw
San, kauorang telah menerbitkan keonaran, maka
bakal datang harinja jang kauorang nanti bertemu
muka sama aku, itu waktu, meskipun kauorang niat
menjingkir dari bahaja, tidak bisa! Kedjadian ini
hari sudah tjukup untuk kauorang, ini ada
peringatanku jang pertama! Sekarang kauorang
boleh pulang untuk sampaikan pada Kioe-tjoe Kwie
Bouw perihal pengalamanmu ini! Aku mau pertjaja,
barangkali Kioe-tjoe Kwie Bouw kenal aku! Aku
telah bitjara habis, kalau kau tahu salatan, lekas
kauorang pergi!"
Suara itu ada keren sekali.
Setelah itu, keadaan ada sunji, karena tak
terdengar djawabannja Hoei Thian Ho.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
394
Boe Tjoe memandang dengan tadjam pada
sahabatnja. ia tertawa.
"Loo-sietjoe," ia tanja, "apakah kau kenali, siapa
itu jang usir Hoei Thian Ho hanja dengan kata
katanja?"
Siangkoan Hiok manggut.
"Ia mestinja ada Kat Tayhiap," ia menjahut
"Tidak sadja aku berterima kasih, akupun sangat
kagum dan takluk untuk kepandaiannja tayhiap!
Bagaimana mengagumkan, Hoei Thian Ho jang
begitu liehay dan galak dan kepala batu, tjuma
dengan teguran, ia bisa dibikin angkat kaki!
Sungguh menggirangkan!"
Boe Tjoe berseri-seri.
"Bukannja pintjeng hendak pudjis soeteeku itu,"
berkata ia, "tetapi dengan sebenarnja, gerakgerik
Kat Soetee ada sangat luar biasa, aneh dar lutju,
semua di luar dugaan orang. Apa sadja jang ia
lakukan, kesudahannja mesti membikin orang
puas. Tidak melainkan boegeenja, djuga iapunja
ketjerdasan ada melebihi kebanjakan orang. Kalau
aku kasi tahu, loo-sietjoe, kau tentu bakal heran
bukan buatan. Orang didarat itu, jang gebah Hoei
Thian Ho, adalah wakilnja Kat Soetee... Soetee
telah beritahu padaku, dengan pengalamannja itu
di Say Hauw Hong, Hoei Thian Ho pasti tak merasa
puas, dia mesti sangat penasaran. Soetee punPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
395
pertjaja, Hoei Thian Ho sangsikan orang jang
ganggu ia ada kawan loo-sietjoe, dan ia pertjaja
benar, Hoei Thian Ho menjangka lain orang jang
berilmu, jang arah iapunja golok mustika dan
telah rampas itu.
Tentu sekali Hoei Thian Ho tak pernah
menjangka, bahwa ia sudah kena diakali, bahwa
orang jang takut2i dia adalah wakilnja Kat Soetee,
suara siapa telah dapat ditiru dengan sempurna.
Hoei Thian Ho lagi bingur.g dan gusar, bagaimana
ia tak kena dipermainkan? Sebenarnja, sehabisnja
serahkan golok padaku, Kat Soetee sudah lanlas
atur tipudajanja, kemudian, ia angkat kaki.
Sekarang ini, ia sudah pergi djauh beberapa puluh
lie, atau barangkali ia sudah sampai di Liang Ong
San, di tjabang bukit Goc Pek San."
Keterangan ini kembali membikin Siangkoan
Hiok melongoh, hingga ia berdiam pula sekian
lama.
"Luar biasa !" kata ia kemudian. "Siapakah itu
Kat Tay-hiap empunja pengganti?"
Boe Tjoe Siansoe tidak menjahut, ia hanja angkat
kepala, akan dongak kearah kepala perahu.
"Ho Soe-tit, mari turun !" ia memanggil. "Mari,
aku adjar kenal kau sama satu lootjianpwee !"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
396
Panggilan ini segera dapat sambutan dari darat,
disusul sama bergeraknja tubuh perahu, kemudian
muntjul seorang muda jang mukanja putih dan
tjakap, jang tubuhnja kekar, didepannja In Hay
Tjhong-liong, ia lantas sadja mendjura sampai
dalam.
"Aku jang muda ada Ho Thian Kie," ia
perkenalkan diri. "Sekarang ini aku sedang iringi
soepeh dan guruku, ditengah djalan guruku sering
omong tentang lootjianpwee, jang aku sangat
kagumi, maka aku girang sekali, disini aku bisa
bertemu sama lootjianpwee."
Siangkoan Hiok berbangkit untuk membalas
hormat
"Djangan gunai peradatan," ia kata. "Silahkan
duduk!"
Ho Thian Kie mentjegah orang tua itu membalas
hormatnja, dengan tidak seedjie lagi, ia duduk
dibangku dibawahannja iapunja soepeh.
"Kita ada orang sendiri, ruangan perahu ini pun
sempit, harap loosietjoe tak gunai adat-peradatau,"
kata Boe Tjoe Siansoe sambil tertawa. "Silahkan
loosietjoe duduk, pintjeng hendak bitjara sama
kau."
Siangkoan Hiok tak bisa memaksa, ia lantas
berduduk.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
397
Ketika itu anak-buah perahu telah mendusi
semua, karena mereka diganggu oleh suara berisik
didarat, maka itu mereka heran akan lihat
penjewanja dapat tetamu jang kedua, tetapi karena
mereka itu tak sangkuta'nnja dengan, iaorang,
mereka diam sadja.
Boe Tjoe Siansoe bisiki Siangkoan Hiok, atas
mana In Hay Tjhong-liong panggil tukang perahu,
untuk perintah dia geser perahu ke Ap-tjwee-wan,
di kiri Say Hauw Hong.
Meski ia merasa heran, tukang perahu itu adjak
kawan2nja tolak perahunja ketempat jang
diundjuk, lekas sekali, perahu telah melalui tudjuh
atau delapan lie, dan sampai ?tempat tudjuannja.
Itulah ada tengah malam, jang kendaraan itu dikasi
berlabu di kaki puntjak. Tempat itu ada sepi,
didarat dan diair tidak ada orang dan perahu
lainnja.
"Sekarang pergilah kauorang tidur." kata
Siangkoan Hiok, sesudah tukang perahu selesai
menurunkan djangkar. "Dengan dua sahabatku ini,
sudah lama aku tidak bertemu, aku hendak pasang
omong, karena besuk belum ketentuan, djam
berapa kita akan berangkat, kauorang boleh tidur,
sudah tak ada urusan lainnja lagi."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
398
Tukang perahu itu tak mengerti maksud orang,
ia menurut sadja, ia undurkan diri, untuk adjak
kawan2nja tidur pula.
"Loosiansoe perintah aku geser perahu kesini,
mestinja ada urusan jang penting," kemudian
Siangkoan Hiok kata pada Boe Tjoe Siansoe.
"Pengadjaran apa jang loosiansoe hendak berikan?
Silahkan bitjara, tukang2 perahu itu ada dogol,
mereka pasti tak mengerti suatu apa. Sekarang pun
mereka sudah pada tidur."
Boe Tjoe Siansoe pasang kuping, benar ia dengar
suara menggeros. Ia bersenjum.
"Benar mereka tolol tapi pikiran mereka terbuka,
mereka bisa gembirakan diri," ia kata. "Mereka
hidup sederhana tapi senang."
"Ja, sekarang mereka senang," berkata Ho Thian
Kie, "hanja kalau kawanan dari Ahbie-tjioe benar2
bergerak, mereka pasti bakal dapat susah"
Diam* Siangkoan Hiok terperandjat mendengar
katanja si anak muda. Utjapan itu ada mengandung
arti. .Ia berniat tanja Boe Tjoe, tapi pendeta ini
sudah dului ia.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pertemuan kita hari ini, Ioosietjoe, ada karena
djodo," demikian pendeta dari Oey-goe-kiap itu.
"Loosietjoe selalu ingat akupunja soetee, sebaliknjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
399
akupunja soetee itu pun bersukur atas
pertemuannja ini sama loosietjoe."
Mendengar itu, kembali In Hay Tjhong-liong
merasa heran.
Boe Tjoe antap orang tertjengang, ia melandjuti:
"Sukur djikalau kawanan itu tidak bergerak, tapi
kalau mereka turun tangan, memang ban jak jang
bakal dapat tjelaka," demikian katanja. "Maka itu
adalah baik sekali apabila bahaja bisa ditjegah,
dengan terlebih dahulu bikin mereka musna.
Dimatanja penganut-penganut agama kita, ini
adalah satu perbuatan sangat mulia. Ini pun ada
urusan jang mendjadi kewadjibannja oranga
gagah. Akupunja soetee itu, setelah melihat sie
tjoe dirumah makan, sudah lantas pikir untuk minta
bantuan sietjoe guna mewudjudkan iapunja tjita2,
karena mana, ia telah minta pintjeng dan muridnja
ini berdiam disini Inilah sebabnja kenapa pintjeng
Mntjang masuk keperahu ini, untuk memberi
pendjelasan. Kita pun sudah menduga pasti,
loosietjoe tak akan tampik kita"
Siangkoan Hiok awasi itu pendeta, ia tetap ada
tak mengarti. Ia hanja menduga, tua sebagai ia,
entah orang inginkan ia lakukan pekerdjaan besar
bagaimana.
"Djangan sangsi, loosietjoe, djangan tjuriga,"
kata Boe Tjoe Siansoe sambil tertawa. "PintjengPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
400
akan berikan keterangan agar loosietjoe
mengetahui semua." Ia lantas tundjuk Ho Thian
Kie. "Ho Soe-tit ini sebenarnja ada kongtjoe dari
Loo-touwsoe Ho Tay Hiong dari Sam-hiang-tjee dari
Wie-motjioe, Inlam Selatan. Ia bernama Thian Kie,
dan ia ada murid satu2nja dari akupunja soetee.
Kat Soetee tidak suka terima murid, kegemarannja
adalah pesiar atau merantau terus-menerus,
hingga ia tak dapat ketika akan wariskan iapunja
ilmu kepandaian, adalah terhadap soe-tit ini, ia
berlaku istimewa.
Ho Touwsoe ada orang Han sedjati, ia telah
menikah sama orang perempuan suku Biauw.
Memang sudah biasanja, kalau orang Han masuk
menikah dirumah orang Biauw, ia suka tukar shenja
aseli dan turut she orang Biauw. Anak dari orang
dengan pernikahan tjampuran ini, orang Biauw
sebut Pek-djie-tjoe, anak jang putih. Tapi toh
benar, anak pernikahan tjampuran begitu biasanja
ada melebihi putih dan tjakapnja orang Biauw aseli.
Kebetulan sekali, touwsoe dari Sam-hiang-tjee ada
orang she Ho. Ho Tay Hiong merantau ke Sam
hiang-tjee seorang diri, ia dipenudjui oleh Ho
Touwsoe. Mereka ada dari satu she, tapi asal
mereka ada Han dan Biauw, dari itu, tak ada
halangannja untuk satu pernikahan. Ho Tay Hiong
djusteru tak punja anak lelaki dan anak perempuan
pun satu2nja. Demikian pernikahan dilangsungkan.
Ketika kemudian Ho Touwsoe menutup mata, HoPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
401
Tay Hiong mewariskan segala rupa, dengan
sendirinja ia mendjadi touwsoe.
Buat orang jang tak tahu duduknja, mereka
sangka Ho Tay Hiong ada orang Biauw sedjatl Dari
pernikahan itu, Ho Touwsoe dapatkan Ho Soe-tit
ini. Kemudian datanglah bahaja untuk Samhiang
tjee. Say-ong Pouw Louw dari Ahbie-tjioe djelus
untuk kemakmuran Sam-hiang-tjee, ia bawa
kawan2nja, pada suatu malam, ia serbu Ho
Touwsoe. Ho Touwsoe dan isterinja kepalai
orang2nja, untuk bikin perlawanan. Kesudahaunja,
serbuan itu gagal, beberapa pendjahat kena
ditangkap, terus dibunuh, kepalanja dipantjer.
Pouw Louw bisa lolos, tapi ia djadi mendendam
sakit hati. Pada suatu hari, ia pegat Ho Touwsoe
jang lagi keluar, ia membokong dengan timpukan
tumbak berratjun. Ho Touwsoe tertumbak dadanja
dan binasa karenanja.
Tatkala itu soe-tit baharu berumur tiga atau
empat-belas tahun. Ia ada punja ibu jang
bidjaksana dan pandai, selagi ia diangkat mendjadi
ganti ajahnja, ibu itu jang talangi ia memegang
pimpinan, sebagai wali. Menurut kebiasaan, orang
Biauw panggil ?nay-tek? pada walinja itu. Perubahan
ini diterima baik oleh pemerintah agung. Ho Loo
thaythay berniat mentjari balas untuk suaminja, ia
didik keras pada puteranja, supaja dibelakang hari,
putera ini bisa balas sendiri sakit hati ajahnja. DiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
402
Sam-hiang-tjee tak ada guru silat jang pandai, dari
itu, loothaythay mentjari diluar daerahnja.
Kebetulan sekali, ia dapat tahu alamatnja Kat
Soetee, dengan menjamar sebagai perempuan
djelata, ia adjak puteranja pergi kundjungi
soeteeku itu. Perdjalanan Ay Lauw San ada sukar
dan penuh bahaja, toh ibu dan anak ini bisa sampai
di-itu gunung dan berhasil djuga tjari tempat
kediamannja Kat Soetee. Lebih kebetulan lagi, Kat
Soetee djusteru baharu pulang. Lantas, sambil
berlutut, Ho Loo-thaythay minta puteranja diterima
sebagai murid, ia tuturkan gangguannja Say-ong
Pouw Louw jang djahat dan keterlaluan. Kat Soetee
memang djundjung tinggi orang2 perempuan
bidjaksana dan anak2 berbakti, diluar dari
kebiasaannja, ia teruna Ho Soe-tit sebagai
muridnja.
Tatkala itu Ho Soe-tit baharu berumur lima atau
enam-belas tahun, setelah berselang enam atau
tudjuh tahun, sekarang ia mendjadi seorang
dewasa. Dalam hal kepandaian, ia bisa wariskan
kepandaian gurunja enam atau tudjuh hahagian,
maka itu, ia berniat keras untuk mentjari balas.
Tapi Say-ong Pouw Louw bukannja Sayong Pouw
Louw si penjamun jang dulu, ia sudah gabungkan
diri dengan Kioe-tjoe Kwie Bouw, ia djadi liehay dan
pengaruhnja besar, banyak kawannja karena
disekitar Ah-bie-tjioe semua suku bangsa telah
mengekor padanja, atau orang terpaksa tundukPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
403
dibawah pengaruh uang dan paksaan. Sam-hiang
tjee di Wie-mo-tjioe dekat sama Ah-bie-tjioe, Ho
Loothaythay terpaksa menghamba, tapi dihati, ia
terus mendendam, ia mengekor untuk menang
tempo sadja. Selama beberapa tahun, ia tak dapat
gangguan. Ho Loothaythay pertjaja, djuga Pouw
Louw tak nanti lupai sakit hatinja, dia itu melainkan
menunggu waktu. Hanja Pouw Louw tak tahu,
puteranja Ho Loo-thaythay djustru lagi melatih diri.
Mengenai puteranja ini, Ho Loo-thaythay simpan
rahasia, ia uwarkan bahwa putera itu lenjap buat
enam atau tudjuh tahun lamanja, lenjap tertjulik
orang djahat. Malah rakjatnja sendiri pun pertjaja
ini tjeritera bikinan. Hanja selama itu, Ho Loo
thaythay djuga kuatirkan gangguan sanak
dekatnja, sebab mereka ini pertjaja, tak dengan
achliwaris, djabatan touwsoe itu mereka bisa
kangkangL Untuk ini sudah ada sanak jang ber
muka2 terhadap Pouw Louw. Maka Loothaythay,
disebelahnja kekuatiran, meng-harap2 puteranja
telah selesai beladjar dan pulang, untuk menuntut
balas, buat kemudian menerima warisan, djabatan
dan harta-benda. Akan tetapi, urusan sebenarnja
tak ade sedemikian gampang.
Sementara itu, karena ia gabungkan diri sama
Kioe-tjoe Kwie Bouw, Say-ong Pouw Louw sudah
diangkat mendjadi pelopor dari garisan depan,
hingga ia dapat kekuasaan besar, benar ia masih
dapatkan segala titah dari si Ibu Hantu, akan tetapiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
404
ia toh bisa bertindak dengan leluasa. Soal sekarang
ada sulit. Umpama pekerdjaan mentjari dan
menuntut balas pada Pouw Louw ada gampang,
akibatnja adalah sulit. Diandaikan sakit hati dapat
dibalas dan Ho Soe-tit bisa gantikan ajahnja
mendjadi touw-soe, belum tentu ia bisa
memerintah dengan aman didalam daerahnja itu.
Kalau Pouw Louw binasa, mana Kioe-tjoe Kwie
Bouw mau mengerti? Adalah lain djikalau Kioe-tjoe
Kwie Bouw sekalian bisa ditumpas berbareng. Dan
ini djusteru ada pekerdjaan jang sukar sekali.
Untuk ini, orang mesti punja rentjana sempurna,
mesti bekerdja besar. Sebab salah2, seluruh
wilajah Inlam bisa kerembet-rembet, hingga
achimja, rakjatlah jang bertjelaka.
Mengenai ini, Kat Soetee sudah bikin penjelidikan
jang saksama. Dipihak musuh, ketjuati Kioe-tjoe
Kwie Bouw, ada seorang lain, jang sama liehaynja
seperti dia. la ini, didjamannja pengchianat Goei
Tiong Hian berpengaruh, ada orangnja pengchianat
ini. Ia kabur ketika Goei Tiong Hian runtuh.
Umpama kata Goei Tiong Hian berhasil
menggulingkan pemerintahan. dia pasti akan djadi
Youw Kong Hauw jang ke-dua, bedanja, jang lain
ada pendeta, ia ada imam. Ia adalah Pek Lok Tjin
djin, keturunan Biauw, katanja ada turunan dari
Beng Hek. Ia termasuk golongan Ngo Bie Pay tetapi
ia telah tjiptakan satu golongan tersendiri, ia njelip
diantara Siauw Lim dan Boe Tong kedua kaum. IaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
405
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pun katanja berniat tempur orang2 dari Siauw Lira
dan Boe Tong, untuk raendjagoi, hingga dari pihak
kita, orang mesti bersiap2 akan sambut serbuan.
Pek Lok Tjindjin sembunjikan diri didalam
pegunungan Tjapdjie Lan Kan San, disana ia ada
berhubungan sama sisa2 kawannja pemberontak
Goei Tiong Hian, katanja ia ada kandung maksud
besar, jang akibatnja akan ada tak baik untuk
negara. Untuk ini, ja perintah beberapa muridnja
jang dipertjaja pergi ke Soetjoan, Koeitjioe dan
Inlam, akan mentjari kawan2 jang berupa murid,
guna luaskan daerah pengaruhnja. Meskipun
begitu, kepandaian jang liehay dari Lok Tjindjin tak
di turunkan pada orang2 Han, melainkan pada suku
bangsanja sendiri. Diantara murid2nja, jang ia
paling hargai, ada Kioe-tjoe Kwie Bouw dari Liok
Siauw San.
Kat Soetee telah mendapat tahu, djelek
romannja tetapi Kioetjoe Kwie Bouw ada sangat
liehay, iapunja kepandaian sekarang berimbang
sama kepandaian gurunja, dan ketjerdikannja pun
tak kalah. Sudah begitu, mereka berdua bisa
bekerdja sama2. Kioe-tjoe Kwie Bouw ada punja
banjak pengikut, ia telah duduki seluruh Ah-bie
tjioe, tetapi madju dimuka adalah iapunja suami,
Say-ong Pouw Louw, ia sendiri sembunji dilembah
Pit Mo Gay didalam gunung Liok Siauw San. Dalam
satu hal sadja Pek Lok Tjindjin dan muridnja itu takPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
406
tjotjok, jalah si imam anggap temponja bergerak
belum sampai, Kioe-tjoe Kwie Bouw ingin segera
bekerdja.
Tindakan pertama dari Kioetjioe Kwie Bouw ada
titah2 mengatjau kepada orang2nja diperbatasan
Inlam dan Koeitjioe, guna mereka ini duduki
tempat2 penting, buat bikin tentara negeri bekerdja
dan djadi lelah. Iapunja tindakan jang ke-dua
adalah perintah suaminja musuhkan Bhok Kee
Goan jang berpengaruh. Dan tindakan jang ketiga
adalah perintah, kepada suaminja djuga, untuk
pengaruhkan semua touwsoe, Bupaja semua
touwsoe itu berpihak kepadanja. Akibatnja ada
hebat apabila tiga tindakan ini bisa ,did jalankan
dengan betul dan berhasil.
Anggauta' dari kawanan Kioetjoe Kwie Bouw ini
ada pakai piauw-pou, jalah sepotong tjita jang
mendjadi pertandaan rahasia, disitu ada digubah
sepasang singa. Tentara negeri umumnja tak tahu
artinja tanda rahasia itu. Sebenarnja kedua singa
diartikan ajah dan anak, jalah Pouw Louw dan
Siauw-say Pouw Bin Seng, si Anak Singa.
Dengan tak menghiraukan tenaga sendiri, Kat
Soetee hendak tentangi aksi dari Kioetjoe Kwie
Bouw, untuk ini ia per-tama2 bekerdja samaa Ho
Soe-tit ini dan ibunja. Pintjeng pun telah ditjari,
untuk diadjak kerdja sama2. Kat Soetee dan Ho
Soe-tit berangkat beberapa hari jang lalu dari AyPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
407
Lauw San, niatnja adalah mentjari iapunja soeheng
Tok Tiang Tjeng, jang berkedudukan sebagai ketua
dari golongan kita.
Kalangan Siauw Lim Pay kita ada terbagi dua,
lwee-kee dan gwa-kee. Lwee-kee terdiri dari
mereka jang sutjikan diri, dan Gwa-kee ada dari
orangbiasa. Soeheng Tok Tiang Tjeng ada kepala
Lwee-kee, dan Kat Soetee kepala dari Gwa-kee.
Maka itu, mereka berdua mesti bekerdja bersama.
Soeheng Tok Tiang Tjeng berada di Hang In Gam,
untuk pergi kesana, Kat Soetee mesti lewat disini,
siapa njana, di Tong Kouw San, Kat Soetee d jus
teru bersomplokan sama beberapa orangnja Kioe
tjoe Kwie Bouw jang lagi ikuti Hoei Thian Ho.
Jang kenali mereka Itu ada Ho Soe-tit, siapa
sebaliknja ada dapat pengundjukan dari ibunja. Kat
Soetee sendiri pun kenali Hoei Thian Ho.
Melihat Hoei Thian Ho, Kat Soetee djadi tjuriga,
ia lantas menguntit, akan intip orang punja gerak
gerik, hingga ia ketahui orang punja sepak
terdjang. Maka adalah diluar dugaan, jang kita
djadi bertemu sama loo-sietjoe. Kat Soetee
memang tahu diantara loo-sietjoe dan Hoei Thian
Ho ada dendaman, malah ia pun bisa menduga, apa
maksudnja loo-sietjoe dengan perdjalanan ini,
maka dengan tak bersangsi-sangsi, ia sudah turun
tangan, akan berikan bantuannja pada loo-sietjoe.
Djuga, Kat Soetee ada ketahui jang Kouw BakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
408
Giam-lo, loo-sietjoe empunja sahabat itu, sekarang
berada di Bhok Konghoe dimana dia menjaru djadi
sinshe buta-melek, dimana ia djadi guru silatnja
Bhok Kongtjoe. Demikian ada halnja Kat Soetee,
sedang tentang jang lainnja, loo-sietjoe sudah
ketahui sendiri."
Semangatnja Slangkoan Hiok terbangun kapan ia
dengar perihal Kouw Bak Giam-lo, sahabatnja itu,
dari duduk diam sadja memasang kuping, tubuhnja
lantas bergerak.
"Oh, dia djadinja sudah berada di Kokkong-hoe!"
kata ia. "Dengan sebenarnja, loo-siansoe, aku
memang hendak tjari sahabatku itu. Apakah
benar2 dia telah djadi guru silat disana?"
"Aku tak sangsikan itu," sahut Boe Tjoe Siansoe.
"Untuk awasi Kioe-tjoe Kwie Bouw, Kat Soetee
telah memasang mata tadjam, ia senantiasa intip
gerak-gerik musuh, dengan begitu, berbareng ia
pun mendjadi tahu sebab2 perselisihan diantara
Hoei Thian Ho dan Kouw Bak Giam-lo, begitu djuga
tentang ichtiarnja Hoei Thian Ho guna menuntut
balas. Beberapa kali Kat Soetee sudah bikin
penjelidikan ke Kokkonghoe, dengan begitu ia djadi
dapat tahu hal beradanja Kouw Bak Giam-lo disana.
Sekarang, loo-sietjoe, Kat Soetee ingin minta
bantuan kau."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
409
Siangkoan Hiok tetap tak mengerti halnja orang
hendak minta bantuannja.
"Ketika aku berada di Sengtouw. aku pernah
dengar namanja Pouw Louw, tetapi tidak Kioetjoe
Kwie Bouw dan Pek Lok Tjindjin", berkata ia, "siapa
sangka, urusan ada begini ruwet dan berbahaja.
Pantas selama disepandjang djalan, pendjagaan
ditempat-tempat penting ada keras dan orang
sering bisik-bisik, roman penduduk nampaknja
tidak tenang. Kalau begini, aku harap sangat jang
usahanja Kat Tay-hiap nanti berhasil.
Sesungguhnja itu ada suatu kebaikan umum,
karena rakjat akan dihindarkan dari malapetaka.
Tidak sebagai aku, sudah usia landjut,
kepandaianku masih rendah sekali, hingga aku
tidak mampu lakukan suatu pckerdjaan hesar dan
berarti Maka itu aku heran, kenapa loosiansoe
bilang Kat Tay-hiap mengharap atas diriku? Apakah
itu tak akan bikin gagal usahanja Kat Tay-hiap itu?"
Ditanja begitu, Boe Tjoe Siansoe tertawa.
"Hal sebenarnja ada sederhana, Loo-sietjoe," ia
berkata. "Kat Soetee mau mohon bantuan kau,
akan peringati sahabatmu tentang antjaman
bahaja ini. Dengan menolong sahabatmu itu, kau
djadi lolong djuga Bhok Kongya serumahtangga,
dan dengan tolong Bhok Kongya, dengan sendirinja
kau menolong penduduk Inlam. Dengan begini pun,
berbareng urusannja ini Ho Soe-tit djuga djadi bisaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
410
dibereskan sekalian. Sebetulnja, persiapan telah
selesai, tinggal tunggu sadja datangnja angin
Timur-selatan, atau seumpama mutiara, semua
sudah kumpul, tinggal ditabur sadja. Dan ioo
sietjoe adalah orang jang diharap itu."
Baharu sekarang Siangkoan Hiok mengerti,
segera ia berbangkit.
"Memang djuga maksud perdjalananku ini ada
untuk sahabatku itu," ia kata, "maka aku girang
akan mengetahui usaha dari loosiansoe serta Kat
Tay-hiap itu. Mudah2an Kat Tay-hiap bantu ubah
bentjana mendjadi keselamatan. Loo-siansoe,
sekarang hajolah kita berangkat ke Bhok Konghoe,
guna menjampaikan kisikan, agar disana orang bisa
bersiap. Aku pertjaja, mereka nanti bisa berdaja,
guna menjingkir dari antjaman bahaja"
Boe Tjoe Siansoe bersenjum.
"Duduk, Ioo-sietjoe, sabarlah," "Loo-sietjoe
nistjaja belum tahu keadaan di Kokkong-hoe itu.
Disana mesti ada satu sampai duaratus hamba,
tetapi mereka sudah terlalu biasa dengan
penghidupan senang, maka kapan ada bahaja
datang, belum tentu tenaga merereka bisa
diharapkan. Dengan sekarang Bhok Kokkong
baharu kembali dari medan perang, bisa d adi ia
ada dapat tambahan tenaga. Tapinja. Bhok
Kokkong mesti tak tahu keadaan sebenarnja dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
411
pihak musuh gelap itu. Maka djuga, tambahan
tenaga itu masih harus disangsikan. Loo-sietjoe
djangan pandang enteng pada Kioe-tjoe Kwie
Bouw. Dia ada punja sedjumlah orang sebawahan
jang liehay, dengan andali sahabatmu seorang,
antjaman bahaja ada hebat, lentu sadja, sekarang
ini, loo-sietjoe harus legahkan hati. Untuk
wudjudkan tindakannja, Kioe-tjoe Kwie Bouw pun
membutuhkan waktu, sedikitnja, ia mesti tunggu
sampai Bhok Kongya sudah pulang ke istananja.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika itu barangkali ada setengah bulan tempo.
Dan kalau ia bekerdja, ia mesti kirim orang2nja
masuk dengan diam2 kedalam istananja orang
bangsawan itu. Untuk bekerdja, kita mesti tunggu
segala pesan dari Kat Soetee dan Tok Tiang Tjeng."
Siangkoan Hiok awasi pendeta ini.
"Sekarang, apa jang kita harus perbuat?" ia
tanja.
"Kat Soetee inginkan kitaorang berkumpul di
Hang In Gam", menerangkan Boe Tjoe Siansoe.
"Kita bertiga mesti pergi dengan diam2, agar
musuh tak mendapat tahu. Musuh ada pasang mata
disekitar Bhok Konghoe, apabila loo-sietjoe masuk
setjara biasa, musuh tentu mendapat tahu, ini ada
lebih banjak bahajanja daripada kebaikannja "PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
412
Siangkoan Hiok mangguta, ia mengerti. Tapi
dihati, ia ingin segera berangkat, akan ketemui
iapunjai sahabat kekal.
Sampai disitu, tak tunggu sampai terang tanah,
perahu diperintah kembali, karena buat pergi ke
Hang In Cam di Boe-teng, mereka mesti balik ke
Liang Ong San, untuk mendarat disana, guna
lakukan perdjalanan darat. Mereka bikin
perdjalanan bertiga. Mereka telah mesti mendaki
bukit2, akan sampai ditempat jang ditudju, buat
mana mereka djuga ambil tempo ber-hari2. Hang
In Gam ada tinggi, dilihat dari bawah, mega sebagai
djuga meliputlnja. Bahwa Tok Tiang Tjeng bisa
sutjikan diri ilatas bukit itu, itu telah menundjuki
lapunja kepandaian jang liehay.
Selama itu, Siangkoan Hiok pun telah lihat
kepandaian djalan kentjang dan naik dari Boe Tjoe
Siansoe, dari Ho Thian Kie djuga, dan toh selama
itu, Boe Tjoe telah tidak perlihatkan kepandaiannja
seanteronja, sebab ia tahu, ia bisa tinggalkan
kawannja ini djauh dibelakang.
Dikaki Hang In Gam, orang berhenti sebentar,
untuk beristirahat. Mukanja Siangkoan Hiok merah,
saking ia keluarkan banjak tenaga, akari tetapi Boe
Tjoe Siansoe dan Ho Thian Kie, ada tenang seperti
biasa. Djago tua itu djengah sendirinja kapan ia
lihat bedanja kelandaian mereka. Tjoba ini adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
413
kedjadian ketika ia masih muda, ini tentu ada
saatnja untuk ia berguru, menambah kepandaian.
Memandang Hang In Gam, dua2 Boe Tjoe
Siansoe dan Siangkoan Hiok pudji keindahan dan
ketenteraman dari bukit itu, dalam hal ini, mereka
dibenarkan oleh Ho Thian Kie. Hati mereka
mendjadi lega dan terbuka. Maka itu, sang pendeta
djadi pudji ini anak muda.
"Kau beruntung, hiantit", ia kata, "tidak sadja
kau telah dapati warisan boegee dari gurumu,
djuga iapunja pemandangan luas. Kau ada
angkatan muda dari Siauw Lim Pay, tidaklah siasia
jang gurumu telah didik pada kau selama enam
atau tudjuh tahun. ? Lihat, disana ada orang, mari
kita minta keterangan, diatas ini ada kuil atau tidak,
dan mana djalannja untuk naik keatas"
Mendengar begitu Ho Thian Kie, djuga Siangkoan
Hiok lantas menoleh.
Memang benar, lagi mendatangi, ada
serombongan orang desa dengan panggulan atau
pikulan kaju keringuja, rupanja mereka habis
mentjari kaju bakar.
"Soepeh, mustahil kau pun baharu pernah
datang kemari?" tanja Ho Thian Kie.
Boe Tjoe Siansoe tertawa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
414
"Djangan kau tertawa djikalau aku beritahu hal,
jang sebenarnja," berkata ia. "Meskipun aku dan
Tok Tiang Tjeng ada asal satu kaum, kitaorang
saling bertemu hanja baharu satu atau dua kali, dan
itu terdjadi pada dua ? atau tiga-puluh tahun jang
sudah lewat. Adalah Kat Soetee jang kasi tahu aku
jang Tok Tiang Tjeng telah tinggal sembunji di Hang
In Gam ini, hanja ia tidak terangkan, tinggalnja
disebelah mana, didalam kuil atau gubuk. Ia pun
melainkan bilang, seberesnja urusan di Tong-kouw
ek, kitaorang mesti segera berangkat ke Hang In
Gam, bahwa asal kita pandjat bukit, kita akan dapat
tjari dan ketemu sama orang berilmu itu."
Thian Kie manggut2.
Bertiga mereka bertindak, akan papaki
rombongan orang dusun itu, jang ada belasan
orang perempuan Biauw, orangnja tua dan muda.
Kepala mereka digubet dengan saputangan hidjau
berkembang, anting2 mereka merupakan gelang
besar, dari pinggang kebawah, tubuh mereka
ditutup sarung. Mereka ada gendol kaju dan daun
kering, jang beratnja tentu ada. duaatau tiga-puluh
kati, jang mana membuktikan Jang mereka ada
punja tenaga besar dan ulet. Mereka itu berdjalan
sambil pasang omong dan tertawa. Tapi mereka
lantas berdiam dan mengawasi kapan mereka lihat
Boe Tjoe bertiga, agaknja mereka heran akan
menemui orang asing ditanah pegunungan ini.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
415
Boe Tjoe Siansoe angkat kedua tangannja, untuk
memberi tanda, bahwa ia hendak bitjara.
"Tunggu, soepeh," Thian Kie berkata. "Bahasa
mereka ada lain, kasilah aku jang tegor mereka."
Dan, dengan tidak tunggu djawaban, pemuda ini
Wiro Sableng 106 Rahasia Bayi Tergantung Pendekar Naga Putih 31 Terdampar Di Terculik Pemuda Jahanam Karya Widi