Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 16
ketika hawa panas juga timbul dan bersamaan
itu dak-duk pukulan disertai terdesaknya
pemuda itu maka Peng Houw maklum
muridnya tak menang. Setengah Hok-te Sin
kang tak cukup menghadapi puteranya yang
tangguh.
"Cukup!" tiba-tiba pendekar itu
berseru nyaring. "Hentikan dan kau
mundurlah, Po Kwan. Sekarang kalian berdua
maju dan hadapilah adikmu itu!"1665
Po Kwan mandi keringat dan basah
kuyup Mati-matian ia mempertahankan diri
dan Hok-te Sin-kangnya lumer terkena panas.
Tiba-tiba tenaganya cepat habis dan iapun
gemetaran hebat. Maka begitu suhunya
berseru dan ia merasa lega, inilah kesempatan
mengatur napas maka ngeri melihat kedua
lengan sutenya yang merah marong, berpijar
pijar!
"Maaf, suheng, ayah telah
menghentikan kita."
"Tak apa, kau hebat. Aku...., aku
mengaku kalah, sute. Sinkangmu luar biasa
dan Boan-eng-sutmupun tak memalukan!"
Po Kwan terengah, kagum. Lalu ketika
adiknya dipanggil dan Siao Yen berkelebat
ragu-ragu, Li Ceng berseri memuji puteranya
maka gadis itupun menghadapi suhunya
dengan sikap setengah gentar, juga sungkan.
Akan tetapi Peng Houw memberi tanda.
"Kau dan kakakmu maju, berendeng, di
kiri kanan. Gabung tenaga kalian dan biar
kulihat sampai di mana kehebatan Lui-cu-sin
hwe-kang."1666
Gadis ini mengangguk, memberi
hormat. Dan ketika kakaknya juga
diperintahkan untuk maju kembali, menyerang
Boen Siong maka Po Kwan tampak ragu dan
melirik suhunya itu.
"Tak apa, ada aku di sini. Aku yang akan
menghentikan pertandingan bila bahaya
mengancam semuanya!"
Legalah pemuda itu , membalik
menghadapi sutenya. Dan ketika Boen Siong
menyambut dengan senyum dikulum, halus
dan menyejukkan maka pemuda itu berkata
agar mematuhi perintah.
"Ayah sebagai penonton, jauh lebih
awas daripada kita. Kalau ini yang dikehendaki
maju dan bersiaplah, suheng, aku akan
menerimanya. Betapapun ini ujian bagiku dan
kerahkan kepandaian kalian."
"Baik, akan tetapi sekarang kami
berdua. Hati-hati dan waspadalah, sute. Berat
bagi kami akan tetapi ini perintah, jangan
dianggap curang."
"Tidak. aku tahu. Kalian mulailah dan
Jangan ragu."1667
Po Kwan memberi isyarat adiknya dan
Siao Yenpun mengangguk. Mereka sudah
berhadapan di kiri kanan Boen Siong
sementara pemuda itupun bersiap. Dan ketika
mereka tak banyak bicara lagi dan membuang
keraguan, sute di depan mereka ini benar
benar lihai maka Po Kwan membentak disusul
adiknya.
"Awas, sute!"
Angin menderu dari kanan. Po Kwan
melompat dan bersamaan itu Siao Yen pun
bergerak. Dan ketika Boen Siong mengelak ke
kiri akan tetapi disambut serangan gadis itu,
menangkis akan tetapi dihantam dari kanan
maka pemuda ini tak mungkin menghindar lagi
dan cepat mengembangkan lengan menangkis
keduanya.
"Duk-plak!" Boen Siong terhuyung. Dari
dua tenaga Hok-te Sin-kang itu mendadak
keluarlah gencetan amat dahsyat. Boen Siong
tak mampu mempertahankan diri dan
terdorong! Dan ketika ia terkejut sementara
lawan bergerak maju, mengejar dan berseru
keras maka maklumlah Boen Siong bahwa1668
digabung menjadi Satu ilmu pukulan Hok-te
Sin-kang itu memang dahsyat sekali. Dan
lampu di tengah ruangan tiba-tiba jatuh!
Pemuda ini berkelebat
mempergunakan Boan-eng-sut ketika dicecar
dan dijepit. Tiba-tiba dengan cepat ia dikepung
dari kiri kanan, bahkan kadang-kadang dari
muka belakang ketika pasangan kakak beradik
itu memburu dan mengejarnya.
Dan ketika kembali ia menangkis akan
tetapi terhuyung untuk kedua kalinya, lantai
bergetar begitu hebat maka hampir saja Boen
Siong terpeleset dan terpelanting.
"Hebat! " pemuda ini berseru. "Tenaga
kalian uar biasa kuatnya, suleng, dadaku
sesak"
"Akan tetapi kau mampu lolos. Inipun
tak kalah hebat, sute. Kau mengagumkan!" lalu
ketika keduanya mendesak dan mengejar lagi,
wajah pendekar Gobi berseri-seri maka Li Ceng
terkejut dan mengerutkan kening. Cemas!
Wanita ini melihat betapa setiap dorongan
membuat puteranya mundur, hanya dengan
Boan eng-sut yang memang luar biasa itu Boen1669
Siong melepaskan diri. Akan tetapi karena
sikap ini berkesan penakut, lari dan
meninggalkan pertandingan dihimpit Hok-te
Sin-kang yang dahsyat maka wanita ini
khawatir dan mulai tak senang. Masa
puteranya harus kalah!
"Boen Siong, keluarkan senjatamu. Tak
usah malu karena kaupun dikeroyok!"
"Hm! Sang suami mengangguk. "Boleh,
Siong-ji. Kelurkan ilmu golokmu kalau memang
terdesak."
Akan tetapi Boen Siong menggeleng
dan berseru pada ayah ibunya bahwa hal itu
belum perlu. Justeru ia ingin merasakan
tekanan dan hebatnya Hok-te Sin-kang. Maka
ketiks ia berkelebatan Sementara suheng dan
sucinya terus mengejar, keduanya mulai
berseri dan girang akan desakan ini maka Po
Kwan tak takut jika sutenya megeluarkn golok.
"Benar, tak apa. Kamipun ingin tahu
permainan Thian-te-bu-pian-to-hot (Silat
Golok Langit Bumi Tak Bertepi) warisan
gurumu itu, Sute. Perlihatkanlah kepada kami1670
dan biar kami tahu kelihaian mendiang
locianpwe Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip"
"Tidak, aku benar-benar belum
terdesak. Kalau kalian mampu menjepit dan
mengurung aku barulah ilmu golok itu
kukeluarkan, suheng. Akan tetapi rasanya aku
sanggup bertangan kosong dulu, nanti
semuanya belakangan!"
Po Kwan membentak melihat
ketangguhan sutenya itu. Memang biarpun
didesak dan ditekan di kiri kanan akan tetapi
sutenya belum terdesak hebat. Hok-te Sin
kang menyambar dan mengepung akan tetapi
selalu lolos. Dengan Boan-eng-sutnya yang
luar biasa pemuda itu selalu menghilang. Dan
ketika ia penasaran tetapi juga bingung
bagaimana menjepit lawannya ini, tubuh sang
sute bagai siluman berkelebatan maka
terdengarlah bisikan agar mendesak pemuda
itu ke tembok.
"Kalian bertanding tak
mempergunakan akal. Tekan dan desak dia ke
tembok, Po Kwan, jaga dari kiri kanan agar tak
dapat lolos! Dan kau.. " bisikan itu menyelinap1671
ke telinga Siao Yen. "Kaupun tak usah
setengah-setengah, Siao Yen. Pepetlah dia ke
dinding dan buat tak mampu keluar!"
Kakak beradik itu girang. Itulah suara
suhu mereka dan tentu saja petunjuk ini
membuat keduanya berseri. Kenapa tak
mereka lihat itu, alangkah bodohnya! Maka
ketika keduanya membentak dan maju
serentak, mendorong dan ditangkis maka lagi
lagi Boen Siong terhuyung mundur dan
akhirnya tak sadar membelakangi tembok, hal
yang membuat ibunya kaget.
"Boen Siong, jengan mundur lagi.
Belakangmu tembok!"
Boen Siong terkejut. la sendiri
mengingat-ingat petunjuk gurunya sebelum
wafat. Ada kata-kata atau nasihat bila ia
menghadapi Hok-te Sin-kang. Maka ketika
sambil beterbangan ini mengingat-ingat
petunjuk itu , kaget ketika ibunya berseru
mendadak kakak beradik itu sudah berada di
depannya dan mendorong berbareng. Kesiur
angin dahsyat membuat pakaiannya berkibar.1672
"Sute, kali ini kau tak dapat meloloskan
diri lagi. Keluarkanlah Thian-te-bu-pin-to-hoat
atau kau celaka!"
Ajaib, saat itulah petunjuk sang guru
datang. Boen Siong tak mungkin mundur ke
belakang lagi setelah membelakangi tembok,
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia sadar setelah terlambat. Dan ketika
petunjuk itu datang di saat ia hampir
mencabut goloknya, hanya dengan Thian-te
bu-pian-to-hoat ia mampu meloloskan diri
maka terlihatlah pergelangan kiri kanan kakak
beradik itu, tepatnya jalan darah Lek-bu-hiat
dan Ui-beng-hiat!
"Jalan darah ini adalah keluar
masuknya hawa sakti. Karena Hok-te Sin-kang
benar-benar dahsyat maka totok dan
lumpuhkanlah pukulan itu, muridku,paling
tidak pemiliknya akan terkejut sedetik. Dan
inilah cara kita menyelamatkan diri" begitu
suhunya pernah berkata dan pemuda itu kini
mengingatnya kembali. Saat itu ia tak dapat
berpikir panjang dan kakak beradik itupun
sudah menjepitnya. Maka ketika tiba-tiba ia
berseru keras dan menyongsong dengan amat1673
berani, maju dan menotok pergelangan kakak
beradik itu maka Siao Yen maupun kakaknya
benar-benar tak menyangka. Pukulan sudah
demikian dahsyat menyambar akan tetapi
tiba-tiba hilang setengah jalan.
"Tuk-tuk!" Boen Siong memberosot
keluar dan kakak beradik itu berteriak.
Pergelangan terasa sakit dan saat itulah
serangan gagal, mereka terkejut dan kaget
bukan main. Dan ketika keduanya tertegun
sementara Boen Siong telah melepaskan diri,
ia selamat di luar maka bukan hanya kakak
beradik itu yang terkejut akan tetapi pendekar
Gurun Gobi juga bangkit dan berseru kaget.
"Ahh!" Peng Houw tak tahu apa yang
terjadi namun maklum bahwa sesuatu
mengguncang murid-muridnya. Siao Yen dan
kakaknya masih terbelalak, bengong. tetapi
ketika sang suhu bangkit dan berkelebat maju,
sadarlah dua muda-mudi itu maka mereka
menjatuhkan diri berlutut mohon ampun. Li
Ceng tiba-tiba bersorak dan mencelat dari
kursinya.
"Hore, puteraku menang!"1674
Bukan hanya wanita ini yang gembira
melainkan Gu Lai Hwesio yang menjagokan
Boen Siong senang. Hwesio itu tergelak-gelak
sementara dua pimpinan Gobi tertegun. Tak
ada yang tahu bahwa Peng Houw dan dua
pimpinan inilah yang paling terkejut oleh
kejadian itu, kecuali Li Ceng. Maka ketika
pendekar itu masih terbelalak memandang
murid-muridnya, kakak beradik itu gemetar
maka Po Kwan kembali minta ampun atas
kekalahannya, tahu gurunya terkejut dan
kecewa. Hok-te sin-kang sudah dilumpuhkan
orang!
"Ampun, teecu berdua bodoh. Sute
benar-benar lihai dan kami mengakui
kelebihannya, suhu.maaf Kami tak mampu
berbuat apa-apa karena mendadak tenaga
kami hilang".
"Bangunlah, kalian hanya memenuhi
perintahku, Po Kwan. Kalah menang bukan hal
luar biasa. Hanya apa yang terjadi dan kenapa
tenaga kalian tiba-tiba hilang!"
"Sute menotok pergelangan teecu."
"Benar, dan kami sedetik lumpuh!"1675
"Hm , mana yang ditotok. Apakah
masih terasa sakit!"
Dua kakak beradik itu menunjukkan
pergelangan mereka dan Peng Houw tertegun.
Sebagai orang yang banyak pengalaman iapun
terkejut, segera matanya bersinar dan
mengangguk-angguk. Pertandingan tadi bukan
dianggapnya pertandingan Boen Siong
melawan muridnya melainkan mendiang Ji
Leng Hwesio dan Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip.
Sebagai pewaris sesepuh Gobi tentu saja ia
merasa penasaran. Agaknya Pek-gan Hui-to
Jiong Bing Lip telah menemukan rahasianya.
Akan tetapi karena iapun cepat dapat
menangkal dan mengatasinya, yakni jangan
biarkan lawan menotok pergelangan itu maka
ia menganggap bahwa Hok-te Sin-kang masih
hebat!
Pendekar ini segera menyuruh murid
muridnya mundur. Wajah yang semula muram
dan tampak tegang sudah pulih lagi, kakak
beradik itu lega. Dan ketika kemenangan ini
disambut tepuk r?uh penonton , kecuali
pimpinan Gobi maka Peng Houw berseri-seri1676
dan tidak kelihatan kecewa lagi, hal yang
membuat Ji-hwesio dan Sam-hwesio heran.
"Boen Siong memang hebat, dan ia
pantas memiliki kemenangan itu. Aku sekarang
percaya akan kepandaiannya, cuwi totiang
(Bapak Pendeta Sekalian), dan aku percaya
bahwa iapun dapat mengalahkan Chi Koan!"
Semakin nyaringlah tepuk tangan
ketua-ketua partai itu. Kalau Naga Gurun Gobi
sendiri berani menyatakan itu maka
pernyataannya dapat
dipertanggungjawabkan. Tentu saja mereka
girang bukan main. Akan tetapi ketika ketua
Bu-tong berseru agar pendekar itu menjajal
puteranya, tak tahu bahwa sesungguhnya Hok
te Sin-kang telah diadu dengan warisan Pek
gan Hui-to Jiong Bing Lip maka Peng Houw
menggeleng tertawa.
"Tidak perlu, dua muridku tadi telah
mewarisi hampir semua kepandaianku.
Dengan kemenangan ini telah dapat ku ukur
kepandaiannya, lo-suhu, kami berimbang.
Yang jelas dapat mengalahkan Chi Koan dan ia
atau aku sama saja!"1677
Mengangguk-angguklah hwesio itu
dengan wajah puas. Kalau sekali lagi Naga
Gurun Gobi ini berkata seperti itu berarti
pilihannya tidak keliru, bahkan yang muda
rasanya lebih kuat daripada yang tua
tenaganya masih utuh. Dan ketika yang lain
tertawa dan percaya juga, hari itu Boen Siong
semakin dikegumi maka malam harinya
setelah semua tamu dipersilakan istirahat
maka duduklah ayah dan anak di dalam kamar.
Heng-san-paicu dan lain-lain diminta
menginap.
"Mengejutkan, dan gurumu cerdik
sekali, Selama ini tak pernah kutahu bahwa
dengan totokan itu Hok-te Sin-kang bakal
terhenti, puteraku. Akan tetapi kalau aku tahu
dan tak membiarkan dirimu menotok maka
Hok-te Sin-kang masih tetap berbahaya.
Ceritakan kepadaku bagaimana gurumu tahu!"
Boen Siong menarik napas, tersenyum
pahit. Sebagai orang yang merasa dikalahkan
tentu saja ia tahu perasaan ayahnya ini.
Sebagai pewaris Ji Leng Hwesio yang
berhadapan dengan pewaris Pek-gan hui-to1678
Jiong Bing Lip maka kesetiaan kepada guru
amatlah tinggi, dan itu ditunjukkan ayahnya
terhadap sesepuh Gobi yang sakti itu. Akan
tetapi mendengar kata-kata ayahnya bahwa
dengan tidak membiarkan jalan darah itu
tertotok maka Hok-te Sin-kang merupakan
ancaman bahaya maka iapun mengakui dan
melihat kebenaran ini, mengangguk.
"Ayah benar , memang tidak salah.
akan tetapi akupun belum mengeluarkan
Thian-te-bu-pian-to-hoat yang diciptakan
suhu. Kalaupun Hok-te Sin-kang masih
menyambar ada penangkis yang belum
kukeluarkan itu. Apakah ayah penasaran dan
menyesali kejadian tadi? Kalau begitu aku
mohon maaf, akan tetapi harus kuakui bahwa
Hok-te Sin-kang benar-benar hebat!"
"Hm-hm, penasaran memang
penasaran. Akan tetapi aku puas melihat
kepandaianmu tadi, puteraku, dan dengan
adanya kejadian ini kau pasti dapat
mengalahkan Chi Koan. Si buta itu tentu tak
tahu bahwa kelemahan Hok-te Sin-kang telah
diketahui!"1679
"Lalu apa maksud ayah sekarang?"
"Aku ingin melihat Thian-te-bu-pian-to
hoat itu. Coba tunjukkan kepadaku dan kuukur
dengan Hok-te Sin-kang!"
Boen Siong mengerutkan kening. Kalau
saja yang di depannya ini bukan ayahnya
sendiri tentu ia menolak. Dari kecerdasan
ayahnya tadi menangkal totokan Lek-bu-hiat
dan Ui-beng-hiat segera ia tahu bahwa sang
ayah amat pintar. Sekali lihat tahu cara
menolak! Akan tetapi heran untuk apa
ayahnya minta maka iapun bertanya,
"Ayah mengherankan aku, untuk
apakah kuperlihatkan ilmu itu."
"Hm, sekedar mencari titik lemahnya,
Boen Siong, akupun penasaran bahwa
mendiang gurumu telah menemukan titik
lemah Hok-te Sin-kang!"
Pemuda ini tertawa. Tiba-tiba ia kagum
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan kejujuran ayahnya ini. Betapa
gamblangnya! Akan tetapi karena ruangan itu
tak begitu lebar sementara ibunya sebentar
lagi datang, ibunya menyiapkan makan minum
mereka maka pemuda ini berkata,1680
"Sebaiknya besok saja di luar. Ibupun
sebentar datang, ayah, nanti curiga!"
Benar saja, pintu dibuka. Li Ceng masuk
dan wanita itu berseri-seri membawa nampan.
Bau sedap mengepul ketika ayam bakar
diletakkan. Dan ketika Peng Houw
mengerutkan kening melihat ini, sang isteri
tertawa maka wanita itu bertanya kenapa
kening suaminya berkerut.
"Aneh, datang-datang disambut
kernyit. Eh, aku membawa sesuatu yang
istimewa untuk kalian, suamiku, masa tak
senang. Hayo makan dan ini minumnya, air
putih!"
"Hm, apakah semua ini diketahui
penghuni. Ingat bahwa di tempat ini pantang
makanan berjwa, Ceng-moi. Kalau diketahui
aku yang tak enak."
"Ah, kenapa harus diberi tahu. Aku dan
Siao Yen yang masak secara diam-diam dan
percayalah semuanya aman!"
"Akan tetapi baunya..."
"Eh, salah siapa? Hidung mereka itulah
yang tak tahu diri, aku tidak menawar-1681
nawarkan. Ayo makan dan ini untuk
kemenangan puteraku!" Li Ceng tak perduli
dan wanita itu sudah mengambilkan nasi dan
lauknya untuk suami. Lalu ketika ia
memberikan pula kepada Boen Siong,
tersenyum dan melirik sang ayah mendadak
pendekar ini berkata bahwa harus ada yang
diundang.
"Sebaiknya kakak beradik itu makan
pula bersama kita, panggillah keduanya."
Boen Siong bangkit, terharu. Ia melihat
betapa ayahnya begitu mencintai kakak
beradik itu. Maka berkelebat mendahului
ibunya iapun berkata dialah yang akan
memanggil suheng dan sucinya itu.
"Ayah betul, suheng dan suci akan
kucari. Kenapa ibu lupa dan harus kita sendiri!"
Li Ceng cemberut, suasanapun
terganggu. Akan tetapi ketika suaminya
berkata bahwa kakak beradik itulah yang amat
dekat dengannya selama ini, tak mungkin
meninggalkannya begitu saja maka Peng Houw
meraih isterinya ini membujuk.1682
"Sudahlah, kitapun tak akan begitu
terganggu. Kegembiraan ini marilah dirayakan
bersama, Ceng-moi, bukankah Boen
Siong telah memanggil pula. Apalagi
Siao Yen membantumu memasak, masa tidak
diberi!"
Sang nyonya tersenyum dan iapun mau
mengerti. Akan tetapi ketika Boen Siong
muncul sendiri lagi, kakak beradik itu telah
makan di dapur maka Li Ceng tersentuh
melihat suaminya menghela napas.
"Lihat, betapa tahu dirinya mereka itu.
Jelas mereka tak mau mengganggu kita, Ceng
moi, kalau begitu mari bertiga dan kita
makan".
Boen Siong mengangguk. Memang ia
telah menemui suheng dan sucinya itu akan
tetapi mereka makan di dapur. Siao Yen
bahkan tampak tersipu-sipu. Dan ketika ia
berkata bahwa ayahnya memanggil untuk
makan bersama, sang suheng berdiri maka
suhengnya itulah yang menjawab bahwa
mereka keburu makan,1683
"Maaf, kami mendahului. Terima kasih
akan tetapi kami terlanjur di sini, sute silakan
kalian bertiga dan biarlah kegembiraan itu
kalian nikmati!"
Boen Siong kembali akan tetapi diam
diam ia terharu. Segera ia mengerti bahwa
semua itu disengaja. Kakak beradik itu makan
di dapur agar tak diundang, mereka kikuk di
samping tak ingin mengganggu pertemuan
keluarga ini. Maka ketika ia kembali dan
ayahnya mengangguk-angguk, begitulah
watak kakak beradik itu maka Li Cengpun
menjadi lunak dan makan bersama ini benar
benar dinikmati. Dan ketika keesokannya Boen
Siong menepati janji, berkelebat bersama
ayahnya ke tempat sepi maka pendekar ini
melihat permainan Thian-te-bu-pian-to-hoat
dan menjadi kagum. Puteranya lenyap
bersama gulungan golok yang tiada bertepi,
lebar dan bergulung-gulung dan angin
sambarannya membuat ia harus menjauh.
Kulit serasa teriris!
"Bagus, hebat. Ciptaan gurumu benar
benar luar biasa, Siong-ji, cukup dan aku puas!"1684
tak sampai semuanya tiba-tiba pendekar
itupun menyuruh berhenti. Boen Siong heran
dan kagum ayahnya tampak berseri-seri.
Wajah itu seakan mendapat jawabannya. Dan
ketika ia bertanya tetapi disambut tawa, sang
ayah berkelebat dan kembali pulang maka
pemuda inipun merasa tercengang dan curiga.
"Apakah ayah menemukan titik
lemahnya. Aku belum menghabiskan semua
permainanku, kenapa tertawa!"
"Tak apa-apa. Aku hanya kagum akan
tetapi kuperoleh sesuatu yang berharga,
Siong-ji, mari pulang dan kelak kuceritakan!".
"Apa itu."
"Sudahlah pulang dulu kelak
kuberitahukan!" dan karena ayahnya tak mau
didesak lagi sementara iapun mengikuti maka
pemuda inipun terheran-heran dan diam-diam
menyimpan tanda tanya akan sikap ayahnya
yang aneh ini.
Belum cukup Heng-san-paicu dan
kawan-kawan merundingkan persoalan
mereka datanglah seseorang yang tak diduga.
Seorang kakek tinggi kurus, berwajah terang1685
dengan rambut digelung ke atas minta
bertemu. Rambutnya seperti seorang tosu
akan tetapi pakaian dan sikapnya bebas. Anak
murid Gobi tak ada yang mengenal. Akan
tetapi begitu diajak masuk dan menghadap
pimpinan, saat itu Peng Houw dan isterinya
berada di situ maka Li Ceng menjerit dan
mencelat ke depan
"Suheng!"
Teriakan atau seruan nyonya ini
mengejutkan yang lain. Peng Houw berubah
dan mengenal pula tosu itu. Dan ketika ia
berkelebat dan menjura di depan kakek ini, Ji
Hwesio dan lain-lain terheran maka Naga
Gurun Gobi itu berkata,
"Selamat datang, sungguh
menggirangkan. Masuk dan mari duduk, Kim
Cu to-tiang. Sungguh kehadiran totiang tepat
sekali di saat kami sedang berunding!"
Ji Hwesio dan Sam-hwesio terkejut.
Setelah mereka memperhatikan dan tosu aneh
ini tertawa maka bergeraklah keduanya dari
kursi mereka. Dua pimpinan Gobi ini
membungkuk. Dan ketika Heng-san paicu dan1686
lain-lain baru mengenal maka melompatlah
mereka menyongsong kakek aneh ini.
"Omitohud, Kim Cu Cinjin kiranya.
Wah, pinceng benar-benar pangling dan tak
mengenalmu, Cinjin, ke mana kau selama ini
dan bagaimana tiba-tiba datang ke sini!"
"Siancai, pinto juga pangling.
Dandananmu aneh tak seperti biasanya, Cinjin,
bagaimana muncul di sini di saat kita semua
berkumpul!"
"Ha-ha, maaf, inilah tamu yang datang
mengganggu. Kebetulan saja kudengar
semuanya ini di tengah jalan, Gu Lai lo-suhu.
Kedatanganku sebenarnya untuk menemui
sumoiku ini dan Naga Gurun Gobi. Kebetulan
kalian di sini, maaf semoga kehadiranku tak
membuat kalian kurang senang!" Kim Cu
Cinjin, kakek atau tosu aneh ini membalas
hormat ke sana ke mari. Inilah bekas ketua Kun
lun yang lihai itu, suheng Peng-hujin alias Li
Ceng. Maka ketika ia tertawa-tawa dan
menjura ke semua orang,termasuk pimpinan
Gobi maka Ji-hwesio dan Sam-hwesio yang1687
girang melihat tosu ini segera menyambut. Li
Ceng ters?du dan menubruk suhengnya itu.
"Ke mana saja kau ini. Lama amat
meninggalkan Kun-lun, suheng, pergi tanpa
berita. Lihat betapa semua orang pangling
padamu dengan dandananmu yang begini
aneh. Kau memakai pakaian berkembang
kembang!"
Memang Kim Cu Cinjin mengenakan
pakaian berkembang-kembang Setelah ia
melepaskan diri dari jabatannya sebagai ketua
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kun-lun maka kakek ini merasa tak pantas lagi
sebagai pendeta. Sejak bekas kekasihnya
datang berturut-turut iapun terpukul. Masa
lalunya menguak luka. Maka ketika ia
meninggalkan kedudukan dan turun gunung,
juga sekalian mencari putera sumoinya yang
hilang maka dalam perjalanan kakek ini
mengganti baju dan hanya rambutnya saja
yang tetap digelung sebagai kebiasaan lama.
Kakek ini jadi mirip setengah tosu setengah
bukan, bahkan mungkin dianggap sinting,
meskipun wajah dan matanya jelas waras.1688
Dan ketika hari itu ia datang di Gobi,
tepat di saat banyak orang berkumpul maka
kedatangannya menggembirakan namun juga
mengherankan, terutama dandanannya yang
aneh itu, pakaian kembang-kembang.
"Duduk dan mari bercakap-cakap
dengan kami. Kebetulan ada sesuatu yang
penting, Cinjin, yang agaknya perlu
bantuanmu. Duduk, mari duduk...!" pimpinan
Gobi mempersilakan kakek ini akan tetapi Kim
Cu Cinjin tak beranjak. la dipeluk dan dirangkul
sumoinya, Li Ceng terharu dan tersedu-sedu.
Akan tetapi ketika sejenak ia melepaskan diri
dan memandang Peng Houw, sinar matanya
mendadak penuh teguran maka pendekar itu
tanggap dan cepat menjura.
"Kalau Cinjin ada perlu denganku mari
ke belakang, di sana kita dapat bercakap
cakap."
"Benar, aku perlu denganmu. Akan
tetapi nantipun tak apa, Peng Houw, kalian
sedang sibuk. Biar sumoiku yang menemani
dan mana Boen Siong!"1689
"la di belakang, ada apa," Li Ceng
berkata mendahului suaminya, sikap dan nada
kakek itu tak senang. "Kau agaknya sudah tahu
semuanya, suheng, begitu pula Boen Siong!"
"Tentu saja, aku kembali ke Kun-lun.
Akan tetapi ketika tak kulihat engkau di sana
maka kususul dan akhirnya ke sini".
"Hm, aku ingin tahu apa yang terjadi
setelah kau bertemu suamimu!"
Peng Houw menarik napas dalam. La
mendapat isyarat dari pimpinan Gobi agar
membawa tosu itu ke belakang saja, urusan
lain dapat dilanjutkan nanti. Maka ketika ia
mengangguk dan memberi isyarat isterinya
pula segera pendekar itu memotong.
"Sebaiknya kita ke belakang, mari ke
Sana . Biar Ji-susiok dan lain-lain melanjutkan
pembicaraan tadi."
"Hm, tak apa-apa. Setelah selesai
silakan ke sini, totiang, kami tunggu," Ji hwesio
menyambung.
Kim Cu Cinjin menjura lagi dan iapun
setuju. Sebenarnya bukan maksudnya
mengganggu orang-orang itu karena1690
keperluannya adalah dengan suami isteri ini. Ia
ingin menegur Naga Gurun Gobi itu. Maka
mendapat kesempatan dan ijin tuan rumah,
iapun girang segera Peng Houw membawa
tamunya ini ke belakang. Dan di tengah jalan
berkelebat tiga bayangan susul-menyusul.
"Ayah, siapa tamu kita ini!"
"Suhu, apakah kalian mencari kami!"
Dua orang pemuda dan seorang gadis
tahu-tahu telah berdiri di situ dan Kim Cu Cinjin
tertegun." Tentu saja ia pangling kepada kakak
beradik ini akan tetapi perhatiannya segera
tertuju kepada pemuda berwajah tampan itu.
Pemuda inilah yang memanggil Peng Houw
dan tampak betapa hubungan mereka akrab
sekali. Itulah Boen Siong. Dan ketika Li Ceng
girang menyambar puteranya, berseru bahwa
itulah supeknya (uwa) Kim Cu Cinjin maka
Boen Siong dan lain-lain terkejut. la datang
bersama suheng dan sucinya.
"Cepat beri hormat dan jangan di
tengah jalan. Inilah supekmu Kim Cu Cin-jin,
Boen Siong, baru saja datang mencari ibumu.
Hayo kalian maju dan jangan berhimpitan!"1691
Tiga orang muda itu terkejut. Hampir
serentak semuanya memberi hormat, Boen
Siong sudah berdampingan dengan suhengnya
ini. Dan ketika kakek itu terbelalak namun
berseri-seri, melompat dan mencengkeram
pemuda ini maka tawanya menggetarkan
jantung.
"Kau. .. ha-ha, kau Boen Siong? Kau
sudah sebesar dan sedewasa ini? Thian Yang
Maha Agung. Belasan tahun pinto mencarimu
akan tetapi siapa sangka mendekam di Kun
lun, anak baik. Kau benar-benar seperti
ayahmu di waktu muda. Kau. .. ha-ha, sungguh
gagah dan perkasa sekali. Aku telah
mendengar semuanya di Kun-lun begitu pula
sepak terjangmu di Heng-san. Huwaduh,
sungguh gembira mempunyai keponakan
seperti ini. Tak kusangka gurumu Pek-gan Hui
to Jiong Bing Lip menyembunyikanmu!"
berkata begini tosu itu mengerahkan Sin-ma
kangnya dan Tenaga Kuda Sakti ini meremas
pundak Boen Siong. Orang lain yang diremas
tentu hancur. Akan tetapi ketika kakek itu
kagum betapa dari pundak itu keluar tenaga1692
lembut yang amat kuat menolak
cengkeramannya, bahkan merasa panas dan
terbakar kalau ia meneruskan cengkeraman itu
maka kakek ini melepaskan jarinya dan diam
diam kaget bahwa semuda itu pemuda ini
sudah memiliki sin-kang (tenaga sakti)
demikian kuatnya. Akan tetapi ketika maklum
bahwa ini adalah murid Pek-gan Hui-to Jiong
Bing Lip, satu di antara jajaran tokoh-tokoh
besar maka kakek itu berseri-seri dan Boen
Siong merasa jengah. Ia bahkan kikuk kalau
terlalu dipuji. Dan kakek itu tiba-tiba teringat
muda-mudi itu.
"Eh, siapa ini!"
"Siauw-te Po Kwan."
"Dan teecu Siao Yen...!"
"Hm,, po Kwan? Siao Yen?" kakek itu
terbelalak. "Thian Maha Pemurah, kalian ini
yang dulu masih kecil-kecil? Kalian sudah
dewasa dan gagah-gagah pula? Huwaduh,
sungguh pinto tiba-tiba merasa tua! Ha-ha, tak
kusangka kalian berdua, Po Kwan, bagus sekali.
Kaupun gagah dan tentu berkepandaian tinggi.
Dan adikmu, cantik dan sudah dewasa!" kakek1693
ini maju dan menyambar keduanya dan sama
seperti tadi iapun mencengkeram mennguji
kepandaian. Mulut tertawa-tawa akan tetapi
dari sepuluh jari kakek itu mengalir daya
cengkeram yang dahsyat. Batupun bakal
remuk ketika dicengkeram.
Akan tetapi ketika Hok-te Sin-kang
melindungi secara otomatis dan kakek itu
terkejut, melepaskan jarinya maka ia kagum
mengangguk-angguk.
"Pantas menjadi murid Naga Gurun
Gobi. . pantas menjadi murid Naga Gurun
Gobi!"
Li Ceng berseru mengajak suhengnya
masuk ke dalam. Mereka sudah tiba di kamar
sendiri dan anak-anak muda itupun
tersenyum. Tentu saja mereka tahu ketika
diuji. Bahu serasa sakit! Akan tetapi ketika
kakek itu terkekeh-kekeh dan begitu girang,
terutama memandang Boen Siong maka ia
berkata biarlah anak muda itu ikut.
"Bocah ini membuat pinto nyasar
kemana-mana. Kalau sekarang di sini kenapa1694
tidak bersama saja? Baik, sumoi, silakan
sekalian!"
Akan tetapi Li Ceng ragu, memandang
suaminya. Dan ketika pandangannya jatuh ke
puteranya dan menganggap tak usah Boen
Siong menemani mereka maka Kim Cu Cinjin
menangkap jalan pikirannya.
"Tidak, tidak perlu takut. Justeru
dengan adanya Boen Siong pinto dapat
mengetahui lebih baik, Sumoi. Paling tidak kau
tak akan membela suamimu."
"Apakah suheng akan marah-marah."
"Tadinya begitu, akan tetapi setelah
melihat puteramu ini maka lenyaplah
kemarahan pinto!"
Peng Houw tersenyum pahit. Tentu
saja iapun tahu gerak-gerik bekas ketua Kun
lun ini. Mau apalagi kalau bukan menegur
dirinya. Maka berkata bahwa iapun tak
keberatan ditemani Boen Siong, iapun sudah
mengakui kesalahannya maka Li Ceng terharu
melihat suaminya seakan tak hendak membela
diri lagi, pasrah. Nyonya ini terisak dan iapun
menyambar lengan suaminya itu., Kim Cu1695
Cinjin terkekeh dan maklumlah dia bahwa
suami isteri ini sudah seperti sedia kala. Benci
dan pertikaian itu tak ada. Dan ketika ia balas
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyambar Boen Siong dan bertanya heran
bagaimanakah sikap pendekar itu terhadap
anaknya maka Boen Siong menunduk
menjawab bahwa ayahnya baik, tak ada apa
apa.
"Heh, kenapa seperti wanita. Angkat
mukamu dan jawab dengan gagah, Boen Siong.
Benarkah ayahmu baik!"
"Baik, baik," Boen Siong tersipu. "Ayah
baik dan justeru amat memperhatikan aku dan
ibu, supek. Ia sengsara setelah kehilangan
kami."
"Akan tetapi ia tetap di sini, tak pernah
mencari!"
"Siapa bilang!" Li Ceng berseru dan
membantah. Justeru dalam keputusasaannya
tak menemukan kami Houw-ko mengorbankan
sesuatu yang paling berharga, suheng. Kalau
bukan karena aku tak mungkin dilakukannya
itu!"
"Melakukan apa," kakek ini terbelalak.1696
"Ia. eh! " Li Ceng terkejut ketika kakinya
diinjak. Hampir saja wanita ini berkata bahwa
suaminya sudah tak memiliki lagi Hok-te Sin
kang yang dahsyat itu, suaminya sudah patah
arang! Akan tetapi ketika ia sadar diinjak
kakinya, hal itu tak perlu diketahui orang lain
maka Peng Houw mengajak kakek ini masuk. Ia
mengedip dan memberi tanda agar isterinya
tak bicara itu.
"Kita masuk saja, tak enak di luar."
Kakek ini mengangguk. Akhirnya ia
mengikuti suami isteri itu ke kamar besar .
Setelah Peng-hujin berada di situ dan Peng
Houw berkumpul dengan anak isterinya maka
kamar lama diberikan Boen Siong. Pendekar ini
telah mendapat kamar baru yang luas dan
lebih lega. Dan ketika semua masuk sementara
Siao Yen dan kakaknya menyiapkan minuman,
tuan rumah berhadapan dengan kakek itu
maka langsung saja Kim Cu Cinjin menegur
pendekar in?.
Akan tetapi Li Ceng membela dan
melindungi suaminya. Ia berkata bahwa
suaminya sudah cukup mencari, dialah yang1697
tak mau keluar dan sengaja bersembunyi. Dan
ketika Boen Siong juga menyatakan ayahnya
baik-baik saja, merekalah yang terlalu lama
maka kakek ini terbelalak, namun akhirnya
terkekeh. Ia dikeroyok!
"Heh-heh, kalau begini jadinya tak usah
suamimu kumarahi. Aku mendengar Boen
Siong akan kau adu dengan ayahnya, Sumoi
dan aku tentu saja terkejut. Aku khawatir dan
menyusul dari Heng-san tetapi kalian rukun
rukun saja, malah pinto sekarang dikeroyok.
Wah, tahu begini tak usah datang!"
Semua tertawa. Akhirnya pembicaraan
menjadi hangat dan lumerlah kemarahan
kakek ini. Ayah dan anak serta ibu benar-benar
tak ada ganjalan lagi. Dan ketika Li Ceng
teringat musuh besarnya Chi Koan yang kini
sedang dirundingkan pimpinan Gobi maka
nyonya ini mengepal tinju.
"Aku telah mendapatkan jejak musuh
besarku. Chi Koan di telaga See-ouw Suheng,
tahukah kau!"
"Ya-ya, pinto tahu, dan kedatangan
pinto memang ingin membicarakanin pula.1698
Setelah kalian baik-baik saja dan tak ada apa
apa lagi maka pinto hendak menerangkan
sesuatu yang penting. Keparat itu telah
menjadi bengcu di selatan!"
"Aku tahu, bukan berita baru. Dan
Boen Siong, hmm... ia telah ke sana pula!"
"Ke sana?"
"Betul, suheng, sebelum bertemu
ayahnya. Waktu itu ia keluar sebentar dan
meninggalkan aku. Di sanalah ia menolong
puteri Lam-hai-kong-jiu Ang-taihiap!"
"Ah, apa yang terjadi dengan gadis
itu?"
"Penindasan terhadap wanita, ia di
permainkan dan diperkosa seorang pemuda!"
Kini Kim Cu Cinjin memandang pemuda
itu. Boen Siong mengangguk dan bersinar
Sinar dan tiba-tiba sepasang matanyapun
mencorong. T?ringatlah pemuda itu akan
seorang gadis cantik yang dicampakkan
seorang pemuda. Ia tak tahu bahwa ga?is itu
adalah puteri Lam-hai-kong-jiu, semua
diketahui setelah penjahat itu melarikan diri.
Dan ketika ia bercerita secara singkat bahwa ia1699
bertemu dengan murid Chi Koan, sayang tak
sempat mengejar karena harus menolong
gadis malang itu maka Peng Houw
mengerutkan kening mendengar penuturan
puteranya ini. Ini belum didengarnya.
"Siapakah yang kau jumpai itu, Siauw
Lam atau Beng San."
"Siauw Lam, ayah, dan seumur hidup
tak akan kulupa kekejamannya. Gadis itu
akhirnya pulang setelah menceritakan
semuanya kepadaku. la penuh dendam dan
akan melapor ayahnya."
"Hm!" Kim Cu Cinjin mengangguk
angguk, tiba-tiba terkekeh. "Guru kencing
berdiri muridpun kencing berlari, Boen Siong.
Sekarang bocah itu telah dicari dan hendak
dibunuh gurunya sendiri!"
"Apa yang terjadi."
"la menjadi jai-hwa-cat di selatan. Ia
tiba-tiba membuat gurunya tercoreng
moreng!"
"Jai-hwa-cat (Pemerkosa)?" Li Ceng
terkejut.1700
"Benar, sumoi, dan inilah berita
terakhir yang kudapatkan. Anak itu
menimbulkan kemarahan besar pada setiap
orang. Entah kenapa ia merusak nama gurunya
sendiri."
"Rusak apa!" sang nyonya membanting
kaki. "Sejak dulu si buta itu memang rusak,
suheng. Chi Koan memang bejat dan tak aneh
kalau punya murid bejat pula!"
"Hm, benar, akan tetapi pinto buru
buru pulang dan tak ingin bertemu orang
orang selatan itu. Karena pinto kangen dan
rindu kampung halaman akhirnya pinto ke
Kun-lun. Dan di situlah pinto tahu bahwa kau
telah menemukan puteramu dan menuju
Heng-san, Ia membuat geger ddsana"
Boen Siong jengah, dilirik ayahnya.
Akan tetapi sang ibu yang bangga dan justeru
tersenyum mengangkat lengannya.
"Justeru ia sekarang diangkat menjadi
bengcu, bengcu Utara. Sebentar lagi anak ini
diresmikan semua pihak, suheng, ayahnya
sebagai penasihat!"
"Bengcu?"1701
"Ya, bengcu. Dialah yang akan
menghadapi Chi Koan dan membunuh buta
keparat itu. Heng-san-paicu dan lain-lain
memberi tandingan dan akan menghancurkan
bengcu Selatan, si buta Chi Koan!"
Kim Cu Cinjin menjadi kagum dan iapun
berseri-seri. Kalau Heng-san-paicu dan lain-lain
mengangkat pemuda ini maka Boen Siong
benar-benar pemuda pilihan. Tak gampang
diangkat ketua-ketua partai yang lihai itu. Dan
ketika ia bangkit dan memberi selamat, Boen
Siong tersipu-sipu maka terdengar panggilan
bahwa mereka semua diminta datang ke
bangsal pertemuan. Ada berita darurat. Kakak
beradik itulah yangmemberi tahu atas
permintaan ketua Gobi.
"Maaf dan ampunkan teecu. Ji
locianpwe dan Sam-locianpwe mengundang
kalian, suhu, ada berita mendadak. Suhu
diharap datang berikut Kim Cu totiang dan lain
lain!"
Peng Houw terkejut. Tak biasanya
pimpinan Gobi mengganggu orang, apalagi
mereka yang sedang bergembira. Namun1702
bangkit dan cepat ke sana maka dilihatlah
wajah-wajah tegang penuh kemarahan. Di
lantai terdapat seorang tosu muda mandi
darah!
"Siancai. apa ini. Siapa dan kenapa
orang ini, Ji-losuhu. la luka berat!" Kim Cu
Cinjin tak dapat menahan kagetnya dan
melompatlah kakek itu ke tengah rangan. Peng
Houw dan semua berkelebat pula dan ternyata
ketua Heng-san-pa menolong. Ternyata tosu
muda itu adalah murid Heng-san. Dan ketika
semua tertegun dan kaget serta marah, jelas
tosu ini dihajar orang maka Sin Tong Tojin
akhirnya menyadarkan tosu ini. Tadi datang
terbata-bata dan roboh serta pingsan, setelah
memberi tahu bahwa Hengsan diserbu banyak
orang!
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Teecu. ... teecu tak kuat lagi. Oh, teecu
melapor bahwa tempat kita diserbu banyak
orang, suhu. mereka.. mereka orang-orang
selatan...!"
"Mana sute dan adik-adikmu yang lain.
Berapa hari kau datang ke sini, Cong Ham,
berapa lama kejadian itu berlangsung!" ketua1703
Heng-san-pai tampak pucat dan kata-katanya
gemetar akan tetapi penuh marah. Murid itu
mencoba berkata-kata lagi akan tetapi roboh,
kali ini berkelojotan dan akhirnya tewas. Dan
ketika semua terkejut dan menjadi marah
maka terdengar laporan bahwa ada murid
murid Hoa-san dan Bu-tong serta See-tong
menyusul, juga luka-luka.
"Mohon suhu ijinkan masuk ke dalam.
Para sahabat dari Bu-tong dan Hoa-san serta
See-tong harus digotong. Mereka tak dapat
berjalan lagi, parah!" seorang hwesio muda
melapor takut-takut dan bukan main kagetnya
Gu Lai Hwesio dan rekan-rekannya. Tanpa
disuruh lagi merekalah yang berkelebat keluar.
Dan ketika tertegun melihat halaman maka
empat tubuh terkapar mandi darah.
(Bersambung jilid XXVIII.)
Koleksi Kolektor Ebook1704
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXVIII
*
* *
"OMITOHUD, sungg?h keji. Apa yang
terjadi padamu, Ting Beng. Kau luka-luka!"
"Dan kalian terbacok lengannya. Ah,
apa yang terjadi, Cia Sun. Siapa jahanam yang
melukai kalian berdua!"
Gu Lai Hwesio dan See Cong Cinjin
berteriak kaget melihat keadaan murid
muridnya. Mereka melompat dan menyambar
ke bawah dan segera dua ketua partai itu
menjadi pucat. Murid yang disebut-sebut itu
parah, terkapar dan luka-luka, yang. terakhir
malah buntung lengannya. Dan ketika dua
kakek itu berlutut sementara Ko Pek Tojin juga
berseru tertahan melihat yang lain, murid Hoa
san maka semua melapor bahwa tempat1705
mereka diserbu orang. Keadaan benar-benar
geger.
"Teecu. . teecu melarikan diri. Hoa San
diobrak-abrik musuh, suhu, banyak yang
tewas. Teecu melapor dan mohon ampun!"
"Dan Bu-tong terbakar, teecu
menyelamatkan diri. Mohon ampun suhu,
teecu melapor dan tak kuat lagi...!"
"Dan su-kouw (bibi guru) diculik
musuh. Kami semua tak dapat menandingi
suhu, mereka datang bagai air bah. Teecu
teecu..!"
Para murid tak kuat lagi dan
berkelojotan kejang-kejang. Cia Sun murid
See-tong-pai malah mengeluh dan tewas
menuding-nuding. Dialah yang melaporkan
sumoi (adik seperguruan perempuan) gurunya
yang diculik orang. Dan ketika See Cong Cinjin
melengking begitu marah, mencabut pedang
dan membacok gusar maka pohon di
sebelahnya roboh terbabat.
"Crakk!" semua terkejut dan mundur.
Begitu marahnya ketua See-tong-pai itu hingga
tak mampu mengeluarkan kata-kata, berita itu1706
terlalu hebat, terutama berita sumoinya itu.
Maka ketika ia menggigil dan tak bergerak
gerak, sejenak pedang gemetaran di tangan
mendadak ia meloncat dan berkelebat keluar.
"Chi Koan, kau biang keladi semua ini.
Awas pembalasan pinto!"
"Benar, kau mengerahkan orang-orang
selatan. Pinceng tak dapat tinggal diam, anak
muda. Pinceng akan membalas dan
membunuhmu!" Gu Lai Hwesio meloncat pula
dan iapun sudah terbang berendeng dengan
rekannya dari See-tong-pai. Hanya Ko Pek Tojin
yang lebih tenang, memejamkan mata dan
menarik napas dalam-dalam. Akan tetapi
ketika kekek itupun melompat dan hendak
keluar maka pimpinan Gobi berkelebat dan
berseru, Peng Houw dan yang lain mengejar
See Cong Cinjin dan Gu Lai Hwesio.
"Tenang, harap sabar. Pinceng
berbelasungkawa atas semua kejadian ini, To
tiang, akan tetapi mengamuk dan melabrak
sendirian tak bakal menang. Musuh sudah
menyerbu, kumpulkan kekuatan dan sama
sama kita sambut!"1707
Tosu ini sadar. la dihadang dan dicegat
dua pimpinan Gobi sementara anak murid
Gobi menjadi ribut, yang parah di-urus akan
tetapi akhirnya tewas. Tak ada satupun yang
hidup. Dan ketika ia menggigil sementara Sin
Tong Tojin mengangguk dan memandang
kepadanya maka ketua Heng-san itu berkata,
"Kita senasib, Heng-san juga hancur.
Musuh mendahului dan telah menyerang kita,
Totiang, tenang dan sabarlah dan apa yang
dikata Ji-lo-suhu tidak salah. Kumpulkan
kekuatan dan kita bersatu menghadapi orang
orang selatan!"
"Dan Gobi pasti didatangi juga, mereka
telah terhasut. Mari bantu Gu Lai Hwesio dan
See Cong Cinjin, Totiang, lihat mereka
tampaknya tak mudah dikendalikan!" Sam
hwesio tiba-tiba berkelebat karena di sana
ketua Bu-tong dan See-tong tiba-tiba
menyerang Peng Houw. Naga Gurun Gobi
mencegah mereka namun dua ketua itu naik
pitam, terutama See Cong Cinjin. Maka ketika
semua terkejut dan berkelebatan menyambar,1708
ketua See-tong melengking-lengking maka Ji
hwesio dan Sam-hwesio berseru di sini,
"Sabar, hentikan serangan. Pinceng
mau bicara, Cinjin, kami tak bermaksud
mencegahmu selain memberitahukan jangan
sendirian menghadapi musuh. Berbahaya!"
dan karena hwesio inilah tuan rumah dan
menangkis serta mengebutkan ujung
jubahnya, terpental namun lawan terhuyung
huyung maka pimpinan ini berseru dan cepat
mengulapkan lengannya. Kakek itu tampak
merah kehitaman.
"Jangan timbulkan perpecahan untuk
urusan yang sama. Lihat rekan kita dari Heng
san dan Hoa-san. Mereka sama-sama terpukul
akan tetapi bersatu-padu tak sendiri-sendiri,
Cinjin, Peng Houw benar karena ia bermaksud
menyadarkanmu!" lalu ketika dua ketua itu
mengangguk dan mau bersama maka mereka
membujuk dan berkata serak, Ji- Lo-suhu
benar, kita tak boleh sendiri-sendiri. Musuh
terlalu kuat dan berbahaya, Cinjin, melabrak
tanpa perhitungan hanya menyerahkan nyawa1709
sia-sia. Sabar dan tenanglah dan kami akan
membantumu!"
"Akan tetapi sumoiku, Kwi Hong. ah,
semuanya minta cepat ditolong, Lo jin, mana
mungkin pinto berlama-lama. Pinto harus
segera datang!"
"Baik, dan mampukah kau
menolongnya? Sempatkah ke dana dan
menyelamatkan sumoimu itu? Kau dan kami
sama-sama terlambat, Cinjin, akan tetapi
mengamuk dan buta-tuli begini tak ada
gunanya. Kau membuang tenaga dan
semangat sia-sia. Marilah bicara baik-baik dan
kurasa hanya anak muda ini dan ayahnya yang
mampu menolong kita!" lalu ketika kakek itu
tertegun dan memandang Boen Siong maka
Sin Tong Tojin tiba-tiba mencabut pedangnya,
berkata, "Karena keadaan demikian darurat
dan harus serba cepat maka pinto ingin
mengadakan upacara kilat. Marilah kita
goreskan darah kedahi anak muda ini sebagai
tanda pengangkatan bengcu. Pinto mulai!"
kemudian ketika pedang bergerak dan
menyabet ibu jari, lukalah bagian itu maka1710
kakek ini melompat menggoreskan darahnya
di dahi Boen Siong.
"Pinto mengangkatmu sebagai
bengcu!"
Sadarlah yang lain. Ko Pek Tojin tiba
tiba juga bergerak dan kakek ini melukai ibu
jarinya pula. la berseru menyusul perbuatan
Heng-san-paicu. Lalu ketika berturut-turut Gu
Lai Hwesio dan lainnya menggoreskan darah
mereka, Boen Siong tergetar dan terharu maka
semua kakek-kakek itu membungkukkan
tubuh dalam-dalam di depannya. Sin Tong
Tojin memimpin.
"Keadaan sudah memaksa, kami
tunggu perintah. Apa yang harus dilakukan,
bengcu, kami siap mengikutimu dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggempur orang-orang selatan!"
Pemuda ini menggigil, serasa mimpi. la
melihat betapa lima ketua partai menunggu
perintahnya. Sementara supeknya tiba-tiba
melompat. Lalu ketika kakek ini menjura dan
berseru mewakili Kun-lun, enam partai besar
telah dipimpin tokoh-tokohnya maka kakek itu1711
menjura dan berkata, Boen Siong merah
padam.
"Akupun tak mau kalah. Kau telah di
angkat dan menjadi bengcu, Boen Siong,
apapun perintahmu pinto turut. Pinto
mewakili Kun-lun!"
Untunglah di kala pemuda ini semakin
jengah dan gugup, orang-orang tua itu tak
main-main maka ibunya berseru bahwa sang
ayah dapat dimintai nasihat, bukankah
ayahnya telah menduduki jabatan itu.
"Tanya dan minta pertimbangan
ayahmu. . Bengcu selalu didampingi penasihat,
Boen Siong, jangan gugup dan tanyalah
ayahmu!"
Pemuda ini membalik, menghadapi
ayahnya. Akan tetapi belum ia bertanya sang
ayah sudah memberi tahu.
"Kau di depan dan mendahului kami.
Lihat dan cegahlah kejahatan berikut, Boen
Siong. Awasi dan tahan sepak terjang mereka.
Kami menyusul.!"
Pemuda itu mengangguk. Memang di
antara semuanya dialah yang berkepandaian1712
paling tinggi. Boan-eng-sutnya dapat
diandalkan untuk terbang mencari musuh.
Maka membalik dan menghadapi orang-orang
itu iapun menjura dan berkata,
"Ayah telah memberi nasihat. Aku
duluan, cuwi-locianpwe. Aku akan melihat dan
menahan mereka!" lalu berkelebat tidak
bertanya ini-itu lagi Boen Siong menyambar
dengan Elang Cahayanya itu. Ia membuat
kagum karena tahu-tahu melesat begitu jauh,
sebentar saja di tepi gurun.
Akan tetapi ketika terdengar teriakan
dan seruan, dua bayangan berkelebat
menyambar maka Siao Yen dan kakaknya
menyusul.
"Tunggu, kami ikut. Perlahan dan
jangan cepat-cepat, sute. Kamipun akan
membantumu!"
"Benar , bertiga lebih kuat. Tunggu dan
perlahan sedikit, sute. Biar suhu dan subo
menyusul!"
Boen Siong menoleh dan giranglah
melihat suheng dan sucinya itu. Bayangan
hijau kuning bagai susul-menyusul, cepat1713
sekali mengejarnya. Dan ketika mereka telah
berada dekat karena pemuda ini
memperlambat larinya maka Boen Siong
ditepuk dan mereka, bertiga terbang
menyambar. Lalu ketika lenyap dan memasuki
hutan maka orang-orang tua itupun sadar dan
melompat menyusul. Gerakan ilmu
meringankan tubuh tiga orang muda itu
membakar semangat. Dan ketika yang paling
bangga tentu saja Li Ceng, wanita inilah yang
paling berseri-seri maka ia menyenggol lengan
suanminya yang kagum dan mengangguk
angguk. Tentu saja mereka harus bergerak dan
menahan serbuan itu. Chi Koan telah
menghasut orang-orang selatan dan kini
menggempur partai-partai besar. Lalu begitu
berkelebat dan telah meninggalkan pesan
pesan, Semua anak murid diminta berhati-hati
dan sebagian dibawa maka rombongan
menjadi lebih besar dan bentrokan itu
takmungkin dihindarkan lagi!
***1714
Memang si buta telah bergerak dan
mengerahkan orang-orang selatan ini. Di
bawah pimpinannya dan
kecerdikannyabermain sandiwara si buta telah
menghasut dan menggerakkan orang-orang itu
ke utara. Orang selatan merasa dilukai. Orang
Utara dianggap sombong dan semena-mena.
Maka setelah persiapan dan kemampuan
dirasa cukup, berbulan-bulan menunggu dan
mengasah senjata maka hari itu dengan wajah
berseri-seri Chi Koan memimpin orang-orang
selatan ini.
"Sambil ke Gobi kita terjang semua
pengikut dan sahabatnya., Rampas dan ambil
kembali Bu-tek-cin-keng itu, cuwi-enghiong,
yang asli masih disimpan di sana. Cuwi boleh
berganti membacanya asal tidak berebut!"
Inilah yang paling membakar dan
meluapkan semangat. Jago silat mana tak ingin
mempelajari kepandaian lebih tinggi dari yang
sudah dimiliki. Siapa tak tergila-gila kalau
sudah dibujuk dan diiming-imingi Bu-tek-cin
keng itu. Chi Koan telah berjanji
memberikannya kepada mereka. Dan karena1715
kepandaian si buta demikian mengagumkan
sementara ia memperolehnya dari kitab sakti
itu, inilah yang membuat mabok maka tak
satupun. sadar bahwa mereka sebenarnya
digiring oleh si buta memenuhi dendam
pribadi. Membunuh dan mengeroyok Peng
Houw!
Yang pertama diterjang justeru Hoa
san-pal. Partai ini digilas dan dihancurkan
bagai duri lunak dibabat senjata tajam. Selain
paling dekat juga dinilai menjadi pengganjal.
Akan tetapi ketika tak didapati ketuanya dan
mendapat kabar bahwa Ko Pek Tojin menuju
Heng-san maka ke sinilah orang-orang selatan
melabrak buas. Mereka naik ke Heng-san dan
ingin menangkap Sin Tong Tojin. Akan tetapi
ketika sang ketua tak ada di tempat begitu pula
wakilnya, mereka pergi bersama pimpinan Bu
tong dan See-tong maka Chi Koan
mengerutkan keningnya dan berdebar. la
mendapat keterangan bahwa kakek itu ke Gobi
dan baru saja seorang pemuda lihai
menundukkan tokoh-tokoh kang-ouw
termasuk ketua Heng-san-pai itu.1716
"Kita terlambat, akan tetapi tak apa.
Bakar dan hancurkan tempat ini, cuwi
enghiong, begitu pula Bu-tong dan lain- lain.
Maju!"
Keganasan massa adalah wujud
perbuatan iblis dalam bentuk kumpulan orang
orang keras itu. Mereka bersorak-sorai dan
menghancurkan Heng-san sebagaimana di
Hoa-san beberapa hari yang lalu. Dan karena
lawan yang dihadapi jelas tak setanding,
kemenangan membuat mereka sombong dan
lupa diri maka terjangan orang-orang selatan
ini membuat giris, mulai brutal dan keluar jalur
hingga membuat kening beberapa tokoh tua
berkerut, Siang-liong-tah umpamanya, juga
Tong-bun-su-jin (Empat Orang Gagah Keluarga
Tong).
"Serbuan kita bukanlah seperti
perampok yang menjarah dan mengambil
harta orang. Kita datang untuk menaklukkan
dan menghancurkan kesombongan orang
orang utara, bengcu. Kalau pimpin?n atau
tokoh-tokohnya tak ada sebaiknya tinggalkan
tantangan saja. Bukan begini!"1717
"Benar, kami juga tak setuju. Sobat
sobat kita keluar rel, bengcu, cegah dan larang
mereka berbuat brutal. Kita datang bukan
untuk menjarah dan merusak!"
Chi Koan tersenyum, bersikap manis.
Seperti biasa ia selalu memperlihatkan watak
ramah dan penyabar. Sikap inilah yang dipakai
merobohkan hati orang-orang selatan yang
merasa sejuk, Senyum dan watak ramahnya
memang memikat, padahal diam-diam ia
tertawa. Maka pura-pura menghela napas dan
mengangguk-angguk ia berkata,
"Kalian yang brutal dan merusak harus
dicegah. Akan tetapi bagaimana aku dapat
mengetahuinya, su-Wi-eng-hiong, mataku
buta, tak tahu seorang demi seorang. Kalian
tolonglah dan cegah mereka itu, kalian lebih
tahu. Memang kedatangan kita bukan untuk
merampok. Kita datang untuk menundukkan
dan menghancurkan kesombongan orang
orang utara. Kalian cegahlah!"
Tong-bun-su-jin berpandangan.
Mereka sebenarnya sudah mencegah akan
tetapi jumlah yang terlampau bany?k1718
membuat mereka bingung. Diam-diam mereka
heran bahwa di dalam rombongan tiba-tiba
terdapat kelompok orang-orang buas.
Mereka itu berpotongan seperti gali
alias rampok. Heran, dari mana mereka
datang! Dan karena jumlah mereka semakin
banyak dan banyak saja, berbaur dan campur
aduk maka mereka merasa kewalahan apalagi
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setelah ada yang tak senang dan memusuhi
mereka, padahal mereka tak boleh
bermusuhan dan harus menjaga kesatuan.
"Bagaimana," satu di antara empat
orang gagah itu memandang saudaranya. "Aku
telah mencegah mereka, Kit-ko (kakak Kit),
akan tetapi mereka tak senang dan malah
memusuhi aku. Katanya aku dianggap sok
(sombong)!"
"Hm, aku juga. Kutegur dan kucegah
orang-orang di antara mereka, Lam-te (adik
Lam), kan tetapi diriku malah dimusuhi. Kalau
saja tak ingat harus menjaga kesatuan dan
keutuhan mau rasanya kulabrak dan kumaki
mereka itu!"1719
"Benar " satu di antara kakek Liong
berseru pula. "Akupun begitu, Tong-bun-su
jin. Kutegur baik-baik malah menantang dan
mengajak bermusuhan. Kalau tak ingat betapa
kita harus menjaga keutuhan dan kesatuan
tentu kutsmpar mulut mereka ?tu. Heran
bahwa di antara kita tiba-tiba kedatangan
orang-orang sekasar itu. Mereka bagaikan gali
atau sebangsanya!"
Tong-bun-su-jin mengangguk-angguk
sementara Chi Koan diam-diam tertawa. Tentu
saja di rombongan itu terdapat sebangsa gali
atau orang-orang kasar karena muridnyalah
yang mengumpulkan. Secara diam-diam dan
amat hati-hati ia memerintahkan Beng San
mencari dan menyusupkan para rampok atau
begal di situ. Dan karena di manapun juga
namanya penjahat pasti ada, baik di utara atau
selatan maka ia mengumpulkan orang-orang
ini untuk memperkeruh dan memperparah
suasana. Dan usahanya berhasil!
Beng San telah kembali kepada
suhunya setelah gagal mencari sang suheng.
Siauw Lam, suhengnya itu menghilang entah1720
ke mana. Dan ketika melapor dan berkata
bahwa ia lebih berat mendampingi suhunya
daripada mencari dan menangkap suhengnya
maka Chi Koan menghela napas ketika itu.
"Teecu telah mendengar
keberangkatan suhu, dan teecu tak tahan
untuk berdiam diri saja. Suheng belum
ditemukan tapi serbuan ini lebih penting, suhu,
mohon maaf jika teecu kembali dan ingin
mendampingimu."
"Baiklah, tak apa. Kalau begitu
kebetulan, Beng San, cari dan kumpulkan
segala perampok dan penjahat memperkuat
kedudukan kita. Cari dan kerahkan mereka
memperkuat barisan.
"Apa, suhu menyuruh teecu mencari
dan mengumpulkan para rampok? Suhu
hendak mencampur dan menyatukan mereka
dengan kaum pendekar?"
"Benar.' suhunya tertawa. "Cari dan
kumpulkan mereka, Beng San, sebanyak
banyaknya. Aku tidak salah memberi perintah
akan tetapi lakukan secara tidak kentara,
sedikit demi sedikit namun sepanjang1721
perjalanan. Tundukkan mereka dan suruh
bantu menyerbu utara."
"Akan tetapi.. ." pemuda ini terbelalak.
"Mana mungkin itu, suhu, bakal terdapat
kekacauan. Dan apa pula maksudmu, apakah
tidak membahayakan kita sendiri!"
"Ha-ha, tidak kalau kita bertindak hati
hati. Maksudku jelas, Beng San, memperkuat
kedudukan., Sedang kekacauan, hmm... pasti
terjadi kalau sudah selesai. Selama kau dan aku
dapat mengendalikan keadaan tak perlu kita
khawatir. Sudahlah, cari dan tundukkan
mereka itu dan susupkan secara diam-diam.
Jangan sampai para pendek?r tahu."
Pemuda ini menjublak, masih ragu.
Akan tetapi ketika gurunya berkata bahwa ada
semacam hukum kebersamaan bila
sekelompok atau segolongan orang
menghadapi musuh yang sama maka ia
mengangguk-angguk.
"Manusia di manapun sama. Asal
menyangkut persoalan lebih besar dan
kepentingan lebih besar maka yang kecil-kecil
dikesampingkan, muridku. Baik para1722
perampok itu maupun kaum pendekar sama
sama memusuhi selatan. Nah, kalau mereka
bersatu-padu dan dapat menyamakan sikap
maka urusan pribadi atau hal-hal pribadi dapat
dikesampingkan. Cari dan laksanakan
perintahku dan jangan khawatir!.
"Baiklah," pemuda itu bangkit berdiri.
"Akan kulaksanakan perintahmu, suhu,
mudah-mudahan semuanya betul."
"Tentu betul, tak usah takut. Tundukan
dan kuasai mereka, muridku, sedang aku
mengendalikan dan memimpin para pendekar
ini!".
Beng San berkelebat, meninggalkan
gurunya lagi. Kali ini ia lebih bersinar-sinar dan
kecerdikan gurunya menular cepat. Ia maklum
apa yang dikehendaki gurunya itu dengan
mengumpulkan para penjahat ini. Tentu agar
lebih panas dan Semarak" lagi. Maka ketika ia
tertawa dan mengumpulkan orang-orang
kasar itu, menundukkan dan bukan hal sukar
baginya maka pemuda ini menjadi tokoh di situ
sementara gurunya mengendalikan kaum1723
pendekar. Tentu saja semua ini terjadi secara
diam-diam dan amat dirahasiakan.
Tong-bun-su-jin dan lain-lain tak tahu.
Mereka hanya terheran-heran ketika setiap
perjalanan bertambahlah orang mereka.
Semua ini memang terjadi sedikit demi sedikit
dan di malam hari pula. Chi Koan benar-benar
cerdik. Maka ketika dalam serbuan terjadi hal
hal di luar batas, penjarahan dan
kesewenangan umpamanya maka Tong-bun
su-jin dan kawan-kawan terkejut. Dan karena
kebuasan itu merangsang yang lain, yang baik
baik ikut brutal maka empat orang gagah ini
menemui Chi Koan didampingi sepasang kakek
Naga Menara itu.
Akan tetapi Chi Koan menyerahkan
balik kepada mereka. Dengan alasan buta dan
tak tahu satu persatu pemuda ini ganti
meminta empat bersaudara itu menindak.
Alasannya begitu tepat dan masuk akal pula.
Akan tetapi karena jumlahnya banyak dan tak
mungkin Tong-bun-sujin bekerja sendiri maka
terjadilah percakapan itu dan kakek Naga
Menara juga gemas dan marah.1724
"Bagaimana," Si buta akhirnya
bertanya lagi. "Tidak sanggupkah kalian
mencegahnya, suwi-enghiong (empat orang
gagah). Kalau tak dapat atau merepotkan diri
sendiri saja baiklah kita biarkan dulu nanti
setelah selesai diurus. Kupikir serbuan ini lebih
penting dan ketidaksenangan pribadi harap
disimpan dulu. Aku akan memerintahkan
muridku untuk meredam itu."
Empat orang itu menghela napas.
Karena mereka memang tak sanggup dan
urusan yang lebih besar memang harus
didahulukan maka mereka memendam saja
kemarahan di hati ini. Hoa-san dan Heng-san
telah dihancurkan. Akan tetapi ketika Bu-tong
dan See-tong dilabrak pula, kebrutalan kian
menjadi-jadi maka Orang-orang buas itu
bertindak lebih mengerikan lagi. Hwesio atau
tosu yang sudah menyerah dibabat juga.
Kepala mereka dipenggal!
"Ha-ha, inilah pelampiasan dendam
sejati. Bacok dan kutungi lehernya, Tek Hu,
pancang dan tanam kepalanya itu diujung
tombak. Gantungkan di pilar!"1725
Para pendekar menahan napas dan
marah melihat ini. Tiga murid muda dibacok
putus dan kepala mereka ditusuk tombak,
digantung atau dipermainkan di atas pilar. Lalu
ketika yang lain tertawa-tawa dan Tong-bun
su-jin tak mampu meredam keberangan tiba
tiba meloncat dan membanting orang yang
memenggal kepala murid itu.
"Turun! Kalian biadab dan tak tahu
?opan. Musuh yang sudah tidak berdaya tak
boleh disiksa apalagi dibunuh!"
Semua kaget, Tong Nu orang termuda
menyambar dan membanting laki-laki
tigapuluhan itu.lalu diikuti tiga saudaranya
yang berkelebatan melindungi. Dan ketika
belasan orang menjadi marah dan itulah para
perampok atau begal berwajah kasar, maju
dan membentak pria ini maka kaum pendekar
bergerak pula dan yang lain berlompatan dan
mengepung para pendekar.
"Hm, Tong-bun-su-jin selalu mengagul
agulkan diri. Apa maksudmu dengan bersikap
sesombong ini, orang she Tong, tidak tahukah
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalian bahwa bila kami yang kalah kamilah1726
yang didera dan dibunuh. Kau berkali-kali
menentang kami!"
"Jahat, keji! Perbuatan ini tak boleh
dilakukan, sobat. Orang yang sudah menyerah
tak boleh disiksa, apalagi dibunuh. Tapi kalian
melakukan dan melanggar norma-norma
hidup. Jahanam itu seperti perampok keji. la
tak berjantung dan tak berperikemanusiaan.
Kami tak dapat membiarkan ini dan kalian
boleh mengeroyok kami!"
"Sombong!" laki-laki itu menjadi marah
dan gusar juga. "Tong-bun-su-jin menantang
kita, kawan-kawan. Bunuh!" lalu ketika empat
orang gagah itu dikeroyok dan diserang orang
orang kasar ini maka para pendekar melompat
maju dan membantu Tong-bun-su-jin.
Akan tetapi yang di luar menyerbu
masuk. Mereka adalah perampok sahabat
orang-orang kasar itu, jumlahnya tak kurang
dari seratus orang. Dan ketika para pendekar
terkejut dan membalik menghadapi serangan
ini maka dua pihak tiba-tiba pecah dan
berhantam sendiri!
"Trang-tring-trang-tringg!"1727
Umpat dan caci berhamburan keluar.
Kaum pendekar tiba-tiba baku hantam dengan
orang-orang kasar ini, hampir saja
pertumpahan darah terjadi. Akan tetapi ketika
berkelebat dua bayangan dan Beng San serta
suhunya muncul, membentak dan menangkis
semua senjata itu maka semua mundur dan
kewibawaan guru dan muridnya ini betul-betul
terasa, terutama Beng San yang menguasai
betul para benggolan penjahat itu.
"Berhenti, siapa main kacau dan
memecah persatuan!"
Para pendekar dan kaum sesat sama
sama jerih. Begitu si buta dan muridnya
muncul maka semua berlompatan ke
belakang. Mereka gentar oleh kelihaian guru
dan murid ini. Akan tetapi karena Tong-bun-su
jin dianggap biang gara-gara, empat pendekar
inilah yang memulai duluan maka laki-laki
tinggi besar yang tadi membela Tek Hu berkata
dengan suara nyaring, ia memojokkan empat
bersaudara itu terutama yang muda.1728
"Tong-bun-su-jin mencari gara-gara. Ia
menantang dan menentang kami, taihiap,
rekan kami Tek Hu dibanting!"
"Hm , siapa kau," Chi Koan tak kenal,
miringkan kepalanya. Akan tetapi ketika Beng
San berkata bahwa itulah Niang La pimpinan
"orang gagah" di hutan Hek-kiok (Bambu
Hitam) maka pemuda inilah yang meloncat
maju dan cepat mengedip. Dia harus
menguasai keadaan dan mengendalikan
orang-orang itu.
"Ini Niang-enghiong yang kukenal baik.
Kalau dia berkata Tong-bun-su-jin menjadi
gara-gara tolong kau tanya, suhu, mungkin dia
benar atau ada kesalahpahaman di sini."
Chi Koan membalik, menghadapi
empat bersaudara itu. "Tolong Tong-enghiong
(orang gagah Tong) beri jawaban tentang ini.
Kenapa kau membanting orang sendiri dan
mengucapkan tantangan."
"Hm!" Tong Kit mewakili adiknya.
"Adikku Tong Nu tak tahan melihat kekejaman
di sini , Chi-taihiap. Masa musuh yang sudah
menyerah dibantai dan dipenggal kepalanya.1729
Aturan mana itu. Bukankah kejam dan tak
beradab. Memangnya kita sebangsa
perampok!"
"Tong-bun-su-jin sok suci!" orang she
Niang tiba-tiba berseru. "Ini pertempuran
bukannya main-main. Memangnya kalau kita
kalah musuh tak akan menyiksa dan
membunuh kita. Dia seperti wanita, berhati
lemah!"
Orang-orang sesat tiba-tiba tertawa.
Begitu berisik tawa mereka hingga empat
bersaudara Tong merah padam. Mereka
membentak dan mencabut senjata lagi. Akan
tetapi ketika Chi Koan membentak dan
menyuruh diam, B?ng San juga membentak
agar si ka?ar mundur maka gurunya
memalangkan tongkat bersikap keren
"Dua-duanya sudah kudengar, dan
kalian sama-sama memiliki kebenaran sendiri.
Akan tetapi sementara ini kularang kalian
berbaku hantam, Niang-enghiong. Karena
Tong-bun-su-jin juga tidak salah maka kuminta
selanjutnya kalian tak boleh semena-mena
lagi. Musuh yang menyerah tak boleh dibunuh,1730
kecuali melawan dan membahayakan kita.
Nah, jangan bertengkar dan perhatikan baik
baik pesanku ini. Kita masih harus menyerbu
Kun-lun dan setelah itu Gobi. Musuh yang lebih
berbahaya ada di depan mata, kendalikan diri
kalian masing-masing dan jangan membuat
aku menurunkan hukuman".
Kata-kata ini tegas dan amat
berwibawa dan karena lebih condong
membela Tong-bun-su-jin maka orang she
Niang mengutuk. Chi Koan bersikap cerdik
menghadapi persoalan itu. la tentu saja tak
mau kehilangan para pendekar karena mereka
inilah inti kekuatan. Orang-orang kasar itu
hanya sekedar meramaikan. Mak ketika Tong
bun-su-jin mengangguk-angguk sementara
kaum pendekar menjadi lega, girang dan
tersenyum oleh kata-kata itu maka simpatik
mereka tentu saja semakin bertambah lagi dan
diam-diam mereka melepas ejekan kepada
orang-orang kasar itu. Mulut mereka seakan
berkata:
"Nih, rasakan akibatnya!" Dan ketika
Chi Koan mengetukkan tongkat sampai1731
anmblas di lantai yang keras, membuat orang
orang kasar meleletkan lidah dan gentar maka
kejadian selanjutnya agak teratur namun
terlanjur membawa korban, yakni para murid
yang roboh dan akhirnya tewas setelah datang
ke Gobi, menyusul ketua.
Hoa-san dan Heng-san serta See-tong
dan Bu-tong memang telah digilas. Di See
tong-pai Chi Koan malah menangkap Kwi
Hong, gadis semampai Sumoi See Cong Cinjin.
Dan ketika gadis ini disekap dan menjadi
tawanan, Beng San inilah yang merobohkan
gadis itu maka dalam perjalanan berikutnya
mereka menuju Kun-lun, partai terakhir
sebelum Gobi.
Akan tetapi tidak seperti lainnya maka
di Kun-lun telah berdiri tiga orang muda gagah
menunggu mereka. Itulah Boen Siong dan Siao
Yen serta Po Kwan. Tiga orang ini terbang tak
henti-henti dengan muka cemas dan kaget.
Mereka telah mendengar bahwa serbuan akan
dilanjutkan ke Kun-lun. Hoa-san dan lain-lain
telah dihancurkan. Maka ketika mengerahkan
ilmu lari cepat mereka namun tetap saja dua1732
kakak beradik ini tak mampu mengikuti
akhirnya Boen Siong berkata agar masing
masing memegang sebelah lengannya.
"Suheng dan suci harap pegang erat
erat pergelangan tanganku. Keadaan sudah
demikian memaksa. Aku hendak
mempergunakan Boan-eng-sut dan memberi
tahu Kun-lun agar berjaga-jaga!"
Dua kakak beradik itu kagum. Mereka
telah mengerahkan seluruh ilmu lari cepat
mereka namun tetap saja tertinggal. Mula
mula tak begitu jauh akan tetapi lama
kelamaan jauh juga. Kalau mula-mula hanya
satu dua tombak akhirnya menjadi puluhan
tombak, padahal Boen Siong belum
berkeringat dan mengeluarkan seluruh
tenaganya. Dan ketika akhirnya pemuda itu
berhenti dan menunggi mereka, berkata
seperti itu maka kakak beradik ini tak dapat
menahan kekaguman lagi memuji sute mereka
itu.
"Kau hebat, benar-benar
mengagumkan. Boan-eng-sut yang kau miliki
sungguh luar biasa, sute. Gurumu ternyata1733
benar-benar sakti dan kau sebagai muridnya
membuat kami mandi keringat!"
"Hm, suheng tak perlu memuji dan
mari pegang pergelangan kananku. Suci
memegang yang kiri dan awas perhatikan!"
Boen Siong telah dipegang pergelangannya kiri
kanan dan mendadak ia menghentak dan
menjejak kaki kuat-kuat. Dua kakak beradik itu
telah siap akan tetapi tak urung berseru kaget
juga. Tubuh mereka terangkat dan melayang
naik. Lalu ketika pemuda itu benar-benar
mengajak terbang dan tak sedikitpun kaki
menyentuh tanah, terkesiap dan kagumlah
kakak beradik ini maka Siao Yen sampai
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemetar dan jari tangannya tiba-tiba meremas
lembut.
Boen Siong tergetar, darahnya tersirap.
Sejenak ia berdenyut lebih cepat dan melirik ke
kiri. Akan tetapi ketika kebetulan dua mata
beradu dan gadis itu melengos bersemu dadu
maka jantung pemuda inipun seakan
berdentang-dentang dan sedetik Boen Siong
merasa gugup.1734
Untunglah kekhawatiran akan serbuan
itu menekan semua perasaan ini. Boen Siong
melupakan sejenak meskipun beberapa kali
gadis itu mencengkeram lembut lagi. Dialah
yang menyuruh pegang! Dan ketika pemuda
itu berseru keras mengerahkan semua
kecepatannya, dua kakak beradik itu semakin
terkejut dan melayang-layang maka
keesokannya setelah menerabas hutan
merekapun tiba di Kun-lun. Anak-anak murid
bengong dan terkejut ketika tiga bayangan
berkelebat dan lenyap. Benar-benar bagai
iblis!
Heng Bi Cinjinlah yang paling kaget.
Pagi itu ketika tiga bayangan berkelebat dan
tahu-tahu berdiri di depannya yang sedang
duduk bersila maka ia membuka mata dan
langsung menghantam. Sin-ma-kang (Kuda
Sakti) yang menjadi andalan meluncur
menyambut kesiur anak-anak muda itu. Ia
mengira diserang! Akan tetapi ketika Boen
Siong menangkis dan ia terpental, untunglah
tak menabrak dinding dan bergulingan
meloncat bangun maka tosu yang kaget ini1735
berseru tertahan. Boen Siong dan suheng serta
sucinya memberi hormat, membungkuk
dalam-dalam.
"Siancai,Kau kiranya. Kau membuat
kaget, Boen Siong. Pinto sampai mencelat!"
"Maaf, harap susiok tidak menyalahkan
kami. Karena ingin bertemu langsung dan
memberi tahu ancaman bahaya terpaksa kami
mengejutkanmu. Kami datang untuk urusan
penting dan manakah Bi Wi susiok yang tidak
kami lihat!"
Kakek ini terheran-heran, tak
mendengar kata-kata terakhir. Ia melihat Siao
Yen dan kakaknya dan tentu saja bertanya
tanya. Akan tetapi ketika dua anak muda itu
menjura dan memperkenalkan diri maka
mengertilah tosu ini.
"Kami Po Kwan dan Siao Yen, kakak
beradik. Karena sute mengemban tugas berat
maka kami mendampinginya. Harap locianpwe
maafkan dan semoga kedatangan kami tidak
mengganggu".
"Sute?'1736
"Mereka adalah urid-murid ayah,"
Boen Siong menerangkan. Mereka benar
suheng dan suciku, sekarang dimanakah Bi Wi
susiok karena ada urusan penting yang harus
diketahui!"
"Siancai, anak-anak itu kiranya. Kalian
sudah besar. Ah, pinto tentu saja tak tahu akan
tetapi suheng ada di dalam. Ada urusan apa
dan mari masuk, suheng juga bersamadhi!"
Heng Bi Cinjin akhirnya kagum dan ia tentu saja
bertanya tentang keperluan anak-anak muda
itu. Boen Siong menceritakan apa yang terjadi
dan tosu ini tampal kaget. Dan ketika ia
berhenti dan merandek di tengah jalan, pucat
maka ia lupa membawa anak-anak ini
menemui ketua Kun-lun.
"Chi Koan, si but? itu menyerbu dengan
orang-orang selatan? Hoa-san dan Heng-san
hancur? Ah hebat sekali ini Boen Siong.
Beritamu benar-benar menggemparkan!"
"Karena itulah kami cepat ke sini.
Sekarang mana Bi Wi susiok dan mohon kami
diantar."1737
"Ah-ah, betul, aku lupa. Mari... mari,
anak-anak, pinto benar-benar terkejut!"
Siao Yen tak tertawa melihat
kegugupan itu karena ia tahu betul betapa
kaget dan gelisahnya tosu tua ini. Heng Bi
Cinjin adalah wakil ketua Kun-lun sementara Bi
Wi pimpinannya, suheng sekaligus ketua. Dan
ketika mereka akhirnya bertemu kakek gemuk
itu, mendengar ketukan dan membuka mata
maka tiga anak muda ini cepat memberi
hormat. Bi Wi tertegun namun bersinar-sinar.
"Siauw-te datang mengganggu susiok.
Karena ada urusan penting dan amat
mendesak maka kami datang berkunjung. Ini
suheng dan suci murid-murid ayah".
"Siancai," kakek itu bangkit dan
tersenyum gembira. "Kau, Boen Siong, dan ini
murid-murid ayahmu. Hm, kalau begitu sudah
akur dan pinto turut gembira!" kakek ini
mengebutkan lengannya dan ia tak melihat
betapa wajah sutenya pucat. Perhatiannya
tertuju kepada anak-anak muda ini, terutama
Boen Siong. Akan tetapi ketika Heng Bi
membungkuk dan berkata bahwa orang-orang1738
selatan menyerbu dan menghancurkan Heng
san dan Hoa san dipimpin Chi Koan maka kakek
itu berubah. urusan benar-benar penting.
"Maaf, Mereka hendak menyampaikan
serbuan orang-orang selatan, suheng. Bahwa
Chi Koan memimpin dan telah menghancurkan
Heng-san dan Hoa-san pai'.
"Siancai. luar biasa ini. Lalu bagaimana
dengan ketuanya atau para pimpinannya?".
"Pinto belum mendengar banyak, akan
tetapi sekarang menuju ke sini dan Kun-lun
hendak dihancurkan pula!"
Wajah Bi Wi tergetar pucat akan tetapi
kakek ini berhasil menguasai perasaannya lagi.
Hanya sejenak saja ia terkejut selanjutnya
biasa lagi. Wajah gemuk itu tenang meskipun
tegang. Dan ketika ia menghela napas dan
berkata bahwa Chi Koan selalu membuat onar,
di mana-mana selalu berbuat kerusuhan maka
kakek ini tampak prihatin dan sedih tak dibuat
buat.
"Hm, lagi-lagi Chi Koan. Agaknya
selama hidup ia ditakdirkan menjadi perusuh.
Baik, lalu apa yang hendak kalian lakukan,1739
Boen Siong, bagaimana pula dengan ketua
atau pimpinan partai-partai itu?".
"Sute telah diangkat sebagai bengcu!"
Siao Yen tiba-tiba tak dapat menahan
perasaannya lagi, antara bangga dan ingin
pamer. "Ia ke sini atas perintah ayahnya,
locianpwe. Suhu Penasihat Bengcu dan para
ketua menyusul belakangan. Kami diminta
duluan!"
"Ah, kau seorang bengcu? Jadi
keinginan ibumu benar-benar berhasil?"
Boen Siong semburat merah, menyesal
pernyataan sucinya tadi. Akan tetapi karena
tak menyangka apa-apa dan mengangguk
membenarkan maka ia berkata bahwa semua
itu bukan kehendaknya. Dan Po Kwan tiba-tiba
berseru.
"Kim Cu totiang di sana pula,
locianpwe. Mewakili Kun-lun iapun
mengangkat sute sebagai bengcu. Nanti
datang pula!"
Bi Wi dan Heng Bi tiba-tiba terkejut.
Serentak mereka menm?beri hormat
sebagaimana layaknya terhadap pemimpin.1740
Dan ketika Boen Siong tersentak dan
mencegah dua kakek itu maka Bi Wi terlanjur
berseru,
"Maafkan kami. Kalau suheng telah
mengangkatmu mewakili Kun-lun maka
kaupun datang bukan sebagai orang biasa ,
Boen Siong. Kau adalah bengcu dan kami harus
menyambutmu sebagai bengcu pula. Terima
kasih atas kunjunganmu!" lalu melipat
punggung dalam-dalam memberi hormat
pemuda inipun seketika jengah dan menegur.
"Jiwi-susiok (dua paman guru) tak usah
begitu. Betapapun kalian lebih tua dan
kalianlah yang harus dihormati. Jangan
berlebihan dan membuatku kikuk!"
"Tidak, kau telah berdiri di atas orang
banyak. Jabatan itu bukanlah main-main, Boen
Siong, bengcu berarti peminpin semua orang.
Dan suheng telah mewakili Kun-lun pula.
Selamat dan maafkan kami kalau tidak
menyambutmu sejak awal!"
Boen Siong menyesali suheng dan
sucinya ini akan tetapi mereka tersenyum
senyum. Justeru sikap itu semakin1741
mengagumkan kakak beradik ini betapa
rendah hati dan sederhananya pemuda itu.
Sang sute benar-benar mirip ayahnya. Dan
ketika Boen Siong berhasil menahan dua kakek
itu agar tidak berlebihan, atau pembicaraan
bakal canggung dan kaku maka Bi Wi
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Baiklak, sekarang apa yang kau
lakukan. Apa perintah ayahmu."
"Ayah memerintahkan aku agar
menahan dan mencegah serbuan itu. Akan
tetapi karena semua partai dihancurkan
tinggallah Kun-lun seorang maka aku ke sini
dan ingin menahan mereka di tempat ini!".
"Baik, dan menunggu mereka naik ke
atas?"
"Inilah yang kupikirkan. Aku hendak
minta pendapatmu, susiok, bagaimana
sebaiknya. Aku masih muda dan kurang
pengalaman."
"Hm!" tosu itu mengangguk-angguk,
kini memandang Heng Bi Cinjin. "Bagaimana
pendapatmu sute. Apa yang sebaiknya kita
lakukan."1742
"Suheng tak mempersilaken mereka
duduk. Sebaiknya duduk dulu dan biar kututup
pintunya!" Heng Bi Cinjin meloncat dan iapun
menutup pintu ruangan ketika suhengnya
sadar. Bi Wi Cinjin tersipu malu dan iapun
cepat mempersilakan tamu-tamunya duduk,
tentu saja di lantai karena tak ada meja kursi di
ruangan itu. Ini sanggar pemujaan. Dan ketika
kakek itu duduk diikuti semuanya, wajahpun
semua tegang maka kakek ini bertanya
bagaimana jawaban sutenya. Heng Bi telah
berdampingan dengan suhengnya itu.
"Boen Siong memang berkepandaian
tinggi, akan tetapi masih muda dan kurang
pengalaman. Menurut pendapatku disambut
saja di bawah, suheng, selain agar tidak
merusak bangunan juga tempat yang lega
menjadikan kita leluasa. Akan tetapi tentu saja
tidak sembarang tempat!"
"Maksudmu?"
"Kita bendung kaki gunung dengan
tanggul-tanggul yang kokoh. Kita sambut si
buta itu di tepi sungai Liong-kiang!"
"Hm, jauh di bawah sana?"1743
"Benar, suheng, selain menjauhkan
dari lingkungan penduduk juga ceruk di sungai
itu dapet dipakai untuk menjebak!"
Bi Wi Cinjin terkejut, mengangguk
angguk. Dan ketika Boen Siong berseri
menyambut itu pemuda ini berseru,
"Bagus sekali, susiok benar-benar
tepat. Aku telah melihat tempat itu dan musuh
dapat digiring kalau kita mau!"
Siao Yen dan kakaknya mendengar
saja. Mereka tentu saja tak tahu bagian yang
dimaksudkan itu dan Heng Bi Cinjin segera
meminta persetujuan. Kalau sang ketua tak
setuju diapun tak dapat berbuat apa-apa, itu
adalah usul. Akan tetapi ketika Bi Wi Cinjin
menghela napas dan berkata lirih kakek ini
menyetujui.
"Baiklah, pinto rasa tak ada salahnya.
Akan tetapi berapa banyak jumlah musuh itu,
sute, adakah tempat itu tak terlalu luas. Pinto
harus memperhitungkan keselamatan para
murid bila merekaingin lari bersembunyi."
"Boen Siong tentunya tahu, pinto,
belum dengar!"1744
"Hm, yang jelas, ratusan orang. Aku,
memotong dan mendahului mereka, susiok
Belum kutemukan mereka di tengah jalan".
"Kalau begitu selidikilah. Kami
mempersiapkan diri di sini dan kau
menyelidiki".
"Akan tetapi mereka baru datang," Bi
Wi Cinjin mengerutkan kening. " Masa
menyuruh pergi lagi, sute, anak-anak ini tentu
lelah.'
"Tak apa," Boen Siong memandang
suheng dan sucinya. "Setelah berunding dan
menentukan sikap aku dapat menyelidiki
mereka, susiok, dan suheng atau suci biar
menjaga di sini dulu!".
"Mana mungkin!" Siao Yen tiba-tiba
berseru. "Kami datang untuk mendampingimu,
sute. Kalau kau sendirian dan kami di sini apa
gunanya datang. Tidak, kamipun tak lelah. Ini
penting!"
"Hm.." Po Kwan mengangguk-angguk,
melirik adiknya. "Siao Yen benar, sute, kami
datang memang untuk membantumu . Hanya1745
kalau kami tak secepat dirimu dan hendak
berangkat duluan silakan, kami menyusul."
"Baiklah," Boen Siong tak enak. "Yang
jelas aku tak memaksa kalian, suheng, kalau
lelah boleh beristirahat dulu. Kalau ikut tentu
saja lebih baik lagi, aku ada teman."
Bi wi Cinjin dan sutenya mengangguk
angguk. Mereka merasa betapa besar
tanggung jawab pemuda itu. Duduk sebagai
bengcu memang berat. Dan ketika diputuskan
bahwa Kun-lun akan menyambut di bawah,
segera menanggul kaki gunung khususnya di
perairan sungai Liong-kiang akhirnya
menjelang sore Boen Siong diperbolehkan
meninggalkan tempat itu. Dua pimpinan Kun
lun ini tak tega membiarkan anak muda itu
berangkat cepat-cepat.
"Hati-hati, kami sudah mulai bekerja.
Batu dan segalanya sudah kami siapkan di
bawah, Boen Siong. Besok pagi-pagi benar
semua murid sudah akan mengelilingi kaki
gunung dengan tanggul kokoh. Berangkatlah
dan terima kasih untuk semua bantuanmu ini."1746
Pemuda itu mengangguk dan
berkelebat meninggalkan Kun-lun. Anak murid
sudah disebar untuk mengetahui sejauh mana
musuh mendekati tempat mereka.
Di sinilah Boen Siong memperoleh
keterangan. Dan ketika sore itu juga ia
meninggalkan Kun-lun dan suheng serta
sucinya mengikuti di belakang maka kakak
beradik yang sungkan ini menyuruh pemuda
itu duluan.
"Yang pokok sudah selesai, Kun-lun
telah mempersiapkan diri. Sekarang tinggal
menyelidiki musuh, sute, pergi dan duluilah
kami karena kami tak secepat Boan-eng
sutmu. Kami akan menyebar di kiri kanan dan
akan bertemu di depan nanti."
"Baiklah," Boen Siong melirik sucinya.
"Aku duluan, suheng. Telah sama-sama kita
dengar tadi bahwa musuh telah tiba di Ui-san
kok!"
Po Kwan mengangguk dan sutenya
itupun berkelebat lenyap. Mereka telah
berada di persimpangan jalan dan Kun-lun
telah jauh di belakang. Haripun mulai gelap1747
dan Ui-san-kok adalah pegunungan di luar kota
He-bun. Menurut utusan yang disebar di
depan tempat itu tidaklah jauh lagi , kira-kira
sehari perjalanan biasa.
Maka ketika ia bergerak dan meminta
adiknya ke kiri, ia sendiri ke kanan maka Boen
Siong yang lurus di depan akan mereka jumpai
lagi dalam perjalanan melingkar.
Siao Yen mengangguk dan berkelebat
pula membagi tugas. Akan tetapi begitu
kakaknya lenyap dan ia kembali lagi maka
iapun mengejar Boen Siong lewat jalur lurus.
Perasaannya berdegupan!
"Hm, sute menentang bahaya, mana
mungkin kutinggalkan? Biarlah kususul dia di
jalan ini pula dan semoga tak ada apa-apa!"
Memang tak ada apa-apa bagi Boen
Siong kecuali rombongan orang-orang selatan
itu. Hampir seribu orang yang dipecah dalam
beberapa rombongan membuat barisan ini bak
serombongan harimau mencari mangsa. Chi
Koan tentu saja berada ?i tengah, muridnya
dalam rombongan nomor dua sementara di
depan sendiri adalah sepasang kakek Naga1748
Menara itu. Mereka berjalan cukup teratur dan
tentu saja menjauhi keramaian. Gunung dan
bukit-bukit terjal adalah perjalanan sehari
hari, hanya malam mereka berhenti. Maka
ketika malam itu tiba di San-kok, Lembah
Bunga Seruni maka rombongan berhenti den
kebetulan yang di depan dapat memasuki
lembah. Yang lain di luar dan mendirikan
kemah-kemah darurat.
Malam itu sepasang kakek Naga
Menara memimpin rombongannya. Di pinggir
lembah, sedikit jauh dari kakek ini berdirilah
rombongan Beng San. Beng San sendiri tak
memiliki tenda karena justeru menjaga sebuah
tenda kecil berwarna hitam . Di dalam tenda ini
terdengar isak tangis. Itulah Kwi Hong Sumoi
ketua See-tong-pai, gadis cantik gagah yang
menjadi tawanan dan telah mengamuk serta
membunuh belasan orang ketika partainya
diserbu. Dan ketika malam itu seperti biasa
Beng San tiduran di sini, di luar tenda maka
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang melihat bahwa ia begitu setia dan
bertanggung jawab menjaga tawanan yang
satu ini.1749
"Siapapun tak boleh mengganggu atau
mendekati gadis ini. la tawananku, berbahaya
kalau lolos. Kalau kalian beranimengganggu
apalagi menyakitinya maka kalian akan
berhadapan dengan aku. Tawanan tak boleh
diperlakukan kasar, apalagi dihina. Ia
tanggunganku dan kalian jangan dekat-dekat!"
Begitulah ucapan berulang-ulang yang
dikatakan pemuda ini. Baik kaum pendekar
maupun golongan sesat mengangguk-angguk.
Bagi para pendekar kata-kata pemuda itu
sesuai isi hati mereka. Tawanan tak boleh
diganggu, apalagi wanita. Akan tetapi bagi
kaum sesat yang tahu dengan apa yang
dilakukan pemuda ini diam-diam tertawa geli
dan mencemooh.
"Huh, apanya yang dijaga? Kaulah
harimau di depan kelinci, San-kongcu. Justeru
kaulah yang mengganggu dan menyakiti gadis
itu!"
Ini benar, akan tetapi tentu saja tak
diketahui para pendekar macam kakek Naga
Menara itu maupun Tong-bun-sujin. Beng San
eerdik sekali berada di rombongannya yang1750
sebagian besar orang sesat. Justeru dialah
yang mengumpulkan orang-orang itu dan
menjadi semacam pelindungnya bila ada
pendekar muncul, melihat keadaan
umpamanya. Dan ketika selama ini gerak
geriknya aman sementara para pendekarpun
tak menyangka bahwa pemuda itu telah
berbuat keji kepada tawanan, bukankah guru
dan murid tampil ramah dan berbudi-pekerti
baik maka orang-orang ini tak tahu betapa
sesungguhnya gadis itu telah dirusak dan
dipermainkan Beng San habis-habisan!
Malam itu setelah Se-tong-pai hancur
maka Beng San tak menyia-nyiakan
kesempatan. Mula-mula dia menyerahkan
gadis itu kepada anak murid See-ouw-pang.
Siapapun melihat bahwa dia memperlakukan
tawanan baik-baik. Bahkan dengan bersuara
lantang ia mengancam siapapun yang
mengganggu dan menyakiti gadis itu. Maka
ketika malamnya ia muncul di tenda dan Kwi
Hong baru saja sadar, menangis dan awut
awutan maka pemuda itu duduk bersinar-sinar1751
menyentuh pundak gadis ini, sikap dan kata
katanya memang mula-mula lemah-lembut.
"Sudahlah, jangan menangis lagi.
Semua yang terjadi sudah terjadi, Kwi Hong, air
mata darahpun tak dapat menghapus semua
kepahitan ini. Aku menyesal, akan tetapi
semua ini atas tuntutan orang-orang selatan."
"Pergi, pergi kau. Bunuh atau bebaskan
aku, Beng San, hanya itu pilihanmu!"
"Hm, kau keras kepala. Kau tak melihat
betapa aku bersikap baik dan manis
kepadamu. Kalau aku tak mencegah maka
dirimu benar-benar celaka, Kwi Hong, tidakkah
kau melihat betapa aku kasihan kepadamu,
Aku, hmm...... aku harus menyatakan cinta
kepadamu. Benar, aku cinta kepadamu!" lalu
ketika pemuda ini membelai dan mengusap
wajah itu, menghapus air mata yang
membanjir keluar maka gadis ini tersentak dan
menarik kepalanya kuat-kuat.
"Kau. . kau menyentuhku? Kau bilang
apa?"
"Benar, aku bilang cinta. Ya, aku
mencintaimu, Kwi Hong, itulah sebabnya aku1752
menyelamatkanmu dan menyembunyikanmu
di sini. Kalau tidak....Masuklah seseorang
berwajah amat buruk. Masuknya orang ini
menghentikan percakapan dan Kwi Hong
tertegun. 0rang ini menyeringai dan memberi
hormat kepada Beng San. Dan ketika ia berkata
bahwa guru pemuda itu memanggil, Beng San
mengerutkan kening maka laki-lakt ini
menutup, matanya menyambar Kwi Hong
penuh gairah, terkekeh.
"Siauwhiap diminta secepatnya ke sana
karena ada urusan penting. Gurumu
menyuruhku menjaga sebentar di sini. Aku
akan menggantikanmu."
"Hm. pa? Penting apa?"
"Mana kutahu? Yang jelas siauwhiap
diminta cepat datang, dan gadis ini..he
he,,,akan kujaga baik-baik!"
Pemuda itu menarik napas panjang,
pura-pura kesal. Lalu ketika ia berkelebat dan
lenyap sejenak maka pria buruk inilah yang
menemani Kwi Hong. Gadis itu didekati dan
merasa ngeri melihat lubang hidung yang1753
growong, bibir tebal dan hitam sementara
gusinya kotor!
"Heh-heh," laki-laki itu tertawa.
"Sekarang kau bersamaku, manis. Kutipu
pemuda itu agar dapat bersenang-senang
denganmu. Uh, bunga begini cantik tak boleh
disia-siakan tangan itu menjulur dan tahu-tahu
menerkam Kwi Hong. Gedis ini menjerit akan
tetapi ditutup mulutnya dan tiba-tiba hidung
lelaki itu telah menciuminya. Bau busuk keluar
dari gusi kotor itu, ketika terkekeh rongga
mulutnya penuh uap. Dan ketika gadis ini
berteriak akan tetapi roboh dipeluk, meronta
dan tersumbatlah mulutnya didekap telapak
lebar maka Kwi Hong hampir pingsan oleh
perbuatan Taki-laki ini. la ?itindih dan sudah
dicopoti bajunya.
"Heh-heh, barang segar. Tawanan
seperti kau tak perlu dihormat berlebihan,
nona. Mari bersenang-senang dean kita ke
sorga!"
Akan tetapi saat itu berkelebat
bayangan Beng San. Pemuda ini tahu-tahu
kembali lagi dan tentu saja gadis itu girang. Kwi1754
Hong melihat pemuda itu. Dan ketika Beng San
membentak dan mencengkeram laki-laki itu,
menariknya lepas maka jari pemuda inipun
menampar dan telah mendarat di dahi laki-laki
itu, satu di antara orang sesat yang sengaja
dipasangnya untuk mengecoh Kwi Hong.
"Bangsat kau, krakk!" dahi itu retak,
dan or?ng inipun roboh. la terkejut dan pucat
sekali akan tetapi gerakan Beng San
berlangsung cepat. Semuanya tahu-tahu telah
terjadi. Dan ketika Beng San menendang
mayat laki-laki itu sementara Kwi Hong
menangis dan terisak-isak maka pemuda ini
menyeka keringat dan tergetar oleh baju robek
di belahan dada. Si kasar itulah yang
melakukannya.
"Hm, lihat ini. Apakah begitu yang kau
suka, Kwi Hong. Enakkah digerumut sebangsa
keparat jahanam ini. Haruskah aku bersikap
sekasar dan sebuas itu!"
Kwi Hong menghentikan tangisnya,
terbelalak. Tentu saja ia berterima kasih
kepada pemuda ini akan tetapi kata-kata
pemuda itu membuat ia berdebar. Tiba-tiba1755
wajahnya merah padam ketika dengan tatapan
langsung mata pemuda itu menembus
bajunya, langsung ke dada yang setengah
telanjang. Dan ketika ia mengeluh nam?n tak
dapat memutar tubuh, ia menjadi ngeri maka
pemuda itu berlutut kembali dan mendesis.
"Lihat, penipu itu menipuku. Baik-baik
aku menyatakan cinta, Kwi Hong, masa
sikapmu seperti ini."
"Jangan pandang bajuku," gadis itu
merintih. "Buang dan buka totokanmu, Beng
San, biar kubetulkan pakaianku."
"Hmn, kau semakin manis seperti ini.
Aku menyukaimu, Kwi Hong, aku
mencintaimu. Katakanlah aku tak bertepuk
sebelah tangan dan setelah itu kubuka
totokanku".
Gadis itu menangis, tersedu-sedu. La
menundukkan mukanya untuk
menyembunyikan tatapan jalang pemuda itu
ke dadanya. Ia merasa malu dan jengah sekali.
Akan tetapi ketika pemuda itu menyambar dan
tahu-tahu mendongakkan wajahnya, nafsu1756
iblis tak dapat ditahan pemuda ini lagi maka
Beng San berkata dengan nada ancaman.
"Aku tak ingin seperti jahanam itu. Aku
ingin memperolehmu secara baik-baik, Kwi
Hong. Katakan bahwa kau menerima cintaku!"
"Tidak! " gadis itu tiba-tiba menjerit.
"Kau merusak dan menghancurkan
See-tong-pai, Beng San. Kau membuat anak
anak murid terbunuh. Kau kejam!"
"Hm, aku tak membunuh siapapun, tak
melukai siapapun, Kau jangan selalu berkata
begitu, Kwi Hong. Sudah berkali-kali
kutegaskan bahwa aku tak bersikap kejam.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buktinya aku memperlakukanmu baik-baik dan
sampai saat ini tak ada siapapun yang
mengganggumu, bahkan aku baru saja
membunuh orang yang berani menghinamu!"
"Benar, akan tetapi kau menyerang dan
merobohkan aku. Kau menghalangi aku
menerjang kawan-kawanmu. Kau sama
dengan mereka itu!"
"Baiklah, kalau begitu aku minta maaf.
Sekarang katakan bahwa aku tak bertepuk
sebelah tangan dan kau menerima cintaku!"1757
"Tidak, aku telah bertunangan.
Kalaupun kau tak membantu teman-temanmu
itupun aku tak dapat menerimamu. Aku telah
menjadi calon isteri orang lain!"
Pemuda ini terkejut, mundur. Wajah
yang merah itu sedetik berubah dan kelihatan
pucat. Akan tetapi ketika ia menyeringai dan
mengelus pipi itu maka pemuda ini berkata
lagi, sekarang nadanya berbeda, "Hal inipun
tak membuatku menyerah. Meskipun
bertunangan akan tetapi dapat dibatalkan, Kwi
Hong, kau belum menjadi isteri beneran. Aku
tetap menclntaimu dan tak akan undur!"
Gadis itu pucat, terbeliak. Tiba-tiba ia
menjadi seram melihat pemuda ini terkekeh.
Kekehnya sama dengan laki-laki yang dibunuh
tadi. Dan ketika wajah itu mendekat dan ia tak
mungkin mengelak, ia tertotok maka Beng San
menciumnya dan memeluk tubuhnya.
"Mau tidak mau kau harus menerima
cintaku. Apa gunanya aku melindungi dan
menyelamatkanmu, Kwi Hong. Kalau untuk
ditolak lebih baik tidak!" pemuda itu
menubruknya dan selanjutnya Beng San1758
menciumi penuh nafsu. Kwi Hong tak dapat
menjerit ketika urat gagunya tiba-tiba ditotok.
Dan ketika ia merintih dan hampir pingsan,,
pemuda itu menciuminya maka dengan buas
akhirnya Beng San melepas baju gadis ini. Kwi
Hong menjerit sekeras-kerasnya akan tetapi
suaranya tercekik di kerongkongan, ia tak
dapat mengeluarkan itu. Dan ketika ia
mendelik dan merasa tertusuk, kesakitan
sangat akhirnya gadis ini benar-benar pingsan
dan malam itu Beng San berhasil
menggagahinya.
Gadis See-tong ini nyaris gila.
Keesokannya ketika sadar ia memaki-maki.
Suaranya dilengking-lengkingkan akan tetapi
yang keluar hanyalah jerit lirih tak berarti.
Beng San telah meninggalkannya akan tetapi
malamnya datang lagi. Dan ketika untuk kedua
kali ia dipaksa lagi, pemuda itu menotok dan
menggagahinya maka gadis See-tong-pai ini
benar-benar terpukul hebat dan roboh
pingsan. Setiap ia sadar setiap itu pula kejadian
itu berulang di depan matanya. Ia terguncang.
Dan ketika akhirnya ia tak kuat dan terganggu1759
syarafnya, Beng San benar-benar keji maka
pemuda ini baru melepaskan totokannya
setelah gadis itu gila.
"Heh-heh, hi-hik! Mana laki-laki
tampan yang harus kulayani itu. Eh, mendekat
dan ke marilah, penjaga. Mana orang muda
tampan itu. Ayo suruh ia masuk!"
Kwi Hong menari dan melenggak
lenggok ketika menghempiri sekerumunan
laki-laki di luar . la telah dibebaskan dan pagi
itu tertawa-tawa, sikapnya miring. Dan ketika
semua terkejut dan tertawa, satu di antara
mereka bangkit dan menghampiri maka laki
laki ini berkata menyambar pinggang gadis itu.
Kwi Hong memaang cantik dan masih
menggairahkan.
"Akulah orang yang kau cari-cari.
Adakah yang perlu kuberikan, Hong-moi, mari
bersenang-senang dan kita ke rumpun bambu
itu!"
"Heh-heh, hi-hik... kau tampan. Mari
koko, mari ke sana. Ah, belaianmu semalam
membuatku tak dapat tidur dan terbayang
bayang, hik-hik..!"1760
Semua meledak dan terkekeh-kekeh.
Gadis itu mau saja diajak ke rumpun bambu
dan selanjutnya lenyap sekejap.
Akan tetapi ketika terdengar jeritan
dan pasangannya berlumuran darah, lidahnya
digigit Kwi Hong maka gemparlah keadaan dan
gadis itu dikepung.
"Serang, tangkap dia. Awas panggil
San-kongcu!"
Namun gadis ini mendadak
mendeprok. la tersedu dan mencakari
rambutnya sambil bergulingan. Lidah yang
digigit putus dibuang keluar. Dan ketika semua
menjadi ngeri dan merasa Seram, datanglah
Tong-bun-su-jin maka empat orang gagah ini
terbelalak.
"Apa yang terjadi, kenapa tawanan
lolos!"
"San-kongcu membebaskannya. la gila,
Tong-bun-su-jin, mengamuk dan menggigit Mo
Lui!"
Empat orang itu terbelalak. Mereka
melihat lidah yang putus itu, pemiliknya sudah
pingsan. Dan ketika mereka saling pandang1761
dan yang tertua melompat dan menotok maka
gadis itu tak bergerak lagi dan lumpuh dengan
mudah. Kini tertawa-tawa.
"Hi-hik, siapa kalian. Apakah mau
kencan lagi dengan aku!"
Empat orang itu mengerutkan kening.
Tong Kit orang tertua merasa ada yang tak
beres, tentu saja kasihan. Dan ketika
berkelebat bayangan Beng San dan kebetulan
sekali maka orang tertua Tong-bun su-jin
bicara.
"San-siauwhiap menelantarkan oranh
gila, benarkah. Kalau gadis ini terganggu atau
sakit justeru harus dirawat, siauw-hiap.
Bukankah ia tanggung jawabmu dan kenapa
bisa begini. la tak boleh keluar, berbahaya!"
"Hm , memang aku membebaskannya,
akan tetapi sekedar menghirup hawa segar. la
begini sejak diganggu jahanam Wo Tu, Tong
bun-su-jin. la telah kubunuh akan tetapi gadis
ini terlanjur terguncang. Aku bingung!" Beng
San melimpahkan kepada laki-laki yang
dibunuhnya itu dan Tong-bun-su-jin
mengerutkan kening. Memang mereka telah1762
mendengar kejadian itu karena tentu saja Beng
San menyebarnya cepat. Justeru dengan
dibunuhnya laki-laki itu ia dapat menimpakan
kesalahan. Diri sendiri bebas dan tetap bersih!
Dan ketika ia memperlihatkan muka
kebingungan dan sedih, di depan orang-orang
gagah ini ia harus berbaik dan ramah hati maka
Tong-bun-su-jin terkecoh.
"Baiklah, akan tetapi tetap juga
tanggung jawabmu. Karena ia sumoi See Cong
Cinjin dan cukup berharga harap kau tidak
melepaskannya begini saja. Siapa tahu kakek
itu menyerah tanpa syarat."
Beng San mengangguk, menerima
kembali gadis itu. Ia pura-pura bertanya
kepada rombongannya kenapa Kwi Hong ada
di situ. Dan ketika dijawab bahwa Mo Lui
mengganggunya maka pemuda itu
membentak agar orangnya tahu aturan.
"Gadis gila tak boleh diganggu lagi. Aku
memberinya kebebasan untuk menghirup
hawa segar. Kalau kalian ada yang
mengganggunya lagi maka kalian akan
berhadapan dengan aku!"1763
Cerdik dan licin sekali pemuda ini
memutar balik fakta. Sebenarnya dialah yang
memberikan Kwi Hong kepada orang-orang
itu. Ia sengaja melepas gadis itu agar diganggu.
Tapi ketika jatuh korban dan ditegur, tentu saja
Beng San terkejut maka ia menyalahkan orang
orang itu yang menyeringai kecut. Pimpinan
gampang sekali menyalahkan bawahan.
"Baik, kami taat perintah. Kalau begitu
cekal dan masukkan dia, kongcu, jangan
dilepas lagi. Kami akan menjaga di luar!"
Beng San mengangguk, empat orang
gagah itupun pergi. Dan ketika terpaksa
merawat dan tak melepaskan Kwi Hong, diam
diam mengumpat maka setiap malam pemuda
itu menjaga di luar tenda. la sudah tak ingin
menggagahi atau mempermainkan Kwi Hong
lagi. Siapa mau gadis gila!.
Dan d? malam itulah Boen Siong
datang. Datang sebagai penyelidik dan harus
berhati-hati tentu saja pemuda ini tak mau
gegabah. Sudah dilihatnya rombongan besar
itu. Tenda atau kemah-kemah kecil bertebaran
di dalam lembah, juga di luar di seberang sana.1764
Dan karena ia hanya ingin mengetahui
kekuatan musuh, jumlah atau para
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penghuninya maka dengan hati-hati dan amat
luar biasa pemuda ini menyelinap masuk.
Dengan Boan-eng-sutnya yang luar
biasa tidak terlalu sukar bagi pemuda ini
menyelidiki musuh. Kemah demi kemah
didatangi. la ingin tahu benar di mana si buta
berada. Boen Siong sudah mengepal tinju dan
marah sekali kepada musuh bebuyutan
ayahnya ini. Akan tetapi ketika tiba-tiba
terdengar isak tangis dan ia tertegun,
telinganya menangkap suara itu dibagian
dalam maka ia berkelebat dan langsung
menyambar.
Boen Siong adalah pemuda yang
kurang pengalaman. 1a tak tahu bahwa di
setiap sudut-sudut gelap selalu bersembunyi
beberapa pasang mata mengintainya. Ia tak
tahu bahwa sejak ia masuk sesungguhnya
gerak-geriknya ketahuan. Maka ketika ia
berjumpalitan dan hinggap di kemah hitam ini,
beberapa mata memandangnya terbelalak1765
maka pemuda itupun tak tahu betapa Beng
San yang tadinya
berjaga dan di luar tenda telah mendapat
isyarat adanya musuh!
Beng San terkejut dan terheran-heran.
la mendapat laporan bahwa seseorang yang
dapat bergerak secepat iblis mendatangi
tempat itu. Hanya karena Boen Siong berhenti
dan hinggap di tempat tempat tertentu maka
gerak-geriknya terpantau. Lain misalnya jika
pemuda ini lari terbang dan berkelebat seperti
iblis. Maka ketika kehadirannya diketahui dan
bersiaplah orang-orang itu, anak buah Beng
San maka Beng San sendiri akhirnya kagum
dan terbelalak melihat Boen siong menggantol
kaki di ujung tenda melihat ke dalam. Kain
tenda sedikitpun tak bergerak atau
mengeriput, padahal di sentuh angin sedikit
saja biasanya bergoyang! Maks maklum bahwa
yang datang adalah musuh tangguh, kebetulan
sinar bulan menerangi wajah ini maka Beng
San tertegun karena lawan di atas tenda itu
adalah seorang pemuda tampan dan gesit
serta memiliki sepasang mata mencorong. Hal1766
itu terlihat ketika secara kebetulan Boen Siong
memandang ke bagian di mana Beng San
bersembunyi!
Beng San tergetar. Ia hampir
menyangka bahwa pemuda itu adalah Po
Kwan. Akan tetapi karena Po Kwan lebih tinggi
dan lebih jangkung, ia menarik kepalanya
dibalik dedaunan lebat, cepat bersembunyi di
tempat gelap maka Boen Siong menaruh
perhatiannya lagi ke dalam tenda. Isak dan
tangis itu terdengar sudah, jelas dan benar di
sini. Dan ketika Boen Siong memperhatikan
dan melihat kaki tangan gadis itu terikat,
terkejut dan teringat sumoi See Cong Cinjin
maka iapun menyambar ke bawah dan tahu
tahu tenda telah dibelah tanpa suara.
"Sst, benarkah kau Kwi Hong. Aku
datang menolongmu!"
(Bersambung jilid XXIX.)
Koleksi Kolektor Ebook1767
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXIX
*
* *
GADIS ini terkejut, menghentikan
tangisnya. Memang benar ia Kwi Hong dan
seperti biasa malam itupun ia terisak-isak.
Dalam keadaan tertentu gadis ini Sadar
kembali dan hilang gilanya. Maka ketika Boen
Siong menyambar dan tahu-tahu berada di
depannya, saat itu gadis ini dalam keadaan
sadar maka Kwi Hong terkejut dan seketika
membelalakkan matanya. Bola matanya yang
lebar jernih itu membuat jantung di dada Boen
Siong tergetar, jernih namun mengandung
duka yang dalam!
"Sst, benarkah kau Kwi Hong!" Boen
Siong bertanya lagi dan gadis itu mengangguk.
Sekarang Kwi Hong menyeringai dan barisan1768
giginya yang putih bersih membuat Boen Siong
kagum. Alangkah cantik dan manisnya gadis
itu. Akan tetapi karena orang sudah
mengiyakan dan ia menggerakkan tangannya
ke belenggu di pergelangan gadis itu maka
"rrtt.." putuslah ikatan itu dan Boen Siong
mengajak gadis ini pergi.
"Cepat, ikuti aku!"
Namun gadis ini tertawa. la membuat
Boen Siong terkejut ketika tahu-tahu
merangkul dan memeluk. Dan ketika Boen
Siong tertegun betapa gadis itu mendekapnya
sekonyong-konyong tangan gadis itu
menghantamnya dan berseru,
"Penipu, kau hendak memperdayai aku
juga!"
Bukan main terkejutnya pemuda in
oleh serangan itu. Dan belum ia mengelak atau
menghindar maka dari luar menyambar tujuh
pisau kecil (piauw) disusul bentakan dan
berkelebatnya banyak bayangan
"Plak-cring-plakkl" Boen Siong
memutar tubuhnya dan secepat kilat
menyampok tujuh pisau kecil itu. Ia menangkis1769
dan membuat gadis itu terbanting sementara
pelempar pisau berteriak kaget. Tujuh
pisaunya terpental dan semua menyerangnya
kembali, satu di antaranya menyambar
hidungnya sendiri. Maka ketika menampar
namun telapak terasa pedas, pisau terpental
lagi mengenai bahu seseorang maka satu di
antara bayangan-bayangan itu roboh dan
pelempar pisau melempar tubuh bergulingan
keluar tenda. Boen Siong tahu-tahu lenyap dan
menyambar gadis itu yang tadi terbanting.
"Bukan lawan, aku kawan. Aku datang
menolongmu, Kwi Hong, jangan salah paham
dan Siapa memperdayaimu!" Boen Siong
berkelebat keluar tenda setelah diketahuinya
banyaknya bayangan menuju tempat itu. la
terkejut oleh si pelempar pisau yang dinilainya
lihai dan bertangan dingin. Tujuh pisau itu
menyerangnya dari atas ke bawah. Maka
menyambar dan membawa gadis itu keluar,
Kwi Hong mengeluh namun dilepaskan
cengkeramannya di luar maka Boen Siong
memperlihatkan sikap baik bahwa ia benar
benar kawan.1770
Akan tetapi gadis ini kumat gilanya. la
mendadak terkekeh dan menubruk pemuda
itu, bukan menyerang melainkan hendak
mencium. Dan ketika Boen Siong terkejut dan
saat itu lawan berkelebatan kembali, mengejar
dan membentak maka pelempar pisau yang
bukan lain Beng San adanya melepas pukulan
Soan-hoan-ciang, hal yang lagi-lagi membuat
pemuda ini tertegun.
"Berhenti, mau apa membawa
tawanan. Siapa kau dan dari mana, sobat.
Lancang benar memasuki tempat ini mencari
mati!"
Boen Siong bergerak. la menotok Kwi
Hong yang seketika roboh, menangkap dan
memanggulnya. Lalu ketika pukulan itu datang
dan ia tak salah membawa tawanan, lawan
menyebutnya sendiri maka ia menangkis dan
balas membentak.
"Siapa kau, bagaimana memiliki Soan
hoan-ciang. Apakah kau Beng San murid Si
buta Chi Koan... dukk!!" Boen Siong sengaja
mempertemuken lengannya dengan lengan
pemuda itu dan lawan menjerit kaget. Beng1771
San terkejut oleh pertanyaan ini dan
konsentrasinya buyar la terbanting dan
terlempar beberapa tombak. Dan ketika ia
mengeluh namun bergulingan meloncat
bangun, saat itu kawan-kawannya datang
menyerang maka pemuda ini pucat dan
terhuyung memandang lawan. Boen Siong
menatapnya dingin namun saat itu membalik
dan meloncat pergi. Kaki tangannya bergerak
menangkis atau menghalau semua senjata
lawan.
"Cring-plak-plakk!"
Tak ada satupun yang tak menjerit oleh
tangkisan pemuda ini. Boen Siong
mengerahkan sinkangnya hingga sepasang
kaki atau lengannya melebihi kerasnya baja.
membuat senjata terpental dan membalik
menghantam tuannya sendiri.
Maka ketika semua berteriak dan
roboh mengaduh-aduh, anak buah Beng San
memang orang-orang kasar maka Boen Siong
tak mau melayani lagi karena dilihatnya tenda
tenda lain terkuak dan penghuninya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkelebatan oleh ribut-ribut itu. Denting1772
senjata dan teriakan mengaduh membuat
Siang-liong-tah dan rombongannya t?rkejut.
"Berhenti, siapa kau!" dua kakek gagah
itu melihat Boen Siong dan mereka
menyambar bak dua ekor rajawali melihat
mangsa. Memang dua kakek inilah yang paling
dekat dengan rombongan Beng San hingga
cepat keluar kalau mendengar apa-apa. Dan
karena mereka adalah dua kakek lihai yang
merupakan pimpinan, gerakan mereka juga
cepat dan amat sigap begitu musuh datang
maka Boen siong menangkis dan cepat
menggerakkan kaki tangannya begitu
dihantam sepasang lengan kakek tinggi tegap
ini.
"Duk-plakk!" Dua kakek itu berteriak
dan terbanting. Bukan main kagetnya mereka
begitu sepasang lengan bertemu pemuda itu.
Tulang mereka seakan patah-patah. Akan
tetapi begitu meloncat bangun dan
bergulingan memberi aba-aba, dua kakek ini
berteriak membangunkan yang lain-lain maka
Boen Siong tersirap ketika semua tenda
terkuak dan hampir dua ratus orang1773
berlompatan memagar betis. Tempat itu
terkepung.
"Hei, jangan biarkan pemuda itu lolos.
Ia membawa tawanan!"
Boen Siong terkejut. la tak menyangka
bahwa secepat itu dirinya terkepung. la tak
tahu bahwa sebenarnya di kala ia masuk
orang-orang itupun sudah melihatnya. Hanya
karena mereka bersembunyi dan terlindung di
balik semak-semak lebat maka ia tak tahu.
Maka ketika terkejut semua tenda bergetar
dan penghuninya berkelebatan keluar, berdiri
dan kini memagar betis maka Boen Siong
dibuat kebingungan dan saat itu si pelempar
pisau menyambar dengan pisau-pisaunya lagi
dan dua kakek itupun menyambarnya dan
membentaknya marah.
"Berhenti dan serahkan dirimu, atau
kau mampus!"
Boen Siong merogoh saku bajunya dan
secepat kilat melepas huito-huito terbang. Ia
adalah murid Pek-gan Hui-to Jiong Bing Lip dan
melempar senjata tajam adalah keahliannya.
Maka membentur dan mementalkan pisau-1774
pisau lawan, tidak hanya terpental melainkan
menyambar dua kakek itu maka Sepasang
Naga Menara dibuat menjerit ketika
menyampok namun ujung baju robek dan
pisau itu masih juga menyambar mata,
tersontek.
"Bret-plak!" dua kakek ini membanting
tubuh bergulingan sementara Beng San yang
melepas pisau-pisaunya tak kalah dibuat
kaget. Tujuh pisaunya terpental sementara
tujuh huito (golok terbang) kecil
menyambarnya pula. Ia digunting dari kiri
kanan dan tentu saja terkesiap, lawan
menunjukkan tingkat yang lebih tinggi lagi.
Dan ketika ia menyampok namun terhuyung
juga, telapaknya terasa pedas dan perih maka
Boen Siong berkelebat meninggalkannya dan
menyambar ke para pengepung sambil
mendorongkan lengan kanannya. Lengan kiri
dipakai untuk menahan atau memanggul Kwi
Hong.
"Minggir!"
Pengepung terkejut. Mereka adalah
orang-orang gagah di bawah pimpinan1775
Sepasang Naga Menara, kepandaian mereka
lebih tinggi dibanding anak buah Beng San
yang hanya orang-orang kasar. Akan tetapi
begitu dikibas dan pemuda itu menyambar bak
seekor burung besar, angin kencang meniup
mereka maka orang-orang gagah ini berteriak
dan mereka tak tahan serta roboh terjengkang
bergulingan.
"Bresss!" Boen Siong benar-benar
mengejutkan dan membuat siapapun pucat. la
mengerahkan sinkangnya di ujung lengannya
tadi dan membuat lawan-lawannya berteriak.
Siapapun tak tahan mendapat pukulan ini,
yang nekat berkerotok tulang dadanya dan
Natasha Karya Viktor Malarek Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama