Ceritasilat Novel Online

Ancaman Bencana Di Perbatasan 6

Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 6

sudah hampirkan rombongan orang Biauw itu, akan

bitjara sama salaji satunja, jang berusia tinggi. Ia

njata bisa omong Biauw hingga mereka dapat

mengerti satu pada lain. Kemudian si njonja tua

menundjuk keatas bukit dan utjapkan kata2.

Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok tak

mengerti pembitjaraan mereka itu, mereka diam

sadja.

Tidak lama, Thian Kie datang menghampirkan,

alisnja mengkerut, air mukanja masguL "Turut

katanja mereka itu, disekitar bukit ini tak ada

seorang djuga orang Han," ia kata. "Mereka itu

belum pernah melihat rumah atau gubuk, djangan

kata kuil atau kelenteng. Laginja, didepan dan

belakang djnrang ini, tak ada djalanannja. Malah

untuk dirikan gubuk dikaki bukit, mereka tak

berani. Untuk pandjat bukit, mereka tjuma bisa

naik sampai dua-puluh tumbak, lebih tak bisa,

sudah djalanan buntu, disana pun ada ular dan lain

binatang berbisa. Djangan kata untuk naik

kepuntjak, buat sampaikan rimba ditengah-tengah

bukit sadja, mereka tak berani. Mereka itu bukan

penduduk Hang In Gam ini, hanja mereka datangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

416

dari daerah puntjak Pie Pee Hong. Mereka kata

mereka datang setiap musim dingin, untuk tjari

kaju bakar, dan setiap datang disini. sebelum

matahari turun, mereka sudah mesti lekas kembali,

mereka takut berdiam sampai sore disini. Mereka

ada oranga Biauw dari golongan bukan liar, akan

tetapi kepertjajaan tachajul mereka ada hebat.

Mereka kata di Hang In Gam ada malaikatnja jang

agung, bahwa segala binatang aneh didaerah ini

adalah tjiptaan dari iblis2nja malaikat itu, bahwa

untuk mentjari kaju disini, mereka terlebih dahulu

mesti memudja dan memudji, kalau tidak, mereka

tak berani mandjat naik, dan dengan memudji lebih

dahulu, baharulah mereka tak peroleh gangguan.

Kitaorang tak usah perdulikan ketachajulan itu,

hanja pembilangan mereka hal djalanan tak ada

dan disini tak ada rumah atau kuil, inilah kitaorang

boleh pertjaja. Maka, soepeh, kelihatannja ada

sangat sukar untuk tjari Tok Tiang Tjeng Soepeh,

karena kita tak tahu dimana ia tinggal".

Boe Tjoe Siansoe berdiam, ia berpikir. Ia lihat

rombongan perempuan Biauw itu menikung dan

lantas lenjap dari pemandangan mereka. Matahari

sudah mulai dojong ke Barat.

"Ja, beginilah keanehannja Kat Soetee," kata

pendeta ini kemudian, sambil mengelah napas.

"Memang biasanja, kalau bitjara, ia tak mau bitjaraPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

417

setjara djelas. Sekarang kita tak bisa berbuat lain

daripada madju terus !"

Thian Kie setudjui ini soepeh, maka itu, ber
sama2 Siangkoan Hiok, ia lantas bertindak

mengikuti pendeta itu, jang sudah lantas berdjalan

madju. Mereka tak perdulikan djalanan ada nandjak

dan sukar, karena itu bukanlah djalanan jang biasa

dipakai setiap hari. Djalanan tidak rata, batu pun

kedapatan disana-sini, dan diantara itu djuga ada

pohon2 melambai, pohon ojot dan berduri.

Tiga orang ini berdjalan dengan kadang2 mesti

berlontjatan, mereka sudah djalan sekian lama, lalu

mereka dapati djalanan jang lebih lebar.

Ketika itu sudah musim dingin, daun2 dan

rumput pada berwarna kuning. Disana-sini

kelihatan pepohonan bekas babatannja orang2

perempuan Biauw tadi, jang ambil kaju dari pohon2

kering.

Adalah sdsampainja disini, djalanan djadi buntu.

Disebelah depan, rumput masih tebal, pepohonan

besar merupakan rimba. Ada pohon2 jang besar

sepelukan. Disitu pun kedapatan pohon rotan, jang

sudah tua. Rimba kelihatan gelap, entah berapa

dalamnja.

Boe Tjoe Siansoe memandang kedepan,

kesekitarnja. Dalam kesunjian dari sang alam, ia

ada dapat tjium bau wangi jang halus dari sangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

418

hutan. Didalam rimba itu mesti ada pohons kaju

tjendana dan garu jang tua.

"Disini sadja keadaan sudah menarik, entah

disebelah dalam," kata ia sambil tertawa.

"Dan anehnja, siansoe," kata Siangkoan Hiok,

"dirimba sunji sebagai ini, kenapa kita tak dapati

bekas2 burur g, atau binatang lainnja, umpama

kotorannja?"

"Ja," Ho Thian Kie pun turut hitjara, "kenapa

ditempat begini, kita tak dengar sekalipun suaranja

burung"

Pemuda ini belum tutup mulutnja, atau tiba2, ia

dengar suara apa2, hingga semua mata ditudjukan

kearah dari mana suara itu datang.

Diatas tjabang dari sebuah pohon besar, putih

meletak, hingga kelihatan njata diantara daun lebat

jang bidjau, ada seekor monjet ketjil, jang

bergerak-gerak tak mau berhenti, dan kedua

tangannja, ada digerak-geraki kearah mereka

bertiga. Sepasang matanja monjet putih itu ada

tadjam sekali, mata itu pun mengawasi mereka ini

"Dia ada seekor monjet djinak", berkata Boo Tjoe,

jang dapati monjet itu tak takut orang. "Apakah

maksudnja iapunja gerak2an tangan itu?"

Tiba2 Thian Kie jang tjerdik dapat ingat suatu

apa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

419

"Soepeh, monjet itu lagi memberi pengundjukan

pada kita!" kata ia. "Lihat tjara tangannja menolak,

itu mesti berarti bahwa kita djangan pandjat bukit

ini.

Baharu sadja ini anak muda bitjara atau monjet

itu angkat tubuhnja, akan berlontjatan dan

memekik ber-ulang2.

"Apakah bisa djadi monjet itu ada begitu tjerdik

hingga ia ketahui maksud kita?" tanja Siangkoan

JHiok, jang heran bukan main. "Apakah diatas bukit

ini ada antjaman binatang liar atau berbisa?"

Selagi Ini tiga orang mendugaduga, monjet itu

gerak-geraki pula kedua tangannja, tangan itu

dipakai menundjuk kebawah, lantas dilempangkan,

kemudian dipakai menundjuk kearah rimba.

Menurut pengundjukan istimewa itu, ketiga

orang itu menoleh kedjurusan rimba.

Hampir berbareng dengan itu, melesat tjepat luar

biasa, ada terbang suatu benda jang warnanja

putih djuga, jang lantas ter-putar2 dlatasan kepala

mereka.

Njata itu ada seekor burung darah putih, jang

dipatoknja ada njelip suatu barang.

Monjet itu pasti kenal baik burung itu, ia

memekik pula berulang2, tangannja di-gerak2iPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

420

kearah burung itu, kemudian la menundjuk kearah

tiga orang, sebagai orang jang mengundjuki.

Sekalipun ia ada berpengetahuan atau

berpengalaman luas, Boe Tjoe Siansoe toh heran

atas apa jang :a tampak itu.

Tiba2 burung itu terbang kearah mereka bertiga,

ia seperti tak takuti manusia, kapan Ia sampai

didepannja Boe Tjoe Siansoe, ia lepaskan barang

jang ia djepit diantara patoknja, hingga benda itu

dj'atuh kedepannja pendeta ini. Kemudian, ia

terbang terus.

Boe Tjoe Siansoe membungkuk tubuh, akan

djumput barang itu. jang ada sepotong kertas,

ketika ia angkat kepalanja, ia dapati, ketjuali

burung, si monjet putih pun telah lenjap dari

tjabang tadi, hanja samai-2, ada dua benda putih,

jang lenjap antara pepohonan. Maka achirnja, ia

tertawa.

"Terang itu ada monjet dan burungnja akupunja

soehcng!" berkata ia sambil tertawa. "Hanja

kenapa, sebelum aku batja surat ini, mereka sudah

pergi pula? Kenapa mereka tidak djadi kitaorang

punja pengundjuk djalan?"

Ho Thian Kie dan Siangkoan Hiok mendekati

pendeta itu, akan lihat alamatnja surat, jang

ditudjukan pada Boe Tjoe Siansoe sebagai soeheng,

akan tetapi namanja si pengirim bukanja Tok TiangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

421

Tjeng hanja Kat Kian Soen. Djadi itu bukannja surat

dari Tok Tiang Tjeng.

Karena tempat dimana mereka berdiri ada

kurang sinar matahari, bertiga mereka mundur,

akan t jari tempat jang terang. Disini Boe Tjoe buka

itu surat dan batja bersama2, bertiga. Begini

bunjinja:

"Tempo ada sangat mendesak, kita tak boleh

berajal lagi. Begitu djuga kauorang, soeheng.

Soeheng Tok Tiang Tjeng sudah berangkat ke

Liok Siauw San bersama2 Shong Tjie Ong dari Boe

Tong Pay, dan aku sendiri ke Ah-bie-tjioe dan

Koenbeng, guna melakukan pengawasan.

Thian Kie mesti segera kembali ke Wie-mo,

disepandjang djalan ia mesti waspada terhadap

orang2nja musuh, sesampainja dirumah, ia harus

siap unluk tunggu kabar lebih djauh. Ketjuaii

terhadap ibunja, ia tak boleh buka rahasia.

Dan kau, Boe Tjoe Soeheng, bersama?

Siangkoan Loo-sianseng, harap kau pergi

ketempatnja Thie Tek Seng di Keelie-tek, SiongAncaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beng, untuk berdiam disana. Siongbeng tak

terpisah djauh dari Koen-beng, kapan sudah

sampai saatnja, soeheng bisa segera pergi kekota

jang belakangan ini. Ilanja sekarang, djanganlah

sembarangan bertindak, sebab ini berbahaja sekali.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

422

Disini, aku tak bisa menulis djelas."

Surat itu tak pakai tanda tangan, hanja tanda

garis dari Kian-kwa (Pat-kwa).

Boe Tjoe gojang kepala setelah ia membatja.

"Beginilah Kat Soetee, ia biasa membikin orang

sakit kepala!" kata ia. "Susah-susah kita sampai di
ini tempat asing dan luar biasa, atau sekarang dia

suru aku dan Siangkoan Loo-tatkhoa pergi

ketempatnja Thie Tek Seng jang tak dikenal! Siong
beng memang tak djauh tetapi Kee-lietek, dimana

letaknja itu?"

ITo Thian Kie tertawa. "Tempatnja Thie Tek Seng

itu aku tahu djuga," ia kata. "Rupanja soehoe

anggap aku tahu alamat itu, ia tak menulis djelas.

Thie Tek Seng adalah Inlam punja salah satu orang

luar biasa, satu kiedjin. Siapa pun tak ketahui

asalusulnja, siapa djuga tak sanggup membade

iapunja usia. Nampaknja ia baharu berumur dua
puluh lebih, romannja sebagai sioeijay sadja, akan

tetapi pada guruku ia aku sudah berusia empat ?

atau lima-puluh lebih. Ia tak punja keluarga, tak

punja rumah, dalam empat musim dari satu tahun,

ia hidup diatas perahu sadja. Kee-lie-tek, daerah

perairan, berada ditimur kota Siong-beng-koah,

djauhnja dari kota ada belasan Iie. Itu ada suatu

permukaan air jang luasnja lima ? atau enampuluh

lie, air dan bukit malangmelintang, keadaannjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

423

mirip dengan telaga Thian Tie diluar kota Koen
beng. Dia umumnja tak pernah mendarat dari

perahunja, sebuah perah?' jang diperlengkapi

sempurna. Pun pernah aku tanja soehoe tenteng

orang luar biasa itu, soehoe tidak djawab aku, ia

hanja bersenjum. Kalau soepeh dan Siangkoan

Lootatkhoa pergi ke Kee-lie-tek, asal tanja lielajan,

jang mana sadja, tentu akan ada jang memberikan

keterangan djelas, karena disana, tak ada orang

jang tak kenal Thie Tek Seng Ada gampang sekali

akan tjari dia itu. Soehoe perintah aku pulang, ini

mestinja ada sangat penting, oleh karena itu, harap

soepeh idjinkan aku berangkat sekarang d juga."

"Rasanja aku bisa mengerti rentjananja Kat

Soetee," berkata Boe Tjoe. "Dia tentu hendak pakai

rumah kau sebagai pusat, dari itu dia suru kau

pulang seorang diri, tapi dilain pihak, Soeheng Tok

Tiang Tjeng dan ketua dari Boe Tong Pay, Shong

Tjie Ong, ia tugaskan akan menawan radja

pendjahat, sedang ia sendiri sudah berangkat akan

kuntit orang2 berbahaja dari Kioe-tjoe Kwie Bouw,

guna rintangi aksi mereka ini di ibu-kota. Ini ada

daja untuk memetjah tenaga musuh, supaja

mereka tak mampu saling tolong, sementara

Kokkong-hoe, dengan begitu, djadi turut

terlindung."

Siangkoan Hiok akur dengan ini dugaan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

424

"Benar!" kata ia sambil tepuk2 tagan. "Hanja,

setelah sang sore mendatangi, apakah kita bisa

keburu sampai di Siong-beng pada ini hari djuga?"

"Aku kuatir tidak," kata Thian Kie. "Buat kembali

ke Liang Ong San sadja, djalanan sudah tjukup

djauh, sedang dari Liang Ong San ke Siong-beng

barangkali ada seratus lie. Sekarag mari kita djalan

sama2, di Liang Ong San baharu kitaorang

berpisahan. Di Liang Og San ada rumah

penginapan, disana kita singgah satu malam, besok

pagi2 kita berangkat."

Boe Tjoe Siansoe manggut2.

"Baiklah kita mengatur begini," ia bilang. "Aku

lihat, kawanan pendjahat pun masih meminta

tempo, djikalau tidak, tak nanti Kat Soetee suru

kita kundjungi dahulu pada Thie Tek Seng".

Siangkoan Hiok anggap itu dugaan ada benar.

Maka itu, bersama2, mereka lantas kembali.

Ditengah djalan, Ho Thian Kie tanja Siangkoan

Hiok kalau2 djago tua ini bisa tuturkan ia tentang

Shong Tjie Ong, sebab mereka ada sama2 dari Boe

Tong Pay.

Diluar dugaan, Siangkoan Hiok tertjengang

karena pertanjaan itu, sebab ia benar2 tak kenal

nama jang ditanjakan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

425

Melihat demikian, Boe Tjoe Siansoe datang sama

tengah.

"Shong Tjie Ong ada orang kenamaan dari Boe

Tong Pay," kata ia sambil tertawa. "Turut apa jang

aku dengar, ia berasal dari keluarga orang

berpangkat, ia belumpernah muntjul dikalangan

SungaiTelaga. Sebab ini, tidak heran djikalau

Siangkoan Loo-tatkhoa tak mengetahui tentang

ianja. Shong Tjie Ong djuga ada nama pedengan,

jang ia pakai sedjak
jang aku ketahui, karena aku tak tahu iapunja she

dan nama benar dan tempat kediamannja. Ber
sama2 Soeheng Tok Tiang Tjeng dan Kat Soetee,

katanja Shong Tjie Ong ada bersaudara angkat.

Sekarang kau, Ho Soe-tit. Kau mesti hati
disepandjang djalan, biar gurumu sudah mengatur,

kau tak boleh alpa".

Ho Thian Kie manggut.

"Terima kasih, soepeh, aku tentu akan ber
hati2," kata ia. "Aku pertjaja, urusan ini tak tjuma

mengenai urusan umum tetapi djuga kepentingan

keluarga. Boleh djarii, sesampainja aku dirumah,

disana aku akan bertemu sama soehoe. Soehoe teh

bilang ia akan memasang mata diantara Ah-bie
tjioe dan Koen-b.ng. Aku harap Soepeh Tok Tiang

Tjeng dan Shong Tjie Ong nanti berhasil menekan

Kioetjoe Kwie Bouw, supaja dengan di Koen-beng

pun orang bekerdja berbareng, usaha kita akanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

426

berhasil dengan sempurna. Kemenangan kita djuga

berarti keselamatannja rakjat negeri"

Demikian mereka pasang omong ditengah

djalan, sampai mereka sampai ditempat tudjuan,

Liang Ong San, dimana mereka segera tjari hotel,

akan lewatkan sang malam, akan besoknja pagi2,

mereka berpisahan, berpetjah dalam dua

rombongan. Ho Thian Kie menjamar sebagai satu

saudagar, ta berangkat lebih dulu.

Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok baharu

berangkat sesudah mereka minta keterangan dari

beberapa orang, jang mana ada djalanan ke Siong
beng-koan, akan menudju ke Heng-tjoei-tong, jang

ada salah satu pelabuan dari Keelie-tek. Muara

disitu ada sempit, dikiri dan kanan penuh dengan

pohon gelaga, dan dihutan gelaga, air bertjampur

sama lumpur keras, dimana ada bertinggal banjak

nelajan. Disitu ada kedapatan banjak sekali perahu,

besar dan kctjil. Diluar muara baharulah ada

perairan jang luas, jang memberikan pemandangan

jang menarik hati, sedang dari kedjauhan

terdengar kaum nelajan menjanji seperti saling

sahutan.

Berdiri dimulut muara, Boe Tjoe dan kawannja

lihat burung2 putih berterbangan dimuka air.

"Pernah pin-tjeng menjaksikan lain2 tempat,

tidak disangka, Inlam djuga ada punja ini tempatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

427

indah," berkata Boe Tjoe Siansoe, jang kagumi

daerah Kee-lie-tek ini. "Thie Tek Seng hidup diatas

perahu bersama-sama kaum nelajan, ia benar2

merdeka dan gembira, ia bebas dari pergaulan

umum."

"Tetapi," berkata Siangkoan Tiok, "Thie Tek Seng

hidup diatas perahu, dimana kita bisa tjari ia?

Bagaimana kita bisa kenali iapunja perahu? Kita

perlu minta keterangan dari salah satu atau

beberapa nelajan disini"

Boe Tjoe Siansoe benarkan sahabatnja ini.

Sebuah perahu ikan sedang mendatangi, orang

jang pegang kemudi dan menggaju ada masing2

seorang tua dan seorang muda.

Boe Tjoe Siansoe kaoki mereka itu seraja ia

memanggil2.

"Loo-sietjoe " kata ia, sesudah kedua nelajan itu

datang dekat bersama perahunja, "disini ada satu

sahabatku jang dipanggil Thie Tck Seng, apa

loosietjoe bisa beritahukan aku, dimana dia itu

tunda kendaraan airnja?" Kedua nelajan itu pun ada

perhatikan ini dua orang, jang mereka awasi, kapan

mereka dengar itu pertajaan, jang tua segera

mendjawab:"Apakah loo-soehoe menanjakan

kitaorang empunja Thie Siangkong? Kita tak tahu

iapunja nama atau gelaran akan tetapi kita hanjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

428

kenal Thie Siangkong. Disini tak ada nelajan jang

tak kenal Thie Siangkong ini"

Sambil tertawa, Boe Tjoe djawab ia benar tjari itu

Thie Siangkong.

Nelajan tua itu tidak tunggu sampai orang tutup

mulut, atau ia menundjuk ketengah muara.

"Sungguh kebenaran!" ia berseru. "Disana itu

adalah Thie Siangkong empunja koankee! Lihat, dia

sedang mendatangi!"
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan "koan-kee" dimaksudkan pengurus atau

kuasa rumah.

Dua2 Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok

menoleh ketengah muara atau sungai, mereka

lantas tampak sebuah perahu sedang mendatangi

dengan ladju sekali, tudjuannja rupanja adu

Hengtjoei-tong.

"Jang menggaju itu adalah koankee dari Thie

Siangkong," berkata pula si nelajan tua sambil

tertawa. "Dia ada satu tukang bernang dan selulup,

disini ia kesohor sebagai Soei Siang Piauw ? orang

jang melajang dimuka air. Loo-siansoe

tanjakan keterangan pada dia itu, tentu dia bisa

tundjuki tuannja."

Habis berkata begitu, itu orang tua gaju pula

perahunja, masuk kedalam pelabim.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

429

Boe Tjoe mengutjap terima kasih, lantas ia awasi

Soei Siang Piauw dan perahunja, jang saking pesat

ladju n ja, sebentar sadja sudah sampai dimulut

muara, sudah mendekati mulut pelabuhan. Ia

dapat kenjataan, koankee dari Thie Tek Seng

berusia dua-puluh lebih sedikit, alisnja tebal,

matanja besar, kedua lengannja hitam tapi penuh

urat2 kasar, seperti tubuhnja kekar, meskipun

dimusim dingin dan dimuka air, dia itu ada pakai

badju dan tjelana kutung jang tipis, kakinja ditutup

sama sepatu rumput sadja. Kelihatannja gesit

sekali waktu ia lompat kedarat sambil menjeret

rantai, dan rantai itu terus ditambat pada sebuah

pohon pek jang tumbuh dlpinggir air, kemudian

dengan tindakan pesat sekali, ia hampirkan itu

pendeta dan kawannja.

Boe Tjoe Siansoe hendak menanja tatkala

pemuda itu membungkuk tubuh untuk memberi

hormat seraja terus berkata: "Madjikanku telah

menduga pasti jang loosiansoe serta ini loo-tatkhoa

bakal datang kemari maka itu aku telah diperintah

membawa perahu akan menjambut Silahkan

djiewle naik keperahu !"

Boe Tjoe Siansoe tertawa, ia menoleh pada

kawannja.

"Rupanja Kat Soetee sudah atur ini semua!" ia

kata. "Adalah tidak hormat untuk menampikPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

430

undangan,' dari itu mari kita minta tjongsoe ini

suka sedikit bertjape-lelah."

Habis berkata, dengan tak tunggu djawrban,

pendeta ini bertindak ketepi sungai, sambil singkap

djubanja, ia endjot tubuh, akan lontjat turun keatas

perahu.

Siangkoan Iliok bersenjum, ia turut pendeta itu

naik keperahu itu.

Soei Siang Piauw, dengan tubuhnja jang

nampaknja enteng sekali, pun lontjat keperahunja

setelah ia lepaskan tambatan dan seret rantai,

untuk dinaiki keatas perahunja. Ia lantas mengaju

setelah ia lihat kedua tetamunja sudah duduk betul.

Ia menggaju dengan tjepat dan kendaraan air ladju

dengan pesat.

Siangkoan Hiok duduk disebelah belakang.

"Tjongsoe, nama Soei Siang Piauw sudah tak

asing lagi disini, maka kaupunja kepandaian diair

nistjaja ada luar biasa!" kata ia sambil tertawa,

sambil ia menoleh pada tukang perahu itu.

"Harap lootatkhoa tidak tertawakan aku!" sahut

Soei Slang Piauw sambil tertawa. "Semua nelajan

disini kenal aku dengan baik, iaorang sengadja

berikan itu djulukan padaku, untuk mains sadja.

Oleh karena sudah lama aku hidup diperairan, akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

431

dari itu bisa bernang dan selulup, tetapi untuk

bitjara kepandaian, itulah tidak..."

"Tjongsoe dan tuanmu hidup selamanja diatas

perahu, itulah sungguh satu penghidupan jang

menarik hati," Siangkoan Hiok kata pula. "Sekarang

kitaorang datang berkundjung, dia tentu djuga

berada didalam perahunja, maka itu, entah ia

berada berapa djauh dari sini?"

Soei Siang Piauw pandang tetamunja Itu, lalu ia

melihat kedepan, menundjuk sebuah puntjak atau

bukit ditengah sungai.

"Dekat sekali, lootatkhoa, tjuma dibelakang bukit

itu," ia kata. Dengan bukit atau puntjak diartikan

bukit jang muntjul ditengah telaga, jang

merupakan pulau karang atau batu jang tinggi

sekali.

Sementara itu, perahu terus ladju dengan tjepat,

karena si tukang perahu tak pernah berhenti

menggaju.

Dari sini kelihatan njata berbagai bukit, jang

berdjumlah lima buah, ada jang nempel atau

bertetangga, ada jang mentjil djauh rfjuga, semua

dengan romannja sendui masing2. Dan saban

perahu lewat, roman itu seperti berubah-ubah

Sebentar kemudian, perahu telah masuk dnlam

selat perairan jang jandjang, hingga pulaua bukitPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

432

itu tak tertampak lagi ketjuali lampiug karang dikiri

dan kanan, hingga dongak keatas, orang melainkan

lihat langit dengan awannja. Ditempat seperti itu,

jang sunji, apabila orang umpamanja batuk2,

suaranja itu segera akan berkumandang njaring

disekitarnja. Selat ini ada banjak sekali tikungannja

dan bagi orang asing, ada sukar untuk mengenali

djalanan.

Sesudah melalui banjak tikungan, tiba2

Siangkoan Hiok dengar suara air mengalir, dunia

agaknja ada terlebih terang, karena mereka

sekarang berada ditempat terbuka, melainkan

pemandangan masih satu djurusan, disebelah

depan sadja. Disini, batu2 karang ada berlainan

rupanja dengan jang dimuka tadi, dan diplnggiran,

terpisahnja dari air tak ada satu tumbak, ada

tumbuh pepohonan merambat, seperti rotan, jang

memain atas sampokan angin. Sekarang ternjata,

suara air itu datangnja dari berbagai solokan

gunung.

Boe Tjoe Siansoe dan kawannja anggap, sampai

disitu, djalanau sudah buntu, akan tetapi Soei

Siang Piauw, dengan tak ragu2, menggaju terus,

malah ia terdjang pepohonan merambat itu, jang

ada didepannja, hingga dalam sesaat itu, orang

berada ditempat gelap! Mau atau tidak, kedua

tetamu itu mendjadi terperandjat djuga. Hanja

sukur, dilain saat, muntjullah sinar terang. Dan iniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

433

ada tanda bahwa orang telah lintasi terowongan.

Malah disini lalu terasalah sampokannja angin jang

berbau wangi semerbak.

Sebelum dua orang ini sempat memandang

kesekitarnja, akan saksikan itu "dunia baru",

sekonjong-konjong diatasan mereka, mereka

dengar suara tertawa, jang disusul dengan kata2

ramah-tamah: "Tetamu2ku jang terhormat telah

datang berkundjung tetapi aku si orang gunung

jang malas sudah tak menjambut dari djauh2, dari

itu sukalah aku diberi maaf"

Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok lantas

dongak, akan melihat keatas, hingga mereka

tampak batu karang jang tinggi, kira2 sepuluh

tumbak, tapi disebelah bawah itu, tiga atau empat

kaki diatas air, ada lembah jang mirip dengan

mangkok. Disitu, dipinggiran. ada tangga bikinan

manusia, pinggirannja digaris dengan loneng batu,

jang bengkok sana dan bengkok sini menuruti

pinggiran air. Tangga batunja ada belasan undak.

Dan dimuka tangga batu itu, sambil berdiri, ada

satu anak sekolah dengan dandanan atau romannja

jang alim, jang mukanja putih dan tampangnja

terang bergembira, iapunja kepala ditutup dengan

setangan.

Dilain pihak, perahu pun sudah menghampirkan

tangga itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

434

Boe Tjoe dan Siangkoan Hiok segera menduga

pada Thie Tek Seng, maka lekas2 mereka lontjat

naik kedarat, untuk hampirkan tuan rumah itu,

untuk memberi hormat, sedang tuan rumah djuga

tak mau ketinggalan, untuk beri hormatnja.

Tuan rumah ada bersikap sangat ramah-tamah,

sedikit djuga tak kelihatan bahwa ia adalah satu

ahli silat, cengan manis ia undang kedua tetamunja

mengikuti ia. djalan didjalanan jang seperti selat

ketjil, jang ada seperti sengadja dibikin. Djalanau

ini djuga ada banjak tikungannja, disitu pun ada

tumbuh pepohonan merambat, terselip dengan

pohon2 bungah lan, jang baunja harum.

Mereka lewati djalanan Itu akan sampai dilain

seberang, jang pun menghadapi permukaan air,

jang terbuka luas dan terang sekali Disini,

dipinggiran air, ada berlabu dua buah perahu model

"boan kang ang", malah terperlengkap lebih indah

dan menarik hati, njaman bagi penglihatan mata.

Dengan tuan rumah djalan dimuka, kedua

tetamu bertindak menghampirkan perahu indah itu,

dimuka perahu, mereka segera disambut dengan

hormat sekali oleh dua katjung dengan

dandanannja jang rapi, kemudian Thie Tek Seng

persilahkan mereka masuk terlebih dulu.

Begitu lekas mereka berada di atas perahu,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua katjung memimpin mereka kedalam.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

435

Boe Tjoe dan Siangkoan Hiok mendjadi kagum

sekali begitu lekas mereka sudah berada didalam,

karena ruangan diatur mirip dengan rumah biasa,

ketjuali perabotan lengkap, dipinggirau ada

djendelanja, lantai ada rata, segala apa ditjat indah

dan mengkilap bagaikan katja. Dari djendela, orang

bisa memandang alam. Dimedja ada kelihatan

perabot tulis lengkap, dengan banjak kitab rupa2.

"Silahkan duduk!" Thie Tek Seng undang

tetamunja, jang sedang kagumi iapunja rumah

perahu jang istimewa itu.

Kedua katjung sudah lantas repot menjuguhkan

thee wangi.

Kedua pihak kembali saling mengundjuk hormat,

habis itu baharulah mereka ambil tempat duduk.

Mereka telah saling mengagumi, saling memudji,

sebagaimana biasanja orang2 jang baharu kenal

satu pada lain.

"Maksud kedatangan djiewieini, boanseng telah

ketahui semuanja," kemudian kata tuan rumah

sambil tertawa. "Saudara Kian Soen itu adalah

boanseng empunja sahabat jang paling kekal,

kemarin ini ia telah datang, untuk mendjelaskan

rentjananja Tok Tiang Tjeng, buat beritahukan jang

djiewie bakal segera datang kemari. Saudaraku itu

djuga menghendaki jang boanseng turut ambil

bagian. Sebenarnja boanseng sudah undurkan diriPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

436

dan sembunji di sini, sudah lama boanseng tak

tjampur lagi urusan didunia, aku telah mendjadi

malas, akan tetapi sekarang ternjata, boanseng tak

dapat pertahankan diri dari desakannja saudaraku

itu, maka dengan terpaksa, boanseng turuti ia

Tentu sadja, karenanja, boanseng djadi tak

menahui tenaga diri sendiri. Menuruti keadaan,

sebentar malam djuga sudah mesti berangkat.

Inilah hebat bagiku, karena sudah lama aku anggap

perahu sebagai rumah-tanggaku, dalam seluruh

tahun aku terumbangambing sadja dimuka air,

tidak pernah aku mendarat ke-kota2 besar dan

ramai, tetapi sekarang aku mesti bantu Kat Tay
hiap merasai pula penghidupan didunia umum."

Setelah ber kata2 begitu, tuan rumah ini tertawa

berkakakan.

Boe Tjoe dan kawannja berdiam, karena ia

merasakan anehnja sikap dari Kat Kian Soen.

Mereka pun pertjaja, Thie Tek Seng ini mesti ada

berilmu tinggi, kalau tidak, tidak nanti diapunja

bantuan diminta. Mereka heran, kenapa orang

mesti berangkat sebentar malam ? demikian

kesusu? Dalam suratnja, Kat Kian Soen bilang

mereka harus menunggu bersama-sama Thie Tek

Seng. Kenapa perubahan demikian tjepat.

Thie Tek Seng mengawasi kedua tetamunja

sambil la bersenjum, ia rupanja mengerti orang

punja kebingungan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

437

"Kat Soeheng djuga telah beritahu padaku,

djiewie sendiri ada punja lain tugas," ia lalu berkata

pula. "Katanja, ketjuali bila waktunja telah sampai,

djiewie diminta untuk tidak perlihatkan diri, Untuk

memenuhi pesan dari soeheng itu, sekarang

boanseng sudah siapkan segala apa untuk djiewie.

Ini sebuah perahu ada untuk djiewie berdua,

sekalian boanseng tak mampu merawat sendiri

akan tetapi disini ada satu katjung, untuk metajani

djiewie. Boanseng harap djiewie tak buat tjelaan

dan sukalah berdiam di sini untuk beberapa hari.

Dengan begini djuga, djiewie djadi bisa beristirahat,

atau kapan djiewie kehendaki, djiewie boleh gunai

kendaraan ini untuk pesiar disekitar ini sungai.

Disini pun ada tempat2 jang menarik hati."

Mendengar demikian, kedua tetamu itu memberi

hormat seraja haturkan terima kasih mereka. Hati

mereka pun lantas djadi tetap, ketji?.ali mereka

tetap tak mengerti sepak-terdjangnja Kat Kian

Soen.

Kemudian, bertiga mereka bitjara dari lain2 hal,

akan tetapi, kapan Boe Tjoe Siansoe atau

Siangkoan Hiok menanjakan tentang tuan rumah,

segala apa sadja jang mengenai dirinja, ia ini egos

itu, ia lebih banjak bersen um atau tertawa

daripada mendjawab. Maka selandjutnja, sebagai

orang2 jang tahu batas, mereka tak mau

menanjakan terlebih djauh.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

438

Sorenja, diwaktu berdahar, barang makanan

jang dihidangkan ada banjak rupa dan macam, dan

araknja pun wangi. Perabotan, umpama gelas dan

sumpit, ada dari batu pualam atau terlapis emas,

semua mirip dengan kepunjaannja keluarga

hartawan besar. Dan ini menambah tak

mengertinja kedua tetamu, hingga mereka djadi

terlebih sukar akan menduga-duga, tuan rumah

sebenarnja ada orang matjam apa.

Sehabisnja bersantap, Thie Tek Seng undang

kedua tetamunja. masuk kekamar tidur, jang per1

lengkapannja pun istimewa, sudah api ada terang,

kelambu, sprei, selimut dan bantal, semua ada dari

tjita mahal atau sulaman indah.

Dua katjung, jang melihat sikap hormat dan

telaten dari tuan rumah, sudah melajani dengan

hormat dan sungguh2.

Thie Tek Seng duduk bitjara tidak lama, ia lalu

pamitan dan undurkan diri dari kamar tidur itu,

kedua tetamunja duga ia pergi keperahu jang

satunja.

Malam itu lewat dengan tenang, kapan kedua

tetamu mendusi, dua katjung sudah siap untuk

melal jarii mereka. Mereka ini kasi tahu jang

madjikan mereka sudah bej rangkat tadi malam,

untuk tjari Kat Tay-hiap, bahwa mereka tak dikasiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

439

bangun, untuk pamitan, karena dikuatir tidurnja

mereka jang njenjak djadi terganggu.

"Kami jang diperintah menjampaikan maaf," kata

mereka lebih djauh. "Kami dipesan untuk

sampaikan kepada djiewie, apabila djiewie

kehendaki sualu apa, silahkan djiewie sebutkan

sadja, kami akan sediakan itu. Kami harap djiewie

djangan sungkan2, sebab kalau nanti kedjadian

kami tak melajani sebagaimana mestinja, kami

tentu bakal dapat teguran".

Lantas mereka benahkan pembaringan dar

sediakan air panas dan thee.

Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok mengutjap

terima kasih, mereka antapi orang lajani mereka.

Mereka djuga tak mtnta suatu apa, karena

semua sudah disediakan tjukup, hingga mereka tak

merasakan kekurangan. Mereka hanja perlu

melegakan diri, untuk tinggal diperahu itu, guna

menunggu warta dari Kat Kian Soen.

Menurut dugaan, mereka berdua akan

menunggu buat tiga atau empat hari paling lama,

tidak la hunja, setengah bulan sudah lewat, dari Kat

Kian Soen tidak datang warta apa djua dan tuan

rumah pun tidak pulang. Maka itu, selama itu,

mereka dapat ketika tjukup akan pesiar disekitar

Kee-lie-tek, akan pandang kemdahannja dari

perairan itu. Hanja kemudian, mereka berdamaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

440

dan ambil satu putusan : Salah satu baik

berangkat ke Koen-beng, untuk tjari tahu keadaau.

Hati mereka tak tenteram akan terus menantikan

sadja.

"Sekarang kita tunggu lagi tiga hari, selewatnja

itu, kita mesti bertindak," demikian putusan

mereka.

Jang ditetapkan bakai pergi adalah Siangkoan

Hiok, untuk dia ini tjari Kouw Bak Giam-Lo.

Baharu mereka ambil putusan atau dihari kedua,

lewat tengahhari, Soei Siang Piauw pulang dengan

perahunja jang ketjil, ia lantas serahkan seputjuk

surat nada Boe Tjoe Siansoe.

Baharu sadja melihat alamatnja surat, pendeta

ini sudah girang tak kepalang, karena ia kenali baik

tulisannja iapunja soetee Kat Kian Soen.

"Siapa jang bawa surat ini?" ia tanja Soei Siang

Piauw.

"Tadi aku pergi kedarat untuk belandja, disana

aku ketemu Long Lie Tjoan, jalak kawanku jang

diadjak oleh mndjikan," sahut Soei Siang Piauw.

"Begitu ia ketemu aku, ia lantas serahkan surat ini

ia bilang, atas titalinja Kat Tayhlap, surat ini mesti

segera disampaikan pada loosiansoe. Dia pun kata,

seharusnja ia mesti menjampaikan sendiri, tetapi

karena kebetulan ketemu sama aku, ia minta akuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

441

sadja jang tolongl, sebab ia sendiri mesti segera

kembali. lantaran madjikannja masih punja urusan

penting lainnja. Ia sudah pergi dengan lantas,

sampai aku tak sempat tanja, sekarang madjikan

ada dimana."

Boe Tjoe dan Siangkoan Hiok lantas menduga

jang kaum pemberontak dari Ah-bie-tjioe sudah

mulai turun tangan, tetapi untuk mendapat

kepastian, pendeta Ini segera buka surat

soeteenja, untuk dibatja.

Kat Kian Soen ternjata menulis ringkas begini:
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siangkoan Lootatkhoa mesti berangkat ini hari

djam dua malam, ia mesti masuk ke Bok Konglioe

untuk menemui Kouw Bak Giam-lo. Boe Tjoe

Soeheng boleh turut tetapi djangan ikut masuk

kedalam istana radja muda itu, hanja menunggu

dibawah ranggon Tjian-lauw dikota Selatan, disana

akan ada satu kenalan, jang akan menjambut."

Surat itu dibubuhi tanda-tangan Kat Kian Soen

sendiri, jang menjampaikan hormatnja.

Boe Tjoe Siansoe kerutkan alis melihat keadaan

kesusu itu.

"Entah dia mainkan lelakon apa..." kata ia, jang

tak mengerti.

Siangkoan Hiok djuga tak mengerti tetapi ia

girang, sebab kepergian itu akan lekasPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

442

mempertemukan ia dengan sahabatnja, jang ia

senantiasa buat pikiran.

"Kat Tayhiap menulis begini rupa, kita mesti

berangkat akan . memenuhi panggilannja itu," ia

kata. "Koen-beng tak terpisah djauh dari sini, tetapi

lebih baik bila kita sampai siang2 disana." ..Inilah

gampang," Soei Siang Piauw turut bitjara, sambil

bersenjum. "Kalau kita ambil djalan darat, djauhnja

Koen-beng tudjuh atau delapan-puiuh lie. Dikota

Siong-beng bahagian timur ada kereta^ sewaan.

Tapi kalau kita ambil djalan air, kita bisa hemat

tempo, sebab djaraknja djalan air melainkan enam
puluh lie. Umpama ada bantuan angin, dengan

tempo tiga atau empat djam, kita akan sudah

sampai disana, sampai diluar kota Koen-beng"

Boe Tjoe Siansoe mendjadi heran.

"Seorang sadja, dengan sebuah penggaju, dalam

tempo beberapa djam bisa lakukan perdjalanan

enam-puluh lie?" ia tegasi.

Kedua katjung tertawa. "Djikalau tidak begitu, ia

mana bisa dipanggil Soei Siang Piauw?" kata

mereka. "Ia memang bukannja djumawa, asal dia

mau keluarkan tenaganja, ia bisa melebihkan

tjepatnja kuda lari!" Siangkoan Hiok kagum bukan

main.

"Inilah jang dibilang, dibawah perintahnja satu

panglima djempol tidak ada serdadu jang lemah!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

443

ia memudji. "Tjongsoe empunja kepandaian main

diair benar2 luar biasa! Baiklah, kita minta baetuan

kau, tjongsoe, untuk antar kita ke Koenbeng."

Lootatkhoa dan loosiansoe djangan kesusu,"

berkata kedua katjung, sambil tertawa"Sekarang

matahari baharu sadja dojong ke barat, masih ada

banjak tempo untuk djiewie bersantap malam

disini. Kita tanggung djiewie tak akan terlambat

sampai dikota Koen-beng!"

"Memang, asal djiewie berangkat lebih siang

sedikit, kita' tak akan nampak kegagalan," Soei

Siang Piauw pun berkata. "Baiklah djiewie

bersantap terlebih dahulu, dengan begitu

kitaorangtak usah nanti singgah ditengah djalan.

Dengan djalan terus2an, aku pun akan merasa

terlebih gembira."

Melihat orang ada merasa demikian pasti, Boe

Tjoe Siansoe dan Siangkoan Hiok tak bersangsi

pula. Dengan begitu djuga ia kasi ketika akan

pemuda itu bersantap.

"Baiklah," kata Boe Tjoe kemudian.

Maka itu, kedua katjung lantas undurkan diri,

untuk bikin sedia santapan.

Sesudah bersantap sore, Boe Tjoe menulis surat

buat Thie Tek Seng, akan pamitan, akan haturkan

teruna kasih buat kebaikannja tuan rumah itu. Ia,

begitu djuga Siangkoan Hiok, tak berani mengasiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

444

presenan pada kedua katjung, ia kuatir tuan rumah

mendjadi tidak senang, dari itu berdua mereka

tjuma menghaturkan terima kasih.

Soei Siang Piauw pun telah berdahar dan sedia,

maka, sesudah semua siap, mereka naik perahu

ketjil, mtreka berangkat.

Segera djuga Boe Tjoe Siansoe dan Siangkoan

Hiok saksikan kepandaiannja itu anak muda, ia ini

pandai benar menggunai perahu dan tenaganja pun

besar dan ulat.

perahu dibikin ladju pesat dengan tetap. Maka

diachirnja, seperti dikatakan si anak muda, ia bisa

sampai diluar kota Koen-beng dengan tak halangan

suatu apa, malah sampainja djauh terlebih siang

daripada djam jang ditetapkan, jalah sebelum djam

satu.

Setelah mendarat, Boe Tjoe Siansoe dan

Siangkoan Hiok menghaturkan terima kasih pada

mereka punja pengantar, disitu iaorang

berpisahan, kemudian mereka djalan mutar, untuk

sampai dikota Selatan. Baharu sadja mereka

sampai disamping djembatan gantung dari kota

selatan itu, atau dari tempat gelap, ada muntjul

setjara mendadakan seorang jang tidak dikenal.

Tapi dia ini segera menggape-gape seraja

menanja: "Bukankah djiewie baharu sampai dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

445

Heng-soe-tong?" "Benar," Boe Tjoe menjahati.

"Kau siapa, tjongsoe?"

Orang itu menghampirkan sampai dekat sekali.

"Aku ada Long Lie Tjoan," ia kata hampir

berbisik. "Atas titahnja tuanku, aku datang untuk

menjambut loosiansoe. Tuanku pesan untuk

Siangkoan Loo-tatkhoa bertindak seperti

madjikanku sudah pesan. Sekarang silahkan

loosiansoe turut aku."

Boe Tjoe dan Siangkoan Hiok menurut, maka

disitu, berdua mereka berpentjaran.

Long Lie Tjoan tidak adjak pendeta itu melewati

djembatan, ia hanja ambil djalan kesebelah utara

dimana ada satu djalanan ketjil.

In Hay Tjhong-liong djalan seorang diri, masuk

kedalam kota sebelah selatan itu oleh karena sang

waktu masih terlalu siang bila dipadu sama tempo

jang ditetapkan oleh Kat Kian Soen, ia djalan

pelahan-, dan ditengah djalan ia ambil kesempatan

akan tanja2 orang, dimana pernahnja istana dari

Bhok Kokkong. Ia pun mampir disatu warung arak

jang ramai, untuk tenggak beberapa tjawan, guna

tunggui datangnja djam dua. Adalah setelah

minum, ia lantas menudju ke kokkong-hoe. Lebih

dahulu ia putarkan istana, hingga ia dapatkan

serdadu2 pendjaga meronda tak putusnja, hingga

ia anggap, itu adalah pendjagaan istimewa.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

446

Kemudian ia pergi kesamping kiri, ditempat jang

gelap dan sunji, akan loloskan diri dari matanja

sekalian orang ronda itu. Disini ia buka iapunja

badju luar jang gerombongan, buat lepit itu dan

masuki kedalam buntalannja, jang ia gendol

dibebokongnja. Habis itu, ia tjekal iapunja golok.

Dilain raat, selagi djago tua ini pikir untuk lontjat

naik melewati tembok, tiba2 ia dengar suara berisik

dari teriakan dan saling menjambernja anak2

panah. Ia heran, tapi ia terus lontjat naik keatas

pohon, untuk memandang kedalam. Disini ia lihat

beberapa orang djahat lontjati tembok dan lari

keluar, menudju ketaman belakang, ke kuil. Ia

kuntit mereka itu. Achirnja ? seperti telah

dituturkan disebelah atas ? ia telah bertemu sama

iapunja sahabat kekal.

Demikian ada penuturannja Siangkoan Hiok

kepada Liong Touwsoe, Kouw Bak Giam-lo,

Djiekongtjoe Thian Lan, Tong-pek-wan Thio Kiat

dan Ang-hay-djie Tjoh Koen. Penuturan ini bikin

heran, kagum dan berkuatir semua orang itu,

karena mereka tak sangka.

Urusan ada demikian melibat dan mengantjam.

Terutama berkuatir ada Liong Touwsoe dan Kouw

Bak Giam-lo, karena mereka tahu, diistana tak ada

orang jang berarti, jang bisa lajani musuh2

tangguh. Tapi, hati mereka djadi lega ketikaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

447

ketahui dengan tak diundang, bakal ada orang2

pandai jang akan bantu mereka.

"Siangkoan Lootatkhoa, tak pertjuma Tay-hiap

Kat Kian Soen mendapat nama sebagai orang

gagah, njata ia ada liehay sekali," kata Liong

Touwsoe kemudian. "Kat Tay-hiap ada orang luar

akan tetapi ia ketahui segala apa. tentang kita,

tentang musuh djuga. Barusan lootatkhoa ada

sebut? djuga Tek Tiang Tjeng, Shong Tjie Ong, Thie

Tek Seng, dan Boe Tjoe Siansoe, biar tjuma dengar

nama sadja, aku pertjaja, mereka ada orang-orang

luar biasa sebagai Kat Tay-hiap sendiri Maka sajang

aku tak bisa segera menemui mereka! Hanja aku

tak mengerti, kenapa mereka itu tidak mau lebih

dahulu datang kemari, untuk bertemu sama.

Kongya, buat bermupakatan terlebih djauh?"

Mendengar itu, Kouw Bak Giamlo tertawa.

"Tjiangkoen berkata begini karena Kongya dan

Tjiangkoen ada orang? jang menghargai orang2

pandai," kata ia, "sebaliknja Tjiangkoen tak ketahui

sifatnja orang2 sebangsa Kat Tayhiap Itu. Mereka

ada punja penglihatan lain daripada kita. Buktinja,

sekalipun Siangkoan Lauwko telah tinggal sama2

mereka untuk sekian hari, ia masih tak tahu suatu

apa perihal mereka punja rentjana atau sepak
terdjang jang djelas. Mereka itu pasti ada punja
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebab untuk sembunjikan dahulu gerakan mereka.

Apa jang aku duga pasti adalah kawanan dari Ah-PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

448

bietjioe, dalam satu atau dua hari ini, mesti akan

turun tangan, entah dengan djalan apa, dan Kat

Tayhiap beramai, dilain pihak, tentu bakal datang

membantu kita. Maka itu, kita sekarang harus

bersiap mengatur pendjagaan, karena kita tak

boleh andali sadja bantuan dari luar, nanti Kat

Tayhiap tertawakan kita."

Liong Touwsoe bertepuk tangan saking girang.

"Tjoh Loo-enghiong benar!" ia memudji. "Dulu

pun ioo-enghiong telah usulkan ini! Sekarang

silahkan Ioo-enghiong atur segala apa. Disini bukan

medan perang umum, loo-enghiong pasti akan bisa

berbuat lebih banjak. Tapi, dengar, ajam sudah

pada berbunji, sekarang sudah fadjar, sebab

musuh pasti tak akan bekerdja diwaktu siang, mari

kitaorang beristirahat terlebih dahulu. Bagaimana

looenghiong pikir?"

"Tjiangkoen ada baik sekali," berkata Tjoh

Kham Tjioe. "Hanja dalam hal padaku diserahkan

tugas, untuk atur persiapan pendjagaan, inilah aku

lak sanggup. Sekarang mari kita turut usul

Tjiangkoen, untuk beristirahat, besuk siang

kitaorang nanti menghadap Kongya, Tapi Touwsoe

Kim Tjie Peng kita mohon lekas2 dipersilahkan

datang, sedang Touwsoe sendiri, tolong kau segera

atur barisan panah untuk pendjagaan besuk

malam."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

449

Liong Touwsoe manggut.

"Baik." nnenjahut ia. "Begitu pulang, aku nanti

perintah Kim Tjie Peng bawa enam-puluh serdadu

panahnja serta dua-puluh tauwbak pilihan. Mereka

akan mesti sampai disini dlwaktu tengahharL

Bagaimana loo-enghiong pikir tentang Kongya

empunja barisan pengiring, jang djumlahnja tiga
ratus lebih, jang sekarang berada diluar kota? Apa

mereka harus ditarik ke istana?"

Kouw Bak Giam-loo berpikir sebentar, lalu ia

menggeleng kepala.

"Kita tak ketahui tentang musuh, kita hanja

menduga-duga," berkata itu, "dari itu djuga

pendjagaan diluar kota tak boleh dibikin kosong.

Laginja, kalau diwaktu siang barisan itu dibawa

masuk, mereka akan tarik perhatian orang banjak.

Aku pikir, buat sementara ini, pendjagaan kita pun

sudah tjukup."

"Loo-enghiong benar," berkata Liong Touwsoe.

"Besuk, selagi aku kasi masuk barisanku, aku pun

akan atur mereka dalam beberapa rombongan,

agar mereka tak sampai menarik perhatian umum.

Nah, sampai besuk, loo-enghiong, idjinkan aku

undurkan diri!"

Habis berkata begitu, touwsoe ini adjak

pengiringnja berlalu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

450

Kouw Bak Giam-lo berempat bersama Siangkoan

Hiok, Djiekongtjoe Bhok Thian Lan dan Ang-hay
djie Tjoh Koen, terus duduk, akan pasang omong,

sampai dengan tak merasa, sang fadjar datang.

Kedua djago tua itu ada berpikir banjak, mereka tak

niat tidur sama sekali, sebaliknja Thian Lan dan

Tjoh Koen, sudah letaki kepala mereka diatas

medja dan menggeros.

Kouw Bak Giam-lo sangat sajang iapunja anak

itu, begitupun iapunja murid, maka bergantian, ia

pondong mereka kepembaringan, buat diselimuti,

untuk turunan kelambunja, kemudian ia bitjara

pula sama sahabatnja, habis itu, keduanja pun naik

atas pembaringan mereka masing2.

Sekalipun ia rebahkan diri, Tjoh Kham Tjioe tidak

tidur, ia melainkan beristirahat. Iapunja otak terus

bekerdja.

Baharu sadja djago tua ini berhenti berpikir dan

ia mulai lajap2, tiba2 ia terperandjat, karena diluar.

ia dengar tindakan orang ber-lari2 kearah Siauw
hong-lay, kemudian, begitu lekas berada diruangan

dalam, orang itu, dengan napas sengal, tanja

pengawal, loosoelioe sudah bangun atau belum. Ia

kenali itu ada suaranja Bhok Tjiong, salah satu

pelajannja Bhok Kongya. Sebagai djawaban pada

pertanjaan itu, ia dengar suara katjungnja:PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

451

"Djangan berisik, loosoehoe baharu sadja masuk

tidur. Djiekongtjoe dan Siangkoan Lootatkhoa

djuga belum mendusin Sebenarnja, ada urusan apa

sih?"

"Urusan apa?" demikian suaranja Bhok Tjiong.

"Djikalau tidak ada urusan sangat penting, tjara

bagaimana aku berani ganggu Tjoh Loo-enghiong?"

Mendengar demikian, Kouw Bak Giam-lo, jang

rebahkan diri dengan tidak salin pakaian lagi, sudah

lantas mentjelat bangun.

"Bhok Tjiong diluar?" ia kata dengan keras. "Mari

masuk! Aku sudah bangun!"

Bhok Tjiong muntjul dengan segera, maka ia

lihat, djago tua itu sedang rapikan pakaiannja,

lekas2 la memberi hormat.

"Maafkan aku, loosoehoe," ia kata, "aku telah

ganggu pada kau.."

Tapi djago tua itu tertawa.

"Sama sekali aku tidak tidur", ia kata. "Sekarang

bilang, ada urusan apa?"

"Kongya undang loosoehoe untuk segera

datang," Bhok Tjiong menjahut. "Barusan, sebelum

terang tanah Touwsoe Lok Hong dari Po-hie-tjee di

Hoa-leng telah datang kemari. Ia datang dengan

tunggang kuda, tubuhnja berlepotan darah danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

452

lumpur, hingga iapunja roman mirip dengan iblis

sadja. Begitu lekas ia masuk kepintu istana, ia

rubuh dengan pangsan. Sukur beberapa pengawal,

jang mendjaga disitu. kenali touwsoe ini. Ia lantas

digotong masuk dan berbareng Kongya dikabarkan.

Dengan tak sempat dandan, Kongya lari keluar,

akan melihat. Ia ada di-ikuti oleh toakongtjoe.

Kongya lantas perintah Lok Touwsoe dibawa

kedalam, unutk dibersihkan tubuhnja dan dipakai

obat, guna disadarkan. Lok Touwsoe lantas berbisik

pada Toakongtjoe, siapa bitjara lebih djauh sama

ajahnja, setelah mana Kongya perintah aku undang

Liong Touwsoe dan loosoehoe. Barusan aku pergi

terlebih dulu kepada Liong Touwsoe, ia tak ada

dikamarnja, aku diberi tahu, sehabisnja berkumpul

dlsini, Liong Touw* soe telah segera naik kuda dan

nulang ketangsinja, maka itu, aku segera datang

kemari Aku minta loosoehoe suka berangkat

dengan segera."

Mau atau tidak, Tjoh Kham Tjioe terkedjut Ia

menoleh pada murid dan anaknja, mereka itu

sedang tidur dengan njenjak. Ia berpaling pada

Siangkoan Hiok, ia dapat kenjataan, sahabatnja itu

pun telah bangun seperti ia.

"Kalau begitu, lauwtee," berkata In Hay Tjhong
liong, "silahkan kau lantas pergi, aku nanti berdiam

disiri akan tunggui kabar kau."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

453

"Baiklah, lauwko," kata djago tua itu. "Tolong kau

lihat2 kedua anak itu."

Siangkoan Hiok manggut, maka Kouw Bak Giam
lo lantas ikut Bhok Tjiong berlalu dari Siauwhong
lay, sesampainja diluar kamar, ia lihat, matahari

sudah muntjul mulai tinggi.

Sebentar kemudian, Kouw Bak Giam-lo sudah

sampai di-istana, dimana Bhok Tjiong lantas pimpin

ia melewati beberapa ruangan jang indah, akan

aehirnja sampai dipedalaman, dimuka kamar dari

Bhok Kongya. Disini ia berhenti. Disitu ada

beberapa pengawal jang bersendjata, satu

diantaranja lantas lari kedalam, untuk memberi

kabar, sedang Bhok Tjiong segera menjusul masuk.

Tjepat sekali, Toakongtjoe Thian Po muntjul, dan

ia lari kemuka tangga, akan sambut djago tua itu,

untuk dipimpin masuk kedalam, maka dilain saat,

Tjoh Kham Tjioe sudah lantas undjuk hormat.

Disebelah kiri ada sebuah kamar dengan kere

merah, Bhok Tjiong angkat kere itu, atas mana,

dengan tak banjak omong, Bhok Kongya undang si

djago tua turut ia memasuki kamar itu.

Toakongtjoe iringi mereka.

Kamar itu ada indah, mentereng

perlengkapannja, dan berbau harum, akan tetapi

mereka tidak duduk disitu, hanja masuk terlebih

djauh, sebab ternjata, menembusi-itu, masih adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

454

beberapa kamar lain. Karena ini, djago tua itu

mengerti bahwa ia telah diadjak masuk kedalam

kamar rahasia dari itu pangeran. Achirnja mereka

sampai disebuah kamar, jang tak kalah indahnja,

dimana ada penerangan lampu, karena disitu tidak

ada djendela. Sekalipun Bhok Tjiong dan Bhok Yok,

tanpa panggilan, tak boleh masuk kedalam kamar

rahasia ini, tempat pangeran itu bekerdja sendiri.

Kamar ini dikuntji apabila Bhok Kongya tak ada di
istananja. Ini ada sebuah kamar jang tinggi dan

lebar, rupanja ini ada pusat dari istana itu.

Didalam kamar ini ada sebuah pembaringan,

disitu ada rebah satu orang, akan tetapi, begitu

melihat datangnja tiga orang itu, ia berbangkit
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan segera, ia berdiri dimuka pembaringan. Ia

nampaknja gagah tetapi air mukanja putjat,

tandanja ia sedang menderita sakit.

Kouw Bak Giam-lo segera kenalkan Lok Hong,

touwsoe dari Pohie-tjee, Hoaleng, jang dahulu ia

pernah ketemui di Ke^Beng Kiap, Pek Tjo Nia.

Toakongtjoe terperandjat melihat orang

berbangkit.

"Oh, apakah touwsoe merasa baikan?" ia tanja.

"Terima kasih untuk kebaikan kau, toakongtjoe,"

sahut touwsoe itu, jang terus sadja hadapi Kouw

Bak Giam-lo, untuk memberi hormat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

455

"Tjoh Loo-enghiong, aku girang sekali atas

pertemuan ini!" ia kata. "Beberapa tahun lewat

dengan tjepat setelah kitaorang berpisahan!"

Kouw Bak Giam-lo membalas hormat, ia tertawa.

"Setelah berpisah beberapa tahun, hampir aku

tak kenali kau, touwsoe," ia kata. "Kau nampaknja

ada terlebih kurus. Sekarang, dari mana touwsoe

datang? Kabarnja kesehatanmu ada terganggu,

kenapa itu?"

Lok Touwsoe hendak menjahuti, tapi Bhok

Kongya dului ia.

"Loosoehoe, silahkan duduk dulu," kata tuan

rumah ini. "Khay TIouw baharu sembuh, baik kau

rebahkan sadja dirimu. Tentang kau, aku nanti jang

kasi tahu loosoehoe."

Habis berkata begitu, Bhok Kongya djumput satu

raartii mungil dari batu knmala dan pakai mengetok

sebuah genta kumala djuga, hingga terbitlah satu

suara ketjil tetapi njaring. Atas itu, dari luar kamar,

ada penjahutan jang menanja, pangeran itu

kehendaki apa.

"Pesan Bhok Tjiong dan Bhok Yok untuk mereka

perhatikan Liong Tjiangkoen," kata orang

bangsawan ini, "kapan Liong Tjiangkoen datang,

tak usah ia pergi ketaman lagi hanja undang ia

langsung datang kemari. Pesan untuk mereka lajaniPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

456

baik2 tetamu kita di Siauw-hong-lay. Dan kalau

djiekongtjoe sudah mendusi, minta ia datang

kemari. Nah, lekaslah"

Suara diluar menjahuti, lantas suara itu disusul

sama tindakan kaki jang tjepat, semakin lama,

semakin djauh terdengarnja.

Didalam kamar, orang boleh dibilang baharu

duduk, atau diluar kamar terdengar pemberian

tahu dari sampainja Liong Tjiangkoen.

"Tjay Thian sampai lekas sekali!" kata Bhok

Kongya. "Thian Po, lekas kau sambut Tjiangkoen!"

Toakongtjoe berbangkit dan bertindak keluar,

akan dilain saat, ia kembali ber-sama2 Liong

Touwsoe jang tubuhnja tinggi besar dan keren.

Melihat touwsoe ini, Lok Hong berbangkit, akan

turun dari pembaringan, mukanja mendjadi tambah

putjat dengan tiba2.

"Tjiehoe, hampir aku tak dapat bertemu kembali

sama kau," ia kata.

Sepasang alisnja Liong Touwsoe bergerak, kedua

matanja terbuka lebar. Ia membanting kaki

menjatakan kemenjesalan hatinja.

"Aku pulang ketangsi sebelumnja fadjar," ia kata,

"selagi aku berdamai sama Kim Touwsoe, datang

utusannja Kongya jang memberitahukan kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

457

terluka parah. Aku duga, kau tentu telah dapat

bahaja ditangan musuh ditengah djalan, maka aku

segera berangkat kemari. Sukur sekarang aku bisa

ketemui kau! Mana lukamu? Kenapa kau terluka.

bagaimana?"

"Loo-siesiok, duduk dulu," kata Thian Po pada itu

panglima. "Barusan djuga loosoehoe telah tanjakan

tentang lukanja Lok Touwsoe, karena kuatir lukanja

touwsoe terganggu lantaran banjak bitjara, ajah

hendak mewakilkannja. Tapi sekarang, biarlah aku

jang menerangkan."

Setelah kata begitu, Thian Po pimpin Lok

Touwsoe, untuk rebah pula, kemudian ia silahkan

Liong Touwsoe duduk begitupun Kouw Bak Giam
lo, jang telah berbangkit. Ia sendiri lantas duduk

dise belah bawah.

Itu waktu ada datang satu budak perempuan,

jang membawa nenampan emas diatas mana ada

tjawana thee wangi, untuk disuguhkan pada semua

ocang. Untuk Lok Touwsoe, thee ditambah dengan

godokan som-thung jang terkenal. Setelah itu,

budak ini segera undurkan diri pula.

Melihat tjaranja Bhok Kongya dilajani, sampai

Bhok Tjiong dan Bhok Yok djuga tak boleh masuk

dalam ini kamar rahasia, Kouw Bak Giam-lo merasa

bagaimana ia telah diberikan kehormatan oleh itu

orang bangsawan, jang njata ada taruhPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

458

penghargaan besar atas dirinja. Ini kedjadian bikin

ia merasa puas, karena ia toh asal seorang kepala

polisi, lebih tidak. Sedang disini, ia diberikan

kehormatan akan duduk bersama-sama pangeran

itu. Maka ia lantas sadja pikir, sekalipun mesti

pertaruhkan djiwa, ia akan belai ini kokkong dari

antjamannja kawanan pendjahat.

Sementara itu, Bhok Toakongtjoe sudah lantas

berikan penuturannja tentang Lok Hong.

Seperti diketahui, Lok Touwsoe tak ikut pergi ke

ibu-kota propinsi, hanja dari Kiok-tjeng, ia bawa

pasukannja sendiri pulang terus ke Po-hie-tjee,

Iloa-leng. Selama beristirahat dirumah, dalam

beberapa hari sadja, ia sudah dengar tentang

aksinja kawanan dari Pek-sit-tjee, Ah-bie-tjioe,

hingga ia djadi berkuatir. Po-hie-tjee ada

seumpama tenggorokan antara Ah-bie-tjioe dan

Koen-beng, ibukota propinsi. Dilain pihak, ia pun

kuatirkan antjaman dari pihak Liong-kie-tjee, Bie
lek-tjioe, jang tjuma teraling dengan bukit Ban

Siong San, djaraknja melainkan tiga atau empat
puluh lie. Touwsoe dari Liong-kie-tjee, jalah Lee

Soe Tjin, ada kawannja Say-ong Pouw Louw dari

Pek-sit-tjee. Pohie-tjee ada disebelah kanan Ban

Siong San, Liong-kie-tjee disebelah kiri. Tjoba

keduanja bersatu, mereka bisa rintangi madjunja

pihak Pek-sit-tjee, tapi sekarang, Liongkie-tjee

djusteru ada kontjonja Pek-sit-tjee.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

459

Pergaulan diantara Po-hie-tjee dan Liong-kie-tjee

ada biasa sadja, hanja didalam hati, masing2 tahu

sendiri. Lok Hong ketahui rekannja berpihak pada

Pek-sit-tjee, dan Lee Soe Tjin tahu, sahabat itu

tidak sadja bersanak tapi pun berpihak pada Liong

Tjiangkoen, dan Liong Tjiangkoen ini ada touwsoe

Jang bersetia kepada Bhok Kokkong, musuh dari

Say-ong.

"Ajah pun tahu bahwa bahaja bisa mengantjam,

maka itu, Lok Touwsoe diminta lekas pulang

kewilajahnja, untuk mendjaga, untuk sekalian

selidiki sepak-terdjangnja pihak Pek-sit-tjee,"

demikian Toakongtjoe melandjuti keterangannja.

"Baharu beberapa hari jang lalu, Lok Touwsoe ada

dapati keterangan jang berharga, jalah setelah

kekalahannja itu, kawanan perusuh telah

berkumpul didalam guha Kwie Bouw Tong di Pit Mo

Gay, Liok Siauw San, dimana mereka rundingi

gerakan mereka terlebih djauh. Disini telah kumpul

semua orangnja Kioe-tjoe Kwie Bouw. Kelembah Pit

Mo Gay itu, sukar untuk orang luar mendapat

masuk, tetapi selama beberapa barl, di Liong-kie
tjee tertampak keradjinan luar biasa: Orang2 jang

keluarmasuk djadi lebih banjak, dan tauwbakJnja

agaknja djadi repot. Pun telah didapat tahu, Liong
kietjee sudah didjadikan pusat, atau batu lontjatan,

oleh orang?nja Kioe-tjoe Kwie Bouw, seperti Thay
say, Siauw-say, Hoei Thian Ho, Hek Bouw Tan dan

Liok Siauw Kioe-kwie, jaitu sembilan Iblis dari LiokPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

460

Siauw San. Siang terutama malam, ada sadja

diantara mereka ini, jang molos ke Koen-beng.

Kedjadian hebat ini ada buahnja kabar penting

jang didapat kemarin ini, jalah cranga penting dari

Liong-kie-tjee itu telah pada berangkat, malah Lee

Touwsoe sendiri, katanja sudah turut djuga pergi

ke Koen-beng. Mengetahui ini, dengan tak

perdulikan babaja, dengan tinggalkan wilajahnja

sendiri, Lok Touwsoe berangkat kemari. la

menunggang kuda, ia ambil djalan ketjil. Aparaau,

karena ambil djalan ketjil, ia djadi nampak

bentjana. Ia larikan kudanja siang dan malam, ia

berhasil sampai disepandjang tepi telaga Thiantie,

diluar kota Koen-beng, ditempat jang dinamakan

Gin-hoa-peng. Tempat ini, disebelah ada banjak

bukit, disebelah lagi ada air jang luas. Ia sampai

kira2 djam lima. Ia pertjaja, sebentar lagi, ia akan

sampai di Pek-kee-kwan, dari mana sudahlah dekat

akan memasuki kota. Ia sudah lelah, ia tapinja tak

berani singgah. Tempat itu ada belukar dan sunji

dari manusia. Ia sudah mendekati tempat tudjuan,

ia tetap berlakn hatia, untuk segera sampai di Pek
kee-kwan, ia tjambuk kudanja. Ia kaburkan

kudanja belum ada dua lie, ia belum keluar dari

batas Gin-hoapeng, ketika ia dengar suara

kelenengan berbunji dengan berisik dibelakang ia,

dibarengi sama tlndakannja kaki kuda. Itu ada

suara dari bukannja satu-dua ekor kuda. Ia di adi
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tjuriga.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

461

Mustahil ada lain orang, jang memburu tempo

seperti ia? Ia segera menoleh. Belum lewat djam

lima, langit masih gelap, apapula ditempat djauh,

sekalipun bajangan tidak dapat terlihat, hanja

suara kuda dan kelenengannja, datang semakin

dekat Terang mereka itu lagi mendjurus kearah ia,

dan sebentar kemudian, suara itu seperti sudah

berdampingan sama ia sendirL Ia menoleh dengan

heran. Ia tak lihat siapa djuga. Maka achirnja ia

mengerti, disebelah ia, mesti ada satu djalanan

ketjil jang lain. Ia tetap bertjuriga, apapula,

sebentar sadja, suara itu lenjap. Orang sudah djauh

melewati la atau mereka itu sudah sampai ditempat

tudjuannja. Karena tei?aling oleh tanah tinggi

sebagai bukit, ia tak bisa melihat kedjalanan

sebelah itu. Adalah setelah sampai diudjung tanah

tinggi itu, kiraJ selepasan anak panah djauhnja, ia

lihat djalanan bertjabang. Dikiri dan kanan ada

banjak pepohonan. Kalau tadinja ia sudah merasa

lega, disini Lok Touwsoe djadi tjuriga pula. Diantara

bajangan pohon, didjalan tjagak itu, ada berdiri tiga

penunggang kuda, sikapnja sebagai memegat

djalanan itu. Ia kendorkan les kuda tanpa merasa,

hingga kudanja tak lagi lari keras. Ia telah

mendekati tiga atau empat tumbak dari tiga

penunggang kuda itu, tatkala satu diantaranja

berseru dengan tegurannja:PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

462

"Tahan! Dari mana kau datang? Kemana kau

hendak pergi? Apa she dan namamu? Djikalau kau

masih sajangi djiwamu, lekas bitjara !"

Lok Touwsoe merasa dirinja tidak aman, akan

tetapi, dalam keadaan seperti itu, apa boleh buat,

ia mesti ambil putusan. Ia tidak mendjawab

teguran, hanja ia kasi kudanja madju, perutnja

kuda, ia djepit sedikit keras. Ia madju dengan tidak

undjuk rupa berkuatir. Ia madju beberapa tindak,

sampai ia dapat lihat orang punja muka. Ia tidak

kenalkan mereka, jang semuanja memDekal

sendjata tadjam, roman mereka bengis. Ia duga

mereka ada orang2 dari Ah-bie-tjioe, ia lantas

tjekal gagang pedangnja.

"Djalanan ini ada djalanan umum, siapa djuga

berhak lewat disini, kenapa kauorang pegat aku,"

ia balik menegur. "Djikalau kauorang tahu salatan,

lekas minggir, djikalau tidak, ketahuilah

keliehayanku !"

Sembari membentak demikian, Lok Touwsoe

sudah hunus iapunja pedang, bersiap akan adu

djiwa.

Diluar dugaan tiga orang itu tidak lantas

menjerang, hanja jang satu, jang bersendjata toja

Longgee-pang, tertawa menjindir.

"Hm, kau jang sebatang karang, kau mengharap

menerdjang lolos dari ini djalanan?" kata ia.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

463

"Djangan kau harap itu! Kau siapa, kita siapa,

masing2 sudah tahu sendiri. Djikalau kau

mengharap kembali, boleh, kau boleh lakukan itu,

asal sepulangnja kau, kau djangan tjampur tahu

urusan lain orang Dengan kau berbuat demikian,

kita tidak akan ganggu kau dan kau bakal dapat

kebaikan Botja, kau harus insaf, ini ada nasehat

baik dari satu sahabat, kita nanti bukai djalan

hidup, diantara kita tak ada sangkutan apa djuga.

Umpama kau tak kenal gelagat dan tentu2 mau

pergi ke Kwie-boen-kwan, neraka, nah, disini ada

tempat dimana tubuhmu dikubur, dibelakang hari,

djangan kau sesalkan kita kedjam! Nah, sahabat,

kita sudah bitjara, tinggal kau pilih: Djalan

hidup, itu dibelakangmu! Djalan mati, itu disebelah

depan !"

Lok Touwsoe tidak puas dengan kata2 djumawa

itu, dengan tak perdulikan apa djuga, ia terus

madjukan kudanja, dengan pedangnja, ia bersiap.

Tiga pemegat itu tertawa berkakakan.

"Anak, kau benar mentjari mati!" mereka berseru

dengan edjekan mereka. Lantas mereka madju,

akan mengepung, akan menjerang, hingga

sekedjab sadja, Lok Touwsoe kena dikurung.

Dengan pedangnja jang pandjang, ia lakukan

perlawanan nekat. Ia tak perduli bahwa ia telah

lelah bekas bikin perdjalanan djauh. Tiga musuh ituPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

464

njata ada tangguh. Djangan kata untuk rebut

kemenangan, buat molos sadja, ada sukar.

Didepan ada musuh jang bersendjata sepasang

pedang, ia ini merangsak, membabat pinggang.

Dengan susah-pajah, Lok Touwsoe dapat egoskan

diri. Djusteru begitu, musuh jang menggunai toja

kena hadjar kempolan kuda, sedang jang ketiga,

jang menjekal tumbak, berbareng menikam

kepaha, udjung tumbak mengenai betis, sebab Lok

Touwsoe tak keburu berkelit.

Kena dikemplang, kuda itu kesakitan dan kaget,

ia berdjingkrak, hingga karena itu, Lok Touwsoe

rubuh dari kudanja. Apa tjelaka, kakinja tertjangkol

tali indjakan kaki kuda, sudah ia rubuh, karena

kudanja terus kabur, ia kena terseret. Menampak

demikian, ketiga musuh tertjengang, hingga

mereka berdiam sadja mengawasi. Sukur buat Lok

Touwsoe, iapunja kuda ada djinak, binatang itu

berhenti sendirinja ketika dia telah lari sedikit

djauh. Tjuma, biarpun djiwanja ketolongan, Lok

Touwsoe pun a keadaan ada hebat bekas ke-seret2

dan betisnja pun luka. Ta mandi darah dan

pakaiannja kotor.

Ketiga orang djahat itu telah datang mengedjar

begitu lekas mereka sedar dari tertjengangnja,

dengan lekas mereka dapat menjandak, karena

mereka hendak tawan Lok Touwsoe. Djusteru di itu

saat, dari samping mereka, dimana ada banjakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

465

pepohonan, mereka dengar suara suling,jang

njaring sekali, jang memetjahkan kesunjian

ditempat itu, suara mana berkumandang dengan

mengaung. Jang luar biasa adalah suara itu keluar

didekat mereka sekali.

Tiga orang itu terkedjut bahna heran, semuanja

segera berpaling kesamping mereka.

"Siapa?" satu diantaranja membentak.

Teguran itu membikin suara suling berhenti

dengan mendadakan, untuk disusul sama suara

tertawa ter-bahak jang keras dan njaring,

kemudian, sebelum suara tertawa itu berhenti, satu

bajangan kelihatan mentjelat keluar, bajangannja

merupakan garuda sadja, seperti garuda jang

hendak samber mereka bertiga. Lalu, sebelum

mereka tahu apa, ketiganja pada mendjerit

kesakitan, dengan beruntun, mereka pada rubuh

dari kuda mereka masinga, sedang dilain pihak,

dari djalan ketjil dimana ada tanah mundjul sebagai

bukit, ada menjamber satu bajangan lain, melesat

bagaikan busur, kearah Lok Touwsoe, tubuh siapa

segera dipondong, buat dibawa lontjat naik atas

salah seekor kudanja ketiga pendjahat. Diatas kuda

itu, Lok Touwsoe dipemakan, kupingnja terus

dibisiki : "Djangan bergerak, aku nanti antar kau ke

Pek-kee-kwan" Lantas, habis itu, kuda dikasi lari.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

466

Dalam keadaan seperti itu, Lok Touwsoe tidak

bisa lihat orang punja rupa, ia pun tidak ketahui,

bagaimana djadinja dengan tiga pemegatnja itu. Ia

hanja merasa seperti sedang mimpi. Ketika

kemudian ia sampai di Pek-kee-kwan, penolongnja

itu kembali bisiki ia, katanja : "Disini sudah tak

djauh dengan Kokkong-hoe, tjoba kuatkan diri,

pergi sendiri kesana, aku sendiri hendak kembali,

untuk lapurkan tugasku." Setelah itu, ia tepuk

kempolan kuda itu, maka ini binatang terus lari. Lok

Touwsoe masih mentjoba menoleh kebelakang, tapi

ia tak lihat suatu apa. Demikian Touwsoe sampai

disini dengan tetap ia tak tahu siapa penolongnja

itu."

XXII

Demikian keterangan dari Toakongtjoe Bhok

Thian Po, hingga semua orang djadi mengerti,

setelah mana, Bhok Kokkong adjak Kouw Bak

Giam-lo berunding tentang daja2 pendjagaan,

karena njata, antjaman dari pihak Ah-bietjioe ada

hebat, kemudian pangeran ini serahkan tugas

kepada Liong Tjay Thian dan Tjoh Kham Tjioe.

Djiekongtjoe Bhok Thian Lan kemudian datang

dari taman, untuk melapurkan sampainja Touwsoe

Kim Tjie Peng serta dia itu punja barisan tukangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

467

panah, bahwa mereka itu, setelah diperkenankan

masuk kedalam taman, lantas ditempatkan

dibelakang kuil keluarga, sedang Kim Touwsoe

sendiri, sesudah pernahkan orang2nja, telah pergi

menemui Siangkoan Hiok dan Thio Kiat di Siauw
bong-lay.

Bhok Kongya puas menerima lapuran itu.

"Sekarang, Thian Lan, tak usah kau kembali

ketaman," kata ia pada puteranja. "Kau harus

berdiam disitii bersama kandamu, untuk temani

aku seharian ini."

Thian Lan lirik semua orang, lantas ia tertawa

sendirinja.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dengan begini aku tak bisa temani Tjoh Soeko

dan Thio Soeko bertjerita!" kata ia.

"Tapi sekarang keadaan tak boleh disamakan

dengan jang sudah2," Kouw Bak Giam-lo terangkan

sambil tertawa djuga. "Mulai ini hari begitu lekas

djam satu malam, siapa pun tak boleh kelajapan

se-suka2nja, tidak boleh pasang omong dengan

suara keras, sedang di-tempat2 jang penting,

penerangan harus dipadamkan. Kau pun tak bisa

kongkouw lagi. Kongya dengar kaupunja thie
liantjie telah dipahamkan tjukup baik, sebentar kau

mesti siapkan itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

468

Kau mesti berdiam dlkamar ini untuk bantu

lindungi Kongya."

Mendengar itu, Thian Lan gembira djuga.

"Soehoe, apa benar pendjnhat ada demikian

bernjali besar hingga sebentar malam mereka

berani datang menjateroni kemari?" ia tanja

gurunja.

Semua orang tertawa dengar pertanjaan ini.

"Pendjahat pernah merasai kongtjoe empunjai

thie-lian-tjie, kalau sebentar malam mereka datang

pula, tandan a bidji teratai besi itu le2ad dan

mereka ketagiandan ingin merasainja pula!" kata

Liong Touwsoe sambil tertawa. Thie-liantjie berarti

"bidji teratai" besi.

"Ajah," kata itu anak bangsawan sambil tertawa,

"aku harus temani ajah disini, Tjoh Soeko djadi

tidak punja kawan. Tjoh Soeko djuga pandai

menggunai piauw, ia ada lebih pandai daripada aku,

apa halangannja kalau dia pun diadjak kemari

supaja ia temani aku. Dengan soeko ada disini, ajah

boleh sekalian dengar dia bertjerita dari hal aneh2

diluaran. Bukankah itu bagus?"

Bhok Kokkong tertawa.

"Anak, kau benar tidak tahu apa2, kau tidak

kenal kedukaan dan kekuatiran," berkata ia. "Tapi

usul kau ini bisa diterima, karena kauorang berduaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

469

berdiam ber-sama2 aku ada hal jang baik. Dengan

begini, djuga hati gurumu nistjaja tak sangsi2 lagi.

Baik, anak, kau boleh adjak soekomu kemari."

Lok Touwsoe lihat bahwa keadaan sebentar

malam ada mengantjam, ia mendongkol sekali.

"Djikalau kawanan itu berani datang sebentar

malam, mereka benar? mau antarkan djiwa!" ia

kata dengan sengit.

"Sebentar malam kau tidak boleh keluar," Bhok

Kongya mentjegah. "Kau baharu sembuh, kau

pantang untuk bergusar dan keluarkan tenaga.

Disini ada loosoehoe dan Liong Touwsoe, pendjahat

pasti tak bisa lakukan apa2 jang berarti."

"Ja, di ibu-kota, apa mereka bisa bikin?" kata

Liong Touwsoe. "Mustail mereka bisa datang dalam

djumlah besar? Mereka tentu terdiri dari beberapa

orang jang pandai lontjat tinggi. Kau harus berdiam

didalam, untuk sekalian bantu Toakongtjoe

membikin pendjagaan, guna dampingi Kongya.

Buat urusan diluar, kau tidak usah tjapekan hati."

Touwsoe dari Po-hie-tjee itu manggut2.

"Begitupun baik," ia bilang. "Lukaku hanja bekas

tusukan tumbak, lainnja melainkan letjet sadja.

Sekarang ini aku merasa tubuhku sudah sehat

kembali. Aku hanja belum tahu, siapa itu duaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

470

penolongku jang tidak dikenaL Bagaimana aku bisa

balas budi mereka?"

Kouw Bak Giam-lo awasi Liong Touwsoe dan

bersenjum.

"Orang dan bajangannja belum terlihat, sudah

terdengar suara sulingnja," kata ia, "maka dia itu

pastilah apa jang sahabatku Siangkoan Hiok sebut2

jaitu Thie Tek Seng."

"Itulah bisa mendjadi," kata Liong Touwsoe

sambil manggut2. "Siapa jang anterkan touwsoe

kemari?"

"Dia kebanjakan ada tukang perahunja Thie Tek

Seng jalah Long Lie Tjoan," Kouw Bak Giam-lo

menjahut pula. "Bukankah dia telah bilang hendak

melapurkan tugasnja?"

"Siapa itu Thie Tek Seng?" tanja Lok Touwsoe.

"Orang matjam apa Long Lie Tjoan itu? Semua

nama mereka aku belum pernah dengar"

"Untuk sedikit waktu, baik kau men-duga2

sadja!" sahut Liong Touwsoe sambil tertawa.

"Barangkali sebentar malam kau akan bisa bertemu

sama mereka itu! Sekarang kita tak punja

kesempatan untuk bitjara banjak, kita mesti segera

kembali ke Siauwhong-lay untuk mengatur

persiapan."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

471

"Ja, itulah benar," Kouw Bak Giam-lo

menambahkan.

Maka mereka berdua lantas mohon perkenan,

akan undurkan diri.

Thian Lan susul gurunja ketika guru itu mau

keluar, ia pesan agar Tjoh Koen lekas disuru

datang.

"Aku tahu!" djawab sang guru, dan Liong

Touwsoe djuga, sambil tertawa.

Sebentar kemudian, dua orang ini telah sampai

di Siauw-honglay. Disini, Siangkoan Hiok bersama2

Thio Kiat dan Tjoh Koen sedang temani Kim Tjie

Peng bitjara diruangan tengah. Kim Touwsoe ada

bermuka merah, ia sedang gusar, ia tjatji Hoei

Thian Mo, jang ia sumpah akan bunuh mati.

Melihat Liong Touwsoe, Kim Tjie Peng lantas

lapurkan hal barlsannja. enam-puluh serdadu

panah berikut diia-puluh tauwbaknja, jang semua

ada pilihan, jang ia telah tempatkan dikuil keluarga

dibelakang taman, untuk diatur terlebih djauh.

"Baiklah," kata Liong Touwsoe. "Di waktu siang,

mereka tak pu1 nja kewadjiban, antap mereka fl

dahar dan minum dengan merde11 ka, hanja

setelah mulai magrib, kita nanti berikan titah2. Kau

upat tjatji Hoei Thian Ho, apakah kau ada

bermusuhan sama dia itu? Apakah dianja adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

472

musuh dari ajah-angkatmu, Hoei Thian

Gouwkong?"

Sambil kertak gigi, Kim Tjie Peng manggut. Ia

tidak sempat menjahut, karena ia lantas diperj

kenalkan dengan Kouw Bak Giamlo, hingga

keduanja perlu saling memudji dan merendahkan

diri.

"Aku djusteru sedang bitjara sa ma Kim Touwsoe

tentang Hoei Thian Ho", berkata Siangkoan Hiok

sambil tertawa. "Mengenai Ban-lian-tj'nee, baharu

sekarang dapat diketahui, ajah-angkat dari Kim

Touwsoe adalah Hoei Thian Gouwkong jang dahulu

rampas mustika itu dari tangannja Hoei Thian Ho.

Tjoh Lauwtee, sudah dua tahun lebih kau tjari Hoei

Thian Ho, untuk mana kau sampai datang ke Inlam

ini, siapa njana, selama dua tahun itu, Hoei Thian

Ho djuga telah pergi ke hulu dan hilir Tiang Kang,

untuk tjari Hoei Thian Gouwkong, jang ia beruntung

dapat ketemui didaerah Koe-tong dan berhasil

mentjelakainja, tudjuan kitaorang . djadi ada sama

!"

"Ha, baharulah sekarang aku mengerti!" kata

Liong Touwsoe. "Kim Lauwtee pernah kasih tahu

aku perihal pcrmusuhannja itu dan bahwa ia datang

mentjari musuhnja, melainkan ia tidak terangkan,

siapa musuh itu, kiranja itu musuh ada Hoei Thian

Ho. Tapi, Kim Lauwtee, apakah kau ada punja saksiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

473

untuk menuduh Hoei Thian Ho itu, atau kau

melainkan duga sadja ia?"

"Sama sekali bukannja dugaan dan djuga bukan

karena keterangannja Siangkoan Loosoe ini,"

djawab Kim Tjie Peng. "Barusan aku hendak

djelaskan itu pada Siangkoan Loosoe tetapi keburu

Tjiangkoen dan Tjoh Loo-enghiong masuk..."

"Kalau begitu, bagaimanakah? Aku sebenarnja

ketahui segala hal-ichwal kau. Apakah kau ketahui

hal musuhmu itu setelah kau berada disini?"

Kim Touwsoe gojang kepalanja. tetapi ia lantas

menjahuti.

"Baharulah kemarin malam, selewatnja djam

tiga, aku dapat tahu," demikian kata ia.

Djawaban ini membikin heran pada Liong

Touwsoe semua, hingga semua mata ditudjukan

padanja, siapa, sehabisnja penjahutannja itu, lalu

mengelah napas.

"Aku pun ketahui itu diluar sangkaankuj? kata ia

pula, melandjuti. "Karena Tjlangkoen tidak ada di

tangsi, aku berlaku lebih hati?, setelah djam tiga,

aku keluar, akan meronda di sekitar tangsi. Aku

lihat semua serdadu tidur dengan njenjak,

pendjagaan ada rapi, maka dengan hati lega, aku

kembali. Baharu sadja aku masuk kedalam kemah

atau mataku kebentrok sama seputjuk surat jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

474

ditindih dengan tjiak-tay diatas medja. Aku kaget

dan heran, lebih2 setelah aku angkat surat itu dan

batja alamatnja, jalah "Untuk anakku Peng". Hatiku

gontjang. tapi sebelum buka itu, aku lontjat keluar,

akan tjari si pembawa surat. Diluar aku dapati

segala apa sunji seperti tadinja, tidak ada barang

satu orang. Sekalian pengawal sudah pada tidur.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka aku lekas kembali kedalam kemah. Aku ingat,

orang jang memanggil ,Anakku Peng" atau "Peng
djie" kepadaku tjuma satu, jalah Boe Tjoe Siansoe,

pendeta kepala dari Tay Kak Sie di Oey Goe Kiap di

Koe-tong, jang ada mendjadi akupunja Soe
pehtjouw satu2nja. Namaku Kim Tjie Peng pun ada

pemberiannja akupunja soepehtjouw ini, diberikan

disaat kita hendak berpisahan. Soepehtjouw bilang

padaku, "Kau akan mengerti maksudnja namamu

ini disaat kau menuntut balas untuk ajah
angkatmu." Setelah berpikir, lantas aku insaf, Hoei

Thian Ho adalah musuhku itu. Kim Tjie Peng ada

burung garuda, dan burung garuda adalah burung

jang menalukki rase ? Hoei Thian Ho. Terang

Soepehtjouw tahu siapa musuh ajahangkatku tapi

ia sengadja menunggu saat ini untuk buka rahasia

kepadaku. Aku tahu segala apa dengan djelas

setelah dengar keterangan Siangkoan Lootatkhoa

perihal lelakonnja Ban-lian-tjheo itu."

Sampai disitu, Kim Tjie Peng keluarkan suratnja

Boe Tjoe, buat beber diatas medja, agar semuaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

475

orang bisa dapat lihat. Hongthio dari Tay Kak Sie

itu menulis seperti berikut:

"Baharu sekarang, sesampainja dislni, aku tahu

jang kau telah ditolong oleh Liong Tjiangkoen. Ini

hal bikin aku girang. Aku harap kau bawa diri baik2,

untuk peroleh kemadjuan.

Keluarga Bhok ada terantjam hebat oleh

kawanan pendjahat, maka kau harus bantu Liong

Tjiangkoen membelainja, guna balas budinja

Tjiangkoen.

Kau harus ketahui, pemimpin pendjahat, jalah

Hoei Thian Ho, ada musuh jang membinasakan

ajahmu. Kau bukannja tandingannja, tapi aku nanti

bantu padamu, supaja roh ajahmu dilain dunia bisa

bermeram mata.

Saudara Siangkoan, jang sekarang berada di

Kokkonghoe, ketahui hal aku, ia tentu bisa

memberi keterangan halku kepada kau.

Kita bakal lekas bertemu, maka aku tidak

menulis banjak." Dibawab itu ada tanda-tangan

dari Boe Tjoe Siansoe.

Setelah membatja itu, Siangkoan Hiok lantas

tuturkan hal pertemuannja sama Boe Tjoe Siansoe

dan Ho Thian Kie, bagaimana Hoei Thian Ho

dipermainkan, bagaimana ia pergi tjari Tok TiangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

476

Tjeng dan Thie Tek Seng, sampai ia diantar ke

Koen-beng oleh orangnja Thie Tek Seng.

Bukan main girangnja Kim Tjie Peng akan dengar

itu keterangan, karena sekarang ternjata,

soepehtjouw itu dengan iapunja Soesiok Kat Kian

Soen sudah gabungkan diri dengan pemimpina

kepala dari pihak Siauw Lim dan Boe Tong. Ia

pertjaja, sakit hatinja bakal lekas terbalas. Maka

iapun tjeritakan pada Kouw Bak Giam-lo dan

Siangkoan Hiok tentang pengalamannja sampai ia

ditolong Liong Tjiangkoen.

Kouw Bak Giam-lo girang mendapat bantuannja

si Garuda Sajap } Emas ini, seorang jang ada punja

hubungan rapat dengan Kat Kian Soen dan Boe Tjoe

Siansoe.

Sampai disitu, mereka lantas bijtjara perihal

persiapan, dan Kouw Bak Giam-lo undjuki roman

tertawa.

Dihadapan orang banjak, Kouw Bak Giam-lo

undjuki roman tenang, didalam hatinja, ia

sebenarnja berkuatir, hatinja bimbang. Ia

merasakan bagaimana dipihaknja, ia ada

kekurangan tenaga. Didalam istana, Bhok Kongya

ada dii lindungi oleh dua puteranja, T oh Koen dan

Lok Touwsoe sesr1 ta sedjumlah pahlawan. Inilah

lu! majan. Tapi di luar, ia ada hanja bersama

Siangkoan Hiok, Kim Tjie Peng dan Thio Kiat,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

477

berlima de] ngan Liong Tjiangkoen. Djumlah ini ada

terlalu sedikit, lebiha dalam arti kepandaian ilmu

silat Liong Touwsoe terlalu andali barisan panah, ia

hanja anggap itu sebagai penambah. Ia kenal baik

Say-ong Pouw Louw, Hek Bouw Tan dan Sembilan

Iblis dari Liok . Siauw San, entah jang lain2 lagi,

jang ia belum kenal, dan entah berapa banjak

djumlahnja mereka itu. Maka itu, iapunja harapan

satu2-nja adalah bantuan dari rombongannja Boe

Tjoe Siansoe.

"Harap sadja mereka itu bisa mentjegah, hingga

musuh bisa mundur sendirinja, dengan begitu,

istana ini boleh tak usah ngalami kekatjauan"

demikian Giam Lo Ong Buta mengharap-harap.

Selagi mereka ini biljara lebih djauh, Bhok Tjiong

datang menemui Liong Touwsoe, untuk

menjampaikan pesan dari Bhok Kongya, untuk

touwsoe ini tampik kundjungan tetamu siapa djuga

dengan alasan "kesehatan Kongya sedang

terganggu", sedang panglima itu sendiri dinasehati,

lebih baik djangan ketemukan siapa pun. Ini ada

satu djaian guna tjegah sembarang orang

memasuki istana.

"Baik, aku akan perhatikan ini," Liong Touwsoe

bilang.

"Dan ini ada rentjana dari Kongya," kata Bhok

Tjiong, jang haturkan selembar kertas. "KongyaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

478

minta Tjiangkoen rembuki ini dengan Tjoh

Loosoehoe dan Siangkoan Lootatkhoa. Pada ini

Toakongtjoe ada menambahkan peta keletakan

istana."

Liong Tjiangkoen sambuti peta itu, untuk digelar

diatas medja, hingga ia bisa periksa itu bersama2

Kouw Bak Giam-lo, Siangkoan Hiok dau Kim Tjie

Peng. Itu ada satu peta terang dan lengkap dari

Kokkong-hoe dan ada pengundjukena di mana

tukang2 panah bisa disembunjikan, dimana ada

serdadu djuga dan ronda, sendjata apa mereka

mesti siapkan, karena ketjuali panah, ada tukang

mainkan gaetan, golok, tambang dan lentera.

Djuga di atas genteng, ada ditaruh tukang2 panah.

D jumlah tukang panah, selain barisannja Kim Tjie

Peng, pun ada barisan Kongya sendiri. Pemgawas2

pun dipasang, guna lihat kalaus ada musuh datang.

Menurut Bhok Kongya, pimpinan atas ada di tangan

Liong Tjiangkoen dan Kouw Bak Giam-lo berdua,

Kim Tjie Peng kepalai barisan sembunji, dan

Siangkoan Hiok dan Thio Kiat ada sebagai

pembantu. Di luar dau di dalam, sama sekali ada

dipakai tenaganja tiga-ratus empatatau lima-puluh

serdadu.

Tok Kak Liong-ong Liong Touwsoe memudji

kapan ia sudah periksa selesai rentjana pendjagaan

itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

479

"Aku tidak sangka, gerakannja kawanan

pendjahat dari Ah-bietjioe meminta pengaturan

pembelaan seperti ini!" kata ia. "Dengan rentjana

ini, Kongya bikin istana djadi seperti bertembok

besi! Aku tidak pertjaja kawanan itu ada punja

keberanian akan menjerbu kesini. Atau mereka

akan djadi seperti selaru jang samber api, mentjari

kematiannja sendiri!"

Saking gembira, Liong Touwsoe bitjara dengan

suara keras, ia tepuk2 tangan dan tertawa tak

berhentinja, hingga ia kena pengaruhi Siangkoan

Hiok, Kim Tjie Peng dan Thio Kiat, jang mau

pertjaja, barisan pendjaga itu benar ada tangguh.

Kouw Bak Giam-lo sebenarnja hendak utarakan

suatu apa, kapan ia lihat sikap umum itu dari

kawan2nja, terpaksa ia urungkan niatannja itu.

Liong Touwsoe pun sudah lantas kata pada Bhok

Tjiong: "Kau bawa ini kembali pada Kongya sambil

beritahukan, rentjana ini kita sudah lihat dan tak

memerlukan perubahan, maka Kongya boleh

keluarkan perintahnja."

Bhok Tjiong sambuti rentjana itu seraja ia

kata:"Kongya pesan sampaikan pada Tjiangkoen

dan Loosoehoe, kendati ada rentjana ini, Kongya

tetap mengandal pada Tjiangkoen dan Tjoh

Loosoehoe beramai. Kongya minta maaf jang ia takPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

480

bisa temani Siangkoan Lootatkhoa. Kongya pun

mohon supaja tjoe-wie djangan seedjie!"

"Sungguh manis dari Kongya," kata Siangkoan

Hiok sambil tertawa, seraja la berbangkit, sebagai

tanda menghormat. "Tolong sampaikan kepada

Kongya, biar aku sudah tua dan tak punja guna,

aku nanti habiskan sisa tenagaku untuk balas

kebaikan Kongya ini."

"Aku nanti sampaikan itu," kata Bhok Tjiong,

jang tapinja tidak lantas undurkan diri, hanja ia

hadapi Tjoh Koen sambil tertawa: "Siauw-soehoe,

Djiekongtjoe kita undang dengan sangat agar

Siauwsoehoe suka ikut aku pergi ke dalam istana."

Mendengar itu, Kouw Bak GiamIo tertawa.

"Ja, aku sampai lupa!" ia kata. "Memang, Kongya

pun telah pesan aku. Nah, Koen, Djiekongtjoe

inginkan kau masuk ke dalam, kau pergilah."

Tjoh Koen terima baik pesan ajahnja itu.

"Baik, ajah," kata ia, jang terus pamitan dari

Liong Tjiangkoen beramai, setelah mana ia turut

Bhok Tjiong, siapa pun telah beri hormat pada

semua orang di situ.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi, selagi orang bertindak, Tjoh Kham Tjioe

panggil pelajan kokkong itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

481

"Bagaimana dengan Thio Tek Piauw jang kemarin

terluka?" ia tanja. Tiba2 sadja ia ingat hamba Bhok

Kokkong itu.

"Tentang ia baharu sadja diterima lapuran,"

sahut Bhok Tjiong, jang nampaknja masgul.

"Menurut thabib, iapunja tulang beboy kong telah

patah dan tubuhnja bahagian dalam pun terluka

hebat, < hingga sekarang ia masih tak sadarkan

diri, karena keadaannja jang sangat berbahaja,

iapunja s djiwa dikuatirkan tak akan tertolong lagi.

Oleh karena ini, Kongj ya ada berduka sekali."

Kouw Bak Giam-lo manggut2, ia tak kata apa2,

tapi begitu lekas orang telah berlalu, ia kata pada

kawan2nja: "Sekarang ini persiapan kita sudah

teratur rapi, maka aku pikir, selagi sekarang tidak

ada kerdjaan apa2, aku ingin kej luar, akan me
lihat2. Aku pertjai ja, karena sepak-terdjangnja

jang berani luar biasa, kawanan pendjahat mesti

ada punja tempat pernahkan diri didalam kota. Ada

sangat meminta tempo umpama kata mereka

semua berkumpul diluar kota. Siapa tahu apabila

aku bisa dapati mereka punja sarang sementara

waktu atau dengar mereka, untuk bantu

sempurnakan pendjagaan kita?"

"Itu benar!" kata Liong Touwsoe, jang setudjui

pikirannja itu djago tua. "Hanja Tjoh Loosoehoe,

kau tidak bisa pergi, kau tak perlu pergi sendiri,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

482

tjukup apabila kita kirim beberapa keetjiang jang

tjerdik."

"Lauwtee, Tjiangkoen benar," kata Siangkoan

Hiok. "Kau tidak boleh pergi sendiri, karena

pendjahat telah kenali kau. Bersama-sama Liong

Tjiangkoen, disinl kau ada djadi kepala, kau

djadinja tak boleh tinggalkan istana ini. Lebih baik

aku dan Thio Kiat

jang pergi dengan adjak beberapa kee-tjiang.

Aku tidak dikenal, dan kita pun boleh dandan

sebagai orang biasa, pasti pendjahat tak tjurigai

kita."

"Barangkali pendjahat masih mengeram dikuil

bobrok," kata Thio Kiat, "maka paling dulu kita

perlu melihat kesana. Bisa djadi pendjahat ada

punja sarang lain, seperti katanja dua pendjahat itu

malam. Kota begini besar dan ditambah sama kota

luar empat pendjuru, bagaimana kita bisa

gampanga selidiki musuh?" "Biarlah aku turut

pergi, aku nanti bawa beberapa kawan," Kim Tjie

Peng pun turut madjukan diri. "Aku nanti pilih

beberapa orang, jang kenal baik keadaan disini.

Djiewie bekerdja didalam kota, aku diluar. Menurut

katanja Siangkoan Lootatkhoa, aku punja

soepehtjouw Boe Tjoe Siansoe tidak turut masuk

kedalam kota, maka aku harap nanti bisa ketemui

ia disalah satu rumah sutji atau pondokan diluar

kota. Ada faedahnja apabila aku berhasil menemuiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

483

soepehtjouw, karena ia mungkin ketahui sarang

pendjahat."

Mendengar begitu, Kouw Bak Giam-lo

menjatakan setudju.

"Kalau begitu, tolong Touwsoe tjapekan diri," ia

kata. "Silahkan Touwsoe berangkat bersama

Siangkoan Lauwko dan muridku. Umpama Touwsoe

menemui kaupunja soepehtjouw Itu, aku minta

supaja dengan sangat ia diundang berkundjung ke

istana ini, agar aku dapat ketika akan menghormati

ia. Ini pun ada untuk kepentingannja Kongya."

Kim Tjie Peng djandji akan perhatikan pesan itu.

"Benar, itu benar ada penting untuk Kongya,"

kata Liong Touwsoe, jang turut bitjara. "Samwie

pasti pergi tidak untuk sebentaran meski begitu,

aku minta, sukalah kauorang kembali paling lambat

pada lohor."

Tiga orang itu berikan djandji mereka. Karena ini,

Kim Tjie Peng undurkan diri lebih dulu, akan pergi

keberhala keluarga, guna pilih enam tauwbak jang

paling tjerdik, setelah itu ia kembali ke Siauw
hong-lay, akan samper Siangkoan Hiok dan Thio

Kiat, jang telah salin pakaian sebagai rakjat djelata.

Enam tauwbak pun turut menjamar. Kemudian

mereka bawa masing2 dua tauwbak. Mereka keluar

dengan diam2 dari pinlu belakang dari taman,

masing2 ada bekal yauwpay, tanda dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

484

Kokkonghoe, untuk mereka bisa keluar-masuk

dongan merdeka di istana itu.

Seperginja itu tiga orang, Liong Tjiangkoen dan

Kouw Bak Giamlo lantas kumpulkan semua

keetjiang dan tauwbak. untuk kasi perintah pada

mereka, guna mereka siapkan orang2 mereka,

supaja mereka pernahkan diri dengan baik

ditempat masinga, sedang kemudian, setelah

tengahhari, berdua mereka melakukan penilikan.

Mereka merasa puas dengan hasilnja penilikan itu.

Habis itu, dua pemimpin ini balik ke Siauw-hong
lay, untuk beristirahat, tapi segera datang kee
tjiang dari dalam istana, jang atas namanja

toakongtjoe undang mereka bersantap

dipedalaman,katanja kongya sendiri hendak temani

mereka. Tentu sadja mereka tak bisa tampik

undangan itu, mereka lantas turut kedalam,

dimana Toakongtjoe Thian Po sudah menantikan,

untuk sambut mereka dimuka tangga.

"Adalah ajah jang titabkan siauwtit undang

djiewie," kata putera pangeran itu dengan sikap

hormat dan omongan manisbudi. "Ajah tahu, ini

hari djiewie ada bekerdja keras sekali. Ajah hendak

bersantap ber-sama djiewie."

Dua2 Liong Tjay Thian dan Tjoh Kham Tjioe

mengutjapkan terima kasih seraja kata merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

485

sebenarnja tak berani terima kehormatan itu,

hingga mereka djadi saling merendah.

Selagi bitjara, dengan tidak disengadja, Kouw

Bak Giam-lo memandang keatas, menjusul mana,

ia perdengarkan suara terperandjat pelahan dan air

mukanja berubah dengan segera. Ia pun segera

mundur beberapa tindak, matanja masih

mengawasi keatas.

Bhok Thian Po dan Liong Touwsoe mendjadi

heran, hingga mereka awasi si Giam Lo Ong Buta

itu, tampang siapa dari putjat berubah djadi merah,

tanda dari kemurkaan, sedang sepasang matanja

lantas djadi bersinar tadjam, bidji matanja, putih

dan hitam, djadi tertampak sangat tedas. Kedua

mata itu ada mengawasi sebuah pian di thia itu,

pian mana, ketjuai; tjat air emas di empat

pendjuru, ada melukiskan "Djie Liong Tjhio Tjoe"

atau "Sepasang naga berebut mutiara." Di-tengah2

itu ada empat huruf besar tulisannja kaisar sendiri,

bunjinja "Wie Kok Peng Hoan" jang berarti:

Pelindung Negara.

Semua mata turut memandang ke pian itu, dan

semua turut keluarkan seruan tertahan sambil

semua undjuk roman heran dan kaget, malah Bhok

Thian Po berseru: "Aneh!"

Pian itu ada tudjuh atau dela1 pan kaki lebar dan

empat atau lima kaki tinggi, ditaruhnja diatas pintu,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

486

tingginja dua tumbak tudjuh atau delapan kaki,

tetapi, meski tempat ada demikian tinggi, toh

dihuruf "Tjoe", jang berwarna merah, ada nantjap

sebai tang pisau belati jang tadjam mengkilap,

sedang dibawah udjung pisau, ada tertusuk

selembar kertas.

Tempat itu ada ruangan istana bahagian dalam,

disitu biasa banjak pegawai istana atau keetjiang

jang mundar-mandir, toh tak ada orang jang lihat

pisau itu tertantjap, sampai muntjulnja Kouw Bak

Giam-lo. Hebatnja, ruangan ini sudah dekat dengan

kamar rahasia dari Bhok Kongya, terpisahuja tjuma

lagi dua ruang lain!

"Diam, djangan berisik!" kata Kouw Bak Giam-lo

kemudian, seraja ia ulap2kan tangannja, sedang air

mukanja djadi guram, tanda ia mendongkol

berbareng malu. "Aku harap tentang ini disimpan

rahasia, djangan sampai botjor keluar. Sekarang

tunggu, aku hendak memeriksa terlebih d jauh."

Ia bertindak kebawah pian, la gulung tangan

badjunja, apabila ia telah berdongko sedikit, ia

endjot tubuhnja, untuk mentjelat keatas, hingga

orang melongoh saking kagum menampak

tubuhnja naik ketempat tinggi hampir tiga tumbak

itu. Dengan tangan

kanan, ia Ijekal balok, untuk pertahankan diri,

kaki kirinja menekan pian dibetulan kepala naga,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

487

dengan tangan kiri, ia tarik kertas dibawah pisau

belati itu, setelah membatja, surat itu ia masuki

kedalam sakunja, kemudian ia tjabut itu pisau,

akan djepit diantara dua baris giginja. Sekarang ia

menjekal balok dengan kedua tangannja, guna

periksa belakangnja pian itu, jang ia awasi dengan

teliti. Habis ini, ia geraki kedua kakinja naik keatas,

tubuhnja ikut, hingga kedua kaki itu mengindjak

pajon. Tjepat luar biasa, dengan kaki njantel pada

pajon, ia lepaskan tjekalan tangannja, tubuhnja
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergerak naik keatas genteng dimana tubuh itu

segera lenjap seketika itu djuga Hanja, selang

beberapa menit, Kouw Bak Giam-lo tertampak

mendatangi dari sebelah luar, mendatangi dari

sepandjang djalanan jang memakai langkan

bandjie.

Semua orang menantikan sambil mengawasi,

Liong Touwsoe dan Toakongtjoe segera menanja

begitu lekas si thabib buta tetlron kembali kepada

mereka.

Tampangnja Kouw Bak Giam-lo ada gelap,

giginja dikertaki.

"Kawanan pendjahat tak pandang siapa djuga!"

ia menjahili dengan sengit. "Dengar perbuat, annja

ini, terang2 ia tantang aku Maka aku ingin lihat,

bagaimanr adanja kepandaian mereka! D jikalau

mereka mampu ganggu Bhok Kongya, rambutnja

sadja, maka per-tjuma2 sadja aku si orang she TjohPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

488

telah liidup sampai begini tua!" Ia lantas tondjolkan

pisau belati dan suratnja, jang ia tjekal

ditangannja, ketika ia melandjuti bitjara, sekarang

suaranja pelahan sekali:"Ini adalah tipu-daja dari

kawanan pendjahat, untuk menggertak, maka ini

tak harus dibuat kagum. Sekarang mari kitaorang

kedalam, untuk bitjara terlebih djelas."

Meskipun ia kata begitu, Tjoh Kham Tjioe toh

menoleh pada sekalian kee-tjiang, jang berada di

itu ruangan, untuk memesan, katanja: "Melainkan

tjoe-wie jang ketahui ini, jang lain2, tidak. Tjoe wie

ada orang2 kepertjajaan di istana ini, dari itu aku

mohonkan mulut rapat dari kauorang, sebab

djikalau ini sampai tersiar dan diluar ada tambahan

tjerita jang bukan2, urusan bisa d adi katjau..."

Kouw Bak Giam-lo belum tutup mulutnja,

Toakongtjoe sudah menjambungi.

"Apakah kauorang mengerti pesan dari

Loosoehoe ini?" demikian suaranja jang njaring dan

berpengaruh. "Kedjadian ini kita tak pikir untuk

beritahukan sekalipun kepada Kongya, maka

kauorang ingat, ketjuali diantara kauorang sendiri,

jang lainnja tidak mestinja mendapat tahu! Apabila

kedjadian sampai teruwar, ingat, ini ada

tanggungdjawab kauorang Mulai saat ini, kauorang

tak boleh pergi keluar, kauorang mesti selamanja

kumpul disini, untuk tunggu titah2!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

489

Semua kee-tjiang itu terkedjut tapi mereka

lekas2 memberi djandji.

Setelah berikan antjamannja, Toakongtjoe adjak

Liong Touwsoe dan Kouw Bak Giam-lo masuk

kedalam, mereka masuk kekiri dimana ada sebuah

ruangan jang sunji dan indah, di-tengah2 mana

ada satu medja marmer jang besar. Diatas Uu

telah siap barang2 hidangan. Beberapa kee-tjiang

menantikan disitu, tapi dengan satu tanda,

Toakongtjoe perintah mereka pergi.

"Tunggu diluar pintu, tak boleh ada siapa djuga

datang kemari!" ia pesan. "Satu diantara kauorang

lekas beritahukan Bhok Tjiong dan Bhok Yok, guna

sampaikan kepada Kongya, agar Kongya tak usah

keluar kemari. Bilang bahwa ini ada pesan dari

Liong Tjiangkoen dan Tjoh Loosoehoe, bahwa

kapan ada urusan, Tjiangkoen dan Loosoehoe jang

akan madap sendiri kepada Kongya! Aku larang kau

bitjara dengan di-lebih2kan! Nah, pergi lekas!"

Semua kee-tjiang itu terima perintah, mereka

memberi hormat dan undurkan diri dengan hati
hati, sedang satu diantaranja, terus masuk

kepedalaman.

Toakongtjoe sudah lantas kuntji pintu, ia undang

kedua tetamunja berduduk, ia silahkan mereka

mulai bersantap. Ia sendiri jang isikan tjawan arakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

490

mereka. Kemudian ia turut duduk, untuk

menemani.

"Loosoehoe, ini benar2 ada kedjadian aneh,"

kata Toakongtjoe kemudian, sambil ia kerutkan

alis. "Sedjak tadi pagi, sudah beberapa kali aku

mundar-mandir diruangan tadi, tidak pernah aku

lihat pisau belati itu dan suratnja. Bukankah tadi

Loosoehoe dan Liong Sie-siok pun telah melakukan

penilikan, dari dibawah sampai diatas genteng?

Bukankah tadi, Loosoehoe pun pernah datang

memeriksa disini, malah berdiam sampai sekian

lama? Kenapa baharu sekarang pisau dan surat ini

kedapatan? Dan barusan, apakah jang Loosoehoe

dapatkan diatas genteng?" "Toakongtjoe benar,"

Liong Touwsoe turut bitjara, alisnja pun turut

mengkerat. "Aku sendiri pun bingung! Pendjahat

seperti djuga mengerti ilmu gaib"

Kouw Bak Giam-Io gojang2 kej pala, ia mengelah

napas.

"Hal ini tak aneh, aku hanja sesalkan diriku jang

alpa," menjahut ini thabib tetiron. "Tapi pendjahat

ada terlalu menghina padaku, si tua bangka, maka

aku nanti kurbankan djiwaku, untuk lajani mereka

melakukan pertarungan jang memutuskan

Sekarang kita d angan omong dulu, silahkan

Tjiangkoen dan Kongtjoe periksa surat itu."PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

491

Ia letaki pisau belati diatas , medja, ia keluarkan

surat, jang ia telah masuki pula dalam sakunja, ia

serahkan pada itu putera bangsawan, siapa lalu

beber itu, untuk dibatja ber-sama2 Liong Touwsoe.

Dengan ringkas, pendjahat menulis sebagai

berikut:

"Sebentar malam djam tiga, kita sumpah, kita

akan ambil kepalanja keluarga Bhok, : ajah dan

anak2nja bertiga. Dan disebelah itu, djuga

sebatang tanduknja naga dan sepasang bidji mata

pitjak !

Inilah peringatan dari Say Ong".

Toakongtjoe Bhok Thian Po kaget, ia bergidik,

mukanja putjat, tapi Liong Touwsoe kepal keras

tangannja, kedua matanja

mendelik, ketika ia geraki kepalannja, medja

berbunji keras, tjawan dan mangkok pada

menggetar, arak dan kuah ngeplok.

"Djlkalau aku tidak binasakan itu $inga edan, aku

sumpah tak mau djadi manusia!" ia berseru.

Dengan "tanduk naga" diartikan ia ? ia pun she

Liong = naga, sedang "mata pitjak" ada "kouw bak"

jalah Tjoh Kham Tjioe.

"Djangan gusar, Tjiangkoen," Kouw Bak Giam-lo

menghibur, tangannja di-gojang2. "Kongtjoe pun

baik djangan kaget dan berkuatir. Mari kitaorangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

492

bitjara dengan sabar. Surat antjaman ini, Kongya

tidak boleh dapat lihat, tetapi, disimpan pun tak ada

perlunja, maka silahkan kongtjoe pegang, untuk

nanti diam-diam dibakar habis. Hanja, apa jang

bikin aku mendongkol adalah, selagi kita disini

rundingkan rentjana kita, pendjahat

mendjemuhkan itu berani sembunji disini,

mendengari semua pembitjaraan kita, setelah itu

baharulah dia kabur, dengan tinggalkan itu surat

dengan pisau belatinja. Tapi ini pun menjatakan

liehaynja pendjahat itu, jang telah melarikan diri

dengan djalan diatas genteng. Aku tidak sangka,

sekalipun siang, pendjahat berani sembunji disini.

Pendjahat belum tahu daja persiapan kita, ia sangsi

untuk bertindak, dilain pihak, mereka tentu

menduga kita letih dan pendjagaan siang tidak

diperkeras, maka dengan berani, ia kirim satu

orangnja. Ini hal bukan berarti, kepandaian

pendjahat ada sangat liehay, sebagian adalah

karena lcealpaan kita. Ada keliru dari kita jang

walaupun diwaktu siang, kita tidak meronda

dengan keras."

Liong Touwsoe berdiam, ia mesti. benarkan

keterangannja djago tua itu. Ia merasa jang

kawanan dari Ah-bie-tjioe benar2 ada liehay dan

sukar untuk dilawan.

Toakongtjoe tetap ada berkuatir. Kalau siang

pendjahat bisa sembunjikan diri dengan merdeka,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

493

apapula diwaktu malam jang gelap-petang? Maka

itu, lenjap iapunja napsu dahar dan minum.

"Tapi, Loosoehoe, dimana pendjahat umpatkan

diri?" tanja ia kemudian. "Ia ada begjtu bernjali

besar, siapa tahu kalau sekarang dia masih

sembunji disini; entah dimana? Ia bisa berdiam

terus disini, guna tunggui kawannja nanti"

"Dugaan kongtjoe ada benar, aku pun pernah

memikir demikian, tetapi kongtjoe tak usah kuatir,"

menjahut Kouw Bak Giam-lo. "Tjoba aku tidak

pertjaja pendjahat sudah menjingkir, tidak nanti

aku berani temani kongtjoe bersantap disini.

Barusan aku telah periksa semua tempat, disini tak

ada pendjahat lagi. Pendjahat umpatkan diri

dibelakang pian itu, jang tjukup luas untuk

meringkuk, buktinja, debu disitu telah tergusak.

Malah aku pertjaja, dia pakai itu sebagai tempat

sembunji bukan baharu ini satu kali. Rupanja,

sedjak terdengar kabar Kongya pulang dari medan

perang, pendjahat lantas gunai ini belakang pian

sebagai tempat sembunji, untuk tjuri dengar dan

lihat segala gerak-gerik kita. Malah aku pertjaja,

pendjahat itu ada Hek Bouw Tan sendiri. Ia ini

memang liehay kepandaiannja dan sangat tjerdik,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanja, biarnja litjin, ini sekali, ia lakukan satu

kekeliruan. Tjoba dia berlalu dengan diam2, mana

kita ketahui ia telah sembunji disini? Kenapa dia

tinggalkan surat dan pisau? Inilah keberanianPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

494

mereka, tapi ini djuga ada kelemahan dari mereka

itu! Mereka hendak gertak kita dengan antjamannja

itu, siapa tahu, oleh karenanja, kita djadi bisa

bersiap. Kalau nanti Hek Bouw Tan pulang dengan

lapurannja, aku pertjaja Say-ong Pouw Louw bakal

kerutkan alis. Kepala pendjahat ini mestinja

bersangsi, hingga habis sebentar malam, dia akan

batal datang kemari, ia akan tunda aksinja.

Djikalau dugaanku ini benar, kita djadi menang

tempo. Aku harap kedua tjianpwee keburu

bergerak di Liok Siauw San, hingga kedjadi an Pouw

Louw bakal mundur sendirinja dan pulang

kesarangnja itu."

Liong Touwsoe dan Bhok Thian Po akur sama

pendapatnja orang tua jang gagah dan pintar itu,

oleh karenanja, hati mereka djadi sedikit legah.

Tentu sadja, mereka tidak insaf bahwa Kouw Bak

Giam-lo bitjara, separuh . untuk hiburkan diri sadja.

Tidak gampang2 buat musuh mundur sendirinja,

sebab tekad mereka sudah bulat dan mereka telah

merentjanakan lama untuk lakukan penjerangan

hebat itu.

Demikian bertiga mereka bersantap, setelah itu,

masih mereka gunai tempo, akan berunding.

Biarpun rahasia mereka sudah diketahui musuh,

mereka tidak pikir untuk merubah siasat, sedang

djuga, lain daja jang lebih sempurna, tidak ada.

Mereka hendak andali barisan panah, mustahilPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

495

musuh bisa lolos dari hudjan anak panah. Sekarang

hanja ditetapkan, orang meronda dengan terlebih

siang satu djam dan penilikan diperkeras, semua

serdadu atau tukang panah dipesan akan waspada

benar2.

Habis berunding, bertiga mereka masuk kekamar

rahasia, untuk menemui Bhok Kongya, guna

melapurkan halnja persiapan. Orang bangsawan itu

tetap tak dikasi tahu tentang kedapatannja surat

antjaman. Sesudah bitjara sebentar, Liong

Touwsoe dan Kouw Bak Giam-lo minta perkenan,

untuk undurkan diri, akan pulang ke Siauw-hong
lay, buat beristirahat.

Seperti umumnja, hari dimusim dingin ada

terlebih pendek, maka itu, dengan tak terasa, sang

lohor telah datang, matahari sudah dojong ke

Barat, hingga sebentar kemudian, sang magerib

akan sudah mulai datang. Maka Bhok Kongya telah

keluarkan perintahnja, buat barisan pembela istana

mulai bersiap' dan bekerdja, terutama bahagian

ronda.

Liong Touwsoe dan Kouw Bak Giam-lo perhatikan

sang tempo, melihat sampai begitu waktu ketiga

kawannja belum kembali, hati mereka mulai tidak

tenteram. Sukur, sebelum menunggu lebih lama

lagi, kelihatan Siangkoan Hiok pulang bersama dua

tauwbak, hanja mereka ini kembali dengan tangan

kosong, buat satu hari lamanja, mereka putar kajunPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

496

dikota Koen-beng bahagian timur dan selatan,

dengan sia-sia.

Siangkoan Hiok sampai belum lama atau Kim Tjie

Peng muntjul bersama dua tauwbaknja, pakaian

mereka tidak keruan, kotor dengan tanah dan

debu, dan sepatu mereka berlepotan djuga. Tidak

tunggu sampai salin pakaian atau bersihkan diri, si

Garuda Sajap Emas lantas sadja mengelah napas.

"Malang bagiku, ini hari aku kena diperhina

pendjahat..."

berkata ia, dengan masgul.

Liong Tomvsoe heran.

"Kenapa begitu?" ia tanja. "Apakah sudah

terdjadi?"

Ketika itu Siangkoan Hiok muntjul habis salin

diapunja pakaian butut, melihat orang tua ini, Kim

Tjie Peng menjambut sambil memberi hormat.

"Banjak tjape, Lootatkhoa," kata ia. "Kau tentu

telah bertemu sama pendjahat!"

Ditanja begitu, djago tua ini melengak.

"Malu untuk bilang, aku kelajapan seantero hari,

aku tak bertemu apa djuga" ia menja
hut. "Dan kau, Kim Touwsoe, kau tentunja

berhasil"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

497

Kim Tjie Peng melengak, lantas ia tertawa

meringis.

"Ketika Lootatkhoa pergi, bukankah kau ada

pakai petji!" ia tanja seraja mengawasi. "Tjoba

Lootatkhoa periksa itu, barangkali kau akan dapat

suatu apa didalam situ"

Siangkoan Hiok melengak bahna heran.

Liong Touwsoe dan Kouw Bak Giam-lo pun

merasa aneh, hanja jang belakangan lantas

menduga djelek.

"Lauwko, Kim Touwsoe tentu ada punja maksud,

maka tjoba kau ambil petjimu itu, untuk diperiksa,"

kata ini sahabat kekal.

Dengan merasa heran, Siangkoan Hiok masuk

kekamarnja, tapi ia kembali dengan tjepat,

mukanja merah, dadanja berombak, kumis
djenggotnja ber-geraks. Itu ada tanda dari

kemendongkolan atau kegusaran hebat.

Ditangannja, ia ada pegang sepotong kertas.

"Tjelaka benar, aku telah rubuh!" ia berseru.

"Aku pergi untuk siasia satu hari lamanja, siapa

tahu, aku d adi pembawa surat dari si pendjahat!"

Ia lemparkan kertas itu keatas medja.

"Lihat!" ia kata pula.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

498

Njata, surat itu ada surat jang sama bunjinja

dengan antjaman jang kedapatan diatas pian dari

ruangan dalam istana. Malah tulisannja pun ada

dari satu tangan.

Kouw Bak Giam-lo djumput surat antjaman itu,

untuk gulung didalam genggamannja, matanja

memandang kesekitarnja. Sukur semua tauwbak

sudah undurkan diri dan katjung kebetulan keluar.

"Tjara bagaimana kau ketahui didalam petji ada

suratnja?" ia tanja Kim Touwsoe, seraja ia berpaling

pada Kim Tjie Peng.

"Sebab bukan tjuma Lootatkhoa, aku sendiri pun

punjakan itu!" sahut touwsoe itu sambil banting

kaki. Ia segera merogo kedalam sakunja, tapi

hampir berbareng dengan itu, ia keluarkan seruan

tertahan, air raukanja berubah. Ketika ia tarik

pulang tangannja, ia ada pegang seputjuk surat

jang terlepit rapi, kertasnja berwarna beda

daripada suratnja Siangkoan Hiok.

"Aneh!" ia berseru pula, mukanja tambah putjat.

Maka ia tak berajal, akan buka surat itu, hingga ia

tampak, atas lembaran jang putih, ada beberapa

baris huruP Tjoh-djie. "Aneh, aneh!" ia berseru

pula, sambil berdjingkrak. "Benar2 aneh, langka!"

Semua orang mau atau tidak, djadi sangat ketarik,


Wiro Sableng 070 Ki Ageng Tunggul Satria Gendeng 12 Pewaris Keris Kiai Kunanti Di Gerbang Pakuan Karya Aa

Cari Blog Ini