Ceritasilat Novel Online

Ancaman Bencana Di Perbatasan 7

Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T Bagian 7

maka semua leher diulur, untuk lihat bunjinja surat

itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

499

Beginilah:

"Pendjahat Pouw berdjumawa dengan tak kenal

malu, tapi kalau suratnja ini dibawa pulang, tak ada

faedahnja, dari itu, aku telah singkirkan.

Kenapa begitu filpa sampai rahasia di istana

ketahuan musuh?

Menawan pendjahat mesti lebih dahulu menawan

kepalanja, ini harus dimengerti. Ber-djagapun ada

paling utama. Berdjaga2 ada mementingkan

kesempurnaan, bukan dari djumlah jang banjak.

Panah boleh dipakai tapi tak bisa terlalu diandalkan,

maka itu, selagi pendjahat ada sangat litjin dan

pandai bersiasat, hati-lah, djangan sampai kena

dipedajakan. Harap kauorang berhati-hati, dari

Kat".

Liong Touwsoe melongoh, ia tidak terpeladjar, ia

kenal hanja beberapa huruf, sedang surat itu pun

ada Tjoh-djie.

Kouw Bak Giam-lo membatja dengan air muka

berubah merah, ia diam sadjaBunjinja surat itu

bikin ia bungkam berbareng mendongkol, tak

perduli itu ada suratnja Kat Kian Soen. Ia tidak puas

jang mereka telah ditegur untuk kealpaan mereka.

Ia tak puas, jang tay-hiap itu bawa slkapnja ,.si

naga jang kelihatan kepalanja tetapi tidak ekornja

djuga". Ia merasa bahwa ia telah diperingati

berbareng disindir...PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

500

"Ah, akupunja lauwtee!" kata Liong Touwsoe

kemudian, karena ia tak dapat bersabar lagi.

"Lauwtee, bagaimana duduknja hal jang

sebenarnja? Hajo kau tjerita, djangan kau bikin aku

seperti kalap!"

Kim Tjie Peng, jang diadjak bitjara oleh touwsoe

itu, berubah air mukanja mendjadi merah.

"Duduknja hal ada begini", kata ia, Jang tidak

ingin bikin Liong Touwsoe djadi hilang sabar. "Aku

keluar dari istana dengan menjamar sebagai

tukang tenung sebagaimana duluDua tauwbak aku

minta kuntit aku dari djauh2. Tudjuan kita ada luar

kota selatan. Aku kandung dua maksud, umum dan

pribadi. Siangkoan Lootatkhoa bilang ia berpisah

dari soepehtjouw didjembatan diluar kota selatan,

maka sekalian bikin penjelidikan, aku harap bisa

bertemu sama akupunja soekong itu. Aku pertjaja

ia ambil tempat dikuil2 diluar kota, dari itu, saban

ketemu kuil, aku mampir. Aku sudah djalan...

setengah harian, aku telah lalui sepuluh lie, aku

masih belum berhasil dengan maksudku.

Selagi mendekati tengah-hari, aku ubah tudjuan,

tidak lagi aku ikuti djalan besar, aku pergi ke
tempat2 berdekatan disekitar situ, aku pergikan

sesuatu tempat jang ramai. Achirnja aku sampai

didusun Hongthian, dekat sungai. Penduduk situ

ada dua-tiga ratus rumah, djalan besarnja ada

pandjang, dikiri dan kanannja berdiri warungs atauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

501

toko. Sesudah lewat tengahhari, aku merasa lapar,

maka aku tjari sebuah rumah makan. Disini kita

bertiga berkumpul. Ruangan rumah makan itu ada

luas djuga, disampingnja ada kali dimana ada

dibikin sematjam ranggon, hingga dari djcndelanja,

kita bisa memandang keluar. Hawa udaha ada

hangat. Kita pilih tempat dekat djendela.

Lebarnja kali tjuma dua-tiga tumbak, diseberang

sana ada gili2 jang menjambung pada djalan besar.

Dikali ada beberapa perahu tukang tangkap ikan,

ada jang mendekati djendela, akan tawarkan ikan

hidup dan udang segar pada tetamu2. Kita beli ikan

dan suru djongos matangi itu. Kita gembira sampai

lenjap rasa letih kita.

Ketika itu didjalan besar disei berang kita

dengar tindakan keledai, jang lagi mendatangi. Aku

lihat, penunggangnja ada satu nona dengan tubuh

langsing. Iapunja keledai itu ada bagus. Ia ada

pakai badju merah dengan mantel putih bersulam

mawar. Kepalanja ditutup dengan kopia jang

dinamakan Koan-im-touw, mukanja dialingi dengan

tjala hitam. Keledainja, jang berbulu hitam dan

kepala pitak, putih empat kakinja, lari keras.

Dibelakang ia ada ber-lari2 mengikuti seorang

lelaki, jang kurus dan gesit, bebokongnja ada punja

gendolan buntalan pandjang. Sebentar sadja,

mereka itu lenjapditempat dengan pepohonan lebat

bagaikan hutan. Aku tjurigai mereka, sebab selagiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

502

keledai berlaris, si nona menundjuk kearah ranggon

air dan utjapkan apa? pada pengikutnja. Lain2

tetamu itu ada jang nampaknja heran.

Diantara beberapa perahu ikan, ada sebuah jang

dlbelakangnja ada berduduk satu nona umur lima

atau enam-belas tahun, ia bermuka hitam tetapi

potongannja baik, sembari tangan memegangi

penggajunja, ia mengawasi dengan mendelong

pada itu nona penunggang keledai, ia masih tak

mau menoleh kendati orang sudah lenjap

dibelakang pohon.

Seorang tua dengan rambut dan kumis ubanan

ada empeh jang punja perahu itu, ia lagi angkat dua

ekor ikan, untuk ditawarkan pada satu tetamu,

ketika ia kebetulan menoleh, ia lihat nona itu lagi

mendelong sadja.

"Eh, Siauw Hong, kau bikin apa?" ia menegur.

"Apa kau sedang mimpi? Kita, orang2 miskin tetapi

benar, tak perlu mengagumi orang perempuan dari

kalangan sesat sebangsa dia !"

Si nona menoleh, hingga rambut pandjang

didjidatnja turut bergerak. Ia awasi sl orang tua,

mulutnja ber-gerak-?.

"Ya-ya, nona itu ada orang baik2," ia menjahut,

"kenapa ya-ya bilang ia ada dari kalangan sesat?

Bukankah kita pernah dapati kebaikan?"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

503

Orang tua itu pandang si nona dengan tadjam.

"Ja, orang baik, orang baik!" ia membentak.

"Awas, kalau kau ngotje pula, aku nanti beset

mulutmu !"

Sampai disitu, si nona bungkam, begitupun si

orang tua. Pembitjaraan mereka bikin aku heran,

maka aku melongok keluar djendela, sambil

menggapekan, aku panggil orang tua itu. Ketika

perahu mereka digeser, aku lihat mereka masih

punjakan beberapa belas ekor tambra hitam.

"Kauorang masih punjakan belasan tambra, mari

djualkan aku beberapa ekor!" aku kata pada

mereka.

Sebelum si orang tua menjahuti aku, si nona

telah mendahului. Ia pun mendjawab sambil

gojang2 kedua tangannja. "Menjesal tidak bisa,

tuan," katanja. "Semua ikan ini sudah ada jang

pesan."

"Benar, tuan, maafkan kita," kata si orang tua

sambil tertawa, "ikan kita sudah ada jang pesan

dengan dibajar dulu uangnja."

"Ah, sajang," aku kata, "sajang mulutku tidak

punja redjeki akan dahar enak! Kenapa sih,

djusteru aku hendak beli ikan, ikannja sudah ada

jang pesan? Aku sangsi ada orang pesan ikanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

504

demikian banjak! Bagaimana dalam satu hari orang

bisa dahar habis semua ikan itu?"

Melihat aku tidak senang, orang tua itu tarik

perahunia sampai kebawah djendela sekali, akan

dekati aku.

"Kita, orang2 miskin, tidak berani dapat salah

dari langganan kita, jang mendjadi djuga malaikat

uang kita," berkata ia. "Tuan lihat sadja lain2

pembeli, tidak ada jang beli ikan tambra besar.

Sudah beberapa hari ini, ada orang pesan ikan2

tambra besar pada kita, harganja pun dibajar dua

lipat. Pesanan itu mengenal semua ikan tambra

jang besar. Aku memang heran melihat mereka itu.

Aku ada penduduk sini, dusun Hong-thian, selama

beberapa puluh tahun, belum pernah aku

mendusta, sedang pemesan ikan itu bukannja

penduduk sini, hingga aku semakin tak berani bikin

salah. Dalam hal ini, aku minta tuan maafkan aku"

Mendengar demikian, aku semakin tak mau

lepaskan orang tua itu. Lain2 tetamu djuga telah

pada turut melongok, malah diantaranja, ada jang

menanja, katanja: "Ikan tambra sini memang ada

lebih gurih daripada ikan lain2 tempat, hanja aku

tidak mengerti, selagi nelajan disini bukan kau

seorang diri, kenapa orang pesan melulu pada kau

seorang? Djuga ada heran, kenapa orang orang

asing itu berani bajar lebih mahal kepadamu? Dan,

kenapa kau merasa heran? Siapa sih pemesan itu,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

505

jang membeli setiap hari padamu? Dimana

pemesan itu tinggal?"

Pertanjaan ini ada pertanjaan jang aku pun ada

pikir untuk tanjakan, djadi pertanjaan itu ada

kebetulan bagi aku. Si orang tua bingung karena

ditanja demikian, ia seperti terdesak. Umumnja

orang seperti tak pertjaja keterangannja itu

kepadaku. Sedang satu nelajan lain, jang

perahunja pun ada dibawah djendela, tertjengang

karenanja. Ia ada satu nelajan muda. Ia lantas

menanja, "Empeh Gouw, kau sudah begini tua,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenapa sih kau bitjara tidak keruan

djuntrungannja? Kita bertemu setiap hari, segala

haliehwalmu aku dapat tahu, hanja ini satu urusan

membikin aku tidak mengerti! Dan apa artinja

perkataan Siauw Hong barusan?"

Orang tua itu, jang benar ada orang she Gouw ?

sedang Siauw Hong ada tjutjunja ? djadi uring2an,

hingga dua ekor ikannja, jang ia lagi pegang, ia

lempar kedalam perahunja, lalu tangannja sebelah,

dipakai menuding tjutjunja itu.

"Dasar kau, budak, kau terbitkan gara2" ia

membentak. "Aku bukan satu tukang mendusta. Ini

dia jang dibilang, urusan baik tidak keluar pintu,

urusan buruk tersiar seribu lie Baiklah, tuan2, aku

nanti bitjara..."

Habis itu, empeh Gouw benar2 lantas bertjerita.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

506

"Tuan2 tahu, aku dan tjutjuku ini tinggal berdua

sadja dikaki lembah Pek . Bong Giam, gubukku

terdiri hanja dari dua ruangan dan perahu kita

tjuma satu buah. Dengan andali perahu itu, kita

hidup dari hasilnja ini telaga Hong Thian Ouw.

Sedjak beberapa hari jang lalu, ke bukit Pek Bong

San ada datang beberapa orang tidak dikenal, jang

gerakgeriknja ada luar biasa. Mereka semua pandai

djalan ditanah pegunungan, seperti terbang sadja.

Tadi itu.rtona dengan badju merah dan keledai

hitam ada satu diantara mereka itu.

Tuan2 ketahui sendiri, Pek Bong San ada terlebih

banjak batunja daripada tanahnja, disitu tak ada

tertanam polowidjo, hingga penduduk kita namai

gunung itu sebagai tetinggalan kuno. Disitu,

djangan kata rumah, orang jang suka berlalu-lintas

pun tidak ada, sampaipun pemburu, sungkan pergi

kesana. Ada orang bilang di Pek Bong San ada

djedjadiannja, sampai ada jang nasehatkan aku

akan djangan tinggal dikaki bukit. Maka, tuan2,

apakah tidak aneh sekarang ada itu beberapa

orang, dengan pakaiannja jang rapi, jang tinggal

diatas gunung itu?

Pada beberapa hari jang lalu, dengan bawa

penggaju dan djala, kita pulang ber-sama2. ikan

kita, kita tambat diperahu, untuk besok didjual

dipasar. Kita masuk kerumah belum lama, lantas

kita dengar suara kaki kuda. Siauw Hong lantasPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

507

sadja keluar, akan dapati didepan pintu ada sinona

badju merah dengan keledai hitamnja itu,

keledainja dituntun. Nona itu berpakaian ringkas

dan rapi, mukanja ditutup dengan tjala. Ia ada

orang asing bagi kita. Ia tanja Siauw Hong tentang

pekerdjaan kita, setelah bitjara sekian lama,

diwaktu mau peigi, ia kasikan Siauw Hong dua

potong perak beratnja kira2 lima tail. Ia njatakan,

itu ada uang persekot buat beli ikan tambra jang

besar. Ia pesan, asal kita dapat tambra besar, kita

mesti djualkan padanja, tak perduli berapa

djumlahnja ikan. Ia kata, uang itu Siauw Hong

boleh pakai untuk beli pakian baru.

Aku heran atas sikapnja nona itu, aku keluar,

akan tanja iapunja she dan namaAku haturkan

terima kasih buat persekot, atau lebih benar

persenan. Kemudian aku tanja, kemana kita antari

ikan. Ia njatakan, ikan itu kita tak usah antarkan,

nanti ia kirim orang untuk ambil. Ia hanja pesan

tentang ini kita djangan omong pada lain orang

Habis itu, ia kembali keatas gunung.

Benar seperti katanja itu nona, pada tengah

malamnja, ada orang datang ketok pintu kita,

saban datang kita ditinggali uang dua atau tiga tali

perak. Orang jang datang ambil ikan bukannja si

nona, hanja lain orang, jang sabana tukar orang,

berganti2 sadja. Pakaian mereka ada luar biasa,

roman mereka umumnja bengis. Setiap ambil ikan,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

508

mereka tak banjak omong, mereka tjuma ulangi

pesanan untuk kita djangan banjak tjerita. Mereka

bisa djalan dengan tjepat sekali.

Kedjadian itu ada aneh, walaupun aku dapati

kelebihan uang, hatiku tidak tenteram. Kita sangsi,

mereka ada manusia atau djedjadian. Tuan2 lihat

sendiri si nona badju merah barusan, bukan?

Kenapa mereka itu bertempat di Pek Bong San?"

Tiba2 empeh Gouw berhenti bitjara, matanja

bengong mengawasi kedalam ranggon, air mukanja

berubah djadi putjat, kemudian ia tunduk, akan

ambil penggajunja, akan pakai itu untuk gaju

perahunja pergi. Dengan dua atau tiga kali

menggaju, ia telaii menjingkir djauh dari ranggon

itu. Semua orang heran, ketika mereka Ini

menoleh, mereka lihat dua tetamu, jang baharu

sampai, sedang mengawasi keluar djendela,

mengawasi kearah si orang tua dengan perlihatkan

muka menjengir, sorot mukanja bengis. Orang

semua berdiam tetapi dengan sendirinja, diam2,

mereka perhatikan dua tetamu ini.

XXIII

Dua tetamu itu dandan biasa seperti orang

kebanjakan. Dengan sebenarnja, roman merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

509

bengis dan tak mengasih. Kulit muka mereka kasar,

mata mereka merah.

Jang satunja, jang duduk diarah belakangku, ada

bertubuh ketjil dan kurus-kering, matanja pun

mata tikus. Bisa djadi, diseluruh tubuhnja, tak ada

daging beratnja empat tail. Ia pakai badju

pandjang, jang tak surup dengan tubuhnja. Ia

punja tjara duduk pun tidak mau diam, baharu ia

duduk, ia sudah naiki kakinja jang kanan, hingga

kelihatan betisnja jang dilibat dan sepatunja

berudjung lantjip. Ia punja kepala ketjil, tidak mau

diam sepasang matanja mengawasi kepada semua

tetamu.

Melihat kedua orang itu, kedua pengiringku telah

kisiki aku, katanja itu dua orang bukan orang Han.

Mereka menduga pada orang djahat jang kita lagi

hendak selidiki. Aku tjegah mereka ini bitjara

dengan awasi mereka dan kedipi. Diiain pihak, aku

segera ingat, si kurus ini adalah orang tadi jang

berlari2 dibeiakang keledai si nona, jang larinja tak

mau kalah tjepat dengan binatang itu. Maka

sekarang aku mengerti sebabnja si empeh nelajan

telah pergi tjepat2. Benar2 aku tidak sangka disini

aku bisa ketemu pendjahata orang Biauw rtu, jang

mestinja bersarang di Pek Bong Giam.

Selagi aku berpikir, aku dengar si kurus-kering

mengelah napas dan berkata:"Sungguh

mendjemukan, kemarin malam entah siapa sudahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

510

botjorkan rahasia, sekarang ada lagi ini satu...

Latjur, kemarin malam Loo Djie rubuh, hanja sukur,

ia rubuh di tangan liehay, tjoba ia rubuh ditangan

hantu tjtlik, kita semua boleh mampus karena

mendongkol! Pantas orang berani bertingkah

didepan kita !"

Utjapan itu disusul sama suara arak gelugukan

turun di tenggorokan masuk dalam perut.

"Ah, tjelaka betul!" katapula si kurus ini. "Aku

sudah djandji akan tidak minum arak, kenapa aku

djusteru minum pula? Tadi aku lihat mata kirinja

Djie-ko, aku berduka, maka dengan tenggak air

kata2, apa aku pun menjebabkan kegagalan? Ja,

shako, kau djuga djangan minum lebih djauh!

Sebentar malam bakal ada sandiwara besar, disana

kita boleh turut main2, akan perlihatkan

kepandaian kita"

Mendengar demikian, kawannja si kurus-kering

tertawa.

"Kau ini adalah jang dibilang, njali ketjil!" kata ia.

"Apakah artinja tjawan seperti ini? Ada apa

halangannja akan minum lebih banjak beberapa

tjawan? Lihat itu satu kawan kita, karena

keberaniannja, ia dipijdji oleh ketua kita, ia dikasi

presen arak Tintjioe jang kesohor, ia minum arak

seperti minum air sadja, seperti dituangi! OrangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

511

minum begitu merdeka, kita minum disini setjara

diam2, ada apa haiangannja?"

Si kurus tertawa berkakakan. Ia angkat

tjawannja dan irup isfnja. Ia pun minum setjara

puas2an, hingga berdua, mereka djadi setimpal

sekail Orang lain tentu tidak mengerti

utjapanmereka, tetapi kita bisa menduga. Tak

salah lagi, mereka ada orang2 djahat jang kita

sedang tjari.

Tidak lama, mendadakan si kurus punja tjangkir

djatuh kebatu dan hantjur, suaranja njaring. Ia

berbangkit dengan mendadakan bareng sama

kawannja, air muka mereka berubah mendjadi

putjat. Dengan mendelong, mereka memandang

keluar. Agaknja mereka ada lebih kaget dan takut

daripada si empeh Gouw, ketika tadi dia ini melihat

mereka.

Dengan segera aku menoleh, memandang

keluar. Dimuka pintu ranggon, dengan tindakan

lebar, aku lihat seorang tua dengan tubuh besar

dan pakaiannja rapi, mukanja berewokan,

hidungnja bengkung, ia ada beroman bengis atau

berpengaruh, sebagaimana selagi bertindak

masuk, sepasang alisnja jang gomplok ada memain

dan keduai matanja bersinar tadjam, bagaikan
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanja burung garuda sadja. Sinar mata itu pun

dengan tjepat bagaikan kilat, menjapu kita bertiga,

berbareng dengan mana, ia kasi dengar suara ?Hm!?PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

512

Ia bertindak langsung kearah dua pendjahat itu,

siapa ia pandang dengan tadjam.

Dua orang itu kuntjup seperti djuga mereka

menghadapi hantu, mereka berdiri diam dengan

masing2 pur.ja kedua tangan dikasi turun. Si orang

tua, sebaliknja, dengan tidak kata apa2, hampirkan

kursi. Ia duduk dengan djatuhkan dirinja. Iapunja

tubuh benar2 besar dan djangkung luar biasa,

waktu ia berduduk, tangan badjunja sampai

menjamber kita, sampai kopiaku miring, hampir

djafuh, hingga hampir kelihatan aku punja ikat

kepala sebelah dalam. Selama itu, aku tidak

menjangka suatu apa.

Begitu lekas si orang tua sudah duduk, terus ia

bitjara sama si kurus dan kawannja.

Itu ada kata2 jang kita tak dapat artikan, terang

mereka bitjara setjara rahasia. Kemudian si orang

tua berbangkit dengan tiba-tiba dan terus bitjara,

dengan lagu suara jang lain, sambil ia tertawa ter
bahak2. Katanja: "Arak ini tidak keruan rasanja,

tidak ada sarinja, maka mari, mari kauorang turut

aku! Asal sebentar malam kitaorang berhasil, kita

pasti bakal menghadapi arak jg. wrangi, untuk

kauorang minum setjara puas2an !"

Habis berkata begitu, dengan tak menoleh lagi,

ia bertindak keluar. Sesudah mana, dua pendjahat

itu membajar uang makanannja, lekas2 merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

513

keluar, untuk mengikuti. Hanja sl kurus, selagi

keluar dipintu, berpaling pada kita, ia mengawasi

dan menjengir.

Sikap mereka itu bikin aku heran. Aku menduga,

giusuh telah dapat tahu jang kitaorang sedang bikin

penjelidikan. Sebab mereka sudah pergi, kita pun

iekas2 berhitungan dan bajar uangnja. Aku duga,

mereka bakal pergi ke Pek Bong San dan aku

berniat menguntit.

Selagi aku melangka dipintu, dua tauwbak

dibelakangku berkata dengan pelahan: "Touwsoe,

tunggu dulu, tapi meski begitu, aku terus awasi tiga

orang itu. Si tua sudah naik atas kuda dan kabur

kearah kota, dan si kurus-kering dan kawannja

djalan pelahan2 kesebelah kanan, jalah djalanan

kearah Pek Bong San. Kemudian aku tanja dua

kawanku, mereka hendak bitjara apa."

Dimuka rumah dimana ada lain2 orang, kedua

tauwbak tidak mau bitjara, mereka adjak aku

ketempat jang sepi, disini ia tanja, apa aku

mengerti omongannja itu orang tua. Aku djawab

bahwa aku tak mengerti, sebab mereka bukan

bitjara dengan bahasa rahasia.

Mendengar djawabanku, kedua tauwbak itu

bersenjum.

"Tidak heran djikalau touwsoe tak mengerti

omongannja orang tua itu," kata salah satuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

514

tauwbak. "Dia bitjara dalam bahasa suku Ko-Io.

Djangan kata kita orang Han, walaupun suku Biauw

sendiri, tak semua mengerti bahasa ini. Kebetulan

sadja kita dapat mengerti, karena dulu, buat

beberapa tahun, kita pernah djadi pemburu

dipegunungan daerah Lee-hong-hoe, disana kita

biasa berhubungan sama suku bangsa Kolo itu,

hingga kita mengerti djuga sedikit dari bahasa

mereka. Si tua barusan bilangi dua kawannja

bahwa keadaannja di istana Bhok Kokkong telah

dapat diselidiki oleh Hek Kouwnio, bahw?a ini hari,

Kokkong-hoe ada kirim tiga rombongan penjelidik

untuk tjari tahu sarang mereka, sedang tadi, waktu

Hek Kouwnio lewat disini, ia lihat ada mata2

Kokkonghoe itu, maka dia telah dikirim untuk

mentjari kepastian dan ia telah membuktikannja,

maka dia pudji liehaynja mata Hek Kouwnio itu. Di

achirnja, orang tua itu sebut2 kita bertiga. Habis si

orang tua, si kurus-kering pun tuturkan hal si

nelajan tua membuka rahasia, dan ia utarakan

niatnja akan bereskan kita bertiga. Si orang tua

tjegah niatan itu dengan katakan, sebagai "tikus",

kita tentu tak mampu berbuat apa2, dan bahwa kita

boleh dikasi tinggal hidup lagi satu djam. Di

achirnja, si tua itu kala : "Biarlah mereka pulang

tak dengan kosong, biar mereka membawa apa2,

agar si orang she Tjoh, si pitjek, insaf kelieliayan

kita, agar dia kaget sampai setengah mati!

Sekarang pergi kauorang kembali ke gunung, akanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

515

kasi kisikan pada Hek Kouwnio. Umpama ini

binatang tidak tahu diri, dia berani selidiki sarang

kita, djangan binasakan dia, aku pun sudah

tinggalkan surat untuk dia." Sampai disitu

baharulah si orang tua peri gi. Karena ini, kita pikir,

baik se! karang kita pulang dahulu, untuk berdamai

lebih djauh."

Mendengar keterangan itu, tiba2 aku ingat halnja

aku kesampok tangan badjunja si orang tua,

sampai kopiaku miring. Aku sei gera turunkan

kopiaku dan periksa. Benar sadja, disitu ada

metnjelip sepotong kertas, hingga aku , djadi

heran, apapula setelah aku t batja suratnja, jang

sama seperti jang kedapatan pada kau, Siangkoan

Lootatkhoa. Aku djadi gusar dan mendongkol,

saking sengit, aku kertak gigi. Karena aku

menjangka musuh bakal bekerdja sebentar malam,

aku pikir buru lekas pulang, guna mengasi laporan,

tapi disebelahitu, aku penasaran, sebab sarang

musuh umpama kata sudah didepan man ta,

bagaimana aku bisa tinggalkan karena itu gertakan

sadja. Dilain pihak, aku pun ingat kata2 si nelajan'

tua perihal sarangnja kawanan pendjahat itu, maka

aku anggap, nelajan itu ada terantjam bahaja,

hingga aku pikir, baik aku kasi kisikan, untuk dia

angkat kaki. Begitulah, dengan itu putusan, aku

suru kedua tauwbak terus kuntit aku, aku sendiri

bertindak terus, kesebelah kanan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

516

Sebentar kemudian aku sudah sampai diudjung

djalan besar dari dusun itu, maka disitu aku lihat

tanah tegalan, disebelah ada telaga Hong Bian

Ouw, disebelah jang lain, rentetan anak bukit

bagaikan tjetjapung sadja. Djauhnja sepanahan

dari udjung djalanan itu ada sebuah puntjak, jang

seperti menghalang ditengah djalan. Aku ikuti

djalanan sukar itu, sampai dikaki bukit, atau ditepi

telaga, sampai aku lihat gubuknja si nelajan tua,

jang terkurung dengan pagar bambu jang rendah.

Ditepi telaga ada tertambat sebuah perahu, maka

aku pertjaja, empeh itu dan tjutjunja sudah pulang.

Aku lantas beri tanda, akan dua kawanku tidak

mengikuti sampai dekat, lantas aku menudju ke

gubuknja si empeh.

Dari pintu pekarangan, aku dengar suara orang

bitjara didalam gubuk. Aku hampirkan pintu, aku

tidak mengetok, lianja aku pasang kuping. Aku

dengar satu suara berat, jang ditudjukan kepada,

tuan rumah. Aku dengar njata : "Sengadja aku

suruh kau buka rahasia, supaja itu binatang pulang,

buat kasi lapuran, siapa tahu, dia tak tahu diri, dia

mau menjelidiki terus, dia seperti mau melongok

sarang singa !" Kemudian aku dengar suaranja si

nelajan tapi tidak tegas.

Selagi aku berdiri dengan pikiran bekerdja, tibaa

daun pintu terbuka dan dimuka pintu muntjul satu

orang tani, tudungnja ditekan melesak sampaiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

517

dialis, mulutnja tersumpel dengan hoen-tjwee

pendek, asap hoentjwee mengebut seperti kabut

sadja, hingga dalam selewatan, tampang mukanja

tak kelihatan njata. Dia bukannja si empeh nelajan.

Herannja, begitu muntjul, tubuhnja orang itu

ngusruk, seperti ada jang djoroki dari belakang,

tubuhnja itu, rubuh mendjurus kepadaku.

Aku kaget, tapi aku lekas njamping sedikit,

tanganku hendak diulur, untuk samber orang itu,

guna tolong dia, agar dia djangan djatuh.

Asap hoentjwee dari orang itu mengebul terus,

tangan kirinja terlempar kearah iga kiriku, tubuhnja

ikut, hingga tubuhnja djadi ada dibelakangku.

Ketika aku menoleh, aku lihat dia. tidak rubuh

malah dengan tindakan tjepat, ia telah menudju

kepintu pekarangan. Aku tidak mengerti, tapi aku

tidak susul dia itu, aku berpaling pula ke pintu. Aku

lantas tanja, didalam ada orang atau tidak. Aku

tidak dapat djawaban. Aku tolak daun pintu dan

masuk kedalam, itulah sebuah gubuk kosong Tak

ada orang disitu, tidak djuga si empeh dan

tjutjunja.

Aku benar2 tidak mengerti. Ada suara orang,

tidak ada orangnja, bagaimana itu? Toh segala

perabotan, terutama perabotan nelajan, ada

lengkap. Diluar, perahunja si nelajan tetap

tertambat dipinggiran telaga. Bahna bingung, aku

lekas keluar. Aku tanja kedua tauwbak, merekaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

518

dapat lihat si empeh nelajan atau tidak, mereka

menggeleng kepala, mereka kata tjuma lihat

seorang desa, rupanja lagi mabok arak, pergi

kearah Hong-bian-tin.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keherananku djadi bertambah. Apa si empeh

menjamar djadi pendjahat, djadi si orang desa

pemabokan itu? Aku djadi penasaran, keras niatku

untuk menjelldiki terus. Maka achirnja aku adjak

dua kawanku balik ke dusun. Kita putar-putaran,

siasia sadja kita tjari petani jang mabok arak itu,

hingga kita siasiakan tempo, hingga kita pun pergi

djauh, terpisahnja dari kota sudah kiraa dua-puluh

lie. Maka diachirnja, aku ambil putusan akan pulang

sadja.

Kebetulan sekali, ketika kita baharu sampai

dipintu kota Selatan, disitu kita lihat si empeh dan

tjutjunja, dengan tindakan tjepat, mereka lagi

menudju kearah barat. Aku lantas hampirkan

mereka dan tanja kemana mereka hendak pergi

Empeh itu kenalkan aku, ia tak mau bitjara,

romannja ada ketakutan sekali. Dilain pihak,

nampaknja ia ada djudjur. Aku pertjaja ia ada

orang baik2, maka aku adjak ia ketempat jang sepi

dan disitu minta keterangan. Aku pun terangkan

apa maksudnja maka aku mentjari keterangan. Aku

tanja dja, siapa itu orang jang menjamar djadi

orang desa jang lagi mabok arak.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

519

"Aku tidak kenal dia, tuan, aku tak tahu she dan

namanja," kemudian ia kasi keterangan, "baharu

kira2 lima hari jang lalu ia datang padaku dengan

bawa uang, maksudnja untuk pindjam rumahku

buat beberapa hari, kemudian ia datang setiap hari,

selewatnja djam tiga, dan pergi pula, sebelum

terang tanah. Dan kemarin malam, dia datang

bersama satu pendeta tua. Mereka bitjara lama

djuga, lantas mereka pergi pula. Dari

pembitjaraannja si pendeta, aku djadi dapat tahu,

kawanan di Pek Bong San itu ada kawanan

pendjahat. Orang desa itu djuga jang andjuri aku

terima uangnja si pendjahat, jang pesan ikan dari

aku. Tadi kita sedang tangkap ikan, orang itu

datang pada kita dan suruh kita pergi djual ikan

diranggon air. untuk berpura-pura sadja. Apa jang

aku bitjarakan disana semua ada adjarannja orang

itu. Hanja aku tidak sangka, selagi aku bitjara, ada

datang itu pemesan ikan, ia deliki aku, maka aku

lekas menjingkir. Karena takut, aku lantas tjari

orang desa itu. Sukur, aku dapat ketemui ia.

Sebelum aku mendjelaskan, ia sudah kata padaku

: "Kau terantjam, kau tak bisa pulang lagi. Tapi aku

nanti tolong kau. Kau bawa suratku ini, kau pergi

ke pelabuhan diluar kota, tjari perahunja Tek

Siangkong dari Kee-lie-tek, asal kau perhatikan

suratku ini, kau nanti diantar ketempat jang

selamat." Ia berikan aku uang dan surat. Dilain

pihak, ia minta perahuku. Ia berikan aku banjakPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

520

uang, sebenarnja aku bingung, tapi aku turut

perintahnja. Aku merasa berat akan tinggalkan

desa ini, tapi aku mesti pergi."

Aku antap empeh itu dan tjutjunja pergi, aku

lantas berpikir. Sekarang aku bisa duga, siapa

adanja itu orang desa. Dia mestinja ada akupunja

Kat Soesiok-tjouw. Ia memang luar biasa, tjara

kerdjanja pun aneh. Ia rupanja lagi bekerdja, akan

awasi pendjabat, karena ia tak mau ketemui aku,

ia telah permainkan aku, selagi ia berpura-pura

djatuh, ia gunai ketika akan tukar ini surat."

Demikian keterangannja Kim Tjie Peng.

Kouw Bak Giam-lo dan Liong Touwsoe

mendongkol melihat keberaniannja kaum

pendjahat. Siangkoan Hiok bermuka merah, karena

ia mendongkol berbareng malu.

Sementara itu, orang telah bersiap. Orang telah

dahar dan lantas ambil masing2 posnja. Semua

kelihatannja tahu kewadjiban, segala apa kelihatan

rapi dan tenang. Hanja orang heran melinat Thio

Kiat, sampai itu waktu masih belum balik ? ia

tidak, dua tauwbaknja pun tidak. Bhok Kongya

kemudian dapat tahu Tong-pekwan belum kembali,

dua kali ia kirim dua pengawalnja, akan menanjak

Kouw Bak Giam-lo dan In Hay Tjhong-liong, dari

tenteram hatinja, mendjadi berkuatir djuga.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

521

Tok Kak Liong-ong, bersama-sama Kouw Bak

Giam-lo, In Hay Tjhong-liong dan Kim Tjie Peng,

telah melakukan penilikan pada sesuatu pos, untuk

tjegali kealpaan. Karena orang telah mulai

bekerdja, tak ada ketika lagi untuk perhatikan Thio

Kiat. Sang tempo djalan dengan tjepat, semakin

gelap, semakin malam.

Di lauwteng depan memang ada digantung

sebuah genta besar, kalau genta itu dipalu,

suaranja terdengar djauh kelilingan, demikian

ketika pada djam dua, alat waktu itu telah

perdengarkan suara dua kali. Tegas sekali, suara

genta itu terdengar diseluruh istana, jang sunji
senjap.

Dengan pinggang dilibat Siankoet-pian dan saku

membekal Sam-leng Tjie-kim-piauw, Kouw Bak

Giam-lo meronda diatas genteng, ia mundar
mandir lak ada berhentinja. Tukang2 panah telah

umpatkan diri ditempat-tempat gelap diatas

genteng. Kadang2 sadja, Siangkoan Hiok wakilkan

iapunja sahabat karib itu. Tok Kak Liongong

meronda dibawah. Kim Tjie Peng mendjaga

ditaman, tempo2 sadja ia lontjat naik keatas

genteng, untuk bisa melihat djauh.

Orang mendjaga dengan sabar.

Benar ketika genta baharu habis berbunji tiga

kali, "gerakan" sudah lantas tertampak. PendjahatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

522

buktikan antjamannja. Melesat keatas adalah api,

jang keluar dari arah kuil keluarga dibelakang

taman, sinarnja merah keliidjau-hidjauan,

romannja mirip djianhwee dari malaman

Tjapgouwmeh.

Djusteru itu, Kouw Bak Giamlo dan In Hay

Tjhong-liong ada sedang berdiri berendeng diatas

Koan Im Kok, ranggon dimana kemarin malamnja

pendjahat telah melepas api. Itu ada tempat tinggi

dari mana orang bisa melihat ke sekitar istana.

"Tjelaka !" berseru Tjoh Khatn Tjioe sambil

membanting kaki. "Lihat, kita telah bersiap

seantero malam, masih sadja ada tempat jang

lowong! Kuil itu toh terpisah djauh dari sini dan

disana ada tepinja telaga, itu bukannja tempat

penting SerdadiPnja pihak Liong Touwsoe baharu

sadja kita pentjar dari sana, siapa tahu, pendjahat

djusteru muntjul dari sana !..."

"Dengan datang dari sana, pendjahat akan tjape
laga dengan tak ada tunasnja," kata In Hay

Tjhongliong. "Tjara bagaimana mereka bisa

lewatkan beberapa pendjagaan penting, untuk bisa

menjerbu kepedalaman? Ini ada pekerdjaan

terlebih sukar daripada mendaki langit..."

Kouw Bak Giam-lo tertawa terpaksa mendengar

perkataannja itu saudara angkat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

523

"Hal ada sukar untuk dibilang," ia kata sambil

mengelah napas. "Pendjahat ada sangat berani dan

liehay. Tanda pertama telah dilepaskan dari arah

kuil keluarga, itu berarti bahwa mereka pasti tak

akan turun tangan di satu tempat sadja Si Giam Lo

Ong Buta belum tutup mulutnja, atau dari kiri dan

kanan tembok luar, jang berdekatan, telah

kelihatan melesat lagi dua tanda bagaikan panah

api itu, jang menerbitkan suara saraberan angin.

Menampak ini, ia terperandjat, hingga ia berseru:

"Tjelaka! Mesti ada bentjana pada ronda di luar

tembok !"

Baharu Tjoh Kham Tjioe memikir, untuk

memetjah orang untuk memeriksa, atau dari

bawah, di djalanan jang tembus ke taman, ada

tertampak tjahaja api, jang disusul sama suara

berisik dari berlari-lari banjak kaki, kemudian

kelihatan Tok Kak Liong-ong Liong Touwsoe, sambil

bawa golok besarnja, mendatangi bersama barisan

goloknja, menudju ke Koan Im Kok. Panglima itu

melihat ke atas sambil berseru: "Pendjahat

menjerang dari belakang taman Djiewie lekas

lindungi pedalaman, aku nanti pergi bantu Kim

Touwsoe!"

Suara itu ditudjukan kepada Tjoh Kham Tjioe dan

In Hay Tjhong-liong. Sehabisnja berkata begitu,

Liong Touwsoe lari terus bersama-sama barisannja

itu, menudju ke taman. Rupanja dia ini telah terimaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

524

kabar pertama dan tak ketahui bahwa di kiri dan

kanan djuga ada tanda penjerangan dari musuh.

Kouw Bak Giam-lo awasi touwsoe itu pergi,

kemudian ia memandang ke arah taman. Djauh di

Siauw-hong-lay, ia tampak tjahaja api, dan

samar2, ia dengai suara berisik, tanda dari

dimulainja pertempuran. Dalam keadaan seperti

itu, ia masih bisa berlaku tenang. Ia memberi tanda

pada tauwbak jang berdekatan, lantas ia pisahkan

diri dari Siang-koan Hiok: Ia pergi ke kiri, dan

sahabatnja itu, ke kanan, tapi t udjuan mereka ada

tengah, ke tembok taman, ke perbatasan antara

taman dan pedalaman.

Sambil tjekal iapunja golok Patkwa-too,

Siangkoan Hiok lewati beberapa pekarangan dalam,

terus ke djalan perbatasan itu, jang pandjang. Ia
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada dibantu oleh tjahaja terang dari rembulan.

Demikian ia kenali tempat di mana kemarin ini ia

telah kedjar pendjahat, jang kabur ke dalam rimba,

tempat mana katanja ada punja djalanan keluar,

djadinja satu tempat penting, jang ada didjaga.

Tapi itu waktu, tempat itu ada sunji sekali, hingga

ia djadi heran. Maka ia lontjat turun, akan

memeriksa. Sambil berdiri diam, ia mengawasi ke

depan.

Samar2 di sebelah depan, di kaki tembok, ada

bajangan orang berkelebat, ada sinar sendjata

tadjam jang berkilau-kilau, kemudian ia segeraPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

525

dengar teguran: "Siapa? Lekas perkenalkan diri!

Atau aku nanti turun tangan !"

"Aku Siangkoan Hiok!" In Hay Tjhong-liong

lantas perkenalkan diri, karena ia mengerti, ialah

jang ditegur. "Atas titahnja Kongya dan Liong

Tjiangkoen, aku memeriksa ke sini"

Segera bajangan itu muntjul dari tempat jang

gelap, ia awasi djago tua ini, ia tertawa dingin.

"Oh, klranja kau !" kata ia, dengan suara tak

sedap dldengamja. "Di sini tidak kurang sua-tu apa,

tak usah diperiksa!"

Siangkoan Hiok mengawasi dengan hati tidak

puas, karena orang berlaku kurang adjatr. Ia lihat

seorang dengan dandanan sebagai kee-tjiang dari

Bhok Kokkonghoe, akan tetapi romannja orang itu

ada bengis, sedang sendjatanja ada sepasang

tungkat besi Pintiat hoay-thung, hingga ia

perhatikan orang punja sendjata itu, sedang di

dalam hatinja, ia tak sangka bahwa di dalam istana

ini ada kee-tjiang jang pandai menggunai sendjata

sematjam itu. Ia tidak heran kalau orang itu,

karena bersendjata gegaman itu, djadi kepala

besar.

Orang itu lompat mundur kapan ia dapat

kenjaiaan itu djago tua perhatikan iapunja sendjata

itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

526

"Apakah tuan dapat Jihat tanda api di luar?" tanja

Siangkoan Hiok, jang tak perdulikan orang punja

sikap itu. "Bagaimana dengan barisan kita di luar

tembok?"

Orang itu tidak menjahutl, djawaban hanja

datang dari seorang lain di belakang ia, dari tempat

jang gelap, katanja:"Kita lihat tanda api itu tetapi

rupanja bukan di luar tembok hanja djauh dari Sini

Kita dengar suara barisan lari memburu di belakang

taman, rupanja di sanalab ada terdjadi suatu apa.

Kewadjiban kita ada mendjaga di dua podjok pintu

sini, apa jang terdjadi di lain tempat bukannja

tanggungdjawab kita Di sini tidak ada terdjadi

apa2, di sini kau tidak usah tjapekan hati!"

Siangkoan Hiok pertjaja itu keterangan, ia

sebenarnja mendongkol, tetapi mengingat ia ada

tetamu, ia tak bisa berbuat lain daripada lantas

berlalu dari sini. Ia lantas madju ke depan. Lalu,

tiba2, dengan lapata, ia dengar suara berisik pula,

rasanja suara itu datang dari tempat dekat. Ia

mendjadi heran. Dengan tidak banjak pikir lagi, ia

lontjat naik ke atas genteng, ia pergi ke bahagian

jang tinggi, hingga dari situ, di sebelah kiri ia, di

genteng dekat pedalaman, ia tampak bajangan

orang bergerak-gerak, ia dengar suara anak panah

mengaung. Itu waktu, dari dalam taman, terdengar

suara pertempuran jang sangat berisik.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

527

"Berapa banjak pendjahat sudah datang ke

mari?" pikir djago tua ini.

Dalam kesangisan, In Hay Tjhong-lioqg lari ke

kiri, ke arah pedalaman.

Di lain pihak, Kouw Bak Giamlo pun ada

bevsangsi dan berkuatir sebagai iapunja sahabat

mengenai djumlah musuh dan sepak-terdjangnja

ini, karena pendjahat benari berani luar biasa sudah

buktikan antjaman penjerbuannja. Ia madju

dengan perhatikan setiap tempat jang dilewati la

baharu lewati satu wuwungan lauwteng ketika di

sebelah kiri dari rumah besar bahagian dalam, di

wuwungan jang ke-tiga, ia tampak empat atau lima

bajangan orang sedang berdiri berkumpul. Ia lantas

awasi mereka itu. Dari sinar rembulan, ia lihat njata

orang punja dandanan ? kopia dan pakaian

saragam dari istana Kokkonghoe. Di sebelah

mereka ini, di lain2 genteng di sebelah kiri itu, ada

lain2 bajangan serupa. Mereka itu ada jang

berendeng berdua, ada jang bersendirian, ada jang

djongkok. Di wuwungan ke-dua, sebelah luar

rumah besar, mestinja pun ada sembunji tukang2

panah.

Menampak mereka itu, Tjoh Kham Tjioe

mendjadi heran. Kenapa mereka itu pada

muntjulkan diri?. Seharusnja mereka tetap

sembunji, kalau ada musuh, tugas mereka adalah

segera menjerang dengan panah ? menjerang dariPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

528

tempat sembunji mereka. Malah mereka dilarang

bitjara, supaja mereka bisa serang musuh setjara

mendadakan.

"Siapa kauoraug?" Kouw Bak Giam-lo segera

menegur, karena ia sangat heran.

Pertanjaan ini tidak mendapat djawaban, meski

djuga di sebelah depan itu ada sedjumlah serdadu.

Melainkan satu, jang mengasi tanda bahwa ia

dengar teguran, tetapi dia ini tjuma gojang2

tangan, mulutnja terus bungkam, sedang jang

lainnja, tubuhnja pun tidak bergerak-gerak sama

sekali.

Dalam keheranannja, Kouw Bak Giam-lo terus

memandang dengan hatinja memikir. Ia belum

tahu, tindakan apa ia harus ambil. Lalu ia tampak

muntjulnja lagi tiga serdadu istana. Mereka ini

muntjul di atas wuwungan dari thiang besar dari

rumah pedalaman, hanja begitu muntjul, tubuh

mereka tidak bergerak sama sekali.

Sekonjong-konjong, Tjoh Kham Tjioe mendjadi

sangat terperandjat Di otaknja telah berkelebat

dugaan pasti bahwa itu adalah tipu-daja musuh.

Maka tak bersangsi barang sesaat djuga, ia

berteriak :"Inilah akal musuh ! Lekas panah, lekas

panah !"

Teriakan ini dapat didengar oleh tukang2 panah,

mereka ini ada laksana orang2 jang baharu sedarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

529

dari tidurnja jang njenjak, tapi mereka masih ingat

tugas mereka, maka mereka pun lantas bekerdja.

Maka hudjan anak panah lantas turun kepada itu

beberapa orang jang lagi berdiri atau berdjongkok

dengan diam sadja, suara anak panah melesat

mengaung tak berhentinja.

Semua tukang panah sudah terlatih, sudah

begitu, pihak sasaran pun diam sadja, maka banjak

anak panah, jang mengenai dengan djitu, terutama

terhadap tiga bajangan jang muntjul paling

belakang, akan tetapi heran, mereka itu tidak

rubuh, tidak berteriak atau mendjerit. Jang berkelit

djuga tidak ada sama sekali. Hanja. suara tertawa

mengedjek, jang tak sedap untuk kuping, datang

dari djurusan tiga bajangan itu.

Untuk rintasan pertama, tukang2 panah telah

bikin habis anak panah mereka, maka itu, mereka

mesti bersiap pula. Tapi, djusteru mereka mau

bersiap, mendadakan tiga bajangan itu, jang telah

mandi anak panah, hingga tubuh mereka mirip

tubuh landak jang banjak durinja, bergerak begitu

rupa, lontjat menubruk ke arah barisan tukang

panah itu, hingga iaorang ini djadi kaget, terpaksa

mereka hunus golok mereka masing2. Walaupun

mereka hendak sambut serangan, hatinja tukang2

panah itu terkesiap djuga.

Tiga orang mirip landak itu berlontjat untuk d

jatuh rubuh, tetapi menjusul itu, dari belakangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

530

mereka, ada berlontjat tiga orang lain, dengan

golok mereka berkeredepan, malah dengan bengis,

mereka segera serang barisan panah itu, hingga

beberapa di antara mereka ini rubuh dengan

segera, ada jang terus binasa, ada jang terluka dan

djatuh bergelindingan ke bawah pajon.

Lekas sekali, barisan panah itu dibikin tidak

berdaja. Maka tiga pendjahat itu sekarang

menjerang ke sebelah kanan. Di sini mereka

menjerang dengan gunai debu batu, jang mereka

bekal dalam bungkusan2, hingga debu itu djadi

berhamburan membikin orang kelilipan dan tak bisa

membuka mata. Barisan pendjaga itu djadi kalut,

mereka putar tubuh dan lari, saling tabrak antara

kawan sendiri, dan dengan bergeluntungan,

mereka pada djatuh-ke bawah.

Ketiga pendjahat tertawa berkakakan kapan

moreka lihat hasilnja usaha mereka.

Di sebelah kiri, tiga pendjahat muntjul dengan

mereka punja wasiat bubuk batu itu, hingga barisan

pendjaga di bahagian ini turut dapat dibikin tidak

berdaja. Maka kemudian, berenam mereka

berkumpul mendjadi satu. Mereka tjuma berenam

tapi mereka ada liehay.

Dibarisan kiri, pemimpin barisan panah jang

pertama dan pembantunja ada tjerdik, mereka ini

adjak barisannja mundur, mereka ingin pantjingPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

531

musuh sampai di lain tempat pendjagaan. Tapi

musuh ada tjerdik sekali, mereka tidak mau

mengedjar, dengan satu tanda suitan, mereka

berpentjaran. Tudjuah mereka ada ke pedalaman.

Sementara itu, Kouw Bak Giamlo, jang lihat

siasat musuh dan telah teriaki kawannja, untuk

menjerang, telah lenjap sendirinja. Ia telah tidak

bantu kawannja, ia tidak rintangj penjerangan

musuh itu.

Siangkoan Hiok, jang dengar suara pertempuran

dan menudju kepedalaman, djuga tidak menemui

iapunja sahabat kekal. Ia lihat keadaan kusut dan

piliaknja katjau, diam2 ia mengeluh.

Kawanan pendjahat terus perdengarkan suitan

mereka, mereka sendiri lari sana dan lari sini,

terang mereka lagi mengasi tanda, untuk kawan2

mereka berkumpul atau bekerdja. Kemudian

mereka ? djumlahnja enam atau tudjuh orang ?

menudju ke wuwungan dari rumah besar bahagian

pedalaman, mereka petjah diri di kedua djurusan,

kiri dan kanan. Akan tetapi, baharu mereka

mendekati wuwungan, tiba2 di sana muntjul satu

orang, jang terus bentak mereka: "Kwanan

pendjahat edan dari Ah-hle-tjioe, ke mana

kauorang hendak pergi?" Bentakan ini lantas

disusul sama muntjulnja satu barisan tukang

panah, terdiri dari dua-puluh lebih, jang terus

menjerang mereka.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

532

Inilah penjerangan diluar dugaan kawanan

pendjahat. Mereka menjangka pendjagaan ditiga

pendjuru telah dapat dilumpuhkan oleh mereka,

sebab sampai begitu djauh, istana itu ada sepi

sadja, mereka kira semua tukang panah sudah

kabur. Dan sekarang, serangan pun datangnja dari

arah atas, anak panah turunnja bagaikan hudjan,

hingga tak dapat dikelit atau ditinggal kabur.

Dua pendjahat, jang terkena panah dlbahagian

tubuhnja jang berbahaja, telah rubuh sambil

mendjerit keras dan sendjatanja terlempar,

beberapa kawannja jang lain, gunai sendjata

mereka akan menangkis se-bisa2. Dengan terpaksa

mereka mundur, dengan adjak dua kawan jang

terluka itu. Mereka nampak kesukaran, karena

disitu djusteru tak ada tempat dimana mereka bisa

lindungi diri. Terpaksa mereka mundur ke

wuwungan jang kedua, dimana lagi dua pendjahat

berteriak kesakitan, karena anak panah njasar

ketubuh mereka. Sebab sekali ini, tukang2 panah

ada teratur rapi.

Dari sisa tiga pendjahat, jang satunja lagi, sudah

terpanggang iapunja bahu, hingga mereka bertiga

tak dapat ketika untuk bisa, tolong empat kawan

mereka jang terluka, jang bergelisahan diatas

genteng. Malah tjelakanja, kembali panah

mengenai empat pendjahat itu, hingga mereka

terbinasa seketika. Dengan terpaksa, tigaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

533

pendjahat itu mentjari djalan keselamatannja

sendiri.

Sementara itu, barisan panah jang tadi lari

serabutan karena diserang abu batu, sekarang

telah bisa berkumpul pula dan siap dengan

sendjatanja masing2, mereka telah ambil pula

kedudukan mereka. Hanja sekarang, hati mereka

ada gontjang, sebab djuga kuping mereka dengar

suara pertempuran, tidak lagi diatas genteng, hanja

dibawah, ditanah, seperti djuga pendjahat sudah

berhasil menjerang kepedalaman.

Sebenarnja kawanan pendjahat menjerang

berbareng, diatas dan dibawah, rentjana mereka

sudah teratur sempurna, apa tjelaka bagi mereka,

pendjagaan istana ada kuat, dan istana pun dapat

bantuan tersembunji dari pihak luar. Sedang

tadinja, ketjuali Kouw Bak Giam-lo sendiri dan satu
dua orang lain, semua mereka anggap sebagai

machluk2 tak berguna.

Pimpinan pendjahat berada ditangannja Say-ong

Poiiw Louw, ia mendapat tugasnja dari Kioetjoe

Kwie Bouw sendiri. Ia membawa tiga rombongan,

jang mesti menjerbu dari tiga pendjuru.

Rombongan pertama dikepalai oleh Touwsoe Lee

Soe Djin dari Liong-kie-tjee, ia dikawani oleh dua

Iblis kedelapan dan kesembilan dari Sembilan Iblis

dari Liok Siauw San jalah Siauw Yauw Kwie danPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

534

Yoe-hoen Pouw DjieLaskar mereka delapan

anggauta, ada Liong-kie-tjee punja orang-orang

pilihan jang pandai lontjat tinggi dan djauh, jang

ketjuali goloknja sendiri, diperlengkapi dengan

debu, tambang dan law2. Mereka ini pun ada bawa

tiga orang tawanan, jang diringkus keras dan

mulutnja disumpal bidji buah moa-hektoh, hingga

iaorang ini tak mampu bersuara. Rombongan ini

masuk dari kiri istana, selama menunggu tanda,

mereka umpatkan diri ditempat gelap.

Rombongan ronda istana terdiri saban8 dari

sepuluh anggauta, dengan gampang mereka ini

diserbu, dibikin tidak berdaja oleh rombongan

pendjahat jang liehay itu, ada jang lantas binasa,

ada jang terluka, fidak ada jang bisa molos. Mereka

ini lantas diringkus, jang masih hidup, mulutnja

disumpal. Tak tunggu sampai muntjulnja ronda

rombongan kedua, mereka ini dibawa paik keatas

genteng. Adalah mereka ini, disetiap belakang

siapa ada satu pendjahat, jang dimadjukan dimuka

sebagai tameng, hingga kelihatannja mereka

bagaikan orang dalam, sedang tempo mereka

diserang hudjan anak panah, mereka tak mampu

bersuara. Hingga mereka jang masih hidup, mesti

binasa terpanah kawan sendiri, dan jang sudah

mati, mesti merasai terpanah pula. Satu pendjahat

telah loloskan orang punja sebelah tangan, untuk

dipakai meng-gojang2. guna kelabui penegur.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

535

Siauw Yauw Kwie dan Yoehoen Pouw Djie adalah

jaaig saban2 bawa tiga orang tawanan, untuk

dipakai memantjing musuh, jang berbareng

mereka pakai sebagai tameng. Mereka kaget bukan

main kapan kemudian, tanda mereka jang terachir,

tidak dapat djawaban dari kawanan merekaMalah

mereka lantas dapat Iabrakan.

Rombongan jang kedua ada terdiri dari Iblis8 Kip

Hiat Kwie, Toh Kiap Kwie, Hwee Hay Kwie dan Pek

Djit Kwie bersama delapan tauwbak dari touwsoe
hoe dari Ah-bie-tjioe, jang membekal golok dan

tok-piauw-tjhio, jalah tumbak jang dipakaikan

ratjun, jang digunainja sambil disambitkan. Itu ada

sematjam tempuling suku bangsa Biauw.

Rombongan ini sembunji disebelah kanan istana.

Sebagai rombongan pertama, mereka serbu

sepuluh orang ronda, habis mana, mereka rampas

orang punja pakaian seragam, untuk dipakai, guna

samarkan diri. Empat Iblis telah Iontjat masuk

kedalam pekarangan, rubuhkan beberapa pendjaga

disitu, kemudian mereka buka pintu, guna kasi

masuk delapan tauwbak mereka. Semua majat

musuh disembunjikan, pintu pun ditutup pula,

sesudah dua tauwbak diperintah djaga djalanan

mundur, mereka madju terus kepintu tengah, akan

sambut kawan dari lain rombongan. Mereka ini

adalah jang bersomplokan dengan In Hay Tjhong
liong, jang bikin djago t ua itu tidak menjangka

apa2.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

536

Rombongan jang ketiga ada diKepalai oleh Ppuw

Louw sendiri, semua orangnja ada pilihan, gesit dan

enteng tubuhnja, kuat tenaganja. Sendjata mereka

ini ketjuali sebilah golok Koon-tongtoo djuga

sebuah tameng dibalui kiri. Sebagai bekalan,

mereka pada bawa empat batang gaetan Tok-kong
tjee, jang digunainja mirip dengan tjara

penggunaan Tok-piauw-tjhio. Kewadjibannja

rombongan ketiga ini adalah bantu rombongan kiri

dan kanan, untuk njerbu kepusat istana.

Dari Pek Bong San, tiga rombongan ini ambil

djalan air, dari tepinja telaga Hong Thian Ouw,

mereka masuk kedalam pintu kota air, dengan

djalan mutar, mereka hampirkan tempat sunji

didekat kuil keluarga dari Kokkong-hoeDisini

mereka sudah siapkan segala apa, akan njelundup

sampai ketembok istana. Mereka madju begitu

lekas telah sampai djam tiga. Selagi rombongan kiri

dan kanan madju, Pouw Louw sendiri tamatkan

djiwanja beberapa serdadu jang djaga dikuil itu.

Habis itu, Pouw Louw titahkan Boe Siang Kwie

dan liong Lioe Kwie bawa masing2 enam tauwbak,

akan madju dari kiri dan kanan, buat setelah

melihat atau mendengar tanda, menjerang

berbareng kedalam taman, untuk membikin katjau,

agar dengan musuh tidak menjangka, rombongan

ke-satu dan kedua bisa menjerbu masuk ke

pedalaman istana. Melainkan mereka dilarangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

537

menggunai api, sebab Pouw Louw tak ingin tarik

perhatiannja pasukan tentera negeri.

Adalah maksudnja Say Ong, si Radja Singa,

untuk ia sendiri jang tabas batang lehernja Bhok

Kongya ajah dan anak2, untuk selesaikan iapuuja

tugas, guna mendirikan djasa besar.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sama sekali telah madju delapan dari Kioe Kwie,

sembilan Iblis dari Liok Siauw San, melainkan Iblis

jang kedua, jang matanja dilukai oleh Djiekongtjoe

Bhok Thian Lan, jang tidak turut, karena lukanja

belum sembuh betul, maka dia ini, Tjioe Kwie, si

Iblis Pengarakan, diperintah siapkan beberapa

tauwbak diluar Pek-keekwan, untuk nanti sambut

kembalinja mereka semua.

Sedangnja semua orang telah madju dan

bekerdja, diantaranja kurang satu "panglima

besar", jang sudah sering mendirikan pahala besar.

Dia ini ada Hek Bouw Tan, si bungah Bouwtan

Hitam. Dia inilah, jang sembunjikan diri diatas pian

dari ruangan dalam Bhok Konghoe, jang

meninggalkan surat tertantjap golok. Sebab ketika

ia pulang ke Pek Bong San dengan naiki iapunja

keledai jang disajang, dengan diikuti oleh Yoehoen

Pouw Djie, ia terima surat panggilan dari Kioe-tjoe

Kwie Bouw, untuk dia segera pulang ke Pit Mo Gay,

untuk terima lain tugas. BersamaSay Ong, ia terima

perintah itu dengan heran dan kaget, karena

mereka tak tahu, ada urusan apa, maka pemimpinPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

538

mereka panggil ia pulang. Tentang ini, Hek Bouw

Tan tak mampu tanja si pembawa surat, sebab ia

tahu betul peranginja itu guru, jang tak suka bitjara

ketjuali pada pihak jang berkepentingan. Demikian

dengan terpaksa, sendirian ia berangkat pulang,

hingga ia tak bisa bantu Say-ong Pouw Louw.

Begitulah Say-ong Pouw Louw bekerdja

sendirian, dengan paling dulu ia lepaskan tanda api

dari kuil keluarga, hingga ia disambut dari kiri dan

kanan.

Boe Siang Kwie dengan toja long-gee-pang dan

Hong Lioe Kwie dengan tungkat berantai Lian-hoan

Sam-kip-koen, bersama dua-belas tauwbak,

muntjul dari kuil keluarga, menjerbu kedalam

taman, masing2 mengepalai enam tauwbak. Boe

Siang Kwie dikiri, ia ambil djalan di sepandjang giltf

Giok Tay Kee, dari Giok-leng-long menudju ke

Slauw-hong-lay. Hong Lioe Kwie di kanan, dari kaki

tembok ia putari telaga, ikuti gili2 Giok Tay Kee

sebelah kanan, masuk kedalam taman.

Serdadu2 pendjaga dibeberapa tempat dengan

gampang dapat ditumpas, dengan golok atau

tempuling.

Masih sukur bagi pihak istana, tanda api dari

kawanan pendjahat membikin mereka segera

bunjikan gembreng tanda bahaja, maka Kim Tjie

Peng ? jang gusar karena njali besar dari musuh ?PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

539

sudah lantas adjak empat-puluh sendadunja,

menudju ke Siauw-honglay, guna papaki musuh,

untuk rintangi madjunja mereka. Ia bersendjata

siangpian. sepasang rujung peninggalan dari Hoei

Thian Gouwkong.

"Kim Touwsoe, tunggu !" demikian satu teriakan,

ketika ia memburu kekiri dari Giok-leng-long. Ia

lantas merandek dan lihat satu kee-tjiang berlari
lari kearah ia. Ketika sudah datang dekat, dengan

napas sengais, kee-tjiang itu kata: "Tjoh Loosoehoe

telah duga siasat musuh, untuk mengatjau

pendjagaan kita, karena itu, ia perintah aku datang

memberitahukan Touwsoe agar Touwsoe djaga

sadja pintu utama dari taman! Di-lain2 tempat,

semua barisan pendjaga pun diperintah mundur

kemasing-masing posnja, supaja mereka siapkan

alat-sendjata pendek, hanja paling dulu gunai sadja

panah, agar pendjahat tak mampu lolos keluar !"

Mendengar itu, Kim Touwsoe mengerti dajanja

Tjoh Kham Tjioe, maka ia segera berikan

djawabannja: "Lekas balas kabar pada Tjoh

Loosoehoe. aku sudah mengerti, aku nanti turut

pesannja!"

Malah sehabisnja mendjawab demikian, ia terus

adjak barisannja kembali.

Adalah di itu waktu, Tok Kak Lioug-ong Liong

Touwsoe, dengan bawa goloknja jang besar,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

540

muratjul bersama orang2nja, hingga ia

bersomplokan sama Kim Touwsoe, maka tempo

Kim Touwsoe beritahukan pesan dari Kouw Bak

Giam-lo, panglima ini pun lantas ubah maksudnja,

jalah la terus perintah djaga pintu taman, ia

perintah barisan panah dan tempuling tuinbak, siap

diatas genteng.

Kim Tjie Peng sendiri, bersama empat-puluh

orangnja, djuga lantas pernakan diri.

Berdua bersama Liong Touwsoe, Kim Tjie Peng

berdiri diatas genteng, untuk saksikan bergerak
geraknja bajangan orang2 digili2 pandjang dari

Giok Tay Kee. Diantara mereka tertampak djuga

sinar golok atau lain sendjata tadjam jang

berkilauan. Itulah ada Boe Siang Kwie dan Hong

Lioe Kwie serta sekalian tauwbaknja. Dua Iblis ini

madju terus, mereka menemui perlawanan tidak

berarti, mereka tak tahu jang Kim Touwsde sudah

tukar siasat, hingga mereka beranggapan,

pendjaga2 istana tak punja guna.

Lekas sekali, kawanan tauwbnk telah mendekati

djembatan Tjio Giok Kio, jang pernahnja dari pintu

taman tak ada selepasan anak panah. DJalanan

disitu, ditengah?, ada djalanan batu, dan dikiri dan

kanan, merupakan tegalan rumput serta beberapa

pohon kaju pek, jang besar sepelukan. Disini kedua

Iblis heran lihat pintu taman tidak terdjaga. Baharu

sadja mereka niat berseru, akan tahan barisannja,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

541

mendakan terdengar suara njairng: "Kawanan

pendjahat, lihat panah l" Dan suara itu disusul sama

muntjulnja empat-puluh tukang panah, jang terus

mulai memanah dengan seru, hingga anakpanah

menjamber-njamber bagaikan hudjan sadja.

Kedua Iblis ada liehay, menampak demikian,

mereka Iontjat kebelakang pohon pek, untuk

sembunjikan diri, sedang dua-belas tauwbaknja,

turut berpentjaran. Dengan gunai tamengnja,

dengan bergulingan ditanah, mereka menjingkir

dari serangan panah, hingga tak ada satu

diantaranja, jang mendjadi sasaran busur.

Menampak demikian, Kim Tjie Peng perintah

berhentikan penjerangan, tapi diiain pihak, ia pesan

akan semua serdadunja pasang mata, setiap empat

serdadu, awasi sebuah pohon, asal tubuh

pendjahat berkelebat, mereka mesti memanah,

hanja mereka tidak boleh menjerang terus2an,

untuk menghemat anak-panah.

Sampai sekian lama, kawanan pendjahat

berdiam sadja. Kim Tjie Peng dan Liong Touw-soe

mendjadi heran. Beberapa serdadu, jang

penasaran, nongol dimuka tembok, akan bisa

melihat musuh. Apamau, mendadakan dua sinar

menjamber ketembok. Satu serdadu kaget dan

berlambat, ia kena kesamber satu sinar, jang ada

sebatang hoei-tjee, atau gaetan terbang, maka

tidak tempo lagi, ia mendjerit dan rubuh, karenaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

542

hoei-tjee nantjap dipundaki nja. Sendjata itu berat

un, itu ser! dadu rubuh untuk terus binasa.

Hoeitjee jang satunja menje, rang tembok

sampai menerbitkan suara njaring.

Karena ini orang tahu,. musuh telah naik keatas

pohon.

Dalam gusar dan penasaran, Kim Tjie Peng dan

Liong Touwsoe perintah serdadu2nja menjerang

dengan berbareng keatas pohon, sedang jang

separuhnja, mereka perintah pasang mata

dibawah.

Pendjahat telah gunai akal, tjuma dua orang jang

naik keatas pohon, jang dibawah tetap siap. sedia,

untuk menjerbu keplntu. Begitu mereka lihat pen

erangan kepohon, mereka keluar dari tempatnja

sembunji untuk serbu pintu, tapi mereka disambut

dengan hudjan anak panah, atas mana, lekas2

mereka mundur pula. Karena ada gunai tameng,

mereka bisa lindungi tubuh mereka. Duatiga kali

mereka tjoba madju, saban2 mereka terpukul

mundur pula.

Pertempuran Ini tidak ada hasilnja, tetapi dengan

begitu, tempo telah dibikin lenjap, dan pendjahat

djadi ibuk sendirinja, karena mereka siasiakan

tempo, jang berharga untuk penjerbuan mereka.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

543

Keibukan dari Kim Tjie Peng dan Liong Touwsoe

djuga ada bukan main, karena dari sebelah dalam,

sabana mereka terima lapuran perihal penjerbuan

musuh, sedang djuga, samar mereka dengar suara

berisik, tanda dari pertempuran. Mereka kuatlrkan

bahaja bagi pihak pedalaman, antjaman bagi Bhok

Kongya. Mereka insaf, musuh ada berdjumlah

besar dan datang dari segala djurusan. Sudah

begitu, dari pihaknja Kouw Bak Giam-Io dan

Singkoan Hiok, mereka tidak terima kabar apa2

lagi, hingga mereka pertjaja, dua orang itu pasti

kena "ditahan" oleh musuh.

"Inilah bukannja daja untuk terusi mendjaga

disini," kemudian Liong Touwsoe njatakan pada

Kim Tjie Peng. "Baik kita petjah barisan kita, kau

boleh pergi membantu kedalam, aku nanti tetap

bertahan disini."

Kim Tjie Peng setudjui pikiran itu, ia lantas
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlalu bersama sepuluh tukang panah. Melewati

beberapa pekarangan, ia masuk terus

kepedalaman. Ketika itu, pendjagaan dibeberapa

tempat telah dibikin lumpuh oleh pendjahat,

mengetahui mana, Kim Tjie Peng mendjadi ibuk. Ia

madju terus, sampai ia dapati masih ada duapuluh

orangnja, jang belum kabur, sedang mereka ini,

hatinja djadi besar kapan mereka lihat touwsoe itu.

"Siap!" Kim Touwsoe kasi ingat orang2nja itu,

jang ia gabungkan sama sepuluh serdadunja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

544

Berselang tidak lama, satu rombongan musuh

telah sampai, maka mereka lantas disambut sama

hudjan anak panah, hingga mereka mesti mundur,

antaranja ada jang binasa dan luka.

Sampai itu waktu, abu musuh telah dipakai

habis, mereka djadi djumawa, tidak tahunja,

mereka dapat sambutan hangat itu.

XXIV

Rombongan pendjahat jang masuk kethia dalam

jang besar ada rombongan jang kedua jang

dipimpin oleh Kip Hiat Kwie, Toh Kiap Kwie, Hwee

Hay Kwie dan Pek Djit Kwie. Bersama delapan

tauwbaknja, mereka ini merangsek dari sebelah

kanan, mereka menjamar sebagai tentara

Kokkonghoe, karena mereka rampas pakaian

tentara jang mereka binasakan, dengan begitu,

mereka berhasil mendjustakan In Hay Tjhong
liong. Ketika Siangkoan Hiok pergi pula, empat Iblis

lantas adjak orang2nja madju lebih djauh. Mereka

berhasil njelundup masuk sampai dipintu besar dari

istana pedalaman, tapi pintu itu terkuntji rapat.

Keadaan disitu ada sunji, penerangan ada dari

empat buah tengloleng jang digantung tinggi, jang

apinja guram. Dikiri dan kanan situ pun tidak adaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

545

orang, pekarangan ada kosong. Hamja tjahaja

rembulan ada membantu sinarnja api.

Empat Iblis itu merasa heran. Itu toh gedung

besar dari Bhok Kongya, dari mana segala titah

biasa keluar. Kenapa gedung ini tidak terdjaga?

Maka, setelah atur delapan orangnja, mereka

dengan hati-hati menghampirkan beberapa tindak,

akan perhatikan pintu itu, jang kuat, jang sukar

didobrak dengan paksa. Tembok dikedua samping

pintu tingginja dua tumbak lebih, atasnja tidak

dipakaikan pelatok atau gaetan. Mereka bisa lontjat

naik keatas itu, tapi tauwbak mereka, tidak. Kapan

mereka perhatikan tempat dimana tauwbak

mereka sembunji, itu njata ada udjungnja rumah2

kanan jang kate, dari atas itu rumah, orang bisa

lontjat kegedung.

Sampai disitu, empat Iblis lantas adjak

kawan2nja lontjat naik dari rumah. Yauw Kwie dan

Yoehoen Pouw Djie, dengan ketjerdikannja, lagi

bujarkan barisan panah. Maka, mendengar suara

pertempuran, berempat mereka madju dengan

lekas, dengan niatan membantu kawan.

Dalam kesunjian itu tiba2, dari lauwteng

disebelah dalam tembok, terdengar suara

gembreng beberapa kali, suara itu terdengar

sampai djauh, menjusul mana, dari rumah2 kate

dikiri dan kanan, terdengar seruan2 riuh, daunpintu

lantas terpentang, sedjumlah orang berobosanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

546

muntjul, dengan bawa tengloleng dan berbagai

alat-sendjata.

"Djangau kasi pendjahat lolos!" demikian mereka

ini ber-seru2, tak putusnja.

Empat Iblis awasi mereka, jang berdjumlah kira2

lima-puluh serdadu, kebanjakan membawa golok,

jang bawa panah ada sedikit. Mereka tidak taisut,

mereka andjuri semua tauwbak mereka naik terus,

dari rumah kate ketembok, kegenteng gedung.

Hampir berbareng dengan itu, belasan panah

lantas menjamber keatas genteng, ketembok

gedung besar dimana kawanan pendjahat lagi

berkumpul.

Kip Hiat Kwie gusar melihat penjerangan itu. Ia

ada salah satu jang paling liehay dari Sembilan

Iblis, iapunja sendjata, selain toja besinja, djuga

ada dua-belas panah tangan, jang ia bawa

dibebokongnja.

"Pergilah kauoraaig madju, aku nanti bereskan

mereka ini!" kata ia dengan sengit pada tiga

saudaranja.

Toh Kiap Kwie pun tjabut sepasang goloknja

Soat-hoa Ginliang-too, jang ia gendol

dibebokongnja.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

547

"Kita mesti bekerdja tjepat, mari aku bantu kau,

toako!" ia berseru. "Baik Soetee dan Ngotee sadja

jang menerdjang kedalam!"

Toh Kiap Kwie ada Iblis ketiga, Iblis ke-empat

ada Hwee Hay Kwie, dan Pek Djit Kwie ada Iblis ke
lima.

Kip Hiat Kwie benar? berani, sambil berseru, ia

lontjat turun, diturut oleh Toh Kiap Kwie, lalu

dengan toja dan golok mereka, mereka amuk itu

lima puluh serdadu, terutama sepuluh serdadu,

jang memegang gendewa dan panah. Iaorang ini

tidak punja kepandaian berarti, dengan tjepat,

mereka kena dilabrak kedua Iblis itu jang liehay,

hingga terpaksa, dengan melemparkan panah,

mereka pada lari, meninggalkan banjak kawan jang

terbinasa dan terluka, rebah ditanali.

Kedua Iblis tertawa berkakakan kapan mereka

saksikan musuh rubuh dan kabur, pertempuran ada

hebat dan menjedihkan, untuk pihak tentara jang

tak berdaja itu, sedang beberapa pemimpin, tak

punja kepandaian.

Kemudian kedua Iblis lihat kawansnja sudah naik

semua, selagi mereka hendak lontjat naik

ketembok untuk menjusul, mendadakan mereka

dengar suara pertempuran disebelah dalam

tembok, beradunja sendjata2 ada hebat Sebelum

mereka sempat berpikir, kedua daun pintu besarPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

548

telah terpentang, dari situ lari keluar tiga tauwbak

jang dikepalai oleh Pek Djit Kwie.

"Toako, Shako, lekas!" berteriak ini Iblis ke-lima.

"Loo-soe kita telah rubuh!"

Kip Hiap Kwie dan Toh Kiap Kwie mendjadi kaget

sekali, mereka lantas lari pada itu soetee, tapi

mereka heran, akan lihat tak ada musuh jang

mengedjar keluar, dipintu itu sendiri, tidak ad?

pertempuran.

"Apakah sudah terdjadi?" achirnja berdua

mereka tanja.

"Kita menghadapi perlawanan hebat," sahut Pek

Djit Kwie, jang dengan ringkas, lantas berikan

keterangannja, sebagai berikut:

Ber-sama2 Hwee Hay Kwie dan delapan tauwbak,

dari atas genteng, ia turun ketanah, akan turuti

rentjana pemimpin mereka, untuk serbu musuh

dari atas dan bawah dengan berbareng, untuk

katjaukam pembelaan istana. Mereka masuk

ditempat sunji dan guram, seperti tak ada

orangnja, maka mereka madju terus. Taruh kata

ada pendjagaan, mereka toh tidak djerih. Mereka

pun lantas dengar suara suitan, tanda dari kawan2

mereka dilain d urusan. Itu ada tanda bahwa

mereka sudah berhasil masuk kedalam. Mereka

duga, rombongan ke-satu jang telah berhasilPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

549

masuk paling dulu disebelah kanan, dari itu,

mereka djadi semakin bersemangat.

Madju sampai dithia besar, mereka lihat ruangan

jang gelap, terpaksa beberapa tauwbak njalahkan

api, untuk bisa melihat ke-empat pendjuru. Tapij

mendadak dari kiri dan kanan, ada menjamber

belasan gaetan. Tapi delapan tauwbak ada gesit

dan tabah, begitu digaet, mereka menabas dengan

golok Kwie-tamv-too, hingga banjak gaetan kena

terpapas kutung.

Sekarang kedua Iblis dapat lihat, dikiri dan kanan

mereka, ada sembunji dua-puluh lebih serdadu,

antaranja ada jang pegang gegaman pendek.

Mereka itu lantas mundur pula setelah gaetan

mereka tidak mengasi hasil, diantaranja ada jang

lantas berteriakteriak : "Pendjabat, pendjahat!

Serang mereka, serang!" Dengan itu, mereka

mengharap mendapat bantuan.

Kawanan tauwbak ada kedjam, tak berajal lagi,

mereka menjerang, dengan mereka punja tumbak

beratjun, jang tjara menjerangnja adalah

ditimpukkan, sudah begitu, djaraknja mereka

berdua ada dekat sekali, maka saban tempuhng

segera mengenai sasarannja, hingga serdadu2

tukang gaet itu pada rubuh sambil mereka

keluarkan djeritan jang menggiriskan hati. Enam

serdadu jang berdiri digarisan depan adalahPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

550

kurban2 pertama, karena mana, jang lainnja lantas

mundur, meninggalkan tempat djagaan mereka itu.

Kedua Iblis tertawa terbahakbahak menampak

mundurnja musuh, sambil berteriak "Madju!"

mereka mengedjar, memasuki pintu, hingga

mereka lantas berada dalam sebuah pekarangan

lebar tudjuh atau delapan tumbak, tjahaja

rembulan membikin orang bisa lihat segala apa.
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Didepan mereka ada sebuah gedung indah,

dipekarangan ada batu2 tersusun merupakan naga

dan burung hong, dan tangga ada dari batu

marmer. Tapi disitu tak terlihat lagi serdadu2 ?

atau sebenarnja kawanan kee-tjiang ? jang

barusan lari mundur.

"Siapa tidak takut mampus, mari keluar "Hwee

Hay Kwie menantang, dengan berani, ia lontjat

masuk kemuka thia jang indah itu. Ia ada sangat

djumawa. "Mari, lekas keluar, agar aku tak berabeh

lagi!..."

Utjapan itu belum habis, dari pajon sebelah

kanan lontjat turun satu tubuh, jang lontjat atas

puntjak gunung2an. Ia ada bertubuh tinggi dan

besar, kumis dan djenggotnja telah putih,

tangannja memegang sebatang golok besar. Lantas

sadja ia menuding.

"Kawanan dari Ah-bie-tjioe, kauorang ada sangat

bernjali besar dan kurang adjari" demikian suaranjaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

551

jang njaring. "Tjara bagaimana kauorang berani

serang Kokkong-hoe? Hukuman tjingtjang adalah

bagianmu Kauorang mesti ketahui, kita disini sudah

siapkan djaring untuk ringkus kauorang semua!

Kenapa kauorang tidak mau segera menjerah?"

Suara ini segera disusul sama bentakan guntur

dari kira2 tigapuluh serdadu, jang muntjul dengan

tiba2 dari belakang gununggunungan, diantaranja

ada beberapa jang siapkan gandewa. Rupanja

diantara mereka ada keetjiang2 jang tadi mundur

dari depan. Mereka ini kelihatan njata, sebab

mereka pun bawa lentera dan obor.

Orang tua itu ada In Hay Tjhong-liong Siangkoan

Hiok, tadi ia kena diabui oleh kawanan pendjahat,

tapi setelah meronda terlebih djauh, la Insaf pada

antjaman bahaja, maka ia lantas ia lakukan

pemilikan terlebih djauh. Ia pun lihat dua bajangan

lari saling kedjar, bajangan jang belakangan mirip

dengan bajangannja Kouw Bak Giamlo. Tjepat

sekali, kedua bajangan itu lenjap dari

pemandangan mata. Biarnja La berniat mengedjar,

Siangkoan Hiok toh batalkan niatannja itu, karena

ia kuatir untuk tinggalkan tugasnja. Ia telah

memeriksa kedalam, ia lihat keadaan aman, ia

menudju keluar, maka kebetulan jsekali, disini ia

tampak pendjagas pintu lagi mundur, maka ia

umpatkan mereka, kemudian ia muntjul selagi

pendjahat pentang batjot besar.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

552

Hwee Hay Kwie kenali itu djago tua, ia menuding,

ia tertawa bcrkakakan.

"Aku kira siapa, tak tahunja kau, tua-bangka !"

mengedjek ini Iblis jang keempat."Kau harus

Insaf, sudah beberapa kali kau lolos dari

tangannja Hoei Thian Ho, tetapi sekarang

kau masih ? berani banjak laga disini! Kau ketahui,

adalah kaupunja SoerTcaya ini jang telah kuntit kau

ditengah djalam, jang telah main sunglap diatas

kepala kau! Kau Isebagai bangke hidup sadja, kau

tidak engah! Tjoba itu waktu aku ada pikir untuk

ambil batok ke palamu, dengan gampang aku bisa

lakukan Itu! Bagaimana sekarang kau berami

bertingkah didepan kaupunja Soe-Toaya, aku nanti

antar kau pulang kerumah nenek mojangmu,

supaja kau tidak bikin orang ketjewa!"

In Hay Tjhong-liong gusar bukan main karena

edjekan itu.

"Binatang, djangan kau lari! Aku nanti bikin kau

djadi setan tanpa kepala!"

Sambil membentak demikian, djago tua ini

hendak lontjat turun, ketika satu sinar putih jang

berkeredepan menjamber ia, pada dadanja. Ia insaf

bahajamja tempuling jang beratjun itu, maka

sambil mundur, ia menjampok dengan goloknja,

hingga dengan suara njaring, tempuling itu

tersampok djatuh kebawah gunung2an palsu itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

553

Atas ini, tukang2 panah sudah lantas menjerang,

dari dua djurusan.

Kedua Iblis dan kawan2nja berada dalam bahaja,

mereka terkepung dan berada ditempat terang,

tetapi mereka ada liehay dan tabah, begitu dengar

suara gendewa mendjepret, semua mereka lantas

lontjat mundur dan bergulingan, sampai dimuka

tangga. Dengan, satu gerakan "Lee hie ta teng",

atau "Ikan tambra meletik", Hwee Hay Kwie

mendahului lontjat bangun, akan terus lontjat

ketangga. Biasanja thia besar ini ada terang tetapi

sekarang gelap-gulita, kesini semua pendjahat ada

terang tetapi sekarang gelapgulita, kesini semua

pendjahat undurkan diri.

In Hay Tjhong-liong berkuatir, karena itu ada

djalanan masuk kepedalaman. djikalau kawanan

pendjahat bisa masuk lebih djauh, mereka pasti

membahajakan sekali. Maka ia lontjat turun sambil

adjak barisannja memgedjar.

Sebelum djago tua ini sampai ditangga, dalam

gelap-gulita dithia, ia dengar djeritan hebat

beberapa kali, lantas ia tampak beberapa tubuh,

telah terlempar keluar dan djatuh dimuka tangga,

djatuhnja mereka bagaikan bola sadja. Ia mendjadi

terperandjat bahna heran, apapula akan segera

dapati, tubuh mereka itu lantas tak berkutik lagi,

semuanja rebah bagaikan majat. Lantas sadja ia

mundur.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

554

Karena ini djuga, kawanan pend]ahat jang

disebelah belakang diadi mundur pula.

Barisan panah akan bekerdja dengan berhasil

kalau sekarang mereka menjerang rula, apamau,

mereka tidak gunai panah mereka, sebab mereka

pun pada berdiam seperti patung. Karena mereka

pun heran dan kaget.

Hampir di-itu waktu, dari thia jang gelap ?

dengan oramgnja tidak tertampak ? terdengar

satu suara njaring dan seram, jang menakuti, jang

mana terus disusul sama suara tertawa besar.

Kemudian :

"Sembilan Iblis dari Liok Siauw San, apakah

benar2 kauorang tidak mau lekas2 angkat kaki dari

sini?" demikian suaru2 pertanjaan itu ? jang penuh

dengan sifat antjaman. "Sekarang ini kauorang

punja pemimoin aku kuatir sudah tinggal sembilan

bagian mati dan satu bagian hidup, sukar untuk dia

tolong dirinja sendiri, dia tak punja daja dan ketika

akan bantu kauoramg!"

Hatinja Pek Djit Kwie mendjadi tjiut, terutama

karena lihat, diantara beberapa tauwbak jang

rubuh itu, ada djuga tubuhnja Hwee Hay Kwie, Iblis

jang keempat. Ia sangsi, suara itu ada dari manusia

atau dari iblis. Maka dengan adjak sisa tauwbak,

jang belum mati, ia lantas putar tubuh dan lari,

dengan tak rintangan, iaorang sampai dithia besar,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

555

sampai kemudian mereka nerobos keluar dan

bertemu sama Kip Hiat Kwie dan Toh Kiap Kwie.

Dua saudara ini pun terima kabar hebat itu dengan

kaget.

Memang, selama madjunja mereka belum

pernah lihat mereka punja pemimpin. Siapa tahu

sekarang, dengan tiba2, mereka ketemu sama

musuh tak terlihat itu, jang setjara gampang ? tapi

entah dengan tjara apa ? sudah binasakan mereka

punja saudara serta lima tauwbak. Inilah hebat.

Maka, kalau benar ketua mereka sendiri sudah

tidak berdaja, mereka pun tentu akan sukar

loloskan diri. Dari itu, diachirnja, mereka ambil

putusan untuk mundur, hanja tidak dengan ambil

djalan asal, supaja mereka bisa sekalian lihat lain2

rombongan.

Baharu sadja mereka ambil putusan,

mendadakan dipintu sebelah kiri, diatas tembok,

mereka dengar tanda rahasia, kapan ketiga Iblis itu

menoleh dengan tjepat, mereka lantas lihat satu

bajangan, malah mereka segera kenali Yoe-hoen

Pouw Djie, Iblis jang ke-sembilan, siapa telah

gerak-geraki tangannja, menggapegape setjara

luar biasa, tandanja ada urusan penting.

Tidak mensiasiakan tempo lagi, Kip Hiat Kwie

lontjat keatas tembok, akan hampirkan kawan itu,

dari siapa ia lantas dengar kabar hebat, jalah

ketjelakaan jang menimpa rombongan lainnja,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

556

jaiitu rombongan jang kiri, sebab Touwsoe Lee Soe

Tjin dari Liong kie-tjee, ber-sama2 Siauw Yauw

Kwie, Iblis jang ke-delapan, serta empat tauwbak,

telah terbinasa diantara hudjan panah, hingga dari

antara rombongan itu, ketinggalan Pouw Djie

sendiri, sia! pa telah kabur kekiri, tapi kare! na

tidak menemui kepala mereka serta lain kawan lagi,

lantas lari kesini, maka sukur, ia bertemu sama ini

tiga saudara, hania ia kaget akan dengar, djuga

disini, pihak mereka telah dapat pukulan keras.

Dalam bingung, kedua pihak ambil putusan akan

menjingkir.

"Mari," kata Yoe-hoen Pouw Djie.

Kip Hiat Kwie menurut, dari itu, Toh Kiap Kwie

dan Pek Djit Kwie, ber-sama2 sisa tiga tauwbak

lagi, lantas angkat kaki mergikuti Iblis ke-sembilan

itu. Mereka kabur dengan ambil djalan atas

genteng, ketika mereka lontjat turun ditembok kiri,
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disana mereka bertemu sama Yoe-hoen Pouw Djie

punja satu tauwbak, siapa sambut mereka sambil

banting2 kaki.

"Tjelaka, tjelaka betul!" demikian katanja, jang

sibuk tidak keruan. "Barusan aku dikabarkan oleh

satu saudara dari rombongan ke-tiga bawa

pemimpin kita telah terluka parah, bahwa Tjittjee
tjoe, jang berkelahi mati2an, telah dapati

kebinasaannja, hingga melainkan Liok-tjee-tjoe,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

557

dengan sisa saudara2 lainnja, dengan gendong

pemimpin kita, jang kabur keluar dari kepungan,

langsung dari belakang kuil, dengan ambil djalan

air, mereka sudah menjingkir terus. Untuk kita ada

ditinggalkan beberapa buah perahu, untuk kita

malam2 djuga pulang ke Ah-bie-tjioe, untuk disana

kita dajakan pula tindakan? pembalasan. Setelah

kasi kabar, saudara itu bersama saudaraku sudah

pergi, untuk siapkan perahu."

Kip Hiat Kwie terima kabar itu dengan kaget,

kualir dan bingung, maka tidak tempo lagi, ia adjak

semua kawannja terus lari kearah kuil keluarga

Bhok, buat dari sana mereka naik perahu mereka,

akan angkat kaki.

Sebenarnja mereka boleh kabur dengan tak usah

kesusu, karena djuga didalam istana, oihak tuan

rumah ada sedang bingung sebagai akibat dari itu

serbuan hebat, walaupun serbuan telah diketahui

bakal terdjadi dan sudah di-nanti2.

In Hay Tjhong-liong dan semua kee-tjiang telah

dibikin kaget dan heran oleh itu kedjadian luar

biasa didepan mereka. Musuh mendadakan

terpukul mundur dengan tidak berdaja, sisa musuh

lantas kabur tjuma karena dengar suara antjaman

jang seram dan suara tertawa jang mengedjek.

Mereka tidak tahu, siapa adanja itu penolong jang

tidak perlihatkan diri, jang begitu gagah.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

558

Maka itu, untuk tjari itu orang gagah, Siangkoan

Hiok lantas lari kearah tangga. Hampir berbareng

sama sampainja ia dimuka tangga, disitu pun

rauntjul satu orang tua dengan kumis dan djenggot

pandjang, jang tubuhnja tertutup djuba sutji.

Sebab orang itu adalah satu pendeta tua, siapa

sambut ia dengan sedakapkan kedua tangannja

dan tertawa dengan manis .

"Maafkan pintjeng, loo-tanwat," demikian kata

pendeta itu. "Sajang pintjeng telah datang

terlambat, sampai hampir sadja pintjeng

menjebabkan kegagalan!"

Siangkoan Hiok mendjadi girang sekali, karena ia

segera kenali Boe Tjoe Siansoe, pendeta dengan

siapa ia berplsahan dlluar kota. Ia djadi girang

berbareng heran dan kagum, dengan tersipu2, ia

membalas hormat.

"Terima kasih, loosoehoe, terima kasih," berkata

ia, jang tapinja tertawa. "Aku ada satu tuabangka

tak berguna, maka baiknja loosiansoe keburu

datang, hingga musuh bisa segera dipukul mundur

dengan ketakutan! Ruparupanja loosiansoe datang

berbareng sama Kat Tay-hiap, maka kenapa

sekarang loosiansoe tidak ber-sama2 tayhiap itu?"

Boe Tjoe Siansoe hampirkan djago tua itu

terlebih dekat.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

559

"Soeteeku ada punja lain urusan jang penting, ia

tak bisa berdiam disini lebih lama pula, dari itu ia

sudah berlalu dari ini istana," ia mendjawab.

"Sekarang ini tentulah semua pendjahat sudah

kabur, hanja disini ada banjak orang jang rubuh

sebagai kurban, maka itu, tolong loo-tan-wat lekas

bekerdja, untuk membereskamnja, pintjeng sendiri

tidak dapat berdiam disini Iamas. Sampai kitaorang

bertemu pula, karena sekarang djuga pintjeng

mohon pamitan."

Siangkoan Hiok terperandjat, sampai ia samber

oramg punja udjung djuba.

"Tetapi, loosiansoe, aku sendiri ada djadi tetamu

disini!" berkata ia. "Bagaimana loosiansoe bisa

lantas tinggalkan istana ini sedang sampai

sekarang Say-ong Pouw Louw belum kelihatan

sama sekali dan sahabatku Kouw Bak Giam-lo

entah kemana perginja? Kat Tayhiap sudah pergi,

bagaimana loosiansoe djuga hendak berlalu? Aku

harap loosiansoe suka bantu kita sampai diachirnja"

Selagi In Hay Tjhong-liong baharu berkata

sampai disitu, tiba2 terdengar tindakan dari banjak

kaki jang berisik lagi mendatangi dibarengi sama

sinarnja obor ber-gerak2, lantas tertampak

serombongan orang ber-lari2 mendatangi, jang lari

dimuka ada Kim Tjie Peng, dibebokongnja ada

siang-pian atau sepasang pian, begitu lekas ia

datang dekat, ia lontjat ketangga, akan berlututPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

560

didepan Boe Tjoe Siansoe, sambil menangis, ia

manggut berulang-ulang.

"Baharulah sekarang tjutju-murid jang nasibnja

malang bisa bertemu sama soepeh-tjouw !...

berkata ia, jang suaranja terus berhenti, saking ia

berduka, karena ia terus sesenggukan.

(Akan disambung)PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

561

PIAN SAY HONG IN

Jilid : 04

Dituturkan Oleh : O.K.T

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

__________________________________

"Anak, kau bangun," berkata Boe Tjoe Siansoe,

suara siapa pun ada terpengaruh oleh terharunja

iapunja hati. "Sebenarnja pintjeng telah menduga

jang Hoei Thian Ho, Itu djahanam, bakal datang ke

mari, siapa tahu, ia tak tertampak sekalipun

bajangannja sadja, maka itu, aku duga, ia masih

berdiam di Plt Mo Gay. Oleh karena ini, belum

sampai menemui kau, aku berniat berangkat. untuk

susul kaupunja Kat Soesiok, guna sama2 ia pergi

ke sarangnja pendjahat tjelaka itu, musuhmu, guna

menuntut balas. Anak, di istana ini masih ada

banjak urusan, maka untuk sementara itu, djangan

kau pentingkan urusan pribadimu sendiri, kau

mesti berdiam terus di sini, untuk bantu apa jangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

562

kau bisa. Sekarang aku hendak pergi, nanti sadja

kitaorang bertemu pula"

Setelah itu, pendeta ini undurkan diri, agaknja ia

hendak endjot tubuh, buat lontjat naik ke atas

genteng, akan tetapi di itu waktu, dari dalam, ada

ber-lari2 dua orang, sambil jang di depan ber
teriak2: "Kim Touwsoe Slangkoan Loolatkhoa

Tolong minta Loosiansoe menunggu sebentar !"

Terus sadja dua orang itu berlari2, sampai

achirnja mereka sampai, kemudian jang di depan

segera mendjura sampai dalam kepada pendeta

itu.

Sekarang orang lihat njata itu dua orang, jalah

Toakongtjoe Bhok Thian Po bersama-sama Bhok

Tjiong.

Sebenarnja, muntjulnja pendeta tua itu telah ada

jang kabarkan ke dalam kamar rahasia, kepada

Bhok Kongya, siapa sedang berkumpul bersama
sama kedua puteranja dan Ang-hay-djie Tjoh Koen.

Memangnja, orang bangsawan ini sabana terima

kabar dari luaran, perihal datangnja musuh,

tentang di mana ada terdjadi pertempuran, dan

warta jang terbelakang ada dari salah satu

orangnja Kim Touwsoe, maka Tjoh Koen lantas

sadja duga Boe Tjoe Siansoe.

Mengetahui musuh telah mundur dan pertjaja

bahaja sudah tidak ada, Bhok Kongya berniatPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

563

keluar sendiri, untuk ketemul Boe Tjoe Siansoe,

tapi Toakongtjoe mentjegah, putera pertama ini

segera lari keluar, untuk wakili ajahnja, maka itu,

Bhok Tjiong lantas ikut madjikan mudanja itu.

Sembari memberi hormat, Bhok Thian Po lantas

undang pendeta tua itu untuk menemui iapunja

ajah, jang minta dengan sangat orang pertapaan ini

bikin pertemuan. Ia pun mengutjap terima kasih

atas kedatangannja pendeta ini, jang telah sudi

membantu pihak ia, jang sedang terantjam bahaja.

Kemudian, menoleh pada Kim Tjie Peng dan

Siangkoan Hiok, Toakongtjoe berkata pula:"Musuh

telah mundur, akan tetapi sampai sekarang

kitaorang belum melihat Tjoh Loosoehoe. Ajahku

telah kirim orang, untuk mentjari, hasilnja tidak

ada, hingga kita semua mendjadi ibuk. Maka itu,

bagaimana sekarang? Liong Tjiangkoen sekarang

ada di dalam, ia sedang periksa orang? jang binasa

dan luka, tapi menurut ia, la pun tidak pernah

ketemu sama Tjoh Loosoehoe. Barangkali

Loosiansoe ketahui tentang Tjoh Loosoehoe, dari

itu, tolong djiewie kawani Loosiansoe masuk ke

pedalaman, untuk bertemu ajah. Ajali djuga ingin

bitiara sama djiewie sendiri."

In Hay Tjhong-liong kaget dan bingung

mengetahui tentang saudara angkatnja itu tidak

ada jang ketahui.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

564

"Loosiansoe, apakah kau dan Kat Tayhiap djuga

tidak pernah melihat saudaraku itu?" ia tanja Boe

Tjoe Siansoe. "Ke mana sahabatku itu telah pergi?
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku harap ia tidak nampak bentjana apes"

Boe Tjoe Siansoe rangkap kedua tangannja di

depan dada, ia menggeleng kepala dan mengelah

napas.

"Djangan kaget, loo-tan-wat, kau akan segera

mengerti sendiri," ia djawab. "Kedjadian2 ada

saling bersangkutan dan berputeran-puteran tak

ada hasilnja. Itulah sebabnja kenapa pintjeng telah

menuntut penghidupan menurut agama, tapi djuga

pintjeng sukar melepaskan diri dari libatan dunia,

melulu disebabkan dia ini" dan ia menundjuk pada

Kim Tjie Peng. "Oleh karena pintjeng kerembet2

oleh dia ini, pintjeng pun djadi mesti muntjang
mantjing"

Hampir berbareng sama utjapannja pendeta itu,

sana-sini segera terlihat sinar api terang2, satu

tanda bahwa bahaja telah lewat dan istana telah

dibikin terang sebagaimana sediakala. Itu pun ada

djadi tanda bahwa Liong Touwsoe sudah selesai

sama penjelidikannja atas seluruh istana.

Menjusul itu, beberapa keetjiang pun muntjul,

selagi datang mendekati, ada di antaranja jang

berkata dengan njaring: "Kongya datang untuk

menjambut sendiri kepada Loosiansoe!"PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

565

Suara itu disusul sama muntjulnja sedjumlah

kee-tjiang lain, jang terus berdiri berbaris di kiri dan

kanan, dari atas tanga sampai di bawah, melihat

mana, Eoe Tjoe Siansoe mendjadi sibuk.

"Lekas Kongtjoe tjegah kepada Kongya, nanti

pintjeng sendiri jang datang menghadap !" berkata

ia kepada Toakongtjoe Bhok Thian Po. "Di berbagi

ruangan ada rebah banjak pendjahat, djanganlah

Kongya keluar"

Meskipun ia berkala demikian, dengan rapikan

djubanja, Boc Tjce Siansoe sudah lantas ber tindak

naik di undakan tangga.

Bhok Thian Po tidak lantas lari ke dalam, untuk

tjegah iapunja ajah, hanja, ber-sama2 In Hay

Tjhong-liong dan Kim Tjie Peng, ia bertindak

mengikuti di belakang pendeta itu, masuk terus

sampai di ruangan dalam. Baharu sadja mereka

sampai di ini ruangan, lantas tertampak Bhok

Tjiong dan Bhok Yok, dengan pedang di pinggang

masings, lagi dampingi Bhok Kongya, jang muntjul

dari pedalaman. Di belakang ini orang bangsawan

ada mengiring Touw soe Lok Hong dari Po-hie-tjee,

Djiekongtjoe Bhok Thian Lan dan Ang-hay-djie Tjoh

Koen, di belakang siapa masih ada serombongan

kee-tjiang.

"Oh-mie Too-hoed, maaf, maaf " memudji Boe

Tjoe Siansoe seorang diri seraja ia tjepatiPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

566

tindakannja, akan hampirkan orang agung itu, di

depan siapa ia terus mendjura. "Oh, Kongya,

maafkanlah pada pintjeng"

Bhok Kongya pun angkat tinggi kedua tangannja,

untuk membalas hormat.

"Djangan merendah, Loosiansoe," berkata ia,

dengan suara njaring. "Poen-tjiak telah dengar

Jaroa nama Loosiansoe, sekarang poen-tjiak bisa

bertemu sama Loosiansoe, bukan main poentjiak

punja girang. Dengan ini tertjapailah keinginan

poen-tjiak akan bisa bertemu sama Loosiansoe.

Disebelah itu sekarang poentjiak sangat bersukur

jang Loosiansoe telah datang kemari, bantu

melindungi pada poen-tjiak serumah-tangga. Ini

ada budi sangat besar, untuk ini poen-tjiak sangat

bersukur. Ini budi poen-tjiak akan ingat dalam hati

sanubariku. Sajang poen-tjiak tidak dapat bertemu

sama Kat Tay-hiap, jang katanja ada datang

bersama tetapi sudah lantas pergi pula, inilah

rupanja disebabkan poen-tjiak tidak berdjodo dan

Kat Tay-hiap tidak sudi memberikan peladjaran

kepada poen-tjiak"

Boe Tjoe Siansoe mendjura pula.

"Kongya ada baik sekali," berkata ia. "Tentang

pintjeng punja soetee, harap Kongya tidak buat

ketjil hati. Dengan sesungguhnja, ia mesti segera

berangkat dari sini, karena ia ada punja satu urusanPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

567

lain jang sangat penting, hingga ia mesti lakukan

perdjalanan ini malam2 djuga. Itu adalah urusan

jang ada sangkutpautnja dengan serbuan

pendjahat malam ini, atau lebih djelas, ia lagi

bekerdja untuk kepentingan terlebih djauh dari

Kongya sendiri, djadi ia pergi bukan karena ia

berkepala besar atau djumawa. Mengenai ini, harap

ongya sudi memberi maaf kepada soeteeku itu."

"Oh, kiranja Kat Tayhiap berangkat untuk urusan

poentjiak djuga!"berkata Bhok Kok-kong. "Apakah

Loosiansoe bisa beritaiiukan poentjiak, urusan

apakah sebenarnja itu? Tapi, Loosiansoe, silahkan

duduk. Dan Siangkoan Lootatkhoa bersama Tjin

Sin, mari duduk ber-sama2. Marilah kitaorang

mohon pengadjaran dari Loosiansoe."

TjLn Sin ada nama lain dari Touwsoe Lok Hong.

Boe Tjoe Siansoe mengutjap terima kasih, djuga

Siangkoan Hiok dan Lok Hong, kemudian, setelah

mendjalankan kehormatan lagi sekali, mereka

lantas pergi ambil tempat duduk.

Baharu sadja orang berduduk, sebelum mereka

dapat kesempatan untuk bitjara, dua kee-ljiang

muntjul dari luar, sikapnja kesusu. didepannja

Bhok Kongya, mereka segera memberi hormat.

"Liong Tjiangkoen menitah meIapurkan bahwa

Tjoh Loosoehoe telah dapat diketemukan,"

demikian salah satu kee-tjiang. "Liong TjiangkoenPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

568

bilang, Tjoh Loosoehoe dan kepala pendjahat

Sayong Pouw Louw sudah bertarung diluar tembok

taman, mereka adu djiwa sampai dua2nja

mendapati luka parah, kalau si kepala pendjahat

telah dibawa kabur oleh kawan2nja, Tjoh

Loosoehoe telah dibawa ke Siauw-hong-lay oleh

Kat Tay-hiap. Sekarang ini Tjoh Loosoehoe sedang

rebah tak berkutik, maka Liong Tjiang-koen mohon

supaja Siauwsoehoe dan Siangkoan Lootatkhoa

lekas pergi untuk menengoknja."

Habis berkata begitu, kedua kee-tjiang itu segera

mundur, akan berdiri dipinggiran.

Bhok Kongya terperandjat sampai ia berbangkit

dengan segera.

Siangkoan Hiok dan Tjoh Koen djuga kaget

bukan main, begitupun Bhok Thian Lan. hingga

mereka berlontjat bangun, malah kedua anak muda

itu sudah mau lantas lari keluar. Air mata mereka

berdua sudah lantas sadja berlinang2.

Bhok Kongya membanting kaki bahna menjesal.

"Tjoh Loosoehoe ada baik sekali dan ia telah

melepas budi kepada pihakku," ia kata. "Ia telah

pergi tanpa keruan paran, hati poentjiak memang

sudah tidak tenteram, siapa tahu, ia benar? nampak

bahaja Oh... Loo siansoe, bagaimana bila ia

sampai mendapat tjelaka? Loosiansoe, sudikah kauPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

569

pergi ber-sama", untuk meniliknja, untuk menolong

padanja? Maukah Loosiansoe meluluskannja?"

Orang bangsawan ini ber-katasambil hadapi si

pendeta tua.

"Djangan kesusu, Kongya," berkata Boe Tjoe.

"Pintjeng mengerti djuga sedikit tentang obat^an,

nanti pintjeng tengok pada Tjoh Loosoehoe. Tapi

soeteeku Kat Kian Soen tentu lelah tinggalkan

obatnja, pintjeng pertjaja sudah tidak ada bahaja

untuk Loosoehoe. Baik, Kongya, pintjeng nanti

turut Toakongtjoe pergi lihat pada Tjoh Loosoehoe

itu."

Mendengar itu, hatinja Bhok Kongya mendjadi

lega.

"Terima kasih, Loosiansoe," berkata ia, jang

terus titahkan Bhok Tjibng dan Bhok Yok akan

djalan dimuka, ia sendiri lantas djalan berendeng

sama itu pendeta tua. Dibelakang mereka ada

mengiring DJiekongtjoe Thian Lan, In Hay Tjhong
liong Siangkoan Hiok dan Ang-hay-djie Tjoh Koen

dipaling belakang ada berdjalan sedjumlah

keetjiaing, barisan pahlawan dari Bhok Kongya, Lok

Touwsoe ber-sama Kini Tjie Peng dan Toakongtjoe

Thian Po tidak dikasi ikut, karena mereka mesti

terus berdiam didalam, lianja mereka dipesan

untuk periksa lebih djauh kurban? pend jahat,

terutama untuk urus majat mereka itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

570

Oleh karena semua orang berdjalan dengan

tjepat. dengan lekas djuga rombonganuja Bhok

ICongya ini sudah sampai di Siauw-hong-lay.

Liong Tjay Thian telah diberitahukan sampainja

Bhok Kongya, ia segera muntjul dari dalam kamar,

untuk sambut itu orang bangsawan, sembari

mendjura, ia berkata : "Siamv-tjiang tak punja

guna, lugasku telah didjalankan tak sempurna,

sampai Kongya semua mendapat kaget, hingga

banjak pahlawan kita jang terbinasa dan terluka.

Untuk itu. . siauwtjiang mohon diberi hukuman"

Menjusul kata2nja itu, Liong Tjiangkoen mau

berlutut, tetapi Bhok Kongya segera madju sambil

ulur kedua tangannja, untuk mentjegah panglima

itu tekuk lutut.

"Persahabatan kita melarang kau bitjara seperti

apa jang barusan kau utjapkan," berkata orang
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

agung ini, "malah utjapanmu itu membikin aku

malu. Aku malu atas apa jang terdjadi dengan Tjoh

Loosoehoe. Ini ada katja untuk kltaorang bekerdja

lebih hati2 dan sungguh?, untuk bisa tindas kaum

pendjahat jang kurang adjar itu, agar keatas kita

bisa balas budinja Sri Baginda, dan kebawah kita

bitea bikin puas kurban kegahasan kawanan

pendjahat itu. Aku sangat menjesal atas apa jang

terdjadi atas dirinja Tjoh Loosoehoe, jang begitu

ber-sungguh2 membelai keluargaku Aku datangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

571

ber-sama ini Boe Tjoe Loosiansoe, untuk tengok

Loosoehoe. Bagaimana ia sekarang?"

Sebelumnja Liong Touwsoe dja wab orang agung

itu, ia sudah mengawasi pada si pendeta tua, jang

romannja alim dan agung dengan berbareng, ia

terus memberi hormat, jang mana segera dibalas

oleh Boe Tjoe Siansoe.

"Harap Kongya ketahui," kemudian ia kata pada

Bhok Kongya, "Tjoh Loosoehoe telah makan

obatnja Kat Tayhiap dan sekarang ia sedang tidur

njenjak. Silahkan Kongya masuk kedalam."

Bhok Kongya manggut, ia lantas bertindak

dengan dipimpin oleh itu panglima, sedang jang

lain2 lantas mengikuti. Semua bertindak dengan

pelahau, tidak ada jang bitjara, hingga suasana

djadi sangat sunji.

Thian Lan dan Tjoh Koen tidak bisa kendalikan

diri lagi, begitu sampai dipintu kamar, mereka

lontjat kepintu itu, setelah menjingkap moeilie,

mereka melongok sambil terus bertindak masuk.

Tak tahan lagi, mereka mau mendjerit menangis.

Tapi berbareng dengan itu, dua tangan jang kuat

telah samber pundak mereka masing2 dan mereka

segera ditarik keluar, hingga tangisan mereka

dapat tertjegah.

Dengan mata ber-linang2 air, mereka menoleh

kebelakang dan lihat Liong Touwsoe adalah orangPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

572

jang menghalangi mereka. Tapi Touwsoe itu segera

berbisik pada mereka, katanja: "Djangan bikin

berisik Tjoh Loosoehoe baharu sadja makan obat,

sekarang tenaga obat lagi bekerdja, maka ia tak

boleh dibikin kaget dan mendusin, nanti

keadaannja djadi berbahaja !"

Dua botja itu mengerti, mereka manggut,

mereka mundur pula, mereka pergi ketangga

dimana mereka duduk sambil menjekap muka,

menangis dengan tidak bersuara.

Diluar djendela ada berdiri In Ilay Tjhong-liong.

Ia tidak turut masuk kedalam, hanja dengan ber
indap2 mengbampirkan djendela. Tua ia ada, ia

telah mandi air mata. Ia tak kalah sedihnja

daripada dua boija itu. Ia telah bikin petjah kertas

djendela dan mengintip kedalamnja, hingga ia

mendapati pemandangan jang bikin hatinja

mentjelos.

Rebah diatas pembaringan ada tubuh jang besar

dari Kouw Bak Giam-Io. seluruh tubuh dikerebongi

hingga tak kelihatan apa2 Djtiga mukanja djago itu

tidak kelihatan njata, karena dari djidat sampai

dihidang, telah dibungkus dengan kain putih dan

kain putih itu merah dengan darah. Agar tidak

menjebabkan mendusinja sahabat itu, Slangkoan

Iliok lekas? djauhkan diri dari djendela. Kctjuali air

matanja, iapunja mulut pun sudah mau terbuka,

akan perdengarkan tangisan. Ketika ia menolehPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

573

ketangga, kembali hatinja mentjelos, karena disana

ia saksikan kedua botja jang lagi bersedih.

"Pantas djikalau Tjoli Koen bersedih, karena

mereka ada ajah dan anak," pikir ia. "Tapi ini satu,

Bhok Kongtjoe, ia melainkan satu murid, iapun

masih sangat muda, siapa tahu, ia pun ada punja

liangsim."

Ia berniat hiburkan itu dua anak ketika ia lihat

Liong Touwsoe muntjul dipintu dan menggape

padanja, maka sambil tepas air matanja; ia

menghampirkan, ia masuk keruangan dalam, ikut

itu panglima berkumpul sama Bhok Kongya dan

Boe Tjoe Siansoe. keduanja sambil berduduk

sedang bitjara dengan pelahan.

Boe Tjoe Siansoe sedang tuturkan pada itu orang

bangsawan perihal sepak-terdjangnja Kat Kian

Soen. jang telah bekerdja ber-sama2 Tok Tiang

Tjeng, Shong Tjoe Ong dan Thie Tek Seng,

mengetahui mana, Bhok Kongya manggut2 dan

njatakan sukurnja hati, karena ada begitu banjak

orang berilmu jang sudi bantu ia.

Bhok Kongya lihat masuknja Siangkoan Hiok,

jang asik menepas air mata, ia djadi terharu.

"Bagaimana sebenarnja pertem puran diantara

Tjoh Loosoehoe dengan Say-ong Pouw Low?" Bhok

Kongya tanja Liong Touwsoe, suaranja pelahan.

"Bagaimana dengan Tjoh Loosoehoe punja luka itu.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

574

bagaimana didapatnja? Apakah kau lihat sendiri

mereka itu bertempur?"

Liong Touwsoe menggeleng kepalanja.

"Sebagaimana sudah diletapkan. Tjay Thian

mendjaga dipintu taman," berkata ia dengan

penjahutannja. "Setelah Kim Touwsoe petjah

barisannja, akan membantu kedalam. Tjay Thian

sendiri terus pimpin orang2ku akan tangkis

madjunja musuh, dari tembok jang tinggi, kita

memanah keluar tembok dimana ada belasan orang

djahat, hingga kita bisa rintangi mereka itu

menjerbu kedalam Selagi pertempuran bcrdjalan

lebih djauh, dari luar tembok ada datang satu

pendjahat, jang terus bisiki kawannja. Ia datang

dengan lontjat turun dari sebuah pohon pek.

Setelah itu. satu pendjahat mengilang kearah

ajunan ditepi empang. Si pendjahat jang baharu

datang itu mengilang keatas gunung2an, disana ia

meniup suitan dua kali, jang mana disambut oleh

kawan2nja, jang kita sedang iajanL Habis itu,

sekedjab sadja, semua pendjahat uhdurkan diri,

kearah gunung-gunungan itu. Oleh karena kuatir

musuh menggunai siasat, Tjay Thian tidak berani

kedjar mereka. Belakangan Tjoh Thian duga,

musuh mundur rupanja untuk bantu iaorang punja

pemimpin. Kemudian Tjay Thian terima laporan

djuga pendjahat dipedalaman telah mundur seN

mua. Adalah setelah itu, Tjay Thian perintah bukaPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

575

pintu taman, akan memburu keluar, untuk lakukan

pemeriksaan luas diseluruh taman, akan tjari sisa2

musuh. Tjay Thian pun kirim beberapa orang keluar

dari pintu samping, akan tjoba tjari Tjoh

Loosoehoe, jang sampai sebegitu djauh kitaorang

belum pernah li hat. Sebenarnja Tjay Thian ada

sangat berkuatir, sebab meskipun musuh sudah tak

ada barang satu. TyOh Loosoehoe sendiri entah

pergi kemana, sedang menurut dugaan Tjay Thian,

ia mesti berada bersendirian sadja. Kemana Tjoh

Loosoehoe sudah pergi? Sedangng Tjay Thian

bingung memikirkan, datanglah katjungnja Tjoh

Loosoehoe. Ia berlari-lari dengan keras, romannja

sangat sibuk atau berkuatir. Ia kata bahwa Tjoh

Loosoehoe sudah pulang, mukanja mandi darah,

bahwa bersama Tjoh Loosoehoe ada seorang jang

ia tidak kenal, jang terus obati lukanja Loosoehoe

itu. Katjung itu memang sengadja datang untuk

mengabarkan pada Tjhay Thian. Mendengar itu,

dengan tak ajal lagi, Tjay Thian lantas lari ke Siauw
honglay. Di sana Tjay Thian lihat Tjoh Loosoehoe

sedang duduk sendirian diatas pembaringan,

mukanja putjat, matanja dibungkus, tapi darah

masih sadja merembes keluar. Ia masih sehat

seperti biasa, ia masih kenali dengan baik suara

Tjay Thian. Maka djuga. ia telah kata padaku,

'Bagus Tjiangkoen datang ke mari. Di pihak

pedalaman. Tjiangkoen djangan buat kuatir. di

sana ada Boe Tjoe Loosiansoe jang rintangi musuh.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

576

Aku telah terluka parah tetapi djuga djafianam she

Louw itu berada dalam bahaja maut. Aku pulang ke

mari karena ditolong oleh Kat Tayhiap, siapa telah

obati djuga padaku, hanja sajang, ia telah mesti

lantas pergi pula. Untukku, ia tinggalkan obatnja

jang mandjur. Sekarang djuga aku ingin bitjara

pada Kongya, tetapi Kat Tayhiap beritahukan aku.

aku mesti makan obatnja dan beristirahat satu

djam, sesudah itu baharu aku boleh bangun tidur.

Sekarang pendjahat sudah kehilangan

pemimpinnja, kawanan pendjahat ada sebagai ular

iang tak punja kepala, sedang djuga Boe Tjoe

Siansoe masih ada di sini, sudah tak ada jang

dikuatirkan lagi, maka itu silahkan Tjiangkoen pergi

melakukan pemeriksaan, akan urus semua korban,

haik di fihak pendjahat maupun difihak kita.

Tentang aku, djangan Tjiangkoen pikirkan pula "

Berkata sampai di situ, suaranja Tjoh Loosoehoe

djadi lemah, ia ambil satu botol ketjil, jaug memuat

obat bubuk, dan makan obat itu. Aku lekas: tjarikan

ia air, jang ia terus minum. Baharu sadja ia minum

habis, tangannja sudah bergemetar, sampai tjawan

thee terlepas dan djatuh terbanting hantjur. Aku

telah pegangi tubuhnja dan tanja. bagaimana ia

rasai dirinja. Ia tidak mendjawab, mulutnja

tertutup rapat, tapi sesaat kemudian, ia buka
Ancaman Bencana Di Perbatasan karya O K T di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulutnja dan berkata dengan keras: 'Sebisa-bisa

tahanlah Boe Tjoe Siansoe, perlu sekali...' Sampai

di situ, tubuhnja lantas rubuh ke atas pembaringan,PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

577

maka aku rebahkan ia dengan baik dan kerobongi

selimut, kemudian aku kirim kabar pada Kongya.

Tentang bagaimana ia bertempur dan mendapat

luka, tak ada seorang lain jang mendapat tahu.

Rupanja tjuma Kat Tayhiap seorang diri jang

ketahui itu..."

Sepasang alisnja Bhok Kongya mengkerut kapan

ia dengar itu keterangan, keterangan jang gelap

bagi ia, jang mendukakan hatinja.

"Loosiansoe," ia tanja Boe Tjoe Siansoe,

"bagaimana Loosiansoe pikir tentang Tjoh

Loosoehoe, apa tidak ada halangannja?"

"Ja..." Siangkoan Hiok berkata, sebelum pendeta

itu menjabuti, "tadi pun Loosiausoe bilang,

Loosiansoe ada mengetahui suatu apa perihal

terlukanja sahabatku itu.

Apakah Loosiansoe dan Kat Tayhiap ada bersama

diwaktu pertempuran tcrdjadi dan turut

menjaksikannja?"

Boe Tjoe Siansoe gojang kepala.

"Memang benar pintjeng datang bersama-sama

Kat Soetee, akan tetapi sesampainja disini, kita

berpentjaran," ia mendjawab. "Pintjeng menudju

kekiri, dari Itu, pintjeng tak dapat ketika untuk

menjaksikan. Dari belakang, pintjeng lihat serbuan

musuh ada hebat, lantas pintjeng pergi kedepan.PIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

578

Dimana dibelakang dan depan ada gelap, pintjeng

bisa madju dengan tak terlihat oleh siapa djuga.

Diruangan tengah dari bahagian depan, pintjeng

tjegat serangan pendjahat. Pintjeng lihat

muntjulnja Siangkoan Lootatkhoa, jang terus lajani

musuh, tadlnja pintjeng hendak membantu,

djusteru itu, Kat Soetee datang dan bisiki pintjeng

bahwa Tjoh Loosoehoe telah terluka. Selagi kita

bitjara, pendjahat telah merangsek dengan mereka

pumja tipu silat bergulingan jang liehay, maka itu,

ketika mereka itu menjerbu kedalam, ber-sama2

Kat Soetee, pintjeng sambut mereka. Ditempat

gelap, tidak terlihat oleh siapa djuga, kita bisa

bekerdja dengan leluasa. Mula2 kita rubuhkan

mereka, kemudian sebelum mereka sempat

berkutik, kita dupak mereka hingga mereka semua

telah terlempar keluar, rubuh dengan tidak

bergerak lagi, rupanja mereka semua tak dapat

tolong djiwa mereka. Ingat Itu, sekarang pintjeng

menjesal, karena diluar keinginan, pintjeng sudah

membuka larangan membunuh. Habis itu. dari

tempatnja sembunji, Kat Soetee antjam kawanan

pendjahat itu, sampai mereka djerih dan angkat

kaki Setelah Itu, Kat Soetee pamitan dan lebih

dahulu meninggalkan istana ini. Menurut Kat

Soetee, kepala pendjahat telah mendapat luka

hebat sekali.

bisa diadi, siang atau malam, dia , bakal

kehilangan djiwamja, hingga selandjutnja, satuPIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

579

bibit bahaja djadi tersingkir, hingga penduduk

Inlam boleh bernapas lega. Sekarang Tjoh

Loosoehoe sedang tidur mjenjak akibat bekerdjanja

obat dari Kat Soetee, sebentar, apabila ia sudah

mendusin, ia tentu bisa berikan penuturan djelas

perihal pertempurannja itu"

Mendengar demikian, Siangkoan Hiok

mengeluarkan napas lega. Ia pertjoja Boe Tjoe

Siansoe, ia mau pertjaj8, sahabatnja itu akan

ketolongan.

Itu waktu Kim Tjie Peng muntjul dengan

selembar kertas tjatatan.

"Inilah dari Toakongtjoe," kata touwsoe itu.

"Disini ada ditjatat terang tentaug kurban2 dipihak

pendjahat dan kita."

Bhok Kongya sambuti tjatatan itu, untuk

diperiksa, maka ia dapat k&njataan, dipihak istana,

telah binasa dua-puluh serdadu ronda dan dua tjhia

danhoe-tauwbak. Dari barisan panah, binasa

delapan-belas anggauta serta satu tauwbaknja.

Dari barisan golok binasa tiga, dan dari barisan

tempuling tumbak, binasa lima anggauta. Djumlah

semua empat-puluh sembilan djiwa. Jang luka,

enteng dan berat, ada dua-puluh delapan orang.

Dari pihak pendjahat, lima-belas orang telah

binasa, dan antara mana, enam menjamar sebagai

ronda istana, diantaranja ada Lee Soe Tjin, touwsoePIAN SAY HONG IN - KOLEKTOR E-BOOK

580

dari Liong-kie-tjee, dan dua Iblis jalah Siauw Yauw

Kwie dan Hwee Hay Kwie.

Setelah memeriksa, Bhok Kongya angsurkan

daftar itu pada Liong Tjay Thian, iapunja mata

berlinang-linang.

"Aku menjesal jang aku tidak mampu mcntjegah

bentjana, sampai banjak orangku telah kehilangan

djiwanja," kata ia. "Kerugian di pihak kita njata ada

djauh terlebih besar daripada ke rugiannja pihak

pendjahat. Benar djuga pihak kepala pendjabat

telah terluka parah, akan tetapi Tjoh Loosoehoe

kita pun mesti menderita, entah bagaimana

keadaannja nanti, Aku malu terhadap akupunja

leluhur, maka aku bersumpah, aku nanti kerahkan

angkatan perang untuk basmi pendjahat sampai di


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau

Cari Blog Ini