Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 18
yang memang baik sekali maka saat itulah
tongkatnya menyambar dan orang itu
berteriak melempar tubuh bergulingan.
Pundak kirinya masih terpukul.
"Bukk!"1885
Untunglah orang itu memiliki sinkang
kuat dan si buta tertegun. la gagal membunuh
lawannya ini sekali gebrak. Kakek itu mengeluh
dan bergulingan meloncat bangun. Dan ketika
Beng San juga kagum kakek ini menyelamatkan
dirinya, hendak menyusul namun gurunya
menahan maka terdengar lengking seorang
gadis dan Lan Lan, puteri Lam-hai-kong-jiu itu
muncul.
"Ayah!"
Beng San tegun. Tadinya ia girang dan
berseri melihat datangnya gadis itu. inilah satu
di antara sekian gadis yang disukanya. Akan
tetapi ketika gadis itu menyebut "ayah" dan ia
tentu saja terkejut, juga gurunya maka kakek
itu melompat bangun dan menuding. Lan Lan,
gadis ini tersedu mendekap lengan ayahnya
yang lain.
"Kau, benar-benar keji dan tak tahu
malu. Begini kiranya watak aslimu, orang she
Chi. Telah kudengar akan tetapi sekarang
kubuktikan sendiri. Dan kau seorang bengcu
pengkhianat, meninggalkan kawan-kawan
untuk menyelamatkan diri sendiri. Bayar dosa-1886
dosamu!" lalu ketika kakek ini membentak dan
mendorongkan tangannya, serangkum angin
menyambar maka Chi koan tertawa aneh dan
menggerakkan tangan kirinya.
"Dess!"
kakek itu bergoyang dan akhirnya
terpelanting. Si buta mengerahkan Hok-te Sin
kangnya dan biarpun setengah bagian saja
akan tetapi tetap saja hebat. Memang si buta
ini lihai. Akan tetapi ketika ia menggerakkan
kedua telinganya menangkap gerakan-gerakan
orang, si buta mendengus maka ia menyambar
muridnya berkelebat pergi.
"Musuh datang!"
Beng San mengangguk. Iapun melihat
bayangan-bayangan itu, Naga Gurun Gobi dan
ketua-ketua partai. Maka tak tinggal diam dan
mengikuti gurunya iapun menahan
kekecewaannya akan puteri Lam-hai-kong-jiu
itu. Kakek itu kiranya adalah Si Tangan Kosong
yang lihai dari Laut Selatan!
Akan tetapi dua bayangan kuning dan
hijau berkelebat. Siao Yen dan kakaknya
muncul. Dan ketika dua muda-mudi itu1887
membentak menyerang mereka, Beng San
kaget maka Lam-hai-kong-jiu dan puterinya tak
membiarkan musuh-musuhnya ini.
"Berhenti, pertanggungjawabkan dulu
perbuatan-perbuatan kalian. Jangan pengecut
dan melarikan diri, Beng San, kau dan gurumu
harus menerima hukuman!"
Beng San menangkis dan si buta Chi
Koan juga menggerakkan tongkat. Guru dan
murid menjadi marah dan keduanya terpental.
Akan tetapi karena saat itu Lam-hai-kong-jiu
menyambar dan membentak dua orang ini,
Lan Lan menangis dan mencabut tusuk
kondenya maka Chi Koan dan muridnya
semakin marah.
"Plak-dukk!"
Lam-hai-kong-jiu bergulingan aan
tetapi kakek gagah ini meloncat bangun. la
merasa tak sekuat tadi karena agaknya si buta
kelewat gentar. Musuh-musuh datang dari
empat penjuru. Maka memekik dan
menyerang lagi, Po Kwan dan adiknya
berkelebatan menyambar-nyambar maka si1888
buta tak dapat melarikan diri sementara itu
Peng Houw dan kawan-kawan muncul.
"Keparat!" Chi Koan melengking
dahsyat. "Bunuh dan robohkan mereka, Beng
San. Ledakkan ini!"
Beng San menerima granat tangan dari
gurunya. la pucat melihat orang-orang itu
datang dan wajahnya menjadi gentar melihat
sikap bengis para ketua partai. Sin Tong Tojin
dan Ko Pek Tojin tampak marah besar sementa
Naga Gurun Gobi Peng Houw berwajah gelap.
Sepasang mata pendekar itu mencorong. Dan
ketika ia melihat betapa berbahayanya
keadaan dirinya, agaknya ia dan gurunya tak
mungkin selamat maka timbullah semacam
rasa takut hebat, ragu melepas bahan peledak
itu dan Chi Koan membantingnya dengan
marah. Si buta membuat asap tebal dan musuh
dipaksa mundur. la memaki-maki muridnya.
Dan ketika kesempatan ini ?igunakan untuk
melarikan diri, Beng San gemetar di samping
gurunya maka ia bertanya tidakkah sebaiknya
mereka menyerah saja.1889
"Menyerah?" gurunya membanting
tongkat.
"Kau gila, Beng San, tidak berotak. Apa
yang mereka lakukan kalau kita menyerah.
Hidup atau mati kita tetap dicincang!"
"Akan tetapi maksudku berpura-pura
saja".
"Tutup mulutmu, mereka bukan anak
kecil. Sekali kita dilucuti maka habislah
semuanya. Tidak, lari dan bawa aku ke See
ouw-pang!"
"Suhu hendak kembali?"
"Ya, kembali, Beng San, di sana ada
sesuatu yang telah kusiapkan. Bawa aku ke
sana dan kita berlindung!"
Pemuda itu tertegun. la berdebar
mendengarkan kata-kata gurunya ini namun
rasa takut masih mencekam. la tak yakin
gurunya ini mampu lolos. la bergidik oleh
kelihaian Boen siong. Betapa hebatnya itu!
Dan ketika ia mulai ragu dan setengah
setengah, parit dan lubang-lubang jebakan
dilompati hati-hati maka Chi Koan lega1890
merasakanja menurun. Kun-lun agaknya
benar-benar ditinggalkan.
"Kita kerahkan Lui-thian-to-jit, terbang
secepatnya!"
Beng San tak banyak cakap. la
mengangguk dan mengerahkan ilmu lari
cepatnya itu dan sang suhu semakin berseri
seri, tak ada musuh mengejar atau suara-suara
di belakang. Akan tetapi ketika belasan sinar
putih berkeredep menyambar mereka, Beng
San terbelalak dan pucat maka ia mengelak
dan lupa memberi tahu gurunya. Belasan hui
to terbang menyambar tanpa suara dan di
sebelah kanan mereka tiba-tiba muncullah
Boen Siong
"Augh!" si buta menjerit dan
terpelanting. Satu dari belasan hui-to itu
menancap di bahunya dan si Buta kaget bukan
main. la tak mendengar desir senjata rahasia
itu, atau mungkin karena ia terlampau tegang
dan gelisah! Dan ketika ia bergulingan
meloncat bangun sementara Boen Siong
berkelebat dan membentak dua orang ini1891
maka di tepi parit lebar di kaki gunung pemuda
ini menghadang gagah.
"Berhenti, ke mana kalian lari.
Pertandingan kita belum berakhir, orang she
Chi. Menyerah baik-baik atau aku merobohkan
kalian!"'
Bukan main marahnya si buta. la
melempar granat tangannya lagi namnun Boen
Siong menghilang. Ia berteriak sia-sia dan saat
itu muridnya ikut lenyap.
Chi Koan kaget. Akan tetapi ketika
tangannya disentuh dan Beng San muncul
lagi, si buta menjadi panik maka ia
memaki muridnya kenapa tak memberi tahu
datangnya pemuda itu.
"Jahanam, apa yang kau lakukan. Pergi
dan bawa aku ke See-ouw-pang, Beng San,
cepat sebelum terlambat!"
Beng San mengangguk, akan tetapi
sinar matanya berubah aneh. la berkelebat
dan lari membawa gurunya akan tetapi musuh
sudah menyebar di mana-mana.
Hampir di setiap kaki gunung ada tosu
tosu Kun-lun, bahkan Tong-bun-su-jin dan1892
kawan-kawan juga di situ! Dan ketika Beng San
terkejut dan memberi tahu gurunya, Si buta
berubah maka Boen Siong menyambar lagi
mengejutkan dua orang ini. "Berhenti, ke
mana kalian lari. Menyerah dan bersikaplah
baik-baik, orang she Chi. Dihukum lebih baik
daripada terbunuh!"
Si buta memekik dan melempar granat
tangannya lagi. Boen Siong menghilang dan
asap tebal memberi kesempatan mereka lagi,
Beng San membawa gurunya lari. Akan tetapi
ketika di bawah gunung tak ada satupun
tempat kosong, bahkan Yang-liu Lo-lo memakiKabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maki dan berada di antara mereka maka Beng
San semakin gundah lagi dan keinginannya
menyerah diulang dua kali. AKan tetapi
gurunya berhenti dan tiba-tiba
menghantamkan tongkat.
"Mampus dan serahkan diri sendiri saja
kalau begitu!"
Beng San pucat. Ia berhasil mengelak
serangan gurunya akan tetapi wajahnya sudah
berubah gelap. Ia mulai marah kepada gurunya
ini. Dan ketika ia ingat betapa gurunya pernah1893
hendak membunuhnys, yakni ketika ia
menawan Siao Yen maka hampir saja pemuda
ini membalas dan menyerang gurunya!
(Bersambung jilid XXXI.)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Kabut Di Telaga See Ouw - Jilid 301894
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXXI
*
* *
AKAN tetapi sesuatu masih
mengingatkannya. Ia bergumam dan meminta
maaf dan membawa gurunya ke sebelah timur.
Di sini ia melihat sebuah celah di antara parit
parit lebar. Maka ketika ia bergerak sementara
gurunya semakin gugup, juga tentu saja marah
maka gurunya bertanya apakah ia menuju See
ouw-pang
"Ya, teecu (aku) berusaha
membawamu ke sana. Akan tetapi
bersembunyi dulu di suatu celah, suhu. Teecu
melihat persembunyian baik untuk kita
menyelamatkan diri. Delapan penjuru telah
dikepung musuh."1895
"Dan di mana Boen Siong? Pemuda
keparat itu tak kelihatan?"
"Tidak. suhu, ia tak kelihatan."
Si buta dibawa muridnya ke celah di
antara parit-parit lebar itu. Teriakan dan
bentakan di delapan penjuru hilanglah sudah
dan Chi Koan lega. Paling tidak kini ia merasa
tenang. Dan ketika Beng San memasuki celah
itu dan langsung mengajak gurunya
bersembunyi, kedua matanya yang tajam
segera girang bahwa tempat ini adalah sebuah
guha panjang maka ia melepaskan gurunya itu
dan duduk bersila. Pemuda inipun merasa
tegang dan gelisah sementara gurunya juga
berhenti di situ sambil miringkan kepala.
"Hm , ada bunyi air," si buta tiba-tiba
berkata. "Lihatlah dan periksa bunyi air itu ,
Beng San. Tempat ini tidak sekedar celah!"
Beng San kagum. Memang ia belum
memberi tahu gurunya bahwa celah yang
mereka masuki ternyata adalah sebuah guha.
Bagian depan begitu sempit hingga cukup
untuk seorang saja. Maka ketika ia bangkit dan
berkata bahwa itu adalah sebuah guha, di1896
bagian dalam ternyata luas maka pemuda ini
menajamkan telinganya dan akhirnya
mengakui bahwa di bagian belakang, empat
lima tombak dari situ terdengar bunyi air
seperti sungai mengalir. Beng San melompat
dan memeriksa tempat itu dan terkejut. Di luar
sana, di bawah ternyata terdapat sebuah
tempat curam yang amat mendebarkan.
Seratus meter di bawah itu terdapat sungai
bawah gunung, jernih dan berkelak-kelok akan
tetapi bukan main mengerikannya. Sungai itu
tampak kecil bagai seekor ular melenggak
lenggok, ?irnya berkilauan dan belakang guha
ini ternyata jurang. Diatas guha itu mendapat
cahaya yang cukup, kiranya dari muka dan
belakang sama-sama bercelah. Dan ketika
Beng San tertegun dan gurunya memanggil, ia
berkelebat ke depan maka gurunya bertanya
apakah betul suara air itu. Pemuda ini menelan
ludah sebelum menjawab.
"Betul, sungai kecil di bawah.
Pendengaranmu tajam, suhu. akan tetapi apa
sekarang yang hendak kau lakukan. Rasanya
tempat ini cukup aman."1897
"Hm, berapa kedalaman sungai itu,
maksudku berapa tingginya dari tempat ini?"
"Sekitar seratus meter," pemuda itu tak
berani berbohong.
"Dan kita masih tetap di wilayah Kun
lun?" Belum keluar sama sekali?'
"Betul, suhu, di delapan penjuru kaki
gunung terdapat banyak musuh, kita belum
keluar."
"Kalau begitu istirahat dan siapkan
jarum-jarum atau pisau rahasiamu. Begitu
malam tiba kita tinggalkan cepat tempat ini!"
Chi Koan memikirkan sesuatu dan
menyambung, "Eh, mungkinkah dari belakang
itu musuh masuk!"
"Hm , rasanya tak mungkin. Di bawah
sana adalah tebing yang curam dan licin, suhu.
Hanya manusia bersayap yang mampu
memasuki tempat itu."
"Bagus, kalau begitu sekarang
beristirahat. Kita menjaga masing-masing di
kiri kanan pintu guha, bersembunyi!"
Beng San mengangguk. Memang tak
ada lain jalan bagi mereka setelah berada di1898
tempat itu. Celah itu hampir tak kelihatan
sementara orang-orang kang-Ouw itu tak
mungkin tahu. Yang tahu hanya tosu Kun-lun,
begitu tentunya. Maka ketika ia duduk dan
bersila seperti gurunya, mereka harus
beristirahat dan memulihkan tenaga maka
beberapa jam kemudian mataharipun
condong ke barat. Suara atau bentakan orang
orang kang-ouw sudah betul-betul bersih. Dan
ketika dua orang ini bersila sambil menantikan
malam tiba, masing-masing dengan pikiran
dan perasaan berbeda maka sejenak keduanya
melupakan kebisingan dan Chi Koan sudah
mulai berseri karena sejauh itu keadaan
mereka selamat!
***
Menjelang matahari terbenam Beng
San membuka mata. Dialah yang lebih dulu
merasakan kegelapan itu. Celah guha sudah
temaram sementara sebentar lagi keadaan
guha akan benar-benar gelap. Dalam bersila
tadi ia dipenuhi bermacam pikiran, banyak1899
sekali hal-hal yang mengganggu. Meka ketika
matahari sudah mulai bersembunyi di balik
gunung ia membuka mata dan hati-hati
memandang gurunya maka pemuda ini tak
berani sembrono dengan menduga gurunya
lelap. Telinga gurunya ini terlampau tajam dan
ia harus waspada.
"Suhu...!"
Benar saja sang suhu bergerak. Chi
Koan menggerakkan kelopak matanya dan itu
cukup bagi pemuda ini. Beng San bangkit dan
mengebutkan bajunya. Dan ketika sang suhu
bertanya apa yang hendak ia katakan maka
pemuda ini menjawab bahwa ia ingin
menengok keadaan.
"Teecu ingin keluar, memeriksa, boleh
atau tidak."'
"Hm, malam sudah mulai tiba?"
"Benar, suhu, akan tetapi belum gelap
benar. Teecu akan menyelidiki dan melihat
apakah suasana aman benar."
"Baik. akan tetapi bersama aku!" sang
suhu tiba-tiba bergerak dan mencelat di atas
pundaknya. "Kalau keadaan aman langsung1900
saja lari, muridku. Kita berdua harus cepat ke
See-ouw-pang!"
Pemuda ini tertegun, merah. Sang suhu
sudah berada di pundaknya dan tongkat itu
siap diputar. Kalau sudah begini maklumlah dia
bahwa sang suhu tak mau ditinggal. Bahkan ia
mungkin dicurigai, maklum, dua kali ia
menyatakan ingin menyerah. Maka mendelik
namun tak terlihat gurunya, diam-diam
mengepal tinju maka apa boleh buat pemuda
ini berkelebat keluar dan membawa gurunya
serta. Gurunya terlampau tajam dan pandai
menilai keadaan!
Beng San berdebar tegang setelah di
luar. Sekeliling sudah terasa gelap dan sunyi
Sunyi saja. Akan tetapi karena itu masih
wilayah Kun-lun dan ia harus berhati-hati, ia
harus menahan kemarahannya maka
melompat dan berindap dicelah bebatuan
segera pemuda ini mecari jalan keluar. Bintang
dan bulan sepotong memberi cahaya. Akan
tetapi gurunya tiba-tiba menekan pundaknya.
la disuruh berjongkok dan saat itu suhunya
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
miringkan kepala. Hampir lima detik kemudian1901
terdengarlah suara orang bercakap-cakap. Dan
ketika pemuda ini terkejut namun kagum,
gurunya benar-benar memiliki telinga luar
biasa maka berkelebatlah bayangan tiga orang
dan Yang-liu Lo-lo serta sepesang kakek Naga
Menara muncul.
"Keparat, benar-benar terkutuk. Kita
telah dipermalukan dan ditipu habis-habisan
oleh si buta itu, Siang-liong-tah, dan sekarang
mereka bersembunyi. Jahanam benar sampai
sedemikian lama kita tak menemukan jejaknya
juga. Tak mungkin ia lolos!"
"Benar, dan kita salah lahir batin
terhadap orang-orang Utara. Kita tertipu dan
terkecoh habis-habisan, Lo-Lo, akan tetapi
jahanam itu tak mungkin lenyap. Bi Wi Cinjin
telah menjamin kita bahwa tempat ini
terkepung rapat. Hanya kalau ia mempunyai
sayap dan terbang lewat atas barulah
selamat!"
Tiga orang itu lewat dan mereka
mengutuk serta memaki Chi Koan. Beng San
mendengarkan dengan mulut tertawa dan
hampir ia menyerang. Akan tetapi ketika1902
gurunya menekan dan kembali menyuruhnya
merunduk. saat itulah lewat empat bayangan
lain maka Tong-bun-su jin berkelebat pula.
Mereka inipun mengumpat dan mencaci-maki.
"Sial, ke mana mereka lari. Lebih dari
empat jam kita meronda, suheng, akan tetapi
si buta dan muridnya itu tak kelihatan. Masa
mereka lolos!"
"Tak mungkin, Bi Wi Cinjin menjamin.
Naga Gurun Gobi dan puteranya juga berkata
seperti itu, su-te (adik keempat), ia tak
mungkin lolos. Kita sudah diberi tanda dan
masing-masing akan segera tahu. Bersabarlah
dan ia pasti tertangkap!"
"Dan kita telah berdosa terhadap Naga
Gurun Gobi dan lain-lainnya itu. Si buta itu
benar-benar iblis dan jahanam sekali, suheng.
Mati dicincang-cincang pantas sekali
untuknya!"
'Ya, dan aku akan mengerat dagingnya
sedikit demi sedikit, lalu kupotong lidah dan
ujung hidungnya!"
Chi Koan menjadi merah dan empat
orang itu lewat dengan cepat. Untunglah1903
mereka terlindung di balik batu besar akan
tetapi kalau kegelapan tak membantu mereka
pasti mereka ketahuan juga. Persembunyian
mereka dapat diketahui dari arah lain. Dan
ketika Beng San tertegun akan tetapi
tersenyum mulutnya, sang guru mengerotkan
gigi maka ia bertanya apakah empat orang itu
perlu dikejar.
"Tidak," akan tetapi gurunya
menggeleng. "Berbalik dan cari tempat lain
saja, muridku, kita buktikan benarkah tempat
ini masih dikepung musuh."
"Tidak kita susul dan tangkap mereka
saja? Mereka menghinamu, suhu, tangkap dan
dihajar. Teecu ingin membunuhnya."
"Tidak perlu, masih ada lain
kesempatan. Berbalik dan cari tempat lain
saja!"
Beng San mengangguk dan berkelebat
membawa gurunya ke tempat lain. Di bawah
sinar bulan dan bintang-bintang di langit iapun
bergerak ke kiri. Akan tetapi ketika gurunya
mengetuk dan kembali menyuruh ia
membungkuk, lewatlah bayangan-bayangan1904
lain maka ketua Ui-eng-pang dan Pek-lian
pang muncul. Mereka inipun mencaci-maki
dan mencari gurunya.
"Hm, ke kanan! " gurunya akhirnya
berseru. "Ternyata tempat ini benar.-benar
dikepung rapat, muridku, akan tetapi kita
harus mencari yang terlemah!"
Beng San setuju. Dengan hati khawatir
namun harus dikerjakan iapun ke kanan
mencari lubang keluar. Berturut-turut Yang-liu
Lo-lo dan lain-lain berkelebatan. Dan ketika
akhirnya ia menahan napas bahwa di empat
penjuru sama saja, di kanan terdapat tosu-tosu
Kun-lun sementara muka dan belakang
berdirilah Lo-han-hok-houw dan lain-lain maka
di sini ia berhenti. Satu dari empat kepungan
harus diterobos.
"Sekarang bagaimana menurut suhu.
Kembali ke guha atau menerobos mereka".
"Hm. mana yang terlemah menurut
pendapatmu."
"Tosu-tosu Kun-lun, suhu, akan tetapi
mereka itu beranting. Sekali ada yang berteriak1905
tentu memanggil yang lain. Dan merekapun
tepat di jalanan umum menuju puncak."
"Kalau begitu Lo-han-hok-houw itu
saja, akan tetapi selidiki benarkah ia sendirian
saja, maksudku apakah ia tak bersama
seseorang dari para tokoh yang dapat
membahayakan kita!"
Beng San menahan debaran hatinya. Lo
Han-hok-houw si Buddha Penakluk Harimau
itu berada di barat. la tadi terlihat hanya
dengan orang-orang kang-ouw biasa saja,
artinya tak ada para tokoh yang dapat
membahayakan mereka. Maka berkelebat dan
menyelinap ke sini, benar saja hanya kakek
gemuk pendek itu disertai belasan orang tak
berarti maka pemuda ini berhenti dan melihat
keadaan di depan, berbisik.
"Hanya kakek itu saja. Akan tetapi yang
sulit jalan keluarnya, suhu. Ada jurang di depan
sana."
"Kau dapat melompati?"
"Dapat, suhu, asal tak mendapat
serangan".
"Bagus, coba berapa lebar jurang itu."1906
"Sekitar sepuluh tombak."
"Dan berapa musuh yang ada di tempat
ini".
"Sekitar duapuluh, akan tetapi hanya
kakek itu yang berbahaya."
"Sekarang alihkan perhatian mereka,
robohkan sebatang pohon dengan timpuk-an
yang kuat!"
Beng San berseri. Gurunya telah
memberinya sepotong batu kecil sebesar
telapak tangan. Batu ini tajem sekeliling
tepinya dan tepat sekali dipakai menimpuk.
Sekali digunakan tak ubahnya piring gergaji.
Maka. ketika, menerima dan cepat
menimpukkan itu, batu berputar dan
menyambar seperti gasing maka terjadilah
ribut-ribut ketika pohon di belakang
kerumunan orang-orang itu terpotong dan
roboh. Suaranya berisik.
"Cepat bergerak dan lompati jurang itu.
Timpuk lawanmu begitu melihat!"
Beng San tak perlu diulang kedua kali.
Begitu Lo-han-hok-houw dan kawan-kawan
berhamburan ke pohon yang tumbang itu1907
maka secepat itu pemuda ini melesat dan
berjungkir balik. Kakek itu menjaga tepi jurang
namun kini meninggalkannya. Akan tetapi
karena Lo-han-hok-houw bukanlah tokoh yang
gampang diperdayai, kakek ini melompat akan
tetapi tangan kirinya tiba-tiba bergerak
melepas sebuah panah api maka saat itu pula
ia tetap memperhatikan tepi jurang dan
bayangan pemuda ini tentu saja terlihat,
begitu pula gurunya yang berada di atas
pundak.
"Heii, itu!"
Akan tetapi Chi Koan mendahului
muridnya. Meskipun ia telah memberikan
sebutir batu kepada muridnya lagi akan tetapi
di tangan kiri si buta ini terdapat batu-batu
lain. Suara Lo-han-hok-houw dapat ditangkap
arahnya. Maka ketika muridnya berjungkir
balik dan teriakan itu didengar yang lain, saat
itu pula batu hitam menyambar kakek gemuk
pendek ini maka Lo-han-hok-houw berteriak
ngeri ketika tiba-tiba roboh, apalagi ketika
Beng San juga menyambit dan mematuhi
pesan gurunya tadi.1908
"Crep-crep" dua batu susul-menyusul
menancap di tubuh kakek ini dan kakek itu
terpelanting. Panah apinya melesat ke atas
dan ini tak dilihat Chi Koan. Hanya Beng San
itulah yang tahu. Namun karena pemuda ini
tak perduli dan saat itu ia telah berjungkir balik
di atas jurang, diam-diam timbul niat keji untuk
mendorong gurunya jatuh namun tak jadi
dilaksanakan maka pemuda itu berhasil
menyeberang dan ini membuat geger. Orang
orang itu melihatnya.
"Dia, si buta dan muridnya!"
"Benar, mereka lolos!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lalu ketika orang-orang itu berteriak
satu sama lain, gaduh maka Chi Koan tertawa
akan tetapi Beng San berseru kaget. Lima
orang berkelebatan di depan dan gurunya tak
mendengar karena tertutup oleh kegaduhan
suara orang-orang itu. Si buta baru terkejut
ketika muridnya berseru keras. Maka ketika ia
menghentikan tawanya dan saat itulah lima
orang ini berada di depan maka Beng San
tertegun karena satu di antara orang-orang itu
adalah Kim-liong-pian (Cambuk Naga Emas)1909
Song Kam, orang yang muncul dalam
urusannya dengan See-ouw-pang karena
itulah sute atau adik seperguruan mendiang
Ning Po.
"Berhenti, kalian tak mungkin lolos.
Serahkan diri baik-baik atau kami menangkap
dan menghajar kalian!"
Sama seperti Lo-han-hok-houw di
seberang jurang sana tiba-tiba Cambuk Naga
Emas dan empat temannya ini melepas panah
api. Barulah Beng San menjadi pucat setelah
mengerti itu. Itu kiranya tanda untuk
memanggil bala bantuan! Akan tetapi ketika
lima orang ini berlompatan dan menghadang
mereka. barulah sekarang juga pemuda ini
tahu siapa mereka itu maka gurunya
mengelebatkan tongkat dan desing
mengerikan menyambar orang-orang itu, juga
jarum yang tiba-tiba berhamburan ketika si
buta memencet gagangnya.
"Roboh dan jangan banyak mulut.
Mampuslah, tikus-tikus busuk. Kubunuh kalian
semua!"1910
Akan tetapi lima orang ini membanting
tubuh bergulingan. Mereka meraup pasir dan
menyambitkannya ke depan. Kim-liong-pian si
Cambuk Emas telah meledakkan cambuknya.
Dan ketika bentakan dan seruan disusul lima
tubuh yang membanting diri bergulingan maka
Beng San yang tak menyangka disambar pasir
pasir halus berteriak dan terhenti meloncat. la
tadi tertegun oleh orang kedua di belakang
Kim-liong-pian ini, kakek gagah yang bukan lain
Lam-hai-kong-jiu ayah Lan Lan dan Lin Lin.
"Augh!" teriakan pemuda ini
mengejutkan si buta. Chi Koan kaget ketika
tiba-tiba muridnya berhenti. Mata kiri pemuda
itu kena pasir. Dan ketika pemuda ini
mengucek-ucek matanya sambil mengumpat,
saat itulah lima orang itu bergulingan bangun
maka mereka menerjang dan si buta terpaksa
turun.
"Ada apa, kenapa berteriak. Apa yang
terjadi, Beng San, apa yang dilakukan oleh
orang-orang ini?"1911
"Teecu diserang pasir. Mereka licik
menyerang mata teecu, suhu, teecu kena
sebelah"
"Keparat, biar kubunuh mereka akan
tetapi cepat lari. Kudengar suara-suara lain! "
si buta mencelat dengan tongkatnya dan
mendadak ia melepas serangan maut. Ujung
tongkat menderu menghantam orang-orang
itu sementara tangan kirinya bergerak, Hok-te
Sin-kang tak mau kalah. Dan ketika si Cambuk
Emas berteriak untuk melempar tubuh
bergulingan, tangan kembali meraup dan
menyambitkan pasir-pasir halus maka lima
orang itu mengelak dan tongkat serta Hok-te
Sin-kang menimpa tanah.
"Desss!" bagai dihajar martil besi tanah
dan bebatuan muncrat. Sebuah kubangan
terdapat di situ, tak kurang sedalam satu kaki!
Dan ketika si buta marah namun gagal, Beng
San telah membersihkan matanya kembali
maka pria ini berkelebat di atas pundak
muridnya lagi dan tak jadi mengejar lawan
lawannya itu. Telinganya menangkap suara
banyak orang mendatangi tempat itu.1912
"Lari, terjang dan robohkan siapa saja.
Tongkatku membantu dari atas!"
Beng San menggigil. Sebenarnya terjadi
perang hebat di dalam batinnya saat itu. la
sebenarnya ingin menyerahkan diri dan
meminta ampun. Mengingat ia hanyalah murid
dan bukan sumber utama maka Naga Gurun
Gobi Peng Houw pasti mengampuninya. Yang
bersalah adalah gurunya, gurunya itulah yang
akan dihukun berat. Dia hanya ikut-ikutan.
Akan tetapi ketika jari-jari gurunya
mencengkeran tengkuknya dan ia tahu apa
artinya itu gurunya tak mau dibantah maka
iapun mengeluh dan saat itu dari empat
penjuru muncullah Yang-liu Lo-lo dan lain-lain.
Mereka itu menyeberangi jurang dan kiranya
di tengah jurang telah dipasang tangga tali
yang melintang dan kini dipakai menyeberang,
cepat sekali.
"Berhenti, serahkan diri kalian. Jangan
coba-coba lari, orang she Chi. Kau dan
muridmu menipu kami!"
"Benar, dan dosamu bertumpuk.
Kaupun telah membunuh Lo-han-hok-houw!"1913
"Juga Siang-mouw Sian-li dan So Hak!"
"He, kalian tak mungkin lolos, orang
she Chi. Kami mengepungmu dari segenap
penjuru. Menyerah atau kami cincang!"
Beng San berubah karena sekejap itu
orang-orang itu sudah berlarian mengepung
mereka. Dari tepi jurang mereka sudah
memencar diri dan kini berteriak-teriak
mengepung, lebar namun rapet dan itulah
pekerjaan berat baginya. Apalagi ketua-ketua
partai dan dua hwesio Gobi juga berada di situ.
Akan tetapi ketika gurunya membentak dan
menyentak lehernya, diangkat dan meluncur
terbang maka pemuda ini tak dapat berbuat
apa-apa ketika harus menerjang dan
membobol kepungan.
"Bunuh dan sikat mereka itu!"
Beng San menggigit bibir. Dalam saat
seperti itu yang paling ditakuti adalah
munculnya Boen Siong, juga kakak beradik Siao
Yen dan Po Kwan. Maka ketika ia membentak
dan menerjang orang-orang itu, gurunya
mendahului dengan kesiur angin tongkat maka
pemuda ini mengerahkan Hok-te Sin-kang dan1914
terlemparlah orang-orang di depan oleh
kemarahan guru dan murid.
"Bres-bress!"
Tujuh orang mencelat dan terbanting.
Beng San terbang mempergunakan Lui-thian
to-jitnya dan gurunya berseri menyambarkan
tongkat ke kiri kanan. Dari ujung tongkat
menyembur jarum-jarum halus. Dan ketika
orang-orang itu terpaksa mundur namun
melebarkan kepungan, Beng San memberi
tahu gurunya maka si buta membentak agar
terus menerjang. Dan saat itu terdengar kekeh
dan tawa seseorang.
"Bagus, kami membantumu. Aku di sini
Chi Koan, jangan takut"
"Dan aku di sini. Heh-heh.... orang
orang ini tak tahu diri, Chi-taihiap, mari
kubantu dan kuselematkan kau!"
Kwi-bo, dan juga Ban-tok Wi Lo
mendadak muncul. Kedatangan mereka itu
sungguh tepat sekali dan yang lebih tepat lagi
adalah serangan mereka di luar kepungan.
Tentu saja orang-orang gagah itu terkejut dan
kaget ketika dari belakang menyambarlah1915
Jarum-jarum halus dan asap beracun. Tongkat
Wi Lo mengeluarkan itu. Dan ketika beberapa
di antaranya berteriak dengan wajah terbakar,
hangus maka mereka mundur menjauh dan
kesempatan ini tak dibuang-buang si buta.
"Ha-ha, bagus kalian datang. Terima
kasih, Kwi-bo, kuberi hadiah khusus untukmu.
Dan kau!" Si buta berseri-seri. "Akan kuberikan
sebagian Bu-tek-cin-keng kepadamu, Wi Lo,
bantu dan bebaskan aku dan kita ke See-ouw
pang!"
Kakek itu terkekeh. la menggerakkan
tongkat asapnya sementara Kwi-bo dengan
jarum-jarum halus dan ledakan rambutnya.
Bau harum menyambar akan tetapi bersamaan
itu pekik-pekik maut terdengar. Iblis wanita ini
mendapatkan korban dengan jarum-jarum
berbahayanya. Dan ketika Beng San juga
gembira bahwa sahabat datang membantu
mereka, inilah kesempatan melolosken diri
maka ia meloncat dan terbang meninggalkan
gunung. Chi Koan tergelak-gelak. Akan tetapi
dari bawah muncul tosu-tosu Kun-lun.
Rupanya tempat itu telah dibagi sedemikian1916
rupa dan masing-mading bakal mendapatkan
bantuan yang cepat. Panah api dan teriakan
merupakan pertanda khusus. Dan ketika Chi
Koan menggerakkan tongkatnya ?isusul
muridnya, Kwi-bo dan Ban-tok Wi Lo
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membantu di belakang maka tosu-tosu itu
berpelantingan menjerit dan roboh mendelik.
Tak ada ampun dari tangan si buta yang kejam
dan telengas.
"See-ouw-pang, cepat ke See-ouw
pang!"
Beng San berdebar. Gurunya berteriak
berulang-ulang dan iapun menjadi ingin tahu.
Ditanyanya ada apa dengan See-Ouw-pang.
Dan ketika dalam kegembiraannya gurunya
berkata bahwa menyimpan sesuatu, catatan
Bu-tek-cin-keng maka degup di dada pemuda
ini serasa lebih kencang.
"Aku meninggalkan catatan itu di sana.
Ambil dan setelah itu menghilang, muridku,
biarkan orang-orang ribut mencari kita!"
Pemuda itu bersinar. Mendadak ia
menerjang dan membentak kuat ketika Lam
hai-kong-jiu di depan. Bersama dua hwe-sio1917
Gobi kakek gagah itu tahu-tahu disitu. Dan
ketika mereka menapgkis namun tak kuat,
terhuyung dan akhirnya terpelanting maka
saat itulah ratusan obor berlarian datang.
"Chi Koan, lemparkan granat
peledakmu. . Dari atas gunung datang bantuan
besar!"
"Hm, benarkah?"
"Benar, ," Beng San mendahului. "Pasti
Boen Siong dan ayah serta lain-lain suhu.
Lemparkan granat tangan dan biarkan keadaan
gelap!"
"Akan tetapi granatku tinggal beberapa
saja. Aku harus menghematnya, Beng San,
hanya kupergunakan jika benar-benar perlu!"
"lni perlu, kita harus menyelamatkan
diri. Ada dua parit lebar yang harus tecu
lompati, suhu. Ledakkan dan jangan biarkan
kita dikejar!"
Si buta tertegun, akan tetapi tiba-tiba
merogoh dan melempar sebuah granat.
Memang ia tinggal memiliki beberapa lagi dan
harus dihemat. Kalau suara muridnya tak
begitu gemetar dan serius tentu ia1918
mengandalkan sapuan tongkatnya. Belasan
musuh telah mereka binasakan. Akan tetapi
begitu tak berpikir panjang dan Kwi-bo juga
berseru penuh kekhawatiran, tahulah dia
suasana yang serius maka udara seketika
menjadi gelap-gulita dan sinar bintang
ataupun cahaya bulan tak mampu menembus
lagi.
"Dar!" Beng San melewati sebuah parit
dan Kwi-bo serta Ban-tok Wi Lo juga
mengikuti. Mereka sudah di bawah gunung
dan empat orang ini cepat melarikan diri,
Wanita itu terkekeh-kekeh. Dan ketika
sebentar kemudian parit kedua dilewati pula,
saat itulah menyambar tiga sosok bayangan
maka jantung di dada pemuda ini serasa
berhenti berdetak saking kaget dan pucatnya.
"Berhenti, kalian tak dapat lolos. Aku di
sini, orang she Chi, bayar hutangmu kepada
ayah ibuku!"
"Benar, dan kaupun berhentilah.
Serahkan gurumu dan hukumanmu menjadi
ringan, Beng San. Kami tak akan
mengganggumu bila kau menyerah baik-baik!"1919
"Atau aku membunuhmu, dan kalian
semua mampus!"
Beng San benar-benar pucat.
Bersamaan melewati jurang itu maka
melayanglah tiga bayangan putih kuning dan
hijau. Mereka sama-sama menyeberangi
jurang atau parit lebar itu, Boen Siong dan Po
Kwan serta Siao Yen! Dan ketika masing
masing sama berjungkir balik di tepian , hampir
berbareng pula menapakkan kaki maka Boen
Siong pemuda baju putih itu melepas hui
(golok terbang) duabelas buah banyaknya,
masing-masing ke arah dirinya dan gurunya
serta Kwi-bo dan Ben-tok Wi Lo.
"Cet-cet-cet!" Melempar duabelas hui
to ke sasaran yang berbeda-beda bukanlah
pekerjaan yang gampang, apalagi menuju
jalan-jalan darah tertentu. Akan tetapi ketika si
buta dapat menangkisnya dan enam hui-to
terpental, ia dan muridnya selamat maka Kwi
bo menjerit dan Ban-tok Wi Lo juga
terjengkang. Kiranya dua orang ini kalah kuat
ketika menangkis dan sebuah hui-to menancap
di bahu masing-masing. Hui-to tadi terpental1920
akan tetapi masih menyambar kakek dan
wanita iblis itu. Dapat dibayangkan betapa
lihainya.
"Augh, keparat!"
Chi Koan terkejut. la mendengar
teriakan dua orang itu dan tentu saja berubah.
Inilah kawan yang dapat diandalkan. Akan
tetapi ketika berkelebat bayangan putih dan
Boen Siong menyambar mereka, belum apa
apa Beng San membanting tubuh bergulingan
maka si buta mengikuti muridnya pula dan apa
boleh buat melempar lagi sebuah granat,
mengutuk.
"Jahanam!"
Beng San lega. la memang membanting
tubuh bergulingan begitu Boen Sion
menyambarnya. la sudah terlampau gentar
dan ngeri menghadapi putera Naga Gurun
Gobi ini. Boan-eng-sut (Elang Cahaya) yang
dimiliki pemuda itu amatlah hebatnya, belum
lagi ilmu kepandaiannya yang tinggi yang
membuat ia jerih. Hok-te Sin-kang seakan tak
begitu manjur terhadap murid Pek-gan Hui-to
Jiong Bing Lip ini. Maka ketika ia lebih baik1921
menghindar akan tetapi gurunya justeru
marah-marah, ia dimaki pengecut maka
ledakan granat membuat tempat itu menjadi
gelap pekat dan Beng San tak mau membuang
buang kesempatan, meloncat bangun dan lari.
"Pengecut, belum apa-apa menbanting
tubuh bergulingan. Kita dapat menyatukan
Hok-te Sin-kang, Beng San, kenapa ketakutan.
Kau membuat pakaianku kotor!"
"Maaf, ada Po Kwan dan adiknyu disini.
Kalau Kwi-bo dapat menandinginya tak
mungkin teecu menghindar, suhu, akan tetapi
musuh terlalu kuat. Apakah suhu yakin
mengalahkannya padahal masih banyak
musuh yang lain," Beng San membantah, bela
dirinya tepat dan Chi Koan akhirnya mengakui
itu. Tentu saja ia tak tahu bahwa muridnya
ingin memiliki catatan tentang Bu-tek-cin-keng
itu, bahwa ia ingin cepat-cepat ke See-ouw
pang dan jangan sampai terbunuh kalau
catatan itu belum di tangan. Maklum,
bukankah Hok-te Sin-kang masih setengah
bagian saja dimiliki pemuda ini. Maka ketika
Beng San membela diri padahal sebenarnya1922
memiliki pamrih pribadi, tak ingin gurunya
terbunuh sebelum memiliki itu maka pemuda
ini telah mempergunakan Lui-thian-to-jitnya
untuk turun gunung dan menyelamatkan diri.
Akan tetapi Kwi-bo tiba-tiba berteriak, juga
Ban-tok Wi Lo.
"Hm, lepaskan aku dan bantu kakek itu.
Biar aku bersama Kwi-bo, Beng San, kau
menolong kakek itu!"
Chi Koan tiba-tiba mencelat dari
pundak muridnya dan tahu-tahu ia telah
menyambar Kwi-bo. Wanita yang roboh dan
terluka bahunya ini menjerit, tentu saja
memanggil si buta. Dan ketika Chi Koan
mengangkatnya dan mendudukkan wanita itu
di kedua pundaknya, ganti seperti Beng San
mendadak iblis cantik ini terkekeh. Pangkal
pahanya begitu dekat dengan tengkuk si buta.
"Hi-hik, kau membuatku merinding.
kulit lehermu begini halus, Chi Koan, kau
membangkitkan gairahku. Aduh, Sakitku tiba
tiba hilang!"
"Diam!" akan tetapi si buta
membentak. "ini bukan saatnya main-main,1923
Kwi-bo. Aku akan mempergunakan Lui-thian
to-jitku dan kau penunjuk jalan. Awas, ke mana
aku lurus atau belok!"
Kwi-bo menjerit. Tiba-tiba si buta
mencelat amat cepatnya dan iapun tentu saja
ngeri. Cepat dipegangnya kepala itu kuat-kuat
dan maklumlah wanita ini bahwa si buta benar.
la harus mengusir gairah berahinya ketika
pangkal pahanya bersentuhan dengan tengkuk
yang hangat itu, tengkuk pria bekas muridnya
sendiri. Maka ketika ia melengking dan
memberi aba-aba, lurus atau belok maka
wanita ini dibawa terbang dan saat itu
bayangan Beng San menyambar di samping
gurunya pula. Pemuda ini menyeret kakek
bongkok yang terpincang-pincang.
"Lurus, seratus langkah ke depan. akan
tetapi pegang dan rasakan tongkat di tangan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
teecu ini suhu. Kita berdampingan!"
Chi Koan terkejut dan girang ketika
tiba-tiba muridnya menyodorkan sebatang
dahan kuat. Dahan atau tongkat ini baru saja
dipetik Beng San dari tepi jalan, dengan
berendenga ia memberikannya kepada1924
gurunya dapatlah gurunya itu berlari cepat
mempergunukan Lui-thian-to-jit.
Dan ketika mereka meninggalkan Kun
lun dan akhirnya bebas dari kepungan, kaki
gunung sudah terlewati mendadak di sebuah
perkampungan munculah tujuh bayangan
membentak mereka. Dan Beng San serasa
tersirap betapa satu dari tujuh orang itu adalah
Naga Gurun Gobi Peng Houw sendiri!
"Berhenti, serahkan diri baik-baik. Kami
akan menghukummu secara adil dan bijak jika
kau menyerah, Chi Koan. Tak ada darah
mengalir bila kalian semua menyerah baik
baik!"
Akan tetapi Si Buta menerjang dan
menggerakkan tongkatnya dengan dahsyat
Tentu saja ia tak mau banyak omong dan kaget
seperti muridnya. Bagaimana Naga Gurun Gobi
ini tahu-tahu muncul, bukankah 1a sudah
meninggalkan Kun-lun.
Maka menghantam dan menggerakkan
tongkatnya dahsyat, saat itulah Peng Houw
menangkis maka Li Ceng menjerit dan cepat1925
membantu suaminya menahan sapuan
tongkat yang amat kuat itu.
"Awas!"
Akan tetapi dua orang ini terbanting
dan bergulingan dengan pucat. Li Ceng, wanita
yang selalu mendampingi suaminya itu hampir
saja celaka. Dia terhajar telapak tangannya
sementara suaminya lengan kiri. Yang
dilancarkan si buta adalah Hok-te Sin-kang
sementara Naga Gurun Gobi telah kehilangan
tenaganya yang dahsyat itu. Ia telah
mengoperkan sinkangnya kepada dua
muridnya dan tak heran kalau tangkisannya
kalah kuat. Jika sang isteri tak ada di situ tentu
lengannya patah. Maka ketika isterinya
berteriak dan menangkis berdua, inilah
untungnya maka Chi Koan tertegun karena ia
sama sekali tak merasakan Hok-te Sin kang,
heran namun akhirnya tertawa bergelak,
mengerti.
"Ha-ha, kau kiranya macan ompong.
Peng Houw. Kau sekarang bukan lagi seekor
harimau!"1926
Akan tetapi saat itu lima orang lain
membentak dan menerjang si buta ini. Sin
Tong Tojin, ketua Heng-san-pai berada di situ.
la bersama ketua-ketua Hoa San dan juga Bu
tong. Bertiga dengean sutenya yang selalu
menemani ketua diseranglah si buta yang telah
melempar Naga Gurun Gobi itu. Diam-diam
merekapun heran dan kaget bahwa sekali
beradu, pria dan isterinya itu terbanting. Akan
tetapi karena musuh di depan dan kini
merekapun sudah menyiapkan diri, tadi
berkelit dan kini balas menyerang maka Chi
Koan menghentikan tawanya dan saat itu
bayangan-bayangan lain muncul. Kim Cu Cinjin
dan Bi Wi cinjin serta Heng Bi.
"Serahkan diri kalian. Menyerah baik
baik lebih selamat, Chi Koan, . atau kau,
mampus!" si buta terkejut. la bergerak
sementara Kwi-bo masih di kedua pundaknya.
Wanita inipun melengking-lengking dan
menyabetkan rambut serta melepes pukulan
pukulannya. Maka ketika tiba-tiba muncul tiga
orang Kun-lun itu, sementara Beng San
berteriak agar lari maka Si buta terpecah1927
perhatiannya dan iapun sadar bahwa mereka
memang harus melarikan diri.
"Tak perlu ?ilayani, pergi dan
tinggalkan saja. di belakang masih ada Boen
Siong, suhu, menyingkir"
Si buta menggeram. la menangkis dan
mementalkan semua serangan tokoh-tokoh itu
dan menggerakkan Lui-thian-to-jitnya.
Sekarang ia tak perlu takut lagi kepada Naga
Gurun Gobi Peng Houw. Akan tetapi karena di
belakang masih ada anak-anak muda itu, Boen
Siong dan Po Kwan serta adiknya yang
berbahaya maka pria ini mengangguk dan
mencelat ke depan
"Baik, kita lari. Pergunakan mata dan
telingamu, Kwi-bo, awas melompat!"
Kwi-bo memekik dan menjerit manja.
Chi Koan melesat dengan ginkangnya itu dan
Beng Sanpun menunggu. Dahan di tangan
pemuda ini disambar. Dan ketika sekali lagi Chi
Koan melempar granatnya, gelaplah udara di
situ maka Si buta ini tergelak melarikan diri.
Ada sesuatu yang membuat ia begitu girang
dan berseri. Tujuh orang itu mundur menjauh.1928
Tiga yang belakangan berjungkir balik pula dan
mereka tentu saja mengumpat-caci, Chi Koan
betul-betul licik. Akan tetapi karena musuh
lolos dan itu menunjukkan betapa lihainya, SI
buta memang bukan sembarangan maka
membentaklah orang-orang itu dan dipimpin
Naga Gurun Gobi Peng Houw berkelebatlah
mereka keluar perkampungan. Tak lama
kemudian tiga bayangan lagi menyusul mereka
dan Boen Siong serta suheng dan sucinya tiba.
Mereka diberi tahukan ke mana si buta
melarikan diri. Dan b?gitu tiga anak muda ini
melesat dan mengerahkan ginkang mereka,
terutama Boen Siong maka pemuda ini berada
paling depan dan Chi Koan tentu saja memaki
maki.
***
Ternyata rombongan orang kang-ouw
menyusul pula. Hampir semua orang di kun
lun mendengar lolosnya si buta ini. Diam-diam
mereka kagum akan tetapi mengumpat. Dan
karena biang semua ini adalah Chi Koan, orang-1929
orang Selatan dibuat malu oleh sepak terjang
si buta itu maka terutama mereka inilah yang
mengikuti pengejaran itu menyusul Naga
Gurun Gobi dan puteranya.
Ada dua sebab yang mengharuskan
mereka berbuat seperti ini. Pertama adalah
dengan meninggakan Kun-lun mereka tak
perlu dicoreng mukanya lagi. Mereka telah
diberi tahu duduk persoalannya dan selama si
buta ngumpet (bersembunyi), maka semakin
jelaslah semuanya itu. Kun lun dan tokoh
tokoh lain menyadarkan mereka. Maka ketika
mereka menyesal dan meminta maaf,
untunglah tokoh-tokoh seperti Bi Wi Cinjin dan
lain-lain amatlah bijak maka ketua Kun-lun itu
memaafkan mereka dengan kelapangan dada,
jiwa besar yang membuat mereka semakin
malu, terutama bagi yang keras dan
bertemperamen tinggi.
"Pinto (aku) sekalian teman tak
dendam ataupun membenci. Karena cuwi
terhasut dan jelas tertipu si buta ini maka pinto
dan tokoh-tokoh terhormat dari Heng-san
maupun Bu-tong dan Hoa-san tak menaruh1930
sakit hati, begitu pula See-tong. Yang
melakukan keonaran adalah si jahat ini, dan
yang membunuh atau melukai murid-murid
Heng-san dan lain-lain sebagian besar adalah
pengikut sesat yang ditarik si buta itu. Kita
sebaiknya saling memaafkan, cuwi-enghiong
(orang gagah sekalian). Kita orang-orang
Selatan dan Utara adalah saudara. Karena itu
tak perlu cuwi-enghiong sesali diri sendiri dan
merasa berdoda berlebih-lebihan. Sekarang
yang penting adalah menangkap dan
menghukum si buta ini, juga murid atau orang
orang dekatnya. Daripada mengutuk dan
menyesali diri sendiri marilah cuwi sekalian
bersama kami tangkap si buta ini. Cuwi hanya
dihasut dan dipermainkan orang jahat itu.
Marilah kita tetap bersaudara dan cuwi boleh
bebas di Sini".
Begitulah nasihat atau kata-kata bijak
Bi wi Cinjin yang diserukan berulang-ulang.
Tentu saja seruan atau kata-kata ini begitu
empuk. Mereka merasakan kelembutan dan
kehalusan tokoh Kun-lun itu. Namun karena
justeru mereka terpukul dan orang-orang1931
seperti kakek Sepasang Naga Menara adalah
yang paling menyesal, mereka inilah orang
orang yang keras dan bertemperamen tinggi
maka begitu menarik napas berulang-ulang
mereka inipun mengejar Chi Koan dengan
mata berapi-api. Tinju terkepal dan ada kesan
buas di wajah mereka.
"Biar kuadu jiwa dengan bangsat itu. la
boleh lihai dan sakti, suheng, akan tetapi
sesuatu harus kulakukan. Ia harus kucegat!"
"Benar, dan akupun tak ketulungan.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kalau saja Bi Wi Cinjin menyerang dan
memaki-maki kita rasanya lebih baik, sute,
akan tetapi kata-kata dan nasihatnya yang
begitu halus justeru menusuk-nusuk hatiku. Ia
menang tanpa melakukan serangan!"
"Dan aku akan mengadu jiwa. Biar mati
dengan gagah daripada hidup namun malu
selama-lamanya!"
"Benar. dan kita dapat mendahuluinya.
Ia ke See-ouw-pang, sute, entah mau
melakukan akal muslihat busuk apa. Kita lebih
tahu jalan dan mari potong. Kita bayar dosa-1932
dosa kita dengan menangkap atau
mengganggunya di jalan!"
Dua kakek itu meninggalkan Kun-lun
dan mereka menyumpah tak ada habis
habisnya. Memang rasanya malu bukan main
teringat semua itu. Mereka, kakek-kakek
gagah terkenal di Selatan ternyata dikecoh dan
ditipu habis-habisan. Mereka bagai anak-anak
kecil yang masih ingusan di depan si buta itu,
padahal mereka sudah tua bangka. Maka
ketika kebencian dan kemarahan menjadi satu,
tekad dan tinju terkepal merupakan modal
akhir maka dua orang ini memotong jalan dan
sebagai orang-orang Selatan tentu saja mereka
lebih hapal dan tahu jalan.
Akan tetapi ternyata bukan hanya dua
kakek ini. Tong-bun-su-jin, empat orang gagah
keluarga Tong itu juga tiba-tiba muncul.
Mereka inipun memotong jalan dan sudah
mendengar ke mana si buta lari. Merekapun
mengutuk tiada habisnya dan kata-kata
lembut dari Bi Wi Cinjin begitu terngiang
ngiang. Mereka malu bukan main dan marah
terhadap si buta itu. Gara-gara ini mereka1933
orang-orang Selatan tercemar. Agaknya tak
ada yang lebih baik dengan bertempur mati
hidup melawan jahanam itu. Mati berkalang
tanah lebih terhormat daripada hidup
menderita malu. Ke mana mereka menaruh
muka. Dan ketika berturut-turut muncul pula
nenek berpakaian lucu, Yang-liu Lo-lo dan
ketua-ketua Ui-eng-pang serta Pek-lian-pang
maka rombongan menjadi lengkap kecuali
tiadanya Lo-han-hok-houw. Rekan mereka itu
tewas oleh Chi Koan dan muridnya.
"Kita keroyok dan hancurkan dia.
Dibunuh atau membunuh sama saja, jiwi
pangcu (ketua berdua). Malu seumur hidup
rasanya tak dapat ditanggung!"
"Benar, bukan main halus namun
tajamnya kata-kata Bi Wi Cinjin itu. Kalau Chi
Koan tak masih di situ tentu sejak tadi kami
turun gunung, locianpwe. Akan tetapi baru
sekarang ia lolos. Dan kami akan mengejarnya
sampai ke ujung bumi sekalipun. Malu kami tak
ketulungan!"
"Benar, dan kita begitu mudah
dimaafkan. Ah, Bi wi Cinjin dan orang-orang1934
Utara tak sombong-sombopg, U?-eng-pangCu ,
mereka rendah hati dan justeru ramah-tamah.
Sungguh celaka kita begitu bodoh!"
"Tidak, ini semua berkat pandainya si
buta itu. la pandai bersandiwara, Tong-Sicu, ,
dan kita tertipu. Dialah yang terlampau cerdik
dan semua itu ditunjang kepandaiannya yang
tinggi"
"Akan tetapi kita tak perlu takut"
"Benar, tak perlu takut. Karena itulah
kita mengejar dan di See-ouw-pang kita mati
hidup!"
Demikianlah pembicaraan dan
kemarahan dalam rombongan orang-orang
Selatan ini. Di samping mereka tentu saja
banyak orang-orang lain, kaum pendekar atau
yang bergerak sendiri-sendiri. Dan karena
rombongan mereka betul-betul bersih dari
masuknya orang-orang sesat, Orang-orang itu
sudah mereka bunuh atau hajar ketika di Kun
lun tadi maka sepasang kakek Naga Menara ini
menjadi pemimpin atau mengepalai
rombongan orang-orang itu, orang-orang yang
malu dan menyimpan sakit hati!1935
Lalu bagaimana dengan si buta Chi
Koan? Apa yang diperkirakan orang-orang
gagah ini benar. Chi Koan dan rombongannya
tak secepat orang-orang Selatan itu, mereka
tak begitu mengenal jalan namun tetap ke
selatan. Dan karena Kwi-bo menjadi petunjuk
jalan, padahal wanita ini bukan asli selatan
maka arahnya sering keliru dan hanya berkat
Lui-thian to-jit yang dimiliki si buta dan Beng
San maka kekeliruan atau kelambatan itu di
tolong.
Akan tetapi bukannya perjalanan
mulus. Di samping kerap keliru dan berputar
putar maka di belakang terdengarlah seruan
Boen Siong. Tiga anak muda itu tetap
menempel dan Chi Koan mengutuk. Kalau saja
ia tak merasa sesuatu yang penting di See
ouw-pang mungkin di hadapinya anak-anak
muda itu. Akan tetapi karena ia tergesa-gesa
sementara muridnya berkali-kali
mengingatkan, Beng San begitu khawatir maka
muridnya inilah yang membuat Chi Koan
semakin ingin cepat tiba di See-ouw-pang.1936
"Kita tak dapat menghadapi mereka
itu. Po Kwan dan adiknya tak mungkin dihadapi
Kwi-bo dan Ban-tok Wi Lo ini, suhu, sementara
teecu tentu harus membantumu, Marilah
cepat lanjutkan perjalanan saja dan hindari
mereka!"
"Hm, kalau saja suhengmu ada di sini.
Dengan suhengmu di sini tentu kedudukan kita
lebih kuat, Beng San, akan tetapi bedebah anak
itu. Dalam saat seperti ini sesungguhnya ia
diperlukan!"
"Benar," Kwi-bo melengking. Siauw
Lam itu bocah tak tahu diri, Chi Koan, akan
tetapi sepak terjangnya tak jauh berbeda
denganmu dulu. la memang harus dimaki akan
tetapi sekarang dibutuhkan. Kalau saja ia
datang!"
"Heh-heh, tak usah ribut-ribut dan
sebaiknya melihat keadaan saja.
Mengharapkan yang tak mungkin datang
hanya kebodohan belaka, Kwi-bo, daripada
mengharap lebih baik bekerja. Ayo percepat
perjalan dan dengarkan bentakan anak itu!"1937
Benar saja, bentakan Boen Siong
terdengar lagi. Kalau pemuda itu terlalu dekat
dan membahayakan mereka maka dilepaslah
granat-granat peledak. Berkali-kali Chi Koan
melakukan ini. Akan tetapi ketika ia mulai
khawatir karena persediaan granatnya tipis, ia
sudah terlalu banyak membuang bahan
peledak itu maka tubuhnya melesat dan
seakan terbang ingin cepat ke See-ouw-pang.
Kwi-bo telah memberinya beberapa granat
akan tetapi akhirnya habis.
"Sudahlah, tancap dan kerahkan semua
kekuatan. Berapa lama lagi kita sampai, Kwi
bo, jangan salah lagi!"
"Dua hari satu malam. Kita sudah
berada di propinsi Shan-tung, Chi Koan,
arahnya sudah jelas. Aku tak mungkin salah
dan heiii... wanita itu terpekik dan menjerit
ketika si buta tiba-tiba mengerahkan segenap
kekuatannya. Dua hari dua malam mereka
sudah meninggalkan kun-lun akan tetapi
perjalanan rasanya begitu jauh. Siapapun akan
kagum bahwa si buta memiliki daya tahan
kuat. Beng San sendiri terengah-engah dan1938
seakan habis napasnya. Akan tetapi karena
setiap bentakan Boen Siong membangkitkan
semangatnya lagi, timbulah kekuatannya yang
luar biasa maka pemuda inipun mengejar
gurunya dan harus mati-matian berjejar.
Tubuh dan mukanya penuh keringat, pucat.
Dan yang paling payah tentu saja Ban
tok Wi Lo. Kakek ini digandeng Beng San dan
diseret serta diajak lari cepat. Ginkangnya tak
setinggi Lui-thian-to-jit dan kakek itu jatuh
bangun. Dan ketika akhirnya sehari kemudian
ia begitu teler, mengeluh dan roboh maka Chi
Koan tertegun akan tetapi menyuruh muridnya
memanggul, hal yang membuat pemuda itu
tak senang.
"Bawa dan pondong ia seperti aku
memondong Kwi-bo. Biarkan ia istirahat di
pundakmu, Beng San, angkat dan jangan
biarkan ia lemas!"
Beng San menggerutu. Tentu saja ia tak
senang karena pakaian kakek ini dekil. Baunya
apek dan pesing pula. Akan tetapi karena takut
kepada gurunya juga kakek ini dapat menjadi
teman sewaktu-waktu, Beng San1939
mencengkeram dan menyambar kakek itu
maka dilemparnya kakek ini di belakang
punggung. la tak mau melingkarkan paha
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kakek itu di belakang lehernya seperti cara
gurunya memanggul Kwi-bo. Bau!
"Hi-hik, kau tak mendudukkannya
seperti aku duduk di kedua pundak gurumu.
Kau memperlakukannya seperti menggendong
binatang buruan, Beng San, ada apa!"
"Hm, baunya apek. Suhu lebih
beruntung, Kwi-bo, akan tetapi kakek ini bukan
dirimu. Mari berangkat dan jangan
mentertawakan!"
Kwi-bo terkekeh-kekeh. Tentu saja ia
geli melihat kakek itu dijungkir balik. Wi Lo
demikian kelelahan. Akan tetapi karena Beng
San sudah menolong dan itu sudah baik, Chi
Koan tak tertawa mendengar ini maka iapun
melesat lagi dan muridnya mengikuti, Beng
San berkali-kali menepuk pantat kakek itu dan
berbangkis. Dan akhirnya lewatlah hari itu.
See-ouw-pang sudah tampak dari kejauhan
dan Kwi-bo girang bukan main. Wi Lo sudah
pulih dan kini berendeng di tangan Beng San,1940
kakek ini terkekeh-kekeh pula. Dan tepat
mereka menuruni sebuah bukit, Chi Koan
mulai memberi petunjuk-petunjuk mendadak
terdengarlah seruan takut-takut dan
muncullah Siauw Lam.
"Suhu...!"
Bukan hanya Chi Koan melainkan
semua ikut terkejut. Siauw Lam, pemuda itu
memanggil dan berlutut di tepi jalan.
Wajahnya harap-harap cemas akan tetapi
matanya bersinar-sinar. Dan ketika gurunya
tertegun namun berubah girang, Semua ini tak
luput dari pandengan pemuda itu maka Siauw
Lam bangkit dan meloncat dekat, kembali
menjatuhkan diri berlutut.
"Suhu!"
Chi Koan tak perlu diulang lagi ketika
tiba-tiba tertawa bergelak dan tongkatpun
menyambar. la menggebuk pundak pemuda
itu namun bukan merupakan suatu serangan,
Pemuda itu terpelanting namun bangkit lagi.
Dan ketika gurunya mencelat dan
mencengkeramnya berjungkir balik, terbahak
bahak maka Siauw Lam girang bukan main.1941
"Hm..Kau tikus cilik licik cerdik. Tepat
sekali kedatanganmu dan pintar seperti iblis,
Siauw Lam. Tak perlu bicara lagi bahwa aku
mengampunimu. Bagaimana kau di sini dan
tahukah kau gurumu ?ikejar-kejar orang!"
"Teecu tahu, dan karena itu teecu
datang. Teecu sudah mendengar kegagalanmu
suhu, akan tetapi tentunya kau sudah benar
benar tak mengingat perbuatan teecu
beberapa bulan yang lalu. Teecu akan
membantu namun suhupun harus membantu
teecu."
"Ha-ha, bocah siluman. Kalau tak ada
masalah tak mungkin kau datang. Apa yang
menyebabkanmu begini dan seseorang tentu
membuatmu ketakutan!"
"Benar, teecu menghadapi lawan
mengerikan. Seorang pemuda bercaping lebar
mengalahkan teecu, suhu, dan teecu tak
sanggup menandinginya. la iblis yang entah
dari mana. Teecu takut dikejar"
"Dan karena itu lalu bergabung dan
kembali kepadaku? Murid siluman! Kalau saja
gurumu tak sedang dalam kesulitanbarangkali1942
aku tak akan memperdulikanmu . Heh, bangkit
dan sekarang bergabunglah dengan kami,
Siauw Lam. Kita ke telaga See-ouw dan ambil
sesuatu, lalu kabur!"
Siauw Lam girang dan tersenyum
senyum Tentu saja yang dimaksudkannya
adalah Boen Siong akan tetepi ia tak tahu
lawannya itu. Hanya yang diingat baik adalah
wajah pemuda itu, wajah yang tampan gagah
namun memiliki sepasang mata mencorong.
Wajah itu tak akan dilupakannya. Maka begitu
bangkit dan Chi Koan tak membuang-buang
waktu lagi, telaga itu sudah di depan maka ia
melesat dan turun bukit. Kini dua muridnya
lengkap di situ sementara Beng San tiba-tiba
mengerutkan kening dan tampak tak senang,
terganggu!
Akan tetapi pemuda ini diam saja dan
tersenyum mengejek pada suhengnya itu.
Sekarang suhengnya bukanlah orang yang
perlu ditakuti setelah ia mendapat Hok-te Sin
kang, biarpun hanya setengah bagian saja. Dan
ketika pemuda inipun tak bertegur sapa, Siauw
Lam menyangka sutenya masih sakit hati oleh1943
peristiwa Lin Lin dan Lan Lan dulu maka
pemuda ini cengar-cengir dan iapun pura-pura
minta maaf kepada Beng San. Namun sesuatu
membuat Chi Koan terkejut. Begitu sampai di
See-ouw-pang dan berhenti di tepian maka
muncullah orang-orang itu, kakek Naga
Menara dan kawan-kawan. Mereka ini seperti
siluman ketika tahu-tahu muncul dari balik
bebatuan, jumlahnya tak kurang dari seratus
orang karena bercampur dengan murid- murid
telaga See-ouw. Dan ketika kakek itu
membentak dan menghadang, hanya
beberapa perahu saja terapung di atas telaga
maka Chi Koan mengerutkan kening ketika
dikurung orang-orang gagah ini, kelopaknya
berkejap-kejap.
"Bagus sekali, muridmu yang lain
muncul. Serahkan dirimu dan terima hukuman
secara baik-baik, orang she Chi. Kami
menangkapmu dan jangan melawan!"
"Atau kami mengadu jiwa dan kami
atau kalian mampus. Serahkan diri dan
terimalah dosa, Chi Koan. Kau menipu nenek
nenek seperti aku!" Yang-liu Lo-lo, nenek yang1944
marah dan sudah mencabut sepasang tni
kauwnya (gaetan baja) itu marah pula. Nenek
ini berada di antara yang lain-lain dan ia berdiri
di sebelah Ji-liong-tah, kakek nomor dua. Dan
ketika yang lain ribut-ribut dan membentak
pula, keluarlah watak asli si buta ini maka Chi
Koan tergelak-gelak. Tentu saja ia tak gentar
namun harus cepat bertindak, menyeberang
dan melempar orang-orang itu.
"Siauw Lam, Beng San, bunuh orang
orang ini dan susul aku di See-ouw-pang
(markas). Jangan banyak cakap dan tak perlu
sungkan-sungkan lagi!" dan menggerakkan
tongkatnya melakukan sapuan kuat, Hok-te
Sin-kang menyambar maka deru angin dahsyat
membuat orang-orang itu mundur. Mereka
tahu benar kehebatan si buta ini namun
siapapun tak mau membiarkannya lolos.
Sebenarnya mereka cukup mengejutkan s?
buta itu dengan kedatangannya di telaga See
ouw. Chi Koan tak tahu bahwa mereka ini
memotong jalan. Maka ketika ia terkejut
namun hanya sebentar saja, mundurlah orang
orang itu oleh sapuan tongkat maka si buta1945
meloncat dan Kwi-bo diajaknya menyambar
perahu. Wanita inilah yang selama ini tak
pernah lepas dari cekalan si buta.
"Wut-dess!" Yang-liu Lo-lo mengelak
dan sepasang kakek Naga Menara juga
menyelamatkan diri. Mereka mencabut
senjata masing-masing akan tetapi Saat itu
Siauw Lam menerjang. Pemuda ini dalam
usahanya menebus dosa tak bersikap main
main, tidak seperti Beng San umpamanya,
yang ragu dan mengerling suhunya yang sudah
meloncat di atas perahu, mendayung dan
menyeberangi telaga. Namun ketika Beng San
diserang dan apa boleh buat harus menangkis,
Ban-tok Wi Lo tak jauh berbeda maka kakek
itupun mencabut tongkat asapnya dan sekali
membentak kakek ini berkelebat dan
menangkis serta membalas.
"Trak-trak-trakk!"
Pecahlah pertandingan dan bentakan
geram. Sepasang kakek Naga Menara menusuk
dengan pedangnya sementara empat keluarga
Tong mencabut pula senjata-senjata mereka
yang aneh. Tong Kit sebagai orang tertua1946
mencabut palunya, menyambar dan kalau
mengenai kepala bisa pecah. Lalu ketika
adiknya mencabut gergaji dan juga bor
panjang, yang termuda mencabut potlod dan
benang bangunannya maka empat orang itu
menerjang kakek ini dan dua orang pemuda
itu. Tak pelak lagi Beng San maupun suhengnya
di keroyok. Mereka mempergunakan
kepandaian mereka menangkis dan
menghalau akan tetapi yang lain-lain tak mau
kalah. Murid See-ouw-pang yang sekarang
berbalik dan membenci si buta dan muridnya
ini berteriak. Mereka bagai harimau kelaparan
menerjang pemuda-pemuda itu. Namun ketika
dengan mudahnya Beng San berkelit dan
membagi pukulan, juga Siau Lam maka muridKabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
murid itu terlempar dan Siauw Lam yang
bertangan besi langsung memukul roboh. la
mempergunakan Cui-pek-po-kian atau Thai
san-ap-ting yang dahsyat milik Gobi itu.
"Ha-ha, majulah, mari kuhajar. Kalian
tikus-tikus busuk tak tahu diri, orang-orang
tolol. Mari kulempar dan kuantar kalian ke
neraka.. .. des-dess!" pukulan atau tamparan1947
pemuda itu membuat murid See-ouw-pang
menjerit dan tentu saja pukulan ini membuat
orang-orang gagah marah. Kini pukulan Gobi
dipakai membunuh teman, siapa tak gusar.
Maka ketika dua kakek itu menerjang dan
pedang menikam atau membacok, Yang-liu Lo
lo berkelebatan dan melengking-lengking pula
maka ketua Ui-eng-pang dan Pek-lian-pang
mengejar si buta bersama murid-murid
mereka.
"Tahan dan jangan biarkan mereka ke
telaga. Kami mengejar dan menyerang si buta,
jiwi-locianpwe (dua kakek gagah). Kita bagi
tugas dan hidup mati adalah keputusan
terakhir!"
Dua kakek itu mengamuk. Mereka
mengangguk dan berseru hati-hati lalu
berkelebatan menyambar-nyambar. Mereka
mengeroyok bersama murid-murid See ouw
pang. Dan ketika Ban-tok Wi Lo terkejut namun
tak dapat berbuat banyak, ia melihat lawan
membagi tugas mereka maka sepasang kakek
Naga Menara memimpin di sini sementara Chi
Koan tiba-tiba dihampiri belasan perahu terdiri1948
murid-murid ?i-eng-pang dan Pek-lian-pang,
tentu saja berikut ketuanya.
"Berhenti, kami menuntut hutang
hutang kekejianmu. Bayar dan impaskan dulu
semua dosamu, orang she Chi, atau kami
menggelamkan perahumu!"
Chi Koan terkejut. la memaki dua
muridnya yang dianggap goblok hingga orang
orang ini mengganggu. Tentu saja ia khawatir
kalau perahunya tenggelam. Orang-orang itu
ahli renang. Dan ketika ia bertanya kepada
Kwi-bo berapa lawan yang mengejar mereka,
bentakan ketua Ui-eng-pang dan Pek-lian-pang
masih dibelakang maka Kwi-bo melempar
dayung dan menyuruhnya membantu.
"Cecunguk-cecunguk itu tak perlu
ditakuti. Asal kau mendayung bersamaku
maka kita cepat mendarat, Chi Koan, disana
tentu lebih gampang. Terimalah, dan dayung
bersama aku!"
Akan tetapi terdengar tawa aneh. Dari
depan, yakni dari seberang telaga yang
merupakan markas besar See-ouw-pang tiba
tiba muncul dua perahu lain. Yang satu1949
ditumpangi Wanita berpakaian serba putih
sementara yang lain seorang pria gagah
bercambuk Emas. Hong Cu dan Kim-liong-pian
Song Kam! Dan ketika dua orang itu terutama
Hong Cu terkekeh-kekeh, terkejutlah si buta
maka dua perahu ini meluncur menyambut
mereka.
"Hi-hik, bagus sekali. Di air tentu tak
selihai di daratan, Chi Koan, aku telah
menunggumu di sini!"
"Dan kau harus membayar dosamu
atas kematian suheng dan suteku. Kau keji dan
mempergunaken See-ouw-pang untuk
berbuat kejahatan, Chi Koan, dari dulu sampai
sekarang tetap busuk!"
Si buta berkejap-kejap. Tentu saja ia
mengenal suara Hong Cu dan akhirnya si
Cambuk Naga Emas Song Kam itu. Dua orang
ini mendayung perahu mereka menyambut
dirinyu. Akan tetapi karena ia tak takut dan
justeru geram, Hong Cu membuat namanya
berantakan maka ia tertawa dingin dan
menyuruh Kwi-bo melaju. Namun wanita itu
tiba-tiba terpekik. Dari kiri dan kanan1950
mendadak muncul dua perahu lain, kali ini diisi
kakek-kakek berpakaian tosu. Dan ketika
wanita itu terbelalak berseru lirih, itulah Giok
Yang Cinjin dan Kim Cu Cinjin maka di tepi
telaga masuklah tiga bayangan baru yang
membuat Beng San kaget dan berubah, Lam
hai-kong-jiu dan dua puterinya Lin Lin dan Lan
Lan.
"Aih, celaka. Dua kakek jahat itu
kemari!"
"Siapa," si buta terkesiap, Beng San
terpekik pula.
"Giok Yang dan Kim Cu Cinjin, Chi Koan.
Dua tua bangka keparat itu muncul disini".
"Hm, , dayung secepatnya dan jangan
takut. Mari terbang!" si buta tiba-tiba tahu
gelagat dan iapun mengerahkan tenaga
mendorong perahu dengan kekuatan besar.
Mendadak saja perahu terangkat dan terbang
ke depan, lurus menerjang dua perahu Hong
Cu dan Kim-liong-pian Song Kam. Dan ketika
dua orang itu terkejut dan menamparkan
dayung mereka, patah maka perahu jatuh lagi
di atas air dan Chi Koan membentak lagi.1951
"Awas!" Perahu terangkat. Kwi-bo
menjerit dan harus memegang pinggir perahu
sekuat-kuatnya kalau tak ingin terlempar dan
terbuang keluar. Si buta mengeluarkan
tenaganya begitu dahsyat dan untuk kedua kali
perahu inipun terbang di atas permukaan
telaga. Sekali jatuh sudah belasan tombak.
Akan tetapi ketika wanita ini memekik dan
menuding ke depan, Giok Yang dan Kim Cu
Cinjin mengejar mereka maka Chi Koan bagai
dihentak palu godam.
"Boen Siong ada di sana!"
Si buta berhenti. la miringkan kepala
mengikuti gerakan Kwi-bo. Benar saja, pemuda
baju putih itu telah menunggu disana, di
seberang. Dan ketika tawa pemuda itu
membuat Chi Koan berubah, bagai siluman
saja ia sudah didahului maka si buta pucat dan
Kwi-bo memutar arah perahu dan kembali ke
tengah telaga!
"Jahanam, keparat jahanam. Kembali
dan bunuh saja tikus-tikus ini , Chi Koan. Biar
kuterjang perahu gadis itu dan teman
temannya!"1952
Chi Koan masih berubah. la
membiarkan saja Kwi-bo memutar dan
mendayung perahu, mereka kembali ke
tengah. Dan ketika terdengar bentakan Hong
Cu dan juga si Cambuk Emas, disusul Giok Yang
dan Kim Cu Cinjin maka Kwi-bo menyambut
orang-orang ini. Ledakan rambutnya dan
tamparan dayungnya disambut pedang dan
cambuk yang meledak kuat.
"plak-bret-tar!"
Perahu miring ke kanan dan si buta
terkejut. la sadar ketika temannya berteriak
dan Kwi-bo roboh. Wanita itu tak kuat oleh
empat serangan dari empat perahu. Maka ia
membentak dan menyapukan tongkatnya, si
buta menjadi marah akhirnya empat orang itu
terdorong dan perahu mereka mundur jauh.
"Kembali dan lari ke tempat lain saja. Di
sini berbahaya, Chi Koan, aku tak pandai
berenang. Celaka!"
"Diam, beritahukan padaku arah paling
aman perahu kita menepi. Jangan berteriak
teriak, Kwi-bo, bagaimana jahanam-jahanam
itu muncul!"1953
"Ke kiri, tepian kiri. Terbangkan perahu
ke kiri, Chi Koan, tepian sana kosong!"
"Baik, pegang erat-erat atau aku
mengamuk di tempat ini" Chi Koan menjadi
merah sekali dan ia begitu gugup. Tak di
sangkanya Boen Siong tahu-tahu di seberang
telaga. Rupanya pemuda itu sudah
mendahului di sana sementara mereka tahu
dihadang sepasang kakek Naga Menara dan
lain-lain. Akan tetapi ketika ia menuju ke sini
dan perahunya terbang meluncur ke depan, ia
memukul dan mendorong permukaan telaga
dengan sinkang yang amat kuat mendadak saja
Kwi-bo berseru lagi dan menyambar
lengannya.
"Po Kwan, pemuda itu! Ah, ia di sana,
Chi Koan, kita dihadang!"
Si buta terkejut lagi. Terpaksa ia
menahan perahunya lagi dan Kwi-bo
memintanya ke kanan. Namun baru saja ia
memutar ke kanan dan siap melesatkan
perahunya maka Siao Yen, gadis lihai itu di
sana pula, mengejek,1954
"'Mari, ke marilah. Ayo, orang she Chi,
jangan takut. Aku seorang diri!"
Chi Koan tertampar. Kini ?a dikepung
orang-orang muda itu dan mukanya serasa
dibeset. Malu dan hawa amarah membubung.
Akan tetapi ketika desir empat perahu
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendekatinya, itulah Giok Yang dan Kim Cu
Cinjin dan dua yang lain tiba-tiba si buta
membalik. dan.. plak", perahunya meluncur
dan menyambut Orang-orang ini. Wajahnya
hitam gelap dan kebengisan dahsyat tak dapat
disembunyikan lagi.
"Tangkap dan robohkan mereka. Bantu
aku menangkapnya hidup-hidup, Kwi-bo,
terutama Kim Cu Cinjin.. Jadikan ia sandera
dan tawanan di perahu kita!"
Kwi-bo terbelalak. Di tengah telaga
yang luas dan amat dalam itu keadaannya tiba
tiba tak begitu baik. Muka dan kiri kanan
terdapat tiga orang muda itu, sementara
belakang adalah pertempuran antara Siauw
Lam dan orang-orang gagah. Namun karena
dari semua pilihan ini yang terbaik rupanya
adalah siasat itu, menangkap dan menawan1955
Kim Cu Cin Jin maka wanita itupun menaruh
harapan dan iapun menyuruh temannya
merobohkan musuh, ia sendiri menyambar
dayung dan mengendalikan perahu.
Akan tetapi terjadi keributan di tepian
Sana. Chi Koan yang sudah berkonsentrasi
penuh dan siap menghajar Hong Cu dan lain
lainnya ini mendadak dibuat pucat oleh
teriakan Beng San. Teriakan ini disusul oleh
Siauw Lam dan akhirnya Ban tok Wi Lo. Dan
ketika ia tertegun dan menghentikan
tongkatnya, ia sudah menyapu dan siap
menggerakkan tongkat itu menyambut lawan
maka sebuah perahu mendekati mereka, cepat
berkecipak.
"Suhu tolong. Naga Gurun Gobi Peng
Houw datang!"
"Benar, dan ketua-ketua Heng-san
serta lain-lainnya itu mengamuk. Kami tak
berani menghadapinya, suhu, tolong!"
Si buta terhenyak. Tak ia sangka bahwa
itu adalah Beng San dan Siauw Lam serta Ban
tok Wi Lo. Tiga orang ini melarikan diri dan kini
mengejar dirinya di atas perahu. Entahlah1956
siapa yang lebih buruk di antara mereka, dia
yang berada di telaga atau murid-muridnya
yang tadi di daratan! Akan tetapi ketika kekeh
Hong Cu membuat kemarahannya meledak,
saat itu orang-orang gagah di daratan
mengejar dan berteriak-teriak menyusul dua
muridnya ini maka hanguslah wajah si buta
dan tiba-tiba ia melengking dahsyat membuat
perahu Kim Cu Cinjin dan lain-lain terguling!'
(Bersambung jilid XXXII.)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook1957
BERITA KHUSUS
Bagi Anda yang merupakan
penggemar/pencinta karya-karya Batara ada
berita khusus yang membawa keberuntungan.
Hubungi kami U.P. "Dhiananda"
P.O.Box 174 Solo 57101 dengan disertai
perangko Rp 700,
Cantumkan di sudut kiri atas sampul
Anda "Berita Khusus". Selanjutnya kami akan
memberi keterangan dan balasan untuk Anda,
Dijamin menggembirakan!
Bergegaslah, kami memberikan
prioritas untuk Anda sebagai
penggemar/pencinta Batara, baru orang-orang
lainnya!
Penerbit1958
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXXII
*
* *
"HYAATTIT! " Entah bagaimana
terjadinya mendadak perahu si buta terlontar.
Begitu dahsyat dan marahnya si buta hingga
perahurya melesat dan terbang ke atas.
Perahu ini bahkan melewati pula perahu Beng
San, jatuh dan tepat di perahu Kim Cu Cin-jin.
Akan tetapi karena saat itu Kin Cu Cinjin dan
lain-lain terlempar dari perahu mereka, suara
dahsyat si buta membuat perahu mereka
terguling maka tosu ini selamat ketika tongkat
di tangan si buta bergerak, menyambar bagai
kilat cepatnya.
"Crat-crat!" Potongan ombak terbabat
kemarahan tongkat di tangan si buta. Bukan1959
hanya ombak atau air telaga melainkan juga
perahu Kim Cu Cinjin! Perahu yang terbalik dan
terapung itu pecah dan terbelah dua. Akan
tetapi ketike tosu itu menyelam dan Chi Koan
mendengus-dengus, tiga yang lain juga lenyap
di bawah air maka si buta memekik lagi
dan...perahunya kini menuju ke tepian, tempat
di mana Naga Gurun Gobi menunggu. Dan
karena menuju tempat ini berarti melewati
belasan peruhu orang-orang kangouw, mereka
itu mengejar dan memaki-maki Beng San maka
kini belasen perahu itulah yang diterjang si
buta dalam maksudnya menemui musuh
bebuyutannya. Orang-orang kang-ouw
terbeliak dan banyak di antara mereka yang
bengong, terkesima atau terperangah oleh
pekik dahsyat dan sepak terjang si buta.
"Awas...!" Seruan Boen Siong
terlambat disadari orang-orang ini. Si buta
sudah tiba dengan amat cepatnya dan saat
itulah tongkat di tangannya kembali bergerak.
Sinar merah menyambar. Dan ketika perahu
jatuh menimpa perahu orang-orang ini, saat
itulah maut menyambar orang-orang itu maka1960
mereka roboh menjerit dan kebetulan ketua
Ui-eng-pang berada di sini.
"Crat-cratt!" begitu dahsyatnya
gerakan tongkat yang penuh hawa amarah ini.
Ketua Ui-eng-pang mencoba menghindar akan
tetapi sia-sia. Pedang di tangannya patah
sementara tongkat membabat tak kenal
ampun, leherpun langsung putus. Dan ketika
semua ini masih disusul gerakan panjang bagai
awan bergulung-gulung, yang tampak hanya
sinar merah dan gerakan menyilaukan maka
tujuh orang seketika tewas mandi darah.
Tubuh mereka mencelat dan terlempar ke Air
telaga. See-ouw-pang seketika bersimbah
warna merah.
"Byur-byurr!" Paniklah orang-orang di
sekitar oleh ganasnya tongkat si buta ini. Chi
Koan tidak berhenti hanya sampai di situ
melainkan meloncat dan menerbangkan
perahunya ke perahu-perahu lain, Giliran
ketua Pek-lian-pang disambar hawa mautnya.
Dan ketika ketua itupun roboh menjerit
bermandi darah, lengannya buntung sebatas
siku maka si buta menyusulinya dengan1961
sontekan dari bawan ke atas dan.... plas,
lenyaplah kepala kakek itu menggelinding dan
masuk air telaga. Tubuhnya sendiri berdebuk
dan jatuh dengan kepala putus. Darah
menyembur dari luka besar itu. Mengerikan!
"Hayo, mana Naga Gurun Gobi Peng
Houw. Datang dan ke marilah, Peng Houw, kau
musuh besarku. Hayo, jangan suruh tikus-tikus
busuk ini menghalang jalanku. Jangan
bersembunyi di punggung seperti pengcut!"
Geger dan pucatlah orang-orang itu. Si
buta terus mengamuk dan menerjang dan
tigapuluh orang kemudian tewas. Sebagian
besar tercebur dan ditendang masuk telaga.
Dan ketika akhirnya orang-orang itu menjadi
buyar namun para tokohnya marah bukan
main, segera mereka sadar dan bergerak maka
sepasang kakek Naga Menara menyambut.
Dua kakek ini menyambar perahu dan
mendayung, disusul kemudian oleh Tong-bun
su-jin dan kawan-kawan, juga ketua Heng-san
dan Kunlun.
Akan tetapi melejitlah perahu lain di
belakang perahu si buta. Siauw Lam, yang1962
gembira melihat suhunya mengamuk tiba-tiba
bersorak. Pemuda ini menggerakkan
perahunya pula dan mengejar perahu gurunya
itu. Dan ketika ia menyongsong kakek Naga
Menara dan lain-lain, membentak dan
membela gurunya maka pemuda itu sudah
mengibaskan dayungnya menyambut orang
orang ini. Chi Koan mengangkat alis dan sedikit
berseri.
"Bagus, kalian kecoa-kecoa busuk tak
tahu malu mengepung guruku. Hayo sambut
dulu pukulanku, tua-tua bangka, baru
menghadapi guruku!" pemuda itu sudah
menerjangkan perahunya dan dayung serta
pukulan tangan kirinya bergerak. melepas Cui
pek-po-Kiam atau Thi-san-ap-tingnya yang
dahsyat itu, membuyarkan barisan orangKabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang gagah itu dan Tong-bun-su-jin berseru
marah. Akan tetapi ketika mereka terdorong
dan dipukul mundur, di daratan tadi
merekap?n tak sanggup menghadapi pemuda
ini maka pemuda itu menerjang yang lain dan
tertawa-tawa.1963
Akan tetapi ada sesuatu yang aneh.
Beng San, yang berada di perahu itu pula
ternyata tidak bergerak. Pemuda ini
mengerutkan alisnya dan diam saja
membiarkan sang suheng menari-nari. Dayung
dan pukulan di tangan Siauw Lam memang tak
henti menyerang orang-orang gagah itu. Dan
ketika Wi Lo adalah orang pertama yang
terheran oleh sikap pemuda ini, Beng San tak
melakukan apa-apa maka Siauw Lam
mendengar kakek itu menegur. Sesungguhnya
Wi Lo sedang ngeri dan gentar oleh hadirnya
Naga Gurun Gobi di sana, juga Boen Siong.
"He, kau! Kenapa diam saja. Kau tak
membantu suhengmu, Beng San, kau
berpangku tangan. Sambut dan serang mereka
dan jangan menonton kosong!"
"Diam!" pemuda itu malah
membentak. "Kaupun tak melakukan apa-ap
Wi Lo, kaupun berpangku tangan. Aku sedang
memikirkan sesuatu dan jangan ganggu!"
"Apa yang kau pikir? Kabur dan
melarikan diri? Tak mungkin, bocah, tempat ini1964
terkepung. Lakukanlah sesuatu, aku sedang
terluka!"
Akan tetapi pemuda itu mendengus. la
tak melakukan apa-apa dan sikapnya ini
mengherankan Siauw Lam. Akhirnya sang
suheng itupun marah. Maka ketika ia
mengamuk dan menghantam sana-sini,
pemuda itu menoleh maka dibentaknya sang
sute yang enak-enakan itu. Beng San hanya
menangkis atau menghalau lewat senjata yang
nyelonong.
"Kau! Jangan seperti orang bengong.
Bantu dan lakukan sesuatu, sute. Hajar orang
orang ini!"
Beng San bangkit, menyambar dayung.
Akan tetapi ketika ia meloncat dan memukul
dayung di tangan suhengnya maka Siauw Lam
terkejut sekali.
"Kita tak mungkin menang. Mata dan
telingamu harap dibuka lebar-lebar, Suheng.
Melawan dan membunuh Orang-Orang ini
hanya menambah berat dosa kita.
Menyerahlah dan bersikap bijak!"1965
Siauw Lam kaget sekali. Ia dipukul amat
kuatnya dan yang membuat ia berteriak adalah
tenaga di tangan sutenya itu. Beng San
mempergunakan Hok-te Sin-kangnya! Maka
ketika dayung terlepas dan saat itu Beng San
berkelebat menotok, inilah semakin tak diduga
lagi maka pemuda itu merobohkan suhengnya
dan keadaanpun gempar.. Ban-tok Wi Lo
terkejut setengah mati dan tiba-tiba melempar
tubuh keluar perahu.
"Byurr!" kakek itu melihat kilatan aneh
dan ia berkaok-kaok. Tentu saja hal ini
mengejutkan kawan maupun lawan.
Perbuatan Beng San sungguh luar biasa.
Dan ketika semua orang berhenti dan
otomatis membelalakkan mata, Ban-tok Wi Lo
gelagapan di air telaga maka pemuda ini
membuat kejutan yang lebih besar lagi.
"Tahan, kami menyerah. Kami tak akan
melawan, cuwi-enghiong. Turunkan senjata
dan jangan menyerang!"
Bukan hanya orang-orang gagah yang
terkejut melainkan Chi Koan dan Kwi-bo juga
berubah. Si buta masih mengamuk dan terus1966
melaju ke depan. la melengking-lengking
menyebut nama Peng Houw. Maka ketika
semua orang berhenti namun puluhan mayat
mengapung di telaga itu, mengerikan maka
Beng San meloncat dari perahunya terjungkir
balik ke perahu suhunya, berseru,
"Suhu, sudah waktunya kita menyerah.
Kita tak akan menang. Biar teecu menghadap
Naga Gurun Gobi Peng Houw dan dengarlah
kata-kata teecu!" lalu mendarat dan turun
dengan ringan, kedua kakinya tak membuat
perahu bergoyang maka dengan cepat tanpa
diketahui siapapun pemuda mengerahkan
Coan-im-jip-bit (Ilmu Mengirim Suara Dari
Jauh).
"Teecu akan melakukan sebuah siasat
tapi suhu harus pura-pura marah kepada
teecu. Ada jalan lolos yang harus suhu
percayakan kepada teecu!" dan berlutut serta
pura-pura menyerah, sikap yang dilihat orang
orang gagah maka pemuda itu berseru lantang
mengulang kata-katanya tadi hal yang
membuat gurunya tertegun namun bingung
dan tentu saja juga marah, di samping heran.1967
"Suhu dan kita semua harus menyerah.
Kalau Naga Gurun Gobi mau baik-baik
menerima kita tak perlu kita mengadu jiwa.
Bila hukuman terhadap kita tak terlalu kejam,
Gobi mau bersikap adil biarlah teecu
mengadakan pembelaan dan ini harus
didengar semua orang. Atau teecupun
mengadu jiwa dan teecu tarik niat baik ini!"
dan menyusul dengan Coan-im-jip-bit agar
gurunya marah-marah dan menendangnya, ia
harus dilempar ke arah Peng Houw maka Chi
Koan yang dijepit dan tak mungkin berpikir
panjang lagi Sekonyong-konyong membentak,
kakinya menyapu dan menendang muridnya
itu mencelat ke arah lawan.
"Jahanam, apa yang kau katakan ini.
Berkali-kali sudah kukatakan tak mungkin
menyerah, Beng San Musuh tak akan
mengampuni kita dan biar kita bertarung mati
hidup. Kau murid pembelot!"
Beng San terlempar dan pura-pura
berteriak. Tentu saja ia harus bersandiwara
dan ia sudah menjadi girang karena tendangan
gurunya itu setengah hati. Biarpun1968
kelihatannya keras dan amat kuat namun
gurunya membatasi tenaga. Kalaupun
ditendang sungguh-sungguh iapun sudah
bersiap melindungi diri dengen Hok-te Sin
kang. Mana mungkin ia mau dibunuh! Maka
ketika ia melayang dan melewati telaga,
berdebuk dan terguling-guling di depan msuh
besar gurunya maka Peng Houw terkejut dan
cepat mengerutkan kening melihat pemuda itu
merintih. la melihat pemuda ini tak sejahat
gurunya.
"Ampun, maafkan kami...!" Beng San
terhuyung dant tertatih berlutut. Semua orang
terbelalak. "Aku yang muda dan bodoh ingin
mintakan ampun, Peng-taihiap, paling tidak
bahwa semua kejadian ini ada sebab
sebabnya, dan sedikit banyak kaupun terlibat.
Kalau kau mau mengampuni kami dan tidak
membunuh aku dan guruku kami tentu akan
berterima kasih dan siap menerima hukuman
secara adil, setelah mendengarkan unsur
unsur pembelaan!" dan mencium kaki
pendekar itu namun mengerahkan Coan-im-1969
jip-bit, tentu saja tak ada orang dengar maka
pemuda itu berbisik,
"Harap locianpwe berikan kesempatan
kepadaku untuk menaklukan guruku. Kalau
kami hanya ditangkap dan ditawan dulu maka
aku berjanji bahwa suhu tak akan membantah
untuk menerima hukumannya di Gobi. Akan
tetapi kalau locianpwe menolak maka suhu
pasti akan membuat banjir darah biarpun
akhirnya mungkin tewas!"
"Hm! " Peng Houw mengeluarkan suara
dari hidung dan sukar untuk menentukan apa
maksud dari suara ini. Beng San kebat-kebit
akan tetapi sikapnya yang begitu pasrah
menimbulkan kepercayaan juga.
Memang pemuda dan gurunya ini tak
mungkin selamat biarpun mereka mengamuk.
Akan tetapi karena Chi Koan telah
menewaskan sekian banyak orang dan mayat
mayat itu juga masih mengapung, Naga Gurun
Gobi mengenal betul siapa Chi Koan maka
pendekar yang pada dasarnya berwatak
lembut ini tersentuh. la dapat memahami
kata-kata pemuda itu dan korban tentu akan1970
semakin banyak Iagi, sebelum Chi Koan roboh!
Dan saat itu majulah Ji-hwesio dan Sam
hwesio, tokoh-tokoh Gobi, berkelebat
mendekati dua orang ini.
"Omitohud, kata-katamu baik akan
tetapi tak semudah itu menyelamatkan kalian.
Gurumu terlampau banyak menumpuk dosa,
anak muda, dan iapun berhutang banyak
bukan hanya kepada Gobi. Semua orang di sini
ingin menuntutnya!"
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul, akan tetapi pimpinan di sini
adalah di tangan yang terhormat Peng-taihiap.
Putih hitamnya perkataan tergantung
padanya, Sam-losuhu, akan tetapi sudah
kusebutkan bahwa tempat ini akan semakin
banjir darah jika kalian tak mau mengampuni
suhu , paling tidak mendengar pembelaannya
dan aku yang akan bicara! !" Beng San cepat
menghadapi hwe Sio ini dan ia tentu saja
mengenal tokoh nomor dua dari Gobi itu.
Inilah Sam-hwe Sio yang beradat keras dan
berdisiplin, kata-katanya mengingatkan Peng
Houw dan karena itu cepat Beng San
menyergahnya. la bisa gagal bila hwesio ini ikut1971
campur, lain misalnya jika Ji-hwesio yang
lembut dan lebih pemurah, ketua Gobi sendiri.
Maka ketike ia menghadapi wakil Gobi-pai itu
dan kata-katanya mengingatkan pula, suhunya
memang bisa mengamuk dan menewaskan
lebih banyak orang di situ sebelum roboh maka
Sam hwesio mengerutkan alisnya dan saat
itulah terdengar bentakan Chi Koan.
"Tak usah merengek-rengek minta
ampun. Kalau mereka ingin menangkapku
biarlah maju, Beng San, dan kutantang Naga
Gurun Gobi untuk bertanding mati hidup. Kau
tak perlu mengiba-iba!"
"Tidak," Beng San berseru, tak tahu
betapa beberapa orang berdesir mendengar
tantangan itu. Maklum Naga Gurun Gobi Peng
Houw tak memiliki lagi kedahsyatannya itu.
Hok-te Sin-kang.
"Aku tak merengek atau mengiba-iba
kepada mereka, suhu, melainkan menghindari
jatuhnya korban lebih banyak. Kalau Peng
taihiap mau mendengar kata-kataku dan
menerima kita baik-baik dan menjatuhkan
hukuman apa tentu kita harus tahu diri pula1972
dan tak akan melawan. Mati hidup kita
tergantung jawaban Peng-taihiap!"
Ributlah orang-orang kang-ouw
setelah pendekar itu masih diam saja.
Bayangan kuning berkelebat dan Po Kwan
tahu-tahu di situ, pemuda ini menyambar dan
mencengkeram Beng San. Dan ketika pemuda
itu diam saja dan tidak melawan, sikapnya
benar-benar menyerah maka Po Kwan
memperhalus cengkeramannya akan tetapi
bentakannya bengis.
"Kau mau membela gurumu yang jahat
itu. Kalian sebenarnya tak layak bicara lagi,
Beng San, kalian sudah banyak menimbulkan
korban!"
"Dan ingin bertambah lagi jika guruku
mengamuk? Ada akibat pasti bersebab, Po
Kwan, dan sedikit atau banyak gurumu terlibat
juga."
"Bagus, kau tak malu menyebut-nyebut
guruku. Apa maksudmu dan jangan melempar
omongan busuk. Kubunuh kau nanti!"
"Hm, lepaskan aku dan biarkan aku
bicara dengan Peng-taihiap. Kau terlampau1973
jantan untuk membunuhku begitu saja,Po
Kwan, jangan mau menangnya sendiri dan
hormatilah kata-kata orang lain" Beng San
tertawa mengejek dan sikapnya yang berani ini
menampar perasaan Po Kwan. Memang ia
terlampau jantan untuk membunuh musuh
yang baik-baik menyerahkan diri. Maka
mendorong dan membentak pemuda itu akan
tetapi tetap bersiknp bengis terpaksa Po Kwan
menyerahkan pemuda ini lagi kepada gurunya
apalagi saat itu Peng Houw bergerak dan
memberinya isyarat.
"Hm, siapa akan membunuhmu kalau
kau menyerahkan diri. Suhu akan
mendengarkan kata-katamu, Beng San, akan
tetapi jangan bersikap licik atau curang yang
membungkitkan amarah kami!"
"Sudahlah, biar ia bicara padaku. Apa
yang hendak kau katakan tentang
gurumu,anak muda. Pembelaan apa yang
hendak kau lakukan dan apa yang kau maui."
Peng Houw sudah berada di depan pemuda ini
dan sikap serta kata-katanya yang keren
membuat Beng San jerih. Pemuda ini tak tahu1974
kelemahan pendekar itu dan karena itu masih
menganggap pendekar ini sebagai Naga Gurun
Gobi yang menakutkan tidak seperti gurunya
yang tahu, bahwa pendekar tak memiliki lagi
Hokte Sin-kang, terbukti dari adu pukulan
ketika masih di Kun-lun itu. Maka ket?ka
pemuda ini menjatuhkan diri berlutut,
sikapnya benar-benar simpatik dan, taat si
butalah yang lebih dibenci orang banyak maka
Beng San berkata tenang akan tetapi nyaring.
Betapapun pemuda ini harus dapat bersikap
meyakinkan dan minta keringanan.
"Suhu dan kami semua memang
berdosa, akan tetapi bukan berarti bahwa
taihiap dan orang-orang lainnya ini tak pernah
melakukan kesalahan. Kalau kami diberi
keringanan dan merenungkan dosa-dosa kami
tentu kam? tak akan melawan, taihiap. Aku
yang muda dan bodoh hendak mengatakan
bahwa kita sebenarnya tak luput dari dosa.
Mohon kata-kata ini direnungkan dan dipikir
kebenarannya!"
Peng Houw tertegun, mengangguk
angguk. Hebat sekali "jurus" pertama yang1975
keluar dari mulut pemuda ini belum apa-apa ia
hendak mengingatkan bahwa semua manusia
berdosa. Pada dasarnya tak ada satupun yang
luput! Maka ketika ia mengangguk-angguk
sementara Beng San menjadi girang, kata
katanya mengena. maka ia melanjutkan lagi
dengan lebih semangat. Orang kang-ouw juga
diam-diam tertegun, tentu saja sambil
mengumpat.
"Kedua, hidup nati menusia bukanlah
di tangan manusia, melainkan di tangan Yang
Maha Kuasa. Kalau taihiap menjadi algojo dan
balas membunuh kami maka perbuatan
taihiap tiada ubahnya sepeeti perbuatan kami.
Taihiap dan kami sama-sama jahat!"
Amat hebat, Naga Gurun Gobi Mundur.
Sungguh Beng San semakin mengejutkan saja
dengan kata-katanya ini dan dapat dilihat
betepa pandainya pemuda itu. Lidahnya
benar-benar lemas! Akan tetapi ketika
pemuda itu melihat Naga gurun Gobi
mengangguk-angguk dan Peng Houw pada
dasarnya adalah seorang yang welas asih,
inilah kelemahan pendekar itu maka Beng San1976
melanjutkan lagi, kini lebih berani dan diam
diam membuat mereka yang membenci si buta
mengutuk.
"Ketiga dan seterusnya adalah taihiap
mengampuni dosa-dosa kami dan tidak
menjatuhkan hukuman mati. Kami Siap
menerima hukuman dan merenungkan dosa,
akan tetapi bukan dibunuh. Karena kalau
taihiap dan orang-orang ini benar-benar
mengaku sebagai pendekar yang membela
kebenaran dan keadilan maka sudah
seharusnya taihiap dan sahabat-sahabat
taihiap memberikan keringanan apalagi kalau
kami menyerahkan diri!"
Habis dan selesailah pemuda itu
membela gurunya. la telah mengatakan titik
titik paling penting dan itu adalah simpul dari
semua kata-kata. Apa yang disebutkan
pemuda ini memang fakta. Mereka kaum
pendekar tak selayaknya membunuh musuh
yang bertobat. Akan tetapi ketika tiba-tiba
terdengar lengking dan bayangan seseorang,
Hong Cu berkelebat muncul maka wanita itu1977
menuding dan membentak, matanya berapi
api.
"Kau, cecunguk busuk yang enak saja
hendak membebaskan gurumu. Ia boleh di
ampuni orang-orang lain akan tetapi tak
mungkin mendapat ampun dariku, bocah. la
telah berbuat kelewat keji dan seumur hidup
tak mungkin kulupa. Aku tak dapat menerima
kata-katamu dan J?ngan kira semua orang
dapat kau pengaruhi...hyaatttt!" Hong Cu tiba
tiba melesat dan wanita ini sudah terbang
cepat ke arah Chi Koan. Sebuah perahu
disambar dan selanjutnya melengking
lengking. Dan ketika ia terus menyerang si buta
sementara yang lain tentu saja terkejut, Chi
Koan mendengus bengis maka si buta tak
banyak cakap dan di atas telaga itu ia
menyambut serangan Hong Cu. Wanita ini
sungguh nekat.
"Kau, bedebah tak berjantung. Kau
meninggalkan aib kepadaku, Orang she Chi dan
sekarang aku atau kau mati....plak-brett!"
gadis Sin-hong-pang ini menusukkan
pedangnya sementara rambut hitamnya yang1978
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gemuk harum meledak dan menyambar. Si
buta menangkis dan ia terpental akan tetapi
gadis ini nekat terus. la berkelebatan dan
menyambar-nyambar. Dan ketika beberapa
orang berteriak akan tetapi gadis itu tak mau
mendengarkan bahkan melepas Ang-see-ciang
yang dulu dipelajari dari si buta maka Chi Koan
tak maut banyak membuang waktu lagi
sekaligus ingin menunjukkan kebenaran kata
kata muridnya, bahwa ia akan membunuh
sebelum dibunuh, sebanyak-banyaknya!
"Kau anjing betina yang tak tahu diri.
Mampus dan susulah sucimu ke neraka, Hong
Cu, kaulah biang utama yang membuatku
terancam!" tongkat bergerak begitu cepatnya
dan tahu-tahu wanita itu menjerit. Pedangnya
patah menjadi tiga sementara tongkat masih
berkelebat menuju dadanya. Dnn ketika
wanita itu terpelanting dan roboh, dadanya
ditembus tongkat muka iapun tewas dan
gemparlah orang-orang kang-ouw. Kemarahan
dan kebencian seketika bangkit lagi,
"Jahanam, ia membunuh lagi!"1979
"Benar, tak perlu diampuni. Mari, Yang
liu Lo-lo, kita mengadu jiwa!"
Akan tetapi Beng San bergerak dan
pemuda ini tiba-tiba berseru nyaring.
membentak dan menghadang dua orang itu
seraya kata-katanya didengar orang banyak.
Pemuda ini berseru bahwa semua itu
kesalahan gadis Sin-hong-pang itu sendiri, ia
mencari mati dan menyongsong mautnya
sendiri. Dan ketika pemuda gagah
menghadeng kakek dan nenek-nenek itu, Po
Kwan berkelebat disusul adiknya maka Beng
San tak perduli dua orang murid Naga Gurun
Gobi . Matanya keras dan penuh teguran.
Pemuda ini tiba-tiba begitu berwibawa.
"Stop, berhenti! Kalian tak
mendengarkan kata-kataku, Jiwi-enghiong.
Melabrak guruku berarti mati. Tempat ini akan
banjir darah. Kalau sam-wi (kalian bertiga)
nekat dan hanya nenurutknn nafsu setan
belaka berarti sam-wi sama seperti kami,
jahat. Berhenti dan jangan antarkan nyawa sia
sia atau akupun akan membela guruku dan
habislah harapanku untuk menyerah!"1980
Sikap dan kata-kata pemuda ini gagah.
Beng San tegak menantang mereka sementara
nenek dan kakek-kakek itu gentar. Siapa tak
tahu pemuda lihai ini. Dan ketika Peng Houw
berkelebat dan orang-orang lain juga
berkelebat, kini semua di tepi telaga maka
Peng Houw mengangkat tangan tinggi-tinggi
berseru,
"Cuwi-enghiong (orang gagah
sekalian), aku melihat kebenaran dari kata
kata pemuda ini. Dengar kata-kataku dan
jangan gegabah. Kalau kalian hanya mengantar
nyawa sia-sia padahal musuh siap
menyerahkan diri baik-baik maka tentu sikap
kita Tidak bijaksana. Marilah rundingkan
bersama dan tahan dulu semua nafsu
kebencian!" yang bicara kalau bukan Naga
Gurun Gobi barangkali orang-orang itu akan
menerjang. Mereka sudah terbawa oleh
kemarahan nenek dan kakek-kakek ini. Yang
Liu Lo-lo dan Sepasang Naga Menara itu benar.
Akan tetapi karena pendekar itu menahan
mereka dan sesungguhnya Naga Gurun Gobi
inilah yang dihormati mereka, semua menahan1981
diri maka ketua Heng-san dan Kun-lun
melompat. Sin Tong Tojin merangkapkan
tangan depan dan memberi hormat.
"Siancai. kami hargai kata-kata taihiap
akan tetapi bagnimana pendapat taihiap akan
persoalan sendiri. Apakah musuh kita
bebaskan!"
"Benar, bagaimana pendapatmu.
Apakah kata-kata anak muda ini kau turuti,
Peng Houw. Kita mengampuni Si buta itu dan
membiarkannya untuk kelak berbuat jahat
lagi!"
Naga Gurun Gobi memandang dua
ketua itu dengan Sinar mata tegas.
menggeleng untuk pertanyaan ini dan menarik
napas dalam. Dalam kata-kata mereka itu
terkandung ketidakpuasan dan kecmasan.
Mereka khawatir si buta Chi Koan dibebaskan.
Maka menjawab dengan pandang mata
sungguh-sungguh, tidak menolak atau
mengiyakan. Ia justeru mengembalikan
persoalan itu kepada semua orang di situ.
"Kalian salah bila aku membebaskan
atau tidak. Persoalan ini sudah bukan1982
persoalanku pribadi, jiwi-paicu (dua ketua),
melainkan persoalan semua orang dimana kita
masing-masing tak dapat menetapkan
pandangan sendiri untuk bertindak. Justeru
aku ingin menanyakan kepada semun yang ada
di sini bagaimana keputusan suara terbanyak.
Aku hanya hendak memberitahukan bahwa
dengan membunuh Chi Koan maka korban
akun berjatuhan lebih banyak, kejadian ini
sebisa-bisanya dicegah, apalagi ia siap
menyerah baik-baik. Akan tetapi kalau aku tak
berani memutuskannye seorang diri karena
persoalan ini sudah berkembang menjadi
persoalan kita semua, jadi kita semualah yang
harus memutuskan maka kuminta suara
terbanyak untuk menentukan ini. Hanya sekali
lagi kuingatkan bahwa apa yang dikata anak
muda itu benar, gurunya akan membunuh
sebanyak mungkin sebelum ia sendiri
dibunuh!"
Berdengunglah semua orang ketika
tiba-tiba pendekar itu memberi kesempatan.
Naga Gurun Gobi tak ingin mengambil
keputusan sendiri agar kelak tak disalahkan.1983
Apa yang diserukan ketua Kun-lun-pai tadi
dijawabnya, secara tersirat, ini memang
langkah bijaksana. Dan ketika terdengar suara
gaduh antara setuju dan tidak, semua ribut
ribut maka pendekar ini tiba-tiba mengangkat
tangannya.
"Cuwi kuminta mengacungkan telunjuk
bagi pilihan pertama. Jika kita tetap ingin
menghukum dan mebunuh Chi Koan harap
angkat tangan tinggi-tinggi, kuhitung suaranya.
Bagi yung tidak setuju harap diam!"
Kini berserabutanlah tangan orang
orang-orang kang-ouw itu memberikun
telunjuk. Mereka adalah kelompok pertama
yang tetap ingin membunuh si buta. Di
antaranya adalah ketua See-tong dan Bu-tong,
tentu saja berikut nenek Yang-liu Lo-lo dan
sepasang kakek Naga Menara itu. Akan tetapi
ketika dihitung jumlahnya tak ada separoh,
berarti yang tak setuju lebih banyak maka Peng
Houw berseri, dan berseru lagi,
"Cukup, sudah kuhitung. Jumlah kalian
tak ada separoh. Akan tetapi untuk1984
memastikan diri harap golongan kedua
mengacungkan jari, kuhitung biar tepat!"
Kini bermunculanlah jari-jari kelompok
kedua. Yang pertama sudah menurunkan
tangan mereka akan tetapi Naga Gurun Gobi
terkejut ketika ketua Heng-san dan Hoa-san
serta Kun-lun tak mengangkat tangan mereka.
Tindakan ini diikuti pula oleh murid-murid
mereka. Dan ketika pendekar itu terkejut
sekaligus heran, juga ketua Gobi melakukan
hal yang sama maka iapun bingung. Tiga ketua
ini ditambah Gobi tak memihak mana-mana!
"Ah, sudah kuhitung pula. Cukup, Cuwi
enghiong, jumlah kalian sama dengan yang
pertama.. Akan tetapi kenapa yang terhormat
ketua Heng-san dan Hoa-san serta Kun-lun tak
memberikan suara!"
"Maaf," Kini majulah Heng Bi Cinjin dari
Kun-lun, mewakili ketua dan kelompoknya.
"Kami telah bisik-bisik bersama, Peng Houw,
dan semua berasal dari Kim Cu suheng. Karena
Chi Koun jelek-jelek adalah murid Gobi maka
kami ingin menyerahkannya saja kepada Ji-lo
suhu sebagai pimpinan Gobi. Kami ingin1985
menghormatinya sebagai orang yang lebih
berkepentingan dan karena itu kami ikut saja
kata-katanya!"
Terkejutlah semua orang dan Ji-hwe
sio pimpinan Gobi memerah. la tak ikut
kelompok manapun juga karena sikapnya
pasrah. Hanya suatu kebetulan saja kalau
bersamaan dengan kelompok Kun-lun dan
lain-lainnya itu. Maka ketika tiba-tiba n?manya
disebut dan justeru dialah yang akan menjadi
penentu, memang Chi Koan adalah bekas
murid Gobi yang pantas mendapat hukuman
maka hwesio ini menjadi gelagapan dan
justeru mengibaskan lengan bajunya, berseru
nyaring.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Chi Koan adalah murid murtad yang
jahat. Tadi telah dikatakan oleh Peng Houw
bahwa persoalan ini bukan milik perorangan
lagi, Heng Bi Cinjin. Justeru pinceng ingin
menyerahkan kepada kalian dan pineeng ikut
saja!"
"Siancai, suheng tak memperkenankan
kami begini. Orang she Chi itu berasal dari
perguruanmu , lo-suhu, dan sepntasnya1986
apabila kau penentunya pula. Kalau saja kau
tak di sini boleh jadi kami pengambil putusan.
Akan tetapi kami harus menghormati dirimu,
lagi pula ada Peng-taihiap dan puteranya yang
dapat mengatasi Si buta itu!"
"Omitohud, akan tetapi pinceng
menyerahkannya kepada kalian!"
"Kalau begitu biar Kim Cu-suheng
maju!" dan ketika kakek itu mundur
memandang suhengnya, inilah bekas ketua
Kun-lun yang masih berpengaruh maka Kim Cu
Cinjin batuk-batuk merangkapkan tangan.
Kelompoknya adalah pihak penentu dalam
rapat darurat ini.
"siancai, Heng Bi-sute telah menyebut
nyebut namaku. Sebenarnya putusan kilat ini
bukan milikku seorang, Ji-lo-suhu, sebab kalau
yang terhormat ketua Hoa-San dan Heng-san
tak menyetujuinya apalah arti kata-kataku. Jika
sekarang aku diminta maju biarlah
kukembalikan lagi kepada yang terhormat
Heng-san-paicu dan Hoa-san-paicu. Kalianlah
penentu apakah tetap diserahkan Gobi-paicu
(ketua Gobi) atau tidak!"1987
Giliran dan ketua itu dibuat terkejut.
Dengan cerdik dan hati-hati sekali Kim Cu
Cinjin melempar kepada mereka, memang
merekalah orang terakhir yang kini harus maju,
setelah diputar dan melingkar-lingkar. Maka
ketika Heng-san-paicu berdehem sementara
rekannya juga batuk-batuk maka Sin Tong
Tojin maupun Ko Pek Tojin harus berunding
dahulu. Mereka bisik-bisik dan akhirnya Hoa
san-paicu tampil bicara. Betapapun mereka
harus segan kepada Naga Gurun Gobi dan para
hwesio itu karena tanpa dua orang ini tak
satupun yang mampu menandingi si buta.
"Siancai, kami juga yang akhirnya
menjadi ujung tombak. Kim Cu Cinjin cerdik
sekali, Ji-lo-suhu, akan tetapi kami dari Heng
san dan Hoa-san bersepakat bahwa kaulah
kunci jawaban itu. Kami harus tahu diri bahwa
tanpa pihakmu sesungguhnya kami tak dapat
melakukan apa-apa terhadap s buta itu. Kini
kami Serahkan kepadamu dan terserah Go-bi!"
Repotlah hwesio ini setelah bertubi
tubi ia tak berhasil. Sebenarnya ia hendak
menyerahkan saja kepada orang-orang kang-1988
ouw itu akan tetapi celakanya posisi
berimbang. Kalau saja Heng-san dan Kun-lun
serta Hoa-san mengambil sikap tentu
semuanya seiesai. Akan tetapi tiga ketua itu
abstain (tak memberikan suara), justeru sekali
bicara malah menyudutkan dirinya sebagai
penentu. Maka ketika ia mengebutkan lengan
Bajunya berulang-ulang seraya memuji nama
Buddha maka apa boleh buat ketua Gobi ini
memandang sutenya. Sutenya itulah satu
satunya orang yang dapat menolong.
"Omitohud, bagaimana pendapatmu.
Pinceng bingung menerima tugas berat ini,
sute. Kalau pinceng salah bakal menambah
dosa. Beritahukan kepada pinceng apa yang
harus pinceng lakukan dan layakkah ia
diampuni". Sam-hwesio adalah orang yang
bijak. Dialah tokoh nomor dua di Gobi setelgh
suhengnya. Maka ketika tiba-tiba suhengnya
bertanya dan menyebut namanya, memang
dialah wakil pimpinan maka hwesio ini,
menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya1989
SEGERA TERBIT
Dua karya baru akan segera menemani
karya-karya Batara di tempat kami, yakni
mereka yang telah Anda kenal:
PEMBALASAN PENDEKAR WIRO CELENG
Karya Gatot Riyo Purwanto
dan
MENDUNG DI LANGIT WIRASABA
Karya Wratsongko PW
Khusus yang terakhir ini adalah penulis
kisah heroik "Genderang Perang Di Lembah
Serayu" yang pernah dimuat dalam harian
Suara Merdeka.
Semoga Anda puas dan selamat
menantikan!
Penerbit1990
memandang Peng Houw. Di sini
terbuktilah nasihatnya dulu bahwa Chi Koan
tak bisa dipercaya. Seandainya dulu suhengnya
itu mendengar kata-katanya!
"Omitohud, kita Go-bi-pai tiba-tiba di
serahi tugas seberat ini. Menurut pendapatku
tanya saja Peng Houw, suheng, karena dialah
satu-satunye orang yang dapat mengatasi si
buta itu. Diapun Penasihat Bengcu, kebetulan
diapun murid sekaligus wakil mendiang guru
kita Ji Leng suhu. Kalau suheng minta
pendapatku maka kuserahkan kepada Peng
Houw karena dialah satu-satunya orang yang
dapat menundukkan Si buta itu. Inilah
pendapat pinceng dan siapapun tentu
sependapat bahwa akhirnya Peng Houw jualah
yang mampu menyelesaikan persoalan ini!"
Semua tiba-tiba bersorak dan yang
terkejut tentu saja Peng Houw. Tiba-tiba dalam
pembicaraan yang rumit d melingkar-lingkar
ini akhirnya dirinya juga menjadi penentu,
padahal dialah yang menyerahkan dan ingin
menentukan persoalan itu diputuskan orang
banyak. Pendekar ini terhenyak dan terkejut1991
sementara suara setuju mendukung jawaban
Sam-hwesio tadi. Memang Naga Gurun Gobi
inilah yang berhak, di samping dialah
tandingan Chi Koan juga pendekar itu
merupakan Penasihat Bengcu yang dihormati.
Piring persoalan akhirnya kembali juga kepada
pendekar ini! Maka ketika pendekar itu
tertegun dan berkerut kening, semua orang
tiba-tiba berseru padanya maka pendekar ini
menarik napas dalam-dalam dan akhirnya ia
mengeraskan dagu. Persoalan akan berlarut
larut jika tidak segera diputuskan, masing
masing pihak tentu akan melempar kepada
yang lain dan akhirnya dia juga yang harus
turun tangan. Lucu!
"Cuwi Enghiong" pendekar ini
mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Ternyata
akhirnya ke pundakku juga persoalan ini
ditimpakan, cuwi-enghiong, repot juga
menerima tugas berat ini. Akan tetapi karena
aku hanya Penasihat dan musih ada bengcu di
sini biarlah kurundingkan dengan yang
bersangkutan karena bengculah yang akhirnya
memutuskan!"1992
Semua mengangguk-angguk dan apa
boleh buat Boen Siong, pemuda itu dipanggil
ayahnya. Inilah sang bengcu dan siapapun tahu
siapa pemuda itu. Di samping bengcu juga
sekaligus putera Naga Gurun Gobi sendiri.
Akan tetapi ketika pemuda itu bergerak maju
maka sang ibu berkelebat pula, seruannya
nyaring mengejutkan semua orang.
"Chi Koan adalah manusia jahat yang
tak perlu diampuni. Seribu kali memaafkan
maka seribu kali pula dia mengulang
kejahatannya suamiku. Bagiku biarkan putera
kita membunuhnya dan habis perkara!"
"Benar! " sepasang kakek Naga Menara
dan kelompoknya mendukung. "Tantang dan
ajak duel secara jantan, hujin (nyonya). Biarkan
puteramu membunuhnya dan sikat dia!"
"Ha-ha.." Chi Koan tiba-ti tertawa
bergelak, suaranya menusuk-nusuk telinga.
tajam. "Kalau ingin duel maka kutantang Naga
Gurun Gobi sendiri, kakek Naga Menara. Aku
ingin bertanding secara jantan hanya dengan
orang yang kurasa pantas. Aku tak sudi dengan
segala macam bocah karena ingin mampus di1993
tangan musuh bebuyutanku saja. Atau aku
akan mengamuk dan tempat ini kubuat banjir
darah!"
Semua ribut-ribut dan Naga Menara
serta Orang lain tentu saja membentak dan
memaki si buta itu. Mereka tentu saja
mengatakan bahwa Naga Gurun Gobi tak akan
takut. Justeru mereka akan dapat menyaksikan
betapa dua musuh bebuyutan bertanding mati
hidup, yang kalah akan roboh dan tentu saja si
buta Chi Koan adalah orang yang mereka
harapkan untuk mati di tangan Naga Gurun
Gobi. Akan tetapi ketika Po kwan dan Siao Yen
menjadi pucat, juga subo dan sute mereka
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boen Siong maka orang-orang yang tahu akan
keadaan pendekar ini menjadi gelisah bukan
main. Guru mereka itu sudah tak memiliki lagi
Hok-te Sin-kang. Ilmu dahsyat itu telah
dipindahkan kepada mereka. Naga Gurun Gobi
sesungguhnya sudah ompong! Maka ketika
dua muda-mudi ini meloncat sementara Peng
Houw menjadi merah, tentu saja ia tak harus
mundur maka Li Ceng melengking dan nyonya
itu tentu saja tak ingin suaminya celaka.1994
Diapun tahu suaminya sudah tak memiliki lagi
Hok-te Sin-kang yang dahsyat itu.
"Sombong dan pengecut! Puteraku
adalah wakil ayahnya pula, Chi Koan. Kau tak
bisa berbicara seperti itu kecuali jika kau
menyatakan terus terang bahwa kau takut
menghadapi puteraku!"
"Ha-ha, puteramu adalah anak ingusan
bagiku. Aku tak takut kepadanya, Li Ceng, akan
tetapi biar Peng Houw berhadapan dulu
dengan aku dan puteramu boleh membelanya
bila ayahnya kalah! Atau suamimu yang takut
dan kini kau melindunginya dan sungguh
pengecut bila berlindung di balik punggung
seorang anak!"
Bukan main hebat dan tajamnya kata
kata ini bagi keluarga Naga Gurun Gobi. Li Ceng
sampai mendelik dan tak bisa bicara
sementara dua murid pendekar itu terkejut
melihat guru mereka menggulung lengan baju
dan tiba-tiba meloncat. Peng Houw siap
melayani lawannya karena harga dirinya betul
betul tersinggung amatlah berat. Akan tetapi
ketika bayangan putih menyambar dan Boen1995
Siong mencengkeram ayahnya, pendekar ini
siap menerima tantangan itu maka puteranya
berseru nyaring, suaranya kuat dan
menggetarkan dada setiap orang kangouw,
"Aku tak ingin ada pertumpahan darah
lagi. Karena aku sudah kau tunjuk dan musuh
menyerah baik-baik maka kuterima maksud
hatinya, ayah. Lawan tidak kita bunuh akan
tetapi harus menjalani hukuman di Gobi,
seumur hidup. Kurasa semua yang di sini
menerimanya karena aku sendiri yang akan
menjaganya dan bertanggung jawab apabila ia
melarikan diri!"
Kecewalah kelompok kakek Naga
Menara akan tetapi mereka yang merupakan
kelompok pengampun mengangguk-angguk.
Mereka inilah kelompok yang paling lega
karena pertumpahan darah dapat dicegah,
meskipun diam-diam merasa sayang juga
bahwa tak bakal menyaksikan , pertandingan
Naga Gurun Gobi melawan Si buta yang
mengerikan. Akan tetapi karena mereka
berpandangan lebih jauh dan sifat
kepentingan banyak orang lebih diutamakan,1996
First Love Never Die Karya Camarillo Gento Guyon 9 Maut Merah Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama