Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 17
bakal retak. Maka membanting tubuh dan
menyelamatkan diri bergulingan, inilah satu
satunya cara terelak dari bencana dorongan
sinkang pemuda itu maka Boen Siong
melayang di atas mereka akan tetapi di mulut
lembah tahu-tahu bermunculan bayangan
bayangan lain dan Tong-bun-su-jin serta
kawan-kawan menghadang di depan.
Bentakan dan teriakan orang-orang itu
membangunkan semua orang-orang gagah.1776
"Berhenti, siapa kau. Menyerah dan
kembalikan tawanan!"
Boen Siong membelalakkan matanya.
Bukan maksudnya untuk menerjang dan
memusuhi orang-orang gagah ini.
Kedatangannya hanyalah bersifat penyelidikan
dan membawa Kwi Hong. Maka begitu
dibentak dan orang-orang gagah itu
menghadang di mulut lembah, keadaan
menjadi berbahaya maka dua kakek gagah
Naga Menara berseru, melengking,
"Jangan biarkan ia lolos, tangkap dan
rampas tawanan akan tetapi hati-hati, pemuda
itu lihai!"
Tong-bun-su-jin menyinarkan
kemarahan. Akhirnya dia bersama orang
orang gagah lain mendengar ribut-ribut itu,
keluar dan melihat pemuda 1ni dan cepat
menghadang di mulut lembah. Tampak oleh
mereka gadis See-tong-pai itu. Maka
membentak dan menyuruh pemuda itu
menyerah, hal yang tentu saja sia-sia. Boen
Siong berkelebat ke depan menyambar empat
laki-laki ini. Dia harus bertindak cepat atau1777
pengepung bertambah rapat dan tak ada jalan
keluar.
"Minggir, biarkan aku pergi. Gadis ini
tak ada gunanya untuk kalian dan jangan
ganggu aku!"
Akan tetapi empat orang itu
menyerang. Sebagai keluarga tukang kayu
yang bersenjatakan palu dan gergaji serta bor
mengkilat, juga potlod dan benang yang
semuanya merupakan barang-barang aneh
bagi seorang tokoh persilatan maka empat
orang ini mengelak sekaligus menyambarkan
senjata mereka. Tong Nu orang termuda
menyabetkan benang dan menusukkan
potlodnya itu. Senjata ini menjadi alat penotok
yang lihai sekaligus dapat berubah Semnacam
tombak mini lancip dan membahayakan
lawan, belum lagi tiga saudaranya yang lain.
Gergaji dan bor panjang itu menderu dari
samping, palu menghantam tanpa suara akan
tetapi tiba-tiba bersiut setelah dekat. Akan
tetapi karena yang dihadapi adalah Boen Siong
dan pemuda ini adalah murid Pek-gan Hui-to
Jiong Bing Lip yang lihai, yang telah memiliki1778
sinkang gurunya setelah diwariskan Secara
langsung maka pemuda itu menggerakkan
tangannya dan sekali sampok membuat lima
senjata itu terpental dan benang malah putus
menggubat jari-jarinya.
"Plak-wiirrr-tas!"
Empat orang itu berteriak kaget dan
mereka membanting tubuh bergulingan
menyelamatkan diri. Tong Nu yang putus
benangnya malah tercekik sendiri, benangnya
membalik dan menggubat lehernya. Dan
ketika laki-laki itu mengeluh dan untung Boen
Siong tak mengejar dirinya, pemuda itu
menampar dan membuat musuh mundur
maka pemuda ini telah berjungkir balik dan
musuh yang ?da di depan menghambur dan
menerjang. Gerakan pemuda itu mengejutkan
semua orang akan tetapi sekaligus membuat
marah.
"Des-dess-plakk!" Boen Siong memilin
ujung bajunya dan dengan senjata ini ia
menangkis dan menghalau orang-orang itu. la
tak memperdulikan Tong-bun-su-jin lagi
karena dikeroyok begitu banyak orang. Semua1779
membentak dan menghadangnya. Dan ketika
ia harus memutar ujung bajunyu itu dan lawan
terpekik terpental senjatanya, terlempar dan
roboh akan tetapi yang di belakang maju ke
depan maka Boen Siong menjadi kebingungan
dan juga marah.
"Minggir, minggir kalian. Aku tak ingin
membunuh!"
Akan tetapi apa yang diteriakkan
berulang-ulang itu sia-sia belaka. Memang
pemuda itu mengendalikan semua tamparan
maupun tangkisannya. Lawan hanya
terbanting dan bergulingan saja. Akan tetapi
karena semua itu tak membuat kapok dan
kepungan semakin rapat, yang terlempar dan
terbanting kemudian meloncat bangun lagi
maka berkesiurlah angin dingin dan sebuah
bokongan membuat Boen Siong membalik dan
menangkis.
"Dess!" Beng San terhuyung mundur
dan Boen siong berkilat matanya. Ternyata
murid si buta itu membokongnya da pemuda
itu menyeringai. Yang membuat Boen Siong
terkejut adalah kuatnya bokongan itu, bukan1780
lagi Soan-hoan-ciang melainkan Hok-te Sin
kang. Benar, Hok-te Sin-kang! Dan ketika Boen
Siong semakin marah akan tetapi orang-orang
gagah itu mengeroyoknya lagi, mereka tak
kenal jera maka Beng San diam-diam terkejut
karena Hok-te Sin-kangnya terpental dan ia
dibuat terhuyung.
Pemuda ini membelalakkan matanya.
Ibliskah lawannya itu? Bagaimana Hok-te sin
kangnya terpental? Maka ketika diam-diam ia
bergerak dan maju lagi, membokong maka
Boen Siong dibuat sibuk oleh seragan pemuda
ini. Tiga kali Beng San membokongnya akan
tetapi tiga kali itu pula lawannya terpukul
mundur. Dan ketika ia melengking sementara
Beng San semakin kaget, meskipun Hok-te Sin
kang belum sepenuhnya dikuasai namun
cukup membuat ia ditakuti maka pemuda ini
menjadi penasaran dan akibatnya diapun
melepas pisau-pisaunye lagi dan senjata gelap
ini membuat lawannya marah. Kwi Hong
menjerit ketika bahunya akhirnya tertancap,
kena pisau pemuda itu, pingsan. Lalu ketika ia
membentak agar kepungan ditambah,1781
semakin rapat maka Boen Siong tak dapat
bersabar lagi dan iapun berkelebat
mempergunakan Boan-eng-sutnyai itu , tepat
ketika di saat itu si buta muncul, di belakang
pengeroyok.
"Baik, kalian tak dapat diperingati baik
baik. Sekarang aku akan merobohkan kalian
dan jangan salahkan aku... slap slap!'
bersamaan itu mencuatlah belasan hui-to
terbang, menyambar atau meluncur dari
tangan pemuda ini dan terdengarlah teriakan
kesakitan. Boen Siong menujukan serangannya
itu ke paha lawan. . Maka begitu roboh dan
mengaduh-aduh, tentu saja orang-orang
gagah itu tak dapat bangun berdiri lagi maka
saat itulah Boen Siong berkelebat dan
melayang di atas kepala mereka. Gerakannya
luar biasa den semua ternganga oleh ilmu
meringankan tubuhnya yang mengejutkan itu,
bak kilat menyambar.
"Slap!"
Boen Siong telah berada di mulut
lembah ketika melampaui dan tahu-tahu
melewati semua orang ini. la mempergunakan1782
Boan-eng-sutnya hingga siapapun tak dapat
mengejar. Jangankan mengejar, baru bergerak
saja pemuda itu telah melayang belasan
tombak. Dan ketika pemuda itu berjungkir
balik dan turun menginjakkan kakinya, barulah
orang-orang itu gempar maka Boen Siong
meninggalkan lembah akan tetapi saat itu
menyambar sebuah benda hitam ke arah
punggungnya, cepat tanpa suara. Boen Siong
terjungkal dan kaget
"Dukk!" Ia kaget bukan mainh. Benda
hitam itu tahu-tahu menghantam
punggungnya dan saat itulah ia roboh.
Sebatang tongkat, yang melayang dan
menyambar begitu cepatnya tahu-tahu
membuat ia berteriak. Untunglah sinkangnya
yang begitu kuat membuat pemuda ini tak
sampai tertusuk. Kalau tidak tentu ia terpantek
dan tertembus bagai disate. Tenaga lontar
yang amat kuatnya itu siapapun tak mungkin
tahan, batupun dapat dilubangi oleh tongkat
ini, tongkat yang terisi tenaga sakti dan
dilempar oleh si buta! Dan ketika pemuda itu
terjungkal dan Kwi Hongpun otomatis1783
terlempar, sejenak pemuda ini menahan sakit
maka si buta berkelebat disusul bayangan
bayangan lain.
"Dia roboh, tangkap dan jangan sampai
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lolos!"
Boen Siong masih menyeringai. Ia
terkejut sekali oleh lontaran tongkat di
belakang punggungnya ini. Dapat
dirasakannya betapa punggung dan seluruh
tulang belakangnya seakan retak. Akan tetapi
ketika ia mengeluh dan bangkit terhuyung,
masih nanar oleh lemparan tongkat yang luar
biasa itu maka berkelebat bayangan hijau dan
Siao Yen muncul di saat si buta dan orang
orangnya datang mendekat.
"Sute, cepat lari!"
Boen Siong tertegun. la masih tergetar
oleh timpukan tongkat, tulang-tulangnya
berkerotokan. Akan tetapi melihat sucinya itu
dan betapa Kwi Hong terlempar tak jauh
darinya, juga orang-orang itu disusul si buta
yang amat lihai mendadak darah pemuda ini
mendidih dan iapun membalik, berseru pada
sucinya itu.1784
"Harap kau bawa gadis itu biar
kuhadapi si buta ini sejenak. la menimpukku!"
"Tidak, berbahaya. Musuh terlampau
banyak, sute, juga bukan maksud kita
bertempur mati hidup di sini . Lari dan
menjauhlah!"
Akan tetapi Boen Siong tak menjawab.
Saat itu ia merendahkan tubuh ketika lawan
yang dibencinya tiba. Si buta meluncur paling
depan disusul orang-orang gagah itu, tangan
kiri melepas jarum-jarum rahasia sementara
tangan kanan menghantam dengan pukulan
Hok-te ?in-kang. Chi Koan diam-diam keget
sekali bahwa timpukannya yang jitu tak
merobohkan pemuda itu. Lawan hanya
terjungkal dan bangun berdiri dan terdengar
pula suara seorang gadis lain. Telinganya yang
tajam dapat mendengarkan semua itu
sekaligus penunjuk arah. Maka begitu
menghantam dan melepas jarum-jarum
rahasianya, tangan kanannya menyusul tangan
kiri maka saat itulah Boen Siong berjongkok
dan menyambut pukulannya. Dua lengan1785
pemuda ini didorong dan ia mengeluarkan Lui
cu-sin-hwe-kang yang amat dahsyat itu.
"Desss! " Hok-te Sin-kang bertemu Lui
cu-sin-hwe-kang dan si buta berseru tertahan.
Tubuhnya berhenti di udara untuk kemudian
terdorong. Dan ketika ia menambah tenaga
namun Sia-Sia, jarumnys terpental dan
menyambar kawan-kawannya di belakang
maka terdengar jeritan dan saat itulah si buta
terhempas dan mencelat ke belakang bagai
disapu angin topan.
"Bresss!"
Kalau bukan si buta tentu hancur dan
remuk tulang-belulangnya. Begitu dahsyat
sambaran Lui-cu-sin-hwe-kang itu hingga tak
dapat ditahannya lagi. Si buta menabrak
pohon hingga patah, berderak dan roboh. Dan
ketika si buta terhuyung dan bangun berdiri,
pucat pasi maka Boen Siong lega bukan main
dan puas berseri-Seri. Akan tetapi sucinya
menyambar lengannya dan berseru,
"Kita pergi!"
Saat itu seluruh lembah bergetar.
Semua orang gagah dengan seribu1786
penghuninya keluar dengan seruan-seruan
ramai. Mereka begitu gaduh oleh datangnya
pemuda ini. Dan karena Boen Siong telah
memberi pelajaran kepada musuh ayahnya itu,
Kwi Hongpun telah disambar dan dibawa
sucinya ini maka mereka berkelebat di saat
bayangan kuning datang.
"Kwan-ko, kita telah merampas
seorang tawanan. Pergi dan tak perlu di Sini
lagi!" Po Kwan, pemuda itu tertegun tak
menyangka adiknya lebih dulu di s?tu
membawa seorang gadis. Akan tetapi melihat
seribu orang bergerak dan memburu mereka,
bumi seakan diinjak ratusan gajah maka
pemuda inipun mengangguk dan berseru,
"kalian sudah berhasil kiranya. Siapa
gadis itu dan bagaimana dengan sute, Yen-moi.
Bagaimana kau di sini dulu mendahului aku!"
"Aku baru saja tiba, melihat sute roboh
ditimpuk si buta. Aku tak tahu siapa gadis ini
Kwan-ko, tapi yang jelas tawanan orang-orang
selatan itu!"
"Ia Kwi Hong," Boen Siong
menerangkan. "Kuambil dan kudapatkan dia di1787
tengah-tengah lembah itu, suheng, akan tetapi
ada sesuatu yang aneh dan ganjil agaknya. Aku
tak tahu tapi mari bawa ke Kun-lun.. awas!"
Boen Siong menghentikan kata-katanya
karena mendadak menyambarlah hujan batu
dan senjata rahasia , Panah dan segala macam
senjata gelap berhamburan. Seribu orang
gagah itu hiruk-pikuk menyerang mereka.
Akan tetapi ketika tiga orang muda ini
menggerakkan kaki tangan mereka, terutama
Boen Siong yang mengebut dan meruntuhkan
semua senjata itu maka kekaguman orang
orang gagah disertai rasa gentar dan kaget.
Mereka berteriak-teriak dan mengejar akan
tetapi tiga muda-mudi ini memasuki hutan.
"Jangan sampai lolos, tangkap. Kejar
dan tangkap mereka!"
"Benar, tangkap dan tanya siapa
mereka itu, kawan-kawan, terutama pemuda
baju putih itu!"
"Ia iblis, ia merobohkan Chi-taihiap!"
Semua geger dan berteriak-teriak akan
tetapi tak satupun berhasil. Beng San yang
melihat gurunya terbanting tak ikut mengejar.1788
Pemuda ini beriutut dan menolong gurunya.
Dan ketika Si buta tertatih dan terhuyung
huyung, kaget dan pucat sekali maka Chi Koan
tak mencegah orang-orang itu dan dia
bersama muridnya justeru kembali ke tenda.
Di sini bengcu dari selatan itu tepekur. Jelas ia
gemetaran dan ngeri. Hok-te Sin-kang
andalannya itu tak kuat. Akan tetapi karena ia
hanya setengah saja memiliki Hok-te Sin
kangnya itu karena setengah yang lain diambil
muridnya. Beng San juga menggigil maka di
tenda ini si buta berkata lirih,
"Kita menghadapi musuh berbahaya,
sementara aku tak tahu siapa pemuda itu.
Setengah Hok-te Sin-kang yang kumiliki tak
mampu menandinginya, Beng San kau dan aku
harus menghadapinya bersama. Entah siapa
jahanam itu dan kenapa tak segera kau
laporkan ketika mula pertama ia datang!"
"Ampunkan teecu, Semua ini di luar
perkiraan. Teecupun tak menyangka
kelihainnya, Suhu , kalau tahu tentu kupanggil
dan kuberi tahu kau cepat-cepat. Teecu pun1789
tak tahu siapa dia tapi kehebatannya jelas
mengerikan."
"Ya mengerikan, dan untuk ini
kedudukanku terancam. Nyawakupun bisa
terancam! Hm , setengah Hok-te Sin-kang tak
cukup untuknya, Beng San, aku menyesal tak
mengetahui siapa lawanku itu. Bagaimana
pendapatmu dan bagaimana pula rencana
serangan kita ke Kun-lun. Aku menyesal,
benar-benar menyesal!" tongkat ditusukkan
amblas dan pemuda ini tertegun mendengar
kata-kata "menyesal" diucapkan berulang
ulang. Hanya ada dua arti untuk kata-kata itu,
pertama tentang pemuda yang tak
diketahuinya itu sedang kedua adalah untuk
Hok-te Sin-kang yang kini hanya dimiliki
gurunya setengah saja. Gurunya menyesal
bahwa ia tak memiliki Hok-te Sin-kang pula.
Gurunya tak senang karena terlanjur
memberikan Hok-te Sin-kang itu kepadanya,
meskipun hanya setengah! Maka ketika ia
tergetar dan pucat mendengar ini entah untuk
yang mana gurunya itu menyesal maka1790
pemuda ini tiba-tiba berlutut dan berkata
menggigil
"Suhu, kalau teecu dinyatakan bersalah
memiliki Hok-te Sin-kang biarlah kau ambil
kembali. Imu itu kau yang berikan, kini
kuserahkan pula kalau dikehendaki. Karena
musuh benar-benar kuat dan tak mungkin
dihadapi dengan setengah-setengah saja maka
ambillah ilmu itu dan teecu serahkan kembali!"
"Hmm! !" sukar menerka suara yang
keluar dari ujung hidung itu . Orang hanya
melihat si buta itu bergerak-gerak sejenak, lalu
mematung. Akan tetapi ketika Si buta
menghela napas dan mencabut tongkatnya,
Beng San masih tegang maka gurunya berkata,
hilang sudah akan keraguannya tadi.
"Tidak, bukan itu maksudku. Yang
kusesali adalah lawanku itu, Beng San, kenapa
kita tak tahu siapa dia. Kalau kau dan aku maju
berbareng tentu ia akan menghadapi Hok-te
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin-kang sepenuhnya. Bangunlah, besok kita
bersiap dan pasti bertemu lagi. Bagaimana
pendapatmu tentang serbuan ke Kun-lun!"1791
"Diteruskan saja," Beng San bangkit,
lega bukan main. "Tak usah kita takut akan
pemuda itu, suhu. Kalau ia datang dan telah
merampas tawanan berarti ia kelompok orang
utara. Kita serbu Kun-lun, kita hadapi dia dan
keroyok bersama yang lain!"
"Benar, akupun berpikir begitu.
Sekarang beristirahatlah dan besok kita temui
Tong-bun-su-jin dan kawan-kawan. Kita
kumpulkan keterangan tentang pemuda itu
sambil melanjutkan serbuan."
Beng San mengengguk-angguk. la lega
gurunya tak menyinggung-nyinggung lagi
tentang Hok-te Sin-kang itu. Justeru ia
khawatir sekali kalau gurunya meminta
kembali. Apa andalannya nanti! Maka lega
gurunya tak menyinggung itu, membersit
perasaan cemas kalau diminta maka pemuda
ini berkelebat dan lega untuk sementara
waktu.
Boen Siong menjadi bahan percakapan.
Tak ada satu orang gagahpun yang melepaskan
pembicaraan itu. Semua rata-rata kagum dan
gentar. Dan karena si buta terlempar dan1792
terbanting kalah tenaga, meskipun tak sampai
terluka dan masih menjadi harapan maka
orang-orang gagah ini telah mulai menaruh
kekhawatiran sejak kemenangan demi
kemenangan yang mereka raih.
"Pemuda itu benar-benar luar biasa,
iblis dia itu. Siapa dan dari mana dan apakah
pengikut orang utara!"
"Mana kita tahu. Ia terbang dan
menghilang melewati kepala kita, kawan
kawan. llmu meringankan tubuhnya itu benar
benar luar biasa dan baru kali ini kulihat
seumur hidup!"
"Benar, dan ia benar-benar terbang.
Berat kalau ia menjadi musuh, kawan-kawan.
Selain ginkangnya yang hebat itu iapun
memiliki pukulan luar biasa. Sinkangnya
membuat Chi-taihiap terbanting dan
terlempar bagai daun kering tertiup angin
topan!"
"Dan aku khawatir. Ah, di pihak mana
dan siapa pemuda itu. Ia hantu bagi kita!"
Boen Siong benar-benar menjadi
percakapan dan pemuda yang sudah lenyap di1793
dalam hutan masih juga dijadikan bahan
obrolan. Sampai pagi orang-orang gagah itu
tergetar. Ui-san-kok benar-benar terguncang.
Akan tetapi ketika keesokannya si buta muncul
dan menunjukkan ketegaran sikap, hanya
wajahnya gelap dan tongkat di tangan
bergetar-getar maka si buta mengumpulkan
semua orang untuk ditanya apakah takut atau
tidak. Kata-kata ini membuat merah semua
orang dan pukulan paling jitu untuk
membangkitkan semua kemarahan.
"Kita dibuat malu oleh tingkah seorang
anak kecil, dan cuwi agaknya ragu untuk
melanjutkan perjalanan. Apakah cuwi takut
terhadap pemuda itu? Apakah serbuan kita
berhenti di sini dan bubar sendiri-sendiri?"
"Tidak! " Sepasang Naga Menara
berseru dan melompat ke depan. "Kami tak
takut atau gentar meneruskan serbuan, Chi
taihiap. Kalau kami membicarakannya dan
masih tergetar oleh sepak terjang pemuda itu
semata karena ia lolos dan kita tak mampu
menangkapnya. Akan tetapi kejadian itu
terjadi di malam gelap, ia pengecut dan kecil1794
hati. Kalau jantan dan gagah seharusnya
menunjukkan diri di siang bolong!"
"Benar, di siang bolong! Kalau ia gagah
dan jantan menghadapi kita tentunya jangan di
malam gelap, Chi-taihiap. Bahwa ia datang di
saat seperti itu jelas menunjukkan wataknya
yang pengecut. Dan kita tak perlu takut
terhadap pengecut!"
ketua Ui-eng-pang melompat pula dan
berseru di samping dua kakek gagah ini.
Seruan itu disambut yang lain-lain dan
tersenyumlah si buta. la berhasil membakar
orang-orang ini. Dan ketika semua berteriak
menyatakan kemarahannya, Semua tertampar
oleh kejadian semalam maka bergeraklah
rombongan itu meninggalkan Ui san-kok.
Mereka nmemang masih terpengaruh oleh
kehebatan pemuda itu namun kesombongan
dan keangkuhan pribadi membangkitkan
semangat. Betapa meeka tak perlu takut. Si
buta ada di samping mereka dan inilah
andalannya. Maka ketika barisan itu bergerak
lagi menuju Kun-lun, lepasnya Kwi Hong tak
jadi ganjalan maka Chi Koan tersenyum-1795
senyum dan lega memimpin orang-orang
selatan ini, padahal diri sendiri Sebenarnya
berdebar tegang dan untuk itu diam-diam
mengutus muridnya untuk melihat Kun-lun,
mendahului dan melapor apakah pemuda itu
berada di sana!
***
Apa yang dikhawatirkan benar-benar
terjadi. Dua hari meninggalkan Ui-san kok
akhirnya tibulah seribu orang gagah ini di kaki
pegunungan luas itu. Mereka telah
berhadapan dan berada di sini, berhenti
menunggu aba-aba. Dan ketika tidak seperti
biasanya mereka diharuskan menunggu
perintah, bayangan biru berkelebat dan
memasuki tenda si buta maka Beng San
melapor kepada gurunya bahwa pemuda yang
ditakuti itu berada di situ.
"Benar, tidak salah lagi. Penuda itu di
atas sana, suhu, dan teecu mendapat
keterangan jelas. la Boen Siong, benar Boen
Siong!"1796
Chi Koan berobah ketika muridnya
datang dengan napas memburu. Beng San
tampak pucat sementara gurunya tertegun di
batu hitam. Tongkat di tangan gurunya
berkeratak. Dan ketika sedetik wajah si buta
terlihat menegang, lalu pulih lagi maka Chi
Koan bertanya siapa yang dimaksud dengan
Boen Siong itu.
"la. . ia putera Naga Gurun Gobi Peng
Houw. Dia anak laki-laki yang dulu hilang itu!"
"Maksudmu anak Peng Houw dengan Li
Ceng!"
"Benar, suhu, dan dia.. .. dia telah di
angkat sebagai bengcu orang-orang utara. la
menandingimu... dess!" tongkat terayun dan
tiba-tiba batu hitam itu hancur , Beng San
melompat cepat ketika gurunya
menggerakkan tongkat. Ledakan keras disusul
muncratnya bunga api. Dan ketika pemuda itu
berjungkir balik sementara tenda bagai
diguncang gempa, Chi Koan kaget bukan main
maka berkelebatanlah bayangan Tong-bun-su
jin dan kawan-kawan. Orang-orang gagah itu1797
terkejut oleh suara keras hancurnya batu
hitam ini, meleletkan lidah.
"Apa yang terjadi! Ada apa dengan
laporan San-kongcu!" Sepasang kakek Naga
Menara tak kalah kaget dan iapun berseru
mewakili teman-temannya. Inilah kakek tertua
di samping yang lain-lain. Dan ketika si buta
terkejut dan menenangkan sikap, masuklah
laporan bahwa Kun-lun mengutus seseorang
maka Chi Koan tertegun mendengar itu.
"Seorang utusan mohon menghadap.
Ia datang membawa bendera putih dan surat
utusan!"
"Bawa dia masuk, siapa
menyuruhnya!" si buta tenang lagi dan berkata
memerintah. Belum juga hilang kagetnya tahu
tahu muncul berita ini. Kun-lun mengutus
utusan!
Dan ketika tenda menjadi penuh
sementara di luar terdengar ribut-ribut, pintu
terkuak dan muncullah yeng dimaksud maka
Tong-bun-su-jin dan kawa-kawan tertegun
oleh hadirnya sepasang muda-mudi yang
gagah dan cantik rupawan.1798
"Po Kwan! Siao Yen!"
Beng San berseru dengan mata terkejut
dan heranlah orang-orang gagah mendengar
seruan itu. Mereka terbelalak dan kagum
kepada sepasang muda-mudi ini sementara
Beng San melotot memandang Siao Yen. Tentu
saja ia mengenal kakak beradik ini dan Siao Yen
si gadis baju hijau dipandangnya lekat-lekat.
Alangkah cantik dan gagahnya gadis itu.
Tubuhnya langsing padat sementara bola
matanya hitam jernih, berkilat dan
memandangnya marah akan tetapi Beng San
malah terpesona. Inilah gadis di mana pertama
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kali ia jatuh cinta. Dan gadis itu kian cantik
jelita saja, anggun dan semakin memikat.
Keberaniannya di tengah-tengah Orang gagah
mengagumkan, tak tampak takut sedikitpun
sementara jalannya tegak terangkat. Dada itu
membusung padat dan pemuda ini menelan
ludah. Alangkah menggairahkanya Dan ketika
ia begitu bengong sementara kakak beradik itu
telah berhenti di depan gurunya,
membungkuk dan memberi hormat maka Po
Kwan berkata bahwa ia datang sebagai utusan1799
Kun lun. Bendera putih di tangannya sebagai
tanda perdamaian.
"Kami datang sebagai utusan, yang
terhormat Bi Wi Cinjin menyampaikan surat
untuk semua orang gagah di sini. Karena Chi
taihiap tak mungkin membacanya lalu kepada
siapakah surat perdamaian ini kami serahkan!"
"Hm, berikan kepadaku dan kalian
rupanya murid-murid Peng Houw. Bagus, baca
dan biar didengar semua orang gagah di sini,
Beng San. Baca yang keras dan apa maunya Bi
Wi Cinjin!" si buta menggerakkan tongkat dan
dengan tongkat ini la menyambar surat.
Sikapnya tentu saja membuat Po Kwan marah
akan tetapi sebagai utusan ia tak mengelak.
Akan tetapi ketika tongkat terus menderu dan
menghajar pergelangannya, inilah kelewatan
maka ia mengerahkan Hok-te Sin-kang-nya
menerima pukulan itu.
"Tak! " tongkat terpental dan si buta
tertegun. Surat mencelat dan telah disambar
tangan kirinya akan tetapi pukulan yang
membuat tongkatnya terpental membuat
wajah si buta berubah. la merasakan Hok-te1800
Sin-kang di situ. Maka ketika ia mengejap
ngejapkan kelopak matanya dan semua orang
gagah terkejut, serangan itu berbahaya sekali
untuk orang lain maka Chi Koan tiba-tiba
tersenyum dan mengangguk.
"Hmn, seorang utusan yang hebat. Tak
percuma kau mendapat gemblengan gurumu,
anak muda. Akan tetapi aneh bahwa tiba-tiba
kau berada di Kun-lun. Apakah gurumu berada
di sana pula!"
"Kami datang sebagai utusan Kun-lun
tak ingin bicara yang lain-lain. Silakan di baca
dulu surat itu baru yang bersifat pribadi
dipertanyakan."
Wajah si buta memerah. Bukan main
tajamnya kata-kata ini akan tetapi karena
benar maka ia menahan kemarahannya, Kalau
saja tak ada orang-orang gagah di situ tentu
diserang dan dihajarnya anak muda ini. Chi
Koan merasa terhina.
Akan tetapi karena ia harus menahan
sabar dan mengangguk-angguk, segera
kepalanya diletakkan di atas tongkat maka
sambil menunduk tiba-tiba si buta ini1801
mengerahkan Coan-im-jip-bitnya kepada
muridnya itu, melepas ilmu mengirim suara
tanpa ada orang lain yang dengar.
"Jungkir-balikkan dan kacaulah isi Surat
itu. Baca dan perdengarkan yang sebaliknya
kepada orang-orang gagah itu Beng San. Bakar
mereka dengan isi yang membakar!"
Beng San telah menerima surat ini dari
gurunya. Sebagai tokoh nomor dua di bawah
gurunya sendiri tentu saja Tong-bun-su-jin dan
kawan-kawan merasa tak berhak. Mereka
boleh tua akan tetapi yang muda lebih tinggi.
Maka ketika Beng San membuka dan membaca
surat itu, tentu saja sebelumnya tanpa Suara
maka tiba-tiba ia berseru kaget dan mukapun
merah padam.
"Penghinaan!" seruannya menbuat
kaget dan berubah wajah pendengarnya. Surat
ini penghinaan, suhu, pantaskah tee-cu baca di
hadapan para orang gagah ini".
"Bacalah," sang suhu mengangguk
angguk. "Seorang utusan dikirim untuk
menyampaikan tugasnya, Beng San, baca dan
pantas atau tidak bukanlah urusunmu. .1802
Biarkan orang gagah ini mendengarnya dan
tugasmu adalah membacanya."
Siao Yen dan Po Kwan berdetak. Wajah
mereka tiba-tiba berubah ketika belum apa
apa Beng San sudah melepas kejutan. Belum
apa-apa pemuda itu sudah berkata
penghinaan, padahal isi surat adalah
persahabatan dan mengajak persatuan dan,
bukan penghinaan. Akan tetapi karena mereka
hanya utusan dan surat juga sudah diberikan,
selanjutnya adalah pihak lawan maka kakak
beradik berdebar dan tiba-tiba kaget bukan
main ketika pemuda itu mulai membaca,
lantang:
"Kami para pimpinan Kun-lun ingin
menyampaikan kepada suudara-saudara cuwi
enghiong dari selatan agar secepatnya
menyerah dan naik ke atas. Buang senjata
kalian dan ingatlah dosa kalian dengan
membunuh-bunuhi saudara-saudara dari Hoa
san dan Bu-tong serta See-tong, juga Heng
san. Jika kalian menyerah baik-baik dan
mendengarkan perintah ini dengan baik maka1803
kami akan memperlakukan kalian baik-baik
dan hanya pimpinan atau tokoh-tokoh kalian
yang diadili. Harap kalian perhatikan surat
kami ini atau Kun-lun akan menghancurkan
kalian!"
Bi Wi Cinjin
Bukan main marah dan gusarnya
orang-orang gagah itu. Wajah mereka seperti
api dibakar sementara Beng San tiba-tiba
meremas dan menghancurkan surat itu.
Dengan cerdik dan amat licik pemuda ini
menghilangkan jejak. Tentu saja ia tak ingin
ada orang kedua membacanya. Dan ketika ia
sendiri juga pura-pura marah dan merah
padam, memaki dan menghancurkan surat itu
maka Po Kwan dan adiknya berseru,
"Bohong! Surat itu tidak begitu
bunyinya. Pemuda ini menipu dan
mempermainkan kalian, cuwi-enghiong. Surat
itu tidak berisi penghinaan melainkan ajakan.1804
Kami berani bersumpah bahwa Bi Wi Cin jin
mengajak persahabatan!"
"Hmn, utusan tak usah bertingkah
macam-maceam. Kalian datang bukan untuk
menyanggah atau menyangkal, anak-anak.
Muridku tak mungkin bohong karena ia
wakilku. Kun-lun telah menghina dan
meremehkan kami, pulanglah dan katakan
bahwa kami tidak takut."
"Benar! " sepasang kakek Naga Menara
berseru. "Kami tidak takut, bocah. Kami lebih
percaya anak muda ini daripada kalian. Kun
lun, ah! Kalau bukan utusan ku bunuh kau!"
kakek itu memaki-maki Sementera Tong-bun
su-jin dan lain-lain marah besar. Tentu saja
mereka lebih percaya Beng San daripada dua
anak muda ini. Dan ketika mereka juga
membentak dan mengutuk Bi Wi Cinjin,
serentak semua senjata dicabut dan
membacok lantai maka Po Kwan dan adiknya
pucat merah berganti-ganti. Beng San yang
jahat itu masih juga jahat dan bertambah keji!
"Heh-heh..!" pemuda ini tiba-tiba
terkekeh . "Lama tak berjumpa tiba-tiba kalian1805
memerahkan telinga, Po Kwan. Karena sebagai
utusan pulanglah baik-baik akan tetapi untuk
membalas penghinaan Bi Wi Cinjin terpaksa
kami menahan adikmu. Orang gagah di sini
tentu tak akan keberatan karena adikmu
hanyalah pendamping. Kami tak akan
mengganggunya hanya sekedar membalas
penghinaan. Nanti kalau kami neik ke atas
adikmu kami kembalikan!"
"Benar!" seorang di antara anak buah
Beng San berseru, telah mendapat kedipan.
"Gadis ini biar di sini, kongcu, ia bukan utusan
. Hanya utusan yang tak boleh diganggu!" lalu
ketika orang ini melompat dan hendak
menyambar Siao Yen, tentu saja ditampar
maka orang itu terbanting dan berteriak
dengan pipi bengap. Siao Yen begitu marah
hingga menghajar di rumah orang!
"Tangkap dan jangan biarkan gadis itu
pergi! " sekarang Beng San semakin garang dan
berseru. "la melanggar tata-tertib seorang
utusan, cuwi-enghiong. ia merobohkan
seorang di antara kita!"1806
Po Kwan terkejut. Tak disangkanya
adiknya menghajar tuan rumah. Meskipun
hanya satu di antara orang gagah akan tetapi
perbuatan adiknya itu melanggar tata-tertib.
Akan tetapi karena adiknya hendak ditangkap
dan siapa sudi diperlakukan seperti itu, apalagi
bagi wanita seperti adiknya maka pemuda
inipun maklum bahwa tuan rumah keterlaluan.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Po Kwan tak menduga bahwa sesungguhnya
Semua itu diatur Beng San, yang memberi
tanda atau kedipan kepada orangnya tadi.
Maka membalik dan melindungi adiknya itu,
semua orang bergerak dan hendak menangkap
maka pemuda ini mengangkat lengan tinggi
tinggi berseru nyaring.
"Tunggu, tahan dulu. Jelek-jelek kami
utusan, cuwi-enghiong. Kalau adikku bersalah
mohon dimaafkan. Kami sudah melaksanakan
tugas dan biarkan pergi baik-baik!"
"Ha ha kaulah yang pergi. Kami
memang tak mengganggumu, Po Kwan, akan
tetapi adikmu harus tinggal di sini. la
merobohkan seorang di antara kami,
menghina kami. Untuk ini tak boleh ia pergi1807
karena utusan yang baik tak selayaknya
melakukan itu!"
"Akan tetapi ia diserang, ia membela
diri!"
"Kalau membela diri cukup berkelit
atau menghindar, bukan malah membanting
roboh. Adikmu melanggar tata-tertib dan
betapapun harus tinggal di sini!" lalu berseru
pada orang-orang gagah itu apakah sikapnya
keliru, bukankah kesalahan ini cukup menjadi
alasan maka sepasang Naga Menara
mengangguk dan melompat ke depan. Kakek
ini merasa mendapat kesempatan.
"Kau benar, gadis ini menghina kita.
Kalau Bi Wi Cinjin mau datang dan mintakan
maaf sendiri barulah kita lepaskan, San
kongcu. Hanya utusan tak kuat minta maaf dan
ia harus menerima hukuman " kakek itu
menyerang dan panas oleh surat Bi Wi Cinjin
yang menantang, keduanya sudah menubruk
di kiri kanan Apa yang dilakukan Siso Yen
memang gawat karena mudah mencetuskan
kemarahan.1808
Po Kwan tak sempat mencegah
perbuatan adiknya tadi. Maka ketika dua kakek
itu menyerang dan kedua lengan mereka
mencengkeram ganas, Siao Yen semakin
marah pula maka gadis melengking dan
menangkis mendorong kakaknya. Gadis inipun
tak tahan oleh suasana di tempat itu.
"Plak-dukk!" dua kakek itu terpental
dan mereka terjengkang bergulingan. Tidak
tanggung-tanggung dalam melakukan
tangkisan gadis itu mempergunakan Hok-te
Sin-kang, mana kakek itu kuat!
Maka terlempar dan bergulingan
menebrak tenda, kaget berseru keras, kejadian
itu membuat orang-orang gagah semakin
marah pula. Beng San mengipasi ini dengan
seruannya yang membakar.
"Lihat, utusan demikian kurang ajar.
Tangkap dan robohkan gadis itu, cuwi
enghiong, jangan biarkan ia lari!"
Siao Yen mendidih. Gadis ini terbakar
pula dan merasa direndahkan. Berulang-ulang
ia disuruh tangkap. Ini karena Beng San biang
keladi , pemuda inipun menjugkir-balik surat Bi1809
Wi Cinjin maka ia menibentak dan menerjang
pemuda itu. Sang kakak terkejut.
"Kaulah biang setan seperti gurumu.
Mampus dan terimalah pukulanku, Beng San.
Dulu dan sekarang semakin jahat!"
Sang kakak berteriak. Gadis itu begitu
marahnya hingga tak ingat apa-apa lagi, Hok-te
Sin-kang menyambar mengejutkan siapa saja,
terutama Beng San dan juga Chi Koan. Akan
tetapi ketika pemuda itu mengelak dan tenda
menjadi sasaran, roboh dan ambruk ke dalam
maka tiangnya menjadi dua dan patah
menimpa siapa saja.
'Keluar!" bentakan itu disusul
lenyapnya si buta. Beng San dan lain-lain
berkelebatan menyambar akan tetapi sambil
keluar melepas jarum-jarum halus. Chi Koan
menimpuk pemuda itu. Akan tetapi ketika Po
Kwan mengebut dan meruntuhkan semua
jarum, melompat dan menyambar adiknya
maka bersamaan robohnya tenda merekapun
telah berada di luar hampir berbareng dengan
orang-orang gagah itu. Akan tetapi begitu di1810
luar dan terlihat banyak orang maka kakak
beradik inipun diserang dan dikeroyok.
"Tangkap dan robohkan keduanya.
Mereka sama-sama memberontak!"
Tong-bun-su-jin dan kawan-kawan
berhamburan. Mereka menggerakkan senjata
masing-masing dan Po Kwan maupun adiknya
menjadi sasaran. Kemarahan orang-orang ini
sudah tak terkendalikan lagi. Dari belakang
terdengar teriakan dan gosokan Beng San,
pemuda itulah yang membakar dan membuat
darah mereka mendidih. Dan karena Siao Yen
juga marah sekali oleh seruan-seruan pemuda
ini, setiap seruan membuat wajahnya merah
kehitaman maka ia menyerang pemuda itu
namun dengan licik dan cerdik pemuda itu
selalu menghindar . Ia membiarkan orang
orang gagah itu menangkap dan merobohkan
gadis ini.
Siao Yen melengking-lengking.
Akhirnya bersama kakaknya ia mengamuk.
Mula-mula bertahan dan menangkis akan
tetapi akhirnya harus juga menbalas. Berkali
kali kakaknya ini memperingatkan agar tidak1811
menurunkan tangan keras, hal yang masih
diingat gadis itu dan karena itu semua pukulan
pukulannya terkendali. Akan tetapi setelah
hujan senjata demikian gencar hingga bahu
atau punggungnya dihajar senjata, membuat
gadis ini kesakitan dan sabetan benang Tong
bun-su-jin mengenai pipinyu maka gadis ini
marah bukan main dan lupalah dia akan segala
nasihat kakaknya. Siao Yen mengamuk bagai
seekor singa betina dan orang-orang gagah
itupun terkejut. Bayangan gadis itu
menyambar-nyambar sementara kaki
tangannya bergerak begitu cepatnya. Hok-te
Sin-kang dilepas dan terlemparlah mereka
bagai rumput-rumput kering dihempas badai.
Dan ketika semua berteriak-teriak dan
kepungan menjadi pecah, Beng San terkejut
membelalakkan matsnya maka gurunya
mendengus dan memerintahkan agar gadis itu
cepat diringkus. Si buta miringkan kepala dan
memperhatikan jalannya pertandingan
dengan telinganya yang tajam, keningnya
berkerut-kerut.1812
"Tak ada jalan lain, hedapi dan
robohkan gadis itu dengan cepat. Aku
membantumu dari belakang , Beng San. Hati
hati karena ia memiliki Hok-te Sin-kang pula."
"Benar, Ia memiliki Hok-te Sin-kang
pula. Kalau begitu Naga Gurun Gobi itu
memberikan kepada muridnya, suhu, kita
menghadapi lawan-lawan berat!"
"Tak usah banyak mulut dan majulah.
Aku membantumu dari luar, Beng San, kalau
tidak segera dirobohkan berarti malapetaka.
Cepat, kudengur suara lain di atas gunung!"
Pemuda ini terkejut, menoleh ke atas.
Benar saja dari sana tampak gerakan-gerakan
dan ratusan orang berkelebatan turun. la
terkejut oleh kejadian itu dan mengagumi
kelihaian telinga gurunya yang tajam. Akan
tetapi ketika dibentak dan saat itu Tong-bun
su-jin menjerit, mereka terbanting dan
bergulingan maka kakek sepasang Naga
Menara juga mengeluh dan terlempar.
"Bres-bress!"
Siao Yen dan kakaknya membuat
orang-orang gagah itu gentar dan pucat.1813
Mereka dikeroyok oleh tak kurang dari lima
puluh orang, semua bersenjata tajam akan
tetapi mental bertemu tubuh kakak beradik
itu. Hok-te Sin-kang melindungi kakak beradik
itu dan orang-orang ini kagum. Akan tetapi
karena sepak terjang gadis baju hijau lebih
ganas dibanding kakaknya, kaki tangannya
mulai mematahkan tulang-tulang dan juga
batok kepala beberapa orang kasar maka Siao
Yen telah membunuh lima orang yang tadi
mendekap dan mencolek dada!
Kini meledaklah kemarahan yang
sudah pecah itu. Kematian lima orang di antara
mereka membuat orang-orang gagah
penasaran. Gadis utusan ini suduh kelewatan.
akan tetapi karena Hok-te Sin-kang
menyambar-nyambar dan siapapun yang
berada dekat pasti terlempar dan terbanting,
mulailah orang-orang itu menyerang dari jauh
maka bayangan biru berkelebat dan Beng San
telah mendorong minggir orang-orang ini.
"Mundur, biarkan aku
menghadapinya!" lalu membentak dan
menyerang gadis itu, juga dengan Hok-te Sin-1814
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kang maka Beng San tergetar dan keduanya
sama-sama terhuyung.
"Dukk!"
Dua muda-mudi ini sama-sama
terbelalak akan tetapi Siao Yen melotot
dengan wajah merah terbakar. Gadis inipun
terkejut bahwa lawan memiliki Hok-te sin
kang. Akan tetapi ketika ia maju dan
menerjang pula, membalas dan
mendorongkan kedua lengennya maka
pemuda itupun menyambut dan empat lengan
bertemu lagi.
"Duk-dukk!"
Para penonton bersorak kagum.
Mereka yang berada dekat terhuyung dan
bahkan terpelanting. Yang kakinya lemah
segera terjungkal. Akan tetapi ketika gadis itu
memekik dan menyambur-nyambar lenyaplah
dia mengelilingi lawan dengan cepat maka
Beng Sanpun tak berani main-main karena
iapun segera mendapat tekanan dan
rangsekan, maju mundur dan berkelebatan
pula sementara penonton menjauhkan diri.1815
Mereka tak kuat oleh angin pukulan itu, Dada
serasa sesak!
Dan ketika dua orang muda itu segera
bertanding dan masing-masing mengandelkan
kecepatan dan kekuatan, Hok-te Sin-kang
bertemu Hok-te Sin-kang pula maka Beng san
terkejut karena dari empat kali pertemuan ia
selalu tergetar dan terhuyung!
Pemuda ini membelelakkan mata.
Lemahkah Hok-te in-kangnya hingga tak kuat
bertemu Siao Yen? Haruskah dia kalah dengan
wanita? Maka ketika ia menjadi penasaran dan
kaget serta marah, juga dianm-diam curiga
kepada gurunya apakah gurunya bermain gila
maka pemuda ini menyerang dan membalas
akan tetapi setiap kali itu pula ia tergetar dan
terpental. membuat pemuda itu pucat Hal
yang membuatnya gusar. Akibatnya iapun
mengeluarkan Lui-thian-to-jit (Kilat
Menyambar Matahari) berkelebatan
menyambar-nyambar. Tubuhnya bagai
kecapung menari-nari ketika beterbangan dan
mengelilingi gadis itu. Dan ketika di sini ia
menahan desakan dan mampu bernapas lega,1816
pertandinganpun berimbang maka Siao Yen
mengakui lawannya tak semudah yang lain
untuk dirobohkan dan dihajar.
Akan tetapi gangguan lain segera
datang. Belasan jarum-jarum merah melesat
tanpa terlihat. Si buta membantu muridnya
secara dium-diam. Dan ketika beberapa di
antaranya menggigit dan membuat berjengit,
Siao Yen terkejut dan marah maka ia
membentak dan melihat perbuatan si buta itu,
melengking-lengking.
"Curang, manusia busuk. Kau dan
gurumu setali tiga uang, Beng San. Maju dan
jangan sembunyi-sembunyi atau kelian
memang manusia-manusia pengecut!"
Akan tetapi bukan gadis ini yang
terkejut dan marah melainkan juga Po Kwan.
Pemuda itupun dikeroyok ramai dan hanya
karena bermurah hati orang-orang gagah
itupun lebih berani. Pemuda ini bersikap lebih
lunak dibanding adiknya hingga korban
tangannya paling-paling roboh mengeluh,
bangkit dan menyerang lagi. Akan tetapi ketika
benda-benda kecil mendadak menusuk dan1817
menikamnya berulang-ulang, menggigit dan
membuat ia berjengit akhirnya pemuda ini
melihat gerakan si buta yang diam-diam
menjentikkan kuku jarinya melepas jarum
jarum beracun itu. Kulitnya mulai gatal-gatal
dan pedas serta panas terbakar.
"Keparat, tidak jantan dan curang.
Kalau ingin maju jangan secara licik, orang she
Chi. Hadapilah dan keroyoklah aku dan mari
kita bertanding secara ksatria!"
Akan tetapi si buta pura-pura tidak
mendengar. Diam-diam ia tersenyum bahwa
jerum-jerumnya mulai menggigit. Harus
diemakui bahwa ia kagum kepada kakak
beradik itu karena tak ada satupun jarum
jarumnya membuat roboh. Semua jarum
runtuh dan seakan sia-sia. Akan tetapi karena
jarum sudah menyentuh kulit dan inilah yang
akan ditunggu, jarum itu milik Kwi-bo yang
sering diambilnya maka racun akan bersatu
dengan peluh dan biasanya diserap tubuh
bersama keringat. Dan pemuda itu mulai gatal
gatal, juga gadis di sana itu!1818
"Hmn, konsentrasikan perhatianmu
pada serangan lawan-lawanmu. Tak usah
bercuap-cuap karena aku tetap di sini anak
muda. Siapapun melihat aku tak berbuat apa
apa dan menyerahlah kalau ingin selamat". Po
Kwan gusur sekali. Si buta betul-betul licik
sementara adiknya tiba-tiba menjerit. Siao Yen
tiba-tiba terhuyung dan roboh. Kulit adiknya
juga gatal-gatal. Dan ketika ia terkejut
sementara itu orang-orang gegah itu
menyerang dan menyergapnya lagi maka Beng
San berkelebat menotok adiknya sambil
tertawa.
"Ha-ha, roboh dan menyerahlah baik
baik. Melawan aku tiada gunanya, Siao Yen.
Aku akan menangkapmu dan siapapun tak
dapat melindungimu lagi!"
Gadis itu bergulingan menyelamatkan
diri akan tetapi tetep saja ia tertotok. Siao Yen
mengeluh dan roboh. Akan tetapi ketika lawan
hendak menyambarnya dan saat itulah sang
kakak memekik dahsyat maka Po Kwan keluar
dari kepungan dan menghantam lawannya itu.
"Jangan sentuh adikku!"1819
Pemuda ini terkejut. la hampir
menyentuh gadis itu ketika tahu-tahu
serangkum angin kuat menyembarnya.
Membalik sudah tak mungkin lagi. Maka
menarik tangannya menyambut pukulan itu
pemuda inipun melempar tubuh melepas Hok
te Sin-kangnya.
"Dess!" Beng San terlempar dan
mencelat menabrak tujuh orong gagah.
Bersama mereka pemuda ini terguling-guling
sampai jauh, bukan main kagetnya. Dan ketika
ia memaki dan meloncat bangun, terhuyung
maka Po Kwan telah membebaskan adiknya
dari totokan. Sekujur tubuh terasa gatal dan
panas sekali.
"Lari, tak ada jalan lain. Si buta melepas
jurum-jarum beracun, Yen-moi, kita tak
mungkin melawan lagi. Satukan Hok-sin-kang
dan dorong ke depan!"
Akan tetapi Siao Yen terisak. Ia baru
terbebas dan masih lemah, kakinya gemetar.
Maka ketika sang kakak membentak dan
melepas Hok-te Sin-kang, ia tak dapat
mengikuti maka sebatang tongkat1820
menghadang di depan dan . dess, si buta
bergoyang-goyang sementara pemuda itu
terdorong dan pucat sekali. Lawan keburu
menghadang!
"Tak semudah itu melarikan diri.
Menyerah dan jangan bertingkah macam
macam, anak-anak. Atau aku membunuhmu
dan kalian tinggal nama!"
Pemuda itu gemetar, merah dan pucat
berganti-ganti. Akan tetapi melengking dan
marah bukan main tiba-tiba Po Kwan
menerjang dan menghantem lawanya itu,
musuh besar gurunya.
"Jahanam she Chi, kau dan muridmu
Sama-sama curang. Terimalah dan mari kita
mengadu jiwa!"
Akan tetapi si buta berkelit dan
membalas. la membiarkan pukulan lewat
sementara tongkatnya tiba-tiba bergerak,
begitu cepatnya hingga tahu-tahu menggebuk
pemuda ini. Dan ketika Po Kwan terjungkal dan
melempar tubuh bergulingan, saat itulah Beng
San berkelebat di samping gurunya maka si1821
buta berseru agar muridnya membunuh gadis
baju hijau.
"Tak ada ampun agi. Gunakan tangan
besi dan bunuh dia, Beng San. Jangan biarkan
menjadi duri dalam daging!"
Pemuda itu mengangguk, akan tetapi
Siao Yen demikian cantik dan gagahnya dan
mana mungkin dibunuh. Berahi dan api
cintanya tiba-tiba bergelora lagi. Inilah gadis di
mana ia pertama kali tergila-gila. Maka
membentak dan menyerang gadis itu, Siao Yen
terhuyung berkelit mundur maka guru dan
murid sudah sama-sama menyerang ganas,
terutama si buta. Po Kwan mengelak dan
membalas akan tetapi lengannya terpental.
Racun telah mengganggu tubuhnya. Dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika ia mendesis sementara tongkat dan
Hok-te Sin-kang tak kenal ampun, saat itulah
bayangan di atas gunung berlompatan turun
maka di bagian belakang terdengar kegaduhan
dan suara-suara ramai
"Kun-lun menyerang, musuh
menyerang. Apa yang harus dilakukan, Chi
taihiap. Bagian belakang kena gempur!"1822
"Benar, kita diserbu. Musuh
mendahului kita, taihiap. Mereka turun dan
keluar sarang!"
"Dan mereka tampaknya kesetanan.
Aku... aduhh!" Orang itu terjungkal dan
sebatang tombak menancap di dadanya.
Barisan belakang gempar dan saat itulah
berkelebatan para tosu bagai burung-burung
besar. Mereka membentak dan melengking
lengking sementara Po Kwan dan adiknya
dipanggil-panggil. Pertempuran pecah. Dan
ketika Chi Koan terkejut sementara orang
orang gagah itu meminta pendapatnya,
keadaan menjadi panik maka ia berseru agar
orang-orang itu menyambut.
"Yang ini harus dirobohkan, mereka
terlalu berbahaya. Sambut dan hadapi mereka,
cuwi-enghiong, sebentar aku datang. Jangan
takut!"
Kata terakhir ini membuat wajah
orang-orang gagah menjadi merah. Mereka
bukannya takut akan tetapi sekedar menunggu
perintah, bukankah si buta itu bengcu
sekaligus pemimpin mereka. Maka membalik1823
dan berkelebatan nenyambut musuh, Beng
San berseru agar beberapa di antaranya tetap
di situ maka guru dan murid mendesak kakak
beradik ini. Po Kwan tak dapat
mengonsentrasikan dirinya akibat gatal dan
rasa panas yang mengganggu, begitu pula Siao
Yen.
"Licik, pengecut dan curang. Kau
meracuni kami dengan jarum-jarum merahmu
, iblis she Chi. Masa seorang bengcu harus
melakukan perbuatan keji ini. Kau tak patut
menjadi bengcu!"
"Benar, jahanam dan muridnya ini
sama-sama iblis. Beraninya setelah berbuat
curang, Kwan-ko, akan tetapi aku akan
bertempur mati hidup. Kita mengadu jiWa!"
"Dan kita balaskan sakit hati suhu dan
keluarganya. Mati membela kebenaran adalah
mati yang indah, Yen-moi, mari hadapi mereka
sampai titik darah penghabisan!"
Chi Koan mendengus dan marah sekali
mendengarkan kata-kata ini. la marah karena
sampai sejauh itu belum juga merobohkan
lawannya, padahal jelas lawannya keracunan1824
dan garuk-garuk, bahkan gebukan. tongkatnya
kembali membuat pemuda itu terpelanting.
Akan tetapi karena Po Kwan memiliki sinkang
warisan gurunya itu, sedang gurunya itu
mendapatkannya dari sesepuh Gobi yang sakti
maka inilah yang membuat pemuda itu dapat
bertahan dan si buta sampai berkerot-kerot.
Tidak berbeda halnya dengan Siao Yen.
Gadis inipun seperti kakaknya telah mewarisi
hawa sakti murni dari gurunya. Naga Gurun
Gobi Peng Houw adalah seorang pendekar
bertubuh bersih. Jiwa dan raganya tidaklah
seperti si buta. Dan karena sinkang (tenaga
sakti) dari mendiang Ji Leng Hwesio adalah
sinkang murni yang amat kuat, sesepuh itu
adalah seorang pertapa yang jauh dari
perbuatan-perbuatan buruk maka itulah
sebabnya kenapa Beng San selalu tergetar dan
terdorong bila berhadapan dengan Siao Yen,
padahal masing-masing sama mewarisi Hok-te
Sin-kang.
Akan tetapi keadaan gadis ini tak sebaik
tadi. Sebelum ia diserang jarum-jarum beracun
si buta yang menggigit kulitnya maka Hok-te1825
Sin-kangnya kuat dan berbahaya. Akan tetepi
begitu digigit jarum-jarum beracun itu, racun
di ujung jarum menempel di keringatnya dan
membasahi tubuh maka inilah yang
mengganggu dan karena kurang pengalaman
akibatnya gadis inipun menjadi korban. Chi
Koan memang si buta yang amat licik.
Kini Beng San berseri-seri. Tadi
sebenarnya ia hampir merobohkan gadis ini
kalau saja kakaknya tak datang menolong.
Racun yang mengganggu kulit tubuh Siao Yen
membuat gadis itu kebingungan. menggeruk
seluruh tubuhnya yang kian gatal. Dan ketika
semua itu mengganggu konsentrasinya, tentu
saja ia marah dan melengking-lengking maka
Hok-te Sinkang yang dilepas seringkali terhenti
di tengah jalan untuk menggaruk atau
menggosok tubuh, bahkan tak jarang di daerah
yang membuat mukanya merah padam!
"Ha-ha, menyerahlah. Menyerah lebih
baik daripada melawan, Siao Yen. Kau akan
roboh tanpa pertolongan lagi. Suhu akan
membunuh kakakmu!"1826
"Keparat jehanam!" gadis itu
menerjang dan memaki-maki. " Mati lebih baik
daripada menyerah, Beng San, kau bocah tak
tahu budi dan tak tahu malu. Mampus lebih
baik daripada menyerah!"
"Kalau begitu jangan salahkan aku, kau
mencari penyakit!" lalu ketika pemuda ini
mengelak dan membalas, Hok-te sin-kang
bertemu Hok-te Sin-kang maka gadis itu
terhuyung dan celakanya rasa gatal tiba-tiba
menyerang selangkangan, digaruk dan digosok
tanpa sadar.
"Ha-ha, kubantu menggosoknya.
Jangan panik, Siao Yen, nanti kugaruk!"
Gadis itu merah padam. Setiap kali ia
harus menderita malu kalau menggosok atau
menggaruk tempat-tempat tertentu. Lawan
tertawa secara kurang ajar. Dan ketika ia
melengking dan menerjang lagi, saat itulah
Beng San bersuit nyaring maka delapan
pembantunya bergerak dengan jaring di
tangan.1827
"Tangkap hidup-hidup, jangan sampai
terluka. Awas aku mendesaknya, Bo Ngol, jaga
dan lempar jaring kalian secara hati-hati!"
Gadis itu terkejut. Delapan orang kasar
berlari mengelilinginya dan tiba-tiba
melempar jaring. Benda itu mengembang di
atasnya sementara Beng San memukulnya
dengan dorongan Hok-te Sin-kang, dua lengan
pemuda itu terjulur ke depan.
Dan ketika ia marah sekali
menyambutnya, celakanya rasa gatal
mendadak menyerang maka ketiaknya
berjengit dan konsentrasipun buyar.
Pukulannya setengah-setengah.
"Dess!" gadis ini terlempar dan
bergulingan dan saat itulah delapan jaring
mengejarnya. la menggaruk bagian yang gatal
sementara Beng San tak mau sudah, t?rtawa
dan mengejarnya pula. Keadaannya benar
benar terdesak. Dan ketika ia menjerit
dihempas pukulan itu, jaring menimpanya
maka iapun terjerat dan delapan orang itu
terkekeh kegirangan melihat dirinya meronta
ronta.1828
"Heh-heh, kena kongcu, ia bagai ikan di
darat!"
Akan tetapi Beng San membentak
orang itu. Siao Yen terjaring akan tetapi gadis
ini menggulingkan dirinya begitu rupa. Dengan
cepat tahu-tahu ia berada didekat laki-laki ini.
Dan ketika ia menabrak dan laki-laki itu
mencelat, terlepaslah jaring di tangannya
maka Siao Yen meloncat bangun dan secepat
kilat kakinya menghajar kepala laki-laki itu.
"Prakk!"
Akan tetapi sayang tujuh jaring lain
mengejar disusul serangan Beng San. Pemuda
inilah yang amat berbahaya karena begitu Siao
Yen merobohkan laki-laki itu maka secepat itu
pula pemuda ini berkelebat dan menyambar.
Diam-diam pemuda ini memaki anak buahnya.
Maka ketika Hok-te Sin-kang dilepas mengenai
punggung gadis itu, gadis ini mengeluh d?n
terhuyung maka jaring yang lain menyambar
dan menjirat gadis ini. Beng San tak berhenti di
situ dan jarinyapun bergerak menotok.
"Blukk!" Siao Yen tak berdaya lagi dan
gadis ini terisak. la roboh oleh totokan yang1829
kuat dan tubuhnyapun kaku tak dapat
digerakkan. Beng San menyambarnya dan
mengeluarkannya dari jaring.
Akan tetapi ketika pemuda itu
memondong dan terkekeh begitu gembira, ia
berhasil merobohkan gadis ini maka gurunya
membentak dan tiba-tiba berseru, marah
memperingatkan.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Beng San, bunuh gadis itu, dan cepat
bantu aku. Jangan memelihara harimau!"
"Suhu, ia sandera yang amat berharga.
Ia murid Naga Gurun Gobi, suhu, tawanan
penting. Kita dapat memaksa pendekar itu
kalau membantu musuh!"
"Tidak, bunuh dan selesaikan kataku,
jangan macam-macam. Lalu cepat ke sini dan
bantu aku!"
"Akan tetapi ia cantik, suhu, dan teecu
mencintainya. Biarkan teecu menyayangnya
dan... wutt!" tongkat di tangan si buta tiba-tiba
menyambar, meluncur begitu cepatnya dan
Beng San kaget bukan main. la mengelak dan
membanting tubuh sebisanya akan tetapi
terdengar jeritan ngeri. Dan ketika pemuda ini1830
meloncat bangun dan pucat berkeringat dingin
maka tampaklah pemandangan mengerikan
yang membuat ia tersentak dan berubah.
(Bersambung jilid XXX.)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook1831
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXX
*
* *
"SUHU!" pemuda ini menggigil dan Bo
Ngol, Pembantunya itu roboh dan tewas.
Tongkat gurunya menancap amblas dari dada
ke punggung. Kemarahan gurunya membuat
pemuda itu takut namun diam--diam Beng
Sanpun gusar. Gurunya hendak
membunuhnya! Akan tetapi karena maklum
bahwa kemarahan gurunya disebabkan
kebandelannya sendiri, ia tak segera
membunuh Siao Yen maka pemuda ini
?iguncang perasaan ragu dan takut. Siao Yen
ingin dijamahnya dulu sebelum dibunuh, Ia
merasa sayang kalau menuruti perintah
gurunya itu. Akan tetapi karena suhunya
bersungguh-sungguh dan betapa tongkat itu1832
nyaris merenggut nyawanya, tak ada pilihan
lain maka pemuda ini menggigit bibir dan Siao
Yen yang terlepas disambar kembali. Pemuda
ini memejamkan mata ketika tangannya tiba
tiba menghantam dan menyerang batok
kepala gadis itu.
"Baiklah, teecu melaksanakan
perintahmu. Aku akan membunuhnya, suhu,
akan tetapi kelak kau harus mencarikan
penggantinya!" tangan itu bergerak dan
menyambar dan Siao Yen terbelalak pucat. Ia
tergeletak di tanah tak mampu menggerakkan
tubuh karena saat itu seluruh syarafnya
dilumpuhkan. Ia tertotok.
Akan tetapi ketika pemuda ini
menjatuhkan pukulan maut dan Po Kwanpun
tak mampu menolong adiknya, si buta
menggeram dan mendesaknya dengan muka
merah kehitaman maka saat itulah berkelebat
bayangan putih dan tepat sekali pukulan ini
menyambar maka tangkisan kuat membuat
pemuda itu kaget dan membuka mata.
"Duk!" Boen Siong berada di situ dan
Beng San terkejut bukan main. Ia tadi1833
memejamkan mata ketika melepaskan
serangan, di samping tak sampai hati juga
menahan benci kepada gurunya itu.
Maka ketika tiba-tiba sebuah tangkisan
membuatnya terpental dan terguling-guling,
Boen Siong pemuda baju putih itu berada di
situ maka Beng San menjadi pucat dan gentar
bukan main. Teriakan kagetnya membu?t
gurunya terguncang dan ikut terkejut.
"Aihh, jahanam putera Naga Gurun
Gobi ini ada di sini!"
Boen Siong mendengus dan tidak
mengejar lawannya itu. Memang benar ia
datang di saat yang tepat dan secepat itu pula
ia menyelamatkan sucinya. Totokan itu dibuka.
Dan ketika Siao Yen menjadi girang dan
mengeluarkan isak gembira, berseru
menyebut pemuda itu maka Boen Siong
menepuk pundaknya berkata perlahan,
"Bantu dan berdualah dengan Kwan
suheng. Si buta itu akan kuhadapi, Suci hajar
dan hadapi pemuda itu akan tetapi berhati
hatilah!"1834
Yang paling gentar tentu Saja Beng San.
la sudah berkali-kali menghadapi pemuda itu
dan setiap pertemuannya dengan Boen Siong
selalu membuatnya ngeri. Kali itupun
semangatnya seakan terbang. Maka ketika ia
bergulingan meloncat bangun sementara
pemuda itu tiba-tiba menyanmbar ke arah
gurunya, berseru dan membentak agar
gurunya berhadapan langsung maka ia lega
dan tiba-tiba menyelinap serta hendak
melarikan diri dari tempat itu, bersembunyi
atau mencari tempat perlindungan di antara
para orang gagah yang merupakan sekutunya
dari Selatan ini.
"Ke mana kau pergi!" akan tetapi Siao
Yen berkelebat dan menyerang. "Berhenti dan
bayar dulu kecuranganmu, Beng San. Sekarang
tak ada lagi pembantumu dan gurumu akan
berhadapan dengan Boen Siong!"
"Benar, kami berdua akan
menangkapmu . Kau dan gurumu orang-orang
licik, Beng San, sekarang ke mana kau pergi
dan pertanggungjawabkan dulu semua
kejahatanmu. Kau memutarbalikkan surat Bi1835
Wi Cinjin!" Po Kwan tiba-tiba menyambar pula
dan bersama adiknya SiaoYen pemuda ini
melepas Hok-te Sin-kang. Kiranya ia telah
dibebaskan menghadapi Si buta itu karena
Boen Siong segera berkelebatan menyerang
lawan. Chi Koan terkejut dan berubah ketika
tiba-tiba pemuda itu bergerak amat cepatnya.
Boan eng-sut alias Elang Cahaya membuat
Boen Siong di mana saja , pukulan dan
tamparannya membuat si buta panik. Dan
ketika ia menangkis namun terpental dan
terguling-guling, persis seperti muridnya tadi
maka Chi Koan menyambar lagi tongkat di
dada pembantunya. Sekali Cabut diiring pekik
melengking yang menggetarkan Kun-lun. Kaki
gunung seakan diguncangkan.
"Keparat, mana ayahmu Peng Houw. Ia
lawanku setimpal, bocah, suruh ia maju jangan
bersembunyi di belakang anak-anak!"
"Hm, justeru ayah tak ingin mengotori
tangannya di tubuhmu yang penuh dosa.
Hadapi dan bayar segala hutangmu pada orang
tuaku, orang she Chi. Kau menghasut dan1836
menggerakkan orang-orang Selatan untuk
kepentinganmu pribadi"
Bukan main marahnya Chi Koan. la
berteriak agar muridnyan membantu akan
tetapi Beng San menjawab bahwa ia dikeroyok
kakak beradik ini. Siao Yen dan Po Kwan
memang berkelebatan menyambar-nyambar
dan menekan serta menghadangnya agar tak
lari. Maka ketika si buta menjadi merah padam
dan kemarahannya menggelegak di sini ,
memutar tongkat dan menerjang Boen Siong
maka pemuda aitu menggantikan suhengnya
menghadapi si buta yang lihai, mengelak dan
membalas dan segera pecahlah pertandingan
hebat. Chi Koan dua kali terpental oleh tenaga
tolak yang besar. Hok-te Sin-kangnya yang
tinggal separoh tak kuat menerima tangkisan
Lui-cu-sin-hwe-kang.
Dan ketika dari telapak Boen Siong
keluarlah asap disusul kilatan api, Lui-cu-sian
hwe-kang (Api Sakti Mutiara Geledek)
menangkis dan mementalkan Hok-te Sin-kang
maka Chi Koan terhuyung maju mundur dan
pucat akan tetapi tak mungkin meninggalkan1837
lawan. la harus bertarung habis-habisan
karena para orang gagah itu masih di
sekitarnya.
Terjadilah pertandingan mendebarkan.
Mula-mula si buta menggerakkan tongkat dan
menangkis serta mengerahkan Hok-te Sin
kangnya. Akan tetapi ketika ia Sering
terhuyung dan terpental oleh kekuatan lawan,
semua itu membuatnya gelisah maka iapun
mengeluarkan Lui-thian-to-jitnya dan dengan
lengking mengerikan yang mendebarkan
jantung si buta ini lenyap menjadi bayang
menyambar-nyambar dibalik Lui-thian-to-jit
(Kilat Menyambar Matahari) yang dulu dimiliki
mendiang Beng Kong Hwesio yang dahsyat,
tokoh atau pimpinan Go-bi yang murtad.
Akan tetapi yang dihadapi adalah Boan
eng-sut. Kalau saja Boen Siong tak memiliki
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ilmu ini barangkali ia akan roboh. Lui-thian-to
jit benar-benar luar biasa dan membuat
pemiliknya beterbangan seakan kilat
menyambar matahari. Begitu cepatnya hingga
si buta lenyap menjadi cahaya yang tak lagi
dapat diikuti dangan mata. Akan tetapi karena1838
Boan-eng-sut adalah Elang Cahaya dan ilmu ini
benar-benar cepat bagai cahaya maka Lui
thian-to-jit ketemu batunya dan si buta
menggigit bibir betapa tongkat ataupun
pukulan-pukulannya selalu terpental dan
tertangkis oleh gerak tangan Boen Siong yang
selalu tepat waktu. Hal ini menjadikan si buta
penasaran dan marah sekali. Ia melengking
mempercepat gerak akan tetapi Boen
Siongpun tak mau kalah. Pemuda itu
membentak dan mempercepat gerakan hingga
keduanya sambar-menyambar begitu dahsyat.
Tongkat mulai berpijar dan mengeluarkan api.
Dan ketika masing-masing tak dapat
dilihat lagi saking cepat dan amat hebatnya,
deru pukulan atau kesiur tongkat membuat
orang-orang yang berada dekat pertempuran
berteriak dan terpelanting maka dua orang itu
bertanding di balik bungkusan cahaya bitu
putih di mana baju keduanya berkibar dan
mendorong jatuh kawan atau lawan yang
terlampau dekat dengan pertandingan.
Beng San menjadi pucat. la melihat
pertandingan hebat itu namun tak dapat1839
berbuat apa-apa. Keroyokan kakak beradik
membuatnya repot dan beberapa kali ia
melempar tubuh bergulingan. Akan tetapi
ketika ia terus dikejar sementara itu para tosu
Kun-lun sudah menerjang dan menghadapi
orang-orang Selatan maka pemuda ini
meliarkan matanya dan akhirnya dengan licik
dan curang ia mulai menjauhi gurunya, melihat
betapa gurunya tak mampu mendesak Boen
Siong dan akhirnya pasti balik terdesak!
Pemuda ini mulai melepas pisau-pisau
gelapnya. la membentak dan memaki kakak
beradik itu sementara tangannya berkali-kali
melepas pisau terbang. Piauw atau pisau
terbang ini membuat Siao Yen dan kakaknya
harus berhati-hati dan tak jarang keduanya
menjauh dan menggerakkan lengan baju.
Dengan lengan baju inilah mereka menangkis
dan meruntuhkan pisau-pisau itu. Akan tetapi
karena Beng San hendak mendekati Orang
orang gagah itu dan ia melihat betapa Tong
bun-su-jin dan sepasang kakek gagah
mengamuk tak jauh di situ, ke sinilah ia
mendekat dan bergulingan meloncat bangun1840
akhirnya sampai juga maksud hatinya.
Sepasang kakek Naga Menara diteriakinya.
"Locianpwe, bantu aku. Gadis ini dan
kakaknya curang, mereka melakukan
keroyokan!"
Siao Yen dan kakaknya marah. Tentu
saja mereka membentak dan mencaci pemuda
itu bahwa pemuda itulah yang sebenarnya
curang. Tadi di saat berdekatan dengan
pembantu-pembantunya justeru mengeroyok
dan tak tahu malu menyerang mereka. Akan
tetapi karena Beng San tak bakal menggubris
dan ia terus mendekati sepasang kakek gagah
ini, melepas pisau-pisaunya merobohkan tosu
tosu Kun-lun meringankan kakek itu maka dua
kakek ini melihat keadaan Beng San dan
melengking serta membalik menyerang kakak
beradik itu. Tujuh tosu Kun-lun telah
dirobohkan dan berarti mereka berhutang
kebaikan terhadap pemuda ini.
"Keparat, inilah biang keladi semuanya
itu. Jangan khawatir, San-kongcu, kami
membantumu!"1841
Siao Yen dan kakaknya semakin marah.
Mereka memaki-maki pemuda itu namun Beng
San tertawa. Ia berhasil mendapat bantuan.
Dan ketika dua kakek itu menerjang dan ia
terlepas sejenak, berseri-seri maka
diteriakinya Tong-bun-su-jin agar membantu
dirinya.
'He, Suwi-enghiong (empat orang
gagah), bantu kami merobohkan dua muda
mudi yang jahat ini. Mereka harus dibekuk dan
ditangkap karena merekalah penjilat Bi Wi
Cinjin!"
"Tutup mulutmu!" Siao Yen berteriak
marah. "Kaulah yang jahat dan penjilat iblis di
dasar neraka, Beng San. Kaulah yang akan kami
robohkan dan tangkap bersama gurumu yang
keji itu!"
"Ha-ha, tak usah banyak mulut. Kau
dan kakakmu pengeroyok-pengeroyok curang,
Siao Yen, kalau tak ada kakek-kakek gagah ini
tentu kalian merobohkan aku. Hayo, hadapi
kami dan jangan bercuap-Cuap!" Beng San
melepas Hok-te Sin kangnya dan pukulan ini
menyambar gadis iu. Siao Yen berkelit dan1842
membalas akan tetapi dua kakek di kiri
kanannya menusuk. Pedang di tangan kakek
kakek ini berbahaya menyambar mata. Dan
ketika di sana Tong-bun-su-jin dilepaskan dari
keroyokun tosu Kun-lun, Beng San melepas
pisau-pisaunya lagi maka empat orang gagah
itu membalik dan membantu pemuda ini. Lagi
lagi Beng San melepas kebaikan agar orang
berhutang budi!
"Ha-ha, cukup sudah. Robohkan dan
sibukkan mereka di depan, liok-wi-enghiong
(enam orang gagah), aku menyerang di
belakang!" pisau dan pukulan kembali
menyambar dan Siao Yen melengking
lengking. Beng San benar-benar licik dan
curang hingga tak malu-malu memberikan
enam orang gagah itu di depan. Pemuda itu
dengan amat bebas menyerang di belakang.
Dan ketika Po Kwan juga menjadi marah akan
tetapi berseru agar adiknya tak membunuh
enam orang itu, yang mereka benci dan ingin
robohkan hanya pemuda itu saja maka Po
Kwan berserU agar mereka beradu punggung.1843
"Kau di depan, aku di belakang. Biar
jahanam ini bagianku, Yen-moi, hadapi enam
orang itu akan tetapi jangan bertangan besi!"
Siao Yen mengangguk. la berkelebatan
dan menyembar-nyambar sementara
kakaknya membalik dan khusus menghadapi
Beng San. Pemuda inilah yang amat berbahaya
dan paling licik. Dan ketika dengan Hok-te Sin
kangnya pemuda itu menghadapi Beng San ,
memaksa dan mengajak beradu depan maka
Beng San berkerut karena keinginannya gagal.
Siao Yen mampu mementalkan enam orang itu
sementara iapun terhuyung dan terdorong
oleh Hok-te Sin-kang yang dimiliki Po Kwan.
"Keparat" pemuda itu mendelik.
"Jangan kira aku takut, Po Kwan jelek-jelek
ilmuku lebih banyak dibanding ilmumu".
"Tak usah banyak cakap!" Po Kwan
balas membentak. "Keluarkan dan kerahkan ,
Beng San, ilmumu bercampur hawa kotor.
Mari buktikan dan lihat siapa yang roboh!"
Pemuda ini marah. la melengking dan
menyerang akan tetapi Hok-te Sin-kangnya
terpental bertemu lawan. Dua Hok te Sin-kang1844
sama-sama bertemu akan tetapi Po Kwan
benar, ilmunya lebih bersih. Dan karena Beng
San adalah pemuda penghambur nafsu,
tenaga murninya lebih kotor dibanding Po
Kwan maka iapun terhuyung-huyung dan
selalu tertolak bertemu tenaga yang bersih
dan lebih kuat, tenaga yang diwariskan Naga
Gurun Gobi Peng Houw kepada muridnya!
Hal ini membuat Beng San berubah
pikiran lagi. Kalau tadi ia ingin bantuan agar
bertahan dan balas merobohkan kakak beradik
ini maka sekarang keinginannya berubah. la
melirik dan melihat betapa orang-orang gagah
masih melakukan perlawanan sengit. Di sana
dua bayangan berkelebatan menyambar
nyambar dikeroyok puluhan orang gagah.
Mereka ini adalah dua tosu tua pimpinan Kun
lun, Bi Wi Cinjin dan Heng Bi Cinjin. Akan tetapi
karena dua kakek itu dihadang sekian banyak
musuh, lagi pula sambaran kaki tangan mereka
tak membunuh dan hanya meroboh-robohkan
saja maka teriakan dan pekik mereka agar
orang-orang gagah menghentikan serangan
membuat pemuda ini mengerutkan kening dan1845
tiba-tiba terbentur pada pertandingan dahsyat
gurunya itu dengan Boen Siong. Beng San
mencari untung rugi. Tadi ia menjauhi gurunya
semata ingin menyelamatkan diri. Kini setelah
dibantu dan ia bernapas longgar, jumlah
orang-orang gagah lebih banyak dari tosu Kun
lun maka ia melihat sebaiknya ia membantu
gurunya, Kakak beradik ini akan dikepungnya
dengan tenaga-tenaga baru. Akan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dipanggilnya orang-orang gagah lain seperti Lo
Han-hok-houw dan ketua-ketua Pek-lian-Oang
atau Ui-eng-pang, juga nenek Yang-liu Lo-lo
yang melengking-lengking berkelebatan di
sana itu. Dan karena masih banyak orang
orang gagah lain mengerayok ketua atau wakil
pimpinan Kun-lun, jumlah mereka tiga kali lipat
lebih besar dari musuh maka Beng Sanpun
memekik memanggil orang-orang gagah itu.
Lo-han-hok-houw dan lain-lain menoleh dan
merekapun melihat keadaan pemuda ini. Beng
San terdesak dan sering terpental oleh daya
pukulan Po Kwan.
Dan ketika mereka itu berkelebatan
dan memekik berseru keras, Bi Wi Cinjin dan1846
sutenya dikeroyok yang lain maka empat orang
itu datang lagi mengepung dua mda-mudi ini.
"Bagus, serang dan robohkan mereka.
Aku hendak membantu guruku, cuwi-eng
hiong, bunuh terutama pemuda ini!"
Po Kwan marah sekali. Beng San
berjungkir belik melepaskan diri ketika orang
orang itu datang. Ia digantikan empat orang ini
yang terus menerjang dan melengking
lengking. Dan karena bukan maksudnya
melukai apalagi membunuh orang-orang
gagah ini, hal yang diketahui baik oleh Beng
San maka pemuda itu membentak akan tetapi
murid si buta itu tertawa-tawa.
"Jangan lari, kau pengecut dan licik
curang. Hadapi aku dan jangan berikan orang
orang ini kepadaku, Beng San, di mana
kegagahanmu!"
"Ha-ha..tak usah bercuap-cuap. Aku
hendak membantu guruku, Po Kwan, nanti
melayanimu lagi. Hadapilah mereka itu atau
menyerahlah baik-baik kalau takut!"
"Keparat, siapa takut!" dan Po Kwan
yang membalik serta harus menangkis1847
serangan ketua-ketua Ui-eng-pang dan Pek
lian-pang akhirnya tak dapat mengejar
lawannnya itu yang sudah melayang dan
meloncat menyambar Boen Siong. Si buta
tentu saja girang mendapat bantuan
sementara Boen Siong terkejut, ia dibokong
dari belakang. Akan tetapi karena Lui-cu sin
hwe-kang melindungi dirinya dan pukulan itu
mental, Beng San berseru kaget maka gurunya
berteriak agar menggabungkan Hok-te Sin
kang. Kini tenaga dahsyat itu akan dikerahkan
berdua.
"Jangan sendiri-sendiri, p?gang
tanganku dan kita gabung pukulan Hok-te Sin
kang!"
Beng San mengangguk. Memang ia
gentar sekali melihat kehebatan Boen Siong
itu. Dibokongpun pukulannya mental. Maka
melengking dan menyambar lengan gurunya,
si buta masih menggerakkan tongkat di tangan
kanan maka guru dan murid sudah bekerja
sama menggabungkan tenaga. Ilmu dedengkot
Gobi bertemu Lui-cu-sin-hwe-kang warisan
kakek gagah Pek-gan-hui-to Jiong Bing Lip!1848
"Des-dess!"
Boen Siong bergoyang-goyang dan
berubahlah wajah pemuda ini. Setelah guru
dan murid menggabungkan tenaga dan
keluarlah Hok-te Sin-kang sepenuhnya maka
harus diakuinya bahwa pukulan itu benar
benar dahsyat. Dadanya sesak dan terasa
panas. Kalau saja tak ada Lui-cu-sin hwe-kang
melindungi dirinya barangkali tubuhnya
terbanting. Paling tidak tulang iganya retak!
Maka ketika ia terkejut akan tetapi yang lebih
terkejut adalah si buta itu, betapa pukulannya
tertahan oleh sesuatu yang kuat dan luar biasa
maka Chi Koan kagum di samping terkejut dan
penasaran. Baru kali ini Hok-te Sin kangnya
bertemu tanding dengan pukulan lain, pukulan
yang tak kalah kuat dan ampuh!
"Hantam dan tambah sebagian
lagi.Pukul kepalanya!"
Boen Siong terbelalak. la masih
bergoyang ketika si buta tiba-tiba berkelebat
dan menghantamkan tongkatnya. Tongkat itu
menderu dan membawa angin kuat, dibantu
tenaga Beng San benar-benar bukan main1849
hebatnya, pohonpun berkeratak dan tumbang.
Akan tetapi ketika ia cepat berjongkok dan kini
mereka beradu tenaga, terdengar ledakan dan
telapak Boen Siong mengeluarkan asap tebal
maka tongkat si buta ditangkis sepasang
lengan pemuda ini akan tetapi tiba-tiba dari
samping kiri Beng San melancarkan pukulan
miring menghantam kepala pemuda itu.
"Dess!" Boen Siong menarik kepalanya
dan tengkuknya terhajar. Pemuda itu
terdorong mundur dan matanya seketika
gelap. Tengkuk yang terkena Hok-te Sin-kang
seakan patah! Dan ketika secepat itu Beng San
mengejar dan menyusuli lagi tertawa bergelak
maka Boen Siong nyaris terbanting karena kali
ini pundaknya dihantam.
"Dess!"
Boen Siong mengeluh dan mengakui
kehebatan Hok-te Sin-kang. Tidak seperti Siao
Yen kakak beradik yang tentu saja tak seganas
dan sekejam dua orang itu maka Hok-te Sin
kang gabungan mereka adalah dengan niat
membunuh. Dulu suheng dan sucinya itu juga
menggabungkan Hok-te Sin-kang mereka akan1850
tetapi betapapun tak sekejam ini. Suheng dan
Sucinya hanya bersifat menguji coba. Akan
tetapi karena yang dihadapi kali ini adalah
musuh bebuyutan, si buta tentu saja berniat
membunuhnya maka Hok-te Sin-kang
gabungan itu benar-benar hebat dan Boen
Siong terdorong mundur.
"Bagus, kejar dan desak lagi. Tambah
tenaga kita, Beng San, bunuh pemuda itu!"
Beng San girang. Ia telah membuat
lawannya terhuyung padahal tadi seorang diri
saja pukulannya terpental. Tahulah dia bahwa
tenaga gurunya memang kuat, gabungan
sinkang mereka adalah bentuk sepenuhnya
Hok-te Sin-kang. Maka ketika ia berkelebat dan
tertawa menghantam, gurunya menggerakkan
tongkatnya pula maka Boen Siong semakin
tergetar dan nanar pandangannya.
"Des-dess!" pemuda ini terhuyung dan
ia merasa betapa kuatnya gabungan tenaga
itu. Chi Koan dan muridnya menambah tenaga
mereka hingga beratnya bukan main. Boen
Siong semakin sesak dadanya. Akan tetapi
ketika ia membentak dan melengking tinggi,1851
berkelebatan mengerahkan Boan-eng-sutnya
maka pemuda ini menghindari tekanan lawan
yang kian bertenaga.
"Kejar, kerahkan Lui-thian-to-jit.
pegang erat-erat tangan kiriku, Beng San,
jangan sampai ia lolos!"
Beng San lagi-lagi mengangguk
gembira berseru keras dan bersama gurunya
tiba-tiba mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya itu. Guru dan murid menjejak
hampir berbareng dan tiba-tiba melayang
berputaran mengejar Boen Siong. Pemuda ini
didesak dan dirangsek ke manapun ia pergi.
Dan karena Lui-thian-to-jit adalah juga ilmu
yang amat hebat, digerakkan berbareng oleh si
buta dan muridnya yang sama-sama
berkepandaian tinggi maka dua orang itu
lenyap menyambar Boan-eng-sut yang
berkelebatan di antara bayangan putih dan
biru yang amat cepatnya.
"Dess!" tongkat menyambar juga dan
kali ini terpaksa ditangkis. Dalam gerak cepat
mengelilingi dan berputaran dikejar Lui-thian
to-jit maka Boen Siong menjadi marah. la1852
dikepung dari kiri kanan hingga tak mungkin
berkelit. Dan ketika ia menangkis dan kembali
terhuyung, gabungan Hok-te Sin-kang semakin
berat maka Beng San tergelak-gelak sementara
gurunya berseri-seri. Dan Boen Siong tiba-tiba
menggerakkan tangan ke belakang mencabut
siang-to (sepasang golok) yang mendesing
berkilauan, berseru menggetarkan.
"Jangan sombong, aku belum roboh.
Kalian belum melihat simpananku, Beng San.
Terimalah dan awas hati-hati!" lalu ketika
pemuda itu melengking dan terbang dengan
golok mencicit saking cepatnya, lenyap
bergulung-gulung maka dari ujung golok
menyambar cahaya putih kearah guru dan
murid ini, cepat dan amat mengejutkan dan
ketika ditangkis terdengarlah dentang nyaring.
Bunga api berpijar dan tongkatpun tertahan.
Dan ketika Beng San menyambut akan tetapi
terbabat bajunya, udara Hok-te Sin-kang
ditembus maka pemuda ini kaget dan berseru
keras. Beberapa huito tiba-tiba mencuat dari
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
balik gulungan lengan baju Boen Siong.
"Aihh, bret-brett!"1853
Beng San melempar tubuh
bergulingan. la begitu kaget hingga
melepaskan diri dari gurunya, meloncat
,bangun dan pucat bahwa hampir saja
lengannya buntung. Akan tetapi ketika
gurunya berteriak dan mereka harus bersama
lagi, Hok te sin-kang tak boleh setengah
setengah maka pemuda ini sadar apalagi ketika
gurunya memekik dan membanting tubuh
pula, siang-to di tangan Boen Siong nyaris
membabat leher!
"Keparat, jangan lepaskan diri. Bersatu
dan tetap berdua, Beng San, gabung tenaga
kita!"
"Maaf, pemuda ini mengeluarkan
senjata. Siang-tonya hebat sekali, suhu, angin
sambarannya merobek lengan baju teecu!"
"Jangan takut, pegang tanganku.
Kerahkan Hok-te Sin-kang dan tetap gabung
berdua!"
Beng San mengangguk, gurunya
bergulingan meloncat bangun. Dan ketika ia
menyambar kembali tangan gurunya itu dan
menggabung Hok-te Sin-kang, menangkis dan1854
membalas maka Boen Siong telah
berkelebatan dengan Boan-eng-sutnya
sementara siang-to (sepasang golok) di kedua
tangannya bergerak amat cepat memainkan
Thian-te Bu-pian-to-hoat (Silat Golok Langit
Bumi Tak Bertepi) yang amat dahsyat dan
mencengangkan.
Chi Koan si buta terkejut ketika dari
gerakan sepasang golok itu keluar bunyi
mencicit-cicit. Lalu ketika gerakan golok
semakin eepat dan mendesing tipis, suara yang
akhirnya lenyap maka ia berubah karena
telinganya tak mampu lagi menangkap
gerakan sepasang golok itu. Boen Siong telah
memainkannya sedemikian rupa hingga
telinganya yang tajampun tak mampu
mendeteksi!
"Gila!" Pria ini melengking. "Gunakan
sepasang matamu untuk melihat sambaran
golok, Beng San,la mahir menghilangkan
suara!"
Memang benar, Boen Siong telah
menghilangkan suara goloknya dalam
kecepatan yang begitu tinggi. Gerak yang1855
begitu cepat dan membuat goloknya lenyap
menjadi gulungan cahaya semakin menghebat
lagi dengan Boan-eng-sutnya yang luar biasa
itu. Elang Cahaya diiring cahaya golok benar
benar luar biasa. Beng Sanpun tak mampu
menangkapnya! Dan ketika pemuda itu
terkejut sementara ia dan gurunya t?ba-tiba
dikurung sinar lebar bergulung-gulung, Thian
te-bu-pian-to-hoat semakin menggila maka
gurunyapun mengerutkan kening karena tak
ada teriakan atau tanda-tanda bahwa
muridnya ini memberi tahu bahaya sambaran
golok, tahu-tahu kembali tongkatnya terpental
dan nyaris menghantam kepala sendiri ketika
diputar dan melindungi tubuhnya.
"Trangg!" Si buta memaki. merasa
tongkatnya semakin ringan tanda terbabat,
bukan main hebatnya golok , Dan ketika ia
memekik dan memutar tongkat semakin
cepat, golok benar-benar tak bersuara lagi
maka ia membentak muridnya agar melihat
dan memberi tahu ancaman golok1856
"Gila , tak ada gunanya kau memiliki
mata. Lihat dan beri tahu padaku sambaran
goloknya, Beng San. Tongkatku terpapas!"
"Maaf, gerakan goloknya amat
cepat.Teecu tak mampu mengikutinya, Suhu,
Siang-tonya bergulung-gulung merupakan
Cahaya yang amat cepatnya!"
"Kalau begitu lepas ikat pinggangmu,
pergunakan sebagai senjata" akhirnya
Beng San mengangguk. ngeri melihat
sepasang golok di tangan Boen Siong. Golok itu
tak terlihat lagi bentuknya berubah menjadi
gulungan sinar lebar yang mengelilingi mereka
berdua. Setiap sambaran membuat ia harus
berkelit. Dan ketika kembali ujung rambutnya
menjadi sasaran, terbabat membuat dirinya
mengeluarkan keringat dingin maka pemuda
itu melepas ikat pinggangnya sebagai senjata.
"Tar-tar!"
Chi Koan lega. Muridnya sudah
meledakkan ikat pinggangnya itu dan dengan
tenaga Hok-te Sin-kang senjata lemas itu dapat
dibuat sekeras baja. Ia melengking dan
meminta muridnya berkonsentrasi penuh. Lalu1857
ketika tongkat dan ikat pinggang diputar cepat,
keduanya membalas dan berusaha keluar dari
gulungean sepasang golok maka si buta kaget
karena mereka terkurung dan tak mampu
keluar.
Si buta berubah. Siang-to di tangan
Boen Siong kian melebur dan begitu lenturnya
bila terpental. Golok membalik lagi dan
bergulung-gulung dan mereka tetap di tengah.
Inilah yang berbahaya!
Dan karena semua itu berarti diri
sendiri tetap menerima serangan, mereka
berada di pihak bertahan maka Chi Koan
mengejap-ngejapkan kelopak matanya dan ia
marah sekali karena setiap miringkan kepala
sedikitpun telinganya tak mendengar apa-apa.
Dan selama itu muridnya tak dapat memberi
tahu datangnys golok yang tiba-tiba.
"Keparat!" si buta memekik. "la
membuat mandul Hok-te Sin-kang kita, Beng
San, permainan kita tak berkembang. beri jalan
keluar dan jangan diam saja!"
Beng San marah. Ia sendiri juga
bingung melihat cahaya golok yang1858
menyambar-nyambar itu, melotot dan
mengikuti akan tetapi akhirnya pening. Maka
dibentak gurunya untuk m?ncari jalan keluar
padahal pengalamannya jelas di bawah
gurunya itu maka ia menggeram dan tiba-tiba
saat itu dari kalangan orang gagah terdengar
teriakn dan jeritan tertahan.
Beberapa bayangan tiba-tiba
berkelebat membuat orang-orang gagah itu
berpelantingan. Suara bentakan atau seruan
dilepaskan seseorang berusia empatpuluhan.
"Berhenti, harap cuwi-enghiong
berhenti. Dengar dan taati kata-kataku, Cuwi
enghiong (orang gagah sekalian). Kalian
diperalat dan dihasut Chi Koan. Berhenti!"
Bentakan atau suara menggetarkan itu
lantang mengguncang kaki gunung dan para
orang gagah berteriak dan terlempar ke kiri
kanan. Serombongan tokoh besar muncul dan
itulah Naga Gurun Gobi Peng Houw. Di kiri
kanan dan belakangnya terdaput Sin Tong
Tojin dan kawan-kawan, yakni ketua-ketua
Hoa-san dan Bu-tong serta See-tong. Dan
ketika di belakang orang-orang terdapat1859
seorang kakek gagah dan seorang wanita
cantik yang melengking-lengking, mendobrak
dan merobohkan orang-orang gagah itu maka
kaum Selatan menjadi gentar dan terbelalak.
"Naga Gurun Gobi Peng Houw!"
"Benar, dan itu isterinya!"
Seketika orang gagah menjadi ribut dan
mereka yang terlempar serta berpelantingan
segera menjauhkan diri. Mereka tidak terluka
oleh serangan tokoh besar ini seperti halnya
pengeroyok yang mengepung Bi Wi Cinjin dan
Heng Bi Cin-jin. Memang tokoh-tokoh Kun-lun
itu tak melukai lawan-lawan mereka kecuali
merobohkan dan berulang-ulang menyuruh
berhenti, Dua orang pimpinan Kun-lun ini tahu
benar bahwa lawan-lawan mereka diperalat,
yang harus dibasmi dan dihadapi adalah si buta
Chi Koan. Maka ketika rombongan baru itu
datang dan sikap atau sepak terjang mereka
juga sama, yakni merobohkan dan tak melukai
orang-Orang gagah ini maka mereka terkejut
dan seketika mundur. Peng Houw dan
rombongannya memang tiba.1860
"Berhenti, harap cuwi-enghiong
berhenti. Kita bukan orang-orang yang perlu
bermusuhan, cuwi-enghiong, segala ini hanya
salah paham dan ketidaktahuan belaka. Kalian
diperalat dan dihasut si buta Chi Koan yeng
jahat. Berhenti!"
Bentakan atau seruan itu disusul
robohnya orang-orang gagah itu. Mereka
terlempar dan terbanting ke kiri kanan dan itu
tentu saja membuat gentar. Kalau Saja Naga
Gurun Gobi Peng Houw dan kawan-kawan tak
menunjukkan kepandaian barangkali orang
orang Selatan ini akan nekat. Mereka adalah
orang-orang yang sudah termakan betul oleh
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hasutan Chi Koan. Darah dan sumsum mereka
seolah sudah menyatu dengan si buta. Akan
tetapi begitu pendekar ini datang dan nama
besarnya cukup membuat gentar, siapa tak
tahu pewaris lihai dari Gobi ini maka serentak
mereka mundur dan saat itu giliran Tong-bun
su-jin dan lain-lain tiba. Mereka didorong dan
dipukul mundur oleh pendekar dan
rombongannya ini, terguling-guling.1861
"Berhenti dan dengar kata-kataku.
Berhenti sebentar, cuwi-enghiong, biarkan
kami bicara!"
Kakek Naga Menara dan lain-lain
terlempar. Mereka masih mengepung dan
mengeroyok kakak beradik itu dan Siao Yen
maupun kakaknya gemas. Berapa kali mereka
meminta mundur namun justeru orang-orang
gagah ini mempercepat serangan mereka.
Sesungguhnya kakek Naga Menara dan lain
lain itu marah. Dua muda-mudi ini tak berhasil
mereka robohkan. Maka ketika membentak
dan mempersempit ruangan, tamparan atau
pukulan kakak beradik itu tak melukai apalagi
membunuh mereka maka saat itulah Naga
Guru Gobi tiba dan mereka dihempas kekuatan
yang amat dahsyat, hembusan atau angin
pukulan yang membuat mereka terbanting
dan terguling-guling, pucat.
"Keparat!" nenek Yang-liu Lo-lo
melengking. "Kau sombong, Naga Gurun Gobi,
siapa takut padamu!" nenek ini meloncat
bangun dan memaki-maki namun saat itu Sam
hwesio dan Ji-hwesio berkelebat ke depan.1862
Dua pimpinan Gobi ini membentak nenek itu
agar sabar, menangkis dan kali ini mendahului
Peng Houw. Dan ketika nenek itu mencelat dan
terbanting lagi, bukan main kaget dan
marahnya maka dua hwesio itu mengangkat
tangan tinggi-tinggi sambil berseru, suaranya
tentu saja mengerahkan khikang, tenaga sakti.
"Tahan, dengar dan biarkan kami
bicara dulu. Kami dapat membunuh kalian
kalau mau, Yang-liu Lo-lo, lihat dan buka mata
kalian betapa kami banyak mengalah.
Dengarkan Naga Gurun Gobi Peng Houw
bicara!"
Nenek itu bergulingan, thi-kauw atau
sepasang gaetan bajanya menggigil hebat. Ia
tak mampu menahan kebutan dua hwesio itu
hingga terbanting, bukan main marahnya.
Akan tetapi karena hwesio itu mengangkat
tangan tinggi-tinggi dan seruan atau kata
katanya membuat tertegun.
Memang harus diakui bahwa lawan
banyak mengalah maka ia membentak
menghilangkan malu, suaranya melengking
dan tentu saja galak.1863
"Bicara apalagi, cepat dan tak perlu
membujuk. Kalian dan Kun-lun sama-sama
sombong, keledai gundul. Kalau Bi Wi Cinjin tak
memerahkan telinga kami tentu kami dapat
bersabar!"
"Omitohud " hwesio itu merangkapkan
tangan. "Kami tak merasa melakuan
kesombongan dan justeru sekarang kami
hendak bicara. Berhenti dan dengarlah kata
kata kami dan lihat Penasihat Bengcu akan
menjelaskan!"
Peng Houw melangkah maju dan sudah
membungkukkan tubuh di depan orang-orang
gagah ini. Dialah Penasihat Bengcu yang
dimaksud. Maka berkata dengan suara rendah
bahwa semua kata-kata itu benar, tak ada
kesombongan atau niat bersombong maka
Naga Gurun Gobi ini menunjukkan sikapnya
yang ramah namun keren, kewibawaannye
terasa sekali.
"Maaf, cuwi-enghiong terbawa
hasutan besar. Kami orang-orang Utara tak
pernah menyombongkan diri dan tak
bermaksud menyombongkan diri. Kalau ada1864
kesombongan yang terlihat itu bolehkah cuwi
tunjuk? Aku mewakili mereka untuk bicara
secara jujur dan terbuka, kesombongan
macam apa dan kesalahana apa yang kami
punya?"
"Dosa dan salahmu banyak. Kau
perebut Bu-tek-Cin-keng secara tidak sah, juga
menghukum dan menyiksa orang semena
mena!"
"Maksud Lo-lo?" Peng Houw terkejut,
nenek ini menyerangnya.
"Tak usah berpura-pura!" Yang-liu Lo-lo
melengking. "Yang kumaksud sudah jelas dan
gamblang, Naga Gurun Gobi, siapa lagi kalau
bukan Chi-taihiap yang terhormat. Kau licik
dan curang memfitnah saudara
seperguruanmu sendiri dan akhirnya
menghukum sewenang-wenang!"
"Omitohud!" Ji-hwesio kali ini berseru,
"Inilah kesalahpahaman dan ketidak
mengertian yang kau alami, Yang-liu Lo-lo, juga
sekalian orang gagah yang berada di sini. Kau
tertipu, justeru pemfitnah dan licik serta
curang itu adalah Chi Koan!"1865
"Tutup mulutmu!" nenek ini
membentak. "Aku tidak bicara denganmu
melainkan kepada yang bersangkutan. Coba
jawab apa yang kau berikan tidakkah Bu-te Cin
keng kau rebut secara tidak sah!" nenek ini
memandang Peng Houw dan tentu saja kata
katanya membuat terkejut dan marah. Peng
Houw menjadi semburat dan semakin merah
ketika Tong-bun-su-jin dan lain-lain
mengangguk. Mereka itupun berkata dengan
sikap keras bahwa pendekar itu tidak benar.
Inilah hasil kecerdikan Chi Koan ketika dulu
menghasut orang-orang itu di See-ouw-pang.
Akan tetapi ketika Peng Houw menarik napas
dalam-dalam dan berusaha mendinginkan
kepalanya, ia maklum betapa licik dan jahatnya
si buta itu maka ia menjura dan merangkapkan
tangan dengan halus menjawab semua ini
dengan tenang, sikap yang membuat orang
orang gagah itu tertegun.
"Cuwi salah, akan tetapi hal ini dapat
kumaklumi. Kalau cuwi menyebut-nyebut
kitab itu tolong jelaskan bagaimana aku
dituduh merebut. Kebetulan di sini ada1866
pimpinan Gobi yang tentunya lebih tahu dan
akan menjelaskan kepada kalian".
"Heh!" nenek itu masih galak. "
Merebut jelas tak perlu disangkal lagi, Naga
Gurun Gobi. Bukankah kitab itu seharusnya
jatuh ke tangan susiokmu Beng Kong Hwesio.
Setelah Lu Kong gurumu meninggal maka Beng
Kong Hwesio itulah yang berhak. Dan ketika ia
tiada maka sudah seharusnya Bu-tek-cin-keng
jatuh ke tangan muridnya, Chi Koan. Akan
tetapi kau merebutnya, serakah, dan kau
malah membuatnya buta. Apakah ini tidak
salah dan dosa besar namanya!"
"Omitohud, siapa yang mengatakan itu
kepada Lo-lo!" Sam-hwesio kali ini berseru dan
hwesio itu terbelalak lebar. Mudah diduganya
bahwa semua itu pastilah perbuatan Chi Koan.
Dari siapa lagi sumber berita ini kalau bukan
Chi Koan, Si licik yang cerdik. Akan tetapi
karena ia ingin mendengarkan sendiri dan Sin
Tong Tojin serta lain-lainnya tentu saja gusar
mereka marah membela Peng Houw maka
nenek itu tak tedeng aling-aling lagi,
melengking.1867
"Siapa lagi kalau bukan yang
bersangkutan. Chi Koan sendiri yang
menceritakannya kepadaku, keledai gundul,
juga kepada yang lain-lain ini. Tanya mereka!"
"Benar, perbuatan Naga Gurun Gobi
memalukan. Kau tak pantas menjadi pendekar,
Peng Houw, apalagi Penasihat Bengcu . Tindak
tanduk dan sepak terjangmu masih harus
banyak dinasihati!" sepasang kakek Naga
Menara, yang termasuk orang-orang keras dan
bertemperamen tinggi memekik galak pula.
Mereka membantu dan menguatkan Yang-liu
Lo-lo. Dan ketika Peng Houw merah padam
namun dapat mengendalikan dirinya maka
pendekar ini berkata dengan suara rendah,
jelas ia menahan dan mengendalikan
marahnya.
"Cuwi-enghiong boleh bicara apa saja,
akan tetapi semua itu tidak benar. Bu-tek-cin
keng memang seharusnya jatuh ke tangan
susiokku Beng Kong Hwesio, akan tetapi
karena ia jahat dan tidak berjalan di rel
kebenaran maka mendiang sesepuh Gobi tak
memberikannya. Untuk ini dapat cuwi1868
tanyakan langsung kepada dua Susiokku Sam
hwesio dan Ji-hwesio ini. Sedangkan merebut
Bu-tek-cin-keng tidaklah kulakukan dalam arti
memenuhi keinginan pribadi melainkan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semata menjalankan tugas mendiang guruku Ji
Leng Hwesio yang kitabnya dicuri Chi Koan.
Boleh tanya juga orang-orang ini. Dan terakhir,
menghukum dan menyiksanya bukanlah
keputusanku pribadi melainkan keputusan
para pimpinan Gobi dalam sebuah rapat
khusus, Ia buta karena kecurangannya sendiri
menyerang seorang, di antara kami, di saat
kami lengah!"
"Bohong!" tiba-tiba terdengar
lengkingan dahsyat. "Serang dan jangan
dengarkan orang-orang itu, Yang-liu Lo-lo.
Mereka penghasut dan pembicara ulung. Awas
jangan percayai mulutnya dan serang jahanam
itu!"
Chi Koan, si buta yang bertanding
kiranya mendengarkan percakapan ini terkejut
ketika orang-orang gagah berhenti dan suara
pertempuran menjadi hening. Beng San
memberi tahu padanya rombongan Naga1869
Gurun Gobi itu. Maka ketika ia terkejut dan
cemas, sepasang golok di tangan Boen Siong
tak mampu ditembusnya maka ia memekik
dan suaranya yang dahsyat menggelegar
bagaikan gunung roboh. Akan tetapi terdengar
tawa aneh. Di sebelah timur, di luar kelompok
yang bertanding tiba-tiba berkelebat bayangen
Seorang wanita. Tawa ini keluar dari mulutnya
sementara dari arah yang berlainan muncul
tawa lain, tawa yang serak parau. Dan ketika
dua tawa itu saling tekan dan tindih,
pemiliknya menambah kekuatan tawa mereka
maka yang wanita yang akhirnya menjerit dan
meluncur terbang tiba-tiba menghantam dan
menyerang si buta ini.
"Kaulah yang bohong dan pendusta
besar. Sekarang di tempat ini kedokmu
terbuka, Chi Koan. Kau buta jahanam yang
tidak berjantung. Kembalikan kesucianku" lalu
ketika wanita ini menabrak dan
menghempaskan dirinya, jatuh ke arah si buta
maka Chi Koan kaget sekali melempar tubuh.
Si buta dan wanita itu sama-sama bergulingan.
"Bress!"1870
Chi Koan terkejut bukan main karena
mengenal baik suara ini. Dan ketika ia
meloncat bangun sambil memutar tongkat,
Boen Siong berhenti menyambar-nyambar
maka orang kedua, laki-laki yang tertawa serak
parau itu menerjang pula sambil bercucuran
air mata. Semua orang terkejut dan berseru
tertahan mengenal laki-laki ini, terutama
murid See-ouw-pang.
"Dia. .dia So Hak-pangcu (ketua So
Hak)" Beng San terutama Chi Koan semakin
kaget saja. Memang benar laki-laki ini adalah
So Hak, sute atau adik seperguruan dari
mendiang Ning-pangcu, ketua See-ouw-peng
lama. Maka ketika si buta tertegun dan
berhenti memutar tongkatnya, begitu kaget
dan heran dia maka wanita cantik itu
meledakkan rambutnya, hampir saja
menghantam wajah si buta itu.
"Hi-hik, ke mana kau lari. Bayar seluruh
dosa-dosamu, Chi Koan, dan kembalikan pula
kesucianku... plak-tar!" rambut menghantam
muka akan tetapi untunglah si buta
menggerakkan tongkat. Ia mengelak dan1871
berseru kaget dan wanita itu terpental. Namun
ketika ia melengking dan menyambar lagi,
disusul laki-laki itu maka So Hak, tokoh See
ouw-pang ini tertawa dan menangis. la
menyerang namun kedua matanya
bercucuran,
"Kau, jahanam keji busuk. Kau
membunuh suhengku, orang she Chi, kau ma
nusia tak tahu budi. Kau, ah.... kubunuh kau!"
lalu ketika laki-laki ini menerjang dan
mencabut bulu singanya, yakni sejenis senjata
seperti hud-tim (bulu kebutan) maka laki-laki
itu dan wanita cantik ini menyambar-nyambar.
Chi Koan terkejut dan berubah.
"Beng San, hadapi dan bunuh mereka
ini!"
Beng San tertegun, bersinar-sinar.
Tiba-tiba ia melihat malapetaka dengan
hadirnya dua pendatang baru ini. So Hak laki
laki itu adalah orang yang dulu menghilang dari
See-ouw-pang. Justeru setelah menghilang
maka gurunya menjadi ketua di sana, tak
tahunya kini muncul dan di saat mereka
sedang berhadapan dengan lawan-lawan lihai.1872
Sedang wanita itu, siapa lagi kalau bukan Hong
Cu? la telah mendengar tentang wanita ini dari
suhengnye Siauw Lam. Kalung atau bandul di
leher itu adalah ciri khas murid Sin-hong-pang.
Maka ketika ia tergetar sementara gurunya
membentak lagi, munculah orang ketiga
seorang pria berkumis pendek maka pria ini
mengeluarkan cambuk lemasnya yang
berwarna kuning keemasan, gagang atau
kepalanya terukir gambar naga.
"Kau keji dan benar-benar tak
berperasaan. Kau membunuh dan meracun
suhengku untuk ambisi pribadimu, Chi Koan.
Tak henti-hentinya perbuatan jahat kau
lakukan. Kami menuntut tanggung jawab!" dan
cambuk yang meledak dan meliuk menyabet
gurunya akhirnya membuat Chi Koan terkejut
dan berubah-ubah. Sikap dan wajahnya tak
dapat disembunyikan lagi, apalagi ketika
murid-murid Sin-hong pang ataupun See-ouw
pang berhamburan mendekat.
"Ini. . ini enci Hong Cu! Ah, kau enci,
kenapa menyerang Chi-taihiap!"1873
"Benar, dan Hak-pangcupun
mengamuk. Ampun, apa artinya Semua ini,
pangcu, kenapa menyerang bengcu dan
pimpinan kami!"
"Kalian tertipu, jahanam ini membunuh
Ning-suheng. Akulah yang menggali dan
membawa mayat Ning-suheng, anak-anak. Dia
meracun dan membunuh Ning- suheng demi
membujuk dan menyeret kalian. Bantu dan
bunuh dia.. dess!"
Akan tetapi ketika tongkat berkelebat
dan menghajar tokoh See-Ouw-pang ini, laki
laki itu menjerit dan terlempar maka Chi Koan
membentak bahwa semua itu tidak benar.
Para orang gagah mulai goyah dan pucat.
"Tidak benar, bohong dan dusta belaka.
Orang ini kemasukan setan, anak-anak, ia
rupanya memihak. Utara. Serbu dan hadapi
kembali lawan-lawan kalian dan jangan
hiraukan tempat ini!"
"Hi-hik, bagaimana dengan aku!"
wanita baju putih itu melengking menyambar
nyambar. "Apakah akupun pendusta dan
pembohong besar, Chi Koan. Kau merenggut1874
kehormatanku dan menimpakannya kepada
orang lain. Hayo apa jawabmu kalau aku
sendiri yang menyangkal!"
Chi Koan terbelalak dan berkejap
kejap. Ia membentak dan menusukkan
tongkatnya akan tetapi Hong Cu dan laki-laki
itu mengelak. Mereka melempar tubuh
bergulingan ketika Hok-te Sin-kang
menyambar dari tangan kiri si buta itu. lalu
ketika mereka bangun dan tertawa-tawa ,
terutama Hong Cu gadis Sin-hong-pang ini
maka orang mengkirik melihat sikap dan kata
katanya. Gadis cantik ini rupanya miring berat.
"Kaupun membunuh suciku Siang
mauw Sian-li. Kau jahat menimpakannya
kepada orang lain, Chi Koan, akan tetapi biar
Naga Gurun Gobi tahu rasa. Kau, hi-hik
mampuslah!" rambut meledak dan
menyambar lagi namun terpental bertemu
ujung tongkat. Orang ketiga berupa pria gagah
berkumis pendek itu menyerang pula dengan
cambuk lemasnya, mula-mula tak banyak
orang kenal akan tetapi begitu ia mainkan ilmu
silatnya maka menyambar-nyambarlah1875
cambuk naga keemas-emasan. Inilah Kim
liong-pian Song Kam yang dulu membela dan
membantu Gobi mati-matian. Maka ketika Ji
hwesio berseru menyebut pria itu, juga murid
murid See-ouw-pang maka guncangan dan
rasa kaget semakin besar. Pendekar yang
mainkan cambuk lemas itu adaleh sute
mendiang pangcu mereka yang suka
mengembara.
"Bagus, dan sekarang penjahat ini
harus menerima hukuman. Kepung dan
keroyok dia dari tiga jurusan, sute, biar nona
Hong Cu dari belakang!"
"Keparat!" Chi Koan mengeluarkan
bentakan mengguntur, orang-orang yang
berada dekat berpelantingan. "Di mana kau,
Beng San. Bantu dan robohkan mereka ini atau
kaupun celaka!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi Beng San sudah ?ihadang
kakak beradik Siao Yen. Pemuda ini tak sempat
meloncat ketika tahu-tahu kakak beradik itu
mengepungnya. Po Kwan bersinar-sinar
sementara adiknya mengejek, pemuda itu tak
mungkin lari lagi. Dan ketika pemuda ini1876
tertegun dan bingung, gurunya kembali
membentak maka Beng San berkelebat dan
coba menembus kepungan kakak beradik ini.
"Teecu dihalangi Siao Yen dan
kakaknya. Bunuh dan cepat robohkan mereka
itu, suhu. Teecu akan menggerakkan anak
buah teecu. Suhu gerakkan orang-orang gagah
itu!"
Chi Koan gelisah. Mendadak ia
melengking dan henggerakkan tongkat
sementara tangan kirinya mendorong ke
depan. Serangkum angin dahsyat menyambar
tiga orang itu dan mereka mengelak.
Akan tetapi ketika Hok-te sin-kang
mengurung dan inilah yang membuat kaget,
tongkat menyambar dari atas maka Hong Cu
maupun So Hak berteriak penuh kaget, wajah
mereka pucat.
"Dukk! " akan tetapi bayangan putih
berkelebat dan Boen Siong tahu sudah
memasuki pertandingan ini. la mengerahkan
Lui-cu-sin-hwe-kangnya hingga si buta
terpekik. Hok-te Sin-kang yang hanya separoh
terpental, si buta bahkan terpelanting. Dan1877
ketika Chi Koan bergulingan dan marah sekali,
berseru pada orang-orang gagah itu untuk
menyerang dan mengeroyok pemuda itu maka
Beng San yang telah bersuit dan memanggil
anak buahnya membuat orang gagah tertegun.
Ada keganjilan yang baru kali ini
mereka rasakan, sifat penakut dan amat
gelisah dari bengcu mereka!
"Maju, jangan bengong saja. Serang
dan bunuh lawan-lawan kita, cuwi-enghiong.
Lepaskan aku dan muridku dari kurungan!"
Aneh, si buta mengiba. la menggigil dan
gemetar sementara tongkat di tangan terasa
tak tetap. Si buta pucat dan ketakutan melihat
Hong Cu dan dua orang itu. Dan ketika semua
ini membuat orang gagah tertegun, ,mereka
merasa semakin goyah lagi maka tongkatnya
tiba-tiba dilepas menghantam So Hak, tangan
kiri bergerak dan meledakkan granat besi.
"Awas!"
Teriakan Boen Siong tak berhasil
menolong. Laki-laki See-ouw-pang itu menjerit
dan roboh terkapar. Begitu cepat dan kuatnya
tongkat itu menyambar, lehernya tertembus.1878
Dan ketika semua orang menjadi gempar dan
ribut, Chi Koan membunuh lawannya itu maka
sebuah granat menyambar lagi dan kali ini ke
arah Hong Cu.
"Dar-dar!"
Boen Siong berjungkir balik dan
menyambar wanita ini. Untunglah ia bergerak
cepat dan waspada menyentak wanita itu.
Hong Cu terangkat dan dilempar berjungkir
balik ke kiri. Dan ketika asap menebal
sementara suasana menjadi hiruk-pikuk,
keadaan benar-benar gaduh maka si buta
melayang ke arah muridnya dan menghantam
kakak beradik itu dengan pukulannya.
"Kita pergi!"
Siao Yen dan kakaknya terkejut.
Mereka mengelak dan menangkis akan tetapi
si buta menyambar muridnya. Orang-orang
gagah terpecah, Tong-bun-su-jin dan kawan
kawan menjublak di tempat sementara anak
buah Beng San menerjang dan mencari
selamat. Mereka adalah orang-orang yang
selama ini di bawah kekuasaan Beng San,
golongan penjahat atau orang-orang hitam1879
yang hanya berkat jaminan guru dan murid
dapat berbaur dengan orang-orang gagah itu.
Maka ketika keadaan mengancam mereka
sementara si buta dan muridnya itu dalam
bahaya, jelas hadirnya Naga Gurun Gobi dan
puteranya membuat panik, ditambah lagi gadis
Sin-hong-pang dan tokoh See-ouw-pang yang
telah dibunuh itu, keadaan menjadi demikian
berbahaya maka orang-orang golongan hitam
ini mencari selamat sendiri-sendiri dan watak
curang serta ngawur mereka menjadikan
mereka menyerang siapa saja, termasuk Tong
bun-sujin dan kawan-kawannya itu!
Meledaklah kemarahan dan rasa malu
orang-orang gagah ini. Tak mereka sangka
bahwa bengcu yang mereka agung-agungkan
itu melarikan diri. Chi Koan tak lagi
memperdulikan nasib mereka dan
dibiarkannya mereka sendiri-sendiri. Pimpinan
macam apa itu! Maka ketika orang-orang
golongan hitam itu menyerang mereka dan
juga tosu-tosu Kun-lun, sesungguhnya orang
orang gagah ini sudah merasa tak senang akan
sepak terjang mereka maka serangan1880
membalik dan kasar dari orang-orang sesat itu
menjadikan mereka gusar, apalagi ketika
berkelebat bayangan-bayangan lain dan
seorang kakek bongkok dan wanita berambut
riap-riapan menolong si buta, terkekeh dan
tertawa-tawa. Ledakan dan granat-granat
tangan membuat asap tebal berhamburan.
"Heh-heh, keadaanmu sungguh sulit.
Jangan takut, Chi Koan, kami datang
membantu!"
"Benar, asal tahu sama tahu
kuselamatkan dirimu. Hi-hik, gadis Sin-hong
pang dan laki-laki itu menyusahkanmu, Chi
Koan. Akan tetapi aku di sini dan jangan
takut.... tar-tar!" wanita berambut riap-riapan
itu, yang berkelebat dan muncul bersama si
kakek bongkok membuat orang-orang gagah
terbelalak dan semakin kaget saja. Mereka
mengenal wanita itu sebagai Kwi-bo, satu di
antara Tujuh Siluman Langit yang masih hidup.
Dan ketika dengan rambutnya wanita ini
menyabet dan menyambar-nyambar siapa
saja, meliak-liukkan tubuh dan akhirnya
menggoyang seluruh lekuk-lengkungnya maka1881
Thian-mo-bu (Tarian Hantu Langit) yang tidak
senonoh itu dikeluarkan. Wanita ini
beterbangan dengan pakaian yang akhirnya
lepas satu persatu! Ilmu silat yang tentu saja
memukau akan tetapi aneh dan menjijikkan!
Terdengarlah pekik dan lengking
kecewa orang-orang gagah. Begitu mereka
menyadari telah tertipu maka orang-orang
gagah ini menjadi beringas. Mereka begitu
malu dan marah terhadap Chi Koan. Bengcu
mereka itu kiranya siluman berbulu domba.
Maka ketika orang-orang ini memekik dan
menerjang marah, menyambut atau
membalas orang-orang sesat itu maka bekas
teman menjadi musuh akan tetapi Tong-bun
su-jin dan kawan-kawan mencari si buta.
"Cari dan tahan dulu orang she Chi itu.
Minta pertanggungjawabannya betulkah
semua itu dia lakukan!"
"Benar, cari dan tuntut dia. Kita tertipu,
kawan-kawan. Kita harus malu kepada diri
sendiri!"
Bentakan dan riuh-gaduh menjadi satu.
Chi Koan dicari-cari akan tetapi Si buta lenyap.1882
, la telah memberi tanda kepada Kwi-bo dan
Ban-tok Wi Lo kakek bongkok itu keluar.
Memang ia telah menyiapkan ini di balik
punggung, secara diam-diam. Maka ketika ia
menyambar muridnya dan Beng San inilah
tumpuannya, ia pucat dan gelisah maka si buta
mengajak muridnya melarikan diri.
Akan tetapi Kun-lun rupanya dikepung.
Seluruh parit tiba-tiba dibuka. Maka ketika
Beng San melompat namun berhadapan
dengan lubang-lubang menganga, inilah siasat
Bi Wi Cinjin menjebak musuh maka pemuda itu
terkejut karena hampir saja kakinya terpeleset.
Nyaris gelincir!
"Apa, kenapa jatuh. Jalanan apa yang
kita lalui, Beng San. Kenapa berlubang
lubang!"
Beng San kagum. Gurunya telah
mencabut sebatang tongkat lain di balik
punggung bajunya, dengan tongkat itu
meraskan jalanan berlubang-lubang. Maka
ketika ia menjawab bahwa seluruh kaki
gunung dihadang parit besar, mereka harus
berhati-hati maka Chi Koan terkejut1883
mengerutkan kening. Dan saat itu seseorang
berkelebat di depan mereka, seorang laki-laki
tinggi kurus bermata tajam, laki-laki yang tak
dikenal Beng San yang usianya sekitar
limapuluh tujuh tahun.
"Berhenti sebentar, aku hendak
bertanya. Di mana pemuda bernama Siauw
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lam, anak muda. Aku hendak minta
pertanggungjawabannya dan kenapa kalian
melarikan diri."
"Keparat!" Beng San membentak dan
mendorong kakek itu. "Pergi kau,tua bangka,
kami tak ada urusan denganmu dan jangan
macam-macam di sini!"
Akan tetapi pemuda itu terkejut. Kakek
itu mengelak dan menyambut dorongannya
dan Beng San berseru tertahan. Soan-hoan
ciang, ilmu pukulannya itu tertolak. Dan ketika
ia terdorong dan otomatis berhenti, ia tak
mengerahkan Hok-te Sin-kang maka kakek itu
berdiri tegak dengan mata mencorong tajam,
kini wajahnya membesi dan gelap.
"Hm, kau dan gurumu sama saja.
Berhenti dulu dan bicara baik-baik, anak muda,1884
baru boleh pergi. Aku bertanya dimana
suhengmu Siauw Lam dan kebetulan gurumu
di sini. Aku menuntut tanggung jawab!"
Beng San dan gurunya terkejut. Mereka
seharusnya cepat-cepat meninggalkan Kun-lun
akan tetapi dihadang seorang pengganggu. Chi
Koan merasakan keterkejutan muridnya tadi.
Maka ketika ia tersenyum dan merangkapkan
tangan, mendorong muridnya mundur maka
inilah kelicikan si buta yang membuat lawan
menjadi lengah. Kata-katanya manis dan halus
akan tetapi tongkat di tangan tiba-tiba
menyambar.
"Maaf , siapakah sobat. Kau agaknya
sudah mengenal kami dan benar Siauw Lam
adalah suheng muridku ini. Ada urusan apa
dan terimalah salam hormatku". lalu ketika
orang tertegun melihat dan mendengar tutur
katanya yang ramah, inilah sandiwara Chi Koan
Pendekar Kembar 14 Rahasia Dedengkot Pendekar Naga Putih 19 Asmara Di Ujung Rumah Gema Hollow Karya Agatha Christie
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama